Anda di halaman 1dari 5

Review etika Jawa

Agama Buda

Pada awalnya Buda bukanlah sebuah agama yang biasanya menyembah Tuhan atau
dewa. Melainkan dikenal sebagai ajaran yang membebaskan manusia dari lingkungan
moksa. Dewasa ini agama Buda menentukan jalannya sendiri, yang dikemudian hari
mampu untuk berdiri sendiri lebih tinggi dari agama-agama terdahulu yang masih satu
jalan. Kitab sucinya bernama Tripittaka atau tiga keranjang, dan menggunakan bahasa
palii yang awalnya merupakan bahasa daerah Magadha tetapi kemudian digunakan
bahasa kitab suci agama Buda. Ketiga pittaka itu ialah:
Winayapittaka, berisi peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para
pemeluknya.
Sutrantapittaka, berisi wejangan-wejangan Sang Buddha.
Abhidharmapittaka, berisi penjelasan-penjelasan dan rincian soal-soal keagamaan.

Bagi setiap pemeluknya Buda melakukan ikrar, yang disebut Tricarana (tiga tempat
berlindung) :

Saya berlindung kepada Buddha,


Saya berlindung kepada Dharma,
Saya berlindung kepada Sanggha.

Dalam Buda terdapat istilah Triratna yang menjelaskan istilah-istilah dalam agama
Buda:
Budha adalah tokoh pendiri agama Buda
Dharma, ajaran agama Buda
Sanggaha, umat pemeluk agama Buda
Budha
Siddharta, yang awalnya merupakan anak raja kemudian mendapat julukan Buddha
karena mendirikan agama Buda. Artinya Budha bukanlah nama orang melainkan orang
yang telah mendapat wahyu dan sadar akan makna hidup, kemudian keluar dari
lingkaran karma. Diceritakan Siddharta putra mahkota tersebut hanya mengetahui
hidup adalah sebuah kenikmatan. Pada suatu ketika dia merasa bosan dengan semua
kemewahan yang disiapkan sang ayah di Kerajaan. Dan pada akhirnya memutuskan
untuk menggembara mencari kesunyian meninggalkan kemewahan, anak dan istrinya.
Mengembara sebagai pendeta, mencari guru-guru untuk mendapatkan pengetahuan
sejati dan makna kehidupan yang sebelumnya tidak ia ketahui. Hingga sampailah pada
desa Gaya dan ia memutuskan untuk bertapa. Hasil dari pertapaan nya pengetahuan
baru bagi dirinya dan dianggap sebagai cahaya yang telah menerangi dirinya. Karena
teringat sulitnya dan terkekangnya kehidupan nya terdahulu. Pada akhirnya dia
mengambil keputusan untuk menyebarkan pada umat manusia. 45 tahun sudah
lamanya dia menyebarkan agama Buda dan berhasil membawa beberapa pengikut yang
berasal dari berbagai kalangan masyarakat.
Kitab riwayat hidup sangat Budha:
Kitab Buddhacarita karangan Agwagosa dan Lalitawistara.
Kitab Jataka mala, yang dihimpun oleh Aryagura.

Dharma

Adalah ajaran agama Buda atau isi agama Buda. Yang berpatokan pada Aryasatyani dan
Pratityasamutpada, dua hal yang didapatkan Buddha dari bodhi yang dijadikan keyakinan
sebagai jalan menuju Nirwana.

Aryasatyani artinya kebenaran utama, yang berjumlah 4:

a. Hidup adalah menderita.


b. Menderita, terjadi karena keinginan nafsu dalam kehidupan.
c. Penderitaan bisa dihentikan dengan menekan nafsu.
d. Nafsu dapat dihentikan dengan cara sebagai berikut,
1) Ajaran yang benar.
2) Niat yang benar.
3) Ucapan yang benar.
4) Perilaku yang benar.
5) Pekerjaan yang benar.
6) Usaha yang benar.
7) Perhatian yang benar.
8) Samadi yang benar.

Pratityasamutpada, adalah rantai sebab akibat, mempunyai 12 hal yang saling berkaitan yang
masing-masing sebab dari hal setelahnya atau akibat dari hal terdahulu.

Sanggaha

Umat Buda terdiri dari dua macam:


1. Bhiksu (laki-laki) dan Bhiksuni (perempuan), yaitu masyarakat yang meninggalkan
keramaian dan memilih tinggal dalam biara, yang tetap sebagai bagian dari masyarakat
biasa.
2. Upasaka (laki-laki) dan Upasika (perempuan), yaitu orang yang tetap berada
dilingkungan masyarakat.

Istilah Sanggha lebih tepatnya disematkan pada Bhiksu atau Bhiksuni, yang harus tinggal dalam
wihara dan memenuhi isi-isi dari dacacila:

1. Tidak boleh menyakiti/mengganggu sesama makhluk (ahimsd).


2. Tidak boleh mengambil apa yang tidak telah diberikan.
3. Tidak boleh berzina.
4. Tidak boleh berkata tidak benar.
5. Tidak boleh minum apa yang memabokkan.
6. Tidak boleh makan tidak pada waktunya.
7. Tidak boleh menghadiri (menonton) kesenangan duniawi.
8. Tidak boleh bersolek.
9. Tidak boleh tidur di tempat yang enak.
10. Tidak boleh menerima hadiah uang.

Antara nomor 1-5 diberlakukan juga pada Upasaka dan Upasika. Sedangkan nomor 3 hal wajib
yang utama bagi Bhiksu dan Bhiksuni.

Agama Hindu

Sebenarnya agama Hindu tidak memiliki pendirian dan batasan agama yang kuat. Berbeda dari
agama Buda dan agama-agama lainnya. Sehingga dengan isi agama yang tidak konkrit ini lebih
mengarah pada Filsafat. Dari pengertian-pengertian filsafat digambarkan sebagai dewa yang
dapat disentuh manusia, yaitu dibentuklah patung. Maka patung-patung dewa yang diaembah
ini dijadikan sebagai ciri khusus dari agama Hindu. Selain pemujaan patung-patung dewa, dalam
agama Hindu masih terdapat dua ciri khusus lainnya. Yaitu Trimurti, bersatunya 3 orang dewa
tertinggi yang tingkatnya lebih tinggi dari dewa lainnya. Dan adanya kitab-kitab suci agama
Hindu yang disebut Purana.

Trimurti

Trimurti artinya tiga badan untuk menguasai alam semesta. Dan 3 dewa tersebut berada pada
satu badan yang sama, yang ketiganya memiliki kekuasaan yang berbeda. Yaitu mencipta,
memelihara atau melangsungkan, dan mmembinasakan. Dari 3 kekuasaan yang berada pada
satu badan dewa tersebut kemudian di pisahkan menjadi perorangan. Dengan demikian dewa
pencipta adalah Brahma, dewa pemelihara adalah Wisnu, dan dewa pembinasa adalah dewa
waktu, Siwa.

Dari ke-tiga dewa tersebut Wisnu dan Siwa yang di puja dengan tinggi. Dalam umat agama
Hindu terdapat dua golongan antara pemuja Wisnu dan Siwa. Bagi pemuja Wisnu dinamakan
golongan Waspada, dan pemuja Siwa dikenal dengan golongan Saiwa. Namun dalam
masyarakat umum lebih mengenal bahwa Siwa atau Mahadewa atau Mahecwara adalah dewa
tertinggi dari ketiga Trimurti yang ada. Karena mereka beranggapan bahwa dari waktulah dapat
mengadakan, melangsungkan, dan membinasakan. Sehingga segala sesuatu sebagian besar ada
dari sebuah waktu.

Berbeda lagi dengan Wisnu, dewa pemelihara ia tetap seperti sifatnya yang selalu memelihara.
Beberapa kesempatan Wisnu dapat menjelma dengan berbagai bentuk keadaan untuk
menghentikan kesejahteraan semesta. Penjelmaan Wisnu dikenal dengan awatara. Dari
banyaknya penjelmaan Wisnu, di ringkas menjadi 10 dan sembilan diantaranya sudah terjadi,
sedangkan yang 10 belum, yaitu Dacawatara.

1. Matsya - awatara
2. Kurma - awatara
3. Waraha - awatara
4. Narasimha - awatara
5. Wamana - awatara
6. Parasurama - awatara
7. Rama - awatara
8. Krisna - awatara
9. Buddha - awatara
10. Kalii - awatara

Purana

Purana adalah kitab-kitab suci dan sering digunakan bahkan dijadikan pedoman bagi golongan
Waisnawa dan Saiwa. Yang berisi cerita-cerita kuno yang didapat dari rakyat tentang para
dewa, penciptaan dan lain sebagainya. Ada 18 buah Purana, yang sebagian besar berisi 5
macam ciri khusus yang disebut Pancalaksana. Kelimanya ialah:

1. Sarga
2. Pratisarga
3. Wamca
4. Manwantarani
5. Wamcanucarita

Pemujaan Brahma yang ada pada Purana adalah benar-benar dewa pencipta. Ia menciptakan
dirinya sendiri dan disebut Swayambhu atau yang terjadi sendiri, sehingga dari dirinyalah
semesta tercipta. Waktu terjadinya dunia disebut hari Brahma dan satu hari Brahma dibagi 4
yuga (catur yuga) :

1. Krtayuga, zaman emas


2. Tretayuga, zaman perak
3. Dwaparayuga, zaman perunggu
4. Kaliyuga, zaman besi

Anda mungkin juga menyukai