Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat perbedaan mendasar antara ajaran Buddha dengan ajaran agama-
agama lainnya di dunia. Apakah itu? Bahwa ajaran Buddha bukan merupakan
sebuah sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan selalu dilandasi oleh iman
atau keyakinan mutlak seseorang terhadap agama yang dianutnya. Sebaliknya
Buddha selalu mengajar dengan memegang prinsip Ehipassiko1 yang dilandasi
oleh pengalaman pribadi dan juga moral. Sejarah bagaimana terjadinya
sidharta gautama jadi budha, maka ajaran agama budha tidak bertolak dari
ajaran ketuhanan, melainkan berdasarkan kenyataan kenyataan hidup. Pada
umumnya ajaran agama budha berlandaskan atas lima pokok, yaitu : Tri ratna
(budha – dharma – sangha), Catur arya satyani dan hasta arya marga, Hukum
karma dan tumimbal lahir, Tilakhana yaitu tiga corak umum yang terdiri dari
antya anatman dan dukkha, Hukum pratya samuppada yaitu hukum sebab
akibat yg saling bertautan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja empat kebenaran mulia tersebut?


2. Apa itu delapan jalan pembebasan?
3. Apa itu karma dan punarbawa?

C. Tujuan

1. Untuk menetahui apa saja empat kebenaran mulia tersebut


2. Untuk mengetahui apa itu delapan jalan pembebasan
3. Untuk mengetahui apa itu karma dan punarbawa

1
“datang dan buktikanlah sendiri” Seorang buddhis tidak diminta untuk memercayai
begitu saja ajaran yang diterima, tetapi justru untuk mengalaminya sendiri

1
BAB II
PEMBAHASAN

AJARAN UTAMA BUDDHA

Agama Buddha merupakan salah satu agama yang muncul dan


berkembang pesat di daratan India. Agama ini mulai muncul pada abad ke-6 SM.
Sebagai agama yang muncul pada masa itu, secara historis agama tersebut masih
mempunyai kaitan erat dengan agama pendahulunya, yaitu agama Hindu.
Gautama mendapat sebutan Buddha, setelah menjalani sikap hidup penuh
kesucian, bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran selama
hampir tujuh tahun lamanya, dan di bawah sebuah pohon yang besar di kota Goya
ia memperoleh hikmat dan cahaya hingga sampai kini pohon tersebut disebut
Pohon hikmat. Ajaran Utama Budha (Budhisme)

Sebenarnya Budha dalam wujud yang semula tidak dapat disebut sebagai
Agama. Karena ajarannya tidak mempunyai konsep ketuhanan, gambaran sifat-
sifat Tuhan, kewajiban manusia terhadap Tuhan dan sebagainya. Paham Budha
mengenai dewa itu seperti makhluk, artinya rusak dan berubah, sebagaimana
halnya manusia. Roh pun tidak dikenal dalam ajaran Budha, demikian juga
sembahyang kepada Tuhan2. Dalam konteks itulah Budha mungkin hanya dapat
dinamakan filsafat hidup (philosophy of life) yang memuat beberapa ajaran
tentang budi pekerti, moral, delapan jalan pembebasan, keyakinan terhadap
nirvana dengan semboyan; “Carilah sendiri keselamatan dirimu dalam
pergaulan alam yang luas ini”. Karena itu, sering kita lihat di Tiongkok Budha
bersembah yang di kuil Agama Tao dan Jepang mereka sembahyang di kuil

2
Micheal Keene, Agama-agama Besar di Dunia Peribadatan (Devolusi) Sembahyang
yang dilakukan umat Budha tidak bermakna sebaga sesuatu yang bertujuan menyembah, atau
mengabdi Tuhan, melainkan semata sebagai penghormatan terhadap objek sembah baik itu Sang
Budha sendiri maupun Dewa-dewa. Devolusi dilakukan sebagai penghormatan dan usaha mencari
ilham dari tokoh yang sedang dipuja itu.

2
Agama Shinto3. Pengajaran tentang Karma dan Phunarbawa (Reinkarnasi:
Penjelmaan kembali ke bumi) mendapat posisi yang urgen dalam ajaran Budha.
Akan tetapi Budha tidak mengenal roh atau jiwa. Dalam Ajaran Buda yang
menjelma itu bukan roh manusia, melainkan keinginan itu akan terus hidup. Oleh
karena itulah manusia terus lahir berulang-ulang kali ke dunia menurut
Karmanya4.

A. EMPAT KEBENARAN MULIA


Setelah Siddharta Buddha Gautama memperoleh pencerahan, ia
memutuskan membatalkan kepergiannya ke nirvana agar dapat mengajarkan
visinya kepada orang lain. Visi ini ia ajarkan dalam Empat Kebenaran
Mulia atau disebut (Catur Arya Sentani), || Delapan Jalan Luhur atau
disebut (Astha Arya Margha).

4 kebenaran luhur atau Catur Arya Sentani5 terdiri dari:


1. Dukha,(penderitaan)
Hidup di dunia adalah penderitaan. Sepanjang hidupnya manusia
mengalami penderitaan, ajaran Buddha ditunjukan untuk membantu
manusia mengerti makna penderitaan dan mengatasinya.
2. Samudaya,- SEBAB || PUNCA penderitaan.
Penyebab penderitaan adalah keinginan manusia yang kuat akan hidup,
kesenangan, dan harta.
3. Nirodha, (pemadaman).
Pemadaman di sini maksudnya adalah menghilangkan penderitaan itu
dengan jalan menyingkirkan keinginan kuat.
4. Margha,(Jalan untuk menghilangkan keinginan kuat nafsu duniawi)
Jalan yang dimaksudkan adalah jalan tengah antara aksese dan hedonisme,
satu-satunya jalan untuk menghilangkan keinginan kuat itu.

3
Di Tionglkok dikenal salah satu aliran.
4
Souyb, J. (1983). Agama-agama besar di dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna.
5
Ajaran Dasar Agama Budha. (n.d.). Retrieved from
https://greenvast.blogspot.com/2012/05/ajaran-dasar-agama-budha.html.

3
B. Hakikat Punarbhawa
Punarnhava adalah istilah yang di kenal dalam agama budha sehubungan
dengan kelahiran kembali suatu makhluk hidup dalam alam kehidupan yang
sama atau berbeda serta tidak membawa kesadaran akan kehidupan dari alam
sebelumnya.6 Punarbhava adalah kelahiran kembali atau (tumimbal lahir).
Dalam agama budha dikenal juga dengan penerusan dari nama (pattisandhi
vinnana). Ketika seseorang akan meninggal dunia, kesadaran ajal,mendekati
kepadaman dan di dorong oleh kekuatan-kekuatan kamma. Keinginan tak
terpuaskan akan keberadaan dan kenikmatan indrawi adalah sebab tumimbal
lahir. Nafsu keinginan ini merupakan salah satu sebab yang menimbulkan
proses kelahiran kembali.7 Dalam agama Budha dikenal dengan penerusan
dari nama (Patisandhi Vinnana) secara umum ada empat cara tumimbal
lahirnya makhluk-makhluk, yaitu Jalabuja-yoni (lahir melalui kandungan
seperti manusia, sapi dan,kerbau), andaja-yoni (lahir melaului telur seperti
ayam, bebek, dan burung), sansedaja-yoni (lahir melalui kelembaban seperti
nyamuk dan ikan), opapatika-yoni (lahir secara sepontan seperti makhluk-
makhluk alam, dewa,dan peta).
Ada dua pendapat tentang tumimbal lahir, pertama menurut Abhidhamma
bahwa tumimbal lahir terjadi segara setelah kematian suatu makhluk tanpa
keadaan apapun. Sedangkan yang kedua ada yang berpendapat bahwa suatu
makhluk setelah mati maka kesadaran atau energy mental makhluk tersebut
tetap ada dalam suatu tempat, didukunng oleh energy mental akan nafsu dan
kemelakatanya sendiri, menunggu hingga cepat atau lambat tumimbal lahir
terjadi. Seorang Budha atau arahat tidak akan lahir kembali karena telah
menghentikan karma. Dalam Dhammacakkaapavatanasutta sang Budha
mengatakan bahwa ‘Inilah kelahiran ku yang terakhir, tiada lagi tumimbal
lahir bagiku’. Hal tersebut membuktikan bahwa seorang Budha tidak akan

6
http//id.wikipedia.org/wiki/tumimbal_lahir, diakses tgl 20 maret 2015.
7
Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Budha, (Kuala Lumpur: Pustaka Karania, 2007),
hal.146.

4
lahir kembali. Dengan adanya proses ini maka terjadilah kelahiran, dengan
adanya kelahiran maka terjadilah kelapukan dan kematian. Kelapuukan dan
kematian menyebabkan kelahiran. Itu adalah mata rantai yang tidak dapat
terputus, kelahiran terjadi setelah adanya kematian dan kematian terjadi
karena adanya kelahiran. Makhluk hidup setelah mati akan terlahir kembali
(patisandhi) tanpa menunggu jeda.8

C. Proses Purnabhava
Dalam agama Budha dipercayai adanya suatu proses kelahiran kembali
(Purnabhava)9. Semua makhluk hidup yang ada dialam semesta ini akan
terus menerus mengalami Purnabhava selama makhluk tersebut belum
mencapai tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran ditentukan oleh karma
makhluk tersebut. Bila ia baik maka ia akan terlahir dialam bahagia, bila ia
jahat akan terlahir dialam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga
dipengaruhi oleh Garukakamma yang artinya karma pada detik kematian, bila
pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan terlahir dialam yang
bahagia, namun sebaliknya akan terlahir dialam yang menderitakan, sehingga
segala sesuatu yang tergantung dari karmanya masing-masing. Kelahiran
kembali akan selalu terjadi selama nafsu akan keberadaan dan kesenangan
melekat didalam fikiran. Dalam mencapai sesuatu kelahiran kembali harus
selalu berharap, berdoa dan melakkukan usaha yang bersungguh-sungguh
untuk menghilangkan nafsu yang ada didalam fikiran manusia.10

D. Pengertian Kamma atau Karma


Kamma berasal dari bahasa pali, yang artinya “tindakan atau perbuatan”.11
Dan karma berasal dari bahasa sansekerta, yang artinya “perbuatan”. Segala
macam tindakan yang disengaja baik itu batin ucapan maupun jasmani
dipandang sebagai karma. Disebut sebagai karma hanya perbuatan yang

8
Ibid, hal.125.
9
Bukkyo Dendo Kyokai. (1985). Ajaran Sang Buddha. Tokyo.
10
Sri Dhammananda, Tumimbal Lahir, (Kuala Lumpur: Pustaka Karania, 2002),
11
Narada, Sang Budha dan Ajaran-ajaran-Nya, (Jakata: Yayasan Dhammadiva Arama,),

5
berkehendak, sedangkan perbuatan yang tanpa kehhendak bukanlah karma.
Karma sendiri adalah sebuah sebab dan karma akan membuahkan hasil yang
setimpal. Tidak ada yang terjadi tanpa suatu sebab, karena seseorang yang
berutung atau tidak beruntung itu adalah sebagai hasil tindakan yang disertai
kehendak yang dilakukan sebelumnya dalam kehidupan sekarang atau dalam
kehidupan sebelumnya.
Ketika seseorang memahami benar prinsip “karma dan akibat-akibatnya”,
seseorang akan mempunyai pengertian benar dan pandangan benar.
(Sammadithi)12 mengarahkan pada pikiran yang benar, perkataan benar,
tindakan benar, kehidupan benar dan moral yang baik. Jika seseorang tidak
memperhatikan karma dan akibat-akibatnya, tidak memahaminya dan
mengabaikanya menimbulkan pengertian salah dan pandangan salah.
Pandangan yang salah (micadithi) mengarahkan pada fikiran salah, perkataan
salah, kehidupan salah dan perkataan yang buruk. Menurut ajaran karma
Budhis, seseorang tidak selalu dipaksa oleh keharusan yang kuat, karena
karma bukanlah nasib atau takdir yang dibeerikan untuk kita oleh kekuuatan
yang tidak dikenal, yang dengan tanpa daya kita harus menyerahkan diri
kepadanya13. Ia adalah perbuatan sendiri yang bereaksi paada diri sendiri, dan
oleh karena itu seseorang yang mempunyai kekuatan untuk membelokkan
jalanya karma sampai batas-batas tertentu. Sejauh mana seseorang
membelokanya, tergantung pada diri sendiri .

E. Sebab Terjadinya Karma


Suatu perbuatan atau (karma) yang dilakukan oleh seseorang karena
adanya sebab yang mempengaruhinya. Karma yang dilakukan seseorang
diakibatkan oleh beberapa sebab yang mempengaruhi. Menurut Kaluphana14

12
Pengertian Karma Phala dan Punarbhawa. (n.d.). Retrieved from
https://umathindu.blogspot.com/2014/07/pengertian-karma-phala-dan-punarbhawa.html.
13
HUKUM KARMA & PUNARBHAVA. (n.d.). Retrieved from
https://bhadramegha.blogspot.com/2014/01/hukum-karma-punarbhava.html.
14
Bukkyo Dendo Kyokai. (1985). Ajaran Sang Buddha. Tokyo.

6
tingnkah laku atau perbuatan (karma) seseorang ditentukan oleh tiga factor
yaitu rangsanagan luar, motif yang disadari, dan motif yang tida disadari 15
Khaluphana menjelaskan bahwa perbuatan yang dilakukan motif yang
disadari terdiri dari tiga akar penyebab karma buruk dan tiga akar karma baik.
Tiga akar penyebab karma buruk yaitu keserakahan (Lobha), kebencian
(dosa), kebodohan batin atau kegelapan batin (Moha). Tiga akar penyebab
karma baik yaitu tanpa keserakahan (Alobha), tanpa kebencian (adosa), tanpa
kebodohan batin atau (Amoha).16
Perbuatan yang dilakukan dengan motif perbuatan yang dilakukan dengan
motif yang tidak disadari antara lain adalah keinginan untuk hidup kekal (j
vituk ma) dan keinginan untuk menghindar dari kematian ( amarituk ma)17.
Keinginan untuk hidup kekal dan tidak menginginkan kematian terdapat pada
diri seseorang. Hal tersebut terdapat di buktikan ketika seseorang terancam
kehidupannya. Contohnya ketika seseorang akan dibunuh oleh orang lain,
maka ia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghindar dari orang
yang ingin membunuhnya. Selain itu terdapat keinginan untuk menikmati
kesenangan (sukhakama) dan penghindaran dari kesakitan (dukhapa ikk la)18.
Keinginan untuk menikamti kesenangan dan menghinndar dari kesakitan dan
selalu menginginkan kesenangan dan kebahagiaan. Motif tersebut meskipun
tidak disadari, tetapi dihasilkan dari pandangan yang keliru terhadap
keberadaan manusia. Oleh karena itu, seseorang akan menerima akibat dari
perbuatan yang di lakukannya.

Didalam hukum karma19 dan kelahiran kembali menerangkan beberapa hal


sebagai berikut

15
Kaluphana, David J, Filsafat Budha, (Sebuah Analisis Historis), (Jakarta: Erlanngga,
1986), hal.46.
16
Ibid, hal.47.
17
Referensi Makalah. (2012, December 13). Ajaran Pokok Agama Budha. Retrieved from
https://www.referensimakalah.com/2012/12/ajaran-pokok-agama-budha.html..
18
Punarbawa. (n.d.). Retrieved from
https://belajaragamahindus.blogspot.com/p/karma-phala-dikenal-di-agama-hindu.html.
19
Souyb, J. (1983). Agama-agama besar di dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna.

7
a. Masalah penderitaan yang menjadi tanggung jawab kita sendiri`
b. Ketidak adilan di antara sesam makhluk.
c. Kehadiran para jenius dan bayi ajaib.
d. Perbedaan anak-anak dari satu keluarga, walaupun hukum ketrurunan
dapat menerangkan tentang kesamaan
e. Bagaimana dalam diri kita di temukan “timbunan kejahatan dan simpanan
kebaikan”.
f. Timbulnya luapan yang tak di harapkan pada budaya yang berbudaya
tinggi, yang kemungkinan terjadinya perubahan mendadak dari orang jahat
menjadi orang yang suci.
g. Bagaimana anak jahat terlahir dari orang tua yang jahat dan anak yang
soleh terlahir dariorang tua yang soleh.
h. Sebab-sebab kematian dan sebelum waktunya peerunbahan peruntungan
yang tidak di harapkan.20

F. Empat Jenis Karma Yang Berkenaan Dengan Fungsi


1. Janaka kamma21( karma yang bisa menghasilakn kehidupan baru)
Karma ini adalah karma yang kuat yang bisa menghasilakan
sebuah kehidupan baru.kesadaran atau pikiran muncul silih berganti terus-
menerus dalam satu rangkaian baru.
2. Upathambhaka kamma (karma pendukung)
Untuk orang yang terlahir di alam bahagia dengan dukungan karma
berdaya hasil yang baik, semua karma itu akan muncul bersama di arus
batinnya dan akan bertindak sebagai karma pendukung, sedangkan semua
karma buruk di arus batinnya akan bertindak sebagai karma penghalang22.

20
Kaharuddin, pandit j, Abhidhammattsangaha (jilid I), (Jakarta:CV Nitra Kencana
Buana.2004),hal.296`
21
Khairiah, Agama Budha, Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia, Cetakan I, 2018
22
Religions - Buddhism: Karma. (2009, November 17). Retrieved from
http://www.bbc.co.uk/religion/religions/buddhism/beliefs/karma.shtml.

8
3. Upapilaka kamma (karma penghalang)
Ketika seseorang melakukan perbuatan baik secara terus-menerus
kumpulan karma baiknya menjadi kuat dan mereka bisa menekan karma
buruk untuk tidak berkesempatan membuahkan hasil23.
4. Upaghataka ( karma penghancur dan membuahkan hasilnya sendiri)
Karma penghancur bisa karma baik ataupun karma buruk
menggantikan karma lainnya yang lebih lemah, menghalanginya dalam
membuahkan hasil. Contohnya, seseorang mungkin saja mungkin melalui
karma berdaya hasilnya itu ia di takdirkan berumur panjang, tetapi karma
penghancurnya mungkin muncul dan membawa kematian waktu muda
dengan cara kecelakaan.24

G. DELAPAN JALAN PEMBEBASAN


Dari pada prinsip 4 kebenaran Mulia – Margha dalam menghilangkan
keinginan kuat kehidupan duniawi, manusia harus menempuh delapan
jalan tengah atau disebut Astha Arya Margha25, yaitu:
1. Mengerti empat kebenaran mulia dengan benar.
2. Berpikir benar, yang membawa kepada sifat mencintai semua bentuk
kehidupan, bahkan juga kepada kehidupan yang tingkatannya paling
rendah sekalipun.
3. Berbicara dengan benar, dengan tujuan yang mulia.
4. Bertingkah laku dengan benar, menyangkut tindakan yang bermoral,
penuh perhatian kepada sesama, dan melakukan kebaikan terhadap semua
makhluk hidup.
5. tidak mencari pencaharian dari hal-hal yang mengakibatkan kekerasan.
6. Usaha yang benar untuk mengusir semua pikiran jahat.

23
Goldstein, J. (n.d.). Cause and Effect. Retrieved from
https://tricycle.org/magazine/cause-and-effect/.
24
Ibid.,

25
Khairiah, Agama Budha, Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia, Cetakan I, 2018

9
7. Perhatian yang benar menyangkut kesadaran terhadap kebutuhan orang
lain.

Divisi Faktor Berunsur Delapan Sanskerta Pali

Kebijaksanaan 1. Pengertian (pandangan) Benar Samyag di,


(sanskerta:prajina, samma ditthi
pali: panna 2. Pikiran Benar Samyag sakalpa,
samma sakalpa
Perilaku Etis 3. Ucapan Benar Samyag vac,
(sanskerta: sila samma vaca
pali: sila 4. Perbuatan Bnar Samyag karman,
samma
kammanta
5. Pencaharian(penghidupan) Samyag ajivana,
Benar samma ajiva
Konsentrasi 6. Daya Upaya Benar Samyag
(sanskerta and vyayama, samma
pali: samadhi vayama
7. Perhatian Benar Samyag smti,
samma sati
8. Konsentrasi Benar Samyag
Samadhi, samma
samadhi26

26
Najwa, S. (1970, January 1). KEPERCAYAAN AGAMA BUDDHA. Retrieved from
https://syanastudentarchi.blogspot.com/2009/04/kepercayaan-agama-buddha.html.

10
8. Konsentrasi yang benar dalam melakukan meditasi, sehingga ketenangan
batin seseorang dapat tercipta27.
Berikut pengelompakan unsur yang terkandung di dalamnya:28 Selama hidupnya,
Siddharta “Buddha” Gautama tidak mengerjakan cara-cara menyembah kepada
Tuhan maupun konsepi ketuhanan. Walaupun dalam wejangan-wejangannya
kadang menyebut tuhan, tetapi ia lebih banyak menekankan tentang ajaran hidup
suci, sehingga banyak ahli menyebut agama Buddha sebagai ajaran moral.

27
Jalan Utama Berunsur Delapan. (2019, October 18). Retrieved from
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Utama_Berunsur_Delapan.
28
Khairiah, Agama Budha, Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia, Cetakan I, 2018. Hal.
40-43.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ajaran pokok dalam agama Buddha ada 5. Yaitu, Konsep ketuhanan


merupakan agama non- theism. Tidak mendefinisikanTuhan, hanya menitik
beratkan pada moral dan etika. Kitab Suci, terkenal dengan sebutan Tripitaka
(tigakeranjang). Suttapitaka, Vinayapittaka, Abdidharmapittaka. Pancasila
Buddha, yang berisi lima aturan tentang etika yang harus dilakukan. Tri
Ratna, didalamnya berisi kesaksian iman yang berbentuk credo ( syahadat ).
Terdapat tiga lafadz. Upacara, dilakukan berdasarkan perhitungan tanggal
dalam bulan. Diperingati untuk merayakan kelahiran, kelepasan dan kematian
orang- orang penting dalam agama Buddha.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bukkyo Dendo Kyokai. (1985). Ajaran Sang Buddha. Tokyo.

Khairiah, Agama Budha, Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia, Cetakan I, 2018

Kaharuddin, pandit j, Abhidhammattsangaha (jilid I), (Jakarta:CV Nitra Kencana


Buana.2004),hal.296`

Souyb, J. (1983). Agama-agama besar di dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna.`

Ajaran Dasar Agama Budha. (n.d.). Retrieved from


https://greenvast.blogspot.com/2012/05/ajaran-dasar-agama-budha.html.

Goldstein, J. (n.d.). Cause and Effect. Retrieved from


https://tricycle.org/magazine/cause-and-effect/.

HUKUM KARMA & PUNARBHAVA. (n.d.). Retrieved from


https://bhadramegha.blogspot.com/2014/01/hukum-karma-punarbhava.html.

Jalan Utama Berunsur Delapan. (2019, October 18). Retrieved from


https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Utama_Berunsur_Delapan.

Najwa, S. (1970, January 1). KEPERCAYAAN AGAMA BUDDHA. Retrieved


from https://syanastudentarchi.blogspot.com/2009/04/kepercayaan-agama-
buddha.html.

Referensi Makalah. (2012, December 13). Ajaran Pokok Agama Budha. Retrieved
from https://www.referensimakalah.com/2012/12/ajaran-pokok-agama-
budha.html.

Pengertian Karma Phala dan Punarbhawa. (n.d.). Retrieved from


https://umathindu.blogspot.com/2014/07/pengertian-karma-phala-dan-
punarbhawa.html.

Punarbawa. (n.d.). Retrieved from


https://belajaragamahindus.blogspot.com/p/karma-phala-dikenal-di-agama-
hindu.html

Religions - Buddhism: Karma. (2009, November 17). Retrieved from


http://www.bbc.co.uk/religion/religions/buddhism/beliefs/karma.shtml.

13

Anda mungkin juga menyukai