AGAMA,
BUMI dan PASAR
Penulis:
Pdt. Dr. Einar M. Sitompul
Pdt Dr Mangisi SE Simorangkir
Rev. Phillip Baker, PhD
Pdt Dr Martongo Sitinjak
Ria B.W.S. Pardede-Sidabutar
Prof. Dr. Erika Revida Saragih, MS
Penyunting:
Pdt. Basa Hutabarat
Komite Nasional
Lutheran World Federation
2012
Daftar Isi
Pengantar .............................................................................
Identitas Lutheran
(Pokok-pokok Ajaran Luther) ......................................... 31
Pdt Dr Mangisi SE Simorangkir
Kata Sambutan
Pengantar
10
11
12
Pada sajian ketiga lebih praktis dari pada sajian sebelumnya. Penulis lebih spesifik menyoroti hubungan seorang
Kristen untuk dunia ini. Apakah sebagai pengikut Kristus yang
berada di dunia ini harus memusuhi dunia ini atau bahkan
larut dalam dunia ini? Penulis sajian ketiga yang adalah
Pendeta yang bertugas pada Evangelical Lutheran Church of
America (ELCA) sebagai duta untuk Asia khususnya, mengulas secara teologia hubungan seorang Kristen untuk dunia ini.
Dalam tulisan ini, dengan jelas dipaparkan sebagai apakah
seorang Kristen itu di dunia ini walaupun dunia ini penuh
dengan dosa. Apakah manusia yang berdosa itu akan tetap
tinggal dalam dosa, dan mengapakah Yesus mau memberikan
dirinya sebagai upah dosa?
Pada sajian keempat, penulis menguraikan mengenai
bumi atau yang disebut dengan ekologi dari sorotan teologis.
Bumi dan mausia adalah ciptaan Tuhan. Karena dia ciptaan
Tuhan, maka diperlukakan ketertundukan kedua ciptaan ini
kepada Sang Penciptanya. Proses kehidupan mau tidak mau
menjauhkan ciptaan itu sendiri jauh dari Tuhan, apalagi setelah
ada dosa dimana perusakan terjadi dalam diri manusia dan
bumi (lingkungan) itu sendiri. Hal ini tidak dapat dibiarkan
terus menerus sebab keduanya akan dirugikan. Manusia dapat
menjadi miskin dan sangat miskin atau yang kaya tidak memperhatikan yang miskin, sementara bumi dijadikan sebagai
objek untuk mengeruk kekayaan yang dibutuhkan manusia.
Oleh karena itu, kehadiran Kristus bermakna bagi manusia
dan bumi tempat manusia berlindung dan berkarya. Manusia
baru, itulah solusi yang ditawarkan oleh penulis ini.
Pada sajian kelima uraian peran ekonomi dan teknologi
dalam proses globalisasi. Hadirnya pasar bebas bukan semakin
membuat umat manusia hidup sejahtera, tetapi sebaliknya
13
15
16
17
18
19
20
21
22
tuduhan Marx bahwa agama adalah candu (opium) masyarakat. Nabi Yeremia disiksa dan diancam pembunuhan oleh
penguasa dan pemuka agama karena ia dianggap menggoyahkan keyakinan mereka ketika ia mengingatkan akan
terjadi kehancuran apabila umat Allah yang mengklaim diri
religius tidak mengubah tingkah laku (Yer. 26:11; Band. 7:111; 28:1-17).
Nabi-nabi seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan lainlain berhadapan dengan masyarakat religius, dan masyarakat
itu sudah lebih makmur dan maju dibandingkan dengan
zaman pra-kerajaan (sebelum terbentuknya institusi kerajaan
Israel). Justru di saat mencapai kemakmuran marak sekali
penyembahan berhala dilakukan para penguasa dan masyarakat kalangan atas. Penyembahan berhala bukan berarti
meninggalkan penyembahan Tuhan. Ibadah reguler berjalan
terus bahkan sangat meriah tetapi pada saat yang sama
penyembahan berhala pun meriah.8 Semakin ironis pula di saat
yang sama terjadi penindasan terhadap orang miskin,
memutarbalikkan hukum, pemerasan dan di tingkat atas
berlangsung pesta pora, kritik nabi tajam sekali. Umat Allah
digambarkan beribadah - menadahkan tangan untuk berdoa
- Tuhan tidak akan mendengarkan sebab tangan mereka penuh
dengan darah akibat kejahatan (Yes. 1:15-16). Penyembahan
berhala adalah menyembah ilah-ilah lain agar mereka semakin
kuat. Satu Tuhan sudah kuat apalagi kalau ditambah dengan
ilah lain, maka akan semakin kuat! Demikian kira-kira maksud
para penyembah berhala. Para nabi menyerukan penegakan
keadilan. Suara Yesaya agaknya mewakili suara para nabi
dengan seruannya: Berhentilah berbuat jahat, belajarlah
berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang
kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara
23
24
25
26
27
28
29
Daftar Pustaka:
1.
2.
3.
4.
30
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Identitas Lutheran1
(Pokok-pokok Ajaran Luther)
Pdt Dr Mangisi SE Simorangkir2
Pendahuluan
Sebagai Gereja-gereja anggota LWF (Lutheran World Federation),
atau Federasi Gereja Lutheran se-Dunia, Geneva, Swiss, Gerejagereja Lutheran yang bergabung dalam KN-LWF (Komite
Nasional LWF) Indonesia adalah pada tempatnya terus
menerus menggumuli identitasnya sebagai gereja Lutheran.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan dengan
pergumulan tentang identitas itu adalah hal yang wajar, mis.:
Apa artinya Lutheran? Mengapa kita menjadi anggota gereja
Lutheran? Apa artinya menjadi pengikut Lutheran? Mengapa
mesti ada gereja Lutheran? Jika kita mengajukan pertanyaanpertanyaan ini, tidak berarti kita meragukan kelutheranan,
melainkan bahwa kita ingin menegaskan ulang komitmen atas
pencarian identitas yang berkesinambungan berkaitan dengan
relevansi dan kontekstualitas.
1
Diperluas dari bahan ceramah yang disampaikan pada Pembinaan Guruguru Jemaat BNKP di STT-BNKP Sundermann, Gunungsitoli, Rabu, tgl
5 Oktober 2011 dan pada Rapat Koordinasi dan Pembinaan Pendeta,
Penginjil dan Vikar GKPS Distrik I, di Gunungsitoli, Selasa, 15 November
2011, di GKPS Gunungsitoli, JL. Tirta No. 43, Komp. KBN.
2
Pendeta GKPI Pematangsiantar, kini mengajar di STT-BNKP
Sundermann, Gunungsitoli.
31
32
33
1.
34
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK, 1987, hlm. 116118.
5
Martin Luther, Explanation of the Ninety-Five Theses in Luthers Works,
Vol. 31, Philadelphia: Fortress Press, 1971, hlm 241.
35
36
penghukuman yang diatur oleh gereja. Penitensia menunjukkan kesungguhan dari pertobatan. Atau, penghapusan dosa
juga diberikan bagi siapa yang mau ikut pergi ke tanah suci
dan bersedia berperang membebaskan Yerusalem dari tangan
Islam. Lama kelamaan, menjadi sangat wajar bahwa dosa bisa
dihapus dengan upaya manusia sendiri, salib Kristus tidak
lagi menjadi pusat perhatian.
Konsekwensinya? Orang kaya sajalah yang bisa duduk
di sorga. Orang miskin akan tetap selama-lamanya berada di
api penyucian. Inilah yang ditentang oleh Martin Luther, di
samping menentang kecurangan-kecurangan teologis lainnya
di dalam gereja ketika itu. Dengan mudah kita bisa menemukan relevansi perjuangan teologis Luther untuk masa kini.
Orang Kristen sekarang, tanpa sengaja ataupun disengaja, juga
sering kali mengutamakan perbuatan baiknya demi keselamatan. Banyak yang merasa aman kalau sudah berbuat baik
melalui pemberian sumbangan materi kepada gereja atau
kepada pekerjaan Tuhan atau mengabdikan diri kepada
rutinitas formal kegiatan gereja. Padahal, jika demikian halnya,
maka Allah tidak perlu datang menjadi manusia, Dia tidak
perlu menderita dan mati. Luther selalu menekankan bahwa
keselamatan adalah berkat Allah semata-mata melalui Tuhan
Yesus dan berulang-ulang menekankan perlunya iman percaya
bahwa hanya Allah yang menyelamatkan dan bahwa hanya
Dia yang mampu memberikan iman percaya seperti itu kepada
kita. Luther terus menerus menunjuk kepada Yesus sebagai
jalan keselamatan dan berita yang indah itu kita dengar dan
pelajari melalui Injil, bukan melalui perbuatan baik kita. Luther
berkata:
Adalah kesalahan besar untuk menduga (mengestimasi) bahwa kebaikan dan berkat Allah hanya
Ewald M. Plass, What Luther Says A Practical In-Home Anthology for the
Active Christian, Saint Louis: Concordia Publishing House, 1994, hlm. 1258.
37
38
Mat. 6:24, Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena
jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang
lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
8
Martin Luther, Katekismus Besar, terj. Anwar Tjen, Jakarta: BPK, 1996, hlm.
22-23.
39
40
41
are, everything else will seem slight and turn to nothing. For
what is Peter? What is Paul? What is an angel from heaven?
What are all creatures in comparison with the article of
justification? For if we know this article, we are in the clearest
light; if we do not know it, we dwell in the densest darkness.
Therefore if you see this article impugned or imperiled, do
not hesitate to resist Peter or an angel from heaven; for it
cannot be sufficiently extolled.10
42
Buku Konkord) paham ini dicantumkan sebagai sebuah pasal, sama seperti
paham-paham yang lain juga, punya pasal khusus.
10
Ewald M. Plass, Op.cit., hlm. 705.
11
Petrus dianggap sebagai orang penting di sorga, sebab dia dipercayai
sebagai pemegang kunci pintu sorga berdasarkan Matius 16:19,
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga. Khususnya di kalangan GKR, paham ini sangat
ditekankan, sebab mereka yakin, kunci itu secara tidak langsung telah
diberikan kepada Paus, karena Paus dipercayai sebagai pengganti
(sukssessor) Petrus, dan Paus berikutnya menyerahkan kunci itu berturut
kepada penggantinya. Saking pentingnya peran Petrus ini, sampai
sekarang, kalau cuaca sedang bagus, langit cerah dan matahari bersinar
terang, orang Eropa suka berseloro bahwa dia telah berbicara sebelumnya
dengan Petrus agar diberi cuaca bagus.
12
Friedemann Hebart, One in Gospel The Formula of Concord for Our Day,
Adelaide: Lutheran Publishing House, 1983, hlm. 37-38.
13
Paul Althaus, The Theology of Martin Luther, Philadelphia: Fortress Press,
1966, hlm. 43.
14
Ibid., hlm. 44.
15
Ibid., hlm. 45.
43
44
16
45
lama agar Adam yang baru hidup dalam diri kita.19 Inti Injil
adalah salib, di mana pengampunan Allah atas dosa manusia
ditaruh oleh Allah sendiri.
Identitas 4: Kristus memanggil gereja-Nya melalui
pemberitaan Firman dan sakramen
46
2Kor. 5:17, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang!
20
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta:
BPK, 2000, hlm. 44.
21
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
47
48
22
Martin Luther, An Open Letter to the Christian Nobility, dalam Three Treatises
(Philadelphia: Muehlenberg Press, 1960, hlm. 15.
23
Alvin J. Schmidt, How Christianity Changed the World, Grand Rapids:
Zondervan, 2004, hlm. 356.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
49
50
25
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku
akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
51
52
26
53
54
55
56
27
Latin: Dan dari Anak. Kata ini ditambahkan pada Pengakuan Iman Nicea.
Dengan tam-bahan ini maka lebih jelaslah bahwa Roh itu datang dari Bapa
dan Anak (ex Patre filioque). Penambahan ini dipertahankan berdasarkan
Yohanes 15:26; 16:7; Galatia 4:6; Roma 8:9; dan lain-lain.
28
Theodore Tappert (ed.), Buku Konkord, Jakarta, BPK-GM, 2004, hl. 23-24.
29
57
Anak Allah dan yang lain Anak manusia, tetapi satu oknum
tunggal berupa Anak Allah dan Anak manusia (Luk. 1:35; Rm.
9:5), dst.30
Kita tidak membahas soal ini lebih jauh, sebab yang mau
kita lihat di sini adalah kesungguhan Lutheran di dalam
mempertahankan Pengakuan Iman yang alkitabiah, rasuli dan
oikumenis. Dalam proses dan usaha itulah mereka memberitakan Firman dan persekutuan.
58
30
Albert Nolan, Pengharapan di Tengah Kesesakan Masa Kini, Jakarta: BPKGM, 2011. Lih. juga Tinjauan Buku dalam Jurnal STT BNKP Sudermann,
No. 3 Tahun 2012.
59
60
61
62
Hwa Yung, Mangos or Bananas The Quest for an Authentic Asian Christian
Theology, Carlisle: Regnum, 2004, hlm. 22.
35
John Macquarrie, Principles of Christian Theology, London: SCM Press,
1974, hlm. 169.
63
Daftar Pustaka:
Althaus, Paul, The Theology of Martin Luther, Philadelphia:
Fortress Press, 1966.
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,
Jakarta: BPK, 2000.
64
65
67
For God so loved the world that he gave his only Son,
so that everyone
who believes in him may not perish but may have
eternal life.
Indeed, God did not send the Son into the world to condemn
the world, but in order that the world might be
saved through him. (John 3:16-17, NRSV)
68
The world which God created is the world that God loved
so much that God sent the Son not to condemn the world, but
to save it, to restore it, to bridge the separation caused by sin,
so that the whole world, which groans, will be redeemed.
(Romans 8:22) The world, as we know and experience it, may
bear the consequences of sin, but it is not an evil world, outside
of Gods realm. In the created order, God works in two different
ways, which is articulated in Lutherans understanding of the
Two Kingdoms.
While the entire created order was created by God,
belongs to God, and is redeemed by God, we do not simply
live under the rule of God. We also live under the rule of
governments, whether that is the government of Indonesia, or
some other country.
In an unpublished article entitled, Theological Bases for
Democracy: Luthers Two Kingdoms Doctrine, Rev. Dr.
Mangisi SE Simorangkir wrote,
The content of Luthers TKD [Two Kingdom Doctrine]
is that the spiritual power and temporal power are
created by God and work differently and for the sake
of world peace, but both powers must be separated.
God rules through those two powers, even a
completely pagan authority can be used by God to work
what is good, to uphold public order and promote
69
71
Or again,
I appeal to you therefore, brothers and sisters, by the
mercies of God, to present your bodies as a living
sacrifice, holy and acceptable to God, which is your
spiritual worship. Do not be conformed to the world,
but be transformed by the renewing of your minds, so
that you may discern what is the will of God what is
good and acceptable and perfect. (Romans 12:1-2,
NRSV)
72
consumes our life, our moments, our hours, our days, then
these things acquire a life of their own. When this happens we
break both the first, as well as the ninth and tenth commandments.
In the book of Exodus 20: 3, you shall have no other
gods before me. In verse seventeen the people of Israel are
told not to covet, not to desire and scheme to get anything
which belongs to others. Why are the people of Israel told this?
Why are they to live a different kind of life from those around
them? The answer is found in Exodus 20:2, I am the Lord
your God, who brought you out of the land of Egypt, out of
the house of bondage. In this verse, there is a BECAUSE
God has done something, THEREFORE, the people of Israel
are to live a certain kind of life.
Please note. In these verses it is not stated, nor is it
implied, that IF the people of Israel keep the commandments
THEN God will be their God. No! The text is quite clear.
BECAUSE God, the God of Abraham, Isaac, Joseph and Moses,
has brought them out of the land of Egypt, the house of
bondage is already their God, THEREFORE, they are to have
no other gods before the God who had made them Gods
people, and who freed them from slavery in Egypt. God acts
first. Then, and only then, do the people respond to Gods
action.
Yet, we must ask, what is it to have a god? Does this
mean worshiping the birds of the air, the flowers of the field,
or some other part of creation? For Lutheran theology, a god is
that in which our heart resides, finds comfort, strength, and
security. In Lutheran theological understanding, a god is
anything which gives goal, meaning, purpose, and direction
for ones life. If the pursuit of happiness is what gives goal,
73
74
75
At great cost God has saved and redeemed us, lost and
condemned persons. God has freed us from sin, death, and
the power of the devil not with silver or gold, but with his
holy and precious blood , and with his innocent suffering and
death. God has done this in order that we might live be Gods
own people, live under him, and serve him. We do this through
the lives we live, in the present time not in the future.
The lives we live are to give witness to the God in whom
Christians believe, the God who has saved and redeemed, the
God who has chosen us to be Gods people. As Christians, we
are called, and we are empowered to live our life by a different
set of values, and a different ordering of priorities from the
world around us. We take seriously that even good things,
God created thing, can become gods/idols in our lives. Not
only can the good things of life become gods/idols in our lives,
they often to. As Christians, one of the questions we need to
ask is if we have changed the words of Jesus to please ourselves.
Jesus said to be in the world, but not of it. The question is:
Are we of the world, living by its values, but not in the world
as Gods prophetic voice and people?
77
78
1. Catatan Pendahuluan
Masalah lingkungan hidup (ekologi) telah menjadi issu global
pada abad ke 21 ini. Dampak kerusakan alam semakin
dirasakan umat manusia di berbagai belahan bumi ini, baik
sebagai akibat dari perusakan hutan maupun sebagai akibat
dari berbagai pencemaran lingkungan. Proses perusakan
lingkungan hidup makin terus berkembang di dunia ini, dan
1
Ekologi berasal dari kata Yunani oikos berarti rumah tempat tinggal
atau lingkungan hidup atau ruang hidup. Ekologi merupakan ilmu
mengenai hubungan antara makhluk-makhluk hidup dengan lingkungan
hidup mereka. Dalam ekologi, kita melihat bahwa bumi mengalami proses
dinamis yang melibatkan manusia dan makhluk-makhluk hidup dalam
interaksi yang saling mempengaruhi sehingga terwujud suatu
keseimbangan. Lingkungan tempat berlangsungnya proses dinamis itu
disebut ekosistem yaitu aturan atau tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi dan saling bergantung (interdependen). Bumi ini dapat
dipandang sebagai ekosistem besar yang di dalamnya terdapat berbagai
macam ekosistem kecil. Jadi secara ringkas dapat dikatakan semua
ekosistem meliputi interaksi antara lingkungan biotik (alam hidup:
tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia) dan lingkungan abiotik (alam tak
hidup: tanah, air, udara, batu dll).Bumi dengan segala ekosistem yang ada,
makin hari makin mengalami kerusakan. Kerusakan itu seringkali
disebabkan oleh pengelolaan ekosistem yang salah oleh manusia. Inilah
yang disebut dengan ketidakadilan ekologis.
79
80
81
82
83
84
Meskipun kedua narasi ini berasal dari sumber yang berbeda, tetapi
keduanya harus dipahami sebagai bagian yang saling melengkapi dalam
memahami ekologi.
6
Ch. Barth, Theologi Perjanjian Lama 1, BPK Jakarta, 202, hal 37.
85
86
87
88
10
89
90
91
92
93
13
15
Ibid
95
96
97
Daftar Pustaka:
98
99
100
101
102
yang berkelanjutan, tetapi dengan terbentuknya kelompokkelompok elit yang mengedepankan ego individu atau kelompok, maka menyebabkan alienasi atau marjinalisasi terhadap
kelompok yang lebih lemah secara keunggulan ekonomi
ataupun teknologi.
Globalisasi telah berada dalam radar LWF dan direkam
dalam salah satu tema Musyawarah International LWF yang
ke X (2003) di Winnipeg, Canada (Commitment to transform
economic globalization). Tulisan ini dibangun dalam prespektif
mengangkat identitas Lutheran dalam rangka mengabarkan
Injil kepada semua makhluk dengan fokus yang sama
sepanjang zaman yaitu menghantar umat manusia kepada
keselamatan dari Allah Bapa melalui anakNya Jesus Kristus.Ini
suatu pergumulan gereja-gereja Lutheran untuk tetap mampu
bersuara nabiah ditengah arus perubahan luarbiasa yang
sedang berlangsung dan masih terus bergerak dipicu oleh
globalisasi.Identitas Lutheran adalah semangat diakonia , yang
mendasari berdirinya LWF (Lutheran World Federation) di
Lund, Swedia pada bulan July tahun 1947sebagai karya
kemanusiaan korban perang Dunia II dengan menyandang
komitmen bersama untuk mencari cara baru (new ways) untuk
membangun kehidupan bersama dalam persekutuan berlandaskan
kasih Kristiani. Suatu wadah ekspresi yang bernilai universal
yaitu kemandirian dan keberpihakan terhadap yang lemah dan
terpuruk karena berbagai ketimpangan dalam kehidupan.Ini
secara prinsip selaras dengan tujuan globalisasi yaitu membuka peluang bagi negara-negara berkembang untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Globalisasi adalah salah satu stimulus dalam kehidupan.
Stimulus memicu perubahan dan perubahan adalah sesuatu
yang hampir abadi dalam kehidupan ini yang tidak dapat di-
hempang. Yang harus dibangun adalah respons terhadap stimulus dengan menetapkan kriteria dan cara membangun sustainable community/society yang lentur (siap menghadapi proses
perubahan) untuk menghadapi Perdagangan Bebas. Ini memerlukan pengamatan dan penelitian yang tepat dan holistik.
Gereja adalah orangnya, oleh karena itu untuk memampukan gereja Lutheran merespons globalisasi maka semua
warga gereja dan pelayan gereja serta Sekolah Tinggi Teologia
Lutheran harus memahami konsep yang berkembang dan
mendasari kehidupan masyarakat dunia sekarang ini, agar
dapat mengaktualisasi pernyataan Martin Luther tentang dasar
Kekristenan (Sola Fide, Sola Gratia dan Sola Scriptura) melalui
kemampuan menganalisa perubahan yang terjadi di dunia dan
segi-segi dampaknya terhadap lingkungan dimana gereja
hidup maupun terhadap kehidupan komunitas gereja, untuk
mempersiapkan respons mental-spiritual serta pendidikan
yang efektif bagi warga gereja, pelayan gereja dan para teolog.
Bersikap kritis terhadap Globalisasi Pasar harus tetap
menghargai prinsip-prinsip pasar. Rancangan untuk merubah
penurunan kualitas kehidupan karena proses globalisasi tidak
dapat dilakukan kalau yang diharapkan adalah merubah
dasar-dasar dinamika pasar. Kita harus mengenal dan
menghargai keberadaan kita sebagai pelaku pasar, yang
cenderung untuk mencari peluang dipasar agar mendapatkan
produk dengan kualitas yang setara tetapi dengan harga yang
murah. Menghargai prinsip pasar bukanlah mengusulkan
pasar-pasar yang bebas tanpa aturan melainkan mengeksplorasi upaya-upaya mempengaruhi agar harga produksi
yang diintegrasikan dalam harga-harga pasar berwawasan
perilaku pasar yang berpihak kepada kesejahteraan kehidupan
bersama melalui prinsip lokalitas (mengoptimumkan sumber-
103
104
105
106
107
1)
2)
3)
108
Mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah
pada penciptaan Distorsi dan High Cost Eonomy yang
kemudian akan berujung pada tindakan koruptif
Fokus pada pasar bebas dan perdagangan bebas
Merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional
dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan
keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat dan melaksanakan modernisasi melalui
peningkatan effisiensi perdagangan dan aliran investasi
sebagaimana dicoba direfleksikan oleh grafik dibawah
ini (EFFECT OF TARIFFS):
Berkas ini berasal dari Wikimedia Commons dan mungkin digunakan oleh
proyek-proyek lain. Berkas ini berlisensi di bawah lisensi Creative
Commons Attribution 3.0 Unported Atribut: Austin Donisan
Perlu dicatat bahwa untuk meningkatkan efisiensi korporasi, neo-liberalisme berusaha keras untuk menolak atau
mengurangi kebijakan hak-hak buruh seperti upah minim dan
hak-hak daya tawar kolektif lainnya. Neoliberalisme bertolak
belakang dengan sosialisme, proteksionisme dan environmentalisme. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi
perdagangan adil dan gerakan lain yang mendukung hak-hak
buruh dan keadilan sosial yang seharusnya menjadi prioritas
terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi.
Melalui regulasi yang dilakukan oleh tiga lembaga
multilateral yang oleh Richard Peet (2003) disebut sebagai The
Unholy Trinity (IMF, Bank Dunia dan WTO) dan dibawah
tekanan ekspansi globalisasi gelombang ketiga, perlahan-lahan
akan tetapi pasti, segala sesuatu yang berharga tidak dapat
dipertahankan dari komodifikasi (pendekatan komoditi) dan
komersialisasi sistem ekonomi global; termasuk air, bahan pangan,
kesehatan, karya seni, dan ilmu pengetahuan, pendidikan
apalagi teknologi. Beberapa kelompok globalis juga mengkritik
Bank Dunia dan IMF, menurut mereka kedua badan tersebut
hanya mengontrol dan mengalirkan dana secara Government
to Government (kepada negara), bukan kepada koperasi atau
perusahaan sehingga banyak pinjaman yang mereka berikan
jatuh ke tangan para diktator yang tidak menggunakan dana
tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyat dalam
lilitan hutang negara dan negara terkait terpaksa mengurangi
tingkat konsumsinya termasuk konsumsi barang impor,
sehingga tidak memenuhi tujuan kesejahteraan penduduk.
Misalnya konsentrasi pemanfaatan hutang Negara untuk
proyek-proyek teknologi tinggi yang kurang berkontribusi
kepada kesejahteraan rakyat misalnya di Indonesia sebagai
contoh adalah: produksi Kapal Udara CN 235. Semua itu terjadi
109
110
111
112
113
114
9
10
11
NEGATIF
Menghambat Pertumbuhan Sektor
Industri
Sektor Keuangan semakin tidak stabil
Memperburuk prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang
Informasi yang tidak tersaring
Perilaku konsumtif
Membuat sikap menutup diri, berpikir
sempit atau berorientasi egois
Pemborosan pengeluaran dan meniru
perilaku buruk
Terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai
dengan kebiasaan/ ancaman terhadap
budaya local
Ancaman kejahatan global (fedofilia,
perdagangan sex dll)
Ancaman ideologi (terror bom,
penyebaran isu SARA dll)
115
116
117
118
119
120
121
122
wahana yang paling canggih dalam membantu Gereja membawa keselamatan kepada manusia. Media dan informatika
dapat menjadi sarana pendidik bagi warga terpencil dan
sederhana untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat
untuk kehidupan mereka sehari-hari, meningkatkan produktifitas hidup maupun mencerdaskan untuk membuat inovasi
yang sesuai dengan lingkungannya.
Berbagai macam media seperti koran, film, radio, televisi,
komputer,internet dan alat-alat lain sejenisnya merupakan
penemuan teknologi. Multi media itu memberikan dan
mengomunikasikan (tanpa batas) berita, gagasan, informasi
dengan kecepatan yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Maka peran nabiah tentang komunikasi sosial dalam Gereja
sangat dibutuhkan bagi perkembangan Gereja di zaman
ini.Gereja handaknya akrab dengan budaya informatika seperti
faksimile, internet, sms, chatting,blogging, yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat luas. Perlu dicatat, Gereja juga bisa
membentengi diri dan menyaring media canggih ini. Sebab
walau ada sisi keuntungannya yang membantu Gereja, tapi
sisi ancaman terhadap moral, etika, estetika dalam kehidupan
perlu dijaga. Dalam budaya informatika yang baru ini.
Informasi tersedia dengan luas, baik yang berguna maupun
yang tidak bermanfaat bahkan yang merusak; semua masuk
dalam komunikasi sosial masyarakat dan warga gereja tanpa
hambatan dan penyaringan. Globalisasi informasi merupakan
proses yang berlangsung paling cepat karena kemajuan
teknologi media. Tujuan utama dari alat-alat komunikasi sosial
hendaknya membawa manusia pada komunikasi yang utuh
dan bebas yang menyuarakan kedamaian dan keadilan
sehingga membentuk manusia yang mempunyai kemauan
baik dan kasih yang nampak dalam kehidupan sehari-hari.
Alat media komunikasi tidak boleh meyebabkan dekomunikasi. Maka pencarian kebenaran bagi orang lain dapat
dikomunikasikan dan ditransformasikan lewat media yang
diciptakan oleh manusia dengan kreatif, sebagai penemuan
yang inovatif untuk membawa manusia kepada kemanusiaan
yang dicitrakan oleh Allah, dan meneladani komunikator
keselamatan yaitu Yesus Kristus.
Berbagai pemikiran dan masukan sebagai referensi untuk
membangun respons warga dan gereja Lutheran terhadap
liberalisasi ekonomi dan teknologi informasi
Perkembangan globalisasi sebagai hasil dari perkawinan
kepentingan ekonomi dan kemajuan teknologi informasi
membawa banyak persoalan. Warga gereja sebagai umat
beriman hendaknya arif dan bijaksana dalam menghadapi
peran ekonomi dan teknologi dalam Era Perdagangan dan
Pasar bebas sekarang ini. Adalah tugas para gembala untuk
mengajar dan membimbing umat sekalian, hingga mereka
memperoleh keselamatan dan kesempurnaan dirinya bersama
sesamanya. Selain itu, adalah tugas para awam untuk mengilhami ekonomi dan teknologi sebagai alat-alat, dengan sangat
manusiawi dan dalam semangat kristen, sehingga seluruh
harapan yang tinggi terhadap masyarakat dapat terjadi yaitu
sustainable community/society yang holistik, yang berwawasan keseimbangan dari aspek sosial, budaya, energy,
ekonomi, lingkungan dan ranah kehidupan terkait.
Dalam membicarakan Era Pasar Bebas dengan kenyataan
empirisnya, mau tidak mau kita dituntut untuk memiliki nilai
kompetitif untuk dapat berpartisipasi. Pada pendahuluan dari
tulisan ini dinyatakan bahwa Gereja adalah orangnya.Dalam
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
anaknya dengan pendidikan informal lintas sektoral dan pembangunan spiritual, serta Gereja-gereja Lutheran di Indonesia
membangun koneksi dengan pemerintah, komunitaskomunitas dan kelompok masyarakat lainnya guna membangun sinergi kekuatan domestik non-politik yang digerakkan oleh semangat diakonia/Kristiani.
Diakonia, adalah terminology teologis dari bahasa
Yunani yang mencakup panggilan luas untuk melayani yang
miskin/papa dan tertindas. Platform semangat ini adalah
platform universal dan dapat menjadi pengikat sinergi masyarakat. Dalam berproses membangun dirinya, dan mengupayakan penerimaan platform universal semangat diakonia
di masyarakat, warga gereja Lutheran sebenarnya sedang
melakukan kesaksian sebagai individu maupun sebagai
komunitas gereja yang mempengaruhi lingkungannya dalam
menegakkan paradigma yang sesuai untuk perilaku pemenang
dan menjadi berkat untuk membangun habitat yang kondusif
bagi lingkungan dimana warga gereja dan komunitas gereja
berada.
Gereja juga perlu memikirkan landasan landasan ideal
dan pengaturan dalam bentuk tertulis dan mudah dimengerti
gereja dan warganya untuk menjadi landasan pemikiran dalam
mengatur penggunaan media yang canggih untuk memberdayakan umat manusia, antara lain mengatasi tantangan
empiris ekonomi global yang cenderung memarginalkan yang
lemah. Perkembangan media komunikasi yang begitu cepat
dan hebat itu perlu difilter atau disaring dengan berbagai cara
dalam kontekstualisasi pemahaman iman, yaitu Informasi dan
Komunikasi adalah mewartakan kabar sukacita Allah di
seluruh dunia, agar dapat menghantar umat manusia kepada
keselamatan.
Daftar Pustaka:
-
133
134
1. PENDAHULUAN
Pembahasan dan pengkajian tentang perempuan dengan
berbagai permasalahan yang melingkupinya merupakan topik
yang menarik dan seakan tidak pernah habis habisnya. Hal
ini bukan saja disebabkan kompleksnya permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam menjalankan perannya yang multi
fungsi baik sebagai warga negara, seorang isteri dan ibu
pencipta generasi muda yang menyangkut peluang, ancaman
dan tantangan, akan tetapi juga secara potensial baik dari sisi
kuantitas dan kualitas perempuan mulai diperhitungkan di
bumi persada nusantara ini.
Perjuangan kaum perempuan Indonesia untuk mendapatkan persamaan hak dan kedudukan dalam pembangunan pertama sekali dipromotori oleh ibu Raden Adjeng
(RA) Kartini yang dikenal dengan istilah emansipasi. Emansipasi adalah suatu gerakan untuk mengangkat harkat dan
martabat kaum perempuan sehingga dapat memberikan
sumbangsihnya dalam berbagai kehidupan. Emansipasi
dimaksudkan untuk pembebasan perempuan dari status sosial
ekonomi yang rendah dan terkungkung menjadi diberikannya
kebebasan untuk berkembang dan maju serta memiliki
135
136
peluang dan kesempatan yang seutuhnya seperti halnya lakilaki. Dengan perkataan lain masih banyak kebijakan pemerintah yang bias gender, hanya menguntungkan kaum lakilaki. Perempuan belum mendapatkan keadilan dan kesetaraan
yang benar-benar merata jika dibandingkan dengan laki-laki.
Ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang dialami perempuan dalam berbagai bentuk ini secara langsung atau tidak
langsung sudah melumpuhkan peran perempuan dalam
pembangunan. Perempuan merupakan salah satu aset bangsa,
modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan dan
bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan
dalam hal ini pembangunan pasar.
Perempuan dan pasar merupakan dua sisi mata uang
yang saling berkaiatan dan memiliki ketergantungan satu sama
lain. Bahkan ada yang mengindentikkan pasar dengan
perempuan. Bagaimana peran perempuan terhadap pasar dan
peran pasar terhadap perempuan merupakan pertanyaan yang
menarik untuk dikaji dan dibahas dalam tulisan ini.
2. PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN
Pembangunan adalah proses perubahan yang dilakukan secara
terus menerus dalam rangka perubahan ke arah yang lebih
baik, dari yang belum ada menjadi ada, dari yang kurang maju
menjadi semakin maju dan sebagainya. Setiap negara pasti
melakukan pembangunan dalam rangka pencapaian tujuannya.
Pembangunan tidak dapat dilakukan oleh pemerintah
ansich. Pasti melibatkan banyak pihak, tua muda, laki-laki dan
perempuan tanpa kecuali. Semakin banyak orang yang terlibat
dalam pembangunan semakin baik kualitas pembangunan
tersebut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2011),
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
Perempuan memiliki keunggulan dalam segi jaringan pemasaran, karena memiliki pergaulan yang luas. Perempuan
memiliki kemampuan sosial dan mudah bergaul, sehingga
lebih mudah untuk bisa menjaring konsumen.
Kelebihan lain yang dimiliki perempuan berkaitan
dengan bisnis pasar adalah kemampuannya dalam mengemas
barang dagangannya. Perempuan lebih kreatif dalam mengemas barang dagangannya. Sebelum dijual ke pasar, perempuan
mengemas barang dagangannya sedemikian rupa dengan
kreativitasnya sehingga menarik dan menggoda konsumen
untuk membeli.
Di sisi lain, menurut Saptandari (dalam Kompas, 8
Desember 2011), perempuan dinilai lebih jeli melihat peluang
usaha, dan pandai melihat celah usaha dibandingkan dengan
Laki-laki. Terkadang hal-hal yang tidak terpikirkan oleh lakilaki dan dinilai merupakan langkah bisnis sepele, justru bisa
mendatangkan keuntungan dan kesuksesan yang luar biasa
jika dilakukan oleh kaum perempuan.
Ketekunan dan kegigihan perempuan dalam mengembangkan pasar hampir dapat dipastikan lebih unggul daripada
laki-laki. Nilai ini sesungguhnya merupakan salah satu modal
dasar untuk wirausahawan yang sukses. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan Peter Berry Consultant di
Australia menyimpulkan bahwa dari 1.800 perempuan dan
laki-laki Australia dalam jajaran direksi dan manajer ternyata
perempuan lebih memiliki strategic drive yaitu berani
mengambil resiko, dan lebih kompeten serta inovatif.
Ciri lainnya ditambahkan oleh Saptani (dalam Kompas,
8 Desember 2011) bahwa dalam berbisnis, perempuan dinilai
lebih tangguh dan tidak mudah putus asa ketika mengalami
kegagalan. Perempuan itu ibarat akar tumbuhan yang terus
147
148
149
150
151
152
perempuan dari pemiliki menjadi pengelola sangat mempengaruhi kekuasaan (power) perempuan dalam pengambilan
keputusan berkaitan dengan pengelolaan usahanya.
Dalam laporan akatiga (www.akatiga.org) disimpulkan
bahwa seorang perempuan bahkan tidak dapat memutuskan
lokasi usahanya sendiri. Ketika perempuan menginginkan
pemasaran yang lebih luas di luar arena rumah, suaminya tidak
mengizinkan. Suaminya hanya mengizinkannya berusaha di
rumah sehingga akses perempuan terhadap pasar menjadi
semakin sempit yang berdampak pada usaha yang ditekuninya
sepi pembeli dan akhirnya gulung tikar.
Dengan demikian sesungguhnmya permasalahanpermasalahan/hambatan-hambatan yang dihadapi kaum
perempuan dalam menggerakkan pasar berasal dari sisi
internal dan eksternal.
Secara umum upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan perempuan berkaitan dengan
pasar antara lain:
a. Peningkatkan Pengetahuan dan keterampilan dalam bisnis
pasar
Kemampuan, keterampilan kaum perempuan dalam
berbisnis pasar perlu terus menerus diasah dan
ditingkatkan baik melalui pendidikan informal dan
nonformal seperti kursus-kursus dan pelatihan yang
berkesinambungan. Jenis kursus dan pelatihan dapat saja
menyangkut pengetahuan tentang kewirausahaan,
teknologi infomasi dan sebagainya. Pelatihan dan kursus
kewirausahaan secara komprehensif, mulai dari motivasi
berusaha, manajemen usaha, dan hal lainnya seputar
kewirausahaan untuk wanita. Dengan pelatihan ini
diharapkan sebagai pemicu untuk dapat meningkatkan
153
154
155
156
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
157
158
159
160
161
162
163
164