Anda di halaman 1dari 2

Kasih Bapa

Lukas 15:11-32
Injil ditulis oleh seorang yang bernama Lukas yg berlatarbelakang seorang dokter. Hal ini dilihat dari gaya bahasa
tulisannya yang sangat cermat/teliti/mencatat hal2 detail (Lukas 1:3, ‘meyelidiki segala peristiwa dengan saksama’ Yun:
parakoloutheo(investigasi) pas akribos (accurately) = menginvestigasi semua dengan akurat; Kolose 4:14). Dengan kata
lain, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang
teliti dan teolog yang diilhami. Injil Lukas menampilkan sosok Yesus sebagai Penyelamat manusia. Itulah sebabnya sifat2
keAllahan Yesus lebih ditonjolkan dalam kemanusianNya.
Salah satunya nampak dalam perumpamaan ini. Kalau kita membaca judul ini, pasti kita akan mengarahkan
pikiran kita kepada 2 orang anak yang diceritakan: Anak Bungsu (menghabiskan harta ortu) dan Anak Sulung (terhilang
dalam rumah karena sifat egoisnya). Kalau kita membaca narasi perumpamaan ini dengan cermat, sesungguhya kita akan
menjumpai penekanan Yesus sebenarnya kepada Bapa yang sangat mengasihi manusia berdosa (ay. 20b, “Ketika ia masih
jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan,…). Bahkan ketika Tuhan Yesus memulai
perumpamaan ini dengan frasa: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki”. Frasa ini cukup memberikan gambaran
yang jelas bahwa memang dalam perumpamaan ini, menjelaskan Allah yang sangat mengasihi manusia yang telah
berdosa melalui figur bapa yang sangat mengasihi kedua anaknya yang telah salah dalam menilai kasih bapanya, yang
menyebabkan mereka berdosa.
Untuk mengerti perumpamaan ini dengan baik, kita dapat membaginya dalam 3 bagian sehingga dapat
mengetahui tentang Kasih Bapa yang luar bisa untuk kedua anaknya.
ayat 12-19, si bungsu yang pongah;
ayat 20-24 sambutan sang ayah;
ayat 25-32 kemarahan anak sulung.

Ayat 12. Anak bungsu meminta harta kepada ayahnya. Tindakan si bungsu ini sebenarnya menunjukkan sebuah sikap
yang tidak taat kepada ayahnya – bahkan secara tidak langsung menunjukkan sikap yang sangat tidak hormat kepada
ayahnya. Kenapa? Jika seorang ayah memiliki dua anak laki-laki, yang tertua menerima 2/3 dan yang termuda 1/3, ini
didapatkan saat kematian ayah mereka (Ulangan 21:17). Intinya apa yang dilakukan oleh si bungsu dengan meminta
warisan ketika ayahnya masih hidup adalah tidak tepat, bahkan cenderung menunjukkan sikap yang angkuh dan kurang
ajar.
Seringkali kita juga menunjukkan sikap yang tidak taat, angkuh dan kurang ajar kepada Tuhan. Dia telah
korbankan ‘hak’Nya buat kita, namun seringkali kita tidak menghargai pengorbananNya. 7 hari diberikan, 1 hari (bbrp
jam saja) diminta untuk memberikannya kepada Dia. Dari seluruh penghasilan kita, dimintanya 10%. Tapi hal2 itu tetap
saja kita enggan utk melakukannya. Tetapi Allah yang kita sembah sungguh Allah yang luar biasa.
Respon Bapa: “Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka”. Ing: wealth (Yun: bios =
kehidupan)”. Artinya: sang ayah memberikan hidupnya sebagai harta yang paling berharga kepada anaknya”. Sekalipun
masih hidup, tetap saja memberikan warisan itu.

Ayat 13. Sikap tidak menghormati kasih dan kebaikan sang ayah ditunjukkan oleh bungsu. Menjual harta dan hidup
berfoya-foya. Kata “berfoya-foya” berasal dari kata Yun: ἀσώτως (asotos); yang NIV: “wild” (sembrono); NAS: “loose”
(bebas); KJV: “riotous” (liar/tidak karuan); dan semua kata itu berkonotasi yang negatif. Inilah ciri orang yang hidupnya
mau terlepas dari kasih Bapa. Jangan salahkan Tuhan, kalau semua harapan atas jawaban doa kita belum terjawab.
Kalaupun hari ini kita melihat ada orang yang hidup diluar kasih Tuhan, jangan berpikir bahwa Tuhan pilih kasih. Segala
sesuatu pasti ada akhirnya.
Mazmur 73, kesaksian Asaf tentang jalan hidup orang benar dan orang fasik.

Ayat 14-16. Kehidupan si bungsu dalam begitu tragis. “…timbullah bencana kelaparan…mulai” Yun: egeneto limos
ischyra…archomai = mulainya kelaparan yang hebat. Kesombongan melahirkan kelaparan dan kelaparan. Tidak hanya
mengalami masalah jasmani, melainkan masalah yang jauh lebih serius, yakni: relasinya dengan Tuhan. Dia sama sekali
terpuruk dalam kegelapan dosa. Sejak kecilnya dia diajari sebagai seorang Yahudi (org Farisi dan ahli Taurat, ay.2)
bahwa babi merupakan binatang yang kotor/haram (Im.11:7). Bekerja pada orang bukan Yahudi yang memungkinkan dia
tidak boleh melakukan ibadah pada hari Sabat. Terputus dari agama nenek moyangnya. Seolah2, majikannya merasa
bahwa babi-babi itu lebih besar nilainya daripada si bungsu. Makanannya pun sama dengan makanan babi, yakni buah
polong dari pohon karob (pohon yang tumbuh dipinggir jalan).
Betapa melaratnya orang yang hidupnya terputus dengan Tuhan. Hal ini juga dialami oleh Adam dan Hawa.

Ayat 17-19. Dibalik sisi gelapnya, ternyata masih ada terang. Alkitab sangat jelas memberikan informasi kepada kita
tentang hidup manusia. Sejelek2nya kita, dalam diri kita ini ada ‘gambar dan rupa’ Allah. Bagi manusia mustahil, tetapi
bagi Allah tidak ada yang msutahil. Yang Tuhan mau adalah respon kita kepadaNya. Mmg ada harga yang harus dibayar
untuk sebuah kesuksesan, kemenangan. ‘Aku akan bangkit dan pergi…’ Yun: anastas poreusomai = bangkit dari
kematian (menjadi hidup). Hanya Tuhan yang mampu membangkitkan yang mati. Apa respon kita kepadaNya?.

Ayat 25-30. Sikap anak sulung ini juga mewakili kekerasan hati sama seperti anak bungsu (kesombongan). Ada dalam
rumah, tetapi sikap dan perilaku tidak mencerminkan anak Bapa. Terlihat dalam kalimat: “Tetapi menjawab ayahnya
dengan berkata: “Lihat!..’ Yun: idou (kata yang digunakan untuk menunjukkan sikap protes, demonstrasi. Kata yang
sama dengan bersungut-sungut). Seringkali kitapun melalukan hal yang sama. Bukannya kita bersyukur, memuji Tuhan,
tetapi persungutan, pengeluhan yang disampaikan berujung menentang atau pemberontakan. Sulung menganggap dirinya
sebagai ‘budak ayahnya’. Sebuah persepsi yang keliru tentang kasih Bapa (Lih. Matius 11:29,30 kuk dari Tuhan tidaklah
berat). Semua disediakan oleh Tuhan. Napas, sehat, kuat diberikan secara gratis.

Ayat 20, 28. Pada umumnya, adalah suatu kewajaran kalau seorang Ayah marah, jengkel bahkan dendam dengan sikap
kedua anaknya. Tetapi justru tetapi justru memperlihatkan sikap yang berbelaskasihan, sikap yang tidak biasa. Ay. 20,
‘Ayahnya berlari dan mendapatkan dia…”. ay. 28, ‘ayahnya keluar dan berbicara dengan dia’. Dua kalimat yang
menggambarkan tentang Hati Bapa yang sangat luar biasa. Perlakuan bapa: “…merangkul dan mencium dia”. Yun:
κατεφίλησεν (katephilesen. 2 akar kata: ‘kata, (kata = benar2, sungguh2) dan file,w (phileo = kasih) = kasih yang
sungguh2 bukan berpura2. (4 macam kasih: Eros = lebih pada ketertarikan secara fisik, pasangan hidup. Storge, kasih
antara orangtua dan anak-anak/saudara kandung. Phileo, kasih persaudaraan/persahabatan/kasih antar sesama. Agape,
kasih tertinggi yaitu Kasih Allah). Cukup sebetulnya dengan Storge, tetapi Bapa (Yesus) memakai Phileo yang
menunjukkan Dia adalah sabahat kita yang sejati bahkan sampai menyerahkan nyawaNya buat kita dengan kasih Agape
(Yoh. 15:13,15).
Tuhan pasti pulihkan keadaan, kehidupan kita. Apa yang mati dari kehidupan kita, pasti dibangkitkan oleh Tuhan. Jubah
(kehormatan), Cincin (otoritas/posisi/kewenangan), Sepatu (kemerdekaan) serta Lembu Tambun (kesuksesan) menjadi
bagian dalam kehidupan kita. Kasih Tuhan adalah kasih yang tak terbatas.

Anda mungkin juga menyukai