Dalam pandangan moral perkawinan kristen dalam hal ini yang dibahas atau yang
merupakan ajaran perjanjian baru tentang perkawinan terbagi menjadi dua sudut pandang
yakni;
1. Menurut Yesus
Menurut Ajaran Yesus Kristus yang terdapat pada injil Matius 19:3-9 ,
Yesus tidak membawakan ajaran ataupun moral yang baru mengenai kehidupan
seksuil, Yesus hanya lebih cenderung menekankan sifat radikal dan batiniah dari
cinta kehidupan seorang kristen.
Menurut Alkitab, kehendak Yesus (ALLAH) terhadap pernikahan merupakan
komitmen seumur hidup. Demikian mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19 :
6). Meskipun demikian ada keterkaitan antara firman Tuhan pada (Ulangan 24 : 14), yang berprikop Tentang perceraian di sini jelas terlihat Allah menyadari bahwa
karena perkawinan melibatkan dua manusia berdosa, perceraian akan terjadi.
Namun pada ayat firman Tuhan Kata Yesus kepada mereka; karena ketegaran hati
mu Musa mengijinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian(Matius 19 : 8), Yesus mau menekankan dalam ayat firman Tuhan ini
bahwa hukum hukum ini diberikan karena ketegaran hati manusia bukan karena
rencana Allah.
Menurut ajaran Yesus Kristus yang terdapat pada injil Markus 10 : 2 12,
prikop ini sebenarnya ingin menjelaskan ajaran Yesus tentang perkawinan yang
tidak terceraikan, prikop ini menggambarkan bagaimana orang farisi ingin menjebak
Yesus dengan pertanyaan pertanyaan supaya Yesus didapatkan oleh mereka
menentang hukum taurat Musa. Namun Yesus yang adalah Putra Allah, mempunyai
pengertian yang sempurna tentang hukum taurat Musa, dan bagaimana sampai
Musa mengeluarkan ketentuan yang memperbolehkan perceraian. Musa
memperboleh perceraian, karena kekerasan hati bangsa israe yang menganggap
derajat wanita sangat rendah dalam firman Tuhan (Markus 10 : 3 5 ), Yesus
mengetahui maksud jahat orang orang farisi, Yesus juga mengetahui bahwa Musa
memperbolehkan perceraian justru untuk melindungi hak dan martabat kaum
wanita.sebab Yesus menegaskan lagi rencana Tuhan untuk perkawinan Manusia
yang persis di nyatakan di kitab (Kejadian 1 : 27, dan 2 : 24)., pada (Markus 10 : 6 9 ) sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki laki dan perempuan,
sebab itu laki laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunnya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi
dua melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.
2.
suaminya. Di sini sangat jelas bahwa Allah menginginkan hubungan suami dan istri
dalam sebuah ikatan perkawinan meneladani bagaiman relasi intim antara Yahwe
dan umat Israe, betapa Allah sangat mencintai manusia dengan sangat tulus dengan
segala pengorbanan. Paulus juga secara jelas menjelaskan hubungan Kristus dan
gereja dengan memakai hubungan suami dan istri, sehingga memiliki beberapa
tahapan ;
a. Penyerahan diri (Efesus 5:25), Hai suami, kasihilah istrimu
sebagaiman Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri NYA baginya.
b. Penyucian (Efesus 5 :26), untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikan dengan memandikannya dengan air dan firman.
c. Pengresmian (Efesus 5 : 27), supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat dihadapan diri Nya dengan cemerlang tanpa
cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan
tidak berela.
d. Perawatan atau pembinaan ( Efesus 5 : 29 - 31) sebab tidak pernah
orang membenci tubuhnya sendiri,tetapi mengasuh dan merawatnya
sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota
tubuhnya. Sebab itu laki laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Menurut Paulus yang dibahas dalam ( I korintus 7 : 1 - 9), dalam Prikop ini
Paulus memberikan tempat kepada seksualitas dalam kehidupan seorang kristen,
karena Paulus berpendirian bahwa hubungan seksuil itu baik asal berdasarkan pada
sikap menyerahkan diri, sikap berkurban, dan sikap menyelamatkan. Seperti yang
ditegaskan pada (I korintus 7 : 3 - 4)Hendaklah suami memenuhi kewajiban
terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas
tubuhnya sendiri, tetapi suaminya demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya
sendiri tetapi istri nya.
Menurut (I korintus 6 : 12 20 ), yang di bahas Paulus yakni sangat
berhubungan dengan ajaran mengenai percabulan, Paulus bersikeras bahkan secara
teologis untuk menolak adanya percabulan, ( I korintus 6 : 13b - 16) tetapi tubuh
bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan,dan Tuhan untuk tubuh. Allah,
yang membangkitkan Tuhan akan membangkitkan kita juga oleh kuasa Nya. Tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota
Kristus untuk percabualan? Sekali kali tidak! Atau tidak tahukah kamu,bahwa siapa
yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia?
Sebab, demikianlah kata nas: keduanya akan menjadi satu daging.
b) GEJALAH POSITIF PERKAWINAN SEKARANG
Keadaan keluarga atau dalam kontes ini yaitu perkawinan adalah suatu hal yang
sangat penting untuk keselamatan baik bagi perorangan maupun gereja atau bahkan
masyarakat umum.
1. Bagi orang perseorangan
Yang dimaksudkan disini adalah keadaan keluarga merupakan nilai nilai
yang nyata serta hidup dan diekspresikan dan menjiwai angota angota
kesatuan intim itu, orang orang yang kawin (suami dan istri) ingin memajukan
kepribadian, karena perkembangan perkawinan itu secara langsung
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, yang akan meluruskan
pengalaman itu. Maka dari itu keadaan rukun, saling pengertian dan menghargai
karena semua yang dialami keluarga akan menjadi pandangan hidup selanjutnya
2. Bagi masyarakat pada umumnya
Integrasi keluarga adalah prasarat untuk integrasi masyarakat, bila dalam
keluarga tidak terapai kerjasama dan kesatuan pribadi, maka masyarakat juga
tidak merupakan kesatuan integral, melainkan timbul banyak gejala desintegrasi.
Kesejatraan umum itu merupakan suatu kenyataan yang relevan hanya
bila kenyataan itu dialami dalam keluarga.
3. Bagi gereja
Keluarga adalah sel dari gereja, kegiatan hidup atau matinya gereja
terletak dalam semangat gereja dari keluarga keluarg. Apabila sel sakit, maka
seluruh badan sakit. Maka dari itu nilai nilai keagamaan harus dilealisir dalam
kehidupan sehari hari antara anggota anggota keluarga.
c) GEJALA NEGATIF
Gejala negatif yang terdapat dalam perkawinan kristen yaitu :
1. Martabat lembaga perkawinan dan keluarga bagi banyak orang tidak diketahui dan belum
dihargai semestinya, dan lembaga yang mengaburkan martabat lembaga perkawinan
yaitu:
a. Poligami
(permaduan ) memiliki istri lebih dari satu.
b. Perceraian yang semakin banyak
Perceraian sendiri tidak sejalan dengan firman atau bahkan martabat luhur
perkawinan.
c. Cinta bebas
Hidup bersama tanpa adanya ikatan yuridis
d. Kelainan atau deformationes
Adanya group sex, perkawinan paksaan, sexual perverisities, perkosaan, dan
homo phili.
2. Cinta suami istri lebih sering dinodai oelh :
a. Egoisme
Yang mematikan cinta kasih sejati, yang merupak landasan perkawinan dan
tenaga yang mendorong manusia kearah kesempurnaan sifat sosialnya.
b. Mencari kenikmatan belaka
Mengalami keruntuhan perkawinan dan cinta yang cepat, patner hanya dijadikan
pemuas nafsu saja.
c. Gara gara yang tidak halal
Hal ini biasnya berlawanan dengan kesuburan, aborsi, sterilisasi paksaan dan cara
apapun yang menghina martabat patner.
3. Banyak kesulitan disebabkan oleh kesulitan diluar keluarga
a. Keadaan ekonomis
Keluarga mengalami kesulitan ekonomi dalam hall ini lebih dikusukan lagi
kepada tidak stabilnya keuangan bahkan yang lebih buruk lagi adalah, ketidak
punyaan pekerjaan.
b. Keadaan sosio psykologis
Perubahan struktur ayah dari struktur patriarkhalis kearah nuclear familydalam
hal ini mencondong kepada pandangan umum terhadap perceraian.
c. Keadaan pemerintah
Keadaan yang disebabkan oleh pemerintah seperti undang undang, asuransi,
pajak, upah,.
d. Keadaan demografis
Bertambahnya jumlah penduduk.
d) KESUCIAN PERKAWINAN
Berbicara mengenai intima comunitas vitae et amoris coniugalis, merupakan
persekutuan cinta kasih dan perkawinan yang intinya diteguhkan dengan perjanjian perkawinan
(foedere counugii) akan tetapi arti sakramental, kristologis dan ekslesial dari perkawinan sebagai
perjanjian(foedus ) akan sangat dikurangi apabila perjanjian (foodus) ini kita samakan dengan
konsep kontrak yang bersifat iuridis, konsesus yang tak kemungkinan ditarik kembali setelah
diucapkan searah sah menurut hukum.
Lembaga perkawinan dan cinta perkawinan itu sendiri telah diciptakan untuk
memperoleh keturunan dan pendidikan anak anak. Lalu menyusul keterangan mengenai
perjanjian perkawinan yang indah sekali Kristus Tuhan kita telah melimpahruahkan berkatnya
atas cinta kasih yang banyk seginya ini.
e) TUJUAN PERKAWINAN
Berdasarkan atas ajaran konsili Vatikan II, dapat dikatakan bahwa tujuan satu satunya
dari perkawinan terdiri dari pelaksanaan ketiga nilai berikut yang tidak bisa dipisahkan satu dari
yang lain .
- Saling membantu dan melayani
- Memperoleh keturunan dan pendidikan anak
- Mengintegrir seksualitas
Pelaksanaan ketiga nilai itu bersama merupakan buah perkawinan, dan cinta adalah
pohon yang mengakibatkan buah itu.
f) ARTI DAN WUJUD PERKAWINAN
1. Kata pendahuluan
- Lembaga atau instansi ini diangkat Kristus menjadi sakramen, seluruh keindahan
dan kekayaan yang membentuk hubungan mesra antara suami istri, diterima dan
disempurnakan kristus, supaya melalui tanda itu (cinta kasih perkawinan ), Allah
dapat bertemu dengan manusia.
- Dengan mengucapkan konsesusnya suami istri mengadakan sakramen
perkawinan karena, sebagi orang kristen mereka kawin dalam Kristus, itu berarti
bahwa kristu hadir dalam persekutuan tersebut. (Matius 18 : 20).
- Dalam sakramen perkawinan, hadirat kristus membawa keselamatan, karena Kristus
mengadakan pertemuan antara Allah dengan kedua patner yang bersangkutan.
Meskipun perkawinan itu suatu rahasia. Santu Paulus menerangkan perkawinan
kepada umat nya di Efesus, dimana ia melukiskan perkawinan sebagai gambar dari
dan partisipasi dalam cinta mesra antara Kristus dan Gereja.
2. Tafsiran Efesus 5 : 21 32
Orang kristen moderen memiliki perhatian khusus terhadap Sabda Allah dalamkitab
suci .Firman Tuhan Efesus 5 : 21 32.
-
21 : Hendaklah iman untuk satu terhadap yang lain karena menyegani kristus.
22 : Demikian para isteri harus tunduk kepada suaminya bagaikan kepada Tuhan.
Kolose 3 : 18 19 : Hai isteri isteri, tunduklah kepada suami mu,
sebagaimana seharusnya didalam Tuhan. Hai
suami suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
I Petrus 3 : 1- 7
: Demikian juga kamu, hai isteri isteri, tunduklah
kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka
yang tidak taat kepada firman, mereka juga tanpa
perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika
mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya
isteri mereka.
Perhiasan mu janganlah secara lahiriah,yaitu
dengan mengepang-ngepang rambut,memakai
perhiasan emas atau dengan mengenakan pakyan
yang indah-indah, tetapi perhiasan mu ialah
manusia batiniah yang tersembunyi dengan
perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh
yang lemah lembut dan tentaram,yang sangat
berharga dimata Allah. Sebab demikianlah caranya
perempuan - perempuan kudus dahulu berdandan,
yaitu perempuan perempuan yang menaruh
pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk
kepada suaminya, sama seperti Sarah taat kepada
Abraham dan menamainya dia tuannya . Dan
kamu adalah anak anaknya, jika kamu berbuat
baik dan tidak takut akan ancaman. Demikian juga
kamu, hai suami suami, hiduplah bijaksana
dengan isterimu, sebagai teman pewaris dari kasih
karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
23 : Karena suami adalah kepala isterinya seperti Kristus kepala umat Nya, iapun
sebagai penyelamat tubuh .
24 : Jadi sebagaimana umat tunduk kepada Kristus, demikian para isteri harus
tunduk kepada suaminya dalam segala hal.
Kolose 1 : 18
: Ia pula kepala tubuh kepala tubuh, yaitu umat nya. Ia pokok
pangkal. Ia yang sulung dari antara orang mati, supaya dalam
segala galanya Ia yang pertama.
Efesus 1 : 22 23 :