Anda di halaman 1dari 17

Bab 1

Riwayat Hidup

1). Master Feng Shui : Vachiravan Vanlaeiad (Tionghoa)


Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa Sukhawadee di Nong Khee,
Thaiuland. Leluhur saya emigrasi dari China dan menetap di Propinsi Chonburi. Saya belajar
ilmu Feng Shui dan astrologi sejak umur 7 tahun dari beberapa guru yang melakukan upacara
spiritual di tempat pemakaman.

Saya senang memerhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru Feng Shui seperti
berkomunikasi dengan roh-roh, mengusir roh jahat dan berkomunikasi dengan roh orang
mati. Sekalipun masih anak kecil, saya sangat tertarik dan dapat dengan baik dan tepat
menghafal metode-metode meramal dan juga pelbagai prosedur upacara berkaitan dengan
Feng Shui di tempat pemakaman. Dalam studi saya akan ilmu Feng Shui saya menemukan
pengetahuan ini bukan saja berlaku bagi yang mati tapi juga bagi yang hidup.

Di usia 20 tahun saya sudah menjadi seorang konsultan Feng Shui dan peramal yang cukup
terkenal; klien saya termasuk politikus, pejabat tinggi negara dan juga pengusaha. Bahkan
tokoh Feng Shui yang lain datang berkonsultasi pada saya. Upah saya lumayan mahal dari
beberapa ratus Baht sampai beberapa ribu Baht, tergantung tingkat kesulitannya. Saya terlibat
dalam desain dan pembangunan beberapa pemakaman di Thailand.

Di tahun 1996, saya diperkerjakan oleh Gereja Sapan Luang untuk membangun dan merawat
tempat pemakaman milik gereja. Saya dipekerjakan sebagai kepala teknisi tempat
pemakaman dan di samping itu saya tetap meneruskan bisnis konsultan Feng Shui saya.

2). Tokoh Reformasi : Martin Luther (Jerman)


Martin Luther dilahirkan pada tanggal 10 Nopember 1483, di Eisleben, di propinsi Saxony,
Prussia / Jerman (dimana ia nantinya mati pada tanggal 18 Februari 1546), dan keesokan
harinya ia dibaptiskan. Ia adalah anak pertama dan ia mempunyai 3 saudara laki-laki dan 3
saudara perempuan. 6 bulan setelah kelahirannya, keluarganya pindah dan menetap di
Mansfield. Keluarganya adalah orang-orang kelas bawah yang amat miskin, tetapi jujur,
rajin, dan saleh. Luther tidak pernah merasa malu terhadap asal usulnya yang rendah itu.

Luther mengalami masa kecil yang keras, tanpa kenangan manis, dan ia dibesarkan dibawah
disiplin yang sangat keras. Ibunya pernah menghajarnya sehingga mengeluarkan darah hanya
karena ia mencuri kacang, dan ayahnya pernah mencambuknya dengan begitu hebat sehingga
menyebabkan ia lalu minggat, tetapi ia mengerti akan maksud baik mereka.

Dalam hal rohani ia diajar untuk berdoa kepada Allah dan para orang suci, menghormati
gereja dan pastor, dan cerita-cerita mengerikan tentang setan dan ahli-ahli sihir, yang
menghantuinya sepanjang hidupnya.

Di sekolah ia juga mengalami pendisiplinan yang sangat keras. Ia ingat bahwa pernah
dicambuk 15 x dalam satu pagi. Di sekolah itu ia juga belajar Katekisasi, yang mencakup
Pengakuan Iman, doa Bapa Kami dan 10 hukum Tuhan, dan juga beberapa lagu Latin dan
Jerman.

3). Dr.John Sung (China)


John Sung dilahirkan di desa Hong Chek, wilayah kota Putian (Hing-hwa),
provinsi Fukien (Fujian), RRT, pada tanggal 27 September1901. Ia mulai berkhotbah sejak
usia remaja. Kemudian ia mendapat beasiswa dari Gereja Metodis untuk belajar di Amerika
Serikat. Ia berangkat pada tahun 1920 untuk kuliah di Ohio Wesleyan University dan Ohio
State University. Berkat kecerdasannya, ia meraih gelar doktor dalam bidang kimia dalam
waktu lima tahun. Tulisan dan hasil riset kimianya dapat dilihat pada perpustakaan
universitas sampai sekarang.

4). Saulus (orang Yahudi dari Tarsus)


Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah
seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat. Kisah Para Rasul juga mengutip
perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi"
Dicatat bahwa "berkobar-kobar hati Saulus (nama Paulus sebelum menjadi murid Yesus)
untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuan. Ia menghadap Imam Besar, dan
meminta surat kuasa daripadanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damaskus,
supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuan, ia
menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum."
Bab 2
Pertobatan

1). Master Feng Shui : Vachiravan Vanlaeiad (Tionghoa)


Namun, setiap kali saya bekerja di tempat pemakaman Kristen, saya tidak bisa menahan diri
bertanya-tanya, mengapa orang-orang Kristen yang tidak pernah memakai ilmu Feng Shui
untuk menguburkan orang mati tapi keluarga mereka sepertinya menjalani hidup yang
bahagia dan baik-baik. Sebaliknya, tempat pemakaman yang dibangun berdasarkan ilmu
Feng Shui tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada keturunan mereka. Akibatnya,
banyak makam leluhur yang dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain untuk memperbaiki
keberuntungan keturunan mereka yang ternyata gagal dalam kehidupan pribadi maupun
bisnis mereka.

Serangkaian pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa keluarga orang-orang Kristen yang
mati dan dikuburkan di pemakaman non-Feng Shui itu bahagia dan makmur? Dan juga
upacara pemakaman mereka juga menarik: menyanyi lagu-lagu pujian dan khotbah, tidak
begitu serius dan formil seperti non-Kristen.  Mereka juga tidak kelihatan terlalu sedih.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui saya. Suatu hari saat saya melakukan survei ke
pemakaman dan membaca tulisan-tulisan di batu nisan. Saya melihat bahwa kebanyakan
tertulis, “Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa yang percaya pada aku
akan hidup, sekalipun dia mati; dan barangsiapa yang hidup dan percaya padaku tidak akan
pernah mati”; “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”; dan “Tuhan adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku.” Saat membaca kalimat-kalimat itu saya tidak
memahami arti dari kata-kata itu dan saya juga tidak tahu bahwa ayat-ayat itu dari Alkitab.

Pertanyaan-pertanyaan itu saya simpan di dalam hati. Di waktu yang bersamaan saya
berusaha untuk mencari kebenaran apakah ilmu Feng Shui benar-benar dapat
memperkayakan orang. Saya mulai dengan mengamati bahwa orang-orang yang datang
berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah orang-orang kaya karena tarif yang dipasang sangatlah
tinggi (jika Feng Shui Master itu terkenal). Saya sangat yakin bahwa tidak ada ahli Feng Shui
yang dapat memperkayakan orang karena mereka yang datang semuanya sudah kaya. Alasan
mengapa orang kaya berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah kerana mereka takut jatuh miskin
atau mau menjadi lebih kaya lagi. Seringkali yang berkonsultasi adalah anggota keluarga dari
orang kaya yang telah meninggal yang meminta untuk menggali dan memindahkan kuburan
leluhur mereka ke tempat lain untuk mengubah keberuntungan mereka. Pertanyaan saya
adalah mengapa sekalipun orang kaya itu dikuburkan sesuai dengan prinsip-prinsip Feng
Shui tapi keturunan mereka tetap tidak kaya?

Dari situ pemikiran saya juga berubah dan saya tidak lagi begitu yakin akan kebenaran
prinsip-prinsip Feng Shui. Tapi banyak orang yang masih datang ke saya dan saya hanya
membantu mereka untuk menyenangkan mereka. Tidak lama setelah itu saya diminta untuk
membantu di proyek pemakaman milik Gereja Saphan Luang di daerah Nakhoin Pathom.
Saya kaget melihat lokasi pemakaman itu yang terletak di antara rel kereta api (di belakang)
and persimpangan T (di depan) yang menurut Feng Shui sangat tidak baik. Menurut ilmu
Feng Shui, lokasi itu akan membawa sial dan kemiskinan pada keturunan orang yang
dimakamkan di situ. Namun, setelah satu minggu bekerja di sana, saya melihat dari batu-batu
nisan di situ bahwa keturunan mereka yang dimakamkan di sana merupakan orang-orang
terkenal dan kaya di dalam masyarakat Thailand pada waktu itu.

Fakta ini membuat saya untuk bertanya kepada beberapa ahli Feng Shui yang terkenal
mengapa ilmu Feng Shui tidak berpengaruh ke atas orang Kristen? Kebanyakan dari mereka
memberitahu saya, “Karena mereka punya Tuhan!”

Saya juga punya kesempatan untuk menanyakan pada salah satu guru yang paling ternama di
Thailand mengapa orang-orang Kristen tetap baik-baik dan bahagia sekalipun mereka tidak
memperlakukan prinsip-prinsip Feng Shui seperti mencari tahu tentang hari dan waktu yang
membawa keuntungan; meramal nasib berdasarkan bulan dan tahun lahir; atau berkonsultasi
tentang Feng Shui. Guru ini dengan enggan memberitahu saya, “Memiliki Tuhan mereka
sudah cukup bagi orang-orang Kristen!”

Jawabannya membuat saya bingung dan saya berpiir, “Wah! Bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan semua yang telah kita pelajari dan terapkan. Bagaimana dengan begitu
banyak waktu yang kita pakai untuk menimba pengetahuan tentang Feng Shui? Apa yang
benar dan sejati – Feng Shui atau Kekristenan?”

Semakin saya memikirkan tentang hal ini, semakin saya ingin mengenal Allah orang-orang
Kristen; namun saya masih belum mempunyai kesempatan untuk mengenalNya karena saya
tidak tahu harus bermula dari mana! Saya tidak tahu bagaimana untuk mengenalNya!

Di pertengahan tahun 2005, saya menghadapi banyak sekali tantangan dalam pekerjaan saya,
sampai-sampai ada yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi saya. Namun
sekalipun saya sudah mengetahui  bahwa saya akan menghadapi hal yang tidak beruntung
pada hari itu, saya tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah nasib saya atau meringankan
kesialan saya.

Saat saya tertekan karena tidak dapat menuntaskan permasalahan saya, saya akan bermeditasi
untuk mencari ketenangan agar dapat menemukan solusi, namun sia-sia. Di waktu itu saya
diberi sebuah buku berjudul, “Kuasa kehidupan” yang berisi kesaksian orang-orang Kristen
di Thailand dari setiap lapisan masyarakat.

Pada awalnya, saya tidak mempercayai apa yang tertulis dalam buku itu. Bagaimanapun,
karena saya sudah seperti orang yang terjepit tanpa ada jalan keluar atau solusi, sayapun
membuka buku itu. Saya tiba pada kalimat yang berkata, “…jika kita tidak mengakui dosa-
dosa kita pada Allah, apa yang akan terjadi dengan hidup kita?” Entah mengapa, tiba-tiba
saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat berdosa karena telah melakukan
banyak hal yang menjijikkan.

Di waktu itu juga saya mengakui semua dosa-dosa yang telah saya lakukan dan berkata pada
Tuhan, “Saya orang berdosa. Saya meminta kesempatan dari Engkau untuk menjadi orang
baik dan menerima hidup yang baru.” Setelah doa itu, saya merasa dihibur secara spiritual
dan mental.

Anggota komite tempat pemakamam selalunya melakukan kunjungan kerja sebulan sekali
pada hari Sabtu ke tempat saya bertugas. Di bulan Juli tahun 2005 itu saya tidak sabar
menanti kunjungan mereka. Pada hari itu entah mengapa Pendeta Wirat Wongsantichon
menghadiahkan saya sebuah Alkitab. Saya bertanya mengapa dia memberi saya kado dan
jawabannya adalah, “Saya tidak tahu!”  Saat kami makan siang bersama, saya membatin,
“Mengapa tidak ada yang mengundang saya ke gereja?” Belum lama setelah itu, Penatua
Tawee Suwatpanit menoleh ke saya dan berkata, “Preecha, Anda seharusnya datang ke gereja
setidaknya satu kali.” Langsung saya menjawab bahwa saya akan ke gereja keesokan harinya
(hari Minggu).

Pada hari Minggu itu, ditemani oleh anak saya, saya menyetir hampir 250km (PP) ke gereja
yang berlokasi di Bangkok. Di hari itulah saya buat pertama kalinya mengalami dan melihat
orang-orang Kristen menyembah Allah mereka. Saya memberitahu anak saya bahwa kita
harus dengan kuat berpegang pada prinsip-prinsip Kristiani dan mengabdi pada Allah orang
Kristen. Dan kita harus berani untuk memberitahu orang lain bahwa kita adalah Kristen dan
harus membaca Alkitab dengan teratur. Setahun kemudian, di tahun 2006 saya membuka hati
dan jiwa untuk mempercayai dan juga menyerahkan seluruh kehidupan saya kepada Allah
dan dibaptis. Istri dan anak perempuan saya juga mengikuti langkah saya tidak lama setelah
itu. Suatu mukjizat terjadi di dalam keluarga kami, ayah saya yang selama 20 tahun tidak
pernah tinggal serumah dengan kami kembali dan buat pertama kali keluarga kami menjadi
utuh. Setelah itu saya mengikuti pelatihan di gereja tentang “Mengikuti Kristus”, dan saya
mulai memahami lebih tentang Kekristenan.

Klien-klien lama saya tetap menghubungi saya untuk membantu dalam hal Feng Shui.
Setelah berkonsultasi dengan hamba Tuhan di gereja, saya merasa lega dan bersemangat
untuk bertemu dengan mereka untuk memberitahu mereka tentang Tuhan. Namun, di sisi
lain, saya juga sangat khawatir jika saya berhenti dari menjadi seorang konsultan Feng Shui,
bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya. Pada suatu malam saya membalik Alkitab
dan ayat yang saya baca berkata, “Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan
(Mzm 23.1).” Ayat itu menguatkan hati saya dan tidak lama setelah itu saya mendapat proyek
membangun tempat pemakaman untuk Gereja Piamrak and Gereja Maitreechit.

Sejak itu, hidup saya berubah. Saya mempunyai kesempatan bukan saja untuk mengabarkan
Firman Tuhan pada orang yang tidak percaya (yang mendatangi saya untuk konsultasi Feng
Shui) tapi juga mendorong orang-orang Kristen yang lemah yang masih mempercayai Feng
Shui. Saya menyakinkan mereka bahwa Allah kita besar karena sekalipun saya seorang ahli
Feng Shui, saya telah 180-derajat bertobat dan menyembah Dia. Saya selalu menghimbau
mereka, “Jangan menyerah, berimanlah pada Allah!”

Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang kehidupan atau masa depan
Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak ada pengaruh atas Anda karena
Allah maha Kuasa memimpin dan mengarahkan hidup Anda. Dia adalah Tuan atas kehidupan
Anda. Karena, “Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar, dan Tuhan kia
melebihi segala allah.” (Mzm 135.5)

2). Tokoh Reformasi : Martin Luther (Jerman)


Pada 1516, Johann Tetzel, seorang frater Dominikan dan komisioner kepausan
untuk indulgensi, diutus ke Jerman oleh Gereja Katolik Roma untuk menjual indulgensi guna
mengumpulkan uang dalam rangka membangun kembali Basilika Santo
Petrus di Roma.engalaman Tetzel sebagai seorang pengkhotbah indulgensi, terutama antara
tahun 1503 dan 1510, menyebabkan penunjukannya sebagai komisioner umum oleh Albrecht
von Brandenburg, Uskup Agung Mainz, yang perlu memberikan kontribusi yang cukup besar
guna pembangunan kembali Basilika St. Petrus di Roma kendati sangat berkewajiban untuk
membayar kembali akumulasi manfaat yang besar yang telah ia terima. Sang uskup mendapat
izin dari Paus Leo X untuk mengadakan penjualan suatu indulgensi penuh (yakni
penghapusan sepenuhnya hukuman temporal akibat dosa) yang khusus, separuh dari hasil
yang didapat Albrecht diklaim untuk membayar biaya-biaya dari manfaat tersebut.

Pada 31 Oktober 1517, Luther menulis surat kepada uskupnya, Albrecht von Brandenburg,
memprotes penjualan indulgensi. Ia melampirkan dalam suratnya satu salinan Perdebatan
Martin Luther tentang Kuasa dan Kefektifan Indulgensi karyanya, yang kemudian dikenal
sebagai 95 Tesis. Hans Hillerbrand menuliskan bahwa Luther tidak berniat untuk menentang
Gereja, namun memandang perdebatannya sebagai suatu keberatan keilmuan terhadap
praktik-praktik Gereja, dan karena itu nada penulisannya bersifat "mencari", bukan
dogmatis.Hillerbrand menuliskan bahwa meski demikian terdapat suatu implikasi tantangan
dalam sejumlah tesisnya, terutama dalam Tesis 86, yang menanyakan: "Mengapa paus, yang
kekayaannya saat ini lebih besar daripada kekayaan Crassus yang terkaya, membangun
basilika St. Petrus dengan uang orang-orang percaya yang miskin dan bukan dengan uangnya
sendiri?"

Luther berkeberatan dengan satu pernyataan yang dikaitkan dengan Johann Tetzel bahwa


"Begitu koin dalam peti uang berdenting, jiwa dari purgatorium (juga dinyatakan sebagai 'ke
surga') keluar." Ia bersikeras bahwa, karena pengampunan dianugerahkan dari Allah semata,
mereka yang mengklaim kalau indulgensi membebaskan para pembeli dari semua hukuman
dan menganugerahkan mereka keselamatanadalah keliru. Umat Kristen, menurutnya, tidak
boleh kendur dalam mengikuti Kristus lantaran jaminan palsu semacam itu.

Menurut satu laporan, Luther memakukan 95 Tesis karyanya di pintu Gereja Semua Orang


Kudus di Wittenberg pada 31 Oktober 1517. Para akademisi seperti Walter Krämer, Götz
Trenkler, Gerhard Ritter, dan Gerhard Prause berpendapat bahwa kisah pemublikasian di
pintu itu hanya memiliki sedikit landasan kebenaran, meski telah menetap sebagai salah satu
pilar sejarah. Kisah itu didasarkan pada komentar yang dibuat Philipp Melanchthon,
meskipun diperkirakan kalau ia sendiri tidak berada di Wittenberg pada saat
tersebut.Bagaimanapun, ucapan Tetzel yang kerap disitir tersebut dipandang sama sekali
tidak merepresentasikan ajaran Katolik kala itu mengenai indulgensi, namun merupakan satu
cerminan kapasitas Tetzel yang membesar-besarkannya. Namun, kendati Tetzel melebih-
lebihkan hal itu sehubungan dengan indulgensi bagi mereka yang telah meninggal dunia,
ajarannya mengenai indulgensi bagi mereka yang masih hidup di dunia ini sejalan dengan
dogma Katolik yang telah berlaku pada zamannya.

Tesis berbahasa Latin tersebut dicetak di beberapa lokasi di Jerman pada 1517. Pada Januari
1518, teman-teman Luther menerjemahkan 95 Tesis dari bahasa Latin ke dalam bahasa
Jerman.Dikatakan bahwa salinan-salinan 95 Tesis telah menyebar ke seluruh Jerman dalam
waktu dua minggu dan penyebarannya telah mencapai seluruh Eropa dalam waktu dua bulan.

Tulisan-tulisan Luther beredar luas, bahkan mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada
1519.Para mahasiswa dikabarkan memadati Wittenberg untuk mendengar Luther berbicara.
Ia memublikasikan suatu ulasan singkat tentang Surat Galatia dan Karya tentang Kitab
Mazmur tulisannya. Bagian awal karier Luther ini merupakan salah satu periode yang paling
kreatif dan produktif dalam masa hidupnya. Tiga karyanya yang paling dikenal diterbitkan
pada 1520: Kepada Bangsawan Kristen dari Negara Jerman, Tentang Pembuangan Gereja
ke Babel, dan Tentang Kebebasan Seorang Kristen.

3). Dr.John Sung (China)


Pada waktu itu ia berada di bawah pengaruh teologi liberal, dan pengajaran mereka
tentang “injil sosial.” Teologi liberal mengajarkan bahwa Yesus adalah sosok teladan yang
agung, namun bukan Juruselamat. Nampak bagi saya bahwa John Sung berpikir tentang
Yesus sebagai “teladan agung” ketika ia masih berumur sembilan tahun, dan karena alasan
itulah ia masih memiliki pertobatan yang palsu pada waktu itu. Namun Allah masih
memanggil dia. Suatu malam ketika ia duduk sendirian ia seakan mendengar suara Tuhan
yang berkata kepadanya, “Apa untungnya ini bagi seseorang, jika ia memperoleh seluruh
dunia, namun kehilangan jiwanya sendiri?”
Hari berikutnya ia berbicara dengan seorang professor Methodis liberal. Ia
menceritakan kepada professor itu bahwa sesungguhnya ia datang ke Amerika untuk belajar
teologi. Profesor itu menantang dia untuk pergi ke New York untuk studi agama di sebuah
seminari yang sangat liberal yaitu Union Theological Seminary. Dengan hanya sedikit
keraguan ia memutuskan untuk pergi. Di Union Theological Seminary ia diberi beasiswa
penuh dan pinjaman bantuan untuk penghidupan. Kemudian ia berkata bahwa ia tidak tertarik
untuk melayani, namun hanya ingin belajar teologi saja selama setahun untuk menyenangkan
ayahnya, dan kemudian kembali ke karir saintifiknya. Hatinya penuh dengan hura-hura dan
gelap.
Pada musim gugur tahun 1926 Dr. John Sung mendaftar di Union Theological
Seminary. Dr. Henry Sloane Coffin seorang yang sangat liberal baru saja menduduki jabatan
sebagai rektor seminari itu. Di antara dosen-dosen yang sangat liberal di seminari itu salah
satunya adalah Dr. Harry Emerson Fosdick, seorang penulis beberapa buku yang menyerang
Fundamentalisme, seperti misalnya bukunya yang berjudul “The Modern Use of the Bible”
dan “The Manhood of the Master.” Ceramahnya yang paling terkenal adalah “Shall the
Fundamentalists Win?” (1922). Ia berkhotbah menentang kebangkitan tubuh Kristus dan
kebenaran Alkitab setiap minggu pada program radionya. Seminari ini adalah ranjang
hangatnya para pengkritik Alkitab dan penolakan terhadap teologi evangelikal. “Segala
sesuatu yang tertulis di dalam Alkitab tidak dapat dibenarkan secara saintifik dan ditolak
sebagai hal yang tidak layak untuk dipercaya! Kitab Kejadian memberikan catatan yang tidak
sesuai dengan sejarah dan kepercayaan terhadap berbagai mujizat adalah hal yang tidak
bersifat saintifik. Secara historis Yesus dipresentasikan sebagai teladan yang ideal, sementara
nilai dari pengantian penebusan melalui kematian-Nya dan kebangkitan fisikal-Nya diingkari.
Doa dianggap sebagai sesuatu yang bernilai subyektif. [Tidak menyetujui] hal ini akan
dipandang sebagai obyek ejekan atau olok-olok” (Lyall, ibid., hal. 29-30).
Dr. Sung menenggelamkan diri dalam studi teologi liberalnya dengan segala
kemampuan inteleknya. Pada tahun itu ia memperoleh nilai-nilai tertinggi, namun berpaling
dari Kekristenan sama seperti ketika dulu ia mempelajari Budhisme dan Taoisme. Ia mulai
menyanyikan kitab-kitab suci Budha dalam meditasi di kamarnya, dan berharap melalui
penyangkalan diri akan membawanya memperoleh damai sejahtera. Ia menulis, ”Jiwaku
mengembara di padang gurun.”
Dalam keadaan pikiran ini ia menjadi bersahabat dekat dengan teman-teman
sekelasnya dari China, namun faktanya bahwa ia pernah ditunangkan dengan seorang gadis di
China yang kemudian ia memutuskan hubungan itu. Hidupnya menjadi berantakan. Ia
menulis, “Saya tidak dapat tidur ataupun makan… Hati saya dipenuhi dengan kegalauan yang
paling dalam.” Para pejabat di Seminari itu memperhatikan bahwa ia ada dalam keadaan
depresi terus menerus.
Dalam keadaan emosional ini ia pergi bersama dengan para mahasiswa lainnya untuk
mendengarkan khotbah Dr. I. M. Haldeman, seorang pendeta fundamentalis dari First Baptist
Church of New York City. Dr. Haldeman terkenal dengan pernyataannya, “Ia yang
mengingkari kelahiran Kristus dari anak dara sama dengan mengingkari Kekristenan
Alkitabiah.” Dr. Haldeman pernah ada dalam konflik langsung dengan Harry Emerson
Fosdick dan Union Theological Seminary. John Sung pergi untuk mendengar ia berkhotbah
oleh karena prasangka. Namun Dr. Haldeman tidak berkhotbah malam itu. Sebaliknya ada
seorang gadis berumur lima belas tahun memberikan kesaksiannya. Ia membacakan Kitab
Suci dan berbicara tentang kematian Kristus di kayu salib sebagai penggantian penebusan.
Sung berkata bahwa ia dapat merasakan kehadiran Allah. Rekan-rekannya dari Seminari itu
mengejek dia, namun ia sendiri kembali ke kebaktian penginjilan itu empat malam berturut-
turut.
Ia mulai membaca biografi-biografi Kristen untuk menemukan kekuatan apa yang ia
rasakan pada saat di kebaktian penginjilan itu. Pada satu sesi di Seminari itu, seorang dosen
berbicara dengan keras menentang penggantian penebusan dari kematian Kristus di kayu
Salib. John Sung berdiri di akhir pelajaran itu dan mendebat dia dan semua mahasiswa
terkejut akan tindakannya itu. Akhirnya, pada tanggal 10 Pebruari 1927 ia mengalami
pertobatan sejati. “Ia melihat semua dosa dari hidupnya terbentang di depannya. Pertama
yang ia lihat adalah bahwa tidak ada jalan untuk luput dari semua itu dan bahwa ia harus
pergi ke Neraka. Ia mencoba untuk melupakan semua itu, namun ia tidak dapat. Kesadaran
akan dosa itu menusuk hatinya… Ia membaca kisah tentang Salib dalam Lukas xxiii, dan
ketika ia membaca kisah itu begitu hidup.. ia merasa seakan ada di sana di bawah Salib itu
dan percaya dosa-dosanya disucikan oleh darah yang mahal itu...Ia terus menangis dan
berdoa sampai tengah malam. Kemudian ia [seolah mendengar] suara, ‘Nak, dosa-dosamu
telah diampuni,’ dan semua beban dosanya nampak jatuh dari pundaknya pada waktu itu… ia
melompat sambil berseru ‘Haleluya!’” (Lyall, ibid., hal. 33-34). Ia berlari sambil bersorak
dan memuji Tuhan sambil berkeliling asrama itu. Ia mulai berbicara kepada setiap orang
tentang kebutuhan mereka akan Kristus, termasuk kepada teman-teman sekelasnya dan para
pengajar di Seminari itu.
Rektor Seminari itu berpikir bahwa ia telah kehilangan kesadarannya karena usaha
belajarnya yang terlalu dipaksakan, dan mengalami psikopat dan mereka memasukkannya ke
rumah sakit jiwa. Ia menghabiskan enam bulan di rumah sakit jiwa itu. Selama waktu itu ia
membaca Alkitab dari permulaan sampai akhir empat puluh kali. “Rumah sakit jiwa itu justru
menjadi perguruan tinggi teologi sejati John Sung!” (Lyall, hal. 38). Ia akhirnya menyadari
pada kondisi itu bahwa ia harus kembali ke China. John Sung telah memutuskan
hubungannya dengan Union Seminary ketika ia membakar buku-buku teologinya, dengan
menyebutnya sebagai “buku-buku setan.” Union Seminary tidak pernah menjadi bangga
berkenaan dengan hubungan mereka dengan penginjil terbesar dalam sejarah China itu.
Pada perjalanannya kembali ke China ia tahu bahwa ia dapat dengan mudah
memperoleh kedudukan sebagai professor kimia di beberapa Universitas di China. “Suatu
hari, ketika kapal yang ditumpanginya sudah mendekat ke tujuan perjalanannya, John Sung
turun ke kabinnya, mengambil ijazah-ijazah dan medali-medali serta tanda keanggotaannya
dalam organisasi-organisasi saintifik terkenal dan membuang semua itu ke laut. Semua
ijazahnya tak tercuali ijazah doktornya, yang telah ia perjuangkan demi menyenangkan
ayahnya” (Lyall, hal. 40).
Dr. John Sung turun dari kapal itu di Shanghai pada waktu musim gugur tahun 1927,
untuk menjadi penginjil paling terkenal dalam sejarah China. Ia sering dijuluki “Wesley dari
China.” John Sung menjadi pengkhotbah Injil yang penuh kuasa. Puluhan ribu orang
bertobat. Ia juga pernah berkhotbah di Burma, Kamboja, Singapura, Indonesia dan Filipina.
Ia selalu berkhotbah dengan seorang penerjemah, bahkan di China. Seperti Whitefield, John
Sung secara pribadi memberikan konseling kepada kebanyakan mereka yang telah meresponi
khotbahnya. “Orang-orang Kristen di China dan Taiwan hari ini berhutang banyak kepada
pelayanan Sung; ia adalah salah satu karunia terbesar Tuhan bagi Timur Jauh pada abad dua
puluh.
Ia meninggal oleh karena serangan kanker pada tahun 1944, pada umur empat puluh
dua tahun.

4). Saulus (orang Yahudi dari Tarsus)


 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika Saulus sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya
memancar dari langit mengelilingi dia.Waktu itu adalah tengah hari, dan cahaya dari
langit itu menyilaukan. Saulus mengatakan kepada raja Agripa: "Tiba-tiba, ya raja
Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih
terang daripada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman
seperjalananku."
 Saulus dan teman-temannya semua rebah ke tanah dan kedengaranlah oleh Saulus
suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya
Aku?" Suara itu berbicara dalam bahasa Ibrani, dan berkata lagi: "Sukar bagimu
menendang ke galah rangsang."
 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus orang Nazaret
yang kauaniaya itu."
 Maka Saulus berkata: "Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?" Kata suara itu (Saulus
menyebutnya "Tuhan") kepadanya: "Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan
diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu (apa yang harus
kauperbuat)." Dalam penuturannya di hadapan Agripa, Saulus memberitahukan kata-kata
selanjutnya dari Tuhan: "Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau
menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat daripada-Ku dan
tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau
dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada
mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada
terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan.""
 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang
mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. Mereka melihat cahaya dan
meskipun mendengar, mereka tidak mengerti bahwa suara itu berbicara ("tidak
mendengar" pembicaraan).
 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-
apa; oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu; Maka kawan-kawan seperjalanannya
memegang tangan Saulus dan harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
 Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan
dan minum, dan terus berdoa. Selama itu ia tinggal di rumah Yudas yang berada di jalan
yang bernama Jalan Lurus.
 Setelah tiga hari itu, Saulus mendapat suatu penglihatan di mana ia melihat, bahwa
seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke
atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.
 Ananias adalah seorang murid Tuhan Yesus yang tinggal di Damsyik. Saulus
menyebutnya "seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara
semua orang Yahudi yang ada di situ." Firman Tuhan kepadanya dalam suatu
penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!" Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke
jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang
bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa
seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke
atasnya, supaya ia dapat melihat lagi." Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah
kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap
orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari
imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu." Tetapi
firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk
memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia
tanggung oleh karena nama-Ku."
 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia datang berdiri di dekat
Saulus, menumpangkan tangannya ke atas Saulus, dan berkata: "Saulus, saudaraku,
Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah
menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh
Kudus. Bukalah matamu dan melihatlah!" Dan seketika itu juga seolah-olah selaput
gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi dan menatap Ananias.
 Lalu kata Ananias: "Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk
mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benardan untuk mendengar suara yang
keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang
tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih
ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru
kepada nama Tuhan!"
 Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.
Sejak dibaptis kehidupan Saulus berubah drastis dan menjadi pelayan Tuhan yang setia
hingga akhir hayatnya
Bab 3
Keteladanan bagi Orang Percaya

1). Master Feng Shui : Vachiravan Vanlaeiad (Tionghoa)


Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang kehidupan atau masa depan
Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak ada pengaruh atas Anda karena
Allah maha Kuasa memimpin dan mengarahkan hidup Anda. Dia adalah Tuan atas kehidupan
Anda. Kita hanya harus mempercayai Tuhan

2). Tokoh Reformasi : Martin Luther (Jerman)


Jika kita mengetahui itu salah dan bertentangan dengan Allah kita harus bisa menolak dan
menentang hal tersebut karena jika kita sudah mengetahui itu salah dan membiarkan nya kita
sama saja berdosa karena Tuhan mengajarkan kita kalau kita harus menjadi terang jadi kita
harus bisa menolak dan menentang yang salah. Kita juga harus menjadi garam didalam dunia
ini. Kita tidak boleh takut untuk melakukan suatu apapun jika apa yang kita lakukan benar
dan berkenan dihadapan Tuhan.

3). Dr.John Sung (China)


Kita tidak harus mempunyai kelebihan untuk menyembah Tuhan Dr john sung bilang bahwa
dia bisa kalah dengan semua orang hebat tapi ia bisa menang waktu menyembah Tuhan.
”Hanya ada satu hal di mana aku melebihi mereka: yaitu dalam melayani Tuhan dalam setiap
kekuatanku”. Tidak suatu apapun yang dapat menghentikan kita untuk menyembah dan
memuji Tuhan.

4). Saulus (orang Yahudi dari Tarsus)


Kita harus memberitakan injil kepada orang yang belum mengenal Yesus yang belum tau
juruselamat. Sebagai pengikut kristus kita harus menjadi saksi firman Tuhan. Jika bukan kita
yang melakukan, siapa lagi.
Bab 4
PENUTUP

Apa yang kita baca dari sini ,kita bisa mengetahui bahwa pertobatan itu tidak
segampang apa yang kita pikirkan kita harus melewati banyak proses agar kita bisa mendapat
kan pertobatan itu dan sesudah kita bertobat kita juga harus mulai dengan awal yang baru kita
harus mengulang atau lahir baru kita harus bisa tau apa yang Tuhan inginkan dari kita karena
kita sebelum dilahirkan tuhan sudah tahu bahwa kita mempunyai tujuan didalam dunia ini
,apa yang dibaca  bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari hari kita memang manusia biasa
tapi dengan Tuhan apapun pasti bisa. Tidak ada yang mustahil bagi Allah
TUGAS AGAMA KRISTEN

KISAH PERTOBATAN TOKOH-TOKOH TERKENAL

OLEH:

TIKA AULIA
KELAS: X MIPA 1
SMAN 13 PEKANBARU
TP. 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai