1
lebih besar nantinya yakni, dengan dibentuk dua aliran dalam Buddha
yaitu Hinayana dan Mahayana.
b. Tahap Kedua
Tahap ini berlangsung antara abad ke-3 sebelum Masehi hingga
abad ke-2. Pada tahun 269 sebelum Masehi, Asoka memerintah hingga
tahun 233 sebelum Masehi. Mula-mula ia memusihi agama Buddha,
akan tetapi kemudian ia bertaubat. Di bawah pemerintahannya, agama
Budha berkembang dengan cepat, hingga sampai di luar India seperti
Sri Lanka dan China.
Zaman kejayaan ini disertai dengan zaman perpecahan dan
perselisihan. Ada banyak madzhab atau aliran yang berlainan, dalam
hal upacara-upacara keagamaan dan soal-soal ajaran yang pokok.
Berdasarkan itu semua, maka pada tahun 249 sebelum Masehi di
Pataliputra diadakan muktamar lagi. Di dalam muktamar itu ditetapkan
Kitab Abidharma Pitaka, dan kononisitas kitab-kitab yang lain
diteguhkan lagi. Sekalipun demikian perpecahan berjalan terus. Pada
awal abad ke-2 di Jalandhara diadakan muktamar, yaitu pada zaman
pemerintahan Raja Kaniska. Tetapi muktamar ini hanya diikuti oleh
pengikut Mahayana di India Utara. Di sinilah perpecahan antara
Hinayana dan Mahayana digariskan untuk selama-lamanya.
2
sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada
kelahiran kembali.
b. Aliran Mahayana
Aliran Mahayana adalah aliran yang mengadakan pembaharuan
terhadap ajaran agama Buddha yang asli. Ciri yang menonjol pada aliran
ini adalah timbulnya acara penyembahan kepada Tuhan dalam agama
Buddha. Menurut teologi Mahayana, yang disebut Buddha itu bukan
hanya Buddha Gautama saja, melainkan ada empat orang lagi yang disebut
dengan Buddha sebagai guru dunia, antara lain:
a. Kakusanddha.
b. Konagammana.
c. Kassapa yang datang sebelum Buddha Gautama.
d. Maitreya, yang kelak akan datang setelah Buddha Gautama.
3
3. Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha (Dukkha Nirodha
Ariya Sacca)
Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat
dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga
tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
4. Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya
Dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca)
Marga adalah jalan pelepasan. Jalan pelepasan merupakan cara-cara
yang harus ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan.
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa ada jalan atau cara
untuk menghentikan dukkha, yakni melalui Jalan Mulia Berunsur
Delapan. Jalan Menuju Terhentinya dukkha.
b. Jalan Mulia Berunsur Delapan
Di dalam Jalan ini mengandung unsur sila (kemoralan),
samadhi(konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan). Jalan menuju
pemadaman penderitaan ada delapan, antara lain:
1. Pengertian benar.
2. Pikiran benar.
3. Ucapan benar.
4. Perbuatan benar.
5. Pencaharian benar.
6. Usaha benar.
7. Perhatian benar.
c. Karma
Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung
tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip hukum sebab
akibat. Secara umum, kamma (bahasa Pali) atau karma (bahasa Sanskerta)
berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi atau karma baik dan ada pula aksi
atau karma buruk. Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan,
namun cenderung diartikan secara keliru sebagai hukuman
turunan/hukuman berat dan lain sebagainya.
Umat Buddha memandang hukum karma sebagai hukum universal
tentang sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral yang
impersonal. Menurut hukum ini sesuatu (yang hidup, yang tidak hidup,
maupun yang abstrak atau yang ada karena kita buat dalam pikiran sebagai
ide) yang muncul pasti ada sebabnya. Tidak ada sesuatu yang muncul dari
ketidakadaan. Dengan kata lain, tidak ada sesuatu atau makhluk yang
muncul tanpa ada sebab lebih dahulu.
Dalam Samuddaka Sutta; Samyutta Nikaya 11.10 {S 1.227}, Guru
Buddha menjelaskan cara bekerjanya kamma: "Sesuai dengan benih yang
di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan
mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula.
4
Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah
daripadanya".
d. Kelahiran Kembali
Kelahiran kembali (Pali: Punabbhava) merupakan 'suatu
proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan
mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), di mana
proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada
kehidupan lampau. Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau
punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai
Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.
Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling
Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran
kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian
menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan
pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apa pun yang mengalami
proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan
makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan
sebelumnya.
Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada
kemelekatan timbul karena adanya Tanha (keinginan/kehausan) dan
juga Avijja (ketidaktahuan/kebodohan).
5
f. Berbagi kebajikan kepada semua makhluk.
Tata urutan dan cara puja bakti disesuaikan dengan Vihara dan aliran yang
dianut oleh umat yang melaksanakan puja bakti. Tata urutan puja bakti yang
sering dilakukan adalah seperti berikut:
Makna Paritta yang dibaca ketika puja bakti adalah mengulang khotbah
Buddha, mengembangkan sifat luhur dan mendoakan agar semua makhluk
berbahagia.
1. Vihara, tempat kebaktian paling umum para umat Buddha. Syarat dan
fasilitas yang harus ada di vihara yaitu : Gedung (tempat kegiatan
Sangha), Tempat Puja Bhakti, Dharmasala, Kuti, Ruang Perpustakaan,
Ruang meditasi, dan Ruang serba guna.
2. Arama, tempat kebaktian yang lebih luas dari Vihara. Arama memiliki
taman luas yang biasanya digunakan untuk latihan meditasi. Fasilitas
lainnya hampir sama dengan fasilitas yang terdapat di Vihara.
3. Cetiya, tempat puja bakti umat Buddha yang lebih kecil dan sarananya
lebih sederhana dibandingkan dengan Vihara.
4. Candi, bangunan suci agama Buddha yang merupakan perbesaran dari
Stupa. Candi biasanya digunakan untuk kebaktian agama Buddha
ketika memperingati hari raya
6
Mengenai ruang tempat puja bakti agama Buddha terdapat meja
sembahyang yang disebut dengan altar yang berfungsi untuk meletakkan alat
sembahyang dan persembahan. Alat sembahyang tersebut seperti lonceng,
genta, dan sebagainya.
Tipitaka adalah Kitab Suci Agama Buddha. Kitab Suci ini dikenal dengan
nama Kanon Pali karena tertulis dalam bahasa Pali. Kitab ini adalah Kitab Suci
Agama Buddha yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang.
Kitab Tipitaka ini terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : Vinaya
Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri dari tiga
kelompok tersebutlah maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka.
7
2. Sutta Pittaka
Sutta Piṭaka berisikan lebih dari 10.000 sutta (ajaran) berisikan
khotbah-khotbah, dialog dan tanya jawab Buddha Gautama dengan
para siswa, petapa maupun orang lain.
3. Abhidamma Pitaka
Kitab ini berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara
analitis dan mencangkup berbagai bidang, seperti : ilmu jiwa, logika,
etika dan metafisika.
Perbedaan ketiga kitab tersebut terletak pada gaya bahasanya. Kalau Kitab
Abhidhamma Pitaka gaya bahasanya bersifat sangat teknis dan analitis,
sedangkan Kitab Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka gaya bahasanya bersifat
naratif, sederhana dan mudah dimengerti oleh umum.
F. STRUKTUR ORGANISASI
8
I. Kepala Sangha (Sanghapamokha) : Sri Paññavaro Mahathera
II. Wakil Kepala Sangha (Upa-Sanghapamokha) : Sri Subalaratano Mahathera
9
dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil
dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.
Selain menjadi simbol tertinggi dari agama Buddha, stupa dari Borobudur
adalah replika dari jagad raya. Hal itu menyimbolkan mikro-kosmos, yang
terbagi menjadi 3 tingkat. Tingkat pertama adalah dunia manusia dimana
keinginan dipengaruhi oleh impuls negatif. Tingkat kedua, dunia dimana
manusia telah dapat mengendalikan impuls negatifnya dan menggunakan
impuls positifnya. Dan di tingkat paling tinggi, dimana dunia manusia tak lagi
dibatasi oleh hal-hal fisik dan keinginan-keinginan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://muhammadrofiq1995.files.wordpress.com/2017/04/makalah-budha-dan-
penyebarannya1.pdf
https://www.buddha.id/2015/08/kitab-kitab-suci-agama-buddha.html
http://borobudurpark.com/temple/borobudur/
http://www.anton-nb.com/2015/09/sejarah-candi-borobudur.html
https://samaggi-phala.or.id/sangha-theravada-indonesia/struktur-organisasi-2/
11