Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak


dilakukan, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang
diungkapkannya, dan lain sebagainya. Hal ini berhubungan dengan budaya
masyarakat yang merupakan subjek yang dinamis dimana proses pembentukannya
dipengaruhi oleh kegiatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Perubahan
kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan keniscyaan dan tidak dapat
dielakkan. Masyarakat tidak pernah statis, selalu dinamis berubah dari satu keadaan
ke keadaan lainnya yang disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan ini
dimaksudkan sebagai wujud tanggapan manusia terhadap tantangan
lingkungannya. Melalui pendekatan sejarah akan didapatkan pemahaman secara
holistik tentang budaya masyarakat yang akan dikaji.

1
ASAL USUL NAMA THAILAND

Kata “Thai” (ไทย) berarti “kebebasan” dalam bahasa Thai, namun juga
dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih
digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.
Sampai tanggal 23 Juni 1939, negara ini bernama resmi Siam (bahasa Thai: สยาม
[dibaca: Sayam]) dan kemudian diganti menjadi Thailand. Sempat dirubah kembali
menjadi Siam dari tahun 1945 sampai 11 Mei 1949, dan setelah itu kembali ke
Thailand. Kata Siam teridentifikasi dengan bahasa Sansekerta Śyâma (श्याम,
artinya “gelap” atau “coklat”).

Kata Thai (ไทย) dipercaya berasal dari kata Tai (ไท) yang berarti
“kemerdekaan” dalam bahasa Thai. Cendekiawan terkenal dari Thailand
memberikan pendapat bahwa Tai (ไท) berarti “orang” sejak penelitiannya bahwa
kata “Tai” berdasarkan dari kata “kon” dalam bahasa Thai yang artinya “orang”.

Jadi, Thailand berarti “tanah kebebasan” untuk menunjukkan bahwa


Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah
bangsa Eropa. Kata Mueang Thai (Thai: เมืองไทย) berasal dari kata mueang (Thai:

เมือง) yang berarti bangsa tetapi umumnya merujuk kepada “kota”. Ratcha Anachak
Thai (Thai: ราชอาณาจักรไทย) berarti “Kerajaan Thailand”.

Secara etimologi, kata Ratcha Anachak Thai berasal dari: -Ratcha- (dari
bahasa Sansekerta: raja yang berarti “raja”); -ana- (dari bahasa Sansekerta: ājñā
yang berarti “otoritas, komando, kekuatan”); –chak (dari bahasa Sansekerta: cakra
atau cakram yang berarti “roda” yang merupakan simbol dari kekuatan).

2
BUDAYA THAILAND

Budaya Thailand menggabungkan kepercayaan budaya dan karakteristik


asli daerah yang dikenal sebagai hari modern Thailand ditambah dengan banyak
pengaruh dari India kuno, Cina, Kamboja, bersama dengan tetangga budaya pra-
sejarah Asia Tenggara. Hal ini dipengaruhi terutama oleh Animisme, Hindu,
Budha, serta oleh migrasi kemudian dari Cina, dan India selatan.

1. KEPERCAYAAN (AGAMA)

Hampir semua orang Thailand 95% Buddhis Theravada (yang mencakup


Tradisi Hutan Thai dan Nikaya Dhammayuttika dan Santi Asoke sekte,) dengan
minoritas Muslim di Thailand (4,6%), Kristen di Thailand (0,7%), Buddha
Mahayana, dan agama-agama lain. Thailand Buddhisme Theravada didukung dan
diawasi oleh pemerintah, dengan para bhikkhu menerima sejumlah tunjangan
pemerintah, seperti bebas menggunakan infrastruktur transportasi publik.
Buddhisme di Thailand sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional tentang
roh-roh leluhur dan alam, yang telah dimasukkan ke dalam kosmologi Buddhis.
Kebanyakan orang Thailand sendiri semangat rumah, rumah kayu miniatur di mana
mereka percaya roh rumah tangga hidup. Mereka menyajikan persembahan
makanan dan minuman untuk roh-roh untuk membuat mereka senang. Jika roh-roh
yang tidak senang, diyakini bahwa mereka akan menghuni rumah yang lebih besar
dari Thailand, dan menyebabkan kekacauan.

2. WAI ( UPACARA PENYAMBUTAN )

Ucapan penyambutan yang umum di Kerajaan Thai adalah isyarat bernama


wai, yang gerakannya mirip dengan gerakan sembahyang.hal ini biasanya
dilakukan pada tamu atau wisatawan yang baru saja tiba di negara Thailand.

Ucapan penyambutan di Thailand sudah banyak di kenal oleh banyak orang


karena biasanya penyambutan sering dilakukan pada saat para wisatawan atau
bahkan tamu keluarga datang ke negri Thailand, dan seiring waktu ucapan
penyambutan telah menjadi budaya yang melekat pada Thailand

3
3. SUKU KAREN

Suku Karen atau Kayin. Suku Karen berbahasa Karen, masih dalam
kelompok bahasa Sino-Tibet, mereka adalak kelompok etnis yang berada di Birma
selatan dan tenggara (Myanmar). Orang Karen sekitar 7 persen dari populasi total
sekitar Burma 50 juta orang. Sejumlah besar Karen juga berada di Thailand,
terutama di perbatasan Thailand-Burma. Suku Karen sendiri sering bingung dengan
suku Karen Merah (atau Karenni). Salah satu subkelompok dari Karen, suku
Padaung dari wilayah perbatasan Burma dan Thailand, yang terkenal dengan cincin
leher yang dipakai oleh para wanita. Legenda Karen mengacu pada ‘sungai
menjalankan pasir’ yang konon begitulah cara nenek moyang mereka
menyeberang. Karen banyak yang berpikir ini mengacu ke Gurun Gobi, meskipun
mereka telah tinggal di Burma selama berabad-abad. Suku Karen merupakan
populasi etnis terbesar di Burma setelah Bamars dan Shans. Suku Karen tinggal di
daerah perbukitan 400 m, hingga ke pegunungan berketinggian di atas 800 m di
atas permukaan laut.

Kebanyakan suku Karen tinggal di daerah perbukitan yang berbatasan


dengan wilayah timur dan delta Irrawaddy Myanmar, terutama di Daerah Kayin,
dengan beberapa di Kayah Negara, selatan Negara Bagian Shan, Daerah
Ayeyarwady, Tanintharyi Daerah, dan di bagian barat Thailand.

Ada tradisi unik dari wanita suku karen yang hidup di pedalaman thailand,
Semua wanita disini berleher panjang, Memanjangnya leher para wanita disini
bukan karena proses alami.

Orang suku karen yang berdomisili di provinsi Maehongson dihutan


pedalaman, perbatasan antara thailand dan myanmar ini sangat mempercayai bahwa
para wanitanya adalah keturunan dari burung phoenix yang berleher panjang, Maka
karena mitos tersebut mereka pada memanjangkan leher biar seperti burung
phoenix dimaksut. Memang agak aneh ya, tapi kepercayaan seperti itu juga di
percayai oleh wanita suku Yao desa Huangluo Cina, yang satu kampung wanitanya
berambut panjang, mereka percayai denga memanjangkan rambut akan membawa
keberuntungan tersendiri

4
Proses pemakaian gelang pada leher tersebut biasa dilakukan pada anak
perempuan suku karen sejak umur memasuki usia 5 tahun. Semenjak pemasangan
pertama itu akan berlanjut setiap 2-3 tahun sekali tumpukan gelang dileher
ditambah satu persatu, sampai umur gadis menginjak 19 tahun, baru diganti dengan
gelang besi berwarna emas. Gelang seberat sekitar 7 kg yang melingkar di leher
para wanita suku karen ini baru boleh dilepas saat wanita tersebut menjalani
persalinan, rasa mual ingin mutah, atau saat menjalankan pernikahan, dan yang
terakhir besi baru boleh di lepas waktu wanita itu meninggal dunia.

4. MUAY THAI

Muay Thai merupakan salah satu budaya atau kesenian di negara gajah putih
ini, yaitu sejenis seni bela diri kick boxing yang merupakan bentuk pertahanan
Kerajaan Thai saat itu. Kesenian beladiri Muay Thai adalah seni gerakan pembelaan
yang lebih memanfaatkan tulang dari siku-siku tangan dan kaki. Gerakan dari
kesenian ini mengadaptasi dari gerakan gajah saat menyerang menggunakan
taringnya. Hingga akhirnya, popularitas seni bela diri ini memuncak di seluruh
dunia pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri yang mirip dengan muay Thai di
negara-negara lain di Asia Tenggara.

5. KIN JAY FESTIVAL

Phuket Vegetarian Festival atau Kin Jay Festival adalah festival tahunan yang
di adakan di Thailand. Dimulai dari akhir september sampai awal oktober atau
bulan. Selama 10 hari penduduk lokal etnis China akan menjalani ritual menjadi
vegetarian. Festival ini akan dimeriahkan oleh arak-akan dari berbagai klenteng.
Selain pawainya yang keren, ada lagi yang spektakuler . Pada pawai itu, sebagian
dari peserta pawai kan menusukkan berbagai macam benda tembus ke pipi mereka.
Setiap tetes darah mereka dipercaya mampu membersihkan jiwa mereka. Setiap
Oktober di pulau Phuket, Thailand diadakan sebuah acara spektakuler bernama
Festival Vegetarian.

Festival ini dirayakan oleh komunitas etnis China yang berada di Phuket.
Festival ini sebagai tanda dimulainya awal bulan Taoist Lent, dimana para pengikut

5
ajaran Tao puasa makan daging dan semua produk daging. Festival ini diawali
dengan prosesi, persembahan keagamaan dan pertunjukan budaya di lima kuil
China di Phuket. Selain puasa daging, di festival ini para peserta akan melakukan
kegiatan yang bersifat pengorbanan dan penyiksaan diri, seperti berjalan di atas
bara panas, memanjat tangga yang terbuat dari pisau, dan menusuk kulit dengan
benda-benda tajam. Di sini, peserta berperan sebagai media yang membawa
sembilan dewa Tao ke bumi dengan cara menyiksa diri tadi. Mereka tidak akan
merasa kesakitan karena sedang dalam keadaan tidak sadar.

6. FESTIVAL SONGRKANG

Di Thailand ada satu festival yang terkenal namanya Songkrang, biasanya pas
musim panas yaitu bulan March-April. Di festival itu semua orang akan turun
dijalan-jalan dan menyiram air kesemua orang baik local maupun turis. Jangan
marah bila mereka melakukan hal ini dan banyak juga dari mereka yang akan
menyentuh badan kita untuk melumurkan tepung. Kalian juga bisa melakukan hal
serupa kemereka dan mereka tidak akan marah.

7. PEMAKAMAN

Menangis tidak disarankan saat pemakaman, agar tidak khawatir ruh


almarhum. Banyak kegiatan di sekitar pemakaman dimaksudkan untuk membuat
manfaat untuk almarhum. Salinan kitab suci agama Buddha dapat dicetak dan
didistribusikan dalam nama almarhum, dan hadiah-hadiah yang biasanya diberikan
ke kuil setempat. Para bhikkhu diundang untuk menyanyikan doa-doa yang
dimaksudkan untuk memberikan manfaat untuk orang yang meninggal, serta
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan relatif mati kembali sebagai roh
jahat. Sebuah gambar dari almarhum dari / nya hari terbaik akan sering ditampilkan
di sebelah peti mati. Seringkali, thread terhubung ke mayat atau peti mati yang
dipegang oleh para biarawan nyanyian selama bacaan mereka, thread ini
dimaksudkan untuk mentransfer kebaikan bacaan para biarawan ‘kepada
almarhum. Mayat ini dikremasi, dan guci dengan abu biasanya disimpan dalam
sebuah chedi di kuil lokal. Namun minoritas Tionghoa menguburkan almarhum.

6
8. KATHOEY
Thailand dan waria merupakan suatu hal yang tak bias dipisahkan. Sudah sejak
lama masyarakat negeri berjuluk Gajah Putih ini mengakui waria sebagai salah satu
gender. Dengan istilah ladyboy atau Kathoey, waria di Thailand bukan hanya
merupakan bagian dari budaya namun juga salah satu daya Tarik pariwisara. Waria
di Thailand juga tergolong aktif dalam kehidupan bermasyarakat, mereka biasanya
hampir bias mengisi segala posisi pekerjaan tanpa khawatir akan mendapatkan
penolakan.
Secara fisik Kathoey sebenarnya terlahir sebagai pria, hanya saja mereka
memilih untuk berganti kelamni dengan melakukan berbagai operasi plastic agar
bias menyerupai wanita. Saat sudah melakukan transformasi ini, waria Thailand
biasanya akan sulit dibedakan dengan wanita biasa karena kecantikannya yang tak
kalah dengan wanita asli pada umumnya. Kecantikan dari waria Thailand sudah
diakui dunia dengan seringnya kontestan waira dari Thailand yang memangkan
kontes kecantikan transgender di dunia. Kathoey sudah diterima di masyarakat,
namun secara hokum pemerintah Thailand belum mengakui Kathoey sebagai salah
satu klasifikasi gender yang resmi.

9. MAKANAN

Masakan Thai atau masakan Thailand mencakup makanan dan minuman serta
cara memasak khas Thailand. Ciri khas masakan Thai adalah rasa pedas dan
penuh bumbu, namun dipadu dengan keseimbangan rasa manis, asin, masam,
dan pedas.

Walaupun semuanya disebut masakan Thai, di Thailand terdapat empat jenis


masakan daerah yang berasal dari empat daerah utama: Thailand Utara, Thailand
Timur Laut (masakan Isan), Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-
masing masakan daerah mendapat pengaruh dari masakan Cina dan masakan
negara-negara tetangga. Tidak seperti kari khas Thailand yang menggunakan
rempah-rempah segar, kari Thailand Selatan memakai rempah-rempah kering
yang digoreng seperti kari India.[1] Ciri khas lain masakan Thailand Selatan adalah
pemakaian santan dan kunyit segar. Mayoritas penduduk Thailand Selatan

7
beragama Islam. Nenek moyang mereka datang dari anak benua India lebih dari
dua ribu tahun lampau sehingga masakan Thailand Selatan mirip dengan masakan
India.[1] Masakan Thailand Timur Laut (Isan) sering memakai perasan limau, dan
sangat dipengaruhi oleh masakan Laos. Sebagian besar makanan Thai yang
dikenal sekarang merupakan adaptasi dari masakan Cina yang diperkenalkan di
Thailand oleh orang Tio Ciu yang merupakan mayoritas orang Cina-Thai.
Masakan yang mulanya berasal dari Cina, misalnya: jok, kwetiau rad na, khao kha
moo (moo pa-loh), bamii (Thai: บะหมี,่ mi kuah), dan khao mun gai

Bumbu dan rempah-rempah dipakai dalam keadaan segar (bukan rempah-


rempah kering). Di antara bumbu-bumbu yang umum dalam masakan Thai
adalah cabai rawit, cabai merah, santan, kecap ikan (nam pla), jahe, bawang
putih, bawang merah, daun ketumbar, serai, terasi (kapi), gula jawa, dan asam
jawa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Eesterik, Penny Van. 2000. Materializing Thailand. New York : Oxford.

Hofer, Hans. 1991. Insight Guides Thailand. Singapore : APA Publications.

http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat1/Sub12/Art75/baca.php?com=1&id=175

http://shambhalaguardian.wordpress.com/2009/08/07/ajaran-buddha-di-penjuru-dunia/

http://bimantararhizki.blogspot.com/2012/05/kebudayaan-negara-thailand.html

Anda mungkin juga menyukai