Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, atau
dalam 42 hari setelah akhir kehamilanya, tanpa melihat usia dan letak kehamilanya,
yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk dengan
kehamilannya atau penangannya, tetapi bukan disebabkan oleh insiden atau
kecelakaan (Triana, 2015: 40). Angka kematian ibu merupakan jumlah kematian
ibu (15-49) tahun per 100.000 perempuan per tahun.

Kematian bayi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kematian


yang terjadi dibawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Angka kematian ibu (maternal) dan angka kematian bayi (neonatal) senantiasa
menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan di bidang kesehatan. Di
indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama hingga saat
ini masih sulit diatasi.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor,


diantaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan ANC (Antenatal
Care) pada pelayanan kesehatan. Disamping faktor geografis maupun ekonomi,
peengetahuan ibu yang minim berkaitan dengan kehamilannya menjadi masalah
tersendiri bagi para tenaga medis dalam memberikan pelayanan yang menjadi
kurang sempurna. Rendahnya kunjungan pada ANC dapat meningkatkan
komplikasi maternal dan 2 neonatal serta kematian ibu dan anak karena adanya
kehamilan beresiko tinggi yang tidak segera ditangani (Wulandari, 2016).

Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan


nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan
secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2017: 29) Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
AKI masih dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2017). Data terbaru di sampaikan oleh

1
Direktur Kesehatan Keluarga dr. Eni Gustina, MPH menyebutkan, angka kematian
ibu di Indonesia tercatat 305 per 100.000 kelahiran hidup. Dilaporkan bahwa tahun
2016 sebanyak 400.000 ibu meninggal setiap bulannya, dan 15 ibu meninggal setiap
harinya dengan penyebab kematian tertinggi 32% disebabkan oleh perdarahan, 26%
disebabkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan
hingga menyebabkan kematian pada ibu. Penyebab lain yang menyertai seperti
faktor hormonal, kardiovaskuler dan infeksi (Widiarini, 2017).

Salah satu faktor penyebabnya yaitu rendahnya pengetahuan ibu mengenai


kehamilanya sehingga memicu cakupan ANC menjadi kurang optimal.
Kebanyakan ibu tidak mengetahui kondisi kehamilanya secara menyeluruh karena
terlalu pasif untuk menanyakan kondisinya pada petugas kesehatan, hal ini dapat
berdampak pada ibu yang jarang atau tidak pernah memeriksakan kehamilanya
tidak memenuhi cakupan nutrisi selama kehamilan yang mengakibatkan anemia 4
dalam kehamlian, pada saat persalinan mengalami perdarahan dan menyebabkan
bayi berat lahir rendah (BBLR). Resiko komplikasi juga lebih tinggi terjadi karena
terlambatnya deteksi sedini mungkin selama kehamilan. Pada sebagian ibu hamil
yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah lebih memilih bersalin di
rumah dan dibantu oleh dukun desa setempat, sehingga jika terjadi komplikasi saat

2
persalinan, ibu tidak segera di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap dan
terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan tepat dari tenaga kesehatan.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya menurunkan Angka


Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah belum optimalnya kualitas
pelayanan kesehatan maternal termasuk diantaranya kompetensi SDM, fasilitas
kesehatan dan peralatan tempat persalinan, serta rumah sakit. Pemerataan
pendidikan dan pelayanan kesehatan perlu di fokuskan oleh pemerintah saat ini,
mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi
khususnya di Indonesia. Besarnya faktor penyulit dan komplikasi yang terjadi
menjadi perhatian khusus bagi setiap tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi
dini adanya komplikasi preeklmasi, hipertensi dan KPD yang mengganggu proses
berjalanya kehamilan secara normal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, tekanan darah yang tinggi saat
hamil (ekslampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.
Sedangakn penyabab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah dan
kekurangan oksigen. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.
Kondisi geografis serta keadaan sarana pelayanan yang kurang ikut ambil andil
dalam permasalahan ini.

Keterlambatan pengambilan keputusan ini di tingkat keluarga dapat


dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan
persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Salah satu
upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan
oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka kematian ibu dan anak adalah
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Dengan program ini
dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan
menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian
alat/obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu program ini mendorong ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang
dilahirkan oleh tenaga kesehatan yang terampil termasuk screening status imunisasi
tetanus lengkap pada setiap ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai
usia 5 tahun.

AKI masih menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencepatan penurunan Angka


Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dengan meluncurkan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) ke puskesmas di kabupaten/kota yang difokuskan pada kegiatan
preventif dan promotif dalam program kesehatan ibu dan anak.

4
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, di
antaranya:

1. Tenaga kesehatan diperbanyak di daerah terpencil yang memang


jangkauan pelayanannya masih dirasa kurang.
2. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan, baik
dasar atau rujukan.
3. Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan system layanan
kesehatan.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan.
5. Mengembangkan riset-riset operasional atau litbang secara sederhana.

Lebih jauh, penguatan system kesehatan dalam upaya penurunan angka


kematian ibu dan bayi baru lahir, kerangka konsep kesehatan diantaranya tentang
ketersediaan layanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan penggunaan layanan
dan pemanfaatan JKN oleh masyarakat. Lainnya yang menjadi tambahan dalam
upaya ini juga dukungan masyarakat dalam melaksanakan GERMAS. Berdasarkan
hal tersebut yang menajadi outcomenya adalah derajat kesehatan yang optimal,
perlindungan finansial serta pelayanan kesehatan yang responsive.

World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda


terkait dengan AKI. Istilah pertama adalah maternal death – atau kematian ibu yang
didefinisikan sebagai “kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan, tanpa memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan,
yang disebabkan atau diperparah oleh kehamilan atau pengelolahan kehamilan
tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan” (WHO 2004).
Konsep maternal death ini berbeda dengan maternal mortality ratio, atau yang
dikenal dengan AKI, jika mengaju pada definisi Badan Pusat Statistik (BPS). Baik
BPS maupun WHO mendefinisikan maternal mortality ratio/AKI sebagai angka
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2004; BPS, 2012). Menurut
laporan WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca
kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus
kematian ibu sekitar 75% dari total kasus kematian ibu- adalah pendarahan, infeksi,

5
tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan dan aborsi yang tidak
aman (WHO 2014). Untuk kasus Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat
Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014) penyebab utama kematian ibu dari
tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30,3% tahun 2013) dan hipertensi (27,1%
tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu di
atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang
tepat.

Safe Motherhood Initiative dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Tingginya angka kasus kematian ibu sebenarnya bukanlah masalah yang


terbilang baru. Upaya penanganan kasus kematian ibu merupakan diskursus level
global yang telah diperbincangkan sejak abad ke 17. Dalam penelitiannya yang
berjudul “Death in Childbed from the Eighteent Century to 1935,” Loudon
menjelaskan bahwa catatan-catatan terkait kasus kematian ibu mulai muncul pada
awal abad ke-17, seiring dengan berkembangnya praktik kebidanan di masyarakat
Inggris (Loudon, 1986). Akan tetapi, komitmen masyarakat global terkait
penanganan kasus kematian ibu baru hadir di akhir abad ke-20. Pada tahun 1987,
kekhawatiran terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong WHO
dan organisasi-organisasi internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood
Initiative (Women & Children First, 2015).

Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik,


protocol dan panduan pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan
perempuan menerima layanan ginekologis, layanan keluarga berencana, serta
layanan prenatal, delivery dan postpartum yang berkualitas dengan tujuan untuk
menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar tetap optimal pada saat
kehamilan, persalinan dan pasca-melahirkan (USAID, 2005). Mengacu pada modul
yang disusun oleh The Health Policy Project (2003), konsep Safe Motherhood
memili 6 pilar utama, yaitu:

1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan


memiliki akses terhadap informasi dan layanan keluarga berencana untuk
merencanakan waktu, jumlah dan jarak kehamilan.

6
2. Perawatan Antenatal - Menyediakan vitamin, imunisasi dan memantau
faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta
memastikan bahwa segala bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan
ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat
dalam proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan dan alat-alat
kesehatan untuk mendukung persalinan yang aman; serta menjamin
ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang membutuhkan, terkait
kasus-kasus kehamilan beresiko dan komplikasi kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan
diberikan kepada ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan
keluarga berencana, serta mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada
ibu dan anak.
5. Perawatan Post-Aborsi - Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan
bahwa komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik,
membahas tentang permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh
pasien, serta memberikan layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi :
menghitung resiko infeksi di masa yang akan datang; menyediakan fasilitas
konseling dan tes IMS, HIV, AIDS untuk mendorong upaya pencegahan; dan
jika memungkinkan memperluas upaya kontrol pada kasus-kasus transmisi
IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

The Safe Motherhood Initiative inilah yang digunakan sebagai basis Program Gerakan
Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai program GSI. Program GSI merupakan sebuah
gerakan untuk mengembangkan kualitas perempuan utamanya melalui percepatan
penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan
masyarakat. Tujuan utama dari program GSI adalah peningkatan kesadaran masyarakat,
yang kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-program
penurunan AKI; seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta
penyediaan ambulance desa. Berbeda dengan The Safe Motherhood Initiative yang terkesan
sangat structural, program GSI justru menekankan keterlibatan masyarakat sipil dalam
upaya-upaya untuk menurunkan AKI.

7
BAB III

PENUTUP

Untuk terus menekan angka AKI ini tentu bukan tugas tenaga kesehatan saja tapi
seluruh komponen masyarakat. Pendekatan yang dilakukan pun tak hanya ke ibu hamil
saja, tapi juga harus memperhatikan kesehatan sejak anak, remaja, kehamilan hingga tua.

Untuk menakan angka tersebut, pihak kesehatann melakukan sejumlah upaya


dengan melakukan peningkatan akses kualitas pelayanan, perbaikan manajemen,
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

Selain itu, pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan maupun pemenuhan SDM
kesehatan dan upaya peningkatan peran serta masyarakat agar angka kematian ibu dan anak
dapat diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai