Anda di halaman 1dari 51

BAB 1 KETUHANAN YANG MAHA

ESA MENURUT AGAMA BUDDHA

Varian Andrew Hartono


(180100176)
1.Saddha (Keimanan)
Saddha adalah keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti
kepercayaan yang asal percaya saja, akan tetapi suatu keyakinan yang
didasarkan pada pengertian yang muncul karena bertanya dan
menyelidiki.
Dalam ajaran agama sang Buddha juga terdapat sumber keyakinan
yang tercantum dalam kitab Tripitaka yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa
Triratna atau Tiratana
Dewa
Bodhisatta atau Bodhisatva
Arahat atau Arhat
Buddha
1.1 KEYAKINAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
 Keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa tidak berdiri
sendiri melainkan menjadi kesatuan dengan kepercayaan dan keyakinan
kepada pokok-pokok ajaran Buddha Dhamma, seperti : Tiratana,
Tilakkhana, Paticassamuppada, Kamma, Cattari Ariya Saccani dan
Nibbana.

 Ada dua cara umat buddha mendekatkan diri kepada tuhan:


1. Memuji kebesaran Tuhan dalam setiap melakukan kebaktian dengan
membaca paritta Vandana
2. Berusaha melakukan perbuatan kata-kata dan pikiran sesuai dengan
sifat-sifat Tuhan, yang terhimpun dalam Brahma Vihara, yaitu : Metta,
Karuna, Mudita, dan Uppekha
1.2.Keyakinan terhadap Tri
Ratna/ Tiratana
Tiratana berarti 3 perlindungan yang terdiri dari Buddh, Dhamma,
dan Sangha, yaitu :

•Buddha adalah seseorang yang telah mencapai penerangan


sempurna

• Dhamma adalah ajaran yang berasal dari Sang Buddha

• Sangha adalah Murid-murid Sang Buddha

Triratna dipandang merupakan suatu manifestasi atau cerminan


Tuhan Yang Maha Esa dalam dunia ini dan konsep Triratna tidaklah
sama dengan konsep Tuhan dalam agama lain.
1.3 KEYAKINAN TERHADAP
DEWA, ARAHAT, BODHISATTA
 Umat Buddha yakin bila berbuat baik di dunia, yang
dengan sungguh-sungguh melakukannya dan tidak ada
perbuatan baiknya, maka setelah meninggal ia akan
bertumimbal lahir di alam Dewa. Bila imbalan dan tanpa
mementingkan diri sendiri atau bermeditasi hingga
mencapai hasil, maka akan mencapai kesucian Arahat.
Umat Buddha yakin kepada Bodhisatta sebagai calon
Buddha dan yakin kepada Buddha yang telah menunjukan
jalan hidup bagi umat Buddha karena berkat ajaran-Nya
umat Buddha dapat memiliki pengertian dan pandangan
hidup yang benar.
1.4. Keyakinan terhadap
Hukum Kesunyataan
Hukum kesunyataan itu terdiri dari 4, yaitu :

1. Cattari Arya Saccani

Cattari Ariya Saccani terdiri dari 3 kata yang terdiri atas: Cattari artinya empat, Ariya artinya mulia, Saccani artinya
Kebenaran atau Kesunyataan. Jadi Cattari Ariya Saccani artinya adalah Empat Kebenaran Mulia. Isi dari 4 kebenaran mulia
adalah

 Dukkha Ariyasacca

 Dukkha Samudaya Ariyasacca

 Dukkha Nirodha Ariyasacca

 Dukkha Nirodha Gaminipatipada Ariyasacca

2. Kamma dan Punarbhava

Kamma dan Punarbhava memiliki pengertian yaitu hukum perbuatan dan kelahiran kembali

3. Tilakkhana

Tilakhana memiliki pengertian yaitu Tiga corak universal

4. Paticcasamuppada

Paticcasamuppada memiliki pengertian yaitu Hukum asal mula akibat kondisi yang saling bergantungan
1.5 KEYAKINAN TERHADAP
KITAB SUCI TIPITAKA
 Keyakinan pada kitab suci adalah titik tolak atau dasar dari suatu
agama. Berdasarkan pada ajaran yang tertulis atau yang ada dalam
kitab suci, seorang mulai mengembangkan kehidupan beragamanya
secara jelas dan terarah.
 Kitab suci agama Buddha adalah Tipitaka (pali) atau Tripitaka
(sansekerta), terdiri dari :
1. Sutta Pitaka, berisi khotbah-khotbah Sang Buddha
2. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan anggota Sangha, Bhikkhu-
Bhikkhuni
3. Abhidhamma Pitaka, berisi filsafat dan metafisika agama Buddha
 Ajaran agama Buddha yang diuraikan dalam kitab suci Tipitaka
adalah realistis, karena merupakan pengalaman sang Buddha dan para
siswanya. Namun, segala sesuatu(yang muncul) adalah tidak kekal.
1.6 KEYAKINAN TERHADAP
NIBBANA
 Umat Buddha yakin akan adanya kebahagiaan Nibbana,
yaitu pembebasan dari Dukkha, sebagai kesucian tertinggi.
Untuk mencapai Nibbana umat Buddha menempuh Delapan
Jalan Utama dalam hidupnya dengan bermeditasi,
memusnahkan belenggu, melenyapkan 3 akar kejahatan dan
memadamkan Tanha (nafsu keinginan)
 Terdapat 2 jenis Nibbana, yaitu :
1. Sa-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa secara
total dengan Pancakkhanda (5 kelompok kehidupan) yang
masih ada.
2. An-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa dan
pancakkhanda secara total.
2. PUJA
 Kata “puja” dalam bahasa Indonesia merupakan kata
“benda” yang artinya upacara penghormatan kepada dewa
dewi, dan sebagainya. Kata puja dalam agama Buddha
tidak harus dengan membakar dupa, membaca mantra,
serta memberikan persembahan.
 Puja dalam agama Buddha juga tidak terbatas sebagai
penghormatan kepada dewa dewa, tetapi termasuk juga
penghormatan kepada mereka yang patut dihormati seperti
orang tua, dan juga orang yang lebih tua dari kita.
2.1 AMISA PUJA DAN PATIPATI
PUJA
 Amisa puja adalah pemujaan atau penghormatan dengan
persembahan materi atau benda, misalnya memuja mereka
yang patut dipuja dengan kembang, lilin, cendana, dupa,
dll.
 Pattipati puja adalah pemujaan atau penghormatan dengan
melaksanakan ajaran Buddha Dharma, mempraktekkan
sila, Samadhi dan panna.
2.2 SARANA PUJA
Sarana puja terdiri dari :
1. Paritta
2. vihara
3. cetiya
4. stupa
2.2.1 PARITTA, SUTTA,
DHARANI DAN MANTRA
 Paritta adalah perlindungan. Pembacaan paritta
menimbulkan ketenangan batinbagi mereka yang
mendengarkan dan juga bagi mereka yang telah mepunyai
keyakinan akan keberadaan kata-kata Buddha.
 Sutta adalah pengertian sebagai penguntai atau
penyambung bersama-sama, penarik, yang tetap dan suatu
metode.
 Dharani adalah bentuk yang lebih singkat dari sutta.
Bentuk yang lebih sederhana dari dharani adalah Mantra.
Keduanya ini tidak dapat dipahami, dibayangkan atau
digambarkan, tetapi dapat dirasakan kekuatannya.
2.2.2 VIHARA
adalah tempat untuk melaksanakan kebaktian atau puja yang lengkap,
terdiri dari:
 Uposathagara, yaitu gedung uposatha (persamuan para bhikkhu).

 Dhammasala atau Dharmasala, yaitu tempat puja-bakti dan pembabaran


dhamma.
 Kuti, yaitu tempat tinggal para bhikkhu, bhikkhuni, samanera atau
samaneri
 Perpustakaan, yaitu tempat buku-buku agama atau buku yang isinya ada
hubungannya dengan pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya.
 Pohon Bodhi, atau pohon kebijaksanaan yang mengingatkan umat
Buddha kepada pencapaian kebuddhaan oleh Petapa Gotama.
2.2.3 CETIYA ATAU ALTAR
 Cetiya adalah tempat puja bakti umat Buddha yang lebih
kecil dan saranya lebih sederhana jika dibandingkan
dengan vihara.Di dalam cetiya hanya terdapat Dhammasala
dan altar, dan pada umumnya tidak ada kuti maupun
perpustakaan.
 Altar adalah suatu tempat atau meja di mana Buddha
rupang atau pratima sang Buddha ditempatkan. Di atas
altar terdapat tempat bunga, lilin dan dupa.
2.2.4 STUPA
 Stupa (sansekerta) atau Thupa (pali) adalah suatu
monument yang didirikan sebagai tempat untuk
penempatan abu jenajah sisa kremasi atau benda
peninggalan (relik) dari orang suci atau Cakkavati (Raja
Sejagat).
2.3 HARI RAYA AGAMA
BUDDHA
 Hari raya agama Buddha aliran Theravada terdiri dari :
Magha Puja, Waisak, Asadha, Kathina
2.3.1 MAGHA PUJA
 Magha Puja jatuh pada Purnama Siddhi di bulan Februari – Maret.
Magha Puja memperingati :
 1.250 orang Bhikkhu yang berkumpul itu semuanya arahat
 Mereka semuanya adalah Ehi Bhikkhu, yaitu pa bhikkhu yang
ditahbiskan oleh Sang Buddha sendiri.
 Mereka semua datang tanpa berjanji terlebih dahulu
 Sang Buddha menerangkan prinsip-prinsip ajarannya yang disebut
Ovada Patimokha.
2.3.2 WAISAK
 Waisak jatuh pada purnama siddhi di bulan Mei – Juni. Waisak
memperingati 3 peristiwa penting, yaitu :
 Hari lahirnya Pangeran Siddharta Gotama pa tahun 623 SM di
Taman Lumbini.
 Hari tercapainya penerangan sempurna oleh Pertapa Siddharta
Gotama dan menjadi Buddha pada tahun 588 SM di hutan Gaya.
 Hari Sang Buddha mencapai Parinibbana di Kusinara tahun 543
SM.
2.3.3 ASADHA
 Asadha jatuh pada purnama siddhi di bulan Juli – Agustus. Asadha
memperingati :
 Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5
orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun
588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna,
Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah mendengarkan
khotbah Dharma, mereka mencapai arahat
 Sang Buddha membabarkan Dhammacakkkappavattana Sutta yaitu
pemutaran roda Dhamma untuk pertama kalinya.
 Munculnya Sangha pertama di dunia.
2.3.4 KATHINA
 Kathina diperingati 3 bulan sesudah hari Asadha.

 Perayaan ini diselenggarakan para umat Buddha sebagai


ungkapan rasa terima kasih atau menyadari perbuatan baik
yang dilakukan oleh para Bhikkhu.
 Pada hari Kathina para umat Buddha memberikan
persembahan dana kepada para Bhikkhu, seperti makanan,
obat-obatan, dana, dan lain-lainnya.
2.3.5 HARI RAYA BUDDHIS MAHAYANA

 Dalam tradisi Buddhis Mahayana, hari Waisak berasal dari


bahasa Sansekerta (Vaisakha) dan berasal dari variannya.
Vesakha dikenal dengan nama Vesak atau Wesak dalam
bahasa Sinhala. Hari raya Waisak adalah hari suci Agama
Buddha yang juga dikenal dengan nama Visakha Puja. Di
beberapa tempat disebut juga sebagai “hari Buddha”.
Dirayakan di bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama
siddhi).
3. BUDDHA , BODHISATTA,
ARAHAT
 Buddha adalah guru manusia dan para dewa yang menjadi guru junjungan
kita, yang menemukan kesunyataan dan mewariskannya kepada kita. Buddha
adalah suatu sebutan atau gelar dari suatu keadaan batin yang sempurna.
Buddha berarti “Yang sadar, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, atau
Yang telah mencapai kebebasan Agung dengan kekuatan sendiri”.

 Arahat adalah siswa Sang Buddha yang karena ketekunan dan keyakinannya
melaksanakan ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih sila,
Samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua
kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.

 Bodhisatta adalah calon Buddha atau seseorang yang bercita-cita dan bertekad
untuk menjadi Buddha. Buddha Sakyamuni sebelum menjadi Buddha terlebih
dahulu terlahir sebagai seorang Bodhisatta yang harus menyempurnakan
paramita atau sifat-sifat luhurnya.
4. DHAMMANIYAMA
Salah satu konsep dalam ajaran agama
Buddha mengenai hukum-hukum yang
bekerja di alam ini. Hukum ini bekerja
dengan sendirinya dan bersifat universal.
4.1 UTU NIYAMA
Hukum ini mencakup semua fenomena
anorganik, termasuk hukum-hukum dalam fisika
dan kimia.
 Contohnya adalah hukum mengenai terbentuk
dan hancurnya bumi, planet, tata surya, galaksi,
temperatur, iklim, gempa bumi, angin, erupsi,
dan segala sesuatu yang bertalian dengan energi.
4.1.1 ALAM SEMESTA
 ALAM SEMESTA memiliki luas yang tidak terkira dan apa yang ada di dalamnya pun
tidak terhitung jumlahnya.

 Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya. Terdapat hal lain yang menarik, yaitu
adanya banyak bumi yang dinyatakan dengan “ adanya seribu Sineru, seribu jambudipa”.

 Dan adanya manusia yang hdup di bumi-bumi itu dinyatakan dengan adanya “Empat ribu
Maharaja”.

 Jadi manusia dan bumi sebagai tempat kehidupan manusia, ada banyak sekali dan tersebar
di alam semesta ini.

 Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama (mahabhuta), yaitu unsur Pathavi, Apo,


Tejo, dan Vayo. (Majjhima Nikaya 22)
 Unsur Pathavi (secara harafiah berarti "tanah")
 Unsur Apo (secara harfiah berarti "air")
 Unsur Tejo (secara harfiah berarti "api")
 Unsur Vayo (secara harfiah berarti "udara")
 Unsur Pathavi
 merupakan unsur yang bersifat "padat" dan liat, yang berfungsi menjadi basis unsur
lainnya.
 Unsur kedua tidak dapat saling mengikat tanpa dasar untuk ikatan tersebut;
 unsur ketiga tidak dapat menghangatkan tanpa basis bahan bakar;
 unsur keempat tidak dapat bergerak tanpa dasar untuk gerakannya;
 semua materi bahkan atom sekali pun membutuhkan unsur Pathavi sebagai basisnya.

 Unsur Apo
 merupakan unsur yang bersifat kohesif (ikat-mengikat) dan dapat
menyesuaikan diri, yang berfungsi memberikan sifat ikat-mengikat pada unsur
lainnya.
 Unsur ini juga memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup

 Unsur Tejo
 merupakan unsur yang bersifat panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin
pada unsur lainnya.
 Karena unsur ini, semua materi dapat dihasilkan kembali untuk tumbuh dan
berkembang setelah mencapai kematangan

 Unsur Vayo
 merupakan unsur yang bersifat gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur
lainnya.
 Unsur gerak ini membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi.
4.1.2 KEJADIAN BUMI DAN
MANUSIA
 Gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib
silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang
disebabkan oleh angin, hujan
 Kejadian bumi dan manusia menurut pandangan Buddhis adalah
berlangsung dalam proses yang sangat lama sekali. Proses
kejadian ini merupakan suatu proses evolusi, namun bukan
seperti evolusi dari Darwin.
Selanjutnya dalam proses pengerasan bumi dari zat cair ke padat,
manusia muncul di bumi adalah banyak sekali jumlahnya. Proses
terbentuknya bumi dan manusia yang muncul di bumi ini
diuraikan oleh Sang Buddha dalam Aganna Sutta, Patika Sutta
dan Brahmajala Sutta, yang merupakan bagian dari Digha
Nikaya, Sutta Pitaka.
4.1.3 KEHANCURAN BUMI
“ Para bhikkhu pada suatu kesempatan yang akan datang
setelah banyak tahun, 
banyak ratusan tahun, banyak ribuan tahun, banyak ratusan
ribu tahun tidak turun hujan.Tuan-tuan yang baik, Seratus
ribu tahun dari sekarang akan tiba pada akhir dunia (akhir
kappa), dunia ini akan hancur, bahkan samudra pun akan
mengering. Bumi ini dan sineru raja semua gunung, akan
terbakar habis dan musnah, kehancuran bumi akan
merambat sampai ke alam brahma, kembangkanlah metta
bhavana (meditasi cinta kasih) dengan baik, kembangkanlah
karuna (belas kasihan), mudita (empathi) dan juga upekkha
(keseimbangan batin, yaitu tidak marah bila dicela dan tidak
besar kepala bila dipuji) rawatlah ibumu, rawatlah ayahmu,
hormatilah sesepuh kerabatmu”.
-Visuddhi magga
4.2 BIJA NIYAMA
 Bija berarti "benih" di mana tumbuhan tumbuh dan
berkembang darinya dalam berbagai bentuk.
 Dari pandangan filosofi, hukum pembenihan hanyalah
bentuk lain dari hukum energi.
 Dengan demikian pengatur perkembangan dan
pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan hukum energi
yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan dan
disebut Bija-niyama.
4.3 KAMMA NIYAMA
 Perbuatan (kamma) merupakan perbuatan baik maupun
buruk yang dilakukan seseorang yang disertai kehendak
(cetana)
 Hukum tertib yang mengatur sebab akibat dari perbuatan ,
misalnya : perbuatan baik / membahagiakan dan perbuatan
buruk terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik
dan buruk yang sesuai .
4.4 CITA NIYAMA
 Citta berarti "yang berpikir" (perbuatan berpikir), yang mengandung
pengertian: yang menyadari suatu objek. Juga berarti: menyelidiki atau
memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda
bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.

 Hukum tertib mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam
batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-
sifat kesadaran, kekuatan pikiran / batin (Abhinna), kemampuan untuk
mengingat hal-hal yang telah lampau, yang akan terjadi dalam jangka pendek
atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala
batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern
termasuk dalam hukum terakhir ini.
4.5 DHAMMA NIYAMA
 Dhamma adalah sesuatu yang menghasilkan sifat dasarnya sendiri (dhareti), yaitu
kekerasannya sendiri ketika disentuh, sifat khusus sekaligus sifat universalnya adalah
berkembang, melapuk, hancur, dan seterusnya. 

 Dhamma yang dikategorikan dalam hubungan sebab "menghasilkan" fungsi hubungan


sebab tersebut, dan yang dikategorikan dalam hubungan akibat "menghasilkan" fungsi
akibat atau hasil.

 Hukum tertib yang mengatur sebab-sebab terjadinya keselarasan /persamaan dari satu
gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam seperti bumi bergetar pada
waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon
Buddha, atau pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya
berat (gravitasi) , daya listrik, gerakan gelombang dan sebagainya, termasuk dalam
hukum ini.
5. KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AJARAN
BUDDHA
5.1 LOKATTARA DAN ARIYA
 Dasyabodhisattabhumi disebut sebagai tingkat lokattara
(tingkat di atas dunia), sebelum sampai ke tingkat lokattara
lebih dahulu harus menjalani tingkat persiapan. Tingkat
persiapan tersebut terdiri atas 2 tahap pula, yaitu
Sambharamarga dan Prayogamarga. Kedua tahap ini
merupakan tahap kehidupan di dunia atau laukika.
 Dalam Buddha Dhamma makhluk suci disebut juga dengan
Ariya Puggala. “Ariya” artinya agung, mulia baik atau
benar. “Puggala” artinya individu, seorang yang mulia atau
agung.
5.2 KITAB UDANA VIII : 3
“Para Bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma,
Tidak Tercipta dan Yang Mutlak. Para Bhikkhu, bila tak ada
Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta,
Yang Mutlak, maka tak ada pula kemungkinan untuk dapat
bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan
pemunculan dari sebab yang lalu. Tapi para Bhikkhu, karena
ada yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk
bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan
pemunculan dari sebab yang lalu…”
6. SAMADHI, SEBAGAI LANDASAN
MEMAHAMI DAN MENGERTI KETUHANAN
YME
 Samadhi (bahasa Sansekerta : समाधि) adalah sebuah ritual
konsentrasi tingkat tinggi, melampaui kesadaran alam
jasmani yang terdapat dalam agama Hindu , Budha ,
Jainisme , Sikhisme, dan aliran yoga. Samadhi juga
merupakan fase tertinggi dalam delapan fase penguasaan
Yoga.
6.1 BHAVANA
 Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin
dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti
dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah
samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu
obyek.
6.1.1 VIPASSANA BHAVANA
 Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang
bertujuan untuk mencapai pandangan terang.
 Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-
kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi
sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan
Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini
dengan sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh
anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku yang kekal).
6.1.2 SAMATHA BHAVANA
 Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang
bertujuan untuk mencapai ketenangan.
 Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat
dan tertuju pada suatu obyek. Jadi pikiran tidak
berhamburan ke segala penjuru, pikiran tidak berkeliaran
kesana kemari, pikiran tidak melamun dan mengembara
tanpa tujuan.
 Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-
rintangan batin tidak dapat dilenyapkan secara
menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat
diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput
hingga tertidur di tanah.
6.2 NIVARANA, JHANA DAN
ABHINA
 Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang
selalu menghambat perkembangan pikiran. Nivarana ada 5
macam, yaitu :
1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kelelahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)
 Jhana berarti kesadaran/ pikiran yang memusat dan melekat
kuat pada objek kammatthana/ meditasi, yaitu kesadaran/
pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana-
samadhi (konsentrasi yang mantap, yaitu kesadaran/ pikiran
terkonsentrasi pada obyek yang kuat). Jhana merupakan
keadaan batin yang sudah diluar aktivitas panca indera.
Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan
tekun.
 Unsur-unsur Jhana meliputi :
a. Vitakka : usaha menangkap obyek 
b. Vicara : usaha mempertahankan obyek 
c. Piti : kegiuran/kenikmatan pada obyek 
d. Sukha : kebahagiaan untuk mengarahkan pikiran pada
pemusatan pikiran
e. Ekagata : pikiran terpusat 
f. Upekkha : keseimbangan batin yang muncul bersama
dengan Ekagata pada Jhana tingkat ke - IV
Abhinna adalah kemampuan batin luar
biasa yang dilakukan oleh mereka yang
berhasil dalam meditasi pada kehidupan
sekarang maupun pada kehidupan
lampau. Abhinna akan muncul bila telah
mencapai jhana tingkat ke 4. terdapat 2
macam abhinna yaitu :
1. Lokiya Abhinna artinya kekuatan batin
bersifat duniawi
2. Lokutara abhinna artinya kekuatan
batin diatas duniawi
6.3 VISUDDHI DAN
SAMYOJANA
 Visudhi Magga artinya jalan kesucian yang membahas
tentnag cara umat awam (orang biasa) menjadi Ariya
Puggala (orang suci atau mulia).
 Visudhi Magga terdiri dari 7 tahap, yaitu:
1. Sila Visuddhi
2. Citta Visuddhi
3. Ditthi Visuddhi
4. Kankhavitarana Visuddhi
5. Maggananadassana Visuddhi
6. Patipadananadassana Visuddhi
7. Nanadassana Visuddhi
 Samyojana artinya belenggu, yang dalam kaitannya dengan
Buddha Dhamma berarti hal-hal yang membelenggu makhluk
sehingga tidak dapat mencapai kebebasan. Belenggu-belenggu
itu hanya dapat dilenyapkan oleh orang yang melaksanakan
Vipassana Bhavana dan sekali belenggu itu telah dilenyapkan
maka ia tidak akan pernah muncul lagi. Orang yang telah
melenyapkan semua belenggu disebut sebagai arahat.
 Terdapat 10 macam samyojana, yaitu :
1. Sakkayaditthi 6. Ruparaga
2. Vicikiccha 7. Aruparaga
3. Silabbataparamasa 8. Mana
4. Kamaraga 9. Uddhacca
5. Patigha 10. Avijja
6.4 ARIYA PUGGALA
Seseorang atau individu yang agung atau mulia, makhluk
suci yang telah menghancurkan atau melenyapkan dengan
tuntas tiga, lima atau sepuluh samyojana sehingga mencapai
tingkat kesucian : Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan
Arahat.
6.4.1 SOTAPANNA
 Sotapanna atau Pemasuk Arus berarti seseorang yang telah
memasuki arus nibbana, pasti maju dengan tegush sepanjang
“Sang Jalan” tanpa adanya kemungkinan mundur atau berhenti di
dalam perkembangan batinnya.

 Terdapat 3 macam Sotapanna, yaitu :


1. Ekabiji Sotapanna adalah Sotapanna yang akan terlahir kembali
sekali lagi.
2. Kolamkola Sotapanna adalah Sotapanna yang akan terlahir
kembali dua atau tiga kali lagi.
3. Sattakkhatruparana Sotapanna adalah Sotapanna yang akan
terlahir kembali tujuh kali lagi.
6.4.2 SAKADAGAMI
Sakadagami (Ia yang kembali sekali) adalah
setingkat lebih tinggi daripada Sotapanna, akan
terlahir kembali sekali lagi lalu mencapai
Penerangan Sempurna.
6.4.3 ANAGAMI
 Anagami artinya tidak kembali lagi, adalah makhluk suci
yang lebih tinggi dan kuat daripada Sakadagami. Para
Anagami akan terlahir kembali atau hidup di alam
Sudhavasa. Mereka akan mencapai kesucian sempurna atau
Arahat dan kemudian parinibbana di alam Sudhavasa ini.
Alam Sudhavasa adalah alam para Anagami, yang akan
mencapai kesucian sempurna atau Arahat dan kemudian
parinibbana di alam ini.
6.4.4 ARAHAT
 Arahat adalah siswa mulia yang telah menghancurkan
semua belenggu batin, dan kehidupannya ketika mencapai
kearahatan adalah kelahiranya yang terakhir, karena setelah
meninggal dunia (parinibbana), maka tidak akan ada lagi
kelahiran baginya dalam suatu alam kehidupan manapun.
7. KONSEP KESELAMATAN

“ Diri sendiri sesungguhnya adalah


pelindung bagi diri sendiri. Karena siapa
pula yang dapat menjadi pelindung bagi
dirinya ? Setelah dapat mengendalikan
dirinya sendiri dengan baik, ia akan
memperoleh perlindungan yang amat sukar
dicari. “
- DHAMMAPADA 160
7.1 ORTODOKS
Keselamatan sepenuhnya bergantung dari
pengampunan

7.2 HETERODOKS
Keselamatan dapat terjadi sebab adanya
pengampunan dan usaha manusia

7.3 INDEPENDEN
Keselamatan sepenuhnya bergantung dari usaha
manusia

Anda mungkin juga menyukai