Cattari Ariya Saccani terdiri dari 3 kata yang terdiri atas: Cattari artinya empat, Ariya artinya mulia, Saccani artinya
Kebenaran atau Kesunyataan. Jadi Cattari Ariya Saccani artinya adalah Empat Kebenaran Mulia. Isi dari 4 kebenaran mulia
adalah
Dukkha Ariyasacca
Kamma dan Punarbhava memiliki pengertian yaitu hukum perbuatan dan kelahiran kembali
3. Tilakkhana
4. Paticcasamuppada
Paticcasamuppada memiliki pengertian yaitu Hukum asal mula akibat kondisi yang saling bergantungan
1.5 KEYAKINAN TERHADAP
KITAB SUCI TIPITAKA
Keyakinan pada kitab suci adalah titik tolak atau dasar dari suatu
agama. Berdasarkan pada ajaran yang tertulis atau yang ada dalam
kitab suci, seorang mulai mengembangkan kehidupan beragamanya
secara jelas dan terarah.
Kitab suci agama Buddha adalah Tipitaka (pali) atau Tripitaka
(sansekerta), terdiri dari :
1. Sutta Pitaka, berisi khotbah-khotbah Sang Buddha
2. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan anggota Sangha, Bhikkhu-
Bhikkhuni
3. Abhidhamma Pitaka, berisi filsafat dan metafisika agama Buddha
Ajaran agama Buddha yang diuraikan dalam kitab suci Tipitaka
adalah realistis, karena merupakan pengalaman sang Buddha dan para
siswanya. Namun, segala sesuatu(yang muncul) adalah tidak kekal.
1.6 KEYAKINAN TERHADAP
NIBBANA
Umat Buddha yakin akan adanya kebahagiaan Nibbana,
yaitu pembebasan dari Dukkha, sebagai kesucian tertinggi.
Untuk mencapai Nibbana umat Buddha menempuh Delapan
Jalan Utama dalam hidupnya dengan bermeditasi,
memusnahkan belenggu, melenyapkan 3 akar kejahatan dan
memadamkan Tanha (nafsu keinginan)
Terdapat 2 jenis Nibbana, yaitu :
1. Sa-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa secara
total dengan Pancakkhanda (5 kelompok kehidupan) yang
masih ada.
2. An-Upadisesa Nibbana, adalah padamnya kilesa dan
pancakkhanda secara total.
2. PUJA
Kata “puja” dalam bahasa Indonesia merupakan kata
“benda” yang artinya upacara penghormatan kepada dewa
dewi, dan sebagainya. Kata puja dalam agama Buddha
tidak harus dengan membakar dupa, membaca mantra,
serta memberikan persembahan.
Puja dalam agama Buddha juga tidak terbatas sebagai
penghormatan kepada dewa dewa, tetapi termasuk juga
penghormatan kepada mereka yang patut dihormati seperti
orang tua, dan juga orang yang lebih tua dari kita.
2.1 AMISA PUJA DAN PATIPATI
PUJA
Amisa puja adalah pemujaan atau penghormatan dengan
persembahan materi atau benda, misalnya memuja mereka
yang patut dipuja dengan kembang, lilin, cendana, dupa,
dll.
Pattipati puja adalah pemujaan atau penghormatan dengan
melaksanakan ajaran Buddha Dharma, mempraktekkan
sila, Samadhi dan panna.
2.2 SARANA PUJA
Sarana puja terdiri dari :
1. Paritta
2. vihara
3. cetiya
4. stupa
2.2.1 PARITTA, SUTTA,
DHARANI DAN MANTRA
Paritta adalah perlindungan. Pembacaan paritta
menimbulkan ketenangan batinbagi mereka yang
mendengarkan dan juga bagi mereka yang telah mepunyai
keyakinan akan keberadaan kata-kata Buddha.
Sutta adalah pengertian sebagai penguntai atau
penyambung bersama-sama, penarik, yang tetap dan suatu
metode.
Dharani adalah bentuk yang lebih singkat dari sutta.
Bentuk yang lebih sederhana dari dharani adalah Mantra.
Keduanya ini tidak dapat dipahami, dibayangkan atau
digambarkan, tetapi dapat dirasakan kekuatannya.
2.2.2 VIHARA
adalah tempat untuk melaksanakan kebaktian atau puja yang lengkap,
terdiri dari:
Uposathagara, yaitu gedung uposatha (persamuan para bhikkhu).
Arahat adalah siswa Sang Buddha yang karena ketekunan dan keyakinannya
melaksanakan ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih sila,
Samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua
kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.
Bodhisatta adalah calon Buddha atau seseorang yang bercita-cita dan bertekad
untuk menjadi Buddha. Buddha Sakyamuni sebelum menjadi Buddha terlebih
dahulu terlahir sebagai seorang Bodhisatta yang harus menyempurnakan
paramita atau sifat-sifat luhurnya.
4. DHAMMANIYAMA
Salah satu konsep dalam ajaran agama
Buddha mengenai hukum-hukum yang
bekerja di alam ini. Hukum ini bekerja
dengan sendirinya dan bersifat universal.
4.1 UTU NIYAMA
Hukum ini mencakup semua fenomena
anorganik, termasuk hukum-hukum dalam fisika
dan kimia.
Contohnya adalah hukum mengenai terbentuk
dan hancurnya bumi, planet, tata surya, galaksi,
temperatur, iklim, gempa bumi, angin, erupsi,
dan segala sesuatu yang bertalian dengan energi.
4.1.1 ALAM SEMESTA
ALAM SEMESTA memiliki luas yang tidak terkira dan apa yang ada di dalamnya pun
tidak terhitung jumlahnya.
Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya. Terdapat hal lain yang menarik, yaitu
adanya banyak bumi yang dinyatakan dengan “ adanya seribu Sineru, seribu jambudipa”.
Dan adanya manusia yang hdup di bumi-bumi itu dinyatakan dengan adanya “Empat ribu
Maharaja”.
Jadi manusia dan bumi sebagai tempat kehidupan manusia, ada banyak sekali dan tersebar
di alam semesta ini.
Unsur Apo
merupakan unsur yang bersifat kohesif (ikat-mengikat) dan dapat
menyesuaikan diri, yang berfungsi memberikan sifat ikat-mengikat pada unsur
lainnya.
Unsur ini juga memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup
Unsur Tejo
merupakan unsur yang bersifat panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin
pada unsur lainnya.
Karena unsur ini, semua materi dapat dihasilkan kembali untuk tumbuh dan
berkembang setelah mencapai kematangan
Unsur Vayo
merupakan unsur yang bersifat gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur
lainnya.
Unsur gerak ini membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi.
4.1.2 KEJADIAN BUMI DAN
MANUSIA
Gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib
silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang
disebabkan oleh angin, hujan
Kejadian bumi dan manusia menurut pandangan Buddhis adalah
berlangsung dalam proses yang sangat lama sekali. Proses
kejadian ini merupakan suatu proses evolusi, namun bukan
seperti evolusi dari Darwin.
Selanjutnya dalam proses pengerasan bumi dari zat cair ke padat,
manusia muncul di bumi adalah banyak sekali jumlahnya. Proses
terbentuknya bumi dan manusia yang muncul di bumi ini
diuraikan oleh Sang Buddha dalam Aganna Sutta, Patika Sutta
dan Brahmajala Sutta, yang merupakan bagian dari Digha
Nikaya, Sutta Pitaka.
4.1.3 KEHANCURAN BUMI
“ Para bhikkhu pada suatu kesempatan yang akan datang
setelah banyak tahun,
banyak ratusan tahun, banyak ribuan tahun, banyak ratusan
ribu tahun tidak turun hujan.Tuan-tuan yang baik, Seratus
ribu tahun dari sekarang akan tiba pada akhir dunia (akhir
kappa), dunia ini akan hancur, bahkan samudra pun akan
mengering. Bumi ini dan sineru raja semua gunung, akan
terbakar habis dan musnah, kehancuran bumi akan
merambat sampai ke alam brahma, kembangkanlah metta
bhavana (meditasi cinta kasih) dengan baik, kembangkanlah
karuna (belas kasihan), mudita (empathi) dan juga upekkha
(keseimbangan batin, yaitu tidak marah bila dicela dan tidak
besar kepala bila dipuji) rawatlah ibumu, rawatlah ayahmu,
hormatilah sesepuh kerabatmu”.
-Visuddhi magga
4.2 BIJA NIYAMA
Bija berarti "benih" di mana tumbuhan tumbuh dan
berkembang darinya dalam berbagai bentuk.
Dari pandangan filosofi, hukum pembenihan hanyalah
bentuk lain dari hukum energi.
Dengan demikian pengatur perkembangan dan
pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan hukum energi
yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan dan
disebut Bija-niyama.
4.3 KAMMA NIYAMA
Perbuatan (kamma) merupakan perbuatan baik maupun
buruk yang dilakukan seseorang yang disertai kehendak
(cetana)
Hukum tertib yang mengatur sebab akibat dari perbuatan ,
misalnya : perbuatan baik / membahagiakan dan perbuatan
buruk terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik
dan buruk yang sesuai .
4.4 CITA NIYAMA
Citta berarti "yang berpikir" (perbuatan berpikir), yang mengandung
pengertian: yang menyadari suatu objek. Juga berarti: menyelidiki atau
memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda
bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.
Hukum tertib mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam
batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-
sifat kesadaran, kekuatan pikiran / batin (Abhinna), kemampuan untuk
mengingat hal-hal yang telah lampau, yang akan terjadi dalam jangka pendek
atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala
batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern
termasuk dalam hukum terakhir ini.
4.5 DHAMMA NIYAMA
Dhamma adalah sesuatu yang menghasilkan sifat dasarnya sendiri (dhareti), yaitu
kekerasannya sendiri ketika disentuh, sifat khusus sekaligus sifat universalnya adalah
berkembang, melapuk, hancur, dan seterusnya.
Hukum tertib yang mengatur sebab-sebab terjadinya keselarasan /persamaan dari satu
gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam seperti bumi bergetar pada
waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon
Buddha, atau pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya
berat (gravitasi) , daya listrik, gerakan gelombang dan sebagainya, termasuk dalam
hukum ini.
5. KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AJARAN
BUDDHA
5.1 LOKATTARA DAN ARIYA
Dasyabodhisattabhumi disebut sebagai tingkat lokattara
(tingkat di atas dunia), sebelum sampai ke tingkat lokattara
lebih dahulu harus menjalani tingkat persiapan. Tingkat
persiapan tersebut terdiri atas 2 tahap pula, yaitu
Sambharamarga dan Prayogamarga. Kedua tahap ini
merupakan tahap kehidupan di dunia atau laukika.
Dalam Buddha Dhamma makhluk suci disebut juga dengan
Ariya Puggala. “Ariya” artinya agung, mulia baik atau
benar. “Puggala” artinya individu, seorang yang mulia atau
agung.
5.2 KITAB UDANA VIII : 3
“Para Bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma,
Tidak Tercipta dan Yang Mutlak. Para Bhikkhu, bila tak ada
Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta,
Yang Mutlak, maka tak ada pula kemungkinan untuk dapat
bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan
pemunculan dari sebab yang lalu. Tapi para Bhikkhu, karena
ada yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk
bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan
pemunculan dari sebab yang lalu…”
6. SAMADHI, SEBAGAI LANDASAN
MEMAHAMI DAN MENGERTI KETUHANAN
YME
Samadhi (bahasa Sansekerta : समाधि) adalah sebuah ritual
konsentrasi tingkat tinggi, melampaui kesadaran alam
jasmani yang terdapat dalam agama Hindu , Budha ,
Jainisme , Sikhisme, dan aliran yoga. Samadhi juga
merupakan fase tertinggi dalam delapan fase penguasaan
Yoga.
6.1 BHAVANA
Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin
dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti
dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah
samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu
obyek.
6.1.1 VIPASSANA BHAVANA
Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang
bertujuan untuk mencapai pandangan terang.
Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-
kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi
sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan
Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini
dengan sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh
anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku yang kekal).
6.1.2 SAMATHA BHAVANA
Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang
bertujuan untuk mencapai ketenangan.
Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat
dan tertuju pada suatu obyek. Jadi pikiran tidak
berhamburan ke segala penjuru, pikiran tidak berkeliaran
kesana kemari, pikiran tidak melamun dan mengembara
tanpa tujuan.
Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-
rintangan batin tidak dapat dilenyapkan secara
menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat
diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput
hingga tertidur di tanah.
6.2 NIVARANA, JHANA DAN
ABHINA
Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang
selalu menghambat perkembangan pikiran. Nivarana ada 5
macam, yaitu :
1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kelelahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)
Jhana berarti kesadaran/ pikiran yang memusat dan melekat
kuat pada objek kammatthana/ meditasi, yaitu kesadaran/
pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana-
samadhi (konsentrasi yang mantap, yaitu kesadaran/ pikiran
terkonsentrasi pada obyek yang kuat). Jhana merupakan
keadaan batin yang sudah diluar aktivitas panca indera.
Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan
tekun.
Unsur-unsur Jhana meliputi :
a. Vitakka : usaha menangkap obyek
b. Vicara : usaha mempertahankan obyek
c. Piti : kegiuran/kenikmatan pada obyek
d. Sukha : kebahagiaan untuk mengarahkan pikiran pada
pemusatan pikiran
e. Ekagata : pikiran terpusat
f. Upekkha : keseimbangan batin yang muncul bersama
dengan Ekagata pada Jhana tingkat ke - IV
Abhinna adalah kemampuan batin luar
biasa yang dilakukan oleh mereka yang
berhasil dalam meditasi pada kehidupan
sekarang maupun pada kehidupan
lampau. Abhinna akan muncul bila telah
mencapai jhana tingkat ke 4. terdapat 2
macam abhinna yaitu :
1. Lokiya Abhinna artinya kekuatan batin
bersifat duniawi
2. Lokutara abhinna artinya kekuatan
batin diatas duniawi
6.3 VISUDDHI DAN
SAMYOJANA
Visudhi Magga artinya jalan kesucian yang membahas
tentnag cara umat awam (orang biasa) menjadi Ariya
Puggala (orang suci atau mulia).
Visudhi Magga terdiri dari 7 tahap, yaitu:
1. Sila Visuddhi
2. Citta Visuddhi
3. Ditthi Visuddhi
4. Kankhavitarana Visuddhi
5. Maggananadassana Visuddhi
6. Patipadananadassana Visuddhi
7. Nanadassana Visuddhi
Samyojana artinya belenggu, yang dalam kaitannya dengan
Buddha Dhamma berarti hal-hal yang membelenggu makhluk
sehingga tidak dapat mencapai kebebasan. Belenggu-belenggu
itu hanya dapat dilenyapkan oleh orang yang melaksanakan
Vipassana Bhavana dan sekali belenggu itu telah dilenyapkan
maka ia tidak akan pernah muncul lagi. Orang yang telah
melenyapkan semua belenggu disebut sebagai arahat.
Terdapat 10 macam samyojana, yaitu :
1. Sakkayaditthi 6. Ruparaga
2. Vicikiccha 7. Aruparaga
3. Silabbataparamasa 8. Mana
4. Kamaraga 9. Uddhacca
5. Patigha 10. Avijja
6.4 ARIYA PUGGALA
Seseorang atau individu yang agung atau mulia, makhluk
suci yang telah menghancurkan atau melenyapkan dengan
tuntas tiga, lima atau sepuluh samyojana sehingga mencapai
tingkat kesucian : Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan
Arahat.
6.4.1 SOTAPANNA
Sotapanna atau Pemasuk Arus berarti seseorang yang telah
memasuki arus nibbana, pasti maju dengan tegush sepanjang
“Sang Jalan” tanpa adanya kemungkinan mundur atau berhenti di
dalam perkembangan batinnya.
7.2 HETERODOKS
Keselamatan dapat terjadi sebab adanya
pengampunan dan usaha manusia
7.3 INDEPENDEN
Keselamatan sepenuhnya bergantung dari usaha
manusia