Anda di halaman 1dari 14

Nama: Jabriel Duta Sathya

NIM : 23200442
Prodi : Ilmu Hukum
BAB 1
KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. SADDHA (KEIMANAN)
1.1 KEYAKINAN TERHADAP KETUHANAN YANG MAHA ESA

• Agama Buddha bersifat non-teistik, yang berarti tidak ada kepercayaan


kepada entitas ilahi atau dewa-dewa pencipta.
• Dalam ajaran Buddha, tidak ada konsep Tuhan yang menciptakan dan
mengendalikan alam semesta atau kehidupan manusia.
• Agama Buddha menekankan pada konsep samsara, yaitu siklus kelahiran,
kematian, dan reinkarnasi, yang dipengaruhi oleh karma (hukum tindakan).
• Buddhisme lebih fokus pada perjalanan individu menuju pencerahan
(nirvana) daripada memuja entitas ilahi.
• Nirvana adalah keadaan bebas dari penderitaan, dan mencapainya
merupakan tujuan utama dalam Buddhisme.
• Buddhisme mendorong praktik meditasi, moralitas, dan kepemahaman yang
dalam terhadap alam kenyataan sebagai sarana mencapai nirvana.

1.2 KEYAKINAN TERHADAP TRI RATNA/TIRATANA


Keyakinan terhadap Tri Ratna, juga dikenal sebagai Tiga Permata atau Tiga
Pelindung, merupakan salah satu aspek penting dalam Buddhisme. Tri Ratna
adalah konsep sentral dalam agama Buddha yang mengacu pada tiga aspek utama
yang dihormati dan dijadikan pedoman oleh penganutnya. Berikut adalah
penjelasan mengenai keyakinan terhadap Tri Ratna dalam Buddhisme: Buddha,
Dhamma, dan Sangha.

1.3 KEYAKINAN TERHADAP BODISATTVA, ARAHAT, DAN DEWA


Keyakinan dalam Buddhisme mencakup keyakinan terhadap berbagai entitas dan
konsep penting, termasuk Bodhisattva, Arahat, dan Dewa.

1. Bodhisattva
• Bodhisattva adalah individu yang telah mencapai pencerahan (nirvana)
tetapi memilih untuk tetap dalam samsara (siklus kelahiran dan kematian)
untuk membantu semua makhluk mencapai pencerahan.
• Keyakinan dalam Bodhisattva adalah khusus untuk aliran Buddhisme
Mahayana, yang menghormati Bodhisattva sebagai teladan spiritual yang
luar biasa.
• Salah satu Bodhisattva yang paling terkenal adalah Avalokiteshvara,
Bodhisattva belas kasih yang merupakan simbol cinta dan kepedulian dalam
Buddhisme Mahayana.

2. Arahat
• Arahat adalah individu yang juga telah mencapai pencerahan (nirvana),
tetapi mereka memilih untuk meninggalkan samsara dan mencapai
pembebasan pribadi dari siklus kelahiran dan kematian.
• Keyakinan dalam Arahat lebih terkait dengan aliran Buddhisme Theravada,
yang mengutamakan pencapaian pencerahan individu sebagai tujuan utama.

3. Dewa
• Dewa-dewa dalam Buddhisme tidak memiliki peran seperti dewa-dewa
dalam agama-agama politeistik. Mereka lebih merupakan makhluk surgawi
yang tinggal di tingkat tertinggi dalam alam semesta siklus kelahiran dan
kematian.
• Buddhisme mengajarkan bahwa keadaan dewa-dewa, meskipun lebih baik
daripada keadaan manusia, masih terikat dalam siklus samsara dan oleh
karena itu belum mencapai pembebasan mutlak.
• Meskipun begitu, ada penghormatan terhadap beberapa dewa dalam
Buddhisme, terutama dalam praktik-praktik keagamaan seperti persembahan
dan puja.

1.4 KEYAKINAN TERHADAP HUKUM KESUNYATAAN


• Keyakinan terhadap hukum kesunyataan adalah konsep sentral dalam
Buddhisme yang mengacu pada pemahaman tentang sifat kenyataan atau
eksistensi. Konsep ini berhubungan dengan pandangan dasar yang diajarkan
oleh Buddha mengenai alam semesta, pengalaman manusia, dan jalan
menuju pembebasan.
• Keyakinan terhadap hukum kesunyataan adalah dasar bagi praktik
Buddhisme. Penganut Buddhisme berusaha untuk memahami dan
menginternalisasi konsep-konsep ini melalui meditasi, refleksi, dan
pengamatan atas alam kenyataan. Tujuan akhir dalam Buddhisme adalah
mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian dengan memahami
dan mengatasi sifat kesunyataan.

1.5 KEYAKINAN TERHADAP KITAB SUCI


Keyakinan terhadap kitab suci pada agama buddha yaitu pada Tripitaka
(Tiga Keranjang) yang terdiri dari : Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma
Pitaka.

1.Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka adalah bagian Tripitaka yang mengandung aturan dan
peraturan bagi biksu dan biksuni (pendeta Buddha) serta tata cara untuk menjalani
kehidupan monastik.
2. Sutta Pitaka
Sutta Pitaka adalah bagian Tripitaka yang berisi ajaran-ajaran langsung yang
diajarkan oleh Buddha Gautama selama hidupnya.
3. Abhidhamma Pitaka
Abhidhamma Pitaka adalah bagian Tripitaka yang lebih filosofis dan analitis. Ini
merupakan upaya untuk menguraikan ajaran Buddha dalam detail yang lebih
dalam.

1.6 KEYAKINAN TERHADAP NIRVANA/NIBANNA


Keyakinan terhadap Nirvana atau Nibbana adalah salah satu konsep paling penting
dalam agama Buddha. Nirvana merupakan tujuan akhir dan pusat dari ajaran
Buddha. Nirvana adalah kata yang berasal dari bahasa Pali (Nibbana dalam bahasa
Sanskerta) yang berarti "penghentian" atau "pemadaman". Ini mengacu pada
keadaan pembebasan akhir dari siklus kelahiran, kematian, dan penderitaan yang
disebut samsara.

2. Puja (Bakti Ketaqwaan)


2.2 AMISA PUJA DAN PATIPATI PUJA
Amisa Puja dan PatiPati Puja merupakan dua jenis puja atau upacara
persembahan yang umumnya dilakukan dalam konteks agama Buddha.

1. Amisa Puja
• Amisa Puja mengacu pada upacara persembahan benda-benda materi atau
hal-hal duniawi kepada Buddha atau kepada para biksu dan biksuni (pendeta
Buddha).
• Dalam Amisa Puja, orang memberikan persembahan seperti makanan,
bunga, minyak wangi, lilin, pakaian, atau barang-barang lain yang dapat
digunakan oleh para biksu dan biksuni dalam kehidupan sehari-hari mereka.
• Tujuan dari Amisa Puja adalah untuk menghormati Buddha dan para
pendeta, serta untuk mengamalkan ajaran Buddhisme tentang kebajikan dan
berbagi.

2. PatiPati Puja
• Patipati Puja adalah upacara persembahan dalam bentuk pengabdian diri
atau jasa kepada Buddha atau kepada para biksu dan biksuni.
• Dalam Patipati Puja, seseorang dapat berjanji untuk mengikuti presepsi
moral yang ketat selama periode tertentu, menyelenggarakan acara
keagamaan, memberikan bantuan sosial, atau melakukan perbuatan baik
lainnya sebagai bentuk pengabdian kepada Buddha dan Sangha.
• Tujuan dari Patipati Puja adalah untuk mendukung dan memelihara ajaran
Buddhisme, serta untuk mengamalkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari.

2.2 SARANA PUJA


2.2.1 Paritta, Sutra, Dharani, dan Mantra
1. Paritta
• Paritta adalah istilah dalam bahasa Pali yang mengacu pada rangkaian doa
atau mantra yang digunakan dalam agama Buddha, terutama dalam
Buddhisme Theravada.
• Paritta digunakan sebagai sarana perlindungan, keselamatan, dan pengusiran
pengaruh negatif, dan sering kali diucapkan dalam bahasa Pali.
• Doa Paritta dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk upacara
keagamaan, persembahan, atau sebagai doa perlindungan pribadi.
2. Sutra
• Sutra adalah istilah dalam bahasa Sanskerta (atau "Sutta" dalam bahasa Pali)
yang mengacu pada ajaran-ajaran langsung yang diajarkan oleh Buddha
Gautama selama hidupnya.
• Sutra adalah bagian dari Sutta Pitaka, yang merupakan salah satu bagian
dalam Tripitaka, koleksi teks suci dalam Buddhisme Theravada.
• Sutra berisi berbagai ajaran Buddha, termasuk Empat Kebenaran Mulia,
Jalan Delapan Mulia, dan banyak ajaran lainnya.
3. Dharani
• Dharani adalah istilah dalam bahasa Sanskerta yang mengacu pada
serangkaian suku kata atau kata-kata khusus yang dianggap memiliki
kekuatan magis atau perlindungan dalam Buddhisme Mahayana.
• Dharani sering kali digunakan dalam praktik meditasi atau puja sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu atau melindungi dari bahaya.
• Mereka sering digunakan dalam upacara-upacara agama, terutama dalam
aliran Buddhisme Mahayana.
4. Mantra
• Mantra adalah frasa, kata, atau suku kata yang diulang secara berulang-ulang
dalam meditasi, doa, atau puja dalam berbagai aliran agama, termasuk
Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme.
• Mantra digunakan untuk mengubah kesadaran, mencapai konsentrasi, atau
mencapai tujuan spiritual.
• Dalam Buddhisme, mantra sering digunakan untuk menghormati Buddha,
Bodhisattva, atau untuk memperoleh perlindungan dan bantuan spiritual.

2.2.2 Vihara
Vihara adalah istilah dalam bahasa Pali yang mengacu pada kompleks kuil atau
biara dalam agama Buddha. Beberapa fasilitas umum yang dapat ditemukan dalam
kompleks Vihara:
1. Uposathagara:
• Uposathagara adalah ruang yang digunakan untuk menjalani upacara
Uposatha, yang merupakan ritual bulanan yang melibatkan pengakuan,
pertobatan, dan pemahaman lebih dalam terhadap ajaran Buddha.
• Upacara ini biasanya diadakan pada hari purnama dan hari baru dalam bulan
lunar.
2. Dharmasala:
• Dharmasala adalah ruang yang digunakan untuk menyelenggarakan kuliah
agama, pengajaran, dan ceramah.
• Ini adalah tempat di mana biksu atau biksuni dapat memberikan pengajaran
dan penjelasan tentang ajaran Buddha kepada penganut dan masyarakat
umum.
3. Kuti:
• Kuti adalah tempat tinggal para biksu dan biksuni dalam biara atau kuil. Ini
adalah tempat di mana mereka tinggal, tidur, dan meditasi.
• Kuti biasanya sederhana dan berfungsi sebagai tempat isolasi untuk praktik
spiritual.
4. Perpustakaan:
• Perpustakaan di dalam Vihara berisi teks-teks suci seperti Tripitaka (kitab
suci dalam Buddhisme Theravada) dan literatur agama Buddha lainnya.
• Ini adalah tempat yang penting untuk studi, penelitian, dan pengajaran ajaran
Buddha.
5. Pohon Bodhi:
• Pohon Bodhi adalah pohon yang penting dalam Buddhisme, karena di bawah
pohon inilah Buddha Gautama mencapai pencerahan.
• Pohon Bodhi sering ditemukan dalam Vihara dan dihormati sebagai simbol
penting dalam agama Buddha.

2.2.3 CETIYA ATAU ALTAR


Cetiya adalah bentuk ruang peribadatan terkecil dalam agama Buddha, sesudah
Arama dan Vihara. Cetiya hanya berfungsi sebagai tempat kebaktian saja. Tempat
kebaktian itu disebut dengan baktisala. Di dalam terdapat altar yang digunakan
untuk meletakkan berbagai objek persembahan dan simbol-simbol keagamaan
dalam praktik keagamaan Buddhisme yang meliputi : Rupa Buddha, lilin, bunga,
dan dupa.

2.2.4 STUPA
Stupa adalah lambang agama Budha yang terlihat seperti mangkuk terbalik
berbentuk persegi empat atau segi delapan dengan tongkat di atasnya sehingga
bentuknya menyerupai lonceng.

2.3 HARI RAYA AGAMA BUDDHA


2.3.1 Magha Puja
Magha Puja adalah salah satu perayaan agama Buddha yang penting dalam
Buddhisme. Hari ini diperingati untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada
bulan purnama Magha, yaitu :
1. Berkumpulnya 1250 orang Arahat di Vihara Veluvana, Rajagaha, di mana
terdapat 4 faktor penting, yakni :
• Mereka semuanya sudah Arahat
• Mereka semuanya adalah "Ehi-Bhikku", yaitu para bhikku yang ditahbiskan
oleh Buddha sendiri
• Mereka semua datang dan berkumpul tanpa berjanji terlebih dahulu
• Buddha membabarkapn prinsip-prinsip ajaran, yang dikenal dengan Ovada
Patimokkha
Keempat peristiwa tersebut di atas disebut dengan 'Çaturangga Sanipata', atau
pertemuan besar dengan emapt faktor.

2. Pada tahun terakhir dari kehidupan Buddha, sewaktu berada di Cetiya


Capala di dekat kota Vesali, dan setelah memberikan khotbah Iddhipada
Dhamma kepada para siswa-Nya, Buddha berdiam diri dan membuat
keputusan untuk wafat tiga bulan kemudian.
Pada kesempatan agung itu, Sang Buddha menerangkan prinsip ajaran yang
disebut Ovada Patimokkha, yang merupakan jantung agama Buddha, yang
meliputi:
• Pokok-pokok dasar agama Buddha
• Cara-cara menyebarkan Dhamma
• Sifat-sifat atau tingkah laku dari menyebarkan Dhamma

2.3.2 WAISAK
Hari raya Waisak biasanya jatuh pada purnama siddhi di bulan Mei-Juni unbtuk
memperingati kejadian-kejadian penting berkenaan dengan Tathagata, yaitu:
• Hari Lahirnya Pangeran Siddharta
• Hari Pangeran Siddharta Mencapai Penerangan Sempurna
• Hari Pencapaian Parinibanna

2.3.3 ASADHA
Hari Asadah diperingati 2 bulan setelah Hari Raya Waisak. Hari Asadha
memperingati 3 kejadian penting dalam kehidupan Buddha dan Ajaran-Nya, yaitu:
• Hari di mana Buddha memberikan khotbah-Nya yang pertama, yang
terkenal dengan Dhamma-cakka-ppavattana Sutta (khotbah Pemutaran
Roda Dhamma)
• Munculnya Sanga pertama di dunia
• Melengkapi Tiratana sebagai tiga perlindungan Umat Buddha (Buddha,
Dhamma, Sanga).

2.3.4 KATHINA
Hari kathina adalah hari suci agama Buddha bagi umat Buddha untuk
mengungkapkan rasa bakti dan terimakasihnya kepada Sangha. Hari Suci Kathina
dirayakan di bulan kathina dalam kalender Buddhis, atau bulan November di
kalender Masehi. Hari suci kathina ini dirayakan tiga bulan setelah Hari Asadha.

2.3.5 HARI PENCERAHAN KWAN YIN


Kwan Yin, adalah Bodhisattva kasih sayang dalam Buddhisme Mahayana
yang sangat dihormati. Hari peringatan pencerahan Kwan Yin adalah kesempatan
untuk bermeditasi dan memohon kasih sayang dan pertolongan kepada Bodhisattva
ini.

3. BUDDHA, BODHISATTVA, DAN ARAHAT


1. Buddha
• Seorang Buddha adalah individu yang telah mencapai pemahaman penuh
terhadap Keempat Kebenaran Mulia, yang merupakan dasar ajaran
Buddhisme. Mereka telah mengatasi samsara (siklus kelahiran, kematian,
dan reinkarnasi) dan mencapai Nirwana, yang merupakan kebebasan mutlak
dari penderitaan.
2. Bodhisattv
• Bodhisattva adalah individu yang telah mencapai tingkat pencerahan yang
tinggi, namun memilih untuk menunda mencapai Nirwana penuh demi
membantu semua makhluk mencapai pembebasan.
3. Arahat
• Arahat adalah individu yang telah mencapai tingkat pencerahan dan
mencapai Nirwana penuh. Mereka telah mengatasi semua ketidaktahuan dan
hasrat, sehingga mereka telah membebaskan diri dari samsara.
• Arahat adalah individu yang mencapai tingkat pencerahan tetapi mungkin
tidak memiliki misi untuk membimbing orang lain, seperti Bodhisattva.
4. PANCA NIYAMA
Panca Niyama adalah konsep dalam Buddhisme yang mengacu pada lima hukum
alam atau prinsip-prinsip yang mengatur berbagai aspek alam semesta, kehidupan,
dan kebijaksanaan. Konsep ini membantu menjelaskan bagaimana dunia diatur
oleh hukum-hukum yang tidak dapat diubah. Berikut adalah penjelasan tentang
Panca Niyama dan prinsip-prinsip yang termasuk di dalamnya:
4.1 Utu Niyama
Utu Niyama dalam konteks alam semesta dalam Buddhisme mengacu pada hukum
alam yang mengatur fenomena cuaca, iklim, dan alam secara keseluruhan. Ini
adalah salah satu dari lima niyama yang membantu menjelaskan bagaimana alam
semesta diatur oleh hukum-hukum yang tidak dapat diubah seperti Alam Semesta,
kejadian bumi dan manusia, kehancuran bumi.
4.2 Bija Niyama
Bija Niyama adalah konsep yang mengacu pada hukum alam yang mengatur
pertumbuhan dan perkembangan semua makhluk hidup, khususnya dalam konteks
tanaman, hewan, dan organisme lainnya. Konsep Bija Niyama membantu
menjelaskan bagaimana benih tumbuh menjadi makhluk hidup yang kompleks dan
bagaimana kehidupan dan pertumbuhan dipengaruhi oleh hukum alamiah tertentu.
4.3 Kamma Niyama
Kamma Nimyama adalah konsep yang mengacu pada hukum alam sebab dan
akibat yang mengatur tindakan manusia dan dampaknya dalam kehidupan. Kamma
adalah istilah yang mengacu pada tindakan atau perbuatan manusia, dan Kamma
Niyama menjelaskan bagaimana tindakan-tindakan ini memiliki konsekuensi yang
sesuai.
4.4 Citta Niyama
Citta Niyama adalah konsep yang mengacu pada hukum alam yang mengatur
proses-proses mental dan emosional dalam pikiran manusia. Citta adalah istilah
dalam bahasa Pali yang merujuk pada pikiran, kesadaran, atau kecenderungan
mental. Citta Niyama membantu menjelaskan bagaimana pikiran manusia
dipengaruhi oleh hukum alam dan bagaimana proses mental memengaruhi
tindakan dan pengalaman manusia.
4.5 Dhamma Niyama
Dhamma Niyama adalah konsep yang mengacu pada hukum alam atau
prinsip-prinsip yang mengatur ajaran Dharma dan aspek-aspek moral dalam agama
Buddha.
5. KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AJARAN BUDDHA
5.1 Lokattara dan Ariya
1. Lokattara
• Lokattara adalah istilah dalam bahasa Pali yang dapat diterjemahkan sebagai
melebihi dunia. Ini merujuk pada hal-hal yang melebihi atau berada di luar
batas-batas dunia materi atau samsara, yaitu siklus kelahiran, kematian, dan
penderitaan.
• Dalam konteks Buddhisme, Lokattara sering digunakan untuk merujuk pada
ajaran-ajaran atau konsep-konsep yang bersifat melampaui pemahaman
konvensional tentang realitas. Ini termasuk konsep pencerahan
(Nirwana/Nibbana), ajaran Dharma, dan pengalaman spiritual yang melebihi
dunia fisik dan material.
2. Ariya
• Ariya adalah istilah yang merujuk kepada orang-orang yang telah mencapai
tingkat kesadaran atau pemahaman yang lebih tinggi dalam Buddhisme. Ini
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kaum yang telah
memahami ajaran Dharma secara mendalam dan memiliki visi yang lebih
jelas tentang realitas.
• Orang yang telah mencapai tingkat kesadaran Ariya dikenal sebagai Ariya-
puggala atau. Mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih dalam
tentang Empat Kebenaran Mulia dan memiliki pengalaman pencerahan yang
membimbing mereka menuju pembebasan dari siklus kelahiran, kematian,
dan penderitaan.
5.2 Kitab Udana VIII.3
Kitab Udana VIII.3 berbunyi keesaan Tuhan diistilahkan dengan Atthi
Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam dengan arti sesuatu yang tak dilahirkan, tak
dijelmakan, tak diciptakan, dan bersifat Maha Mutlak.

6. SAMADHI SEBAGAI LANDASAN MEMAHAMI DAN MENGERTI


KETUHANAN YANG MAHA ESA
6.1 Bhavana
Bhavana adalah istilah dalam Buddhisme yang merujuk kepada praktik
meditasi atau pengembangan mental.
6.1.1 Vipassana Bhavana
• Vipassana Bhavana adalah jenis meditasi yang berfokus pada
pengembangan pemahaman yang mendalam tentang sifat kenyataan dan
penderitaan. Ini adalah meditasi pencerahan yang bertujuan untuk melihat
realitas sebagaimana adanya.
• Praktisi Vipassana Bhavana merenungkan pengalaman mereka dengan
penuh kehadiran dan ketelitian. Mereka memperhatikan pikiran, perasaan,
sensasi tubuh, dan objek pengamatan lainnya secara teliti untuk memahami
sifat impermanen, penderitaan, dan ketidak-kekalan dari semua fenomena.
• Vipassana Bhavana bertujuan untuk mencapai pemahaman yang mendalam
tentang Empat Kebenaran Mulia dan melihat realitas tanpa delusi. Ini adalah
meditasi yang terkait dengan pencapaian pencerahan atau Nirwana.
6.1.2 Samantha Bhavana
• Samatha Bhavana adalah jenis meditasi yang berfokus pada pengembangan
konsentrasi atau samadhi (pikiran yang konsentratif dan stabil). Tujuannya
adalah untuk meredakan gelombang pikiran dan emosi yang mengganggu
sehingga praktisi dapat mencapai tingkat konsentrasi yang tinggi.
• Praktisi Samatha Bhavana sering menggunakan objek meditasi seperti
pernapasan (anapanasati), mantra, atau citra visual untuk mengembangkan
konsentrasi. Mereka berupaya untuk menjaga perhatian pada objek meditasi
dan menghindari gangguan pikiran atau emosi yang muncul.
• Meskipun Samatha Bhavana membantu mencapai konsentrasi tinggi,
tujuannya bukanlah pencerahan langsung. Namun, konsentrasi yang tinggi
yang dicapai melalui Samatha Bhavana dapat menjadi dasar untuk meditasi
Vipassana.
6.2 NIVARANA, JHANA, ABHINNA
1. Nivarana
• Nivarana adalah istilah yang merujuk kepada penghalang atau gangguan
dalam meditasi dan pertumbuhan spiritual. Dalam Buddhisme, ada lima
nivarana utama yang harus diatasi oleh seorang meditator untuk mencapai
tingkat meditasi yang lebih dalam. Kelima nivarana ini adalah: kama-chanda
(keinginan sensorik), vyapada (ketidaksukaan), thina-middha (keletihan dan
kebingungan mental), uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan penyesalan),
dan vicikiccha (keragu-raguan).
• Praktisi meditasi berupaya untuk mengatasi nivarana-nivarana ini melalui
meditasi dan pengembangan konsentrasi untuk mencapai tingkat meditasi
yang lebih dalam.
2. Jhana
• Jhana adalah tingkat meditasi yang mendalam yang dicapai melalui
pengembangan konsentrasi yang tinggi. Ada empat jhana utama dalam
tradisi Buddhisme yang mewakili tingkat meditasi yang semakin dalam.
Jhana-jhana ini adalah tingkat meditasi di mana pikiran menjadi sangat
konsentratif dan terbebas dari gangguan.
• Dalam jhana, praktisi mengalami tingkat kebahagiaan, kedamaian, dan
ketenangan yang mendalam. Ini adalah tingkat meditasi yang diperlukan
untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas dan untuk
mengatasi penderitaan.
3. Abhinna
• Abhinna adalah istilah yang merujuk kepada kemampuan supranatural atau
kekuatan yang dapat berkembang dalam meditasi yang sangat dalam. Ada
beberapa jenis abhinna, termasuk kemampuan membaca pikiran orang lain,
kemampuan melihat kehidupan masa lalu, penglihatan di berbagai alam
semesta, dan sebagainya.
• Meskipun abhinna dapat berkembang sebagai hasil dari meditasi yang
mendalam, dalam Buddhisme, abhinna dianggap bukan tujuan akhir
spiritual. Tujuan utama adalah pencapaian pencerahan atau pembebasan dari
siklus kelahiran dan kematian.
6.3 Visuddhi dan Samyojana
1. Visuddhi
• Visuddhi adalah istilah dalam bahasa Pali yang dapat diterjemahkan sebagai
pembersihan atau pemurnian. Ini merujuk kepada proses pemurnian batin
dan pikiran seorang praktisi Buddhisme dalam perjalanan menuju
pencerahan atau pembebasan.
• Visuddhi mencakup pemurnian etika, pemurnian konsentrasi melalui
meditasi, pemurnian pemahaman, dan akhirnya, pemurnian dalam
pemahaman mendalam tentang realitas sebagaimana adanya.
2. Samyojana
• Samyojana adalah istilah dalam bahasa Pali yang dapat diterjemahkan
sebagai ikatan atau pengikat. Ini merujuk kepada ikatan-ikatan mental atau
faktor-faktor yang mengikat seseorang dalam siklus kelahiran, kematian, dan
penderitaan dalam Buddhisme.
• Proses pemurnian atau Visuddhi adalah bagian dari upaya untuk mengatasi
dan memutuskan ikatan-ikatan (Samyojana) ini dan mencapai pembebasan
dari siklus kelahiran ulang.
6.4 Ariya Pugala
Ariya Pugala adalah istilah dalam Buddhisme yang merujuk kepada individu yang
telah mencapai tingkat kemajuan spiritual tertentu atau tingkat pemahaman yang
lebih dalam tentang ajaran Dharma yang teridiri atas :
1. Sotapanna (Orang yang Sudah Masuk Arus)
• Seseorang yang mencapai tingkat Sotapanna adalah orang yang telah
memiliki pemahaman mendalam tentang Empat Kebenaran Mulia dan
melihatnya secara langsung. Mereka telah mengatasi tiga dari sepuluh
Samyojana (ikatan-ikatan utama) dan telah memasuki "arus" menuju
pembebasan penuh dari siklus kelahiran ulang.
• Sotapanna dijamin untuk mencapai pencerahan penuh (Nirwana/Nibbana)
dalam beberapa kehidupan mendatang dan tidak akan terjatuh ke alam
neraka.
2. Sakadagami (Orang yang Kembali Sekali
• Seseorang yang mencapai tingkat Sakadagami adalah orang yang telah
mengurangi keinginan dan ikatan terhadap kehidupan sensorik dan sensual.
Mereka masih memiliki keinginan yang tersisa, tetapi sudah tidak sekuat
keinginan yang dimiliki oleh orang awam.
• Sakadagami akan terlahir kembali satu kali lagi dalam kehidupan manusia
sebelum mencapai pembebasan penuh.
3. Anagami (Orang yang Tidak Kembali)
• Seseorang yang mencapai tingkat Anagami adalah orang yang telah
mengatasi semua ikatan terhadap kehidupan sensorik dan sensual. Mereka
tidak memiliki keinginan sensual yang tersisa dan tidak akan terlahir
kembali dalam alam manusia.
• Anagami akan terlahir kembali dalam alam yang lebih tinggi, yaitu alam
"Rupa" atau "Arupa," sebelum mencapai pembebasan penuh.
4. Arahat
• Arahat adalah orang yang mencapai pencerahan penuh dan mencapai
pembebasan absolut dari siklus kelahiran dan kematian. Mereka telah
mengatasi semua ikatan dan dosa, dan mencapai pemahaman penuh tentang
ajaran Dharma.
• Arahat adalah contoh tertinggi dalam Buddhisme Theravada, dan mereka
dianggap telah mencapai Nirwana/Nibbana.

7. KONSEP KESELAMATAN
Berbicara mengenai keselamatan, masing-masing agama pasti memiliki konsep
keselamatan masing-masing. Ada tiga konsep keselamatan, yaitu:
1. Ortodoks, yaitu keselamatan sepenuhnya tergantung pada pemgampunan
2. Heterodoks, yaitu keselamatan sepenuhnya tergantung pada pemgampunan dan
usaha manusia
3.Indenpendent, yatu keselamatan sepenuhnya tergantung pada usaha manusia

Anda mungkin juga menyukai