Anda di halaman 1dari 41

Ketuhanan Yang

Maha Esa dalam


Ajaran Buddha
1. Saddha (Keimanan)
• Saddha atau Sradha mempunyai arti kata
Keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti
kepercayaan yang membabi buta, atau asal
percaya saja, akan tetapi keyakinan yang
berdasarkan pada fakta dan kebenaran.
• Keyakinan atau Saddha mengandung tiga
unsur yaitu:
1. Melihat atau mengalami langsung (Ehi
Passiko)
2. Percaya kepada orang yang mengajarkan
Dhamma, yaitu Sang Buddha
3. Melihat adanya gejala atau tanda yang timbul,
dan dapat direnungkan
Keyakinan dalam agama Buddha terdiri
dari Sad Saddha atau enam keyakinan
umat Buddha, yaitu:
A. Saddha terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
B. Saddha terhadap Tiratana
C. Saddha terhadap Buddha,
Bodhisatva, Arahat dan Dewa
D. Saddha terhadap Hukum - hukum
Kesunyataan
E. Saddha terhadap Kitab Suci
Tipitaka
F. Saddha terhadap Nibbana
A. SADDHA TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA

• Umat Buddha yakin -Membacakan Parita


terhadap Tuhan Yang Vandana
Maha Esa dengan - Berusaha melakukan
sebutan Sanghyang Adi perbuatan baik melalui
Buddha. Hal ini sesuai
dengan sila pertama pikiran, ucapan, dan badan
dasar negara Pancasila, jasmani yang sesuai atau
yaitu Ketuhanan Yang terdapat dalam Brahma
Maha Esa. Umat Buddha Vihara yaitu: Metta,
mengagungkan Karuna, Mudita, dan
Sanghyang Adi Buddha Upekkha.
dengan dua cara yakni:
B. SADDHA TERHADAP TIRATANA
• Tiratana terdiri dari:
1. Buddha: Guru para Dewa dan
Manusia yang menjadi guru
junjungan kita
2. Dhamma: Ajaran Sang Buddha
3. Sangha: Persaudaraan para
Bhikkhu dan Bhikkuni
• Keyakinan Umat Buddha kepada
Tiratana dinyatakan dalam parita
Tisarana.
C. SADDHA TERHADAP BUDDHA,
BODHISATVA, ARAHAT DAN DEVA
Sebagai umat Buddha harus memiliki
keyakinan terhadap:
• BodhisatvaCalon Buddha atau orang
yang bercita-cita dan bertekad menjadi
Buddha.
• Arahat Siswa Sang Buddha yang karena
ketekunan dan keyakinan melaksankan
ajaran Sang Buddha menjalankan sila,
Samadhi, dan memiliki kebijaksanaan
(Panna) sehingga dapat melenyapkan
kekotoran batin sehingga mencapai tingkat
kesucian tertinggi.
• DewaMakhluk yang hidup dialam dewa.
Yang hidup dengan hasil ciptaanya sendiri
berkat kekuatan karma baik atau Kusala
Kamma.
D. SADDHA TERHADAP HUKUM
– HUKUM KESUNYATAAN
Umat Buddha yakin bahwa di alam-alam
kehidupan berlaku hukum kesunyataan.
Hukum kesunyataan itu adalah:
1. Catari Arya Saccani: Empat
Kesunyataan Mulia
2. Kamma dan Punnabhava: Hukum
perbuatan dan Kelahiran Kembali
3. Tilakkhana: Hukum tiga corak umum
(Anicca, Dukkha, Anatta)
4. Paticcasamuppada: Hukum sebab
musabab yang saling bergantungan
E. SADDHA TERHADAP
KITAB SUCI TIPITAKA

Kitab suci agama Buddha adalah


Tipitaka. Yang terdiri dari:
• Sutta Pitaka : Berisi khotbah-
khotbah Sang Buddha
• Vinaya Pitaka : Berisi peraturan-
peraturan bagi para Bhikkhu dan
Bhikkhuni
• Abhidhamma Pitaka : Berisi
Filsafat dan metafisika Agama
Buddha.
F. SADDHA TERHADAP NIBBANA
Umat Buddha yakin adanya
kebahagiaan Nibbana sebagai
pembebasan dari Dukkha.
Orang yang telah mampu
mencapai Nibbana disebut
Arahat atau Buddha. Untuk
mencapai Nibbana yaitu
dengan cara melaksanakan
Jalan Utama Beruas Delapan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Puja (Bakti,
Ketaqwaan) Puja sebagai penghormatan dapat
dilakukan dengan berbagai cara
• Puja adalah upacara berupa persembahan dengan
pemujaan atau materi (persembahan makanan,
penghormatan kepada buah, dupa, bunga, dll) maupun
sesuatu atau benda yang perilaku seperti sopan santun,
dianggap suci maupun
ramah tamah, rendah hati; secara
keramat.
fisik, seperti bersikap anjali,
• Dalam agama Buddha namaskara, maupun mental
ditulis Pūjā yang artinya
seperti praktik cinta kasih, kasih
menghormat.
sayang serta memiliki pandangan
benar.
Ada 2 macam puja (penghormatan)
dalam agama Buddha, yaitu :
• Amisa Puja, artinya menghormat dengan materi atau
benda, misalnya memuja dengan mempersembahkan
bunga, lilin, cendana/dupa, dll. Amisa Puja dilaksanakan
bermula dari kebiasaan bhikkhu Ananda, yang setiap hari
mengatur tempat tidur, membersihkan tempat tinggal,
membakar dupa, menata bunga, dan lain-lain, mengatur
penggiliran umat untuk menemui umat untuk menemui
atau menyampaikan dana makanan kepada Buddha.
• Patipati Puja artinya menghormat dengan melaksanakan
ajaran (Dhamma), mempraktekkan sila, samadhi, dan
panna.
Kebaktian merupakan salah satu praktik Patipati puja.
Patipati puja merupakan cara menghormat yang paling
tinggi kepada Buddha, dengan melaksanakan ajaran Buddha
berarti telah menghormati Buddha, seperti kisah Bhikkhu
Atadata yang berusaha keras mencapai arahat sebelum
Buddha Parinibbana.
Sarana Puja (paritta, vihara, cetiya atau altar, dan stupa)
• Paritta, sutra, dharani, mantra  Paritta berarti perlindungan.
Perlindungan ini didapat dengan cara membaca atau
mendengarkan khotbah-khotbah Buddha sutta. Pembacaan
paritta menimbulkan ketenangan batin bagi mereka yang
mendengarkan dan yang telah mempunyai keyakinan akan
kebenaran kata-kata Sang Buddha.
• Vihara  Pada jaman 1. Uposathagara, yaitu gedung
Buddha masih hidup uposatha (pesamuan para
vihara digunakan sebagai bhikkhu), uposathagara
tempat tinggal merupakan suatu tempat di
para bhikkhu. Sekarang vihara yang digunakan
vihara beralih fungsi untuk melakukan kegiatan yang
sebagai tempat untuk berhubungan dengan penerangan
melaksanakan puja bakti vinaya, penahbisan bhikkhu, untuk
atau persembahan puja upacara pembacaan patimokha
yaitu 227 peraturan kebhikkhuan
dari umat Buddha kepada
pada bulan gelap dan bulan
sang Buddha.
terang, upacara untuk mengakui
Vihara yang lengkap terdiri kesalahan-kesalahan para bhikkhu
dari: pada saat melaksanakan vassa,
tempat untuk melakukan upacara
persembahan jubah khatina.
• Dhammasala atau dharmasala  yaitu tempat puja bakti dan
pembabaran dhamma. Ditempat inilah umat Buddha melakukan puja
bakti dan mendengarkan uraian dhamma dari para bhikkhu, pandita atau
dharmaduta.
• Kuti  yaitu tempat tinggal untuk para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan
samaneri. Didalam kuti para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri
tinggal, melatih diri, seperti bermeditasi.
• Perpustakaan sama seperi fungsi perpustakaan lainya yaitu sebagai
tempat untuk buku-buku agama atau yang isinya berhubungan dengan
keagamaan dan berbagai pengetahuan lainya. Juga merupakan tempat
menyimpan kitap suci. Perpustakaan bisa digunakan untuk para bhikkhu
maupun umat awam yang ingin belajar dhamma.
• Pohon Bodhi  pohon kebijaksanaan yang mengingatkan pada
pencerahan dari pertapa gotama.
• Cetiya  dalam agama Buddha berarti tempat pemujaan atau
tempat koleksi objek pemujaan, sehingga layak disebut sebagai altar.
• Stupa  adalah sebutan Buddha untuk tempat relik yang dihormati.
Kegiatan pemujaan cetiya, selain pemujaan stupa, juga berarti
mempersembahkan sajian atau pujian ke hadapan Buddha atau
makhluk suci lainnya.
Hari Besar Agama Buddha
1. Hari suci Magha Puja memperingati empat peristiwa penting, yaitu :
• Seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang berkumpul tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
• Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian arahat.
• Mereka semuanya memiliki enam abhinna.
• Mereka semua ditasbihkan oleh Sang Buddha dengan ucapan “Ehi
Bhikkhu”.
Peristiwa penting ini dinamakan Caturangga-sannipata, yang berarti
pertemuan besar para arahat yang diberkahi dengan empat faktor, yaitu
seperti tersebut di atas. Peristiwa penting ini terjadi hanya satu kali
dalam kehidupan Sang Buddha Gotama, yaitu pada saat purnama penuh
di bulan Magha (Februari), tahun 587 Sebelum Masehi ( sembilan bulan
setelah Sang Buddha mencapai Bodhi), di vihara Veluvana.
2. Hari suci Waisak atau
Vaisakha Puja
memperingati tiga
peristiwa suci yang
terjadi pada pribadi
Buddha Gotama, yaitu:
• Pangeran Siddharta lahir di
Taman Lumbini tahun 623
Sebelum Masehi.
• Petapa Gotama mencapai
bodhi atau Penerangan
Sempurna di Bodhi Gaya
pada usia 35 tahun.
• Buddha Gotama mencapai
Parinibbana (mangkat) di
Kusinara pada usia 80
tahun.
3. Hari suci Asadha memperingati tiga
peristiwa penting, yaitu :
• Khotbah pertama Sang Buddha kepada
lima orang pertapa di Taman Rusa
Isipatana (588 SM). Mereka yang
kemudian disebut Panca Vaggiya
Bhikkhu ini adalah Kondanna,
Bhaddiya, Vappa, Mahanama, dan
Assaji.
• Terbentuknya sangha Bhikkhu yang
pertama.
• Lengkapnya Tiratana/Triratna ( Buddha,
Dhamma, dan Sangha ).
4. Hari Suci Kathina atau Khathina Puja
merupakan hari bakti umat Buddha
kepada Sangha.
Kathina Puja diselenggarakan selama satu
bulan, mulai dari sehari sesudah para
bhikkhu / bhikkhuni selesai menjalankan
masa vassa. Masa vassa adalah masa
musim hujan di daerah kelahiran Sang
Buddha. Lamanya masa vassa adalah tiga
bulan, yaitu sehari sesudah bulan purnama
penuh dibulan Asadha (Juli) sampai
dengan sehari sebelum hari Kathina
(Oktober). Selama masa vassa, para
bhikkhu / bhikkhuni harus berdiam di
suatu tempat (vihara) yang telah
ditentukan.
Buddha ialah orang yang
mencapai Kesadaran
Sempurna (kesucian tertinggi)
dengan usahanya sendiri, lalu
mengajarkan Dharma
3. Buddha, ajarannya kepada semua umat
manusia.
Arahat, dan Arahat ialah orang yang telah
Boddhisattva mencapai kesucian batin
tertinggi mengikuti ajaran
Buddha.
Boddhisattva ialah orang yang
bertekad untuk mencapai
tingkat Buddha.
Dhamma Niyama
• Utu Niyama
Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama (mahabhuta), yaitu unsur pathavi
(tanah), apo (air), tejo (api), dan vayo (udara).
Unsur-unsur ini jika bertahan dalam kondisi yang tetap, dapat bertambah
kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk bertambah, dan berkurang
kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk berkurang. Misalnya, dalam
benda padat unsur cair dapat memperoleh kekuatan gerak yang cukup sehingga
menyebabkan benda padat tersebut mencair, dalam zat cair unsur panas dapat
mengubahnya menjadi nyala api dan unsur cairnya hanya memberi sifat ikatan.
Karena sifat intensitas dan jumlahnya ini, keempat unsur tersebut disebut unsur
besar (mahabhutani). Intensitas dan jumlah unsur-unsur ini mencapai puncaknya
ketika terjadinya pembentukan dan kehancuran alam semesta.
Hukum energy (utu) merupakan proses berkelanjutan yang mengatur empat
rangkaian pembentukan, kelanjutan, kehancuran, dan kekosongan alam semesta.
Ia juga mengatur pergantian musim dan menentukan musim di mana tumbuhan
menghasilkan bunga dan buah. Tidak ada yang mengatur kejadian-kejadian ini
apakah manusia, dewa, atau Tuhan, kecuali hukum utu-niyama ini.
• Bijja Niyama
Bija berarti "benih" di mana
tumbuhan tumbuh dan
berkembang darinya dalam
berbagai bentuk.
Hukum pembenihan menentukan
kecambah, tunas, batang, cabang,
ranting, daun, bunga, dan buah di
mana dapat tumbuh. Dengan
demikian, biji jambu tidak akan
berhenti menghasilkan keturunan
spesies jambu yang sama. Hal ini
juga berlaku untuk semua jenis
tumbuhan lainnya dan tidak ada
sosok pencipta yang mengaturnya.
• Kamma Niyama
Perbuatan (kamma)
merupakan perbuatan baik
maupun buruk yang dilakukan
seseorang yang disertai
kehendak (cetana).
Di sini kehendak merupakan
kemauan (tindakan mental).
Dalam melakukan sesuatu,
baik maupun buruk, kehendak
mempertimbangkan dan
memutuskan langkah-langkah
yang diambil, menjadi
pemimpin semua fungsi
mental yang terlibat dalam
perbuatan tersebut.
• Citta Niyama
Citta berarti "ia yang berpikir"
(perbuatan berpikir).
Pikiran menjadi lebih beraneka
ragam berkaitan dengan hal-
hal yang tidak baik
dibandingkan dengan hal-hal
yang baik sehingga dikatakan
"Pikiran menyenangi hal-hal
yang buruk". Oleh sebab itu,
mahkluk-makhluk di alam
rendah yang dibuat dan
diciptakan oleh pikiran lebih
beraneka ragam dibandingkan
semua makhluk lainnya.
• Dhamma Niyama Dhamma-niyama merupakan
Adalah hukum tertib yang keseluruhan sistem yang
mengatur sebab-sebab terjadinya mengatur alam semesta. Empat
keselarasan /persamaan dari satu niyama lainnya merupakan
gejala yang khas, misalnya : hukum alam yang spesifik yang
terjadinya keajaiban alam seperti mengkhususkan pada aspek
bumi bergetar pada waktu tertentu dari alam semesta.
seseorang Bodhisattva hendak
Jadi, hukum alam apa pun yang
mengakhiri hidupnya sebagai
seorang calon Buddha, atau pada tidak termasuk dalam keempat
saat Ia akan terlahir untuk niyama yang pertama
menjadi Buddha. Hukum gaya dikategorikan sebagai
berat (gravitasi) , daya listrik, Dhamma-niyama.
gerakan gelombang dan
sebagainya, termasuk dalam
hukum ini.
5.Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Ajaran Buddha
5.1.Lokuttara dan Ariya
• lokuttara (supramundane) yang tidak berhubungan dengan duniawi, dalam hal ini
dikaitkan dengan lokuttara dharmma, yaitu dharmma yang berhubungan dengan
pencapaian spiritualitas ke tingkat yang lebih tinggi.
• Ariya atau “suci” dalam hal ini dikaitkan dengan tingkat kesucian yang dicapai oleh
makhluk yang menjalankan meditasi dan mengembangkan batin

5.2.Kitab Udana VIII : 3


"Atthi bhikkhave ajatam abhutam akatam asankhatam, no ce tam bhikkhave
abhavisam ajatam abhutam akatam asankhatam, nayidha jatassa bhutassa katassa
sankhatassa nissaranam pannayetha. Yasma ca kho bhikkhave atthi ajatam
abhutam akatam asankhatam, tasma jatassa bhutassa katassa sankhatassa
nissaranam pannaya'ti. Artinya:
"Para bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang
Mutlak. Para bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi, para bhikkhu,
karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak,
maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu."
6.Samadhi ,Sebagai Landasan Memahami & Mengerti Ketuhanan YME
6.1.Bhavana
Bhavana berarti pengembangan batin yang mengarah pada ketenangan
batin . Dalam khalayak luas, bhavana lebih dikenal dengan samadhi atau
meditasi yaitu suatu konsep pengembangan batin dengan cara memusatkan
konsenterasi / cittassa ekagatta.
6.1.1 Vipassana Bhavana
Vipassana artinya melihat ke dalam, kebijaksanaan, atau pandangan
terang. Vipassana Bhavana atau dikenal juga dengan meditasi pandangan
terang , dilakukan dengan mengembangkan pengertian sempurna / kesadaran
/ sati ,mengenai sebuah obyek . Tujuan dari pelaksanaan Vipassana Bhavana
adalah melenyapkan semua kekotoran batin sehingga mencapai Bodhi atau
penerangan agung , mencapai kesucian agung atau Nibbana.
Pelaksanaan Vipassana bhavana dapat dilakukan dengan melatih satipatthana
atau empat macam perenungan, yaitu :
a)Kayanupassana Satipatthana yaitu perenungan terhadap badan jasmani.
6.2 Nivarana,Jhana,Abinna
Nivarana
Nivarana artinya rintangan atau kekotoran batin yang
mencegah pikiran untuk berkembang
Nivarana ini ada lima macam, yaitu:
1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)
Jhana
Jhana berarti kesadaran atau pikiran yang memusat
dan melekat kuat pada obyek kammatthana atau meditasi,
yaitu kesadaran atau pikiran terkonsentrasi pada obyek
dengan kekuatan appana-samadhi (konsentrasi yang
FAKTOR-FAKTOR JHANA
• Vitakka, ialah penopang pikiran yang merupakan
perenungan permulaan untuk memegang obyek.
• Vicara, ialah keadaan pikiran dalam memegang obyek
dengan kuat.
• Piti, ialah kegiuran atau kenikmatan.
• Sukha, ialah kebahagiaan yang tak terhingga.
• Ekaggata, ialah pemusatan pikiran yang kuat
Abhinna

Abhinna adalah kemampuan batin yang diperoleh


setelah berlatih meditasi.
Beberapa jenis abhinna :
a) Iddhividdhi,kemampuan batin fisik seperti kebal,merubah diri menjadi banyak
dan sebagainya,menghilang,jalan di atas air ,dsb.
b) Dibbasota,kemampuan batin mendengar suara maklhuk yang terlihat atau tak
terlihat, baik jauh atau pun dekat
c) Dibbacakkhu,kemampuan batin melihat makhluk yang berwujud atau tak
berwujud ,, jauh atau dekat.
d) Cetopariyanana,yaitu kemampuan batin untuk mengetahui apa yang dipikirkan
oleh makhluk lain
e) Pubbenivasanussatinana,yaitu kemampuan batin mengetahi kehidupan-
kehidupan yang lampau
f) Asavakkhayanana, yaitu kemampuan menghancurkan kotoran-kotoran batin
6.3 Visuddhi dan Samyojana

Visuddhi Magga berarti jalan kesucian, yang membahas tentang cara agar umat awam dapat menjadi ariya
puggala. Visuddhi magga terbagi atas tujuh tahap, yaitu :

1. Sila Visuddhi ,adalah kesucian pelaksanaan sila. dalam hal ini berarti seseorang melaksanakan sila dengan
sempurna, yaitu tidak ada sila yang dilanggar.
Upasaka-Upasika –melaksanakan pancasila atau atthasila.
Anagarini-Anagarika—melaksanakan atthasila.
Samanera-Samaneri—melaksanakan dasasila.
Bhikkhu-Bhikkhuni—melaksanakan Pathimoka sila.

2. Citta Visuddhi ,adalah kesucian pikiran yang dipenuhi dengan bermeditasi hingga mencapai Jhana ke IV
3. Ditthi Visuddhi ,adalah kesucian pandangan ,yang dicapai dengan pandangan seseorang menjadi suci, mengerti
tentang batin dan jasmani (nama-rupa) atau pancakhanda ,menolak pandangan salah tentang konsep individu
dan menjadi bebas dari kemelekatan pada keakuan.
4. Kankahavitarana Visuddhi , adalah kesucian mengatasi keragu-raguan, yang dicapai dengan pengertian tentang
konsdisi batin dan jasmani serta mengatasi keraguan tentang masa lampau ,sekarang dan akan datang karena
ternyata semuanya dipengaruhi oleh karma.
5. Maggananadassana Visuddhi, adalah kesucian oleh pengertahuan dan Penglihatan tentang jalan dan bukan
jalan, yang dicapai karena mengerti dengan baik jalan yang benar dan jalan yang salah,dicapai setelah
merlampaui vipassana kilesa .
6.Patipadananadassana Visuddhi adalah kesucian
pengetahuan dan penglihatan tentang praktek ,sebagai
kebijaksanaan yang disempurakan dengan 9
pengetahuan (nana) , yaitu :
i. perenungan tentang muncul dan lenyap
ii. Perenungan tentang pelenyapan
iii. Menyadari ketakutan
iv. Perenungan tentang derita
v. Perenungan tentang ketidak senangan
vi. Keinginan untuk pembebasan
vii. Perenungan tentang refleksi
viii. Keseimbangan terhadap segala fenomena
ix. Pengadaptasian kebenaran
7. Nanadassana Visuddhi, adalah kesucian pengetahuan
dan penglihatan, dimana pada tahap ini seseorang telah
memasuki kesucian menjadi Ariya Puggala. Tergantung
pada kekuatan pengetahuan dan penglihatannya, Ia
menembus kebenaran dengan melenyapakan tiga dan
melemahkan dua yang lain, lima atau sepuluh belenggu
(samyojana),dan berdasarkan jumlah belenggu yang
telah dilenyapkan, maka demikianlah tingkat kesucian
yang dicapainya.
Sepuluh macam belenggu (samyojana),yaitu:

1. sakkayaditthi, pandangan sesat tentang adanya pribadi,jiwa atau aku yang


kekal
2.vicikiccha,keragu-raguan yang skeptis akan Buddha,Dharma dan Sangha.
3.Silabbata-paramasa,kemelekatan pada suatu kepercayaan bahwa hanya
dengan melaksanakan aturan-aturan dan upacara keagamaan seseorang
dapat mencapai kebebasan
4.Kama-raga, nafsu indriya
5.Vyapada atau perasaan benci,dendam,denki, serta keinginan jahat
6.Rupa-raga, kehausan untuk terlahir kembali ke alam dengan bentuk
7.Arupa-raga ,kehausan untuk terlahir kembali di alam tanpa bentuk
8.Mana,perasaaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
9.Uddhacca, kegelisahan ,suatu kondisi batin yang haus sekali karena yang
bersangkutan belum mencapai tingkat kebebasan sempurna (arahat)
10.Avijja,kebodohan atau ketidaktahuan
6.4 Ariya Puggala

Makhluk suci dalam agama Buddha dikenal


sebagai Ariya Puggala, dimana “ariya” artinya agung,
mulia, baik atau benar; “puggala” artinya individu.
Seseorang dapat dinyatakan sebagai Ariya Puggala
apabila ia telah melenyapkan sepuluh samyojana
(belenggu) sehingga akhirnya dapat memasuki
tahapan Sotapanna,Sakadagami ,Anagami,dan Arahat.

6.4.1.Sotapanna
Sotapanna adalah makhluk suci tingkat
pertama (Sotapatti-Phala) , yang telah melenyapkan
tiga belenggu yaitu sakkayaditthi ,vicikiccha,dan
silabbata-paramasa. Makhluk ini akan mengalami
paling banyak 7 kali kelahiran kembali.
6.4.2. Sakadagami
Sakadagami adalah makhluk suci tingkat kedua
(Sakadagami-Phala) ,yang telah melenya[kan tiga belenggu
batin sakkayaditthi ,vicikiccha,dan silabbata-paramasa.
Serta telah melemahkan belenggu kamaraga dan vyapada.

Ada lima Jenis Sakadagami,yaitu :


a) Idha patva idha parinibbayi , yaitu mencapai Sakadagami dan Arahat di kehidupan
yang sama di alam manusia.
b) Tattha patva tattha parinibbayi,yaitu mencapai Sakadagami dan Arahat di kehidupan
yang sama di alam Dewa.
c) Idha patva tattha parinibbayi, yaitu mencapai Sakadagami di alam manusia ,setelah
itu meninggal dan dilahirkan di alam dewa dan mencapai Arahat di alam dewa.
d) Tattha patva idha parinibbayi yaitu mencapai Sakadagami di alam dewa ,setelah itu
meninggal dan dilahirkan di alam manusia dan mencapai Arahat di alam manusia.
e) Idha patva tattha nibbattitva idha parinibbayi, yaitu mencapai Sakadagami di alam
manusia ,setelah itu meninggal dan dilahirkan di alam dewa , lalu meninggal dan
dilahirkan di alam manusia dan mencapai kesucian Arahat di alam manusia.
6.4.3.Anagami
Anagami adalah makhluk suci tingkat ketiga (Anagami-Phala) ,yang
telah melenya[kan lima belenggu batin sakkayaditthi
,vicikiccha,silabbata-paramasa, kamaraga dan vyapada. Apabila
meninggal dunia, para penembus Anagami akan terlahir di salah satu
alam Suddhavasa ( Aviha,Atapa,Suddasa,Suddasi,Akanittha) sebelum
akhirnya meninggal dan parinibbana.
Ada lima jenis Anagami ,yaitu :
a) Antaraparinibbayi, mereka yang mencapai peneranagan selama pertengahan pertama dari masa kehidupan
mereka.
b) Upahaccaparinibbayi ,mereka yang mencapai penerangan selama pertengahan kedua dari masa kehidupan
mereka.
c) Sasankharaparinibbayi, mereka yang mencapai penerangan melalui usaha keras.
d) Asankharaparinibbayi, mereka yang mencapai penerangan melalui usaha ringan
e) Uddhamsoto-akanitthagami,mereka yang mencapai kehidupan akanittha,yaitu alam kehidupan tertinggi

6.4.4.Arahat
Arahat adalah Mahluk suci yang telah menyelesaikan semua
Terdapat empat jenis arahat , yaitu :

1.Sukkhavipassako,yaitu arahat yang mencapai


pandangan terang tanpa memiliki kemampuan batin.
2.Tevijjo,yaitu arahat yang mencapai kesucian batin dan
tiga macam kemampuan batin, yakni :
a) Pubbenivasanussatinana,yaitu kemampuan mengingat masa lampau
b) Dibbacakkhunana,yaitu keampuan batin untuk mengetahui alam kelahiran dan
kematian dari makhluk-makhluk
c) Asavakkhayanana yaitu kemampuan menghancurkan kekotoran-kekotoran batin.
3.Chalabhinno, yaitu arahat yang memiliki enam kemampuan batin, yakni :
a) Iddhividdhi,kemampuan batin fisik seperti kebal,merubah diri menjadi banyak dan
sebagainya,menghilang,jalan di atas air ,dsb.
b) Dibbasota,kemampuan batin mendengar suara maklhuk yang terlihat atau tak terlihat, baik jauh atau pun
dekat
c) Dibbacakkhu,kemampuan batin melihat makhluk yang berwujud atau tak berwujud ,, jauh atau dekat.
d) Cetopariyanana,yaitu kemampuan batin untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh makhluk lain
e) Pubbenivasanussatinana,yaitu kemampuan batin mengetahi kehidupan-kehidupan yang lampau
f) Asavakkhayanana, yaitu kemampuan menghancurkan kotoran-kotoran batin

4.Patisambhidappatto,yaitu arahat dengan empat macam kepintaran


(patisambhida),yaitu:
a) Atthapatisambhia,kepintarn memberikan keterangan aupun mengetahui akibat-akibat perbuatan
b) dhammapatisambhida,kepintaran untuk meringkas dharmma atau mengetahui sebab-sebab perbuatan.
c) Niruttipatisambhida,yaitu kepintaran menggunakan kata-kata atau bahasa
d) Patibhanapatisambhida,yaitu kepintaran menerapakn atau menyesuaikan Dhamma
7.Konsep Keselamatan
7.1.Ortodoks
(keselamatan sepenuhnya tergantung dari
pengampunan)
Yaitu segala kebahagiaan dan penderitaan yang
terjadi atas kehendak atau maunya Tuhan. dalam arti
apapun yang dilakukan oleh manusia tidak berarti,
aktif atau pasif, semua hasil ditentukan oleh Tuhan.
7.2.Heterodoks
(Keselamatan dapat terjadi sebab adanya
pengampunan & Usaha manusia)
Yaitu segala sesuatu memang ditentukan oleh Tuhan
namun manusia juga harus memiliki usaha agar
tercapai yang diinginkan. Sehingga segala hasil yang
dicapai merupakan separuh kehendak tuhan dan

Anda mungkin juga menyukai