UPACARA
Upacara adalah rangkaian tindakan terorganisir dengan tatanan atau aturan tertentu yang
mengedepankan berbagai tanda atau symbol –simbol kebesaran dan menggunakan cara-cara
yang ekspresif dari hubungan social, terkait dengan suatu tujuan atau peristiwa yang penting.
Kita mengenal bermacam-macam upacara, seperti upacara kenegaraan termasuk upacara militer
dan upacara bendera, upacara adat dan agama.
1) Upacara Kelahiran
Kelahiran dalam keyakinan Buddha berhubungan dengan keyakinan akanpunarbhawa
yaitu, kelahiran kembali suatu mahluk hidup dalam alam kehidupan yang sama atau berbeda
serta tidakmembawa kesadaran akan kehidupan dari alam sebelumnya. Konsep ini berbeda
dengan konsepreinkarnasi di mana reinkarnasi masih membawa kesadaran akan alam kehidupan
dari alam sebelumnya. Yang dimaksud dengan punarbhawa adalah suatu proses kelahiran
kembali jasmani dan batin yang lama mengalami pelapukan, kehancuran, dan kemudian muncul
jasmani dan batin baru yang timbul akibat adanya kekuatan kamma (perbuatan). Dalam
Buddhisme Theravada, ada praktek ritual tertentu ketika seorang anak lahir . Apabila seorang
bayi sudah dapat dibawa keluar, orang tua akan memilih hari baik, biasanya pertengahan bulan
(purnama) dan membawa anak ke kuil (vihara). Pertama-tama anak ditempatkan di lantai ruang
kuil atau di depan patung Buddha untuk menerima berkat-berkat dari Triratna Tiga Permata
(Buddha, sangha dan dharma). Ini adalah pemandangan umum di Maligawa Dalada, Kuil Gigi
Relic Suci, di Kandy.Sri Lanka. Pada saat upacara keagamaan setiap hari (Puja) candi, ibu
menyerahkan bayi mereka ke pendeta
(kapuva) di dalam ruangan kuil, bayi diletakkan selama beberapa waktu di lantai dekat ruang
relic lalu dikembalikan ke tangan sang ibu. Sang ibu menerima anak dan memberikan sedikit
uang kekapuva (petugas upacara) untuk layanan yang diberikan.
2) Upacara Pernikahan
Dalam ajaran Buddha, pernikahan dianggap sebagai kebiasaan sosial dan bukan sebagai
tugas relijius.Pernikahan adalah kebiasaan sosial, suatu institusi yang dibuat manusia demi
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, untuk membedakan manusia dari kehidupan hewandan
untuk memelihara keutuhan dan keselarasan dalam proses berkembang biak. Sang Buddha tidak
memberlakukan aturan tentang kehidupan pernikahan tapi memberi nasihat yang perlu tentang
bagaimana menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. Ada anjuran penuh dalam ceramah
Nya bahwa adalah bijaksana dan sebaiknya setia pada satu pasangan dan tidak bernafsu
mengejar pasangan lain. Pandangan umat Buddha terhadap pernikahan sangat liberal; dalam
ajaran Buddha, pernikahan dianggap sepenuhnya urusan pribadi dan individual, bukan sebagai
tugas relijius Persembahan Puja pengantin disiapkan di Altar Hyang Tathagata Tuhan Yang
Maha Esa dan di Altar Buddha dan Boddhisattva. Kedua mempelai memberi penghormatan
wensin dan namaskara sebanyak tiga kali, menyulutkan tiga batang hio, berlutut dan berdoa.
3) Upacara Kematian
Agama Buddha mengajarkan, bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya.Kematian
hanyalah satu fase peralihan antara hidup yang sekarang dengan kehidupan dialam punarbhawa
yang baru. Menurut keyakinan umat Budha.bagi mereka yang sewaktu masih hidup rajin berlatih
membina diri, menghayati dan melaksanakan ajaran Sang Buddha, maka dia akan mengetahui
kapan saat ajalnya tiba, bahkan ada yang mengetahui jauh sebelum waktunya, bisa beberapa:
tahun; bulan; minggu; atau 1-2 hari sebelumnya tergantung dari ketakutan dan kemantapannya di
dalam menghayati Buddhi Darma.
Pada saat menjelang kematian terurainya 4 elemen besar dimulai dari unsur tanah, unsur
tanahakan turun ke unsur air, yang menyebabkan badan terasa sesak, seakan-akan menanggung
beban yang sangat berat, seluruh otot terasa kaku dan keram, pada saat ini dianjurkan agar sanak
saudara jangan menyentuh atau memijatnya, karna akan menambah penderitaan jasmaninya.
Setelah itu unsur air akan turun ke unsur api, yang menyebabkan seluruh tubuh bagaikan
diselimut oleh hawa dingin yang amat sangat, beku sakit bukan kepalang. Dan dilanjut dengan
turunnya unsur api ke unsur angin, rasa sakit bertambah hebat, seluruh badan terasa panas
bagaikan terbakar. Elemen terakhir yang terulang adalah unsur angin, badan rasanya seperti
ditiup oleh angin kencang, tercerai-berai dan hancur lebur.Saat ini 4 elemen besar telah berpisah,
badan jasmani tak dapat dipertahankan lag,inilah yang disebut mati dalam ilmu kedokteran.
Tetapi menurut teori Buddhis, indra ke 8 (alajnavijnana) dari orang tersebut belum pergi,
karenanya belum boleh disentuh, dia masih dapat merasa sakit, bahkan ada yang bisa
mengeluarkan air mata, walaupun secara medis sudah dinyatakan mati. Seperti halnya Sang
Buddha yang pada wafatnya dimandikan dan diminyaki dengan minyak wewangian kemudian
jenazahnya dibungkus, lalu dikremasi. Namun pada saat itu konon katanya jenazahSang Buddha
tidak bisa dibakar oleh orang yang ingin mengkremasi jenazahnya melainkan api menyala sendiri
dan akhirnya terjadi kremasi ajaib. Umat buddhisme pun seperti itu, jenazah yang telah
meninggal diurusi, kemudian dibungkus kain, kemudian dikremasi. Sanak keluarga dan saudara
biasanya berkumpul untuk mendoakan jenazah yang meninggal tadi, kemudian mengiringi
jenazah kepada tempat kremasinya.
https://artikelbuddhis.blogspot.com/2013/01/anjali-namaskara-dan-pradaksina-adalah.html
Suddhi Citto, Samanera Vihara Buddha Metta Arama Menteng Jakarta, Wawancara Pribadi,
Helmi, Sumo, Upacara kelahiran sampai Perkawinan dalam Agma Buddha, http://helmisumo.
blogspot.com/2011/10/upacara-kelahiran-sampai perkawinan.html