Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari
lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu
agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini
sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-
unsur kebudayaanHelenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia
Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah
menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga
ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta
perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran
tradisiTheravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya
ditandai dengan masa pasang dan surut.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Bagaimana Sejarah Agama Buddha?

2.2 Bagaimana Ajaran Pokok Agama Buddha?

2.3 Bagaimana Karakteristik Agama Buddha?

2.4 Bagaimana Peribadatan dalam Agama Buddha?

1.3 Tujuan Penulis

2.1 Untuk Mengetahui Sejarah Agama Buddha

2.2 Untuk MengetahuiAjaran Pokok Agama

2.3 Untuk MengetahuiKarakteristik Agama Buddha

2.4 Untuk Mengetahui Peribadatan dalam Agama Buddha

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Agama Buddha

Pada awalnya Buddha bukanlah merupakan agama, dalam arti


menyembah atau memuja dewa atau Tuhan. Agama Buddha merupakan ajaran
yang bertujuan membebaskan manusia dari samsara (kesengsaraan). Ajaran itu
kemudian oleh para pemeluknya diyakini sebagai agama Buddha. Agama
Buddha lahir di India. Mulai pertama diajarkan oleh seorang pangeran bernama
Sidharta Gautama. Ia adalah putra Raja Sudhodana dari Kerajaan Kosala di
Kapilawastu. Pangeran Sidharta tidak menyenangi kemewahan. Ia kemudian
meninggalkan istana dan pergi ke tengah hutan di Bodh Gaya untuk bertapa.
Ia bertapa dibawah sebuah pohon dan kemudian mendapatkan bodhi
(penerangan yang sempurna). Oleh karena itu, pohon tersebut dikenal dengan
nama pohon bodhi. Peristiwa itu terjadi pada tahun 531 SM saat usia pangeran
Sidharta Gautama 35 tahun. Setelah mendapatkan bodhi, Pangeran Sidharta
Gautama dikenal sebagai Sang Buddha (yang disinari). Sejak saat itu, mulailah
Sang Buddha mengajarkan agamanya untuk melepaskan diri dari samsara. Hal
itu sebagai bentuk rasa kasih sayang Sang Buddha kepada masyarakat dan umat
manusia. Manusia dilarang hidup bermewah-mewah karena itu bisa menjadi
bagian dari nafsu.
Pokok ajaran agama Buddha adalah bahwa manusia hidup itu dalam
keadaan samsara (sengsara = menderita). Oleh karena itu, tiap manusia wajib
melepaskan diri dari kesengsaraan dengan cara memadamkan berbagai nafsu.
Nafsu itu dapat dipadamkan apabila manusia menjalankan astavida (delapan
jalan) kebenaran, yaitu :
1). Pandangan (pengetahuan)
2). Niat (sikap atau minat)
3). Perkataan

2
4). Perbuatan (tingkah laku )
5). Penghidupan (mata pengcaharian )
6). Usaha (daya upaya)
7). Perhatian ( renungan )
8). Samadi (pemusatan pikiran )
Kitab Suci agama Buddha adalah Tripitaka. Kitab Suci ini terdiri atas
tiga bagian:
1). Winayapitaka berisi peraturan tentang hukum agama Buddha.
2). Sutrantapitaka berisi wejangan-wejangan Sang Buddha.
3). Abhidarmapitaka berisi keterangan dan penjelasan soal-soal keagamaan.
Agama Buddha juga mengajarkan tidak adanya penggolongan atau
pembedaan dalam susunan masyarakat. Jadi, dalam agama Buddha tidak
mengenal adanya pembagian kasta. Dalam perkembangannya, agama Buddha
pecah menjadi dua aliran :
1). Buddha Mahayana (Kerajaan Besar). Menurut aliran buddha mahayana,
manusia dapat mencapai surga dengan perantaraan Bodhisatwa. Bodhisatwa
adalah manusia yang telah mencapai kedudukan sebagai Buddha, tetapi
menangguhkannya agar bisa kembali ke dunia untuk menolong manusia
mencapai nirwana (surga).
2). Buddha Hinayana (Kendaraan Kecil). Aliran Buddha Hinayana
berpendapat bahwa usaha mencapai surga hanya dapat dilakukan oleh manusia
secara perorangan.

2.2 Ajaran Pokok Agama Buddha


Dalam ajaran Buddha terdapat inti- inti ajaran, diantaranya :
a. Konsep Ketuhanan
Agama Buddha merupakan ajaran non- theisme,didalamnya tidak ada
pendefinisian tentang Tuhan. Ajarannya lebih menitik beratkan pada moral
danetika.Tuhan dijabarkan kedalam dua aliran agama Buddha, “Hinayana dan
Mahayana“.

3
Menurut Hinayana, Tuhan diyakini sebagai dzat pencipta yang kuasa
tetapi tidak secara personal dikonsepkan. Sedangkan menurut Mahayana,
Tuhan dikonsepkan secara personal dengan Adibuddha/ Boddhisatva (dalam
beberapa sekte disebut dengan Avalokivestara).
b. KitabSuci
Sebelum kitab suci agama Buddha tersusun sepertis ekarang, awalnya
hanyalah diteruskan dari lisan kelisan oleh para pemukanya. Dapat berupa
khotbah, kata mutiara, syair, cerita, peraturan dll. Kumpulan tersebut kemudian
dikelompokkan masing- masing yang disebut Pittaka (keranjang) yang
kemudianterkenal Tripittaka (tigakeranjang).
Penyusunan kitab suci secara lengkap dilakukan pada masa raja Ashoka
(313 SM), dan diteliti ulang pada 77 SM. Adapun kitab tersebut adalah :
1.Suttapittaka, berisi tentang lima bagian pokok ajaran Buddha
2.Vinayapittaka, berisi tentang peraturan untuk mengatur tata tertib jemaat atau
Sangha dan kehidupan para Bhiksu (225 peraturan)
3.Abdhi dharma pittaka, berisi tentang ajaran yang lebih mendalam tentang
hakekat hidup dan tujuan hidup manusia.
c. Pancasila Buddha/ etika
Dalam agama Buddha terdapat ajaran atau aturan tentan etika, yaitu :
1. PannnatipaVeramaniSikkhapadangSammadiyammi
(saya bertekad akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk
hidup).
2. AdinnadanaVeramaniSikkhapadangSammadiyammi
(saya bertekad akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang
tidak diberikan).
3. KamesuMicchacaraVeramaniSikkhapadangSammadiyammi
(saya bertekad melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila).
4. MusavadhaVeramaniSikkhapadangSammadiyammi
(saya bertekad akan melatih diri untuk menghindari ucapantidak benar).

4
5. Surameraya MajjapamadatthanaVeramani Sikkhapadang Sammadiyammi
(saya bertekad akan melatih diri untuk menghindari konsumsi segala zat yang
dapat menyebabkan hilangnya kesadaran).
d. Tri Ratna
Ajaran agama Buddha tersimpul dalam kesaksian keimanan yang
disebut“ TRI RATNA “ (tiga rangkaian mutu manikam). Kesaksian ini
berbentuk credo (syahadat) yang berbunyi:
1.Budham Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada sang
Buddha
2.Dharman Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada Dharma
(aturan- aturan agama)
3.Sangham Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada Sangha.
Pengakuan kepada Dharma berarti mempercayai kebenaran hokum dengan
kewajiban menjalankan dasar ajaran kelepasan hidup serta peraturanlainnya.
Dasar kelepasan hidup yang disebut Arya- Satyami, terdiri dari empat
kenyataan hidup:
1. Dukha: penderitaan hidup
2.Samudaya: sebab, keinginan pada hidup sehingga menyebabkan dilahirkan
kembali, karena haus akan kesenangan
3.Nirodha: pemadaman, pemadaman keinginan sehingga lepas dari
kesengsaraan.
4.Marga: jalan kelepasan, ada delapan jalan untuk memadamkan penderitaan,
yakni: percaya yang benar, maksud yang benar, perkataan yang benar,
perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar,
samadhi yang benar.
e. Upacara Keagamaan
Secara umum upacara keagamaan dalam agama Buddha dihitung
berdasarkan perhitungan bulan.Upacara itu dilakukan untuk memperingati
kelahiran, kelepasan, dan kematian orang- orang penting dalam agama Buddha.

5
2.3 Karakteristik Agama Buddha
1. Para umatnya Berlindung pada Tiga Permata (Tiratana): yaitu
Buddha, Dhamma dan Sangha.

2. Tidak mempercayai bahwa dunia ini diciptakan dan diatur oleh ‘sosok
makhluk Adikuasa’ atas kehendaknya.

3. Agamanya mengajarkan tentang Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan


oleh Sang Buddha sendiri dimana faktor pembebasan dan keselamatan dapat
dicapai melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan yang mendorong ke arah
kesempurnaan akan kemoralan (sila), disiplin mental(samadhi), dan
kebijaksanaan (panna).

4. Mengajarkan tentang hukum semesta sebab akibat yang terdapat


dalam Paticcasamup pada (Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan) .

5. Mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terkondisi (sankhara) adalah tidak


kekal (anicca), tidak sempurna dan tidak memuaskan (dukkha), dan segala
sesuatu yang terkondisi dan tidak terkondisi (dhamma) adalah bukan diri/
tanpa ‘Aku’ (anatta).

6. Mengajarkan tentang Tigapuluh Tujuh kualitas yang berguna bagi


pencapaian Pencerahan(Bodhipakkhiya Dhamma) sebagai beragam aspek yang
berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mendorong ke arah
Pencerahan.

7. Mengajarkan tentang Toleransi terhadap semua agama maupun kepercayaan


serta praktik, upacara, ritual-ritual, seremonial, adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat dan hukum negara yang bersifat umum.

6
2.4 Peribadatan dalam Agama Buddha

Ibadah umat Buddha disebut puja bakti. Tidak jarang ada yang
menyebut kebaktian dan chanting. Puja bakti biasanya dilakukan rutin setiap
hari Minggu di vihara. Tata ibadah puja bakti berbeda-beda sesuai dengan
aliran dan sekte masing-masing. Puja bakti bakti dimulai dengan salam
pembuka yang diucapkan pemimpin kebaktian. Pemimpin puja bakti biasanya
adalah pandita (romo/ramani) atau sesekali dipimpin oleh muda-mudi.
Pemimpin puja bakti lalu mempersilakan umat untuk berlutut dan beranjali
(sikap merangkapkan tangan di depan dada). Lalu dengan dipandu oleh
pemimpin puja bakti, umat melafalkan namakara gatha (syair penghormatan).
Setelah selesai melafalkan setiap bait, umat akan ber-namakara (posisi sujud
dengan lima titik menyentuh lantai: dahi, telapak tangan, siku, lutut, dan jari
kaki). Syair penghormatan berisi tiga bait, sehingga umat akan ber-
namakara sebanyak tiga kali. Kemudian umat dipersilakan duduk kembali.
Pemimpin puja bakti memandu umat untuk membacakan pubba-
bhaganamakara (kalimat penghormatan awal) bersama-sama. Dilanjutkan
dengan membaca saranagamana gatha (syair pernyataan perlindungan) atau
bisa diibaratkan dengan syahadat dalam agama Buddha.

Selanjutnya, apabila puja bakti tidak dihadiri oleh bhikkhu, umat lanjut
membacakan Pancasila (Lima Latihan Moral). Pancasila berisi tekad umat
Buddha untuk menghindari perbuatan tercela, seperti menghilangkan nyawa
makhluk lain, mengambil barang yang tidak diberikan, berbuat asusila,
mengucapkan hal yang tidak benar/dusta, dan mengonsumsi zat memabukkan
dan membuat hilangnya kesadaran. Apabila puja bakti akan dihadiri bhikkhu,
pembacaan Pancasila akan ditiadakan karena akan dipandu langsung oleh
bhikkhu.

1. Buddhanusati (perenungan terhadap Buddha).


2. Dhammanusati (perenungan terhadap Dhamma).
3. Sanghanusati (perenungan terhadap Sangha),.

7
4. Saccakiriya gatha (syair pernyataan kebenaran).
5. Manggala sutta (khotbah tentang berkah utama).
6. Karaniya metta sutta (khotbah tentang cinta kasih).
7. Brahmavihara pharana (perenungan empat sifat luhur).
8. Abhinhapaccavekkhana (perenungan kerap kali) secara bersama-sama.

Setelah membacara paritta-paritta suci, pemimpin puja bakti akan


memandu umat untuk bermeditasi. Biasanya meditasi dilakukan sekitar lima
sampai sepuluh menit. Usai menuntun umat mengucapkan pernyataan
perlindungan dan lima latihan moral, biasanya bhikkhu akan
memberikan dhammadesana (cermah/khotbah). Bila tidak dihadiri bhikkhu,
pandita yang akan memberikan dhammadesana. Setelah mendengarkan
khotbah, ibadah akan dilanjutkan dengan sesi berdana. Setelah itu, kebajikan
yang telah diperbuat umat akan dilimpahkan pada leluhur yang sudah
meninggal dan para makhluk yangtidak kasat mata dengan membacakan
paritta ettavata. Puja bakti akan ditutup dengan melafalkan
kembali namakara gatha yang setiap membacakan satu bait umat akan ber-
namakara.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agama Buddha merupakan ajaran yang bertujuan membebaskan


manusia dari samsara (kesengsaraan). Ajaran itu kemudian oleh para
pemeluknya diyakini sebagai agama Buddha. Agama Buddha lahir di
India.Agama Buddha merupakan ajaran non- theisme,didalamnya tidak ada
pendefinisian tentang Tuhan.Ajarannya lebih menitik beratkan pada moral
danetika.Ibadah umat Buddha disebut puja bakti.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah. Terutama dalam memahami
agama Budha dan sejarahnya sebagai pengetahuan bagi kami semua untuk
mengenali agama yang berada di Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukti, dkk, Agama-agama di Dunia, IAINSunan Kalijaga


Press,Yogyakarta, 1988.
Arifin, M., Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta:
GoldenTerayon Press, 1990.
Anggawati, Lanny dkk. Kitab Suci Udayana ” Khotbah-Khotbah Inspirasi
Buddha. Yogyakarta: Vidyasena Yasasan Mendut Indonesia Vihara
Vidyaloka,1995.
Arifin, Chairul. Kehendak Untuk Berkuasa, Friedrick Nietzsche. Jakarta:
Erlangga, 1987.

10

Anda mungkin juga menyukai