Anda di halaman 1dari 12

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu komponen agama yang paling penting adalah Alkitab. Dapat dinyatakan
bahwa kitab suci berfungsi sebagai "jendela" di mana seseorang dapatmelihat suatu
agama secara lebih rinci karena mereka mencakup banyak informasi tentangnya,
termasuk ajaran, ritusibadah, hukum,dan peraturan. Apakah kitab suci itu benar atau
salah, tidak dapat disangkal bahwa agama-agama terbentuk darinya. Pertanyaan apakah
kitab suci adalah "wahyu" Tuhan atau hanya"dibuat"oleh manusia bukanlah pertanyaan
penelitian ilmiah. Misalnya kitab suci Buddhis. Buddhisme tidak mengklaim bahwa
Sebelum agama Buddha dipraktikkan secara luas pada abad ketiga SM dibawah
perlindungan Maharaja Asoka, hanya ada sejumlah kecil umat Buddha, dan tidak ada
yang diketahui tentang keadaan historis yang memunculkan agama ini. Ada dua dewan
(sidangumum), menurut temuan catatan dari periode waktu berikutnya. Pertemuan ini
berusaha untuk membahas perbedaan-perbedaa ndalam Gerakan Buddha serta formalisasi
(pembentukan) prinsip-prinsipBuddha.

Buddhisme disebut agama Buddha adalah sebuah pandangan filososfis berpaham


nonteisme yang berasal dari bagaian timur anak benua India, dengan berlandaskan kepada
ajaran Siddhartha Gutama. Peneyebaran Buddhisme di india dimulai sejak abad ke-4 SM
hingga abad ke-6 SM. Buddhisme adalah kelompok kepercayaan terbesar keempat di
dunia dengan lebih dari 520 juta pengikut, atau lebih 7% populasi dunia, yang dikeal
sebagai Buddhis. Buddhisme juga meleiputi beragam ilmu, nilai tradisi, filosofi,
kepercayaan, meditasi, dan praktik spirutual yang sebagaian besar berdasarkan pada
ajaran- ajaran awal yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama dan mengahasilkan
filsafat yang ditafsirkan.

Dalam Buddhisme Theravāda, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan


tertinggi Nibbāna, yang dicapai dengan mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan
(juga dikenal sebagai Jalan Tengah), sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan
sebagai siklus penderitaan dan kelahiran kembali. Buddhisme Mahāyāna, sebaliknya
beraspirasi untuk mencapai kebuddhaan melalui jalan bodhisattva, suatu keadaan di mana
seseorang tetap berada dalam siklus untuk membantu makhluk lainnya mencapai
pencerahan.

1
Kehidupan umat Buddha hampir seluruhnya bergantung pada kitab suci Buddha, yang
dilestarikan dalam banyak bahasa Timur, yang setidaknya mempunyai keuntungan karena
sangat luas. Bagian tertua dan tersempit tentang Sang Buddha, Keranjang Khotbah
(Suttapitaka) dan Keranjang Kode Disiplin (Vinayapitaka), menempati banyak rak
perpustakaan dalam berbagai versi. Sebagian besar sutra ini disajikan sebagai sabda
Buddha, masing-masing diucapkan pada peristiwa tertentu di tempat tertentu. Tujuan
umat Buddha jelas untuk melestarikan perkataan sebenarnya dari guru mereka dalam
konteks sejarah mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah kitab suci agama buddha ?
2. Bagaimana Sumber kitab suci agama buddha ?
3. Bagaimana Proses terbentuknya kitab suci agama buddha?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah kitab suci agama buddha
2. Untuk mengetahui sumber kitab suci agama buddha
3. Untuk mengetahui proses kitab suci terbentuknya agama buddha

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH KITAB SUCI

Agama Buddha memiliki dua kitab suci utama yang merupakan dasar ajaran Buddha
Gautama. Kitab-kitab suci ini berisi ajaran dan pandangan tentang kehidupan, moralitas,
meditasi, dan jalan menuju pencerahan. Berikut adalah sejarah singkat kitab suci agama
Buddha. Tripitaka, yang juga dikenal sebagai "Tiga Keranjang," adalah kumpulan teks-
teks yang menjadi kitab suci utama dalam agama Buddha. Tripitaka terdiri dari tiga
bagian utama: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka.

1. Vinaya Pitaka: Berisi peraturan dan aturan kehidupan bagi para biksu (biara Buddha).
Ini mencakup kode etik mereka dan tata cara disiplin.

2. Sutta Pitaka: Berisi ajaran Buddha Gautama dalam bentuk ceramah dan dialog. Ini
adalah bagian yang paling terkenal dan termasuk dalamnya adalah "Dhammapada" dan
"Sutta Majjhima Nikaya."

3. Abhidhamma Pitaka: Merupakan teks-teks filosofis dan analitis yang menggali lebih
dalam konsep-konsep dalam ajaran Buddha.

Selain Tripitaka, terdapat pula kumpulan teks-teks yang dikenal sebagai "Mahayana
Sutras," yang digunakan dalam aliran Mahayana Buddhisme. Mahayana Sutras termasuk
"Lotus Sutra," "Heart Sutra," dan banyak lagi. Mereka menekankan konsep bodhisattva
(seseorang yang berusaha untuk mencapai pencerahan untuk kebaikan semua makhluk)
dan pengembangan kasih sayang universal.

Sejarah Penulisan dan Pengumpulan:

Kitab suci Buddha awalnya disampaikan secara lisan oleh para murid Buddha
Gautama setelah wafatnya. Kemudian, dalam beberapa abad setelah kematiannya, ajaran
tersebut ditransmisikan ke dalam tulisan. Proses penulisan Tripitaka dimulai sekitar abad
ke-1 SM di Sri Lanka dan terus berkembang di berbagai wilayah Buddha, seperti India,
Tibet, Cina, dan Tibet. Hal ini menyebabkan variasi dalam naskah-naskah Tripitaka yang
digunakan oleh berbagai aliran Buddhisme. Kitab-kitab suci agama Buddha adalah
pedoman spiritual bagi umat Buddha di seluruh dunia dan menjadi sumber utama ajaran

3
dan praktik dalam agama ini. Kitab suci tersebut menyediakan panduan tentang etika,
meditasi, dan pemahaman tentang alam semesta serta perjalanan menuju pencerahan. 1

B. SUMBER KITAB SUCI

Budha adalah sebuah agama muncul dari ajaran spiritual yang diajarkan oleh Sidharta
Gautama. Ajaran ini disebarkan melalui khotbahnya. Berdasarkan hal Oleh karena itu,
dapat diketahui asal mula ajaran Buddha Kata-kata atau khotbah Buddha. Hari ini,
Ceramah Sidharta Gautama telah disusun menjadi sebuah buku Status. Kitab suci agama
Buddha saat ini disebut Tripitaka. Secara harafiah Tripitaka dapat dipahami sebagai tiga
keranjang.2 Nama Tripitaka sangat mirip berkaitan dengan proses penyusunan buku dan
penyusunan Tripitaka dibuat setelah dewan diadakan di Sri Lanka, 400 tahun kemudian
kematian Buddha. Tripitaka ditulis dalam bahasa Pali, di atas daun lontar. Bagian
pertama, kedua dan ketiga kitab suci Budha adalah Tripitaka. 3 Menjelang penyusunan
Tripitaka sekitar tahun 453 SM di kota Rajgraha mengumpulkan sekitar 500 biksu yang
dipimpin oleh Rsi Maha Kasapa. Mereka berkumpul untuk tujuan mengumpulkan,
menyusun dan mencatat ajaran Sidharta Gautama.4

Ajaran Buddha secara sederhana memberitahukan kepada kita bahwa yang


terkandung dalam karya-karya mereka hanyalah kata-kata Buddha Gautama berupa
khotbah, penjelasan, sila, puisi, percakapan cerita antara Buddha dan murid-muridnya,
dan lain-lain. Buddhalah yang kemudian mencapai pencerahan dan menjadi orang suci.
Kata-kata ini, yang dianggap suci, dikumpulkan dan diubah menjadi kitab suci.5

Kitab Tripitaka ini terdiri dari tiga macam kitab besar, dan dibagi menjadi kitab-kitab
kecil. Untuk mengetahui isi masingmasing pitaka berikhut iniakan diuraikan satu persatu :

1. Sutta Pitaka

Sutta Pitaka adalah kitab Agama Buddha yang memuat sebagian dari Khotbah
Sidharta. Isinya merupakan ajaran tentang tatacara medhitasi, diungkapkan dalam bentuk
1
Bhikkhu Dhammadhiro Mahathera, “Pustaka Dhammapada Pali – Indonesia”, Tanggerang Selatan, Sangha
Theravada Indonesia, 2005
2
Oka Diputra, “Pedoman Penerangan Agama Buddha”, Departemen Agama, Jakarta,
1977. h. 83
3
Dewi Kayana Abadi, “Sutta Pitaka Digha Nikay”, Jakarta, 2002, h. 3.
4
Giriputra, “Pelajaran Agama Buddha Dahammavahara II”, Yayasan Vihara Borobudur,
Medan, 1988, h. 51.
5
Fitriani, dkk., “Historis Agama Buddha Di Indonesia”, Vol. 5, Jurnal Pendidikan dan Konseling, 2023

4
dajak, kata kiasan, sair, kata butiara dan lain-lain, yang berkaitan dengan ajaran samadhi.
Kitab ini terbagi menjadi lima bagian besar yaitu:

a. Digha Nikaya, yaitu bagian dari sutta pitaka yang memuat khotbah Sidharta khusus
menerangkan ajaran susila. Isinya lebih kurang terdiri dari 34 sutta. Kitab ini
diterjemaahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan nama Kitab Parinibbana Sutta.

b. Majjima Nikaya, kitab ini terdiri dari liama Vagga dna 150 Sutta. Isinya khususnya
memuat tentang tatacara berumahtangga bagi orang-orang awam, dan mengatur tata
kehidupan para Bikkhu dan Bikkhuni, pertapa dan raja.

c. Samyutta Nikaya, memuat lima vagga berisikan khotbah-khotbah sang Buddha yang
ditunjukan pada masyarakat kelas menengah kebawah atau golongan awam dan miskin.

d. Anggutta Nikaya, memuat tentang Khotbah sang Buddha yang mengajarjan tentang
cara pemadaman nafsu bagi para Bikkhu dan Bikkhuni.

e. Khuddhaka Nikaya, kitab ini isinya sangat beragam, terdiri dari 15 kita. Khuddhaka
Nikaya ini merupakan bagian dari Sutta Pitaka yang paling banyak.

2. Vinaya Pitaka

Vinaya Pitaka adalah kitab suci agama Buddha yang memuat bagian khotbah Sidharta
Gautama. Kitab ini memuat tata aturan tentang kehidupan anggota biara (para Bikkhu dan
Bikkhuni) yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin agama. Isinya memuat
227 macam peraturan-peraturan tentang tata aturan kehidupan para Bikkhu dan Bikkhuni,
termasuk sejarah berdirinya biara-biara Buddha. Kitab Vinaya Pitaka terbagi menjadi lima
buah kitab dalam ukuran kecil. Kelima kitab tersebut adalah:

a. Sutta Vibhanga Maha Vibhangga berisi tentang peraturan dan hukum terhadap
kesalahan-kesalahan yang berat dan melanggar kode etik para Bikkhu dan Bikkhuni harus
dikeluarkan dari golongan warga biara.

b. Bikkhuni Vibhanga berisi 500 macam peratuaran bagi para Bikkhuni dari mazdhaf
Theravada dan 348 macam peraturan bagi Bikkhuni Mahayana.

c. Khandaka Mahavagga berisi peraturan-peraturan tentang tata cara memasuki anggota


sangh, tempat tinggal bagi para Bikkhu termasuk makanannya, obat-obatanya, kain bahan
jubahnya, dan cara penyelesaian pertengkaran antara sesama warga Bikkhu dan lai
sebagainya.

5
d. Khandhaka Cullavagga isinya memuat tentang peraturan dan sangsi bagi pelanggaran
para Bikkhu, penerimaan kembali menjadi anggota Bikkhu yang dikeluarkan karena
melanggar ketentuan biara, tempat tinggal para Bikkhu, dan lain sebagainya.

e. Parivana yaitu bagian dari kitab Vinaya Pitaka yang isinya termasuk di antaranya
memuat cerita-cerita kehidupan kebiaraan di masa lalu termasuk di antaranya, sejarah
terbentuknya Bikkhu dan Bikkhuni, ditahbiskannya Rahula (anak Sidharta Gautama)
menjadi Bikkhu dan Bikkhuni dan aturan-aturan lainnya.

Kitab Vinaya Pitaka ini merupakan kitab yang sering ditemukan dalam biara-biara
Buddha, karena kitab ini merupakan pedoman bagi kehidupan para anggota baiara yang
kelak dipersiapkan untuk menjadi tokoh-tokoh agama Buddha.

3. Abhidhamma Pitaka

Kitab Abhidhamma Pitaka adalah bagian dari Tripitaka yang isinya memuat ajaran
tentang filsafat tinggi yang mendukung kebenaran abadi di mana antara lain memuat
tentang hakiki yaitu: Citta, Cetasika, Rupa dan Nibbana.

a. Dhama Sangani yaitu kitab yang berisi tentang sari batin dan segala persoalannya.

b. Vibhanga yaitu kitab yang berisi tentang pendalaman dan penafsiran dari soal-soal
kehidupan batin manusia.

c. Dhatu Kattha yaitu kitab yang memuat tentang sari-sari kehidupan batin dan hubungan
dengan alam kehidupan yang lain.

d. Punggala Pannati yaitu kitab yang berisi tentang dasar-dasar dan aturan jalan
kehidupan manusia.

e. Kattha Vatthu yaitu kitab yang berisi tentang diskusi dan perbincangan masalah
kekeliruan sekte-sekte agama Buddha.

f. Yamaka yaitu kitab yang memuat tentang fungsi logika dalam kehidupan kerohanian,
pokok-pokok isinya adalah membahas tentang kehidupan batin yang dianalisis secara
sakral.

g. Pattana yaitu kitab yang membahas masalah analisa mengenai hubungan sebab akaibat
(kausalitas).

6
Kitab-kitab yang terhimpun dalam Abhidamma Pitaka ini merupakan kitab yang
memuat pengetahuan tertinggi yang bercorak filosofis. Kegunaanya memberikan
tuntunan dalam kehidupan manusia untuk menjangkau alam-alam yang sifatnya
metafisika seperti kelepasan, Nirwana dan lain sebagainya. Berdasarkan pembagian kitab
Tripitaka sebagaimana diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa umat Buddha didunia ini
terpecah dalam beberapa golongan dan aliran. Setiap aliran mempergunakan kitab suci
yang berbeda, hal ini sangat mengganggu proses penyatuan umat Buddha itu sendiri,
karena itu wajar apabila pada zaman sekarang umat Buddha terpecah dalam banyak sekte
dan golongan, dan setiap sekte ajarannya yang berbeda dengan sekte yang lain.

C. PROSES TERBENTUKNYA KITAB SUCI

Beberapa minggu setelah Sang Buddha wafat (483 SM) seorang Bhikkhu tua yang
tidak disiplin bernama Subhaddha berkata : "Janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah
meratap, sekarang kita terbebas dari Pertapa Agung yang tidak akan lagi memberitahu
kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita
menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat apa pun yang kita senangi dan tidak berbuat
apa yang tidak kita senangi" (Vinaya Pitaka II,284). Maha Kassapa Thera setelah
mendengar kata-kata itu memutuskan untuk mengadakan Pesamuan Agung (Konsili) di
Rajagaha.6

Dengan bantuan Raja Ajatasattu dari Magadha, 500 orang Arahat berkumpul di Gua
Sattapanni dekat Rajagaha untuk mengumpulkan ajaran Sang Buddha yang telah
dibabarkan selama ini dan menyusunnya secara sistematis. Yang Ariya Ananda, siswa
terdekat Sang Buddha, mendapat kehormatan untuk mengulang kembali kotbah-kotbah
Sang Buddha dan Yang Ariya Upali mengulang Vinaya (peraturan-peraturan). Dalam
Pesamuan Agung Pertama inilah dikumpulkan seluruh ajaran yang kini dikenal sebagai
Kitab Suci Tipitaka (Pali). Mereka yang mengikuti ajaran Sang Buddha seperti tersebut
dalam Kitab Suci Tipitaka (Pali) disebut Pemeliharaan Kemurnian Ajaran sebagaimana
sabda Sang Buddha yang terakhir: "Jadikanlah Dhamma dan Vinaya sebagai pelita dan
pelindung bagi dirimu".

Pada mulanya Tipitaka (Pali) ini diwariskan secara lisan dari satu generasi ke genarasi
berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok Bhikkhu yang berniat hendak
6
Tanhadi, “Sejarah Tipitaka (Kitab Suci Agama Buddha)”, PUSTAKA DHAMMA, 2011

7
mengubah Vinaya. Menghadapi usaha ini, para Bhikkhu yang ingin mempertahankan
Dhamma - Vinaya sebagaimana diwariskan oleh Sang Buddha Gotama
menyelenggarakan Pesamuan Agung Kedua dengan bantuan Raja Kalasoka di Vesali, di
mana isi Kitab Suci Tipitaka (Pali) diucapkan ulang oleh 700 orang Arahat. Kelompok
Bhikkhu yang memegang teguh kemurnian Dhamma - Vinaya ini menamakan diri
Sthaviravada, yang kelak disebut Theravãda. Sedangkan kelompok Bhikkhu yang ingin
mengubah Vinaya menamakan diri Mahasanghika, yang kelak berkembang menjadi
mazhab Mahayana. Jadi, seabad setelah Sang Buddha Gotama wafat, Agama Buddha
terbagi menjadi 2 mazhab besar Theravãda dan Mahayana.

Pesamuan Agung Ketiga diadakan di Pattaliputta (Patna) pada abad ketiga sesudah
Sang Buddha wafat (249 SM) dengan pemerintahan di bawah Kaisar Asoka Wardhana.
Kaisar ini memeluk Agama Buddha dan dengan pengaruhnya banyak membantu
penyebarkan Dhamma ke suluruh wilayah kerajaan. Pada masa itu, ribuan gadungan
(penyelundup ajaran gelap) masuk ke dalam Sangha dangan maksud meyebarkan ajaran-
ajaran mereka sendiri untuk meyesatkan umat. Untuk mengakhiri keadaan ini, Kaisar
menyelenggarakan Pesamuan Agung dan membersihkan tubuh Sangha dari penyelundup-
penyelundup serta merencanakan pengiriman para Duta Dhamma ke negeri-negeri lain.
Dalam Pesamuan Agung Ketiga ini 100 orang Arahat mengulang kembali pembacaan
Kitab Suci Tipitaka (Pali) selama sembilan bulan. Dari titik tolak Pesamuaan inilah
Agama Buddha dapat tersebar ke suluruh penjuru dunia dan terhindar lenyap dari bumi
asalnya.

Pesamuan Agung keempat diadakan di Aluvihara (Srilanka) di bawah lindungan Raja


Vattagamani Abhaya pada permulaan abad keenam sesudah Sang Buddha wafat (83 SM).
Pada kesempatan itu Kitab Suci Tipitaka (Pali) dituliskan untuk pertama kalinya. Tujuan
penulisan ini adalah agar semua orang mengetahui kemurnian Dhamma Vinaya.
Selanjutna Pesamuan Agung Kelima diadakan di Mandalay (Burma) pada permulaan
abad 25 sesudah Sang Buddha wafat (1871) dengan bantuan Raja Mindon. Kejadian
penting pada waktu itu adalah Kitab Suci Titpitaka (Pali) diprasastikan pada 727 buah
lempengan marmer (batu pualam) dan diletakkan di bukit Mandalay. Persamuan Agung
keenam diadakan di Rangoon pada hari Visakha Puja tahun Buddhis 2498 dan berakhir
pada tahun Buddhis 2500 (tahun Masehi 1956). Sejak saat itu penterjemahan Kitab Suci
Tipitaka (Pali) dilakukan ke dalam beberapa bahasa Barat.

8
Sebagai tambahan pengetahuan dapat dikemukakan bahwa pada abad pertama
sesudah Masehi, Raja Kaniska dari Afganistan mengadakan Pesamuan Agung yang tidak
dihadiri oleh kelompok Theravãda. Bertitik tolak pada Pesamuaan ini, Agama Buddha
mazhab Mahayana berkembang di India dan kemudian meyebar ke negeri Tibet dan
Tiongkok. Pada Pasamuan ini disepakati adanya kitab-kitab suci Buddhis dalam Bahasa
Sansekerta dengan banyak tambahan sutra-sutra baru yang tidak terdapat dalam Kitab
Suci Tipitaka (Pali). Dengan demikian, Agama Buddha mazhab Theravãda dalam
pertumbuhannya sejak pertama sampai sekarang, termasuk di Indonesia, tetap
mendasarkan penghayatan dan pembabaran Dhamma - Vinaya pada kemurnian Kitab suci
tipitaka (Pali) sehingga dengan demikian tidak ada perbedaan dalam hal ajaran antara
Theravãda di Indonesia dengan Theravada di Thailand, Srilanka, Burma maupun di
negara-negara lain.

Sampai abad ketiga setelah Sang Buddha wafat mazhab Sthaviravada terpecah
menjadi 18 sub mazhab, antara lain: Sarvastivada, Kasyapiya, Mahisasaka, Theravãda
dan sebagainya. Pada dewasa ini 17 sub mazhab Sthaviravada itu telah lenyap. Yang
masih berkembang sampai sekarang hanyalah mazhab Theravãda (ajaran para sesepuh).
Dengan demikian nama Sthaviravada tidak ada lagi. Mazhab Theravãda inilah yang kini
dianut oleh negara-negara Srilanka, Burma, Thailand, dan kemudian berkembang di
Indonesia dan negara-negara lain.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kitab suci Buddha awalnya disampaikan secara lisan oleh para murid Buddha
Gautama setelah wafatnya. Kemudian, dalam beberapa abad setelah kematiannya, ajaran
tersebut ditransmisikan ke dalam tulisan. Proses penulisan Tripitaka dimulai sekitar abad
ke-1 SM di Sri Lanka dan terus berkembang di berbagai wilayah Buddha, seperti India,
Tibet, Cina, dan Tibet. Hal ini menyebabkan variasi dalam naskah-naskah Tripitaka yang
digunakan oleh berbagai aliran Buddhisme. Kitab-kitab suci agama Buddha adalah
pedoman spiritual bagi umat Buddha di seluruh dunia dan menjadi sumber utama ajaran
dan praktik dalam agama ini. Kitab suci tersebut menyediakan panduan tentang etika,
meditasi, dan pemahaman tentang alam semesta serta perjalanan menuju pencerahan.

Budha adalah sebuah agama muncul dari ajaran spiritual yang diajarkan oleh Sidharta
Gautama. Ajaran ini disebarkan melalui khotbahnya. Berdasarkan hal Oleh karena itu,
dapat diketahui asal mula ajaran Buddha Kata-kata atau khotbah Buddha. Hari ini,
Ceramah Sidharta Gautama telah disusun menjadi sebuah buku Status. Kitab suci agama
Buddha saat ini disebut Tripitaka.

Pada mulanya Tipitaka (Pali) ini diwariskan secara lisan dari satu generasi ke genarasi
berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok Bhikkhu yang berniat hendak
mengubah Vinaya. Menghadapi usaha ini, para Bhikkhu yang ingin mempertahankan
Dhamma - Vinaya sebagaimana diwariskan oleh Sang Buddha Gotama
menyelenggarakan Pesamuan Agung Kedua dengan bantuan Raja Kalasoka di Vesali, di
mana isi Kitab Suci Tipitaka (Pali) diucapkan ulang oleh 700 orang Arahat. Kelompok
Bhikkhu yang memegang teguh kemurnian Dhamma - Vinaya ini menamakan diri
Sthaviravada, yang kelak disebut Theravãda. Sedangkan kelompok Bhikkhu yang ingin
mengubah Vinaya menamakan diri Mahasanghika, yang kelak berkembang menjadi
mazhab Mahayana. Jadi, seabad setelah Sang Buddha Gotama wafat, Agama Buddha
terbagi menjadi 2 mazhab besar Theravãda dan Mahayana.

10
DAFTAR PUSTKA

Bhikkhu Dhammadhiro Mahathera, “Pustaka Dhammapada Pali – Indonesia”,


Tanggerang Selatan, Sangha Theravada Indonesia, 2005

Oka Diputra, “Pedoman Penerangan Agama Buddha”, Departemen Agama, Jakarta,

1977. h. 83

Dewi Kayana Abadi, “Sutta Pitaka Digha Nikay”, Jakarta, 2002, h. 3.

Giriputra, “Pelajaran Agama Buddha Dahammavahara II”, Yayasan Vihara


Borobudur,

Medan, 1988, h. 51.

Fitriani, dkk., “Historis Agama Buddha Di Indonesia”, Vol. 5, Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 2023

Tanhadi, “Sejarah Tipitaka (Kitab Suci Agama Buddha)”, PUSTAKA DHAMMA,


2011

11

Anda mungkin juga menyukai