TIPITAKA
1.1.Pengantar
1.2. Menelusuri Kerangka Penyusunan dan Isi Kitab Suci
Tipitaka/Tripitaka
1.2.1. Vinaya Pitaka : berisikan tata-tertib bagi para bhikkhu/bhikkhuni.
1.2.2. Sutta Pitaka : berisikan khotbah-khotbah Sang Buddha.
1.2.3. Abidhamma Pitaka : berisikan ajaran tentang metafisika dan ilmu
kejiwaan.
1.2.1. Vinaya Pitaka terdiri dari 3 bagian:
1.2.1.1. Sutta Vibhanga,
1.2.1.2. Khandhaka,
1.2.1.2.1. Kitab Mahavagga
1.2.1.2.2. Kitab Culavagga
1.2.1.3. Parivara
Bagan Vinaya Pitaka
*Brahmajala Sutta
*Samannaphala Sutta
*Ambattha Sutta
*Kutadanta Sutta
*Mahali Sutta
*Tevijja Sutta
b) Maha Vagga
o
Mahapadana Sutta
Mahanidana Sutta
Mahaparinibbana Sutta
Sakkapanha Sutta
Mahasatipatthana Sutta
Payasi Sutta
c) Patika Vagga
o
Patika Sutta
Cakkavatti Sutta
Aganna Sutta
Sampasadaniya Sutta
Lakkhana Sutta
Sigalovada Sutta
o Abhayarajakumara Sutta
o Angulimala Sutta
o Maharahulovada Sutta
o Piyajatika Sutta
o Vasettha Sutta
o Subha Sutta
o Brahmayu Sutta
o Maghadeva Sutta
o Ratthapala Sutta
b) Majjhimapannasa Pali
o Anapanasati Sutta
o Maha Cattarisaka Sutta
o Kayagatasati Sutta
o Cula Kammavibhanga Sutta
o Maha Kammavibhanga Sutta
o Dhatuvibhanga Sutta
o Dakkhinavibhanga Sutta
c) Uparipannasa Pali
o Mulapariyaya Sutta
o Kakacupama Sutta
o Alagaddupama Sutta
o Culasaccaka Sutta
o Mahasaccaka Sutta
o Vedalla Sutta (Maha dan Cula)
o Brahmanimantanika Sutta
o Maratajjaniya Sutta
o Mahasatipatthana Sutta
o
Seleyyaka Sutta
Mara
Bhikkhuni
Brahma
Sakka
Nidana Samyutta
Abhisamaya
Khandha Samyutta
Kilesa
Vedana
Citta
Ekaka Nipata
Duka
Tika
Catuka
Pancaka
Chakka
Sattaka
Atthaka
Navata
Dasaka
Ekadasaka
o
o
o
Jataka
Buddhavamsa
Cariyapitaka
Dhammasangani
Vibhanga
Dhatukatha
Puggalapannatti
Kathavatthu
Yamaka
Patthana
Konsili I
Diprakarsai oleh Y.A. Maha Kassapa Thera dengan dilatarbelakangi oleh
ucapan Bhikkhu Subhada yang menganggap dengan Parinibbana-nya Sang
Buddha, para bhikkhu bisa bebas dan tidak lagi perlu mengikuti aturanaturan dari Sang Buddha.
Untuk menjaga keutuhan ajaran, Y.A. Maha Kassapa merasa perlu diadakan
sidang
untuk menghimpun dan mengulang kembali semua ajaran Sang Buddha.
Sidang diadakan 3 bulan setelah wafatnya Sang Buddha dan berlangsung
selama 2 bulan di Goa Sattapani Rajagaha dengan disponsori oleh Raja
Ajatasatu.
Sidang dihadiri oleh 500 Arahat. Y.A. Upali mengulang Vinaya Pitaka dan
Y.A.Ananda mengulang Sutta Pitaka.
Mengadili Y.A. Ananda atas beberapa kesalahan yang dilakukan selama
mendampingi Sang Buddha.
Konsili II
Sidang dipimpin oleh Y.A. Revata dan dihadiri 700 arahat.
Diadakan 100 tahun setelah Konsili I dan berlangsung selama 4 bulan di
Vesali dengan disponsori oleh Raja Kalasoka.
Dilakukan pengulangan vinaya dan sutta.
Terjadi perbedaan penafsiran vinaya hingga terbagi menjadi dua aliran,
yakni Mahasangika dan Staviravada yang nantinya merupakan cikal bakal
aliran
Mahayana dan Theravada sekarang.
Konsili III
Sidang dipimpin oleh Bhikkhu Mogaliputta Tissa dan dihadiri oleh 1000
arahat.
Diadakan lebih kurang 230 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung
selama 9
bulan di Vihara Asokarama di Pataliputta dengan disponsori oleh Raja Asoka.
Tujuan sidang adalah untuk melindungi kemurnian ajaran.
Diulang ajaran Abhidhamma sehingga lengkap Tipitaka.
Konsili IV
Dipimpin oleh Bhikkhu Rakkhita Mahathera dan dihadiri oleh 500 bhikkhu.
Diadakan lebih kurang 450 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung
selama 1 tahun di Vihara Aloka Sri Langka pada masa Raja Vattagamani
Abhaya.
Tipitaka untuk pertama kalinya disalin di daun pohon palem. Demikianlah,
ajaran Buddha yang selama ini diturunkan secara lisan akhirnya dituangkan
ke dalam bentuk tulisan.
Perlu diketahui bahwa konsili keempat ini merupakan konsili yang diakui oleh
aliran Theravada.
Sementara itu, aliran Sarvastivada (yang kemudian menjadi Mahayana)
mengadakan konsili keempat di Jalandhar di bawah dukungan Raja
Kushan,Kanishka I. Konsili tersebut diadakan sekitar tahun 100 setelah
Masehi dan dipimpin
oleh Vasumitra.
Konsili kelima dan keenam juga merupakan konsili yang hanya dihadiri
bhikkhu
aliran Theravada. Kedua konsili tersebut diadakan di Myanmar. Salah satu
hasil dari konsili kelima adalah diukirnya teks Tipitaka ke dalam 729 batu
marmer dalam tulisan Myanmar. Pada dasarnya konsili tersebut hanya
dihadiri bhikkhu dari Myanmar saja.
Terdapat total 729 transkrip yang diukir di batu marmer pada tahun 1862.
Setiap batu terdiri atas 80 hingga 100 baris teks dan diukir menggunakan
tinta emas.