Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

RANGKUMAN BAB 1 TRIPITAKA

Nama : Valencia
NIM : 21/479073/TP/13216
Prodi : Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

A. Kitab Suci Tipitaka dan Kerangka Penyusunannya

Tipitaka (bahasa Pali) atau Tripitaka (bahasa Sanskerta) merupakan kitab suci
agama Buddha yang berisi kumpulan ajaran Sang Buddha selama empat puluh lima tahun
mengajarkan dharma. Kata Tipitaka/Tripitaka sendiri berarti ‘tiga keranjang’. Keranjang di sini
diartikan sebagai wadah atau kumpulan. Ketiga kumpulan tersebut adalah kumpulan ajaran
tentang vinaya (disiplin moral), sutta (khotbah), dan abhidhamma (doktrin).

1. Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan bagi para
Bhikkhu dan Bhikkhuni yang terdiri atas 3 bagian, yakni:
a. Sutta Vibhanga
berisi peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni beserta kisah
kejadian yang melatar belakangi ditetapkannya peraturan tersebut. Bhikkhu vibhanga
berisi 227 peraturan yang dibagi ke dalam 8 kelompok pelanggaran dan Bhikkhuni
Vibhanga berisi 311 peraturan yang serupa.
Kedelapan kelompok pelanggaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Empat Parajika, yaitu pelanggaran berat yang menyebabkan dikeluarkannya
seorang bhikkhu dari sangha dan tidak dapat menjadi bhikkhu lagi seumur hidup.
2. Tiga belas sanghadisesa, yaitu tiga belas peraturan yang berkaitan dengan tidak
terkendalinya nafsu terhadap lawan jenis.
3. Tiga puluh nissaggiya-pacittiya, yaitu peraturan yang berkaitan dengan
keserakahan terhadap barang material.
4. Dua aniyata berisi peraturan yang sifatnya tidak pasti.
5. Sembilan puluh dua pacittiya, berkaitan dengan berbicara bohong, makan setelah
jam dua belas, minum alkohol, dan sebagainya
6. Empat patidesaniya, yaitu peraturan yang berkaitan dengan penerimaan
pemberian makanan dari umat
7. Tujuh puluh lima sekhiyavatta, yaitu peraturan yang berkaitan dengan kesantunan
sikap seorang bhikkhu
8. Tujuh adhikarana samatha, yaitu peraturan yang berkaitan dengan penyelesaian
konflik atau perbedaan pendapat.
b. Khandhaka
1. Kitab Mahavagga, terdiri atas 10 bab
2. Kitab Culavagga berisi peraturan-peraturan untuk menangani
pelanggaran-pelanggaran dll
c. Parivara
Memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan vinaya

2. Sutta Pitaka
Sutta Pitaka berisi khotbah Sang Buddha yang disampaikan dalam berbagai
kesempatan yang terbagi ke dalam 5 kumpulan, yakni:
a. Digha Nikaya, terdiri atas 34 sutta yang berisi tentang kisah panjang.
Dikelompokkan dalam 3 vagga yaitu Silakkhandhagga Vagga, Maha Vagga, dan
Patika Vagga.
b. Majjhima Nikaya, memuat khotbah-khotbah menengah. Buku ini terdiri dari tiga
bagian yaitu Mulapannasa Pali, Majjhimapannasa Pali, dan Uparipannasa Pali.
c. Samyutta Nikaya, terdiri atas7.762 sutta. Buku ini dibagi menjadi lima vagga
utama dan 56 bagian yang disebut samyutta
d. Angutara Nikaya, terdiri atas 9.577 sutta
e. Khuddaka Nikaya, terdiri atas kumpulan delapan belas kitab, seperti
Dhammpada, Udana, Jataka, dll.

3. Abhidhamma Pitaka
Abhidhamma Pitaka yang berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara
analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika.
Kitab ini terdiri atas 7 buah buku sebagai berikut.
a. Dhammasangani, yaitu perincian dhamma-dhamma, yakni unsur-unsur atau
proses-proses batin yang berisi tentang penggolongan fenomena (dhamma).
b. Vibhanga, yaitu perbedaan atau penetapan.
c. Dhatukatha, yaitu penjelasan mengenai unsur-unsur, yaitu mengenai unsur-unsur
batin dan hubungannnya dengan kategori lain. Buku ini terbagi menjadi 14 bagian.
d. Puggalapannatti, yaitu penjelasan mengenai orang-orang, terutama menurut
tahap-tahap pencapaian mereka sepanjang jalan.
e. Kathavatthu, yaitu pembebasan dan bukti-bukti kekeliruan dari berbagai sekte
(aliran-aliran) tentang hal-hal yang berhubungan dengan teologi dan metafisika.
f. Yamaka, yaitu psikologi dan uraiannya.
g. Patthana, yaitu kitab hubungan.

Abhidhamma memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari


semua bentuk penderitaan (dukkha) karena Abhidhamma berguna untuk
mengembangkan pandangan terang (vipassana bhavana). Terdapat 4 jenis fenomena
yang membentuk realitas atau kenyataan yang kita alami sehari-hari sebagaimana
berikut.
a. Fenomena fisik (rupa), yang membentuk semua materi dan hal-hal yang bersifat fisik
yang dapat dirasakan. Secara umum, fenomena fisik tersusun atas 4 unsur utama
(mahabhuta), yaitu unsur padat atau tanah (pathavi), unsur cair atau air (apo), unsur
panas atau api (tejo), dan unsur gerak atau angin (vayo).
b. Fenomena mental atau pikiran (citta) yang disebut juga kesadaran (vinnana).
c. Faktor-faktor mental (cetasika) yang timbul dan lenyap menyertai pikiran atau
kesadaran, misalnya perasaan (vedana), persepsi (sanna), dan bentuk-bentuk pikiran
(sankhara). Di sini, pikiran dan faktor-faktor mental sangat sulit dibedakan bagaikan
buah apel dengan berbagai sifat atau atributnya, seperti warna, bentuk, dan bau dari
apel tersebut.
d. Realitas tertinggi atau nibbana (Sanskerta: nirvana) yang tidak berkondisi, tidak
timbul oleh suatu sebab.
B. Sumber Historis tentang Penyusunan Kitab Suci Tripitaka

Secara garis besar, terdapat dua versi Tipitaka yang masing-masing ditandai dengan
penggunaan bahasa yang berbeda, yakni Tipitaka dalam bahasa Pali dan Tripitaka dalam
bahasa Sansekerta. Kisah mengenai sejarah penyusunan hingga penulisan Tripitaka di
antaranya dimulai dari diadakannya Sidang Sangha (Konsili) Pertama hingga Konsili
Keempat.
1. Konsili I
- Diprakarsai oleh Y.A. Maha Kassapa Thera dengan dilatarbelakangi oleh
ucapan Bhikkhu Subhada yang menganggap dengan Parinibbana-nya Sang
Buddha, para bhikkhu bisa bebas dan tidak lagi perlu mengikuti aturan-aturan
dari Sang Buddha. Untuk menjaga keutuhan ajaran, Y.A. Maha Kassapa
merasa perlu diadakan sidang untuk menghimpun dan mengulang kembali
semua ajaran Sang Buddha.
- Sidang diadakan 3 bulan setelah wafatnya Sang Buddha dan berlangsung
selama 2 bulan di Goa Sattapani Rajagaha dengan disponsori oleh Raja
Ajatasatu.
- Sidang dihadiri oleh 500 Arahat. Y.A. Upali mengulang Vinaya Pitaka dan Y.A.
Ananda mengulang Sutta Pitaka.
- Mengadili Y.A. Ananda atas beberapa kesalahan yang dilakukan selama
mendampingi Sang Buddha
2. Konsili II
- Sidang dipimpin oleh Y.A. Revata dan dihadiri 700 arahat.
- Diadakan 100 tahun setelah Konsili I dan berlangsung selama 4 bulan di
Vesali dengan disponsori oleh Raja Kalasoka.
- Dilakukan pengulangan vinaya dan sutta.
- Terjadi perbedaan penafsiran vinaya hingga terbagi menjadi dua aliran, yakni
Mahasangika dan Staviravada yang nantinya merupakan cikal bakal aliran
Mahayana dan Theravada sekarang
3. Konsili III
- Sidang dipimpin oleh Bhikkhu Mogaliputta Tissa dan dihadiri oleh 1000
arahat.
- Diadakan lebih kurang 230 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung
selama 9 bulan di Vihara Asokarama di Pataliputta dengan disponsori oleh
Raja Asoka.
- Tujuan sidang adalah untuk melindungi kemurnian ajaran.
- Diulang ajaran Abhidhamma sehingga lengkap Tipitaka.
4. Konsili IV
- Dipimpin oleh Bhikkhu Rakkhita Mahathera dan dihadiri oleh 500 bhikkhu.
- Diadakan lebih kurang 450 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung
selama 1 tahun di Vihara Aloka Sri Langka pada masa Raja Vattagamani
Abhaya.
- Tipitaka untuk pertama kalinya disalin di daun pohon palem. Demikianlah,
ajaran Buddha yang selama ini diturunkan secara lisan akhirnya dituangkan
ke dalam bentuk tulisan

Anda mungkin juga menyukai