6
(Masalah Otentisitas, Integralitas, dan Validitas)
115
Bunga Rampai Studi Agama Buddha
116
Sutrapitaka berisi ajaran-ajaran yang telah disampaikan
Sang Buddha. Ajaran-ajaran tersebut dikenal dengan istilah
Dharma. Oleh karena itu, Sutrapitaka disebut juga dengan
Dharmapitaka. Vinayapitaka berisi peraturan yang harus
dilaksanakan oleh para bhiksu/bhiksuni dalam menempuh
jalan kebhiksuan, sedangkan Abhidharmapitaka berisi
pembahasan ajaran yang bersifat filosofis.
Sebenarnya, kata atau istilah ‘pitaka’ atau apalagi
‘Tripitaka’ tidak dikenal pada masa Sang Buddha sendiri.
Kedua istilah tersebut sekedar merupakan persoalan kese-
pakatan yang terdapat di kalangan umat Buddha setelah
Sang Buddha wafat. Sang Buddha hanya menyampaikan
apa berkenaan dengan ajaran dan peraturan yang harus
dilaksanakan atau ditinggalkan oleh mereka yang menerima
dan mengikuti jalannya. Setelah sang Buddha wafat
(parinirvana) maka umat Buddha merasa perlu melestarikan
ajaran Sang Buddha dengan cara mengumpulkan kembali
apa yang telah disampaikan Sang Buddha tersebut. Namun
perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan mengumpulkan
kembali tidak berarti mengumpulkan catatan-catatan tertulis
seperti seorang dokumenter mengumpulkan dokumen-
dokumen, melainkan para bhiksu berkumpul dan
menyamakan persepsi tentang apa yang telah disampaikan
Sang Buddha. Dalam sejarah agama Buddha proses
pengumpulan demikian terjadi dalam beberapa kali
pesamuan atau konsili, di antaranya konsili di Rajagriha,
Vaisali, dan Pataliputra.
Pada tahun pertama setelah Sang Buddha mangkat
(parinirvana), para bhiksu melakukan pesamuan di
Rajagriha sehingga pesamuan tersebut dikenal sebagai
Konsili Rajagriha. Lamotte (1988, h. 150) mengemukakan
Tripitaka
117
bahwa pada masa itu telah dikenal beberapa orang yang
hafal dan ahli tentang Dharma atau Sutra yang disebut
dengan sutradhara, orang yang hafal dan ahli tentang
Vinaya yang disebut vinayadhara, dan orang-orang yang
ahli tentang pokok-pokok ajaran Sang Buddha yang bersifat
filosofis yang disebut dengan matrkadhara. Pesamuan di
Rajagriha dilaksanakan atas permintaan Kasyapa. Dalam
pesamuan tersebut Kasyapa meminta Ananda untuk
membacakan, lebih tepat mengulang-kembali ingatan,
tentang Dharma (Sutra) yang telah disampaikan oleh Sang
Buddha dan Upali membacakan Vinaya. Tidak diketahui
siapa yang diminta membacakan jenis ajaran yang terakhir.
Yang penting dicatat di sini adalah bahwa sampai saat itu
ketiga disiplin tersebut masih berdiri sendiri sehingga
ketiganya belum dapat dikualifikasikan sebagai keranjang
atau ‘pitaka’ apalagi ‘Tripitaka’. Istilah-istilah tersebut
muncul untuk pertama kalinya dalam prasasti-prasati
Brahmi yang apabila dijujut di antara prasasti-prasasti
tersebut prasasti yang paling kuno hanya sampai kepada
masa abad kedua S.M. Ini berarti bahwa istilah ‘Tripitaka’
atau ‘tiga keranjang’ tidak dikenal selama tiga atau empat
abad sampai ke abad kedua S.M. atau bahkan sampai
kepada masa kompilasi kitab suci itu sendiri, yaitu abad 1
S.M., ketika sebuah nama diperlukan sebagai pertanda yang
membedakan satu dengan yang lain.
Lebih lanjut, sekalipun setelah abad 2 atau 1 S.M.
telah dikenal nama ‘Tripitaka’ kenyataan memperlihatkan
bahwa ‘Tripitaka’ yang dimaksud tidaklah homogen.
Artinya, himpunan koleksi dan teks-teks yang terkandung di
dalamnya tidaklah utuh dan berlaku untuk semua golo-ngan
Bunga Rampai Studi Agama Buddha
118
atau sekte agama Buddha. Nama ‘pitaka’ benar-benar
menyiratkan makna ‘keranjang’ atau ‘bakul’ yang ke
dalamnya bisa dimasukkan berbagai macam koleksi teks
oleh bermacam-macam sekte. Dalam uraian di bawah saya
mencoba menyajikan variasi isi kitab suci Tripitaka yang
didasarkan pada hasil penelitian Lamotte dalam bukunya
History of Indian Buddhism (1988).
I. Vinayapitaka.
II. Suttapitaka, yang terbagi lagi kepada:
1. Dighanikaya
2. Majjhimanikaya
3. Samyuttanikaya
4. Anguttaranikaya
5. Khuddakanikaya
III. Abhidhammapitaka.
Tripitaka
119
Sedangkan Tripitaka yang dilestarikan oleh sekte
Mahasamghika, Haimavata, Mahisasaka, dan
Dharmaguptaka terdiri dari :
I. Vinayapitaka.
II. Sutrapitaka, yang terdiri dari empat agama :
1. Dirghagama
2. Madhyamagama
3. Samyuktagama
4. Ekottaragama
III. Abhidharmapitaka.
IV. Ksudrakapitaka.
3. Vinayapitaka
4) Sariputrabhidharmasastra, diterjemahkan ke
dalam bahasa China oleh Dharmagupta dan Dharmayasas,
terdiri dari empat bagian: Saprasnaka, Aprasnaka,
Samyukta-Samgraha, dan Nidana.
Bunga Rampai Studi Agama Buddha
132