Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shanty

NIM : 19/446474/TK/49579

Tripitaka

Tipitaka merupakan kitab suci agama Buddha yang berisi kumpulan ajaran Sang Buddha
selama empat puluh lima tahun mengajarkan dharma. Kata Tipitaka berarti ‘tiga keranjang’.
Keranjang di sini diartikan sebagai wadah atau kumpulan. Ketiga kumpulan tersebut adalah

1. Vinaya Pitaka: berisikan tata-tertib bagi para bhikkhu/bhikkhuni.


2. Sutta Pitaka: berisikan khotbah-khotbah Sang Buddha.
3. Abidhamma Pitaka: uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan
mencakup berbagai bidang, seperti ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika.

Gambar 1 : Skema Tipitaka

Sebelum menyelam lebih dalam, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu inti dari ajaran
Agama Buddha. Berikut adalah kutipan Tipitaka yang telah dengan baik memaparkan sentral
dari ajaran Buddha.
“1) Kesabaran merupakan pelaksanaan Dhamma yang tertinggi.
Para Buddha bersabda: Nibbāna adalah yang tertinggi.
Jika seseorang yang telah menjadi bhikkhu masih menyakiti, merugikan orang lain;
Maka sesungguhnya dia bukan seorang samaṇa.

2) Jangan berbuat jahat,


Tambahlah kebajikan,
Sucikan hati dan pikiran:
Inilah ajaran Para Buddha.

3) Tidak menghina, tidak menyakiti,


Mengendalikan diri selaras dengan Pāṭimokkhā,
Makan secukupnya, tidak berlebih-lebihan,
Hidup di tempat yang sunyi,
Berusaha melatih Samādhi:

Inilah ajaran Para Buddha.


Sang Arahanta, Sammā-Sambuddha, Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu, Yang Maha
Bijaksana, dengan cara yang baik telah mengutarakan tentang Sīla, Samādhi dan Paññā. …”
(Ovāda- Pāṭimokkhā)

“...Apakah, O para bhikkhu, Jalan Tengah yang telah Sang Tathāgata pahami yang
mendukung pandangan dan pengetahuan, dan yang mengarah pada ketenangan,
kebijaksanaan yang lebih tinggi, pencerahan, dan Nibbāna? Jalan Tengah itu adalah
Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa), Ucapan Benar
(sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā
ājiva), Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi
Benar (sammā samādhi) - inilah, O para bhikkhu, Jalan Tengah yang telah Sang Tathāgata
pahami.
Sekarang, O para bhikkhu, inilah Kebenaran Mulia tentang Penderitaan (dukkha
ariyasacca): Kelahiran adalah penderitaan, kelapukan adalah penderitaan, sakit adalah
penderitaan, kematian adalah penderitaan, bertemu dengan yang tidak menyenangkan
adalah penderitaan, berpisah dengan yang menyenangkan adalah penderitaan, tidak
mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan. Secara singkat, kemelekatan pada
lima kelompok kehidupan (pancupadanakkhanda) adalah penderitaan.

Sekarang, O para bhikkhu, inilah Kebenaran Mulia tentang Sebab Penderitaan (dukkha
samudaya ariyasacca): Ini adalah keinginan yang menyebabkan kelahiran, yang disertai
dengan nafsu yang melekat, menyambut (kehidupan) ini dan itu. Ini adalah keinginan atas
kesenangan indera (kāmatanhā), keinginan akan kelangsungan (bhavatanhā), dan
keinginan atas pemusnahan (vibhavatanhā).

Sekarang, O para bhikkhu, inilah Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan


(dukkha nirodha ariyasacca): Ini adalah pelepasan sepenuhnya dan pelenyapan atas
keinginan, meninggalkannya, pelepasan, pembebasan darinya, dan tidak melekat padanya.

Sekarang, O para bhikkhu, inilah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya
Penderitaan (dukkha nirodha gāminipatipadā ariyasacca): Ini adalah Jalan Mulia Berunsur
Delapan, yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Mata
Pencaharian Benar, Upaya Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar. …”
(Dhammacakkappavattana Sutta)

Ajaran Buddha tersentralisasi dalam Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur
Delapan. Dimana fokusnya adalah mengakhiri penderitaan. Empat Kebenaran Mulia
menyatakan adanya penderitaan, sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan dan jalan
menuju lenyapnya penderitaan yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Setelah inti dari ajaran Buddha dipahami, kita dapat meninjau 3 bagian besar dari Tipitaka
pada gambar 1 dengan lebih baik.

1. Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka berisi peraturan untuk komunitas keagamaan Bhikkhu dan Bhikkhuni. Dalam
dua puluh tahun pertama penyebaran Buddhisme, tidak ada peraturan ini tidak langsung
ada semua secara lengkap. Namun, ketika terjadi peristiwa-peristiwa, peraturan ditambah
dan dijelaskan dalam Vinaya Pitaka. Sutta Vibhanga adalah sebuah buku di dalam Vinaya
Pitaka yang berisi peraturan untuk Bhikkhu dan Bhikkhuni beserta kisah-kisah di balik
pembentukan peraturan ini. Buku ini terbagi menjadi dua bagian: Bhikkhu Vibhanga dan
Bhikkhuni Vibhanga, yang masing-masing berisi 227 dan 311 peraturan. Peraturan ini
dikelompokkan ke dalam delapan kategori, yang mencakup empat pelanggaran parajika
yang mengakibatkan pengusiran Bhikkhu dari sangha, 13 pelanggaran sanghadisesa terkait
dengan perilaku seksual yang tidak terkendali, 30 pelanggaran nissaggiya-pacittiya yang
berkaitan dengan keserakahan terhadap benda-benda materi, dua pelanggaran aniyata yang
tidak pasti sifatnya, 92 pelanggaran pacittiya terkait dengan kebohongan, makan setelah
tengah hari, dan minum alkohol, empat pelanggaran patidesaniya tentang penerimaan
makanan dari orang awam, 75 pelanggaran sekhiyavatta tentang etiket, dan tujuh
pelanggaran adhikarana-samatha tentang penyelesaian perselisihan.

2. Sutta Pitaka
Ajaran-ajaran dalam Sutta Pitaka mencakup berbagai topik, termasuk Empat Kebenaran
Mulia, Jalan Mulia Beruas Delapan, Hukum Sebab-Musabab, etika, dan meditasi. Wacana
tersebut juga memberikan wawasan tentang kehidupan dan ajaran Buddha, serta contoh
interaksinya dengan individu dan kelompok yang berbeda.
Sutta Pitaka dibagi menjadi lima bagian utama atau nikaya, masing-masing berisi sejumlah
besar sutra atau khotbah individual:

Digha Nikaya: Bagian ini berisi 34 khotbah panjang, beberapa di antaranya merupakan
ajaran Buddha yang paling terkenal dan mendalam. Wacana mencakup berbagai topik,
termasuk etika, filsafat, psikologi, dan meditasi.

Majjhima Nikaya: Bagian ini berisi 152 khotbah menengah, juga mencakup berbagai topik.
Khotbah dalam nikaya ini dianggap lebih praktis dan dapat diakses oleh kebanyakan orang
dibandingkan dengan digha nikaya.

Samyutta Nikaya: Bagian ini berisi lebih dari 2.800 khotbah pendek yang disusun dalam
kelompok berdasarkan tema. Setiap kelompok sutra berfokus pada aspek tertentu dari
ajaran Buddha, seperti Empat Kebenaran Mulia, Lima Agregat, atau Dua Belas Mata Rantai
Musabab yang Saling Bergantungan.
Anguttara Nikaya: Bagian ini berisi lebih dari 9.000 sutra individu yang disusun secara
numerik. Setiap sutra berfokus pada sejumlah pokok tertentu, seperti "satu hal", "dua hal",
"tiga hal", dan seterusnya. Topik yang dibahas dalam nikaya ini meliputi etika, meditasi, dan
pengembangan kebijaksanaan.

Khuddaka Nikaya: Bagian ini berisi kumpulan 15 teks yang lebih kecil, termasuk
Dhammapada, Theragatha dan Therigatha (bait-bait yang diatributkan kepada biksu dan
biksuni Buddhis awal), dan kisah Jataka (kisah-kisah tentang kehidupan Sang Buddha di masa
lampau).

3. Abhidhamma Pitaka
Abhidhamma Pitaka yang berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara
analitis. Hal itu merupakan penyajian secara khusus dan terperinci tentang dhamma seperti
yang terdapat dalam Sutta Pitaka. Kitab ini terdiri atas 7 buah buku (pakara) sebagai berikut.

Dhammasangani: Perincian dhamma-dhamma, yakni unsur unsur atau proses-proses batin


yang berisi tentang penggolongan fenomena (dhamma).

Vibhanga: Perbedaan atau penetapan. Pendalaman mengenai soalsoal dalam


Dhammasangani dengan metode yang berbeda. Buku ini terbagi menjadi 8 bab (vibhanga)
dan masing-masing mempunyai 3 bagian.

Dhatukatha : Penjelasan mengenai unsur-unsur, yaitu mengenai unsurunsur batin dan


hubungannnya dengan kategori lain. Buku ini terbagi menjadi 14 bagian.

Puggalapannatti : Penjelasan mengenai orang-orang, terutama menurut tahap-tahap


pencapaian mereka sepanjang jalan. Dikelompokkan menurut urutan bernomor, dari
kelompok satu sampai sepuluh, seperti sistem dalam Kitab Anguttara Nikaya.

Kathavatthu : Pokok-pokok pembahasan, yaitu pembebasan dan bukti- bukti kekeliruan dari
berbagai sekte (aliran-aliran) tentang hal-hal yang berhubungan dengan teologi dan
metafisika. Terdiri atas 23 bab yang merupakan kumpulan percakapan percakapan (katha).
Yamaka : Kitab pasangan yang oleh Geiger disebut logika terapan. Pokok masalahnya adalah
psikologi dan uraiannya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan berpasangan. Kitab ini
terbagi menjadi 10 bab yang disebut Yamaka.

Patthana : Kitab hubungan, yaitu analisis mengenai hubungan- hubungan (sebab-sebab dan
sebagainya) dari batin dan jasmani yang berkenaan dengan 24 paccaya (kelompok sebab-
sebab).

Anda mungkin juga menyukai