Anda di halaman 1dari 347

1

Buddha Abhidhamma

Ultimate Science

Kata Pengantar.

Ajaran2 Sang Buddha.


Ajaran2 dari Sang Buddha dalam Khotbah2 selama 45 tahun dalam
masa Kebuddhaannya telah di bagi dalam Tiga Kumpulan di sebut
Tipitaka dalam bahasa Pali , yang artinya secara Literatur “Tiga
Keranjang”
Kumpulan yang Pertama di ketahui sebagai “Sutta Pitaka”, ialah
Ajaran biasa (Vohara desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan
Perbendaharaan Kata yang biasa untuk menjelaskan Ajaran2-nya. Aspek
praktis dari Meditasi Ketenangan dan Meditasi-Pandangan Terang
termasuk dalam Kumpulan ini.
Kumpulan yang Kedua di sebut “Vinaya Pitaka” ialah Ajaran yang
harus di ikuti (Ana desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan
Wewenangnya kepada para Bhikkhu untuk menetapkan Aturan2 dan
Disiplin bagi mereka untuk di jalani. Disiplin2 ini mewujudkan Kode Etik
yang tertinggi dan dengan pasti dapat memurnikan Perbuatan2 Se-
seorang, Pembicaraan dan Pikiran dengan demikian membuat Se-
seorang mulia dan di hargai.
Kumpulan yang Ketiga ialah “Abhidhamma Pitaka” ialah Ajaran
Sang Buddha yang lebih tinggi. Disini Sang Buddha menggunakan
Istilah2 abstrak untuk menjelaskan Realitas2 yang tertinggi
(paramatthas) dalam Semesta dan Nibbana yaitu Kebaikan utama dan
tujuan tertinggi dari Buddhisme.
Dengan demikian Abhidhamma bisa di anggap sebagai Ajaran
tertinggi (Paramattha desana) dari Sang Buddha.
Prinsip2 dan Hubungan Sebab2 yang Sang Buddha uraikan dalam
Abhidhamma begitu Alamiah, masuk Akal dan begitu Indah bahwa
mereka dapat menunjuk dengan tepat Akar dari Sebab Kesengsaraan.
Hal yang sangat luar biasa dari Ajaran2 Sang Buddha adalah Ajarannya
mencakup Teori dan Praktek dan mereka dengan jelas dan pasti
menegaskan Nilai Kemanusiaan, Kode Moral terbaik, dan Kedamaian
abadi dan Jalan Utama Beruas Delapan menuju ke Kedamaian itu.
2

Semua Ajaran2 yang berharga ini telah di buktikan sering kali oleh
jutaan para Ariya, ialah Orang2 mulia yang telah menapaki di atas Jalan
itu dan masih dapat di buktikan setiap Waktu pada setiap Tempat oleh
setiap Orang yang sanggup yang dengan Kemauan dan Ketabahan
mengikuti Jalan itu.

Arti Abhidhamma.
Sutta Pitaka dan Abhidhamma bersamaan dikenal sebagai
Dhamma.- Satu Kata bahasa Pali berarti “Doktrin atau Ajaran” dari Sang
Buddha. Dhamma adalah Ajaran yang dapat menyelamatkan Orang2
yang mematuhi Dhamma dari Kejatuhan dalam Empat Alam Rendah
(apayas) dan yang dapat memurnikan Pikiran dari Kekotoran2 Batin
dengan demikian untuk mencapai Kedamaian abadi dan Kebahagiaan.
Awalan “Abhi” di gunakan dalam menyatakan Lebih Besar, Besar,
Tinggi sekali, Luhur, Luar biasa dst..
Abhidhamma Pitaka lebih besar, lebih mulia dan luar biasa dari
Sutta Pitaka dalam Hal bahwa;

i. Abhidhamma Pitaka berisi lebih banyak Kelompok Dhamma


(Dhammakkhandhas) dari pada Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka
(Abhidhamma terdiri dari 42.000 dhammakkhandas sedangkan Sutta
Pitaka dan Vinaya Pitaka masing2 berisi 21.000 dhammakkhandas).
ii.Sang Buddha menggunakan banyak Metode dalam menjelaskan
Abhidhamma dari pada beliau mengajarkan Sutta Dhamma, dan

iii.Dalam Abhidhamma Sang Buddha menganalisa Pikiran dan


Materi dengan mendetail dalam Istilah Kenyataan tertinggi dikenal
sebagai “Paramatthas”. Paramatthas ini akan di jelaskan di dalam Bab
Pendahuluan.

Apakah Pikiran itu?


Para Filsuf biasa memakai “Pikiran dan Materi” sebagai Dua Prinsip
Dasar dari Dunia. Tetapi mereka gagal mendapatkan Satu Kesepakatan
tentang Apakah Pikiran itu.
Para Ahli Jiwa memulai tugas mereka dengan menyelidiki Alamiah
Pikiran.. Tapi, ketika mereka tidak dapat menetapkan dan
menggabungkan Pikiran, mereka kembali kepada Kebiasaan dari
Binatang dan Manusia. Maka Ilmu Jiwa menjadi “Pembelajaran dari
Perilaku” dari pada “Ilmu tentang Pikiran”
3

Sekarang Ilmu Pengetahuan tidak mempunyai Alat2 untuk melacak


Pikiran. Maka Ahli2 Ilmu Pengetahuan menyangkal Keberadaan dari
Pikiran dan mengikuti Teori bahwa Otak berfungsi sebagai Pikiran. Teori
ini tidak dapat menjelaskan Fenomena yang aneh dari Telepati,
Klairvoyan, Persepsi diluar batas Indera, Psichokinesis, Percobaan2
keluar dari Tubuh, Kehidupan setelah Kematian. Dst.. yang tidak dapat
di sangkal oleh Ilmu Pengetahuan sekarang. Selain itu Penyelidikan
Otak telah mengungkapkan, walau Fungsi Otak sebagai sebuah
Komputer yang super, ia memerlukan Satu Unsur luar untuk
menjalankannya sama seperti Komputer biasa memerlukan untuk di
Program oleh Manusia. Bukankah itu Unsur Luar sebagai Pikiran?
Abhidhamma menjelaskan Pikiran sebagai Satu Gabungan dari Citta
(Kesadaran) dan Cetasika (Faktor2 Mental atau yang selalu bersama
dengan Pikiran). Ada 52 Cetasika atau Faktor2 Mental—Beberapa dapat
mengotori Pikiran, beberapa dapat memurnikan Pikiran dan beberapa
Netral. Jumlah dari Kombinasi yang memungkinkan antara Citta dan
Cetasika adalah 121.
Kombinasi2 ini menyatakan dari berbagai Keadaan Pikiran. Mereka
secara penuh menjelaskan mengapa kadang2 Pikiran buruk dan
kadang2 baik, kadang2 sedih dan kadang2 bahagia, kadang2 jahat dan
kadang2 mulia, dsb..
Dalam Segi Praktek dari Ajaran beliau, Sang Buddha menjelaskan
beberapa Cara untuk mengembangkan Samadhi (Konsentrasi). Ketika
Faktor2 Mental yang tidak Bermanfaat seperti Lobha (Keserakahan),
Dosa (Kebencian), Uddhacca (Kegelisahan), Kukkucca (Penyesalan),
Vicikiccha (Keraguan), Thina-middha (Kemalasan dan Kelambanan)
dapat di tenangkan untuk tidak timbul dalam Pikiran, maka Pikiran tidak
gentar, damai dan dalam Keadaan cerah. Ini adalah Keadaan dari
Upacara Samadhi (Tetangga Konsentrasi atau Jalan masuk Konsentrasi),
berarti ia dekat kepada Jhana (Pencerapan).
Pada Keadaan Upacara Samadhi, karena Kekotoran Batin tidak ada
dalam Pikiran, Se-seorang menikmati Ketenangan dan damai tak dapat
di bandingkan dengan Kenikmatan Indera. Satu Berkah yang lebih tinggi
di nikmati ketika Se-seorang dapat mencapai tingkat Konsentrasi sedikit
lebih tinggi dari Jhana Samadhi.
Setelah mengembangkan Empat Rupa-Jhana (Meditasi Pencapaian
dari Alam Materi Halus) dan Empat Arupa-Jhana (Pencerapan dari Alam
Tanpa Materi), Se-seorang dapat melanjutkan Satu Langkah lebih lanjut
untuk mengembangkan Abhinna (Pengetahuan Super Normal). Ada
Lima Kekuatan Super Normal Keduniawian (Lokiya): (1). Kekuatan Dewa
4

(iddhi-vidha), (2). Telinga Dewa (dibhasota), (3). Mata Dewa (dibha-


cakkhu), (4). Menembus Pikiran Orang lain (ceto-pariya-nana) dan (5).
Mengingat Kehidupan2 lampau (pubbe-nivasanussati).
Kekuatan2 Super Normal ini jauh melebihi Kekuatan Telepati,
Klairvoyan, Psichokinesis,dsb.. Dengan iddhi-vidha-abhinna Se-seorang
dapat menembus Dinding dan Gunung tanpa di halangi, menyelam ke
dalam Tanah, berjalan di atas Air dan terbang di Udara. Dengan dibha-
cakkhu-abhinna Se-seorang dapat melihat Alam apaya (Alam lebih
rendah) begitu juga Alam2 Dewa dan Brahma dan Mahluk2 yang di
lahirkan Kembali di dalam Tiga puluh satu Alam Kehidupan sesuai
dengan Kamma mereka (Kamma atau Perbuatan). Dengan ceto-pariya-
nana, Se-seorang dapat melihat Pikiran2 Orang lain dan mengetahui
Keinginan mereka.
Pencapaian Kekuatan2 Super Normal ini, bagaimanapun bukanlah
Tujuan dari Buddhisme. Kekuatan menembus Pikiran disertai dengan
upacara-samadhi atau jhana-samadhi di gunakan untuk
memperhatikan timbul dan lenyapnya nama (Pikiran dan yang
mengikutinya) dan rupa (Materi tertinggi) di dalam Tubuh. Nama dan
Rupa ini tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop Elektronik
sekalipun, tetapi mereka dapat di lihat dengan Pikiran Samadhi!
Dengan meditasi pada Tiga Sifat Umum dari Nama dan Rupa yaitu,
Tidak kekal (anicca), Menderita (dukkha) dan Tanpa-Diri (anatta) dan
juga pada Hubungan Sebab Musabab antara Nama dan Rupa, Se-
seorang sedang menelusuri sepanjang Jalan Utama Beruas Delapan dan
cepat atau lambat akan mencapai Magga (Jalan) dan Phala (Buah)
Pertama. Kemudian Se-seorang menjadi Seorang Pemenang Arus
(Orang mulia) dan sepenuhnya terjamin tidak akan di lahirkan Kembali
dalam Alam2 rendah lagi.
Pemenang Arus (Sotapana ariya) dapat menikmati Kedamaian di
atas Duniawi, dari Nibbana bilamana ia memilihnya. Bila ia meneruskan
dengan Meditasi Vipassana-nya (Pengertian) ia akan mewujudkan Tiga
Maggas dan Phalas (Jalan dan Buah) yang lebih tinggi dalam Hal itu dan
menjadi Seorang Arahat (Yang sempurna) dalam Kehidupan ini juga.
Walau ia tidak meneruskan dengan Meditasi Vipassana-nya, Sotapana
akan dengan sendirinya menjadi Seorang Arahat tidak lebih dari pada
Tujuh Kehidupan.
Dalam Diri Arahat semua Kekotoran Batin di cabut sampai ke
Akar2nya sepenuhnya dan di hancurkan. Karena Kekotoran2 Batin ini
adalah Penyebab sebenarnya dari semua Kesengsaraan. Penghancuran
5

totalnya berarti Kebahagiaan yang sempurna dan Kedamaian abadi bagi


Arahat.
Maka dengan memurnikan Pikiran dari semua Kekotoran Batin yang
menyebabkan Kesengsaraan dan merendahkan Satu Orang, ia dapat
menjadi Seorang Arahat yaitu Orang yang paling mulia diantara Manusia
dan Dewa dan yang dapat menikmati Kedamaian tertinggi dan abadi
dari Nibbana selamanya. Maka untuk menjadi Seorang Arahat adalah
Tujuan yang benar bagi Manusia dan Dewa, dan Tujuan tertinggi dalam
Kehidupan ini dapat di capai hanya melalui Analisa dan Pengertian yang
benar dari Pikiran dan Materi sebagaimana yang di ajarkan oleh Sang
Buddha.
Harus di tekankan di sini bahwa Apa-pun yang Buddha telah ajarkan
pada kita diluar daripada Kemahatahuan beliau dan Pengalaman
sendirilah dapat di uji dan di buktikan oleh Siapa saja dengan
Pengalamannya sendiri.

Sebuah Pembicaraan Intelektual


Abhidhamma bersangkutan dengan Kenyataan2 yang betul2 ada
dalam Alam. Ia menganalisa keduanya Pikiran dan Materi dengan benar
dan mendetail yang merupakan Mesin yang rumit dari Manusia. Ia
membabarkan Enam Pintu2 Indera dalam Diri Manusia, Enam
Rangsangan Indera datang dari luar dan Proses2 Pikiran yang timbul
ketika Rangsangan datang kedalam Kontak dengan Pintu2 Indera.
Berbagai Keadaan Mental berbareng dengan Sebab2 dari Keadaan2
Mental ini di jelaskan Satu per Satu Pikiran Bermanfaat dan tidak
Bermanfaat dan Akibat2nya di teliti. Juga Proses Kehidupan dan
Kematian dan bahwa Kelahiran Kembali dalam berbagai Alam di
pengaruhi Kekuatan Kamma dengan jelas di terangkan.
Rupa, yang terdiri dari Materi dan Energi, di bagi-bagi lagi dan di
Golongkan pada Keadaan tertinggi.
Ke-dua2nya Nama (Pikiran dan yang mengikutinya) dan Rupa
(Materi dan Energi) hidup sangat singkat. Mereka timbul dan berakhir
dalam Aturan Satu triliun kali ( 10 pangkat 12) dalam Satu Detik. Maka
Pandangan bahwa Kesadaran mengalir seperti Sebuah Arus
sebagaimana yang di kemukakan oleh beberapa Ahli Ilmu Jiwa modern
seperti William James jadi betul2 jelas bagi Orang yang mengerti
Abhidhamma.
Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan dan Hukum
Hubungan Sebab yang di bicarakan secara sistimatis dan menyeluruh di
6

dalam Abhidhamma, Hukum2 ini tidak ada Persamaannya dalam Suatu


Filsafat yang lain.
Akhirnya Empat Kebenaran Mulia, ialah Kebenaran Mulia tentang
Dukkha, Sebab Dukkha, Berhentinya Dukkha dan Jalan menuju
berhentinya Dukkha, jadi secara jelas sebagaimana Seorang menjalani
Abhidhamma. Empat Kebenaran Mulia ini adalah Kebenaran tertinggi
yang meliputi semua Hubungan2 Sebab dalam Dunia begitu juga dalam
tingkat di luar Keduniawian. Mereka yang dapat dengan jelas melihat
Kebenaran Mulia ini dengan Pikiran Samadhi atau Mata-Kebijaksanaan
mereka akan menjadi tercerahkan sebagai Orang yang mulia.

Inti sari dari Buddha Abhidhamma.


Sama seperti Ilmu Pengetahuan Alam menyelidiki Hukum2 Alam
yang mengatur Proses2 Alamiah, begitu juga Abhidhamma
menggambarkan Kebenaran2 Alamiah yang mengatur Proses2 Alamiah.
Tetapi Tingkatan2 dan Penyajiannya berbeda.
Semua Ilmu2 Pengetahuan Alamiah, seperti Ilmu Alam, Kimia,
Biologi, Geologi, Ilmu Bumi Alam, Teknik, Elektrik dan Ilmu Pengobatan
berhubungan dengan Materi dan Energi-Aspek2 pisik dari Alam. Malah
Ilmu Jiwa, yang mengikuti Perilaku, tidak dapat menunjukkan Pikiran
dan menganalisanya. Tetapi Pikiranlah yang memimpin Dunia dan
Kehidupan setiap Orang. Semua Ilmu Pengetahuan dan Filsafat di
haslikan oleh Pikiran, di kendalikan oleh Pikiran. Maka tidak di ragukan
lagi Pikiranlah Unsur yang paling utama di dalam Dunia.
Abhidhamma menunjuk Pikiran, menganalisa dan Menggolongkan
Pikiran, menjelaskan Fungsi2 dari Pikiran dan meletakkan Pikiran dalam
Posisi yang benar. Kesanggupan yang sebenarnya dari setiap Orang
terdapat dalam Pikirannya. Maka tak Seorang-pun perlu untuk melihat
ke Langit dan memohon Pertolongan dari beberapa Kekuatan2 Super
Natural karena Kekuatan yang paling besar terdapat dalam Dirinya
sendiri !
Abhidhamma juga menyatakan tentang Materi dalam Hubungannya
dengan Pikiran. Ia juga membabarkan Nibbana (Nirwana) yang terbebas
dari Pikiran dan Materi. Ilmu2 Pengetahuan Alamiah tidak dapat
mengubah Seorang Bajingan menjadi Seorang yang mulia sedangkan
Abhidhamma bisa. Para Ilmuwan dan Filsuf tidak dapat menunjukkan
Jalan kepada Penghentian Dukkha dan ke Kedamaian abadi sedangkan
Abhidhamma bisa.
7

Para Ilmuwan, Filsuf, Ahli Ilmu Jiwa dan setiap Pencinta Kebenaran
akan mendapatkan Abhidhamma menjadi Satu Pembicaraan Intelektual
yang khusus.
Pengetahuan Apa yang ada di dalam Kehidupan ini yang lebih
berharga dari pada Abhidhamma yaitu ajaran tertinggi dari yang
tercerahkan ?

--oOo—
8

Pendahuluan.

Satu Pendahuluan yang pantas.


Abhidhamma Pitaka terdiri dari Tujuh Risalah – yaitu,
Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggala pannatti,
Kathavatthu, Yamaka dan Patthana.
Materi Pokok dari Abhidhamma adalah Empat Kenyataan tertinggi
(paramatthas) dan hubungan Sebab2 diantara mereka. Perlakuan pada
Materi Pokok adalah tehnik tinggi dan sistimatis yang luar biasa
menggunakan Syarat2 Filsafat yang murni yang sebenarnya di dalam
Pengertian yang absolut.
Bila Seorang dapat mempelajari dengan sabar Risalah2
Abhidhamma, ia tidak bisa tidak mengagumi Kebijaksanaan yang besar
dan Pengertian yang mendalam dari Sang Buddha. Tetapi tidaklah
mudah mempelajari Abhidhamma pada Usaha sendiri karena ia bisa
secara mudah tersesat di dalam Rimba dari Kondisi2 yang abstrak dan
Metode yang asing.
Ada, bagaimanapun, Satu Risalah yang terkenal di sebut
Abhidhammattha Sangaha, yaitu Pendahuluan yang paling cocok untuk
Abhidhamma.
Risalah ini di tulis oleh Y.M. Anuruddha Thera, Seorang Bhikkhu
India dari Kancipura (Kanjeevaram), merangkum semua Titik2 yang
penting dari Abhidhamma sangat terperinci.
Risalah ini, Aslinya di tulis dalam Bahasa Pali, telah di terjemahkan
ke dalam beberapa Bahasa. Di Myanmar Materi Pokok dari Risalah ini
termasuk dalam Mata Pelajaran bagi Bhikkhu muda dan para Bhikkhu,
dan juga di gunakan sebagai Pelajaran Ujian Abhidhamma yang
berlangsung setiap tahun di seluruh Myanmar yang di adakan oleh
Kementerian Agama.
Buku yang sekarang, berjudul The Essence of Buddha Abhidhamma,
lebih meneliti Materi Pokok yang ada dalam “Abhidhammattha
Sangaha” dalam Satu Cara Sistim sederhana dengan Ketelitian tertentu
dengan Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Segi2 Praktis. Itu di tulis
lebih kurang dalam Bentuk yang di gunakan oleh Penulis sebagai
Petunjuk Kuliah dalam memimpin Kuliah Singkat Abhidhamma.
Kuliah2 terbukti sangat berhasil. Maka Pembaca akan mendapatkan
Buku ini secara Keseluruhan membuktikan dan menarik untuk belajar
Kenyataan2 Pokok dari Abhidhamma.
Abhidhamma sesungguhnya adalah Pengetahuan Emas yang akan
membantu Seorang untuk membuang Pandangan2 Salah dan untuk
9

mendapat Pandangan Benar bagi Kebebasan sepenuhnya untuk Seorang


dari semua Kesengsaraan.

Kenyataan2
Ada Dua macam dari Kenyataan – Kenyataan dan Kenyataan
tertinggi.
Kenyataan yang sebenarnya ialah Kebenaran Konvensional biasa
atau Kebenaran biasa yang di terima (Sammuti-sacca). Disebut pannatti
dalam Abhidhamma.
Kenyataan tertinggi ialah Kebenaran tertinggi (paramattha-sacca)
di sebut paramattha dalam Abhidhamma.
Dalam Ilmu Pengetahuan Dasar kita belajar tentang Kenyataan
Kedalaman dari Satu Benda di dalam Air. Kedalaman yang Nyata adalah
lebih dangkal dari pada Kedalaman yang sebenarnya. Ia kelihatan
muncul sebagai Kedalaman sebenarnya karena pembiasan dari Cahaya
yang melewati dari satu Media lebih rapat (Air) ke Media yang lebih
ringan (Udara). Maka bila Seorang Penangkap Ikan melempar Sebuah
Tombak ke Se-ekor Ikan di mana ia melihatnya di bawah Air, Tombak itu
tidak akan mengenai Ikan sebab si Ikan sebenarnya tidak ada di sana.
Dengan Cara yang sama pannattis atau Kenyataan yang sebenarnya
walau mereka se-olah2 Ada, sebenarnya tidak ada. Apa pannattis itu?
Pannattis adalah Nama2 dari yang hidup dan yang tidak hidup, mereka
juga mengacu pada Barang2 dan Orang2 itu sendiri. Maka tidak hanya
Nama-nama, Orang, Anjing, Meja, Rumah, dsb.. adalah pannattis, tapi
Orang itu, Anjing itu, Meja itu, Rumah itu, dsb..juga adalah pannattis.
Adalah Nyata bahwa “Nama-nama” bukanlah Kenyataan tertinggi
sebab Satu Barang yang khusus telah di berikan Nama2 yang berbeda
dalam Bahasa yang berbeda. Ada Satu Episode yang menarik terutama
pemberian Nama di Myanmar.
Seorang Anak Laki2 bernama Mr.Ba muncul untuk Ujian masuk
Universitas, Ia gagal dalam Usahanya yang pertama. Ia muncul lagi
untuk Ujian yang sama Tahun berikutnya dengan Nama baru Mr.Ba. Hla,
Ia gagal lagi. Dalam Tahun ke Tiga ia mengganti Namanya jadi Mr.Ba.
Hla. Than dan duduk lagi untuk ujian. Lagi ia tidak mendapat Nasib baik.
Maka untuk memperbaiki Keberuntungannya ia memakai Nama Mr.Ba.
Hla. Than. Tin pada Tahun ke Empat. Ia gagal lagi dalam Ujian.
Walaupun begitu ia muncul lagi untuk Ujian pada Tahun ke Lima dengan
Nama yang lebih panjang Mr.Ba. Hla. Than. Tin. Nyunt. Wah, ia lulus
10

Ujian sekali ini. Maka ia di kenal sebagai Mr.Ba. Hla. Than. Thin. Nyunt
ketika ia bergabung pada University of Yangon.
Tujuanya ialah, karena Nama2 dapat di pilih atas Kehendak untuk
menandakan Macam2 Barang dan Orang, mereka tidak dapat jadi
Kenyataan yang tertinggi. Namun kita harus menggunakan Nama2 ini
dalam Ungkapan kita se-hari2 dan berbicara untuk berkomunikasi Satu
sama lain. Orang lain jadi mengerti dengan benar Apa yang kita
maksudkan dan Apa yang kita mau maka Ungkapan2 dan Pembicaraan2
ini dengan tidak ada Keinginan berdusta di sebut, Samuti-sacca atau
Kebenaran Konvensional.
Sekarang menurut Abhidhamma, tidak hanya Nama-nama tapi juga
Barang2 dan Orang2, Nama2 yang di maksud tidaklah benar2 Ada.
Anda mungkin membantah: “Mengapa?, kita kan bisa melihat Meja,
Rumah, Orang, Anjing, dan kita juga dapat menyentuh dan merasakan
mereka. Mengapa mereka tidak Ada? “
Kalau begitu sudilah perlihatkan saya Meja itu. Bukankah Kayu itu
yang sedang anda sentuh atau tunjuk itu? Bila anda mengambil keluar
Potongan2 Kayu dari Meja itu, apakah Meja itu masih Ada? Sama juga
dengan Rumah. Bila anda mencopot Ke-empat Dinding2nya dan
membongkar Atap2nya, Rumah itu akan tidak Ada.
Bagaimana dengan Orang dan Anjing? Bila anda mengambil setiap
Bagianya seperti, Rambut, Kuku, Kulit, Daging, Darah, Tulang, Usus,
Jantung, Hati, Paru2, Limpa, dst..pada gilirannya dan mengajukan
Pertanyaan: “Apakah ini Orang atau Anjing itu?” Jawabnya selalu
“Bukan”. Maka Orang dan Anjing itu sebenarnya tidak Ada.
Lagi ada Satu Cuplikan yang menarik, dalam Kitab Suci agama
Buddha antara Dua Orang bijaksana-Raja Milinda dan Y.M. Arahat
Nagasena.
Raja bertanya, “Dengan Nama Apa saya akan mengenal anda,
Tuan?”
Y.M. Nagasena menjawab, “Rekan2ku memanggil saya Nagasena.
Tapi Nama dan Orang yang di panggil sehubungan itu tidak benar2
Ada.”
Raja berkomentar, “Bila Nagasena dan Orangnya tidak Ada, kepada
siapa Orang2 mempersembahkan Dana dan siapa yang menerima
Dana2 ini? Karena anda menerimanya, anda sebenarnya Ada. Mengapa
anda berdusta sedangkan anda punya Kemuliaan yang tinggi?”
Y.M. Nagasena bertanya, “Yang mulia, apakah anda datang ke
Vihara ini jalan kaki atau naik Kereta?”
Raja menjawab, “Saya datang naik Kereta.”
11

Y.M. Nagasena bertanya selanjutnya, “Kalau begitu, sudilah


memperlihatkan Kereta Anda? Apakah Kuda Kereta anda? Apakah Roda
Kereta anda? Apakah As Roda Kereta itu, Apakah Gerobak yang di tarik,
Kereta itu?”
Raja menjawab, “Bukan” pada semua Pertanyaan2 ini.
Y.M. Nagasena berkata, “Apakah ada Satu Kereta di samping Kuda
itu, Roda itu, As Roda itu, Gerobak yang di tarik, dst..?”
Raja berkata lagi, “Tidak”
Y.M. Nagasena berkomentar, “Yang mulia, anda kata anda datang
kesini dengan Kereta, namun anda tidak dapat menunjukkan pada saya
Kereta itu! Mengapa anda berdusta sedangkan anda mempunyai
Kemuliaan yang tinggi?”
Raja bersetuju, “Tidak ada Kereta di samping Kuda, Roda, As Roda,
dan Gerobak itu. Hanya Satu Gabungan dari Barang2 ini yang di
namakan Kereta.”
Y.M. Nagasena berkata, “Baik sekali, Yang mulia, anda seharusnya
mengerti Nagasena sebagai anda mengerti Kereta itu.”
Tujuan yang penting adalah bahwa paramattha atau Kenyataan
tertinggi kita maksudkan Sesuatu yang tidak dapat di ganti ke Barang
yang lain atau di pecah menjadi Barang2 lain. Ia tidak dapat di ciptakan
ataupun di musnakan oleh Manusia. Ia benar2 ada dalam Alam dan
terus seperti itu Karakteristiknya sampai ia hilang. Ia dapat menahan
Percobaan2 atau Penyelidikan2 dengan Metode Apa-pun tentang
Kenyataannya dan Keberadaan yang sebenarnya.
Para Filsuf dan Ahli2 Ilmu Pengetahuan telah mencari Kenyataan2
yang sebenarnya bahwa benar2 Ada di Alam Semesta. Para Filsuf tidak
dapat menyetujui pada Kenyataan tertinggi Apa-pun – Apa yang di
usulkan oleh Seorang Filsuf yang terkenal di debat oleh yang lainnya.
Pada awalnya para Ahli Ilmu Pengetahuan menganggap Materi dan
Energi sebagai Dua Kenyataan tertinggi. Materi telah di bagi ke dalam
92 Elemen2 Alam, yang pada gilirannya telah di bagi ke dalam 92
Macam Atom2 Alam dan berbagai Macam Isotopnya. Sekarang
umumnya Atom di percaya di bentuk dari Proton, Neutron dan Elektron
– Proton dan Neutron membentuk Inti dengan Elektron2 berkeliling
dalam Orbit mengitari Inti.
Walau Proton, Neutron dan Elektron bisa di anggap sebagai Balok
Dasar Bangunan dari Atom, mereka bukan Partikel dengan Rupa dan
Bentuk tertentu karena dapat di pancarkan dari Atom2 sebagai Cahaya.
Lebih cocok mereka dianggap sebagai Ikatan dari energy persis seperti
Sinar Matahari terbentuk dari Proton – Ikatan Dasar dari Energi Cahaya.
12

Para Ahli Ilmu Pengetahuam telah menyelidiki lebih dari 80


Subatomik Partikel dari Pemecahan Inti Atom. Semua dari Partikel2 ini
bisa juga dianggap sebagai Ikatan2 dari Energi, sebagaimana Materi dan
Energi saling menggantikan menurut Persamaan Albert Einstein: E =
mc2, dimana E adalah Energi, m adalah massa dari Materi dan c
kecepatan Cahaya.
Maka dari titik pandang Ilmu Pengetahuan, Manusia, Anjing, Meja,
Rumah, dan semua yang hidup dan Barang2 mati bukanlah Kenyataan2
tertinggi karena mereka terbentuk dari Elektron, Proton, Neutron dan
Energi. Lebih lanjut, karena semua Partikel2 Sub-Atom bisa di anggap
sebagai Ikatan2 dari Energi, hanya energy bisa di ambil sebagai
Kenyataan tertinggi dalam Ilmu Pengetahuan.
Dalam Abhidhamma ada Empat paramattha atau Kenyataan2
tertinggi. Mereka adalah rupa, citta, cetasika dan nibbana. Dalam
analisa dari rupa, di dapatkan untuk menentukan Dasar2 dari Materi
dan Energi.
Citta adalah Kesadaran, dan Cetasika adalah Faktor2 Mental atau
Sekutu2 Mental. Sebagaimana citta dan cetasika dapat mengambil
Indera dan menyadari Indera itu, mereka ber-sama2 di kenal sebagai
nama (Pikiran).
Seorang Manusia terdiri dari rupa, citta, dan cetasika, atau dengan
kata lain Hanyalah Rupa dan Nama (Materi dan Pikiran). Ini adalah
Kenyataan2 yang tertinggi, sedangkan Manusia hanyalah Satu
Kenyataan yang nyata kelihatan.
Nibbana - Dasar dari Penghentian dari Penderitaan dan Kedamaian
abadi – selalu ada di dalam Alam. Kekurangannya hanya adalah bahwa
kita tidak menyadarinya. Itu hanya dapat di sadari oleh Magga-nana
dan Phala-nana yaitu Mata Kebijaksanaan di sertai oleh Jalan dan Buah.
Dasar2 dari citta, cetasika dan nibbana masih harus di temui oleh
Ilmu Pengetahuan. Mereka betul2 di khususkan dan di golongkan di
dalam Abhidhamma dan dapat di buktikan oleh Samatha-Vipassana
Bhavana, ialah Meditasi Ketenangan dan Pandangan benar.

Empat Paramattha:

i. Citta – Kesadaran Indera atau Kesadaran pada Satu


Objek. Citta, ceta, cittupada, mana, mano, vinnana digunakan
sebagai Persamaan Istilah dalam Abhidhamma. Dalam Pembicaraan
biasa, Pikiran biasanya mengacu pada citta atau mano
13

ii. Cetasika – Faktor2 Mental atau Sekutu2 Mental.


Cetasika timbul dan lenyap bersama citta. Mereka bergantung pada
citta untuk Kemunculannya dan mereka mempunyai Pengaruh pada
citta. Ada 52 Macam dari cetasikas. Apa yang biasa kita sebut
“Pikiran” sebenarnya adalah Satu Gabungan dari citta dan cetasika.
Tiada citta ataupun cetasika dapat timbul sendiri-sendiri.

iii. Rupa – Pemenuhan Kebutuhan atau Mutu Materi. Ia


bisa berubah-ubah Bentuk dan Warna karena panas atau dingin.
Ada 28 Macam dari rupa.

iv. Nibbana – Penghentian dari Kekotoran Batin dan


Penderitaan, Kedamaian abadi yang absolut. Kekotoran Batin dari
citta adalah Keserakahan, Kebencian, Khayalan dsb.. mereka adalah
Akar2 dari Penderitaan dan dari Kesinambungan Kehidupan. Maka
Penghentian yang sempurna dari Kekotoran Batin berarti Pelepasan
dari semua Kelahiran Kembali masa akan datang, usia tua, penyakit
dan kematian, dari semua penderitaan dan kesengsaraan. Ada
Kedamaian abadi yang sempurna dalam Nibbana. Kata Sansekerta
“Nirvana” secara literatur berarti “Terbebas dari Napsu Keinginan”.
“Penghentian dari Keserakahan, Penghentian dari Kebencian,
Kebencian dan Kebodohan, ini di sebut Nibbana” (Samyutta Nikaya
38, 1.)

Masing2 dari Empat paramathas di atas bisa di periksa dengan teliti


bagi Keberadaan yang sesungguhnya. Ilmu Pengetahuan bisa
menyanggah Keberadaan dari Pikiran karena ia tidak dapat
menemukannya. Tetapi Keberadaan dari citta yaitu Kesadaran dari
Indera pada Manusia dan Binatang tidak dapat di sanggah oleh siapa-
pun.
Keberadaan dari cetasikas seperti lobha (Keserakahan), dana
(Kemurah Hatian), mana (Kesombongan), issa (Iri Hati), alobha (Tanpa
Kemelekatan), adosa (Kemauan Baik), dst.. pada Manusia dan Binatang
juga Nampak jelas. Tapi adalah penting untuk melihat mereka sebagai
Suatu yang sungguh2 Ada dan bukan sebagai Bagian dari Pikiran atau
Keadaan Mental yang berbeda. Cetasika2 yang Tidak Bermanfaat
seperti, lobha, dosa, mana dan issa bisa seluruhnya di hilangkan dari
Pikiran oleh Meditasi Pandangan Terang.
14

Keberadaan rupa sebagai Materi dan Energi mudah di lihat. Tetapi


Nibbana, Keadaan di atas Keduniawian, tidak dapat di rasa oleh Pikiran
biasa, tapi ia bisa di amati oleh lokuttara (diatas Keduniawian) citta.
Harus di catat bahwa semua paramathas dalam Indera tertinggi,
mereka tidak berbentuk dan tanpa Rupa persis sebagai Ikatan dari
Energi tidak berbentuk maupun ber-rupa. Mereka tidak kelihatan di
bawah Mikroskop yang terbaik, tapi cittas, cetasikas, dan rupa dapat di
lihat oleh Mata Samadhi. Nibbana dapat di sadari dengan Empat Jalan
Kebijaksanaan. Setiap paramathas akan di suguhkan panjang lebar
dalam Bab selanjutnya.

Nama dan Rupa.


Ke-dua2nya citta dan cetasika sadar pada Indera. Mereka selalu
cenderung menuju Indera untuk mengambil Indera, dan makanya
mereka bersama di sebut “nama”
Satu Manusia terdiri dari nama dan rupa (Pikiran dan Tubuh). Dari
ke-duanya, nama, menyadari Indera, dan rupa tidak. Dengan demikian
nama adalah Pemimpin dan rupa Pengikut. Tetapi dalam Alam Indera
dan Alam Materi-Halus, nama membutuhkan Dukungan dari rupa bagi
Kemunculannya.
Nama sama seperti Satu Orang dengan Mata Penglihatan yang baik
tapi tidak punya Kaki, sedangkan rupa seperti Satu Orang buta dengan
Kaki yang baik. Satu Orang tanpa Kaki dan Satu Orang buta bertemu di
luar Satu Kampung dan mereka mendengar Pengumuman dari Pengeras
Suara bahwa Makanan sedang di bagikan di dalam Kampung. Mereka
ingin mendapatkan Makanan di Tempat itu. Bagaimana mereka pergi?
Nah, bila Orang dengan Penglihatan yang baik duduk di atas Bahu Orang
yang buta, dan yang belakangan berjalan sepanjang Jalan sebagaimana
yang di tunjukkan oleh yang pertama, mereka segera tiba pada Tempat
yang di inginkan dan menikmati Makanan.
Nama dan Rupa bekerja bahu membahu seperti ke-dua Orang di
atas.

Guna dari Analisa tertinggi


Untuk melihat Hal2 sebagaimana mereka adanya adalah Tujuan
yang sangat dihargai oleh para Pencinta Kebenaran termasuk para Filsuf
dan Ilmuwan. Bila Seorang tidak dapat melihat Gambaran yang
sebenarnya dari Sesuatu, Seorang melihat Gambar yang berbeda dan
jadi ber-Pandangan Salah tentang mereka.
15

Satu Dasar Pandangan Salah yang telah mengganggu Manusia untuk


waktu yang lama sekali ialah Sakkayaditthi. Ialah “Percaya-Ke-Aku-an” .
Saling menafsirkan Kumpulan dari Rupa dan Nama sebagai Satu
“Individu” atau “Saya” atau “Atta”.
Disebabkan sakkayaditthi ini, Seorang ingin menjadi Seorang yang
sangat Penting (VIP), menginginkan untuk menumpuk Kekayaan bagi
Keuntungan “Saya” dan bertingkah laku mementingkan Diri sendiri.
Dalam Kenyataannya semua Bentuk Persoalan dan Kesengsaraan
berasal dari Pandangan Salah ini.
Melihat Orang lain sebagai Satu Orang, Seorang Lelaki, Seorang
Perempuan, Satu Individu, dsb.. juga Sakkayaditthi. Sakkayaditthi
menimbulkan Pandangan2 Salah yang lain lagi yang tidak terhitung di
Dunia ini sekarang. Hal yang sangat menakutkan tentang Sakkayaditthi
adalah bahwa ia dapat berpasangan dengan Kamma Buruk yang sering
menghempaskan Seorang ke Alam-alam lebih rendah. Menurut Ajaran
Sang Buddha untuk membuang sakkayaditthi sangatlah perlu dan
penting. Ia seperlu bagai mematikan Api di atas Kepala ketika Kepalanya
terbakar dan sebagai mencabut Tombak dan mengobati Luka di Dada
ketika Dada tertusuk oleh Sebuah Tombak.
Pembelajaran Abhidhamma melengkapi Seseorang dengan
Pandangan Benar bahwa “Saya atau “Atta” tidaklah Ada dan Apa yang
benar2 Ada dalam Manusia adalah citta, cetasika, dan rupa.
Mengerti Keadaan Mental dapat membantu Seorang untuk
mengontrol Temparamennya dan menghindari Keadaan Mental yang
Tidak Bermanfaat, dengan demikian mengurangi Ketegangan dan
mengobati banyak Penyakit2 Mental.
Bila Seorang mengerti bahwa Kehendak (cetana), yang langsung
membuat Perbuatan, Bicara dan Berpikir, Seseorang menumbuhkan
Kamma2 yang ada yang menyebabkan Kelahiran Kembali dan
membentuk Nasib dari Mahluk2, ia menjadi sadar untuk menghindari
Kehendak yang tidak Bermanfaat. Lebih lanjut bila Seorang mengerti
Hubungan Sebab Akibat yang di jelaskan dalam Abhidhamma, ia dapat
membersihkan semua Pandangan2 Salah dan memegang Satu
Pengertian Benar dari Apa yang terjadi di Dunia.
Ketika Seorang memutuskan untuk mengikuti Jalan Utama Beruas
Delapan untuk membebaskannya dari semua Kesengsaraan, ia memulai
dengan Pandangan Benar dan mengembangkan Sila (Kemoralan),
Samadhi (Konsentrasi) dan panna (Kebijaksanaan) selangkah demi
selangkah. Dalam melakukan itu ia harus melaksanakan Samatha-
Vipassana (Ketenangan dan Pandangan terang) meditasi dan mencoba
16

untuk memperhatikan bagaimana cittas, cetasikas dan rupa berfungsi,


bagaimana mereka di hasilkan terus-menerus, bagaimana Hubungan
Sebab Akibat betul2 bekerja, segera, bagaimana Fenomena yang di
jelaskan dalam Abhidhamma benar2 terjadi.
Demikianlah analisa yang tertinggi pada Abhidhamma bukanlah
untuk Kesenangan membaca atau juga untuk Pengetahuan semata, ia
juga untuk di teliti oleh Pikiran Samadhi dengan maksud untuk
mengembangkan Kebijaksanaan Pandangan Terang yang menuju pada
Jalan dan Buahnya (Magga dan Phala).

--oOo—
17

Chapter 1.

Citta
Kesadaran.

Empat tingkatan dari cittas.


“Citta” di definisikan sebagai “Kesadaran akan Indera” atau
“Kesadaran pada Sebuah Objek”
Citta bisa di bagi dalam Empat Tingkatan menurut pada Empat Alam
(Bhumi) atau Dunia (Avacara).

1. Kamavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di


alami dalam Dunia Indera (kama-loka)

2. Rupavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di alami


dalam Dunia-Halus (rupa-loka)

3. Arupavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di


alami dalam Dunia Tanpa-Materi (arupa-loka)

4. Lokuttara cittas: Kesadaran yang di alami dalam tingkat


diatas Keduniawian. (diluar Pengertian Manusia biasa)

Empat tingkatan Cittas diatas bisa di sebut dengan singkat, Kama


Cittas, Rupa Cittas, Arupa Cittas dan Lokuttara Cittas.
Kama Vacara Cittas di alami tidak hanya dalam Dunia Indera tapi
juga dalam Dunia2 yang lainya. Hal yang sama juga terdapat dengan
Rupa Vacara Cittas dan Arupa Vacara Cittas.
Dunia Indera mengacu pada Empat Alam apaya, Alam Manusia dan
Enam Alam Deva. Di dalam semua Alam2 ini Kenikmatan Hawa Napsu di
nikmati.
Dunia Materi-Halus mengacu pada Enam belas Alam yang di huni
oleh Rupa-Brahmas, yaitu para Brahma dengan Bentuk atau Tubuh.
Dunia Tanpa-Materi mengacu pada Empat Alam yang di huni oleh
Arupa Brahma, yaitu para Brahma Tanpa Bentuk atau Tubuh.
Brahmas lebih berkekuatan dari pada Devas. Mereka mengalami
Kedamaian lebih besar dan hidup lebih lama dari pada Devas.
18

Kamavacara Cittas.
(Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam kama-loka)
Ada 54 Kamavacara Cittas yang bisa di bagi ke dalam Tiga
Tingkatan.

1. Akusala Cittas (Kesadaran2 yang tidak Bermoral) . . . . . 12


2. Ahetuka Cittas (Kesadaran2 yang tidak ber-Akar) . . . . . 18
3. Kama-Sobhana Cittas (Kesadaran2 yang cantik di
Dalam Dunia – Indera) . . . . . . . . . . 24

Jumlah semua dari Kamavacara Cittas ialah : 12 + 18 + 24 = 54.


Mereka akan di sebutkan dan di jelaskan selanjutnya di bawah ini

Disarankan pada Pembaca atau Pelajar agar jadi terbiasa dengan


Nama2 Pali yang di sebutkan dalam Buku ini. Mereka singkat dan tepat
dan akan membantu Se-seorang untuk mengerti terjemahannya atau
Tulisannya di dalam Buku2 Teks yang lain atau Uraian2 pada
Buddhisme.

Akusala Cittas. (Kesadaran2 Tidak Bermoral)


“Akusala” artinya “Tidak Bermoral” UmumnyaG Orang2 berbuat
jahat, dan Perbuatan2 jahat dengan akusala cittas. Maka akusala cittas
membuahkan Akibat2 Buruk.
12 Akusala cittas itu selanjutnya dapat di bagi dalam Tiga Tingkatan.

1. Lobha-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Keserakahan


atau Kemelekatan) – 8
2. Dosa-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Kebencian atau
Kehendak jahat) – 2
3. Moha-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Khayalan atau
Kegelapan Batin) – 2
19

Lobha-Mula cittas.
Delapan Cittas yang di Akari oleh Lobha (Keserakahan) di berikan
dalam Simbul2 berikut supaya Nama2 mereka gampang di ingat.

ditthi - ditthi - vi ditthi - sam ditthi - vi


sam
+ + - - - -
+ +
a sa a sa a sa
a sa

Tanda “ + “ menunjukkan “Somanassa – sahagatam”


Tanda “ – “ menunjukkan “Upekkha – sahagatam”
Huruf2 yang lain dalam Tabel mengacu pada Apa, akan jelas dari
Nama2 Delapan Lobha-Mula cittas berikut.

1) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam
asankharikam ekam
2) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam
sasankharikam ekam.
3) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam
asankharikam ekam.
4) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam
sasankharikam ekam.
5) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam
asankharikam ekam.
6) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam
sasankharikam ekam.
7) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam asankharikam
ekam.
8) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam sasankharikam
ekam.

Artinya :
Somanassa : Perasaan menyenangkan secara Mental
Sahagatam : Bersama dengan, di kawani oleh.
Ditthi : Pandangan salah menganggap Kamma dan
Akibat2nya tidak ada.
Sampayuttam : Berhubungan dengan, bersekutu bersama.
Vipayuttam : Tidak berhubungan dengan.
20

Asankharikam : Spontan, Tidak di ajak, otomatis.


Sasankharikam : Diajak oleh Seorang atau yang lain, Keinginan
tidak aktif.
Upekkha : Perasaan Netral
Ekam : Satu.

Delapan Lobha-Mula cittas bila di terjemahkan adalah sebagai


berikut:

1. Satu Kesadaran, spontan, disertai dengan Kesenangan, dan


bersekutu dengan Pandangan Salah
2. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, disertai dengan
Kesenangan dan bersekutu dengan Pandangan Salah
3. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kesenangan dan
Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah
4. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan
Kesenangan dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah
5. Satu Kesadaran, spontan, dengan Perasaan Netral dan
bersekutu dengan Pandangan Salah
6. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, dengan Perasaan Netral
dan bersekutu dengan Pandangan Salah
7. Satu Kesadaran, spontan, dengan Perasaan Netral dan Tidak
bersekutu dengan Pandangan Salah.
8. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, dengan Perasaan Netral
dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah.

Penerapan2-nya.
Sejak kita bangun di pagi hari sampai waktunya kita tidur di malam
hari kita selalu kontak dengan Lima Indera (Objek yang kelihatan, Suara,
Bau2an, Pencerapan, Sentuhan) dan dengan Pikiran kita sendiri. Bila
Indera atau Pikiran itu Baik, kita menyukainya, kita merasa melekat
padanya dan kita ingin menikmatinya lebih banyak lagi. Pada waktu ini
Lobha (Keserakahan atau Kemelekatan atau Napsu) timbul dalam
Pikiran kita dan Lobha-Mula Cittas akan terjadi.
Bila kita juga merasa senang pada waktu itu, Lobha-Mula Cittas
akan menjadi Somanassa-Sahagatam. Bila kita merasa Netral pada
waktu itu, Cittas akan menjadi Upekkha-Sahagatam.
Bila kita tidak menyadari Kenyataan bahwa Akusala Cittas sedang
timbul dan mereka akan membuahkan Akibat2 Buruk, maka Lobha-
21

Mula Cittas kita akan menjadi Ditthigata-Sampayuttam. Sebaliknya, bila


kita menyadari bahwa Akusala cittas sedang timbul dan mereka akan
membuahkan Akibat2 Buruk, maka Lobha-Mula Cittas kita akan menjadi
Ditthigata-Vippayuttam.
Lebih lanjut bila kita merasa melekat pada Indera itu tanpa di Ajak
(di Bujuk) oleh kita sendiri atau Orang lain, maka Lobha-Mula Citta kita
akan menjadi asankharikam. Bila kita mereasa melekat pada Indera itu
hanya setelah di Ajak oleh Seorang, maka Lobha-Mula Cittas kita akan
menjadi sasankharikam. Asankharikam Citta lebih kuat dari pada
Sasankharikam citta dan ia timbul secara spontan.
Sekarang dapatkah anda menyebutkan Citta yang sedang timbul
pada Satu Orang yang sedang mendengarkan Satu Lagu merdu tanpa
memberikan Satu-pun Pemikiran pada Kamma dan Akibatnya?
Itu adalah: Lobha-Mula Citta yang di sebut, “Somanassa-
Sahagatam ditthigata-Sampayuttam asankharika citta.”
Sekarang Seorang Lelaki sedang mencuri Satu Tas setelah di bujuk
oleh Dirinya Sendiri sebab ia sadar pada Kamma Tidak Bermoral dan
Akibat Buruknya. Apa Citta-nya?
Itu Lobha-Mula Citta lagi, sebab Lobha (Keserakahan) adalah Sebab
dari Pencurian. Nama Citta itu adalah:
“Upekkha-Sahagatam ditthigata-Vipayuttam sasankharika citta”

Contoh2 lain untuk menggambarkan Delapan Bentuk Lobha-Mula


cittas diberikan di bawah ini:
Tipe 1. Satu Orang sedang menikmati Makanan dan Minuman tanpa
memperhatikan pada Kamma
Tipe 2. Satu Orang sedang di ajak oleh Temannya, menonton Film
dengan senang Tanpa Perhatian Apa-pun pada Kamma.
Tipe 3. Seorang Wanita muda dengan senang memakai Satu Baju
baru, tapi ia menyadari bahwa Kemelekatan pada Baju
menimbulkan Lobha-Mula Citta.
Tipe 4. Seorang Gadis sadar akan Kamma dan Akibatnya, tapi ia
untuk memenuhi Permintaan Temannya, mendengarkan
Lagu2 modern dengan senang.
Tipe 5. Seorang anak Lelaki sedang makan Nasi sederhana dengan
Garam dengan rasa Kemelekatan tapi tanpa senang dan
Pengetahuan Kamma
Tipe 6. Seorang anak Perempuan menghargai Pakaiannya setelah di
jelaskan oleh Ibunya bahwa Pakaian itu bagus. Tapi ia
merasa netral dan tanpa Pengetahuan akan Kamma.
22

Tipe 7. Memikirkan Kamma, anda minum Kopi dengan Rasa netral


tapi anda masih mengagumi Rasanya.
Tipe 8. Seorang Wanita muda mempunyai Pengetahuan Kamma.
Tetapi setelah di-bujuk-bujuk oleh Seorang Sales Woman, ia
membeli Satu Pakaian baru dengan Rasa segan.

Dosa Mula Citta.


Hanya ada Dua Tipe dari Citta yang di Akari dalam Dosa (Kebencian
atau Keinginan Jahat). Simbul2 dan Nama2-nya adalah sebagai berikut:

Tanda * menunjukkan “Domanassa-Sahagatam”

1. Domanassa-Sahagatam patigha-sampayuttam asankharikam


ekam.
2. Domanassa-Sahagatam patigha-sampayuttam sasankharikam
ekam.

Penerapan2 dan Artinya.


Domanassa : Perasaan Batin yang menyakitkan, tidak
nyaman.
Patiga : Dosa – Kebencian, Keinginan Jahat, Dendam.
Maka Dua Dosa-Mula Citta artinya adalah :
1. Satu Kesadaran, spontan, di sertai Ketidak Nyamanan, dan
bersekutu dengan Keinginan Jahat
2. Satu Kesadaran, dengan Ajakkan, di sertai Ketidak Nyamanan
dan bersekutu dengan Keinginan Jahat.

Bilamana kita merasa marah atau tidak senang atau sedih atau
tertekan, Dosa-Mula Citta akan timbul. Dan bila ia timbul, ia di sertai
dengan Keinginan Jahat dan Perasaan Batin yang menyakitkan. Bila ia
timbul Spontan tanpa Ajakkan dari Seseorang ia adalah asankharika.
23

Bila ia timbul perlahan-lahan setelah banyak di bujuk oleh Diri Sendiri


atau Orang lain ia adalah sasankharika.
Sekarang Seorang Ibu sedang mengkawatirkan Anak
Perempuannya.
Citta Apa yang timbul pada Ibu itu?
Itu adalah Dosa-Mula Citta, dengan Nama;

Domanassa-Sahagatam patigha-Sampayuttam asankharikaGG


citta.

Seorang Ayah menjelaskan kepada Anak Lelakinya bahwa ia telah di


tipu. Anak itu menjadi Sedih. Citta Apa yang akan di miliki Anak itu?

Ialah; Domanassa-Sahagatam patigha-Sampayuttam


sasankharika dosa-mula Citta.

Moha Mula Citta.


Lagi ada Dua Tipe Citta di Akari Moha (Kegelapan Batin atau
Khayalan).
Simbul2 dan Nama2 mereka sebagai berikut:

1. Upekkha – Sahagatam, Vicikiccha – Sampayuttam ekam.


2. Upekkha – Sahagatam, Uddhacca – Sampayuttam ekam.

Penerapan2 dan Arti2.


Vicikiccha : Sifat ragu2 tentang Agama Buddha, Dhamma, Sangha
dan pada Latihan2.
Uddhacca : Kegelisahan.

Arti dari Dua Moha – Mula Citta, ialah :

1. Satu Kesadaran, di sertai Rasa Netral dan bersekutu dengan Sifat


Ragu-ragu.
2.Satu Kesadaran, di sertai Rasa Netral dan bersekutu dengan
Kegelisahan.
24

Karena Dua Citta ini sama Kuat, tak Satu-pun lebih spontan dari
yang lain, mereka tidak ada Perbedaan dengan asankharika dan
sasankharika.
Satu Orang yang mempunyai Keraguan tentang Kamma dan
Akibatnya akan mempunyai Satu Moha-Mula Citta dengan Nama:
Upekkha-sahagatam vicikiccha-sampayuttam citta.

Satu Orang sedang mendengarkan Satu Kuliah, tapi ia tidak


mengerti Satu Kata-pun karena Pikirannya Gelisah. Apa Citta-nya?
Ialah; Satu Moha – Mula Citta. Dengan Nama; upekkha –
sahagatam, uddhacca-sampayuttam citta.

Menimbun dalam Satu Hari.


Biarpun jumlah Citta Tidak Bermoral hanya Duabelas Tipe, mereka
terjadi lebih sering dari pada Citta Bermoral dalam Diri Seorang setiap
Hari.
Ini di sebabkan karena Pikiran di pengaruhi oleh Lobha, Dosa dan
Moha hampir setiap Waktu. Tiga Cetasika Tidak Bermoral ini di kenal
sebagai Akusala – Mula, ialah: Asal Mula dari Ketidak Moralan.
Disebabkan Moha dan Lobha, kita ingin menikmati Kesenangan
sepanjang Waktu, dan selama menikmati ini Lobha – Mula Citta akan
timbul rata-rata miliaran per-detik. Pada waktu kita memakai Pakaian
dengan senang, pada waktu kita sedang menikmati Makanan dan
Minuman, pada waktu kita sedang mendengarkan Musik dan melihat
Acara2 T.V., pada waktu kita sedang membaca Novel, pada waktu kita
sedang memikirkan Penghasilan dan Harta-harta kita, Lobha-Mula Citta
akan timbul miliaran.
Ketika kita tidak senang dengan Perasaan dan Pemandangan yang
kita hadapi, Dosa – Mula Citta akan timbul lagi miliaran. Kadang2 ketika
Perasaan tidak tertarik, kita merasa Netral dan Pikiran di alihkan. Moha
– Mula Citta akan timbul pada waktu ini.
Demikianlah bila kita menimbun Citta Bermoral dan Citta Tidak
Bermoral dalam Satu Hari, Citta Tidak Bermoral akan melebihi jumlah
Citta Bermoral jutaan kali. Karena Citta Tidak Bermoral meninggalkan
Benih2 Kamma2 Tidak Bermanfaat yang akan membawa Akibat2 Tidak
menguntungkan dan Kelahiran Kembali atau Nasib yang tidak Bahagia,
Tidak Bijaksana untuk membiarkan Pikiran mengambil sesukanya.
Bila kita dapat membedakan Citta Bermoral dari Citta Tidak
Bermoral, kita dapat mengontrol mereka untuk Keuntungan kita sendiri.
25

Ahetuka Citta (Kesadaran tidak Ber-Akar)


Hetu – mula : Sebab atau Akar – Kondisi.
Akusala-hetu : Akar-akar Tidak Bermanfaat (lobha, dosa, moha)
Kusala –hetu : Akar-akar Bermanfaat (alobha, adosa, amoha)

Kesadaran Tanpa Akar yang cocok di kenal sebagai Ahetuka Citta


Sedangkan Kesadaran dengan Akar-Kondisi yang cocok di sebut
Sahetuka Citta.

Ada Delapan belas Ahetuka Citta. Mereka dapat di golongkan


kedalam Tiga Kelompok sebagai berikut:
1. Akusala Vipaka Citta
Jumlah Cittas Tidak Bermanfaat yang timbul sebagai
Akibat yang pasti terjadi dari Akusala Citta . . . . . 7
2. Ahetuka kusala Vipaka Cittas
Jumlah Cittas Tanpa Akar dan Bermanfaat yang
timbul sebagai Akibat2 yang pasti terjadi dari Kusala
Cittas . . . . . . 8
3. Ahetuka Kiriya Cittas
Fungsi Kesadaran Tanpa Akar . . . . . . .3

Catatan: Vipaka : Hasil Kamma


Kiriya : Kriya = Fungsi

Vipaka Cittas dan Kiriya Cittas adalah Cittas Kamma Netral, Kamma
yang tidak efektif, ialah mereka tidak menghasilkan Kamma.

Akusala Vipaka Cittas.


Tujuh Akusala Vipaka Cittas di berikan dengan Simbul2 dan Nama-
nama sebagai berikut:

1. Upekkha-Sahagatam Cakkhuvinnanam : Kesadaran Mata di


sertai dengan Perasaan Netral.
2. Upekkha-Sahagatam Sotavinnanam : Kesadaran Telinga di
sertai dengan Perasaan Netral.
26

3. Upekkha-Sahagatam Ghanavinnanam : Kesadaran Hidung di


sertai dengan Perasaan Netral.
4. Upekkha-sahagatam Jivhavinnanam : Kesadaran Lidah di
sertai dengan Perasaan Netral.
5. Dukkha-Sahagatam Kayavinnanam : Kesadaran Tubuh di
sertai dengan Rasa Menyakitkan.
6. Upekkha-Sahagatam Sampaticchana-cittam: Kesadaran
Menerima di sertai dengan Perasaan Netral
7. Upekkha-Sahagatam Santirana cittam : Kesadaran Menyelidiki
di sertai dengan Perasaan Netral.

Dari Tujuh Cittas yang di sebut di atas, Lima yang Pertama di kenal
sebagai Panca-Vinnana, ialah Lima Cittas yang menyadari Lima Indera.
Dua yang terakhir, ialah Sampaticchana-citta dan Santirana-citta
menampilkan Dua Keadaan yang di hubungkan dalam Proses
Pengenalan (Kesadaran pada Satu Objek).

Contoh; Ketika Sebuah Objek Penglihatan muncul di dalam Mata,


Satu Rentetan dari Kesadaran harus timbul dan berlalu supaya melihat
Objek. Per-tama2 Panca-dvaravajjana (Lima-Pintu Penuh Perhatian)
menarik Kesadaran menuju Objek. Lalu Sampaticchana (Kesadaran
Menerima) menerima Kesan-Indera. Lalu Santirana (Kesadaran
Menyelidik) menyelidiki Kesan-Indera itu. Lalu Vottappana (Kesadaran
Memutuskan) juga di kenal sebagai Mano-dvaravajjana (Pintu Pikiran
Penuh Perhatian) memutuskan Kesan Indera apakah itu Baik atau
Buruk. Kita mengenali Objek secara kasar pada Keadaan ini.
Begitu juga, ketika Sebuah Objek Pendengaran mengenai Gendang
Telinga, Satu Rentetan dari Kesadaran, yakni, Panca-dvaravajjana,
Sotavinnana, Sampaticchana, Santirana, Mano-dvaravajjana, dst.. harus
timbul dan berlalu sebelum kita dapat mendengar Suara itu.
Maka Sampaticchana-citta, Santirana-citta bersama dengan
Panca-dvaravajjana-citta dan Manodvaravajjana-citta adalah Dasar
untuk mengenal Indera pada Lima Pintu-Indera (Mata, Telinga, Hidung,
Lidah dan Tubuh).
27

Ahetuka Kusala Vipaka Cittas.


Tingkat ini terdiri dari Delapan Cittas yang Simbul dan Namanya
sama dengan Akusala-Vipaka Cittas yang baru saja kita jelaskan di atas.

1. Upekkha-Sahagatam Cakkhuvinnanam : Kesadaran Mata di sertrai


dengan Perasaan Netral.
2. Upekkha-Sahagatam Sotavinnanam : Kesadaran Telinga di sertai
dengan Perasaan Netral.
3. Upekkha-Sahagatam Ghanavinnanam : Kesadaran Hidung di sertai
dengan Perasaan Netral.
4. Upekkhas-Sahagatam Jivhavinnanam : Kesadaran Lidah di sertai
dengan Perasaan Netral.
5. Sukkha-Sahagatam Kayavinnanam : Kesadaran Tubuh di sertai dengan
Perasaan Menyenangkan.
6. Upekkha-Sahagatam Sampaticchana-cittam : Kesadaran Menerima di
sertai dengan Perasaan Netral.
7. Upekkha-Sahagatam Santirana-cittam : Kesadaran Menyelidiki di
sertai dengan Perasaan Netral.
8. Somanassa-Sahagatam Santirana-cittam : Kesadaran Menyelidiki di
sertai dengan Perasaan Kegembiraan.

Menurut Abhidhamma, Seseorang Kontak dengan Rasa yang tidak di


setujuinya berhubungan dengan Akusala-Kamma lampaunya sendiri
(Perbuatan Tidak Bermanfaat) dan pada Hal ini Akusala-Vipaka Cittas
akan timbul dalam Proses Pengenalan.
Sebaliknya Seseorang Kontak dengan Rasa yang di setujui-nya
berhubungan dengan Kusala-Kamma lampaunya sendiri (Perbuatan
Bermanfaat), dan dalam Hal ini Kusala-Vipaka Cittas akan timbul dalam
Proses2 Pengenalan.
Maka itu ada Sepasang dari Cakkhuvinnana (Kesadaran Mata), Satu
Pasang Sotavinnana (Kesadaran Telinga), Satu Pasang dari
Ghanavinnana (Kesadaran Hidung), Satu Pasang Jivhavinnana
(Kesadaran Lidah) dan Satu Pasang Kayavinnana (Kesadaran Tubuh).
Lima Pasang ini bersama-sama di sebut “Dvipancavinnana”
Tentu saja ada Dua Sampaticchana Cittas dan Tiga Santirana Cittas,
semuanya Akusala-Vipaka Cittas dan Ahetuka-Kusala Vipaka Cittas,
28

termasuk lemah karena mereka belum menyadari pada Indera Baik atau
Buruk, di sertai oleh Perasaan Netral, Pengecualiannya ialah bahwa Dua
Cittas Kayavinnana Tubuh di sertai baik oleh Perasaan Menyakitkan
ataupun Menyenangkan dan Somanassa-Santirana citta, yang timbul
ketika Rasa Enak di sertai oleh Kegembiraan.

Ahetuka Kiriya Cittas


Tiga Ahetuka-Kiriya cittas di berikan Simbul2 dan Nama2nya sebagai
berikut:

1. Upekkha-Sahagatam pancadvaravajjana-cittam : Lima Pintu


Kesadaran Penuh Perhatian di sertai Perasaan Netral.
2. Upekkha-Sahagatam manodvaravajjana-cittam : Pintu Pikiran
Kesadaran Penuh Perhatian di sertai Perasaan Netral.
3. Somanassa-Sahagatam Hasituppada-cittam : Senyum
menghasilkan Kesadaran di sertai dengan Kegembiraan.

Fungsi2 dari Dua avajjana-cittas, yaitu No.1 dan No.2 diatas, dalam
Proses2 Pengenalan telah di jelaskan diatas. Bila Objek Indera muncul
pada salah Satu dari Lima Pintu Indera, adalah Pancadvaravajjana yang
memperlihatkan Kesadaran menuju Indera. Pancadvaravajjana bekerja
bagaikan Satu Pemilih Panjang Gelombang dari Satu Radio. Karena-nya
kita dapat mencatat Rasa2 Satu setelah yang lain-nya.
Ketika Indera atau Objek Pikiran muncul pada Pintu Pikiran adalah
Mano-dvaravajjana yang memperlihatkan Kesadaran menuju Indera.
Hasituppada-Citta hanya dapat timbul pada Buddha dan para
Arahat ketika mereka tersenyum. Catatan bahwa itu di sertai oleh
Kegembiraan sedangkan Dua Avajjana-cittas di sertai oleh Perasaan
Netral.
29

Kama-Sobhana Cittas.
(Kesadaran yang cantik dari Dunia Indera).

Ada 24 Kama-Sobhana-cittas . Mereka di bagi dalam Tiga Tingkatan.

1. Maha-Kusala Cittas : Kesadaran Moral Besar . . . . . . . . 8


2. Maha-Vipaka Cittas : Kesadaran Besar yang di hasilkan . . . . . . 8
3. Maha-Kiriya Cittas : Kesadaran Fungsional Besar. . . . . . .. . . . . . 8

Disini “Maha” – “Besar” berarti “Lebih besar dalam angka”. Maha-


kusala citta juga di kenal sebagai Kamavacara-kusala citta. Karena ada
8 Kamavacara-kusala cittas; 5 Rupavacara-kusala cittas, 4 Arupavacara-
kusala cittas dan 4 Lokuttara (diatas Duniawi) kusala cittas, Angka dari
Kamavacara-kusala cittas paling banyak. Hal yang sama juga untuk
Maha-vipaka cittas (juga di kenal sebagai Kamavacara-Vipaka cittas)
dan Maha-kiriya cittas (Kamavacara-kiriya cittas). “Sobhana – Cantik”
secara tidak langsung bahwa Sobhana cittas menghasilkan kwalitas yang
baik dan mereka bersekutu dengan Akar2 Bermanfaat seperti alobha
(Kedermawanan), adosa (Keinginan Baik) dan amoha (Pengetahuan).
Maha-kusala cittas timbul ketika Orang biasa (putthujjanas) dan
Orang2 mulia dengan Pengecualian Arahat melakukan Perbuatan2 Baik
seperti dana (sedekah), sila (Moralitas) dan bhavana (Meditasi).
Maha-Vipaka Cittas ialah Hasil2 Kamma dari Maha-kusala cittas
masa lampau. Mereka berfungsi sebagai patisandhi-citta (Kesadaran
Kelahiran Kembali), bhavanga-citta (Bawah Sadar atau Kesadaran
Kelanjutan hidup) dan cuti-citta (Kesadaran Kematian) pada Manusia
dan Dewa dalam Kehidupan mereka yang sekarang.
Maha-kiriya citta timbul pada Arahat ketika mereka melakukan
Perbuatan2 Bermanfaat. Para Arahat tidak mempunyai Kemelekatan
pada Apa-pun. Mereka tidak mengharap Balasan dari Perbuatan2
Bermanfaat mereka. Maka Kiriya cittas mereka hanyalah Fungsional dan
tidak akan membuahkan Akibat2 Kamma di Kehidupan akan datang.
Para Arahat tidak mempunyai Kehidupan yang akan datang lagi.
30

Maha-Kusala cittas.
Delapan Maha-kusala cittas di nyatakan dengan Simbul2 dan
Nama2 yang sama dengan Delapan Lobha-mula cittas.

1. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharikam ekam.


2. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam sasankharikam ekam.
3. Somanassa-Sahagatam nana-vipayuttam asankharikam ekam.
4. Somanassa-Sahagatam nana-vipayuttam sasankharikam ekam.
5. Upekkha-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharikam ekam.
6. Upekkha-Sahagatam nana-Sampayuttam sasankharikam ekam.
7. Upekkha-Sahagatam nana-Vipayuttam asankharikam ekam.
8. Upekkha-Sahagatam nana-Vipayuttam sasankharikam ekam

Artinya.
Delapan Cittas diatas dapat di terjemahkan dengan Cara yang sama
seperti kita telah menterjemahkan delapan Lobha-mula citta. Satu-
satunya Perubahan yang perlu ialah mengganti “ditthi – Pandangan
Salah” dengan “nana – Pengetahuan atau Pengertian”. Pengetahuan
ini Dasarnya berarti Pengetahuan dari mengetahui Keberadaan pada
Kamma dan Akibat2-Kamma. Maka sekarang kita lanjutkan:
1. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan
bersekutu dengan Pengetahuan.
2. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan
bersekutu dengan Pengetahuan.
3. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan tidak
bersekutu dengan Pengetahuan.
4. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan
Tidak bersekutu dengan Pengetahuan.
5. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan
Bersekutu dengan Pengetahuan.
6. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral
dan Bersekutu dengan Pengetahuan.
7. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan
Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan.
8. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral
dan Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan.
31

Penerapan2.
Hanya Ada Dua Tipe Cittas yang membuahkan Bibit2 Kamma dan
yang akan menimbulkan Akibat2 Kamma. Mereka adalah Akusala-citta
dan Kusala citta. Maka bila kita dapat mengontrol Pikiran kita terbebas
dari Pengaruh Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian) dan Moha
(Khayalan), kita akan mempunyai Kusala Cittas.
Bila kita memberi Sedekah, kita tidak mempunyai Kemelekatan
(Alobha) pada Sedekahnya dan Keinginan Baik (Adosa) bagi
Kesejahteraan Orang yang menerima Sedekah. Selanjutnya, bila kita
juga punya Pengetahuan (Amoha) Kamma dan Akibat2 Kamma pada
saat kita memberikan, kita mempunyai semua Tiga Akar2 Bermanfaat
untuk menyertai Citta kita.
Bila kita mempersembahkan Sedekah tanpa di bujuk oleh Seseorang
dan bila kita juga gembira pada waktu memberikan, Kusala Cittas akan
menjadi Somanassa-sahagatam nana Sampayuttam asankharikam
maha-kusala citta
Bila Anak2 Kecil, tanpa Pengetahuan Kamma atau Akibat2 Kamma
memuja dengan gembira pada Seorang Bhikkhu atau Buddha Rupang
setelah di bujuk oleh Orang Tua mereka, Somanassa-Sahagatam-nana-
Vipayuttam sasankharika maha-kusala citta, akan timbul.
Delapan Tipe dari Kusala citta di gambarkan lebih lanjut dengan
Contoh2 berikut:

1. Seorang Wanita muda dengan Pengetahuan Kamma dan


dengan gembira mempersembahkan Bunga pada Satu Pagoda atas
Kemauan sendiri.
2. Seorang Anak Perempuan setelah di bujuk oleh Kelompoknya,
pergi mendengarkan Pembicaraan Dhamma dengan gembira dan
dengan Pengetahuan Kamma.
3. Seorang Anak Lelaki dengan secara spontan memberikan
Sejumlah Uang pada Seorang Pengemis dengan gembira Tanpa
Pengetahuan Kamma.
4. Seorang Lelaki setelah di minta oleh Kepala Sekolah untuk
menyumbang Seratus Dollar dengan gembira Tanpa mengetahui
Kamma dan Akibat2nya.
5. Seorang Anak Perempuan menyapu Lantai dengan Perasaan
Netral tapi mengetahui bahwa itu adalah Sesuatu yang Bermanfaat
untuk di kerjakan.
32

6. Seorang Lelaki di bujuk oleh Seorang Bhikkhu, membelah Kayu


dengan Perasaan Netral tapi mengetahui itu menjadi Satu Perbuatan
Baik.
7. Seorang Wanita membaca Satu Buku Dhamma atas Kemauan
sendiri tanpa mengerti Artinya dan Tanpa mengetahui Kamma dan
Akibat2nya.
8. Seorang Anak Perempuan di bujuk oleh Ibunya, mencuci
Pakaian Orang Tuanya tanpa Kegembiraan dan tanpa memikirkan
tentang Kamma dan Akibat2 Kamma

Maha-Vipaka Cittas & Maha-Kiriya Cittas.


Delapan Maha-Vipaka Cittas begitu juga Delapan Maha-Kiriya Cittas
di namakan dengan Cara yang sama sebagaimana Delapan Maha-Kusala
Cittas, bila Seorang ingin membedakan antara Tiga Tingkatan dari Citta
ini, ia bisa mengatakan seperti ini :

1. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika maha-


Kusala citta.
2. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika maha-
Vipaka citta.
3. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika maha-
Kiriya citta.

Secara Umum bisa di katakan bahwa Maha-kusala citta yang


Pertama memberikan Akibat pada Maha-Vipaka citta Pertama dan
Maha-Kusala citta yang Kedua pada Maha-Vipaka citta Kedua, dst…
Kondisi2 untuk timbulnya Maha-Kiriya Citta pada para Arahat
adalah sama sebagaimana yang di jelaskan untuk Maha-Kusala citta.

Citta yang Normal pada Satu Orang.


Walaupun semua 54 Tipe dari Kamavacara Cittas dapat timbul pada
Orang2 dalam Alam Manusia, Hasituppada Citta dan Delapan Maha
Kiriya Cittas hanya dapat terjadi pada para Arahat Dengan demikian
hanya 45 Tipe Kamavacara Cittas timbul pada Orang2 biasa yang bukan
Arahat.
Lebih lanjut Satu Orang bisa memperoleh 5 Rupavacara-Kusala
Cittas (Rupa Jhana) dan 4 Arupavacara-Kusala Cittas (Arupa-Jhana) bila
ia dapat menjalankan Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan).
33

Rupavacara Cittas.
(Kesadaran yang pada umumnya di alami dalam Rupa-Loka)

Ada Limabelas Rupavacara Cittas yang di bagi dalam Tiga Tingkatan


dengan Cara sama sebagaimana Kamavacara-Sobhana Cittas sama di
bagi menjadi Kusala, Vipaka dan Kiriya Cittas.

1. Rupavacara kusala cittas . . . . . . . . : 5


Rupa Jhana. Kesadaran Moral
2. Rupavacara vipaka cittas . . . . . . . : 5
Rupa Jhana. Hasil2 dari Kesadaran.
3. Rupavacara kiriya cittas . . . . . . . . . : 5
Rupa Jhana. Kesadaran Fungsional.

Satu Orang, dengan Kesadaran Kelahiran Kembali nana-Sampayutta


dan yang belum jadi Arahat, bisa mengembangkan Lima rupavacara-
kusala citta Satu setelah yang lainnya dengan melakukan Samatha
Bhavana Seperti meditasi pada Kasina atau pada Pernapasan.
Rupavacara Vipaka Cittas adalah Hasil2 Kamma dari Rupavacara
Kusala Cittas. Mereka adalah Kesadaran Kelahiran Kembali dari Rupa-
Brahmas. Satu Orang yang telah mendapat Rupavacara Kusala Cittas
Pertama dan mempertahankannya sampai Kematiannya, akan di
lahirkan Kembali dalam Tingkat Pertama Rupa Jhana dari Rupa-Loka
dengan Rupavacara Vipaka Cittas Pertama sebagai Kesadaran Kelahiran
Kembali-nya.
Para Arahat, dengan melakukan Samatha Bhavana, bisa
mengembangkan Lima Rupavacara Kiriya Cittas Satu setelah yang
lainnya.
Catatan; bahwa Kiriya Cittas timbul sebagai ganti dari Kusala Cittas
pada Arahat.
Karenanya Rupavacara Kusala Cittas dan Rupavacara Kiriya Cittas di
alami dalam Dunia Indera sebagaimana juga dalam Dunia Materi Halus
sedangkan Rupavacara Vipaka Cittas hanya di alami dalam Dunia Materi
Halus.

Apakah Jhana?
Jhana adalah Satu Keadaan Konsentrasi yang di sengaja atau
Pencerapan pada Satu Objek. Itu adalah Satu Gabungan Faktor2
Pencerapan (jhananga). Faktor2 ini jumlahnya Lima, mereka adalah:
34

1. Vitakka : Penerapan awal yang menujukan Pikiran ke Objek.


2. Vicara : Mempertahankan Penerapan yang memeriksa
Objek terus dan terus.
3. Piti : Kegembiraan atau Kegiuran di dalam Objek.
4. Vedana : Perasaan, Sensasi (Dua jenis Vedana yang terjadi
dalam Jhana) ialah:
Sukha : Menyenangkan atau Perasaan yang nyaman,
Kebahagiaan.
Upekkha : Perasaan Netral, Ketenangan.
5. Ekaggata: Satu Pemusatan, Konsentrasi (Samadhi).

Vitakka, Vicara, Piti, Sukha atau Upekkha, dan Ekaggata adalah


Cetasika2 yang dapat mempengaruhi Pikiran untuk di tetapkan pada
Satu Objek. Mereka dapat di perkembangkan dan di perkuat dengan
Samatha-Bhavana yang sebenarnya adalah Satu Bentuk latihan Mental.
Pikiran kita normalnya tidak tenang atau tidak Kalem. Ia secara
terus menerus di pacu oleh Lima Rintangan (Nivaranas), yaitu, Napsu
Kenikmatan (Kamacchanda), Keinginan Jahat (Vyapada), Malas dan
Lamban (Thina-Middha), Kegelisahan dan Penyesalan (Uddhacca-
kukkucca) dan Sifat Ragu (Vicikiccha).
Napsu Kenikmatan mempengaruhi Pikiran untuk mengembara
tentang Objek2 Kenikmatan yang telah di nikmati sebelumnya.
Keinginan Jahat menggerakkan Pikiran memperhatikan Hal2 yang tidak
di setujui.
Malas dan Lamban, Gelisah dan Menyesal, dan Keraguan
membutakan Pandangan Mental dan mengganggu Konsentrasi.
Lord Buddha membandingkan Napsu Kenikmatan dengan Air yang
bercampur macam2 Warna, Keinginan Jahat dengan Air mendidih,
Malas dan Lamban dengan Air yang di tutupi Lumut, Gelisah dan
Penyesalan dengan Air bergerak yang di terpa Angin, Keraguan dengan
Air Keruh dan Air Lumpur. Dengan Air yang seperti itu Se-seorang tidak
dapat melihat Bayangannya sendiri, maka dengan adanya Lima
Rintangan ini, Seorang tidak dapat melihat dengan jelas Ke-
untungannya sendiri, tidak juga pada yang lainnya, tidak juga pada Ke-
dua2nya.
Rintangan2 ini dapat di atasi dan sementara di hilangkan dengan
Meditasi Ketenangan (Samatha-bhavana). Kita bisa memilih Pathavi-
kasina (Lingkaran Bumi) sebagai Satu Objek Meditasi. Sebuah Nampan
sekitar Satu Jengkal Empat Jari (Kira2 Satu Kaki) Diameternya di isi rata
35

dengan Lempung atau Tanah. Objek ini di tempatkan di atas Satu Stand
dengan demikian Seorang dapat melihatnya dengan baik.
Duduk dengan nyaman Dua setengah Cubit (3,75 Kaki) Jaraknya dari
Lingkaran Bumi, Seorang berkonsentrasi padanya, berkata dalam Hati,
“pathavi, pathavi” atau “tanah, tanah…” Lingkaran Hipnotis yang sedang
di lihat di kenal sebagai Parikamma-nimitta (Bayangan Persiapan)
Sekarang Lima Faktor2 Jhana di kembangkan per-lahan-lahan.
Penerapan Awal (Vitakka) menujukan Pikiran ke Arah Objek (Lingkaran-
Bumi), ia untuk sementara mencegah Kemalasan dan Kelambanan.
Pertahanan Penerapan (Vicara) menetapkan Pikiran pada Objek dengan
memeriksa Objek itu lagi dan lagi, ia untuk sementara mencegah
Keraguan (Vicikiccha).
Piti mengembangkan Kegembiraan atau Keinginan yang
menyenangkan pada Objek, ia untuk sementara mencegah Keinginan
Jahat. Piti juga adalah Sebuah Pertanda dari Sukha (Perasaan
menyenangkan). Piti menciptakan Satu Ketertarikan pada Subjek
sedangkan Sukha memungkinkan Seorang menikmati Objek. Sukha
memegang Pikiran untuk tinggal lebih lama pada Objek dengan
Berkahnya, ia untuk sementara menyingkirkan Kegelisahan dan
Penyesalan.
Ekaggata mengumpulkan Citta dan Sekutu2nya pada Objek untuk
mencapai Keadaan Satu Pemusatan, ia untuk sementara mencegah
Napsu Kenikmatan.
Ketika Rintangan2 untuk sementara surut, Pikiran tidak
mengembara dari Objek se-sering sebelumnya dan Sebuah Tingkat
Konsentrasi yang lemah di capai. Pada Keadaan ini Seorang dapat
melihat Lingkaran Bumi dengan Mata tertutup sebagaimana ia telah
melihatnya dengan membuka Mata. Bayangan visualisasi ini di sebut
Uggaha-nimitta (Bayangan yang di terima).
Sekarang Seorang bermeditasi pada Bayangan yang di terima ini
dengan Mata tertutup, berkata dalam Hati; “pathavi, pathavi” seperti
sebelumnya.
Bila Seorang mencapai Satu Tingkat Konsentrasi yang lebih tinggi,
Bayangan itu tiba2 berubah Warna dan Penampilannya. Ia menjadi
berlipat kali lebih terang dan ia sehalus Permukaan dari Sebuah Cermin.
Perubahan ini seperti mengambil Satu Cermin keluar dari Kantong
Kulitnya yang kasar. Bayangan baru ini juga di kenal sebagai Patibhaga-
nimitta (Bayangan Tandingan).
Perbedaan diantara Dua Bayangan sangat jelas. Uggaha-nimitta
ialah Sebuah Tiruan Pikiran Nyata dari Objek asli, ia memuat semua
36

Cacat2 yang ada dalam Objek asli. Patibhaga-nimitta terbebas dari


semua Cacat2, ia sangat terang dan halus. Yang belakangan tidak
memiliki Satu Bentuk atau Warna tertentu- “Ia hanya Sebuah Model
Penampilan, dan di lahirkan dari Ingatan”
Segera setelah Patibhaga-nimitta timbul, Konsentrasi (Samadhi)
mencapai Keadaan di kenal sebagai Upacara-Samadhi, ialah Tetangga
(atau Jalan masuk) Konsentrasi. Pada Keadaan ini Lima Faktor2 Jhana
menjadi jelas dan kuat, Piti dan Sukha begitu kuatnya bahwa si
Meditator mengalami Kegembiraan yang luar biasa dan Kebahagiaan
yang ia tidak pernah alami sebelumnya.
Ia sekarang membiarkan Patibhaga-nimitta menyebar tiada habis ke
semua Jurusan dengan Kekuatan Kemauannya, dan bermeditasi
“pathavi, pathavi” sebagaimana sebelumnya. Akhirnya ia memperoleh
Jhana Samadhi atau appana Samadhi (Konsentrasi Meditasi). Pada
Keadaan ini ia dapat menikmati Ketenangan, Ketentraman,
Kegembiraan dan Kebahagiaan Jhana lagi dan lagi sebanyak yang ia
kehendaki. Bila ia berlatih dengan baik, ia dapat tetap dalam
Pencerapan atau Trance selama Satu Jam, Dua Jam, Satu Hari, Dua Hari
atau sampai Tujuh Hari. Selama Penyerapan ini ada Penutupan dari
Kegiatan Panca Indera dan Ke-Lima Rintangan, yang sempurna walau
untuk sementara Keadaan Kesadaran ialah penuh siaga dan jelas.
Maka itu, Siapa yang ingin menikmati Kebahagiaan yang luar biasa
yang lebih besar dari pada Kenikmatan Indera, harus menjalankan
Meditasi-Ketenangan. Ada beberapa Pusat Meditasi di Myanmar,
seperti International Buddha Sasana Centres, dimana Sistim dan
Bimbingan yang cocok berada untuk Pengembangan Konsentrasi sampai
ke Tingkat Jhana.
Dalam Jhana Pertama, semua Lima Faktor2 Jhana Ada, Lalu dengan
meditasi pada Patibhaga-nimitta dari Pathavi-kasina lebih lanjut dan
menghilangkan Faktor2 Jhana yang lebih rendah satu per satu, Seorang
dapat mencapai Jhana2 yang lebih tinggi. Ia mencapai Jhana Kedua
ketika Vitakka di hilangkan, Jhana Ketiga ketika Vicara selanjutnya di
hilangkan, Jhana Ke-empat ketika Piti juga di hilangkan, dan akhirnya
Jhana Ke-lima ketika Sukha di gantikan oleh Upekkha.
37

Rupavacara Kusala Cittas.


(Kesadaran Moral Dunia Materi-Halus)
Lima Rupavacara Kusala Cittas di rancang dengan Simbul2 dan
Nama2 sebagai berikut:

1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ ekaggata sahitam pathamajhana


kusala-cittam.
2.Vicara, piti, sukh’ ekaggata sahitam dutiyajhana kusala-cittam
3.Piti, sukh’ ekaggata sahitam tatiyajhana kusala-cittam
4.Sukha ekaggata sahitam catuttajhana kusala-cittam
5.Upekkha ekaggata sahitam pancamajhana kusala-cittam.

Artinya.
1. Jhana Pertama Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan
Awal, Penerapan yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan
dan Satu Pemusatan
2. .Jhana Kedua Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan
yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan dan Satu
Pemusatan.
3. Jhana Ketiga Kesadaran Moral bersama dengan Kegembiraan,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
4. .Jhana Ke-empat Kesadaran Moral bersama dengan
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
5. .Jhana Ke-lima Kesadaran Moral bersama dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan

Catatan: Empat Citta yang Pertama bersimbul “ + “ sebab mereka


bersama “Sukha” yang sama sebagaimana “Somanassa”. Citta yang
Kelima bersimbul “ – “ sebab ia bersama “Upekkha”
38

Rupavacara Vipaka Cittas


(Kesadaran Hasil Dunia Materi-Halus)
Lima Rupavacara Vipaka Cittas di rancang dengan Simbul2 dan
Nama2 yang sama seperti Lima Rupavacara kusala cittas.

Dalam Penamaan Rupavacara Vipaka Cittas, hanya ganti “kusala”


(Moral) pada Nama dari Rupavacara kusala cittas menjadi “Vipaka”
(Hasil).

Rupavacara Kiriya Cittas.


(Kesadaran Fungsional Dunia Materi-Halus)
Lima Rupavacara Kiriya Cittas , lagi di rancang dengan Simbul2 dan
Nama2 yang sama seperti Lima Rupavacara Kusala Citta. Disini
“Kusala” (Moral) harus di ganti dengan “Kiriya” (Fungsional).

Arupavacara Cittas.
(Kesadaran yang umumnya di alami dalam Arupa-loka)
Ada 12 Arupavacara Cittas yang di bagi sama menjadi Tiga Grup dari
Kusala, Vipaka dan Kiriya Cittas.

1.Arupavacara Kusala Cittas . . . . . . . . . . . : 4


Arupa Jhana (Kesadaran Moral).
2.Arupavacara Vipaka Cittas . . . . . . . . . . . . : 4
Arupa Jhana (Kesadaran Hasil)
3.Arupavacara Kiriya Cittas . . . . . . . . . . . . : 4
Arupa Jhana (Kesadaran Fungsional).

Ke-empat Arupavacara Kusala Cittas bisa di dapat oleh Orang2 yang


belum Arahat, sedangkan Empat Arupavacara Kiriya Cittas hanya dapat
timbul pada para Arahat. Dua Tipe dari Arupavacara Cittas ini di alami
dalam Dunia Indera sebagaimana juga dalam Dunia Tanpa Materi.
Empat Arupavacara Vipaka Cittas hanya di alami dalam Dunia
Tanpa Materi. Mereka adalah Hasil2 Kamma dari Arupavacara Kusala
Cittas. Satu Orang yang mendapat Arupa Jhana dan
mempertahankannya sampai Kematiannya akan di lahirkan Kembali
dalam Dunia Tanpa Materi.
39

Arupa Jhanas.
Orang yang telah mengembangkan Lima Rupa Jhanas bisa naik lagi
ke Tangga Konsentrasi ke Arupa Jhana. Dalam mengerjakan itu ia
menggunakan Konsentrasi yang di sertai dengan Rupa Jhana Ke-lima
sebagai Dasarnya.
Ia juga harus mempertimbangkan tentang Ketidak Puasan dari
Tubuh Pisik dan Persoalan2 yang di buatnya karena Panas dan Dingin,
Gigitan Serangga, Kelaparan dan Kehausan, Penyakit2, Usia Tua dan
Kematian.
Ketika ia merasa terlepas dari Tubuh Pisik dan Rupa, ia pertama-
tama mengembangkan Jhana Ke-lima dengan Meditasi pada Patibhaga
Nimitta dari Pathavi-kasina. Ia kemudian keluar dari Jhana Ke-lima dan,
walaupun Patibhaga Nimitta ada di dalam Pandangannya, ia
mengabaikannya dan mencoba untuk berkonsentrasi pada Ruang Tak
Terbatas (Akasa) di balik itu dan Bermeditasi “Akasa, akasa” diulang-
ulang.
Ketika Kemelekatannya yang lemah (nikanti) pada Patibhaga
Nimitta lenyap, Nimitta juga tiba2 lenyap membeberkan Ruang Tidak
Terbatas. Memusatkan Kesadarannya pada Ruang Tidak Terbatas ini, ia
meneruskan Meditasi pada “Akasa, akasa” hingga ia mencapai Arupa
Jhana Pertama. Jhana ini di sebut Akasanancayatana kusala citta sebab
ia memusatkan pada Akasa.
Ia kemudian melanjutkan Meditasinya dengan memusatkan
Kesadarannya pada Akasanancayatana kusala citta, bermeditasi
“Vinnana, vinnana” berulang-ulang sampai ia mencapai Arupa Jhana Ke-
dua. Jhana ini di sebut Vinnanancayatana Kusala Citta.
Untuk mengembangkan Arupa Jhana Ke-tiga, ia memusatkan
Perhatian bukan pada Akasanancayatana kusala citta tapi pada
Kekosongan, bermeditasi “Nathi kinci” (Tidak ada Apa-pun juga)
berulang-ulang sampai ia mencapai Jhana. Jhana ini di sebut
“Akincannayatana kusala citta. – “akincanna” Artinya juga
“Kekosongan”.
Dengan mengambil Kesadaran Arupa Jhana Ke-tiga sebagai Objek
meditasi, ia lebih lanjut dapat mengembangkan Arupa Jhana Ke-empat.
Jhana ini di sebut Nevasanna-nasannayatana kusala citta. Ini secara
literatur Artinya “Tidak ada Persepsi atau-pun bukan Tidak ada
Persepsi” Itu mengacu pada Kenyataan bahwa Kesadaran Arupa Jhana
Ke-empat begitu halus dan tidak kentara bahwa Seseorang tidak dapat
40

memastikan apakah ada Satu Kesadaran ataukah tidak. Kesadaran tidak


lagi dapat di amati pada Keadaan Jhana ini.
Semua Empat Arupa Jhana termasuk dalam Golongan dari Jhana
Ke-lima sebab mereka berdasar pada Rupa Jhana Ke-lima.
Mereka semua hanya mempunyai Dua Faktor Jhana ,yaitu upekha
dan ekaggata.
Itu harus di catat bahwa Lima Rupa Jhana berbeda Satu dengan
yang lainnya di dalam Faktor2 Jhana, sedangkan Empat Arupa Jhana
berbeda Satu dengan yang lainnya pada Objek2 Meditasi.

Arupavacara Kusala Cittas.


(Kesadaran Moral Dunia Tanpa Materi)
Empat Arupavacara Kusala Cittas di rancang dengan Simbul2 dan
Nama2 sebagai berikut :

1.Upekha ekaggata sahitam akasanancayatana kusala cittam.


2.Upekha ekaggata sahitam vinnanancayatana kusala cittam.
3.Upekha ekaggata sahitam akincannayatana kusala cittam
4.Upekha ekaggata sahitam n’eva sanna n’sannayatana kusala
cittam.

Artinya;
1.Akasanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan. Ruang Tidak Terbatas
2.Vinnanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan, Kesadaran mendalam.
3.Akincannayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan, Kekosongan.
4.N’evasanna n’sannayatana, Kesadaran Moral dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan, Bukan Pencerapan pun
bukan, Bukan Pencerapan.

Arupavacara Vipaka Cittas


(Kesadaran Hasil Dunia Tanpa Materi)
Empat Arupavacara Vipaka Cittas di rancang dengan Simbul2 yang
sama seperti Empat Arupavacara Kusala Cittas. Nama2 juga sama,
41

hanya Perubahan yang perlu untuk menulis “Vipaka” (Hasil) di


Tempatnya “Kusala” (Moral).

Arupavacara Kiriya Cittas.


(Kesadaran Fungsional Dunia Tanpa Materi)
Lagi Simbul2 sama dan Nama2 sama, hanya Perubahan yang perlu
untuk menulis “Kiriya” (Fungssional) di Tempatnya “Kusala” (Moral)

Abhinnana Cittas (Kesadaran Supernormal)


Seseorang yang mencapai Lima Rupavacara kusala cittas dan Empat
Arupavacara kusala cittas dalam meditasi Pathavi kasina dapat dengan
mudah mengembangkan Sembilan Jhana cittas ini dalam meditasi dari
Sembilan kasina yang lainnya. Kemudian ia dapat melatih dalam 14 Cara
pada Sepuluh kasina ini dan Sembilan Jhana untuk membuat Pikirannya
sangat mahir dan kuat. Lalu ia dapat mengembangkan Lima Kekuatan
Supernormal berdasarkan pada Rupavacara kusala citta Ke-lima.
Seorang Arahat yang mencapai Lima Rupavacara Kiriya Cittas dan
Empat Arupavacara Kiriya Cittas dalam meditasi Pathavi-kasina dapat
juga mengembangkan Sembilan Jhana ini dalam meditasi dari Sembilan
kasina yang lain. Dengan melatih dalam Cara yang sama pada Sepuluh
kasina dan Sembilan Jhana ini, ia juga dapat mengembangkan Lima
Kekuatan Supernormal Dunia berdasarkan pada Rupavacara Kiriya Citta
ke- Lima.
Maka itu Rupavacara kusala cittas Ke-Lima di sebut Kusala abhinna
citta, dan Rupavacara kiriya citta Ke-lima di sebut Kiriya abhinnana citta
bilamana mereka di sertai dengan Pengetahuan Supernormal.

Lokuttara Cittas (Kesadaran Diatas Duniawi)


Lokuttara cittas bisa di dapat dengan meditasi Vipassana
(Pengertian). Ada Dua Cara untuk mendapatkan Jalan Kesadaran
(Magga-nana), mereka adalah;

1.Vipassana –Yanika – Mengambil Meditasi Pengertian sebagai


Kesadaran.
2.Samatha-Yanika – Mengambil Meditasi Ketenangan sebagai
Kesadaran.

Se-seorang pertama-tama bisa mengembangkan Konsentrasi


Tetangga (upacara Samadhi) dengan Meditasi Ketenangan (Samatha-
bhavana) dan lalu melanjutkan pada Meditasi Pengertian (Vipassana
42

bhavana). Disini Orang menggunakan “Upacara Samadhi” sebagai


Dasar dari Kebijaksanaan Mata-nya untuk melihat ke dalam nama dan
rupa tertinggi dan Sifat umum mereka akan Ketidak Abadian (anicca),
Penderitaan (dukkha) dan Tanpa-Pribadi (anatta). Orang ini, bila
akhirnya berhasil, akan mendapat 4 Jalan dan 4 Buah. Maka dalam Jalur
ini hanya ada 8 Citta diatas Keduniawian, yaitu; Empat lokuttara kusala
cittas (Kesadaran Moral diatas Keduniawian) dan Empat lokuttara
vipaka cittas (Kesadaran Hasil di atas Keduniawian).
Sekarang dalam Jalur Ke-dua, Pertama Seorang mengembangkan
Satu Jhana Samadhi (Konsentrasi meditasi) dengan Meditasi
Ketenangan dan menggunakan Konsentrasi ini sebagai Dasar dari Mata-
Kebijaksanaan-nya di dalam Meditasi Pengertian. Bila ia menggunakan
Jhana Samadhi Pertama sebagai Dasarnya, Jalan Kesadarannya Yang
Pertama juga di sertai dengan Jhana Samadhi Pertama, maka itu di
kenal sebagai Jalan-Kesadaran Jhana-Sotapatti Pertama.
Sama juga bagi Satu Orang yang menggunakan Jhana Samadhi Ke-
dua sebagai Dasarnya untuk Meditasi Pengertian, Jalan Kesadaran Ke-
duanya di kenal sebagai Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-dua.
Dengan Cara yang sama bagi Orang2 yang menggunakan Jhana
Samadhi Ke-tiga, Jhana Samadhi Ke-empat dan Jhana Samadhi Ke-lima,
masing2 sebagai Dasar Meditasi Pengertian mereka, Jalan Kesadaran
mereka akan di kenal sebagai Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-tiga,
Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-empat dan Jalan Kesadaran Jhana
Sotapatti Ke-lima, masing2-nya.
Maka ada 5 Jalan Kesadaran Sotapatti. Dengan Kata lain kita
menggandakan Jalan Kesadaran Sotapatti dengan 5 Rupavacara
Jhanas. Dengan Cara yang sama ada 5 Jalan Kesadaran Sakadagami, 5
Jalan Kesadaran Anagami dan 5 Jalan Kesadaran Arahatta.
Maka itu jumlah Jalan Kesadaran ialah 20.
Sebagaimana Buah segera mengikuti Jalan tanpa Selang Waktu, juga
ada 20 Buah-Kesadaran.
Maka itu dalam Jalur Samatha-Yanika semuanya ada 40 Tipe
Kesadaran di atas Keduniawian.

Lokuttara Kusala Cittas.


(Kesadaran Moral di atas Keduniawian)
Pada Dasarnya ada Empat Lokuttara kusala cittas sebagaimana
yang di dapat dalam Jalur Vipassana-Yanika. Mereka adalah:
43

1.Sotapatti – Magga – Cittam.


2.Sakadagami – Magga – Cittam
3.Anagami – Magga – Cittam
4.Arahatta – Magga – Cittam.

Artinya:
1.Jalan – Kesadaran Sotapatti.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Pemasuk Arus).
2.Jalan – Kesadaran Sakadagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Kembali Sekali).
3.Jalan – Kesadaran Anagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Tidak Kembali).
4.Jalan – Kesadaran Arahatta.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Arahat).

Karena setiap Dasar Jalan – Kesadaran dari yang Empat ini dapat
bersama dengan Lima Rupavacara Jhana bergiliran, maka ada 20 Jalan
Kesadaran Jhana yang di capai di dalam Jalur Samatha – Yanika.

Lima Jhana Sotapatti Magga Cittas.

1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam pathamajjhana


sotapatti-magga cittam.
2.Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam dutiyajjhana sotapatti-magga
cittam.
3.Piti, sukh’ekaggata sahitam tatiyajjhana sotapatti-magga cittam.
4.sukh’ekaggata sahitam catutthajjhana sotapatti-magga cittam.
5.Upekh’ekaggata sahitam pancamajjhana sotapatti-magga cittam

Artinya:
1.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Pertama bersama dengan
Penerapan awal, Penerapan Terus menerus, Kegiuran,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
44

2.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Kedua bersama Penerapan Terus


menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
3.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-tiga bersama dengan
Kegiuran, Kebahagiaan, dan Satu Pemusatan.
4.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-empat bersama dengan
Kebahagiaan, dan Satu Pemusatan.
5.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-lima bersama dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan.

Lima Jalan Kesadaran sakadagami, Lima Jalan Kesadaran anagami dan


Lima Jalan Kesadaran arahatta di namakan dengan Cara yang sama.

Lokuttara Vipaka Cittas.


(Hasil Kesadaran Diatas Kenuniawian).

Pada Dasarnya disini ada Empat lokuttara vipaka citta sebagai Buah
dari Empat lokuttara kusala cittas. Empat Tipe Hasil Kesadaran diatas
Keduniawian ini di sadari di dalam Jalur vipassana-yanika.

1.Sotapatti-phala-cittam.
2.Sakadagami-phala-cittam.
3.Anagami-phala-cittam.
4.Arahatta-phala-cittam.

Artinya;
1.Buah Kesadaran Sotapatti.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Pemasuk Arus).
2.Buah Kesadaran Sakadagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Kembali Sekali).
3.Buah Kesadaran Anagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Tidak Kembali).
4.Buah Kesadaran Arahatta.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Ke-Arahatan).

Lagi masing2 dari Empat Buah Kesadaran Dasar ini dapat bekerja
sama dengan Lima Rupavacara Jhana bergantian, menimbulkan 20
Buah Kesadaran semuanya. Ini semua di sadari dalam Jalur Samatha-
yanika.
Nama2 dari Lima Buah Kesadaran Jhana Arahatta di jelaskan di
bawah ini sebagai Contoh;
45

Lima Jhana Arahatta Phala Cittas.

1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam pathamajjhana


arahatta-phala cittam.
2.Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam dutiyajjhana arahatta-phala
cittam.
3.Piti, sukh’ekaggata sahitam tatiyajjhana arahatta-phala cittam.
4.Sukh’ekaggata sahitam catutajjhana arahatta-phala cittam.
5.Upekh’ekaggata sahitam pancamajjhana arahatta-phala cittam.

Artinya:
1.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Pertama bersama dengan
Penyerapan awal, Penyerapan terus menerus, Kegiuran,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
2.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-dua bersama dengan
Penyerapan terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu
Pemusatan.
3.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-tiga bersama dengan
Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
4.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-empat bersama dengan
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
5.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-lima bersama dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan.

Peninjauan cepat pada Cittas.


Seorang Pembaca atau Pelajar seharusnya menggunakan Grafik
No.1 berjudul The complete Chart on Cittas. Yang di lampirkan pada
akhir dari Buku ini.

1.Akusala Cittas . . . . . . . : 12
Mereka adalah 8 Lobha mula Cittas, 2 dosa mula cittas dan 2 moha
mula cittas.
2.Ahetuka Cittas . . . . . . : 18
46

Mereka terdiri dari 7 akusala vipaka cittas, 8 ahetuka kusala


vipaka cittas dan 3 ahetuka kiriya cittas.
3.Kama-sobhana Cittas . . . :24
Mereka di bagi dalam 8 maha kusala cittas, 8 maha vipaka cittas
dan 8 maha kiriya cittas.
4.Kamavacara Cittas atau Kama Cittas. . . . . : 54
Mereka terdiri dari 12 akusala cittas, 18 ahetuka cittas dan 24
kama-sobhana cittas.
5.Mahaggata Cittas . . . . . . : 27
15 Rupavacara Cittas dan 12 Arupavacara Cittas bersama-sama di
kenal sebagai Mahaggata Cittas.
“Mahaggata” secara literatur berarti “Tumbuh besar”, yakni
berkembang, mulia dan Supernormal. Mahaggata Citta adalah
Keadaan dari “Kesadaran yang berkembang” di capai di dalam
Penyerapan Materi-Halus dan Tanpa-Materi. Mahaggata Citta
lebih berkembang atau lebih mulia dari pada Kama Cittas.
6.Lokiya Cittas . . . . . . . : 81
54 Kamavacara Cittas dan 27 Mahaggata Cittas bersama-sama di
kenal sebagai 81 Lokiya Cittas.
Lokiya – Dunia atau bekerja sama dengan Tiga Dunia Keberadaan,
yaitu Dunia Kama, Dunia Rupa dan Dunia Arupa, (Dunia Indera,
Dunia Materi-Halus dan Dunia Tanpa Materi).
7.Lokuttara Cittas . . . . . . . : 8 atau 40.
4 Magga Cittas (Jalan Kesadaran) dan 4 Phala Cittas (Buah
Kesadaran) merupakan 8 Lokuttara Cittas.
Bila mereka di gandakan dengan 5 Rupavacara Jhana, kita
dapatkan 40 Lokuttara Cittas.
Lokuttara – Diatas Keduniawian atau di balik Tiga Dunia
Keberadaan. 8 Lokuttara Cittas bersama dengan Nibbana
merupakan “9 Dhamma diatas Keduniawian” (Nava-lokuttara-
dhamma).
8.Jumlah Citta ialah 89 atau 121.
81 Lokiya Cittas bersama dengan 8 Lokuttara Cittas (Cara
Vipassana-Yanika) menjadikan semuanya 89 Cittas. Atau bila kita
gabung 81 Lokiya Cittas dengan 40 Lokuttara Cittas (Cara
samatha-Yanika) kita dapat semuanya 121 Cittas.
9.Asobhana Cittas . . . . . . . : 30
Mereka terdiri dari 12 Akusala Cittas dan 18 Ahetuka Cittas.
Akusala Cittas ialah Tidak “Cantik” (Sobhana) sebab mereka
47

bekerja sama dengan Akar2 Jahat – yaitu Lobha (Keserakahan),


Dosa (Kebencian) dan Moha (Khayalan/Ketidak- tahuan).
Ahetuka Cittas dianggap sebagai “Tidak cantik” (Asobhana) sebab
mereka tidak di sertai dengan Akar-Akar Bermanfaat, yaitu
Alobha (Kedermawanan), Adosa (Keinginan Baik) dan Amoha
(Kebijakan).
10.Sobhana Cittas . . . . . . . : 59 atau 91.
Bila kita kurangi 30 Asobhana dari 89 Cittas, kita dapat 59
Sobhana Cittas. Atau bila kita kurangi 30 Asobhana Cittas dari
121 Citta, kita dapat 91 Sobhana Cittas. Sobhana Cittas bersama
dengan Akar-Akar Bermanfaat..
11.Jhana Cittas . . . . . . . . : 67
27 Mahaggata Cittas di kenal sebagai Lokiya Jhana Cittas.
Menggabungkan ini dengan 40 Lokuttara Jhana Cittas kita
dapatkan 67 Jhana Cittas.
Diantara ini semua, ada 11 Jhana Cittas Pertama, 11 Jhana Cittas
Ke-dua, 11 Jhana Cittas Ke-tiga, 11 Jhana Cittas Ke-empat, dan 23
Jhana Cittas Ke-lima. Ini semua dapat dengan mudah di hitung
dari Grafik No.1. Catatan bahwa ada 3 Jhana Cittas Pertama
dalam Mahaggata Cittas dan 8 Jhana Citta Pertama dalam
Lokuttara Citta, mereka bersama jadi 11 Jhana Citta Pertama. Ke-
dua, Ke-tiga dan Jhana Citta Ke-empat di hitung dengan Cara yang
sama. Dalam menghitung Jhana Citta Ke-lima, semua 12
Arupavacara Cittas termasuk dalam Perhitungan – maka kita
dapatkan 11 + 12 = 23 Jhana Cittas Ke-lima.
12.Pembagian menurut Jati (Kelahiran).
Citta di bagi dalam 4 Tingkatan menurut Jati – Yaitu, Akusala,
Kusala,Vipaka, dan Kiriya Cittas.
Dengan melihat pada Grafik No.1 kita dapat bagi 54 Kamavacara
Cittas ke dalam 12 Akusala Cittas, 8 Kusala Cittas, 23 Vipaka
Cittas dan 11 Kiriya Cittas. Ke-23 Vipaka Cittas bersama-sama di
kenal sebagai Kama vipaka Cittas. Dan Kiriya Cittas di kenal
sebagai Kama kiriya cittas.
Lebih lanjut 27 Mahaggata Cittas dapat di bagi ke dalam 9 Kusala
Cittas, 9 Vipaka Cittas dan 9 Kiriya Cittas. Grup Citta ini juga
mengacu pada 9 Mahaggata Kusala Citta, 9 Mahaggata Vipaka
Cittas dan 9 Mahaggata Kiriya Cittas.
81 Lokiya Cittas bisa di bagi ke dalam 12 Akusala Cittas, 17 Kusala
Cittas, 32 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya Cittas.
48

Grup2 Cittas yang belakangan, Lokiya masing2 di kenal sebagai 17


Lokiya Kusala Cittas, 32 Lokiya Vipaka Cittas dan 20 Lokiya Kiriya
Cittas.
Sekarang 89 Cittas (Jumlah singkat) dapat di bagi ke dalam 12
Akusala Cittas, 21 Kusala Cittas, 30 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya
Cittas.
Ke - 121 Cittas (Jumlah besar) dapat di bagi ke dalam 12 Akusala
Cittas, 37 Kusala Cittas, 52 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya Cittas.
13.Pembagian menurut Vedana (Perasaan).
Ada Lima Tipe dari Vedana yang di rancang oleh Simbul2 terpisah
dalam Grafik No.1 Sebagai:
i. Somanassa (+) : Kegembiraan, Kesenangan Mental atau
Perasaan yang dapat diterima secara
Mental.
ii. Domanassa (*) : Ketidak-senangan Mental atau
Perasaan yang tidak dapat di terima secara Mental.
iii. Sukha (v) : Kebahagiaan Pisik.
iv. Dukkha (^) : Sakit Pisik
v. Upekkha (--) : Perasaan Netral.

Dalam Grafik No.1 kita akan perhatikan bahwa 8 Lokuttara Cittas


(ialah: 4 Maggas dan 4 Phalas) di rancang dengan Dua Simbul+
memperlihatkan bahwa mereka bisa di sertai dengan Somanassa
atau juga Upekkha.

Ke-40 Lokuttara Cittas bagaimana-pun dapat di bedakan oleh


Vedana. Kita dapat membuat Satu Tabel (lihat Tabel 1.1) untuk
membagi Grup2 terpisah dari Cittas menurut Vedana.
Dalam 54 Kamavacara Cittas, Ada 18 Somanassa, 2 Domanassa, 32
Upekkha, 1 Sukha dan 1 Dukkha Cittas.
Dalam 81 Lokiya Cittas, Ada 30 Somanassa, 2 Domanassa, 47
Upekkha, 1 Sukha dan 1 Dukkha Cittas.
Akhirnya dalam Jumlah 121 Cittas, Ada 62 Somanassa, 2
Domanassa, 55 Upekkha, 1 Sukha dan 1 dukkha Cittas.
49

Table 1.1
Classification of Cittas according to Feeling.

--oOo--
50

Chapter 2

Cetasika (Faktor2 Mental).

Sifat2 Khas dari Cetasika.


Cetasika Adalah Faktor2 Mental atau yang bersamaan dengan
Mental yang timbul dan padam bersama dengan Citta, tergantung pada
Citta bagi Kemunculan mereka dan mempengaruhi Pikiran jadi Buruk,
Baik atau Netral selagi mereka timbul.
Satu Cetasika mempunyai Empat Sifat yang di miliki sebagai berikut:

i. Ia timbul bersama dengan Citta (Kesadaran).


ii. Ia padam bersama dengan Citta.
iii. Ia mengambil Objek yang sama (arammana) yang di ambil Citta.
iv.Ia berbagi Satu Landasan Pisik (Vatthu) bersama dengan Citta.

Mana yang lebih kuat?


Bila kita mengatakan bahwa Pikiran adalah Alat yang paling kuat
dalam Dunia dan ia memimpin Dunia, itu bukanlah Penampilan dari
Citta sendiri, tapi Penampilan dari Citta dan Cetasika bersama yang
membuat Pikiran jadi paling kuat.
Sekarang mana yang lebih kuat – Citta atau Cetasikas? Tidak di
ragukan Citta adalah Pemimpin dari Grup, tapi Cetasikas mempengaruhi
Citta dan menujukan Citta untuk melakukan Perbuatan, Pembicaraan
dan Pemikiran baik itu Bermoral atau Tidak Bermoral. Perbuatan2,
Pembicaraan2 dan Pemikiran2 ini merubah Dunia setiap hari dan
Kekuatan2 Kamma mereka akan menciptakan Dunia2 baru di masa akan
datang.
Untuk memutuskan yang mana dari Ke-duanya -- Citta atau
Cetasika yang lebih kuat, marilah kita pertimbangkan Dua
Perumpamaan ini.

1. Dalam Satu Keluarga Ayah adalah Pemimpin, tapi Ibu


mempunyai Pengaruh yang sempurna pada Ayah, dan Ayah
mengerjakan Apa yang Ibu minta ia berbuat. Sekarang Siapakah yang
lebih penting -- Ayah ataukah Ibu?
2. Dalam Satu Penggergajian, Se-ekor Gajah memindahkan
Gelondong Kayu sebagai mana ditunjukkan oleh Pawangnya. Si Gajah
tidak dapat bekerja sendiri, begitu juga si Pawang. Gajah mempunyai
Kekuatan untuk memindahkan Gelondong Kayu, Pawang tidak dapat
51

memindahkannya, tapi ia dapat memerintahkan Gajah untuk bekerja.


Siapa yang lebih penting -- Gajah ataukah Pawang?

Bisa di perkirakan bahwa Keduanya Ayah dan Ibu dalam


Perumpamaan (1) dan Keduanya Gajah dan Pawang dalam
Perumpamaan (2) sangat di perlukan. Maka bukankah mereka sama2 .
Citta seperti Gajah dan Cetasika sama seperti Pawang. Tidak ada
Citta berada terpisah dari Pengikutnya dan tidak ada Cetasika berada
terpisah dari Citta. Mereka berfungsi bersama. Mereka adalah
Kekuatan dan Kesanggupan kita yang sesungguhnya. Semakin kita
dapat mengembangkan mereka semakin kuat kita tumbuh.

Tingkatan dari Cetasika.

Annasma 1 Sabba-citta
na saddharana (7)
(13) 2 Pakinnaka (6)
1 Moha-catukka (4)
Akusala 2 Lobha-tri (3)
Cetasi (14) 3 Dosa-catukka(4)
kas (52) 4 End-tri(3)
1 Sobhana
sadharana(19)
Sobhana
2 Virati (3)
(25)
3 Appamanna(2)
4 Pannindriya(1)

Semuanya ada 52 Cetasikas. Pertama mereka di bagi dalam Tiga


Tingkatan sebagai berikut:
1.Anna Samana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Umum – 13)
2.Akusala Cetasikas (Pengikut2 Mental Tidak Bermoral – 14)
3.Sobhana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Cantik – 25)

Anna Samana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Umum).

13 annasamana cetasikas itu dapat bersekutu dengan Sobhana dan


Asobhana Cetasikas. Mereka adalah Netral dan mereka meninggikan
Kepemilikan dari Cetasikas dengan siapa mereka bersekutu.
Mereka di bagi lagi dalam Dua Bagian Grup.
52

1.Sabbacitta-Saddharana. Yang Pokok yang bersekutu dengan


Semua Cittas -- 7.
2.Pakinnaka. Yang Khusus yang memilih bersekutu dengan
beberapa sobhana begitu juga dengan asobhana cittas. -- 6.

Sabbacitta-Sadharana Cetasikas.
( Yang Pokok atau yang Utama – 7 )

Sabba . . . . : Semua ; Sadharana . . . : Bersekutu dengan.


7 Sabbacitta-Sadharana bersama-sama bersekutu dengan Semua
Citta.
Kesadaran pada Satu Objek oleh Citta baru lengkap dengan
Pertolongan dari Cetasikas ini.

1.Phassa -- Kontak atau Kesan Mental


2.Vedana -- Perasaan atau Sensasi
3.Sanna -- Persepsi
4.Cetana -- Kehendak atau Keinginan
5.Ekaggata -- Satu Pemusatan – Konsentrasi (Samadhi)
6.Jivitindriya -- Kehidupan atau Kehidupan Pisik
7.Manasikara -- Perhatian atau Penuh Perhatian.

1.Phassa.
Phassa melengkapi Kontak antara Objek Indera, Organ Indera dan
Citta. Contoh: Kontak antara Objek Penglihatan, Organ Penglihatan
(Mata) dan Kesadaran Mata (Cakkhu-Vinnana) di sertai oleh phassa.
Tanpa phassa tidak akan ada Kesan Indera dan Akibatnya tidak ada
Kesadaran.

2.Vedana.
Vedana menikmati Citarasa dari Objek Indera. Ia bagaikan Seorang
Raja yang menikmati Satu Hidangan lezat.
Perasaan adalah sangat penting bagi Orang Sedunia. Orang2
berjuang Siang Malam untuk Kenikmatan pada Kesenangan Indera yang
bukanlah Apa-apa kecuali Perasaan menyenangkan.
Dalam Hubungan Sebab Akibat dari Hukum sebab Akibat yang saling
Bergantungan (paticca-samuppada), Kontak mengkondisikan timbulnya
Perasaan, dan Perasaan mengkondisikan timbulnya Kemelekatan
(tanha).
53

Semua Grup dari Perasaan – masa lampau, sekarang, yang akan


datang, dari Diri sendiri dan dari Luar – di rangsang sebagai
Vedanakhandha, salah Satu dari Lima Kelompok Kehidupan.

3.Sanna.
Sanna mencatat Objek2 Indera seperti Warna, Bentuk, Rupa, Nama
dst… Ia berfungsi sebagai Ingatan. Adalah Sanna Yang memungkinkan
Se-orang mengenali Sebuah Objek yang ia pernah terima oleh Pikiran
melalui Indera2. Tanpa Sanna, kita tidak dapat mengingat Nama kita,
Orang tua kita, Istri kita dan Anak2 kita, Rumah kita dst… Demikian ia
tidak akan mungkin hidup di dalam Komunitas.
Semua Grup dari Ingatan – masa lampau, sekarang, akan datang,
dari Diri sendiri dan dari luar – di rancang sebagai Sannakhandha, yang
juga salah satu dari Lima Kelompok Kehidupan.

4.Cetana.
Cetana mengatur Keadaan Mental bersekutu dengan Dirinya sendiri
pada Objek dari Kesadaran seperti Seorang Ketua Pengikut atau seperti
Seorang Pemilik Pertanian yang memenuhi Tugas2nya dan begitu juga
mengatur Pekerjaan2 yang lainnya. Cetana memuhi Fungsinya dan
mengatur Fungsi2 dari Pengikut2 Mental yang lainnya, yang bersekutu
dengannya.
Cetana bertindak pada Pengikut2nya, bertindak dalam
mendapatkan Objek, dan bertindak dalam Penyempurnaan Tugas;
demikianlah ia menentukan Tindakan.
Menurut Anguttara Nikaya (VI, 13), Sang Buddha mengatakan :
“Kehendak adalah Perbuatan (Kamma), demikian saya katakan, O para
Bhikkhu, begitu Kehendak timbul, Seorang melakukan Perbuatan, baik
dengan Tubuh, Perkataan atau Pikiran”.
Demikianlah Cetana memainkan Satu Peran penting dalam semua
Perbuatan – ia menentukan apakah Satu Perbuatan Bermoral atau Tidak
Bermoral. Ia adalah Cetasika yang paling menonjol dalam Kesadaran
Dunia (Lokiya) sedangkan Panna (Kebijaksanaan) adalah Cetasika yang
paling Penting dalam Kesadaran diatas Keduniawian (Lokuttara).
Tidak termasuk Vedana dan Sanna, Semua Sisa-nya Limapuluh
Cetasikas, dengan Cetana yang Utama, di rancang sebagai
Sankharakhandha (Grup- Bentukan), yang juga salah Satu dari Lima
Grup Kehidupan.
54

5.Ekaggata.
Ekaggata memusatkan Citta dan Pengikut2nya pada Satu Objek. Ia
mencegah Pembantu2-nya dari Pemborosan dan menetapkan mereka
pada Satu Objek. Ia sama seperti Air yang merekatkan bersama
beberapa Zat untuk membentuk Satu Massa yang Konkrit. Ia seperti
Sebuah Tiang yang teguh dan kokoh yang tidak dapat di guncang oleh
Badai.
Ekaggata adalah salah Satu dari Lima Faktor Jhana. Bila di
kembangkan dan di olah melalui Meditasi, ia di kenal sebagai Samadhi.
Ia adalah Bibit dari semua Kesadaran yang penuh Perhatian, terpilih,
terpusat dan terkonsentrasi.

6.Jivitindriya.
Jivitindriya adalah Satu Gabungan dari Dua Kondisi.
Jivita + indriya = Kehidupan + Kemampuan Batin mengontrol.
Disebut jivita karena ia mempertahankan Pengikut2nya. Disebut
indriya karena ia mengatur Pengikut2nya.
Persis seperti Teratai di topang oleh Air, dan seorang Anak oleh
seorang Perawat, demikianlah Pengikut2 Mental di topang oleh
Jivitindriya.
Walaupun Cetana menentukan Kegiatan2 dari semua Pengikut2
Mental, adalah jivitindriya yang memasukkan Kehidupan ke dalam
Cetana dan Pengikut2 yang lainnya.

7.Manasikara.
Manasikara ialah Pikiran Pertama “Berhadapan dengan Sebuah
Objek” dan “Mengarahkan Pengikut2 Mental yang bersekutu pada
Objek”. Selanjutnya ialah Faktor yang menonjol di dalam Dua Avajjana-
citta -- yaitu, pancadvaravajjana-citta dan mano-dvaravajjana-citta,
ialah Penuh Perhatian pada Lima-Pintu-Indera dan Penuh Perhatian
pada Pintu-Pikiran. Dua Keadaan Kesadaran ini, menembus Kelanjutan-
Kehidupan (Bhavanga), membentuk Keadaan Pertama dalam Proses
Ingatan.
Sebagaimana Kemudi dari Satu Kapal mengarahkan kepada
Tujuannya, maka manasikara mengarahkan Citta dan Pengikut2-nya
menuju Objek Indera. Tanpa manasikara, Pikiran seperti sebuah Kapal
tidak berkemudi dan ia tidak dapat menyadari Sebuah Objek. Kita
punya Satu Peribahasa di Myanmar seperti ini: “Bila kita tidak penuh
Perhatian, kita tidak akan melihat Sebuah Gua”.
55

Dalam Sebuah Rasa yang lebih Umum, manasikara sering kali


muncul dalam Sutta2 sebagai Yoniso-manasikara (Perhatian bijak atau
Ingatan Bijak) dan Ayoniso-manasikara (Perhatian Tidak bijak atau
Ingatan-Tidak bijak).
Perhatian bijak menuju pada Kesadaran Bermoral sedangkan
Perhatian Tidak-Bijak menuju pada Kesadaran Tidak Bermoral.

Arti dari Sabbacitta-Sadharana.


Sebagaimana di jelaskan di atas, semua 7 Cetasikas Pokok
melakukan Tugas2 penting dan mereka adalah Inti bagi Kesadaran dari
Satu Objek oleh Pikiran. Manasikara pertama-tama menghadapi Objek
dan mengarahkan Citta serta Pengikut2 Mental yang bersekutu
dengannya kepada Objek itu.
Cetana bertindak pada Citta dan Pengikut2 Mental bersekutu
denganya untuk melaksanakan Tugas2 mereka masing2 dengan efisien
sampai Tugas untuk mendapat atau mengetahui Objek itu di selesaikan.
Phassa membiarkan Citta dan Pengikut2 Mentalnya menjadikan
Kontak dengan Objek-Indera. Vedana menikmati Citarasa dari Sensasi
yang timbul dari Kontak (phassa). Sanna membuat Catatan dari Objek
dan membantu untuk mengenali Objek.
Ekaggata memusatkan Citta dan Pengikut2 Mentalnya pada Objek,
Ia mengikat Pengikut2 Mental bersama dengan Citta membuat
Keadaan dari Satu-Pemusatan pada Objek itu -- Satu Kondisi yang juga
adalah Inti bagi Kesadaran pada Objek itu.
Jivitindriya mempertahankan Daya Hidup Citta dan Pengikut2
Mental dengan demikian mereka akan tetap hidup dan aktif sepanjang
hidup mereka. Sebaliknya, mereka akan padam sebelum Tugas
mendapat atau mengetahui Objek di laksanakan.

Pakinnaka Cetasika (Yang khusus – 6)

Enam Cetasika yang khusus ini bersekutu dengan Sobhana dan


Asobhana Cittas, tetapi tidak dengan mereka semua. Mereka bersekutu
hanya dengan Cittas dengan siapa mereka akan bersekutu.
1. Vitakka -- Penerapan awal atau Konsep Pikiran.
2. Vicara -- Penerapan yang di pertahankan atau Pikiran
berkesinambungan.
3. Adhimokhka -- Keputusan atau Penentuan.
4. Viriya -- Usaha atau Pengerahan Energi
56

5. Piti -- Kegiuran / Kegairahan


6. Chanda -- Keinginan, Kemauan atau Kehendak.

1.Vitakka.
Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2-nya kepada Objek Indera.
Bagaikan Anggauta Istana kesayangan Raja memperkenalkan Se-
seorang kepada Raja, demikian juga Vitakka memperkenalkan Citta dan
Pengikut2nya kepada Objek.
Sebagaimana di jelaskan di atas, manasikara menujukan Citta dan
Pengikut2nya kepada Objek, sedangkan Vitakka mengerahkan kepada
Objek.
Vitakka, manasikara, dan cetana bisa di bedakan lebih lanjut
dengan membandingkan mereka dengan Orang2 dalam Satu Perahu
Lomba menuju Satu Bendera. Manasikara seperti Kemudi-Pengatur
Perahu, Vitakka seperti para Pendayung di Lambung Perahu, dan
Cetana seperti Pendayung Utama yang tidak saja mendayung Perahu
tapi juga mendorong yang lainnya untuk mendayung sepenuh Tenaga
mereka dan merebut Bendera Kemenangan ketika Perahu mencapai
Tujuan.
Sebagaimana Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2nya pada
berbagai Objek menjuruskan ke berbagai Proses berpikir, ia juga di
kenal sebagai Konsep Pikiran.
Vitakka adalah Salah satu dari Lima Faktor2 Jhana. Ia mencegah
Kemalasan dan Kelambanan (Thina – Middha). Bila ia di kembangkan
dan di kuatkan, ia menjadi Faktor paling Utama dari Jhana Pertama. Ia
adalah juga Faktor Ke-dua di kenal sebagai “Samma-sankappa”
(BeGrpikir benar) di dalam Jalan Utama Berunsur Delapan.

2.Vicara.
Vicara mempertahankan Citta dan Pengikut2nya pada Objek
dengan membiarkan mereka menerima Objek lagi dan lagi. Seperti
Vitakka, ia adalah Sebuah Faktor Jhana. Ia mencegah Vicikiccha
(Keraguan).
Vitaka ialah Perintis dari Vicara. Ke-duanya akan di bedakan seperti
ini : Seperti Kepakkan dari Seekor Burung berusaha untuk terbang ialah
Vitakka, Seperti Rencananya Pergerakan di Udara ialah Vicara, Seperti
memukul Tambur atau Genta ialah Vitakka, Seperti Gema-nya ialah
Vicara.
57

3.Adhimoka.
Adhimoka membuat Keputusan dengan Rasa Hormat pada Objek-
Indera. Ia Seperti Se-orang Hakim memutuskan Sebuah Kasus. Ia juga di
bandingkan kepada Sebuah Tiang yang Kokoh menjamin tidak
bergoyang dalam membuat Keputusan. Ia berlawanan dengan
Vicikiccha – Keraguan atau Kebimbangan.

4.Viriya.
Viriya lebih kurang sama dengan Usaha, Tenaga, Pengerahan
Tenaga, Keberanian, Kejantanan atau Kepahlawanan. Ia bisa di
definisikan sebagai Satu Keadaan penuh Energi atau Keberanian.
Ia mempunyai Sifat Khusus dari membantu, menegakkan atau
mempertahankan Pengikut2-nya. Bagaikan Satu Rumah yang miring, di
tunjang oleh Tiang2 yang baru, tidak akan roboh, demikian juga para
Pengikut di bantu oleh Viriya, tidak akan mengalah.
Persis sebagai Satu Bala Bantuan yang kuat akan membantu Satu
angkatan Perang untuk bertahan sebagai ganti dari Mundur, begitulah
Viriya menegakkan atau mengangkat Pengikut2-nya.
Viriya di anggap sebagai Satu Kemampuan Spiritual (Indriya) sebab
ia mengatur dan mengatasi Kemalasan. Ia juga salah satu dari Lima
Kekuatan (Bala) sebab ia tidak dapat di guncang oleh Lawannya,
Kemalasan. Ia juga melayani sebagai Satu dari Empat Cara dari
menyempurnakan Hidup Se-seorang (Iddhipada).
Menurut Kitab Atthasalini, Viriya harus di anggap sebagai Akar dari
semua Pencapaian.

5.Piti.
Piti umumnya di terjemahklan sebagai Terpesona, Kegembiraan,
Kebahagiaan, Ketertarikan atau Semangat yang besar. Ia berhubungan
pada Pamojja (Kegembiraan) dan pada Sukha (Perasaan Senang), tapi ia
bukan Satu Perasaan atau Sensasi, dan makanya ia tidak termasuk pada
Grup-Perasaan (Vedana-khandha). Piti ialah Pertanda dari Sukha.
Seperti Penglihatan pada Sebuah Kolam dari Seorang Pengelana yang
cemas, adalah piti. Seperti meminum Air dan mandi di sana ialah Sukha.
Menciptakan Satu Keinginan yang menggembirakan dalam Objek
adalah Sifat khusus dari piti. Piti adalah Satu Faktor Jhana. Ia mencegah
Vyapada (Keinginan Jahat atau Ketidaksukaan).
Ada Lima Tingkatan dari Piti;
1. Khuddaka piti : Gejolak Hati Kegembiraan yang menyebabkan
tegaknya Bulu-roma.
58

2. Khanika piti : Kegembiraan spontan bagai Satu Kilatan


Cahaya.
3. Okkantika piti : Banjir Kegembiraan bagai Gelombang besar
pada sebuah Pantai.
4. Ubbega piti : Kegembiraan yang membubung yang bisa
mengangkat Orang mengapung di Udara.
5. Pharana piti : Dipenuhi Kegembiraan yang meliputi seluruh
Tubuh seperti Satu Kandung Kemih yang penuh memancar atau
seperti Satu Gumpalan Kain di dalam Minyak atau seperti
Sebuah Banjir meluapkan anak Sungai dan Kolam.

6.Chanda.
Chanda telah di terjemahkan sebagai “conation, Kemauan,
Keinginan, napsu atau Hendak” oleh beberapa Pengarang. Sifat Utama
dari Chanda ialah “Keinginan untuk berbuat”. Ia bagaikan mengulurkan
Tangan untuk menggenggam sebuah Objek.
Juga “Satu Napsu untuk Sesuatu”. Chanda ialah Satu Kondisi
psykologis-etis yang Netral. Ia harus di bedakan dari Tidak Bermoral,
Lobha yang adalah “Satu Napsu dengan Kemelekatan”.
Dalam kamacchanda (Napsu Indera) dan Chanda-raga (Napsu-
gairah), Chanda berpasangan dengan Lobha, dua Gabungan Kata2 ini
sebenarnya menunjukkan Lobha.
Stiap Tindakan di mulai dengan Chanda. Contoh, Perbuatan berdiri
di mulai dengan Keinginan (Chanda) untuk berdiri. Adalah jelas bahwa
Perjalanan sejauh seribu Mil di mulai dengan Langkah Pertama, dan
Langkah Pertama itulah Chanda. Kita tidak dapat pergi tanpa Keinginan
untuk pergi, dan kita tidak dapat sampai pada Satu Tempat tanpa
Keinginan untuk berada di sana.
Bila di giatkan, Chanda menjadi “Kehendak” dan mengarah pada
Keberhasilan sebagaimana “Ada Jalan bila ada Kemauan”. Maka seperti
Viriya, Chanda termasuk di dalam Empat Cara untuk menyempurnakan
Hidup Se-seorang. (iddhipada).

Akusala Cetasika.
(Pengikut Mental Tidak Bermoral).

Ada 14 Cetasika yang secara etis Tidak Bermoral. Mereka bisa di


bagi dalam 4 Grup sebagai berikut:

1 Moha – Catukha -- Akusala-sadharana -- 4


59

Satu Grup dari Empat Cetasika di Kepalai oleh Moha.


1). Moha (avijja) -- Khayalan, Ketidaktahuan, Kebodohan.
2). Ahirika -- Tidak punya Rasa Malu, Kurang ajar.
3). Anottapa -- Tidak takut berbuat Salah, Sembrono.
4). Uddhacca -- Kegelisahan, Gangguan.

2 Lobha-Tri -- papanca-dhamma -- 3
Satu Grup dari Tiga Cetasika di kepalai oleh Lobha.
5). Lobha -- raga - tanha-- Keserakahan, Kemelekatan, Napsu
Indera.

6). Ditthi -- Pandangan Salah, Pendapat yang jahat


7). Mana -- Kesombongan, Kebanggaan.

3 Dosa -- Catukha -- Kebencian -- 4


Satu Grup dari Empat Cetasika di kepalai oleh Dosa.
8). Dosa- - patigha -- Kebencian, Kemarahan, Ketidaksukaan.
9). Issa -- Irihati, cemburu.
10). Macchariya – Ketamakan, Kekikiran, Egois.
11). Kukkucca -- Kawatir, Berkeberatan, Penyesalan.

4 End – tri -- Tumpul dan Orang yang ragu-ragu. -- 3


Tiga Cetasika terakhir yang Tidak Bermoral.
12). Thina -- Malas
13). Middha -- Kelambanan
14). Vicikiccha -- Keraguan, Kebingungan.

1.Moha.
Moha adalah Ketidaktahuan pada Alamiah sebenarnya dari Objek-
Indera. Sesuatu yang Hidup atau Tidak Hidup terdiri dari nama dan rupa
(Pikiran dan Materi) yang di berkahi dengan Empat Sifat Umum dari
anicca (Tidak kekal), dukkha (menderita), anatta (Tidak berpribadi) dan
asubha (Kejijikkan).
Karena moha menyelubungi Mata Mental kita dan menghalangi kita
dari Penglihatan akan Alamiah Sebenarnya dari Barang2, kita tidak
dapat melihat Hal yang sebenarnya dari timbul dan berakhirnya yang
terus menerus dari nama dan rupa dan Konsekwensi Empat Sifat2 yang
di sebut diatas. Bila kita tidak dapat melihat Alamiah Hal-hal yang
sebenarnya, kita jadi binggung dan menganggap Sifat yang berlawanan
60

sebagai yang Asli. Maka kita melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha
(menyenangkan), atta (Pribadi atau Orang) dan subha (cantik).
Karena Hal-hal Pandangan Salah dari moha, Satu Mata Rantai dari
Akibat2 yang tidak di inginkan termasuk Penderitaan dan Kesengsaraan
timbul Satu setelah yang lainnya. Maka moha adalah sebagai Direktur
Satu Film Layar Putih, ia mengarahkan Segalanya tapi kita tidak
menyadari-nya karena kita tidak dapat melihat si Direktur pada Film itu.
Ia benar2 Akar mula dari semua Kejahatan dan Penderitaan di dalam
Dunia.
Moha adalah Pemimpin dari semua Cetasika Tidak Bermoral. Moha
dan Tiga Sejenisnya (ahirika, anottappa dan uddhacca) bersekutu
dengan semua Kesadaran Tidak Bermoral. Maka mereka di kenal
sebagai “akusala sadharana”.
Karena Moha berlawanan dengan Pengertian atau Kebijaksanaan, ia
di kenal sebagai “avijja”. Moha menutupi Pengetahuan kita
sehubungan dengan Kamma dan Akibat2-nya dan Empat Kebenaran
Mulia.

2.Ahirika.
Ahirika mendorong Orang untuk Tidak mempunyai rasa malu
melakukan Perbuatan, Pembicaraan dan Pikiran2 Tidak Bermoral.
Dalam Puggala-pannatti (para.59) di tulis demikian : “Tidak malu
pada Perbuatan jahat atau Hal-hal yang Tidak Bermanfaat; Ini di sebut
tidak ada Malu secara Moral. Bagaikan Se-ekor Babi kampung yang tidak
punya rasa jijik memakan Najis, maka ahirika tidak punya rasa Jijik
dalam melakukan Perbuatan2 Jahat”.

3.Anotttappa.
Anottappa mendorong Se-seorang untuk tidak takut melakukan
Perbuatan, Perkataan dan Pikiran2 Tidak Bermoral.
Dalam Kitab Puggala-pannatta (para. 60) tertulis: “Tiada rasa takut
kepada Apa yang Seorang harus takuti, tiada takut pada Kejahatan, Hal2
yang Tidak Bermanfaat ini di sebut tidak takut melanggar Moral”
Anottappa di bandingkan pada Se-ekor Ngengat yang hangus oleh
Api. Ngengat itu tidak menyadari akibat2nya, merasa tertarik oleh Api
dan menyerbu ke dalam Api. Dengan Cara yang sama anottappa tidak
menyadari Akibat2nya, merasa tertarik oleh Kejahatan, Hal-hal yang
tidak Bermanfaat dan mencebur ke dalam Perbuatan2 Jahat.
Di katakan dalam Kitab Anguttara Nikaya (ii, 6): “Ada Dua Hal yang
menakutkan, yaitu Tidak malu berbuat Salah dan tidak takut berbuat
61

salah, dst..” Harus di catat bahwa Kesemberonoan karena ahirika dan


anottappa timbul sebagai Satu Akibat dari Moha yang menutupi Pikiran
dan membutakan Mata dari melihat Akibat2 Perbuatan2 Jahat
(Kamma).

4.Uddhacca.
Uddhacca ialah Keadaan Pikiran yang gelisah yang di bandingkan
pada Keadaan yang bergolak dari Se-onggok Abu bila di timpa dengan
Sebuah Batu.
Seperti kita tidak dapat melihat Wajah kita dalam Air yang
mendidih. Satu Pikiran yang gelisah tidak akan melihat Akibat2 dari
Perbuatan Jahat. Uddhacca juga Satu Pengikut dari Moha yang
membuat Pikiran bingung dan membiarkan Gangguan (Uddhacca)
timbul sebagai Akibatnya.

5.Lobha.
Lobha ialah Satu Napsu yang kuat pada Objek2 Indera atau
Kebahagiaan Jhana. Ia tidak pernah berhenti, Hakekat Alamiah ini dari
Napsu bagaimana banyak-pun Orang memiliki. Walaupun seluruh
Kekayaan di Bumi tidak dapat memuaskan Napsu karena Lobha. Ia
selalu mencari-cari Sesuatu yang baru. Demikianlah Seseorang tidak
dapat betul2 bahagia bila ia tidak dapat menghilangkan Lobha.
Alamiah Ke-dua dari Lobha ialah Kemelekatan atau menempel pada
Objek2 Indera atau pada Jhana dan Kebahagiaan Jhana. Kemelekatan
secara Alamiah ini di bandingkan dengan Kemelekatan Alamiah dari
Perekat Penangkap Monyet. Perekat ini dipersiapkan dengan
memanaskan beberapa Jenis Getah lengket yang ada di Hutan, di
bentuk jadi Satu Pasta yang lengket.
Penangkap Monyet menaruh Perekat yang lengket ini pada
beberapa Batang Pohon. Ketika Sinar Matahari menyinari Perekat itu,
berbagai Sinar Spektrum memancarkan Sinarnya. Se-Ekor Monyet, jadi
kepingin tahu, memegang Perekat dengan Satu Cakarnya yang menjadi
menempel dengan kuat pada Perekat itu. Dalam Perjuangannya untuk
menarik Cakarnya ini, Monyet mendorong Dahan Pohon dengan
Cakarnya yang lain dan juga menendang Pohon itu dengan Kedua
Kakinya. Dengan demikian Kedua Cakar dan Kedua Kakinya menempel
pada Perekat itu.
Lalu Monyet itu mencoba untuk menarik Dirinya dengan
mendorong Pohon dengan Kepalanya. Maka demikian juga Kepala itu
menempel pada Pohon itu. Sekarang Penangkap Monyet keluar dari
62

Tempat Persembunyiannya dan menangkap atau membunuh Monyet


itu dengan mudahnya.
Ingatlah bahwa di Dunia, Orang2 melekat dengan kuat pada Lobha
pada Objek2-Indera begitu juga pada Harta Benda mereka. Mereka
tidak dapat melepas Dunia dan Milik2 Keduniawian mereka termasuk
Istri2 atau Suami2, Anak2 Lelaki dan Anak2 perempuan. Dengan
demikian mereka terperangkap oleh Usia tua, Penyakit dan Kematian
dari Kehidupan demi Kehidupan.
Lobha bersama dengan Dua Pengikut Besarnya, yaitu Ditthi
(Pandangan Salah) dan Mana (Kesombongan), bertanggung jawab pada
Perluasan dari Lingkaran Kehidupan atau Lingkaran Kelahiran Kembali
yang di kenal sebagai Samsara. Sehubungan dengan Kenyataan ini,
Lobha, Ditthi dan Mana bersama-sama di sebut “papanca dhamma”

6.Ditthi
Ditthi biasanya di terjemahkan sebagai Pandangan, Kepercayaan,
Pendapat dst… Samma ditthi artinya Pandangan Benar dan Miccha-
ditthi artinya Pandangan Salah. Disini, sebagai Satu Cetasika Tidak
Bermoral, ditthi di gunakan dalam Indera dari Pandangan Salah.
Telah di jelaskan di atas bahwa Moha menyelubungi Pikiran dan
membutakan Mata tidak melihat Hal-hal sebagaimana adanya. Ia
membuat Se-seorang melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha
(menyenangkan), atta (diri atau Orang) dan subha (cantik). Disebabkan
dari Pandangan Salah ini, lobha menempel atau melekat pada “Diri atau
Orang” dan ditthi mengambil Pandangan Salah itu bahwa “Diri” dan
“Orang” betul2 Ber-ada.
Yang paling mendasar dari Pandangan Salah yang Umum ialah,
“Kepercayaan-Kepribadian” (Sakkaya-ditthi) atau “Ilusi-Keakuan” (atta-
ditthi). Sakaya-ditthi mempercayai bahwa Gabungan ini dari Pikiran dan
Tubuh adalah “Saya”, “Kamu”, “Dia (laki2)”, “Dia (perempuan)”, “Laki2”,
“Perempuan”, “Orang”, dst…. Atta-ditthi mempercayai Keberadaannya
dari Satu “atta atau Jiwa” atau “Diri” atau “Kehidupan yang sungguh2
Ada” di dalam Tubuh.
Dari Sakaya-ditthi atau atta-ditthi ini, begitu juga dari Kegelapan
Batin karena Moha dari sana keluar ribuan Pandangan2 Salah.
Sakaya-ditthi adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu yang
mengikat pada Keberadaan. Ia di hilangkan hanya pada Pencapaian
Jalan dari Pemenang Arus (Sotapatti – magga).
63

7.Mana.
Mana (Kesombongan), seperti ditthi, adalah juga Satu Hasil
Sampingan dari Moha dan Lobha. Moha menjadikan Pandangan Salah
bahwa “Orang” ber-ada dan bahwa mereka kekal. Menyenangkan dan
cantik. Maka lobha menempel pada Orang2 ini, terutama Se-seorang
diwakili oleh Dirinya.
Mana menganggap Diri Orang ini sebagai Saya-terbaik, Saya paling-
mengetahui, Saya tidak ada Bandingnya di Dunia.
Kesombongan ini atau Kebanggaan ada Tiga Jenis: Kesombongan-
Kesamaan (mana), Kesombongan-Kekurangan (omana) dan
Kesombongan-Kelebihan (atimana) sebagaimana Pepatah mengatakan:
“Kebanggaan akan mendapat Satu Kejatuhan”, Kebanggaan atau
Kesombongan bukanlah Satu Kebajikan untuk di banggakan.
Mana adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia
hilang sepenuhnya pada Pencapaian Ke-Arahatan.
8.Dosa.
Dosa di terjemahkan sebagai “Kebencian, Kemarahan atau Ketidak-
sukaan”. Ia adalah Unsur yang paling menghancurkan di Dunia. Ia lebih
menakutkan dari pada Senjata Atom. Tentu saja, ketika Se-seorang
menarik Pelatuk pada Senjata Atom, ia melakukan itu di bawah
Pengaruh dari Dosa.
Umumnya, ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek-Indera
yang di inginkan, Penempelan atau Kemelekatan (lobha) timbul, dan
ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek yang Tidak di-inginkan,
Kemarahan atau Ketidak-sukaan timbul. Kemarahan (Dosa)
menghancurkan ia lebih dulu sebelum menghancurkan yang lainnya.
Tidak hanya menggelembung, Dosa sebagaimana di perlihatkan Se-
seorang dalam Satu Kemarahan juga Tekanan Dosa seperti yang
Seorang rasakan oleh Satu Kesedihan atau Orang yang tertekan adalah
merusak. Menurut Abhidhamma, Orang yang membalas Satu Hinaan
adalah lebih bodoh dari pada Orang yang menghina-nya.

9.Issa.
Issa mempunyai Karakteristik iri pada Keberhasilan dan
Kesejahteraan Orang lain. Ia adalah Objektif, ia tidak melihat pada Diri
sendiri tetapi pada Orang lain.

10.Macchariya.
Macchariya mempunyai Karakteristik menyembunyikan Milik Se-
seorang. Ia tidak menghargai untuk berbagi Milik Se-seorang atau Hak
64

khusus dengan Orang lain. Ia mengambil bentuk dari Ke-kikiran ketika


Se-seorang tidak mau memberi Uang untuk berdana.
Sebagaimana di sebutkan dalam Anguttara Nikaya (ix, 49), Ada Lima
Macam dari Ke-kikiran berhubungan pada Tempat tinggal, Keluarga,
Hasil, Penghargaan dan Pengetahuan.
Berlawanan dengan Issa, macchariya adalah Subjektif. Issa dan
Macchariya membuat Se-seorang tidak bahagia tanpa Bujukan Apa-pun
dari yang lain-nya. Se-seorang akan segera merasa bahagia bila ia dapat
menyingkirkan mereka dari Pikirannya.

11.Kukkucca.
Kukkucca mempunyai Karakteristik bersedih hati atas Kejahatan
yang telah di lakukan dan atas Perbuatan Baik yang tidak di lakukan.
Sebagaimana tidak berguna untuk menangisi Susu yang tumpah, itu
tidak berguna untuk menyesali atau merasa menyesal tentang
Perbuatan salah.
Issa, Macchariya dan Kukkucca adalah Tiga Sekawan dari Dosa.
Mereka timbul secara terpisah sebab Garis2 Alasan mereka berbeda,
tetapi bila Salah Satu dari mereka timbul, ia selalu di sertai oleh Dosa.

12.Thina.
Thina ialah Keadaan Pikiran yang menyusut (Segan2) seperti Bulu
Ayam di dekat Api. Ketika Seorang tidak berbuat Apa2 karena kurang
Viriya (Usaha), Seorang itu di bawah Pengaruh thina. Ia adalah Penyakit
dari Citta.

13.Middha.
Middha ialah Keadaan dari Pengikut Mental yang tidak waras. Bila
Seorang merasa tidak aktif atau lamban, ia di pengaruhi oleh middha. Ia
adalah Penyakit dari Cetasika.
Ke-duanya thina dan middha berlawanan dengan Viriya. Dimana
ada thina dan middha, disana tidak ada Viriya.

14.Vicikiccha.
Vicikiccha ialah Ke-ragu2-an tentang ajaran Buddha, Dhamma,
Sangha, Pelatihan, tentang Hal2 dalam Kehidupan lampau dan
Kehidupan masa akan datang, tentang Hubungan Sebab Akibat, dan
akhirnya tentang Empat Kebenaran Mulia.
65

Vicikiccha adalah Salah Satu dari Lima Rintangan dan juga termasuk
dalam Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia terhapus seluruhnya dan
selamanya pada Pemasuk-Arus.

Sobhana Cetasika.
(Pengikut2 Mental yang cantik).

Ada 25 Sobhana Cetasika yang untuk baiknya bisa di bagi ke dalam


4 Grup.

1. Sobhana Sadharana -- 19
Yang bersekutu dengan semua sobhana Cittas.
2. Virati --- 3.
Yang berhubunggan dengan Pantangan dari Perbuatan2,
Pembicaraan dan Kehidupan Yang Tidak Bermoral.
3. Appamanna --- 2.
Yang berhubungan dengan “Keadaan tanpa Batas”
4. Pannindriya --- 1.
Yang berhubungan dengan Kebijaksanaan atau Pengertian.

Sobhana – Sadharana Cetasika : (Yang Cantik).

19 Pengikut Mental ini bersekutu dengan semua Kesadaran yang


cantik secara bersama-sama.

1. Saddha -- Kejujuran, Keyakinan.


2. Sati -- Kesadaran, Penuh Perhatian.
3. Hiri --Malu berbuat Salah.
4. Ottappa -- Takut akan Akibat Perbuatan Jahat.
5. Alobha -- Tidak melekat, Ketidak-serakahan,
Dermawan.
6. Adosa -- Tidak membenci, Keinginan Baik,
Penahanan Napsu, Cinta Kebaikan (metta).
7. Tatramajjhattata -- Keseimbangan, Keseimbangan Mental.
8. Kaya-passaddhi -- Ketenangan dari Pengikut2 Mental.
9. Citta-passadhi -- Ketenangan dari Kesadaran.
10. Kaya-lakuta -- Kegesitan atau Keringanan dari Pengikut2
Mental.
66

11. Citta-lakuta -- Kegesitan atau Keringanan dari


Kesadaran.
12. Kaya-muduta -- Elastisitas dari Pengikut2 Mental.
13. Citta-muduta -- Elastisitas dari Kesadaran.
14. Kaya-Kammannata -- Penyesuaian dari Pengikut2 Mental.
15. Citta-Kammannata -- Penyesuaian dari Kesadaran.
16. Kaya-pagunnata -- Keahlian dari Pengikut2 Mental.
17. Citta-pagunnata -- Keahlian dari Kesadaran.
18. Kayujjukata -- Kelurusan dari Pengikut2 Mental.
19. Cittujjukata -- Kelurusan dari Kesadaran.

1.Saddha.
Saddha ialah Keyakinan yang terbentuk dengan baik atau Keyakinan
dalam Buddha, Dhamma dan Sangha.
Bila Seorang Buddhist mengambil Perlindungan dalam Tiga
Permata, Keyakinannya harus beralasan dan ber-Akar dalam Pengertian,
dan ia di minta untuk menyelidiki atau menguji Objek dari
Keyakinannya. Keyakinan Seorang Buddhist tidak berlawanan dengan
Semangat untuk menyelidiki, Keraguan Apa-pun tentang Se-suatu di
bolehkan dan menyelidiki ke dalam mereka di anjurkan.
Saddha di bandingkan kepada Batu Zamrud yang unik dari Raja
Dunia, Zamrud ini, ketika di taruh di dalam Air yang hangat,
menyebabkan semua Kotoran mengendap dan Panasnya hilang, maka
akan meninggalkan Satu Air dingin yang bersih. Dalam Cara yang sama
ketika Saddha bersekutu dengan Citta, semua Kekotoran Batin seperti
Lobha, Dosa, Moha hilang dengan menghasilkan Pikiran menjadi dingin
dan jernih.
Saddha juga di bandingkan dengan Tangan yang dapat
menggenggam Permata, bila Seorang punya cukup Keberuntungan
berada pada Satu Gunung penuh Permata. Sesungguhnya Seorang lebih
beruntung bisa mengenal Ajaran Buddha (Sasana) dari pada berada di
atas Gunung Permata. Sebab Seorang dengan Saddha bisa
mendapatkan banyak Perbuatan2 Baik yang lebih berharga dari pada
Permata2. Karena Satu Orang tanpa Tangan tidak dapat menggenggam
Permata, maka Satu Orang tanpa Saddha tidak bisa mendapat
Perbuatan2 Baik.
Sebagaimana Moha adalah Pemimpin dari Cetasika tidak Bermoral,
maka Saddha adalah Pemimpin dari Sobhana Cetasika. Ia adalah Harta
Karun yang paling berharga dan juga salah satu dari Lima Kemampuan
67

(Indriya) spiritual sebagaimana juga Satu dari Lima Kekuatan (Bala)


Spiritual.

2.Sati
Sati adalah Penuh Perhatian pada Sesuatu yang terjadi.
Karakteristik Utamanya ialah “Tidak mengalir berlalu”, ialah tidak
membiarkan Sesuatu terjadi tanpa di amati. Ketika Seorang tidak cukup
Perhatian, ia tidak ingat Apa yang di lihat atau di dengar, ia bagaikan Pot
kosong dan bagai Labu mengalir berlalu dalam Arus Air.
Se-seorang dapat mengingat Kejadian2 yang lampau dengan Sati,
dan Sati dapat di kembangkan. Bila ia di kembangkan dengan
sungguh2, Seorang mendapat Kekuatan untuk mengingat Kelahiran2
yang lampau. Maka Sati dapat berfungsi sebagai Ingatan.
Sang Buddha mengingatkan Pengikut2-nya setiap hari untuk tidak
melupakan Perbuatan2 Bermanfaat dan selalu Penuh Perhatian untuk
memenuhi Janjinya berusaha untuk Kebebasan dari semua
Kesengsaraan.
Bila Se-seorang Penuh Perhatian pada Enam Pintu-Indera untuk
mencatat Apa yang di perhatikan, hanyalah sebagai “Mendengar,
mendengar” atau “Melihat, melihat”, dst.. Se-seorang dapat
menghentikan Kekotoran2 Batin memasuki Pikiran. Dalam Indera ini
Sati di bandingkan pada Seorang Penjaga Pintu Gerbang, yang
menghentikan Pencuri2 dan Perampok2 memasuki Kota.
Sati juga adalah Satu Anggauta dari Lima Kemampuan Spiritual
begitu juga Satu Anggauta dari Lima Kekuatan Spiritual. Ia juga salah
Satu dari Tujuh Faktor2 Pencerahan (Bojjhanga) dan Matarantai Ke-
Tujuh dari Jalan Utama Beruas Delapan.

3.Hiri.
Hiri membuat Satu Orang mundur dengan Rasa Malu Bermoral dari
melakukan Perbuatan2 Tidak Bermoral. Satu Orang yang mempunyai
hiri, mundur dari Kejahatan persis bagai sehelai Bulu Ayam menyusut di
depan Api.
“Merasa malu pada Apa yang harus di malukan, merasa malu untuk
melakukan Kejahatan dan Hal2 tidak Bermanfaat, Ini di sebut Rasa Malu
Bermoral” (Puggala-pannatti, para. 79).
Hiri lawan Ahirika yang mau melakukan Kejahatan Apa saja tanpa
sedikitpun Penyesalan.
68

4.Ottappa.
Ottapa adalah Takut Moral atau takut berbuat Kejahatan, sebab ia
menyadari ber-macam2 Akibat2 Kejahatan.
Sebagaimana Hiri berbeda dengan Rasa Malu yang biasa, Ottapa
berbeda dari Rasa Takut yang biasa dari Seorang Individu. Seorang
Buddhist tidak di harapkan takut pada Individu Apa-pun, malah pada
Satu Dewa, karena Buddhisme tidak di Dasarkan pada Rasa Takut pada
Sesuatu yang tidak di ketahui.
“Jadi takut pada Apa yang semustinya di takuti, jadi takut dari
melakukan Kejahatan dan Hal2 yang tidak Bermanfaat, ini di sebut takut
pada Moral” (Puggala-pannatti , para. 80)
Ottapa lawan Anottapa dan dapat mengusir yang belakangan. Hiri
timbul dengan Rasa Hormat pada Diri Sendiri sedangkan Ottapa timbul
dengan Rasa Hormat pada yang lain. Seandainya ada Satu Batang Besi,
Ujung yang satu di panasi sampai merah membara dan yang lain di
lumuri dengan Kotoran. Ujung yang kotor Orang tidak mau menyentuh
karena merasa jijik, dan Ujung yang merah membara tidak mau di
sentuh karena Rasa Takut. Hiri di bandingkan pada Contoh yang duluan
dan Ottapa pada Contoh yang belakangan.
Hiri dan Ottapa membedakan Manusia dari Binatang Buas, tidak
menuruti sekehendak hati dalam Kelakuan Tidak Bermoral seperti
Hubungan Kelamin antara Ibu dan Anak Lelaki dan Ayah dengan Anak
Perempuan walau pada Waktu ketika Kebudayaan masih sangat rendah
sekalipun.
Demikianlah Hiri dan Ottapa di ketahui sebagai Lokapala Dhamma,
ialah Penjaga Dunia.

5.Alobha.
Tidak melekat pada Objek2 Indera dan Tanpa Keserakahan adalah
Karakteristik yang Utama dari Alobha. Sebagaimana Air menetes
mengalir jatuh di atas Daun Teratai tanpa menempel padanya, alobha
mengalirkan keluar Objek2 Kenikmatan tanpa menempel pada mereka.
Dalam Indera ini alobha bagaikan Seorang Arahat yang tidak
mempunyai lobha sama sekali. Ketika Se-seorang tidak melekat pada
Milik Se-seorang, ia dapat memberikan Uang dan Barang2 dalam
berdana. Disini alobha mewujudkan Dirinya dalam bentuk
Kedermawanan.
Alobha lawan dari Lobha dan ia dapat mengatasi Lobha. Ia adalah
salah satu dari Tiga Akar Kebaikan. Ia adalah Satu Kebajikan Positip
menyertakan Sifat mementingkan Orang lain yang aktip.
69

6.Adosa
Adosa adalah lawan dari Dosa dan ia dapat mengatasi Dosa. Ia
bukan semata tidak adanya Kebencian atau Ketidaksukaan, tapi ia
adalah Satu Kebajikan yang Positip.
Dosa mempunyai Karakteristik Kekasaran dan Kekejaman
sedangkan Kelembutan dan Pemaafan adalah Karakteristik Utama dari
Adosa. Dosa bagaikan Seorang Musuh sedangkan Adosa seperti
Seorang Kawan yang baik yang Sepemahaman. Adosa juga
mencerminkan sebagai Keinginan Baik karena Alamiah dari Kebaikan-
nya dan Bantuan-nya.
Bila adosa mengubah Perhatiannya pada Mahluk Hidup
mengharapkan mereka berbahagia, ia di kenal sebagai Metta, yakni
Cinta Kebaikan.
Adosa adalah juga salah Satu dari Akar2 Baik.

7.Tatramajjhattata.
Karakteristik Utama dari Tatramajjhattata adalah Pandangan yang
tidak berat sebelah pada Objek, yakni; “Menjaga di tengah-tengah dari
semua Hal.”
Ia di bandingkan pada Seorang Pengendara Kereta Perang yang
mengemudikan Dua Ekor Kuda untuk berlari dengan Langkah selaras. Ia
juga bertindak seperti Ketua Sebuah Rapat memberikan Kesempatan
yang sama pada seluruhnya untuk berbuat. Ia menyeimbangkan Citta
dan Pengikut2 Mental untuk berfungsi bersama pada Langkah yang
selaras, mencegah Apa-pun yang berlebihan atau Kekurangan.
Dalam Rasa Keseimbangan, ia umumnya di kenal sebagai Upekkha.
Upekkha ini adalah Keadaan di-tengah2 antara Karuna (Rasa
Kasihan) dan Mudita (Turut bergembira). Upekkha inilah (Yakni,
Tatramajjhattata) yang di bangunkan pada Martabat dari Satu
Bojjhanga, salah satu dari Tujuh Faktor Pencerahan. Itu berbeda dari
Kesenangan, Upekkha adalah Perasaan Netral.

8 & 9 Kaya-passadhi dan Citta-passadhi.


Disini “kaya” bukan berarti “Tubuh” ia mengacu pada “Grup” dari
Pengikut2 Mental.
Passadhi ialah Keheningan, Ketenangan, Keadaan tenang atau
Ketentraman.
Jadi Kaya-passadhi adalah Ketenangan dari Pengikut2 Mental
sedangkan Citta-passadhi adalah Ketenangan Citta atau Kesadaran.
70

Dari Passadhi kepada Ujjukata ada 6 Pasang Cetasika yang


bersama Kaya dan Citta. Alasan mereka dalam Pasangan di jelaskan
oleh Sang Buddha ialah bahwa mereka terjadi bersama dan bersama
mereka menentang Lawan2 mereka.
Dalam Kasus Saddha, Sati, Hiri dst.. mereka di jelaskan sebagai
Tunggal sebab secara Perseorangan mereka dapat melawan lawan2
mereka.
Dari Citta-passadhi, hanya Citta yang tenang. Dari Kaya-passadhi,
tidak hanya Pengikut2 Mental, tapi juga Tubuh yang tenang di
karenakan dari Penyebaran Cittaja-rupa Bermanfaat, yaitu; Pikiran
menghasilkan Badaniah.
Passadhi mempunyai Karakteristik Utama dari menekan atau
menghilangkan Demam akan Napsu. Ia melayani seperti Naungan yang
teduh dari Sebuah Pohon pada Satu Orang yang di akibatkan oleh
Panasnya Matahari.
Passadhi Lawan dari Kukkucca (Kawatir). Bila di kembangkan
dengan sungguh2 ia menjadi Satu Faktor dari Pencerahan (Bojjhanga).

10 & 11 Kaya-lahuta dan Citta-lahuta.


Lahuta ialah Keringanan atau Daya mengapung atau Kegesitan.
Menekan Daya Berat dari Pengikut2 Mental ialah Karakteristik Utama
dari Kaya-lahuta, Menekan Daya Berat dari Citta adalah Karakteristik
Utama dari Citta-lahuta. Ia adalah meletakan Satu Beban yang berat.
Kaya-lahuta dan Citta-lahuta lawan dari Thina dan Middha (Malas
dan lamban) yang menyebabkan Keberatan dan Kekakuan pada
Pengikut2 Mental dan Kesadaran.

12 & 13 Kaya-muduta dan Citta-muduta.


Dua Cetasika ini mengacu masing2 pada Elastisitas dari Pengikut2
Mental dan Elastisitas dari Kesadaran. Mereka menghilangkan Kekakuan
dalam Pikiran di sebabkan oleh Cetasika tidak Bermoral seperti Ditthi
(Pandangan Salah) dan Mana (Kesombongan).
Muduta di bandingkan pada Sehelai Kulit yang mulur sebab itu telah
di bentuk dengan baik dengan menaruh Minyak, Air dsb.. . Muduta
lawan dari Pandangan Salah dan Kesombongan.

14 & 15 Kaya-kammannata dan Citta-kammannata.


Dua Cetasika ini mengacu pada Kemampuan Penyesuaian dari
Pengikut2 Mental dan Kesadaran dan Kebaikan dalam menjalankan
Tugas2 mereka.
71

Karakteristik Utama mereka ialah menekan Ke-tidaksanggupan


melayani atau Ke-tidakmampuan bekerjanya Citta dan Pengikut2 nya.
Dinyatakan dalam Kitab Atthasalini bahwa Dua Cetasika ini
menghasilkan Ketenangan (Pasada) dalam Hal2 yang menguntungkan,
dan dapat menyesuaikan seperti Emas Murni untuk Kerjaan yang
menguntungkan.

16 & 17 Kaya-pagunnata dan Citta-pagunnata.


Mereka mengacu pada Keahlian atau Ketangkasan dari Pengikut2
Mental dan Kesadaran dalam mengerjakan Kerjaan mereka.
Karakteristik Utama mereka ialah menekan Penyakit dalam Pengikut2
Mental dan Kesadaran.

18 & 19 Kayujjukata dan Cattujjukata.


Mereka mengacu masing2 pada Ke-tegakkan atau Ke-lurusan dalam
Pengikut2 Mental dan dalam Kesadaran. Dengan demikian mereka
adalah lawan dari Ke-tidak jujuran, Kecurangan dan Kepandaian karena
Khayalan atau Kebohongan (maya) dan Penghianatan (Satheyya).

Ke 19 Pengikut2 cantik yang di sebut di atas menjadi menonjol pada


Orang2 yang secara teratur melakukan Perbuatan dan Berdana,
Kemoralan dan Meditasi. Karena mereka bersekutu bersama dalam
Semua Sobhana Cittas, mereka di kenal sebagai Sobhana-sadharana
Cetasikas.

Virati Cetasika
(Pantangan – 3).

Tiga Virati Cetasika di kenal sebagai Sila manggangas (Bagian


Kemoralan dari Jalan). Mereka terdiri dari Sila-Sikkha (Latihan
Kemoralan) yaitu Dasar dari pada Jalan Utama Beruas Delapan. Mereka
adalah :
1).Samma-vaca - Pembicaraan Benar.
2).Samma-kammanta - Perbuatan Benar.
3).Samma-ajiva - Penghidupan Benar.

1.Samma – vaca
Pembicaraan Benar ada Empat Bagian, ialah, Berpantang dari;
1.Musavada - Berdusta.
2.Pisunavaca - Memfitnah.
72

3.Pharusavaca - Bicara kasar.


4.Samphappalapa - Omong kosong.

Ketika Seorang berhadapan muka dengan Situasi untuk melakukan


Salah satu dari Empat Pembicaraan salah di atas, dan ia menjauhkan Diri
untuk mengatakannya, maka ia mendapat Samma-vaca pada waktu ia
melakukan Pantangan itu.

2.Samma-kammanta.
Perbuatan Benar di sini artinya Perbuatan Badaniah Yaitu
Berpantang dari ;
1.Panatipata - Membunuh.
2.Adinnadana - Mencuri.
3.Kamesu-micchacara - Hubungan Sex yang tidak senonoh.

Lagi ketika Seorang dalam Situasi untuk melakukan Salah satu dari
Perbuatan Tidak Bermoral di atas, dan ia menjauhkan Diri untuk
melakukannya, maka ia mendapat Samma-kammanta pada saat ia
melakukan Pantangan itu.

3.Samma-ajiva.
Penghidupan Benar berarti berpantang dari Satu Penghidupan yang
membawa Celaka pada Mahluk lain, seperti berdagang Senjata,
berdagang Mahluk Hidup, berdagang Minuman yang memabukkan dan
berdagang Racun, begitu juga Penyembelihan, Menangkap Ikan,
Tentara, Penipuan, Penghianatan, Meramal, Kebohongan dsb….

Appamanna Cetasika.
(Tidak terbatas - 2)

1).Karuna - Rasa Kasihan.


2).Mudita - Turut Bergembira.

Ada Empat Keadaan Tidak berlimit atau Tanpa Batas. Untuk


menyebutkan mereka dalam Urutan yang biasa adalah; Metta (Cinta-
Kebaikan), Karuna (Rasa Kasihan), Mudita (Turut bergembira) dan
Upekkha (Keseimbangan).
Telah di jelaskan di atas bahwa Metta termasuk di dalam adosa, dan
upekkha dalam tatramajjhattata. Maka hanya tinggal Dua yang tersisa
yang di jelaskan di sini.
73

Dalam melatih Salah Satu dari Empat Tidak Terbatas itu, kita bisa
memusatkan Perhatian kita pada Satu Orang atau pada semua Mahluk
Hidup di seluruh Dunia. Begitulah mereka di sebut “Tidak terbatas”.
Dalam berlatih Cinta-Kebaikan, kita bermeditasi; “Semoga
semuanya berbahagia”. Dalam mengolah Rasa Kasihan, kita
bermeditasi; “Semoga semuanya terbebas dari Kesengsaraan”. Untuk
latihan Mudita, kita bergembira atas Kesejahteraan Mahluk2 dan
bermeditasi; “Semoga Keberhasilan bersama mereka untuk waktu yang
lama”. Dalam melatih Upekkha, kita mempertahankan Satu Pikiran
Seimbang dan bermeditasi ; “Semua Mahluk sebagaimana yang di
kondisikan oleh Kamma mereka.”
Barang siapa yang meliputi seluruh Dunia dengan Cinta-Kebaikan,
Rasa Kasihan, Turut Bergembira dan Keseimbangan di katakan ia hidup
di dalam “Kediaman yang Luhur” atau “Kediaman Brahma”. Maka
Empat yang tidak terbatas juga di kenal sebagai Brahma-vihara, yakni,
Cara hidup yang Luhur.

Metta ialah Keinginan yang tulus bagi Kebaikan dan Keselamatan


semua Mahluk. Ia membuang Keinginan Jahat yaitu Musuh
Langsungnya. Musuh Tidak langsungnya ialah Kesayangan (Pema).
Sikap yang penuh Kebajikan ialah Karakteristiknya yang Utama.

Karuna membuat Hati bergetar Kebaikan ketika Orang lain


menderita Kesusahan. Ke-inginan untuk menghilangkan Penderitaan
Orang lain adalah Karakteristik Utamanya. Ia membuang Ke-kejaman
atau Kejahatan (Himsa) yaitu Musuh Langsungnya. Musuh tidak
langsungnya ialah Rasa Berduka (Domanassa).

Mudita bukan hanya Simpati tapi Penghargaan Kegembiraan.


Karakteristik Utamanya ialah bergembira dengan Kesejahteraan Orang
lain. Musuh langsungnya ialah Iri-Hati (Issa)dan Musuh tidak
langsungnya ialah Kegembiraan yang meluap-luap (Pahasa). Ia
membuang Ketidak sukaan (Arati).

Upekkha memandang Mahluk Hidup tidak berat sebelah, yakni,


tidak dengan Kemelekatan juga tidak dengan Ketidaksukaan. Ia adalah
Keadaan Pikiran yang seimbang. Musuh langsungnya ialah Napsu
(Raga), dan Musuh tidak langsungnya ialah Netral yang tidak Ber-Akal.
Sikap yang tidak berat sebelah adalah Karakteristiknya yang Utama.
74

Pannindriya.
Panna ialah Kebijaksanaan atau Pengertian, dan indriya adalah
Pengaturan Kemampuan.
Pannindriya mengontrol atas Pengertian dari Sesuatu sebagaimana
mereka adanya, ialah dalam Cahaya Anicca (Tidak kekal), Dukkha
(Penderitaan) dan Anatta (Tanpa Diri). Sebab ia dapat mengatasi
Kebodohan Batin, ia di sebut Amoha (Tiada Khayalan atau
Kebijaksanaan). Sebab ia dapat menyingkirkan Selubung Moha dari
Awan Mental Mata Orang dan membuang Kegelapan yang di buat oleh
Moha (Avijja), ia di sebut Vijja (Pengetahuan lebih tinggi).
Pannindriya biasanya di sebut “Panna Cetasika”. Dalam
abhidhamma, panna, nana, dan amoha adalah sama. Amoha adalah
salah Satu dari Tiga Akar Moralitas. Sebagai Satu dari Empat Alat untuk
melengkapi Akhir dari Se-seorang (iddhipada), panna mengambil Nama
Vimamsa (Kebijaksanaan menganalisa).
Bila di murnikan dan di giatkan oleh Samadhi, panna merupakan
Kekuatan peran dari abhinna (Pengetahuan Supernormal). Bila di
kembangkan dengan sungguh2, panna menjadi Satu Faktor dari
Pencerahan (bojjhanga) di bawah Nama sebagai dhamma-vicaya
(Penyelidikan Kebenaran), dan juga Satu Bagian dari Jalan Utama
Berunsur Delapan dengan Nama Samma-ditthi (Pandangan Benar).
Pencapaian tertinggi dari panna adalah Buddha yang Maha tahu.

Persekutuan dari tiap2 Cetasika dengan Citta2 yang berbeda.


Secara Umum kita dapat katakan bahwa:

1.—7 sabbacitta-sadharanas (Dasar2/Pokok) bersekutu dengan


semua Citta.
2.-- 6 pakinnakas (Yang khusus) bersekutu dengan sobhana dan
asobhana Cittas tertentu.
3.—14 akusala cetasika (Tanpa Moral) hanya bersekutu dengan
Citta2 Tidak Bermoral.
4.—4 akusala sadharanas berhubungan dengan semua citta Tidak
Bermoral.
5.—19 sobhana sadharanas berhubungan dengan semua sobhana
cittas.
6.-- Sisanya yang 6, sobhana cetasika (Yang cantik) hanya bersekutu
dengan sobhana cittas.
75

Untuk survey yang mendetail Kombinasi dari setiap Cetasika dengan


Citta2 yang berbeda, Grafik Sampayoga Method (ialah Chart No.2, pada
akhir di Buku ini) akan di bahas. Pembacaan Grafik sebagai berikut:

Persekutuan dari Annasamana Cetasikas.


1.—7 sabbacitta-sadharanas bersekutu dengan semua Cittas.
2.—Vitakka bersekutu dengan 55 Cittas. Terdiri dari 44 kama-cittas
(10 dvipanca-vinnanas di kecualikan) dan 11 Jhana-citta
Pertama.
3.-- Vicara bersekutu dengan 66 Cittas terdiri dari 44 kama-cittas
(10 dvipanca-vinnanas di kecualikan), 11 Jhana-citta Pertama
dan 11 Jhana-citta Ke-dua.
4.-- Adhimoka bersekutu dengan 78 cittas Yang Singkat atau 110
cittas dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian dari dvipanca-
vinnana dan Vicikiccha-sampayutta citta.
5.-- Viriya bersekutu dengan 73 cittas Yang Singkat atau 105 cittas
dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian 10 dvipanca-vinnana,
2 sampaticchana cittas, 3 santirana cittas dan 1
pancadvaravajjana citta.
6.-- Piti bersekutu dengan 51 somanassa-sahagata cittas, terdiri
dari 4 lobha-mula somanassa citta, 1 somanassa-santirana
citta, 1 hasituppada citta, 12 kama sobhana somanassa cittas,
11 Jhana citta Pertama, 11 Jhana citta Ke-dua dan 11 Jhana
citta Ke-tiga.
7.-- Chanda bersekutu dengan 69 cittas Yang Singkat atau 101 cittas
dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian 2 moha-mula cittas
dan 18 ahetuka cittas.

Persekutuan dari Akusala Cetasikas.

1. 4 Akusala Sadharanas yaitu, moha, ahirika, anotappa dan


uddhacca – bersekutu dengan semua 12 akusala cittas.
2. Lobha bersekutu dengan 8 lobha mula citta. Ditthi bersekutu
dengan 4 ditthigata sampayutta cittas. Mana bersekutu dengan
4 ditthigata vipayutta cittas.
3. Dosa, issa, macchariya dan kukkucca bersekutu dengan 2 Dosa
mula citta.
4. Thina dan Middha bersekutu dengan 5 akusala sasankharika
cittas.
76

5. Vicikiccha bersekutu dengan moha mula vicikiccha-sampayutta


cittas.

Persekutuan dari Sobhana Cetasika.

1. 19 sobhana sadharana cetasika bersekutu dengan semua


sobhana cittas. Berjumlah 59 Yang Singkat dan 91 Yang Besar.
2. 3 virati cetasikas, yaitu samma vaca, samma kammanta, dan
samma ajiva, bersekutu sebentar2 dan sendiri2 dengan 8 maha
kusala citta dan terus menerus dan bersatu dengan 8 lokuttara
cittas.
3. 2 appamanna cetasikas- yaitu, karuna dan mudita – bersekutu
sebentar2 dan sendiri2 dengan 28 cittas terdiri dari 8 maha
kusala cittas, 8 maha kiriya cittas dan 12 mahaggata cittas,
Tidak termasuk 15 Jhana cittas Ke-lima.
4. Pannindriya, yakni panna-cetasika, bersekutu dengan 47 cittas
yang terdiri dari 12 kama-sobhana nana-sampayutta cittas, 27
mahaggata cittas dan 8 lokuttara cittas.

Kombinasi2 yang berbeda dari Cetasika2 dengan Citta2 yang


berbeda.
Pembaca di sarankan untuk memeriksa Cetasika Chart on Sangha
Method (ialah: Chart No.3 pada Halaman akhir Buku ini). Cara membaca
Grafik itu di jelaskan di bawah ini:

Pengikut2 dari Akusala Cittas.


Nama dari setiap Citta dalam Bahasa Pali harus di periksa sebelum
menghitung Pengikut2 yang bersekutu dengan citta yang khusus.
(particular)
Bila citta itu somanassa sahagatam, semua 13 annasamana
cetasikas akan bersekutu dengan citta. Bila citta itu upekkha
sahagatam atau domanassa sahagatam, piti harus di kecualikan dari 13
annasamanas.

1. Lobha mula asankharika citta Pertama bersekutu dengan 19


cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana
cetasikas, lobha dan ditthi.
2. Lobha mula asankharika citta Ke-dua bersekutu dengan 19
cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 askusala
sadharana cetasikas, lobha dan mana.
77

3. Lobha mula asankharika citta Ke-tiga bersekutu dengan 18


cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4
akusala sadharana cetasikas, lobha dan ditthi.
4. Lobha mula asankharika citta Ke-empat bersekutu dengan 18
cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4
akusala sadharana cetasikas, lobha dan mana.

Catatan; bahwa 4 lobha mula sasankharika cittas bersekutu dengan


cetasikas yang sama sesuai dengan asankharika cittas di
tambah thina dan middha.
5. Lobha mula sasankharika cittas Pertama bersekutu dengan 21
cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana
cetasikas, lobha, ditthi, thina dan middha.
6. Lobha mula sasankharika cittas Ke-dua bersekutu dengan 21
cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana
cetasikas, lobha, mana, thina dan middha.
7. Lobha mula sasankharika citta Ke-tiga bersekutu dengan 20
cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4
akusala sadharana cetasikas, lobha, ditthi, thina dan middha.
8. Lobha mula sasankharika citta Ke-empat bersekutu dengan 20
cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4
akusala sadharana cetasikas, lobha, mana, thina, dan middha.
9. Dosa mula asankharika citta bersekutu dengan 20 cetasikas,
yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala
sadharana cetasikas dan 4 dosa catukha cetasikas.
10. Dosa mula sasankharika citta bersekutu dengan 22 cetasikas,
yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala
sadharana cetasikas dan 4 dosa catukha cetasikas, thina, dan
middha.
11. Moha mula vicikiccha sampayutta Bersekutu dengan 15
cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (adhimokka, piti, dan
chanda di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan
vicikiccha.
12. Moha mula uddhacca sampayutta citta bersekutu dengan 15
cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (piti dan chanda di
kecualikan) dan 4 akusala sadharana cetasikas.

Pengikut2 dari Ahetuka Cittas.


1. 10 dvipanca-vinnana cittas bersekutu hanya dengan 7
sabbacitta sadharana cetasikas.
78

2. Somanassa-santirana citta bersekutu dengan 11 annasamana


cetasikas (Viriya dan Chanda di kecualikan).
3. Manodvaravajjana-citta bersekutu dengan 11 annasamana
cetasikas, (piti dan chanda di kecualikan).
4. Hasituppada citta bersekutu dengan 12 annasamana cetasikas
(chanda di kecualikan).
5. Pancadvaravajjana citta, 2 sampaticchana cittas dan 2 upekha
santirana cittas masing2 bersekutu dengan 10 annasamana
cetasikas (viriya, piti dan chanda di kecualikan).

Pengikut2 dari Mahakusala Cittas.


1. Pasangan pertama dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu
dengan 38 Cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 25
sobhana cetasikas.
2. Pasangan Ke-dua dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu
dengan 37 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 24
sobhana cetasikas (panna di kecualikan).
3. Pasangan Ke-tiga dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu
dengan 37 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 25 sobhana cetasikas.
4. Pasangan Ke-empat dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu
dengan 36 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 24 sobhana cetasikas (panna di kecualikan).

Catatan bahwa thina dan middha adalah cetasikas Tidak Bermoral,


tidak bersekutu dengan sasankharika sobhana cittas. Demikianlah
Pengikut2 bersekutu dengan asankharika dan sasankharika di dalam
setiap Pasangan adalah sama, perbedaan dalam intensitas dari dua
cittas itu di karenakan dari Perbedaan Kekuatan Dua Cetana itu.

Pengikut2 dari Mahavipaka Cittas.


Vipaka Cittas, adalah Hasil2 dari kamma masa lampau, tidak
melakukan Apa-pun Perbuatan Baik. Maka mereka tidak bersekutu
dengan 3 Virati Cetasikas dan 2 Appamana Cetasikas karena cetasika2
ini membuat timbulnya Perbuatan2 Baik.

1. Pasangan Pertama dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu


dengan 33 cetasikas, yaitu, 13 annasama cetasikas, dan 20
sobhana cetasikas (Viratis dan appamanas di kecualikan).
79

2. Pasangan Ke-dua dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu


dengan 32 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 19
sobhana sadharana cetasikas.
3. Pasangan Ke-tiga dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu
dengan 32cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 20 sobhana cetasikas (viratis dan appamanas di
kecualikan).
4. Pasangan Ke-empat dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu
dengan 31 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 19 sobhana sadharana cetasikas.

Pengikut2 dari Mahakiriya Cittas.


Ketiga Virati-cetasikas, adalah kusala dhammas, tidak bersekutu
dengan maha kiriya cittas, yang adalah Avyakata-dhammas (Avyakata –
Kamma Netral).
Kedua Appamana Cetasikas, bagaimanapun juga bersekutu dengan
maha kiriya cittas, sebab para Arahat bermeditasi pada karuna dan
mudita.

1. Pasangan Pertama dari maha kiriya citta masing2 bersekutu


dengan 35 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 22
sobhana cetasikas (viratis di kecualikan).
2. Pasangan Ke-dua dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu
dengan 34 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 21
sobhana cetasikas (viratis dan panna di kecualikan).
3. Pasangan Ke-tiga dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu
dengan 34 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan).
4. Pasangan Ke-empat dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu
dengan 33 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan) dan 21 sobhana cetasikas (viratis dan panna di
kecualikan).

Pengikut2 dari Mahaggata Cittas.


Dalam menghitung Cetasikas yang bersekutu dengan mahaggata
cittas, Faktor2 Jhana harus di perhitungkan, Vitakka di hilangkan mulai
dari Jhana Ke-dua, Vicara dari Jhana Ke-tiga dan piti dari Jhana Ke-
empat. Dalam Jhana Ke-lima, dengan menggantikan upekkha untuk
Sukha, tidak ada Perubahan pada Jumlah Cetasikas, sebab keduanya
upekkha dan sukha mewakili Vedana cetasikas.
80

Lebih lanjut ketiga viratis cetasikas tidak bersekutu dengan


mahaggata cittas, sebab citta2 ini berkonsentrasi pada patibhanga-
nimita dari kasina dst… dan dengan begitu mereka tidak dapat
mengambil Objek2 berhubungan dengan Tiga Viratis.
Karuna dan mudita bisa bersekutu dengan Jhana Pertama sampai
Jhana Ke-empat, sebab Jhana2 ini bisa di kembangkan oleh Meditasi
pada Karuna atau Mudita. Dalam Jhana Ke-lima Konsentrasi pada
upekkha, maka keduanya, karuna dan mudita harus di hilangkan.

1. 3 Jhana mahaggata cittas yang Pertama masing2 bersekutu


dengan 35 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 22
sobhana cetasikas (viratis di kecualikan).
2. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-dua masing2 bersekutu dengan 34
cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (Vitakka di
kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan).
3. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-tiga masing2 bersekutu dengan 33
cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (vitakka dan vicara di
kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan).
4. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-empat masing2 bersekutu dengan
32 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara
dan piti di kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di
kecualikan).
5. 15 Jhana mahaggata cittas Ke-lima masing2 bersekutu dengan
30 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara
dan piti di kecualikan) dan 20 sobhana cetasikas (viratis dan
appamannas di kecualikan).

Pengikut2 dari Lokuttara Cittas.


40 Lokuttara Cittas itu adalah juga Jhana Cittas, maka Faktor2 Jhana
harus di hilangkan sebagaimana di sebutkan di atas.
Tiga Viratis cetasika, adalah Faktor2 dari Jalan Utama Beruas
Delapan, bersekutu secara bersama dengan semua Lokuttara cittas.
Dua appamanna cetasikas, bagaimanapun tidak bersekutu dengan
Lokuttara cittas, yang berkonsentrasi pada Nibbana dan dengan begitu
tidak dapat mengambil Objek2 berhubungan dengan karuna dan
mudita.

1. 8 Jhana lokuttara cittas Pertama masing2 bersekutu dengan 36


cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 23 sobhana
cetasikas (appamannas di kecualikan).
81

2. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-dua masing2 bersekutu dengan 35


cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (vitakka di
kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di
kecualikan).
3. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-tiga masing2 bersekutu dengan 34
cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (vitakka dan vicara di
kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di
kecualikan).
4. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-empat masing2 bersekutu dengan 33
cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan
piti di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di
kecualikan).
5. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-lima juga masing2 bersekutu dengan
33 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara
dan piti di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas
di kecualikan).

Niyata-yogis dan Aniyatayogis.


Dari 52 Cetasikas, 41 disebut Niyata-yogis (Cetasikas tertentu) dan
Sisanya yang 11 di sebut Aniyata-yogis (Cetasika tidak tertentu).
Niyata-yogis tanpa kecuali bersekutu dengan Citta yang mereka
ketahui untuk bersekutu. Aniyata-yogis tidak selalu bersekutu dengan
Citta yang mereka ketahui untuk bersekutu, mereka timbul hanya bila
mereka akan timbul.
11 Aniyata-yogis, adalah; issa, macchariya, kukkucca, mana, thina,
middha, Tiga Viratis dan Dua appamannas. Cara-cara mereka
bersekutu dengan Citta akan di jelaskan di bawah ini:

1.Walau itu di sebutkan dalam Chart No.3 bahwa, issa, macchariya


dan kukkucca bersekutu dengan Dua dosa mula citta, mereka
tidak timbul bilamana dosa mula citta timbul.
Issa, hanya timbul bila Seorang iri pada Keberhasilan atau
Kemakmuran Orang lain, kalau tidak, ia tidak timbul. Bila issa
timbul, macchariya dan kukkucca tidak timbul. Macchariya hanya
timbul bila Seorang menyembunyikan Milik Orang lain atau bila
Seorang merasa pelit, kalau tidak, ia tidak timbul. Ketika
macchariya timbul, issa dan kukkucca tidak timbul. Kukkucca
hanya timbul bila Seorang berduka atas Kejahatan yang telah di
perbuat atau atas Perbuatan Baik yang tidak di lakukan, kalau
tidak ia tidak timbul. Ketika kukkucca timbul issa dan macchariya
82

tidak timbul. Maka issa, macchariya dan kukkucca tidak timbul


ber-sama-sama, mereka timbul terpisah dan hanya bila Kondisi2
tertentu. Cara Persekutuan ini oleh Cetasikas di kenal sebagai
nana-kadaci.

2.Walaupun mana di sebut bersekutu dengan Empat lobha mula


ditthigata-vipayutta cittas, ia hanya timbul bila Seorang berpikir
merasa Dirinya tinggi atau memandang rendah Orang lain. Ia tidak
timbul bila Seorang tidak mempunyai Kesombongan.

3.Walaupun thina dan middha di katakan bersekutu dengan Lima


akusala-sasankharika cittas, mereka bersekutu dengan Citta-citta
ini hanya bila Citta-citta dan Pengikut2 mereka tumpul, tidak
berdaya dan tidak wajar, kalau tidak, ia tidak timbul.

4.Tiga viratis cetasikas, yaitu, samma-vaca, samma-kammanta dan


samma-ajiva, juga timbul dalam Cara nana-kadaci.
Samma-vaca hanya timbul bila Seorang berpantang dari berbicara
Tidak Benar, kalau tidak, ia tidak timbul.
Samma-kammanta hanya timbul bila Seorang berpantang dari
Perbuatan Salah, kalau tidak, ia tidak timbul.
Samma-ajiva hanya timbul bila Seorang berpantang dari
Penghidupan Salah, kalau tidak, ia tidak timbul.

5.Dua appamanna cetasikas, yaitu, karuna dan mudita, juga timbul


dalam Cara nana-kadaci.
Karena hanya timbul bila Seorang mempunyai Rasa Kasihan pada
Se-seorang, kalau tidak ia tidak timbul.
Mudita hanya timbul bila Seorang merasa girang atas Keberhasilan
atau Kemakmuran Se-seorang, kalau tidak ia tidak timbul.

Penerapan.
1.Seorang Lelaki marah, sebab Makanan yang di siapkan oleh
Istrinya tidak baik. Apa Tipe dari Citta Lelaki ini, dan Cetasika apa
yang bersekutu dengan Citta itu?
Karena Lelaki ini marah, ia mempunyai dosa mula citta. Nama
citta ini adalah ; “Domanassa-sahagatam patigha-sampayuttam
asankharika citta”.
Cetasikas yang bersekutu dengan Citta ini adalah 12 annasamana
cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan
83

dosa. Issa, macchariya dan kukkucca tidak bersekutu dengan


Citta ini.

2.Seorang merasa tidak senang sebab Orang lain mendapatkan Satu


Pekerjaan lebih baik dari pada Dirinya. Apa Tipe dari Citta ini dan
Apa Pengikut2-nya?
Nama Citta adalah sama dengan yang di atas. Tapi sekarang
Seorang iri hati atas Keberhasilan Orang lain, maka issa juga akan
bersekutu dengan cittas dalam Tambahan pada 17 cetasikas yang
di sebut di atas.

3.Seorang merasa kawatir sebab ia tidak mau berbagi Kantornya


dengan Satu Pendatang baru. Apa Tipe Citta ini dan Apa Cetasikas
yang bersekutu dengan Citta itu?
Lagi citta adalah “domanassa-sahagatam patigha sampayuttam
asankharika dosa mula citta”.
Cetasikas yang bersekutu dengan Citta ini adalah 12 annasamana
cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, dosa,
dan macchariya (Jumlah – 18)

4.Seorang Wanita muda sedang memuja Satu Pagoda dengan


gembira dan dengan Pengetahuan tentang Kamma. Apakah Citta-
nya dan Pengikut2 yang bersekutu dengan-nya?
Citta-nya adalah, “Somanassa-sahagatam nana sampayuttam
asankharika citta”.
Cetasikas yang bersekutu dengan Citta adalah 13 annasamana
cetasikas, 19 sobhana-sadharana cetasikas dan panindriya (Viratis
dan appamanas tidak bersekutu dengan citta ini).

5.Seorang Anak Perempuan segan mengakui pada Ibunya bahwa ia


telah mengambil 5 Kyats dari Dompet Ibunya, ia tidak punya
Kegembiraan dan tanpa Pengetahuan Kamma pada Saat itu.
Apakah Citta-nya dan cetasikas yang bersekutu dengan-nya?
Citta Anak Perempuan itu adalah; “upekha sahagatam nana-
vipayuttam sasankharika mahakusala citta”.
Cetasikas adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 19
sobhana-sadharana cetasikas dan samma-vaca (Jumlah – 32).
84

6.Mengetahui Kamma dan Akibatnya, Seorang Nelayan berhenti


menangkap Ikan sebagai Mata pencaharianya, walaupun secara
terpaksa. Apakah Citta dan Pengikut2nya?
Citta-nta adalah “upekkha-sahagatam nana-sampayuttam
sasankharika maha kusala citta”.
Cetasika- nya adalah 12 annasamana cetasikas (piti di
kecualikan), 19 sobhana-sadharana cetasikas, pannindriya dan
samma-ajiva (Jumlah – 33)

7.Seorang Anak merasa kasihan pada Se-ekor Anjing yang telah


tertubruk sebuah Mobil. Anak itu tidak punya Kegembiraan dan
Pengetahuan akan Kamma pada waktu itu.
Maka Citta Anak itu adalah “upekkha-sahagatam nana-
vipayuttam asankharika maha kusala citta”.
Cetasika yang bersekutu dengan Citta adalah 12 annasamana
cetasikas (piti di kecualikan), 19 sobhana sadharana cetasikas dan
karuna (Jumlah – 32).

8.Seorang ayah dengan gembira mengucapkan selamat kepada


Anak Lelakinya untuk Keberhasilannya dalam Ujian. Ayah itu tidak
berpikir pada Kamma dan Akibatnya pada Saat itu.
Maka Citta Ayah itu adalah “somanassa-sahagatam nana-
vipayuttam asankharika maha kusala citta”.
Cetasika-nya adalah 13 annasamana cetasikas, 19 sobhana
sadharana cetasikas dan mudita (Jumlah – 33).

9.Seorang Lelaki tercerapkan dalam Jhana Ke-empat oleh Meditasi


pada patibhaga-nimitta dari pathavi kasina. Apa Nama dari Citta
dan Pengikut2 yang bersekutu dengan citta?
Citta-nya adalah “Rupavacara jhana Ke-empat-jhana-kusala citta”.
Ia bisa juga di sebut “sukh’ekaggata sahitam catutthajjhana
kusala citta”.
Cetasikas yang bersekutu dengan Citta adalah 10 annasamana
cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan), 19 sobhana
sadharana cetasikas dan pannindriya (Jumlah – 30)

10.Cetasika Apa yang bersekutu dengan sotapatti-phala-citta yang


di sertai oleh Jhana Pertama?
85

Cetasika-nya adalah 13 annasamana cetasikas, 19 sobhana


sadharana cetasikas, 3 virati cetasikas dan pannindriya. (Jumlah –
36).

Mengerjakan yang tidak mungkin.


Dalam Abhidhamma, Sang Buddha telah menganalisa Pikiran
sampai pada Bagian2nya yang paling tinggi di sebut Citta dan Cetasika.
Bagian2 ini adalah Kenyataan2 tertinggi di kenal sebagai paramatthas.
Mereka sangat halus bahwa mereka tidak mempunyai Bentuk dan Rupa
makanya tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop Elektronik yang
paling kuat sekali-pun.
Kita sekarang mengetahui bahwa Citta ialah Satu Kesatuan Lahir
yang tertinggi dengan Karakteristik dari Kesadaran pada Sebuah Objek.
52 Cetasikas itu juga adalah Kesatuan Lahir Tertinggi yang berbeda
dengan Sifat2 yang berbeda. Dengan bermacam-macam tapi
Kombinasi2 yang sistimatis dari Cetasikas dan Citta ada 89 Tipe
Kesadaran yang singkat atau 121 Tipe Kesadaran dalam Jumlah yang
Besar.
Citta yang semula itu bagaikan Satu Gelas Air murni. Ketika Setetes
Tinta merah di tambahkan pada Air itu seluruh Air di Gelas itu menjadi
merah. Ketika Setetes Tinta hitam di tambahklan, seluruh Massa Air
menjadi hitam. Dengan Cara yang sama ketika Citta bersekutu dengan
Cetasikas Yang Tidak Bermoral, seluruh Massa – yakni – Pikiran menjadi
Tidak Bermoral dan Buruk. Ketika Citta bersekutu dengan Cetasikas
yang cantik, Pikiran menjadi cantik dan Bermanfaat.
Sekarang Kombinasi dari Cittas dan Cetasikas timbul dan berlalu
pada Satu Kecepatan yang luar biasa – lebih dari pada Satu Triliun kali
dalam Sekedipan Mata sebagaimana di nyatakan dalam Buku Komentar
Abhidhamma. Bagaimana Seseorang dapat mengetahui Unsur2 dari
Kombinasi2 yang berubah-ubah sangat cepat ini?
Sebagai Gambaran, kita ambil Satu Cangkir Air dari Satu Sungai.
Apakah itu mungkin untuk membedakan Air2 menetes dari Anak2
Sungai dan Sungai yang berbeda-beda yang telah mengalir ke dalam
Sungai itu? Pekerjaan ini akan jauh lebih mudah di bandingkan
menganalisa Kombinasi dari Citta dan Cetasika yang tidak kelihatan dan
berubah-ubah dengan sangat cepat ini.
Demikianlah Sang Buddha telah mengerjakan yang tidak mungkin
dalam menganalisa yang paling tinggi dari Pikiran. Sekarang bisa di
pertanyakan; “Apa Keperluannya dari Analisa ini?”
86

Itu di kerjakan untuk melihat Hal2 sebagaimana mereka adanya


dalam Rasa yang paling tinggi. Bila Seseorang dapat melihat Fungsi2
dari Hal2 yang paling tinggi, ia dapat mengerti bahwa tidak ada Diri atau
Jiwa atau juga Orang, dan dengan demikian dapat melepaskan
Pandangan Salah dari “Kepercayaan Diri Pribadi” (sakhaya-ditthi).
Bila ia terus melanjutkan pada Jalan Mulia ia akan segera
merealisasikan Nibbana.
Sekarang Pertanyaan yang lain : “Dapatkah Kombinasi2 dari Cittas
dan Cetasikas ini di lihat dan di bedakan selagi mereka berlalu segera
begitu mereka muncul?” Jawabnya; “Ya”. Bagaimana kita dapat
melihatnya?
Kita harus mengembangkan Konsentrasi (Samadhi) kita terlebih
dahulu. Ketika di sertai oleh upacara-samadhi atau Jhana-samadhi,
Pikiran yang paling dalam (mana-vinnana) dapat melihat Kombinasi dari
Cittas Cetasikas dan menganalisa mereka.
Cara-cara dari analisa di jelaskan di dalam Kitab2 Suci Agama
Buddha, seperti Samyutta Nikaya (2, 12), Samadhi Sutta, Visuddhi
Magga (2, 222), Bodhipakkiya Dipani dan Kammathan Vyangyi oleh
Ledi Sayadaw dari Myanmar, dsb.. Metode2 ini di lakukan dengan
berhasil di dalam Pusat2 Meditasi di Myanmar seperti di International
Buddha Sasana Centres (Pa-auk Tawya Meditation Centres).
Demikianlah Pengetahuan Abhidhamma bukanlah Pengetahuan
yang spekulatif juga bukan Pengetahuan yang lebih tinggi untuk
Kepentingan Pengetahuan. Pengetahuan Abhidhamma untuk di
pelajari, di cerna dan di latih untuk Kepentingan Pencerahan dan
Kebebasan dari semua Kesengsaraan.
--oOo--
87

Chapter 3

Pakinnaka
(Bagian Serba Aneka)

Kita telah melihat bahwa Citta dan 52 Cetasika adalah 53 Kesatuan


Lahir Tertinggi yang berbeda dengan Sifat2 berbeda tapi tertentu.
Klasifikasi2 mereka menurut Perasaan, Akar, Fungsi, Pintu2, Objek2 dan
Landasan akan di uraikan dalam Bab ini.
Judul Bab ini “Pakinnaka” artinya “Serba Aneka atau Campuran”.
Kita juga akan melihat saling Hubungan antara nama dan rupa
(Pikiran dan Materi) di dalam Bab ini.

Vedana Sangaha.
“Sangaha” artinya “Rangkuman” . Disini Citta dan Cetasika akan di
kumpulkan secara singkat menurut Perasaan (Vedana).
Pertama, Perasaan di Golongkan dalam Dua Cara.
A. Penggolongan menurut Objek2 Rasa.

1. Sukha vedana -- Perasaan menyenangkan di alami ketika


kontak dengan Objek2 yang di setujui.
2. Dukkha vedana -- Perasaan Menyakitkan di alami ketika kontak
dengan Objek2 yang tidak di setujui.
3. Upekkha vedana -- Perasaan Netral atau Netral yaitu bukan
menyenangkan bukan juga menyakitkan. Itu di alami ketika
kontak dengan Objek yang bukan di setujui bukan juga yang
tidak di setujui.

B. Penggolongan menurut Indriya (Kemampuan).

1. Somanassa vedana -- Perasaan menyenangkan dalam


Pikiran/Batin
2. Domanassa vedana -- Perasaan menyakitkan dalam
Pikiran/Batin.
3. Sukha vedana -- Perasaan menyenangkan pada Tubuh
4. Dukkha vedana -- Perasaan menyakitkan pada Tubuh.
5. Upekkha vedana -- Perasaan Netral.
88

Dalam Golongan (A) Sukha termasuk Perasaan menyenangkan baik


dalam Pikiran atau pada Tubuh, sedangkan Dukkha termasuk Perasaan
menyakitkan baik dalam Pikiran atau pada Tubuh.
Dalam Golongan (B) Sukha di bagi dalam somanassa dan sukha,
Sedangkan dukkha di bagi dalam domanassa dan dukkha. Maka harus
di catat bahwa Perasaan dalam Pikiran dan Perasaan pada Tubuh
berbeda dan makanya Satu Orang dapat merasa bahagia walau bila
Tubuhnya sakit..

Penggolongan Cittas menurut Perasaan.

Dalam Grafik Cittas, Cittas di rancang dengan Lima Macam Simbul


menurut Lima Tipe Perasaan. Dan di dalam Tabel 1.1 (Halm. 49 ) kita
telah menggolongkan Citta menurut Lima Tipe Perasaan.

Dengan melihat pada Tabel itu, Pernyataan berikut dapat di buat;


1. Sukha vedana hanya bersekutu dengan Satu Citta – Yaitu,
ahetuka kusala vipaka sukha-sahagatam kaya-vinnana citta.
2. Dukkha vedana juga hanya bersekutu dengan Satu Citta – yaitu,
akusala vipaka dukkha-sahagatam kaya-vinnana citta.
3. Domanassa vedana bersekutu dengan Dua dosa mula citta.
4. Somanassa vedana bersekutu dengan 62 Cittas – yaitu, 18 kama
somanassa cittas, 12 mahaggata somanassa cittas dan 32
lokuttara somanassa cittas.
5. Upekkha vedana bersekutu dengan 55 Cittas yaitu, 32 kama
upekkha cittas, 15 mahaggata upekkha cittas dan 8 lokuttara
upekkha cittas.

Catatan:
Penggolongan Cittas di atas sama juga bisa di anggap termasuk
Penggolongan dari Cetasikas menurut Perasaan. Alasannya ialah bahwa
Cetasika yang bersekutu dengan Sukha sahagatam citta juga akan
bersekutu dengan Sukha vedana, Cetasika yang bersekutu dengan
Dukkha sahagatam juga akan bersekutu dengan dukkha vedana,
Cetasikas yang bersekutu dengan domanassa cittas juga akan bersekutu
dengan Domanassa vedana, dan seterusnya.
89

Hetu Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
menurut hetu (Akar).
Ada 6 Tipe dari hetu atau Akar.

1.Akusala hetu (3) -- Lobha, Dosa, Moha.


2.Kusala hetu (3) -- Alobha, Adosa, Amoha.
3.Avyakata hetu (3) -- Alobha, Adosa, Amoha.

Akusala hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Akusala Cittas.


Kusala hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Kusala Cittas.
Avyakata hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Vipaka Cittas
dan Kiriya cittas.

Akar2 Avyakata adalah sama sebagai Akar Kusala.


“Avyakata” artinya “Yang tidak menentukan” ialah, tidak
menentukan sebagai Kamma “Bermanfaat” tidak juga sebagai “Tidak
Bermanfaat”.
Vipaka citta dan Kiriya citta bersama-sama dengan Pengikut2
mereka di istilahkan sebagai avyakata, sebab mereka adalah Kamma
Netral.

Penggolongan2 Citta menurut Akar2.


1. Ahetuka cittas – Cittas tanpa Akar2 . (18). Mereka adalah; 7
akusala vipaka cittas, 8 ahetuka kusala vipaka cittas dan 3
ahetuka kiriya cittas.
2. Sahetuka cittas – Cittas dengan Akar2 (71). Cittas ini lebih
lanjut di bagi sebagai berikut:

1. Ekahetuka cittas – Citta dengan Satu Akar (1). Mereka


adalah 2 moha mula cittas yang hanya punya moha sebagai
Akar.
2. Dvi hetuka cittas -- Citta dengan Dua Akar (2). Mereka
adalah 8 lobha mula cittas berisi lobha dan moha sebagai Akar,
2 dosa mula cittas berisi dosa dan moha sebagai Akar, dan 12
kama sobhana nana-vipayutta citta berisi alobha, dan adosa
sebagai Akar.
3. Tihetuka cittas – Citta dengan Tiga Akar (47), mereka
adalah 12 kama- sobhana nana-sampayutta cittas, 27
90

mahaggata cittas dan 8 lokuttara cittas. Citta2 ini mempunyai


alobha, adosa, dan amoha sebagai Akar2.

Catatan:
Cetasikas2 yang bersekutu dengan masing2 Cittas akan termasuk
pada Tingkat yang sama seperti Cittas. Para Pembaca bisa mengacu
pada Chart on Hetuka (Chart No. 4.1) terlampir di belakang, untuk
melihat kembali dengan cepat dari Penggolongan berlandaskan hetu.

Kicca Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
menurut Fungsi2 mereka (kicca). Ada 14 Macam Fungsi2 di bentuk
oleh berbagai Cittas. Sangat luar biasa untuk di catat bahwa setiap Citta
membentuk sedikitnya Satu Tipe Fungsi.
1. Patisandhi-kicca – Fungsi Kelahiran Kembali atau
menghubungkan Kehidupan lampau dengan Kehidupan
sekarang.
2. Bhavanga-kicca – Kelanjutan Kehidupan atau melanjutkan
Bentuk Arus Kehidupan terus menerus sampai Kematian.
3. Avajjana-kicca – Memahami atau menunjukkan Kesadaran
menuju Objek.
4. Dassana-kicca – Melihat Objek.
5. Savana-kicca – Mendengar Objek.
6. Ghayana-kicca – Membaui Objek.
7. Sayana-kicca – Mengecap Objek.
8. Phugana-kicca – Menyentuh Objek.
9. Sampaticchana-kicca – Menerima Objek.
10. Santirana-kicca – Menyelidiki Objek.
11. Votthapana-kicca – Menentukan Objek.
12. Javana-kicca – Merasakan atau menikmati Rasa dari Objek.
13. Tadalambana-kicca – Mencatat atau melanjutkan menikmati
Rasa dari Objek.
14. Cuti-kicca – Fungsi Kematian.

Citta-citta melaksanakan Fungsi masing2.


Silahkan lihat Chart. No.4.2 pada Bagian belakang untuk melihat
dengan cepat dari Citta melaksanakan Fungsi-fungsi mereka masing2.
1. Ada 19 Cittas yang melaksanakan Fungsi Kelahiran Kembali.
Mereka adalah 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka
cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas. Citta2 ini di kenal sebagai
91

“Kesadaran Kelahiran Kembali” (patisandhi-cittas) saat mereka


melaksanakan Fungsi Kelahiran Kembali.
2. Ada 19 Cittas yang melaksanakan Proses Kelanjutan Kehidupan.
Mereka sama dengan 19 patisandhi cittas. Mereka di kenal
sebagai bhavanga cittas (Bawah Kesadaran) saat mereka
melaksanakan Proses Kelanjutan Kehidupan.
3. Ada 2 Cittas yang melaksanakan avajjana-kicca. Mereka adalah
panca-dvaravajjana cittas dan mano-dvaravajjana citta.
4. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi melihat. Mereka adalah
dvi-cakkhuvinnana cittas.
5. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi mendengar. Mereka
adalah dvi-sotavinnana cittas.
6. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi membaui. Mereka
adalah dvi-ghanavinnana cittas.
7. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi pengecapan. Mereka
adalah dvi-jivhavinnana cittas.
8. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi sentuhan. Mereka
adalah dvi-kayavinnana cittas.
9. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi menerima. Mereka
adalah dvi-sampaticchana cittas.
10. Ada 3 Cittas yang melaksanakan Fungsi penyelidikan. Mereka
adalah Tiga santirana cittas.
11. Ada 1 Citta yang melaksanakan Vothapanna-kicca (Fungsi
menentukan). Ialah mano-dvaravajjana citta.
12. Ada 55 Cittas yang melaksanakan javana-kicca. Mereka adalah;
12 akusala cittas, 21 kusala cittas, 4 phala-nana cittas dan 18
kiriya cittas (2 avajjana cittas di abaikan). Citta-citta ini dapat di
ingat dengan mudah dengan Ungkapan : “Ku – Ku – Kri – Phala”.
Kama-javana cittas (29) --- 12 akusala cittas + 8 maha kusala
citta + 8 maha kiriya citta + 1 hasittupada citta. Appana-
javana cittas (26) --- 9 mahaggata kusala citta + 9 mahaggata
kiriya cittas + 4 magga-nana cittas + 4 phala nana cittas.
13. Ada 11 Cittas yang melaksanakan tadalambana-kicca (Fungsi
Pencatatan). Mereka adalah; 3 santirana citta dan 8 maha-
vipaka cittas.
14. Ada 19 Cittas yang melaksanakan cuti-kicca (Fungsi Kematian).
Mereka adalah; 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka
cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas.
92

Untuk Pemeriksaan.
1. Ada 68 Cittas yang melaksanakan masing2 Satu Fungsi tunggal.
Mereka adalah 10 dvi-pancavinnana cittas, 3 manodathu
cittas dan 55 javana-cittas. Manodathu cittas terdiri dari
panca-dvaravajjana cittas dan 2 sampaticchana cittas.
2. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Dua Fungsi. Mereka adalah,
somanassa santirana citta dan mano-dvaravajjana citta.
3. Ada 9 Cittas yang melaksanakan Tiga Fungsi. Mereka adalah, 9
mahaggata-vipaka cittas yang melaksanakan pati sandhi-
bhavanga dan cuti cittas.
4. Ada 8 Cittas yang melaksanakan Empat Fungsi. Mereka adalah,
8 mahavipaka cittas yang melaksanakan patisandhi, bhavanga,
cuti, dan tadalamana-kiccas.
5. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Lima Fungsi. Mereka adalah, 2
upekkha-santirana cittas yang melaksanakan patisandhi,
bhavanga, cuti, santirana dan tadalambana-kiccas.

Thana.
“Thana” artinya “Fungsi Tempat”. Seperti kita membutuhkan
Sebuah Tempat atau Kantor untuk mengerjakan Satu Pekerjaan khusus,
maka Cittas memerlukan Tempat untuk melaksanakan Fungsi2 mereka.
Itu adalah Bagian Tubuh dari setiap Citta yang melayani sebagai Tempat
untuk melaksanakan Fungsinya.
“Bagian Tubuh dari setiap Citta” mengacu pada Citta itu sendiri.
Maka Fungsi Tempat dari setiap Citta adalah sama seperti Citta.
Ada 10 Thanas sebab 5 Fungsi yang berhubungan (yakni, 5 Kesan
Indera) di laksanakan bergantian dalam Satu Thana tunggal di sebut
“panca-vinnana thana”.
Kesepuluh Thanas adalah:
1. Patisandhi-thana --- 19 patisandhi cittas.
2. Bhavanga-thana --- 19 bhavanga cittas.
3. Avajjana-thana --- 2 avajjana cittas.
4. Panca-vinnana-thana --- 10 dvi-pancavinnana cittas.
5. Sampaticchana-thana --- 2 sampaticchana cittas.
6. Santirana-thana --- 3 santirana cittas.
7. Votthapana-thana --- mano-dvaravajjana cittas.
8. Javana-thana --- 55 javana cittas.
9. Tadalambana-thana --- 11 tadalambana cittas.
10. Cuti-thana --- 19 cuti cittas.
93

Dvara Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
berlandaskan pada Enam Pintu-Indera.
“Dvara” artinya “Pintu”. Ada Enam Pintu dalam Tubuh kita,
melaluinya Indera2 luar dapat masuk.
1. Cakkhu-dvara --- Pintu Mata (cakkhu-pasada).
2. Sota-dvara --- Pintu Telinga (sota-pasada).
3. Ghana-dvara --- Pintu Hidung (Ghana-pasada).
4. Jivha-dvara --- Pintu Lidah (jivha-pasada).
5. Kaya-dvara --- Pintu Tubuh (kaya-pasada).
6. Mano-dvara --- Pintu Pikiran (19 bhavanga-cittas).

Catatan:
Nama2 di dalam Kurung menjelaskan Elemen Pokok dari tiap Pintu.
“pasada” ialah “Pemenuhan Kebutuhan yang sensitive” pada-nya Kesan
Indera terjadi.
Lima dvara yang Pertama adalah rupa-dvaras, sedangkan Pintu Ke-
enam adalah Sebuah nama-dvara.

Citta-citta dalam setiap Pintu


Para Pembaca bisa mengacu pada Chart No.4.3 di bagian belakang
untuk melihat dengan cepat.

1. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu Mata.


a.-panca-dvaravajjana (memahami) 1.
b.-cakkhu-vinnana (melihat) 2.
c.-sampaticchana (menerima) 2.
d.-santirana (menyelidiki) 3.
e.-votthapana atau mano-dvaravajjana (menentukan) 1.
f.-kama-javana (merasa) 29.
g.-tadalambana (mencatat) 8.
-------
Jumlah 46

Catatan:
Dari 11 tadalambana cittas, 3 santiranas telah di hitung di dalam
1(d). Maka hanya 8 mahavipaka cittas yang di hitung dalam 1(g)
94

2. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu –Telinga. Citta2


seperti yang di (1)- Hanya ganti cakkhu-vinnana dengan sota-
vinnana.
3. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Hidung. Citta2
seperti yang di (1) – Ghana-vinnana menggantikan cakkhu-
vinnana.
4. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Lidah. Citta2
seperti yang di (1) – jivha-vinnana menggantikan cakkhu-
vinnana.
5. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Tubuh. Citta2
seperti di (1) – kaya-vinnana menggantikan cakkhu-vinnana.
6. Enam puluh tujuh Cittas timbul pada Pintu-Pikiran.
a. Mano-dvaravajjana (memahami dan memutuskan) . . . . 1.
b. Kama-javana (merasa) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55.
c. Tadalambana (mencatat) . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11.
----
Jumlah 67
-----

Catatan:
1. Jumlah total dari Cittas yang timbul pada Lima panca-dvaras
atau rupa dvaras ialah 54, Yaitu, panca-dvaravajjana 1, dvi-
panca-vinnana 10, sampaticchana 2, santirana 3, vottapana
atau mano-dvaravajjana 1, kama-javana 29, dan tadalambana
8. Ini semua adalah 54 kamavacara cittas.
2. Citta2 yang dapat timbul pada Lima Pintu ialah; panca-
dvaravajjana dan 2 sampaticchana cittas, 3 Cittas ini secara
bersamaan di ketahui sebagai mano-dhatu. (Unsur Pikiran).
3. Citta2 yang selalu timbul pada 6 Pintu adalah; somanassa-
santirana, mano-dvaravajjana dan 29 kama-javana cittas
(Jumlah – 31)
4. Citta2 yang kadang2 timbul pada 6 Pintu dan kadang2 tidak
timbul pada 6 Pintu adalah; 2 upekkha-santirana cittas dan 8
maha-vipaka cittas (jumlah – 10)
5. Citta2 yang selalu timbul tanpa Satu Pintu adalah 9 mahaggata-
vipaka cittas.
6. Ke- 19 patisandhi-cittas, 19 bhavanga-cittas dan 19 cuti-cittas di
sebut dvaravimutti (yakni, Bebas-Pintu), sebab:
i. Mereka tidak timbul dalam Pintu Indera mana-pun, seperti
Pintu Mata, dst…
95

ii. Bhavanga-cittas mereka sendiri melayani sebagai Pintu-Pikiran,


dan
iii. Mereka ada tanpa menerima Objek luar yang baru Apa-pun
mengenai pada Kehidupan sekarang.

Alambana Sangaha.
Alambana atau Arammana artinya Objek-Indera. Cittas dan
Cetasikas di sini akan di kumpulkan secara singkat menurut Enam
Objek-Indera.

1. Rupa-rammana . . . . . . . – Objek yang kelihatan (rupa atau


vanna)
2. Sadda . . . . . . . - Suara (sadda)
3. Gandha . . . . . . . -- Membaui (gandha)
4. Rasa . . . . . . . -- Cita rasa (rasa)
5. Photthaba . . . . . . . -- Objek Nyata (pathavi, vayo dan
tejo)
6. Dhamma . . . . . . . -- Objek Pikiran.

Objek Pikiran ada Enam:


i. 5 pasada rupas (Bagian2 sensitif dari Organ)
ii. 16 sukhuma rupas (Materi Halus)
iii. 89 Cittas (Kesadaran)
iv. 52 Cetasikas (Pengikut2 Mental)
v. Nibbana, dan
vi. Konsep2 seperti kasina, nimitta.
Objek Pikiran tidak dapat timbul pada Lima panca-dvaras, tapi ia
dapat timbul dalam Pintu-Pikiran.
Catatan:
Nama2 di dalam kurung untuk Lima Indera Pertama adalah Unsur2
Pokok dari Indera. Untuk Objek Pikiran , Objek yang Enam yang di sebut
diatas adalah Unsur2 Pokok.

Cittas dan Objek2 Indera menurut Pintu2


1. 46 Cittas yang timbul pada Pintu Mata di kenal sebagai cakkhu-
dvarika-cittas, mereka hanya menyadari Objek yang Kelihatan
pada masa Sekarang.
96

2. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Telinga di kenal sebagai sota-


dvarika-cittas, mereka hanya menyadari Suara waktu Sekarang.
3. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Hidung di kenal sebagai ghana-
dvarika-citta mereka hanya menyadari Bau2an waktu Sekarang.
4. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Lidah di kenal sebagai jivha-
dvarika-cittas, mereka hanya menyadari Citarasa waktu
Sekarang.
5. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Tubuh di kenal sebagai kaya-
dvarika citta, mereka hanya menyadari pada Objek2 Nyata
waktu Sekarang.
6. 67 Cittas yang timbul pada Pintu-Pikiran di kenal sebagai mano-
dvarika cittas, mereka menyadari semua Enam Objek2 Indera,
yaitu bisa waktu Sekarang, masa Lampau, masa Akan Datang
atau waktu2 yang bebas.

Cittas Individu dan Objek2 Indera.


Sudilah lihat Chart No.5.1 pada Bagian belakang Buku ini untuk
melihat dengan cepat.
1. Cakkhu-vinnana-dvi hanya menjadi Objek Kelihatan waktu
Sekarang.
Sota-vinnana-dvi hanya menyadari Suara waktu Sekarang.
Ghana-vinnana-dvi hanya menyadari Bau2an waktu Sekarang.
Jivha-vinnana-dvi hanya menyadari Citarasa waktu Sekarang.
Kaya-vinnana-dvi hanya menyadari Objek Nyata waktu
Sekarang.
2. Ke-3 mano-dhatu (panca-dvaravajjana dan sampaticchana-dvi)
menyadari Lima Indera diatas mengenai waktu Sekarang.
3. 11 Tadalambana dan hasituppada menyadari Enam Objek2
kama, terdiri dari 54 kama-cittas, 52 kama-cetasikas dan 28
Tipe dari rupa.
4. 12 Akusala-cittas, 4 nana-vipayutta maha-kusala cittas dan 4
nana-vipayutta maha-kiriya cittas menyadari Enam Objek2
Indera lokiya (duniawi) terdiri dari 81 lokiya cittas, 52 lokiya
cetasikas, 28 Tipe Rupa dan Konsep2.
5. 4 Nana-sampayutta maha kusala cittas dan rupa-kusala-
abhinnana menyadari semua Enam Objek2 Indera kecuali
arahata-magga dan phala. Objek2 ini terdiri dari 87 cittas
(arahata magga dan phala di kecualikan), 52 cetasikas
bersekutu dengan 87 cittas, 28 Tipe rupa, Konsep2 dan
Nibbana.
97

6. 4 Nanasampayutta maha kiriya cittas, kiriya abhinnana dan


mano-dvaravajjana citta menyadari semua Objek2 Enam Indera
terdiri dari 89 cittas, 52 cetasikas, 28 Tipe rupa, Konsep2 dan
Nibbana.
7. 15 Rupavacara cittas, dengan Pengecualian abhinnana-dvi,
mempunyai Konsep2 sebagai Objek2 mereka.
8. 3 Akasanancayatana cittas dan 3 akincannayatana cittas
mempunyai akasa (Ruang tanpa batas) dan akincana
(Kekosongan) masing2 sebagai Objek2 mereka.
9. 3 Vinnanacayatana cittas dan 3 neva-sannanasanna-yatana
cittas mempunyai akasanancayatana kusala/kiriya cittas dan
akincannayatana kusala/kiriya cittas masing2 sebagai Objek2
mereka.
10. 8 Lokuttara cittas mempunyai nibbana sebagai Objek mereka.
11. 19 Patisandhi-cittas, 19 bhavanga-cittas dan 19 cuti-cittas
mempunyai marana sanna nimitta sebagai Objek mereka.
Nimitta ini bisa dalam Bentuk dari “Kamma”, “Tanda dari
kamma” atau “Tanda dari Takdir”.

Vatthu Sangaha.
“Vatthu” artinya “Landasan Pisik” tergantung dari macam2 Cittas
dan Cetasikas yang bersekutu yang timbul. Ada Enam Landasan
Pisik seperti itu.

1. Cakkhu-Vatthu --- cakkhu-pasada (Organ Indera Mata).


2. Sota-Vatthu --- sota- pasada (Organ Indera Telinga)
3. Ghana-Vatthu --- Ghana-pasada (Organ Indera Hidung).
4. Jivha-Vatthu --- jivha-pasada (Organ Indera Lidah).
5. Kaya-Vatthu --- kaya-pasada (Organ Indera Tubuh).
6. Hadaya-Vatthu --- Landasan Pisik yang berada di dalam
Darah dari Jantung (Landasan Jantung).

Maka Lima yang pertama Landasan Pisik adalah Lima Organ Indera
sedangkan yang Ke-enam adalah Landasan-Jantung.
Ada Satu Perumpamaan dari “Mematik Sebuah Korek Api”. Korek
api adalah Sebuah Unsur Pematik, Permukaan yang kasar dari Korek Api
adalah Unsur Penerima, dan Api adalah Unsur Hasil. Sekarang Api tidak
ada dimana-mana sebelum mematik Korek Api. Ketika Kondisi2 nya
untuk timbul di penuhi, Api timbul.
98

Dengan Cara yang sama Objek2 yang kelihatan ialah Unsur2


Pematik, Organ Indera ialah Unsur Penerima, dan Kesadaran Mata ialah
Unsur Hasil. Kesadaran Mata tidak ada sebelum atau setelah Kontak
antara Objek yang kelihatan dan Organ Indera, ia timbul persis pada
waktu kontak.
Sekarang Organ Mata yakni, Cakkhu pasada adalah Pintu melalui
mana Objek yang Kelihatan memasuki ke Pikiran. Maka Cakkhu pasada
di sebut cakkhu-dvara, yakni Pintu Mata.
Kemudian Kesadaran Mata bersama dengan Tujuh Pengikutnya
timbul pada Titik Kontak , yakni, pada cakkhu pasada bergantung pada
cakkhu pasada sebagai Landasan Pisik. Maka cakkhu pasada juga di
kenal sebagai Cakkhu Vatthu.
Hal yang sama juga begitu untuk Empat Organ Indera yang lainya
atau pasada-rupa.

Vatthu dan Bhumi.


“Bhumi” artinya “Alam Keberadaan”

1. Didalam Sebelas Alam2 Kama, yakni, Dunia Indera, semua


Enam Landasan (Vatthu) ada.
2. Didalam Dunia Materi-Halus (Rupa-loka) hanya Tiga Landasan
Pisik, yaitu, Cakkhu vatthu ada. Selagi Samatha-bhavana
(Meditasi Ketenangan) memasuki Rupa-Jhana, Meditator harus
menghilangkan Penikmatan dari Kenikmatan Hawa Napsu
dengan mengontrol Pikirannya tidak mengembara di sekitar
Objek2 Indera. Maka ketika Jhana-kusala-kamma
mengkondisikannya untuk di lahirkan kembali di dalam Rupa-
loka, ia tidak di berkahi dengan Ghana-vatthu, jivha-vatthu dan
kaya-vatthu karena tidak ada Penikmatan dari Kenikmatan
Hawa Napsu berada di sana. Para Brahma berbahagia dengan
Jhana-sukha. Bagaimanapun mereka memerlukan Mata untuk
melihat Buddha, Telinga untuk mendengarkan Dhamma dan
Hadaya-vatthu untuk Timbulnya mano-vinnana cittas dan
Pengikut2nya yang bersekutu.
3. Didalam Dunia Tanpa Materi (Arupa-loka) Tidak ada Vatthu
yang ada sebab tidak ada Pemenuhan Kebutuhan berada di
sana. Lagi berkenaan dari Kekuatan Meditasi dari Samatha-
bhavana memasuki Arupa-Jhana.
99

Vinnana Dhatu.
“Vinnana” artinya “Citta” (Kesadaran) Sedangkan “Dhatu” artinya
“Unsur” atau yang membawa Tanda Sifatnya Sendiri.
Citta sebagai Dhatu atau Unsur2 di bagi dalam 7 Tingkatan.
1. Cakkhu-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Mata. Mereka
bergantung pada cakkhu-vatthu untuk Timbulnya mereka.
2. Sota-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Telinga. Mereka
bergantung pada sota-vatthu untuk Timbulnya mereka.
3. Ghana-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Hidung. Mereka
bergantung pada Ghana-vatthu untuk Timbulnya mereka.
4. Jivha-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Lidah. Mereka
bergantung pada jivha-vatthu untuk Timbulnya mereka.
5. Kaya-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Tubuh. Mereka
bergantung pada kaya-vatthu untuk Timbulnya mereka.
6. Mano-dhatu --- Panca-dvaravajjana dan sampathicchana dvi,
Mereka bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya
mereka.
7. Mano-vinnana-dhatu --- 76 cittas sisanya. Mereka
bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya mereka.

Penggolongan Cittas menurut Vatthu.


Silahkan lihat Chart No. 5.2 di bagian belakang dari Buku ini untuk
melihat dengan cepat.
1. Ada 10 cittas yang selalu bergantung pada panca vatthu
(cakkhu-vatthu, sota-vatthu, Ghana-vatthu, jivha-vatthu, kaya-
vatthu.) untuk Timbulnya mereka. Mereka adalah dvi-panca-
vinnana --- yakni, Sepuluh Kesan Indera.
2. Ada 33 cittas yang selalu bergantung pada hadaya-vatthu untuk
Timbulnya mereka. Mereka adalah 2 dosa-mula cittas, 3 mano-
dhatu-cittas, 3 santirana cittas, hasituppada cittas, 8 maha-
vitaka cittas, 15 rupavacara cittas dan 1 sotapatti-magga citta.
3. Ada 42 cittas yang kadang2 bergantung pada vatthu dan
kadang2 tidak bergantung pada vatthu untuk Timbulnya
mereka. Mereka adalah 10 akusala cittas (2 dosa mula cittas di
kecualikan), 8 maha kusala cittas, 8 maha kiriya cittas, 4
arupavacara kusala cittas4 arupavacara kiriya cittas, 7 lokuttara
cittas (sotapatti magga di kecualikan) dan mano-dvaravajjana
citta. Citta-citta ini bergantung pada vatthu ketika mereka
Timbul di dalam Dunia Materi (Alam Kama dan Alam Rupa), dan
100

mereka tidak bergantung pada vatthu ketika mereka Timbul di


dalam Dunia Tanpa Materi (Alam Arupa).
4. Ada 4 cittas yang tidak pernah bergantung pada vatthu untuk
Timbulnya mereka. Mereka adalah 4 arupavacara vipaka cittas
yang hanya Timbul di dalam Alam Arupa.

Catatan:
Ada 46 citta (Sebagaimana di sebut di dalam No.3 dan 4 diatas) yang
Timbul di dalam Alam Arupa.

---oOo---
101

Chapter 4

Vithi
(Kesinambungan Kesadaran).

Proses Kesadaran.
“Vithi” berarti Sebuah Mata Rantai dari Kesadaran atau
Kesinambungan Kesadaran yang timbul ketika Sebuah Objek Indera
pada salah Satu dari Pintu2 Indera dengan maksud untuk menyadari
Objek itu. Sebagaimana Jalan melewati Satu Desa ke Desa tanpa
melompati atau mengubah Urutan dari Desa2 itu, demikian juga Citta-
citta (Kesadaran2) timbul Satu setelah yang lain dalam Keteraturan
sesuai dengan Hukum Citta. (Citta-Niyama).

Jangka Waktu-hidup dari Citta.


Citta-citta timbul dan berlalu pada Se-seorang dalam jangka Waktu
yang hebat sekali, lebih dari pada Seribu Miliar (10 pangkat 12) kali tiap
Kedipan Mata, ada kira2 250 Kedipan Mata dalam Satu Detik. Maka
Jangka Hidup dari Sebuah Citta (Kesadaran) ialah kurang dari
Seperseribu miliar Detik.
Jangka Waktu hidup atau Masa hidup dari Sebuah Citta di ukur oleh
Tiga Saat yang singkat dari Ciri2 yang berbeda dari Timbul dan
Berlalunya Sebuah Citta. Ini adalah:
1. Uppada --- Saat timbul
2. Thiti --- Saat Keberadaan
3. Bhanga --- Saat Kelarutan (Kepadaman).

Tiga Saat yang singkat ini (khanas) di sebut sama dengan Satu Saat
Kesadaran atau Saat-Sadar (Cittakkhana).
Maka Jangka Waktu-hidup dari Sebuah Citta sama dengan Tiga Saat
Singkat dari, Timbul, Keberadaan dan Kepadaman Citta atau sama
dengan Satu Saat-Sadar atau Satu Cittakhana.
Satu Cittakkhana lebih baik, di wakili oleh “Satu Saat-Sadar” dari
pada “Satu Saat-Berpikir” yang di gunakan oleh beberapa Penterjemah.
Masa hidup dari Satu Cittakkhana (Yaitu, Satu Saat-Sadar) akan
lebih sulit untuk di jelaskan oleh Ilmu Pengetahuan. Tapi kita sendiri
mengetahui dari Pengalaman bahwa itu mungkin di dalam Satu Detik
untuk mimpi dari Hal-hal dan Kejadian2 yang tidak terhitung banyaknya.
102

Jangka Waktu-hidup dari Rupa.


Jangka Waktu-hidup dari Rupa atau Pemenuhan Kebutuhan ialah 17
kali lebih lama dari pada Citta. Maka kita dapat katakan bahwa Jangka
Waktu-hidup dari Rupa sama dengan 17 Cittakkhana atau 17 Saat-
Sadar atau 17 x 3 = 51 Saat2 singkat, karena ada 3 Saat2 singkat dalam
Satu Saat Kesadaran.
Maka itu Rupa juga timbul dan berlalu dalam Jangka Waktu yang
hebat sekali lebih dari 58 miliar kali Per Detik. Perbedaan antara Citta
dan Rupa adalah Citta timbul Satu setelah yang lain, sedangkan Rupa
timbul oleh ribuan Unit pada Satu Saat singkat dan terus timbul terus-
menerus pada setiap Saat yang singkat.
Karena itu rupa bisa menumpuk Gundukan besar yang bisa di lihat
Mata telanjang sedangkan Aliran Arus Kesadaran tidak terlihat oleh
Mata telanjang.
Enam Tipe dari Vinnana.
Vinnana citta (Kesadaran) bisa di golongkan sebagai berikut
menurut Enam Pintu-Indera dan Enam Landasan Pisik (Vatthu):
1. Cakkhu-vinnana --- 2 Kesadaran Mata
2. Sota-vinnana --- 2 Kesadaran Telinga
3. Ghana-vinnana --- 2 Kesadaran Hidung
4. Jivha-vinnana --- 2 Kesadaran Lidah
5. Kaya-vinnana --- 2 Kesadaran Tubuh
6. Mano-vinnana --- 79 Kesadaran Pikiran

Catatlah bahwa Kesadaran Mata timbul pada Pintu-Mata


tergantung pada Landasan –Mata (Vatthu) dan seterusnya. Kesadaran
Pikiran timbul pada Pintu-Pikiran bergantung pada hadaya vatthu di
dalam Jantung.
Lima vinnanas Pertama terdiri dari masing2 2 Kesan-Indera,
sedangkan mano-vinnana terdiri dari 79 Tipe Kesadaran.

Enam Tipe Vithi


Vithi atau Rentetan Kesadaran juga di bagi dalam Enam Kelas yang
di namakan sesuai kepada Enam Pintu-Indera atau Enam Tipe Vinnana
sebagai berikut:
1. Cakkhu-dvara-vithi = Cakkhu- vinnana-vithi. Adalah Rentetan
Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Mata atau dengan
Kesadaran Mata
103

2. Sota-dvara-vithi = Sota-vinnana-vithi. Adalah Rentetan


Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Telinga atau dengan
Kesadaran Telinga.
3. Ghana-dvara-vithi = Ghana-vinnana-vithi. Adalah Rentetan
Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Hidung atau dengan
Kesadaran Hidung.
4. Jivha-dvara-vithi = Jivha-vinnana-vithi Adalah Rentetan
Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Lidah atau dengan
Kesadaran Lidah.
5. Kaya-dvara-vithi = Kaya-vinnana-vithi Adalah Rentetan
Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Tubuh atau dengan
Kesadaran Tubuh.
6. Mano-dvara-vithi = Mano-vinnana-vithi Adalah Rentetan
Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Pikiran atau dengan
Kesadaran Pikiran.

Sebab-sebab timbulnya Vithi


1. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Cakkhu-dvara-
vithi, Ini adalah :
i. Cakkhu-pasada (Pintu-Mata) harus baik.
ii. Rupa-rammana (Objek yang kelihatan) harus ada.
iii. Aloka (Cahaya) harus ada.
iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.
2. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Sota-dvara-
vithi
i. Sota-pasada (Pintu-Telinga) harus baik.
ii. Sadda-rammana (Suara) harus ada.
iii. Akasa (Ruangan) untuk merambatnya Suara harus ada
iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.
3. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Ghana-dvara-
vithi.
i. Ghana-pasada (Pintu-Hidung) harus baik.
ii. Gandha-rammana (Bau2an ) harus ada.
iii. Vayo (Elemen Udara yang membawa Bau2an) harus ada.
iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.
4. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Jivha-dvara-
vithi
i. Jivha-pasada (Pintu-Lidah) harus baik.
ii. Rasa-rammana (Rasa) harus ada.
iii. Apo (Elemen cair seperti Liur) harus ada.
104

iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.


5. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Kaya-dvara-
vithi.
i. Kaya-pasada (Pintu-Tubuh) harus baik.
ii. Photthabba-rammana (Sentuhan) harus ada.
iii. Thaddha-pathavi (Unsur padat ) harus ada untuk menyalurkan
Sentuhan.
iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.
6. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Mano-dvara-
vithi,
i. Mano-dvara (Pintu-Pikiran) harus ada.
ii. Dhamma-rammana (Objek Pikiran) harus ada
iii. Hadaya-vatthu (Landasan-Jantung) harus ada.
iv. Manasikara (Perhatian) harus ada.

Catatan:
Dari Empat Sebab2 yang di butuhkan bagi timbulnya setiap Tipe
Vithi, Tiga yang pertama sedikitnya sejalan per-Syaratan yang di ketahui
oleh Ilmu Pengetahuan. Sebab yang Ke-empat, yaitu, Manasikara, tidak
di ketahui dalam Ilmu Pengetahuan. Tapi banyak Kejadian2 bisa di catat
bahwa Sebab ini sangat di perlukan untuk Kesadaran dari Sebuah Objek-
Indera.
Sebagai Gambaran, Seorang Ibu dengan Seorang Bayi yang masih
muda harus bangun beberapa kali setiap malam untuk menyusui Bayi-
nya. Setelah tidak tidur sempurna untuk beberapa malam, ia mungkin
sekali-kali tertidur lelap malah ketika Sebuah Petir yang keras
mengguncang Rumah bisa tidak membangunkan dia. Namun bila si Bayi
menangis dengan perlahan, ia akan segera terbangun. Ini
menggambarkan bagaimana Pentingnya Manasikara itu.

Enam Tipe dari Visayappavatti


“Visayappavatti” artinya “Penampilan dari Objek-Indera pada
Pintu2-Indera” Ada Enam Tipe dari pada Visayappavatti . Empat pada
Lima Pintu2-Indera dan Dua pada Pintu-Pikiran.
a. Visayappavatti pada Panca-dvara.
(Penampilan dari Objek Indera pada Lima Pintu-Indera).
1.Atimahanta-rammana. 5 Objek2 Indera dengan intensitas
yang sangat besar menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran
yang sangat panjang/lama timbul.
105

2.Mahanta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas besar


menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran yang panjang/lama
timbul.
3.Paritta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas lemah
menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran yang pendek timbul.
4.Atiparitta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas
sangat lemah tidak menyebabkan Rentetan Kesadaran timbul.

b. Visayappavatti pada Mano-dvara.


1.Vibhuta-rammana.
Penampilan yang jelas dari Objek2-Indera.
2.Avibhuta-rammana.
Penampilan yang tidak jelas dari Objek2-Indera.

Vithi-cittas dan Vithi-Vimutti-cittas.


(Kesadaran Vithi dan Vithi yang bebas dari Kesadaran).
Citta-citta yang turut ambil bagian dalam Rentetan Kesadaran di
sebut Vithi-citta
Citta-citta yang tidak ambil bagian dalam Rentetan Kesadaran di
sebut Vithi-Vimutti-cittas.
19 Cittas, yaitu, 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka cittas
dan 9 mahaggata-vipaka cittas tidak termasuk dalam Rentetan
Kesadaran selagi mereka melaksanakan Fungsi-Kelahiran Kembali,
Fungsi Kelanjutan Kehidupan atau Fungsi Kematian. Dengan demikian
mereka di kenal sebagai Vithi-Vimutti-cittas, yaitu, jumlah dari Vithi
yang bebas dari Kesadaran adalah 19 (Yang 19 Citta-citta ini adalah
dvara-vimutti, yakni, Bebas Pintu, telah di sebutkan dalam Chapter 3,)
Dari 19 Cittas diatas, 2 Upekkha-santirana cittas termasuk dalam
Rentetan Kesadaran ketika mereka melakukan Fungsi Penyelidikan atau
Fungsi Pendaftaran, dan 8 Maha-vipaka cittas ambil bagian dalam
Rentetan Kesadaran ketika mereka melakukan Fungsi Pendaftaran.
Maka 10 Cittas ini harus di masukan dalam Perhitungan Vithi-cittas.
Karena hanya 9 mahaggata-vipaka cittas yang seharusnya bebas dari
Rentetan Kesadaran, Jumlah semua Vithi-cittas ialah; 89 - 9 = 80.

Tiga Tipe dari Citta-citta yang identik.


Kehidupan dari Mahluk hidup di mulai dengan Sebuah Kesadaran
Kehidupan Kembali (patisandhi-citta). Setelah padamnya Kesadaran ini,
106

bhavanga-citta (Kelanjutan Kehidupan) timbul dan larut seterusnya


sampai Kematian melaksanakan Fungsi dari Kelanjutan-Kehidupan.
Bhavanga-citta yang terakhir di ketahui sebagai Kesadaran
Kematian (cuti-citta), sebab ia melaksanakan Fungsi Kematian.
Bagi Satu Mahluk hidup, Tiga Cittas ini, yaitu, patisandhi-citta,
bhavanga-citta, dan cuti-citta adalah sama dalam Jati (Kelahiran),
dalam Kecocokan dan dalam Objek-Indera yang mereka ambil. Bagi
Manusia normal, Satu dari 8 Maha-vipaka cittas berfungsi sebagai
patisandhi-citta, bhavanga-citta dan cuti-citta. Tiga Cittas ini identik
pada Satu Orang, sebab mereka adalah Hasil2 dari “Kamma” yang
sama, yang bersekutu dengan Sebuah Kusala-citta. Jika Kusala citta,”
somanassa-sahagatam nana sampayuttam asankharika maha kusala
citta”, maka “somanassa-sahagatam nana-sampayuttam asankharika
maha-kusala citta” akan berfungsi sebagai patisandhi-citta, bhavanga-
citta dan cuti-citta.
Objek-Indera, yang di ambil Cittas ini adalah maranasanna-
nimitta yang muncul sejenak sebelum Kematian dalam Kehidupan
lampau yang dekat. Nimitta dalam Bentuk “Kamma”, “Tanda Kamma”
atau “Tanda dan Takdir”. Phenomena ini akan di jelaskan lebih lanjut.

Maranasanna nimitta
(Kamma-sehubungan Objek2 pada Saat2 Sekarat).

Dalam Kehidupan Saat kini Seorang akan terus hidup selama kusala
kamma (Perbuatan Bermanfaat), yang telah memberikannya Kelahiran
Kembali dalam Kehidupan ini terus menyokongnya, yaitu, terus
menghasilkan bhavanga-citta (Kelanjutan Kehidupan) sebagai Hasil
(Buah) Kamma.
Tepat sebelum Kamma Pendukung habis/hilang, dari begitu banyak
Kusala-Kamma dan Akusala-kamma yang bersaing Satu sama lain untuk
mendapatkan Kesempatan membuahkan Hasil2 Kamma, Satu Kamma
akan muncul sebagai Pemenangnya. Kamma yang berhasil ini bisa
muncul dalam Kelanjutan-Kehidupan (Pintu-Pikiran) dari Orang itu
sebagai Objek Kamma.
Ketika ini terjadi Orang itu akan mengingat kembali Perbuatan Baik
dan Buruk yang ia telah lakukan di masa lampau dalam Hubungan
dengan Kamma yang berhasil itu. Kesadaran Bermoral atau Tidak
Bermoral, yang di alami pada Saat khusus itu, sekarang timbul sebagai
Sebuah Kesadaran yang segar.
107

Dengan Kata lain, itu adalah Sebuah Pengulangan dari Kesadaran


yang ia telah alami dalam melakukan Perbuatan.
Pada waktu itu mungkin bisa Sebuah Tanda atau Simbul bersekutu
dengan Kamma yang berhasil muncul pada Satu Pintu-Indera. Itu
mungkin Satu dari Lima Objek Pisik yang Nampak melalui salah Satu dari
Pintu2 sebagai Sebuah Objek yang ada, atau Nampak melalui Pintu-
Pikiran sebagai Satu Objek masa lampau, Objek lampau atau yang ada
sekarang bersekutu dengan Kamma yang berhasil di sebut “Kamma-
nimitta” atau “Tanda-Kamma”.
Contoh:
Mari kita andaikan bahwa Seorang mendengarkan Dhamma pada
Saat Sekaratnya dan Kamma Baik ini menjadi Kamma yang berhasil
untuk membuahkan Hasil Kamma bagi Kehidupan selanjutnya. Dalam
Hal ini Kata-kata Dhamma yang terdengar di genggam melalui Telinga
menjadi “Kamma-nimitta”.
Dalam Kasus lain, umpamanya Seorang Guru yang Sekarat melihat
melalui Mental Matanya (mano-vinnana) Murid2 yang telah di didiknya.
Ini juga “Kamma-nimitta” dalam Bentuk dari Sebuah Objek masa
lampau yang muncul pada Pintu-Pikiran.
Atau katakan, dalam Hal yang lain, Seorang Tukang Jagal yang
Sekarat mendengar Rintihan2 Ternak yang ia telah bunuh. Objek masa
lalu yang terdengar ini juga “Kamma-nimitta” datang kepadanya melalui
Pintu-Pikiran.
Kadang beberapa Simbul dari Tempat di mana ia akan di lahirkan
kembali sesuai dengan Kamma yang berhasil bisa muncul pada Pintu-
Pikiran.
Contoh: Mahluk Dewa, atau Istana Dewa, dsb… bisa muncul pada
Orang yang Sekarat bila ia akan di lahirkan kembali dalam salah Satu
Tempat tinggal Dewa, atau Orang2 yang sengsara dalam Neraka dsb… ,
bisa muncul padanya bila ia akan di lahirkan kembali dalam Neraka.
Objek2 ini berhubungan dengan Tempat Kelahiran Kembali di katakan
sebagai “Gati-nimitta” atau “Tanda dari Takdir”.
Maka, ketika Seorang sedang Sekarat, Satu dari Tiga Tipe dari
maranasanna-nimitta, yaitu, “Kamma”, “Kamma-nimitta” atau “Gati-
nimitta”, akan selalu muncul pada salah Satu dari Enam Pintu-Indera.
Orang itu akan segera mati setelahnya dan akan di lahirkan Kembali
dalam Kehidupan selanjutnya.
Kemudian, patisandhi-citta, bhavanga-citta dan cuti-citta-nya dalam
Kehidupan yang baru akan menggenggam maranasanna-nimitta dari
Kehidupan yang lampau.
108

Tiga Tipe dari Bhavanga Citta.


Pada Kehidupan Sekarang bhavanga-citta mengambil
maranasanna-nimitta dari Kehidupan lampau yang dekat sebagai Objek
mereka.
Karena Objek ini bukan Objek luar yang baru yang muncul dalam
Salah Satu Pintu2-Indera dalam Kehidupan Sekarang yang menimbulkan
Sebuah Rentetan Kesadaran, kita tidak menyadarinya.
Maka bila kita tidur atau ketika kita tidak mengetahui Apa-apa,
bhavanga-citta ini akan timbul dan lenjap pada Satu Kecepatan yang
sangat luar biasa lebih dari seribu miliar kali setiap Kejapan Mata.
Sekarang seandainya Sebuah Objek-Indera muncul pada Salah Satu
Pintu-Indera, adalah perlu untuk mengetahui Objek baru ini dengan
demikian kita bisa bereaksi padanya sewaktu Kebutuhan timbul, supaya
membalik Arus Kesadaran menuju Objek baru ini, Arus bhavanga-citta
harus di tahan atau di putus lebih dahulu.
Arus bhavanga tidak dapat di tahan dengan tiba2 segera begitu
Objek Indera yang baru muncul dalam Salah Satu dari Pintu2-Indera.
Sebagaimana Seorang sedang berlari dengan cepat, tidak dapat
berhenti segera pada Satu Titik dan setidaknya beberapa Langkah lagi
sebelum ia berhenti, demikian juga Dua bhavanga citta harus lewat
setelah Kemunculan dari Objek Indera sebelum Arus bhavanga dapat di
hentikan.
Dan bhavanga-citta ini, dalam Percobaannya untuk membiarkan
maranasanna-nimitta yang lama lewat dan mengambil Objek Indera
yang baru, agak bergetar dari Keadaan Normal mereka. Dengan
demikian mereka di kenal sebagai Kelanjutan Kehidupan yang bergetar
(Bhavanga-calana). Tetapi, karena Arus bhavanga di tahan atau di
putus setelah bhavanga-calana Ke-dua, Citta ini di namakan lagi
sebagai Bhavangupaccheda.
Sekarang Pisik Lima Objek2 Indera tidak muncul atau menjadi jelas
pada Pintu2-Indera segera begitu mereka Kontak dengan Pintu2-Indera,
malah Objek dari intensitas yang sangat besar (atimahanta-rammana)
mengambil Satu Saat Kesadaran (cittakkhana) untuk mengembangkan
Dirinya kedalam Kemenonjolan untuk muncul pada Pintu-Indera.
Demikianlah Satu bhavanga-citta harus lewat dari waktu Kontak si
Objek-Indera dengan Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu
itu. Citta ini di sebut Atita-bhavanga (Kelanjutan Kehidupan lampau).
109

Bila Objek Indera dari intensitas yang besar (mahanta-rammana), 2


atau 3 bhavanga citta harus melewati dari Waktu Kontak Objek-Indera
dengan Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu. 2 atau 3
bhavanga citta ini juga di sebut atita-bhavanga.
Dengan demikian kita mempunyai 3 Macam bhavanga-citta.
1. Atitabhavanga.
Ialah Bhavanga citta yang lewat dari Waktu Objek-Indera
mengenai Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu.
2. Bhavanga-calana.
Bhavanga yang bergetar yang timbul ketika Objek Indera
muncul pada Pintu.
3. Bhavangupaccheda.
Bhavanga yang di tahan yang mengikuti bhavanga-calana.
Setelah ini, Arus bhavanga di putus dan Vithi-citta mulai timbul.

Cakkhu-Dvara Vithis
(Rentetan Kesadaran pada Pintu-Mata).

1. KEJADIAN DARI ATIMAHANTA RAMMANA VITHI.


Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dari Intensitas yang sangat
besar mengenai Pintu-Mata, atimahanta-rammana vithi timbul.
Rentetan Kesadaran bisa di tunjukkan oleh Simbul2 sebagai berikut:

Bha – “Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja

ooo ooo

– Ja – Ja – Da – Da “ Bha -..
-
ooo

Penjelasan:
Bha : Bhavanga -- Kelanjutan Kehidupan.
Pada Awalnya ada Satu Arus bhavanga citta (Kelanjutan
Kehidupan). (Lingkaran kecil menunjukkan 3 Saat singkat
yang menjadikan Satu cittakkhana).
Ti : Atita-bhavanga -- bhavanga lampau.
110

Pada Saat timbul, Saat dari citta ini, Objek yang kelihatan
dan cakkhu-pasada timbul serentak. Ini adalah Saat timbul
(uppada) dari ruparammana (Objek yang kelihatan).
Na : Bhavanga-calana -- Kelanjutan Kehidupan yang bergetar
Pada Saat timbulnya Citta ini, rupa-rammana muncul
(menjadi jelas) pada cakkhu-pasada (Pintu-Mata).
Catatan: Bahwa atimahantarammana mengambil Satu
cittakkhana bagi Pengembangan penuhnya setelah
uppada.
Da : Bhavanga-paccheda -- Kelanjutan Kehidupan yang di
tahan.
Arus bhavanga diputus setelah padamnya Citta ini.
Pa : Panca-dvaravajjana -- Lima Pintu memperlihatkan
Kesadaran. Ia selalu Citta Pertama dalam Rentetan
Kesadaran dari panca-dvara-vithis. Ia memperlihatkan Arus
Kesadaran menuju Pintu-Indera
Ca : Cakkhu-vinnana – Kesadaran Mata.
Ia melihat Objek. Ia membuat Kesan Indera dan mengirim
Kesan itu ke Kesadaran selanjutnya sebelum ia padam.
Sam : Sampaticchana -- Menerima Kesadaran.
Ia menerima Objek yang kelihatan bersama dengan Kesan
Indera dan memancarkan mereka ke Kesadaran
selanjutnya.
Na : Santirana -- Menyelidiki Kesadaran.
Ia menyelidiki Objek dan Kesan itu.
Vo : Votthapana -- (mano-dvaravajjana) -- Menentukan
Kesadaran.
Ia menentukan apakah Objek itu Baik atau Buruk.
Ja : Javana -- Kesadaran menurut Kata Hati menikmati Rasa
dari Objek Indera. Satu dari 29 kama-javana-citta, yang
di kondisikan oleh manasikara dan votthapana,
kebanyakan timbul 7 kali, yaitu, ia berlalu untuk 7 Saat
Kesadaran.
Da : Tadalambana -- Mencatat Kesadaran.
Ia segera mengikuti javana dan berlalu untuk Dua Saat
Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera. Pada Saat
Pemadaman dari tadalambana citta Ke-dua, Objek yang
kelihatan dan cakkhu-pasada padam bersama, sebab masa
hidup mereka dari 17 Saat2 Kesadaran Sekarang jadi
lengkap.
111

Bha : Bhavanga -- Kelanjutan Kehidupan.


Karena Objek yang kelihatan tidak ada lagi, Rentetan
Kesadaran berakhir dan Arus Kesadaran tenggelam ke
dalam Kelanjutan Kehidupan (Bawah sadar).

Catatan:
Atimahanta-rammana vithi juga di kenal sebagai “Tadalambana-
vara vithi” sebagaimana ia berakhir dengan Tadalambana
citta.

2. KEJADIAN DARI MAHANTA-RAMMANA VITHI.


Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intensitas agak baik
mengenai Pintu-Mata, dua mahanta-rammana vithi bisa
timbul. Rentetan Kesadaran dapat di tunjukkan sebagai
berikut:
a.
“Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja –

ooo ooo

Ja – Ja –Bha “- Bha..

ooo

b.
“Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja –

ooo ooo

Ja –Ja – Ja “ Bha..

ooo

Penjelasan.
A.
Dalam mahanta-rammana vithi pertama Objek Indera dan cakkhu-
pasada (Pintu Mata) timbul (uppada) bersama pada Saat timbulnya
atita bhavanga Pertama. Objek Indera mengambil Dua Saat2
112

Kesadaran (Ti – Ti) untuk mengembangkan Penuhnya dan ia


menjadi jelas pada Pintu-Pikiran pada Saat Timbulnya bhavanga-
calana (Na). Kemudian Kelanjutan Kehidupan (bhavanga) bergetar
untuk 2 Saat Sadar (Na – Da) dan menjadi di tahan atau di putus
pada Saat padamnya bhavangu-paccheda (Da). Maka Rentetan
Kesadaran berlangsung sebagai berikut:

Pa : Panca-dvaravajjana – Lima Pintu – memperlihatkan Kesadaran


ia memperlihatkan Arus Kesadaran menuju Objek
Indera
Ca : Cakkhu-vinnana - Kesadaran Mata.
Ia melihat Objek dan membuat Kesan Indera.
Sam : Sampaticchana – Menerima Kesadaran.
Ia menerima Objek bersama dengan Kesan Indera.
Na : Santirana -- Menyelidiki Kesadaran.
Ia menyelidiki Objek dan Kesan itu.
Vo : Votthapana - Menentukan Kesadaran
Ia menentukan Apakah Objek Baik atau Buruk.
Ja : Javana - Kesadaran menurut Kata Hati.
Satu dari 29 kama-javana-cittas timbul 7 kali menikmati
Rasa dari Objek Indera.

Sebegitu jauh 16 Saat2 Sadar telah berlalu sejak Kejadian dari


Objek Indera pada Pintu-Mata, dan hanya Satu Saat Sadar yang
tinggal sebelum Objek padam. Maka Dua tadalambana cittas
(Pencatatan Kesadaran) tidak dapat timbul lagi. (tadalambana
hanya timbul dalam ati-mahanta-rammana). Sebagai gantinya
Satu bhavanga citta timbul, dan Objek Indera dan cakkhu-pasada
yang telah timbul bersama, padam bersama pada Saat padamnya
bhavanga citta. Setelah itu Kebersambungan Kehidupan mengalir
sebagaimana biasanya.

B.
Dalam mahanta-rammana vithi yang Ke-dua, Intensitas dari Objek
Indera sedikit lebih lemah dari pada Intensitas Objek dalam (1).
Maka setelah Kejadian dari Objek Indera pada Pintu-Mata , Tiga
atita-bhavanga-citta berlalu sebelum Objek menjadi di kenal Baik
dan jelas pada Pintu-Mata. Lalu Kelanjutan Kehidupan bergetar
dan jadi di tahan (Na – Da).
113

Setelah itu Rentetan Kesadaran berlanjut sebagai di (1), yakni,


dalam Urutan panca-dvaravajjana, cakkhu-vinnana,
sampaticchana, santirana, votthapana dan tujuh javana. Pada
Saat Kepadaman dari javana Ketujuh, Objek dan Cakkhu-pasada
(Pintu-Mata) juga padam. Maka Rentetam Kesadaran berakhir
dan Kelanjutan Kehidupan berlanjut sebagaimana biasanya.
Maka itu ada Dua mahanta-rammana vithi yang berakhir
bersama javana-cittas, mereka di kenal sebagai javana-vara-vithi.

3. KEJADIAN DARI PARITTA-RAMMANA VITHI.


Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intentsitas yang
kecil/sedikit, mengenai Pintu-Mata, paritta-rammana vithi
timbul. Rentetan Kesadaran bisa di tunjukkan sebagai
berikut:
a.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo – Bha
– Bha – Bha – Bha”

ooo ooo ooo

b.
“Ti – Ti – Ti – Ti –Ti – Na – Da – Pa - Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo –
Bha – Bha – Bha”

ooo ooo

c.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo –
Vo – Bha – Bha “

ooo ooo

d.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo –
Vo – Vo – Bha”

ooo ooo
114

e.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo
– Vo – Vo”-Bha..

ooo ooo

f.
Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na –
Vo – Vo “- Bha…

ooo

Penjelasan.
a.
Dalam paritta-rammana vithi yang Pertama, Objek Indera dan
cakkhu-pasada (Pintu-Mata) timbul bersama pada Saat timbulnya atita-
bhavanga Peretama. Objek Indera mengambil 4 Saat2 Sadar bagi
Pengembangan penuhnya dan ia menjadi jelas pada Saat timbulnya
bhavanga-calana (Na). Kelanjutan Kehidupan (Arus bhavanga) bergetar
Dua kali dan menjadi tertahan (Na – Da). Kemudian Rentetan
Kesadaran berlangsung dalam Urutan dari panca-dvaravajjana, cakkhu-
vinnana, sampaticchana, santirana, dan votthapana. Pada Titik ini, 11
Saat2 Sadar telah lewat sejak asal/mula dari Objek Indera itu dapat
bertahan selama 6 Saat Sadar lagi.
Pada Situasi normal, javana biasanya terjadi untuk 7 Saat2 Sadar
dan bila tidak ada cukup Waktu, ia tidak terjadi sama sekali. Dengan
Kata lain, karena Objek tidak jelas dan tidak di ketahui dengan tepat,
tidak ada javana yang timbul untuk merasakan Objek itu.
Dengan demikian Dua votthapana citta lagi timbul pada Tempat
dari javana untuk memutuskan Dua Waktu lagi apakah Objek itu Baik
atau Buruk. Setelah itu Arus-Sadar tenggelam dalam Kelanjutan
Kehidupan. Objek Indera ini dan Pintu-Mata padam pada Saat
padamnya bhavanga Ke-empat, dan Kelanjutan Kehidupan mengalir
sebagaimana biasanya, setelah itu.

b–f
Dalam Lima Urutan vithi selanjutnya, atita-bhavanga (Ti) bertambah
Satu per satu karena Objek menjadi lebih lemah dan lemah, dan sesuai
dengan itu, Citta di belakang harus di putus Satu per satu karena total
115

Saat2 Sadar tidak dapat melebihi Masa-Kehidupan (Yaitu, 17 Saat2


Sadar) dari Objek Indera.
Maka pada vithi Ke-enam, Rentetan Kesadaran berhenti setelah
Dua Votthapana citta.
Jumlah votthapana citta tidak dapat di kurangi terus karena harus
ada setidaknya Dua votthapana citta yang berfungsi dalam Tempat
javana. Demikian ada 6 paritta-rammana vithi yang semuanya berakhir
dengan votthapa, mereka di kenal sebagai votthapana-vara-vithi.
Dikarenakan tidak ada javana dalam vithi ini, tidak ada Penikmatan Rasa
dari Objek-Indera. Objek tidak di ketahui dengan tepat – Se-olah2 di
ketahui sangat kasar . Vithi-vithi ini terjadi pada bagi yang mempunyai
cakkhu-pasada lemah, maka, walau ketika Objek-Indera-nya
berintensitas besar, Penampilannya tidak jelas.

4. KEJADIAN DARI ATIPARITTA-RAMMANA-VITHI.


Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intensitas sangat lemah
mengenai Pintu-Mata, Objek mengambil 10 sampai 15 Saat2 Sadar
untuk Pengembangan penuhnya. Dikarenakan Intensitas Objek itu
sedemikian lemah menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan hanya bergetar
dua kali tanpa jadi tertahan. Maka vithi-citta tidak timbul, dan Objek
tidak di ketahui sama sekali. Bagaimanapun Bentuk2 Enam vithi berikut
dapat di tulis mewakili ati-paritta-rammana vithi.

A.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha – Bha
– Bha – Bha”-…

ooo ooo ooo

B.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha –
Bha – Bha”-…

ooo

C.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha –
Bha – Bha “-…
116

D.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha
– Bha “…

E.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na –
Bha “…

F.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na –
Na “- Bha..

ooo

Penjelasan.
Sebagaimana biasanya Objek Indera dan cakkhu-pasada (Pintu-
Pikiran) timbul bersama pada Saat atita-bhavanga Pertama timbul.
Objek Indera Keadaannya dari Intensitas yang sangat lemah,
memerlukan 10 sampai 15 Saat2 Sadar bagi Pertumbuhan penuhnya.
Ketika ia telah berkembang dengan baik, ia muncul pada Pintu-Pikiran.
Tetapi sangat lemah, ia hanya dapat menyebabkan Keberlanjutan-
Kehidupan bergetar dua kali tanpa merusak Arus Keberlanjutan-
Kehidupan. Maka, setelah dua bhavanga-calana-citta, hanya
bhavanga-citta terus mengalir.
Objek-Indera dan cakkhu-pasada akan padam bersama pada akhir
dari 17 Saat2 Sadar setelah Kejadian mereka.
Objek itu tidak di ketahui sama sekali di karenakan vithi-citta tidak
timbul. Karena Vithi-vithi ini kehilangan vithi-citta, mereka di kenal
sebagai “mogha-vara-vithis” (Rentetan Kesadaran yang gagal).

75 pancadvara-vithis.
Dalam Proses Kesadaran pada Pintu-Mata, adalah:
1. Satu tadarammana-vara vithi untuk atimahanta-rammana.
2. Dua javana-vara vithi untuk mahanta-rammana.
3. Enam votthapana-vara vithis untuk paritta-rammana
4. Enam mogha-vara vithis untuk atiparitta-rammana.

Semuanya ada 15 Vithis pada Pintu-Mata. Sama juga, ada 15 vithis


masing2 pada Pintu-Telinga, Pintu-Hidung, Pintu-Lidah, dan pada Pintu-
117

Tubuh. Maka jumlah seluruh panca-dvara vithi pada Lima Pintu adalah
: 5 x 15 = 75.
Dalam menulis Bentuk2 vithi dan menjelaskan Bentuk2 bagi Pintu-
Telinga, Sota-vinnana (So) harus di sisipkan dalam Tempat dari cakkhu-
vinnana, dan “Bunyi” dan “cakkhu-pasada”, masing2nya. Dengan Cara
yang sama Perubahan2 yang cocok harus di lakukan bagi Ke-tiga Pintu2
sisanya.

Perumpamaan dari Sebuah Mangga.


Atimahanta-rammana bisa di perbandingkan dengan jatuhnya
Sebuah Mangga. Seumpamanya Seorang Pengelana yang letih tertidur
di bawah Sebuah Pohon Mangga. Keadaan dari tertidur ini sesuai
seperti mengalirnya Kebersambungan-Kehidupan dalam atimahanta-
rammana. Sekarang Sebuah Mangga yang masak jatuh ke Tanah di
dekat Pengelana itu. Kejadian ini sesuai seperti mengenainya Sebuah
Objek yang kelihatan dari Intensitas sangat besar pada Pintu-Mata.
Suara dari Mangga menubruk Tanah membangunkan Pengelana dan
menyebabkan ia mengangkat Kepalanya.
Kejadian ini sesuai seperti Kemunculan dari Objek yang kelihatan
pada Pintu-Mata menyebabkan Kebersambungan Kehidupan bergetar
dua kali dan jadi tertahan.
Pengelana membuka Matanya dan melihat sekeliling untuk
menyelidiki Apa yang menimbulkan Suara. Tingkah laku ini sesuai
seperti panca-dvara-vajjana memperlihatkan Arus Kesadaran menuju
ke Objek-Indera. Si Pengelana melihat Buah Mangga itu. Ini sesuai
seperti Kesadaran Mata melihat Objek itu.
Orang itu mengambil Buah Mangga . Ini sesuai seperti
sampaticchana menerima Objek yang kelihatan.
Orang itu kemudian memeriksa Buah Mangga apakah itu pantas
untuk di makan. Ini sesuai seperti Santirana menyelidiki Objek Indera.
Orang itu memutuskan bahwa Buah Mangga itu baik dan dapat di
makan. Ini sesuai seperti votthapana memutuskan bahwa Objek-
Indera baik. Karena lapar, Orang itu menggigit Buah Mangga Tujuh kali
memakannya dan menikmati Rasa-nya. Ini sesuai seperti Kejadian dari
Tujuh javana-cittas menikmati Rasa dari Objek Indera. Kemudian Orang
itu mengumpulkan Sisa Buah dan Serpihan yang tersangkut di Gigi
dengan Lidahnya dan menelannya Dua kali. Ini sesuai seperti Dua
tadalambana citta mengikuti javana dan menikmati Rasa dari Objek
Indera.
118

Kemudian Orang itu berbaring dan tertidur . Ini sesuai seperti


bhavanga-citta terbenam kedalam Keberlanjutan-Kehidupan.

Pancadvara-Vithi Cittas
Bila kita memeriksa panca dvara vithis, kita akan mengamati bahwa
Tujuh Tipe dari Kesadaran ambil Bagian dalam vithis. Tujuh Tipe dari
Kesadaran itu adalah:
“Panca-dvaravajjana, panca-vinnana, sampaticchana, santirana,
votthapana, javana dan tadalambana”.
Jumlah Citta yang diambil dalam vithi yang paling panjang yaitu,
atimahanta-rammana vithi, adalah :
a. Panca-dvaravajjana 1.
b. Panca-vinnana 1.
c. Sampaticchana 1
d. Santirana 1.
e. Votthapana 1.
f. Javanas 7.
g. Tadalambanas 2.
------
Jumlah 14
------
Jumlah Citta yang dapat ambil bagian dalam panca-dvara-vithi
adalah:
a. Panca-dvaravajjana citta 1.
b. Panca-vinnana citta
(10 Kesan2 Indera) 10 (untuk 5
Pintu)
c. Sampaticchana cittas 2
d. Santirana cittas 3
e. Votthapana citta (mano-dvaravajjana) 1
f. Kama-javana cittas 29
g. Tadalambana cittas 8
-----
Jumlah 54
-----
Inilah 54 Kama-vacara citta itu. Bila kita menghitung Cittas bagi
Sebuah Pintu, Contoh: Pintu-Mata, kita dapatkan Dua cakkhu-vinnana
cittas sebagai ganti dari 10 panca-vinnana cittas pada (b), maka jumlah
cittas ialah 46.
119

Ini cocok dengan jumlah yang di perlihatkan pada Halaman 93


dari Chapter 3.
Contoh : bahwa bhavanga cittas tidak termasuk dalam vithi cittas.

Objek dan Vatthu yang di ambil oleh tiap Vithi-Citta.


Semua pancadvara-vithi cittas menggenggam Objek Indera
Sekarang yang berada pada Pintu-Indera.
Panca-vinnana cittas di lahirkan oleh panca-vatthus, yakni, cakkhu-
vinnana cittas di lahirkan oleh cakkhu-vatthus, Sota-vinnana cittas di
lahirkan oleh sota-vatthu, dst..
Sedangkan Mano-vinnana cittas di lahirkan oleh hadaya-vatthus.
Sebagai Gambaran, semua cakkhu-dvara-vithi-cittas dari
atimahanta-rammana menggenggam Objek yang kelihatan yang
muncul pada Pintu-Mata pada Saat timbulnya bhavanga-calana dan
padam pada Saat padamnya tadalambana citta Ke-dua.
Kedua cakkhu-vinnana citta terlahir oleh cakkhu-vatthu (cakkhu-
pasada) yang telah timbul bersama dengan Objek yang kelihatan pada
Saat timbulnya atita-bhavanga. Vatthu ini yang punya Rentang hidup
yang sama seperti Objek yang kelihatan, di sebut “Majjhimayuka-
Vatthu”. Vatthu yang telah timbul lebih dulu pada Objek yang
kelihatan dan makanya akan padam lebih dulu pada Objek yang
kelihatan di kenal sebagai “mandayuka-vatthus”. Vatthus yang timbul
kemudiannya dari pada Objek yang kelihatan dan makanya akan padam
lebih kemudian dari pada Objek yang kelihatan, di kenal sebagai
“amandayuka-vatthus”.
Semua panca-dvara-vithi-cittas yang tersisa adalah mano-vinnana-
cittas, mereka adalah Individu2 dan masing2 terlahir oleh hadaya-
vatthu yang telah timbul bersama Citta yang mendahuluinya, yakni,
hadaya-vatthu yang telah berakhir selama Satu Saat Kesadaran.
Sebagai Contoh: pancadvaravajjana di lahirkan oleh hadaya-
vatthu yang telah timbul bersama dengan bhavanga-calana,
sampaticchana di lahirkan oleh hadaya-vatthu yang telah timbul
bersama dengan cakkhu-vinnana, Santirana di lahirkan oleh hadaya-
vatthu yang telah timbul bersama sampaticchana, dan seterusnya.
120

Mano – Dvara – Vithi.

Ketika salah Satu dari Enam Indera memasuki Jalan ke Pintu-Pikiran,


manodvara-vithi terjadi. Mano-dvara-vithi pertama-tama di bagi dalam
Dua Tingkatan;
1. Kamajavana-vara-vithi – Disini satu dari 29 Kama-javana-cittas
mengambil Fungsi dari javana, yakni, menikmati Cita Rasa dari
Objek-Indera.
2. Appanajavana-vara-vithi -- Disini satu dari 26 Appana-javana-
cittas mengambil Fungsi dari Javana.

Kamajavana-vara-vithi lebih lanjut di bagi dalam Empat Tipe


sebagaimana di jelaskan pada Schema diatas, sedangkan appana-
javana-vara-vithi di bagi lagi ke dalam Dua Tipe -- Yaitu, Loki-appana-
vithi dan Lokuttara-appana-vithi. Semua vithi-vithi ini akan di jelaskan di
bawah ini:

Kama-Javana Mano-dvara-vithis.
1.Ativibhuta-rammana vithi (Tadalambana-vara vithi)

“Na – Da – Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da” – Bha..


121

2.Vibhuta-rammana-vithi (Javana-vara-vithi)

“Na – Da – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja “ – Bha – Bha..

3.Avibhuta-rammana-vithi (Votthapana-vara vithi)

“Na – Da – Ma – Ma – Ma “ – Bha – Bha-..

4.Atiavibhuta-rammana-vithi (Mogha-vara-vithi)

“Na – Na “ – Bha – Bha – Bha –

Penjelasan.
Satu dari Enam Objek Indera yang mungkin Waktu Sekarang, masa
Lampau, masa Akan Datang atau Waktu kapan saja, harus memasuki
Jalan dari Pintu-Pikiran untuk memprakarsai kama-javana mano-dvara
vithis.
1. Ketika Objek Indera itu dari Intensitas sangat Besar, Kelanjutan-
Kehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap (Na – Da) pada
Penampilan dari Objek Indera di Pintu-Pikiran. Kemudian mano-
dvara-vajjana (Ma) membuat Perhatian Arus Kesadaran kepada
Objek Indera, memperhatikan Objek itu dan memutuskan
Apakah ia Baik atau Buruk. Sehubungan dengan Keputusan ini,
Satu dari 29 kama-javana cittas melaksanakan Fungsi javana
untuk Tujuh Saat Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera.
Lalu Dua Tadalambana cittas turut mengikuti menikmati Rasa
Objek Indera selanjutnya. Setelah itu, bhavanga cittas
tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan. Vithi ini di kenal
sebagai “ativibhuta-rammana vithi” atau tadalambana-vara
vithi sebagaimana ia berakhir.
2. Bila Objek Indera Intensitasnya agak Besar, Urutan Kesadaran
terjadi sebagaimana diatas tapi berakhir dengan javana cittas
tanpa tadalambana. Vithi ini di kenal sebagai “vibhuta-
rammana vithi” atau “javana-vara-vithi”
3. Dalam “avibhuta-rammana vithi” , Objek Indera Intensitasnya
Kurang dan Penampilannya pada Pintu-Pikiran tidak se-jelas
sebagai Dua Kasus yang diatas. Maka setelah Kelanjutan-
Kehidupan di tangkap, mano-dvaravajjana citta terjadi Tiga kali
mencoba mengamati dan memutuskan Objek-Indera. Tapi
Objek itu tidak di ketahui dengan tepat dan Akibatnya tidak ada
122

javana cittas terjadi untuk merasakan Objek Indera. Setelah


mano-dvaravajjana, bhavanga cittas terbenam dalam
Kelanjutan-Kehidupan. Vithi ini di kenal sebagai “Votthapana-
vara-vithi” sebagaimana ia berakhir dengan votthapana cittas.
4. Dalam atiavibhuta-rammana vithi, Objek Indera Intensitasnya
sangat Lemah. Ia hanya dapat menyebabkan Kelanjutan-
Kehidupan bergetar Dua kali tanpa jadi tertangkap. Maka tidak
ada terjadi vithi cittas dan Objek Indera tidak di ketahui. Vithi
ini di sebut “Mogha-vara-vithi” karena ia kehilangan vithi cittas.

Catatan:
1. Pintu-Pikiran (mano-dvara) bukanlah Satu Pintu Pisik, Satu dari
19 bhavanga cittas berfungsi sebagai Pintu-Pikiran pada Satu
Orang.
2. Semua Enam Objek Indera yaitu, di waktu Lampau, Sekarang,
Yang akan Datang atau Setiap waktu, dapat muncul pada Pintu-
Pikiran.
3. Sebagaimana Objek Pikiran seperti Cittas, cetasikas, kasina,
nimittas atau Nibbana sendiri bisa muncul pada Pintu-Pikiran,
tidak perlu terjadi atita-bhavanga, Objek itu muncul pada Pintu
Pikiran begitu ia mengenai Pintu.
4. Objek2 yang muncul pada Pintu-Pikiran tidak harus di bedakan
sebagai atimahanta-rammana atau mahanta-rammana,
Mereka harus di bedakan sebagai vibhuta-rammana (Objek
yang jelas) atau avibhuta-rammana (Objek yang tidak
jelas/kabur).

Kama-Javana Mano-Dvara-Vithi-Cittas.
Didalam mano-dvara-vithis Hanya ada 3 Tipe dari Kesadaran yaitu,
“avajjana, javana, dan tadalambana”.
Jumlah Cittas di dalam mano-dvara-vithis yang terpanjang adalah :
1 mano-dvaravajjana citta, 7 javana cittas dan 2 tadalambana
cittas, Jumlah semuanya 10.
Jumlah Cittas yang dapat ambil bagian dalam mano-dvara vithis
ialah; 1 mano-dvaravajjana citta, 29 kama-javana cittas dan 11
tadalambana cittas, Jumlah semua 41.

Mano-Dvara-Vithis Ke-dua
Ketika salah Satu dari Enam Objek Indera memasuki Jalan Pintu-
Pikiran secara langsung, bila mendapat mano-dvara vithi Utama
123

sebagaimana di jelaskan diatas. Tetapi ada mano-dvara vithi


Ke-dua yang mengikuti tiap2 dan setiap panca-dvara-vithi.
Dalam Satu panca-dvara-vithi Kesan Indera di proses hanya di
kembangkan untuk di ketahui secara Kasar, Apakah ia Baik atau
Buruk. Bentuk, Rupa, Gambaran yang detail dan Nama dari
Objek belum di ketahui.
Maka itu, setelah Satu panca-dvara-vithi, Satu mano-dvara-vithi
secara cepat mengikutinya ia mengambil kembali Objek Indera dari
panca-dvara-vithi sebagai Satu Objek Lampau.
Lalu mano-dvara-vithi Ke-dua mengikuti sesuai mengamati
Bayangan yang Baru dan Kesan yang Lama bersama-sama.
Lalu mano-dvara-vithi Ke-tiga mengikuti mengamati lagi Bentuk
dan Rupa, dari Objek Indera.
Lalu mano-dvara-vithi Ke-empat mengikuti mempertimbangkan
Nama yang berhubungan dengan Objek itu. Bila perlu banyak mano-
dvara-vithi cepat terjadi terus menerus mempertimbangkan Gambaran
Objek secara detail dan juga Waktu dan Tempat yang berhubungan
dengan Objek itu bila ia pernah berhadapan denganya sebelumnya.
Hanya setelah banyak mano-dvara-vithi Ke-dua ini barulah
Seseorang mengetahui Objek itu bersama Bentuk, Rupa, Nama dan
detail2 yang lainnya.
Mempertimbangkan Kenyataan bahwa Cittas dapat terjadi pada
Satu Kecepatan luar biasa lebih dari Satu triliun kali dalam Sekejapan
Mata dan Satu mano-dvara vithi hanya berisi sekitar 10 vithi cittas,
lebih dari Satu miliar vithi dapat terjadi dalam Satu bagian dari Sedetik.
Demikianlah kita dapat mengetahui Objek2 yang kita lihat atau dengar
hampir dengan segera dan malah kita berpikir bahwa kita melihat dan
mendengar dengan bersamaan..

Praktek Pembuktian.
Bahwa panca-dvara-vithi dan mano-dvara-vithi terjadi pada Satu
Kecepatan luar biasa terus menerus pada Satu Orang dapat di buktikan
oleh Orang itu sendiri. Karena Cittas tidak dapat di lihat walau di bawah
Mikroskop terbaik sekalipun, Satu Alat yang lebih kuat dari pada
Elektronik Mikroskop terbaru akan di perlukan untuk memperhatikan
Cittas. Alat ini tidak lain adalah Pikiran itu sendiri yang di sertai oleh
upacara-samadhi (Tetangga atau masuk ke Konsentrasi) atau lebih baik
dengan Jhana Samadhi (Pencerapan Meditasi)
Saya telah banyak mewawancarai para Meditator di International
Buddha Sasana Centre (Pa-auk Tawya Meditation Centres) di Myanmar
124

di mana Samatha dan Vipassana-bhavana (Meditasi Ketenangan dan


Pengertian) di ajarkan dengan benar menurut Petunjuk2 yang di
berikan dalam Kitab2 Suci Buddhist.
Disini para Meditator di haruskan mengembangkan Konsentrasi
terlebih dahulu. Setelah mereka mencapai Konsentrasi yang di
wajibkan, mereka di ajar bermeditasi pada Rupa (Mengenai Tubuh)
menganalisanya ke dalam 27 Macam dalam Satu Orang dengan
demikian melihat Kenyataan tertinggi sehubungan pada Rupa.
Kemudian para Meditator di ajar Meditasi pada Nama (Kesadaran
dan Pengikut2-nya). Mereka harus memusatkan Perhatian mereka pada
Setiap Landasan Pisik (Vatthu) bergiliran, mengamati Satu Objek Indera
mengena-i Landasan dan mengamati Urutan Pengenalan dari
Kesadaran yang timbul dalam panca-dvaras (Lima Pintu) begitu juga
dalam Pintu-Pikiran.
Mereka dapat melihat vithi-cittas terjadi persis sebagaimana di
jelaskan di dalam Buku, dan selanjutnya juga dapat membedakan
berbagai Cetasikas bersekutu dengan setiap Citta. Hasilnya sangat
memuaskan. Bila para Pembaca mempunyai Keraguan, ia
Lelaki/Perempuan di undang untuk datang dan bermeditasi di
International Buddha Sasana Centres kapan saja yang ia sukai.

Appana-Javana Mano-Dvara-Vithis.
Dalam Meditasi Ketenangan dan Pengertian, appana-javana mano
dvara vithi timbul ketika Jhana atau Magga di realisasikan. Dalam
Vithis2 ini, salah Satu dari 26 appana-javana cittas ambil bagian di
dalam Fungsi javana.

Rupavacara kusala cittas . . . . . . .


5
Arupavacara kusala cittas . . . . . . .
4
Mahaggata kiriya cittas . . . . . . .
9
Lokuttara cittas . . . . . . .
8
----
Appana-javana cittas 26
----
Bila Satu Orang, yang belum Arahat, melatih Meditasi Ketenangan,
ia bisa mencapai 5 rupavacara kusala Jhanas dan 4 arupavacara kusala
Jhanas, yang secara bersama di sebut “9 mahaggata kusala cittas”.
Bila Seorang Arahat melakukan Meditasi Ketenangan, ia bisa mencapai
5 rupavacara kiriya Jhanas dan 4 arupavacara kiriya Jhanas yang
secara bersama di sebut “9 mahaggata kiriya cittas”
125

Bila Satu Orang di berkahi dengan Tiga Akar, yaitu, Tanpa


Keserakahan, Tanpa Kebencian dan Tanpa Kegelapan Batin – melakukan
Meditasi Pengertian dengan benar dan sungguh2 ia bisa mencapai
Empat Maggas dan Empat Phalas (Empat Jalan dan Buah2 mereka),
yang di ketahui sebagai 8 lokuttara cittas.

Lima Rupavacara Appana Vithis.


(Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha” – Bha –
Bha –

(Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha” – Bha – Bha-

1. Ketika patibhaga-nimitta dari kasina muncul pada Pintu Pikiran,


Kelanjutan Kehidupan bergetar dua kali dan jadi tertangkap (Na – Da).
Lalu mano-dvaravajjana (Ma) memberi Perhatian Arus-Kesadaran
menuju patibhaga-nimitta, memperhatikan dan memutuskan Objek
Indera itu Apakah ia Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua
somanassa-sahagatam nanasampayuttam- maha-kusala-cittas
melaksanakan Fungsi upacara-samadhi javana Empat kali pada Orang
yang lambat atau kurang Bijaksana (Manda-panna) di bawah Nama dari;

Pa : parikamma . . . : Persiapan Jhana.


U : upacara . . . : Mendekati Jhana
Nu : Anuloma . . . .: Penyesuaian atau Hubungan
antara parikamma dan Jhana, Ia bertindak sebagai
Satu Jembatan menyelaraskan Cittas yang lebih
rendah dengan Cittas yang lebih tinggi.
Go : gotrabhu . . . . : Citta yang memotong Garis
Keturunan Kamma untuk membentuk Yang Mulia,
atau Garis Keturunan mahaggata.

Empat Cittas ini di kenal sebagai upacara-samadhi javanas.


Dalam Kasus pada Satu Orang yang cepat atau mempunyai
Kebijaksanaan yang baik (tikkha-panna), parikamma (Pa) tidak
termasuk.
Segera setelah gotrabhu, Jhana citta Pertama rupavacara kusala
timbul hanya Satu kali sebagai appana-javana. Setelah Jhana citta
Pertama ini berakhir, Arus bhavanga mengalir sebagaimana biasanya.
126

2.Rupavacara-appana vithi Ke-dua timbul sebagaimana diatas


membiarkan Jhanacitta Ke-dua Rupavacara kusala untuk berfungsi
sebagai appana-javana hanya Satu kali.

3.Rupavacara-appana vithi Ke-tiga juga muncul sebagaimana dalam


(1) membiarkan Jhana citta Ke-tiga Rupavacara kusala untuk berfungsi
sebagai appana-javana hanya Sekali.

4. Rupavacara-appana vithi Ke-empat lagi timbul sebagaimana


dalam (1) membiarkan Jhana citta Ke-empat Rupavacara kusala untuk
berfungsi sebagai appana-javana hanya Sekali.

5. Rupavacara-appana vithi Ke-lima timbul sebagaimana dalam (1),


tapi sebagai ganti salah Satu dari dua somanassa-sahagatam nana-
sampayuttam maha kusala cittas, Satu dari Dua upekkha-sahagatam-
nana-sampayuttam maha kusala cittas melaksanakan Fungsi upacara-
samadhi javana empat atau tiga kali dan Jhana citta Ke-lima
Rupavacara-kusala timbul hanya sekali untuk berfungsi sebagai
appana-javana.

Catatan;
1.Bilamana Seorang bermeditasi pada kasina, apakah somanassa
atau upekkha-maha kusala citta akan melaksanakan fungsi javana.

2.Bilamana Seorang memasuki Pencerapan Meditasi, upacara-


samadhi javanas dan Jhana-javanas harus setuju dalam Perasaan
(vedana). Karena Empat Jhanas Pertama disertai oleh sukha (Perasaan
menyenangkan), mereka di anggap sebagai somanassa cittas. Maka
dalam Kasus2 ini, upacara Samadhi javana haruslah somanassa-
sahagatam. Dalam Kasus dari Jhana Ke-lima, ialah upekkha-sahagatam,
maka upacara-samadhi javanas juga harus upekkha-sahagatam.

3.Satu Javana Bermoral (kusala citta) di ikuti oleh Satu javana


Bermoral.

Empat Arupavacara Appana Vithis.


(Manda-panna) Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha “ – Bha –
Bha –
(Tikkha-panna) Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha “ – Bha – Bha –
127

Vithi2 ini adalah sama dalam Bentuk sebagaimana rupavacara-


appana vithis. Tetapi arupavacara jhanas lebih tinggi dari pada
rupavacara jhanas dalam Tingkat Konsentrasi, Ketenangan dan
Keagungan. Seseorang harus menggunakan Jhana Ke-lima sebagai
Dasar untuk melangkah lebih tinggi ke arupavacara jhana dan juga
harus berkonsentrasi pada Satu Objek yang tidak bersekutu dengan
rupa.
Dalam prakteknya, Seseorang harus pertama-tama
mengembangkan Jhana Ke-lima dengan Meditasi pada patibhaga-
nimitta dari kasina, Kemudian ia keluar dari Pencerapan Rasa Gembira,
mengabaikan patibhaga-nimitta yang bersekutu dengan rupa (Dalam
Hal ini kasina), berkonsentrasi pada Ruang Tak Terbatas (akasa) yang
berada di balik patibhaga-nimitta, dan bermeditasi “Akasa, akasa”.
Ketika Kemelekatan yang Halus kepada patibhaga-nimitta di hilangkan,
nimitta tiba2 menghilang membuka Ruang Tak Terbatas. Ia
bermeditasi; “Akasa, akasa”, dan ketika Tingkat Konsentrasi cukup
tinggi, appana vithi akan memperlihatkan Efeknya.
1. Ketika Objek dari Ruang Tak Terbatas (akasa) muncul pada Pintu-
Pikiran, Arus bhavanga bergetar Dua kali dan jadi tertangkap (Na
–Da). Pintu-Pikiran Kesadaran yakni, mano-dvaravajjana,
memperlihatkan Objek itu dan memutuskan apakah ia Baik atau
Buruk. Lalu Satu dari pada Dua upekkha-sahagatam nana
sampayuttam maha-kusala citta berfungsi sebagai parikamma
(Pa), upacara (U), anuloma (Nu), dan gotrabhu (Go) pada
Seseorang yang kurang bijaksana (manda-panna), atau sebagai
upacara, anuloma dan gotrabhu pada Seseorang yang cepat
bijaksana (tikkha-panna). Lalu akasanancayatana-kusala cittas
timbul Satu kali sebagai appana-javana dan bhavanga-cittas
tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan.
2. Dalam menaiki Tangga ke arupavacara jhana Ke-dua, Meditator
bermeditasi pada akasanancayatana-kusala citta. Ketika Tingkat
Konsentrasi cukup tinggi arupavacara-appana Ke-dua akan
terjadi. Objek yang muncul pada Pintu-Pikiran ialah akasanan-
cayatana-kusala-citta yang menyebabkan Urut2-an Pengenalan
dari bhavanga-calana, bhavanga-paccheda, mano-dvaravajjana,
parikamma (diabaikan pada Orang yang tikkha-panna), upacara,
anuloma, gotrabhu dan vinnanacayatana-kusala-citta sebagai
appana-javana untuk timbul. Kemudian Kelanjutan Kehidupan
mengalir sebagaimana biasa.
128

3. Dalam Kasus arupavacara-jhana Ke-tiga, Objek yang muncul pada


Pintu-Pikiran ialah Kekosongan yang adalah Hasil dari pada
Penghilangan akasanancayatana-kusala-citta. Urut2-an
Pengenalan dari Kesadaran, timbul sebelum berakhirnya dengan
akincannanayatana-kusala-citta sebagai appana-javana.
4. Meningkat selanjutnya ke arupavacara jhana Ke-empat,
Meditator bermeditasi pada akincannayatana-kusala-citta
sebagai Objek Meditasi. Pada realisasi arupavacara jhana Ke-
empat, Objek ini, akincannayatana kusala-citta muncul pada
Pintu-Pikiran menyebabkan Urutan Pengenalan dari Kesadaran
timbul sebagaimana sebelumnya. Dalam Kasus ini neva-sanna-
n’asannayatana-kusala-citta timbul Satu kali sebagai appana-
javana dan lalu bhavanga-cittas tenggelam dalam Kelanjutan-
Kehidupan.
Catatan:
Para Pembaca harus melihat Gambaran dari “Arupa jhanas” pada
Halaman 40 - 41 sebagai Satu Bantuan untuk mempelajari
arupavacara-appana vithis.

Jhana Samapatti Vithis.


“Samapatti” Artinya “Pencapaian”. Satu Orang yang telah
mencapai rupavacara jhana, bisa memasuki Pencerapan Meditasi sesuai
pada Jhana itu bilamana ia menginginkan. Bila ia berlatih dengan baik,
ia bisa mencapai Keadaan Trance yang menggembirakan dengan cepat
dan mempertahankan Keadaan itu selama Satu Jam, dua Jam, Tiga Jam
dst.. sampai Tujuh Hari. Selama Trance ini terjadi berkali-kali dan
secara spontan memusatkan Perhatian pada patibhaga-nimitta dari
kasina. Maka ia tidak dapat mendengar atau mengetahui setiap Objek
Indera yang lain selama Keadaan Trance ini.
Satu Orang, yang mencapai semua rupavacara dan arupavacara
Jhana, bisa memasuki Pencerapan Meditasi sesuai pada Jhana Apa-pun.
Tetapi ia harus memasuki Jhana Pertama dulu, lalu dengan
menghilangkan Vitakka, ia memasuki Jhana Ke-dua, lalu dengan
menghilangkan Vicara, ia memasuki Jhana Ke-tiga, dan seterusnya..
Jhana Samapatti berlangsung sebagai berikut:
(Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha – Jha – Jha
–ber-kali2 – Bha—

(Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha – Jha – Jha –ber-


kali2 – Bha –
129

1. Untuk Pencapaian Rupavacara Jhana :


Patibhaga-nimitta dari kasina muncul pada Pintu Pikiran
menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua kali dan
menjadi tertangkap (Na – Da). Lalu mano-dvaravajjana
memeriksa patibhaga-nimitta dan memutuskan apakah itu Baik
atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua somanassa sahagatam
nana-sampayuttam maha kusala citta (ambil upekkha-
sahagatam memasuki Jhana Ke-lima) berfungsi sebagai
parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara,
anuloma dan gotrabhu. Kemudian Jhana Pertama, rupavacara-
kusala (atau Ke-dua, Ke-tiga, Ke-empat atau Jhana Ke-lima) citta
berfungsi banyak kali sebagai appana-javana. Ketika Pencerapan
menggembirakan berakhir, bhavanga-cittas terbenam dalam
Kelanjutan-Kehidupan.
2. Untuk Pencapaian Arupavacara Jhana:
Ruang yang tidak terbatas (akasa) di bentangkan oleh
Menghilangnya patibhaga-nimitta (ambil Objek yang sesuai
untuk arupavacara Jhana yang lebih tinggi) memasuki Jalan dari
Pintu-Pikiran menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua
kali dan jadi tertangkap. Lalu mano-dvaravajjana memeriksa
Ruang Tak Terbatas dan memutuskan Apakah itu Baik atau
Buruk. Kemudian Satu dari Dua upekkha-sahagatam nana-
sampayuttam maha kusala citta berfungsi sebagai parikamma (
di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, anuloma, dan
gotrabhu. Kemudian akasa-nancayatana-kusala-citta (atau
arupavacara kusala citta yang lebih tinggi) berfungsi banyak kali
sebagai appana-javana. Ketika Pencerapan Meditasi berakhir,
bhavanga-citta terbenam dalam Kelanjutan-Kehidupan.

Abhinna Appana Vithis


Mereka yang telah mencapai semua rupavacara jhanas dan semua
arupavacara jhana bisa berlatih lebih lanjut menurut Petunjuk yang di
berikan di dalam Kitab Visuddhimagga atau Kitab2 Buddhist yang lain
untuk mencapai Lima Lokiya Abhinnas (Pengetahuan Supernormal
Duniawi). Kekuatan Supernormal ini di capai melalui Kemampuan
Utama dalam Konsentrasi Mental, dan mereka itu berhubungan pada
Pengetahuan yang lebih tinggi yang beresekutu dengan rupavacara
jhana Ke-lima. Apa mereka itu?
130

1. Iddhi-Vidha Abhinnana.
Ber-macam2 Kekuatan yang hebat, seperti dari Satu Orang, dia
menjadi banyak, dan setelah menjadi banyak dia menjadi Satu
lagi. Tanpa Rintangan ia dapat lewat melalui Dinding dan
Gunung, sama seperti ia melalui Udara. Di dalam Bumi ia
menembus dan timbul lagi, persis seperti di dalam Air. Ia
berjalan di atas Air tanpa tenggelam, seperti di atas Tanah.
Dengan melipat Kaki ia mengapung melalui Udara, persis seperti
Burung bersayap.
2. Dibba-Sota Abhinnana.
Telinga Dewa yang dapat mendengar Suara2 ke-dua2nya, Suara
Surgawi dan Manusia, jauh dan dekat.
3. Dibba-Cakkhu Abhinnana.
Mata Dewa yang dapat melihat Ke-dua2nya Objek Surgawi dan
Manusia, jauh dan dekat, tersembunyi atau terlihat. Ia dapat
melihat Mahluk di Alam apaya (Lebih rendah) begitu juga Alam2
Dewa. Ia melihat Mahluk2 menghilang dan muncul kembali,
rendah dan Mulia, yang cantik dan yang buruk. Ia melihat
bagaimana Mahluk2 muncul kembali sesuai dengan Perbuatan2
mereka (Kamma).
4. Paracitta-Vijjanana Abhinnana atau Ceto-pariya-nana.
Kemampuan untuk mengetahui Pikiran2 Orang lain dalam Cara
menembus Pikiran2 Orang lain.
5. Pubbe-nivasanussati-Abhinnana.
Kemampuan untuk mengingat banyak Kelahiran2 yang lampau
seperti Satu Kelahiran, dua, tiga, empat, atau lima Kelahiran2…..
seratus ribu Kelahiran, mengingat banyak Pembentukan dan
Penghancuran dari Dunia, “Disana saya berada, dengan Nama
ini….dan meninggal dari sana saya memasuki di Suatu Tempat
dalam Kehidupan….. dan meninggal dari sana lagi saya muncul
di sini”.

Abhinna-Vithi Bentuknya ialah :

Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Bhin “ – Bha –

Misalkan Satu Orang, yang telah mencapai Kekuatan Supernormal


Duniawi, menginginkan menjadi banyak. Ia beremeditasi pada pathavi-
kasina dan mengembangkan Jhana Ke-lima, rupavacara kusala untuk
beberapa Saat. Lalu ia keluar dari Pencerapan Jhana dan dapat
131

menangkap Kelanjutan-Kehidupannya, membuat Satu Keinginan:


“Jadilah 1.000 Bentuk dari saya sendiri yang sama tetapi secara
terpisah”.
Ia mempunyai Keyakinan yang sempurna dalam Ke-inginannya.
Bentuk2 Nimitta muncul di Pintu-Pikirannya menyebabkan Kelanjutan-
Kehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap. Mano-dvaravajjana
memperhatikan Bentuk2 nimitta dan memutuskan Apakah Objek yang
kelihatan Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua upekkha sahagatam
nana sampayuttam maha kusala citta berfungsi sebagai parikamma,
upacara, anuloma dan gotrabhu. Kemudian mengamati 1.000 Bentuk2
nimitta, Jhana Ke-lima rupavacara kusala timbul sekali berfungsi
sebagai abhinna-javana. Lalu, bhavanga citta mengikuti dan Orang itu
keluar dari Jhana. Begitu Abhinnana javana terjadi, 1.000 Bentuk2
nimitta datang dalam Keberadaan.
Kekuatan2 Supernormal Duniawi yang lain di lakukan dalam
Satu Cara yang sama.

Magga Appana Vithis.


Mereka, yang melakukan Meditasi Pengertian, bermeditasi pada
Tiga Sifat dari Keberadaan (ti-lakkhana) yaitu, Tidak Kekal (anicca),
Penderitaan atau Kesengsaraan (dukkha) dan Tanpa Diri (anatta).
Setelah mengembangkan Sepuluh Pengetahuan Pengertian (vipassana-
nanas), realisasi dari Jalan dan Buah-nya (Magga dan Phala)
mengikutinya. Ada Empat Tingkat dari magga dan phala. Magga-
appana vithis berlangsung sebagai berikut :

(Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Mag – Pha –


Pha “ – Bha –

(Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Mag – Pha – Pha –


Pha “ – Bha – Bha

1. Ketika Salah Satu dari Tiga Sifat Keberadaan memasuki Jalan


dari Pintu-Pikiran dari Seorang puthujjana (Keduniawian atau
Seorang yang terikat oleh Sepuluh Belenggu). Kelanjutan-
Kehidupan bergetar Dua kali dan menjadi tertangkap (Na – Da).
Lalu, memperhatikan dan mempertimbangkan Sifat2 dari
Keberadaan, mano-dvaravajjana (Ma) timbul Satu kali.
132

Kemudian Satu dari Empat nana-sampayuttam maha kusala


cittas memperhatikan Sifat2 dari Keberadaan, berfungsi Tiga
kali sebagai parikamma (Pa), upacara (U), anuloma (Nu), dan
lalu, memperhatikan Nibbana, berfungsi Satu kali lagi sebagai
gotrabhu (Go). Kemudian Sotapatti-magga-javana timbul Satu
kali memperhatikan Nibbana. Lalu tanpa Selang Waktu, Buah
dari Magga, yakni, Sotapatti-phala citta berfungsi Dua kali
sebagai appana-javana. Lalu bhavanga cittas tenggelam dalam
Kelanjutan-Kehidupan dan Orang itu keluar dari magga-vithis.
(Bila Orang itu dari tikkha-panna, parikamma di abaikan dan
phala-javana terjadi Tiga Kali).
Catatan:
Kata2 diatas, magga vithi, parikamma, upacara, anuloma dan
gotrabhu berarti Hal2 sebagai berikut :

Pa : Parikamma : Persiapan dari magga.


U: Upacara : Mendekati magga.
Nu: Anuloma : Penyesuaian atau Hubungan, ia
menyelaraskan citta lebih rendah dengan cittas lebih
tinggi.
Go : Gotrabhu : Cittas yang memotong Garis Turunan-
Putujjana untuk membentuk Garis Turunan Ariya (Mulia).

Sekali Seseorang menjadi Seorang Ariya , ia tidak pernah kembali


lagi kepada Seorang puthujjana. Maka gotrabhu harus memotong Garis
Turunan puthujjana hanya Satu kali. Demikian kemudian magga dan
phala vithis, Vo – Vodana (artinya; Kemurnian) di sisipkan di Tempat
gotrabhu.

2. Untuk merealisasi magga dan phala Ke-dua, Sotapanna atau


Sotapan (Pemenang Arus yang telah merealisasikan magga dan
phala Pertama) harus bermeditasi pada Tiga Sifat Keberadaan
lagi. Ketika magga vithi Ke-dua timbul, ia berlangsung
sebagaimana diatas, hanya Perubahan yang perlu ialah:
“Vodana” di Tempat “Gotrabhu”, “Sakadagami-magga” di
133

Tempat “Sotapatti-magga” dan “Sakadagami-phala” di Tempat


“Sotapatti-phala”.
Setelah magga-vithi Ke-dua ini, Orang itu menjadi Seorang
Sakadagami atau Sakadagam (Yang kembali Sekali, yakni, ia akan
kembali ke Kediaman kama hanya sekali).
3. Bila Sakadagam melakukan meditasi-Pengertian lebih lanjut, ia
bisa mengembangkan magga-vithi Ke-tiga yang berlangsung
seperti magga-vithi Ke-dua – hanya mengganti “sakadagami”
menjadi “Anagami”.
Sekarang Orang yang menjadi Seorang anagami atau anagam
(Yang tidak kembali, yakni, ia tidak akan di lahirkan Kembali
dalam Tempat Kediaman kamma lagi).
4. Bila anagam melakukan Meditasi-Pengertian lebih lanjut, ia bisa
mengembangkan magga-vithi Ke-empat. Vithi ini, lagi
berlangsung seperti sebelumnya - hanya mengganti “anagami”
jadi “arahatta”. Orang itu sekarang menjadi Seorang arahant
(Seorang yang sempurna)

Phala Samapatti Vithis.


Ada Empat Perorangan Mulia (ariya-puggala): Pemenang Arus
(Sotapanna), Yang kembali sekali (Sakadagami), Yang tidak kembali
(Anagami) dan Seorang yang sempurna (arahat).
Setiap Perorangan Mulia bisa memasuki Pencerapan Meditasi
sesuai pada Buah dari Jalan yang ia telah capai. Dengan berbuat
demikian, ia sedang menikmati Kedamaian Nibbana, dan selama
Pencerapan ini phala-samapatti vithis terjadi sebagai berikut :
(Manda panna); Na – Da –“Ma – Pa – U – Nu – Vo – Pha – Pha –
banyak kali” – Bha –

(Tikkha-panna); Na – Da –“Ma – U – Nu – Vo – Pha – Pha – banyak


kali” – Bha –

Dalam Pengembangan phala-samapatti vithis, Perorangan


Mulia harus Bermeditasi pada Tiga Sifat2 Keberadaan, sampai phala-
samapatti-vithis timbul.

1. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan Pintu-


Pikiran dari Seorang Sotapanna, Kelanjutan Kehidupan bergetar
Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-upaccheda
dan di tangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek
134

dan memutuskan Apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu


dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas,
memperhatikan Objek ti-lakkhana, berfungsi Tiga kali sebagai
parikamma (di abaikan pada Orang yang tikkha-panna),
Upacara dan Anuloma, dan , memperhatikan Nibbana,
berfungsi Satu kali sebagai Vodana. Setelah itu Sotapatti-phala
cittas, memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appana-
javana banyak kali selama Orang itu menginginkan sampai
Tujuh Hari. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam
Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari phala-
samapatti.
2. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan Pintu-
Pikiran dari Seorang Sakadagami, Kelanjutan-Kehidupan
bergetar Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-
upaccheda dan jadi di tangkap Mano-dvaravajjana
mempertimbangkan Objek dan memutuskan Apakah itu Baik
atau Buruk. Lalu Satu dari Empat nana-sampayuttam maha
kusala cittas memperhatikan Objek ti-lakkhana, berfungsi Tiga
kali sebagai parikamma (di abaikan pada Orang yang tikkha-
panna), upacara, dan anuloma, dan memperhatikan Nibbana,
berfungsi sekali sebagai Vodana. Setelah itu Sakadagami phala
citta, memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appana-
javana banyak kali selama Orang itu menginginkan sampai
Tujuh Hari. Kemudian bhavanga-cittas terbenam ke dalam
Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari phala-
samapatti.
3. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan Pintu-
Pikiran dari Seorang Anagami , Kelanjutan Kehidupan bergetar
Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-paccheda dan
jadi tertangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek
dan memutuskan apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu
dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas
memperhatikan Objek ti-lakkhana. Berfungsi Tiga kali sebagai
parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, dan
anuloma, dan memperhatikan Nibbana, berfungsi sekali sebagai
appana-javana banyak kali selama Orang itu menginginkannya
sampai Tujuh Hari. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam
Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari Phala-
samapatti.
135

4. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan Pintu-


Pikiran dari Seorang Arahant, Kelanjutan-Kehidupan bergetar
Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-upaccheda
dan tertangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek
dan memutuskan Apakah ia Baik atau Buruk. Kemudian Satu
dari pada Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas,
memperhatikan Objek ti-lakkhana berfungsi Tiga kali sebagai
parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, dan
anuloma, dan memperhatikan Nibbana, berfungsi Satu kali
sebagai Vodana. Setelah itu arahatta-phala citta,
memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appana-javana
banyak kali selama Orang itu menginginkannya sampai Tujuh
Hari. Kemudian bhavanga-cittas tenggelam dalam Kelanjutan-
Kehidupan dan Orang itu bangun dari phala samapatti.

Nirodha-Samapatti-Vithi.
“Nirodha-samapatti” artinya “Pencapaian Pemadaman”. Vithi ini di
kembangkan untuk menunda sementara semua Kesadaran dan Kegiatan
Mental, mengikuti dengan segera pada Keadaan setengah Sadar yang di
sebut; “Keadaan dari bukan Pencerapan bukan juga bukan Pencerapan”
(neva-sanna-n’asanna-yatana jhana).
Hanya Seorang Anagami atau Arahat yang telah menguasi semua
Sembilan Pencerapan (Jhanas) sanggup mengembangkan nirodha-
samapatti vithi. Prosedur untuk mengembangkan nirodha-samapatti
vithi adalah sebagai berikut :
Pertama-tama Orang memasuki rupa vacara jhana Pertama, keluar
dari situ dan Meditasi pada Unsur2 Jhana sebagaimana pada Sifat2
mereka yang tidak Kekal, Penderitaan dan Tanpa-Diri. Ia mengulang-
ulang Prosedur ini dengan rupavacara jhana Ke-dua, Ke-tiga, Ke-empat
dan Ke-lima, dan kemudian juga dengan arupavacara-jhana Pertama,
Ke-dua, dan Ke-tiga.
Kemudian ia membuat Empat Tekad yang kuat (adhitthana).

1. Semoga saya tetap dalam Keadaan nirodha-samapatti selama


Satu Jam, Dua Jam, Tiga Jam,… Satu Hari, Dua Hari, . . . atau
Tujuh Hari (menetapkan Jangka Waktu tidak melampaui Jangka
Waktu Hidupnya yang ia dapat ketahui).
2. Semoga Tubuhku, Barang2 yang saya pakai dan Bangunan yang
saya tinggali tidak di rusak atau di hancurkan oleh Alat Apa-pun
(Ia dapat membatasi Lingkungan sebanyak yang ia inginkan).
136

3. Semoga saya keluar dari nirodha samapatti segera begitu Lord


Buddha ingin melihat saya (Keadaan ini pada Waktu ketika Sang
Buddha hidup).
4. Semoga saya keluar dari nirodha samapatti segera begitu
Sangha para Bhikkhu menginginkan Kehadiran saya (ini di
lakukan sebagai Penghargaan bagi Sangha para Bhikkhu).

Sekarang Orang itu mengembangkan Arupavacara Jhana Ke-empat


dan segera setelah terjadinya neva-sanna-n’asanna-yatana citta sebagai
appana-javana untuk Dua Saat Kesadaran, Arus Kesadaran di putus --
Tak ada Cittas, cetasikas, dan cittaja-rupa (Pemenuhan Tubuh yang di
bentuk oleh Citta) timbul lagi.
Orang itu akan tetap dalam Keadaan dari Pemadaman Kesadaran,
Pengikut2nya dan cittaja-rupa sampai akhir masa Waktu yang ia telah
tetapkan untuk tinggal dalam nirodha-samapatti. Walaupun ia tidak
bernapas , makan, minum atau mengetahui Sesuatu, ia masih tetap
hidup. Ketika ia keluar dari nirodha-samapatti, anagami-phala-citta
timbul Satu kali sebagai appana-javana bila ia adalah Seorang Anagami,
atau arahatta-phala citta timbul Satu kali sebagai appana-javana bila ia
adalah Seorang Arahant. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam
Kelanjutan Kehidupan.

Vipaka Niyama.
“Niyama” Artinya “Hukum”. Sedangkan Vipaka Cittas adalah Hasil2
dari Kammas (Perbuatan), mereka timbul dalam Vithis secara teratur
sesuai pada Kammas persis seperti Bayangan muncul di dalam Cermin
sesuai dengan Orang yang di depan Cermin itu.
Sekarang Seseorang mempunyai Objek2 yang tidak
menyenangkan seperti Satu Bangkai yang membusuk, Najis, dsb.. pada
Keadaan dari Akusala Kammas (Perbuatan Tidak Bermanfaat). Maka
pada Saat seperti itu, Akusala vipaka cittas – yaitu, Cakkhu-vinnana,
sampaticchana, santirana, dan tadalambana timbul di dalam Vithis.
Bila Seseorang menjumpai Objek yang agak bagus, kusala vipaka
cittas yaitu, cakkhu-vinnana, sampaticchana, upekkha-santirana dan
upekkha-tadalambana timbul dalam Vithis. Bila Objek sangat Baik,
somanassa-santirana dan somanassa-tadalambana timbul sebagai ganti
dari upekkha.
Kusala dan Akusala-Javanas tidak terjadi secara teratur seperti
vipaka-cittas. Yoniso-manasikara (pemikiran bijak) menuju pada
137

timbulnya Kusala-javanas sedangkan Ayoniso-manasikara (Pemikiran


tidak bijak) membuat timbulnya Akusala-javanas.

Banyak kali terjadinya kama-javanas.


Pada Umumnya kama-javanas timbul Tujuh kali dalam Satu Vithi.
Tetapi pada Bayi yang masih muda dan Orang yang tidak sadar, hadaya-
vatthu lemah, dan sesuai dengan itu, kama-javanas timbul Enam atau
Lima kali dalam Satu Vithi.
Dalam marana-sanna-vithi, yang terjadi pada waktu Sekarat kama-
javanas terjadi hanya Lima kali.
Dalam paccavekkhana-vithis (Proses mengingat Hal2 yang dahulu),
Orang itu sedang memeriksa, Faktor2 Jhana sangat cepat sekali dan
makanya kama-javana terjadi hanya Empat atau Lima kali setiap Vithi.
Dalam upacara-samadhi-javana, kama-javana terjadi Empat kali
sebagaimana parikamma, upacara, anuloma dan gotrabu pada Orang2
yang lambat Pemikirannya, atau Tiga kali seperti upacara, anuloma dan
gotrabu pada Orang2 yang cepat Pemikirannya.

Banyak kali terjadinya Appana-javanas.


Dalam semua rupavacara-jhana dan arupavacara-jhana vithis,
appana-javanas yang sesuai terjadi hanya Satu kali pada Satu Orang
yang mencapai Jhana itu untuk Pertama kalinya. Untuk masuk ke dalam
Pencerapan yang menggembirakan sesuai pada Jhana itu, ia dapat
mengembangkan jhana-samapatti vithis di dalam mana appana-javana
terjadi ber-ulang2, berkali-kali.
Dalam abhinna appana vithis, rupavacara kusala javanas Ke-lima
timbul Satu kali berfungsi sebagai abhinna-javana. Pada Seorang
Arahant, rupavacara kiriya – Jhana Ke-lima timbul Satu kali sebagai
abhinna javana.
Dalam magga appana vithi, magga javana yang sesuai timbul hanya
Satu kali di ikuti oleh Dua phala cittas yang lain sebagai appana javanas
pada Satu Orang yang lambat Kebijaksanaannya atau Tiga phala cittas
sebagai appana javanas pada Orang yang cepat Kebijaksanaannya.
Dalam phala samapatti vithi, phala citta yang sesuai terjadi banyak
kali tanpa memutus Fungsinya sebagai appana javanas.
Dalam nirodha samapatti vithi, nevasanna n’ asana yatana citta
timbul Dua kali persis sebelum Pemadaman Kesadaran dan semua
Kegiatan Mental. Selama nirodha samapatti, cittas begitu juga cetasikas
dan cittaja rupa padam, maka tidak ada javana yang tinggal.
138

Pada waktu keluar dari nirodha-samapatti anagami-phala citta


terjadi Satu kali sebagai appana-javana pada Seorang anagami atau
arahata-phala-citta terjadi Satu kali sebagai appana javana pada
Seorang Arahant.
Sebagaimana Satu Prosedur yang teratur dari javana, segera setelah
Satu somanassa (Yang menyenangkan) kama javana, Satu somanassa
appana javana akan di harapkan, dan setelah Satu kama javana, di
sertai oleh Ketenangan, Satu appana javana, disertai oleh Ketenangan,
di harapkan.

Prosedur dari Tadalambana.


Tadalambana (Penyimpanan) hanya terjadi pada Orang2 – kama
ketika mereka sedang memperhatikan Objek2 Indera – kama dengan
kama javana vara vithis.
Umumnya upekkha javana atau domanassa javana di ikuti oleh
upekkha-tadalambana sedangkan somanassa-javanas di ikuti oleh
somanassa-tadalambana. Dalam Praktek Prosedur berikut di
perhatikan.
1. Setelah 4 maha kiriya upekkha javanas dan 2 domanassa javanas,
4 maha vipaka upekkha tadalambanas dan 2 santirana upekkha
tadalambana bisa timbul.
2. Setelah 4 maha kiriya somanassa javanas dan hasituppada
javana, 4 maha vipaka somanassa tadalambanas dan Satu
somanassa santirana tadalambanas bisa timbul.
3. Setelah 10 akusala javanas dan 8 maha kusala javanas yang
tinggal, semua 11 tadalambanas bisa timbul.

Agantuka Bhavanga.
Bagi Satu Orang yang Kesadaran Kelahiran Kembalinya adalah Satu
somanassa citta, Kelanjutan Kehidupan-nya juga harus somanassa
bhavanga untuk hidup. Kesadaran Kelahiran Kembali dan bhavanga
citta dari Satu Orang harus sesuai pada bhumi, citta, sampayutta-
dhamma (Pengikut2), vedana dan sankara.
Ketika Orang itu marah, domanassa javanas-nya tidak bisa di ikuti
oleh somanassa tadalambana dan somanassa bhavanga sebab
domanassa vedana melawan somanassa vedana persis seperti Api
melawan Air. Tetapi menurut Kesadaran Kelahiran-nya, somanassa
tadalambana dan somanassa bhavanga harus timbul.
Dalam Keadaan yang sulit ini, upekkha santirana timbul Satu kali
sebagai Satu Agantuka-bhavanga (agantuka artinya “Tamu” atau
139

“Orang asing”) melaksanakan Fungsi bhavanga dan bukan Fungsi


santirana.
Upekkha-vedana dapat di sesuaikan dengan Keduanya,
domanassa vedana dan somanassa vedana. Agantuka bhavanga tidak
dapat merasakan Objek Indera yang di perhatikan oleh domanassa
javana, Ia merasakan Satu Objek kama yang telah di perhatikan
beberapa kali di masa lampau.

Bhumi dan Cittas.


“Bhumi” Artinya “Alam Keberadaan”. Dalam Alam –kama, 80 Cittas
dengan Pengecualian dari 9 mahaggata-cittas bisa ambil bagian dalam
Vithis. 9 mahaggata-cittas berfungsi sebagai Kesadaran-Kelahiran
Kembali, Kelanjutan Kehidupan dan Kesadaran Kematian di dalam
masing2 Alam Brahma.
Dalam Alam – rupa , 2 ghana-vinnana cittas, 2 jivha-vinnana cittas
dan 4 arupa-vipaka cittas, jumlah semua 20, tidak timbul. Maka 69
cittas sisanya, bisa timbul dalam Alam-rupa.
Dari 69 cittas ini, 5 rupa-vipaka cittas tidak ambil bagian dalam
vithis, maka hanya 64 cittas sisanya akan ambil bagian dalam vithis.
Dalam alam – Arupa, 42 cittas yang bisa atau tidak bisa bergantung
pada hadaya-vatthu untuk timbulnya mereka sebagaimana di sebutkan
dalam “Pakinnaka-Section” (Chapter 3) bersama dengan 4 arupa-vipaka
cittas, jumlah semua 46, bisa timbul. Dari 46 cittas, 4 arupa-vipaka
cittas tidak ambil bagian dalam vithis, maka hanya 42 cittas yang sisa
akan ambil bagian dalam vithis.

Puggala – Bheda (Penggolongan Individu2)

“Puggala” artinya “Orang” atau “Individu”. Ada 4 Tipe dari puthu-


jjana (Duniawi) dan 8 Tipe dari ariya-puggala (Individu yang mulia).

Puthujjana.
1. Duggati – ahetuka – puggala.
2. Sugati – ahetuka – puggala.
3. Dvi – hetuka puggala.
4. Ti – hetuka – puggala.

Ariya – puggala.
a. Maggattha.
5. Sotapatti - maggattha
140

6. Sakadagami – maggattha
7. Anagami – maggattha
8. Arahatta – maggattha

b. Phalattha.
9. Sotapatti – phalattha
10. Sakadagami – phalattha
11. Anagami – phalattha
12. Arahata – phalattha.

“Duggati” Artinya “Keberadaan yang menderita” Sedangkan


“Sugati” artinya “Keberadaan yang berbahagia”
“Duggati-ahetuka-puggala” mengacu pada Orang2 dalam apaya,
yakni, Empat “Dunia lebih rendah”, yaitu, Dunia Binatang, Dunia Setan,
Dunia Jin dan Neraka (niraya).
“Sugati-ahetuka-puggala” mengacu pada Orang2 yang
terkebelakang, buta dan tuli sejak lahir dalam Dunia Manusia dan
Tempat Tinggal catumaharajika deva.
“Dvi-hetuka-puggala” mengacu pada Manusia dan Devas yang di
lahirkan dengan nana-vipayutta maha-vipaka cittas yang kurang
Kebijaksanaan. Orang2 ini tidak dapat mencapai Jhanas dan Maggas
dalam Kehidupan sekarang walau bagaimana Giat-pun ia berusaha.
Mereka mungkin, bagaimana-pun menjadi “Ti-hetuka-puggala” dalam
Kehidupan selanjutnya sebagai Hasil dari Usaha Meditasi mereka dalam
Kehidupan sekarang, dan kemudian mencapai Jhanas dan Maggas
dengan mudah bila mereka akan melatih Meditasi lagi.
“TI-hetuka-puggala” mengacu pada Manusia dan Devas yang di
lahirkan dengan nana-sampayutta maha-vipaka cittas yang berisi
Kebijaksanaan. Orang2 ini bisa mencapai Jhanas dan semua Maggas
bila mereka dengan sungguh2 menjalankan Meditasi Ketenangan dan
Meditasi Pengertian.
Empat Orang2 Maggattha dan Empat Orang2 Phalattha adalah
Orang2 Ti-hetuka-puggala. Orang2 maggattha terakhir hanya untuk
Satu Saat Kesadaran selagi mereka merealisasi magga-nana yang
sesuai. Setelah magga-nanas, mereka menjadi Orang2 Phalattha.
141

Puggala dan Cittas.


Citta-citta yang dapat timbul dalam berbagai Orang dalam Tempat2
Kehidupan yang berbeda di buat Tabel seperti di bawah:

Disambung dalam Chart No.10. terlampir pada bagian belakang


Buku ini.

---oOo---
142

Chapter 5.

Vithimut atau Bhumi

Alam Keberadaan.

Vithimutta Cittas.
Dalam Bab sebelumnya Fungsi2 dari Vithi Cittas telah di jelaskan.
Sekarang dalam Bab ini, kita akan uraikan Fungsi2 dari 19 Vithimutta
cittas, yakni, Proses Pembebasan Kesadaran.
19 Vithimutta-cittas teermasuk 2 Upekkha-santirana cittas, 8 maha-
vipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas.
Citta-citta ini berfungsi sebagai Kesadaran –Kelahiran Kembali bagi
semua Mahluk hidup di lahirkan kembali dalam Alam Keberadaan yang
bersesuaian, kemudian mereka berfungsi sebagai Kelanjutan-Kehidupan
bagi semua Keberadaan dari setiap Mahluk hidup dan akhirnya sebagai
Kesadaran Kematian dari Mahluk.
Sebagaimana Alam Keberadaan di libatkan dalam Penjelasan
Fungsi2 dari Vithimutta-cittas ini, Bab ini di beri Judul sebagai “Bhumi”
sama sebagai “Vithimut”

Empat Catukka.
“Catukka” Artinya “Satu Grup dari Empat”. Empat Catukka yang
akan di uraikan dalam Bab ini adalah:
1. Bhumi-catukka . . . . . . --- Empat Alam Keberadaan
2. Patisandhi-catukka . . . . --- Empat Model Kelahiran Kembali.
3. Kamma-catukka . . . . . . --- Empat Macam Perbuatan, dan
4. Maranuppatti-catukka . . . --- Empat cara datangnya Kematian.

Empat Alam Keberadaan.


Alam Keberadaan (Bhumi) adalah Tempat dimana Mahluk Hidup
dilahirkan, berkeliling untuk waktu Satu Kehidupan, dan akhirnya mati.
Empat Alam Keberadaan adalah:
1. Apaya – bhumi atau kamaduggati-bhumi – Alam Kesengsaraan.
2. Kamasuggati – bhumi – Alam Kenikmatan Indera yang di berkahi
3. Rupa – bhumi - Alam Materi Halus.
4. Arupa – bhumi - Alam Non Materi.

1. Apaya – Bhumi.
Diantara ini, Apaya bhumi lagi ada Empat macam yaitu,
143

1. Niraya (Neraka) atau Keadaan yang sengsara.


2. Tiracchana (Kerajaan Binatang)
3. Alam Peta (Setan2 yang tidak berbahagia)
4. Gerombolan dari asura (Jin-Jin).

Apaya – Tanpa Kebahagiaan, kamaduggati – menikmati


Kenikmatan Indera tapi terikat Kesengsaraan.

2. Kamasuggati (Banyak Kenikmatan Indera).


Kamasuggati terdiri dari Kerajaan Manusia dan 6 Alam Deva,
menjadi 7 Alam, semuanya.

3. Rupa-Bhumi
Rupa bhumi terdiri dari 3 Alam Jhana-Pertama, 3 Alam Jhana-Kedua,
3 Alam Jhana-Ketiga dan 7 Alam Jhana-Keempat, jumlah semua 16
Alam.

4. Arupa-Bhumi.
Arupa-bbumi ada empat yaitu;
1. Akasanancayatana-bhumi – Kerajaan Ruang yang tak terbatas.
2. Vinnanancayatana – bhumi – Kerajaan Kesadaran yang tak
terbatas.
3. Akincannayatana-bhumi – Kerajaan Kekosongan.
4. N’evasanna-n’asannayatana-bhumi – Kerajaan bukanPencerapan
bukan juga Bukan Pencerapan.

Dihitung semua Alam2 secara terpisah, kita dapatkan 4 Alam


apaya, 7 Alam kamasuggati, 16 Alam Rupa dan 4 Alam Arupa, jadi
semua ada 31 Alam.

Keadaan dari Bhumi-Bhumi


1. Kerajaan Manusia, Kerajaan Binatang, Kerajaan Peta dan Kerajaan
Asura berada di atas Permukaan Bumi. Kerajaan2 itu tidak di
pisahkan, tapi Mahluk2 bergerak berkeliling dalam Dunia
mereka sendiri.
2. Niraya melambangkan beberapa Keadaan yang sengsara dimana
Mahluk2 menebus untuk Kamma buruk mereka. Mereka
bukanlah Neraka2 yang kekal. Melewati kamma buruk, Mahluk2
mungkin di Lahirkan Kembali dalam Keadaan yang baik sebagai
Hasil dari Perbuatan2 Baik mereka di masa lampau.
144

Ada 8 Niraya Besar atau Neraka yang berada di bawah


Permukaan Bumi. Nama2 mereka menurut Jarak dari Permukaan
Bumi, adalah; Sanjiva, Kalasutta, Sanghata, Roruva, Maharoruva,
Tapana, Mahatapana dan Avici.
(Pembaca bisa melihat Peta-Bhumi yang di lampirkan di
belakang Buku ini. Peta itu juga menyebutkan Jarak diantara
Alam2 dalam Yojana yang kira-kira 8 mile).
Setiap Niraya Besar mempunyai Bentuk dari Satu Segi Empat.
Pada setiap Tepi dari Segi Empat lagi ada Empat Niraya Kecil,
yaitu, Rawa2 Kotoran, Lapangan dari Debu panas, Hutan dan
Pohon2 berduri dan Sungai panas dengan Tonggak2.
Maka ada 16 Niraya Kecil pada Empat Sisi dari Satu Niraya
Besar dan 128 Niraya Kecil untuk 8 Niraya Besar.
3. Enam alam Dewa Kenikmatan Indera (Alam2-deva) bertempat di
atas Tanah dan meninggi ke Angkasa
i. Catumaharajika – Kerajaan Dewa yang paling rendah
dimana Empat Penjaga Dewa bertempat tinggal bersama
Pengikut2 mereka. Beberapa Mahluk lebih rendah dari
Alam ini mempunyai Tempat tinggal mereka di atas Bumi.
ii. Tavatimsa – Kerajaan dari 33 Dewa dan Pengikut2 mereka.
Sakka, Raja para Dewa, bertempat tinggal dalam Alam Dewa
ini.
iii. Yama – Kerajaan dari Dewa2 Yama
iv. Tusita – Surga Kesenangan
v. Nimmanarati – Surga para Dewa yang bergembira dalam
Ciptaan2 mereka.
vi. Paranimmita-vasavati - Surga para Dewa yang membawa
Barang2 diciptakan oleh yang lain2 di bawah Kekuasaan
mereka.

Enam alam Dewa ini adalah tempat tinggal sementara yang di


berkahi dimana Mahluk2 hidup dengan bahagia menikmati
Kenikmatan2 Indera sebagai Hasil dari Kamma-kamma Baik
mereka.
Yang lebih tinggi dari Alam2 Kenikmatan ini adalah Kerajaan Brahma
dimana Mahluk2 senang dalam Berkah Jhana di dapat oleh
Rupavacara dan Arupavacara-kusala-kamma mereka.

4. Enam belas Alam Materi Halus (Rupa – Bhumi) Keadaannya jauh


lebih tinggi dari pada 6 Alam Yang di berkahi Kenikmatan Indera.
145

i. 3 Alam Jhana Pertama adalah:


Brahma-parisajja - Kerajaan dari Rombongan Brahma.
Brahma-purohita - Kerajaan dari Menteri2 Brahma.
Maha- brahma - Kerajaan dari Brahma Agung.

ii. 3 Alam Jhana Kedua adalah:


Parittabha - Surga dari Kilauan terbatas
Appamanabha - Surga dari Kilauan tidak terbatas
Abhassara - Surga dari Dewa2 yang bersinar.

iii. 3 Alam Jhana Ketiga adalah:


Paritta-subha - Surga dari Dewa2 dengan sinar lemah
Appamana-subha - Surga dari Dewa2 dengan sinar tak
terbatas.
Subha-kinha - Surga dari Dewa2 dengan sinar
Penuh yang tetap.

Iv .7 Alam Jhana Ke-empat adalah:


Vihapphala - Surga dari Dewa2 dengan Berkah
Besar.
Asanna-satta - Surga dari Dewa2 dengan hanya Rupa
tanpa Nama
Suddhavasa - Surga dari Tempat Tinggal murni –
hanya para Anagami Dan Arahat di temui dalam Tempat
ini. Suddhavasa terdiri dari 5 Alam:
Aviha - Surga yang bertahan lama
Atappa - Surga yang tenang.
Sudassa - Surga yang indah
Sudassi - Surga yang berpandangan bersih.
Akanittha - Surga yang paling tinggi.

5. Empat Alam Non Materi (Arupa-bhumi). Keadaannya tinggi di


atas Alam2 Materi Halus. Nama 4 Alam Arupa telah di sebutkan
di atas.

Bhumi dan Orang.


Duabelas Tipe Orang (Puggala) telah di sebutkan tadi sebelum
Kesimpulan dari Bab.IV. Sekarang kita akan menempatkan Orang2 ini di
dalam berbagai Alam Keberadaan dimana mereka termasuk.
146

1. Didalam Tempat Kediaman Apaya hanya Orang duggati –


ahetuka di temui.
2. Didalam Kerajaan Manusia dan Catumaharajika, Sebelas Tipe
Orang dengan Pengecualian Orang duggati-ahetuka ada di sana.
3. Dalam Lima Alam yang di berkahi Kenikmatan Indera, sepuluh
Tipe Orang dengan Pengecualian Orang duggati-ahetuka dan
Orang sugati-ahetuka ada di sana.
4. Dalam sepuluh Alam Rupa-Brahma dengan Pengecualian dari
asanna-satta dan Lima Suddhavasa; satu Orang tihetuka-
puthujjana dan Delapan Orang Ariya ada di sana.
5. Dalam Surga asannasatta, Hanya Satu Orang sugati-ahetuka
yang di lahirkan hanya dengan jivita-rupa ada di sana.
6. Dalam Lima Surga Suddhavasa, Orang Anagami-phalattha, Orang
Arahatta-maggattha dan Orang Arahatta-phalattha ada di sana.
Anagami yang mencapai Jhana Ke-empat di dalam Kerajaan
Manusia, di lahirkan disini setelah Keakhiran mereka dalam
Kerajaan Manusia. Dalam Keadaan itu mereka mencapai Ke-
Arahatan di dalam Surga Suddhavasa.
7. Dalam Empat Alam Arupa , Tujuh Orang Ariya (Dengan
Pengecualian dari Orang Sotapatti-maggattha) dan Satu Orang
tihetuka-puthujjana ada di sana. Sotapatti-magga tidak di capai
dalam Alam ini. Orang2 Sotapanna yang mencapai Arupa-jhana
dalam Kerajaan Manusia, mungkin di lahirkan dalam Alam Arupa
dan mereka bisa mencapai magga dan phala yang lebih tinggi
dalam Keadaan ini.

Empat Cara dari Kelahiran Kembali (Patisandhi-catukha).


1. Apaya-patisandhi (Kelahiran Kembali yang sengsara). Akusala-
vipaka upekkha santirana ahetuka citta.
2. Kama-sugati patisandhi (Kelahiran Kembali yang diberkahi
Kenikmatan Indera): a. Kama-sugati ahetuka patisandhi =
kusala-vipaka santirana ahetuka-citta.
b.Kama sugati sahetuka patisandhi = 8 maha-vipaka citta.
3. Rupa-patisandhi (Kelahiran Kembali dalam Alam Rupa) -
5Rupavacara-vipaka citta + jivita-navaka kalapa rupa patisandhi.
4. Arupa-patisandhi (Kelahiran Kembali dalam Alam Arupa). – 4
Arupavacara-vipaka citta.
147

Catatan:
a. Satu Apaya-patisandhi, Satu kama-sugati ahetuka-patisandhi
dan 8 kamasugati sahetuka patisandhi, bersama menjadikan
10 kama-patisandhi.
b. Lima Rupavacara-vipaka citta dan Jivita-navaka-kalapa-rupa-
patisandhi, bersama menjadikan 6 Rupa-patisandhi.
c. Sepuluh patisandhi, 6 Rupa patisandhi dan 4 Arupa
patisandhi, bersama menjadikan 20 Tipe Patisandhi (Kelahiran
Kembali).
Jumlah patisandhi lebih Satu dari jumlah Kesadaran Kelahiran
Kembali, sebab ada Satu Rupa-patisandhi.

Orang dan Patisandhi.


1. Empat Penghuni Apaya dalam Alam2 Niraya, Tiracchana,
Peta, Asura, di lahirkan dengan Akusala-vipaka upekkha
santirana ahetuka citta. Citta ini adalah Hasil dari Kamma
Tidak bermoral. Ia menjadi Penghubung kembali
(Kesadaran Kelahiran Kembali) pada Saat turun ke dalam
Keadaan Sengsara. Kemudian ia tergelincir ke dalam
Kelanjutan-Kehidupan (Bhavanga) dan akhirnya ia menjadi
Kesadaran-Kematian dan di putuskan.
2. Dalam Kerajaan Manusia dan Kerajaan Catumaharajika,
Mahluk2 yang cacat seperti mereka yang buta, tuli, dungu,
terkebelakang, atau cacat karena Kelahiran, dan Dewa
Tanah yang rendah (deva) di lahirkan dengan kusala-vipaka
upekkha santirana ahetuka citta.
3. Di dalam semua Tujuh Alam yang diberkahi Kenikmatan
Indera, Manusia2 Normal dan Dewa2 di lahirkan dengan
salah satu dari Delapan Mahavipaka citta. Maka itu Hasil
dari Delapan Perbuatan Besar sebagai Penghubung kembali
(Kesadaran2 Kelahiran Kembali), Kelanjutan Kehidupan dan
Kesadaran Kematian di mana saja di dalam Dunia-Indera
yang di berkahi. Diantara Manusia2 dan Dewa2 , Orang2
dvi-hetuka di lahirkan dengan Empat Mahavipaka
nanavipayutta citta, sedangkan Orang2 ti-hetuka di lahirkan
dengan Empat Mahavipaka nana sampayutta citta.
4. Diantara para Rupa-Brahma;
i. Brahma dari 3 Alam Jhana Pertama di lahirkan dengan
rupavacara Jhana Pertama vipaka citta.
148

ii. Brahma dari 3 Alam Jhana Kedua di lahirkan baik


dengan rupavacara Jhana Kedua vipaka citta atau juga
dengan rupavacara citta Jhana Ketiga.
iii. Brahma dari 3 Alam Jhana Ketiga di lahirkan dengan
rupavacara citta Jhana Ke-empat.
iv. Brahma dari alam Jhana ke Empat, dengan Kekecualian
dari Brahmas asannasatta, di lahirkan dengan
rupavacara citta Jhana Ke-lima dan,
v. Asannasatta Brahma dilahirkan dengan jivita-navaka-
kalapa-rupa.

5. Akasanancayatana-brahma di lahirkan dengan akasananca-


yatana-vipaka citta.
Vinnanancayatana-brahma di lahirkan dengan Vinnananca-
yatana-vipaka citta.
Akincannayatana-brahma di lahirkan dengan
akincannayatana-vipaka citta, dan
N’evasanna-n’asannayatana-brahma di lahirkan dengan
n’evasann-n’asannayatana-vipaka citta.

Metode Penamaan dari Alam2 Rupa.


Alasan bagi beberapa Ketidak sepahaman dari Nama2 Alam2 Rupa
dan Kesadaran Kelahiran Kembali dari para Brahma adalah karena ada
Dua Cara untuk menghitung Rupa-Jhana.
Bagi Orang2 dengan Kebijaksanaan yang lambat, setelah mencapai
rupavacara jhana-Pertama, mereka harus menghilangkan Faktor2 Jhana
Satu per Satu dalam Perjalananannya ke Jhana yang lebih tinggi. Maka
bagi Orang dengan Tipe ini, Ada Lima rupavacara jhana.
Bagi Orang2 dengan Kebijaksanaan yang cepat, setelah mencapai
Jhana Pertama, mereka menghilangkan Vitakka dan Vicara bersamaan
dalam Perjalanannya ke Jhana Kedua. Maka itu Jhana Kedua mereka,
sama dengan Jhana Ketiga dari Orang2 dengan Kebijaksanaan yang
lambat, dan Jhana Ke-empat mereka, sama dengan Jhana Ke-lima dari
Orang2 yang Kebijaksanaannya lambat.
Begitulah, hanya ada Empat rupavacara Jhana bagi Orang2 yang
Kebijaksanaannya cepat.
Didalam Praktek, sebagaimana yang di amati di International
Buddha Sasana Centres (Pa-auk Meditatioan Centre) hampir semua
Orang menghapuskan Vitakka dan Vicara bersamaan. Disini Metode
149

Penghitungan rupavacara jhana ke-atas sampai Tingkat Ke-empat lebih


Umum, dan akibatnya, Alam2 Jhana di namakan menurut Metode ini.
Di dalam Bhumi Chart (Yakni Chart No. 5.1 dilampirkan di belakang
Buku ini), Kesadaran Kelahiran Kembali di jelaskan menurut Metode
Lima rupavacara-jhana sedangkan Alam2 Rupa di jelaskan menurut
Metode Empat rupavacara-jhana.
Dua Metode Penghitungan rupavacara jhana,bersama dengan
Nama2 dari Alam2 Rupa di gambarkan dalam Tabel 5.1

Empat Cara dari Mengandung.


1. Andaya-patisandhi - Dikandung dalam Telur bercangkang.
2. Jalabuja-patisandhi - Dikandung dalam Rahim.
3. Sansedaja-patisandhi - Dikandung dalam Lubang, atau Satu
Batang Pohon, dalam Buah2an, dalam Bunga, dalam Paya2,
dalam Air yang menggenang, dalam Mayat dan Mayat yang
membusuk, dsb.. seperti Lalat dan Nyamuk.
4. Opapatika-patisandhi - Kelahiran Kembali dalam Bentuk dari
Seorang yang dewasa sekitar 16 tahun seperti melompat keluar
tidak tahu dari mana.

Catatan: Andaya-patisandhi dan jalabuja-patisandhi juga secara


bersamaan di kenal sebagai gabbhaseyaka-patisandhi.
150

Penerapan:
1. Orang2 menderita dalam Niraya di lahirkan hanya dengan Cara
opapatika-patisandhi.
2. Peta dan Asura di lahirkan baik melalui jalabuja-patisandhi atau
juga opapatika-patisandhi.
3. Binatang2 di lahirkan dengan semua Empat Cara Kandungan.
4. Manusia Pertama-tama dilahirkan dengan Cara opapatika-
patisandhi pada Permulaan dari Dunia, dan kemudian baik
dengan jalabuja-patisandhi atau juga sansedaja-patisandhi.
5. Kelompok Dewa Tanah di lahirkan baik dengan Cara jalabuja-
patisandhi atau opapatika-patisandhi.
6. Mahluk Deva dan Brahma di lahirkan hanya dengan Cara
opapatika-patisandhi.

Rentang Waktu Kehidupan Mahluk2.


1. Orang2 yang menderita dalam Empat Tempat tinggal apaya tidak
mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang tetap.. Mereka
menderita dalam Keadaan sengsara sesuai dengan Kamma2
mereka. Batas Usia mereka berbeda sesuai dengan Perbuatan2
Jahat mereka. Beberapa berumur pendek dan beberapa
berumur panjang. Selama masa Buddha, Bhikkhu Tissa, waktu
meninggal menjadi Seekor Kutu selama tujuh hari di dalam Jubah
baru yang di persembahkan kepadanya oleh Saudari
Perempuannya dan ia melekat padanya pada waktu
meninggalnya. Lagi, Mallika, Ratu dari Raja Kosala, harus
menderita dalam Satu Keadaan sengsara hanya selama tujuh hari
di karenakan Satu Perbuatan Tidak Bermoral, dan kemudian ia di
lahirkan Kembali di dalam Alam yang di berkahi Kenikmatan
Indera karena Perbuatan Baiknya. Pada Kejadian yang lain,
Devadatta di takdirkan menderita selama Satu aeon di dalam
Niraya karena Kamma Buruknya yang serius menyebabkan Satu
Perpecahan dalam Sangha.
2. Manusia juga tidak mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang
tetap, Batas umur timbul dari Sepuluh tahun sampai tahun2 yang
tidak terhitung (assankheyya) dan kemudian jatuh kembali
sampai Sepuluh Tahun. Periode sementara, ketika Batas Usia
Manusia timbul dari Sepuluh sampai Tahun2 tidak terhitung dan
kemudian jatuh ke sepuluh lagi, di kenal sebagai Satu antara-
kappa. Dengan kata lain, Satu antara-kappa di ukur oleh Waktu
yang di perlukan oleh Bandul dari Generasi Pengakhiran-
151

Kehidupan untuk berayun dari Satu Pengakhiran-Sepuluh tahun


ke Satu Pengakhiran – asankkeyya dan kembali lagi ke
Pengakhiran Sepuluh Tahun. Enam puluh empat antara-kappa ,
secara Harfiah , Satu Siklus tidak terhitung. Satu asankheyya-
kappa melebihi Waktu yang di butuhkan untuk menghabiskan
Satu Kotak yang besar masing2 Satu Yojana Panjang, Lebar dan
Tingginya, di penuhi dengan Biji2 Lada, dengan membuang Satu
Biji sekali dalam Seratus tahun. Satu asankheyya-kappa mungkin
memerlukan selama Satu aeon. Empat asankheyya-
kappa sama dengan Satu maha-kappa, secara harfiah Satu Siklus
Besar, Satu maha-kappa juga di kenal sebagai Satu Siklus Dunia.
3. Kelompok Dewa2 Tanah dan Asura yang rendah, keduanya
termasuk pada Alam Catumaharajika. Mereka tidak mempunyai
Rentang Waktu-Hidup yang tetap.
4. Deva dan Brahma dalam Alam Dewa mempunyai Rentang
Waktu-Hidup yang tetap.

Tabel 5.2

Catatan:
i. Satu ‘Hari Dewa’ dalam Catumaharajika yang lebih tinggi sama
dengan 50 Thn. Manusia; Satu Hari Dewa dalam Tavatimsa sama
dengan 100 Thn. Manusia; satu Hari Dewa dalam Yama sama
dengan 200 Thn. Manusia dst.. . Tiga puluh Hari Dewa menjadi
Satu Bulan dan 12 Bulan jadi Satu Tahun.
ii. Kalau kita naik ke atas dari Alam yang lebih rendah ke Alam yang
lebih tinggi, Masa-Kehidupan, dua kalinya dan Lama Hari Dewa
juga Dua kalinya. Ini adalah Kunci untuk mengingat Rentang-
152

Kehidupan dari Alam2 Dewa yang berbeda -- Kalikan dua Tahun2


Dewa dan kalikan Tahun Manusia dengan 4 bila naik Satu Tangga
ke Atas.
iii. Lord Buddha mengkhotbahkan Abhidhamma-desana dalam
Tavatimsa selama Tiga Bulan pada Satu Masa tanpa berhenti.
Tidak ada Manusia yang sanggup untuk mendengarkan Khotbah
yang panjang itu tanpa berhenti. Tapi Satu Periode dari 90 Hari
Bumi, hanyalah 3,6 Menit di dalam Tavatimsa. Maka para Dewa
tidak mempunyai Masalah untuk mendengarkan Lord Buddha

Penghancuran Dunia.
Menurut Kitab Suci Agama Buddha, ada sejumlah Dunia tidak
terbatas dan tidak ada Dunia yang abadi. Bumi kita sendiri akan berakhir
pada suatu hari. Ini agak berhubungan dengan Pengamatan melalui
Teleskop yang paling kuat bahwa Bintang2 tua sedang mati dan
Bintang2 muda sedang terbentuk.
Dunia bisa di hancurkan oleh Api, Air, atau Angin. Bila di hancurkan
oleh Api, semua Dunia sampai 3 Alam Jhana-Pertama akan terbakar.
Setelah di hancurkan Tujuh kali berturutan oleh Api, Dunia akan di
hancurkan oleh Air pada yang ke Delapan kalinya ketika semua Dunia
sampai 3 Alam Jhana-Kedua akan di hancurkan.
Setelah di hancurkan dalam Siklus yang teratur, 7 kali oleh Api dan
Satu kali oleh Air, Dunia akan di hancurkan oleh Angin pada yang ke 64
kalinya.
Biasanya Lokapala-deva (Dewa2 Penjaga Dunia) memberitahukan
Orang2 terlebih dahulu tentang Penghancuran Dunia yang sedang
mendatang. Dengan demikian Orang karena takut melakukan
Perbuatan2 Baik dan melaksanakan Meditasi Samatha (Ketenangan)
untuk mencapai Jhana2 yang lebih tinggi supaya di lahirkan Kembali di
dalam Alam Surga yang lebih tinggi dengan demikian terhindar dari
Bencana itu.
153

Tabel 5.3.
154

Empat Jenis dari Kamma (Kamma-Catukka).


Kamma, biasa di sebut Karma. Secara harfiah Artinya, Kehendak
berbuat atau Perbuatan. Sebagaimana Satu Aturan, Perbuatan2 Baik
membuahkan Kebaikan dan Perbuatan2 Buruk membuahkan Akibat2
Buruk.
Sekarang Perbuatan dapat di lakukan oleh Gerakan Tubuh (kaya),
oleh Kata2 dari Mulut (vaci), atau oleh Pikiran (mano). Tetapi Tubuh
dan Mulut tidak dapat bergerak atas Kehendak mereka sendiri, mereka
harus di gerakan oleh Pikiran (citta) melalui Cittaja-rupa.
Lagi pula, Citta hanyalah Kesadaran dari Satu Rasa Objek, ia tidak
memberikan Perintah atau Pengarahan untuk melakukan Satu
Perbuatan atas Kehendaknya sendiri. Adalah Kehendak (Cetana) yang
mengarahkan Citta dan Pengikut2-nya untuk melakukan Perbuatan,
maka Cetana bertanggung jawab untuk menyelesaikan Satu Perbuatan.
Demikianlah secara tegas di katakan, Kamma ber-arti Semua
Kehendak yang Bermoral dan yang Tidak Bermoral (Cetana). Kehendak
yang mempunyai Akar Kegelapan Batin (Moha), Keserakahan atau
Kemelekatan (Lobha) atau Kemarahan (Dosa) ialah Kejahatan.
Kehendak yang disertai oleh Kedermawanan (Alobha), Kehendak Baik
(Adosa), dan Kebijaksanaan (Panna) ialah Bermanfaat.
Dengan Kata lain, Cetana yang ada dalam 12 Akusala citta adalah
Kamma2 yang Tidak Bermoral sedangkan Cetana yang ada dalam 8
Maha-kusala citta, 5 Rupavacara-kusala citta dan 4 Arupavacara-kusala
citta adalah Kamma2 yang Bermoral.
Sekarang Cetana dan Pengikut2-nya (yaitu, Citta dan Cetasika lain
daripada Cetana) berlalu setelah melakukan Keperluannya masing2.
Tetapi sebelum ia berlalu, mereka meninggalkan Milik2 Kamma mereka
di dalam Arus Citta. Milik2 Kamma ini, adalah Kamma2 yang Potensial
yang akan menghasilkan Akibat2 yang bersesuaian pada Waktu2 yang
sesuai, dan Akibat itu akan jatuh pada si Pelaku sendiri.
Ada sedikit Persamaan dengan Hukum Newton yang Ketiga dari
Pergerakan dalam Ilmu Alam. Hukum itu mengatakan : “Pada setiap
Aksi ada Satu Reaksi Perlawanan yang sama”. Maka Satu Orang, yang
melakukan Satu Perbuatan Baik atau Buruk, akan mengharapkan Satu
Reaksi Perlawanan yang sama baik dalam Kehidupan ini atau dalam
beberapa Kehidupan di masa depan.
Terlebih lagi, Reaksi Perlawanan itu bisa datang banyak kali karena
Kamma telah di lipat gandakan sampai lebih dari Satu Miliar oleh Milik
dari Citta. Bagaimana? Sebagaimana telah di sebutkan di muka, Citta
dapat terjadi pada Kata2 lebih dari Satu Triliun kali Se-kedipan Mata.
155

Maka ber-miliar Citta disertai oleh Kehendak untuk membunuh Se-ekor


Nyamuk akan timbul, waktu memukul Nyamuk. Citta yang ber-miliar ini
bersama dengan Kehendak untuk membunuh akan menimbun ber-
miliar Benih2 Kamma di dalam Arus Citta.
Sebagaimana Satu Benih Sayuran akan menumbuhkan Satu
Tanaman baru dari Jenis Pohon yang sama dari Benih, begitu juga Satu
Benih Kamma akan menghasilkan Satu Mahluk baru dalam Satu Alam
yang bersesuaian dengan Kamma aslinya. Satu Kamma Yang Tidak
Bermoral akan memberikan Kelahiran Kembali dalam Satu Alam yang
menderita sedangkan Satu Kamma Yang Bermoral akan memberikan
Kelahiran Kembali dalam Satu Alam yang di berkahi.
Persis seperti Miliaran Kamma2 Tidak Bermoral di hasilkan dalam
Satu Perbuatan dari membunuh Se-ekor Nyamuk, begitu juga dalam
melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat, seperti memberikan
Kedermawanan, ber-miliar Kamma2 Bermoral di hasilkan.
Demikianlah jumlah Kamma2 Bermoral begitu juga yang Tidak
Bermoral di timbun dalam Kehidupan ini begitu juga dalam Kehidupan2
lampau yang tidak terhitung sedemikian banyak hingga tidak dapat di
tangani oleh Satu Komputer yang Super. Namun semua Kamma2 ini
berada dalam Arus Citta dari setiap Individu mengikutinya di mana-pun
ia muncul dalam Satu Kehidupan yang baru.
Seperti setiap Objek disertai oleh Sebuah Bayangan, begitu juga
setiap Kamma di-ikuti oleh Akibatnya yang bersesuaian. Kamma adalah
Perbuatan dan Vipaka (Buah atau Hasil) ialah Reaksinya. Ia adalah
Sebab dan Akibat. Seperti Sebuah Benih, ialah Kamma, seperti Satu
Tumbuhan ialah Vipaka. Sebagaimana kita menabur, begitulah kita
menuai, baik dalam Kehidupan ini ataupun dalam Kehidupan masa
depan. Apa yang kita tuai hari ini adalah apa yang telah kita taburkan
baik sekarang atau-pun pada masa yang lampau.
Kamma, adalah Satu Hukum-nya sendiri, dan ia bekerja di dalam
Lingkungannya sendiri tanpa suatu campur Tangan dari Satu Perantara
luar yang mengatur, sudah menjadi Sifatnya Kamma ialah Potensi dari
menghasilkan Akibatnya yang bersesuaian. Kamma adalah Sebab,
Vipaka adalah Akibat. Sebab menghasilkan Akibat, Akibat menjelaskan
Sebab. Hukum Sebab dan Akibat berlaku di mana-pun.
Walaupun kita tidak dapat mengetahui Kamma2 Individu dalam
Satu Orang, kita dapat menggolongkan Kamma2 ke dalam beberapa
Tipe sebagaimana di babarkan oleh Sang Buddha, dan meramalkan
kapan, dimana dan bagaimana setiap Tipe akan membuahkan
Akibatnya.
156

A. Kicca – Kamma Catukka.


Berkenaan dengan Fungsi, ada Empat macam Kamma:

1. Janaka - Kamma : Kamma Produktif yang menghasilkan


Kelompok Mental dan Kelompok Materi pada Saat Pembuahan
begitu juga sepanjang Waktu-Kehidupan dari Individu.
2. Upatthambhaka - Kamma : Kamma Pendukung yang
mendukung Janaka-Kamma begitu juga Akibat dari Janaka-
Kamma sepanjang Waktu-Kehidupan dari Individu.
3. Upapilaka – Kamma : Kamma Penghalang yang memperlemah,
menyela atau memperlambat Buah dari Janaka-Kamma.
4. Upaghataka – Kamma : Kamma Penghancur yang tidak saja
memutus Akibat dari Janaka-Kamma tapi juga merusak Janaka-
Kamma dan menghasilkan Akibatnya sendiri. Dengan Kata lain
Orang itu mati dengan tiba2 dan di lahirkan Kembali sesuai
dengan Upaghataka-Kamma.

Sebagai Satu Contoh dari bekerjanya Empat Kamma2 diatas,


Kasus dari Devadatta dapat di katakan. Janaka-Kamma-nya yang baik
menghasilkan ia di lahirkan dalam Satu Keluarga Kerajaan.
Kenyamanan2 dan Kesejahteraan-nya yang berlanjut sesuai dengan
Perbuatan dari Janaka-Kamma begitu juga dari Kamma Pendukung.
Kamma Penghalang mulai ber-peran ketika ia di kucilkan dari Sangha
dan Subjek dari banyak Kehinaan. Kemudian Kamma Tidak Bermoral-
nya yang serius menyebabkan Satu Perpecahan dalam Sangha, bekerja
sebagai Kamma Penghancur yang mengirimnya jatuh ke Neraka Avici.

B. Pakadanapariyaya – Kamma Catukka.


Berkenaan pada Prioritas dalam Membuahkan Akibat2, Ada
Empat Macam Kamma :
1. Garuka – Kamma : Kamma Berat yang begitu Kuatnya sampai
tidak ada Kamma yang lain dapat menghasilkan Fungsinya dalam
Kehidupan selanjutnya. Dengan Kata lain, ia pasti menghasilkan
Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya. Kamma2 Berat yang
Buruk adalah Pancanantariya Kamma, yaitu, (i) Menimbulkan
Satu Perpecahan di dalam Sangha, (ii) Melukai Seorang Buddha,
(iii) Membunuh Seorang Arahat , (iv) Membunuh Ibu dan, (v)
Membunuh Ayah. Niyata-micchaditthi (Pandangan Salah yang
permanen) juga di masukkan sebagai Satu Kamma Berat.
157

Disamping itu, 5 Rupavacara-kusala kamma dan 4 Arupavacara-


kusala kamma adalah Kamma2 Berat yang Baik. Lokuttara-
magga juga adalah Satu Kekuatan Berat karena ia menutup
Pintu2 dari Empat Tempat tinggal apaya untuk selamanya.
2. Asanna – Kamma : Kamma yang mendekati yang di lakukan
atau di ingat Sesaat sebelum Kematian.
3. Acinna – Kamma : Kamma Kebiasaan yang di lakukan secara
teratur, atau yang dapat menjadi Satu Kamma yang di lakukan
Sekali dan itu di Ingat kembali dan di kenang sepanjang waktu.
4. Katatta – Kamma : Kamma Tidak Tentu yang sekali di lakukan
dan segera di lupakan.

Sekarang, bila kita punya Garuka-Kamma Apa saja, ia akan


menghasilkan Akibatnya ketika kita mati dan mengkondisikan
Kehidupan kita selanjutnya. Bila kita tidak punya Garuka Kamma Apa-
pun yang mana Hal ini yang sering terjadi, maka kita harus
mengandalkan pada Asanna-kamma untuk mengkondisikan Kehidupan
Kembali kita selanjutnya. Untuk mendapatkan Satu Asanna-kamma
yang Baik, Anak2 Lelaki dan Perempuan atau Kerabat2 dan Kawan2
harus menyiapkan Perbuatan2 Bermanfaat seperti mempersembahkan
Jubah2 pada para Bhikkhu atau untuk mendengarkan Khotbah Dhamma
bagi Orang2 pada Tempat tidur Kematiannya. Orang yang sekarat juga
harus di ingatkan pada Perbuatan2 Baik-nya di masa lampau.
Satu Contoh yang baik adalah ayah dari Y.M. Sona di Ceylon. Sang
Ayah bermata Pencaharian sebagai Seorang Pemburu. Ketika ia terlalu
tua untuk pergi berburu, ia menjadi Seorang Bhikkhu dalam Vihara Anak
Lelakinya. Segera ia jatuh sakit dan mendapatkan Satu Penampakkan
bahwa Anjing2 Neraka merambat menaiki Bukit untuk menggigit-nya. Ia
ketakutan, dan ia meminta Anak Lelakinya untuk mengusir Anjing2 itu.
Anak Lelakinya, yang adalah Seorang Arahat, mengetahui bahwa
Ayahnya mengalami Satu Gati-nimitta yang akan melemparnya ke
dalam Niraya. Ia meminta Pengikut2-nya cepat2 untuk mengumpulkan
Bunga2 dan menebarkannya ke seluruh Pagoda di dalam Vihara.
Kemudian ia membawa Ayahnya beserta Tempat tidurnya ke Pagoda.
Yang mulia Sona mengingatkan Ayahnya untuk memberi Penghormatan
ke Pagoda dan untuk bergirang Hati dalam mempersembahkan Bunga2
bagi Kepentingannya.
Bhikkhu tua itu menjadi tenang, menghormat kepada Pagoda dan
bergirang Hati waktu melihat Bunga2 di persembahkan ke Pagoda atas
Namanya. Pada Saat itu, Gati-nimitta-nya berubah. Ia berkata kepada
158

Anak Lelakinya, “Ibu-ibu angkat-mu yang cantik2 dari Tempat Kediaman


Dewa2 telah datang untuk membawa saya”. Anak Lelaki itu puas
dengan Hasil dari Usahanya.
Ini adalah Satu Cara yang sangat baik untuk membalas Rasa Terima
Kasih yang kita terima dari Orang tua kita.
Supaya yakin untuk mendapat Satu Asanna-kamma yang baik,
bagaimanapun, kita harus mengembangkan Satu Acinna-kamma selagi
kita hidup. Acinna-kamma terbaik adalah Meditasi Ketenangan atau
Meditasi-Pengertian yang dapat di lakukan sepanjang waktu. Bilamana
itu menjadi Kebiasaan, itu akan di ingat dan di lakukan pada Waktu
mendekati Kematian.
Raja Dutthagamani dari Ceylon mempunyai Kebiasaan memberikan
Sedekah kepada para Bhikkhu sebelum ia makan. Suatu Waktu
Saudaranya memberontak dan mengasingkan-nya ke dalam Hutan.
Selagi bersembunyi di dalam Hutan, ia bertanya kepada Pembantunya,
Apakah mereka punya Sesuatu untuk di makan. Pembantunya
menjawab bahwa ia telah membawa Satu Mangkuk Makanan Raja. Raja
membagi Makanan itu menjadi Empat Bagian – Satu Bagian untuk-nya,
Satu untuk Pembantu, Satu untuk Kuda dan Satu untuk Persembahan.
Ia lalu meminta Pembantu untuk mengundang para Bhikkhu atau
Pertapa untuk datang dan mengambil Persembahan-nya.
Tentu saja mereka tidak dapat melihat Siapa2 di sekitarnya. Tetapi
atas Desakan Raja, Pembantu itu mengundang dengan Suara keras. Lo!
Seorang Bhikkhu terhormat sedang mendatang dari Udara. Bhikkhu itu
adalah Seorang Arahat dengan Pengetahuan abhinna. Raja sangat
bergembira hingga ia tidak hanya mempersembahkan Bagian Ke-empat
dari Makanan itu tapi juga Bagian-nya. Pembantu itu ikut menyusul dan
mempersembahkan Bagian-nya. Waktu melihat pada Kuda-nya, ia
manggut2 menandakan Kuda-nya juga menginginkan
mempersembahkan Bagian-nya juga.
Raja merasakan begitu Senangnya untuk beberapa Saat, dan
kemudian merasa lapar lagi. Mengetahui bahwa Arahat itu dapat
mendengarnya dengan Telinga Dewa-nya (dibha-sota), ia membuat Satu
Permohonan agar mengirimi kepadanya setiap Sisa dari Makanan itu.
Arahat itu mengirimkan padanya Mangkok-Sedekah yang datang
terbang melalui Udara. Raja mengambil Mangkuk itu dan
mendapatkannya penuh dengan Makanan. Makanan itu bisa di
gandakan dengan idhi-vidha-abhinna (Kekuatan Supernormal). Raja,
Pembantu dan Kuda itu bisa makan sampai kenyang.
159

Kemudian Raja mendapatkan kembali Kekuatannya dan


mendanakan Satu Jumlah yang sangat besar dari Kekayaan-nya kepada
Buddha Sasana (Agama Buddha) untuk membangun Thupa besar di
sebut Maha-cetiya, banyak Vihara dan Bangunan2 Keagamaan lainnya.
Ia telah meminta semua Perbuatan2 Baiknya di catat. Ketika ia
terbaring di atas Tempat Tidur Kematian-nya, ia mendengarkan pada
Catatan-nya, yang di bacakan kepadanya. Sampai pada Hal dari
Persembahan Makanan pada Arahat di dalam Hutan, ia meminta pada
Pembacanya untuk berhenti membaca. Ia dalam Keadaan sangat
girang, ketika mengingat Perbuatan ini, lalu ia meninggal. Kamma Baik
ini membuahkan Kelahiran Kembali-nya di dalam Kerajaan Tusita.
Cunda, Seorang Penjagal, menuntut Penghidupan dengan
memotong Babi secara kejam selama lebih dari Lima puluh tahun.
Ketika Waktunya tiba, Api dari Niraya datang dan membakarnya
membuat ia memekik seperti Seekor Babi selama Tujuh Hari. Ia berada
di Niraya segera begitu ia meninggal. Acinna Kamma itu menjadi
Asanna-kamma dan menghasilkan Akibatnya.

Perumpamaan dari Sebuah Bangsal – Ternak.


Se-umpamanya banyak Ternak di kurung di dalam Satu Bangsal
yang Besar selama Semalam. Pagi harinya Pintu Bangsal di buka untuk
membiarkan Ternak2 keluar ke Padang Rumput. Sekarang siapa yang
akan keluar lebih dulu?
Semua Ternak2 ingin keluar se-segera mungkin. Bila ada Satu
Pemimpin diantara mereka dimana setiap Ternak menghormatinya,
yang Satu ini akan berjalan dengan Keangkuhan-nya ke Pintu dan keluar
duluan. Yang satu ini seperti Satu Garuka-kamma yang tanpa ada
Perlawanan untuk membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan
selanjutnya.
Sekarang, bila tidak ada Pemimpin, Se-ekor yang paling dekat ke
Pintu bisa keluar yang pertama. Ini sama dengan Asanna-kamma
membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya.
Kadang2 Se-ekor yang waspada, yang telah selalu memperhatikan
dengan teratur kapan Waktu Pintu Bangsal itu di buka, bisa berjalan ke
Pintu tepat sebelum Pintu di buka dan keluar pertama begitu Pintunya
di buka.
Ini seperti Acinna-kamma menghasilkan Akibatnya dalam
Kehidupan selanjutnya..
Kadang2, Se-ekor yang lemah yang tidak di harapkan, karena di
dorong2 oleh yang lebih kuat, bisa keluar dari Bangsal yang pertama. Ini
160

sama seperti Kasus ketika Satu Katata-kamma yang tidak di harapkan


mempunyai Kesempatan untuk mengkondisikan Kehidupan selanjutnya.
Ratu Mallika menjalankan Satu Penghidupan yang bajik, tetapi ia
ingat Satu Kebohongan, yang ia telah katakan pada Raja Kosala pada
Waktu yang lampau, pada Saat2 Kematiannya. Demikianlah Katata-
kamma ini telah melemparnya jatuh ke bawah ke Satu Keadaan yang
menderita selama Tujuh hari.

C. Pakakala – Kamma Catukka.


Berkenaan pada Waktu dalam membuahkan Akibat, Ada Empat
Macam Kamma:

1. Ditthadhammavadaniya – kamma : Kamma yang berlaku


dengan segera yang membuahkan Akibat dalam Kehidupan
sekarang.
2. Upapajjavedaniya - kamma : Kamma yang berlaku sesudahnya
yang membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya
(Yang Ke-dua).
3. Aparapariyavedaniya – kamma : Kamma yang berlaku tidak
terbatas yang membuahkan Akibatnya dari Kehidupan Ke-tiga
sampai Kehidupan terakhir Orang itu merealisasikan Nibbana.
4. Ahosi – kamma : Kamma Kadaluwarsa yang tidak lagi
membuahkan Akibat.

Dalam mempelajari vithi kita amati bahwa maha-kusala citta atau


akusala citta berfungsi Tujuh kali sebagai Javana dalam Keadaan biasa.
Cetana (Kehendak) bersekutu dengan Javana Pertama di sebut
Ditthadhammavedaniya-kamma yang akan menghasilkan Akibatnya
dalam Kehidupan ini juga. Bila ia tidak bekerja dalam Kehidupan ini, ia
menjadi Kadaluwarsa.
Devadatta dan Cunda di bakar oleh Api Niraya dalam Kehidupan
mereka yang sekarang. Pasangan Kakavaliya yang miskin, setelah
mempersembahkan Bubur Nasi pada Y.M. Sariputta, menjadi sangat
kaya dalam Tujuh hari.
Dari Tujuh Javana , Javana Pertama yang paling lemah. Yang paling
kuat adalah Javana Ke-tujuh. Cetana yang bersekutu dengan javana ini
di sebut upapajjavedaniya-kamma. Ia menghasilkan Akibatnya dalam
Kehidupan selanjutnya (Ke-dua). Bila ia tidak bekerja dalam Kelahiran
Kedua, ia juga menjadi Kadaluwarsa atau tidak berlaku (ahosi).
161

Javana Pertengahan yang Lima adalah Kuat, dan Cetana yang


bersekutu dengan mereka di kenal sebagai aparapiriya-vedaniya-
kamma.
Sebagaimana jutaan vithi terjadi dalam Satu Perbuatan Bermanfaat
atau Tidak Bermanfaat, akan timbul jutaan dari kamma Tipe ini selama
Perbuatan itu. Maka kamma ini akan bekerja tidak terbatas dari
Kelahiran Ketiga sampai Se-seorang berakhir ketika Individu itu
mencapai Nibbana. Tidak Seorang-pun, juga Sang Buddha dan Arahat,
di kecualikan dari tingkat Kamma ini.
Maka untuk setiap Perbuatan yang telah kita lakukan kita akan
mengharapkan Akibat2 tidak hanya dalam Kehidupan ini tapi dalam
Kehidupan yang tidak terbatas di masa depan sehubungan dari
Pengembaraan kita dalam Samsara. Maka hati-hati-lah!

D. Pakathana – Kamma Catukka.


Berkenaan pada Tempat dimana Akibat2 Kamma terjadi, Kamma
ini di bagi ke dalam Empat Tingkatan:
1. Akusala – Kamma : Perbuatan2 tidak Bermoral yang
menghasilkan Akibat2-nya di dalam Empat Tempat tinggal
apaya.
2. Kamavacara – kusala - Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di
dalam Alam Indera yang menghasilkan Akibat2-nya di dalam
Tujuh Kerajaan2 Kenikmatan Indera yang di berkahi (Kamaloka).
3. Rupavacara-kusala-Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di dalam
alam Materi-Halus yang menghasilkan Akibat2-nya di dalam
Enam belas Kerajaan2-Rupa (Rupaloka).
4. Arupavacara-kusala-Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di
dalam Alam-Bukan Materi yang menghasilkan Akibatnya di
dalam Empat Kerajaan-Arupa (Arupaloka).

Catatan:
i. Pada Intinya, harus dicatat bahwa:
a) Akusala-kamma : 12 Cetana bersekutu dengan 12 akusala-
citta.
b) Kamavacara-kusala-kamma : 8 Cetana disertai dengan 8 maha-
kusala-citta
c) Rupavacara-kusala-kamma : 5 Cetana disertai dengan 5
rupavacara kusala citta.
d) Arupavacara-kusala-kamma : 4 Cetana disertai dengan 4
arupavacara-kusala-citta.
162

ii Akibat Kamma ada Dua Jenis: - Vipaka-namakkhandha dan


Katata-rupa.
a) Vipaka – namakhandha – vipaka – citta dan Pengikut2-nya.
b) Katatta-rupa – kammaja-rupa dan utuja-rupa. Kammaja-rupa
ialah Pemenuhan Kebutuhan Tubuh di hasilkan oleh kamma dan
Utuja-rupa ialah Pemenuhan Kebutuhan Tubuh di hasilkan oleh
Temperatur.

Lebih lanjut Akibat Kamma terjadi pada patisandhi-kala (yakni,


Saat Timbulnya patisandhi citta) sama juga pada pavatti-kala (yakni,
Sejak Saat Keberadaan patisandhi-citta sampai Kematian).

Kamma – Dvara dan Tiga Tipe Kamma.


Tempat dimana Kamma terjadi atau Peralatan dengan mana
Kamma timbul di sebut Kamma-dvara. Ada Tiga Kamma-dvara.
1. Kaya-dvara : Gerakan Tubuh yang khusus disebut kayavinnatti
dimana Gerakan Tubuh terjadi (kaya – kamma)
2. Vaci-dvara : Pembicaraan menghailkan Gerakan Mulut disebut
vacivinatti dimana Gerakan Perkataan timbul (vaci – kamma)
3. Mano-dvara : Dimana Tindakan Mental semua citta (mano –
kamma) timbul.

Sehubungan dengan Tiga Kamma-dvara, Ada Tiga Tipe


Kamma.
1. Kaya – Kamma : Tindakan Tubuh umumnya di lakukan oleh
Gerakan Tubuh yang khusus disebut kayavinnatti.
2. Vaci – Kamma : Tindakan Perkataan umumnya di lakukan oleh
Gerakan Mulut yang khusus disebut vacinnatti.
3. Mano – Kamma : Tindakan Mental di laksanakan oleh Pikiran
melalui, berpikir, merencanakan, meditasi dsb…

Sepuluh Akusala Kamma-Patha


“Kamma-patha” Artinya, “Bagian dari Tindakan”. Itu adalah Nama
dari Satu Grup dari 10 Macam Perbuatan, baik Tidak Bermanfaat atau
Bermanfaat. Perbuatan2 Tidak Bermanfaat dapat di bagi dalam Tiga
Grup sehubungan dengan Tiga Tipe dari Kamma.
1 Akusala – kaya – kamma : Ada 3 Perbuatan Tubuh Tidak
Bermanfaat
1 Panatipata - Membunuh Apa-pun Mahluk hidup
163

2 Adinnadana - Mencuri atau mengambil Milik Orang lain


secara tidak Sah.
3 Kamesu-micchacara – Hubungan Kelamin yang tidak senonoh,
seperti hubungan Kelamin yang menyalahi Hukum.

2 Akusala – vaci –kamma : Ada 4 Perbuatan Perkataan yang tidak


Bermanfaat
1. Musavada - Berdusta.
2. Pisunavaca - Memfitnah.
3. Pharusavaca - Tidak sopan atau Bicara kasar.
4. Samphappalapa - Pembicaraan yang Sia-sia atau omong kosong.

3 Akusala – mano - kamma : Ada 3 Perbuatan Mental Tidak


Bermanfaat.
1. Abhijjha -- Ke-irihatian / Ketamakkan
2. Vyapada -- Ke-inginan Jahat
3. Micchaditthi -- Pandangan Salah.

Sepuluh Perbuatan2 Tidak Bermanfaat juga disebut “Sepuluh


ducarita” artinya “Sepuluh Kelakuan Jahat”.
Dari Sepuluh itu, Membunuh, Berkata Kasar, dan Keinginan Jahat di
sempurnakan oleh dosa-mula-citta. Hubungan Sex yang tidak senonoh,
Ke-irihatian dan Pandangan Salah di sempurnakan oleh lobha-mula-
citta. Mencuri, Berdusta, Memfitnah dan Omong Kosong di
sempurnakan oleh lobha-mula atau dosa-mula-citta.

Sepuluh Kusala Kamma Patha.


Ada Sepuluh Perbuatan Bermanfaat juga di kenal sebagai “Sepuluh
sucarita” Artinya “Sepuluh Tipe Kelakuan Baik”. Mereka juga di bagi
dalam Tiga Grup sehubungan dengan Tiga Tipe dari Kamma.

A. Kusala-kaya-kamma : Ada Tiga Perbuatan Tubuh yang


Bermanfaat
1. Panatipatta – virati -- Penghindaran Pembunuhan
2. Adinnadana – virati -- Penghindaran Pencurian.
3. Kamesu-micchacara- virati -- Penghindaran Hubungan Sex yang
salah.

B. Kusala-vaci-kamma : Ada Empat Perbuatan Perkataan yang


Bermanfaat.
164

1. Musavada – virati -- Penghindaran Dusta.


2. Pisunavaca – virati -- Penghindaran Fitnah.
3. Pharusavaca – virati -- Penghindaran Bicara Kasar.
4. Samphappalapa – virati -- Penghindaran Omong
Kosong. Dengan Kata lain , Se-seorang harus berlaku berbicara
benar, berbicara penuh Damai, bicara halus dan bicara Bijaksana.

C. Kusala-mano-kamma : Ada Tiga Perbuatan Mental yang


Bermanfaat.
1. Anabhijjha -- Meninggalkan Ke-irihatian (Tidak
mementingkan diri sendiri).
2. Avyapada -- Ke-inginan Baik
3. Samma-ditthi -- Pandangan Benar.

Punna – Kiriya Vatthu (Landasan Perbuatan Bajik)


Bila Seseorang ingin menimbun Kamma Bermanfaat dalam
Kehidupan ini, Ada Sepuluh Landasan dari Perbuatan Bajik yang
menghasilkan Akibat Baik dan yang harus di kerjakan dengan semua
Cara.
1. Dana -- Memberi Kedermawanan atau Kemurahan Hati .
2. Sila -- Kemoralan, melaksanakan Panca Sila, Delapan Sila,
Sepuluh Sila , dst..
3. Bhavana -- Meditasi, Ke-dua2nya Ketenangan dan
Pengertian.
4. Appacayana -- Menghormat yang lebih tua dan Orang2
mulia.
5. Veyavacca -- Melayani dengan Perbuatan2 Bermanfaat.
6. Pattidana -- Melimpahkan Jasa2 Kebaikan.
7. Pattanumodana -- Bergembira pada Jasa2 Baik Orang lain.
8. Dhamma-savana -- Mendengarkan Dhamma.
9. Dhamma-desana -- Menjelaskan Dhamma
10. Ditthijjukamma -- Meluruskan Pandangan Salah Se-seorang.

Punna-kiriya-vatthu diatas dapat di golongkan menjadi Tiga Grup:

1. Grup Dana -- Dana, Pattidana, Pattanumodana


2. Grup Sila -- Sila, Appacayana, Veyavaca.
3. Grup Bhavana -- Bhavana, Dhamma-savana, Dhamma-
desana, Ditthijjukamma.
165

Ditthijjukamma bisa juga di masukkan ke dalam Tiga Grup, sebab


Se-seorang akan melakukan dana, sila, dan bhavana hanya bila
Seseorang telah mempunyai Pandangan Benar tentang Kamma dan
Akibat2-nya.
Grup Dana mewakilkan alobha (Kedermawanan), dan melawan
lobha (Kemelekatan) dan macchariya (Ke-kikiran). Ia di bandingkan
sebagai Kaki.
Grup Sila mewakilkan adosa (Ke-inginan Baik) dan melawan issa
(Kecemburuan) dan dosa (Kemarahan). Ia di bandingkan sebagai Tubuh.
Grup Bhavana mewakilkan amoha (Kebijakan) dan melawan moha
(Kegelapan Batin). Ia di bandingkan sebagai Kepala.
Untuk memiliki Kumpulan yang lengkap dari Kaki, Tubuh dan Kepala
Se-seorang harus melaksanakan Semua Tiga Grup dari punna-kiriya-
vatthu.
Sepuluh punna-kiriya-vatthu di bentuk dengan 8 maha-kusala-citta
kecuali Se-seorang mencapai Jhana atau Magga dalam Meditasi.
Demikian mereka umumnya membuahkan kepada kamavacara-kusala-
kamma.
Rupavacara-kusala-kamma dan Arupavacara-kusala-kamma adalah
murni Perbuatan2 Mental dan mereka Milik dari Grup Bhavana.

Dvihetuka dan Tihetuka Kusala Kamma.


Bila Se-seorang melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat dengan
Pengetahuan Kamma dan Akibatnya, yakni, kammassakata-nana lalu
nana-sampayutta-maha-kusala-citta timbul. Cetana bersekutu dengan
Citta2 ini di sertai dengan Tiga Akar Baik, yaitu, alobha, adosa, dan
amoha. Demikianlah tihetuka-kusala-kamma di dapatkan.
Masih lebih Baik, bila selama Perbuatan Kemoralan, Seseorang
dapat mengembangkan Vipassana-nana dengan alasan bahwa segala
Sesuatu adalah Tidak Kekal, Tidak Memuaskan dan Tanpa-Diri.
Kusala-kamma yang di dapat lagi di sertai oleh Tiga Akar yang Baik.
Sebaliknya, bila Seseorang melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat
Tanpa Pengetahuan akan Kamma dan Akibat-nya atau Tanpa
Vipassana-nana, ia melakukan itu dengan nana-vippayutta-maha-
kusala-citta. Maka Cetana-nya akan di sertai oleh Dua Akar, yaitu,
alobha dan adosa. Dengan demikian ia hanya mendapatkan dvihetuka-
kusala-kamma.
166

Ukkattha dan Omaka Kusala Kamma.


Ukkattha Artinya; “Terbaik atau teratas” sedangkan “Omaka”
artinya; “Lebih lemah”
Bila Seseorang dapat mengembangkan kusala citta sebelum dan
sesudah Satu Perbuatan Bermoral, lalu Moral Cetana, yaitu kamma
yang di dapat selama Perbuatan, akan di kelilingi oleh Cetana yang Baik
dan Akibatnya Potensialnya akan lebih tinggi. Maka Tipe kamma ini di
sebut; ukkattha-kamma.
Untuk memperoleh Kamma Tipe ini , Seseorang harus berpikir pada
Perbuatan Kemoralan selanjutnya dan merasa gembira karena
mendapat Kesempatan untuk melakukan itu. Lagi, setelah melakukan
Perbuatan, seseorang harus di penuhi Pikiran Gembira tentang Aspek2
baik dari Perbuatan itu.
Sebaliknya, bila Seseorang merasa malas atau segan atau cemburu
atau pelit sebelum Satu Perbuatan Bermoral seperti selagi memberikan
Dana dan menjadi menyesal setelah melakukannya, lalu Moral Cetana
akan di kelilingi oleh akusala-cetana dan akibatnya Potensinya akan jadi
berkurang. Kusala-kamma yang di peroleh dalam Keadaan ini di sebut
omaka-kamma.

Bagaimana Kamma2 membuahkan Akibat2.


Pembaca harus mengacu pada Chart No.7 dengan Judul ini di
lampirkan di bagian belakang Buku ini. Empat Tipe Kamma disebutkan
di Kolom Pertama. Hanya Vipaka-citta dijelaskan di dalam Grafik sebagai
Hasil2 langsung dari Kamma2 ini. Ia harus di mengerti bahwa vipaka-
citta ini akan disertai oleh Cetasika2 masing2 yang timbul bersama
dengan Citta.
Satu Vipaka-citta bersama dengan Cetasika Pengikutnya melengkapi
Vipaka-namakhandha, yakni, Empat Hasil Grup Nama. Kamma juga
menghasilkan Kammaja-rupa pada setiap Saat yang singkat (khana
kecil) terus-menerus, dan berlandaskan ini Kammaja-rupa, Utuja-rupa
juga timbul.
Empat Grup Nama (namakhandha) dan Grup Pemenuhan
Kebutuhan (rupakkhandha) bersama membentuk Lima Grup dari
Keberadaan (Lima khandha) yang menjadikan Seseorang Individu.

1. Akibat2 dari Akusala Kamma.


11 Akusala cetana, cetana yang lemah bersekutu dengan
uddhacca-sampayutta citta di kecualikan, pada patisandhi-kala
167

menghasilkan akusala-vipaka upekkha-santirana-citta yang membentuk


apaya-patisandhi di dalam Empat Tempat tinggal apaya.
Semua 12 akusala-cetana, pada pavatti-kala, menghasilkan 7
akusala-vipaka-citta di dalam 11 Alam2 kama. Mereka menghasilkan 4
akusala-vipaka-citta dengan Pengecualian dari Ghana-vinnana, Jivha-
vinnana dan Kaya-vinnana, dalam 15 Alam2 rupa tidak termasuk
Kerajaan asannasatta.

2. Akibat2 dari Kamavacara-Kusala Kamma.


Pertama ada Dua Tipe dari kamavacara-kusala-kamma: dvihetuka
dan tihetuka . Lagi dvihetuka-kamma di bagi dalam Sub. Grup: ukkatha
dan omaka. Sama juga tihetuka-kamma di bagi dalam Dua Sub.Grup:
ukkatha dan omaka. Maka semuanya bersama kita dapat 4 Sub. Grup.:

Sekarang 4 nana-vipayutta maha-kusala citta menimbulkan 4


dvihetuka-maha-kusala-kamma, sedangkan 4 nana-sampayutta-maha-
kusala-citta, menimbulkan 4 tihetuka-maha-kusala-kamma.
Sebagaimana 4 dvihetuka-maha-kusala-kamma dapat menjadi
omaka atau-pun ukkattha, kita dapatkan.
i. 4 dvihetuka-omaka maha-kusala-kamma, dan
ii. 4 dvihetuka-ukkatha maha-kusala-kamma,

Begitu juga, dari 4 tihetuka-maha-kusala-kamma, kita dapat


a. 4 tihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, dan
b. 4 tihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma

Dari 4 Sub.Grup, ( i ) yang terlemah, ( ii ) dan ( a ) sedikit banyak


sama dan ( b ) yang paling baik. Akibat2 yang mereka hasilkan sebagai
berikut:
168

( i ). 4 dvihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, pada patisandhi-


kala, menghasilkan kusala-vipaka-upekkha-santirana-citta
yang membentuk kama-sugati-ahetuka-patisandhi di dalam
Kerajaan Manusia dan di Kerajaan Catumaharajika yang lebih
rendah.
Pada pavatti-kala, mereka menghasilkan 8 ahetuka-kusala-
vipaka-citta di dalam 15 Alam2 Rupa dengan Pengecualian
dari Kerajaan asannasatta, mereka menghasilkan 5 ahetuka-
kusala-vipaka-citta, mengecualikan Ghana-vinnana, jivha-
vinnana dan kaya-vinnana

( ii ) & ( a ). 4 dvihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma dan 4


tihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, pada patisandhi-kala,
menghasilkan 4 nana-vipayutta-maha-vipaka-citta yang
membentuk 4 kama-sugati-dvihetuka-patisandhi di dalam 7
Alam2 kama-sugati.
Pada pavatti-kala mereka menghasilkan 8 ahetuka-kusala-
vipaka-citta dan 4 nana-vippayutta-maha-vipaka-citta di
dalam 7 Alam2 kama-sugati; mereka menghasilkan 8
ahetuka-kusala-vipaka-citta di dalam 4 Alam apaya, mereka
menghasilkan 5 ahetuka-kusala-vipaka-citta tidak termasuk
Ghana-vinnana, Jivha-vinnana dan Kaya-vinnana di dalam 15
Alam2 Rupa dengan Pengecualian dari Kerajaan asannasatta.

( b ). 4 tihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma, pada patisandhi-


kala, menghasilkan 4 nana-sampayutta-maha-vipaka-citta
yang membentuk 4 kama-sugati-tihetuka-patisandhi di dalam
7 Alam2 kama-sugati; mereka menghasilkan 8 ahetuka-
kusala-vipaka-citta di dalam 4 Alam2 apaya, dan mereka
menghasilkan 5 ahetuka-kusala-vipaka-citta, tidak termasuk
Ghana-vinnana, jivha-vinnana dan kaya-vinnana di dalam 15
Alam2 rupa dengan Pengecualian dari Kerajaan asannasatta.

3. Akibat2 dari Rupavacara-Kusala-Kamma.


Diantara chanda, citta, viriya dan panna yang bersekutu dengan
jhana-citta, biasanya salah satu menjadi Utama (adhipati).
Berlandaskan pada Kwalitas Faktor Utama ini, Jhana2 dapat di bedakan
sebagai paritta (lemah), majjhima (sedang, cukupan) dan panita (kuat).
169

1. Paritta –Jhana Pertama kusala-kamma memberikan Kelahiran


dalam Kerajaan Brahma-parisajja dengan Jhana-Pertama vipaka-
citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kermbali dan kemudian
sebagai Kelanjutan Kehidupan. Majjhima-
Jhana Pertama kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Brahma-purohita dengan Jhana-Petama vipaka-citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai
Kelanjutan Kehidupan. Panita-Jhana-
Pertama kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Maha-Brahma dengan Jhana-Pertama-vipaka-citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai
Kelanjutan Kehidupan.
2. Paritta – Jhana Kedua kusala-kamma dan paritta jhana-Ketiga
kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan
Parittabha dengan Jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana Ketiga
Vipaka Citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali, masing2nya
dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan.
Majjhima-Jhana-Kedua kusala kamma dan majjhima jhana
Ketiga kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan
Appamanabha dengan Jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana
Ketiga vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan
kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan.
Panita-Jhana Kedua kusala kamma dan panita jhana Ketiga
kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan
Abhassara dengan jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana Ketiga
vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali, masing2nya
dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan.
3. Paritta-Jhana Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di
dalam Kerajaan Parittasubha dengan Jhana Keempat vipaka citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai
Kelanjutan Kehidupan. Majjhima Jhana
Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Appamanasubha dengan Jhana Keempat vipaka citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai
Kelanjutan Kehidupan. Panita-jhana
Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Subhakinha dengan Jhana Keempat vipaka citta sebagai
Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan
Kehidupan.
170

4. Jhana Kelima kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam


Kerajaan Vehapphala dengan Jhana Kelima vipaka citta sebagai
Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan
Kehidupan. Setelah mencapai Jhana Kelima , bila
Seseorang melatih Sanna viraga bhavana (Meditasi yang
mengembangkan tiada Ke-inginan untuk Persepsi dan
Kesadaran) sampai selesai, kemudian kamma ini akan
memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Asannasatta dengan
Rupa-patisandhi. Jhana Kelima kusala kamma pada
Orang anagami, memberikan Kelahiran dalam Alam Suddhavasa
dengan Jhana Kelima vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran
Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan.

Lagi disini, tergantung pada Kemampuan yang Utama, Kelahiran


Kembali terjadi di dalam 5 Alam Suddhavasa sebagai berikut:

a. Kemampuan dari Saddha (Keyakinan) -- Kerajaan Aviha


b. Kemampuan dari Viriya (Usaha) -- Kerajaan Atappa
c. Kemampuan dari Sati (Penuh Perhatian) -- Kerajaan Sudassa
d. Kemampuan dari Samadhi (Konsentrasi) -- Kerajaan Sudassi
e. Kemampuan dari Panna (Kebijaksanaan) -- Kerajaan
Akanittha.

4. Akibat2 dari Arupavacara - Kusala Kamma.


Akasanancayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Akasananca-yatana dengan akasanancayatana-vipaka-citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali.
Vinnanancayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Vinnanancayatana dengan Vinnanancayatana-vipaka citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan
Kehidupan.
Akincannayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam
Kerajaan Akincanna-yatana dengan akincannayatana-vipaka-citta
sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan
Kehidupan.
N’evasanna-n’asannayatana-kusala kamma memberikan Kelahiran
di dalam Kerajaan N’evasanna-n’asannayatana dengan n’evasanna-
n’asanna-yatana vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan
kemudian sebagai KelanjutanKehidupan.
171

Empat Macam Datangnya Kematian (Maran’Uppatti-Catukka).


Empat Macam Datangnya Kematian dapat di bandingkan dengan
Empat Cara dari padamnya Sebuah Lampu Minyak.
Nyala Api dari Lampu Minyak bisa padam ketika:
1. Sumbu habis terbakar.
2. Minyak habis terbakar
3. Ke-dua2-nya Sumbu dan Minyak habis terbakar, atau
4. Angin tiba2 meniup atau Api di padamkan dengan sengaja
walau Sumbu dan Minyak masih ada

Dengan Cara yang sama, Satu Orang bisa mati dengan salah Satu
Cara sebagai berikut:
1. Ayukkhaya – marana : Kematian karena habisnya Batas-Usia.
2. Kammakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Kekuatan
Kamma Produktif.
3. Ubhayakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Ke-dua2-
nya Batas-Usia dan Kamma.
4. Upaccheda – marana : Kematian karena Intervensi / Campur
Tangan dari Satu Kamma Penghancur. Yaitu, Kematian yang
tiba2 seperti Seorang menghadapi Satu Kecelakaan Mobil atau
Bunuh Diri.

Penampilan dari Kamma berhubungan dengan Objek2.


Sekarang, mereka yang akan segera meninggal, dengan Kekuatan
Kamma akan di kondisikan pada Kelahiran selanjutnya, Salah Satu dari
Tiga Objek ini selalu ada dengan sendirinya melalui Salah Satu dari
Enam Pintu:
1. Objek Kamma : Kamma yang menghasilkan Kelahiran
Kembali Kehidupan berikutnya memasuki Pintu Pikiran.
2. Kamma – Nimitta : Tanda2 Kamma, ialah Pemandangan,
Suara, Bau2-an dsb.. yang di perhatikan selama Kamma itu di
lakukan yang akan membuahkan Akibat.
3. Gati – Nimitta : Tanda dari Nasib, ialah Pemandangan dari
Orang2 atau Bangunan2 yang bersangkutan dengan Tempat
di mana Seseorang akan Lahir Kembali sesuai dengan Kamma
yang sudah di lakukan.

Bilamana Objek Kamma dalam Bentuk dari Cetana dimasa lampau,


ia hadir dengan sendirinya melalui Pintu Pikiran.
172

Bila Kamma-nimitta termasuk pada kamma-lampau, ia juga hadir


dengan sendirinya melalui Pintu Pikiran. Bila ia termasuk pada Kamma
Sekarang, ia dapat masuk melalui Enam Pintu yang mana saja
tergantung dari Bentuknya. Bila ia Objek yang kelihatan, ia akan masuk
melalui Pintu – Mata, bila ia Satu Objek Suara, ia akan masuk melalui
Pintu-Telinga. Dan seterusnya…
Gati – Nimitta termasuk yang Sekarang. Maka tergantung dari
Bentuknya, ia bisa hadir dengan sendirinya melalui Enam Pintu yang
mana saja. (Pembaca di sarankan melihat kembali “Maranasanna
Nimitta” yang di jelaskan pada Hlm. 106 ).

Maranasanna Vithi.
Sekarang, ketika maranasanna-nimitta muncul pada Salah Satu dari
Enam Pintu, azvajjana – citta (Kesadaran yang di tujukan) akan
mengambil Objek Indera dan Satu Arus Kesadaran, yang di kenal sebagai
Maranasanna – vithi, terus mengalir. Sehubungan dengan Kamma yang
bertujuan menghasilkan Kelahiran Kembali selanjutnya, Satu Akusala
atau Kusala citta umumnya berfungsi 5 Kali sebagai Javana dalam Vithi-
vithi ini. Javana-javana ini di kenal sebagai “Marana-sanna-javana”.

A Ati-mahanta-rammana Cakkhu-dvara.
Maranasanna Vithi.
Dua Tipe maranasanna-vithi untuk Satu Objek yang Kelihatan dari
Intensitas yang besar mengenai Pintu Mata:

1. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja - Ja –
Da – Da – Bha – Cuti – Pati – “ – Bha –

2. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja –
Da – Da – Cuti – Pati” – Bha.

Kamma – nimitta Sekarang atau gati – nimitta mengenai Pintu Mata


pada Saat timbul dari atita-bhavanga ( Ti ) yang pertama. Sebab
Intensitasnya sangat besar, ia menjadi jelas sebagai bhavanga-calana (
Na ) yang timbul dengan segera. Kelanjutan Kehidupan (bhavanga)
bergetar untuk dua Saat Kesadaran ( Na – Da ) dan putus. Kemudian
mengamati nimitta, pancadvaravajjana ( Pa ), cakkhu-vinnana ( Ca ),
sampaticchana ( Sam ), santirana ( Na ), votthapana ( Vo ), Lima
173

javana ( Ja ), dua tadalambana ( Da ) dan Satu bhavanga ( Bha ) timbul


dalam Urutan.
Kemudian Kesadaran Kematian (cuti) terjadi ketika Orang itu mati.
Dalam Vithi Ke-dua, Cuti mengikuti tadalambana secara langsung
tanpa Intervensi Apa-pun dari Satu bhavanga-citta.
Segera setelah Kesadaran Kematian padam, Kesadaran Kelahiran
Kembali (patisandhi-citta) timbul dalam Kehidupan selanjutnya tanpa
Jedah di dalam Arus Kesadaran dan tanpa Jangka Waktu Apa-pun.
Kehidupan selanjutnya bisa muncul dalam Satu Tempat yang sangat
jauh seperti Satu Kerajaan Brahma, namun tidak ada Jangka Waktu Apa-
pun.
Dengan demikian Arus Kesadaran terus mengalir, tidak ada Batas
Waktu dan Ruang. Ide dari tanpa Waktu dan tanpa Ruang di laksanakan
disini. Juga Ide bahwa Jiwa mengembara berkeliling sebelum ia
memasuki Kehidupan berikutnya Tidak-lah benar. Tidak Ada Jiwa
ataupun Orang di dalam Abhidhamma, Yang Ada hanyalah Arus yang
tidak terputus dari Arus-nama dan Arus-rupa sesuai dengan Hukum
Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (paticca samuppada) yang akan
di jelaskan dalam Bab: VIII.

B Mahanta-rammana Cakkhu-dvara Maranasanna Vithi.


1. Ti –Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja –
Ja – Bha – Cuti – Pati “ – Bha –

2. Ti – Ti – Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja –
Ja – Ja – Cuti – Pati” – Bha –

C Ati-Vibhuta-rammana Mano-dvara Maranasanna Vithi.


1. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da – Bha – Cuti –
Pati” – Bha –
2. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da - Cuti – Pati” –
Bha –

Ketika Kamma yang hendak menghasilkan Kelahiran Kembali


selanjutnya atau kamma-nimitta atau gati-nimitta yang berhubungan
dengan Kamma itu muncul pada Pintu-Pikiran, Kelanjutan Kehidupan
bergetar dua kali dan putus ( Na – Da ). Kemudian mano-dvaravajjana
menunjukan Arus Kesadaran menuju Objek, mengamati Objek dan
membuat Keputusannya. Lalu datang Lima Javana di ikuti oleh Dua
174

tadalambana dan Satu atau Tanpa Bhavanga. Kemudian Kesadaran


Kematian (Cuti) terjadi ketika Orang itu mati. Segera setelah Kematian,
Kesadaran Kelahiran Kembali (patisandhi) timbul di dalam Kehidupan
selanjutnya tanpa Jedah Waktu di dalam Arus Kesadaran. Setelah itu
Kelanjutan Kehidupan (Bhavanga) terus mengalir dalam Kehidupan
selanjutnya.

D Vibhuta-rammana Mano-dvara Maranasanna Vithi.


1. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Bha – Cuti – Pati “ – Bha –
2. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Cuti – Pati” – Bha -

Kesadaran Kelahiran Kembali.


Kesadaran Kelahiran Kembali timbul dalam Kehidupan baru sebagai
Hasil dari Kamma yang mempunyai Kesempatan mengkondisikan
Kehidupan baru. Kesadaran Kelahiran Kembali menghubungkan
Keberadaan yang baru dengan yang lama, maka ia di sebut patisandhi-
citta.
Kesadaran Kelahiran Kembali akan disertai dengan Pengikut2-nya
(Cetasika). Ia adalah Awal begitu juga yang terdahulu dan Pemimpin
dari Sekutu-nya. Ia akan mempunyai Satu Landasan Pisik (hadaya-
vatthu), yang di sediakan oleh Kamma yang sama, Jika Keberadaan yang
baru terjadi dalam Alam Panca-vokara (Alam Lima Khandha). Bila
Keberadaan yang baru terjadi dalam Alam Catu-vokara (Alam Empat
Khandha), ialah; Alam-Arupa, akan tidak ada Landasan Pisik.
Kesadaran Kelahiran Kembali menggenggam Objek Indera yang
telah di amati oleh marana-sanna-javana. Bila Javana mengamati
kamma-nimitta, Kesadaran Kelahiran Kembali juga mengamati kamma-
nimitta. Lebih lanjut, semua bhavanga-citta dalam Kehidupan baru juga
mengamati Objek Indera yang sama.
Objek dari rupa-patisandhi ialah kamma-nimitta yang mungkin
patibhaga-nimitta dari kasina yang biasanya muncul pada Pintu-Pikiran
pada Saat Kematian.
Objek dari arupa-patisandhi juga adalah kamma-nimitta yang
mungkin Salah Satu Konsep seperti Ruang tidak terbatas (akasa) atau
mahaggata-citta.

Alam2 Kelahiran Kembali setelah Kematian.


Kematian adalah Keberakhiran sementara dari Satu Kejadian Alam
Sementara. Karena Kematian, di artikan Kematian dari Kehidupan Pisik
(Jivitindriya), Panas (usma = tejodhatu) dan Kesadaran (vinnana) dari
175

Seorang Individu dalam Satu Kehidupan Khusus. Tetapi Kematian


bukanlah Penghancuran seluruhnya dari Satu Mahluk. Kematian pada
Satu Tempat berarti Kelahiran Kembali di Tempat lain selama Sebab2
untuk Kehidupan selanjutnya tidak Padam.
Sekarang Alam2 yang mungkin dimana Kehidupan Kembali bisa
terjadi setelah Kematian dalam Satu Alam Khusus di katakan Satu per
Satu sebagai berikut:
1. Bila Seorang Brahma dalam Satu Alam-Arupa mati, ia bisa di
lahirkan Kembali dalam Alam yang sama atau Satu alam yang
lebih tinggi tapi tidak dalam Satu Alam-Arupa yang lebih rendah.
Selain itu ia bisa di Lahirkan Kembali di dalam Dunia-Indera
dengan Tiga Akar, apakah sebagai Seorang Deva atau Seorang
Manusia. Maka itu,
i. Setelah Kematian dalam Alam-Akasanancayatana, 4 arupa-
patisandhi dan 4 kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan.
ii. Setelah Kematian dalam Alam-Vinnanancayatana, 3 arupa-
patisandhi (akasanancayatana-patisandhi di kecualikan) dan 4
kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan.
iii. Setelah Kematian dalam Alam-Akincannayatana,
akincannayatana-patisandhi, n’evasanna-n’asannayatana-
patisandhi dan 4 kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan.
iv. Setelah Kematian dalam Alam-Nevasanna-n’asannayatana,
n’evasanna-n’asannayatana-patisandhi dan 4 kama-tihetuka-
patisandhi di mungkinkan
2 Ketika Seorang Brahma di dalam Satu Alam-Arupa (Kecuali
Asannasatta dan Suddhavasa) mati, ia bisa di Lahirkan Kembali
dalam Segala Alam kecuali Empat Tempat tinggal Apaya
tergantung pada Kamma-nya. Juga ia tidak akan di lahirkan
Kembali baik sebagai Seorang Manusia rendah atau Satu Asura
yang rendah. Dengan kata lain, 4 kama-dvihetuka-patisandhi, 4
kama-tihetuka-patisandhi, 6 rupavacara-patisandhi, dan 4
arupavacara-patisandhi dengan Pengecualian dari 2 ahetuka-
patisandhi di mungkinkan. Bilamana Asannasatta Brahma
mati, ia akan di lahirkan Kembali dalam Dunia Indera baik
sebagai Seorang Manusia atau-pun sebagai Seorang Dewa.
Maka 4 kama-dvihetuka-patisandhi dan 4 kama-tihetuka-
patisandhi di mungkinkan.
3 Sekarang, bila Seorang Manusia atau Seorang Dewa dari Dunia-
Indera mati, ia bisa di lahirkan Kembali dalam Alam Apa saja,
bila ia Seorang tihetuka, sebab ia dapat mengembangkan Jhana
176

untuk di Lahirkan Kembali sebagai Seorang Brahma atau ia bisa


melakukan Perbuatan2 Tidak Bermoral untuk di lempar ke
dalam Tempat Kediaman Apaya. Bilamana Seorang Manusia
atau Seorang Dewa, atau Orang Dvihetuka mati, Satu yang
mana saja dari 10 kama-patisandhi di mungkinkan.
4 Bilamana Orang2 ahetuka dalam Kerajaan Manusia begitu juga
di dalam Kerajaan Catumaharajika yang lebih rendah mati,
semua 10 kama-patisandhi di mungkinkan. Bilamana Orang2
menderita dari Empat Tempat Kediaman apaya mati, lagi semua
10 kama-patisandhi di mungkinkan.

---oOo---
177

Chapter 6

RUPA

Ringkasan Materi.

Pendahuluan.
Dari Empat Kenyataan Tertinggi (Paramatha), Kesadaran (Citta) dan
Faktor2 Mental (Cetasika) telah di jelaskan dalam Lima Bab Pertama
dari Buku ini. Kita telah melihat 89 atau 121 Tipe dari Kesadaran, 52
Faktor2 Mental, Persekutuan dari Faktor2 ini dengan Citta,
Ketergantungan dari nama (Pikiran) pada Objek2 Indera (arammana)
begitu juga pada Landasan Pisik (vatthu), Timbulnya Proses2
Pengenalan untuk menyadari pada Objek2 Indera, 31 Alam Keberadaan
dan Tipe2 Mahluk2 yang mendiami mereka, Tipe Kamma yang ber-
beda2 bekerjanya mereka melalui Hasil2 mereka seperti sebagai
Kesadaran-Kelahiran-Kembali, Kelanjutan-Kehidupan dan Kesadaran-
Kematian, dan akhirnya Kematian dan Kelahiran-Kembali.
Sekarang dalam Bab ini, kita akan bahas Dua Kenyataan Tertinggi
yang masih ada, yaitu, Rupa dan Nibbana.

Apakah Rupa?
Rupa telah di terjemahkan sebagai “Materi”, “Pemenuhan
Kebutuhan”, “Bahan2”, “Bentuk”, dsb… Tapi tidak ada yang tepat.
Mempertimbangkan dari Aspek2 Rupa , “Materi” adalah yang paling
mendekati Kesamaan. Tapi Rupa terdiri dari Sifat2 Materi begitu juga
dari Energi.
Rupa bisa berubah Keadaan, Bentuk dan Warna di karenakan Panas
dan Dingin sama seperti di lakukan Materi. Walaupun Bentuk, Rupa dan
Massa menjadi jelas kelihatan ketika banyak rupa telah bertimbun di
dalam Indera tertinggi, rupa tidak berbentuk, tidak ber-rupa dan tidak
ber-massa persis sebagaimana Energi. Para Ilmuwan sekarang
mengetahui bahwa Materi dan Energi bisa saling bertukaran dan serupa
dalam Indera yang tertinggi.
Tetapi tidak sama dengan Hukum Kekekalan Massa dan Energi, yang
mengatakan bahwa Energi tidak dapat di ciptakan ataupun di
hancurkan, kita dapatkan dalam Abhidhamma bahwa rupa timbul dan
mati terus-menerus pada Selang Waktu yang sangat singkat di ukur oleh
“Saat Kecil” di sebut khana kecil. Rupa terus-menerus di hasilkan dari
Empat Sumber Pokok yaitu, kamma, citta, utu (panas) dan ahara
178

(Nutrisi). Dan rupa hidup sangat singkat, ia ber-selang hanya 17 Saat2


Kesadaran. Apa yang di bentuk hampir Saat itu berlalu. Sangat
mungkin bahwa rata2 Pembentukan dan rata2 Penghancuran dari rupa
saling menghapuskan Satu sama lain menjadikan Hukum Kekekalan
Massa dan Energi untuk bertahan sebagai Kumpulan. Disamping itu
rupa dan nama saling bergantungan. Kita akan mengetahui rupa lebih
baik dengan mempelajari berbagai Aspek dari rupa yang di jelaskan di
bawah ini.

Rupa - Samuddesa (Penentuan – Rupa)


Pertama rupa Ada Dua yaitu;
i. Bhuta – rupa : Sifat Dasar, dan
ii. Upadaya – rupa : Turunan.

Bhuta – rupa lebih menonjol dari pada Upadaya – rupa . Massa


yang besar seperti Bumi dan Matahari terbentuk ketika sejumlah besar
bhuta-rupa telah ditimbun. Akibatnya bhuta-rupa juga disebut
mahabhuta (Sifat Dasar yang Besar)

Empat Mahabhuta (Empat Sifat Dasar yang Besar)


1. Pathavi Unsur dari Perluasan dengan Sifat dari Kekerasan dan
Kelembutan. Perluasan artinya, menempati Ruangan. Perluasan
Tiga Dimensi menimbulkan Ide pada Satu Badan yang padat.
Sebagaimana Dua Badan tidak bisa menempati Ruang yang
sama pada Waktu yang bersamaan, Orang Buddhist mendapat
Ide Kekerasan dari patthavi. Sifat mendua dari Kekerasan dan
Kelembutan menyatakan Kenisbian. Contohnya, Sebuah Batu
bisa di katakan “Keras” bila di bandingkan dengan Tanah
Lempung, tapi “Lunak” bila di bandingkan dengan Besi. Patthavi
melayani sebagai Sebuah Pendukung atau inti bagi rupa-rupa
lain yang berdampingan.
2. Apo Unsur dari Perpaduan dengan Sifat2 Kepaduan dan
Kecairan. Adalah Unsur Apo yang membuat Partikel2 yang
berbeda dari Materi berpadu dan memegang mereka bersama.
Itu seperti Gaya dari Tarikan antara Muatan Positip dan Muatan
Negatip dari Kelistrikan. Bila kita menambahkan sedikit Air ke
Tepung , Partikel2 Tepung berpadu menjadi sebuah Gumpalan.
Bila kita menambahkan lebih banyak Air , Campuran menjadi
encer dan mengalir.
179

3. Tejo. Unsur Panas atau Energi panas dengan Sifat2 Kepanasan


dan Kedinginan. Kehidupan, Kematangan, Kepanasan, dan
Kedinginan adalah berkenaan dengan tejo . Ke-duanya Panas
dan Dingin adalah Sifat2 tejo atau Energi Panas. Bila Panas
mengalir ke dalam Tubuh, kita merasa panas bila Panas
mengalir ke luar Tubuh kita ke sekitarnya , kita merasa dingin.
4. Vayo. Unsur dari Gerak atau Tenaga Gerak dengan Sifat
mendorong dan menyokong. Bila kita mengalirkan Udara ke
dalam Sebuah Balon, Udara mendorong Dinding Balon ke arah
luar, dan bila tidak ada Gaya penyeimbang yang di keluarkan
oleh Dinding2 Balon, Balon itu akan pecah. Ingat bahwa ada
Aksi dan Reaksi pada setiap Titik. Gerakan, Getaran, Goyangan,
Putaran dan Tahanan di sebabkan oleh Vayo.

Catatan:
Empat Sifat Dasar yang Besar juga di kenal sebagai Empat Unsur
Besar.
Dhatu Dalam Bahasa Pali artinya, yang membawa Tanda2 Sifatnya
sendiri atau Atribut. Unsur adalah Kesamaan yang terdekat untuk
dhatu. Sekarang pathavi-dhatu Secara bahasa artinya Unsur Tanah,
apo-dhatu Unsur Air, tejo-dhatu Unsur Panas, dan Vayo-dhatu Unsur
Angin. Tetapi pathavi bukanlah Tanah, apo bukan juga Air, juga vayo
bukan Angin.
Empat Sifat Dasar Besar adalah Unsur Materi Dasar yang berada
bersamaan dan yang tidak dapat di pisahkan. Setiap Zat Materi , apakah
Tanah, Air, api, atau Angin, mulai dari Partikel yang kecil sampai Objek
yang paling besar , di buat dari empat Unsur2 ini yang memiliki Sifat2
Khusus sebagaimana di jelaskan di atas.
Dari sini, Seseorang dapat dengan mudah melihat bahwa Orang
Buddhist tidak berurusan dengan Thales’ Air, Anaximenes’ Udara,
Herakleitus’ Api, atau Peripatetics’ Materi dari Filsafat Junani
Pathavi, Apo, Tejo, dan Vayo tidak berbentuk dan tidak ber-massa
di dalam Indera yang tertinggi. Dalam Meditasi Pandangan Terang, kita
bermeditasi hanya pada Sifat2 mereka di dalam Tubuh, yaitu, Kekerasan
dan Kelembutan, Kepaduan dan Kecairan, Panas dan Dingin, Dorongan
dan Penyeimbangan.
180

24 Upada Rupa (Dua puluh empat Turunan).


Ada 24 Turunan atau Sifat Materi Kedua bergantung pada Empat
Sifat Dasar Besar. Seperti Bumi/Tanah adalah Sifat Dasar, seperti
Pohon2 adalah Turunan yang muncul dari sana.
4 Sifat Dasar Besar bersama dengan 24 Turunan menjadikan 28
Macam Rupa dengan Sifat2 yang berbeda. Mereka dapat di hitung
sebagai 11 Macam Mutu Materi sebagai berikut:
1. Mutu Sifat Dasar Materi -- pathavi, apo, tejo, vayo.
2. Mutu Materi yang sensitif -- Mata, Telinga, Hidung, Lidah,
dan Tubuh.
3. Mutu Materi Objek2-Indera -- Bentuk yang dapat di lihat,
Bunyi, Bau2-an Cita rasa, dan Kepadatan.
4. Mutu Materi Sex. -- Kewanitaan dan Kejantanan
5. Mutu Materi Landasan -- Landasan Jantung
6. Mutu Materi Kehidupan -- Kekuatan vital
7. Mutu Materi Nutrisi -- Makanan yang dapat di makan
8. Mutu Materi Batasan -- Unsur Ruang
9. Mutu Materi Komunikasi -- Isyarat Tubuh dan Isyarat
Pembicaraan
10. Mutu Materi Perubahan -- Materi Keringanan, Keliatan,
Penyesuaian bersama dengan Dua Bentuk Isyarat.
11. Mutu Materi dari Sifat2 -- Materi Daya Produktif,
Kesinambungan, Kebusukan dan Ketidak kekalan.

Lima Pasada Rupa (Mutu Materi-Sensitif)


Mereka adalah Bagian2 yang Sensitif dari Organ Tubuh – Mata,
Telinga, Hidung, Lidah dan Tubuh. Mereka cenderung untuk
membuktikan Keberadaan Mutu Materi. Mereka menerima Kesan2 dari
Objek2 Indera.
1. Cakkhu – pasada : Bagian peka dari Mata, ia menyebar dalam 7
Lapis di dalam Pupil Mata dimana Bayangan2 muncul.
2. Sota – pasada : Bagian peka dari Telinga, ia menyebar di dalam
Tempat yang berbentuk Sebuah Cincin di dalam Lubang-Telinga.
3. Ghana – pasada : Bagian peka dari Hidung, ia menyebar di
dalam Tempat yang berbentuk seperti Kaki Kambing di dalam
Lubang Hidung
4. Jivha – pasada : Bagian peka dari Lidah, ia menyebar di tengah
Permukaan Atas dari Lidah.
181

5. Kaya – pasada : Bagian peka dari Tubuh, ia menyebar ke


seluruh Tubuh peka pada Sentuhan, tidak termasuk Rambut-
Kepala, Rambut-Tubuh, Kuku dan Kulit Keras yang kering.

Tujuh Gocara rupa (Mutu Materi dari Objek2 Indera).


Mereka adalah Lima Objek Indera di amati dan di ulangi oleh panca-
vinnana:
1. Ruparammana -- Bentuk yang kelihatan.
2. Saddarammana -- Bunyi (sadda).
3. Gandharammana -- Bau2-an (gandha)
4. Rasarammana -- Cita-rasa (rasa).
5. Photthabbarammana -- Objek2 Nyata (pathavi, tejo,
vayo)

Catatan:
a) Nama yang di dalam Tanda Kurung adalah Unsur2 Pokok dari
Lima Indera. Catatan; bahwa ada 7 Unsur2 semuanya.
b) Karena Kehalusannya, apo tidak dapat di rasa oleh Indera
Sentuhan. Contohnya, Ketika kita memasukan Tangan kita ke
dalam Air, dingin yang terasa adalah tejo, Kelembutan adalah
pathavi, dan Tekanan adalah vayo. Maka hanya Tiga Unsur2
Dasar yang di anggap sebagai yang Nyata.

Dua Bhava rupa (Mutu Materi Sex).


1. Itthi – bhava - Mutu Materi yang menanamkan Kewanitaan, ia
tersebar pada seluruh Tubuh Wanita.
2. Purisa – bhava - Mutu Materi yang menanamkan Kejantanan,
ia tersebar pada seluruh Tubuh Laki-laki.

Catatan:
Dua rupa ini membedakan Laki-laki dan Wanita.

Hadaya – Vatthu Landasan Jantung)


Hadaya – vatthu ialah Landasan-Jantung yang menyebar di dalam
Darah di dalam Jantung. Ia adalah Tempat duduk Kesadaran (mano-
vinnana).
Hadaya-vatthu bukanya Satu – Ada miliaran hadaya-vatthu yang
menyebar dalam Darah dari Jantung.
182

Jivita - Rupa (Mutu Materi Kehidupan)


Ia adalah Jivitindriya-rupa - Daya vital dari kammaja-rupa yang
tersebar di seluruh Tubuh.
Ia harus di catat bahwa ada Kekuatan Keduanya dalam Pikiran dan
Materi. Kekuatan dari Pikiran ialah “Jivitindriya”, yaitu, Satu dari Tujuh
sabba-citta-sadharana-cetasika. Kekuatan dari Materi ialah Jivita-
rupa.
Jivitindriya bisa di anggap sebagai Kehidupan Kejiwaan dan jivita-
rupa sebagai Kehidupan Pisik.

Ahara - Rupa / oja (Mutu Materi Nutrisi)


Makanan kasar yang masuk di buat menjadi Butiran2 di sebut;
kabalikarahara. Disini ahara-rupa artinya Sari dari Nutrisi (oja) yang
menyokong Tubuh.

Pariccheda – Rupa / Akasa – Dhatu (Mutu Materi Batasan).


Pariccheda-rupa ialah antara Atom atau diantara Ruang Atom yang
membatasi atau memisahkan Grup Materi (rupa-kalapa). Sepertinya
disana ada Ruang diantara Telur2 dalam Keranjang, demikian ada Ruang
diantara rupa-kalapa (Partikel yang sangat kecil sekali) sebagaimana
mereka di hasilkan oleh Empat Sebab – yaitu, kamma, citta, utu, dan
ahara. Maka pariccheda-rupa juga di perkirakan di hasilkan oleh Sebab
yang sama.
Pariccheda-rupa juga di sebut “akasa-dhatu”. Akasa ialah Ruang,
yang di dalamnya ialah Kekosongan. Akasa ialah sebuah dhatu dalam
Pengertian dari Satu yang bukan Ada (nijjiva), bukan sebagai Satu Unsur
yang ada seperti Empat Unsur Dasar Besar. Sebagaimana Satu dari 28
rupa-akasa-dhatu artinya tidak terlalu banyak diluar Ruang karena
Ruang antara Atom atau Ruang diantara Atom yang memisahkan rupa-
kalapa.

Dua Vinnatti – Rupa (Mutu Materi Komunikasi)


Vinnatti – Rupa adalah tingkah laku khusus dari Tubuh dan Mulut
yang Seorang gunakan untuk mengkomunikasikan Ide Seseorang
kepada yang lain-nya dan dengan Cara yang Seorang mengerti Maksud
yang lain-nya.
1. Kaya – Vinnatti – Gerakan oleh Tangan, Kepala, Mata, Kaki dsb…
yang membuat Orang lain mengerti Maksudnya.
2. Vaci – Vinnatti -- Gerakan Mulut untuk menghasilkan
Pembicaraan yang membuat Orang lain mengerti Maksudnya.
183

Kaya – Vinnatti dan Vaci – Vinnatti di sebabkan oleh Vayo – dhatu


di hasilkan oleh Pikiran, dan mereka berakhir hanya untuk Satu Saat-
Kesadaran.

Lima Vikara Rupa (Mutu Materi Perubahan)


Ledi Sayadaw menjelaskan “Vikara-rupa” sebagai “Kondisi khas
tersendiri”. Y.M.Narada mengartikan itu sebagai “Kesanggupan
Perubahan dari rupa”. Maka kita bisa menganggap “Vikara-rupa”
sebagai Kondisi khusus dari rupa.
1. Rupassa-lahuta -- Keringanan Pisik atau Kemampuan
mengapung, ia menekan Keberatan dalam Tubuh.
2. Rupassa-muduta -- Elastisitas Pisik, ia memindahkan Kekakuan
dalam Tubuh dan di perbandingkan pada Satu Kulit yang di
tempa dengan baik.
3. Rupassa-kammannata -- Kemampuan Penyesuaian Pisik, ia
melawan Kekakuan dari Tubuh dan di bandingkan pada Emas
yang di tempa dengan baik.

Tiga rupa ini ber-sama2 dengan Dua Vinnatti-rupa menjadikan Lima


Vikara-rupa.

Empat Lakkhana-Rupa (Mutu Materi dari Sifat2)


Ada Tiga Sifat yang umum dari rupa dan nama- yaitu, timbul
(uppada), Keberadaan (thiti) dan Pembubaran (bhanga). Rupa yang
merupakan Rupa sebenarnya yang singkat ini di sebut Lakkhana-rupa.
“Lakkhana” secara Literatur artinya “Tanda atau Simbul”
1. Upacaya – rupa -- Timbulnya rupa pada Saat Pembuahan, dan
berlanjut dari tumbuhnya rupa sampai rupa yang di dapat
dalam Kehidupan sempurna terbentuk.
2. Santati – rupa -- Urut2-an timbulnya rupa selama Jangka
Waktu-Kehidupan.
3. Jarata – rupa -- Rupa yang merupakan Perkembangan dan
Pembusukan selama Periode Keberadaan dari 15 Saat2 Sadar.
4. Aniccata - rupa -- Rupa yang merupakan Peleburan pada Saat
Pembubaran dari Rupa yang sebenarnya.
184

Catatan:
a) Upacaya dan Santati kadang2 di perlukan sebagai jati
(Kelahiran). Maka banyaknya Rupa jadi berjumlah 27 sebagai
ganti dari 28.
b) Dengan Pengecualian dari Lima Rupa yaitu, Dua Vinnatti, jati,
jarata, dan aniccata, semua Rupa yang tinggal berakhir untuk
17 Saat2 Sadar.
c) Singkat Kata hanya ada Tiga lakkhana-rupa yaitu, jati, jarata,
dan aniccata. Jati mengacu pada rupa Saat timbul yang segera,
jarata mengacu pada rupa pada Periode Keberadaan, dan
aniccata mengacu pada rupa Pembubaran yang segera.

Delapanbelas Nipphanna – Rupa.


Delapanbelas rupa terdiri dari 4 Sifat Dasar Besar, 5 pasada-rupa, 7
gocara-rupa (di hitung sebagai 4 tidak termasuk Materi yang Nyata), 2
bhava-rupa, hadayaivatthu, jivita-rupa dan ahara-rupa di sebabkan
dan di kondisikan oleh kamma, citta, utu (tejo) dan ahara (oja).
Demikianlah mereka di sebut nipphanna-rupa.
Masing2 dari 18 rupa ini mempunyai Sifat2 Bawaannya seperti
Kekerasan untuk patthavi dan Panas untuk tejo. Maka mereka di sebut
juga Sabhava-rupa.
Masing2 dari 18 rupa ini juga mempunyai Tiga Sankhata-lakkhana
(Tanda2 Pembawaan) yaitu, jati Kelahiran), jara (Pembusukkan), dan
aniccata (Kematian). Maka mereka juga di sebut sa-lakkhana-rupa.
Karena mereka bisa berubah Keadaan, Bentuk dan Warna dsb.. di
karenakan Panas dan Dingin, dst.. mereka di kenal sebagai rupa.
Karena mereka harus di renungkan sebagai anicca (Tidak kekal),
dukkha (Tidak memuaskan) dan anatta (Tanpa Diri), mereka di sebut
sammasana-rupa.

Sepuluh Anipphana – Rupa.


Ke-sepuluh rupa terdiri dari pariccheda-rupa, 2 vinnatti-rupa, 3
vikara-rupa dan 4 lakkhana-rupa tidak di sebabkan dan di kondisikan
oleh kamma, citta, utu, dan ahara. Maka mereka di kenal sebagai
anipphana-rupa.
Mereka juga di kenal sebagai asabhava-rupa sebab mereka tidak
mempunyai Sifat Bawaan, asalakkhana-rupa sebab mereka tidak
mempunyai sankhata-lakkhana, sebagai arupa sebab mereka tidak
dapat berubah oleh Panas, Dingin dsb… Dan sebagai asammasana-rupa
mereka tidak harus di renungkan di dalam Meditasi Pandangan Terang.
185

Rupa - Vibhanga (Bahasan – Rupa)


Semua Rupa hanyalah Satu dalam Aspek2 berikut:
1. Ahetuka -- Semua tidak Ber-Akar.
2. Sappacaya -- Semua berhubungan kepada Sebab2 (kamma,
citta, utu dan ahara).
3. Sasava -- Semua melayani sebagai Objek2 bagi Kekotoran
Batin
4. Sankhata -- Semua di kondisikan oleh Empat Sebab.
5. Lokiya -- Semua di hubungkan dengan Dunia dari Lima
Kelompok Kemelekatan.
6. Kamavacara -- Semua datang diantara Batas2 Objek Indera
7. Anarammana -- Semua tidak merasai Objek2
8. Appahatabba -- Semua tidak di hapus oleh Magga.

Bagaimanapun, ketika rupa di bedakan sebagai Bagian Dalam, atau


Bagian Luar dan selanjutnya, rupa menjadi ber-macam2. Para Pembaca
bisa memeriksa Grafik Rupa untuk sebuah Penelitian kembali dari
Bahasan seperti itu.
1. Ajjhattika-rupa : Lima pasada-rupa di sebut ajjhattika (Bagian
Dalam), dan 23 rupa Sisanya di sebut bahira (Bagian Luar),
Sebab Lima Organ yang peka adalah Sifat Dasar untuk melihat,
mendengar, membaui, dst.. Orang menilai tinggi pada mereka.
Tanpa mereka, Orang2 adalah Balok Kayu yang mati.
2. Vatthu-rupa : Kelima pasada-rupa bersama dengan hadaya-
vatthu di namakan Vatthu-rupa sedangkan Sisanya di sebut
avatthu-rupa. Mereka bertindak sebagai Tempat duduk dari
Kesadaran.
3. Dvara-rupa : Kelima pasada-rupa bersama dengan Dua
Vinnatti-rupa disebut dvara-rupa sedangkan Sisanya disebut
advara-rupa. Kelima pasada-rupa melayani sebagai Pintu2
yang menyampaikan kepada panca-dvara-vithi sedangkan Dua
Vinnatti-rupa adalah Tempat dan Alat untuk melakukan
Tindakan Badaniah (kaya-kamma) dan Tindakan Verbal (vaci-
kamma)
4. Indriya-rupa : Lima pasada-rupa, dua bhava-rupa dan jivita-
rupa bersama membentuk Delapan indriya-rupa, sedang
Sisanya 20 rupa di tentukan anindriya-rupa. “Indriya” artinya
“Kesanggupan” yang mempunyai Kekuatan mengontrol dalam
Dunia-nya. Contohnya, cakkhu-pasada mengontrol
186

Penglihatan, sota-pasada mengontrol Pendengaran dst…. Itthi-


bhava mengontrol Kewanitaan dan purisa-bhava mengontrol
Kejantanan
5. Olarika-rupa : Lima pasada-rupa dan Tujuh gocara-rupa
bersama membentuk 12 olarika-rupa sedang 16 rupa Sisanya,
ditentukan sukhuma-rupa. “Olarika” artinya “Besar atau
Kasar”; “Sukhuma” artinya “Halus atau Kecil”. Disebabkan dari
Kekasaran dan Kebesaran mereka, Organ2 peka dari Lima
Objek2 Indera dapat dengan mudah di lihat atau di mengerti.
Dan sebab mereka mudah di mengerti, mereka di anggap dekat
kepada – Pikiran Bijaksana. Maka olarika-rupa juga di sebut
santike-rupa (santike - dekat) sedangkan sukhuma-rupa di
sebut dure-rupa (dure – jauh). Lebih lanjut, Organ peka dari
Objek2 Indera dapat bertubrukan Satu sama lainnya – Objek
Penglihatan menubruk Pintu Mata, Bunyi bisa di dengar
menubruk Pintu Telinga, dst… Maka ke-12 olarika-rupa di
sebut sappatigha-rupa sedangkan 16 sukhuma-rupa di sebut
appatigha-rupa. “Sappatigha” secara literatur artinya “Dengan
tubrukan” sedang “appatigha” artinya “Tanpa Tubrukan”.
6. Upaddinna-rupa : 18 kammaja-rupa di sebut upadinna-rupa,
Sisanya ditentukan anupadinna-rupa. 18 rupa di hasilkan oleh
kamma di genggam oleh kamma sebagai Hasilnya di dalam
Kerja sama dengan Napsu (tanha) dan Pandangan Salah (ditthi)
7. Sanidassana-rupa : Ruparammana (Vanna) di sebut
Sanidassana-rupa, Sebab ia dapat di lihat Mata. Rupa-rupa yang
lainya disebut anidassana-rupa, sebab mereka tidak dapat
dilihat oleh Mata.
8. Gocaraggahika-rupa : Lima pasada-rupa dapat mengambil
Objek2 Indera Luar sebagai Padang Rumput. Maka mereka di
sebut gocaraggahika-rupa sedang Sisanya disebut
agocaraggahika-rupa. Dari Lima Organ Indera, Mata dan
Telinga mengenali Objek2 yang jauh tanpa ada Kontak langsung.
Kita dapat melihat Sekuntum Bunga tanpa Bunga itu datang
bersentuhan dengan Mata. Kita dapat mendengar Apa yang
Seorang katakan tanpa Orang itu bersentuhan dengan Telinga.
Di Pihak yang lain, Be-bauan harus bersentuhan dengan Lubang
Hidung, Cita Rasa harus menyentuh langsung Lidah, dan
Sesuatu harus betul2 menyentuh Tubuh supaya mengetahui
Rasa-rasa ini. Maka, cakkhu-pasada dan sota-pasada di sebut
187

asampatta-gahaka, sedangkan Sisanya yang Tiga pasada-rupa


di sebut Sampatta-gahaka.
9. Avinibbhoga-rupa : Delapan rupa terdiri dari pathavi, apo,
tejo, vayo, vanna, gandha, rasa, dan oja bergabung bersama
dan tidak dapat di pisah dan tidak dapat dibagi. Maka mereka
disebut avinibbhoga-rupa, sedangkan Sisanya disebut
Vinibbhoga-rupa. Definisi dari “avinibbhoga-rupa” Bunyinya
seperti definisi asli dari “Atom”. Tetapi kemudian Atom di
temukan dapat di bagi menjadi elektron, proton dan neutron.
Menurut Abhidhamma, Partikel2 di bawah Atom ini dapat di
anggap sebagai avinibbhoga-rupa. Empat Sifat Dasar dan
Empat Turunan bawaan di hasilkan bersama di dalam Alam
sebagai kalapa yaitu, Unit2 Pokok dari Materi. Kalapa-kalapa
ini kira2 mempunyai Ukuran yang sama sebagai elektron2.
Maka, bagaimana-pun kecil Satu Partikel adanya, ia selalu
terbuat dari avinibbhoga-rupa yang betul2 tidak dapat dilihat
dan tidak dapat di pisah.

Api di dalam Air dan Air di dalam Api.


Sekarang Satu Partikel Debu atau seluruh Tanah terdiri dari
avinibbhoga-rupa. Maka Bumi harus berisi semua Delapan rupa, yaitu,
pathavi, apo, tejo, vayo, vanna, gandha, rasa, dan oja. Dari semua
ini pathavi yang dominan.
Begitu juga, Air juga harus berisi semua Delapan avinibbhoga-rupa,
tetapi disini apo yang dominan. Karena Air berisi tejo – Unsur Api, kita
bisa mengatakan disana ada Api di dalam Air.
Dengan Cara yang sama, Api harus berisi semua Delapan
avinibbhoga-rupa, tejo yang dominan. Karena Api berisi apo – Unsur
Air, kita bisa mengatakan bahwa Api berisi Air.
Pernyataan Abhidhamma bahwa “Air berisi Api dan Api berisi Air”
tidak bersesuaian dengan Kenyataan Ilmu Pengetahuan. Kita tahu
bahwa Air berisi Panas yang adalah zat yang sama seperti Api. Juga
dalam Pembakaran Kayu atau Kertas, yaitu Celulose berisi Carbon,
Hidrogen dan Oksigen, Panas berkembang di sebabkan Gabungan dari
Carbon dengan Oksigen membentuk Carbondioksida dan juga karena
Gabungan antara Hidrogen dan Oksigen membentuk Air. Jumlah Panas
yang besar muncul sebagai Satu Nyala Api yang betul2 berisi Uap-Air.
188

Rupa – Samutthana (Penyebab dari Gejala Materi)

Ada Empat Penyebab yang menghasilkan Rupa, mereka adalah :


kamma, citta, utu, dan ahara.
1. Gejala Materi timbul dari kamma. Ada 25 Tipe kamma yang
menghasilkan rupa Bagian Dalam di Tubuh Mahluk bagi
Kelanjutan mereka sendiri dari Gejala Materi. Ke- 25 Tipe dari
kamma terdiri dari 12 akusala cetana, 8 kamavacara kusala
cetana dan 5 rupavacara kusala cetana. Kamma2 Yang tidak
Bermoral dan yang Bermoral ini menghasilkan rupa di dalam
Dunia-kama dan Dunia rupa pada Saat yang sangat singkat di
mulai dari Timbulnya Kesadaran Kelahiran Kembali yang singkat
sampai Kematian. Rupa yang di hasilkan oleh Kamma disebut
Kammaja-rupa. Catatan: bahwa arupavacara-kamma tidak
menghasilkan Rupa.
2. Gejala Materi timbul dari Citta. Citta2 yang
menghasilkan rupa berjumlah 75, tidak termasuk 10 dvi-panca-
vinnana citta dan 4 arupavacara-vipaka-citta. Semua
patisandhi-citta dan Kesadaran Kematian dari para Arahat juga
tidak menghasilkan Rupa. Dimulai sejak bhavanga-citta
Pertama dari Kelanjutan Kehidupan hingga Kematian, ke- 75
citta tersebut diatas menghasilkan cittaja-rupa pada setiap
begitu timbulnya dari masing2 Citta. Rupa yang dihasilkan
oleh citta di ketahui sebagai cittaja-rupa. Dari 75 Citta, 26
appana-javana citta tidak hanya menghasilkan cittaja-rupa tapi
juga mendukung Empat Postur Tubuh-Yaitu, berdiri, duduk,
berbaring dan berjalan. 32 Citta terdiri dari mano-
dvaravajjana, 29 kamavacara javana dan 2 abhinna
(Pengetahuan Supernormal) menghasilkan cittaja-rupa,
mendukung Postur Tubuh dan juga menghasilkan Dua vinnati-
rupa untuk Tindakan Badaniah dan Tindakan Vokal. Dari
32 Citta tersebut diatas, 13 somanassa javana juga
menghasilkan Senyuman dan Tertawa sedangkan 2 domanassa
javana, yakni, 2 dosa mula citta menghasilkan Rintihan dan
Tangisan. Hasituppada dan 4 somanassa-maha kiriya citta
menghasilkan Senyuman pada Buddha dan Arahat. Dua
lobha-mula ditthigata vipayutta somanassa citta dan 4
somanassa maha kusala citta menghasilkan Senyuman dan
Tertawa pada Orang2 – sekha ialah, sotapana, sakadagami dan
anagami. Empat lobha mula somanassa citta dan 4
189

somanassa maha kusala citta menghasilkan Senyuman dan


Tertawa pada putthujjana (Keduniawian). Tiga mano-
dhatu, 11 tadalambana dan 5 rupavacara vipaka citta
(Berjumlah 19) hanya menghasilkan cittaja-rupa se-umumnya.
3. Gejala Materi timbul dari Utu. Unsur Panas, tejo,
yang terdiri dari keduanya Dingin dan Panas dan yang berada
dalam semua rupa-kalapa, untuk mencapai Keadaan Tetapnya,
menghasilkan utuja-rupa dan terus menghasilkan utuja-rupa
pada setiap Saat2 yang singkat ke-duanya Bagian Dalam dan
Bagian Luar.
4. Gejala Materi rtimbul dari Ahara. Sari Nutrisi oja, ada
dalam semua rupa-kalapa baik di dalam Tubuh (Bagian Dalam)
maupun di Luar Tubuh (Bagian Luar). Makanan dari luar yang
dimakan, di cerna dalam Perut dan di edarkan melalui Darah ke
seluruh Bagian Tubuh. Dengan demikian oja Bagian Dalam dan
oja Bagian Luar bertemu dalam setiap Bagian dari Tubuh.
Waktu mereka bertemu di sebut Saat Timbul (Uppada). Setelah
Saat ini, Saat yang tetap (thiti) di capai. Sedari Saat Tetap ini
Gabungan dari oja Bagian Dalam dan oja Bagian Luar mulai
menghasilkan aharaja-rupa dan terus menghasilkan mereka
pada setiap Saat yang singkat sehinga Gabungan berhenti.

Tipe – Tipe Rupa.

Ekaja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Satu Sebab Tunggal.


Dvija – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Dua Sebab.
Tija – rupa -- Rupa di hasilkan oleh tiga Sebab.
Catuja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Empat Sebab
Anekaja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh lebih dari Satu Sebab atau
oleh banyak Sebab.

1. Lima pasada-rupa, dua bhava-rupa, hadaya-vatthu dan jivita-


rupa (berjumlah 9) di hasilkan oleh Kamma sendiri. Dua
vinnatti-rupa di hasilkan oleh citta sendiri. Maka jumlahnya
ekaja-rupa ialah 11.
2. Sadda Satu2-nya dvija-rupa di hasilkan oleh citta dan utu.
Bunyi Vokal seperti Pembicaraan, Tertawa, Rintihan, Tangisan,
Nyanyian, dan Siulan di hasilkan oleh citta. Bunyi2 bukan Vokal
seperti Halilintar, Nada Lagu dari Alat Musik, Pembicaraan dari
190

Radio, Nyanyian dari Kaset, Suara Berisik dari Mobil dan Kereta
Api dsb… di hasilkan oleh utu.
3. Ada Tiga Tija-rupa yaitu, rupassa-lahuta, rupassa-muduta dan
rupassa-kammannata. Mereka di hasilkan oleh citta, utu, dan
ahara. Rupa-rupa ini bertanggung jawab bagi Perasaan2
mengambang yang menyenangkan yang kita rasakan ketika
Pikiran kita jernih atau ketika Cuaca menyenangkan atau ketika
setelah kita menikmati Makanan ringan yang menyenangkan.
4. Ada 9 catuja-rupa yang di hasilkan oleh semua Empat Sebab.
Mereka adalah Delapan avinibbhoga-rupa dan akasa-dhatu
yang timbul ketika Grup2 Materi (kalapa) dari avinibbhoga-rupa
terbentuk.
5. Kammaja-rupa (18). 9 kammaja-ekaja rupa + 9 kammaja-
anekaja rupa (yakni, 9 catuja-rupa).
6. Cittaja-rupa. (15). 2 cittaja-ekaja rupa + 13 cittaja-anekaja
rupa. Ke 13 cittaja-anekaja rupa adalah 9 catuja-rupa + 1
sadda + 3 tija-rupa.
7. Utuja – rupa (13). 13 utuja-anekaja rupa yang adalah sama
sebagai 13 cittaja-anekaja rupa
8. Aharaja – rupa (aharaja-anekaja rupa) (12). 9 catuja-rupa
+ 3 tija-rupa.

Catatan:
1. Tiga tija-rupa, yaitu, lahuta, muduta, dan kammannata juga di
sebut lahutadi-rupa.
2. Empat lakkhana-rupa tidak di hasilkan oleh Sebab Apa-pun.
Mereka hanya merupakan Pemunculan (Kelahiran), Keberadaan
(Pembusukan) dan Pembubaran (Kematian). Alamiah dari rupa
yang sebenarnya.

Penggolongan dari Mutu2 Materi (Rupa-Kalapa)


28 Tipe Rupa tidak di dapatkan secara terpisah di Alam. Mereka di
hasilkan oleh Empat Sebab dalam Bentuk dari Grup Materi yang kecil
yang disebut kalapa. Kalapa mempunyai Ciri2 sebagai berikut:
1. Semua Rupa dalam Satu Kalapa timbul bersama, ialah mereka
mempunyai Satu Asal yang sama.
2. Mereka juga padam atau bubar bersama, ialah, mereka
mempunyai Satu Penghentian yang sama.
191

3. Mereka semua bergantung pada Empat Sifat Dasar Besar yang


ada dalam kalapa untuk timbulnya, ialah, mereka mempunyai
Satu Ketergantungan yang sama.
4. Mereka begitu bercampur menyeluruh sampai mereka tidak
dapat di pisahkan, ialah, mereka berada bersama-sama.

Harus dicatat bahwa kalapa begitu kecilnya sampai mereka tidak


dapat terlihat walau di bawah Mikroskop Elektronik sekali-pun. Ukuran
dari kalapa di dalam Kerajaan Manusia hanyalah 10-5 dari Satu
paramanu, yang lebih kecil dari Sebuah Atom. Maka kalapa bisa di
bandingkan dengan elektron, proton dan neutron dalam Ukurannya.
Ada 21 Tipe dari kalapa --- 9 kammaja kalapa + 6 cittaja kalapa + 4
utuja kalapa + 2 aharaja kalapa.

1 Sembilan Kammaja-kalapa
Ini semua di bentuk dari 18 kammaja-rupa. Dalam semua kalapa, 8
avinibbhoga-rupa membentuk Intinya. Semua kammaja-rupa berisi
jivita-rupa yaitu, Kehidupan Pisik. Maka Satu Grup dari 8 avinibbhoga-
rupa dan jivita-rupa Unit yang paling sederhana dari kammaja-rupa. Itu
di sebut jivita-navaka-kalapa artinya “Grup dari 9 rupa termasuk jivita”,
dapat di singkat jadi “jivita-nonad”.
Dengan menambahkan Sisanya 8 kammaja-ekaja-rupa serentak
kepada Unit Dasar ini “jivita-nonad”, kita mendapatkan Sisanya 8
kammaja-kalapa.
1. Cakkhu-dasaka (Mata – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa +
jivita-rupa + cakkhu-pasada.
2. Sota-dasaka (Telinga – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa +
jivita rupa + sota-pasada.
3. Ghana-dasaka (Hidung – Grup 10) 8 avinibbhoga rupa +
jivita rupa + ghana pasada.
4. Jivha-dasaka (Lidah – Grup 10). 8 avinibbhoga rupa +
jivita rupa + jivha pasada.
5. Kaya-dasaka (Tubuh - Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + kaya pasada.
6. Itthibhava-dasaka (Perempuan Grup 10). 8 avinibbhoga
rupa + jivita rupa + itthibhava rupa.
7. Pumbhava-dasaka (Laki2 Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + pumbhava rupa
8. Hadaya-dasaka (Jantung Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + hadaya vatthu
192

9. Jivita-navaka (Hidup Grup 9). 8 avinibbhoga rupa +


jivita rupa.

Catatan: Atthaka-8; navaka-9; dasaka-10; ekadasaka-11;


dvadasaka-12; terasaka-13.

2 Enam Cittaja-Kalapa. Mereka di bentuk dengan


membentuk Grup 14 cittaja-rupa (Tidak termasuk pariccheda-rupa)
bersama sebagaimana di perlukan.
1. Cittaja-suddhatthaka (Murni octad) 8 avinibbhoga
rupa di hasilkan oleh citta.
2. Kayavinnatti-navaka (Isyarat Badaniah Grup 10).
8 avinibbhoga rupa + kayavinnatti.
3. Vacivinnatti-sadda-dasaka (Isyarat Vokal Grup 10).
8 avinibbhoga + vacivinnatti + sadda (Bunyi).
4. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan bukan Grup 10).
8 avinibbhoga + lahuta +muduta + kammannata.
5. Kayavinnatti-lahutadi dvadasaka (Perubahan dodecad).
8 avinibbhoga + kayavinnatti + lahutadi rupa.
6. Vacivinnatti-sadda lahutadi-terasaka (Perubahan tridecad).
8 avinibbhoga + vacivinnatti + 3 lahutadi rupa + sadda.

3 Empat utuja – Kalapa.


Mereka di bentuk dengan membentuk 12 utuja-rupa (Tidak
termasuk pariccheda rupa) bersama sebagaimana di perlukan.
1. Utuja-saddhatthaka (Murni octad). 8 avinibbhoga rupa di
hasilkan oleh utu.
2. Sadda-navaka (Bunyi Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + sadda.
3. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan undecad). 8 avinibbhoga + 3
lahutadi rupa.
4. Sadda-lahutadi-dvadasaka (dodecad dari Bunyi dan
Perubahan). 8 avinibbhoga + sadda + 3 lahutadi rupa.

4 Dua Aharaja – Kalapa.


Mereka di bentuk dengan membentuk bersama 8 avinibbhoga-
rupa dan 3 lahutadi rupa di hasilkan oleh ahara.
1. Aharaja-suddhatthaka (Murni octad). 8 avinibbhoga rupa di
hasilkan oleh ahara.
193

2. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan undecad). 8 avinibbhoga


rupa + 3 lahutadi rupa.

Bagian dalam dan Bagian luar Kalapa.


Semua 21 rupa-kalapa yang tersebut diatas terjadi di Bagian Dalam
Mahluk Hidup. Itthibhava dasaka tidak terjadi dalam Laki2. Sama juga
Pumbhava-dasaka tidak terjadi dalam Perempuan. Bagi mereka yang
Terlahir buta atau tuli, cakkhu-dasaka atau sota-dasaka harus di
hilangkan.
(Catatan: dari 28 Tipe Rupa, itthibhava rupa tidak ada di dalam Laki2
dan purisabhava rupa tidak ada di dalam Perempuan, Maka hanya 27
Tipe Rupa yang akan ada di dalam setiap Species).
“Ajjhatta” mengacu pada “Bagian Dalam atau diantara Individu”
“Bahiddha” mengacu pada “Bagian Luar atau di luar Individu”
Sekarang di Dunia Bagian Luar (bahiddha), hanya Dua utuja-kalapa
di dapatkan. Semua Barang2 mati seperti Pohon2, Batu2, Tanah, Air,
Api, Mayat2 dsb… terbuat dari utuja-saddhatthaka kalapa.
Bunyi yang di hasilkan karena me-mukul2 Dua Tongkat bersama
atau dengan menggosok Batang2 karena Angin atau oleh Alat2 Musik
seperti Biola, Piano, Radio, Kaset dsb… adalah utuja sadda navaka
kalapa.

Rupa – Pavattikamma (Gejala timbulnya Materi)

Sebelum membaca Bagian ini, para Pembaca di sarankan untuk


melihat kembali “Empat Model Kandungan” pada Halaman 149.
Semua 28 Mutu Materi terjadi tidak berkurang, bila Lingkungan
mengizinkan, di dalam Satu Individu selama Satu Jangka Kehidupan
dalam Kamaloka (Dunia-Indera).
Tetapi pada Saat Kelahiran Kembali (patisandhi-kala), pada Orang2
samsedaya dan Orang2 oppapatika, paling banyak tujuh kammaja-
kalapa terdiri dari Mata-Grup 10, Telinga-Grup 10, Hidung-Grup 10,
Lidah-Grup 10, Tubuh-Grup 10, Kelamin-Grup 10 dan Jantung-Grup 10
adalah jelas. Namun, Mata, Telinga, Hidung dan Kelamin-Grup 10
kadang2 tidak jelas.
Dalam Orang2 gabbhaseyaka (Mahluk2 lahir dari Kandungan) hanya
Tiga kammaja-kalapa terdiri dari Tubuh-Grup 10, Kelamin-Grup 10 dan
Jantung-Grup 10, di tunjukan pada Saat Kehamilan (patisandhi-kala) .
Lagi disini Kelamin-Grup 10 bisa tidak jelas dalam beberapa Individu
194

khusus. Setelah Kehamilan, Selama Kehidupan (pavatti-kala), Mata-


Grup 10 dan Sisanya menjadi jelas per-lahan2 sesuai dengan Aturannya.
Dari Grup2 Mutu Materi yang di hasilkan dalam Empat Cara,
kamaja-rupa mulai terbentuk pada Saat Kehamilan dan ia terus
membentuk terus menerus pada setiap Saat yang singkat.
Cittaja-rupa mulai terbentuk sedari Saat Kedua dari Kesadaran,
yakni, dari Saat timbul bhavanga Pertama yang mengikuti Kesadaran
Kelahiran Kembali. Cittaja-rupa terus di bentuk pada setiap Saat timbul
dari Citta-citta berikutnya selama hidup.
Utuja-rupa mulai terbentuk sedari Saat Keberadaan dari Kesadaran
Kelahiran Kembali. Alasanya adalah bahwa tejo-dhatu (Utu) hadir dalam
kammaja-kalapa Pertama datang ke Keadaan tetap (thiti) pada Saat itu.
Sejak Waktu itu seterusnya tejo-dhatu lalu menghasilkan utuja-rupa
pada setiap Saat yang singkat. Karena tejo-dhatu hadir dalam setiap
kalapa , setiap kalapa, sedari Waktu ia mencapai Keadaan tetap,
menghasilkan utuja-kalapa yang baru pada setiap Saat yang singkat.
Dan Utuja-kalapa yang baru, sedari Waktu mereka mencapai Keadaan
tetap, lagi menghasilkan utuja-kalapa baru pada setiap Saat yang
singkat. Demikianlah Proses ini akan berjalan selamanya.
Setiap kalapa juga berisi Sari Nutrisi, oja. Tetapi aharaja-rupa mulai
terbentuk ketika oja Bagian Dalam, oja Bagian Luar pada Waktu
Penyebaran dari Sari Nutrisi dan Gabungan dari oja Bagian Dalam dan
oja Bagian Luar mencapai Keadaan tetap. Dari Saat itu, aharaja-rupa
juga di bentuk pada setiap Saat yang singkat.
Sebagaimana Grup2 baru dari Mutu Materi terus menerus di
hasilkan, Grup2 yang lama bubar dan hilang ketika Jangka Waktu hidup
mereka 17 Saat2 Kesadaran selesai. Demikianlah Gejala Materi
berjalan tanpa terputus di dalam Dunia-Indera sampai akhir Kehidupan
seperti Nyala Api sebuah Pelita, atau seperti Arus sebuah Sungai.

Gejala Materi pada Kematian.


Pada waktu Kematian, Kehidupan Kejiwaan dan Kehidupan Pisik
harus berhenti bersama. Ini artinya bahwa semua kammaja-rupa yang
berisi Kehidupan Pisik harus berhenti pada waktu Kematian.
Maka pada Saat timbulnya dari citta ke-tujuh belas di hitung
mundur dari Kesadaran Kematian (cuti-citta), kammaja-rupa terakhir di
bentuk. Kammaja-rupa terakhir ini akan berhenti pada Saat bubarnya
dari Kesadaran-Kematian.
Cittaja-rupa di bentuk sampai Saat timbulnya cuti-citta. Cittaja-
rupa terakhir akan berakhir untuk Satu Saat-Kesadaran pada Kebubaran
195

cuti-citta, dan akan mati dalam Enam belas Saat Kesadaran yang lain
yang terjadi hampir bersamaan.
Aharaja-rupa di bentuk sampai Saat bubar-nya cuti-citta, sebab
Dukungan yang di dapat bagi Pembentukan aharaja-rupa dapat di
sediakan oleh citta sampai pada waktu itu. Maka pada Kematian,
aharaja-rupa terakhir yang di bentuk itu telah berakhir hanya untuk
Satu Saat singkat. Namun dalam Lima puluh Saat singkat yang lain-nya
(Jangka Hidup-rupa – 51 Saat singkat atau 17 Saat2 Kesadaran), aharaja-
rupa itu juga berhenti.
Maka pada Waktu Kematian, kammaja-rupa, cittaja-rupa, dan
aharaja-rupa berhenti hampir bersamaan. Tetapi utuja-rupa berlanjut
membentuk dan bubar sampai Mayat di ubah menjadi Abu.
Sesosok Mayat hanya terdiri dari utuja-rupa.
Dengan demikian ketika Seorang meninggal dan Dilahirkan Kembali
dalam Kehidupan yang lain, Gejala Materi dengan Cara yang sama di
mulai dari Saat Kehamilan dan berlangsung terus timbul sampai waktu
Kematian.

Gejala timbulnya Materi dalam Alam – Rupa.


Dalam Alam- Rupa, Hidung-Grup 10, Tubuh-Grup 10, Sex-Grup 10
dan aharja-kalapa tidak timbul. Pada waktu dari Kelahiran Kembali
opapatika, disana timbul Empat kammaja-kalapa yaitu, Mata-Grup 10,
Telinga-Grup 10, Jantung-Grup 10 dan Kehidupan-Grup 9.
Selama Kehidupan, bagaimanapun, cittaja-kalapa dan utuja-kalapa
juga timbul.
Pada Asannasatta Brahma, Mata-Grup 10, Jantung-Grup 10, dan
Suara-Grup 9 (sadda-navaka) tidak timbul. Juga cittaja-kalapa tidak
timbul. Oleh karena itu pada waktu Kelahiran-Kembali opapatika
mereka, hanya Kehidupan – Grup 9 (jivita-navaka) timbul, selama
Kehidupan, utuja-kalapa, dengan Pengecualian dari Suara-Grup 9,
timbul dalam Penambahan.
Maka itu, kama-loka dan rupa-loka, Proses dari timbulnya Gejala
Materi harus di mengerti dalam Dua Cara , yaitu, (1) pada Kelahiran
Kembali dan (2) selama Kehidupan.

Rangkuman dari Gejala Materi.


Dalam Rangkuman harus di catat bahwa:
1. Semua 28 rupa timbul di dalam Dunia-kama.
196

2. Didalam 15 Alam-rupa, dengan Pengecualian dari Asanna-


satta, 23 Rupa timbul (ghana-pasada, jivha-pasada, kaya-
pasada, itthi-bhava, dan purisa-bhava tidak di masukan).
3. Hanya 17 Rupa timbul dalam Dunia Asanna-satta, mereka
adalah, 8 avinibbhoga, jivita, pariccheda, 3 lahutadi,
4 lakkhana-rupa.
4. Tidak ada Materi timbul di dalam Dunia-Arupa.
5. Delapan Rupa terdiri dari sadda, Lima vikara-rupa, jarata-rupa,
dan aniccata-rupa, tidak timbul pada Saat Kelahiran (patisandhi-
kala) sedangkan, selama waktu Kehidupan, tidak ada Rupa
yaitu, tidak di bentuk.

Praktek Pengamatan.
Semua Gejala Materi yang di jelaskan dalam Bab ini dapat di amati
dan di buktikan oleh Seorang yang berminat yang akan menjalankan
Meditasi Ketenangan dan Meditasi Pandangan Terang dengan
sungguh2.
Walau rupa-kalapa tidak dapat dilihat di bawah Mikroskop yang
kuat, mereka dapat di amati oleh Mata-samadhi yaitu, Mata-Pikiran di
sertai oleh Jalan masuk Konsentrasi atau yang lebih baik oleh
Konsentrasi Jhana.
Se-seorang akan memperhatikan dengan Mata-samadhi bahwa ada
Enam Tipe kalapa dalam Mata, yaitu, Mata-Grup 10, Tubuh-Grup 10,
Sex-Grup 10, dan Tiga Grup 8 Murni yang di hasilkan masing2 oleh
citta, utu, dan ahara. Dengan Cara yang sama Seorang akan
memperhatikan setiap Enam Tipe kalapa dalam Telinga, Hidung, dan
Lidah – hanya dengan menggantikan Mata-Grup 10 dengan Telinga-
Grup 10, Hidung-Grup 10, Lidah-Grup 10, masing2 , dengan
memperhatikan Satu per Satu kalapa-kalapa ini. Catatan: bahwa kaya-
pasada, bhava-rupa, cittaja-rupa, utuja-rupa dan aharaja-rupa tersebar
di seluruh Tubuh, dan dengan begitu mereka akan berada di Mata,
Telinga, Hidung, dan di dalam setiap Bagian dari Tubuh.
Memperhatikan kalapa bukan berarti Seorang melihat Rupa
tertinggi. Bila Rupa di perhatikan dalam Bentuk Partikel2 , bagaimana
kecil-pun mereka adanya, rupa yang di perhatikan itu belum yang
tertinggi.
Rupa yang tertinggi tidak berbentuk dan tidak ber-massa. Maka
Seorang harus menganalisa setiap Tipe kalapa untuk memperhatikan
Isinya, persis seperti Seorang mengerjakan Sebuah Analisa secara teliti
dari Sebuah Contoh Kuningan untuk mengetahui Isi-nya.
197

Ledi Sayadaw telah menulis di Myanmar dalam Buku Berjudul


“Kammathan Kyan Gyi” pada halaman 240 yang mengatakan bahwa:
“Ketika Seorang melihat melalui Sebuah Mikroskop atau Sebuah
Teleskop, ia melihat dengan mudah tanpa Gangguan Ke-aslian yang
Kelihatan, Objek2 yang halus dan jauh. Dengan Cara yang sama bila
Seorang mengembangkan Jhana , membuat Konsentrasi Jhana sebagai
Landasan dan melakukan Meditasi Pandangan Terang, Seorang dapat
dengan mudah melihat tanpa Gangguan Tanda2 dari Ketidak Kekalan,
Penderitaan dan Tanpa Diri, yang sangat dalam, halus, sangat jauh dan
sangat sukar untuk di lihat. Akibatnya disana timbul magga-nana dan
phala-nana yang dapat meniadakan Empat Asava (Kebusukan)
selengkapnya.
Empat Kebenaran Mulia dan Nibbana, yang sangat dalam, halus,
sangat jauh dan sangat sukar di lihat, juga di perhatikan”
Baru-baru ini saya telah mewawancarai banyak para Yogi di
International Buddha Sasana Centres (Pa-Auk Meditation Centre) di
Myanmar, dimana Meditasi Samatha – Vipassana di ajarkan menurut
Kitab Visuddhi-Magga dan Kitab Suci Pitaka. Saya mempunyai
Pendapat bahwa para Yogi ini dapat mengamati kalapa dan
menganalisa mereka sampai pada Keadaan tertinggi. Tentu saja
Seorang dapat melihat Kenyataan tertinggi bila ia di bimbing dengan
Cara yang benar oleh Seorang Guru yang pandai.

Nibbana.
1. Nibbana ialah di luar Keduniawian (lokuttara), yaitu, di balik 31
Alam Keberadaan, di balik Dunia Pikiran dan Tubuh (yakni Lima
Kelompok).
2. Nibbana di realisasi melalui Pengetahuan yang termasuk dalam
Empat Jalan dan Empat Buah. Ia di amati oleh magga-nana dan
phala-nana.
3. Nibbana adalah Objek dari Empat Jalan dan Buah2 mereka.
4. Ketika Penyebab Penderitaan, ialah, Kekotoran Batin (kilesa)
secara sempurna di basmi oleh 4 Jalan-Kebijaksanaan,
Penderitaan juga di hilangkan. Kemudian hanya Kebahagiaan
(sukha) dan Kedamaian (santi) berada di dalam Arus Mental.
Kebahagiaan dan Kedamaian yang unik ini disebut Nibbana.

Dalam Bahasa Sansekerta , Nibbana disebut Nirvana yang terdiri


dari “ni” dan “vana”. “Ni” terdiri dari “Terbebas dari”, dan “Vana”
artinya “merajut atau menginginkan”. Ke-inginan inilah (tanha) yang
198

bertindak sebagai Seutas Tali yang menyambungkan Urut2-an dari


hidup Seorang Individu dalam Keberadaan dari Pengembaraan di dalam
Samsara – Lingkaran abadi dari Kelahiran dan Kematian.
Selama Seorang di jerat oleh Kemelekatan, ia menimbun Kamma-
kamma baru yang akan menimbulkan Kelahiran baru, Kematian ber-
ulang2. Ketika semua Bentuk2 Kemelekatan di hilangkan oleh Empat
Jalan, Kekuatan Kamma berhenti bekerja dan Seorang terhindar dari
Lingkaran Kelahiran dan Kematian. Maka ia di katakan mencapai
Nibbana.
Konsep Buddhist dari “Pelepasan atau Kemerdekaan” adalah
Penghindaran ini dari yang selalu terjadi Lingkaran Kelahiran dan
Kematian dan semua Penderitaan yang bersekutu dengan mereka.
Secara Alamiah atau pada Hakekatnya Nibbana ialah rasa Damai
(Santi). Sepertinya ia adalah Unik. Walau ia adalah Satu oleh Santi-
lakkhana, Nibbana di pandang sebagai Dua menurut Cara yang di alami
sebelum dan sesudah Kematian dari Seorang Arahat.

1 Sa-upadisesa – Nibbana
Sa – Dengan, upadi – Lima Kelompok di genggam oleh Kemelekatan
dan Pandangan Salah, sesa – Yang tersisa.
Pada para Buddha dan Arahat , walau semua Kekotoran Batin
(kilesa) telah di hilangkan, vipaka-citta dan Pengikut2 mereka (Bersama
di kenal sebagai vipaka-namakkhandha) dan kammaja-rupa masih
tertinggal. Namun para Buddha dan Arahat dapat sepenuhnya
mengalami Nibbana. Unsur Nibbana yang di realisasikan oleh para
Buddha dan Arahat sebelum Kematian dengan Vipaka-namakkhandha
dan kammaja-rupa tertinggal disebut Sa-upadi-sesa Nibbana-dhatu.

2 Anupadisesa – Nibbana
Ini adalah Nibbana yang di alami oleh para Buddha dan Arahat
setelah Kematian. Unsur Nibbana yang di realisasikan tanpa Vipaka-
namakkhandha dan kammaja-rupa Apa-pun yang tertinggal disebut
anupadisesa Nibbana dhatu.
Sa-upadisesa Nibbana = Kilesa Nibbana, ialah itu dicapai dengan
Penghilangan Kilesa.
Anupadisesa Nibbana = Khandha Nibbana, ialah itu dicapai dengan
Penghilangan Lima Kelompok.
199

Tiga Mode Nibbana.


1. Sunnata – Nibbana : Nibbana ialah tidak adanya Napsu,
Kebencian dan Kegelapan Batin, ia juga tidak ada Grup2 dari
rupa dan nama. Maka ia disebut Sunnata-Nibbana.
Sunna – Ketiadaan atau Nol, disini Artinya bahwa Napsu,
Kebencian, Kegelapan Batin, rupa dan nama Nol, tapi ia tidak
berarti bahwa Nibbana adalah “Kekosongan”
2. Animitta – Nibbana : Grup2 Materi , yang terdiri dari rupa-
kalapa, mempunyai Bentuk2 dan Rupa yang berbeda. Grup2
Mental terdiri dari citta dan Pengikut2-nya mungkin dianggap
mempunyai beberapa Macam Bentuk sebab mereka dapat di
lihat oleh Orang2 tertentu yang telah mengembangkan
Kekuatan Supernormal (abhinna). Nibbana bagaimana juga
tidak mempunyai Bentuk dan Rupa sama sekali. Maka ia disebut
Animitta-Nibbana.
3. Appanihita – Nibbana : Nibbana tidak mempunyai nama dan
rupa juga Bentuk dan Rupa Apa-pun untuk di rindukan oleh
tanha (Kemelekatan atau Napsu). Tidak ada Napsu atau
Kemelekatan di dalam Nibbana. Nibbana benar2 terbebas dari
Napsu begitu juga dari Keinginan yang sangat atau Napsu.
Maka ia di kenal sebagai Appanihita-Nibbana.

Beberapa Definisi lagi dari Nibbana.


Nibbana dapat juga di golongkan oleh Sifat2 Baik sebagai berikut:
1. Accutam - Ia telah melampaui Kematian, dan maka itu tidak
ada terjadi Kematian dalam Nibbana.
2. Accantam - Ia telah melampaui Akhir yang disebut Kematian,
maka ia tidak ber-Akhir.
3. Asankhatam - Ia tidak di kondisikan oleh Empat Sebab. Yaitu,
kamma, citta, utu, dan ahara. Disini ia abadi dan ia bukan
Sebuah Sebab ataupun Sebuah Akibat.
4. Anuttaram - Ia adalah lebih Kuat dan lebih Mulia dari pada
setiap Dhamma.
5. Padam - Ia adalah Satu Objek Kenyataan (Vatthu-dhamma)
yang dapat di realisasikan oleh ariya (Orang2 Mulia).

–oOo--
200

Chapter 7

Samuccaya

Ringkasan dari Keberadaan yang tertinggi.

Kata Pengantar.
Tujuh puluh dua Macam dari Keberadaan yang tertinggi, yang
disebut Vatthu-Dhamma Sebab mereka mempunyai Sifat2 –nya sendiri,
sebegitu jauh telah di jelaskan. Mereka adalah Citta, 52 Cetasika, 18
Nipphanna-rupa dan Nibbana.
Citta.
Semua 89 atau 121 Tipe Kesadaran di anggap sebagai Satu karena
mereka semua mempunyai Sifat2 dari “Kesadaran”. Sebenarnya
mereka adalah 89 atau 121 Tipe dari Kombinasi Citta dengan berbagai
Cetasika.

Cetasika.
Semua 52 Faktor2 Mental dipandang secara terpisah karena mereka
mempunyai Sifat2 berbeda.

Nipphanna-rupa
Semua 18 Rupa yang disebabkan dan di kondisikan oleh kamma,
citta, utu, dan ahara di anggap Nyata dan di pandang secara terpisah
karena mereka memiliki Sifat2 yang berbeda.

Nibbana
Ia adalah Satu sehubungan pada Sifat-nya akan Kedamaian (Santi-
lakkhana).

Maka jumlah dari Vatthu-dhamma : 1 + 52 + 18 + 1 = 72


Semua ke- 72 ini adalah Kenyataan2 yang Subjektif dan Objektif.
Yang ber-hubung-hubungan akan di golongkan ke dalam Katagori2
dalam Bab ini.

Ringkasan dari Katagori2.


Ringkasan Katagori2 yang akan di bicarakan adalah Empat Macam.
1. Ringkasan dari Katagori2 Tidak Bermoral.
2. Ringkasan dari Katagori2 Campuran.
201

3. Ringkasan dari Katagori2 yang menyinggung pada Pencerahan,


dan
4. Ringkasan dari Katagori2 Semua Vatthu-dhamma.

( 1 ) Akusala Sangaha (Ringkasan dari Katagori Tidak Bermoral)


Ada Sembilan Katagori yang tidak Bermoral – yaitu, Asava, Ogha,
Yoga, Gantha, Upadana, Nivarana, Anusaya, Samyojana dan Kilesa.

1 Empat Asava (Empat Kebusukan atau yang Memalukan).


“Asava” Artinya, Minuman Keras, Kekotoran Batin, Kecurangan,
Noda, Mengotorkan, Kebusukan dsb… Kita tahu bahwa Minuman Keras
yang di fermentasi yang telah di simpan di dalam Guci Fermentasi untuk
Waktu yang lama dapat membuat Orang2 mabuk.
Begitu juga asava, yang telah di simpan untuk di fermentasikan di
dalam Arus Khandha Mahluk2 untuk waktu yang sangat lama, yakni,
sebuah Samsara, membuat Orang2 mabuk dan melupakan Kebebasan
mereka. Ada Empat Asava:
1. Kamasava - Kemelekatan pada Kenikmatan Indera di dalam
Dunia Indera, ialah; lobha, bersekutu dengan 8 lobha-mula-
citta.
2. Bhavasava - Kemelekatan pada Rupa-Jhana dan Arupa-Jhana
begitu juga pada Keberadaan dalam Alam-Rupa dan Arupa,
ialah, lobha bersekutu dengan 4 lobha-mula ditthigata-
vipayutta-citta.
3. Ditthasava - 62 Macam Pandangan Salah, ialah ditthi, ada di
dalam 4 lobha-mula-ditthigata-sampayutta-citta.
4. Avijjasava - Kegelapan Batin sehubungan pada Empat
Kebenaran Mulia, Kehidupan lampau, Kehidupan akan datang,
Ke-dua2nya Kehidupan Lampau dan akan Datang dan Hukum
Sebab Akibat yang saling Bergantungan. Ia adalah Ketidak
tahuan bersekutu dengan 12 Akusala-citta.

Catatan:
Unsur2 Pokok dari Empat Asava hanyalah Tiga yaitu, lobha, ditthi,
dan moha. Ketiganya ini sangat kuat memabukkan Mahluk2 dan
membuat mereka mengembara dalam Samsara.

2 Empat Ogha (Empat Banjir)


“Ogha” Artinya Banjir, Air yang deras, Pusaran Air, Menyelimuti
atau Mencekik. Persis bagai Banjir besar menyapu Orang2 dan
202

Binatang2 ke dalam Laut, menyelimuti, mencekik dan menenggelamkan


mereka, maka begitu juga Empat Ogha menyapu Mahluk2,
menyelimuti, mencekik dan menenggelamkan mereka ke dalam Lautan
Besar dari Samsara. Bagaikan Empat Pusaran Air yang besar di Lautan
lepas, mereka dapat menenggelamkan Mahluk Apa-pun yang berada di
atasnya, dan menjadikan ter-amat sulit untuk menyeberangi mereka.
Empat Ogha adalah sama dengan Empat Asava, Unsur2 Pokok mereka
adalah sama.
1. Kamogha -- Banjir Napsu Indera
2. Bhavagha -- Banjir Napsu akan Jhana dan Kelahiran dalam
Alam-Rupa dan Alam-Arupa.
3. Ditthogha -- Banjir Pandangan2 Salah
4. Avijjogha -- Banjir Kegelapan Batin.

3 Empat Yoga (Empat Ikatan)


“Yoga” Artinya Persilangan, Persatuan, Ketekunan, Kesetiaan,
Kemelekatan, Ikatan, Perekat, atau “Mengikat”
Sapi yang di-ikat pada Pedati tidak dapat lepas dari Pedati. Sama
juga Mahluk2 yang terikat pada Mesin Kelahiran dan melekat kuat pada
Roda Samsara dengan Alat Empat Yoga, tidak dapat lepas dari Mesin
Kelahiran dan dari Samsara.
Lagi Empat Yoga sama dengan Empat Asava, Unsur2 Pokoknya
sama.
1. Kamayoga -- Kemelekatan pada Kenikmatan Indera
2. Bhavayoga -- Kemelekatan pada Jhana2 dan pada Kelahiran
dalam Alam Rupa dan alam Arupa.
3. Ditthiyoga -- Kemelekatan pada Pandangan Salah
4. Avijjayoga -- Kemelekatan pada Kegelapan Batin.

4 Empat Gantha (Empat Ikatan)


“Gantha” Artinya “Satu Ikatan” atau “Satu Bundelan”. Empat
gantha adalah Ikatan yang kuat mengikat Grup Rupa dan Nama dari
Kehidupan bagi mereka akan Kelahiran di masa akan datang.
Dalam Nama2 gantha berikut, ‘kaya’ di gunakan dalam rasa dari
Grup atau Massa yang menyatakan ke-dua2nya Mental dan Pisikal.
1. Abhijjha-kayagantha -- Semua Bentuk2 Napsu Keinginan
(tanha) ialah lobha berada dalam 8 lobha-mula-citta
2. Vyapada-kayagantha -- Semua Bentuk2 Kemoralan atau
Kehendak Jahat. Ialah dosa berada dalam 2 dosa-mula –citta
203

3. Silabbataparamasa-kayagatha -- Ketaatan pada Pandangan


Salah bahwa Seorang menjadi Suci dan maka dapat terbebaskan
dengan atau bertingkah laku seperti Sapi dan Anjing. Juga
termasuk Ketaatan pada Upacara dan Peribadatan, ialah, ditthi
berada dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta citta.
4. Idamsaccabhinivesa-kayagantha -- Kepercayaan Dogmatis
bahwa hanya Pandanganya saja yang benar dan yang lain Sia-sia
atau bahwa “Hanya inilah yang benar”. Juga ialah ditthi yang
ada dalam 4 lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta

5 Empat Upadana (Empat Genggaman Kuat)


“Upadana” Artinya Kemelekatan yang Kuat atau menempel atau
menggenggam, ia bagaikan Se-ekor Ular menggenggam Se-ekor Katak
tanpa melepaskannya. Upadana lebih kuat dari pada tanha (Keinginan
kuat). Tanha Bagaikan Seorang Pencuri mencari-cari di Kegelapan untuk
mencuri Sesuatu Sedangkan Upadana bagaikan Pencurian yang terjadi.
1. Kamupadana -- Napsu Indera atau melekat pada Lima Objek2-
Indera ialah, lobha berada dalam 8 lobha-mula-citta.
2. Ditthupadana -- Melekat pada semua Pandangan Salah kecuali
Dua Pandangan yang disebut di dalam (3) dan (4) ialah ditthi
berada di dalam 4 lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta.
3. Silabbatupadana -- Kemelekatan pada Pandangan Salah bahwa
Seorang menjadi Murni dan jadi Terbebaskan dengan Moral
atau Bertingkah laku seperti Sapi dan Anjing, melekat pada
Ritualitas dan Upacara, ialah juga ditthi berada dalam 4 lobha-
mula-ditthi-sampayutta-citta.
4. Attavadupadana -- Kemelekatan pada Teori bahwa Jiwa
ada,dan bahwa Saya, Kamu, Dia (laki2/Perempuan), Orang2
dst… Ada, ialah sama dengan “Sakkaya-ditthi” yaitu,
“Kepercayaan adanya Diri”. Ia juga ditthi berada di dalam 4
lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta.

Catatan: Tiga Upadana yang belakangan menunjukkan ditthi


cetasika Sendiri. Mereka di bedakan sebagai yang Tiga Sebab Cara2 dan
Objek2 dari Kemelekatan-nya berbeda.

6 Enam Nivarana (Enam Rintangan)


“Nivarana” Artinya “Rintangan” atau “Hambatan” . Nivarana
merintangi atau mencegah timbulnya Pikiran2 dan Perbuatan2 Baik,
204

Jhana dan Magga. Maka mereka menghalangi Jalan ke Alam Dewa dan
Kebahagiaan Nibbana.
Terutama Lima Nivarana Pertama membutakan Pandangan Mental
kita dan menghambat Tindakan Moral kita. Kita harus bergumul dengan
mereka bilamana kita mencoba melaksanakan beberapa Perbuatan Baik
Apakah itu mengucapkan Doa-doa atau melakukan Meditasi. Dalam
Kehadiran mereka kita tidak dapat mencapai Tetangga Konsentrasi
(Upacara-samadhi) dan Konsentrasi penuh (appana-samadhi), dan tidak
dapat melihat Kebenaran dengan jelas.
1. Kamacchanda -- Napsu Indera, ialah lobha dalam 8 lobha-
mula-citta.
2. Vyapada -- Kehendak Jahat, ialah dosa dalam 2 dosa-
mula-citta
3. Thina-middha -- Kemalasan dan Kelambanan, mereka adalah ;
thina-cetasika dan middha-cetasika.
4. Uddhacca-kukukucca -- Kegelisahan dan selalu di pikirkan atau
Kawatir, mereka adalah, uddhacca-cetasika dan kukkucca-
cetasika.
5. Vicikiccha -- Keraguan atau Kebingungan, ialah vicikiccha-
cetasika.
6. Avijja -- Kegelapan Batin, ialah moha berada dalam 12 akusala
citta.

Catatan:
a. Ke-dua2nya Kemalasan dan Kelambanan, Kegelisahan dan selalu
Dipikirkan di golongkan bersama sebab Fungsi2 mereka (kicca),
Sebab2 mereka (hetu) dan Faktor2 Perlawanan mereka adalah
sama. Fungsi dari Kemalasan dan Kelambanan ialah Ketidak-
aktifan Mental, Sebab2 mereka adalah Kemalasan, dan mereka
menentang pada Semangat Usaha (Viriya). Fungsi dari
Kegelisahan dan Kepikiran ialah Ketidak-tenangan, sebab
mereka adalah Kejengkelan tentang Kehilangan Kepemilikan,
dsb… dan mereka menentang pada Ketenangan.
b. Dalam Perumpamaan yang indah yang di berikan Sang Buddha
dalam Anguttara-Nikaya, Napsu Indera dibandingkan dengan
Air yang di campur dengan macam2 Warna, Keinginan Jahat
dengan Air yang mendidih, Kemalasan dan Kelambanan dengan
Air yang di tutupi oleh Lumut, Kegelisahan dan Kepikiran
dengan Air yang di rangsang oleh Deraan Angin, dan Ke-ragu2-
an dengan Air keruh yang berlumpur. Sehinga dalam Air yang
205

seperti itu Seorang tidak dapat menerima Bayangan-nya Sendiri,


maka juga dalam Kehadiran Lima Rintangan Mental ini, Seorang
tidak dapat melihat dengan Jelas Keuntungan-nya sendiri, tidak
juga pada yang lain, tidak juga ke-dua2-nya.

7 Tujuh Anusaya (Tujuh Kekotoran Batin yang terpendam).


“Anusaya” Artinya “Terbaring terbengkalai” atau “Tinggal terpendam”.
Tujuh anusaya adalah Benih2 atau Kekotoran2 Batin (kilesa) yang
berpotensi yang terbaring terbengkalai dalam Arus-khandha dari
Mahluk2 dari Kehidupan ke Kehidupan sepanjang Samsara yang sangat
lama. Mereka bagaikan Kesanggupan dari Sebuah Pohon untuk
Menghasilkan Buah, Kesanggupan itu tidak dapat di temui dimana-pun
diantara Pohon itu, tapi kita tahu ia disana dengan melihat Buah2 yang
ia hasilkan ketika Waktu masak-nya tiba.
Anusaya tidak di lihat dimana-pun. Mereka tidak mempunyai
Penampilan yang Nyata, dan mereka bukanlah khusus dari Sifat2 seperti
Timbul-Berlangsung-Berlalu. Tapi mereka tinggal Siap untuk datang ke
Permukaan sebagai Kekotoran2 Batin yang sebenarnya pada Saat Satu
Kesempatan ketika mereka kontak dengan Objek2 Indera yang
bersesuaian.
1. Kamaraganusaya -- Kemelekatan pada Objek2 Indera, ialah
lobha yang berada dalam 8 lobha-mula-citta.
2. Bhavaraganusaya -- Kemelekatan pada Rupa-Jhana, Arupa-
jhana, dan Kelahiran di Alam2 Rupa dan Arupa, ialah, lobha
berada dalam 4 lobha-mula ditthi-vipayutta-citta.
3. Patighanusaya -- Keinginan2 Jahat atau Kebencian, ialah dosa
berada dalam 2 dosa-mula-citta.
4. Mananusaya -- Kesombongan, ialah mana-cetasika berada
dalam 4 lobha-mula ditthi-vipayutta-citta.
5. Ditthanusaya -- Pandangan Salah, ialah ditthi-cetasika berada
dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta-citta
6. Vicikicchanusaya -- Ke-ragu2an, ialah vicikiccha-cetasika
berada dalam moha-mula vicikiccha-sampayutta-citta
7. Avijjanusaya -- Kegelapan Batin, ialah moha berada dalam 12
akusala-citta.

8 Sepuluh Samyojana (Sepuluh Belenggu)


“Samyojana” Artinya Belenggu yang mengikat Mahluk2 kepada
Roda Keberadaan dan Penderitaan yang ber-putar2. Ada Sepuluh
Belenggu yang mengikat setiap Individu pada Roda Keberadaan.
206

a Sepuluh Belenggu menurut Sutta Pitaka


1. Kamaraga-samyojana – Kemelekatan pada Objek2 Indera.
2. Ruparaga-samyojana – Kemelekatan pada Rupa-Jhana dan
Kelahiran di Alam Rupa.
3. Aruparaga-samyojana – Kemelekatan pada Arupa-Jhana dan
Kelahiran di Alam Arupa.
4. Patigha-samyojana – Keinginan Jahat atau Kebencian.
5. Mana-samyojana – Kesombongan.
6. Ditthi-samyojana – Pandangan Salah
7. Silabbata-paramasa-samyojana – Ketaatan pada Pandangan
Salah bahwa Seorang menjadi Murni dengan Moral Tingkah laku
seperti Sapi dan Anjing atau oleh Ritualitas dan Upacara.
8. Vicikiccha-samyojana – Ke-ragu2-an.
9. Uddhacca-samyojana – Kegelisahan.
10. Avijja-samyojana – Kegelapan Batin.

Unsur2 Pokok pada Sepuluh Belenggu di atas adalah lobha (untuk


1,2,3), dosa, mana, ditthi (untuk 6,7), vicikiccha, uddhacca dan moha,
yakni, 7 cetasika semuanya.

b Belenggu2 menurut Abhidhamma Pitaka


1. Kamaraga-samyojana – Kemelekatan pada Objek2 Indera.
2. Bhavaraga-samyojana – Kemelekatan pada Rupa dan Arupa
Jhana dan Kelahiran di Alam2 Rupa dan Arupa.
3. Patigha-samyojana – Keinginan Jahat atau Kebencian.
4. Mana-samyojana – Kesombongan.
5. Ditthi-samyojana – Pandangan Salah.
6. Silabbata-paramasa-samyojana - Sama seperti diatas.
7. Vicikiccha-samyojana – Ke-ragu2an.
8. Issa-samyojana – Iri hati/ Cemburu.
9. Macchariya-samyojana – Ke-kikiran.
10. Avijja-samyojana – Kegelapan Batin

Unsur2 Pokok pada Sepuluh Belenggu Abhidhamma adalah lobha


(untuk 1,2), dosa, mana, ditthi (5,6), vicikiccha, issa, macchariya dan
moha, yakni, 8 cetasika semuanya.
Unsur2 Pokok Belenggu2 bagi ke-duanya , Sutta dan Abhidhamma
adalah 9 cetasika -- 7 untuk Belenggu2 Sutta + issa + macchariya.
207

9 Sepuluh Kilesa (Sepuluh Kekotoran Batin)


“Kilesa” Artinya “Kekotoran Batin atau Siksaan”. Kilesa
mengotori, membakar dan menyiksa Pikiran. Ada Sepuluh Kilesa.
1. Lobha -- Keserakahan atau Kemelekatan.
2. Dosa -- Kebencian atau Kehendak Jahat.
3. Moha -- Khayalan atau Kebodohan.
4. Mana -- Kesombongan atau Angkuh
5. Ditthi -- Pandangan Salah.
6. Vicikiccha -- Ke-ragu2an atau Ketidak-tegasan.
7. Thina -- Kemalasan.
8. Uddhacca -- Kegelisahan.
9. Ahirika -- Tidak malu berbuat Salah.
10. Anoottappa -- Tidak takut Akibat berbuat Salah.

1500 Kilesa.
Satu Citta, 52 cetasika, 18 nipphanna-rupa dan 4 lakkha-rupa
jumlah semua 75 Kesatuan yang ada. 75 Kesatuan nama dan rupa ini
Ada, Ke-dua2nya di Bagian Dalam dan Bagian Luar. Maka bila kita
kalikan 75 x 2 untuk ajjhattika (Bagian Dalam) dan bahiddha (Bagian
Luar), kita dapat 150. Sebagaimana 150 Kesatuan yang Ada ini adalah
Objek dari bekerjanya setiap Kilesa, bila kita kalikan 150 x 10 Kilesa
maka kita dapatkan 1500 Kilesa.

108 Model dari Tanha.


“Tanha” ialah Keinginan yang sangat. Ia adalah Akar Pemimpin dari
Penderitaan, dan Lingkaran Kelahiran Kembali yang berkelanjutan.
Pertama, Keinginan yang sangat ada Tiga Macam:
1. Kama-tanha -- Keinginan yang sangat pada Objek2-Indera.
2. Bhava-tanha -- Keinginan yang sangat pada Rupa dan Arupa
Jhana dan Kelahiran Kembali di Alam2 Rupa dan Arupa.
3. Vibhava-tanha -- Keinginan yang sangat untuk tidak di
Lahirkan.

Sehubungan pada Enam Objek Indera, Ada Enam Macam Keinginan


yang sangat:
1. Rupa-tanha -- Keinginan yang sangat pada Objek2 yang
Kelihatan.
2. Sadda-tanha -- Keinginan yang sangat pada Bunyi2-an.
3. Gandha-tanha -- Keinginan yang sangat pada Bau2-an.
4. Rasa-tanha -- Keinginan yang sangat pada Cita-rasa.
208

5. Photthabba-tanha -- Keinginan yang sangat pada Kesan2


Tubuh.
6. Dhamma-tanha -- Keinginan yang sangat pada Kesan2
Mental.

Bila kita menggandakan Grup Pertama dari 3 Macam Keinginan


dengan Grup Kedua yang 6 , kita dapatkan 18 Macam Keinginan. Lagi
gandakan ini dengan 2 karena mereka dapat berada Ke-dua2nya di
Bagian Dalam dan Luar, kita dapatkan 36 Macam Keinginan.
Sekarang 36 Macam Keinginan yang sangat ini dapat terjadi di
masa Lampau, di masa Sekarang dan di masa akan Datang. Maka
mereka berjumlah 108 Macam tanha.
209

Tabel 7.1
Akusala-sangaha.
210

Petunjuk untuk membaca Tabel 7.1.


a Pembacaan mendatar/membujur
1. Lobha terjadi di dalam semua 9 Bagian sebagai, Asava,
Ogha,Yoga, Gantha, Upadana, Nivarana, Anusaya, Samyojana
dan Kilesa.
2. Ditthi terjadi di dalam 8 Bagian sebagai Asava, Ogha, dst..
sebagaimana yang di perlihatkan dalam Tabel.
3. Sisanya dapat di baca dengan Cara yang sama.

b Pembacaan Tegak lurus


4. Empat Asava mempunyai 3 Unsur Pokok – lobha, ditthi dan
moha. Juga sama untuk Ogha dan Yoga.
5. Empat Gantha juga mempunyai 3 Unsur2 Pokok - lobha,
ditthi, dan dosa.
6. Sisanya dapat di baca dengan Cara yang sama.

( 2 ) Missaka –Sangaha (Ringkasan dari Katagori2 Campuran)


Ada Tujuh Katagori Campuran- yakni, Hetu, Jhananga, Magganga,
Indriya, Bala, Adhipati dan Ahara.

1 Enam Hetu (Enam Akar)


“Hetu” Artinya Akar, Sebab, Kondisi atau – Kondisi Akar.
Sebagaimana Akar2 membuat Sebuah Pohon Kokoh, makmur dan
tumbuh baik, maka dengan Cara yang sama Enam Hetu membuat Citta
dan Cetasika kokoh bersekutu dengan mereka, subur dan tumbuh
dengan baik pada Objek2 Indera. Ada 3 Akar2 Bermoral dan 3 Akar2
tidak Bermoral.
Tiga Akar2 Tidak Bermoral (Akusala-hetu) adalah:
1. Lobha -- Keserakahan atau Kemelekatan
2. Dosa -- Kehendak Jahat atau Kebencian
3. Moha -- Kebodohan atau Khayalan.

Tiga Akar2 Bermoral (Kusala-hetu) adalah:


4. Alobha -- Tanpa Kemelekatan
5. Adosa -- Keinginan Baik
6. Amoha -- Kebijaksanaan.
211

Akar2 Bermoral juga bersekutu dengan sobhana-kiriya-citta dan


vipaka-citta. Maka mereka juga di kenal sebagai Akar2 yang tidak
menentukan (avyakata-hetu) sebab kiriya-citta dan vipaka-citta disebut
Tidak menentukan (avyakata).

2 Tujuh Jhananga (Tujuh Unsur2 Pokok Jhana)


“Jhananga” Artinya “Faktor2 Jhana” atau “Unsur2 Pokok dari
Pencerapan”. Faktor2 Jhana membantu citta dan cetasika2 Sekutu
mereka untuk memperhatikan Sebuah Objek, apakah Buruk atau Baik,
secara tekun, teliti dan pasti.
1. Vitakka -- Penerapan awal
2. Vicara -- Penerapan yang menyokong
3. Piti -- Kegiuran
4. Ekaggata -- Pemusatan pada Satu Titik
5. Somanassa-vedana -- Perasaan menyenangkan
6. Domanassa-vedana -- Perasaan tidak menyenangkan
7. Upekkha-vedana -- Perasaan Netral atau Keseimbangan

3 Duabelas Magganga (Duabelas Unsur2 Pokok dari Jalan).


“Magga” Artinya “Jalan” dan “magganga” artinya “Unsur2 Pokok
dari Jalan”. Unsur Pokok yang Tidak Bermanfaat bergabung untuk
membentuk Satu Jalan menuju ke Keadaan Penderitaan, sedangkan
Unsur2 Pokok yang Bermanfaat bergabung untuk membentuk Satu
Jalan menuju ke Keadaan Bahagia sampai ke Nibbana.
1. Samma-ditthi -- Pandangan Benar. Ia adalah panna yang
berada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26
appana-javana.
2. Samma-sankappa -- Pikiran Benar. Ia adalah vitakka yang
ada dalam 42 citta diatas.
3. Samma-vaca -- Pembicaraan Benar. Ia adalah samma
vaca cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8
lokuttara-citta.
4. Samma-kammanta -- Perbuatan Benar. Ia adalah samma-
kammanta-cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8
lokuttara citta.
5. Samma-ajiva -- Penghidupan Benar. Ia adalah samma-
ajiva-cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8
lokuttara-citta.
212

6. Samma-vayama -- Usaha Benar. Ia adalah viriya yang ada


dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26
appana-javana.
7. Samma-sati -- Perhatian Benar. Ia adalah sati-cetasika
yang ada dalam 42 citta diatas.
8. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar. Ia adalah ekaggata
di dalam 42 citta diatas.
9. Miccha-ditthi -- Pandangan Salah. Ia adalah ditthi yang
ada dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta-citta.
10. Miccha-sankappa -- Pikiran Salah Ia adalah vitakka yang
ada dalam 12 akusala-citta.
11. Miccha-vayama -- Usaha Salah. Ia adalah viriya yang ada
dalam 12 akusala citta.
12. Miccha-samadhi. -- Konsentrasi Salah. Ia adalah ekaggata
yang ada dalam 12 akusala-citta.

4 Duapuluh dua Indriya. (Duapuluh dua Kemampuan).


“Indriya” Artinya “Kemampuan” atau “Mengontrol Kekuatan”
sebagaimana para Menteri mengontrol Kementeriannya masing2,
Indriya mengontrol Sekutu2 mereka (sampayutta-dhamma) dalam
Lapangan Pengaruh mereka MASING2. Ke-22 Indriya adalah sebagian
Pisik dan sebagian Mental.
1. Cakkhundriya-cakkhu-pasada -- Bagian sensitif dari Mata.
2. Sotindriya-sota-pasada -- Bagian sensitif dari Telinga.
3. Ghanindriya-ghana-pasada -- Bagian sensitif dari Hidung.
4. Jivhindriya-jivha-pasada -- Bagian sensitif dari Lidah.
5. Kayindriya-kaya-pasada -- Bagian sensitif dari Tubuh.
6. Itthindriya-itthibhava-rupa -- Kewanitaan.
7. Purindriya-purisa-bhava-rupa -- Kejantanan.
8. Jivitindriya-jivita-rupa dan jivitindriya-cetasika -- Kehidupan.
9. Manindriya- 89 atau 121 citta
10. Sukhindriya-sukha-vedana --Perasaan Tubuh yang
menyenangkan.
11. Dukkhindriya-dukkha-vedana -- Kesakitan Tubuh.
12. Somanassindriya-somanassa-vedana -- Kegembiraan.
13. Domanassindriya-domanassa-vedana -- Kesedihan.
14. Upekkhindriya-upekkha-vedana -- Keseimbangan.
15. Saddhindriya-saddha -- Keyakinan.
16. Viriyindriya-viriya -- Usaha.
17. Satindriya-sati -- Perhatian / Kesadaran.
213

18. Samadhindriya-ekaggata -- Konsentrasi.


19. Pannindriya-panna -- Kebijaksanaan.
20. Anannatinnassamitindriya -- panna bersekutu dengan
sotapatti-magga.
21. Annindriya -- panna bersekutu dengan 3 magga lebih tinggi
dan 3 phala lebih rendah.
22. Annatavindriya -- panna bersekutu dengan arahatta-phala.

Catatan :
1. Harap di catat bahwa Bagian sensitif dari Mata mengontrol
Penglihatan, Bagian sensitif dari Telinga mengontrol
Pendengaran dst… Ke-dua bhava-rupa mengontrol Sifat2 Sex
Primer dan Sekunder. Kehidupan mengontrol Syarat2
Kehidupan dari Sekutu2-nya. Citta mengontrol Pengikut2
mereka dalam Usaha2 bersama dari mengambil dan
mengetahui Objek.
2. Indriya 1 – 7 adalah Pisik, 8 adalah Ke-duanya Pisik dan Mental
dan Sisanya adalah Mental.
3. 1 – 5 dan 9 mewakilkan 6 Landasan. 6, 7 adalah dua
bhava-rupa 10 – 14 mewakilkan 5 Perasaan. 15 – 19
mewakilkan 5 Kemampuan Spiritual Tiga yang terakhir adalah
Kemampuan2 di Luar Keduniawian
4. Jumlah Indriya Keduniawian yang ada pada Satu Orang Lelaki
atau Satu Orang Perempuan adalah 18, tidak termasuk Sex-rupa
yang berlawanan dan 3 yang terakhir Kemampuan diatas
Keduniawian.

5 Sembilan Bala. (Sembilan Kekuatan).


“Bala” Artinya “Kekuatan”. Sembilan “Kekuatan” kuat dan kokoh
dan mereka tidak dapat di guncang oleh Kekuatan2 yang berlawanan.
Disamping itu mereka menguatkan Pengikut2 dan Sekutu2 mereka.
1. Saddha-bala -- Keyakinan, Ia adalah saddha yang ada dalam
sobhana-citta.
2. Viriya-bala -- Usaha, ia adalah viriya yang ada dalam 73
citta yang bersekutu dengan viriya.
3. Sati-bala -- Kesadaran/Perhatian, ia adalah sati dalam
sobhana-citta.
4. Samadhi-bala -- Konsentrasi, ia adalah ekaggata yang ada
dalam 72 citta, tidak termasuk 16 citta yang tidak bersekutu
dengan viriya dan juga vicikiccha-sampayutta-citta.
214

5. Panna-bala -- Kebijaksanaan, ia adalah panna yang ada


dalam 47 tihetuka-citta.
6. Hiri-bala -- Malu berbuat Salah, ia adalah hiri-cetasika
yang ada dalam sobhana-citta.
7. Ottappa-bala -- Takut Akibat Perbuatan Salah, ia adalah
ottappa yang ada dalam sobhana-citta.
8. Ahirika-bala -- Tidak malu berbuat Salah, ia adalah ahirika
yang ada dalam 12 akusala citta.
9. Anottappa-bala -- Tidak takut Akibat Perbuatan Salah, ia
adalah anottappa yang ada dalam 12 akusala citta.

Dari 9 Kekuatan, Tujuh yang Pertama bisa di anggap sebagai


Kemoralan, sedangkan dua yang terakhir sebagai Ketidak Moralan.
Ahirika dan Anottappa menonjol pada Orang2 yang Jahat.
Sehubungan dengan Definisi bahwa Bala tidak terguncang oleh
Lawan2 mereka, (1) Kekuatan Keyakinan tidak dapat di guncang oleh
Ketidak-Yakinan, (2) Usaha oleh Kemalasan, (3) Kesadaran oleh
Kelupaan, (4) Konsentrasi oleh Kebingungan, (5) Kebijaksanaan oleh
Kebodohan.
Hiri dan Ottappa dengan kuat menyokong Perbuatan2 Bermoral,
sedangkan ahirika dan anottappa menjuruskan ke Jalan Perbuatan2
Tidak Bermoral.

6 Empat Adhipati (Empat Faktor2 yang menguasai).


“Adhipati” Artinya tertinggi, berkuasa, Tuan, Ketua, Raja dsb… Ia
adalah Ketua diantara Sekutu2-nya dan ia tiada Bandingnya.
Sebagaimana ada Satu Raja dalam Satu Negara, maka hanya ada Satu
adhipati dalam Satu Grup Mental dari Citta dan Pengikut2-nya.
Adhipati harus di bedakan dari Indriya. Adhipati boleh di
bandingkan pada Seorang Raja yang tidak dipersoalkan lagi jadi Kepala
Negara, Tuan dari semua Menteri2-nya dan Rakyat-nya. Indriya seperti
para Menteri yang hanya mengontrol Kementerianya masing2 tanpa
Campur Tangan dari yang lain. Indriya mempunyai Bandingan dan
mereka harus mengikuti Adhipati.
Adhipati dapat dianggap sebagai “Faktor yang menguasai” dalam
Satu Grup Mental.
1. Chandadhipati -- Keinginan atau Kemauan, ia adalah
chanda cetasika yang ada dalam 18 dvi-hetuka-javana dan 34
tihetuka-javana
215

2. Viriyadhipati -- Energi atau Usaha, ia adalah viriya yang ada


dalam 18 dvi-hetuka-javana dan 34 tihetuka-javana.
3. Cittadhipati -- Kesadaran atau Pikiran, ia adalah 18 dvi-
hetuka-javana-citta dan 34 tihetuka-javana-citta.
4. Vimamsadhipati -- Kebijaksanaan, ia adalah panna yang ada
dalam 34 tihetuka-javana. Vimamsa ialah Kebijaksanaan yang
dapat menyelidiki dan menimbang.

Catatan:
1. Delapan belas dvi-hetuka-javana --- 8 lobha-mula-citta, 2 dosa-
mula-citta, 4 nana-vipayutta-maha-kusala-citta, dan 4 nana-
vipayutta-maha-kiriya-citta.
Tiga puluh Empat ti-hetuka-javana --- 4 nana-sampayutta-
maha-kusala-citta, 4 nana-sampayutta-maha-kiriya-citta, 9
mahaggata-kusala-citta, 9 mahaggata-kiriya-citta, 4 magga
dan 4 phala.
2. Ketika Satu Adhipati sangat kuat, semua Sekutu2-nya ber-sama2
mendukungnya, dan mereka beersama akan mendapat Tujuan
yang di arah.

7 Empat Ahara (Empat Jenis Makanan).


“Ajhara” Artinya Nutrisi, Penyebab, Makanan. Dhamma Apa-pun
yang dapat menghasilkan dan mendukung Hasilnya bilamana Tubuh kita
di tunjang oleh Makanan yang dapat di makan, di sebut Ahara.
Ada Empat Tipe ahara:
1. Kabalikarahara -- Makanan yang dapat di makan, ia adalah oja-
rupa Ia menghasilkan dan mendukung aharaja suddhatthaka –
Delapan Macam Pemenuhan Kebutuhan Badan mendapat Sari
Nutrisi sebagai Delapan Faktor-nya.
2. Phassahara – Kontak atau rasa Tumbukkan, ia adalah phassa
cetasika berada dalam semua citta. Ia menghasilkan dan
mendukung Lima Macam Perasaan (vedana).
3. Manosancetanahara -- Keinginan Mental, ia adalah cetana
yang mewujudkan Dirinya sendiri sebagai 29 Tipe Kamma. Ia
menghasilkan dan mendukung Kesadaran Kelahiran Kembali.
4. Vinnanahara -- Kesadaran, ia mewakilkan 89 atau 121 Tipe
citta. Ia menghasilkan dan mendukung Pengikut2nya (cetasika)
dan cittaja-rupa.
216

Bodhipakkhiya – Sangaha (Ringkasan dari Faktor2 Pencerahan).


“Bodhi” Artinya Pencerahan atau magga-nana. “Bodhipakkhiya”
artinya Unsur2 atau Faktor2 Pencerahan. Ada 37 Faktor2 itu. Bila
Seorang dapat mengembangkan mereka semuanya, ia akan mencapai
Pencerahan. Ke-37 Faktor2 itu di anggap sebagai Inti Sari dari Tipitaka.
Ke-37 Faktor2 itu adalah; 4 Dasar Kesadaran, 4 Usaha yang
tertinggi, 4 Dasar Pencapaian, 5 Kemampuan Batin, 5 Kekuatan, 7
Unsur2 Pokok Pencerahan dan 8 Unsur2 Jalan.

1 Empat Satipatthana (Empat Dasar Kesadaran).


“Sati” Artinya Kesadaran atau Penuh Perhatian. “Patthana” artinya
Penegakan, Penerapan, Penetapan atau Dasar/Fondasi.
Maka empat satipatthana adalah Empat “Dasar2 dari Kesadaran”,
bersamanya Seorang mencegah Pikiran mengembara ke Objek2 yang
lain dan menjaga Pikiran tetap Penuh Perehatian dan kokoh pada Objek
tunggal dari Meditasi.
Komentar Srilanka mendefinisikan “Satipatthana” sebagai
Kesadaran yang di tegakkan diatas Objeknya dengan Penembusan,
maka berbicara ke dalam-nya.
Empat “Dasar2 Kesadaran” di perlukan sekali bagi Pengembangan
Ketenangan dan Pengertian. Dalam Dua Satipatthana-Sutta, Kata2
penting berikut ini di sebutkan ke-dua2nya pada Permulaan dan pada
Kesimpulannya:
“Satu2-nya Cara yang menuju ke Pencapaian Kesucian, mengatasi
Kesedihan dan Ratapan, untuk mengakhiri rasa sakit dan Kedukaan,
untuk memasuki Jalan Benar, dan untuk merealisasikan Nibbana, ialah
Jalan yang terdiri dari Empat Dasar2 Kesadaran”
1. Kayanupassana-satipatthana -- Perenungan pada Tubuh atau
Kesadaran dari Grup Pemenuhan Kebutuhan Badaniah
(rupakhandha)
2. Vedananupassana-satipatthana – Perenungan pada Perasaan
atau Kesadaran dari Grup Perasaan (Vedanakkhandha).
3. Cittanupassana-satipatthana -- Perenungan dari Kesadaran
atau Penuh Perhatian dari Grup Kesadaran (Vinnanakkhandha).
4. Dhammanupassana-satipatthana -- Perenungan pada Dhamma
atau Penuh Perhatian pada Grup Persepsi (sannakkhandha) dan
Grup Bentuk2 Mental (Sankharakkhandha).
217

Catatan:
1. Unsur Pokok dari Empat satipatthana ialah sati-cetasika berada
dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26
appana-javana. Sama juga Sati berada dalam 8 lokuttara citta.
2. Alasan mengapa “Sati” telah di jelaskan sebagai Empat
satipatthana ialah:
i. Objek2 dari Perenungan ber-beda2 seperti, kaya, vedana,
citta, dan dhamma.
ii. Cara Perenungan pada Empat Objek2 adalah berbeda seperti
asubha (menjijikan), dukkha (Penderitaan), anicca (selalu
berubah) dan anatta (tanpa Diri).
iii. Keperluan dari Perenungan pada Empat Objek berbeda seperti
untuk menghilangkan Pandangan Salah, mereka masing2 adalah
subha (cantik), sukkha (menyenangkan), nicca (abadi) dan atta
(diri).

2 Empat sammappadhana (Empat Usaha yang tertinggi)


“Sammappadhana” berarti bukanlah Usaha yang biasa-biasa, tetapi
Usaha Konsentrasi yang tidak goyah dari Seorang yang berjanji:
“Biar saya jadi tinggal Kulit dan Tulang, biar Darah Daging saya
mengering, biar saya sampai mati, tapi saya tidak akan berhenti sampai
saya berhasil!”
Sammappadhana mewakili viriya, berada dalam 8 maha-kusala-
citta, 9 mahaggata-kusala-citta dan 4 lokuttara-kusala-citta (21
kusala-citta semuanya).
Empat Usaha tertinggi adalah:
1. Usaha untuk membuang Kejahatan2 yang telah timbul
2. Usaha untuk mencegah Timbulnya Kejahatan2 yang belum
timbul.
3. Usaha untuk menghasilkan Tibulnya Kebaikan2 yang belum
timbul.
4. Usaha untuk melanjutkan lagi Kebaikan yang telah timbul.

Menurut Usaha diatas, Seorang harus mengusahakan membuang


Keserakahan, Kebencian, Iri-hati, dst… begitu mereka timbul dalam
Pikiran. Ia harus mengembangkan dana, sila dan bhavana sebanyak
mungkin. Dan akhirnya, untuk menghasilkan timbulnya Kebaikan yang
belum timbul yang tidak pernah timbul di dalam Samsara yang panjang,
ia harus memurnikan Pikiran-nya setingkat demi setingkat dengan
218

Meditasi Ketenangan dan Pengertian sampai ia memasuki Jalan dari


Pemenang Arus (Sotapanna) dan Jalan2 yang lebih tinggi (magga).
Catatan:
Alasan mengapa viriya di jelaskan sebagai Empat Usaha Tertinggi
ialah bahwa Fungsi viriya telah di bedakan dalam 4 Katagori.
1. Untuk membuang Kejahatan yang telah timbul
2. Untuk mencegah timbulnya Kejahatan2 yang belum timbul
3. Untuk mengembangkan Kebaikan yang belum timbul
4. Untuk melanjutkan lagi Kebaikan yang telah timbul.

3 Empat Iddhipada (Empat Dasar Pencapaian)


“Iddhi” Artinya “Pencapaian” sementara “pada” artinya
“Dasar”.disini “Pencapaian” mengacu pada Timbulnya jhana, magga,
dan phala. Dan Dasar untuk mendapatkan ini berakhir pada chanda,
viriya, citta dan vimamsa – Sama seperti Empat adhipati.
1. Chandiddipada -- Kemauan, ialah chanda berada dalam 21
kusala-citta
2. Viriyaddhipada -- Energi atau Usaha, ialah viriya berada dalam
21 kusala-citta.
3. Cittiddhipada -- Kesadaran atau Pikiran, ialah 21 kusala-citta –
terdiri dari 8 maha-kusala-citta, 9 mahaggata-kusala citta dan
4 lokuttara-kusala-citta.
4. Vimamsiddhipada -- Kebijaksanaan, ialah panna berada dalam
21 kusala-citta.

4 Lima Indriya (Lima Kemampuan Batin)


Dari Duapuluh dua Kemampuan Batin yang disebut di muka, Lima
Kemampuan disini diambil sebagai Faktor2 Pencerahan.
1. Saddhindriya -- Keyakinan atau Percaya Diri, ialah saddha yang
berada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26
appana-javana.
2. Viriyindriya -- Energi atau Usaha, ialah viriya berada di dalam
42 citta diatas.
3. Satindriya -- Penuh Perhatian, ialah sati berada dalam 42 citta
diatas
4. Samaddhindriya -- Konsentrasi, ialah ekaggata berada dalam
42 citta diatas.
5. Pannindriya -- Kebijaksanaan, ialah panna berada dalam 42
citta diatas.
219

5 Lima Bala (Lima Kekuatan).


Unsur2 Pokok dari Lima Kekuatan adalah sama dengan Lima
Kemampuan Batin. Harus di mengerti bahwa masing2 dari Lima Unsur
ini mempunyai Dua Sifat yang jelas; 1).Kemampuan untuk mengontrol
Pikiran, dan 2).Kemampuan untuk Kokoh dan tidak dapat di goyang oleh
Kekuatan yang berlawanan.
1. Saddha-bala -- Keyakinan atau Percaya Diri
2. Viriya-bala -- Energi atau usaha
3. Sati-bala -- Penuh Perhatian
4. Samadhi-bala -- Konsentrasi
5. Panna-bala -- Kebijaksanaan

Dalam praktek, Saddha dan Panna harus seimbang satu sama lain,
Sebab terlalu banyak Keyakinan menjurus pada Kepercayaan yang tidak
masuk Akal dan terlalu banyak Penyelidikan menjurus pada tidak
adanya Konsentrasi.
Sama juga Viriya dan Samadhi harus seimbang satu sama lain,Sebab
terlalu banyak Usaha menjurus pada Kegelisahan dan terlalu banyak
Konsentrasi bisa menjurus menjadi mengantuk.
Sati tidak perlu di imbangi oleh Faktor Apa-pun, makin banyak Sati
makin baik.

6 Tujuh Bojjhanga (Tujuh Unsur Pokok Pencerahan)


“Bojjhanga” berasal dari Kata “bodhi-anga”, yaitu, bodhi –
Pencerahan dan anga – Unsur Pokok. Jadi “bojjhanga” artinya “Unsur
Pokok dari Pencerahan”
Dalam Kata Sambojjhanga, “Sam” artinya “Baik atau mulia”.
1. Sati-sambojjhanga -- Penuh Perhatian
2. Dhammavicaya-sambojjhanga -- Kebijaksanaan menyelidiki
yang sesungguhnya.
3. Viriya-sambojjhanga -- Energi atau Usaha
4. Piti-sambojjhanga -- Gairah atau gembira
5. Passaddhi-sambojjhanga -- Ketenangan dari Pikiran yang
terdiri dari Citta dan cetasika.
6. Samadhi-sambojjhanga -- Konsentrasi
7. Upekkha-sambojjhanga -- Keseimbangan Batin

Unsur2 Pokok dari Tujuh bojjhanga masing2 (1) Sati, (2) Panna, (3)
Viriya, (4) Piti, (5) Kaya-passaddhi dan Citta-passaddhi, (6) Ekaggata,
220

dan (7) Tatramajjhattata, --- Semuanya berada di dalam 42 Citta terdiri


dari 8 mahakusala citta, 8 mahakiriya citta dan 26 appana javana.
Dhammavicaya, Viriya dan Piti berlawanan dengan Thina-middha
(Malas dan lamban); Passaddhi, Samadhi dan Upekkha ialah lawan
dari Uddhacca (Kegelisahan).

7 Delapan Magganga (delapan Unsur2 Pokok dari Jalan)


Mereka terdiri dari Delapan magganga Pertama, diluar dari
Duabelas yang disebutkan di dalam Ringkasan dari Golongan Campuran.
Unsur2 Pokoknya juga sama
Panna-magganga : (Kebijaksanaan)
1. Samma-ditthi -- Pandangan Benar
2. Samma-sankappa -- Pikiran Benar

Sila-magganga : (kemoralan)
1. Samma-vaca -- Pembicaraan Benar
2. Samma-kammanta -- Perbuatan Benar
3. Samma-ajiva -- Penghidupan Benar

Samadhi-magganga : (Konsentrasi)
1. Samma-vayamo -- Usaha Benar
2. Samma-sati -- Perhatian Benar
3. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar.

Dalam Pengembangan Unsur2 Pokok yang di buat dari Jalan,


Seorang harus memulai dengan Pembicaraan Benar, Perbuatan Benar
dan Penghidupan Benar -- Tiga Sila yang berisi Latihan Moral (Sila-
sikkha).
Berlandaskan pada Sila Seorang lalu mengembangkan Usaha Benar,
Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar --- Tiga samadhi-magganga
yang berisi Latihan Mental (Samadhi-sikkha).
Ketika Seorang mencapai Upacara-samadhi (Konsentrasi Tetangga)
atau lebih baik Jhana-samadhi (Konsentrasi yang bersekutu dengan
Pencerapan), Seorang dapat menembus ke Kenyataan Tertinggi dan
mengamati Alamiah sebenarnya dari Pikiran dan Materi. Disini Samma-
sankappa --- Pikiran Benar berdasarkan Metode Perhatian yang Benar
timbul Ber-peran.
Metode Perhatian yang Benar dan Analisa mengungkap Kebenaran
yang membangkitkan Pandangan Benar --- Samma-ditthi. Pandangan
Benar adalah Faktor paling penting dari Pencerapan. Ia menetapkan
221

Satu Fondasi yang sungguh2 tidak tergoyangkan dan aman dari Sang
Jalan.
Dimulai dari Permata terkecil dari Keyakinan dan Pengetahuan, ia
berangsur se-tahap demi se-tahap mengembang memasuki menembus
Pengertian (Vipassana-nana) dan lebih jauh memasuki Pengetahuan
dari Empat Kebenaran Mulia ketika magga-nana atau Pencerahan di
capai.
Samma-sankappa dan samma-ditthi bersama berisi Panna-sikkha
(Latihan Kebijaksanaan).
Semua Delapan Unsur2 Pokok bersama berisi Jalan Mulia atau Jalan
Tengah yang menuju ke Nibbana.

Tijauan pada Bodhipakkhiya


Walau ada 37 Faktor2 Pencerapan, Unsur2 Pokok hanya berjumlah
14 yaitu, Sati, Viriya, Chanda, Citta, Panna-saddha, ekaggata, Piti,
Passaddhi (Keduanya kaya dan Citta), Tatramajjhattata, Vitakka,
Samma-vaca, Samma-kammanta dan Samma-ajiva.
Dari 14 Unsur2 Pokok ini , Piti, Passaddhi, Tatramajjhattata,
Vitakka, 3 Virati, Chanda, dan Citta, terjadi masing2 hanya sebagai
Satu Faktor.
Viriya terjadi 9 kali, yakni, sebagai 9 Faktor; Sati sebagai 8 Faktor;
Ekaggata sebagai 4 Faktor; Panna sebagai 5 Faktor; dan Saddha
sebagai 2 Faktor.
Silahkan lihat Tabel 7.2.

Sabba – Sangaha (Ringkasan dari seluruh Vatthu-dhamma).


Lima Katagori akan di uraikan disini. Mereka adalah; Khandha,
Upadanakhandha, Aayatana, Dhatu dan Ariya sacca.

1 Lima Khandha (Lima Kelompok).


“Khandha” artinya Grup atau Kelompok. Sang Buddha telah
menyimpulkan Semua Fenomena Pisik dan Mental dari
Keberadaan/Kehidupan ke dalam Lima Grup atau Kelompok.
1. Rupakhandha -- Kelompok Badaniah terdiri dari 28 Rupa.
2. Vedanakkhandha -- Kelompok Perasaan terdiri dari sukkha-
vedana, dukkha-vedana, somanassa-vedana, domanassa-
vedana dan upekkha-vedana.
3. Sannakkhandha -- Kelompok Persepsi/Ingatan, terdiri dari
Ingatan akan Bentuk, Bunyi, Be-bau-an, Cita-rasa, Kesan
Badaniah dan Kesan Mental.
222

4. Sankharakkhandha -- Kelompok Bentuk2 Mental, terdiri dari


50 cetasika selain dari pada Vedana, dan Sanna.
5. Vinnanakkhandha -- Kelompok Kesadaran, terdiri dari 89 atau
121 Citta.
Tabel 7.2
Bodhipakkhiya-Sangaha.
223

Dalam mengelompokan Unsur2 dari setiap Khandha, Sebelas Aspek


harus di ambil dalam Pertimbangan. Aspek2 ini adalah ; Masa Lampau,
Sekarang, Yang akan Datang, Bagian Dalam (ajjhattika), Bagian Luar
(bahiddha), Yang lemah (hina), Yang kuat (panita), Jauh (dure), Dekat
(santike), Besar (olarika) dan Halus (sukhuma).
Kegunaan dari menganalisa Satu Mahluk ke dalam Lima Kelompok
dari Keberadaan ialah untuk menghilangkan Pemahaman Salah dan
Pandangan Salah bahwa Ego, Diri, Pribadi atau Atta Ada.
Penghilangan ini akan membimbing kepada Jalan dari Pemenang Arus.

2 Lima Upadanakkhandha. (Lima Kelompok Kemelekatan).


Dalam mengkhususkan Lima Khandha, Sang Buddha telah
mengambil dalam Perhitungan semua Fenomena2 Pisik dan Mental.
Tetapi dalam Meditasi Vipassana Seorang tidak mengamati Lokuttara-
citta dan Cetasika Sekutu mereka.
Ke-81 Lokiya-citta, Pengikut2 mereka dan Kelompok Badaniah
membentuk Objek2 Kemelekatan oleh lobha dan ditthi. Bagian dari
Objek2 ini dari Kemelekatan di dalam Lima Kelompok menimbulkan
Lima Upadanakkhandha.
1. Rupupadanakkhandha -- Kelompok Badaniah terdiri dari 28
Rupa.
2. Vedanupadanakkhandha -- Kelompok Perasaan terdiri dari
vedana bersekutu dengan 81 lokiya citta.
3. Sannupadanakkhandha -- Kelompok Persepsi terdiri dari Sanna
bersekutu dengan 81 lokiya citta.
4. Sankharupadanakkhandha -- Kelompok dari Bentuk2 Mental,
terdiri dari 50 lokiya cetasika selain dari pada vedana dan
sanna.
5. Vinnanupadanakkhandha -- Kelompok Kesadaran terdiri dari
81 lokiya citta.

Alasan untuk menggolongkan Dua Tipe dari Khandha.


1. Dengan Maksud untuk memperlihatkan bahwa hanya ada Lima
Kelompok Keberadaan dan disana tidak ada ego, Diri, Orang
atau atta, Sang Buddha menggolongkan Semua Fenomena2
224

Pisik dan Mental, apakah lokiya atau lokuttara, ke dalam Lima


Kelompok. Ini adalah khandha-desana beliau yang Pertama.
2. Dalam Meditasi Pengertian Benar, lokuttara citta dan Pengikut2
mereka tidak di amati, Sebab mereka tidak termasuk pada
Kelompok Penderitaan (dukkha-sacca). Hanya lokiya citta dan
Pengikut2 mereka begitu juga Kelompok Badaniah di amati di
dalam Meditasi Pengertian Benar, Sebab mereka di lekati oleh
upadana (lobha dan ditthi) dan mereka terlibat di dalam
Lingkaran Penderitaan. Disamping itu mereka memiliki Sifat2
dari Ketidak-kekalan (anicca), Penderitaan (dukkha) dan Tanpa-
Diri (anatta).
Demikianlah, lagi Sang Buddha menggolongkan Fenomena Pisik dan
Mental yang di lekati oleh upadana ke dalam Lima Kelompok.
Inilah Upadanakhandha-desana beliau yang Kedua.

Nibbana Adalah Khandha – Vimutti.


Dalam Penggolongan Lima Kelompok Keberadaan, Nibbana tidak
termasuk. Alasanya adalah bahwa hanya ada Satu Nibbana dan ia
termasuk pada Satu Tingkatnya sendiri. Sebagaimana ia selalu ada, ia
tidak dapat di bedakan sebagai masa Lampau , masa Sekarang dan masa
akan Datang. Ia tidak dapat di bedakan sebagai di Dalam dan di Luar – Ia
termasuk pada Bagian Luar (bahiddha).
Ia tidak dapat di bedakan sebagai Dasar dan Yang Tertinggi -- Ia
termasuk pada Yang Tertinggi (panita).
Ia tidak dapat di bedakan sebagai dure (Jauh) dan santike (Dekat) –
Ia sendiri adalah dure Sebab ia Jauh dari Pengetahuan yang biasa . Ia
tidak dapat di bedakan sebagai Kasar dan Halus – Ia adalah Halus
(sukhuma).
Bahiddha, Sukhuma, Panita, dan Dure tidak menyatakan Nibbana
berbeda --- mereka adalah Perlengkapan2 yang berbeda dari Nibbana
yang sama.
Maka tidak ada Dua Macam Nibbana. Maka itu Nibbana tidak perlu
di golongkan sebagai Sebuah Khandha.

3 Duabelas Ayatana (Duabelas Landasan)


“Ayatana” artinya Landasar Dasar, Sumber atau Lingkungan. Disini
Duabelas ayatana artinya 12 Dasar atau Sumber dari padanya
Kesadaran dan Pengikut2-nya timbul.
Ke-12 Landasan di bagi sama ke dalam Dua Grup.
(a). ajjhattika (Bagian Dalam) dan (b).bahira (Bagian Luar).
225

a Ajjhattikayatana (Enam Landasan Bagian Dalam)


1 Cakkhayatana-cakkhu-pasada -- Landasan Mata (Bagian peka
dari Mata)
2 Sotayatana-sota-pasada -- Landasan Telinga (Bagian peka dari
Telinga)
3 Ghanayatana-ghana-pasada -- Landasan Hidung (Bagian peka
dari Hidung)
4 Jivhayatana-jivha-pasada -- Landasan Lidah (Bagian peka dari
Lidah)
5 Kayayatana-kaya-pasada -- Landasan Tubuh (Bagian peka dari
Tubuh)
6 Manayatana -- 89 atau 121 Citta -- Landasan Pikiran.

b Bahirayatana (Enam Landasan Bagian Luar)


1. Rupayatana-vanna -- Objek yang Kelihatan
2. Saddayatana-sadda -- Bunyi
3. Gandhayatana-gandha -- Bau2-an
4. Rasayatana- rasa -- Cita rasa
5. Photthabbhayatana- patthavi, tejo, vayo -- Objek Nyata
6. Dhammayatana -- Objek Pikiran terdiri dari 52 cetasika, 16
sukhuma rupa dan Nibbana.

Catatan:
1. Enam Landasan Bagian Dalam terdiri dari Lima Organ Indera
Pisik dan Kesadaran. Manayatana adalah Sebuah Persyaratan
bersama untuk semua Kesadaran.
2. Enam Landasan Bagian Luar terdiri dari Enam Objek-Indera.
Dhammayatana adalah sedikit lebih singkat dari Dhamma-
rammana karena ia tidak berisi citta, pasada-rupa, dan
Konsep2. Citta dan pasada-rupa telah di jelaskan sebagai
Enam Landasan Bagian Dalam sedangkan Konsep2 tidak
termasuk pada Kenyataan, maka mereka tidak termasuk
dalam dhammayatana.
3. Semua Citta, semua cetasika, semua rupa dan Nibbana
termasuk dalam 12 ayatana.
4. Proses Pengenalan timbul dari Kontak antara Landasan Bag:
Dalam dan Landasan Bag: Luar. Ketika Objek yang Kelihatan
mengenai Landasan Mata , cakkhu-dvara vithi timbul. Ketika
226

Bunyi mengenai Landasan Telinga, sota-dvara-vithi timbul,


dan seterusnya.
5. Maka itu, Siapa yang mendapat Kesukaran untuk mengerti
Lima upadanakkhandha, bisa mengerti Duabelas ayatana dan
dengan demikian melihat Ketiadaan dari Satu Ego-Kesatuan
lahir yang disebut “atta” atau “diri”. Pengertian ini bisa
menuju pada Kebebasan mereka.
6. Satu Alasan lagi mengapa “ayatana” di sebut demikian adalah
karena mereka menyebabkan Lingkaran Penderitaan yang
panjang.

4 Delapanbelas Dhatu (Delapanbelas Unsur2)


“Dhatu” adalah yang membuahkan Sifat2nya sendiri. Ia berada di
dalam Alam dan memfungsikan Keperluannya, tapi ia bukan Satu
Mahluk Hidup.
Sang Buddha telah membagi semua Kenyataan2 dalam 18 Dhatu
atau Elemen2 bagi Ke-untungan mereka yang tidak dapat mengerti
upadanakkhandha dan ayatana untuk memperlihatkan mereka dengan
jelas bahwa tidak ada “atta” ataupun juga “Satu Mahluk Hidup”.
Delapanbelas dhatu secara sama di bagi dalam Tiga Grup: (a) Enam
Unsur2 Subjektif, (b) Enam Unsur2 Objektif, dan (c) Enam Unsur2
Intelektual.

a Enam Unsur2 Subjektif (Dvara)


1. Cakkhu-dhatu – cakkhu-pasada -- Pintu Mata.
2. Sota-dhatu – sota-pasada -- Pintu Telinga.
3. Ghana-dhatu - ghana-pasada – Pintu Hidung
4. Jivha-dhatu – jivha-pasada -- Pintu Lidah
5. Kaya-dhatu – kaya-pasada -- Pintu Tubuh
6. Mano-dhatu – panca-dvaravajjana dan 2 sampaticchana.

b Enam Unsur2 Objek (Objek2 Indera)


1. Rupa-dhatu – vanna -- Objek yang kelihatan
2. Sadda-dhatu – sadda -- Bunyi
3. Gandha-dhatu – gandha -- Bau2-an
4. Rasa-dhatu – rasa -- Cita-rasa.
5. Photthala-dhatu – pathavi, tejo, vayo -- Objek Nyata
6. Dhamma-dhatu -- 52 cetasika, 16 sukhuma-rupa dan nibbana
(sama sebagai dhamma-yatana).
227

c Enam Unsur2 Intelektual (Kesadaran)


1. Cakkhu-vinnana-dhatu -- 2 cakkhu-vinnana citta -- Kesadaran
Mata
2. Sota-vinnana-dhatu -- 2 sota-vinnana citta -- Kesadaran
Telinga
3. Ghana-vinnana-dhatu -- 2 ghana-vinnana citta -- Kesadaran
Hidung
4. Jivha-vinnana-dhatu -- 2 jivha-vinnana citta -- Kesadaran
Lidah
5. Kaya-vinnana-dhatu -- 2 kaya-vinnana citta -- Kesadaran
Tubuh
6. Mano-vinnana-dhatu -- 76 citta tidak termasuk 10 dvi-panca-
vinnana citta dan 3 mano-dhatu citta.

Catatan:
1. Berdasarkan pada Enam Pintu dan Enam Objek-Indera, timbulah
Enam Tipe Kesadaran. Maka itu ada 18 dhatu atau Elemen2 .
2. 18 Dhatu termasuk semua Rupa, semua Citta, semua Cetasika
dan Nibbana persis sebagai 12 ayatana.
3. Empat Unsur Pokok yaitu, pathavi-dhatu, apo-dhatu, tejo-
dhatu dan vayo-dhatu, Tidak di hitung diantara 18 Unsur2, yang
mana tentu saja termasuk 4 Unsur2 Pokok.

5 Empat Ariya sacca (Empat Kebenaran Mulia)


“Sacca” artinya “Yang Sebenarnya”. Kebenaran yang dapat di
mengerti sepunuhnya hanya oleh Ariya (Orang2 Mulia) disebut ariya-
sacca (Kebenaran Mulia).
Ada Empat Kebenaran Mulia yaitu Perpaduan/Sintesa yang paling
singkat dari seluruh Ajaran Sang Buddha. Mereka mencakup Segala Hal
dan berisi dari ber-macam2 Doktrin dari Tiga Kitab Suci (Tripitaka)
Mereka adalah Hukum Alam yang sesungguhnya dari Bentuk
Tertinggi dan bagi mereka yang melihatnya akan menjadi Mulia.
Nama2 menurut Abhidhamma, Nama2 yang umum dan arti dari
Empat Kebenaran Mulia di jelaskan dalam Tabel 7.3
228

Tabel 7.3
Empat Kebenaran Mulia.

Unsur2 Pokok dari Setiap Kebenaran Mulia Dan apa yang di-
Ajarkan Kebenaran
1. Delapan puluh satu lokiya citta, 51 lokiya cetasika tidak
termasuk lobha, dan 28 Tipe dari rupa adalah Unsur Pokok
Kebenaran Mulia dari Penderitaan. Mereka menyebabkan
Lingkaran Kelahiran Kembali dan Penderitaan yang panjang di
dalam Tiga Alam yaitu, Kama-loka, Rupa-loka, dan Arupa-loka.
Kebenaran Pertama mengajarkan kita bahwa Semua Bentuk2
Kehidupan bagaimanapun juga Tidak Memuaskan karena
mereka adalah Subjek dari Penderitaan (Dukkha)
2. Inti Sari sebenarnya dari Kebenaran Mulia dari Sebab
Penderitaan ialah Tanha yaitu, lobha yang ada dalam 12
akusala-citta. Tanha menyebabkan Kelahiran Kembali dan
Penderitaan dalam Mata Rantai yang tiada berakhir dari
Keberadaan yang berlanjut. Kebenaran yang Kedua
mengajarkan kita bahwa Semua Penderitaan, termasuk Semua
Kelahiran Kembali , di hasilkan oleh Napsu Keinginan (Tanha)
229

3. Inti Sari sebenarnya dari Kebenaran Mulia Berhentinya


Penderitaan ialah Nibbana yang timbul sebagai Hasil dari
berhentinya Napsu Ke-inginan. Kebenaran yang Ketiga
mengajarkan kita bahwa Pemadaman Napsu Keinginan, Hasil2
yang di perlukan dalam Pemadaman (Nirodha) Kelahiran
Kembali dan Penderitaan. Pemadaman Kelahiran Kembali dan
Penderitaan menghasilkan Kedamaian Abadi (Santi-sukha) yaitu
Nibbana.
4. Delapan Magganga berada dalam magga-nana adalah Unsur2
Pokok dari Kebenaran Mulia dari Jalan menuju ke Penghentian
Penderitaan. Kebenaran yang Ke-empat mengajarkan kita
bahwa delapan Magganga adalah Sarana yang sesungguhnya
Dengan-nya Pemadaman Kelahiran Kembali dan Penderitaan
dapat di hasilkan.
5. Kebenaran Mulia dari Penderitaan dan Kebenaran Mulia Sebab
Penderitaan di ketahui sebagai lokiya-sacca, yang belakangan
adalah Sebab dan yang terdahulu adalah Akibat. Kebenaran
Mulia dari Penghentian Penderitaan dan Kebenaran Mulia dari
Jalan menuju ke Penghentian Penderitaan di ketahui sebagai
lokuttara-sacca, lagi, yang belakangan adalah Sebab dan yang
terdahulu adalah Akibat.
6. Ada Kepercayaan yang Umum di Myanmar bahwa Kehidupan
Seseorang tidak berharga bila ia tidak mengetahui Khandha,
Ayatana, Dhatu dan Sacca. Maka kita beruntung mempelajari
mereka Sekarang, dan kita harus mengerahkan Usaha Benar
untuk mengetahui mereka dengan Kebijaksanaan-Pengertian
(Bhavananaya-nana).

---oOo—
230

Chapter 8

P A C C A Y A

SEBAB ATAU KONDISI

Pendahuluan.
“Paccaya” Artinya “Sebab atau Kondisi” ialah Sesuatu , padanya
Sesuatu yang lain, yang di sebut “Suatu yang berkondisi”
(paccayuppana), bergantung, dan tanpa yang belakangan tidak dapat
terjadi.
Paccaya adalah Sebab dari Sesuatu yang berkondisi.
Paccayuppanna adalah Akibat atau Hasil dari Sebab.
Dalam mengkondisikan, paccayuppanna-nya (Akibat atau Hasil),
paccaya (Sebab atau Kondisi) bertindak dalam Dua Cara mendukung.
1. Ia menyebabkan Akibat yang belum timbul menjadi timbul, dan
2. Ia memperbuat Akibat yang telah timbul.

Ada Dua Metode dari Pengkondisian:


1. Metode Paticcasamuppada – Hukum Sebab Akibat yang saling
bergantungan,
2. Metode Patthana – Hukum Sebab yang berhubungan.

Metode Pertama menjelaskan Sebab dan Akibat tanpa


menyebutkan bagaimana Sebab mengkondisikan Akibat untuk Timbul.
Bagaimana-pun Paticcasamuppada adalah Sebuah Doktrin yang penting
karena ia menjelaskan Sebelas Hubungan Sebab2 yang menjelaskan
Kondisi dan saling Bergantungan-nya Alamiah, dari begitu banyaknya
Fenomena2 Keberadaan Pisik dan Mental yang terus menerus ber-
ubah2 tanpa tersela. Dengan Kata lain ia menjelaskan bagaimana tiap2
Individu terlibat dalam Roda Keberadaan menjalani Lingkaran dari
Kelahiran Kembali dan Penderitaan dalam Samsara yang begitu
panjang. Metode Patthana tidak hanya menjelaskan Sebab dan Akibat
tapi juga menjelaskan bagaimana Sebab mengkondisikan Akibat untuk
timbul. Sangat baik sekali untuk mempelajari bahwa ada 24 Mode dari
Kondisi yang mempengaruhi semua Fenomena Pisik dan Mental oleh
Sebab dan Akibat dengan Penggambaran khusus yang terjadi dalam
Kehidupan Nyata.
231

1. Metode Paticcasamuppada
Metode Ini dari Hubungan Sebab dan Akibat secara Umumnya di
kenal sebagai Hukum Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan. Secara
Singkat Pernyataan Pokok dari Hukum itu berjalan seperti ini:
1. Avijja-paccaya sankhara : Bergantung pada Ketidak-
tahuan/Kegelapan Batin menimbulkan Kelahiran Kembali –
Menghasilkan Kehendak Hati atau Bentuk2 Kamma.
2. Sankhara-paccaya vinnanam : Bergantung pada Bentuk2
Kamma (dalam Kehidupan yang Lampau) menimbulkan
Kesadaran Kelahiran Kembali (dalam Kehidupan Sekarang)
3. Vinnana-paccaya-nama-rupa : Bergantung pada Kesadaran
Kelahiran Kembali menimbulkan Fenomena Mental dan Pisik.
4. Nama-rupa-paccaya-salayatanam : Bergantung pada Fenomena
Mental dan Pisik menimbulkan Enam Landasan Indera.
5. Salayatana-paccaya-phasso : Bergantung pada Enam Landasan
Indera menimbulkan Kontak (antara Landasan Indera , Objek
Indera dan Kesadaran)
6. Phassa-paccaya-vedana : Bergantung pada Kontak
menimbulkan Perasaan.
7. Vedana-paccaya-tanha : Bergantung pada Perasaan
menimbulkan Ke-inginan yang sangat.
8. Tanha-paccaya-upadanam : Bergantung pada Ke-inginan yang
sangat menimbulkan Kemelekatan.
9. Upadana-paccaya-bhavo : Bergantung pada Kemelekatan
menimbulkan Kamma menghasilkan-Kelahiran Kembali
(kamma-bhava) dan Proses Kelahiran Kembali (upapatti-bhava).
10. Bhava-paccaya-jati : Bergantung pada Kamma menghasilkan-
Kembali (dalam Kehidupan Sekarang) menimbulkan Kelahiran
Kembali (dalam Kehidupan yang akan datang)
11. Jati-paccaya jara-maranam-soka-parideva-dukkha-domanassa,
upayasa sambhavanti, : Bergantung pada Kelahiran Kembali
menimbulkan Usia tua, Kematian, Kecemasan, Ratapan,
Kesakitan, Kedukaan dan Putus Asa.

Dengan demikian menimbulkan Semua Penderitaan lagi di masa


yang akan datang.
232

Penjelasan dari Hubungan2 Sebab.


1 Avijja-pasccaya Sankhara.
Avijja mengkondisikan sankhara untuk timbul, dengan Kata lain,
sankhara timbul sebagai Satu Akibat dari Avijja.
Sekarang Avijja ialah Ketidak-tahuan atau Khayalan. Intinya adalah
moha berada dalam 12 akusala-citta. Sebagaimana Ketidak-tahuan
menyelimuti Kesadaran Mata, Orang mencegahnya melihat Alamiah
sesungguhnya dari Sesuatu Hal. Sebagaimana Khayalan ia menipu Orang
dengan membuat Kehidupan muncul pada mereka sebagai Sesuatu
yang Abadi, Menyenangkan, Penting (atta) dan indah (subbha)
sedangkan Segala Sesuatu dalam Kenyataan-nya adalah Tidak Kekal,
cenderung ke Penderitaan, Tak ada Inti, dan memuakkan.
Ada Delapan Objek Penting (Bagian2) yang di-tutupi oleh Avijja
maka itu Alamiah Kenyataan mereka tidak di ketahui. Ini adalah: (1)
dukkha sacca, (2) samudaya sacca, (3) nirodha sacca, (4) magga sacca,
(5) khandha masa Lampau-dan Grup ayatana, (6) khandha akan
datang-dan ayatana Grup, (7) Bagian depan akhir dan bagian belakang
akhir dari khandha Sekarang-dan Grup2 ayatana, (8) paticca-
sampuppada Hubungan2 Sebab yaitu,termasuk Kamma dan Akibatnya.
Sankhara artinya Kelahiran Kembali-Menghasilkan Kehendak
(Cetana) atau Bentuk2 Kamma. Itu mengacu pada punnabhisankhara,
apunnabhisankhara, dan anenjabhisankhara.
1. Punnabhisankhara menunjukan 13 Cetana (Kehendak) yang
ada dalam 5 rupavacara-kusala citta. Ini di namakan demikian
sebab ia mengkondisikan vipaka-namakhandha dan katatta-
rupa yang Baik untuk timbul di dalam Kama-loka dan Rupa-loka.
2. Apunnabhisankhara menunjukan 12 Cetana yang ada dalam 12
akusala-citta. Ia di namakan demikian sebab ia mengkondisikan
vipaka-namakhandha dan katatta-rupa yang Buruk untuk
timbul di dalam 4 Tempat tinggal Apaya.
3. Anenjabhisankhara menunjukan 4 Cetana yang ada dalam 4
arupavacara-kusala citta. Ia di namakan demikian sebab ia
mengkondisikan timbulnya Keberadaan Arupa yang tidak
tergoyahkan.

Singkatnya, sankhara menunjukan 29 Tipe Kamma bersekutu


dengan 17 lokiya kusala citta dan 12 akusala citta.
Bagaimanakah avijja menghasilkan sankhara ? Disebabkan Ketidak-
tahuan tentang Kamma dan Akibatnya, Orang melakukan Perbuatan2
yang Tidak Bermoral untuk Keuntungan Sendiri yang segera.
233

Disebabkan Khayalan, berpikir bahwa Kenikmatan Indera dan


Kenikmatan-Jhana adalah Bentuk2 Kebahagian yang Nyata, Orang2
melaksanakan Dana, Sila dan Bhavana supaya mencapai Kebahagiaan
seperti itu, baik dalam Kehidupan Sekarang maupun dalam hidup yang
akan Datang. Demikianlah Orang2 menumpuk ke-duanya Kamma-
Bermoral dan Kamma-Tidak Bermoral (sankhara) sebagai Hasil dari
Ketidak-tahuan atau Khayalan (Avijja).

2 Sankhara – paccaya Vinnanam.


Sankhara mengkondisikan Vinnana untuk timbul, dengan Kata lain,
Vinnana timbul sebagai Satu Akibat dari Sankhara.
Disini Sankhara artinya 29 Cetana (Kamma) yang Bermanfaat dan
yang Tidak Bermanfaat yang disebutkan diatas, Vinnana artinya
Kesadaran Kelahiran Kembali yaitu, Hasil awal dari Bentuk2 Kamma.
Tetapi Sankhara terus menghasilkan vipaka-citta sepanjang seluruh
Kehidupan yang baru. Dengan demikian semua 32 lokiya-vipaka-citta
diambil untuk menunjukan “vinnana” sebagai Akibat langsung dari
sankhara.
Maka itu Hubungan Sebab yang Kedua harus di artikan sebagai
Berikut: Pada patisandhi-kala, 11 akusala-cetana (Tidak termasuk
uddhacca-cetana) dan 17 lokiya kusala cetana (Tidak termasuk 2
abhinna-cetana) mengkondisikan Timbulnya 19 Kesadaran Kelahiran
Kembali.
Pada pavatti-kala semua 12 akusala citta dan 17 lokiya kusala
cetana (Tidak termasuk 2 abhinna-cetana) melanjutkan mengkondisikan
Timbulnya 32 lokiya-vipaka-citta. Ini dapat di pisahkan sebagai
berikut:
1. Apunnabhisankhara (12 akusala cetana) mengkondisikan
Timbulnya 7 akusala-vipaka citta.
2. Punnabhisankhara (8 maha kusala cetana dan 5 rupavacara
kusala cetana) mengkondisikan Timbulnya 8 kusala ahetuka
vipaka citta, 8 maha-vipaka citta dan 5 rupavacara vipaka citta.
3. Anenjabhisankhara (4 arupa vacara cetana) mengkondisikan
Timbulnya 4 arupavacara vipaka citta.

Maka itu harus di mengerti bahwa sejak Saat2 Pertama dari


Kehamilan dalam Rahim Ibu Kamma Hasil Kesadaran dari Janin
berfungsi, dan terus berfungsi sebagai Kelanjutan-Kehidupan dan
Kesadaran melihat, Kesadaran mendengar, dst…. Sepanjang
234

Kehidupan yang baru. Tentu saja ia berhenti sebagai Kesadaran-


Kematian pada Akhirnya.

3 Vinnana – paccaya – Nama Rupam.


Vinnana mengkondisikan nama-rupa untuk Timbul atau dengan
Kata lain, nama-rupa timbul sebagai Satu Akibat dari Vinnana.
Vinnana, disini menunjukan Dua Kesatuan yang lahir : Vipaka-
vinnana dan Kamma-vinnana. Vipaka-vinnana Artinya 32 lokiya-
vipaka-citta yang disebutkan dalam Hubungan Sebab yang Kedua.
Kamma-vinnana artinya citta bersekutu dengan Cetana-kamma dan
itu mengacu ke kebelakang kepada 29 Kamma2 Bermanfaat dan Tidak
Bermanfaat yang kita telah jelaskan sebagai Sankhara.
Tinjauan ke belakang ini di perlukan sebab hanya kusala dan
akusala kamma , dan bukan vipaka-citta, dapat menghasilkan 18 Tipe
dari kammaja-rupa.
Dalam nama-rupa, nama menunjukan 35 cetasika yang bersekutu
dengan 32 lokiya vipaka citta. Dalam Persyaratan Grup dari
Keberadaan, 35 cetasika mewakili Tiga Mental Grup – yaitu,
vedanakkhandha, sannakkhandha, dan sankharakkhandha. Bagian
yang Kedua, rupam, artinya 18 kammaja-rupa.
Kesimpulan, 32 lokiya-vipaka-vinnana mengkondisikan timbulnya 35
cetasika atau Tiga namakkhandha, sedangkan 29 kamma-vinnana
mengkondisikan timbulnya 18 kammaja-rupa. Fenomena ini
merupakan Hubungan Sebab yang Ketiga.
Kita harus mengingat bahwa Kamma mulai menghasilkan kammaja-
rupa pada Saat Pertama sekali dari Kehamilan di dalam Rahim Ibu, dan
ia terus berbuat demikian terus-menerus pada Saat yang sangat singkat
sehinga Kematian. Kita telah mempelajari ini dalam Chapter 6 , dalam
Hubungan dengan Timbulnya Fenomena Materi di dalam Individu2
(Hlm 193). Diantara kammaja-rupa ini, nonad yang penting (yakni,
jivita-navaka-kalapa) melayani sebagai rupa-patisandhi dari
asannasatta brahma.
Sebegitu jauh, yakni hingga Hubungan Sebab Ketiga , kita telah
melihat bahwa avijja mengkondisikan timbulnya berbagai kamma, yang
pada Giliranya mengkondisikan timbulnya 32 lokiya-vipaka-citta dan 18
kammaja-rupa. Ke- 32 lokiya vipaka citta , pada Giliran mereka,
mengkondisikan timbulnya 35 cetasika, ialah Tiga Grup Mental.
Karena vipaka-citta menunjukan Vinnanakkhandha, dan kammaja-
rupa menunjukan rupakkhandha, Sekarang kita mempunyai semua Lima
Grup Keberadaan untuk Janin baru untuk mewujudkan Dirinya sebagai
235

Mahluk Hidup. Harus dicatat, bagaimana-pun bahwa hanya 4 Grup


Mental timbul dalam Alam Arupa, hanya Grup Kebutuhan Badaniah di
dalam Alam Tanpa Mental (Asanna), dan semua Lima Grup di dalam
Alam Kamma – dan Alam rupa.

4 Nama-rupa- paccaya Salayatanam.


Nama-rupa mengkondisikan Salayatana untuk timbul, dengan Kata
lain, Salayatana timbul sebagai Satu Akibat dari Nama-rupa.
Nama-rupa disini artinya 35 cetasika (Tiga namakkhandha) yang
bersekutu dengan 32 lokiya vipaka citta, dan 18 kammaja-rupa sebagai
yang dinyatakan dalam Hubungan Sebab Ketiga.
Salayatana mengacu pada Enam ajjhattikayatana (Enam Landasan
Bagian dalam) yaitu, cakkhayatana, sotayatana, ghanayatana,
jivhayatana, kayayatana dan manayatana. Lima ayatana Pertama
menunjukan Lima pasada-rupa yang berada dalam 18 kammaja-rupa.
Manayatana disini hanya menunjukan 32 lokiya-vipaka citta
sebagaimana yang kita sedang jelaskan Hubungan2 Sebabnya.
Kita telah lihat dalam Hubungan Sebab Ketiga bahwa 35 cetasika
timbul sebagai Sebab Akibat dari 32 lokiya vipaka citta. Sekarang kita
lihat bahwa ke-35 cetasika mengkondisikan kembali timbulnya 32
lokiya vipaka citta. Ini menggambarkan anna-manna-paccaya (Kondisi
dengan Cara Kebersamaan) diantara citta dan cetasika.

5 Salayatana – paccaya Phasso.


Salayatana mengkondisikan timbulnya phassa atau, dengan Kata
lain, phassa timbul sebagai Satu Akibat dari Salayatana.
Salayatana artinya Enam ajjhattikayatana (Enam Landasan Bagian
Dalam) sebagaimana diatas.
Disini phassa menunjukan phassa cetasika yang berada dalam 32
lokiya-vipaka citta.
Untuk menjelaskan Hubungan timbal balik Individu,cakkhayatana
mengkondisikan timbulnya cakkhusamphassa (ialah, phassa, bersekutu
dengan cakkhu-vinnana), Salayatana menghasilkan timbulnya
sotasamphassa, ghanayatana mengkondisikan timbulnya
ghanasamphassa; jivhayatana mengkondisikan timbulnya
jivhasamphassa; kayayatana mengkondisikan timbulnya
kayasamphassa, manayatana mengkondisikan timbulnya
manosamphassa. Samphassa adalah sama dengan phassa.
Cakkhayatana (Landasan-Mata) adalah cakkhu-pasada, Pintu-Mata,
dimana Objek yang kelihatan mengena untuk menimbulkan Kesadaran
236

Penglihatan (cakkhu-vinnana). Kemudian phassa bersekutu dengan


Kesadaran Penglihatan di katakan oleh Landasan Mata. Lima phassa
yang Sisanya di hasilkan dengan Cara yang sama.
Tanpa Lima Landasan Pisik atau Organ2-Indera, tidak ada Kesan2
Indera, dan tanpa Landasan Ke-enam atau Kesadaran, disana tidak ada
Kesan Mental.

6 Phassa paccaya Vedana.


Phassa mengkondisikan timbulnya vedana atau, dengan Kata lain,
vedana timbul sebagai Satu Akibat dari phassa.
Phassa disini adalah phassa cetasika bersekutu dengan 32 lokiya
vipaka citta. Vedana adalah juga vedanas cetasika yang berada dalam
32 lokiya vipaka citta.
Phassa dan vedana timbul serentak di dalam Kesadaran2 yang
sama. Namun phassa di-anggap sebagai Penyebab, dan Vedana sebagai
Akibat. Sehubungan dengan Enam Tipe dari phassa yang telah di
sebutkan Satu per Satu dalam Hubungan Sebab yang terdahulu, Ada
Enam Tipe dari Vedana.
Disebabkan cakkhusamphassa, cakkhusamphassaja-vedana timbul.
Disebabkan sotasamphassa, Sotasamphassaja-vedana timbul.
Disebabkan ghanasamphassa, Ghanasamphassaja-vedana timbul.
Sehubungan jivha samphassa, jivhasamphassaja-vedana timbul.
Sehubungan kayasamphassa, kayasamphassaja-vedana timbul.
Sehubungan manosamphassa, manosamphassaja-vedana timbul.
Cakkhusamphassaja-vedana artinya vedana (perasaan) di dalam
Kesadaran-Mata di hasilkan oleh cakkhu samphassa yaitu, Kesan Indera
atau Indera-kontak di dalam Kesadaran-Mata. Vedana2 yang lainya
harus di mengerti dengan Cara yang sama.

7 Vedana - paccaya - Tanha.


Vedana mengkondisikan timbulnya tanha, atau tanha timbul
sebagai Satu Akibat dari Vedana.
Disini vedana artinya Enam vedana , diatas yang disebutkan Satu
per Satu sebagai cakkhusamphassaja-vedana, sotasamphassaja-vedana,
dst….Dalam Hubungan Sebab menjelaskan bagaimana setiap Individu
berputar-putar dalam Roda Keberadaan. Sebab menghasilkan Akibat,
dan Akibat menjadi Sebab untuk menghasilkan Akibatnya lagi.
Beberapa Penulis bagaimana-pun menyukai mengambil semua Vedana
yang bersekutu dengan 81 lokiya citta sebagai paccaya, karena vedana
disini memainkan Peran sebagai Penyebab.
237

Sekarang tanha (Keinginan yang sangat) yang timbul sebagai Hasil


dari vedana (Perasaan) juga dari Enam Tipe – yaitu, rupa-tanha
(Keinginan pada Objek yang kelihatan), sadda-tanha (Keinginan pada
Suara), gandha-tanha (Keinginan pada Bau2an), rasa-tanha (Keinginan
pada Cita-rasa), photthaba-tanha (Keinginan pada Objek2 yang Nyata),
dan dhamma-tanha (Keinginan pada Objek2 Pikiran).
Enam Tipe Tanha ini berada di dalam Diri sendiri dan pada Orang
lain di Bagian Luar. Maka secara bersama mereka membentuk 12 Tipe
tanha. Mereka menjadi 36 bila masa Lalu, Sekarang dan masa akan
Datang di ambil sebagai Pertimbangan. Bila di gandakan dengan Tiga
Tipe tanha disebut Satu per Satu sebagai Samudaya-sacca, mereka
menjadi 108 Tipe tanha.
Tiga Tipe tanha Satu per Satu sebagai Samudaya-sacca adalah:

1. Kama-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan


Kenikmatan2 Jhana.
2. Bhava-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan
Kenikmatan2 Jhana bersekutu dengan Pandangan Ke-abadian,
ialah menikmati Kenikmatan2 berpikir bahwa mereka adalah
Kekal.
3. Vibhava-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan
Kenikmatan2 Jhana bersekutu dengan Pandangan Nihilisme,
ialah, menikmati Kenikmatan2 berpikir bahwa segala Sesuatu
Habis/Nihil setelah Kematian.

Pada Dasarnya semua Tipe yang berbeda dari tanha menunjukan


lobha yang bersekutu dengan Delapan lobha-mula-citta.

8 Tanha paccaya Upadanam.


Tanha mengkondisikan Upadana untuk timbul atau upadana timbul
sebagai Satu Akibat dari tanha.
Disini tanha mengacu pada Enam Tipe Keinginan pada Enam Objek
Indera, yaitu, rupa-tanha, sadda-tanha, gandha-tanha, rasa-tanha,
patthobha-tanha dan dhamma-tanha atau bisa diambil sebagai 108
Mode tanha sebagaimana di jelaskan di dalam Hubungan Sebab
Ketujuh.
Upadana terdiri dari Empat Tipe Kemelekatan – yaitu, kamupadana,
ditthupadana, silabbatupadana dan attavadupadana, yang mana telah
di jelaskan dalam Chapter 7.
238

Pertama, marilah kita anggap timbulnya kamupadana sebagai Satu


Akibat dari tanha. Kamupadana adalah Napsu-Indera atau melekat pada
Lima Objek, dan Dasarnya ialah lobha yang ada di dalam Delapan lobha-
mula-citta.
Maka kita lihat bahwa keduanya, Sebab (tanha) dan Akibat
(kamupadana) masing2 terdiri dari lobha. Bagaimana bisa lobha jadi
Sebab begitu juga sebagai Akibat? Penjelasannya ada Empat:
1. Tanha lemah Intensitasnya dari pada kamupadana. Ketika kita
melihat Satu Objek yang indah, per-tama2 Kemelekatan yang
lemah dalam Bentuk tanha timbul. Bilamana kita memikirkan
terus alangkah indahnya Objek itu, Kemelekatan tumbuh
semakin kuat sampai ia menjadi kuat sekali atau melekat
dengan kuat ini adalah kamupadana.
2. Komentator yang lain mempunyai Pandangan bahwa Napsu
untuk mendapat Satu Objek ialah tanha dan Kemelekatan yang
kuat atau Genggaman yang kuat yang berkembang setelah
mendapatkan Objek adalah kamupadana.
3. Lebih lanjut, tanha adalah lawan dari appicchata
(Kesederhanaan) sedangkan kamupadana adalah lawan dari
santutthita (Kepuasan)
4. Tanha adalah Sebab Penderitaan menghadapi untuk
mendapatkan Kekayaan sedangkan kamupadana adalah Sebab
Penderitaan menghadapi melindungi Kekayaan.

Maka itu adalah cocok untuk mengatakan bahwa kamupadana


timbul sebagai Satu Akibat dari tanha.
Kita harus menjelaskan lebih lanjut bagaimana Kemelekatan Sisanya
yang Tiga timbul sebagai Hasil dari Tanha.
Kemelekatan2 ini adalah : ditthu-padana (Melekat pada Pandangan
Salah), silabbatupadana (Melekat pada Kemoralan Binatang seperti
Anjing dan Sapi) dan attavadupadana (Melekat pada Teori “atta” atau
“Jiwa”).
Kemelekatan pada Teori itu bahwa “atta” atau “saya” ada, sama
dengan “Sakkaya-ditthi” yaitu “Percaya-Pribadi” menganggap Lima
Kelompok Keberadaan sebagai Satu Orang atau sebagai “Saya”.
Kepercayaan ini jelas Hasil dari pada Kemelekatan (tanha) pada Dirinya.
Mereka, yang melatih Kemoralan Binatang atau Latihan2 lain yang
sia2 seperti tidur diatas Duri2, sebenarnya sedang melakukan perbaikan
dari “Diri” mereka keluar dari Kemelekatan pada “Diri” mereka.
239

Demikianlah Hubungan Sebab bahwa tanha mengkondisikan


timbulnya upadana menjadi jelas.

9 Upadana - paccaya Bhavo.


Upadana mengkondisikan bhava atau bhava timbul sebagai Satu
Akibat dari upadana.
Disini “Upadana” artinya Empat Sifat Tamak – kamupadana,
ditthupadana, silabbatupadana dan attavadupadana -- sebagaimana
di jelaskan dalam Hubungan Sebab Kedelapan.
“Bhava” secara literatur artinya “Menjadi” atau “Keberadaan”.
Tetapi disini artinya “Kamma-bhava” seperti juga “Upapatti-bhava”.
Kamma-bhava artinya Kamma menghasilkan Kelahiran Kembali. Itu
termasuk semua Perbuatan2 (Kamma) Bermanfaat dan Tidak
Bermanfaat yang di lakukan dalam Kehidupan ini. Untuk lebih
khususnya , itu termasuk 29 cetana bersekutu dengan 17 lokiya-kusala
citta dan 12 akusala-citta. Itu sama sebagai sankhara yang di jelaskan
dalam Hubungan Sebab Pertama. Perbedaan Satu2-nya antara
sankhara dan kamma-bhava adalah bahwa yang lebih dulu
membicarakan masa Lampau dan yang belakangan masa Sekarang.
Kamma-bhava adalah Proses-Kamma aktif dari menjadi sedangkan
upapatti-bhava adalah Proses Hasil Kamma pasif, yang disebut “Proses
Kelahiran Kembali”. Inti-nya upapatti-bhava terdiri dari 32 lokiya-
vipaka citta, Sekutu mereka 35 cetasika dan 18 kammaja-rupa.
Catatan bahwa Unsur2 Pokok ini adalah sama sebagaimana yang di
Simbulkan oleh “Vinnana” dan “Nama-rupa” di dalam Hubungan Sebab
yang Kedua dan Ketiga.
Sebagaimana sankhara mengkondisikan timbulnya “Vinnana” dan
“Nama-rupa” dalam Kehidupan Lampau, begitu juga Kamma-bhava
akan mengkondisikan timbulnya “upapatti-bhava” dalam Kehidupan
yang akan Datang.
Upadana tidak dapat mengkondisikan Proses Kelahiran Kembali
secara langsung. Ia hanya dapat mengkondisikan Proses-Kamma dari
Kelahiran yang baru. Ketika Seorang begitu kuat Napsunya pada
Sesuatu, ia akan bertindak dengan Satu atau lain Cara untuk memproses
Hal itu, dan dalam melakukan itu, Proses-Kamma yang baru di
laksanakan.
Bila ia melaksanakan Kamma Bermanfaat, itu akan mengkondisikan
Proses Kelahiran Kembali di dalam Alam yang Bahagia. Bila ia membawa
Kamma Tidak Bermanfaat, itu akan mengkondisikan Proses Kelahiran
Kembali di dalam Empat Tempat tinggal apaya.
240

10 Bhava – paccaya Jati.


Bhava mengkondisikan Jati untuk timbul atau Jati timbul sebagai
Satu Akibat dari bhava.
Disini “Bhava” artinya Kamma-bhava yang terdiri dari 29 Tipe
Kamma2 Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat sebagaimana di jelaskan di
dalam Hubungan Sebab Kesembilan.
“Jati” mengacu pada timbulnya atau menjadinya upapatti-bhava,
Proses Kelahiran Kembali. Segera pada Saat pertama dari Kehamilan
(patisandhi-kala), ada 32 lokiya-vipaka citta, 35 cetasika bersekutu
dengan lokiya-vipaka citta dan 18 kammaja-rupa yang membentuk
upapatti-bhava. Ke-32 lokiya-vipaka citta dan 18 kammaja-rupa terdiri
semua dari 20 Bentuk Proses Kelahiran Kembali.
Maka melalui Proses2 – Kamma (Kamma-bhava) mengkondisikan
Proses2 Kelahiran Kembali (Upapatti-bhava). Hubungan Sebab
Kesepuluh menggabungkan Hubungan Sebab Kedua dan Ketiga, mereka
mengajarkan secara praktek Hal yang sama, yaitu, bahwa Kamma
adalah Sebab Kelahiran Kembali.

11 Jati-paccaya jara maranam soka parideva dukkha domanassa


upayasa sambhavanti.
Jati mengkondisikan jara-marana untuk timbul atau Jara-marana
timbul sebagai Satu Sebab dari Jati. Sekarang Jati mengacu pada
timbulnya upapatti-bhava yaitu Hal yang sama seperti timbulnya 32
lokiya-vipaka citta, 35 cetasika yang bersekutu dan 18 kammaja-rupa.
Sekarang setiap Kenyataan yang tertinggi (paramattha) mempunyai
sifat2 dari timbul (uppada), berada (thiti) dan berakhir (bhanga).
Maka setelah uppada, pastilah thiti dan bhanga mengikuti.
Uppada di sebut jati, thiti, jara dan bhanga, marana. Maka jara-
marana harus timbul sebagai Satu Akibat dari jati.
Sebagaimana timbul, berada dan berlarut dari upapatti-bhava,
masing2 di rancang sebagai Jati, jara dan marana, kita harus catat
bahwa Mahluk2 menghadapi Kelahiran Kembali, Kelapukan (Usia tua)
dan Kematian pada setiap Saat2 yang singkat menurut Abhidhamma.
Menurut Kebiasaan yang berlaku, kita pikir kita di Lahirkan hanya
Sekali, menjadi tua karena Tahun2 berlalu dan kemudian mati hanya
Sekali dalam Kehidupan ini. Gambaran Alamiah bahwa kemudian
timbul sebagai Satu Akibat dari Kelahiran Kembali pada setiap Saat
Kesadaran di kenal sebagai “Khanika-marana”.
241

Sebagai Hasil2 dari Kelahiran Kembali (Jati), Kekawatiran (Soka),


Ratapan (parideva), Kesakitan (dukkha), Duka-cita (domanassa) dan
Putus Asa (upayasa) juga bisa timbul. Ke-lima Hasil2 ini bukanlah Hal
Utama ataupun harus, mereka adalah yang kedua dan bisa timbul atau-
pun tidak bergantung dari Kondisi2. Mereka tidak ada di dalam
Brahma-loka dan bisa juga tidak di ketahui pada Satu Embrio yang mati
dalam Rahim atau dalam Sebuah Telur.
Maka kita harus membedakan diantara Akibat2 dari Kelahiran
Kembali yang Utama dengan yang Sekunder.
Jara dan marana adalah Hasil2 Keharusan yang Utama dari jati,
soka, parideva, dukkha, domanassa dan upayasa adalah yang
Sekunder dan Hasil2 Pilihan dari Jati.
Soka (kawatir atau duka) adalah Perasaan yang tidak
Menyenangkan (domanassa-vedana) Ada dalam 2 dosa-mula-citta.
Parideva (Ratapan) adalah cittaja-vipallasa-sadda-rupa yang artinya
Pikiran- menghasilkan-Suara yang Kebalikkannya.
Dukkha (Kesakitan) adalah vedana-cetasika bersekutu dengan
dukkha-sahagata kaya-vinnana citta.
Domanassa (duka cita) adalah vedana-cetasika bersekutu dengan 2
dosa-mula-citta.
Upayasa (Putus Asa) adalah dendam yang di hasilkan oleh
Penderitaan Mental yang berat . Adalah Kemarahan (dosa) ada dalam 2
dosa-mula-citta.
Satu Perbandingan diantara Duka cita, Ratapan dan Putus Asa
menyatakan bahwa Duka cita seperti Air mendidih dalam Satu Bejana,
Ratapan (yaitu ungkapan duka cita yang di keluarkan) seperti melimpah
(meluap) dari Bejana ketika memasak di kerjakan dengan Satu Api yang
marak, Ratapan seperti mendidih di dalam Bejana dari apa yang tersisa
setelah mendidih berakhir sampai semuanya habis mendidih.

Beberapa Aspek yang terkemuka dari Hukum.


Didalam Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan , Duabelas
Faktor (anga), Tiga Periode (kala), duapuluh Cara (akara), Tiga
Hubungan (sandhi), Empat Pemendekan (sankhepa), Tiga Putaran
(Vatta) dan Akar (mula), harus di jadikan Pertimbangan.
1 Duabelas Faktor (Anga) .
Avijja, Sankhara, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa,
Vedana, Tanha, Upadana, Bhava, Jati, Jara-marana.
242

2 Tiga Periode (Kala).


1. Masa Lampau -- avijja, sankhara
2. Masa Sekarang -- Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa,
Vedana, Tanha, Upadana, Kamma-bhava.
3. Masa akan Datang -- Jati, Jara-marana.

Didalam Masa Lampau, sebab Pikiran Seseorang di selubungi oleh


Kegelapan Batin (Avijja), ia tidak mengerti Kesengsaraan dari Lingkaran
Kelahiran Kembali (Samsara). Maka ia melakukan keduanya Kamma2
(Sankhara) Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat. Maka avijja dan
sankhara termasuk Masa Lampau.
Kamma masa Lampau menghasilkan Kelahiran Kembali di Masa
Sekarang. Maka dimulai dari Saat2 mula Kehamilan sampai Kematian,
Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana,
dan Kamma-bhava timbul. Maka yang Delapan ini termasuk pada Masa
Sekarang.
Kamma-bhava yang di lakukan dalam Kehidupan ini menghasilkan
Kelahiran Kembali dalam Bentuk upapatti-bhava dalam Kehidupan
selanjutnya. Timbulnya, Keberadaan-nya dan Kelarutan-nya upapatti-
bhava disebut jati, Jara dan marana. Maka Jati, Jara, marana
termasuk pada Masa akan datang. (Dicatat, bahwa bhava telah dibagi
ke dalam kamma-bhava dan upapatti-bhava, yang lebih dulu termasuk
pada Masa Sekarang dan yang belakangan, pada Masa akan Datang).

3 Duapuluh Cara (Akara).


1. Sebab-Sebab Masa Lampau (Atita Hetu); Avijja, Sankhara,.
Tanha, Upadana, Kamma-bhava.
2. Akibat-Akibat Masa Sekarang (Vattamana Phala); Vinnana,
Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana.
3. Sebab Sebab Masa sekarang (Vattamana Hetu); Tanha,
Upadana, Kamma-bhava, Avijja, Sankhara.
4. Akibat-Akibat Masa Akan Datang (Anagata Phala); Vinnana,
Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana.

Bila kita melihat pada Periode Masa Lampau, kita hanya melihat
Avijja dan Sankhara yang di masukan sebagai Sebab2 Masa Lampau.
Tapi Avijja, adalah kilesa-vatta-dhamma, maka juga adalah tanha dan
upadana. Karena Vatta-dhamma ini terjadi bersama di dalam citta yang
sama, tanha dan upadana harus juga di masukan dalam Sebab2 Masa
Lampau.
243

Lagi Sankhara adalah Satu Kamma-vatta-dhamma, dan dengan


demikian juga adalah kamma-bhava. Maka ketika sankhara di masukan
dalam Perhitungan, kamma-bhava- juga secara pasti di perhitungkan.
Dengan demikian kita mempunyai Lima dhamma yaitu, Avijja,
Sankhara, Tanha, Upadana, dan Kamma-bhava – sebagai Sebab2 Masa
Lampau..
Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan Vedana dalam
Periode Sekarang adalah Akibat2 Masa Sekarang dikarenakan Sebab2
dari Masa Lampau.
Lagi dalam Periode Sekarang, Tanha, Upadana, dan Kamma-bhava
dapat bertindak sebagai Sebab2 Masa Sekarang bagi Kelahiran Kembali
di Masa akan Datang. Dengan Alasan seperti di atas , bila Tanha dan
Upadana di masukan dalam Perhitungan, avijja juga secara pasti di
perhitungkan. Lebih lanjut Sankhara juga harus di masukan bersama
dalam Grup dengan Kamma-bhava. Demikian kita dapatkan Tanha,
Upadana, Kamma-bhava, Avijja dan sankhara sebagai Sebab2 Masa
sekarang yang akan mengkondisikan Proses Kelahiran-Kembali di dalam
Kehidupan Selanjutnya.

Didalam Periode Akan Datang, hanya Jati dan Jara-marana yang


Ada. Mereka masing2 menunjukan Kejadian, Kelapukan dan Kematian.
Disini timbul Pertanyaan yaitu; Kelapukan dan mati dari Mahluk
masuk pada Kesatuan Lahir yang mana. Jawabannya adalah: “Vinnana,
Nama-rupa, salayatana, Phassa, dan Vedana masuk dalam Mahluk,
Kelapukan dan Mati”.
Timbul, Keberadaan dan Fenomena Peleburan dan Kesatuan2 yang
lahir ini masing2 di masukan sebagai Jati, Jara dan marana. Dengan
demikian kita dapatkan Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan
Vedana sebagai Akibat2 dari Masa Akan Datang. Demikianlah ini di
nyatakan di dalam Visuddhi-Magga (Jalan Kesucian) bahwa:

“Ada Lima Sebab2 dalam Masa Lampau,


Lima buah kita dapatkan dalam Kehidupan Sekarang,
Lima Sebab2 kita hasilkan Sekarang,
Lima buah kita panen dalam Kehidupan akan Datang”

Kita harus catat bahwa; walaupun Paticcasamuppada mengatakan


Satu Sebab untuk Satu Akibat, dan Akibat itu menjadi Sebab bagi
244

timbulnya Akibat yang lain, Kenyataan-nya banyak Sebab2 ambil Bagian


pada Waktu yang sama untuk menimbulkan banyak Akibat2 di dalam
Kehidupan sebenarnya.
Duapuluh Cara yang di bahas diatas dapat di gambarkan seperti di
dalam Tabel 8.1 untuk memperlihatkan Hubungan dari
Ketergantungan antara Tiga Kehidupan yang ber-urutan.

TABEL 8.1
Hubungan Sebab2 diantara Tiga Kehidupan yang ber-urutan.

4 Empat Penyingkatan (Sankhepa).


1. Lima Sebab2 Masa Lampau merupakan Sebuah Penyingkatan.
2. Lima Akibat2 Masa Sekarang merupakan Sebuah Penyingkatan
3. Lima Sebab2 Masa Sekarang merupakan Sebuah Penyingkatan
4. Lima Akibat2 Masa Akan datang merupakan Sebuah
Penyingkatan.
245

5 Tiga Hubungan (Sandhi).


Di dalam Tabel 8.1 dapat kita lihat bahwa Hubungan antara
Sankhara dan Vinnana merupakan Hubungan antara Sebab2 Masa
Lampau dan Akibat2 Masa Sekarang, Hubungan antara Vedana dan
Tanha merupakan Hubungan antara Akibat2 Masa Sekarang dan
Sebab2 Masa Sekarang, dan Hubungan antara Kamma-bhava dan Jati
menunjukan Hubungan antara Sebab2 Masa Sekarang dan Akibat2
Masa Akan Datang.
Pada Saat Sekarang kita ber-urusan dengan Mata Rantai
bagianTengah, ialah Hubungan antara Vedana dan Tanha. Bila kita
sadar pada Enam Pintu untuk mencatat Penglihatan hanya sebagai
Penglihatan, Pendengaran hanya sebagai Pendengaran, dan seterusnya,
dan tidak membiarkan Vedana berkembang menjadi Tanha, lalu kita
mendapatkan kembali Mata Rantai sebagai “Vedana-panna” bukan-nya
“Vedana-tanha” . Ini artinya bahwa kita sedang menghentikan Roda dari
Paticcasamuppada untuk sementara dan mencoba untuk memutus
Mata Rantai dengan Penuh Perhatian.

6 Tiga Putaran (Vatta)


“Vatta” artinya berputar dan berputar seperti Putaran dari Sebuah
Roda. Roda Paticcasamuppada bisa di bagi dalam Tiga Bagian disebut
“Tiga Putaran” atau “Tiga Vatta”.
1. Kilesa – Vatta (Putaran Kegelapan Batin) – Avijja, Tanha,
Upadana.
2. Kamma – Vatta (Putaran Kamma) – Kamma-bhava, Sankhara.
3. Vipaka – Vatta (Putaran Hasil) – Upapatti-bhava, Vinnana,
Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Jati, Jara-marana.

Penjelasan:
Avijja, Tanha, Upadana, adalah Kegelapan Batin (kilesa). Maka
mereka di masukan Grup sebagai Kilesa-Vatta.
Kamma-bhava dan Sankhara adalah Bentuk2 Kamma. Maka mereka
di masukan Grup sebagai Kamma-Vatta.
Upapatti-bhava, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa,
Vedana, Jati, Jara-marana adalah Hasil (Vipaka) dari Bentuk2 Kamma,
maka mereka dimasukan Grup sebagai Vipaka-Vatta.
Pada Masa Lampau, di sebabkan Kegelapan Batin (Avijja), kita
mempunyai Pandangan Salah dan Kemelekatan (Tanha) pada Objek2 –
Indera. Bilamana Kemelekatan dan Pandangan Salah tumbuh menjadi
Keinginan yang kuat atau Kemelekatan (Upadana), kita melakukan
246

Perbuatan2 Bermanfaat atau yang Tidak Bermanfaat (Kamma-bhava


dan Sankhara). Ini menggambarkan bagaimana Kilesa-vatta
menimbulkan Kamma-Vatta pada Masa Lampau.
Sekarang disebabkan oleh Bentuk2 Kamma (Kamma-bhava dan
Sankhara) pada Masa Lampau, Vipaka-vatta, yaitu, Upapatti-bhava,
Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Jati, Jara-marana
-- timbul di Kehidupan Sekarang. Pada Waktu yang sama Avijja, Tanha,
dan Upadana jalan bersama dengan Vinnana sebagai Anusaya-kilesa
(Kekotoran Batin yang terpendam). Ketika Enam Landasan (Salayatana)
mengadakan Kontak dengan Objek2-Indera dan Phassa dan Vedana,
timbul, maka Anusaya-kelisa timbul sebagai Kilesa yang matang.
Dengan demikian kita mendapat Kilesa-vatta lagi.
Sebagai Hasil dari Kilesa-vatta, Kamma-vatta timbul. Sebagai Hasil
dari Kamma-vatta; Vipaka-vatta timbul; dan sebagai Hasil dari Vipaka-
vatta; Kilesa-vatta timbul lagi. Dengan demikian Putaran Vatta akan
terus berputar, dan demikianlah Roda Paticcasamuppada berputar
selamanya.

Diagram 8.2
Roda Paticcasamuppada.
247

7 Dua Akar (Mula).


Roda Paticcasamuppada (Lihat Tabel 8.1) dapat di bagi jadi Dua
Bagian. Bagian pertama dimulai dari Sebab2 masa Lampau dan berakhir
pada Akibat2 masa Sekarang terdiri dari Avijja, Sankhara, Vinnana,
Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan Vedana. Dalam Bagian ini , Avijja
adalah Akar atau Awal (Mula).
Bagian Kedua dimulai dari Sebab2 masa Sekarang dan berakhir pada
Akibat2 pada masa Akan Datang meliputi, Tanha, Upadana, Bhava,
Jati dan Jara-marana. Dalam Bagian ini Tanha adalah Akar atau Awal
(Mula).
Dengan demikian Akar2 dari Paticcasamuppada adalah Avijja dan
Tanha. Bila kita memotong Dua Akar2 ini, Roda paticcasamuppada
akan Hancur selamanya sejauh kita ber-sungguh2 , persis seperti
Sebuah Pohon akan mati bila akar2 Utamanya di potong.
Kita dapat memotong Dua Akar2 Utama dari Paticcasamuppada
dengan Meditasi Ketenangan dan Meditasi-Pengertian. Bila kita melihat
semua Alamiah Sebenarnya dari Batin dan Jasmani dan membuka
Delapan Bagian yang di tutupi oleh Avijja, maka Tanha tidak mempunyai
Tempat untuk melekat. Maka Ke-dua-nya Avijja dan Tanha harus di
potong dan kita akan terbebas dari Putaran Samsara.

8 Sebab Dari Avijja.


Dalam Penjelasan yang rinci Hukum Sebab Akibat yang Saling
Bergantungan,Sang Buddha memulai dengan Avijja (Kegelapan Batin)
dan selanjutnya menjelaskan bahwa di sebabkan Avijja, Sankhara
timbul, di sebabkan sankhara, Vinnana timbul, dst…. Maka Seorang
akan bertanya Apakah Avijja Sebab Pertama ataukah ada Sebab lainya
untuk Avijja.
Jawabnya adalah pasti: Avijja Bukanlah Sebab Pertama dan Empat
Asava (Kebusukan atau Minuman keras) adalah Penyebab Avijja.
Empat Asava adalah Kamasava (Kemelekatan pada Kenikmatan2
Indera), Bhavasava (Kemelekatan pada Keberadaan Jhana dan Brahma),
Ditthasava (Pandangan Salah), dan Avijjasava (Kegelapan Batin).
Ketika Satu Kerugian besar pada Milik kita atau Kerabat dekat kita
terjadi, Duka cita (Soka), Ratapan (Parideva), Keduka-an (domanassa)
dan Putus Asa (Upayasa) timbul dalam Pikiran kita. Ini memperlihatkan
bagaimana Kemelekatan kepada Milik dan Kerabat kita (Kamasava)
mengkondisikan Kesedihan, Ratapan, Kedukaan dan Putus Asa untuk
timbul.
248

Demikian juga para Brahma, yang hidup dalam Kedamaian Jhana,


menghadapi Kematian, mereka merasa takut dan sedih. Demikian
Kesedihan, Kedukaan dan Putus Asa juga timbul pada Diri mereka dan
Kemunculan ini adalah Satu Akibat dari Bhavasava.
Barang siapa, yang melekat pada Pandangan Salah sebagaimana
Sakkaya-ditthi (Kepercayaan adanya Diri Pribadi) menganggap Tubuh
atau Pikiran sebagai “Saya”, merasa sedih atau marah ketika Suatu ada
yang salah dengan Tubuh dan Pikiran. Maka itu ditthasava juga
menyebabkan Kesedihan atau Kekawatiran, Ratapan, Keduka-an dan
Putus Asa untuk timbul.
Juga pada Keadaan Kegelapan Batin tentang Keadaan Alamiah
sebenarnya dari Mental dan Jasmani, Kesedihan, Ratapan, Kedukaan,
dan Putus Asa timbul. Maka itu Avijjasava adalah juga Satu dari
Penyebab bagi timbulnya Soka, Parideva, Domanassa, Upayasa, dst…
Sekarang bila Soka, Parideva, Domanassa, dan Upayasa timbul,
Akusala-citta juga timbul. Karena Moha (Avijja) bersekutu dengan
semua Akusala-citta ini, Avijja juga timbul.
Maka pada Empat Keadaan dari Empat Asava, Soka, Parideva,
Domanassa dan Upayasa timbul, dan ketika Soka, Parideva,
Domanassa, dan Upayasa timbul, Avijja juga timbul. Maka Empat
Asava adalah Penyebab dari Avijja.

9 Tidak ada Permulaan dalam Samsara.


“Samsara” secara literatur artinya “Pengembaraan Abadi”. Itu
adalah Sebuah Sebutan yang di berikan pada Proses Berkesinambungan
dari selalu lagi dan lagi di Lahirkan, menjadi tua, menderita dan mati.
Untuk menyatakan itu lebih tepat, Samsara adalah Mata Rantai yang
tidak terputus dari Gabungan Lima Khandha yang selalu ber-ubah2 dari
Saat ke Saat dan selalu mengikuti Kehidupan demi Kehidupan Se-
seorang melalui Periode Waktu yang tidak terbayangkan.
Sebagaimana tidak Seorang-pun dapat melacak Batas dari Ruang,
begitu juga tidak Seorang-pun dapat melacak kembali sampai ke
Permulaan dari Samsara dan tidak Seorang-pun dapat memahami
kapan itu akan ber-akhir. Dibandingkan pada Keadaan Samsara, Satu
masa Kehidupan hanyalah merupakan Pecahan yang sangat kecil yang
cepat berlalu.
“Lingkaran dari Kelahiran Kembali” di dalam Tiga puluh satu Alam
Kehidupan menurut Hubungan2 Sebab telah di jelaskan oleh Hukum
Sebab dan Akibat yang Saling Bergantungan. Hukum ini dapat di
buktikan dengan memuaskan oleh Meditasi Pandangan Terang dan Saya
249

telah melihat ini di lakukan di International Buddha Sasana Centres (Pa-


auk Meditation Centres) di Myanmar.
Bilamana kita menggambarkan Sebuah Lingkaran, kita memulainya
dari Satu Titik, dan ketika kita telah menyelesaikan Lingkaran itu, tidak
ada Titik Mula dan Titik Akhir yang dapat di lihat. Begitu juga, ketika
Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan di jelaskan, Penjelasan
harus mulai dari Satu Titik, dan Avijja adalah Satu Titik yang cocok.
Ketika Penjelasan itu sudah berakhir, Kita melihat bahwa tidak ada
Permulaan dan Akhirnya. Roda Paticcasamuppada akan terus berputar
bagi setiap Individu sampai atau terkecuali ia dapat me-mutus Dua
akar2 Pokok, yakni, Avijja dan Tanha.
Dalam Kitab Digha Nikaya (Sutta 15) Sang Buddha bersabda:
“Sangat dalam, Ananda, Sebab Akibat yang saling Bergantungan ini, dan
sangat dalam ia muncul. Karena tidak mengerti, tidak menembus
Hukum ini, bahwa Dunia ini menyerupai Satu Gulungan Benang kusut,
Satu Sangkar Burung, Satu yang tidak dapat di harap, dan Orang tidak
dapat terhindar dari Kehidupan yang lebih rendah, dari Kesengsaraan
dan Kehancuran , menderita dari Lingkaran Kelahiran Kembali.”

2 Metode Patthana.
Duapuluh empat Kondisi (Paccaya) ber-urutan dalam Bahasa Pali
sebagai berikut:
(1) Hetu-paccayo, (2) arammana-paccayo, (3) adhipati-paccayo, (4)
anantara-paccayo, (5) samanantara-paccayo, (6) sahajata-
paccayo, (7) annamanna-paccayo, (8) nissaya-paccayo, (9)
upanisaya-paccayo, (10) purejata-paccayo, (11) pacchajata-
paccayo, (12) asevana-paccayo, (13) kamma-paccayo, (14) vipaka-
paccayo, (15) ahara-paccayo, (16) indriya-paccayo, (17) jhana-
paccayo, (18) magga-paccayo, (19) sampayutta-paccayo, (20)
vippayutta-paccayo, (21) atthi-paccayo, (22) natthi-paccayo, (23)
vigata-paccayo, (24) avigata-paccayoti.

Pali-gatha yang singkat ini sangat berguna untuk membatasi Sebuah


Tempat Perlindungan untuk melindungi Seorang dari Serangan Orang2
jahat, Binatang2 buas dan Setan2.

24 Cara Ketergantungan.
1) Hetu – paccayo -- Kondisi Akar
2) Arammana-paccayo -- Kondisi Objek
3) Adhipati-paccayo -- Kondisi Ke-unggulan
250

4) Anantara-paccayo -- Kondisi Kedekatan


5) Samanantara-paccayo -- Kondisi Kesiapan
6) Sahajata-paccayo -- Kondisi Bersamaan
7) Annamanna-paccayo -- Kondisi Kebersamaan
8) Nissaya-paccayo -- Kondisi Kebebasan
9) Upanisaya-paccayo -- Kondisi Kekuatan Kebebasan
10) Purejata-paccayo -- Kondisi Sebelum Bersamaan
11) Pacchajata-paccayo -- Kondisi Setelah Bersamaan
12) Asevana-paccayo -- Kondisi Pengulangan
13) Kamma-paccayo -- Kondisi Kamma
14) Vipaka-paccayo -- Kondisi Hasil Kamma
15) Ahara-paccayto -- Kondisi Nutrisi
16) Indriya-paccayo -- Kondisi Kemampuan
17) Jhana-paccayo -- Kondisi Jhana
18) Magga-paccayo -- Kondisi Sang Jalan
19) Sampayutta-paccayo -- Kondisi Persekutuan
20) Vippayutta-paccayo -- Kondisi Pemisahan
21) Atthi-paccayo -- Kondisi Kehadiran
22) Natthi-paccayo -- Kondisi Ketiadaan
23) Vigata-paccayo -- Kondisi Ketidak-munculan
24) Avigata-paccayo -- Kondisi Bukan Ketidak-munculan

Sifat dari setiap Kondisi


1 Hetu (kondisi Akar).
Hetu, serupa dengan Akar Utama dari Sebatang Pohon,
Sebagaimana Akar Utama menunjang Pohon jadi kokoh, tumbuh dan
subur, begitu juga Enam Akar (lobha, dosa, moha, alobha, adosa,
amoha) menunjang citta dan cetasika yang bersekutu dengan mereka
dan juga cittaja-rupa dan patisandhi-kammaja-rupa jadi kokoh, kuat
dan subur.

2 Arammana (Kondisi Objek).


Seorang yang Cacat dapat bangun dengan menarik Se-utas Tali dan
dapat berdiri dengan Bantuan Sebuah Tongkat Penopang. Sama sebagai
Se-utas Tali dan Tongkat Penopang mendukung Seorang yang Cacat,
begitu juga Enam Objek memberikan Dukungan pada citta dan cetasika
untuk membuat ia mampu bangkit.
251

3 Adhipati (Kondisi Ke-unggulan)


“Adhipati” artinya yang tertinggi, berkuasa, Tuan, Ketua, Raja dst…
Raja dari Sebuah Negara, menggunakan Kekuasaannya menguasai
semua Orang2-nya, dapat mengembangkan pada Perdamaian dan
Kemakmuran pada Negrinya menjadi Negara yang besar. Ini artinya ia
dapat mengkondisikan Negaranya dengan Cara ini dengan Ke-
unggulannya mengatasi semua yang lain2-nya.
Didalam Keadaan Alamiah, Ada Dua Macam Keunggulan – yaitu,
Arammanadhipati dan Sahajatadhipati. Arammanadhipati adalah
Sebuah Objek yang terkemuka yang dapat menarik Perhatian kita
kepadanya. Kita tidak berdaya tapi memperhatikannya atau
mendengarkannya.
Sahajatadhipati artinya Sebuah Faktor yang Unggul yang timbul
bersama Sekutunya. Empat Faktor ini mengacu pada Empat adhipati –
yaitu, Chanda (Ke-inginan yang terpusat), Viriya (Energi atau Usaha),
Citta (Kesadaran) dan Vimamsa (Penyelidik Kebijaksanaan).
Didalam Satu dan Kesadaran yang sama, hanya Satu dari Empat
adhipati ini bisa menjadi Unggul. Faktor yang Unggul ini lalu
mengkondisikan Sekutunya (Citta dan cetasika) untuk menyelesaikan
Tujuan yang di siapkannya.

4 Anantara (Kondisi Kedekatan)


Anantara artinya Kedekatan tanpa Satu Pemisah dalam Waktu dan
Ruang. Ketika Seorang Raja mangkat, Anak Lelakinya yang tertua
menjadi Raja tanpa Suatu Gangguan di dalam Garis Kerajaan. Maka kita
dapat katakan bahwa Raja membantu anak Lelaki tertuanya untuk
menjadi Raja dengan Kondisi Kedekatan.
Dalam Cara yang sama ketika Sebuah Kesadaran bersama dengan
Pengikutnya berlarut atau berlalu, Kesadaran yang lain dengan
Pengikutnya timbul tanpa ada sela Waktu. Keadaan ini timbul sebab
Citta dan Cetasika yang lama mengkondisikan Citta dan Cetasika
berikutnya untuk timbul tanpa Gangguan dengan Bantuan dari Kondisi
Kedekatan.

5 Samanantara (Kondisi Kesiapan)


“Samanantara” artinya Hal yang sama sebagai “Kedekatan”
Anantara-paccaya dan Samanantara-paccaya adalah sama, “Sama”
artinya “Baik”. Mereka mengacu pada segala Keadaan dari Kesadaran
dan Mental bersekutu dengan-nya, yang mana adalah Kondisi bagi
Keadaan yang segera mengikuti-nya di dalam Proses Kesadaran.
252

6 Sahajata (Kondisi Bersamaan)


Sahajata-paccaya artinya Kondisi dengan Cara timbul Bersamaan.
Co-nascene artinya timbul Bersama. Ketika Sebuah Lampu Minyak di
nyalakan, Sinar datang bersamaan. Maka kita bisa mengetahui bahwa
Lampu itu mengkondisikan Sinar menyebar segera begitu Lampu di
nyalakan. Ini adalah Contoh dari Kondisi-Bersamaan.
Secara Umum Keadaan Apa-pun yang Sebabnya mengkondisikan
Akibat untuk timbul Bersamaan dengan Penyebab di sebut Kondisi-
Bersamaan.

7 Annamanna (Kondisi Kebersamaan)


Bilamana Tiga Tongkat di bentuk bersama dalam Formasi sebuah
Piramida, mereka Seimbang Satu sama lain. Bila Salah Satu Tongkat di
pindahkan, Dua Tongkat yang lain akan jatuh. Dukungan yang saling
bersamaan diantara Tongkat2 ini menggambarkan Kondisi
Kebersamaan.
Dalam Keadaan Pisik dan Mental, dimana Sebab dan Akibat
Bersamaan mengkondisikan timbulnya Satu sama lainya, maka kita
katakan bahwa Sebab dan Akibat mendukung Satu sama Lain dengan
Bantuan dari Kondisi Kebersamaan.

8 Nissaya (Kondisi Ketergantungan)


Nissaya-paccaya adalah Sebuah Kondisi yang membantu dengan
Alat yang mendukung atau Ketergantungan. Seorang Lelaki
menyeberangi Sungai dengan mendayung Sebuah Perahu Kano. Maka
kita katakan bahwa Kano membantu Orang itu menyeberangi Sungai
dengan Alat Kondisi Ketergantungan, dan sebaliknya Orang itu
membantu Kano itu membuatnya sampai di seberang Sungai dengan
Alat Kondisi Ketergantungan.
Mari kita pertimbangkan Contoh lain. Tumbuhan dan Binatang
bergantung pada Bumi bagi Kehidupan mereka. Disini Bumi membantu
Tumbuhan dan Binatang dengan Cara Kondisi Ketergantungan, tetapi
tidak ada Timbal Balik.

9 Upanissaya (Kondisi Ketergantungan yang kuat)


Upanissaya adalah Satu Sebab yang kuat yang membantu dengan
Alat Kondisi Ketergantungan. Contoh; Hujan adalah Sebuah Sebab yang
253

kuat yang mendukung Pertumbuhan Tanaman dan Binatang. Sama juga


Orang Tua adalah Sebuah Dukungan yang kuat bagi Anak2 mereka.
Dalam Keadaan Apa saja dimana Sebab adalah Sebuah Dukungan
yang kuat bagi Akibatnya, maka kita katakan bahwa Sebab membantu
Akibat untuk timbul dengan Alat Kondisi Ketergantungan yang kuat.

10 Purejata (Kondisi sebelum Bersama)


Kondisi sebelum Bersama mengacu pada Sesuatu yang telah terjadi
Sebelumnya, yang menyediakan sebagai Sebab bagi Sesuatu, timbul
kemudian-nya. Sebagai Contoh; Matahari dan Bulan telah ada sejak
Formasi dari Sistim Matahari. Mereka memberikan Cahaya pada
Orang2 yang hidup di Bumi Sekarang, maka kita bisa katakan bahwa
Matahari dan Bulan membantu Orang2 dengan Alat Kondisi Sebelum-
Bersama.

11 Pacchajata (Kondisi Setelah-Bersama)


Ini mengacu pada Hubungan Sebab dimana Sebab (paccaya) timbul
belakangan dan Barang/Hal yang terkondisikan (paccayuppana) timbul
terlebih dulu. Ini bisa di Gambarkan pada Se-ekor Anak dari Burung
Hering. Sekarang Anak Burung yang muda , setelah di tetaskan dari
Telur, merasa lapar. Ia mengharap Induknya akan membawakan
Makanan untuk Makannya. Tetapi si Induk Burung Hering sebagai
Sebuah Aturan, tidak pernah membawakan Makanan bagi Anak2-nya.
Maka Burung muda itu tidak mempunyai Sesuatu untuk di makan.
Tetapi Alam datang untuk membantunya. Kehendak (Cetana) Anak
Burung untuk makan menyebabkan Tubuhnya tumbuh. Disini Tubuh
(Paccayuppana) Anak Burung itu telah timbul lebih dulu, dan Kehendak
untuk makan (paccaya) timbul belakangan. Maka Kehendak membantu
Tubuh Burung untuk tumbuh dengan Alat Kondisi Setelah-Bersama.

12 Asevana (Kondisi Pengulangan)


Bila kita membaca Sebuah Petikan yang sukar, kita bisa tidak
mengerti pada mulanya. Tetapi bila kita terus membacanya lagi dan
lagi, biasanya kita jadi mengerti lebih baik. Juga menghafal dengan Cara
terus mengulang-ulang ber-angsur2 Pengucapan jadi lebih mudah dan
lebih mudah. Demikian kita bisa katakan, Pembelajaran yang terlebih
dahulu membantu Pembelajaran kemudian-nya dengan Cara Kondisi
Pengulangan.
254

Begitu juga dengan menggunakan Larutan Kayu-Cendana atau


merias di Wajah, ia tidak harus menggunakan Satu Lapisan tebal sekali-
gus. Ia harus pertama menggunakan Satu Lapisan yang Tipis, di angin2-
kan agar kering, dan lalu menaruh Lapisan yang lain – dan Lapisan yang
lain lagi. Penggunaan yang lebih dulu akan membantu Penggunaan
yang kemudiannya dengan Kondisi Pengulangan menjadi lebih
menempel dan lebih halus dan juga lebih wangi.
Didalam Proses Pengenalan kita telah melihat bahwa biasanya
javana-citta terjadi Tujuh kali. Disini semua javana yang lebih dulu
untuk javana selanjutnya Sebuah Kondisi dengan Cara Pengulangan dan
Keseringan.

13 Kamma – paccaya (Kondisi Kamma).


Satu Benih yang di rawat, ketika di tanam dalam Satu Tanah subur,
tumbuh dan mengeluarkan Cabang. Sama juga Kamma Bermanfaat
atau tidak Bermanfaat , dengan Dukungan Avijja dan Tanha tumbuh
menjadi Satu Keturunan yang baru dalam Bentuk Keberadaan dari Lima
Kelompok.
Dalam Dua Hal yang di nyatakan diatas, Benih atau Kamma adalah
Sebab (paccaya), dan Cabang atau Lima Kelompok dari Keberadaan
adalah Hasil atau Barang yang berkondisi (paccayuppana). Sebab di
katakan mengkondisikan Hasil untuk timbul dengan Cara Kondisi-
Kamma.

14 Vipaka (Kondisi – Hasil Kamma)


Vipaka-citta dan cetasika2 Pengikutnya adalah Hasil Kamma dari
Sebuah Kamma Lampau. Sebagaimana mereka di sebabkan untuk
timbul oleh Kekuatan Kamma Lampau, mereka sama sekali tidak punya
rasa Kawatir bagi Kemunculan-nya. Ketika Waktu Kemunculan-nya
tiba,mereka dapat timbul dengan Damai dan Santai tanpa Perlawanan
Apa-pun.
Sekarang Sebuah Hembusan Angin Sepoi yang sejuk membuat Satu
Orang yang berada di Keteduhan merasa lebih sejuk. Begitu juga
Vipaka-citta dan Cetasika2 Pengikut-nya , yang secara Alamiah timbul
dengan Damai, saling bantu-membantu Satu sama lain dengan Kondisi
Hasil Kamma untuk timbul lebih Damai dan lebih Santai.

15 Ahara (Kondisi Nutrisi)


Orang Tua menghasilkan Anak2, mendukung dan memelihara
mereka dengan demikian mereka akan tumbuh Dewasa dengan
255

Bahagia. Sebuah Tiang menopang Sebuah Rumah yang


miring,menjadikan Rumah itu Stabil dan bertahan.
Dengan Cara yang sama Empat Nutrisi, yaitu, Makanan yang dapat
di makan (oja), Kontak )phassa), Kehendak (cetana), dan Kesadaran
(vinnana) membantu Hasil2 mereka atau Barang2, berkondisi untuk
timbul, dan terus mendukung mereka dengan demikian mereka Stabil
dan Bertahan. Kondisi Proses ini di kenal sebagai “Kondisi Nutrisi”

16 Indriya (Kondisi Kemampuan)


Indriya, seperti para Menteri , masing2 telah mengatur departemen
atau Bagian mereka, dan dengan Kebajikan ini mereka menyumbang
Kemajuan dan Kemakmuran pada seluruh Sistim. Sumbangan ini di
katakan terjadi oleh Cara/Alat dari Kondisi Kemampuan.
Dari 22 Indriya yang kita telah lewati dalam Chapter 7. Dua Bhava-
rupa tidak mengambil Bagian sebagai Kondisi-Kemampuan. Ke-Lima
Organ-Indera Pisik, dalam Kapasitas mereka sebagai Kemampuan,
membentuk Satu Kondisi hanya untuk Fenomena Mental seperti
sebagai timbulnya Kesadaran-Mata. dst… Kehidupan Pisik (jivita-rupa)
dan semua Kemampuan2 yang lainya membentuk Satu Kondisi untuk
timbulnya Fenomena Mental dan Pisik Bersamaan.

17 Jhana - paccaya (Kondisi Jhana).


Kondisi Jhana terdiri dari Tujuh Faktor2 Jhana disebut Jhananga.
Faktor2 Jhana ini mengkondisikan Citta, Cetasika, dan Cittaja-rupa,
mereka ber-sama2 untuk memusatkan pada Satu Objek khusus dengan
dekat dan pasti. Tipe Pengkondisian ini di katakan terjadi dengan Cara
Kondisi-Jhana.

18 Magga - paccaya (Kondisi Jalan)


Kondisi Jalan terdiri dari 12 Unsur Pokok dari Jalan di sebut
Magganga (lihat Chapter 7.) Jalan Unsur2 Pokok Bermanfaat
membentuk Sebuah Jalan mengkondisikan Citta, Cetasika, dan Cittaja-
rupa mereka ber-sama2 untuk membuahkan Hasil dalam Keadaan yang
di berkahi. Unsur2 Pokok-Jalan Tidak Bermanfaat sama juga
membentuk Sebuah Jalan yang mengkondisikan Citta, Cetasika, dan
Cittaja-rupa mereka bersama untuk membuahkan Hasil dalam Keadaan
Menderita. Tipe Pengkondisian ini dikatakan mengambil Cara dari
Kondisi-Jalan
256

19 Sampayutta (Kondisi Persekutuan)


Sari Teh, Susu, Gula, dan Air begitu di campur merata dalam Sebuah
Mangkok Teh sampai mereka tidak dapat di bedakan, dan mereka
memberikan Satu Cita rasa Campuran yang lezat.
Begitu juga Kesadaran dan Pengikut2-nya yang ber-sama2
membentuk Empat Kumpulan Mental, begitu bercampur merata sampai
mereka tidak dapat di bedakan. Disamping mereka timbul bersama,
berlarut bersama, mempunyai Satu Landasan Pisik yang Umum dan Satu
Objek yang Umum, dan mereka saling membantu Satu sama lain dengan
bersekutu bersama. Mereka di katakan membantu Satu sama lain
dengan Cara “Kondisi Persekutuan”.

20 Vippayutta (Kondisi Terpisah)


Enam Cita rasa – yaitu, asam, pahit, manis, masam, asin, cuka,--
tidak bercampur bersama, namun mereka mendukung satu sama lain
untuk memberikan Satu Cita rasa yang di sukai dalam Masakan Kari.
Lagi dalam Sebuah Mahkota atau Kalung, Emas dan Permata tidak
bercampur, mereka dapat di bedakan dengan mudah oleh Penglihatan.
Namun Emas menjadikan Permata jadi lebih indah, dan Permata
membuat Emas lebih menarik.
Begitu juga Grup Kebutuhan Pisik dan Grup Mental tidak
Bercampur, tidak juga mereka timbul atau-pun padam bersama. Namun
Grup Pisik membantu Grup Mental dan Grup Mental membantu Grup
Pisik dalam banyak Cara. Mereka di katakan membantu Satu sama lain
dengan Cara “Kondisi Terpisah”.

21 Atthi paccaya (Kondisi Keberadaan)


Bumi dapat mendukung Tumbuh2-an tumbuh di atasnya , Sebab ia
ada. Orang2 Tua dapat mendukung dan memelihara Anak2 mereka
selagi mereka ada atau hidup.
Satu Fenomena seperti itu – apakah Tidak Bersama atau Bersamaan
yang melalui Keberadaan-nya adalah Satu Kondisi bagi Fenomena yang
lain untuk timbul, disebut “Kondisi Keberadaan”

22 Natthi - paccaya (Kondisi Ketidak-hadiran)


Ketidak-hadiran Matahari menjadikan Kemunculan Bulan, Ketidak-
hadiran Cahaya menjadikan Kemunculan Kegelapan, Kematian Seorang
Raja menjadikan Penobatan Anak Lelaki sulung-nya, maka Seorang
dapat menjadikan Sesuatu oleh Ketidak-hadiran-nya.
257

Dalam Fenomena Mental, Sebuah Kesadaran dan Pengikut2-nya


yang baru saja padam membentuk Kondisi memerlukan yang disebut
“Kondisi Ketidak-hadiran” bagi Pemunculan yang segera dari Kesadaran
dan Pengikut2-nya yang berikutnya.

23 Vigata – paccaya (Kondisi Pelenyapan)


Bila Sesuatu Lenyap atau Padam, ia tidak ada lagi, tidak ada.
Begitulah Vigata-paccaya sama dengan Natthi-paccaya. Kondisi
Pelenyapan seperti Kondisi Ketidak-hadiran, hanya menggunakan
Fenomena Mental di dalam mana Satu Kesadaran dengan Pengikut2-
nya hanya dapat timbul ketika Kesadaran yang mendahului-nya
bersama dengan Pengikut2nya Padam atau Lenyap.

24 Avigata – paccaya (Kondisi Bukan Kelenyapan)


Bila Sesuatu tidak Lenyap , ia Ada. Maka “Avigata-paccaya” sama
dengan “Atthi-paccaya” (Kondisi Kehadiran)
Lautan Besar, dengan Keberadaan-nya menjadikan Kebahagiaan
pada Ikan dan Kura2 Laut yang hidup di dalam-nya.
Satu Fenomena seperti itu – Apakah tidak bersamaan atau-pun
Bersamaan yang melalui Keberadaan-nya/Ketidak-Lenyapan-nya adalah
Satu Kondisi bagi Fenomena lain untuk timbul disebut “Kondisi Bukan-
Kelenyapan”.

Penerapan dari 24 Kondisi-Kondisi.


Bekerjanya dari 24 Kondisi2 (paccaya) dalam Mental dan Kebutuhan
Pisik di Gambarkan dalam Patthana-Niddesa-Pali. Bahwa Pali ini sering
di lafalkan sendiri atau berkelompok sebagai Satu Bentuk Pemujaan
(Puja) kepada Ke-maha-Tahuan Lord Buddha (Sabbannuta-nana).
Banyak Keinginan untuk di mengerti Arti dari Bahasa Pali ini . Tanpa
Latar belakang Abhidhamma, bagaimana juga , akan sangat sulit untuk
di mengerti. Tetapi dengan Pengetahuan yang sebegitu jauh kita telah
dapat dari Buku ini, itu tidak akan sukar untuk di mengerti. Satu
Terjemahan langsung dari Patthana-Niddesa-Pali akan diberikan untuk
memungkinkan Pembaca mengerti Artinya dalam melafalkan Bahasa
Pali.
258

Patthana Pali.
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270

1 Kondisi Akar (Hetu Paccaya)


Enam akar (lobha, dosa, moha, alobha, adosa, amoha)
berhubungan pada Citta dan Cetasika bersekutu dengan Akar dan juga
pada Pemenuhan Kebutuhan Materi yang di Hasilkan oleh Citta dengan
Kondisi Akar.

2 Kondisi Objek (Arammana Paccaya)


1 Objek yang Kelihatan berhubungan pada Kersadaran Mata dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Objek.
2 Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya
oleh Kondisi Objek
3 Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Objek
271

4 Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya


oleh Kondisi Objek
5 Objek2 Nyata berhubungan pada Kesadaran Tubuh dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Objek.
6 Objek2 yang Kelihatan, Bunyi, Bau2an, Cita-rasa, dan Objek
Nyata berhubungan pada Unsur2 Pikiran (Sampaticchana-dvi
dan pancadvaravajjana) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi
Objek.
7 Menggenggam Dhamma apa-pun sebagai Objek, Dhamma2 ini,
yaitu, Kesadaran dan Pengikut2nya, timbul. Dhamma yang
duluan berhubungan pada Dhamma yang belakangan oleh
Kondisi Objek.

3 Kondisi Ke-unggulan (Adhipati-paccaya)


1 Keinginan yang Utama atau Kehendak (Chanda) berhubungan
pada citta dan cetasika yang bersekutu dengan chanda dan juga
Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta dengan Kondisi Ke-
Unggulan.
2 Usaha yang Utama (Viriya) berhubungan pada citta dan cetasika
yang bersekutu dengan viriya dan juga Kebutuhan Materi
dihasilkan oleh citta dengan Kondisi Ke-unggulan.
3 Kesadaran Utama (Citta) berhubungan pada Pengikut2nya
cetasika dan juga pada Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta
dengan Kondisi Ke-unggulan.
4 Ke-unggulan Menyelidiki-Kebijaksanaan (Vimamsa)
berhubungan pada citta dan cetasika bersekutu dengan-nya
dan juga pada Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta dengan
Kondisi Ke-unggulan.
5 Menggenggam Dhamma Apa-pun sebagai Satu Objek yang
penting, dhamma yang kemudiannya ini – yaitu, Kesadaran dan
Pengikut2nya – timbul, dhamma yang sebelumnya
berhubungan pada dhamma yang kemudianya oleh Kondisi Ke-
unggulan.

4 Kondisi Perhubungan (Anantara paccaya)


(Para Pembaca hendaknya mengacu pada Urutan Pengenalan untuk
mengerti Hubungan Sebab ini).
1 Kesadaran Mata dan Pengikut2nya berhubungan pada
sampaticchana (Unsur Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi
Perhubungan, sampaticchana dan Pengikut2nya berhubungan
272

pada Santirana (Kesadaran Pikiran) dan Pengikut2nya oleh


Kondisi Perhubungan.
2 Kesadaran Telinga dan Pengikut2nya berhubungan pada
Sampaticchana (Unsur Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi
Hubungan; Sampaticchana dan Pengikut2nya berhubungan
pada Santirana (Kesadaran Pikiran) dan Pengikut2nya oleh
Kondisi Perhubungan.
3 Kesadaran Hidung dan Pengikut2nya dst…. Idem.
4 Kesadaran Lidah dan Pengikut2nya dst…. Idem.
5 Kesadaran Tubuh dan Pengikut2nya dst… idem.
6 Javana-kusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu
berhubungan pada Javana-kusala-citta dan Pengikut2 mereka
berikutnya oleh Kondisi Perhubungan.
7 Kusala-citta dan Pengikut2 mereka terdahulu berhubungan
pada avyakata (tadalambana atau bhavanga) dan Pengikut2
mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan.
8 Javana-akusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu
berhubungan pada Javana-akusala-citta dan Pengikut2 mereka
berikutnya oleh Kondisi Perhubungan.
9 Akusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu
berhubungan pada avyakata (tadalambana atau bhavanga)
citta dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi
Perhubungan
10 Avyakata (kiriya atau phala) citta dan Pengikut2 mereka
berhubungan pada avyakata citta dan Pengikut2 mereka
berikutnya oleh Kondisi Perhubungan.
11 Avyakata (Votthapana atau mano-dvara vajjana) citta dan
Pengikut2 mereka yang terdahulu berhubungan pada kusala-
citta dan Pengikut2nya berikutnya oleh Kondisi Perhubungan.
12 Avyakata (Votthapana atau mano-dvaravajjana) citta dan
Pengikut2nya terdahulu berhubungan pada akusala citta dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Perhubungan.

5 Kondisi Kesiapan (Samanantara Paccaya)


Hubungan2 Sebab adalah sama sebagaimana di dalam Kondisi
Perhubungan.

6 Kondisi Ber-samaan (Sahajata Paccaya)


1. Empat Kumpulan Non Materi (yaitu Mental) saling berhubungan
Satu sama lain oleh Kondisi Ber-sama-sama
273

2. Empat Unsur2 Pokok (mahabhuta) saling berhubungan Satu


sama lain oleh Kondisi Ber-sama-sama.
3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi
(Kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain oleh
Kondisi Ber-sama-sama.
4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Pikiran
menghasilkan Materi (cittaja-rupa) oleh Kondisi Ber-sama-sama.
5. Unsur2 Pokok yang besar berhubungan pada Unsur2 Turunan-
nya (upada-rupa) oleh Kondisi Ber-sama-sama.
6. Fenomena Materi kadang2 berhubungan pada Fenomena Non
Materi (ialah Mental) oleh Kondisi Ber-sama-sama dan kadang2
tidak berhubungan dengan Kondisi Ber-sama-sama.

7 Kondisi saling Bersamaan (Annamanna Paccaya)


1. Empat Kelompok Non Materi (Mental) berhubungan Satu
dengan yang lainya dengan Kondisi Kebersamaan.
2. Empat Unsur2 Pokok Besar berhubungan Satu dengan yang
lainya dengan Kondisi Kebersamaan.
3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi
Tubuh (kammaja-rupa) berhubungan Satu dengan yang lainya
dengan Kondisi Kebersamaan.

8 Kondisi Ketergantungan (Nissaya Paccaya)


1. Empat Kelompok Non Materi saling berhubungan Satu sama
lain oleh Kondisi Ketergantungan
2. Empa Unsur2 Pokok Besar saling berhubungan Satu sama lain
dengan Kondisi Ketergantungan.
3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi
Tubuh (Kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain
dengan Kondisi Ketergantungan.
4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Pikiran –
Menghasilkan Materi Tubuh (Cittaja-rupa) oleh Kondisi
Ketergantungan.
5. Unsur2 Pokok Besar berhubungan pada Materi Turunannya
(upada-rupa) oleh Kondisi Ketergantungan.
6. Landasan Mata berhubungan pada Kesadaran Mata dan
Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan.
7. Landasan Telinga berhubungan pada Kesadaran Telinga dan
Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan.
274

8. Landasan Hidung berhubungan pada Kesadaran Hidung dan


Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan.
9. Landasan Lidah berhubungan pada Kesadaran Lidah dan
Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan
10. Landasan Tubuh berhubungan pada Kesadaran Tubuh dan
Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan
11. Bergantung pada Materi Tubuh ini, (yakni, Landasan Jantung)
Unsur-Pikiran dan Unsur Kesadaran-Pikiran (mano-dhatu dan
mano-vinnana-dhatu) timbul, Materi Tubuh itu berhubungan
pada Unsur Pikiran, Unsur Kesadaran Pikiran dan Pengikut2
mereka dengan Kondisi Ketergantungan.

9 Kondisi Ketergantungan yang kuat (Upanissaya Paccaya)


1. Dhamma Bermanfaat (kusala-citta, saddha, alobha, dst…)
yang terdahulu berhubungan pada Dhamma Bermanfaat yang
berikutnya oleh Kondisi Ketergantungan.
2. Dhamma Bermanfaat yang terdahulu kadang2 berhubungan
pada Dhamma Tidak Bermanfaat berikutnya (akusala-citta,
lobha, dosa, dst…) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat.
3. Dhamma Bermanfaat terdahulu berhubungan pada Dhamma
selanjutnya Tidak tertentu (avyakata-vipaka dan kiriya) oleh
Kondisi Ketergantungan yang kuat.
4. Dhamma Tidak Bermanfaat (akusala citta, lobha, dosa, dst..)
berhubungan pada Dhamma Tidak Bermanfaat selanjutnya oleh
Kondisi Ketergantungan yang kuat.
5. Dhamma Tak Bermanfaat terdahulu kadang2 berhubungan
pada Dhamma Bermanfaat selanjutnya (kusala-citta, saddha,
alobha dst..) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat
6. Dhamma Tak Bermanfaat terdahulu berhubungan pada
Dhamma Tak Tertentu selanjutnya oleh Kondisi Ketergantungan
yang kuat,
7. Dhamma Tak Tertentu terdahulu (vipaka-citta, kiriya citta dan
Pengikut2 mereka, dst..) berhubungan pada Dhamma Tak
Tertentu selanjutnya oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat.
8. Dhamma Tak Tertentu terdahulu berhubungan pada Dhamma
Bermanfaat (kusala citta, dan Pengikut2 mereka, dst..) oleh
Kondisi Ketergantungan yang kuat
9. Dhamma Tak Tertentu terdahulu berhubungan pada Dhamma
Tak Bermanfaat selanjutnya (akusala citta dan Pengikut2
mereka dst..) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat
275

10. Juga Cuaca, Makanan, Orang dan Tempat-Pondokan


berhubungan pada Mahluk2 oleh Kondisi Ketergantungan yang
kuat.

10 Kondisi Tidak Bersamaan (Purejata Paccaya)


1. Landasan-Mata berhubungan pada Kesadaran-Mata dan
Pengikut2-nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
2. Landasan-Telinga berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang Tidak Bersamaan.
3. Landasan-Hidung berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
4. Landasan-Lidah berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan
5. Landasan-Tubuh berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang Tak Bersamaan.
6. Objek yang Kelihatan berhubungan pada Kesadaran-Mata dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
7. Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya
oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
8. Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
9. Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya
oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
10. Objek yang Nyata berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan
Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.
11. Objek yang Kelihatan, bunyi, bau2-an, cita-rasa, dan Objek
Nyata berhubungan pada Unsur2-Pikiran (pancadvaravajjana
dan sampaticchana-dvi) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi
yang tidak Bersamaan.
12. Bergantung pada Bagian Tubuh ini (yakni, Landasan-Jantung),
Unsur-Pikiran dan Unsur2 Kesadaran-Pikiran (yakni, mano-
dhatu dan mano-vinnana-dhatu) timbul, Bagian Tubuh ini
berhubungan pada Unsur Pikiran dan Pengikut2nya oleh Kondisi
yang tidak Bersamaan, Bagian Tubuh itu kadang2 berhubungan
pada Unsur2 Kesadaran-Pikiran dan Pengikut2nya oleh Kondisi
yang tidak Bersamaan dan kadang2 tidak berhubungan oleh
Kondisi yang tidak Bersamaan.
276

11 Kondisi Sesudahnya (Pacchajata Paccaya).


Kesadaran Sesudahnya dan Pengikut2nya berhubungan pada Bagian
Tubuh yang tidak Bersamaan ini (yaitu, Landasan Jantung, Landasan
Telinga, dst…) oleh Kondisi Sesudahnya.

12 Kondisi Pengulangan (Asevana Paccaya)


i. Javana kusala citta terdahulu dan Pengikut2 mereka
berhubungan pada javana kusala citta selanjutnya dan
Pengikut2 mereka oleh Kondisi Pengulangan.
ii. Javana-akusala-citta terdahulu dan Pengikut2 mereka
behubungan pada javana akusala citta selanjutnya dan
Pengikut2 mereka oleh Kondisi Pengulangan.
iii. Fungsional Dhamma yang terdahulu berhubungan pada
Fungsional Dhamma selanjutnya oleh Kondisi Pengulangan

13 Kondisi Kamma (Kamma Paccaya)


i. Kusala dan Akusala-Kamma berhubungan pada Hasil Kelompok
Mental mereka dan Kamma Produksi Materi oleh Kondisi
Kamma.
ii. Kehendak (Cetana) berhubungan pada Pengikut2nya (yaitu,
Citta dan Cetasika) dan pada Materi Hasil-citta oleh Kondisi
Kamma.

14 Kondisi Akibat Kamma (Vipaka Paccaya)


Ke-empat Kelompok Non-Tubuh (yakni, Mental) saling
berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Akibat-Kamma.

15 Kondisi Nutrisi (Ahara Paccaya)


i. Makanan yang dapat di makan berhubungan pada Tubuh ini
oleh Kondisi Nutrisi.
ii. Nutrisi Non-Materi (phassa, vinnana, cetana) berhubungan
pada Pengikut2 mereka (citta dan cetasika) dan pada Materi-
Hasil Citta oleh Kondisi Nutrisi
16 Kondisi Kemampuan (Indriya Paccaya)
i. Kemampuan-Mata (Cakkhu-pasada) berhubungan pada
Kesadaran-Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.
ii. Kemampuan-Telinga (Sota-pasada) berhubungan pada
Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.
iii. Kemampuan-Hidung (Ghana-pasada) berhubungan pada
Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.
277

iv. Kemampuan-Lidah (Jivha-pasada) berhubungan pada


Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.
v. Kemampuan-Tubuh (Kaya-pasada) berhubungan pada
Kesadaran-Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.
vi. Kemampuan-Hidup Pisik (Jivita-rupa) berhubungan pada Tubuh
Hasil-Kamma oleh Kondisi Kemampuan.
vii. Kemampuan Non-Materi (yakni, Mental) berhubungan pada
Pembantu2 mereka (yakni, Citta dan Cetasika) dan pada Materi
Hasil-Citta oleh Kondisi Kemampuan.

17 Kondisi Jhana (Jhana Paccaya).


Faktor2 Jhana berhubungan pada Pembantu2 mereka (yakni, Citta
dan Cetasika) dan pada Tubuh Hasil-Citta oleh Kondisi-Jhana.

18 Kondisi Jalan (Magga Paccaya)


Faktor2 Jalan berhubungan pada Pembantu2 mereka (yakni, citta
dan cetasika) dan pada Tubuh Hasil-Citta oleh Kondisi Jalan.

19 Kondisi Persekutuan (Sampayutta Paccaya)


Ke-empat Kelompok Non-Tubuh (yakni, Mental) saling berhubungan
Satu sama lain oleh Kondisi Persekutuan.

20 Kondisi Pemisahan Diri (Vippayutta Paccaya)


1. Fenomena Materi/Tubuh (dhamma) berhubungan pada
Fenomena Mental oleh Kondisi Pemisahan Diri.
2. Fenomena Mental berhubungan pada Fenomena Tubuh oleh
Kondisi Pemisahan Diri.

21 Kondisi Keberadaan (Atthi Paccaya)


1. Ke-empat Kelompok Non-Tubuh saling berhubungan Satu sama
lain oleh Kondisi Keberadaan.
2. Ke-empat Unsur2 Pokok saling berhubungan Satu sama lain
oleh Kondisi Keberadaan.
3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi-
Tubuh (kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain oleh
Kondisi Keberadaan.
4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Tubuh Hasil-
Pikiran (cittaja-rupa) oleh Kondisi Keberadaan.
5. Unsur2 Pokok Besar berhubungan pada Materi-Turunannya
oleh Kondisi Keberadaan.
278

6. Landasan-Mata berhubungan pada Kesadaran-Mata dan


Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
7. Landasan-Telinga berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
8. Landasan-Hidung berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
9. Landasan-Lidah berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
10. Landasan-Tubuh berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
11. Objek Yang Kelihatan berhubungan pada Kesadaran-Mata dan
Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan.
12. Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga … idem.
13. Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung …. Idem
14. Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah … idem
15. Objek Nyata berhubungan pada Kesadaran-Tubuh …. Idem
16. Objek Yang Kelihatan, Bunyi, Bau2-an, Cita-rasa, dan Objek
Nyata berhubungan pada Unsur2 Pikiran (pancadvaravajjana
dan sampaticchana-dvi) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi
Keberadaan
17. Bergantung pada Materi-Tubuh ini (yakni, Landasan Jantung)
Unsur Pikiran dan Unsur Kesadaran-Pikiran (yakni, mano-dhatu
dan mano-vinnana-dhatu) timbul, bahwa Materi-Tubuh
berhubungan pada Unsur-Pikiran, Unsur Kesadaran-Pikiran, dan
Pengikut2 mereka oleh Kondisi Keberadaan.

22 Kondisi Ketidak-Hadiran (Natthi Paccaya)


Kesadaran dan Pengikut2nya, yang baru saja berhenti
berhubungan/Kontak, berhubungan pada Kesadaran Sekarang dan
Pengikut2nya yang telah timbul dalam Satu Kejadian yang sama, oleh
Kondisi Ketidak-Hadiran.

23 Kondisi Kelenyapan (Vigata Paccaya)


Kesadaran dan Pengikut2nya, yang baru saja lenyap dalam Kontak,
berhubungan pada Kesadaran Sekarang dan Pengikut2nya , yang telah
timbul dalam Satu Kejadian yang sama, oleh Kondisi Kelenyapan.
279

24 Kondisi Bukan Pelenyapan (Avigata Paccaya)


Hubungan2 Sebab adalah sama sebagaimana di dalam Kondisi
Keberadaan. “Bukan-Pelenyapan” dan “Keberadaan” mengacu pada
Kondisi yang sama.

Rangkuman Dari Hubungan2 Sebab.


1 Pikiran berhubungan pada Pikiran dalam Enam Cara. – yakni,
Anantara, Samanantara, Asevana, Sampayutta, Natthi dan
Vigata. (Disini “Pikiran” berarti “nama” yaitu Satu Gabungan
dari Citta dan Cetasika).
Bagaimanakah Pikiran berhubungan pada Pikiran dalam Enam
Cara?
Citta dan Cetasika yang baru saja padam berhubungan pada
Citta dan Cetasika Sekarang dengan Cara Kondisi2 Anantara
(Berhubungan), Sammanantara (Kesiapan), Natthi (Ketidak-
Hadiran) dan Vigata (Ketidak-Munculan).
Javana terdahulu berhubungan pada Javana selanjutnya dengan
Cara Kondisi Asevana (Pengulangan).
Citta dan Cetasika yang bersamaan saling berhubungan dengan
Cara Kondisi Sampayutta (Persekutuan).

2 Pikiran berhubungan pada Pikiran dan Benda dalam Lima Cara.


– yakni, Hetu, Jhana, Magga, Kamma dan Vipaka.
Bagaimanakah Pikiran berhubungan pada Pikiran dan Benda
dalam Lima Cara ?
Hetu (Akar2), Jhananga (Faktor2 Jhana) dan Magganga (Unsur
Pokok Jalan) berhubungan pada Pikiran dan Benda berbarengan
dengan Cara Kondisi2 dari Hetu (Akar), Jhana (Pencerapan) dan
Magga (Jalan).
Cetana yang bersamaan (Sahajata-Kamma) berhubungan pada
Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi dari
Kamma, Maka juga Ke-inginan yang tidak berbarengan
(nanakkhanika-Kamma)berhubungan pada Pikiran dan Materi
Kelahiran Kamma dengan Cara Kondisi Kamma.
Empat Grup Hasil Mental (Vipaka-namakkhandha) juga
berhubungan Satu sama lain pada Benda yang bersamaan
dengan Cara Kondisi Vipaka (Hasil-Kamma).

3 Pikiran berhubungan pada Benda hanya pada Satu Cara, itu


adalah Pacchajata (Sesudahnya)
280

Citta dan Cetasika berikutnya berhubungan pada Grup Materi


Tubuh yang terdahulu dan yang sebelumnya (Landasan-Jantung
dan Landasan-Indera) dengan Cara dari Kondisi Pacchajata.

4 Benda Dihubungkan pada Pikiran hanya dalam Satu Cara.- itu


adalah Purejata (Sebelumnya).
Enam Landasan (Vatthu) selama hidup di hubungkan pada Tujuh
Vinnana-dhatu (yaitu, Semua Citta) dengan Cara Kondisi
Purejata.
Demikian juga Lima Objek-Indera di hubungkan pada Lima
Vinnana-vithi (Proses2 Pengenalan Indera) oleh Cara Kondisi
Purejata.

5 Konsep2, Pikiran dan Benda di hubungkan pada Pikiran dalam


Dua Cara. – yaitu, Arammana dan Upanissaya.
Arammana-paccaya terdiri dari Enam Objek-Indera yang terdiri
dari Konsep2 , Pikiran dan Benda. Mereka di hubungkan pada
Citta dan Cetasika dengan Cara Kondisi Arammana (Objek).
Upanissaya-paccaya (Kondisi Ketergantungan yang kuat) ada
Tiga, yaitu, Ketergantungan yang kuat sebagai Objek,
Ketergantungan yang kuat sebagai Hubungan, dan
Ketergantungan yang kuat sebagai Hakekat Alamiah.
Dari mereka Objek itu sendiri, bila ia menjadi menonjol dan
menarik Perhatian kita, berlaku sebagai Satu Ketergantungan
yang kuat. Citta dan Cetasika, yang baru saja padam, bertindak
sebagai Ketergantungan yang kuat dari Hubungan.
Ketergantungan yang kuat dari Hakekat Alamiah ialah dari
beberapa Macam : Akusala-Dhamma seperti raga, dosa dst…
Kusala Dhamma seperti saddha, sati, dst.. Perasaan Tubuh yang
menyenangkan, Sakit Tubuh, Orang, Makanan, Cuaca, Musim,
Tempat tinggal, dst… Ini semua di hubungkan oleh Cara
Ketergantungan yang kuat pada Keadaan Moral, Keadaan Tidak
Bermoral, Keadaan Akibat (Vipaka) dan Keadaan Fungsional
(Kiriya) yang sesudah itu timbul baik dari Dalam (Ajjhattika)
atau dari Luar (Bahiddha). Kamma yang kuat juga sama di
hubungkan pada Akibat2-nya.

6 Pikiran dan Benda Dihubungkan pada Pikiran dan Benda dalam


Sembilan Cara – yaitu, Adhipati, Sahajata, Annamanna,
Nissaya, Ahara, Indriya, Atthi dan Avigata.
281

1 Dalam Hubungan dari Adhipati (Ke-unggulan) ada Dua:


i. Objek yang sangat menonjol yang menarik Perhatian Se-seorang
berhubungan pada Citta dan Cetasika dengan Cara dari Kondisi
Objek Ke-Unggulan (Arammanadhipati)
ii. Empat Ke-Unggulan bersama (Chanda, Viriya, citta, Vimamsa)
berhubungan pada Citta, Cetasika dan Benda yang bersamaan
dengan Cara dari Kondisi Ke-Unggulan yang bersamaan (Sahaja
tadhipati).

2 Hubungan dari Sahajata (Ber-samaan) ada tiga:


i. Citta dan Cetasika yang bersamaan berhubungan Satu pada
yang lain dan juga pada Benda yang bersamaan dengan Cara
Kondisi Sahajata
ii. Empat Unsur Pokok Besar (Mahabhuta) berhubungan Satu pada
yang lainya dan juga pada Materi Turunan yang bersamaan
(Upada-rupa) dengan Cara Kondisi Sahajata.
iii. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung (Hadaya-Vatthu) di
hubungkan pada Kesadaran Kelahiran Kembali dan
Pengikut2nya dengan Cara Kondisi Sahajata.

3 Hubungan dari Annamanna (Saling Hubungan) ada Tiga:


i. Citta dan Cetasika yang bersamaan saling berhubungan dengan
Cara Kondisi annamanna.
ii. Empat Unsur Pokok Besar saling berhubungan dengan Cara dari
Kondisi Annamanna.
iii. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung berhubungan pada
Kesadaran Kelahiran Kembali dan Pengikut2nya dengan Cara
Kondisi Annamanna.

4 Hubungan dari Nissaya (Ketergantungan) ada Tiga:


i. Citta dan Cetasika yang bersamaan berhubungan Satu dengan
yang lainya dan juga Benda yang bersamaan dengan Cara
Kondisi Nissaya.
ii. Empat Unsur2 Pokok Besar berhubungan Satu dengan yang
lainya dan juga pada Materi Turunan yang bersamaan dengan
Cara dari Kondisi Nissaya.
iii. Enam Landasan (Vatthu) berhubungan pada Tujuh
Vinnanadhatu dengan Cara Kondisi Nissaya.
282

5 Hubungan dari Ahara (Nutrisi) ada Dua:


i. Makanan yang dapat di makan berhubungan pada Grup Tubuh
dengan Cara Kondisi – Ahara.
ii. Tiga Nutrisi Mental (phassa, cetana, Vinnana) berhubungan
pada Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi –
Ahara.

6 Hubungan dari Indriya (Kemampuan Mengatur) ada Tiga :


i. Lima Organ Sensitif (Pasada-rupa) berhubungan pada panca-
vinnana (Kesadaran Mata, Kesadaran Telinga dst… ) dengan
Cara Kondisi Indriya.
ii. Jivita-rupa (Materi Kehidupan) berhubungan pada kammaja-
rupa dengan Cara Kondisi Indriya.
iii. Mental Indriya (Faktor Pengatur Mental) berhubungan pada
Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi Indriya.

7 Hubungan dari Vippayutta (Perurai-an) ada Tiga:


i. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung berhubungan pada
Kesadaran Kelahiran Kembali dan Pengikut2nya dengan Cara
Kondisi Sahajata-Vippayutta. Citta dan Cetasika juga sama
berhubungan pada Benda yang bersamaan.
ii. Citta dan Cetasika selanjutnya berhubungan pada Grup Tubuh
terdahulu dan yang sebelumnya (Landasan Jantung dan
Landasan Indera) dengan Cara dari Kondisi Pacchajata-
Vippayutta
iii. Enam Landasan, selama hidup berhubungan pada Tujuh
Vinnana-dhatu (yakni, semua Citta) dengan Cara Kondisi
Purejata-Vippayutta.

8 Hubungan Atthi (Kehadiran) dan Avigata (Tanpa-Kelenyapan)


ada Lima:
Hubungan dari Sahajata (Bersamaan), Purejata (Sebelumnya),
Pacchajata (Sesudahnya), Ahara (Nutrisi), dan Rupa-Jivitidriya
(Kehidupan Materi) juga melayani sebagai Hubungan pada
Atthi dan Avigata. Atthi dan avigata lebih kurang sama.
283

Satu Rangkuman Umum.


Semua 24 Hubungan dapat di ganti kepada Empat ini: (1)
Arammana, (2) Upanissaya, (3) Kamma dan (4) Atthi.

Pembagian Nama dan Rupa.


Grup Tubuh (Rupakkhandha) terdiri dari 28 Macam Rupa yang di
sebut Rupa (Materi).
Empat Grup Mental (Namakkhandha) terdiri dari semua Citta dan
semua Cetasika, dan Nibbana adalah Lima Macam dari Non Materi
di sebut Nama. Adalah penting bahwa Nibbana di klasifikasikan di
bawah Nama : Ini bisa menempatkan Nibbana adalah Sebuah Objek
Indera yang di amati oleh Lokuttara-Citta.

Pannatti (Konsep/Gambaran).
Selain dari Nama dan Rupa, ada pannatti (Konsep).
Pannatti ada Dua:
1. Attha-pannatti: Itu adalah Sesuatu yang membuat Bentuk,
Rupa, Massa, Penampilan, dst… dari Sesuatu yang di kenal
dalam Komunikasi. Sesuatu itu bisa mengacu pada Satu Orang,
Se-ekor Anjing, Sebuah Rumah, atau Sebuah Gunung yang
bukanlah Kenyataan yang tertinggi. Juga Bentuk, Rupa, Massa,
Penampilan dst.. dari Barang itu bukanlah yang sebenarnya.
Mereka adalah Ide2 atau Konsep2/Gambaran2 yang muncul di
dalam Pikiran. Lebih jauh, Nama itu bukan Satu Kenyataan
karena Macam2 Nama bisa di pilih mengacu pada Satu Barang
tertentu.
2. Sadda-pannatti: Karena “Sadda” berarti “Bunyi”, “Sadda
pannatti” mengacu pada Kata-Kata yang di ucapkan dalam
berbagai Bahasa. Ketika kita mengucapkan Nama2 dari
berbagai Barang dalam Komunikasi, kita membuat Barang2 itu
di ketahui oleh yang lainya. Maka dengan Attha-pannatti
Sesuatu di buat di ketahui dengan memberikan Sebuah Nama
yang sesuai padanya, dan dengan sadda-pannatti kita
membuat bahwa Sesuatu di katakan oleh Orang lain dengan
mengucapkan-nya. Sebagai Gambaran, Ucapan Kata “Orang”
membuat yang lain tahu bahwa kita mengacu pada Bentuk,
Rupa, Massa, dan Penampilan dari Satu Orang. Seperti itulah
“Sadda-pannatti”. Sekarang Bentuk, Rupa, Massa, dan
Penampilan dari Satu Orang yang di buat di ketahui oleh Kata
“Orang” harus dianggap sebagai “Attha-pannatti”.
284

Berbagai Bentuk dari Attha – Pannatti.


Dalam membicarakan Macam2 Bentuk dari Attha-pannatti, Octad
Bagian Besar (Suddhatthaka-kalapa) akan di hubungkan sebagai
“Mahabhuta” (Unsur Pokok Besar).
1. Santana-pannatti : Kata2 seperti “Tanah”, “Gunung”, “Bukit”
dan Semacamnya di rancang pada Model Hubungan dan
Perluasan dari maha-bhuta . Mereka di sebut “Santana-
pannatti”.
2. Samuha-pannatti : Istilah2 seperti “Rumah”, “Sekolah”,
“Kereta”, “Pedati”, dan Semacamnya di namakan pada Model
Hubungan dari Gabungan dari Materi. Mereka di sebut
“Samuha-pannatti”.
3. Sandhana-pannatti : Istilah2 seperti “Piringan”, “Mangkuk”,
“Sendok”, “Cangkir-Teh”, dan Semacamnya di namakan begitu
sehubungan dari Bentuk atau Rupa dari Materi-nya (Dalam Hal
ini Porselen). Mereka di sebut “Sandhana-pannatti”.
4. Satta-pannatti : Istilah2 seperti “Orang Lelaki”,
“Perempuan”, “Anak2”, “Anjing”, dan Semacamnya di namakan
begitu sehubungan dari Lima Kelompok. Mereka disebut “Satta-
pannatti”.
5. Disa-pannatti : Istilah2 seperti “Timur”, “Barat”, “Utara”,
“Selatan”, “Arah” dan Semacamnya dinamakan begitu
sehubungan dari Perputaran Matahari dan Bulan dsb… . Mereka
disebut “Disa-pannatti”.
6. Kala-pannatti : Istilah2 seperti “Pagi”, “Siang”, “Sore”,
“Tengah hari”, “Malam”, “Waktu” dan Semacamnya di rancang
sehubungan dari Waktu. Mereka disebut “Kala-pannatti”
7. Akasa-pannatti : Istilah2 seperti “Gua”, “Sumur”, “Lubang”,
“Terowongan”, dan Semacamnya dinamakan demikian
sehubungan dari Ruang Kosong (akasa). Maka mereka disebut
“Akasa-pannatti”.
8. Kasina-pannatti : Istilah2 seperti “pathavi-kasina”, “apo-
kasina”, “tejo-kasina”, “vayo-kasina”, dan Semacamnya,
dirancang sehubungan dari Unsur yang menonjol dalam
mahabhuta. Mereka disebut “Kasina-pannatti”.
9. Nimitta-pannatti : Istilah2 seperti “parikamma-nimitta”,
“uggaha-nimitta”, “Patibhaga-nimitta” dan Semacamnya
dirancang sehubungan dari Tingkat Konsentrasi dalam Meditasi.
Mereka disebut “Nimitta-pannatti”.
285

Catatan:
Bermacam Bentuk dari Attha-pannatti tidak ada dalam Indera
Tertinggi. Mereka mengacu pada Objek2 terbuat dari Barang2 Nyata
tetapi yang muncul dalam Pikiran sebagai Pembayangan/Gambaran.
Walaupun mereka tidak berada di dalam Indera yang tertinggi,
mereka menjadi Objek2 dari Pikiran dalam Bentuk Bayangan2
Barang2 (yang tertinggi). Mereka di gunakan dalam Percakapan
untuk mengungkapkan Pandangan Se-seorang dan untuk membuat
yang Lain2 mengetahui Maksud Se-seorang.

Enam Nama2 untuk Sadda - Pannatti.


Kata2 yang di ucapkan dalam Bahasa2 yang berbeda semua adalah
Sadda-pannatti. Masing2 dan setiap Sadda-pannatti mempunyai
Enam Nama sebagai berikut:
1. Nama : Ia adalah Nama dari Sesuatu dan ia selalu cenderung
pada Arti yang ia dapat tunjukan. Contoh; Kata “bhumi” dapat
menunjukan arti dari “Tanah” dan demikian ia selalu cenderung
pada Arti itu. Lebih lanjut, sebab ia dapat menunjukan
demikian ia selalu mengartikan “Tanah” cenderung sebagai
artinya sendiri.
2. Nama-kamma : Nama bhumi telah di berikan untuk itu oleh
beberapa Orang Penting yang berpendidikan di masa Lampau.
Maka itu juga di kenal sebagai “Nama-kamma”
3. Nama-dheyya : Nama bhumi telah lama di nyatakan oleh
Orang2 berpendidikan. Maka itu juga di sebut “Nama-dheyya”
4. Nama-nirutti : Nama “bhumi” tersembunyi sebelum ia di
ucapkan, dan ia harus di tunjukan dengan mengungkapkan-nya
dalam Bahasa. Maka ia disebut “Nama-nirutti”.
5. Nama-byanjana : Sebab Nama bhumi dapat
memperlihatkan Artinya dengan sangat jelas, ia dinamakan
“Nama-byanjana”.
6. Namabhilapa : Kata bhumi harus di ucapkan dengan
Maksud meng-ekpresikan Artinya. Maka ia dinamakan
Namabhilapa.

Enam Macam dari Sadda – Pannatti.


1. Vijjamana-pannatti : (Konsep Nyata). Bila Sebuah
Nama diberikan pada Sesuatu yang berada dalam Kenyataan,
maka Nama itu disebut “Vijjamana-pannatti”. Semua Nama2
286

dari Kenyataan Tertinggi (paramatha) termasuk pada Tingkatan


ini, Contoh; Rupa, Citta, Cetasika, Vedana, Sanna, Vitakka.
2. Avijjamana-pannatti : (Konsep tidak Nyata). Bila
Sebuah Nama dirancang pada Sesuatu yang tidak berada dalam
Kenyataan, maka Nama itu disebut “avijjamana-pannatti”.
Semua Nama2 dari Barang2 yang bukan Kenyataan Tertinggi
termasuk dalam Tingkatan ini. Contoh: Lelaki, Anjing, Rumah,
Bukit, Gua.
3. Vijjamanena-avijjamana-pannatti : (Konsep Nyata dan Tidak
Nyata). Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang dikatakan sebagai
Satu Nama Campuran dibentuk oleh Gabungan Satu Konsep
Nyata dengan Satu Konsep Tidak Nyata; Contoh: Chalabhinna –
Seorang Pemilik dari Enam Pengetahuan-Super. Dalam Nama
Campuran ini, “Enam Macam abhinna” adalah Sebuah Konsep
Nyata sedangkan “Pemilik” adalah Sebuah Konsep Tidak Nyata
karena ia adalah Sebuah Nama yang diberikan pada Lima
Kelompok. Contoh: Te-vijja—Se-Orang Pemilik dari Tiga vijja-
nana.
4. Avijjamanena-vijjamana-pannatti : (Konsep Tidak Nyata dan
Nyata) . Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang diketahui sebagai
Satu Nama Campuran di bentuk oleh Gabungan Satu Konsep
Tidak Nyata dengan Satu Konsep Nyata. Contoh: Itthi-sadda -
Suara Perempuan. Suara ada sebagai Satu Bunyi, maka ia
adalah Satu Konsep Nyata. Tetapi “Perempuan” adalah Satu
Konsep Tidak Nyata, sebab ia adalah Sebuah Nama juga
diberikan pada Lima Kelompok. Contoh: Itthi-rupam --
Gambaran Rupa Perempuan; Purisa-sadda – Suara Lelaki.
5. Vijjamanena-vijjamana-pannatti : (Nyata dan Konsep Nyata).
Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang diketahui sebagai Satu
Nama Campuran di bentuk oleh Gabungan Satu Konsep Nyata
dengan Satu Konsep Nyata. Contoh: cakkhu-vinnana, sota-
pasada, ghana-samphassa, rupa-tanha.
6. Avijjamanena-avijjamana-pannatti : (Konsep Tidak Nyata dan
Konsep Tidak Nyata). Ia adalah Satu sadda-pannatti yang
diketahui sebagai Satu Nama Campuran di bentuk oleh
Gabungan Konsep Tidak Nyata dengan Satu Konsep Tidak Nyata.
Contoh: Raja-putta (Anak lelaki-Raja), Aktris Film, Direktur
Perusahaan, Kepala Sekolah.

---oOo---
287

Chapter 9

KAMMATTHANA

POKOK-POKOK MEDITASI.

Pendahuluan.
Dalam Kata “Kammatthana”, “Kamma” Artinya Perbuatan Meditasi
dan “Thana” Artinya Pangkalan, Lantai Tanah atau Tempat, menyatakan
Subjek atau Latihan.
Maka “kammatthana” Artinya “Tempat-bekerja” (Untuk Meditasi)
atau “Pokok Meditasi”
“Tempat-bekerja” ini atau “Pokok Meditasi” akan melayani sebagai
Tempat Latihan atau Alat Latihan untuk Budaya Mental. Ada Dua Aspek
dari Budaya Mental - Satu mengenai “Ketenangan” dan Satu lagi
“Pengertian”. Kedua Aspek ini akan di bahas dalam Bab Sekarang.
Metode dari Latihan Mental, yaitu, Meditasi, sebagaimana di
ajarkan oleh Sang Buddha adalah Unik di dalamnya mereka dapat
menghentikan Kekawatiran, membuat rilek Ketegangan Mental,
menghapus Tekanan Mental, menyuguhkan Kedamaian Pikiran dengan
segera dan menuju ke Samadhi (Konsentrasi), Jhana (Pencerapan
ekstasi), vipassana-nana (Pengertian), dan Empat Jalan dan Buah
mereka (magga dan phala) yaitu, Pencapaian tertinggi dan termulia
dalam Kehidupan.
Bab ini akan memberikan Sebuah Penjelasan Samatha-bhavana
(Meditasi Ketenangan) dan Vipassana-bhavana (Meditasi Pengertian)
yang singkat tapi Asli dan membuahkan Hasil.

Bhavana (Meditasi).
“Bhavana” umumnya agak samar2 di terjemahkan sebagai
“Meditasi”. Lebih baik di sebut “Pengembangan Mental”. Ia adalah
Sebuah Proses Budaya Mental yang begitu banyak menghasilkan Akibat
Baik bahwa ia seharusnya di kembangkan ber-ulang2 dalam Pikiran Se-
seorang.
288

Ada Dua Macam bhavana:


1. Samatha – bhavana -- Pengembangan Ketenangan, dan
2. Vipassana – bhavana -- Pengembangan Pengertian.

Samatha - Bhavana.
“Samatha” Artinya “Ketenangan” yaitu, Keadaan Pikiran yang
terpusat, Tidak Goyah, Tidak Kotor dan Damai. Ia dikatakan “Tenang”
sebab ia meredakan Lima Hambatan (Nivarana) termasuk Napsu-Napsu.
Dalam Inti sari “Samatha” terdiri dari ekaggata-cetasika (Samadhi)
yang hadir di dalam lokiya-kusala-citta atau lokiya-kiriya-citta. Itu
mengacu pada Samadhi (Konsentrasi) yang dapat meredakan Lima
Hambatan dan juga pada Jhana-samadhi yang lebih tinggi yang dapat
meredakan Faktor2 Jhana yang lebih rendah, yaitu, Vitakka, Vicara, Piti,
dan Sukha.

Vipassana – Bhavana.
“Vipassana” Artinya “Pengertian” , ialah Pengetahuan Pengertian
kedalam Ketidak-Kekalan (anicca), Tidak memuaskan (dukkha) dan
Tanpa Pribadi (anatta) Alamiah dari semua Keadaan Tubuh dan Mental
Keberadaan.
Dalam Inti Sari “Vipassana” terdiri dari panna-cetasika
(Kebijaksanaan) yang ada dalam maha-kusala-citta dan maha-kiriya-
citta.

Kammatthana.
Disini “Kammatthana” diambil sebagai Objek Meditasi.
Sebagaimana Kesadaran tidak dapat timbul tanpa Sebuah Objek, kita
memerlukan Objek2 yang cocok bagi Latihan Mental.
Sang Buddha telah menentukan 40 Objek bagi Samatha-bhavana.
Mereka di katakan sebagai “Samatha-kammatthana”. Mereka terdiri
dari Tujuh Tingkatan sebagai berikut:
1. Kasina -- 10 Objek2 kasina
2. Asubha -- 10 Objek2 Menjijikan
3. Anussati -- 10 Objek2 Ingatan
4. Brahma-Vihara -- 4 Kediaman Mulia
5. Aruppa -- 4 Dunia Tanpa Materi
6. Ahare-patikula-Sanna -- 1 Objek
7. Catu-dhatu-vavatthana -- 1 Objek.
289

Objek Meditasi untuk Vipassana-bhavana ialah “tilakkhana”, yaitu,


Tiga Simbul terdiri dari Anicca, Dukkha, dan Anatta dari Semua
Keadaan Tubuh dan Mental Keberadaan.

Sepuluh Kasina.
“Kasina” Artinya “Menyeluruh”, “Semua”, “Lengkap”. Ia disebut
begitu sebab ia harus mengamati Keseluruhan atau secara lengkap
dalam Meditasi, dan juga karena Sinar yang terbit dari Bayangan
Konseptual di kembangkan ke seluruh Arah tanpa ada Pembatasan.
Karena ia harus di perhatikan menyeluruh, Bentuk dari kasina harus
Lingkaran dengan Garis Tengahnya sama dengan Satu Jengkal dan
Empat Jari, ialah, sekitar Satu Kaki.
1. Pathavi-kasina -- Lingkaran Tanah, ialah Tanah murni atau
Tanah Liat di tebarkan dalam Sebuah Baki Ukuran Besar.
2. Apo-kasina -- kasina- Air , ialah Air yang di taruh di dalam
Sebuah Bejana atau Penampung yang cocok.
3. Tejo-kasina -- kasina- Api , itu bisa di persiapkan dengan
menempatkan Arang yang nyala merata dalam Sebuah Baki tua,
atau Se-seorang dapat melihat melalui Sebuah Lubang dari
Sebuah Baki tua ke dalam Bagian Pusat dari Sebuah Api yang
berkobar.
4. Vayo-kasina -- kasina- Udara, untuk mengembangkannya Se-
seorang berkonsentrasi pada Angin yang meniup Ujung Rambut
atau Puncak Rumput atau yang menyentuh Pipi.
5. Nila-kasina -- kasina – Warna Coklat, ambilah Sebuah
Lingkaran warna Coklat dari Kertas atau Kain pada Sebuah Latar
belakang yang berwarna putih.
6. Pita-kasina -- kasina berwarna Kuning atau Ke-emasan, siapkan
seperti diatas.
7. Lohita-kasina -- kasina Merah, siapkan sebagaimana diatas.
8. Odata-kasina -- kasina Putih, ambilah Sebuah Lingkaran Kertas
berwarna Putih atau Kain pada Sebuah Latar Belakang berwarna
Hitam.
9. Aloka-kasina -- kasina Sinar, itu dapat di kembangkan oleh
Konsentrasi pada Sinar Matahari pagi atau Matahari Sore, pada
Bulan, atau pada Sebuah Lingkaran Sinar yang jatuh di atas
Lantai atau Dinding oleh Sinar Matahari yang masuk melalui
Sebuah Lubang di Dinding.
10. Akasa-kasina -- kasina Angkasa, itu dapat di kembangkan
dengan melihat melalui Sebuah Lubang di Dinding mengarah ke
290

Bagian Angkasa di sebelah Luar yang mempunyai Langit sebagai


Latar Belakangnya.

Sebuah Contoh Meditasi kasina akan di gambarkan dengan segera.


Se-seorang dapat mengembangkan semua Lima rupavacara-jhana
dengan Meditasi pada Satu kasina. Se-seorang dapat terus melanjutkan
mengembangkan Empat arupavacara-jhana dan Lima lokiya-abhinnana
(Pengetahuan Supra-Keduniawian) berdasarkan pada Sepuluh kasina.

Sepuluh Asubha.
Mereka mengacu pada Sepuluh Macam Mayat yang di dapatkan
dalam Pekuburan India kuno dimana Tubuh Mayat tidak di kubur atau
di kremasikan dan dimana Daging2 di makan oleh Binatang2 seperti
oleh Anjing2, Srigala2 dan Burung2 Nasar ber-ulang2.
Dalam Masa Modern Macam Mayat Apa-pun yang memperlihatkan
Kejijikan dari Tubuh adalah sebuah Objek yang cocok untuk Meditasi.
Kita secara Alamiah, sangat kuat melekat pada Tubuh kita begitu
juga pada Tubuh2 yang lain-nya oleh raga (Napsu). Cara yang terbaik
untuk menekan raga itu dan Obat terbaik untuk mengobati Penyakit
raga ialah asubha-kammatthana. Itu di jadikan Sebuah Standar atau
kammatthana Wajib selama Masa Sang Buddha, terutama kepada
Bhikkhu2 muda.
Malah Sekarang, itu termasuk dalam Empat kammatthana yang
melayani sebagai Penjaga atau Pelindung. Mereka disebut
caturarakkha-kammatthana sebelum Se-seorang melanjutkan pada
Meditasi Pengertian.
Sepuluh Macam Mayat Satu per Satu sebagai berikut:
1. Uddhumataka -- Mayat yang membengkak dan membusuk
2. Vinilaka -- Mayat yang berubah warna yang menjadi
hitam-ke-coklatan
3. Vipubbaka -- Satu dengan Kulit yang merekah dan
mengeluarkan Nanah
4. Vicchiddaka -- Satu yang telah di potong jadi Dua atau Tiga
Potong.
5. Vikkhayitaka -- Satu yang telah di gerogoti dan di koyak2 oleh
Anjing2, Burung2 Nazar, dsb…
6. Vikkhittaka -- Satu yang telah di gigiti dan di cabik2 ber-keping2
oleh Anjing2, Burung2 Nazar dsb….
7. Hatavikkhittaka -- Satu yang telah di potong2 dan di sayat
dengan Pisau, Kapak dsb.. dan di lemparkan sebagai Penggalan2
291

8. Lohitaka -- Satu Mayat yang ber-darah2


9. Puluvaka -- Mayat yang di kerumuni Ulat2
10. Atthika -- Sebuah Kerangka.

Segala Jenis Meditasi pada Mayat akan mengarah pada Jhana


Pertama. Karena Objek sangat memuakan, tidaklah mungkin untuk
menetapkan Pikiran pada Objek tanpa Vitakka. Maka Vitakka tidak
dapat di geser agar mencapai Jhana Kedua.

Sepuluh Anussati.
“Anussati” Artinya Bayangan/Refleksi yang di ulang2 atau Penuh
Perhatian yang tetap. Itu terdiri dari Sati-cetasika.
1 Buddhanussati :
Bayangan pada Kebajikan Sang Buddha. Se-seorang dapat
membayangkan pada 9 Kebajikan Satu per Satu ; sebagai Contoh:
“Seperti inilah sesungguhnya Yang Mulia - Berharga, Penuh
Pencerahan, di berkahi dengan Perbuatan Kebijaksanaan, Penempuh
Jalan yang baik, Pengenal segenap Alam, Seorang Pendidik yang tiada
Bandingnya, Guru para Dewa dan Manusia, Yang Maha tahu, dan
Mulia.” Atau Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling
sukai dan membayangkannya lagi dan lagi, sebagai Contoh: “Araham,
araham” Dalam membayangkan demikian Se-seorang harus
memvisualisasikan Kebajikan sebagai: “Buddha adalah Orang yang
paling Mulia karena beliau telah menghapus Semua Kekotoran Batin
dengan Sempurna, dan maka beliau patut di puja oleh para Dewa dan
Manusia.” Metode Kedua lebih efektif untuk pengembangan
Konsentrasi.

2 Dhammanussati :
Bayangan pada Kebajikan dari Dhamma (Ajaran), sebagai Contoh:
“Dhamma telah di babarkan dengan Sempurna oleh yang Mulia, untuk
di laksanakan oleh Diri Sendiri, bagi Buah yang segera, mengundang
untuk di selidiki, membimbing ke Nibbana, untuk di mengerti oleh para
Bijak, masing2 bagi Diri-nya”. Disini, lagi Se-seorang dapat memilih
Kebajikan yang paling ia sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2.
292

3 Samghanussati :
Bayangan pada Kebajikan dari Samgha – Persaudaraan para Yang
Mulia. Se-seorang dapat membayangkan pada Sembilan Kebajikan
sebagai berikut: ”Pada Tindakan yang baik dari Pengikut yang Mulia,
pada Tindakan yang jujur dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang
Bijak dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang Patuh dari Pengikut
Yang Mulia, Empat Pasang Mahluk terdiri dari Delapan Individu.
Pengikut2 Yang Mulia ini berharga menerima Persembahan, berharga
menerima Keramah-tamahan, berharga menerima Pemberian, berharga
menerima Penghormatan, Lapangan yang tiada Bandingnya untuk
menanam Kebajikan bagi Dunia”
Disini juga Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling
sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2.

4 Silanussati :
Membayangkan pada Kesempurnaan Moralitas Se-seorang (Sila)
5 Caganussati :
Membayangkan pada Persembahan Kedermawanan Sendiri (Dana)

6 Devatanussati :
Membayangkan pada Kebajikan sendiri dengan Sebuah
Pertimbangan pada Dewa2 sebagai Saksi.
Contoh: “Para Dewa di Lahirkan oleh Keadaan begitu Mulia
sehubungan pada Kebaikan mereka, Moralitas, Kedermawanan,
Pengetahuan, Kebijaksanaan, Malu berbuat Salah dan Takut akibat
Kejahatan. Saya juga memilih Kebajikan2 ini”

7 Upasamanussati :
Membayangkan pada Kebajikan dari Nibbana.

8 Marananussati :
Membayangkan pada Alamiah akan Kematian sendiri, Contohnya:
“Kematianku adalah pasti, Kehidupanku tidak pasti”.

9 Kayagatasati :
Membayangkan pada 32 Bagian yang kotor dari Tubuh seperti ,
Rambut Kepala, Rambut Tubuh, Kuku, Gigi, Kulit, Daging, Syaraf,
Tulang, Sum-sum, Ginjal, Jantung, Hati, Diafragma, Limpa, Paru2, Isi
Perut, Mesentery, Lambung, Kotoran Najis, Otak, Empedu, Reak,
293

Nanah, Darah, Keringat, Getah Bening, Air Mata, Lemak, Ludah,


Ingus, Cairan yang keluar dan Air Seni”.
Pada masa Sang Buddha banyak para Bhikkhu mencapai Ke-
Arahatan dengan Meditasi pada Bagian2 Tubuh yang kotor ini.
Kayagatasati mengembangkan asubha-sanna (Gagasan pada Kejijikan)
pada Tubuh seperti yang di lakukan pada asubha-bhavana.
Kejijikan pada Tubuh ini menuju pada Penghapusan Napsu, yaitu,
Penekanan pada raga (Napsu).

10 Anapanassati :
Penuh Perhatian pada Napas Masuk dan Napas Keluar dari
Pernapasan Se-seorang.

Sebuah Komentar Singkat pada Anussati


Dari Sepuluh Anussati , kayagatasati dapat membimbing kepada
Jhana Pertama; Anapanassati, pada semua Lima rupavacara-jhana, dan
Sisanya kepada Konsentrasi Tetangga (upacara-samadhi)
Buddhanussati dan Marananussati termasuk dalam Empat Penjaga
– kammatthana. Dengan membayangkan pada Kebajikan dari Sang
Buddha ber-ulang2 untuk Waktu yang lama, Tubuh Se-seorang menjadi
Mulia sebagai Sebuah Pagoda dan ia bisa tidak di nista oleh Binatang
Buas, Setan2 atau Orang2 Jahat.
Juga Seorang yang mempunyai Gagasan untuk hidup bersama
Buddha, dan jadinya ia mengembangkan Keyakinan pada Sang Buddha,
maka Malu berbuat Salah dan Takut akan Akibat dari Kejahatan
berkembang jadi lebih besar.
Membayangkan pada Kematian ber-ulang2 menyanggupi Se-
seorang memahami Kehidupan Alamiah yang singkat. Ketika Se-seorang
mempunyai Gagasan bahwa Kematian-nya bisa datang setiap Saat, ia
melepas semua Kebanggaan, Kemarahan, Kemelekatan dsb… dan ia
berusaha keras untuk yang terbaik dari Kehidupan-nya dengan bekerja
untuk Perkembangan Dirinya sebagai ganti dari selalu menggemari
Kenikmatan2 Indera.
Anapanassati adalah Sebuah kammatthana terbaik
mengembangkan Konsentrasi begitu juga sebagai Pengertian. Ia adalah
kammatthana Baku di latih oleh Semua para Buddha. Ia mudah di latih
dan dapat di lakukan di mana saja pada setiap Waktu, selagi duduk,
berdiri, berjalan, atau berbaring. Napas ada setiap Waktu dan Apa yang
di perlukan hanyalah menyadari Penuh Perhatian kepadanya.
294

Penuh Perhatian (Sati) harus di tempatkan pada Ujung Hidung


dimana Napas menyentuh dan mendorongnya sendiri ke dalam dan
keluar. Dari Titik Pengamatan itu, Seorang harus menyadari akan Napas
masuk dan Napas keluar. Itu bagaikan duduk pada Pintu masuk dan
memperhatikan Orang2 yang masuk dan keluar.
Di dalam Sutta2 Metode Sederhana ini dari Penuh Perhatian pada
Pernapasan di jelaskan sebagai berikut:
1. Dengan Penuh Perhatian ia menarik Napas, dengan Penuh
Perhatian ia menghembuskan Napas.
2. Ketika sedang melakukan Satu Tarikan Napas yang panjang ia
mengetahui: “Saya membuat Satu Tarikan Napas panjang”
Ketika membuat Satu Tarikan Napas pendek ia mengetahui:
“Saya membuat Satu Tarikan Napas pendek”, Ketika sedang
melakukan Satu Penghembusan Napas yang panjang ia
mengetahui : “Saya membuat Satu Penghembusan Napas
panjang”, Ketika sedang melakukan Satu Penghembusan Napas
pendek ia mengetahui : “Saya membuat Satu Penghembusan
Napas pendek”
3. “Dengan jernih merasakan seluruh Tubuh (Napas) saya akan
menarik Napas”, demikian ia melatih Dirinya. “Dengan jernih
merasakan seluruh Tubuh (Napas) saya akan menghembuskan
Napas”, demikian ia melatih Dirinya. (Itu berarti bahwa Se-
seorang harus menyadari untuk mengetahui setiap Bagian dari
Napas, ialah , seluruh Napas).
4. “Menenangkan Proses Napas ini saya akan menarik Napas”,
demikian ia melatih Dirinya; “Menenangkan Proses Napas ini
saya akan menghembuskan Napas”, demikian ia melatih
Dirinya.

Sebagaimana Napas terjadi berirama ia dapat menarik Perhatian Se-


seorang menuju-nya dan melakukan Konsentrasi sangat cepat. Bila
Pikiran mengembara ke Objek luar seperti ke Kedai Kopi , Kafetaria,
Gedung Bioskop, dsb… Catat itu, ia disana dan Pusatkan ia balik pada
Pernapasan. Ketika Lima Hambatan (nivarana) di tekan dengan
sempurna, Kegiuran (piti), Ketenangan Pikiran (passaddhi), Perasaan
Menyenangkan (sukkha-vedana), dan Konsentrasi (samadhi) akan
datang dengan jelas, dan Se-seorang mengalami Kebahagiaan yang ia
belum pernah alami sebelumnya. Seorang merasakan Tubuh dan
Pikiran sangat ringan dan sangat Damai. Beberapa malah merasa
sepertinya mereka mengapung di Udara.
295

Disekitar Waktu ini Satu Bayangan Cahaya Konseptual (nimitta)


dalam Bentuk Sebuah Sinar berbentuk Pipa atau Permata yang
berkilauan atau Sebuah Ruby yang Gemilang atau Semacamnya
biasanya muncul. Lima Faktor Jhana juga menjadi jelas dan kuat, dan
Se-seorang dapat di anggap bahwa ia telah mencapai Konsentrasi-
Tetangga. Bila Se-seorang melanjutkan terus Latihan Penuh Perhatian
dengan semangat dan sungguh2, segera ia bisa mencapai Jhana
Pertama dan jhana2 yang lebih tinggi.
Dengan Dasar pada Konsentrasi-Jhana, Seorang dapat terus pada
Meditasi Pengertian dengan menyelidiki Mental dan Keadaan Tubuh
secara mendetail dalam Pikiran dan dalam Tubuh. Kemudian dengan
Perenungan pada tilakkhana – yaitu, Keadaan dari Ketidak-Kekalan,
Tidak Memuaskan dan Tanpa-Diri – Ia mengembangkan Pengetahuan
Pengertian (Vipassana-nana) yang akan Setahap demi Setahap menuju
kepada Jalan dan Buahnya.

Empat Brahma - Vihara.


“Brahma” Artinya “Mulia” dan “Vihara” artinya “Tempat Tinggal”
atau “Negara dimana kita hidup” Maka “Brahmavihara” mengacu pada
“Tempat Tinggal Mulia” atau “Dunia Kehidupan Mulia”. “Dunia
Kehidupan Mulia” ini ialah sama pada Kehidupan Moral dari Dewa
Brahma. Demikian ia disebut “Brahmavihara”
Empat Brahmavihara di ketahui juga sebagai “Empat appamanna”
artinya “Empat dunia tidak berbatas”. Mereka di sebut demikian sebab
mereka yang melatih Latihan ini memancarkan Cinta-Kebaikan atau
Rasa-Kasihan atau Simpati kepada Semua Mahluk tanpa Batas atau
Hambatan.

1 Metta -- Cinta-Kebaikan, Perbuatan Baik, Kehendak Baik.


Itu di definisikan sebagai yang melunakan hati Se-seorang. Ia
adalah Harapan bagi Kebaikan, Keamanan dan Kebahagiaan bagi
semua Mahluk.
Setiap berbuat Kebaikan adalah Sifat yang Utama. Ia bukanlah
Cinta Badaniah (raga) atau Cinta Per-orangan (pema).
Musuh Langsungnya adalah Kebencian atau Kehendak Jahat
(dosa) atau Ketidak-Sukaan (kodha). Musuh Langsungnya ialah
pema (lobha). Ia mempunyai Kesanggupan memadamkan
Kehendak Jahat.
296

Titik tertinggi dari metta ialah Pengenalan Diri Sendiri dengan


Semua Mahluk, yaitu, se-seorang tidak lagi membedakan antara
dirinya dengan yang lainya dalam Hal Prioritas.
Metta terdiri dari adosa-cetasika.

2 Karuna – Welas Asih.


Ia di definisikan sebagai yang membuat Hati tergetar Kemuliaan
ketika Orang2 lain menderita atau merisaukan Penderitaan
Orang lain. Ke-inginan untuk menghalau Penderitaan Orang lain
adalah Sifatnya yang Utama.
Musuh Langsungnya ialah Kekejaman atau Kejahatan (himsa) dan
Musuh tidak Langsungnya adalah Rasa Duka (domanassa).
Ia membuang Kekejaman atau Kejahatan.
Karuna memeluk Mahluk2 yang di landa Kesedihan dengan Ke-
inginan kuat untuk membebaskan mereka dari semua
Penderitaan.
Ia terdiri dari karuna-cetasika.

3 Mudita -- Rasa Simpati, Senang Menghargai.


Ia adalah Sikap memberi Selamat dari Se-seorang. Sifat
Utamanya ialah merasa Bahagia dan Gembira dari Kemakmuran
dan Keberhasilan Orang lain. Musuh Langsungnya ialah
Cemburu, dan Musuh Tidak Langsungnya ialah Kegembiraan
(pahasa). Ia menghilangkan Ketidak-Sukaan (arati).
Mudita memeluk Semua Mahluk2 yang makmur dengan
Keinginan kuat agar Kemakmuran mereka akan berlangsung
untuk Waktu yang lama.
Ia terdiri dari mudita-cetasika.

4 Upekkha – Keseimbangan.
Secara Literatur Artinya “Memandang tidak memihak”, yaitu,
Tanpa Kemelekatan ataupun Ketidak-Sukaan. Sikap tidak
Berpihak adalah sifatnya yang Utama.
Bukan mengabaikan Kesenangan atau-pun juga Rasa Netral
(upekkha-vedana). Ia terdiri dari tatramajjhattata-cetasika dan
Artinya Keseimbangan Sempurna atau Pikiran yang Seimbang-
Baik.
Ia berada diantara karuna dan mudita. Ia menjaga Keseimbangan
Pikiran dan tidak Bergoyang antara Perubahan2 Kehidupan
seperti di puji dan di nista, menyakitkan dan Kebahagiaan,
297

Untung dan Rugi, Nama Baik atau Nama Buruk. Musuh


Langsungnya ialah Napsu (raga) dan Musuh tidak Langsungnya
ialah Sifat tidak Berperasaan. Ia menghilangkan Kemelekatan
dan Ketidak-sukaan.

Hidup di dalam Tempat Tinggal Mulia.


Siapa saja yang melatih Satu dari Empat Brahma-vihara dikatakan
hidup di dalam Tempat Tinggal Mulia.
Untuk melatih Metta , Se-orang mengembangkan Cinta-Kebaikan-
nya kepada Semua Mahluk, dengan Cinta mengharap mereka
berbahagia dan terbebas dari Bahaya, bebas dari Kesakitan dan
Penderitaan Mental.
Untuk melatih Karuna, Seorang memeluk semua Mahluk yang di
rudung Duka, dengan Kasih mengharap mereka terbebas dari semua
Kesengsaraan.
Untuk melatih Mudita, seorang memeluk semua Mahluk2 yang
makmur, dengan Kasih mengharap mereka bahwa Keberuntungan dan
Kemakmuran mereka berlangsung untuk Waktu yang lama.
Untuk melatih Upekkha, Seorang memeluk yang Baik dan Jahat,
yang dicintai dan yang tidak dicintai, yang di rudung Kesedihan atau
yang Makmur, dengan Perenungan yang seimbang bahwa “Semua
Mahluk adalah sebagaimana mereka di kondisikan oleh Kamma- mereka
sendiri”
Latihan Meditasi dari Tiga Brahma-vihara yang Pertama dapat
menuju Empat rupavacara-jhana sedangkan Latihan upekkha menuju
pada Jhana Ke-lima. Ingat bahwa hanya Jhana Ke-lima yang bersekutu
dengan Keseimbangan dan Perasaan Netral (upekkha-vedana) .
Untuk mengembangkan Konsentrasi Se-seorang sampai Tingkat
Jhana, di sarankan untuk memilih Satu Orang yang cocok dan
berkonsentrasi kepadanya meliputinya dengan metta, karuna atau
mudita.
Walaupun itu biasanya memakan Waktu yang lama untuk
mengembangkan Jhana.
Cara lebih cepat untuk mengembangkan Jhana, lebih di sukai pada
Jhana Ke-lima, dengan Meditasi pada Pernapasan (anapanasati) atau
kammatthana lain asalkan Objek Meditasi di tentukan dengan baik.
Kemudian membuat Konsentrasi bersekutu dengan Jhana Ke-lima
sebagai Dasar, ia melakukan Latihan Metta. Dengan Cara ini Se-seorang
dapat mengembangkan Empat Metta-jhana sangat cepat. Metode ini
298

telah di lakukan dengan berhasil di Pa-auk Tawya Meditation Centres di


Myanmar.
Hanya bila Se-seorang dapat meliputi semua Mahluk dengan Jhana-
metta, Jhana-karuna, Jhana-mudita, dan Jhana-upekkha, Se-seorang
betul2 hidup dalam Keadaan Mulia.
Naskah yang Klise pada Pengembangan Empat Keadaan Hidup Mulia
ini disebutkan di dalam Sutta2 sebagai berikut:
“Disana, O para Bhikkhu, Bhikkhu dengan Sebuah Pikiran penuh
Cinta-Kebaikan pertama meliputi Satu Arah, lalu Ke-dua, lalu Ke-tiga,
lalu Ke-empat, Ke-Atas, Ke-bawah dan Ke-sekeliling, dan Ke-semua arah
dan menyatakan Dirinya dengan Keseluruhan, ia meliputi seluruh Dunia
dengan Pikiran penuh Cinta-Kebaikan, dengan Pikiran terbuka lebar, di
kembangkan, tanpa Batas terbebas dari Rasa Benci dan Kehendak
Jahat”
Tema yang sama mengikuti dengan Rasa Kasihan, Simpati dan
Keseimbangan.

Ahare-Patikula-Sanna. (Persepsi/Memahami pada Makanan yang


menjijikan).
Itu adalah Perenungan yang di-ulang2 untuk mengembangkan
Persepsi pada Kejijikan Makanan dan Minuman yang kita makan dan
telan.
Bagaimana kita melakukan Gagasan yang menjijikan pada Makanan
yang kita makan?
Ketika bermacam Hidangan Makanan di atur dengan menarik,
mereka membangkitkan Selera makan kita. Catat ketika mereka di
campur, daya Tarik mereka berkurang. Waktu mengunyah Makanan di
dalam Mulut, catat bagaimana menjemukan menaik, menurunkan
Rahang ber-ulang2 menumbuk Makanan sebagaimana kita sedang
menumbuk Cabai di dalam Satu Lumpang dengan Penumbuk.
Juga catat, selagi mengunyah, Ludah, Empedu, Reak, dan Cairan
Pencernaan yang lain di hasilkan pada Dasar Lidah, dan Lidah
mencampur mereka dengan Makanan yang menjadi lengket dan
menjijikan. Pada waktu menelan Makanan itu, ia sampai ke Lambung
dimana selanjutnya ia harus di cerna. Makanan yang tidak di cerna
berkumpul di dalam Perut, Usus dan itu harus di keluarkan dari waktu
ke waktu ke dalam Toilet.
Sekarang Kemelekatan pada Makanan (rasa-tanha) adalah Satu
Bentuk lobha yang kuat yaitu Satu Hambatan bagi Pengembangan
299

Konsentrasi. Maka Sang Buddha memberikan Petunjuk kepada para


Pengikutnya untuk menekan itu dengan Cara Ahare-patikula-sanna.

Catu-Dhatu-Vavatthana (Menetapkan Empat Unsur)


“Catu-dhatu” Artinya Empat Unsur Pokok, yaitu, pathavi, apo, tejo,
vayo.
“Vavatthana” Artinya Pengetahuan akan Sifat (Unsur2) itu.
Karena Empat Unsur2 Pokok membentuk Dasar dari semua Keadaan
Tubuh, Sifat2 mereka harus di selidiki dan di jadikan Pengetahuan.
Di dalam Bab 6 kita telah mempelajari bahwa Tubuh kita terbentuk
dari 21 Macam dari Grup2 Badaniah yang disebut kalapa, dan setiap
kalapa terdiri dari paling tidak Empat Unsur2 Pokok dan Empat Kwalitas
mereka yaitu, Bentuk yang Kelihatan (Vanna), Bau (Gandha), Cita-rasa
(rasa) dan Nutrisi (oja).
Demikianlah Empat Unsur Besar berada dalam setiap Bagian dan
Partikel dari Tubuh kita. Pathavi harus di golongkan sebagai Unsur
Perluasan dengan Sifat2 dari Kekerasan. Apo harus di ketahui sebagai
Unsur Paduan dengan Sifat2 Perpaduan dan Kecairan. Tejo ialah Unsur
Panas dengan Sifat2 dari Panas dan Dingin. Vayo ialah Unsur Gerak
dengan Sifat2 dari Desakan dan Menyokong.
Kita harus meneliti di dalam Tubuh Sifat2 dari Kekerasan dan
Kelembutan, Kepaduan dan Cairan, Panas dan Dingin, Desakan dan
Sokongan berada di setiap Bagian dan Partikel dari Tubuh. Kita harus
merasakan Sifat2 ini dan menyadari mereka dalam Pikiran untuk
meyakinkan Keberadaan mereka. Ketika mereka menjadi jelas di dalam
Pikiran, Se-seorang mempertahankan Konsentrasi pada mereka dan
mencatatnya untuk mengembangkan Samadhi tertinggi yang di capai
disini adalah Konsentrasi Tetangga karena Objek Meditasi begitu dalam
dan luas.
Menurut Hasil2 yang di dapatkan pada Pa-auk Tawya Meditation
Centres, Catu-dhatu-vavatthana adalah Sebuah kammatthana yang
sangat menghasilkan bagi Pengembangan Konsentrasi yang sangat
cepat.
Ketika Se-seorang mencapai Konsentrasi Tetangga, ia dapat melihat
melalui Tubuh untuk mengamati Daging, Syaraf, Tulang, Jantung, Hati,
dst… Sebagimana Se-seorang akan melihat di dalam Meditasi-
Kayagatasati.
Kemudian Se-seorang dapat menggunakan Kerangka yang ia lihat
menembus dalam Badan-nya atau dalam Tubuh Orang lain sebagai
300

Objek dari asubha-kammatthana dan Meditasi pada itu untuk


membangkitkan Konsentrasi ke Tingkat Jhana Pertama.
Terlebih jauh, Putihnya Tulang, terutama Tengkorak, dapat di
gunakan sebagai Objek dari Odata-kasina. Se-seorang bermeditasi
padanya untuk membangkitkan Konsentrasi lebih jauh ke Tingkat Jhana
Ke-lima
Metode Setapak demi Setapak dari Pengembangan Konsentrasi
yang bijak ini di jelaskan di dalam Kitab Visuddhi-Magga dan Metode ini
berhasil di lakukan di dalam Pa-auk Tawya Meditation Centres.

Empat Aruppa (Empat Alam Tanpa Materi)


Empat alam Tanpa Materi dari Ruang Tanpa Batas (Akasa),
Kesadaran tanpa Batas, Kekosongan, dan Bukan Persepsi atau-pun
Bukan bukan Persepsi di gunakan masing2 sebagai Objek Meditasi
untuk mengembangkan Empat arupa-vacara-jhana.
Dalam Pelaksanaan Se-seorang per-tama2 harus mengembangkan
rupavacara-jhana pada Satu kasina, dan kemudian, menggunakan Jhana
Ke-Lima sebagai Dasar, ia melanjutkan lebih tinggi ke Empat Arupa
untuk mengembangkan Empat Arupa-Jhana.

Enam Carita (Enam Tipe Watak atau Alamiah)


Ada Enam Tipe Orang menurut Watak mereka atau Alamiah-nya.
1. Raga – Carita -- Serakah-Alamiah yang menggemari
Kenikmatan Indera tanpa Rasa Malu.
2. Dosa – Carita -- Benci-Alamiah yang mudah menjadi Marah
walau pada Hal-Hal Sepele.
3. Moha – Carita -- Bodoh atau Bebal – Alamiah.
4. Saddha – Carita -- Keyakinan Alamiah yang memuliakan Tiga
Permata dengan Soleh
5. Buddhi – Carita -- Kecerdasan Alamiah yang mengandalkan
pada Alasan2 dan tidak percaya dengan mudah.
6. Vitakka – Carita -- Banyak berpikir-Alamiah yang memikirkan
ini dan itu dan tanpa banyak Penyelesaian.

Kammatthana dan Carita.


Empat puluh Kammatthana harus di gabung dengan Enam Carita
cocok untuk Hasil2 yang menguntungkan.
301

i. Orang yang Serakah-Alamiah harus berlatih Sepuluh Asubha dan


Kayagatasati sebagaimana Kammatthana ini dapat menahan
Napsu dengan Efektif.
ii. Orang yang Membenci-Alamiah harus melatih Empat Brahma
vihara dan Empat Kasina- Warna, yaitu, Nila, Pita, Lohita, dan
Odata-kasina. Kammatthana adalah murni dan tentram dan
dapat menggembirakan Orang2 yang melatihnya.
iii. Orang yang Bodoh dan Bebal-Secara Alamiah begitu juga
Orang2 yang banyak Pikir2-Alamiah harus melatih Anapanasati.
Pikiran Orang2 ini gelisah dan kacau sebab dari Uddacca,
Vicikiccha, dan Vitakka. Dalam Anapanasati Napas masuk dan
Napas keluar harus di Amati secara Ber-irama. Maka
Anapanasati dapat mengatur dan menenangkan Pikiran yang
Gelisah.
iv. Orang yang Berkeyakinan-Alamiah harus melatih
Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Silanussati,
Caganussati dan Devatanussati, Saddha (Keyakinan) pada
Orang ini telah kuat ia akan lebih di perkuat untuk Ke-untungan
yang besar dengan melatih Anussati-kammatthana ini.
v. Orang yang Cerdas-Alamiah harus melatih Marananussati,
Upasamanussati, Ahare-patikula-sanna dan Catudhatu-
vavatthana. Subjek dari Kammatthana ini dalam dan halus, dan
makanya mereka dapat merangsang dan memperkuat
Kebijaksanaan dari Orang yang Cerdas-Alamiah.
vi. Kammatthana yang cocok bagi Semua Tipe Orang adalah
Pathavi-kasina, Apo-kasina, Tejo-kasina, Vayo-kasina, Aloka-
kasina, Akasa-kasina dan Empat Arupa.

Tiga Taraf dari Bhavana.


Bhavana (Meditasi) dapat di bagi dalam Tiga Tingkatan sesuai
dengan Tingkat Konsentrasi atau Budaya Mental yang mereka dapat
kembangkan.
1 Parikamma-bhavana : Taraf Persiapan Meditasi.
Objek2 kammatthana seperti kasina disebut parikamma-nimitta,
Artinya, Bayangan Persiapan. Dengan memperhatikan Satu
Lingkaran Tanah, Seorang dapat bermeditasi “Pathavi, pathavi”
ber-ulang2 baik dengan bergumam per-lahan2 atau hanya
dengan mencatat dalam Pikiran. Taraf Permulaan Meditasi ini
dapat mengembangkan “parikamma-samadhi” disebut
302

parikamma-bhavana. Ia nantinya meratakan Jalan bagi


timbulnya bhavana yang lebih tinggi.
“Parikamma-samadhi” ialah “Persiapan Konsentrasi” ialah awal
dan Konsentrasi Pikirannya belum berkembang. Semua Taraf
Konsentrasi dimulai dari Keadaan Awal ini sampai pada Keadaan
hanya dibawah Konsentrasi-Tetangga, di istilahkan “Parikamma-
samadhi”.

2 Upacara – bhavana : Keadaan Meditasi – Tetangga.


“Upacara” Artinya “Tetangga” atau “Saat dari Jalan masuk”.
“Upacara-bhavana” ialah bahwa Meditasi yang telah tiba ke
Tetangga Jhana, Magga atau Phala. Ia juga dapat dianggap
sebagai Meditasi yang hampir memasuki Keadaan Pencerapan
Meditasi yang di sebut Appana-bhavana.
Parikamma-bhavana sendiri berkembang ke dalam upacara-
bhavana. Objek dari upacara-bhavana bukan lagi “parikamma-
nimitta”, itu adalah “Patibhaga-nimitta”, Artinya “Bayangan-
Tandingan”.
Konsentrasi yang bersekutu dengan upacara-bhavana disebut
“upacara-samadhi“ yang di terjemahkan sebagai “Konsentrasi
Tetangga atau Konsentrasi Jalan-masuk”. Ia memperlihatkan
Tingkat Konsentrasi hanya sebelum memasuki Pencerapan Apa
saja (Jhana)

3 Appana – bhavana : Keadaan Pencerapan dari Meditasi.


Meditasi , yang telah mengembangkan sampai Jhana, magga
atau phala, disebut “Appana-bhavana”. Jhana, Magga, atau
Phala tinggal di serap atau tetap dalam masing2 Objek mereka.
Objek dari Jhana ialah “Patibhaga-nimitta” sedangkan Objek
Magga atau Phala ialah Nibbana. Konsentrasi yang bersekutu
dengan appana-bhavana disebut “Appana-Samadhi”.

Bhavana dan Kammatthana.


1. Parikamma-bhavana dapat di capai di dalam Semua Empat
puluh Kammatthana.
2. Parikamma-bhavana dan Upacara-bhavana terjadi di dalam
Delapan Anussati pertama dan juga dalam ahare-patikula-sanna
dan catu-dhatu-vavatthana (Berjumlah 10 kammatthana).
303

3. Semua Tiga Tipe bhavana terjadi di dalam 30 Sisa


kammatthana yaitu, 10 kasina, 10 asubha, 4 brahma-vihara, 4
aruppa, kayagatasati, dan anapanasati.

Jhana dan Kammatthana


Tabel 9.1

Catatan:
i. Ada 25 kammatthana yang dapat menghasilkan rupavacara-
jhana Pertama (Tambahkan 1 + 2 + 3 pada Tabel diatas).
ii. Empat belas kammatthana dapat membangkitkan rupavacara-
jhana Kedua – Ketiga – Ke-empat (tambahkan 1 + 3)
iii. Duabelas kammatthana dapat membangitkan rupavacara-
jhana Kelima (tambahkan 1 + 4)
iv. Empat aruppa dapat menghasilkan Empat arupavacara-jhana
v. Sepuluh Kammatthana terdiri dari 8 anussati Pertama, ahare-
patikula-sanna dan catu-dhatu-vavatthana tidak dapat
304

menimbulkan Jhana Apa-pun. Tetapi mereka dapat membantu


untuk mencapai Konsentrasi tertinggi.

Bhavana - Nimitta (Bayangan Meditasi)


“Nimitta” Artinya Tanda Sasaran, Tanda, Kesan, Sasaran, Objek
dsb…. Disini ia mengacu pada “Kesan Mental” yang di dapat dalam
Meditasi. Tiga Tipe dari Nimitta bisa di catat.

1 Parikamma-nimitta -- Kesan Persiapan


Ia adalah Objek dari parikamma-bhavana. Ia adalah Objek yang
di dapat pada Keadaan Permulaan dari Meditasi.

2 Uggaha-nimitta -- Kesan yang di dapat.


Sebagaimana Meditasi berlanjut, Meditator mendapatkan bahwa
ia dapat melihat Objek, Contoh: kasina, tanpa melihatnya secara
langsung. Ia tidak mendapat Kesan dalam Pikirannya, dan ia
dapat melihatnya dengan Mata tertutup.
Kesan yang di dapat masih belum mantap dan tidak jelas, ia
timbul ketika Pikiran telah mencapai Satu Tingkat Meditasi yang
lemah.

3 Patbhaga-nimitta -- Kesan Tandingan.


Sebagaimana Meditasi terus maju, pada Satu Titik ketika
Konsentrasi mencapai upacara-samadhi, Kesan yang di dapat
tiba2 berubah jadi Sebuah Kesan yang Terang, jelas dan Mantap.
Ia sama dengan Objek Aslinya, tapi jauh lebih terang dan lebih
jelas dari pada Kesan yang di dapat. Ia seluruhnya bebas dari
Kekurangan seperti Ketidak-merataan, bintik2 dsb.. yang
mungkin berada dalam Objek Asli. Ia tidak bergerak sepertinya
ia tinggal tetap dalam Mata. Segera begitu Kesan ini timbul,
Keadaan upacara-bhavana dan Konsentrasi Tetangga di capai.
305

Nimitta dan Kammatthana.

Tabel 9.2

Praktek Gabungan dari Bhavana dengan Nimitta.


Parikamma-bhavana mengambil Objeknya parikamma-nimitta dan
uggaha-nimitta. Upacara-bhavana dan appana-bhavana mengambil
patibhaga-nimitta sebagai Objek mereka. Gabungan Bhavana dengan
Nimitta ini akan di gambarkan dengan Meditasi pada pathavi-kasina.
Pathavi-kasina di siapkan dengan menutupi Satu Baki atau Satu
Lingkaran sekitar Satu Jengkal dan Empat Jari (ialah kira2 12 Inch)
diameternya dengan Lempung Merah. Seandainya Lempung Merah
tidak cukup, Lempung harus di buat selicin mungkin.
Lingkaran Hipnotis ini dikenal sebagai kasina-mandala.
Sekarang Lingkaran Tanah ini di tempatkan pada Ketinggian yang
sesuai kira2 Dua setengah cubits (yakni, kira2 45 inch) Jauhnya dari
306

Tempat dimana Se-seorang akan duduk. Se-seorang harus duduk


dengan nyaman menjaga Bagian atas Tubuh tegak.

1 Parikamma – nimitta dan Parikamma – bhavana.


Meditator melihat pada Lingkaran Tanah itu dengan Penuh
Perhatian, berkata dalam Pikiran atau tidak terdengar : “Pathavi,
pathavi” atau “Tanah, tanah” sekarang sejak Waktu ini
seterusnya, Lingkaran Tanah yang ia sedang lihati disebut
“Parikamma-nimitta” dan Meditasi yang ia sedang lakukan
disebut “Parikamma-bhavana”.

2 Uggaha – nimitta dan Parikamma - bhavana.


Setelah Meditasi untuk beberapa Waktu, mungkin ber-Minggu2
atau ber-Bulan2, ia akan sanggup untuk memejamkan Mata dan
memvisualisasikan Objek itu. Ini artinya bahwa ia dapat melihat
Lingkaran Tanah jelas dalam Ingatan di Pikiran-nya sebagaimana
ia telah melihatnya dengan Mata terbuka walaupun Mata-nya di
tutup.
Objek Visualisasi ini atau Kesan yang di dapat disebut “Uggaha-
nimitta”.
Walaupin Kesan-nya telah berubah, bhavana-nya belum
berubah. Pada Keadaan ini ia sedang bermeditasi pada uggha-
nimitta dengan Parikamma-bhavana.

3 Patibhaga – nimitta dan Upacara – bhavana.


Sejak Waktu Kesan yang di dapat muncul, tidak perlu lagi untuk
melihat pada Lingkaran Tanah yang Asli, kalau Konsentrasinya
tidak buyar.
Dengan berkonsentrasi pada Kesan yang di dapat, ia terus
bermeditasi: “Pathavi, pathavi” atau “Tanah, tanah”.
Ketika Konsentrasinya mencapai ke Taraf upacara-samadhi,
Uggaha-nimitta berubah menjadi patibhaga-nimitta (Kesan
Tandingan). Perubahan ini sangat jelas dan mudah di amati
sebagai patibhaga-nimitta, adalah sangat berbeda dari uggaha –
nimitta. Perubahan itu sejelas bagaikan mengeluarkan Sebuah
Cermin dari Sarung-nya, atau bagaikan Sekumpulan Burung
Bangau terbang keluar dari Awan yang gelap.
Parikamma-bhavana sekarang bangkit ke Taraf Upacara-
bhavana.
307

Meditasi sekarang pada Keadaan Patibhaga-nimitta dan


Upacara-bhavana.
Pada Keadaan ini semua Hambatan (nivarana) di tekan, dan Lima
Faktor Jhana menjadi sangat kuat dan melakukan Fungsi mereka
dengan efisien. Maka itu Pikiran menetap dengan Baik pada
Kesan Tandingan. Karena Alasan ini, upacara-bhavana disebut
juga “Upacara—Jhana”

4 Patibhaga – nimitta dan Appana – bhavana.


Bermeditasi pada patibhaga-nimitta, Meditator meneruskan
Meditasi-nya, memperhatikan; “Pathavi, pathavi” sebagaimana
sebelumnya.
Ketika Kesan Tandingan Kokoh dan Mantap, ia membuat
Perkembangan dengan Kekuatan – Kemauan inci demi inci
sampai ia mengisi setiap Ruang dalam Semua Arah.
Berkonsentrasi pada Kesan Abstrak yang baru ini, ia
mempertahankan Meditasi : “Pathavi, pathavi”. Bila ia Seorang
yang Cerdas, Orang yang cepat mengerti, segera ia mencapai
appana-bhavana ketika Jhana Pertama timbul. Bila ia Seorang
yang lambat mengerti, ia harus berusaha keras untuk mencapai
patibhaga-nimitta dengan Perhatian khusus, dan terus
mempertahankan Meditasi, cepat atau lambat ia juga akan
mencapai Jhana Pertama.
Sekarang ia pada Keadaan patibhaga-nimitta dan appana-
bhavana. Ini berarti bahwa Objek dari appana-bhavana adalah
Kesan-Tandingan dari Lingkaran Tanah.

Menuju Jhana Kedua dan yang lebih tinggi


Yogi (Meditator), yang telah mencapai Jhana Pertama, harus
mengembangkan Lima Macam Kesanggupan berkenaan pada Jhana itu.
Kesanggupan2 ini disebut “Vasita”, artinya “Kebiasaan2”
1. Avajjana- vasita -- Kesanggupan untuk membayangkan Faktor2
Jhana dengan cepat.
2. Samapajjana-vasita -- Kesanggupan untuk mencapai Jhana
dengan cepat
3. Adhitthana-vasita -- Kesanggupan untuk tetap dalam Keadaan
Jhana selama yang ia kehendaki.
4. Vutthana-vasita -- Kesanggupan untuk Keluar dari Jhana
(Pencerapan Meditasi) pada Saat yang ia telah tetapkan,
Contohnya; setelah Satu Jam mendapat Jhana.
308

5. Paccavekkhana-vasita -- Kesanggupan untuk meninjau kembali


Faktor2 Jhana dengan cepat dengan Cara mengurangi jumlah
bhavanga-citta diantara Vithi.

Sekarang dengan Maksud untuk menghilangkan Vitakka untuk naik


ke Jhana Kedua, Yogi merenungkan pada Alamiah yang kasar dari
Vitakka bagaimana itu dapat mengalihkan Pikiran menuju Sebuah Objek
yang menyenangkan Indera dan dengan demikian menghancurkan
Jhana. Ia juga merenungkan pada Alamiah yang halus dari Jhana Kedua
yang bebas dari Vitakka.
Kemudian berkonsentrasi pada patibhaga-nimitta dari pathavi-
kasina ia mencoba untuk mengembangkan Tiga Keadaan bhavana
dalam Aturan Normal dari parikamma, upacara, dan appana, tanpa
membiarkan Vitakka bersekutu dengan Citta. Urut2-an bhavana ini
tanpa Satu keinginan untuk Vitakka dikenal sebagai “Vitakka-viraga-
bhavana”.
Titik Puncak dari bhavana ini ialah Pencapaian dari Jhana Kedua.
Jhana Kedua hanya berisi Empat Faktor2 Jhana – yaitu, Vicara, Piti,
Sukha, Ekaggata yang lebih halus dari pada apa yang berada dalam
Jhana Pertama.
Yogi kemudian mencoba untuk mengembangkan Lima Kesanggupan
yang disebut “Vasita” (Kebiasaan)” berkenaan pada Jhana Kedua. Ia
lalu menghilangkan “Vicara” dengan Sebuah Cara yang sama untuk
mencapai Jhana Ketiga. Jhana2 Ke-empat dan Kelima masing2 di capai
dengan menghilangkan Piti dan Sukha dalam Satu Cara yang sama.

Menuju Arupa – Jhana.


Rupavacara Jhana Kelima di gunakan sebagai Dasar untuk
meningkat ke arupavacara Jhana. Per-tama2 Lima Kesanggupan yang
disebut “Vasita” berkenaan pada Jhana Kelima harus di kembangkan.
Kemudian Yogi merenungkan pada Kekurangan dari Tubuh (rupa) untuk
menekan Kemelekatan-nya pada Tubuh. Ia dapat beralasan seperti ini:
“Tubuh ini adalah Subjek dari Panas dan Dingin, lapar dan haus dan
kepada semua Jenis Penyakit. Disebabkan itu, Se-seorang bertengkar
dengan yang lainya. Untuk memberinya Pakaian, memberi Makanan,
dan Rumah, Seorang harus menempuh banyak Kesengsaraan”.
Yogi juga harus merenungkan bagaimana halus dan tenangnya
arupavacara jhana untuk memperkuat Ke-inginannya untuk
mencapainya.
309

Kemudian ia mengembangkan Lima rupavacara jhana Satu-per Satu


dari yang mana saja dari Sembilan kasina, tidak termasuk akasa-kasina.
Ia keluar dari Jhana Kelima dan tanpa memperhatikan pada patibhaga-
nimitta, ia berkonsentrasi pada Ruang di Belakang-nya dan ber-meditasi
ber-ulang2 : “Ruang tidak terbatas! Ruang tidak terbatas!”. Ini adalah
Parikamma-bhavana – Syarat Awal untuk timbulnya bhavana yang lebih
tinggi.
Patibhaga-nimitta akan berada di depan dia selama ia masih
mempunyai Satu Ke-inginan halus (Nikanti) untuk itu. Ketika Keinginan
itu berlalu, patibhaga-nimitta juga berlalu membentangkan Ruang yang
tak terbatas. Berkonsentrasi pada Ruang ini, ia melanjutkan Meditasi
pada: “Ruang tak terbatas! Ruang tak terbatas!”
Ketika Keinginannya (nikanti) pada rupavacara-jhana Kelima lenyap,
ia dikatakan mencapai Upacara-bhavana. Bila ia melanjutkan Meditasi
dengan penuh Ke-inginan dan berusaha keras, ia dapat segera mencapai
appana-bhavana dan mencapai Arupavacara Jhana Pertama disebut
“Akasanancayatana kusala citta”.
Ia kemudian mengembangkan Lima Kemampuan (Vasita) berkenaan
pada Arupa jhana Pertama. Kemudian untuk mengembangkan arupa
jhana Kedua, ia merenungkan pada Ketidak-puasan dari Arupa jhana
Pertama karena mendekati pada rupavacara jhana dan jadi lebih kasar
di bandingkan pada arupavacara jhana Kedua. Kemudian
berkonsentrasi pada Akasanancayatana kusala citta yang memusatkan
pada Ruang tidak terbatas, ia bermeditasi: “Kesadaran tidak terbatas,
Kesadaran tidak terbatas”.
Ini adalah parikamma-bhavana baru. Ketika Kemelekatan-nya yang
halus (nikanti) pada arupavacara jhana Pertama lenyap, ia sampai
pada upacara-bhavana. Ketika ia mencapai arupavacara Kedua disebut
“Vinnanancayatana-kusala-citta” , ia mencapai appana-bhavana.
Dengan Cara yang sama dengan melakukan parikamma-bhavana
pada Ketidak Beradaan/Kekosongan dari akasanancayatana-kusala-
citta, dalam Batin mengulang : “Tidak ada Sesuatu Apa-pun!”,
arupavacara-jhana Ketiga, disebut “Akincannayatana-kusala-citta”, di
capai.
Lebih lanjut dengan melakukan parikamma-bhavana pada
akincannayatana-kusala-citta, dalam Batin mengulangi : “Citta ini
tenang! Ia baik sekali!” Akhirnya arupavacara jhana Keempat yang
disebut “Neva-sanna-nasannayatana-kusala-citta” di capai.
310

Menuju yang lebih tinggi ke Abhinna.


“Abhinna” ialah “Kekuatan lebih tinggi” atau “Pengetahuan Super
normal”. Mereka yang telah mencapai Lima rupavacara jhana dan
Empat arupavacara jhana lebih jauh dapat mengembangkan Lima
Pengetahuan Supernormal Duniawi (lokiya) dengan melakukan jhana2
ini dalam berbagai Cara berlandaskan pada Sepuluh kasina.
1. Iddhividha Abhinna : Kekuatan untuk menciptakan Bentuk2,
Terbang melalui Udara, Jalan di atas Air, Menyelam ke dalam
Tanah dsb….
2. Dibba-sota Abhinna : Telinga Dewa atau Terus Pendengaran,
yang memungkinkan Se-seorang mendengar Suara2 halus atau
kasar, jauh atau dekat.
3. Paracitta-vijanana (ceto-pariyanana) : Kekuatan untuk
menembus Pikiran Orang lain untuk melihat Pikiran2 mereka.
4. Pubbenivasanussati : Kekuatan untuk mengingat Keberadaan
yang terdahulu dari Se-seorang dan Dunia2 yang dulu.
5. Dibba-cakkhu : Mata Dewa atau Kewaskitaan yang
memungkinkan Se-seorang dapat melihat Barang2 yang halus
dan kasar jauh dan dekat dan juga Alam Dewa dan Tempat
Tinggal apaya.

Yang terakhir, yaitu dibba-cakkhu, dapat di kembangkan pada Dua


lagi Kekuatan Supernormal.

6 yathakammupaganana.
Kekuatan untuk melihat Mahluk2 di dalam 31 Alam Keberadaan
mengetahui masing2 Kamma mereka yang telah membuahkan
Kelahiran Kembali mereka.
7 Anagatamsanana.
Kekuatan dari mengetahui Keberadaan dan Dunia masa
akan datang.
Demikianlah kita bisa katakan ada Tujuh lokiya-abhinna Tapi
bilamana kita hitung Lima Pengetahuan Supernormal Duniawi (Lima
lokiya abhinna), (6) dan (7) termasuk di dalam dibbacakkhu. Juga
catupapatanana, yaitu, Pengetahuan berhubungan dengan Kematian
dan Ke-Munculan Mahluk2, termasuk di dalam dibba-cakkhu.
Dalam Perhitungan Enam abhinna, Satu Kekuatan diatas
Keduniawian (Lokuttara-abhinna) di tambahkan kepada Lima lokiya-
abhinna.
Lokuttara-abhinna ini disebut Asavakkhaya-nana.
311

8 Asavakkhaya-nana (Arahatta-magga-nana).
Pengetahuan yang bersekutu dengan Arahatta-magga ialah yang
dapat memadamkan semua Kebusukan/Kekotoran Batin (asava).

Chalabhinna ialah Seorang Arahat yang memiliki Enam Pengetahuan


Super yang disebutkan diatas. Harus di catat bahwa Lima Pengetahuan
Supernormal Keduniawian di capai melalui Konsentrasi Batin yang
paling sempurna (Samadhi) dan mereka adalah Titik Puncak dari
Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan). Kekuatan diatas
Keduniawian, yakni, Asavakkhaya-nana, di capai melalui Penembusan
Pengertian (Vipassana) dan itu adalah Titik Puncak dari Vipassana-
bhavana (Meditasi Pengertian).

Vipassana Kammatthana.
Didalam melaksanakan Vipassana bhavana (Meditasi Pengertian)
Se-seorang harus mempunyai Pengetahuan berikut:
1. Tujuh Visuddhi -- Tujuh Keadaan Kemurnian
2. Ti-lakkhana -- Tiga Sifat2 Umum
3. Tiga Anupassana -- Tiga Metode Perenungan.
4. Sepuluh Vipassana-nana -- Sepuluh Pengetahuan Pengertian.
5. Tiga Vimokkha -- Tiga Cara Kebebasan.
6. Tiga Vimokkha-mukha -- Tiga Pintu dari Kebebasan.

Tujuh Visuddhi (Tujuh Tingkatan Kemurnian).


“Visuddhi” Artinya “Pemurnian” atau “Kemurnian” Ada Tujuh
Tingkatan dalam memurnikan Pikiran oleh Meditasi-Pengertian.
1. Sila-Visuddhi -- Kemurnian Kemoralan
2. Citta-Visuddhi -- Kemurnian Pikiran
3. Ditthi-Visuddhi -- Kemurnian Pandangan
4. Kankha-Vitarana-Visuddhi -- Kemurnian karena mengatasi
Keraguan.
5. Maggamagga-nanadassana-Visuddhi -- Kemurnian dari
Pandangan dalam melihat Jalan dan Bukan Jalan
6. Patipada-nanadassana-Visuddhi -- Kemurnian Pandangan dari
Kemajuan Jalan.
7. Nanadassana-Visuddhi -- Kemurnian Pandangan dari
Pengetahuan pada Empat Jalan.

Dalam Kitab Majjhima Nikaya (Sutta 24) Perumpamaan dari


Bangunan bertingkat disebutkan membandingkan Tujuh Visuddhi
312

dengan Bangunan Tujuh Tingkat. Se-seorang menaiki Bangunan


Pertama dan melanjutkan ke Bangunan Kedua. Lalu ia menaiki
Bangunan Kedua dan melanjutkan ke Bangunan Ketiga dan seterusnya.
Secara tepatnya sama Caranya Se-seorang memurnikan Moralnya
untuk mendapat Titik Awal dari Pemurnian Pikiran. Kemudian Se-
seorang memurnikan Pikiran agar mendapat Titik Awal dari Pemurnian
Pandangan. Lalu Se-seorang memurnikan Pandangan-nya untuk sampai
pada Titik Awal dari Pemurnian dengan mengatasi Keraguan. Se-
seorang maju dalam Cara ini hingga Empat Jalan dan Buah2 mereka di
capai.
Dalam Majjhima Nikaya dikatakan bahwa Tujuan yang tertinggi
bukanlah terdiri dari Kemurnian Moralitas, atau Pikiran, atau dari
Pandangan dst…. Tetapi dalam Keseluruhan Pelepasan dari
Pemadaman Kekotoran Batin.

Ti – lakkhana (Tiga Sifat Umum).


Ada Tiga Sifat2 Umum dari Batin dan Keadaan Tubuh, yakni, dari
Keberadaan Lima Kelompok. Mereka membuat Objek2 dari Meditasi-
Pengertian.
1. Anicca-lakkhana -- Tanda Sifat dari Ketidak-Kekalan
2. Dukkha-lakkhana -- Tanda Sifat dari Ketidak-
Puasan/Penderitaan.
3. Anatta-lakkhana -- Tanda Sifat dari Tanpa-Diri.

“Apakah Yang Sempurna (Buddha) muncul dalam Dunia atau


apakah Yang Sempurna tidak muncul dalam Dunia, ia selalu ada Satu
Kondisi yang tetap, dan Kenyataan Abadi dan Hukum yang tetap,
bahwa Semua yang terbentuk adalah Tidak Abadi, bahwa Semua yang
terbentuk adalah Subjek dari Penderitaan, bahwa Segala Sesuatu
adalah Tanpa Satu Diri”.

(Anguttara Nikaya, Bab IV, Sutta 134).

Tiga Anupassana (Tiga Metode Perenungan).


Topik ini menjelaskan Tiga Metode untuk melakukan Meditasi-
Pengertian pada Batin dan Kelompok Tubuh, yaitu, pada Lima Kelompok
Keberadaan.
1. Aniccanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada
Alamiah Pikiran dan Materi dalam Lima Kelompok Keberadaan
yang tidak Abadi.
313

2. Dukkhanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada


Alamiah Pikiran dan Materi dalam Lima Kelompok Keberadaan
yang tidak memuaskan.
3. Anattanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada
Alamiah Tanpa-Diri dan tiada Jiwa dari Pikiran dan Materi dalam
Lima Kelompok Keberadaan.

Catatan:
Arti dari Tiga anupassana yang di jelaskan disini di sebutkan di
Buku2 yang paling dikenal Umum.
Sebenarnya Arti2 ini dapat menjelaskan, Kata “Perenungan” itu
sendiri menyesatkan.
“Perenungan” menyatakan “Berpikir dalam2” atau “Menjadi dalam
Satu Keadaan berpikir”. Dalam Meditasi Vipassana tidak ada Ruang
untuk berpikir. Dengan Bantuan Konsentrasi (Samadhi), Se-seorang
menembus kedalam Kenyataan tertinggi dan melihat dengan Mata-
Pikiran-nya Alam sesungguhnya dari Kenyataan2 ini -- Itu adalah
Tiga Sifat2 Umum dari nama dan rupa.

Dengan memperhatikan timbul dan berlalunya yang tiada terputus


dari nama dan rupa yang tertinggi, Se-seorang mengerti Alam yang
Tidak Kekal begitu juga Alamiah yang tidak Memuaskan dari Bentukan2
Batin dan Tubuh. Menjadi Subjek dari Keberlarutan yang terus-menerus
itu sendiri Berarti Penderitaan. Karena Tubuh dan Pikiran terbuat dari
Lima Kelompok dan Semua Kelompok2 ini terbentuk dan terlarut terus-
menerus, Tidak meninggalkan Satu-pun Kesatuan Yang Lahir sebagai
Yang Tetap, ia menyadari bahwa tidak ada Diri maupun Jiwa yang Kekal.
Demikianlah dalam Vipassana-bhavana, Se-seorang betul2 melihat
Sesuatu Hal yang Tertinggi dan mengetahui Alam mereka.
Alam yang tertinggi ini tidak dapat diketahui hanya dengan
Perenungan belaka.
Dalam aniccanupassana , Se-seorang berkonsentrasi pada Alam
yang selalu berubah dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat
ber-ulang2 “anicca, anicca, anicca….” Selama Sepuluh sampai tiga
Puluh Menit pada Satu masa.
Kemudian Se-seorang mengambil dukkhanupassana. Dalam
dukkhanupassana, ia berkonsentrasi pada Alam yang tidak memuaskan
dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat ber-ulang2 “dukkha,
dukkha, dukkha…” Selama Sepuluh sampai Tiga puluh Menit pada Satu
masa.
314

Kemudian Se-seorang terus melanjutkan dengan anattanupassana.


Dalam anattanupassana, ia berkonsentrasi pada Alam Tanpa Diri atau
Tanpa Jiwa dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat ber-ulang2
“anatta, anatta, anatta…..” Selama Sepuluh sampai tiga puluh Menit
pada Satu masa, Kemudian ia mengambil aniccanupassana lagi.
Sebagaimana ia meneruskan Vipassana Meditasi dengan Cara ini,
Sepuluh Pengetahuan-Pengertian (Vipassana-nana) akan timbul dalam
Suasana ini. Segera setelah Pengetahuan-Pengertian ter-akhir timbul,
magga-nana dan phala-nana (Sang Jalan dan Buah-nya) juga timbul.

Sepuluh Vipassana-nana (Sepuluh Pengetahuan Pengertian).


1. Sammasana-nana : Pengetahuan yang dapat menyelidiki Tiga
Sifat2 Umum dari nama dan rupa di dalam Keberadaan Lima
Kelompok.
2. Udayabbaya-nana : Pengetahun yang dapat menyelidiki
Timbul dan Berlalu-nya nama dan rupa tertinggi didalam
Keberadaan Lima Kelompok.
3. Bhanga-nana : Pengetahuan pada Keberlarutan yang tiada
terputus dari nama dan rupa tertinggi.
4. Bhaya-nana : Pengetahuan pada menyadari nama-rupa dan
Lima Kelompok Keberadaan se-takut sebagaimana mereka
berlalu terus-menerus.
5. Adinava-nana : Pengetahuan yang menyadari Kekurangan dan
Ketidakpuasan pada nama-rupa sebagaimana mereka telah
diketahui menakutkan.
6. Nibbida-nana : Pengetahuan dari Ke-muakan nama-rupa
sebagaimana mereka telah diketahui Tidak memuaskan.
7. Muncitukamyata-nana : Pengetahuan dari Napsu untuk
menghindar dari Belitan nama-rupa .
8. Patisankha-nana : Pengetahuan untuk menyelidiki-kembali
nama-rupa dan Lima Kelompok Keberadaan supaya terhindar
dari sana.
9. Sankharupekkha-nana : Pengetahuan dari Ketenangan menuju
nama-rupa dan Hal-hal berkondisi.
10. Anuloma-nana : Pengetahuan dari Penyesuaian Diri kepada
Jalan.
315

Tiga Vimokkha (Tiga Cara dari Kebebasan)


“Vimokkha” Artinya “Kebebasan, Kemerdekaan atau Pelepasan” Itu
mengacu pada Kebebasan Belitan dari nama-rupa yaitu, dari Lingkaran
Kelahiran Kembali atau Samsara dari Kesengsaraan.
Disini “Vimokkha” terdiri dari magga-phala (Jalan dan Buah-nya)
yang telah di bebaskan dari Kekotoran Batin (kilesa).
1 Sunnata-Vimokkha -- Kebebasan melalui Konsep Kekosongan
dengan anattanupassana.
“Sunnata – Kekosongan atau Kehampaan” disini Artinya
Ketidak-hadiran “atta” atau “Diri” atau Apa-pun Kesatuan yang
lahir yang abadi dalam nama-rupa dan Lima Kelompok
Keberadaan.
Yogi yang melaksanakan anattanupassana menyadari Konsep
dari Kekosongan, dan bila ia mencapai Pembebasan selagi
melaksanakan anattanupassana, magga-phala-nya atau
Pembebasan-nya dikenal sebagai “Sunnata-vimokkha”
2 Animitta-Vimokkha -- Pembebasan melalui Konsep Tanpa
Tanda oleh aniccanupassana.
“Nimitta” Artinya Merk, Tanda, Kesan, Objek dsb… maka
“animitta” artinya Tidak ada Merk, tanpa Tanda, tanpa Objek
dst…
Selagi melaksanakan aniccanupassana, Yogi sedang
memperhatikan Pelarutan dari nama-rupa yang terus-menerus
dalam Lima Kelompok sepanjang Waktu. Dalam Keadaan
tertinggi, Lima Kelompok, bukanlah Apa2 hanya Batin dan Grup
Tubuh, tidak mempunyai Bentuk dan Rupa atau-pun Tanda atau
Kesan. Maka selagi si Yogi memperhatikan Pelarutan nama-
rupa yang terus-menerus, ia tidak memperhatikan Bentuk dan
Tanda sama sekali, Ia mendapat Konsep dari Tanpa Tanda. Bila
ia terbebas dari Kekotoran Batin melalui aniccanupassana,
magga-phala-nya atau Pembebasan-nya di ketahui sebagai
“Animitta-Vimokkha”

3 Appanihita – Vimokkha -- Pembebasan melalui Konsep dari


Tanpa Napsu oleh dukkhanupassana.
Yogi, selagi melaksanakan dukkhanupassana , sedang
memperhatikan Ketidak-puasan atau Alam Penderitaan dari
nama-rupa dalam Lima Kelompok sepanjang Waktu. Dengan
demikian ia tidak mempunyai Napsu atau Kemelekatan kepada
nama-rupa. Dengan Kata lain ia sedang mendapat Konsep dari
316

Tiada Napsu (Appanihita). Dan bila ia terbebas dari Kekotoran


Batin melalui dukkhanupassana, magga-phala-nya atau
Kebebasan-nya disebut “Appanihita-Vimokkha”

Tiga Vimokkha – Mukha (Tiga Pintu Gerbang ke-Kebebasan).


“Mukha” Artinya “Pintu atau Pintu Gerbang” tiga Pintu ke
Kebebasan atau Kemerdekaan dari Libatan Kekotoran Batin mengacu
balik pada Tiga anupassana.
1. Anattanupassana adalah Sunnata-vimokha-mukha. Ia
menyadari bahwa Bentuk2 nama-rupa adalah kosong dari
“atta” atau “Diri” atau “Aku”. Sunnata mengacu pada “Tidak
ada atta”
2. Aniccanupassana adalah Animitta-vimokha-mukha. Ia
mengerti bahwa Bentuk2 nama-rupa adalah tidak Berbentuk,
tidak Bertanda atau tiada Kesan. Animitta mengacu pada
Keadaan Tiada Tanda dari nama-rupa.
3. Dukkhanupassana adalah Appanihita-vimokha-mukha. Ia
mengerti bahwa Bentuk2 nama-rupa hanyalah Penderitaan
atau Kesengsaraan. Maka ia mengembangkan Tiada Napsu
(tanha) pada Bentuk nama-rupa. Appanihita mengacu pada
Keadaan Tanpa Ke-Napsuan.

Dalam Kitab Visuddhi Magga (Bab XXI, pasal 70), memberikan


Pesan sebagai berikut:
1. Barang Siapa yang di penuhi dengan Keputusan (Adhimokkha),
menganggap Semua Bentukan2 sebagai Tidak Kekal (anicca),
Seorang seperti itu mencapai Kebebasan Tanpa Tanda.
2. Barang Siapa yang di penuhi dengan Ketenangan, menganggap
Semua Bentukan2 sebagai menyakitkan (dukkha), Seorang
seperti itu mencapai Kebebasan Tanpa Ke-Napsuan.
3. Barang Siapa yang di penuhi dengan Kebijaksanaan,
menganggap Semua Bentukan2 sebagai Bukan-Diri (anatta),
Seorang seperti itu mencapai Kebebasan Ke-Kosongan
(Sunnata).

Tujuh Tingkatan dari Jalan Kemurnian.


Jelas di nyatakan di dalam Maha-satipatthana-Sutta bahwa Jalan
Satu2-nya menuju Kemurnian absolut dan Pemadaman dari Semua
Penderitaan adalah Jalan Mulia Ber-Unsur Delapan (Atthangika-magga).
317

Delapan Unsur Pokok dari Jalan dapat di bagi dalam Tiga Grup yang
disebut Sikkha (Pembelajaran atau Latihan).
1 Sila-Sikkha -- Latihan Kemoralan.
Terdiri dari Tiga magganga (Unsur2 Pokok dari Jalan).
i. Samma-Vaca -- Pembicaraan Benar
ii. Samma-Kammanta -- Perbuatan Benar
iii. Samma-Ajiva -- Penghidupan Benar.

2 Samadhi-Sikkha -- Latihan Konsentrasi.


Ini juga terdiri dari Tiga magganga:
i. Samma-Vayama -- Usaha Benar
ii. Samma-Sati -- Perhatian Benar
iii. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar.

3 Panna-Sikkha -- Latihan Kebijaksanaan.


Latihan ini terdiri dari Dua magganga:
i. Samma-Ditthi -- Pandangan Benar
ii. Samma-Sankappa -- Pikiran Benar.

Melalui Pandangan Benar (Kebijaksanaan) akan membimbing Cara


melalui Latihan Kemurnian, Seorang harus memulai dengan Sila-sikkha,
untuk Keperluan meletakkan Dasar dari Jalan.
Berlandaskan pada Dasar Sila Se-seorang akan mengembangkan
Konsentrasi (Samadhi-Sikkha), dan berlandaskan Konsentrasi, Se-
seorang akan melaksanakan Vipassana untuk mengembangkan
Kebijaksanaan (Panna).
Maka dalam Jalan Kesucian (Visuddhi-Magga), Sila-Visuddhi
(Kemurnian Moralitas) datang Pertama, dan Citta-Visuddhi (Kemurnian
Pikiran yang mengacu pada Samadhi-Sikkha) datang sesudahnya.
Lima Visuddhi Sisa-nya dapat di samakan pada Panna-sikkha
(Latihan Kebijaksanaan).
Kemajuan sepanjang Jalan itu akan di tandai oleh Tujuh Visuddhi.
Visuddhi terakhir menjadi Jalan yang terakhir. Setiap Visuddhi di tandai
oleh Vipassana-nana (Pengetahuan Pengertian) tertentu. Fenomena ini
bersama dengan Aspek Praktek dari Meditasi Samatha-Vipassana
sekarang akan di jelaskan.

1 Sila - Visuddhi (Kemurnian Moralitas).


Seorang biasa dapat mencapai Kemurnian Moralitas dengan
memenuhi Tiga Sila-magganga:
318

1) Pembicaraan Benar -- Menjauhi Diri dari Berdusta, memfitnah,


bicara kasar dan Pembicaraan sia-sia
2) Perbuatan Benar -- Menjauhi Diri dari Membunuh, mencuri,
dan Kelakuan Sex yang salah.
3) Penghidupan Benar -- Menjauhi Diri dari Kehidupan yang
berhubungan dengan Pembicaraan dan Perbuatan tidak
Bermoral.

Satu Orang dapat memenuhi Persyaratan Moral diatas dengan


menjalankan Lima Ajaran. Lebih baik jika ia dapat menjalankan
Delapan, Sembilan atau Sepuluh Ajaran. Kebanyakan Pusat2 Meditasi di
Myanmar meminta para Yogi untuk menjalankan Delapan atau
Sembilan Ajaran. Satu Alasan Utama adalah untuk menyimpan semua
Kesulitan2 dan Uang bagi Persiapan dan Pelayanan Makanan di Sore
hari. Alasan lain adalah para Yogi akan mempunyai banyak Waktu
untuk Meditasi dan akan bermeditasi lebih baik tanpa makan di Sore
dan Malam hari. Jus Buah segar dan minuman dingin tertentu tanpa
Susu, Gandum atau segala Sayuran yang di masak di perbolehkan.
Bagi para Bhikkhu Kemurnian Moralitas terdiri dari Empat Macam
Sila atau Disiplin.
1) Patimokkha-samvara-sila -- Disiplin Moral sebagaimana di
jelaskan oleh Patimokkha.
2) Indriya-samvara-sila -- Penuh Perhatian untuk mencegah
timbulnya Kekotoran Batin (kilesa) pada Lima Pintu (Mata,
telinga, Hidung, Lidah, dan Tubuh)
3) Ajivaparisuddhi-sila -- Disiplin sehubungan Kemurnian
Penghidupan.
4) Paccayasannissita-sila -- Perenungan Keperluan dari
menggunakan Keperluan2 Kehidupan supaya mencegah
timbulnya Kekotoran Batin dalam menggunakan-nya.

Orang2 biasa juga supaya menjalankan Sila diatas karena Sila2 ini
tidak saja mengembangkan Budaya Moral tapi juga Budaya Mental -
Kedua-nya akan meratakan Jalan kepada timbulnya Konsentrasi. Tentu
saja Delapan atau Sembilan Ajaran berlaku sebagai Patimokkha-
samvara-sila bagi Orang biasa.

2 Citta - Visuddhi (Kemurnian Pikiran)


Untuk memurnikan Pikiran para Yogi harus mengembangkan Tiga
Samadhi-magganga:
319

i. Usaha Benar -- Melaksanakan Meditasi Ketenangan


ii. Perhatian Benar -- Penuh Kesadaran pada Objek Meditasi
iii. Konsentrasi Benar -- Pemusatan Pikiran pada Objek Meditasi

Bilamana Kemajuan Meditasi mencapai pada Keadaan Upacara-


bhavana tetangga atau Jalan Masuk-Konsentrasi di capai. Pada Keadaan
ini Semua Hambatan2 (nivarana) untuk sementara di singkirkan dari
Pikiran.
Dengan demikian Pikiran terbebas dari Kekotoran Batin (kilesa) dan
menjadi Murni. Pada Keadaan ini Yogi di katakan mencapai Citta-
Visuddhi. Bagaimanapun bila Yogi dapat meningkatkan Konsentrasinya
sampai pada Jhana-samadhi (Pencerapan Kesenangan luar biasa)
dengan melanjutkan meditasinya hingga mencapai Appana-bhavana,
maka Pikiran-nya akan terbebas dari Kekotoran Batin untuk Selang
Waktu yang lebih lama.
Konsentrasi Jhana jauh lebih Stabil dari pada Jalan Masuk
Konsentrasi.
Secara Pasti di nyatakan di dalam Kitab Abhidhamma bahwa untuk
mencapai Kemurnian Pikiran, Seorang harus mencapai baik Upacara-
samadhi (Jalan masuk Konsentrasi) atau Appana-samadhi (Konsentrasi
Jhana). Appana-samadhi Artinya Konsentrasi bersekutu dengan Lima
Rupavacara jhana atau Empat Arupavacara jhana.
Maka untuk mencapai Kemurnian Pikiran, setidak-nya Se-seorang
harus mengembangkan Jalan Masuk Konsentrasi. Tanpa Konsentrasi ini
Seorang tidak dapat menembus ke dalam Kenyataan Tertinggi dalam
Meditasi Pengertian, dan dengan demikian Seorang tidak dapat
mencapai Pengetahuan-Pengertian.
Satu Penyelidikan yang teliti telah di lakukan di Pa-auk Tawya
Meditation Centres bahwa para Yogi malah tidak dapat menembus
melalui Tubuh untuk melihat Organ Bagian Dalam, apalagi melihat rupa
tertinggi, Citta dalam Pengertian bersambungan dan Cetasika yang
bersekutu dengan-nya, bila Se-seorang tidak melengkapi dengan Mata-
Samadhi, yaitu Mata-Pikiran di sertai oleh Jalan Masuk-Konsentrasi atau
Konsentrasi-Jhana, lebih kuat lagi Seorang dapat menembus ke dalam
Kenyataan tertinggi dan begitulah yang lebih baik.
Pembaca harus ingat Perumpamaan Bangunan bertingkat. Bila
Seorang melalaikan Satu Tingkat, ia tidak dapat mengambil Tingkat2
yang tersisa. Bila Seorang tidak dapat mengembangkan Kemurnian
Moral, ia akan melalaikan Kemurnian Pikiran. Bila Seorang tidak dapat
320

mengembangkan Kemurnian Pikiran, ia akan melalaikan Bangunan


Selanjutnya, yaitu Kemurnian Pandangan dan seterusnya.

3 Ditthi Visuddhi (Kemurnian Pandangan)


Dilengkapi dengan Mata-Samadhi, per-tama2 Yogi melihat kedalam
Tubuhnya untuk melihat beribu-ribu rupa-kalapa (Grup2 Tubuh)timbul
dan berlalu terus-menerus. Ia menganalisa kalapa2 itu untuk
mengetahui rupa yang tertinggi, yaitu pathavi, apo, tejo, vayo, vanna,
gandha, rasa, oja, jivita- rupa (Kehidupan Pisik), cakkhu-pasada, dst…
kemudian ia menggolongkan Setiap rupa dengan Cara dari Sifatnya yang
penting (lakkhana), Fungsinya atau Sifat2 Dasar (rasa), hasil dari
fungsinya atau Cara ia muncul ke dalam Pikiran si Yogi (paccupatthana),
dan Sebab2 yang dengan segera yang mengkondisikan Timbulnya
(padatthana).
Kemudian ia menyelidiki Pikiran-nya dengan memperhatikan Vithi-
citta sebagaimana mereka terjadi dalam Rangkaian Kesadaran yang
bersambungan. Ia menyelidiki semua Citta2 yang timbul dengan teliti
di dalam Enam Tipe Vithi (Kesadaran yang bersambungan).
Setelah membedakan Setiap Citta, ia menyelidiki Cetasika2 yang
bersekutu dengan setiap Citta.
Kemudian ia menggolongkan setiap Citta dan tiap2 Cetasika dengan
Cara lakkhana, rasa, paccupatthana dan padatthana sebagaimana
yang ia telah lakukan dengan tiap rupa.
Dengan menggolongkan setiap Tipe Citta, setiap Tipe Cetasika dan
setiap Tipe rupa dalam Pikiran dan Tubuhnya, ia jadi mengetahui bahwa
hanya Grup Perasaan (Vedana), Grup Pengenalan (Sanna), Grup
Bentuk2 Mental (Sankhara), Grup Kesadaran (Vinnana) dan Grup Tubuh
(rupa) yang Ada, dan tiada yang lainya seperti sebagai “atta”, “Diri”
atau “Ego” pernah ada.
Ia juga mengerti bahwa hanya sebagaimana Gabungan dari Roda,
As, Badan-Kendaraan, Kuda, dsb…. Disebut Sebuah Kereta, demikian
juga Gabungan dari Lima Kelompok (Khandha), disebut “Saya, kamu,
dia, ia atau Orang.”
Pandangan-nya sekarang bebas dari Gagasan yang salah bahwa
“Saya, kamu, dia, ia, atta, diri atau Orang berada”. Ia dikatakan
mencapai Pandangan Murni (Ditthi Visuddhi).
Kemampuan untuk menggolongkan tiap Tipe Citta, Cetasika dan
rupa dengan Cara lakkhana, rasa, paccupatthana dan padatthana,
disebut, “Nama-rupa-pariccheda-nana” (Pengetahuan Penggolongan
dari Grup Mental dan Grup Tubuh).
321

Pengetahuan ini adalah Petunjuk dari Pandangan Kemurnian.


Catatan:
Penggolongan Citta, Cetasika dan rupa dengan Cara lakkhana, rasa,
paccupatthana dan padatthana di adakan secara Sistimatis di Pa-auk
Tawya Meditatioan Centres.

4 Kankha – Vitarana – Visuddhi (Kemurnian dengan mengatasi


Keraguan)
“Kankha” Artinya “Ragu2”, itu dapat Keraguan secara Intelek
ataupun secara etis, ialah Keraguan pada Metode atau cenderung
ragu2. Hanya yang cenderung Ragu2, yang sama dengan Vicikiccha,
adalah dapat menolak dan merupakan kamma Tidak Bermanfaat,
sebagaimana ia menghalangi Pengembangan Bagian Dalam dari Orang.
16 Ke-ragu2-an disebut berurutan dalam Sutta, seperti Sutta Kedua
dalam Majjhima Nikaya, adalah sebagai berikut:
A Lima Ke-ragu2an berkenaan masa Lampau:
1. Pernah adakah saya di masa Lampau?
2. Atau, tidak pernah adakah saya di masa Lampau?
3. Sebagai Apa saya di masa Lampau?
4. Bagaimana saya telah ada di masa Lampau?
5. Dari Keadaan apa ke Keadaan apa saya berubah di masa
Lampau?

B Lima Ke-ragu2an berkenaan pada masa akan Datang:


1. Akan adakah saya di masa akan Datang?
2. Atau, Akan tidak adakah saya di masa akan Datang?
3. Sebagai apa saya di masa akan Datang?
4. Bagaimana saya akan jadinya di masa akan Datang?
5. Dari Keadaan apa ke Keadaan apa saya akan berubah di masa
akan Datang?

C Enam Ke-ragu2an berkenaan pada masa Sekarang:


1. Adakah saya?
2. Atau, bukan sayakah?
3. Sebagai apakah saya?
4. Bagaimanakah saya?
5. Dari mana Mahluk ini datang?
6. Apakah ia akan pergi?
322

“Kankha-vitarana-visuddhi” Artinya “Kemurnian dengan mengatasi


Keraguan” atau “Kemurnian dengan menanggulangi Keraguan”. Maka
dengan Maksud untuk mencapai Taraf ini, Seorang harus mengatasi
atau menanggulangi 16 Ke-ragu2an yang disebutkan diatas, sama
seperti 8 Tipe Vicikiccha yang dijelaskan dalam Abhidhamma (Lihat Bab
2 Hlm. 64 )
Maka Seorang harus mengetahui hidup masa Lampaunya begitu
juga hidup masa akan Datangnya dan bagaimana masa Lalu, Sekarang
dan masa akan Datang saling berhubungan oleh Hukum Sebab Akibat
yang Saling Bergantungan.
Jelas tercantum dalam Kitab Visuddhi Magga (II, 221 Myanmar) dan
Abhidhamma-atthakatha (II, 189 Myanmar) bahwa tiada Seorang-pun,
bahkan dalam Mimpi, yang menjadi tercerahkan tanpa melihat
Hubungan Sebab dari Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan
dengan Mata-Kebijaksanaan-nya sendiri. Dengan Maksud untuk
menghubungkan Mental masa Lampau dan Gambaran Badaniah yang
ada Sekarang, Seorang harus mengetahui Mental dan Grup Badaniah
dari hidup masa Lampau begitu juga yang ada Sekarang. Lagi untuk
menghubungkan masa Sekarang dengan masa akan Datang, Seorang
juga harus mengetahui Grup Mental dan Grup Badaniah dari hidup
masa akan Datang.
Bagaimana Seorang dapat mengetahui Mental masa Lampau dan
Gambaran Badaniah yang telah berlarut dan Gambaran masa akan
Datang yang belum tiba Keberadaan-nya?
Nah, Kemampuan dari Pikiran-Samadhi luar biasa. Kita telah belajar
tentang Pubbenivasanussati-abhinna yang dapat mengingat ribuan dari
masa Lampau Se-seorang dan Anagatamsanana yang dapat mengetahui
Keberadaan masa akan Datang Se-seorang.
Dalam Hal Meditasi Pandangan Terang (Vipassana) kita tidak perlu
untuk pergi sampai Keadaan-Abhinna dan kita tidak mempunyai
Abhinna – Kekuatan yang dapat kita gunakan. Tetapi, bila kita memiliki
Samadhi yang diperlukan, Pengetahuan untuk menggolongkan Mental
dan Gambaran Badaniah (nama-rupa) ke-dua2nya Bagian Dalam (dalam
Diri Se-seorang) dan Bagian Luar (di dalam yang lain), maka kita dapat
menelusuri Arus atau Aliran dari timbul dan lenyapnya nama-rupa ke
belakang ke Kehidupan masa Lampau.
Metode ini di jelaskan dalam Kitab Samyutta Nikaya ( II, 71
Myanmar), di dalam Khajjaniya Sutta, dan itu telah di laksanakan
dengan memuaskan di Pa-auk Tawya Meditatioan Centres.
323

Mental dan Grup Badaniah masa akan Datang dapat juga di


perhatikan dalam Satu Cara yang sama dengan memeriksa Hasil yang
mungkin dari Lima Sebab dari Kehidupan Sekarang. Di Pa-auk Tawya
Meditation Centres, Yogi melakukan beberapa Perbuatan Bermanfaat di
Tempat Suci dengan mempersembahkan Lilin dan Bunga. Ia melakukan
Doa2 yang biasa dan membuat Satu Permohonan untuk menjadi
Seorang yang ia inginkan di dalam Penghidupan masa akan Datang
sebagai Akibat dari Perbuatan baik itu, Ia memberi Ciri Mental dan
Gambaran Badaniah yang timbul selama Penyelenggaraan ini.
Ia kemudian pergi ke Ruang Meditasi yang biasa dan bermeditasi
bersama dengan para Yogi yang lainnya. Ia mengembangkan
Konsentrasi, mengingat Pelaksanaan yang sebelumnya dan Perbuatan
Bermanfaat dan lagi menganalisa Mental dan Gambaran Badaniah yang
timbul pada Waktu itu. Bila ia mengamati Hasil2 yang sama seperti yang
ia catat sebelumnya, ia dipastikan bahwa ia dapat mencirikan Gambaran
Bagian Luar nama-rupa.
Sekarang dengan berlandaskan pada Lima Sebab masa Sekarang,
yaitu, Avijja, tanha, upadana, sankhara, dan kamma-bhava – ia
mencoba memvisualisasikan Kehidupan masa akan Datang yang akan di
bentuk sebagai Sebuah Akibat. Ia mungkin melihat Kehidupan yang
sama seperti yang ia telah harapkan di Tempat Suci, atau itu mungkin
Satu yang lain, ialah Kasus yang lebih sering. Apa-pun Kehidupan baru
jadinya, Yogi lagi menganalisa Gambaran nama-rupa dari Orang yang
baru dan menghubungkan Lima Akibat2 masa yang akan Datang, yaitu,
Vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, dan vedana ( lihat Bab. 8
hlm. 243 ) dengan Lima Sebab masa Sekarang. Bila ia benar2 dapat
memperhatikan Lima Akibat2 masa akan Datang yang terbentuk
sebagaimana Hasil2 dari Lima Sebab masa sekarang, maka ia dipastikan
secara meyakinkan bahwa Hubungan masa Sekarang dan masa akan
Datang dari Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan berlaku.
Hubungan2 Sebab sebagaimana di jelaskan oleh Hukum Sebab
Akibat yang Saling Bergantungan dan 24 Kondisi dari Patthana adalah
Hubungan Sebab Utama yang mengatur timbul dan berlalunya Mental
dan Gambaran Badaniah terjadi dalam Diri kita sendiri sama juga dalam
diri yang Lain2nya. Ada Sebab2 segera tertentu yang Yogi harus selidiki.
Sebagai Contoh: Empat Sebab harus ada bagi timbulnya
Cakkhudvara-vithi (Rentetan Pengenalan Pintu-Mata). Sebab2 ini
adalah, Pintu-Mata, Objek yang kelihatan, Cahaya dan Manasikara
(Perhatian).
324

Dengan Cara yang sama Empat Sebab2 masing2 di perlukan untuk


timbulnya Rentetan Pengenalan-Pintu2 yang Lain.
Lagi dalam tiap2 Rentetan Pengenalan (vithi), kusala citta (Bentuk2
Kamma Bermoral) timbul sebagai javana bila ada “Yoniso-
manasikara” (Pemikiran Bijak), dan akusala citta (Bentuk2 Kamma tidak
Bermoral) timbul sebagai javana bila disana ada “Ayoniso-manasikara”
(Pemikiran tidak Bijak).
Bergantung lagi pada Bentuk2 –Kamma ini, Kesadaran Kelahiran
Kembali begitu juga Hasil Kesadaran yang lain timbul dalam Kehidupan
selanjutnya.
Grup2 Kebutuhan Badaniah di hasilkan oleh Empat Sebab, yaitu,
Kamma, citta, Utu (tejo), dan ahara (oja). Sebab2 ini bersama dengan
Hasil2 mereka harus di lihat dengan jelas oleh Mata-Samadhi.
Ketika Sebab2 yang segera begitu juga Sebab2 Utama bagi
timbulnya Mental dan Grup2 Kebutuhan Badaniah telah di selidiki
dengan seksama, Yogi dengan pasti mengetahui bahwa Lima Grup dari
Kehidupan yang merupakan setiap Mahluk Hidup sedang di hasilkan
oleh masing2 Sebab yang bersesuaian. Dengan demikian ia mampu
untuk menghilangkan “Pandangan Ke-tiada-Sebab-an” (Ahetuka-ditthi)
yang mempercayai timbulnya Mahluk2 Hidup tanpa Sebab Apa-pun,
dan juga “Pandangan dari Sebab yang Salah” dari Kehidupan (Visama-
hetuka-ditthi) yang mempercayai dalam Penciptaan Mahluk Hidup oleh
Seorang Pencipta.
Lebih lanjut, karena Yogi telah memperhatikan Mata-Rantai yang
berkelanjutan dari Hubungan Sebab dan Akibat yang terjadi
sehubungan dengan Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan, ia
dapat menyingkirkan “Pandangan dari Perbuatan Tidak Berakibat”
(Akiriya-ditthi), “Pandangan Nihilisme” (Natthika-ditthi), “Pandangan
Jiwa atau Ego yang Abadi” (Sassata-ditthi) dan “Pandangan dari
Penghancuran Jiwa atau Ego” (Uccheda-ditthi).
Banyak Pendapat2 dan Theori2 Spekulatif, yang sepanjang Waktu
telah mempengaruhi dan masih mempengaruhi Umat Manusia dan
yang tidak Serasi dengan Hubungan2 Sebab, semuanya dapat di
hilangkan.
Sekarang Pikiran dari Yogi terbebas dari semua Pandangan Salah.
Maka Keadaan dari “Pandangan Kemurnian” (Ditthi Visuddhi) lebih
lanjut di perkuat. Disamping itu karena sekarang Yogi telah mengatasi
semua 16 Ke-raguan (Kankha) yang disebut diatas begitu juga
Kecenderungan Keraguan (Vicikiccha) dengan menghargai Hubungan2
Sebab, ia di katakan menanggulangi atau mengatasi Semua Ke-raguan.
325

Demikianlah ia telah mencapai “Kemurnian dengan mengatasi Ke-


raguan” (kankha-vitarana-visuddhi).
Petunjuk dari Keadaan Kemurnian ini adalah Yatha-bhuta-nana
(Pengetahuan yang dapat melihat Kenyataan dengan Benar) atau
Paccaya-pariggaha-nana (Pengetahuan yang mencakup Semua Sebab2
Mental dan Keadaan Badaniah)

Cula – Sotappana ( Pemenang Arus Junior )


“Sotapanna” Ia Seorang yang Mulia (Ariya) yang telah
menghapuskan ditthi dan vicikiccha seluruhnya. Ia tidak akan di
lahirkan Kembali di dalam Alam apaya dan ia di pastikan memasuki
Nibbana dalam tidak lebih dari Tujuh Kelahiran Kembali di Alam-Kama.
Sekarang Yogi itu, yang telah mencapai Nama-rupa paricheda-nana
dan Paccaya-pariggaha-nana, untuk sementara telah menghapuskan
ditthi dan vicikiccha seperti yang di jelaskan diatas.
Maka ia mirip Seorang Sotappana tapi ia belum Seorang Sotappana.
Ia disebut Seorang Cula-Sotappana Artinya seorang Sotappana Junior.
Ia tidak akan di Lahirkan Kembali dalam Alam apaya dalam Kehidupan
selanjutnya.
Dua Pengetahuan, yaitu Nama-rupa-pariccheda-nana dan Paccaya-
pariggaha-nana sangat penting. Mereka adalah Pengetahuan Dasar
dalam Meditasi-Pandangan Terang dan mereka merupakan Dasar2 bagi
timbulnya Sepuluh Vipassana-nana dalam Keadaan selanjutnya.
Mereka tidak termasuk dalam Vipassana-nana sebab mereka tidak
berkonsentrasi pada Tiga Corak Keberadaan (Tilakkhana).
Walaupun begitu mereka mengungkap Pengertian Alamiah dari
Kenyataan tertinggi yang terdiri dari nama dan rupa.
Mereka menjadi Penting sebab mereka menghilangkan Pandangan
Salah dan Pandangan Jahat (Miccha-ditthi) dan memperkuat Pandangan
Benar (Samma-ditthi). Pandangan Salah di tolak untuk di-jadikan Satu
Sumber Aspirasi dan Kelakuan. Ini di nyatakan dalam Kitab Suci
Anguttara-Nikaya (Buku ke II, Sutta 22) bahwa:

“Tidak ada Hal lain yang saya ketahui pada Pandangan Jahat, O
para Bhikkhu, Untuk Satu Hal yang Tidak Bermanfaat yang belum
timbul, timbul. Dan Hal yang Tidak Bermanfaat yang telah timbul
tumbuh dan jadi sempurna. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari
pada Pandangan Jahat, untuk Satu Hal yang Bermanfaat yang belum
timbul di halangi Kemunculan mereka, dan Hal yang Bermanfaat yang
telah timbul, lenyap. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari pada
326

Pandangan Jahat, untuk Satu Hal Mahluk2 pada terputusnya Tubuh


pada Kematian berlalu pada Jalan Penderitaan dan dalam Dunia yang
sengsara ke-dalam Neraka”

Lebih lanjut dalam Anguttara Nikaya (Buku II, Sutta 23) di nyatakan
bahwa:

“Apa-pun Se-orang yang di penuhi dengan Pandangan2 Jahat atau


lakukan atau Apa-pun Keinginan yang ia miliki, aspirasi, kerinduan, dan
Kecenderungan, Hal2 ini semua membawanya pada Satu Keadaan Tidak
di-inginkan, tidak Menyenangkan dan Ketidak-setujuan kepada Satu
Sengsara dan Penderitaan”

5 Maggamagga – nanadassana Visuddhi


(Kemurnian Pandangan dalam melihat Jalan dan Bukan Jalan)
Kriteria dari Kemurnian Pandangan ini adalah Sammasana-nana dan
Bagian Pertama dari Udayabbaya-nana. Sammasana-nana adalah
Pengetahuan yang dapat menyelidiki Tiga Tanda Sifat dari nama dan
rupa di dalam Tigapuluh satu Alam Keberadaan, di mulai pada Keadaan
ini. Ada Empat Metode untuk menyelidiki Tiga Tanda2 Sifat dari
Keberadaan.

1 Metode Kalapa-Sammasana.
Ini adalah Penyelidikan dari Semua Hal2 yang berkondisi (Sankhara
atau nama-rupa) di dalam Tiga puluh satu Alam keberadaan dalam
Hubungan dari Lima Kelompok tanpa membedakan mereka apakah
termasuk di masa Lampau, Sekarang atau masa akan Datang.
Mempertimbangkan Semua Grup2 Badaniah di dalam 31 Alam
telah timbul karena Sebab2, ia bermeditasi : “Grup Materi ini
mempunyai Sifat Alamiah untuk larut dan berlalu, maka ia tidaklah
Abadi (anicca).
Ia memilih Ketakutan Alamiah sebab dari Kelarutan mereka yang
terus menerus, maka ia tidak memuaskan atau Penderitaan (dukkha). Ia
tidak memiliki yang Sungguh2 ada yang Penting yang tidak Larut, maka
ia bukanlah “Saya”, bukan “Orang”, bukan “Ego” ataupun “Atta”
(anatta).
Kemudian ia mempertimbangkan Semua Grup2 Perasaan, Grup
Pengenalan, Grup Bentuk2 Mental dan pada Giliranya Grup Kesadaran
dan bermeditasi dalam Cara yang sama sebagaimana diatas.
327

2 Metode – Addhana – Sammasana.


Metode ini menyelidiki Kondisi Mahluk2 di dalam 31 Alam
Keberadaan dengan Cara, menyelidiki masa Waktu hidupnya. Ia
membagi Mahluk2 ke dalam Grup2 masa Lampau, Sekarang dan masa
akan Datang. Ia bermeditasi seperti ini:
“Grup materi dalam Kehidupan masa Lampau telah Larut dalam
kehidupan masa Lampau. Ia tidak berlangsung terus atau berlalu sampai
Sekarang. Disebabkan Alamiahnya dari berlarut dan berlalu, inilah
anicca.
Disebabkan oleh Alam yang tidak memuaskan, adalah dukkha.
Disebabkan oleh Alamiahnya bukan “Ego atau atta”, itu adalah anatta.
Kemudian mempertimbangkan Kenyataan bahwa Semua Grup
Materi dalam Kehidupan Sekarang akan berlarut dalam Kehidupan ini
dan tidak akan berlalu ke Kehidupan masa Datang, lagi ia bermeditasi
pada Grup Materi Sekarang sebagai anicca, dukkha dan anatta.
Ia bermeditasi dalam Cara yang sama pada Empat Grup Mental,
mempertimbangkan Satu Grup pada Satu Waktu.

3 Metode Santati – Sammasana.


Metode ini menyelidiki Keadaan Mahluk2 di dalam 31 Alam
Keberadaan dalam persyaratan dari Rentetan yang berkesinambungan.
Untuk melatih Meditasi ini Yogi membagi Grup Badaniah dalam Satu
Kehidupan sebagaimana Sebuah Rentetan dari rupa yang panas, Satu
Rentetan dari rupa yang dingin, dsb…
Ia kemudian bermeditasi seperti ini:
“Rentetan rupa yang panas semua telah larut, ia tidak berlalu
melewati Rentetan rupa yang dingin. Sebab dari Kelarutan Alamiahnya,
ia adalah anicca. Sebab oleh Alamiah yang tak memuaskan, ia adalah
dukkha. Sebab oleh Alamiahnya bukan “ego atau atta, ia adalah
anatta”.
Dengan Cara yang sama mempertimbangkan berbagai Rentetan
Pengenalan dari Kesadaran, ia bermeditasi bahwa Cakkhu-dvara vithi-
citta segera larut setelah mereka di bentuk dan mereka tidak berlalu
terus ke Sota-dvara vithi-citta, bahwa Sota-dvara vithi-citta juga larut
dengan segera setelah mereka di bentuk dan mereka tidak berlalu ke
ghana-dvara vithi-citta, dan seterusnya. Demikianlah mereka adalah
anicca, dukkha, dan anatta berkenaan dari Keberlarutan mereka ,
Ketidak puasan dan bukan “ego atau atta”.
328

4 Metode Khana - Sammasana.


Metode ini menyelidiki Keadaan Mahluk2 dalam 31 Alam
Keberadaan dengan Cara Kesementaraan. Ia bermeditasi seperti ini :
“Grup Badaniah yang terbentuk di Saat masa Lampau semuanya
telah larut di masa Lampau. Ia tidak berlalu terus ke Saat Sekarang.
Disebabkan oleh Alamiah Kelarutan, itu adalah anicca. Disebabkan oleh
Alamiah tidak memuaskan, itu adalah dukkha. Disebabkan oleh
Alamiahnya bukan ‘ego atau atta’ itu adalah anatta”
“Grup Mental (Citta dan Cetasika) yang telah timbul pada Saat atita-
bhavanga semua sudah larut pada Saat itu. Mereka tidak lewat ke Saat
bhavanga-calana. Disebabkan Alamiahnya Kelarutan, mereka adalah
anicca. Disebabkan dari Ketidak-puasan mereka, adalah dukkha.
Disebabkan Alamiah mereka bukan ‘ego atau atta’, mereka adalah
anatta”.
“Grup2 Mental (Citta dan Cetasika) yang telah timbul pada Saat
bhavanga-calana semua sudah larut pada Saat itu. Mereka tidak lewat
terus ke Saat bhavangu-pacceda. Disebabkan dari Alamiah mereka
berlarut, mereka adalah anicca. Disebabkan dari Alamiah mereka bukan
‘ego atau atta’, mereka adalah anatta”
Yogi dapat memperluas Metode ini sejauh Pengetahuan-nya
meliput Fenomena Alam dari nama dan rupa.
Bagi para Yogi, yang telah secara teratur menyelidiki Lima Grup dari
Keberadaan pada Saat Sekarang begitu juga pada masa Lampau dan
Kehidupan masa Depan, dan telah menggolongkan setiap Tipe dari
rupa, citta dan cetasika dengan Bantuan dari lakkhana, rasa,
paccupatthana, padatthana dan juga telah menghubungkan
Kenyataan2 tertinggi ini sesuai dengan Hukum Sebab Akibat yang Saling
Bergantungan, mereka dengan jelas melihat Mata Rantai yang panjang
dari timbul dan lenyapnya Fenomena nama-rupa membentang dari
Permulaan sekali Kehidupan masa Lampau yang mereka telah selidiki ke
Kehidupan masa Lampau berikutnya, ke Kehidupan Sekarang kemudian
ke Kehidupan masa akan Datang. Karena mereka dapat melihat timbul
dan lenyapnya dari nama dan rupa sendiri2 dalam Mata Rantai, mereka
dapat dengan mudah bermeditasi pada Tiga Sifat Keberadaan.
Menurut Pengalaman para Yogi dari Pa-auk Tawya, Mata Rantai
yang panjang dari timbul dan lenyapnya Mental dan Fenomena
Badaniah begitu jelas bahwa mereka hanya mengamati timbul dan
lenyapnya Fenomena itu dan bermeditasi pada mereka dengan Cara
aniccanupassana selama 10 – 15 Menit, kemudian dengan Cara
329

dukkhanupassana selama 10 – 15 Menit lagi dan lagi dengan Cara


anattanupassana selama 10 – 15 Menit.
Sebagaimana mereka meneruskan Meditasi dan memutar
anupassana secara bergiliran, Kesanggupan mereka untuk menyelidiki
Petunjuk Tiga Sifat dari nama dan rupa lebih baik dan lebih baik sampai
mereka sanggup untuk melihat Saat timbul , Saat berada dan Saat
larutnya dari setiap nama dan rupa. Ini adalah Titik tertinggi dari
Sammasana-nana.
Kemudian Barang2 yang berkondisi di selidiki menurut Hubungan2
Sebab. Karena Timbulnya Sebab, Akibatnya timbul. Ketika Sebab
lenyap, Akibat juga lenyap. Sebab2 yang mengkondisikan timbulnya
rupa adalah avijja, tanha, kamma dan ahara. Sebab2 yang
mengkondisikan timbulnya Cetasika adalah avijja, tanha, kamma dan
phassa. Sebab2 yang mengkondisikan timbulnya Citta adalah avijja,
tanha, kamma dan nama-rupa. Hal2 ini Yogi mengetahuinya dengan
baik.
Dengan bermeditasi dengan Cara ini Ribuan kali Pengetahuan
menyelidiki Yogi di tingkatkan lagi dan lagi hingga ia sanggup melihat
Saat timbul dan Saat lenyap dari nama-rupa sangat jelas.
Pada Keadaan ini, Yogi menghentikan mempertimbangkan
Hubungan Sebab-Akibat, dan berkonsentrasi pada Saat timbul dan Saat
lenyapnya nama-rupa. Fenomena Timbul dan Lenyapnya Mental dan
Grup2 Badaniah menjadi sangat jelas ketika Pengetahuan yang di kenal
sebagai Udayabbaya-nana yang mengamati Fenomena ini juga timbul.
Sebagaimana Pengetahuan berkumpul dalam Kekuatan, Sepuluh
Upakkilesa (Ketidak-murnian atau Kekurangan) biasanya timbul.
Upakkilesa ini sangat jelas, dan dengan demikian mereka
menunjukan Satu Ukuran yang sangat baik untuk menilai Apakah Se-
seorang benar2 telah mencapai udayabbaya-nana.

Upakkilesa ( Sepuluh Ketidak-murnian dari Vipassana )


1) Obhasa -- Sinar memancar dari Tubuh sehubungan dari
Pengertian.
2) Piti -- Lima macam Ke-gairahan (Kegembiraan yang
belum pernah terjadi sebelumnya)
3) Passadhi -- Ke-dua2nya kaya dan citta-passadhi – Ketenangan
atau Kesunyian
4) Adhimokkha -- Kemampuan untuk mengatur Kekuatan
Keyakinan.
5) Paggaha -- Usaha yang keras yang menyokong vipassana citta
330

6) Sukha -- Perasaan menyenangkan pada sekujur Tubuh


dikarenakan Cittaja-rupa yang Bermanfaat.
7) Nana -- Pengertian Kebijaksanaan yang cepat.
8) Upatthana -- Penuh Perhatian tetap pada kammatthana.
9) Upekkha -- Tatramajjatupekkha dan avajjanupekkha, (Yang
lebih dulu menunjukan tatramajjatata cetasika yang dapat
mengamati Gejala tanpa Usaha, yang belakangan mengacu
pada Cetana bersekutu dengan avajjana-citta yang dapat
menggambarkan Gejala dengan cepat)
10) Nikanti -- Kemelekatan halus pada vipassana-nana yang
disertai oleh piti, passadhi, sukha dan obhasa.

Dari Sepuluh Ketidak-murnian tersebut diatas itu, hanya nikanti


(Kemelekatan) termasuk kilesa (Kekotoran Batin). Sisa-nya adalah
Kualitas yang Bermanfaat. Namun bila Seorang mendapat Mutu ini,
terutama Cahaya-Tubuh, Kegembiraan yang belum pernah di alami,
Ketenangan dan Kebahagiaan berkenaan dari Perasaan menyenangkan,
Semangat Ke-Agamaan yang kuat Sebab Keyakinan yang besar,
Pengertian Kebijaksanaan dan Kemampuan untuk mengamati timbul
dan berlalunya Hal2 yang Berkondisi sangat cepat dan dengan mudah,
Se-seorang mungkin mengembangkan menggenggam ditthi
(Pandangan Salah bahwa itu semua terjadi pada Diri saya ), mana yang
keji (Kebanggaan bahwa Saya sendiri saja yang memiliki Mutu luar biasa
ini ) dan menggenggam tanha (Kemelekatan yang kuat bahwa Mutu2
ini milik Saya). Ditthi, mana, dan tanha ini sebenarnya Kekotoran
Meditasi Se-seorang Sebab mereka adalah benar2 Kekotoran Batin
(Kilesa).
Beberapa Yogi dengan Pengetahuan Dhamma yang masih dangkal
malah berpikir bahwa mereka mencapai magga dan phala ketika
mereka mendapat Aura yang tidak biasanya, Gembira, Ketenangan dan
Kebahagiaan.
Orang2 ini semua yang mempunyai Satu Pandangan Salah (ditthi)
atau Satu Kebanggaan yang buruk (mana) atau Satu Gangguan
Kemelekatan (tanha) berada pada Jalan yang Salah, Meditasi mereka
akan terhenti sama sekali dan malah mungkin jadi menurun.
Bagi Orang2 yang mempunyai Pengetahuan Dhamma yang cukup,
mengetahui dengan baik bahwa Fenomena yang tidak biasa ini, Aura,
Girang, Kebahagiaan dsb… hanyalah upakkilesa dan bahwa mereka
belum mendapat magga atau phala. Untuk berada pada Jalan yang
331

Benar, Se-seorang harus bermeditasi pada timbul dan lenyapnya Hal2


yang berkondisi.
Pengetahuan ini yang dapat membedakan antara Jalan Salah dan
Jalan yang Benar di sebut Maggamagga-nanadassana visuddhi.
Yogi yang memiliki Pengetahuan ini di katakan mencapai Kemurnian
Pandangan melihat Jalan dan yang Bukan-Jalan.

6 Patipada – nanadassana – visuddhi.


( Kemurnian Pandangan dari kemajuan Jalan )
Kemurnian Pandangan dari Kemajuan Jalan berjarak dari Bagian
Udayabbaya-nana yang belakangan sampai pada Vipassana-nana
terakhir, mencakup Sembilan Pengetahuan Pengertian Seluruhnya.
Pengetahuan2 ini harus di kembangkan Satu setelah yang Lainya dengan
sungguh2 dan Meditasi yang kuat pada Tiga Petunjuk Sifat
Barang2/Hal2 yang Berkondisi (Sankhara-nama-rupa).

Udayabbaya – nana.
Setelah mencapai Kemurnian Pandangan melihat dengan jelas Jalan
dan Bukan-Jalan, Yogi dengan giat melakukan Meditasi-Vipassana
lagi, bermeditasi pada Tiga Petunjuk Sifat Keberadaan, dengan
Perhatian Khusus pada Fenomena Timbul dan Lenyapnya
Barang2/Hal2 yang Berkondisi. Ber-angsur2 udayabbaya-nana Yogi
menjadi masak.

Bhanga – nana
Sebagaimana Pengetahuan Pengertian dari Yogi ber-angsur2
berkembang, Yogi sanggup mencatat Timbul dan Lenyapnya nama
dan rupa lebih dan lebih cepat lagi. Karena nama dan rupa timbul
dan lenyap pada Kecepatan luar biasa ber-miliar kali per Detik, Tak
ada Yogi yang sanggup memperhatikan Semua Citta dan Cetasika
sebagaimana mereka timbul dan lenyap. Bahkan ketika ia dapat
mencatat lebih cepat, ia tidak akan memperhatikan lagi Fenomena
Timbulnya, semua yang ia perhatikan hanyalah Fenomena
Padamnya. Apa-pun ia melihat pada Padamnya dari Hal2 yang
Berkondisi.
Pengetahuan yang mengamati Padamnya dari nama dan rupa
tertinggi yang terus menerus di sebut Bhanga-nana. Bila Yogi
dapat mengamati Saat Padamnya Bhanga-nana, yang menyelidiki
Saat Padamnya dari Satu Hal/Barang yang Berkondisi, dengan
332

Sebuah bhanga-nana berikut-nya, maka Bhanga-nana-nya


dikatakan mencapai Titik tertingginya.

Bhaya -- nana
Ketika Yogi mengamati Padamnya Hal2 yang Berkondisi yang tiada
hentinya terus menerus, ia menyadari Alamiah dari nama-rupa dan
Lima Kelompok Keberadaan yang menakutkan.
Yogi dikatakan mencapai Bhaya-nana yaitu Pengetahuan yang
menyadari Alamiah dari nama-rupa yang menakutkan.

Adinava – nana
Ketika Yogi memiliki Pengetahuan yang menyadari Alamiah yang
menakutkan dari nama-rupa, ia mendapatkan nama-rupa yang
cacat dan secara Alamiah yang tidak memuaskan. Demikian ia juga
mencapai Adinava-nana, yaitu Pengetahuan yang menyadari cacat
dan Ketidak-memuaskan dalam nama-rupa.

Nibbida – nana
Ketika Yogi mendapatkan Cacat dalam nama-rupa dan mengetahui
dengan baik bagaimana Tidak memuaskannya Hal2 yang Berkondisi
itu adanya, ia mengembangkan Ke-jijik-an pada Hal2/Barang2 ini. Ia
tidak lagi berbahagia memiliki mereka. Ia di katakan
mengembangkan Nibbida-nana yaitu Pengetahuan dari Ke-jijikan
dalam nama-rupa.

Muncitukamyata – nana.
Ketika Yogi telah mempunyai Ke-jijikan pada nama-rupa, Barang2
yang Berkondisi, ia ingin lepas dari Belitan nama-rupa bagaikan
seperti Ikan dalam Jaring Nelayan dan bagaikan Katak kecil dalam
Mulut Ular ingin melepaskan Diri. Demikianlah Muncitukamyata-
nana, yakni Pengetahuan dari Ke-inginan untuk melepaskan Diri dari
Belitan nama-rupa di dalam Pikiran Yogi.

Patisankha – nana.
Yogi, yang ingin melepaskan Diri dari Jaring nama-rupa
mendapatkan tidak ada Jalan keluar selain bermeditasi pada Tiga
Sifat Keberadaan dalam Lima Kelompok baik Bagian Dalam maupun
Bagian Luar.
Ada Sebuah Perumpamaan yang baik disini. Seorang Nelayan
menggunakan Keranjang Bambu berbentuk Genta dengan
333

Bawahnya terbuka lebar untuk menangkap Ikan. Ia menurunkan


Keranjang itu kedalam Air pada Sebuah anak Sungai sampai
menyentuh Dasarnya, memasukan Tangan-nya dari Bagian Mulut
Keranjang yang sangat sempit di Bagian Atas-nya dan mengaduk Air
dalam Keranjang untuk mengetahui Apakah keranjang telah
menangkap Ikan. Bila Tanganya menyentuh Seekor Ikan ia akan
menangkapnya. Kalau tidak ia akan mengangkat Keranjang dan
menurunkan lagi dan lagi ke dalam Air beberapa Langkah dari
Tempat terdahulu.
Sekarang Tangan-nya menyentuh Sesuatu seperti Seekor Ikan. Ia
menggenggamnya dan mengangkat keluar Air. Ketika Bagian atas
Binatang itu menyembul diatas Permukaan Air ia melihat Tiga Garis
mengelilingi Lehernya dan ia mengetahui itu adalah Seekor Cobra
Air. Sekarang Ular itu mempunyai Bisa yang beracun, Ular itu dapat
membunuhnya bila ia mempunyai Kesempatan untuk menggigitnya.
Pada Awalnya ia berpikir bahwa ia telah menangkap Seekor Ikan
Besar dan ia bergirang hati. Setiap Kesenangan Duniawi merasakan
Senang dalam Satu Cara yang sama untuk memiliki Pikiran dan
Tubuh sebab ia belum mengetahui Alamiah yang menakutkan dari
nama-rupa.
Ketika Nelayan itu melihat Tiga Garis di Leher Ular itu, ia
mengetahui Ular itu adalah Seekor Cobra Air dan sangat berbahaya.
Ini adalah Keadaan yang sama ketika Yogi melihat Tiga Petunjuk
Sifat dari Keberadaan dan Alamiah yang menakutkan dari
Barang2/Hal2 yang Berkondisi (nama-rupa). Ini adalah Waktu
ketika Yogi mencapai Bhaya-nana.
Ketika Nelayan melihat Bahaya, ia mendapatkan Keadaan tidak
memuaskan dan Ular itu jadi memuakkan.
Dalam Cara yang sama, Yogi, yang menyadari Alamiah yang
menakutkan dari Hal2 Berkondisi, mendapatkan mereka jadi tidak
Memuaskan dan mengembangkan Ke-muakan pada mereka. Ini
sesuai pada Waktu Yogi masing2 mengembangkan Adinava-nana
dan Nibbida-nana.
Sekarang si Nelayan tidak lagi berbahagia mempunyai Ular dalam
Tangan-nya dan ia mengembangkan Satu Keinginan yang kuat untuk
menghindar dari si Ular. Ini adalah sama dengan Keadaan ketika
Yogi mencapai Muncitukamyata-nana dan ingin melepaskan Diri
dari Belitan nama-rupa.
Si Nelayan, yang ingin melepaskan Diri dari Ular, tidak berani
melepas Ular itu, sebab ia akan menggigitnya bila ia
334

melepaskannya. Maka apakah ia suka atau tidak, ia menggenggam


Ular itu menariknya keluar Air, mengangkatnya diatas Kepala, me-
mutar2nya tiga atau empat kali, melemparkannya sejauh yang ia
bisa dan bergegas naik ke Darat.
Dengan Cara yang sama Yogi itu, yang ingin melepaskan Diri dari
nama dan rupa, tidak dapat mengabaikan dan melupakan mereka.
Ia harus menggenggam mereka dengan kuat dengan bermeditasi
pada Tiga Petunjuk Sifat dari Keberadaan. Ini sesuai dengan
Patisankha-nana.

Sankharupekkha – nana.
Nelayan itu, yang telah melemparkan Ular dan bergegas ke Darat,
segera merasa aman dan santai. Dengan Cara yang sama, Yogi yang
dengan tekun bermeditasi pada Tiga Sifat dari Hal2 yang Berkondisi,
segera mengembangkan Keseimbangan di tujukan pada nama-rupa,
ia tidak lagi merasa muak atau melekat pada nama-rupa.
Ia dapat menjaga Satu Pikiran seimbang walaupun ia sedang
mengamati Alamiah sebenarnya dari nama dan rupa.
Lagi, disini ada Sebuah Gambaran yang bagus. Se-orang Lelaki
mempunyai Seorang Istri yang cantik. Kita mungkin berpikir bahwa
ia beruntung. Tetapi Kecantikan Istrinya menarik Perhatian Lelaki2
yang lain, beberapa dari mereka mengeluarkan Cara mereka sendiri
menggunakan setiap Kesempatan untuk mendapatkan Cinta-nya.
Bila si Istri tidak setia atau bila Pikirannya tidak kuat, ia bisa
melakukan Perzinahan.
Sekarang Istri Lelaki itu tidak setia. Ia pergi keluar dengan beberapa
Laki2. Suaminya jadi sangat tidak bahagia dan memohon pada
Istrinya supaya setia kepadanya. Si Istri menolak untuk
mematuhinya. Ia terus saja pergi keluar dengan Laki2 lain.
Orang itu jadi sangat marah dan dia tidak dapat menanggungnya
lebih jauh, Maka dia menceraikannya melalui Pengadilan.
Setelah itu, walaupun lelaki itu mengetahui bahwa ia sedang pergi
keluar dengan beberapa Lelaki sebagaimana biasanya, dia tidak
merasa marah karena Kelakuannya tidak lagi menjadi Kepentingan-
nya.
Dengan Cara yang sama, Yogi itu yang telah mengembangkan
Sankharupekkha-nana, dapat mencapai Keseimbangan menuju
nama-rupa dan Hal2 yang Berkondisi walaupun ia sedang
memperhatikan Pemadaman yang terus menerus dan Alamiah
mereka yang tidak memuaskan.
335

Anuloma – nana.
Yogi itu, yang dapat mencapai Keseimbangan menuju nama-rupa
dan Hal2 yang Berkondisi, melanjutkan Meditasinya pada Tiga Sifat
Keberadaan dengan Cara Tiga Anupassana. Bagaimana-pun,
Pikiran-nya tidak lagi ingin memperhatikan HaL2 yang Berkondisi.
Pikiran-nya mencari Nibbana, dan selama ia tidak mendapatkan
Nibbana, ia terus memperhatikan Hal2 yang Berkondisi. Ketika ia
mendapatkan Nibbana, bagaimana-pun, ia berpisah dari Hal2 yang
Berkondisi dan memasuki Kerajaan Nibbana.
Lagi, disini kita mendapatkan satu Perumpamaan yang indah. Di
zaman dahulu para Pelaut menggunakan beberapa Burung Gagak
pada Pelayaran mereka. Setelah berlayar sejumlah Hari tertentu,
mereka mengharapkan melihat Daratan. Bila tiada Tanda Daratan
kelihatan, mereka melepaskan Seekor Gagak untuk terbang dalam
Jurusan Arah Kapal berlayar. Si Gagak akan terbang sejauh yang ia
bisa, dan bila tidak ada tempat Daratan, ia kembali ke Kapal dan
hinggap di atas Tiang Layar.
Setelah berlayar beberapa hari, lagi Pelaut itu melepas Gagak yang
lain. Gagak akan terbang sejauh yang ia bisa , bila ia tidak melihat
Daratan, ia akan kembali. Tetapi bila ia melihat Daratan, ia akan
terbang ke Darat tanpa kembali ke Kapal. Kemudian Pelaut
mengetahui bahwa Daratan telah dekat dan Kapal berlayar menuju
Daratan.
Dalam Cara yang sama Pikiran yang menyelidiki akan terus kembali
pada Sankharupekkha-nana selama ia tidak melihat Nibbana, ia
tidak akan kembali, ia terus maju menuju Nibbana melalui magga-
vithi. Magga vithi telah di bicarakan pada Hlm. 131 Dalam Bab
IV. Ia terjadi seperti ini :

A Magga-vithi pada Orang manda-panna (Kurang cerdas):


“Na – Da – Ma – Pa – U – Nu – Go – Magga – Phala – Phala” – Bha –

B Magga-vithi pada Orang tikkha-panna (Cepat cerdas):


“Na – Da – Ma – U – Nu – Go – Magga – Phala – Phala – Phala” –
Bha –

Pada Vithi diatas, Pengetahuan Pengertian bersekutu dengan ‘Pa –


U – Nu’ dikenal sebagai Anuloma-nana.
336

Pa -- parikamma : Persiapan bagi timbulnya magga. (ia tidak ada


pada Orang yang tikkha-panna)
U -- upacara : Mendekati magga.

Nu -- anuloma : Penyesuaian atau Sambungan/Hubungan.

Go -- gottrabhu : Citta yang memutus Garis – putthujjana untuk


membentuk Garis ariya.

Pada Rentetan Kesadaran diatas, parikamma, upacara dan


anuloma citta mengambil tilakkhana sebagai Objek mereka dan
makanya mereka termasuk dalam Vipassana citta..

Gottrabhu – nana.
Gottrabhu, disamping itu, mengambil Nibbana dan bukan
tilakkhana sebagai Objeknya. Maka ia tidak termasuk dalam
Vipassana-citta. Pengetahuan Pengertian bersekutu dengan
gottrabhu disebut Gottrabhu-nana.

Magga – nana dan Phala – nana.


Sebagaimana gottrabhu menunjukkan Jalan menuju Nibbana,
Magga-citta dan Phala-citta segera mengikutinya mengambil
Nibbana sebagai Objek mereka. Kebijaksanaan (panna) bersekutu
dengan Magga dan Phala masing2 disebut Magga-nana dan
Phala-nana.
Magga-nana, meskipun ia timbul hanya Sekali, ia sangat kuat. Ia
secara serentak menyelesaikan Empat Fungsi, yaitu:
1) Pemahaman Kebenaran dari Penderitaan.
2) Penghapusan Napsu Keinginan ialah Penyebab dari Penderitaan.
3) Realisasi Nibbana, dan
4) Pengembangan seluruhnya Delapan Unsur Pokok dari Jalan.

“Sebagaimana Pengembara di malam hari melihat Pemandangan di


sekitarnya dengan Cahaya Penerangan dan demikian Gambaran di
dapat dengan baik di hadapan Mata-nya yang terkena Cahaya,
demikian Pencari Perorangan, dengan Cahaya terang dari
Pengertian, melihat Nibbana dengan Kejelasan bahwa Gambar
setelahnya tidak pernah Pudar dari Pikiran-nya.”

--Dr. Paul Dahlke—


337

Sang Jalan (Magga) segera di ikuti oleh Dua atau Tiga Phala, yaitu
Buah2 dari Jalan. Inilah Alasannya mengapa Dhamma di sebut
“akalika” (Mengesankan dengan segera).

Paccavekkhana – nana.
Setelah magga-vithi dan sedikit bhavanga-citta, biasanya Lima
paccavekkhana timbul. Dengan Vithi ini Yogi;
( 1 ) Membayangkan Jalan, ( 2 ) membayangkan Buah2, ( 3 )
membayangkan Nibbana yang ia telah realisasikan, ( 4 )
membayangkan Kekotoran Batin yang ia telah Hancurkan dan ( 5 )
membayangkan Kekotoran Batin yang ia harus Hancurkan.
Pengetahuan yang bersekutu dengan paccavekkhana-javana-citta
disebut Paccavekkhana-nana.

Enambelas – nana dalam Urutan.


Sampai Sekarang Yogi telah mencapai 16 nana, yaitu, Nama-rupa
pariccheda-nana, Paccayapariggaha-nana, Sepuluh Vipassana-nana
(Sammasana-nana hingga Anuloma-nana), Gottrabhu-nana, Magga-
nana, Phala-nana, dan Paccavekkhana-nana.

7 Nanadassana – Visuddhi.
( Kemurnian Pandangan Pengetahuan dari Empat Jalan )
Usaha untuk memurnikan Pikiran Tahap demi Tahap di mulai
dengan Sila-visuddhi. Ketika anuloma-nana dicapai, Enam Tahap
Pertama telah Lengkap. Pada Pencapaian Magga dan Phala, Tahap
terakhir dari Kemurnian di sebut nanadassana-visuddhi di capai.
Nanadassana-visuddhi terdiri dari Empat Magga yang memahami
Empat Kebenaran Mulia secara langsung dan memurnikan Pikiran dari
Semua Kekotoran2 Batin setahap demi Setahap seperti yang di jelaskan
dibawah;

1 Sotapattimagga -- Itu adalah Magga Pertama yang di capai oleh


Yogi. Itu dapat dianggap sebagai Tahap Pertama dari Kesucian.
Sota -- Arus yang menuju ke Nibbana.
Apatti -- Memasuki untuk Pertama kali.
Magga -- Jalan Utama Berunsur Delapan.
Sotapattimagga menghancurkan Dua Kilesa (Kekotoran Batin),
yaitu, ditthi dan vicikiccha dan Tiga Belenggu (Samyojana)
yaitu, Sakkaya ditthi, Vicikiccha dan Silabbataparamasa.
338

Sakkaya-ditthi -- Kepercayaan Pribadi menganggap Gabungan


yang rumit dari Mental – Kelompok Pisik sebagai Orang atau Diri
atau “Aku”.
Vicikiccha -- Ke-raguan tentang ( 1) Buddha, ( 2 ) Dhamma,
( 3 ) Sangha, ( 4 ) Latihan, ( 5 ) Hidup masa Lampau, ( 6 ) Hidup
masa akan Datang, ( 7 ) Ke-dua2nya Hidup masa Lampau dan
masa akan Datang, dan ( 8 ) Hukum Sebab Akibat yang Saling
Bergantungan.
Silabbataparamasa -- Ketaatan pada Ajaran Pandangan Salah
bahwa Se-seorang menjadi Suci dan dapat di bebaskan dengan
Cara2 Moralitas sebagai Sapi dan Anjing atau dengan
Ritualitas2 dan Upacara2.

2 Sakadagami – magga -- Itu adalah Magga Kedua yang di


capai dan bisa di anggap sebagai Kesucian Tahap Kedua. Itu
tidak menghancurkan Satu-pun Kilesa dan Belenggu yang
tersisa, tapi mengurangi Kekuatan dari Kekotoran2 Batin ini.

3 Anagami – magga -- Itu adalah magga Ketiga yang di capai dan


bisa di anggap sebagai Kesucian Tahap Ketiga. Itu
menghancurlkan Satu Kilesa lagi, yakni, dosa (Kebencian), dan
Dua Belenggu lagi – yaitu Kamaraga dan Patigha.
Dosa – Patigha -- Kebencian atau Kehendak Jahat.
Kamaraga -- Kemelekatan pada Objek2 Indera.

4 Arahatta – magga -- Itu adalah Magga Keempat yang di capai


oleh Yogi dan dapat di anggap sebagai Tahap Keempat dan
Tahap terakhir dari Kesucian. Itu menghancurkan semua Kilesa
dan Belenggu yang tersisa.

ARIYA (Orang2 mulia).


Ada Delapan Tipe dari Ariya – yaitu, Empat Orang2 – Maggattha
dan Empat Orang2 – Phalattha. Orang2 –Maggattha, bagaimana-pun
hanya ada untuk setiap Satu Saat Kesadaran, ialah, selama mereka
sedang mengalami Magga-citta. Setelah Padamnya Magga-citta,
mereka menjadi Orang2-Phalattha.
Sebagai Contoh; Se-orang disebut Orang Sotapatti-maggattha selagi
Sotapatti-maggacitta sedang timbul dalam Dirinya. Setelah Padamnya
citta ini, Sotapatti-phala citta timbul dalam Dirinya dan ia dikenal
339

sebagai Se-orang Sotapatti-phalattha atau Sotapanna dari Saat ini,


selanjutnya.
Bila Seorang Sotapanna lagi melaksanakan Meditasi Vipassana, ia
akan mencapai Sakadagami-magga dalam Hal ini. Selama magga-citta
Kedua ini, ia disebut Se-orang Sakadagami-maggattha. Setelah
Padamnya citta ini, Sakadagami-phala-citta timbul dalam Dirinya dan ia
dikenal sebagai Seorang Sakadagami-phalattha atau Sakadagami dari
Saat ini, selanjutnya.
Seorang Sakadagami lagi bisa melaksanakan Meditasi Vipassana.
Ketika ia mencapai magga Ketiga. Ia dikenal sebagai Seorang Anagami-
maggattha sampai magga-citta berakhir. Segera setelah magga-citta
padam, anagami-phala-citta timbul dalam Dirinya dan ia disebut
Seorang Anagami-phalattha atau Anagami sejak Saat itu, selanjutnya.
Lagi Seorang Anagami bisa melaksanakan Meditasi Vipassana, dan
ketika ia mencapai magga- Ke-empat , ia menjadi Seorang arahatta-
maggattha. Tapi segera begitu arahatta-magga-citta padam, arahatta-
phala-citta timbul dan ia menjadi Seorang Arahatta-phalattha atau
Arahat sejak Saat itu selanjutnya.
Demikian Empat Orang2 maggattha berada untuk Satu Durasi yang
singkat bahwa mereka tidak dapat di tunjukkan.
Hanya Empat Orang2 phalattha dapat di tunjukkan. Sifat2 mereka
yang jelas dapat di amati sebagai berikut :

1 Sotapanna atau Sotapan.


Seorang Sotapanna adalah Seorang yang telah mencapai
sotapatti-magga dan sotapatti-phala. Ia (Lelaki atau
Perempuan) dapat menikmati Kedamaian atau Nibbana
bilamana ia menginginkan dengan mengembangkan Pencerapan
Meditatif sesuai sebagai sotapatti-phala-samapatti.
Ia disebut Seorang Pemenang Arus sebab ia telah memasuki Arus
yang menuju ke Nibbana. Arus menunjukkan Jalan Utama Beruas
Delapan. Ia bukan lagi Seorang yang terikat Keduniawian
(putthujjana), tapi Seorang Ariya (Orang Mulia).
Seorang Sotapanna telah menghapuskan Dua Kekotoran Batin
yang paling Buruk, yakni Ditthi dan Vicikiccha, dan Tiga Dasar
Belenggu, yaitu, Sakkaya ditthi, Vicikiccha dan
Silabbataparamasa. Ia juga telah menghapuskan Sifat2 Jahat
dari Kekotoran Batin yang masih ada – Sifat2 yang dapat
menjerumuskan Satu Orang ke Tempat tinggal apaya. Maka
340

bagi-nya, Pintu2 dari Alam apaya tertutup selamanya, walaupun


ia akan di lahirkan ke Dunia lagi.
Ia mempunyai Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada Buddha,
Dhamma dan Sangha. Ia juga akan tabah menjalankan Lima
Ajaran dan akan berpantang dari melakukan Apa-pun dari
Sepuluh Akusala-kamma-patha, yakni, Sepuluh ducarita atau
Perbuatan2 Tidak Bermanfaat. Empat lobha-mula ditthigata-
sampayutta-citta dan moha-mula-vicikiccha-sampayutta-citta
tidak akan pernah timbul dalam Dirinya.
Ia mungkin, bagaimanapun, menikmati Kenikmatan Indera
sebagaimana Seorang biasa. Tetapi ia tidak akan di lahirkan
Kembali lebih dari Tujuh kali di dalam Alam-Indera (kama-loka).
Ia akan menjadi Seorang Arahat sesuai dengan Keadaan dan
setelah Kehidupan terakhirnya, ia akan menikmati Kedamaian
Nibbana selamanya.
Ada Tiga Tipe dari Sotapanna:
i. Sattakkhattu-parama-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki
Nibbana setelah Tujuh Kehidupan.
ii. Kolamkola-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki Nibbana
setelah Dua sampai Enam Kehidupan.
iii. Ekaviji-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki Nibbana setelah
Satu Kehidupan.

2 Sakadagami atau Sakadagam.


Seorang Sakadagami adalah ia yang telah mencapai sakadagami-
magga dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati
Kedamaian Nibbana bila ia menginginkan dengan
mengembangkan Pencerapan Meditasi sesuai dengan
sakadagami-phala-samapatti.
“Sakadagami” secara Literatur artinya “Yang Kembali sekali”.
Seorang Sakadagami akan di Lahirkan Kembali hanya Sekali lagi
di Alam Indera. Ia kemudian akan menjadi Seorang Arahat dan,
setelah Kehidupannya yang terakhir, ia akan berada di dalam
Nibbana.
Citta yang timbul pada Seorang Sakadagami adalah sama
sebagaimana yang timbul pada Seorang sotapanna dengan
hanya Satu Kekecualian bahwa Seorang Sakadagami menikmati
sakadagami-phala-samapatti sebagai ganti dari sotapatti-phala-
samapatti.
341

Dibandingkan pada Seorang Sotapanna, Seorang Sakadagami


mempunyai raga berkurang, (Napsu, Keserakahan), dosa (Kehendak
Jahat, Kebencian) dan moha (Ke-bodohan). Maka ia lebih Mulia dari
pada Seorang Sotapanna.
Ada Enam Macam Sakadagami, yaitu;
i. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia dan
mencapai parinibbana disini.
ii. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia dan
mencapai parinibbana dalam Satu Alam Dewa.
iii. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa
dan mencapai parinibbana disana.
iv. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa
dan mencapai parinibbana dalam Alam Manusia.
v. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia, dan
setelah Satu kali diLahirkan Kembali dalam Satu Kerajaan Dewa,
mencapai parinibbana dalam Alam Manusia.
vi. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa,
dan setelah Sekali diLahirkan Kembali dalam Alam Manusia,
mencapai parinibbana dalam Satu Kerajaan Dewa.

3 Anagami - Anagam.
Seorang Anagami adalah ia yang telah mencapai anagami-magga
dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati
Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan dengan
mengembangkan Pencerapan Meditasi sesuai dengan anagami-
phala-samapatti.
“Anagami” artinya “Yang tidak Kembali”. Seorang Anagami tidak
di Lahirkan Kembali dalam Alam Indera. Bila ia belum mencapai
Kearahatan dalam Kehidupan Sekarang, ia akan dilahirkan
Kembali dalam Satu Kerajaan Brahma dan Kediaman Murni
(Suddhavasa), dimana ia akan mencapai Kearahatan dan berlalu
ke Nibbana.
Karena anagami-magga menghilangkan Kilesa, dosa (Kebencian)
dan patigha (Kebencian atau Kehendak Jahat). Seorang Anagami
tidak mengalami Kemarahan, Kebencian, Kekawatiran, Putus Asa,
Ketakutan lagi, dan Apa-pun Perasaan Mental yang tidak
menyenangkan, tidak juga ia akan menikmati Kenikmatan Indera.
Pikiran-nya akan selalu dalam Kedamaian dan ia akan menikmati
Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan-nya dengan
mengembangkan anagami-phala-samapatti. Bila ia mencapai
342

semua Delapan Jhana, ia juga dapat menikmati Nirodha-


samapatti selama itu Semua Kesadaran dan Kegiatan Mental
sementara di tangguhkan.
Ada Lima Tipe Anagami :
1) Mereka yang mencapai Kearahatan selama Paruh
Pertama dari Kehidupan Alam Murni dimana mereka
dilahirkan Kembali.
2) Mereka yang mencapai Kearahatan selama Paruh
Kedua dari Kehidupan Alam Murni dimana mereka
dilahirkan Kembali.
3) Mereka yang mencapai kilesa-parinibbana (yakni
Kearahatan) tanpa Perjuangan yang berat.
4) Mereka yang mencapai kilesa-parinibbana setelah
berjuang dengan keras.
5) Mereka yang tidak mencapai Kearahatan di dalam
Empat Alam yang lebih rendah dari Alam Murni, tapi
mencapai Kearahatan dalam alam Murni yang tertinggi
(yakni, Akanittha).

4 Arahat.
Seorang Arahat adalah ia yang telah mencapai arahatta-magga dan
phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian Nibbana
bilamana ia menginginkan-nya dengan mengembangkan Pencerapan
Meditatif sesuai dengan arahatta-phala-samapatti. Ia dapat menikmati
Nirodha-samapatti bila ia mencapai Delapan Jhana.
Karena arahatta-magga menghilangkan Semua Kekotoran Batin
(Kilesa), Seorang Arahat tidak mempunyai Keserakahan, Niat Buruk,
Khayalan, Kesombongan, Kepercayaan ada Pribadi dan Faktor2 Mental
lain yang Buruk. Ia tidak mempunyai Kemelekatan pada Apa-pun, maka
ia terbebas dari Semua Keterikatan. Ia tidak menganggap Apa-pun
sebagai Miliknya, maka ia tidak mempunyai Alasan merasa sedih sebab
Sesuatu diambil atau di curi dari-nya.
Sebab ia telah menumbangkan Semua dosa (Kemarahan, Kebencian
atau Kehendak Jahat) dari Pikiran-nya, ia tidak pernah mengalami
Perasaan Mental yang tidak menyenangkan yang disertai dosa-mula-
citta.
Semua Duabelas akusala-citta (Kesadaran Tidak Bermoral) tidak
pernah timbul dalam Dirinya.
343

Sebagaimana Pikiran-nya selalu bebas dari Kekotoran Batin, ia pada


Keadaan paling murni menjadikan-nya Seorang yang Mulia. Ia adalah
Seorang yang betul2 Suci yang berharga untuk di Hormati oleh Manusia
dan Dewa dan berharga menerima Persembahan yang di haturkan
kepadanya dengan Perhatian menikmati Ke-untungan dalam Kehidupan
Sekarang juga Kehidupan masa Depan.
Sebagai Arahat, secara Literatur artinya, Satu Orang yang berharga,
tidak melakukan Kegiatan Kamma yang baru, dan ia bukan Subjek dari
Kelahiran Kembali Sebab Kondisi2 bagi Mereproduksi Materinya telah di
hancurkan.
Sotapanna, Sakadagami, dan Anagami di sebut Sekka, Sebab
mereka masih menjalani Satu Latihan. Para Arahat di sebut Asekka,
Sebab mereka tidak memerlukan lagi menjalani Latihan Apa-pun.
Arahat menyadari bahwa Apa yang harus di selesaikan telah di
kerjakan. Satu Beban Berat dari Penderitaan akhirnya telah di lepaskan,
dan Semua Bentuk2 Keinginan dan Bayang2 Khayalan Semua telah di
hancurkan. Ia sedang berdiri pada Ketinggian lebih tinggi dari pada
Dewa, jauh menyingkirkan dari Napsu2 yang tidak terkontrol dan
Kekotoran2 Batin Duniawi.
Ada Lima Tipe Arahat :
1) Pannavimutta-arahat -- Seorang yang di bebaskan melalui
Panna (Kebijaksanaan).
2) Ubhatobhagavimutta-arahat -- Seorang yang di bebaskan
dalam Dua Cara , yaitu, dengan arupajjhana dan dengan
ariyamagga.
3) Tevijja-arahat -- Seorang yang memilih Tiga vijja.
4) Chalabhinna-arahat -- Seorang yang memiliki Enam abhinna
(Kekuatan Supernormal).
5) Patisambhidhapatta –arahat -- Seorang yang mempunyai
Empat Sambhida, yakni, Pengetahuan, Arti dari Setiap Kata,
Pengetahuan dari Naskah (Pali), Pengetahuan Asal Mula dari
Kata2, dan Pengetahuan tetap bersama dengan Perbedaan yang
tepat dari Tiga yang pertama.

Kesimpulan:
Cittena niyate loko, Citta (Kesadaran) memerintah Seluruh Dunia.
Citta dari setiap Orang mengatur Orang itu, memimpin setiap
Tindakan dan membentuk Nasib-nya.
344

Pikiran Manusia telah menghasilkan Ilmu Pengetahuan modern,


telah mengembangkan-nya sangat cepat dan mengatur semua Ilmu
Teknologi termasuk Energi atom dan Senjata2 Atom.
Adalah Pikiran Manusia yang telah membentuk Macam2
Kebudayaan Dunia dan juga akan Pikiran Manusia lagi yang akan
melangsungkan Tangan2 untuk menarik Pelatuk Senjata Atom yang
akan menyapu habis Peradaban dan Ras Manusia dari Permukaan Bumi.
Sesungguhnyalah Pikiran adalah Alat yang paling kuat dalam Semua
Dunia. Adalah Pikiran yang menggerakkan Takdir Setiap Individu di
Lahirkan Kembali dalam Satu Tempat tinggal apaya atau dalam Dunia
Manusia atau dalam Satu Kerajaan Dewa. Maka itu adalah yang paling
Penting untuk mengerti Alam sebenarnya dari Pikiran dan Fungsi dari
Setiap Unsur Pokok dari Pikiran.
Tidak ada Keraguan bahwa hanya Buddha Abhidhamma dapat
menganalisa Pikiran secara detail dan benar menjelaskan Fungsi2 dari
Citta dan Cetasika yang merupakan Pikiran.
Lebih lagi adalah hanya Buddha abhidhamma yang secara
menyeluruh dan benar menjelaskan Hubungan2 antara berbagai
Faktor2 Pikiran dan Materi dalam Bentuk dari Hukum Sebab Akibat yang
Saling Bergantungan yang agung yang dengan jelas membabarkan
Lingkaran Kelahiran Kembali yang di jalani oleh Setiap Individu.
Lebih lanjut, Abhidhamma memperlihatkan dengan jelas Theori dan
juga Praktek Aspek dari Jalan Utama Beruas Delapan, juga di kenal
sebagai Jalan Tengah dengan-nya Pikiran di murnikan dari Kekotoran
Batin dalam Tujuh Tahap dengan mengembangkan Konsentrasi Mental
dan Vipassana Pandangan Terang.
Pencapaian berbagai Pengalaman membahagiakan yang melebihi
Kenikmatan Sensual dan realisasi dari Kedamaian yang Unik dari
Nibbana dalam Kehidupan ini sangat Nyata, dan Abhidhamma dengan
terang menyinari Jalan yang benar untuk di ikuti oleh setiap Orang bagi
Pencapaian Tujuan Tertinggi dalam Kehidupan.
Setiap Orang hendaknya mempelajari Abhidhamma dengan serius
dan menggunakan Pengetahuan abhidhamma sebagai Obor
Pembimbing dari Kehidupan-nya.

Semoga Obor Pembimbing dari Abhidhamma bersinar selamanya!


Semoga Pengetahuan tertinggi Abhidhamma selalu menerangi
Seluruh Dunia!

---oOo---
345

Perihal Penulis:
Dr.Mehm Tin Mon di lahirkan di Kampung Kamawet, di Kota
Mudon, di Negara Bagian Mon, Union Of Myanmar, pada Tanggal 13
Januari 1934. Orang Tua-nya adalah U Yaw In dan Daw Sein Tan yang
taat pada Agama Buddha. Mereka termasuk dalam Ras Mon dan hidup
dengan bertani.
Mehm Tin Mon memasuki Sekolah Dasar Kamawet dan Sekolah
Menengah Atas di negara Bagian Mudon dimana ia selalu dapat Nilai
yang tertinggi di Kelas-nya setiap Tahun. Ia lulus Ujian Sekolah
Menengah Atas pada Tahun 1951 dengan mendapat Kehormatan
dalam Matematik dan Pengetahuan Umum. Ia juga lulus Ujian
Penerimaan Mahasiswa dalam Tahun yang sama dari Devisi Pertama
dengan Penghargaan dalam Matematik.
Ia memasuki University of Yangon dalam Tahun 1951. Dalam Ujian
Lanjutan yang diadakan Tahun 1953, ia mendapat Angka tertinggi dalam
Matematik dan Kimia, dan ia di anugerahkan Medali Emas dan juga
Beasiswa dari Universitas Hoe Wah Kain.
Dalam Ujian Bachelor of Science Tahun 1955, ia berdiri di Bagian
Pertama dengan Penghargaan dalam Physics, Kimia dan Matematik
Murni. Lagi ia di anugerahkan Satu Medali Emas Universitas yang di
sebut Medali Emas Esoof Bimiah.
Tahun 1956 ia lulus Ujian B.Sc. Honour dalam Ilmu Kimia dengan
gemilang dan Sebuah Medali Emas Universitas Ketiga yang disebut
Medali Emas U Shwe Lay di anugerahkan kepadanya.
Tahun 1957 ia pergi ke Amerika Serikat untuk Studi pada University
of Illinois atas Sebuah Beasiswa yang di sponsori oleh Pemerintah Union
of Myanmar. Disini ia juga di anugerahkan Beasiswa Universitas selama
Dua tahun berturutan untuk Rekor Pendidikan-nya yang menonjol.
Ia meraih Master of Science Degree Tahun 1958 dan Doctorate
Degree dalam Tahun 1960. Ia juga memenangkan Ke-anggotaan dari
Phi Lambaa Upsilon dan Sigma Xi Society.
Ia mengabdi pada Negara-nya selama lebih dari 36 tahun dari 1956
sampai 1992 bekerja sebagai Dosen dan Kepala dari Departemen Kimia
pada beberapa Institut dan terakhir sebagai Professor Ilmu Kimia pada
University of Mawlamyine. Ia pensiun dari Ke-Professoran pada 1
Desember 1992.
Selama Pelayanan-nya pada Negara, ia mengepalai Buddhist
Association of the Institute of Medicine (1), The Buddhist Association
of the Institute of Education dan The Buddhist Association of
346

Mawlamyine University. Ia juga melayani sebagai Sekretaris dan


kemudian sebagai Presiden dari Central Buddhist Association of
Universities and Institute di Yangon dari 1983 sampai 1986.
Ia berhasil dalam meningkatkan Anggaran dan Bangunan Indah Dua
Tingkat Dhammayone (Gedung Perhimpunan untuk Keperluan
Keagamaan) dan Bangunan Suci (Pagoda) di dalam University of
Mawlamyine.
Dr.Tin Mon juga mengungguli Ujian dalam Keagamaan. Ia berdiri di
Bagian Pertama pada Ujian Abhidhamma (Ordinary Level) dalam Tahun
1981. Ia juga yang Pertama dalam Ujian Abhidhamma (Honours Level)
dalam Tahun 1983. Lagi Tahun 1984 ia yang Pertama pada Ujian
Visuddhi Magga. Ujian2 ini diadakan setiap Tahun di Myanmar oleh
Department of Religious Affairs.
Dr.Tin Mon telah menulis lebih dari limapuluh Buku2 Pendidikan
begitu juga mengenai Buddhism. Ia berpergian keseluruh Myanmar
begitu juga ke Luar Negeri memberikan Kuliah2 Buddhism dan
memimpin Kelas2 intensif singkat pada Abhidhamma dan Meditasi. Ia
di anugerahi Gelar Saddhamma Jotakadhaja oleh Pemerintah Union of
Myanmar Tahun 1994 dan Maha Saddhamma Jotikadhaja Tahun 2003
untuk Kontribusinya yang mengemuka bagi Perkembangan Buddhisme.
Dr.Tin Mon telah di tunjuk sebagai Seorang Penasehat pada
Kementerian Keagamaan pada 1 Agustus 1993 dan sejak itu ia telah
melayani Negara-nya dalam Kapasitas ini.
Ia juga melayani sebagai Professor Samatha pada International
Theravada Buddha Missionary University, Yangon.

Kuliah2 Abhidhamma dan Buddhisme.


Perkumpulan atau Organisasi Apa-pun yang tertarik dapat
mengundang Dr.M. Tin Mon untuk memberi Kuliah Buddhisme atau
mengajarkan Abhidhamma pada Kota atau Negara apa saja.
Satu Kursus yang penuh tentang Abhidhamma oleh Dr.M. Tin Mon
memerlukan sekitar 50 Jam Kuliah. Harap Hubungi:

Dr.M.Tin Mon
15/19 U Wisara Estate
Dagon P.O. Yangon
Union of Myanmar.
Phone: 95-01-286610
---oOo---
347

Diterjemahkan oleh:

Jimmy Chandra
April 2010

Anda mungkin juga menyukai