Buddha Abhidhamma
Ultimate Science
Kata Pengantar.
Semua Ajaran2 yang berharga ini telah di buktikan sering kali oleh
jutaan para Ariya, ialah Orang2 mulia yang telah menapaki di atas Jalan
itu dan masih dapat di buktikan setiap Waktu pada setiap Tempat oleh
setiap Orang yang sanggup yang dengan Kemauan dan Ketabahan
mengikuti Jalan itu.
Arti Abhidhamma.
Sutta Pitaka dan Abhidhamma bersamaan dikenal sebagai
Dhamma.- Satu Kata bahasa Pali berarti “Doktrin atau Ajaran” dari Sang
Buddha. Dhamma adalah Ajaran yang dapat menyelamatkan Orang2
yang mematuhi Dhamma dari Kejatuhan dalam Empat Alam Rendah
(apayas) dan yang dapat memurnikan Pikiran dari Kekotoran2 Batin
dengan demikian untuk mencapai Kedamaian abadi dan Kebahagiaan.
Awalan “Abhi” di gunakan dalam menyatakan Lebih Besar, Besar,
Tinggi sekali, Luhur, Luar biasa dst..
Abhidhamma Pitaka lebih besar, lebih mulia dan luar biasa dari
Sutta Pitaka dalam Hal bahwa;
Para Ilmuwan, Filsuf, Ahli Ilmu Jiwa dan setiap Pencinta Kebenaran
akan mendapatkan Abhidhamma menjadi Satu Pembicaraan Intelektual
yang khusus.
Pengetahuan Apa yang ada di dalam Kehidupan ini yang lebih
berharga dari pada Abhidhamma yaitu ajaran tertinggi dari yang
tercerahkan ?
--oOo—
8
Pendahuluan.
Kenyataan2
Ada Dua macam dari Kenyataan – Kenyataan dan Kenyataan
tertinggi.
Kenyataan yang sebenarnya ialah Kebenaran Konvensional biasa
atau Kebenaran biasa yang di terima (Sammuti-sacca). Disebut pannatti
dalam Abhidhamma.
Kenyataan tertinggi ialah Kebenaran tertinggi (paramattha-sacca)
di sebut paramattha dalam Abhidhamma.
Dalam Ilmu Pengetahuan Dasar kita belajar tentang Kenyataan
Kedalaman dari Satu Benda di dalam Air. Kedalaman yang Nyata adalah
lebih dangkal dari pada Kedalaman yang sebenarnya. Ia kelihatan
muncul sebagai Kedalaman sebenarnya karena pembiasan dari Cahaya
yang melewati dari satu Media lebih rapat (Air) ke Media yang lebih
ringan (Udara). Maka bila Seorang Penangkap Ikan melempar Sebuah
Tombak ke Se-ekor Ikan di mana ia melihatnya di bawah Air, Tombak itu
tidak akan mengenai Ikan sebab si Ikan sebenarnya tidak ada di sana.
Dengan Cara yang sama pannattis atau Kenyataan yang sebenarnya
walau mereka se-olah2 Ada, sebenarnya tidak ada. Apa pannattis itu?
Pannattis adalah Nama2 dari yang hidup dan yang tidak hidup, mereka
juga mengacu pada Barang2 dan Orang2 itu sendiri. Maka tidak hanya
Nama-nama, Orang, Anjing, Meja, Rumah, dsb.. adalah pannattis, tapi
Orang itu, Anjing itu, Meja itu, Rumah itu, dsb..juga adalah pannattis.
Adalah Nyata bahwa “Nama-nama” bukanlah Kenyataan tertinggi
sebab Satu Barang yang khusus telah di berikan Nama2 yang berbeda
dalam Bahasa yang berbeda. Ada Satu Episode yang menarik terutama
pemberian Nama di Myanmar.
Seorang Anak Laki2 bernama Mr.Ba muncul untuk Ujian masuk
Universitas, Ia gagal dalam Usahanya yang pertama. Ia muncul lagi
untuk Ujian yang sama Tahun berikutnya dengan Nama baru Mr.Ba. Hla,
Ia gagal lagi. Dalam Tahun ke Tiga ia mengganti Namanya jadi Mr.Ba.
Hla. Than dan duduk lagi untuk ujian. Lagi ia tidak mendapat Nasib baik.
Maka untuk memperbaiki Keberuntungannya ia memakai Nama Mr.Ba.
Hla. Than. Tin pada Tahun ke Empat. Ia gagal lagi dalam Ujian.
Walaupun begitu ia muncul lagi untuk Ujian pada Tahun ke Lima dengan
Nama yang lebih panjang Mr.Ba. Hla. Than. Tin. Nyunt. Wah, ia lulus
10
Ujian sekali ini. Maka ia di kenal sebagai Mr.Ba. Hla. Than. Thin. Nyunt
ketika ia bergabung pada University of Yangon.
Tujuanya ialah, karena Nama2 dapat di pilih atas Kehendak untuk
menandakan Macam2 Barang dan Orang, mereka tidak dapat jadi
Kenyataan yang tertinggi. Namun kita harus menggunakan Nama2 ini
dalam Ungkapan kita se-hari2 dan berbicara untuk berkomunikasi Satu
sama lain. Orang lain jadi mengerti dengan benar Apa yang kita
maksudkan dan Apa yang kita mau maka Ungkapan2 dan Pembicaraan2
ini dengan tidak ada Keinginan berdusta di sebut, Samuti-sacca atau
Kebenaran Konvensional.
Sekarang menurut Abhidhamma, tidak hanya Nama-nama tapi juga
Barang2 dan Orang2, Nama2 yang di maksud tidaklah benar2 Ada.
Anda mungkin membantah: “Mengapa?, kita kan bisa melihat Meja,
Rumah, Orang, Anjing, dan kita juga dapat menyentuh dan merasakan
mereka. Mengapa mereka tidak Ada? “
Kalau begitu sudilah perlihatkan saya Meja itu. Bukankah Kayu itu
yang sedang anda sentuh atau tunjuk itu? Bila anda mengambil keluar
Potongan2 Kayu dari Meja itu, apakah Meja itu masih Ada? Sama juga
dengan Rumah. Bila anda mencopot Ke-empat Dinding2nya dan
membongkar Atap2nya, Rumah itu akan tidak Ada.
Bagaimana dengan Orang dan Anjing? Bila anda mengambil setiap
Bagianya seperti, Rambut, Kuku, Kulit, Daging, Darah, Tulang, Usus,
Jantung, Hati, Paru2, Limpa, dst..pada gilirannya dan mengajukan
Pertanyaan: “Apakah ini Orang atau Anjing itu?” Jawabnya selalu
“Bukan”. Maka Orang dan Anjing itu sebenarnya tidak Ada.
Lagi ada Satu Cuplikan yang menarik, dalam Kitab Suci agama
Buddha antara Dua Orang bijaksana-Raja Milinda dan Y.M. Arahat
Nagasena.
Raja bertanya, “Dengan Nama Apa saya akan mengenal anda,
Tuan?”
Y.M. Nagasena menjawab, “Rekan2ku memanggil saya Nagasena.
Tapi Nama dan Orang yang di panggil sehubungan itu tidak benar2
Ada.”
Raja berkomentar, “Bila Nagasena dan Orangnya tidak Ada, kepada
siapa Orang2 mempersembahkan Dana dan siapa yang menerima
Dana2 ini? Karena anda menerimanya, anda sebenarnya Ada. Mengapa
anda berdusta sedangkan anda punya Kemuliaan yang tinggi?”
Y.M. Nagasena bertanya, “Yang mulia, apakah anda datang ke
Vihara ini jalan kaki atau naik Kereta?”
Raja menjawab, “Saya datang naik Kereta.”
11
Empat Paramattha:
--oOo—
17
Chapter 1.
Citta
Kesadaran.
Kamavacara Cittas.
(Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam kama-loka)
Ada 54 Kamavacara Cittas yang bisa di bagi ke dalam Tiga
Tingkatan.
Lobha-Mula cittas.
Delapan Cittas yang di Akari oleh Lobha (Keserakahan) di berikan
dalam Simbul2 berikut supaya Nama2 mereka gampang di ingat.
1) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam
asankharikam ekam
2) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam
sasankharikam ekam.
3) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam
asankharikam ekam.
4) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam
sasankharikam ekam.
5) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam
asankharikam ekam.
6) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam
sasankharikam ekam.
7) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam asankharikam
ekam.
8) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam sasankharikam
ekam.
Artinya :
Somanassa : Perasaan menyenangkan secara Mental
Sahagatam : Bersama dengan, di kawani oleh.
Ditthi : Pandangan salah menganggap Kamma dan
Akibat2nya tidak ada.
Sampayuttam : Berhubungan dengan, bersekutu bersama.
Vipayuttam : Tidak berhubungan dengan.
20
Penerapan2-nya.
Sejak kita bangun di pagi hari sampai waktunya kita tidur di malam
hari kita selalu kontak dengan Lima Indera (Objek yang kelihatan, Suara,
Bau2an, Pencerapan, Sentuhan) dan dengan Pikiran kita sendiri. Bila
Indera atau Pikiran itu Baik, kita menyukainya, kita merasa melekat
padanya dan kita ingin menikmatinya lebih banyak lagi. Pada waktu ini
Lobha (Keserakahan atau Kemelekatan atau Napsu) timbul dalam
Pikiran kita dan Lobha-Mula Cittas akan terjadi.
Bila kita juga merasa senang pada waktu itu, Lobha-Mula Cittas
akan menjadi Somanassa-Sahagatam. Bila kita merasa Netral pada
waktu itu, Cittas akan menjadi Upekkha-Sahagatam.
Bila kita tidak menyadari Kenyataan bahwa Akusala Cittas sedang
timbul dan mereka akan membuahkan Akibat2 Buruk, maka Lobha-
21
Bilamana kita merasa marah atau tidak senang atau sedih atau
tertekan, Dosa-Mula Citta akan timbul. Dan bila ia timbul, ia di sertai
dengan Keinginan Jahat dan Perasaan Batin yang menyakitkan. Bila ia
timbul Spontan tanpa Ajakkan dari Seseorang ia adalah asankharika.
23
Karena Dua Citta ini sama Kuat, tak Satu-pun lebih spontan dari
yang lain, mereka tidak ada Perbedaan dengan asankharika dan
sasankharika.
Satu Orang yang mempunyai Keraguan tentang Kamma dan
Akibatnya akan mempunyai Satu Moha-Mula Citta dengan Nama:
Upekkha-sahagatam vicikiccha-sampayuttam citta.
Vipaka Cittas dan Kiriya Cittas adalah Cittas Kamma Netral, Kamma
yang tidak efektif, ialah mereka tidak menghasilkan Kamma.
Dari Tujuh Cittas yang di sebut di atas, Lima yang Pertama di kenal
sebagai Panca-Vinnana, ialah Lima Cittas yang menyadari Lima Indera.
Dua yang terakhir, ialah Sampaticchana-citta dan Santirana-citta
menampilkan Dua Keadaan yang di hubungkan dalam Proses
Pengenalan (Kesadaran pada Satu Objek).
termasuk lemah karena mereka belum menyadari pada Indera Baik atau
Buruk, di sertai oleh Perasaan Netral, Pengecualiannya ialah bahwa Dua
Cittas Kayavinnana Tubuh di sertai baik oleh Perasaan Menyakitkan
ataupun Menyenangkan dan Somanassa-Santirana citta, yang timbul
ketika Rasa Enak di sertai oleh Kegembiraan.
Fungsi2 dari Dua avajjana-cittas, yaitu No.1 dan No.2 diatas, dalam
Proses2 Pengenalan telah di jelaskan diatas. Bila Objek Indera muncul
pada salah Satu dari Lima Pintu Indera, adalah Pancadvaravajjana yang
memperlihatkan Kesadaran menuju Indera. Pancadvaravajjana bekerja
bagaikan Satu Pemilih Panjang Gelombang dari Satu Radio. Karena-nya
kita dapat mencatat Rasa2 Satu setelah yang lain-nya.
Ketika Indera atau Objek Pikiran muncul pada Pintu Pikiran adalah
Mano-dvaravajjana yang memperlihatkan Kesadaran menuju Indera.
Hasituppada-Citta hanya dapat timbul pada Buddha dan para
Arahat ketika mereka tersenyum. Catatan bahwa itu di sertai oleh
Kegembiraan sedangkan Dua Avajjana-cittas di sertai oleh Perasaan
Netral.
29
Kama-Sobhana Cittas.
(Kesadaran yang cantik dari Dunia Indera).
Maha-Kusala cittas.
Delapan Maha-kusala cittas di nyatakan dengan Simbul2 dan
Nama2 yang sama dengan Delapan Lobha-mula cittas.
Artinya.
Delapan Cittas diatas dapat di terjemahkan dengan Cara yang sama
seperti kita telah menterjemahkan delapan Lobha-mula citta. Satu-
satunya Perubahan yang perlu ialah mengganti “ditthi – Pandangan
Salah” dengan “nana – Pengetahuan atau Pengertian”. Pengetahuan
ini Dasarnya berarti Pengetahuan dari mengetahui Keberadaan pada
Kamma dan Akibat2-Kamma. Maka sekarang kita lanjutkan:
1. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan
bersekutu dengan Pengetahuan.
2. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan
bersekutu dengan Pengetahuan.
3. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan tidak
bersekutu dengan Pengetahuan.
4. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan
Tidak bersekutu dengan Pengetahuan.
5. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan
Bersekutu dengan Pengetahuan.
6. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral
dan Bersekutu dengan Pengetahuan.
7. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan
Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan.
8. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral
dan Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan.
31
Penerapan2.
Hanya Ada Dua Tipe Cittas yang membuahkan Bibit2 Kamma dan
yang akan menimbulkan Akibat2 Kamma. Mereka adalah Akusala-citta
dan Kusala citta. Maka bila kita dapat mengontrol Pikiran kita terbebas
dari Pengaruh Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian) dan Moha
(Khayalan), kita akan mempunyai Kusala Cittas.
Bila kita memberi Sedekah, kita tidak mempunyai Kemelekatan
(Alobha) pada Sedekahnya dan Keinginan Baik (Adosa) bagi
Kesejahteraan Orang yang menerima Sedekah. Selanjutnya, bila kita
juga punya Pengetahuan (Amoha) Kamma dan Akibat2 Kamma pada
saat kita memberikan, kita mempunyai semua Tiga Akar2 Bermanfaat
untuk menyertai Citta kita.
Bila kita mempersembahkan Sedekah tanpa di bujuk oleh Seseorang
dan bila kita juga gembira pada waktu memberikan, Kusala Cittas akan
menjadi Somanassa-sahagatam nana Sampayuttam asankharikam
maha-kusala citta
Bila Anak2 Kecil, tanpa Pengetahuan Kamma atau Akibat2 Kamma
memuja dengan gembira pada Seorang Bhikkhu atau Buddha Rupang
setelah di bujuk oleh Orang Tua mereka, Somanassa-Sahagatam-nana-
Vipayuttam sasankharika maha-kusala citta, akan timbul.
Delapan Tipe dari Kusala citta di gambarkan lebih lanjut dengan
Contoh2 berikut:
Rupavacara Cittas.
(Kesadaran yang pada umumnya di alami dalam Rupa-Loka)
Apakah Jhana?
Jhana adalah Satu Keadaan Konsentrasi yang di sengaja atau
Pencerapan pada Satu Objek. Itu adalah Satu Gabungan Faktor2
Pencerapan (jhananga). Faktor2 ini jumlahnya Lima, mereka adalah:
34
dengan Lempung atau Tanah. Objek ini di tempatkan di atas Satu Stand
dengan demikian Seorang dapat melihatnya dengan baik.
Duduk dengan nyaman Dua setengah Cubit (3,75 Kaki) Jaraknya dari
Lingkaran Bumi, Seorang berkonsentrasi padanya, berkata dalam Hati,
“pathavi, pathavi” atau “tanah, tanah…” Lingkaran Hipnotis yang sedang
di lihat di kenal sebagai Parikamma-nimitta (Bayangan Persiapan)
Sekarang Lima Faktor2 Jhana di kembangkan per-lahan-lahan.
Penerapan Awal (Vitakka) menujukan Pikiran ke Arah Objek (Lingkaran-
Bumi), ia untuk sementara mencegah Kemalasan dan Kelambanan.
Pertahanan Penerapan (Vicara) menetapkan Pikiran pada Objek dengan
memeriksa Objek itu lagi dan lagi, ia untuk sementara mencegah
Keraguan (Vicikiccha).
Piti mengembangkan Kegembiraan atau Keinginan yang
menyenangkan pada Objek, ia untuk sementara mencegah Keinginan
Jahat. Piti juga adalah Sebuah Pertanda dari Sukha (Perasaan
menyenangkan). Piti menciptakan Satu Ketertarikan pada Subjek
sedangkan Sukha memungkinkan Seorang menikmati Objek. Sukha
memegang Pikiran untuk tinggal lebih lama pada Objek dengan
Berkahnya, ia untuk sementara menyingkirkan Kegelisahan dan
Penyesalan.
Ekaggata mengumpulkan Citta dan Sekutu2nya pada Objek untuk
mencapai Keadaan Satu Pemusatan, ia untuk sementara mencegah
Napsu Kenikmatan.
Ketika Rintangan2 untuk sementara surut, Pikiran tidak
mengembara dari Objek se-sering sebelumnya dan Sebuah Tingkat
Konsentrasi yang lemah di capai. Pada Keadaan ini Seorang dapat
melihat Lingkaran Bumi dengan Mata tertutup sebagaimana ia telah
melihatnya dengan membuka Mata. Bayangan visualisasi ini di sebut
Uggaha-nimitta (Bayangan yang di terima).
Sekarang Seorang bermeditasi pada Bayangan yang di terima ini
dengan Mata tertutup, berkata dalam Hati; “pathavi, pathavi” seperti
sebelumnya.
Bila Seorang mencapai Satu Tingkat Konsentrasi yang lebih tinggi,
Bayangan itu tiba2 berubah Warna dan Penampilannya. Ia menjadi
berlipat kali lebih terang dan ia sehalus Permukaan dari Sebuah Cermin.
Perubahan ini seperti mengambil Satu Cermin keluar dari Kantong
Kulitnya yang kasar. Bayangan baru ini juga di kenal sebagai Patibhaga-
nimitta (Bayangan Tandingan).
Perbedaan diantara Dua Bayangan sangat jelas. Uggaha-nimitta
ialah Sebuah Tiruan Pikiran Nyata dari Objek asli, ia memuat semua
36
Artinya.
1. Jhana Pertama Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan
Awal, Penerapan yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan
dan Satu Pemusatan
2. .Jhana Kedua Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan
yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan dan Satu
Pemusatan.
3. Jhana Ketiga Kesadaran Moral bersama dengan Kegembiraan,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
4. .Jhana Ke-empat Kesadaran Moral bersama dengan
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
5. .Jhana Ke-lima Kesadaran Moral bersama dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan
Arupavacara Cittas.
(Kesadaran yang umumnya di alami dalam Arupa-loka)
Ada 12 Arupavacara Cittas yang di bagi sama menjadi Tiga Grup dari
Kusala, Vipaka dan Kiriya Cittas.
Arupa Jhanas.
Orang yang telah mengembangkan Lima Rupa Jhanas bisa naik lagi
ke Tangga Konsentrasi ke Arupa Jhana. Dalam mengerjakan itu ia
menggunakan Konsentrasi yang di sertai dengan Rupa Jhana Ke-lima
sebagai Dasarnya.
Ia juga harus mempertimbangkan tentang Ketidak Puasan dari
Tubuh Pisik dan Persoalan2 yang di buatnya karena Panas dan Dingin,
Gigitan Serangga, Kelaparan dan Kehausan, Penyakit2, Usia Tua dan
Kematian.
Ketika ia merasa terlepas dari Tubuh Pisik dan Rupa, ia pertama-
tama mengembangkan Jhana Ke-lima dengan Meditasi pada Patibhaga
Nimitta dari Pathavi-kasina. Ia kemudian keluar dari Jhana Ke-lima dan,
walaupun Patibhaga Nimitta ada di dalam Pandangannya, ia
mengabaikannya dan mencoba untuk berkonsentrasi pada Ruang Tak
Terbatas (Akasa) di balik itu dan Bermeditasi “Akasa, akasa” diulang-
ulang.
Ketika Kemelekatannya yang lemah (nikanti) pada Patibhaga
Nimitta lenyap, Nimitta juga tiba2 lenyap membeberkan Ruang Tidak
Terbatas. Memusatkan Kesadarannya pada Ruang Tidak Terbatas ini, ia
meneruskan Meditasi pada “Akasa, akasa” hingga ia mencapai Arupa
Jhana Pertama. Jhana ini di sebut Akasanancayatana kusala citta sebab
ia memusatkan pada Akasa.
Ia kemudian melanjutkan Meditasinya dengan memusatkan
Kesadarannya pada Akasanancayatana kusala citta, bermeditasi
“Vinnana, vinnana” berulang-ulang sampai ia mencapai Arupa Jhana Ke-
dua. Jhana ini di sebut Vinnanancayatana Kusala Citta.
Untuk mengembangkan Arupa Jhana Ke-tiga, ia memusatkan
Perhatian bukan pada Akasanancayatana kusala citta tapi pada
Kekosongan, bermeditasi “Nathi kinci” (Tidak ada Apa-pun juga)
berulang-ulang sampai ia mencapai Jhana. Jhana ini di sebut
“Akincannayatana kusala citta. – “akincanna” Artinya juga
“Kekosongan”.
Dengan mengambil Kesadaran Arupa Jhana Ke-tiga sebagai Objek
meditasi, ia lebih lanjut dapat mengembangkan Arupa Jhana Ke-empat.
Jhana ini di sebut Nevasanna-nasannayatana kusala citta. Ini secara
literatur Artinya “Tidak ada Persepsi atau-pun bukan Tidak ada
Persepsi” Itu mengacu pada Kenyataan bahwa Kesadaran Arupa Jhana
Ke-empat begitu halus dan tidak kentara bahwa Seseorang tidak dapat
40
Artinya;
1.Akasanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan. Ruang Tidak Terbatas
2.Vinnanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan, Kesadaran mendalam.
3.Akincannayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan
Satu Pemusatan, Kekosongan.
4.N’evasanna n’sannayatana, Kesadaran Moral dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan, Bukan Pencerapan pun
bukan, Bukan Pencerapan.
Artinya:
1.Jalan – Kesadaran Sotapatti.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Pemasuk Arus).
2.Jalan – Kesadaran Sakadagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Kembali Sekali).
3.Jalan – Kesadaran Anagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Tidak Kembali).
4.Jalan – Kesadaran Arahatta.
(Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Arahat).
Karena setiap Dasar Jalan – Kesadaran dari yang Empat ini dapat
bersama dengan Lima Rupavacara Jhana bergiliran, maka ada 20 Jalan
Kesadaran Jhana yang di capai di dalam Jalur Samatha – Yanika.
Artinya:
1.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Pertama bersama dengan
Penerapan awal, Penerapan Terus menerus, Kegiuran,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
44
Pada Dasarnya disini ada Empat lokuttara vipaka citta sebagai Buah
dari Empat lokuttara kusala cittas. Empat Tipe Hasil Kesadaran diatas
Keduniawian ini di sadari di dalam Jalur vipassana-yanika.
1.Sotapatti-phala-cittam.
2.Sakadagami-phala-cittam.
3.Anagami-phala-cittam.
4.Arahatta-phala-cittam.
Artinya;
1.Buah Kesadaran Sotapatti.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Pemasuk Arus).
2.Buah Kesadaran Sakadagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Kembali Sekali).
3.Buah Kesadaran Anagami.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Tidak Kembali).
4.Buah Kesadaran Arahatta.
(Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Ke-Arahatan).
Lagi masing2 dari Empat Buah Kesadaran Dasar ini dapat bekerja
sama dengan Lima Rupavacara Jhana bergantian, menimbulkan 20
Buah Kesadaran semuanya. Ini semua di sadari dalam Jalur Samatha-
yanika.
Nama2 dari Lima Buah Kesadaran Jhana Arahatta di jelaskan di
bawah ini sebagai Contoh;
45
Artinya:
1.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Pertama bersama dengan
Penyerapan awal, Penyerapan terus menerus, Kegiuran,
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
2.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-dua bersama dengan
Penyerapan terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu
Pemusatan.
3.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-tiga bersama dengan
Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
4.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-empat bersama dengan
Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.
5.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-lima bersama dengan
Keseimbangan dan Satu Pemusatan.
1.Akusala Cittas . . . . . . . : 12
Mereka adalah 8 Lobha mula Cittas, 2 dosa mula cittas dan 2 moha
mula cittas.
2.Ahetuka Cittas . . . . . . : 18
46
Table 1.1
Classification of Cittas according to Feeling.
--oOo--
50
Chapter 2
Annasma 1 Sabba-citta
na saddharana (7)
(13) 2 Pakinnaka (6)
1 Moha-catukka (4)
Akusala 2 Lobha-tri (3)
Cetasi (14) 3 Dosa-catukka(4)
kas (52) 4 End-tri(3)
1 Sobhana
sadharana(19)
Sobhana
2 Virati (3)
(25)
3 Appamanna(2)
4 Pannindriya(1)
Sabbacitta-Sadharana Cetasikas.
( Yang Pokok atau yang Utama – 7 )
1.Phassa.
Phassa melengkapi Kontak antara Objek Indera, Organ Indera dan
Citta. Contoh: Kontak antara Objek Penglihatan, Organ Penglihatan
(Mata) dan Kesadaran Mata (Cakkhu-Vinnana) di sertai oleh phassa.
Tanpa phassa tidak akan ada Kesan Indera dan Akibatnya tidak ada
Kesadaran.
2.Vedana.
Vedana menikmati Citarasa dari Objek Indera. Ia bagaikan Seorang
Raja yang menikmati Satu Hidangan lezat.
Perasaan adalah sangat penting bagi Orang Sedunia. Orang2
berjuang Siang Malam untuk Kenikmatan pada Kesenangan Indera yang
bukanlah Apa-apa kecuali Perasaan menyenangkan.
Dalam Hubungan Sebab Akibat dari Hukum sebab Akibat yang saling
Bergantungan (paticca-samuppada), Kontak mengkondisikan timbulnya
Perasaan, dan Perasaan mengkondisikan timbulnya Kemelekatan
(tanha).
53
3.Sanna.
Sanna mencatat Objek2 Indera seperti Warna, Bentuk, Rupa, Nama
dst… Ia berfungsi sebagai Ingatan. Adalah Sanna Yang memungkinkan
Se-orang mengenali Sebuah Objek yang ia pernah terima oleh Pikiran
melalui Indera2. Tanpa Sanna, kita tidak dapat mengingat Nama kita,
Orang tua kita, Istri kita dan Anak2 kita, Rumah kita dst… Demikian ia
tidak akan mungkin hidup di dalam Komunitas.
Semua Grup dari Ingatan – masa lampau, sekarang, akan datang,
dari Diri sendiri dan dari luar – di rancang sebagai Sannakhandha, yang
juga salah satu dari Lima Kelompok Kehidupan.
4.Cetana.
Cetana mengatur Keadaan Mental bersekutu dengan Dirinya sendiri
pada Objek dari Kesadaran seperti Seorang Ketua Pengikut atau seperti
Seorang Pemilik Pertanian yang memenuhi Tugas2nya dan begitu juga
mengatur Pekerjaan2 yang lainnya. Cetana memuhi Fungsinya dan
mengatur Fungsi2 dari Pengikut2 Mental yang lainnya, yang bersekutu
dengannya.
Cetana bertindak pada Pengikut2nya, bertindak dalam
mendapatkan Objek, dan bertindak dalam Penyempurnaan Tugas;
demikianlah ia menentukan Tindakan.
Menurut Anguttara Nikaya (VI, 13), Sang Buddha mengatakan :
“Kehendak adalah Perbuatan (Kamma), demikian saya katakan, O para
Bhikkhu, begitu Kehendak timbul, Seorang melakukan Perbuatan, baik
dengan Tubuh, Perkataan atau Pikiran”.
Demikianlah Cetana memainkan Satu Peran penting dalam semua
Perbuatan – ia menentukan apakah Satu Perbuatan Bermoral atau Tidak
Bermoral. Ia adalah Cetasika yang paling menonjol dalam Kesadaran
Dunia (Lokiya) sedangkan Panna (Kebijaksanaan) adalah Cetasika yang
paling Penting dalam Kesadaran diatas Keduniawian (Lokuttara).
Tidak termasuk Vedana dan Sanna, Semua Sisa-nya Limapuluh
Cetasikas, dengan Cetana yang Utama, di rancang sebagai
Sankharakhandha (Grup- Bentukan), yang juga salah Satu dari Lima
Grup Kehidupan.
54
5.Ekaggata.
Ekaggata memusatkan Citta dan Pengikut2nya pada Satu Objek. Ia
mencegah Pembantu2-nya dari Pemborosan dan menetapkan mereka
pada Satu Objek. Ia sama seperti Air yang merekatkan bersama
beberapa Zat untuk membentuk Satu Massa yang Konkrit. Ia seperti
Sebuah Tiang yang teguh dan kokoh yang tidak dapat di guncang oleh
Badai.
Ekaggata adalah salah Satu dari Lima Faktor Jhana. Bila di
kembangkan dan di olah melalui Meditasi, ia di kenal sebagai Samadhi.
Ia adalah Bibit dari semua Kesadaran yang penuh Perhatian, terpilih,
terpusat dan terkonsentrasi.
6.Jivitindriya.
Jivitindriya adalah Satu Gabungan dari Dua Kondisi.
Jivita + indriya = Kehidupan + Kemampuan Batin mengontrol.
Disebut jivita karena ia mempertahankan Pengikut2nya. Disebut
indriya karena ia mengatur Pengikut2nya.
Persis seperti Teratai di topang oleh Air, dan seorang Anak oleh
seorang Perawat, demikianlah Pengikut2 Mental di topang oleh
Jivitindriya.
Walaupun Cetana menentukan Kegiatan2 dari semua Pengikut2
Mental, adalah jivitindriya yang memasukkan Kehidupan ke dalam
Cetana dan Pengikut2 yang lainnya.
7.Manasikara.
Manasikara ialah Pikiran Pertama “Berhadapan dengan Sebuah
Objek” dan “Mengarahkan Pengikut2 Mental yang bersekutu pada
Objek”. Selanjutnya ialah Faktor yang menonjol di dalam Dua Avajjana-
citta -- yaitu, pancadvaravajjana-citta dan mano-dvaravajjana-citta,
ialah Penuh Perhatian pada Lima-Pintu-Indera dan Penuh Perhatian
pada Pintu-Pikiran. Dua Keadaan Kesadaran ini, menembus Kelanjutan-
Kehidupan (Bhavanga), membentuk Keadaan Pertama dalam Proses
Ingatan.
Sebagaimana Kemudi dari Satu Kapal mengarahkan kepada
Tujuannya, maka manasikara mengarahkan Citta dan Pengikut2-nya
menuju Objek Indera. Tanpa manasikara, Pikiran seperti sebuah Kapal
tidak berkemudi dan ia tidak dapat menyadari Sebuah Objek. Kita
punya Satu Peribahasa di Myanmar seperti ini: “Bila kita tidak penuh
Perhatian, kita tidak akan melihat Sebuah Gua”.
55
1.Vitakka.
Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2-nya kepada Objek Indera.
Bagaikan Anggauta Istana kesayangan Raja memperkenalkan Se-
seorang kepada Raja, demikian juga Vitakka memperkenalkan Citta dan
Pengikut2nya kepada Objek.
Sebagaimana di jelaskan di atas, manasikara menujukan Citta dan
Pengikut2nya kepada Objek, sedangkan Vitakka mengerahkan kepada
Objek.
Vitakka, manasikara, dan cetana bisa di bedakan lebih lanjut
dengan membandingkan mereka dengan Orang2 dalam Satu Perahu
Lomba menuju Satu Bendera. Manasikara seperti Kemudi-Pengatur
Perahu, Vitakka seperti para Pendayung di Lambung Perahu, dan
Cetana seperti Pendayung Utama yang tidak saja mendayung Perahu
tapi juga mendorong yang lainnya untuk mendayung sepenuh Tenaga
mereka dan merebut Bendera Kemenangan ketika Perahu mencapai
Tujuan.
Sebagaimana Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2nya pada
berbagai Objek menjuruskan ke berbagai Proses berpikir, ia juga di
kenal sebagai Konsep Pikiran.
Vitakka adalah Salah satu dari Lima Faktor2 Jhana. Ia mencegah
Kemalasan dan Kelambanan (Thina – Middha). Bila ia di kembangkan
dan di kuatkan, ia menjadi Faktor paling Utama dari Jhana Pertama. Ia
adalah juga Faktor Ke-dua di kenal sebagai “Samma-sankappa”
(BeGrpikir benar) di dalam Jalan Utama Berunsur Delapan.
2.Vicara.
Vicara mempertahankan Citta dan Pengikut2nya pada Objek
dengan membiarkan mereka menerima Objek lagi dan lagi. Seperti
Vitakka, ia adalah Sebuah Faktor Jhana. Ia mencegah Vicikiccha
(Keraguan).
Vitaka ialah Perintis dari Vicara. Ke-duanya akan di bedakan seperti
ini : Seperti Kepakkan dari Seekor Burung berusaha untuk terbang ialah
Vitakka, Seperti Rencananya Pergerakan di Udara ialah Vicara, Seperti
memukul Tambur atau Genta ialah Vitakka, Seperti Gema-nya ialah
Vicara.
57
3.Adhimoka.
Adhimoka membuat Keputusan dengan Rasa Hormat pada Objek-
Indera. Ia Seperti Se-orang Hakim memutuskan Sebuah Kasus. Ia juga di
bandingkan kepada Sebuah Tiang yang Kokoh menjamin tidak
bergoyang dalam membuat Keputusan. Ia berlawanan dengan
Vicikiccha – Keraguan atau Kebimbangan.
4.Viriya.
Viriya lebih kurang sama dengan Usaha, Tenaga, Pengerahan
Tenaga, Keberanian, Kejantanan atau Kepahlawanan. Ia bisa di
definisikan sebagai Satu Keadaan penuh Energi atau Keberanian.
Ia mempunyai Sifat Khusus dari membantu, menegakkan atau
mempertahankan Pengikut2-nya. Bagaikan Satu Rumah yang miring, di
tunjang oleh Tiang2 yang baru, tidak akan roboh, demikian juga para
Pengikut di bantu oleh Viriya, tidak akan mengalah.
Persis sebagai Satu Bala Bantuan yang kuat akan membantu Satu
angkatan Perang untuk bertahan sebagai ganti dari Mundur, begitulah
Viriya menegakkan atau mengangkat Pengikut2-nya.
Viriya di anggap sebagai Satu Kemampuan Spiritual (Indriya) sebab
ia mengatur dan mengatasi Kemalasan. Ia juga salah satu dari Lima
Kekuatan (Bala) sebab ia tidak dapat di guncang oleh Lawannya,
Kemalasan. Ia juga melayani sebagai Satu dari Empat Cara dari
menyempurnakan Hidup Se-seorang (Iddhipada).
Menurut Kitab Atthasalini, Viriya harus di anggap sebagai Akar dari
semua Pencapaian.
5.Piti.
Piti umumnya di terjemahklan sebagai Terpesona, Kegembiraan,
Kebahagiaan, Ketertarikan atau Semangat yang besar. Ia berhubungan
pada Pamojja (Kegembiraan) dan pada Sukha (Perasaan Senang), tapi ia
bukan Satu Perasaan atau Sensasi, dan makanya ia tidak termasuk pada
Grup-Perasaan (Vedana-khandha). Piti ialah Pertanda dari Sukha.
Seperti Penglihatan pada Sebuah Kolam dari Seorang Pengelana yang
cemas, adalah piti. Seperti meminum Air dan mandi di sana ialah Sukha.
Menciptakan Satu Keinginan yang menggembirakan dalam Objek
adalah Sifat khusus dari piti. Piti adalah Satu Faktor Jhana. Ia mencegah
Vyapada (Keinginan Jahat atau Ketidaksukaan).
Ada Lima Tingkatan dari Piti;
1. Khuddaka piti : Gejolak Hati Kegembiraan yang menyebabkan
tegaknya Bulu-roma.
58
6.Chanda.
Chanda telah di terjemahkan sebagai “conation, Kemauan,
Keinginan, napsu atau Hendak” oleh beberapa Pengarang. Sifat Utama
dari Chanda ialah “Keinginan untuk berbuat”. Ia bagaikan mengulurkan
Tangan untuk menggenggam sebuah Objek.
Juga “Satu Napsu untuk Sesuatu”. Chanda ialah Satu Kondisi
psykologis-etis yang Netral. Ia harus di bedakan dari Tidak Bermoral,
Lobha yang adalah “Satu Napsu dengan Kemelekatan”.
Dalam kamacchanda (Napsu Indera) dan Chanda-raga (Napsu-
gairah), Chanda berpasangan dengan Lobha, dua Gabungan Kata2 ini
sebenarnya menunjukkan Lobha.
Stiap Tindakan di mulai dengan Chanda. Contoh, Perbuatan berdiri
di mulai dengan Keinginan (Chanda) untuk berdiri. Adalah jelas bahwa
Perjalanan sejauh seribu Mil di mulai dengan Langkah Pertama, dan
Langkah Pertama itulah Chanda. Kita tidak dapat pergi tanpa Keinginan
untuk pergi, dan kita tidak dapat sampai pada Satu Tempat tanpa
Keinginan untuk berada di sana.
Bila di giatkan, Chanda menjadi “Kehendak” dan mengarah pada
Keberhasilan sebagaimana “Ada Jalan bila ada Kemauan”. Maka seperti
Viriya, Chanda termasuk di dalam Empat Cara untuk menyempurnakan
Hidup Se-seorang. (iddhipada).
Akusala Cetasika.
(Pengikut Mental Tidak Bermoral).
2 Lobha-Tri -- papanca-dhamma -- 3
Satu Grup dari Tiga Cetasika di kepalai oleh Lobha.
5). Lobha -- raga - tanha-- Keserakahan, Kemelekatan, Napsu
Indera.
1.Moha.
Moha adalah Ketidaktahuan pada Alamiah sebenarnya dari Objek-
Indera. Sesuatu yang Hidup atau Tidak Hidup terdiri dari nama dan rupa
(Pikiran dan Materi) yang di berkahi dengan Empat Sifat Umum dari
anicca (Tidak kekal), dukkha (menderita), anatta (Tidak berpribadi) dan
asubha (Kejijikkan).
Karena moha menyelubungi Mata Mental kita dan menghalangi kita
dari Penglihatan akan Alamiah Sebenarnya dari Barang2, kita tidak
dapat melihat Hal yang sebenarnya dari timbul dan berakhirnya yang
terus menerus dari nama dan rupa dan Konsekwensi Empat Sifat2 yang
di sebut diatas. Bila kita tidak dapat melihat Alamiah Hal-hal yang
sebenarnya, kita jadi binggung dan menganggap Sifat yang berlawanan
60
sebagai yang Asli. Maka kita melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha
(menyenangkan), atta (Pribadi atau Orang) dan subha (cantik).
Karena Hal-hal Pandangan Salah dari moha, Satu Mata Rantai dari
Akibat2 yang tidak di inginkan termasuk Penderitaan dan Kesengsaraan
timbul Satu setelah yang lainnya. Maka moha adalah sebagai Direktur
Satu Film Layar Putih, ia mengarahkan Segalanya tapi kita tidak
menyadari-nya karena kita tidak dapat melihat si Direktur pada Film itu.
Ia benar2 Akar mula dari semua Kejahatan dan Penderitaan di dalam
Dunia.
Moha adalah Pemimpin dari semua Cetasika Tidak Bermoral. Moha
dan Tiga Sejenisnya (ahirika, anottappa dan uddhacca) bersekutu
dengan semua Kesadaran Tidak Bermoral. Maka mereka di kenal
sebagai “akusala sadharana”.
Karena Moha berlawanan dengan Pengertian atau Kebijaksanaan, ia
di kenal sebagai “avijja”. Moha menutupi Pengetahuan kita
sehubungan dengan Kamma dan Akibat2-nya dan Empat Kebenaran
Mulia.
2.Ahirika.
Ahirika mendorong Orang untuk Tidak mempunyai rasa malu
melakukan Perbuatan, Pembicaraan dan Pikiran2 Tidak Bermoral.
Dalam Puggala-pannatti (para.59) di tulis demikian : “Tidak malu
pada Perbuatan jahat atau Hal-hal yang Tidak Bermanfaat; Ini di sebut
tidak ada Malu secara Moral. Bagaikan Se-ekor Babi kampung yang tidak
punya rasa jijik memakan Najis, maka ahirika tidak punya rasa Jijik
dalam melakukan Perbuatan2 Jahat”.
3.Anotttappa.
Anottappa mendorong Se-seorang untuk tidak takut melakukan
Perbuatan, Perkataan dan Pikiran2 Tidak Bermoral.
Dalam Kitab Puggala-pannatta (para. 60) tertulis: “Tiada rasa takut
kepada Apa yang Seorang harus takuti, tiada takut pada Kejahatan, Hal2
yang Tidak Bermanfaat ini di sebut tidak takut melanggar Moral”
Anottappa di bandingkan pada Se-ekor Ngengat yang hangus oleh
Api. Ngengat itu tidak menyadari akibat2nya, merasa tertarik oleh Api
dan menyerbu ke dalam Api. Dengan Cara yang sama anottappa tidak
menyadari Akibat2nya, merasa tertarik oleh Kejahatan, Hal-hal yang
tidak Bermanfaat dan mencebur ke dalam Perbuatan2 Jahat.
Di katakan dalam Kitab Anguttara Nikaya (ii, 6): “Ada Dua Hal yang
menakutkan, yaitu Tidak malu berbuat Salah dan tidak takut berbuat
61
4.Uddhacca.
Uddhacca ialah Keadaan Pikiran yang gelisah yang di bandingkan
pada Keadaan yang bergolak dari Se-onggok Abu bila di timpa dengan
Sebuah Batu.
Seperti kita tidak dapat melihat Wajah kita dalam Air yang
mendidih. Satu Pikiran yang gelisah tidak akan melihat Akibat2 dari
Perbuatan Jahat. Uddhacca juga Satu Pengikut dari Moha yang
membuat Pikiran bingung dan membiarkan Gangguan (Uddhacca)
timbul sebagai Akibatnya.
5.Lobha.
Lobha ialah Satu Napsu yang kuat pada Objek2 Indera atau
Kebahagiaan Jhana. Ia tidak pernah berhenti, Hakekat Alamiah ini dari
Napsu bagaimana banyak-pun Orang memiliki. Walaupun seluruh
Kekayaan di Bumi tidak dapat memuaskan Napsu karena Lobha. Ia
selalu mencari-cari Sesuatu yang baru. Demikianlah Seseorang tidak
dapat betul2 bahagia bila ia tidak dapat menghilangkan Lobha.
Alamiah Ke-dua dari Lobha ialah Kemelekatan atau menempel pada
Objek2 Indera atau pada Jhana dan Kebahagiaan Jhana. Kemelekatan
secara Alamiah ini di bandingkan dengan Kemelekatan Alamiah dari
Perekat Penangkap Monyet. Perekat ini dipersiapkan dengan
memanaskan beberapa Jenis Getah lengket yang ada di Hutan, di
bentuk jadi Satu Pasta yang lengket.
Penangkap Monyet menaruh Perekat yang lengket ini pada
beberapa Batang Pohon. Ketika Sinar Matahari menyinari Perekat itu,
berbagai Sinar Spektrum memancarkan Sinarnya. Se-Ekor Monyet, jadi
kepingin tahu, memegang Perekat dengan Satu Cakarnya yang menjadi
menempel dengan kuat pada Perekat itu. Dalam Perjuangannya untuk
menarik Cakarnya ini, Monyet mendorong Dahan Pohon dengan
Cakarnya yang lain dan juga menendang Pohon itu dengan Kedua
Kakinya. Dengan demikian Kedua Cakar dan Kedua Kakinya menempel
pada Perekat itu.
Lalu Monyet itu mencoba untuk menarik Dirinya dengan
mendorong Pohon dengan Kepalanya. Maka demikian juga Kepala itu
menempel pada Pohon itu. Sekarang Penangkap Monyet keluar dari
62
6.Ditthi
Ditthi biasanya di terjemahkan sebagai Pandangan, Kepercayaan,
Pendapat dst… Samma ditthi artinya Pandangan Benar dan Miccha-
ditthi artinya Pandangan Salah. Disini, sebagai Satu Cetasika Tidak
Bermoral, ditthi di gunakan dalam Indera dari Pandangan Salah.
Telah di jelaskan di atas bahwa Moha menyelubungi Pikiran dan
membutakan Mata tidak melihat Hal-hal sebagaimana adanya. Ia
membuat Se-seorang melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha
(menyenangkan), atta (diri atau Orang) dan subha (cantik). Disebabkan
dari Pandangan Salah ini, lobha menempel atau melekat pada “Diri atau
Orang” dan ditthi mengambil Pandangan Salah itu bahwa “Diri” dan
“Orang” betul2 Ber-ada.
Yang paling mendasar dari Pandangan Salah yang Umum ialah,
“Kepercayaan-Kepribadian” (Sakkaya-ditthi) atau “Ilusi-Keakuan” (atta-
ditthi). Sakaya-ditthi mempercayai bahwa Gabungan ini dari Pikiran dan
Tubuh adalah “Saya”, “Kamu”, “Dia (laki2)”, “Dia (perempuan)”, “Laki2”,
“Perempuan”, “Orang”, dst…. Atta-ditthi mempercayai Keberadaannya
dari Satu “atta atau Jiwa” atau “Diri” atau “Kehidupan yang sungguh2
Ada” di dalam Tubuh.
Dari Sakaya-ditthi atau atta-ditthi ini, begitu juga dari Kegelapan
Batin karena Moha dari sana keluar ribuan Pandangan2 Salah.
Sakaya-ditthi adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu yang
mengikat pada Keberadaan. Ia di hilangkan hanya pada Pencapaian
Jalan dari Pemenang Arus (Sotapatti – magga).
63
7.Mana.
Mana (Kesombongan), seperti ditthi, adalah juga Satu Hasil
Sampingan dari Moha dan Lobha. Moha menjadikan Pandangan Salah
bahwa “Orang” ber-ada dan bahwa mereka kekal. Menyenangkan dan
cantik. Maka lobha menempel pada Orang2 ini, terutama Se-seorang
diwakili oleh Dirinya.
Mana menganggap Diri Orang ini sebagai Saya-terbaik, Saya paling-
mengetahui, Saya tidak ada Bandingnya di Dunia.
Kesombongan ini atau Kebanggaan ada Tiga Jenis: Kesombongan-
Kesamaan (mana), Kesombongan-Kekurangan (omana) dan
Kesombongan-Kelebihan (atimana) sebagaimana Pepatah mengatakan:
“Kebanggaan akan mendapat Satu Kejatuhan”, Kebanggaan atau
Kesombongan bukanlah Satu Kebajikan untuk di banggakan.
Mana adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia
hilang sepenuhnya pada Pencapaian Ke-Arahatan.
8.Dosa.
Dosa di terjemahkan sebagai “Kebencian, Kemarahan atau Ketidak-
sukaan”. Ia adalah Unsur yang paling menghancurkan di Dunia. Ia lebih
menakutkan dari pada Senjata Atom. Tentu saja, ketika Se-seorang
menarik Pelatuk pada Senjata Atom, ia melakukan itu di bawah
Pengaruh dari Dosa.
Umumnya, ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek-Indera
yang di inginkan, Penempelan atau Kemelekatan (lobha) timbul, dan
ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek yang Tidak di-inginkan,
Kemarahan atau Ketidak-sukaan timbul. Kemarahan (Dosa)
menghancurkan ia lebih dulu sebelum menghancurkan yang lainnya.
Tidak hanya menggelembung, Dosa sebagaimana di perlihatkan Se-
seorang dalam Satu Kemarahan juga Tekanan Dosa seperti yang
Seorang rasakan oleh Satu Kesedihan atau Orang yang tertekan adalah
merusak. Menurut Abhidhamma, Orang yang membalas Satu Hinaan
adalah lebih bodoh dari pada Orang yang menghina-nya.
9.Issa.
Issa mempunyai Karakteristik iri pada Keberhasilan dan
Kesejahteraan Orang lain. Ia adalah Objektif, ia tidak melihat pada Diri
sendiri tetapi pada Orang lain.
10.Macchariya.
Macchariya mempunyai Karakteristik menyembunyikan Milik Se-
seorang. Ia tidak menghargai untuk berbagi Milik Se-seorang atau Hak
64
11.Kukkucca.
Kukkucca mempunyai Karakteristik bersedih hati atas Kejahatan
yang telah di lakukan dan atas Perbuatan Baik yang tidak di lakukan.
Sebagaimana tidak berguna untuk menangisi Susu yang tumpah, itu
tidak berguna untuk menyesali atau merasa menyesal tentang
Perbuatan salah.
Issa, Macchariya dan Kukkucca adalah Tiga Sekawan dari Dosa.
Mereka timbul secara terpisah sebab Garis2 Alasan mereka berbeda,
tetapi bila Salah Satu dari mereka timbul, ia selalu di sertai oleh Dosa.
12.Thina.
Thina ialah Keadaan Pikiran yang menyusut (Segan2) seperti Bulu
Ayam di dekat Api. Ketika Seorang tidak berbuat Apa2 karena kurang
Viriya (Usaha), Seorang itu di bawah Pengaruh thina. Ia adalah Penyakit
dari Citta.
13.Middha.
Middha ialah Keadaan dari Pengikut Mental yang tidak waras. Bila
Seorang merasa tidak aktif atau lamban, ia di pengaruhi oleh middha. Ia
adalah Penyakit dari Cetasika.
Ke-duanya thina dan middha berlawanan dengan Viriya. Dimana
ada thina dan middha, disana tidak ada Viriya.
14.Vicikiccha.
Vicikiccha ialah Ke-ragu2-an tentang ajaran Buddha, Dhamma,
Sangha, Pelatihan, tentang Hal2 dalam Kehidupan lampau dan
Kehidupan masa akan datang, tentang Hubungan Sebab Akibat, dan
akhirnya tentang Empat Kebenaran Mulia.
65
Vicikiccha adalah Salah Satu dari Lima Rintangan dan juga termasuk
dalam Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia terhapus seluruhnya dan
selamanya pada Pemasuk-Arus.
Sobhana Cetasika.
(Pengikut2 Mental yang cantik).
1. Sobhana Sadharana -- 19
Yang bersekutu dengan semua sobhana Cittas.
2. Virati --- 3.
Yang berhubunggan dengan Pantangan dari Perbuatan2,
Pembicaraan dan Kehidupan Yang Tidak Bermoral.
3. Appamanna --- 2.
Yang berhubungan dengan “Keadaan tanpa Batas”
4. Pannindriya --- 1.
Yang berhubungan dengan Kebijaksanaan atau Pengertian.
1.Saddha.
Saddha ialah Keyakinan yang terbentuk dengan baik atau Keyakinan
dalam Buddha, Dhamma dan Sangha.
Bila Seorang Buddhist mengambil Perlindungan dalam Tiga
Permata, Keyakinannya harus beralasan dan ber-Akar dalam Pengertian,
dan ia di minta untuk menyelidiki atau menguji Objek dari
Keyakinannya. Keyakinan Seorang Buddhist tidak berlawanan dengan
Semangat untuk menyelidiki, Keraguan Apa-pun tentang Se-suatu di
bolehkan dan menyelidiki ke dalam mereka di anjurkan.
Saddha di bandingkan kepada Batu Zamrud yang unik dari Raja
Dunia, Zamrud ini, ketika di taruh di dalam Air yang hangat,
menyebabkan semua Kotoran mengendap dan Panasnya hilang, maka
akan meninggalkan Satu Air dingin yang bersih. Dalam Cara yang sama
ketika Saddha bersekutu dengan Citta, semua Kekotoran Batin seperti
Lobha, Dosa, Moha hilang dengan menghasilkan Pikiran menjadi dingin
dan jernih.
Saddha juga di bandingkan dengan Tangan yang dapat
menggenggam Permata, bila Seorang punya cukup Keberuntungan
berada pada Satu Gunung penuh Permata. Sesungguhnya Seorang lebih
beruntung bisa mengenal Ajaran Buddha (Sasana) dari pada berada di
atas Gunung Permata. Sebab Seorang dengan Saddha bisa
mendapatkan banyak Perbuatan2 Baik yang lebih berharga dari pada
Permata2. Karena Satu Orang tanpa Tangan tidak dapat menggenggam
Permata, maka Satu Orang tanpa Saddha tidak bisa mendapat
Perbuatan2 Baik.
Sebagaimana Moha adalah Pemimpin dari Cetasika tidak Bermoral,
maka Saddha adalah Pemimpin dari Sobhana Cetasika. Ia adalah Harta
Karun yang paling berharga dan juga salah satu dari Lima Kemampuan
67
2.Sati
Sati adalah Penuh Perhatian pada Sesuatu yang terjadi.
Karakteristik Utamanya ialah “Tidak mengalir berlalu”, ialah tidak
membiarkan Sesuatu terjadi tanpa di amati. Ketika Seorang tidak cukup
Perhatian, ia tidak ingat Apa yang di lihat atau di dengar, ia bagaikan Pot
kosong dan bagai Labu mengalir berlalu dalam Arus Air.
Se-seorang dapat mengingat Kejadian2 yang lampau dengan Sati,
dan Sati dapat di kembangkan. Bila ia di kembangkan dengan
sungguh2, Seorang mendapat Kekuatan untuk mengingat Kelahiran2
yang lampau. Maka Sati dapat berfungsi sebagai Ingatan.
Sang Buddha mengingatkan Pengikut2-nya setiap hari untuk tidak
melupakan Perbuatan2 Bermanfaat dan selalu Penuh Perhatian untuk
memenuhi Janjinya berusaha untuk Kebebasan dari semua
Kesengsaraan.
Bila Se-seorang Penuh Perhatian pada Enam Pintu-Indera untuk
mencatat Apa yang di perhatikan, hanyalah sebagai “Mendengar,
mendengar” atau “Melihat, melihat”, dst.. Se-seorang dapat
menghentikan Kekotoran2 Batin memasuki Pikiran. Dalam Indera ini
Sati di bandingkan pada Seorang Penjaga Pintu Gerbang, yang
menghentikan Pencuri2 dan Perampok2 memasuki Kota.
Sati juga adalah Satu Anggauta dari Lima Kemampuan Spiritual
begitu juga Satu Anggauta dari Lima Kekuatan Spiritual. Ia juga salah
Satu dari Tujuh Faktor2 Pencerahan (Bojjhanga) dan Matarantai Ke-
Tujuh dari Jalan Utama Beruas Delapan.
3.Hiri.
Hiri membuat Satu Orang mundur dengan Rasa Malu Bermoral dari
melakukan Perbuatan2 Tidak Bermoral. Satu Orang yang mempunyai
hiri, mundur dari Kejahatan persis bagai sehelai Bulu Ayam menyusut di
depan Api.
“Merasa malu pada Apa yang harus di malukan, merasa malu untuk
melakukan Kejahatan dan Hal2 tidak Bermanfaat, Ini di sebut Rasa Malu
Bermoral” (Puggala-pannatti, para. 79).
Hiri lawan Ahirika yang mau melakukan Kejahatan Apa saja tanpa
sedikitpun Penyesalan.
68
4.Ottappa.
Ottapa adalah Takut Moral atau takut berbuat Kejahatan, sebab ia
menyadari ber-macam2 Akibat2 Kejahatan.
Sebagaimana Hiri berbeda dengan Rasa Malu yang biasa, Ottapa
berbeda dari Rasa Takut yang biasa dari Seorang Individu. Seorang
Buddhist tidak di harapkan takut pada Individu Apa-pun, malah pada
Satu Dewa, karena Buddhisme tidak di Dasarkan pada Rasa Takut pada
Sesuatu yang tidak di ketahui.
“Jadi takut pada Apa yang semustinya di takuti, jadi takut dari
melakukan Kejahatan dan Hal2 yang tidak Bermanfaat, ini di sebut takut
pada Moral” (Puggala-pannatti , para. 80)
Ottapa lawan Anottapa dan dapat mengusir yang belakangan. Hiri
timbul dengan Rasa Hormat pada Diri Sendiri sedangkan Ottapa timbul
dengan Rasa Hormat pada yang lain. Seandainya ada Satu Batang Besi,
Ujung yang satu di panasi sampai merah membara dan yang lain di
lumuri dengan Kotoran. Ujung yang kotor Orang tidak mau menyentuh
karena merasa jijik, dan Ujung yang merah membara tidak mau di
sentuh karena Rasa Takut. Hiri di bandingkan pada Contoh yang duluan
dan Ottapa pada Contoh yang belakangan.
Hiri dan Ottapa membedakan Manusia dari Binatang Buas, tidak
menuruti sekehendak hati dalam Kelakuan Tidak Bermoral seperti
Hubungan Kelamin antara Ibu dan Anak Lelaki dan Ayah dengan Anak
Perempuan walau pada Waktu ketika Kebudayaan masih sangat rendah
sekalipun.
Demikianlah Hiri dan Ottapa di ketahui sebagai Lokapala Dhamma,
ialah Penjaga Dunia.
5.Alobha.
Tidak melekat pada Objek2 Indera dan Tanpa Keserakahan adalah
Karakteristik yang Utama dari Alobha. Sebagaimana Air menetes
mengalir jatuh di atas Daun Teratai tanpa menempel padanya, alobha
mengalirkan keluar Objek2 Kenikmatan tanpa menempel pada mereka.
Dalam Indera ini alobha bagaikan Seorang Arahat yang tidak
mempunyai lobha sama sekali. Ketika Se-seorang tidak melekat pada
Milik Se-seorang, ia dapat memberikan Uang dan Barang2 dalam
berdana. Disini alobha mewujudkan Dirinya dalam bentuk
Kedermawanan.
Alobha lawan dari Lobha dan ia dapat mengatasi Lobha. Ia adalah
salah satu dari Tiga Akar Kebaikan. Ia adalah Satu Kebajikan Positip
menyertakan Sifat mementingkan Orang lain yang aktip.
69
6.Adosa
Adosa adalah lawan dari Dosa dan ia dapat mengatasi Dosa. Ia
bukan semata tidak adanya Kebencian atau Ketidaksukaan, tapi ia
adalah Satu Kebajikan yang Positip.
Dosa mempunyai Karakteristik Kekasaran dan Kekejaman
sedangkan Kelembutan dan Pemaafan adalah Karakteristik Utama dari
Adosa. Dosa bagaikan Seorang Musuh sedangkan Adosa seperti
Seorang Kawan yang baik yang Sepemahaman. Adosa juga
mencerminkan sebagai Keinginan Baik karena Alamiah dari Kebaikan-
nya dan Bantuan-nya.
Bila adosa mengubah Perhatiannya pada Mahluk Hidup
mengharapkan mereka berbahagia, ia di kenal sebagai Metta, yakni
Cinta Kebaikan.
Adosa adalah juga salah Satu dari Akar2 Baik.
7.Tatramajjhattata.
Karakteristik Utama dari Tatramajjhattata adalah Pandangan yang
tidak berat sebelah pada Objek, yakni; “Menjaga di tengah-tengah dari
semua Hal.”
Ia di bandingkan pada Seorang Pengendara Kereta Perang yang
mengemudikan Dua Ekor Kuda untuk berlari dengan Langkah selaras. Ia
juga bertindak seperti Ketua Sebuah Rapat memberikan Kesempatan
yang sama pada seluruhnya untuk berbuat. Ia menyeimbangkan Citta
dan Pengikut2 Mental untuk berfungsi bersama pada Langkah yang
selaras, mencegah Apa-pun yang berlebihan atau Kekurangan.
Dalam Rasa Keseimbangan, ia umumnya di kenal sebagai Upekkha.
Upekkha ini adalah Keadaan di-tengah2 antara Karuna (Rasa
Kasihan) dan Mudita (Turut bergembira). Upekkha inilah (Yakni,
Tatramajjhattata) yang di bangunkan pada Martabat dari Satu
Bojjhanga, salah satu dari Tujuh Faktor Pencerahan. Itu berbeda dari
Kesenangan, Upekkha adalah Perasaan Netral.
Virati Cetasika
(Pantangan – 3).
1.Samma – vaca
Pembicaraan Benar ada Empat Bagian, ialah, Berpantang dari;
1.Musavada - Berdusta.
2.Pisunavaca - Memfitnah.
72
2.Samma-kammanta.
Perbuatan Benar di sini artinya Perbuatan Badaniah Yaitu
Berpantang dari ;
1.Panatipata - Membunuh.
2.Adinnadana - Mencuri.
3.Kamesu-micchacara - Hubungan Sex yang tidak senonoh.
Lagi ketika Seorang dalam Situasi untuk melakukan Salah satu dari
Perbuatan Tidak Bermoral di atas, dan ia menjauhkan Diri untuk
melakukannya, maka ia mendapat Samma-kammanta pada saat ia
melakukan Pantangan itu.
3.Samma-ajiva.
Penghidupan Benar berarti berpantang dari Satu Penghidupan yang
membawa Celaka pada Mahluk lain, seperti berdagang Senjata,
berdagang Mahluk Hidup, berdagang Minuman yang memabukkan dan
berdagang Racun, begitu juga Penyembelihan, Menangkap Ikan,
Tentara, Penipuan, Penghianatan, Meramal, Kebohongan dsb….
Appamanna Cetasika.
(Tidak terbatas - 2)
Dalam melatih Salah Satu dari Empat Tidak Terbatas itu, kita bisa
memusatkan Perhatian kita pada Satu Orang atau pada semua Mahluk
Hidup di seluruh Dunia. Begitulah mereka di sebut “Tidak terbatas”.
Dalam berlatih Cinta-Kebaikan, kita bermeditasi; “Semoga
semuanya berbahagia”. Dalam mengolah Rasa Kasihan, kita
bermeditasi; “Semoga semuanya terbebas dari Kesengsaraan”. Untuk
latihan Mudita, kita bergembira atas Kesejahteraan Mahluk2 dan
bermeditasi; “Semoga Keberhasilan bersama mereka untuk waktu yang
lama”. Dalam melatih Upekkha, kita mempertahankan Satu Pikiran
Seimbang dan bermeditasi ; “Semua Mahluk sebagaimana yang di
kondisikan oleh Kamma mereka.”
Barang siapa yang meliputi seluruh Dunia dengan Cinta-Kebaikan,
Rasa Kasihan, Turut Bergembira dan Keseimbangan di katakan ia hidup
di dalam “Kediaman yang Luhur” atau “Kediaman Brahma”. Maka
Empat yang tidak terbatas juga di kenal sebagai Brahma-vihara, yakni,
Cara hidup yang Luhur.
Pannindriya.
Panna ialah Kebijaksanaan atau Pengertian, dan indriya adalah
Pengaturan Kemampuan.
Pannindriya mengontrol atas Pengertian dari Sesuatu sebagaimana
mereka adanya, ialah dalam Cahaya Anicca (Tidak kekal), Dukkha
(Penderitaan) dan Anatta (Tanpa Diri). Sebab ia dapat mengatasi
Kebodohan Batin, ia di sebut Amoha (Tiada Khayalan atau
Kebijaksanaan). Sebab ia dapat menyingkirkan Selubung Moha dari
Awan Mental Mata Orang dan membuang Kegelapan yang di buat oleh
Moha (Avijja), ia di sebut Vijja (Pengetahuan lebih tinggi).
Pannindriya biasanya di sebut “Panna Cetasika”. Dalam
abhidhamma, panna, nana, dan amoha adalah sama. Amoha adalah
salah Satu dari Tiga Akar Moralitas. Sebagai Satu dari Empat Alat untuk
melengkapi Akhir dari Se-seorang (iddhipada), panna mengambil Nama
Vimamsa (Kebijaksanaan menganalisa).
Bila di murnikan dan di giatkan oleh Samadhi, panna merupakan
Kekuatan peran dari abhinna (Pengetahuan Supernormal). Bila di
kembangkan dengan sungguh2, panna menjadi Satu Faktor dari
Pencerahan (bojjhanga) di bawah Nama sebagai dhamma-vicaya
(Penyelidikan Kebenaran), dan juga Satu Bagian dari Jalan Utama
Berunsur Delapan dengan Nama Samma-ditthi (Pandangan Benar).
Pencapaian tertinggi dari panna adalah Buddha yang Maha tahu.
Penerapan.
1.Seorang Lelaki marah, sebab Makanan yang di siapkan oleh
Istrinya tidak baik. Apa Tipe dari Citta Lelaki ini, dan Cetasika apa
yang bersekutu dengan Citta itu?
Karena Lelaki ini marah, ia mempunyai dosa mula citta. Nama
citta ini adalah ; “Domanassa-sahagatam patigha-sampayuttam
asankharika citta”.
Cetasikas yang bersekutu dengan Citta ini adalah 12 annasamana
cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan
83
Chapter 3
Pakinnaka
(Bagian Serba Aneka)
Vedana Sangaha.
“Sangaha” artinya “Rangkuman” . Disini Citta dan Cetasika akan di
kumpulkan secara singkat menurut Perasaan (Vedana).
Pertama, Perasaan di Golongkan dalam Dua Cara.
A. Penggolongan menurut Objek2 Rasa.
Catatan:
Penggolongan Cittas di atas sama juga bisa di anggap termasuk
Penggolongan dari Cetasikas menurut Perasaan. Alasannya ialah bahwa
Cetasika yang bersekutu dengan Sukha sahagatam citta juga akan
bersekutu dengan Sukha vedana, Cetasika yang bersekutu dengan
Dukkha sahagatam juga akan bersekutu dengan dukkha vedana,
Cetasikas yang bersekutu dengan domanassa cittas juga akan bersekutu
dengan Domanassa vedana, dan seterusnya.
89
Hetu Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
menurut hetu (Akar).
Ada 6 Tipe dari hetu atau Akar.
Catatan:
Cetasikas2 yang bersekutu dengan masing2 Cittas akan termasuk
pada Tingkat yang sama seperti Cittas. Para Pembaca bisa mengacu
pada Chart on Hetuka (Chart No. 4.1) terlampir di belakang, untuk
melihat kembali dengan cepat dari Penggolongan berlandaskan hetu.
Kicca Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
menurut Fungsi2 mereka (kicca). Ada 14 Macam Fungsi2 di bentuk
oleh berbagai Cittas. Sangat luar biasa untuk di catat bahwa setiap Citta
membentuk sedikitnya Satu Tipe Fungsi.
1. Patisandhi-kicca – Fungsi Kelahiran Kembali atau
menghubungkan Kehidupan lampau dengan Kehidupan
sekarang.
2. Bhavanga-kicca – Kelanjutan Kehidupan atau melanjutkan
Bentuk Arus Kehidupan terus menerus sampai Kematian.
3. Avajjana-kicca – Memahami atau menunjukkan Kesadaran
menuju Objek.
4. Dassana-kicca – Melihat Objek.
5. Savana-kicca – Mendengar Objek.
6. Ghayana-kicca – Membaui Objek.
7. Sayana-kicca – Mengecap Objek.
8. Phugana-kicca – Menyentuh Objek.
9. Sampaticchana-kicca – Menerima Objek.
10. Santirana-kicca – Menyelidiki Objek.
11. Votthapana-kicca – Menentukan Objek.
12. Javana-kicca – Merasakan atau menikmati Rasa dari Objek.
13. Tadalambana-kicca – Mencatat atau melanjutkan menikmati
Rasa dari Objek.
14. Cuti-kicca – Fungsi Kematian.
Untuk Pemeriksaan.
1. Ada 68 Cittas yang melaksanakan masing2 Satu Fungsi tunggal.
Mereka adalah 10 dvi-pancavinnana cittas, 3 manodathu
cittas dan 55 javana-cittas. Manodathu cittas terdiri dari
panca-dvaravajjana cittas dan 2 sampaticchana cittas.
2. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Dua Fungsi. Mereka adalah,
somanassa santirana citta dan mano-dvaravajjana citta.
3. Ada 9 Cittas yang melaksanakan Tiga Fungsi. Mereka adalah, 9
mahaggata-vipaka cittas yang melaksanakan pati sandhi-
bhavanga dan cuti cittas.
4. Ada 8 Cittas yang melaksanakan Empat Fungsi. Mereka adalah,
8 mahavipaka cittas yang melaksanakan patisandhi, bhavanga,
cuti, dan tadalamana-kiccas.
5. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Lima Fungsi. Mereka adalah, 2
upekkha-santirana cittas yang melaksanakan patisandhi,
bhavanga, cuti, santirana dan tadalambana-kiccas.
Thana.
“Thana” artinya “Fungsi Tempat”. Seperti kita membutuhkan
Sebuah Tempat atau Kantor untuk mengerjakan Satu Pekerjaan khusus,
maka Cittas memerlukan Tempat untuk melaksanakan Fungsi2 mereka.
Itu adalah Bagian Tubuh dari setiap Citta yang melayani sebagai Tempat
untuk melaksanakan Fungsinya.
“Bagian Tubuh dari setiap Citta” mengacu pada Citta itu sendiri.
Maka Fungsi Tempat dari setiap Citta adalah sama seperti Citta.
Ada 10 Thanas sebab 5 Fungsi yang berhubungan (yakni, 5 Kesan
Indera) di laksanakan bergantian dalam Satu Thana tunggal di sebut
“panca-vinnana thana”.
Kesepuluh Thanas adalah:
1. Patisandhi-thana --- 19 patisandhi cittas.
2. Bhavanga-thana --- 19 bhavanga cittas.
3. Avajjana-thana --- 2 avajjana cittas.
4. Panca-vinnana-thana --- 10 dvi-pancavinnana cittas.
5. Sampaticchana-thana --- 2 sampaticchana cittas.
6. Santirana-thana --- 3 santirana cittas.
7. Votthapana-thana --- mano-dvaravajjana cittas.
8. Javana-thana --- 55 javana cittas.
9. Tadalambana-thana --- 11 tadalambana cittas.
10. Cuti-thana --- 19 cuti cittas.
93
Dvara Sangaha.
Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat
berlandaskan pada Enam Pintu-Indera.
“Dvara” artinya “Pintu”. Ada Enam Pintu dalam Tubuh kita,
melaluinya Indera2 luar dapat masuk.
1. Cakkhu-dvara --- Pintu Mata (cakkhu-pasada).
2. Sota-dvara --- Pintu Telinga (sota-pasada).
3. Ghana-dvara --- Pintu Hidung (Ghana-pasada).
4. Jivha-dvara --- Pintu Lidah (jivha-pasada).
5. Kaya-dvara --- Pintu Tubuh (kaya-pasada).
6. Mano-dvara --- Pintu Pikiran (19 bhavanga-cittas).
Catatan:
Nama2 di dalam Kurung menjelaskan Elemen Pokok dari tiap Pintu.
“pasada” ialah “Pemenuhan Kebutuhan yang sensitive” pada-nya Kesan
Indera terjadi.
Lima dvara yang Pertama adalah rupa-dvaras, sedangkan Pintu Ke-
enam adalah Sebuah nama-dvara.
Catatan:
Dari 11 tadalambana cittas, 3 santiranas telah di hitung di dalam
1(d). Maka hanya 8 mahavipaka cittas yang di hitung dalam 1(g)
94
Catatan:
1. Jumlah total dari Cittas yang timbul pada Lima panca-dvaras
atau rupa dvaras ialah 54, Yaitu, panca-dvaravajjana 1, dvi-
panca-vinnana 10, sampaticchana 2, santirana 3, vottapana
atau mano-dvaravajjana 1, kama-javana 29, dan tadalambana
8. Ini semua adalah 54 kamavacara cittas.
2. Citta2 yang dapat timbul pada Lima Pintu ialah; panca-
dvaravajjana dan 2 sampaticchana cittas, 3 Cittas ini secara
bersamaan di ketahui sebagai mano-dhatu. (Unsur Pikiran).
3. Citta2 yang selalu timbul pada 6 Pintu adalah; somanassa-
santirana, mano-dvaravajjana dan 29 kama-javana cittas
(Jumlah – 31)
4. Citta2 yang kadang2 timbul pada 6 Pintu dan kadang2 tidak
timbul pada 6 Pintu adalah; 2 upekkha-santirana cittas dan 8
maha-vipaka cittas (jumlah – 10)
5. Citta2 yang selalu timbul tanpa Satu Pintu adalah 9 mahaggata-
vipaka cittas.
6. Ke- 19 patisandhi-cittas, 19 bhavanga-cittas dan 19 cuti-cittas di
sebut dvaravimutti (yakni, Bebas-Pintu), sebab:
i. Mereka tidak timbul dalam Pintu Indera mana-pun, seperti
Pintu Mata, dst…
95
Alambana Sangaha.
Alambana atau Arammana artinya Objek-Indera. Cittas dan
Cetasikas di sini akan di kumpulkan secara singkat menurut Enam
Objek-Indera.
Vatthu Sangaha.
“Vatthu” artinya “Landasan Pisik” tergantung dari macam2 Cittas
dan Cetasikas yang bersekutu yang timbul. Ada Enam Landasan
Pisik seperti itu.
Maka Lima yang pertama Landasan Pisik adalah Lima Organ Indera
sedangkan yang Ke-enam adalah Landasan-Jantung.
Ada Satu Perumpamaan dari “Mematik Sebuah Korek Api”. Korek
api adalah Sebuah Unsur Pematik, Permukaan yang kasar dari Korek Api
adalah Unsur Penerima, dan Api adalah Unsur Hasil. Sekarang Api tidak
ada dimana-mana sebelum mematik Korek Api. Ketika Kondisi2 nya
untuk timbul di penuhi, Api timbul.
98
Vinnana Dhatu.
“Vinnana” artinya “Citta” (Kesadaran) Sedangkan “Dhatu” artinya
“Unsur” atau yang membawa Tanda Sifatnya Sendiri.
Citta sebagai Dhatu atau Unsur2 di bagi dalam 7 Tingkatan.
1. Cakkhu-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Mata. Mereka
bergantung pada cakkhu-vatthu untuk Timbulnya mereka.
2. Sota-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Telinga. Mereka
bergantung pada sota-vatthu untuk Timbulnya mereka.
3. Ghana-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Hidung. Mereka
bergantung pada Ghana-vatthu untuk Timbulnya mereka.
4. Jivha-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Lidah. Mereka
bergantung pada jivha-vatthu untuk Timbulnya mereka.
5. Kaya-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Tubuh. Mereka
bergantung pada kaya-vatthu untuk Timbulnya mereka.
6. Mano-dhatu --- Panca-dvaravajjana dan sampathicchana dvi,
Mereka bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya
mereka.
7. Mano-vinnana-dhatu --- 76 cittas sisanya. Mereka
bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya mereka.
Catatan:
Ada 46 citta (Sebagaimana di sebut di dalam No.3 dan 4 diatas) yang
Timbul di dalam Alam Arupa.
---oOo---
101
Chapter 4
Vithi
(Kesinambungan Kesadaran).
Proses Kesadaran.
“Vithi” berarti Sebuah Mata Rantai dari Kesadaran atau
Kesinambungan Kesadaran yang timbul ketika Sebuah Objek Indera
pada salah Satu dari Pintu2 Indera dengan maksud untuk menyadari
Objek itu. Sebagaimana Jalan melewati Satu Desa ke Desa tanpa
melompati atau mengubah Urutan dari Desa2 itu, demikian juga Citta-
citta (Kesadaran2) timbul Satu setelah yang lain dalam Keteraturan
sesuai dengan Hukum Citta. (Citta-Niyama).
Tiga Saat yang singkat ini (khanas) di sebut sama dengan Satu Saat
Kesadaran atau Saat-Sadar (Cittakkhana).
Maka Jangka Waktu-hidup dari Sebuah Citta sama dengan Tiga Saat
Singkat dari, Timbul, Keberadaan dan Kepadaman Citta atau sama
dengan Satu Saat-Sadar atau Satu Cittakhana.
Satu Cittakkhana lebih baik, di wakili oleh “Satu Saat-Sadar” dari
pada “Satu Saat-Berpikir” yang di gunakan oleh beberapa Penterjemah.
Masa hidup dari Satu Cittakkhana (Yaitu, Satu Saat-Sadar) akan
lebih sulit untuk di jelaskan oleh Ilmu Pengetahuan. Tapi kita sendiri
mengetahui dari Pengalaman bahwa itu mungkin di dalam Satu Detik
untuk mimpi dari Hal-hal dan Kejadian2 yang tidak terhitung banyaknya.
102
Catatan:
Dari Empat Sebab2 yang di butuhkan bagi timbulnya setiap Tipe
Vithi, Tiga yang pertama sedikitnya sejalan per-Syaratan yang di ketahui
oleh Ilmu Pengetahuan. Sebab yang Ke-empat, yaitu, Manasikara, tidak
di ketahui dalam Ilmu Pengetahuan. Tapi banyak Kejadian2 bisa di catat
bahwa Sebab ini sangat di perlukan untuk Kesadaran dari Sebuah Objek-
Indera.
Sebagai Gambaran, Seorang Ibu dengan Seorang Bayi yang masih
muda harus bangun beberapa kali setiap malam untuk menyusui Bayi-
nya. Setelah tidak tidur sempurna untuk beberapa malam, ia mungkin
sekali-kali tertidur lelap malah ketika Sebuah Petir yang keras
mengguncang Rumah bisa tidak membangunkan dia. Namun bila si Bayi
menangis dengan perlahan, ia akan segera terbangun. Ini
menggambarkan bagaimana Pentingnya Manasikara itu.
Maranasanna nimitta
(Kamma-sehubungan Objek2 pada Saat2 Sekarat).
Dalam Kehidupan Saat kini Seorang akan terus hidup selama kusala
kamma (Perbuatan Bermanfaat), yang telah memberikannya Kelahiran
Kembali dalam Kehidupan ini terus menyokongnya, yaitu, terus
menghasilkan bhavanga-citta (Kelanjutan Kehidupan) sebagai Hasil
(Buah) Kamma.
Tepat sebelum Kamma Pendukung habis/hilang, dari begitu banyak
Kusala-Kamma dan Akusala-kamma yang bersaing Satu sama lain untuk
mendapatkan Kesempatan membuahkan Hasil2 Kamma, Satu Kamma
akan muncul sebagai Pemenangnya. Kamma yang berhasil ini bisa
muncul dalam Kelanjutan-Kehidupan (Pintu-Pikiran) dari Orang itu
sebagai Objek Kamma.
Ketika ini terjadi Orang itu akan mengingat kembali Perbuatan Baik
dan Buruk yang ia telah lakukan di masa lampau dalam Hubungan
dengan Kamma yang berhasil itu. Kesadaran Bermoral atau Tidak
Bermoral, yang di alami pada Saat khusus itu, sekarang timbul sebagai
Sebuah Kesadaran yang segar.
107
Cakkhu-Dvara Vithis
(Rentetan Kesadaran pada Pintu-Mata).
ooo ooo
– Ja – Ja – Da – Da “ Bha -..
-
ooo
Penjelasan:
Bha : Bhavanga -- Kelanjutan Kehidupan.
Pada Awalnya ada Satu Arus bhavanga citta (Kelanjutan
Kehidupan). (Lingkaran kecil menunjukkan 3 Saat singkat
yang menjadikan Satu cittakkhana).
Ti : Atita-bhavanga -- bhavanga lampau.
110
Pada Saat timbul, Saat dari citta ini, Objek yang kelihatan
dan cakkhu-pasada timbul serentak. Ini adalah Saat timbul
(uppada) dari ruparammana (Objek yang kelihatan).
Na : Bhavanga-calana -- Kelanjutan Kehidupan yang bergetar
Pada Saat timbulnya Citta ini, rupa-rammana muncul
(menjadi jelas) pada cakkhu-pasada (Pintu-Mata).
Catatan: Bahwa atimahantarammana mengambil Satu
cittakkhana bagi Pengembangan penuhnya setelah
uppada.
Da : Bhavanga-paccheda -- Kelanjutan Kehidupan yang di
tahan.
Arus bhavanga diputus setelah padamnya Citta ini.
Pa : Panca-dvaravajjana -- Lima Pintu memperlihatkan
Kesadaran. Ia selalu Citta Pertama dalam Rentetan
Kesadaran dari panca-dvara-vithis. Ia memperlihatkan Arus
Kesadaran menuju Pintu-Indera
Ca : Cakkhu-vinnana – Kesadaran Mata.
Ia melihat Objek. Ia membuat Kesan Indera dan mengirim
Kesan itu ke Kesadaran selanjutnya sebelum ia padam.
Sam : Sampaticchana -- Menerima Kesadaran.
Ia menerima Objek yang kelihatan bersama dengan Kesan
Indera dan memancarkan mereka ke Kesadaran
selanjutnya.
Na : Santirana -- Menyelidiki Kesadaran.
Ia menyelidiki Objek dan Kesan itu.
Vo : Votthapana -- (mano-dvaravajjana) -- Menentukan
Kesadaran.
Ia menentukan apakah Objek itu Baik atau Buruk.
Ja : Javana -- Kesadaran menurut Kata Hati menikmati Rasa
dari Objek Indera. Satu dari 29 kama-javana-citta, yang
di kondisikan oleh manasikara dan votthapana,
kebanyakan timbul 7 kali, yaitu, ia berlalu untuk 7 Saat
Kesadaran.
Da : Tadalambana -- Mencatat Kesadaran.
Ia segera mengikuti javana dan berlalu untuk Dua Saat
Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera. Pada Saat
Pemadaman dari tadalambana citta Ke-dua, Objek yang
kelihatan dan cakkhu-pasada padam bersama, sebab masa
hidup mereka dari 17 Saat2 Kesadaran Sekarang jadi
lengkap.
111
Catatan:
Atimahanta-rammana vithi juga di kenal sebagai “Tadalambana-
vara vithi” sebagaimana ia berakhir dengan Tadalambana
citta.
ooo ooo
Ja – Ja –Bha “- Bha..
ooo
b.
“Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja –
ooo ooo
Ja –Ja – Ja “ Bha..
ooo
Penjelasan.
A.
Dalam mahanta-rammana vithi pertama Objek Indera dan cakkhu-
pasada (Pintu Mata) timbul (uppada) bersama pada Saat timbulnya
atita bhavanga Pertama. Objek Indera mengambil Dua Saat2
112
B.
Dalam mahanta-rammana vithi yang Ke-dua, Intensitas dari Objek
Indera sedikit lebih lemah dari pada Intensitas Objek dalam (1).
Maka setelah Kejadian dari Objek Indera pada Pintu-Mata , Tiga
atita-bhavanga-citta berlalu sebelum Objek menjadi di kenal Baik
dan jelas pada Pintu-Mata. Lalu Kelanjutan Kehidupan bergetar
dan jadi di tahan (Na – Da).
113
b.
“Ti – Ti – Ti – Ti –Ti – Na – Da – Pa - Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo –
Bha – Bha – Bha”
ooo ooo
c.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo –
Vo – Bha – Bha “
ooo ooo
d.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo –
Vo – Vo – Bha”
ooo ooo
114
e.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo
– Vo – Vo”-Bha..
ooo ooo
f.
Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na –
Vo – Vo “- Bha…
ooo
Penjelasan.
a.
Dalam paritta-rammana vithi yang Pertama, Objek Indera dan
cakkhu-pasada (Pintu-Mata) timbul bersama pada Saat timbulnya atita-
bhavanga Peretama. Objek Indera mengambil 4 Saat2 Sadar bagi
Pengembangan penuhnya dan ia menjadi jelas pada Saat timbulnya
bhavanga-calana (Na). Kelanjutan Kehidupan (Arus bhavanga) bergetar
Dua kali dan menjadi tertahan (Na – Da). Kemudian Rentetan
Kesadaran berlangsung dalam Urutan dari panca-dvaravajjana, cakkhu-
vinnana, sampaticchana, santirana, dan votthapana. Pada Titik ini, 11
Saat2 Sadar telah lewat sejak asal/mula dari Objek Indera itu dapat
bertahan selama 6 Saat Sadar lagi.
Pada Situasi normal, javana biasanya terjadi untuk 7 Saat2 Sadar
dan bila tidak ada cukup Waktu, ia tidak terjadi sama sekali. Dengan
Kata lain, karena Objek tidak jelas dan tidak di ketahui dengan tepat,
tidak ada javana yang timbul untuk merasakan Objek itu.
Dengan demikian Dua votthapana citta lagi timbul pada Tempat
dari javana untuk memutuskan Dua Waktu lagi apakah Objek itu Baik
atau Buruk. Setelah itu Arus-Sadar tenggelam dalam Kelanjutan
Kehidupan. Objek Indera ini dan Pintu-Mata padam pada Saat
padamnya bhavanga Ke-empat, dan Kelanjutan Kehidupan mengalir
sebagaimana biasanya, setelah itu.
b–f
Dalam Lima Urutan vithi selanjutnya, atita-bhavanga (Ti) bertambah
Satu per satu karena Objek menjadi lebih lemah dan lemah, dan sesuai
dengan itu, Citta di belakang harus di putus Satu per satu karena total
115
A.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha – Bha
– Bha – Bha”-…
B.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha –
Bha – Bha”-…
ooo
C.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha –
Bha – Bha “-…
116
D.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha
– Bha “…
E.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na –
Bha “…
F.
“Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na –
Na “- Bha..
ooo
Penjelasan.
Sebagaimana biasanya Objek Indera dan cakkhu-pasada (Pintu-
Pikiran) timbul bersama pada Saat atita-bhavanga Pertama timbul.
Objek Indera Keadaannya dari Intensitas yang sangat lemah,
memerlukan 10 sampai 15 Saat2 Sadar bagi Pertumbuhan penuhnya.
Ketika ia telah berkembang dengan baik, ia muncul pada Pintu-Pikiran.
Tetapi sangat lemah, ia hanya dapat menyebabkan Keberlanjutan-
Kehidupan bergetar dua kali tanpa merusak Arus Keberlanjutan-
Kehidupan. Maka, setelah dua bhavanga-calana-citta, hanya
bhavanga-citta terus mengalir.
Objek-Indera dan cakkhu-pasada akan padam bersama pada akhir
dari 17 Saat2 Sadar setelah Kejadian mereka.
Objek itu tidak di ketahui sama sekali di karenakan vithi-citta tidak
timbul. Karena Vithi-vithi ini kehilangan vithi-citta, mereka di kenal
sebagai “mogha-vara-vithis” (Rentetan Kesadaran yang gagal).
75 pancadvara-vithis.
Dalam Proses Kesadaran pada Pintu-Mata, adalah:
1. Satu tadarammana-vara vithi untuk atimahanta-rammana.
2. Dua javana-vara vithi untuk mahanta-rammana.
3. Enam votthapana-vara vithis untuk paritta-rammana
4. Enam mogha-vara vithis untuk atiparitta-rammana.
Tubuh. Maka jumlah seluruh panca-dvara vithi pada Lima Pintu adalah
: 5 x 15 = 75.
Dalam menulis Bentuk2 vithi dan menjelaskan Bentuk2 bagi Pintu-
Telinga, Sota-vinnana (So) harus di sisipkan dalam Tempat dari cakkhu-
vinnana, dan “Bunyi” dan “cakkhu-pasada”, masing2nya. Dengan Cara
yang sama Perubahan2 yang cocok harus di lakukan bagi Ke-tiga Pintu2
sisanya.
Pancadvara-Vithi Cittas
Bila kita memeriksa panca dvara vithis, kita akan mengamati bahwa
Tujuh Tipe dari Kesadaran ambil Bagian dalam vithis. Tujuh Tipe dari
Kesadaran itu adalah:
“Panca-dvaravajjana, panca-vinnana, sampaticchana, santirana,
votthapana, javana dan tadalambana”.
Jumlah Citta yang diambil dalam vithi yang paling panjang yaitu,
atimahanta-rammana vithi, adalah :
a. Panca-dvaravajjana 1.
b. Panca-vinnana 1.
c. Sampaticchana 1
d. Santirana 1.
e. Votthapana 1.
f. Javanas 7.
g. Tadalambanas 2.
------
Jumlah 14
------
Jumlah Citta yang dapat ambil bagian dalam panca-dvara-vithi
adalah:
a. Panca-dvaravajjana citta 1.
b. Panca-vinnana citta
(10 Kesan2 Indera) 10 (untuk 5
Pintu)
c. Sampaticchana cittas 2
d. Santirana cittas 3
e. Votthapana citta (mano-dvaravajjana) 1
f. Kama-javana cittas 29
g. Tadalambana cittas 8
-----
Jumlah 54
-----
Inilah 54 Kama-vacara citta itu. Bila kita menghitung Cittas bagi
Sebuah Pintu, Contoh: Pintu-Mata, kita dapatkan Dua cakkhu-vinnana
cittas sebagai ganti dari 10 panca-vinnana cittas pada (b), maka jumlah
cittas ialah 46.
119
Kama-Javana Mano-dvara-vithis.
1.Ativibhuta-rammana vithi (Tadalambana-vara vithi)
2.Vibhuta-rammana-vithi (Javana-vara-vithi)
4.Atiavibhuta-rammana-vithi (Mogha-vara-vithi)
Penjelasan.
Satu dari Enam Objek Indera yang mungkin Waktu Sekarang, masa
Lampau, masa Akan Datang atau Waktu kapan saja, harus memasuki
Jalan dari Pintu-Pikiran untuk memprakarsai kama-javana mano-dvara
vithis.
1. Ketika Objek Indera itu dari Intensitas sangat Besar, Kelanjutan-
Kehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap (Na – Da) pada
Penampilan dari Objek Indera di Pintu-Pikiran. Kemudian mano-
dvara-vajjana (Ma) membuat Perhatian Arus Kesadaran kepada
Objek Indera, memperhatikan Objek itu dan memutuskan
Apakah ia Baik atau Buruk. Sehubungan dengan Keputusan ini,
Satu dari 29 kama-javana cittas melaksanakan Fungsi javana
untuk Tujuh Saat Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera.
Lalu Dua Tadalambana cittas turut mengikuti menikmati Rasa
Objek Indera selanjutnya. Setelah itu, bhavanga cittas
tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan. Vithi ini di kenal
sebagai “ativibhuta-rammana vithi” atau tadalambana-vara
vithi sebagaimana ia berakhir.
2. Bila Objek Indera Intensitasnya agak Besar, Urutan Kesadaran
terjadi sebagaimana diatas tapi berakhir dengan javana cittas
tanpa tadalambana. Vithi ini di kenal sebagai “vibhuta-
rammana vithi” atau “javana-vara-vithi”
3. Dalam “avibhuta-rammana vithi” , Objek Indera Intensitasnya
Kurang dan Penampilannya pada Pintu-Pikiran tidak se-jelas
sebagai Dua Kasus yang diatas. Maka setelah Kelanjutan-
Kehidupan di tangkap, mano-dvaravajjana citta terjadi Tiga kali
mencoba mengamati dan memutuskan Objek-Indera. Tapi
Objek itu tidak di ketahui dengan tepat dan Akibatnya tidak ada
122
Catatan:
1. Pintu-Pikiran (mano-dvara) bukanlah Satu Pintu Pisik, Satu dari
19 bhavanga cittas berfungsi sebagai Pintu-Pikiran pada Satu
Orang.
2. Semua Enam Objek Indera yaitu, di waktu Lampau, Sekarang,
Yang akan Datang atau Setiap waktu, dapat muncul pada Pintu-
Pikiran.
3. Sebagaimana Objek Pikiran seperti Cittas, cetasikas, kasina,
nimittas atau Nibbana sendiri bisa muncul pada Pintu-Pikiran,
tidak perlu terjadi atita-bhavanga, Objek itu muncul pada Pintu
Pikiran begitu ia mengenai Pintu.
4. Objek2 yang muncul pada Pintu-Pikiran tidak harus di bedakan
sebagai atimahanta-rammana atau mahanta-rammana,
Mereka harus di bedakan sebagai vibhuta-rammana (Objek
yang jelas) atau avibhuta-rammana (Objek yang tidak
jelas/kabur).
Kama-Javana Mano-Dvara-Vithi-Cittas.
Didalam mano-dvara-vithis Hanya ada 3 Tipe dari Kesadaran yaitu,
“avajjana, javana, dan tadalambana”.
Jumlah Cittas di dalam mano-dvara-vithis yang terpanjang adalah :
1 mano-dvaravajjana citta, 7 javana cittas dan 2 tadalambana
cittas, Jumlah semuanya 10.
Jumlah Cittas yang dapat ambil bagian dalam mano-dvara vithis
ialah; 1 mano-dvaravajjana citta, 29 kama-javana cittas dan 11
tadalambana cittas, Jumlah semua 41.
Mano-Dvara-Vithis Ke-dua
Ketika salah Satu dari Enam Objek Indera memasuki Jalan Pintu-
Pikiran secara langsung, bila mendapat mano-dvara vithi Utama
123
Praktek Pembuktian.
Bahwa panca-dvara-vithi dan mano-dvara-vithi terjadi pada Satu
Kecepatan luar biasa terus menerus pada Satu Orang dapat di buktikan
oleh Orang itu sendiri. Karena Cittas tidak dapat di lihat walau di bawah
Mikroskop terbaik sekalipun, Satu Alat yang lebih kuat dari pada
Elektronik Mikroskop terbaru akan di perlukan untuk memperhatikan
Cittas. Alat ini tidak lain adalah Pikiran itu sendiri yang di sertai oleh
upacara-samadhi (Tetangga atau masuk ke Konsentrasi) atau lebih baik
dengan Jhana Samadhi (Pencerapan Meditasi)
Saya telah banyak mewawancarai para Meditator di International
Buddha Sasana Centre (Pa-auk Tawya Meditation Centres) di Myanmar
124
Appana-Javana Mano-Dvara-Vithis.
Dalam Meditasi Ketenangan dan Pengertian, appana-javana mano
dvara vithi timbul ketika Jhana atau Magga di realisasikan. Dalam
Vithis2 ini, salah Satu dari 26 appana-javana cittas ambil bagian di
dalam Fungsi javana.
Catatan;
1.Bilamana Seorang bermeditasi pada kasina, apakah somanassa
atau upekkha-maha kusala citta akan melaksanakan fungsi javana.
1. Iddhi-Vidha Abhinnana.
Ber-macam2 Kekuatan yang hebat, seperti dari Satu Orang, dia
menjadi banyak, dan setelah menjadi banyak dia menjadi Satu
lagi. Tanpa Rintangan ia dapat lewat melalui Dinding dan
Gunung, sama seperti ia melalui Udara. Di dalam Bumi ia
menembus dan timbul lagi, persis seperti di dalam Air. Ia
berjalan di atas Air tanpa tenggelam, seperti di atas Tanah.
Dengan melipat Kaki ia mengapung melalui Udara, persis seperti
Burung bersayap.
2. Dibba-Sota Abhinnana.
Telinga Dewa yang dapat mendengar Suara2 ke-dua2nya, Suara
Surgawi dan Manusia, jauh dan dekat.
3. Dibba-Cakkhu Abhinnana.
Mata Dewa yang dapat melihat Ke-dua2nya Objek Surgawi dan
Manusia, jauh dan dekat, tersembunyi atau terlihat. Ia dapat
melihat Mahluk di Alam apaya (Lebih rendah) begitu juga Alam2
Dewa. Ia melihat Mahluk2 menghilang dan muncul kembali,
rendah dan Mulia, yang cantik dan yang buruk. Ia melihat
bagaimana Mahluk2 muncul kembali sesuai dengan Perbuatan2
mereka (Kamma).
4. Paracitta-Vijjanana Abhinnana atau Ceto-pariya-nana.
Kemampuan untuk mengetahui Pikiran2 Orang lain dalam Cara
menembus Pikiran2 Orang lain.
5. Pubbe-nivasanussati-Abhinnana.
Kemampuan untuk mengingat banyak Kelahiran2 yang lampau
seperti Satu Kelahiran, dua, tiga, empat, atau lima Kelahiran2…..
seratus ribu Kelahiran, mengingat banyak Pembentukan dan
Penghancuran dari Dunia, “Disana saya berada, dengan Nama
ini….dan meninggal dari sana saya memasuki di Suatu Tempat
dalam Kehidupan….. dan meninggal dari sana lagi saya muncul
di sini”.
Nirodha-Samapatti-Vithi.
“Nirodha-samapatti” artinya “Pencapaian Pemadaman”. Vithi ini di
kembangkan untuk menunda sementara semua Kesadaran dan Kegiatan
Mental, mengikuti dengan segera pada Keadaan setengah Sadar yang di
sebut; “Keadaan dari bukan Pencerapan bukan juga bukan Pencerapan”
(neva-sanna-n’asanna-yatana jhana).
Hanya Seorang Anagami atau Arahat yang telah menguasi semua
Sembilan Pencerapan (Jhanas) sanggup mengembangkan nirodha-
samapatti vithi. Prosedur untuk mengembangkan nirodha-samapatti
vithi adalah sebagai berikut :
Pertama-tama Orang memasuki rupa vacara jhana Pertama, keluar
dari situ dan Meditasi pada Unsur2 Jhana sebagaimana pada Sifat2
mereka yang tidak Kekal, Penderitaan dan Tanpa-Diri. Ia mengulang-
ulang Prosedur ini dengan rupavacara jhana Ke-dua, Ke-tiga, Ke-empat
dan Ke-lima, dan kemudian juga dengan arupavacara-jhana Pertama,
Ke-dua, dan Ke-tiga.
Kemudian ia membuat Empat Tekad yang kuat (adhitthana).
Vipaka Niyama.
“Niyama” Artinya “Hukum”. Sedangkan Vipaka Cittas adalah Hasil2
dari Kammas (Perbuatan), mereka timbul dalam Vithis secara teratur
sesuai pada Kammas persis seperti Bayangan muncul di dalam Cermin
sesuai dengan Orang yang di depan Cermin itu.
Sekarang Seseorang mempunyai Objek2 yang tidak
menyenangkan seperti Satu Bangkai yang membusuk, Najis, dsb.. pada
Keadaan dari Akusala Kammas (Perbuatan Tidak Bermanfaat). Maka
pada Saat seperti itu, Akusala vipaka cittas – yaitu, Cakkhu-vinnana,
sampaticchana, santirana, dan tadalambana timbul di dalam Vithis.
Bila Seseorang menjumpai Objek yang agak bagus, kusala vipaka
cittas yaitu, cakkhu-vinnana, sampaticchana, upekkha-santirana dan
upekkha-tadalambana timbul dalam Vithis. Bila Objek sangat Baik,
somanassa-santirana dan somanassa-tadalambana timbul sebagai ganti
dari upekkha.
Kusala dan Akusala-Javanas tidak terjadi secara teratur seperti
vipaka-cittas. Yoniso-manasikara (pemikiran bijak) menuju pada
137
Agantuka Bhavanga.
Bagi Satu Orang yang Kesadaran Kelahiran Kembalinya adalah Satu
somanassa citta, Kelanjutan Kehidupan-nya juga harus somanassa
bhavanga untuk hidup. Kesadaran Kelahiran Kembali dan bhavanga
citta dari Satu Orang harus sesuai pada bhumi, citta, sampayutta-
dhamma (Pengikut2), vedana dan sankara.
Ketika Orang itu marah, domanassa javanas-nya tidak bisa di ikuti
oleh somanassa tadalambana dan somanassa bhavanga sebab
domanassa vedana melawan somanassa vedana persis seperti Api
melawan Air. Tetapi menurut Kesadaran Kelahiran-nya, somanassa
tadalambana dan somanassa bhavanga harus timbul.
Dalam Keadaan yang sulit ini, upekkha santirana timbul Satu kali
sebagai Satu Agantuka-bhavanga (agantuka artinya “Tamu” atau
139
Puthujjana.
1. Duggati – ahetuka – puggala.
2. Sugati – ahetuka – puggala.
3. Dvi – hetuka puggala.
4. Ti – hetuka – puggala.
Ariya – puggala.
a. Maggattha.
5. Sotapatti - maggattha
140
6. Sakadagami – maggattha
7. Anagami – maggattha
8. Arahatta – maggattha
b. Phalattha.
9. Sotapatti – phalattha
10. Sakadagami – phalattha
11. Anagami – phalattha
12. Arahata – phalattha.
---oOo---
142
Chapter 5.
Alam Keberadaan.
Vithimutta Cittas.
Dalam Bab sebelumnya Fungsi2 dari Vithi Cittas telah di jelaskan.
Sekarang dalam Bab ini, kita akan uraikan Fungsi2 dari 19 Vithimutta
cittas, yakni, Proses Pembebasan Kesadaran.
19 Vithimutta-cittas teermasuk 2 Upekkha-santirana cittas, 8 maha-
vipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas.
Citta-citta ini berfungsi sebagai Kesadaran –Kelahiran Kembali bagi
semua Mahluk hidup di lahirkan kembali dalam Alam Keberadaan yang
bersesuaian, kemudian mereka berfungsi sebagai Kelanjutan-Kehidupan
bagi semua Keberadaan dari setiap Mahluk hidup dan akhirnya sebagai
Kesadaran Kematian dari Mahluk.
Sebagaimana Alam Keberadaan di libatkan dalam Penjelasan
Fungsi2 dari Vithimutta-cittas ini, Bab ini di beri Judul sebagai “Bhumi”
sama sebagai “Vithimut”
Empat Catukka.
“Catukka” Artinya “Satu Grup dari Empat”. Empat Catukka yang
akan di uraikan dalam Bab ini adalah:
1. Bhumi-catukka . . . . . . --- Empat Alam Keberadaan
2. Patisandhi-catukka . . . . --- Empat Model Kelahiran Kembali.
3. Kamma-catukka . . . . . . --- Empat Macam Perbuatan, dan
4. Maranuppatti-catukka . . . --- Empat cara datangnya Kematian.
1. Apaya – Bhumi.
Diantara ini, Apaya bhumi lagi ada Empat macam yaitu,
143
3. Rupa-Bhumi
Rupa bhumi terdiri dari 3 Alam Jhana-Pertama, 3 Alam Jhana-Kedua,
3 Alam Jhana-Ketiga dan 7 Alam Jhana-Keempat, jumlah semua 16
Alam.
4. Arupa-Bhumi.
Arupa-bbumi ada empat yaitu;
1. Akasanancayatana-bhumi – Kerajaan Ruang yang tak terbatas.
2. Vinnanancayatana – bhumi – Kerajaan Kesadaran yang tak
terbatas.
3. Akincannayatana-bhumi – Kerajaan Kekosongan.
4. N’evasanna-n’asannayatana-bhumi – Kerajaan bukanPencerapan
bukan juga Bukan Pencerapan.
Catatan:
a. Satu Apaya-patisandhi, Satu kama-sugati ahetuka-patisandhi
dan 8 kamasugati sahetuka patisandhi, bersama menjadikan
10 kama-patisandhi.
b. Lima Rupavacara-vipaka citta dan Jivita-navaka-kalapa-rupa-
patisandhi, bersama menjadikan 6 Rupa-patisandhi.
c. Sepuluh patisandhi, 6 Rupa patisandhi dan 4 Arupa
patisandhi, bersama menjadikan 20 Tipe Patisandhi (Kelahiran
Kembali).
Jumlah patisandhi lebih Satu dari jumlah Kesadaran Kelahiran
Kembali, sebab ada Satu Rupa-patisandhi.
Penerapan:
1. Orang2 menderita dalam Niraya di lahirkan hanya dengan Cara
opapatika-patisandhi.
2. Peta dan Asura di lahirkan baik melalui jalabuja-patisandhi atau
juga opapatika-patisandhi.
3. Binatang2 di lahirkan dengan semua Empat Cara Kandungan.
4. Manusia Pertama-tama dilahirkan dengan Cara opapatika-
patisandhi pada Permulaan dari Dunia, dan kemudian baik
dengan jalabuja-patisandhi atau juga sansedaja-patisandhi.
5. Kelompok Dewa Tanah di lahirkan baik dengan Cara jalabuja-
patisandhi atau opapatika-patisandhi.
6. Mahluk Deva dan Brahma di lahirkan hanya dengan Cara
opapatika-patisandhi.
Tabel 5.2
Catatan:
i. Satu ‘Hari Dewa’ dalam Catumaharajika yang lebih tinggi sama
dengan 50 Thn. Manusia; Satu Hari Dewa dalam Tavatimsa sama
dengan 100 Thn. Manusia; satu Hari Dewa dalam Yama sama
dengan 200 Thn. Manusia dst.. . Tiga puluh Hari Dewa menjadi
Satu Bulan dan 12 Bulan jadi Satu Tahun.
ii. Kalau kita naik ke atas dari Alam yang lebih rendah ke Alam yang
lebih tinggi, Masa-Kehidupan, dua kalinya dan Lama Hari Dewa
juga Dua kalinya. Ini adalah Kunci untuk mengingat Rentang-
152
Penghancuran Dunia.
Menurut Kitab Suci Agama Buddha, ada sejumlah Dunia tidak
terbatas dan tidak ada Dunia yang abadi. Bumi kita sendiri akan berakhir
pada suatu hari. Ini agak berhubungan dengan Pengamatan melalui
Teleskop yang paling kuat bahwa Bintang2 tua sedang mati dan
Bintang2 muda sedang terbentuk.
Dunia bisa di hancurkan oleh Api, Air, atau Angin. Bila di hancurkan
oleh Api, semua Dunia sampai 3 Alam Jhana-Pertama akan terbakar.
Setelah di hancurkan Tujuh kali berturutan oleh Api, Dunia akan di
hancurkan oleh Air pada yang ke Delapan kalinya ketika semua Dunia
sampai 3 Alam Jhana-Kedua akan di hancurkan.
Setelah di hancurkan dalam Siklus yang teratur, 7 kali oleh Api dan
Satu kali oleh Air, Dunia akan di hancurkan oleh Angin pada yang ke 64
kalinya.
Biasanya Lokapala-deva (Dewa2 Penjaga Dunia) memberitahukan
Orang2 terlebih dahulu tentang Penghancuran Dunia yang sedang
mendatang. Dengan demikian Orang karena takut melakukan
Perbuatan2 Baik dan melaksanakan Meditasi Samatha (Ketenangan)
untuk mencapai Jhana2 yang lebih tinggi supaya di lahirkan Kembali di
dalam Alam Surga yang lebih tinggi dengan demikian terhindar dari
Bencana itu.
153
Tabel 5.3.
154
Catatan:
i. Pada Intinya, harus dicatat bahwa:
a) Akusala-kamma : 12 Cetana bersekutu dengan 12 akusala-
citta.
b) Kamavacara-kusala-kamma : 8 Cetana disertai dengan 8 maha-
kusala-citta
c) Rupavacara-kusala-kamma : 5 Cetana disertai dengan 5
rupavacara kusala citta.
d) Arupavacara-kusala-kamma : 4 Cetana disertai dengan 4
arupavacara-kusala-citta.
162
Dengan Cara yang sama, Satu Orang bisa mati dengan salah Satu
Cara sebagai berikut:
1. Ayukkhaya – marana : Kematian karena habisnya Batas-Usia.
2. Kammakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Kekuatan
Kamma Produktif.
3. Ubhayakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Ke-dua2-
nya Batas-Usia dan Kamma.
4. Upaccheda – marana : Kematian karena Intervensi / Campur
Tangan dari Satu Kamma Penghancur. Yaitu, Kematian yang
tiba2 seperti Seorang menghadapi Satu Kecelakaan Mobil atau
Bunuh Diri.
Maranasanna Vithi.
Sekarang, ketika maranasanna-nimitta muncul pada Salah Satu dari
Enam Pintu, azvajjana – citta (Kesadaran yang di tujukan) akan
mengambil Objek Indera dan Satu Arus Kesadaran, yang di kenal sebagai
Maranasanna – vithi, terus mengalir. Sehubungan dengan Kamma yang
bertujuan menghasilkan Kelahiran Kembali selanjutnya, Satu Akusala
atau Kusala citta umumnya berfungsi 5 Kali sebagai Javana dalam Vithi-
vithi ini. Javana-javana ini di kenal sebagai “Marana-sanna-javana”.
A Ati-mahanta-rammana Cakkhu-dvara.
Maranasanna Vithi.
Dua Tipe maranasanna-vithi untuk Satu Objek yang Kelihatan dari
Intensitas yang besar mengenai Pintu Mata:
1. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja - Ja –
Da – Da – Bha – Cuti – Pati – “ – Bha –
2. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja –
Da – Da – Cuti – Pati” – Bha.
2. Ti – Ti – Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja –
Ja – Ja – Cuti – Pati” – Bha –
---oOo---
177
Chapter 6
RUPA
Ringkasan Materi.
Pendahuluan.
Dari Empat Kenyataan Tertinggi (Paramatha), Kesadaran (Citta) dan
Faktor2 Mental (Cetasika) telah di jelaskan dalam Lima Bab Pertama
dari Buku ini. Kita telah melihat 89 atau 121 Tipe dari Kesadaran, 52
Faktor2 Mental, Persekutuan dari Faktor2 ini dengan Citta,
Ketergantungan dari nama (Pikiran) pada Objek2 Indera (arammana)
begitu juga pada Landasan Pisik (vatthu), Timbulnya Proses2
Pengenalan untuk menyadari pada Objek2 Indera, 31 Alam Keberadaan
dan Tipe2 Mahluk2 yang mendiami mereka, Tipe Kamma yang ber-
beda2 bekerjanya mereka melalui Hasil2 mereka seperti sebagai
Kesadaran-Kelahiran-Kembali, Kelanjutan-Kehidupan dan Kesadaran-
Kematian, dan akhirnya Kematian dan Kelahiran-Kembali.
Sekarang dalam Bab ini, kita akan bahas Dua Kenyataan Tertinggi
yang masih ada, yaitu, Rupa dan Nibbana.
Apakah Rupa?
Rupa telah di terjemahkan sebagai “Materi”, “Pemenuhan
Kebutuhan”, “Bahan2”, “Bentuk”, dsb… Tapi tidak ada yang tepat.
Mempertimbangkan dari Aspek2 Rupa , “Materi” adalah yang paling
mendekati Kesamaan. Tapi Rupa terdiri dari Sifat2 Materi begitu juga
dari Energi.
Rupa bisa berubah Keadaan, Bentuk dan Warna di karenakan Panas
dan Dingin sama seperti di lakukan Materi. Walaupun Bentuk, Rupa dan
Massa menjadi jelas kelihatan ketika banyak rupa telah bertimbun di
dalam Indera tertinggi, rupa tidak berbentuk, tidak ber-rupa dan tidak
ber-massa persis sebagaimana Energi. Para Ilmuwan sekarang
mengetahui bahwa Materi dan Energi bisa saling bertukaran dan serupa
dalam Indera yang tertinggi.
Tetapi tidak sama dengan Hukum Kekekalan Massa dan Energi, yang
mengatakan bahwa Energi tidak dapat di ciptakan ataupun di
hancurkan, kita dapatkan dalam Abhidhamma bahwa rupa timbul dan
mati terus-menerus pada Selang Waktu yang sangat singkat di ukur oleh
“Saat Kecil” di sebut khana kecil. Rupa terus-menerus di hasilkan dari
Empat Sumber Pokok yaitu, kamma, citta, utu (panas) dan ahara
178
Catatan:
Empat Sifat Dasar yang Besar juga di kenal sebagai Empat Unsur
Besar.
Dhatu Dalam Bahasa Pali artinya, yang membawa Tanda2 Sifatnya
sendiri atau Atribut. Unsur adalah Kesamaan yang terdekat untuk
dhatu. Sekarang pathavi-dhatu Secara bahasa artinya Unsur Tanah,
apo-dhatu Unsur Air, tejo-dhatu Unsur Panas, dan Vayo-dhatu Unsur
Angin. Tetapi pathavi bukanlah Tanah, apo bukan juga Air, juga vayo
bukan Angin.
Empat Sifat Dasar Besar adalah Unsur Materi Dasar yang berada
bersamaan dan yang tidak dapat di pisahkan. Setiap Zat Materi , apakah
Tanah, Air, api, atau Angin, mulai dari Partikel yang kecil sampai Objek
yang paling besar , di buat dari empat Unsur2 ini yang memiliki Sifat2
Khusus sebagaimana di jelaskan di atas.
Dari sini, Seseorang dapat dengan mudah melihat bahwa Orang
Buddhist tidak berurusan dengan Thales’ Air, Anaximenes’ Udara,
Herakleitus’ Api, atau Peripatetics’ Materi dari Filsafat Junani
Pathavi, Apo, Tejo, dan Vayo tidak berbentuk dan tidak ber-massa
di dalam Indera yang tertinggi. Dalam Meditasi Pandangan Terang, kita
bermeditasi hanya pada Sifat2 mereka di dalam Tubuh, yaitu, Kekerasan
dan Kelembutan, Kepaduan dan Kecairan, Panas dan Dingin, Dorongan
dan Penyeimbangan.
180
Catatan:
a) Nama yang di dalam Tanda Kurung adalah Unsur2 Pokok dari
Lima Indera. Catatan; bahwa ada 7 Unsur2 semuanya.
b) Karena Kehalusannya, apo tidak dapat di rasa oleh Indera
Sentuhan. Contohnya, Ketika kita memasukan Tangan kita ke
dalam Air, dingin yang terasa adalah tejo, Kelembutan adalah
pathavi, dan Tekanan adalah vayo. Maka hanya Tiga Unsur2
Dasar yang di anggap sebagai yang Nyata.
Catatan:
Dua rupa ini membedakan Laki-laki dan Wanita.
Catatan:
a) Upacaya dan Santati kadang2 di perlukan sebagai jati
(Kelahiran). Maka banyaknya Rupa jadi berjumlah 27 sebagai
ganti dari 28.
b) Dengan Pengecualian dari Lima Rupa yaitu, Dua Vinnatti, jati,
jarata, dan aniccata, semua Rupa yang tinggal berakhir untuk
17 Saat2 Sadar.
c) Singkat Kata hanya ada Tiga lakkhana-rupa yaitu, jati, jarata,
dan aniccata. Jati mengacu pada rupa Saat timbul yang segera,
jarata mengacu pada rupa pada Periode Keberadaan, dan
aniccata mengacu pada rupa Pembubaran yang segera.
Radio, Nyanyian dari Kaset, Suara Berisik dari Mobil dan Kereta
Api dsb… di hasilkan oleh utu.
3. Ada Tiga Tija-rupa yaitu, rupassa-lahuta, rupassa-muduta dan
rupassa-kammannata. Mereka di hasilkan oleh citta, utu, dan
ahara. Rupa-rupa ini bertanggung jawab bagi Perasaan2
mengambang yang menyenangkan yang kita rasakan ketika
Pikiran kita jernih atau ketika Cuaca menyenangkan atau ketika
setelah kita menikmati Makanan ringan yang menyenangkan.
4. Ada 9 catuja-rupa yang di hasilkan oleh semua Empat Sebab.
Mereka adalah Delapan avinibbhoga-rupa dan akasa-dhatu
yang timbul ketika Grup2 Materi (kalapa) dari avinibbhoga-rupa
terbentuk.
5. Kammaja-rupa (18). 9 kammaja-ekaja rupa + 9 kammaja-
anekaja rupa (yakni, 9 catuja-rupa).
6. Cittaja-rupa. (15). 2 cittaja-ekaja rupa + 13 cittaja-anekaja
rupa. Ke 13 cittaja-anekaja rupa adalah 9 catuja-rupa + 1
sadda + 3 tija-rupa.
7. Utuja – rupa (13). 13 utuja-anekaja rupa yang adalah sama
sebagai 13 cittaja-anekaja rupa
8. Aharaja – rupa (aharaja-anekaja rupa) (12). 9 catuja-rupa
+ 3 tija-rupa.
Catatan:
1. Tiga tija-rupa, yaitu, lahuta, muduta, dan kammannata juga di
sebut lahutadi-rupa.
2. Empat lakkhana-rupa tidak di hasilkan oleh Sebab Apa-pun.
Mereka hanya merupakan Pemunculan (Kelahiran), Keberadaan
(Pembusukan) dan Pembubaran (Kematian). Alamiah dari rupa
yang sebenarnya.
1 Sembilan Kammaja-kalapa
Ini semua di bentuk dari 18 kammaja-rupa. Dalam semua kalapa, 8
avinibbhoga-rupa membentuk Intinya. Semua kammaja-rupa berisi
jivita-rupa yaitu, Kehidupan Pisik. Maka Satu Grup dari 8 avinibbhoga-
rupa dan jivita-rupa Unit yang paling sederhana dari kammaja-rupa. Itu
di sebut jivita-navaka-kalapa artinya “Grup dari 9 rupa termasuk jivita”,
dapat di singkat jadi “jivita-nonad”.
Dengan menambahkan Sisanya 8 kammaja-ekaja-rupa serentak
kepada Unit Dasar ini “jivita-nonad”, kita mendapatkan Sisanya 8
kammaja-kalapa.
1. Cakkhu-dasaka (Mata – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa +
jivita-rupa + cakkhu-pasada.
2. Sota-dasaka (Telinga – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa +
jivita rupa + sota-pasada.
3. Ghana-dasaka (Hidung – Grup 10) 8 avinibbhoga rupa +
jivita rupa + ghana pasada.
4. Jivha-dasaka (Lidah – Grup 10). 8 avinibbhoga rupa +
jivita rupa + jivha pasada.
5. Kaya-dasaka (Tubuh - Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + kaya pasada.
6. Itthibhava-dasaka (Perempuan Grup 10). 8 avinibbhoga
rupa + jivita rupa + itthibhava rupa.
7. Pumbhava-dasaka (Laki2 Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + pumbhava rupa
8. Hadaya-dasaka (Jantung Grup 10). 8 avinibbhoga rupa
+ jivita rupa + hadaya vatthu
192
cuti-citta, dan akan mati dalam Enam belas Saat Kesadaran yang lain
yang terjadi hampir bersamaan.
Aharaja-rupa di bentuk sampai Saat bubar-nya cuti-citta, sebab
Dukungan yang di dapat bagi Pembentukan aharaja-rupa dapat di
sediakan oleh citta sampai pada waktu itu. Maka pada Kematian,
aharaja-rupa terakhir yang di bentuk itu telah berakhir hanya untuk
Satu Saat singkat. Namun dalam Lima puluh Saat singkat yang lain-nya
(Jangka Hidup-rupa – 51 Saat singkat atau 17 Saat2 Kesadaran), aharaja-
rupa itu juga berhenti.
Maka pada Waktu Kematian, kammaja-rupa, cittaja-rupa, dan
aharaja-rupa berhenti hampir bersamaan. Tetapi utuja-rupa berlanjut
membentuk dan bubar sampai Mayat di ubah menjadi Abu.
Sesosok Mayat hanya terdiri dari utuja-rupa.
Dengan demikian ketika Seorang meninggal dan Dilahirkan Kembali
dalam Kehidupan yang lain, Gejala Materi dengan Cara yang sama di
mulai dari Saat Kehamilan dan berlangsung terus timbul sampai waktu
Kematian.
Praktek Pengamatan.
Semua Gejala Materi yang di jelaskan dalam Bab ini dapat di amati
dan di buktikan oleh Seorang yang berminat yang akan menjalankan
Meditasi Ketenangan dan Meditasi Pandangan Terang dengan
sungguh2.
Walau rupa-kalapa tidak dapat dilihat di bawah Mikroskop yang
kuat, mereka dapat di amati oleh Mata-samadhi yaitu, Mata-Pikiran di
sertai oleh Jalan masuk Konsentrasi atau yang lebih baik oleh
Konsentrasi Jhana.
Se-seorang akan memperhatikan dengan Mata-samadhi bahwa ada
Enam Tipe kalapa dalam Mata, yaitu, Mata-Grup 10, Tubuh-Grup 10,
Sex-Grup 10, dan Tiga Grup 8 Murni yang di hasilkan masing2 oleh
citta, utu, dan ahara. Dengan Cara yang sama Seorang akan
memperhatikan setiap Enam Tipe kalapa dalam Telinga, Hidung, dan
Lidah – hanya dengan menggantikan Mata-Grup 10 dengan Telinga-
Grup 10, Hidung-Grup 10, Lidah-Grup 10, masing2 , dengan
memperhatikan Satu per Satu kalapa-kalapa ini. Catatan: bahwa kaya-
pasada, bhava-rupa, cittaja-rupa, utuja-rupa dan aharaja-rupa tersebar
di seluruh Tubuh, dan dengan begitu mereka akan berada di Mata,
Telinga, Hidung, dan di dalam setiap Bagian dari Tubuh.
Memperhatikan kalapa bukan berarti Seorang melihat Rupa
tertinggi. Bila Rupa di perhatikan dalam Bentuk Partikel2 , bagaimana
kecil-pun mereka adanya, rupa yang di perhatikan itu belum yang
tertinggi.
Rupa yang tertinggi tidak berbentuk dan tidak ber-massa. Maka
Seorang harus menganalisa setiap Tipe kalapa untuk memperhatikan
Isinya, persis seperti Seorang mengerjakan Sebuah Analisa secara teliti
dari Sebuah Contoh Kuningan untuk mengetahui Isi-nya.
197
Nibbana.
1. Nibbana ialah di luar Keduniawian (lokuttara), yaitu, di balik 31
Alam Keberadaan, di balik Dunia Pikiran dan Tubuh (yakni Lima
Kelompok).
2. Nibbana di realisasi melalui Pengetahuan yang termasuk dalam
Empat Jalan dan Empat Buah. Ia di amati oleh magga-nana dan
phala-nana.
3. Nibbana adalah Objek dari Empat Jalan dan Buah2 mereka.
4. Ketika Penyebab Penderitaan, ialah, Kekotoran Batin (kilesa)
secara sempurna di basmi oleh 4 Jalan-Kebijaksanaan,
Penderitaan juga di hilangkan. Kemudian hanya Kebahagiaan
(sukha) dan Kedamaian (santi) berada di dalam Arus Mental.
Kebahagiaan dan Kedamaian yang unik ini disebut Nibbana.
1 Sa-upadisesa – Nibbana
Sa – Dengan, upadi – Lima Kelompok di genggam oleh Kemelekatan
dan Pandangan Salah, sesa – Yang tersisa.
Pada para Buddha dan Arahat , walau semua Kekotoran Batin
(kilesa) telah di hilangkan, vipaka-citta dan Pengikut2 mereka (Bersama
di kenal sebagai vipaka-namakkhandha) dan kammaja-rupa masih
tertinggal. Namun para Buddha dan Arahat dapat sepenuhnya
mengalami Nibbana. Unsur Nibbana yang di realisasikan oleh para
Buddha dan Arahat sebelum Kematian dengan Vipaka-namakkhandha
dan kammaja-rupa tertinggal disebut Sa-upadi-sesa Nibbana-dhatu.
2 Anupadisesa – Nibbana
Ini adalah Nibbana yang di alami oleh para Buddha dan Arahat
setelah Kematian. Unsur Nibbana yang di realisasikan tanpa Vipaka-
namakkhandha dan kammaja-rupa Apa-pun yang tertinggal disebut
anupadisesa Nibbana dhatu.
Sa-upadisesa Nibbana = Kilesa Nibbana, ialah itu dicapai dengan
Penghilangan Kilesa.
Anupadisesa Nibbana = Khandha Nibbana, ialah itu dicapai dengan
Penghilangan Lima Kelompok.
199
–oOo--
200
Chapter 7
Samuccaya
Kata Pengantar.
Tujuh puluh dua Macam dari Keberadaan yang tertinggi, yang
disebut Vatthu-Dhamma Sebab mereka mempunyai Sifat2 –nya sendiri,
sebegitu jauh telah di jelaskan. Mereka adalah Citta, 52 Cetasika, 18
Nipphanna-rupa dan Nibbana.
Citta.
Semua 89 atau 121 Tipe Kesadaran di anggap sebagai Satu karena
mereka semua mempunyai Sifat2 dari “Kesadaran”. Sebenarnya
mereka adalah 89 atau 121 Tipe dari Kombinasi Citta dengan berbagai
Cetasika.
Cetasika.
Semua 52 Faktor2 Mental dipandang secara terpisah karena mereka
mempunyai Sifat2 berbeda.
Nipphanna-rupa
Semua 18 Rupa yang disebabkan dan di kondisikan oleh kamma,
citta, utu, dan ahara di anggap Nyata dan di pandang secara terpisah
karena mereka memiliki Sifat2 yang berbeda.
Nibbana
Ia adalah Satu sehubungan pada Sifat-nya akan Kedamaian (Santi-
lakkhana).
Catatan:
Unsur2 Pokok dari Empat Asava hanyalah Tiga yaitu, lobha, ditthi,
dan moha. Ketiganya ini sangat kuat memabukkan Mahluk2 dan
membuat mereka mengembara dalam Samsara.
Jhana dan Magga. Maka mereka menghalangi Jalan ke Alam Dewa dan
Kebahagiaan Nibbana.
Terutama Lima Nivarana Pertama membutakan Pandangan Mental
kita dan menghambat Tindakan Moral kita. Kita harus bergumul dengan
mereka bilamana kita mencoba melaksanakan beberapa Perbuatan Baik
Apakah itu mengucapkan Doa-doa atau melakukan Meditasi. Dalam
Kehadiran mereka kita tidak dapat mencapai Tetangga Konsentrasi
(Upacara-samadhi) dan Konsentrasi penuh (appana-samadhi), dan tidak
dapat melihat Kebenaran dengan jelas.
1. Kamacchanda -- Napsu Indera, ialah lobha dalam 8 lobha-
mula-citta.
2. Vyapada -- Kehendak Jahat, ialah dosa dalam 2 dosa-
mula-citta
3. Thina-middha -- Kemalasan dan Kelambanan, mereka adalah ;
thina-cetasika dan middha-cetasika.
4. Uddhacca-kukukucca -- Kegelisahan dan selalu di pikirkan atau
Kawatir, mereka adalah, uddhacca-cetasika dan kukkucca-
cetasika.
5. Vicikiccha -- Keraguan atau Kebingungan, ialah vicikiccha-
cetasika.
6. Avijja -- Kegelapan Batin, ialah moha berada dalam 12 akusala
citta.
Catatan:
a. Ke-dua2nya Kemalasan dan Kelambanan, Kegelisahan dan selalu
Dipikirkan di golongkan bersama sebab Fungsi2 mereka (kicca),
Sebab2 mereka (hetu) dan Faktor2 Perlawanan mereka adalah
sama. Fungsi dari Kemalasan dan Kelambanan ialah Ketidak-
aktifan Mental, Sebab2 mereka adalah Kemalasan, dan mereka
menentang pada Semangat Usaha (Viriya). Fungsi dari
Kegelisahan dan Kepikiran ialah Ketidak-tenangan, sebab
mereka adalah Kejengkelan tentang Kehilangan Kepemilikan,
dsb… dan mereka menentang pada Ketenangan.
b. Dalam Perumpamaan yang indah yang di berikan Sang Buddha
dalam Anguttara-Nikaya, Napsu Indera dibandingkan dengan
Air yang di campur dengan macam2 Warna, Keinginan Jahat
dengan Air yang mendidih, Kemalasan dan Kelambanan dengan
Air yang di tutupi oleh Lumut, Kegelisahan dan Kepikiran
dengan Air yang di rangsang oleh Deraan Angin, dan Ke-ragu2-
an dengan Air keruh yang berlumpur. Sehinga dalam Air yang
205
1500 Kilesa.
Satu Citta, 52 cetasika, 18 nipphanna-rupa dan 4 lakkha-rupa
jumlah semua 75 Kesatuan yang ada. 75 Kesatuan nama dan rupa ini
Ada, Ke-dua2nya di Bagian Dalam dan Bagian Luar. Maka bila kita
kalikan 75 x 2 untuk ajjhattika (Bagian Dalam) dan bahiddha (Bagian
Luar), kita dapat 150. Sebagaimana 150 Kesatuan yang Ada ini adalah
Objek dari bekerjanya setiap Kilesa, bila kita kalikan 150 x 10 Kilesa
maka kita dapatkan 1500 Kilesa.
Tabel 7.1
Akusala-sangaha.
210
Catatan :
1. Harap di catat bahwa Bagian sensitif dari Mata mengontrol
Penglihatan, Bagian sensitif dari Telinga mengontrol
Pendengaran dst… Ke-dua bhava-rupa mengontrol Sifat2 Sex
Primer dan Sekunder. Kehidupan mengontrol Syarat2
Kehidupan dari Sekutu2-nya. Citta mengontrol Pengikut2
mereka dalam Usaha2 bersama dari mengambil dan
mengetahui Objek.
2. Indriya 1 – 7 adalah Pisik, 8 adalah Ke-duanya Pisik dan Mental
dan Sisanya adalah Mental.
3. 1 – 5 dan 9 mewakilkan 6 Landasan. 6, 7 adalah dua
bhava-rupa 10 – 14 mewakilkan 5 Perasaan. 15 – 19
mewakilkan 5 Kemampuan Spiritual Tiga yang terakhir adalah
Kemampuan2 di Luar Keduniawian
4. Jumlah Indriya Keduniawian yang ada pada Satu Orang Lelaki
atau Satu Orang Perempuan adalah 18, tidak termasuk Sex-rupa
yang berlawanan dan 3 yang terakhir Kemampuan diatas
Keduniawian.
Catatan:
1. Delapan belas dvi-hetuka-javana --- 8 lobha-mula-citta, 2 dosa-
mula-citta, 4 nana-vipayutta-maha-kusala-citta, dan 4 nana-
vipayutta-maha-kiriya-citta.
Tiga puluh Empat ti-hetuka-javana --- 4 nana-sampayutta-
maha-kusala-citta, 4 nana-sampayutta-maha-kiriya-citta, 9
mahaggata-kusala-citta, 9 mahaggata-kiriya-citta, 4 magga
dan 4 phala.
2. Ketika Satu Adhipati sangat kuat, semua Sekutu2-nya ber-sama2
mendukungnya, dan mereka beersama akan mendapat Tujuan
yang di arah.
Catatan:
1. Unsur Pokok dari Empat satipatthana ialah sati-cetasika berada
dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26
appana-javana. Sama juga Sati berada dalam 8 lokuttara citta.
2. Alasan mengapa “Sati” telah di jelaskan sebagai Empat
satipatthana ialah:
i. Objek2 dari Perenungan ber-beda2 seperti, kaya, vedana,
citta, dan dhamma.
ii. Cara Perenungan pada Empat Objek2 adalah berbeda seperti
asubha (menjijikan), dukkha (Penderitaan), anicca (selalu
berubah) dan anatta (tanpa Diri).
iii. Keperluan dari Perenungan pada Empat Objek berbeda seperti
untuk menghilangkan Pandangan Salah, mereka masing2 adalah
subha (cantik), sukkha (menyenangkan), nicca (abadi) dan atta
(diri).
Dalam praktek, Saddha dan Panna harus seimbang satu sama lain,
Sebab terlalu banyak Keyakinan menjurus pada Kepercayaan yang tidak
masuk Akal dan terlalu banyak Penyelidikan menjurus pada tidak
adanya Konsentrasi.
Sama juga Viriya dan Samadhi harus seimbang satu sama lain,Sebab
terlalu banyak Usaha menjurus pada Kegelisahan dan terlalu banyak
Konsentrasi bisa menjurus menjadi mengantuk.
Sati tidak perlu di imbangi oleh Faktor Apa-pun, makin banyak Sati
makin baik.
Unsur2 Pokok dari Tujuh bojjhanga masing2 (1) Sati, (2) Panna, (3)
Viriya, (4) Piti, (5) Kaya-passaddhi dan Citta-passaddhi, (6) Ekaggata,
220
Sila-magganga : (kemoralan)
1. Samma-vaca -- Pembicaraan Benar
2. Samma-kammanta -- Perbuatan Benar
3. Samma-ajiva -- Penghidupan Benar
Samadhi-magganga : (Konsentrasi)
1. Samma-vayamo -- Usaha Benar
2. Samma-sati -- Perhatian Benar
3. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar.
Satu Fondasi yang sungguh2 tidak tergoyangkan dan aman dari Sang
Jalan.
Dimulai dari Permata terkecil dari Keyakinan dan Pengetahuan, ia
berangsur se-tahap demi se-tahap mengembang memasuki menembus
Pengertian (Vipassana-nana) dan lebih jauh memasuki Pengetahuan
dari Empat Kebenaran Mulia ketika magga-nana atau Pencerahan di
capai.
Samma-sankappa dan samma-ditthi bersama berisi Panna-sikkha
(Latihan Kebijaksanaan).
Semua Delapan Unsur2 Pokok bersama berisi Jalan Mulia atau Jalan
Tengah yang menuju ke Nibbana.
Catatan:
1. Enam Landasan Bagian Dalam terdiri dari Lima Organ Indera
Pisik dan Kesadaran. Manayatana adalah Sebuah Persyaratan
bersama untuk semua Kesadaran.
2. Enam Landasan Bagian Luar terdiri dari Enam Objek-Indera.
Dhammayatana adalah sedikit lebih singkat dari Dhamma-
rammana karena ia tidak berisi citta, pasada-rupa, dan
Konsep2. Citta dan pasada-rupa telah di jelaskan sebagai
Enam Landasan Bagian Dalam sedangkan Konsep2 tidak
termasuk pada Kenyataan, maka mereka tidak termasuk
dalam dhammayatana.
3. Semua Citta, semua cetasika, semua rupa dan Nibbana
termasuk dalam 12 ayatana.
4. Proses Pengenalan timbul dari Kontak antara Landasan Bag:
Dalam dan Landasan Bag: Luar. Ketika Objek yang Kelihatan
mengenai Landasan Mata , cakkhu-dvara vithi timbul. Ketika
226
Catatan:
1. Berdasarkan pada Enam Pintu dan Enam Objek-Indera, timbulah
Enam Tipe Kesadaran. Maka itu ada 18 dhatu atau Elemen2 .
2. 18 Dhatu termasuk semua Rupa, semua Citta, semua Cetasika
dan Nibbana persis sebagai 12 ayatana.
3. Empat Unsur Pokok yaitu, pathavi-dhatu, apo-dhatu, tejo-
dhatu dan vayo-dhatu, Tidak di hitung diantara 18 Unsur2, yang
mana tentu saja termasuk 4 Unsur2 Pokok.
Tabel 7.3
Empat Kebenaran Mulia.
Unsur2 Pokok dari Setiap Kebenaran Mulia Dan apa yang di-
Ajarkan Kebenaran
1. Delapan puluh satu lokiya citta, 51 lokiya cetasika tidak
termasuk lobha, dan 28 Tipe dari rupa adalah Unsur Pokok
Kebenaran Mulia dari Penderitaan. Mereka menyebabkan
Lingkaran Kelahiran Kembali dan Penderitaan yang panjang di
dalam Tiga Alam yaitu, Kama-loka, Rupa-loka, dan Arupa-loka.
Kebenaran Pertama mengajarkan kita bahwa Semua Bentuk2
Kehidupan bagaimanapun juga Tidak Memuaskan karena
mereka adalah Subjek dari Penderitaan (Dukkha)
2. Inti Sari sebenarnya dari Kebenaran Mulia dari Sebab
Penderitaan ialah Tanha yaitu, lobha yang ada dalam 12
akusala-citta. Tanha menyebabkan Kelahiran Kembali dan
Penderitaan dalam Mata Rantai yang tiada berakhir dari
Keberadaan yang berlanjut. Kebenaran yang Kedua
mengajarkan kita bahwa Semua Penderitaan, termasuk Semua
Kelahiran Kembali , di hasilkan oleh Napsu Keinginan (Tanha)
229
---oOo—
230
Chapter 8
P A C C A Y A
Pendahuluan.
“Paccaya” Artinya “Sebab atau Kondisi” ialah Sesuatu , padanya
Sesuatu yang lain, yang di sebut “Suatu yang berkondisi”
(paccayuppana), bergantung, dan tanpa yang belakangan tidak dapat
terjadi.
Paccaya adalah Sebab dari Sesuatu yang berkondisi.
Paccayuppanna adalah Akibat atau Hasil dari Sebab.
Dalam mengkondisikan, paccayuppanna-nya (Akibat atau Hasil),
paccaya (Sebab atau Kondisi) bertindak dalam Dua Cara mendukung.
1. Ia menyebabkan Akibat yang belum timbul menjadi timbul, dan
2. Ia memperbuat Akibat yang telah timbul.
1. Metode Paticcasamuppada
Metode Ini dari Hubungan Sebab dan Akibat secara Umumnya di
kenal sebagai Hukum Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan. Secara
Singkat Pernyataan Pokok dari Hukum itu berjalan seperti ini:
1. Avijja-paccaya sankhara : Bergantung pada Ketidak-
tahuan/Kegelapan Batin menimbulkan Kelahiran Kembali –
Menghasilkan Kehendak Hati atau Bentuk2 Kamma.
2. Sankhara-paccaya vinnanam : Bergantung pada Bentuk2
Kamma (dalam Kehidupan yang Lampau) menimbulkan
Kesadaran Kelahiran Kembali (dalam Kehidupan Sekarang)
3. Vinnana-paccaya-nama-rupa : Bergantung pada Kesadaran
Kelahiran Kembali menimbulkan Fenomena Mental dan Pisik.
4. Nama-rupa-paccaya-salayatanam : Bergantung pada Fenomena
Mental dan Pisik menimbulkan Enam Landasan Indera.
5. Salayatana-paccaya-phasso : Bergantung pada Enam Landasan
Indera menimbulkan Kontak (antara Landasan Indera , Objek
Indera dan Kesadaran)
6. Phassa-paccaya-vedana : Bergantung pada Kontak
menimbulkan Perasaan.
7. Vedana-paccaya-tanha : Bergantung pada Perasaan
menimbulkan Ke-inginan yang sangat.
8. Tanha-paccaya-upadanam : Bergantung pada Ke-inginan yang
sangat menimbulkan Kemelekatan.
9. Upadana-paccaya-bhavo : Bergantung pada Kemelekatan
menimbulkan Kamma menghasilkan-Kelahiran Kembali
(kamma-bhava) dan Proses Kelahiran Kembali (upapatti-bhava).
10. Bhava-paccaya-jati : Bergantung pada Kamma menghasilkan-
Kembali (dalam Kehidupan Sekarang) menimbulkan Kelahiran
Kembali (dalam Kehidupan yang akan datang)
11. Jati-paccaya jara-maranam-soka-parideva-dukkha-domanassa,
upayasa sambhavanti, : Bergantung pada Kelahiran Kembali
menimbulkan Usia tua, Kematian, Kecemasan, Ratapan,
Kesakitan, Kedukaan dan Putus Asa.
Bila kita melihat pada Periode Masa Lampau, kita hanya melihat
Avijja dan Sankhara yang di masukan sebagai Sebab2 Masa Lampau.
Tapi Avijja, adalah kilesa-vatta-dhamma, maka juga adalah tanha dan
upadana. Karena Vatta-dhamma ini terjadi bersama di dalam citta yang
sama, tanha dan upadana harus juga di masukan dalam Sebab2 Masa
Lampau.
243
TABEL 8.1
Hubungan Sebab2 diantara Tiga Kehidupan yang ber-urutan.
Penjelasan:
Avijja, Tanha, Upadana, adalah Kegelapan Batin (kilesa). Maka
mereka di masukan Grup sebagai Kilesa-Vatta.
Kamma-bhava dan Sankhara adalah Bentuk2 Kamma. Maka mereka
di masukan Grup sebagai Kamma-Vatta.
Upapatti-bhava, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa,
Vedana, Jati, Jara-marana adalah Hasil (Vipaka) dari Bentuk2 Kamma,
maka mereka dimasukan Grup sebagai Vipaka-Vatta.
Pada Masa Lampau, di sebabkan Kegelapan Batin (Avijja), kita
mempunyai Pandangan Salah dan Kemelekatan (Tanha) pada Objek2 –
Indera. Bilamana Kemelekatan dan Pandangan Salah tumbuh menjadi
Keinginan yang kuat atau Kemelekatan (Upadana), kita melakukan
246
Diagram 8.2
Roda Paticcasamuppada.
247
2 Metode Patthana.
Duapuluh empat Kondisi (Paccaya) ber-urutan dalam Bahasa Pali
sebagai berikut:
(1) Hetu-paccayo, (2) arammana-paccayo, (3) adhipati-paccayo, (4)
anantara-paccayo, (5) samanantara-paccayo, (6) sahajata-
paccayo, (7) annamanna-paccayo, (8) nissaya-paccayo, (9)
upanisaya-paccayo, (10) purejata-paccayo, (11) pacchajata-
paccayo, (12) asevana-paccayo, (13) kamma-paccayo, (14) vipaka-
paccayo, (15) ahara-paccayo, (16) indriya-paccayo, (17) jhana-
paccayo, (18) magga-paccayo, (19) sampayutta-paccayo, (20)
vippayutta-paccayo, (21) atthi-paccayo, (22) natthi-paccayo, (23)
vigata-paccayo, (24) avigata-paccayoti.
24 Cara Ketergantungan.
1) Hetu – paccayo -- Kondisi Akar
2) Arammana-paccayo -- Kondisi Objek
3) Adhipati-paccayo -- Kondisi Ke-unggulan
250
Patthana Pali.
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
Pannatti (Konsep/Gambaran).
Selain dari Nama dan Rupa, ada pannatti (Konsep).
Pannatti ada Dua:
1. Attha-pannatti: Itu adalah Sesuatu yang membuat Bentuk,
Rupa, Massa, Penampilan, dst… dari Sesuatu yang di kenal
dalam Komunikasi. Sesuatu itu bisa mengacu pada Satu Orang,
Se-ekor Anjing, Sebuah Rumah, atau Sebuah Gunung yang
bukanlah Kenyataan yang tertinggi. Juga Bentuk, Rupa, Massa,
Penampilan dst.. dari Barang itu bukanlah yang sebenarnya.
Mereka adalah Ide2 atau Konsep2/Gambaran2 yang muncul di
dalam Pikiran. Lebih jauh, Nama itu bukan Satu Kenyataan
karena Macam2 Nama bisa di pilih mengacu pada Satu Barang
tertentu.
2. Sadda-pannatti: Karena “Sadda” berarti “Bunyi”, “Sadda
pannatti” mengacu pada Kata-Kata yang di ucapkan dalam
berbagai Bahasa. Ketika kita mengucapkan Nama2 dari
berbagai Barang dalam Komunikasi, kita membuat Barang2 itu
di ketahui oleh yang lainya. Maka dengan Attha-pannatti
Sesuatu di buat di ketahui dengan memberikan Sebuah Nama
yang sesuai padanya, dan dengan sadda-pannatti kita
membuat bahwa Sesuatu di katakan oleh Orang lain dengan
mengucapkan-nya. Sebagai Gambaran, Ucapan Kata “Orang”
membuat yang lain tahu bahwa kita mengacu pada Bentuk,
Rupa, Massa, dan Penampilan dari Satu Orang. Seperti itulah
“Sadda-pannatti”. Sekarang Bentuk, Rupa, Massa, dan
Penampilan dari Satu Orang yang di buat di ketahui oleh Kata
“Orang” harus dianggap sebagai “Attha-pannatti”.
284
Catatan:
Bermacam Bentuk dari Attha-pannatti tidak ada dalam Indera
Tertinggi. Mereka mengacu pada Objek2 terbuat dari Barang2 Nyata
tetapi yang muncul dalam Pikiran sebagai Pembayangan/Gambaran.
Walaupun mereka tidak berada di dalam Indera yang tertinggi,
mereka menjadi Objek2 dari Pikiran dalam Bentuk Bayangan2
Barang2 (yang tertinggi). Mereka di gunakan dalam Percakapan
untuk mengungkapkan Pandangan Se-seorang dan untuk membuat
yang Lain2 mengetahui Maksud Se-seorang.
---oOo---
287
Chapter 9
KAMMATTHANA
POKOK-POKOK MEDITASI.
Pendahuluan.
Dalam Kata “Kammatthana”, “Kamma” Artinya Perbuatan Meditasi
dan “Thana” Artinya Pangkalan, Lantai Tanah atau Tempat, menyatakan
Subjek atau Latihan.
Maka “kammatthana” Artinya “Tempat-bekerja” (Untuk Meditasi)
atau “Pokok Meditasi”
“Tempat-bekerja” ini atau “Pokok Meditasi” akan melayani sebagai
Tempat Latihan atau Alat Latihan untuk Budaya Mental. Ada Dua Aspek
dari Budaya Mental - Satu mengenai “Ketenangan” dan Satu lagi
“Pengertian”. Kedua Aspek ini akan di bahas dalam Bab Sekarang.
Metode dari Latihan Mental, yaitu, Meditasi, sebagaimana di
ajarkan oleh Sang Buddha adalah Unik di dalamnya mereka dapat
menghentikan Kekawatiran, membuat rilek Ketegangan Mental,
menghapus Tekanan Mental, menyuguhkan Kedamaian Pikiran dengan
segera dan menuju ke Samadhi (Konsentrasi), Jhana (Pencerapan
ekstasi), vipassana-nana (Pengertian), dan Empat Jalan dan Buah
mereka (magga dan phala) yaitu, Pencapaian tertinggi dan termulia
dalam Kehidupan.
Bab ini akan memberikan Sebuah Penjelasan Samatha-bhavana
(Meditasi Ketenangan) dan Vipassana-bhavana (Meditasi Pengertian)
yang singkat tapi Asli dan membuahkan Hasil.
Bhavana (Meditasi).
“Bhavana” umumnya agak samar2 di terjemahkan sebagai
“Meditasi”. Lebih baik di sebut “Pengembangan Mental”. Ia adalah
Sebuah Proses Budaya Mental yang begitu banyak menghasilkan Akibat
Baik bahwa ia seharusnya di kembangkan ber-ulang2 dalam Pikiran Se-
seorang.
288
Samatha - Bhavana.
“Samatha” Artinya “Ketenangan” yaitu, Keadaan Pikiran yang
terpusat, Tidak Goyah, Tidak Kotor dan Damai. Ia dikatakan “Tenang”
sebab ia meredakan Lima Hambatan (Nivarana) termasuk Napsu-Napsu.
Dalam Inti sari “Samatha” terdiri dari ekaggata-cetasika (Samadhi)
yang hadir di dalam lokiya-kusala-citta atau lokiya-kiriya-citta. Itu
mengacu pada Samadhi (Konsentrasi) yang dapat meredakan Lima
Hambatan dan juga pada Jhana-samadhi yang lebih tinggi yang dapat
meredakan Faktor2 Jhana yang lebih rendah, yaitu, Vitakka, Vicara, Piti,
dan Sukha.
Vipassana – Bhavana.
“Vipassana” Artinya “Pengertian” , ialah Pengetahuan Pengertian
kedalam Ketidak-Kekalan (anicca), Tidak memuaskan (dukkha) dan
Tanpa Pribadi (anatta) Alamiah dari semua Keadaan Tubuh dan Mental
Keberadaan.
Dalam Inti Sari “Vipassana” terdiri dari panna-cetasika
(Kebijaksanaan) yang ada dalam maha-kusala-citta dan maha-kiriya-
citta.
Kammatthana.
Disini “Kammatthana” diambil sebagai Objek Meditasi.
Sebagaimana Kesadaran tidak dapat timbul tanpa Sebuah Objek, kita
memerlukan Objek2 yang cocok bagi Latihan Mental.
Sang Buddha telah menentukan 40 Objek bagi Samatha-bhavana.
Mereka di katakan sebagai “Samatha-kammatthana”. Mereka terdiri
dari Tujuh Tingkatan sebagai berikut:
1. Kasina -- 10 Objek2 kasina
2. Asubha -- 10 Objek2 Menjijikan
3. Anussati -- 10 Objek2 Ingatan
4. Brahma-Vihara -- 4 Kediaman Mulia
5. Aruppa -- 4 Dunia Tanpa Materi
6. Ahare-patikula-Sanna -- 1 Objek
7. Catu-dhatu-vavatthana -- 1 Objek.
289
Sepuluh Kasina.
“Kasina” Artinya “Menyeluruh”, “Semua”, “Lengkap”. Ia disebut
begitu sebab ia harus mengamati Keseluruhan atau secara lengkap
dalam Meditasi, dan juga karena Sinar yang terbit dari Bayangan
Konseptual di kembangkan ke seluruh Arah tanpa ada Pembatasan.
Karena ia harus di perhatikan menyeluruh, Bentuk dari kasina harus
Lingkaran dengan Garis Tengahnya sama dengan Satu Jengkal dan
Empat Jari, ialah, sekitar Satu Kaki.
1. Pathavi-kasina -- Lingkaran Tanah, ialah Tanah murni atau
Tanah Liat di tebarkan dalam Sebuah Baki Ukuran Besar.
2. Apo-kasina -- kasina- Air , ialah Air yang di taruh di dalam
Sebuah Bejana atau Penampung yang cocok.
3. Tejo-kasina -- kasina- Api , itu bisa di persiapkan dengan
menempatkan Arang yang nyala merata dalam Sebuah Baki tua,
atau Se-seorang dapat melihat melalui Sebuah Lubang dari
Sebuah Baki tua ke dalam Bagian Pusat dari Sebuah Api yang
berkobar.
4. Vayo-kasina -- kasina- Udara, untuk mengembangkannya Se-
seorang berkonsentrasi pada Angin yang meniup Ujung Rambut
atau Puncak Rumput atau yang menyentuh Pipi.
5. Nila-kasina -- kasina – Warna Coklat, ambilah Sebuah
Lingkaran warna Coklat dari Kertas atau Kain pada Sebuah Latar
belakang yang berwarna putih.
6. Pita-kasina -- kasina berwarna Kuning atau Ke-emasan, siapkan
seperti diatas.
7. Lohita-kasina -- kasina Merah, siapkan sebagaimana diatas.
8. Odata-kasina -- kasina Putih, ambilah Sebuah Lingkaran Kertas
berwarna Putih atau Kain pada Sebuah Latar Belakang berwarna
Hitam.
9. Aloka-kasina -- kasina Sinar, itu dapat di kembangkan oleh
Konsentrasi pada Sinar Matahari pagi atau Matahari Sore, pada
Bulan, atau pada Sebuah Lingkaran Sinar yang jatuh di atas
Lantai atau Dinding oleh Sinar Matahari yang masuk melalui
Sebuah Lubang di Dinding.
10. Akasa-kasina -- kasina Angkasa, itu dapat di kembangkan
dengan melihat melalui Sebuah Lubang di Dinding mengarah ke
290
Sepuluh Asubha.
Mereka mengacu pada Sepuluh Macam Mayat yang di dapatkan
dalam Pekuburan India kuno dimana Tubuh Mayat tidak di kubur atau
di kremasikan dan dimana Daging2 di makan oleh Binatang2 seperti
oleh Anjing2, Srigala2 dan Burung2 Nasar ber-ulang2.
Dalam Masa Modern Macam Mayat Apa-pun yang memperlihatkan
Kejijikan dari Tubuh adalah sebuah Objek yang cocok untuk Meditasi.
Kita secara Alamiah, sangat kuat melekat pada Tubuh kita begitu
juga pada Tubuh2 yang lain-nya oleh raga (Napsu). Cara yang terbaik
untuk menekan raga itu dan Obat terbaik untuk mengobati Penyakit
raga ialah asubha-kammatthana. Itu di jadikan Sebuah Standar atau
kammatthana Wajib selama Masa Sang Buddha, terutama kepada
Bhikkhu2 muda.
Malah Sekarang, itu termasuk dalam Empat kammatthana yang
melayani sebagai Penjaga atau Pelindung. Mereka disebut
caturarakkha-kammatthana sebelum Se-seorang melanjutkan pada
Meditasi Pengertian.
Sepuluh Macam Mayat Satu per Satu sebagai berikut:
1. Uddhumataka -- Mayat yang membengkak dan membusuk
2. Vinilaka -- Mayat yang berubah warna yang menjadi
hitam-ke-coklatan
3. Vipubbaka -- Satu dengan Kulit yang merekah dan
mengeluarkan Nanah
4. Vicchiddaka -- Satu yang telah di potong jadi Dua atau Tiga
Potong.
5. Vikkhayitaka -- Satu yang telah di gerogoti dan di koyak2 oleh
Anjing2, Burung2 Nazar, dsb…
6. Vikkhittaka -- Satu yang telah di gigiti dan di cabik2 ber-keping2
oleh Anjing2, Burung2 Nazar dsb….
7. Hatavikkhittaka -- Satu yang telah di potong2 dan di sayat
dengan Pisau, Kapak dsb.. dan di lemparkan sebagai Penggalan2
291
Sepuluh Anussati.
“Anussati” Artinya Bayangan/Refleksi yang di ulang2 atau Penuh
Perhatian yang tetap. Itu terdiri dari Sati-cetasika.
1 Buddhanussati :
Bayangan pada Kebajikan Sang Buddha. Se-seorang dapat
membayangkan pada 9 Kebajikan Satu per Satu ; sebagai Contoh:
“Seperti inilah sesungguhnya Yang Mulia - Berharga, Penuh
Pencerahan, di berkahi dengan Perbuatan Kebijaksanaan, Penempuh
Jalan yang baik, Pengenal segenap Alam, Seorang Pendidik yang tiada
Bandingnya, Guru para Dewa dan Manusia, Yang Maha tahu, dan
Mulia.” Atau Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling
sukai dan membayangkannya lagi dan lagi, sebagai Contoh: “Araham,
araham” Dalam membayangkan demikian Se-seorang harus
memvisualisasikan Kebajikan sebagai: “Buddha adalah Orang yang
paling Mulia karena beliau telah menghapus Semua Kekotoran Batin
dengan Sempurna, dan maka beliau patut di puja oleh para Dewa dan
Manusia.” Metode Kedua lebih efektif untuk pengembangan
Konsentrasi.
2 Dhammanussati :
Bayangan pada Kebajikan dari Dhamma (Ajaran), sebagai Contoh:
“Dhamma telah di babarkan dengan Sempurna oleh yang Mulia, untuk
di laksanakan oleh Diri Sendiri, bagi Buah yang segera, mengundang
untuk di selidiki, membimbing ke Nibbana, untuk di mengerti oleh para
Bijak, masing2 bagi Diri-nya”. Disini, lagi Se-seorang dapat memilih
Kebajikan yang paling ia sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2.
292
3 Samghanussati :
Bayangan pada Kebajikan dari Samgha – Persaudaraan para Yang
Mulia. Se-seorang dapat membayangkan pada Sembilan Kebajikan
sebagai berikut: ”Pada Tindakan yang baik dari Pengikut yang Mulia,
pada Tindakan yang jujur dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang
Bijak dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang Patuh dari Pengikut
Yang Mulia, Empat Pasang Mahluk terdiri dari Delapan Individu.
Pengikut2 Yang Mulia ini berharga menerima Persembahan, berharga
menerima Keramah-tamahan, berharga menerima Pemberian, berharga
menerima Penghormatan, Lapangan yang tiada Bandingnya untuk
menanam Kebajikan bagi Dunia”
Disini juga Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling
sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2.
4 Silanussati :
Membayangkan pada Kesempurnaan Moralitas Se-seorang (Sila)
5 Caganussati :
Membayangkan pada Persembahan Kedermawanan Sendiri (Dana)
6 Devatanussati :
Membayangkan pada Kebajikan sendiri dengan Sebuah
Pertimbangan pada Dewa2 sebagai Saksi.
Contoh: “Para Dewa di Lahirkan oleh Keadaan begitu Mulia
sehubungan pada Kebaikan mereka, Moralitas, Kedermawanan,
Pengetahuan, Kebijaksanaan, Malu berbuat Salah dan Takut akibat
Kejahatan. Saya juga memilih Kebajikan2 ini”
7 Upasamanussati :
Membayangkan pada Kebajikan dari Nibbana.
8 Marananussati :
Membayangkan pada Alamiah akan Kematian sendiri, Contohnya:
“Kematianku adalah pasti, Kehidupanku tidak pasti”.
9 Kayagatasati :
Membayangkan pada 32 Bagian yang kotor dari Tubuh seperti ,
Rambut Kepala, Rambut Tubuh, Kuku, Gigi, Kulit, Daging, Syaraf,
Tulang, Sum-sum, Ginjal, Jantung, Hati, Diafragma, Limpa, Paru2, Isi
Perut, Mesentery, Lambung, Kotoran Najis, Otak, Empedu, Reak,
293
10 Anapanassati :
Penuh Perhatian pada Napas Masuk dan Napas Keluar dari
Pernapasan Se-seorang.
4 Upekkha – Keseimbangan.
Secara Literatur Artinya “Memandang tidak memihak”, yaitu,
Tanpa Kemelekatan ataupun Ketidak-Sukaan. Sikap tidak
Berpihak adalah sifatnya yang Utama.
Bukan mengabaikan Kesenangan atau-pun juga Rasa Netral
(upekkha-vedana). Ia terdiri dari tatramajjhattata-cetasika dan
Artinya Keseimbangan Sempurna atau Pikiran yang Seimbang-
Baik.
Ia berada diantara karuna dan mudita. Ia menjaga Keseimbangan
Pikiran dan tidak Bergoyang antara Perubahan2 Kehidupan
seperti di puji dan di nista, menyakitkan dan Kebahagiaan,
297
Catatan:
i. Ada 25 kammatthana yang dapat menghasilkan rupavacara-
jhana Pertama (Tambahkan 1 + 2 + 3 pada Tabel diatas).
ii. Empat belas kammatthana dapat membangkitkan rupavacara-
jhana Kedua – Ketiga – Ke-empat (tambahkan 1 + 3)
iii. Duabelas kammatthana dapat membangitkan rupavacara-
jhana Kelima (tambahkan 1 + 4)
iv. Empat aruppa dapat menghasilkan Empat arupavacara-jhana
v. Sepuluh Kammatthana terdiri dari 8 anussati Pertama, ahare-
patikula-sanna dan catu-dhatu-vavatthana tidak dapat
304
Tabel 9.2
6 yathakammupaganana.
Kekuatan untuk melihat Mahluk2 di dalam 31 Alam Keberadaan
mengetahui masing2 Kamma mereka yang telah membuahkan
Kelahiran Kembali mereka.
7 Anagatamsanana.
Kekuatan dari mengetahui Keberadaan dan Dunia masa
akan datang.
Demikianlah kita bisa katakan ada Tujuh lokiya-abhinna Tapi
bilamana kita hitung Lima Pengetahuan Supernormal Duniawi (Lima
lokiya abhinna), (6) dan (7) termasuk di dalam dibbacakkhu. Juga
catupapatanana, yaitu, Pengetahuan berhubungan dengan Kematian
dan Ke-Munculan Mahluk2, termasuk di dalam dibba-cakkhu.
Dalam Perhitungan Enam abhinna, Satu Kekuatan diatas
Keduniawian (Lokuttara-abhinna) di tambahkan kepada Lima lokiya-
abhinna.
Lokuttara-abhinna ini disebut Asavakkhaya-nana.
311
8 Asavakkhaya-nana (Arahatta-magga-nana).
Pengetahuan yang bersekutu dengan Arahatta-magga ialah yang
dapat memadamkan semua Kebusukan/Kekotoran Batin (asava).
Vipassana Kammatthana.
Didalam melaksanakan Vipassana bhavana (Meditasi Pengertian)
Se-seorang harus mempunyai Pengetahuan berikut:
1. Tujuh Visuddhi -- Tujuh Keadaan Kemurnian
2. Ti-lakkhana -- Tiga Sifat2 Umum
3. Tiga Anupassana -- Tiga Metode Perenungan.
4. Sepuluh Vipassana-nana -- Sepuluh Pengetahuan Pengertian.
5. Tiga Vimokkha -- Tiga Cara Kebebasan.
6. Tiga Vimokkha-mukha -- Tiga Pintu dari Kebebasan.
Catatan:
Arti dari Tiga anupassana yang di jelaskan disini di sebutkan di
Buku2 yang paling dikenal Umum.
Sebenarnya Arti2 ini dapat menjelaskan, Kata “Perenungan” itu
sendiri menyesatkan.
“Perenungan” menyatakan “Berpikir dalam2” atau “Menjadi dalam
Satu Keadaan berpikir”. Dalam Meditasi Vipassana tidak ada Ruang
untuk berpikir. Dengan Bantuan Konsentrasi (Samadhi), Se-seorang
menembus kedalam Kenyataan tertinggi dan melihat dengan Mata-
Pikiran-nya Alam sesungguhnya dari Kenyataan2 ini -- Itu adalah
Tiga Sifat2 Umum dari nama dan rupa.
Delapan Unsur Pokok dari Jalan dapat di bagi dalam Tiga Grup yang
disebut Sikkha (Pembelajaran atau Latihan).
1 Sila-Sikkha -- Latihan Kemoralan.
Terdiri dari Tiga magganga (Unsur2 Pokok dari Jalan).
i. Samma-Vaca -- Pembicaraan Benar
ii. Samma-Kammanta -- Perbuatan Benar
iii. Samma-Ajiva -- Penghidupan Benar.
Orang2 biasa juga supaya menjalankan Sila diatas karena Sila2 ini
tidak saja mengembangkan Budaya Moral tapi juga Budaya Mental -
Kedua-nya akan meratakan Jalan kepada timbulnya Konsentrasi. Tentu
saja Delapan atau Sembilan Ajaran berlaku sebagai Patimokkha-
samvara-sila bagi Orang biasa.
“Tidak ada Hal lain yang saya ketahui pada Pandangan Jahat, O
para Bhikkhu, Untuk Satu Hal yang Tidak Bermanfaat yang belum
timbul, timbul. Dan Hal yang Tidak Bermanfaat yang telah timbul
tumbuh dan jadi sempurna. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari
pada Pandangan Jahat, untuk Satu Hal yang Bermanfaat yang belum
timbul di halangi Kemunculan mereka, dan Hal yang Bermanfaat yang
telah timbul, lenyap. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari pada
326
Lebih lanjut dalam Anguttara Nikaya (Buku II, Sutta 23) di nyatakan
bahwa:
1 Metode Kalapa-Sammasana.
Ini adalah Penyelidikan dari Semua Hal2 yang berkondisi (Sankhara
atau nama-rupa) di dalam Tiga puluh satu Alam keberadaan dalam
Hubungan dari Lima Kelompok tanpa membedakan mereka apakah
termasuk di masa Lampau, Sekarang atau masa akan Datang.
Mempertimbangkan Semua Grup2 Badaniah di dalam 31 Alam
telah timbul karena Sebab2, ia bermeditasi : “Grup Materi ini
mempunyai Sifat Alamiah untuk larut dan berlalu, maka ia tidaklah
Abadi (anicca).
Ia memilih Ketakutan Alamiah sebab dari Kelarutan mereka yang
terus menerus, maka ia tidak memuaskan atau Penderitaan (dukkha). Ia
tidak memiliki yang Sungguh2 ada yang Penting yang tidak Larut, maka
ia bukanlah “Saya”, bukan “Orang”, bukan “Ego” ataupun “Atta”
(anatta).
Kemudian ia mempertimbangkan Semua Grup2 Perasaan, Grup
Pengenalan, Grup Bentuk2 Mental dan pada Giliranya Grup Kesadaran
dan bermeditasi dalam Cara yang sama sebagaimana diatas.
327
Udayabbaya – nana.
Setelah mencapai Kemurnian Pandangan melihat dengan jelas Jalan
dan Bukan-Jalan, Yogi dengan giat melakukan Meditasi-Vipassana
lagi, bermeditasi pada Tiga Petunjuk Sifat Keberadaan, dengan
Perhatian Khusus pada Fenomena Timbul dan Lenyapnya
Barang2/Hal2 yang Berkondisi. Ber-angsur2 udayabbaya-nana Yogi
menjadi masak.
Bhanga – nana
Sebagaimana Pengetahuan Pengertian dari Yogi ber-angsur2
berkembang, Yogi sanggup mencatat Timbul dan Lenyapnya nama
dan rupa lebih dan lebih cepat lagi. Karena nama dan rupa timbul
dan lenyap pada Kecepatan luar biasa ber-miliar kali per Detik, Tak
ada Yogi yang sanggup memperhatikan Semua Citta dan Cetasika
sebagaimana mereka timbul dan lenyap. Bahkan ketika ia dapat
mencatat lebih cepat, ia tidak akan memperhatikan lagi Fenomena
Timbulnya, semua yang ia perhatikan hanyalah Fenomena
Padamnya. Apa-pun ia melihat pada Padamnya dari Hal2 yang
Berkondisi.
Pengetahuan yang mengamati Padamnya dari nama dan rupa
tertinggi yang terus menerus di sebut Bhanga-nana. Bila Yogi
dapat mengamati Saat Padamnya Bhanga-nana, yang menyelidiki
Saat Padamnya dari Satu Hal/Barang yang Berkondisi, dengan
332
Bhaya -- nana
Ketika Yogi mengamati Padamnya Hal2 yang Berkondisi yang tiada
hentinya terus menerus, ia menyadari Alamiah dari nama-rupa dan
Lima Kelompok Keberadaan yang menakutkan.
Yogi dikatakan mencapai Bhaya-nana yaitu Pengetahuan yang
menyadari Alamiah dari nama-rupa yang menakutkan.
Adinava – nana
Ketika Yogi memiliki Pengetahuan yang menyadari Alamiah yang
menakutkan dari nama-rupa, ia mendapatkan nama-rupa yang
cacat dan secara Alamiah yang tidak memuaskan. Demikian ia juga
mencapai Adinava-nana, yaitu Pengetahuan yang menyadari cacat
dan Ketidak-memuaskan dalam nama-rupa.
Nibbida – nana
Ketika Yogi mendapatkan Cacat dalam nama-rupa dan mengetahui
dengan baik bagaimana Tidak memuaskannya Hal2 yang Berkondisi
itu adanya, ia mengembangkan Ke-jijik-an pada Hal2/Barang2 ini. Ia
tidak lagi berbahagia memiliki mereka. Ia di katakan
mengembangkan Nibbida-nana yaitu Pengetahuan dari Ke-jijikan
dalam nama-rupa.
Muncitukamyata – nana.
Ketika Yogi telah mempunyai Ke-jijikan pada nama-rupa, Barang2
yang Berkondisi, ia ingin lepas dari Belitan nama-rupa bagaikan
seperti Ikan dalam Jaring Nelayan dan bagaikan Katak kecil dalam
Mulut Ular ingin melepaskan Diri. Demikianlah Muncitukamyata-
nana, yakni Pengetahuan dari Ke-inginan untuk melepaskan Diri dari
Belitan nama-rupa di dalam Pikiran Yogi.
Patisankha – nana.
Yogi, yang ingin melepaskan Diri dari Jaring nama-rupa
mendapatkan tidak ada Jalan keluar selain bermeditasi pada Tiga
Sifat Keberadaan dalam Lima Kelompok baik Bagian Dalam maupun
Bagian Luar.
Ada Sebuah Perumpamaan yang baik disini. Seorang Nelayan
menggunakan Keranjang Bambu berbentuk Genta dengan
333
Sankharupekkha – nana.
Nelayan itu, yang telah melemparkan Ular dan bergegas ke Darat,
segera merasa aman dan santai. Dengan Cara yang sama, Yogi yang
dengan tekun bermeditasi pada Tiga Sifat dari Hal2 yang Berkondisi,
segera mengembangkan Keseimbangan di tujukan pada nama-rupa,
ia tidak lagi merasa muak atau melekat pada nama-rupa.
Ia dapat menjaga Satu Pikiran seimbang walaupun ia sedang
mengamati Alamiah sebenarnya dari nama dan rupa.
Lagi, disini ada Sebuah Gambaran yang bagus. Se-orang Lelaki
mempunyai Seorang Istri yang cantik. Kita mungkin berpikir bahwa
ia beruntung. Tetapi Kecantikan Istrinya menarik Perhatian Lelaki2
yang lain, beberapa dari mereka mengeluarkan Cara mereka sendiri
menggunakan setiap Kesempatan untuk mendapatkan Cinta-nya.
Bila si Istri tidak setia atau bila Pikirannya tidak kuat, ia bisa
melakukan Perzinahan.
Sekarang Istri Lelaki itu tidak setia. Ia pergi keluar dengan beberapa
Laki2. Suaminya jadi sangat tidak bahagia dan memohon pada
Istrinya supaya setia kepadanya. Si Istri menolak untuk
mematuhinya. Ia terus saja pergi keluar dengan Laki2 lain.
Orang itu jadi sangat marah dan dia tidak dapat menanggungnya
lebih jauh, Maka dia menceraikannya melalui Pengadilan.
Setelah itu, walaupun lelaki itu mengetahui bahwa ia sedang pergi
keluar dengan beberapa Lelaki sebagaimana biasanya, dia tidak
merasa marah karena Kelakuannya tidak lagi menjadi Kepentingan-
nya.
Dengan Cara yang sama, Yogi itu yang telah mengembangkan
Sankharupekkha-nana, dapat mencapai Keseimbangan menuju
nama-rupa dan Hal2 yang Berkondisi walaupun ia sedang
memperhatikan Pemadaman yang terus menerus dan Alamiah
mereka yang tidak memuaskan.
335
Anuloma – nana.
Yogi itu, yang dapat mencapai Keseimbangan menuju nama-rupa
dan Hal2 yang Berkondisi, melanjutkan Meditasinya pada Tiga Sifat
Keberadaan dengan Cara Tiga Anupassana. Bagaimana-pun,
Pikiran-nya tidak lagi ingin memperhatikan HaL2 yang Berkondisi.
Pikiran-nya mencari Nibbana, dan selama ia tidak mendapatkan
Nibbana, ia terus memperhatikan Hal2 yang Berkondisi. Ketika ia
mendapatkan Nibbana, bagaimana-pun, ia berpisah dari Hal2 yang
Berkondisi dan memasuki Kerajaan Nibbana.
Lagi, disini kita mendapatkan satu Perumpamaan yang indah. Di
zaman dahulu para Pelaut menggunakan beberapa Burung Gagak
pada Pelayaran mereka. Setelah berlayar sejumlah Hari tertentu,
mereka mengharapkan melihat Daratan. Bila tiada Tanda Daratan
kelihatan, mereka melepaskan Seekor Gagak untuk terbang dalam
Jurusan Arah Kapal berlayar. Si Gagak akan terbang sejauh yang ia
bisa, dan bila tidak ada tempat Daratan, ia kembali ke Kapal dan
hinggap di atas Tiang Layar.
Setelah berlayar beberapa hari, lagi Pelaut itu melepas Gagak yang
lain. Gagak akan terbang sejauh yang ia bisa , bila ia tidak melihat
Daratan, ia akan kembali. Tetapi bila ia melihat Daratan, ia akan
terbang ke Darat tanpa kembali ke Kapal. Kemudian Pelaut
mengetahui bahwa Daratan telah dekat dan Kapal berlayar menuju
Daratan.
Dalam Cara yang sama Pikiran yang menyelidiki akan terus kembali
pada Sankharupekkha-nana selama ia tidak melihat Nibbana, ia
tidak akan kembali, ia terus maju menuju Nibbana melalui magga-
vithi. Magga vithi telah di bicarakan pada Hlm. 131 Dalam Bab
IV. Ia terjadi seperti ini :
Gottrabhu – nana.
Gottrabhu, disamping itu, mengambil Nibbana dan bukan
tilakkhana sebagai Objeknya. Maka ia tidak termasuk dalam
Vipassana-citta. Pengetahuan Pengertian bersekutu dengan
gottrabhu disebut Gottrabhu-nana.
Sang Jalan (Magga) segera di ikuti oleh Dua atau Tiga Phala, yaitu
Buah2 dari Jalan. Inilah Alasannya mengapa Dhamma di sebut
“akalika” (Mengesankan dengan segera).
Paccavekkhana – nana.
Setelah magga-vithi dan sedikit bhavanga-citta, biasanya Lima
paccavekkhana timbul. Dengan Vithi ini Yogi;
( 1 ) Membayangkan Jalan, ( 2 ) membayangkan Buah2, ( 3 )
membayangkan Nibbana yang ia telah realisasikan, ( 4 )
membayangkan Kekotoran Batin yang ia telah Hancurkan dan ( 5 )
membayangkan Kekotoran Batin yang ia harus Hancurkan.
Pengetahuan yang bersekutu dengan paccavekkhana-javana-citta
disebut Paccavekkhana-nana.
7 Nanadassana – Visuddhi.
( Kemurnian Pandangan Pengetahuan dari Empat Jalan )
Usaha untuk memurnikan Pikiran Tahap demi Tahap di mulai
dengan Sila-visuddhi. Ketika anuloma-nana dicapai, Enam Tahap
Pertama telah Lengkap. Pada Pencapaian Magga dan Phala, Tahap
terakhir dari Kemurnian di sebut nanadassana-visuddhi di capai.
Nanadassana-visuddhi terdiri dari Empat Magga yang memahami
Empat Kebenaran Mulia secara langsung dan memurnikan Pikiran dari
Semua Kekotoran2 Batin setahap demi Setahap seperti yang di jelaskan
dibawah;
3 Anagami - Anagam.
Seorang Anagami adalah ia yang telah mencapai anagami-magga
dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati
Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan dengan
mengembangkan Pencerapan Meditasi sesuai dengan anagami-
phala-samapatti.
“Anagami” artinya “Yang tidak Kembali”. Seorang Anagami tidak
di Lahirkan Kembali dalam Alam Indera. Bila ia belum mencapai
Kearahatan dalam Kehidupan Sekarang, ia akan dilahirkan
Kembali dalam Satu Kerajaan Brahma dan Kediaman Murni
(Suddhavasa), dimana ia akan mencapai Kearahatan dan berlalu
ke Nibbana.
Karena anagami-magga menghilangkan Kilesa, dosa (Kebencian)
dan patigha (Kebencian atau Kehendak Jahat). Seorang Anagami
tidak mengalami Kemarahan, Kebencian, Kekawatiran, Putus Asa,
Ketakutan lagi, dan Apa-pun Perasaan Mental yang tidak
menyenangkan, tidak juga ia akan menikmati Kenikmatan Indera.
Pikiran-nya akan selalu dalam Kedamaian dan ia akan menikmati
Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan-nya dengan
mengembangkan anagami-phala-samapatti. Bila ia mencapai
342
4 Arahat.
Seorang Arahat adalah ia yang telah mencapai arahatta-magga dan
phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian Nibbana
bilamana ia menginginkan-nya dengan mengembangkan Pencerapan
Meditatif sesuai dengan arahatta-phala-samapatti. Ia dapat menikmati
Nirodha-samapatti bila ia mencapai Delapan Jhana.
Karena arahatta-magga menghilangkan Semua Kekotoran Batin
(Kilesa), Seorang Arahat tidak mempunyai Keserakahan, Niat Buruk,
Khayalan, Kesombongan, Kepercayaan ada Pribadi dan Faktor2 Mental
lain yang Buruk. Ia tidak mempunyai Kemelekatan pada Apa-pun, maka
ia terbebas dari Semua Keterikatan. Ia tidak menganggap Apa-pun
sebagai Miliknya, maka ia tidak mempunyai Alasan merasa sedih sebab
Sesuatu diambil atau di curi dari-nya.
Sebab ia telah menumbangkan Semua dosa (Kemarahan, Kebencian
atau Kehendak Jahat) dari Pikiran-nya, ia tidak pernah mengalami
Perasaan Mental yang tidak menyenangkan yang disertai dosa-mula-
citta.
Semua Duabelas akusala-citta (Kesadaran Tidak Bermoral) tidak
pernah timbul dalam Dirinya.
343
Kesimpulan:
Cittena niyate loko, Citta (Kesadaran) memerintah Seluruh Dunia.
Citta dari setiap Orang mengatur Orang itu, memimpin setiap
Tindakan dan membentuk Nasib-nya.
344
---oOo---
345
Perihal Penulis:
Dr.Mehm Tin Mon di lahirkan di Kampung Kamawet, di Kota
Mudon, di Negara Bagian Mon, Union Of Myanmar, pada Tanggal 13
Januari 1934. Orang Tua-nya adalah U Yaw In dan Daw Sein Tan yang
taat pada Agama Buddha. Mereka termasuk dalam Ras Mon dan hidup
dengan bertani.
Mehm Tin Mon memasuki Sekolah Dasar Kamawet dan Sekolah
Menengah Atas di negara Bagian Mudon dimana ia selalu dapat Nilai
yang tertinggi di Kelas-nya setiap Tahun. Ia lulus Ujian Sekolah
Menengah Atas pada Tahun 1951 dengan mendapat Kehormatan
dalam Matematik dan Pengetahuan Umum. Ia juga lulus Ujian
Penerimaan Mahasiswa dalam Tahun yang sama dari Devisi Pertama
dengan Penghargaan dalam Matematik.
Ia memasuki University of Yangon dalam Tahun 1951. Dalam Ujian
Lanjutan yang diadakan Tahun 1953, ia mendapat Angka tertinggi dalam
Matematik dan Kimia, dan ia di anugerahkan Medali Emas dan juga
Beasiswa dari Universitas Hoe Wah Kain.
Dalam Ujian Bachelor of Science Tahun 1955, ia berdiri di Bagian
Pertama dengan Penghargaan dalam Physics, Kimia dan Matematik
Murni. Lagi ia di anugerahkan Satu Medali Emas Universitas yang di
sebut Medali Emas Esoof Bimiah.
Tahun 1956 ia lulus Ujian B.Sc. Honour dalam Ilmu Kimia dengan
gemilang dan Sebuah Medali Emas Universitas Ketiga yang disebut
Medali Emas U Shwe Lay di anugerahkan kepadanya.
Tahun 1957 ia pergi ke Amerika Serikat untuk Studi pada University
of Illinois atas Sebuah Beasiswa yang di sponsori oleh Pemerintah Union
of Myanmar. Disini ia juga di anugerahkan Beasiswa Universitas selama
Dua tahun berturutan untuk Rekor Pendidikan-nya yang menonjol.
Ia meraih Master of Science Degree Tahun 1958 dan Doctorate
Degree dalam Tahun 1960. Ia juga memenangkan Ke-anggotaan dari
Phi Lambaa Upsilon dan Sigma Xi Society.
Ia mengabdi pada Negara-nya selama lebih dari 36 tahun dari 1956
sampai 1992 bekerja sebagai Dosen dan Kepala dari Departemen Kimia
pada beberapa Institut dan terakhir sebagai Professor Ilmu Kimia pada
University of Mawlamyine. Ia pensiun dari Ke-Professoran pada 1
Desember 1992.
Selama Pelayanan-nya pada Negara, ia mengepalai Buddhist
Association of the Institute of Medicine (1), The Buddhist Association
of the Institute of Education dan The Buddhist Association of
346
Dr.M.Tin Mon
15/19 U Wisara Estate
Dagon P.O. Yangon
Union of Myanmar.
Phone: 95-01-286610
---oOo---
347
Diterjemahkan oleh:
Jimmy Chandra
April 2010