ii
Buddha Sakyamuni
iii
iv
Guru Padmasambhava
WEJANGAN GURUKU –
Pendahuluan Maha Ati
Terjemahan Karma Samten
478 hlm; 15 x 23 cm
ISBN: 978-602-491-084-6
Kata Pengantar
*
Judul terjemahan Bahasa Inggeris: THE WORDS OF MY PERFECT TEACHER
Oleh: Padmakara Translation Group. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05 Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf.
vi
perenungan: sulitnya memperoleh tubuh manusia yang berharga, ketidak-
kekalan atas segala yang ada, tidak sempurnanya dunia samsara, dan prinsip
sebab akibat dari perbuatan, serta menyelesaikan latihan berlindung, purifikasi,
pengumpulan pahala dan Guru Yoga.
Karma Samten
DAFTAR I S I
vii
Kata Pengantar
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN 3
INSTRUKSI SPIRITUAL
BAGIAN PERTAMA 21
PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR
PHOWA 439
KESIMPULAN 463
viii
Hormat kepada semua Tiga Akar1!
Hormat kepada semua Guru mulia pemilik welas asih universal!
4
Kata ‘umum’ mengacu pada ajaran atau latihan yang terdapat di semua tradisi atau sekte
Buddhis, sedangkan ‘khusus’, ‘unik’, ‘tersendiri’ atau secara harfiah ‘tidak umum’,
mengacu pada ajaran atau latihan yang hanya dimiliki oleh tradisi yang bersangkutan.
5
Tib. Longchen Nyingtik.
6
Tib. Dzogchen, Skt. Mahasandhi / Maha Ati.
2
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN
INSTRUKSI SPIRITUAL
1. Niat
Niat yang benar mencakup sikap bodhicitta, pikiran pencerahan yang
luas, dan ketrampilan yang luas dalam cara-cara Mantrayana Rahasia. 7
7
Skt. Tantrayana.
3
tingkat kebuddhaan yang tertinggi, membebaskan mereka dari semua
fenomena karma, pola yang merupakan kebiasaan dan penderitaan dalam
setiap alam kelahiran ini.” Adalah sangat penting untuk memiliki niat
yang demikian setiap kali anda mendengarkan atau berlatih.
Bilamana anda melakukan suatu hal yang positif, yang penting ataupun
yang tidak penting, adalah sangat perlu untuk meningkatkan perbuatan
tersebut dengan tiga metoda yang agung: Sebelum mulai melakukannya,
bangkitkan bodhichitta sebagai alat yang canggih untuk meyakinkan
perbuatan itu menjadi suatu sumber yang baik untuk masa depan; pada
waktu melakukan perbuatan tersebut, hindarkan terlibat dalam pemuncul-
an gagasan, sehingga pahala perbuatan itu tidak akan dapat dilenyapkan
oleh kondisi tertentu; selesai melakukan perbuatan tersebut, kuncilah
perbuatan tersebut dengan sempurna dengan mendedikasikan pahala
kebajikan, yang akan meyakinkan bahwa ia akan terus berkembang.
Begitu pula tentang hal mendengarkan Dharma. Cara anda mende-
ngarkan Dharma adalah sangat penting. Namun lebih penting lagi adalah
niat sewaktu anda mendengarkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Harta
Karun Pahala Kebajikan8:
Berapa pun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, kalau itu
dimotivasi dengan hal-hal duniawi, seperti keinginan untuk menjadi mulia,
menjadi termasyhur atau lainnya, – adalah bukan jalan Dharma yang benar.
Oleh sebab itu, pertama-tama adalah sangat penting untuk melihat ke
dalam diri sendiri dan mengubah niat anda. Jika anda dapat membetulkan
niat anda, maka sarana yang trampil akan menembus ke dalam perbuatan
positif anda, dan anda akan menjalani jalan seorang makhluk yang besar.
Jika anda tidak dapat berbuat demikian, maka mungkin anda akan berpikir
anda mempelajari dan berlatih Dharma, namun itu tidak lebih dari sesuatu
yang mirip dengan hal yang sebenarnya. Oleh karena itu, waktu anda
mendengarkan ajaran dan waktu anda melatihnya, misalnya saja meditasi
terhadap deity, melakukan namaskara, berjalan mengitari objek suci atau
8
Tib. Yönten Dzö.་
4
membaca mantra, – meskipun hanya sepatah mantra inti Avalokitesvara,
adalah sangat penting untuk melakukannya dengan bodhicitta.
9
Skt. Nayatraya-pradipa, suatu sastra yang dikarang oleh Tripitakamala.
10
Alam suci Guru Padmasambhava.
5
dan kita, pendengarnya, adalah Delapan Vidyadhara, 11 Dua Puluh Lima
Murid12, dan sifat hakiki batin para daka dan dakini.
Atau bayangkan bahwa tempat yang sempurna itu adalah Alam Buddha
Timur, Kegembiraan yang Jelas, di mana guru yang sempurna Vajrasattva
dalam bentuk sambhogakaya, sedang memberikan ajaran kepada persa-
muhan agung deity-deity Keluarga Vajra dan sifat hakiki batin para daka
dan dakini.
Bisa juga kita bayangkan tempat yang sempurna di mana Dharma
diajarkan itu adalah Alam Buddha Barat, Sukhavati; guru yang sempurna
adalah Amitabha, dan pendengarnya adalah sifat hakiki batin daka dan
dakini, dan deity-deity dari Keluarga Teratai.
Apa pun halnya, ajarannya adalah ajaran Mahayana dan waktunya
adalah roda keabadian yang selalu berputar.13
Visualisasi ini membantu kita untuk mengerti bagaimana barang-barang
dalam keadaan murni, bukannya kita menciptakan sesuatu untuk sementa-
ra yang tidak sungguh-sungguh murni.
Mengapa hal-hal tersebut di atas disebut murni? Alasannya: Guru
merupakan esensi Buddha yang mencakup tiga masa. Beliau adalah
gabungan dari Tri Ratna: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah
Dharma, dan pikirannya adalah Buddha. Beliau merupakan gabungan dari
tiga akar: badannya adalah guru, ucapannya adalah yidam, sedangkan
pikirannya adalah dakini. Ia merupakan gabungan dari tiga tubuh:
badannya adalah nirmanakaya, ucapannya adalah sambhogakaya, dan
pikirannya adalah dharmakaya. Ia adalah penjelmaan dari semua Buddha
dari masa lampau, sumber Buddha masa yang akan datang, dan wakil
untuk Buddha masa kini. Karena ia menerima murid yang hidup pada
masa kemerosotan seperti kita, yang mana tidak satu pun dari seribu
11
8 Vidyadhara: Manjusrimitra, Nagarjuna, Hungkara, Vimalamitra, Prabhahasti, Dhana
Sanskrita, Shantim Garbha, dan Guhyachandra.
12
Padmasambhava menyebarkan ajaran Vajrayana ke Tibet atas undangan raja Trisong
Detsen. 25 murid yang meraih pencapaian adalah: 1. Namkhé Nyingpo, 2. Nupchen
Sangyé Yeshé, 3. Gyalwa Chokyang, 4. Khandro Yeshé Tshogyal, 5. Palgyi Yeshé, 6.
Langchen Palgyi Sengé, 7. Vairotsana, 8. Nyak Jñanakumara, 9. Gyalmo Yudra Nyingpo,
10. Nanam Dorje Dudjom, 11. Yeshé Yang, 12. Sokpo Lhapal, 13. Nanam Shyang Yeshé
Dé, 14. Kharchen Palgyi Wangchuk, 15. Denma Tsémang, 16. Kawa Paltsek, 17. Shüpu
Palgyi Sengé, 18. Dré Gyalwé Lodrö, 19. Drokben Khye'u Chung Lotsawa, 20. Otren
Palgyi Wangchuk, 21. Ma Rinchen Chok, 22. Lhalung Palgyi Dorje, 23. Langdro Könchok
Jungné, 24. Lasum Gyalwa Changchup, dan 25. Drenpa Namkha.
13
Istilah khusus Tantra yang berarti permanen dan tidak berubah.
6
Buddha pada Kalpa Bhadra 14 bisa membantu kita, belas kasih dan berkah-
nya melebihi belas kasih dan berkah semua Buddha.
2. PERILAKU
Perilaku yang harus dihindari meliputi tiga jenis cacat pada sebuah pot,
enam noda dan lima cara mengingat yang salah.
15
Padampa Sangye: Lahir di India Selatan, pernah berguru kepada Padmasambhava dan
Nagarjuna dan mencapai kedua macam siddhi. Hidup selama 571 tahun, pada masa akhir
hidupnya ia menyebarkan Dharma ke Tibet.
16
Sejenis alat musik bersenar tujuh.
8
Sesudah anda mendengarkan suatu ajaran dengan benar dengan cara
demikian, adalah penting untuk mengingat arti apa yang dikatakan dan
tidak pernah melupakannya, serta melaksanakannya secara berkelanjutan.
Sebab, sebagaimana kata Muni Agung17 sendiri:
Hindarkan diri anda dari pikiran salah apa saja tentang sang guru dan
Dharma. Janganlah mengeritik atau membanggakan diri di antara teman-
teman sedharma atau teman lainnya, bebaskan diri anda dari kesombongan
dan pandangan meremehkan, tinggalkan semua pikiran buruk, karena hal-
hal ini semua akan menyebabkan kelahiran di alam rendah.
Enam Noda
17
Muni: Orang suci, pertapa. Di sini merujuk pada Buddha Sakyamuni.
18
Dakpo Lhaje - Sonam Rinchen (1079-1153), lebih dikenal dengan nama Gampopa, murid
dan penerus Milarepa. Pengarang “Rangkaian Permata Jalan Pembebasan”.
9
Dalam Nalar yang Dijelaskan Dengan Baik19, ada kata-kata demikian:
Rencana dan proyek hari depan anda adalah seperti jala yang dilem-
parkan ke palung sungai yang kering:
Mereka tidak akan pernah membawa apa pun seperti yang anda
inginkan. Batasilah keinginan dan cita-cita anda!
21
Gyalse Rinpoche (1295-1369), nama lengkap Ngulchu Thogme Chenpo, adalah emanasi dari
Bodhisattva Avalokitesvara.
22
Merujuk pada orang-orang Tibet biasa, yang sifat khasnya memiliki keyakinan pada
Dharma dan melafal mantra yang terkenal Om mani peme hung.
11
Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkanlah
bagaimana hal itu sangatlah tidak menentu ketika anda meninggal;
Apakah anda mempunyai waktu untuk sesuatu selain Dharma, hai
pelafal mantra mani?
24
Machik Labdron (1031-1129), seorang yogini Tibet yang terkenal. Sesudah mencapai
realisasi dengan kitab-kitab prajna, kemudian berguru kepada Padampa Sangye dan
mendirikan sekte Cho (Lihat halaman 368).
13
Kenyataan bahwa anda pada saat ini mendengarkan ajaran Dharma
yang dalam adalah buah dari pahala yang anda kumpulkan selama kalpa
yang tak terhitung banyaknya, seperti sedang bersantap pada waktu anda
hanya berkesempatan makan sekali sesudah beratus-ratus kali waktu
makan dalam hidup anda. Oleh karena itu, pastikan anda mendengarkan
dengan gembira, berjanji untuk menahan panas, dingin dan cobaan lain
dan kesulitan yang mungkin timbul untuk mendapatkan ajaran tersebut.
Empat Kiasan
Âvataṃsaka-sūtra mengatakan:
Anda yang mulia, anda harus berpikir bahwa anda sendiri adalah
seseorang yang sedang sakit,
Dan Dharma adalah obatnya,
Teman spiritual sebagai dokter yang ahli,
Dan latihan yang rajin adalah jalan untuk kesembuhan.
Kita sakit. Sejak waktu yang tidak berawal, dalam lautan penderitaan
samsara yang maha luas ini, kita telah disiksa dengan berbagai penyakit
yang timbul dari ketiga racun dan buahnya, ketiga macam penderitaan.
Ketika orang sakit parah, mereka pergi ke dokter. Mereka mengikuti
anjuran dokter dan minum obat yang diberikan, serta melakukan apa pun
supaya mereka sembuh. Dengan cara yang sama, anda harus menyembuh-
kan anda sendiri dari penyakit karma, emosi negatif dan penderitaan,
dengan mengikuti resep yang diberikan oleh dokter yang berpengalaman
tersebut, guru yang otentik, dan dengan meminum obat Dharma.
Sebaliknya, mengikuti guru namun tidak berbuat sesuai dengan apa
yang dikatakannya, maka guru tidak dapat memberi manfaat apa-apa
kepada muridnya. Ini adalah sama dengan tidak mengikuti nasihat dokter,
sehingga ia tidak berkesempatan untuk menyembuhkan sakit anda. Tidak
minum obat Dharma – maksudnya, tidak melatihnya – sama saja dengan
memiliki begitu banyak obat dan resep di samping tempat tidur anda,
15
namun anda sama sekali tidak menyentuhnya. Cara yang demikian tidak
akan pernah menyembuhkan penyakit anda.
Sekarang ini orang-orang sangat optimis. “Lama, lihatlah saya dengan
belas kasih!’ sambil berpikir meski mereka sudah berbuat hal-hal yang
sangat buruk, mereka tidak akan pernah memikul akibatnya. Mereka
menganggap bahwa guru, dengan belas kasihnya, akan melambungkan
mereka ke surga seperti halnya melemparkan sebuah batu kerikil. Tetapi,
ketika kita berbicara tentang guru yang berbelas kasih kepada kita, apa
yang dimaksud sesungguhnya adalah bahwa ia menerima kita sebagai
muridnya dengan penuh kasih sayang, dan memberikan kepada kita
instruksi yang dalam, membuka mata kita terhadap apa yang harus kita
perbuat dan apa yang tidak boleh kita lakukan, serta menunjukkan kepada
kita jalan pembebasan yang diajarkan oleh Sang Penakluk. Apa ada belas
kasih lain sebesar belas kasih demikian? Adalah tergantung kepada kita
apakah kita akan memanfaatkan belas kasih ini dan secara nyata menekuni
jalan pembebasan.
Sekarang, kita memiliki kelahiran sebagai manusia bebas dan ter-
karunia. Sekarang kita tahu apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan,
keputusan kita pada saat ini, ketika kita memiliki kebebasan untuk
memilih, akan menjadi saat yang menentukan nasib kita, untuk menjadi
lebih baik atau lebih buruk, jauh ke masa depan. Adalah teramat penting
kita memilih antara samsara dan nirvana untuk terakhir kalinya dan
melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru kita.
Orang-orang yang melakukan upacara pemakaman mengatakan kepada
anda bahwa anda masih memiliki kesempatan untuk ke atas atau ke bawah
ketika anda sudah mati tergeletak di ranjang mati anda, sama sepertinya
anda sedang mengemudikan seekor kuda dengan kendalinya. Namun,
pada saat itu, kecuali kalau anda telah menguasai jalan menuju
pembebasan, angin dahsyat dari perbuatan anda di masa lampau akan
mengejar anda, sedangkan di depan anda, kegelapan yang mengerikan
menyerbu anda ketika anda dengan tak berdaya dibawa ke dalam alam
bardo yang panjang dan berbahaya. Tidak terhitung banyaknya algojo-
algojo Raja Yama mengejar anda sambil berteriak-teriak: “Bunuh! Bunuh!
Pukul! Pukul!” Mana mungkin pada saat itu – ketika tidak ada tempat
untuk berlari dan bersembunyi, tidak ada perlindungan dan tidak ada
harapan, ketika anda putus asa dan tidak tahu apa yang dapat anda lakukan
– mana mungkin saat itu adalah saat yang dapat anda kendalikan untuk
naik atau turun? Seperti yang dikatakan oleh Dari Uddiyana Yang Agung:
16
Ketika penguatan diberikan kepada kartu yang bertuliskan nama
anda, terlambat sudah! Kesadaran anda, yang sudah mengelana
dalam alam bardo seperti seekor anjing gila, akan sangat sulit untuk
memikirkan alam yang lebih tinggi.
Kenyataannya, apa yang disebut saat yang menentukan, atau saat satu-
satunya di mana anda benar-benar dapat mengatur untuk naik atau turun,
seperti anda sedang mengendalikan kuda dengan memegang tali kendali,
adalah sekarang, ketika anda masih hidup.
Sebagai seorang manusia, tindakan positif anda lebih kuat dari tin-
dakan makhluk kelima alam lainnya. Pada satu pihak ia akan memberi
kesempatan kepada anda disini dan sekarang dalam kehidupan pada saat
ini untuk “menyingkirkan tengkorak” untuk selama-lamanya. 25 Di lain
pihak, perbuatan negatif anda juga lebih kuat dari tindakan makhluk
kelima alam lainnya, sehingga anda akan yakin juga, bahwa anda tidak
akan terlepas dari alam rendah. Karena anda sudah menemukan seorang
guru, seorang dokter yang ahli, dan Dharma, obat yang mujarab untuk
menaklukkan kematian, inilah saatnya untuk mengaplikasikan empat
kiasan tersebut. Laksanakan apa yang telah anda dengar, dan tempuhlah
jalan menuju pembebasan.
Harta Karun Pahala Kebajikan menggambarkan empat hal salah yang
harus dihindari, yang merupakan kebalikan dari empat kiasan yang disebut
di atas:
25
Maksudnya menyingkirkan badan seseorang, dengan pengertian membebaskan dirinya
sendiri dari kelahiran yang akan datang.
17
Enam Kesempurnaan Transenden 26
19
20
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR
21
22
BAB 1
23
Binatang tidak memilik kesempatan untuk berlatih Dharma, karena
mereka diperbudak dan mengalami penderitaan karena serangan binatang
lainnya.
Dewa yang berumur panjang tidak mempunyai kesempatan untuk
berlatih Dharma, karena mereka menghabiskan waktu mereka dalam
keadaan mental yang kosong.
Orang-orang yang terlahir di daerah luar tidak mempunyai kesem-
patan untuk berlatih Dharma, karena doktrin Buddha tidak dikenal di
tempat demikian.
Mereka yang terlahir sebagai tirthika28 atau yang mengikuti pandangan
salah tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih Dharma, karena pikiran
mereka terlalu dipengaruhi oleh kepercayaan yang keliru.
Mereka yang terlahir dalam kalpa gelap tidak memiliki kesempatan
untuk berlatih Dharma, karena mereka tidak pernah mendengar tentang Tri
Ratna dan tidak dapat membedakan baik dan buruk.
Mereka yang bisu, atau yang cacat mental tidak berkesempatan ber-
latih Dharma, karena sarana mereka tidak lengkap.
28
Tirthika: Bukan penganut agama Buddha, termasuk mereka yang berpandangan salah.
29
Merujuk pada daerah luas yang didiami oleh orang-orang biadab yang terletak di sebelah
selatan dari Tibet tengah dan timur. Tempat ini mencakup Arunachal Pradesh, Nagaland
dan sebagian daerah Assam di bagian India utara-timur sekarang ini, juga bagian utara-
barat Burma.
24
meninggal dunia. Bagi orang-orang seperti ini, tidak ada kesempatan
untuk berlatih Dharma.
Dewa-dewa berumur panjang adalah dewa-dewa di Surga
Asaṃjñasattva, di mana mereka terserap dalam kekosongan mental.
Mereka terlahir di alam ini sebagai akibat mempercayai bahwa pembebas-
an adalah suatu keadaan di mana semua aktivitas mental tidak ada, yang
baik ataupun yang jahat, dan bermeditasi akan keadaan demikian. Mereka
tinggal dalam keadaan konsentrasi demikian terus menerus selama
beberapa kalpa besar. Namun, begitu hasil perbuatan lampau yang
menyebabkan keadaan demikian berakhir, mereka akan terlahir ke alam
yang lebih rendah karena pandangan salah mereka. Mereka juga tidak
berkesempatan berlatih Dharma.
Terlahir di kalpa yang gelap berarti terlahir pada masa di mana tidak
ada Buddha. Dalam dunia di mana tidak muncul seorang Buddha, tidak
ada orang yang pernah mendengar tentang Tri Ratna. Karena tidak ada
Dharma, maka tidak ada kesempatan untuk melatihnya.
30
12 deity pelindung yang diikat di bawah sumpah oleh Padmasambhava, terdiri dari : 4 mara
perempuan: Dorje Kundrakma, Dorje Yama Kyong, Dorje Kuntu Zang, Dorje Gek kyi
Tso; 4 yaksa perempuan: Dorje Yudrönma, Dorje Palgyi Yum, Dorje Lumo, Dorje
Drakmo Gyal; dan 4 deity pengobatan: Dorje Bö Kham Kyong, Dorje Menchikma, Dorje
Zulema, Dorje Yarmo Sil dengan ratusan ribu pengiring mereka.
25
Pikiran orang yang terlahir bisu dan tuli tidak dapat berfungsi dengan
sempurna, sehingga proses mendengarkan ajaran, menjelaskan dan
merenungkan serta melaksanakan ajaran tersebut menjadi terhalang.
Gambaran terhadap “bisu tuli” biasanya merujuk pada gangguan fungsi
bicara. Hal itu menjadi suatu kondisi di mana tidak ada kesempatan bagi
Dharma, jika kemampuan manusia yang biasa untuk mempergunakan dan
mengerti bahasa tidak ada. Kategori ini tentunya mencakup mereka yang
cacat mental, yang membuat mereka tidak bisa memahami ajaran,
sehingga menghalangi mereka untuk melatihnya.
Topik ini mencakup lima berkah perorangan dan lima berkah yang
tidak langsung.
26
Jika anda tidak memiliki keyakinan akan ajaran Buddha, anda tidak
akan merasa adanya keinginan terhadap Dharma. Memiliki kemampuan
untuk mengalihkan pikiran kepada Dharma, sebagaimana yang anda
lakukan sekarang, merupakan berkah keyakinan.
Berkah tempat: Dalam hal apa yang disebut “daerah pusat”, seseorang
perlu membedakan antara daerah pusat dalam arti geografis dan tempat
pusat dalam arti Dharma.
Secara geografis, yang disebut daerah pusat biasanya adalah Tempat
Kedudukan Vajra di Bodh Gaya di India, pada pusat Jambudvipa, Benua
Selatan. Seribu Buddha dalam Kalpa Bhadra semuanya mencapai
pencerahan di sana. Meski pada waktu penghancuran jagat raya di akhir
31
Orang Tibet melafalnya sebagai ‘Om mani peme hung’.
27
kalpa, keempat elemen tidak dapat melukainya, ia akan tetap tinggal dan
mengambang di angkasa. Di tengahnya tumbuh Pohon Bodhi. Tempat ini,
dengan semua kota di India di sekelilingnya, dianggap sebagai pusat dalam
arti geografis.
Dalam pengertian Dharma, daerah pusat adalah daerah di mana Dharma,
– ajaran dari Buddha, ada. Semua tempat lainnya di mana tidak ada
Buddhadharma disebut daerah pinggir.
Pada zaman dahulu kala, mulai waktu Buddha datang ke dunia dan
sepanjang doktrinnya tetap ada di India, daerah itu dianggap sebagai
daerah pusat dalam pengertian geografis dan juga dalam pengertian
Dharma. Namun sekarang ia sudah jatuh ke tangan non-Buddhis dan
doktrin Sang Penakluk sudah lenyap dari daerah tersebut, sehingga dalam
pengertian Dharma, bahkan Bodh Gaya pun, adalah daerah pinggir.32
Pada zaman Buddha, Tibet, Tanah Salju, disebut “daerah pinggir Tibet”,
karena ia merupakan daerah yang sedikit penduduknya dan doktrin
Buddha belum tersebar ke sana. Kemudian, jumlah penduduk meningkat
sedikit demi sedikit dan muncul beberapa raja yang memerintah di sana
yang merupakan emanasi makhluk suci. Dharma pertama kali muncul di
Tibet waktu pemerintahan Lha-Thothori Nyentsen, ketika Sutra Seratus
Doa dan Sembah Sujud33 dan cetakan tsa-tsa34 jatuh ke atap istana.
Sesuai dengan ramalan bahwa ada seseorang akan mengerti arti sutra
pada lima generasi kemudian, muncul Raja Dharma Songtsen Gampo,
emanasi dari Yang Maha Welas Asih. 35 Dalam masa pemerintahan
Songtsen Gampo, penterjemah Thönmi Sambhota36 dikirim ke India untuk
mempelajari bahasa dan naskah-naskah. Kembali dari sana, ia memperke-
nalkan huruf kepada Tibet untuk pertama kalinya. Ia menterjemahkan dua
puluh satu sutra dan tantra Avalokitesvara, Benda Suci Misterius 37 dan
beragam sutra lainnya ke dalam bahasa Tibet. Raja sendiri memainkan
banyak peranan, bersama-sama Perdana Menterinya Gartongtsen, ia
mempergunakan sarana yang ajaib untuk mempertahankan negeri tersebut.
32
Pada waktu Penulis masih hidup, daerah tersebut sempat jatuh ke tangan orang Islam,
namun sekarang sudah kembali menjadi menjadi daerah pusat Dharma.
33
Skt. Saksi-purana-sudraka-nama-sutra.
34
Rupang Buddha berukuran kecil atau model cetakan tempat rupang tersebut dicetak.
35
Avalokitesvara, Bodhisattva Welas Asih (Kwan Im).
36
Emanasi.Bodhisattva Manjusri, diutus ke India untuk mempelajari Bahasa Sansakerta.
37
Pada generasi kedua puluh tujuh, masa pemerintahan Raja Lha-Thothori Nyentsen, ada
benda jatuh dari langit. Di dalamnya terdapat Karandavyuha-sutra, Mantra Avalokitesvara,
Sutra Nama-nama Buddha dan sebuah rupang emas. Waktu itu tak seorang pun mengerti
maknanya, sehingga disebut Benda Suci Misterius. Hal ini dianggap sebagai permulaan
adanya Buddhadharma di Tibet.
28
Ia menikahi dua orang permasuri, satu orang Tiongkok dan satu lagi dari
Nepal, yang membawa serta dengan mereka banyak barang yang mewakili
tubuh, ucapan dan pikiran Buddha, termasuk rupang Jowo Mikyö Dorje
dan Jowo Sakyamuni, yang merupakan perwakilan yang sebenarnya dari
Buddha. Raja tersebut membangun dua kelompok vihara yang dikenal
dengan Thadul 38 dan Yangdul. 39 Dengan cara demikian ia membangun
Buddhisme di Tibet.
Penerusnya yang kelima, Raja Trisong Detsen, mengundang seratus
delapan pendeta ke Tibet, termasuk Padmasambhava, Guru dari Uddiyana,
pemegang mantra paling agung dan tiada bandingnya di tiga alam. Untuk
melambangkan tubuh Buddha, Trisong Detsen membangun vihara,
termasuk Samye “yang tak berubah dan muncul secara spontan”. Untuk
melambangkan ucapan Buddha, Dharma yang sejati, ada seratus delapan
penterjemah, termasuk Vairotsana yang agung, yang mempelajari seni
terjemahan dan menterjemahkan semua sutra, tantra dan sastra yang
penting yang waktu itu beredar di tanah suci India. "Tujuh Orang
Penguji”40dan yang lainnya diangkat sebagai bhiksu, membentuk Sangha,
untuk melambangkan pikiran Buddha.
Mulai waktu itu dan seterusnya hingga hari ini, ajaran Buddha bersinar
seperti mentari di Tibet, dan meski terjadi pasang surut, doktrin dari Sang
Penakluk tidak pernah hilang dalam hal aspek, transmisi atau realisasi.
Oleh sebab itu, Tibet, dalam pengertian Dharma adalah negeri pusat.
38
Thadul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang
terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Thadul untuk menekan
pengaruh negatif tersebut pada bagian bahu dan pinggul setan perempuan tersebut.
39
Yangdul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang
terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Yangdul untuk menekan
pengaruh negatif tersebut pada bagian siku dan lutut setan perempuan tersebut.
40
Tujuh Orang Penguji bertugas untuk menentukan apakah seorang Tibet dapat mematuhi
sila sebagaimana yang ditentukan dalam Sarvāstivāda. Nama-nama ketujuh penguji sangat
beragam dalam naskah sejarah Tibet.
29
Berkah niat: Cara hidup yang berlawanan tepatnya merujuk pada cara
hidup orang-orang yang terlahir di komunitas pemburu, pelacur dan lain
sebagainya, yang sejak muda mereka sudah terlibat dalam perbuatan
negatif yang demikian. Namun kenyataannya, ini juga termasuk orang
yang setiap pikiran, ucapan dan perbuatannya berlawanan dengan Dharma
– karena meski mereka tidak terlahir dalam cara hidup demikian, tetapi
dengan mudah dapat tergelincir ke dalamnya di kemudian hari. Itulah
sebabnya sangatlah penting untuk menghindari melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan Dharma sejati.
Berkah keyakinan: Jika keyakinan anda bukan pada ajaran Buddha, tetapi
pada dewa yang memiliki kekuatan besar, naga atau sejenisnya, atau pada
doktrin lain seperti milik kaum tirthika, maka sebesar apa pun keyakinan
yang anda tempatkan pada mereka, tidak ada seorang pun dari mereka
yang dapat melindungi anda dari penderitaan samsara atau kelahiran ke
alam yang lebih rendah. Tetapi jika anda sudah membangun keyakinan
pada doktrin Sang Penakluk, yang menggabungkan transmisi dan realisasi,
tak ayal lagi anda adalah wadah yang cocok untuk Dharma yang benar.
Dan ini adalah berkah yang paling besar dari kelima berkah perorangan.
Mereka yang tidak terlahir dalam kalpa terang di mana seorang Buddha
muncul, tidak akan pernah mendengar tentang Dharma. Tetapi kita
sekarang dalam kalpa di mana Buddha sudah datang, dan kita memiliki
berkah dari kehadiran guru yang istimewa.
Meski Buddha sudah datang, jika beliau tidak mengajar, maka tak
seorang pun yang akan memperoleh berkahnya. Tetapi karena Buddha
memutar roda Dharma sesuai dengan ketiga tingkatan, kita memperoleh
berkah akan pengajaran Dharma.
Meski ia sudah mengajar, apabila doktrinnya sudah lenyap, maka hal
itu tidak dapat menolong kita. Tetapi masa kini doktrin masih ada dan
belum berakhir, sehingga kita memperoleh berkah waktu.
30
Meski ajaran tetap ada, kecuali jika kita mengikutinya maka hal itu
tidak akan mendatangkan manfaat bagi kita. Karena kita sudah bergaul
dengan Dharma, kita memiliki berkah nasib baik kita sendiri.
Meski kita sudah bergaul dengan Dharma, tanpa lingkungan yang
mendukung di mana kita diterima oleh seorang teman spiritual, kita tidak
akan mengetahui tentang apa sebenarnya Dharma itu. Tetapi karena teman
spiritual telah menerima kita, kita memiliki berkah belas kasih luar biasa.
Karena kelima faktor ini harus dipenuhi secara tidak langsung, mereka
disebut lima berkah tidak langsung.
Buddha sudah muncul di dunia: Waktu yang diperlukan jagat raya untuk
pembentukan, berdiam dalam keadaannya, hancur dan tinggal dalam
keadaan kosong disebut satu kalpa. Kalpa di mana seorang Buddha yang
sempurna muncul ke dunia disebut “kalpa terang”; sedangkan kalpa di
mana Buddha tidak muncul disebut “kalpa gelap”. Pada zaman dahulu
kala, dalam masa kalpa besar Kalpa Kegembiraan Nyata, muncul tiga
puluh tiga ribu Buddha. Kemudian diikuti dengan seratus kalpa gelap.
Sesudah itu, dalam masa Kalpa Sempurna, muncul delapan ratus juta
Buddha, sesudah itu, seperti biasanya diikuti seratus kalpa di mana tidak
ada Dharma. Kemudian delapan ratus empat puluh juta Buddha muncul
pada Kalpa Unggul, yang sesudah itu diikuti dengan lima ratus kalpa gelap.
Dalam masa Kalpa Penglihatan yang Menyenangkan, delapan ratus juta
Buddha muncul, lalu diikuti dengan tujuh ratus kalpa gelap. Enam puluh
ribu Buddha muncul dalam Kalpa Riang Gembira. Kemudian datanglah
kalpa kita, Kalpa Bhadra.
Sebelum kalpa kita timbul, jagat raya ini yang terdiri dari biliunan
dunia adalah lautan yang sangat luas di mana pada permukaannya timbul
ribuan teratai dengan ribuan kelopak bunga. Dewa-dewa di Surga
Brahma heran kenapa terjadi begitu. Melalui waskita, mereka mengeta-
hui bahwa hal itu pertanda bahwa dalam kalpa ini akan muncul seribu
Buddha. "Ini akan menjadi kalpa yang baik", kata mereka, dan "Baik"
menjadi nama kalpa tersebut.
Mulai dari waktu di mana rentang umur makhluk hidup delapan puluh
ribu tahun dan Buddha Penghancur Samsara muncul, sampai waktu ketika
rentang umur makhluk hidup menjadi tak terhitung lamanya dan Buddha
Aspirasi Tak Terbatas muncul, seribu Buddha akan muncul di dunia ini
pada Kedudukan Vajra di India, di tengah Benua Jambudvipa. Setiap dari
31
mereka akan mencapai kebuddhaan yang sempurna di sana dan memutar
Roda Dharma. Oleh sebab itu kalpa kita adalah kalpa terang.
Kalpa ini akan diikuti dengan enam puluh kalpa gelap, yang sesudah itu,
dalam Kalpa Jumlah Besar, sepuluh ribu Buddha akan muncul. Kemudian
akan diikuti dengan sepuluh ribu kalpa gelap. Dalam penggantian kalpa
terang ke kalpa gelap, kalau saja kita terlahir dalam kalpa gelap, kita tidak
akan mendengar apa yang disebut Tri Ratna.
Lebih-lebih lagi, sebagaimana yang diutarakan oleh Yang Agung dari
Uddiyana, khususnya Mantra Rahasia Vajrayana tidaklah sering diajarkan:
Dahulu kala, pada kalpa yang paling awal, Kalpa Susunan Sempurna,
ajaran Mantrayana Rahasia dikembangkan oleh Buddha yang
bernama Raja Sekali Datang, dan mencapai kemasyhuran yang hebat.
Ajaran yang sekarang kita dapat, yang berasal dari Buddha
Sakyamuni, juga meliputi Mantrayana Rahasia. Dalam waktu
sepuluh juta kalpa, dalam masa Kalpa Karangan Bunga, Buddha
Manjusri akan datang, dan sebagaimana saya telah datang sekarang
untuk mengungkapkan Mantra Rahasia dalam skala besar. Hal ini
disebabkan karena makhluk pada tiga kalpa ini cocok sebagai
penerima Mantra Rahasia, dan sebab kenapa ajaran Mantrayana
tidak muncul pada waktu yang lain, itu karena makhluk pada masa
itu tidak sanggup memanfaatkannya.
Dalam Kalpa Bhadra ini, pada masa sekarang di mana rentang umur
manusia sekitar seratus tahun, Buddha Sakyamuni yang sempurna sudah
datang ke dunia, dan ini adalah kalpa terang.
Berkah nasib baik kita sendiri: Doktrin memang masih ada, namun anda
tidak dapat memperoleh ajaran dan realisasinya jika anda tidak
mengikutinya. Sama seperti matahari yang terbit, meski ia menyinari
seluruh dunia, tetapi tidak ada bedanya sedikitpun bagi orang buta; atau
sama halnya air dari danau yang besar tidak dapat menghilangkan haus
pelancong yang tiba di tepinya, kecuali ia meminumnya. Transmisi dan
realisasi Dharma tidak dengan sendirinya dapat menyusup ke dalam batin
anda.
Memasuki Dharma hanya untuk melindungi diri anda dari penyakit dan
pengaruh negatif dalam kehidupan ini atau karena anda takut akan
penderitaan di alam rendah pada kehidupan yang akan datang, disebut
“memasuki Dharma untuk melindungi terhadap ketakutan,” dan ini
bukanlah cara yang tepat untuk memasuki sang Jalan.
Memasuki Dharma hanya untuk mendapatkan makanan, pakaian dan
lainnya dalam kehidupan ini atau untuk memperoleh imbalan kesenangan
kelahiran di surga atau manusia pada kehidupan berikutnya, disebut
“memasuki Dharma untuk memperoleh sesuatu yang baik” adalah juga
bukan merupakan cara yang tepat.
Memasuki Dharma dengan pengertian bahwa seluruh alam samsara ini
tidak berarti, berusaha untuk mendapatkan jalan untuk bebas darinya,
disebut “memulai ajaran dengan tiba pada titik permulaan sang Jalan.”
Inilah cara memasuki ajaran yang tepat.
Berkah belas kasih luar biasa: Meski anda mulai berlatih Dharma,
itupun tidak ada gunanya kecuali anda sudah diterima oleh seorang teman
spiritual. Ringkasan Kebijaksanaan Transeden42 menyebutkan:
42
Skt. Prajnaparamita-samcayagatha.
34
seorang guru, kita tidak akan pernah tahu bagaimana meringkas poin-poin
yang penting dari ajaran-ajaran tersebut dan melaksanakannya.
Suatu ketika, Jowo Atisa berada di Tibet. Khu, Ngok dan Drom 43
bertanya kepadanya: “Untuk mencapai pembebasan dan kemaha-tahuan
yang sempurna, apa yang lebih penting untuk seseorang – sutra dan
komentarnya atau instruksi lisan dari seorang guru?”
“Instruksi guru”, jawab Atisa.
“Kenapa?”
“Karena saat melakukan latihan – meski anda dapat menerangkan
seluruh Tripitaka di luar kepala dan sangat cakap dalam metafisik, tanpa
bimbingan praktis dari guru, anda dan Dharma akan berpisah.”
"Jadi,” sambung mereka, “apakah poin utama instruksi guru itu adalah
mempertahankan ketiga sila dan berusaha berbuat baik dengan tubuh,
ucapan dan pikiran?”
"Itu masih kurang”, jawab Atisa.
"Kenapa bisa begitu?”, tanya mereka.
"Anda bisa mempertahankan ketiga sila dengan sempurna, namun
kecuali anda bertekad membebaskan diri dari ketiga alam samsara, hal itu
hanya akan menciptakan sebab samsara yang lebih lanjut. Anda bisa saja
berusaha sepanjang hari untuk berbuat baik dengan tubuh, ucapan dan
pikiran, namun kecuali anda tahu bagaimana melimpahkan pahala tersebut
demi pencerahan sempurna, dua atau tiga pikiran yang salah saja cukup
untuk menghancurkan semuanya. Anda mungkin seorang guru atau
pemeditasi, penuh dengan belas kasih dan pengetahuan, namun kecuali
pikiran anda menjauhi kedelapan hal duniawi, apa yang anda perbuat
hanyalah untuk kebahagiaan hidup masa ini, dan dalam kehidupan yang
akan datang anda mungkin tidak bertemu dengan sang Jalan.”
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendapat bimbingan dari
seorang guru, seorang teman spiritual.
43
Tiga murid utama Atisa.
35
Dharma Longchenpa yang Mahatahu 44 , dalam Harta Karun Pengabul
Harapan 45-nya menyebutkan tambahan enam belas kondisi yang mengha-
langi kesempatan untuk berlatih Dharma – delapan keadaan yang
mengganggu dan delapan kecendrungan yang tidak cocok. Adalah penting
untuk tidak jatuh ke dalam pengaruhnya. Dalam kata-katanya:
44
Longchen Rabjampa atau Longchenpa (1308-1364), salah satu Guru Silsilah Nyingma,
guru utama ajaran Dzogchen yang terkenal, hidup pada masa yang bersamaan dengan Tai
Situpa dari Kagyupa, adalah manifestasi Manjusri.
45
Tib. yid bzhin mdzod.
36
Orang-orang yang sangat bodoh, tidak memiliki kecerdasan sedikit pun,
mungkin bisa memasuki Dharma, namun karena tidak dapat mengerti
sepatah kata pun dari ajaran atau artinya, mereka tidak pernah akan dapat
mempelajari ataupun merenungkannya dan bermeditasi atas hal tersebut.
Begitu seseorang diterima menjadi murid seorang teman spiritual palsu
yang mengajarkan pandangan dan perbuatan yang menyesatkan,
pikirannya akan dituntun ke jalan yang salah dan mereka tidak akan
mendengarkan Dharma yang sejati.
Orang-orang yang ingin mempelajari Dharma, tetapi sangat malas dan
tanpa ketekunan sedikit pun, tidak pernah akan mencapainya karena
mereka begitu diperdayakan oleh kemalasan dan penundaan mereka.
Sementara ada orang yang kegelapan batin dan perbuatan negatifnya
begitu besar, sehingga meskipun mereka berusaha keras menekuni
Dharma, namun mereka gagal mengembangkan kualitas batin yang benar.
Disebabkan oleh perbuatan buruk menyelubungi mereka, mereka akan
kehilangan keyakinan terhadap ajaran tanpa merasa bahwa hal itu
disebabkan oleh perbuatan buruk mereka sendiri di masa lampau.
Mereka yang berada dalam perbudakan, yang kehilangan kemerde-
kaannya, mungkin ingin menjalani Dharma. Namun orang yang me-
nguasai mereka tidak memperkenankan mereka untuk melatihnya.
Ada juga orang-orang yang berlatih Dharma karena adanya
kekuatiran dalam hidup ini – karena mereka kekurangan makanan atau
pakaian, atau mengalami penderitaan lainnya. Tetapi karena mereka tidak
mempunyai keyakinan yang dalam terhadap Dharma, mereka akan tetap
melakukan kebiasaan lama mereka. Apa yang mereka latih sama sekali
bukan Dharma.
Yang lainnya adalah penipu, yang dengan berpura-pura dalam praktek
Dharma, mencoba untuk mendapatkan harta, layanan dan gengsi. Di
depan umum mereka berkedok sebagai praktisi, tetapi dalam pikiran
mereka, mereka hanya menaruh minat terhadap kehidupan ini, sehingga
mereka sangat jauh dari jalan pembebasan.
Yang tersebut di atas adalah delapan keadaan yang membuat seseorang
tidak mungkin berlatih Dharma secara berkelanjutan.
39
kesepuluh berkah bahkan lebih langka dari memiliki semua kedelapan
kebebasan.
Seseorang yang terlahir sebagai manusia, dengan semua kemampuan
fisik yang lengkap, dan terlahir di daerah pusat, namun jika dia terlibat
dalam cara hidup yang berlawanan dengan Dharma dan tidak memiliki
keyakinan akan ajaran Sang Penakluk, dia hanya memiliki tiga berkah.
Jika dia bisa mendapatkan salah satu dari dua lainnya, dia tetap saja hanya
memiliki empat macam berkah saja. Masa ini, untuk menjalani kehidupan
yang tidak bertentangan dengan Dharma sangatlah sulit. Jika pikiran,
ucapan atau perbuatan seseorang itu negatif, dan motivasinya adalah untuk
kehidupan ini, meski ia memiliki reputasi baik sebagai seorang yang baik
dan terpelajar, sebenarnya cara hidupnya berlawanan dengan Dharma.
Hal yang sama berlaku untuk berkah tidak langsung. Jika seorang
Buddha sudah muncul, telah mengajarkan Dharma dan ajarannya masih
ada, namun seseorang tidak masuk ke dalam Dharma, maka orang tersebut
hanyalah memiliki tiga berkah dari berkah-berkah tersebut. Sekali lagi,
“memasuki Dharma” bukanlah sekadar berarti meminta beberapa ajaran
dan telah diberi ajaran tersebut.
Langkah pertama dari jalan pembebasan adalah keyakinan bahwa
seluruh samsara adalah tidak berarti, dan kebulatan tekad yang sungguh-
sungguh adalah membebaskan diri darinya. Untuk menapak jalan
Kendaraan Besar, 46 yang penting adalah dengan sungguh-sungguh
menbangkitkan bodhicitta. Paling tidak seseorang harus memiliki
keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap Tri Ratna dan tidak pernah
menyangkalnya, sekalipun dengan imbalan jiwanya. Tanpa itu, hanya
dengan sekadar melafalkan doa dan memakai jubah kuning bukanlah bukti
bahwa anda telah memasuki Dharma.
Pastikan anda mengetahui bagaimana mengidentifikasi setiap kebe-
basan dan berkah ini, dan memeriksa apakah anda memilikinya. Ini adalah
hal yang teramat penting.
42
Sebuah kehidupan manusia dapat disebut “kehidupan manusia yang
berharga” hanya kalau ia memiliki semua aspek kebebasan dan berkah,
dan mulai dari waktu itu sungguh menjadi berharga. Tetapi, sepanjang ada
aspek yang tidak lengkap, maka bagaimanapun luasnya pengetahuan dan
bakat anda dalam hal-hal duniawi, anda tidak memiliki kehidupan manusia
yang berharga. Anda hanya memiliki yang disebut kehidupan manusia
biasa, hanya kehidupan manusia, atau kehidupan manusia yang malang,
kehidupan manusia yang tidak berarti, atau kehidupan manusia yang
berpulang dengan tangan hampa. Keadaan demikian adalah seperti gagal
menggunakan permata pengabul harapan, meski benda itu sudah di tangan
anda, atau ibaratnya pulang dari tanah yang penuh dengan emas dengan
tangan hampa.
43
Kebebasan dan berkah tidaklah datang secara kebetulan. Mereka
adalah hasil akumulasi pahala dan kebijaksanaan selama berkalpa-kalpa.
Sarjana besar Trakpa Gyaltsen 47 berkata:
Tidak ada kekuatan yang lebih besar yang membawa anda ke alam
rendah dari pada kehidupan manusia. Apa yang anda lakukan dengannya,
adalah tergantung pada anda sendiri sekarang:
48
Tingkat kebuddhaan.
49
Skt. Bodhicaryavatara, uraian tentang jalan Bodhisattva yang terkenal dari Santideva.
50
Geshe Chengawa Tsultrim Bar, (1033–1103), salah satu dari tiga murid utama Drom
Tönpa, Guru Kadampa yang memulai silsilah transmisi instruksi lisan Kadampa. Dua
murid lainnya adalah Geshe Potowa and Phuchungwa Shönu Gyaltsen (1031–1106).
51
Skt. Acala.
45
Meski saya telah memperoleh kebebasan, saya lemah dalam Dharma,
yang merupakan intisarinya.
Meski saya telah memasuki Dharma, saya memboroskan waktu
melakukan hal-hal lain.
Berkatilah saya dan orang-orang bodoh seperti saya ini
Sehingga kami dapat mencapai intisari sebenarnya dari kebebasan
dan berkah.
46
BAB 2
Ketidak-kekalan kehidupan
Dunia kita, lingkungan luar yang tercipta oleh karma kolektif yang baik
dari makhluk hidup, dengan strukturnya yang kokoh dan padat, meliputi
empat benua, Maha Meru dan alam-alam surga, bertahan sepanjang kalpa.
Tetapi meskipun demikian, ia tidak kekal dan tidak terhindar dari peng-
hancuran akhir oleh tujuh tahap api dan satu tahap air.
47
Karena kalpa besar sekarang ini bergerak mendekati waktu penghan-
curan, makhluk-makhluk yang hidup di tiap alam di bawah alam dewa
dhyana tingkat pertama akan hilang secara bertahap sampai tidak ada satu
pun makhluk yang tertinggal.
Kemudian tujuh matahari akan timbul di angkasa satu per satu. Ma-
tahari yang pertama akan menghanguskan hutan dan semua pohon.
Matahari yang kedua akan menguapkan semua anak sungai dan kolam;
matahari yang ketiga akan mengeringkan semua sungai; yang keempat
akan mengeringkan semua danau besar, bahkan Manasarovar 52 juga.
Ketika matahari yang kelima muncul, lautan yang luas juga akan menguap
secara bertahap, mula-mula sampai kedalaman seratus yojana, 53 kemudian
sampai dua ratus yojana, tujuh ratus yojana, seribu yojana, sepuluh ribu
yojana dan akhirnya delapan puluh ribu yojana. Air laut yang tertinggal
akan menyusut dari satu yojana sampai pada satu jarak pendengaran 54 ,
bahkan sampai tidak cukup untuk mengisi jejak kaki. Pada waktu enam
matahari bersinar bersamaan, seluruh dunia dan gunung-gunung yang
diselimuti salju akan terbakar. Dan ketika matahari yang ketujuh muncul,
Maha Meru sendiri akan terbakar bersama-sama dengan keempat benua,
kedelapan sub benua, ketujuh pegunungan emas 55 dan barisan gunung besi
yang mengelilinginya. Segala sesuatu akan melebur menjadi gumpalan
api yang besar. Waktu gumpalan api tersebut berkobar ke bawah, ia akan
membinasakan semua alam neraka. Ketika ia berkobar ke atas, ia akan
menelan istana-istana Surga Brahma yang sudah lama ditinggalkan. Di
atasnya, dewa-dewa muda di alam Surga Parīttābha 56 berteriak ketakutan:
“Alangkah hebatnya kebakaran ini”. Tetapi dewa-dewa yang tua akan
menenteramkan hati mereka dan berkata: “Jangan takut! Begitu api
tersebut mencapai Surga Brahma, maka ia akan mereda. Ini sudah terjadi
sebelumnya.”
52
Danau Manasarovar juga disebut Mapam Yumtso, adalah salah satu dari empat danau yang
terkenal di Tibet, merupakan danau air tawar dataran tinggi yang disuplai oleh gletser
Kailash dekat Gunung Kailash. Danau ini dihormati sebagai tempat suci.
53
Satuan panjang India zaman dulu. Satu yojana adalah jarak yang ditempuh oleh seekor
lembu selama sehari, kira-kira sama dengan 7 mil atau 11.2 km.
54
Satuan panjang India zaman dulu. Satu jarak pendengaran adalah lima ratus kali panjang
busur, kira-kira sama dengan 1/8 yojana atau 1.4 km.
55
Tujuh Jajaran Pegunungan Emas: Menurut Abhidharmakośa, terdapat tujuh jajaran
pegunungan emas yang mengelilingi Maha Meru. Dari yang paling dekat ke yang paling
jauh berturut-turut adalah: Yugandhara, Īṣādhara, Khadiraka, Sudarśana, Aśvakarṇa,
Vinataka dan Nimindhara. Tinggi masing-masing pegunungan adalah separuh dari tinggi
pegunungan di depannya.
56
Surga Cahaya Kecil, suatu surga dhyana tingkat pertama di alam bentuk (rūpadhātu) .
48
Sebagai akibat dari kehancuran yang ditimbulkan oleh api, akan
terbentuk awan hujan di alam surga dhyana tingkat kedua. Akan turun
hujan lebat sampai kedalaman kuk bajak, diikuti dengan hujan lebat
sampai kedalaman bajak. Sama seperti garam larut ke dalam air, segala
sesuatu di bawah ke alam Surga Parīttābha akan hancur. Penghancuran
yang diakibatkan oleh air ini terjadi dalam tujuh tahap. Dan begitu proses
itu selesai, angin vajra silang di dasar dunia akan naik. Segala sesuatu di
bawah alam surga dhyana tingkat ketiga akan lenyap diterbangkannya.
Renungkanlah dalam-dalam dan sungguh-sungguh. Jika setiap dunia
dari ribuan juta dunia yang membetuk jagat raya, dengan Maha Meru,
empat benua dan surganya sendiri di setiap dunia tersebut akan serentak
hancur seperti ini dengan hanya ruang yang tertinggal, mana mungkin
tubuh manusia kita yang seperti serangga di akhir musim akan kekal atau
stabil?
Dari puncak surga yang paling tinggi sampai neraka yang paling dalam,
tidak ada satu makhluk pun yang dapat terhindar dari kematian. Seperti
dikatakan oleh Surat Penghiburan57:
Segala yang terlahir harus mati. Tidak seorang pun yang pernah
melihat seseorang atau mendengar seseorang di alam mana pun – bahkan
di alam dewa – yang dilahirkan namun tidak akan meninggal. Kenyataan-
nya, meski tidak terpikir oleh kita apakah seseorang akan meninggal atau
tidak, hal itu adalah suatu kepastian. Khususnya kita yang terlahir di akhir
suatu masa dalam Jambudvipa, di mana rentang hidup tidak bisa
diperkirakan, kematian akan datang dengan cepat. Dari hari ke hari ia
semakin dekat semenjak kelahiran kita. Hidup hanya akan menjadi lebih
pendek, tidak pernah menjadi lebih panjang. Tidak dapat ditawar-tawar.
Kematian semakin mendekat. Sama seperti bayangan gunung saat mata-
hari terbenam, ia tidak pernah berhenti sekejab pun.
57
Skt. Sokavinodana, sastra karangan Asvaghosa.
49
Tahukah anda dengan pasti kapan atau di mana anda akan meninggal?
Mungkin besok, atau malam ini? Apakah anda yakin anda tidak me-
ninggal sekarang, di antara tarikan nafas sekarang dan berikutnya? Seperti
dikatakan dalam Nidāna-vagga58:
Dalam Kalpa Bhadra ini, Buddha Vipasyin, Buddha Sikhin dan lima
Buddha lainnya 59 sudah muncul. Setiap dari mereka muncul dengan
kelompok Sravaka dan Arhatnya dalam jumlah yang tak terbayangkan.
Setiap dari mereka bekerja untuk membawa kebaikan kepada makhluk
yang tak terhitung banyaknya melalui ajaran Tiga Kendaraan. Namun,
sekarang ini yang tertinggal bagi kita hanyalah ajaran Buddha Sakyamuni.
Selain itu, semua Buddha lainnya sudah parinirwana, dan ajaran murni
yang mereka berikan sudah hilang secara perlahan-lahan.
Satu per satu, banyak Sravaka terkenal yang ditakdirkan hidup di masa
ini, berikut rombongan pengiringnya yang terdiri dari lima ratus Arhat,
sudah melampaui penderitaan dan memasuki nirvana tanpa sisa, tiada
suatu pun yang tertinggal.
Di India, pernah hidup lima ratus Arhat yang menghimpun kata-kata
Buddha. Ada Enam Perhiasan dan Dua Yang Tertinggi,60 Delapan Puluh
Siddha, dan banyak lagi lainnya yang menguasai semua hal yang
berhubungan dengan Jalan dan tingkatannya, serta memiliki kewaskitaan
59
Kelima Buddha lainnya adalah: Buddha Vessabhū, Buddha Kakusandha, Buddha
Koṇāgamana, Buddha Kassapa dan Buddha Gautama.
60
Enam Perhiasan: Ahli dalam Madhyamakā: Nāgārjuna dan Āryadeva; ahli
Yogācāra/Vijñānavāda: Asanga dan Vasubandhu; ahli Hetuvidyā: Dignāga dan
Dharmakīrti; Dua Yang Tertinggi: Ahli dalam ajaran dasar agama Buddha dan Vinaya:
Gunaprabha dan Sakyaprabha.
51
dan kekuatan gaib yang menakjubkan dan tak terbatas. Tetapi yang
tinggal dari mereka sekarang hanyalah cerita tentang bagaimana mereka
hidup.
61
Padmasambhava sering disebut sebagai Buddha kedua era kita, yang memperluas
pekerjaan Buddha Sakyamuni.
62
Tiga Guru Tantrayana Tradisi Lama yang paling awal, So Yeshe Wangchuk, Zur Shakya
Jungne, dan Nup Chen Sangye Yeshe.
52
tergantung. – orang-orangan tubuh bayangan, yang dapat hancur kapan
saja.
Oleh sebab itu, renungkanlah betapa pentingnya mulai sekarang untuk
memberi dorongan kepada anda sendiri ke arah pikiran, ucapan dan
perbuatan yang selalu bersifat positif.
Ada dewa dan rsi hebat dan termasyhur yang bisa hidup selama
beberapa kalpa. Namun tetap saja mereka tidak terhindar dari kematian.
Makhluk-makhluk yang memegang pemerintahan, seperti Brahma, Indra,
Visnu, Isvara dan dewa-dewa besar lainnya dapat hidup selama beberapa
kalpa, dengan tinggi badan yang diukur dengan yojana atau jarak
pendengaran, dan dengan kekuasaan dan kecemerlangan yang melebihi
matahari dan bulan, meskipun demikian, mereka tidak terlepas dari
kematian. Sebagaimana Harta Karun Pahala Kebajikan menyebutkan:
Selain itu, bahkan tidak ada makhluk surgawi atau rsi manusia dengan
lima jenis kewaskitaan dan kekuatan untuk terbang di angkasa dapat
menghindari kematian. Surat Penghiburan berkata:
Di dunia manusia kita, pernah ada kaisar dunia yang mencapai puncak
kekuasaan dan kekayaan materi. Di tanah suci India, mulai dari Maha-
sammata, tidak terhitung banyaknya raja yang memerintah seluruh negeri
tersebut. Kemudian memerintah di sana ketiga Pala, tiga puluh tujuh
Chandra dan banyak lagi raja yang kaya dan berkuasa yang memerintah di
India timur maupun barat, namun kini tidak seorang pun yang tertinggal.
63
Lima kekuatan gaib (Abhijñā) : Mata dewa, telinga dewa, membaca pikiran orang, meng-
ingat kehidupan lampau, dan kekuatan batin fisik.
53
Di Tanah Salju Tibet, raja pertama Nyatri Tsenpo64 merupakan ketu-
runan makhluk suci, emanasi Bodhisattva Nivaranaviskambhin. Kemu-
dian memerintah tujuh raja surgawi yang disebut Tri, enam raja duniawi
yang disebut Lek, delapan raja menengah yang disebut De, lima raja
perantara yang disebut Tsen, dan tiga belas raja dari Dinasti Keberuntung-
an, termasuk lima raja dari Dinasti yang Paling Beruntung dan banyak lagi.
Dalam masa pemerintahan Raja Dharma Songtsen Gampo, bala tentara
gaib menaklukkan semua negeri dari Nepal sampai ke China. Raja
Trisong Detsen menguasai dua per tiga dari Jambudvipa, dan dalam masa
pemerintahan Ralpachen, sebuah pilar besi didirikan di tepi sungai Gangga
untuk menandakan batas antara India dan Tibet. Tibet menjalankan
kekuasaan di banyak daerah di India, Tiongkok, Gesar, Tajikistan dan
negeri lainnya. Pada festival Tahun Baru, duta besar dari negara-negara
tersebut diminta untuk berkumpul di Lhasa pada hari tersebut,
memberikan upeti dan sebagainya. Ini adalah kekuasaan Tibet pada masa
lalu. Namun ia tidak bertahan, dan sekarang, selain catatan sejarah, tiada
apa pun yang tersisa.
Renungkan kehebatan masa lalu tersebut. Bandingkan mereka dengan
keluarga kita, harta benda kita, pembantu, status dan apa pun yang kita
hargai, secara keseluruhan kelihatannya tidak lebih berarti dibandingkan
dengan sebuah sarang lebah. Renungkanlah dalam-dalam. Dan tanyakan
kepada diri anda sendiri, mana mungkin anda punya pemikiran bahwa
barang-barang tersebut akan bertahan selamanya dan tidak pernah berubah.
65
Buddha terakhir dalam Kalpa Bhadra.
66
Jarak yang ditempuh oleh seekor kuda dalam sehari.
55
malam ini, tahun ini dan tahun depan, semua lewat satu demi satu. Tiada
satu pun yang bertahan, tiada yang dapat diandalkan.
Pikirkan perubahan yang terjadi pada kota, kampung dan vihara atau
tempat di mana saja anda pernah tinggal. Orang-orang yang tadinya kaya
dan aman tiba-tiba mendapatkan mereka sedang menuju kehancuran.
Sementara yang lainnya, dulunya miskin dan tak berdaya, sekarang
berbicara dengan kewenangan, berkuasa dan kaya. Tiada hal yang sama
seperti dulu untuk selamanya. Dalam keluarga anda sendiri, orang tua,
kakek dan kakek buyut generasi sebelumnya sudah meninggal satu per
satu. Hanya tinggal nama mereka saja buat anda. Dan ketika waktu tiba,
kakak, adik dan sanak saudara lainnya akan meninggal pula. Tiada
seorang pun yang tahu ke mana mereka pergi. Orang-orang berkuasa dan
kaya yang tahun lalu terkemuka dalam negara, banyak di antara mereka
pada tahun ini hanya tinggal nama saja. Siapa tahu apakah orang-orang
yang kekayaan dan kewenangannya membuat masyarakat iri hati, akan
tetap pada posisinya pada tahun depan – atau malah bulan depan? Dari
ternak anda – domba, kambing, anjing – berapa yang sudah mati pada
waktu dulu dan berapa yang masih hidup? Ketika anda memikirkan apa
yang terjadi pada semua kasus ini, anda dapat melihat bahwa tiada satu
pun yang tetap sama selamanya. Orang-orang yang hidup pada seratus
tahun lebih yang lalu, tiada satu pun yang lolos dari kematian. Dan
seratus tahun kemudian, setiap orang yang hidup di dunia ini akan
meninggal. Tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.
Oleh sebab itu tiada barang apa pun di dunia ini, yang berjiwa maupun
yang tidak berjiwa, yang memiliki kestabilan atau kekekalan.
Barang ini yang kita sebut mayat, begitu mengerikan untuk dilihat,
Ada disini sekarang – badan kita sendiri.
Badan anda akan diikat erat dengan tali dan ditutup dengan kain,
ditopang dengan tanah dan batu. Mangkuk anda ditaruh terbalik pada
bantal anda. 67 Tidak peduli seberapa berharga dan disayangi, sekarang
anda menimbulkan rasa muak dan ngeri. Ketika makhluk hidup berbaring
untuk tidur, meski di atas tumpukan permadani bulu binatang dan kulit
domba yang lembut, mereka mulai merasa tidak enak sesudah berbaring
beberapa lama dan sering membalik-balikkan badannya. Namun, begitu
anda meninggal, anda hanya bisa berbaring di atas batu atau tumpukan
rumput, dengan rambut anda terpercik tanah.
Sebagian dari anda yang mengepalai keluarga atau menjadi kepala suku,
mungkin akan kuatir tentang orang-orang di bawah perlindungan anda.
Karena semua kekayaan, kesenangan hidup dan kebahagiaan tergantung
67
Adat kebiasaan bangsa Tibet, meletakkan mangkok yang dipakai orang yang meninggal
semasa hidupnya di samping bantalnya.
57
dari anda, begitu anda tidak ada lagi di sana untuk menjaga mereka,
apakah mereka tidak mudah mati kelaparan atau kedinginan, dibunuh oleh
musuh atau ditenggelamkan ke dalam sungai? Kenyataannya, bagaimana-
pun juga, sesudah kematian anda, mereka tidak merasa lain kecuali
menjadi lega karena sudah berusaha menyingkirkan jenazah anda dengan
mengkremasinya, membuangnya ke dalam sungai, atau menguburnya ke
perkuburan.
Ketika anda meninggal, anda tidak punya pilihan selain mengembara
sendirian dalam alam kesementaraan dengan tidak berteman. Pada waktu
itu, satu-satunya perlindungan anda adalah Dharma. Oleh karena itu
katakan kepada anda berulang-ulang bahwa mulai sekarang anda harus
berusaha mencapai sedikitnya satu latihan dari Dharma yang sejati.
Apa pun yang terkumpul akan habis terpakai. Seorang raja yang
memerintah seluruh dunia bisa saja berakhir sebagai gelandangan. Banyak
orang memulai kehidupan mereka dengan dikelilingi kekayaan, dan
berakhir dengan mati kelaparan karena kehilangan semuanya. Orang-
orang yang memiliki ratusan kawanan ternak bisa saja menjadi pengemis
pada tahun berikutnya karena wabah penyakit atau badai salju. Dan
seseorang yang mulanya kaya dan berkuasa sehari sebelumnya bisa saja
tiba-tiba mendapatkan dia minta sedekah, karena musuhnya telah
memusnahkan semua barang yang dia miliki. Lihatlah sendiri bagaimana
hal-hal ini terjadi. Tidak mungkin mempertahankan kekayaan dan milik
anda selamanya. Janganlah lupa bahwa kemurahan hati adalah modal
yang penting yang harus dibangun.
Tidak ada kebersamaan yang dapat berlangsung selamanya. Hal itu
selalu berakhir dengan perpisahan. Kita ibaratnya penduduk yang ber-
kumpul dari tempat yang berbeda dalam jumlah ribuan, malah puluh
ribuan pada sebuah pasar atau suatu festival keagamaan yang penting, dan
akan berpisah lagi kalau masing-masing pulang ke rumah. Betapa pun
kasih sayangnya hubungan yang kita nikmati sekarang – guru dan murid,
majikan dan pembantu, pelindung dan orang yang dilindungi, teman
spiritual, kakak dan adik, suami dan isteri – tidak ada cara yang dapat
menghindari perpisahan pada akhirnya. Kita tidak bisa memperkirakan
kapan kematian atau suatu kejadian yang mengerikan tidak akan terjadi
dan memisahkan kita sekarang. Oleh karena teman spiritual, pasangan dan
lain sebagainya bisa saja berpisah setiap waktu dengan tidak terduga, maka
lebih baik kiranya kita menghindari kemarahan, perselisihan, kata-kata
kasar dan perkelahian. Kita tidak pernah akan tahu berapa lama kita bisa
bersama, oleh sebab itu kita harus memutuskan untuk menaruh perhatian
58
dan menyayangi selama waktu masih ada. Sebagaimana dikatakan oleh
Padampa Sangye:
Apa pun yang dibangun akan runtuh juga. Perkampungan dan biara
yang pada suatu waktu sukses dan makmur, sekarang tergeletak kosong
dan ditinggalkan, dan rumah yang pada suatu waktu menjadi tempat
tinggal pemiliknya yang rajin, sekarang tinggal burung-burung yang
membuat sarang mereka di sana. Bahkan biara pusat tingkat tiga Samye 68,
yang dibangun secara gaib 69 dalam masa pemerintahan Raja Trisong
Detsen, dan yang disucikan oleh Buddha Kedua dari Uddiyana,
dihancurkan oleh api hanya dalam satu hari saja. Istana Gunung Merah70
yang ada pada waktu Raja Songtsen Gampo, yang menyaingi istana Indra
sendiri, bahkan sekarang sampai batu-batu fondasi pun tiada yang tersisa.
Oleh sebab itu, untuk apa kita memberikan begitu banyak perhatian
kepada kota di mana kita tinggal sekarang, rumah dan biara yang hanya
seperti sarang-sarang dari banyak serangga? Adalah lebih baik
menyiapkan hati kita mengikuti contoh dari orang-orang Kagyupa dahulu
sampai akhir hidup kita, yang meninggalkan negeri mereka dan tinggal di
tempat yang jauh. Mereka tinggal di jurang bebatuan yang terjal, hanya
berteman dengan binatang, dan tidak begitu memperhatikan makanan,
pakaian atau kemasyhuran, sambil memegang teguh empat tujuan dasar
Kadampa:
Tanah dan bala tentara yang hebat tidak pernah bertahan lama. Raja
jagat raya Mandhatri adalah Cakravartin roda emas 71 yang memiliki
68
Vihara kuno terkenal yang terletak di Dranang, Lhoka (Shannan), Tibet.
69
Dibangun Raja Trisong Detsen dengan tenaga kerja yang diundang dari India.
70
Gunung Merah: Gunung di mana Istana Potala berada.
71
Terdapat empat tingkat Cakravartin: Cakravartin roda emas menguasai empat benua,
Cakravartin roda perak menguasai tiga benua, Cakravartin roda tembaga menguasai dua
benua, dan Cakravartin roda besi menguasai satu benua.
59
kekuasaan atas empat benua. Ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga, 72 dan
bahkan memakai singasana bersama Dewa Indra, raja para dewa. Ia dapat
mengalahkan Asura dalam peperangan. Namun akhirnya ia jatuh ke bumi
dan meninggal dengan hasrat dan cita-citanya yang tetap tak terpenuhi.
Anda dapat melihat sendiri semua orang yang memegang kekuasaan dan
kewenangan – raja, Lama, tuan tanah atau pejabat pemerintah – tidak satu
pun yang dapat mempertahankan status mereka selamanya. Banyak orang
berkuasa, yang mengetuk palu dan menjatuhkan hukuman pada tahun yang
lalu, mendapatkan mereka tinggal merana dalam penjara pada tahun
berikutnya. Apa gunanya kekuasaan yang tidak kekal seperti itu buat anda?
Pada sisi lain, keadaan kebuddhaan yang sempurna tidak pernah akan
berkurang dan rusak, dan yang patut mendapatkan persembahan dari
manusia dan dewa. Itulah yang seharusnya anda tekuni untuk dicapai.
Persahabatan dan permusuhan juga jauh dari kekal. Pada suatu hari
ketika Arhat Katyayana sedang berpindapatta, ia bertemu dengan seseo-
rang yang sedang memangku anaknya. Orang itu sedang memakan se-
ekor ikan dengan nikmatnya, dan melemparkan batu pada seekor anjing
betina yang mencoba mendekati tulang ikan. Apa yang dilihat oleh guru
tersebut lewat kewaskitaannya adalah demikian: Ikan tersebut adalah ayah
orang tersebut pada kelahiran itu juga, dan anjing betina itu adalah ibunya.
Seorang musuh yang dibunuhnya pada kehidupan yang lampau telah
terlahir sebagai anaknya, sebagaimana balasan karma yang harus diterima
oleh orang tersebut. Katyayana berseru:
Sekali dilahirkan, setiap manusia di dunia ini pasti akan mati. Tetapi
kapan, bagaimana, apa yang menyebabkan dan di mana kita akan
meninggal tidak bisa diperkirakan. Tidak ada orang di antara kita yang
yakin bahwa kematian kita akan datang pada saat atau tempat tertentu,
dengan cara tertentu atau akibat dari sebab tertentu.
63
Hanya sedikit hal di dunia ini yang mendukung kehidupan, sedangkan
banyak hal yang mengancam hidup. Sebagaimana diutarakan oleh Guru
Aryadeva:
Api, air, racun, tempat berbahaya, orang biadab, binatang buas – semua
hal yang mematikan mengancam di mana-mana, namun hanya sedikit
yang membuat hidup menjadi lebih lama. Bahkan makanan, pakaian dan
barang lain yang biasanya dianggap sebagai pendukung kehidupan pun
kadang-kadang dapat menjadi penyebab kematian. Banyak kematian
diakibatkan karena makan – makanan mungkin terkontaminasi, atau yang
biasanya merupakan makanan sehat, namun karena bercampur dengan
makanan tertentu menjadi beracun; atau karena makanan itu tidak cocok
untuk individu tertentu. Terutama orang-orang masa kini keranjingan
memakan daging. Mereka mengkonsumsi darah dan daging tanpa banyak
berpikir panjang, sama sekali mengabaian semua penyakit yang disebab-
kan oleh daging yang membusuk, atau daging roh halus yang merugikan.
Diet dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat juga menimbulkan kanker,
kelainan dahak, sakit gembur-gembur atau penyakit lain yang menyebab-
kan banyak kematian. Sama halnya, pemburuan akan kekayaan dan
kemasyhuran serta kemuliaan lain mendorong orang-orang melakukan
peperangan, menantang binatang buas, dengan sembrono menyeberangi
sungai dan mengambil risiko dalam banyak keadaan yang menyebabkan
kematian.
Lagipula, kapan salah satu dari sebegitu banyak kondisi yang menye-
babkan kematian tersebut akan beraksi adalah sama sekali tidak dapat
diperkirakan. Ada yang meninggal waktu masih dalam kandungan, ada
yang meninggal saat lahir, yang lain lagi sebelum mereka mulai belajar
merangkak. Ada yang meninggal waktu muda, yang lainnya meninggal
waktu tua dan jompo. Ada juga yang meninggal sebelum mendapatkan
pertolongan medis. Sementara yang lainnya ada yang berlarut-larut
tertempel di ranjang, sakit selama bertahun-tahun sambil melihat orang-
orang hidup dengan mata orang yang sudah meninggal. Pada waktu
mereka meninggal, hanya tinggal kulit yang membalut tulang saja.
Banyak orang meninggal secara tiba-tiba atau karena kecelakaan. Ada
64
yang meninggal saat sedang makan, berbicara atau bekerja. Malah ada
yang bunuh diri.
Dengan dikelilingi oleh begitu banyak penyebab kematian, hidup anda
hanya memiliki kesempatan bertahan seperti nyala lilin dalam tiupan angin.
Tidak ada jaminan sama sekali bahwa kematian tidak datang sekarang, dan
esoknya anda tidak terlahir sebagai binatang dengan tanduk di atas kepala
atau dengan taring di mulut. Anda harus yakin bahwa kapan anda
meninggal sama sekali tidak dapat diperkirakan, dan anda tidak tahu sama
sekali ke mana anda akan terlahirkan sesudahnya.
74
Kebiasaan orang Tibet adalah menutup bara api untuk memudahkan menyalakannya pada
keesokan harinya. Bagi praktisi yang selalu merenungkan kematian, dengan berpikir
bahwa mereka mungkin akan meninggal pada malam tersebut, maka mereka tidak perlu
menyiapkan hal tersebut, sehingga mereka tidak menutup bara api mereka.
65
Tetapi, hanya merenung tentang kematian tidaklah cukup. Satu-satunya
hal yang berguna pada saat kematian adalah Dharma, sehingga anda juga
perlu mendorong anda sendiri untuk melatih dengan cara yang asli, tidak
tergelincir dalam kelalaian atau kehilangan kewaspadaan, sambil berpikir
bahwa kegiatan samsara hanya untuk sementara waktu saja dan tidak
mempunyai arti sama sekali. Gabungan antara badan jasmani dan batin
tidak kekal, jadi janganlah mengharapkan barang itu sebagai milik anda.
Semua jalan dan jalur adalah tidak kekal. Jadi, ke mana saja anda
melangkah, tujukan langkah anda pada Dharma. Seperti yang dikatakan
dalam Rangkuman Kebijakasanaan Transenden:
Jika anda melangkah dan hanya melihat jarak sepanjang kuk bajak di
depan anda, maka hati anda tidak akan bingung;
Di mana saja anda berada, semua tempat adalah tidak kekal. Oleh
sebab itu berpikirlah bahwa tempat itu adalah alam Buddha;
Makanan, minuman dan segala apa yang anda nikmati adalah tidak
kekal. Oleh sebab itu makanlah dengan konsentrasi yang penuh;
Tidur itu tidak kekal. Oleh sebab itu, waktu anda tertidur, murnikan
khayalan tidur menjadi cahaya terang.
Harta, jika anda memilikinya, adalah tidak kekal. Jadi berusahalah
untuk mendapatkan tujuh harta mulia. 75
Kekasih, teman dan sanak keluarga adalah tidak kekal. Oleh sebab
itu, pada tempat yang terpencil, bangkitkan hasrat untuk pembe-
basan.
Pangkat tinggi dan kemasyhuran tidaklah kekal. Oleh sebab itu
selalulah mengambil posisi yang rendah.
Ucapan tidaklah kekal. Oleh sebab itu bangkitkan niat anda untuk
melafal mantra dan doa.
Keyakinan dan hasrat untuk mencapai pembebasan adalah tidak
kekal. Oleh sebab itu berjuanglah untuk berbuat sesuai janji anda.
Ide dan pikiran tidaklah kekal. Oleh sebab itu kembangkanlah sifat
yang baik.
Pengalaman meditasi dan realisasi tidaklah kekal. Oleh sebab itu
teruskan sampai anda mencapai titik di mana semua benda
melebur kedalam sifat dasar realita.
75
Tujuh harta mulia: 1. Saddhā (Keyakinan), 2. Sīla (Perilaku moral), 3. Hiri (Malu berbuat
jahat), 4. Ottappa (Takut akan akibat perbuatan jahat), 5. Bāhusacca (Banyak pengetahuan
Dharma), 6. Cāga (Kemurahan hati), 7. Paññā (Kebijaksanaan).
66
Pada waktu itu, hubungan antara kematian dan kelahiran kembali
berkurang dan anda mencapai keyakinan bahwa anda sama sekali
siap untuk meninggal.
Anda telah menguasai benteng keabadian. Anda seperti seekor
elang yang bebas membumbung tinggi pada puncak surga.
Sesudah itu, tidak perlu lagi adanya latihan dan ketakutan saat
mendekati kematian.
Pada awalnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada waktu untuk
diboroskan, seperti seseorang yang sudah kena panah beracun. Pada
pertengahan, anda mestinya merenungkan kematian tanpa memikir-
kan hal lainnya, seperti seorang ibu yang kematian anak tunggalnya.
Akhirnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada hal yang harus
dikerjakan lagi, seperti seorang penggembala yang kawanan
ternaknya sudah diusir oleh musuhnya.76
Jika anda ingin memakai satu Dharma saja untuk berlatih, berme-
ditasi akan ketidak-kekalan adalah yang paling penting.
Saya tidak pernah melihat orang Tibet seorang pun yang berpikir
tentang kematian;
Saya juga tidak melihat seseorang dari mereka bisa hidup selamanya!
78
Orang yang mendekati Dharma dengan sikap yang salah. Ia akan memperoleh rasa
percaya diri yang tidak benar, yang membuatnya tidak sudi menerima guru dan ajaran.
69
Menilai dari kenikmatan mereka menghimpun kekayaan begitu
mereka mengenakan jubah kuning, saya heran –
Apakah mereka bermaksud mengganti kematian dengan melunasi-
nya dengan makanan dan uang?
Melihat cara mereka mengumpulkan barang-barang berharga, saya
heran –
Apakah mereka bermaksud membagikan uang suap di neraka?
Ha-ha! Praktisi–praktisi Tibet ini membuat saya tertawa melihatnya!
Yang paling berpengetahuan adalah yang paling sombong;
Pelatih meditasi yang paling baik menumpuk bekal dan kekayaan;
Pertapa yang menyendiri sibuk sepanjang waktu;
Yang meninggalkan keluarga dan negara tidak punya rasa malu.
Orang-orang ini kebal terhadap Dharma!
Mereka gemar berbuat perbuatan yang tidak baik.
Mereka dapat melihat orang lain meninggal,
Namun mereka tidak mengerti bahwa mereka sendiri juga akan mati.
Ini adalah kesalahan mereka yang patut dicela.
70
Pangkat tinggi, kekuasaan, kekayaan atau kecantikan apa saja yang
saya lihat di dunia ini tidak menimbulkan hasrat bagi saya. Saya
lebih menghargai kehidupan orang suci di masa lalu. Hal ini
disebabkan karena saya telah memiliki pengertian akan ketidak-
kekalan. Saya tidak mempunyai instruksi yang lebih mendalam
selain ini untuk diberikan kepada orang lain.
Oleh sebab itu, seberapa dalam anda diresapi dengan pikiran akan
ketidak-kekalan ini? Anda semestinya seperti Geshe Kharak Gomchung
yang pergi bermeditasi di gunung yang sepi Jomo Kharak di provinsi
Tsang. Di depan guanya ada semak berduri yang sering mengait
pakaiannya.
Mulanya ia berpikir, “Lebih baik saya potong saja”, tetapi kemudian ia
berkata kepada dirinya sendiri, “Namun, mungkin saya akan mati dalam
gua ini. Saya sungguh tidak dapat mengatakan apa saya akan keluar dari
sini hidup-hidup. Jelas lebih penting bagi saya untuk meneruskan latihan
saya.”
Ketika ia keluar lagi, ia punya masalah yang sama dengan semak duri
tersebut. Kali ini ia berpikir, “Saya tidak yakin saya dapat kembali ke
dalam, ” dan ini berlanjut sampai beberapa tahun, sampai ia menjadi
seorang guru yang mendapat pencapaian. Ketika ia meninggalkan tempat
tersebut, semak berduri tersebut masih belum terpotong.
Rigdzin Jigme Lingpa memiliki mata air panas untuk mandi di musim
rontok. Tepi kolam tersebut tidak bertangga, sehingga membuatnya
kesulitan untuk turun ke bawah ke dalam air. Pengikutnya menyarankan
memotong tanah untuk membuat tangga, tetapi ia berkata: “Untuk apa
susah-susah jika kita tidak tahu apakah kita akan ke sini tahun depan?” Ia
selalu berkata mengenai ketidak-kekalan seperti itu, begitulah kata Guru
saya kepadaku.
Kita juga mestinya begitu. Selama kita belum memiliki sikap yang
demikian, kita semestinya merenungkan hal tersebut. Mulailah dengan
membangkitkan bodhicitta, dan sebagai latihan utama latihlah pikiran anda
dengan semua sarana ini sampai ketidak-kekalan sungguh-sungguh
meresap dalam setiap pikiran anda. Akhirnya, tutuplah dengan menyegel
latihan tersebut dengan pelimpahan jasa. Dengan berlatih demikian,
berjuanglah dengan sekuat tenaga untuk mencontoh orang-orang terkenal
di masa lampau.
71
Ketidak-kekalan ada dimana-mana, namun saya tetap berpikir
benda-benda akan ada selamanya.
Saya telah diambang usia lanjut, namun saya tetap berpura-pura
bahwa saya masih muda;
Berkatilah saya dan orang-orang yang salah pengarahan seperti
saya,
Sehingga kami dapat memahami ketidak-kekalan dengan sungguh-
sungguh.
72
BAB 3
Seperti yang telah saya terangkan, kita mungkin memiliki hidup yang
dianugerahi dengan kebebasan dan berkah yang sangat sulit untuk
diperoleh, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kita segera akan jatuh
ke dalam kekuasaan ketidak-kekalan dan kematian. Kalau saja sesudah itu
kita lenyap seperti api yang padam atau air yang menguap, segalanya akan
berakhir. Tetapi sesudah meninggal, kita tidak menghilang begitu saja.
Kita dipaksa untuk lahir kembali – yang berarti kita tetap di alam samsara,
tidak di tempat lain.
Istilah samsara, roda atau lingkaran kehidupan, dipergunakan disini
untuk menunjukkan arti pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya terus
73
menerus seperti sebuah lingkaran, seperti roda pembuat barang-barang
tembikar atau jentera air. Ketika seekor lalat terperangkap dalam kendi
yang tertutup, ke mana pun ia terbang, ia tidak dapat keluar dari kendi
tersebut. Begitu juga, apakah kita terlahir dalam alam yang tinggi atau
yang rendah, kita tidak pernah keluar dari alam samsara.
Bagian atas dari kendi adalah seperti alam dewa atau manusia,
sedangkan bagian bawah ibaratnya ketiga alam yang tak beruntung.
Dikatakan bahwa alam samsara adalah suatu lingkaran, karena kita
berputar-putar, terlahir berulang-ulang dalam keenam alam sebagai akibat
dari perbuatan kita, yang positif ataupun yang negatif, yang dinodai
dengan kemelekatan.
Kita sudah berkelana sejak waktu yang tak berawal dalam alam samsara
ini, di mana setiap makhluk tanpa kecuali telah memiliki hubungan kasih
sayang, permusuhan dan ketidakpedulian satu sama lainnya. Setiap orang
pernah menjadi ayah atau ibu dari orang lain. Dalam sutra dikatakan, jika
anda mempergunakan tanah di seluruh bumi ini untuk membuat butiran
tanah dengan ukuran sekecil jintan, jumlahnya dapat dihitung. Tetapi jika
anda ingin menghitung berapa kali setiap makhluk hidup saling bergantian
menjadi ibu, maka jumlahnya tidak terhitung. Sebagaimana yang dikata-
kan oleh Yang Dipertuan Nagarjuna:
Kita akan kehabisan tanah untuk menghitung berapa banyak ibu kita
Dengan bola-bola lempung seukuran jintan.
Tiada bentuk kehidupan yang tak pernah kita alami sejak waktu tak ber-
awal sampai sekarang. Keinginan dan nafsu kita telah menyebabkan tak
terhitung kalinya kepala kita dipenggal dan anggota badan dipotong.
Kalau kita mencoba menumpuk semua anggota tubuh waktu kita menjadi
semut dan serangga kecil lainnya, tumpukan itu akan lebih tinggi dari
Gunung Meru. Air mata yang telah kita cucurkan karena kedinginan,
kelaparan dan rasa haus ketika kita tidak mendapat makanan dan pakaian,
seandainya tidak menjadi kering, akan menjadi lautan yang lebih besar
dari semua samudera yang mengelilingi dunia ini. Bahkan jumlah
tembaga lebur yang telah kita telan di neraka lebih banyak dari air
keempat samudera. Sekalipun begitu, semua makhluk hidup yang tidak
memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari alam samsara, yang malah
terikat oleh nafsu dan kemelekatan mereka, akan harus mengalami lebih
banyak lagi penderitaan dalam lingkaran yang tak berakhir ini.
74
Meski karena sebab keberuntungan dari perbuatan baik kita, kita
mendapatkan umur panjang, tubuh yang sempurna, kekayaan dan ke-
masyhuran setara Indra atau Brahma, pada akhirnya tetap saja kita tidak
dapat menyingkirkan kematian, dan sesudah kematian kita mungkin akan
mengalami penderitaan di alam rendah. Dalam kehidupan ini, begitu tak
berartinya manfaat dari kekuasaan, kekayaan, kesehatan dan barang lain
yang kita nikmati, yang mungkin mengelabui kita untuk berapa tahun,
beberapa bulan atau beberapa hari. Tetapi begitu pengaruh perbuatan baik
yang menyebabkan kesenangan ini terpakai habis, mau tak mau kita akan
mengalami kemiskinan dan kesusahan, atau penderitaan yang tak
tertahankan di alam rendah.
Jadi, apa artinya kebahagiaan sementara seperi demikian? Ia sama
seperti mimpi indah yang berhenti begitu anda terbangun. Mereka yang
karena perbuatan baik yang sedikit, yang sepertinya bahagia dan senang
sekarang ini, tidak akan dapat mempertahankan keadaan tersebut sedikit
lebih lama begitu pengaruh perbuatan tersebut berakhir. Raja Dewa yang
duduk tinggi di singasana bertahtakan batu permata dan dilapisi sutera
surgawi menikmati semua kesenangan kelima indera. Namun, begitu
umur mereka berakhir, dalam sekejab mereka akan terjatuh ke dalam
penderitaan dengan kepala tertunduk menahan segala penderitaan di atas
lantai yang terbuat dari logam membara di neraka. Meski mereka adalah
matahari dan bulan 79 yang menerangi keempat benua, mereka bisa
berakhir dengan terlahir di dalam kegelapan yang begitu mencekam,
sampai-sampai mereka tidak dapat melihat apakah anggota badan mereka
terjulur atau tertekuk.
Oleh sebab itu, janganlah letakkan keyakinan anda pada kesenangan
palsu di alam samsara. Tetapkan hati anda, bahwa dalam kehidupan ini
juga anda akan membebaskan anda sendiri dari lautan penderitaan ini dan
mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang sejati dan sempurna. Jadikan
pikiran ini latihan anda, dengan mempergunakan cara yang benar pada
permulaan, bagian utama dan kesimpulannya.
Kedelapan neraka ini terletak di atas satu sama lain seperti bangunan
bertingkat. Mulai dari Neraka Hidup Berulang di puncaknya, sampai pada
Neraka Tanpa Jeda di dasarnya. Di tiap neraka ini, lantai dan batas
pinggirnya adalah besi membara yang putih memijar – tidak ada tempat
sama sekali di mana anda dapat menginjakkan kaki dengan aman.
Semuanya merupakan nyala api yang berkobar-kobar, menghanguskan dan
sangat luas.
Disini, ditengah-tengah bara api yang menutupi lantai logam yang ber-
pijar, makhluk sebanyak kepingan badai salju yang tak terhitung
jumlahnya berkumpul bersama akibat karma mereka. Karena perbuatan
yang membawa mereka ke sana dimotivasi oleh kebencian, hasil serupa
dengan penyebabnya menyebabkan mereka melihat orang lain seperti
musuh mereka, sehingga mereka berkelahi dengan sengitnya. Sambil
mengacungkan senjata khayal yang timbul dari karma, mereka saling
menyerang sampai semuanya terbunuh. Pada saat itu, suara dari angkasa
berkata: “Hidup lagi!” Dengan segera mereka hidup lagi dan mulai
berkelahi satu sama lainnya. Begitulah mereka menderita, terus menerus
mati dan hidup lagi.
Berapa lamakah mereka hidup di sana? Lima puluh tahun di alam
manusia adalah setara dengan satu hari di alam Surga Empat Maharaja.81
Satu tahun yang demikian terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan
terdiri dari tiga puluh hari. Lima ratus tahun yang demikian adalah sama
dengan satu hari di Neraka Hidup Berulang, yang mana, satu tahunnya
juga terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari.
Mereka menderita disana selama lima ratus tahun yang demikian lamanya.
80
Skt. Sañjīva.
81
Skt. Caturmahārājakāyika; surga alam kamadhatu yang paling dekat dengan dunia. Empat
Maha Raja beserta pengiringnya tinggal di teras keempat Maha Meru. Puncak-puncak dari
Tujuh Jajaran Pegunungan Emas, matahari, bulan, dan semua bintang adalah termasuk
kawasan kediaman Empat Maha Raja.
82
Skt. Kālasūtra.
76
Disini, kaki-tangan Yama membaringkan korban mereka pada lantai
logam yang memijar seperti api unggun, lalu membuat tanda silang pada
tubuh mereka dengan tali-tali hitam – empat, delapan, enam belas, tiga
puluh dua garis dan seterusnya – yang dipergunakan sebagai garis
pedoman untuk memotong mereka dengan gergaji yang panas menyala.
Tidak lama setelah tubuh mereka terpotong, segera juga tubuh mereka
tergabung lagi, hanya untuk dipotong dan dipotong lagi.
Seratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Tiga
Puluh Tiga. Seribu tahun di Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan satu hari
di neraka ini. Makhluk-makhluk disana hidup selama seribu tahun dalam
skala tersebut.
Neraka Peremukan 83
83
Skt. Saṃghāta.
84
Skt. Suyāma, surga alam kamadhatu yang terletak di ruang di atas Maha Meru, di atas
Surga Tiga Puluh Tiga, yang dengan demikian tidak lagi terpengaruh oleh serangan Asura.
77
Neraka Lolongan85
Kaki tangan Yama dalam jumlah yang sangat banyak, dengan meme-
gang senjata dan dalam bentuk yang mengerikan, mendorong jutaan
korban ke dalam dinding rangkap yang membara, dan memukul mereka
dengan palu dan senjata lainnya. Pintu dalam dan luar keduanya disegel
dengan logam lebur. Makhluk neraka di sana melolong dalam kesakitan
yang amat berat, sambil berpikir sekalipun mereka berhasil melewati pintu
yang pertama, mereka tidak pernah akan dapat mencapai pintu yang kedua.
Delapan ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga
Penikmatan Ciptaan, 88 dan delapan ribu tahun di alam tersebut sama
dengan satu hari di Neraka Lolongan Besar. Makhluk-makhluk neraka ini
hidup selama delapan ribu tahun lamanya.
Neraka Godok89
85
Skt. Raurava.
86
Skt. Tuṣita, salah satu surga di alam kamadhatu, tempat tinggal calon Buddha yang akan
terlahir di dunia.
87
Skt. Mahāraurava.
88
Skt. Nirmāṇarati, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa di alam ini menciptakan dan
menikmati objek kesenangan mereka sendiri.
89
Skt. Tapana.
78
kehilangan kesadaran dan tidak merasa sakit, mereka terus menerus
mengalami penderitaan yang amat berat.
Seribu enam ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di
alam Surga Penikmatan Ciptaan Dari Yang Lain.90 Enam belas ribu tahun
di alam dewa-dewa ini sama dengan satu hari di Neraka Godok ini.
Makhluk-makhluk disana tinggal selama enam belas ribu tahun yang
demikian.
Neraka Panggang91
Neraka ini merupakan bangunan yang besar sekali dengan logam yang
berpijar, dikelilingi oleh enam belas Neraka Samping. Didalamnya, kaki-
tangan Yama melempar makhluk-makhluk yang tak terhitung banyaknya
ini ke tengah gunung yang terdiri dari tumpukan pecahan besi panas
membara yang berpijar seperti batu bara yang sedang menyala. Mereka
menghembus nyala api tersebut dengan embusan yang terbuat dari kulit
harimau dan macan tutul, sampai tubuh korban dan nyala api menjadi
tidak bisa dibedakan. Penderitaan mereka begitu dahsyat. Selain jeritan
tangis yang memilukan, tidak terlihat tanda adanya tubuh nyata. Mereka
terus menerus ingin melarikan diri, namun hal itu tidak pernah terjadi.
Kadang-kadang ada celah kecil di antara api dan mereka pikir mereka bisa
kabur, tetapi pekerja-pekerja memukul mereka dengan tombak, pentung
dan senjata lainnya, dan mereka menjadi sasaran semua penderitaan yang
90
Skt. Paranirmitavaśavartin, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa-dewa di surga ini
menikmati kesenangan yang diciptakan secara ajaib oleh dewa-dewa alam lain.
91
Skt. Pratāpana.
92
Skt. Avīci, juga disebut Neraka. Siksaan Terberat.
79
dialami ketujuh neraka sebelumnya, antara lain misalnya harus menelan
cairan perunggu.
Umur mereka disini adalah satu kalpa menengah penuh. Neraka ini
disebut Neraka Siksaan Terberat sebab tidak ada siksaan yang lebih berat
dari neraka ini. Hanya orang-orang yang melakukan lima kejahatan besar
dengan akibat langsung, dan praktisi Mantrayana yang mencela Guru
Vajra-nya terlahir di neraka ini.
Di sekeliling Neraka Avici, pada keempat arah mata angin, ada selokan
berisikan bara api yang berkobar-kobar, sebuah rawa jenazah yang
membusuk, sebuah dataran senjata tajam mengkilap dan sebuah hutan
dengan daun yang tajam seperti pisau cukur. Di setiap arah utara, selatan,
timur dan barat terdapat neraka-neraka demikian, sehingga semuanya
berjumlah enam belas. Di antara arah tersebut, yaitu di tenggara, barat
daya, barat laut dan barat daya, terdapat sebuah bukit pohon besi salmali.
Ketika mereka lepas dari rawa tersebut, hati mereka tertawan oleh
dataran hijau yang menyenangkan. Namun, ketika mereka sampai ke sana,
mereka mendapatkan senjata-senjata yang tajam mengkilap. Seluruh tanah
terlapis dengan mata pisau tipis dari logam panas membara yang tumbuh
seperti rumput, yang memotong dan menembus kaki kanan dan kaki kiri
mereka begitu mereka melangkah. Luka mereka sembuh begitu kaki
mereka diangkat.
Hutan pedang
Sekali lagi mereka bebas. Mereka gembira melihat hutan yang indah
dan berlarian ke sana. Tetapi ketika mereka sampai ke sana, hutan yang
indah itu ternyata adalah semak belukar dengan pedang, bukannya daun-
daun, yang tumbuh di cabang-cabang pohon logam. Karena mereka
diaduk oleh putaran angin, pedang-pedang tersebut memotong badan
makhluk-makhluk ini menjadi berkeping-keping. Badan mereka bersatu
kembali dan dibelah dengan demikian secara berulang-ulang.
81
Camkan semua rincian kesakitan di delapan neraka panas, enam belas
neraka samping dan bukit pohon besi salmali tersebut. Sambil menyendiri
ke tempat yang tenang, pejamkan mata anda dan bayangkan anda benar-
benar hidup di alam neraka. Ketika anda merasakan begitu banyak
kengerian dan kesakitan, seolah-olah benar-benar anda di sana, bangkitkan
pemikiran demikan dalam hati anda:
“Saya merasakan kengerian dan penderitaan yang begitu dalam ketika
saya membayangkan semua kesakitan tersebut, meski saya tidak benar-
benar berada di sana. Ada tak terhitung banyaknya makhluk yang tinggal
di alam itu sekarang, dan semua mereka itu pernah menjadi orang tua saya
dalam kehidupan yang lampau. Saya tidak tahu apakah orang tua saya,
orang-orang yang saya kasihi dan teman-teman dalam kehidupan sekarang
ini tidak akan terlahir di sana begitu mereka meninggal. Kelahiran ke
alam ini terutama disebabkan oleh perbuatan yang ditimbulkan oleh
kebencian, dan saya sendiri sudah mengumpulkan tak terhitung banyaknya
perbuatan yang demikian dalam kehidupan sekarang ini dan kehidupan
yang lalu. Saya sangat yakin cepat atau lambat saya sendiri akan terlahir
dalam neraka-neraka tersebut.”
“Sekarang saya memiliki kehidupan manusia yang lengkap dengan
kebebasan dan berkah. Saya telah bertemu dengan guru spiritual yang
sejati dan menerima instruksi yang dalam, yang memungkinkan penca-
paian tingkat kebuddhaan. Oleh sebab itu, saya harus berusaha sebisanya
untuk berlatih cara yang dapat menyelamatkan saya dari kelahiran di alam
rendah ini lagi.”
Renungkanlah berulang-ulang tentang penderitaan di alam neraka
seperti ini. Akui kesalahan anda di waktu lalu dengan penyesalan yang
dalam, dan bangkitkan tekad yang tak tergoyahkan, bahwa meski
mengorbankan jiwa anda, anda tidak akan lagi melakukan perbuatan yang
akan membawa anda ke alam neraka. Dengan belas kasih yang dalam
akan makhluk-makhluk yang ada di sana sekarang, doakan agar mereka
segera terbebas dari alam rendah tersebut sekarang ini juga. Jadikan
ajaran itu sebagai latihan, lengkap dengan cara di bagian pendahuluan,
bagian utama dan kesimpulannya.
93
Nama-nama neraka dingin tersebut berturut-turut adalah: Arbuda, Nirarbuda, Aṭaṭa,
Hahava, Huhuva, Utpala, Padma, dan Mahāpadma.
82
Dalam semua neraka ini, lingkungan sekitarnya semuanya terdiri dari
gunung bersalju dan sungai-sungai es, yang selamanya diselimuti dengan
badai salju.
Makhluk-makhluk di sana semuanya telanjang, tersiksa oleh rasa dingin.
Dalam Neraka Lepuh, rasa dingin membuat lepuh timbul ke permukaan
tubuh. Dalam Neraka Letupan Lepuh, lepuh-lepuh akan meletup dan
terbuka. Dalam Neraka Gemeretakan Gigi, rasa dingin yang mengigil tak
tertahankan membuat gigi makhluk disana gemeretak. Dalam Neraka
Ratapan, mereka meratap tak henti-hentinya. Dalam Neraka Rintihan,
suara mereka pecah dan rintihan yang panjang keluar dari bibir mereka.
Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Utpala, kulit mereka menjadi biru
dan pecah menjadi pecahan yang menyerupai bunga berkelopak daun
empat. Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Teratai Merah, daging
merah mentah mereka menjadi kelihatan, dan rasa dingin membuatnya
terpecah menjadi delapan bagian. Terakhir, dalam Neraka Retakan Seperti
Bunga Teratai Besar, daging merah mentah mereka menjadi merah padam
dan terpecah menjadi enam belas, tiga puluh dua, dan kemudian terpecah
dalam pecahan yang tak terhitung banyaknya. Ulat-ulat merasuki pecahan
daging dan melahapnya degan paruh logam mereka. Nama delapan neraka
ini diambil dari penderitaan yang berbeda yang diderita makhluk di
dalamnya.
Untuk menghitung jangka waktu kehidupan di neraka-neraka dingin ini,
bayangkan sebuah wadah yang berisi biji wijen sebanyak dua ratus
takaran Kosala. 94 Lamanya hidup di Neraka Lepuh adalah sama lamanya
untuk mengosongkan wadah tersebut dengan mengeluarkan sebutir biji
wijen setiap seratus tahun.
Untuk neraka-neraka dingin lainnya, rentang hidup dan penderitaan
bertambah dengan kelipatan dua puluh. Jadi, hidup di Neraka Letupan
Lepuh adalah dua puluh kali lebih lama dari Neraka Lepuh, dua puluh kali
lebih lama lagi dari neraka ini di Neraka Gemeretakan Gigi dan begitu
seterusnya.
Renungkan hal itu dengan cara yang sama seperti halnya neraka panas.
Pikirkan betapa tak tertahankan rasa dingin kalau kita berdiri dengan
telanjang menghadapi angin di musim dingin di alam manusia ini, walau
hanya sebentar saja. Bagaimana anda dapat menghadapi penderitaan
tersebut seandainya anda terlahir di alam itu? Akuilah kesalahan anda dan
berjanjilah tidak melakukannya lagi. Kemudian kembangkan belas kasih
94
Suatu takaran zaman dulu yang diberi nama Kosala, sesuai nama suatu kota di India (dekat
kota modern Ayodhya).
83
terhadap makhluk-makhluk yang benar-benar tinggal di alam tersebut.
Berlatihlah seperti semula, dengan mempergunakan cara pada pendahulu-
an, latihan utama dan kesimpulannya.
95
Skt. Pratyeka-naraka, lihat Catatan kaki No. 41.
96
Lingje Repa (1128 – 1188), merealisasi aspek kebenaran realita sesudah berlatih tujuh
tahun tujuh bulan dan tujuh hari. Pendiri Vihara Labuleng (Tibet).
97
Tangtong Gyalpo, salah satu Guru Silsilah Kagyupa.
98
Danau Yamdrok, salah satu dari empat danau yang terkenal di Tibet. Tiga danau lainnya
adalah: Danau Manasarovar (Mapam Yumtso), Namtso, dan Danau Qinghai (Koko Nor
atau Tso Ngonpo).
99
Persembahan dari donatur, termasuk persembahan untuk membantu orang yang meninggal
dunia.
84
telah terlahir di Neraka Tersendiri dalam danau ini, dan ia sangat
menderita”
Mereka ingin melihatnya. Siddha itu mengeringkan danau tersebut
secara gaib dengan seketika. Tampak seekor ikan yang begitu besar
sehingga badannya menjangkau seluruh panjang dan lebar danau tersebut.
Ikan itu menggeliat dalam kesakitan yang amat hebat, karena badannya
penuh dengan makhluk-makhluk kecil yang memakannya hidup-hidup.
Orang-orang yang menyertai Lingje Repa bertanya kepadanya siapakah
sebenarnya orang yang memiliki karma buruk tersebut, dan ia menjawab:
“Itu adalah Tsangla Tanakchen, Lama Kuda Hitam dari Tsang. Ia adalah
seorang Lama yang ucapannya memiliki kekuatan dan berkah yang tinggi.
Hanya sekilas pandangannya saja cukup untuk menyembuhkan orang yang
kerasukan makhluk halus. Oleh karena hal inilah, ia sangat dimuliakan di
empat propinsi U dan Tsang. Tetapi ketika ia melakukan pemindahan
kesadaran pada upacara pemakaman, untuk tiap kata “Phet!” 100 yang
diucapkannya ia meminta bayaran yang banyak dari kuda dan ternak milik
orang yang meninggal tersebut. Sesudah ia meninggal, ia terlahir sebagai
ikan ini.”
2. Preta
Ada dua jenis preta, yaitu preta yang tinggal secara kolektif dan yang
bergerak dalam ruang angkasa.
Preta-preta ini terdiri dari preta yang menderita kegelapan batin luar,
preta yang menderita kegelapan batin dalam dan preta yang menderita
kegelapan batin tertentu.
87
Preta yang menderita kegelapan batin luar
Preta-preta ini disiksa oleh rasa lapar dan haus yang amat hebat. Ber-
abad-abad mereka lewati dengan tanpa mendengar apa pun tentang air.
Terobsesi secara terus menerus akan makanan dan minuman, mereka
mencarinya dengan tak henti-hentinya, namun tidak mendapatkannya
sedikit pun.
Kadang-kadang dari kejauhan mereka melihat ada anak sungai yang
berair bersih dan jernih. Dengan tulang-tulang sendi mereka yang begitu
rapuh untuk menanggung berat perut mereka yang besar, mereka sampai
dengan susah payah dan sama sekali kehabisan tenaga waktu tiba disana –
hanya untuk lebih menderita lagi ketika mereka mendapatkan bahwa air di
sana sudah kering sama sekali. Yang tinggal hanya kerikil saja.
Kadang-kadang mereka melihat kebun buah-buahan di suatu tempat
yang jauh. Seperti semula, mereka mendekat. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan pohon-pohon besar di sana sudah
kering dan layu. Kadang-kadang mereka melihat banyak sekali makanan,
minuman dan barang-barang yang menyenangkan. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan bahwa barang-barang tersebut
dikawal oleh sekumpulan orang bersenjata. Pengawal-pengawal mengusir
dan memukul mereka dengan senjata tersebut, sehingga menyebabkan
kesakitan luar biasa.
Pada musim panas, sinar bulan terasa panas dan membakar; sedangkan
pada musim dingin, bahkan sinar matahari terasa dingin luar biasa.
Perasaan yang demikian sangat menyiksa mereka.
Suatu ketika, Srona berada di alam preta. Ia menjadi terpengaruh oleh
racun keserakahan mereka yang begitu kuat, sehingga ia merasa haus.
Mulutnya menjadi kering. Ia bertemu dengan sebuah benteng besi di
mana pada pintunya berdiri sesosok tubuh yang murung dan mengerikan
dengan mata merah.
“Ada air?” tanya Srona.
Mendengar kata itu, kumpulan preta yang semuanya kelihatan bagaikan
kayu yang hangus datang mengerumuninya dan meminta, “Makhluk yang
agung, berikan kami air!”
“Saya sendiri tidak mendapatkannya,” jawab Srona. “Mestinya kamu
yang kasih saya”
“Apa maksudmu?” jawab mereka. “Kami telah tinggal di tempat ini
dua belas tahun lamanya dan sampai sekarang bahkan kami belum pernah
mendengar ada yang menyebut air.”
88
Preta yang menderita kegelapan batin dalam
Preta-preta ini mempunyai mulut yang tidak lebih besar dari lubang
jarum. Sekalipun jika mereka bisa minum semua air di samudera, namun
ketika air melewati tenggorokan mereka yang sempit bagaikan bulu ekor
kuda, racun mulut mereka telah menguapkan air tersebut. Bahkan
kalaupun mereka dapat menelan sedikit makanan, perut mereka yang
besarnya seperti seluruh negeri tidak pernah akan penuh. Akhirnya,
walaupun jika pernah ada makanan yang masuk ke dalam perut mereka
dan cukup untuk memuaskan mereka, makanan tersebut akan meledak
menjadi api pada malam hari dan membakar paru-paru, hati, dan seluruh
jeroan mereka. Ketika mereka ingin bergerak, dengan susah payah mereka
mengangkat perut mereka yang besar dengan anggota tubuh mereka yang
sehalus rumput. Hal ini menyebabkan penderitaan yang sangat besar bagi
mereka.
89
Ketika wanita itu kembali, ia berseru: “Bukankah sudah saya beritahu
jangan berikan apa pun kepada mereka! Apa kamu pikir kamu lebih belas
kasih dari pada saya?”
“Apa hubungan anda dengan keempat preta ini?” tanya Srona kepada-
nya.
“Ini adalah suami saya sebelumnya, yang itu adalah anak saya, yang
satu lagi adalah menantu perempuan saya, sedangkan yang keempat adalah
pelayan saya.”
“Apakah perbuatan di masa lampau yang membawa kalian ke sini?
“Orang-orang Jambudvipa sangat skeptis,” jawab wanita tersebut.
“Anda tidak akan percaya padaku”.
“Mana mungkin saya tidak percaya kalau saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri?”
Maka wanita itu menuturkan ceritanya kepada Srona. “Saya adalah
seorang brahmana perempuan di sebuah kota. Pada suatu malam sebelum
hari raya, saya menyiapkan makanan yang lezat. Keesokan harinya,
Katyayana yang agung berkeliling untuk pindapatta. Saya yakin padanya,
dan memberikan persembahan makanan. Kemudian saya berpikir
mungkin suami saya akan berbagi pahala dengan saya. “Bergembiralah
bersama saya, karena saya telah memberikan sedekah kepada Katyayana
yang agung, murid Sang Buddha”, kataku kepadanya. Namun ia menjadi
sangat gusar. “Kamu tidak mempersembahkan makanan kepada brahmana,
bahkan juga tidak menunjukkan hormat pada sanak saudara dan teman-
teman. Sekarang kamu berikan bagian terbaik dari makanan itu kepada
bhiksu bertengkorak gundul! Kenapa ia tidak menyumpal mulutnya
dengan dedak saja?”
“Saya membuat pernyataan yang sama kepada anak saya, yang juga
sangat marah. “Kenapa si gundulmu tidak makan gumpalan besi saja?” ia
berseru.
“Malam itu, orang tua saya menitipkan makanan yang lezat kepada
saya lewat menantu perempuan saya, tetapi ia memakannya. Tinggal
sisanya saja buat saja. Ketika saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu
makan bagian yang baik dan menyisakan bagian yang paling buruk buat
saya?” Ia berdusta: “Lebih baik saya makan daging saya sendiri dari pada
memakan makanan yang diperuntukkan buat kamu!”
“Sama halnya, ketika pelayan saya memakan makanan yang mestinya
ia bawa untuk keluarga saya, ia berkata bahwa ia lebih baik ia minum
nanah dan darah dari pada mencuri makanan saya.
90
“Saya sendiri menjadi preta yang memiliki kekuatan karena saya
membuat pengharapan untuk terlahir di mana saya dapat melihat apa yang
terjadi atas perbuatan mereka. Kalau saja saya tidak membuat pengharap-
an demikian, saya pasti sudah terlahir di antara dewa-dewa di Surga Tiga
Puluh Tiga karena telah memberi sedekah kepada makhluk yang agung.
“Jika anda kebetulan ke kota kami, tolong kasih tahu anak perempuan
saya yang menjadi pelacur, bahwa kamu telah melihat orang tuanya dan
kamu telah dipercayakan untuk memberitahu bahwa apa yang dilakukan-
nya akan membawa akibat buruk. Itu adalah cara hidup yang salah dan ia
seharusnya menghentikan cara buruk yang demikian.”
“Jika ia tidak percaya padamu, katakan kepadanya bahwa dalam rumah
tua ayahnya ada empat jambangan tembaga yang berisi emas. Selain itu
ada piring-piring dan kendi emas. Katakan kepadanya supaya ia
mengambilnya dan membuat persembahan kepada Katyayana yang agung
dari waktu ke waktu, dan melimpahkan pahala kepada kami. Hal ini akan
mengurangi karma kami sampai akhirnya habis.”
Suatu ketika, saat Guru Jetari sedang berpergian ke alam preta, seorang
preta wanita yang memiliki tubuh yang menjijikan dan memiliki lima ratus
anak berkata kepadanya: “Suami saya pergi ke Bodh Gaya dua belas
tahun yang lalu untuk mencari makanan. Sampai sekarang ia belum
kembali. Kalau anda ke sana, katakan kepadanya, jika ia tidak segera
pulang, anak-anak akan mati kelaparan semuanya.”
“Bagaimana tampang suami anda?” kata Guru. “Semua preta kelihatan
hampir sama. Bagaimana saya mengenalinya?”
“Anda pasti dapat mengenalinya”, katanya. “Ia memiliki mulut yang
besar, hidung yang pesek, sebelah matanya buta dan semua sembilan tanda
kejelekan ada padanya.”
Ketika Jetari sampai ke Bodh Gaya, ia melihat seorang calon biarawan
melemparkan banyak makanan dan persembahan torma air di luar. Ketika
calon biarawan itu pergi, segerombolan preta berdesak-desakan mempere-
butkan makanan tersebut. Di antaranya adalah preta yang sedang ia cari.
Lalu ia menyampaikan pesan isterinya.
Preta itu menjawab, “Saya telah mengembara selama dua belas tahun,
namun tidak pernah mendapatkan apa-apa – kecuali satu kali, ketika
seorang biarawan yang suci membuang ingusnya. Tetapi saya tidak
mendapat banyak, karena banyak di antara kita berkelahi untuk mendapat-
kannya. Dan selama perkelahian untuk mendapatkan secercah ingus
tersebut, saya terluka parah oleh preta lainnya.”
91
Jadikanlah tanggung jawab anda secara mental terhadap bermacam-
macam siksaan yang menimpa preta di mana pun mereka terlahir, ter-
utama rasa lapar dan haus. Pikirkan bagaimana anda menderita kalau anda
tidak makan atau minum hanya selama satu pagi hari saja. Bagaimana
jadinya perasaan anda kalau terlahir di tempat di mana tidak pernah
mendengar tentang air selama bertahun-tahun?
Renungkan sebab utama terlahir sebagai preta adalah kekikiran dan
menghalangi kemurahan hati orang lain. Kita juga sudah melakukan
perbuatan ini tak terhitung banyak kalinya. Oleh sebab itu kita harus
melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah terlahir di sana.
Renungkan dengan cara demikian dari dalam lubuk hati anda, dengan
menerapkan ketiga metoda pada pendahuluan, bagian inti dan kesimpulan-
nya.
Mereka ini adalah tsen, gyalpo, shindre, jungpo, mamo, theurang101 dan
lain sebagainya, yang semuanya hidup dalam kengerian dan khayalan yang
berkelanjutan. Dengan hanya berniat jahat, mereka selalu berbuat apa pun
yang dapat mendatangkan kesusahan pada orang lain. Bahkan banyak di
antara mereka jatuh ke alam yang lebih rendah lagi atau ke neraka segera
sesudah mereka mati. Khususnya, setiap minggu mereka mengalami lagi
semua kesakitan dari penyebab kematian mereka sebelumnya, apakah itu
adalah mati karena penyakit, karena terbunuh senjata, gantung diri dan
lainnya. Apa yang mereka inginkan hanyalah memindahkan kesakitan
mereka pada makhluk lain, sehingga ke mana pun mereka pergi, mereka
tidak berbuat lain kecuali membuat kesusahan. Namun walaupun
demikian, mereka tetap saja gagal berbuat sesuatu yang menguntungkan
mereka. Meski dengan gembira mereka mengunjungi teman atau kekasih
mereka yang dulu, mereka hanya membawakan mereka penyakit, sakit
jiwa dan penderitaan lain yang tidak disukai.
Preta-preta ini mengalami siksaan terus menerus. Tukang sihir yang
memiliki kekuatan mengubur mereka, membakar mereka dan melakukan
upacara keagamaan di mana mereka memasukkan berbagai senjata
bayangan ke dalam tubuh mereka. Mereka menguncinya ke dalam bumi
dalam kegelapan selama berkalpa-kalpa, membakar mereka dalam api
persembahan, menumbuk mereka bersama dengan biji wijen, bubuk batu
dan sejenisnya untuk upacara pengusiran malapetaka dan makhluk halus.
101
Kelompok setan menurut kepercayaan orang Tibet.
92
Mereka memecah kepalanya dalam ratusan pecahan, dan tubuh mereka
dalam ribuan keping.
Seperti semua preta, preta-preta ini pun memiliki persepsi yang me-
nyimpang. Di musim dingin, matahari terasa dingin buat mereka, sedang
dalam musim panas, bulan terasa membakar. Ada preta yang mengambil
bentuk burung, anjing atau binatang lainnya yang menyeramkan.
Singkatnya, penderitaan yang dialami preta tak dapat dibayangkan.
Berlatihlah seperti semula. Renungkan dengan metoda tersebut pada
latihan pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan, secara mental merasa
bertanggung jawab atas penderitaan makhluk-makhluk ini dan tumbuhkan
kasih sayang dan belas kasih terhadap mereka.
3. Binatang
Samudera yang luas disesaki oleh ikan, ikan paus, kura-kura, kerang-
kerangan, udang dan makhluk lainnya sebanyak butir kecambah gandum
dalam dasar tong untuk meragi bir. Ada ular naga dan binatang raksasa
yang sangat besar, sehingga tubuhnya dapat melingkari Maha Meru
beberapa kali, sedangkan makhluk lain ada yang kecilnya seperti butir
debu atau ujung jarum.
Mereka mengalami penderitaan yang berat. Makhluk yang besar
menelan yang kecil, sedangkan yang kecil menggali liang dalam tubuh
binatang yang besar dan memakannya hidup-hidup. Semua binatang besar
mempunyai binatang kecil yang hidup dalam tubuhnya, yang menjadikan
daging mereka sebagai makanan. Ada juga binatang yang terlahir di
antara pulau-pulau di mana tidak dapat dicapai oleh sinar matahari,
sehingga mereka tidak dapat melihat apakah anggota tubuh mereka
tertekuk atau terjulur. Binatang-binatang bodoh dan bebal, mereka tidak
mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dibuat dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Mereka terlahir di alam yang penderitaannya tak terbatas.
93
Binatang-binatang yang meskipun hidup di alam dewa dan manusia,
mereka menderita terus menerus karena kebodohannya dan diperbudak,
sedangkan naga melewatkan hidupnya dalam kesedihan karena disiksa
oleh garuda dan hujan bara pasir. Binatang-binatang bodoh, agresif dan
berbisa. Binatang-binatang yang tinggal bersama manusia di bumi,
mereka yang tidak dipelihara pada umumnya hidup dalam ketakutan yang
terus menerus. Mereka tidak dapat makan sesuap makanan tanpa rasa
was-was. Mereka memilik banyak musuh yang mematikan, karena semua
binatang saling memangsa satu sama lain. Selain itu, selalu saja ada
pemburu, binatang buas pemangsa dan sejenisnya yang mengancam hidup
mereka. Burung elang membunuh burung kecil, burung kecil membunuh
serangga dan begitu seterusnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa mereka
secara terus menerus menghimpun perbuatan buruk dalam rentetan bunuh
membunuh yang tiada hentinya.
Berpikirlah dengan belas kasih yang dalam pada makhluk yang terlahir
di alam itu. Limpahkan pahala kebajikan yang telah anda kumpulkan
dalam tiga masa. Doakan agar mereka dapat terbebaskan dari alam yang
buruk itu. “Sekarang, karena saya telah bertemu dengan Dharma
Kendaraan Besar dan memiliki kesempatan untuk berlatih jalan yang
membawa manfaat yang benar kepada saya sendiri dan makhluk lainnya,
saya akan berlatih Dharma dengan keteguhan hati, dengan tidak
memperdulikan semua kesulitan, dan membawa semua makhluk di alam
rendah ke alam Buddha.” Sesudah menumbuhkan bodhicitta dengan
pikiran demikian, berdoalah kepada guru dan yidam, minta pertolongan
mereka sambil berpikir, “Semoga guru dan Sang Tri Ratna memberkati
saya agar saya mencapai tujuan ini!” Limpahkan pahala kebajikan kepada
95
semua makhluk, sebagaimana berlatih dengan tiga metoda tertinggi
tersebut.
4. Alam manusia
Sekarang, mungkin ada di antara kita yang berpikir segalanya lagi baik-
baik saja sementara ini, dan kelihatannya kita tidak banyak menderita.
Kenyataannya, kita seluruhnya terbenam dalam sebab penderitaan.
Karena makanan yang kita makan dan pakaian yang kita pakai sekarang
ini juga, rumah kita, perhiasan dan perayaan yang memberikan kesenangan
kepada kita, semuanya dihasilkan oleh perbuatan yang merugikan. Karena
setiap perbuatan yang kita lakukan hanyalah rekaan dari perbuatan negatif,
hal itu hanya akan membawa kita kepada penderitaan. Ambillah sebagai
contoh teh dan tsampa.102
Di tempat teh dibudidaya di Tiongkok, jumlah makhluk kecil yang
terbunuh saat teh ditanam, ketika daun teh dipetik dan seterusnya, tak
mungkin dapat dihitung jumlahnya. Teh itu kemudian diangkut hingga
Dartsedo oleh kuli pikul. Setiap kuli memikul dua belas bungkusan
sebesar enam batu bata, dengan menahan beban itu disekeliling dahi yang
dibalut dengan pembalut yang membuat kulitnya aus. Kendati tulang
tengkoraknya kelihatan dan sudah berwarna putih, ia terus melanjutkan
mengangkutnya. Dari Dotok ke tempat selanjutnya, dzo, yak dan bagal
mengambil alih. Punggung mereka hampir patah, perut mereka penuh
lubang luka, 103 bulu mereka rontok dan kulit mereka menjadi lecet.
Mereka sangat menderita hidup sebagai budak. Membarter teh hanya
melibatkan serangkaian janji yang tak ditepati, penipuan dan percekcokan.
Sampai akhirnya teh berpindah tangan, biasanya dengan imbalan barang
yang dihasilkan binatang, misalnya wol dan kulit anak domba. Wol itu,
sebelum dicukur pada musim panas, banyak sekali kutu dan binatang kecil
lain merayap didalamnya, sebanyak jumlah helaian bulu domba itu sendiri.
Waktu dicukur, kebanyakan serangga itu terpenggal, terpotong jadi dua
102
Tsampa, panggangan dari biji gandum yang digiling halus. Teh dan tsampa adalah dua
makanan pokok di seluruh Tibet.
103
Punggung hampir patah karena menahan beban berat, perut penuh lubang luka karena
gesekan tali yang melilit di perut waktu berjalan.
97
bagian atau isi perutnya berhamburan. Yang tidak terbunuh tetap tinggal
melekat pada bulu domba dan mati lemas. Akan kulit anak domba,
ingatlah bahwa domba yang baru lahir memiliki organ indera secara
lengkap. Mereka dapat merasakan kesenangan dan kesakitan. Baru saja
mereka menikmati saat-saat awal dalam hidupnya dengan kesehatan yang
sempurna, mereka dibunuh. Mungkin saja mereka hanyalah binatang-
binatang yang bodoh, namun bagaimanapun juga mereka tidak ingin mati.
Mereka mencintai kehidupan dan menderita saat mereka dibunuh.
Sedangkan biri-biri betina yang anaknya dibunuh, mereka adalah contoh
hidup-hidup dari kesedihan seorang ibu yang kehilangan anak tunggalnya.
Oleh sebab itu, jika kita memikirkan produksi dan penjualan produk
seperti ini, kita dapat mengerti, dengan barang yang diperjual-belikan
seperti ini, bahkan satu sesapan teh saja cukup memberikan kontribusi ke
kelahiran ke alam rendah.
Sekarang kita lihat tsampa. Sebelum benih gandum ditaburkan, tanah
harus dibajak dulu, yang memaksa semua cacing dan serangga yang hidup
di bawah tanah muncul ke permukaan tanah, dan mengubur semua yang
hidup di permukaan tanah ke dalam tanah. Ke mana saja kerbau yang
menarik bajak itu melangkah, ia selalu diikuti oleh burung gagak dan
burung kecil lainnya yang tak henti-hentinya memakan semua makhluk-
makhluk kecil tersebut. Ketika lapangan itu diairi, semua binatang yang
hidup di air terdampar ke darat, sedangkan semua binatang yang hidup di
tanah kering sekarang menjadi tenggelam. Sama halnya pada setiap tahap
menanam bibit, pada saat memanen dan mengirik gandum, jumlah
binatang yang terbunuh tak terhitung jumlahnya. Jika anda memikirkan
hal tersebut, memakan tsampa hampir sama seolah-olah memakan bubuk
serangga.
Dengan cara yang sama, mentega, susu dan makanan lainnya, “tiga
macam makanan putih” dan “tiga macam makanan manis” 104 yang kita
anggap murni dan tak ternoda oleh perbuatan yang merugikan, tidaklah
sama sekali demikian. Kebanyakan anak yak, anak sapi dan anak domba
dibunuh. Yang tidak terbunuh, segera sesudah mereka lahir bahkan
sebelum mereka sempat menetek susu ibunya yang manis, sudah dikalungi
tali di lehernya dan ditambat di pancangan waktu berhenti sesaat
melepaskan lelah di jalan, dan diikat satu sama lainnya dalam perjalanan,
sehingga setiap suap susu – yang mana merupakan makanan dan minuman
yang menjadi hak mereka – dicuri untuk membuat mentega dan susu.
104
Tiga macam makanan putih: susu, keju dan mentega; tiga macam makanan manis: gula
batu, molase dan madu.
98
Dengan mengambil sari dari tubuh ibunya, yang mana merupakan barang
yang sangat vital bagi anaknya, kita membiarkan mereka di tengah hidup
dan mati. Ketika musim semi tiba, ibu-ibu binatang tersebut begitu lemah
karena setiap hari susunya yang merupakan sari energinya diperah,
sehingga mereka tidak dapat bangkit dari kandangnya. Kebanyakan sapi
dan biri-biri mati kelaparan. Yang beruntung masih hidup, berada dalam
keadaan lemah dan tinggal tulang belulang, berjalan sempoyongan dan
hampir mati.
Semua faktor yang kita lihat yang seolah-olah merupakan kebahagiaan,
makanan untuk dimakan, pakaian untuk dipakai, dan apa pun barang yang
dapat kita pikirkan, – juga dihasilkan melalui perbuatan negatif semata.
Hasil akhir dari barang-barang ini hanyalah siksaan yang tak terhingga di
alam rendah. Oleh sebab itu, semua barang yang kelihatannya mewakili
kebahagiaan sekarang ini, kenyataannya adalah penderitaan segala sesuatu
yang tergabung.
Penderitaan kelahiran
Satu, anda berusaha berdiri seperti menarik sebuah pasak dari tanah;
Dua, anda merangkak seolah-olah sedang mengintai burung;
Tiga, anda duduk seperti sebuah karung yang dijatuhkan.
Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek,
Anda adalah wanita sedih dengan badan khayal yang merosot.
101
Kamu seperti seorang yogi yang telah cerah yang diinjak-injak orang
dan anjing.
Pada usia tua, ketika kita ingin berdiri, kita tidak dapat melakukannya
seperti biasa dengan gerakan sekali jadi. Kita harus meletakkan kedua
lengan kita di lantai, seperti kita berusaha menarik sebuah pasak dari
dalam tanah keras. Ketika kita berjalan, kita membungkukkan pinggang
dan tidak dapat menegakkan kepala kita. Dan karena tidak dapat
mengangkat kaki dan melangkah dengan cepat, kita bergerak dengan pelan
dan hati-hati seperti seorang anak kecil yang sedang mengintai burung.
Semua persendian kaki dan tangan kita begitu sakit seperti kena encok,
sehingga kita tidak dapat duduk dengan perlahan. Sebagai gantinya, kita
membiarkan seluruh berat badan kita jatuh serta merta, seperti karung goni
yang tali pengikatnya putus.
Ketika daging kita menyusut, kulit kita menjadi kendor. Badan dan
muka kita penuh dengan keriput. Karena kurang daging dan darah di
antaranya, persendian menjadi lebih menonjol. Tulang pipi kita dan
semua tonjolan tulang mencolok dari kulit. Ingatan kita menurun, dan kita
menjadi bodoh, tuli dan pikun. Kita tidak dapat berpikir dengan jernih dan
kita merasa pusing. Dengan menurunnya kekuatan tubuh, tiada alasan
bagi kita untuk membuat penampilan kita lebih baik, sehingga pakaian
yang kita kenakan selalu terasa berat dan buruk. Kita makan makanan sisa
dan tidak punya selera. Semua makanan yang kita makan menjadi hambar
dan dingin. Kita merasa sangat berat, sehingga susah untuk melakukan
sesuatu. Meski ada tiang penyangga pada keempat sisi, namun kita tetap
merasa sulit untuk bangun dari tempat tidur dan tidak dapat berdiri. Pada
saat itu, kemerosotan fisik kita telah membawa kita pada depresi dan
penderitaan mental yang hebat. Semua pesona kecantikan dan cahaya
muka kita sudah pudar, kulit kita penuh dengan keriput, dan dahi kita
tergores dengan kerutan jelek akibat hal-hal yang tidak menyenangkan,
sehingga wajah kita seperti orang yang sedang marah. Semua orang
mencemooh kita. Sekalipun orang-orang menginjakkan kaki mereka ke
kepala kita, kita tidak dapat berdiri. Kita sudah tidak dapat bereaksi. Kita
seperti seorang yogi yang telah mencapai pencerahan di mana bersih dan
kotor sudah tidak ada bedanya. Kita ingin mati saja karena tidak sanggup
menahan penderitaan hari tua, namun semakin kita dekat pada kematian,
semakin kita merasa ngeri.
Semua ini membuat penderitaan yang harus kita alami di waktu tua
tidak banyak berbeda dengan siksaan makhluk di alam rendah.
102
Penderitaan karena sakit
Ketika keempat unsur yang membangun tubuh kita menjadi tidak seim-
bang, semua penyakit – pernafasan, empedu, kelenjar lendir, dan lainnya –
mulai muncul, dan perasaan sakit dan penderitaan merundung kita.
Begitu rasa sakit menusuk – biar seberapa muda badan dan pikiran kita,
biar seberapa kuat dan baiknya kesehatan kita, biar seberapa baiknya kita
dalam kondisi terbaik kita – kita roboh seperti seekor burung yang
tertimpuk batu. Kekuatan kita menguap. Kita tenggelam dalam alas tidur,
dan setiap gerakan, walau enteng sekalipun, sangat sulit dilakukan.
Bahkan untuk menjawab ketika seseorang bertanya apa yang terjadi
dengan kita dibutuhkan usaha yang keras. Suara kita seolah-olah berasal
dari bagian yang sangat dalam dan sulit untuk dikeluarkan. Kita mencoba
berbaring dengan sebelah kanan badan kita, lalu yang sebelah kiri,
berbaring telentang atau telungkup. Tetapi kita tetap saja tidak merasa
enak. Kita kehilangan nafsu makan dan minum, dan tidak dapat tidur pada
malam hari. Pada siang hari, rasanya hari tidak akan berakhir, dan malam
hari seolah-olah panjangnya tak berakhir. Kita harus menelan obat-obatan
yang pahit, pedas atau asam, disuntik, didesinfeksi dan segala macam
perlakuan yang tidak menyenangkan. Pikiran bahwa penyakit ini mungkin
tiba-tiba berakhir dengan kematian membuat kita takut. Di bawah
pengaruh penyakit dan kurang sempurnanya kesehatan kita, kita mungkin
akan kehilangan kendali terhadap tubuh dan pikiran kita. Dan pada
puncak persepsi kita yang keliru, kita mulai mengkhayal. Kadang-kadang
orang sakit malah bunuh diri. Mereka yang menderita penyakit kusta dan
stroke dijauhi oeh semua orang dan ditinggalkan merenungi nasibnya
sendiri. Mereka masih hidup, namun seolah-olah sudah mati.
Orang sakit biasanya tidak dapat menjaga dirinya. Sakitnya mem-
buatnya cepat marah, dan mereka selalu saja mencela apa yang dilakukan
orang terhadapnya. Mereka menjadi semakin cerewet dan selalu mencela.
Sewaktu sakitnya berlarut-larut, orang-orang mulai cape dan tidak
melakukan lagi apa yang mereka minta. Kesusahan yang disebabkan oleh
penyakit menyiksa mereka terus menerus.
104
Saat anda dalam kandungan ibu anda, alihkan pikiran anda pada
Dharma;
Segera sesudah anda lahir, ingatlah Dharma tentang kematian.
105
Namun seberapa pun yang anda miliki, kelihatannya tidak pernah
cukup.
Pada pertengahan, kekikiran mengencangkan simpulnya pada anda;
Anda tidak bersedia memberikannya untuk persembahan atau untuk
amal.
Kekayaan anda menarik musuh dan kekuatan negatif,
Dan apa yang anda kumpulkan terpakai oleh orang lain.
Akhirnya, kekayaan adalah iblis yang menempatkan hidup anda
dalam bahaya.
Betapa kecewanya memperoleh kekayaan hanya untuk musuh-
musuh anda!
Saya telah melepaskan beban berat yang menyeret kita ke dalam
samsara.
Saya tidak lagi menginginkan pikatan iblis ini.
Kita yang hidup di alam samsara ini merasakan kemelekatan pada me-
reka di mana kita menaruh simpati dan permusuhan. Demi sanak saudara,
pengikut, teman sebangsa, teman-teman dan kekasih kita, kita bersedia
mengalami segala macam penderitaan. Tiada satu pun dari mereka di
mana kita mempunyai ikatan kekeluargaan atau persahabatan akan hidup
selamanya, dan cepat atau lambat kita dipaksa untuk berpisah dengan
106
mereka. Mereka meninggal, atau mereka mengembara ke negeri lain, atau
mereka diancam musuh dan bahaya lainnya – dan penderitaan yang
mereka alami mempengaruhi kita lebih dalam dibanding penderitaan kita
sendiri. Terutama orang tua menaruh perhatian yang besar terhadap anak-
anak mereka, dan terus menerus kuatir mereka akan kedinginan, kelaparan
atau haus, atau mungkin mereka sakit atau meninggal. Sesungguhnya,
mereka mencintai anak-anaknya sampai-sampai mereka rela mati dari pada
membiarkan anak-anaknya menderita. Dan demi mereka, mereka mende-
rita kesedihan yang dalam.
Namun, meski kita begitu menderita dari rasa takut akan berpisah
dengan teman dan sanak saudara yang kita cintai, kita sebaiknya berpikir
tentang itu dengan baik-baik. Apakah kita yakin orang yang kita kasihi itu
benar-benar begitu manis seperti yang kita pikirkan? Misalnya, orangtua
menyatakan bahwa mereka mencintai anak-anaknya, namun cara mereka
mencintai adalah salah dan mempunyai akibat yang akhirnya merugikan.
Dengan mencoba memberikan kekayaan kepada anak-anaknya dan
menyuruh mereka berkeluarga, mereka mengencangkan jerat samsara
kepada mereka. Orangtua mengajar anak-anaknya apa yang perlu mereka
tahu untuk mengatasi musuh-musuh, bagaimana menjaga teman-teman,
bagaimana menjadi kaya, dan segala macam perbuatan yang merugikan
yang akan memastikan mereka tidak dapat melarikan diri dari perangkap
alam rendah. Kenyataannya, tiada perbuatan lain yang lebih merugikan
mereka dari pada perbuatan demikian.
Sedangkan anak-anak, baik laki-laki ataupun perempuan, pada awalnya
mereka menyedot sari tubuh orangtuanya, pada pertengahan mereka
mengambil makanan dari mulut orangtuanya, dan akhirnya mereka
mengambil kekayaan dari tangan orangtuanya. Sebagai ganti kasih sayang
orangtua kepada mereka, mereka malah berontak kepadanya.
Kepada anak-anaknya, orangtua memberikan semua kekayaan yang
mereka kumpulkan sepanjang hidupnya dengan tanpa memperhitungkan
biaya dan semua perbuatan negatif, penderitaan dan celaan yang harus
mereka alami – namun anak-anak sedikit pun tidak merasa berterima kasih.
Kendati mereka berikan lima puluh mata uang perak India, anak-anak
tidak lebih berterima kasih dari pada orang-orang biasa yang diberikan
secangkir teh. Pada pikiran anak-anak, apa yang dimiliki orangtua mereka,
otomatis adalah milik mereka.
Dan ia melanjutkan:
Akhirnya:
Tiada satu pun di antara kita di dunia ini yang tidak menginginkan
kebahagiaan dan merasa enak, namun sekalipun begitu, tidak ada satu pun
di antara kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Contohnya, suatu
keluarga mencoba membuat mereka merasa nyaman dengan membangun
sebuah rumah, namun rumah itu roboh dan mereka terbunuh. Seseorang
makan untuk menghilangkan rasa laparnya, namun makanan itu membuat-
nya sakit dan membahayakan jiwanya. Tentara pergi ke medan perang
dengan berharap untuk mendapatkan kemenangan, namun mereka segera
terbunuh. Suatu kelompok pedagang pergi pada ekspedisi perdagangan
109
dengan harapan besar untuk memperoleh keuntungan, namun mereka
diserang dan akhirnya menjadi pengemis. Berapa pun banyaknya usaha
dan tenaga yang kita curahkan dengan harapan menjadi bahagia dan kaya
di dalam hidup ini, kecuali perbuatan kita di masa lalu telah menciptakan
potensi untuk itu, kita bahkan tidak akan dapat memuaskan lapar yang kita
rasakan sekarang ini. Segala yang kita kerjakan adalah membuat kesusah-
an pada kita sendiri dan orang lain. Satu-satunya hasil yang pasti kita
dapatkan adalah tidak terlepasnya dari kedalaman alam rendah. Itulah
sebabnya ada pepatah yang mengatakan: “Pahala sekecil percikan bunga
api lebih berharga dari pada usaha sebesar gunung.”
Apa gunanya kegiatan samsara yang tidak pernah berkesudahan?
Semua usaha yang kita lakukan sejak waktu yang tak berawal dalam alam
samsara untuk memdapatkan apa yang kita inginkan tidak membawa
sesuatu pun kepada kita kecuali penderitaan. Pada waktu lampau, kalau
saja kita menggunakan usaha yang kita curahkan pada tujuan duniawi
dalam satu kehidupan saja dan sebagai gantinya kita curahkan untuk
Dharma, kita sekarang sudah menjadi Buddha. Kalaupun tidak demikian,
sedikitnya kita pasti tidak akan menjadi sasaran penderitaan di alam
rendah.
Kita semestinya merenung demikian: karena kita sekarang telah
mengetahui perbedaan antara apa yang harus kita perbuat dan yang tidak
boleh kita lakukan, marilah kita berhenti meletakkan harapan besar dalam
kegiatan samsara yang tidak pernah akan berhasil – dan sebagai gantinya
melatih Dharma yang benar, di mana pencapaiannya merupakan kepastian.
Tiada seorang pun diantara kita di dunia ini yang menginginkan pende-
ritaan yang diuraikan disini, namun hal itu justru yang kita alami
sepanjang waktu, terserah kita mau atau tidak. Contohnya, ada orang-
orang yang karena perbuatan di masa lalu menjadi rakyat dari penguasa
tertentu atau budak orang kaya. Berlawanan dengan kemauan mereka,
mereka dijadikan bawahan, tanpa ada waktu bebas sebentar pun. Mereka
mungkin akan dihukum karena kesalahan mereka yang kecil, namun tidak
ada yang dapat mereka lakukan untuk menghindarinya. Meski mereka
dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati, mereka akan mengetahui
tidak ada gunanya berusaha untuk melarikan diri.
Kita selalu mengalami apa yang tidak kita inginkan. Sebagaimana
Longchenpa Yang Mahatahu berkata:
110
Anda ingin tinggal bersama keluarga dan kekasih anda
Selamanya, namun anda pasti meninggalkan mereka;
Anda ingin menjaga rumah anda yang indah
Selamanya, namun anda pasti akan meninggalkannya;
Anda ingin menikmati kebahagiaan, kekayaan dan kenyamanan
Selamanya, namun anda pasti kehilangan mereka;
Anda ingin menjaga kehidupan manusia yang baik sekali ini dengan
kebebasan dan berkahnya
Selamanya, namun anda pasti akan mati;
Anda ingin mempelajari Dharma dengan guru anda yang hebat
Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya;
Anda ingin bersama teman spiritual anda yang baik
Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya.
Manusia yang hidup dalam masa kemerosotan 106 di empat benua ini,
terutama di Jambudvipa, bahkan kesempatan terkecil untuk mendapatkan
kebahagiaannya sudah tidak ada. Hidup mereka penuh dengan penderita-
an. Sekarang ini kemerosotan berjalan lebih cepat setiap tahun, setiap
bulan dan setiap hari, setiap waktu makan, setiap pagi dan setiap malam.
Kalpa ini berjalan dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Ajaran Buddha
dan kebahagiaan makhluk hidup semakin menghilang. Pikirkanlah semua
hal ini dan kembangkanlah rasa kekecewaan.
5. Asura
6. Dewa
107
Di sebelah selatan istana tempat tinggal Dewa Indra terdapat suatu taman yang terhias
dengan pepohonan dan kolam. Dewa-dewa yang memasukinya akan menjadi agresif.
108
Danau-danau di antara Tujuh Jajaran Pengunungan Emas yang mengelilingi Maha Meru
tempat raja-raja naga bercengkerama.
114
pernah muncul pada mereka. Umur mereka bisa mencapai beberapa kalpa.
Namun dalam perasaan mereka, waktu sepanjang itu hanya berlangsung
sebentar saja. Sesudah menyia-nyiakan seluruh kehidupan mereka dalam
kekalutan, tiba-tiba mereka dihadapkan pada kematian. Semua dewa di
enam surga alam kamadhatu, dari Surga Empat Maharaja sampai pada
Surga yang disebut Surga Penikmatan Ciptaan Dari Yang Lain harus
mengalami penderitaan kematian dan perpindahan.
Ada lima tanda yang mengisyaratkan kematian seorang dewa.
Kecemerlangan yang menjadi pembawaan badannya, yang biasanya dapat
terlihat sejauh satu yojana atau satu jarak pendengaran, mulai menjadi
suram. Singgasananya, yang mulanya ia tak pernah merasa jemu duduk
di atasnya, kini sudah tidak menyenangkan hatinya. Ia merasa sangat tidak
nyaman dan tidak tenang. Kalung bunganya, yang dulunya tidak pernah
layu biar berapa pun waktu berlalu, kini menjadi layu. Pakaiannya yang
selalu bersih dan segar selama apa pun ia memakainya, kini kusam, dekil
dan mulai berbau. Badannya yang tak pernah berkeringat, kini mulai
berkeringat. Ketika kelima tanda mendekati kematian ini muncul, dewa
tersebut tersiksa oleh pengetahuan bahwa ia akan segera meninggal.
Teman-teman surgawi dan kekasihnya juga mengetahui apa yang sedang
terjadi padanya. Mereka tidak menghampirinya lagi, tetapi melemparkan
bunga dari kejauhan dan memberikan ucapan mereka sambil berkata
“Kalau anda meninggal dan berlalu dari sini, semoga anda terlahirkan di
alam manusia. Semoga anda melakukan perbuatan baik dan sesudah itu
terlahir lagi di alam dewa.” Dengan begitu mereka meninggalkannya.
Sunyi sepi sendiri, dewa yang akan meninggal itu dilanda kesedihan.
Dengan mata surgawinya ia melihat di mana ia akan terlahirkan. Jika itu
adalah alam penderitaan, siksaan kejatuhan merundungnya bahkan
sebelum siksaan kematiannya berakhir. Penderitaan yang dalam ini
menjadi dua tiga kali lipat, ia putus asa dan ia dipaksa melewati tujuh hari
alam dewa dengan meratap. Tujuh hari di alam dewa Surga Tiga Puluh
Tiga sama dengan tujuh ratus tahun di alam manusia. Selama waktu itu, ia
mengingat semua kesenangan dan kebahagiaan yang telah ia nikmati dan
sadar bahwa ia tidak kuasa lagi untuk bertahan di sana. Ia juga mengalami
penderitaan kejatuhannya yang sesungguhnya sesudah tersiksa oleh
penglihatan akan tempat kelahirannya yang akan datang. Penderitaan
batin dari penderitaan ganda ini lebih buruk dari penderitaan di alam
neraka.
115
Di dua alam surga di atasnya, 109 tidak ada penderitaan kematian dan
kelahiran kembali. Tetapi, ketika akibat perbuatan yang membawa mereka
ke sana sudah habis terpakai, dewa-dewa di sana jatuh ke alam rendah
seolah-olah mereka terbangun dari tidurnya. Seperti inilah penderitaan
mereka. Sebagaimana yang dikatakan Nagarjuna:
Oleh sebab itu, di mana pun kita terlahir di enam alam ini, semua hal
memiliki sifat penderitaan. Segala sesuatu melipat-gandakan penderitaan.
Segala sesuatu merupakan mesin penderitaan – tidak ada hal lain selain
penderitaan. Hal itu sama seperti lubang api, pulau raksasa pemakan
manusia, ombak samudera, ujung pisau atau pelimbahan. Tiada sedetik
pun dapat ditemukan kedamaian. Menurut Sutra Dharma Agung dari
Ingatan yang Jelas:110
Semakin anda merenung pada uraian bagian ini dan bagian lain yang
serupa, semakin anda sadar bahwa di alam mana pun anda terlahir, mulai
dari makhluk yang tertinggi di Surga Naiva-saṃjñin-nāsaṃjñin111 sampai
yang paling rendah di alam neraka, bahkan tiada sedikit pun selingan
kenyamanan atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Sungguh sedikit pun
tidak ada artinya. Pikirkanlah tentang samsara dan penderitaan sampai
anda sama sekali tidak punya keinginan padanya, seperti seseorang yang
menderita gangguan liver disuguhi makanan yang berlemak.
112
Diagram ini biasanya dapat dilihat pada pintu masuk vihara.
113
Mengacu pada penolakan delapan dharma duniawi dan hanya mencari pembebasan.
114
Vihara Radreng, vihara pertama Kadampa, didirikan oleh Geshe Tönpa .
115
Geshe Tönpa, salah seorang murid utama Atisa.
119
Bhiksu itu berpikir, “Mungkin lebih banyak pahala membaca sutra
Mahayana dari pada berpradaksina.” Lalu ia mengambil sutra dan
membaca di balkon perpustakaan vihara.
Tidak lama kemudian, Geshe Tönpa berkata kepadanya, “Membaca
ajaran memang suatu perbuatan yang baik, tetapi bukankah lebih baik
melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu berpikir lagi. “Ini mesti berarti lebih baik bermeditasi dari
pada membaca sutra”. Lalu ia menunda bacaannya dan mulai menghabis-
kan waktunya pada ranjangnya, duduk dengan mata setengah tertutup.
Sekali lagi Tönpa berkata kepadanya, “Sangatlah baik juga bermeditasi,
tetapi apakah tidak lebih baik kalau melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu sangat kebingungan dan putus asa, ia berteriak, “Geshe yang
terhormat, jadi apa yang harus saya lakukan untuk berlatih Dharma?”
“Bhiksu yang terhormat,” jawab Geshe, “tinggalkan kehidupan duniawi!
Tinggalkan kehidupan duniawi!”
Semua tanggung jawab keseharian kita mencegah kita sekarang dan
pada masa depan untuk membebaskan diri dari penderitaan samsara.
Hanyalah seorang guru yang sejati yang dapat memberi kita nasihat yang
benar, yang memungkinkan kita untuk memutuskan ikatan dalam
kehidupan ini dan mencapai pencerahan pada kehidupan selanjutnya.
Tinggalkanlah semua keasyikan hidup ini – orangtua, sanak saudara dan
teman, rekan dan kekasih, makanan, kekayaan dan harta benda.
Tinggalkan ambisi duniawi anda seperti anda membuang ludah, dan
merasa puas dengan makanan dan pakaian seadanya. Baktikan diri anda
seluruhnya pada Dharma. Padampa Sangye berkata:
120
Duri persepsi khayalan merobek pikiran. Alami mereka sebagai
sifat dasar yang sama;
Nafsu dan keinginan semua datang dari diri anda. Jagalah baik-baik
pikiran anda;
Permata yang paling berharga ada dalam diri anda. Janganlah men-
dambakan makanan dan kekayaan;
Banyak bicara malah membawa pertengkaran. Berbuatlah seolah-
olah anda bisu;
Pikiran mempunyai kemampuannya sendiri. Janganlah hanya
mengikuti perintah perut anda;
Berkah timbul dari dalam pikiran. Berdoalah kepada guru dan
yidam anda;
Jika anda tinggal di suatu tempat terlalu lama, bahkan anda akan
mendapatkan kesalahan Buddha. Janganlah tinggal di suatu
tempat untuk selamanya;
Anda seharusnya bertindak dengan rendah hati. Tinggalkan kesom-
bongan kedudukan anda;
Anda tidak akan di sini selamanya. Berlatihlah selagi anda bisa;
Anda seperti pelancong dalam hidup ini. Janganlah bangun rumah
di mana anda hanya beristirahat sebentar saja;
Semua perbuatan tidak ada gunanya. Baktikan dirimu pada latihan;
Anda tidak pernah akan tahu kapan tubuh anda menjadi makanan
ulat atau hilang begitu saja. Janganlah sia-siakan hidup anda;
Teman dan sanak saudara adalah seperti burung di cabang pohon.
Janganlah melekat pada mereka;
Keyakinan yang teguh adalah ladang yang baik. Jangan taruh dalam
debu emosi negatif;
Tubuh manusia ini seperti permata pengabul harapan yang berharga.
Janganlah serahkan kepada kebencian, pada musuh anda;
Samaya adalah seperti menara pengawas. Janganlah dirusak dengan
kesalahan;
Ketika Guru Vajra masih bersama anda, janganlah biarkan Dharma
hanyut dalam kemalasan.
121
tersebut sampai anda yakin sedalam-dalamnya bahwa samsara penuh
dengan penderitaan.
Tanda bahwa renungan tersebut benar-benar mengakar dalam dirimu
adalah merasa seperti Geshe Langri Thangpa. 116 Pada suatu hari, pem-
bantu dekatnya berkata kepadanya, “Orang lain memanggilmu Langri
Thangpa Bermuka Muram”
“Bagaimana muka saya bisa riang dan gembira jika saya berpikir
tentang semua penderitaan di tiga alam samsara ini?” jawab Geshe.
Kata orang Langri Thangpa hanya pernah tersenyum sekali. Ia melihat
seekor tikus mencoba memindahkan pirus yang ada di mandala-nya.
Tetapi tikus itu tidak dapat mengangkat permata itu sendiri, maka ia
berbunyi, “Tsik! Tsik!” dan datanglah seekor tikus lain menemaninya.
Tikus yang satu mendorong pirus sedangkan tikus lainnya menariknya.
Hal itu membuat Langri Thangpa tersenyum.
Renungan tentang penderitaan di alam samsara ini adalah dasar dan
pendukung semua kualitas baik dari latihan. Ia memberi anda inspirasi
untuk memulai berlatih Dharma. Ia memberi keyakinan kepada anda
tentang prinsip sebab dan akibat semua perbuatan anda. Ia membuat anda
meninggalkan cita-cita anda dalam kehidupan ini. Dan ia membuat anda
merasa belas kasih kepada semua makhluk.
Buddha sendiri menunjukkan betapa pentingnya untuk mengenal pen-
deritaan. Beliau melakukan tiga kali pemutaran roda Dharma. Pada
pemutaran roda Dharma yang pertama, beliau berkata: “Bhiksu, hidup
adalah penderitaan.”
Renungkanlah hal ini sampai ia menjadi bagian dari anda.
116
Langri Thangpa (1054-1123), salah satu di antara enam murid utama Atisa, juga adalah
satu dari dua murid utama Geshe Potowa.
122
BAB 4
Materi ini dijelaskan dalam tiga topik: perbuatan negatif yang harus
dihindari; perbuatan positif yang harus dijalankan, dan penentu semua
kualitas perbuatan.
123
perbuatan positif dan negatif, mencoba untuk menghindari perbuatan yang
salah dan menjalankan perbuatan yang baik.
1.1 Membunuh
124
buruk dari penyembelihan itu jatuh kepada sang donatur dan tamunya
tanpa perbedaan.
Ketika orang penting dan pejabat berpergian, ke mana pun mereka
pergi, tak terhitung banyaknya binatang yang dibunuh untuk pesta dan
perjamuan. Orang kaya biasanya membunuh binatang dalam jumlah yang
tak terhitung banyaknya. Dari ternak-ternak mereka, selain yang keting-
galan di sana-sini, mereka tidak memperbolehkan satu pun di antara ternak
itu yang mati secara alami. Satu per satu dibunuh begitu mereka menjadi
dewasa. Lebih-lebih lagi, pada musim panas, waktu merumput, sapi dan
biri-biri tersebut membunuh serangga, lalat, dan semut. Bahkan ikan dan
katak kecil ditelan bersama rumput, atau menjadi remuk di bawah kuku,
atau tertimbun kotoran mereka. Akibat karma buruk yang timbul karena
perbuatan-perbuatan ini juga akan menjadi milik yang empunya binatang
tersebut. Dibandingkan dengan kuda, sapi dan ternak lainnya, biri-biri
adalah sumber kejahatan yang utama. Ketika mereka merumput, mereka
makan semua binatang kecil – katak, ular kecil, anak burung dan lain-
lainnya. Pada musim panas waktu pencukuran bulu, ratusan ribu serangga
yang terbawa oleh setiap biri-biri dalam bulunya mati semua. Pada musim
dingin saat melahirkan anak domba, tidak lebih dari setengah dari domba
itu dipelihara. Sisanya dibunuh waktu mereka lahir. Ibu domba diguna-
kan untuk diambil susunya dan untuk menghasilkan anak domba sampai
mereka menjadi tua dan kehabisan tenaga. Pada saat itu mereka lalu
dipotong untuk diambil daging dan kulitnya. Tidak ada seekor domba
jantan yang mencapai umur tiga tahun atau dewasa tanpa langsung
dibunuh. Kalau domba-domba itu berkutu, jutaan kutu akan terbunuh
pada waktu yang sama. Setiap orang yang memiliki sekumpulan seratus
atau lebih domba, sangat diyakini akan terlahir sedikitnya satu kali di
neraka.
Perempuan juga begitu. Untuk setiap perkawinan, tak terhitung
banyaknya domba yang disembelih waktu pengiriman mas kawin dan
untuk memperkenalkan pengantin perempuan kepada mertuanya. Sesudah
itu, setiap kali pengantin perempuan muda pulang atau mengunjungi
keluarganya sendiri, pasti ada binatang lain yang disembelih. Kalau
teman-teman atau sanak saudara mengundangnya dan menghidangkan
sesuatu makanan, tetapi tanpa daging, maka ia berpura-pura tiba-tiba tidak
punya nafsu makan. Ia makan dengan sikap memandang rendah seperti
seseorang yang hidupnya penuh kemewahan, seolah-olah ia sudah lupa
bagaimana mengunyah makanan. Tetapi coba sembelih seekor domba
gemuk dan taruh setumpuk daging dada dan babat di depannya, maka
125
monster kecil bermuka merah itu akan duduk dengan sikap tukang besi,118
mengeluarkan pisau kecilnya, dan melahap semuanya dengan banyak
suara kecapan mulutnya. Hari berikutnya ia berangkat dengan dimuati
jeroan dan daging berdarah, seperti seorang pemburu pulang ke rumah.
Namun, lebih celaka dibanding pemburu, ia tidak pernah pulang dengan
tangan kosong setiap kali berpergian.
Juga anak-anak menyebabkan kematian binatang yang tak terhitung
jumlahnya ketika mereka bermain tanpa mereka sadar akan hal itu.
Contohnya, pada musim panas mereka membunuh banyak serangga hanya
dengan memukul-mukul tanah dengan tongkat sihir atau cambuk kulit
ketika mereka berjalan-jalan.
Oleh sebab itu, kita semua manusia, kenyataannya menghabiskan
seluruh waktu kita untuk membunuh, seperti raksasa pemakan manusia.
Sungguh, kalau kita pikir bagaimana kita menyembelih ternak kita untuk
menikmati daging dan darahnya, saat mereka telah mengorbankan seluruh
hidupnya melayani kita dengan memberi makan kepada kita dengan
susunya, seolah-olah mereka seperti ibu kita, maka kita lebih jahat diban-
ding raksasa pemakan manusia.
127
Mengambil sesuatu yang tidak diberikan ada tiga jenis: mengambil
dengan paksa, mengambil dengan sembunyi-sembunyi dan mengambil
dengan menipu.
Mengambil dengan paksa. Juga disebut mengambil dengan menga-
lahkan. Contohnya seorang raja yang bukannya berdasarkan pajak resmi,
tetapi merampas atas harta dan milik seseorang dengan tidak sesuai hukum
yang berlaku, atau secara kekerasan dengan pasukan tentara.
Mengambil dengan sembunyi-sembunyi. Ini berarti mengambil ke-
punyaan orang lain dengan diam-diam, misalnya seorang pencuri, tanpa
diketahui oleh yang empunya.
Mengambil dengan tipu daya. Yaitu mengambil barang-barang orang
lain, misalnya dalam transaksi bisnis, dengan berbohong kepada pihak lain,
dengan memakai anak timbangan dan alat ukur yang palsu atau alasan-
alasan yang dibuat-buat lainnya.
Sekarang ini, umumnya orang berpikir bahwa dalam bisnis atau konteks
lainnya, tidak ada salahnya memperoleh barang dari orang lain dengan
menipu, sepanjang kita tidak jelas-jelas mencuri. Namun kenyataannya,
keuntungan apa pun yang kita dapatkan dengan menipu orang lain tidak
ada bedanya dengan pencurian yang nyata.
Khususnya Lama dan biarawan pada masa kini tidak melihat adanya
kejahatan ataupun kesalahan dalam berbisnis. Sungguh, mereka meng-
habiskan seluruh hidupnya untuk itu, dan merasa cukup bangga dengan
kemahirannya. Tetapi, tidak ada hal lain yang lebih merugikan Lama atau
biarawan dari pada bisnis. Terpikat dan asyik dengan urusan bisnisnya, ia
tidak begitu berniat lagi untuk menuntut ilmu, atau berusaha untuk
memurnikan kegelapan batinnya – dan toh tidak ada waktu untuk itu
semua. Semua waktu jaganya sampai ia membaringkan dirinya waktu
malam hari dihabiskan untuk meneliti catatan uang keluar-masuk. Pikiran
tentang keyakinan, meninggalkan kehidupan duniawi atau belas kasih
terpupus sudah, dan ia diselubungi oleh delusi yang berkelanjutan.
Pada suatu malam Jetsun Milarepa tiba di suatu vihara dan tidur di
dalam kamar seorang biarawan. Biarawan yang tinggal dalam kamar
tersebut sedang berbaring di tempat tidurnya memikirkan bagaimana ia
akan menjual bangkai sapi yang akan disembelihnya pada keesokan
harinya. "Saya akan mendapat sekian untuk kepala, . . . pahanya
sekian, . . . tulang belikatnya akan berharga sekian, dan bagian bahu itu
sendiri akan terjual dengan harga sekian . . . dan sekian untuk tulang kaki,
dan daging kaki ... " Ia terus menghitung nilai tiap bagian dari sapi
128
tersebut, bagian dalam dan bagian luarnya. Sampai fajar menyingsing, ia
tidak sempat tidur sekejab pun. Semuanya sudah ia hitung kecuali harga
yang akan ia jual untuk ekor sapi itu. Ia langsung bangun, menyelesaikan
doanya dan membuat persembahan torma.
Melihat Jetsun masih tertidur, ia mendekati dan mencercanya dengan
kata-kata yang memandang rendah, “Kamu mengaku seorang praktisi
Dharma, namun masih tidur sampai jam segini. Apakah kamu tidak
melakukan latihan atau berdoa sama sekali?”
“Saya tidak selalu tidur bermalasan demikian, " jawab Jetsun Mila.
"Karena saya telah menghabiskan seluruh malam memikirkan bagaimana
menjual sapi saya yang akan saya sembelih. Saya hanya tertidur sebentar
tadi . . . " Demikianlah ia mengungkapkan kekurangan yang tersembunyi
biarawan tersebut, lalu ia pergi dari sana.
Seperti biarawan dalam cerita ini, mereka yang kehidupannya pada saat
ini hanya menekuni bisnis, menghabiskan waktu siang dan malam hari
sepenuhnya terlibat dalam perhitungan. Mereka begitu asyik dengan
khayalan mereka, sampai-sampai ketika kematian tiba, mereka akan
meninggal dalam keadaan masih tetap berkhayal seperti biasa.
Lebih-lebih lagi, perdagangan melibatkan segala macam perbuatan
negatif. Orang-orang yang mempunyai barang untuk dijual, bagaimana-
pun jelek barang tersebut sebenarnya, tetapi mereka memuji kualitasnya
dengan segala macam cara yang dapat mereka pikirkan. Mereka
menceritakan kebohongan dengan terang-terangan, misalnya bagaimana
calon pembeli telah menawar dengan harga tertentu untuk barang tersebut,
namun telah ditolaknya. Atau bagaimana mereka telah membelinya
dengan harga tinggi segini atau segitu. Ketika mereka mencoba membeli
sesuatu yang sudah menjadi bahan rundingan antara dua orang lainnya,
mereka menggunakan jalan memfitnah untuk menimbulkan pertentangan
antara kedua pihak tersebut. Mereka menggunakan kata-kata kasar untuk
merendahkan barang dagangan saingannya, memaksa pembayaran utang
dan sejenisnya. Mereka menyenangkan hatinya dengan menggunakan
kata-kata yang tak bermakna untuk meminta harga yang menggelikan atau
tawar menawar barang yang mereka tak berniat membelinya. Mereka iri
dan mendambakan harta orang lain, berusaha sebisanya untuk mendapat-
kannya. Mereka mengharapkan kerugian pada saingannya, selalu ingin
menggagalkan dan mengalahkan mereka. Jika mereka berdagang ternak,
mereka terlibat dalam pembunuhan. Oleh sebab itu, perdagangan
sebenarnya melibatkan kesepuluh perbuatan buruk, mungkin dengan
pengecualian pandangan salah dan perbuatan asusila. Lalu, ketika
129
transaksi tidak berjalan dengan semestinya, kedua belah pihak merugi, dan
semuanya menderita, dan pedagang bisa jadi menderita kelaparan pada
akhirnya, karena telah membawa kerugian kepada dia sendiri dan rekan
mereka. Namun bila mereka berhasil, seberapapun keuntungan yang telah
mereka dapatkan, mereka tidak pernah merasa cukup. Bahkan mereka
yang sudah sekaya Vaisravana masih saja merasa senang melakukan
transaksi bisnis mereka yang keji. Ketika kematian mendekat, mereka
akan memukul dada dengan kesedihan yang mendalam, karena seluruh
kehidupan manusianya telah dipergunakan dalam obsesi demikian, yang
sekarang menjadi beban yang menyeret mereka ke alam rendah.
Tidak ada hal yang lebih efektif untuk menumpuk kejahatan yang tiada
akhirnya dan sama sekali merusak anda selain perdagangan. Anda akan
mendapatkan bahwa anda terus menerus memikirkan cara untuk menipu
orang, seolah-olah menyelidiki dengan saksama sekumpulan pisau, bor
dan jarum untuk mendapatkan alat yang paling tajam. Dengan terus
menerus memikirkan hal-hal yang merugikan orang lain, anda berpaling
dari cita-cita bodhicitta untuk menolong orang lain, dan perbuatan jahat
anda melipat ganda sampai tak terhingga.
1.4 Berdusta
Berdusta ada tiga macam: dusta yang biasa, dusta utama dan dusta
tentang kekuatan ilahi.
Dusta biasa. Ini adalah segala macam pernyataan yang tidak benar,
yang dibuat dengan tujuan untuk menipu orang lain.
Dusta utama. Contohnya, pernyataan bahwa tidak ada manfaat
dalam perbuatan positif, dan tidak ada kesalahan dalam berbuat perbuatan
negatif. Tidak ada kebahagiaan di alam Buddha dan tidak ada penderitaan
di alam rendah, atau Buddha tidak memiliki kualitas yang baik. Dusta-
dusta ini disebut dusta utama karena dapat membawa akibat menyesatkan
yang sangat merusak.
Dusta tentang kekuatan ilahi. Ini adalah pernyataan yang tidak benar
tentang memiliki kualitas atau kemampuan. Contohnya: telah mencapai
tingkat Boddhisattva, memiliki kewaskitaan dan sebagainya. Sekarang ini,
dibandingkan dengan guru-guru yang sejati, penipu-penipu adalah lebih
sukses. Mereka lebih dihormati orang. Pikiran dan perbuatan seseorang
sangatlah mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu ada orang-orang yang
menyatakan bahwa ia adalah guru atau siddha dengan tujuan untuk menipu
orang lain. Mereka berkata telah melihat deity tertentu dan membuat
persembahan kepadanya, atau mereka telah melhat sesosok setan dan
menghukumnya. Umumnya mereka berbohong tentang kekuatan di atas
kemampuan manusia. Oleh karena itu berhati-hatilah untuk tidak mem-
percayai penipu dan dukun secara membabi buta. Karena hal itu
mempengaruhi kehidupan sekarang dan kehidupan berikutnya. Letakkan-
lah kepercayaan anda pada praktisi Dharma yang anda kenal dengan baik,
yang rendah hati, yang sifat dasarnya dan perbuatannya seragam.
Pada umumnya, ada orang-orang biasa yang memiliki sedikit banyak
kewaskitaan yang bersifat duniawi, namun hanya sebentar-sebentar saja,
131
dan hanya benar pada suatu saat. Kewaskitaan yang murni timbul pada
orang yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu, dan oleh karena itu
sangat sulit untuk didapatkan.
119
Dalam Tantrayana, berlatih trikaya yidam merupakan tahap pengadaan, berlatih nadi dan
aliran energi merupakan tahap kesempurnaan.
133
lafalan yang dilakukan oleh dukun-dukun Bönpo120 – adalah suatu pelang-
garan yang berat. Memakai persembahan berbahaya ini dapat disamakan
dengan menelan pil besi menyala. Jika orang biasa ikut serta dengan tanpa
memiliki rahang besi gabungan tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan,
mereka akan terbakar hangus. Sebagaimana dikatakan:
Jauh dari penguasaan kedua tahap 121 meditasi, orang-orang ini, yang
mungkin hanya mengetahui hal ritual sedikit saja, tidak mau repot-repot
untuk melafalnya dengan benar. Lebih celaka lagi, saat mereka sampai
pada pelafalan mantra – yang mana merupakan bagian yang paling penting
dari ritual – mereka mulai mengobrol dan menghamburkan gosip yang
penuh dengan nafsu keinginan dan agresi dengan tak henti-hentinya
sepanjang waktu yang diperuntukkan untuk hal tersebut. Hal ini akan
membawa malapetaka bagi diri mereka dan orang lain. Sangatlah penting
bagi biarawan dan Lama untuk menghentikan obrolan semacam itu dan
berkonsentrasi pada pembacaan mantra tanpa berbicara.
1.8 Ketamakan
Hal ini mengacu pada semua pemikiran dengki yang mungkin kita
miliki terhadap orang lain. Contohnya, berpikir dengan kebencian atau
kemarahan tentang bagaimana kita dapat mencelakai mereka, merasa
kecewa ketika mereka menjadi makmur atau berhasil; mengharapkan
120
Agama primitif orang Tibet, dengan kegiatan utama memohon berkah dewa, menyembuh-
kan orang sakit dengan mengusir makhluk jahat, dan melakukan ritual buat orang yang
meninggal.
121
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
134
mereka agar lebih tidak nyaman, lebih tidak bahagia atau tidak berbakat,
atau merasa gembira ketika hal-hal yang tak baik terjadi pada mereka.
135
yang terpelajar adalah salah, meragukan dan mengkritik mereka, adalah
semua tercakup dalam apa yang dimaksud dengan pandangan salah.
Kecuali mereka yang hidup di neraka, tidak ada yang tidak takut akan
kematian atau tidak menghargai hidupnya di atas segalanya. Oleh sebab
itu, menghancurkan suatu kehidupan adalah suatu perbuatan yang sangat
bersifat negatif. Seseorang akan membayar kembali makhluk hidup apa
pun yang dibunuhnya dengan lima ratus kehidupannya. Dalam Sutra
Dharma Agung dari Ingatan yang Jelas, dikatakan bahwa pembunuhan
atas seorang saja akan menyebabkan pelakunya tinggal selama satu kalpa
menengah di neraka.
Bahkan lebih buruk lagi adalah dengan alasan melakukan pekerjaan
yang mendatangkan pahala, misalnya membangun suatu lambang Tri
Ratna, untuk melakukan perbuatan yang merugikan, seperti misalnya
pembunuhan. Padampa Sangye berkata:
137
Bahkan ketika kita akhirnya lepas dari alam rendah, di mana akibat
menjadi matang secara penuh yang telah menyebabkan kita terlahir di sana,
dan kini memperoleh tubuh manusia, kita akan terus mengalami akibat
yang serupa dengan penyebab. Sesungguhnya, di alam rendah pun ada
banyak macam penderitaan berbeda yang serupa dengan penyebab tertentu.
Akibat yang serupa dengan penyebab ada dua macam: perbuatan yang
serupa dengan penyebab, dan pengalaman yang serupa dengan penyebab.
Hal yang sama berlaku juga untuk binatang. Naluri hewan untuk mem-
bunuh seperti pada burung elang dan serigala, atau untuk mencuri seperti
pada tikus, dalam setiap hal tersebut di atas adalah suatu akibat yang
serupa dengan dan disebabkan oleh perbuatan mereka yang terdahulu.
138
Setiap dari sepuluh perbuatan negatif menghasilkan rangkaian akibat
pada pengalaman berikutnya.
Mengambil sesuatu yang tidak diberi. Mencuri tidak saja membuat kita
miskin, tetapi juga rawan kena perampasan, perampokan atau malapetaka
lain, dan habis diambil musuh dan saingan, seberapa kecil pun harta yang
kita peroleh. Karena alasan ini, seseorang yang sekarang kekurangan uang
atau harta benda sebaiknya ‘menciptakan percikan pahala yang kecil dari
pada membuat usaha besar memindahkan gunung’ untuk menjadi kaya.
Jika anda tidak bernasib menjadi kaya karena ketiadaan kedermawanan
anda dalam hidup yang lampau, maka bagaimanapun kerasnya usaha anda
di kehidupan ini juga tidak ada gunanya. Lihatlah barang rampasan
perampok atau penyamun yang mereka dapatkan dari setiap kali
penggerebekan mereka. Barang-barang yang mereka dapatkan begitu
banyak, hampir saja bumi tidak dapat menampungnya. Namun orang-
orang yang hidup dari perampokan selalu meninggal karena kelaparan.
Perhatikan juga bagaimana pedagang atau mereka yang mengambil
barang-barang Sangha untuk kepentingan sendiri gagal untuk memperoleh
untung dari usaha mereka yang bagaimanapun besarnya. Pada sisi lain,
orang-orang sekarang yang mengalami hasil kedermawanan masa lampau
mereka, tidak pernah kekurangan kekayaan dalam seluruh kehidupan
mereka, dan dari kebanyakan mereka, hal ini terjadi tanpa mereka
139
membuat usaha sedikit pun. Maka, jika anda berharap menjadi kaya,
curahkan usaha anda pada perbuatan kedermawanan dan membuat
persembahan!
Akibat pelipat-gandaan adalah perbuatan apa pun yang kita lakukan se-
belumnya, kita cenderung untuk mengulanginya berulang-ulang. Hal ini
membawa suatu rangkaian penderitaan yang tiada akhirnya sepanjang
semua kehidupan kita berikutnya. Perbuatan negatif kita berlipat ganda
lebih jauh dan menyebabkan kita mengembara terus menerus di dalam
samsara.
145
kemalangan; dan untuk berhenti berpandangan salah: pertumbuhan
pandangan benar dalam pikiran anda.
Untuk akibat yang menciptakan kondisi, pada setiap kasus adalah
kebalikan dari akibat negatif yang sesuai: anda terlahir di tempat yang
memiliki semua keadaan yang paling sempurna.
Akibat pelipat-gandaannya adalah bahwa apa pun perbuatan baik yang
anda lakukan akan berlipat ganda, membawakan nasib baik yang berke-
panjangan.
122
Skt. Karmaśataka Sutra.
123
Skt. Rājādeśa Sutra.
146
Perbuatan mereka mengikuti mereka seperti bayang-bayang mereka
sendiri.
Akibat dari perbuatan positif atau perbuatan negatif kita mungkin tidak
dapat diidentifikasi dengan jelas dan seketika, tetapi mereka tidak hilang
begitu saja. Kita akan mengalami setiap akibatnya ketika kondisi-kondisi
yang tepat tiba.
150
Contoh yang lain adalah cerita putra Surabhibhadra, seorang raja India.
Pada suatu hari, ibu pangeran tersebut memberinya jubah sutera yang tidak
berkelim. Ia tidak ingin memakainya dengan seketika, dan berkata. "Saya
akan memakainya pada hari saya menerima warisan kerajaan."
"Kamu tidak pernah akan mewarisi kerajaan," kata ibunya. "Itu hanya
bisa terjadi jika ayahmu, raja itu, meninggal. Tetapi kekuatan hidup
ayahmu telah menyatu dengan Guru Nagarjuna, sehingga tidak mungkin ia
akan mati selama Nagarjuna masih hidup. Dan karena Nagarjuna
memiliki kekuasaan atas rentang waktu hidupnya, ayahmu tidak pernah
akan mati. Itulah sebabnya mengapa banyak dari kakak laki-lakimu
meninggal tanpa mewarisi kerajaan."
"Lalu apa yang dapat saya lakukan?" tanya putranya.
"Pergilah ke Guru Nagarjuna dan minta beliau memberimu kepalanya.
Ia akan setuju, sebab ia adalah seorang Bodhisattva. Saya tidak melihat
ada solusi yang lain."
Anak laki-laki tersebut pergi ke Nagarjuna dan meminta kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata Guru. Anak tersebut mengambil pedang dan
membacok leher Nagarjuna. Tetapi tidak ada apa pun yang terjadi.
Seolah-olah mata pisaunya itu telah memotong udara.
“Senjata tidak bisa melukai saya," kata Guru, "sebab selama lima ratus
kehidupan yang lalu, saya telah membersihkan diriku dari semua akibat
menggunakan senjata. Namun, saya telah membunuh seekor serangga
pada suatu hari ketika memotong rumput kusa. Akibat yang matang
secara penuh dari perbuatan tersebut belum muncul. Oleh sebab itu, jika
kamu menggunakan mata pisau dari rumput kusa, maka kamu akan
mampu memotong kepala saya." Maka anak tersebut mencabut rumput
kusa, menggunakanya sebagai mata pisau dan memotong kepala
Nagarjuna. Kepala Nagarjuna jatuh ke tanah. Nagarjuna memasuki
nirvana sambil berkata:
Dan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh126 kita temukan:
Begitu pula, bahkan perbuatan positif yang paling kecil pun membawa
manfaat yang besar. Jangan meremehkan mereka juga dengan berang-
gapan tidak banyak pahala dalam melakukannya.
Raja Mandhatri dalam hidup yang lampau adalah orang miskin. Suatu
hari, ketika ia dalam perjalanan ke tempat pesta perkawinan dengan
segenggam kacang di tangannya, ia berjumpa dengan Buddha
Ksantisarana yang bepergian ke desa itu. Digerakkan oleh devosi yang
kuat, ia melemparkan kacangnya. Empat kacang jatuh ke dalam mangkok
pindapatta Buddha, sedang dua lainnya menyentuh dadanya. Matangnya
perbuatan ini menyebabkan ia terlahir sebagai Cakravatin Jambudvipa.
Karena empat biji kacang yang jatuh ke mangkok, ia memerintah empat
benua selama delapan puluh ribu tahun lamanya. Oleh karena salah satu
126
Skt. Damamūka-nidāna-sūtra.
152
dari dua kacang tersebut menyentuh dada Buddha, ia menjadi berkuasa
atas Surga Empat Maharaja selama delapan puluh ribu tahun lainnya; dan
oleh karena kacang yang kedua, selama tiga puluh tujuh generasi dinasti
surgawi, ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga bersama Indra. Dikatakan
juga, bahkan memvisualisasi Buddha dan melemparkan bunga ke angkasa
akan mengakibatkan anda berbagi pemerintahan dengan Indra dan
Chakravartin selama suatu rentang waktu yang sukar dibayangkan. Inilah
alasan kenapa Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh berkata:
Benih pohon asota tidak lebih besar dari biji wijen, tetapi pohonnya
berkembang dengan begitu cepat sehingga cabangnya mencapai satu
yojana dalam satu tahun. Namun bahkan gambaran ini tidaklah cukup
untuk menguraikan pertumbuhan yang sedalam-dalamnya dari hasil
perbuatan positif dan perbuatan negatif.
Baik atau buruk suatu perbuatan, niat adalah faktor utama yang
menentukan apakah mereka adalah positif atau negatif, berat atau ringan.
Hal itu seperti sebatang pohon: jika akarnya berkhasiat obat, batang dan
daun-daunnya juga akan berkhasiat obat. Jika akarnya beracun, batang
dan daun-daun akan beracun juga. Daun-daun yang berkhasiat obat tidak
bisa tumbuh dari akar yang beracun. Dengan cara yang sama, jika suatu
niat timbul dari agresi atau kemelekatan, sehingga dengan demikian tidak
seluruhnya murni, maka perbuatan yang mengikutinya cenderung negatif,
sekalipun kelihatan positif. Pada sisi lain, jika dilandasi niat murni,
sekalipun hal itu kelihatan negatif, namun sesungguhnya positif. Dalam
Harta Karun Pahala Kebajikan dikatakan demikian:
Seorang Bodhisattva dengan pikiran yang luas dan tidak ada sedikit pun
keinginan pribadi, boleh juga mencuri dari orang pelit dan kaya, dan atas
nama mereka mempersembahkan barang-barang tersebut kepada Tri Ratna
atau memberikannya kepada kaum miskin.
155
Menebar pertentangan, misalnya di antara dua sahabat karib, yang salah
satu darinya adalah seorang orang jahat, sedangkan yang lain senang
berbuat kebajikan, adalah diijinkan jika ada bahaya bahwa karakter orang
jahat yang lebih kuat tersebut telah merusak orang yang baik tersebut.
Bagaimanapun juga, tidaklah diijinkan untuk memisahkan dua orang yang
berbaikan.
Kata-kata kasar bisa digunakan, misalnya sebagai alat yang lebih kuat
untuk membawakan Dharma kepada seseorang, di mana pendekatan yang
lebih lembut tidak membuat kesan apa pun – atau dalam nasihat yang
diberikan kepada seorang murid dalam rangka menunjukkan kesalahan
yang tersembunyi. Sebagaimana kata Atisa:
Obrolan iseng boleh digunakan sebagai sebagai suatu alat yang mahir
untuk memperkenalkan Dharma kepada orang-orang yang suka bicara, dan
yang tanpa dengan cara demikian tidak bisa dibawa ke Dharma. Tetapi hal
itu tidak pernah dibenarkan untuk menciptakan gangguan untuk diri
sendiri dan orang lain.
Pikiran adalah penggerak tunggal akan hal yang baik dan jahat.
Sekalipun mereka tidak diucapkan atau tidak dilakukan, mereka
mempunyai akibat positif atau negatif yang sangat kuat. Oleh karena itu
selalulah meneliti pikiran anda. Jika pikiran anda adalah hal-hal yang
positif, bergembiralah dan lakukan lebih banyak kebajikan. Jika mereka
adalah negatif, sesalilah dengan seketika, merasa kurang enak dan malu
karena anda masih menyukai hal-hal seperti itu, kendati anda sudah
156
banyak menerima ajaran. Katakan kepada diri anda bahwa mulai sekarang
anda harus berusaha sungguh-sungguh untuk tidak membiarkan pikiran
seperti itu muncul dalam benak anda. Bahkan ketika anda melakukan
sesuatu yang positif, periksalah motivasi anda dengan hati-hati. Jika niat
anda adalah baik, lakukan. Jika motivasi anda adalah untuk mengesankan
orang, atau didasarkan pada persaingan atau suatu keinginan yang kuat
akan ketenaran, yakinkan anda untuk mengubahnya, dan tuangkan ke
dalamnya dengan bodhichitta. Jika anda sungguh tidak mampu mengubah
motivasi anda, akan lebih baik untuk menunda perbuatan baik tersebut
sampai kemudian hari.
157
Atisa berkata: "Karena mengambil janji pratimoksa, saya tidak dicemari
oleh kesalahan yang paling kecil sekalipun. Dalam berlatih ajaran
bodhichitta, saya sudah melakukan satu atau dua kesalahan. Dan karena
mengikuti Mantra Vajrayana yang rahasia, meskipun saya sudah berbuat
beberapa kekeliruan yang kecil, saya tidak akan membiarkan kesalahan
menjerumuskan yang mana pun tinggal bersama saya sepanjang hari."
Ketika ia sedang berpergian, secepat apa pikiran yang tidak baik timbul,
ia akan segera mengeluarkan mandala kayu yang dibawanya dan membuat
penyesalan atas pikiran yang tidak baik tersebut, berjanji tidak pernah
membiarkan hal itu terjadi lagi.
158
waspada, dan tidak mencemari diri anda dengan perbuatan yang merugi-
kan yang paling kecil.
Sekalipun anda tidak mengumpulkan perbuatan negatif selama hidup
ini, anda tidak bisa mengetahui banyaknya semua perbuatan negatif yang
sudah anda kumpulkan dalam samsara sejak waktu tak berawal, atau
membayangkan akibat yang masih harus anda tanggung. Oleh karena itu,
ada orang yang walaupun sekarang mengabdikan diri seluruhnya demi
kebaikan dan melatih kekosongan, masih saja dikepung oleh penderitaan.
Akibat dari perbuatan yang akan membawa ke kelahiran di alam rendah di
kelak kemudian hari muncul karena tindakan pemulihan yang dilakukan
sehingga menjadi matang pada kehidupan ini. Sutra Intan127 mengatakan:
Dan sebaliknya, ada orang yang hanya berbuat jahat, tetapi mengalami
buah dari perbuatan positif yang kecil dengan segera, suatu perbuatan yang
mestinya menjadi matang di kemudian hari. Ini terjadi di tanah
Aparantaka. Selama tujuh hari ada hujan batu permata, kemudian disusul
dengan tujuh hari hujan pakaian, dan disusul lagi dengan tujuh hari hujan
butir makanan. Pada akhirnya turun hujan tanah. Semua orang mati
tertimbun dan terlahir di alam neraka.
Situasi seperti ini, di mana mereka yang berbuat baik menderita dan
mereka yang berbuat jahat bernasib baik, selalu terjadi sebagai akibat dari
perbuatan yang dilakukan di masa lalu. Perbuatan anda sekarang ini, baik
yang baik ataupun yang buruk, akan mempunyai akibatnya di kehidupan
berikutnya atau kehidupan sesudahnya. Karena alasan ini, adalah penting
untuk mengembangkan suatu keyakinan yang kokoh akan akibat yang tak
bisa dielakkan dari perbuatan anda, dan selalu berbuat baik.
Jangan menggunakan bahasa Dharma dari pandangan yang tinggi untuk
meremehkan prinsip sebab dan akibat. Guru Uddiyana yang Agung
berkata:
127
Skt. Vajracchedika-sutra.
159
Paduka, dalam Mantrayana Rahasia saya, pandangan adalah suatu
hal yang paling utama. Bagaimanapun, jangan biarkan perbuatan
anda tergelincir ke arah pandangan. Jika demikian, anda akan jatuh
ke dalam pandangan yang jahat dari setan yang mengucapkan kata
yang dibuat-buat: "Kebaikan itu kosong, kejahatan itu kosong."
Tetapi jangan biarkan pandangan anda tergelincir ke arah perbuatan
juga, atau anda akan terperangkap dalam paham materialisme dan
ideologi, dan pembebasan tidak pernah akan datang...
Itulah sebabnya mengapa pandangan saya adalah lebih tinggi dari
pada langit, tetapi perhatian saya terhadap perbuatan saya dan
akibatnya adalah lebih halus dari pada tepung.
Oleh karena itu, seberapa pun jauhya hakikat realita yang sudah anda
capai, anda tetap harus menaruh perhatian sepenuhnya pada perbuatan
anda dan akibat perbuatan tersebut.
Sekali peristiwa seseorang bertanya kepada Padampa Sangye, “Sesudah
kita menyadari kekosongan, apakah itu masih merugikan kita kalau kita
melakukan perbuatan negatif?"
"Sesudah anda menyadari kekosongan," jawab Padampa Sangye,
"adalah mustahil berbuat sesuatu yang negatif. Ketika anda sudah me-
nyadari kekosongan, rasa belas kasih akan muncul dengan serta merta.”
Ketika anda bangun di pagi hari, jangan langsung melompat dari tempat
tidur seperti sapi atau domba dari kandangnya. Selagi anda masih di
tempat tidur, istirahatkan pikiran anda. Arahkan ke dalam batin dan
periksa dengan teliti. Jika anda sudah melakukan perbuatan negatif apa
pun malam itu dalam mimpi anda, sesali dan akuilah. Pada sisi lain, jika
anda sudah melakukan sesuatu yang positif, bergembiralah dan limpahkan
pahala kebajikannya kepada semua makhluk. Bangkitkan bodhichitta dan
berpikir demikian: "Hari ini aku akan melakukan apa pun yang baik yang
dapat kulakukan dan menghindari kejahatan sedapat mungkin, sedemikian
sehingga semua makhluk yang tanpa batas dapat mencapai kebuddhaan
yang sempurna."
Pada malam hari, ketika anda pergi tidur, jangan langsung menjatuh-
kan diri ke dalam keadaan tidak sadar. Istirahatlah sebentar di tempat tidur
dan periksaah diri anda dengan cara yang sama: "Jadi, bagaimana saya
memanfaatkan hari ini? Apa saya telah melakukan sesuatu yang positif?"
Jika anda sudah melakukan beberapa kebajikan, bergembiralah dan
161
limpahkan pahala kebajikannya agar semua makhluk dapat mencapai
kebuddhaan. Jika anda telah melakukan sesuatu yang salah, anda seharus-
nya berpikir, "Betapa mengerikan aku jadinya! Aku sedang menghancur-
kan diriku sendiri!" Sesali dan berjanji tidak pernah melakukannya lagi.
Dalam setiap saat, waspada dan sadarlah bahwa anda tidak melekat
pada persepsi anda tentang alam semesta dan makhluk di dalamnya
sebagai sesuatu yang padat dan riil. Ubahlah sikap mental anda dan
pandanglah segala sesuatu sebagai permainan dari pemunculan yang
khayal. Membuat pikiran anda luwes dengan selalu memeliharanya pada
jalur yang jujur dan baik adalah tujuan yang sangat utama, seperti halnya
hasil yang telah kita jelaskan, yakni empat renungan yang mengalihkan
pikiran dari samsara. 128 Dengan cara ini, semua perbuatan baik yang anda
lakukan akan secara otomatis terhubung dengan ketiga metoda tertinggi.
Sebagaimana dikatakan:
Jika anda memiliki sikap pandang yang benar dalam diri anda sendiri,
anda akan mampu mengubah pikiran semua mereka yang berhubungan
dengan anda ke arah Dharma yang sejati. Pahala yang besar untuk diri
anda dan orang lain akan meningkat tanpa batas. Anda tidak pernah lagi
akan terlahir di alam rendah, di mana masa depan anda menjadi buruk dan
lebih buruk, tetapi akan selalu mempunyai kondisi-kondisi yang unik dari
kehidupan dewa atau manusia. Bahkan orang-orang di daerah di mana
anda tinggal akan selalu melakukan kebajikan, mempunyai pahala dan
nasib baik, dan akan selalu dilindungi oleh para dewa.
128
Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah, Ketidak-kekalan kehidupan, Ketidak-
sempurnaan dunia samsara, Perbuatan: prinsip sebab dan akibat.
162
BAB 5
Manfaat pembebasan
163
II. HASIL: TIGA TINGKAT PENCERAHAN
129
Yaitu Samatha dan Vipassanā. Samatha adalah praktek Buddhis (bhavana) untuk
menenangkan pikiran (citta) yang dilakukan dengan berlatih meditasi pemusatan pikiran,
yang pada umumnya melalui kesadaran pada pernapasan. Vipassanā (Skt. vipaśyanā)
adalah kebijaksanaan pengamatan yang mendalam atas sifat dasar yang sebenarnya dari
realita.
164
BAB 6
Tidak ada sutra, tantra atau sastra yang mengatakan bahwa seseorang
pernah mencapai kebuddhaan yang sempurna tanpa berguru kepada
seorang guru spiritual. Kita dapat melihat sendiri, bahwa tidak ada orang
yang pernah mengembangkan semua pemenuhan tahapan dan jalan hanya
dengan bersandar pada kemampuan dan usaha mereka sendiri. Semua
makhluk, termasuk diri kita, adalah sangat pintar dalam mencari arah yang
salah. Tetapi saat mengikuti jalan pembebasan dan kemahatahuan, kita
begitu bingung bagaikan orang buta yang mengembara sendirian di tengah
dataran yang sepi. Tak seorang pun dapat membawa pulang permata-
permata dari pulau harta karun tanpa bersandar pada seorang nakhoda
yang berpengalaman. Demikian juga, seorang teman spiritual adalah
pemandu yang benar ke pembebasan dan kemahatahuan. Kita harus
mengikutinya dengan rasa hormat. Hal ini dapat terpenuhi dalam tiga
tahap: Pertama-tama dengan meneliti guru tersebut, kemudian mengikuti-
nya, dan akhirnya dengan meneladani realisasi dan perbuatannya.
I. MENELITI GURU
Sebagian besar orang biasa seperti kita mudah dipengaruhi oleh orang-
orang dan keadaan di sekitar kita. Itulah sebabnya mengapa kita perlu
selalu mengikuti seorang teman spiritual. Dalam hutan kayu cendana di
165
pegunungan Malaya, manakala ada pohon biasa tumbang, secara perlahan-
lahan kayunya diresapi oleh wewangian kayu cendana yang ada di sana.
Setelah beberapa tahun, kayu biasa tersebut akan beraroma sama wangi
seperti pohon cendana di sekitarnya. Persis dengan cara yang sama, jika
anda tinggal dan belajar dengan seorang guru sempurna yang penuh
dengan kualitas baik, maka anda akan diresapi oleh wangi kualitas tersebut
dan segala yang anda lakukan akan menyerupainya.
Pada sisi lain, ada jenis guru tertentu yang perlu kita hindari. Karak-
teristik mereka adalah sebagai berikut:
Guru yang seperti batu gerinda yang dibuat dari kayu. Guru-guru ini
tidak memiliki sedikit pun kualitas yang timbul dari studi, perenungan dan
meditasi. Dengan berpikir bahwa ia adalah putra atau kemenakan yang
mulia dari seorang Lama, maka keturunan mereka mestinya seseorang
yang lebih pandai dari pada siapa pun. Mereka mempertahankan kasta
mereka seperti para Brahmana. Sekalipun mereka sudah belajar, mere-
nung dan bermeditasi sedikit, mereka tidak melakukannya dengan niat
yang murni demi kehidupan yang akan datang, tetapi untuk pertimbangan
yang lebih bersifat keduniawian – seperti mempertahankan kedudukan
mereka sebagai guru. Perihal pelatihan murid-murid, mereka juga akan
cocok untuk memenuhi fungsi yang tepat mereka sebagai batu gerinda
yang dibuat dari kayu.
Guru seperti katak dalam tempurung. Guru jenis ini kekurangan
kualitas khusus yang membedakan mereka dari orang biasa. Tetapi orang
lain memujanya berdasarkan keyakinan yang buta, dengan tanpa meneliti
mereka sama sekali. Terbuai oleh kebanggaan akan keuntungan dan
kehormatan yang mereka terima, mereka dengan sendirinya sangat tidak
peduli pada kualitas yang benar para guru yang besar. Mereka seperti
katak dalam tempurung.
Konon, suatu hari seekor katak tua yang selalu tinggal di kolam dikun-
jungi oleh katak lain yang tinggal di pantai samudra.
"Darimana anda?" tanya katak yang tinggal di kolam.
"Aku datang dari samudra," jawab pengunjung tersebut.
"Seberapa besar samudra anda?" tanya katak kolam.
"Wah, sangat besar," jawab katak tersebut.
"Sekitar seperempat ukuran dari kolam saya?" tanyanya.
"O, lebih besar dari itu!" seru katak dari samudra.
"Kalau begitu, separuh ukurannya?"
"Bukan, lebih besar lagi!"
"Jadi, – sama ukuran dengan kolam?"
168
"Tidak, tidak! Jauh lebih besar lagi!"
"Itu mustahil!" kata katak yang tinggal di kolam. "Aku harus lihat
sendiri"
Kedua katak berangkat bersama-sama, dan konon ketika katak yang
tinggal di kolam melihat samudra, ia menjadi pingsan, kepala pecah, dan
ia meninggal.
Pemandu gila. Ini adalah guru yang memiliki sedikit pengetahuan,
tidak pernah berusaha untuk mengikuti guru terpelajar dan berlatih sutra
dan tantra. Emosi negatifnya yang kuat dengan kewaspadaan dan kesadar-
an yang lemah membuat mereka lalai dalam kaul dan samaya. Meski lebih
rendah dari makhluk yang biasa, mereka meniru siddha dan bertingkah
laku seolah-olah perbuatan mereka lebih tinggi dari pada langit. Dengan
luapan kemarahan dan kecemburuan, mereka memutuskan tali pertolongan
rasa sayang dan belas kasih. Teman spiritual seperti itu disebut pemandu
gila, dan menuntun orang-orang yang mengikutinya ke jalan yang salah.
Pemandu buta. Khususnya, seorang guru yang kualitasnya sama sekali
tidak melebihi diri anda dan yang kurang rasa sayang dan belas kasih
bodhichitta, tidak pernah akan bisa menyadarkan anda akan apa yang
sebaiknya dan yang tidak boleh anda lakukan. Guru seperti ini disebut
pemandu yang buta.
Guru yang benar seperti itu dapat dengan mahir menuntun orang-orang
biasa yang memerlukan bantuannya. Perbuatan sehari-harinya sesuai
dengan orang-orang biasa. Tetapi pada kenyataannya, pikiran kebijaksa-
naannya adalah pikiran seorang Buddha, sehingga ia sepenuhnya berbeda
dari semua orang. Setiap perbuatannya hanyalah aktivitas seorang yang
sudah tercerahkan yang disesuaikan dengan sifat pikiran orang yang
dibantunya. Dengan demikian ia unik dan mulia. Trampil dalam menghi-
langkan keraguan, ia dengan sabar memikul semua rasa tidak berterima
kasih dan rasa kecil hati yang ditimbulkan oleh murid-muridnya, seperti
seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Dikatakan dalam Harta Karun
Pahala Kebajikan:
Seorang guru dengan semua kualitas seperti ini adalah bagaikan suatu
kapal dengan mana kita menyeberangi samudra samsara yang maha luas.
Bagaikan seorang nakhoda, ia dengan tak kunjung habisnya memetakan
rute ke pembebasan dan kemahatahuan kepada kita. Bagaikan cucuran
nektar, ia memadamkan kobaran api perbuatan dan emosi negatif. Ba-
gaikan matahari dan bulan, ia menyebar terang Dharma dan membubar-
kan kegelapan pekat ketidak-tahuan. Bagaikan bumi, ia dengan sabar
171
menanggung semua rasa tidak berterima kasih dan berkecil hati, dan yang
mencakup dalam pikirannya yang luas akan pandangan dan perbuatannya.
Bagaikan pohon pengabul harapan, ia adalah sumber pertolongan dalam
kehidupan ini dan semua kebahagiaan kehidupan berikutnya. Bagaikan
jambangan yang sempurna, ia adalah harta karun dari semua variasi yang
tak terbayangkan dari kendaraan-kendaraan dan doktrin yang diperlukan
seseorang. Bagaikan permata pengabul harapan, ia membentang aspek
yang tak terbatas dari empat aktivitas 130 sesuai dengan kebutuhan makhluk
hidup. Bagaikan seorang ibu atau ayah, ia mencintai setiap makhluk hidup
yang tak terhitung banyaknya dengan cinta kasih yang sama, tanpa
kemelekatan pada orang yang dekat dengannya dan kebencian pada yang
lain. Bagaikan sungai yang besar, rasa belas kasihnya sangat luas
sehingga meliputi semua makhluk tanpa batas seperti ruang angkasa dan
begitu cepat, sehingga ia dapat membantu siapa saja yang sedang
menderita dan tanpa pelindung. Bagaikan raja gunung, kegembiraannya
pada kebahagiaan orang lain begitu kokoh sehingga tidak bisa digeser oleh
kecemburuan, atau diguncang oleh tidak mantapnya kepercayaan terhadap
realitas dari hal-hal yang tampak. Seperti hujan yang turun dari awan,
kenetralannya tidak pernah dipengaruhi oleh kemelekatan atau kebencian.
Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:
Ia adalah seorang ayah dan ibu, dengan kasih sayang yang sama;
130
Empat aktivitas: 1. Penghentian: Menghilangkan penyakit sendiri atau orang lain, setan,
kejahatan dan pelanggaran lainnya; 2. Peningkatan: Meningkatkan reputasi, kekayaan,
status, kebijaksanaan, dll.; 3. Pengayoman: Mendapatkan kepercayaan diri, lalu
mengayomi semua orang dan bukan manusia; 4. Penghancuran: dengan kekuatan
belaskasih tanpa keegoisan, lewat yidam berwujud murka mengusir makhluk jahat atau
memindahkannya ke alam suci.
172
Belas kasihnya luas dan cepat bagaikan sungai yang besar;
Kegembiraannya tak berubah seperti raja pegunungan;
Kenetralannya tidak bisa dipengaruhi, seperti hujan dari awan.
Guru seperti itu setara dengan semua Buddha dalam belas kasih dan
berkahnya. Mereka yang membuat suatu hubungan yang positif de-
ngannya akan mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan. Bahkan
mereka yang membuat hubungan yang negatif dengannya pun akhirnya
akan dituntun keluar dari samsara.
174
Menghormati janji dan samaya; mengendalikan tubuh, ucapan dan
pikiran;
Dermawan dan lapang dada;
Memiliki pandangan yang murni dan rasa malu.
Ada tiga jalan untuk menyenangkan guru dan melayaninya. Cara yang
paling baik adalah mempersembahkan latihan dengan tidak mengindah-
kan semua kesukaran menerapkan apa pun yang ia ajarkan dalam latihan
dengan rasa yakin. Cara yang menengah adalah melayani dengan badan
dan ucapan, melayani dan melakukan apa pun yang ia tugaskan secara
fisik, ucapan atau pikiran. Cara yang paling rendah adalah dengan
175
persembahan sesuatu, yang berarti menyenangkan guru dengan
memberinya barang-barang material, makanan, uang dan sebagainya.
Betapapun tidak dapat anda pahami cara guru anda bertindak, selalulah
memelihara persepsi yang murni, dan mengenali cara melakukan berbagai
hal sebagai metoda yang trampil.
Pandita Naropa yang agung sudah sangat terpelajar dan memiliki
pencapaian yang tinggi. Tetapi yidamnya memberitahu kepadanya bahwa
guru dari kehidupan sebelumnya adalah Tilopa yang agung, dan untuk
menemukannya, ia perlu pergi ke India Timur. Naropa berangkat dengan
seketika, tetapi ketika tiba di timur, ia tidak tahu ke mana untuk
menemukan Tilopa. Ia bertanya kepada penduduk setempat, tetapi mereka
tidak mengenal siapa Tilopa.
"Apakah tidak ada orang di daerah ini yang bernama Tilopa?" ia ber-
tanya dengan tegas.
"Ada seseorang yang dipanggil Tilopa orang kasta buangan, atau Tilopa
si Pengemis." Naropa berpikir, "Perbuatan siddha adalah tidak mudah
dimengerti. Boleh jadi itu adalah dia." Ia bertanya di mana Tilopa si
Pengemis tinggal.
"Di dinding yang rusak itu di sana, di mana asap sedang mengepul itu,"
jawab mereka.
Ketika ia sampai ke tempat yang ditunjuk, ia menemukan Tilopa duduk
di depan suatu keranjang ikan. Ada beberapa ekor yang masih hidup dan
ada yang sudah mati. Tilopa mengambil seekor ikan. Lalu dipanggangnya
di atas api dan menaruhnya ke dalam mulutnya, dan menjentikkan jarinya.
Naropa bersujud di depannya dan memohon Tilopa untuk menerimanya
sebagai murid.
"Kamu lagi bilang apa?" Tilopa berkata. "Aku hanyalah pengemis"
Tetapi Naropa memohon dengan sangat, maka Tilopa menerima dia.
Tilopa tidaklah membunuh ikan itu hanya karena ia lapar dan tidak bisa
menemukan sesuatu untuk dimakan. Ikan adalah makhluk yang sama
sekali tidak memiliki pengetahuan harus berbuat apa dan tidak berbuat apa
dengan banyak perbuatan yang negatif. Tilopa memiliki kekuatan untuk
176
membebaskan mereka. Dengan memakan daging mereka, ia membuat
suatu hubungan dengan kesadaran mereka, yang kemudian dipindahkan ke
alam Buddha yang murni.
Demikian juga, Saraha hidup sebagai tukang panah, Savaripa sebagai
pemburu, dan kebanyakan siddha India yang hebat lainnya juga menjalani
cara hidup yang sangat rendah, bahkan sering sebagai orang kasta buangan.
Oleh sebab itu adalah penting tidak menafsir perbuatan apa pun dari guru
anda secara salah. Latihlah agar anda selalu memiliki persepsi yang murni.
177
sebaiknya sangat berhati-hati. Pada akhir minggu, saya akan membuat dia
menarik kembali ucapannya."
Ia melewati minggu itu dengan berpuasa. Namun, pada pagi hari yang
ketujuh, kerongkongannya terasa sangat kering, maka ia minum sedikit air.
Tetapi ia tidak bisa mencerna air tersebut dengan baik, dan ia meninggal.
Ia terlahir kembali di taman bunga sebagai preta dengan sembilan macam
penampilan buruk.
Kapan saja anda melihat kesalahan apa pun dari guru yang mulia, kamu
seharusnya merasa sangat malu. Hal itu mencerminkan pandangan mental
anda yang tidak murni. Semua perbuatannya adalah selalu tepat dan
sempurna. Perkuat persepsi murni anda terhadapnya dan tingkatkan keya-
kinan anda.
178
apakah ada sesuatu yang diperlukan dan periksa dari waktu ke waktu
sedemikian sehingga anda dapat membawa apa pun yang ia perlukan.
Ketika berjalan dengannya sebagai pengawalnya, hindari berjalan di
depannya. Hal itu berarti membalikkan punggung anda padanya. Namun,
jangan berjalan di belakangnya, sebab anda akan menginjak jejak kakinya.
Tidak juga anda boleh berjalan disebelah kanannya, karena tempat tersebut
dianggap sebagai tempat kehormatan. Sebagai gantinya, tetap berjalan
dengan hormat di sebelah kiri dan agak di belakang. Seandainya jalan
tidak rata, tidak ada salahnya untuk minta ijin kepadanya untuk berjalan di
depan.
Jangan menginjak alas duduknya atau menggunakan bantalnya. Jangan
mengetuk pintu kamar guru dengan kasar atau membantingnya dengan
keras, tetapi lakukan dengan perlahan. Hindari semua kata-kata yang
sombong atau ketidakpuasan pada saat kehadirannya. Begitu juga, hindari
berdusta, mengatakan sesuatu dengan tanpa dipertimbangkan sebelumnya,
atau mengatakan kata-kata yang tidak tulus, tertawa dan bercanda,
bertingkah bodoh, dan mengobrol tentang sesuatu yang tidak perlu atau
tidak ada hubungannya. Belajarlah untuk bertindak dengan cara yang baik,
memperlakukannya dengan rasa hormat dan perasaan kagum, dan tidak
pernah dengan asal-asalan.
Jika ada orang yang mengkritik atau membenci guru anda, jangan
perlakukan mereka sebagai teman anda. Jika anda sanggup mengubah
sikap siapa saja yang tidak memiliki keyakinan terhadapnya atau yang
meremehkannya, anda perlu melakukannya. Tetapi jika hal itu tidak
mungkin, hindarilah terlalu terbuka dan membuat percakapan yang akrab
dengan orang-orang seperti itu.
Berapa pun banyaknya waktu yang harus anda habiskan dengan rom-
bongan pengiring guru anda atau dengan saudara-saudara vajra anda,
janganlah merasa lelah atau terganggu oleh mereka, tetaplah ramah seperti
sabuk yang nyaman. Korbankan kepentingan sendiri dan bergabunglah
dalam pekerjaan apa pun, bercampur dengan mudah bagaikan garam
dalam makanan. Ketika orang-orang berbicara dengan kasar kepada anda
atau mau bertengkar dengan anda, atau ketika tanggung-jawab yang harus
anda pikul terlalu besar, bersiaplah untuk menahan apa pun, seperti tiang
penyangga.
180
Kapan saja guru yang mulia menghimpun pahala dan kebijaksanaan
yang besar melalui aktivitas Bodhisattvanya, keikut-sertaan anda dengan
persembahan barang yang sedikit saja, atau usaha dari badan atau ucapan,
atau bahkan hanya mempersembahkan kegembiraan anda akan hal yang
dilakukannya, akan membawakan anda pahala sebanyak yang terpancar
dari niat agungnya sendiri.
Sebagai contoh, suatu ketika ada dua orang bepergian ke Lhasa. Satu-
satunya makanan yang dimiliki salah satu dari mereka adalah segenggam
tsampa berwarna coklat yang terbuat dari kacang. Ia memberinya kepada
temannya, yang mencampurnya dengan persediaannya yang berlimpah
dari tsampa gandum putih. Beberapa hari kemudian, pelancong yang lebih
kaya berkata kepada teman seperjalanannya tersebut, "Tsampa-mu
mungkin sudah habis sekarang." "Mari kita lihat," kata orang tersebut.
Lalu mereka melakukannya, dan ternyata masih ada tsampa kacang yang
tersisa. Walaupun mereka mengecek beberapa kali, tsampa kacang tidak
pernah habis, sedemikian sehingga pada akhirnya mereka harus berbagi
semua tsampa bersama.
Demikian juga, dengan hanya memberikan suatu kontribusi material
yang kecil ke dalam perbuatan positif orang lain, atau dengan mengambil
bagian secara fisik atau secara lisan, anda dapat memperoleh pahala
kebajikan sebanyak yang mereka peroleh. Khususnya, melayani keperluan
guru sehari-hari, membawakan pesan untuknya atau bahkan hanya
menyapu ruangannya merupakan suatu cara yang manjur untuk menghim-
pun pahala kebajikan. Oleh sebab itu cobalah melakukan hal-hal seperti
itu sebanyak mungkin.
181
itu, pada waktu seperti itu, bahkan memberikan sesuap makanan saja akan
lebih berharga dibanding ratusan atau ribuan persembahan pada waktu lain.
Pada tahap pengadaan dalam latihan deity, banyak bentuk yang berbeda
dari deity tertentu kepada siapa kita bermeditasi. Namun sifat dasar dari
semua deity tersebut tidak lain adalah guru akar anda. Jika anda
mengetahui hal tersebut, maka berkah akan datang dengan cepat. Semua
cara berkembangnya kebijaksanaan pada tahap kesempurnaan, hanya
tergantung pada kekuatan devosi anda terhadap guru anda. Hanya dengan
menggabungkan keyakinan dan berkah dari guru saja, maka kebijaksanaan
realisasi guru bisa timbul di dalam diri anda sendiri. Inti sari dari apa yang
harus direalisasi dalam semua tahap latihan, termasuk dalam tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan, dengan demikian adalah terkandung
dalam diri guru. Itulah sebabnya mengapa sutra dan tantra menggambar-
kan guru sebagai seorang Buddha.
Pada dasarnya, anda perlu memeriksa guru dengan hati-hati. Ini berarti
bahwa sebelum terikat dengannya melalui inisiasi dan ajaran, anda perlu
menelitinya dengan hati-hati. Jika anda menemukan bahwa ia mempunyai
semua karakteristik seorang guru, ikutilah dia. Jika ada beberapa di
antaranya yang kurang, jangan ikuti dia. Tetapi, mulai anda mengikutinya,
belajarlah untuk memiliki keyakinan padanya dan lihatlah dia dengan
persepsi yang murni, hanya memikirkan kebaikannya dan memandang apa
pun yang ia kerjakan sebagai hal yang positif. Mencari kekurangannya
hanya akan membawakan anda hal-hal buruk yang tidak dapat dibayang-
kan.
Untuk meneliti guru, pada umumnya berarti memeriksa apakah ia
memiliki semua kualitas yang diuraikan dalam sutra dan tantra. Khusus-
nya, yang mutlak diperlukan adalah bahwa ia perlu memiliki bodhichitta,
pikiran pencerahan. Oleh sebab itu meneliti seorang guru bisa diringkas
ke dalam hanya satu pertanyaan: apakah ia memiliki atau apakah ia tidak
memiliki bodhichitta. Jika ia memilikinya, ia akan melakukan apa pun
juga yang terbaik untuk para muridnya di kehidupan ini dan dalam
kehidupan yang akan datang, dan mengikutinya tidak bisa lain dari pada
menguntungkan. Dharma yang diajar oleh guru seperti itu ada hubungan
dengan Kendaraan Agung, dan hanya akan menuntun anda ke jalur yang
otentik. Pada sisi lain, seorang guru yang kekurangan bodhichitta masih
mempunyai keinginan yang egois, dan dengan demikian tidak bisa
mengubah sikap para muridnya dengan baik. Dharma yang diajarkan,
bagaimanapun mengagumkan dan dalam tampaknya, hanya akan
bermanfaat untuk hal-hal biasa dari kehidupan sehari-hari.
183
Oleh karena itu pertanyaan yang satu ini meringkas semua poin yang
lain untuk diteliti pada seorang guru. Jika hati guru berisi bodhichitta,
ikuti dia, sebagai apa pun ia mungkin tampak secara luarnya. Jika ia
kekurangan bodhichitta, jangan ikuti dia, bagaimanapun sempurnanya
kekecewaannya terhadap dunia, ketetapan hatinya untuk memperoleh
pembebasan, ketekunan latihannya dan sikap yang tampak pada mulanya.
Untuk orang-orang biasa seperti kita, bagaimanapun, tidak ada jumlah
penelitian saksama yang dapat mengungkapkan kepada kita kualitas yang
luar biasa dari makhluk yang mulia, yang menyembunyikan sifat mereka
yang sebenarnya. Sementara itu, jumlah penipu yang mengaku orang suci
berlimpah, trampil dalam seni penipuan. Guru yang tertinggi adalah
dengan siapa kita berhubungan dalam kehidupan yang terdahulu. Buat dia,
penelitian kita adalah tidak perlu. Hanya bertemu dengannya saja, hanya
mendengar suaranya saja – atau bahkan hanya mendengar namanya saja –
dapat mengubah segalanya dengan segera dan menggerakkan keyakinan
kita sehingga bulu kuduk kita berdiri.
Pada tahap akhir, meneladani perbuatan dan realisasi guru, yang terdiri
dari secara hati-hati meneliti cara ia bertindak dan melakukannya persis
seperti yang ia lakukan. Sebagaimana kata peribahasa, "Setiap perbuatan
adalah suatu tiruan; ia yang meniru terbaik, akan melakukannya terbaik."
Bisa dikatakan bahwa praktek Dharma adalah meniru Buddha dan
Bodhisattva masa lampau. Sebagai seorang murid yang belajar meniru
gurunya, ia harus menyesuaikan diri dengan sungguh-sungguh cara
bertindak dan realisasi guru. Murid harus seperti tsa-tsa cetakan dari guru
tersebut. Sebagaimana halnya tsa-tsa adalah reproduksi semua pola yang
terukir pada cetakan, dengan cara yang sama, murid perlu meyakinkan
dirinya bahwa ia memperoleh kualitas serupa dengan, atau sedikitnya
sangat dekat dengan yang dimiliki gurunya.
Seseorang yang awalnya meneliti gurunya, kemudian mengikutinya
dengan trampil, dan akhirnya meneladani perbuatan dan realisasinya
dengan trampil, akan selalu dalam alur yang otentik.
185
Pertama-tama akan diceritakan bagaimana Bodhisattva Sadaprarudita
menjadi murid Dharmodgata. 131 Sadaprarudita sedang mencari Prajna-
paramita, ajaran kebijaksanaan transenden. Pada suatu hari, pengemba-
raannya membawanya ke sebidang tanah kosong, di mana ia mendengar
suara dari langit yang berkata, " O putra yang beruntung, pergilah ke arah
timur dan kamu akan mendengar Prajnaparamita. Janganlah hiraukan
tidur, lelah, panas atau dingin, siang hari atau malam hari. Janganlah
melihat ke kanan maupun ke kiri. Dengan segera kamu akan menerima
Prajnaparamita dalam wujud buku atau dari seorang biarawan yang
mengajar Dharma. Pada waktu itu, putra yang beruntung, ikuti orang yang
mengajar kamu Prajnaparamita, dan anggaplah dia gurumu dan muliakan
Dharmanya. Sekalipun kamu melihat dia menikmati lima kesenangan
indera, sadarlah bahwa Bodhisattva adalah trampil dalam cara, dan
janganlah pernah hilangkan keyakinanmu padanya."
Mendengar kata-kata itu, Sadaprarudita berangkat ke arah timur. Tidak
jauh dari sana, ia menyadari bahwa ia telah lupa untuk bertanya kepada
suara tersebut berapa jauh ia perlu pergi – jadi ia tidak tahu bagaimana
cara menemukan guru Prajnaparamita-nya. Sambil menangis dan meratap,
ia berjanji untuk mengabaikan kelelahan, rasa lapar, dahaga dan tidur,
siang atau malam sampai ia telah menerima ajaran tersebut. Ia sangat
menderita, seperti seorang ibu yang telah kehilangan anak tunggalnya.
Pikirannya terpukau dengan hanya satu pertanyaan: Kapankah ia akan
mendengar Prajnaparamita?
Pada saat itu, muncul seorang Tathagata di depannya dan memujinya
mencari Dharma. "Lima ratus yojana dari sini," Tathagata tersebut
menambahkan: "Ada satu kota yang disebut Kota Dupa. Kota tersebut
dikelilingi oleh lima ratus taman yang terbuat dari tujuh barang berharga
dan memiliki semua kualitas yang sempurna. Di tengah-tengah kota itu,
pada persimpangan empat jalan yang lebar, terdapat istana tempat
kediaman Bodhisattva Dharmodgata. Istana tersebut juga terbuat dari
tujuh benda berharga, dan kelilingnya mencapai satu yojana. Disana, di
dalam taman dan tempat yang menyenangkan lainnya, tinggallah sang
Bodhisattva Dharmodgata yang agung beserta rombongan pengiringnya.
Ditemani oleh enam puluh delapan ribu wanita, ia menikmati kesenangan
lima indera, di mana ia telah menguasai sepenuhnya dan dengan penuh
kegembiraan melakukan apa pun juga yang ia inginkan. Sepanjang
seluruh masa lampau, masa kini dan masa depan, ia mengajar
131
Nama Sadaprarudita artinya "Yang Selalu Menangis." Dharmodgata berarti " Dharma
yang Mulia."
186
Prajnaparamita kepada mereka yang tinggal di sana. Pergilah kepadanya,
dan kamu akan dapat mendengar ajaran Prajnaparamita darinya!"
Sadaprarudita tidak bisa berpikir tentang hal lain kecuali apa yang telah
didengarnya. Dari tempat di mana ia sedang berdiri, ia bisa mendengar
suara Bodhisattva Dharmodgata sedang mengajar Prajnaparamita. Ia
mengalami banyak macam konsentrasi mental. Ia dapat melihat berbagai
dunia di sepuluh penjuru alam semesta, dan melihat Buddha yang tak
terhitung banyaknya mengajar Prajnaparamita. Mereka menyanyikan
pujian kepada Dharmodgata sebelum menghilang. Dengan penuh kegem-
biraan, keyakinan dan rasa bakti kepada Bodhisattva Dharmodgata,
Sadaprarudita bimbang bagaimana ia mungkin hadir di sana.
"Saya orang miskin," pikirnya. "Saya tidak punya apa pun untuk
menghormatinya, tidak ada pakaian atau permata, tidak ada parfum atau
karangan bunga, maupun benda apa pun untuk memberi penghormatan
kepada seorang teman spiritual. Maka saya akan menjual daging badan
saya sendiri, dan dengan benda-benda yang saya terima, saya akan
menghormati Bodhisattva Dharmodgata. Sepanjang waktu yang tak
berawal dalam samsara, saya sudah menjual daging saya tidak terhitung
kalinya. Dan sudah tak terhitung kalinya juga saya telah dipotong-potong
dan dibunuh di neraka di mana keinginanku sendiri yang telah menyeret
saya ke sana – tetapi tidak pernah menerima suatu ajaran seperti ini atau
untuk menghormati guru yang mulia seperti itu!"
Ia pergi ke tengah pasar dan mulai berseru "Ada yang ingin seorang
laki-laki? Ada yang ingin membeli seorang laki-laki?"
Tetapi Mara cemburu bahwa Sadaprarudita sedang mengalami
percobaan seperti itu demi Dharma. Ia membuat semua orang tidak bisa
mendengar kata-katanya. Mengetahui tak seorang pun ingin membelinya,
Sadaprarudita pergi ke sudut pasar dan duduk menangis, air mata
mengucur dari matanya.
Indra, raja para dewa, memutuskan untuk menguji tekadnya. Ia
menyamar sebagai seorang brahmana muda, menampakkan diri di depan
Sadaprarudita dan berkata, “Saya tidak memerlukan seseorang yang utuh.
Saya hanya memerlukan beberapa potong daging manusia, beberapa
potong lemak dan beberapa sumsum tulang manusia untuk membuat suatu
persembahan. Jika kamu dapat menjualnya kepadaku, aku akan memba-
yarnya."
Dengan sangat gembira, Sadaprarudita mengambil pisau tajam dan
memotong lengan kanan sehingga darah menyembur ke luar. Kemudian ia
mengerat semua daging kaki kanannya. Ketika ia sedang bersiap-siap
187
untuk menghempaskan tulangnya ke dinding, putri seorang saudagar kaya
melihatnya dari lantai atas rumahnya dan bergegas menuju tempatnya.
"Orang yang mulia, mengapa anda menyakiti diri anda seperti itu?" ia
bertanya.
Ia menerangkan bahwa ia ingin menjual dagingnya sedemikian se-
hingga ia dapat memberi persembahan kepada Bodhisatva Dharmodgata.
Ketika anak perempuan muda bertanya manfaat apa yang akan ia
peroleh dari penghormatan seperti itu, Sadaprarudita menjawab, "Ia akan
mengajar saya metoda yang handal dari Bodhisattva dan Prajnaparamita.
Jika saya kemudian melatih diri dengan ajaran tersebut, saya akan
mencapai kemahatahuan, memiliki banyak kualitas seorang Buddha dan
bisa berbagi Dharma yang mulia dengan semua makhluk."
"Ini pasti benar," kata anak perempuan itu, "memang masing-masing
kualitas itu semua memerlukan persembahan badan sebanyak butir pasir di
sungai Gangga. Tetapi janganlah menyakiti diri anda! Saya akan membe-
rimu apa pun yang kamu perlukan untuk menghormati Bodhisattva
Dharmodgata, dan saya sendiri akan pergi bersamamu untuk melihatnya.
Dengan melakukan demikian, saya akan menciptakan akar pahala yang
memungkinkan saya mencapai kualitas yang sama."
Ketika ia selesai berbicara, Indra menjelma kembali ke dalam
bentuknya sendiri dan berkata kepada Sadaprarudita; "Saya Indra, Raja
para dewa. Saya datang untuk menguji tekad anda. Saya akan memberi-
mu apa pun juga yang kamu inginkan. Anda tinggal minta."
"Berikan saya kualitas yang tak tertandingi dari para Buddha!" jawab
Sadaprarudita.
"Saya tidak dapat mengabulkan permintaanmu" kata Indra. "Hal seperti
itu di luar kuasa saya."
"Kalau begitu, anda tidak perlu repot-repot membuat badan saya utuh
lagi," kata Sadaprarudita. "Saya akan memohon berkah dari kebenaran.
Dengan berkah ramalan para Buddha bahwa saya tidak pernah akan
kembali ke alam samsara, dengan kebenaran dari tekad saya yang teguh
dan tertinggi, dan oleh kebenaran dari kata-kataku, jadilah badan saya
seperti dahulu!"
Oleh kata-kata ini, badannya menjadi persis sebagaimana sebelumnya.
Dan Indra pun menghilang.
Sadaprarudita pergi dengan putri saudagar ke rumah orangtuanya, dan
menceritakan kepada mereka ceritanya. Mereka memberinya berbagai
barang yang bakal ia perlukan untuk persembahan. Kemudian bersama-
sama dengan putri saudagar dan orang tuanya, dengan ditemani oleh lima
188
ratus pelayan wanita dan rombongannya, mereka berangkat dengan kereta
ke arah timur, dan tiba di Kota Dupa. Di sana ia melihat Bodhisattva
Dharmodgata sedang membabarkan Prajnaparamita kepada beribu-ribu
orang. Penglihatan tersebut memberinya kebahagiaan yang dialami
seorang biarawan ketika terserap dalam keheningan meditasi. Seluruh
rombongan turun dari kereta mereka dan pergi menemui Dharmodgata.
Pada waktu itu, Dharmodgata telah membangun suatu kuil untuk
Prajnaparamita. Kuil tersebut terbuat dari tujuh macam benda yang
berharga, dihiasi dengan kayu cendana merah dan dilapisi dengan hiasan
dari mutiara dan permata. Pada setiap dari empat penjuru mata angin ada
suatu pelita permata pengabul harapan dan suatu tempat pembakaran dupa
dari perak, yang mana daripadanya tersebar semerbak wangi dupa cendana.
Di pusat kuil ada empat peti yang dihiasi dengan permata berharga berisi
kitab-kitab Prajnaparamita yang terbuat dari emas, tertulis dengan tinta
batu lazuardi. Melihat para dewa dan orang-orang memberikan
persembahan, Sadaprarudita memohon penerangan. Dan kemudian,
dengan ditemani oleh putri, saudagar dan lima ratus pelayan, mereka juga
memberikan persembahan yang baik sekali.
Kemudian mereka mendekat ke Dharmodgata yang sedang memberi
ajaran kepada para muridnya dan menghormatinya dengan semua
persembahan mereka. Putri saudagar dan pelayan-pelayannya mengambil
janji bodhichitta yang mulia. Sadaprarudita bertanya kepadanya dari mana
Buddha yang telah dilihat sebelumnya dan ke mana mereka telah pergi.
Dharmodgata menjawab dengan bab yang menjelaskan bahwa Buddha
tidak datang maupun pergi. Ia kemudian meninggalkan tempat duduknya
dan pergi ke tempat tinggalnya, di mana ia tinggal dalam keadaan
konsentrasi yang terus menerus selama tujuh tahun.
Sepanjang seluruh masa tersebut, Sadaprarudita, putri saudagar dan
lima ratus pelayan tidak duduk ataupun berbaring, tetapi tetap berdiri
dengan kaki mereka. Ketika mereka diam tidak bergerak atau berjalan
berkeliling, pikiran mereka hanya bertumpu pada waktu di mana
Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan mengajar Dharma
sekali lagi. Ketika waktu tujuh tahun hampir berakhir, Sadaprarudita
mendengar para dewa mengumumkan bahwa dalam tujuh hari Bodhisattva
Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan akan mulai mengajar
lagi. Dengan lima ratus gadis pelayan, ia menyapu sepanjang satu yojana
ke setiap arah di mana Dharmodgata akan mengajar. Ketika ia mulai
memercikan air di tempat itu untuk mengendapkan debu, Mara membuat
semua air hilang lenyap. Maka Sadaprarudita memotong pembuluh
189
darahnya dan meneteskan darahnya sendiri di tempat itu. Putri saudagar
dan kelima ratus pelayannya melakukan hal yang sama. Indra, raja para
dewa, memberkati darah mereka dengan kayu cendana merah surgawi,
sehingga tempat tersebut berwarna merah. 132 Akhirnya, Bodhisattva
Dharmodgata tiba dan duduk di atas singasana yang disediakan dengan
sempurna oleh Sadaprarudita dan yang lainnya. Dengan rinci ia
menguraikan Prajnaparamita. Sadaprarudita mengalami enam juta
keadaan konsentrasi yang berbeda dan melihat penampakan para Buddha
dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya – suatu penampakan yang
tidak pernah lagi meninggalkannya sekalipun dalam mimpinya. Dikatakan
bahwa ia sekarang tinggal dan melatih diri di bawah Buddha Suara Tak
Terbatas.
132
Konon, tempat tersebut berada di kota Chengdu, China sekarang ini.
190
Tulang sendi Naropa semua menjadi kaku. Ia mengalami sakit yang tak
tertahankan dan sangat menderita. Guru kemudian meninggalkannya.
Ketika ia kembali beberapa hari kemudian, ia mencabut serpihan-serpihan
tersebut. Darah dan nanah mengucur dalam jumlah yang sangat besar dari
luka Naropa. Sekali lagi Tilopa memberkatinya dan melanjutkan perjalan-
an lagi bersamanya.
"Naropa," ia berkata pada hari berikut, "Saya lapar. Pergi dan minta
makanan untukku!" Naropa pergi ke suatu tempat di mana kerumunan
besar pekerja kebun sedang sibuk makan. Dari mereka ia memohon satu
mangkok tengkorak 133 penuh dengan sup, lalu dibawa kepada gurunya.
Tilopa makan dengan lahapnya dan tampaknya sangat gembira.
Naropa berpikir, "Dalam semua waktu yang lama saya melayaninya,
saya belum pernah melihat guruku begitu bahagia. Barangkali jika aku
minta lagi, aku dapat mendapatkan tambahan lagi."
Ia berangkat untuk meminta lagi dengan mangkok tengkorak di
tangannya. Namun saat itu para pekerja telah kembali ke kebun mereka,
dengan menyisakan sup di tempat semula.
"Satu-satunya jalan hanya dengan mencuri," pikir Naropa. Lalu ia
mengambil sup dan lari dengan sup tersebut.
Tetapi pekerja-pekerja melihatnya. Mereka menangkapnya dan me-
mukulnya sampai hampir mati. Ia begitu sakit sehingga tidak bisa bangun
selama beberapa hari. Lagi-lagi gurunya tiba, memberkatinya dan memba-
wanya berkelana dengannya seperti dulu.
"Naropa," ia berkata pada suatu hari, "Aku butuh banyak uang. Pergi
dan curi beberapa."
Maka Naropa pergi mencuri uang dari seorang orang kaya, tetapi ia
tertangkap dalam aksinya. Ia dipegang, dipukul, dan ditinggal dalam
keadaan sekarat. Beberapa hari kemudian Tilopa tiba dan bertanya,
"Apakah kamu merasa sakit?" Mendapat jawaban yang sama dengan dulu,
ia memberkati Naropa, dan mereka pergi lagi.
Naropa mengalami dua belas penderitaan utama dan dua belas
penderitaan kecil lainnya seperti ini – duapuluh empat penderitaan yang
harus ia alami lebih dulu dalam satu kehidupan. Dan kini mereka berakhir.
Suatu hari Tilopa berkata, "Naropa, pergi dan ambilkan air. Aku akan
tinggal di sini dan membuat api."
133
Skt. kapala. Mangkok dari tengkorak: Puncak tengkorak digunakan oleh yogi sebagai
mangkok.
191
Ketika Naropa kembali membawa air, Tilopa beranjak dari samping
perapian dan memegang kepala Naropa dengan tangan kirinya.
"Tunjukkan aku dahimu," perintahnya.
Dengan tangan kanannya ia mencopot sandalnya dan memukul
muridnya dengan sandal tersebut. Naropa kehilangan kesadaran. Ketika
ia sadar, semua kualitas pikiran kebijaksanaan gurunya telah muncul
dalam dirinya. Guru dan murid telah menjadi satu dalam realisasi.
Pandita Naropa mengalami duapuluh empat percobaan. Namun, kenya-
taannya, karena hal itu adalah instruksi gurunya, maka percobaan tersebut
menjadi cara yang handal untuk menghapuskan kegelapan batinnya.
Sekilas hal itu tampaknya seperti penderitaan tanpa makna, dan tidak ada
seorang pun akan berpikir hal itu adalah Dharma. Sesungguhnya, sang
guru tidak pernah mengucapkan ajaran sedikit pun dan sang murid tidak
pernah melakukan latihan, dan malah tidak pernah bernamaskara sekali
pun. Bagaimanapun, sekali Naropa berjumpa dengan seorang siddha yang
sudah cerah, ia mematuhi semua perintah dengan mengabaikan semua
kesulitan. Dengan melakukan demikian, ia mencapai pemurnian dari
kegelapan batinnya, sehingga realisasi timbul dalam dirinya.
Tidak ada latihan Dharma yang lebih besar dari pada mematuhi seorang
guru. Manfaatnya tak terukur, sebagamana yang dapat kita lihat di sini.
Pada sisi lain, mengabaikan perintah atau menentang guru, meski dalam
hal yang kecil, adalah kesalahan besar.
Suatu ketika, Tilopa melarang Naropa menerima posisi pandita
pengawal gerbang pada Vikramasila. 134 . Tetapi ketika Naropa tiba di
Magadha beberapa waktu kemudian, pandita yang memegang posisi itu
telah meninggal. Karena tidak ada satu orang pun selain ia yang mampu
berdebat dengan para tirthika, mereka semua memohon Naropa untuk
memegang posisi pelindung gerbang utara. Mereka menekannya dengan
bersikeras sampai ia terpaksa menerima. Tetapi ketika seorang tirthika
datang berdebat, Naropa beragumentasi dengannya sampai beberapa hari
tanpa mampu mengalahkannya. Ia berdoa kepada gurunya sampai akhir-
nya pada suatu hari Tilopa menampakkan diri kepadanya, memperhatikan-
nya dengan tatapan yang tajam.
"Kamu tidak memiliki banyak belas kasih jika harus begitu lama baru
datang," komplain Naropa.
"Bukankah saya telah melarang kamu untuk mengambil posisi pelin-
dung gerbang?" Tilopa menjawab dengan ketus. "Sudahlah. Selagi kamu
134
Salah satu dari ketiga universitas keviharaan yang besar Buddhis India. Yang lainnya
adalah Nalanda dan Odantapuri.
192
berdebat dengan tirthika tersebut, bayangkan aku di atas kepalamu dan
buat isyarat mengancam padanya!"
Naropa melakukan seperti yang Tilopa katakan kepadanya, meme-
nangkan debatnya dan mengakhiri semua argumentasi dengan tirthika
tersebut.
135
Kira-kira setebal satu meter.
193
Setelah menerima inisiasi dan instruksi, Mila berpikir pada dirinya,
"Hanya perlu dua minggu buat saya untuk memperoleh tanda-tanda utama
keberhasilan membaca jampi, dan cukup tujuh hari buat saya untuk
membuat hujan badai. Sedangkan ini malah adalah suatu ajaran yang
lebih mudah dari pada menyantet dan mendatangkan badai – jika kamu
bermeditasi di siang hari, kamu akan menjadi Buddha pada hari itu juga,
jika kamu bermeditasi di waktu malam hari, kamu akan menjadi Buddha
malam itu juga – dan jika perbuatan masa lampaumu sudah menciptakan
kondisi-kondisi yang sesuai, kamu tidak perlu bermeditasi sama sekali!
Melihat bagaimana aku berjumpa dengan ajaran ini, aku mestinya
seseorang yang memiliki perbuatan baik di masa lampau."
Maka ia tinggal di tempat tidur tanpa bermeditasi. Dengan begitu
praktisi dan ajaran menjadi berpisah.
"Adalah benar apa yang kamu ceritakan kepadaku," Lama berkata
kepadanya beberapa hari sesudahnya. "Kamu benar-benar seorang pendosa,
dan aku sudah memuji ajaranku sedikit terlalu tinggi. Maka sekarang aku
tidak akan membimbing kamu lagi. Kamu perlu pergi ke Vihara
Trowolung di Lhodrak, di mana ada seorang murid langsung dari siddha
India Naropa sendiri. Ia adalah guru yang paling sempurna, raja penter-
jemah Marpa. Ia adalah siddha dari Tradisi Mantra Baru dan tidak ada
bandingannya dalam seluruh tiga alam. Karena kamu dan dia memiliki
mata rantai yang membentang dari perbuatan dalam kehidupan yang
terdahulu, pergi dan jumpai dia!"
Nama dari Marpa penterjemah sendiri saja cukup membuat pikiran
Mila diliputi dengan kegembiraan yang tak dapat dilukiskan. Ia telah
dipenuhi kebahagiaan di mana tiap pori-pori badannya merinding, dan
devosi yang tak terhingga meliputinya, sehingga ia berlinang air mata. Ia
berangkat, sambil merasa ragu apakah ia akan bertemu dengan gurunya
secara langsung.
Sementara itu, Marpa dan isterinya kedua-duanya mempunyai mimpi
yang luar biasa. Marpa tahu bahwa Jetsun Mila sudah dalam perjalan-
annya. Ia turun ke lembah untuk menunggu kedatangannya dengan
berpura-pura membajak sebidang tanah. Mila mula-mula berjumpa de-
ngan putra Marpa, Tarma Dodé, yang sedang mengembala ternak.
Berjalan sedikit maju ke depan, ia melihat Marpa yang sedang membajak.
Pada waktu penglihatan Mila tertuju kepadanya, untuk sekejap ia
mengalami kebahagiaan dan kegembiraan luar biasa yang tak dapat
dilukiskan. Semua pikirannya yang biasa menjadi berhenti. Meskipun
194
begitu, ia tidak menyadari bahwa itu adalah Lama sendiri, dan ia
menerangkan kepadanya bahwa ia datang untuk bertemu dengan Marpa.
"Saya sendiri akan memperkenalkan kamu kepadanya," jawab Marpa.
"Tolong bajak tanah ini" Sambil meninggalkan kepadanya satu kendi bir,
ia pun pergi dari sana. Mila meneguk isi kendi itu sampai tetes terakhir,
lalu mulai bekerja. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, putra
Lama datang, dan mereka pergi bersama-sama.
Ketika Mila dibawa ke tempat Lama, ia mengangkat tapak kaki Marpa
ke atas puncak kepalanya dan berseru, "O, Guru! Saya adalah seorang
pendosa berat dari daerah barat! Saya mempersembahkan tubuh, ucapan
dan pikiran saya. Tolong beri makan dan pakaian dan mengajar Dharma
kepada saya. Berikanlah saya cara untuk menjadi Buddha dalam kehidup-
an ini!"
"Bukan salah saya kalau kamu bilang kamu adalah orang jahat seperti
itu," jawab Marpa. "Saya tidak meminta kamu untuk menimbun per-
buatan jahat tersebut atas tanggung jawab saya! Apa gerangan kesalahan
yang sudah kamu lakukan?"
Mila menceritakan seluruh ceritanya perbuatan jahatnya secara rinci.
"Baik sekali," Marpa mengiakan, "bagaimanapun, mempersembahkan
tubuh, ucapan dan pikiran adalah suatu hal yang baik. Soal makanan,
pakaian dan Dharma, kamu tidak bisa mendapatkan ketiga-tiganya. Saya
akan memberimu makanan dan pakaian, dan kamu cari Dharma di tempat
lain, atau kamu mendapatkan Dharma-mu dariku dan mencari yang
lainnya ke tempat lain. Tetapkan niatmu. Dan jika Dharma yang kamu
pilih, bisa atau tidaknya kamu mencapai kebuddhaan dalam kehidupan ini
tergantung pada ketekunanmu sendiri."
"Kalau begitu," Mila berkata, "karena saya datang untuk Dharma, saya
akan mencari bekal dan pakaian di tempat lain."
Sesudah tinggal beberapa hari di tempat guru, ia pergi ke luar untuk
meminta-minta ke bagian atas dan bawah desa Lhodrak, sehingga
mendapatkan dua puluh satu takaran gandum. Ia menggunakan empat
belas takaran gandum tersebut untuk membeli satu pot tembaga berkaki
empat. Dengan menempatkan sisa tujuh takaran gandum dalam sebuah
karung, ia kembali untuk mempersembahkan barang dan pot itu kepada
Marpa.
Ketika ia meletakkan karung gandum tersebut, ruangan menjadi ber-
guncang. Marpa bangun dari tempat duduknya.
"Ternyata kamu seorang biarawan kecil yang kuat!" ia berkata.
"Apakah kamu berusaha membunuh kami semua dengan membuat rumah
195
ini roboh dengan tangan kosong? Bawa karung gandum itu keluar dari
sini!" Ia menendang karung tersebut, dan Mila harus membawanya keluar.
Kemudian ia memberi Marpa pot kosong tersebut.
Suatu hari Marpa berkata kepadanya: "Orang-orang dari Yamdrok,
Taklung dan Lingpa sering menyerang murid-murid setia saya yang datang
mengunjungiku dari U dan Tsang, dan mencuri bekal dan persembahan
mereka. Timpakan hujan es dan angin badai pada mereka! Karena hal ini
adalah juga semacam Dharma, aku akan memberikan instruksi kepadamu
setelah itu."
Mila mendatangkan hujan es dengan angin badai yang meluluh-
lantakkan kedua daerah itu dan kemudian pergi meminta ajaran.
"Kamu pikir aku akan memberimu ajaran yang saya bawa dari India
dengan susah payah sebagai pengganti tiga atau empat hujan es batu? Jika
kamu benar-benar menginginkan Dharma, lontarkan jampi pada penduduk
di bukit Lhodrak. Mereka menyerang murid-muridku dari Nyaloro dan
tidak menunjukkan rasa hormat kepadaku. Kalau sudah ada tanda bahwa
jampimu telah bekerja, aku akan memberimu instruksi lisan Naropa, yang
membawa ke kebuddhaan dalam satu tubuh dan kehidupan.”
Ketika tanda dari jampi yang jahat muncul, Mila meminta Dharma.
"Hah?! Barangkali buat membayar penghormatan atas perbuatan jahat
yang kamu tumpuk, sehingga kamu menuntut menginginkan instruksi lisan
yang saya dapatkan dengan tanpa mempertimbangkan resiko jiwa dan
badanku sendiri – instruksi yang masih hangat dengan nafas dakini? 136
Saya pikir kamu mesti bercanda! Namun saya pikir hal ini keterlaluan.
Selain saya, semua orang ingin membunuhmu! Sekarang, hidupkan
kembali orang-orang yang tinggal di punggung bukit itu dan kembalikan
kepada orang-orang Yamdrok panen mereka. Kamu akan mendapatkan
ajaran jika kamu lakukan begitu – atau sebaliknya jangan ganggu saya
lagi!"
Mila sepenuhnya dihancurkan oleh cercaan tersebut. Ia hanya dapat
duduk dan menangis dengan bercucuran air mata. Pagi berikutnya, Marpa
datang untuk melihatnya.
"Saya sedikit kasar denganmu semalam," ia berkata. "Janganlah
bersedih. Saya akan memberimu instruksi sedikit demi sedikit. Bersa-
barlah. Karena kamu adalah seorang pekerja yang baik, saya ingin kamu
membangun satu rumah untuk diberikan kepada Tarma Dodé. Ketika
kamu telah menyelesaikannya, saya akan memberimu instruksi, juga
pakaian dan makanan."
136
Maksudnya ajaran yang masih di bawah perlindungan dakini dan belum tercemar.
196
"Tetapi bagaimana kalau saya meninggal tanpa mendapatkan Dharma?"
Mila bertanya.
"Saya bertanggung jawab membuat hal tersebut pasti tidak terjadi,”
kata Marpa. "Ajaranku bukan sekedar bual kosong, dan karena kamu
sungguh-sungguh memiliki ketekunan yang luar biasa, kalau kamu melatih
instruksiku dengan tekun, mungkin kamu dapat mencapai kebuddhaan
dalam satu kehidupan saja."
Sesudah memberi dorongan dengan cara yang sama, ia menyuruh Mila
membangun tiga rumah satu demi satu berturut-turut: sebuah rumah
berbentuk lingkaran di kaki bukit sebelah timur, sebuah rumah berbentuk
setengah lingkaran di sebelah barat dan sebuah rumah berbentuk segi tiga
di sebelah utara. Tetapi setiap kali begitu rumah tersebut selesai separuh,
Marpa akan mencaci maki Mila dengan marah. Ia menyuruhnya
merobohkan apa pun yang telah ia bangun dan mengembalikan semua
tanah dan batu yang telah ia gunakan ke tempat di mana ia menemukannya.
Suatu luka menganga timbul pada punggung Mila, tetapi ia berpikir,
"Jika saya tunjukkan kepada Guru, ia hanya akan memarahi saya juga.
Saya bisa menunjukkannya kepada isterinya, tetapi itu hanya akan bikin
ribut saja." Maka ia hanya bisa menangis, tetapi dengan tidak menunjuk-
kan lukanya, ia memohon isteri Marpa untuk membantunya meminta
ajaran.
Isteri Marpa meminta Marpa untuk mengajar Mila, dan Marpa menja-
wab, "Siapkan makanan yang baik dan bawa dia kesini!" Marpa memberi
Mila transmisi dan janji perlindungan.
"Semua ini," ia berkata, "adalah apa yang disebut Dharrna dasar. Jika
kamu meginginkan instruksi yang luar biasa dari Mantrayana Rahasia, hal
yang harus kamu lewati adalah seperti ini..." dan ia menceriterakan dengan
ringkas cerita kehidupan dan percobaan dari Naropa. "Akan sulit untukmu
melakukan hal yang sama," ia menyimpulkan.
Mendengar kata-kata ini, Mila merasakan suatu rasa bakti yang kuat,
sehingga air matanya mengucur dengan deras. Dengan tekad yang sengit
ia berjanji untuk berbuat apa pun juga yang diperintahkan gurunya.
Beberapa hari kemudian, Marpa berjalan-jalan dan membawa Mila
dengannya sebagai pelayannya. Mereka pergi ke arah barat daya dan
sampai pada suatu cekungan. Ia berkata, "Buatkan aku suatu menara bujur
sangkar abu-abu di sini. Sembilan tingkat tingginya. Dengan puncak di
atasnya, sehingga semuanya menjadi sepuluh tingkat. Kamu tidak akan
disuruh merobohkan bangunan ini, dan ketika kamu telah menyelesaikan-
197
nya, saya akan memberimu instruksi. Saya juga akan memberimu bekal
ketika kamu retret berlatih."
Mila menggali dasar dan mulai membangun bangunan tersebut. Tak
lama kemudian datang tiga orang murid gurunya yang lebih senior. Iseng-
iseng, mereka menggulingkan satu batu yang sangat besar untuknya. Mila
menyatukan batu tersebut dalam fondasi bangunan. Ketika ia telah
menyelesaikan dua tingkat, Marpa datang untuk melihatnya dan ia
bertanya darimana Mila mengambil batu besar tersebut. Mila mencerita-
kan kepadanya apa yang telah terjadi.
"Murid-muridku yang berlatih dua tahap 137 yoga tidak seharusnya
menjadi pelayanmu!" teriak Marpa. "Keluarkan batu itu dari sini dan
letakkan kembali ke tempat semula!"
Mila merobohkan seluruh menara mulai dari puncak. Ia mencabut batu
fondasi besar tersebut dan mengembalikan ke tempat semula.
Kemudian Marpa berkata kepadanya, "Sekarang bawa batu itu ke sini
lagi dan taruh kembali ke dalam."
Maka Mila membawanya kembali dan menaruh ke tempat yang sama
seperti sebelumnya. Ia terus membangun sampai ia telah menyelesaikan
tingkat yang ketujuh. Waktu itu muncul satu luka menganga pada
pinggulnya.
"Sekarang hentikan membangun menara," kata Marpa, "dan sebagai
gantinya buatkan saya satu kuil di bawah sana, dengan satu ruangan yang
bertiang dua belas dan satu tempat suci yang terangkat."
Maka Mila membangun kuil tersebut, dan pada saat ia hampir
menyelesaikannya, tiba-tiba timbul luka pada bagian bawah punggungnya.
Pada waktu itu, Metön Tsönpo dari Tsangrong meminta inisiasi
Cakrasamvara, dan Tsurtön Wangé dari Döl meminta inisiasi
Guhyasamaja. Atas kedua kesempatan tersebut, Mila berharap bahwa
pekerjaan bangunannya yang hampir rampung sudah memberinya hak
untuk mendapatkan inisiasi. Ia ikut duduk dalam upacara. Tetapi yang ia
dapatkan dari Marpa adalah pukulan dan teguran. Ia diusir keluar pada
dua upacara tersebut. Luka di punggungnya kini menjadi sangat besar
dengan darah dan nanah mengalir dari tiga tempat. Meskipun demikian, ia
melanjutkan pekerjaannya. Sebagai gantinya, ia sekarang membawa
keranjang berisi tanah di depan.
Ketika Ngoktön Chödor dari Shung datang untuk meminta inisiasi
Hevajra, isteri Marpa memberi Mila satu pirus besar yang berasal dari
warisan milik pribadinya. Dengan menggunakannya sebagai persem-
137
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
198
bahan untuk inisiasi, Mila ikut duduk dalam barisan calon inisiasi. Tetapi
sama seperti sebelumnya, guru memarahinya dan menderanya. Ia tidak
menerima ajaran sama sekali.
Kali ini Mila merasa tidak ragu lagi: ia tidak pernah akan menerima
ajaran. Ia pergi mengembara dengan arah tidak menentu. Suatu keluarga
di Lhodrak Khok menyewakannya untuk membaca Kebijaksanaan
Transenden Dalam Delapan Ribu Ayat. Ia sampai kepada cerita tentang
Sadaprarudita, dan hal itu membuatnya berpikir. Ia menyadari bahwa
demi Dharma ia harus menerima semua kesukaran dan menyenangkan
gurunya dengan melakukan apa pun juga yang diperintahkan.
Maka ia kembali. Tetapi lagi-lagi Marpa menyambutnya dengan
omelan dan pukulan. Mila menjadi sangat putus asa. Isteri Marpa me-
ngirimnya ke Lama Ngokpa, yang memberinya beberapa instruksi. Tetapi
ketika ia bermeditasi, tidak ada apa pun yang terjadi, karena ia tidak
mendapat persetujuan gurunya. Kemudian sesuai dengan pesan Marpa,
maka ia kembali bersama Lama Ngokpa ke tempat Marpa.
Suatu hari, dalam suatu puja persembahan, Marpa menegur Mila, Lama
Ngokpa dan isteri Marpa dengan keras. Kemudian ia memukul mereka
dan mengusir mereka keluar dari acara tersebut. Mila berpikir kepada
dirinya, "Karena karma kejahatanku, tidak hanya diriku menderita oleh
karena kesalahan dan kegelapanku yang berat, tetapi sekarang saya juga
membawa berbagai kesulitan pada Lama Ngokpa dan pasangan guruku.
Karena aku hanya menimbun semakin banyak perbuatan buruk tanpa
menerima ajaran sedikit pun, lebih baik aku habisi diriku saja."
Ia bersiap-siap bunuh diri. Lama Ngokpa sedang berusaha untuk
menghentikannya ketika Marpa menjadi tenang dan memanggil mereka
berdua. Ia menerima Mila sebagai murid, memberinya banyak nasihat
yang baik dan memberi nama Mila Dorje Gyaltsen, "Mila Panji Vajra".
Ketika Marpa memberinya inisiasi Cakrasamvara, ia membuat mandala
enam puluh dua deity tampak dengan jelas. Mila kemudian menerima
nama rahasia Shepa Dorje, "Vajra Tertawa," dan Marpa memberikan
semua inisiasi dan instruksi kepadanya seperti halnya isi satu pot
dituangkan ke dalam pot yang lain. Setelah itu, Mila berlatih dengan
sangat keras dalam segala macam keadaan, dan memperoleh semua
pencapaian biasa dan tertinggi.
Hal itu sama seperti semua pandita, siddha dan vidyadhara waktu dulu
di India maupun di Tibet yang mengikuti seorang teman spiritual yang
merupakan seorang guru yang sejati. Dengan melakukan apa pun yang
199
diperintahkan, mereka mencapai realisasi yang tidak dapat dipisahkan dari
yang dimiliki gurunya.
Pada sisi lain, adalah suatu kesalahan yang sangat serius tidak
mengikuti guru dengan pikiran yang tulus dan bebas dari segala penipuan.
Janganlah pernah memandang perbuatannya secara negatif. Jangan pernah
berdusta kepadanya.
Sekali peristiwa murid dari seorang siddha yang agung tengah mengajar
Dharma kepada kerumunan murid-muridnya. Gurunya tiba dengan berpa-
kaian sebagai pengemis. Murid tersebut merasa malu untuk bersujud
kepadanya di depan umum, maka ia pura-pura tidak melihat gurunya.
Malam itu, ketika acara sudah selesai dan kerumunan orang telah bubar, ia
pergi melihat gurunya dan bersujud kepadanya.
"Kenapa tidak sebelumnya?" tanya gurunya.
"Saya tidak melihat anda," ia berbohong.
Dengan seketika kedua bola matanya jatuh ke tanah. Ia memohon
ampun dan menceritakan hal yang sebenarnya. Dengan memberikan
berkah, guru tersebut memulihkan penglihatannya.
Ada suatu cerita yang serupa tentang mahasiddha India, Krsnacarya.
Suatu hari, ia sedang berlayar dengan ditemani oleh banyak murid-
muridnya. Tiba-tiba muncul pikiran dalam hatinya, "Meski Guru saya
adalah seorang siddha, tetapi dalam hal keduniawian, saya lebih baik
dibanding dia, sebab saya lebih kaya dan mempunyai lebih banyak murid."
Dengan segera kapalnya karam ke dalam samudra. Menggelepar de-
ngan putus asa di dalam air, ia berdoa kepada gurunya, yang menam-
pakkan diri dan menyelamatkannya dari ketenggelaman.
"Itulah balasan atas keangkuhanmu," kata gurunya. "Kalau saja saya
mencoba untuk mengumpulkan kekayaan dan murid, saya pasti telah
memilikinya juga. Tetapi saya memilih untuk tidak berbuat demikian."
Banyak sekali Buddha telah datang, tetapi belas kasih mereka belum
cukup untuk menyelamatkan kita. Kita masih saja di lautan penderitaan
samsara. Tak terhitung banyaknya guru besar muncul sejak zaman lampau,
tetapi kita tidak mempunyai nasib baik untuk menikmati kepedulian belas
kasih mereka, atau bahkan untuk bertemu dengan mereka. Sekarang ini,
ajaran Buddha akan berakhir. Kelima kemerosotan semakin nyata, dan
walaupun kita sudah memperoleh kehidupan manusia, secara keseluruhan
kita terperangkap dalam perbuatan negatif kita dan bingung akan apa yang
harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ketika kita
mengembara seperti seorang buta sendirian di dataran luas, para teman
200
spiritual kita, para guru yang tertinggi, memikiri kita dengan rasa belas
kasih yang tidak terhingga, dan sesuai dengan keperluan kita masing-
masing, mereka muncul dalam bentuk manusia. Walaupun dalam
realisasinya mereka adalah Buddha, tetapi dalam perbuatan, mereka
sesuaikan dengan keadaan kita. Dengan cara yang mahir mereka
menerima kita sebagai muridnya, memperkenalkan kita kepada Dharma
yang asli dan tertinggi, menyadarkan kita akan hal yang perlu kita lakukan
dan apa yang tidak boleh kita perbuat, dan dengan tepat menunjukkan jalur
yang terbaik ke pembebasan dan kemahatahuan. Kenyataannya, mereka
tidak berbeda dengan Buddha sendiri; namun dibandingkan dengan
Buddha, kebaikan mereka dalam memperhatikan kita malah lebih besar.
Oleh karena itu, selalulah mencoba mengikuti guru anda dengan cara yang
benar dengan ketiga macam keyakinan. 138
Saya sudah berjumpa dengan seorang guru yang mulia, tetapi telah
dikelabuhi oleh perilakunya yang rendah hati;
Saya sudah menemukan jalan yang terbaik, namun mengembara
dalam jalan simpang yang terjal;
Berkatilah saya dan semua mereka yang mempuyai sifat yang tidak
baik seperti saya,
Sehingga pikiran kami dapat dijinakkan oleh Dharma.
138
Tga jenis keyakinan: Keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan dan
keyakinan yang dalam.
201
202
BAGIAN KEDUA
PENDAHULUAN KHUSUS
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM
203
204
BAB 1
Mengambil Perlindungan
Berlindung, batu fondasi bagi semua jalur, diterangkan dalam tiga topik:
jalan masuk mengambil perlindungan, bagaimana cara berlindung, serta
aturan dan manfaat berlindung.
1. Keyakinan
Keyakinan yang penuh pengharapan adalah hasrat kita untuk bebas dari
penderitaan alam rendah ketika kita mendengar hal tersebut diuraikan;
hasrat kita untuk menikmati kebahagiaan di alam yang lebih tinggi, dan
tentang pembebasan ketika kita mendengar seperti apa hal tersebut adanya;
hasrat kita untuk terlibat dalam perbuatan positif ketika kita mendengar
manfaat yang mereka bawa; dan hasrat kita untuk menghindari perbuatan
negatif ketika kita memahami kerugian yang disebabkan oleh mereka.
Keyakinan yang dalam adalah keyakinan pada Tri Ratna yang timbul
dari dalam lubuk hati kita begitu kita memahami kualitas luar biasa dan
kekuatan berkah mereka. Ini merupakan kepercayaan penuh hanya
terhadap Tri Ratna, yang berasal dari pengetahuan bahwa mereka adalah
satu-satunya perlindungan yang dapat dipercaya, yang selamanya dan
dalam segala keadaan, apakah kita bahagia, sedih, kesakitan, menderita
penyakit, hidup ataupun mati. Yang Dipertuan Yang Mulia dari Uddiyana
berkata:
206
Oleh sebab itu, keyakinan adalah ibarat benih di mana segala hal positif
dapat tumbuh. Tanpa keyakinan, benih tersebut seolah-olah telah hangus.
Sutra mengatakan:
Dari ketujuh jenis harta mulia, 139 keyakinan adalah yang paling utama.
Dikatakan bahwa:
Besarnya belas kasih dan berkah dari Sang Tri Ratna tidak dapat diba-
yangkan, namun kemampuan mereka untuk menjangkau kita sepenuhnya
tergantung pada keyakinan dan rasa bakti kita. Jika anda memiliki
keyakinan dan rasa bakti yang besar, maka belas kasih dan berkah yang
anda terima dari guru anda dan Sang Tri Ratna akan besar juga. Jika
keyakinan dan rasa bakti anda setengah-setengah, belas kasih dan berkah
yang menjangkau anda juga hanya setengah-setengah, dan jika anda hanya
mempunyai keyakinan dan rasa bakti yang kecil, hanya berkah dan belas
kasih yang sedikit akan menjangkau anda. Jika anda tidak punya
keyakinan dan rasa bakti sama sekali, sungguh tidak ada apa pun yang
akan anda peroleh. Tanpa keyakinan, bahkan bertemu dengan Buddha
sendiri dan diterima sebagai muridnya pun akan sia-sia, sama halnya
139
Lihat catatan kaki No. 75.
207
dengan bhiksu Sunaksatra, yang ceritanya telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, dan kemenakan Buddha, Devadatta.
Bahkan di masa kini, kapan saja Buddha diundang dengan keyakinan
dan rasa hormat yang tulus, ia akan hadir dan menganugerahkan berkah.
Belas kasih Buddha tidak mengenal dekat atau jauh.
140
Sarira: Benda bulat seperti mutiara kecil yang muncul dari sari praktisi yang tercerahkan.
141
Rupang Buddha Sakyamuni yang tekenal di Vihara Jokhang, Lhasa.
209
tersenyum. Nih, saya akan tinggalkan sepatu botku disini. Tolong jaga
sebentar sementara saya berjalan mengelilingimu."
Ia mencopot sepatu botnya dan menaruhnya di depan rupang. Selagi ia
berjalan mengelilingi jalan kecil yang melingkari kuil, petugas melihat
sepatu bot tersebut. Hampir saja ia membuangnya ketika tiba-tiba rupang
tersebut berkata: "Jangan membuang sepatu bot itu. Kongpo Ben telah
mempercayakannya kepada saya!"
Ben akhirnya kembali dan mengambil sepatu botnya.
"Kamu benar-benar apa yang mereka sebut seorang Lama yang baik" ia
berkata kepada rupang itu. "Tahun depan, datang dan kunjungi kami. Aku
akan menyembelih seekor babi tua dan memasaknya untukmu, juga
membuatkan bir enak dari jelai yang tua"
"Aku akan datang," kata Jowo.
Ben pulang ke rumah dan menceritakan kepada isterinya, "Aku telah
mengundang Jowo Rinpoche. Aku tidak yakin kapan persisnya ia datang,
namun – jangan lupa mengawasi kalau-kalau ia sudah tiba."
Satu tahun sudah lewat. Suatu hari, ketika isteri Ben sedang meng-
ambil air di sungai, dengan jelas ia melihat pantulan Jowo Rinpoche di
dalam air.
Dengan segera dia berlari ke rumah dan memberitahu suaminya: "Ada
sesuatu yang jatuh di sana, di dalam sungai.... Saya pikir mungkin itu
adalah orang yang kamu undang."
Ben segera ke sungai dan melihat bayangan Jowo Rinpoche bersinar di
dalam air. Sambil berpikir bahwa ia pasti telah terjatuh ke dalam sungai
itu, Ben menyelaminya. Ketika ia memegang bayangan tersebut, ia
merasa bahwa ia benar-benar dapat memegangnya dan membawa bersa-
manya.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan ke arah rumah Ben, mereka tiba
di depan suatu batu karang besar yang terletak di sisi jalan. Jowo tidak
ingin pergi lebih jauh.
"Aku tidak masuk ke rumah orang awam," ia berkata, lalu menghilang
ke dalam batu karang tersebut.
Tempat ini, di mana Jowo sendiri telah terlihat datang, disebut Jowo
Dole, dan sungai di mana bayangan muncul bernama Sungai Jowo. Konon,
bahkan sekarang ini tempat tersebut menganugerahkan berkah yang sama
seperti Jowo di Lhasa, dan semua orang bersujud dan memberi
persembahan di sana.
Adalah kekuatan dari keyakinannya yang teguh sehingga Ben
mengalami belas kasih Buddha tersebut. Walaupun ia makan mentega dari
210
lampu dan makanan persembahan, dan meletakkan sepatu botnya di depan
Jowo – suatu perbuatan yang tidak saja salah – kekuatan dari
keyakinannya membuat semuanya menjadi positif.
O Sariputra,
kebenaran yang absolut hanya direalisasi melalui keyakinan.
2. Motivasi
211
Ada tiga tingkat yang berbeda dari motivasi dalam berlindung pada
jenis-jenis keyakinan tersebut di atas.
Berlindung karena takut akan penderitaan pada tiga alam rendah – alam
neraka, alam preta dan alam binatang – dan hanya dengan tujuan untuk
memperoleh kebahagiaan para dewa dan manusia adalah motivasi
berlindung orang-orang yang berpandangan sederhana.
Dari ketiga tingkat motivasi ini, kita perlu memilih cara orang-orang
mulia, berlindung dengan niat untuk menempatkan setiap makhluk dari
seluruh makhluk yang tak terbatas ke dalam keadaan kebuddhaan yang
sempurna.
Sekilas tampaknya kebahagiaan para dewa dan manusia adalah keba-
hagiaan yang sejati. Namun, sesungguhnya ia tidak bebas dari penderi-
taan. Begitu akibat perbuatan baik yang membawa mereka ke dalam
keadaan kebahagiaan tersebut terpakai habis, mereka akan jatuh ke alam
yang lebih rendah. Mengapa kita berusaha keras untuk mencapai
kebahagiaan alam yang lebih tinggi, jika hanya untuk sebentar saja?
Nirvana Sravaka dan Pratyekabuddha membawa damai dan kebahagiaan,
212
tetapi hanya untuk diri kita sendiri. Apakah baik jika ketika semua
makhluk – para ibu dan ayah kita sejak waktu yang tak berawal – sedang
tenggelam dalam samudra samsara dengan penderitaan yang tak berakhir,
kita tidak mencoba menolong mereka? Berlindung kepada Tri Ratna
dengan harapan agar semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan adalah
cara makhluk agung dan pintu gerbang ke pahala tanpa batas. Itulah cara
yang seharusnya kita pakai. Sebagaimana dikatakan dalam Rangkaian
Permata: 142
216
དཀོན་མཆོག་ག�མ་དངོས་བདེ་གཤེགས་�་བ་
ག�མཿ
KON CHOG SUM NGÖ DE SHEG TSA WA SUM Pada para Sugata dari Tiga Akar, Sang
Tri Ratna sejati,
�་�ང་ཐིག་ལེའི་རང་བཞིན་�ང་�བ་སེམསཿ
TTSA LUNG THIG LEI RANG ZHIN JANG CHUB Pada bodhicitta, sifat alami dari saluran
SEM nadi, energi dan sari,
ངོ་བོ་རང་བཞིན་�གས་�ེའི་ད�ིལ་འཁོར་ལཿ
NGO WO RANG ZHIN THUG JEI KYIL KHOR LA Dan pada mandala dari hakikat awal,
lambang alam dan belas kasih,
�ང་�བ་�ིང་པོའི་བར་�་�བས་�་མཆིཿ
JANG CHUB NYING PÖ BAR DU KYAB SU CHI Saya berlindung sampai saya mencapai
inti pencerahan
Oleh karena itu, bukan saja musuh anda telah sangat berbaik hati
kepada anda dalam kehidupan ini, mereka juga adalah orang tua anda
218
dalam kehidupan yang lampau. Inilah alasannya kenapa anda perlu
memberi tempat yang penting seperti itu dalam latihan ini.
Pada akhir sesi latihan, bayangkan karena rasa bakti dan kerinduan
anda, berkas cahaya yang tak terhingga banyaknya memancar dari semua
deity perlindungan. Cahaya tersebut menyentuh anda dan semua makhluk,
dan seperti sekelompok burung yang terserak oleh lemparan batu, anda
semua terbang ke atas dengan suara yang menderu dan melebur ke dalam
persamuan deity-deity tempat berlindung.
Kemudian deity-deity yang ada di bagian luar melebur dalam cahaya,
mulai dari bagian luar ke bagian dalam, dan melebur ke dalam guru yang
berada di tengah, yang merupakan perwujudan dari ketiga tempat
berlindung. Semua deity yang berada di atas kepala guru juga melebur ke
dalam dirinya. Kemudian guru melebur dan lenyap dalam berkas cahaya.
Berdiamlah selama mungkin dalam keadaan awal yang bebas dari segala
macam elaborasi, yaitu dharmakaya, tanpa bergeraknya pikiran sedikit pun.
Sesudah anda bangun dari meditasi ini, salurkan jasa kebajikan tersebut
kepada semua makhluk yang tidak terbatas dengan kata-kata berikut:
དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཀོན་མཆོག་ག�མ་པོ་འ�བ་�ར་ནས། །
TKON CHOG SUM PO DRUB GYUR NË Semoga saya dengan cepat mencapai
tingkat Sang Tri Ratna,
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa
kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
1. Aturan berlindung
Aturan berlindung terdiri dari tiga hal yang harus dihindari, tiga hal
yang harus dilaksanakan, dan tiga sikap tambahan yang harus dicermati.
Anggaplah guru anda, teman spiritual yang mengajar anda saat ini
tentang apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan
sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya. Jangan berjalan pada
bayang-bayangnya, dan usahakan untuk melayani dan menghormatinya.
Anggaplah setiap kata dari guru mulia anda sebagai Permata Dharma.
Terimalah segala yang dikatakannya dengan tanpa menentangnya sedikit
pun.
Anggaplah rombongan pengiringnya, murid-muridnya dan teman-
teman sedharma yang memililki perilaku yang murni sebagai Permata
Sangha. Hormati mereka dengan tubuh, ucapan dan pikiran anda dan tidak
pernah membuat mereka kesal, biarpun untuk sesaat saja.
Jadi, kenalilah belas kasih Buddha dalam semua hal yang membantu
dan membuat anda bahagia.
Kapan saja anda menghadapi penyakit atau penderitaan, ketika setan
dan musuh menciptakan rintangan, atau hal-hal lain yang mungkin
menimpa diri anda, hanyalah berdoa kepada Tri Ratna dan jangan
bersandar pada metoda lain untuk berurusan dengan masalah seperti itu.
Jika anda harus menjalani perawatan medis atau menggunakan suatu
upacara penyembuhan ritual, lakukan dengan pengenalan bahwa semua hal
yang demikian adalah aktivitas dari Tri Ratna.
Belajarlah untuk memiliki keyakinan dan persepsi murni, dengan
mengenali bahwa semua yang tampak sebagai hal yang dimanifestasi oleh
Tri Ratna. Ketika anda berangkat untuk pergi ke suatu tempat, apakah itu
untuk bekerja atau untuk tujuan lain, nyatakan hormat kepada Buddha,
Dharma dan Sangha di tempat tersebut sebelum anda berangkat ke sana.
Jadikan doa perlindungan latihan rutin anda sehari-hari, dengan menguna-
kan teks dari Longchen Nyingtik seperti yang dikutip di atas, atau doa di
bawah ini yang dikenal sebagai perlindungan rangkap empat, yang mana
adalah umum bagi semua yana:
Masa kini, sebagian orang mengaku pengikut Tri Ratna, tetapi tidak
mempunyai rasa hormat sedikit pun terhadap barang-barang yang
mewakilinya. Mereka menganggap lukisan dan rupang yang melam-
bangkan Buddha atau buku-buku yang berisi kata-katanya sebagai barang-
barang biasa yang dapat dijual atau digadaikan. Ini disebut "hidup dari
menikmati kekayaan tubuh Tri Ratna" dan adalah merupakan suatu
kesalahan yang berat. Menunjuk kekurangan suatu gambar atau rupang
Buddha atau mengkritiknya, kecuali jika anda sedang mengevaluasi
proporsinya dalam rangka memperbaikinya, adalah juga merupakan suatu
kesalahan yang besar dan harus dihindari. Menempatkan kitab suci
langsung di lantai, melangkahinya, membasahi jari anda dengan air liur
untuk membalikkan halamannya dan perilaku tidak hormat yang serupa
lainnya, adalah merupakan kesalahan yang serius juga. Buddha sendiri
berkata:
2. Manfaat berlindung
227
Contohnya, Raja Ajatasatru yang membunuh ayahnya, tetapi kemudian
berlindung pada Sang Tri Ratna. Ia hanya mengalami penderitaan neraka
selama satu minggu dan kemudian terbebaskan.
Dan Devadatta, yang telah melakukan tiga kejahatan yang membawa
balasan langsung, bahkan mengalami api neraka selagi ia masih hidup.
Tetapi pada saat itu ia memiliki keyakinan pada ajaran Buddha dan berseru,
"Saya bertekad dengan segenap hati berlindung kepada Buddha!" Buddha
menerangkan bahwa oleh karena kata-kata tersebut, Devadatta akan
menjadi seorang pratyekabuddha yang bernama Bertekad Penuh.
Kini, karena kebaikan dari seorang guru atau teman spriritual, anda
menerima Dharma yang sejati dan sudah menimbulkan sedikit niat untuk
berbuat baik dan berhenti berbuat jahat. Jika anda berusaha untuk berlatih
berlindung pada Tri Ratna, pikiran anda akan diberkati, dan anda akan
terus meningkatkan dan mengembangkan semua kualitas baik dari Jalan,
seperti keyakinan, kemurnian persepsi, kekecewaan terhadap samsara dan
tekad untuk membebaskan diri, keyakinan akan akibat perbuatan dan
sebagainya.
Pada sisi lain, biar bagaimana dalamnya rasa muak anda terhadap
samsara atau tekad anda untuk mencapai pembebasan, jika anda tidak mau
repot-repot berlindung pada guru dan Sang Tri Ratna atau berdoa kepada
mereka, ketahuilah bahwa hal-hal yang tampak sangatlah menawan,
perasaan kita sangat mudah dibohongi dan pikiran kita sangat cepat
terkecoh, sehingga meski anda sedang melakukan perbuatan yang baik,
namun hal tersebut dengan mudah berubah menjadi sesuatu yang negatif.
Oleh karena itu adalah penting untuk mengetahui bahwa tidak ada apa pun
yang lebih baik dari pada berlindung guna memotong arus perbuatan
negatif masa depan.
Juga:
228
Kita berada dalam zaman kemerosotan. Orang-orang yang bermeditasi
pada pengertian yang dalam dengan perbuatan baiknya yang besar, dengan
mudah dapat tertipu oleh godaan hidup keseharian. Mereka tertahan oleh
keluarga dan teman. Mereka menderita keadaan yang kurang mengun-
tungkan, seperti penyakit dan gangguan tenaga negatif. Batin mereka
diserbu oleh pikiran-pikiran dan keraguan. Dalam orang-orang seperti itu,
rintangan latihan Dharma muncul dan menghancurkan semua pahala
kebajikan mereka. Tetapi, sebagai penawar racun untuk bahaya ini, jika
anda membuat suatu usaha yang nyata untuk berlindung dengan sungguh-
sungguh pada Sang Tri Ratna, maka semua hal yang menghalangi latihan
anda akan diubah menjadi keadaan yang baik, dan pahala anda akan
tumbuh secara terus menerus.
147
Yaitu: Membunuh mereka yang: memusnahkan agama Buddha, menghancurkan Tri Ratna,
merampok harta milik Sangha, mencaci maki Mahayana, mencelakakan guru, memecah
belah persaudaraan Vajra, merintangi orang berlatih dan tanpa belas kasih sedikitpun,
menghianati samaya, dan memutarbalikkan prinsip hukum karma.
230
pukulan menyakitkan yang ia terima. Selagi ia berbaring, suatu pasukan
besar setan mendekati jembatan tersebut. Akan tetapi mereka berteriak,
"Ada seseorang di sini yang berlindung kepada Sang Tri Ratna!" dan
mereka semuanya melarikan diri sambil menjerit-jerit.
Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengusir hal-hal yang buruk dari
hidup ini dibanding dengan berlindung dari dasar hati anda pada Sang Tri
Ratna. Pada kehidupan yang akan datang, ia akan membawakan anda
pembebasan dan kemahatahuan. Sangatlah sulit membayangkan semua
manfaat dari berlindung. Sutra Tanpa Noda148 mengatakan:
148
Nama asli Vimalakīrti-Nirdeśa-Sūtra, dalam bahasa Tibet sutra tersebut dikenal dengan
nama �ི་མ་མེད་པ (dri ma med pa), Sutra Tanpa Noda.
149
Skt. Arya prajna-paramita carya gatha.
150
Skt. Sūrya-garbha-sutra.
231
Saya sudah berlindung, tetapi hanya mempunyai sedikit keyakinan;
Saya mengikuti latihan tiga tahap151, tetapi membiarkan komitmenku
tergelincir;
Berkati saya dan semua mereka yang penakut seperti saya,
Agar keyakinan kami teguh dan tidak berubah.
151
Sila, samadhi, prajna.
232
BAB 2
Membangkitkan bodhicitta
Empat kualitas yang tidak terhingga adalah rasa sayang, belas kasih,
kegembiraan simpatik dan kenetralan. Rasa sayang biasanya ditangani
terlebih dulu. Tetapi jika kita berlatih keempatnya satu per satu secara
berturut-turut sebagai suatu pelatihan pikiran, maka kita perlu mulai
dengan mengembangkan kenetralan. Karena jika tidak demikian, maka
rasa sayang, belas kasih dan kegembiraan simpatik apa pun yang kita
233
bangkitkan akan cenderung bersifat berat sebelah dan tidak sepenuhnya
murni. Oleh karena itu, dalam hal ini kita mulai dengan renungan pada
kenetralan.
Contoh lain adalah kisah tentang Putri Pema Sel, putri Raja Dharma
Trisong Detsen. Ketika ia meninggal pada umur tujuh belas tahun,
ayahnya pergi bertanya kepada Guru Rinpoche152 bagaimana hal seperti itu
bisa terjadi.
"Pada pikiran saya, putriku itu seharusnya adalah seseorang yang
memiliki karma lampau yang murni," kata raja. "Ia dilahirkan sebagai
putri Raja Trisong Detsen. Ia berjumpa dengan penterjemah dan pandita
152
Sebutan kehormatan lain untuk Guru Padmasambhava.
234
kalian berdua, yang seperti Buddha yang nyata. Mana mungkin hidupnya
demikian pendek?"
"Sama sekali bukan karena perbuatan-perbuatan lampau yang murni
mana pun yang menyebabkan tuan putri dilahirkan sebagai putri anda,"
jawab Guru. "Suatu ketika, saya, Padma, anda, Raja Dharma yang agung,
dan Bodhisattva Abbot yang agung terlahir sebagai tiga anak lelaki kasta
rendah. Kita sedang membangun Stupa Besar Jarung Khashor. Pada
waktu itu, tuan putri terlahir sebagai seekor lebah yang menyengat anda di
leher anda. Karena sikatan tangan anda, dengan tanpa sengaja anda telah
membunuhnya. Oleh karena hutang karma yang terjadi dalam kehidupan
itu, lebah itu dilahirkan kembali sebagai anakmu.”
Jika bahkan Raja Dharma Trisong Detsen, yang merupakan Manjusri
sendiri, bisa memiliki anak yang dilahirkan padanya dengan cara seperti
itu sebagai akibat perbuatan masa lampaunya, apa yang bisa kita katakan
untuk makhluk yang lain?
Sekarang ini, kita terhubung erat dengan orang tua kita. Mereka
memberikan kasih sayang yang besar kepada kita. Ketika kita menderita,
atau apa pun yang tidak diinginkan terjadi pada kita, mereka lebih sedih
dibandingkan jika hal seperti itu terjadi pada diri mereka sendiri. Semua
ini hanyalah pembayaran kembali hutang karma yang sudah mereka
lakukan satu sama lain dalam hidup yang lampau.
Dari semua orang yang kini menjadi musuh kita, tidak ada satu pun
yang bukan ayah atau ibu kita selama semua kehidupan kita sebelumnya.
Sekarang pun, kenyataan bahwa kita menganggap mereka melawan kita,
tidaklah perlu berarti bahwa mereka benar-benar melakukan kejahatan apa
pun terhadap kita. Ada beberapa orang yang kita anggap sebagai lawan,
namun dari sisi mereka, mereka sama sekali tidak memandang kita seperti
itu. Ada orang yang mungkin merasa bahwa mereka adalah musuh kita,
tetapi sesungguhnya tidak mampu melakukan kejahatan yang nyata kepada
kita sama sekali. Ada juga orang yang pada saat ini sepertinya merugikan
kita, tetapi untuk jangka panjang, apa yang mereka lakukan terhadap kita
mungkin membawa sesuatu yang berharga dalam hidup ini, atau membuat
kita berpaling ke Dharma, dan dengan demikian membawakan kita banyak
manfaat dan kebahagiaan. Di samping itu, jika kita dapat dengan trampil
menyesuaikan diri pada karakter mereka dan merebut hati mereka dengan
kata-kata yang lembut, dengan mudah mereka dapat berubah menjadi
teman kita.
Pada sisi lain, ada orang-orang yang secara normal kita anggap ter-
dekat dengan kita – contohnya, anak-anak kita. Tetapi ada juga anak laki-
235
laki dan anak perempuan yang menipu atau tega membunuh orang tua
mereka. Kadang-kadang si anak berpihak pada orang yang berselisih
dengan orang tua mereka, dan menggabungkan diri dengan mereka untuk
bertengkar dengan keluarga mereka sendiri dan merampas kekayaan
mereka. Bahkan ketika kita berbaikan dengan mereka yang kita sayangi,
permasalahan dan duka cita mereka lebih mempengaruhi kita dibanding
berbagai kesulitan kita sendiri. Dalam rangka membantu teman-teman,
anak-anak dan sanak keluarga lainnya, kita menimbun gelombang
perbuatan negatif yang besar yang akan menyapu kita ke dalam neraka
dalam kehidupan berikutnya. Ketika kita benar-benar ingin berlatih
Dharma dengan baik, mereka menghalangi kita. Karena tidak mampu
mengalahkan obsesi kita terhadap orang tua, anak-anak dan keluarga, kita
menunda melatih Dharma, dan dengan demikian tidak pernah menemukan
waktu untuk itu. Singkatnya, orang-orang seperti itu dapat lebih merugi-
kan kita dibanding musuh kita.
Lebih-lebih lagi, tidak ada jaminan bahwa mereka yang sekarang kita
anggap sebagai musuh kita, tidak akan terlahir sebagai anak-anak kita pada
kehidupan yang akan datang, atau bahwa para teman kita sekarang tidak
akan terlahir kembali sebagai musuh kita, dan seterusnya. Hal ini
hanyalah sebab kita mengambil persepsi yang timbul dan berkelibatan
tentang “teman” dan “musuh” ini sebagai sesuatu yang sesungguhnya,
sehingga kita menghimpun perbuatan negatif lewat kemelekatan dan
kebencian. Kenapa kita berpegang pada beban demikian yang akan
menyeret kita ke dalam alam rendah?
Oleh karena itu, buatlah keputusan yang teguh, pandanglah semua
makhluk yang tanpa batas sebagai orang tua dan anak-anak anda.
Kemudian, seperti makhluk agung jaman dulu yang riwayat hidupnya
dapat kita baca, anggaplah sama akan semua teman dan musuh anda.
Pertama-tama, terhadap orang-orang yang anda tidak suka sama sekali
– mereka yang menimbulkan kemarahan dan kebencian anda – latihlah
pikiran anda dengan berbagai cara sedemikian rupa, sehingga kemarahan
dan kebencian yang anda rasakan terhadap mereka tidak lagi muncul.
Pikirkan mereka sebagai seseorang yang netral, yang tidak melakukan
kebaikan ataupun kejahatan terhadap anda. Kemudian pikirkan bahwa
makhluk yang tidak terhitung banyaknya, yang anda rasakan netral
tersebut, telah pernah menjadi ayah atau ibu anda sekali waktu dalam
kehidupan yang lampau sepanjang seluruh waktu tanpa awal. Renungkan-
lah secara demikian, latihlah diri anda sampai anda merasakan kasih
sayang yang sama kepada mereka seperti yang anda lakukan terhadap
236
orang tua anda. Akhirnya, renungkanlah sampai anda merasakan belas
kasih yang sama terhadap semua makhluk – apakah anda memandang
mereka sebagai teman, musuh atau di antaranya – seperti anda lakukan
terhadap orang tua anda.
Jika anda tidak dapat memunculkan perasaan demikian, tetapi hanya
berpikir tentang semua orang, teman dan musuh, sebagai orang-orang yang
sama, tanpa perasaan tertentu akan belas kasih, kebencian atau apa pun
juga, itu hanyalah kenetralan tanpa perhatian yang tidak menghasilkan
kejahatan maupun kebaikan. Kenetralan seperti ini bukanlah kenetralan
tanpa batas. Gambaran yang diberikan untuk kenetralan yang tak terbatas
yang sesungguhnya adalah ibaratnya suatu perjamuan yang diberikan oleh
seorang rsi agung. Ketika para rsi agung jaman dulu mengadakan
perjamuan, mereka akan mengundang semua orang, yang berkedudukan
tinggi dan yang rendah, yang berkuasa dan rakyat jelata, yang baik
ataupun yang jahat, orang biasa atau orang yang sangat khusus, tanpa
membuat pembedaan apa pun juga. Demikian juga, sikap kita terhadap
semua makhluk seluruh jagat raya haruslah suatu perasaan belas kasih
yang maha luas, yang mencakup mereka semua dengan sama. Latihlah
pikiran anda sampai anda mencapai tingkat kenetralan tanpa batas seperti
itu.
Orang tua kita sudah menunjukkan kasih sayang yang tak terukur,
sehingga membuat mereka marah pada usia tua mereka akan merupakan
perbuatan yang sangat negatif. Buddha sendiri membayar kembali
kebaikan ibunya. Beliau pergi ke Surga Tiga Puluh Tiga untuk memba-
barkan Dharma kepadanya. Konon, sekalipun kita melayani orang tua kita
dengan membawa mereka mengelilingi seluruh dunia di atas pundak kita,
hal itu masih tidak dapat membayar kembali kebaikan mereka. Namun
kita dapat membayar kembali kebaikan itu dengan memperkenalkan
mereka pada ajaran Buddha. Jadi, senantiasalah melayani orangtua anda
dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, dan cobalah temukan cara untuk
membawa mereka ke Dharma.
153
Raja yang dimaksud adalah Songtsen Gampo, raja Buddhis yang pertama di Tibet yang
dianggap sebagai titisan dari Avalokitesvara.
154
Gunung Chagpori, salah satu dari empat gunung yang terkenal di Tibet, terletak di sebelah
barat daya Istana Potala, Lhasa.
240
memelihara keluarga kita sendiri yang kecil, yang jika dibandingkan tidak
lebih besar dari sarang serangga?
Merugikan orang lain membawa ketidak-baikan sebagai balasannya. Ia
hanya akan membawa penderitaan yang tidak ada akhirnya pada
kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Tidak ada hal baik
yang akan dihasilkannya, bahkan dalam kehidupan sekarang ini sekalipun.
Tak seorang pun pernah menjadi kaya dengan membunuh, mencuri, atau
hal yang serupa. Mereka hanya berakhir dengan melunasi hukuman dan
kehilangan semua uang dan harta benda mereka dalam proses tersebut.
Gambaran yang diberikan untuk kasih sayang yang tidak terhingga
adalah seperti seekor burung betina yang menjaga anaknya. Ia mulai
dengan membuat sarang yang nyaman dan lembut. Ia melindungi mereka
dengan sayapnya, menjaganya supaya tetap hangat. Ia selalu ramah dan
melindungi mereka sampai mereka dapat terbang. Sebagaimana burung
betina, belajarlah untuk berbaik hati dalam pikiran, ucapan dan perbuatan
kepada semua makhluk di tiga alam.
Lalu, kalau kita tidak merasa dan mengenali bahwa semua roh dan
setan adalah pikiran kita sendiri, bisakah kita menaklukkan mereka dengan
cara marah?
Ketika biarawan mengunjungi donatur mereka, dengan gembira mereka
makan semua domba-domba yang telah disembelih dan disuguhkan
kepada mereka tanpa keraguan sedikit pun. Ketika mereka melaksanakan
upacara agama khusus untuk membuat persembahan kepada pelindung,
mereka menuntut daging yang bersih untuk dipakai sebagai ramuan. Bagi
mereka, hal ini berarti daging yang masih berdarah dan gajih dari binatang
yang baru saja dibunuh, dengan mana mereka menghias semua torma dan
persembahan lain. Cara intimidasi yang menakutkan seperti itu hanya ada
dalam upacara Bonpo atau tirthika – cara-cara demikian pasti bukan cara
Buddhis. Di dalam Buddhis, sekali kita berlindung pada Sang Tri Ratna,
kita harus mengakhiri perbuatan yang merugikan orang lain. Mana
mungkin membunuh binatang ke mana kita pergi dan menikmati darah dan
dagingnya bukan merupakan suatu pelanggaran dari ajaran berlindung?
Terutama sekali, dalam tradisi Bodhisattva dari Mahayana, kita diharapkan
menjadi tempat berlindung dan pelindung dari semua makhluk yang tanpa
batas. Namun bagi semua makhluk yang memiliki karma yang tidak
beruntung ini, di mana kita diharapkan untuk melindungi mereka, kita
tidak merasakan belas kasih sedikit pun. Malah, makhluk yang di bawah
perlindungan kita dibunuh, daging mereka dimasak dan darah mereka
disajikan ke hadapan kita, pelindung mereka. Kemudian dengan sangat
gembira kita melahapnya semua sambil mengules-ules bibir kita. Masih
adakah hal lain yang lebih kejam dan jahat dari pada ini?
Apa pun juga yang kita lakukan yang menyinggung perasaan simha
dan tramen, 156
Dengan tidak mengumpulkan persembahan dari daging dan darah
menurut teks,
Kita mohon dakini tempat suci untuk memaafkan kita.
156
Simha: delapan dakini. Tramen: nama umum untuk dakini.
248
Disini, "mengumpulkan persembahan dari daging dan darah menurut
teks" berarti mengumpulkan mereka seperti yang diterangkan di teks tantra
Mantrayana Rahasia. Apakah yang dimaksud dengan teks tersebut?
Dengan kata lain, memiliki gagasan tentang murni dan tidak murni
yang berlawanan dengan samaya menikmati makanan. Bahkan kelima
macam daging yang diperbolehkan hanya boleh digunakan jika anda
mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuk makanan yang anda makan
menjadi nektar dan jika anda sedang dalam proses berlatih untuk mencapai
pencapaian tertentu di tempat yang sunyi. Memakan mereka seperti biasa
di desa, hanya karena anda suka akan rasanya, adalah apa yang dimaksud
dengan "konsumsi yang ceroboh yang bertentangan dengan samaya
menikmati makanan," dan adalah juga suatu pelanggaran.
Oleh karena itu, "daging yang murni," tidak berarti daging dari binatang
yang disembelih untuk makanan, tetapi "daging dari binatang yang
meninggal oleh karena perbuatan masa lampau mereka sendiri,"
maksudnya daging binatang yang mati karena umur tua, penyakit, atau
sebab alami lainnya, yang diakibatkan karena perbuatan mereka sendiri di
masa lampau.
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya mengatakan, bahwa
249
mengambil daging dan darah yang masih hangat dari binatang yang baru
saja disembelih dan menempatkannya di mandala akan membuat semua
deity kebijaksanaan menjadi pingsan. Dikatakan juga bahwa memper-
sembahkan darah dan daging binatang yang disembelih kepada deity
kebijaksanaan adalah seperti membunuh seorang anak di depan ibunya.
Jika anda mengundang seorang ibu ke perjamuan dan kemudian
menyajikan daging anaknya sendiri, apa ia akan suka? Adalah dengan
rasa sayang yang sama sebagai seorang ibu mengasihi anak tunggalnya
Buddha dan Bodhisattva melihat semua makhluk di tiga alam. Pembunuh-
an binatang yang tidak bersalah yang telah menjadi korban perbuatan
buruk dan mempersembahkan darah dan dagingnya kepada mereka tentu
sama sekali tidak menyenangkan mereka. Sebagaimana kata Bodhisattva
Santideva:
157
Skt. Dharmasaṃgraha.
158
Tiga Bersaudara: Potowa, Puchungwa dan Gonpawa.
159
Lambang dari badan Buddha merujuk pada rupang dan lukisan, ucapannya adalah naskah-
naskah suci dan tulisan lainnya, dan pikirannya adalah stupa.
252
tangannya di depan dada, meneteskan banyak air mata, dan berseru, "Oh,
sungguh mengagumkan! Ini sungguh berlatih Dharma. Saya dapat
menceritakan kepada anda banyak tentang kebaikannya, tetapi saya
mengetahui ia tidak suka akan hal itu."
Alasan mengapa Khampa Lhungpa menyembunyikan wajahnya dan
terus menangis adalah karena ia terus menerus berpikir tentang makhluk
yang tersiksa oleh penderitaan di alam samsara, dan bermeditasi pada rasa
belas kasih untuk mereka.
Suatu hari Chengawa sedang menjelaskan banyak alasan mengapa
belas kasih adalah begitu penting. Langri Thangpa bersujud di hadap-
annya dan berkata, bahwa mulai saat itu ia tidak akan bermeditasi pada hal
lain kecuali pada kedua hal tersebut. Chengawa mengangkat topinya dan
berkata tiga kali, "Berita yang hebat!"
Tidak ada hal lain yang bisa lebih efektif untuk membersihkan perbu-
atan negatif dan kegelapan batin kita selain belas kasih. Suatu ketika di
waktu dulu di India, ajaran Abhidharma mendapat kecaman dari para
tirthika pada tiga waktu yang terpisah dan mulai lenyap. Tetapi seorang
brahmana wanita yang bernama Prakasasila mempunyai pikiran demikian:
"Saya telah dilahirkan sebagai seorang perempuan. Oleh karena status
saya yang rendah, saya tidak bisa membuat doktrin Buddha berkembang.
Maka saya akan bergabung dengan lelaki dan mempunyai anak laki-laki
yang dapat menyebarkan ajaran Abhidharma."
Dengan seorang ksatriya sebagai ayah anaknya, dia melahirkan Asanga
yang mulia, dan dengan seorang brahmana ia melahirkan Vasubandhu.
Ketika kedua putranya menjadi dewasa, mereka menanyakan apakah
pekerjaan ayah mereka.
Ibunya memberitahu mereka berdua: "Saya tidak melahirkan kamu
untuk mengikuti langkah ayahmu. Kamu sudah ditakdirkan menyebarkan
ajaran Buddha. Kamu harus belajar Dharma, dan menjadi guru
Abhidharma."
Vasubandhu berangkat ke Kashmir untuk belajar Abhidharma dari
Sanghabhadra. Asanga pergi ke Gunung Kukkutapada, di mana ia
memulai latihan Buddha Maitreya, dengan harapan mendapat penam-
pakan dari Buddha tersebut dan memohon instruksinya. Enam tahun
sudah berlalu. Walaupun ia bermeditasi dengan giat, ia tidak pernah
bermimpi tentang hal yang memberi pertanda baik.
"Kelihatannya saya tidak pernah akan berhasil," pikirnya, dan ia pun
meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan kecil hati. Di tengah jalan,
253
ia kebetulan berjumpa dengan seorang lelaki yang sedang mengasah
sebatang besi yang besar dengan kain kapas yang lembut.
"Apa maksud anda berbuat demikian, mengasah seperti itu?" ia ber-
tanya kepada orang tersebut.
Orang itu menjawab, "Saya memerlukan sebatang jarum, maka saya
mencoba membuatnya dengan mengasah batang besi ini."
Asanga berpikir, "Ia tidak akan pernah berhasil membuat sebatang
jarum dengan mengasah batang besi yang sangat besar itu dengan
sepotong kain kapas yang lembut. Sekalipun hal itu bisa terjadi dalam
seratus tahun, akankah ia hidup selama itu? Jika orang awam dapat
membuat usaha seperti itu untuk alasan yang sepele, saya pikir bahwa saya
belum pernah benar-benar berlatih Dharma dengan ketekunan apa pun."
Maka ia kembali kepada latihannya. Ia berlatih tiga tahun lagi, namun
tetap saja tidak ada tanda apa pun.
"Kali ini saya cukup yakin bahwa saya tidak pernah akan berhasil," ia
berkata, dan ia pun pergi lagi. Ia berjumpa dengan sebuah batu karang
yang sangat tinggi, kelihatanya seolah-olah menyentuh langit. Pada ka-
kinya, seorang lelaki sedang memukul-mukulnya dengan bulu burung
yang dicelupkan ke dalam air.
"Apa yang sedang anda lakukan?" Asanga bertanya kepadanya. .
"Batu karang ini terlalu tinggi," jawab orang itu. "Saya tidak men-
dapat cahaya matahari sedikit pun pada rumahku yang terletak di sebelah
baratnya. Maka saya akan mengikisnya sampai ia hilang."
Asanga, dengan pikiran yang sama seperti tiga tahun sebelumnya,
kembali dan berlatih untuk tiga tahun berikutnya, namun tetap saja tanpa
pernah bermimpi tentang tanda-tanda yang baik.
Dengan sangat berkecil hati, ia berkata "Apa pun juga yang saya
lakukan, saya tidak pernah akan berhasil!" dan ia pun berangkat me-
ninggalkan tempat tersebut sekali lagi.
Di tengah jalan, ia kebetulan melihat seekor anjing betina yang pin-
cang kedua kaki belakangnya dan seluruh seperempat bagian tubuh
belakangnya dipenuhi dengan belatung. Meskipun demikian, dia masih
penuh dengan sifat agresi dan mencoba menggigitnya. Sewaktu ia
menyeret tubuhnya dengan kaki depannya, bagian belakang badannya
mengikutinya di tanah sepanjang tempat di belakangnya. Asanga terbawa
oleh rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan. Dengan memotong
sepotong dagingnya, ia memberikannya kepada anjing betina untuk
dimakan. Kemudian ia memutuskan untuk lebih dulu membersihkannya
dari ulat-ulat pada perempat tubuh bagian belakangnya. Kuatir bahwa ia
254
mungkin membunuh mereka jika ia memindahkannya dengan jarinya, ia
menyadari bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan
lidahnya. Tetapi ketika ia melihat ke seluruh badan binatang tersebut yang
sangat busuk dan penuh dengan nanah, ia tidak bisa melakukannya. Maka
ia memejamkan matanya dan menjulurkan lidahnya . . . .
Sebagai ganti menyentuh badan anjing betina, lidahnya malah
menyentuh tanah.
Ia membuka matanya dan mendapatkan bahwa anjing betina tadi telah
tiada. Pada tempat tersebut berdiri Maitreya yang dikeliling oleh ling-
karan cahaya.
"Belas kasihmu sungguh kecil," seru Asanga, "sampai-sampai tidak
mengunjukkan wajahmu selama ini."
"Bukannya saya tidak mengunjukkan diriku. Kamu dan aku belum
pernah berpisah. Tetapi perbuatan negatif dan kegelapan batinmu begitu
dalam sehingga kamu tidak dapat melihat saya. Karena latihanmu selama
dua belas tahun telah menguranginya sedikit, kamu bisa melihat anjing
betina itu. Baru saja tadi, oleh karena rasa belas kasihmu yang besar,
kegelapan batinmu telah termurnikan dengan sepenuhnya, sehingga kamu
dapat melihat aku dengan mata kepalamu sendiri. Jika kamu tidak
percaya akan kata-kataku, bawalah aku di atas pundakmu dan tunjukkan
aku kepada semua orang di sekeliling sini"
Maka Asanga membawa Maitreya di atas bahu kanannya dan pergi ke
pasar, di mana ia menanyai semua orang, "Apa yang kamu lihat di atas
pundakku?" Setiap orang menjawab tidak ada apa pun di atas pundaknya
– semua orang, kecuali seorang perempuan tua yang kegelapan batinnya
tidak begitu tebal. Ia berkata, "Anda sedang membawa mayat busuk
seekor anjing."
Hyang Maitreya kemudian membawa Asanga ke Surga Tusita, di mana
ia memberinya Lima Ajaran Maitreya 160 dan instruksi lainnya. Ketika
Asanga kembali ke dunia, ia menyebarkan doktrin Mahayana secara luas.
Karena tidak ada latihan lain yang lebih efektif dibanding rasa belas
kasih untuk memurnikan kita dari semua perbuatan masa lampau yang
merugikan kita, dan karena adalah rasa belas kasih yang tidak pernah
gagal untuk membuat kita dapat mengembangkan bodhicitta yang luar
biasa, kita perlu mempertahankannya dengan bermeditasi mengenai hal
160
Yaitu 1. Ornamen Realisasi yang Jelas (Abhisamayālaṃkāra); 2. Ornamen Sutra
Mahayana (Māhayānasūtrālaṃkāra); 3. Membedakan Pandangan Tengah dan Pandangan
Ekstrim (Madhyāntavibhāga); 4. Membedakan Dharma dan Dharmata (Dharma-
dharmatā-vibhāga);dan 5. Sastra Tantra Tertinggi (Uttaratantra Śāstra).
255
tersebut.
Gambaran yang diberikan untuk berenung atas rasa belas kasih adalah
seperti seorang ibu tidak berlengan yang anaknya dihanyutkan oleh sungai.
Betapa tak tertahankan kesedihan yang mendalam dari sang ibu seperti itu.
Kasih sayang kepada anaknya begitu dalam, tetapi karena ia tidak bisa
menggunakan lengannya, ia tidak bisa memegangnya.
"Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Apa yang bisa saya lakukan?"
ia bertanya kepada dirinya. Satu-satunya pikirannya adalah untuk me-
nemukan cara untuk menyelamatkan anaknya. Hatinya hancur, sambil
menangis ia berlari mengikutinya.
Persis seperti itu, semua makhluk di tiga alam terhanyut oleh sungai
penderitaan sampai tenggelam di samudra samsara. Betapa tak terta-
hankan rasa belas kasih yang kita rasakan, kita tidak punya alat untuk
menyelamatkan mereka dari penderitaan mereka. Latihlah belas kasih
sambil memikirkan: "Apa yang bisa saya lakukan sekarang?" Mintalah
pertolongan pada guru anda dan Sang Tri Ratna dari seluruh kedalaman
hati anda.
Empat kualitas yang tidak terhingga tidak akan membuat kita gagal
dalam menumbuhkan bodhicitta kita yang sejati. Oleh sebab itu adalah
penting untuk mengembangkan mereka sampai mereka sudah sungguh-
sungguh berakar dalam diri kita.
Supaya mudah dimengerti, kita dapat meringkas empat kualitas yang
tak terhingga dalam satu kalimat: baik hati. Latih saja diri anda untuk
258
memiliki hati yang baik dalam semua situasi.
Suatu hari, lengan Yang Mulia Atisa terluka. Ia meletakkannya ke
pangkuan Drom Tonpa dan berkata, "Anda yang baik hati, berkatilah
tangan saya! 161
Atisa selalu menempatkan suatu penekanan yang unik pada pentingnya
hati yang baik. Dari pada bertanya kepada seseorang: " Apa kabar?,”
maka ia akan berkata: "Adakah anda berbaik hati?”
Kapan saja ia mengajar ia akan menambahkan, "Berbaik hatilah"
Adalah tenaga dari niat yang baik dan yang jahat yang membuat suatu
perbuatan menjadi positif atau negatif, lemah atau kuat. Manakala niat di
belakang perbuatan adalah baik, semua perbuatan fisik atau ucapan adalah
positif, sebagaimana telah diceritakan tentang orang yang menaruh sol
sepatu di atas tsa-tsa. Manakala niat di belakang suatu perbuatan tidak
baik, perbuatan apa pun, meski kelihatan positif, akan sesungguhnya
menjadi hal negatif. Oleh karena itu, belajarlah untuk mempunyai niat
baik sejak awal, dalam situasi apa pun juga.
Kata Guru Besar Je Tsongkapa:
Bagaimana bisa kalau alur dan tingkat adalah baik jika niat adalah baik?
Suatu ketika seorang wanita tua sedang menyeberangi sungai yang
lebar bersama putrinya sambil berpegangan satu sama lain. Namun
keduanya dihanyutkan oleh arus sungai.
Sang ibu berpikir: "Tidaklah penting jika aku hanyut, asalkan putriku
terselamatkan!"
Pada waktu yang sama, anak perempuan berpikir, "Tidak jadi soal
kalau saya terhanyut, selama ibu saya tidak tenggelam!"
Mereka kedua-duanya binasa dalam air, dan sebagai hasil pemikiran hal
positif untuk satu sama lainnya, mereka terlahir di alam surga Brahma.
Di lain kesempatan, ada enam biarawan dan seorang pesuruh menyewa
161
Sebenarnya tidaklah mungkin guru meminta berkah dari muridnya. Namun kalau murid
tersebut berhati baik, maka ia pun dapat memberi berkah kepada guru. Adalah suatu
kebiasaan untuk meminta Lama yang telah cerah meniup pada luka untuk
menyembuhkannya.
259
perahu untuk menyeberangi sungai Jasako. Perahu pun bertolak mening-
galkan tepi sungai.
Sekitar seperempat jalan ke seberang, tukang perahu berkata, "Kita
terlalu berat. Jika ada siapa saja yang bisa berenang, tolong lompat ke
dalam air. Jika tidak, saya akan melompat sendiri dan salah satu di antara
anda dapat menggantikan saya mendayung."
Tak satu pun di antara mereka yang bisa berenang; juga tak ada yang
tahu bagaimana cara mengayuh.
Lalu pesuruf tersebut melompat dari perahu, sambil berseru, "Lebih
baik saya sendiri mati dari pada semua orang mati!”
Dengan seketika timbul pelangi dan turun hujan bunga. Meski pesuruh
tersebut tidak bisa berenang, ia terbawa dengan aman ke pantai. Ia belum
pernah berlatih Dharma. Ini adalah manfaat langsung yang berasal dari
suatu pikiran yang baik.
Bagaimana bisa bahwa alur dan tingkat menjadi tidak baik jika pikiran
tidak baik?
Sekali peristiwa ada seorang pengemis yang berbaring di pintu gerbang
kota sambil berpikir, "Aku ingin kepala raja terpenggal, sehingga aku bisa
mengambil tempatnya!”
Pikiran tersebut timbul padanya terus menerus semalam suntuk.
Menjelang pagi, ia tertidur. Selagi ia tertidur, sang raja keluar dengan
mengendarai keretanya. Salah satu roda keretanya menggilas leher
pengemis tersebut dan memotong kepalanya.
Kecuali jika anda ingat tujuan anda akan pencarian Dharma dengan
sadar dan waspada, dan memperhatikan pikiran anda setiap saat, perasaan
yang hebat akan kemelekatan dan kebencian dengan mudah dapat
membawa anda pada akumulasi karma negatif yang parah. Walaupun
harapan si pengemis tua tidak pernah akan sampai sungguh-sungguh
terjadi, hasil dari pemikirannya akan segera menjadi bentuk nyata. Mana
mungkin raja yang tertidur dengan nyaman di atas tempat tidur yang
bertahtakan permata di dalam istana akan kehilangan kepalanya?
Sekalipun ia dipancung, tidakkah lebih masuk akal kiranya pangeran
mahkotalah yang akan mengambil alih kerajaan? Kalaupun tidak,
tidakkah ada lebih banyak kesempatan bagi para menteri, yang sifatnya
seperti harimau, macan tutul dan beruang, dibanding dengan seorang
pengemis tua tunawisma dan miskin yang akan mengambil alih tahta
tersebut? Kecuali jika anda memeriksa diri anda dengan hati-hati,
bagaimanapun, bahkan pikiran negatif yang lucu dan menggelikan seperti
itu dapat timbul. Maka, sebagaimana yang dikatakan oleh Geshe
260
Shawopa :
Niat
263
Mengharapkan untuk berangkat atau benar-benar melaksanakannya,
Inilah makna dari perbedaan tersebut;
Kaum bijaksana dan terpelajar – dengan demikian memahami
Perbedaan ini, yang mana adalah berurutan dan progresif.
Aplikasi
Kemudian anda siapkan kuda dan persediaan yang perlu, berangkat dan
benar-benar pergi ke Lhasa. Dengan cara yang sama, anda memutuskan
untuk berlatih kedermawanan, memelihara disiplin, membangkitkan rasa
toleransi, rajin, tinggal di dalam keheningan pencerapan meditasi, dan
melatih pikiran anda dalam kebijaksanaan membedakan dalam rangka
menempatkan semua makhluk pada tingkat kebuddhaan yang sempurna,
dan anda benar-benar mempraktekkan keenam paramita tersebut. Hal ini
sesuai dengan perjalanan yang nyata, dan adalah aspek aplikasi dari
bodhicitta.
ཧོཿ �་ཚ�གས་�ང་བ་�་�འི་�ན་རིས་�ིསཿ
HO NA TSHOG NANG WA CHU DHEI DZUN RÏ Ho! Disesatkan oleh aneka ragam
GYÏ tampilan khayal seperti bayangan
rembulan di dalam air,
འཁོར་བ་�་ �་�ད་�་འ�མས་པའི་འ�ོཿ Makhluk hidup mengembara di rantai tak
KHOR WA LU GU GYUD DU KHAM PË DRO berujung alam samsara;
265
རང་རིག་འོད་གསལ་ད�ིངས་�་ངལ་གསོ་�ིརཿ
RANG RIG Ö SAL JING SU NGAL SO CHIR Untuk membawa mereka beristirahat di
ruang kesadaran nan kemilau,
ཚད་མེད་བཞི་ཡི་ངང་ནས་སེམས་བ�ེད་དོཿ
TSHAD MED ZHI YI NGANG NË SEM KYED DO Saya membangkitkan bodhicitta dengan
empat kualitas yang tak terhingga.
Pada akhir sesi ini, bayangkan bahwa dengan kerinduan devosi anda
terhadap deity-deity di ladang berkah, seluruh persamuhan melebur dalam
cahaya, mulai dari yang luar, dan akhirnya melebur ke dalam Guru yang
ada di tengah, persatuan dari semua ketiga tempat berlindung. Kemudian
Guru melebur ke dalam cahaya, lalu melebur ke dalam diri anda,
menyebabkan bodhicitta absolut yang ada dalam pikiran deity
perlindungan muncul dengan jelas dalam pikiran anda. Lafalkan doa
pengharapan berikut:
163
Guru Suvarnadvipa: (Tib. Serlingpa) Dharmakirti, guru besar agama Buddha yang tinggal
di Sumatera pada abad 10.
267
lain; dan lebih mementingkan makhluk lain dari pada diri sendiri. Untuk
bodhicitta aplikasi, latihannya terdiri dari berlatih enam paramita.
1. Latihan dalam disiplin bodhicitta aspirasi
270
Konon, bahwa inilah bagaimana ia pertama kali mulai berbuat baik kepada
yang lain.
Kisah lain menceritakan bagaimana Sang Buddha, di suatu kelahiran
yang sebelumnya sebagai "putri” dari nakhoda Vallabha, sekali lagi
dibebaskan dari alam rendah begitu ia benar-benar mengalami hal
menukarkan dirinya dengan orang lain. Sekali peristiwa, ada seorang
perumah tangga yang bernama Vallabha, di mana semua putranya
meninggal. Maka, ketika putranya yang lain dilahirkan, ia memutuskan
untuk menamainya Putri, dengan berharap ini akan membuatnya hidup.
Vallabha lalu pergi ke laut mencari batu permata yang berharga, tetapi
kapalnya tenggelam dan ia binasa.
Ketika putranya menjadi dewasa, ia bertanya kepada ibunya apakah
pekerjaan dan kasta ayahnya dulu. Ibunya, karena kuatir jika ia menga-
takan kepadanya yang sebenarnya, maka ia juga akan menjadi pelaut, lalu
mengatakan kepadanya bahwa ayahnya adalah pedagang gandum. Maka
Putri menjadi seorang pedagang gandum dan memelihara ibunya dengan
empat koin karsa yang ia peroleh setiap hari.
Tetapi dengan segera para pedagang gandum lainnya mengatakan
kepadanya bahwa ia bukan anggota kasta mereka, dan konsekwensinya,
tidaklah wajar baginya untuk melakukan perdagangan yang mereka
lakukan. Ia dipaksa berhenti.
Ia kembali ke ibunya dan menanyanya lagi. Kali ini, ibunya mengata-
kan kepadanya bahwa ayahnya dulu pedagang dupa. Ia memulai menjual
dupa, dan dengan delapan karsa yang ia peroleh setiap hari, ia menjaga
ibunya.
Tetapi Putri dihentikan lagi. Ibunya sekarang mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya menjual pakaian. Ia menjadi pedagang pakaian, dan
segera mampu memberi ibunya enam belas karsa satu hari. Namun
kembali ia dipaksa melepaskan bisnis tersebut oleh para pedagang pakaian
yang lain.
Ketika ia diberitahu bahwa ia berasal dari kasta permata, ia mulai
menjual permata-permata dan membawa pulang tiga puluh dua karsa satu
hari untuk diberikan kepada ibunya. Kemudian pedagang permata yang
lain mengatakan kepadanya bahwa ia adalah kasta yang membawa
permata dari pelayaran samudra dan bahwa ini adalah pekerjaan di mana ia
dilahirkan untuk melakukannya.
Ketika ia tiba dirumah hari itu, ia berkata kepada ibunya, "Saya berasal
dari kasta yang mencari permata. Saya akan berlayar menyeberangi
samudra yang besar untuk melanjutkan perdaganganku sendiri!"
271
"Adalah benar bahwa kamu berasal dari kasta yang mencari permata,"
kata ibunya, "tetapi ayahmu dan semua nenek moyangmu sudah mati di
laut waktu mereka mencari permata. Jika kamu pergi, kamu akan mati
juga. Janganlah pergi! Tinggallah di rumah dan berdagang di sini."
Tetapi Putri tidak mendengarkannya. Ia mempersiapkan segala yang ia
perlukan untuk perjalanannya. Ketika ia mau berangkat, ibunya tidak
membiarkannya pergi, ia memegang sisi pakaian Putri dan menangis.
Putri sangat marah.
Ia berseru, "Air matamu akan membawa nasib malang untuk perjalan-
an ke seberang samudra!" ia menendang ibunya di kepalanya, lalu me-
ninggalkannya.
Dalam perjalanan, kapalnya kandas dan hampir seluruh anak kapalnya
tenggelam, tetapi Putri berpegang pada sepotong papan dan terdampar ke
daratan suatu pulau. Ia sampai ke suatu kota yang bernama Sukacita. Di
suatu rumah yang indah yang terbuat dari logam mulia dan permata-
permata, empat dewi cantik mempersilakannya duduk di tempat duduk
beralaskan bantal kain sutera dan mempersembahkan kepadanya tiga
makanan putih dan tiga makanan manis.
Ketika ia bersiap-siap berangkat, mereka memperingatkannya: "Jangan
pergi ke arah selatan. Kemalangan besar akan menimpa anda jika anda
melakukannya!" Tetapi Putri tidak mendengarkannya dan tetap menuju ke
sana.
Ia sampai ke suatu kota yang bernama Riang Gembira yang lebih indah
dibanding kota yang sebelumnya. Di sini delapan wanita cantik melayani-
nya. Sama seperti sebelumnya, mereka memperingatkannya akan ancam-
an kemalangan yang besar jika ia pergi ke arah selatan, tetapi ia tidak
mempedulikannya dan berangkat lagi.
Di suatu kota yang bernama Kota Mabuk yang lebih bagus lagi
dibanding yang lainnya, ia disambut oleh enam belas dewi elok yang juga
melayaninya dan memperingatkannya sama seperti yang sebelumnya,
tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.
Ia melanjutkan perjalanannya dan tiba pada suatu benteng putih yang
puncaknya hampir menjamah langit. Benteng itu disebut Benteng Guru
Brahma, dan di sini tiga puluh dua dewi cantik yang menggiurkan
mengundangnya ke dalam. Mereka mempersiapkan dipan dari bantal-
bantal yang terbuat dari sutera, melayaninya dengan tiga makanan putih
dan tiga makanan manis, dan memohonnya untuk tinggal. Tetapi ia ingin
pergi.
272
Ketika ia bersiap-siap berangkat lagi, mereka berkata kepadanya, "Ke
mana pun anda akan pergi, hindarilah arah selatan! Kemalangan akan
menimpamu!" Tetapi ia merasakan adanya suatu dorongan untuk pergi ke
selatan, dan ia pun menuju ke selatan.
Tak lama kemudian, suatu benteng besi dengan menara-menaranya
yang menjulang ke langit muncul di hadapannya. Di gerbang, ia melihat
sesosok manusia hitam yang mengerikan, dengan mata merah dan
menggenggam besi panjang di tangannya. Putri bertanya ada apa di dalam
bangunan tersebut, tetapi orang itu tinggal diam saja. Ketika ia semakin
mendekat, Putri melihat ke dalam dan melihat banyak orang lain seperti
orang di depan. Suatu perasaan ngeri mencekam segenap tubuhnya,
membuat bulu romanya berdiri.
Ia berkata kepada dirinya, "Bahaya! Inilah bahaya yang mereka
peringatkan."
Ia masuk ke dalam. Di sana ia melihat seorang manusia yang otaknya
sedang dilumatkan oleh roda baja yang berputar di kepalanya.
"Apa yang telah anda perbuat sehingga mendapat balasan demikian?"
tanya Putri.
"Saya menendang ibuku pada kepalanya dan ini adalah akibatnya yang
matang. Tetapi bagaimana dengan anda? Kenapa anda tidak mengambil
keuntungan dari kebahagiaan yang mereka tawarkan kepada anda di
Benteng Guru Brahma? Mengapa anda datang mencari penderitaan di
sini?"
"Saya pikir saya didorong ke sini oleh karma saya juga," kata Putri.
Pada saat itu, suara dari langit berkata: "Biarkan mereka yang terikat
dibebaskan, dan mereka yang bebas terikat!"
Tiba-tiba saja roda baja berputar di kepala Putri. Seperti orang lain,
otaknya remuk menjadi bubur, dan ia mengalami rasa nyeri dan pende-
ritaan yang tak tertahankan. Rasa sakit tersebut menimbulkan suatu
perasaan belas kasih yang kuat terhadap semua mereka yang sama seperti
dirinya.
Ia berpikir, "Di dalam alam samsara, ada makhluk lain sedang mende-
rita seperti saya karena menendang kepala ibu mereka. Semoga semua
penderitaan mereka menjadi matang pada saya dan semoga saya saja yang
menderitanya untuk mereka semua. Semoga tidak satu pun orang lain
pernah mengalami penderitaan seperti ini dalam setiap kelahiran mereka
berikutnya."
273
Dengan segera roda tersebut terbang ke udara. Kesakitannya berhenti
dan ia membumbung tinggi sampai ke ketinggian tujuh pohon palem
dalam keadaan bahagia.
Latihan bodhicitta yang menukarkan diri dengan orang lain adalah
metoda tertinggi yang sangat diperlukan untuk mencapai pencerahan.
Oleh karena itu ahli-ahli Kadampa masa lampau sering menggunakannya
sebagai latihan utama mereka. Sekali peristiwa, Geshe Chekawa, yang
mengetahui banyak ajaran tentang Tradisi Baru dan Lama, dan yang
mengetahui banyak teks logika di luar kepala, pergi melihat Geshe
Chakshingwa. Di bantalnya, ia melihat suatu teks yang kecil, dan ketika ia
membukanya, ia menemukan kalimat berikut:
Tidak ada instruksi yang lebih baik untuk mengusir penyakit dan
penderitaan dari hidup ini, dan untuk menaklukkan roh-roh, pembuat-
rintangan dan kekuatan negatif dibanding meditasi bodhicitta menukar diri
dengan orang lain. Renungkanlah dengan tekun, dan seperti menolak
racun, tolaklah selalu mentalitas negatif mementingkan diri sendiri.
165
1. Ayat Dasar tentang Jalan Tengah (Mūla-madhyamaka-kārikā); 2. Penolakan Keberatan
(Vigraha-vyāvartanī); 3. Enam Puluh Ayat Menurut Alasan (Yuktiṣaṣtikā-kārikā); 4.
Kelanjutan Keberadaan (Bhāvasaṃkranti Śāstra); 5. Tujuh Puluh Ayat tentang
Kekosongan (Sapta-śūnyatā Śāstra).
277
mereka sisi yang lain. Ketika mereka sedang memotong dagingnya, sisi
yang pertama menjadi utuh kembali. Dengan cara memakan masing-
masing sisi secara berurutan, semua orang sakit bisa terobati. Lalu ikan itu
berbicara kepada mereka semua: "Saya adalah Padma, raja anda. Saya
menyerahkan hidup saya dan mengambil kelahiran sebagai seekor ikan
rohita untuk menyelamatkan anda dari wabah. Sebagai ungkapan rasa
syukur anda, berhentilah melakukan kejahatan dan berbuatlah kebaikan
selamanya." Mereka semua mematuhi dan sejak itu mereka tidak pernah
lagi terjatuh dalam kelahiran yang tidak baik.
Pada suatu waktu yang lain, Buddha Sakyamuni terlahir sebagai seekor
kura-kura raksasa, ketika suatu perahu yang sedang mengangkut lima ratus
pedagang kandas di laut.
Mereka semua mulai tenggelam, tetapi kura-kura tersebut berkata
kepada mereka dengan suara manusia: "Naiklah ke punggungku! Aku akan
membawa anda semua ke pantai!"
Kura-kura membawa semua pedagang ke tanah kering. Ia roboh kele-
lahan di tepi air dan tertidur. Tetapi ketika sedang tertidur, sekumpulan
delapan puluh ribu lalat ketaka mulai menghisap darahnya. Bangun dari
tidurnya, ia melihat seberapa banyak mereka. Menyadari bahwa kembali
ke air atau mengguling-gulingkan diri di tanah akan membunuh semua
serangga tersebut, ia hanya berbaring di tempat itu dan mengorbankan
hidupnya. Kemudian, ketika kura-kura menjadi Buddha, lalat-lalat itu
adalah delapan puluh ribu dewa yang mendengarkan ajarannya dan
menyadari kebenaran.
166
Persembahan yang dibuat dengan membakar ranting-ranting kayu bergetah.
279
"Dalam ungkapan syukur kepada guru yang mengajar saya Veda 167 ,
saya berniat untuk menawarkan kepadanya seorang pelayan, karena kini ia
sudah tua dan tidak memilikinya. Saya datang untuk meminta anda
memberikan istri dan putra anda."
Raja mengizinkan. Murid tersebut pergi dengan membawa ratu dan
putranya dan mempersembahkan mereka kepada gurunya.
Sementara itu, Raja Sulit Ditahan merasa iri dan mendambakan gajah
yang dihadiahkan. Setiba kembali di kerajaannya sendiri, ia mengirim
pesan menuntut bahwa gajah tersebut harus diberikan kepadanya. Ia telah
diberitahu bahwa gajah tersebut telah dihadiahkan kepada seorang
brahmana. Tetapi ia menolak untuk mendengarkan dan mengancam akan
mengadakan perang jika gajah tersebut tidak diserahkan. Selagi pasukan
musuh maju, Raja Manicuda merasakan kesedihan yang dalam dalam
dirinya.
“Betapa sedihnya kalau ketamakan dapat membuat sahabat yang ter-
dekat menjadi musuh yang getir dalam sekejab saja!" pikirnya. "Jika saya
mempersiapkan perang, dengan mudah saya dapat mengalahkannya.
Tetapi banyak makhluk akan menderita, maka saya harus melarikan diri.”
Empat pratyekabuddha menampakkan diri dan berkata, "Baginda,
sudah waktunya Baginda masuk ke dalam hutan."
Maka ia menuju Hutan Pelbagai Pesona, sementara itu menteri-
menterinya pergi kepada Marici dan meminta pangeran muda yang telah
diberikan kepadanya. Marici mengembalikan pangeran, dan pangeran lalu
memimpin pasukan dan melakukan pertempuran. Sulit Ditahan kalah dan
terpaksa kembali ke negerinya. Pikiran dan aktivitas jahatnya membawa
penyakit dan kelaparan pada kerajaannya sendiri.
Ketika Sulit Ditahan bertanya kepada brahmana-brahmananya bagai-
mana caranya agar semua penderitaan itu berakhir, mereka berkata, "Obat
penawarnya adalah permata di usnisa Raja Manicuda. Anda perlu
memintanya."
"Tetapi mungkin ia akan menolak," kata Raja Sulit Ditahan.
Para brahmana mendesak, lagipula, Manicuda akan memberinya –
bukankah ia terkenal karena tidak pernah menolak permintaan apa pun?
Seorang brahmana diutus untuk memintanya.
Raja Manicuda sedang berjalan melewati hutan sambil melihat-lihat
dan tanpa disadari ia tiba di dekat pertapaan Marici. Pada saat yang sama,
Sang Ratu, istrinya, yang sedang mencari akar dan dedaunan di dalam
hutan tidak jauh dari sana, diserang oleh seorang pemburu.
167
Veda: Salah satu kitab suci agama Hindu.
280
"Raja Manicuda, tolonglah saya!" ia berteriak.
Ratapan yang datang dari jauh sampai ke telinga Manicuda yang
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia pergi menyelidiki. Pemburu
itu melihat dia mendekat, berpikir bahwa dia adalah rsi. Karena takut akan
kutukan, maka ia melarikan diri. Sang Ratu yang sebelumnya telah
menikmati kenyamanan yang tak terukur di lingkungan kerajaan, kini
berada dalam kesusahan seperti itu ketika Manicuda melihatnya. Sang
Raja sangatlah bingung.
"Betapa sedihnya!" pikirnya. "Semua benda tergabung tak dapat di-
percaya."
Saat itu, brahmana yang diutus oleh Sulit Ditahan tiba. Ia mencerita-
kan hal ihkwalnya dan meminta usnisa kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata raja.
Brahmana tersebut mengikuti kata raja dan sesudah itu meninggal-
kannya. Dalam kerajaan Sulit Ditahan, semua penyakit dan kelaparan
berakhir.
Ketika raja mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh lukanya, hal itu
membangkitkan rasa kasihan yang besar terhadap semua mahkluk yang
hidup dalam Neraka Panas. Lalu ia jatuh tak sadarkan diri.
Sementara itu, didorong oleh pertanda-pertanda baik dan diikuti para
dewa, banyak para anggota istana tiba.
"O Raja," kata mereka, "apa yang telah terjadi?"
Raja duduk sambil menghapus tetesan darah di wajahnya.
"Sulit Ditahan mengutus seseorang untuk meminta bonggol di kepala-
ku, maka saya memberinya," jawabnya.
"Mengapa anda berbuat begitu?" tanya mereka.
"Aku tidak berusaha untuk mendapatkan apa pun untuk diriku. Harap-
anku satu-satunya adalah semoga kerajaan Sulit Ditahan bebas dari
penyakit dan kelaparan. Tetapi ada masih satu hal, saya ingin..."
"Apakah itu?" mereka bertanya
"Agar mampu melindungi semua makhluk," jawab raja.
"Tetapi tidakkah anda merasa menyesal?" mereka bertanya.
"Tidak. Sama sekali tidak," kata raja.
"Melihat rasa sakit di wajah anda, sulit untuk percaya apa yang anda
katakan "
"Baiklah," kata raja, "jika saya benar-benar tidak memiliki penyesalan
setelah memberikan bonggol kepalaku kepada Sulit Ditahan dan para
pengikutnya, semoga tubuhku menjadi utuh seperti semula!"
281
Dan hal itulah yang terjadi. Para pengikutnya lalu memohonnya untuk
kembali ke istana, tetapi ia menolak. Pada waktu itu, empat pratyeka-
buddha muncul kembali.
"Anda telah banyak membantu musuh anda, mengapa tidak membantu
sahabat anda juga?" kata mereka. "Sekarang anda perlu kembali ke istana
anda."
Ia kembali ke istana, dan membawa manfaat dan kebahagiaan kepada
rakyatnya.
Dana atau kemurahan hati dapat terdiri dari tiga wujud: memberi benda
materi, memberi Dharma, dan memberi perlindungan dari ketakutan.
Pemberian Biasa. Hal ini mengacu pada memberi materi apa pun,
sekalipun tidak lebih dari sekedar satu jumput daun teh atau satu mangkuk
jelai. Jika diberikan dengan niat yang murni, soal jumlah bukanlah hal
yang penting. Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh Lima Buddha 168
berbicara tentang "pengaruh positif terhadap masa depan dari memberikan
sesuap makanan saja kepada makhluk yang terlahir di alam binatang."
Sang Penakluk adalah sosok yang memiliki ketrampilan metoda dan belas
kasih yang besar. Jika kita menggunakan kekuatan dharani169, mantra dan
168
Skt. Triskhandhadharmasutra (Sutra Tiga Tumpukan) atau disebut juga Pengakuan
Kemerosotan.
169
Dharani: Pengendalian menyeluruh atas tubuh, ucapan dan pikiran serta aktivitas keenam
indera, biasanya berupa mantra panjang.
282
cara-cara lainnya, dikatakan kita mampu menolong preta sebanyak pasir di
Sungai Gangga hanya dengan setetes air atau sebutir jelai saja.
Persembahan asap dan puja api membawa manfaat besar pada preta
yang bergerak melalui ruang angkasa. Roh-roh yang tidak bisa hidup
tanpa mengambil kehidupan makhluk lain sementara terpuaskan oleh bau
makanan persembahan yang dibakar, dan pikiran mereka dibebaskan oleh
karunia Dharma dari ritual dari suatu puja api. 170 Sebagai hasilnya,
mereka tidak lagi merugikan makhluk lain, sehingga banyak makhluk
menjadi terlindung dari bahaya kematian. Hal ini termasuk memberi
perlindungan terhadap ketakutan. Jadi, praktek puja api termasuk ketiga
macam kemurahan hati tersebut.
Karena torma air dan puja api mudah untuk dilaksanakan dan sangat
efektif, cobalah berlatih mempraktekkannya secara teratur. Adalah baik
untuk mempersembahkan seratus ribu torma air setiap tahun.
Ketika orang-orang telah mendapatkan sejumlah harta, mereka
memegangnya atau menjaganya dengan ketat seperti orang yang sekarat,
dan tidak menggunakan untuk kehidupan ini ataupun untuk manfaat
kehidupan yang akan datang. Tak peduli berapa banyak yang mereka
miliki, mereka tetap berpikir bahwa mereka tidak memiliki apa pun.
Mereka merintih seolah-olah mereka sedang kelaparan. Dapat dikatakan
bahwa orang-orang dengan perilaku seperti ini sekarang ini mengalami
akibat yang serupa dengan penyebabnya seperti yang terjadi di alam preta.
Hindarilah sikap-sikap seperti itu dan cobalah untuk bermurah hati
melalui aktivitas seperti membuat persembahan kepada Sang Tri Ratna
dan memberi sedekah kepada pengemis. Seperti yang dikatakan Jetsun
Mila:
170
Puja api: Persembahan berupa asap dari makanan yang dibakar kepada roh-roh halus dan
makhluk-makhluk di alam bardo.
283
Secara umum, Buddha mengajar pemberian materi dan praktek-praktek
lain yang disertai harta benda terutama untuk Bodhisattva awam. Jika
anda adalah seorang biarawan atau biarawati, hal yang penting hanyalah
untuk mengurangi keinginan-keinginan anda, dan belajar untuk menjadi
puas dengan apa pun juga yang anda miliki, dan untuk berlatih pelatihan
rangkap tiga yang lebih tinggi dengan ketetapan hati di tempat pertapaan
di gunung atau tempat yang sunyi, dan dengan senang hati menerima
semua kesukaran.
Ada praktisi-praktisi yang meninggalkan latihan spiritual mereka dan
melibatkan diri mereka dalam perdagangan, pertanian atau mata penca-
harian lainnya. Mereka menimbun kekayaan melalui tipu daya yang
cerdik. Mereka bersikukuh mengatakan bahwa mereka sedang berlatih
Dharma melalui persembahan dan amal yang mereka buat dengan apa
yang mereka peroleh. Tetapi adalah untuk orang-orang seperti itu kata-
kata berikut:
Cara beramal mereka seperti ini secara mutlak tidak ada artinya. Jadi,
yang paling penting dan oleh karena itu, selalulah merasa puas dengan apa
yang anda miliki.
Pemberian Besar. Ini berarti memberi kepada orang lain sesuatu yang
langka atau sangat berharga bagi anda secara pribadi, seperti kuda atau
gajah anda sendiri, atau bahkan putra atau putri anda sendiri.
284
Memberi Dharma
Ini berarti memimpin orang lain kepada praktek rohani dengan membe-
ri abhiseka, membabarkan Dharma, mentransmisi teks-teks dan seba-
gainya. Namun, bekerja demi kebaikan orang lain ketika keinginan untuk
mementingkan diri sendiri belum dihilangkan hanya akan menjadi suatu
pertunjukan belaka.
Para murid Atisa bertanya kapankah mereka boleh mengajar, bekerja
untuk manfaat orang lain atau melaksanakan pemindahan kesadaran bagi
mereka yang baru saja meninggal. Jawaban Atisa adalah:
Ia juga berkata:
Ini berarti benar-benar melakukan apa pun juga yang dapat anda laku-
kan untuk membantu orang lain yang berada dalam kesukaran. Hal ini
termasuk, misalnya menyediakan tempat perlindungan bagi mereka yang
tidak memiliki tempat yang aman, memberi perlindungan kepada mereka
yang tidak memiliki pelindung, dan menjadi teman dengan mereka yang
tidak memiliki teman. Hal ini merujuk terutama sekali kepada perbuatan
seperti melarang berburu dan mencari ikan di mana saja anda mempunyai
kekuasaan untuk melakukannya, membeli domba-domba yang sedang
dibawa ke tempat pejagalan, dan menyelamatkan ikan, cacing, lalat dan
makhluk-makhluk lain yang sedang sekarat. Buddha mengajarkan, dari
semua perbuatan yang baik, menyelamatkan hidup makhluk hidup adalah
paling menguntungkan.
172
Tib. rigs lnga’i sdom pa, suatu tantra.
287
2.2 Sila paramita
Ini berarti menolak semua sepuluh perbuatan negatif tubuh, ucapan dan
pikiran yang tidak diarahkan untuk manfaat makhluk lain seperti anda
menolak racun.
173
Tumpukan batu sebagai persembahan.
288
tepat menuntun anda ke pencerahan sempurna. Seperti dikatakan dalam
Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh:
Ada kisah tentang seekor babi yang dikejar mengelilingi stupa oleh
seekor anjing, dan cerita lain mengenai tujuh ulat bulu yang jatuh dari
daun ke dalam arus air dan dibawa mengelilingi stupa oleh arus tersebut.
Kejadian-kejadian seperti itu cukup untuk membawa makhluk-makhluk
tersebut akhirnya kepada pembebasan.
Oleh karena itu, usahakan selalu menolak perbuatan buruk sekecil apa
pun, dan lakukanlah perbuatan baik apa pun yang dapat anda lakukan, dan
limpahkan jasa tersebut untuk manfaat makhluk hidup. Hal ini mencakup
semua ajaran dari ikrar Bodhisattva.
Seperti yang telah kita lihat, ketika anda secara total bebas dari meng-
inginkan sesuatu untuk diri anda, berarti sudah tiba waktunya bagi anda
untuk bekerja secara langsung demi manfaat makhluk lain dengan
menggunakan empat cara menarik makhluk. Tetapi sebagai seorang
pemula, cara untuk memberi manfaat kepada makhluk lain adalah
melimpahkan jasa kebajikan kepada semua makhluk dari semua latihan
yang anda jalankan, sambil melatih diri melakukan perbuatan baik dan
menghindari perbuatan buruk. Semua ini dilakukan dengan menerapkan
tiga metoda yang tertinggi.
289
Kesabaran jenis ini perlu diterapkan kapan pun saat anda dipukul,
dihina di depan umum, dimarahi dengan kata-kata kasar atau difitnah
secara sembunyi-sembunyi. Sebagai ganti merasa terganggu dan bereaksi
dengan marah, anda perlu menanggapinya secara positif dengan belas
kasih. Jika anda kehilangan kesabaran dan menyerah pada kemarahan,
suatu amukan kemarahan dapat menghancurkan pahala kebajikan yang
anda kumpulkan lebih dari seribu kalpa, sebagaimana disebutkan dalam
Jalan Bodhisattva:
Dan lagi:
Kita sering mendengar bahwa ada seorang Lama atau biarawan yang
sungguh baik, hanya saja ia memiliki perangai yang mengerikan. Tetapi,
tidak ada kesalahan yang lebih buruk di dunia ini dibanding dengan
kemarahan, maka mana bisa seseorang yang sangat baik pada waktu yang
sama mempunyai perangai yang mengerikan? Padampa Sangye berkata:
Jika ketika kita belajar, berpikir dan merenung, ego kita tumbuh
menjadi lebih besar, kesabaran kita menjadi lebih rapuh dibanding
dengan kulit baru,174 dan kita merasa lebih lekas marah dibanding
dengan si setan Tsang Tsen,175 ini pasti adalah tanda-tanda bahwa
studi, meditasi dan pemikiran kita sudah berada di arah yang salah.
174
Kulit baru: Kulit yang tumbuh pada luka yang baru sembuh.
175
Sosok setan daerah Tibet yang pendendam dan pencemburu, yang menciptakan rintangan
begitu terusik sedikit saja.
291
Usahakan selalu merendahkan diri, berpakaian sederhana, dan perlaku-
kan setiap orang, apakah yang baik, biasa ataupun yang tidak baik, dengan
rasa hormat. Jinakkan pikiran anda dengan Dharma, dengan mengambil
belas kasih bodhicitta sebagai dasar anda. Tak diragukan lagi, ini adalah
poin yang paling penting dari semua latihan. Ia lebih baik dibanding
dengan seribu “pandangan yang paling mulia" atau "meditasi yang paling
dalam" yang tidak membawa kebaikan pada pikiran.
Bahkan dengan melalui nyala api neraka atau lautan mata pisau
cukur yang tajam,
Carilah Dharma sampai anda mati.
Sekarang ini kita berpikir bahwa kita dapat berlatih Dharma bersamaan
dengan aktivitas duniawi kita, dengan tanpa perlu tekad sedikit pun atau
untuk menderita kesukaran, dengan sambil terus-menerus menikmati
kenyamanan, kesejahteraan dan ketenaran. Kita beranggapan orang lain
juga dapat melakukannya, dan kita berkata dengan kagum, "Itu ada Lama
yang baik. Ia tahu bagaimana caranya memadukan Dharma dengan
kehidupan duniawi."
Tetapi mana mungkin mengawinkan Dharma dengan kehidupan
duniawi? Mereka yang menyatakan dirinya melakukan hal yang demikian,
kelihatannya sedang menjalani suatu kehidupan duniawi yang baik, tetapi
bisa anda pastikan bahwa mereka tidak berlatih Dharma yang murni.
Menyatakan bahwa anda dapat berlatih Dharma dan menjalani kehidupan
duniawi pada waktu yang sama adalah sama seperti mengatakan bahwa
anda dapat menjahit dengan jarum yang runcing di kedua ujungnya, atau
292
menaruh api dan air dalam satu bejana, atau mengendarai dua kuda yang
berlawanan arah. Semua hal yang demikian hanyalah mustahil.
Bisakah seseorang yang biasa melebihi Buddha Sakyamuni? Bahkan
beliau menemukan bahwa sama sekali tidak mungkin berlatih Dharma dan
menjalani kehidupan duniawi secara berdampingan. Sebagai gantinya, ia
meninggalkan kerajaannya seperti membuang air ludah, dan pergi tinggal
di tepi Sungai Nairanjana, di mana ia mempraktekkan tapabrata selama
enam tahun dengan hanya memberi makan kepada dirinya setetes air dan
sebutir jelai setiap tahun.
Dan bagaimana dengan Jetsun Milarepa? Ketika ia sedang berlatih, ia
tidak memiliki makanan maupun pakaian. Makanannya hanyalah rumput
jelatang, sehingga seluruh tubuhnya hanya tinggal tulang rangka yang
diselimuti dengan bulu berwarna kehijau-hijauan. Mereka yang
melihatnya tidak tahu apakah ia seorang manusia atau setan. Faktanya, ia
berlatih Dharma sampai pada suatu keadaan dengan ketahanan yang sangat
kuat dan menerima kesukaran dengan sepenuh hati, membuktikan dengan
pasti bahwa adalah mustahil untuk melatih Dharma dan menjalankan
kehidupan duniawi pada waktu yang sama. Apakah Milarepa benar-benar
telah putus asa tidak mengetahui bagaimana caranya mengkombinasikan
keduanya?
Siddha agung Melong Dorje memperoleh pencapaian setelah berlatih
selama sembilan tahun dengan hanya memakan kulit pohon lakhe sebagai
makanannya. Longchen Rabjam, Penguasa Dharma yang Mahatahu,
hanya hidup dari dua puluh satu pil air raksa selama berbulan-bulan.
Ketika salju turun, ia biasa masuk ke dalam kantong kasar yang dipakai
sebagai tempat tidur dan juga sebagai alas tempat duduknya.
Semua siddha dari masa lampau memperoleh pencapaian hanya karena
berlatih dengan tekad yang kuat, dengan sepenuh hati menerima semua
kesukaran setelah menyisihkan semua aktivitas duniawi. Tidak ada
seorang pun di antara mereka yang mencapai realisasi dengan berlatih di
samping melakukan aktivitas sehari-hari, menikmati kesenangan,
kesejahteraan dan ketenaran. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:
Pada saat anda menata diri anda pada tempat yang nyaman untuk
tinggal, dengan banyak makanan, pakaian yang hangat dan donatur
yang murah hati, anda bahkan telah sepenuhnya mengundang setan
sebelum mulai berlatih mengembangkan Dharma.
Oleh sebab itu, adalah sangat penting untuk tidak mengindahkan lagi
segala kerinduan kehidupan sehari-hari, dan berlatih tanpa memperhati-
kan panas, dingin atau berbagai kesulitan lain apa pun.
Pada suatu hari dua biarawan India yang telah memiliki dua belas
kualitas dari latihan praktek dhuta 177 datang menghadap Atisa. Ketika
Atisa menjelaskan kepada mereka bahwa ego tidak memiliki keberadaan
yang hakiki, mereka senang.
Tetapi ketika ia menjelaskan bahwa fenomena juga tidak memiliki
keberadaan yang hakiki, mereka berteriak: "Wah, sangat mengerikan!
Jangan katakan hal-hal seperti itu!" dan ketika ia membaca Sutra Hati,
mereka menutup telinga mereka dan pergi dari sana.
Atisa merasa amat sedih. Ia berkata: "Kecuali jika seseorang melatih
diri di dalam belas kasih bodhicitta, lalu mengembangkan keyakinan pada
ajaran-ajaran yang mendalam, hanya dengan memegang sila yang murni
saja tidak akan membawa keberhasilan apa pun kepada anda."
Disebutkan bahwa banyak biarawan yang angkuh sekali pada waktu
Buddha. Ketika mereka mendengar beliau mengajar tentang kekosongan
yang mendalam, mereka muntah darah dan mati, dan terlahir di dalam
neraka. Sejumlah cerita lain mengisahkan kejadian-kejadian yang hampir
sama.
Adalah penting untuk memiliki rasa hormat dan ketertarikan akan
ajaran yang mendalam dan pada mereka yang mengajarkannya. Setidak-
177
12 praktek dhuta: 1. Mengenakan jubah yang terbuat dari kain robekan/usang; 2. Hanya
memiliki tiga jubah; 3. Makan dari hasil pindapatta, tidak memasak sendiri; 4.
Berpindapatta secara berurutan; 5. Hanya makan sekali dalam sehari; 6. Makan
secukupnya saja, tidak sampai terlalu kenyang; 7. Tidak makan selewat tengah hari ; 8.
Tinggal di tempat yang sepi, jauh dari keramaian; 9. Berlatih di bawah pohon; 10.
Bermeditasi di tempat yang terbuka; 11. Tinggal di tempat perkuburan; 12. Tidak
berbaring.
295
nya, sekalipun keterbatasan pikiran anda membuat anda tidak mengerti
akan hal tesebut, janganlah pernah mengeritik mereka.
Ketika anda mendengar kisah kehidupan para guru besar, Buddha dan
Bodhisattva, tentang perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan dan
pencobaan-pencobaan yang mereka lewati demi Dharma, jangan pernah
berpikir bahwa hanya mereka saja yang mampu meraih semua yang
mereka lakukan karena mereka adalah Buddha dan Bodhisattva, dan
bahwa anda tidak pernah dapat melakukan hal yang sama, sehingga anda
berkecil hati dan malas. Sebagai gantinya, ingatlah bahwa hanya dengan
bertindak dengan cara demikian, mereka semua menjadi sangat sempurna.
Sebagai murid mereka, meskipun anda mungkin tidak dapat melakukannya
secara lebih baik dari mereka, namun anda pasti dapat meraih tingkat
seperti mereka juga.
Jika demikian banyak ketekunan dan kesukaran adalah penting buat
mereka, bagaimana bisa hal-hal yang demikian tidak diharuskan pada kita
yang memiliki begitu banyak karma buruk karena perbuatan-perbuatan
negatif kita yang lampau dan sejak waktu tak berawal belum pernah
melakukan latihan berkesinambungan akan Dharma?
Kita sudah memiliki kebebasan dan keberuntungan akan tubuh manusia.
Kita sudah berjumpa dengan seorang guru spiritual yang sejati, dan sedang
menerima instruksi yang mendalam. Karena kita mempunyai peluang
untuk berlatih Dharma yang benar dengan baik, kita perlu berjanji dari
dasar hati kita untuk melakukannya dan siap untuk menerima kesukaran,
menerima beban berat, dan mempertaruhkan hidup dan badan kita tanpa
mempedulikan daging dan darah kita. Itulah yang dimaksud dengan
ketekunan seperti baju baja.
dan:
297
Jangan merasa puas hanya karena telah memperoleh sedikit pencapaian
sesudah melakukan suatu retret kecil atau meditasi pada yidam, melafal
sutra atau mantra, satu atau dua pekerjaan yang baik. Berjanjilah untuk
berlatih sepanjang hidup anda, dan pastikan untuk memelihara usaha-
usaha anda tetap berlanjut dengan semua kekuatan yang terus berlanjut
seperti aliran sebuah sungai besar sampai anda mencapai kebuddhaan yang
sempurna.
Orang-orang hebat masa lampau berkata bahwa kita perlu berlatih
seperti seekor yak lapar. Ketika seekor yak mencabik suatu rumpun
rumput, matanya telah mengincar rumpun berikutnya. Dengan cara yang
sama, sebelum anda menyelesaikan satu latihan Dharma, katakan kepada
diri anda bahwa secepat sesudah anda menyelesaikan latihan yang
sekarang, anda akan mulai latihan baru yang ini atau yang itu.
Cobalah untuk membuat usaha yang lebih besar setiap hari, sepanjang
waktu, tanpa pernah membiarkan tubuh, ucapan atau pikiran menyelinap
ke dalam kemalasan atau terpisah dari Dharma sesaat pun. Rigdzin Jigme
Lingpa berkata:
Guru besar India, Atisa Dipamkara pernah setiap hari bekerja membuat
tsa-tsa. Kedua tangannya berlumuran dengan tanah liat.
Para pengikutnya berkata, "Orang-orang sedang membicarakan seorang
guru besar seperti anda menangani lumpur. Lebih-lebih lagi, anda
melelahkan diri anda. Mengapa tidak menyuruh kami melakukannya
untuk anda?"
298
"Apa yang anda katakan?" kata Atisa. "Apakah anda juga akan makan
makananku untukku?"
Sampai anda mencapai kebuddhaan sempurna, anda akan masih
memiliki perbuatan lampau dan kecenderungan-kecenderungan yang perlu
dihilangkan, dan masih akan perlu mencapai semakin banyak kualitas
spritual. Jadi jangan jatuh ke dalam latihan sporadis dan kemalasan.
Berlatihlah Dharma dengan ketekunan dari kedalaman hati anda, tanpa
pernah merasa bahwa anda sudah cukup melakukannya.
Secara umum, apakah anda mencapai kebuddhaan atau tidak, semata-
mata tergantung pada ketekunan anda. Oleh sebab itu berusahalah dengan
keras untuk berlatih ketiga macam ketekunan. Seseorang dengan
kecerdasan yang tinggi tetapi hanya sedikit ketekunan hanya akan menjadi
seorang praktisi yang rendah. Tetapi seseorang dengan sedikit kecerdasan
dan dengan ketekunan yang luar biasa akan menjadi seorang praktisi yang
hebat. Tanpa adanya ketekunan apa pun juga, semua kualitas baik lainnya
akan menjadi sia-sia. Jigme Lingpa Yang Mahatahu berkata:
Meninggalkan gangguan
299
Apa pun juga yang tergabung akan berpisah juga. Orang tua, saudara,
pasangan, para sahabat dan sanak saudara, bahkan daging dan tulang-
tulang tubuh yang kita terima pada saat kelahiran – semuanya ditakdirkan
untuk berpisah. Pahamilah kesia-siaan keterikatan akan orang-orang yang
dikasihi dan para sahabat yang hanya berlangsung sebentar, dan selalulah
tinggal dan berlatih sendiri di tempat yang sepi. Repa Shiwa Ö 178 berkata:
Bahkan tanpa anda membuat usaha latihan yang rajin, dalam tempat-
tempat yang demikian, kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk
179
Skt. Candrapradīpa.
302
membebaskan diri, kasih sayang dan belas kasih dan semua kualitas Jalan
yang sempurna lainnya akan muncul secara spontan. Sebagai hasilnya,
jalan hidup anda seluruhnya akan menjadi baik. Kemelekatan, kebencian
dan semua emosi negatif yang telah anda coba kendalikan dengan sia-sia
pada tempat yang sibuk dengan aktivitas, akan berkurang dengan
sendirinya, hanya karena anda kini berada dalam kesunyian. Akan jadi
mudah untuk mengembangkan semua kualitas dari Jalan.
Poin-poin ini adalah pendahuluan untuk konsentrasi, dan adalah hal
yang sangat penting dan tidak bisa tidak diperlukan.
Konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa. Ketika anda tertarik pada
pengalaman-pengalaman berkah, kejernihan dan ketidakhadiran pikiran di
dalam meditasi dan dengan sengaja mencari mereka, atau latihan anda
diwarnai oleh daya tarik karena pengalaman-pengalaman, hal tersebut
disebut konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa.
Konsentrasi yang jelas membedakan. Ketika anda bebas dari semua
kemelekatan pada pengalaman-pengalaman meditasi dan sudah tidak lagi
terpesona oleh konsentrasi, tetapi tetap bertaut pada keheningan
kekosongan sebagai suatu penanggulangan, hal tersebut disebut konsen-
trasi yang dengan jelas membedakan.
Konsentrasi Tathagata yang sempurna. Ketika anda tidak lagi memi-
liki konsep kekosongan sebagai satu penanggulangan, tetapi tinggal di
dalam konsentrasi yang bebas dari konsep dalam sifat alami kenyataan, hal
tersebut disebut konsentrasi Tathagata yang sempurna.
180
Tujuh poin postur Vairocana: Tujuh poin postur meditasi yang ideal: kaki bersila dalam
postur vajra, punggung lurus, tangan dalam sikap meditasi, mata menatap ujung hidung,
dagu sedikit ditekuk ke dalam, bahu terbuka lebar, dan puncak lidah yang menyentuh
langit-langit mulut.
303
Ketika tubuh lurus, saluran energi lurus;
Ketika saluran energi lurus, energi-energi itu lurus;
Ketika energi-energi itu lurus, pikiran lurus.
Jangan berbaring atau bersandar pada apa pun, tetapi duduk tegak lurus,
bebaskan pikiran anda dari pikiran apa pun, dan beristirahat di dalam
ketenangan hati, di dalam suatu keadaan di mana tidak ada pencerapan
pada apa pun. Ini adalah inti dari dhyana paramita.
Ini berarti mendengarkan semua kata-kata dan arti Dharma yang diu-
capkan oleh seorang guru spritual, dan mengerti arti kata-kata yang
diucapkan tersebut.
Ini berarti tidak hanya mendengarkan apa yang telah diajarkan guru dan
mengerti artinya, tetapi sesudah itu meninjau ulang hal tesebut dalam
pikiran anda, dan dengan jelas mengerti artinya melalui perenungan,
pengujian dan analisa, dan menanyakan pertanyaan tentang apa yang tidak
anda pahami. Hal ini tidak cukup hanya beranggapan bahwa anda
mengenal atau memahami beberapa hal yang tertentu. Anda perlu
memastikan, bahwa ketika waktu datang untuk berlatih di dalam
kesunyian, anda akan mampu mengaturnya sendiri, tanpa perlu bertanya
kepada siapa pun untuk memperjelas poin tertentu.
304
dilahirkan dari dalam diri anda. Dibebaskan dari keragu-raguan yang
membatasi, anda melihat dengan jelas hakikat kekosongan.
Setelah terlebih dulu menghapus semua keraguan anda melalui
mendengarkan dan perenungan, anda sampai pada pengalaman meditasi
yang praktis, dan melihat segalanya seperti wujud-wujud kosong tanpa inti,
seperti dalam delapan kiasan ilusi:
Melihat semua object persepsi anda dengan cara ini, anda sampai pada
pemahaman bahwa semua penampilan ini bersifat palsu karena sifat
mereka yang memang demikian. Ketika anda melihat ke dalam sifat alami
sang pelaku yang mencerap mereka – pikiran – obyek-obyek yang timbul
padanya tidak pernah berhenti, hanyalah konsep-konsep yang membuat
mereka seolah-olah memiliki keberadaan yang nyata menjadi surut.
Membiarkan pikiran dalam realisasi hakikat kenyataan, kosong namun
bersih seperti langit, adalah paramita kebijaksanaan.
306
Merangkum hakikat kesepuluh kesempurnaan atau paramita tersebut,
Jetsun Mila berkata:
Ketika Khu, Ngok dan Drom 181 bertanya apakah unsur-unsur yang
paling baik dari Jalan, Atisa menjawab:
Orang terpelajar terbaik adalah orang yang telah merealisasi arti dari
ketidak-hadiran segala keberadaan;
Biarawan terbaik adalah orang yang telah menjinakkan pikirannya
sendiri;
Kualitas terbaik adalah suatu keinginan yang besar untuk memberi
keuntungan kepada orang lain;
Instruksi terbaik adalah selalu mengamati pikiran;
Obat yang terbaik adalah mengetahui bahwa tidak ada hal yang
mempunyai kenyataan hakiki;
181
Tiga murid utama Atisa.
307
Cara hidup terbaik adalah yang tidak cocok dengan cara duniawi;
Pencapaian terbaik adalah suatu pengurangan emosi yang mantap
dan berkelanjutan;
Tanda terbaik dari latihan adalah pengurangan yang mantap dari
keinginan-keinginan;
Kemurahan hati terbaik adalah ketidak-melekatan;
Disiplin terbaik adalah menenangkan pikiran;
Kesabaran terbaik adalah tetap pada posisi yang sederhana;
Ketekunan terbaik adalah berhenti melakukan aktivitas yang tidak
bermakna;
Konsentrasi terbaik adalah tidak mengubah pikiran;
Kebijaksanaan terbaik adalah tidak menganggap apa pun sama sekali
seperti benar-benar ada.
308
Keseluruhan jalan yang sangat luas dari ajaran Bodhisattva, termasuk
keenam paramita, dapat diringkas seluruhnya dalam "kekosongan di mana
belas kasih adalah hakikatnya." Saraha berkata di dalam dohä182-nya:
Ketika Drom Tonpa bertanya kepada Atisa apa yang merupakan ajaran
yang tertinggi.
"Dari semua ajaran, yang tertinggi adalah kekosongan di mana belas
kasih sebagai hakikatnya," jawab Guru tersebut. "Ia seperti obat yang
sangat manjur, obat mujarab yang dapat menyembuhkan setiap penyakit di
dunia. Dan seperti halnya obat yang manjur, realisasi atas kebenaran
kekosongan, sifat hakiki kenyataan, adalah obat untuk segala macam
emosi negatif."
"Mengapa begitu banyak orang yang mengaku telah merealisasi
kekosongan tidak berkurang dalam hal kemelekatan dan kebencian?"
Drom Tonpa meneruskan pertanyaannya.
"Karena realisasi mereka hanyalah kata-kata," jawab Atisa. "Kalau saja
mereka benar-benar memahami arti sebenarnya dari kekosongan, maka
pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka akan sama lembutnya
seperti menginjak kapas atau seperti sup tsampa yang dicampur mentega.
Guru Aryadeva berkata bahwa bahkan meragukan apakah semua
fenomena kosong secara alami atau tidak, akan menghancurkan akar
samsara. Oleh sebab itu, realisasi kekosongan yang sejati adalah obat
mujarab yang tertinggi yang mencakup semua unsur Jalan."
"Mengapa setiap unsur Jalan dikatakan tercakup dalam realisasi
kekosongan?" tanya Drom Tonpa.
182
Dohä: Lagu ataupun syair yang mengungkapkan pencapaian seseorang.
309
"Semua unsur Jalan terdapat dalam enam paramita. Sekarang, jika anda
benar-benar merealisasi kekosongan, anda menjadi bebas dari kemelekatan.
Ketika anda merasa tidak ada kerinduan, ketamakan atau keinginan untuk
apa pun di dalam atau di luar, anda selalu mempunyai paramita kemurahan
hati. Dengan membebaskan diri dari ketamakan dan kemelekatan, anda
tidak pernah dikotori oleh perbuatan-perbuatan negatif, maka anda selalu
memililki paramita sila. Tanpa konsep 'aku' dan “milikku”, anda tidak
memiliki kemarahan, dengan demikian anda selalu memiliki paramita
kesabaran. Pikiran anda benar-benar penuh kegembiraan oleh karena
realisasi kekosongan, anda selalu memiliki paramita ketekunan. Dengan
membebaskan diri dari gangguan yang disebabkan oleh ketamakan
terhadap benda-benda sebagai sesuatu yang nyata, anda selalu memiliki
paramita konsentrasi. Ketika anda tidak membangkitkan konsep apa pun
juga dalam kaitan dengan subyek, obyek dan perbuatan, anda selalu
memiliki paramita kebijaksanaan."
"Jadi, apakah mereka yang sudah merealisasi kebenaran tersebut
menjadi Buddha hanya melalui pandangan kekosongan dan meditasi?"
tanya Drom Tonpa.
"Semua hal yang kita cerap sebagai wujud dan bunyi, tidak ada yang
tidak timbul dari pikiran. Menyadari bahwa pikiran itu adalah kesadaran
yang tak terpisahkan dari kekosongan adalah pandangan. Memelihara
perwujudan ini di dalam pikiran terus menerus dan tidak pernah menjadi
kacau karenanya, adalah meditasi. Melatih kedua akumulasi tersebut
sebagai suatu ilusi gaib dari dalam keadaan tersebut adalah latihan. Jika
anda menjadikan latihan ini menjadi pengalaman hidup anda, hal itu akan
berlanjut di dalam mimpi anda. Jika hal itu terjadi dalam mimpi, maka ia
akan timbul pada saat kematian. Dan jika ia muncul pada waktu kematian,
maka ia akan muncul dalam bardo. Jika ia hadir di dalam bardo, anda
akan yakin bahwa anda dapat mencapai pencapaian tertinggi."
Kedelapan puluh empat ribu pintu masuk ke Dharma yang diajarkan
Sang Penakluk semuanya adalah metoda yang handal untuk menyebabkan
bodhicitta – kekosongan di mana hakikatnya adalah belas kasih – muncul
dalam diri kita.
Tanpa bodhicitta, pandangan dan meditasi yang kelihatannya sedalam
apa pun, tidak akan ada gunanya sama sekali untuk mencapai kebuddhaan
sempurna. Latihan-latihan Tantra seperti tahap pengadaan, tahap
kesempurnaan dan seterusnya, jika dilatih dalam konteks bodhicitta, akan
menjurus kepada kebuddhaan yang lengkap dalam satu kehidupan. Tetapi
tanpa bodhicitta, mereka tidak ada bedanya dengan metoda-metoda para
310
tirthika. Para tirthika juga mempunyai banyak praktek yang meliputi
meditasi deity, melafal mantra dan bekerja dengan saluran energi. Mereka
juga berperilaku sesuai dengan prinsip sebab dan akibat. Tetapi semata-
mata karena mereka tidak berlindung dan membangkitkan bodhicitta,
maka mereka tidak mampu mencapai pembebasan dari alam samsara.
Inilah alasan kenapa Geshe Kharak Gomchung berkata:
312
kenyataannya adalah halangan roh jahat, atau satu indikasi bahwa anda
sedang mengikuti jalan yang salah.
Secara khusus, perwujudan sejati dari keadaan hakiki tidak bisa tidak
disertai oleh keyakinan yang luar biasa dan persepsi murni terhadap
mereka yang secara spiritual lebih dewasa dari pada anda sendiri, serta
belas kasih luar biasa terhadap mereka yang lebih rendah.
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya, ketika bertanya kepada
Jetsun Mila, "Kapankah saya akan siap untuk memandu orang lain?"
"Suatu hari," jawab Jetsun, "anda akan memiliki penglihatan yang luar
biasa jelas terhadap sifat alami pikiran anda, yang sangat berbeda dari
yang anda miliki sekarang dan yang membebaskan diri dari segala
keraguan. Pada waktu itu, dengan cara yang sama sekali tidak biasa, anda
akan merasa, bahwa saya, ayahmu yang tua, adalah seorang Buddha
sesungguhnya, dan serta merta anda akan merasakan belas kasih yang
alami untuk semua makhluk. Itulah waktu anda perlu mulai mengajar."
Oleh karena itu, pelajari, pikirkan dan renungkan Dharma dengan tanpa
memisah-misahkan satu dari yang lain dengan dasar kasih sayang dan
belas kasih yang kokoh dari bodhicitta. Tanpa menghilangkan lebih dulu
keragu-raguan melalui studi, anda tidak akan pernah mampu melatihnya.
Konon:
314
kian juga, hanya memahami Dharma adalah sia-sia. Dharma harus
dilatih.
Jika hal itu menetralkan emosi negatif, maka itu adalah Dharma; jika
tidak, itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu tidak cocok dengan jalan duniawi, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu sesuai, maka itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu sesuai dengan dengan kitab suci dan instruksi, maka itu
adalah Dharma; jika itu tidak cocok, itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu menghasilkan sesuatu yang baik, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu menghasilkan sesuatu yang tidak baik, itu
adalah non-Dharma.
315
biasa. Beristirahat dalam konsentrasi pada empat gabungan 183
adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang berkemampuan
yang lebih tinggi. Suatu keadaan non konseptualisasi di mana tidak
ada obyek meditasi, tidak ada meditator dan tidak ada pengalaman
meditasi, adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang
berkemampuan paling tinggi.
Waspada terhadap akibat perbuatan seperti melindungi matanya
dengan hati-hati adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan biasa. Berbuat sambil mengalami segalanya sebagai
suatu mimpi dan ilusi, adalah usaha yang benar bagi orang-orang
yang berkemampuan lebih tinggi. Sama sekali tanpa perbuatan
adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang berkemampuan
paling tinggi.
Pengurangan yang progresif atas kemelekatan diri, emosi negatif dan
pemikiran, adalah tanda dari "kehangatan" untuk semua praktisi,
baik yang berkemampuan biasa, lebih tinggi atau yang paling tinggi.
317
318
BAB 3
185
Alaya: Dasar kesadaran di mana kecenderungan-kecenderungan kebiasaan disimpan. Ia
adalah dasar untuk kesadaran lainnya.
319
terbaik dari mereka semua adalah meditasi dan lafalan yang berhubungan
dengan guru sebagai Vajrasattva.
Tidak ada perbuatan salah yang tidak bisa dibersihkan dengan
pengakuan dan penyesalan. Seperti para guru yang besar zaman lampau
menegaskan:
Tidak ada apa pun sisi yang baik dari perbuatan negatif –
kecuali bahwa mereka dapat dibersihkan lewat penyesalan.
Adalah hal dasar yang mutlak bahwa semua pengakuan dan penyesalan
perlu mencakup semua empat kekuatan sebagai obat penawar.
1. Kekuatan dukungan
3. Kekuatan tekad
Tanpa suatu janji untuk masa depan mulai sekarang, tidak akan ada
purifikasi;
Oleh sebab itu saya membuat janji mulai sekarang;
Bahwa bahkan dengan mengorbankan hidup saya sekalipun;
Saya tidak akan melakukan perbuatan negatif.
323
III. MEDITASI DAN LAFALAN PADA VAJRASATTVA YANG
SEBENARNYA
324
panjang dari yang lain, gelang di masing-masing pergelangan tangan,
cincin di jari tangan, dan satu gelang kaki di masing-masing kaki. 188
188
Lihat gambar. Kadang-kadang kalung pendek dan kalung panjang dihitung terpisah, dan
cincin di jari tangan tidak dihitung.
325
Vajrasattva duduk di atas kepala anda, menghadap ke arah yang sama
dengan anda. Ia memeluk pasangannya, Vajratopa yang juga berwarna
putih, dalam persatuan yang tak terpisahkan. Tubuh mereka tampil hampa,
hadir dan tampak jelas, namun tanpa zat apa pun seperti bayangan bulan di
dalam air atau wujud yang ditampilkan dalam suatu cermin.
Visualisasi ini memberikan kekuatan dukungan. Ia bukanlah gambar
yang rata seperti tangka atau lukisan dinding. Bukan juga kaku dan tak
berjiwa seperti rupang tanah liat atau emas yang berbentuk padat dan
bermateri. Ia nyata: setiap detilnya kelihatan dengan jelas dan terang,
bahkan bola mata dan putih matanya. Walaupun demikian ia hampa tak
berisi: tanpa satu atom zat padat padanya, tanpa daging, tanpa darah, tanpa
organ tubuh. Ia seperti pelangi yang muncul di angkasa atau jambangan
kristal yang tak bernoda.
Sesudah dengan jelas bervisualisasi demikian, pikirkan bahwa Hyang
Vajrasattva adalah serupa dalam sifat alami dengan guru akar anda sendiri
yang belas kasih. Pikirannya menggapai ke luar mencapai anda dan semua
makhluk dengan kasih sayang yang besar.
Sebagai kekuatan penyesalan, dalam kehadirannya, pikirkan lagi semua
perbuatan negatif yang dapat anda ingat, bahwa anda sudah mengumpul-
kan hingga sekarang dalam satu kehidupan samsara ke kehidupan lainnya
sejak waktu yang tak berawal: sepuluh perbuatan negatif tubuh, ucapan
dan pikiran, lima kejahatan dengan pembalasan segera, empat kesalahan
yang serius, delapan perbuatan jahat, semua pelanggaran janji-janji
eksternal pratimoksa, bagian dalam aturan-aturan Bodhisattva atau samaya
rahasia tantra dari Vidyadhara, semua janji biasa yang tidak anda tepati,
semua kebohongan yang sudah anda katakan, dan segala hal yang
memalukan dan tak terpuji yang sudah anda lakukan. Rasakan bahwa
anda sedang mengakui mereka di depan Guru Vajrasattva, tubuh anda
merinding dengan rasa malu, ketakutan dan penyesalan. Dapat anda
pastikan bahwa selama semua kehidupan yang tak terhingga kalinya dalam
samsara, anda telah melakukan banyak perbuatan negatif yang tidak dapat
anda ingat, maka akuilah mereka semuanya dan meminta pengampunan
untuk dimurnikan dari semua perbuatan negatif dan noda-noda sehingga
tidak ada yang tertinggal.
�ྰཿ བདག་ཉིད་ཐ་མལ་�ི་བོ་�ཿ
AH DAG NYID THA MAL CHI WO RU Ah! Saya dalam wujud yang biasa;
པད་དཀར་�་བའི་གདན་�ི་ད�སཿ
PE KAR DHA WEI DEN GYI Ü Di tengah bunga teratai putih dan
piringan bulan di atas kepala,
�ྃ་ལས་�་མ་�ོ་�ེ་སེམསཿ
HUNG LË LA MA DOR JE SEM Bija kata Hung berubah menjadi Guru
Vajrasattva,
དཀར་གསལ་ལོངས་�ོད་�ོགས་པའི་�ཿ
KAR SAL LONG CHOD JOG PË KU Dengan tubuh sambhogakaya berwarna
putih dan sempurna,
�ོ་�ེ་�ིལ་འཇིན་�ེམས་མ་འ�ིལཿ
DOR JE DRIL JIN NYEM MA TRIL Dalam senggama suci dengan
Vajratopa sambil memegang vajra dan
genta.
�ོད་ལ་�བས་གསོལ་�ིག་པ་�ོངཿ
KHYOD LA KYAB SOL DIG PA JONG Pada Anda saya berlindung dan
memohon pemurnian;
འ�ོད་སེམས་�ག་པོས་མཐོལ་ལོ་བཤགསཿ
GYOD SEM DRAG PÖ THOL LO SHAG Dengan tekad yang kuat saya mengakui
kesalahan saya;
�ིན་ཆད་�ོག་ལ་བབ་�ང་�ོམཿ
CHIN CHED SOG LA WAB KYANG DOM Selanjutnya saya akan menjaga samaya
meski dengan mempertaruhkan nyawa.
�ོད་�གས་�་བ་�ས་པའི་�ེངཿ
KHYOD THUG DHA WA GYA PË TENG Di atas piringan bulan pada hati Anda,
�ྃ་ཡིག་མཐའ་མར་�གས་�ིས་བ�ོརཿ
HUNG YIG THA MAR NGAG KYÏ KOR Bija-bija kata mantra berputar mengi-
tari bija kata Hung;
བ�ས་པ་�གས་�ིས་�ད་བ�ལ་བསཿ
DHË PA NGAG KYÏ GYUD KUL WË Saya melafal mantra dan memohon
berkah.
ཡབ་�མ་བདེ་བར་�ོར་མཚམས་ནསཿ Pada titik persatuan dengan pasangan
YAB YUM DE WAR JOR TSHAM NË Anda,
327
བ�ད་�ི་�ང་�བ་སེམས་�ི་�ིནཿ
DUD TSI JANG CHUB SEM KYI TRIN Menetes amrita bodhicitta,
ག་�ར་�ལ་�ར་འཛག་པ་ཡིསཿ
GA WUR DUL TAR DZAG PA YÏ Bagaikan tetesan air kapur, ia mengalir
turun ke bawah;
བདག་དང་ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་�ིཿ
DAG DANG KHAM SUM SEM CHEN GYI Saya beserta semua makhluk di tiga
alam samsara,
ལས་དང་ཉོན་མོངས་�ག་བ�ལ་�ཿ
LË DANG NYON MONG DUG NGAL GYU Segala karma buruk, klesa dan sebab
penderitaan,
ནད་གདོན་�ིག་�ིབ་ཉེས་�ང་�ིབཿ
NAD DON DIG DRIB NYE TUNG DRIB Serta penyakit, rintangan, tenaga
negatif dan noda-noda batin,
མ་�ས་�ས་བར་མཛད་�་གསོལཿ
MA LÜ JANG WAR DZED DU SOL Murnikanlah sampai tiada satu pun
yang tersisa!
328
Ketika Anda melafal mantra tersebut, bayangkan huruf-huruf tersebut
tersusun tegak di sekitar hum dalam lingkaran. Tak satu pun dari mereka
menyentuh satu sama lainnya, seperti tanduk lembu ketika mereka berdiri
berdekatan. Lalu lafalkan mantra seratus suku kata sebagai suatu doa,
sambil membayangkan pada waktu yang sama nektar belas kasih dan
kebijaksanaan menetes jatuh dari masing-masing suku kata, satu persatu
menetes berkilauan, seperti air menetes jatuh dari es yang meleleh karena
dekat api. Nektar turun dari tubuh Vajrasattva, menetes keluar dari titik
persatuan deity dan pasangan, masuk melalui puncak kepala dan mengalir
ke dalam tubuh anda dan semua makhluk hidup.
Bagaikan partikel-partikel bumi yang sedang dihanyutkan oleh suatu
arus yang kuat, segala macam penyakit fisik dibilas ke luar dalam wujud
darah dan nanah busuk; semua tenaga negatif diusir dalam wujud laba-laba,
katak, ikan, ular, berudu, kutu dan sejenisnya; dan semua perbuatan yang
merugikan dan noda-noda batin sebagai cairan hitam, debu, asap, awan
329
dan uap. Semua ini dibawa keluar oleh arus nektar yang tak terbendung,
dan merembes keluar dari tubuh anda seperti hujan air berwarna hitam
melalui lubang bagian bawah tubuh, telapak kaki dan semua pori-pori kulit
anda. Bumi di bawah anda terbuka dan di dalamnya kelihatan Dewa
Kematian, pengejawantahan dari perbuatan anda yang lampau, dengan
dikelilingi oleh semua makhluk lelaki dan wanita kepada siapa anda
berhutang karma dan semua mereka yang mencari pembalasan dendam
pada anda. Sambil melafal mantra seratus suku kata, bayangkan semua
kotoran itu tercurah ke dalam mulut-mulut mereka yang terbuka dan ke
dalam tangan-tangan dan lengan-lengan yang mereka tadahkan dengan
penuh pengharapan terhadap anda.
Jika bisa, bayangkan seluruh proses tersebut secara serempak. Jika
tidak, anda dapat mengubahnya. Ketika Anda melafal mantra, kadang-
kadang berkonsentrasi pada tubuh Vajrasattva, mukanya, tangannya dan
seterusnya; kadang-kadang pada perhiasan-perhiasan dan pakaiannya;
kadang-kadang pada aliran nektar yang membersihkan aneka macam
penyakit, kekuatan negatif, perbuatan-perbuatan jahat dan noda-noda batin;
dan kadang-kadang pada penyesalan anda atas apa yang anda sudah
lakukan, dan pada tekad anda untuk tidak pernah mengulanginya.
Akhirnya, bayangkan Dewa Kematian dan semua makhluk lain di
bawah bumi – segala jenis makhluk kepada siapa kita berhutang karma
dan semua mereka yang mencari balas dendam pada anda –dipuaskan dan
dicukupi. Perhitungan yang lampau telah diselesaikan, hutang-hutang
telah dilunasi dan balas dendam telah dipuaskan. Anda dibersihkan dari
semua perbuatan negatif dan kegelapan batin yang lampau. Dewa
Kematian dan mereka semua menutup mulut dan tangannya dan
menurunkan lengannya. Bumi menutup kembali.
Bayangkan tubuh anda sekarang telah menjadi tembus pandang luar
dan dalam, sebuah tubuh cahaya. Menurun tegak lurus di dalamnya,
bayangkan nadi tengah, yang pada empat titik sepanjang nadi tersebut
terdapat empat cakra di mana nadi tersebut berkembang secara radial
seperti jari-jari payung. Di tempat setinggi pusar anda adalah cakra
manifestasi, dengan enam puluh empat jari-jari nadi yang menghadap ke
atas. Di tempat setinggi hati anda adalah cakra Dharma, dengan delapan
jari-jari nadi yang menghadap ke bawah. Di dalam tenggorokan anda
terdapat cakra kesenangan, dengan enam belas jari-jari nadi yang
menghadap ke atas. Di puncak kepala anda terdapat cakra kebahagiaan
agung, dengan tiga puluh dua jari-jari nadi yang menghadap ke bawah.
330
Cairan nektar mulai mengalir lagi seperti semula. Mulai dari cakra
kebahagiaan agung di puncak kepala anda, dengan sepenuhnya mengisi
nadi tengah dan masing-masing dari ke empat cakra, lalu menyebar keluar,
mengisi seluruh tubuh anda sampai pada ujung jari tangan dan jari kaki
anda. Dipenuhi dengan nektar yang berwarna putih, anda seperti suatu
jambangan kristal yang dipenuhi dengan susu.
Pikirkan bahwa anda sedang menerima empat penguatan atau inisiasi:
inisiasi jambangan, inisiasi rahasia, inisiasi kebijaksanaan dan inisiasi kata
yang berharga. Dengan demikian anda dibersihkan dari empat macam
noda batin: noda karma, noda emosi negatif, noda konsepsi dan noda
kecenderungan kebiasaan. Kebijaksanaan Empat Kegembiraan muncul
pada anda: kegembiraan, kegembiraan tertinggi, kegembiraan luar biasa
dan kegembiraan bawaan. Tingkat empat kaya terbentuk pada anda:
nirmanakaya, sambhogakaya, dharmakaya dan svabhavikaya.
མགོན་པོ་བདག་ནི་མི་ཤེས་�ོངས་པ་ཡིསཿ
GON PO DAG NI MI SHË MONG PA YÏ O Pelindung, dalam ketidak-tahuan dan
kebingungan,
དམ་ཚ�ག་ལས་ནི་འགལ་ཞིང་ཉམསཿ
DAM TSHIG LË NI GAL ZHING NYAM saya telah melanggar samaya;
�་མ་མགོན་པོས་�བས་མཛ�ད་ཅིགཿ
LA MA GON PÖ KYAB DZOD CHIG Guru pelindung, mohon tolonglah saya.
གཙ�་བོ་�ོ་�ེ་འཛ�ན་པ་�ེཿ
TSO WO DOR JE DZIN PA TE Anda, perwujudan dariVajradhara
�གས་�ེ་ཆེན་པོའི་བདག་ཉིད་ཅནཿ
THUG JE CHEN PÖ DAG NYID CHEN Yang memiliki belas kasih besar,
འ�ོ་བའི་གཙ�་ལ་བདག་ �བས་མཆིཿ
DRO WEI TSO LA DAG KYAB CHI Saya berlindung pada Anda, pelindung
utama semua makhluk hidup.
བདག་དང་སེམས་ཅན་ཐམས་ཅད་�ི་�་ག�ང་
�གས་�་བ་དང་ཡན་ལག་གི་དམ་ཚ�ག་ཉམས་
པ་ཐམས་ཅད་མཐོལ་ལོ་བཤགས་སོཿ Saya dan semua makhluk hidup mengakui
DAG DANG SEM CHEN THAM CHED KYI KU dan menyesali semua kesalahan yang
SUNG THUG TSA WA DANG YEN LAG GI DAM dilakukan dengan tubuh, ucapan dan
TSHIG NYAM PA THAM CHED THOL LO SHAG pikiran serta pelanggaran atas samaya
SO akar dan samaya cabang,
331
�ིག་པ་དང་�ིབ་པ་ཉེས་�ང་�ི་མའི་ཚ�གས་
ཐམས་ཅད་�ང་ཞིང་དག་པར་མཛད་�་གསོལཿ
DIG PA DANG DRIB PA NYË TUNG DRI MEI Mohon berkati saya agar semua
TSHOG THAM CHED JANG ZHING DAG PAR perbuatan jahat, pelanggaran samaya
DZED DU SOL dan rintangan karma buruk dan
kemerosotan, noda-noda batin dimur-
nikan semuanya.
189
Empat tingkat Vidyadhara: Vidyadhara matang, Vidyadhara dengan kekuasaan atas
kehidupan, Mahamudra Vidyadhara, dan Vidyadhara yang dicapai secara spontan.
190
Skt. Abhirati, alam suci Buddha Aksobya.
191
Tib. chos spyod bag chags rang grol, suatu bagian dari zhi khro karangan Karma Lingpa.
333
anda sendiri melebur menjadi cahaya dari arah luar ke arah dalam, dan
cahaya tersebut terserap ke dalam Om (ཨ�) di dalam hati anda. Om (ཨ�)
melebur ke dalam bendzra (བ��), bendzra (བ��) ke dalam sa (ས), sa (ས) ke
dalam tva (�), tva (�) ke dalam shapkyu ( ) dari hum ( ), shapkyu ( )
ke dalam a kecil (འ), a kecil (འ) ke dalam tubuh ha (ཧ) , tubuh ha (ཧ)
kemudian melebur ke dalam bindu matahari dan bulan pada bagian
kepala , yang kemudian melebur ke dalam nada . .. . 192
དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
�ོ་�ེ་སེམས་དཔའ་འ�བ་�ར་ནས། །
DOR JE SEM PA DRUB GYUR NË Semoga saya dengan segera mencapai
tingkat Vajrasattva;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa
kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SAL LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
192
Tanda yang melambangkan alam semesta.
334
Melafal tanpa konsentrasi,
Adalah seperti merendam batu karang di dalam lautan;
Bahkan selama satu kalpa penuh pun tidak akan membawa hasil.
dan juga:
Lama-lama seperti ini, di mana lafalannya yang tidak murni dan olok-
olokan ritual mengirim orang mati ke alam rendah, juga akan melakukan
jauh lebih banyak kejahatan dibanding dengan kebaikan dengan ritual
mereka untuk orang yang hidup. Lebih dari itu, menyalahgunakan
persembahan orang dengan cara demikian adalah tepat dengan apa yang
dimaksud dengan "menelan bola-bola logam pijar."
193
Rosario atau tasbih.
194
Atau Sutra Tiga Tumpukan (Skt. Trīskhandhadharmasūtra).
195
Atau disebut juga Raja Doa Aspirasi (Skt. Ārya-Bhadracaryā-Praṇidhāna-Rāja), sebuah
doa yang diucapkan oleh Buddha dalam Avatamsaka-Sutra.
336
daging, ketebalan keju, dan kualitas persembahan yang diperoleh mereka.
Apakah mereka sedang bekerja untuk mereka yang sedang sakit atau
mereka yang telah meninggal, saat tersebut adalah sangat penting bagi
makhluk-makhluk tersebut, karena yang tersebut belakangan tidak
memiliki tempat berlindung terhadap penderitaan mereka. Mereka perlu
ditangani dan dibuat aman dengan belas kasih bodhicitta dari para Lama
dan keinginan yang tulus untuk membantu. Lama-lama itu perlu berusaha
keras untuk mempraktekkan apa pun juga yang mungkin mereka ketahui
tentang tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan secara tulus dan
penuh konsentrasi. Jika mereka tidak mengenal semua hal ini, mereka
hanya perlu mencoba untuk berpikir tentang arti kata-kata yang sedang
mereka ucapkan. Paling sedikit, mereka perlu memusatkan perhatian pada
tubuh, ucapan dan pikiran mereka pada belas kasih untuk makhluk yang
menderita, dan keyakinan yang kokoh akan kekuatan yang tak pernah
gagal dari Sang Tri Ratna. Jika mereka dapat memastikan bahwa mereka
melaksanakan ritual dengan baik dengan melafal teks-teks dan mantra
dengan benar, tidak ada keraguan bahwa melalui belas kasih tempat
perlindungan, Sang Tri Ratna, dengan kekuatan yang pasti dari akibat
perbuatan, dan melalui manfaat-manfaat yang tak terkira dari bodhicitta,
mereka dapat benar-benar membantu penderita sakit atau orang mati.
Inilah yang perlu mereka usahakan dengan keras, dan seperti ungkapan
“meleburkan noda batin sendiri di bantal milik orang lain," mereka akan
melengkapi akumulasi ganda untuk mereka sendiri dan untuk yang lain
pada waktu yang sama. Mereka juga akan menempatkan semua orang
yang memiliki hubungan dengan mereka pada jalan menuju pembebasan.
Dewasa ini, Lama dan para biarawan yang kita harapkan sedikit lebih
baik dari pada yang lain, dan yang memahami prinsip sebab dan akibat,
sangat takut akan pencemaran yang berkaitan dengan persembahan,
sehingga mereka bahkan menolak untuk memberkati atau mendedikasikan
doa untuk makhluk yang sedang menderita, yang sakit atau yang
meninggal. Dengan melakukan hal yang demikian mereka memutus akar
belas kasih bodhicitta.
Ada juga biarawan-biarawan yang sangat egois. Mereka ambil bagian
dalam upacara-upacara atas permohoan para donatur mereka. Tetapi,
sebagai ganti melafalkan apa yang diperlukan oleh keluarga tersebut,
mereka menarik keluar kitab doa mereka sendiri yang sangat kotor dan
yang sudah usang karena penggunaan yang lama, dan dengan alasan
bahwa mereka tidak boleh menyela kesinambungan latihan pribadi mereka
337
sendiri, mereka melafal dari kitab tersebut sementara semua orang lain
membaca doa. Kapan saja mereka membaca doa yang paling sedikit untuk
kepentingan mereka sendiri, mereka semuanya sangatlah cermat dan
menyatakannya hal itu demi memurnikan noda batin mereka sendiri atau
penyalahgunaan atas barang persembahan. Tetapi mereka memperlakukan
doa-doa di dalam persamuhan besar tersebut, yang diselenggarakan untuk
kepentingan pemberi dana, sebagai suatu pekerjaan sehari-hari yang
membosankan. Mereka memandang ke sekeliling sepanjang waktu,
mengatakan apa pun juga yang mereka ingin, dan bahkan tidak pernah
memikirkan orang yang mati atau orang hidup yang mestinya mereka
lindungi. Hal ini memutus rasa belas kasih dari akarnya. Di kemudian
hari, kalau mereka mencoba memurnikan diri mereka dari penyalahguna-
an barang persembahan, kejahatan dan sikap mementingkan diri sendiri
mereka, hal itu akan sangat sulit dilakukan dengan sukses.
Sebagai gantinya, peganglah belas kasih bodhicitta sebagai dasar anda
dari awal. Jangan pernah anda menyerah pada keinginan untuk membantu
orang lain. Buatlah usaha yang tulus untuk menaruh segala hal yang anda
pahami tentang tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan sedapat
mungkin dalam latihan anda. Bermeditasi tentang tahap pengadaan dan
tahap kesempurnaan dan melafal mantra di rumah orang lain tidak berbeda
dengan melakukannya di rumah anda sendiri. Dalam kedua hal tersebut,
kebutuhan untuk bebas dari pikiran mementingkan diri sendiri dan peduli
untuk menolong orang lain adalah sama, karena kedua sikap ini harus ada.
Jika perhatian anda tetap terpusat dan tidak mencampurkan lafalan anda
dengan kata-kata biasa, maka melafal mantra seratus suku kata sebanyak
seratus delapan kali tanpa terputus niscaya akan memurnikan semua
perbuatan buruk dan noda-noda batin, serta semua pelanggaran atas janji-
janji dan samaya anda. Seperti inilah janji Vajrasattva. Tantra Pengakuan
Tanpa Noda196 berkata:
Di Tibet sekarang ini, tidak ada seorang lama, biarawan, orang awam
lelaki atau perempuan pun yang belum pernah menerima suatu inisiasi,
dan oleh karena itu tidak ada yang tidak mengambil jalan Mantrayana
Rahasia. Namun, begitu anda memasuki Mantrayana Rahasia, jika anda
gagal menjaga samaya, maka anda akan masuk neraka, dan jika anda
menjaga mereka, maka anda akan mencapai kebuddhaan sempurna. Tidak
ada alternatif yang ketiga. Sama seperti seekor ular yang merayap di
dalam suatu potongan bambu, dikatakan hanya ada dua arah ke luar – lurus
ke atas atau lurus ke bawah. Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:
197
Tib. snying po’i rgyan.
339
Sekali berada dalam Mantrayana Rahasia, anda hanya dapat pergi ke
alam rendah,
Atau mencapai kebuddhaan; tidak ada arah yang ketiga.
Samaya tantra sangat halus, banyak dan sulit untuk dijaga. Bahkan
seorang guru besar seperti Atisa berkata, setelah mengambil alur
Tantrayana, ia melakukan kesalahan demi kesalahan dengan cepat. Akan
halnya kita sekarang ini, penanggulangan yang kita miliki adalah sedikit.
Perhatian kita lemah dan kewaspadaan kita tidak ada. Kita bahkan tidak
tahu persis apa saja kemerosotan yang ada. Karena tidak diragukan bahwa
kemerosotan pasti mengguyur kita sepanjang waktu seperti hujan lebat,
adalah penting sebagai penanggulanannya kita membuat meditasi dan
lafalan Vajrasattva sebagai latihan harian kita, atau sedikitnya melafal
mantra dua puluh satu kali setiap hari dengan pasti.
Bahkan bagi seorang yang ahli di semua hal penting dari tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan pun, yang melalui perhatian,
kewaspadaan dan seterusnya telah menghindari melakukan kesalahan
melanggar samaya, masih perlu bertekun dalam pengakuan kesalahan dan
purifikasi. Karena sesungguhnya, setiap kontak melalui kata atau
perbuatan dengan orang lain yang telah melanggar samaya akar – bahkan
hanya minum air dari lembah yang sama – cukup untuk menyebabkan
kesalahan, yang dikenal sebagai "pelanggaran melalui kontak" atau
"pelanggaran kadang kala". Tantra berkata:
Terlebih lagi, tidak satu pun guru, sekalipun ia adalah seorang Lama
yang besar atau seorang siddha yang dapat lolos dari pencemaran
semacam ini oleh pelanggar-pelanggar samaya. Kisah tentang guru besar
Lingje Repa membuktikan hal ini. Ketika ia berada di tempat suci Tsari,
dakini Shingkyong menciptakan rintangan-rintangan dengan menutupi
matahari di tengah hari dan mendatangkan kegelapan yang sangat dalam
sehingga bintang-bintang timbul dan bersinar gemerlapan di langit.
Namun tidak ada yang bisa menghalanginya untuk mencapai tepi Danau
Darah Merah Tua, di mana ia menari mengikuti irama musik lagu vajra,
dengan meninggalkan jejak kaki di batu karang keras yang masih dapat
dilihat sampai sekarang. Meskipun begitu, kemudian dalam hidupnya ia
dikunjungi oleh seorang murid yang telah melanggar samaya – dan bahkan
guru yang ulung seperti itu masih bisa tercemar. Ia menjadi pikun dan
kehilangan kemampuan berbicara.
342
penyesalan. Meskipun jika anda mengakui dan menyesalinya, tidak ada
purifikasi yang akan terjadi.
Anda tahu yang relatif adalah suatu yang palsu, namun tetap saja
anda berlatih kedua akumulasi;
Anda menyadari bahwa di dalam absolut tidak ada apa pun untuk
direnungkan, namun tetap saja anda berlatih meditasi;
Anda sebenarnya sudah memwujudkan keadaan persatuan yang tak
terpisahkan namun tetap saja anda berlatih dengan rajin;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.
Dan:
199
Keyakinan yang tidak tergoyahkan akan sifat kebuddhaan yang telah hadir di dalam
pikirannya sendiri.
346
Tantra berkata:
347
dan satu di utara untuk Buddha Amoghasiddhi yang dikelilingi oleh deity-
deity dari Keluarga Karya.
Kemungkinan lain adalah memvisualisasi ladang pahala seperti dalam
latihan berlindung. Dengan demikian tumpukan tengah akan mewakili
Guru Agung dari Uddiyana yang tidak terpisahkan dari guru akarmu
sendiri, dengan semua guru garis silsilah Kesempurnaan Agung di atasnya
yang tertata dalam urutan satu di atas yang lain. Tumpukan depan
mewakili Buddha Sakyamuni yang dikelilingi oleh seribu dua Buddha dari
Kalpa Bhadra ini. Tumpukan pada sisi kanan mewakili Delapan Anak
Dekat yang agung, yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari
Bodhisattva, dan tumpukan pada sisi kiri mewakili Dua Sravaka Utama 200,
yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari Sravaka dan Pratyekabuddha.
Tumpukan di belakang adalah Permata Dharma, dalam wujud tumpukan
buku-buku yang dibungkus dalam kisi-kisi cahaya.
Dalam hal mana saja, letakkanlah mandala pencapaian ini pada altar
anda atau pada tempat lain yang cukup kokoh. Jika anda memiliki cukup
dana, kelilingi mandala tersebut dengan lima persembahan, 201 dan
tempatkanlah di depan lambang tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Jika
anda tidak dapat mengadakannya, boleh juga tidak memerlukan mandala
pencapaian sama sekali, dan hanya memvisualisasi ladang pahala.
ཨ�་བ�་�་མི་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA BHUMI AH HUNG OM Bumi vajra AH HUNG
གཞི་�མ་པར་དག་པ། དབང་ཆེན་གསེར་�ི་ས་གཞི།
Bumi sebagai fondasi bersubstansi
ZHI NAM PAR DAG PA WANG CHEN SER GYI SA ZHI
emas yang murni dan sempurna.
202
Chogyal Pakpa (1235-1280), Guru Silsilah kelima dari sekte Sakya.
203
Inti Sari Hati Longchen Nyingtik yang utama adalah Inti Sari Hati Dakini dan Inti Sari
Hati Vimalamitra yang diturunkan dari silsilah Longchenpa.
349
Sambil memegang mandala di tangan kiri anda dan dengan tangan
kanan anda memercikinya dengan air yang diberi wewangian yang berisi
bajung, 204 lafalkan:
ཨ�་བ�་རེ་ཁེ་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA RE KHE AH HUNG OM Lingkaran Perlindungan Vajra AH HUNG
Lalu, dengan ibu jari dan jari manis kanan anda, ambilah suatu cubitan
yang kecil dari biji-bijian. Gerakkan tangan anda melingkar searah jarum
jam pada dasar mandala, lalu tempatkan cubitan dari biji-bijian di tengah.
Jika anda memiliki "pagar gunung besi" yang sudah jadi, sekarang adalah
waktunya untuk menempatkannya di mandala.
Kemudian, sambil melafal kata-kata di bawah, tempatkan tumpukkan
persembahan sesuai tempatnya:
�ི་�གས་རི་འཁོར་�ག་གིས་བ�ོར་བའི་
CHI CHAK RI KHOR YUG GÏ KOR WEI Bagian luar dikelilingi oleh pengunung-
ད�ས་�་�ྃ�་� ལ་རི་ཡི་�ལ་པོ་རི་རབ། an besi;
Di tengah, Raja Gunung Sumeru yang
Ü SU HUNG LA RI YI GYAL PO RI RAB
mulia;
ཤར་�ས་འཕགས་པོ།
SHAR LÜ PHAG PO Sebelah timur: Purva Videha;
�ོ་འཛམ་�་�ིང།
LHO DZAM BU LING Sebelah selatan: Jambudvipa;
�བ་བ་ལང་�ོད།
NUB BA LANG CHOD Sebelah barat: Apara Godania;
�ང་�་མི་�ན།
JANG DRA MI NYEN Sebelah utara: Uttara Kuru;
�ས་དང་�ས་འཕགས།
LÜ DANG LÜ PHAG Pulau Deha dan Videha;
�་ཡབ་དང་�་ཡབ་གཞན།
NGA YAB DANG NGA YAB ZHEN Pulau Chamara dan Upa-chamara;
གཡོ་�ན་དང་ལམ་མཆོག་འ�ོ།
YO DËN DANG LAM CHHOG DRO Pulau Sharta dan Uttara-mantrina;
204
Suatu bahan ritual yang terbuat dari lima unsur pokok yang berbeda yang diambil dari
seekor sapi (tinja, urin, mentega, keju, dan susu.)
350
�་མི་�ན་དང་�་མི་�ན་�ི་�།
DRA MI NYEN DANG DRA MI NYEN GYI DHA Pulau Kurava dan Kaurava;
རིན་པོ་ཆེའི་རི་བོ།
RIN PO CHEI RI WO Gunung Harta;
དཔག་བསམ་�ི་ཤིང།
PAG SAM GYI SHING Pohon Pengabul Harapan;
འདོད་འཇོའི་བ།
DÖ JOI BA Sapi Pemberkah;
མ་�ོས་པའི་ལོ་ཏོག།
MAR MÖ PË LO TOG Sawah Swadaya;
འཁོར་ལོ་རིན་པོ་ཆེ།
KHOR LO RIN PO CHE Roda Berharga;
ནོར་�་རིན་པོ་ཆེ།
NOR BU RIN PO CHE Permata Berharga;
བ�ན་མོ་རིན་པོ་ཆེ།
TSUN MO RIN PO CHE Ratu Mulia;
�ོན་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LON PO RIN PO CHE Perdana Menteri Mulia;
�ང་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LANG PO RIN PO CHE Gajah Mulia;
�་མཆོག་རིན་པོ་ཆེ།
TA CHHOG RIN PO CHE Kuda Mulia;
དམག་དཔོན་རིན་པོ་ཆེ།
MAG PON RIN PO CHE Jenderal Mulia;
གཏེར་ཆེན་པོའི་�མ་པ།
TER CHEN PÖ BUM PA Jambangan Harta;
�ེག་མོ་མ།
GEG MO MA Dewi Kecantikan;
�ེང་བ་མ།
TRENG WA MA Dewi Manik-manik;
�་མ།
LU MA Dewi Nyanyi;
གར་མ།
GAR MA Dewi Tari;
མེ་ཏོག་མ།
ME TOG MA Dewi Bunga;
351
བ�ག་�ོས་མ།
DUG PÖ MA Dewi Dupa;
�ང་གསལ་མ།
NANG SAL MA Dewi Pelita;
�ི་ཆབ་མ།
DRI CHAB MA Dewi Parfum;
ཉི་མ།
NYI MA Matahari;
�་བ།
DHA WA Bulan;
རིན་པོ་ཆེའི་ག�གས།
RIN PO CHEI DUG Payung Kerajaan;
�ོགས་ལས་�མ་པར་�ལ་བའི་�ལ་མཚན།
CHOG LË NAM PAR GYAL WEI GYAL TSHEN Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru;
�་དང་མིའི་དཔལ་འ�ོར་�ན་�མ་ཚ�གས་པ་
Semua harta para dewa surgawi dan
LHA DANG MIl PAL JOR PHUN SUM TSHOG PA
manusia,
མ་ཚང་བ་མེད་པ་འདི་ཉིད་�ིན་ཅན་
MA TSHANG WA MED PA DI NYID DRIN CHEN Dalam jumlah banyak tanpa kecuali,
�་བ་དང་བ�ད་པར་བཅས་པའི་དཔལ་�ན་�་མ་དམ་
པ་�མས་ལ་ད�ལ་པར་བ�ིའོ།
TSA WA DANG GYUD PAR CHË PË PAL DEN LA MA Kupersembahkan mandala ini kepada
DAM PA NAM LA BUL PAR GYI WO guru akar dan semua guru garis silsilah
yang mulia dan yang agung dan untuk
semua Buddha dan Bodhsattva.
dan tempatkan suatu tumpukan kecil di timur, boleh di sisi yang mengarah
ke arah anda atau di sisi sebaliknya, menghadap kepada siapa anda sedang
352
membuat persembahan. Lalu letakkan tiga tumpuk untuk benua lainnya,
menelusuri dari arah timur searah jarum jam.
Untuk anak benua, Deha, Videha dan seterusnya, tempatkan suatu
tumpukan sebelah menyebelah di tiap benua sesuai gilirannya.
Berikutnya, tempatkan Gunung Permata di timur, Pohon Pengabul
Harapan di selatan, Sapi Pemberkah di barat dan Sawah Swadaya di utara.
Sesudah itu giliran Tujuh Atribut Kerajaan dan Jambangan Harta yang
ditempatkan satu demi satu di empat arah utama dan empat arah antara.
Berikutnya, tempatkan empat dewi bagian luar di setiap empat arah
utama, mulai dengan Dewi Kecantikan; dan empat dewi bagian dalam di
empat arah antara, mulai dengan Dewi Bunga.
Tempatkan Matahari di timur dan Bulan di barat. Tempatkan Payung
Kerajaan di selatan dan Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru di utara.
353
Distribusi 37 Unsur Mandala
205
Tib. dgongs ‘dus rnam bshad, komentar yang ditulis oleh Jigme Lingpa.
206
Longchen Nyingtik.
355
biasa. Empat benua tersebut di atas, di dalam urutan tumpukan bahan
persembahan, dengan Maha Meru di tengah-tengah dan alam Surga
Brahma di atasnya, merupakan satu dunia. Seribu buah dunia membentuk
apa yang disebut "satu alam semesta tingkat pertama dari seribu dunia”.
Dengan mengalikan seribu kali alam semesta yang terdiri dari seribu dunia
seperti itu, yang masing-masing dengan empat benuanya, kita
mendapatkan apa yang disebut "suatu alam semesta pertengahan tingkat
dua dari seribu kali seribu dunia," atau suatu alam semesta dari sejuta
dunia. Dengan mengalikannya lagi seribu kali alam semesta yang sejuta
kali lipat seperti itu, kita mendapat "suatu sistim dunia besar tingkat tiga
dari seribu juta dunia, 207" atau suatu alam semesta dari satu miliar dunia.
Satu alam semesta dari tingkat ini, yang terdiri dari satu miliar dunia
dengan masing-masing empat benuanya, adalah merupakan kawasan
seorang Buddha – sebagai contohnya alam Sakyamuni Buddha, yang alam
Buddhanya disebut Dunia Saha.
Bayangkan semua dunia yang tidak terhitung dan tak terbayangkan ini,
semua harta paling baik yang ada di alam manusia atau alam surga, seperti
tujuh atribut kerajaan dan seterusnya, apakah yang dimiliki oleh seseorang
ataupun tidak. Pada semua yang tersebut di atas, tambahkan tubuh anda
sendiri, kekayaan anda, hidup, nasib baik, kekuasaan dan kekuatan, serta
semua sumber pahala yang telah anda kumpulkan sepanjang semua waktu
dan yang akan dikumpulkan pada masa depan, bersama-sama dengan
segala sesuatu yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan.
Kumpulkan segala sesuatu yang terbaik dan yang paling diinginkan,
bahkan dengan tanpa nafsu keinginan atau kemelekatan sedikit pun, dan
persembahkanlah semuanya kepada guru anda dan deity-deity
nirmanakaya, lengkap tanpa kekurangan apa pun. Ini adalah persembahan
mandala nirmanakaya biasa.
Di atas semuanya, ciptakan dalam imajinasi anda alam surga yang tak
berbatas dan istana-istana tak terbayangkan dalam lima alam Buddha
utama. Semuanya disemarakkan oleh Dewi Kecantikan dan dewi-dewi
lainnya yang mempersembahkan kesenangan-kesenangan indera dan
dilipat-gandakan dengan tak terhingga. Persembahkanlah semua ini ke-
pada guru anda dan deity-deity sambhogakaya. Ini adalah persembahan
mandala sambhogakaya yang luar biasa.
207
Skt. Trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu.
356
2.3 Mandala khusus dharmakaya
Di atas dasar mandala yang mewakili ruang mutlak yang tak terlahirkan,
letakkan tumpukan yang melambangkan empat penglihatan 208 dan pikiran
apa pun juga yang muncul. Persembahkanlah mereka kepada guru anda
dan deity-deity dharmakaya. Ini adalah persembahan mandala khusus
dharmakaya.
ཨ�་�ྰཿ་�ྃ།�� �ོང་ག�མ་འཇིག་�ེན་�ེ་བ་�ག་
བ�འི་ཞིངཿ
OM AH HUNG TONG SUM JIG TEN JE WA Om Ah Hum. Jagat raya dari satu
TRAG GYEI ZHING miliar tata surya, tempat seribu juta
dunia;
རིན་ཆེན་�་བ�ན་�་མིའི་འ�ོར་བས་གཏམསཿ
RIN CHEN NA DUN LHA MÏ JOR WË TAM Penuh dengan tujuh macam harta
kerajaan manusia dan dewa;
བདག་�ས་ལོངས་�ོད་བཅས་པ་ཡོངས་འ�ལ་
�ིསཿ
DAG LÜ LONG CHOD CHË PA YONG BUL GYÏ Semua kupersembahkan bersama tubuh
dan harta benda saya;
ཆོས་�ི་འཁོར་ལོས་བ�ར་བའི་�ིད་ཐོབ་ཤོག༔
Semoga saya mencapai tingkat
CHÖ KYI KHOR LÖ GYUR WEI SID THOB SHOG
Cakravatin nan kuasa.
འོག་མིན་བདེ་ཆེན་�ག་པོ་བཀོད་པའི་ཞིངཿ
OG MIN DE CHEN TUG PO KOD PË ZHING Akanistha alam kebahagiaan agung
Buddha Sambhogakaya;
ངེས་པ་�་�ན་རིགས་�འི་ཚ�མ་�་ཅནཿ
NGË PA NGA DEN RIG NGEI TSHOM BU CHEN Yang tertumpuk dengan lima
209
kepastian dari lima keluarga
Buddha;
208
Empat penglihatan: Seseorang yang melatih Atiyoga dapat merealisasi: 1. Realisasi
langsung atas realitas itu sendiri; 2. Peningkatan pengalaman; 3. Pencapaian pematangan
penuh dari kesadaran; 4. Peleburan pengalaman ke dalam sifat realita.
209
Lima kepastian: Kepastian tempat yang terhias indah, kepastian rupa yang memiliki tanda,
kepastian ajaran yang hanya ajaran Mahayana, kepastian pengiring yang hanya terdiri dari
357
འདོད་ཡོན་མཆོད་པའི་�ིན་�ང་བསམ་ཡས་པཿ
DOD YON CHOD PË TRIN PHUNG SAM YË PA Dengan awan persembahan kenikmat-
an yang tak terhingga;
�ལ་བས་ལོངས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
PHUL WË LONG KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai
SHOG tingkat sambhogakaya yang sempurna.
�ང་�ིད་�མ་དག་གཞོན་�་�མ་པའི་�ཿ
NANG SID NAM DAG ZHON NU BUM PË KU Kemurnian yang bermanifestasi pada
tubuh jambangan seorang perjaka; 210
�གས་�ེ་མ་འགགས་ཆོས་ཉིད་རོལ་པས་བ�ནཿ
THUG JE MA GAG CHÖ NYID ROL PË GYEN Hiasan pertunjukan belas kasih realita
yang tak pernah punah;
�་དང་ཐིག་ལེའི་འཛ�ན་པ་�མ་དག་ཞིངཿ
KU DANG THIG LEI DZIN PA NAM DAG ZHING Serta alam murni tubuh dan bindu;
�ལ་བས་ཆོས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
PHUL WE CHÖ KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai
SHOG tingkat Dharmakaya nan jaya.
Bodhisattva bhumi kesepuluh dan kepastian waktu yang berlangsung selama samsara
masih ada.
210
Tubuh jambangan seorang perjaka: istilah Dzogchen untuk sifat alami Buddha.
358
telah anda persembahkan, dan ketika anda mulai lagi, mulailah dengan tiga
puluh tujuh unsur mandala sebelum melanjutkannya seperti semula.
Pastikan untuk membuat sedikitnya seratus ribu persembahan mandala
dengan cara ini. Jika anda tidak bisa mengusahakan jumlah tersebut
dengan menggunakan mandala ketiga kaya yang rinci, boleh juga dengan
melafal ayat tersebut sebagai gantinya, dimulai dengan:
ས་གཞི་�ོས་�ས་�གས་ཤིང་མེ་ཏོག་བ�མ།
SA ZHI PÖ CHU JUG SHING ME TOG TRAM Landasan dengan rangkaian parfum
dan bunga;
རི་རབ་�ིང་བཞི་ཉི་�ས་བ�ན་པ་འདི།
RI RAB LING ZHI NYI DHË GYEN PA DI Gunung Meru dan empat alam yang
སངས་�ས་ཞིང་�་དམིགས་ཏེ་�ལ་བ་ཡིས། terhias dengan matahari dan bulan;
SANG GYË ZHING DU MIG TE PHUL WA YÏ Dengan membayangkan mereka dalam
pikiran, saya persembahkan kepada
འ�ོ་�ན་�མ་དག་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོག། Tempat Berlindung yang mulia
Untuk pencapaian alam suci oleh setiap
DRO KUN NAM DAG ZHING LA CHOD PAR SHOG
makhluk hidup.
�ཾ་�་�་ར�ྣ་མ�ྡལ་�་�� ཛ་མེ་གྷ་ས་�་�་ས་པ་ར་ཎ་ས་མ་ཡེ་�ྰཿ�ྃ།��
TRAM GU RU RATNA MANDALA PU DZA ME GHA SA MU DRA SA PA RA NA SA MA YE AH HUNG
Tidak boleh menyimpan barang yang terbaik untuk diri sendiri dan
mempersembahkan keju berjamur dan sayur-mayur yang layu ke
pada Sang Tri Ratna.
360
Jangan membuat torma atau pelita persembahan dengan bahan-bahan
yang tengik atau busuk, dan menyimpan bahan yang baik untuk diri
sendiri. Perilaku seperti itu akan menghabiskan pahala anda.
Ketika membuat shelze 211 atau torma, siapkanlah adonan dengan
kekentalan yang sama seperti yang ingin anda konsumsi sendiri. Tidak
dibenarkan untuk menambahkan terlalu banyak air ke dalam adonan hanya
untuk membuatnya lebih mudah untuk dikerjakan.
Atisa sering berkata: "Orang Tibet ini tidak akan pernah kaya, mereka
membuat adonan torma mereka terlalu encer!"
Ia juga berkata: "Di Tibet, dengan hanya mempersembahkan air saja
cukup untuk menghimpun pahala. Di India cuaca terlalu panas, dan air di
sana tidak pernah semurni seperti di Tibet sini"
Sebagai cara mengumpulkan pahala, mempersembahkan air bersih
adalah sangat efektif jika anda dapat melakukannya dengan rajin. Bersih-
kan tujuh mangkuk persembahan atau wadah lainnya dan letakkanlah
mereka berdampingan, tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh terpisah.
Mereka perlu ditaruh lurus, tak satu pun di luar garis. Air itu harus jernih
tanpa adanya butir-butiran, rambut, debu atau serangga yang mengapung
di dalamnya. Mangkuk-mangkuk tersebut harus diisi dengan penuh
perhatian, penuh tetapi tidak sampai ke pinggirnya, tanpa menumpahkan
setetes air di atas meja persembahan. Ini adalah cara itu untuk membuat
persembahan air yang indah dan menyenangkan.
Doa Perbuatan Baik berkata tentang “persembahan yang diatur dengan
sempurna." Persembahan bentuk apa pun juga yang anda buat, jika anda
membuatnya indah dan menyenangkan, bahkan dalam cara menyajikannya,
rasa hormat yang anda tunjukkan kepada para Buddha dan Bodhisattva
dengan melakukan hal yang demikian akan mendatangkan pahala yang
sangat besar. Maka berusahalah untuk menyusun persembahan anda
dengan baik.
Jika anda kekurangan sumber daya atau jika anda tidak mampu untuk
membuat persembahan, tidak ada salahnya dengan mempersembahkan
sesuatu yang kotor atau tidak enak, sepanjang niat anda adalah sama sekali
murni. Buddha dan Bodhisattva tidak memiliki gagasan tentang bersih
atau kotor. Ada contoh-contoh mengenai persembahan seperti itu dalam
cerita, salah satu misalnya tentang seorang wanita miskin yang dikenal
sebagai Pemakan Bangkai Kota, yang mempersembahkan sebuah pelita
mentega. Dan ada kisah tentang wanita penderita kusta yang mempersem-
bahkan kepada Mahakasyapa satu mangkuk bubur yang diterimanya dari
211
Sejenis makanan untuk persembahan.
361
meminta-minta. Ketika ia sedang mempersembahkannya kepada
Mahakasyapa, seekor lalat jatuh ke dalamnya. Waktu ia mencoba meng-
ambil lalat tersebut, jarinya tercelup juga. Mahakasyapa meminumnya
juga demi memenuhi niat baiknya, dan karena persembahan tersebut
diperuntukkan sebagai makanan untuk sepanjang hari, wanita penderita
kusta dipenuhi dengan kegembiraan. Dia terlahirkan di alam Surga Tiga
Puluh Tiga.
Singkatnya, ketika anda mempersembahkan mandala, apa pun juga
yang anda gunakan haruslah bersih, dan harus dipersembahkan dengan
cara yang menyenangkan, dan niat anda harus sama sekali murni.
Tiada tahap dalam Jalan di mana anda perlu berhenti berusaha untuk
melaksanakan latihan-latihan untuk mengumpulkan pahala, seperti per-
sembahan mandala. Sebagaimana kata tantra:
362
Dengan perbuatan-perbuatan positif ini, semoga semua makhluk
Melengkapi akumulasi pahala dan kebijaksanaan,
Dan mencapai kedua kaya tertinggi
Yang berasal dari pahala dan kebijaksanaan.
212
Konsepsi subyek, obyek dan perbuatan.
213
Damchen Dorje Lekpa, Skt. Vajrasadhu, salah satu pelindung utama Dharma.
363
"Tetapi semua pengemis mendapat satu mangkuk sup, tidak hanya
saya," kata sang pertapa. "Saya tidak melihat adanya pemberian apa pun
dari anda."
"Ketika anda mendapat sup anda," Damchen berkata, "ada satu
gumpalan besar lemak jatuh ke dalam mangkuk anda, bukan? Itulah pem-
berian dari saya!"
Kemiskinan tidak bisa diatasi dengan latihan untuk memperoleh keka-
yaan dan sejenisnya tanpa adanya akumulasi pahala di dalam kehidupan
yang lampau. Jika makhluk seperti para dewa kekayaaan duniawi sungguh
mampu menganugerahkan pencapaian supernatural atas kekayaan, maka
Buddha dan Bodhisattva, yang kekuatan dan kemampuan untuk melaksa-
nakan mukjizat-mukjizat ratusan ribu kali lebih besar, dan yang memper-
sembahkan diri mereka sama sekali untuk membantu makhluk dengan
tanpa diminta, akan pasti menurunkan hujan kekayaan ke dunia ini,
sehingga semua kemiskinan akan terhapuskan dengan seketika. Tetapi hal
ini tidak terjadi.
Apa pun juga yang kita miliki hanyalah hasil dari pahala yang sudah
kita kumpulkan di masa lalu. Oleh karena itu, sebagaimana kata guru-guru
besar masa dulu : “Satu percikan dari pahala adalah lebih berharga dari
usaha sebesar gunung.”
Dewasa ini, ketika orang-orang melihat adanya sedikit kekayaan atau
kekuasaan di negeri barbar, mereka semua merasa kagum dan berseru,
"Wah, wah! Mana mungkin?" Sebenarnya hal seperti ini sama sekali tidak
memerlukan banyak pahala yang dikumpulkan. Hasil dari membuat suatu
persembahan, ketika niat orang yang membuat persembahan dan obyek
kepada siapa persembahan tersebut diadakan keduanya adalah murni,
dapat dilihat dari contoh yang diberikan dalam cerita Mandhatri. 214
Dengan mempersembahkan tujuh biji kacang, ia memperoleh kedaulatan
atas segalanya sampai ke Surga Tiga Puluh Tiga. Selain itu ada kasus
tentang Raja Prasenajit, yang kekuasaannya adalah hasil dari persembahan
satu piring makanan yang hangat tanpa garam.
Ketika Atisa datang ke Tibet, negeri itu lebih besar dan kaya dibanding
hari ini. Namun tetap juga ia berkata, "Tibet sungguh suatu kerajaan preta.
Di sini saya melihat tak seorang pun memperoleh hasil yang memuaskan
setelah mempersembahkan bahkan suatu takaran jelai kepada suatu obyek
suci!"
214
Salah satu Cakravatin, sebagaimana diceritakan dalam buku-buku Buddhis. Lihat halam-
an sebelumnya.
364
Jika orang-orang benar-benar menganggap harta sehari-hari atau kekua-
saan yang sangat kecil tersebut mengagumkan dan menakjubkan, hal ini
merupakan suatu tanda, pertama-tama, betapa piciknya pikiran mereka;
kedua, betapa melekatnya mereka pada penampilan sehari-hari, dan yang
ketiga, kegagalan mereka untuk memahami dengan baik pelipatgandaan
karma, seperti yang diceritakan sebelumnya dengan benih pohon asota –
atau atas kenyataan bahwa mereka tidak percaya akan hal tersebut, meski
kalaupun mereka memahaminya.
Tetapi siapa pun dengan penolakan keduniawian sepenuh hati dan tulus,
akan mengetahui bahwa semua kesempurnaan yang tampak yang ditemu-
kan di dunia ini – bahkan menjadi kaya seperti seekor naga, memiliki
jabatan setinggi langit, menjadi penuh kekuatan seperti halilintar atau
secantik pelangi – tidak satu pun dari hal-hal ini memiliki sepercik keman-
tapan yang permanen atau inti. Hal-hal seperti itu hanya akan
menimbulkan kemuakan, seperti sepiring makanan berminyak yang
disuguhkan kepada orang yang menderita sakit kuning.
Mengumpulkan pahala dengan harapan untuk menjadi kaya dalam
hidup ini adalah cukup baik untuk orang-orang duniawi. Namun hal ini
adalah sesuatu yang sangat jauh dari Dharma yang sejati, yang berdasar
pada tekad untuk membebaskan diri dari samsara. Seperti yang telah saya
katakan berulang kali, jika anda mencari Dharma sejati yang menuntun
anda kearah pembebasan, anda harus meninggalkan semua kemelekatan
pada kehidupan duniawi seperti membuang ludah. Anda harus meninggal-
kan kampung halaman anda dan menuju ke negeri yang tak dikenal,
tinggal selalu di dalam tempat-tempat yang sepi. Anda harus berlatih
dengan gembira dalam hal diserang penyakit, dan dengan gembira dalam
menghadapi kematian.
Seorang murid bertanya kepada Dagpo Rinpoche yang Tiada
Bandingannya: "Dalam masa kemerosotan, adalah sulit untuk mendapat-
kan makanan, pakaian dan keperluan-keperluan lain untuk berlatih
Dharma yang benar. Lalu apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya
mencoba sedikit merayu dewa-dewa kekayaan, atau mempelajari suatu
metoda yang baik untuk menyadap sari,215 atau memasrahkan diri saya
pada kematian yang pasti?"
Sang Guru menjawab: "Seberapa pun kerasnya anda mencoba, tanpa
hasil dari kemurahan hati masa lampau, merayu dewa-dewa kekayaan
215
Mengekstraksi sari: suatu metoda yang memungkinkan seseorang untuk mengkonsumsi
zat dan elemen tertentu dalam jumlah sedikit, tanpa keharusan untuk menggunakan
makanan biasa.
365
akan sulit. Lebih dari itu, mencari kekayaan dengan cara begini untuk
kehidupan ini bertolak belakang dengan praktek Dharma yang tulus. Pada
masa dulu, ketika sari dari tanah, batu-batuan, air, tumbuh-tumbuhan dan
lain-lainnya masih penuh, berlatih menyadap sari mudah dilakukan.
Tetapi pada masa sekarang, sari-sari tersebut sudah habis. Sekarang hal
itu tidak akan pernah berhasil. Memasrahkan diri anda kepada kematian
yang pasti tidak ada gunanya juga. Di kemudian hari akan terbukti sulit
untuk memperoleh badan manusia dengan semua kebebasan dan
keberuntungan sebagaimana yang anda miliki sekarang. Namun, jika anda
merasa yakin dari lubuk hati anda bahwa anda dapat melatih tanpa peduli
apakah anda mati atau tidak, anda tidak akan pernah kekurangan sandang
pangan. Tidak ada kejadian bahwa seorang praktisi pernah mati kelapar-
an.”
Buddha menyatakan bahwa bahkan selama suatu bencana kelaparan
yang sangat hebat di mana membeli satu takaran 216 tepung gandum lebih
mahal dari satu takaran mutiara, para murid Buddha tidak akan pernah
tanpa sandang pangan.
Semua latihan yang dilakukan para Bodhisattva untuk menghimpun
pahala dan kebijaksanaan atau untuk menghilangkan kekotoran batin,
hanya mempunyai satu tujuan: kesejahteraan semua makhluk hidup di
alam semesta. Setiap orang yang ingin mencapai kebuddhaan sempurna
hanya untuk kepentingannya sendiri, apalagi latihan yang mengarah pada
pemenuhan sasaran dari hidup ini, sama sekali tidak ada hubungannya
dengan Mahayana. Latihan apa pun yang anda jalankan, apakah itu
merupakan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan atau membersihkan
noda-noda batin, lakukanlah demi kepentingan semua makhluk yang tidak
terbatas, dan jangan mencampurkannya dengan keinginan mementingkan
diri apa pun. Dengan cara itu, sebagai hasil tambahan, bahkan dengan
tanpa mengharapkannya, berbagai kepentingan anda sendiri, kenyamanan
dan kebahagiaan di dalam hidup ini akan secara otomatis dipenuhi, seperti
halnya membumbungnya asap dengan sendirinya ketika anda meniup
perapian, atau jelai yang bertunas sebagai hal yang wajar ketika anda
menabur benih. Tetapi hindarilah sebagaimana menghindari racun atas
setiap dorongan untuk membaktikan diri anda demi hal-hal duniawi.
216
‘Takaran’ yang dimaksud adalah takaran Tibet, yaitu satuan volume yang kira-kira setara
dengan volume 700 gram barli.
366
Akumulasi kusali
217
Dalam “Dharma Gunung” karangan Chakme Rinpoche, diterangkan bahwa yang disebut
‘kusali’, selain makan, tidur, dan buang air, tidak memiliki kegiatan duniawi lainnya,
hanya bertekun dalam samadhi saja.
367
Mempersembahkan anak atau pasangan anda adalah ribuan kali
lebih berharga;
Mempersembahkan tubuh anda sendiri adalah ratusan ribu kali lebih
berharga.
218
Maksudnya: Pasangan Buddha.
219
Skt. Krodhakali.
368
di tangan kanannya. Alhasil, puncak kepala segera terpisah dan menjadi
suatu cangkir tengkorak. Begitu pula, bayangkan cangkir tengkorak
tersebut bukanlah sebesar ukurannya yang biasa, tetapi sebesar seluruh
alam semesta dari miliaran dunia. Dengan tangan kirinya, Bunda Hitam
yang Seram mengambil cangkir tengkorak dan dengan kening menghadap
ke dirinya, ia menempatkannya ke dalam suatu wajan berkaki tiga yang
terbuat dari tiga tengkorak manusia, masing-masing sebesar Maha Meru.
Lalu dengan pisau sabit tersebut di tangan kanannya, dia mengangkat
seluruh mayat dan meletakkannya ke dalam cangkir tengkorak tersebut.
Sekarang bayangkan terdapat suku kata hang (ཧཾ) putih di atas
tengkorak yang hakikatnya adalah nektar, dan di bawah tengkorak
terdapat garis bija kata a kecil (འ) berwarna merah, dengan sifat alami api.
Ketika anda mengucapkan "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�)ྃ�� ," api membakar dari
bija kata a kecil tersebut dan memanaskan cangkir tengkorak sampai
mayat mendesis dan meleleh menjadi nektar yang mendidih dan mengisi
seluruh tengkorak. Segala kesalahan dan noda batin mengalir keluar
dalam bentuk buih yang kotor. Uap air naik dari nektar dan menyentuh
huruf hang dan memanaskannya karena sentuhan tersebut. Bija kata hang
tersebut meneteskan cucuran nektar merah dan putih, yang jatuh dan
bercampur bersama-sama dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di
dalam tengkorak. Akhirnya bija kata hang sendiri menjadi cahaya dan
juga melebur ke dalam nektar. Visualisasikanlah semua ini, lafalkan:
ཕཊཿ �ས་གཅེས་འཛ�ན་བོར་བས་�་བ�ད་
བཅོམཿ
PHET LÜ CHE DZIN WOR WË LHA DUD Phet! Dengan membuang kemelekatan
CHOM diri, aku menghancurkan Mara;
སེམས་ཚངས་པའི་�ོ་ནས་ད�ིངས་ལ་ཐོནཿ
SEM TSHANG PË GO NË JING LA THUN Kesadaranku keluar melalui gerbang
Brahma ke alam Dharma;
འཆི་བདག་གི་བ�ད་བཅོམ་�ོས་མར་�རཿ
CHI DAG GI DUD CHOM TRO MAR GYUR Menjadi deity seram yang membuat
Dewa Kematian binasa;
གཡས་ཉོན་མོངས་བ�ད་བཅོམ་�ི་�ག་གིསཿ
YË NYON MONG DUD CHOM DRI GUG GÏ Menghancurkan mara klesa dengan
pisau sabit di tangan kanannya;
369
ག�གས་�ང་པོའི་བ�ད་བཅོམ་ཐོད་པ་�ེགཿ
ZUG PHUNG PÖ DUD CHOM THOD PA Memotong kapala ‘tuk menghancurkan
DREG skandha rupa;
གཡོན་ལས་�ེད་�ལ་�ིས་བྷ�་ཐོགསཿ
YON LË JED TSHUL GYÏ BHANDHA THUG Tangan kirinya memegang kapala
dalam postur karmamudra;
�་ག�མ་�ི་མི་མགོའི་�ེད་�ར་བཞགཿ
KU SUM GYI MI GÖ GYED PUR ZHAG Dan menaruhnya dalam wajan berkaki
tiga yang terbuat dari tiga tengkorak
manusia;
ནང་�ོང་ག�མ་གང་བའི་བམ་རོ་དེཿ
NANG TONG SUM GANG WEI BAM RO DE Sehingga mayat di dalamnya memenuhi
alam miliaran dunia;
ཨ་�ང་དང་ཧཾ་ཡིག་གིས་བ�ད་�ིར་བ�ཿ
A THUNG DANG HANG YIG GÏ DUD TSIR Dan dilebur menjadi nektar oleh bija
ZHU kata hang dan a;
འ�་ག�མ་�ི་�ས་པས་�ངས་�ེལ་བ�རཿ
TRU SUM GYI NÜ PË JANG PEL GYUR Serta dimurnikan, digandakan dan
ditransformasi oleh kekuatan mantra
tiga bija kata. 220
Sekarang bayangkan bahwa guru akar anda, para guru garis silsilah dan
persamuhan semua Buddha dan Bodhisattva di atasnya. Semuanya
meminum nektar melalui lidah mereka yang berwujud seperti tabung vajra
berongga. Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi, anda terbebas
dari noda batin anda, kesalahan dan pelanggaran samaya anda dimurnikan,
dan anda memperoleh pencapaian umum dan pencapaian tertinggi.
Bayangkan yidam dan dewa-dewa dari empat dan enam kelas tantra di
sekeliling guru juga mengkonsumsi nektar tersebut dengan menghisapnya
melalui lidah berongga yang bentuknya sesuai dengan lambang dari
masing-masing dewa: roda vajra, permata, bunga teratai, atau vajra
silang.222 Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi-akumulasi, meng-
hilangkan noda batin anda, memurnikan semua kesalahan dan pelanggaran
samaya, serta mendapat pencapaian umum dan tertinggi.
Kemudian bayangkan daka, dakini, Tujuh Puluh Lima Pelindung
Dharma Nan Jaya dan semua pelindung Dharma lainnya juga mengambil
bagian mereka pada nektar melalui lidah mereka yang berbentuk seperti
sinar matahari berongga. Anda melengkapi akumulasi dan dibebaskan
dari semua noda batin; semua rintangan dan keadaan kurang baik terhadap
Dharma dan pencapaian pencerahan dihilangkan. Semua keadaan baik
yang mendukung dan hal-hal baik yang anda cari dilipatgandakan.
Uap air kembali naik dari nektar yang mendidih, memunculkan awan
persembahan yang tak terbayangkan kepada para tamu di atas: air untuk
membasuh kaki, bunga, dupa, pelita, wewangian, makanan dan musik,
delapan lambang keberuntungan 223 dan tujuh atribut kerajaan, payung
kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas berjari-jari seribu,
kerang-kerangan putih yang beralur kanan, dan lainnya. Sebagai hasilnya,
anda dan semua makhluk dipenuhi dengan akumulasi dan dibersihkan dari
semua noda batin.
Lanjutkan untuk melafal "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�)ྃ�� " sampai anda menye-
lesaikan keseluruhan visualisasi tersebut.
ཕཊཿ ཡར་མཆོད་�ལ་མ�ོན་�ི་�གས་དམ་
བ�ངཿ
PHET YAR CHOD YUL DRON GYI THUG DAM Phet! Semoga persembahan ke atas
KANG memenuhi keinginan tamu di sana;
ཚ�གས་�ོགས་ནས་མཆོག་�ན་དངོས་�བ་ཐོབཿ
TSHOG DZOG NË CHOG THUN NGÖ DRUB Menyempurnakan akumulasi pahala
THOB serta memperoleh siddhi biasa dan
tertinggi;
མར་འཁོར་བའི་མ�ོན་མཉེས་ལན་ཆགས་�ངཿ
MAR KHOR WEI DRON NYË LEN CHAG JANG Persembahan ke bawah memuaskan
tamu alam rendah dan memurnikan
hutang karma;
�ད་པར་�་གནོད་�ེད་བགེགས་རིགས་ཚ�མཿ
KHYAD WAR DU NOD JED GEG RIG TSHIM Khususnya memuaskan roh-roh halus
pembuat rintangan;
ནད་གདོན་དང་བར་ཆད་ད�ིངས་�་ཞིཿ
NAD DON DANG WAR CHED JING SU ZHI Menenteramkan roh-roh penyakit dan
rintangan ke ruang angkasa;
�ེན་ངན་དང་བདག་འཛ�ན་�ལ་�་བ�གཿ
KYEN NGEN DANG DAG DZIN DUL DU LAG Dan menghancurkan semua kondisi
buruk dan kemelekatan diri;
མཐར་མཆོད་�་དང་མཆོད་�ལ་མ་�ས་�ནཿ
THAR CHOD JA DANG CHOD YUL MA LÜ KUN Semua tamu, persembahan dan pemberi
persembahan tanpa kecuali;
གཤིས་�ོགས་པ་ཆེན་པོར་མ་བཅོས་�ྰཿ
SHI DZOG PA CHEN POR MA CHÖ AH Berdiam dalam sifat alami tanpa upaya
Kesempurnaan Agung. Ah!
374
Lalu beristirahatlah di dalam keadaan tanpa konsepsi tentang persem-
bahan, pemberi persembahan atau penerima persembahan.
Di dalam teks-teks Cho, biasanya terdapat empat pesta besar: putih,
merah, hitam dan beragam. Dalam teks ini hanya ada yang putih dan yang
beragam, tidak ada pesta merah dan hitam.
Cho yang diartikan oleh praktisi Cho masa kini adalah suatu proses
penghancuran roh-roh jahat yang mengerikan dengan membunuh,
membacok, memotong, memukul atau mengusir mereka. Gagasan mereka
tentang Cho menyangkut kemarahan yang berkelanjutan. Gertakan
mereka tak lain hanyalah kebencian dan kesombongan. Mereka memba-
yangkan bahwa mereka harus berperilaku seperti penjagal Dewa Kematian.
Sebagai contoh, ketika mereka mempraktekkan Cho untuk orang sakit,
mereka membuat diri mereka dalam suatu penampilan dengan amukan
penuh kemarahan dan tatapan penuh kebencian dengan mata sebesar
mangkok, mengepalkan tinju mereka, menggigit bibir bawah mereka,
melemparkan pukulan dan merengut orang sakit dengan keras sehingga
mereka mencabik pakaian dari punggungnya. Mereka menyebut hal ini
sebagai penundukan roh, tetapi mempraktekkan Dharma seperti itu adalah
sama sekali salah. Machik Labdron berkata:
Dan beliau melanjutkan: “Selain itu, akan ada praktek Cho palsu,
seperti Sembilan Tingkat Cho Hitam, yang hanya merupakan hasil
375
pemikiran bahwa seseorang dapat menaklukkan roh-roh melalui kekerasan,
tanpa rasa sayang dan belas kasih bodhicitta.
Seseorang yang menggunakan praktek tersebut mungkin mampu
mengalahkan satu atau dua roh yang kecil dan lemah, tetapi jika ia ber-
hadapan dengan roh yang benar-benar ganas, maka mereka akan me-
nyerang hidupnya sebagai pembalasan dendam, sebagaimana telah terjadi
pada banyak peristiwa.
Adalah sulit sekali bagi praktisi untuk mengatakan apakah tanda-tanda
dari keberhasilan yang terjadi di Jalan, yaitu penaklukan setan atau sejenis
pengalaman berkah, adalah tanda yang benar dari kemajuan, atau apakah
hal tersebut sesungguhnya adalah rintangan yang diciptakan oleh roh jahat.
Orang-orang yang dikuasai oleh roh jahat biasanya kelihatannya memiliki
kewaskitaan dan kemampuan gaib. Tetapi ketika waktu berlalu, mereka
semakin jauh dari Dharma yang sejati, sampai tidak ada sedikit pun
kebaikan yang tersisa. Tumpukan persembahan setinggi gunung bisa saja
menjadi hutang karma masa depan, dan bahkan di dalam hidup ini meng-
hasilkan sesuatu yang tidak baik pada mereka. Pada akhirnya, mereka
mendapatkan bahwa sangatlah sulit untuk mengumpulkan makanan dan
pakaian. Dan apa yang mereka miliki, mereka tak dapat menahan untuk
menghabiskannya. Ketika mereka mati, sudah pasti mereka terlahir di
neraka tersendiri atau alam sejenis itu, seperti yang telah kita sebutkan.
Setan yang lebih berkuasa dari kamu adalah kemelekatan pada diri;
Setan yang lebih banyak dari kamu adalah pikiran;
Setan yang lebih liar dari kamu adalah pembedaan.
377
Jika anda tidak mengetahui bahwa setan-setan jahat berasal dari
pikiranmu sendiri,
Ada tak terhitung jumlah setan seperti diriku!
Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena anda menyuruhku
pergi.
378
anda sendiri sebagai makanan kepada seratus setan adalah lebih baik
dibanding memohon pertolongan kepada seratus yidam.
228
Mengacu pada Machik Labdron.
379
Dharma. Saya Damchen," dan berbicara tentang penglihatan gaib dan
ramalan palsu.
Setan-setan tersebut mengelabui Lama-lama, dan Lama-lama mengela-
bui donatur-donatur mereka, atau, seperti kata pepatah, "Putra mengelabui
ayahnya sedangkan musuh mengelabui sang putra.” Ini semua adalah
tanda-tanda dari masa kemerosotan, dan menunjukkan bahwa setan-
setanlah yang sedang mengambil alih kekuasaan. Seperti ramalan Sang
Guru dari Uddiyana:
Dan:
Ketika semua konsepsi dari segala yang perlu dipangkas dan siapa yang
melakukan pemangkasan melebur dalam realita mutlak yang maha luas di
mana segala sesuatu sama, maka roh kesombongan yang berbahaya bagian
dalam dipangkas dari akarnya.
Ini adalah tanda bahwa anda sudah merealisi Cho yang mutlak dan
tertinggi.
381
382
BAB 5
Guru Yoga
383
Sampai anda menyadari keadaan alami, anda perlu belajar, oleh
sebab itu dengarkanlah instruksinya;
Semua kebahagiaan adalah berkah guru itu, maka ingatlah selalu
akan kebaikannya.
Hal ini adalah terutama benar di dalam aliran yang khusus ini, Maha
Ati Longchen Nyingtik, inti ajaran vajra. Di sini tidak diajarkan bahwa
kebenaran yang dalam harus didasarkan atas dasar analisa dan logika,
seperti praktek di dalam kendaraan yang lebih rendah. Juga tidak dikata-
kan bahwa pencapaian yang umum harus digunakan untuk akhirnya
memperoleh pencapaian tertinggi, seperti halnya di tantra-tantra yang lebih
rendah. Pula, penggunaan kebijakan awal ilustratif dari ketiga inisiasi
untuk memperkenalkan kebijakan awal yang sejati tidak ditekankan,
sebagaimana di dalam tantra lain yang lebih tinggi. Apa yang diajarkan di
dalam tradisi ini adalah berdoa dengan pengabdian yang bersemangat dan
keyakinan penuh kepada guru yang sudah mencapai pencerahan, yang
silsilahnya bagaikan rantai emas yang tak ternoda oleh pelanggaran
samaya, bersandar padanya saja dan menganggapnya sebagai Buddha yang
nyata. Dengan cara demikian, hati anda akan bergabung sepenuhnya
dengan hatinya. Dengan kekuatan berkah yang dilimpahkan kepada anda,
realisasi akan terlaksana. Sebagaimana yang telah kita kutip sebelumnya:
384
Kebijaksanaan absolut bawaan hanya dapat datang
Ketika sudah terkumpul pahala dan pemurnian noda-noda batin,
Dan melalui berkah seorang guru yang sudah cerah.
Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain manapun adalah suatu
kebodohan.
229
Tib. sgyu ma ngal gso, karangan yang ketiga dalam Trilogi Peristirahatan, ngal gso skor
gsum dari Longchenpa.
230
Skt. Samaya-vyuha, tantra yang umum untuk Mahayoga dan Anuyoga.
231
Tib. a ti bkod pa, suatu tantra.
385
Di atas puncak kepalanya,
Di tengah-tengah hatinya,
Atau di telapak tangannya,
Akan memiliki pencapaian seribu Buddha.
dan juga;
232
Gotsangpa (1189-1258), hidup bertapa di Pegunungan Himalaya dan Tsari, penyebar
ajaran Drugpa Kagyu.
233
Drikung Kyobpa Rinpoche (1143-1217), pendiri Drikung Kagyu.
386
Latihan rasa bakti dari Guru Yoga adalah satu-satunya cara untuk
membangkitkan realisasi sifat alami tanpa usaha dalam diri anda. Tiada
metoda lain yang dapat membawa realisasi seperti itu.
Naropa adalah seorang pandita yang sangat terpelajar dalam ketiga
kendaraan, dan setelah menaklukkan semua tantangan tirthika, ia diberi
posisi pandita pelindung gerbang utara Vikramasila.
Tetapi suatu hari seorang dakini kebijaksanaan mengatakan kepadanya,
"Anda terpelajar di dalam kata-kata, tetapi bukan di dalam arti mereka.
Anda masih perlu mengikuti seorang guru."
Menaati perintah dakini tersebut, ia mengikuti Tilopa dan memikul
banyak pencobaan, sampai suatu hari, Tilopa berkata kepadanya: "Kendati
segala hal yang sudah kuajarkan kepada anda, anda masih belum pernah
paham!" Lalu ia memukul dahinya dengan sandalnya. Pada saat itulah,
Naropa menyadari sifat alami, dan kebijaksanaannya menjadi sama dengan
kebijaksanaan gurunya.
Juga dikatakan bahwa Nagabodhi mencapai pencapaian tertinggi
dengan merengut dan memakan setetes ingus yang dijatuhkan guru yang
mulia Nagarjuna. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:
Anda dapat membandingkan ajaran ini dengan semua ajaran lain dari
kesembilan kendaraan, namun anda tidak akan pernah menemukan suatu
jalan lebih baik atau lebih dalam dibanding ini. Meskipun latihan ini
disebut sebagai sebagai latihan pendahuluan, tetapi sesungguhnya ini
adalah kunci yang paling tinggi dari semua latihan utama. Untuk ini saja,
jika anda selalu dan di dalam setiap keadaan menjadikannya latihan inti
anda, itu sudah cukup – sekalipun anda tidak berlatih yang lainnya. Oleh
karena itu, adalah teramat penting untuk membaktikan diri anda pada
latihan tersebut dari dalam lubuk hati anda.
Latihan sebenarnya dari jalan Guru Yoga yang dalam ini terdiri dari
tiga tahap: memvisualisasi ladang pahala, melafalkan doa tujuh poin
persembahan, dan berdoa dengan keyakinan yang pasti.
1. Mantel; 2. Jubah Dharma; 3. Jubah mantra; 4. Jubah dalam; 5. Topi Kuncup Teratai; 6.
Topi Telinga Rusa; 7. Topi Teratai yang Membebaskan dengan Sekali Melihat Saja; 8.
Khatvanga: 8-1.Trisula; 8-2. Sembilan cincin; 8-3, -4, -5. Tiga tengkorak berturut-turut:
yang sudah kering, yang sudah busuk dan yang masih baru; 8-6. Panji sutera lima warna;
8-7. rambut dari mamo yang masih hidup dan yang sudah mati.
Secara umum bisa dikatakan, ada tiga cara yang berbeda untuk
memvisualisasi garis silsilah. Dalam latihan tempat perlindungan, kita
membayangkan guru-guru satu di atas yang lain. Semua guru dari garis
silsilah Kesempurnaan Agung tampak satu di atas yang lain di atas kepala
Guru Agung dari Uddiyana. Cara kita membayangkan untuk meditasi dan
lafalan pada Vajrasattva dikenal sebagai permata yang mencakup
391
segalanya. Semua guru akar dan guru silsilah terwujud dalam Vajrasattva
saja. Namun sekarang, ketika kita bermeditasi pada Guru Yoga, kita
membayangkan guru-guru sebagai suatu kelompok. Semua guru dari garis
silsilah Kesempurnaan Agung, lautan Tiga Akar dan pelindung yang setia
berkumpul dalam satu kumpulan di sekeliling Guru Agung dari Uddiyana.
རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་འ�མས་ཞིངཿ
RANG NANG LHUN DRUB DAG PA RAB JAM Dengan serta merta saya memanifesta-
ZHING sikan alam Buddha murni dan tanpa
batas;
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་ཟངས་མདོག་དཔལ་རིའི་
ད�སཿ
KOD PA RAB DZOG ZANG DOG PAL RÏ U Di tengah Gunung Warna Tembaga
yang indah dan bertuah,
རང་ཉིད་�ེ་བ�ན་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID JETSUN DORJE NAL JOR MA Tubuh saya berubah menjadi
Vajrayogini nan jaya;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI THOD Berwarna merah menyala, dengan satu
DZIN wajah, dua lengan memegang pisau dan
kapala; 240
ཞབས་གཉིས་དོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་མཁར་
གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB CHEN SUM NAM KHAR Dengan gaya menari pada kedua kaki-
ZIG nya, ketiga matanya menatap angkasa;
�ི་བོར་པ�ྨ་འ�མ་བ�ལ་ཉི་�འི་�ེངཿ
CHI WOR PE MA BUM DAL NYI DHEI TENG Pada teratai dengan ribuan daun bunga
dan pringan bulan dan matahari di atas
kepala;
�བས་གནས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་དངཿ
Tempat perlindungan dengan para guru
KYAB NË KUN DÜ TSA WEI LA MA DANG
silsilah, duduklah Guru Akar yang
mulia;
240
Mangkok tengkorak.
392
ད�ེར་མེད་མཚ�་�ེས་�ོ་�ེ་�ལ་པའི་�ཿ
JER MED TSHO KYË DOR JE TRUL PË KU Yang tak terpisahkan dari Vajra
Terlahir dari Danau 241 dalam tubuh
nirmanakaya;
དཀར་དམར་མདངས་�ན་གཞོན་�འི་ཤ་
�གས་ཅནཿ
KAR MAR DANG DEN ZHON NÜ SHA TSHUG Tubuhnya seperti anak muda dengan
CHEN kulit berwarna putih kemerah-merahan;
ཕོད་ཁ་ཆོས་གོས་ཟ་བེར་འ�ངས་མ་གསོལཿ
PHOD KHA CHÖ GÖ ZA WER DUNG MA SOL Beliau mengenakan jubah dalam dan
jubah mantra;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་�ལ་པོ་རོལ་པའི་�བསཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI GYAL PO ROL PË TAB Ia memiliki satu wajah dan dua lengan,
dan duduk dalam postur raja;
�ག་གཡས་�ོ་�ེ་གཡོན་པས་ཐོད་�མ་བ�མསཿ
CHAG YË DOR JE YON PË THOD BUM NAM Lengan kanannya memegang vajra, dan
lengan kiri memegang pot yang terbuat
dari kapala;
ད�་ལ་འདབ་�ན་པ�ྨའི་མཉེན་�་གསོལཿ
BU LA DAB DEN PEMË NYEN ZHU SOL Kepalanya mengenakan topi teratai
Telinga Rusa;
མཆན་�ང་གཡོན་ན་བདེ་�ོང་�མ་མཆོག་མཿ
CHEN KHUNG YON NA DE TONG YUM CHOG Pada ketiak kiri terdapat dakini pasang-
MA annya;
�ས་པའི་��ལ་�ིས་ཁ་ཊཾ་�ེ་ག�མ་བ�མསཿ
WE PË TSHOL GYÏ KHA THA TSE SUM NAM Dalam bentuk tersembunyi dalam
khatvanga;
འཇའ་ཟེར་ཐིག་ལེའི་འོད་�ར་�ོང་ན་བ�གསཿ
JA ZER THIG LEI Ö PHUR LONG NA ZHUG Beliau berdiam dalam pelangi sinar
bindu;
�ི་འཁོར་འོད་�་�་བས་མཛ�ས་པའི་�ོངཿ
CHI KHOR Ö NGA DRA WË DZË PË LONG Dikelilingi oleh alam indah rangkaian
lima warna;
�ལ་པའི་�ེ་འབངས་ཉི་�་�་�་དངཿ
TRUL PË JE WANG NYI SHU TSA NGA DANG Dua puluh lima murid utama, raja dan
menteri bermanifestasi;
241
Nama lain Guru Padmasambhava.
393
�་བོད་པཎ་�བ་རིག་འཛ�ན་ཡི་དམ་�ཿ
GYA BOD PAN DRUB RIG DZIN YI DAM LHA Para siddhi agung Tibet dan India,
yidam dan vidyadhara;
མཁའ་འ�ོ་ཆོས་�ོང་དམ་ཅན་�ིན་�ར་
གཏིབསཿ
KHA DRO CHÖ KYONG DAM CHEN TRIN TAR Serta para dakini dan dharmapala
TIB mengelilingi bak awan di sekitarnya;
གསལ་�ོང་མཉམ་གནས་ཆེན་པོའི་ངང་�་
གསལཿ
SAL TONG NYAM NË CHEN PÖ NGANG DU Beliau berdiam dalam kekosongan
SAL kesetaraan nan jernih dan bercahaya.
Lalu dengan rasa bakti yang kuat lafalkan baris doa berikut:
�ྃ ཨོ་�ན་�ལ་�ི་�བ་�ང་མཚམསཿ
HUNG ORGYEN YUL GYI NUB JANG TSHAM Hung, di sebelah Barat Daya negeri
Uddiyana;
པད་མ་གེ་སར་�ོང་པོ་ལཿ
PE MA GE SAR DONG PO LA Secara gaib menjelma pada putik teratai;
ཡ་མཚན་མཆོག་གི་དངོས་�བ་བ�ེསཿ
YA TSHEN CHOG GI NGÖ DRUB NYË Ia yang memiliki pencapaian tertinggi;
པ�ྨ་ �ང�� ་གནས་ཞེས་�་�གསཿ
PEMA JUNG NE ZHËSU DRAG Yang terkenal dengan nama “Terlahir
dari teratai”;
འཁོར་�་མཁའ་འ�ོ་མང་པོས་བ�ོརཿ
KHOR DU KHA DRO MANG PÖ KOR Dan dikelilingi oleh kumpulan para
dakini;
�ེད་�ི་�ེས་�་བདག་བ�བ་�ིསཿ
KHED KYI JË SU DAG DRUB KYÏ Saya mengikuti teladan anda melatih
diri;
�ིན་�ིས་ བ�བ་�ིར་གཤེག་�་ གསོལཿ
JING GYÏ RAB CHIR SHEG SU SOL Saya mohon, datanglah dan anugerah-
kanlah berkahmu.
�་�་པ�ྨ་སི�ི་�� �ྃཿ��
GURU PEMA SIDDHI HUNG Guru Pema Siddhi Hung
394
Selesai membaca kalimat-kalimat tersebut, bayangkan semua deity dan
Istana Cahaya Teratai dari Gunung Warna Tembaga menjadi nyata dan
melebur dalam deity-deity samaya dan istana yang sudah anda bayangkan,
lalu melebur ke dalam diri sendiri seperti air yang dituangkan ke dalam air.
�ིཿ� བདག་�ས་ཞིང་གི་་�ལ་�ེད་�ཿ
Hrih! Saya bersembah sujud, dengan
HRIH DAG LÜ ZHING GI DUL NYED DU
pancaran tubuh
�མ་པར་�ལ་བས་�ག་འཚལ་ལོཿ
Sebanyak partikel debu seluruh alam
NAM PAR TRUL WË CHAG TSHAL LO
semesta.
395
Umumnya, ketika anda belum menyelesaikan latihan Ngondro, - "lima
ratus ribu pendahuluan” - adalah dibenarkan untuk menggabungkan
sembah sujud dengan berlindung, dan bahwa tradisi tersebut sering diikuti.
Tetapi dalam ajaran ini, penjelasan sembah sujud yang sesungguhnya
diberikan di sini, yaitu menggabungkan sembah sujud dengan Guru Yoga
adalah suatu cara yang sempurna untuk melatih mereka.
Satu hal yang penting ketika melakukan sembah sujud adalah meng-
hubungkan tubuh, ucapan dan pikiran. Ketika anda melakukan sembah
sujud secara fisik dengan tubuh anda, lafalkan teks doa untuk sembah
sujud dengan ucapan anda. Dengan pikiran anda, bayangkan bahwa anda
sedang melakukan sembah sujud bersama-sama semua makhluk dan
berlatihlah dengan rasa hormat dan pengabdian, dengan kepercayaan
penuh kepada guru, dan dengan penuh kepercayaan menyerahkan diri
kepadanya. Jika tidak demikian, maka anda hanya akan mengatakan apa
juga yang anda suka dan melihat kesana kemari, sedangkan pikiran anda
mengejar segala rupa kejadian eksternal. Ketika ada orang lewat atau
seseorang yang berbicara di sebelah kanan, anda akan mengarahkan
perhatian anda ke arah tersebut, dan anda akan menemukan tangan anda
yang terangkap menekan pipi kiri anda. Ketika seseorang muncul di
sebelah kiri anda, anda akan melihat-lihat dan mendengarkan pada sisi
tersebut, dan sebagai gantinya tangan anda yang terangkap akan
menyentuh pipi kanan anda. Anda harus tahu bahwa membuat pertunjuk-
an sembah sujud seperti itu, sambil membiarkan pikiran anda diambil alih
oleh gangguan-gangguan selagi tubuh anda naik turun dengan sendirinya,
hanyalah suatu siksaan fisik yang tidak ada artinya.
398
tetapi masih saja gagal untuk memperbaiki diri mereka sedikit pun dan
berperilaku tepat seperti orang-orang biasa dalam semua hal. Orang-orang
seperti ini pasti akan menjadi praktisi-praktisi yang bebal dan pelanggar-
pelanggar samaya. Dikatakan:
Meskipun jika anda hanya memahami satu kata dari ajaran, anda perlu
tahu bagaimana cara menggabungkannya dengan pikiran anda dan mem-
praktekkannya. Tujuan mengikuti seorang guru adalah untuk mematuhi
pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatannya, dan belajar untuk melakukan
seperti yang ia kerjakan. Seperti kata pepatah:
Dengan cara ini, anda perlu membuat bagian luar, bagian dalam dan
bagian rahasia kualitas guru membekas ke dalam diri anda, seperti tsa-tsa
yang keluar dari cetakannya.
Usnisa 244 di kepala Buddha itu timbul karena sudah bersembah sujud
dengan hormat di depan para gurunya.
དངོས་བཤམས་ཡིད་�ལ་ཏིང་འཛ�ན་�ིསཿ
NGÖ SHAM YID TRUL TING DZIN GYÏ Dengan persembahan yang disusun
secara fisik dan yang diciptakan secara
mental;
�ང་�ིད་མཆོད་པའི་�ག་�ར་འ�ལཿ
NANG SID CHOD PË CHAG GYAR BUL Dengan mudra persembahan, saya
mempersembahkan segala sesuatu dalam
alam semesta.
245
Lima perbuatan parah atau lima perbuatan yang menyerupai lima dosa yang tak dapat
diampuni: 1. Menodai bhiksuni; 2. Membunuh Bodhisattva; 3. Membunuh anggota
Sangha yang memiliki pencapaian; 4. Merampas barang milik Sangha; 5. Merusak atau
menghancurkan stupa.
246
Empat kesalahan serius: 1. Menempati tempat duduk peringkat yang lebih tinggi dari yang
dimiliki; 2. Mengambil kekayaan tantrika; 3. Menerima penghormatan dari seorang
bhiksu yang ditahbiskan sepenuhnya; 4. Memakan makanan praktisi yang kekurangan
makanan.
247
Delapan kejahatan besar: 1. Mencela kebaikan; 2. Memuji kejahatan; 3. Menyela atau
mengganggu pengumpulan pahala orang lain; 4. Mengacaukan pikiran orang yang
memiliki keyakinan; 5. Memutuskan hubungan dengan guru spiritual sendiri; 6.
Memutuskan hubungan dengan deity sendiri; 7. Memutuskan hubungan dengan saudara-
saudara vajra; 8. Menodai atau memperlakukan mandala dengan sangat tidak hormat.
402
འོད་གསལ་ཆོས་�འི་ངང་�་བཤགསཿ
Ö SAL CHOM KÜ NGANG DU SHAG Dalam kilauan cahaya dharmakaya.
བདེན་པ་གཉིས་�ིས་བ�ས་པ་ཡིཿ
DEN PA NYI KYÏ DÜ PA YI Saya ikut bergembira
དགེ་ཚ�གས་�ན་ལ་�ེས་ཡི་རངསཿ
GE TSHOG KUN LA JE YI RANG Atas semua pahala kebajikan yang
tercakup dalam kedua kebenaran.
Karena tidak ada satu pun ajaran di semua sembilan kendaraan yang
tidak tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, oleh karena
itu kita semestinya bergembira atas semua perbuatan positif yang tercakup
dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, termasuk yang dilakukan
oleh diri kita sendiri atau oleh orang lain, yang dicemari oleh emosi atau
yang murni dan sempurna. Manfaat dari bergembira dengan cara
demikian adalah tak terbatas.
403
Buddha, yang merupakan puncak dari perbuatan baiknya, pengumpulan
pahala kebajikannya benar-benar tak terukur. Betapa menakjubkan!"
Atas kegembiraannya yang tulus dan sempurna, ia menciptakan pahala
yang tak terhingga. Sang Buddha menyadari ini.
Menjelang senja, ketika tiba saat pelimpahan pahala kebajikan, beliau
berkata kepada raja: “Apakah anda senang saya melimpahkan sumber
pahala yang sudah anda miliki untuk anda, atau haruskah saya limpahkan
kepada seseorang yang lebih layak dibanding anda?"
Jawab raja, "Dedikasikanlah kepada siapa yang memiliki sumber pahala
yang terbesar.”
Dengan demikian Buddha terlebih dulu melimpahkan pahala tersebut
kepada wanita tua pengemis tersebut. Hal ini terjadi selama tiga hari
berturut-turut. Merasa sakit hati, sang raja berkonsultasi dengan menteri-
menterinya untuk mengakhiri keadaan demikian.
Mereka berkata: "Besok, ketika kita mengundang Yang Mulia dan para
pengikutnya untuk persembahan sedekah, kita akan menumpahkan banyak
makanan dan minuman di sekitar pot-pot. Ketika pengemis-pengemis
datang, kita akan memukul mereka untuk menghentikan mereka mengam-
bilnya. Mungkin dengan cara demikian akan berhasil."
Keesokan harinya, ketika wanita pengemis yang telah bergembira itu
datang mengumpulkan makanan yang ditumpahkan, mereka memberhenti-
kannya dan memukulnya. Dia menjadi marah, sehingga menghancurkan
sumber pahala. Untuk hari itu, pahala dipersembahkan atas nama raja.
Seperti yang sudah diulangi di sini beberapa kali, adalah tujuan dari
pelaku saja yang menentukan apakah suatu perbuatan bersifat positif atau
negatif, bukan pelaksanaannya secara lisan atau secara fisik akan niat
tersebut. Karena alasan ini, dalam Sutra Instruksi kepada Raja,248 Buddha
menjelaskan secara detil bahwa hanya dengan mengamati perbuatan baik
yang dilakukan orang lain dengan pikiran yang murni, dan secara tulus
bergembira di dalamnya dan mempersembahkan kekuatannya untuk
pencerahan sempurna semua makhluk, akan membawa lebih banyak
pahala dibanding kebajikan yang dicemari dengan delapan perhatian
duniawi biasa, oleh ambisi hidup ini, dan oleh kesombongan untuk
bersaing dengan kebaikan orang lain. Chagme Rinpoche berkata:
ཐེག་ག�མ་ཆོས་འཁོར་བ�ོར་བར་བ�ལཿ
THEG SUM CHÖ KHOR KOR WAR KUL Aku memohon Anda untuk memutar Roda
Dharma ketiga kendaraan.
ཇི་�ིད་འཁོར་བ་མ་�ོངས་བརཿ
JI SID KHOR WA MA TONG BAR Sebelum samsara terkosongkan
�་ངན་མི་འདའ་བ�གས་གསོལ་འདེབསཿ
NYA NGEN MI DA ZHUG SOL DEB Tinggallah di dunia dan tidak masuk ke
dalam nirvana.
Lalu berpikirlah karena doa anda semua Buddha tetap bekerja untuk
kebaikan makhluk hidup sampai samsara dikosongkan.
�ས་ག�མ་བསགས་པའི་དགེ་�་�ནཿ
DÜ SUM SAG PË GE TSA KUN Semua akar kebajikan yang terkumpul
sepanjang tiga masa,
�ང་�བ་ཆེན་པོའི་�་�་བཇོཿ
JANG CHUB CHEN PÖ GYU RU JO Saya limpahkan sebagai penyebab pen-
cerahan agung.
406
Janganlah pernah lupa untuk melakukan pelimpahan jasa pada akhir
setiap perbuatan baik, besar ataupun kecil. Setiap sumber pahala yang
tidak dipersembahkan dengan cara ini hanya akan berbuah sekali saja dan
habis terpakai. Tetapi apa pun juga yang dilimpahkan untuk pencerahan
sempurna tidak akan pernah habis terpakai, bahkan setelah berbuah seratus
kali pun. Sebagai gantinya, ia akan meningkat dan tumbuh sampai
kebuddhaan sempurna tercapai. Di dalam Sutra yang Diminta oleh
Sagaramati 250 dikatakan:
250
Skt. Sagaramatiparipriccha-sutra, Tib. blo gros rgya mtshos zhus pa'i mdo.
407
Hal yang sama berlaku untuk aktivitas positif yang akan anda lakukan
demi ayah anda, ibu anda atau orang yang anda kasihi, atau untuk orang
yang sudah meninggal. Tanpa dedikasi, hal itu tidak akan bekerja. Tetapi
jika anda mendedikasi aktivitas tersebut, orang-orang yang anda ingat di
dalam pikiran anda akan memperoleh manfaat yang sesuai.
Pada suatu ketika, orang-orang Vaisali datang mengundang Buddha
untuk perjamuan pada hari berikutnya.
Setelah mereka pergi, lima ratus preta tiba dan meminta kepada beliau,
"Tolong dedikasi kepada kami jasa kebajikan dari sedekah orang-orang
Vaisali yang akan dipersembahkan kepada anda dan para pengikut anda
besok."
"Siapakah kamu?" Buddha bertanya, meski ia telah mengetahui
jawaban. "Mengapa jasa kebajikan orang-orang Vaisali harus dilimpahkan
kepada anda?"
"Kami adalah orang tua mereka," jawab preta-preta itu. "Kami
dilahirkan sebagai preta akibat perilaku kami yang pelit."
"Baiklah, kata Buddha, "ikutlah pada waktu pelimpahan jasa dan akan
kulakukan seperti permintaan anda."
"Itu tidak mungkin," mereka berkata. "Kami sangat malu dengan tubuh
kami yang buruk ini."
"Anda seharusnya merasa malu ketika anda melakukan semua
perbuatan yang salah," jawab Sang Buddha. "Apa artinya tidak merasa
malu pada saat tersebut, namun merasa malu sekarang, saat anda telah
terlahir dalam wujud yang menyedihkan ini? Jika anda tidak datang aku
tidak akan mampu mendedikasikan jasa kebajikan kepada anda."
"Baiklah, kami akan datang," kata mereka, lalu mereka pergi.
Hari berikutnya, ketika saatnya tiba, preta-preta datang menerima
dedikasi. Orang-orang Vaisali sangat terkejut dan mulai melarikan diri.
"Janganlah takut," Buddha menenteramkan hati mereka. "Mereka
semua adalah orang tua anda yang telah dilahirkan kembali sebagai preta.
Mereka mengatakan kepadaku sendiri. Perlukah saya melimpahkan
sumber pahala anda kepada mereka atau tidak?"
"Anda pasti perlu!" mereka menangis.
Buddha berkata:
252
Tingkat empat vajra: Pemurnian saluran nadi sebagai tubuh vajra, atau nirmanakaya;
pemurnian energi sebagai vajra ucapan atau sambhoga-kaya; pemurnian pikiran sebagai
vajra pikiran atau dharmakaya; sifat yang dimurnikan dari ketiga ini adalah vajra
ketidakterpisahan atau svabhavikakaya.
410
adalah tak terkira. Ia seperti suatu permata pengabulan harapan. Anda
hanya perlu mempercayainya dan berdoa kepadanya, dan apa pun juga
pencapaian yang anda cari akan bangkit tanpa usaha.
Dengan berlinang air mata pengabdian, pikirkan, "Saya percayakan
sepenuhnya kepada anda, saya menempatkan semua harapan saya pada
anda, saya pasrahkan diriku kepada anda saja!" lafalkan baris doa untuk
latihan penerimaan pencapaian, mulai dari:
�ེ་བ�ན་�་�་རིན་པོ་ཆེཿ
JETSUN GU RU RIN PO CHE Guru Rinpoche yang mulia,
�ེད་ནི་སངས་�ས་ཐམས་ཅད་�ིཿ
KHYED NI SANG GYË THAM CHED KYI Anda adalah perwujudan semua Buddha.
�གས་�ེའི་�ིན་�བས་འ�ས་པའི་དཔལཿ
THUG JEI JIN LAB DÜ PË PAL Anugerahkanlah berkah belas kasihmu.
སེམས་ཅན་ཡོངས་�ི་མགོན་གཅིག་�ཿ
SEM CHEN YONG KYI GON CHIG PU Anda adalah satu-satunya pelindung
semua makhluk hidup.
�ས་དང་ལོངས་�ོད་�ོ་�ིང་�ངཿ
LÜ DANG LONG CHOD LO NYING DRANG Tubuh dan segala harta milikku,
�ོས་པ་མེད་པར་�ེད་ལ་འ�ལཿ
TO PA MED PAR KHYED LA BUL Dengan tanpa keraguan kupersembah-
kan kepadamu.
འདི་ནས་�ང་�བ་མ་ཐོབ་བརཿ
DI NAM JANG CHUB MA THOB BAR Mulai sekarang sampai saya mencapai
pencerahan,
�ིད་�ག་ལེགས་ཉེས་མཐོ་དམན་�ནཿ
KYID DUG LEG NYE THO MAN KUN Segala kebajikan, kejahatan, penderita-
an, kebahagian, kemuliaan dan martabat
rendahku,
�ེ་བ�ན་ཆེན་པོ་པད་འ�ང་མ�ེནཿ
JETSUN CHEN PO PE JUNG KHYEN Diperhatikan oleh Guru terlahir dari
Teratai yang mulia.
411
ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung
བདག་ལ་རེ་ས་གཞན་ན་མེདཿ
DAG LA RE SA ZHEN NA MED Saya tidak memiliki tempat memohon
lainnya.
ད་�་�ས་ངན་�ིགས་མའི་འ�ོཿ
DA TA DÜ NGEN NYIG MEI DRO Makhluk hidup dalam masa kemerosotan
sekarang
མི་བཟོད་�ག་བ�ལ་འདམ་�་�ིངསཿ
MI ZOD DUG NGAL DAM DU JING Tenggelam dalam rawa penderitaan,
འདི་ལས་�ོབས་ཤིག་མ་�་�་�ཿ
DI LË KYOB SHIG MA HA GU RU Tolong selamatkan mereka, Mahaguru.
དབང་བཞི་�ར་ཅིག་�ིན་�བས་ཅནཿ
WANG ZHI KUR CHIG JIN LAB CHEN Anda yang memberi berkah, anugerah-
kanlah keempat inisiasi kepada mereka;
�ོགས་པ་�ོར་ཅིག་�གས་�ེ་ཅནཿ
TOG PA POR CHIG THUG JE CHEN Anda yang penuh belas kasih, tingkat-
kanlah realisasi mereka;
�ིབ་གཉིས་�ོངས་ཤིག་�ས་མ�་ཅནཿ
DRIB NYI JONG SHIG NÜ THU CHEN Anda yang memiliki kekuatan, murnikan-
lah kedua rintangan mereka.
ནམ་ཞིག་ཚ�་ཡི་�ས་�ས་ཚ�ཿ
NAM ZHIG TSHE YI DÜ JË TSHE Ketika hidupku berakhir,
རང་�ང་�་ཡབ་དཔལ་རིའི་ཞིངཿ
RANG NANG NGA YAB PAL RÏ ZHING Aku memanifestasikan alam Gunung
Warna Tembaga;
413
�ང་འ�ག་�ལ་པའི་ཞིང་ཁམས་�ཿ
ZUNG JUG TRUL PË ZHING KHAM SU Berdiam dalam ke-tak-terpisah-an alam
tersebut,
གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuhku berubah menjadi Vajrayogini;
གསལ་འཚ�ར་འོད་�ི་གོང་�་�ཿ
SAL TSHER Ö KYI GONG WU RU Dalam gumpalan cahaya terang tubuhku,
�ར་ནས་�ེ་བ�ན་པད་འ�ང་དངཿ
GYUR NË JETSUN PE JUNG DANG Aku menatap Padmasambhava yang
mulia,
ད�ེར་མེད་ཆེན་པོར་སངས་�ས་ཏེཿ
JENG MED CHEN POR SANG GYË TE Yang tak berbeda dengan para Buddha;
བདེ་དང་�ོང་པའི་ཆོ་འ�ལ་�ིཿ
DE DANG TONG PË CHO TRUL GYI Aku mengalami kebahagiaan kekosongan
gaib,
ཡེ་ཤེས་ཆེན་པོའི་རོལ་པ་ལསཿ
YE SHE CHEN PÖ ROL PA LË Dan menikmati aktivitas kebijaksanaan
agung;
ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་མ་�ས་པཿ
KHAM SUM SEM CHEN MA LÜ PA Andalah pemandu yang tertinggi;
འ�ེན་པའི་དེད་དཔོན་དམ་པ་�ཿ
DREN PË DED PON DAM PA RU Makhluk hidup di tiga alam tanpa
kecuali
�ེ་བ�ན་པ�ྨ་ད�གས་ད�ང་གསོལཿ
JETSUN PE MA BUG JUNG SOL Memohon penghiburan Sang Teratai
Suci;
གསོལ་བ་�ིང་གི་ད�ིལ་ནས་འདེབསཿ
SOL WA NYING GI KYIL NË DEB Bukan sekedar ucapan mulut,
ཁ་ཙམ་ཚ�ག་ཙམ་མ་ཡིན་ནོཿ
KHA TSAM TSHIG TSAM MA YIN NO Namun memohon dari lubuk hati;
�ིན་�བས་�གས་�ི་�ོང་ནས་�ོལཿ
JIN LAB THUG KYI LONG NË TSOL Mohon anugerahkan berkah pencerahan-
mu,
བསམ་དོན་འ�བ་པར་མཛད་�་གསོལཿ
SAM DON DRUB PAR DZED DU SOL Agar terkabul semua harapan kami.
414
Dengan penuh keyakinan dan devosi, bayangkan Guru Rinpoche
tersenyum, matanya terpenuhi dengan belas kasih. Dari hatinya, terpancar
berkas cahaya merah menyala. Saat cahaya tersebut menyentuh anda –
yang mana hingga sekarang anda masih memvisualisasikan diri anda
sebagai Vajrayogini – anda diubah menjadi sebuah bola bercahaya merah
seukuran kacang polong, yang meloncat ke arah Guru Rinpoche seperti
suatu pecahan percikan api dengan mengeluarkan suara “ta”, dan melebur
ke dalam hatinya. Beristirahatlah dalam keadaan demikian.
Lalu, sambil melihat segala sesuatu yang ada sebagai manifestasi Guru,
akhiri dengan pelafalan ayat dedikasi:
དགེ་བ་འདི་ཡི་�ར་�་བདག །
GE WA DI YI NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཔལ་མགོན་�་མ་འ�བ་�ར་ནས། །
PAL GON LA MA DRUB GYUR NË Semoga saya segera mencapai tingkat
Guru Pelindung;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa
kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
Kapan pun ketika anda sedang berjalan-jalan, anda dapat juga berlatih
Guru Yoga dengan memvisualisasikan guru anda di angkasa di atas bahu
kanan anda dan membayangkan bahwa anda sedang mengitarinya. Kapan
pun ketika anda sedang duduk, bayangkan dia di atas kepala anda sebagai
fokus untuk doa-doa anda. Waktu makan dan minum, bayangkan dia di
dalam kerongkongan dan persembahkan bagian pertama dari makanan
atau minuman anda. Ketika anda pergi tidur, bayangkan dia di pusat hati
anda: ini adalah intisari tehnik yoga tidur: "meletakkan segala sesuatu
yang dapat dikenal ke dalam pot." 254
253
Tib. zangs bdog dpal ri’i smon lam, doa untuk terlahirkan di alam suci Padmasambhava.
254
Salah satu instruksi dalam yoga tidur yang ditemukan di dalam ajaran Kesempurnaan
Agung.
415
Singkatnya, bangkitkan rasa pengabdian anda sepanjang waktu, dalam
setiap situasi. Peliharalah pikiran bahwa di mana saja anda berada adalah
sebenarnya Gunung Warna Tembaga nan Jaya, dan murnikan segala hal
yang anda rasakan dengan memandangnya sebagai wujud Sang Guru.
ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung
Dengan cara ini, semua penampilan akan muncul sebagai guru dan
deity. Semua yang anda lakukan akan menjadi hal yang positif. Seperti
kata Jetsun Mila:
416
Lagipula, begitu anda masuk Mantra Rahasia Vajrayana, adalah penting
untuk menerima inisiasi yang matang dan membebaskan. Mereka mem-
perbaiki pelanggaran dan samaya yang rusak, dan memungkinkan anda
untuk merenungkan semua jalan dari tahap pengadaan, tahap kesempurna-
an dan Kesempurnaan Agung. Mereka mencegah rintangan-rintangan dan
kesalahan untuk timbul, dan membuat semua pencapaian anda berkem-
bang semakin dalam. Dikatakan bahwa:
dan juga:
Inisiasi yang kita terima ketika kita pertama kali diperkenalkan pada
mandala oleh Guru Vajra yang sejati adalah inisiasi dasar. Inisiasi
rangkap empat yang kita ambil sendiri ketika kita berlatih Guru Yoga,
tanpa tergantung pada siapa pun atau yang lainnya, adalah inisiasi jalan.
Dua jenis inisiasi batin yang kita peroleh pada saat memperoleh hasil
tertinggi, yang disebut "inisiasi berkas cahaya besar" dan "inisiasi
kedalaman dan cahaya yang tak terpisahkan" di mana kebuddhaan yang
sempurna dan menyeluruh bermanifestasi adalah inisiasi hasil.
Inisiasi-inisiasi ini memiliki tiga sifat mendalam yang tak terbayang-
kan: mereka memurnikan, menyempurnakan dan mematangkan. Ketika
anda sedang melakukan latihan utama, adalah merupakan suatu kekeliruan
kalau tidak disertai pendahuluan yang mana pun, dan ketika anda sedang
bermeditasi pada latihan seperti tahap pengadaan atau tahap kesempurnaan,
adalah sangat penting selalu mulai tiap sesi dengan mengambil inisiasi
jalan dengan cara Guru Yoga.
Siapa pun yang pengabdian dan samayanya murni sepenuhnya dan
yang menyelesaikan Guru Yoga, bahkan tanpa melakukan latihan utama,
akan terlahir di Gunung Agung Benua Barat Daya. 255 Di alam Buddha
yang murni tersebut, mereka akan menjalani jalan dari empat tingkat
Vidyadhara dan mencapai tingkat Samantabhadra bahkan dengan lebih
cepat dibanding gerakan matahari dan bulan.
255
Nama lain Gunung Warna Tembaga, alam suci Guru Padmasambhava.
417
III. SEJARAH DATANGNYA DOKTRIN TERJEMAHAN LAMA
257
Gunung Malaya berada di Srilangka, tempat Sang Buddha membabarkan Sutra
Lankavatara.
258
Lima yang Mulia: 1. Dewa Yasasvi Varapala; 2. Naga Taksala; 3. Yaksa Ulkamukha; 4.
Raksasa Matyaupayika; dan 5. Vimalakirti.
259
Padmasambhava.
419
tahap pengadaan, tahap kesempurnaan dan Kesempurnaan Agung satu
persatu dimunculkan sebagaimana yang telah diramalkan oleh-Nya.
260
Terdapat penjelasan rinci dalam Tantra Rangkuman Arti.
420
Tanpa permulaan dan tanpa akhir,
Aku tidak pernah mengingkari ikrarku;
Kini karena permintaan Tathagata,
Aku akan membentang pajangan gaibku.
261
Tib. mdo dgongs ‘dus, salah satu tantra Anuyoga yang ditulis oleh Matyaupayika.
262
Skt. Guhyagarbha; Tib. rgyud gsang ba’i snying po, merupakan tantra dasar Mahayoga.
263
Ketiga dewa Hindu yang utama. Pasupati adalah nama lain untuk Siva.
421
Keesokan harinya ia pergi menceritakan mimpi-mimpinya kepada
Kausika, raja para dewa, yang mengucapkan pujian ini:
Emaho!
Sekarang adalah waktu munculnya doktrin hati tanpa usaha!
Emanasi Buddha, Bodhisattva dari masa lampau, sekarang dan masa
depan,
Raja dari tingkat yang kesepuluh – anda akan menerangi seluruh
dunia.
Betapa suatu perhiasan yang menakjubkan bagi alam surga!
424
Puteri yang merasa heran akan hal itu menceritakan kepada ayah dan
para pengikutnya apa yang telah terjadi. Dipenuhi dengan keheranan,
ayahnya, sang raja, merasa gembira.
"Apakah hal ini menandakan datangnya seorang emanasi Buddha?" ia
bertanya.
Raja membuat banyak pesta dan upacara. Selama sembilan bulan,
meski puteri tidak memiliki tanda-tanda mengandung, namun ketika tiba
saat melahirkan, sebuah vajra bersudut sembilan meloncat keluar dari
hatinya, lalu lenyap dengan meninggalkan pada tempat tersebut seorang
anak yang bertandakan ciri-ciri utama dan ciri-ciri tambahan kebuddhaan,
sambil memegang sebuah vajra di dalam tangan kanannya dan satu
tongkat dari bahan yang berharga di tangan kirinya. Ia sedang membaca-
kan baris doa, mulai dari "Vajrasattva, seluas angkasa..." Setiap orang
gembira. Mereka membawanya kepada seorang brahmana yang benar-
benar mengenal cara membaca tanda-tanda. Dengan sangat heran dan
kagum, sang brahmana menyatakan bahwa anak tersebut adalah
manifestasi nirmanakaya yang akan memegang ajaran kendaraan tertinggi.
Karena semua orang sangat bahagia dan ia memegang sebuah vajra,
mereka memanggilnya Garab Dorje, yang berarti Vajra Kebahagiaan
Tertinggi. Karena semua orang sangat gembira, mereka juga memanggil-
nya Vajra Sukacita. Dan karena mereka dipenuhi dengan ketawa, mereka
juga menyebutnya Vajra Tertawa.
Ketika Garab Dorje naik takhta, Vajrapani datang sendiri dan memberi-
nya secara lengkap inisiasi langsung dengan cara penuangan Sang
Penakluk dan inisiasi lainnya. Dalam sesaat, ia mentransmisikan kepada-
nya juga semua tantra dan sari instruksi, seperti dua puluh ribu jilid dari
Sembilan Permukaan nan Luas 266 dan sebagainya, dan mengukuhnya
sebagai pemegang ajaran. Ia menunjuk pelindung-pelindung yang setia
sebagai rekan-rekannya untuk melindungi doktrin. Dengan berdasarkan
doktrin tanpa upaya Atiyoga, dalam seketika Garab Dorje mencapai
kebuddhaan.
Pada waktu itu, di negeri suci India, brahmana Sukhapala dan istrinya
Kuhana melahirkan seorang putra, seorang emanasi Manjusri yang mulia.
Anak brahmana tersebut bernama Sarasiddhi, yang juga dikenal sebagai
Samvarasara. Kemudian ia menjadi seorang bhiksu dan pemimpin dari
lima ratus pandita dan menerima nama Guru Manjusrimitra.
266
Tib. klong dgu, Sembilan sub divisi dari Bagian Hamparan Luas (klong sde) dalam ajaran
Dzogchen.
425
Dalam suatu penampakan, Manjusri yang mulia mengatakan kepada-
nya, "Pergilah ke sebelah barat ke negeri Uddiyana. Di tepi Danau Kutra,
ada suatu tanah yang sangat luas yang disebut Tempat Emas Mahahe. Di
tengahnya ada suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di sana tinggallah
manifestasi nirmanakaya yang bernama Garab Dorje. Ia adalah emanasi
Vajrasattva. Ia memegang doktrin tanpa upaya dari semua Buddha, dan
semua Buddha sudah memberi inisiasi kepadanya. Pergilah kepadanya
dan mintalah hakikat ajaran yang mengagumkan, Dharma yang dikenal
sebagai Atiyoga yang ia pegang, dan dengan mana kebuddhaan dapat
dicapai tanpa upaya. Anda harus menjadi penyusun ajarannya."
Manjusrimitra berkata kepada rekan-rekan panditanya, "Di sebelah
barat, di negeri Uddiyana, ada seorang guru yang mengajarkan suatu
doktrin di luar prinsip sebab dan akibat. Kita seharusnya pergi dan menga-
lahkannya dengan logika."
Mereka membahas hal tersebut dan sebanyak tujuh orang dari mereka,
termasuk yang lebih tua Rajahasti, berpergian melalui jalan yang sulit
untuk mencapai Uddiyana. Tetapi tak peduli bagaimana sulitnya mereka
berdebat dengan Garab Dorje, apakah dalam ajaran yang berdasar pada
sebab ataupun yang berdasar pada akibat, ajaran Mantrayana Rahasia
bagian luar atau dalam, mereka tidak bisa mengalahkannya.
Manjusrimitra lalu bertanya kepada pandita-pandita lainnya, "Harus-
kah kita minta ajaran di luar prinsip sebab dan akibat milik manifestasi
nirmanakaya ini?"
Rajahasti yang lebih tua ingin meminta ajaran tetapi menyatakan: "Saya
tidak berani, oleh karena kita sudah menunjukkan kurang hormat kita
kepadanya."
Sebagian dari yang lainnya merasa bahwa mereka bisa meminta ajaran
karena mereka sekarang merasa yakin. Bersama-sama mereka memutus-
kan untuk mengaku kepada guru. Beberapa di antara mereka mulai
bernamaskara dan mengitarinya. Yang lain mulai menangis.
Manjusrimitra bersembah sujud di hadapannya, sambil berpikir:
"Dengan ucapan-ucapan polemik yang tak terkendali, saya sudah memper-
lakukan manifestasi nirmanakaya dengan kurang hormat. Saya mestinya
memotong lidah saya untuk menyatakan penyesalan saya.” Setelah
berpikir demikian ia mulai mencari pisau cukur. Tetapi Garab Dorje
mengetahui pikirannya.
"Anda tidak akan pernah memurnikan perbuatan anda yang jahat
dengan memotong lidah anda” ia berkata, "Susunlah suatu ajaran yang
426
jauh melampaui ketergantungan pada prinsip sebab dan akibat. Itu akan
memurnikan anda."
Semua pandita yang kurang akan karma yang perlu dan nasib baik
memohon diri. Tetapi Manjusrimitra menerima seluruh Dharma, mem-
peroleh realisasi spontan hanya dengan melihat isyarat dari guru. Untuk
membuat ajaran sempurna dan lengkap, Garab Dorje memberinya inisiasi
yang lebih lanjut dengan cara penuangan Sang Penakluk keseluruhan sari
instruksi, termasuk dua puluh ribu jilid dari Sembilan Permukaan nan Luas.
Adalah saat itu ia memberi nama Manjusrimitra kepadanya. Manifestasi
nirmanakaya Garab Dorje menuliskan arti dari perintah ini secara tertulis,
dan memberi Manjusrimitra ajaran berikut:
267
Tib. byang sems rdo la gser zhun.
427
dan sari instruksinya, dan ia memperoleh realisasi yang paling tinggi bebas
dari semua pemalsuan mental.
Dari Sri Simha, ajaran diturunkan kepada Buddha yang kedua dari
Uddiyana dan lalu kepada sarjana Jnanasutra, pandita besar Vimalamitra
dan penterjemah agung Vairotsana. Silsilah ini sampai pada titik ini
adalah silsilah lambang dari Vidyadhara.
268
Istana Yungbulakang: Istana pertama di Tibet, terletak di Kecamatan Shannan Kabupaten
Nêdong, adalah tempat tinggal Nyatri Tsenpo kira-kira seratus tahun sebelum Masehi.
428
1. Dharmakaya Samantabhadra 2. Sambhogakaya Vajrasattva
429
7. Vimalamitra 8. Guru Padmasambhava
430
13. Rigdzin Jigme Lingpa 14. Jigme Gyalwai Nyugu
431
Avalokitesvara berwajah sebelas yang disebut Cintamani, 269 yang
melambangkan tubuh Buddha; Sutra yang Disusun seperti Peti Permata270
dan Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud 271 yang melambangkan ucapan,
dan suatu kristal stupa setinggi satu hasta, melambangkan pikiran Buddha.
Inilah permulaan Dharma di Tibet.
269
Cintamani: Permata pengabul harapan.
270
Skt. Aryakarandavyuha sutra.
271
Skt. Saksipuranasudrakanama sutra.
272
Nama asli Wen-Cheng Kung-chu, putri kaisar T’ai-chung dinasti Tang. Dijemput ke Tibet
tahun 641.
273
Putri raja Nepal Amsuvarman, menikah dengan raja Tibet Songtsen Gampo pada tahun
623.
274
Skt. Ratnamegha-sutra, Tib. mdo sde dkon mchog sprin.
275
Kini dua dari rupang tersebut ada di Tibet, dua darinya ada di Nepal dan satu lagi ada di
India.
432
Kemudian, dengan meneliti arsip sejarah nenek moyangnya, ia
menyadari bahwa Dharma telah datang ke Tibet sejak pemerintahan Lha-
Thothori Nyentsen dan telah dimantapkan oleh Songtsen Gampo. Dengan
mengetahui bagaimana nenek moyang telah bekerja sepenuh hati demi
Dharma. ia merasa bahwa ia juga perlu mengabdikan dirinya untuk
menyebarkan doktrin tersebut. Setelah berkonsultasi dengan menteri
bidang agama, Go Pema Gungtsen, dengan trampil ia meminta pendapat
menteri-menteri lain, di mana mereka semua setuju untuk membangun
sebuah kuil. Waktu mencari seorang pandita untuk menyucikan tanah,
mereka bertanya kepada Nyang Tingdzin Zangpo yang tinggal di Samye
Chimpu, seorang guru yang paling dihormati raja.
Dengan penglihatan yang diperoleh dalam meditasi, Tingdzin Zangpo
mengetahui bahwa di Zahor, di timur India, hidup seorang khenpo276 yang
bernama Santaraksita 277 , anak dari raja Gomadeviya yang saleh. Ia
menyampaikan informasi itu kepada raja, dan khenpo tersebut diundang ke
Tibet untuk menyucikan lokasi kuil.
Dalam pembangunan kuil, perlu membuang semak belukar di tempat
yang bernama Aryapalo. Tetapi seekor naga jahat yang tinggal di tempat
tersebut mengetahui bahwa semak belukar tempat ia tinggal akan dibuang,
maka ia memanggil semua roh halus untuk membantunya. Dua-puluh-satu
genyen disertai oleh manusia dan bukan manusia berkumpul bersama-
sama dalam satu pasukan. Pada waktu malam hari iblis-iblis tersebut
merobohkan apa pun juga yang dibangun orang pada siang hari. Mereka
meletakkan semua tanah dan batu-batu kembali di mana mereka diambil.
Raja pergi ke khenpo tersebut dan meminta penjelasan. "Apakah karena
noda batin saya terlalu tebal, atau anda tidak memberkati lokasi tersebut?
Haruskah rencanaku tinggal tak terlaksana?"
"Meskipun saya sudah menguasai bodhicitta," jawab khenpo, "tetapi
para dewa dan iblis-iblis jahat tidak bisa ditundukkan dengan cara lunak
seperti ini. Hanya dengan cara-cara yang murka akan berhasil. Pada saat
ini di Bodh Gaya, India, ada seorang guru yang dikenal sebagai Terlahir
dari Teratai Uddiyana. Ia lahir secara gaib. Ia telah menguasai lima ilmu
pengetahuan dan menjinakkan kuasa jahat. Ia telah memiliki pencapaian
yang tertinggi dan yang umum. Ia menghancurkan roh-roh jahat, dan
dapat memerintah delapan jenis makhluk pelindung Dharma. Ia menak-
276
Khenpo: Kepala vihara.
277
Juga disebut sebagai Khenpo Bodhisattva, adalah seorang kepala Universitas Nalanda,
India, pengarang dari Ornament Jalan Tengah (Skt. Madhyamakalmkara-karika). Beliau
mentabishkan tujuh penguji menjadi bhiksu dan mendirikan Sangha di Tibet.
433
lukkan iblis-iblis dan membuat semua dewa dan roh jahat gemetar. Jika
anda mengundangnya ke sini, tidak ada iblis akan mampu menahannya,
dan semua keinginan anda akan terkabul."
"Tidakkah mustahil mengundang seseorang seperti itu?" tanya raja.
"Tidak," jawab khenpo, "Akan menjadi mungkin karena doa-doa yang
dibuat masa lampau. Dahulu kala di negeri Nepal, seorang wanita
bernama Samvari, putri peternak ayam, Sale, mempunyai empat putra278
dari masing-masing perkawinannya dengan seorang peternak kuda,
seorang peternak babi, seorang peternak unggas dan seorang peternak
anjing. Waktu mereka membangun stupa Jarung Khashor,279 mereka telah
berjanji untuk menyebarkan Dharma ke Tibet ..." Dan ia mengatakan
kepadanya kisah tentang bagaimana stupa Jarung Khashor telah dibangun
dan doa-doa yang dibuat waktu itu.
Raja mengutus Ba Trisher, Dorje Dudjom, Chim Sakyaprabha dan
Shubu Palgyi Senge ke India. Masing-masing mereka membawa satu
takaran bubuk emas dan satu bakul perhiasan emas. Mereka menjelaskan
kepada Guru bahwa ia diperlukan di Tibet untuk memberkati lokasi kuil.
Setelah memberi persetujuannya, Guru segera berangkat. Ia berhenti di
sepanjang jalan untuk mengikat kedua belas tenma, dua belas pelindung
perempuan, dua-puluh-satu genyen dan semua dewa dan iblis-iblis Tibet
pada sumpah-sumpah yang pasti.
Akhirnya ia tiba di Trakmar untuk menenangkan lokasi, dan di-
bangunlah Kuil Samye. Kuil tersebut mempunyai bangunan tengah berlin-
tai tiga yang dikelilingi dengan bangunan yang melambangkan empat
benua dan delapan sub-benua, matahari, bulan dan Pegunungan Besi yang
mengelilinginya. Khenpo Santaraksita, Acarya Padma dan Vimalamitra
melemparkan bunga-bunga tiga kali untuk penyucian dan terlihat banyak
tanda dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.
281
Keenam silsilah atau transmisi adalah Silsilah batin dari Sang Penakluk, Silsilah lambang
dari Vidyadhara, Silsilah pendengaran dari pudgala, Silsilah tertulis di perkamen kuning,
Silsilah menyegel dan mempercayakan kepada dakini dan Silsilah yang dikuatkan dengan
doa-doa. Sembilan silsilah adalah keenam silsilah di atas ditambah Silsilah aspirasi yang
diberdayakan, Silsilah suksesi resmi berdasarkan ramalan dan Silsilah berkah belas kasih.
282
Suatu wujud dari Avalokitesvara, kemungkinan mengacu pada Buddha Vajra.
435
Karena alasan ini, guru saya yang mulia 283 sering berkata: "Bagi
mereka yang dapat berlatih dan berdoa, guruku, Vajradhara, 284 raja dan
pelindung makhluk sebenarnya seorang Buddha yang sempurna. Saya
tidak mengatakan demikian hanya karena saya ingin memuji atau
menghormati-nya. Ia benar-benar adalah Vajradhara Sempurna yang
Agung, yang datang untuk memberi kebaikan kepada makhluk hidup
dalam wujud manusia biasa. Antara dia dan kalian di dalam silsilah ini,
tak ada seorang pun kecuali saya. Dan perihal saya, sejak saya pertama
kali berjumpa, saya sudah melakukan segala hal yang ia katakan kepada
saya. Saya sudah melayaninya dalam ketiga cara 285 dan belum pernah
melakukan apa pun yang menjengkelkannya, atau bahkan membuatnya
mengerutkan dahi. Dengan demikian anda dapat memastikan bahwa sama
sekali tidak ada degradasi samaya yang memudarkan rantai emas silsilah
ini. Arus berkah-nya berbeda dari yang lain."
283
Jigme Gyalwai Nyugu, guru Patrul Rinpoche, adalah salah satu murid utama Rigdzin
Jigme Lingpa.
284
Vajradhara (rdo rje 'chang) berarti "Pemilik vajra."
285
Lihat halaman 174.
286
Tib. nyi zla kha sbyor.
436
dan tahap kesempurnaan tanpa berlatih pendahuluan dengan baik adalah
seperti pepatah :
Saya melihat guruku yang baik hati sebagai seorang Buddha yang
sesungguhnya,
Tetapi karena sifat keras kepala saya, saya mengabaikan perintah-
nya;
Saya mengetahui bahwa semua makhluk ketiga alam adalah orang
tua saya,
Tetapi dengan perangai buruk, saya masih melecehkan teman
Dharma saya;
Berkati saya dan mereka yang memiliki karma buruk seperti saya,
Supaya dalam hidup ini dan semua kehidupan lainnya, kami dapat
Dengan rendah hati, disiplin yang tabah, pikiran dan perbuatan
yang luwes,
Mengikuti guru spiritual kami.
437
438
BAGIAN KETIGA
PHOWA
439
440
Phowa287, instruksi untuk
orang yang sedang dalam proses kematian:
Kebuddhaan tanpa meditasi
287
Phowa: Pemindahan kesadaran.
441
penuh pada jalan rahasia dari kemurnian awal trekcho, dan memindahkan
kesadaran mereka ke dalam bentangan yang luas dari dharmakaya.
Orang yang melatih cara phowa ini membayangkan saluran nadi tengah
sebagai suatu jalan, bindu dari kesadaran pikiran sebagai orang yang
berpergian, dan suatu alam Buddha yang penuh kebahagiaan sebagai
tujuan.
442
5. Phowa yang dilakukan untuk orang yang meninggal dengan kait
belas kasih
Meskipun begitu, siapa pun yang benar-benar mengenal saat yang tepat
untuk melaksanakannya, yaitu ketika nafas luar telah berhenti tetapi nafas
bagian dalam masih berlanjut, dapat melaksanakannya pada saat itu juga
jika mereka memiliki sedikit pengalaman tentang instruksi phowa. Hal
tersebut sangatlah bermanfaat untuk orang yang meninggal. Seperti
seorang pelancong yang ditempatkan di jalan yang benar oleh seorang
sahabat, hal tersebut mempunyai kekuatan untuk mencegah kelahiran
kembali di alam yang lebih rendah.
Phowa menjadi lebih sulit dilakukan ketika pikiran dan tubuh sudah
berpisah sepenuhnya. Dalam hal ini perlu seorang yogi yang dapat
menguasai pikiran sendiri dan dapat menemukan orang mati di alam bardo.
Adalah mudah untuk mempengaruhi seseorang yang tidak lagi memiliki
tubuh fisik, dan dengan dilaksanakan oleh yogi seperti itu, pemindahan
dari alam bardo itu sendiri memiliki kekuatan untuk mengirim kesadaran
makhluk tersebut ke alam suci. Namun sungguh tidak ada artinya untuk
mengata-kan bahwa pemindahan dapat dilaksanakan dengan memanggil
kesadaran kembali ke tubuh setelah meninggal.
Banyak orang sekarang ini, adalah Lama-lama atau tulku 288 yang hanya
memiliki nama besar yang melakukan praktek phowa. Jika mereka
melaksanakannya dengan belas kasih dan sama sekali tanpa mementing-
kan diri sendiri, ada kemungkinan mereka benar-benar dapat membantu
orang-orang yang sudah meninggal dengan tidak menimbulkan rintangan
288
Seseorang Lama yang terlahir kembali. Lama-lama seperti itu biasanya dianggap sebagai
manifestasi Bodhisattva yang agung.
443
dalam latihan selanjutnya bagi mereka sendiri. Ini hanya dimungkinkan
dengan motivasi bodhicitta. Tetapi siapa pun yang hanya mempraktekkan
hal tersebut demi keuntungan pribadi, yang hanya mengetahui bagaimana
melafal kata-kata, lalu mengambil seekor kuda atau barang-barang
berharga sebagai pembayaran, adalah sungguh tercela.
444
Adalah sungguh suatu kesalahan bagi mereka di dalam posisi Lama-
lama yang besar atau tulku untuk menerima persembahan atas nama orang
yang telah meninggal dengan hanya berpikir "Aku adalah orang yang
besar dan sebagainya," dan tidak menerapkan bodhicitta atau melakukan
doa-doa, ritual dan dedikasi dengan baik dan efektif. Meskipun seseorang
dikenali sebagai tulku penting sebagai reinkarnasi asli para guru besar
masa lampau, ia masih harus mempelajari bagaimana membaca lagi mulai
dari a b c seperti halnya orang-orang biasa. Tidaklah mungkin kiranya
mereka yang sudah melupakan seni membaca dari kehidupan mereka yang
sebelumnya namun masih ingat segala hal yang pernah mereka ketahui
tentang yoga-yoga dari tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
Saya heran mengapa mereka tidak berbuat yang lebih baik dengan
menghabiskan sedikit waktu pelatihan di dalam bodhicitta dan belajar
tentang praktek dan retreat, ketimbang berjalan kesana kemari mencari
persembahan begitu mereka dapat mengendarai kuda.
Sekarang akan diuraikan jenis phowa yang disebut "phowa biasa yang
menggunakan tiga pengandaian" atau "pemindahan kesadaran ke dalam
guru." Hal ini juga berhubungan dengan apa yang Tantra Pengakuan
Tanpa Noda 289 sebut sebagai "phowa dengan mengandalkan bunyi
lingkaran cahaya pada saat kematian." Praktek phowa semacam ini adalah
tidak perlu bagi mereka yang telah memiliki tingkat pencapaian yang
tinggi. Bagi mereka, seperti kata tantra:
Dan lagi
Mereka yang tanpa latihan yang cukup dapat diterima melalui phowa.
Dan:
Juga:
Oleh karena itu, instruksi mengenai jalan yang mendalam dari phowa
ini adalah jalan ke kebuddhaan tanpa meditasi, suatu jalan rahasia yang
bahkan dengan segera membebaskan seorang pendosa besar. Buddha
Vajradhara berkata:
Instruksi ini dibagi dalam dua bagian: yang pertama adalah latihan, dan
lalu praktek sesungguhnya.
292
Menurut Vajrayana, tubuh dianggap suatu mandala suci deity-deity, dengan melakukan
phowa sebelum waktunya akan menghancurkan mandala tersebut.
448
Peleburan kelima kesadaran indera telah dimulai, contohnya, ketika
lafalan para biarawan yang berkumpul di tempat meninggal anda hanya
berbunyi seperti bisikan yang kacau. Anda tidak bisa lagi membedakan
suku kata. Atau ketika anda mendengar suara orang berbicara seolah-olah
berasal dari tempat yang sangat jauh, dan tidak bisa lagi memahami kata-
kata yang diucapkan. Ini berarti kesadaran indera pendengaran anda sudah
berakhir. Kesadaran penglihatan anda berakhir ketika sebagai gantinya
melihat bentuk sebagaimana adanya, anda hanya dapat melihat suatu
bayangan yang kabur. Ketika pengalaman dari bau, rasa, dan sentuhan
yang demikian juga berakhir dan mencapai peleburan akhir mereka, inilah
saat di mana pengenalan instruksi harus diberikan. Saat ini guru
hendaknya menunjukkan sifat hakiki batin kepadanya. Jika ada seseorang
yang hadir yang dapat melafal sadhana phowa, ini adalah saat yang tepat
untuk melakukannya.
Lalu, ketika daging bagian dalam melebur ke dalam elemen tanah
bagian luar, anda mengalami suatu perasaan seperti jatuh ke dalam lubang
atau anda merasa berat, seolah-olah diremuk di bawah sebuah gunung.
Pada saat ini, kadang-kadang orang yang sekarat minta ditinggikan atau
bantalnya minta diangkat. Ketika darah melebur ke dalam elemen air di
luar, anda mengeluarkan air liur atau hidung anda mengalirkan ingus.
Ketika panas tubuh melebur ke dalam elemen api luar, mulut dan lubang
hidung anda terasa kering. Waktu sampai pada puncaknya, tubuh anda
mulai kehilangan panasnya. Kadangkala pada tahap ini uap muncul dari
atas kepala. Ketika nafas bagian dalam atau energi melebur ke dalam
elemen angin luar, berbagai energi anda, seperti energi naik, energi
diskresi, energi pemanas dan energi yang meresap seluruh tubuh, semua-
nya melebur ke dalam energi pendukung kehidupan. Menghirup menjadi
sulit. Bernafas ke luar menjadi terengah-engah, udara di paru-paru menja-
di kosong melalui tenggorokan. Kemudian semua darah di dalam tubuh
anda berkumpul bersama-sama di dalam saluran nadi kehidupan, dan tiga
tetesan darah menetes ke dalam pusat hati anda, berturut-turut satu demi
satu. Dengan tiga keluhan panjang, nafas luar anda tiba-tiba berhenti.
Pada saat itu elemen putih atau "sperma" yang anda terima dari ayah
anda bergerak dengan cepat ke bawah dari kepala anda. Sebagai tampak
luar keadaan ini, anda merasa sesuatu yang kira-kira bersifat putih, seperti
langit jernih yang diterangi oleh sinar bulan. Sebagai tanda bagian dalam,
anda mengalami kejernihan di dalam batin anda, dan tiga puluh tiga
macam pemikiran yang tidak baik berhenti. Keadaan ini disebut
"kejernihan."
449
Elemen merah atau "darah" yang anda terima dari ibu anda bergerak
dengan cepat ke atas dari daerah pusar anda. Sebagai tanda luar, anda
merasa melihat warna merah seperti langit bersih yang diterangi cahaya
matahari. Sebagai tanda dalam batin, anda mengalami kebahagiaan besar
di dalam kesadaran anda, dan empat puluh macam pemikiran nafsu
keinginan berhenti. Keadaan ini disebut "peningkatan."
Ketika elemen putih dan merah bertemu di dalam hati anda, kesadaran
anda masuk di antara mereka. Tanda luarnya adalah suatu persepsi
kegelapan seperti langit yang gelap gulita. Sebagai tanda bagian dalam
batin, kesadaran anda mengalami suatu keadaan tanpa pemikiran, dan anda
menjadi pingsan dalam kegelapan total ini. Ini disebut "pencapaian."
Kemudian kesadaran anda muncul untuk suatu saat yang singkat dari
keadaan lunglai tersebut ke dalam suatu pengalaman seperti langit yang
tidak dipengaruhi oleh ketiga kondisi-kondisi yang sebelumnya. 293 Ini
adalah munculnya "cahaya terang alaya." Jika anda dapat mengenali hal
tersebut sebagai sifat alami dan beristirahat di dalamnya, maka hal ini
disebut "phowa tingkat tinggi ke dharmakaya." Ini adalah kebuddhaan
tanpa melalui bardo apa pun.
Setelah titik tersebut, bardo dharmata dan bardo kelahiran kembali
menjadi semakin membentang, tetapi tahap-tahap tersebut tidak akan
diuraikan di sini karena mereka berhubungan dengan instruksi di latihan
utama.
293
Tiga kondisi: awan, kabut dan debu.
450
Berikut ini adalah langkah-langkah dari latihan utama phowa, yang
adalah sama apakah anda melatihnya ataupun menggunakannya di saat
kematian yang sesungguhnya.
3.1 Pendahuluan
Sadhana Phowa
ཨེ་མ་ཧོཿ རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་
འ�མས་ཞིངཿ
EMAHO RANG NANG LHUN DRUP DAG PA EMAHO Aku memanifestasi alam
RAB JAM ZHING kemurnian tak terbatas:
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་བདེ་བ་ཅན་�ི་ཞིངཿ
KOD PA RAB DZOG DE WA CHEN GYI ZHING Alam Sukhavati yang indah dan
sempurna;
རང་ཉིད་གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuh biasa saya menjadi Vajrayogini,
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI THOD Berwarna merah menyala, dengan satu
DZIN muka dan dua lengan yang memegang
pisau dan kapala,
453
ཞབས་གཉིས་འདོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་
མཁར་གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB JEN SUM NË KHAR ZIG Kedua kaki dalam gaya menari, ketiga
matanya menatap angkasa;
དེ་ཡི་ཁོང་ད�ས་�་ད�་མཿ
DE YI KHONG Ü TSA U MA Nadi tengah di tengah tubuh,
�ོམ་�་མདའ་�ག་ཙམ་པ་ལཿ
WOM TRA DA NYUG TSAM PA LA Kira-kira seukuran bambu anak panah,
�ོང་སངས་འོད་�ི་�་�་ཅནཿ
TONG SANG Ö KYI BU GU CHEN Kosong dan tembus pandang seperti
tabung cahaya,
ཡར་�ེ་ཚངས་�ག་གནས་�་ཧརཿ
YAR NE TSHANG WUG NË SU HAR Dengan ujung atas terbuka pada
Gerbang Brahma,
མར་�ེ་�ེ་འོག་�ག་པ་ཡིཿ
MAR NE TE OG ZUG PA YI Dan ujung bawah tertutup pada
anusnya;
�ིང་ཀར་ཚ�གས་�ིས་བཅད་པའི་�ེངཿ
NYNG KAR TSHIG KYÏ CHED PË TENG Di atas sekat pada posisi hati,
�ང་གི་ཐིག་ལེ་�ང་�འི་ད�སཿ
LUNG GI THIG LE JANG KYÏ Ü Di tengah bindu berwarna hijau muda,
རིག་པ་�ིཿ� ཡིག་དམར་པོར་གསལཿ
RIG PA HRIH YIG MAR POR SAL Terdapat kesadaran berupa huruf Hrih
merah menyala;
�ི་བོར་�་གང་ཙམ་�ི་�ེངཿ
JI WOR TRU GANG TSAM GYI TENG Kira-kira satu hasta di atas kepala,
སངས་�ས་�ང་བ་མཐའ་ཡས་ནིཿ
SANG GYË NANG WA THA YË NI Duduklah Buddha Amitabha,
མཚན་དཔེ་�ོགས་པའི་�ང་པོར་གསལཿ
TSHEN PE DZOG PË PHUNG POR SAL Bercahaya dalam tanda utama dan tanda
tambahan yang sempurna.
Lalu, dengan penuh rasa bakti dan kepercayaan, seluruh tubuh anda
merinding dan air mata mengalir dari mata anda, ulangi sebanyak mungkin
doa:
454
བཅོམ་�ན་འདས་དེ་བཞིན་གཤེགས་པ་ད�་བཅོམ་པ
CHOM DEN DË DE ZHIN SHEG PA DRA CHOM PA
ཡང་དག་པར་�ོགས་པའི་སངས་�ས་མགོན་པོ་འོད་དཔག་�
YANG DAG PAR DZOG PË SANG GYË GON PO Ö PAG TU
མེད་པ་ལ་�ག་འཚལ་ལོ། མཆོད་དོ་�བས་�་མཆིའོ།
MED PA LA CHAG TSHAL LO CHOD DO KYAB SU CHÏ
Lalu lafalkan doa yang berikut tiga kali secara penuh, mulai dari:
ཨེ་མ་ཧོ། གནས་རང་�ང་དོན་�ི་འོག་མིན་ན།།
EMAHO NË RANG NANG DON GYI OG MIN Emaho! Di alam Akanistha absolut yang
NA muncul dengan serta merta,
ཡིད་དད་བ�འི་འཇའ་�ར་འ�ིགས་པའི་�ོང།།
YID DED GYEI JA GUR TRIG PË LONG Dalam rangkulan pelangi keyakinan
sempurna,
�བས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་ནི།།
KYAB KUN DÜ TSA WEI LA MA NI Terdapat tempat perlindungan dengan
guru akar yang dikelilingi para guru
silsilah,
�་ཐ་མལ་མ་ཡིན་�ངས་མའི་�ས།།
KU THA MAL MA YIN DANG MEI LÜ Dalam penampilan tubuh jernih
bercahaya yang bukan tubuh biasa,
དཔལ་སངས་�ས་�ང་མཐའི་ངོ་བོར་བ�གས།།
PAL SANG GYË NANG THEI NGO WOR ZHUG Beliau merupakan esensi Buddha
Cahaya Tanpa Batas nan jaya.
ཡིད་མོས་�ས་ག�ང་བས་གསོལ་བ་འདེབས།།
YID MÖ GÜ DUNG WE SOL WA DEB Aku memohon dengan penuh hormat dan
keyakinan:
ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku
berhasil melakukan Phowa;
གནས་འོག་མིན་བ�ོད་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NE OG MIN DROD PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku aku
mencapai alam Akaniṣṭha;
455
ད�ིངས་ཆོས་�འི་�ལ་ས་ཟིན་པར་ཤོག།
Agar aku meraih kebuddhaan alam luas
JING CHÖ KÜ GYAL SA ZIN PAR SHOG
tubuh Dharmakaya.
Lakukan proses tersebut tujuh kali, dua puluh satu kali atau lebih,
sambil membayangkan Hrih (�ིཿ� ) di dalam hati anda dan mengulangi
"Hik!" seperti sebelumnya. Dalam tradisi-tradisi yang lain diucapkan
"Hik!" ketika kesadaran meloncat ke atas dan "Ka" ketika kembali turun ke
bawah, tetapi dalam tradisi ini, kita tidak membayangkan kesadaran turun
ke bawah.
456
dan berlatih teknik pelafalan Hrih dan pengeluaran sebanyak mungkin.
Sesudah itu, lafalkan tiga atau tujuh kali :
སངས་�ས་འོད་དཔག་མེད་ལ་�ག་འཚལ་ལོ།།
SANG GYË Ö PAG MED CHAG TSHAL LO Buddha Amitabha, saya bersembah sujud
di depan Anda;
ཨོ་�ན་པ�ྨ་འ�ང་གནས་ལ་གསོལ་བ་
འདེབས།།
ORGYEN PEMA JUNG NË LA SOL WA DEB Padmasambhava dari Uddiyana, saya
berdoa kepada Anda;
�ིན་ཆེན་�་བའི་�་མས་�གས་�ེས་�ང།།
DRIN CHEN TSA WEI LA MË THUG JË ZUNG Guru akar yang ramah, peganglah aku
dengan rasa kasihan Anda;
�་བ་བ�ད་པའི་�་མས་ལམ་�་�ོངས།།
TSA WA GYUD PË LA MË LAM NA DRONG Para guru akar garis silsilah, bimbinglah
saya di jalan;
ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Berkati saya agar saya dapat menguasai
jalan Phowa yang mendalam;
�ར་ལམ་འཕོ་བས་མཁའ་�ོད་བ�ོད་པར་�ིན་
�ིས་�ོབས།།
NYUR LAM PHO WË KHA JOD DROD PAR JIN Berkati saya agar jalan pintas Phowa ini
GYI LOB membawa saya ke alam dakini;
བདག་སོགས་འདི་ནས་ཚ�་འཕོས་�ར་མ་ཐག།།
DAG SOG DI NË TSHE PHÖ GYUR MA THAG Berkati saya dan yang lain, saat hidup
ini berakhir
295
Penemu harta spiritual (terma) pada abad keempat belas.
457
བདེ་བ་ཅན་�་�ེ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས༔
DE WA CHEN DU KYE WAR JING GYÏ LOB Agar kami bisa terlahir di alam
Sukhavati!
ཨེ་མ་ཧོ། ཤིན་�་ངོ་མཚར་འོད་དཔག་མེད་
མགོན་དང།།
EMAHO SHIN TU NGO TSHAR Ö PAG MED Emaho! Sungguh mengagumkan, Pelin-
GON DANG dung Amitabha,
�གས་�ེ་ཆེན་པོ་�ག་�ོར་མ�་ཆེན་ཐོབ།།
THUG JE CHEN PO CHAG DOR THU CHEN Avalokitesvara dan Vajrapani yang
THOB penuh kuasa,
བདག་གིས་�་གཅིག་ཡིད་�ིས་གསོལ་བ་
འདེབས།།
DAG GÏ TSA CHIG YID KYÏ SOL WA DEB Dengan pikiran terpusat saya memohon,
ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Berkatilah saya agar saya dapat
menguasai jalan Phowa yang mendalam;
བདག་སོགས་ནམ་ཞིག་འཆི་བའི་�ས་�ང་ཚ�།།
DAG SOG NAM ZHIG CHI WEI DÜ JUNG TSHE Ketika kehidupan saya dan yang lainnya
berakhir,
�མ་ཤེས་བདེ་ཆེན་འཕོ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NAM SHE DE CHEN PHO WAR JIN GYÏ LOB Agar kesadaran kami dapat pindah ke
alam Sukhavati!
296
Namcho :Kata Tibet yang berarti Dharma Angkasa.
458
Lafalkan dua baris terakhir “Agar kesadaran kami dapat pindah ke
alam Sukhavati! tiga kali. Lalu berlatih teknik pelafalan Hrih dan gerakan
naiknya seperti di atas.
Dua doa terakhir ini bukanlah bagian dari teks instruksi pada Hakikat
Hati yang Maha Luas297 dan tidak ditransmisi oleh Rigdzin Jigme Lingpa,
tetapi diturunkan melalui Dzogchen Rinpoche dan Gochen Rinpoche
kepada Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Beliau memiliki semua silsilah
tersebut. Guruku yang mulia juga pernah menurunkannya. Dodrup Chen
Rinpoche sebelumnya juga menerima warisan garis silsilah Kagyu untuk
instruksi phowa yang dapat ditelusuri sampai Gampopa. Oleh karena itu,
dalam kitab doa phowa yang disusun olehnya, ditemukan beberapa doa
yang disusun oleh Gampopa, meski doa-doa tertentu ini bukanlah
termasuk lafalan kebiasaan guruku sendiri. Setidaknya proses visualisasi
dalam tradisi-tradisi yang berbeda ini adalah tepat sama, maka tidak perlu
diragukan arus-arus instruksi tersebut dipersatukan untuk menjadi satu
sungai yang besar. Guruku yang mulia menerima beberapa kali dari
Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Dengan demikian, semua orang yang
menerimanya dari guruku dapat dikatakan juga sudah menerima instruksi
phowa tradisi Kagyu pada waktu yang sama, dan oleh karena itu diizinkan
untuk melafal doa-doa dari silsilah tersebut. Kedua doa ringkas tersebut di
atas kemungkinan adalah disusun oleh Dodrup Chen Ripoche, mereka
hanya berbeda sangat sedikit dari versi-versi lainnya, dan oleh karena itu
saya sudah menyalinnya ketika guruku yang mulia mengajarkannya.
Pada suatu ketika guruku sedang memberi transmisi tradisi phowa
Namcho dari Palyul. Ketika ia sedang melakukan phowa untuk suatu
kelompok orang, pada pengubahan lafalan “ketika waktu kematian kami
tiba" menjadi “ketika waktu kematian mereka semua ini tiba", sebagian
orang tidak menangkap kata yang diubah , “ ... mereka semua ini (di
nam)”, sehingga sekarang sebagian orang berkata “…. persepsi kehidupan
ini (dir nang) …,“ dan yang lain berkata “.... oleh karena itu (di ne) ....,
yang mana menurut saya keduanya adalah kurang benar.
Ketika anda sudah melatih latihan tersebut berulang kali dan tiba
waktunya untuk mengakhiri sesi anda, segellah ke dalam lima kaya yang
maha luas dengan mengucapkan “Phet!" (ཕཌཿ) 5 kali. Lalu beristirahat di
dalam sifat alami ketenangan hati dengan tidak membuat gagasan apa pun.
297
Kadang disingkat dengan kata Hakikat Hati. Tib. Longchen Nyingtik.
459
Sesudah itu bayangkan semua guru silsilah di atas kepala anda melebur
ke dalam tiga figur utama; lalu kedua Bodhisattva melebur ke dalam
Amitabha; Amitabha melebur ke dalam cahaya dan lalu melebur ke dalam
diri anda. Dengan segera anda membayangkan diri anda berubah menjadi
Buddha Pelindung Amitayus berwarna merah dengan satu muka dan dua
lengan. Kedua kakinya bersilang dalam postur vajra. Tangannya
beristirahat di dalam postur meditasi sambil memegang vas yang dipenuhi
dengan nektar kebijaksanaan dan kekekalan, dengan pohon pengabul
harapan sebagai tutupnya. Beliau mengenakan tiga belas macam
perhiasan sambhogakaya.
ཨ�་ཨ་མ་ར་ཎི་ཛ�་ཝ�ྟ་ཡེ་�་� �ྰ།།
Om Amarani Jivantiye Svaha
seratus kali atau dharani panjang umur dan mantra lainnya. Hal ini untuk
mencegah jangka waktu hidup anda dipengaruhi oleh latihan dan
melalui kebenaran yang saling bergantungan menghilangkan semua
rintangan yang mengancam. Doa panjang umur di bagian ini tidak
diperlukan jika anda melakukan phowa untuk seseorang yang sedang
sekarat atau orang yang telah mati, ataupun ketika anda melakukannya
pada saat kematian anda sendiri.
Kepala merasa nyeri; muncul suatu tetesan atau serum seperti embun
berwarna kuning;
Sepotong tangkai rumput dengan perlahan-lahan dapat disisipkan ke
dalamnya.
461
462
Kesimpulan
Instruksi ini berisi dua belas poin utama, di mana enam yang pertama
berhubungan dengan pendahuluan umum atau pendahuluan bagian luar:
298
Pendahuluan untuk "Jalan dan Hasil" latihan tradisi Sakya didasarkan pada ketiga macam
persepsi: persepsi tidak murni, persepsi campuran yang dialami oleh yogi-yogi melalui
latihan, dan persepsi murni.
299
Disingkat dari Hakekat Hati yang Maha Luas, Tib. Longchen Nyingtik.
300
Tib. ngo sprod; Ing. pointing out.
464
Dalam menulis instruksi-instruksi ini, dari semula saya tidak begitu
mempedulikan pertimbangan segi aesthetik dan kesusasteraan. Tujuan
utama saya hanyalah mencatat dengan jujur instruksi lisan guruku yang
mulia dengan cara yang mudah dipahami dan bermanfaat untuk batin.
Saya lakukan yang terbaik untuk tidak merusaknya dengan mencampur-
kan kata-kata atau ide-ide saya.
Pada peristiwa yang terpisah, guruku juga memberi banyak instruksi
khusus untuk menyingkap kesalahan-kesalahan yang tersembunyi, dan
saya sudah menambahkan apa pun juga yang dapat saya ingat di tempat-
tempat yang paling sesuai. Janganlah pergunakan mereka sebagai jendela
untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi pakailah
sebagai cermin untuk memeriksa kesalahan sendiri. Perhatikan dengan
saksama diri anda, apakah anda menemukan kesalahan-kesalahan yang
tersembunyi ini. Jika anda menemukannya, kenali dan buanglah mereka.
Koreksi pikiran anda dan mantapkan pada jalan yang benar. Seperti kata
Atisa:
466
Kata-kata yang baik ini seperti makanan yang dimasak dengan baik,
Dengan semua sekam khayalan ditampi pisah,
Mengandung poin-poin penting yang lezat dari latihan yang ter-
dalam,
Di dalam sari masakan instruksi berdasarkan pengalaman.
Kata-kata yang baik ini seperti seorang pengasuh anak yang ramah,
Bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang tersembunyi dan
mencabut mereka,
Dengan trampil menasihati mereka berkali-kali,
Hanya untuk menolong mereka memperbaikinya.
467
Teks-teks yang bersifat menjelaskan penuh dengan detil yang
berlimpah,
Tidak mudah cocok di dalam ruang pikiran yang terbatas;
Pandangan-pandangan filosofis yang tinggi dan doktrin-doktrin
yang dalam,
Sulit untuk dipraktekkan bagi intelek lemah di abad kemerosotan
kita.
Inilah alasan kenapa teks ini, yang dipadatkan dan mudah dipahami,
Suatu eliksir emas untuk diresapkan ke dalam lubang pikiran yang
sempit,
Sebuah lampu untuk menerangi kemuraman kecerdasan yang lemah,
Seperti seorang instruktur yang tenang, mengatakan arti yang benar
dengan jelas dengan caranya.
468
Buddha masa kini yang sesungguhnya, guru saya yang tiada
bandingannya.
469
Untuk selanjutnya, semoga dalam semua hidup saya di masa menda-
tang,
Menjadi pelayan guru saya yang sempurna dan semua yang mengi-
kutinya;
Menyenangkannya dengan melaksanakan apa pun juga yang ia
minta;
Semoga aku dipandu sebagai muridnya.
Panduan umum bagian luar dan bagian dalam pada Hakikat Hati yang
Maha Luas ini ditulis sebagaimana adanya sesuai kata-kata dari guru saya
yang tiada bandingannya. Ia muncul dari permintaan-permintaan yang
terus menerus dari Dronma Tsering, seorang murid yang rajin dan sangat
tertib, yang menyumbang ke dalam catatan saya beberapa catatan yang ia
miliki. Ia menulis segala hal yang bisa ia ingat, dan mendesak supaya saya
menulis suatu teks yang bersifat menjelaskan atas dasar catatan-catatan
tersebut yang telah direkamnya dengan setia dari ajaran-ajaran guru kami.
Lebih dari itu, Kunzang Thekchok Dorje, seorang tulku yang mulia dan
pewaris silsilah guruku yang mulia mengulangi permintaan yang sama dua
atau tiga kali bahkan menyediakan lembaran kertas untuk saya.
Kemudian Kushab Rinpoche Shenpen Thaye Ozer 301 - Penguasa
Dharma dari semua doktrin, yang terkemuka antara semua anak spiritual
yang memegang garis silsilah tradisi lisan guru yang mulia, pada
gilirannya mendorong saya dengan berkata bahwa saya harus mencatat
301
Salah satu pemegang silsilah utama Longchen Nyingtik.
470
kata-kata guru kami dalam gaya di mana ia mengajar mereka, yang dengan
demikian akan menolong kami semua untuk mengingatnya dan menghi-
dupkan kembali pengabdian kami. Saya juga didorong dan diilhami oleh
sejumlah saudara-saudara vajra yang terkasih, yang sangat baik kepada
saya seperti mata saya sendiri, dan yang pasti akan tinggal bersama dengan
saya seperti sumbu dan nyala api, sampai kami semua mencapai pencerah-
an sempurna.
Ini semua adalah asal-muasal dari pekerjaan ini, yang ditulis oleh
seseorang yang diberi nama Orgyen Jigme Chokyi Wangpo 302 oleh
Rigdzin Changchub Dorje, 303 perhiasan mahkota dari ratusan siddha yang
tidak ada taranya. Namun, di balik tambahan dari nama seperti itu,
sebenarnya ia hanyalah Si Abu yang Compang Camping, 304 orang kasar
dengan lima racun yang membara.
Teks ini diselesaikan di tempat retreat Rudam Orgyen Samten
Choling 305 dan lingkungan yang termasuk di dalamnya, di tempat yang
dikenal sebagai Istana Yamantaka yang megah – suatu tempat yang terhias
dengan baik sekali dengan semua kualitas kesunyian, di mana pohon-
pohon merendamkan daun-daun mereka dalam kehangatan alami sinar
matahari, selagi akar mereka meminum tetesan dingin nektar; di mana
semak belukar, cabang dan daun-daun, segala macam bunga dan buah-
buahan bertebaran dalam hiasan benang emas dan karangan bunga,
menyaring ambroisia dari senyum berseri dari Sang Mentari yang tampak
dari celah di antaranya ketika ia mengalir turun memuaskan hati mereka.
302
Orgyen Jigme Chokyi Wangpo adalah nama pribadi Patrul Rinpoche.
303
Changchub Dorje (1745-1821), juga dikenal sebagai Jigme Trinle Ozer, adalah Dodrup
Chen Rinpoche yang pertama, salah satu murid utama Jigme Lingpa.
304
Kata-kata untuk merendahkan diri.
305
Vihara Dzogchen.
471
Daftar Pustaka
2. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05
Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf
472