( WEI MO CING )
1
DAFTAR ISI
Bab I : Tanah Buddha
Daftar Kepustakaan
2
PRAKATA
Kami berlindung pada Hyang Buddha
3
Vimalakirti mengirim seorang sesepuh bernama Ratna-rasi bersama 500
putra para sesepuh di Vaisali, masing-masing membawa canopy1 untuk
dipersembahkan kepada Buddha sebagai tanda penghormatan. Sang Junjungan
kemudian menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk mengubah semua
canopy itu dan menjadikannya sebuah canopy raksasa, yang menutupi semua
dunia berikut para Buddha yang sedang membabarkan Dharma di 10 penjuru. Ini
menunjukkan keadaan tanah Buddha yang tak terbayangkan untuk mendorong
kaum Hinayana mengembangkan pikiran Mahayana yang tak terbatas guna
memenangkan ( mencapai ) tanah suci.
Setelah itu Ratna-rasi memuji Hyang Buddha dalam sebuah gatha yang
panjang sambil menambahkan bahwa ke-500 putera sesepuh telah memutuskan
untuk mencapai penerangan sempurna dan memohon agar Hyang Buddha
mengajarkan bagaimana mencapai tanah suci-Nya, langkah pertama ke arah
pencapaian tingkat penerangan mutlak.
Pada saat itu ajaran Hyang Buddha telah menimbulkan keraguan yang kuat
dalam pikiran Sariputra tentang ketidakbersihan tanah suci Buddha ini. Hyang
Buddha yang mengetahui pikirannya menekankan jempol kaki-Nya ke tanah,
sehingga dunia ini seketika berubah menjadi bersih dan murni dalam segala
keindahannya. Kemudian Beliau berkata kepada siswa-Nya, “Tanah Buddha-Ku ini
1
Canopy: semacam payung besar dari kain untuk menutupi panas / hujan dan sebagai hiasan.
4
selamanya murni dan bersih tetapi kelihatan kotor agar Aku bisa membimbing
manusia dengan kesadaran spiritual rendah menuju pembebasan.”
Bab III, menceritakan para Siswa Utama yang diperintahkan Hyang Buddha
untuk mewakili-Nya menjenguk Vimalakirti dan mereka semua menceritakan
pertemuan sebelumnya dengan Sang Upasaka, yang menunjukkan mereka tidak
pantas bertemu dengan-Nya lagi. Bab yang sangat menarik ini seharusnya dibaca
oleh semua siswa yang telah mempraktekkan Hinayana dalam usaha mereka
mencapai Nirvana relatif, agar melangkah lebih lanjut ke jalan Mahayana guna
mencapai Nirvana mutlak. Karena tujuan ajaran Vimalakirti dalam bab ini adalah
untuk mendorong para siswa ( Hyang Buddha ) dari tahap Sravaka agar
mengembangkan pikiran Mahayana guna mencapai penerangan sempurna.
5
Bab ini juga sangat penting bagi mereka yang belajar di jalan Bodhisattva,
karena mengajarkan apa yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh mereka.
Ini merupakan bab yang paling menarik dimana Vimalakirti berdiam diri
ketika ditanya oleh Manjusri tentang kesunyataan Dharma, yaitu keadaan
absolute dari ‘;yang demikian’ ( thusness ), yang berada di luar jangkauan kata
dan ungkapan. Hal tersebut telah mengundang berbagai komentar dan menjadi
bahan pembicaraan di semua vihara besar di Cina sejak Kumarajiva
menerjemahkan Sutra ini ke dalam bahasa Cina.
6
Bab VII mengajarkan praktek Mahayana untuk mencapai pembebasan tak
terbayangkan. Isinya adalah dialog yang sangat menarik antara dua Bodhisattva
agung, Vimalakirti dan Manjusri, di mana diajarkan cara yang tepat untuk
memandang makhluk hidup, yang secara fundamental itu khayal dan tidak ada (
anatman ), bagaimana menyesuaikan keadaan tidak ada itu dengan perilaku
Bodhisattva seperti penerapan 4 pikiran tak terhingga ( brahma-vihara: yakni
cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan batin ) tanpa
mengharapkan imbalan, penaklukan kelahiran dan kematian, memperoleh
dukungan dari kebajikan moril Tathagata dengan membebaskan semua makhluk
hidup dari kesusahan dan penyebabnya, dengan mempertahankan kesadaran
yang benar, dengan memperkenalkan yang tak-terlahirkan dan tak meninggal,
dengan cara pengendalian kejahatan agar tidak timbul dan memelihara kebajikan
agar tak berakhir, yang berasal dari tubuh yang tercipta karena keinginan, yang
disebabkan oleh diskriminasi yang timbul dari pikiran menyimpang, yang tadinya
berasal dari keadaan tanpa inti ( anatman ).
Jadi bab ini menerangkan bahwa untuk memasuki Jalan Buddha seorang
Bodhisattva harus melakukan tugas penyelamatan tanpa dinodai ketidaktahuan,
keangkuhan, dan kebanggaan di dalam dunia binatang, tanpa kejengkelan dan
amarah sewaktu muncul di dalam neraka, dan sebagainya. Dengan perkataan
7
lain, dia harus bebas dari semua diskriminasi sebagaimana dijelaskan didalam
text agar bisa memperoleh pikiran yang murni dan bersih.
Bab yang berisi dialog yang sangat menarik antara Vimalakirti dan Manjusri
ini, juga eksposisi terdahulu tentang kebebasan dari diskriminasi dalam gatha
yang panjang adalah terlalu panjang dan rumit untuk diringkas ke dalam prakata
yang singkat ini. Oleh karena itu pembaca dihimbau untuk mempelajarinya
dengan seksama untuk membebaskan diri dari noda akibat diskriminasi agar
dapat menempuh jalan penerangan dari semua Buddha. Akan tetapi
penghilangan diskriminasi hanya dimungkinkan melalui inisiasi kedalam
kesunyataan Dharma yang diterangkan sepenuhnya dalam bab berikutnya.
8
Bab XI, menceritakan Vimalakirti dan Manjusri bersama para siswa dan
Bodhisattva berangkat menuju taman Amravana untuk mengunjungi Hyang
Buddha yang sedang membabarkan Dharma di sana.
Dengan demikian tanah Buddha dapat dicapai oleh siapapun yang memiliki
pikiran murni dan bersih, yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna
dan menjalankan Mahayana sebagaimana diajarkan dalam Sutra penting ini.
Bab XIII menceritakan pujian Dewa Sakra ( penguasa Surga ke-33 ) terhadap
pembebasan tak terbayangkan yang diajarkan dalam Sutra ini dan ikrarnya untuk
melindungi semua orang yang percaya dan mempraktekkan Dharma ini, Hyang
2
Sebagaimana Vimalakirti mengajak Manjusri untuk mengunjungi dan melihat Sang Tathagata, Sang Buddha
sekarang mendesak Dia untuk mengajari para hadirin bagaimana cara memandang-Nya. Bab VII mengajarkan cara
yang tepat untuk memandang makhluk hidup dan Bab XII ini mengajarkan cara memandang Tathagata.
3
Vimalakirti memberikan manfaat yang besar dengan memperlihatkan alam Abhirati darimana Dia berasal kepada
hadirin, untuk menstimulir usaha mereka agar mencari penerangan sempurna.
9
Buddha memuji penghargaan Sakra yang tinggi terhadap Sutra ini, dari mana
penerangan semua Buddha bersumber.
Hyang Buddha mencela mereka yang lebih suka kata-kata muluk dan gaya
menyolok, dengan demikian meramalkan kebanyakan kaum terpelajar modern
dimana-mana yang tidak mau bersusah payah untuk menggali arti yang dalam
dari Sutra, melainkan hanya tertarik pada diskusi panjang lebar dan pembahasan
tak berguna ( steril ) yang hanya mempertajam diskriminasi serta menjauhkan
mereka dari penerangan sempurna.
Para pembaca yang sudah mempelajari Sutra Intan, Sutra Hati, Sutra
tentang Penerangan Sempurna dan Surangama Sutra yang kami sajikan,
dianjurkan untuk membaca Sutra yang merupakan pelengkap dan membantu
pembaca untuk lebih mengerti Dharma Mahayana.
10
BAB I
TANAH BUDDHA
Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang
berdiam di taman Amra di Vaisali bersama sejumlah 8.000 bhiksu agung.
Bersama mereka terdapat 32.000 Bodhisattva yang terkenal yang telah mencapai
semua kesempurnaan4, yang memberikan kebijaksanaan yang tinggi5. Mereka
telah menerima ajaran dari berbagai Buddha dan membentuk suatu benteng
pelindung Dharma. Dengan mempertahankan kemurnian Dharma, mereka
mampu mengeluarkan raungan singa ( untuk mengajar orang lain ), sehingga
nama mereka terdengar di 10 penjuru. Mereka tidak diundang tetapi datang ke
persamuwan untuk menyebarluaskan ajaran tentang Triratna dan meneruskannya
selama-lamanya. Mereka telah menaklukkan semua iblis dan mengalahkan aliran
sesat serta perbuatan, kata-kata dan pikiran mereka sudah murni dan bersih,
bebas dari ( 5 ) rintangan6 dan ( 10 ) ikatan7. Mereka telah mencapai ketenangan
batin8 dan memperoleh pembebasan tak terintangi. Mereka telah mencapai
konsentrasi yang benar dan keseimbangan mental, dengan demikian memperoleh
kemampuan berbicara tak terintangi. Mereka telah menyempurnakan semua ( 6 )
paramita; beramal ( dana ), disiplin ( sila ), kesabaran ( ksanti ), ketekunan ( virya ),
meditasi ( dhyana ), dan kebijaksanaan ( prajna ) berikut metode bijaksana dalam
mengajar ( upaya ). Sekalipun begitu realisasi ini bagi mereka tidak berarti ada
pencapaian apapun sehingga mereka selalu selaras dengan sifat dari anutpattika-
dharma-ksanti. Mereka mampu memutar Roda Dharma tanpa mundur lagi.
Mampu menginterpretasi ( sifat hakiki dari ) semua fenomena, mereka
mengetahui dengan baik akar pembawaan ( kecenderungan ) semua makhluk
hidup, melampaui mereka semua dan mencapai ketidak-gentaran. Mereka telah
4
Yaitu ke-6 paramita ( beramal, disiplin, kesabaran, ketekunan, ketenangan, dan kebijaksanaan ) dan ke-6
kekuatan transenden ( penglihatan dewa, pendengaran dewa, mengetahui pikiran semua makhluk hidup,
mengetahui semua bentuk kehidupan lalu diri sendiri dan makhluk lainnya, kemampuan untuk muncul dimanapun
sesukanya, memiliki kebebasan mutlak dan pengetahuan untuk mengakhiri arus tumimbal lahir ).
5
Yaitu kebijaksanaan Buddha.
6
Ke-5 rintangan batin adalah: nafsu, amarah, rasa kantuk, ketegangan / kegelisahan, dan keraguan.
7
Ke-10 ikatan adalah: tidak tahu malu, tidak ada rasa sungkan, iri / mengagumi, kekejian, rasa menyesal, lamban /
tumpul, tidak stabil, kemurungan, amarah, dan menyimpan dosa.
8
Yaitu tahap ke-7 dari tidak mengalami kemunduran dalam perkembangan Bodhisattva ke arah Ke-Buddha-an.
11
mengembangkan pikirannya melalui kebajikan dan kebijaksanaan yang
dipergunakan untuk menghiasi raut fisik-Nya yang tak tertandingi sehingga
dengan demikian melampaui semua perhiasan duniawi. Reputasi mereka
melebihi tingginya Gunung Sumeru. Keyakinan mereka yang mendalam ( pada
yang tak terciptakan ) tidak terhancurkan bagaikan intan. Kekayaan Dharma
mereka menerangi semua daratan dan menghujaninya dengan minuman dewa.
Ucapan mereka sangat luhur dan tak tertandingi. Mereka menerjunkan diri ke
dalam semua perbuatan duniawi tetapi memutuskan semua pandangan keliru
karena sudah terbebas dari semua dualisme dan telah menghilangkan
kemelekatan ( lama ). Mereka dengan tak gentar memberikan auman singa untuk
membabarkan Dharma, suaranya bagaikan guntur. Mereka tidak dapat dinilai
karena sudah di luar semua ukuran duniawi. Mereka telah mengumpulkan semua
kekayaan Dharma dan bertindak sebagai jurumudi ( yang ahli ). Mereka sangat
menguasai arti yang dalam dari semua Dharma. Mereka mengetahui dengan baik
keadaan mental dari semua makhluk hidup, tercipta dan musnahnya makhluk
hidup tersebut ( di dalam siklus kehidupan ). Mereka telah mencapai tahap
mendekati kebijaksanaan tertinggi yang tak terlampaui dari semua Buddha,
memperoleh 10 kekuatan tak-gentar ( dasa bala ) yang memberikan pengertian
sempurna9 dan ke-18 ciri yang berlainan dari seorang Buddha dibanding
Bodhisattva ( Avenika Dharma ).10 Sekalipun sudah terbebas dari ( kelahiran ) di
alam sengsara, mereka muncul di 5 alam fana sebagai tabib mulia untuk
menyembuhkan semua penyakit, memberikan semua pengobatan yang tepat di
dalam kasus masing-masing individu, dengan demikian memperoleh pahala
berlimpah untuk menghiasi tanah Buddha yang tak terhitung banyaknya. Setiap
9
Dasabala atau 10 kekuatan tak gentar yang memberikan pengetahuan lengkap tentang: 1, apa yang benar atau
tidak benar dalam berbagai keadaan; 2, karma dari setiap makhluk pada masa lalu, sekarang, dan yang akan
datang; 3, semua tahap pembebasan melalui dhyana dan Samadhi; 4, pembawaan baik dan jahat dari semua
makhluk; 5, pengetahuan dan pengertian dari setiap makhluk; 6, keadaan nyata dari setiap individu; 7, arah dan
konsekuensi dari segala hukum; 8, semua penyebab kematian dan tentang kebaikan dan kejahatan dalam
kenyataannya; 9, kehidupan sebelumnya dari semua makhluk dan tingkatan nirvana; dan 10, penghancuran segala
jenis ilusi.
10
Avenika Dharma atau 18 ciri-ciri tak tertandingi dari seorang Buddha: kesempurnaan atas tubuh ( perbuatan ),
mulut ( bicara ), dan batin ( pikiran ), seimbang terhadap semuanya, ketenangan, pengorbanan diri, keinginan
untuk menyelamatkan yang tak berhenti, usaha yang tidak mengendur, pikiran yang tak menyerah termasuk
kebijaksanaan di dalamnya, kekuatan untuk menyelamatkan, prinsip dari itu, mengungkapkan kebijaksanaan
sempurna dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, pengetahuan sempurna tentang masa lalu, sekarang, dan yang
akan datang.
12
makhluk hidup memperoleh manfaat yang besar dari bertemu dan mendengarkan
mereka, karena perbuatan mereka itu tidak pernah sia-sia. Demikianlah mereka
telah memperoleh semua kebajikan unggul.
Juga terdapat 12.000 penguasa surga yang datang dari 4 penjuru dan
mengambil tempat duduk dalam persamuwan.
Juga terdapat banyak bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang datang ke
persamuwan.12
11
Ke 8 kelompok makhluk spiritual yang selalu datang untuk menengarkan ceramah Buddha adalah: 1, naga; 2, roh
surgawi; 3, yaksha atau jin, yang tinggal di bumi, di udara, dan di surga yang lebih rendah; 4, gandharva, roh dari
gunung harum, disebut demikian karena mereka tidak minum arak atau makan daging, tetapi hidup dari dupa dan
mengeluarkan bau wangi; 5, asura atau titan; 6, garuda, atau burung mistik, ratu dari ras burung, musuh dari ras
ular dan kendaraan dari Wisnu; 7, kinnara, musisi dari Kuvera ( dewa kayangan ) dengan badan manusia dan
berkepala kuda; dan 8, mahoraga, setan yang berbentuk seperti Boa.
13
Demikianlah dengan dikelilingi oleh manusia tak terhitung jumlahnya yang
datang memberi hormat Hyang Buddha bersiap membabarkan Dharma. Bagaikan
Gunung Semeru yang menjulang dari lautan, Beliau duduk dengan tentram di atas
singgasana yang menghadap ke arah persamuwan ( yang berbentuk cembung ).
Seorang putra sesepuh ( grhapati )13 bernama Ratna-rasi maju bersama 500
putra sesepuh dengan membawa canopy yang dihiasi 7 macam permata untuk
memberi hormat dan persembahan kepada Beliau. Dengan menggunakan
kekuatan transenden-Nya Hyang Buddha mengubah semua canopy itu menjadi
satu canopy yang menutupi chiliocosmos besar14 berikut Gunung Semeru dan
semua pegunungan yang mengelilinginya, lautan, sungai, kali, matahari, bulan,
planet, dan bintang, istana dewa, naga, dan roh suci muncul di dalam canopy
mulia yang juga menutupi para Buddha yang sedang mengajarkan Dharma di 10
penjuru.
12
Pendeta laki-laki dan perempuan, umat laki-laki dan perempuan.
13
Grhapati: seorang sesepuh yang adil, tegas, dan jujur.
14
Suatu chiliocosmos besar ( tri-sahasra-maha-sahasra-loka dhatu ): Gunung Sumeru dan ke-7 benua, 8 lautan dan
jajaran pegunungan yang mengelilinginya membentuk 1 dunia kecil; 1.000 dunia kecil ini membentuk 1
chiliocosmos kecil; 1.000 chiliocosmos kecil ini membentuk 1 chiliocosmos medium; 1.000 chiliocosmos medium ini
membentuk 1 chiliocosmos besar, yang terdiri dari 1.000.000 dunia kecil.
14
Kakuatan Dharma-Mu melampaui semua makhluk dan
Menganugerahi mereka dengan kesunyataan hukum
Bila Dia membabarkan Dharma dengan suara yang sama, semua makhluk
memahaminya sesuai dengan kondisi mereka masing-masing
Dengan mengatakan Sang Bhagava berbicara dalam bahasa mereka
Ini merupakan salah satu dari 18 ciri khusus-Nya
“Ratna-rasi, perlu engkau ketahui bahwa pikiran yang lurus adalah tanah
sucinya Bodhisattva, karena bila ia mencapai ke-Buddha-an, makhluk yang tidak
munafik dan menipu akan terlahir di alam-Nya.”
“Pikiran Mahayana adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia telah
mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang mencari Mahayana akan terlahir di
alam-Nya.”
“Disiplin ( sila ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai
ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah memegang 10 larangan akan terlahir di
alam-Nya.”
18
“Ketekunan ( virya ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia
mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang rajin dalam melaksanakan
perbuatan baik akan terlahir di alam-Nya.”
“Ke-4 pikiran tak terhingga ( catvari apramanani )15 adalah tanah suci
Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang telah
mempraktekkan dan menyempurnakan ke-4 tak terbatas: cinta kasih, belas
kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan, akan terlahir di alam-Nya.”
“Ke-4 tindakan persuasif ( catur samgraha vastu )16 adalah tanah suci
Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang
memperoleh manfaat dari bimbingan-Nya yang bermanfaat akan terlahir di alam-
Nya.”
15
Catvari apramanani, ke-4 pikiran tak terukur atau tak terhingga dari Buddha: cinta kasih tak terbatas ( maître )
yang memberikan kegembiraan dan kebahagiaan; belas kasihan tak terbatas ( karuna ) untuk menyelamatkan dari
penderitaan; kegembiraan tak terbatas ( mudita ) karena melihat yang lainnya terbebaskan dari penderitaan; dan
keseimbangan tak terbatas ( upeksa ) yaitu mengangkat diri di atas emosi-emosi ini, atau melepaskan semua hal
seperti pembedaan antara teman dan musuh, dan sebagainya, dengan demikian menghapuskan semua
diskriminasi.
16
Catur-samgraha-vastu, 4 tindakan simpatik Bodhisattva: a) dana, memberikan apa yang diinginkan orang lain
untuk membimbing mereka agar mencintai dan menerima kebenaran; b) priyavacana, kata-kata manis, dengan
tujuan yang sama; c) arthakrtya, perbuatan bermanfaat bagi orang lain, dengan tujuan yang sama; dan d)
samanarthata, bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan orang lain untuk membimbing mereka ke arah
kebenaran.
17
Upaya kausalya: metode bijaksana trampil untuk membabarkan keadaan absolut dari penerangan yang tak
terungkapkan dan tak terlukiskan.
19
“Ke-37 tahap pembantu ke arah perkembangan ( bodhi-paksika-dharma )18
adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk
hidup yang telah mempraktekkan ke-4 tahap kesadaran dengan baik (
smrtyupasthana ),19 dan ke-4 usaha yang benar ( samyak prahana ),20 ke-4 langkah
ke arah kekuatan batin ( rddhipada ),21 ke-5 faktor kemampuan spirituil (
pancaindriani ),22 ke-5 kekuatan transenden ( panca balani ),23 ke-7 tingkatan
penerangan ( sapta bodhyanga ),24 dan 8 jalan mulia ( asta marga )25 akan terlahir
di alam-Nya.”
18
Ke-37 tahap pembantu ke arah penerangan ( bodhi-paksika-dharma ): ke-4 tahap kesadaran, ke-4 jenis
pengerahan usaha yang benar, ke-4 tahap ke arah kekuatan ajaib, ke-5 kemampuan spirituil, ke-5 kekuatan
transenden, ke-7 tingkatan penerangan, dan ke-8 jalan mulia.
19
Smrtyupasthana; ke-4 rangkap tahap kesadaran untuk melaksanakan prosedur 5 rangkap Hinayana guna
memenangkan pikiran yang terdiri dari perenungan: a) bahwa badan itu tidak bersih; b) perasaan selalu
menyebabkan penderitaan; c) pikiran itu tidak permanen; dan d) hal / benda itu tidak bebas dan tidak mempunyai
sifatnya sendiri. Prosedur 5 rangkap Hinayana untuk menghilangkan nafsu, kebencian, kepalsuan, egois, dan
kekacauan dari pikiran terdiri dari: meditasi atas: ketidakmurnian ( impurities ); welas asih; sebab-akibat; tidak
memihak / seimbang; dan menghitung pernafasan.
20
Samyak prahana, 4 usaha yang benar: menghentikan kejahatan yang ada, mencegah timbulnya kejahatan,
membangkitkan kebaikan, dan mengembangkan kebaikan yang sudah ada.
21
Rddhipada, 4 langkah ke arah rddhi atau kekuatan supernatural: konsentrasi intensif, usaha intensif,
mempertahankan posisi yang telah dicapai secara intensif, dan meditasi intensif pada prinsip-prinsip hakiki.
22
Panca indriani, ke-5 kemampuan spirituil: keyakinan, ketekunan, pikiran yang benar, konsentrasi, dan
kebijaksanaan.
23
Panca balani, ke-5 kekuatan dari: keyakinan, menghancurkan keragu-raguan; ketekunan, menghancurkan
kemalasan; pikiran yang benar menghancurkan kepalsuan; konsentrasi menghancurkan pikiran yang kacau dan
mengembara; dan kebijaksanaan menghancurkan kebodohan.
24
Sapta-bodhyanga, ke-7 tingkatan penerangan: membedakan yang benar dan salah; semangat; kegembiraan;
keentengan; kesadaran yang benar; ketenangan dan keseimbangan terhadap semua keadaan.
25
Asta marga, 8 jalan mulia: pandangan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang benar; perbuatan yang
benar; penghidupan yang benar; usaha yang benar; kesadaraan yang benar; dan meditasi yang benar.
26
Ke-8 keadaan menyedihkan dimana sangat sulit untuk bertemu seorang Buddha atau mendengar Dharma-Nya
adalah: didalam neraka sebagai setan kelaparan; sebagai binatang; di Uttarakuru, kontinen di sebelah Utara
dimana kehidupan itu agak nyaman dan orang-orangnya tidak mempunyai kesempatan untuk mendengarkan
Dharma; di surga kehidupan yang panjang, dimana kehidupan sangat panjang dan nyaman dan penghuninya tidak
20
“Memegang sila sambil menahan diri untuk mengeritik orang lain yang
tidak melakukannya adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-
Buddha-an negerinya akan terbebas dari orang-orang yang melanggar larangan.”
“Ke-10 perbuatan baik27 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia
mencapai ke-Buddha-an dia akan berusia panjang,28 dia akan kaya,29 dia akan
hidup suci,30 kata-katanya selalu benar,31 ucapannya halus,32 pengikutnya tidak
akan meninggalkannya karena suka mendamaikan / menengahi,33 bicaranya
selalu bermanfaat bagi lainnya,34 dan makhluk hidup yang terbebas dari rasa iri,
marah, dan pandangan yang tidak benar, akan terlahir di alam-Nya.”
pernah memikirkan Dharma; sebagai orang tuli, buta, dan bisu; sebagai filsuf duniawi yang meremehkan Dharma;
dan didalam masa antara 2 Buddha.
27
Yaitu tidak melakukan 10 kejahatan: membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, membicarakan orang lain,
bicara kasar, omong kosong, nafsu, amarah, dan pandangan sesat.”
28
Karena ia tidak membunuh.
29
Karena ia tidak mencuri.
30
Karena ia tidak berzinah.
31
Karena ia tidak berbohong.
32
Karena ia tidak berbicara kasar.
33
Karena ia tidak membicarakan orang lain / memecah belah.
34
Karena ia tidak beromong kosong.
21
“Oleh karena itu, Ratna-rasi, jika seorang Bodhisattva ingin memperoleh
tanah suci, dia harus membersihkan pikirannya dan karena pikirannya yang murni,
tanah Buddhanya menjadi murni.”
Pada saat itu Hyang Buddha menekankan jempol kaki kanan-Nya ke tanah
dan dunia ini mendadak dihiasi dengan ratusan dan ribuan permata langka dan
berharga dari chiliocosmos raya, seperti halnya tanah suci Buddha Ratnavyuha
22
yang dihiasi dengan pahala mulia tak terhitung, dimana para hadirin memuji
karena belum pernah terlihat sebelumnya; disamping itu setiap orang yang hadir
mendapatkan dirinya sedang menduduki satu teratai mulia.
Sewaktu tanah Buddha ( yaitu dunia ) ini muncul dalam kemurniannya yang
indah, ke-500 putera sesepuh yang datang bersama Ratnarasi mencapai
anutpattika-dharma-ksanti, dan 84.000 manusia mengembangkan pikirannya ke
arah penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ).
35
Ke-4 Kebenaran Mulia ( catvariarya-satyani ) adalah: pendritaan ( dukkha ), penyebabnya ( samudaya ),
pemusnahannya ( nirodha ), dan caranya ( marga ). Hal ini diajarkan oleh Sang Buddha kepada ke-5 orang teman
pertapa-Nya dan mereka yang menerimanya berada di tingkatan Sravaka.
23
BAB II
METODE MENGAJAR DENGAN BIJAKSANA ( UPAYA )
Di kota besar Vaisali hidup seorang sesepuh bernama Vimalakirti yang telah
memberi persembahan kepada Buddha yang tak terhitung banyaknya dan telah
menanam segala akar kebajikan, sehingga dengan demikian mencapai
‘anutpattika-dharma-ksanti.’ Kemampuan berbicara-Nya yang tak terintangi
memungkinkan-Nya untuk mengembara kemana-mana dengan kekuatan batin
guna mengajari orang lain. Dia telah dapat mengendalikan secara mutlak
pengaruh kebaikan dan kejahatan ( Dharani ) sehingga dengan demikian
memperoleh ketidak-gentaran. Demikianlah ia menaklukkan semua nafsu dan
iblis, memasuki semua pintu Dharma yang dalam kearah penerangan, unggul
didalam penyempurnaan kebijaksanaan ( prajna-paramita ) dan sangat mahir
dengan segala metode mengajar bijaksana ( upaya ), sehingga dengan begitu
memenuhi semua ikrar agung36 Bodhisattva. Dia mengetahui dengan baik semua
kecenderungan mental makhluk hidup dan bisa membedakan berbagai akar (
spirituil ) mereka. Dia telah menempuh Jalan Buddha cukup lama dan pikirannya
tak bernoda. Karena dia mengerti Mahayana, semua perbuatannya didasari oleh
pikiran yang benar. Sambil berdiam di dalam keagungan Buddha yang
menakjubkan, pikiran-Nya lapang bagai samudera. Dia dipuji oleh semua Buddha
dan dihormati oleh dewa Indra dan dewa Brahma. Karena telah bertekad untuk
menyelamatkan manusia, maka dengan cara bijaksana Dia menetap di Vaisali
untuk tujuan ini.
36
Contohnya ke-48 ikrar agung Buddha Amitabha.
37
Dia mempraktekkan dana paramita atau penyempurnaan beramal.
38
Dia mempraktekkan sila paramita atau penyempurnaan disiplin.
39
Dia mempraktekkan ksanti paramita atau penyempurnaan kesabaran
40
Dia mempraktekkan virya paramita atau penyempurnaan ketekunan.
24
menggunakan ketenangan untuk menghentikan pikiran yang bergolak;41 dan
menggunakan kebijaksanaan yang tegas untuk menaklukkan kebodohan.42
Sekalipun mengenakan jubah putih ( dari orang awam ) Dia mematuhi semua
peraturan Sangha. Sekalipun sebagai seorang perumah-tangga, Dia bebas dari
segala keterikatan didalam ke-3 alam; nafsu, wujud, dan tanpa wujud. Sekalipun
Dia menikah dan mempunyai anak, Dia sangat rajin mempraktekkan kehidupan
murni. Sekalipun sebagai perumah-tangga, Dia selalu menjaga diri dari urusan-
urusan keluarga ( menyepi ). Sekalipun mengenakan permata dan perhiasan, Dia
menghiasi tubuh-Nya dengan ciri-ciri spirituil43 yang agung. Sekalipun Dia makan
dan minum ( seperti orang lain ), Dia senang memasuki lautan meditasi.44
Sewaktu memasuki tempat perjudian Dia selalu mencoba menyadarkan dan
menyelamatkan orang-orang di situ. Dia menerima orang-orang dari aliran sesat
tetapi tidak pernah menyimpang dari keyakinan yang benar. Sekalipun
menguasai pengetahuan klasik ( duniawi ), Dia selalu berbahagia di dalam Buddha
Dharma. Dia dihormati oleh semua yang berjumpa dengan-Nya. Dia
mempertahankan kemurnian Dharma dan mengajarinya kepada orang tua
maupun muda.
41
Dia mempraktekkan dhyana paramita atau penyempurnaan meditasi.
42
Dia mempraktekkan prajna paramita atau penyempurnaan kebijaksanaan.
43
Ciri spirituil sebagaimana diungkapkan oleh praktek Dharma-Nya yang benar.
44
Yaitu rasa atau sensasi misterius yang dialami oleh seseorang yang mencapai ketenangan atau dhyana.
25
karena mengajari mereka bagaimana menahan diri. Bila berada di antara kaum
Brahmana Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka
bagaimana menaklukkan kebanggaan ( diri ) dan prasangka. Bila berada di antara
para pembesar / pejabat negara Dia termasuk yang paling disegani karena
mengajari mereka hukum yang benar. Bila berada di antara pangeran Dia
termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka kesetiaan dan berbakti.
Bila berada di lingkungan dalam istana Dia termasuk yang paling disegani karena
mengubah semua abdi / dayang kehormatan di situ. Bila berada di antara orang
awam Dia termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong mereka untuk
mengembangkan segala sifat bajik. Bila berada di antara Dewa Brahma Dia
termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong para dewa untuk mencapai
kebijaksanaan Buddha. Bila berada di antara dewa Sakra dan dewa Indra, Dia
termasuk yang paling disegani karena Dia mengungkapkan kepada mereka
ketidakkekalan ( dari segalanya ). Bila berada di antara Lokapala45 Dia termasuk
yang paling disegani karena Dia melindungi semua makhluk hidup.
45
Penjaga / pelindung dunia dan Dharma.
26
bayangan yang disebabkan oleh karma. Tubuh ini bagaikan pantulan suara karena
dibentuk oleh sebab dan kondisi. Tubuh ini bagaikan awan mengambang yang
berpencar setiap saat. Tubuh ini bagaikan kilat karena tidak bertahan sekejab-
pikiran-pun. Tubuh ini tidak berpemilik karena bagaikan bumi. Tubuh ini tidak
ber-ego karena menyerupai api ( yang membunuh dirinya sendiri ). Tubuh ini
tidak kekal bagaikan angin. Tubuh ini tidak manusiawi karena bagaikan air.
Tubuh ini tidak nyata dan keberadaannya tergantung pada ke-4 elemen. Tubuh
ini kosong karena bukan ego maupun obyeknya. Tubuh ini tak berpengetahuan
bagaikan rumput, pohon, dan tempayan. Tubuh ini bukan penggerak utama,
tetapi digerakkan oleh angin ( nafsu ). Tubuh ini tidak murni dan penuh
kekotoran. Tubuh ini palsu dan walaupun dicuci, dimandikan, diberi baju dan
makan akan menjadi lapuk dan mati pada akhirnya. Tubuh ini merupakan petaka
yang terikat oleh berbagai jenis penyakit dan penderitaan. Tubuh ini bagaikan
sumur tua karena diikuti oleh kematian. Tubuh ini tidak tetap dan akan
meningga. Tubuh ini bagaikan ular berbisa, musuh yang mematikan,
perkumpulan sementara ( tanpa realita dasar ), dibentuk oleh 5 skandha, 12 pintu
masuk ( ke-6 organ dan obyeknya ), dan 18 alam sensasi ( ke-6 organ, obyeknya,
dan persepsinya ).”
46
Yaitu: esensi tubuh spirituil Buddha, bebas dari kelahiran dan kematian, tidak berwujud dan berada di luar ke-3
alam nafsu, wujud, dan tanpa wujud.
47
Ke-6 kekuatan batin ( sadabhijna ): 1, mata dewa; 2, telinga dewa; 3, mengetahui segala pikiran makhluk hidup;
4, mengetahui semua bentuk kehidupan lampau sendiri dan makhluk lainnya; 5, kemampuan untuk muncul
dimanapun semaunya dan kebebasan mutlak; dan 6, pengetahuan atas penghentian arus kelahiran dan kematian.
48
Ke-3 waskita ( pandangan terang ) ke arah kondisi kematian diri dan makhluk lain di masa lalu, masa yang akan
datang, dan penderitaan kehidupan sekarang, agar bisa menaklukkan semua nafsu dan godaan.
27
penerangan; ketenangan, dan pengertian;49 ke-10 kekuatan Buddha ( dasa bala );
ke-4 jenis ketidak-gentaran ( fearlessness );50 ke-18 ciri Hyang Buddha yang tak
tertandingi; penghapusan semua kejahatan dan pelaksanaan semua perbuatan
baik; kejujuran dan kebebasan dari keteledoran dan kehilangan kendali.”
“Jadi Tubuh Tathagata dihasilkan oleh kemurnian dan kebersihan yang tak
terhitung jenisnya. Orang bajik, jika engkau ingin memperoleh Tubuh Buddha
agar terhindar dari semua penyakit makhluk hidup, engkau harus memutuskan
untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ).”
49
Yaitu samatha-vipasyana.
50
Ke-4 jenis ketidak-gentaran Buddha timbul dari maha tahu-Nya; kesempurnaan karakter; menaklukkan oposisi;
dan mengakhiri penderitaan.
28
BAB III
PARA SISWA
Vimalakirti bertanya dalam hati, mengapa Hyang Buddha yang sangat
welas asih tidak bersimpatik kepada-Nya yang sedang ‘terbaring’ sakit di tempat
tidur. Hyang Buddha mengetahui pikiran-Nya dan berkata pada Sariputra,
“Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.”
51
Sifat pasif sempurna di dalam Nirvana adalah tidak berguna jika seorang Bodhisattva melalaikan tugas
penyelamatan.
29
Vimalakirti muncul dan berkata, ‘Hai Maudgalaputra, bila engkau mengajarkan
Dharma kepada upasaka ini, janganlah mengajar dengan begini, karena apa yang
engkau ajarkan haruslah sesuai dengan Dharma mutlak yang bebas dari ( ilusi atas
) makhluk hidup; bebas dari kedirian karena hal itu berada di luar ego; bebas dari
kehidupan karena hal itu berada di luar kelahiran dan kematian; dan bebas dari
konsep bahwa manusia itu tidak berkesinambungan ( walaupun terlihat
berkesinambungan, seperti obor yang meliuk-liuk );52 selalu dalam keadaan diam
karena berada di luar fenomena ( yang berubah-ubah ); berada di atas wujud
karena tak berpenyebab; tak terungkapkan karena berada di luar kata dan
ucapan; tak dapat diterangkan karena berada di luar jangkauan intelek; tak
berwujud bagaikan ruang hampa; berada di luar sophistry53 karena immaterial;
tak ber-ego karena berada di luar ( dualitas ) dari subyek dan obyek; bebas dari
diskriminasi karena di luar kesadaran; tanpa bandingan karena berada di luar
semua relativitas; berada di luar penyebab karena tak berpenyebab; identik
dengan Dharmata ( atau sifat- Dharma, sifat hakiki dari semua hal / benda );
selaras dengan kemutlakan karena independen; berdiam di alam realitas mutlak,
yang berada di atas dan di luar semua dualitas; tidak tergerak karena tidak
terpengaruh oleh ke-6 obyek indera / sensasi; tidak datang maupun pergi karena
tidak berdiam di manapun; selaras dengan keadaan hampa, tanpa wujud dan
tanpa aktivitas,54 berada di luar keindahan dan kejelekan; tidak bertambah
maupun berkurang; berada di luar ciptaan dan kehancuran; tidak kembali ke
manapun; berada di atas ke-6 indera dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan
pikiran; tidak naik maupun turun, kekal dan tidak berubah, dan berada di luar
perenungan dan praktek’.”
‘Maudgalaputra, karena ciri atau sifat Dharma yang begitu, bagaimana itu
dapat diungkapkan ? Karena pengungkapannya berada di luar kata dan indikasi,
52
Vimalakirti mengetahui bahwa para pendengar memiliki kesadaran spirituil yang tinggi dan harus diajari realitas
mutlak. Akan tetapi Maudgalaputra mengikuti cara Hinayana mengajari mereka larangan ( sila ) agar terlahir di
surge dan dengan demikian menumbuhkan ide dewa atau makhluk hidup yang menikmati berkah di situ, diikuti
pandangan diskriminasi yang akan merintangi realisasi mereka atas Bodhi mutlak. Vimalakirti me-refer pada ke-4
ilusi dari ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan sebagaimana dibabarkan oleh Sang Buddha di dalam Sutra
Intan.
53
Sophistry: cara berpikir yang menyesatkan / tidak masuk akal.
54
Ke-3 gerbang ke arah Nirvana.
30
dan mendengarkannya berada di atas pendengaran dan pencerapan. Ini bagaikan
tukang sulap membabarkan Dharma kepada orang ilusi, dan engkau harus selalu
mengingat semua ini sewaktu membabarkan Dharma. Engkau harus tahu jelas
tentang akar atau pembawaan ( cerdas dan bodoh ) dari pendengarmu dan
memiliki pengetahuan ini agar terhindar dari berbagai rintangan. Sebelum
membabarkan Dharma, engkau harus menggunakan welas asihmu yang dalam (
terhadap semua makhluk hidup ) untuk memperkenalkan Mahayana kepada
mereka, dan berpikiran untuk membalas hutang budi ( mu ) kepada Hyang
Buddha dengan berusaha mempertahankan Tri Ratna ( Buddha, Dharma, dan
Sangha ) selama-lamanya.’
31
engkau harus menganggapnya hampa bagaikan ruang kosong. Sewaktu melihat
suatu wujud, engkau harus mengabaikannya. Sewaktu mendengar suara, engkau
harus menganggapnya ( tak berarti seperti ) gema. Sewaktu engkau mencium
bau, anggaplah itu sebagai angin ( yang tidak berbau ). Sewaktu engkau makan,
hindarilah dari membedakan rasa. Anggaplah semua sentuhan bagaikan engkau
sedang mencapai kebijaksanaan ( yang bebas dari perasaan dan emosi ). Engkau
harus tahu bahwa semua hal / benda adalah ilusi, tanpa sifatnya sendiri maupun
dari benda / hal lainnya, dan karena secara fundamental tidak berdiri sendiri,
dengan demikian bukan merupakan subyek penghancuran.’
56
Pembebasan di dalam 8 bentuk ( asta-vimoksa ): 1, pembebasan, sewaktu timbul nafsu subyektif dengan
memeriksa obyeknya ataupun atas semua hal / benda dan menyadari kekotorannya; 2, pembebasan, sewaktu
tidak ada nafsu subyektif melalui meditasi diam seperti di atas; 3, pembebasan dengan berkonsentrasi pada
kemurnian sampai mencapai suatu keadaan pembebasan permanen daripada semua nafsu; 4, pembebasan
dengan menyadari ketidak-terbatasnya ruang atau immaterialitas; 5, pembebasan dengan menyadari pengetahuan
tidak terbatas; 6, pembebasan dengan menyadari kekosongan; 7, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana
disitu tidak terdapat pikiran maupun kekosongan pikiran; 8, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana disitu
ada pemadaman akhir dari sensasi ( vedana ) dan konsepsi ( sanjna ). 1 dan 2 adalah pembebasan dengan
meenungkan ketidakmurnian dan 3 pada kemurnian.
57
Kebalikan dari 8 jalan mulia: 1, pandangan salah; 2, pikiran salah; 3, pembicaraan iseng / tidak benar; 4,
perbuatan menyimpang; 5, kehidupan / mata pencaharian menyimpang; 6, semangat palsu; 7, kesadaran salah;
dan 8, meditasi yang menyimpang.
32
“Yang Dijunjungi, sewaktu aku mendengar kata-kata-Nya yang belum
pernah kudengar sebelumnya, dalam pikiranku timbullah rasa hormat-Ku yang
dalam kepada semua Bodhisattva dan merenung, ‘Dengan kebijaksanaan dan
kemampuan bicara-Nya yang demikian, siapakah yang tidak akan
mengembangkan pikiran untuk mencari penerangan sempurna ?’ Sejak itu aku
telah menahan diri untuk mendorong orang mengikuti cara Sravaka dan Pacceka
Buddha. Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya.”
33
duniawi, sebagai seorang suci atau bukan; jika engkau menyempurnakan semua
Dharma tanpa memikirkan konsep tentang Dharma; maka engkau boleh
menerima makanan itu dan memakannya. Subhuti, jika tanpa bertemu dengan
Hyang Buddha dan mendengar Dharma, ke-6 guru aliran sesat Purana-kasyapa,
Maskarigosaliputra, Sanjayavairatiputra, Ajita-kesakambala, Kakudakatyayana,
dan Nirgrantha-jnatiputra,61 dipandang dengan seimbang sebagai gurumu sendiri,
dan sewaktu mereka menganjurkan orang yang ‘meninggalkan rumah’ kedalam
ajaran sesat, engkau juga mengikutinya, maka engkau boleh membawa pergi
makanan ini dan memakannya. Jika engkau ( tidak berprasangka terhadap )
terjatuh kedalam ajaran sesat dan menganggap dirimu tidak mencapai pantai
seberang ( dari penerangan ), jika engkau ( tidak berprasangka terhadap ) ke-8
keadaan menyedihkan dan menganggap dirimu belum terbebas darinya, jika
engkau ( tidak berprasangka terhadap ) kekotoran dan meninggalkan konsep
kehidupan suci; jika sewaktu engkau mencapai Samadhi didalam mana tidak
terdapat debat atau perselisihan, semua makhluk juga mencapainya; jika
penderma makananmu tidak dianggap ( dengan sepihak ) sebagai (
mengembangkan ) tempat menanam pahala, jika mereka yang memberikan
persembahan kepadamu ( juga dipandang dengan tidak memihak sebagai )
terjatuh ke dalam alam kehidupan sengsara; jika engkau ( dengan tidak memihak )
menganggap setan sebagai temanmu tanpa membedakan mereka maupun
bentuk-bentuk kekotoran lainnya; jika engkau merasa tidak puas dengan semua
makhluk hidup, menjelek-jelekkan Hyang Buddha, melanggar Hukum ( Dharma ),
tidak mencapai tingkatan suci, dan gagal mencapai pembebasan, maka engkau
boleh membawa pergi makanan ini dan memakannya.’62
61
Ke-6 tirthyas atau guru heterodox yang bertentangan dengan Sang Buddha.
62
Vimalakirti mengajari Subhuti untuk menghentikan pembedaandan mengabaikan dualitas, relatifitas, dan
pertentangan, untuk memahami sifat hakiki dari semua fenomena guna mengembangkan pikiran yang utuh dan
selaras dengan keesaan dari realitas mutlak.
34
Aku menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian Dia melanjutkan, ‘Semua hal / benda bersifat
ilusi dan engkau tidak usah takut terhadap apapun. Mengapa ? Karena kata-kata
dan ucapan adalah ilusi. Demikianlah semua orang bijak tidak melekat pada kata-
kata dan ucapan, itulah sebabnya mereka tidak takut terhadap apapun. Mengapa
? Karena kata-kata dan ucapan dari sifatnya tidak berdiri sendiri, dan bila engkau
bisa menghilangkannya, engkau terbebas. Pembebasan ini akan melepaskan
engkau dari semua ikatan’.”
63
Mata Dharma mampu menembus semua hal / benda untuk melihat kebenaran yang membebaskan makhluk
hidup dari tumimbal lahir.
35
bagaikan orang bura yang tidak bisa membedakan tajam dan tumpulnya akar
pembawaan makhluk hidup.’
36
/ benda secara basic bukanlah seperti yang terlihat, dan dengan begitu tidak bisa
merupakan subyek dari pemadaman, inilah yang dimaksud dengan Nirvana.’64
“Yang Dijunjungi, aku berdiam diri dan para dewa memuji Vimalakirti atas
apa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kemudian mereka
64
Hyang Buddha mengajarkan siswa-Nya untuk tidak menciptakan dualitas, relativitas, dan pertentangan yang
palsu semuanya untuk mencapai realitas mutlak. Karena manusia duniawi berpegang pada kekekalan,
kesenangan, realitas, ego, dan kehidupan. Hyang Buddha membicarakan kebalikannya untuk menunjukkan saling
ketergantungan dari ke-2 kutub yang tidak mempunyai sifat independen, tetapi Beliau tidak mengajari mereka
untuk berpegang pada ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, egolessness, dan nirvana. Mahakatyayana tidak
mengerti kedalaman ajaran Buddha dan di dalam pembicaraannya dengan para bhiksu dia berpegangan pada
nama-rupa seperti ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, keadaan tak ber-ego, dan nirvana; demikianlah
kekeliruannya seperti yang ditunjukkan oleh Vimalakirti untuk diperbaiki. Pembaca dipersilahkan me-refer ke
instruksi terakhir Patriarch ke-6 ( lihat Ch’an and Zen Teaching, third series, hal 91 ) dimana Hui Neng mengajari
siswanya untuk menghapuskan saling bergantungannya ke-2 kutub semua dualitas guna memahami pentingnya
‘arti’, yang merupakan tujuan Mahayana.
65
Aniruddha adalah salah seorang siswa utama Hyang Buddha yang terkenal paling unggul dalam mata dewa.
37
memberikan penghormatan dan bertanya kepada-Nya, ‘Adakah di dunia ini orang
yang memperoleh mata dewa sejati ?’66 Vimalakirti menjawab, ‘Hyang Buddha
telah memperoleh mata dewa sejati; Beliau selalu berada dalam keadaan samadhi
dan melihat semua tanah Buddha tanpa ( menciptakan ) dualitas ( dari mata
subyektif dan wujud obyektif )’.”
“Pada saat itu Vimalakirti muncul dan berkata, ‘Hai Upali, janganlah
memberatkan dosa mereka yang harus engkau hapuskan segera tanpa
mengganggu pikiran mereka. Mengapa ? Karena sifatnya, dosa adalah tidak di
dalam dan di luar; tidak pula di antaranya.67 Sebagaimana telah dikatakan oleh
Hyang Buddha, makhluk hidup menjadi tidak murni karena pikiran mereka yang
tidak murni; jika pikiran mereka murni, mereka semuanya murni. Dan pikiran juga
tidak di dalam dan di luar, tidak pula di antaranya.68 Demikian pikirannya,
demikian pula dosanya. Demikian juga semua hal / benda tidak keluar dari
kehakikiannya. Upali, bila pikiranmu sudah terbebaskan, apakah masih ada
66
Aniruddha belum mencapai mata dewa sejati yang tidak terselubung oleh ilusi wujud.
67
Karena dosa tidak mempunyai sifat independennya sendiri, dengan demikian tidak ada. Karena dosa timbul dari
perbuatan, apabila sudah tidak berbuat lagi, darimana timbulnya dosa ? Tentu yang sudah dilakukan akan
berakibat karma buruk, jika ingin dihapuskan atau dikurangi harus melakukan 7 persyaratan pengampunan dosa
dan banyak melakukan kebajikan.
68
Pikiran itu sebenarnya juga tidak ada dan siapa yang memahaminya mencerap sifat Buddhanya dan mencapai
ke-Buddha-an, sebagaimana diajarkan oleh Bodhidharma kepada bangsa Cina setibanya di situ.
38
tersisa ketidakmurnian ?’ Aku menjawab, ‘Tidak ada lagi.’ Dia berkata, ‘Demikian
juga pikiran dari semua makhluk hidup itu bebas dari ketidakmurnian. Upali,
pikiran khayal adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran khayal adalah
kemurnian. Pikiran menyimpang adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran
menyimpang adalah kemurnian. Kemelekatan pada ego adalah ketidakmurnian
dan tidak melekat pada ego adalah kemurnian. Upali, semua fenomena timbul
dan tenggelam tanpa bertahan ( sekejab ) bagaikan ilusi dan kilat. Semua
fenomena tidak menunggu satu sama lain dan tidak bertahan sekejab pikiran.
Semua fenomena itu berasal dari pandangan palsu dan bagaikan mimpi atau
nyala api, bulan di atas air, dan image di dalam cermin, karena terlahir dari cara
berpikir yang salah. Dia yang mengerti ini disebut pemegang disiplin sejati dan
dia yang mengetahuinya disebut interpreter mahir ( tentang sila ).’
Rahula berkata, “Yang Dijunjungi, aku tidak pantas untuk mengunjungi dan
menjenguk-Nya, karena pernah sekali, para putra sesepuh di Vaisali datang ke
tempatku, memberi hormat dan berkata, ‘Rahula, engkau adalah putra Hyang
Buddha dan meninggalkan tahta untuk mencari kebenaran; manfaat apakah yang
bisa diperoleh dari meninggalkan rumah ?’ Kemudian aku mengajarkan manfaat
39
dan pahala dari ‘meninggalkan rumah.’ Vimalakirti muncul dan berkata, ‘Hai
Rahula, engkau seharusnya tidak membicarakan manfaat dan pahala dari
‘meninggalkan rumah.’ Mengapa ? Karena ‘meninggalkan rumah’ tidak akan
memberikan manfaat maupun pahala. Hanyalah bila membicarakan ( cara hidup )
duniawi, engkau bisa berbicara tentang manfaat dan pahala. Karena
‘meninggalkan rumah’ itu di atas duniawi, dan yang transendental itu berada di
luar manfaat dan pahala. Rahula, ‘meninggalkan rumah’ itu berada di luar
keinian, keituan, dan di antaranya, di atas ke-62 pandangan yang salah.69 Dan
berdiam di dalam ( keadaan ) Nirvana. Hal itu dipuji oleh semua orang bijaksana
dan dipraktekkan oleh semua orang suci. ‘Meninggalkan rumah’ itu ( adalah )
menaklukkan semua iblis, pembebasan dari ke-5 alam kehidupan,70 memurnikan
ke-5 jenis mata,71 membantu pencapaian 5 kekuatan spirituil dan membentuk 5
kemampuan spirituil, melepaskan semua keluhan duniawi, menjauhi berbagai
kejahatan ( yang berasal dari pikiran campur aduk ), membebaskan dari
ketidakrealistisannya nama dan istilah, keluar dari lumpur ( pencemaran ),
melepaskan dari semua ikatan, menghapuskan dualitas subyek dan obyek dan
semua tanggapan dan gangguan, memberikan kegembiraan dari dalam,
melindungi semua makhluk hidup, berdiam dalam ketenangan dan menjaga diri
dari perbuatan salah. Jika semua ini bisa dicapai, ini barulah benar-benar
‘meninggalkan rumah’.”
40
adalah sangat jarang.73 Para putra sesepuh menjawab, ‘Aria Upasaka, kami
pernah mendengar Hyang Buddha berkata bahwa seseorang tidak dapat
‘meninggalkan rumah’ tanpa seizin orang tuanya.’ Vimalakirti berkata,’Ya,
memang begitu, tetapi engkau akan benar-benar ‘meninggalkan rumah’ saat
engkau mengembangkan pikiran yang ditujukan untuk mencari penerangan
sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi )’.”
“Pada saat itu ke-32 anak para sesepuh mengembangkan pikiran anuttara-
samyak-sambodhi. Itulah sebabnya aku tidak pantas untuk mengunjungi dan
menjenguk Vimalakirti.”
73
Masa sewaktu Sang Buddha berada di dunia ini.
41
menyembuhkan orang sakit ?’ Pergilah dengan diam-diam dan secepatnya dan
jangan sampai orang lain mendengar ucapanmu barusan. Ananda, perlu engkau
ketahui bahwa tubuh Tathagata adalah Dharmakaya dan tidak berasal dari ( ilusi )
pikiran dan nafsu. Hyang Buddha adalah Yang Dijunjungi ( Bhagavat ); Tubuh-Nya
berada di atas dan di luar ke-3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ) dan di luar
arus penderitaan tumimbal lahir. Tubuh Buddha adalah Transendental dan
berada di luar nasib. Bagaimana mungkin tubuh yang demikian menderita sakit’.”
“Yang Dijunjungi, kata-kata-Nya membuat aku malu dan aku bertanya pada
diriku apakah aku telah salah menanggapi perintah Hyang Buddha. Pada saat itu
terdengar suara di angkasa yang berkata, ‘Ananda, Sang Upasaka ini berbicara
sebenarnya, tetapi karena Hyang Buddha muncul di dalam 5 kasaya ( atau
periode kerusuhan di bumi )74 Beliau menggunakan metode ( bijaksana ) ini (
upaya ) untuk menyelamatkan makhluk hidup. Ananda, pergilah untuk meminta
susu sapi tanpa malu’.”
74
Ke-5 kondisi kerusuhan / kekeruhan: kerusuhan kalpa, kerusuhan pandangan, kerusuhan nafsu, kerusuhan
makhluk hidup, dan kerusuhan kehidupan ( lihat Surangama Sutra, hal 105 ).
42
BAB IV
PARA BODHISATTVA
Hyang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Maitreya, “Pergilah
mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.”
43
pencapaian ke-Buddha-anmu yang akan datang, semua makhluk hidup ( yang dari
sifatnya itu mutlak ) juga harus menerimanya Mengapa ? Karena apa yang
mutlak itu adalah tidak mendua dan berada di luar pembedaan. Jika kamu,
Maitreya, mencapai penerangan sempurna, demikian juga seharusnya semua
makhluk hidup. Mengapa ? Karena mereka adalah manifestasi dari Bodhi (
penerangan ). Jika engkau, Maitreya, mencapai Nirvana, mereka juga harus
mencapainya. Mengapa ? Karena semua Buddha mengetahui bahwa semua
makhluk hidup itu pada dasarnya berada dalam kondisi pemadaman kehidupan
dan penderitaan yakni nirvana, di mana tidak ada lagi pemadaman kehidupan
lebih lanjut. Oleh sebab itu, Maitreya, janganlah menyesatkan para dewa karena
sebenarnya tidak ada pengembangan pikiran Bodhi sempurna maupun
kemundurannya. Maitreya, daripada begitu seharusnya engkau mendorong
mereka menghindari pandangan diskriminasi tentang Bodhi ( penerangan ).
Mengapa ? Karena Bodhi dapat dicapai oleh bukan tubuh maupun pikiran.
Karena Bodhi adalah ketenangan dan pemadaman nafsu ( yaitu nirvana ) sebab
tidak terikat oleh semua wujud. Bodhi adalah tidak melihat, karena menjauhi
semua penyebab. Bodhi adalah tiada pembedaan, karena berhenti mengingat
dan memikir. Bodhi memutuskan semua ideasi, karena terbebas dari semua
pandangan. Bodhi meninggalkan penyimpangan karena mencegah pikiran yang
bertentangan. Bodhi menghentikan nafsu, karena menjauhi keinginan. Bodhi
adalah tidak menanggapi, karena menghapus semua kemelekatan. Bodhi
mengikuti ( sifat diri ), karena selaras dengan keadaan yang demikian. Bodhi
berdiam ( di dalam yang demikian ini ) karena bersesuaian dengan sifat Dharma (
atau Dharmata, sifat hakiki dari semua hal / benda yang tidak berubah ). Bodhi
menjangkau yang demikian ini, karena mencapai daerah realitas. Bodhi adalah
tidak mendua, karena menjauhi ( baik ) intelek maupun obyeknya. Bodhi adalah
tidak memihak, karena setara dengan ruang kosong yang tak terbatas. Bodhi
adalah keadaan tidak aktif karena berada di atas kondisi kelahiran, kehidupan,
dan kematian. Bodhi adalah pengetahuan sejati, karena membedakan kegiatan
mental dari semua makhluk hidup. Bodhi tidak menyatukan, karena terbebas dari
semua konfrontasi. Bodhi memisahkan, karena memutuskan hubungan dengan
semua kerusuhan ( klesa ) dari kebiasaan. Bodhi adalah sesuatu yang tidak dapat
ditentukan posisinya, karena berada di luar wujud dan bentuk, dan adalah
44
sesuatu yang tidak bisa disebut dengan nama, karena semua nama ( tidak
mempunyai sifat independen dan dengan demikian ) kosong. Bodhi itu bagaikan
keadaan tidak berpikirannya seorang manusia ilusi, karena tidak menerima
maupun menolak apapun. Bodhi berada di luar gangguan, karena selalu bersifat
tenang. Bodhi adalah ketenangan sejati, karena sifatnya yang murni dan bersih.
Bodhi adalah tidak menerima, karena menjauhi kemelekatan penyebab. Bodhi
adalah tiada membedakan, karena keseimbangannya terhadap semua. Bodhi
adalah tanpa bandingan, karena tak terungkapkan. Bodhi adalah luhur dan substil
/ halus, karena walaupun tidak mengetahui, mengetahui semuanya’.”
76
Bodhimandala, suatu lingkaran, tempat suci, atautempat penerangan, tempat di mana Sang Buddha atau
seorang Guru mencapai Bodhi; suatu tempat untuk mencapai kebenaran Buddha; suatu tempat untuk mengajar
atau belajar Dharma; suatu tempat di mana seorang Bodhisattva memunculkan diri atau terlihat oleh pemujanya,
misalnyaGunung O Mei di Cina Barat yang merupakan Bodhimandala bagi Bodhisattva Samantabhadra; Wu Tai San
di Cina Utara bagi Bodhisattva Manjusri; Pulau P’u T’o di lepas pantai Ning Po di Cina Timur bagi Bodhisattva
Avalokitesvara; Gunung Chiu Hua San bagi Bodhisattva Ksitigarbha; dan Ts’ao Ch’i di Kuang Tung, Cina Selatan bagi
Patriarch ke-6. Suatu vihara di mana seorang pendeta mendapat penerangan atas Dharma adalah suatu
bodhimandala.
45
karena memenuhi semua ikrar. Kesabaran ( ksanti ) adalah Bodhimandala karena
bisa menjangkau pikiran semua makhluk hidup. Ketekunan ( virya ) adalah
Bodhimandala karena bebas dari kelalaian / kelengahan. Ketenangan ( dhyana )
adalah Bodhimandala karena pikiran harmonisnya. Kebijaksanaan ( prajna )
adalah Bodhimandala karena membedakan semua hal / benda. Cinta kasih (
maître ) adalah Bodhimandala karena memperlakukan semua makhluk hidup
sama rata. Belas kasihan ( karuna ) adalah Bodhimandala karena kesabarannya
yang besar. Kegembiraan ( mudita ) adalah Bodhimandala karena menyenangkan.
Keseimbangan ( upeksha ) adalah Bodhimandala karena menghapuskan baik
cinta maupun kebencian. Efisiensi Transendental adalah Bodhimandala karena
menyempurnakan kesemua 6 kekuatan batin ( sadabhijna ). Pembebasan adalah
Bodhimandala karena mengabaikan segala kondisi fenomena. Cara bijaksana (
upaya ) adalah Bodhimandala karena mengajari dan mengubah makhuk hidup.
Ke-4 tindakan simpatik Bodhisattva adalah Bodhimandala karena mengumpulkan
dan menguntungkan semua makhluk hidup. Pengetahuan luas yang didapat dari
mendengarkan Dharma adalah Bodhimandala karena jika dipraktekkan
menghasilkan Penerangan. Pengendalian atas pikiran adalah Bodhimandala
karena persepsinya yang tepat atas segala hal / benda. Ke-37 tahap pembantu ke
arah Penerangan adalah Bodhimandala karena menjauhi semua kegiatan
duniawi. Ke-4 Kebenaran Mulia adalah Bodhimandala karena tidak menipu. Ke-
12 mata rantai ( penyebab ) kehidupan bersyarat77 adalah Bodhimandala karena
sifat hakikinya yang tak terhingga. Kerusuhan ( klesa ) adalah Bodhimandala
karena sifat hakikinya adalah realitas. Makhluk hidup adalah Bodhimandala
karena ( pada dasarnya ) tidak ber-ego. Semua hal / benda adalah Bodhimandala
karena hampa. Mengalahkan iblis adalah Bodhimandala karena tidak terganggu.
Ke-3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ) adalah Bodhimandala karena
secara fundamental mengarah ke tiada-tujuan-nyata. Raungan singa adalah
Bodhimandala karena ketidakgentarannya. Ke-10 kekuatan ( dasa bala ), ke-4
jenis ketidakgentaran, dan ke-18 ciri Buddha yang tidak tertandingi adalah
77
Ke-12 mata rantai ( penyebab ) kelahiran bersyarat ( nidana ); dari kebodohan menimbulkan kegiatan karma;
dari kegiatan karma kesadaran; dari kesadaran nama dan rupa; dari nama dan rupa ke-6 organ indera;
dari 6 organ indera kontak; dari kontak sensasi; dari sensasi keinginan; dari keinginan memegang; dari
memegang memiliki; dari memiliki kelahiran; dari kelahiran ketuaan dan kematian.
46
Bodhimandala karena tidak bercacat. Ke-3 waskita adalah Bodhimandala karena
bebas dari semua rintangan yang tersisa. Pengetahuan atas semua hal / benda
dalam sekejab pikiran adalah Bodhimandala karena menyempurnakan sifat maha
tahu ( sarvajna ). Demikianlah, putra keluarga baik,78 seorang Bodhisattva harus
mengubah makhluk hidup sesuai dengan berbagai cara penyempurnaan (
paramita ) dan semua tindakannya, termasuk mengangkat dan menurunkan
kakinya,79 haruslah diinterpretasikan sebagai berasal dari tempat penerangan (
Bodhimandala ); dia harus berdiam dengan demikian di dalam Buddhadharma’.”
“Dia berkata, ‘Bodhisattva, silahkan ambil ke-12.000 peri ini yang akan
melayanimu’.”
78
Suatu cara konvensionil untuk menyapa siswa Sang Buddha.
79
Cara bekerjanya suatu pikiran yang tidak membedakan mengungkapkan keunggulannya, dan ini biasanya
digunakan oleh guru meditasi C’han untuk menyadarkan siswa seniornya ke Dharma pikiran.
47
“Aku menjawab, ‘Sakra janganlah memberikan kepada seorang bhiksu
persembahan tidak bersih ini, yang tidak cocok untukku’.”
“Iblis itu menjadi ketakutan dan karena kuatir dipersulit oleh Vimalakirti,
mencoba menghilang, tetapi sekalipun sudah mencoba menggunakan kekuatan
batin, dia tetap tidak dapat lari. Tiba-tiba terdengar suara dari angkasa yang
berkata, ‘Iblis, berikan peri itu kepada-Nya dan engkau boleh pergi.’ Karena
takutnya, dia memberikan peri kepada Vimalakirti, yang berkata kepada mereka,
‘Iblis itu telah memberikan kalian kepadaku. Sekarang kalian bisa
mengembangkan pikiran yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna’.”
48
di dalam memegang teguh aturan disiplin ( sila ); bergembira di dalam kesabaran (
ksanti ); bergembira di dalam semangat yang tidak surut ( virya ) untuk menanam
semua akar kebajikan; bergembira di dalam ketenangan ( dhyana ) yang tak
terganggu ; bergembira di dalam menghapuskan semua pencemaran yang
menutupi kebijaksanaan tajam ( prajna); bergembira di dalam mengembangkan
pikiran penerangan ( bodhi ); bergembira di dalam menaklukkan semua iblis;
bergembira di dalam menghilangkan semua kerusuhan ( klesa ); bergembira di
dalam memurnikan tanah Buddha; bergembira di dalam memenangkan pahala
atas ciri fisik unggul; bergembira di dalam menghiasi Bodhimandala ( tempat suci
); bergembira di dalam ketidakgentaran untuk mendengar ( dan mengerti )
Dharma yang dalam; bergembira di dalam menjelajah ke-3 pintu sempurna
menuju nirvana ( yaitu keadaaan hampa, tanpa wujud, dan tidak aktif )
dibandingkan dengan imbangannya yang tidak utuh ( yang masih melekat pada
pengertian realisasi obyektif ); bergembira karena bisa berada di antara mereka
yang mempelajari Dharma yang sama, dan bergembira karena kebebasan dari
rintangan sewaktu berada di antara mereka yang tidak mempelajarinya;
bergembira di dalam membimbing dan mengubah manusia jahat dan berada
bersama dengan manusia bijaksana; bergembira di dalam keadaan kemurnian dan
kebersihan; bergembira di dalam mempraktekkan pembantu penerangan yang
tak terhitung. Semua ini adalah kegembiraan Bodhisattva di dalam Dharma’.”
“Kemudian iblis itu berkata kepada para peri, ‘Aku ingin kalian semua
kembali ke istana bersamaku’.”
“Para peri menjawab, ‘Sewaktu berada di sini bersama Sang Aria Upasaka,
kami menikmati kegembiraan di dalam Dharma; kami tidak lagi menginginkan ke-
5 jenis kesenangan duniawi’.”
49
“Vimalakirti menjawab, ‘Sekarang juga aku menyerahkan mereka semua
dan engkau boleh membawa pergi mereka agar semua makhluk hidup bisa
memenuhi ikrar mereka untuk mendapatkan Dharma’.”80
“Kemudian peri bertanya kepada Vimalakirti, ‘Apa yang harus kami lakukan
sewaktu berada di istana iblis ?’ “
“Putri dewa itu bersujud kepada Vimalakirti dan mengikuti iblis itu kembali
ke istananya; dan seketika itu mereka menghilang. Yang Dijunjungi, karena
Vimalakirti memiliki kekuatan batin, kebijaksanaan, dan kemampuan berbicara
yang demikian, aku tidak pantas menjenguk-Nya.”
80
Vimalakirti mengembalikan para peri kepada iblis itu untuk memenuhi keinginannya, dan menggunakan
kesempatan itu untuk mengajari mereka mengembangkan pikiran bodhi sempurna guna memenuhi ikrar-Nya
sendiri untuk membebaskan semua makhluk hidup. Jadi baik ikrar iblis itu maupun ikrar Vimalakirit terpenuhi,
itulah yang harus dilakukan seorang Bodhisattva dalam melakukan tugas penyelamatan.
50
Sudatta berkata, “Yang Dijunjungi, aku tidak pantas menjenguk-Nya.
Alasannya adalah; pernah sekali aku mengadakan pertemuan untuk upacara
memberikan persembahan kepada dewa dan juga kepada bhiksu, brahmana,
orang miskin, orang terlantar, dan pengemis, di rumah ayahku. Sewaktu
pertemuan itu berakhir 7 hari kemudian, Vimalakirti datang dan berkata, ‘Oh
putra sesepuh, suatu pertemuan untuk persembahan tidak seharusnya diadakan
dengan cara demikian; pertemuan itu seharusnya memberikan Dharma kepada
yang lainnya, mengapa hanya memberikan derma materiil ?’ ”
“Dia menjawab, ‘Ini berarti bahwa Bodhi berasal dari cinta kasih ( maîtri )81
terhadap makhluk hidup; penyelamatan makhluk hidup berasal dari belas kasihan
( karuna ); mempertahankan Dharma yang benar dari kegembiraan ( mudita );
kebijaksanaan dari keseimbangan ( upeksa );82 menguasai keserakahan dari
penyempurnaan beramal ( dana paramta ); berhenti melanggar larangan dari
penyempurnaan disiplin ( sila paramita ); keadaan tidak ber-ego dari
penyempurnaan kesabaran ( ksanti paramita ); penyerahan tubuh dan pikiran dari
penyempurnaan ketekunan ( virya paramita ); pencapaian penerangan dari
penyempurnaan ketenangan ( dhyana paramita ); pencapaian semua
pengetahuan ( sarvajna ) dari penyempurnan kebijaksanaan ( prajna paramita );
mengajari dan mengubah makhluk hidup timbul dari kehampaan; tidak menolak
kegiatan duniawi timbul dari keadaan tanpa wujud; kemunculan di dunia timbul
81
Disebabkan oleh cinta kasih tak terbatasnya seseorang terhadap semua makhluk hidup, maka ia mencari Bodhi
untuk menyelamatkan mereka.
82
Ini disebut ke-4 pikiran tak terukur / tak terhingga ( lihat juga hal .. ). Juga disebut 4 persamaan atau universal,
atau 4 perbuatan agung dari kehidupan murni yang menjamin kelahiran kembali di Brahmaloka atau surga wujud.
51
dari keadaan tanpa aktivitas;83 mempertahankan Dharma yang benar dari
kekuatan metode bijaksana ( upaya ); pembebasan makhluk hidup dari ke-4
kebajikan simpatik; penghormatan dan pelayanan kepada orang lain dari
ketetapan untuk menghapuskan keangkuhan; pelepasan atas tubuh, kehidupan,
dan kekayaan dari ke-3 tak terusakkan;84 ke ke-6 pikiran untuk direnungkan85
dari konsentrasi pada Dharma; ke-6 nilai dari harmoni saling menghormat di
dalam vihara86 dari pikiran yang lurus; perbuatan yang benar dari penghidupan
murni; kegembiraan di dalam pikiran murni dari bergaul dengan orang suci dan
orang bijak; tidak timbulnya kebencian terhadap orang jahat dari kontrol efektif
terhadap pikiran; melepaskan keduniawian dari pikiran yang luhur;
mempraktekkan sesuai dengan ajaran dari pengetahuan luas yang didapat dengan
mendengarkan ( tentang Dharma ), tiadanya perselisihan dari kehidupan yang
nyaman; pencarian kebijaksanaan Buddha dari meditasi; pembebasan makhluk
hidup terhadap ikatan dari praktek nyata; memperoleh semua ciri fisik unggul
untuk menghiasi Tanah Buddha dari karma keunggulan moril; pengetahuan atas
pikiran semua makhluk hidup dan pembabaran Dharma yang relevan kepada
mereka, dari karma pengetahuan yang baik; pengertian atas semua hal / benda
sepadan dengan tiadanya penerimaan maupun penolakan terhadapnya untuk
memahami keesaannya, dari karma kebijaksanaan; penghapusan semua
kerusuhan ( klesa ), rintangan dan kejahatan dari semua karma unggul;
pencapaian segala kebijaksanaan dan sifat bajik dari kondisi pendukung ke arah
penerangan. Putra keluarga baik,87 semua ini berkenaan dengan pemberian
Dharma. Seorang Bodhisattva yang menyelenggarakan pertemuan yang
83
Ini menunjukkan ke-3 pintu ke kota nirvana yang bisa dimasuki dengan bermeditasi pada keadaan hampa, yang
mengosongkan pikiran dari ide tentang diri dan orang lain; pada ( keadaan ) tanpa wujud yang menghapuskan
wujud atau keadaan luar; dan pada ( keadaan ) tanpa aktivitas yang mengakhiri semua kegiatan duniawi sambil
tetap muncul di dunia untuk menyelamatkan semua makhluk hidup.
84
Ke-3 tak terusakkan: tubuh tak terhingga, kehidupan tak berakhir, dan kekayaan spirituil tak terbatas.
85
Ke-6 pikiran untuk direnungkan: Buddha, Dharma, Sangha, larangan, beramal, dan surga berikut kebahagiaan
yang akan dinikmati.
86
Ke-6 nilai harmoni saling menghormat atau keseragaman di dalam vihara: keseragaman tubuh dalam bentuk
pemujaan; keseragaman bahasa dalam berdoa; keseragaman mental dalam keyakinan; keseragaman moral dalam
mematuhi larangan; keseragaman doktrin dalam pandangan dan interpretasi; dan keseragaman ekonomis dalam
komunitas barang, perbuatan, belajar, dan beramal.
87
Suatu tradisi untuk menyapa murid Buddha.
52
memberikan Dharma ini adalah seorang pemberi derma ( danapati ) yang besar;
dia juga merupakan tempat menanam pahala bagi semua dunia’.”
53
BAB V
MANJUSRI MENGUNJUNGI VIMALAKIRTI
Sang Buddha kemudian berkata pada Manjusri, “Pergilah Engkau
menjenguk Vimalakirti.”
Para Bodhisattva, siswa utama Sang Buddha dan Penguasa ke-4 surga yang
hadir berpikir, “Bilamana ke-2 Mahasattva bertemu, tentunya Mereka akan
membicarakan Dharma yang dalam.” Maka 8.000 Bodhisattva, 500 Sravaka, dan
ratusan dan ribuan dewa ingin mengikuti Manjusri.
54
tidaklah harus dihubungkan lebih lanjut ( dengan konsep ) meninggalkan.
Mengapa ? Karena sebenarnya tidak ada datang dari manapun maupun pergi ke
mana, dan yang terlihat itu tidak bisa merupakan ( suatu obyek ) penglihatan
lebih lanjut.89 Sekarang marilah kita kesampingkan ini semua. Upasaka yang
mulia, apakah sakitmu berat ? Apakah itu akan bertambah parah dengan
perawatan yang tidak benar ? Yang Dijunjungi telah mengirim aku untuk
menjengukmu dan mengharapkan kesembuhanmu. Aria Upasaka, dari manakah
penyakitmu timbul, telah berapa lama engkau mengidapnya, dan bagaimana
penyakit itu akan berakhir ?”
89
Yaitu tanpa dibelenggu oleh diskriminasi tentang kedatangan dan melihat.
55
Vimalakirti menjawab, “Kosong dari kehampaan itu sendiri.”90
Manjusri bertanya, “Di mana seharusnya ke-62 pandangan palsu itu dicari
?”
Vimalakirti menjawab, “Di dalam pikiran dari semua makhluk hidup.” Dia
melanjutkan, “Yang bajik juga telah bertanya, mengapa aku tidak memiliki
pembantu, nah, segala iblis dan orang sesat adalah pembantuku. Mengapa ?
Karena iblis menyukai ( keadaan ) kelahiran dan kematian yang tidak ditolak
seorang Bodhisattva, sedangkan orang sesat menyukai pandangan palsu di dalam
mana Sang Bodhisattva tetap tidak terpengaruhi.”
90
Yang dimaksud Manjusri; “Rumah-Mu kosong karena tanpa barang dan pembantu, tetapi tanah Buddha itu
kosong dari apa ?” Yang dimaksud Vimalakirti; “Di dalam keadaan ke-Buddha-an mutlak bahkan kebijaksanaan itu
tidak harus dipegang agar bisa mencapai kehampaan atas baik subyek maupun obyek.”
91
Yang dimaksud Manjusri; :karena semua hal / benda itu secara fundamental hampa di dalam tanah Buddha yang
mutlak, mengapa kebijaksanaan juga harus hampa agar bisa dibuat hampa sekali lagi ?”
56
Vimalakirti menjawab, “Ini bukanlah penyakit pada tubuh karena berada di
luar tubuh dan bukan penyakit pada pikiran karena pikiran itu bagaikan ilusi.”
Manjusri bertanya, “Dari ke-4 elemen, tanah, air, api, dan udara, yang
manakah yang sakit ?”
57
Vimalakirti menjawab, “Seorang Bodhisattva yang sakit harus berpikir
demikian, ‘Penyakitku bersumber dari pikiran menyimpang dan kekotoran ( klesa
) selama kehidupanku yang lalu tetapi tidak mempunyai sifat nyatanya sendiri. (
Oleh sebab itu ) siapakah yang menderita ? Mengapa begitu ? ( Karena ) sewaktu
ke-4 elemen bersatu untuk membentuk tubuh, yang duluan tidak berpemilik dan
yang belakangan tidak ber-ego. Selain itu, penyakitku bersumber dari
kemelekatanku pada ego; dengan demikian aku harus menghapuskan
kemelekatan ini.”
“Bila engkau mencapai persamaan ini engkau terbebas dari semua penyakit
tetapi masih ada tersisa konsepsi tentang kehampaan yang juga merupakan ilusi
sehingga juga harus dihapuskan.”
58
menyelamatkan semua makhluk hidup di dalam pikirannya ) dia tidak boleh
menghapuskan semua vedana untuk kepentingannya sendiri dengan pandangan
untuk mencapai nirvana hanya bagi dirinya. Menyadari bahwa tubuh ini
merupakan subyek penderitaan, dia harus memikirkan makhluk hidup di alam
kehidupan yang lebih rendah dan menumbuhkan belas kasihan ( terhadap mereka
). Karena dia telah berhasil mengendalikan pandangan palsunya, dia harus
membimbing semua makhluk hidup untuk mengendalikan pandangan mereka
juga. Dia harus mencabut penyakit ( pembawaan ) mereka tanpa ( berusaha )
menghapuskan dharma yang tidak ada ( external atau data indera ). Karena itu
dia harus mengajari mereka cara memutuskan sumber penyakit. Apakah sumber
penyakit itu ? Sumber penyakit adalah kemelekatan mereka. Apa yang
merupakan obyek kemelekatan mereka ? Obyek kemelekatan mereka adalah ke-
3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ). Dengan cara apa mereka harus
memutuskan kemelekatannya ? Dengan doktrin ( bahwa ) tidak ada sesuatu /
apapun yang bisa diperoleh, dan ( bahwa ) jika tidak ada yang bisa diperoleh,
maka tidak akan ada kemelekatan. Apa yang dimaksud dengan tidak ada
sesuatupun yang bisa diperoleh ? Artinya ( bahwa ) terlepas dari pandangan
ganda ( tidak ada apapun yang bisa diperoleh ). Apakah pandangan ganda itu ?
Itu adalah pandangan dari dalam dan luar yang lebih dari itu tidak ada suatu
apapun.”92
92
Diskriminasi dari dalam dan data indera dari luar: kedua-duanya tidak ada.
59
juga tidak nyata dan tidak berwujud.’ Tetapi sewaktu memikirkan demikian, jika
dia mengembangkan belas kasihan yang besar dengan pikiran yang tercemar oleh
kecintaannya ( yang memihak ) terhadap makhluk hidup,93 dia harus ( segera )
menghindari perasaan / pandangan palsu ini. Mengapa begitu ? Karena seorang
Bodhisattva harus menghapuskan semua penyebab luar kekotoran ( klesa )
sewaktu mengembangkan belas kasihan yang besar. Karena kecintaan ( ini ) dan
pandangan yang keliru ( ini ) akan menyebabkan keengganannya pada kelahiran
dan kematian. Jika dia bisa menjauhi kecintaan dan pandangan yang keliru ini dia
akan terbebas dari kebencian, dan di manapun dia terlahir, dia tidak akan
terganggu oleh cinta dan pandangan yang keliru. Kehidupannya yang akan datang
akan bebas dari rintangan dan dia akan mampu membabarkan Dharma kepada
semua makhluk hidup dan membebaskan mereka dari ikatan. Sebagaimana telah
dikatakan Hyang Buddha, sebenarnya tidak ada pembebasan bagi orang lain
selama seseorang masih terbelenggu oleh ikatan dan untuk membebaskan orang
lain hanya dimungkinkan bila dia sendiri telah bebas dari ikatan.”
“Oleh sebab itu seorang Bodhisattva tidak boleh mengikat dirinya ( dengan
pandangan yang keliru ). Apakah itu mengikat dan apakah itu melepaskan ?
Kemelekatan pada ketenangan ( dhyana ) adalah ikatan seorang Bodhisattva,
tetapi kelahiran kembali yang bijaksana ( untuk menyelamatkan orang lain )
adalah pembebasan dari ikatan. Selain itu, dia terbelenggu oleh kebijaksanaan
yang tidak didasari metode praktis ( upaya ), tetapi dibebaskan oleh
kebijaksanaan yang didukung metode praktis; dia ( juga ) terbelenggu oleh
metode praktis yang tidak dilandasi kebijaksanaan tetapi dibebaskan oleh metode
praktis yang didukung kebijaksanaan.”
“Apakah itu ikatan oleh kebijaksanaan yang tidak didukung metode praktis
? Yang dimaksud adalah sewaktu seorang Bodhisattva mempraktekkan
pengendalian dirinya sendiri ( melalui ke-3 gerbang ke nirvana, yaitu keadaan
hampa, tanpa wujud, dan tanpa aktivitas ) tanpa berusaha menghiasi tubuhnya
dengan ciri utama dan ciri tambahan, menghiasi tanah Buddhanya ( dengan
93
Di dalam Sutra Intan diajarkan bahwa seorang Bodhisattva di dalam menjalankan tugas penyelamatannya harus
menghindari konsep ( palsu ) atas diri, orang lain, makhluk hidup, dan usia. Yang dimaksudkan di sini adalah
menolong dan membebaskan makhluk hidup tanpa ikatan apa-apa.
60
pahala ) maupun membimbing makhluk hidup menuju kesempurnaan. Inilah
yang disebut ikatan oleh kebijaksanaan yang tidak didukung metode praktis (
upaya ).”
“Apakah itu ikatan oleh metode praktis yang tidak didukung kebijaksanaan
? Yang dimaksud adalah ikatan yang disebabkan kurangnya tekad seorang
Bodhisattva untuk menghindari nafsu, amarah, pandangan menyimpang dan
kekotoran ( klesa ) lainnya sewaktu menanam semua akar kebijaksanaan, yang
tidak dipersembahkan untuk pencapaian penerangan sempurna. Inilah yang
disebut ikatan oleh metode praktis yang tidak didukung kebijaksanaan.”
94
Di dalam Sutra Intan, Hyang Buddha bersabda, “Subhuti, menurut pendapatmu, apakah Bodhisattva menghiasi
tanah Buddha melalui tindakan morilnya ?” Subhuti menjawab, “Tidak, Yang Dijunjungi. Mengapa ? Karena itu
bukanlah hiasan nyata…” Sang Buddha berkata, “Subhuti, itulah sebabnya semua Bodhisattva dan Mahasattva
haruslah demikian mengembangkan pikiran murni dan bersih yang tidak boleh berdiam pada wujud, suara, rasa,
sentuhan, dan dharma ( hal / benda ). Mereka harus mengembangkan pikiran yang tidak berdiam di manapun.”
(Lihat Ch’an and Zen Teaching, First Series, hal 173 ). Di dalam Sutra yang sama Subhuti bertanya, “Mengapa
Bodhisattva tidak menerima imbalan atas perbuatan baik mereka ?” Hyang Buddha menjawab, “Bodhisattva tidak
boleh mempunyai keinginan dan kemelekatan sewaktu mereka mempraktekkan kebajikan bermanfaat; oleh sebab
itu mereka tidak menerima imbalan.”
61
“Manjusri, seorang Bodhisattva yang sakit haruslah memandang semua hal
/ benda dengan demikian. Selain itu, ia harus bermeditasi pada tubuhnya yang
tidak permanen, merupakan subyek penderitaan, tidak ada dan tidak ber-ego;
inilah yang disebut kebijaksanaan. Sekalipun tubuhnya sakit dia tetap berdiam di
( alam ) kelahiran dan kematian untuk keuntungan semua ( makhluk hidup ) tanpa
mengeluh; inilah yang disebut metode bijaksana ( upaya ).”
“Di samping itu dia harus bermeditasi pada tubuhnya yang tidak
terpisahkan dari penyakit dan bermeditasi pada penyakit yang melekat pada
tubuh, karena penyakit dan tubuh bukanlah baru maupun lama; inilah yang
disebut kebijaksanaan. Tubuh ini, sekalipun sakit tidaklah harus dihancurkan;
inilah yang disebut metode bijaksana ( untuk tetap berdiam di dunia guna
melakukan penyelamatan ).”
95
Dia tidak seharusnya mencari maha tahu-nya Buddha sebelum pencapaian ke-Buddha-annya.
62
); inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia membantu semua makhluk hidup dia
tidak menimbulkan kemelekatan; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia
menjauhi fenomena, dia tidak mengandalkan kehampaan tubuh dan pikiran;
inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia melewati ke-3 dunia ( dari nafsu, wujud,
dan tanpa wujud ), dia tidak melukai Dharmata;96 inilah perilaku Bodhisattva.
Sekalipun dia menyadari kehampaan ( dari hal / benda ) dia menabur benih segala
kebajikan; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia berdiam di dalam tanpa
wujud, dia menyelamatkan makhluk hidup tanpa berhenti; inilah perilaku
Bodhisattva. Sekalipun dia menahan diri dari aktivitas ( kreatif ) dia muncul dalam
tubuh fisiknya; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mencegah timbulnya (
semua pikiran ) dia melakukan semua perbuatan baik; inilah perilaku Bodhisattva.
Sekalipun dia mempraktekkan ke-6 penyempurnaan ( paramita ) dia mengetahui
keadaan mental makhluk hidup; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia
memilikki ke-6 kekuatan batin, dia menahan diri dari mengakhiri semua arus
duniawi.97 Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 pikiran tak terhingga, dia tidak
ingin dilahirkan di surga Brahma;98 inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia
mempraktekkan meditasi,99 ketenangan ( dhyana ),100 pembebasan dan
Samadhi,101 dia tidak mengambil manfaatnya untuk terlahir di surga Dhyana;102
inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 rangkap keadaan
kesadaran, dia tidak selamanya menjauhi karma badan dan pikiran;103 inilah
perilaku Bodhisattva.104 Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 usaha yang benar dia
96
Dharmata, sifat hakiki semua hal / benda.
97
Agar dia bisa tinggal di dunia ini untuk meneruskan tugas penyelamatan.
98
Karena praktek ke-4 pikiran tak terhingga yang berhasil menjamin kelahiran kembali di surga Brahma yang
merintangi perkembangan Bodhisattva ke arah ke-Buddha-an.
99
Ini berarti ke-4 keadaan meditasi pada surga wujud: di dalam surga I penghuninya tidak mempunyai organ rasa
atau penciuman, tidak memerlukan makanan, tetapi memiliki ke-4 organ lainnya; di surga II penghuninya tidak lagi
memerlukan ke-5 organ fisik dan hanya memiliki organ pikiran; di surga III penghuninya masih memiliki organ
pikiran dan menerima kebahagiaan yang besar; di surga IV mereka masih memiliki pikiran yang substil sekali.
100
Ke-4 keadaan ketenangan di dalam surga tak berwujud: di surga I pikiran menjadi hampa dan luas bagaikan
angkasa; di surga II kekuatan persepsi dan pengertian adalah tidak terbatas; di surga III kekuatan diskriminasi
pikiran ditundukkan; dan di surga IV kebijaksanaan intuitif muncul.
101
Samadhi yang dicapai melalui ke-3 gerbang ke kota nirvana..; keadaan hampa, tanpa wujud, dan tanpa aktivitas.
102
Demikianlah dia menanam penyebab tanpa menuai efeknya untuk menunjukkan kebebasan yang berdaulat
atas hukum sebab akibat, guna menghindari kelahiran kembali di surga dhyana agar dia bisa melanjutkan
perkembangan Bodhisattvanya ke arah ke-Buddha-an.
103
Karma badan atau karma buruk dari ke-5 organ indera di alam nafsu, dan karma pikiran atau karma baik di
surga wujud.
104
Agar dia bisa berhubungan dengan semua makhluk hidup untuk menyelamatkan mereka.
63
mempertahankan semangat dan usaha atas badan dan pikiran; inilah perilaku
Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 langkah Hinayana ke arah
kekuatan batin, dia akan tetap berbuat demikian sampai dia mencapai semua
kekuatan Mahayana; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan
ke-5 kemampuan spirituil dari tahap Sravaka dia membedakan ketajaman dan
ketumpulan potensi makhluk hidup; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia
mempraktekkan 5 kekuatan dari tahap Sravaka dia berusaha mencapai 10
kekuatan Buddha; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-7
tingkat penerangan Hinayana dia membedakan maha bijaksananya Buddha (
sarvajna ); inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan 8
Kebenaran Mulia ( Hinayana ) dia bergembira di dalam menempuh Jalan Buddha
yang tak terbatas; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan
samatha vipasyana105 yang mendukung pencapaian Bodhi ( penerangan ) dia
menghindari terseret ke dalam nirvana; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia
mempraktekkan doktrin tidak menciptakan dan tidak menghancurkan hal / benda
( dharma ) dia masih menghiasi tubuhnya dengan ciri fisik unggul dari Buddha;
inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia muncul sebagai seorang Sravaka atau
Pacceka Buddha, dia tidak menyimpang dari Buddhadharma; inilah perilaku
Bodhisattva. Sekalipun dia telah mencapai kemurnian yang tertinggi dia muncul
dalam wujud badaniah untuk melakukan tugas penyelamatan; inilah perilaku
Bodhisattva. Sekalipun dia melihat ke dalam semua tanah Buddha yang tetap
diam bagaikan ruang hampa, dia memperlihatkannya dalam segenap kemurnian
dan kebersihannya; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia telah mencapai
tingkat Buddha yang memungkinkannya memutar Roda Hukum ( membabarkan
Dharma ) dan memasuki keadaan nirvana, dia tidak meninggalkan Jalan
Bodhisattva; inilah perilaku Bodhisattva.”
105
Samatha-vipasyana, lihat ‘The Secrets of Chinese Meditation;’ bagian ke-3, p 80.
64
BAB VI
PEMBEBASAN TAK TERBAYANGKAN
Sariputra melihat tidak ada tempat duduk di dalam ruangan dan berpikir,
“Di mana para Bodhisattva dan siswa utama akan duduk ?” Vimalakirti
mengetahui pikiran Sariputra dan bertanya pada-Nya, “Orang bajik, engkau
datang kemari untuk duduk atau untuk Dharma ?” Sariputra menjawab, “Aku
datang ke sini untuk Dharma dan bukan untuk duduk.”
Vimlakirti berkata, “Hai Sariputra, dia yang mencari Dharma bahkan tidak
mengindahkan badan dan hidupnya, jangankan suatu tempat duduk, karena
pencarian Dharma itu tidak berhubungan dengan ( ke-5 skanda ): wujud ( rupa ),
sensasi ( vedana ), konsepsi ( samjna ), diskriminasi ( samskara ), dan kesadaran (
vijnana ); dengan ke-18 bidang sensasi ( dhatu, ke-6 organ, obyeknya, dan
persepsinya ); dengan ke-12 pintu ( ayatana: ke-6 organ dan ke-6 data sensasi
yang membimbing ke arah / menyebabkan diskriminasi ); dan dengan dunia
nafsu, wujud, dan di luar wujud. Sariputra, seorang pencari Dharma tidak melekat
pada Buddha, Dharma, dan Sangha. Seorang pencari Dharma tidak memegang
pandangan tentang penderitaan, tentang memutuskan semua timbunan
penyebab dari itu untuk mengakhirinya dengan menempuh jalan nirvana ( yaitu
ke-4 Kebenaran Mulia ). Mengapa begitu ? Karena Dharma berada di luar semua
cara berpikir yang menyesatkan. Sebab jika seseorang berkata, ‘Karena aku
melihat penderitaan, aku memutuskan timbunan penyebabnya untuk
mengakhirinya dengan menempuh jalan ke arah itu,’ ini hanyalah cara berpikir
yang menyesatkan dan bukanlah pencarian Dharma.”
65
dipraktekkan dan bukanlah pencarian Dharma. Dharma berada di luar jangkauan
dan penolakan dan jika engkau meraih atau menolaknya, itu adalah mengambil
atau membuang ( sesuatu yang lain ) tetapi bukanlah pencarian Dharma. Dharma
berada di luar posisi tetapi bila engkau memberinya suatu tempat, ini merupakan
kemelekatan pada ruang tetapi bukan pencarian Dharma. Dharma itu tak
berwujud, akan tetapi jika engkau mengandalkan wujud untuk membayangkan
Dharma ini, adalah pencarian wujud, tetapi bukan pencarian Dharma. Dharma
bukanlah suatu tempat tinggal, tetapi jika engkau ingin berdiam di dalamnya, ini
adalah berdiam di dalam Dharma ( obyektif ) tetapi bukanlah pencarian Dharma (
absolut ). Dharma tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun diketahui, akan
tetapi jika engkau ingin melihat, mendengar, merasakan dan mengetahuinya, ini
merupakan fungsi dari penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pengetahuan (
diskriminatif ) mu dan bukan pencarian Dharma. Dharma itu ( secara transenden
) tidak aktif, tetapi jika engkau terjun di dalam kegiatan duniawi, ini merupakan
pencarian kehidupan duniawi dan bukan pencarian Dharma. Oleh sebab itu,
Sariputra, pencarian Dharma tidak berarti mencari apapun juga.”
106
Lac: 100.000, atau suatu jumlah besar tak terhitung.
107
Kumarajiva memberikan komentarnya: “Sekalipun Vimalakirti telah mengetahui adanya tanah Buddha tersebut,
Dia sengaja bertanya kepada Manjusri untuk membuat para hadirin mengembangkan keyakinan terhadap pahala /
kebajikan tertinggi daripada Buddhanya guna mendorong mereka melakukan perbuatan Bodhisattva yang
mengarah ke pahala / kebajikan tersebut, dan juga untuk mengubah para hadirin melalui tindakannya yang
menarik, yaitu pergi dan kembali dari tanah Buddha tersebut.”
66
84.000 yojana108 dan singgasana-Nya juga setinggi itu, adalah yang paling
menonjol keindahannya.”
Setelah itu, semua Bodhisattva yang baru diinisiasikan dan siswa utama
memberi penghormatan kepada Tathagata Merukalpa dan kemudian duduk di
atas singgasana.
Sariputra berkata kepada Vimalakirti, “Aria Upasaka, hal ini belum pernah
terlihat sebelumnya, ruangan yang kecil ini bisa memuat tahta yang tinggi besar
ini tanpa merintangi apapun di Vaisali dan tidak mengganggu kota besar, kota,
108
Yojana: jarak yang ditempuh oleh pasukan raja dalam sehari di India kuno.
67
dan desa di Jambudvipa ( dunia kita ) maupun istana dari para dewa, naga, serta
tempat kediaman hantu dan jin.”
“Dia juga dapat menuangkan semua air dari ke-4 samudera besar ( yang
mengelilingi Semeru ) ke dalam satu pori kulitnya tanpa mengganggu ikan, penyu,
kadal air dan semua binatang air, sedangkan samudera itu tetap sama seperti
sedia kala dan para naga, hantu, jin, dan asura bahkan tidak menyadari sedang
dipindahkan dan diletakkan.”
“Lebih dari itu Sariputra, jika ada makhluk hidup yang pantas memperoleh
pembebasan tetapi masih ingin tinggal lebih lama, Bodhisattva ini akan (
menggunakan kekuatan batinnya untuk ) memperpanjang seminggu menjadi 1
kalpa agar mereka menganggap sisa waktunya adalah 1 kalpa, dan jika di lain
pihak ada makhluk hidup yang tidak ingin tinggal lebih lama di dunia ini sebelum
mencapai pembebasan mereka, Bodhisattva ini akan memperpendek waktu 1
68
kalpa menjadi seminggu sehingga mereka beranggapan ( sisa waktunya ) adalah
seminggu.”
“Lebih dari itu, dia bisa menaruh semua makhluk hidup dari suatu tanah
Buddha ke dalam telapak tangan kanan-Nya dan terbang ke 10 penjuru untuk
menunjukkan kepada mereka semua hal / benda di mana-mana tanpa
menggoyangkan mereka.”
“Lebih dari itu, Sariputra, Bodhisattva ini bisa menunjukkan melalui salah
satu porinya, semua persembahan kepada para Buddha oleh makhluk hidup di 10
penjuru.”
“Dia bisa menunjukkan melalui salah satu porinya semua matahari, bulan,
planet, dan bintang di dalam semua dunia dari 10 penjuru.”
“Lebih dari itu, Sariputra, dia bisa menghirup ( dan menahan di mulut-Nya )
semua angin yang bertiup di dalam dunia dari 10 penjuru tanpa melukai tubuhnya
sendiri maupun pohon-pohon dari dunia-dunia ini.”
“Lebih dari itu, Bodhisattva ini dapat mengambil dari nadir suatu negeri
Buddha yang terpisah dari-Nya oleh dunia yang tak terhitung bagaikan butir-butir
pasir di Sungai Gangga dan mengangkatnya ke zenith yang terpisah dari-Nya oleh
dunia yang tak terhitung bagaikan butir-butir pasir di Sungai Gangga, dengan
mudahnya bagaikan memungut sehelai daun dari pohon date dengan ujung
jarum.”
70
Terbayangkan ini, dan yang menggunakan cara bijaksana ( upaya ) untuk muncul
sebagai pemimpinnya guna mengubah makhluk hidup.”
71
BAB VII
MEMANDANG MAKHLUK HIDUP
Manjusri bertanya pada Vimalakirti, “Bagaimana seharusnya seorang
Bodhisattva memandang makhluk hidup ?”
72
tidur yang melihat dirinya terbangun di dalam mimpi; pada seorang saleh yang
mencapai nirvana mengambil suatu wujud tubuh untuk reinkarnasi ( lainnya );
dan pada api tak berasap.”
111
Cinta-kasih tak-terusakkan adalah cirri dari sifat diri yang tak terjerumuskan ( corruptible ).
73
membebaskan segala makhluk hidup; cinta kasih tenang ( dhyana ) yang tak
terpengaruhi ke-5 indera; cinta kasih bijaksana ( prajna ) yang selalu pada
waktunya; cinta kasih praktis ( upaya ) untuk muncul setiap saat guna mengubah
makhluk hidup; cinta kasih tak tersembunyi disebabkan kemurnian dan
kebersihan dari pikiran yang lurus; cinta kasih pikiran luhur yang terbebas dari
diskriminasi; cinta kasih tidak menipu yang tak bercacat; dan cinta kasih penuh
kegembiraan yang memberikan kegembiraan Buddha ( di dalam nirvana ).”
74
Manjusri bertanya, “Apa yang harus dihapuskannya untuk membebaskan
makhluk hidup ?”
Manjusri bertanya, “Apa yang harus dia lakukan untuk menghapuskan klesa
?”
Manjusri bertanya, “Apakah yang tidak timbul dan yang tidak lenyap itu ?”
75
Vimalakirti menjawab, “Tidak berdiam ( non-abiding ) adalah akar dari
pikiran menyimpang.”
76
Dewi menjawab, “Kediamanku di kamar ini adalah bagaikan pembebasan
dari Aria Sesepuh.”112
Sariputra berdiam diri dan tidak menjawab. Kemudian Sang Dewi bertanya,
“Mengapa Sesepuh yang bijak diam dalam hal ini ?” Sariputra menjawab,”Dia
yang memenangkan pembebasan tidak mengungkapkannya dalam kata, aku tidak
tahu apa yang mau dikatakan.”114
Sariputra bertanya, “Jika begitu, apakah itu berarti tidak perlu menjauhi
nafsu badaniah, kebencian, dan kebodohan untuk mencapai pembebasan ?”
112
Sariputra tercengang oleh kefasihan Sang Dewi dan beranggapan tentunya dia sudah lama berdiam di situ untuk
mendengarkan ajaran Vimalakirti sehingga menyatakan secara tidak langsung elemen waktu. Sang dewi
mengajari-Nya untuk menghapuskan elemen waktu di dalam pencarian Mahayana dan berkata bahwa
kediamannya sendiri di dalam keadaan absout adalah apa yang seharusnya menjadi pembebasan-Nya, yakni
berada di luar waktu dan ruang.
113
Sariputra salah menafsirkan ajaran Sang Dewi dan bertanya apakah dia sudah lama berada di situ, bagaikan
pembebasan-Nya dalam tahap Sravaka yang sudah dicapai lama sebelumnya. Jadi Sang Dewi memotong-Nya
dengan bertanya apakah pembebasan-Nya sendiri melibatkan waktu yang juga merupakan ikatan daripada
pembebasan. Dengan demikian Sang Dewi menghapuskan elemen waktu.
114
Sariputra disebut ‘Sariputra yang bijak’ karena telah memperoleh kebijaksanaan yang besar dibandingkan siswa
utama Hyang Buddha lainnya dari tahap Sravaka ( lihat Surangama Sutra ).
115
Di baris sebelumnya, waktu dihapuskan; di sini ruang juga dihapuskan untuk menunjukkan absolut. Ketiga
dogma dari Mazhab Tengah atau Madhyamika adalah, noumennon immaterial, fenomena materil dan cara /
penyatu yang menempatkan satu di dalam lainnya dan semua di dalam semua. Doktrin ini menentang kategori
keberadaan ( materil ) dan ketidakberadaan ( immaterial ) yang kaku dan menolak ke-2 ekstrim demi jalan tengah /
unggul yang absolut karena berada di atas dan di luar semua dualitas, relativitas, dan pertentangan. Sariputra
berbicara tentang noumenon immateriil, di mana semua pembebasan berada di luar kata-kata ucapan maupun
tulisan; dengan demikian Dia berdiam diri. Dewi mengajarkan ‘cara’ di mana tiada pembebasan maupun kata
dapat diketemukan di dalam, di luar, dan di antaranya. Sekalipun begitu, ‘pembebasan’ juga merupakan suatu
kata yang tak dapat dihilangkan bila kita membicarakan pembebasan. Yang Dia maksudkan adalah bahwa
immateriil tidak dapat diungkapkan tanpa menggunakan materiil karena keduanya bukan kesatuan maupun
perpecahan, dan menunjukkan ‘cara’ yang merupakan pembebasan sejati.
77
Sang Dewi menjawab, “Di hadapan mereka yang congkak ( karena
pengetahuan mereka yang unggul ) Hyang Buddha menekankan pentingnya
menjauhi nafsu badaniah, kebencian, dan kebodohan, di dalam mencari
pembebasan; tetapi di luar mereka Beliau berkata bahwa sifat hakiki dari nafsu
badaniah, kebencian, dan kebodohan ( yaitu sifat diri ) adalah identik dengan
pembebasan.”116
Sariputra berseru, “Bagus, Dewi, bagus, apakah yang telah engkau peroleh
dan alami sehingga bisa memberikan kefasihan ini ?”
“Sariputra, sewaktu dewa Indra, Brahma, ke-4 raja dewa dari ke-4 surga (
penjaga dunia ), naga, ruh ( spirit ), dan jin surgawi masuk ke kamar ini dan
mendengarkan upasaka ini ( Vimalakirti ) membabarkan Dharma sejati, mereka
116
Menurut Sutra Bunga Teratai, ada sejumlah 5.000 siswa yang berpendapat bahwa mereka telah mencapai
pembebasan, sehingga menolak untuk mendengarkan kotbah penting ini. Tetapi dengan perginya orang congkak
ini Hyang Buddha mengungkapkan bahwa sifat hakiki dari dosa adalah pembebasan itu sendiri.
117
Ke-3 Jalan ( Triyana ) dengan mana Sravaka, Pacceka Buddha, dan Bodhisattva mencapai tujuannya.
118
Campa, sejenis bunga berwarna kuning yang wangi di India.
78
semua bergembira di dalam mencium keharuman pahala Buddha dan
mengembangkan pikiran Mahayana sebelum kembali ke dunia mereka.”
“Sariputra,aku telah berdiam di sini 12 tahun dan selama ini belum pernah
kudengar Dharma Sravaka dan Pacceka Buddha, tetapi hanyalah doktrin tentang
cinta kasih ( maîtri ) dan welas asih ( karuna ) yang agung dari Bodhisattva dan
Buddha Dharma yang tak terbayangkan.”
“Pertama, kamar ini diterangi oleh suatu cahaya keemasan yang sama pada
siang maupun malam dan tidak tergantung pada cahaya sang surya maupun
rembulan untuk meneranginya.”
“Ketiga, kamar ini dikunjungi oleh Dewa Indra, Brahma, dan ke-4 raja dewa
dari ke-4 surga dan Bodhisattva dari alam lainnya.”
“Ke-5, musik surgawi paling merdu yang menyuarakan pintu Dharma yang
tak terhitung ( menuju penerangan ) terdengar di sini.”
“Ke-6, kamar ini memuat ke-4 pitaka ( dari Sutra, vinaya, sastra, dan kitab
suci lain ) yang dipenuhi dengan harta mulia tak habis-habisnya bagi siapa yang
miskin ( dalam spirituil ).”
79
119
rahasia Buddha Dharma esoteric, sesudah itu Mereka kembali ke negerinya
masing-masing.”
“Ke-8, kemuliaan segala istana surga yang indah dan semua tanah Buddha
yang murni muncul di kamar ini.”
Dewi menjawab, “Selama 12 tahun terakhir ini aku telah mencari dengan
sia-sia suatu wujud ‘tubuh perempuan;’ jadi apa yang mau diubah ? Ini bagaikan
seorang pengkhayal yang menciptakan seorang perempuan ilusi; apakah benar
menyuruhnya mengubah perempuan tidak nyata ini ?”
Sariputra menjawab, “Aku tidak tahu mengapa aku telah berubah menjadi
seorang dewi.”
80
fundamental mereka bukanlah perempuan. Maka dari itu, Sang Buddha berkata,
‘Semua benda itu bukan bentuk laki-laki maupun perempuan’.”
Setelah itu Sang Dewi sekali lagi menggunakan kekuatan batin untuk
mengubah Sariputra kembali ke badan laki-lakinya semula dan bertanya, “Di
manakah bentuk ‘badan perempuanmu’ sekarang ?”
Sariputra bertanya, “Kapan engkau akan pergi dari sini ( meninggal ) dan di
manakah engkau akan terlahir ?”
Dewi berkata, “Begitu juga semua makhluk hidup ( secara fundamental ) itu
bukanlah subjek kematian dan kelahiran.”
Sariputra menjawab dengan cepat, “Tidak akan ada kejadian bahwa diriku (
seorang suci pada tahap Sravaka ) kembali ke penghidupan duniawi.”
120
Realita atau absolut sebagaimana diajarkan oleh Buddha adalah bukan ada maupun tidak ada, karena bersifat
absolut dan bersifat di luar semua semua dualitas, relativitas, dan pertentangan.
81
Dewi berkata, “Juga tidak ada kejadian bahwa diriku memperoleh
penerangan. Mengapa ? Karena bodhi ( atau penerangan ) bukanlah suatu
tujuan yang bisa dicapai.”
Dewi berkata, “Ke-3 masa waktu ( lalu, yang akan datang, dan sekarang )
diungkapkan ( kepada manusia biasa ) sebagai segaris dengan pemikiran duniawi,
tetapi ini tidak berarti bahwa Bodhi ( yang tidak bisa dihitung dalam waktu atau
kekal ), dikaitkan dengan masa lalu, yang akan datang, dan sekarang.” Kemudian
dia bertanya kepada Sariputra, “Sariputra, apakah engkau telah mencapai ke-
Arahat-an ?”
Dewi berkata, “Begitu pula semua Buddha dan Bodhisattva agung mencapai
tujuan Mereka karena mereka terbebas dari ide memenangkan penerangan
sempurna.”
82
BAB VIII
JALAN BUDDHA
Manjusri bertanya pada Vimalakirti, “Bagaimana seorang Bodhisattva
memasuki Jalan Buddha ?"
121
Yaitu neraka yang tidak putus-putus dalam 5 hal ( karma dan efeknya adalah suatu rantai tak terputus tanpa
jalan keluar; tidak dibatasi waktu; kehidupannya yang tidak terputus; penderitaannya tidak terputus, dan tidak
putus-putusnya dialami sepenuhnya ) berasal dari ke-5 dosa berat ( membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh
Arahat, melukai tubuh Buddha, dan menghancurkan harmoni Sangha ).
122
Superioritas yang dirasakan para dewa terhadap ke-5 dunia di bawah mereka.
83
dan kepalsuan, tetapi sebenarnya unggul dalam metode bijaksana selaras dengan
kejujuran yang diajari dalam sutra; menunjukkan keangkuhan dan kebanggaan (
diri ) etapi sebenarnya rendah hati bagaikan sebuah jembatan;123 kelihatan
tersiksa oleh keinginan tetapi sebenarnya pikirannya tetap murni dan bersih;
muncul di alam iblis sambil mengalahkan doktrin heterodox agar sesuai dengan
kebijaksanaan Buddha; muncul di alam Sravaka di mana dia membabarkan
Dharma tertingi yang belum pernah terdengar; muncul di alam Pacceka Buddha di
mana dia mengubah makhluk hidup untuk memenuhi welas asihnya yang besar;
muncul di antara orang miskin tetapi mengulurkan tangannya yang mulia dengan
pahala yang tidak habis-habisnya;124 muncul di antara orang pincang dan lumpuh
dengan tubuhnya sendiri yang dihiasi dengan ciri fisik unggul ( dari Buddha );
muncul di antara kaum rendah sambil menanam benih sifat Buddha dengan
segala pahala yang relevan; muncul di antara mereka yang kurus kering dan jelek
sambil menunjukkan tubuhnya yang kuat agar dikagumi mereka semua; muncul
sebagai seorang tua dan sakit, tetapi sebenarnya terbebas dari segala penyakit
tanpa takut akan kematian; kelihatan memiliki segala kebutuhan hidup tetapi
selalu melihat ketidakkekalan dan terbebas dari keserakahan; kelihatan memiliki
istri, selir, dan pembantu, tetapi selalu menjauhi lumpur ke-5 nafsu;125 muncul di
antara yang bebal dan gagap untuk membantu mereka memperoleh kemampuan
berbicara yang berasal dari pengendalian sempurna atas pikiran; munculdi antara
penganut aliran sesat untuk mengajarkan doktrin sejati dan menyelamatkan
semua makhluk hidup; memasuki semua dunia kehidupan untuk membantu
mereka mencabut penyebab kelahiran ke situ; kelihatan bagaikan memasuki
nirvana tetapi tidak memutuskan kelahiran dan kematian;126 Manjusri,
Bodhisattva ini bisa menapak jalan yang menyimpang karena dia telah bisa
memasuki Jalan Buddha.”127
123
Suatu istilah Buddhist yang berarti bahwa Bodhisattva itu bagaikan sebuah jembatan yang diinjak tanpa
menggerutu sambil melayani semua orang lewat tanpa perbedaan.
124
Yaitu tangan yang memberikan amal dan benda-benda mulia termasuk Buddha Dharma.
125
Ke-5 nafsu yang timbul dari obyek ke-5 indera; hal / benda yang erlihat, terdengar, tercium, tercicipi, dan
tersentuh.
126
Agar bisa menetap di dunia untuk menyelamatkan makhluk hidup.
127
Dia telah mampu memasuki Jalan Budha dan dengan demikian bisa mengandalikan pikirannya sewaktu
memasuki jalan yang keliru ini.
84
Kemudian Vimalakirti bertanya pada Manjusri; “Apakah benih Tathagata itu
?”
Manjusri menjawab, “Karena dia yang mencerap keadaan tidak aktif dan
memasuki posisi ( nirvana ) nya yang benar sudah tidak mampu melangkah lebih
lanjut untuk mencapai penerangan sempurna ( anuttara samyak sambodhi ).135
Diumpamakan tanah tinggi tidak akan menghasilkan bunga teratai yang hanya
tumbuh di tanah rawa. Demikian pula, mereka yang mencerap nirvana dan
128
Ke-4 pandangan menyimpang atas keberadaan, kesenangan, ego, dan kejernihan di dalam samsara, yang
berlawanan dengan realitas transenden atas kekekalan, kebahagiaan, kesatuan, dan kemurnian di dalam nirvana
sebagaimana diajarkan dalam Mahaparinirvana Sutra.
129
Ke-5 rintangan batin / moril: nafsu, amarah, rasa kantuk, agitasi disertai penyesalan, dan keragu-raguan.
130
Ke-7 tempat kediaman kesadaran: 1, surga dhyana Brahma I sewaktu dia sendiri pada permulaan suatu kalpa; 2,
surga dhyana I ini dengan ciptaannya kemudian berupa orangnya di mana tubuh itu berbeda, tetapi pemikirannya
sama; 3, surga dhyana II di mana tubuh itu sama tetapi pemikirannya berlainan; 4, surga dhyana III di mana tubuh
dan pemikirannya sama; - surga dhyana dia atas adalah dunia wujud; 5, 6, dan 7 adalah ke-3 surga tanpa wujud I
sebagaimana dijelaskan oleh Kumarajiva yang menerjemahkan Sutra ini ke dalam bahasa Cina.
131
Kebalikan dari 8 Jalan Mulia.
132
Cinta yang salah-tempat terhadap musuh nyata, kebencian tidak berdasar terhadap teman nyata dan
kejengkelan yang disebabkan tubuh seseorang adalah ke-3 penyebab yang bila dikalikan dengan ke-3 masa waktu
menjadi 9 penyebab kesusahan sebagaimana dijelaskan oleh Kumarajiva.
133
Ke-10 kejahatan adalah: pembunuhan, pencurian, berzinah, berbohong, bergosip, kata kasar, omong kosong,
nafsu, amarah, dan pandangan keliru.
134
Jika benih-benih Tathagata di atas diselidiki, mereka mengungkapkan sifat hakiki dari semua hal / benda, yaitu
tathata absolut. Oleh sebab itu mazhab Ch’an mengajarkan pengikutnya agar jelas / mengerti pikiran mereka guna
mencerap sifat hakikinya, dan dari situ mencapai pencerahan.
135
Karena nirvana relatif itu menarik tetapi kekurangan penderitaan yang merupakan dorongan untuk maju
menuju Jalan Buddha. Lagi pula kemelekatan kepada nirvana ini juga merupakan rintangan ke arah penerangan
sempurna. Ini menunjuk pada Sravaka dan Pacceka Buddha yang puas dengan penerangan mereka yang tidak
lengkap dan menolak melangkah lebih lanjut.
85
memasuki posisinya yang benar tidak akan berkembang menuju ke-Buddha-an,
sedangkan maklhluk hidup yang berkecimpung dalam lumpur klesa pada akhirnya
bisa mengembangkan Buddha Dharma. Ini juga bagaikan benih yang ditabur
dalam ruang hampa tidak akan tumbuh, tetapi jika ditanam di ladang subur akan
memberikan panen yang bagus. Demikianlah mereka yang memasuki posisi yang
benar ( dari nirvana ) tidak mengembangkan Buddha Dharma, sedangkan mereka
yang pandangan atas egonya sebesar ( gunung ) Sumeru bisa, ( karena
kesengsaraan hidup ) pada akhirnya memusatkan pikiran untuk mencapai
penerangan sempurna dan mengembangkan Buddha Dharma.”
“Oleh sebab itu, perlu kita ketahui bahwa segala jenis klesa adalah benih
dari Tathagata. Ini bagaikan orang yang tidak mencebur ke dalam lautan tidak
akan menemukan mutiara tak ternilai. Demikian juga seseorang yang tidak
memasuki lautan klesa tidak akan mendapatkan permata segala pengetahuan (
sarvajna ).”
86
Seorang Bodhisattva bernama Sarvarupasamdarsana yang hadir bertanya
pada Vimalakirti, “Siapakah orang tua, istri, dan anak-anak, sanak family, teman
resmi dan pribadi, dan di manakah kacung dan dayang, kereta gajah dan kudamu
?”
136
Dharani, pengendalian penuh atas nafsu dan pengaruh baik dan buruk.
87
Ke-7 bunga kemurnian137 diatur dengan baik untuk
Memandikan manusia ( Bodhisattva ) tak tercemar ini, yang
Ke-5 kekuatan batin adalah tunggangannya
Sedangkan Mahayana adalah kendaraannya;
Yang mana, dikendalikan oleh pikiran tunggal melintasi ke-8 jalan mulia
137
Kemurnian dalam sila, dalam hati, dalam pandangan, dalam diskriminasi-keraguan, dalam pertimbangan, dalam
pemikiran, dan nirvana.
138
Ke-7 kekayaan; 1, mendengarkan Dharma dengan khidmat; 2, keyakinan ; 3, disiplin; 4, meditasi; 5, semangat
dan usaha; 6, pengorbanan diri; dan 7, rasa malu.
139
Ke-4 konsentrasi dhyana yang membimbing ke alam surga.
88
Dengan mengalahkan ke-4 iblis140
Dia memancangkan panji kemenangan sebagai Bodhimandala
Sekalipun dia tahu tidak ada kelahiran maupun kematian
Dia terlahir untuk menunjukkan dirinya kepada semua
140
Ke-4 iblis; dari klesa, dari 5 skanda, dari kematian, dan iblis surga.
89
Menyadari ketidakkekalan hal / benda
Kemudian dia terlihat sebagai sang surya, rembulan, atau surga,141 sebagai
Brahma,142atau penguasa ( semua ) dunia143
Kadang-kadang sebagai tanah atau air
Atau sebagai angin dan api144
141
Pada awal suatu kalpa baru sewaktu kegelapan menutupi semua, dia akan muncul sebagai matahari atau bulan
untuk memberi cahaya
142
Brahma adalah bapak semua makhluk hidup.
143
Salah satu raja dari ke-4 surga dhyana.
144
Dia muncul sebagai angin untuk bertiup atau membekukan air menjadi tanah, atau tanah, untuk
menyelamatkan mereka yang tenggelam di air.
90
Agar mereka bisa hidup dengan damai
93
BAB IX
INISIASI KE DALAM KESUNYATAAN DHARMA145
Setelah itu, Vimalakirti berkata kepada Bodhisattva yang hadir, “Orang
bajik, mohon kalian mengungkapkan sesuatu tentang Kesunyataan Dharma sesuai
dengan pengertian masing-masing.”
145
Yaitu keadaan absolut atau Bhutatathathata bebas dari dualitas, relatifitas, dan pertentangan.
146
Ke-3 kebajikan atau kekuatan: kebajikan atau potensi dari Dharmakaya-nya Buddha; dari prajna atau
kebijaksanaannya; dan dari kebebasannya yang mutlak.
147
Bodhisattva ini tidak pernah berkedip karena penghormatannya yang kuat terhadap ke-3 permata ( Buddha,
Dharma, dan Sangha ).
94
Bodhisattva ‘Memperoleh Samadhi dengan Memandang Bintang’
(Bhadrayotis ) berkata, “Gangguan ( dari luar ) dan pemikiran ( di dalam ) adalah
suatu dualitas; bila gangguan mereda, pemikiran terhenti, dan absennya pikiran
membimbing ke arah tiada diskriminasi; pencapaian keadaan ini adalah inisiasi ke
dalam Kesunyataan Dharma.”
Bodhisattva Pusya151 berkata, “Baik dan jahat adalah suatu dualitas; jika
tidak ada baik maupun jahat yang timbul, sehingga keadaan tanpa wujud disadari
untuk mencapai realitas, ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.”
148
Yaitu mata kebijaksanaan.
149
Wujud monistic: suatu istilah Mahayana yang berarti bahwa Pikiran Tunggal lah yang menciptakan semua hal /
benda.
150
Bodhisattva yang menggunakan metode bijaksana ( upaya ) ‘tangan indah” untuk mengajarkan Dharma.
151
Susunan bintang ke-23 di bawah pengaruh mana Bodhisattva ini dilahirkan.
95
akan timbul dengan tiada pembedaan di antara wujud dan tiada wujud, inilah
inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.”
152
Narayana: Bodhisattva dengan ketetapan yang teguh dan stabil.
153
Samsara: keadaan kelahiran dan kematian.
154
Pengertian Langsung atau cara berpikir langsung yang berbeda dengan perbandingan dan inference,
perbandingan atas yang sudah diketahui dan inference atas yang tidak diketahui.
155
Jika klesa diputuskan samsara akan berakhir; inilah pengakhiran semua fenomena. Jika klesa tidak diputuskan
dan samsara tidak berakhir, inilah tiada pengakhiran ( in-exhaustion ) fenomena. Lebih lanjut, ketidak-kekalan
akan berakhir nantinya; inilah yang terhabiskan; dan sifat ke-Buddha-an yang inheren dalam diri semua manusia,
tidak akan pernah berakhir; inilah yang tiada habis-habisnya.
96
Bodhisattva ‘Yang Mempertahankan ke-Universil-an’ ( Parigudha ) berkata,
“Ego dan tiada ego adalah suatu dualitas. Karena ego tidak bisa ditemukan, di
manakah tiada ego bisa ditemukan ? Dia yang mencerap sifat nyata dari ego tidak
akan menumbuhkan dualitas; inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.”
156
Priyadarsana adalah seorang Bodhisattva yang melihat segala makhluk hidup dengan bergembira.
97
Bodhisattva ‘Pikiran Dalam’ ( Pramati ) berkata, “Mata dan wujud adalah
suatu dualitas, ( tetapi ) jika sifat hakiki dari mata dikenal dengan tiada keinginan,
penolakan, maupun kekacauan sehubungan dengan hal / benda yang dilihat,
inilah ketenangan.”
“Demikian juga telinga dan suara, hidung dan bau, lidah dan rasa, tubh dan
sentuhan, serta pikiran dan rangkaian pikiran, adalah dualitas, ( tetapi ) sifat
hakiki dari pikiran dikenal dengan tiada keinginan, penolakan, maupun kekacauan
sehubungan dengan hal /benda ( yang didengar, dicium, disentuh, dan dipikirkan
). Berdiam dalam keadaan ( nirvana ) ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan
Dharma.”
157
Pikiran tak kenal lelah atau Aksayamati, nama Bodhisattva yang mengembangkan pikiran yang terus-menrus
mempraktekkan ke-6 paramita yang tak habis-habisnya.
158
Pelimpahan ( parinamana ) di sini agak menyerupai supererogation di Barat, tetapi berbeda dalam hal semua
pahala yang berasal dari pelaksanaan penyempurnaan beramal dilimpahkan untuk realisasi akhir maha-tahu-nya
Buddha demi kesejahteraan semua makhluk hidup. Pahala yang tidak dipersembahkan demikian hanya
menghasilkan pencerahan diri di dalam tahap Sravaka dan Pacceka Buddha. Mahayana mengorbankan semua
pahala agar untuk mencapai Bhutatathata absolut yang bebas dari dualitas, relativitas, dan yang bertentangan.
159
Yaitu semua di dalam satu dan satu di dalam semua.
98
adalah tidak aktif. Karena bila keadaan hampa, tiada wujud dan tiada aktivitas
dicapai, maka tidak ada lagi pikiran, intelek, maupun kesadaran, dan pembebasan
melalui salah satu dari ke-3 pintu ini identik dengan pembebasan melalui semua (
ke-3 ) nya. Inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.”
160
Bila semua manusia duniawi menganggap tubuh ini nyata dan Sravaka mencari pemusnahannya untuk
mencapai nirvana relatif, para Bodhisattva memahami sifat hakiki dari baik tubuh maupun nirvana untuk mencapai
Kesunyataan Dharma di dalam keadaan absolut dari ‘yang demikian’ ( bhutatathata ).
161
Bodhisattva ini memurnikan ke-3 karma perbuatan, kata, dan pikiran, dan memperoleh’cara’-nya, demikianlah
asal namanya.
99
Bodhisattva ‘Ladang Berkah’ ( Punyaksetra )162 berkata, “Perilaku baik,
perilaku buruk, dan keadaan tidak bergerak163 adalah berbeda, dan bila masing-
masing dibandingkan dengan ke-2 lainnya menjadi 3 dualitas ( tetapi ) sifat hakiki
dari semua ( ke-3 ) nya adalah kehampaan yang bebas dari baik, buruk, dan
keadaan tidak bergerak. Ketidakmunculan dari ke-3 ini adalah inisiasi ke dalam
Kesunyataan Dharma.”
162
Bodhisattva ini mengabaikan baik kesejahteraan maupun kesengsaraan untuk memahami realitas absolut dan
melewatkan hidupnya dengan mengubah orang ke Dharma, demikianlah namanya menjadi ‘Ladang Berkah’ yang
menyelamatkan makhluk hidup.
163
Ke-10 perbuatan baik menyebabkan kelahiran di alam nafsu yang lebih tinggi, ke-10 perbuatan jahat
menyebabkan kelahiran di alam nafsu lebih rendah, dan perbuatan ‘tidak bergerak’ yaitu meditasi atas kesalahan
dan perbaikannya mengakibatkan kelahiran di alam wujud dan tanpa wujud.
164
Bodhisattva ini disebut demikian karena prakteknya dalam menghiasi bunga yang menghasilkan buah ke-
Buddha-an.
165
Potensi dari Dharmakaya Buddha, dari kebijaksanaannya, dan dari kebebasannya yang tertinggi.
166
Seorang Bodhisattva yang kebijaksanaannya terang bagaikan rembulan yang bersinar di surga tengah.
167
Kegelapan mewakili tiada penerangan dan cahaya mewakili penerangan; kedua-duanya merupakan dua kutub,
tetapi di dalam keadaan absolut tidak ada tiada-penerangan maupun penerangan.
168
Sensasi dan pikiran atau vedana dan sanjna, ke-2 dan ke-3 dari 5 skandha.
100
Bodhisattva Ratna Mudra ( Simbol Mulia )169 berkata, “Kegembiraan di
dalam nirvana dan kesedihan di dalam samsara adalah suatu dualitas yang
menghilang bilamana tidak ada lagi kegembiraan maupun kesedihan. Mengapa ?
Karena di mana terdapat ikatan, di situ juga ada keinginan untuk pembebasan,
tetapi jika secara fundamental tidak ada ikatan, siapa yang mencari pembebasan
? Bilamana tidak ada ikatan maupun pembebasan, maka tidak akan ada
kegembiraan maupun kesedihan, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.”
169
Seorang Bodhisattva yang mencapai Samadhi ratna mudra ini di dalam mana Dia mencerap inrealitasnya ego
dan ketidakkekalan dari semua hal / benda, termasuk nirvana relatif.
170
Seorang Bodhisattva yang memakai realitas sebagai permata di ikat kepalanya, demikianlah Dia memperoleh
nama-Nya.
101
Vimalakirti berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Melihat itu Manjusri berseru, “Bagus, bagus, apakah bisa ada inisiasi sejati
ke dalam Kesunyataan Dharma di mana kata-kata dan ucapan tidak lagi ditulis dan
diucapkan ?”171
171
Manjusri masih berbicara dalam kata-kata, kalimat, indikasi pengetahuan, pertanyaan dan jawaban, tetapi
Vimalakirti bahkan menghapuskan semua jejak dari itu untuk mengungkapkan inisiasi sejati ke dalam absolut.
102
BAB X
BUDDHA SUGHANDAKUTA
Sewaktu Sariputra sedang memikirkan tentang waktu makan dan makanan
untuk para Bodhisattva di pertemuan itu, Vimalakirti, yang membaca pikirannya,
berkata padanya, “Hyang Buddha mengajarkan ke-8 bentuk pembebasan yang
telah kamu terima sebagai latihan; apakah sekarang engkau mencampurkan
keinginan makan-mu dengan Dharma-Nya ? Jika engkau ingin makan, silahkan
tunggu sebentar dan engkau akan mendapat hidangan yang istimewa.”
172
Pikiran mereka dipusatkan untuk bermeditasi pada Buddha tersebut dan menjadi terserap dan diagungkan oleh
keharuman dan cahaya-Nya.
103
Karena Manjusri sudah terkenal kekuatan batinnya, semua Bodhisattva
berdiam diri, sampai Vimalakirti berkata, “Apakah yang bajik tidak malu ( karena
tidak mampu melakukannya ) ?”
Sesudah itu, Bodhisattva ilusi melayang ke atas dan terlihat oleh seluruh
persamuwan mendekati Buddha Tanah Semerbak dan mengulangi apa yang
diperintahkan oleh Vimalakirti. Sewaktu para Bodhisattva di sana melihat
‘pesuruh’ itu, mereka memuji kunjungan yang langka sambil bertanya kepada
Buddha-nya, “Dari manakah asal Bodhisattva ini ? Di manakah beradanya dunia
yang disebut Saha itu ? Apa yang dimaksudkan dengan wahana kecil ?”
Buddha mereka menjawab, “Ada suatu dunia yang disebut Saha dan
terletak di bawah dan terpisah dari sini oleh Tanah Buddha tak terhitung bagaikan
173
Yang dimaksudkan Hyang Buddha adalah bahwa semua makhluk hidup memiliki sifat Buddha dan bisa
memenangkan pembebasan jika mereka mendengar dan mempraktekkan Dharma. Untuk alasan etis, Manjusri
tidak mencampuri tugas penyelamatan yang dilakukan Vimalakirtidan tidak menjawab tantangan sang Upasaka.
Oleh sebab itu Sutra ini disebut “Suatu Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti.”
104
butir-butir pasir di dalam 42 Sungai Gangga, Buddhanya disebut Sakyamuni dan
sekarang ini sedang berdiam di tengah 5 kondisi kekeruhan, di mana Dia
mengajarkan Dharma utama kepada mereka yang berpegangan pada wahana
kecil. Di sana ada seorang Bodhisattva bernama Vimalakirti yang telah mencapai
Pembebasan Tak Terbayangkan dan sedang membabarkan Dharma kepada
Bodhisattva ( muda ) lainnya. Demikianlah Dia telah menciptakan seorang
pesuruh ilusi untuk memuji nama-Ku dan Tanah ini, agar mereka bisa
mendapatkan lebih banyak pahala.”
105
Pada saat itu, pesuruh ilusi menerima mangkok nasi wangi, dan bersama
ke-9 juta Bodhisattva menempatkan diri mereka ke dalam kekuatan transenden
dari Buddha tersebut dan Vimalakirti, menghilang dari Tanah ‘Segala Keharuman’
dan sekejab kemudian tiba di kediaman Vimalakirti.
106
arah pembebasan,174 dan yang telah memenangkan semua pahala adalah tidak
terhabiskan; dengan demikian mangkok nasi ini akan lebih dari cukup bagi seluruh
hadirin. Para Bodhisattva, Sravaka, dewa, dan manusia yang memakannya akan
merasakan kenikmatan dan kegembiraan bagaikan Bodhisattva dari semua Tanah
Suci yang diberkahi, pori-pori mereka mengeluarkan bau yang sangat harum
bagaikan aroma pohon-pohon di dalam dunia ‘Segala Keharuman’.”
Vimalakirti menjawab, “Makhluk hidup dari dunia ini sangat keras kepala
dan susah diubah; dengan demikian Hyang Buddha menggunakan kata-kata keras
untuk menjinakkan mereka; Dia membicarakan tentang neraka, binatang, dan
setan kelaparan serta taraf penderitaan mereka; tentang tempat kelahiran
kembali bagi orang bodoh sebagai balasan dari perbuatan, kata-kata, dan pikiran
jahat / bertentangan seperti untuk pembunuhan, pencurian, berzinah,
berbohong, menghasut, kata-kata kasar, omong kosong, keserakahan, amarah,
dan pandangan menyimpang ( yang merupakan 10 kejahatan ); tentang kekikiran,
melanggar sila, kebencian, kelalaian, pikiran kusut, dan kebodohan ( yaitu ke-6
rintangan terhadap ke-6 paramita ); tentang yang menerima, mematuhi, dan
melanggar larangan; tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan;
tentang rintangan dan bukan rintangan; tentang apa yang berdosa dan tidak;
tentang kemurnian dan kekotoran; tentang keadaan duniawi dan suci; tentang
174
Pengetahuan dan pengalaman pribadi dari semua tahap penerangan untuk mencegah kesalahan dalam
menyangka tingkat-tingkat pendahuluan sebagai yang tertinggi.
107
heterodox dan orthodox; tentang aktivitas dan tiada aktivitas; dan tentang
samsara dan nirvana. Karena pikiran dari mereka yang susah diubah adalah
bagaikan kera, berbagai metode pengajaran diciptakan untuk mengendalikannya
agar bisa dijinakkan sama sekali. Bagaikan gajah dan kuda yang tidak bisa
dijinakkan tanpa dicambuk sampai mereka menjadi kesakitan dan menjadi mudah
dikendalikan, orang-orang yang keras kepala di dunia ini hanya bisa ditundukkan
dengan kata-kata pahit dan keras.”
108
Para Bodhisattva tamu bertanya, “Berapa banyaknya Dharma yang harus
dicapai oleh seorang Bodhisattva di dunia ini untuk menghentikan pertumbuhan
yang tidak sehat ( pencemaran ) agar bisa terlahir di tanah suci Buddha ?”
175
Dharma Sravaka juga diajarkan oleh Hyang Buddha sebelum Beliau mengungkapkan Mahayana.
109
BAB XI
PERILAKU BODHISATTVA
Hyang Buddha sedang membabarkan Dharma di taman Amravana, yang
mendadak berubah jadi indah dan luas, sedangkan semua yang hadir diliputi
warna keemasan.
110
mereka duduk Hyang Buddha bertanya kepada Sariputra, “Apakah engkau telah
melihat apa yang dilakukan para Bodhisattva agung dengan kekuatan transenden
mereka ?” Sariputra mengiyakan dan Beliau bertanya, “Bagaimana pendapatmu
atas hal itu ?” Sariputra menjawab, “Aku melihat mereka melakukan ( perbuatan
) tak terbayangkan yang tidak bisa terpikirkan atau terduga oleh pikiran.”
Hyang Buddha menjawab, “Ananda, itu adalah bau wangi yang dikeluarkan
oleh pori-pori para Bodhisattva ini.”
Pada saat itu Sariputra berkata pada Ananda, “Pori-pori kami juga
mengeluarkan bau wangi yang sama.”
111
mencapai anupattika-dharma-ksanti dan memakan nasi ini akan bertumimbal
lahir sekali lagi untuk perkembangan terakhir menuju ke-Buddha-an dan nasi ini
akan tercernakan.176 Bagaikan obat manjur yang menyembuhkan penyakit
sebelum terbuang, nasi ini akan tercernakan sesudah melenyapkan semua
kesusahan dan penderitaan ( klesa ).”
Ananda berkata kepada Hyang Buddha, “Yang Dijunjungi, sungguh suatu hal
yang langka bahwa nasi ini telah melakukan tugas penyelamatan Buddha.”
176
Seorang Bodhisattva melewati 10 tahap perkembangan untuk menjadi seorang Mahasattva dan tahap ke-11
untuk menjadi seorang Buddha lengkap; tahap inilah yang dicapai oleh Maitreya yang berdiam di surga Tusita
sekarang sebelum datang ke dunia ini sebagai Buddha berikutnya.
177
Ke-32 ciri fisik seorang Buddha; lihat penjelasan terperinci Ch’an and Zen Teaching, First Series, halm 178.
178
Ke-4 khayalan utama ( basic delusion ); tiada pencerahan sehubungan dengan ego; berpegangan pada ide ego;
harga diri, egoism, kebanggaan diri; dan memikirkan diri sendiri atau nafsu.
112
tugas penyelamatan-Nya. Inilah yang disebut memasuki pintu Buddha Dharma
menuju Penerangan ( Dharma-paryaya ).”
“Ananda, engkau bisa melihat tanah Buddha ( yaitu bersih dan tidak bersih
), tetapi engkau tidak bisa melihat perbedaan di dalam ruang angkasa yang sama
di mana-manapun. Demikian pula, tubuh fisik para Buddha berbeda satu sama
lainnya,180 tetapi sifat Maha Tahu Mereka adalah sama.”
“Ananda, jika Aku memberitahukan padamu arti sepenuhnya dari ke-3 gelar
ini, engkau akan menghabiskan seluruh kalpa tanpa mendengarnya secara
lengkap. Bahkan, sekalipun chiliocosmos besar ini penuh dengan makhluk hidup
yang merupakan pendengar yang baik dan seperti kamu yang mampu mengingat
segala Dharma yang mereka dengar, mereka juga akan menghabiskan seluruh
kalpa tanpa bisa mendengar penjelasan-Ku sepenuhnya ( dari ke-3 gelar ini ).
179
Yaitu dunia yang ‘tidak bersih’ ini, yang merupakan Tanah Buddha Sakyamuni.
180
Rupa-kaya materil dibandingkan dengan Dharmakaya yang immateril.
181
Samyaksambuddha: Yang Maha Tahu.
182
Tathagata: YangAbsolut dan datang sebagaimana semua Buddha lainnya.
183
Buddha: Yang Diterangi.
113
Karena, Ananda, penerangan sempurna dari Buddha itu tak terbatas dan
kebijaksanaan serta kemampuan berbicara-Nya tidak terbayangkan.”
184
Yaitu cara bijaksana seperti menunjukkan negeri Sarvagandhasughanda dan nasi wanginya untuk mendorong
mereka yang melihatnya agar memusatkan pikiran dalam pencarian pembebasan tak terbayangkan.
114
Bodhisattva engkau tidak boleh menghabiskan ( atau mengakhiri keadaan )
duniawi, juga tidak boleh berdiam di dalam ( keadaan ) yang di luar duniawi.”185
185
Sekalipun yang duniawi atau keadaan kausatif itu palsu, jika Bodhisattva meninggalkannya, mereka tidak akan
mencapai tugas besar penyelamatan; dan sekalipun yang di luar duniawi atau keadaan non-kausatif adalah
realitas, jika mereka berdiam di dalamnya kebijaksanaan mereka akan tidak lengkap karena ini merupakan
pencerahan diri dan bukan pencerahan universal. Karena jika mereka tidak meninggalkan keadaan duniawi
mereka akan bisa menyelamatkan makhluk hidup dan pahala mereka akan tak terbatas, dengan demikian
mengatasi semua rintangan yang dialami manusia duniawi; di pihak lain, jika mereka tidak berdiam dalam keadaan
di luar duniawi atau nirvana, kebijaksanaannya akan bebas dari dualitas atas subyek ( diri ) dan obyek ( nirvana ),
dan akan menjadi tak terbatas, dengan demikian mengatasi semua rintangan yang dihadapi manusia Hinayana.
186
Karena mereka juga memiliki sifat Buddha dan pada akhirnya mungkin bisa mencapai penerangan sebelum
kamu.
187
Baik kalimat ini maupun yang sebelumnya mengajarkan persamaan ke-2 ekstrem yang tidak mempunyai tempat
di dalam keadaan absolut.
115
untuk mencapai segala pengetahuan ( sarvajna ); membangkitkan pikiran
penyelamatan sewaktu melihat mereka yang melanggar sila; menganggap ( ke-6 )
penyempurnaan dengan sayang bagaikan orang tua sendiri; menganggap ( ke-37 )
kondisi pembantu penerangan bagaikan family sendiri yang sangat membantu;
menanam segala akar keunggulan tanpa pembatasan apapun; mengumpulkan
hiasan gemilang dari semua tanah suci untuk membentuk tanah Buddha-Nya
sendiri; pemberian Dharma yang tak terbatas untuk memenangkan segala ciri fisik
unggul ( dari Buddha ); menghapuskan semua kejahatan untuk memurnikan
tubuh, mulut, dan pikiran sendiri; mengembangkan keberanian yang tidak
menyusut sewaktu mengarungi lautan samsara di dalam kalpa yang tak terhitung;
tekad yang tak kenal lelah untuk mendengarkan ( kisah ) pahala dari Buddha yang
tak terbatas; menggunakan pedang kebijaksanaan untuk menghancurkan bandit
klesa ( godaan ) guna membimbing makhluk hidup keluar dari ( alam ke-5 ) skanda
dan ( 12 ) pintu masuk ( ayatana ) agar bisa membebaskan mereka selama-
lamanya; menggunakan ketaatan yang teguh untuk menghancurkan pasukan
setan; pencarian kebijaksanaan yang tak terhenti untuk menghindari kebanggaan
( diri ); puas dengan sedikit keinginan sambil tidak melarikan diri dari dunia ini
untuk melanjutkan tugas penyelamatan Bodhisattva, tidak tercela dalam tingkah
laku dan sikap tubuh sewaktu memasuki dunia ( untuk mengubah makhluk hidup
); menggunakan kekuatan transenden yang berasal dari kebijaksanaan untuk
membimbing dan mengarahkan semua makhluk hidup; menggunakan kekuatan
trasenden yang berasal dari kebijaksanaan untuk membimbing dan mengarahkan
semua makhluk hidup; mengendalikan proses berpikir ( Dharani ) agar tidak
pernah melupakan Dharma; mengetahui akar dari semua makhluk hidup untuk
memutuskan keraguan dan kecurigaan mereka ( atas sifat hakiki dirinya );
menggunakan kemampuan berbicara untuk mengajarkan Dharma tanpa
hambatan; menyempurnakan 10 perbuatan baik untuk memenangkan pahala dari
manusia dan dewa agar bisa terlahir di antara mereka untuk menyebarkan
Dharma ); mempraktekkan ke-4 pikiran tak terhingga untuk mengajar di surga
Brahma; bergembira karena diundang untuk membabarkan dan memuji Dharma
guna memenangkan metode mengajar dari Buddha ( yang trampil ); mencapai
keunggulan tubuh, mulut, dan pikiran untuk memenangkan sikap tubuh yang
menimbulkan hormat dari Buddha; mempraktekkan ( secara dalam ) Dharma yang
116
baik untuk membuat perbuatannya tak terlampaui; mempraktekkan Mahayana
agar menjadi bhiksu Bodhisattva; dan mengembangkan pikiran tidak-mengalami-
kemunduran agar tidak kehilangan segala pahala unggul.”
117
untuk mengajar dan mengubah makhluk hidup; memahami keadaan tiada apapun
tanpa melupakan ( tentang ) welas asih yang besar; memahami posisi yang benar
( yaitu nirvana ) tanpa mengikuti kebiasaan Hinayana( untuk berdiam di dalamnya
); memahami irrealistisnya semua fenomena yang tidak bertahan maupun
mempunyai sifat bebas, dan yang tak ber-ego dan tak berwujud, tetapi karena
ikrar fundamentilnya sendiri belum terpenuhi seluruhnya, dia tidak boleh
menganggap pahala, ketenangan, dan kebijaksanaan sebagai tidak nyata sehingga
dengan demikian berhenti mempraktekkannya.”
118
trampil dari Buddha Sakyamuni sungguh menakjubkan.” Sesudah berkata
demikian mereka menghilang untuk kembali ke negeri mereka.
119
BAB XII
MELIHAT BUDDHA AKSOBHYA196
Kemudian Hyang Buddha bertanya kepada Vimalakirti, “Bagaimana engkau
berbicara tentang kedatanganmu ke sini untuk melihat Tathagata, tetapi
bagaimanakah engkau memandang-Nya dengan seimbang ?”197
120
maupun yang lainnya , bukan wujud maupun tak berwujud199 bukan di pantai sini
( dari tiada pencerahan ) maupun di pantai sana ( dari pencerahan ) maupun di
arus tengah200 sewaktu mengubah makhluk hidup. Dia memahami kondisi
nirvana ( atas keheningan dan pemadaman keberadaan duniawi ) tetapi tidak
berdiam di dalam pemadaman permanennya.201 Dia itu bukan ini maupun itu dan
tidak bisa diungkapkan oleh ke-2 ekstrem ini.202 Dia tidak bisa diketahui oleh
intelek atau dicerap oleh kesadaran.203 dIa itu tidak terang maupun gelap. Dia
tidak bernama dan tidak berwujud,204 tidak kuat maupun lemah, bukan bersih
maupun tidak bersih,205 tidak di dalam tempat tertentu maupun di luar dari itu,206
dan bukan yang-duniawi maupun yang-di-luar-duniawi. Dia tidak dapat
ditunjukkan maupun dibicarakan.207 Dia tidak murah hati maupun egois; Dia tidak
memegang maupun melanggar larangan; berada diluar kesabaran dan amarah,
kerajinan dan kelalaian, keheningan dan gangguan. Dia tidak pintar maupun
bodoh, dan tidak jujur maupun menipu. Dia tidak datang maupun pergi, dan tidak
memasuki maupun meninggalkan. Dia berada di luar jangkauan kata dan
ucapan.208 Dia bukanlah ladang berkah maupun kebalikannya, bukan pantas
maupun tak pantas untuk pemujaan dan persembahan. Dia tidak bisa diraih
maupun dilepas serta berada di luar ‘adalah’ ( is ) dan ‘bukan’ ( is not ). Dia setara
dengan realitas dan dengan sifat Dharma ( Dharmata ) serta tidak dapat ditandai
dan ditaksir, karena Dia berada di luar menaksir dan mengukur. Dia tidak besar
maupun kecil, tidak terlihat maupun terdengar, tidak bisa dirasakan atau
diketahui, bebas dari segala simpul dan ikatan; setara dengan segala pengetahuan
dan dengan sifat ( hakiki ) dari segala makhluk hidup, dan tidak bisa dibedakan
199
Dia bebas dari ikatan terhadap nirvana tak berwujud dan wujud ilusi di dalam samsara.
200
Dia berada di luar dualitas tak berpencerahan dan pencerahan, dan tidak berdiam di dalam arus tengah untuk
mengubah semua makhluk hidup.
201
Nirvana aadalah keadaan keheningan dan pemadaman semua keberadaan duniawi yang tidak bisa merupakan
subyek pemusnahan lebih lanjut. Lagipula, dia tidak berdiam di dalam nirvana agar bisa memikul tugas
penyelamatan.
202
Karena Dia itu tidak mendua dan absolut.
203
Karena Dia itu tidak terpikirkan.
204
Karena Dia itu berada di luar nama dan rupa, mata rantai ke-4 dari 12 nidana atau mata rantai kehidupan
bersyarat.
205
Dia berada di luar segala relativitas dan pertentangan.
206
Dia berada di luar ruang karena Dia Maha Ada.
207
Karena Dia itu tak terbayangkan.
208
Dia telah mencapai tahap yang tak terungkapkan dengan ucapan maupun tulisan.
121
dari segala hal / benda. Dia berada di luar keuntungan dan kerugian, bebas dari
pencemaran dan kesusahan ( klesa ), berada di luar menciptakan dan
menimbulkan ( apapun ), berada di luar kelahiran dan kematian, berada di luar
ketakutan dan kekuatiran, berada di luar suka dan tidak suka, dan berada di luar
keberadaan di masa lalu, yang akan datang dan sekarang. Dia tidak dapat
diungkapkan dengan kata, ucapan, pembedaan, dan penunjukan.”
Vimalakirti menjawab, “Ya, jika segala hal / benda adalah ilusi, mengapa
engkau bertanya padaku di mana aku meninggal agar terlahir di sini ? Sariputra,
kematian adalah tidak nyata dan memperdayakan, dan berarti kebusukan dan
kehancuran ( bagi manusia duniawi ), sedangkan kehidupan yang juga tidak nyata
dan memperdayakan berarti kesinambungan baginya. Bagi Bodhisattva sekalipun
209
Sariputra mengagumi kemampuan berbicara Vimalakirti dan bertanya di mana Dia belajar semua ini sebelum
kelahiran-Nya di Vaisali.
210
Sariputra telah mencapai tak terlahirkan sebagaimana diajarkan oleh Hinayana yang mengajarkan bahwa
kelahiran dan kematian adalah ilusi dan palsu.
122
dia menghilang ( di suatu tempat ) dia tidak mengakhiri ( perbuatan baik )
kebaikannya, dan sekalipun dia muncul kembali ( di tempat lain ) dia mencegah
timbulnya kejahatan.”211
Setelah itu Hyang Buddha berkata kepada Sariputra, “Ada suatu tanah (
Buddha ) yang disebut alam Abhirati ( Penuh Kegembiraan ). Buddhanya adalah
Buddha Aksobhya,212 di mana Vimalakirti menghilang untuk datang ke sini.213
Sariputra berkata, “Sungguh suatu hal yang langka, Yang Dijunjungi, bahwa
orang ini bisa meninggalkan suatu tanah suci untuk datang ke dunia yang
dipenuhi kebencian dan bahaya ini.”
Sariputra menjawab, “Di mana ada cahaya sang surya di situ tidak ada
kegelapan.”
123
Vimalakirti berpendapat bahwa dia harus, sambil tetap di tempat duduk-
Nya, mengambi dunia Abhirati dengan tangan-Nya berikut pegunungan yang
melingkarinya,214 bukit, sungai, kali, jurang, mata air, laut, Semeru, matahari,
bulan, bintang, planet, istana naga, hantu, roh halus, dan dewa, Bodhisattva,
Sravaka, kota, desa, laki-laki dan perempuan dari segala umur, Tathagata
Aksobhya, pohon bodhi dan bunga teratai-Nya yang indah, yang digunakan untuk
melakukan tugas penyelamatan Buddha di 10 penjuru, maupun ke-3 tangga
dengan tapakan permata yang menghubungkan Jambudvipa dengan
Trayastrimsa,215 melalui mana para dewa turun ke bumi untuk memberikan
penghormatan kepada Tathagata Aksobhya dan mendengarkan Dharma-Nya, dan
melalui mana manusia naik ke Trayastrimsa untuk bertemu para dewa. Semua ini
merupakan hasil pahala tak terhitung dari alam Abhirati, dari surga Akanistha216 di
atas sampai ke lautan di bawah217 dan diangkat oleh Vimalakirti dengan
mudahnya, bagaikan seorang pembuat tembikar mengangkat jenteranya,
membawa segalanya ke bumi untuk diperlihatkan kepada persamuwan bagaikan
memperlihatkan hiasan kepala-Nya sendiri.
214
Yaitu cakrawala yang membentuk lingkaran dunia Abhirati
215
Trayastrimsa: surga dari ke-33 dewa, ke-2 dari surga nafsu.
216
Surga Akanistha:surga wujud yang paling tinggi
217
Di atas Sumeru adalah surga Indra; di bawahnya adalah ke-4 deva loka; di sekelilingnya adalah ke-8 lingkaran
pegunungan, dan di antaranya ke-8 lautan, keseluruhan dari itu membentuk 9 pegunungan dan 8 lautan.
124
Pada saat itu Buddha Sakyamuni berkata pada persamuwan, “Pandanglah
Tathagata Aksobhya dari Tanah Abhirati yang indah, di mana para Bodhisattva
hidup dengan murni dan siswa dari Hyang Buddha adalah tidak bernoda.”
Sewaktu tanah murni Abhirati muncul, 14 nayuta manusia di dunia Saha ini
mengembangkan pikiran yang dipusatkan pada penerangan sempurna, dan
berikrar untuk terlahir kembali di alam Abhirati. Buddha Sakyamuni kemudian
meramalkan kelahiran kembali mereka nanti di situ.
126
BAB XIII
PERSEMBAHAN DHARMA
Setelah itu, Sakra,218 yang berada di dalam persamuwan berkata kepada
Hyang Buddha, “Yang Dijunjungi, sekalipun aku telah mendengarkan ratusan dan
ribuan sutra yang dibabarkan oleh-Mu dan Manjusri, aku belum mendengar Sutra
Tak Terbayangkan tentang kekuatan transenden tertinggi dan realitas mutlak ini.
Menurut pengertianku dari ajaran-Mu barusan, jika makhluk hidup yang
mendengarkan Dharma dari Sutra ini percaya, mengerti, menerima,
mempertahankan, membaca, dan mengucapkannya,mereka tentunya akan
mendapatkan Dharma ini. Apalagi bila seseorang mempraktekkannya sesuai
dengan yang diajarkan; dia akan menutup semua pintu menuju kehidupan rendah
dan akan membuka semua pintu menuju keberkahan, akan memperoleh
kesempurnaan Buddha, akan menaklukkan aliran menyimpang, menghancurkan
iblis, mengembangkan Bodhi, menyiapkan tempat penerangan ( Bodhimandala )
dan mengikuti jejak Tathagata. Yang Dijunjungi, jika ada orang yang menerima,
mempertahankan, membaca, mengucapkan, dan mempraktekkan Sutra ini, aku
dan pengikut-Ku akan memberikan segala kebutuhan hidup mereka. Jika sutra ini
disimpan di suatu kota atau desa, di taman atau di gurun, aku dan pengikutku
akan datang ke tempat di mana sutra ini diajarkan untuk mendengarkan
Dharmanya. Aku akan membuat mereka yang tidak percaya untuk
mengembangkan keyakinan terhadap kotbah ini. Sedangkan terhadap mereka
yang percaya aku akan melindunginya.”
“Oleh sebab itu, Sakra, jika seorang laki-laki atau perempuan bajik
menerima, menyimpan, membaca, mengucapkan, dan menghormati sutra ini,
218
Sakra, penguasa surga ke-33, pn 158
219
Lihat juga hal.. dan .. tentang urutan ke-3 masa waktu ( lampau, yang akan datang, dan sekarang ) yang
kelihatan aneh bagi ilmuwan modern yang tidak mengetahui dalamnya arti sutra Mahayana.
127
sikap yang demikian itu setara dengan memberikan persembahan kepada Buddha
masa lalu, yang akan datang, dan sekarang. Sakra, jika chiliocosmos besar ini
dipenuhi dengan Tathagata tak terhitung sebanyak tanaman tebu, bambu, alang-
alang, biji padi dan biji rami di ladangnya; dan jika seorang laki-laki atau
perempuan bajik yang telah menghabiskan seluruh kalpa ataupun suatu kalpa
yang menyusut220 untuk memuja, menghormati, memuji, melayani, dan
memberikan persembahan kepada para Buddha ini, dan kemudian sesudah
nirvana ( meninggal ) nya Mereka, mengumpulkan peninggalan ( sharira )-Nya dan
membangun stupa dengan 7 permata seluas ke-4 surga dewa ( dikumpulkan ) dan
tingginya mencapai surga Brahma berikut menara yang indah, di mana dia
memberikan persembahan dengan bunga, dupa, untaian batu mulia, panji, dan
music merdu selama satu kalpa penuh maupun satu kalpa menyusut, Sakra,
menurut pendapatmu besarkah pahalanya ?”
Sakra menjawb, “Sangat besar, Yang Dijunjungi, dan adalah tidak mungkin
untuk menghitung pahalanya selama ratusan dan ribuan kalpa.”
Sang Buddha berkata, “Sakra, perlu engkau ketahui bahwa jika ada laki-laki
atau perempuan bajik lainnya, yang sesudah mendengarkan Sutra Pembebasan
Tak Terbayangkan ini, percaya, mengerti, menerima, menyimpan, membaca,
mengucapkan, dan mempraktekkan sutra ini, pahalanya akan melampaui yang
dimiliki oleh laki-laki dan perempuan bajik sebelumnya. Mengapa ? Karena bodhi
( penerangan ) dari semua Buddha berasal dari Dharma ini, dan oleh karena
penerangan itu berada di luar segala ukuran, pahala dari sutra ini tidak dapat
ditaksir.”
Sang Buddha melanjutkan, “Dahulu kala, pada suatu kalpa tak terhitung di
masa lampau, ada seorang Buddha yang disebut Bhaisajyaraja ( yang gelarnya
adalah ); Tathagata221, Arahat,222 Samyaksambuddha,223 Vidya-Carana-
Sampanna,224 Sugata,225 Lokavid,226 Anuttara,227 Purusa-Damya-Sarathi,228 Sasta-
220
Kalpa yang menyusut, di mana usia kehidupan secara bertahap berkurang dibandingkan dengan kalpa
berkembang di mana usia kehidupan bertambah dengan sama ( lihat Abhidharma-kosa-sastra ).
221
Tathagata; Yang Mutlak, ( yang ) datang sebagaimana semua Buddha lainnya, lihat juga hal..
222
Arahat; yang layak dipuja.
223
Samyak-Sambuddha; Maha Tahu
224
Vidya-Carana-Sampanna; pengetahuan – perilaku sempurna.
128
Devamanusyanam,229 dan Buddha-Lokanatha atau Bhagavan.230 Dunia-Nya
disebut Mahavyuha231 dan kalpa-Nya adalah Alamkarakakalpa.232 Buddha
Bhaisajya-raja berdiam selama 20 kalpa kecil.233 Jumlah Sravakanya mencapai 36
nayuta dan Bodhisattvanya 12 lac. Sakra, di situ ada seorang penguasa surgawi (
cakravarti )234 yang disebut Canopy Mulia ( Ratnacchatara ) yang memiliki ke-7
permata dan merupakan penjaga dari ke-4 surga. Dia mempunyai 1.000 anak
laki-laki yang disegani, berani, dan telah menaklukkan semua oposisi.”
225
Sugata; yang menempuh Jalan Mulia.
226
Lokavid; pengenal segenap dunia.
227
Anuttara; yang tak tertandingi.
228
Purusa-Damya-Sarathi; penjinak nafsu.
229
Sasta-Devamanusyanam; guru dewa dan manusia.
230
Buddha-Lokanatha atau Bhagavan Yang Dijunjungi. Dari no 214 – 223 di atas adalahke-10 gelar seorang Buddha
penuh.
231
Mahavyuha; Maha Gemilang.
232
Alamkarakakalpa; kalpa gemilang.
233
Kalpa kecil ( antara kalpa ); menurut Abhidharma-kosa-sastra, 1 kalpa kecil adalah suatu masa di mana umur
manusia bertambah 1 tahun setiap 1 abad sampai mencapai 84.000; kemudian umur itu berkurang dengan tingkat
yang sama sampai masa kehidupan mencapai 10 tahun; masing-masing proses ini 1 kalpa, tetapi ada yang
menghitung keduanya sebagai 1 kalpa kecil.
234
Cakravarti: seorang dewa yang roda keretanya menggelinding ke mana-mana tanpa rintangan.
129
“Setelah itu Canopy Bulan menghadap Tathagata Bhaisajyaraja, bersujud di
kaki-Nya dan berdiri di samping sambil bertanya, ‘Yang Dijunjungi, ( aku telah
mendengar bahwa ) persembahan Dharma melampaui segala jenis persembahan
lainnya; apakah persembahan Dharma itu ?’ ”
235
Symbol – Dharani; stabilisator atau kekuatan untuk mengendalikan kebaikan agar tidak lenyap dan juga atas
kejahatan agar tidak timbul.
236236
Ilusi atas ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan sebagaimana diajarkan dalam Sutra Intan, lihat Ch’an
dan Zen Teaching, First Series, hal 161.
237
Ke-3 gerbang ke nirvana.
238
Yaitu duduk di dalam suatu Bodhimandala atau lingkaran penerangan untuk memutar roda hukum atau
menyebarkan Dharma.
130
kelahiran dan kematian, mengungkapkan kegembiraan di dalam nirvana
sebagaimana dikotbahkan oleh para Buddha dari ke-3 masa waktu dan 10
penjuru’.”
239
Hyang Buddha berkata kepada murid-Nya, “Sesudah nirvana-Ku, engkau harus mengandalkan 4 hal yang akan
merupakan gurumu; pada Dharma daripada manusia, pada arti daripada kata-kata, pada kebijaksanaan daripada
intelek, dan pada sutra yang mengungkapkan seluruh kebenaran daripada yang mengungkapkan sebagian.”
240
Ke-12 mata rantai kehidupan bersyarat yang disinggung di permulaan paragraf ini menunjukkan bahwa itu tidak
tercipta, dan sekali lagi disinggung di sini untuk menunjukkan, bahwa karena tidak nyata, ia tidak dapat
dihancurkan karena prinsip hakikinya yang tak terhabiskan.
131
Sang Buddha kemudian berkata pada Sakra, “Canopy Bulan, sesudah
mendengarkan Dharma dari Buddha Bhaisajya ( Buddha Pengobatan ), ( hanya )
mencapai Kesabaran Penuh keselarasan,241 dan melepaskan jubahnya yang mahal
untuk dipersembahkan kepada Buddha tersebut, sambil berkata, ‘Yang Dijunjungi,
sesudah nirvana-Mu, aku akan memberikan persembahan Dharma untuk
mempertahankan doktrin yang murni, apakah kekuatan kebajikan-Mu itu akan
membantuku dalam mengatasi iblis dan mempraktekkan perilaku Bodhisattva ?’ ”
“Sakra, pada saat itu Canopy Bulan mencerap Dharma yang murni dan
bersih, dan sesudah menerima ramalan Sang Buddha, mempercayainya dan
meninggalkan rumah tangganya untuk bergabung dengan Sangha. Dia
mempraktekkan Dharma dengan tekun sehingga tidak lama kemudian
memperoleh ke-5 kekuatan transenden. Di dalam tahap perkembangan
Bodhisattvanya, dia memperoleh kemampuan berbicara tak terbatas melalui
pengendalian sempurnanya ( Dharani atas semua pengaruh luar ). Sesudah
nirvananya Buddha Bhaisajya, dia menggunakan kemampuan berbicara ini untuk
memutar roda hukum, menyebarluaskan Dharma selama 10 kalpa kecil. Canopy
Bulan tidak mengenal lelah dalam mengajarkan Dharma dan mengubah sejuta lac
manusia yang berdiri teguh di dalam pencarian penerangan sempurna, 14 nayuta
manusia memutuskan untuk mencapai tahap Sravaka dan Pacceka Buddha, dan
makhluk yang tak terhitung terlahir di surga.”
“Sakra, siapakah Raja Canopy mulia itu ? Dia sekarang adalah seorang
bUddha yang disebut Tathagata Ratnarcis ( Nyala Mulia ), dan ke-1.000 anaknya
adalah ke-1.000 Buddha dari Bhadrakalpa ( Kalpa Kebajikan ) sekarang, di mana
Buddha pertamanya adalah Krakucchanda dan Buddha terakhirnya adalah Rucika.
Bhiksu Canopy Bulan adalah diri-Ku sendiri. Sakra, perlu engkau ketahui, bahwa
persembahan Dharma itu adalah bentuk persembahan yang tertinggi. Oleh sebab
241
Yaitu Meekness ( menurut / tidak bertentangan ) untuk selaras dengan Dharma, tetapi yang belum memasuki
realitas.
132
itu, engkau harus memberikan persembahan Dharma sebagai persembahan
kepada semua Buddha.”
133
BAB XIV
PESAN UNTUK MENYEBARKAN SUTRA INI
Hyang Buddha kemudian berkata kepada Maitreya, “Maitreya, sekarang
juga Kupercayakan kepada-Mu Dharma Penerangan Sempurna yang telah
Kukumpulkan selama kalpa yang tak terhitung ini. Dalam periode ke-3 ( terakhir )
dari kalpa Buddha242engkau harus menggunakan kekuatan transenden untuk
mengumumkan dengan luas di Jambudvipa ( bumi ) sutra ( luhur ) seperti ini,
tanpa membiarkannya terputus. Karena di dalam generasi mendatang akan
terdapat laki-laki dan perempuan bajik, maupun naga, hantu, roh, gandharva, dan
raksasa, yang akan menikmati Dharma agung ini dan akan memutuskan untuk
mencari penerangan sempurna; jika mereka tidak mendengar tentang sutra
seperti ini, mereka akan kehilangan manfaat yang besar dan akan mengalami
kemunduran ( binasa ). Jika mereka mendengar ajaran ini mereka akan bersuka
cita, akan percaya, dan akan menerimanya segera dengan menempatkannya di
atas kepala mereka. Demikianlah, demi untuk melindungi putra putri bajik ini di
masa mendatang, engkau harus menyebarluaskan ajaran ini.”
242
Sesudah nirvananya Buddha, periode pertama dari kalpa Buddha adalah 500 tahun dari doktrin asli; yang ke-2
adalah ke-1.000 tahun dari hukum duplikat atau kemiripan doktrin, dan yang ke-3 adalah ke-1.000 tahun dari
kemunduran dan berakhirnya.
134
“Maitreya, ada 2 kelas Bodhisattva yang baru diinisiasi yang tidak dapat
mengerti Dharma yang sangat dalam: mereka yang pada saat mendengar sutra
luhur yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, timbul rasa takut dan
keraguan, tidak bisa menerimanya sambil terus menghujatnya dengan berkata,
‘Aku belum pernah mendengarnya, dari mana datangnya ini ?’ dan mereka yang
menolak untuk mengunjungi dan memberikan persembahan kepada pembabar
sutra luhur ataupun mencari-cari kesalahannya; inilah ke-2 kelas dari Bodhisattva
yang baru diinisiasi yang tidak bisa mengendalikan pikiran mereka sewaktu
mendengarkan Dharma yang dalam, dan dengan demikian merugikan mereka
sendiri.”
“Yang Dijunjungi, di masa berakhirnya Dharma yang akan datang, jika ada
yang bisa menerima, menyimpan, membaca, dan mengucapkan sutra ini dan
membabarkannya secara luas, mereka akan melakukannya di bawah pengaruh
kekuatan transenden-Ku.”
135
Hyang Buddha berkata, “Bagus, Maitreya, bagus; sebagaimana telah
engkau katakan, Aku akan membantu-Mu mencapai kegembiraan besar ini.”
Ke-4 Raja Dewa berkata kepada Sang Buddha, “Yang Dijunjungi, di segala
desa dan kota, negeri maupun hutan, di mana ada Sutra ini dan orang yang
membaca, mengucapkan, menerangkan, dan mengumumkannya, aku akan
membimbing pejabat setempat agar mengunjungi tempat tersebut untuk
mendengarkan Dharma itu, dan melindungi mereka sehingga tidak ada yang
berani mendekati radius 100 yojana dari tempat itu untuk mengganggu mereka.”
Ananda berkata, “Ya, Yang Dijunjungi, aku telah menerima Sutra ini dan
akan menyimpannya. Apakah judulnya itu ?”
136
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1) “The Vimalakirti Nirdesa Sutra,” Charles Luk, Shambala Publication,
Berkeley and London, 1972.
2) “The Teaching of Vimalakirti,” Sara Boin, Pali Text Society, London, 1976.
3) “The Holy Teaching of Vimalakirti,” Robert AF Thurman, The Pennsylvania
State University Press, 1976.
4) “The Surangama Sutra,” Charles Luk, Rider, London, 1966.
5) “Ch’an and Zen Teaching,” First Series, Charles Luk, Rider, London,
Shambala, Berkeley, 1960.
6) “Ch’an and Zen Teaching,” Third Series, Charles Luk, Rider, London;
Shambala, Berkeley, 1962.
7) “The Secret of Chinese Meditation,” Charles Luk, Rider, London; Weister,
New York, 1964.
137