Anda di halaman 1dari 450

i

ii
Buddha Sakyamuni

iii
iv
Guru Padmasambhava

v
WEJANGAN GURUKU –
Pendahuluan Maha Ati
Terjemahan Karma Samten

Judul asli (Bahasa Tibet):


༄༄། �ོགས་པ་ཆེན་པོ་�ོང་ཆེན་�ིང་ཏིག་གི་�ོན་�ོའི་
�ིད་ཡིག་�ན་བཟང་�་མའི་ཞལ་�ང
ཞེས་�་བ་བ�གས་སོ །།
Dzogpa Chenpo Longchen Nyingtik gi Ngondrö
Tridyig Kunzang Lamei Zhallung
Zhëjawa Zhugso *
Karangan: Patrul Rinpoche

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh:


Karma Samten
berdasarkan:

Terjemahan Bahasa Mandarin:


《索達吉堪布仁波切: 大圓滿前行引導文 – 普賢上師言教》
Wejangan Guruku yang Sempurna – Pendahuluan Dzogchen
Oleh : Khenpo Sodargye Rinpoche
Sumber: larong-chuling.org/upload_images/PDF/06.pdf
.

448lm; 15 x 23 cm
ISBN: 978-602-491-084-6

©copyright Heru Widjaja MSc


khunwidjaja@gmail.com

TIDAK UNTUK DIJUAL

Untuk download/reprint, silakan klik: https://wejanganguruku.wordpress.com

*
Judul terjemahan Bahasa Inggeris: THE WORDS OF MY PERFECT TEACHER
Oleh: Padmakara Translation Group. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05 Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf.
vi
Kata Pengantar

Untuk merealisasi Dzogchen – Maha Ati atau Kesempurnaan Agung –, ajaran


tertinggi dari sekte Nyingma, seseorang perlu memiliki dasar untuk latihan tersebut.
Ia seharusnya telah menanam dasar yang kuat atas empat perenungan: sulitnya
memperoleh tubuh manusia yang berharga, ketidak-kekalan atas segala yang ada,
tidak sempurnanya dunia samsara, dan prinsip sebab akibat dari perbuatan, serta
menyelesaikan latihan berlindung, purifikasi, pengumpulan pahala dan Guru Yoga.

Dalam tulisannya, pengarang menekankan bahwa bukan untuk latihan tersebut


saja. Selama sang praktisi belum melepaskan diri dari ketertarikannya terhadap
keduniawian, maka ia tidak berada dalam latihan Dharma apa pun yang
sesungguhnya; dan selama ia belum membangkitkan bodhicitta, maka segala latihan
yang dijalankannya adalah sia-sia.

Dalam latihan Pendahuluan, atau lazimnya disebut Ngondro ini, keempat


perenungan yang bersifat umum di atas diuraikan dengan sangat rinci, disusul
dengan panduan latihan dalam Pendahuluan Khusus yang disajikan dengan doa-doa
lengkap, yang dengan demikian memberi kemudahan bagi pembaca.

Secara umum dapat dikatakan, dalam menulis buku ini, penulis dengan penuh
belas kasih dan dengan wanti-wanti berpesan kepada pembaca agar, ketimbang
sibuk dengan aktivitas duniawi yang tidak bermakna, lebih baik melatih Dharma,
satu-satunya hal yang dapat membantu kita untuk memperoleh kebahagiaan dalam
kehidupan ini dan selanjutnya. Kita akan terharu akan kata-katanya yang begitu
menyentuh, yang diucapkan ibarat seorang ibu yang hanya menginginkan
kebahagiaan dan keselamatan bagi anak tunggalnya.

Buku ini diterjemahkan dari teks Bahasa Mandarin hasil terjemahan dari
naskah asli Bahasa Tibet oleh Khenpo Sodargye Rinpoche, seorang murid utama
Y.M. Jigme Phuntshok yang merupakan salah seorang guru pemegang silsilah
Dzogchen Longchen Nyingtik. Kendati terjemahan ke dalam Bahasa Mandarin dari
teks Bahasa Inggeris “The Words of My Perfect Teacher” sudah beredar dan sangat
populer, mungkin karena alasan tertentu Rinpoche merasa perlu menterjemahkan
ulang dari naskah asli Bahasa Tibet-nya. Semoga bermanfaat.

Semoga semua makhluk berbahagia!

Jakarta, Hari Raya Waisak 2563/2019

Karma Samten

vii
DAFTAR I S I

Kata Pengantar
3
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN
INSTRUKSI SPIRITUAL

BAGIAN PERTAMA 19

PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR

Bab 1 Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah 21


Bab 2 Ketidak-kekalan kehidupan 43
Bab 3 Ketidak-sempurnaan dunia samsara 67
Bab 4 Perbuatan: Prinsip sebab dan akibat 115
Bab 5 Manfaat pembebasan 153
Bab 6 Bagaimana cara mengikuti seorang guru 155

BAGIAN KEDUA 189

PENDAHULUAN KHUSUS
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM

Bab 1 Mengambil Perlindungan 191


Bab 2 Membangkitkan bodhicitta 217
Bab 3 Meditasi dan melafal pada guru sebagai Vajrasattva 297
Bab 4 Mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan 321
Bab 5 Guru Yoga 357

BAGIAN KETIGA 411

PHOWA 433
KESIMPULAN 442
DAFTAR PUSTAKA 472

viii
Hormat kepada semua Tiga Akar 1!
Hormat kepada semua Guru mulia pemilik welas asih universal!

Dibimbing dan dicerahkan dengan ajaran


Silsilah Batin Sang Penakluk, Silsilah Lambang dari Vidyadhara dan
Silsilah Pendengaran Pudgala 2,
Makhluk-makhluk yang beruntung dapat mencapai manfaat ganda, 3
Saya bersujud kepada semua pemegang ketiga silsilah.

Dalam hamparan luas di mana semua fenomena melenyap, Anda


merealisasi kebijaksanaan dhamakaya;
Dalam cahaya terang kekosongan, Anda melihat pemunculan alam
Buddha sambhogakaya;
Demi bekerja untuk keuntungan makhluk-hidup, Anda menampakkan diri
kepada mereka dalam tubuh nirmanakaya;
Saya bersujud kepada Raja Dharma yang Mahatahu Longchenpa.

Dalam kebijaksanaan Anda melihat sifat sejati semua fenomena;


Cahaya belas kasih Anda melimpahkan manfaat bagi semua makhluk;
Anda yang menjelaskan ajaran tentang jalan yang mendalam dari
kendaraan tertinggi,
Saya bersujud kepada Vidyadhara Rigdzin Jigme Lingpa.

Anda adalah Avalokiteśvara sendiri dalam bentuk teman spiritual;


Siapa pun yang mendengar Anda berbicara, akan dibimbing di jalan
menuju kebebasan;
Aktivitasmu tidak terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk;
Saya bersujud kepada Guru akar yang mulia.

Tulisan-tulisan dari Mahatahu Longchenpa mencakup seluruh ajaran


silsilah;
Sari instruksi yang membawa ke Kebuddhaan dalam satu masa
kehidupan saja,
Pendahuluan luar yang bersifat umum, dan pendahuluan dalam yang
khusus 4 sifatnya;
Serta ajaran jalan cepat pemindahan dan nasihat tambahannya.
1
Tiga Akar: Guru, Yidam, Dakini dan Pelindung Dharma.
2
Pudgala: Individu makhluk yang bertumimbal lahir.
3
Dua manfaat: Memberi manfaat kepada diri sendiri dan kepada makhluk hidup lainnya.
4
Kata ‘umum’ mengacu pada ajaran atau latihan yang terdapat di semua tradisi atau sekte
Buddhis, sedangkan ‘khusus’, ‘unik’, ‘tersendiri’ atau secara harfiah ‘tidak umum’,
mengacu pada ajaran atau latihan yang hanya dimiliki oleh tradisi yang bersangkutan.
1
Semoga para Buddha dan para guru memberkati saya,
Agar saya dapat menjelaskan dengan pasti sebagaimana saya telah
mengingat mereka,
Ajaran yang mendalam, namun jelas dan mudah dimengerti,
Dari kata-kata yang tepat Guru saya yang sempurna.

Catatan yang setia tentang instruksi guru saya yang tiada bandingannya
tentang pendahuluan umum luar dan dalam untuk Hamparan Luas Esensi Hati 5
dari Kesempurnaan Agung 6 dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan luar yang
bersifat umum; pendahuluan dalam yang bersifat khusus; dan jalan cepat
pemindahan sebagai bagian dari latihan utama.

5
Tib. Longchen Nyingtik.
6
Tib. Dzogchen, Skt. Mahasandhi / Maha Ati.
2
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN
INSTRUKSI SPIRITUAL

Cara yang benar dalam mendengarkan instruksi spiritual meliputi dua


aspek: niat yang benar, dan perilaku yang benar.

1. Niat
Niat yang benar mencakup sikap bodhicitta, pikiran pencerahan yang
luas, dan ketrampilan yang luas dalam cara-cara Mantrayana Rahasia. 7

1.1 Niat bodhicitta yang luas

Renungkanlah demikian: Tak ada satu pun makhluk dalam alam


samsara, lautan penderitaan yang luas ini, yang sejak waktu tak berawal
tidak pernah menjadi ayah atau ibu kita. Ketika mereka menjadi orang
tua kita, apa yang dipikirkan oleh makhluk-makhluk ini hanyalah
bagaimana membesarkan kita dengan segala kelembutan cinta kasih yang
memungkinkan, melindungi kita dengan kasih sayang yang besar dan
memberikan kepada kita bagian yang terbaik dari makanan dan pakaian
mereka.
Semua makhluk yang sudah begitu sayang kepada kita ini mengi-
nginkan kebahagiaan, namun mereka sama sekali tidak mengetahui
bagaimana mempraktekkan hal-hal yang akan membawa kebahagiaan,
yaitu sepuluh perbuatan positif. Tiada satu pun di antara mereka yang
ingin menderita, namun mereka tidak mengetahui bagaimana berhenti
melakukan sepuluh perbuatan negatif, yang merupakan akar dari semua
penderitaan. Harapan mereka yang paling dalam dan apa yang mereka
perbuat sesungguhnya adalah berlawanan satu sama lainnya. Kasihan,
mereka tersesat dan kebingungan, seperti orang buta yang ditinggalkan di
tengah-tengah dataran yang luas!
Katakanlah kepada diri anda: “Demi membuat mereka menjadi
bahagialah maka saya mendengarkan dan berlatih Dharma yang dalam ini.
Saya akan membimbing makhluk-makhluk ini, yaitu orangtua-orangtua
saya yang menderita dalam enam alam kelahiran ini untuk mencapai
tingkat kebuddhaan yang tertinggi, membebaskan mereka dari semua
fenomena karma, pola yang merupakan kebiasaan dan penderitaan dalam
setiap alam kelahiran ini.” Adalah sangat penting untuk memiliki niat
yang demikian setiap kali anda mendengarkan atau berlatih.

7
Skt. Tantrayana.
3
Bilamana anda melakukan suatu hal yang positif, yang penting
ataupun yang tidak penting, adalah sangat perlu untuk meningkatkan
perbuatan tersebut dengan tiga metoda yang agung: Sebelum mulai
melakukannya, bangkitkan bodhichitta sebagai alat yang canggih untuk
meyakinkan perbuatan itu menjadi suatu sumber yang baik untuk masa
depan; pada waktu melakukan perbuatan tersebut, hindarkan terlibat
dalam pemunculan gagasan, sehingga pahala perbuatan itu tidak akan
dapat dilenyapkan oleh kondisi tertentu; selesai melakukan perbuatan
tersebut, kuncilah perbuatan tersebut dengan sempurna dengan
mendedikasikan pahala kebajikan, yang akan meyakinkan bahwa ia akan
terus berkembang.
Begitu pula tentang hal mendengarkan Dharma. Cara anda mende-
ngarkan Dharma adalah sangat penting. Namun lebih penting lagi adalah
niat sewaktu anda mendengarkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Harta
Karun Pahala Kebajikan 8:

Apakah yang membuat suatu perbuatan baik atau buruk?


Bukanlah bagaimana tampaknya, ataupun besar kecilnya,
Namun adalah niat yang baik ataupun yang buruk di belakang
perbuatan tersebut.

Berapa pun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, kalau itu
dimotivasi dengan hal-hal duniawi, seperti keinginan untuk menjadi
mulia, menjadi termasyhur atau lainnya, – adalah bukan jalan Dharma
yang benar. Oleh sebab itu, pertama-tama adalah sangat penting untuk
melihat ke dalam diri sendiri dan mengubah niat anda. Jika anda dapat
membetulkan niat anda, maka sarana yang trampil akan menembus ke
dalam perbuatan positif anda, dan anda akan menjalani jalan seorang
makhluk yang besar. Jika anda tidak dapat berbuat demikian, maka
mungkin anda akan berpikir anda mempelajari dan berlatih Dharma,
namun itu tidak lebih dari sesuatu yang mirip dengan hal yang
sebenarnya. Oleh karena itu, waktu anda mendengarkan ajaran dan
waktu anda melatihnya, misalnya saja meditasi terhadap deity,
melakukan namaskara, berjalan mengitari objek suci atau membaca
mantra, – meskipun hanya sepatah mantra inti Avalokitesvara, adalah
sangat penting untuk melakukannya dengan bodhicitta.

1.2 Ketrampilan yang luas dalam sarana: Niat Mantrayana Rahasia

Suluh Tiga Metoda9 mengatakan bahwa Mantrayana Rahasia:

8
Tib. Yönten Dzö.་
9
Skt. Nayatraya-pradipa, suatu sastra yang dikarang oleh Tripitakamala.
4
Memiliki tujuan yang sama namun bebas dari semua kebingung-
an,
Kaya akan metoda dan tanpa kesulitan,
Diperuntukkan bagi mereka yang berkemampuan tinggi,
Kendaraan Mantra itu agung.

Mantrayana dapat dimasuki dari banyak jalan. Ia memiliki banyak


metoda untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan, dan sarana trampil
yang mendalam untuk membuat potensi dalam diri kita menjadi tampak
tanpa harus mengalami latihan pertapaan yang ekstrim. Dasar dari
metoda-metoda ini adalah dengan mengandalkan transformasi niat dan
pikiran.

Segala fenomena tergantung pada kondisi;


Dan segala kondisi tergantung pada niat dan pikiran seseorang.

Janganlah berpikir tempat Dharma dibabarkan, guru dan ajarannya


adalah biasa saja dan tidak murni. Pada waktu anda mendengarkan,
bayangkanlah lima kesempurnaan dalam hati anda:

Bayangkan bahwa tempatnya yang sempurna adalah benteng yang


maha luas, disebut Akanistha, “yang tak tertandingi”; guru yang
sempurna adalah dharmakaya Samantabhadra; persamuhan yang
sempurna terdiri dari sifat hakiki batin para daka dan dakini dan deity-
deity dari silsilah batin Sang Penakluk dan silsilah simbol Vidyadhara.
Atau anda dapat berpikir bahwa tempat pembabaran Dharma adalah
Istana Cahaya Teratai pada Gunung Warna Tembaga nan Jaya; 10
sedangkan guru yang mengajar adalah Padmasambhava dari Uddiyana;
dan kita, pendengarnya, adalah Delapan Vidyadhara,11 Dua Puluh Lima
Murid 12, dan sifat hakiki batin para daka dan dakini.

10
Alam suci Guru Padmasambhava.
11
8 Vidyadhara: Manjusrimitra, Nagarjuna, Hungkara, Vimalamitra, Prabhahasti, Dhana
Sanskrita, Shantim Garbha, dan Guhyachandra.
12
Padmasambhava menyebarkan ajaran Vajrayana ke Tibet atas undangan raja Trisong
Detsen. 25 murid yang meraih pencapaian adalah: 1. Namkhé Nyingpo, 2. Nupchen
Sangyé Yeshé, 3. Gyalwa Chokyang, 4. Khandro Yeshé Tshogyal, 5. Palgyi Yeshé, 6.
Langchen Palgyi Sengé, 7. Vairotsana, 8. Nyak Jñanakumara, 9. Gyalmo Yudra
Nyingpo, 10. Nanam Dorje Dudjom, 11. Yeshé Yang, 12. Sokpo Lhapal, 13. Nanam
Shyang Yeshé Dé, 14. Kharchen Palgyi Wangchuk, 15. Denma Tsémang, 16. Kawa
Paltsek, 17. Shüpu Palgyi Sengé, 18. Dré Gyalwé Lodrö, 19. Drokben Khye'u Chung
Lotsawa, 20. Otren Palgyi Wangchuk, 21. Ma Rinchen Chok, 22. Lhalung Palgyi Dorje,
23. Langdro Könchok Jungné, 24. Lasum Gyalwa Changchup, dan 25. Drenpa Namkha.
5
Atau bayangkan bahwa tempat yang sempurna itu adalah Alam
Buddha Timur, Kegembiraan yang Jelas, di mana guru yang sempurna
Vajrasattva dalam bentuk sambhogakaya, sedang memberikan ajaran
kepada persamuhan agung deity-deity Keluarga Vajra dan sifat hakiki
batin para daka dan dakini.
Bisa juga kita bayangkan tempat yang sempurna di mana Dharma
diajarkan itu adalah Alam Buddha Barat, Sukhavati; guru yang sempurna
adalah Amitabha, dan pendengarnya adalah sifat hakiki batin daka dan
dakini, dan deity-deity dari Keluarga Teratai.
Apa pun halnya, ajarannya adalah ajaran Mahayana dan waktunya
adalah roda keabadian yang selalu berputar.13
Visualisasi ini membantu kita untuk mengerti bagaimana barang-
barang dalam keadaan murni, bukannya kita menciptakan sesuatu untuk
sementara yang tidak sungguh-sungguh murni.
Mengapa hal-hal tersebut di atas disebut murni? Alasannya: Guru
merupakan esensi Buddha yang mencakup tiga masa. Beliau adalah
gabungan dari Tri Ratna: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah
Dharma, dan pikirannya adalah Buddha. Beliau merupakan gabungan
dari tiga akar: badannya adalah guru, ucapannya adalah yidam,
sedangkan pikirannya adalah dakini. Ia merupakan gabungan dari tiga
tubuh: badannya adalah nirmanakaya, ucapannya adalah sambhogakaya,
dan pikirannya adalah dharmakaya. Ia adalah penjelmaan dari semua
Buddha dari masa lampau, sumber Buddha masa yang akan datang, dan
wakil untuk Buddha masa kini. Karena ia menerima murid yang hidup
pada masa kemerosotan seperti kita, yang mana tidak satu pun dari seribu
Buddha pada Kalpa Bhadra 14 bisa membantu kita, belas kasih dan
berkahnya melebihi belas kasih dan berkah semua Buddha.

Guru itu Buddha, guru itu Dharma,


Guru itu Sangha juga.
Guru adalah seseorang yang mencapai segala sesuatu.
Guru adalah Vajradhara nan Agung.

Sebagai persamuhan yang berkumpul bersama untuk mendengarkan


ajaran, kita memiliki Tathagatagarbha, juga tubuh manusia yang
berharga, keadaan lingkungan di mana kita mempunyai seorang teman
spiritual dan mengikuti nasihatnya. Oleh karena itu kita adalah Buddha
pada masa yang akan datang. Sebagaimana disebutkan dalam Hevajra
Tantra:

13
Istilah khusus Tantra yang berarti permanen dan tidak berubah.
14
Kalpa Baik atau Kalpa Keberuntungan.
6
Semua makhluk hidup adalah Buddha,
Hanya saja tertutup oleh kekotoran batin,
Ketika noda mereka dimurnikan, maka sifat Buddha akan muncul.

2. PERILAKU

Perilaku yang benar waktu mendengarkan ajaran dijelaskan dengan


apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

2.1 Hal-hal yang harus dihindari

Perilaku yang harus dihindari meliputi tiga jenis cacat pada sebuah
pot, enam noda dan lima cara mengingat yang salah.

Tiga jenis cacat pada sebuah pot

Tidak mendengarkan adalah ibarat sebuah pot yang terbalik. Tidak


dapat mempertahankan atau mengingat apa yang telah diajarkan adalah
seperti sebuah pot yang berlubang. Mendengarkan ajaran dengan men-
campurkan emosi negatif anda adalah seperti sebuah pot yang mengan-
dung racun.
Pot yang terbalik. Ketika anda mendengarkan ajaran, dengarkanlah
apa yang dikatakan dan jangan biarkan pikiran anda dialihkan oleh hal-
hal lain. Kalau tidak, maka anda seperti sebuah pot yang terbalik di mana
cairan dituangkan. Meski secara fisik anda hadir, namun anda tidak
mendengar sepatah kata pun tentang ajaran tersebut.
Pot yang bocor. Jika anda mendengar tanpa mengingat apa yang anda
dengar atau anda pahami, anda seperti sebuah pot yang berlubang:
berapapun cairan yang dituang ke dalamnya, tidak ada yang tertinggal.
Berapapun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, anda tidak dapat
mencernakannya dan melatihnya.
Pot yang mengandung racun. Jika anda mendengarkan ajaran dengan
niat yang salah, misalnya dengan keinginan untuk menjadi hebat atau
terkenal, atau dengan pikiran penuh dengan kelima macam racun, bukan
saja Dharma tidak sanggup membantu pikiran anda; ia juga akan menjadi
sesuatu yang sama sekali bukan Dharma, sama halnya dengan nektar
yang dituang ke dalam pot yang mengandung racun. Itulah sebabnya
pertapa India Padampa Sangye 15 berkata:

15
Padampa Sangye: Lahir di India Selatan, pernah berguru kepada Padmasambhava dan
Nagarjuna dan mencapai kedua macam siddhi. Hidup selama 571 tahun, pada masa
akhir hidupnya ia menyebarkan Dharma ke Tibet.
7
Dengarkan ajaran seperti seekor rusa mendengarkan musik;
Pikirkan mereka seperti seorang suku pengembara utara yang
mencukur bulu dombanya;
Renungkan mereka seperti orang bisu yang sedang menikmati
makanan;
Dan berlatihlah seperti seekor yak lapar yang sedang makan
rumput;
Capailah hasilnya seperti matahari yang muncul dari balik awan.

Ketika anda mendengarkan ajaran, anda seharusnya seperti seekor


rusa yang begitu terpesona oleh suara vina, 16 sehingga ia tidak
mengetahui adanya pemburu tersembunyi yang siap menembakkan panah
beracun. Rangkapkan kedua belah telapak tangan anda dan dengarkan.
Setiap lubang pori-pori anda akan merinding dan mata anda akan basah
dengan air mata. Janganlah biarkan pikiran lain menghalanginya.
Tidak baik mendengarkan hanya dengan kehadiran secara fisik saja,
sedangkan hati anda berkelana mengikuti pikiran, mulut anda melepaskan
segudang gosip, mengatakan apa saja yang anda suka sambil menengok
ke kiri dan ke kanan. Ketika anda mendengarkan ajaran, anda harus
berhenti membaca mantra dan berdoa, atau kegiatan baik lainnya yang
mungkin sedang anda lakukan.
Sesudah anda mendengarkan suatu ajaran dengan benar dengan cara
demikian, adalah penting untuk mengingat arti apa yang dikatakan dan
tidak pernah melupakannya, serta melaksanakannya secara berkelanjutan.
Sebab, sebagaimana kata Muni Agung 17 sendiri:

Saya telah menunjukkan cara kepada anda


Yang membawa ke pembebasan;
Namun anda harus memahaminya.
Pembebasan tergantung pada anda sendiri.

Guru memberikan instruksi kepada murid tentang bagaimana mende-


ngarkan Dharma dan bagaimana mempergunakannya, bagaimana meng-
hentikan perbuatan negatif, bagaimana melakukan perbuatan yang positif,
dan bagaimana berlatih. Oleh sebab itu, sang murid seyogianya
mengingat instruksi tersebut dengan tidak melupakan sedikit pun,
melatihnya dan merealisasikannya.
Mendengarkan Dharma saja mungkin merupakan keuntungan tersen-
diri. Namun, kecuali anda ingat akan apa yang anda dengar, anda tidak
akan mendapatkan pengetahuan sedikit pun tentang kata-kata tersebut

16
Sejenis alat musik bersenar tujuh.
17
Muni: Orang suci, pertapa. Di sini merujuk pada Buddha Sakyamuni.
8
dan makna dari ajaran. Jadi sama saja dengan tidak pernah mendengar
sama sekali.
Jika anda dapat mengingat ajaran, namun mencampurkannya dengan
emosi negatif anda, maka ajaran tersebut tidak pernah akan menjadi
Dharma yang murni. Sebagaimana Dagpo Rinpoche 18 yang tiada ban-
dingannya berkata:

Kecuali anda menjalankan Dharma sesuai dengan Dharma,


Dharma itu sendiri akan menjadi sebab kelahiran di alam rendah.

Hindarkan diri anda dari pikiran salah apa saja tentang sang guru dan
Dharma. Janganlah mengeritik atau membanggakan diri di antara teman-
teman sedharma atau teman lainnya, bebaskan diri anda dari
kesombongan dan pandangan meremehkan, tinggalkan semua pikiran
buruk, karena hal-hal ini semua akan menyebabkan kelahiran di alam
rendah.

Enam Noda

Dalam Nalar yang Dijelaskan Dengan Baik 19, ada kata-kata demikian:

Kesombongan, kurang keyakinan dan tidak beminat terhadap


Dharma,
Gangguan luar, ketegangan batin dan kebosanan;
Merupakan enam noda.

Hindarilah enam hal ini: dengan sombong menganggap anda lebih


hebat dari guru yang sedang membabarkan Dharma, tidak mempercayai
guru dan ajarannya, tidak mengharapkan ajaran, menjadi terganggu oleh
kejadian-kejadian di luar diri sendiri, terlalu memfokus pada hal-hal
tertentu, dan menjadi bosan, misalnya, kalau suatu ajaran sangat panjang.
Dari semua emosi negatif, kesombongan dan iri hati adalah yang
paling sulit untuk dikenal. Oleh karena itu, periksalah diri anda dengan
teliti. Sedikit saja ada perasaaan bahwa anda memiliki kualitas yang
khusus ini, apakah itu bersifat duniawi atau spiritual, akan membuat anda
buta akan kesalahan anda dan tidak menyadari kelebihan atau kualitas
yang baik dari orang lain. Oleh karena itu, hindarilah kesombongan dan
selalu mengambil posisi yang rendah.

18
Dakpo Lhaje - Sonam Rinchen (1079-1153), lebih dikenal dengan nama Gampopa,
murid dan penerus Milarepa. Pengarang “Rangkaian Permata Jalan Pembebasan”.
19
Vyakhya-yukti, nama sastra karangan Vasubandhu.
9
Jika anda tidak mempunyai keyakinan, maka jalan masuk ke Dharma
akan tertutup. Dari keempat jenis keyakinan, 20 arahkan ke keyakinan
yang tak dapat diubah.
Minat anda terhadap Dharma adalah dasar dari apa yang akan anda
capai. Oleh karena itu, tergantung apakah tingkat minat anda itu sangat
dalam, sedang ataupun kurang, anda akan menjadi praktisi yang unggul,
sedang atau yang rendah. Dan jika anda sama sekali tidak tertarik akan
Dharma, tidak akan ada hasil sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan
peribahasa:

Dharma bukanlah milik siapa-siapa.


Ia milik siapa saja yang paling menyukainya.

Buddha sendiri mendapatkan ajaran sesudah mengalami ratusan


kesukaran. Hanya untuk memperoleh suatu syair empat baris saja, ia
menggali dagingnya sendiri untuk tempat persembahan pelita, mengisi-
nya dengan minyak dan menempatkan ke dalamnya ribuan sumbu yang
menyala. Ia meloncat ke dalam lubang galian yang berapi, dan
memakukan ribuan paku ke dalam tubuhnya. Sungguh dapat dikatakan:

Melewati gunung pedang dan lautan api,


Mempertaruhkan jiwa demi mencari Dharma.

Oleh karena itu dengarkanlah ajaran dengan usaha yang keras.


Lupakan panas, dinginnya cuaca atau kesulitan lainnya.
Kecenderungan kesadaran yang asyik dengan objek enam indera
adalah akar dari semua halusinasi samsara dan sumber dari semua
penderitaan. Itulah sebabnya ngengat mati dalam nyala api, karena
kesadaran visualnya tertarik pada bentuk; rusa mati dibunuh oleh
pemburu, karena pendengarannya tertarik pada bunyi; dan lebah ditelan
oleh tumbuh-tumbuhan pemakan serangga, karena terpukau oleh bau;
ikan tertangkap dengan umpan, karena indera pengecap mereka terpikat
rasa; sedangkan gajah tenggelam dalam rawa, karena mereka menyukai
perasaan fisik dari lumpur. Oleh karena itu, ketika anda mendengarkan
Dharma, sedang bermeditasi atau sedang melatih diri, ataupun ketika
sedang memberikan ajaran, adalah penting untuk tidak mengikuti
kebiasaan waktu lampau, tidak melamun tentang masa depan, dan tidak
membiarkan pikiran anda sekarang terganggu dengan apa pun yang ada
di sekeliling anda. Sebagaimana dikatakan oleh Gyalse Rinpoche 21:
20
Yaitu keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan, keyakinan yang
dalam, dan keyakinan yang tak dapat diubah.
21
Gyalse Rinpoche (1295-1369), nama lengkap Ngulchu Thogme Chenpo, adalah emanasi dari
Bodhisattva Avalokitesvara.
10
Kegembiraan dan kesusahan anda di masa lampau seperti lukisan
di air;
Tidak ada jejak yang tertinggal. Janganlah mengejar mereka!
Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkan
bagaimana sukses dan kegagalan datang dan pergi.
Apakah ada sasaran lain selain Dharma, hai pelafal mantra
mani? 22

Rencana dan proyek hari depan anda adalah seperti jala yang
dilemparkan ke palung sungai yang kering:
Mereka tidak akan pernah membawa apa pun seperti yang anda
inginkan. Batasilah keinginan dan cita-cita anda!
Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkanlah
bagaimana hal itu sangatlah tidak menentu ketika anda
meninggal;
Apakah anda mempunyai waktu untuk sesuatu selain Dharma,
hai pelafal mantra mani?

Pekerjaan anda sekarang seperti suatu mata pencaharian dalam


mimpi;
Karena semua usaha adalah tidak ada artinya, tinggalkanlah.
Pikirkanlah, meski penghasilan anda yang jujur tanpa keterikatan,
Kesibukan itu tak bermakna, hai pelafal mantra mani!

Antara sesi meditasi, belajarlah untuk mengendalikan semua


pikiran yang muncul dari ketiga racun dengan cara demikian;
Sampai semua pikiran dan persepsi timbul sebagai dharmakaya,
Ini sangat penting, – ingatlah hal itu ketika anda
membutuhkannya,
Janganlah biarkan pikiran yang tertipu mengelana, hai pelafal
mantra mani!

Dan dikatakan juga:

Janganlah melamun tentang masa depan. Jika anda berbuat demikian,


anda sama seperti ayah Bulan Terkenal!

Ini merujuk pada cerita seorang miskin yang kebetulan menemukan


setumpuk besar barli. 23 Ia memasukkannya ke dalam sebuah karung

22
Merujuk pada orang-orang Tibet biasa, yang sifat khasnya memiliki keyakinan pada
Dharma dan melafal mantra yang terkenal Om mani peme hung.
11
yang besar, mengikatnya pada balok penyangga atap rumah, kemudian
berba-ring di bawahnya dan mulai melamun.
"Barli ini akan membuat saya menjadi sangat kaya", pikirnya.
"Begitu saya menjadi kaya, saya akan menikah.... dan ia pasti akan
melahirkan seorang anak laki-laki…. Apakah nama yang akan saya
berikan padanya?"
Tepat pada waktu itu, rembulan muncul dan ia memutuskan untuk
menamai anaknya Bulan Terkenal. Namun pada waktu yang bersamaan,
seekor tikus mengigit tali tempat karung tersebut digantung. Tali itu tiba-
tiba putus, karung barli tersebut jatuh dan ia mati terbunuh.
Mengangan-angan hal-hal di masa lampau atau masa yang akan
datang seperti ini tidak akan membawa hasil dan hanya membawa
keresahan. Hentikanlah sama sekali. Bersikap waspada dan dengarkan
dengan cermat dan penuh perhatian.
Janganlah terlalu memusatkan perhatian anda dengan memperhatikan
setiap perkataan dan poin, seperti beruang dremo yang menggali marmot
– setiap kali anda menangkap satu poin, anda lupa akan poin sebelumnya,
dan tidak mengerti keseluruhan. Konsentrasi yang terlalu penuh juga
akan membuat anda mengantuk. Jadi, jagalah keseimbangan antara
tegang dan santai.
Suatu waktu di masa lalu, Ananda mengajar Srona bermeditasi. Srona
sangat kesulitan untuk bermeditasi dengan benar. Kadang ia terlalu
tegang, kadang terlalu santai. Srona minta petunjuk pada Buddha, dan
Buddha bertanya: "Ketika anda belum menjadi bhiksu, anda adalah
pemain vina yang baik, bukan? "
" Ya, saya dapat memainkannya dengan baik sekali”
"Apakah vina akan mengeluarkan suara yang merdu ketika senarnya
terlalu kendor atau terlalu kencang?”
"Suaranya paling bagus ketika senar tidak terlalu kencang atau tidak
terlalu kendor”
"Sama halnya dengan pikiran anda,” kata Buddha; dan dengan ber-
meditasi sesuai dengan nasihat tersebut, Srona mencapai tujuannya.

Machik Labdrön 24 berkata:

Konsentrasi penuh namun santai:


Inilah poin yang paling penting untuk Pandangan.

23
Sejenis gandum untuk membuat bir.
24
Machik Labdron (1031-1129), seorang yogini Tibet yang terkenal. Sesudah mencapai
realisasi dengan kitab-kitab prajna, kemudian berguru kepada Padampa Sangye dan
mendirikan sekte Cho (Lihat halaman 368).
12
Janganlah biarkan pikiran anda terlalu tegang atau terlalu terpusat ke
dalam. Demikian juga, jangan biarkan pikiran mengelana dengan tak
terkendali. Biarkan indera anda santai secara alami, seimbang antara
tegang dan rileks.
Janganlah merasa jemu mendengarkan ajaran. Jangan pula merasa
tidak betah karena lapar atau haus ketika mendengarkan ajaran yang
panjang, atau ketika anda harus menahan ketidak-nyamanan yang
disebabkan angin, sinar matahari, hujan dan sebagainya. Bergembiralah
karena anda sekarang memiliki kebebasan dan berkah kehidupan manusia,
dan bertemu dengan guru yang sejati, sehingga anda dapat mendengarkan
instruksinya yang dalam.
Kenyataan bahwa anda pada saat ini mendengarkan ajaran Dharma
yang dalam adalah buah dari pahala yang anda kumpulkan selama kalpa
yang tak terhitung banyaknya, seperti sedang bersantap pada waktu anda
hanya berkesempatan makan sekali sesudah beratus-ratus kali waktu
makan dalam hidup anda. Oleh karena itu, pastikan anda mendengarkan
dengan gembira, berjanji untuk menahan panas, dingin dan cobaan lain
dan kesulitan yang mungkin timbul untuk mendapatkan ajaran tersebut.

Lima Cara Mengingat yang Salah

Hindarkan mengingat katanya tetapi melupakan artinya,


Atau mengingat artinya tetapi melupakan katanya.
Hindarkan mengingat dengan tanpa mengerti artinya,
Mengingatnya dengan urutan yang tidak benar, atau
mengingatnya dengan arti yang salah.

Mengingat kata tetapi melupakan artinya: Janganlah menyelipkan


arti yang tidak semestinya dengan suatu frase yang indah tanpa membuat
suatu usaha untuk menganalisa arti yang mendalam dari kata tersebut,
seperti anak kecil yang mengumpulkan bunga. Hanya kata-kata saja
tidak ada manfaatnya untuk hati kita.
Mengingat arti tetapi melupakan katanya: Di lain pihak, janganlah
menganggap susunan kata-kata tidak begitu penting, meremehkannya
dengan hanya mengingat artinya yang dalam. Karena meski anda
mengingat artinya yang dalam, anda tidak akan mempunyai sarana untuk
mengungkapkannya. Kata dan arti sudah kehilangan hubungan mereka.
Mengingat tanpa mengerti artinya: Jika anda mengingat ajaran tanpa
mengindentifikasi perbedaan tingkatnya – arti untuk kemudahan
pemahaman, arti sesungguhnya dan arti yang tidak langsung – anda akan
bingung apa yang dimaksud dengan kata-kata tersebut. Hal ini akan
menuntun anda menjauhi Dharma yang sejati.

13
Mengingat dengan tidak sesuai urutan: Jika anda mengingatnya
dengan tidak sesuai urutannya, anda akan mencampur aduk susunan yang
sempurna dari ajaran tersebut, sehingga setiap kali anda mendengarkan-
nya, menerangkannya, atau bermeditasi tentang hal tersebut, maka
kebingungan akan meningkat berlipat ganda.
Mengingat secara salah: Jika anda mengingat secara salah apa yang
dikatakan, maka ide-ide yang keliru akan bertambah dengan cepat. Ini
akan merusak batin anda dan merendahkan Dharma.
Hindarilah semua kesalahan ini dan ingatlah semuanya – kata-kata,
arti dan urutan ajaran – dengan tiada kesalahan. Berapa pun panjang dan
sulitnya ajaran tersebut, janganlah patah semangat dan beranggapan
bahwa pembabaran tersebut tidak pernah akan selesai. Bertekunlah.
Begitu juga, berapa pun singkat dan sederhana, janganlah meremehkan-
nya hanya karena hal itu merupakan hal yang dasar saja.

2.2 Hal-hal yang harus dilakukan

Sikap yang harus diambil ketika mendengarkan ajaran diterangkan


dengan empat kiasan, enam kesempurnaan transenden dan jenis lain dari
sikap tersebut.

Empat Kiasan

Âvataṃsaka-sūtra mengatakan:

Anda yang mulia, anda harus berpikir bahwa anda sendiri adalah
seseorang yang sedang sakit,
Dan Dharma adalah obatnya,
Teman spiritual sebagai dokter yang ahli,
Dan latihan yang rajin adalah jalan untuk kesembuhan.

Kita sakit. Sejak waktu yang tidak berawal, dalam lautan penderitaan
samsara yang maha luas ini, kita telah disiksa dengan berbagai penyakit
yang timbul dari ketiga racun dan buahnya, ketiga macam penderitaan.
Ketika orang sakit parah, mereka pergi ke dokter. Mereka mengikuti
anjuran dokter dan minum obat yang diberikan, serta melakukan apa pun
supaya mereka sembuh. Dengan cara yang sama, anda harus menyem-
buhkan anda sendiri dari penyakit karma, emosi negatif dan penderitaan,
dengan mengikuti resep yang diberikan oleh dokter yang berpengalaman
tersebut, guru yang otentik, dan dengan meminum obat Dharma.
Sebaliknya, mengikuti guru namun tidak berbuat sesuai dengan apa
yang dikatakannya, maka guru tidak dapat memberi manfaat apa-apa
kepada muridnya. Ini adalah sama dengan tidak mengikuti nasihat dokter,
14
sehingga ia tidak berkesempatan untuk menyembuhkan sakit anda. Tidak
minum obat Dharma – maksudnya, tidak melatihnya – sama saja dengan
memiliki begitu banyak obat dan resep di samping tempat tidur anda,
namun anda sama sekali tidak menyentuhnya. Cara yang demikian tidak
akan pernah menyembuhkan penyakit anda.
Sekarang ini orang-orang sangat optimis. “Lama, lihatlah saya dengan
belas kasih!’ sambil berpikir meski mereka sudah berbuat hal-hal yang
sangat buruk, mereka tidak akan pernah memikul akibatnya. Mereka
menganggap bahwa guru, dengan belas kasihnya, akan melambungkan
mereka ke surga seperti halnya melemparkan sebuah batu kerikil. Tetapi,
ketika kita berbicara tentang guru yang berbelas kasih kepada kita, apa
yang dimaksud sesungguhnya adalah bahwa ia menerima kita sebagai
muridnya dengan penuh kasih sayang, dan memberikan kepada kita
instruksi yang dalam, membuka mata kita terhadap apa yang harus kita
perbuat dan apa yang tidak boleh kita lakukan, serta menunjukkan kepada
kita jalan pembebasan yang diajarkan oleh Sang Penakluk. Apa ada belas
kasih lain sebesar belas kasih demikian? Adalah tergantung kepada kita
apakah kita akan memanfaatkan belas kasih ini dan secara nyata
menekuni jalan pembebasan.
Sekarang, kita memiliki kelahiran sebagai manusia bebas dan ter-
karunia. Sekarang kita tahu apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan,
keputusan kita pada saat ini, ketika kita memiliki kebebasan untuk
memilih, akan menjadi saat yang menentukan nasib kita, untuk menjadi
lebih baik atau lebih buruk, jauh ke masa depan. Adalah teramat penting
kita memilih antara samsara dan nirvana untuk terakhir kalinya dan
melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru kita.
Orang-orang yang melakukan upacara pemakaman mengatakan
kepada anda bahwa anda masih memiliki kesempatan untuk ke atas atau
ke bawah ketika anda sudah mati tergeletak di ranjang mati anda, sama
sepertinya anda sedang mengemudikan seekor kuda dengan kendalinya.
Namun, pada saat itu, kecuali kalau anda telah menguasai jalan menuju
pembebasan, angin dahsyat dari perbuatan anda di masa lampau akan
mengejar anda, sedangkan di depan anda, kegelapan yang mengerikan
menyerbu anda ketika anda dengan tak berdaya dibawa ke dalam alam
bardo yang panjang dan berbahaya. Tidak terhitung banyaknya algojo-
algojo Raja Yama mengejar anda sambil berteriak-teriak: “Bunuh! Bunuh!
Pukul! Pukul!” Mana mungkin pada saat itu – ketika tidak ada tempat
untuk berlari dan bersembunyi, tidak ada perlindungan dan tidak ada
harapan, ketika anda putus asa dan tidak tahu apa yang dapat anda
lakukan – mana mungkin saat itu adalah saat yang dapat anda kendalikan
untuk naik atau turun? Seperti yang dikatakan oleh Dari Uddiyana Yang
Agung:

15
Ketika penguatan diberikan kepada kartu yang bertuliskan nama
anda, terlambat sudah! Kesadaran anda, yang sudah mengelana
dalam alam bardo seperti seekor anjing gila, akan sangat sulit
untuk memikirkan alam yang lebih tinggi.

Kenyataannya, apa yang disebut saat yang menentukan, atau saat


satu-satunya di mana anda benar-benar dapat mengatur untuk naik atau
turun, seperti anda sedang mengendalikan kuda dengan memegang tali
kendali, adalah sekarang, ketika anda masih hidup.
Sebagai seorang manusia, tindakan positif anda lebih kuat dari tin-
dakan makhluk kelima alam lainnya. Pada satu pihak ia akan memberi
kesempatan kepada anda disini dan sekarang dalam kehidupan pada saat
ini untuk “menyingkirkan tengkorak” untuk selama-lamanya. 25 Di lain
pihak, perbuatan negatif anda juga lebih kuat dari tindakan makhluk
kelima alam lainnya, sehingga anda akan yakin juga, bahwa anda tidak
akan terlepas dari alam rendah. Karena anda sudah menemukan seorang
guru, seorang dokter yang ahli, dan Dharma, obat yang mujarab untuk
menaklukkan kematian, inilah saatnya untuk mengaplikasikan empat
kiasan tersebut. Laksanakan apa yang telah anda dengar, dan tempuhlah
jalan menuju pembebasan.
Harta Karun Pahala Kebajikan menggambarkan empat hal salah yang
harus dihindari, yang merupakan kebalikan dari empat kiasan yang
disebut di atas:

Orang yang picik dan sifat dasarnya jahat,


Mendekati guru seperti mendekati rusa kesturi;
Sesudah menyadap minyak harumnya, Dharma yang sempurna,
Dengan penuh kegembiraan, mereka mencemoohkan samaya.

Orang-orang ini berperilaku seolah-olah guru mereka adalah rusa


kesturi, dan Dharma itulah minyak harumnya. Mereka adalah pemburu,
dan berlatih dengan tekun cara membunuh rusa dengan anak panah atau
perangkap. Mereka tidak berlatih ajaran yang telah mereka terima dan
tidak berterima kasih kepada guru. Mereka memakai Dharma untuk
mengumpulkan perbuatan yang buruk, mengikat leher mereka dengan
batu gerinda yang akhirnya membawa mereka ke alam yang lebih rendah.

Enam Kesempurnaan Transenden 26

25
Maksudnya menyingkirkan badan seseorang, dengan pengertian membebaskan dirinya
sendiri dari kelahiran yang akan datang.
26
Kesempurnaan transenden: Skt. Paramita
16
Dalam Tantra Pemahaman Menyeluruh dari Instruksi Latihan Semua
Dharma 27, disebutkan demikian:

Mempersembahkan persembahan yang bagus, misalnya bunga


dan tempat duduk;
Meletakkan kursi sesuai urutannya dan mengendalikan kelakuan
anda;
Tidak menyakiti, biarpun seekor serangga;
Berkeyakinan yang teguh terhadap guru anda;
Mendengarkan instruksinya dengan penuh perhatian;
Dan menanyakan kepadanya dengan tujuan untuk melenyapkan
keraguan anda;
Inilah enam kesempurnaan transenden seorang pendengar.

Orang yang mendengarkan ajaran hendaknya mempraktekkan


keenam kesempurnaan trasenden sebagai berikut:
Siapkan tempat duduk untuk sang guru, taruhlah alas duduk diatasnya,
persembahkan sebuah mandala, bunga dan persembahan lainnya. Ini
adalah praktek kemurahan hati.
Sapu bersih tempat atau ruangan sesudah dengan saksama mengen-
dapkan debu dengan air, dan hindari segala macam sikap yang tidak baik.
Ini adalah praktek disiplin.
Hindari menyakiti apa pun, biarpun seekor serangga, dan menahan
panas, dingin dan kesulitan lainnya. Ini adalah praktek kesabaran.
Buanglah pandangan salah terhadap guru dan ajaran, dan dengarkan
dengan gembira dan penuh keyakinan. Ini adalah praktek ketekunan.
Dengarkan instruksi Lama dengan penuh perhatian. Ini adalah praktek
konsentrasi.
Kemukakan pertanyaan untuk menghilangkan ketidakpastian dan
keraguan. Ini adalah praktek kebijaksanaan.

Jenis Perilaku Lainnya

Segala kelakuan yang tidak hormat harus dihindari. Vinaya menga-


takan:

Janganlah mengajar orang-orang yang tidak menaruh hormat,


Orang yang menutup kepalanya walau dalam keadaan sehat,
Dan yang membawa tongkat, senjata maupun parasol,
Atau orang yang kepalanya memakai surban.

27
Tib. chos spyod thams cad kyi man ngag mngon par rtogs pa’i rgyud.
17
Dan Jataka mengatakan:

Ambillah tempat duduk yang paling rendah,


Kembangkan sikap bermartabat berdisiplin mutlak;
Dengan mata yang berlinang karena kegembiraan,
Terimalah kata-kata dengan gembira seperti nectar;
Dan konsentrasi sepenuhnya,
Inilah cara mendengarkan ajaran.

18
BAGIAN PERTAMA

PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR

Bab 1 Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah

Bab 2 Ketidak-kekalan kehidupan

Bab 3 Ketidak-sempurnaan dunia samsara

Bab 4 Perbuatan: prinsip sebab dan akibat

Bab 5 Manfaat pembebasan

Bab 6 Bagaimana cara mengikuti seorang guru

19
20
BAB 1

SULITNYA MEMPEROLEH KEBEBASAN DAN BERKAH

Subjek bab ini diterangkan dalam empat bagian: merenungkan sifat


kebebasan, merenungkan berkah khusus yang berhubungan dengan
Dharma, merenungkan gambaran bagaimana sulitnya memperoleh ke-
bebasan dan berkah, dan merenungkan dengan perbandingan angka.

1. Merenungkan Sifat Kebebasan

Pada umumnya, “kebebasan” artinya memiliki kesempatan untuk


berlatih Dharma dan tidak terlahir dalam delapan keadaan tanpa kesem-
patan tersebut. " Kekurangan kebebasan” merujuk pada delapan keadaan
di mana tidak ada kesempatan demikian:

Terlahir di neraka, di alam setan kelaparan,


Sebagai binatang, dewa yang berumur panjang atau orang barbar,
Memiliki pandangan salah, terlahir di tempat yang tidak ada
Buddha,
Atau terlahir bisu dan tuli, ini adalah delapan keadaan tanpa
kebebasan.

Terlahir di neraka tidak memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma,


sebab mereka terus menerus disiksa oleh panas dan dingin yang amat
berat.
Setan lapar tidak memiliki kesempatan untuk berlatih Dharma karena
mereka senantiasa didera oleh penderitaan rasa haus dan lapar.
Binatang tidak memilik kesempatan untuk berlatih Dharma, karena
mereka diperbudak dan mengalami penderitaan karena serangan binatang
lainnya.

21
Dewa yang berumur panjang tidak mempunyai kesempatan untuk
berlatih Dharma, karena mereka menghabiskan waktu mereka dalam
keadaan mental yang kosong.
Orang-orang yang terlahir di daerah luar tidak mempunyai kesem-
patan untuk berlatih Dharma, karena doktrin Buddha tidak dikenal di
tempat demikian.
Mereka yang terlahir sebagai tirthika28 atau yang mengikuti pandang-
an salah tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih Dharma, karena
pikiran mereka terlalu dipengaruhi oleh kepercayaan yang keliru.
Mereka yang terlahir dalam kalpa gelap tidak memiliki kesempatan
untuk berlatih Dharma, karena mereka tidak pernah mendengar tentang
Tri Ratna dan tidak dapat membedakan baik dan buruk.
Mereka yang bisu, atau yang cacat mental tidak berkesempatan ber-
latih Dharma, karena sarana mereka tidak lengkap.

Di antara kedelapan keadaan kurangnya kebebasan tersebut, makhluk-


makhluk di alam rendah terus menerus didera oleh panas, dingin, rasa
lapar, haus dan siksaan lainnya sebagai akibat dari perbuatan negatif
mereka di masa lampau. Mereka tidak berkesempatan berlatih Dharma.
"Orang Barbar” artinya orang yang hidup di tiga puluh dua perbatasan
negara, contohnya Lo Khatha, 29 dan semua orang yang menganggap
menyakiti orang lain sebagai sesuatu keyakinan atau mereka yang
berkepercayaan kejam dan menganggap membunuh adalah perbuatan
yang baik. Orang-orang yang tinggal di daerah luar ini memiliki rupa
manusia, namun pikiran mereka kekurangan pengarahan yang benar, dan
mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka kepada Dharma.
Mewarisi kebiasaan lucu dari nenek moyangnya, seperti menikahi ibunya,
mereka hidup dengan kebiasaan yang berlawanan dengan praktek
Dharma. Segala yang mereka lakukan adalah kejahatan, hanyalah teknik
kegiatan yang merugikan seperti membunuh dan memburu binatang buas
yang menonjol. Kebanyakan mereka jatuh ke alam yang lebih rendah
begitu mereka meninggal dunia. Bagi orang-orang seperti ini, tidak ada
kesempatan untuk berlatih Dharma.
Dewa-dewa berumur panjang adalah dewa-dewa di Surga
Asaṃjñasattva, di mana mereka terserap dalam kekosongan mental.
Mereka terlahir di alam ini sebagai akibat mempercayai bahwa
pembebasan adalah suatu keadaan di mana semua aktivitas mental tidak
ada, yang baik ataupun yang jahat, dan bermeditasi akan keadaan

28
Tirthika: Bukan penganut agama Buddha, termasuk mereka yang berpandangan salah.
29
Merujuk pada daerah luas yang didiami oleh orang-orang biadab yang terletak di
sebelah selatan dari Tibet tengah dan timur. Tempat ini mencakup Arunachal Pradesh,
Nagaland dan sebagian daerah Assam di bagian India utara-timur sekarang ini, juga
bagian utara-barat Burma.
22
demikian. Mereka tinggal dalam keadaan konsentrasi demikian terus
menerus selama beberapa kalpa besar. Namun, begitu hasil perbuatan
lampau yang menyebabkan keadaan demikian berakhir, mereka akan
terlahir ke alam yang lebih rendah karena pandangan salah mereka.
Mereka juga tidak berkesempatan berlatih Dharma.

Istilah “pandangan salah” secara umum mencakup kepercayaan


eternalis dan nihilis, atau suatu pandangan yang berlawanan dengan atau
di luar dari ajaran Buddha. Pandangan ini menyesatkan pikiran dan
menghalangi seseorang untuk berusaha mencapai Dharma yang sejati,
yang ujung-ujungnya yang bersangkutan tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melatihnya. Di Tibet, karena adanya Buddha yang
kedua, Padmasambhava dari Uddiyana, yang mempercayakan
perlindungan negeri tersebut kepada dua belas Tenma, 30 sehingga kaum
tirthika tidak sanggup menembusnya. Namun, seseorang yang
pengertiannya seperti tirthika dan yang berlawanan dengan Dharma dan
guru yang sejati, akan kehilangan kesempatan untuk melatih diri
berdasarkan ajaran yang benar. Bhiksu Sunaksatra menghabiskan waktu
dua puluh lima tahun sebagai pelayan Buddha, namun karena ia sama
sekali tidak mempunyai keyakinan dan hanya berpegang pada pada
pandangan yang salah, maka akhirnya ia terlahir sebagai setan lapar di
taman bunga.

Terlahir di kalpa yang gelap berarti terlahir pada masa di mana tidak
ada Buddha. Dalam dunia di mana tidak muncul seorang Buddha, tidak
ada orang yang pernah mendengar tentang Tri Ratna. Karena tidak ada
Dharma, maka tidak ada kesempatan untuk melatihnya.

Pikiran orang yang terlahir bisu dan tuli tidak dapat berfungsi dengan
sempurna, sehingga proses mendengarkan ajaran, menjelaskan dan
merenungkan serta melaksanakan ajaran tersebut menjadi terhalang.
Gambaran terhadap “bisu tuli” biasanya merujuk pada gangguan fungsi
bicara. Hal itu menjadi suatu kondisi di mana tidak ada kesempatan bagi
Dharma, jika kemampuan manusia yang biasa untuk mempergunakan dan
mengerti bahasa tidak ada. Kategori ini tentunya mencakup mereka yang
cacat mental, yang membuat mereka tidak bisa memahami ajaran,
sehingga menghalangi mereka untuk melatihnya.

30
12 deity pelindung yang diikat di bawah sumpah oleh Padmasambhava, terdiri dari : 4
mara perempuan: Dorje Kundrakma, Dorje Yama Kyong, Dorje Kuntu Zang, Dorje
Gek kyi Tso; 4 yaksa perempuan: Dorje Yudrönma, Dorje Palgyi Yum, Dorje Lumo,
Dorje Drakmo Gyal; dan 4 deity pengobatan: Dorje Bö Kham Kyong, Dorje
Menchikma, Dorje Zulema, Dorje Yarmo Sil dengan ratusan ribu pengiring mereka.
23
2. Merenungkan berkah khusus yang berhubungan dengan Dharma

Topik ini mencakup lima berkah perorangan dan lima berkah yang
tidak langsung.

2.1 Lima berkah perorangan

Nagarjuna merinci hal itu sebagai berikut:

Terlahir sebagai seorang manusia, pada negeri pusat, dengan ke-


mampuan indera yang lengkap,
Tanpa cara hidup yang berlawanan dan memiliki keyakinan akan
Dharma.

Tanpa kehidupan sebagai seorang manusia, hanya untuk bertemu de-


ngan Dharma saja adalah tidak mungkin. Oleh sebab itu, tubuh manusia
adalah berkah pendukung.
Kalau saja anda terlahir di tempat yang jauh di mana Dharma tidak
terdengar, anda tidak akan bertemu dengannya. Namun anda terlahir di
negeri pusat dalam pengertian Dharma, maka anda memiliki berkah
tempat.
Tidak memiliki kemampuan indera yang lengkap juga merupakan
rintangan berlatih Dharma. Jika anda bebas dari ketidakmampuan ini,
maka anda memiliki berkah kemampuan indera.
Jika anda memiliki cara hidup yang berlawanan, anda akan selalu
terbenam dalam perbuatan negatif yang berlawanan dengan Dharma.
Oleh karena anda sekarang memiliki keinginan untuk berbuat hal-hal
yang positif, ini adalah berkah niat.
Jika anda tidak memiliki keyakinan akan ajaran Buddha, anda tidak
akan merasa adanya keinginan terhadap Dharma. Memiliki kemampuan
untuk mengalihkan pikiran kepada Dharma, sebagaimana yang anda
lakukan sekarang, merupakan berkah keyakinan.

Oleh karena kelima berkah ini harus dipenuhi berkenaan dengan


kepribadian seseorang, mereka disebut lima berkah perorangan.
Kelima berkah ini adalah berkah yang harus dimiliki dari diri individu
sendiri, oleh karena itu disebut berkah perorangan.

Berkah pendukung: Untuk menyadari hakikat Dharma yang sejati,


adalah mutlak perlu memiliki tubuh seorang manusia. Sekarang, andai-
kata anda tidak memiliki dukungan atas adanya sebuah tubuh manusia,
namun memiliki bentuk kehidupan yang paling tinggi dari ketiga alam
rendah, misalnya binatang, – meski binatang yang paling indah dan
24
paling berharga yang dikenal manusia, jika seseorang berkata kepada
anda: “Ucapkan Om mani padme hum 31 satu kali, dan anda akan menjadi
Buddha,” anda tidak mampu memahami apa yang dikatakan dan tidak
menangkap artinya, anda juga tidak akan dapat mengucapkan suatu kata.
Kenyataannya, meski anda hampir mati kedinginan, anda tidak bisa
berpikir untuk melakukan sesuatu selain menerima nasib begitu saja.
Tetapi seorang manusia, betapapun lemahnya, ia akan tahu bagaimana
berlindung dalam gua atau di bawah pohon, dan akan mengumpulkan
kayu untuk membuat api guna memanasi muka dan tangannya. Jika
binatang tidak mampu melakukan hal yang sederhana ini, bagaimana
mereka pernah membayangkan untuk berlatih Dharma?
Dewa-dewa dan makhluk sejenisnya, betapapun hebat bentuk
tubuhnya, mereka tidak memiliki syarat untuk mengambil sumpah
pratimoksa, sehingga tidak dapat memiliki kesempatan memperoleh
Dharma secara keseluruhan.

Berkah tempat: Dalam hal apa yang disebut “daerah pusat”, seseorang
perlu membedakan antara daerah pusat dalam arti geografis dan tempat
pusat dalam arti Dharma.
Secara geografis, yang disebut daerah pusat biasanya adalah Tempat
Kedudukan Vajra di Bodh Gaya di India, pada pusat Jambudvipa, Benua
Selatan. Seribu Buddha dalam Kalpa Bhadra semuanya mencapai
pencerahan di sana. Meski pada waktu penghancuran jagat raya di akhir
kalpa, keempat elemen tidak dapat melukainya, ia akan tetap tinggal dan
mengambang di angkasa. Di tengahnya tumbuh Pohon Bodhi. Tempat
ini, dengan semua kota di India di sekelilingnya, dianggap sebagai pusat
dalam arti geografis.
Dalam pengertian Dharma, daerah pusat adalah daerah di mana
Dharma, – ajaran dari Buddha, ada. Semua tempat lainnya di mana tidak
ada Buddhadharma disebut daerah pinggir.
Pada zaman dahulu kala, mulai waktu Buddha datang ke dunia dan
sepanjang doktrinnya tetap ada di India, daerah itu dianggap sebagai
daerah pusat dalam pengertian geografis dan juga dalam pengertian
Dharma. Namun sekarang ia sudah jatuh ke tangan non-Buddhis dan
doktrin Sang Penakluk sudah lenyap dari daerah tersebut, sehingga dalam
pengertian Dharma, bahkan Bodh Gaya pun, adalah daerah pinggir. 32
Pada zaman Buddha, Tibet, Tanah Salju, disebut “daerah pinggir
Tibet”, karena ia merupakan daerah yang sedikit penduduknya dan
doktrin Buddha belum tersebar ke sana. Kemudian, jumlah penduduk

31
Orang Tibet melafalnya sebagai ‘Om mani peme hung’.
32
Pada waktu Penulis masih hidup, daerah tersebut sempat jatuh ke tangan orang Islam,
namun sekarang sudah kembali menjadi menjadi daerah pusat Dharma.
25
meningkat sedikit demi sedikit dan muncul beberapa raja yang
memerintah di sana yang merupakan emanasi makhluk suci. Dharma
pertama kali muncul di Tibet waktu pemerintahan Lha-Thothori
Nyentsen, ketika Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud 33 dan cetakan tsa-
tsa 34 jatuh ke atap istana.
Sesuai dengan ramalan bahwa ada seseorang akan mengerti arti sutra
pada lima generasi kemudian, muncul Raja Dharma Songtsen Gampo,
emanasi dari Yang Maha Welas Asih. 35 Dalam masa pemerintahan
Songtsen Gampo, penterjemah Thönmi Sambhota 36 dikirim ke India
untuk mempelajari bahasa dan naskah-naskah. Kembali dari sana, ia
memperkenalkan huruf kepada Tibet untuk pertama kalinya. Ia menterje-
mahkan dua puluh satu sutra dan tantra Avalokitesvara, Benda Suci
Misterius 37 dan beragam sutra lainnya ke dalam bahasa Tibet. Raja
sendiri memainkan banyak peranan, bersama-sama Perdana Menterinya
Gartongtsen, ia mempergunakan sarana yang ajaib untuk mempertahan-
kan negeri tersebut. Ia menikahi dua orang permasuri, satu orang
Tiongkok dan satu lagi dari Nepal, yang membawa serta dengan mereka
banyak barang yang mewakili tubuh, ucapan dan pikiran Buddha,
termasuk rupang Jowo Mikyö Dorje dan Jowo Sakyamuni, yang
merupakan perwakilan yang sebenarnya dari Buddha. Raja tersebut
membangun dua kelompok vihara yang dikenal dengan Thadul 38 dan
Yangdul. 39 Dengan cara demikian ia membangun Buddhisme di Tibet.
Penerusnya yang kelima, Raja Trisong Detsen, mengundang seratus
delapan pendeta ke Tibet, termasuk Padmasambhava, Guru dari
Uddiyana, pemegang mantra paling agung dan tiada bandingnya di tiga
alam. Untuk melambangkan tubuh Buddha, Trisong Detsen membangun
vihara, termasuk Samye “yang tak berubah dan muncul secara spontan”.
Untuk melambangkan ucapan Buddha, Dharma yang sejati, ada seratus
delapan penterjemah, termasuk Vairotsana yang agung, yang mempelajari

33
Skt. Saksi-purana-sudraka-nama-sutra.
34
Rupang Buddha berukuran kecil atau model cetakan tempat rupang tersebut dicetak.
35
Avalokitesvara, Bodhisattva Welas Asih (Kwan Im).
36
Emanasi.Bodhisattva Manjusri, diutus ke India untuk mempelajari Bahasa Sansakerta.
37
Pada generasi kedua puluh tujuh, masa pemerintahan Raja Lha-Thothori Nyentsen, ada
benda jatuh dari langit. Di dalamnya terdapat Karandavyuha-sutra, Mantra
Avalokitesvara, Sutra Nama-nama Buddha dan sebuah rupang emas. Waktu itu tak
seorang pun mengerti maknanya, sehingga disebut Benda Suci Misterius. Hal ini
dianggap sebagai permulaan adanya Buddhadharma di Tibet.
38
Thadul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang
terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Thadul untuk menekan
pengaruh negatif tersebut pada bagian bahu dan pinggul setan perempuan tersebut.
39
Yangdul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita
yang terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Yangdul untuk
menekan pengaruh negatif tersebut pada bagian siku dan lutut setan perempuan
tersebut.
26
seni terjemahan dan menterjemahkan semua sutra, tantra dan sastra yang
penting yang waktu itu beredar di tanah suci India. "Tujuh Orang
Penguji” 40dan yang lainnya diangkat sebagai bhiksu, membentuk Sangha,
untuk melambangkan pikiran Buddha.
Mulai waktu itu dan seterusnya hingga hari ini, ajaran Buddha
bersinar seperti mentari di Tibet, dan meski terjadi pasang surut, doktrin
dari Sang Penakluk tidak pernah hilang dalam hal aspek, transmisi atau
realisasi. Oleh sebab itu, Tibet, dalam pengertian Dharma adalah negeri
pusat.

Berkah kemampuan indera: Seseorang yang kekurangan salah satu dari


kemampuan indera tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk
mengambil kaul biarawan. Lagi pula, karena yang bersangkutan tidak
memiliki kondisi untuk melihat sesuatu yang melambangkan Sang
Penakluk untuk membangkitkan inspirasinya, atau mendengar dan
membaca ajaran yang berharga dan unggul sebagai suatu bahan studi dan
pemikiran, ia tidak dapat sepenuhnya menerima Dharma.
Berkah niat: Cara hidup yang berlawanan tepatnya merujuk pada cara
hidup orang-orang yang terlahir di komunitas pemburu, pelacur dan lain
sebagainya, yang sejak muda mereka sudah terlibat dalam perbuatan
negatif yang demikian. Namun kenyataannya, ini juga termasuk orang
yang setiap pikiran, ucapan dan perbuatannya berlawanan dengan
Dharma – karena meski mereka tidak terlahir dalam cara hidup demikian,
tetapi dengan mudah dapat tergelincir ke dalamnya di kemudian hari.
Itulah sebabnya sangatlah penting untuk menghindari melakukan sesuatu
yang berlawanan dengan Dharma sejati.

Berkah keyakinan: Jika keyakinan anda bukan pada ajaran Buddha,


tetapi pada dewa yang memiliki kekuatan besar, naga atau sejenisnya,
atau pada doktrin lain seperti milik kaum tirthika, maka sebesar apa pun
keyakinan yang anda tempatkan pada mereka, tidak ada seorang pun dari
mereka yang dapat melindungi anda dari penderitaan samsara atau
kelahiran ke alam yang lebih rendah. Tetapi jika anda sudah membangun
keyakinan pada doktrin Sang Penakluk, yang menggabungkan transmisi
dan realisasi, tak ayal lagi anda adalah wadah yang cocok untuk Dharma
yang benar. Dan ini adalah berkah yang paling besar dari kelima berkah
perorangan.

2.2 Lima berkah tidak langsung

40
Tujuh Orang Penguji bertugas untuk menentukan apakah seorang Tibet dapat mematuhi
sila sebagaimana yang ditentukan dalam Sarvāstivāda. Nama-nama ketujuh penguji
sangat beragam dalam naskah sejarah Tibet.
27
Seorang Buddha sudah muncul dan sudah membabarkan Dharma,
Ajarannya masih ada dan dilatih,
Ada orang-orang yang menaruh belas kasih terhadap sesama.

Mereka yang tidak terlahir dalam kalpa terang di mana seorang


Buddha muncul, tidak akan pernah mendengar tentang Dharma. Tetapi
kita sekarang dalam kalpa di mana Buddha sudah datang, dan kita
memiliki berkah dari kehadiran guru yang istimewa.
Meski Buddha sudah datang, jika beliau tidak mengajar, maka tak
seorang pun yang akan memperoleh berkahnya. Tetapi karena Buddha
memutar roda Dharma sesuai dengan ketiga tingkatan, kita memperoleh
berkah akan pengajaran Dharma.
Meski ia sudah mengajar, apabila doktrinnya sudah lenyap, maka hal
itu tidak dapat menolong kita. Tetapi masa kini doktrin masih ada dan
belum berakhir, sehingga kita memperoleh berkah waktu.
Meski ajaran tetap ada, kecuali jika kita mengikutinya maka hal itu
tidak akan mendatangkan manfaat bagi kita. Karena kita sudah bergaul
dengan Dharma, kita memiliki berkah nasib baik kita sendiri.
Meski kita sudah bergaul dengan Dharma, tanpa lingkungan yang
mendukung di mana kita diterima oleh seorang teman spiritual, kita tidak
akan mengetahui tentang apa sebenarnya Dharma itu. Tetapi karena
teman spiritual telah menerima kita, kita memiliki berkah belas kasih luar
biasa.
Karena kelima faktor ini harus dipenuhi secara tidak langsung, mereka
disebut lima berkah tidak langsung.

Buddha sudah muncul di dunia: Waktu yang diperlukan jagat raya


untuk pembentukan, berdiam dalam keadaannya, hancur dan tinggal
dalam keadaan kosong disebut satu kalpa. Kalpa di mana seorang
Buddha yang sempurna muncul ke dunia disebut “kalpa terang”;
sedangkan kalpa di mana Buddha tidak muncul disebut “kalpa gelap”.
Pada zaman dahulu kala, dalam masa kalpa besar Kalpa Kegembiraan
Nyata, muncul tiga puluh tiga ribu Buddha. Kemudian diikuti dengan
seratus kalpa gelap. Sesudah itu, dalam masa Kalpa Sempurna, muncul
delapan ratus juta Buddha, sesudah itu, seperti biasanya diikuti seratus
kalpa di mana tidak ada Dharma. Kemudian delapan ratus empat puluh
juta Buddha muncul pada Kalpa Unggul, yang sesudah itu diikuti dengan
lima ratus kalpa gelap. Dalam masa Kalpa Penglihatan yang
Menyenangkan, delapan ratus juta Buddha muncul, lalu diikuti dengan
tujuh ratus kalpa gelap. Enam puluh ribu Buddha muncul dalam Kalpa
Riang Gembira. Kemudian datanglah kalpa kita, Kalpa Bhadra.

28
Sebelum kalpa kita timbul, jagat raya ini yang terdiri dari biliunan
dunia adalah lautan yang sangat luas di mana pada permukaannya timbul
ribuan teratai dengan ribuan kelopak bunga. Dewa-dewa di Surga
Brahma heran kenapa terjadi begitu. Melalui waskita, mereka mengeta-
hui bahwa hal itu pertanda bahwa dalam kalpa ini akan muncul seribu
Buddha. "Ini akan menjadi kalpa yang baik", kata mereka, dan "Baik"
menjadi nama kalpa tersebut.
Mulai dari waktu di mana rentang umur makhluk hidup delapan
puluh ribu tahun dan Buddha Penghancur Samsara muncul, sampai waktu
ketika rentang umur makhluk hidup menjadi tak terhitung lamanya dan
Buddha Aspirasi Tak Terbatas muncul, seribu Buddha akan muncul di
dunia ini pada Kedudukan Vajra di India, di tengah Benua Jambudvipa.
Setiap dari mereka akan mencapai kebuddhaan yang sempurna di sana
dan memutar Roda Dharma. Oleh sebab itu kalpa kita adalah kalpa
terang.
Kalpa ini akan diikuti dengan enam puluh kalpa gelap, yang sesudah
itu, dalam Kalpa Jumlah Besar, sepuluh ribu Buddha akan muncul.
Kemudian akan diikuti dengan sepuluh ribu kalpa gelap. Dalam
penggantian kalpa terang ke kalpa gelap, kalau saja kita terlahir dalam
kalpa gelap, kita tidak akan mendengar apa yang disebut Tri Ratna.
Lebih-lebih lagi, sebagaimana yang diutarakan oleh Yang Agung dari
Uddiyana, khususnya Mantra Rahasia Vajrayana tidaklah sering
diajarkan:

Dahulu kala, pada kalpa yang paling awal, Kalpa Susunan


Sempurna, ajaran Mantrayana Rahasia dikembangkan oleh
Buddha yang bernama Raja Sekali Datang, dan mencapai
kemasyhuran yang hebat. Ajaran yang sekarang kita dapat, yang
berasal dari Buddha Sakyamuni, juga meliputi Mantrayana
Rahasia. Dalam waktu sepuluh juta kalpa, dalam masa Kalpa
Karangan Bunga, Buddha Manjusri akan datang, dan
sebagaimana saya telah datang sekarang untuk mengungkapkan
Mantra Rahasia dalam skala besar. Hal ini disebabkan karena
makhluk pada tiga kalpa ini cocok sebagai penerima Mantra
Rahasia, dan sebab kenapa ajaran Mantrayana tidak muncul pada
waktu yang lain, itu karena makhluk pada masa itu tidak sanggup
memanfaatkannya.

Dalam Kalpa Bhadra ini, pada masa sekarang di mana rentang umur
manusia sekitar seratus tahun, Buddha Sakyamuni yang sempurna sudah
datang ke dunia, dan ini adalah kalpa terang.

29
Buddha sudah membabarkan Dharma: Andaikata Buddha sudah
datang, namun ia tetap bermeditasi dan belum mengajarkan Dharma,
sepanjang sinar Dharma belum muncul, maka kedatangannya ke dunia
tidak ada pengaruh apa-apa terhadap kita. Sama saja dengan ia sama
sekali tidak pernah datang.
Pada waktu mencapai Kebuddhaan yang menyeluruh dan sempurna di
Kedudukan Vajra, Guru kita berseru:

Saya telah memperoleh Dharma yang seperti nektar;


Dalam, tenang, sederhana, tidak tercampur dan bersinar;
Kalau saya jelaskan, tiada seorang pun yang akan mengerti;
Saya akan berdiam diri di sini di dalam hutan.

Sehingga selama tujuh minggu ia tidak mengajar, sampai Brahma dan


Indra memohonnya untuk memutar Roda Dharma.
Lagipula, jika orang yang memegang ajaran sejati tidak menerang-
kannya, sangat sulit Dharma menjadi sesuatu yang menguntungkan
makhluk hidup. Contohnya adalah Smritijñana dari India yang datang ke
Tibet karena ibunya terlahir di sana dalam suatu Neraka Tersendiri. 41
Alih bahasanya meninggal dalam perjalanan, dan Smritijñana yang
berkelana di propinsi Kham tidak dapat berbahasa daerah tersebut. Ia
menjadi pengembala dan meninggal dengan tidak menguntungkan siapa
pun. Ketika Jowo Atisa kemudian datang ke Tibet dan mengetahui apa
yang terjadi, ia berseru: "Alangkah sayangnya! Orang-orang Tibet,
pahala kamu sangat lemah. Di India, Timur ataupun Barat, saya tidak
dapat menjumpai seorang pandita yang lebih baik dari Smiritijñana”.
Lalu ia menangis sambil merangkapkan tangannya.
Buddha Sakyamuni sudah memutar Roda Dharma pada tiga tingkat
untuk kita dan dengan memperlihatkannya dalam bentuk yang jumlahnya
yang tak terhingga sesuai kebutuhan dan kapasitas orang yang dibantunya,
menuntun murid-muridnya melalui sembilan kendaraaan ajarannya
sampai pada kematangan dan pembebasan.

Berkah waktu: Bahkan dalam kalpa di mana Buddha muncul dan


memberi ajaran pun, saat Buddha masuk ke Nirvana dan ajaran tersebut
berakhir dan Dharma hilang, keadaan tersebut persis sama seperti masa
kalpa gelap. Periode di mana ajaran Buddha sebelumnya hilang sampai
pada ajaran Buddha berikutnya disebut “masa ketiadaan Dharma”. Pada
tempat-tempat yang beruntung di mana makhluk-makhluk hidup memi-
liki pahala yang memadai, muncul Pratyekabuddha, namun doktrinnya
tidak diajarkan dan dilatih orang.

41
Skt. pratyeka-naraka, neraka terisolasi khusus untuk makhluk secara individu.
30
Akan halnya ajaran Buddha Sakyamuni, masa buah atau hasil
"ajaran inti Samantabhadra” berlangsung selama seribu lima ratus tahun.
Lalu diikuti dengan seribu lima ratus tahun masa pencapaian. Ini akan
diikuti dengan periode seribu lima ratus tahun masa transmisi. Akhirnya,
satu periode lima ratus tahun yang hanya timbul ketika symbol masih
terpelihara, sehingga jumlah keseluruhannya lima ribu tahun. Sekarang
ini, kita sudah mencapai periode sekitar tiga ribu lima ratus sampai empat
ribu tahun. Kita hidup dalam masa peningkatan dari lima macam
kemerosotan – yaitu kemerosotan rentang umur, kepercayaan, emosi,
waktu dan makhluk hidup. Meskipun demikian, doktrin transmisi dan
realisasi masih ada. Karena belum musnah, kita masih tetap memiliki
berkah Dharma seutuhnya.

Berkah nasib baik kita sendiri: Doktrin memang masih ada, namun
anda tidak dapat memperoleh ajaran dan realisasinya jika anda tidak
mengikutinya. Sama seperti matahari yang terbit, meski ia menyinari
seluruh dunia, tetapi tidak ada bedanya sedikitpun bagi orang buta; atau
sama halnya air dari danau yang besar tidak dapat menghilangkan haus
pelancong yang tiba di tepinya, kecuali ia meminumnya. Transmisi dan
realisasi Dharma tidak dengan sendirinya dapat menyusup ke dalam batin
anda.
Memasuki Dharma hanya untuk melindungi diri anda dari penyakit
dan pengaruh negatif dalam kehidupan ini atau karena anda takut akan
penderitaan di alam rendah pada kehidupan yang akan datang, disebut
“memasuki Dharma untuk melindungi terhadap ketakutan,” dan ini
bukanlah cara yang tepat untuk memasuki sang Jalan.
Memasuki Dharma hanya untuk mendapatkan makanan, pakaian dan
lainnya dalam kehidupan ini atau untuk memperoleh imbalan kesenangan
kelahiran di surga atau manusia pada kehidupan berikutnya, disebut
“memasuki Dharma untuk memperoleh sesuatu yang baik” adalah juga
bukan merupakan cara yang tepat.
Memasuki Dharma dengan pengertian bahwa seluruh alam samsara ini
tidak berarti, berusaha untuk mendapatkan jalan untuk bebas darinya,
disebut “memulai ajaran dengan tiba pada titik permulaan sang Jalan.”
Inilah cara memasuki ajaran yang tepat.

Berkah belas kasih luar biasa: Meski anda mulai berlatih Dharma,
itupun tidak ada gunanya kecuali anda sudah diterima oleh seorang teman
spiritual. Ringkasan Kebijaksanaan Transeden 42 menyebutkan:

Ajaran Buddha tergantung pada teman spiritual.

42
Skt. Prajnaparamita-samcayagatha.
31
Begitulah kata Sang Penakluk, perwujudan tertinggi dari semua
kualitas.

Ajaran Buddha sangatlah luas. Transmisinya banyak dan meliputi


topik yang tiada habisnya. Tanpa menggantungkan diri pada intisari
instruksi seorang guru, kita tidak akan pernah tahu bagaimana meringkas
poin-poin yang penting dari ajaran-ajaran tersebut dan melaksanakannya.
Suatu ketika, Jowo Atisa berada di Tibet. Khu, Ngok dan Drom 43
bertanya kepadanya: “Untuk mencapai pembebasan dan kemaha-tahuan
yang sempurna, apa yang lebih penting untuk seseorang – sutra dan
komentarnya atau instruksi lisan dari seorang guru?”
“Instruksi guru”, jawab Atisa.
“Kenapa?”
“Karena saat melakukan latihan – meski anda dapat menerangkan
seluruh Tripitaka di luar kepala dan sangat cakap dalam metafisik, tanpa
bimbingan praktis dari guru, anda dan Dharma akan berpisah.”
"Jadi,” sambung mereka, “apakah poin utama instruksi guru itu adalah
mempertahankan ketiga sila dan berusaha berbuat baik dengan tubuh,
ucapan dan pikiran?”
"Itu masih kurang”, jawab Atisa.
"Kenapa bisa begitu?”, tanya mereka.
"Anda bisa mempertahankan ketiga sila dengan sempurna, namun
kecuali anda bertekad membebaskan diri dari ketiga alam samsara, hal itu
hanya akan menciptakan sebab samsara yang lebih lanjut. Anda bisa saja
berusaha sepanjang hari untuk berbuat baik dengan tubuh, ucapan dan
pikiran, namun kecuali anda tahu bagaimana melimpahkan pahala
tersebut demi pencerahan sempurna, dua atau tiga pikiran yang salah saja
cukup untuk menghancurkan semuanya. Anda mungkin seorang guru
atau pemeditasi, penuh dengan belas kasih dan pengetahuan, namun
kecuali pikiran anda menjauhi kedelapan hal duniawi, apa yang anda
perbuat hanyalah untuk kebahagiaan hidup masa ini, dan dalam
kehidupan yang akan datang anda mungkin tidak bertemu dengan sang
Jalan.”
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendapat bimbingan dari
seorang guru, seorang teman spiritual.

Dengan memeriksa hidup anda sendiri dan keadaan lingkungan ter-


hadap setiap hal dari delapan kebebasan dan sepuluh berkah, jika anda
mendapatkan bahwa anda memiliki semua kondisi yang menguntungkan
tersebut, anda telah memperoleh apa yang disebut “kehidupan manusia
yang terberkati dengan delapan belas kebebasan dan berkah”. Tetapi,

43
Tiga murid utama Atisa.
32
Raja Dharma Longchenpa yang Mahatahu 44 , dalam Harta Karun
Pengabul Harapan 45 -nya menyebutkan tambahan enam belas kondisi
yang menghalangi kesempatan untuk berlatih Dharma – delapan keadaan
yang mengganggu dan delapan kecendrungan yang tidak cocok. Adalah
penting untuk tidak jatuh ke dalam pengaruhnya. Dalam kata-katanya:

Kekacauan dari lima emosi, kebodohan, dan dikuasai oleh


pengaruh jahat,
Kemalasan, dibanjiri oleh perbuatan jahat masa lampau,
Diperbudak orang lain, mencari perlindungan dari bahaya, dan
praktek bermuka dua,
Ini adalah delapan keadaan mengganggu yang mengakibatkan
tidak adanya kebebasan.

Terikat oleh hubungan dengan seseorang, tabiat buruk yang me-


nyolok,
Kurangnya rasa tidak puas terhadap samsara, sama sekali tidak
ada keyakinan,
Mendapatkan kesenangan atas perbuatan jahat, kurang perhatian
terhadap Dharma,
Tidak berhati-hati dengan janji dan samaya,
Ini adalah delapan kecenderungan yang tidak cocok yang
mengakibatkan tidak adanya kebebasan.

2.3 Delapan keadaan yang mengganggu yang mengakibatkan tidak


adanya kebebasan untuk berlatih Dharma

Orang-orang yang kelima racunnya – yaitu emosi negatif, seperti


kebencian terhadap musuh, keterikatan yang amat dalam terhadap teman
dan keluarga dan sebagainya – sangat kuat, mungkin dari waktu ke waktu
mengharapkan untuk berlatih suatu jenis Dharma yang benar. Namun
kelima racun tersebut begitu kuat, dalam kebanyakan waktu mendominasi
pikiran mereka dan mencegah mereka untuk pernah mencapai Dharma
secara benar.
Orang-orang yang sangat bodoh, tidak memiliki kecerdasan sedikit
pun, mungkin bisa memasuki Dharma, namun karena tidak dapat
mengerti sepatah kata pun dari ajaran atau artinya, mereka tidak pernah
akan dapat mempelajari ataupun merenungkannya dan bermeditasi atas
hal tersebut.
44
Longchen Rabjampa atau Longchenpa (1308-1364), salah satu Guru Silsilah Nyingma,
guru utama ajaran Dzogchen yang terkenal, hidup pada masa yang bersamaan dengan
Tai Situpa dari Kagyupa, adalah manifestasi Manjusri.
45
Tib. yid bzhin mdzod.
33
Begitu seseorang diterima menjadi murid seorang teman spiritual
palsu yang mengajarkan pandangan dan perbuatan yang menyesatkan,
pikirannya akan dituntun ke jalan yang salah dan mereka tidak akan
mendengarkan Dharma yang sejati.
Orang-orang yang ingin mempelajari Dharma, tetapi sangat malas
dan tanpa ketekunan sedikit pun, tidak pernah akan mencapainya karena
mereka begitu diperdayakan oleh kemalasan dan penundaan mereka.
Sementara ada orang yang kegelapan batin dan perbuatan negatifnya
begitu besar, sehingga meskipun mereka berusaha keras menekuni
Dharma, namun mereka gagal mengembangkan kualitas batin yang benar.
Disebabkan oleh perbuatan buruk menyelubungi mereka, mereka akan
kehilangan keyakinan terhadap ajaran tanpa merasa bahwa hal itu
disebabkan oleh perbuatan buruk mereka sendiri di masa lampau.
Mereka yang berada dalam perbudakan, yang kehilangan kemerde-
kaannya, mungkin ingin menjalani Dharma. Namun orang yang me-
nguasai mereka tidak memperkenankan mereka untuk melatihnya.
Ada juga orang-orang yang berlatih Dharma karena adanya
kekuatiran dalam hidup ini – karena mereka kekurangan makanan atau
pakaian, atau mengalami penderitaan lainnya. Tetapi karena mereka
tidak mempunyai keyakinan yang dalam terhadap Dharma, mereka akan
tetap melakukan kebiasaan lama mereka. Apa yang mereka latih sama
sekali bukan Dharma.
Yang lainnya adalah penipu, yang dengan berpura-pura dalam
praktek Dharma, mencoba untuk mendapatkan harta, layanan dan gengsi.
Di depan umum mereka berkedok sebagai praktisi, tetapi dalam pikiran
mereka, mereka hanya menaruh minat terhadap kehidupan ini, sehingga
mereka sangat jauh dari jalan pembebasan.
Yang tersebut di atas adalah delapan keadaan yang membuat
seseorang tidak mungkin berlatih Dharma secara berkelanjutan.

2.3 Delapan kecenderungan yang bertentangan yang membawa


ketidakbebasan dalam berlatih Dharma

Orang-orang yang terikat erat dengan tanggung jawab keduniawian,


kekayaan, kesenangan, anak-anak, saudara dan sebagainya, begitu asyik
dengan usaha sibuk yang diperlukan oleh hal-hal demikian, sehingga
mereka tidak memiliki waktu untuk berlatih Dharma.
Ada juga orang yang tidak mempunyai rasa peri kemanusiaan sama
sekali, sifat dasar mereka bejat, sampai-sampai mereka tidak dapat
mengembangkan kelakuan mereka. Bahkan seorang guru spiritual yang
sejati pun merasa sangat sulit untuk membawa mereka ke jalan yang
mulia. Begitulah kata orang agung masa lalu: ”Kemampuan seorang
murid dapat ditempa, namun tidaklah demikian dengan sifat dasarnya”.
34
Seseorang yang sama sekali tidak merasa takut ketika mendengar
kelahiran di alam rendah dan kesusahan di samsara atau dalam meng-
hadapi penderitaan kehidupan ini, tidak memiliki ketetapan hati untuk
membebaskan dirinya dari samsara, sehingga ia tidak merasa ada alasan
untuk berlatih Dharma.
Tidak memiliki keyakinan sama sekali terhadap Dharma yang benar
ataupun terhadap guru, menutup jalan masuk ke ajaran dan memalangi
jalan masuk ke jalan pembebasan.
Orang-orang yang mendapatkan kesenangan dengan melakukan
perbuatan menyakiti dan perbuatan negatif, yang gagal mengendalikan
pikiran, ucapan dan perbuatan mereka, tidak memiliki kualitas mulia dan
telah berpaling dari Dharma.
Ada juga orang-orang yang minatnya terhadap nilai spiritual dan
Dharma tidak melebihi minat seekor anjing memakan rumput. Karena
mereka sama sekali tidak tertarik terhadap Dharma, kualitas mereka
tidak pernah berkembang dalam pikiran mereka.
Seseorang yang telah memasuki Kendaraan Dasar, yang melanggar
sila dan janji bodhicitta, tidak akan pergi ke tempat lain selain ke alam
kehidupan yang lebih rendah. Ia tidak pernah akan terlepas dari keadaan
di mana tidak ada kesempatan untuk berlatih Dharma.
Seseorang yang telah memasuki Kendaraan Mantra Rahasia, jika
melanggar samaya terhadap guru dan kakak adik spiritualnya, akan
membawa kehancuran dirinya sendiri dan orang lain, serta
menghancurkan semua prospek pencapaian.
Diatas adalah delapan kecenderungan yang membawa seseorang
menjauhi Dharma dan memadamkan lampu pembebasan.

Sebelum keenam belas faktor yang menyebabkan tidak adanya ke-


sempatan untuk latihan diatasi dengan hati-hati, orang-orang yang hidup
dalam masa kemerosotan ini kelihatannya seolah-olah memiliki semua
kebebasan dan berkah, misalnya seperti praktisi Dharma yang sejati.
Raja Dharma yang duduk di atas tahtanya dan Lama di bawah payung
kebesarannya, pertapa dalam kesunyian gunung, orang yang telah tidak
menaruh perhatian akan peristiwa negara, dan setiap orang yang memiliki
pendapat yang tinggi tentang jasanya – semuanya mungkin berpikir
bahwa mereka sedang berlatih Dharma, tetapi selama ia masih dalam
pengaruh tambahan keadaan yang membatasi ini, ia tidak dalam jalan
yang benar.
Oleh sebab itu, sebelum secara buta mengambil suatu jenis Dharma,
periksalah dulu keadaan anda dengan teliti guna melihat apakah anda
memiliki ketiga puluh empat aspek kebebasan dan berkah. Jika anda
memiliki semuanya, bergembiralah dan renungkanlah dalam-dalam
berulang-ulang. Ingatkan diri anda bagaimana sekarang anda akhirnya
35
mendapatkan kebebasan-kebebasan dan berkah-berkah yang sesung-
guhnya sangat sulit untuk diperoleh, dan apa pun yang terjadi, anda tidak
akan menyia-nyiakannya. Anda akan berlatih Dharma yang benar. Jika
anda mendapatkan ada beberapa aspek yang tidak lengkap, cobalah untuk
memperolehnya dengan cara apa pun yang dapat dilakukan.

Anda seharusnya terus menerus memeriksa dengan sungguh-sungguh


apakah anda telah memiliki semua unsur kebebasan dan berkah tersebut.
Jika anda tidak memeriksanya, dan jika ada unsur yang tidak lengkap,
anda akan kehilangan kesempatan berlatih Dharma dengan benar.
Bagaimanapun juga, bahkan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari membu-
tuhkan banyak bahan dan kondisi yang saling bergantungan. Apakah ada
keraguan bahwa realisasi tujuan akhir – Dharma – dapat dimungkinkan
tanpa faktor-faktor yang saling berhubungan?
Bayangkan seorang pelancong yang ingin membuat teh untuk dirinya.
Membuat teh mencakup banyak unsur yang berbeda – pot, air, api dan
sebagainya. Dari unsur-unsur ini, untuk membuat api saja tidak mungkin
tanpa sebuah geretan, batu geretan, beberapa rabuk dan sebagainya. Jika
salah satu barang tidak ada, rabuk misalnya, maka kenyataan bahwa
pelancong tersebut mempunyai segala barang lainnya yang diperlukan
menjadi tidak ada gunanya. Ia sama sekali tidak memiliki apa yang
diperlukan untuk membuat teh. Dengan cara yang sama, bahkan jika ada
satu unsur kebebasan dan berkah yang tidak lengkap, sama sekali tidak
ada kesempatan untuk berlatih Dharma yang benar.
Jika anda memeriksa pikiran anda dengan saksama, anda akan
mendapatkan bahwa bahkan kedelapan belas kebebasan dasar dan berkah
tersebut sangat sulit untuk diperoleh; dan untuk memperoleh semua
kesepuluh berkah bahkan lebih langka dari memiliki semua kedelapan
kebebasan.
Seseorang yang terlahir sebagai manusia, dengan semua kemampuan
fisik yang lengkap, dan terlahir di daerah pusat, namun jika dia terlibat
dalam cara hidup yang berlawanan dengan Dharma dan tidak memiliki
keyakinan akan ajaran Sang Penakluk, dia hanya memiliki tiga berkah.
Jika dia bisa mendapatkan salah satu dari dua lainnya, dia tetap saja
hanya memiliki empat macam berkah saja. Masa ini, untuk menjalani
kehidupan yang tidak bertentangan dengan Dharma sangatlah sulit. Jika
pikiran, ucapan atau perbuatan seseorang itu negatif, dan motivasinya
adalah untuk kehidupan ini, meski ia memiliki reputasi baik sebagai
seorang yang baik dan terpelajar, sebenarnya cara hidupnya berlawanan
dengan Dharma.
Hal yang sama berlaku untuk berkah tidak langsung. Jika seorang
Buddha sudah muncul, telah mengajarkan Dharma dan ajarannya masih
ada, namun seseorang tidak masuk ke dalam Dharma, maka orang
36
tersebut hanyalah memiliki tiga berkah dari berkah-berkah tersebut.
Sekali lagi, “memasuki Dharma” bukanlah sekadar berarti meminta
beberapa ajaran dan telah diberi ajaran tersebut.
Langkah pertama dari jalan pembebasan adalah keyakinan bahwa
seluruh samsara adalah tidak berarti, dan kebulatan tekad yang sungguh-
sungguh adalah membebaskan diri darinya. Untuk menapak jalan
Kendaraan Besar, 46 yang penting adalah dengan sungguh-sungguh mem-
bangkitkan bodhicitta. Paling tidak seseorang harus memiliki keyakinan
yang tak tergoyahkan terhadap Tri Ratna dan tidak pernah
menyangkalnya, sekalipun dengan imbalan jiwanya. Tanpa itu, hanya
dengan sekadar melafalkan doa dan memakai jubah kuning bukanlah
bukti bahwa anda telah memasuki Dharma.
Pastikan anda mengetahui bagaimana mengidentifikasi setiap kebe-
basan dan berkah ini, dan memeriksa apakah anda memilikinya. Ini
adalah hal yang teramat penting.

3. Merenungkan betapa sulitnya mendapatkan kebebasan dan


berkah

Buddha berkata, adalah lebih sulit bagi seseorang untuk memperoleh


kelahiran sebagai manusia dibanding seekor kura-kura yang muncul dari
dasar lautan untuk menempatkan kepalanya secara kebetulan pada lubang
sepotong kuk bajak yang terombang ambing oleh ombak dipermukaan
samudera.
Bayangkan seluruh jagat raya dengan ribuan juta dunia seperti sa-
mudera yang maha luas. Sepotong kuk bajak, yaitu sepotong kayu yang
berlubang, yang lubangnya dipakai untuk menempatkan tanduk kerbau
yang menarik bajak, terapung di atasnya. Kuk bajak ini terombang
ambing oleh ombak, kadang ke timur, kadang ke barat, setiap saat tidak
pernah tetap pada suatu tempat. Jauh di dalam dasar samudera, hiduplah
seekor kura-kura buta yang hanya muncul ke permukaan samudera
seratus tahun sekali. Sangat tidak mungkin bahwa kuk bajak dapat
bertemu dengan kura-kura. Kuk bajak tidak memiliki pikiran dan tidak
mencari kura-kura, sedangkan kura-kura, karena ia buta, ia tidak dapat
melihat di mana kuk bajak berada. Jika kuk bajak berada tetap di suatu
tempat, mungkin ada kesempatan bagi keduanya untuk bertemu; namun
ia bergerak setiap saat. Jika kura-kura menghabiskan seluruh waktunya
berenang di atas permukaan lautan, mungkin juga ia bertemu dengan kuk
bajak tersebut. Tetapi ia muncul ke permukaan hanya seratus tahun
sekali. Kesempatan kuk bajak dapat bertemu dengan kura-kura sangatlah
sedikit. Meskipun begitu, dengan kesempatan yang sangat kecil itu,

46
Skt. Mahayana.
37
mungkin kura-kura tersebut dapat menyelipkan kepalanya kedalam
lubang kuk bajak tersebut. Namun, seperti yang dikatakan sutra, adalah
lebih sulit dari itu untuk mendapatkan kelahiran sebagai manusia yang
dilengkapi dengan kebebasan dan berkah. Nagarjuna menyatakan dalam
nasihat kepada Raja Surabhibadra:

Bagi seekor kura-kura untuk menempatkan kepalanya ke dalam


lubang
Sebuah kuk bajak yang terapung di atas samudera yang luas,
Lebih sulit dari itu untuk seekor binatang menjadi manusia.
Oleh sebab itu, Tuan Manusia, pungutlah hasil dari keuntungan-
mu dengan berlatih Dharma.

Dan Santideva berkata:

Buddha berkata bahwa adalah lebih sulit untuk menjadi manusia


Dibanding seekor kura-kura untuk menempatkan kepalanya ke
dalam lubang kuk bajak yang terombang-ambing di samudera.

Sulitnya memperoleh kelahiran sebagai manusia juga diibaratkan


dengan menempelkan kacang kering yang dilemparkan ke dinding licin,
atau menempatkan setumpuk kacang di ujung jarum – yang sudah cukup
sulit meski kita lakukan hanya dengan sebiji kacang saja! Adalah
berguna mengetahui perumpamaan-perumpamaan ini yang di ambil dari
Nirvana Sutra dan naskah-naskah sejenis lainnya.

4. Merenungkan dengan perbandingan angka.

Ketika anda mempertimbangkan jumlah dari berbagai makhluk dan


tingkatannya, anda bisa menghargai bahwa untuk dilahirkan sebagai
manusia adalah sangat tidak mungkin. Sebagai ilustrasi, dikatakan bahwa
makhluk yang hidup di neraka adalah sebanyak bintang yang tampak di
langit pada waktu malam hari, dan jumlah setan lapar tidak lebih banyak
dari bintang yang tampak pada siang hari; jika jumlah setan lapar adalah
sebanyak bintang yang tampak pada malam hari, maka jumlah binatang
kira-kira sebanyak bintang yang tampak pada siang hari; sedangkan jika
jumlah binatang sebanyak jumlah bintang yang tampak pada malam hari,
maka jumlah manusia dan dewa hanyalah sebanyak jumlah bintang yang
tampak pada siang hari.
Dikatakan pula, bahwa jumlah makhluk di neraka adalah sebanyak
butir debu di seluruh dunia, dan jumlah setan lapar sebanyak pasir Sungai
Gangga; jumlah binatang sebanyak butir gandum dalam drum bir; jumlah
asura adalah sebanyak keping salju waktu badai salju – namun jumlah
38
dewa dan manusia hanyalah sebanyak debu yang dapat anda kumpulkan
pada kuku jari anda.
Untuk memperoleh bentuk kelahiran di alam yang lebih tinggi adalah
cukup jarang, namun lebih jarang lagi kelahiran dengan tubuh manusia
yang dilengkapi dengan semua kebebasan dan berkah. Kita dapat melihat
sendiri setiap saat betapa sedikitnya manusia kalau dibandingkan dengan
binatang. Pikirkan berapa banyaknya binatang kecil yang hidup dalam
sebuah gumpalan tanah pada musim panas, atau jumlah semut yang hidup
dalam sarang semut – hampir tidak ada jumlah penduduk di seluruh dunia
sebanyak itu. Begitu juga halnya dalam umat manusia. Kita dapat
melihat, dibandingkan dengan manusia yang terlahir di daerah di mana
ajaran tidak pernah ada, maka yang terlahir di tempat dimana Dharma
sudah tersebar adalah sangat jarang. Dan bahkan jarang di antara mereka
pada waktu yang bersamaan memiliki semua kebebasan dan berkah.
Dengan semua pandangan ini dalam pikiran, anda seharusnya penuh
dengan sukacita bahwa anda sungguh memiliki semua kebebasan dan
berkah secara lengkap.
Sebuah kehidupan manusia dapat disebut “kehidupan manusia yang
berharga” hanya kalau ia memiliki semua aspek kebebasan dan berkah,
dan mulai dari waktu itu sungguh menjadi berharga. Tetapi, sepanjang
ada aspek yang tidak lengkap, maka bagaimanapun luasnya pengetahuan
dan bakat anda dalam hal-hal duniawi, anda tidak memiliki kehidupan
manusia yang berharga. Anda hanya memiliki yang disebut kehidupan
manusia biasa, hanya kehidupan manusia, atau kehidupan manusia yang
malang, kehidupan manusia yang tidak berarti, atau kehidupan manusia
yang berpulang dengan tangan hampa. Keadaan demikian adalah seperti
gagal menggunakan permata pengabul harapan, meski benda itu sudah di
tangan anda, atau ibaratnya pulang dari tanah yang penuh dengan emas
dengan tangan hampa.

Memperoleh kehidupan manusia,


Lebih berharga dari pada memperoleh permata yang berharga;
Lihatlah bagaimana mereka yang tidak takut akan samsara
Menyia-nyiakannya!

Bertemu dengan seorang guru,


Lebih berharga dari pada memperoleh sebuah kerajaan;
Lihatlah mereka yang tidak berbakti,
Memperlakukan guru seperti tandingan mereka!

Diberi ikrar Bodhisattva,


Lebih berharga dari pada diberi perintah untuk memerintah
sebuah propinsi;
39
Lihatlah mereka yang tidak berbelas kasih,
Melempar jauh ikrar mereka!

Memperoleh inisiasi tantra,


Lebih berharga dari pada menjadi penguasa dunia;
Lihatlah mereka yang tidak menjaga samaya,
Meringankan beban janji mereka!

Melihat hakikat batin,


Lebih berharga dari pada berjumpa dengan Buddha;.
Lihatlah mereka yang tidak memiliki kebulatan tekad
Berhanyut-hanyut dalam khayalan!

Kebebasan dan berkah tidaklah datang secara kebetulan. Mereka


adalah hasil akumulasi pahala dan kebijaksanaan selama berkalpa-kalpa.
Sarjana besar Trakpa Gyaltsen 47 berkata:

Keadaan manusia yang bebas dan dikaruniai,


Bukanlah hasil kecerdikan anda.
Ia adalah hasil dari pahala yang anda kumpulkan.

Memperoleh kehidupan manusia namun hanya digunakan seluruhnya


untuk kegiatan jahat tanpa ada sedikit pun pikiran terhadap Dharma
adalah lebih rendah dari makhluk alam rendah. Sebagaimana kata Jetsun
Mila kepada pemburu Gönpo Dorje:

Memiliki kebebasan dan keberuntungan kelahiran manusia


biasanya disebut berharga;
Tetapi ketika saya melihat seseorang seperti kamu, sama sekali
tidak kelihatan berharga.

Tidak ada kekuatan yang lebih besar yang membawa anda ke alam
rendah dari pada kehidupan manusia. Apa yang anda lakukan dengannya,
adalah tergantung pada anda sendiri sekarang:

Dipergunakan dengan baik, tubuh ini adalah rakit untuk kebe-


basan;
Dipergunakan dengan buruk, tubuh ini adalah jangkar samsara;
Tubuh ini menawarkan baik dan jahat dua-duanya.

47
Trakpa Gyaltsen (1147-1216), putra ketiga dari Sachen Kunga Nyingpo, mewarisi tahta
Silsilah Sakya pada umur 26, adalah guru silsilah ketiga Sakyapa.
40
Adalah melalui kekuatan pahala yang anda kumpulkan di waktu
lampau sehingga anda memperoleh kehidupan manusia lengkap dengan
kedelapan belas kebebasan dan berkah. Mengabaikan suatu hal yang
penting – Dharma yang tertinggi – dan sebagai gantinya menghabiskan
hidup hanya untuk mendapatkan makanan dan pakaian, dan memuaskan
diri dengan delapan hal duniawi merupakan penyia-nyian kebebasan dan
berkah tersebut. Betapa tidak bergunanya menunggu sampai menjelang
kematian dan memukul-mukul dada dengan penyesalan yang dalam.
Oleh sebab itu, kehidupan sekarang ini adalah saat yang menentukan
yang dapat anda pilih antara kebaikan dan keburukan jangka panjang.
Jika anda tidak mempergunakan mereka dengan baik sekarang untuk
meraih benteng sifat alami yang mutlak 48 dalam kehidupan ini, maka
anda telah membuat pilihan yang salah. Seperti yang dikatakan dalam
Jalan Bodhisattva: 49

Jika sesudah mendapatkan kebebasan-kebebasan ini,


Saya tidak berlatih apa yang benar,
Tidak ada hal yang lebih keliru;
Tidak ada hal yang lebih bodoh!

Dalam kehidupan yang akan datang, akan sangat sulit untuk


memperoleh kebebasan seperti ini lagi. Sekali anda terlahir di salah satu
alam rendah, sudah tidak ada pikiran tentang Dharma yang bisa muncul
dalam benak anda. Dalam keadaan yang sangat bingung untuk
mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa yang tidak, anda akan
jatuh semakin dalam ke dalam alam rendah tanpa hentinya. Oleh sebab
itu, katakan kepada diri anda bahwa sekarang adalah waktu untuk
berusaha. Renungkanlah berulang-ulang, pergunakan tiga metoda yang
tertinggi: mulai dengan pikiran bodhicitta, lakukan latihan tersebut tanpa
pemunculan gagasan, dan limpahkan pahala pada akhir latihan.
Sebagai gambaran seberapa latihan ini telah benar-benar meyakinkan
kita, kita seharusnya seperti Geshe Chengawa 50 yang menghabiskan
seluruh waktu hidupnya untuk berlatih dan tidak pernah tidur. Geshe
Tönpa berkata kepadanya: “Muridku, kamu lebih baik beristirahat. Kamu
akan menjadi sakit”
"Ya, saya tahu pentingnya tubuh yang sehat,” balas Chengawa, “tetapi
ketika saya berpikir betapa sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah
yang telah diperoleh, saya tidak punya waktu untuk beristirahat”. Ia

48
Tingkat kebuddhaan.
49
Skt. Bodhicaryavatara, uraian tentang jalan Bodhisattva yang terkenal dari Santideva.
50
Geshe Chengawa Tsultrim Bar, (1033–1103), salah satu dari tiga murid utama Drom
Tönpa, Guru Kadampa yang memulai silsilah transmisi instruksi lisan Kadampa. Dua
murid lainnya adalah Geshe Potowa and Phuchungwa Shönu Gyaltsen (1031–1106).
41
menjapa sembilan juta kali mantra Miyowa 51 dan tidak pernah tidur
selama hidupnya. Kita seharusnya merenung sampai keyakinan semacam
itu timbul dalam pikiran kita.

Meski saya telah memperoleh kebebasan, saya lemah dalam


Dharma, yang merupakan intisarinya.
Meski saya telah memasuki Dharma, saya memboroskan waktu
melakukan hal-hal lain.
Berkatilah saya dan orang-orang bodoh seperti saya ini
Sehingga kami dapat mencapai intisari sebenarnya dari
kebebasan dan berkah.

51
Skt. Acala.

42
BAB 2

KETIDAK-KEKALAN KEHIDUPAN

Memahami bahwa ketiga alam ini sebagai ilusi yang berlalu


dengan cepat,
Engkau telah meninggalkan urusan keduniawian ini seperti
membuang ludah;
Dengan menerima semua kesulitan, engkau mengikuti langkah
para guru di masa lampau,
Guru yang tiada tandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bahan pembahasan bab ini terdiri dari tujuh renungan: ketidak-


kekalan dunia bagian luar di mana makhluk hidup tinggal, ketidak-
kekalan makhluk yang hidup di dalamnya, ketidak-kekalan makhluk-
makhluk suci, ketidak-kekalan orang-orang yang berkuasa, contoh lain
ketidak-kekalan, ketidak-pastian keadaan kematian, kesadaran yang
tinggi atas ketidak-kekalan.

I. KETIDAK-KEKALAN DUNIA LUAR DI MANA MAKHLUK


HIDUP TINGGAL

Dunia kita, lingkungan luar yang tercipta oleh karma kolektif yang
baik dari makhluk hidup, dengan strukturnya yang kokoh dan padat,
meliputi empat benua, Maha Meru dan alam-alam surga, bertahan
sepanjang kalpa. Tetapi meskipun demikian, ia tidak kekal dan tidak
terhindar dari penghancuran akhir oleh tujuh tahap api dan satu tahap air.
Karena kalpa besar sekarang ini bergerak mendekati waktu penghan-
curan, makhluk-makhluk yang hidup di tiap alam di bawah alam dewa
dhyana tingkat pertama akan hilang secara bertahap sampai tidak ada satu
pun makhluk yang tertinggal.

43
Kemudian tujuh matahari akan timbul di angkasa satu per satu. Ma-
tahari yang pertama akan menghanguskan hutan dan semua pohon.
Matahari yang kedua akan menguapkan semua anak sungai dan kolam;
matahari yang ketiga akan mengeringkan semua sungai; yang keempat
akan mengeringkan semua danau besar, bahkan Manasarovar 52 juga.
Ketika matahari yang kelima muncul, lautan yang luas juga akan
menguap secara bertahap, mula-mula sampai kedalaman seratus yojana, 53
kemudian sampai dua ratus yojana, tujuh ratus yojana, seribu yojana,
sepuluh ribu yojana dan akhirnya delapan puluh ribu yojana. Air laut
yang tertinggal akan menyusut dari satu yojana sampai pada satu jarak
pendengaran 54 , bahkan sampai tidak cukup untuk mengisi jejak kaki.
Pada waktu enam matahari bersinar bersamaan, seluruh dunia dan
gunung-gunung yang diselimuti salju akan terbakar. Dan ketika matahari
yang ketujuh muncul, Maha Meru sendiri akan terbakar bersama-sama
dengan keempat benua, kedelapan sub benua, ketujuh pegunungan emas 55
dan barisan gunung besi yang mengelilinginya. Segala sesuatu akan
melebur menjadi gumpalan api yang besar. Waktu gumpalan api tersebut
berkobar ke bawah, ia akan membinasakan semua alam neraka. Ketika ia
berkobar ke atas, ia akan menelan istana-istana Surga Brahma yang sudah
lama ditinggalkan. Di atasnya, dewa-dewa muda di alam Surga
Parīttābha 56 berteriak ketakutan: “Alangkah hebatnya kebakaran ini”.
Tetapi dewa-dewa yang tua akan menenteramkan hati mereka dan berkata:
“Jangan takut! Begitu api tersebut mencapai Surga Brahma, maka ia
akan mereda. Ini sudah terjadi sebelumnya.”
Sebagai akibat dari kehancuran yang ditimbulkan oleh api, akan
terbentuk awan hujan di alam surga dhyana tingkat kedua. Akan turun
hujan lebat sampai kedalaman kuk bajak, diikuti dengan hujan lebat
sampai kedalaman bajak. Sama seperti garam larut ke dalam air, segala
sesuatu di bawah ke alam Surga Parīttābha akan hancur. Penghancuran
yang diakibatkan oleh air ini terjadi dalam tujuh tahap. Dan begitu proses

52
Danau Manasarovar juga disebut Mapam Yumtso, adalah salah satu dari empat danau
yang terkenal di Tibet, merupakan danau air tawar dataran tinggi yang disuplai oleh
gletser Kailash dekat Gunung Kailash. Danau ini dihormati sebagai tempat suci.
53
Satuan panjang India zaman dulu. Satu yojana adalah jarak yang ditempuh oleh seekor
lembu selama sehari, kira-kira sama dengan 7 mil atau 11.2 km.
54
Satuan panjang India zaman dulu. Satu jarak pendengaran adalah lima ratus kali
panjang busur, kira-kira sama dengan 1/8 yojana atau 1.4 km.
55
Tujuh Jajaran Pegunungan Emas: Menurut Abhidharmakośa, terdapat tujuh jajaran
pegunungan emas yang mengelilingi Maha Meru. Dari yang paling dekat ke yang
paling jauh berturut-turut adalah: Yugandhara, Īṣādhara, Khadiraka, Sudarśana,
Aśvakarṇa, Vinataka dan Nimindhara. Tinggi masing-masing pegunungan adalah
separuh dari tinggi pegunungan di depannya.
56
Surga Cahaya Kecil, suatu surga dhyana tingkat pertama di alam bentuk (rūpadhātu) .
44
itu selesai, angin vajra silang di dasar dunia akan naik. Segala sesuatu di
bawah alam surga dhyana tingkat ketiga akan lenyap diterbangkannya.
Renungkanlah dalam-dalam dan sungguh-sungguh. Jika setiap dunia
dari ribuan juta dunia yang membetuk jagat raya, dengan Maha Meru,
empat benua dan surganya sendiri di setiap dunia tersebut akan serentak
hancur seperti ini dengan hanya ruang yang tertinggal, mana mungkin
tubuh manusia kita yang seperti serangga di akhir musim akan kekal atau
stabil?

II. KETIDAK-KEKALAN MAKHLUK YANG TINGGAL DI


DUNIA

Dari puncak surga yang paling tinggi sampai neraka yang paling
dalam, tidak ada satu makhluk pun yang dapat terhindar dari kematian.
Seperti dikatakan oleh Surat Penghiburan57:

Pernahkan anda melihat di bumi atau di surga,


Ada makhluk yang lahir dan tidak akan mati?
Atau mendengar hal semacam ini pernah terjadi?
Atau bahkan berpikir hal itu mungkin terjadi?

Segala yang terlahir harus mati. Tidak seorang pun yang pernah
melihat seseorang atau mendengar seseorang di alam mana pun – bahkan
di alam dewa – yang dilahirkan namun tidak akan meninggal.
Kenyataannya, meski tidak terpikir oleh kita apakah seseorang akan
meninggal atau tidak, hal itu adalah suatu kepastian. Khususnya kita
yang terlahir di akhir suatu masa dalam Jambudvipa, di mana rentang
hidup tidak bisa diperkirakan, kematian akan datang dengan cepat. Dari
hari ke hari ia semakin dekat semenjak kelahiran kita. Hidup hanya akan
menjadi lebih pendek, tidak pernah menjadi lebih panjang. Tidak dapat
ditawar-tawar. Kematian semakin mendekat. Sama seperti bayangan
gunung saat matahari terbenam, ia tidak pernah berhenti sekejab pun.
Tahukah anda dengan pasti kapan atau di mana anda akan meninggal?
Mungkin besok, atau malam ini? Apakah anda yakin anda tidak me-
ninggal sekarang, di antara tarikan nafas sekarang dan berikutnya?
Seperti dikatakan dalam Nidāna-vagga 58:

Siapakah yang yakin bahwa ia akan hidup sampai besok?


Hari ini adalah waktu untuk berlatih.

57
Skt. Sokavinodana, sastra karangan Asvaghosa.
58
Sutra tentang asal mula, merupakan bagian dari Samyutta Nikaya.
45
Karena pasukan Dewa Kematian
Bukan saudara kita sendiri.

Dan Nagarjuna juga berkata:

Kehidupan tidak kekal dan disertai banyak kesulitan,


Ia mudah pecah bagaikan gelembung yang tertiup angin;
Kematian dapat terjadi dalam tidur, antara setiap embusan dan
tarikan nafas;
Sungguh menakjubkan kita bisa bangun dalam keadaan masih
hidup!

Orang-orang bernafas dengan lega dan menikmati tidurnya. Namun,


dari satu nafas ke nafas berikutnya tidak ada jaminan bahwa kematian
tidak akan menyelinap ke dalamnya. Bangun dengan sehat sesungguhnya
adalah kejadian yang patut dianggap sebagai suatu hal yang menakjubkan,
namun kita menggangap hal itu sama sekali wajar.
Meskipun kita tahu kita akan meninggal pada suatu hari, kita tidak
sungguh-sungguh membuat sikap hidup kita dipengaruhi oleh kemung-
kinan meninggal yang selalu ada. Kita tetap saja menghabiskan waktu
kita mengharapkan dan merisaukan nafkah kita di masa depan, sepertinya
kita akan hidup selamanya. Kita tetap terlibat penuh dalam memper-
juangkan kesejahteraan, kebahagiaan dan kedudukan sosial kita – sampai
tiba-tiba kita dihadapkan kepada Dewa Kematian dengan tali jerat
hitamnya yang besar, yang menggertakkan gigi sambil memperlihatkan
taringnya.
Waktu itu tidak ada yang dapat menolong kita. Meski ada angkatan
bersenjata, perintah penguasa, harta orang kaya, kecerdasan sarjana,
pesona kecantikan, ketangkasan olahragawan yang dapat berlari secepat
kuda – semuanya tidak ada yang berguna. Kita boleh saja mengunci diri
kita dalam lemari berlapis baja, dikawali dengan ratusan ribu serdadu
yang memegang tombak dan anak panah; namun meskipun demikian, hal
itu tidak memberikan perlindungan atau persembunyian sedikit pun.
Begitu Dewa Kematian mengalungkan tali jerat hitamnya ke leher kita,
muka kita mulai pucat, mata kita berkaca-kaca. Dengan kepala dan
anggota badan yang kaku, kita diseret ke jalan raya menuju ke kehidupan
selanjutnya.
Kematian tidak dapat diusir oleh pendekar, disuruh pergi oleh orang
yang berkuasa, atau dibujuk dengan makanan dan minuman. Kematian
tidak menyediakan tempat buat kita untuk melarikan diri, tidak ada
tempat untuk bersembunyi, tidak ada perlindungan, pemandu ataupun
teman dan sanak saudara. Kematian menolak semua pertolongan ketram-

46
pilan ataupun kemurahan hati. Begitu hidup kita berakhir, meski Buddha
Pengobatan tampil sendiri pun tidak akan menunda kematian kita.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, janganlah menyelinap ke dalam kema-
lasan dan penundaan. Renungkanlah dengan kesungguhan hati akan
ketidak-kekalan dan pentingnya melatih Dharma, satu-satunya hal yang
sungguh-sungguh bisa menolong kita pada saat kematian.

III. KETIDAK-KEKALAN MAKHLUK-MAKHLUK SUCI

Dalam Kalpa Bhadra ini, Buddha Vipasyin, Buddha Sikhin dan lima
Buddha lainnya 59 sudah muncul. Setiap dari mereka muncul dengan
kelompok Sravaka dan Arhatnya dalam jumlah yang tak terbayangkan.
Setiap dari mereka bekerja untuk membawa kebaikan kepada makhluk
yang tak terhitung banyaknya melalui ajaran Tiga Kendaraan. Namun,
sekarang ini yang tertinggal bagi kita hanyalah ajaran Buddha Sakyamuni.
Selain itu, semua Buddha lainnya sudah parinirwana, dan ajaran murni
yang mereka berikan sudah hilang secara perlahan-lahan.
Satu per satu, banyak Sravaka terkenal yang ditakdirkan hidup di
masa ini, berikut rombongan pengiringnya yang terdiri dari lima ratus
Arhat, sudah melampaui penderitaan dan memasuki nirvana tanpa sisa,
tiada suatu pun yang tertinggal.
Di India, pernah hidup lima ratus Arhat yang menghimpun kata-kata
Buddha. Ada Enam Perhiasan dan Dua Yang Tertinggi, 60 Delapan Puluh
Siddha, dan banyak lagi lainnya yang menguasai semua hal yang
berhubungan dengan Jalan dan tingkatannya, serta memiliki kewaskitaan
dan kekuatan gaib yang menakjubkan dan tak terbatas. Tetapi yang
tinggal dari mereka sekarang hanyalah cerita tentang bagaimana mereka
hidup.

Di Tibet, Tanah Salju ini, ketika Buddha Kedua dari Uddiyana 61


memutar roda Dharma untuk mematangkan dan membebaskan makhluk,
hidup dua puluh lima muridnya yang dikenal dengan Raja dan kawula,
serta Delapan Puluh Siddha Yerpa. Kemudian terdapat guru-guru Tradisi

59
Kelima Buddha lainnya adalah: Buddha Vessabhū, Buddha Kakusandha, Buddha
Koṇāgamana, Buddha Kassapa dan Buddha Gautama.
60
Enam Perhiasan: Ahli dalam Madhyamakā: Nāgārjuna dan Āryadeva; ahli
Yogācāra/Vijñānavāda: Asanga dan Vasubandhu; ahli Hetuvidyā: Dignāga dan
Dharmakīrti; Dua Yang Tertinggi: Ahli dalam ajaran dasar agama Buddha dan Vinaya:
Gunaprabha dan Sakyaprabha.
61
Padmasambhava sering disebut sebagai Buddha kedua era kita, yang memperluas
pekerjaan Buddha Sakyamuni.
47
Lama: So, Zur dan Nup 62; Marpa, Milarepa dan Dagpo dari Tradisi Baru,
dan tak terhitung banyaknya orang yang terpelajar dan ulung.
Kebanyakan dari mereka mencapai pencapaian yang tinggi dan
menguasai keempat elemen. Mereka dapat membuat beraneka macam
perubahan yang ajaib. Mereka dapat membuat barang nyata timbul entah
dari mana dan hilang entah ke mana. Mereka tidak dapat dibakar dengan
api, ditenggelamkan ke dalam air, diremukkan dengan tanah atau dijatuh-
kan ke dalam jurang – singkatnya, mereka bebas dari segala kerusakan
yang disebabkan oleh keempat elemen.
Sebagai contoh, sekali peristiwa Jetsun Milarepa sedang bermeditasi
dalam keheningan di gua Nyesangkatya di Nepal ketika segerombolan
pemburu melewatinya. Melihat ia duduk di sana, mereka bertanya
apakah ia seorang manusia atau hantu. Milarepa tetap tidak bergerak.
Tatapannya tetap ke depan dan tidak menjawab. Pemburu-pemburu ter-
sebut memanahkan berondongan anak panah beracun kepadanya, namun
tidak ada satu pun anak panah itu yang dapat menembus kulitnya.
Mereka melemparnya ke dalam air, kemudian dari atas jurang yang terjal,
tetapi setiap kali ia kelihatan ada di sana lagi, duduk seperti semula.
Akhirnya mereka menumpuk kayu bakar di sekelilingnya dan menyala-
kannya. Tetapi api tersebut tidak dapat membakarnya. Ada banyak
orang yang mencapai kekuatan seperti itu. Tapi akhirnya, semuanya juga
tidak kekal, dan sekarang, yang tinggal hanyalah cerita tentang mereka.
Sedangkan kita, perbuatan negatif kita ditarik oleh angin kondisi
negatif ke arah kecenderungan negatif kita yang kuat, mengiring kita ke
sini, ke dalam mesin kotor yang dibuat dari keempat elemen tersebut, ke
tempat di mana kita terjebak dan pada mana keberadaan kita yang
berperasaan tergantung. – orang-orangan tubuh bayangan, yang dapat
hancur kapan saja.
Oleh sebab itu, renungkanlah betapa pentingnya mulai sekarang
untuk memberi dorongan kepada anda sendiri ke arah pikiran, ucapan dan
perbuatan yang selalu bersifat positif.

IV. KETIDAK-KEKALAN MEREKA YANG BERKUASA

Ada dewa dan rsi hebat dan termasyhur yang bisa hidup selama
beberapa kalpa. Namun tetap saja mereka tidak terhindar dari kematian.
Makhluk-makhluk yang memegang pemerintahan, seperti Brahma, Indra,
Visnu, Isvara dan dewa-dewa besar lainnya dapat hidup selama beberapa
kalpa, dengan tinggi badan yang diukur dengan yojana atau jarak

62
Tiga Guru Tantrayana Tradisi Lama yang paling awal, So Yeshe Wangchuk, Zur
Shakya Jungne, dan Nup Chen Sangye Yeshe.
48
pendengaran, dan dengan kekuasaan dan kecemerlangan yang melebihi
matahari dan bulan, meskipun demikian, mereka tidak terlepas dari
kematian. Sebagaimana Harta Karun Pahala Kebajikan menyebutkan:

Malah Brahma, Indra, dan Cakravartin,


Tidak punya cara menghindari Dewa Kematian.

Selain itu, bahkan tidak ada makhluk surgawi atau rsi manusia
dengan lima jenis kewaskitaan dan kekuatan untuk terbang di angkasa
dapat menghindari kematian. Surat Penghiburan berkata:

Rsi hebat dengan lima kekuatan gaib 63


Dapat terbang jauh di angkasa,
Namun mereka tidak pernah mencapai
Tanah di mana kekekalan berkuasa.

Di dunia manusia kita, pernah ada kaisar dunia yang mencapai


puncak kekuasaan dan kekayaan materi. Di tanah suci India, mulai dari
Maha-sammata, tidak terhitung banyaknya raja yang memerintah seluruh
negeri tersebut. Kemudian memerintah di sana ketiga Pala, tiga puluh
tujuh Chandra dan banyak lagi raja yang kaya dan berkuasa yang
memerintah di India timur maupun barat, namun kini tidak seorang pun
yang tertinggal.
Di Tanah Salju Tibet, raja pertama Nyatri Tsenpo 64 merupakan ketu-
runan makhluk suci, emanasi Bodhisattva Nivaranaviskambhin. Kemu-
dian memerintah tujuh raja surgawi yang disebut Tri, enam raja duniawi
yang disebut Lek, delapan raja menengah yang disebut De, lima raja
perantara yang disebut Tsen, dan tiga belas raja dari Dinasti
Keberuntungan, termasuk lima raja dari Dinasti yang Paling Beruntung
dan banyak lagi. Dalam masa pemerintahan Raja Dharma Songtsen
Gampo, bala tentara gaib menaklukkan semua negeri dari Nepal sampai
ke China. Raja Trisong Detsen menguasai dua per tiga dari Jambudvipa,
dan dalam masa pemerintahan Ralpachen, sebuah pilar besi didirikan di
tepi sungai Gangga untuk menandakan batas antara India dan Tibet.
Tibet menjalankan kekuasaan di banyak daerah di India, Tiongkok, Gesar,
Tajikistan dan negeri lainnya. Pada festival Tahun Baru, duta besar dari
negara-negara tersebut diminta untuk berkumpul di Lhasa pada hari
tersebut, memberikan upeti dan sebagainya. Ini adalah kekuasaan Tibet

63
Lima kekuatan gaib (Abhijñā) : Mata dewa, telinga dewa, membaca pikiran orang,
meng-ingat kehidupan lampau, dan kekuatan batin fisik.
64
Lihat halaman 428.
49
pada masa lalu. Namun ia tidak bertahan, dan sekarang, selain catatan
sejarah, tiada apa pun yang tersisa.
Renungkan kehebatan masa lalu tersebut. Bandingkan mereka
dengan keluarga kita, harta benda kita, pembantu, status dan apa pun
yang kita hargai, secara keseluruhan kelihatannya tidak lebih berarti
dibandingkan dengan sebuah sarang lebah. Renungkanlah dalam-dalam.
Dan tanyakan kepada diri anda sendiri, mana mungkin anda punya
pemikiran bahwa barang-barang tersebut akan bertahan selamanya dan
tidak pernah berubah.

V. CONTOH KETIDAK-KEKALAN LAINNYA

Sebagai contoh ketidak-kekalan, pikirkan siklus pertumbuhan dan


kemerosotan yang terjadi pada satu kalpa. Dahulu kala, pada masa awal
kalpa ini, tidak ada matahari dan bulan di angkasa. Manusia diterangi
dengan cahaya yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Mereka dapat
bergerak secara gaib melintasi ruang. Tubuh mereka tingginya beberapa
yojana. Mereka makan nektar surgawi dan menikmati kebahagiaan yang
sempurna dan keberadaan baik yang sebanding dengan apa yang dimiliki
dewa-dewa. Namun, lama-kelamaan, karena pengaruh emosi negatif dan
perbuatan yang buruk, manusia merosot secara perlahan menjadi keadaan
seperti sekarang ini. Bahkan sekarang, karena emosi ini menjadi semakin
menyolok, rentang umur dan keberuntungan manusia masih akan terus
merosot. Proses ini akan terus berlanjut sampai umur manusia tidak lebih
dari sepuluh tahun. Pada waktu itu, sering terjadi wabah penyakit, perang
dan kelaparan, sehingga kebanyakan makhluk hidup di dunia akan lenyap.
Kemudian, bagi mereka yang selamat, emanasi dari Buddha Maitreya
akan mengajarkan pantangan untuk membunuh. Pada waktu itu, tinggi
tubuh manusia cuma satu kaki dan hanya hidup selama dua puluh tahun.
Namun mulai waktu itu rentang hidup mereka akan meningkat secara
perlahan sampai mencapai delapan puluh ribu tahun. Pada waktu itu,
Yang Dipertuan Maitreya akan muncul secara pribadi, menjadi Buddha
dan memutar Roda Dharma. Ketika siklus pertumbuhan dan
kemerosotan seperti ini sudah terjadi sebanyak delapan belas kali dan
umur manusia sudah tak terhitung lamanya, Buddha Aspirasi Tak
Terbatas 65 akan muncul dan hidup selama semua umur Buddha dalam
Kalpa Bhadra digabung menjadi satu. Aktivitasnya untuk kesejahteraan
makhluk hidup juga setara dengan semua aktivitas mereka digabung
menjadi satu. Akhirnya, kalpa ini akan berakhir dengan kehancuran.
Dengan merenungkan perubahan seperti ini, anda dapat melihat, bahwa

65
Buddha terakhir dalam Kalpa Bhadra.
50
dalam skala yang begitu besar seperti ini pun tidak ada yang luput dari
ketidak-kekalan.
Memperhatikan perubahan yang terjadi dalam empat musim, anda
juga dapat melihat bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal. Pada musim
panas, padang rumput berwarna hijau dan tumbuh lebat karena siraman
nektar hujan. Semua makhluk berjemur dalam keberadaan yang baik dan
bahagia. Bunga-bunga muncul dalam jenis yang tak terhitung jumlahnya
dan seluruh pemandangan menjadi taman Firdaus yang sangat indah,
dengan bunga-bunga warna putih, keemasan, merah tua dan biru.
Kemudian, ketika angin musim rontok mulai menjadi lebih dingin,
padang rumpat yang semula hijau menjadi berwarna kuning. Buah-
buahan dan bunga-bunga, satu persatu mengering dan layu. Musim
dingin mulai datang dan seluruh dunia menjadi keras dan rapuh seperti
batu karang. Kolam dan sungai membeku dan angin yang dingin
merambah pemandangan alam. Meskipun anda sudah menempuh
beberapa ‘jarak kuda’ 66 mencari bunga-bunga musim panas, namun tidak
akan menemukan sekuntum pun. Dan begitulah musim terus bertukar,
habis musim panas datang musim rontok, musim rontok ke musim dingin
dan musim dingin ke musim semi, satu berbeda dengan yang sebelumnya.
Dan setiap darinya hanya berlangsung sebentar saja. Lihatlah betapa
cepatnya kemarin dan hari ini, pagi ini dan malam ini, tahun ini dan tahun
depan, semua lewat satu demi satu. Tiada satu pun yang bertahan, tiada
yang dapat diandalkan.
Pikirkan perubahan yang terjadi pada kota, kampung dan vihara atau
tempat di mana saja anda pernah tinggal. Orang-orang yang tadinya kaya
dan aman tiba-tiba mendapatkan mereka sedang menuju kehancuran.
Sementara yang lainnya, dulunya miskin dan tak berdaya, sekarang
berbicara dengan kewenangan, berkuasa dan kaya. Tiada hal yang sama
seperti dulu untuk selamanya. Dalam keluarga anda sendiri, orang tua,
kakek dan kakek buyut generasi sebelumnya sudah meninggal satu per
satu. Hanya tinggal nama mereka saja buat anda. Dan ketika waktu tiba,
kakak, adik dan sanak saudara lainnya akan meninggal pula. Tiada
seorang pun yang tahu ke mana mereka pergi. Orang-orang berkuasa dan
kaya yang tahun lalu terkemuka dalam negara, banyak di antara mereka
pada tahun ini hanya tinggal nama saja. Siapa tahu apakah orang-orang
yang kekayaan dan kewenangannya membuat masyarakat iri hati, akan
tetap pada posisinya pada tahun depan – atau malah bulan depan? Dari
ternak anda – domba, kambing, anjing – berapa yang sudah mati pada
waktu dulu dan berapa yang masih hidup? Ketika anda memikirkan apa
yang terjadi pada semua kasus ini, anda dapat melihat bahwa tiada satu
pun yang tetap sama selamanya. Orang-orang yang hidup pada seratus

66
Jarak yang ditempuh oleh seekor kuda dalam sehari.
51
tahun lebih yang lalu, tiada satu pun yang lolos dari kematian. Dan
seratus tahun kemudian, setiap orang yang hidup di dunia ini akan
meninggal. Tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.
Oleh sebab itu tiada barang apa pun di dunia ini, yang berjiwa
maupun yang tidak berjiwa, yang memiliki kestabilan atau kekekalan.

Apa yang terlahir tidak kekal dan akan mati,


Apa yang dihimpun tidak kekal dan akan habis,
Apa yang tergabung tidak kekal dan akan terpisah,
Apa yang dibangun tidak kekal dan akan runtuh,
Apa yang meningkat tidak kekal dan akan merosot.

Teman dan musuh, kebahagiaan dan kesusahan, kebaikan dan keja-


hatan, segala pikiran yang mengikuti batin anda – semuanya selalu
berubah.
Anda mungkin sama mulianya seperti makhluk surga, sama
perkasanya seperti halilintar, sama kayanya seperti raja naga, sama
tampannya seperti dewa, atau sama cantiknya seperti pelangi – namun
tidak peduli anda siapa atau apa, ketika kematian tiba-tiba datang, tidak
ada suatu pun yang dapat anda lakukan walaupun untuk sekejab saja.
Anda tidak punya pilihan lain selain pergi, telanjang dan dingin, dengan
lengan anda kaku terkatup di depan dada. Sungguh tak tertahankan
rasanya berpisah dengan uang anda, barang-barang milik anda yang anda
hargai, teman-teman, kekasih, pelayan, murid, negara, tanah, rakyat,
makanan, minuman, kesenangan hidup. Anda harus tinggalkan semuanya,
seperti sehelai benang yang ditarik keluar dari suatu irisan mentega.
Anda mungkin adalah Lama kepala yang mengepalai ribuan biarawan,
namun anda tidak dapat membawa satu pun dari mereka. Anda mungkin
seorang gubernur dari sekian puluh ribu rakyat, namun anda tidak dapat
membawa satu pun sebagai pelayan anda. Semua kekayaan di dunia
tetap tidak memberi kekuasaan kepada anda meski hanya untuk meng-
ambil sehelai benang dan jarum.
Tubuh anda yang sangat anda sayangi juga harus anda tinggalkan.
Tubuh yang sama ini, yang dibungkus dengan sutera dan brokat waktu
anda masih hidup, yang selalu diisi dengan teh dan bir, yang pernah
kelihatan tampan dan yang terhormat seperti seorang dewa, sekarang
disebut mayat, dan ditinggal terbaring dalam keadaan putih kelabu yang
mengerikan, berat dan mengerut.

Jetsun Mila berkata:

Barang ini yang kita sebut mayat, begitu mengerikan untuk


dilihat,
52
Ada disini sekarang – badan kita sendiri.

Badan anda akan diikat erat dengan tali dan ditutup dengan kain,
ditopang dengan tanah dan batu. Mangkuk anda ditaruh terbalik pada
bantal anda. 67 Tidak peduli seberapa berharga dan disayangi, sekarang
anda menimbulkan rasa muak dan ngeri. Ketika makhluk hidup
berbaring untuk tidur, meski di atas tumpukan permadani bulu binatang
dan kulit domba yang lembut, mereka mulai merasa tidak enak sesudah
berbaring beberapa lama dan sering membalik-balikkan badannya.
Namun, begitu anda meninggal, anda hanya bisa berbaring di atas batu
atau tumpukan rumput, dengan rambut anda terpercik tanah.
Sebagian dari anda yang mengepalai keluarga atau menjadi kepala
suku, mungkin akan kuatir tentang orang-orang di bawah perlindungan
anda. Karena semua kekayaan, kesenangan hidup dan kebahagiaan
tergantung dari anda, begitu anda tidak ada lagi di sana untuk menjaga
mereka, apakah mereka tidak mudah mati kelaparan atau kedinginan,
dibunuh oleh musuh atau ditenggelamkan ke dalam sungai?
Kenyataannya, bagaimanapun juga, sesudah kematian anda, mereka tidak
merasa lain kecuali menjadi lega karena sudah berusaha menyingkirkan
jenazah anda dengan mengkremasinya, membuangnya ke dalam sungai,
atau menguburnya ke perkuburan.
Ketika anda meninggal, anda tidak punya pilihan selain mengembara
sendirian dalam alam kesementaraan dengan tidak berteman. Pada waktu
itu, satu-satunya perlindungan anda adalah Dharma. Oleh karena itu
katakan kepada anda berulang-ulang bahwa mulai sekarang anda harus
berusaha mencapai sedikitnya satu latihan dari Dharma yang sejati.
Apa pun yang terkumpul akan habis terpakai. Seorang raja yang
memerintah seluruh dunia bisa saja berakhir sebagai gelandangan.
Banyak orang memulai kehidupan mereka dengan dikelilingi kekayaan,
dan berakhir dengan mati kelaparan karena kehilangan semuanya.
Orang-orang yang memiliki ratusan kawanan ternak bisa saja menjadi
pengemis pada tahun berikutnya karena wabah penyakit atau badai salju.
Dan seseorang yang mulanya kaya dan berkuasa sehari sebelumnya bisa
saja tiba-tiba mendapatkan dia minta sedekah, karena musuhnya telah
memusnahkan semua barang yang dia miliki. Lihatlah sendiri bagaimana
hal-hal ini terjadi. Tidak mungkin mempertahankan kekayaan dan milik
anda selamanya. Janganlah lupa bahwa kemurahan hati adalah modal
yang penting yang harus dibangun.
Tidak ada kebersamaan yang dapat berlangsung selamanya. Hal itu
selalu berakhir dengan perpisahan. Kita ibaratnya penduduk yang ber-

67
Adat kebiasaan bangsa Tibet, meletakkan mangkok yang dipakai orang yang meninggal
semasa hidupnya di samping bantalnya.
53
kumpul dari tempat yang berbeda dalam jumlah ribuan, malah puluh
ribuan pada sebuah pasar atau suatu festival keagamaan yang penting,
dan akan berpisah lagi kalau masing-masing pulang ke rumah. Betapa
pun kasih sayangnya hubungan yang kita nikmati sekarang – guru dan
murid, majikan dan pembantu, pelindung dan orang yang dilindungi,
teman spiritual, kakak dan adik, suami dan isteri – tidak ada cara yang
dapat menghindari perpisahan pada akhirnya. Kita tidak bisa
memperkirakan kapan kematian atau suatu kejadian yang mengerikan
tidak akan terjadi dan memisahkan kita sekarang. Oleh karena teman
spiritual, pasangan dan lain sebagainya bisa saja berpisah setiap waktu
dengan tidak terduga, maka lebih baik kiranya kita menghindari
kemarahan, perselisihan, kata-kata kasar dan perkelahian. Kita tidak
pernah akan tahu berapa lama kita bisa bersama, oleh sebab itu kita harus
memutuskan untuk menaruh perhatian dan menyayangi selama waktu
masih ada. Sebagaimana dikatakan oleh Padampa Sangye:

Keluarga adalah seperti iring-iringan orang banyak di hari pasar;


Janganlah mengeritik atau bertengkar, hai orang-orang Tingri!

Apa pun yang dibangun akan runtuh juga. Perkampungan dan biara
yang pada suatu waktu sukses dan makmur, sekarang tergeletak kosong
dan ditinggalkan, dan rumah yang pada suatu waktu menjadi tempat
tinggal pemiliknya yang rajin, sekarang tinggal burung-burung yang
membuat sarang mereka di sana. Bahkan biara pusat tingkat tiga
Samye 68 , yang dibangun secara gaib 69 dalam masa pemerintahan Raja
Trisong Detsen, dan yang disucikan oleh Buddha Kedua dari Uddiyana,
dihancurkan oleh api hanya dalam satu hari saja. Istana Gunung Merah 70
yang ada pada waktu Raja Songtsen Gampo, yang menyaingi istana Indra
sendiri, bahkan sekarang sampai batu-batu fondasi pun tiada yang tersisa.
Oleh sebab itu, untuk apa kita memberikan begitu banyak perhatian
kepada kota di mana kita tinggal sekarang, rumah dan biara yang hanya
seperti sarang-sarang dari banyak serangga? Adalah lebih baik
menyiapkan hati kita mengikuti contoh dari orang-orang Kagyupa dahulu
sampai akhir hidup kita, yang meninggalkan negeri mereka dan tinggal di
tempat yang jauh. Mereka tinggal di jurang bebatuan yang terjal, hanya
berteman dengan binatang, dan tidak begitu memperhatikan makanan,
pakaian atau kemasyhuran, sambil memegang teguh empat tujuan dasar
Kadampa:

68
Vihara kuno terkenal yang terletak di Dranang, Lhoka (Shannan), Tibet.
69
Dibangun Raja Trisong Detsen dengan tenaga kerja yang diundang dari India.
70
Gunung Merah: Gunung di mana Istana Potala berada.
54
Sandarkan hati anda pada Dharma,
Sandarkan Dharma anda pada kehidupan yang sederhana,
Sandarkan kehidupan sederhana anda pada pikiran tentang
kematian,
Sandarkan kematian anda pada gua yang sunyi.

Tanah dan bala tentara yang hebat tidak pernah bertahan lama. Raja
jagat raya Mandhatri adalah Cakravartin roda emas 71 yang memiliki
kekuasaan atas empat benua. Ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga, 72
dan bahkan memakai singasana bersama Dewa Indra, raja para dewa. Ia
dapat mengalahkan Asura dalam peperangan. Namun akhirnya ia jatuh
ke bumi dan meninggal dengan hasrat dan cita-citanya yang tetap tak
terpenuhi. Anda dapat melihat sendiri semua orang yang memegang
kekuasaan dan kewenangan – raja, Lama, tuan tanah atau pejabat peme-
rintah – tidak satu pun yang dapat mempertahankan status mereka
selamanya. Banyak orang berkuasa, yang mengetuk palu dan
menjatuhkan hukuman pada tahun yang lalu, mendapatkan mereka
tinggal merana dalam penjara pada tahun berikutnya. Apa gunanya
kekuasaan yang tidak kekal seperti itu buat anda? Pada sisi lain, keadaan
kebuddhaan yang sempurna tidak pernah akan berkurang dan rusak, dan
yang patut mendapatkan persembahan dari manusia dan dewa. Itulah
yang seharusnya anda tekuni untuk dicapai.
Persahabatan dan permusuhan juga jauh dari kekal. Pada suatu hari
ketika Arhat Katyayana sedang berpindapatta, ia bertemu dengan seseo-
rang yang sedang memangku anaknya. Orang itu sedang memakan se-
ekor ikan dengan nikmatnya, dan melemparkan batu pada seekor anjing
betina yang mencoba mendekati tulang ikan. Apa yang dilihat oleh guru
tersebut lewat kewaskitaannya adalah demikian: Ikan tersebut adalah
ayah orang tersebut pada kelahiran itu juga, dan anjing betina itu adalah
ibunya. Seorang musuh yang dibunuhnya pada kehidupan yang lampau
telah terlahir sebagai anaknya, sebagaimana balasan karma yang harus
diterima oleh orang tersebut. Katyayana berseru:

Ia makan daging ayahnya, dan menyepak pergi ibunya,


Ia menimang musuh yang dibunuhnya dalam pangkuannya.
Isteri sedang mengerkah tulang suaminya.
Saya tertawa melihat apa yang terjadi dalam pertunjukan samsara!

71
Terdapat empat tingkat Cakravartin: Cakravartin roda emas menguasai empat benua,
Cakravartin roda perak menguasai tiga benua, Cakravartin roda tembaga menguasai dua
benua, dan Cakravartin roda besi menguasai satu benua.
72
Skt. Trāyastriṃśa; surga alam kamadhatu (alam nafsu keinginan) yang terletak di
puncak Maha Meru, di atas Surga Caturmaharajakajika. Rajanya adalah Dewa Indra.
55
Bahkan dalam satu kehidupan, sering terjadi bahwa musuh bebuyutan
kemudian berdamai dan menjadi teman. Mereka malah mungkin menjadi
bagian dari keluarga satu sama lainnya, dan akhirnya lebih dekat dari
pada siapa pun. Di sisi lain, orang-orang yang terikat erat dalam
hubungan darah atau perkawinan sering bertengkar dan membuat
kesusahan sebanyak mungkin kepada pihak lainnya demi benda yang
sepele atau warisan yang tak berharga. Pasangan atau teman yang
disayangi dapat berpisah karena alasan yang remeh, yang malah bisa
berakhir dengan pembunuhan. Dengan melihat bahwa semua
persahabatan dan permusuhan hanya berlangsung sebentar saja, ingatkan
diri anda berulang-ulang untuk memperlakukan setiap orang dengan
kasih sayang dan belas kasih.
Nasib baik dan kesusahan tidak pernah berlangsung selamanya. Ba-
nyak orang yang memulai hidupnya dalam kesenangan dan kecukupan,
tetapi berakhir dengan kemiskinan dan penderitaan. Yang lainnya mulai
dengan kesengsaraan yang amat dalam, namun kemudian bahagia dan
kaya. Malah pernah ada orang yang mulanya adalah pengemis akhirnya
menjadi raja. Tak terhitung banyaknya contoh pembalikan nasib seperti
demikian. Sebagai contoh, paman Milarepa, misalnya. Ia memberikan
sebuah pesta yang meriah untuk menantu perempuannya. Namun
menjelang senja, rumahnya roboh dan ia menangis dalam kesedihan.
Ketika Dharma membawa kesulitan kepada anda, berapa pun banyaknya
penderitaan yang harus anda jalani, seperti Jetsun Milarepa dan Sang
Penakluk zaman dulu, akhirnya kebahagiaan anda tidak bisa
tertandingkan. Namun, jika perbuatan salah yang menyebabkan anda
menjadi kaya, maka apa pun kesenangan yang mungkin sementara anda
dapatkan, akhirnya penderitaan anda akan tidak terhingga.
Nasib baik dan kesedihan tidak dapat diperkirakan. Pada waktu dulu,
di kerajaan Aparantaka, jatuh hujan makanan yang berlangsung selama
tujuh hari. Kemudian disusul dengan hujan pakaian selama tujuh hari
berikutnya. Lalu jatuh hujan permata berharga selama tujuh hari lagi –
dan akhirnya jatuhlah hujan tanah yang mengubur semua penduduk.
Semua orang meninggal dan terlahir di alam rendah. Tidak ada gunanya
mencoba dengan penuh pengharapan atau dengan ketakutan untuk
mengendalikan kebahagian dan penderitaan yang selalu berubah ini.
Sebaliknya, tinggalkanlah semua kesenangan hidup, kekayaan dan ke-
nikmatan dunia seperti anda membuang ludah. Bertekadlah untuk mengi-
kuti langkah Sang Penakluk waktu dulu, menerima dengan tabah semua
kesulitan yang harus anda dapatkan demi Dharma.
Keunggulan dan status rendah juga tidak kekal. Dalam kehidupan
duniawi, berapa pun berwenang dan fasih bicaranya seseorang, berapa
pun berbakat dan trampilnya, akan tiba waktunya semua kualitas ini
merosot. Begitu pahala yang dikumpulkan waktu lampau sudah habis
56
terpakai, tiada rencana yang akan terlaksana, dan tidak ada apa pun yang
dilakukan akan berhasil. Ia akan dikritik dari berbagai arah. Ia akan
menjadi sedih dan semua orang memandang rendah terhadapnya.
Sebagian orang kehilangan keuntungan kecil yang pernah mereka dapat,
dan berakhir dengan tidak memiliki apa pun. Sementara yang lainnya,
yang pada awalnya adalah penipu dan pembohong tanpa ketrampilan dan
akal sehat sedikit pun, akhirnya menjadi kaya dan senang, dipercaya oleh
setiap orang dan dihargai sebagai orang yang baik dan dapat dipercaya.
Sebagaimana kata peribahasa: “Penipu ulung jugalah yang memperoleh
tempat yang terpenting”
Dalam kehidupan keagamaan, peribahasa itu pun berlaku juga.
“Pada waktu tua, orang yang sudah memiliki pencapaian malah mencari
pengetahuan, orang yang meninggalkan kehidupan keduniawian malah
mengumpulkan harta, dan biarawan malah menjadi kepala keluarga.”
Orang-orang yang mulanya meninggalkan semua kegiatan keduniawian
bisa saja mendapatkan bahwa akhirnya ia sibuk mengumpulkan kekayaan
dan makanan. Sedang yang lain lagi, yang mulai dengan mengajar
Dharma, akhirnya menjadi pemburu, pencuri atau perampok. Biarawan
yang waktu mudanya menjaga semua kaul Vinaya, mungkin juga menjadi
ayah dari banyak anak-anak. Di lain pihak, banyak orang yang mulanya
berbuat jahat, namun akhirnya bertekun melatih Dharma yang suci dan
mencapai pencapaian, atau kalau tidak demikian, sedikitnya ia
menemukan cara menuju kelahiran yang semakin tinggi pada waktu
kematian.
Oleh karena itu, seseorang yang kelihatan jahat atau baik sekarang ini,
hanyalah kesan sementara yang sama sekali tidak memiliki sifat yang
abadi atau tetap. Anda mungkin kadang-kadang merasa sedikit kecewa
dengan keadaan samsara, dan membangun kebulatan tekad yang samar-
samar untuk bebas darinya. Dan kelihatannya, anda seperti seorang
murid Dharma yang sungguh-sungguh dan sangat berkesan pada pikiran
orang banyak, sehingga mereka ingin menjadi donatur atau murid anda.
Namun, pada saat itu, kecuali anda memeriksa diri anda dengan teliti,
anda bisa dengan mudah mulai berpikir bahwa anda sungguh-sungguh
seperti yang dilihat oleh orang banyak atas diri anda. Terbuai oleh
kebanggaan, anda sepenuhnya terbawa oleh penampilan dan mulai
berpikir anda dapat melakukan segala yang anda inginkan. Anda sama
sekali sudah tertipu oleh kekuatan negatif. Oleh sebab itu, buanglah
kepercayaan akan keakuan dan tumbuhkan kebijaksanaan ketiada-diri. 73
Sebelum anda mencapai tingkat Bodhisattva yang maha luhur, tidak ada
penampilan yang baik ataupun buruk yang dapat bertahan. Renungkan-
lah terus menerus akan kematian dan ketidak-kekalan. Analisa kesalahan

73
Kebijaksanaan yang melihat kekosongan diri dan fenomena.
57
anda sendiri dan selalulah mengambil posisi yang rendah. Tumbuhkan
ketidakpuasan terhadap samsara dan hasrat untuk mencapai kebebasan.
Latihlah supaya anda menjadi tenang, berdisiplin dan berhati-hati.
Kembanglah terus menerus suatu perasaan perih dan kesedihan yang
dalam pada pemikiran akan benda-benda gabungan yang fana dan
penderitaan samsara. Seperti kata Jetsun Milarepa:

Dalam gua batu di tempat yang sunyi,


Niatku teguh melepas samsara;
Keyakinanku penuh dan tidak berpisah
Dengan Guruku, Buddha tiga masa.

Kecuali anda mempertahankan latihan seperti ini terus menerus, anda


tidak akan tahu ke mana pikiran yang selalu muncul tiba-tiba itu akan
membawa anda. Dahulu kala ada seorang yang bermusuhan dengan
tetangganya. Lalu dia melatih Dharma dan dikenal dengan Praktisi
Gelong Thangpa. Ia belajar mengendalikan tenaga dan pikirannya,
sehingga ia dapat terbang di angkasa. Suatu hari, melihat sekumpulan
besar merpati sedang makan makanan persembahan yang ia adakan, ia
tiba-tiba berpikir bahwa dengan pasukan yang terdiri dari banyak orang,
ia dapat membasmi musuhnya. Ia gagal membawa pikirannya yang salah
ke jalan yang benar. Sebagai akibatnya, akhirnya ia kembali ke negeri
kelahirannya dan menjadi komandan pasukan.
Untuk sementara, karena usaha guru dan teman-teman sedharma,
anda mungkin memperoleh kesempatan melatih Dharma. Tetapi ingatlah
perasaan atau sentimen seseorang hanya bisa bertahan sebentar saja.
Bebaskan anda sendiri dengan Dharma sebisa anda, dan ingatlah selalu
bahwa anda seharusnya berlatih sepanjang hidup anda.
Jika anda merenungkan contoh-contoh yang telah banyak diberikan
di sini, anda akan yakin bahwa tiada satu pun kehidupan, dari yang paling
tinggi sampai ke neraka yang paling dalam, memiliki secuil kekekalan
atau stabilitas. Semua benda berubah, semuanya mengalami pasang surut.

VI. KETIDAKPASTIAN KONDISI KEMATIAN

Sekali dilahirkan, setiap manusia di dunia ini pasti akan mati. Tetapi
kapan, bagaimana, apa yang menyebabkan dan di mana kita akan
meninggal tidak bisa diperkirakan. Tidak ada orang di antara kita yang
yakin bahwa kematian kita akan datang pada saat atau tempat tertentu,
dengan cara tertentu atau akibat dari sebab tertentu.

58
Hanya sedikit hal di dunia ini yang mendukung kehidupan, sedang-
kan banyak hal yang mengancam hidup. Sebagaimana diutarakan oleh
Guru Aryadeva:

Penyebab kematian sangat banyak,


Penyebab kehidupan yang sedikit,
Malah bisa menjadi penyebab kematian.

Api, air, racun, tempat berbahaya, orang biadab, binatang buas –


semua hal yang mematikan mengancam di mana-mana, namun hanya
sedikit yang membuat hidup menjadi lebih lama. Bahkan makanan,
pakaian dan barang lain yang biasanya dianggap sebagai pendukung
kehidupan pun kadang-kadang dapat menjadi penyebab kematian.
Banyak kematian diakibatkan karena makan – makanan mungkin
terkontaminasi, atau yang biasanya merupakan makanan sehat, namun
karena bercampur dengan makanan tertentu menjadi beracun; atau karena
makanan itu tidak cocok untuk individu tertentu. Terutama orang-orang
masa kini keranjingan memakan daging. Mereka mengkonsumsi darah
dan daging tanpa banyak berpikir panjang, sama sekali mengabaian
semua penyakit yang disebabkan oleh daging yang membusuk, atau
daging roh halus yang merugikan. Diet dan kebiasaan hidup yang tidak
sehat dapat juga menimbulkan kanker, kelainan dahak, sakit gembur-
gembur atau penyakit lain yang menyebabkan banyak kematian. Sama
halnya, pemburuan akan kekayaan dan kemasyhuran serta kemuliaan lain
mendorong orang-orang melakukan peperangan, menantang binatang
buas, dengan sembrono menyeberangi sungai dan mengambil risiko
dalam banyak keadaan yang menyebabkan kematian.
Lagipula, kapan salah satu dari sebegitu banyak kondisi yang menye-
babkan kematian tersebut akan beraksi adalah sama sekali tidak dapat
diperkirakan. Ada yang meninggal waktu masih dalam kandungan, ada
yang meninggal saat lahir, yang lain lagi sebelum mereka mulai belajar
merangkak. Ada yang meninggal waktu muda, yang lainnya meninggal
waktu tua dan jompo. Ada juga yang meninggal sebelum mendapatkan
pertolongan medis. Sementara yang lainnya ada yang berlarut-larut
tertempel di ranjang, sakit selama bertahun-tahun sambil melihat orang-
orang hidup dengan mata orang yang sudah meninggal. Pada waktu
mereka meninggal, hanya tinggal kulit yang membalut tulang saja.
Banyak orang meninggal secara tiba-tiba atau karena kecelakaan. Ada
yang meninggal saat sedang makan, berbicara atau bekerja. Malah ada
yang bunuh diri.
Dengan dikelilingi oleh begitu banyak penyebab kematian, hidup
anda hanya memiliki kesempatan bertahan seperti nyala lilin dalam
tiupan angin. Tidak ada jaminan sama sekali bahwa kematian tidak
59
datang sekarang, dan esoknya anda tidak terlahir sebagai binatang dengan
tanduk di atas kepala atau dengan taring di mulut. Anda harus yakin
bahwa kapan anda meninggal sama sekali tidak dapat diperkirakan, dan
anda tidak tahu sama sekali ke mana anda akan terlahirkan sesudahnya.

VII. KESADARAN YANG TINGGI AKAN KETIDAK-KEKALAN

Renungkanlah dengan perhatian terpusat akan kematian sepanjang


waktu dan dalam setiap keadaan. Ketika sedang berdiri, duduk atau
berbaring, katakan kepada anda sendiri: “Ini adalah perbuatan saya yang
terakhir di dunia”, dan renungkanlah hal itu dengan keyakinan yang teguh.
Dalam perjalanan anda ke mana saja, katakan kepada diri anda:
“Mungkin saya akan meninggal di sana. Tidak ada kepastian apakah
saya akan kembali.” Ketika anda berangkat untuk suatu perjalanan, atau
berhenti untuk beristirahat, tanyakan kepada diri anda: “Apakah saya
akan mati di sini?” Di mana saja anda berada, anda seharusnya berpikir
bahwa mungkin tempat tersebut merupakan tempat kematian anda. Pada
malam hari ketika anda membaringkan diri, tanyakan kepada diri anda,
apakah anda tidak meninggal di tempat tidur atau apakah anda yakin
dapat bangun pada keesokan harinya. Ketika anda bangun, tanyakan
kepada anda, apakah anda tidak akan meninggal hari ini. Dan renungkan
bahwa tidak ada kepastian sama sekali anda akan ke tempat tidur pada
malam harinya.
Renungkan hanya pada kematian dengan sungguh-sungguh dari
dalam lubuk hati anda. Berlatihlah seperti geshe-geshe Kadampa yang
hidup pada waktu dulu yang selalu berpikir tentang kematian pada setiap
saat. Pada malam hari, mereka akan membalikkan mangkuk mereka, dan
berpikir bahwa esoknya mungkin tidak perlu menyalakan api. Mereka
tidak pernah menutup bara api 74 untuk malam hari.
Tetapi, hanya merenung tentang kematian tidaklah cukup. Satu-
satunya hal yang berguna pada saat kematian adalah Dharma, sehingga
anda juga perlu mendorong anda sendiri untuk melatih dengan cara yang
asli, tidak tergelincir dalam kelalaian atau kehilangan kewaspadaan,
sambil berpikir bahwa kegiatan samsara hanya untuk sementara waktu
saja dan tidak mempunyai arti sama sekali. Gabungan antara badan
jasmani dan batin tidak kekal, jadi janganlah mengharapkan barang itu
sebagai milik anda.

74
Kebiasaan orang Tibet adalah menutup bara api untuk memudahkan menyalakannya
pada keesokan harinya. Bagi praktisi yang selalu merenungkan kematian, dengan
berpikir bahwa mereka mungkin akan meninggal pada malam tersebut, maka mereka
tidak perlu menyiapkan hal tersebut, sehingga mereka tidak menutup bara api mereka.
60
Semua jalan dan jalur adalah tidak kekal. Jadi, ke mana saja anda
melangkah, tujukan langkah anda pada Dharma. Seperti yang dikatakan
dalam Rangkuman Kebijakasanaan Transenden:

Jika anda melangkah dan hanya melihat jarak sepanjang kuk


bajak di depan anda, maka hati anda tidak akan bingung;
Di mana saja anda berada, semua tempat adalah tidak kekal. Oleh
sebab itu berpikirlah bahwa tempat itu adalah alam Buddha;
Makanan, minuman dan segala apa yang anda nikmati adalah
tidak kekal. Oleh sebab itu makanlah dengan konsentrasi
yang penuh;
Tidur itu tidak kekal. Oleh sebab itu, waktu anda tertidur,
murnikan khayalan tidur menjadi cahaya terang.
Harta, jika anda memilikinya, adalah tidak kekal. Jadi
berusahalah untuk mendapatkan tujuh harta mulia.75
Kekasih, teman dan sanak keluarga adalah tidak kekal. Oleh
sebab itu, pada tempat yang terpencil, bangkitkan hasrat untuk
pembebasan.
Pangkat tinggi dan kemasyhuran tidaklah kekal. Oleh sebab itu
selalulah mengambil posisi yang rendah.
Ucapan tidaklah kekal. Oleh sebab itu bangkitkan niat anda
untuk melafal mantra dan doa.
Keyakinan dan hasrat untuk mencapai pembebasan adalah tidak
kekal. Oleh sebab itu berjuanglah untuk berbuat sesuai janji
anda.
Ide dan pikiran tidaklah kekal. Oleh sebab itu kembangkanlah
sifat yang baik.
Pengalaman meditasi dan realisasi tidaklah kekal. Oleh sebab itu
teruskan sampai anda mencapai titik di mana semua benda
melebur kedalam sifat dasar realita.
Pada waktu itu, hubungan antara kematian dan kelahiran kembali
berkurang dan anda mencapai keyakinan bahwa anda sama
sekali siap untuk meninggal.
Anda telah menguasai benteng keabadian. Anda seperti seekor
elang yang bebas membumbung tinggi pada puncak surga.
Sesudah itu, tidak perlu lagi adanya latihan dan ketakutan saat
mendekati kematian.

Seperti yang dinyanyikan Jetsun Mila:

75
Tujuh harta mulia: 1. Saddhā (Keyakinan), 2. Sīla (Perilaku moral), 3. Hiri (Malu
berbuat jahat), 4. Ottappa (Takut akan akibat perbuatan jahat), 5. Bāhusacca (Banyak
pengetahuan Dharma), 6. Cāga (Kemurahan hati), 7. Paññā (Kebijaksanaan).
61
Takut akan kematian, saya pergi ke gunung.
Berulang-ulang saya merenungkan kedatangan kematian yang
tidak dapat diperkirakan,
Dan berpegang pada benteng sifat dasar ketidak-matian yang
tidak berubah.
Sekarang saya sama sekali diluar jangkauan ketakutan akan
kematian!

Dan Dagpo Rinpoche yang tak tertandingi berkata:

Pada mulanya anda mestinya dikemudikan oleh ketakutan akan


kematian seperti seekor rusa jantan yang terlepas dari perangkap.
Pada tingkat pertengahan, anda mestinya tidak akan menyesal
biarpun anda meninggal, seperti seorang petani yang sudah
mengerjakan sawahnya dengan hati-hati. Pada tingkat akhir,
anda mestinya merasa lega dan bahagia, seperti seorang yang
sudah menyelesaikan suatu tugas yang berat.

Pada awalnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada waktu untuk
diboroskan, seperti seseorang yang sudah kena panah beracun.
Pada pertengahan, anda mestinya merenungkan kematian tanpa
memikirkan hal lainnya, seperti seorang ibu yang kematian anak
tunggalnya. Akhirnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada hal
yang harus dikerjakan lagi, seperti seorang penggembala yang
kawanan ternaknya sudah diusir oleh musuhnya. 76

Renungkanlah dengan perhatian penuh tentang kematian dan ketidak-


kekalan sampai anda mencapai tingkat tersebut.

Kata Sang Buddha:

Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan adalah


membuat persembahan kepada semua Buddha;
Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan
diilhami oleh semua Buddha;
Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan
dituntun oleh semua Buddha;
Merenung secara terus menerus tentang ketidak-kekalan akan
diberkati oleh semua Buddha;
Dari semua jejak kaki, jejak kaki gajahlah yang terkenal;

76
Menjadi bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan sesudah ternaknya diusir semua.
62
Sama halnya, dari semua topik renungan untuk pengikut Buddha,
pikiran tentang ketidak-kekalan adalah yang paling unggul.

Dan beliau berkata dalam Vinaya:

Mengingat untuk sesaat saja akan ketidak-kekalan semua benda


yang tergabung adalah lebih berharga dari memberi persembahan
kepada seratus murid saya yang berkualitas wadah sempurna 77
seperti bhiksu Sariputra dan Maudgalyayana.

Seorang murid awam bertanya kepada Geshe Potowa, latihan


Dharma apakah yang paling penting kalau seseorang harus memilih satu
saja. Geshe menjawab:

Jika anda ingin memakai satu Dharma saja untuk berlatih, berme-
ditasi akan ketidak-kekalan adalah yang paling penting.

Pada mulanya renungan terhadap kematian dan ketidak-kekalan


akan menuntun anda mulai berlatih Dharma. Pada pertengahan,
ia akan memberi dorongan kepada anda untuk melakukan hal-hal
yang positif, akhirnya ia akan membantu anda merealisasikan
kesamaan semua fenomena.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan menuntun anda


memutus hubungan anda dengan barang-barang dalam hidup ini.
Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk
melepaskan semua kemelekatan akan samsara. Pada tingkat
akhir, ia membantu anda mulai menapaki jalan nirwana.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan menuntun anda


mengembangkan keyakinan. Pada pertengahan, ia akan memberi
dorongan kepada anda untuk berlatih dengan giat. Pada akhirnya
ia akan membantu anda melahirkan kebijaksanaan.

Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan, sampai anda


yakin sepenuhnya, akan menuntun anda untuk mencari Dharma.
Pada pertengahan, ia akan memberi dorongan kepada anda untuk
berlatih. Akhirnya ia akan membantu anda mencapai tujuan.

77
Yaitu orang yang dengan sempurna dapat menerima ajaran dengan benar dan
memanfaat-kannya.
63
Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan, sampai anda
yakin sepenuhnya, akan menuntun anda sampai pada sifat rajin
yang melindungi anda seperti baju besi. Pada pertengahan, ia
akan memberi dorongan kepada anda untuk melatih dengan giat.
Pada tahap akhir, ia akan membantu anda mencapai sifat rajin
yang tak dapat dihentikan.

Dan Padampa Sangye berkata:

Pada awalnya, keyakinan penuh akan ketidak-kekalan akan mem-


buat anda mulai berlatih Dharma. Pada pertengahan, ia akan
mendorong anda berlatih dengan rajin. Pada akhirnya ia akan
menuntun anda meraih dharmakaya.

Kecuali anda merasa tulus dalam prinsip ketidak-kekalan, ajaran apa


saja yang anda pikir sudah anda terima dan dilatihkan hanya akan
membuat anda semakin tidak dapat ditembus 78 Dharma. Padampa
Sangye juga berkata:

Saya tidak pernah melihat orang Tibet seorang pun yang berpikir
tentang kematian;
Saya juga tidak melihat seseorang dari mereka bisa hidup
selamanya!
Menilai dari kenikmatan mereka menghimpun kekayaan begitu
mereka mengenakan jubah kuning, saya heran –
Apakah mereka bermaksud mengganti kematian dengan
melunasinya dengan makanan dan uang?
Melihat cara mereka mengumpulkan barang-barang berharga,
saya heran –
Apakah mereka bermaksud membagikan uang suap di neraka?
Ha-ha! Praktisi–praktisi Tibet ini membuat saya tertawa melihat-
nya!
Yang paling berpengetahuan adalah yang paling sombong;
Pelatih meditasi yang paling baik menumpuk bekal dan kekayaan;
Pertapa yang menyendiri sibuk sepanjang waktu;
Yang meninggalkan keluarga dan negara tidak punya rasa malu.
Orang-orang ini kebal terhadap Dharma!
Mereka gemar berbuat perbuatan yang tidak baik.
Mereka dapat melihat orang lain meninggal,
78
Orang yang mendekati Dharma dengan sikap yang salah. Ia akan memperoleh rasa
percaya diri yang tidak benar, yang membuatnya tidak sudi menerima guru dan
ajaran.

64
Namun mereka tidak mengerti bahwa mereka sendiri juga akan
mati.
Ini adalah kesalahan mereka yang patut dicela.

Oleh sebab itu, renungan tentang ketidak-kekalan adalah pendahulu-


an yang membuka semua latihan Dharma. Ketika seseorang bertanya ke-
padanya bagaimana cara menghilangkan keadaan yang merugikan, Geshe
Potowa menjawab dengan kata-kata berikut:

Pikirkan tentang kematian dan ketidak-kekalan untuk waktu yang


lama. Begitu anda yakin anda akan meninggal, anda akan
mendapatkan bahwa tidak sulit bagi anda untuk meninggalkan
perbuatan yang merusak, dan tidak sulit untuk membuat apa yang
baik. Sesudah itu, kalau dengan dasar perenungan ini anda
menumbuhkan rasa kasih sayang dan belas kasih, maka ia akan
tumbuh dan anda akan mendapatkan tidak sulit untuk berbuat
demi kepentingan orang lain. Kalau atas dasar ini anda kemudian
merenungkan kekosongan dan keadaan alami, maka anda
memahaminya, dan anda akan mendapatkan tidak sulit untuk
menghalau semua khayalan anda.

Begitu kita memiliki keyakinan akan ketidak-kekalan, semua


kegiatan biasa dalam hidup ini seolah-olah menjadi suatu kejijikan yang
amat dalam, seperti makanan berminyak bagi orang yang mual. Guru
saya yang terhormat sering berkata:

Pangkat tinggi, kekuasaan, kekayaan atau kecantikan apa saja


yang saya lihat di dunia ini tidak menimbulkan hasrat bagi saya.
Saya lebih menghargai kehidupan orang suci di masa lalu. Hal
ini disebabkan karena saya telah memiliki pengertian akan
ketidak-kekalan. Saya tidak mempunyai instruksi yang lebih
mendalam selain ini untuk diberikan kepada orang lain.

Oleh sebab itu, seberapa dalam anda diresapi dengan pikiran akan
ketidak-kekalan ini? Anda semestinya seperti Geshe Kharak Gomchung
yang pergi bermeditasi di gunung yang sepi Jomo Kharak di provinsi
Tsang. Di depan guanya ada semak berduri yang sering mengait
pakaiannya.
Mulanya ia berpikir, “Lebih baik saya potong saja”, tetapi kemudian
ia berkata kepada dirinya sendiri, “Namun, mungkin saya akan mati
dalam gua ini. Saya sungguh tidak dapat mengatakan apa saya akan
keluar dari sini hidup-hidup. Jelas lebih penting bagi saya untuk
meneruskan latihan saya.”
65
Ketika ia keluar lagi, ia punya masalah yang sama dengan semak duri
tersebut. Kali ini ia berpikir, “Saya tidak yakin saya dapat kembali ke
dalam, ” dan ini berlanjut sampai beberapa tahun, sampai ia menjadi
seorang guru yang mendapat pencapaian. Ketika ia meninggalkan tempat
tersebut, semak berduri tersebut masih belum terpotong.
Rigdzin Jigme Lingpa memiliki mata air panas untuk mandi di
musim rontok. Tepi kolam tersebut tidak bertangga, sehingga membuat-
nya kesulitan untuk turun ke bawah ke dalam air. Pengikutnya
menyarankan memotong tanah untuk membuat tangga, tetapi ia berkata:
“Untuk apa susah-susah jika kita tidak tahu apakah kita akan ke sini
tahun depan?” Ia selalu berkata mengenai ketidak-kekalan seperti itu,
begitulah kata Guru saya kepadaku.
Kita juga mestinya begitu. Selama kita belum memiliki sikap yang
demikian, kita semestinya merenungkan hal tersebut. Mulailah dengan
membangkitkan bodhicitta, dan sebagai latihan utama latihlah pikiran
anda dengan semua sarana ini sampai ketidak-kekalan sungguh-sungguh
meresap dalam setiap pikiran anda. Akhirnya, tutuplah dengan menyegel
latihan tersebut dengan pelimpahan jasa. Dengan berlatih demikian,
berjuanglah dengan sekuat tenaga untuk mencontoh orang-orang terkenal
di masa lampau.

Ketidak-kekalan ada dimana-mana, namun saya tetap berpikir


benda-benda akan ada selamanya.
Saya telah diambang usia lanjut, namun saya tetap berpura-
pura bahwa saya masih muda;
Berkatilah saya dan orang-orang yang salah pengarahan
seperti saya,
Sehingga kami dapat memahami ketidak-kekalan dengan
sungguh-sungguh.

66
BAB 3

KETIDAK-SEMPURNAAN DUNIA SAMSARA

Memahami kegiatan samsara kosong tak berarti,


Dengan belas kasih yang dalam, anda berusaha hanya untuk
kepentingan orang lain.
Tanpa kemelekatan pada samsara dan nirwana, anda
berperilaku sesuai Kendaraan Besar.
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bab ini terdiri dari renungan umum tentang penderitaan di alam


samsara dan renungan tentang penderitaan tertentu di masing-masing
alam dari keenam alam tersebut.

I. PENDERITAAN DI ALAM SAMSARA PADA UMUMNYA

Seperti yang telah saya terangkan, kita mungkin memiliki hidup yang
dianugerahi dengan kebebasan dan berkah yang sangat sulit untuk
diperoleh, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kita segera akan jatuh
ke dalam kekuasaan ketidak-kekalan dan kematian. Kalau saja sesudah
itu kita lenyap seperti api yang padam atau air yang menguap, segalanya
akan berakhir. Tetapi sesudah meninggal, kita tidak menghilang begitu
saja. Kita dipaksa untuk lahir kembali – yang berarti kita tetap di alam
samsara, tidak di tempat lain.
Istilah samsara, roda atau lingkaran kehidupan, dipergunakan disini
untuk menunjukkan arti pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya terus
menerus seperti sebuah lingkaran, seperti roda pembuat barang-barang
tembikar atau jentera air. Ketika seekor lalat terperangkap dalam kendi
yang tertutup, ke mana pun ia terbang, ia tidak dapat keluar dari kendi

67
tersebut. Begitu juga, apakah kita terlahir dalam alam yang tinggi atau
yang rendah, kita tidak pernah keluar dari alam samsara.
Bagian atas dari kendi adalah seperti alam dewa atau manusia,
sedangkan bagian bawah ibaratnya ketiga alam yang tak beruntung.
Dikatakan bahwa alam samsara adalah suatu lingkaran, karena kita
berputar-putar, terlahir berulang-ulang dalam keenam alam sebagai akibat
dari perbuatan kita, yang positif ataupun yang negatif, yang dinodai
dengan kemelekatan.
Kita sudah berkelana sejak waktu yang tak berawal dalam alam
samsara ini, di mana setiap makhluk tanpa kecuali telah memiliki
hubungan kasih sayang, permusuhan dan ketidakpedulian satu sama
lainnya. Setiap orang pernah menjadi ayah atau ibu dari orang lain.
Dalam sutra dikatakan, jika anda mempergunakan tanah di seluruh bumi
ini untuk membuat butiran tanah dengan ukuran sekecil jintan, jumlahnya
dapat dihitung. Tetapi jika anda ingin menghitung berapa kali setiap
makhluk hidup saling bergantian menjadi ibu, maka jumlahnya tidak
terhitung. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yang Dipertuan Nagarjuna:

Kita akan kehabisan tanah untuk menghitung berapa banyak ibu


kita
Dengan bola-bola lempung seukuran jintan.

Tiada bentuk kehidupan yang tak pernah kita alami sejak waktu tak
berawal sampai sekarang. Keinginan dan nafsu kita telah menyebabkan
tak terhitung kalinya kepala kita dipenggal dan anggota badan dipotong.
Kalau kita mencoba menumpuk semua anggota tubuh waktu kita menjadi
semut dan serangga kecil lainnya, tumpukan itu akan lebih tinggi dari
Gunung Meru. Air mata yang telah kita cucurkan karena kedinginan,
kelaparan dan rasa haus ketika kita tidak mendapat makanan dan pakaian,
seandainya tidak menjadi kering, akan menjadi lautan yang lebih besar
dari semua samudera yang mengelilingi dunia ini. Bahkan jumlah
tembaga lebur yang telah kita telan di neraka lebih banyak dari air
keempat samudera. Sekalipun begitu, semua makhluk hidup yang tidak
memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari alam samsara, yang malah
terikat oleh nafsu dan kemelekatan mereka, akan harus mengalami lebih
banyak lagi penderitaan dalam lingkaran yang tak berakhir ini.
Meski karena sebab keberuntungan dari perbuatan baik kita, kita
mendapatkan umur panjang, tubuh yang sempurna, kekayaan dan ke-
masyhuran setara Indra atau Brahma, pada akhirnya tetap saja kita tidak
dapat menyingkirkan kematian, dan sesudah kematian kita mungkin akan
mengalami penderitaan di alam rendah. Dalam kehidupan ini, begitu tak
berartinya manfaat dari kekuasaan, kekayaan, kesehatan dan barang lain
yang kita nikmati, yang mungkin mengelabui kita untuk berapa tahun,
68
beberapa bulan atau beberapa hari. Tetapi begitu pengaruh perbuatan baik
yang menyebabkan kesenangan ini terpakai habis, mau tak mau kita akan
mengalami kemiskinan dan kesusahan, atau penderitaan yang tak
tertahankan di alam rendah.
Jadi, apa artinya kebahagiaan sementara seperi demikian? Ia sama
seperti mimpi indah yang berhenti begitu anda terbangun. Mereka yang
karena perbuatan baik yang sedikit, yang sepertinya bahagia dan senang
sekarang ini, tidak akan dapat mempertahankan keadaan tersebut sedikit
lebih lama begitu pengaruh perbuatan tersebut berakhir. Raja Dewa yang
duduk tinggi di singasana bertahtakan batu permata dan dilapisi sutera
surgawi menikmati semua kesenangan kelima indera. Namun, begitu
umur mereka berakhir, dalam sekejab mereka akan terjatuh ke dalam
penderitaan dengan kepala tertunduk menahan segala penderitaan di atas
lantai yang terbuat dari logam membara di neraka. Meski mereka adalah
matahari dan bulan 79 yang menerangi keempat benua, mereka bisa
berakhir dengan terlahir di dalam kegelapan yang begitu mencekam,
sampai-sampai mereka tidak dapat melihat apakah anggota badan mereka
terjulur atau tertekuk.
Oleh sebab itu, janganlah letakkan keyakinan anda pada kesenangan
palsu di alam samsara. Tetapkan hati anda, bahwa dalam kehidupan ini
juga anda akan membebaskan anda sendiri dari lautan penderitaan ini dan
mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang sejati dan sempurna. Jadikan
pikiran ini latihan anda, dengan mempergunakan cara yang benar pada
permulaan, bagian utama dan kesimpulannya.

II. PENDERITAAN KHUSUS YANG DIALAMI MAKHLUK DI


ENAM ALAM

1. Delapan belas neraka

1.1 Delapan Neraka Panas

Kedelapan neraka ini terletak di atas satu sama lain seperti bangunan
bertingkat. Mulai dari Neraka Hidup Berulang di puncaknya, sampai
pada Neraka Tanpa Jeda di dasarnya. Di tiap neraka ini, lantai dan batas
pinggirnya adalah besi membara yang putih memijar – tidak ada tempat
sama sekali di mana anda dapat menginjakkan kaki dengan aman.
Semuanya merupakan nyala api yang berkobar-kobar, menghanguskan
dan sangat luas.

79
Matahari dan bulan adalah juga dewa-dewa, jadi mereka bisa saja jatuh ke alam yang
lebih rendah sesudah kehidupan mereka berakhir.
69
Neraka Hidup Berulang 80
Disini, ditengah-tengah bara api yang menutupi lantai logam yang
berpijar, makhluk sebanyak kepingan badai salju yang tak terhitung
jumlahnya berkumpul bersama akibat karma mereka. Karena perbuatan
yang membawa mereka ke sana dimotivasi oleh kebencian, hasil serupa
dengan penyebabnya menyebabkan mereka melihat orang lain seperti
musuh mereka, sehingga mereka berkelahi dengan sengitnya. Sambil
mengacungkan senjata khayal yang timbul dari karma, mereka saling
menyerang sampai semuanya terbunuh. Pada saat itu, suara dari angkasa
berkata: “Hidup lagi!” Dengan segera mereka hidup lagi dan mulai
berkelahi satu sama lainnya. Begitulah mereka menderita, terus menerus
mati dan hidup lagi.
Berapa lamakah mereka hidup di sana? Lima puluh tahun di alam
manusia adalah setara dengan satu hari di alam Surga Empat Maharaja. 81
Satu tahun yang demikian terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan
terdiri dari tiga puluh hari. Lima ratus tahun yang demikian adalah sama
dengan satu hari di Neraka Hidup Berulang, yang mana, satu tahunnya
juga terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari.
Mereka menderita disana selama lima ratus tahun yang demikian lamanya.

Neraka Tali Hitam 82

Disini, kaki-tangan Yama membaringkan korban mereka pada lantai


logam yang memijar seperti api unggun, lalu membuat tanda silang pada
tubuh mereka dengan tali-tali hitam – empat, delapan, enam belas, tiga
puluh dua garis dan seterusnya – yang dipergunakan sebagai garis
pedoman untuk memotong mereka dengan gergaji yang panas menyala.
Tidak lama setelah tubuh mereka terpotong, segera juga tubuh mereka
tergabung lagi, hanya untuk dipotong dan dipotong lagi.
Seratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga Tiga
Puluh Tiga. Seribu tahun di Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan satu
hari di neraka ini. Makhluk-makhluk disana hidup selama seribu tahun
dalam skala tersebut.

Neraka Peremukan 83

80
Skt. Sañjīva.
81
Skt. Caturmahārājakāyika; surga alam kamadhatu yang paling dekat dengan dunia.
Empat Maha Raja beserta pengiringnya tinggal di teras keempat Maha Meru. Puncak-
puncak dari Tujuh Jajaran Pegunungan Emas, matahari, bulan, dan semua bintang
adalah termasuk kawasan kediaman Empat Maha Raja.
82
Skt. Kālasūtra.
83
Skt. Saṃghāta.
70
Dalam neraka ini, makhluk-makhluk dalam jumlah jutaan terkurung
dalam lumpang besi seukuran sebuah lembah. Kaki-tangan Dewa
Kematian Yama mengacungkan palu logam merah menyala sebesar
Maha Meru ke atas kepala mereka dan menumbuk mereka dengan alat
tersebut. Makhluk-makhluk tersebut ditumbuk sampai mati sambil
menjerit-jerit dan menangis dalam kesakitan dan kengerian. Ketika palu
itu diangkat, mereka hidup lagi, dan hanya untuk mengalami siksaan
tersebut berulang-ulang.
Kadang-kadang gunung-gunung di kedua belah lembah berubah
menjadi kepala rusa, kijang, kambing, biri-biri dan binatang lainnya yang
dibunuh makhluk-makhluk neraka tersebut pada kehidupan mereka yang
lalu. Binatang-binatang tersebut menanduk satu sama lain dengan tanduk
mereka yang memuntahkan api, dan tak terhitung banyaknya makhluk-
makhluk neraka yang terdorong oleh kekuatan perbuatan mereka,
semuanya mati terhimpit. Kemudian, ketika gunung-gunung tersebut
berpisah, mereka akan hidup lagi, hanya untuk digencet berulang kali.
Dua ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga
Bebas Perang, 84 dan dua ribu tahun di alam tersebut sama dengan satu
hari di Neraka Peremukan. Makhluk-makhluk di neraka tersebut hidup
selama dua ribu tahun lamanya.

Neraka Lolongan 85

Makhluk-makhluk disini menderita dipanggang dalam bangunan


yang terbuat dari logam merah membara di mana tidak ada pintu
keluarnya. Mereka menjerit dan menangis sambil berpikir bahwa mereka
tidak pernah akan lolos dari sana.
Empat ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga
Alam Gembira. 86 Empat ribu tahun di surga tersebut sama dengan satu
hari di Neraka Lolongan, di mana kehidupan makhluk-makhluk di sana
berlangsung selama empat ribu tahun lamanya.

Neraka Lolongan Besar 87

Kaki tangan Yama dalam jumlah yang sangat banyak, dengan meme-
gang senjata dan dalam bentuk yang mengerikan, mendorong jutaan

84
Skt. Suyāma, surga alam kamadhatu yang terletak di ruang di atas Maha Meru, di atas
Surga Tiga Puluh Tiga, yang dengan demikian tidak lagi terpengaruh oleh serangan
Asura.
85
Skt. Raurava.
86
Skt. Tuṣita, salah satu surga di alam kamadhatu, tempat tinggal calon Buddha yang
akan terlahir di dunia.
87
Skt. Mahāraurava.
71
korban ke dalam dinding rangkap yang membara, dan memukul mereka
dengan palu dan senjata lainnya. Pintu dalam dan luar keduanya disegel
dengan logam lebur. Makhluk neraka di sana melolong dalam kesakitan
yang amat berat, sambil berpikir sekalipun mereka berhasil melewati
pintu yang pertama, mereka tidak pernah akan dapat mencapai pintu yang
kedua.
Delapan ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di
Surga Penikmatan Ciptaan, 88 dan delapan ribu tahun di alam tersebut
sama dengan satu hari di Neraka Lolongan Besar. Makhluk-makhluk
neraka ini hidup selama delapan ribu tahun lamanya.

Neraka Godok 89

Disini, makhluk-makhluk yang tak terhitung banyaknya dimasak


dalam kuali besi yang besarnya seukuran jagat raya yang terdiri dari
ribuan juta dunia. Mereka direbus dengan perunggu cair. Begitu mereka
timbul ke permukaan, mereka segera disambut oleh pekerja dengan kait
logam dan kepalanya dipukul dengan palu. Selain waktu yang jarang
ketika mereka kehilangan kesadaran dan tidak merasa sakit, mereka terus
menerus mengalami penderitaan yang amat berat.
Seribu enam ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di
alam Surga Penikmatan Ciptaan Dari Yang Lain. 90 Enam belas ribu
tahun di alam dewa-dewa ini sama dengan satu hari di Neraka Godok ini.
Makhluk-makhluk disana tinggal selama enam belas ribu tahun yang
demikian.

Neraka Panggang 91

Makhluk-makhluk disini terperangkap dalam rumah-rumah logam


yang berpijar. Kaki-tangan Yama menikam mereka lewat telapak kaki
dan dubur mereka dengan tombak garpu berkepala tiga yang terbuat dari
besi panas yang membara sampai gigi garpu tersebut menonjol keluar
dari bahu dan puncak kepala mereka. Pada waktu yang bersamaan, badan
mereka dibalut dengan lembaran logam yang berkobar. Bukan kepalang
rasa sakit yang mereka derita! Keadaan ini berlanjut selama setengah
kalpa menengah, suatu masa yang tak terhitung lamanya dalam ukuran
tahun manusia.

88
Skt. Nirmāṇarati, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa di alam ini menciptakan
dan menikmati objek kesenangan mereka sendiri.
89
Skt. Tapana.
90
Skt. Paranirmitavaśavartin, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa-dewa di surga
ini menikmati kesenangan yang diciptakan secara ajaib oleh dewa-dewa alam lain.
91
Skt. Pratāpana.
72
Neraka Tanpa Jeda 92

Neraka ini merupakan bangunan yang besar sekali dengan logam


yang berpijar, dikelilingi oleh enam belas Neraka Samping. Didalamnya,
kaki-tangan Yama melempar makhluk-makhluk yang tak terhitung
banyaknya ini ke tengah gunung yang terdiri dari tumpukan pecahan besi
panas membara yang berpijar seperti batu bara yang sedang menyala.
Mereka menghembus nyala api tersebut dengan embusan yang terbuat
dari kulit harimau dan macan tutul, sampai tubuh korban dan nyala api
menjadi tidak bisa dibedakan. Penderitaan mereka begitu dahsyat. Sela-
in jeritan tangis yang memilukan, tidak terlihat tanda adanya tubuh nyata.
Mereka terus menerus ingin melarikan diri, namun hal itu tidak pernah
terjadi. Kadang-kadang ada celah kecil di antara api dan mereka pikir
mereka bisa kabur, tetapi pekerja-pekerja memukul mereka dengan
tombak, pentung dan senjata lainnya, dan mereka menjadi sasaran semua
penderitaan yang dialami ketujuh neraka sebelumnya, antara lain
misalnya harus menelan cairan perunggu.
Umur mereka disini adalah satu kalpa menengah penuh. Neraka
ini disebut Neraka Siksaan Terberat sebab tidak ada siksaan yang lebih
berat dari neraka ini. Hanya orang-orang yang melakukan lima kejahatan
besar dengan akibat langsung, dan praktisi Mantrayana yang mencela
Guru Vajra-nya terlahir di neraka ini.

1.2 Neraka samping

Di sekeliling Neraka Avici, pada keempat arah mata angin, ada


selokan berisikan bara api yang berkobar-kobar, sebuah rawa jenazah
yang membusuk, sebuah dataran senjata tajam mengkilap dan sebuah
hutan dengan daun yang tajam seperti pisau cukur. Di setiap arah utara,
selatan, timur dan barat terdapat neraka-neraka demikian, sehingga
semuanya berjumlah enam belas. Di antara arah tersebut, yaitu di
tenggara, barat daya, barat laut dan barat daya, terdapat sebuah bukit
pohon besi salmali.

Terowongan Bara Api

Ketika makhluk-makhluk yang dibersihkan dosanya dari perbuatan


mereka di Neraka Avici keluar dari sana, mereka melihat di kejauhan
sepertinya ada sebuah parit perlindungan yang rindang. Mereka meloncat
ke dalamnya dengan sukacita. Namun ternyata mereka tenggelam ke

92
Skt. Avīci, juga disebut Neraka. Siksaan Terberat.
73
dalam sebuah lubang dengan bara api yang membakar daging dan tulang
mereka.

Rawa mayat yang membusuk

Sesudah lepas dari Terowongan Bara Api, kemudian mereka melihat


ada sebuah sungai di kejauhan. Sesudah dipanggang dalam kompor
selama satu kalpa penuh, mereka sangat haus. Melihat ada air disana,
mereka sangat gembira dan berlarian kesana untuk memuaskan rasa haus
mereka. Tetapi, tentu saja tidak ada air disana. Tidak ada barang lainnya
selain bangkai, – bangkai orang, bangkai kuda, dan bangkai anjing –
semuanya sedang membusuk dan terurai dengan ulat-ulat yang merayap,
dengan bau busuk yang sangat menusuk. Mereka tenggelam sampai
kepala mereka masuk ke dalam permukaan lumpur yang demikian, di
mana ulat-ulat dengan paruh besi melahap mereka.
Dataran pisau cukur

Ketika mereka lepas dari rawa tersebut, hati mereka tertawan oleh
dataran hijau yang menyenangkan. Namun, ketika mereka sampai ke
sana, mereka mendapatkan senjata-senjata yang tajam mengkilap.
Seluruh tanah terlapis dengan mata pisau tipis dari logam panas membara
yang tumbuh seperti rumput, yang memotong dan menembus kaki kanan
dan kaki kiri mereka begitu mereka melangkah. Luka mereka sembuh
begitu kaki mereka diangkat.

Hutan pedang

Sekali lagi mereka bebas. Mereka gembira melihat hutan yang indah
dan berlarian ke sana. Tetapi ketika mereka sampai ke sana, hutan yang
indah itu ternyata adalah semak belukar dengan pedang, bukannya daun-
daun, yang tumbuh di cabang-cabang pohon logam. Karena mereka
diaduk oleh putaran angin, pedang-pedang tersebut memotong badan
makhluk-makhluk ini menjadi berkeping-keping. Badan mereka bersatu
kembali dan dibelah dengan demikian secara berulang-ulang.

Bukit pohon besi salmali

Biarawan dan biarawati yang melanggar sumpah kesucian mereka


dan orang-orang yang berbuat asusila terlahir di sana. Hasil dari
perbuatan ini membawa mereka ke kaki bukit yang mengerikan yang
ditumbuhi oleh pohon besi salmali. Mereka melihat di puncak bukit
kekasih mereka yang terdahulu sedang memanggil mereka. Begitu
mereka memanjat ke atas dengan bersemangat untuk bertemu dengan
74
kekasih mereka, semua daun pohon besi itu mengarah ke bawah dan
menembus daging mereka. Ketika mereka mencapai puncak bukit,
burung gagak, burung heriang dan sejenisnya menggali mata mereka dan
menyedot lemak dari lubang mata mereka. Kemudian mereka melihat
teman mereka memanggil mereka. Kali ini dari bawah bukit. Mereka
turun ke bawah, dan daun-daun itu mengarah ke atas, menikam dan
menembus dari dada sampai ke punggung mereka berulang-ulang.
Begitu mereka sampai di kaki bukit, laki-laki dan wanita logam yang
seram memeluk mereka, mengigit putus kepala mereka dan
mengunyahnya sampai otak mereka bercucuran dari sudut mulut mereka.

Camkan semua rincian kesakitan di delapan neraka panas, enam belas


neraka samping dan bukit pohon besi salmali tersebut. Sambil
menyendiri ke tempat yang tenang, pejamkan mata anda dan bayangkan
anda benar-benar hidup di alam neraka. Ketika anda merasakan begitu
banyak kengerian dan kesakitan, seolah-olah benar-benar anda di sana,
bangkitkan pemikiran demikan dalam hati anda:
“Saya merasakan kengerian dan penderitaan yang begitu dalam
ketika saya membayangkan semua kesakitan tersebut, meski saya tidak
benar-benar berada di sana. Ada tak terhitung banyaknya makhluk yang
tinggal di alam itu sekarang, dan semua mereka itu pernah menjadi orang
tua saya dalam kehidupan yang lampau. Saya tidak tahu apakah orang
tua saya, orang-orang yang saya kasihi dan teman-teman dalam
kehidupan sekarang ini tidak akan terlahir di sana begitu mereka
meninggal. Kelahiran ke alam ini terutama disebabkan oleh perbuatan
yang ditimbulkan oleh kebencian, dan saya sendiri sudah mengumpulkan
tak terhitung banyaknya perbuatan yang demikian dalam kehidupan
sekarang ini dan kehidupan yang lalu. Saya sangat yakin cepat atau
lambat saya sendiri akan terlahir dalam neraka-neraka tersebut.”
“Sekarang saya memiliki kehidupan manusia yang lengkap dengan
kebebasan dan berkah. Saya telah bertemu dengan guru spiritual yang
sejati dan menerima instruksi yang dalam, yang memungkinkan penca-
paian tingkat kebuddhaan. Oleh sebab itu, saya harus berusaha sebisanya
untuk berlatih cara yang dapat menyelamatkan saya dari kelahiran di
alam rendah ini lagi.”
Renungkanlah berulang-ulang tentang penderitaan di alam neraka
seperti ini. Akui kesalahan anda di waktu lalu dengan penyesalan yang
dalam, dan bangkitkan tekad yang tak tergoyahkan, bahwa meski
mengorbankan jiwa anda, anda tidak akan lagi melakukan perbuatan yang
akan membawa anda ke alam neraka. Dengan belas kasih yang dalam
akan makhluk-makhluk yang ada di sana sekarang, doakan agar mereka
segera terbebas dari alam rendah tersebut sekarang ini juga. Jadikan

75
ajaran itu sebagai latihan, lengkap dengan cara di bagian pendahuluan,
bagian utama dan kesimpulannya.

1.3 Delapan neraka dingin 93

Dalam semua neraka ini, lingkungan sekitarnya semuanya terdiri dari


gunung bersalju dan sungai-sungai es, yang selamanya diselimuti dengan
badai salju.
Makhluk-makhluk di sana semuanya telanjang, tersiksa oleh rasa
dingin. Dalam Neraka Lepuh, rasa dingin membuat lepuh timbul ke
permukaan tubuh. Dalam Neraka Letupan Lepuh, lepuh-lepuh akan
meletup dan terbuka. Dalam Neraka Gemeretakan Gigi, rasa dingin yang
mengigil tak tertahankan membuat gigi makhluk disana gemeretak.
Dalam Neraka Ratapan, mereka meratap tak henti-hentinya. Dalam
Neraka Rintihan, suara mereka pecah dan rintihan yang panjang keluar
dari bibir mereka. Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Utpala, kulit
mereka menjadi biru dan pecah menjadi pecahan yang menyerupai bunga
berkelopak daun empat. Dalam Neraka Retakan Seperti Bunga Teratai
Merah, daging merah mentah mereka menjadi kelihatan, dan rasa dingin
membuatnya terpecah menjadi delapan bagian. Terakhir, dalam Neraka
Retakan Seperti Bunga Teratai Besar, daging merah mentah mereka
menjadi merah padam dan terpecah menjadi enam belas, tiga puluh dua,
dan kemudian terpecah dalam pecahan yang tak terhitung banyaknya.
Ulat-ulat merasuki pecahan daging dan melahapnya degan paruh logam
mereka. Nama delapan neraka ini diambil dari penderitaan yang berbeda
yang diderita makhluk di dalamnya.
Untuk menghitung jangka waktu kehidupan di neraka-neraka dingin
ini, bayangkan sebuah wadah yang berisi biji wijen sebanyak dua ratus
takaran Kosala. 94 Lamanya hidup di Neraka Lepuh adalah sama
lamanya untuk mengosongkan wadah tersebut dengan mengeluarkan
sebutir biji wijen setiap seratus tahun.
Untuk neraka-neraka dingin lainnya, rentang hidup dan penderitaan
bertambah dengan kelipatan dua puluh. Jadi, hidup di Neraka Letupan
Lepuh adalah dua puluh kali lebih lama dari Neraka Lepuh, dua puluh
kali lebih lama lagi dari neraka ini di Neraka Gemeretakan Gigi dan
begitu seterusnya.
Renungkan hal itu dengan cara yang sama seperti halnya neraka
panas. Pikirkan betapa tak tertahankan rasa dingin kalau kita berdiri
dengan telanjang menghadapi angin di musim dingin di alam manusia ini,
93
Nama-nama neraka dingin tersebut berturut-turut adalah: Arbuda, Nirarbuda, Aṭaṭa,
Hahava, Huhuva, Utpala, Padma, dan Mahāpadma.
94
Suatu takaran zaman dulu yang diberi nama Kosala, sesuai nama suatu kota di India
(dekat kota modern Ayodhya).
76
walau hanya sebentar saja. Bagaimana anda dapat menghadapi
penderitaan tersebut seandainya anda terlahir di alam itu? Akuilah
kesalahan anda dan berjanjilah tidak melakukannya lagi. Kemudian
kembangkan belas kasih terhadap makhluk-makhluk yang benar-benar
tinggal di alam tersebut. Berlatihlah seperti semula, dengan mempergu-
nakan cara pada pendahuluan, latihan utama dan kesimpulannya.

1.4 Neraka tersendiri 95

Neraka Tersendiri muncul di berbagai tempat, dan penderitaan yang


dialami di dalamnya juga berbeda satu sama lainnya. Makhluk-makhluk
mungkin diremukkan di antara batu karang, terperangkap di dalam batu,
dibekukan di dalam es, dimasak di dalam air mendidih atau dibakar
dalam api. Sebagian orang merasakan, ketika seseorang menebang pohon,
mereka adalah pohon yang dibabat anggota badannya. Sementara ada
sebagian orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai barang yang
dipergunakan terus menerus, seperti lesung, sapu, panci, pintu, tiang,
tungku dan tali.
Contoh dari cerita tentang nereka-neraka ini adalah cerita tentang
seekor ikan yang dilihat oleh Lingje Repa 96 di Danau Yamdrok, dan
katak yang ditemukan oleh siddha Tangtong Gyalpo 97 di dalam sebuah
batu.

Danau Yamdrok muncul waktu dakini Yeshe Tshogyal sedang


bermeditasi di Yamdrok, ketika sepotong emas murni yang dilempar oleh
seorang Bönpo dijelma menjadi danau. Danau tersebut adalah salah satu
dari empat danau 98 yang terkenal di Tibet. Danau itu begitu panjang
sehingga untuk berjalan dari hulunya di Lung Kangchen ke ujungnya di
Zemaguru memerlukan beberapa hari perjalanan. Pada suatu hari siddha
agung Lingje Repa melihat ke dalam danau tersebut, dan ia mulai
menangis sambil berseru: “Makhluk yang malang! Jangan menyalah-
gunakan persembahan! Jangan menyalah-gunakan persembahan!” 99
Ketika orang-orang yang menyertainya meminta penjelasannya, ia
berkata: “Kesadaran seorang Lama yang menyalahgunakan persembahan

95
Skt. Pratyeka-naraka, lihat Catatan kaki No. 41.
96
Lingje Repa (1128 – 1188), merealisasi aspek kebenaran realita sesudah berlatih tujuh
tahun tujuh bulan dan tujuh hari. Pendiri Vihara Labuleng (Tibet).
97
Tangtong Gyalpo, salah satu Guru Silsilah Kagyupa.
98
Danau Yamdrok, salah satu dari empat danau yang terkenal di Tibet. Tiga danau
lainnya adalah: Danau Manasarovar (Mapam Yumtso), Namtso, dan Danau Qinghai
(Koko Nor atau Tso Ngonpo).
99
Persembahan dari donatur, termasuk persembahan untuk membantu orang yang
meninggal dunia.
77
telah terlahir di Neraka Tersendiri dalam danau ini, dan ia sangat
menderita”
Mereka ingin melihatnya. Siddha itu mengeringkan danau tersebut
secara gaib dengan seketika. Tampak seekor ikan yang begitu besar
sehingga badannya menjangkau seluruh panjang dan lebar danau tersebut.
Ikan itu menggeliat dalam kesakitan yang amat hebat, karena badannya
penuh dengan makhluk-makhluk kecil yang memakannya hidup-hidup.
Orang-orang yang menyertai Lingje Repa bertanya kepadanya siapakah
sebenarnya orang yang memiliki karma buruk tersebut, dan ia menjawab:
“Itu adalah Tsangla Tanakchen, Lama Kuda Hitam dari Tsang. Ia adalah
seorang Lama yang ucapannya memiliki kekuatan dan berkah yang
tinggi. Hanya sekilas pandangannya saja cukup untuk menyembuhkan
orang yang kerasukan makhluk halus. Oleh karena hal inilah, ia sangat
dimuliakan di empat propinsi U dan Tsang. Tetapi ketika ia melakukan
pemindahan kesadaran pada upacara pemakaman, untuk tiap kata
“Phet!” 100 yang diucapkannya ia meminta bayaran yang banyak dari kuda
dan ternak milik orang yang meninggal tersebut. Sesudah ia meninggal,
ia terlahir sebagai ikan ini.”

Suatu hari siddha Tangtong Gyalpo mempraktekkan latihan yoga


saluran nadi dan kekuatan pada sebuah batu besar. Batu itu terbelah
menjadi dua, dan di dalamya ada seekor katak besar dengan mulutnya
yang mengatup dan membuka. Tak terhitung banyaknya makhluk-
makhluk kecil yang menempel dibadannya dan memakannya hidup-hidup,
yang menyebabkan kesakitan yang tak tertahankan. Ketika teman-
temannya bertanya apa yang terjadi, Tangtong Gyalpo menerangkan
bahwa makhluk yang terlahir sebagai katak tersebut adalah seorang guru
yang membuat persembahan dengan mengorbankan binatang.

Lihatlah Lama-lama sekarang ini! Setiap kali orang tempat mereka


berlindung menyembelih seekor domba gemuk dan mengisi kerong-
kongan dan jeroan lainnya dengan daging dan darah, lalu menghidang-
kannya menumpuk pada daging tulang iga, Lama-lama menarik
selendang jubahnya ke atas kepala dan menyedot jeroan tersebut seperti
bayi menyedot susu dari payudara ibunya. Lalu mereka mengeluarkan
pisau dan memotong daging bagian luar dan mengunyahnya dengan
santai. Ketika mereka selesai, kepala mereka muncul lagi, panas dan
berkeringat. Mulut mereka mengkilap oleh lemak dan jambang mereka
menjadi merah. Namun mereka akan mendapat masalah besar dalam

100
Salah satu penggunaan dari suku kata Phet adalah untuk memproyeksikan kesadaran
dalam praktek pemindahan kesadaran (Phowa). Lihat Bagian Ketiga.
78
kehidupan yang akan datang di Neraka Tersendiri, di mana mereka harus
membayar kembali dengan badan mereka sendiri.

Suatu ketika Palden Chökyong, Kepala Vihara Ngor sedang berada di


Derge. Ia menempatkan banyak biarawan di sepanjang tepi sungai
Ngulda, sambil berpesan supaya jangan biarkan barang apa pun lolos.
Menjelang malam, mereka melihat sebatang pohon yang besar terapung
di atas air, lalu mereka menyeretnya ke tepi sungai dan membawanya ke
Kepala Vihara tersebut, sambil berkata mereka tidak melihat barang
lainnya.
" Mesti di sini" katanya, “dibelah saja”
Di dalamnya mereka menemukan seekor katak besar yang sedang
dimakan oleh banyak sekali serangga. Sesudah melakukan ritual puri-
fikasi, Kepala Vihara itu berkata bahwa katak itu dulunya adalah
pengurus barang-barang persembahan di Derge yang bernama Pogye.
Sekarang ini, orang-orang berkuasa dan berkedudukan tinggi yang
mencedok dompet masyarakat, sebaiknya berpikir tentang Neraka
Tersendiri dan berhati-hati.
Pada zaman Buddha, ada seorang tukang jagal yang bersumpah tidak
membunuh binatang pada malam hari. Ia terlahir di Neraka Tersendiri.
Pada malam hari, kesenangannya tiada batasnya. Ia tinggal di sebuah
rumah yang besar, dilayani oleh empat orang wanita cantik dengan
makanan, minuman dan kesenangan lainnya. Pada siang hari, dinding
rumah itu berubah menjadi logam panas membara dan keempat wanita
tersebut berubah menjadi empat ekor anjing yang memakan badannya.
Dahulu, Srona melihat dengan mata kepala sendiri ada seorang
penzinah yang bersumpah untuk menjaga kesuciannya pada siang hari.
Berlawanan dengan tukang jagal tersebut, ia hanya menderita pada
malam hari.
Dulu pernah ada sebuah vihara yang di dalamnya tinggal sekitar lima
ratus biarawan. Ketika lonceng berbunyi pada tengah hari, dan biarawan-
biarawan berkumpul untuk makan, vihara itu menjadi rumah yang terbuat
dari logam menyala. Mangkok pindapatta, cangkir dan lain-lain milik
biarawan-biarawan tersebut berubah menjadi senjata, dan mereka
berkelahi satu sama lain dengan senjata-senjata tersebut. Ketika waktu
makan siang usai, mereka akan berpencar lagi dan pergi ke tempat
masing-masing. Pada masa Buddha Kasyapa, banyak biarawan
bertengkar pada waktu makan siang di tengah hari, dan inilah akibat
karma yang sudah matang.
Kedelapan neraka panas, delapan neraka dingin, neraka samping
dan neraka tersendiri disebut delapan belas alam neraka. Pelajari baik-
baik bilangan tersebut, lamanya waktu yang harus dijalani makhluk di
sana, penderitaan mereka dan sebab mereka terlahir di sana, dan
79
renungkanlah dengan belas kasih terhadap makhluk-makhluk yang
terlahir di sana. Berusahalah memastikan bahwa tiada seorang pun, baik
anda sendiri atau orang lainnya, yang akan terlahir di alam itu.
Jika anda sudah merasa puas hanya dengan mendengar dan mengeta-
huinya secara intelektual, dengan tidak membuatnya menjadi suatu
pengalaman yang hidup, anda hanya akan menjadi praktisi yang keras
kepala dan sombong yang dicela oleh makhluk suci dan dipandang
rendah oleh orang-orang bijaksana.
Pada suatu waktu ada seorang biarawan yang dari tampak luar cara
hidupnya patut dicontoh namun sangat sombong. Ia mengunjungi Shang
Rinpoche, yang bertanya kepadanya Dharma apakah yang ia ketahui.
“Saya telah mendengar banyak ajaran”, jawab biarawan tersebut.
“Kalau begitu ceritakanlah kepada saya nama-nama kedelapan belas
neraka”, kata Shang Rinpoche.
“Delapan neraka panas dan delapan neraka dingin, ini jadi enam
belas, lalu akan menjadi delapan belas jika anda tambahkan Karmapa
Topi Hitam dan Topi Merah.”
Bukanlah karena kurangnya rasa hormat yang menyebabkan ia me-
masukkan Guru Karmapa dalam hitungan neraka. Ia hanya lupa akan
nama neraka samping dan neraka tersendiri. Dan karena Karmapa Topi
Hitam dan Topi Merah sangat populer waktu itu, ia mengatakan menurut
kata hatinya. Jadi, apakah anda telah melatih ajaran yang anda dapat atau
tidak adalah suatu hal, tetapi tidak tahu sedikit pun tentang kata-kata yang
terkait sangatlah memalukan.

2. Preta

Ada dua jenis preta, yaitu preta yang tinggal secara kolektif dan yang
bergerak dalam ruang angkasa.

2.1 Preta yang tinggal secara kolektif

Preta-preta ini terdiri dari preta yang menderita kegelapan batin luar,
preta yang menderita kegelapan batin dalam dan preta yang
menderita kegelapan batin tertentu.
Preta yang menderita kegelapan batin luar

Preta-preta ini disiksa oleh rasa lapar dan haus yang amat hebat. Ber-
abad-abad mereka lewati dengan tanpa mendengar apa pun tentang air.
Terobsesi secara terus menerus akan makanan dan minuman, mereka
mencarinya dengan tak henti-hentinya, namun tidak mendapatkannya
sedikit pun.

80
Kadang-kadang dari kejauhan mereka melihat ada anak sungai yang
berair bersih dan jernih. Dengan tulang-tulang sendi mereka yang begitu
rapuh untuk menanggung berat perut mereka yang besar, mereka sampai
dengan susah payah dan sama sekali kehabisan tenaga waktu tiba disana
– hanya untuk lebih menderita lagi ketika mereka mendapatkan bahwa air
di sana sudah kering sama sekali. Yang tinggal hanya kerikil saja.
Kadang-kadang mereka melihat kebun buah-buahan di suatu tempat
yang jauh. Seperti semula, mereka mendekat. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan pohon-pohon besar di sana sudah
kering dan layu. Kadang-kadang mereka melihat banyak sekali makanan,
minuman dan barang-barang yang menyenangkan. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan bahwa barang-barang tersebut
dikawal oleh sekumpulan orang bersenjata. Pengawal-pengawal
mengusir dan memukul mereka dengan senjata tersebut, sehingga
menyebabkan kesakitan luar biasa.
Pada musim panas, sinar bulan terasa panas dan membakar;
sedangkan pada musim dingin, bahkan sinar matahari terasa dingin luar
biasa. Perasaan yang demikian sangat menyiksa mereka.
Suatu ketika, Srona berada di alam preta. Ia menjadi terpengaruh
oleh racun keserakahan mereka yang begitu kuat, sehingga ia merasa
haus. Mulutnya menjadi kering. Ia bertemu dengan sebuah benteng besi
di mana pada pintunya berdiri sesosok tubuh yang murung dan mengeri-
kan dengan mata merah.
“Ada air?” tanya Srona.
Mendengar kata itu, kumpulan preta yang semuanya kelihatan
bagaikan kayu yang hangus datang mengerumuninya dan meminta,
“Makhluk yang agung, berikan kami air!”
“Saya sendiri tidak mendapatkannya,” jawab Srona. “Mestinya kamu
yang kasih saya”
“Apa maksudmu?” jawab mereka. “Kami telah tinggal di tempat ini
dua belas tahun lamanya dan sampai sekarang bahkan kami belum pernah
mendengar ada yang menyebut air.”
Preta yang menderita kegelapan batin dalam

Preta-preta ini mempunyai mulut yang tidak lebih besar dari lubang
jarum. Sekalipun jika mereka bisa minum semua air di samudera, namun
ketika air melewati tenggorokan mereka yang sempit bagaikan bulu ekor
kuda, racun mulut mereka telah menguapkan air tersebut. Bahkan
kalaupun mereka dapat menelan sedikit makanan, perut mereka yang
besarnya seperti seluruh negeri tidak pernah akan penuh. Akhirnya,
walaupun jika pernah ada makanan yang masuk ke dalam perut mereka
dan cukup untuk memuaskan mereka, makanan tersebut akan meledak
menjadi api pada malam hari dan membakar paru-paru, hati, dan seluruh
81
jeroan mereka. Ketika mereka ingin bergerak, dengan susah payah
mereka mengangkat perut mereka yang besar dengan anggota tubuh
mereka yang sehalus rumput. Hal ini menyebabkan penderitaan yang
sangat besar bagi mereka.

Preta yang menderita kegelapan batin tertentu

Preta-preta ini memiliki beraneka ragam pengalaman yang berbeda


satu sama lainnya dan berbeda dalam intensitasnya. Sebagai contoh, ada
yang mempunyai banyak makhluk yang hidup dalam tubuhnya dan
memakannya.
Pada suatu waktu, ketika Srona berpergian ke alam preta, ia bertemu
dengan sebuah istana di mana tinggal seorang wanita yang sangat cantik.
Dengan bentuk tubuh yang indah, ia kelihatan sangat mempesona. Pada
setiap kaki dari keempat kaki singasananya yang dihiasi dengan permata
berharga terikat satu preta. Ia mempersembahkan kepada Srona sesuatu
untuk dimakan, sambil mengingatkan kepadanya untuk tidak memberikan
barang secubik pun makanan itu kepada preta-preta itu walaupun mereka
minta. Sesudah berkata demikian, ia pun pergi dari sana. Ketika Srona
mulai makan, keempat preta itu mulai meminta. Ia memberikan sedikit
makanan kepada salah satu preta tersebut, tetapi makanan tersebut
berubah menjadi dedak. Apa yang ia berikan kepada preta yang kedua
berubah menjadi segumpal besi. Preta yang ketiga mulai memakan
dagingnya sendiri begitu mendapat makanan pemberiannya, sedangkan
makanan yang ia berikan kepada preta yang keempat berubah menjadi
nanah dan darah.
Ketika wanita itu kembali, ia berseru: “Bukankah sudah saya beritahu
jangan berikan apa pun kepada mereka! Apa kamu pikir kamu lebih belas
kasih dari pada saya?”
“Apa hubungan anda dengan keempat preta ini?” tanya Srona
kepadanya.
“Ini adalah suami saya sebelumnya, yang itu adalah anak saya, yang
satu lagi adalah menantu perempuan saya, sedangkan yang keempat
adalah pelayan saya.”
“Apakah perbuatan di masa lampau yang membawa kalian ke sini?
“Orang-orang Jambudvipa sangat skeptis,” jawab wanita tersebut.
“Anda tidak akan percaya padaku”.
“Mana mungkin saya tidak percaya kalau saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri?”
Maka wanita itu menuturkan ceritanya kepada Srona. “Saya adalah
seorang brahmana perempuan di sebuah kota. Pada suatu malam sebelum
hari raya, saya menyiapkan makanan yang lezat. Keesokan harinya,
Katyayana yang agung berkeliling untuk pindapatta. Saya yakin padanya,
82
dan memberikan persembahan makanan. Kemudian saya berpikir
mungkin suami saya akan berbagi pahala dengan saya. “Bergembiralah
bersama saya, karena saya telah memberikan sedekah kepada Katyayana
yang agung, murid Sang Buddha”, kataku kepadanya. Namun ia menjadi
sangat gusar. “Kamu tidak mempersembahkan makanan kepada
brahmana, bahkan juga tidak menunjukkan hormat pada sanak saudara
dan teman-teman. Sekarang kamu berikan bagian terbaik dari makanan
itu kepada bhiksu bertengkorak gundul! Kenapa ia tidak menyumpal
mulutnya dengan dedak saja?”
“Saya membuat pernyataan yang sama kepada anak saya, yang juga
sangat marah. “Kenapa si gundulmu tidak makan gumpalan besi saja?”
ia berseru.
“Malam itu, orang tua saya menitipkan makanan yang lezat kepada
saya lewat menantu perempuan saya, tetapi ia memakannya. Tinggal
sisanya saja buat saja. Ketika saya bertanya kepadanya, “Apakah kamu
makan bagian yang baik dan menyisakan bagian yang paling buruk buat
saya?” Ia berdusta: “Lebih baik saya makan daging saya sendiri dari
pada memakan makanan yang diperuntukkan buat kamu!”
“Sama halnya, ketika pelayan saya memakan makanan yang mestinya
ia bawa untuk keluarga saya, ia berkata bahwa ia lebih baik ia minum
nanah dan darah dari pada mencuri makanan saya.
“Saya sendiri menjadi preta yang memiliki kekuatan karena saya
membuat pengharapan untuk terlahir di mana saya dapat melihat apa
yang terjadi atas perbuatan mereka. Kalau saja saya tidak membuat
pengharapan demikian, saya pasti sudah terlahir di antara dewa-dewa di
Surga Tiga Puluh Tiga karena telah memberi sedekah kepada makhluk
yang agung.
“Jika anda kebetulan ke kota kami, tolong kasih tahu anak perempuan
saya yang menjadi pelacur, bahwa kamu telah melihat orang tuanya dan
kamu telah dipercayakan untuk memberitahu bahwa apa yang dilakukan-
nya akan membawa akibat buruk. Itu adalah cara hidup yang salah dan ia
seharusnya menghentikan cara buruk yang demikian.”
“Jika ia tidak percaya padamu, katakan kepadanya bahwa dalam
rumah tua ayahnya ada empat jambangan tembaga yang berisi emas.
Selain itu ada piring-piring dan kendi emas. Katakan kepadanya supaya
ia mengambilnya dan membuat persembahan kepada Katyayana yang
agung dari waktu ke waktu, dan melimpahkan pahala kepada kami. Hal
ini akan mengurangi karma kami sampai akhirnya habis.”

Suatu ketika, saat Guru Jetari sedang berpergian ke alam preta,


seorang preta wanita yang memiliki tubuh yang menjijikan dan memiliki
lima ratus anak berkata kepadanya: “Suami saya pergi ke Bodh Gaya dua
belas tahun yang lalu untuk mencari makanan. Sampai sekarang ia belum
83
kembali. Kalau anda ke sana, katakan kepadanya, jika ia tidak segera
pulang, anak-anak akan mati kelaparan semuanya.”
“Bagaimana tampang suami anda?” kata Guru. “Semua preta
kelihatan hampir sama. Bagaimana saya mengenalinya?”
“Anda pasti dapat mengenalinya”, katanya. “Ia memiliki mulut yang
besar, hidung yang pesek, sebelah matanya buta dan semua sembilan
tanda kejelekan ada padanya.”
Ketika Jetari sampai ke Bodh Gaya, ia melihat seorang calon
biarawan melemparkan banyak makanan dan persembahan torma air di
luar. Ketika calon biarawan itu pergi, segerombolan preta berdesak-
desakan memperebutkan makanan tersebut. Di antaranya adalah preta
yang sedang ia cari. Lalu ia menyampaikan pesan isterinya.
Preta itu menjawab, “Saya telah mengembara selama dua belas tahun,
namun tidak pernah mendapatkan apa-apa – kecuali satu kali, ketika
seorang biarawan yang suci membuang ingusnya. Tetapi saya tidak
mendapat banyak, karena banyak di antara kita berkelahi untuk
mendapatkannya. Dan selama perkelahian untuk mendapatkan secercah
ingus tersebut, saya terluka parah oleh preta lainnya.”
Jadikanlah tanggung jawab anda secara mental terhadap bermacam-
macam siksaan yang menimpa preta di mana pun mereka terlahir, ter-
utama rasa lapar dan haus. Pikirkan bagaimana anda menderita kalau
anda tidak makan atau minum hanya selama satu pagi hari saja.
Bagaimana jadinya perasaan anda kalau terlahir di tempat di mana tidak
pernah mendengar tentang air selama bertahun-tahun?
Renungkan sebab utama terlahir sebagai preta adalah kekikiran dan
menghalangi kemurahan hati orang lain. Kita juga sudah melakukan
perbuatan ini tak terhitung banyak kalinya. Oleh sebab itu kita harus
melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah terlahir di sana.
Renungkan dengan cara demikian dari dalam lubuk hati anda, dengan
menerapkan ketiga metoda pada pendahuluan, bagian inti dan
kesimpulannya.

2.2 Preta yang bergerak melintasi angkasa

Mereka ini adalah tsen, gyalpo, shindre, jungpo, mamo, theurang 101
dan lain sebagainya, yang semuanya hidup dalam kengerian dan khayalan
yang berkelanjutan. Dengan hanya berniat jahat, mereka selalu berbuat
apa pun yang dapat mendatangkan kesusahan pada orang lain. Bahkan
banyak di antara mereka jatuh ke alam yang lebih rendah lagi atau ke
neraka segera sesudah mereka mati. Khususnya, setiap minggu mereka
mengalami lagi semua kesakitan dari penyebab kematian mereka

101
Kelompok setan menurut kepercayaan orang Tibet.
84
sebelumnya, apakah itu adalah mati karena penyakit, karena terbunuh
senjata, gantung diri dan lainnya. Apa yang mereka inginkan hanyalah
memindahkan kesakitan mereka pada makhluk lain, sehingga ke mana
pun mereka pergi, mereka tidak berbuat lain kecuali membuat kesusahan.
Namun walaupun demikian, mereka tetap saja gagal berbuat sesuatu yang
menguntungkan mereka. Meski dengan gembira mereka mengunjungi
teman atau kekasih mereka yang dulu, mereka hanya membawakan
mereka penyakit, sakit jiwa dan penderitaan lain yang tidak disukai.
Preta-preta ini mengalami siksaan terus menerus. Tukang sihir yang
memiliki kekuatan mengubur mereka, membakar mereka dan melakukan
upacara keagamaan di mana mereka memasukkan berbagai senjata
bayangan ke dalam tubuh mereka. Mereka menguncinya ke dalam bumi
dalam kegelapan selama berkalpa-kalpa, membakar mereka dalam api
persembahan, menumbuk mereka bersama dengan biji wijen, bubuk batu
dan sejenisnya untuk upacara pengusiran malapetaka dan makhluk halus.
Mereka memecah kepalanya dalam ratusan pecahan, dan tubuh mereka
dalam ribuan keping.
Seperti semua preta, preta-preta ini pun memiliki persepsi yang me-
nyimpang. Di musim dingin, matahari terasa dingin buat mereka, sedang
dalam musim panas, bulan terasa membakar. Ada preta yang mengambil
bentuk burung, anjing atau binatang lainnya yang menyeramkan.
Singkatnya, penderitaan yang dialami preta tak dapat dibayangkan.
Berlatihlah seperti semula. Renungkan dengan metoda tersebut pada
latihan pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan, secara mental merasa
bertanggung jawab atas penderitaan makhluk-makhluk ini dan
tumbuhkan kasih sayang dan belas kasih terhadap mereka.

3. Binatang

Ada dua kelompok binatang: Binatang yang hidup di kedalaman


lautan dan yang tersebar di tempat yang berbeda.

3.1 Binatang yang hidup di kedalaman lautan

Samudera yang luas disesaki oleh ikan, ikan paus, kura-kura, kerang-
kerangan, udang dan makhluk lainnya sebanyak butir kecambah gandum
dalam dasar tong untuk meragi bir. Ada ular naga dan binatang raksasa
yang sangat besar, sehingga tubuhnya dapat melingkari Maha Meru
beberapa kali, sedangkan makhluk lain ada yang kecilnya seperti butir
debu atau ujung jarum.
Mereka mengalami penderitaan yang berat. Makhluk yang besar
menelan yang kecil, sedangkan yang kecil menggali liang dalam tubuh
binatang yang besar dan memakannya hidup-hidup. Semua binatang
85
besar mempunyai binatang kecil yang hidup dalam tubuhnya, yang
menjadikan daging mereka sebagai makanan. Ada juga binatang yang
terlahir di antara pulau-pulau di mana tidak dapat dicapai oleh sinar
matahari, sehingga mereka tidak dapat melihat apakah anggota tubuh
mereka tertekuk atau terjulur. Binatang-binatang bodoh dan bebal,
mereka tidak mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dibuat dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka terlahir di alam yang penderita-
annya tak terbatas.

3.2 Binatang yang tersebar di tempat yang berbeda

Binatang-binatang yang meskipun hidup di alam dewa dan manusia,


mereka menderita terus menerus karena kebodohannya dan diperbudak,
sedangkan naga melewatkan hidupnya dalam kesedihan karena disiksa
oleh garuda dan hujan bara pasir. Binatang-binatang bodoh, agresif dan
berbisa. Binatang-binatang yang tinggal bersama manusia di bumi,
mereka yang tidak dipelihara pada umumnya hidup dalam ketakutan yang
terus menerus. Mereka tidak dapat makan sesuap makanan tanpa rasa
was-was. Mereka memilik banyak musuh yang mematikan, karena
semua binatang saling memangsa satu sama lain. Selain itu, selalu saja
ada pemburu, binatang buas pemangsa dan sejenisnya yang mengancam
hidup mereka. Burung elang membunuh burung kecil, burung kecil
membunuh serangga dan begitu seterusnya. Keadaan ini menunjukkan
bahwa mereka secara terus menerus menghimpun perbuatan buruk dalam
rentetan bunuh membunuh yang tiada hentinya.

Pemburu-pemburu sangat ahli dalam cara menyiksa dan membunuh


binatang. Mereka mengancam hidup mereka dengan segala macam alat
yang kejam – jala, jerat, perangkap dan senapang. Ada binatang yang
dibunuh untuk diambil tanduk, bulu, kulit dan hasil lain dari tubuh
mereka. Tiram dibunuh untuk mendapatkan mutiara, gajah untuk gading
dan tulangnya, harimau, macan tutul, berang-berang dan rubah dibunuh
untuk diambil kulitnya. Rusa kesturi untuk diambil kesturinya,
sedangkan keledai liar dan yak untuk diambil daging dan darahnya.
Adalah suatu penderitaan yang mengerikan bahwa tubuh di mana mereka
terlahirkan itu juga yang menjadi sebab mereka dibunuh.
Sedangkan binatang-binatang peliharaan, mereka begitu bodoh, se-
hingga ketika sang algojo mendekati mereka dengan pisau di tangannya,
mereka hanya bisa membelalakkan mata tanpa bisa berpikir untuk
melarikan diri. Mereka diperah, ditaruh beban, dikebiri, dicocoki hi-
dungnya dan dipasang di kuk bajak. Tidak satu pun dari mereka yang
dapat melepaskan diri dari rentetan perbudakan ini. Kuda dan binatang
penarik beban lainnya terus menerus dibebani dan ditunggangi, bahkan
86
ketika tidak ada apa pun dipunggungnya kecuali satu lepuhan yang besar.
Ketika mereka tidak dapat berjalan lagi, mereka dicambuk dan dipukul
dengan batu. Kenyataan bahwa mereka mungkin dalam keadaan letih
atau sakit, kelihatannya tak pernah terkilas dalam pikiran pemiliknya.
Kebanyakan sapi, kambing dan domba semenjak kecil diperbudak
oleh pemiliknya. Susu mereka diperah. Ketika mereka sudah tua,
mereka dijual atau dibunuh oleh pemiliknya. Apa pun halnya, mereka
sudah ditakdirkan diperuntukkan buat penjagal, dan kematian secara
alami tidak dikenal mereka.
Begitulah, binatang mengalami siksaan yang tak terlukiskan. Kapan
saja anda melihat binatang disiksa dengan cara demikian, tempatkan diri
anda pada posisi mereka dan bayangkan dengan rinci apa yang mereka
alami. Renungkanlah dengan belas kasih yang dalam terhadap makhluk
yang terlahir sebagai binatang ini. Khususnya, kalau anda ada
memelihara binatang, perlakukanlah mereka dengan ramah dan kasih
sayang, karena semua binatang sekecil serangga pun memiliki rasa
senang dan sakit. Dan karena mereka semuanya pernah menjadi ayah
dan ibu kita, tumbuhkan kasih sayang dan belas kasih kepada mereka.
Gabungkan latihan anda dengan metoda tersebut di latihan pendahuluan,
bagian utama dan kesimpulan.

Ke alam rendah mana pun makhluk hidup terlahir, mereka


mengalami semua cara penderitaan yang berat dan panjang. Makhluk
yang lahir di sana bodoh, bebal dan tanpa pikiran sedikit pun tentang
Dharma. Mereka hanya bisa menciptakan sebab yang lebih lanjut untuk
kehidupan yang lebih banyak lagi di alam rendah. Oleh sebab itu, sekali
terlahir di sana, sangatlah sulit untuk keluar. Dalam kehidupan kita
sekarang ini dan dalam kehidupan kita yang lampau, kita telah
mengumpulkan banyak perbuatan jahat yang tentu akan membawa kita
pada kelahiran keadaan demikian. Oleh sebab itu kita seharusnya
mengerahkan tenaga kita dengan ketulusan hati untuk menyesali
perbuatan kita yang salah di waktu lampau, mengakuinya dan bersumpah
mulai sekarang akan menghindarinya.

Berpikirlah dengan belas kasih yang dalam pada makhluk yang


terlahir di alam itu. Limpahkan pahala kebajikan yang telah anda
kumpulkan dalam tiga masa. Doakan agar mereka dapat terbebaskan dari
alam yang buruk itu. “Sekarang, karena saya telah bertemu dengan
Dharma Kendaraan Besar dan memiliki kesempatan untuk berlatih jalan
yang membawa manfaat yang benar kepada saya sendiri dan makhluk
lainnya, saya akan berlatih Dharma dengan keteguhan hati, dengan tidak
memperdulikan semua kesulitan, dan membawa semua makhluk di alam
rendah ke alam Buddha.” Sesudah menumbuhkan bodhicitta dengan
87
pikiran demikian, berdoalah kepada guru dan yidam, minta pertolongan
mereka sambil berpikir, “Semoga guru dan Sang Tri Ratna memberkati
saya agar saya mencapai tujuan ini!” Limpahkan pahala kebajikan
kepada semua makhluk, sebagaimana berlatih dengan tiga metoda
tertinggi tersebut.

Meski kelahiran di tiga alam rendah dengan sendirinya membawa


penderitaan, seseorang mungkin mengira bahwa terlahir ketiga alam yang
lebih tinggi akan bahagia dan menyenangkan. Namun kenyataannya,
bahkan di alam yang lebih tinggi pun tidak ada kebahagiaan.

4. Alam manusia

Manusia menderita tiga macam penderitaan dasar dan delapan


rentetan penderitaan besar: lahir, tua, sakit dan mati; rasa takut bertemu
dengan musuh yang dibenci; kehilangan orang yang dikasihi; penderitaan
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan; dan menghadapi hal-hal yang
tidak diinginkan.

4.1 Tiga macam penderitaan dasar

Penderitaan karena perubahan

Penderitaan karena perubahan adalah penderitaan yang kita alami ke-


tika keadaan bahagia tiba-tiba berubah menjadi penderitaan. Suatu saat
kita merasa baik, puas dan kenyang sesudah selesai makan enak, namun
tiba-tiba kita diganggu oleh kekejangan yang disebabkan oleh parasit
yang terbawa oleh makanan di perut kita. Suatu saat kita merasa bahagia,
namun saat berikutnya musuh kita merampas semua kekayaan dan ternak
kita; atau api menghanguskan rumah kita; atau tiba-tiba kita diserang oleh
penyakit atau pengaruh makhluk jahat; atau kita difitnah orang – dan
serta merta kita tenggelam dalam penderitaan.
Karena, sesungguhnya kesenangan, kebahagiaan dan ketenaran apa
pun yang terlihat nyata yang kita dapatkan dalam alam samsara ini, sama
sekali tidak memiliki kekekalan atau kemantapan sedikit pun, dan
akhirnya mereka tidak dapat melawan rentetan penderitaan. Oleh sebab
itu, tumbuhkan rasa kekecewaan terhadap semua itu.

Penderitaan dalam penderitaan

Kita mengalami penderitaan dalam penderitaan ketika sebelum suatu


penderitaan berakhir, kita menderita penderitaan lainnya. Kita mendapat
penyakit kusta, kemudian timbul bisul lagi. Lalu, selain berbisul, kita
88
terluka. Ayah kita meninggal, lalu ibu kita menyusul tidak lama
sesudahnya. Kita dikejar musuh, lagi susah-susahnya, orang yang kita
kasihi meninggal; dan seterusnya. Di mana pun kita terlahir dalam alam
samsara, semua waktu kita habiskan dalam penderitaan di atas
penderitaan lainnya, dengan tiada kebahagiaan sebentar pun.

Penderitaan segala sesuatu yang tergabung

Sekarang, mungkin ada di antara kita yang berpikir segalanya lagi


baik-baik saja sementara ini, dan kelihatannya kita tidak banyak
menderita. Kenyataannya, kita seluruhnya terbenam dalam sebab
penderitaan. Karena makanan yang kita makan dan pakaian yang kita
pakai sekarang ini juga, rumah kita, perhiasan dan perayaan yang
memberikan kesenangan kepada kita, semuanya dihasilkan oleh
perbuatan yang merugikan. Karena setiap perbuatan yang kita lakukan
hanyalah rekaan dari perbuatan negatif, hal itu hanya akan membawa kita
kepada penderitaan. Ambillah sebagai contoh teh dan tsampa. 102
Di tempat teh dibudidaya di Tiongkok, jumlah makhluk kecil yang
terbunuh saat teh ditanam, ketika daun teh dipetik dan seterusnya, tak
mungkin dapat dihitung jumlahnya. Teh itu kemudian diangkut hingga
Dartsedo oleh kuli pikul. Setiap kuli memikul dua belas bungkusan
sebesar enam batu bata, dengan menahan beban itu disekeliling dahi yang
dibalut dengan pembalut yang membuat kulitnya aus. Kendati tulang
tengkoraknya kelihatan dan sudah berwarna putih, ia terus melanjutkan
mengangkutnya. Dari Dotok ke tempat selanjutnya, dzo, yak dan bagal
mengambil alih. Punggung mereka hampir patah, perut mereka penuh
lubang luka, 103 bulu mereka rontok dan kulit mereka menjadi lecet.
Mereka sangat menderita hidup sebagai budak. Membarter teh hanya
melibatkan serangkaian janji yang tak ditepati, penipuan dan percekcokan.
Sampai akhirnya teh berpindah tangan, biasanya dengan imbalan barang
yang dihasilkan binatang, misalnya wol dan kulit anak domba. Wol itu,
sebelum dicukur pada musim panas, banyak sekali kutu dan binatang
kecil lain merayap didalamnya, sebanyak jumlah helaian bulu domba itu
sendiri. Waktu dicukur, kebanyakan serangga itu terpenggal, terpotong
jadi dua bagian atau isi perutnya berhamburan. Yang tidak terbunuh
tetap tinggal melekat pada bulu domba dan mati lemas. Akan kulit anak
domba, ingatlah bahwa domba yang baru lahir memiliki organ indera
secara lengkap. Mereka dapat merasakan kesenangan dan kesakitan.
Baru saja mereka menikmati saat-saat awal dalam hidupnya dengan
102
Tsampa, panggangan dari biji gandum yang digiling halus. Teh dan tsampa adalah dua
makanan pokok di seluruh Tibet.
103
Punggung hampir patah karena menahan beban berat, perut penuh lubang luka karena
gesekan tali yang melilit di perut waktu berjalan.
89
kesehatan yang sempurna, mereka dibunuh. Mungkin saja mereka
hanyalah binatang-binatang yang bodoh, namun bagaimanapun juga
mereka tidak ingin mati. Mereka mencintai kehidupan dan menderita
saat mereka dibunuh. Sedangkan biri-biri betina yang anaknya dibunuh,
mereka adalah contoh hidup-hidup dari kesedihan seorang ibu yang
kehilangan anak tunggalnya. Oleh sebab itu, jika kita memikirkan
produksi dan penjualan produk seperti ini, kita dapat mengerti, dengan
barang yang diperjual-belikan seperti ini, bahkan satu sesapan teh saja
cukup memberikan kontribusi ke kelahiran ke alam rendah.
Sekarang kita lihat tsampa. Sebelum benih gandum ditaburkan,
tanah harus dibajak dulu, yang memaksa semua cacing dan serangga yang
hidup di bawah tanah muncul ke permukaan tanah, dan mengubur semua
yang hidup di permukaan tanah ke dalam tanah. Ke mana saja kerbau
yang menarik bajak itu melangkah, ia selalu diikuti oleh burung gagak
dan burung kecil lainnya yang tak henti-hentinya memakan semua
makhluk-makhluk kecil tersebut. Ketika lapangan itu diairi, semua
binatang yang hidup di air terdampar ke darat, sedangkan semua binatang
yang hidup di tanah kering sekarang menjadi tenggelam. Sama halnya
pada setiap tahap menanam bibit, pada saat memanen dan mengirik
gandum, jumlah binatang yang terbunuh tak terhitung jumlahnya. Jika
anda memikirkan hal tersebut, memakan tsampa hampir sama seolah-olah
memakan bubuk serangga.
Dengan cara yang sama, mentega, susu dan makanan lainnya, “tiga
macam makanan putih” dan “tiga macam makanan manis” 104 yang kita
anggap murni dan tak ternoda oleh perbuatan yang merugikan, tidaklah
sama sekali demikian. Kebanyakan anak yak, anak sapi dan anak domba
dibunuh. Yang tidak terbunuh, segera sesudah mereka lahir bahkan
sebelum mereka sempat menetek susu ibunya yang manis, sudah
dikalungi tali di lehernya dan ditambat di pancangan waktu berhenti
sesaat melepaskan lelah di jalan, dan diikat satu sama lainnya dalam
perjalanan, sehingga setiap suap susu – yang mana merupakan makanan
dan minuman yang menjadi hak mereka – dicuri untuk membuat mentega
dan susu. Dengan mengambil sari dari tubuh ibunya, yang mana
merupakan barang yang sangat vital bagi anaknya, kita membiarkan
mereka di tengah hidup dan mati. Ketika musim semi tiba, ibu-ibu
binatang tersebut begitu lemah karena setiap hari susunya yang
merupakan sari energinya diperah, sehingga mereka tidak dapat bangkit
dari kandangnya. Kebanyakan sapi dan biri-biri mati kelaparan. Yang
beruntung masih hidup, berada dalam keadaan lemah dan tinggal tulang
belulang, berjalan sempoyongan dan hampir mati.

104
Tiga macam makanan putih: susu, keju dan mentega; tiga macam makanan manis: gula
batu, molase dan madu.
90
Semua faktor yang kita lihat yang seolah-olah merupakan
kebahagiaan, makanan untuk dimakan, pakaian untuk dipakai, dan apa
pun barang yang dapat kita pikirkan, – juga dihasilkan melalui perbuatan
negatif semata. Hasil akhir dari barang-barang ini hanyalah siksaan yang
tak terhingga di alam rendah. Oleh sebab itu, semua barang yang
kelihatannya mewakili kebahagiaan sekarang ini, kenyataannya adalah
penderitaan segala sesuatu yang tergabung.

4.2 Penderitaan kelahiran, sakit, tua dan mati

Penderitaan kelahiran

Manusia yang hidup di muka bumi ini dilahirkan dari kandungan.


Pertama-tama, makhluk di alam bardo dengan kesadaran seperti
gandharva yang mencari bau, menempatkan dirinya dalam persatuan
mani ayah dan darah ibu. Kemudian ia melewati pengalaman yang
menyakitkan dari berbagai tingkat janin: lendir bundar, elips kental, bujur
tebal, bujur telur rapat, gumpalan bulat yang keras, dan seterusnya.
Begitu anggota-anggota badan, embel-embel dan organ indera terbentuk,
janin yang terperangkap dalam rahim yang gelap, busuk dan mencekik,
menderita seperti seseorang yang dimasukkan ke dalam penjara. Ketika
sang ibu makan sesuatu yang panas, janin menderita kesakitan seolah-
olah dibakar. Ketika sang ibu makan sesuatu yang dingin, ia merasa
terlempar ke dalam air yang membeku. Ketika sang ibu berbaring, ia
merasa seperti dikubur di bawah berat sebuah bukit; ketika perut sang ibu
penuh, ia merasa seperti terperangkap di antara batu karang; ketika sang
ibu lapar, ia merasa seperti jatuh dari ngarai; dan ketika sang ibu berjalan
atau duduk, ia merasa seolah-olah diterbangkan angin.
Ketika kehamilan mencapai waktunya, tenaga kehidupan karma
memutar kepala bayi ke bawah dan siap untuk dilahirkan. Ketika bayi
didorong kebawah ke arah leher rahim, ia menderita seolah-olah seorang
raksasa yang kuat sedang memegang kakinya dan membantingnya ke
dinding. Waktu ia dipaksa melewati rongga pinggul yang banyak
tulangnya, bayi merasa seolah-olah ia ditarik melewati lubang pada
sebuah kapak besi. Kalau lubang tempat keluar terlalu kecil,
kemungkinan ia tidak dapat dilahirkan, atau baik sang ibu dan bayi
tersebut keduanya akan meninggal. Sesungguhnya, kalaupun tidak
meninggal saat kelahiran, mereka mengalami semua penderitaan yang
dialami orang yang akan meninggal. Sebagaimana kata Guru Besar dari
Uddiyana:

Baik ibu dan anak pergi ke tengah Tanah Kematian,


Dan sendi-sendi sang ibu, kecuali rahangnya, semua terkilir lepas.
91
Segala sesuatu yang dialami sang bayi adalah menyakitkan. Waktu
ia dijatuhkan ke kasur saat lahir, ia merasa seperti jatuh ke dalam lubang
yang penuh duri. Ketika selaput janin dilepas dari punggungnya, ia
merasa seolah-olah dikuliti hidup-hidup. Ketika badannya dibersihkan, ia
merasa seperti dipukuli dengan duri. Waktu dibawa ke pangkuan ibunya,
ia merasa seperti seekor burung kecil yang dilarikan oleh burung elang.
Ketika ia diolesi keningnya dengan mentega, 105 ia merasa seperti diikat
dan dilempar ke dalam sebuah liang. Ketika ia diletakkan di ayunan, ia
merasa seperti di taruh ke dalam lumpur tinja dan kencing. Apa pun yang
sang bayi rasakan karena lapar, haus, sakit dan sebagainya, yang dapat ia
lakukan hanyalah menangis.
Semenjak kelahiran, saat kita menjadi dewasa, kita mengalami kesan
pertumbuhan dan penambahan. Tetapi apa yang terjadi sesungguhnya
adalah hidup kita menjadi semakin pendek, hari demi hari kita semakin
dekat pada kematian. Kita sibuk dengan tugas-tugas keseharian, satu
demi satu, dengan tiada akhirnya, tugas yang satu diikuti yang lainnya
seperti riak dalam air. Karena mereka itu semuanya berkaitan dengan
perbuatan negatif, hasilnya tentu saja kelahiran di alam rendah dan
penderitaan yang tiada berakhir.

Penderitaan karena tua

Karena kita sibuk dengan tugas-tugas keduniawian yang tidak


penting dan tak berkesudahan, tanpa kita sadari penderitaan karena usia
tua menyelinap ke dalam diri kita. Sedikit demi sedikit tubuh kita
kehilangan tenaga. Kita sudah tidak dapat mencernakan makanan yang
kita sukai. Penglihatan kita menjadi kabur. Kita tidak dapat melihat
benda kecil atau barang yang jauh dengan jelas. Pendengaran kita mulai
berkurang dan kita tidak dapat membedakan suara dan perkataan dengan
benar. Lidah kita sudah tidak dapat lagi mengecap apa yang kita makan
atau minum, dan tidak dapat mengucapkan kata-kata yang ingin kita
katakan.dengan jelas dan benar. Karena kemampuan mental kita menjadi
lemah, pikiran kita mengecewakan kita, dan kita jatuh ke dalam
kebingungan dan kelupaan. Gigi kita copot, sehingga kita tidak dapat
lagi mengunyah makanan padat, dan apa yang kita ucapkan menjadi
komat-kamit yang tidak dapat dimengerti. Badan kita kehilangan
panasnya dan kita tidak pernah lagi merasa hangat kalau kita berpakaian
tipis. Kekuatan kita menurun dan kita tidak dapat lagi membawa barang
yang berat. Kendati kita masih memiliki selera untuk mendapatkan
kesenangan dan kenikmatan, namun kita sudah tidak kuat. Karena

105
Di Tibet, mentega digosokkan ke ubun-ubun kepala bayi yang baru lahir sebagai
upacara untuk keselamatan dan keberuntungan.
92
saluran nadi dan tenaga kita menurun, kita menjadi lekas marah dan tidak
sabar. Karena dicemooh semua orang, kita menjadi muram dan sedih.
Unsur-unsur tubuh menjadi tidak seimbang dan menyebabkan berbagai
penyakit dan masalah. Kita harus bersusah payah untuk bergerak.
Berjalan dan duduk menjadi tugas yang hampir tidak mungkin dilakukan.
Jetsun Milarepa bernyanyi:

Satu, anda berusaha berdiri seperti menarik sebuah pasak dari


tanah;
Dua, anda merangkak seolah-olah sedang mengintai burung;
Tiga, anda duduk seperti sebuah karung yang dijatuhkan.
Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek,
Anda adalah wanita sedih dengan badan khayal yang merosot.

Satu, dari bagian luar, kulitmu melekat di keriput-keriput;


Dua, dari dalam, tulang-tulang menonjol, di mana daging dan
darah mulai menyusut;
Tiga, dalam masa itu, anda bodoh, tuli dan linglung.
Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek,
Wajahmu mengerut seperti orang yang sedang marah.

Satu, pakaianmu begitu buruk dan berat;


Dua, makanan dan minumanmu hambar dan dingin;
Tiga, tempat tidurmu ditopang pada keempat sisi.
Ketika ketiga hal ini datang bersamaan, nek,
Kamu seperti seorang yogi yang telah cerah yang diinjak-injak
orang dan anjing.

Pada usia tua, ketika kita ingin berdiri, kita tidak dapat melakukannya
seperti biasa dengan gerakan sekali jadi. Kita harus meletakkan kedua
lengan kita di lantai, seperti kita berusaha menarik sebuah pasak dari
dalam tanah keras. Ketika kita berjalan, kita membungkukkan pinggang
dan tidak dapat menegakkan kepala kita. Dan karena tidak dapat
mengangkat kaki dan melangkah dengan cepat, kita bergerak dengan
pelan dan hati-hati seperti seorang anak kecil yang sedang mengintai
burung. Semua persendian kaki dan tangan kita begitu sakit seperti kena
encok, sehingga kita tidak dapat duduk dengan perlahan. Sebagai
gantinya, kita membiarkan seluruh berat badan kita jatuh serta merta,
seperti karung goni yang tali pengikatnya putus.
Ketika daging kita menyusut, kulit kita menjadi kendor. Badan dan
muka kita penuh dengan keriput. Karena kurang daging dan darah di
antaranya, persendian menjadi lebih menonjol. Tulang pipi kita dan
semua tonjolan tulang mencolok dari kulit. Ingatan kita menurun, dan
93
kita menjadi bodoh, tuli dan pikun. Kita tidak dapat berpikir dengan
jernih dan kita merasa pusing. Dengan menurunnya kekuatan tubuh,
tiada alasan bagi kita untuk membuat penampilan kita lebih baik,
sehingga pakaian yang kita kenakan selalu terasa berat dan buruk. Kita
makan makanan sisa dan tidak punya selera. Semua makanan yang kita
makan menjadi hambar dan dingin. Kita merasa sangat berat, sehingga
susah untuk melakukan sesuatu. Meski ada tiang penyangga pada
keempat sisi, namun kita tetap merasa sulit untuk bangun dari tempat
tidur dan tidak dapat berdiri. Pada saat itu, kemerosotan fisik kita telah
membawa kita pada depresi dan penderitaan mental yang hebat. Semua
pesona kecantikan dan cahaya muka kita sudah pudar, kulit kita penuh
dengan keriput, dan dahi kita tergores dengan kerutan jelek akibat hal-hal
yang tidak menyenangkan, sehingga wajah kita seperti orang yang sedang
marah. Semua orang mencemooh kita. Sekalipun orang-orang mengin-
jakkan kaki mereka ke kepala kita, kita tidak dapat berdiri. Kita sudah
tidak dapat bereaksi. Kita seperti seorang yogi yang telah mencapai
pencerahan di mana bersih dan kotor sudah tidak ada bedanya. Kita ingin
mati saja karena tidak sanggup menahan penderitaan hari tua, namun
semakin kita dekat pada kematian, semakin kita merasa ngeri.
Semua ini membuat penderitaan yang harus kita alami di waktu tua
tidak banyak berbeda dengan siksaan makhluk di alam rendah.

Penderitaan karena sakit

Ketika keempat unsur yang membangun tubuh kita menjadi tidak


seimbang, semua penyakit – pernafasan, empedu, kelenjar lendir, dan
lainnya – mulai muncul, dan perasaan sakit dan penderitaan merundung
kita.
Begitu rasa sakit menusuk – biar seberapa muda badan dan pikiran
kita, biar seberapa kuat dan baiknya kesehatan kita, biar seberapa baiknya
kita dalam kondisi terbaik kita – kita roboh seperti seekor burung yang
tertimpuk batu. Kekuatan kita menguap. Kita tenggelam dalam alas tidur,
dan setiap gerakan, walau enteng sekalipun, sangat sulit dilakukan.
Bahkan untuk menjawab ketika seseorang bertanya apa yang terjadi
dengan kita dibutuhkan usaha yang keras. Suara kita seolah-olah berasal
dari bagian yang sangat dalam dan sulit untuk dikeluarkan. Kita
mencoba berbaring dengan sebelah kanan badan kita, lalu yang sebelah
kiri, berbaring telentang atau telungkup. Tetapi kita tetap saja tidak
merasa enak. Kita kehilangan nafsu makan dan minum, dan tidak dapat
tidur pada malam hari. Pada siang hari, rasanya hari tidak akan berakhir,
dan malam hari seolah-olah panjangnya tak berakhir. Kita harus menelan
obat-obatan yang pahit, pedas atau asam, disuntik, didesinfeksi dan
segala macam perlakuan yang tidak menyenangkan. Pikiran bahwa
94
penyakit ini mungkin tiba-tiba berakhir dengan kematian membuat kita
takut. Di bawah pengaruh penyakit dan kurang sempurnanya kesehatan
kita, kita mungkin akan kehilangan kendali terhadap tubuh dan pikiran
kita. Dan pada puncak persepsi kita yang keliru, kita mulai mengkhayal.
Kadang-kadang orang sakit malah bunuh diri. Mereka yang menderita
penyakit kusta dan stroke dijauhi oeh semua orang dan ditinggalkan
merenungi nasibnya sendiri. Mereka masih hidup, namun seolah-olah
sudah mati.
Orang sakit biasanya tidak dapat menjaga dirinya. Sakitnya mem-
buatnya cepat marah, dan mereka selalu saja mencela apa yang dilakukan
orang terhadapnya. Mereka menjadi semakin cerewet dan selalu mencela.
Sewaktu sakitnya berlarut-larut, orang-orang mulai cape dan tidak
melakukan lagi apa yang mereka minta. Kesusahan yang disebabkan
oleh penyakit menyiksa mereka terus menerus.

Penderitaan saat meninggal

Ketika kematian mendekat, anda terpuruk di tempat tidur dan tidak


punya kekuatan untuk bangun lagi. Meski anda melihat makanan dan
minuman, anda tidak punya selera sama sekali. Disiksa oleh sensasi
kematian, anda merasa semakin murung dan semua keberanian dan
keyakinan anda lenyap. Anda mengalami firasat dan halusinasi tentang
apa yang sedang menanti anda. Waktu anda telah datang untuk suatu
perpindahan yang besar. Sanak saudara dan teman berkumpul di
sekeliling anda, namun mereka tidak dapat berbuat apa pun untuk mem-
perlambat kepergian anda – anda mengalami penderitaan kematian
sendirian, sama sekali sendirian. Tidak ada cara untuk membawa milik
anda seberapa kecil pun. Anda tidak dapat membawanya dan melepas-
kannya, namun anda tahu anda tidak dapat menyimpannya juga.
Penyesalan yang dalam merudung anda ketika anda ingat akan perbuatan
negatif yang telah anda lakukan. Ketika anda memikirkan penderitaan di
alam rendah, anda menjadi ngeri. Kematian tiba-tiba sudah ada di sini.
Rasa takut menghantui anda. Dengan diam-diam persepsi akan
kehidupan melenyap, dan perlahan-lahan tubuh anda menjadi dingin.
Ketika orang jahat meninggal, ia mencekam dadanya, meninggalkan
bekas-bekas jari pada kulit dadanya. Mengingat kejahatan yang dilaku-
kannya, ia ketakutan terlahir di alam rendah. Ia sangat menyesal karena
tidak mempraktekkan Dharma ketika ia memiliki kesempatan untuk
berbuat demikian, sebagai satu-satunya barang yang berguna saat
kematian. Ketika ia sadar akan hal itu, ia merasakan kesakitan yang amat
sangat. Itulah sebabnya ia memukul dan mencekam dadanya. Kata
Jetsun Milarepa:

95
Lihatlah bagaimana orang jahat meninggal;
Ia adalah contoh yang menunjukkan kepada kita hasil dari
perbuatan.

Malah menjelang ajalnya, ia mulai mendapat penglihatan tentang


alam rendah. Apa pun yang dirasakannya menjadi sesuatu yang
mengancam. Semua inderanya mengakibatkannya menderita. Unsur-
unsur tubuhnya melebur, nafasnya menjadi serak dan anggota badannya
gemetar. Ia mulai berhalusinasi. Ketika selaput matanya menjadi kelabu,
kematian sudah datang menjemputnya. Bayangan yang menakutkan dari
alam bardo muncul, namun ia tidak punya pelindung dan tempat
berlindung.
Tidak ada jaminan sama sekali bahwa saat kita meninggalkan hidup
ini dengan telanjang dan tangan kosong tidak akan tiba hari ini. Ketika
hal ini terjadi, yang sungguh-sungguh dapat menolong hanyalah Dharma.
Tiada tempat perlindungan lainnya. Dikatakan bahwa:

Saat anda dalam kandungan ibu anda, alihkan pikiran anda pada
Dharma;
Segera sesudah anda lahir, ingatlah Dharma tentang kematian.

Karena kematian datang dengan sangat tiba-tiba kepada orang muda


ataupun orang tua, kita harus melatih Dharma mulai dari saat kita
dilahirkan, karena hanya Dharma yang akan menolong kita saat kematian.
Namun, sampai sekarang kita telah melupakan kematian karena sangat
sibuk mengatasi musuh dan menolong teman-teman kita, menjaga rumah
dan milik kita, menyibukkan diri kita dengan teman-teman dan sanak
saudara kita. Namun, melewati waktu kita dengan cara demikian,
mengasyikkan diri dengan sibuk dalam kemelekatan, ketidaktahuan dan
kebencian demi teman dan kekasih, jika anda memikirkan hal tersebut,
adalah suatu kesalahan besar.

4.3 Penderitaan manusia lainnya

Takut berjempa dengan musuh yang dibenci

Kita dapat menghabiskan semua waktu kita untuk mencari kekayaan


dan harta benda dan menjaganya siang dan malam. Meskipun demikian,
hal itu tetap tidak bisa mencegah kita pada akhirnya harus berbagi
barang-barang tersebut dengan musuh-musuh kita. Perampok di siang
hari, pencuri di malam hari, anjing liar, serigala dan binatang buas
lainnya semuanya dapat menyerang kita tanpa peringatan terlebih dulu.
Nyata sekali, seberapa pun banyaknya kekayaan dan harta benda yang
96
kita miliki, hal itu hanya akan membuat kita repot untuk memperoleh,
melindungi dan mencoba untuk memperbanyaknya. Nagarjuna menulis:

Menumpuk harta, menjaga dan membuatnya lebih banyak akan


membuat anda menjadi letih.
Mengertilah bahwa kekayaan adalah sumber bencana yang tiada
berkesudahan.

Jetsun Milarepa berkata:

Pada mulanya kekayaan membuat anda bahagia dan membuat


orang iri hati;
Namun seberapa pun yang anda miliki, kelihatannya tidak pernah
cukup.
Pada pertengahan, kekikiran mengencangkan simpulnya pada
anda;
Anda tidak bersedia memberikannya untuk persembahan atau
untuk amal.
Kekayaan anda menarik musuh dan kekuatan negatif,
Dan apa yang anda kumpulkan terpakai oleh orang lain.
Akhirnya, kekayaan adalah iblis yang menempatkan hidup anda
dalam bahaya.
Betapa kecewanya memperoleh kekayaan hanya untuk musuh-
musuh anda!
Saya telah melepaskan beban berat yang menyeret kita ke dalam
samsara.
Saya tidak lagi menginginkan pikatan iblis ini.

Penderitaan kita berbanding lurus dengan banyaknya milik kita.


Contohnya, kalau anda memiliki seekor kuda, anda akan kuatir ia akan
dibawa musuh anda atau dicuri maling. Anda akan ingin tahu apakah
sudah cukup jerami yang diperlukan, dan seterusnya. Hanya dengan
memiliki seekor kuda saja membawa banyak masalah. Jika anda punya
seekor domba, anda akan memiliki masalah yang ditimbulkan karena
memiliki seekor domba. Jika apa yang anda miliki hanya sebungkus teh,
anda akan yakin anda akan mempunyai masalah sebanyak dengan
masalah yang ditimbulkan sebungkus teh.
Oleh sebab itu, pikir dan renungkan betapa pentingnya hidup dalam
ketenangan, mengikuti pepatah kuno “tiada kekayaan, tiada musuh.”
Berikan dorongan pada anda sendiri dengan cerita Buddha dahulu kala
dan cabutlah kemelekatan anda pada uang dan harta benda. Hiduplah
dengan apa adanya seperti burung, dan abdikan diri anda seluruhnya pada
latihan Dharma.
97
Takut kehilangan orang yang dikasihi

Kita yang hidup di alam samsara ini merasakan kemelekatan pada


mereka di mana kita menaruh simpati dan permusuhan. Demi sanak
saudara, pengikut, teman sebangsa, teman-teman dan kekasih kita, kita
bersedia mengalami segala macam penderitaan. Tiada satu pun dari
mereka di mana kita mempunyai ikatan kekeluargaan atau persahabatan
akan hidup selamanya, dan cepat atau lambat kita dipaksa untuk berpisah
dengan mereka. Mereka meninggal, atau mereka mengembara ke negeri
lain, atau mereka diancam musuh dan bahaya lainnya – dan penderitaan
yang mereka alami mempengaruhi kita lebih dalam dibanding
penderitaan kita sendiri. Terutama orang tua menaruh perhatian yang
besar terhadap anak-anak mereka, dan terus menerus kuatir mereka akan
kedinginan, kelaparan atau haus, atau mungkin mereka sakit atau
meninggal. Sesungguhnya, mereka mencintai anak-anaknya sampai-
sampai mereka rela mati dari pada membiarkan anak-anaknya menderita.
Dan demi mereka, mereka menderita kesedihan yang dalam.
Namun, meski kita begitu menderita dari rasa takut akan berpisah
dengan teman dan sanak saudara yang kita cintai, kita sebaiknya berpikir
tentang itu dengan baik-baik. Apakah kita yakin orang yang kita kasihi
itu benar-benar begitu manis seperti yang kita pikirkan? Misalnya,
orangtua menyatakan bahwa mereka mencintai anak-anaknya, namun
cara mereka mencintai adalah salah dan mempunyai akibat yang akhirnya
merugikan. Dengan mencoba memberikan kekayaan kepada anak-
anaknya dan menyuruh mereka berkeluarga, mereka mengencangkan
jerat samsara kepada mereka. Orangtua mengajar anak-anaknya apa yang
perlu mereka tahu untuk mengatasi musuh-musuh, bagaimana menjaga
teman-teman, bagaimana menjadi kaya, dan segala macam perbuatan
yang merugikan yang akan memastikan mereka tidak dapat melarikan diri
dari perangkap alam rendah. Kenyataannya, tiada perbuatan lain yang
lebih merugikan mereka dari pada perbuatan demikian.
Sedangkan anak-anak, baik laki-laki ataupun perempuan, pada
awalnya mereka menyedot sari tubuh orangtuanya, pada pertengahan
mereka mengambil makanan dari mulut orangtuanya, dan akhirnya
mereka mengambil kekayaan dari tangan orangtuanya. Sebagai ganti
kasih sayang orangtua kepada mereka, mereka malah berontak kepadanya.
Kepada anak-anaknya, orangtua memberikan semua kekayaan yang
mereka kumpulkan sepanjang hidupnya dengan tanpa memperhitungkan
biaya dan semua perbuatan negatif, penderitaan dan celaan yang harus
mereka alami – namun anak-anak sedikit pun tidak merasa berterima
kasih. Kendati mereka berikan lima puluh mata uang perak India, anak-
anak tidak lebih berterima kasih dari pada orang-orang biasa yang

98
diberikan secangkir teh. Pada pikiran anak-anak, apa yang dimiliki
orangtua mereka, otomatis adalah milik mereka.

Saudara-saudara kandung, demi mendapatkan kekayaan orangtua,


mereka saling berselisih merampas kekayaan orangtua dengan tanpa rasa
berterima kasih. Semakin banyak yang diberikan kepada mereka,
semakin banyak juga yang mereka minta. Jika orangtua memiliki batu
permata berharga yang dipakai sebagai biji tasbih, dengan tipu muslihat
mereka akan mengambilnya juga. Anak-anak perempuan yang walaupun
baik, paling-paling menyumbang untuk kemakmuran orang lain, namun
tidak membawa apa-apa untuk orangtuanya. Tetapi jika keadaan tidak
berjalan sesuai harapan, mereka pulang ke rumah membawa aib dan
kesedihan kepada keluarga.
Sedangkan semua sanak saudara dan teman lainnya, sepanjang kita
makmur dan bahagia dan segala sesuatu berjalan lancar, kita
diperlakukan seperti dewa. Mereka melakukan apa saja untuk membantu
kita, dan memberi kita semua barang meski kita tidak memerlukannya.
Tetapi begitu kita jatuh dalam kesulitan, meskipun kita tidak melakukan
perbuatan yang merugikan mereka, mereka memperlakukan kita sebagai
musuh dan membalas kebaikan hati kita dengan kebencian.
Ini semuanya menunjukkan tidak ada yang berharga dari anak laki-
laki, anak perempuan, sanak saudara dan teman-teman. Sebagaimana
Jetsun Milarepa menyatakan dengan tepat ketika ia bernyani:

Pada mulanya, anak anda adalah dewa kecil yang manis,


Anda sangat mencintainya;
Pada pertengahan, ia dengan garang minta bagiannya.
Anda memberikan segalanya, namun ia tetap tidak puas;
Ia membawa pulang anak perempuan orang lain,
Dan mendesak orang tuanya yang baik hati ke luar;
Ketika ayahnya memanggil, ia tidak berkenan menjawab,
Ketika ibunya memanggil, ia malah tidak mendengar;
Pada akhirnya, ia seperti seorang tetangga yang jauh.
Anda menghancurkan diri anda sendiri memberi makan penipu
seperti itu.
Betapa mengecewakan, memperanak musuh anda sendiri!
Saya sudah melepaskan tali yang menyeret kita ke alam samsara
ini.
Saya tidak menginginkan satu pun anak duniawi seperti ini.

Dan ia melanjutkan:

99
Pada mulanya seorang anak perempuan adalah dewi yang
tersenyum manis,
Angkuh dan memonopoli semua milik anda;
Pada pertengahan, ia minta haknya dengan tiada henti-hentinya,
Dan dengan diam-diam mencurinya dari ibunya;
Ia tidak pernah puas dengan apa yang sudah diberikan;
Ia adalah sumber keputus-asaan untuk orang tuanya yang baik
hati.
Pada akhirnya, ia adalah raksasa jahat berwajah merah yang
menakutkan;
Paling-paling ia adalah milik orang lain;
Celakanya, ia membawa aib untuk anda;.
Betapa mengecewakan monster yang membawa kesusahan ini!
Saya telah melepaskan kesedihan yang tak terobati;
Saya tidak menginginkan anak perempuan yang membawa saya
ke kehancuran.

Akhirnya:

Awalnya, teman-teman menemui anda dengan girang, mereka


tersenyum;
Seluruh lembah berbunyi “Masuklah dan silakan duduk!”
Pada pertengahan, mereka membalas keramah-tamahan anda de-
ngan daging dan bir;
Satu per satu, persis satu untuk satu kebaikan yang anda berikan;
Akhirnya, mereka menyebabkan perselisihan yang berdasarkan
kebencian dan kemelekatan;
Betapa mengecewakan mereka itu, teman-teman jahat dengan
segala pertengkarannya!
Saya telah berhenti dari teman makan waktu santai;
Saya tidak lagi menginginkan satu pun teman duniawi.

Penderitaan tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan

Tiada satu pun di antara kita di dunia ini yang tidak menginginkan
kebahagiaan dan merasa enak, namun sekalipun begitu, tidak ada satu
pun di antara kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Contohnya, suatu
keluarga mencoba membuat mereka merasa nyaman dengan membangun
sebuah rumah, namun rumah itu roboh dan mereka terbunuh. Seseorang
makan untuk menghilangkan rasa laparnya, namun makanan itu
membuatnya sakit dan membahayakan jiwanya. Tentara pergi ke medan
perang dengan berharap untuk mendapatkan kemenangan, namun mereka
segera terbunuh. Suatu kelompok pedagang pergi pada ekspedisi
100
perdagangan dengan harapan besar untuk memperoleh keuntungan,
namun mereka diserang dan akhirnya menjadi pengemis. Berapa pun
banyaknya usaha dan tenaga yang kita curahkan dengan harapan menjadi
bahagia dan kaya di dalam hidup ini, kecuali perbuatan kita di masa lalu
telah menciptakan potensi untuk itu, kita bahkan tidak akan dapat
memuaskan lapar yang kita rasakan sekarang ini. Segala yang kita
kerjakan adalah membuat kesusahan pada kita sendiri dan orang lain.
Satu-satunya hasil yang pasti kita dapatkan adalah tidak terlepasnya dari
kedalaman alam rendah. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan:
“Pahala sekecil percikan bunga api lebih berharga dari pada usaha
sebesar gunung.”
Apa gunanya kegiatan samsara yang tidak pernah berkesudahan?
Semua usaha yang kita lakukan sejak waktu yang tak berawal dalam alam
samsara untuk memdapatkan apa yang kita inginkan tidak membawa
sesuatu pun kepada kita kecuali penderitaan. Pada waktu lampau, kalau
saja kita menggunakan usaha yang kita curahkan pada tujuan duniawi
dalam satu kehidupan saja dan sebagai gantinya kita curahkan untuk
Dharma, kita sekarang sudah menjadi Buddha. Kalaupun tidak demikian,
sedikitnya kita pasti tidak akan menjadi sasaran penderitaan di alam
rendah.
Kita semestinya merenung demikian: karena kita sekarang telah
mengetahui perbedaan antara apa yang harus kita perbuat dan yang tidak
boleh kita lakukan, marilah kita berhenti meletakkan harapan besar dalam
kegiatan samsara yang tidak pernah akan berhasil – dan sebagai gantinya
melatih Dharma yang benar, di mana pencapaiannya merupakan kepas-
tian.

Penderitaan atas terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

Tiada seorang pun diantara kita di dunia ini yang menginginkan


penderitaan yang diuraikan disini, namun hal itu justru yang kita alami
sepanjang waktu, terserah kita mau atau tidak. Contohnya, ada orang-
orang yang karena perbuatan di masa lalu menjadi rakyat dari penguasa
tertentu atau budak orang kaya. Berlawanan dengan kemauan mereka,
mereka dijadikan bawahan, tanpa ada waktu bebas sebentar pun. Mereka
mungkin akan dihukum karena kesalahan mereka yang kecil, namun
tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menghindarinya. Meski
mereka dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati, mereka akan
mengetahui tidak ada gunanya berusaha untuk melarikan diri.
Kita selalu mengalami apa yang tidak kita inginkan. Sebagaimana
Longchenpa Yang Mahatahu berkata:

Anda ingin tinggal bersama keluarga dan kekasih anda


101
Selamanya, namun anda pasti meninggalkan mereka;
Anda ingin menjaga rumah anda yang indah
Selamanya, namun anda pasti akan meninggalkannya;
Anda ingin menikmati kebahagiaan, kekayaan dan kenyamanan
Selamanya, namun anda pasti kehilangan mereka;
Anda ingin menjaga kehidupan manusia yang baik sekali ini
dengan kebebasan dan berkahnya
Selamanya, namun anda pasti akan mati;
Anda ingin mempelajari Dharma dengan guru anda yang hebat
Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya;
Anda ingin bersama teman spiritual anda yang baik
Selamanya, namun anda pasti akan berpisah dengannya.

O teman saya yang merasakan kekecewaan yang dalam terhadap


samsara,
Saya, pengemis Dharma, mendesak anda:
Mulai hari ini kenakan pakaian lapis baja usaha anda, karena
waktu telah tiba
Untuk menyeberang ke negeri berkah agung di mana tidak ada
perpisahan.

Kekayaan, harta benda, kesehatan, kebahagiaan dan kemasyhuran


semuanya adalah hasil perbuatan positif di masa lalu. Jika anda sudah
mengumpulkan perbuatan positif di masa lampau, apakah anda meng-
inginkannya atau tidak, semua barang-barang ini akan datang secara
alami kepada anda sebagai akibatnya. Namun tanpa perbuatan positif
demikian, seberapa besarnya usaha apa pun tidak memungkinkan anda
untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Apa yang anda dapatkan
hanyalah penderitaan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, ketika
anda berlatih Dharma, andalkan pada kekayaan yang tak habis terpakai
dengan merasa puas dengan apa yang ada. Kalau tidak, begitu anda
mulai berlatih, ambisi keduniawian anda untuk kehidupan ini pasti akan
membawa kesulitan kepada anda dan tidak menyenangkan makhluk-
makhluk suci. Jetsun Mila bernyanyi:

Apa yang terutama diajarkan oleh Yang Dipertuan Manusia,


Sang Penakluk,
Adalah bagaimana melepaskan diri dari kedelapan urusan
duniawi;
Tetapi mereka yang berpikir mereka itu terpelajar hari ini,
Tidakkah perhatian mereka terhadap hal duniawi tumbuh lebih
banyak dari sebelumnya?

102
Sang Penakluk mengajarkan sila untuk diikuti,
Sehingga seseorang dapat meninggalkan tugas-tugas duniawi;
Namun biarawan-biarawan sekarang yang mengikuti peraturan
ini,
Tidakkah tugas keduniawian mereka lebih banyak dari sebe-
lumnya?

Ia mengajarkan bagaimana hidup seperti rsi zaman dulu,


Sehingga seseorang dapat memotong ikatan dengan teman dan
sanak saudara;
Tetapi orang-orang yang hidup seperti biarawan sekarang ini –
Tidakkah mereka menjadi lebih mementingkan ikatan keluarga?

Jika Dharma dilatih dengan tanpa mengingat kematian,


Dharma apa pun tidak akan ada gunanya.

Manusia yang hidup dalam masa kemerosotan 106 di empat benua ini,
terutama di Jambudvipa, bahkan kesempatan terkecil untuk mendapatkan
kebahagiaannya sudah tidak ada. Hidup mereka penuh dengan penderita-
an. Sekarang ini kemerosotan berjalan lebih cepat setiap tahun, setiap
bulan dan setiap hari, setiap waktu makan, setiap pagi dan setiap malam.
Kalpa ini berjalan dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Ajaran Buddha
dan kebahagiaan makhluk hidup semakin menghilang. Pikirkanlah
semua hal ini dan kembangkanlah rasa kekecewaan.

Lebih-lebih lagi, benua Jambudvipa ini memberikan kekuatan yang


khusus pada akibat perbuatan, yang membuat semua hal – baik atau
buruk, yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, tinggi dan
rendah, Dharma atau bukan Dharma – menjadi sangat tidak dapat
diperkirakan. Anda sebaiknya benar-benar melihat sendiri bagaimana hal
sesungguhnya dengan jelas di pikiran anda apa yang harus dilakukan dan
apa yang harus dihindari. Latihlah nasihat Longchenpa Yang Mahatahu:

Kadang-kadang amatilah hal menyenangkan yang anda rasakan,


Jika anda tahu bahwa hal itu hanyalah persepsi, semua penga-
laman anda akan menjadi sesuatu yang berguna;
Kadang-kadang amatilah hal merugikan dan membahayakan
yang anda rasakan,
Hal ini penting untuk menghentikan penipuan akan kemelekatan
nafsu keinginan oleh persepsi anda yang keliru;
Kadang-kadang amatilah teman-teman dan guru orang lainnya,

106
Masa di penghujung kalpa di mana keadaan menjadi buruk.
103
Membedakan yang baik dan yang buruk akan mendorong anda
untuk berlatih;
Kadang-kadang amatilah tayangan ajaib dari keempat elemen di
angkasa,
Anda akan melihat bagaimana usaha menjadi reda dalam hakikat
pikiran yang sejati;
Kadang-kadang amatilah tanah tempat lahir, rumah dan milik
anda,
Mengetahui bahwa mereka hanyalah khayalan, anda tidak akan
lagi ditipu oleh persepsi anda;
Kadang-kadang amatilah kekayaan dan milik orang lain,
Melihat betapa kasihannya mereka, anda akan membuang ambisi
samsara;
Singkatnya, periksalah sifat dasar dari penampilan segala hal dan
keaneka-ragamannya,
Anda akan menghancurkan khayalan untuk berpegang pada apa
pun seolah-olah hal itu nyata.

5. Asura

Kesenangan dan kemewahan yang dinikmati asura, makhluk setengah


dewa ini, menyaingi apa yang dimiliki dewa-dewa. Akan tetapi mereka
memiliki kecenderungan yang kuat akan kebencian, perselisihan dan
perkelahian dari kehidupan yang lalu. Akibat dari perbuatan negatif itu
adalah, tidak lama mereka terlahir sebagai makhluk tersebut, mereka
mulai mengalami perasaan kebencian yang kuat.
Malah dalam alam mereka sendiri, ada perselisihan tentang wilayah
dan provinsi. Mereka menghabiskan semua waktu mereka berkelahi dan
bertengkar di antara mereka atas pertentangan tersebut.
Lebih parah lagi, ketika melihat ke atas ke alam dewa, mereka dapat
melihat dewa-dewa memiliki kekayaan dan milik yang paling banyak.
Mereka juga melihat apa yang diinginkan dan diperlukan dewa semuanya
dipenuhi oleh pohon pengabul harapan – yang akarnya justru tumbuh di
alam asura, alam mereka sendiri. Akan hal itu, mereka tercekam oleh
rasa dendam yang tak tertahankan. Dengan mengenakan pakaian lapis
baja dan memegang senjata, mereka berangkat berperang melawan dewa-
dewa. Segera sesudah melihat apa yang terjadi, dewa-dewa maju ke
Taman Agresi, 107 dan mereka juga mengenakan pakaian lapis baja dan
mengenggam senjata. Dewa-dewa memelihara seekor gajah yang
berkepala tiga puluh tiga yang bernama Kemantapan Tertinggi. Raja

107
Di sebelah selatan istana tempat tinggal Dewa Indra terdapat suatu taman yang terhias
dengan pepohonan dan kolam. Dewa-dewa yang memasukinya akan menjadi agresif.
104
mereka, Indra, duduk di kepala tengah, dengan semua menteri di
sekelilingnya pada ketiga puluh dua kepala lainnya. Pasukan surgawi
yang tak terbayangkan dengan kemegahan yang sangat menarik
mengelilingi mereka, sambil meneriakkan pekik perang yang memekak-
kan telinga. Begitu perang dimulai, mereka melepaskan hujan senjata –
vajra, cakra, tombak, panah raksasa dan sebagainya. Tenaga gaib mereka
memberi mereka kekuatan untuk menyeret gunung ke dalam pangkuan
mereka lalu melemparkannya sebagai peluru. Karena perbuatan mereka
yang lampau, dewa tujuh kali lebih tinggi dari manusia. Tetapi makhluk
setengah dewa jauh lebih rendah dari dewa. Dewa hanya bisa terbunuh
kalau kepalanya terpenggal, sedangkan luka mana saja yang mereka kena
segera tersembuhkan oleh nektar surgawi mereka. Tetapi asura mati
seperti manusia, yaitu kalau bagian penting dari tubuh mereka terluka.
Tentu saja mereka ditakdirkan kalah dalam banyak peperangan yang
terjadi. Sebagaimana dari banyak strategi mereka, dewa-dewa mengirim
gajah yang bernama Pelindung Segala yang dimabukkan dengan
minuman keras, dengan sebuah roda pedang terikat pada belalainya.
Akibatnya asura yang mati sampai ratusan ribu jumlahnya. Mayat-mayat
mereka jatuh bergelimpangan ke lereng Gunung Meru dan jatuh ke dalam
Danau Kegembiraan Agung 108 di bawahnya, sehingga air danau itu
tertutupi dengan warna merah darah.
Dalam alam asura, karena perkelahian dan pertengkaran yang terus
menerus, mereka tidak bebas dari penderitaan. Renungkanlah nasib
mereka dari dalam lubuk hati anda.

6. Dewa

Dewa-dewa menikmati kesehatan yang sempurna, kenyamanan,


kekayaan dan kebahagian sepanjang hidup mereka. Tetapi mereka
menghabiskan waktu mereka dalam hiburan. Pikiran untuk berlatih
Dharma tidak pernah muncul pada mereka. Umur mereka bisa mencapai
beberapa kalpa. Namun dalam perasaan mereka, waktu sepanjang itu
hanya berlangsung sebentar saja. Sesudah menyia-nyiakan seluruh
kehidupan mereka dalam kekalutan, tiba-tiba mereka dihadapkan pada
kematian. Semua dewa di enam surga alam kamadhatu, dari Surga
Empat Maharaja sampai pada Surga yang disebut Surga Penikmatan
Ciptaan Dari Yang Lain harus mengalami penderitaan kematian dan
perpindahan.
Ada lima tanda yang mengisyaratkan kematian seorang dewa.
Kecemerlangan yang menjadi pembawaan badannya, yang biasanya

108
Danau-danau di antara Tujuh Jajaran Pengunungan Emas yang mengelilingi Maha
Meru tempat raja-raja naga bercengkerama.
105
dapat terlihat sejauh satu yojana atau satu jarak pendengaran, mulai
menjadi suram. Singgasananya, yang mulanya ia tak pernah merasa
jemu duduk di atasnya, kini sudah tidak menyenangkan hatinya. Ia
merasa sangat tidak nyaman dan tidak tenang. Kalung bunganya, yang
dulunya tidak pernah layu biar berapa pun waktu berlalu, kini menjadi
layu. Pakaiannya yang selalu bersih dan segar selama apa pun ia
memakainya, kini kusam, dekil dan mulai berbau. Badannya yang tak
pernah berkeringat, kini mulai berkeringat. Ketika kelima tanda
mendekati kematian ini muncul, dewa tersebut tersiksa oleh pengetahuan
bahwa ia akan segera meninggal. Teman-teman surgawi dan kekasihnya
juga mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Mereka tidak
menghampirinya lagi, tetapi melemparkan bunga dari kejauhan dan
memberikan ucapan mereka sambil berkata “Kalau anda meninggal dan
berlalu dari sini, semoga anda terlahirkan di alam manusia. Semoga anda
melakukan perbuatan baik dan sesudah itu terlahir lagi di alam dewa.”
Dengan begitu mereka meninggalkannya. Sunyi sepi sendiri, dewa yang
akan meninggal itu dilanda kesedihan. Dengan mata surgawinya ia
melihat di mana ia akan terlahirkan. Jika itu adalah alam penderitaan,
siksaan kejatuhan merundungnya bahkan sebelum siksaan kematiannya
berakhir. Penderitaan yang dalam ini menjadi dua tiga kali lipat, ia putus
asa dan ia dipaksa melewati tujuh hari alam dewa dengan meratap.
Tujuh hari di alam dewa Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan tujuh ratus
tahun di alam manusia. Selama waktu itu, ia mengingat semua kese-
nangan dan kebahagiaan yang telah ia nikmati dan sadar bahwa ia tidak
kuasa lagi untuk bertahan di sana. Ia juga mengalami penderitaan
kejatuhannya yang sesungguhnya sesudah tersiksa oleh penglihatan akan
tempat kelahirannya yang akan datang. Penderitaan batin dari penderi-
taan ganda ini lebih buruk dari penderitaan di alam neraka.
Di dua alam surga di atasnya, 109 tidak ada penderitaan kematian dan
kelahiran kembali. Tetapi, ketika akibat perbuatan yang membawa
mereka ke sana sudah habis terpakai, dewa-dewa di sana jatuh ke alam
rendah seolah-olah mereka terbangun dari tidurnya. Seperti inilah
penderitaan mereka. Sebagaimana yang dikatakan Nagarjuna:

Mengetahui bahkan Brahma sendiri,


Sesudah mencapai kebahagiaan lepas dari kemelekatan,
Pada gilirannya akan memikul penderitaan yang tak berkesu-
dahan
Sebagai minyak bakar untuk api di Neraka Avici.

109
Surga-surga di alam rupadhatu dan alam arupadhatu.
106
Oleh sebab itu, di mana pun kita terlahir di enam alam ini, semua hal
memiliki sifat penderitaan. Segala sesuatu melipat-gandakan penderita-
an. Segala sesuatu merupakan mesin penderitaan – tidak ada hal lain
selain penderitaan. Hal itu sama seperti lubang api, pulau raksasa
pemakan manusia, ombak samudera, ujung pisau atau pelimbahan.
Tiada sedetik pun dapat ditemukan kedamaian. Menurut Sutra Dharma
Agung dari Ingatan yang Jelas: 110

Makhluk neraka menderita api neraka;


Preta menderita haus dan lapar;
Binatang menderita dimangsa satu sama lain;
Manusia menderita mempunyai umur yang pendek;
Asura menderita peperangan dan pertengkaran;
Dan dewa-dewa menderita kekosongan pikiran mereka;
Tak ada secuil pun kebahagiaan di alam samsara.

Dan Bodhisattva Matreya berkata:

Sama seperti tidak adanya bau sedap dalam pelimbahan,


Tidak ada kebahagiaan di lima golongan makhluk.

Guru Agung dari Uddiyana berkata:

Dikatakan bahwa dalam alam samsara tidak terdapat


Kebahagiaan walau sebesar ujung peniti;
Namun jika seseorang bisa mendapatkannya sedikit,
Kebahagiaan tersebut segera berubah menjadi penderitaan.

Semakin anda merenung pada uraian bagian ini dan bagian lain yang
serupa, semakin anda sadar bahwa di alam mana pun anda terlahir, mulai
dari makhluk yang tertinggi di Surga Naiva-saṃjñin-nāsaṃjñin 111 sampai
yang paling rendah di alam neraka, bahkan tiada sedikit pun selingan
kenyamanan atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Sungguh sedikit pun
tidak ada artinya. Pikirkanlah tentang samsara dan penderitaan sampai
anda sama sekali tidak punya keinginan padanya, seperti seseorang yang
menderita gangguan liver disuguhi makanan yang berlemak.

Janganlah puas hanya dengan mendengar tentang siksaan dan


pengertian mengenai hal tersebut secara intelek. Masukkan ke dalam hati

110
Skt. Saddharmasmṛty-upasthāna sutra.
111
Surga Dewa Tanpa Pikiran dan Tidak Sepenuhnya Tanpa Pikiran di alam arupadhatu
(alam tanpa bentuk).
107
dan alami penderitaan tersebut dengan imaginasi anda sampai anda
benar-benar yakin akan hal tersebut. Dengan dipersenjatai dengan
tingkat keyakinan yang demikian, menghindari perbuatan buruk dan
merasa senang akan perbuatan baik akan datang secara alami kepada
anda tanpa anda memaksanya.

Nanda, keponakan Sang Buddha, sangat melekat pada isterinya dan


tidak mau meninggalkan kehidupan duniawi. Walaupun Sang Buddha
membujuknya dengan cara yang mahir untuk memasuki Dharma dan
menjadi seorang biarawan, ia tidak belajar mematuhi sila. Ia hampir saja
melarikan diri, ketika Sang Buddha secara gaib membawanya ke puncak
gunung salju dan menunjukkan seekor kera yang buta satu matanya
kepadanya.
Buddha bertanya kepada Nanda, “Mana yang lebih cantik, kera ini
atau isterimu Pundarika?”
“Isteri saya”, jawab Nanda. “Jauh sekali perbandingannya”
“Baik”, kata Buddha. “Sekarang marilah kita pergi ke alam dewa”
Ketika mereka sampai kesana, Buddha duduk dan menyuruh Nanda
pergi melihat-lihat sekeliling. Tiap dewa tinggal di istana mereka sendiri,
dikelilingi oleh banyak dewi yang muda dan menikmati kesenangan,
kebahagiaan dan kemewahan yang tidak ada taranya. Tetapi ada satu
istana dengan banyak dewi, namun tidak ada dewanya. Nanda bertanya
kenapa begitu, dan ia diberitahu: “Di alam manusia, ada seseorang yang
bernama Nanda, keponakan Buddha yang menjalankan sila. Perbuatan
ini akan membawa ia terlahir di alam dewa, dan istana ini akan menjadi
miliknya.”
Nanda sangat gembira. Ia kembali ke tempat Buddha yang bertanya
kepadanya, “Sudahkah kamu melihat alam dewa?
“Ya, tentu saja saya telah melihatnya”
“Baik, mana yang lebih cantik, isterimu atau dewi-dewi yang muda itu?
“Putri-putri dewa jauh lebih cantik” jawab Nanda. “Sungguh,
kecantikan mereka melebihi Pundarika sama seperti kecantikan
Pundarika melebihi kera buta yang kita lihat sebelumnya.”
Sesudah sampai ke bumi lagi, Nanda mematuhi sila dengan sempurna.
Lalu Buddha memberi perintah kepada para bhiksu: “Nanda telah
meninggalkan kehidupan duniawi dengan maksud supaya terlahir di alam
dewa. Namun kamu semua menjadi biarawan dengan tujuan agar bisa
terlepas dari penderitaan. Kamu dan dia tidak pada jalan yang sama.
Janganlah berbicara lagi kepadanya. Jangan menjadi teman karibnya.
Bahkan jangan duduk pada satu tempat duduk bersamanya!”
Semua bhiksu mematuhi perintah Buddha, dan Nanda menjadi sangat
bingung. Ia berpikir, “Ananda adalah adik saya. Sedikitnya ia masih
sayang sama saya.” Namun ketika ia pergi ke sana, Ananda berdiri dari
108
tempat duduknya dan menjauhinya. Nanda bertanya kenapa mereka
memperlakukannya demikian, dan Ananda menceritakan apa yang
dikatakan Buddha. Nanda menjadi amat sedih.
Akhirnya Buddha datang kepadanya dan berkata, “Nanda, mau lihat
alam neraka?” Nanda setuju. Lalu Buddha membawanya bersama-sama
secara gaib ke alam neraka. “Pergilah dan lihat keadaan sekeliling,”
katanya.
Lalu Nanda pergi melihat-lihat, mengunjungi semua tempat neraka,
sampai pada suatu tempat di mana ia bertemu dengan sebuah pot kosong
dengan api berkobar-kobar dan meretih di dalamnya. Banyak sekali kaki-
tangan Dewa Kematian di sekelilingnya. Ia bertanya kenapa tidak ada
orang di dalam pot itu.
“Ada seorang keponakan Buddha yang masih muda yang bernama
Nanda”, jawab mereka, “yang mempraktekkan sila dengan maksud agar
terlahir sebagai dewa. Sesudah menikmati kebahagiaan di alam surga,
waktu pahalanya habis terpakai ia akan terlahir disini.”
Nanda menjadi ketakutan. Ia kembali dan berpikir berulang-ulang.
Terlahir di antara dewa-dewa di kelak kemudian hari, lalu berakhir dalam
alam neraka sungguh tidak ada artinya. Maka ia mengembangkan tekad
untuk mencari pembebasan dari alam samsara. Sesudah melihat nereka
dengan mata kepala sendiri, ia tidak pernah lagi melanggar sila sekali pun,
dan Buddha memujinya sebagai murid yang paling unggul dalam
pengendalian indera.
Kita tidak perlu pergi ke neraka dan melihat dengan mata kepala kita
sendiri. Sebuah gambar yang sederhana saja cukup menakutkan kita dan
memperkuat kehendak kita akan kebebasan. Inilah sebabnya mengapa
Buddha menyuruh supaya roda dengan lima lingkaran sepusat yang
menggambarkan alam samsara dilukis di pintu vihara. 112 Sebagaimana
kata Nagarjuna:

Jika hanya dengan melihat gambar neraka, mendengar uraiannya,


Atau membaca dan berpikir tentang hal itu membuat anda takut;
Apa yang akan anda lakukan jika anda benar-benar terlahir
disana,
Dan mengalami semua akibat dari perbuatan anda?

Oleh sebab itu, renungkanlah semua jenis penderitaan di alam


samsara. Tinggalkanlah tujuan duniawi dari kehidupan ini dari lubuk hati
anda. Kecuali jika anda memutuskan untuk menghentikan kegiatan
duniawi sama sekali, apa pun Dharma yang anda sebut sebagai latihan
anda bukanlah hal yang sesungguhnya.

112
Diagram ini biasanya dapat dilihat pada pintu masuk vihara.
109
Ketika Atisa hampir meninggal dunia, seorang yogi datang
kepadanya dengan sebuah pertanyaan. “Sesudah anda tiada, apakah
sebaiknya saya bermeditasi?”
“Meski anda lakukan hal itu, apakah itu sungguh merupakan
Dharma?” tanya Atisa kepadanya.
“Kalau begitu, apa lebih baik saya mengajar saja?”
Guru itu menjawab dengan pertanyaan yang sama.
“Lalu, apa yang seharusnya saya kerjakan?” tanya yogi itu.
“Kamu semua harus mengikuti Geshe Tönpa dan dengan
bersungguh-sungguh meninggalkan kehidupan duniawi 113”, jawab Atisa.
Kisah lain menceritakan seorang biarawan yang berjalan mengelilingi
Vihara Radreng 114 ketika ia bertemu dengan Geshe Tönpa. 115 Geshe itu
berkata, “Bhiksu yang terhormat, berpradaksina adalah sesuatu yang baik,
namun apakah tidak lebih baik melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu berpikir, “Mungkin lebih banyak pahala membaca sutra
Mahayana dari pada berpradaksina.” Lalu ia mengambil sutra dan
membaca di balkon perpustakaan vihara.
Tidak lama kemudian, Geshe Tönpa berkata kepadanya, “Membaca
ajaran memang suatu perbuatan yang baik, tetapi bukankah lebih baik
melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu berpikir lagi. “Ini mesti berarti lebih baik bermeditasi dari
pada membaca sutra”. Lalu ia menunda bacaannya dan mulai mengha-
biskan waktunya pada ranjangnya, duduk dengan mata setengah tertutup.
Sekali lagi Tönpa berkata kepadanya, “Sangatlah baik juga
bermeditasi, tetapi apakah tidak lebih baik kalau melatih Dharma yang
sesungguhnya?”
Bhiksu itu sangat kebingungan dan putus asa, ia berteriak, “Geshe
yang terhormat, jadi apa yang harus saya lakukan untuk berlatih
Dharma?”
“Bhiksu yang terhormat,” jawab Geshe, “tinggalkan kehidupan
duniawi! Tinggalkan kehidupan duniawi!”
Semua tanggung jawab keseharian kita mencegah kita sekarang dan
pada masa depan untuk membebaskan diri dari penderitaan samsara.
Hanyalah seorang guru yang sejati yang dapat memberi kita nasihat yang
benar, yang memungkinkan kita untuk memutuskan ikatan dalam
kehidupan ini dan mencapai pencerahan pada kehidupan selanjutnya.
Tinggalkanlah semua keasyikan hidup ini – orangtua, sanak saudara dan
teman, rekan dan kekasih, makanan, kekayaan dan harta benda.
Tinggalkan ambisi duniawi anda seperti anda membuang ludah, dan

113
Mengacu pada penolakan delapan dharma duniawi dan hanya mencari pembebasan.
114
Vihara Radreng, vihara pertama Kadampa, didirikan oleh Geshe Tönpa .
115
Geshe Tönpa, salah seorang murid utama Atisa.
110
merasa puas dengan makanan dan pakaian seadanya. Baktikan diri anda
seluruhnya pada Dharma. Padampa Sangye berkata:

Benda-benda materi seperti awan dan kabut. Janganlah berpikir


mereka akan bertahan selamanya;
Kemasyhuran seperti sebuah gema. Janganlah mengejar
penghargaan, carilah sifat dasar Dharma;
Pakaian indah seperti warna pelangi. Berpakaianlah dengan
sederhana dan kerahkan tenaga anda untuk berlatih;
Badan kita ini adalah sebuah kantong darah, nanah dan getah
bening, Janganlah sayang padanya;
Bahkan makanan enak pun akan menjadi kotoran. Janganlah
bersusah payah hanya untuk mengisi perut anda;
Penampilan akan menarik musuh. Tinggallah dalam pertapaan di
gunung atau di vihara;
Duri persepsi khayalan merobek pikiran. Alami mereka sebagai
sifat dasar yang sama;
Nafsu dan keinginan semua datang dari diri anda. Jagalah baik-
baik pikiran anda;
Permata yang paling berharga ada dalam diri anda. Janganlah
mendambakan makanan dan kekayaan;
Banyak bicara malah membawa pertengkaran. Berbuatlah
seolah-olah anda bisu;
Pikiran mempunyai kemampuannya sendiri. Janganlah hanya
mengikuti perintah perut anda;
Berkah timbul dari dalam pikiran. Berdoalah kepada guru dan
yidam anda;
Jika anda tinggal di suatu tempat terlalu lama, bahkan anda akan
mendapatkan kesalahan Buddha. Janganlah tinggal di suatu
tempat untuk selamanya;
Anda seharusnya bertindak dengan rendah hati. Tinggalkan
kesombongan kedudukan anda;
Anda tidak akan di sini selamanya. Berlatihlah selagi anda bisa;
Anda seperti pelancong dalam hidup ini. Janganlah bangun
rumah di mana anda hanya beristirahat sebentar saja;
Semua perbuatan tidak ada gunanya. Baktikan dirimu pada
latihan;
Anda tidak pernah akan tahu kapan tubuh anda menjadi makanan
ulat atau hilang begitu saja. Janganlah sia-siakan hidup anda;
Teman dan sanak saudara adalah seperti burung di cabang pohon.
Janganlah melekat pada mereka;
Keyakinan yang teguh adalah ladang yang baik. Jangan taruh
dalam debu emosi negatif;
111
Tubuh manusia ini seperti permata pengabul harapan yang
berharga. Janganlah serahkan kepada kebencian, pada musuh
anda;
Samaya adalah seperti menara pengawas. Janganlah dirusak
dengan kesalahan;
Ketika Guru Vajra masih bersama anda, janganlah biarkan
Dharma hanyut dalam kemalasan.

Untuk melatih Dharma dengan sungguh-sungguh, adalah penting


anda menyadari benar-benar betapa tak berartinya segala sesuatu di alam
samsara. Jalan satu-satunya untuk mengembangkan kesadaran tersebut
adalah perenungan keburukan alam samsara seperti ini. Pikirkan hal
tersebut sampai anda yakin sedalam-dalamnya bahwa samsara penuh
dengan penderitaan.
Tanda bahwa renungan tersebut benar-benar mengakar dalam dirimu
adalah merasa seperti Geshe Langri Thangpa. 116 Pada suatu hari, pem-
bantu dekatnya berkata kepadanya, “Orang lain memanggilmu Langri
Thangpa Bermuka Muram”
“Bagaimana muka saya bisa riang dan gembira jika saya berpikir
tentang semua penderitaan di tiga alam samsara ini?” jawab Geshe.
Kata orang Langri Thangpa hanya pernah tersenyum sekali. Ia
melihat seekor tikus mencoba memindahkan pirus yang ada di mandala-
nya. Tetapi tikus itu tidak dapat mengangkat permata itu sendiri, maka ia
berbunyi, “Tsik! Tsik!” dan datanglah seekor tikus lain menemaninya.
Tikus yang satu mendorong pirus sedangkan tikus lainnya menariknya.
Hal itu membuat Langri Thangpa tersenyum.
Renungan tentang penderitaan di alam samsara ini adalah dasar dan
pendukung semua kualitas baik dari latihan. Ia memberi anda inspirasi
untuk memulai berlatih Dharma. Ia memberi keyakinan kepada anda
tentang prinsip sebab dan akibat semua perbuatan anda. Ia membuat
anda meninggalkan cita-cita anda dalam kehidupan ini. Dan ia membuat
anda merasa belas kasih kepada semua makhluk.
Buddha sendiri menunjukkan betapa pentingnya untuk mengenal
penderitaan. Beliau melakukan tiga kali pemutaran roda Dharma. Pada
pemutaran roda Dharma yang pertama, beliau berkata: “Bhiksu, hidup
adalah penderitaan.”
Renungkanlah hal ini sampai ia menjadi bagian dari anda.

116
Langri Thangpa (1054-1123), salah satu di antara enam murid utama Atisa, juga
adalah satu dari dua murid utama Geshe Potowa.
112
Saya melihat alam samsara adalah penderitaan, namun tetap
mendambakannya;
Saya takut jurang ngarai alam rendah, tetapi terus saja membuat
kesalahan;
Berkatilah saya dan orang-orang yang tersesat seperti saya,
Sehingga kami dapat sungguh-sungguh meninggalkan hal-hal
duniawi dalam hidup ini.

113
114
BAB 4

PERBUATAN: PRINSIP SEBAB DAN AKIBAT

Anda meninggalkan kejahatan dan menjalankan kebaikan,


sebagaimana yang diajarkan oleh ajaran tentang sebab dan
akibat;
Perbuatan Anda mengikuti perkembangan Sembilan
Kendaraan; 117
Karena pandangan anda yang sempurna, anda bebas dari segala
kemelekatan;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Materi ini dijelaskan dalam tiga topik: perbuatan negatif yang harus
dihindari; perbuatan positif yang harus dijalankan, dan penentu semua
kualitas perbuatan.

I. PERBUATAN NEGATIF YANG HARUS DIHINDARI

Yang menyebabkan kita terlahir di alam yang tinggi atau di alam


rendah dalam dunia samsara ini adalah perbuatan baik dan buruk yang
kita kumpulkan sendiri. Samsara sendiri dihasilkan oleh perbuatan, dan
seluruhnya terdiri dari akibat perbuatan – tidak ada hal lain yang mengi-
rim kita ke alam tinggi atau alam rendah. Bukan juga karena kebetulan.
Oleh sebab itu, pada setiap waktu seharusnya kita memeriksa akibat dari

117
Sembilan Kendaraan: Dalam tradisi Nyingma, seluruh spektrum jalur spiritual dibagi
menjadi sembilan yana (kendaraan), sebuah sistem latihan yang menyatukan semua
pendekatan ajaran Buddha ke dalam satu jalan komprehensif menuju pencerahan.
Kesembilan yana tersebut adalah: Yana Sravaka, Pratyekabuddha, Bodhisattva, Kriya
Tantra, Charya Tantra, Yoga Tantra, Mahayoga, Anuyoga, dan Atiyoga.

115
perbuatan positif dan negatif, mencoba untuk menghindari perbuatan
yang salah dan menjalankan perbuatan yang baik.

1. Sepuluh perbuatan negatif yang harus dihindari

Tiga perbuatan fisik dari sepuluh perbuatan ini adalah: membunuh,


mengambil sesuatu yang tidak diberikan, dan perbuatan asusila. Empat
darinya adalah perbuatan ucapan: berdusta, menebar pertentangan,
berkata kasar, mengobrol tentang sesuatu yang tiada maknanya. Tiga
lainnya adalah perbuatan mental: ketamakan, mengharapkan orang lain
mengalami kesusahan, dan berpandangan salah.

1.1 Membunuh

Membunuh berarti melakukan sesuatu dengan sengaja untuk


memutus-kan hidup makhluk lain, apakah itu manusia, binatang atau
segala macam makhluk hidup lainnya.
Seorang tentara membunuh musuhnya di medan perang adalah
contoh membunuh karena kebencian. Membunuh binatang untuk
memakan dagingnya atau memakai kulitnya adalah membunuh karena
nafsu keinginan. Membunuh tanpa mengetahui akibat baik buruknya –
atau, seperti tirthika tertentu, dengan kepercayaan bahwa hal itu
merupakan kebaikan – adalah membunuh karena ketidak-tahuan.
Ada tiga macam pembunuhan yang disebut perbuatan dengan akibat
pembalasan langsung, sebab mereka menyebabkan kelahiran langsung di
Neraka Tanpa Jeda dengan tanpa melalui alam bardo: membunuh ayah
sendiri, membunuh ibu sendiri dan membunuh seorang Arhat.
Sebagian dari kita berpikir bahwa perbuatan membunuh hanya terjadi
kalau dilakukan dengan tangan kita sendiri. Kita mungkin berpikir
bahwa kita tidak pernah melakukan pembunuhan. Namun, pertama-tama,
tidak ada seorang pun, baik yang berkedudukan tinggi ataupun rendah,
berkuasa ataupun yang lemah, yang tidak bersalah meremukkan serangga
yang tak terhitung banyaknya di bawah telapak kakinya waktu berjalan.
Terutama Lama dan biarawan yang mengunjungi rumah donaturnya
dan dijamu dengan daging dan darah binatang yang dibunuh. Seperti
inilah kesukaan terhadap rasa daging, di mana tidak ada penyesalan atau
belas kasih sedikit pun terhadap binatang yang terbunuh yang mereka
makan dengan rakus dan bernafsu. Dalam hal demikian, akibat karma
buruk dari penyembelihan itu jatuh kepada sang donatur dan tamunya
tanpa perbedaan.
Ketika orang penting dan pejabat berpergian, ke mana pun mereka
pergi, tak terhitung banyaknya binatang yang dibunuh untuk pesta dan
perjamuan. Orang kaya biasanya membunuh binatang dalam jumlah
116
yang tak terhitung banyaknya. Dari ternak-ternak mereka, selain yang
ketinggalan di sana-sini, mereka tidak memperbolehkan satu pun di
antara ternak itu yang mati secara alami. Satu per satu dibunuh begitu
mereka menjadi dewasa. Lebih-lebih lagi, pada musim panas, waktu
merumput, sapi dan biri-biri tersebut membunuh serangga, lalat, dan
semut. Bahkan ikan dan katak kecil ditelan bersama rumput, atau
menjadi remuk di bawah kuku, atau tertimbun kotoran mereka. Akibat
karma buruk yang timbul karena perbuatan-perbuatan ini juga akan
menjadi milik yang empunya binatang tersebut. Dibandingkan dengan
kuda, sapi dan ternak lainnya, biri-biri adalah sumber kejahatan yang
utama. Ketika mereka merumput, mereka makan semua binatang kecil –
katak, ular kecil, anak burung dan lain-lainnya. Pada musim panas waktu
pencukuran bulu, ratusan ribu serangga yang terbawa oleh setiap biri-biri
dalam bulunya mati semua. Pada musim dingin saat melahirkan anak
domba, tidak lebih dari setengah dari domba itu dipelihara. Sisanya
dibunuh waktu mereka lahir. Ibu domba digunakan untuk diambil
susunya dan untuk menghasilkan anak domba sampai mereka menjadi tua
dan kehabisan tenaga. Pada saat itu mereka lalu dipotong untuk diambil
daging dan kulitnya. Tidak ada seekor domba jantan yang mencapai
umur tiga tahun atau dewasa tanpa langsung dibunuh. Kalau domba-
domba itu berkutu, jutaan kutu akan terbunuh pada waktu yang sama.
Setiap orang yang memiliki sekumpulan seratus atau lebih domba, sangat
diyakini akan terlahir sedikitnya satu kali di neraka.
Perempuan juga begitu. Untuk setiap perkawinan, tak terhitung
banyaknya domba yang disembelih waktu pengiriman mas kawin dan
untuk memperkenalkan pengantin perempuan kepada mertuanya.
Sesudah itu, setiap kali pengantin perempuan muda pulang atau mengun-
jungi keluarganya sendiri, pasti ada binatang lain yang disembelih. Kalau
teman-teman atau sanak saudara mengundangnya dan menghidangkan
sesuatu makanan, tetapi tanpa daging, maka ia berpura-pura tiba-tiba
tidak punya nafsu makan. Ia makan dengan sikap memandang rendah
seperti seseorang yang hidupnya penuh kemewahan, seolah-olah ia sudah
lupa bagaimana mengunyah makanan. Tetapi coba sembelih seekor
domba gemuk dan taruh setumpuk daging dada dan babat di depannya,
maka monster kecil bermuka merah itu akan duduk dengan sikap tukang
besi, 118 mengeluarkan pisau kecilnya, dan melahap semuanya dengan
banyak suara kecapan mulutnya. Hari berikutnya ia berangkat dengan
dimuati jeroan dan daging berdarah, seperti seorang pemburu pulang ke
rumah. Namun, lebih celaka dibanding pemburu, ia tidak pernah pulang
dengan tangan kosong setiap kali berpergian.

118
Sikap di mana kaki yang satu diletakkan di atas kaki lainnya.
117
Juga anak-anak menyebabkan kematian binatang yang tak terhitung
jumlahnya ketika mereka bermain tanpa mereka sadar akan hal itu.
Contohnya, pada musim panas mereka membunuh banyak serangga
hanya dengan memukul-mukul tanah dengan tongkat sihir atau cambuk
kulit ketika mereka berjalan-jalan.
Oleh sebab itu, kita semua manusia, kenyataannya menghabiskan
seluruh waktu kita untuk membunuh, seperti raksasa pemakan manusia.
Sungguh, kalau kita pikir bagaimana kita menyembelih ternak kita untuk
menikmati daging dan darahnya, saat mereka telah mengorbankan
seluruh hidupnya melayani kita dengan memberi makan kepada kita
dengan susunya, seolah-olah mereka seperti ibu kita, maka kita lebih
jahat dibanding raksasa pemakan manusia.

Perbuatan membunuh menjadi lengkap ketika mencakup semua ke-


empat unsur dari suatu perbuatan negatif. Ambillah contoh seorang
pemburu yang membunuh binatang liar. Pertama-tama, ia melihat rusa
jantan, atau rusa kesturi, atau apa saja dalam bentuk nyata, dan dengan
pasti mengenali binatang tersebut. Pengetahuannya bahwa benda tersebut
adalah suatu makhluk hidup adalah dasar dari perbuatan tersebut.
Kemudian, keinginan untuk membunuh timbul. Rencana untuk mem-
bunuh binatang tersebut adalah niat untuk melaksanakan perbuatan
tersebut. Lalu ia menembak binatang tersebut pada bagian yang mema-
tikan dengan senapang, busur dan panah atau senjata lain. Perbuatan fisik
membunuh tersebut adalah pelaksanaan perbuatan. Setelah itu, fungsi
utama binatang tersebut berhenti bekerja, dan hubungan antara tubuh dan
kesadarannya terpisah. Ini adalah penyelesaian akhir dari perbuatan
membunuh tersebut.
Contoh lain: penyembelihan domba yang dipelihara untuk diambil
dagingnya oleh pemiliknya. Pertama-tama, tuan rumah menyuruh pem-
bantunya atau tukang jagal membunuh seekor domba. Dasarnya adalah
bahwa ia mengetahui bahwa hal tersebut menyangkut suatu makhluk
hidup – seekor domba. Niat untuk perbuatan tersebut, pikiran untuk
membunuh, muncul begitu ia memutuskan untuk menyembelih domba
yang ini atau yang itu. Pelaksanaan dari perbuatan pembunuhan yang
sebenarnya terjadi ketika tukang jagal menggunakan jeratnya, dan dengan
tiba-tiba melemparkannya ke punggung dan menangkap domba yang
akan disembelih, mengikat kaki-kakinya dengan tali kulit dan
membalutkan seutas tali ke sekeliling moncongnya hingga domba
tersebut mati lemas. Dalam kesakitan menjelang kematiannya yang amat
hebat, binatang tersebut berhenti bernafas, matanya yang membelalak
menjadi kebiru-biruan dan mengabur, bercucuran air mata. Tubuhnya
diseret ke rumah atau ke tempat akhir lain, dengan demikian hidupnya
berakhir, dan perbuatan membunuh tersebut mencapai tahap
118
penyelesaian. Dengan sangat cepat binatang tersebut dikuliti dengan
pisau, dagingnya masih bergetar karena “energi yang merembes seluruh
tubuh” belum sempat meninggalkan tubuhnya, sehingga seolah-olah
binatang tersebut masih hidup. Dengan segera ia dipanggang di atas api
atau dimasak di kompor, kemudian dimakan. Jika anda memikirkan hal
tersebut, binatang seperti itu praktis dimakan hidup-hidup, dan kita
manusia tidak bedanya dengan binatang buas pemangsa.
Andaikan anda ingin membunuh seekor binatang hari ini, atau kata-
kanlah anda ingin, tetapi tidak sesungguhnya sampai berbuat begitu.
Dasarnya sudah ada, yaitu pengetahuan bahwa itu merupakan suatu
makhluk hidup. Dan niatnya adalah pikiran untuk membunuh binatang
tersebut. Dua dari unsur perbuatan negatif telah dipenuhi, dan meskipun
kejahatannya lebih ringan dibandingkan dengan jika anda sesungguhnya
menyelesaikan perbuatan membunuh tersebut, namun noda perbuatan
negatif tersebut tetap ada bagaikan bayangan yang timbul di cermin.
Sementara ada orang beranggapan, bahwa hanyalah orang yang
benar-benar melakukan perbuatan membunuh secara fisiklah yang
menciptakan hasil karma buruk, dan orang yang hanya memberi perintah,
tidak – atau, jikapun ada, hanya sedikit saja. Namun anda harus tahu
bahwa akibat karma yang sama menimpa semua orang yang terlibat,
termasuk orang yang hanya merasa senang akan terjadinya hal tersebut.
Oleh sebab itu, jauh lebih berat lagi bagi orang yang memberi perintah
untuk pelaksanaan pembunuhan tersebut. Setiap orang akan mendapat
seluruh bagian akibat karma dari membunuh seekor binatang, bukannya
karma buruk suatu perbuatan pembunuhan dapat dibagi kepada banyak
orang.

1.2 Mengambil sesuatu yang tidak diberikan

Mengambil sesuatu yang tidak diberikan ada tiga jenis: mengambil


dengan paksa, mengambil dengan sembunyi-sembunyi dan mengambil
dengan menipu.
Mengambil dengan paksa. Juga disebut mengambil dengan menga-
lahkan. Contohnya seorang raja yang bukannya berdasarkan pajak resmi,
tetapi merampas atas harta dan milik seseorang dengan tidak sesuai
hukum yang berlaku, atau secara kekerasan dengan pasukan tentara.
Mengambil dengan sembunyi-sembunyi. Ini berarti mengambil ke-
punyaan orang lain dengan diam-diam, misalnya seorang pencuri, tanpa
diketahui oleh yang empunya.
Mengambil dengan tipu daya. Yaitu mengambil barang-barang
orang lain, misalnya dalam transaksi bisnis, dengan berbohong kepada
pihak lain, dengan memakai anak timbangan dan alat ukur yang palsu
atau alasan-alasan yang dibuat-buat lainnya.
119
Sekarang ini, umumnya orang berpikir bahwa dalam bisnis atau
konteks lainnya, tidak ada salahnya memperoleh barang dari orang lain
dengan menipu, sepanjang kita tidak jelas-jelas mencuri. Namun
kenyataannya, keuntungan apa pun yang kita dapatkan dengan menipu
orang lain tidak ada bedanya dengan pencurian yang nyata.
Khususnya Lama dan biarawan pada masa kini tidak melihat adanya
kejahatan ataupun kesalahan dalam berbisnis. Sungguh, mereka meng-
habiskan seluruh hidupnya untuk itu, dan merasa cukup bangga dengan
kemahirannya. Tetapi, tidak ada hal lain yang lebih merugikan Lama
atau biarawan dari pada bisnis. Terpikat dan asyik dengan urusan bis-
nisnya, ia tidak begitu berniat lagi untuk menuntut ilmu, atau berusaha
untuk memurnikan kegelapan batinnya – dan toh tidak ada waktu untuk
itu semua. Semua waktu jaganya sampai ia membaringkan dirinya waktu
malam hari dihabiskan untuk meneliti catatan uang keluar-masuk.
Pikiran tentang keyakinan, meninggalkan kehidupan duniawi atau belas
kasih terpupus sudah, dan ia diselubungi oleh delusi yang berkelanjutan.
Pada suatu malam Jetsun Milarepa tiba di suatu vihara dan tidur di
dalam kamar seorang biarawan. Biarawan yang tinggal dalam kamar
tersebut sedang berbaring di tempat tidurnya memikirkan bagaimana ia
akan menjual bangkai sapi yang akan disembelihnya pada keesokan
harinya. "Saya akan mendapat sekian untuk kepala, . . . pahanya
sekian, . . . tulang belikatnya akan berharga sekian, dan bagian bahu itu
sendiri akan terjual dengan harga sekian . . . dan sekian untuk tulang kaki,
dan daging kaki ... " Ia terus menghitung nilai tiap bagian dari sapi
tersebut, bagian dalam dan bagian luarnya. Sampai fajar menyingsing, ia
tidak sempat tidur sekejab pun. Semuanya sudah ia hitung kecuali harga
yang akan ia jual untuk ekor sapi itu. Ia langsung bangun, menyelesaikan
doanya dan membuat persembahan torma.
Melihat Jetsun masih tertidur, ia mendekati dan mencercanya dengan
kata-kata yang memandang rendah, “Kamu mengaku seorang praktisi
Dharma, namun masih tidur sampai jam segini. Apakah kamu tidak
melakukan latihan atau berdoa sama sekali?”
“Saya tidak selalu tidur bermalasan demikian, " jawab Jetsun Mila.
"Karena saya telah menghabiskan seluruh malam memikirkan bagaimana
menjual sapi saya yang akan saya sembelih. Saya hanya tertidur sebentar
tadi . . . " Demikianlah ia mengungkapkan kekurangan yang tersembunyi
biarawan tersebut, lalu ia pergi dari sana.
Seperti biarawan dalam cerita ini, mereka yang kehidupannya pada
saat ini hanya menekuni bisnis, menghabiskan waktu siang dan malam
hari sepenuhnya terlibat dalam perhitungan. Mereka begitu asyik dengan
khayalan mereka, sampai-sampai ketika kematian tiba, mereka akan
meninggal dalam keadaan masih tetap berkhayal seperti biasa.
120
Lebih-lebih lagi, perdagangan melibatkan segala macam perbuatan
negatif. Orang-orang yang mempunyai barang untuk dijual, bagaimana-
pun jelek barang tersebut sebenarnya, tetapi mereka memuji kualitasnya
dengan segala macam cara yang dapat mereka pikirkan. Mereka
menceritakan kebohongan dengan terang-terangan, misalnya bagaimana
calon pembeli telah menawar dengan harga tertentu untuk barang tersebut,
namun telah ditolaknya. Atau bagaimana mereka telah membelinya
dengan harga tinggi segini atau segitu. Ketika mereka mencoba membeli
sesuatu yang sudah menjadi bahan rundingan antara dua orang lainnya,
mereka menggunakan jalan memfitnah untuk menimbulkan pertentangan
antara kedua pihak tersebut. Mereka menggunakan kata-kata kasar untuk
merendahkan barang dagangan saingannya, memaksa pembayaran utang
dan sejenisnya. Mereka menyenangkan hatinya dengan menggunakan
kata-kata yang tak bermakna untuk meminta harga yang menggelikan
atau tawar menawar barang yang mereka tak berniat membelinya.
Mereka iri dan mendambakan harta orang lain, berusaha sebisanya untuk
mendapatkannya. Mereka mengharapkan kerugian pada saingannya,
selalu ingin menggagalkan dan mengalahkan mereka. Jika mereka
berdagang ternak, mereka terlibat dalam pembunuhan. Oleh sebab itu,
perdagangan sebenarnya melibatkan kesepuluh perbuatan buruk,
mungkin dengan pengecualian pandangan salah dan perbuatan asusila.
Lalu, ketika transaksi tidak berjalan dengan semestinya, kedua belah
pihak merugi, dan semuanya menderita, dan pedagang bisa jadi menderita
kelaparan pada akhirnya, karena telah membawa kerugian kepada dia
sendiri dan rekan mereka. Namun bila mereka berhasil, seberapapun
keuntungan yang telah mereka dapatkan, mereka tidak pernah merasa
cukup. Bahkan mereka yang sudah sekaya Vaisravana masih saja
merasa senang melakukan transaksi bisnis mereka yang keji. Ketika
kematian mendekat, mereka akan memukul dada dengan kesedihan yang
mendalam, karena seluruh kehidupan manusianya telah dipergunakan
dalam obsesi demikian, yang sekarang menjadi beban yang menyeret
mereka ke alam rendah.
Tidak ada hal yang lebih efektif untuk menumpuk kejahatan yang
tiada akhirnya dan sama sekali merusak anda selain perdagangan. Anda
akan mendapatkan bahwa anda terus menerus memikirkan cara untuk
menipu orang, seolah-olah menyelidiki dengan saksama sekumpulan
pisau, bor dan jarum untuk mendapatkan alat yang paling tajam. Dengan
terus menerus memikirkan hal-hal yang merugikan orang lain, anda
berpaling dari cita-cita bodhicitta untuk menolong orang lain, dan
perbuatan jahat anda melipat ganda sampai tak terhingga.

Mengambil sesuatu yang tidak diberikan juga harus mencakup empat


unsur seperti yang sudah diterangkan untuk menyebabkan perbuatan ne-
121
gatif tersebut terlaksana dengan sepenuhnya. Meskipun demikian, semua
keikutsertaan, sampai pada memberi makanan kepada pemburu atau
pencuri untuk perjalanan mereka, cukup menyebabkan anda menerima
bagian yang sama atas kejahatan yang mereka lakukan dengan
membunuh atau mencuri.

1.3 Perbuatan asusila

Peraturan berikut dimaksudkan untuk orang awam. Di Tibet, dalam


masa pemerintahan Raja Dharma Songtsen Gampo, undang-undang yang
berdasarkan sepuluh perbuatan baik diterapkan, baik peraturan untuk
kaum awam ataupun untuk komunitas keagamaan. Disini, kita
maksudkan peraturan tersebut untuk orang awam, yang sebagai perumah
tangga, harus mengikuti etika yang sesuai. Bagi biarawan dan biarawati,
pada prinsipnya sudah seharusnya menghindari hubungan seks sama
sekali.
Akibat buruk dari perbuatan asusila sangat parah. Ia dapat
menyebabkan seseorang melanggar sila lainnya. Perbuatan asusila juga
mencakup perbuatan yang berhubungan dengan orang, tempat atau
keadaan tertentu, misalnya: masturbasi, hubungan seks dengan orang
yang sudah beristeri atau bersuami, atau dengan seorang, misalnya
pelacur yang sudah dibayar oleh orang lain, atau meskipun tidak
melanggar peraturan asusila, namun dilakukan pada siang hari bolong,
atau dalam waktu menjalankan arthasila, waktu sedang sakit, lagi berduka
cita, sedang hamil, menstruasi, atau sedang dalam kesembuhan
melahirkan, di tempat di mana terdapat lambang Tri Ratna, dengan orang
tua sendiri, dengan sanak saudara yang tidak dibolehkan, atau dengan
seorang anak yang belum dewasa, dengan cara oral atau anus, dan lain
sebagainya.

1.4 Berdusta

Berdusta ada tiga macam: dusta yang biasa, dusta utama dan dusta
tentang kekuatan ilahi.
Dusta biasa. Ini adalah segala macam pernyataan yang tidak benar,
yang dibuat dengan tujuan untuk menipu orang lain.
Dusta utama. Contohnya, pernyataan bahwa tidak ada manfaat
dalam perbuatan positif, dan tidak ada kesalahan dalam berbuat perbuatan
negatif. Tidak ada kebahagiaan di alam Buddha dan tidak ada
penderitaan di alam rendah, atau Buddha tidak memiliki kualitas yang
baik. Dusta-dusta ini disebut dusta utama karena dapat membawa akibat
menyesatkan yang sangat merusak.

122
Dusta tentang kekuatan ilahi. Ini adalah pernyataan yang tidak benar
tentang memiliki kualitas atau kemampuan. Contohnya: telah mencapai
tingkat Boddhisattva, memiliki kewaskitaan dan sebagainya. Sekarang
ini, dibandingkan dengan guru-guru yang sejati, penipu-penipu adalah
lebih sukses. Mereka lebih dihormati orang. Pikiran dan perbuatan
seseorang sangatlah mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu ada orang-orang
yang menyatakan bahwa ia adalah guru atau siddha dengan tujuan untuk
menipu orang lain. Mereka berkata telah melihat deity tertentu dan
membuat persembahan kepadanya, atau mereka telah melhat sesosok
setan dan menghukumnya. Umumnya mereka berbohong tentang
kekuatan di atas kemampuan manusia. Oleh karena itu berhati-hatilah
untuk tidak mempercayai penipu dan dukun secara membabi buta.
Karena hal itu mempengaruhi kehidupan sekarang dan kehidupan
berikutnya. Letakkanlah kepercayaan anda pada praktisi Dharma yang
anda kenal dengan baik, yang rendah hati, yang sifat dasarnya dan
perbuatannya seragam.
Pada umumnya, ada orang-orang biasa yang memiliki sedikit banyak
kewaskitaan yang bersifat duniawi, namun hanya sebentar-sebentar saja,
dan hanya benar pada suatu saat. Kewaskitaan yang murni timbul pada
orang yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu, dan oleh karena itu
sangat sulit untuk didapatkan.

1.5 Menebar pertentangan

Menebar pertentangan dapat berupa secara terang-terangan atau


secara diam-diam.
Menebar pertentangan secara terang-terangan. Ini adalah taktik
yang sering digunakan oleh orang-orang yang berkuasa. Cara itu terdiri
dari menciptakan suatu keretakan di antara dua orang yang sama-sama
hadir, dengan secara terang-terangan menceritakan kepada seseorang
bahwa orang yang pertama telah mengatakan suatu yang jelek tentang
dirinya dibelakangnya, dan menguraikan apa yang orang yang pertama
tadi katakan atau lakukan untuk mencelakai orang kedua – dan kemudian
barangkali menanyakan mengapa sampai hari ini mereka tetap berperi-
laku seolah-olah tidak ada sesuatu hal yang terjadi di antara mereka.
Menebar pertentangan secara diam-diam. Ini berarti memisahkan
dua orang yang saling berteman dengan mengunjungi salah seorang di
antaranya secara tersendiri dan mengatakan bahwa temannya tersebut
telah menghianati kepercayaan di antara mereka dengan berkeliling
mengatakan kepada orang-orang ini atau itu tentang dia.
Menebar pertentangan yang paling parah ialah menyebabkan konflik
di antara anggota Sangha. Adalah sangat parah akibatnya menciptakan

123
keretakan antara seorang guru Mantra Rahasia dengan anak muridnya,
atau di antara teman-teman sedharma.

1.6 Berkata kasar

Kata-kata kasar, contohnya, membuat pernyataan kasar tentang


kejelekan orang lain yang tidak kelihatan atau mengenai kelainan fisiknya,
dengan terang-terangan menyebutnya bermata satu, tuli, buta dan
sebagainya. Ini termasuk mengungkapkan kekurangan seseorang yang
tidak kelihatan, segala macam ucapan yang bersifat menyerang, dan kata-
kata yang menyebabkan orang lain tidak senang atau tidak merasa enak,
walaupun diucapkan dengan manis.
Khususnya, mengucapkan perkataaan yang menyakitkan atau meng-
hina di depan guru, teman sedharma atau orang suci adalah kesalahan
yang parah.

1.7 Obrolan iseng

Obrolan iseng berarti berbicara banyak tanpa tujuan. Contohnya


mengulang apa yang seseorang bayangkan adalah dharma namun tidaklah
demikian, – seperti mantra para brahmana, atau berbicara tanpa tujuan
tentang topik yang membangkitkan kemelekatan dan kebencian, misalnya
bercerita tentang pelacur, menyanyikan lagu yang bernafsu, atau mendis-
kusikan perampokan dan perang. Khususnya, mengganggu doa atau
lafalan mantra sehingga orang tersebut mengalihkan perhatiannya dengan
hamburan kata-kata yang tak berguna sangatlah merugikan, karena hal
tersebut menghalangi yang bersangkutan mengumpulkan pahala
kebajikan.
Jika anda melihat lebih dalam, pada umumya bagian dari gosip yang
kelihatannya timbul dengan sangat wajar dan spontan, adalah dimotivasi
oleh keinginan dan kebencian, dan bobot dari kesalahan tersebut akan
sebanding dengan kemelekatan atau kebencian yang timbul dalam hati
anda atau hati orang lain.
Ketika anda sedang berdoa atau menjapa mantra, mencampurnya de-
ngan percakapan yang tidak berhubungan akan membuat doa anda tidak
membawa hasil, biar berapa pun banyaknya doa yang anda panjatkan.
Hal ini berlaku khususnya pada bermacam gosip yang beredar di dalam
Sangha yang sedang berkumpul. Satu orang saja yang bergosip dapat
menyebabkan seluruh persamuhan tercemar, dan usaha perbuatan pahala
kebajikan dari donatur dan sponsor menjadi sia-sia.
Di tanah suci India, sebagai peraturan, hanya orang-orang yang telah
memiliki pencapaian dan bebas dari segala cacat yang merugikan yang
berhak memakai persembahan yang dibuat untuk Sangha. Buddha tidak
124
mengizinkan orang lain untuk melakukannya. Namun sekarang, orang-
orang belajar satu atau dua ritual tantra, dan segera sesudah mereka dapat
membacanya, mereka mulai memakai persembahan apa saja yang
berbahaya yang dapat mereka peroleh. Tanpa menerima inisiasi, tanpa
menjaga semua samaya, tanpa menguasai teknik tahap pengadaan dan
tahap kesempurnaan 119, dan tanpa memenuhi semua persyaratan pelafalan
mantra, memperoleh persembahan dengan melakukan ritual tantra –
hanya dengan menjapa mantra rahasia dengan asal-asalan, akan menjadi
seperti lafalan yang dilakukan oleh dukun-dukun Bönpo 120 – adalah suatu
pelanggaran yang berat. Memakai persembahan berbahaya ini dapat
disamakan dengan menelan pil besi menyala. Jika orang biasa ikut serta
dengan tanpa memiliki rahang besi gabungan tahap pengadaan dan tahap
kesempurnaan, mereka akan terbakar hangus. Sebagaimana dikatakan:

Persembahan berbahaya adalah pisau cukur tajam yang


mematikan;
Memakannya akan memotong urat nadi pembebasan.

Jauh dari penguasaan kedua tahap121 meditasi, orang-orang ini, yang


mungkin hanya mengetahui hal ritual sedikit saja, tidak mau repot-repot
untuk melafalnya dengan benar. Lebih celaka lagi, saat mereka sampai
pada penjapaan mantra – yang mana merupakan bagian yang paling
penting dari ritual – mereka mulai mengobrol dan menghamburkan gosip
yang penuh dengan nafsu keinginan dan agresi dengan tak henti-hentinya
sepanjang waktu yang diperuntukkan untuk hal tersebut. Hal ini akan
membawa malapetaka bagi diri mereka dan orang lain. Sangatlah penting
bagi biarawan dan Lama untuk menghentikan obrolan semacam itu dan
berkonsentrasi pada pembacaan mantra tanpa berbicara.

1.8 Ketamakan

Ketamakan mencakup semua kehendak atau pikiran serakah yang


mungkin kita miliki tentang harta benda orang lain. Sambil merenungkan
alangkah baiknya kalau harta benda yang bagus milik mereka menjadi
milik kita, kita membayangkan memilikinya berulang kali, mencari cara
untuk mendapatkannya, dan seterusnya.

119
Dalam Tantrayana, berlatih trikaya yidam merupakan tahap pengadaan, berlatih nadi
dan aliran energi merupakan tahap kesempurnaan.
120
Agama primitif orang Tibet, dengan kegiatan utama memohon berkah dewa,
menyembuh-kan orang sakit dengan mengusir makhluk jahat, dan melakukan ritual buat
orang yang meninggal.
121
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
125
1.9 Mengharapkan kejadian yang merugikan pada orang lain

Hal ini mengacu pada semua pemikiran dengki yang mungkin kita
miliki terhadap orang lain. Contohnya, berpikir dengan kebencian atau
kemarahan tentang bagaimana kita dapat mencelakai mereka, merasa
kecewa ketika mereka menjadi makmur atau berhasil; mengharapkan
mereka agar lebih tidak nyaman, lebih tidak bahagia atau tidak berbakat,
atau merasa gembira ketika hal-hal yang tak baik terjadi pada mereka.

1.10 Pandangan salah

Pandangan salah meliputi pandangan bahwa perbuatan tidak


menimbulkan akibat karma, dan pandangan eternalisme dan nihilisme.
Menganggap perbuatan positif tidak membawa manfaat dan
perbuatan negatif tidak membawa kerugian apa pun adalah pandangan
bahwa perbuatan tidak menimbulkan akibat karma. Pandangan tentang
eternalisme dan nihilisme meliputi semua pandangan dari tirthika, yang
walaupun mereka dapat dibagi menjadi tiga ratus enam puluh pandangan
palsu atau enam puluh dua pandangan salah, dapat diringkas menjadi dua
kategori, yaitu eternalisme dan nihilisme.
Eternalis percaya pada kekekalan diri dan adanya pencipta alam
semesta, seperti lsvara atau Visnu. Nihilis percaya bahwa semua benda
muncul dengan sendirinya, dan tidak ada kehidupan masa lampau dan
kehidupan masa yang akan datang, tidak ada karma, dan tidak ada
pembebasan. Sebagaimana dikatakan dalam doktrin Isvara Hitam:

Matahari terbit, air mengalir menuruni bukit,


Kacang polong yang bulat, duri yang panjang dan runcing,
Warna warni bintik mata pada bulu burung merak yang indah,
Tiada seorang pun yang menciptanya, mereka ada dengan
sendirinya.

Mereka berargumen bahwa ketika matahari terbit di timur, tak


seorang pun di sana untuk membuatnya terbit. Ketika air sungai mengalir
menuruni bukit, tidak ada seorang pun yang menuntunnya turun. Tak
seorang pun membuat kacang polong menjadi bulat, atau membuat duri
menjadi runcing. Keindahan bintik mata yang beraneka warna pada bulu
burung merak tidaklah dilukis oleh seseorang. Semua hal ini begitu
karena sifat alamiah mereka sendiri, demikian juga dengan segalanya di
dunia ini, apakah menyenangkan atau tidak, baik atau buruk – semua
gejala hanya muncul secara spontan. Tidak ada karma yang lampau, tidak
ada kehidupan sebelumnya, tidak ada kehidupan di kemudian hari.

126
Menganggap bahwa teks dari doktrin seperti itu adalah benar dan
mengikutinya, atau walaupun tidak melakukan demikian, namun berpikir
bahwa kata-kata Buddha, perintah guru anda atau teks dari komentator
yang terpelajar adalah salah, meragukan dan mengkritik mereka, adalah
semua tercakup dalam apa yang dimaksud dengan pandangan salah.

Perbuatan yang terburuk dari sepuluh perbuatan negatif adalah mem-


bunuh dan berpandangan salah. Sebagaimana dikatakan:

Tidak ada perbuatan yang lebih buruk dibandingkan dengan


membunuh makhluk lain;
Dari sepuluh perbuatan yang tidak baik, pandangan salah adalah
yang paling berat.

Kecuali mereka yang hidup di neraka, tidak ada yang tidak takut akan
kematian atau tidak menghargai hidupnya di atas segalanya. Oleh sebab
itu, menghancurkan suatu kehidupan adalah suatu perbuatan yang sangat
bersifat negatif. Seseorang akan membayar kembali makhluk hidup apa
pun yang dibunuhnya dengan lima ratus kehidupannya. Dalam Sutra
Dharma Agung dari Ingatan yang Jelas, dikatakan bahwa pembunuhan
atas seorang saja akan menyebabkan pelakunya tinggal selama satu kalpa
menengah di neraka.
Bahkan lebih buruk lagi adalah dengan alasan melakukan pekerjaan
yang mendatangkan pahala, misalnya membangun suatu lambang Tri
Ratna, untuk melakukan perbuatan yang merugikan, seperti misalnya
pembunuhan. Padampa Sangye berkata:

Membangun suatu bangunan yang dipergunakan untuk


mendukung Tri Ratna namun dipakai untuk melakukan kejahatan,
Adalah sudah tidak menghiraukan lagi kehidupan anda
berikutnya.

Adalah kesalahan yang sama dengan sembarangan berpikir anda se-


dang melakukan sesuatu yang mendatangkan pahala kebajikan dengan
membunuh binatang, dan memberikan darah dan daging mereka kepada
Lama yang diundang ke rumah anda atau kepada suatu kumpulan
biarawan. Efek karma negatif dari pembunuhan tersebut akan diterima
oleh pemberi dan penerima kedua-duanya. Penderma tersebut, walaupun
ia mengundang para tamu, ia memberikan persembahan yang tidak murni;
dan mereka yang menerimanya adalah menerima makanan yang tidak
pantas. Efek positif yang terjadi akan dikalahkan oleh efek negatifnya.
Sungguh, kecuali jika anda memiliki kemampuan gaib untuk memulihkan
kesadaran korbanmu dengan segera, tidak ada situasi di mana perbuatan
127
pembunuhan tidak membawa pencemaran. Dapat dipastikan bahwa
Lama yang berbuat demikian akan merugikan rentang hidup dan
aktivitasnya sendiri. Jika anda bukan orang yang mampu memindahkan
kesadaran makhluk ke alam kebahagiaan agung, sebaiknya anda berusaha
keras untuk menghindari membunuh mereka.

Memiliki pandangan salah, bahkan hanya untuk sesaat saja, adalah


menghancurkan semua sila anda dan memutuskan hubungan anda dari
masyarakat Buddhis. Hal Itu juga meniadakan kebebasan tubuh manusia
ini untuk berlatih Dharma. Mulai saat pikiran anda dikotori oleh pan-
dangan salah, bahkan perbuatan baik yang anda lakukan tidak membawa
anda ke pembebasan, dan tidak ada sandaran lagi buat anda untuk
melakukan penyesalan atas kejahatan yang telah anda lakukan.

2. Akibat dari sepuluh perbuatan negatif

Masing-masing perbuatan negatif menghasilkan empat macam karma:


akibat yang matang secara penuh, akibat yang serupa dengan penyebab-
nya, akibat yang mempengaruhi keadaan dan akibat pelipat-gandaan.

2.1 Akibat yang matang secara penuh

Melakukan salah satu dari sepuluh perbuatan negatif yang dimotivasi


oleh kebencian akan menyebabkan kelahiran di neraka. Melakukan salah
satu dari perbuatan tersebut karena nafsu keinginan membawa anda
terlahir sebagai preta, dan melakukannya karena ketidak-tahuan akan
terlahir sebagai binatang. Sekali terlahir di alam rendah, kita harus
mengalami penderitaan seperti yang mereka alami.
Lagi pula, suatu dorongan hati yang sangat kuat yang dilandasi oleh
nafsu keinginan, kemarahan yang kuat, atau ketidak-tahuan, yang
memotivasi dalam suatu akumulasi perbuatan yang lama dan
berkelanjutan, akan menyebabkan kelahiran di neraka. Kalau kekuatan
dorongan hati tersebut sedikit lebih lemah, dan jumlah perbuatan tersebut
lebih sedikit, maka akan menyebabkan kelahiran sebagai preta; dan jika
lebih kurang lagi, maka akan terlahir sebagai binatang.

2.2 Akibat yang serupa dengan penyebab

Bahkan ketika kita akhirnya lepas dari alam rendah, di mana akibat
menjadi matang secara penuh yang telah menyebabkan kita terlahir di
sana, dan kini memperoleh tubuh manusia, kita akan terus mengalami
akibat yang serupa dengan penyebab. Sesungguhnya, di alam rendah pun
ada banyak macam penderitaan berbeda yang serupa dengan penyebab
128
tertentu. Akibat yang serupa dengan penyebab ada dua macam:
perbuatan yang serupa dengan penyebab, dan pengalaman yang serupa
dengan penyebab.

Perbuatan yang serupa dengan penyebab

Akibat ini adalah kecenderungan untuk melakukan jenis perbuatan


yang serupa dengan penyebab aslinya. Jika kehidupan kita sebelumnya
adalah tukang jagal, kita masih suka membunuh; jika sebelumnya kita
adalah pencuri, kita merasa senang mengambil apa yang tidak diberi dan
sebagainya. Ini menjelaskan mengapa, sebagai contohnya, orang-orang
yang tertentu sejak awal masa kanak-kanaknya membunuh semua
serangga dan lalat yang mereka lihat. Kesukaan membunuh seperti itu
sesuai dengan perbuatan yang serupa yang mereka lakukan pada
kelahiran yang lampau. Mulai dari buaian ayun di masa kecil, masing-
masing dari kita bertindak dengan cara yang berbeda, dikendalikan oleh
dorongan karma yang berbeda. Sebagian orang senang membunuh,
sebagian senang mencuri, sedangkan yang lain lagi tidak merasakan
ketertarikan apa pun terhadap perbuatan seperti itu, dan sebagai gantinya
senang membantu orang lain. Semua kecenderungan seperti itu adalah
sisa dari perbuatan yang terdahulu, atau dengan kata lain, akibat yang
serupa dengan penyebabnya. Inilah alasan kenapa dikatakan:

Untuk mengetahui di mana anda terlahir sebelumnya, lihatlah apa


yang anda alami sekarang.
Untuk mengetahui di mana anda akan dilahirkan kelak, lihatlah
apa yang anda lakukan sekarang.

Hal yang sama berlaku juga untuk binatang. Naluri hewan untuk
membunuh seperti pada burung elang dan serigala, atau untuk mencuri
seperti pada tikus, dalam setiap hal tersebut di atas adalah suatu akibat
yang serupa dengan dan disebabkan oleh perbuatan mereka yang
terdahulu.

Pengalaman serupa dengan penyebab

Setiap dari sepuluh perbuatan negatif menghasilkan rangkaian akibat


pada pengalaman berikutnya.

Membunuh. Pembunuhan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya


membuat hidup kita kini tidak hanya pendek, tetapi juga menjadi sasaran
penyakit. Kadang-kadang bayi mati pada saat lahir, sebagai akibat yang
serupa dengan pembunuhan yang dilakukan dalam kehidupan yang
129
lampau. Dan hal yang sama mungkin terulang berkali-kali selama
beberapa kehidupan. Ada juga orang-orang yang selamat menjadi
dewasa, tetapi dari masa awal kanak-kanak, mereka tersiksa oleh pe-
nyakit yang timbul sesudah sembuh dari penyakit lainnya, tanpa istirahat
sampai kematian mereka. Lagi-lagi sebagai akibat dari pembunuhan dan
penyerangan terhadap orang lain pada kehidupan yang lampau.
Menghadapi keadaan seperti itu, lebih penting bagi mereka untuk
mengaku dengan penyesalan atas perbuatan masa lalu yang membuat
mereka demikian dari pada menemukan jalan untuk meringankan setiap
masalah yang timbul. Kita perlu berjanji untuk meninggalkan perbuatan
seperti itu, dan sebagai suatu penawar terhadap akibat-akibat tersebut,
berusaha untuk melakukan perbuatan positif dan meninggalkan perbuatan
yang merugikan orang lain.

Mengambil sesuatu yang tidak diberi. Mencuri tidak saja membuat


kita miskin, tetapi juga rawan kena perampasan, perampokan atau
malapetaka lain, dan habis diambil musuh dan saingan, seberapa kecil
pun harta yang kita peroleh. Karena alasan ini, seseorang yang sekarang
kekurangan uang atau harta benda sebaiknya ‘menciptakan percikan
pahala yang kecil dari pada membuat usaha besar memindahkan gunung’
untuk menjadi kaya. Jika anda tidak bernasib menjadi kaya karena
ketiadaan kedermawanan anda dalam hidup yang lampau, maka
bagaimanapun kerasnya usaha anda di kehidupan ini juga tidak ada
gunanya. Lihatlah barang rampasan perampok atau penyamun yang
mereka dapatkan dari setiap kali penggerebekan mereka. Barang-barang
yang mereka dapatkan begitu banyak, hampir saja bumi tidak dapat
menampungnya. Namun orang-orang yang hidup dari perampokan selalu
meninggal karena kelaparan. Perhatikan juga bagaimana pedagang atau
mereka yang mengambil barang-barang Sangha untuk kepentingan
sendiri gagal untuk memperoleh untung dari usaha mereka yang
bagaimanapun besarnya. Pada sisi lain, orang-orang sekarang yang
mengalami hasil kedermawanan masa lampau mereka, tidak pernah
kekurangan kekayaan dalam seluruh kehidupan mereka, dan dari
kebanyakan mereka, hal ini terjadi tanpa mereka membuat usaha sedikit
pun. Maka, jika anda berharap menjadi kaya, curahkan usaha anda pada
perbuatan kedermawanan dan membuat persembahan!

Benua Jambudvipa ini memberi kekuatan khusus pada akibat


perbuatan sedemikian rupa, sehingga apa yang kita lakukan di waktu
muda sangatlah mungkin mempunyai suatu akibat dalam kehidupan yang
sama atau bahkan segera, jika dilaksanakan dalam keadaan tertentu. Oleh
kerena itu mengharapkan dengan mencuri, menipu atau cara-cara lain dan
mengambil apa yang tidak diberi untuk menjadi kaya, adalah justru
130
kebalikan dari apa yang kita dambakan. Efek karma akan menjerat kita
ke dalam dunia preta selama banyak kalpa. Bahkan waktu menuju hari-
hari akhir hidup ini, hal itu akan mulai mempengaruhi kita, dan akan
membuat kita semakin melarat dan semakin susah. Kita akan kehilangan
pengendalian atas sedikit harta benda yang tertinggal bersama kita.
Sekaya apa pun kita, ketamakan kita akan membuat kita merasa semakin
kerdil dan semakin papa dan sengsara. Harta benda kita akan menjadi
penyebab perbuatan yang merugikan. Kita akan seperti preta pengawal
harta benda, tetapi tidak mampu untuk menggunakan apa yang kita miliki.
Perhatikan dengan saksama orang-orang yang kelihatannya kaya. Jika
mereka tidak dapat menggunakan kekayaan mereka dengan bebas untuk
Dharma, yang mana adalah sumber dari kebahagiaan dan kesejahteraan di
kehidupan ini dan di kehidupan yang akan datang, atau bahkan tidak
dapat menggunakannya untuk sandang pangan, mereka adalah benar-
benar lebih miskin dari orang miskin. Pengalaman mereka seperti preta
sekarang ini adalah suatu akibat karma yang serupa dengan penyebab,
sebagai hasil kedermawanan yang tidak murni mereka di masa lalu .

Perbuatan asusila. Dikatakan bahwa melakukan perbuatan asusila


akan menyebabkan kita mempunyai pasangan yang bukan saja tidak
menarik, tetapi juga bertindak dengan cara yang tidak jujur atau bermu-
suhan. Kebanyakan pasangan terus menerus bertengkar atau malah
berkelahi, masing-masing pihak pada umumnya menempatkan kesalahan
pada kelakuan yang tidak baik dari pihak lain. Sesungguhnya mereka
masing-masing mengalami akibat yang serupa dengan penyebab, sebagai
hasil kelakuan asusila masa lampau mereka. Dari pada membenci satu
sama lain, seharusnya mereka mengenali bahwa hal tersebut adalah
akibat perbuatan negatif mereka masa lampau, dan bersabar satu sama
lain. Padampa Sangye berkata:

Keluarga adalah seperti kerumunan pada hari pasar yang cepat


berlalu;
Jangan mengkritik atau bertengkar, hai orang-orang Tingri!

Berdusta. Pengalaman yang yang serupa dengan penyebab dari


berbohong dalam kehidupan yang lampau adalah tidak hanya kita sering
dikritik dan diremehkan, tetapi juga kita sering dibohongi orang lain.
Jika anda dengan licik dituduh dan dikritik sekarang, hal tersebut adalah
akibat berbohong di masa lalu. Dari pada menjadi marah dan
melemparkan hinaan pada orang-orang yang mengatakan hal seperti itu
tentang anda, anda sebaiknya berterima kasih kepada mereka yang telah
membantu anda menghilangkan akibat dari banyak perbuatan yang
negatif. Anda seharusnya merasa senang. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:
131
Musuh yang membalas kebaikan anda dengan perbuatan yang
tidak baik akan membuat ada maju dalam latihan;
Tuduhannya yang tak adil adalah cambuk yang menuntun anda
ke arah kebaikan;
Ia adalah guru yang menghancurkan semua kemelekatan dan
nafsu keinginan anda;
Perhatikan kebaikan besarnya yang kamu tidak pernah dapat
membalasnya!

Menebar pertentangan. Akibat yang serupa dengan penyebab dari


menebar pertentangan atau mengadu domba, tidak saja para pelayan dan
rekanan kita tidak bisa bergaul akrab satu sama lain, tetapi mereka juga
suka melawan dan membantah. Sebagian besar biarawan yang mengikuti
Lama, pembantu pimpinan, atau pelayan-pelayan dari para majikan tidak
bisa bergaul akrab sesama mereka. Kapan saja mereka diminta untuk
melakukan sesuatu, mereka menolak untuk mematuhi, malah membantah
dan menentang. Para pelayan rumah tangga biasanya pura-pura tidak
mendengar ketika diminta untuk melakukan pekerjaan sehari-hari,
bahkan untuk pekerjaan yang gampang sekalipun. Sang majikan harus
mengulangi perintahnya dua atau tiga kali, dan hanya ketika akhirnya ia
marah dan berbicara dengan kasar, barulah mereka melakukan apa yang
diminta, namun dikerjakan dengan pelan dan sakit hati. Kemudian,
ketika pekerjaan sudah selesai, mereka tidak pernah melapor. Mereka
selamanya berada dalam suasana hati yang tidak enak. Sang majikan
tersebut hanyalah menuai hasil menabur pertentangan yang telah ia
lakukan di masa lalu. Oleh karena itu, ia perlu menyesali perbuatan
negatifnya, dan mengusahakan perdamaian atas salah paham antara dia
dan orang lain.

Berbicara kasar. Berbicara kasar di kehidupan yang lampau tidak


hanya membuat semua hal yang dikatakan kepada kita bersifat menghina
atau menyerang, tetapi juga membuat segala apa yang kita katakan
menimbulkan argumentasi. Kata-kata kasar adalah yang terburuk antara
empat perbuatan negatif dari ucapan. Seperti kata pepatah:

Kata-kata tidak punya memiliki panah maupun pedang,


Namun mereka bisa mencabik-cabik hati orang.

Dengan tiba-tiba menimbulkan kebencian pada orang lain, atau lebih


buruk lagi, mengatakan suatu perkataan yang menyerang orang suci, akan
menyebabkan kelahiran kembali yang terus menerus di alam rendah.
Konon ada seorang Brahmana bernama Kapila yang mencaci maki
132
bhiksu-bhiksu Buddha Kasyapa dengan memanggil mereka "kepala
kuda," "kepala kerbau" dan banyak lagi nama-nama sejenis itu. Ia
terlahir sebagai raksasa laut yang menyerupai ikan dengan delapan belas
kepala. Ia tidak terbebas dari keadaan itu selama satu kalpa penuh, dan
bahkan kemudian terlahir di alam neraka. Seorang biarawati memanggil
biarawati lain anjing betina dan terlahir sebagai anjing betina selama lima
ratus kali. Ada banyak cerita yang serupa. Belajarlah berbicara dengan
lemah-lembut setiap waktu, lebih-lebih karena kita tidak tahu, seseorang
mungkin saja orang suci atau Bodhisattva. Latihlah diri anda untuk
memandang semua makhluk dengan murni. Belajar untuk memuji
kualitas dan prestasi mereka. Konon, mengkritik atau berbicara menen-
tang seorang Bodhisattva adalah lebih buruk dibanding dengan
membunuh semua makhluk di tiga alam. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Chagme Rinpoche dalam Doa Aspirasi untuk Terlahir di Sukavati:

Mencemarkan nama baik seorang Bodhisattva adalah suatu dosa


yang lebih besar
Dibanding pembunuhan semua makhluk di tiga alam;
Kesalahan bodoh yang telah kukumpulkan seperti itu kusesali
semuanya.

Obrolan iseng. Akibat serupa dengan penyebab dari obrolan iseng


tidak saja menyebabkan apa yang kita katakan tidak memiliki bobot, kita
akan kurang tegas atau kurang percaya diri. Tidak ada orang akan mem-
percayai kita sekalipun kita berbicara benar, dan kita akan tidak memiliki
rasa percaya diri ketika berpidato di depan umum.

Ketamakan. Akibat dari ketamakan tidak hanya merintangi apa yang


paling kita inginkan, tetapi juga membawa semua keadaan yang paling
tidak kita harapkan.

Mengharapkan kemalangan pada orang lain. Akibat dari


mengharapkan kemalangan pada orang lain, kita tidak hanya tetap tinggal
dalam ketakutan, namun juga sering menderita kemalangan.

Pandangan salah. Akibat memiliki pandangan salah bukan saja me-


nyebabkan kita tetap dalam keyakinan yang merugikan, tetapi pikiran kita
juga akan terganggu oleh penipuan dan salah paham.

2.3 Akibat yang menciptakan keadaan

Akibat yang menciptakan keadaan mempengaruhi lingkungan kita.


Membunuh makhluk hidup menyebabkan kelahiran di alam dengan
133
pemandangan yang suram, tanpa kegembiraan dan penuh dengan tebing
curam dan ngarai yang berbahaya. Mengambil barang yang tidak diberi
menyebabkan kelahiran di alam yang sering dilanda kelaparan, di mana
embun beku dan hujan es menghancurkan panen tanaman, sedangkan
pohon-pohon tidak menghasilkan buah. Perbuatan asusila mengharuskan
kita tinggal di tempat yang menjijikan, penuh dengan kotoran manusia
dan kotoran hewan, rawa berlumpur dan sebagainya. Berdusta akan
membuat kekayaan kita tidak tetap dan membuat pikiran kita kacau. Kita
akan sering menghadapi hal-hal yang menakutkan dan situasi yang
mengerikan. Menebar perselisihan atau mengadu domba membuat kita
tinggal di daerah yang sulit untuk dilintasi, terpotong oleh jurang yang
dalam dan berbatu-batu dan sejenisnya. Berkata kasar menyebabkan
kelahiran di daerah yang suram, penuh dengan batu karang, batu dan duri.
Obrolan iseng menyebabkan kelahiran kembali di daratan yang gersang
dan tidak subur, yang tidak menghasilkan apa pun kendati dikerjakan;
musim-musim tidak pada waktunya dan tidak dapat diperkirakan.
Ketamakan akan menyebabkan panen yang sedikit dan aneka macam
ketidak-ramahan waktu dan tempat. Mengharapkan kemalangan pada
orang lain membawa kita ke arah kelahiran kembali di tempat ketakutan
yang berkepanjangan dengan aneka macam penderitaan. Berpandangan
salah menyebabkan kelahiran kembali di keadaan miskin tanpa tempat
perlindungan atau pelindung.

2.4 Akibat pelipat-gandaan

Akibat pelipat-gandaan adalah perbuatan apa pun yang kita lakukan


sebelumnya, kita cenderung untuk mengulanginya berulang-ulang. Hal
ini membawa suatu rangkaian penderitaan yang tiada akhirnya sepanjang
semua kehidupan kita berikutnya. Perbuatan negatif kita berlipat ganda
lebih jauh dan menyebabkan kita mengembara terus menerus di dalam
samsara.

II. PERBUATAN POSITIF YANG HARUS DILAKUKAN

Dalam pengertian umum, sepuluh perbuatan yang positif terdiri dari


janji yang tegas untuk tidak pernah melakukan sepuluh perbuatan negatif
yang mana pun, seperti membunuh, mengambil sesuatu yang tidak diberi
dan seterusnya, setelah memahami akibat-akibatnya yang merugikan.
Membuat janji seperti itu di depan seorang guru atau pembimbing
tidaklah diharuskan; sedangkan memutuskan sendiri untuk menghindari
semua pembunuhan mulai sekarang, misalnya menghindari membunuh
pada tempat tertentu atau pada waktu tertentu, atau menghindari
134
membunuh binatang tertentu, dengan sendirinya adalah suatu perbuatan
yang positif. Bagaimanapun, membuat janji tersebut di hadapan seorang
guru, seorang teman spiritual atau wakil dari Tri Ratna membuat hal itu
dapat membawa hasil yang sangat kuat.
Tidaklah cukup bahwa anda kebetulan saja berhenti membunuh
makhluk hidup atau berhenti melakukan perbuatan negatif lainnya. Hal
yang penting adalah bahwa anda bersumpah untuk menghindari
perbuatan negatif yang mana pun. Sehingga dengan demikian, orang-
orang awam pun yang tidak sanggup menjauhkan diri sepenuhnya dari
membunuh, masih dapat memperoleh manfaat yang besar dari janji untuk
tidak membunuh untuk suatu periode tertentu dalam tiap tahun, atau
sepanjang bulan pertama, Bulan Mukjizat, atau sepanjang bulan keempat,
yang dikenal dengan bulan Waisak, atau pada setiap bulan waktu bulan
penuh atau bulan baru, atau pada hari, bulan atau tahun tertentu.
Dahulu kala, seorang tukang jagal di kota tempat Katyayana yang
agung tinggal berjanji bahwa ia tidak akan membunuh pada malam hari.
Ia dilahirkan kembali di neraka tersendiri, di mana ia disiksa sepanjang
hari dalam rumah logam merah berpijar. Tetapi ia melewatkan setiap
malam di sebuah istana, nyaman dan bahagia, ditemani empat orang dewi.
Jadi, sepuluh perbuatan positif adalah terdiri dari menghentikan se-
puluh perbuatan negatif dan melakukan hal-hal yang merupakan penawar
racun tersebut yang bersifat positif. Tiga perbuatan positif yang
dilakukan dengan badan adalah meninggalkan pembunuhan, dan sebagai
gantinya melindungi makhluk hidup; meninggalkan mengambil sesuatu
yang tidak diberi, dan sebagai gantinya berlatih kedermawanan; dan
berhenti melakukan perbuatan asusila, dan sebagai gantinya mengikuti
peraturan dan disiplin. Empat perbuatan positif yang dilakukan dengan
ucapan adalah meninggalkan berdusta, dan sebagai gantinya mengatakan
kebenaran; berhenti mengadu domba, dan sebagai gantinya mendamaikan
perselisihan; tidak berkata-kata kasar, dan sebagai gantinya berkata
dengan ramah; dan untuk mengakhiri obrolan iseng, dan sebagai gantinya
melafal doa. Tiga perbuatan positif dari pikiran adalah meninggalkan
ketamakan, dan sebagai gantinya belajar melepaskan kemelekatan;
berhenti mengharapkan kemalangan pada orang lain, dan sebagai
gantinya menumbuhkan keinginan untuk membantu mereka; dan untuk
mengakhiri pandangan yang salah, dan sebagai gantinya memantapkan
diri anda pada pandangan yang asli dan benar.
Akibat yang matang secara penuh dari perbuatan-perbuatan ini adalah
anda akan dilahirkan kembali di salah satu dari tiga alam yang lebih
tinggi.
Akibat serupa dengan penyebab sebagai perbuatan adalah, anda akan
gemar berbuat kebaikan dalam semua hidup yang berikutnya, sehingga
pahala anda terus meningkat.
135
Akibat serupa dengan penyebab sebagai pengalaman untuk masing-
masing dari sepuluh perbuatan di atas adalah sebagai berikut: untuk
berhenti membunuh: berumur panjang dengan sedikit penyakit; untuk
berhenti mengambil apa yang tidak diberi: kemakmuran dan bebas dari
musuh atau pencuri; untuk berhenti melakukan perbuatan asusila: seorang
teman hidup yang menarik dan sedikit saingan; untuk meninggalkan
berdusta: pujian dan cinta; untuk berhenti menabur perselisihan atau
mengadu domba: suatu kelompok teman dan pelayan yang terhormat;
untuk berhenti berkata-kata kasar: hanya mendengar ucapan yang
menyenangkan; untuk berhenti mengobrol: ucapannya berwibawa; untuk
meninggalkan ketamakan: pemenuhan dari berbagai keinginan; untuk
berhenti mengharapkan hal-hal yang merugikan orang lain: bebas dari
kemalangan; dan untuk berhenti berpandangan salah: pertumbuhan
pandangan benar dalam pikiran anda.
Untuk akibat yang menciptakan kondisi, pada setiap kasus adalah
kebalikan dari akibat negatif yang sesuai: anda terlahir di tempat yang
memiliki semua keadaan yang paling sempurna.
Akibat pelipat-gandaannya adalah bahwa apa pun perbuatan baik
yang anda lakukan akan berlipat ganda, membawakan nasib baik yang
berkepanjangan.

III. PENENTU SEMUA KUALITAS PERBUATAN

Kesenangan dan kesengsaraan yang dialami masing-masing individu


dalam semua keaneka-ragaman yang tidak dapat kita bayangkan, mulai
dari puncak alam kehidupan hingga ke kedalaman yang paling rendah di
neraka, hanya timbul dari perbuatan positif dan negatif yang telah
ditimbun masing-masing individu di masa lalu. Seperti dikatakan dalam
Sutra Seratus Perbuatan: 122

Kegembiraan dan duka cita makhluk hidup,


Semua berasal dari perbuatan mereka, demikian kata Hyang
Buddha.
Keaneka ragaman perbuatan
Menciptakan keaneka-ragaman makhluk hidup,
Dan mendorong pengembaraan mereka yang berbeda.
Begitu luasnya jaringan perbuatan ini!

Kekuatan, kekuasaan, kekayaan atau harta benda yang kita nikmati


sekarang tidak ada yang mengikuti kita ketika kita meninggal. Kita

122
Skt. Karmaśataka Sutra.
136
hanya membawa perbuatan positif dan perbuatan negatif yang kita
kumpulkan selama hidup kita, yang kemudian menggerakkan kita maju
ke depan ke tempat yang lebih tinggi atau ke alam samsara yang lebih
rendah. Dalam Sutra Instruksi kepada Raja, 123 kita membaca:

Ketika waktu meninggal tiba, O Raja,


Tidak ada harta benda, teman maupun keluarga dapat mengikuti.
Tetapi di mana saja makhluk datang, ke sana mereka pergi,
Perbuatan mereka mengikuti mereka seperti bayang-bayang
mereka sendiri.

Akibat dari perbuatan positif atau perbuatan negatif kita mungkin


tidak dapat diidentifikasi dengan jelas dan seketika, tetapi mereka tidak
hilang begitu saja. Kita akan mengalami setiap akibatnya ketika kondisi-
kondisi yang tepat tiba.

Bahkan hingga sesudah ratusan kalpa,


Akibat perbuatan makhluk tidak pernah hilang;
Ketika kondisi menjadi matang,
Buah mereka akan matang sepenuhnya.

seperti dikatakan Sutra Seratus Perbuatan. Dan dalam Harta Karun


Pahala Kebajikan kita temukan yang berikut:

Ketika burung rajawali membubung tinggi di angkasa,


Untuk sementara tidak kelihatan bayang-bayangnya;
Namun burung dan bayang-bayang tetap tidak bisa lepas satu
sama lain. Demikian juga perbuatan kita:
Ketika kondisi-kondisi menjadi matang, akibatnya jelas dan
nyata.

Ketika seekor burung meninggalkan daratan dan terbang tinggi ke


angkasa, bayang-bayangnya seolah-olah hilang. Tetapi ini tidak berarti
bahwa bayang-bayang tidak lagi ada. Begitu burung tersebut akhirnya
mendarat, bayang-bayangnya ada lagi, sama jelas dan gelap seperti yang
semula. Dengan cara yang sama, meskipun perbuatan yang baik atau
buruk kita di masa lampau mungkin tak kelihatan pada saat ini, namun
mereka tidak akan gagal kembali kepada kita pada akhirnya.
Sungguh, bagaimana bisa hal ini tidak terjadi pada makhluk biasa
seperti kita, jika ketika para Buddha dan Arhat yang sudah membebaskan

123
Skt. Rājādeśa Sutra.
137
diri mereka dari semua karma dan kegelapan batin pun masih harus
menerima akibat perbuatan mereka yang lampau?
Suatu hari angkatan perang Virudhaka, raja dari Sravasti, menyerang
kota orang Sakya dan membantai delapan puluh ribu penduduknya. Pada
saat itu, Buddha sendiri menderita sakit kepala. Ketika para muridnya
bertanya mengapa, beliau menjawab:
"Di kehidupan yang sudah lama berlalu, orang-orang Sakya ini
adalah nelayan yang hidup dari membunuh dan makan banyak ikan.
Suatu hari mereka menangkap dua ekor ikan besar, namun mereka tidak
membunuhnya seketika. Mereka mengikatnya di galah. Ketika kedua
ikan itu kekeringan dan menggeliat dalam kenyerian yang amat sangat,
mereka berpikir: "Orang-orang ini sedang membunuh kita walaupun kita
tidak melakukan kejahatan apa pun terhadap mereka. Moga-moga pada
suatu hari kita dapat membunuh mereka tanpa mereka membuat
kejahatan apa pun terhadap kita!" Akibat dari pikiran dua ikan besar
tersebut adalah, mereka terlahirkan kembali sebagai raja Virudhaka dan
menterinya Matropakara, sedangkan semua ikan lain yang terbunuh oleh
nelayan menjadi pasukan mereka. Hari ini mereka membantai orang-
orang Sakya.”
"Pada waktu itu, saya sendiri adalah anak dari salah seorang nelayan.
Menyaksikan kedua ikan tersebut terikat dan menggeliat dalam kesakitan
yang tak tertahankan selagi mereka kekeringan, saya tertawa. Akibat dari
perbuatan tersebut adalah, hari ini saya menderita sakit kepala. Kalau
saja saya tidak mencapai kualitas sebagaimana yang saya miliki sekarang,
saya mungkin juga sudah terbunuh oleh pasukan Virudhaka."
Pada kesempatan lain, kaki Buddha terluka oleh duri akasia –akibat
dari membunuh Si Hitam Tombak pada salah satu kehidupan sebagai
Bodhisattva sebelumnya.
Di antara semua murid Sravaka Sang Buddha, Maudgalyayana-lah
yang menguasai kekuatan gaib yang paling tinggi. Meskipun begitu, ia
dibunuh oleh orang-orang Parivrajika karena perbuatannya di masa
lampau. Hal tersebut terjadi sebagai berikut.
Sariputra yang mulia dan Maudgalyayana yang agung sering
berpergian ke dunia lain, seperti ke alam nereka atau alam preta. Mereka
bekerja demi kepentingan makhluk di alam tersebut. Suatu hari, selagi
mereka di neraka, mereka kebetulan bertemu dengan seorang guru
tirthika yang bernama Puranakasyapa, yang telah terlahir di sana dan
sedang mengalami banyak dan bermacam-macam siksaan.
Ia berkata kepada mereka, "Orang-orang yang mulia, waktu anda
kembali ke alam manusia, tolong beritahu kepada murid-murid saya,
bahwa guru mereka, Puranakasyapa, telah terlahir di dalam neraka.

138
Beritahu mereka bahwa jalan orang-orang Parivrajika 124 bukanlah jalan
kebajikan. Jalan kebajikan ada di doktrin Buddha Sakya. Jalan kita salah.
Mereka perlu meninggalkannya dan belajar mengikuti Sakyamuni. Dan
beritahu kepada mereka, yang terpenting di atas segalanya, bahwa setiap
kali mereka memberi persembahan kepada tempat suci yang mereka
bangun untuk tulang-tulang saya, cairan logam pijar menyiramiku. Saya
mohon, beritahu mereka jangan membuat persembahan seperti itu lagi."
Kedua rekan yang mulia tersebut kembali ke dunia manusia.
Sariputra tiba lebih dulu dan pergi memberitahu para tirthika tentang
pesan guru mereka. Tetapi, karena kondisi-kondisi karma yang perlu
belum ada, mereka tidak mendengarkannya. Ketika Maudgalyayana tiba,
ia bertanya kepada Sariputra apakah ia telah memberitahu para tirthika
pesan Puranakasyapa.
"Ya," jawab Sariputra, "tetapi mereka tak berkata satu kata pun."
Maudgalyayana berkata, "Karena mereka tidak bisa menerima apa yang
kamu katakan, saya sendiri akan berkata kepada mereka." Dan ia pergi
untuk menceritakan kepada mereka apa yang dikatakan oleh Purana-
kasyapa.
Tetapi setelah mendengar kata-kata Maudgalyayana, para tirthika
sangat marah. "Bukan saja ia menghina kita, ia bahkan mengkritik Guru
kita!" kata mereka. "Pukul dia!" Mereka memukulnya sampai lemas
seperti rumput gelagah dan membiarkannya terbaring di sana.
Jangankan pukulan dari para Parivrajika, sampai saat itu tidak ada
suatu serangan terencana dari makhluk ketiga alam bersama-sama yang
bisa melukai seutas rambut kepala Maudgalyayana. Tetapi pada saat itu,
karena dihancurkan oleh matangnya akibat perbuatan masa lampaunya, ia
kalah seperti orang biasa.
“Aku bahkan tidak bisa berpikir bagaimana cara menggunakan
tenaga gaib, jangankan melakukannya," katanya. Sariputra membung-
kusnya dengan jubahnya dan membawanya pergi. Ketika mereka sampai
ke Taman Jeta, Sariputra berseru, "Bahkan mendengar uraian tentang
kematian temanku saja saya tak tahan! Mana mungkin saya melihat hal
ini terjadi?" Ia meninggal dan masuk ke dalam nirvana bersama dengan
banyak Arhat lain tidak lama setelah itu. Maudgalyayana juga meninggal
dan terlepas dari penderitaan.

Sekali peristiwa di Kashmir hiduplah seorang bhiksu yang bernama


Ravati yang mempunyai banyak murid. Ia adalah seseorang yang memi-
liki kewaskitaan dan tenaga gaib. Pada suatu hari ia sedang mencelup

124
Salah satu dari enam aliran non-Buddism utama di India jaman dulu, di mana mereka
menganggap bahwa kebahagiaan ataupun penderitaan makhluk hidup bukan disebabkan
oleh perbuatan, namun ada secara alami.
139
jubah bhiksu-nya dengan semacam kunyit di tempat terbuka di hutan.
Pada waktu yang sama, seorang awam yang tinggal di dekat sana sedang
mencari anak sapinya yang hilang. Ia melihat asap timbul di tempat
terbuka di hutan, dan pergi ke sana untuk melihat apa yang terjadi.
Menemukan bhiksu yang sedang menyalakan api, ia bertanya: "Apa
yang kamu lakukan?"
"Saya sedang mencelup jubahku," jawab bhiksu tersebut.
Orang awam tersebut mengangkat penutup kuali dan melihat ke
dalam. "Ini kan daging!" serunya, dan sungguh, ketika bhiksu tersebut
melihat ke dalam kuali, ia juga melihat daging di dalamnya.
Orang awam tersebut membawa bhiksu ke tempat raja dan berkata,
"Tuanku, bhiksu ini mencuri anak sapi saya. Tolong hukum dia." Raja
memerintahkan menempatkan Ravati ke dalam penjara.
Namun, beberapa hari kemudiannya, induk sapi orang awam tersebut
menemukan anak sapinya yang hilang. Orang awam tersebut kembali ke
tempat raja dan berkata, "Tuanku, bhiksu tersebut sama sekali tidak
mencuri anak sapi saya; tolong lepaskan dia."
Tetapi waktu itu raja sedang sibuk dan pikirannya agak kacau, dan ia
lupa memerintahkan melepas Ravati. Ia tidak melakukan apa pun menge-
nai hal itu selama enam bulan lamanya.
Kemudian pada suatu hari, sekelompok murid bhiksu tersebut yang
telah memiliki tenaga gaib, datang dengan berterbangan melalui angkasa
dan mendarat di depan raja.
"Ravati adalah seorang biarawan yang tidak bersalah dan murni,"
mereka berkata kepada raja. "Tolong bebaskan dia."
Raja sendiri pergi melepas bhiksu itu, dan ketika ia melihat kondisi
Ravati yang lemah, ia diliputi oleh penyesalan yang dalam.
"Aku bermaksud datang lebih cepat, tetapi aku meninggalkannya
begitu lama," ia berseru. "Aku sudah melakukan dosa yang mengerikan!"
"Tidak ada kejahatan yang telah dilakukan," kata bhiksu tersebut.
"Itu semuanya adalah akibat perbuatanku sendiri."
"Perbuatan apa?" tanya raja.
"Selama suatu kehidupan di masa lampau, saya adalah seorang
pencuri, dan sekali waktu saya mencuri seekor anak sapi. Ketika pemi-
liknya mengikutiku, aku melarikan diri dan meninggalkan binatang
tersebut pada seorang pratyekabuddha yang kebetulan bermeditasi di
tempat terbuka di hutan. Pemilik sapi tersebut menangkap
pratyekabuddha tersebut dan akibatnya pratyekabuddha tersebut dipenja-
ra selama enam hari. Sebagai akibat yang matang secara penuh dari
perbuatanku, aku telah melewati banyak kehidupan penderitaan di alam
rendah. Penderitaan yang kualami dalam kehidupan sekarang adalah
yang terakhir kalinya."

140
Contoh yang lain adalah cerita putra Surabhibhadra, seorang raja
India. Pada suatu hari, ibu pangeran tersebut memberinya jubah sutera
yang tidak berkelim. Ia tidak ingin memakainya dengan seketika, dan
berkata. "Saya akan memakainya pada hari saya menerima warisan
kerajaan."
"Kamu tidak pernah akan mewarisi kerajaan," kata ibunya. "Itu
hanya bisa terjadi jika ayahmu, raja itu, meninggal. Tetapi kekuatan
hidup ayahmu telah menyatu dengan Guru Nagarjuna, sehingga tidak
mungkin ia akan mati selama Nagarjuna masih hidup. Dan karena
Nagarjuna memiliki kekuasaan atas rentang waktu hidupnya, ayahmu
tidak pernah akan mati. Itulah sebabnya mengapa banyak dari kakak
laki-lakimu meninggal tanpa mewarisi kerajaan."
"Lalu apa yang dapat saya lakukan?" tanya putranya.
"Pergilah ke Guru Nagarjuna dan minta beliau memberimu kepalanya.
Ia akan setuju, sebab ia adalah seorang Bodhisattva. Saya tidak melihat
ada solusi yang lain."
Anak laki-laki tersebut pergi ke Nagarjuna dan meminta kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata Guru. Anak tersebut mengambil pedang dan
membacok leher Nagarjuna. Tetapi tidak ada apa pun yang terjadi.
Seolah-olah mata pisaunya itu telah memotong udara.
“Senjata tidak bisa melukai saya," kata Guru, "sebab selama lima
ratus kehidupan yang lalu, saya telah membersihkan diriku dari semua
akibat menggunakan senjata. Namun, saya telah membunuh seekor
serangga pada suatu hari ketika memotong rumput kusa. Akibat yang
matang secara penuh dari perbuatan tersebut belum muncul. Oleh sebab
itu, jika kamu menggunakan mata pisau dari rumput kusa, maka kamu
akan mampu memotong kepala saya." Maka anak tersebut mencabut
rumput kusa, menggunakanya sebagai mata pisau dan memotong kepala
Nagarjuna. Kepala Nagarjuna jatuh ke tanah. Nagarjuna memasuki
nirvana sambil berkata:

Sekarang aku menuju Tanah Bahagia;


Kelak saya akan kembali ke tubuh saya. 125

Jika bahkan individu yang suci seperti Nagarjuna harus mengalami


akibat perbuatan masa lampau mereka sendiri, mana mungkin kita – yang
sudah menimbun perbuatan negatif yang tak terhitung banyaknya sejak
waktu tak berawal dalam pengembaraan kita di alam samsara – bisa
berharap dapat membebaskan diri dari samsara, jika kita masih terus

125
Menurut catatan sejarah Budhism India, sesudah Nagarjuna meninggal, badan dan
kepalanya menjadi dua gunung yang terpisah (di Nagarjunakonda, India Selatan).
Kelak Nagarjuna akan kembali ke badannya dan hidup lagi.
141
mengumpulkannya? Bahkan untuk lepas dari alam rendah saja akan sulit.
Oleh karena itu, marilah kita dengan cara bagaimanapun menghindari
perbuatan salah apa saja, apakah besar atau kecil, dan menggunakan diri
kita untuk melakukan perbuatan baik apa pun yang dapat kita lakukan,
biarpun kelihatannya tidak penting. Sepanjang kita tidak membuat usaha
yang demikian, setiap kali perbuatan negatif akan menuntun kita hidup di
alam rendah selama banyak kalpa. Janganlah pernah meremehkan
perbuatan buruk yang kecil dengan beranggapan bahwa hal itu tidak bisa
menyebabkan kerugian yang besar. Sebagaimana kata Bodhisattva
Santideva:

Jika perbuatan jahat dari suatu saat,


Dapat menyebabkan satu kalpa di Neraka Avici;
Maka dengan semua kejahatan dari waktu samsara tanpa awal,
Apa ada kesempatan ke alam yang lebih tinggi?

Dan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh 126 kita temukan:

Jangan meremehkan perbuatan jahat yang kecil,


Menganggap mereka tidak merugikan;
Bahkan percikan api yang kecil,
Dapat membakar sebuah gunung.

Begitu pula, bahkan perbuatan positif yang paling kecil pun


membawa manfaat yang besar. Jangan meremehkan mereka juga dengan
beranggapan tidak banyak pahala dalam melakukannya.

Raja Mandhatri dalam hidup yang lampau adalah orang miskin.


Suatu hari, ketika ia dalam perjalanan ke tempat pesta perkawinan dengan
segenggam kacang di tangannya, ia berjumpa dengan Buddha
Ksantisarana yang bepergian ke desa itu. Digerakkan oleh devosi yang
kuat, ia melemparkan kacangnya. Empat kacang jatuh ke dalam
mangkok pindapatta Buddha, sedang dua lainnya menyentuh dadanya.
Matangnya perbuatan ini menyebabkan ia terlahir sebagai Cakravatin
Jambudvipa. Karena empat biji kacang yang jatuh ke mangkok, ia
memerintah empat benua selama delapan puluh ribu tahun lamanya.
Oleh karena salah satu dari dua kacang tersebut menyentuh dada Buddha,
ia menjadi berkuasa atas Surga Empat Maharaja selama delapan puluh
ribu tahun lainnya; dan oleh karena kacang yang kedua, selama tiga puluh
tujuh generasi dinasti surgawi, ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga
bersama Indra. Dikatakan juga, bahkan memvisualisasi Buddha dan

126
Skt. Damamūka-nidāna-sūtra.
142
melemparkan bunga ke angkasa akan mengakibatkan anda berbagi
pemerintahan dengan Indra dan Chakravartin selama suatu rentang waktu
yang sukar dibayangkan. Inilah alasan kenapa Sutra Orang Bijak dan
Orang Bodoh berkata:

Jangan mengabaikan kebajikan yang kecil,


Menganggapnya tidak akan membantu;
Karena tetesan air tetes demi tetes,
Pada waktunya dapat mengisi pot raksasa.

Dan Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:

Dari benih yang besarnya tidak melebihi biji wijen,


Tumbuh pohon asota yang besar, yang dalam waktu satu tahun,
Dapat mengeluarkan cabang yang panjangnya mencapai satu
yojana.
Tetapi lebih besar lagi adalah pertumbuhan akibat perbuatan yang
baik dan yang buruk.

Benih pohon asota tidak lebih besar dari biji wijen, tetapi pohonnya
berkembang dengan begitu cepat sehingga cabangnya mencapai satu
yojana dalam satu tahun. Namun bahkan gambaran ini tidaklah cukup
untuk menguraikan pertumbuhan yang sedalam-dalamnya dari hasil
perbuatan positif dan perbuatan negatif.

Pelanggaran yang paling kecil dari sila juga akan mengakibatkan


malapetaka yang besar. Suatu hari raja naga Elapatra datang ke tempat
Buddha dengan menyamar sebagai seorang Cakravartin.
Buddha menegurnya: "Tidak cukupkah kerugian yang kamu lakukan
pada ajaran Buddha Kasyapa bagimu? Sekarang apakah kamu ingin
merugikan ajaranku juga? Dengarkan Dharma dalam bentuk kamu yang
sebenarnya!"
"Terlalu banyak makhluk akan menyakitiku jika aku melakukan
demikian," jawab naga tersebut. Lalu Buddha menempatkannya di
bawah perlindungan Vajrapani, dan ia berubah menjadi ular yang sangat
besar, beberapa yojana panjangnya. Di atas kepalanya tumbuh pohon
elapatra besar yang menimpanya dengan beratnya. Pada akarnya
merayap serangga-serangga yang menyebabkan dia sangat menderita.
Buddha ditanya mengapa ia menjadi demikian, dan Beliau menjawab:
"Dahulu kala, waktu jaman ajaran Buddha Kasyapa, ia adalah seorang
bhiksu. Suatu hari jubahnya tersangkut pada pohon elapatra besar yang
tumbuh di tepi jalan sehingga jubahnya terlepas. Ia menjadi sangat

143
marah dan melanggar silanya dengan memotong pohon tersebut. Apa
yang kamu lihat hari ini adalah hasil perbuatan itu."

Baik atau buruk suatu perbuatan, niat adalah faktor utama yang
menentukan apakah mereka adalah positif atau negatif, berat atau ringan.
Hal itu seperti sebatang pohon: jika akarnya berkhasiat obat, batang dan
daun-daunnya juga akan berkhasiat obat. Jika akarnya beracun, batang
dan daun-daun akan beracun juga. Daun-daun yang berkhasiat obat tidak
bisa tumbuh dari akar yang beracun. Dengan cara yang sama, jika suatu
niat timbul dari agresi atau kemelekatan, sehingga dengan demikian tidak
seluruhnya murni, maka perbuatan yang mengikutinya cenderung negatif,
sekalipun kelihatan positif. Pada sisi lain, jika dilandasi niat murni,
sekalipun hal itu kelihatan negatif, namun sesungguhnya positif. Dalam
Harta Karun Pahala Kebajikan dikatakan demikian:

Jika akar berkhasiat obat, maka tunasnya juga demikian;


Jika itu beracun, bagaimana tunasnya tidak demikian?
Apa yang membuat suatu perbuatan menjadi positif atau negatif
bukanlah bagaimana hal itu kelihatannya,
Atau besar kecilnya, tetapi niat baik atau buruk di belakang per-
buatan tersebut.

Karena alasan ini, ada kalanya Bodhisattva, Pewaris Sang Penakluk,


diijinkan untuk benar-benar melakukan tujuh perbuatan yang merugikan
dari badan dan ucapan, sepanjang pikiran mereka adalah murni, bebas
dari semua keinginan egois. Ini digambarkan oleh contoh dari Kapten
Hati Belaskasih yang membunuh Si Hitam Tombak, atau dari seorang
Brahmana muda Kekasih Bintang-bintang yang melepaskan kaul
kesuciannya demi menikahi seorang gadis Brahmana.

Sekali peristiwa, dalam kehidupan sebelumnya, Sang Buddha adalah


seorang kapten bernama Hati Belaskasih. Ia sedang berlayar di samudra
dengan lima ratus pedagang ketika perompak jahat bernama Si Hitam
Tombak muncul, mengancam untuk membunuh mereka semua. Kapten
menyadari bahwa para pedagang itu semuanya adalah Bodhisattva yang
tidak kembali lagi, dan jika seseorang membunuh mereka semua, maka ia
akan menderita di neraka untuk kalpa yang tidak dapat dihitung
jumlahnya. Didorong oleh rasa kasihan, ia berpikir: "Jika saya
membunuhnya, ia tidak akan terlahir di neraka. Maka saya tak ada pilihan
lain, sekalipun ini berarti saya harus masuk neraka sendiri." Dengan
keberanian yang besar ia membunuh perompak itu, dan dengan berbuat
demikian ia memperoleh pahala kebajikan yang secara normal baru akan
tercapai selama tujuh puluh ribu kalpa. Pada permukaannya, perbuatan
144
itu merugikan, karena Bodhisattva melakukan perbuatan fisik
pembunuhan. Tetapi hal itu dilakukan dengan tanpa motivasi egois
sedikit pun. Dalam jangka pendek, hal itu menyelamatkan hidup kelima
ratus pedagang. Dan untuk jangka panjang, hal itu menyelamatkan Si
Hitam Tombak dari penderitaan neraka. Oleh karena itu, dalam
kenyataannya hal itu adalah suatu perbuatan positif yang sangat kuat.

Contoh lainnya, ada seorang Brahmana, Kekasih Bintang-bintang


yang tinggal di hutan selama bertahun-tahun dengan memelihara kaul
kesuciannya. Suatu hari ia pergi meminta sedekah di sebuah desa.
Seorang gadis Brahmana jatuh cinta padanya sampai ia hampir bunuh diri
karenanya. Terdorong oleh rasa kasihan, ia menikahinya. Ini
menyebabkan ia memperoleh pahala empat puluh ribu kalpa.

Membunuh atau melanggar janji kesucian yang dimotivasi dengan


niat murni diijinkan. Pada sisi lain, perbuatan yang sama yang dilakukan
karena motivasi yang egois, yang keluar dari nafsu keinginan, kebencian
atau ketidak-tahuan, tidaklah diijinkan.

Seorang Bodhisattva dengan pikiran yang luas dan tidak ada sedikit
pun keinginan pribadi, boleh juga mencuri dari orang pelit dan kaya, dan
atas nama mereka mempersembahkan barang-barang tersebut kepada Tri
Ratna atau memberikannya kepada kaum miskin.

Berdusta dalam rangka melindungi seseorang yang nyaris dibunuh,


atau untuk melindungi barang-barang milik Tri Ratna juga diijinkan.
Tetapi adalah tidak pernah dibenarkan untuk menipu seseorang karena
kepentingan diri sendiri.

Menebar pertentangan, misalnya di antara dua sahabat karib, yang


salah satu darinya adalah seorang orang jahat, sedangkan yang lain
senang berbuat kebajikan, adalah diijinkan jika ada bahaya bahwa
karakter orang jahat yang lebih kuat tersebut telah merusak orang yang
baik tersebut. Bagaimanapun juga, tidaklah diijinkan untuk memisahkan
dua orang yang berbaikan.

Kata-kata kasar bisa digunakan, misalnya sebagai alat yang lebih kuat
untuk membawakan Dharma kepada seseorang, di mana pendekatan yang
lebih lembut tidak membuat kesan apa pun – atau dalam nasihat yang
diberikan kepada seorang murid dalam rangka menunjukkan kesalahan
yang tersembunyi. Sebagaimana kata Atisa:

145
Guru yang paling baik adalah orang yang menunjukkan kesa-
lahan yang tersembunyi;
Instruksi yang paling baik adalah yang mengarahkan secara jujur
pada kesalahan yang tersembunyi.

Bagaimanapun, kata-kata kasar yang diucapkan hanya untuk


menghina seseorang tidaklah dibenarkan.

Obrolan iseng boleh digunakan sebagai sebagai suatu alat yang mahir
untuk memperkenalkan Dharma kepada orang-orang yang suka bicara,
dan yang tanpa dengan cara demikian tidak bisa dibawa ke Dharma.
Tetapi hal itu tidak pernah dibenarkan untuk menciptakan gangguan
untuk diri sendiri dan orang lain.

Sedangkan ketiga perbuatan mental atau pikiran yang negatif tidak


pernah diijinkan untuk seseorang, sebab tidak ada cara bahwa suatu niat
negatif dapat membuahkan hal yang positif. Sekali hal negatif muncul
dalam pikiran, ia akan selalu berkembang ke sesuatu yang negatif.

Pikiran adalah penggerak tunggal akan hal yang baik dan jahat.
Sekalipun mereka tidak diucapkan atau tidak dilakukan, mereka
mempunyai akibat positif atau negatif yang sangat kuat. Oleh karena itu
selalulah meneliti pikiran anda. Jika pikiran anda adalah hal-hal yang
positif, bergembiralah dan lakukan lebih banyak kebajikan. Jika mereka
adalah negatif, sesalilah dengan seketika, merasa kurang enak dan malu
karena anda masih menyukai hal-hal seperti itu, kendati anda sudah
banyak menerima ajaran. Katakan kepada diri anda bahwa mulai
sekarang anda harus berusaha sungguh-sungguh untuk tidak membiarkan
pikiran seperti itu muncul dalam benak anda. Bahkan ketika anda mela-
kukan sesuatu yang positif, periksalah motivasi anda dengan hati-hati.
Jika niat anda adalah baik, lakukan. Jika motivasi anda adalah untuk
mengesankan orang, atau didasarkan pada persaingan atau suatu
keinginan yang kuat akan ketenaran, yakinkan anda untuk mengubahnya,
dan tuangkan ke dalamnya dengan bodhichitta. Jika anda sungguh tidak
mampu mengubah motivasi anda, akan lebih baik untuk menunda
perbuatan baik tersebut sampai kemudian hari.

Suatu hari Geshe Ben sedang menunggu kunjungan sejumlah besar


donatur. Pagi itu ia mengatur sesaji di atas tempat suci di depan rupang
Tri Ratna dengan rapi sekali. Ketika meneliti niatnya, ia menyadari
bahwa hal itu tidaklah murni: ia hanya berusaha untuk mengesankan para
penderma. Maka ia mengambil segenggam penuh debu dan melempar-
kannya ke semua persembahan tersebut, sambil berkata kepada dirinya
146
sendiri: "Bhiksu macam apa kamu. Janganlah berpura-pura dan muna-
fik!"
Ketika Padampa Sangye mendengar cerita ini, ia berkata, "Segeng-
gam penuh debu yang Ben Kungyal lemparkan adalah persembahan yang
terbaik di seluruh Tibet!"

Oleh sebab itu, selalulah mengamati pikiran anda dengan hati-hati.


Pada tingkat kita sebagai makhluk biasa, adalah mustahil untuk tidak
memiliki pemikiran dan perbuatan yang diilhami oleh niat yang jahat.
Tetapi jika kita dapat mengenali kesalahan tersebut dengan seketika,
sesalilah dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Kita akan berpisah
dengan mereka.

Hari berikutnya, Geshe Ben berada di rumah seorang donatur. Pada


suatu ketika penghuninya meninggalkan ruang, Geshe berpikir: "Aku
tidak punya teh. Aku akan mencuri beberapa bungkus untuk dimasak
ketika aku kembali lagi kepada pertapaanku." Tetapi pada waktu ia
menaruh tangannya pada kantong-kantong teh tersebut, tiba-tiba ia me-
nyadari apa yang sedang dilakukannya. Dan ia memanggil teman-
temannya: "Kemari dan lihat apa yang sedang kulakukan! Potonglah
tanganku!"

Atisa berkata: "Karena mengambil janji pratimoksa, saya tidak


dicemari oleh kesalahan yang paling kecil sekalipun. Dalam berlatih
ajaran bodhichitta, saya sudah melakukan satu atau dua kesalahan. Dan
karena mengikuti Mantra Vajrayana yang rahasia, meskipun saya sudah
berbuat beberapa kekeliruan yang kecil, saya tidak akan membiarkan
kesalahan menjerumuskan yang mana pun tinggal bersama saya
sepanjang hari."
Ketika ia sedang berpergian, secepat apa pikiran yang tidak baik
timbul, ia akan segera mengeluarkan mandala kayu yang dibawanya dan
membuat penyesalan atas pikiran yang tidak baik tersebut, berjanji tidak
pernah membiarkan hal itu terjadi lagi.

Suatu hari Geshe Ben ada di suatu kumpulan geshe di Penyulgyal.


Sesaat kemudian yoghurt disuguhkan kepada para tamu. Geshe Ben
duduk di baris pertengahan. Ia melihat bahwa biarawan di baris pertama
sedang menerima bagian yang banyak.
" Yoghurt itu kelihatan enak. .. . " pikirnya, "tetapi saya pikir saya
tidak bakal mendapatkan bagian yang adil"
Dengan seketika ia sadar apa yang dipikirkannya: "Kamu ini pe-
candu yoghurt!" pikirnya. Ia membalikkan mangkoknya. Ketika orang
yang melayani yoghurt datang dan bertanya apakah ia ingin beberapa
147
yoghurt, ia menolak. "Pikiran saya yang jahat telah mendapatkannya"
katanya.
Walaupun tidak ada salahnya mengharapkan mendapatkan bagian
yang sama dalam pesta dengan biarawan murni lainnya, adalah pikiran
yang mementingkan diri yang mengandung harapan tentang yoghurt lezat
itu yang membuatnya menolak pembagian tersebut.
Jika anda selalu memeriksa pikiran anda seperti ini, mengadopsi apa
yang sehat dan menolak apa yang merugikan, pikiran anda akan menjadi
luwes dan semua pikiran anda akan menjadi positif.
Dahulu kala, ada seorang Brahmana bernama Ravi, yang memeriksa
pikirannya terus menerus. Kapan saja suatu pikiran yang tidak baik
muncul, ia akan meletakkan satu kerikil hitam, dan kapan saja suatu
pikiran yang baik muncul, maka ia akan meletakkan satu kerikil putih.
Pada mulanya, semua kerikil yang ia letakkan adalah hitam. Kemudian,
ketika ia bertekun dalam mengembangkan cara mengatasi hal tersebut
dan mengadopsi perbuatan positif dan menolak yang negatif, suatu waktu
kerikil yang putih dan hitam sama jumlahnya. Pada akhirnya ia hanya
mempunyai kerikil yang putih. Ini adalah cara bagaimana anda mengem-
bangkan perbuatan positif sebagai suatu penawar racun dengan sadar dan
waspada, dan tidak mencemari diri anda dengan perbuatan yang merugi-
kan yang paling kecil.
Sekalipun anda tidak mengumpulkan perbuatan negatif selama hidup
ini, anda tidak bisa mengetahui banyaknya semua perbuatan negatif yang
sudah anda kumpulkan dalam samsara sejak waktu tak berawal, atau
membayangkan akibat yang masih harus anda tanggung. Oleh karena itu,
ada orang yang walaupun sekarang mengabdikan diri seluruhnya demi
kebaikan dan melatih kekosongan, masih saja dikepung oleh penderitaan.
Akibat dari perbuatan yang akan membawa ke kelahiran di alam rendah
di kelak kemudian hari muncul karena tindakan pemulihan yang
dilakukan sehingga menjadi matang pada kehidupan ini. Sutra Intan 127
mengatakan:

"Lagipula, Subhuti, jika seorang laki-laki atau wanita baik yang


menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan
Sutra ini diejek dan dicemoohkan orang lain, itu sebenarnya
merupakan rintangan karma bawaan dari kehidupan sebelumnya
yang akan menjerumuskannya ke kehidupan menyedihkan.
Tetapi karena dalam kehidupan sekarang dia dicemoohkan orang
lain, rintangan
karmanya itu terhapuskan.”

127
Skt. Vajracchedika-sutra.
148
Dan sebaliknya, ada orang yang hanya berbuat jahat, tetapi
mengalami buah dari perbuatan positif yang kecil dengan segera, suatu
perbuatan yang mestinya menjadi matang di kemudian hari. Ini terjadi di
tanah Aparantaka. Selama tujuh hari ada hujan batu permata, kemudian
disusul dengan tujuh hari hujan pakaian, dan disusul lagi dengan tujuh
hari hujan butir makanan. Pada akhirnya turun hujan tanah. Semua
orang mati tertimbun dan terlahir di alam neraka.
Situasi seperti ini, di mana mereka yang berbuat baik menderita dan
mereka yang berbuat jahat bernasib baik, selalu terjadi sebagai akibat dari
perbuatan yang dilakukan di masa lalu. Perbuatan anda sekarang ini, baik
yang baik ataupun yang buruk, akan mempunyai akibatnya di kehidupan
berikutnya atau kehidupan sesudahnya. Karena alasan ini, adalah penting
untuk mengembangkan suatu keyakinan yang kokoh akan akibat yang tak
bisa dielakkan dari perbuatan anda, dan selalu berbuat baik.
Jangan menggunakan bahasa Dharma dari pandangan yang tinggi
untuk meremehkan prinsip sebab dan akibat. Guru Uddiyana yang
Agung berkata:

Paduka, dalam Mantrayana Rahasia saya, pandangan adalah


suatu hal yang paling utama. Bagaimanapun, jangan biarkan
perbuatan anda tergelincir ke arah pandangan. Jika demikian,
anda akan jatuh ke dalam pandangan yang jahat dari setan yang
mengucapkan kata yang dibuat-buat: "Kebaikan itu kosong,
kejahatan itu kosong." Tetapi jangan biarkan pandangan anda
tergelincir ke arah perbuatan juga, atau anda akan terperangkap
dalam paham materialisme dan ideologi, dan pembebasan tidak
pernah akan datang...
Itulah sebabnya mengapa pandangan saya adalah lebih tinggi dari
pada langit, tetapi perhatian saya terhadap perbuatan saya dan
akibatnya adalah lebih halus dari pada tepung.

Oleh karena itu, seberapa pun jauhya hakikat realita yang sudah anda
capai, anda tetap harus menaruh perhatian sepenuhnya pada perbuatan
anda dan akibat perbuatan tersebut.
Sekali peristiwa seseorang bertanya kepada Padampa Sangye,
“Sesudah kita menyadari kekosongan, apakah itu masih merugikan kita
kalau kita melakukan perbuatan negatif?"
"Sesudah anda menyadari kekosongan," jawab Padampa Sangye,
"adalah mustahil berbuat sesuatu yang negatif. Ketika anda sudah me-
nyadari kekosongan, rasa belas kasih akan muncul dengan serta merta.”

Jika anda ingin berlatih Dharma dengan benar, anda seharusnya


memberi prioritas pada memilih apa yang anda lakukan sejalan dengan
149
prinsip sebab dan akibat. Pandangan dan perbuatan harus dikembangkan
secara bersamaan. Tanda bahwa anda sudah memahami ajaran tentang
sebab dan akibat adalah seperti Jetsun Milarepa.
Pada suatu hari murid-muridnya berkata kepadanya: "Jetsun, semua
perbuatan yang anda lakukan, pada pandangan kami, adalah di luar
pemahaman makhluk biasa. Jetsun yang mulia, apakah anda bukan
inkarnasi Vajradhara, atau dari seorang Buddha atau Bodhisattva dari
awalnya?"
"Jika kamu mengira saya adalah reinkarnasi Vajradhara, atau dari
seorang Buddha atau Bodhisattva," jawab Jetsun, “itu menunjukkan
bahwa kamu mempunyai keyakinan padaku – tetapi kamu mungkin telah
mempunyai salah pandangan akan Dharma! Saya mulai dengan
menimbun perbuatan negatif yang sangat besar, dengan menggunakan
jampi-jampi dan membuat hujan es batu. Saya segera menyadari bahwa
tidak mungkin tidak saya akan terlahir dalam neraka. Maka saya berlatih
Dharma dengan semangat yang keras. Terima kasih kepada metoda yang
mendalam dari Mantrayana Rahasia, saya sudah mengembangkan
kualitas yang luar biasa dalam diriku. Sekarang, jika kamu tidak bisa
mengembangkan kebulatan tekad yang nyata untuk berlatih Dharma, itu
disebabkan karena kamu tidak benar-benar percaya pada prinsip sebab
dan akibat. Siapa pun dengan sedikit keteguhan hati, bisa
mengembangkan keberanian seperti saya, jika ia percaya sepenuh hati
pada akibat dari perbuatannya. Kemudian ia akan mengembangkan
pencapaian yang sama – dan orang-orang akan berpikir bahwa mereka
juga adalah penjelmaan dari Vajradhara, atau dari suatu Buddha atau
Bodhisattva."

Kepercayaannya pada sebab dan akibat sepenuhnya meyakinkan


Jetsun Mila, bahwa setelah melakukan perbuatan yang merugikan di
masa mudanya, ia akan terlahir di neraka. Oleh karena keyakinan
tersebut, ia berlatih dengan kebulatan tekad, yang usaha dan
penderitaannya sulit ditemukan dalam riwayat mana pun di India atau di
Tibet.
Maka, bangkitkan kepercayaan dari dalam lubuk hati anda di poin
yang penting ini: prinsip sebab dan akibat. Selalu melakukan sebanyak
mungkin perbuatan baik, tak peduli bagaimana kecilnya, dengan menggu-
nakan ketiga metoda yang tertinggi. Berjanjilah pada diri anda untuk
tidak pernah lagi melakukan perbuatan negatif yang paling kecil pun,
sekalipun hidup anda menjadi taruhannya.

Ketika anda bangun di pagi hari, jangan langsung melompat dari


tempat tidur seperti sapi atau domba dari kandangnya. Selagi anda masih
di tempat tidur, istirahatkan pikiran anda. Arahkan ke dalam batin dan
150
periksa dengan teliti. Jika anda sudah melakukan perbuatan negatif apa
pun malam itu dalam mimpi anda, sesali dan akuilah. Pada sisi lain, jika
anda sudah melakukan sesuatu yang positif, bergembiralah dan
limpahkan pahala kebajikannya kepada semua makhluk. Bangkitkan
bodhichitta dan berpikir demikian: "Hari ini aku akan melakukan apa pun
yang baik yang dapat kulakukan dan menghindari kejahatan sedapat
mungkin, sedemikian sehingga semua makhluk yang tanpa batas dapat
mencapai kebuddhaan yang sempurna."
Pada malam hari, ketika anda pergi tidur, jangan langsung menjatuh-
kan diri ke dalam keadaan tidak sadar. Istirahatlah sebentar di tempat
tidur dan periksaah diri anda dengan cara yang sama: "Jadi, bagaimana
saya memanfaatkan hari ini? Apa saya telah melakukan sesuatu yang
positif?" Jika anda sudah melakukan beberapa kebajikan, bergembiralah
dan limpahkan pahala kebajikannya agar semua makhluk dapat mencapai
kebuddhaan. Jika anda telah melakukan sesuatu yang salah, anda
seharusnya berpikir, "Betapa mengerikan aku jadinya! Aku sedang
menghancurkan diriku sendiri!" Sesali dan berjanji tidak pernah
melakukannya lagi.
Dalam setiap saat, waspada dan sadarlah bahwa anda tidak melekat
pada persepsi anda tentang alam semesta dan makhluk di dalamnya
sebagai sesuatu yang padat dan riil. Ubahlah sikap mental anda dan
pandanglah segala sesuatu sebagai permainan dari pemunculan yang
khayal. Membuat pikiran anda luwes dengan selalu memeliharanya pada
jalur yang jujur dan baik adalah tujuan yang sangat utama, seperti halnya
hasil yang telah kita jelaskan, yakni empat renungan yang mengalihkan
pikiran dari samsara. 128 Dengan cara ini, semua perbuatan baik yang
anda lakukan akan secara otomatis terhubung dengan ketiga metoda
tertinggi. Sebagaimana dikatakan:

Seseorang yang berbuat kebajikan adalah seperti pohon obat;


Semua yang percaya padanya akan mendapatkan manfaat.
Seseorang yang melakukan kejahatan adalah seperti pohon
beracun;
Mereka yang percaya kepadanya akan binasa.

Jika anda memiliki sikap pandang yang benar dalam diri anda sendiri,
anda akan mampu mengubah pikiran semua mereka yang berhubungan
dengan anda ke arah Dharma yang sejati. Pahala yang besar untuk diri
anda dan orang lain akan meningkat tanpa batas. Anda tidak pernah lagi
akan terlahir di alam rendah, di mana masa depan anda menjadi buruk

128
Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah, Ketidak-kekalan kehidupan, Ketidak-
sempurnaan dunia samsara, Perbuatan: prinsip sebab dan akibat.
151
dan lebih buruk, tetapi akan selalu mempunyai kondisi-kondisi yang unik
dari kehidupan dewa atau manusia. Bahkan orang-orang di daerah di
mana anda tinggal akan selalu melakukan kebajikan, mempunyai pahala
dan nasib baik, dan akan selalu dilindungi oleh para dewa.

Saya mengetahui semua detil tentang karma, tetapi tidak


benar-benar mempercayainya;
Saya sudah mendengar banyak tentang Dharma, tetapi tidak
pernah melatihnya;
Berkatilah saya dan orang yang selalu berbuat jahat seperti
saya,
Sehingga pikiran kami dapat berbaur dengan Dharma.

152
BAB 5

MANFAAT PEMBEBASAN

Dengan mengikuti banyak makhluk mulia .yang terpelajar dan


yang memiliki pencapaian;
Anda sudah berlatih dan memperoleh pengalaman atas instruksi
para guru;
Anda.menunjukkan jalan yang mulia dengan tepat kepada orang
lain;
Guru yang tiada bandingan, pada kakimu aku bersujud.

Apakah pembebasan itu? Itu adalah melepaskan diri dari samudra


penderitaan yang disebut samsara ini, dan untuk mencapai tingkat
Sravaka, Pratyekabuddha, atau kebuddhaan yang sempurna.

I. PENYEBAB YANG MEMBAWA KE ARAH PEMBEBASAN

Penyebab pencapaian pembebasan anda, pertama-tama adalah


membuat pikiran anda diilhami dengan empat renungan yang
mengalihkan pikiran dari samsara, mulai dengan sulitnya memperoleh
kebebasan dan berkah; dan yang kedua, menyelesaikan latihan mulai dari
pengambilan perlindungan, yang mana merupakan dasar bagi semua jalur,
sampai anda mecapai akhir latihan utama .
Manfaat dari masing-masing latihan ini diterangkan dalam bab yang
bersangkutan.

II. HASIL: TIGA TINGKAT PENCERAHAN

153
Apakah pencapaian anda adalah Sravaka, Pratyekabuddha atau ke-
buddhaan yang sempurna, hasilnya adalah kedamaian dan ketenangan,
bebas dari jalan berbahaya dari penderitaan samsara. Betapa menggem-
birakan!
Karena dari berbagai jalur, adalah Mahayana yang anda pilih, semua
latihan – sepuluh perbuatan positif, empat kualitas tak terhingga, enam
kesempurnaan transeden, empat konsentrasi, empat keadaan tanpa bentuk,
dua macam meditasi 129 – harus dilakukan dengan kebuddhaan yang
sempurna sebagai tujuan anda satu-satunya, dan dengan ketiga metoda
yang tertinggi: membangkitkan bodhichitra sebagai persiapan, tetap
bebas dari gagasan-gagasan selama meditasi yang dilakukan, dan ditutup
dengan doa pelimpahan jasa.

129
Yaitu Samatha dan Vipassanā. Samatha adalah praktek Buddhis (bhavana) untuk
menenangkan pikiran (citta) yang dilakukan dengan berlatih meditasi pemusatan pikiran,
yang pada umumnya melalui kesadaran pada pernapasan. Vipassanā (Skt. vipaśyanā)
adalah kebijaksanaan pengamatan yang mendalam atas sifat dasar yang sebenarnya dari
realita.
154
BAB 6

BAGAIMANA CARA MENGIKUTI


SEORANG GURU

Tidak ada sutra, tantra atau sastra yang mengatakan bahwa seseorang
pernah mencapai kebuddhaan yang sempurna tanpa berguru kepada
seorang guru spiritual. Kita dapat melihat sendiri, bahwa tidak ada orang
yang pernah mengembangkan semua pemenuhan tahapan dan jalan hanya
dengan bersandar pada kemampuan dan usaha mereka sendiri. Semua
makhluk, termasuk diri kita, adalah sangat pintar dalam mencari arah
yang salah. Tetapi saat mengikuti jalan pembebasan dan kemahatahuan,
kita begitu bingung bagaikan orang buta yang mengembara sendirian di
tengah dataran yang sepi. Tak seorang pun dapat membawa pulang
permata-permata dari pulau harta karun tanpa bersandar pada seorang
nakhoda yang berpengalaman. Demikian juga, seorang teman spiritual
adalah pemandu yang benar ke pembebasan dan kemahatahuan. Kita
harus mengikutinya dengan rasa hormat. Hal ini dapat terpenuhi dalam
tiga tahap: Pertama-tama dengan meneliti guru tersebut, kemudian meng-
ikutinya, dan akhirnya dengan meneladani realisasi dan perbuatannya.

I. MENELITI GURU

Sebagian besar orang biasa seperti kita mudah dipengaruhi oleh


orang-orang dan keadaan di sekitar kita. Itulah sebabnya mengapa kita
perlu selalu mengikuti seorang teman spiritual. Dalam hutan kayu
cendana di pegunungan Malaya, manakala ada pohon biasa tumbang,
secara perlahan-lahan kayunya diresapi oleh wewangian kayu cendana
yang ada di sana. Setelah beberapa tahun, kayu biasa tersebut akan
beraroma sama wangi seperti pohon cendana di sekitarnya. Persis dengan
cara yang sama, jika anda tinggal dan belajar dengan seorang guru
sempurna yang penuh dengan kualitas baik, maka anda akan diresapi oleh
155
wangi kualitas tersebut dan segala yang anda lakukan akan menyeru-
painya.

Sama halnya dengan batang pohon biasa,


Tergeletak di hutan pegunungan Malaya,
Menyerap wangi kayu cendana dari cabang dan daun-daun yang
lembab,
Maka anda akan mirip dengan guru yang anda ikuti.

Karena zaman sudah merosot, sekarang ini sukar untuk menemukan


seorang guru yang memiliki semua kualitas yang disebut dalam tantra
yang berharga. Namun bagaimanapun, adalah suatu keharusan bahwa
guru yang kita ikuti menguasai sedikitnya kualitas berikut:
Ia harus murni, tidak pernah melanggar komitmen atau larangan mana
pun yang berhubungan dengan ketiga jenis kaul – kaul eksternal
Pratimoksa, kaul bagian dalam Bodhisattva, dan samaya Mantrayana
Rahasia. Ia harus terpelajar dan tidak kekurangan pengetahuan tentang
tantra, sutra dan sastra. Terhadap makhluk yang begitu luas, hatinya
harus diliputi rasa belas kasih yang mencintai mereka seperti anak
tunggalnya. Ia harus benar-benar berpengalaman dalam latihan – pada
bagian luar tentang Tripitaka, dan pada bagian dalam empat bagian tantra.
Ia seharusnya sudah mewujudkan semua kualitas yang luar biasa tentang
pembebasan dan realisasi dalam dirinya dengan mengalami arti dari
ajaran. Ia harus dermawan, bahasanya harus menyenangkan. Ia seharus-
nya mengajar masing-masing individu sesuai keperluan mereka dan harus
bertindak sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Empat jalan untuk menarik
makhluk ini memungkinkannya untuk mengumpulkan murid-murid yang
beruntung di sekitarnya.

Semua kualitas lengkap sesuai Dharma yang paling murni,


Sulit untuk ditemukan dalam masa kemerosotan ini;
Tetapi percayalah kepada guru yang taat pada tiga kaulnya;
Yang terpelajar dan belas kasih;
Trampil dalam praktek pitaka dan tantra yang maha luas;
Dan kaya dalam buah yang tak bernoda dari kebijaksanaan
pembebasan dan realisasi;
Kecemerlangan bunga empat kualitas yang menarik,
Akan membuat murid-murid yang beruntung mengerumuninya
seperti lebah.

Terutama sekali, kualitas seorang guru yang dapat dipercaya


seseorang untuk menerima penjelasan tentang esensi yang mendalam dari
sari instruksi Mantra Rahasia Vajrayana adalah sebagai berikut: Ia
156
seharusnya telah menjadi matang oleh suatu rentetan inisiasi sebagaimana
yang ditetapkan oleh tantra yang berharga, yang mengalir kepadanya
melalui suatu garis silsilah yang tak terputus. Ia mestinya tidak
melanggar samaya dan kaul yang telah ia janjikan saat menerima inisiasi.
Dengan tidak banyak emosi negatif dan pikiran yang mengganggu, ia
seharusnya tenang dan disiplin. Ia seharusnya telah menguasai
keseluruhan arti dari dasar, jalur dan tantra hasil Mantra Rahasia
Vajrayana. Ia seharusnya telah mencapai semua tanda sukses dalam
pendekatan dan tahap pemenuhan dari tingkat latihan, misalnya melihat
penampakan yidam. Setelah mengalami hakikat realita untuk dirinya
sendiri, ia sendiri seharusnya terbebaskan. Kesejahteraan orang lain
seharusnya menjadi perhatian satu-satunya, hatinya penuh dengan rasa
belas kasih. Ia seharusnya memiliki sedikit keasyikan, karena ia
menghentikan kemelekatan pada berbagai hal dari kehidupan duniawi.
Dengan berkonsentrasi pada kehidupan masa depan, kegemarannya
seharusnya hanya Dharma saja. Ia mestinya mendapatkan bahwa
samsara sepenuhnya menjijikkan setelah melihatnya sebagai penderitaan,
dan seharusnya mendorong orang lain untuk memiliki sikap yang sama.
Ia harus trampil dalam mengawasi murid-muridnya dan menggunakan
metoda yang sesuai untuk masing-masing mereka. Setelah memenuhi
semua perintah gurunya, ia seharusnya memegang berkah dari garis
silsilah. Sebagaimana dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Guru luar biasa yang memberi sari instruksi,


Telah menerima inisiasi, menjaga samaya, dan tenang;
Telah menguasai arti dari landasan, jalur dan tantra hasil;
Memiliki semua tanda pendekatan dan pemenuhan, dan bebas
karena realisasi;
Memiliki belas kasih yang tak terbatas dan hanya mempedulikan
orang lain;
Hanya memiliki sedikit aktivitas dan secara keseluruhan meng-
asyikkan diri dengan Dharma;
Ahli dalam metoda dan memiliki berkah silsilah.
Mengikuti guru seperti itu, maka pencapaian akan datang dengan
segera.

Pada sisi lain, ada jenis guru tertentu yang perlu kita hindari. Karak-
teristik mereka adalah sebagai berikut:

Guru yang seperti batu gerinda yang dibuat dari kayu. Guru-guru ini
tidak memiliki sedikit pun kualitas yang timbul dari studi, perenungan
dan meditasi. Dengan berpikir bahwa ia adalah putra atau kemenakan
yang mulia dari seorang Lama, maka keturunan mereka mestinya
157
seseorang yang lebih pandai dari pada siapa pun. Mereka memperta-
hankan kasta mereka seperti para Brahmana. Sekalipun mereka sudah
belajar, merenung dan bermeditasi sedikit, mereka tidak melakukannya
dengan niat yang murni demi kehidupan yang akan datang, tetapi untuk
pertimbangan yang lebih bersifat keduniawian – seperti mempertahankan
kedudukan mereka sebagai guru. Perihal pelatihan murid-murid, mereka
juga akan cocok untuk memenuhi fungsi yang tepat mereka sebagai batu
gerinda yang dibuat dari kayu.
Guru seperti katak dalam tempurung. Guru jenis ini kekurangan
kualitas khusus yang membedakan mereka dari orang biasa. Tetapi orang
lain memujanya berdasarkan keyakinan yang buta, dengan tanpa meneliti
mereka sama sekali. Terbuai oleh kebanggaan akan keuntungan dan
kehormatan yang mereka terima, mereka dengan sendirinya sangat tidak
peduli pada kualitas yang benar para guru yang besar. Mereka seperti
katak dalam tempurung.
Konon, suatu hari seekor katak tua yang selalu tinggal di kolam
dikunjungi oleh katak lain yang tinggal di pantai samudra.
"Darimana anda?" tanya katak yang tinggal di kolam.
"Aku datang dari samudra," jawab pengunjung tersebut.
"Seberapa besar samudra anda?" tanya katak kolam.
"Wah, sangat besar," jawab katak tersebut.
"Sekitar seperempat ukuran dari kolam saya?" tanyanya.
"O, lebih besar dari itu!" seru katak dari samudra.
"Kalau begitu, separuh ukurannya?"
"Bukan, lebih besar lagi!"
"Jadi, – sama ukuran dengan kolam?"
"Tidak, tidak! Jauh lebih besar lagi!"
"Itu mustahil!" kata katak yang tinggal di kolam. "Aku harus lihat
sendiri"
Kedua katak berangkat bersama-sama, dan konon ketika katak yang
tinggal di kolam melihat samudra, ia menjadi pingsan, kepala pecah, dan
ia meninggal.
Pemandu gila. Ini adalah guru yang memiliki sedikit pengetahuan,
tidak pernah berusaha untuk mengikuti guru terpelajar dan berlatih sutra
dan tantra. Emosi negatifnya yang kuat dengan kewaspadaan dan
kesadaran yang lemah membuat mereka lalai dalam kaul dan samaya.
Meski lebih rendah dari makhluk yang biasa, mereka meniru siddha dan
bertingkah laku seolah-olah perbuatan mereka lebih tinggi dari pada
langit. Dengan luapan kemarahan dan kecemburuan, mereka
memutuskan tali pertolongan rasa sayang dan belas kasih. Teman
spiritual seperti itu disebut pemandu gila, dan menuntun orang-orang
yang mengikutinya ke jalan yang salah.

158
Pemandu buta. Khususnya, seorang guru yang kualitasnya sama sekali
tidak melebihi diri anda dan yang kurang rasa sayang dan belas kasih
bodhichitta, tidak pernah akan bisa menyadarkan anda akan apa yang
sebaiknya dan yang tidak boleh anda lakukan. Guru seperti ini disebut
pemandu yang buta.

Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:

Seperti para brahmana, beberapa di antaranya mempertahankan


kasta mereka,
Atau dalam kekuatiran akan kelangsungan tanah pinjaman
mereka,
Merendam diri dalam studi dan renungan palsu,
Pemandu seperti itu bagaikan batu gerinda yang dibuat dari kayu.

Ada juga orang, walaupun tidak berbeda dari rakyat biasa,


Secara membabi buta didukung oleh keyakinan bodoh ma-
syarakat;
Terbuai oleh keuntungan, persembahan dan kehormatan,
Teman-teman seperti itu bagaikan katak di dalam tempurung.

Ada juga yang hanya memiliki sedikit pengetahuan dan


melalaikan samaya dan kaul mereka;
Pikiran mereka begitu rendah, namun tingkah lakunya setinggi
langit;
Mereka sudah memutuskan tali pertolongan rasa sayang dan
belas kasih –
Pemandu gila seperti ini hanya akan menyebarkan lebih banyak
kejahatan dan malapetaka.

Terutama sekali, mengikuti seseorang yang tidak lebih baik dari


anda sendiri,
Yang tidak memiliki bodhichitta, hanya tertarik oleh ketenaran,
Merupakan suatu kekeliruan yang sangat besar; dan dengan
gadungan seperti itu
Sebagai pemandu anda yang buta, anda akan mengembara lebih
dalam ke dalam kegelapan.

Guru Agung dari Uddiyana memperingatkan:

Tidak meneliti guru,


Adalah seperti meminum racun;
Tidak meneliti murid,
159
Seperti melompat dari suatu tebing curam.

Anda menempatkan kepercayaan anda pada guru spiritual anda demi


kehidupan masa depan anda. Adalah ia yang akan mengajar anda harus
berbuat apa dan tidak melakukan apa. Bersandar pada teman spiritual
palsu dengan tanpa menelitinya dengan saksama adalah memboroskan
pahala kebajikan yang telah anda kumpulkan selama seluruh kehidupan
anda, dan membuang nasib baik memperoleh kebebasan dan berkah
kehidupan manusia. Ini merupakan suatu kekeliruan yang fatal, sama
seperti mendekati seekor ular berbisa yang bergulung di bawah sebatang
pohon, dengan berpikir bahwa itu hanyalah bayang-bayang yang sejuk
dari pohon tersebut.

Dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Dengan tidak meneliti seorang guru dengan saksama,


Orang beriman menyia-nyiakan pahala yang dikumpulkan
mereka;
Seperti mengira ular yang ganas sebagai bayang-bayang pohon,
Tertipu seperti itu, mereka kehilangan kesempatan meraih
kebebasan.

Setelah meneliti dengan hati-hati dan membuat suatu penilaian yang


dapat dipercaya, jika anda menemukan bahwa guru tersebut memiliki
semua kualitas yang positif tersebut di atas, anda seharusnya tidak pernah
berhenti untuk menganggapnya sebagai Buddha yang sesungguhnya.
Guru ini yang memiliki semua atribut lengkap adalah perwujudan belas
kasih kebijaksanaan dari semua Buddha dari sepuluh penjuru, muncul
dalam wujud seorang manusia biasa hanya untuk memberi manfaat bagi
makhluk hidup. Sebagaimana dikatakan dalam Harta Karun Pahala
Kebajikan:

Guru dengan kualitas lengkap yang tanpa batas,


Adalah kebijaksanaan dan belas kasih dari semua Buddha;
Muncul dalam bentuk manusia demi semua makhluk hidup,
Ia adalah sumber yang tiada bandingannya dari semua pencapaian.

Guru yang benar seperti itu dapat dengan mahir menuntun orang-
orang biasa yang memerlukan bantuannya. Perbuatan sehari-harinya
sesuai dengan orang-orang biasa. Tetapi pada kenyataannya, pikiran
kebijaksanaannya adalah pikiran seorang Buddha, sehingga ia sepenuh-
nya berbeda dari semua orang. Setiap perbuatannya hanyalah aktivitas
seorang yang sudah tercerahkan yang disesuaikan dengan sifat pikiran
160
orang yang dibantunya. Dengan demikian ia unik dan mulia. Trampil
dalam menghilangkan keraguan, ia dengan sabar memikul semua rasa
tidak berterima kasih dan rasa kecil hati yang ditimbulkan oleh murid-
muridnya, seperti seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Dikatakan
dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Dari sudut pandang pengertian biasa, perbuatannya tak berbeda


dengan kita semua;
Dari sudut pandang makna definitif, ia beda sepenuhnya dengan
kita semua;
Realisasinya membuat ia paling mulia di antara kita semua;
Dengan ketrampilannya, dengan sabar ia menanggung segala rasa
kecil hati, serta menghilangkan keraguan kita.

Seorang guru dengan semua kualitas seperti ini adalah bagaikan suatu
kapal dengan mana kita menyeberangi samudra samsara yang maha luas.
Bagaikan seorang nakhoda, ia dengan tak kunjung habisnya memetakan
rute ke pembebasan dan kemahatahuan kepada kita. Bagaikan cucuran
nektar, ia memadamkan kobaran api perbuatan dan emosi negatif. Ba-
gaikan matahari dan bulan, ia menyebar terang Dharma dan membubar-
kan kegelapan pekat ketidak-tahuan. Bagaikan bumi, ia dengan sabar
menanggung semua rasa tidak berterima kasih dan berkecil hati, dan yang
mencakup dalam pikirannya yang luas akan pandangan dan perbuatannya.
Bagaikan pohon pengabul harapan, ia adalah sumber pertolongan dalam
kehidupan ini dan semua kebahagiaan kehidupan berikutnya. Bagaikan
jambangan yang sempurna, ia adalah harta karun dari semua variasi yang
tak terbayangkan dari kendaraan-kendaraan dan doktrin yang diperlukan
seseorang. Bagaikan permata pengabul harapan, ia membentang aspek
yang tak terbatas dari empat aktivitas 130 sesuai dengan kebutuhan
makhluk hidup. Bagaikan seorang ibu atau ayah, ia mencintai setiap
makhluk hidup yang tak terhitung banyaknya dengan cinta kasih yang
sama, tanpa kemelekatan pada orang yang dekat dengannya dan
kebencian pada yang lain. Bagaikan sungai yang besar, rasa belas
kasihnya sangat luas sehingga meliputi semua makhluk tanpa batas
seperti ruang angkasa dan begitu cepat, sehingga ia dapat membantu
siapa saja yang sedang menderita dan tanpa pelindung. Bagaikan raja
gunung, kegembiraannya pada kebahagiaan orang lain begitu kokoh

130
Empat aktivitas: 1. Penghentian: Menghilangkan penyakit sendiri atau orang lain, setan,
kejahatan dan pelanggaran lainnya; 2. Peningkatan: Meningkatkan reputasi, kekayaan,
status, kebijaksanaan, dll.; 3. Pengayoman: Mendapatkan kepercayaan diri, lalu
mengayomi semua orang dan bukan manusia; 4. Penghancuran: dengan kekuatan
belaskasih tanpa keegoisan, lewat yidam berwujud murka mengusir makhluk jahat atau
memindahkannya ke alam suci.
161
sehingga tidak bisa digeser oleh kecemburuan, atau diguncang oleh tidak
mantapnya kepercayaan terhadap realitas dari hal-hal yang tampak.
Seperti hujan yang turun dari awan, kenetralannya tidak pernah
dipengaruhi oleh kemelekatan atau kebencian. Harta Karun Pahala
Kebajikan mengatakan:

Ia adalah kapal besar yang membawa kita ke seberang lautan


samsara, nakhoda yang tak pernah gagal dalam jalan mulia;
Hujan nektar yang memuaskan rasa haus neraka emosi dan
perbuatan;
Matahari dan bulan yang mengusir kegelapan ketidak-tahuan.

Ia adalah bumi yang sangat sabar;


Pohon pengabul harapan, sumber pertolongan dan kebahagiaan;
Jambangan sempurna yang berisi harta karun Dharma;
Ia menyediakan semuanya, lebih dari suatu permata pengabul
harapan.

Ia adalah seorang ayah dan ibu, dengan kasih sayang yang sama;
Belas kasihnya luas dan cepat bagaikan sungai yang besar;
Kegembiraannya tak berubah seperti raja pegunungan;
Kenetralannya tidak bisa dipengaruhi, seperti hujan dari awan.

Guru seperti itu setara dengan semua Buddha dalam belas kasih dan
berkahnya. Mereka yang membuat suatu hubungan yang positif de-
ngannya akan mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan. Bahkan
mereka yang membuat hubungan yang negatif dengannya pun akhirnya
akan dituntun keluar dari samsara.

Guru seperti itu sama dengan semua Buddha;


Bahkan mereka yang mencelakakannya pun akan dibawa ke alur
kebahagiaan;
Mereka yang mempercayakan diri kepadanya dengan keyakinan
yang tulus,
Akan ditebari dengan karunia dan pembebasan.

II. MENGIKUTI GURU

Anda yang terhormat, anda perlu mengandaikan anda sebagai


seseorang yang sedang sakit ….

162
Demikianlah permulaan dari rangkaian kiasan dalam Avatamsaka
Sutra. Orang-orang yang sakit menempatkan diri mereka di bawah
perawatan seorang dokter yang trampil. Wisatawan pada jalan yang
berbahaya mempercayakan diri mereka pada pengawal yang berani.
Orang-orang yang takut akan musuh, perampok atau binatang buas
mengandalkan teman untuk perlindungan. Pedagang-pedagang yang
menuju ke negeri seberang samudra mempercayakan diri mereka kepada
seorang nakhoda. Pelancong yang menggunakan perahu untuk
menyeberang sungai mempercayakan diri mereka kepada tukang dayung.
Dengan cara yang sama, untuk melindungi diri kita dari kematian,
kelahiran kembali dan emosi negatif, kita harus mengikuti seorang guru,
seorang teman spiritual. Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:

Seperti orang sakit bersandar pada dokternya,


Wisatawan pada pengawalnya,
Orang yang takut kepada rekannya,
Para pedagang pada nakhoda mereka,
Dan para penumpang perahu pada tukang dayung mereka.
Jika kelahiran, kematian dan emosi negatif adalah musuh yang
anda takuti,
Percayakan diri anda pada seorang guru.

Seorang murid yang diperisai dengan tekad kemauan untuk tidak


pernah menjengkelkan gurunya, meski dengan mengorbankan hidupnya,
dengan pikiran yang cukup stabil, tidak tergoyahkan oleh keadaan ling-
kungan, yang melayani gurunya tanpa memperhatikan kesehatan atau
keselamatan dirinya sendiri, dan mematuhi setiap perintah dengan bekerja
sekuat tenaga – orang seperti itu akan terbebaskan dengan hanya melalui
rasa baktinya terhadap guru tersebut itu saja.

Mereka yang diperisai dan alasan yang kokoh;


Melayani guru dengan mengabaikan kesehatan atau hidupnya;
Mematuhi perintahnya dan bekerja sekuat tenaga;
Akan terbebaskan oleh kekuatan devosi itu saja.

Untuk mengikuti guru, anda perlu memiliki keyakinan yang dalam


terhadapnya, sehingga anda merasa dia adalah seorang Buddha yang
nyata. Anda perlu memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan terhadap
ajaran, sehingga anda dapat mengenali kebijaksanaan yang mendasari
perbuatannya yang trampil, dan menyerap apa pun juga yang ia ajarkan.
Anda perlu memiliki rasa belas kasih yang mendalam terhadap semua
mereka yang sedang menderita dengan tidak ada satu orang pun yang
melindunginya. Anda perlu menghormati janji dan samaya yang telah
163
disuruh guru anda untuk menjaganya, dan harus tenang dan terkendali
dalam semua perbuatan, kata-kata dan pikiran anda. Pandangan anda
haruslah cukup luas sehingga anda dapat menerima apa pun juga yang
mungkin guru dan teman spiritual lakukan. Anda harus sangat dermawan,
sehingga anda bersedia memberi guru apa pun juga yang anda miliki.
Persepsi anda akan segala sesuatu harus murni, tidak tercemar dan selalu
suka mengeritik. Anda harus merasa malu melakukan perbuatan yang
salah, karena takut akan tidak menyenangkannya.

Memiliki keyakinan, kebijaksanaan, pengetahuan dan belas kasih


yang dalam;
Menghormati janji dan samaya; mengendalikan tubuh, ucapan
dan pikiran;
Dermawan dan lapang dada;
Memiliki pandangan yang murni dan rasa malu.

Avatamsaka Sutra dan teks lain juga menunjukkan bahwa ketika


mengikuti seorang guru, kita harus seperti seekor kuda yang
sempurna, selalu bertindak menurut keinginan guru dalam setiap situasi,
dengan trampil menghindari semua perbuatan yang akan
menjengkelkannya, dan tidak pernah menjadi kecewa atau marah bahkan
ketika ia menegur kita. Seperti perahu, kita jangan pernah merasa lelah
pulang dan pergi mengambil pesan atau melakukan layanan lain untuknya.
Bagaikan jembatan, tidak ada yang tidak dapat kita tahan, bagaimanapun
enak atau tidaknya pekerjaan yang ditugaskan. Seperti landasan tukang
besi, kita harus menahan panas, dingin dan semua kesulitan. Seperti
seorang pelayan, kita perlu mematuhi setiap perintah. Seperti tukang
sapu, kita harus tidak pernah sombong, tetapi selalu mengambil posisi
yang paling rendah. Seperti banteng dengan tanduk yang patah, kita
perlu meninggalkan keangkuhan dan menghormati semua orang.

Trampil dengan tidak pernah menjengkelkan guru;


Dan tidak pernah marah akan tegurannya, seperti seekor kuda
sempurna;
Tidak pernah bosan datang dan pergi seperti perahu;
Menanggung apa pun juga, baik atau buruk, seperti jembatan;
Menahan panas dan dingin, seperti besi landasan;
Mematuhi setiap perintah, seperti seorang pelayan;
Menyingkirkan semua kebanggaan, seperti tukang sapu;
Dan bebaskan diri dari keangkuhan, seperti banteng dengan
tanduk yang patah;
Inilah yang dikatakan dalam pitaka, bagaimana cara mengikuti
seorang guru.
164
Ada tiga jalan untuk menyenangkan guru dan melayaninya. Cara
yang paling baik adalah mempersembahkan latihan dengan tidak
mengindahkan semua kesukaran menerapkan apa pun yang ia ajarkan
dalam latihan dengan rasa yakin. Cara yang menengah adalah melayani
dengan badan dan ucapan, melayani dan melakukan apa pun yang ia
tugaskan secara fisik, ucapan atau pikiran. Cara yang paling rendah
adalah dengan persembahan sesuatu, yang berarti menyenangkan guru
dengan memberinya barang-barang material, makanan, uang dan
sebagainya.

Memberikan kekayaan yang anda miliki kepada guru;


Menghormati dan melayaninya dengan badan dan ucapan;
Tiada satu pun perbuatan ini akan sia-sia;
Tetapi dari ketiga cara untuk menyenangkannya, latihan adalah
yang terbaik.

Betapapun tidak dapat anda pahami cara guru anda bertindak, selalu-
lah memelihara persepsi yang murni, dan mengenali cara melakukan
berbagai hal sebagai metoda yang trampil.
Pandita Naropa yang agung sudah sangat terpelajar dan memiliki
pencapaian yang tinggi. Tetapi yidamnya memberitahu kepadanya
bahwa guru dari kehidupan sebelumnya adalah Tilopa yang agung, dan
untuk menemukannya, ia perlu pergi ke India Timur. Naropa berangkat
dengan seketika, tetapi ketika tiba di timur, ia tidak tahu ke mana untuk
menemukan Tilopa. Ia bertanya kepada penduduk setempat, tetapi
mereka tidak mengenal siapa Tilopa.
"Apakah tidak ada orang di daerah ini yang bernama Tilopa?" ia ber-
tanya dengan tegas.
"Ada seseorang yang dipanggil Tilopa orang kasta buangan, atau
Tilopa si Pengemis." Naropa berpikir, "Perbuatan siddha adalah tidak
mudah dimengerti. Boleh jadi itu adalah dia." Ia bertanya di mana
Tilopa si Pengemis tinggal.
"Di dinding yang rusak itu di sana, di mana asap sedang mengepul
itu," jawab mereka.
Ketika ia sampai ke tempat yang ditunjuk, ia menemukan Tilopa
duduk di depan suatu keranjang ikan. Ada beberapa ekor yang masih
hidup dan ada yang sudah mati. Tilopa mengambil seekor ikan. Lalu
dipanggangnya di atas api dan menaruhnya ke dalam mulutnya, dan
menjentikkan jarinya. Naropa bersujud di depannya dan memohon Tilopa
untuk menerimanya sebagai murid.
"Kamu lagi bilang apa?" Tilopa berkata. "Aku hanyalah pengemis"
Tetapi Naropa memohon dengan sangat, maka Tilopa menerima dia.

165
Tilopa bukan membunuh ikan itu hanya karena ia lapar dan tidak bisa
menemukan sesuatu untuk dimakan. Ikan adalah makhluk yang sama
sekali tidak memiliki pengetahuan harus berbuat apa dan tidak berbuat
apa dengan banyak perbuatan yang negatif. Tilopa memiliki kekuatan
untuk membebaskan mereka. Dengan memakan daging mereka, ia
membuat suatu hubungan dengan kesadaran mereka, yang kemudian
dipindahkan ke alam Buddha yang murni.
Demikian juga, Saraha hidup sebagai tukang panah, Savaripa sebagai
pemburu, dan kebanyakan siddha India yang hebat lainnya juga
menjalani cara hidup yang sangat rendah, bahkan sering sebagai orang
kasta buangan. Oleh sebab itu adalah penting tidak menafsir perbuatan
apa pun dari guru anda secara salah. Latihlah agar anda selalu memiliki
persepsi yang murni.

Jangan salah menafsir bagaimana ia bertindak;


Kebanyakan siddha India hidup
Sebagai penjahat, orang kasta buangan,
Malah lebih rendah dibanding yang paling rendah.

Orang-orang yang mengabaikan hal ini, yang terus menerus salah


menafsir dan mengkritik apa yang dilakukan guru mereka, konon akan
mendapatkan kesalahan Hyang Buddha jika mereka tinggal cukup lama
dengan-Nya.
Bhiksu Sunaksatra adalah saudara Buddha. Ia melayani Buddha
selama duapuluh empat tahun dan dapat menghafal semua duabelas
kategori ajaran pitaka. Tetapi ia melihat segala yang Buddha lakukan
adalah salah, dan akhirnya sampai pada kesimpulan yang salah, di mana
selain aura selebar enam kaki, tidak ada perbedaan antara Buddha dengan
dirinya.

Selain cahaya di sekitar badanmu yang enam kaki lebarnya;


Dalam duapuluh empat tahun melayani anda, tidak pernah saya
lihat
Bahkan sebesar biji wijen pun kualitas khusus anda;
Tentang Dharma, aku mengetahui sebanyak yang anda ketahui –
dan saya tidak akan jadi pelayanmu lagi!

Sesudah berkata demikian, maka ia pun pergi. Setelah itu, Ananda


menjadi pelayan pribadi Buddha. Ia bertanya kepada Buddha di mana
Sunaksatra akan terlahirkan kembali.
"Dalam waktu satu minggu," jawab Buddha, "hidup Sunaksatra akan
berakhir dan ia akan terlahir kembali sebagai preta di taman bunga"

166
Ananda pergi mengunjungi Sunaksatra dan menceritakan kepadanya
apa yang Buddha katakan. Sunaksatra berpikir. "Kadang-kadang, kebo-
hongan-Nya bisa sungguh-sungguh terjadi. Maka selama tujuh hari saya
sebaiknya sangat berhati-hati. Pada akhir minggu, saya akan membuat
dia menarik kembali ucapannya."
Ia melewati minggu itu dengan berpuasa. Namun, pada pagi hari yang
ketujuh, kerongkongannya terasa sangat kering, maka ia minum sedikit
air. Tetapi ia tidak bisa mencerna air tersebut dengan baik, dan ia
meninggal. Ia terlahir kembali di taman bunga sebagai preta dengan
sembilan macam penampilan buruk.

Kapan saja anda melihat kesalahan apa pun dari guru yang mulia,
kamu seharusnya merasa sangat malu. Hal itu mencerminkan pandangan
mental anda yang tidak murni. Semua perbuatannya adalah selalu tepat
dan sempurna. Perkuat persepsi murni anda terhadapnya dan tingkatkan
keyakinan anda.

Tanpa menguasai persepsi anda,


Mencari kesalahan pihak lain adalah suatu kesalahan yang tak
terkira.
Walaupun ia dapat menghafal dua belas macam ajaran,
Bhiksu Sunaksatra, biarawan yang dikuasai oleh niat jahat,
Melihat perbuatan Hyang Buddha sebagai kesalahan.
Pikirkan hal ini secara saksama dan kuasai diri anda.

Ketika guru sepertinya sangat marah kepada anda, janganlah marah.


Sebagai gantinya, ingatkan diri anda bahwa ia telah mendapatkan
beberapa kesalahan anda dan melihat bahwa ini adalah waktu untuk
mengkoreksinya dengan ledakan seperti itu. Ketika kemarahannya telah
reda, pergilah kepadanya, dan akui kesalahanmu dan berjanji untuk tidak
mengulanginya. Dikatakan dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:

Jika guru anda tampak marah, ini menyimpulkan bahwa ia telah


melihat
Suatu kesalahan anda yang sudah saatnya dikoreksi dengan
tegurannya;
Akui dan berjanji tidak pernah mengulanginya lagi. Begitulah
anda hendaknya bijaksana;
Dan tidak jatuh di bawah kuasa Mara.

Di hadapan guru, berdirilah kapan saja ia berdiri sebagai ganti hanya


tetap duduk. Ketika ia duduk, tanyakan kesehatannya. Tanyakan diri
anda apakah ada sesuatu yang diperlukan dan periksa dari waktu ke
167
waktu sedemikian sehingga anda dapat membawa apa pun yang ia
perlukan.
Ketika berjalan dengannya sebagai pengawalnya, hindari berjalan di
depannya. Hal itu berarti membalikkan punggung anda padanya. Namun,
jangan berjalan di belakangnya, sebab anda akan menginjak jejak kakinya.
Tidak juga anda boleh berjalan disebelah kanannya, karena tempat
tersebut dianggap sebagai tempat kehormatan. Sebagai gantinya, tetap
berjalan dengan hormat di sebelah kiri dan agak di belakang. Seandainya
jalan tidak rata, tidak ada salahnya untuk minta ijin kepadanya untuk
berjalan di depan.
Jangan menginjak alas duduknya atau menggunakan bantalnya.
Jangan mengetuk pintu kamar guru dengan kasar atau membantingnya
dengan keras, tetapi lakukan dengan perlahan. Hindari semua kata-kata
yang sombong atau ketidakpuasan pada saat kehadirannya. Begitu juga,
hindari berdusta, mengatakan sesuatu dengan tanpa dipertimbangkan
sebelumnya, atau mengatakan kata-kata yang tidak tulus, tertawa dan
bercanda, bertingkah bodoh, dan mengobrol tentang sesuatu yang tidak
perlu atau tidak ada hubungannya. Belajarlah untuk bertindak dengan
cara yang baik, memperlakukannya dengan rasa hormat dan perasaan
kagum, dan tidak pernah dengan asal-asalan.

Jangan tinggal duduk ketika guru berdiri;


Ketika ia duduk, bawakan semua yang ia perlukan dengan
khidmat;
Jangan berjalan di depan, di belakang maupun pada sisi kanan;
Tidak menghormati bantal atau tempat duduknya akan merusak
pahala anda;
Jangan membanting pintu; jangan bersikap sombong atau
cemberut;
Hindari berdusta, tertawa, mengobrol;
Layani dia dengan badan, ucapan, dan pikiran dengan sabar.

Jika ada orang yang mengkritik atau membenci guru anda, jangan
perlakukan mereka sebagai teman anda. Jika anda sanggup mengubah
sikap siapa saja yang tidak memiliki keyakinan terhadapnya atau yang
meremehkannya, anda perlu melakukannya. Tetapi jika hal itu tidak
mungkin, hindarilah terlalu terbuka dan membuat percakapan yang akrab
dengan orang-orang seperti itu.

Jangan perlakukan mereka yang mengeritik atau membenci guru


anda sebagai teman;
Ubahlah pikiran mereka jika anda bisa.

168
Jika anda berbicara secara terbuka dengan mereka, pengaruh
yang kuat
Dari tindakan mereka yang salah akan merusak samaya anda.

Berapa pun banyaknya waktu yang harus anda habiskan dengan rom-
bongan pengiring guru anda atau dengan saudara-saudara vajra anda,
janganlah merasa lelah atau terganggu oleh mereka, tetaplah ramah
seperti sabuk yang nyaman. Korbankan kepentingan sendiri dan
bergabunglah dalam pekerjaan apa pun, bercampur dengan mudah
bagaikan garam dalam makanan. Ketika orang-orang berbicara dengan
kasar kepada anda atau mau bertengkar dengan anda, atau ketika
tanggung-jawab yang harus anda pikul terlalu besar, bersiaplah untuk
menahan apa pun, seperti tiang penyangga.

Waktu bersama saudara vajra dan pelayan guru,


Bertindaklah seperti sabuk, jadilah teman yang baik;
Bagaikan garam, mudah dicampurkan;
Dan seperti tiang penyangga yang tak kenal lelah menahan beban.

III. MENELADANI REALISASI DAN PERBUATAN GURU

Ketika anda sudah berpengalaman dalam cara mengikuti guru anda,


anda harus seperti seekor angsa yang meluncur dengan lembut di atas
danau yang tak tercemar, bergembira dalam air tanpa membuatnya
menjadi keruh. Atau seekor lebah di taman bunga, mengambil madu
tanpa merusak warna dan wangi mereka. Anda hendaknya tidak merasa
letih melakukan apa pun juga yang diperintahkannya. Dengan cepat
mengerti dan melalui keyakinan dan ketabahan anda, anda jadikan diri
anda diisi dengan kualitas pengetahuan, renungan dan meditasinya,
seperti isi sebuah bejana sempurna yang dituangkan ke dalam bejana lain.

Seperti seekor angsa yang berenang pada danau yang sempurna,


Atau lebah yang mengecap madu bunga,
Tidak pernah merasa jemu bersama guru,
Tetapi diilhami, dan selalu mau mengikuti kemauannya;
Melalui devosi seperti itu, anda akan mengalami semua
kualitasnya.

Kapan saja guru yang mulia menghimpun pahala dan kebijaksanaan


yang besar melalui aktivitas Bodhisattvanya, keikut-sertaan anda dengan
persembahan barang yang sedikit saja, atau usaha dari badan atau ucapan,
atau bahkan hanya mempersembahkan kegembiraan anda akan hal yang
169
dilakukannya, akan membawakan anda pahala sebanyak yang terpancar
dari niat agungnya sendiri.
Sebagai contoh, suatu ketika ada dua orang bepergian ke Lhasa. Satu-
satunya makanan yang dimiliki salah satu dari mereka adalah segenggam
tsampa berwarna coklat yang terbuat dari kacang. Ia memberinya kepada
temannya, yang mencampurnya dengan persediaannya yang berlimpah
dari tsampa gandum putih. Beberapa hari kemudian, pelancong yang
lebih kaya berkata kepada teman seperjalanannya tersebut, "Tsampa-mu
mungkin sudah habis sekarang." "Mari kita lihat," kata orang tersebut.
Lalu mereka melakukannya, dan ternyata masih ada tsampa kacang yang
tersisa. Walaupun mereka mengecek beberapa kali, tsampa kacang tidak
pernah habis, sedemikian sehingga pada akhirnya mereka harus berbagi
semua tsampa bersama.
Demikian juga, dengan hanya memberikan suatu kontribusi material
yang kecil ke dalam perbuatan positif orang lain, atau dengan mengambil
bagian secara fisik atau secara lisan, anda dapat memperoleh pahala
kebajikan sebanyak yang mereka peroleh. Khususnya, melayani
keperluan guru sehari-hari, membawakan pesan untuknya atau bahkan
hanya menyapu ruangannya merupakan suatu cara yang manjur untuk
menghimpun pahala kebajikan. Oleh sebab itu cobalah melakukan hal-
hal seperti itu sebanyak mungkin.

Semua perbuatan sejalan dengan tujuan seorang guru yang suci,


Dengan sungguh-sungguh ikut serta dalam aktivitas bodhichitta,
Dan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan, semua usaha
Untuk melayaninya, membawakan pesan atau hanya menyapu
lantai,
Akan membuahkan hasil. Ini adalah cara yang paling baik untuk
menghimpun pahala.

Dari semua sumber perlindungan yang tertinggi atau kesempatan


untuk mengumpulkan pahala, tidak ada yang melebihi guru. Terutama
ketika ia sedang memberi suatu inisiasi atau ajaran, belas kasih dan
berkah semua Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh penjuru mengalir
masuk ke dalam dirinya. Ia menjadi tak terpisahkan dengan semua
Buddha. Oleh karena itu, pada waktu seperti itu, bahkan memberikan
sesuap makanan saja akan lebih berharga dibanding ratusan atau ribuan
persembahan pada waktu lain.
Pada tahap pengadaan dalam latihan deity, banyak bentuk yang
berbeda dari deity tertentu kepada siapa kita bermeditasi. Namun sifat
dasar dari semua deity tersebut tidak lain adalah guru akar anda. Jika
anda mengetahui hal tersebut, maka berkah akan datang dengan cepat.
Semua cara berkembangnya kebijaksanaan pada tahap kesempurnaan,
170
hanya tergantung pada kekuatan devosi anda terhadap guru anda. Hanya
dengan menggabungkan keyakinan dan berkah dari guru saja, maka
kebijaksanaan realisasi guru bisa timbul di dalam diri anda sendiri. Inti
sari dari apa yang harus direalisasi dalam semua tahap latihan, termasuk
dalam tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, dengan demikian
adalah terkandung dalam diri guru. Itulah sebabnya mengapa sutra dan
tantra menggambarkan guru sebagai seorang Buddha.

Mengapa ia merupakan tempat perlindungan dan ladang pahala?


Sebab yoga bagian dalam dan luar dari pencapaian seorang guru
Berisi inti sari dari apa yang diharapkan untuk direalisasi melalui
tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
Itulah sebabnya mengapa semua sutra dan tantra mengatakan
bahwa guru adalah Buddha sendiri.

Walaupun pikiran kebijaksanaan dari seorang guru yang mulia tidak


dapat dipisahkan dari semua Buddha, dalam rangka memandu murid-
muridnya yang tidak murni seperti kita, ia menampakkan diri dalam
bentuk manusia biasa. Maka, selagi kita dapat bersamanya, kita harus
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan apa pun yang ia katakan,
guna mempersatukan pikiran kita dengannya melalui ketiga macam
layanan tersebut.
Ada orang tidak melayani, menghormati dan mematuhi guru mereka
selagi gurunya masih hidup, namun sesudah gurunya meninggal, ia
menyatakan bahwa ia bermeditasi pada gambarnya. Yang lain lagi
mengaku terserap dalam perenungan dari keadaan alami dan mencari
bermacam-macam keadaan mendalam di berbagai tempat, sebagai ganti
berdoa dengan rasa bakti sehingga mereka dapat menerima kualitas dari
kebebasan dan perwujudan kebijaksanaan guru dalam diri mereka. Ini
disebut sebagai "berlatih berlawanan dengan latihan."
Pertemuan dan tuntunan guru dalam masa bardo hanya dapat
berlangsung karena suatu koneksi yang telah diciptakan oleh rasa bakti
yang tak terbatas dari kita sendiri dan kekuatan doa dan belas kasih guru.
Meskipun guru tidak datang secara fisik, namun jika anda kurang rasa
bakti, bagaimanapun sempurnanya seorang guru, ia tidak akan muncul
untuk menuntun anda dalam masa bardo.

Kebanyakan orang bodoh merenung pada potretnya,


Tetapi tidak menghormatinya selagi ia ada;
Mereka mengaku bermeditasi dalam keadaan alami, tetapi tidak
mengetahui pikiran guru;
Betapa menderita berlatih berlawanan dengan latihan!

171
Tanpa rasa bakti, adalah sulit untuk bertemu dengan guru di alam
bardo!

Pada dasarnya, anda perlu memeriksa guru dengan hati-hati. Ini


berarti bahwa sebelum terikat dengannya melalui inisiasi dan ajaran, anda
perlu menelitinya dengan hati-hati. Jika anda menemukan bahwa ia
mempunyai semua karakteristik seorang guru, ikutilah dia. Jika ada
beberapa di antaranya yang kurang, jangan ikuti dia. Tetapi, mulai anda
mengikutinya, belajarlah untuk memiliki keyakinan padanya dan lihatlah
dia dengan persepsi yang murni, hanya memikirkan kebaikannya dan
memandang apa pun yang ia kerjakan sebagai hal yang positif. Mencari
kekurangannya hanya akan membawakan anda hal-hal buruk yang tidak
dapat dibayangkan.
Untuk meneliti guru, pada umumnya berarti memeriksa apakah ia
memiliki semua kualitas yang diuraikan dalam sutra dan tantra. Khusus-
nya, yang mutlak diperlukan adalah bahwa ia perlu memiliki bodhichitta,
pikiran pencerahan. Oleh sebab itu meneliti seorang guru bisa diringkas
ke dalam hanya satu pertanyaan: apakah ia memiliki atau apakah ia tidak
memiliki bodhichitta. Jika ia memilikinya, ia akan melakukan apa pun
juga yang terbaik untuk para muridnya di kehidupan ini dan dalam
kehidupan yang akan datang, dan mengikutinya tidak bisa lain dari pada
menguntungkan. Dharma yang diajar oleh guru seperti itu ada hubungan
dengan Kendaraan Agung, dan hanya akan menuntun anda ke jalur yang
otentik. Pada sisi lain, seorang guru yang kekurangan bodhichitta masih
mempunyai keinginan yang egois, dan dengan demikian tidak bisa
mengubah sikap para muridnya dengan baik. Dharma yang diajarkan,
bagaimanapun mengagumkan dan dalam tampaknya, hanya akan
bermanfaat untuk hal-hal biasa dari kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu pertanyaan yang satu ini meringkas semua poin yang
lain untuk diteliti pada seorang guru. Jika hati guru berisi bodhichitta,
ikuti dia, sebagai apa pun ia mungkin tampak secara luarnya. Jika ia
kekurangan bodhichitta, jangan ikuti dia, bagaimanapun sempurnanya
kekecewaannya terhadap dunia, ketetapan hatinya untuk memperoleh
pembebasan, ketekunan latihannya dan sikap yang tampak pada mulanya.
Untuk orang-orang biasa seperti kita, bagaimanapun, tidak ada jumlah
penelitian saksama yang dapat mengungkapkan kepada kita kualitas yang
luar biasa dari makhluk yang mulia, yang menyembunyikan sifat mereka
yang sebenarnya. Sementara itu, jumlah penipu yang mengaku orang
suci berlimpah, trampil dalam seni penipuan. Guru yang tertinggi adalah
dengan siapa kita berhubungan dalam kehidupan yang terdahulu. Buat
dia, penelitian kita adalah tidak perlu. Hanya bertemu dengannya saja,
hanya mendengar suaranya saja – atau bahkan hanya mendengar

172
namanya saja – dapat mengubah segalanya dengan segera dan
menggerakkan keyakinan kita sehingga bulu kuduk kita berdiri.

Rongtön Lhaga berkata kepada Jetsun Milarepa, "Guru kehidupan


masa lampau anda adalah makhluk yang paling baik, ia adalah raja
penterjemah yang dikenal sebagai Marpa dari Lhodrak. Ia hidup di
Vihara Trowolung di daerah selatan. Pergilah dan cari dia!"
Mendengar nama Marpa saja cukup untuk membangunkan Milarepa
suatu keyakinan yang luar biasa. Ia berpikir, "Aku harus bertemu dengan
guru ini dan menjadi muridnya, meski jika itu berarti harus mempertaruh-
kan jiwa saya." Ia menceritakan, pada hari di mana mereka bertemu,
Marpa telah ada di jalan, tetapi pura-pura membajak sawah. Ketika Mila
melihatnya pertama kali, ia tidak mengenalinya sebagai gurunya. Meski-
pun demikian, untuk sesaat semua pikiran resahnya berhenti dan ia
berdiri terpaku.
Secara umum, guru yang kita temukan ditentukan oleh kemurnian atau
ketidak-murnian persepsi kita, dan kekuatan perbuatan masa lampau.
Maka, apa pun juga kemungkinan jenis guru di mana anda telah
menerima Dharma dan bimbingan pribadi, janganlah pernah berhenti
untuk menganggapnya sebagai seorang Buddha yang nyata. Karena
tanpa adanya kondisi-kondisi baik yang diciptakan oleh perbuatan anda di
masa lampau, anda pasti tidak pernah memiliki keberuntungan untuk
bertemu dengan seorang guru yang sempurna. Lebih dari itu, jika
persepsi anda tidak murni, anda bisa bertemu dengan Buddha sendiri,
namun tetap saja tidak mampu melihat kualitas yang ia miliki. Guru yang
sudah anda jumpai karena kekuatan perbuatan masa lampau anda, dan
yang kebaikannya sudah anda terima adalah merupakan hal yang paling
utama.

Pada tahap pertengahan, ikuti guru dengan sungguh-sungguh, mema-


tuhinya dalam semua hal dengan tidak mengindahkan kesulitan, panas,
dingin, rasa lapar, dahaga dan seterusnya. Berdoalah kepadanya dengan
keyakinan dan rasa bakti. Mintalah nasihatnya dalam hal apa pun juga
yang akan anda lakukan. Apa pun yang ia katakan kepada anda, taruhlah
ke dalam latihan, bersandarlah padanya secara keseluruhan.

Pada tahap akhir, meneladani perbuatan dan realisasi guru, yang terdiri
dari secara hati-hati meneliti cara ia bertindak dan melakukannya persis
seperti yang ia lakukan. Sebagaimana kata peribahasa, "Setiap perbuatan
adalah suatu tiruan; ia yang meniru terbaik, akan melakukannya terbaik."
Bisa dikatakan bahwa praktek Dharma adalah meniru Buddha dan
Bodhisattva masa lampau. Sebagai seorang murid yang belajar meniru
gurunya, ia harus menyesuaikan diri dengan sungguh-sungguh cara
173
bertindak dan realisasi guru. Murid harus seperti tsa-tsa cetakan dari
guru tersebut. Sebagaimana halnya tsa-tsa adalah reproduksi semua pola
yang terukir pada cetakan, dengan cara yang sama, murid perlu
meyakinkan dirinya bahwa ia memperoleh kualitas serupa dengan, atau
sedikitnya sangat dekat dengan yang dimiliki gurunya.
Seseorang yang awalnya meneliti gurunya, kemudian mengikutinya
dengan trampil, dan akhirnya meneladani perbuatan dan realisasinya
dengan trampil, akan selalu dalam alur yang otentik.

Pada awalnya, dengan trampil meneliti guru;


Di pertengahan, dengan trampil mengikutinya;
Pada akhirnya, dengan trampil meneladani realisasi dan
perbuatannya.
Seorang murid yang mengerjakan hal yang demikian akan berada
dalam jalan yang benar.

Sekali anda berjumpa dengan seorang teman spiritual yang mulia


dengan semua kualitas yang diperlukan, ikutilah dia dengan tanpa pamrih
seumur hidup – sama halnya dengan Bodhisattva Sadaprarudita
mengikuti Bodhisattva Dharmodgata, Pandita Naropa yang agung
mengikuti Tilopa yang mulia, dan Jetsun Mila mengikuti Marpa dari
Lhodrak.

Pertama-tama akan diceritakan bagaimana Bodhisattva Sadaprarudita


menjadi murid Dharmodgata. 131 Sadaprarudita sedang mencari Prajna-
paramita, ajaran kebijaksanaan transenden. Pada suatu hari, pengemba-
raannya membawanya ke sebidang tanah kosong, di mana ia mendengar
suara dari langit yang berkata, " O putra yang beruntung, pergilah ke arah
timur dan kamu akan mendengar Prajnaparamita. Janganlah hiraukan
tidur, lelah, panas atau dingin, siang hari atau malam hari. Janganlah
melihat ke kanan maupun ke kiri. Dengan segera kamu akan menerima
Prajnaparamita dalam wujud buku atau dari seorang biarawan yang
mengajar Dharma. Pada waktu itu, putra yang beruntung, ikuti orang
yang mengajar kamu Prajnaparamita, dan anggaplah dia gurumu dan
muliakan Dharmanya. Sekalipun kamu melihat dia menikmati lima
kesenangan indera, sadarlah bahwa Bodhisattva adalah trampil dalam
cara, dan janganlah pernah hilangkan keyakinanmu padanya."
Mendengar kata-kata itu, Sadaprarudita berangkat ke arah timur.
Tidak jauh dari sana, ia menyadari bahwa ia telah lupa untuk bertanya
kepada suara tersebut berapa jauh ia perlu pergi – jadi ia tidak tahu

131
Nama Sadaprarudita artinya "Yang Selalu Menangis." Dharmodgata berarti " Dharma
yang Mulia."
174
bagaimana cara menemukan guru Prajnaparamita-nya. Sambil menangis
dan meratap, ia berjanji untuk mengabaikan kelelahan, rasa lapar, dahaga
dan tidur, siang atau malam sampai ia telah menerima ajaran tersebut. Ia
sangat menderita, seperti seorang ibu yang telah kehilangan anak tunggal-
nya. Pikirannya terpukau dengan hanya satu pertanyaan: Kapankah ia
akan mendengar Prajnaparamita?
Pada saat itu, muncul seorang Tathagata di depannya dan memujinya
mencari Dharma. "Lima ratus yojana dari sini," Tathagata tersebut
menambahkan: "Ada satu kota yang disebut Kota Dupa. Kota tersebut
dikelilingi oleh lima ratus taman yang terbuat dari tujuh barang berharga
dan memiliki semua kualitas yang sempurna. Di tengah-tengah kota itu,
pada persimpangan empat jalan yang lebar, terdapat istana tempat
kediaman Bodhisattva Dharmodgata. Istana tersebut juga terbuat dari
tujuh benda berharga, dan kelilingnya mencapai satu yojana. Disana, di
dalam taman dan tempat yang menyenangkan lainnya, tinggallah sang
Bodhisattva Dharmodgata yang agung beserta rombongan pengiringnya.
Ditemani oleh enam puluh delapan ribu wanita, ia menikmati kesenangan
lima indera, di mana ia telah menguasai sepenuhnya dan dengan penuh
kegembiraan melakukan apa pun juga yang ia inginkan. Sepanjang
seluruh masa lampau, masa kini dan masa depan, ia mengajar
Prajnaparamita kepada mereka yang tinggal di sana. Pergilah kepadanya,
dan kamu akan dapat mendengar ajaran Prajnaparamita darinya!"
Sadaprarudita tidak bisa berpikir tentang hal lain kecuali apa yang
telah didengarnya. Dari tempat di mana ia sedang berdiri, ia bisa
mendengar suara Bodhisattva Dharmodgata sedang mengajar
Prajnaparamita. Ia mengalami banyak macam konsentrasi mental. Ia
dapat melihat berbagai dunia di sepuluh penjuru alam semesta, dan
melihat Buddha yang tak terhitung banyaknya mengajar Prajnaparamita.
Mereka menyanyikan pujian kepada Dharmodgata sebelum menghilang.
Dengan penuh kegembiraan, keyakinan dan rasa bakti kepada
Bodhisattva Dharmodgata, Sadaprarudita bimbang bagaimana ia mungkin
hadir di sana.
"Saya orang miskin," pikirnya. "Saya tidak punya apa pun untuk
menghormatinya, tidak ada pakaian atau permata, tidak ada parfum atau
karangan bunga, maupun benda apa pun untuk memberi penghormatan
kepada seorang teman spiritual. Maka saya akan menjual daging badan
saya sendiri, dan dengan benda-benda yang saya terima, saya akan
menghormati Bodhisattva Dharmodgata. Sepanjang waktu yang tak
berawal dalam samsara, saya sudah menjual daging saya tidak terhitung
kalinya. Dan sudah tak terhitung kalinya juga saya telah dipotong-potong
dan dibunuh di neraka di mana keinginanku sendiri yang telah menyeret
saya ke sana – tetapi tidak pernah menerima suatu ajaran seperti ini atau
untuk menghormati guru yang mulia seperti itu!"
175
Ia pergi ke tengah pasar dan mulai berseru "Ada yang ingin seorang
laki-laki? Ada yang ingin membeli seorang laki-laki?"
Tetapi Mara cemburu bahwa Sadaprarudita sedang mengalami
percobaan seperti itu demi Dharma. Ia membuat semua orang tidak bisa
mendengar kata-katanya. Mengetahui tak seorang pun ingin membelinya,
Sadaprarudita pergi ke sudut pasar dan duduk menangis, air mata
mengucur dari matanya.
Indra, raja para dewa, memutuskan untuk menguji tekadnya. Ia
menyamar sebagai seorang brahmana muda, menampakkan diri di depan
Sadaprarudita dan berkata, “Saya tidak memerlukan seseorang yang utuh.
Saya hanya memerlukan beberapa potong daging manusia, beberapa
potong lemak dan beberapa sumsum tulang manusia untuk membuat
suatu persembahan. Jika kamu dapat menjualnya kepadaku, aku akan
membayarnya."
Dengan sangat gembira, Sadaprarudita mengambil pisau tajam dan
memotong lengan kanan sehingga darah menyembur ke luar. Kemudian
ia mengerat semua daging kaki kanannya. Ketika ia sedang bersiap-siap
untuk menghempaskan tulangnya ke dinding, putri seorang saudagar kaya
melihatnya dari lantai atas rumahnya dan bergegas menuju tempatnya.
"Orang yang mulia, mengapa anda menyakiti diri anda seperti itu?" ia
bertanya.
Ia menerangkan bahwa ia ingin menjual dagingnya sedemikian se-
hingga ia dapat memberi persembahan kepada Bodhisatva Dharmodgata.
Ketika anak perempuan muda bertanya manfaat apa yang akan ia
peroleh dari penghormatan seperti itu, Sadaprarudita menjawab, "Ia akan
mengajar saya metoda yang handal dari Bodhisattva dan Prajnaparamita.
Jika saya kemudian melatih diri dengan ajaran tersebut, saya akan
mencapai kemahatahuan, memiliki banyak kualitas seorang Buddha dan
bisa berbagi Dharma yang mulia dengan semua makhluk."
"Ini pasti benar," kata anak perempuan itu, "memang masing-masing
kualitas itu semua memerlukan persembahan badan sebanyak butir pasir
di sungai Gangga. Tetapi janganlah menyakiti diri anda! Saya akan
memberimu apa pun yang kamu perlukan untuk menghormati
Bodhisattva Dharmodgata, dan saya sendiri akan pergi bersamamu untuk
melihatnya. Dengan melakukan demikian, saya akan menciptakan akar
pahala yang memungkinkan saya mencapai kualitas yang sama."
Ketika ia selesai berbicara, Indra menjelma kembali ke dalam
bentuknya sendiri dan berkata kepada Sadaprarudita; "Saya Indra, Raja
para dewa. Saya datang untuk menguji tekad anda. Saya akan memberi-
mu apa pun juga yang kamu inginkan. Anda tinggal minta."
"Berikan saya kualitas yang tak tertandingi dari para Buddha!" jawab
Sadaprarudita.

176
"Saya tidak dapat mengabulkan permintaanmu" kata Indra. "Hal
seperti itu di luar kuasa saya."
"Kalau begitu, anda tidak perlu repot-repot membuat badan saya utuh
lagi," kata Sadaprarudita. "Saya akan memohon berkah dari kebenaran.
Dengan berkah ramalan para Buddha bahwa saya tidak pernah akan
kembali ke alam samsara, dengan kebenaran dari tekad saya yang teguh
dan tertinggi, dan oleh kebenaran dari kata-kataku, jadilah badan saya
seperti dahulu!"
Oleh kata-kata ini, badannya menjadi persis sebagaimana sebelumnya.
Dan Indra pun menghilang.
Sadaprarudita pergi dengan putri saudagar ke rumah orangtuanya, dan
menceritakan kepada mereka ceritanya. Mereka memberinya berbagai
barang yang bakal ia perlukan untuk persembahan. Kemudian bersama-
sama dengan putri saudagar dan orang tuanya, dengan ditemani oleh
lima ratus pelayan wanita dan rombongannya, mereka berangkat dengan
kereta ke arah timur, dan tiba di Kota Dupa. Di sana ia melihat
Bodhisattva Dharmodgata sedang membabarkan Prajnaparamita kepada
beribu-ribu orang. Penglihatan tersebut memberinya kebahagiaan yang
dialami seorang biarawan ketika terserap dalam keheningan meditasi.
Seluruh rombongan turun dari kereta mereka dan pergi menemui
Dharmodgata.
Pada waktu itu, Dharmodgata telah membangun suatu kuil untuk
Prajnaparamita. Kuil tersebut terbuat dari tujuh macam benda yang
berharga, dihiasi dengan kayu cendana merah dan dilapisi dengan hiasan
dari mutiara dan permata. Pada setiap dari empat penjuru mata angin ada
suatu pelita permata pengabul harapan dan suatu tempat pembakaran
dupa dari perak, yang mana daripadanya tersebar semerbak wangi dupa
cendana. Di pusat kuil ada empat peti yang dihiasi dengan permata
berharga berisi kitab-kitab Prajnaparamita yang terbuat dari emas, tertulis
dengan tinta batu lazuardi. Melihat para dewa dan orang-orang
memberikan persembahan, Sadaprarudita memohon penerangan. Dan
kemudian, dengan ditemani oleh putri, saudagar dan lima ratus pelayan,
mereka juga memberikan persembahan yang baik sekali.
Kemudian mereka mendekat ke Dharmodgata yang sedang memberi
ajaran kepada para muridnya dan menghormatinya dengan semua
persembahan mereka. Putri saudagar dan pelayan-pelayannya
mengambil janji bodhichitta yang mulia. Sadaprarudita bertanya
kepadanya dari mana Buddha yang telah dilihat sebelumnya dan ke mana
mereka telah pergi. Dharmodgata menjawab dengan bab yang menjelas-
kan bahwa Buddha tidak datang maupun pergi. Ia kemudian meninggal-
kan tempat duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya, di mana ia tinggal
dalam keadaan konsentrasi yang terus menerus selama tujuh tahun.

177
Sepanjang seluruh masa tersebut, Sadaprarudita, putri saudagar dan
lima ratus pelayan tidak duduk ataupun berbaring, tetapi tetap berdiri
dengan kaki mereka. Ketika mereka diam tidak bergerak atau berjalan
berkeliling, pikiran mereka hanya bertumpu pada waktu di mana
Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan mengajar Dharma
sekali lagi. Ketika waktu tujuh tahun hampir berakhir, Sadaprarudita
mendengar para dewa mengumumkan bahwa dalam tujuh hari
Bodhisattva Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan akan
mulai mengajar lagi. Dengan lima ratus gadis pelayan, ia menyapu
sepanjang satu yojana ke setiap arah di mana Dharmodgata akan
mengajar. Ketika ia mulai memercikan air di tempat itu untuk
mengendapkan debu, Mara membuat semua air hilang lenyap. Maka
Sadaprarudita memotong pembuluh darahnya dan meneteskan darahnya
sendiri di tempat itu. Putri saudagar dan kelima ratus pelayannya
melakukan hal yang sama. Indra, raja para dewa, memberkati darah
mereka dengan kayu cendana merah surgawi, sehingga tempat tersebut
berwarna merah. 132 Akhirnya, Bodhisattva Dharmodgata tiba dan duduk
di atas singasana yang disediakan dengan sempurna oleh Sadaprarudita
dan yang lainnya. Dengan rinci ia menguraikan Prajnaparamita.
Sadaprarudita mengalami enam juta keadaan konsentrasi yang berbeda
dan melihat penampakan para Buddha dalam jumlah yang tak terhitung
banyaknya – suatu penampakan yang tidak pernah lagi meninggalkannya
sekalipun dalam mimpinya. Dikatakan bahwa ia sekarang tinggal dan
melatih diri di bawah Buddha Suara Tak Terbatas.

Mengikuti Tilopa, Pandita Naropa yang agung juga mengalami


percobaan yang tiada habisnya. Seperti yang kita ketahui, Naropa
berjumpa dengan Tilopa yang hidup sebagai pengemis. Naropa meminta-
nya untuk menerimanya sebagai muridnya. Tilopa mengabulkan
permintaannya dan membawanya ke mana pun ia pergi, tetapi tidak per-
nah mengajarnya Dharma apa pun.
Suatu hari, Tilopa membawa Naropa ke puncak suatu menara
bertingkat sembilan dan berkata: "Apakah ada seseorang yang dapat
melompat dari puncak bangunan untuk mematuhi permintaan gurunya?"
Naropa berpikir kepada dirinya, "Tidak ada orang selain saya di sini,
maka maksudnya pastilah saya." Ia melompat dari puncak bangunan dan
badannya jatuh ke tanah seperti batu. Tulang-tulangnya patah dan sakit-
nya luar biasa.
Tilopa turun melihatnya dan bertanya, "Apakah kamu merasa sakit?"
"Bukan hanya sakit," Naropa mengerang. "Saya lebih parah dibanding

132
Konon, tempat tersebut berada di kota Chengdu, China sekarang ini.
178
sesosok mayat ... ” Tilopa memberkatinya, dan badannya sembuh
sepenuhnya. Tilopa membawa Naropa melanjutkan perjalanan mereka.
"Naropa, nyalakan api!" perintah Tilopa pada suatu hari.
Ketika api sedang menyala, Tilopa menyiapkan banyak serpihan
bambu runcing, meminyaki mereka dan meletakkannya di atas api untuk
mengeraskannya
"Jika kamu mematuhi perintah gurumu, kamu juga harus mengalami
percobaan seperti ini," sambil berkata demikian, ia mendorong serpihan
tersebut ke dalam kuku jari tangan dan jari kaki muridnya.
Tulang sendi Naropa semua menjadi kaku. Ia mengalami sakit yang
tak tertahankan dan sangat menderita. Guru kemudian meninggalkannya.
Ketika ia kembali beberapa hari kemudian, ia mencabut serpihan-
serpihan tersebut. Darah dan nanah mengucur dalam jumlah yang sangat
besar dari luka Naropa. Sekali lagi Tilopa memberkatinya dan
melanjutkan perjalanan lagi bersamanya.
"Naropa," ia berkata pada hari berikut, "Saya lapar. Pergi dan minta
makanan untukku!" Naropa pergi ke suatu tempat di mana kerumunan
besar pekerja kebun sedang sibuk makan. Dari mereka ia memohon satu
mangkok tengkorak 133 penuh dengan sup, lalu dibawa kepada gurunya.
Tilopa makan dengan lahapnya dan tampaknya sangat gembira.
Naropa berpikir, "Dalam semua waktu yang lama saya melayaninya,
saya belum pernah melihat guruku begitu bahagia. Barangkali jika aku
minta lagi, aku dapat mendapatkan tambahan lagi."
Ia berangkat untuk meminta lagi dengan mangkok tengkorak di
tangannya. Namun saat itu para pekerja telah kembali ke kebun mereka,
dengan menyisakan sup di tempat semula.
"Satu-satunya jalan hanya dengan mencuri," pikir Naropa. Lalu ia
mengambil sup dan lari dengan sup tersebut.
Tetapi pekerja-pekerja melihatnya. Mereka menangkapnya dan me-
mukulnya sampai hampir mati. Ia begitu sakit sehingga tidak bisa bangun
selama beberapa hari. Lagi-lagi gurunya tiba, memberkatinya dan
membawanya berkelana dengannya seperti dulu.
"Naropa," ia berkata pada suatu hari, "Aku butuh banyak uang. Pergi
dan curi beberapa."
Maka Naropa pergi mencuri uang dari seorang orang kaya, tetapi ia
tertangkap dalam aksinya. Ia dipegang, dipukul, dan ditinggal dalam
keadaan sekarat. Beberapa hari kemudian Tilopa tiba dan bertanya,
"Apakah kamu merasa sakit?" Mendapat jawaban yang sama dengan dulu,
ia memberkati Naropa, dan mereka pergi lagi.

133
Skt. kapala. Mangkok dari tengkorak: Puncak tengkorak digunakan oleh yogi sebagai
mangkok.
179
Naropa mengalami dua belas penderitaan utama dan dua belas
penderitaan kecil lainnya seperti ini – duapuluh empat penderitaan yang
harus ia alami lebih dulu dalam satu kehidupan. Dan kini mereka berakhir.
Suatu hari Tilopa berkata, "Naropa, pergi dan ambilkan air. Aku akan
tinggal di sini dan membuat api."
Ketika Naropa kembali membawa air, Tilopa beranjak dari samping
perapian dan memegang kepala Naropa dengan tangan kirinya.
"Tunjukkan aku dahimu," perintahnya.
Dengan tangan kanannya ia mencopot sandalnya dan memukul
muridnya dengan sandal tersebut. Naropa kehilangan kesadaran. Ketika
ia sadar, semua kualitas pikiran kebijaksanaan gurunya telah muncul
dalam dirinya. Guru dan murid telah menjadi satu dalam realisasi.
Pandita Naropa mengalami duapuluh empat percobaan. Namun,
kenyataannya, karena hal itu adalah instruksi gurunya, maka percobaan
tersebut menjadi cara yang handal untuk menghapuskan kegelapan
batinnya. Sekilas hal itu tampaknya seperti penderitaan tanpa makna, dan
tidak ada seorang pun akan berpikir hal itu adalah Dharma.
Sesungguhnya, sang guru tidak pernah mengucapkan ajaran sedikit pun
dan sang murid tidak pernah melakukan latihan, dan malah tidak pernah
bernamaskara sekali pun. Bagaimanapun, sekali Naropa berjumpa
dengan seorang siddha yang sudah cerah, ia mematuhi semua perintah
dengan mengabaikan semua kesulitan. Dengan melakukan demikian, ia
mencapai pemurnian dari kegelapan batinnya, sehingga realisasi timbul
dalam dirinya.
Tidak ada latihan Dharma yang lebih besar dari pada mematuhi
seorang guru. Manfaatnya tak terukur, sebagamana yang dapat kita lihat
di sini. Pada sisi lain, mengabaikan perintah atau menentang guru, meski
dalam hal yang kecil, adalah kesalahan besar.
Suatu ketika, Tilopa melarang Naropa menerima posisi pandita
pengawal gerbang pada Vikramasila. 134 . Tetapi ketika Naropa tiba di
Magadha beberapa waktu kemudian, pandita yang memegang posisi itu
telah meninggal. Karena tidak ada satu orang pun selain ia yang mampu
berdebat dengan para tirthika, mereka semua memohon Naropa untuk
memegang posisi pelindung gerbang utara. Mereka menekannya dengan
bersikeras sampai ia terpaksa menerima. Tetapi ketika seorang tirthika
datang berdebat, Naropa beragumentasi dengannya sampai beberapa hari
tanpa mampu mengalahkannya. Ia berdoa kepada gurunya sampai akhir-
nya pada suatu hari Tilopa menampakkan diri kepadanya, memperhati-
kannya dengan tatapan yang tajam.

134
Salah satu dari ketiga universitas keviharaan yang besar Buddhis India. Yang lainnya
adalah Nalanda dan Odantapuri.
180
"Kamu tidak memiliki banyak belas kasih jika harus begitu lama baru
datang," komplain Naropa.
"Bukankah saya telah melarang kamu untuk mengambil posisi pelin-
dung gerbang?" Tilopa menjawab dengan ketus. "Sudahlah. Selagi kamu
berdebat dengan tirthika tersebut, bayangkan aku di atas kepalamu dan
buat isyarat mengancam padanya!"
Naropa melakukan seperti yang Tilopa katakan kepadanya, meme-
nangkan debatnya dan mengakhiri semua argumentasi dengan tirthika
tersebut.

Terakhir, inilah cerita bagaimana Jetsun Milarepa berguru pada Marpa


dari Lhodrak. Di daerah Ngari Gungthang, hidup seorang kaya yang
bernama Mila Sherab Gyaltsen. Orang ini memiliki seorang putra dan
seorang putri, dan adalah putranya, yang namanya Thopa-ga, "Berita
Baik" yang menjadi Jetsun Mila. Ketika Thopa-ga dan adiknya masih
kecil, ayah mereka meninggal. Paman mereka, Yungdrung Gyaltsen,
mengambil semua harta kekayaan mereka untuk dirinya. Kedua anak dan
ibu mereka dibiarkan dengan tanpa makanan maupun uang, dan terpaksa
mengalami banyak penderitaan. Kemudian, Mila mempelajari cara
menyantet dan membuat hujan es dengan angin badai dari tukang sihir
Yungtön Throgyal dan Lharje Nupchung. Ia mengakibatkan kematian
putra dan mantu perempuan pamannya bersama-sama dengan tiga puluh
lima orang lain dengan membuat rumah roboh. Ketika semua orang
kampung tersebut menjadi marah dan ingin membalas dendam kepadanya,
ia mendatangkan hujan es dan angin badai, sehingga es mencapai
ketebalan tiga lapisan tanah liat di atas tanah. 135
Setelah itu, dengan menyesali perbuatannya yang salah, ia memutus-
kan untuk berlatih Dharma. Dengan mengambil nasihat dari Lama
Yungtön, ia pergi ke seorang ahli Kesempurnaan Agung yang bernama
Rongtön Lhaga dan meminta instruksinya.
"Dharma yang saya ajarkan," jawab Lama tersebut, "adalah Kesem-
purnaan Agung. Akarnya adalah sifat alami kebuddhaan; puncaknya
adalah hasil yang tertinggi; dan buahnya adalah yoga yang tertinggi. Jika
seseorang bermeditasi tentang ajaran itu pada siang hari, ia dapat menjadi
Buddha pada hari yang sama; jika seseorang bermeditasi tentang ajaran
tersebut pada malam hari, ia dapat menjadi Buddha pada malam itu juga.
Makhluk beruntung yang perbuatan di masa lampaunya sudah mencipta-
kan kondisi-kondisi yang sesuai, malah tidak perlu bermeditasi. Mereka
akan dibebaskan dengan hanya mendengar saja. Karena ajaran tersebut
merupakan Dharma bagi orang berbakat besar, aku akan mengajarnya
kepadamu."

135
Kira-kira setebal satu meter.
181
Setelah menerima inisiasi dan instruksi, Mila berpikir pada dirinya,
"Hanya perlu dua minggu buat saya untuk memperoleh tanda-tanda
utama keberhasilan membaca jampi, dan cukup tujuh hari buat saya untuk
membuat hujan badai. Sedangkan ini malah adalah suatu ajaran yang
lebih mudah dari pada menyantet dan mendatangkan badai – jika kamu
bermeditasi di siang hari, kamu akan menjadi Buddha pada hari itu juga,
jika kamu bermeditasi di waktu malam hari, kamu akan menjadi Buddha
malam itu juga – dan jika perbuatan masa lampaumu sudah menciptakan
kondisi-kondisi yang sesuai, kamu tidak perlu bermeditasi sama sekali!
Melihat bagaimana aku berjumpa dengan ajaran ini, aku mestinya
seseorang yang memiliki perbuatan baik di masa lampau."
Maka ia tinggal di tempat tidur tanpa bermeditasi. Dengan begitu
praktisi dan ajaran menjadi berpisah.
"Adalah benar apa yang kamu ceritakan kepadaku," Lama berkata
kepadanya beberapa hari sesudahnya. "Kamu benar-benar seorang
pendosa, dan aku sudah memuji ajaranku sedikit terlalu tinggi. Maka
sekarang aku tidak akan membimbing kamu lagi. Kamu perlu pergi ke
Vihara Trowolung di Lhodrak, di mana ada seorang murid langsung dari
siddha India Naropa sendiri. Ia adalah guru yang paling sempurna, raja
penterjemah Marpa. Ia adalah siddha dari Tradisi Mantra Baru dan tidak
ada bandingannya dalam seluruh tiga alam. Karena kamu dan dia
memiliki mata rantai yang membentang dari perbuatan dalam kehidupan
yang terdahulu, pergi dan jumpai dia!"
Nama dari Marpa penterjemah sendiri saja cukup membuat pikiran
Mila diliputi dengan kegembiraan yang tak dapat dilukiskan. Ia telah
dipenuhi kebahagiaan di mana tiap pori-pori badannya merinding, dan
devosi yang tak terhingga meliputinya, sehingga ia berlinang air mata. Ia
berangkat, sambil merasa ragu apakah ia akan bertemu dengan gurunya
secara langsung.
Sementara itu, Marpa dan isterinya kedua-duanya mempunyai mimpi
yang luar biasa. Marpa tahu bahwa Jetsun Mila sudah dalam perjalan-
annya. Ia turun ke lembah untuk menunggu kedatangannya dengan
berpura-pura membajak sebidang tanah. Mila mula-mula berjumpa de-
ngan putra Marpa, Tarma Dodé, yang sedang mengembala ternak.
Berjalan sedikit maju ke depan, ia melihat Marpa yang sedang membajak.
Pada waktu penglihatan Mila tertuju kepadanya, untuk sekejap ia
mengalami kebahagiaan dan kegembiraan luar biasa yang tak dapat
dilukiskan. Semua pikirannya yang biasa menjadi berhenti. Meskipun
begitu, ia tidak menyadari bahwa itu adalah Lama sendiri, dan ia
menerangkan kepadanya bahwa ia datang untuk bertemu dengan Marpa.
"Saya sendiri akan memperkenalkan kamu kepadanya," jawab Marpa.
"Tolong bajak tanah ini" Sambil meninggalkan kepadanya satu kendi bir,
ia pun pergi dari sana. Mila meneguk isi kendi itu sampai tetes terakhir,
182
lalu mulai bekerja. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, putra
Lama datang, dan mereka pergi bersama-sama.
Ketika Mila dibawa ke tempat Lama, ia mengangkat tapak kaki Marpa
ke atas puncak kepalanya dan berseru, "O, Guru! Saya adalah seorang
pendosa berat dari daerah barat! Saya mempersembahkan tubuh, ucapan
dan pikiran saya. Tolong beri makan dan pakaian dan mengajar Dharma
kepada saya. Berikanlah saya cara untuk menjadi Buddha dalam
kehidupan ini!"
"Bukan salah saya kalau kamu bilang kamu adalah orang jahat seperti
itu," jawab Marpa. "Saya tidak meminta kamu untuk menimbun per-
buatan jahat tersebut atas tanggung jawab saya! Apa gerangan kesalahan
yang sudah kamu lakukan?"
Mila menceritakan seluruh ceritanya perbuatan jahatnya secara rinci.
"Baik sekali," Marpa mengiakan, "bagaimanapun, mempersembahkan
tubuh, ucapan dan pikiran adalah suatu hal yang baik. Soal makanan,
pakaian dan Dharma, kamu tidak bisa mendapatkan ketiga-tiganya. Saya
akan memberimu makanan dan pakaian, dan kamu cari Dharma di tempat
lain, atau kamu mendapatkan Dharma-mu dariku dan mencari yang
lainnya ke tempat lain. Tetapkan niatmu. Dan jika Dharma yang kamu
pilih, bisa atau tidaknya kamu mencapai kebuddhaan dalam kehidupan ini
tergantung pada ketekunanmu sendiri."
"Kalau begitu," Mila berkata, "karena saya datang untuk Dharma, saya
akan mencari bekal dan pakaian di tempat lain."
Sesudah tinggal beberapa hari di tempat guru, ia pergi ke luar untuk
meminta-minta ke bagian atas dan bawah desa Lhodrak, sehingga
mendapatkan dua puluh satu takaran gandum. Ia menggunakan empat
belas takaran gandum tersebut untuk membeli satu pot tembaga berkaki
empat. Dengan menempatkan sisa tujuh takaran gandum dalam sebuah
karung, ia kembali untuk mempersembahkan barang dan pot itu kepada
Marpa.
Ketika ia meletakkan karung gandum tersebut, ruangan menjadi ber-
guncang. Marpa bangun dari tempat duduknya.
"Ternyata kamu seorang biarawan kecil yang kuat!" ia berkata.
"Apakah kamu berusaha membunuh kami semua dengan membuat rumah
ini roboh dengan tangan kosong? Bawa karung gandum itu keluar dari
sini!" Ia menendang karung tersebut, dan Mila harus membawanya
keluar. Kemudian ia memberi Marpa pot kosong tersebut.
Suatu hari Marpa berkata kepadanya: "Orang-orang dari Yamdrok,
Taklung dan Lingpa sering menyerang murid-murid setia saya yang
datang mengunjungiku dari U dan Tsang, dan mencuri bekal dan
persembahan mereka. Timpakan hujan es dan angin badai pada mereka!
Karena hal ini adalah juga semacam Dharma, aku akan memberikan
instruksi kepadamu setelah itu."
183
Mila mendatangkan hujan es dengan angin badai yang meluluh-
lantakkan kedua daerah itu dan kemudian pergi meminta ajaran.
"Kamu pikir aku akan memberimu ajaran yang saya bawa dari India
dengan susah payah sebagai pengganti tiga atau empat hujan es batu? Jika
kamu benar-benar menginginkan Dharma, lontarkan jampi pada
penduduk di bukit Lhodrak. Mereka menyerang murid-muridku dari
Nyaloro dan tidak menunjukkan rasa hormat kepadaku. Kalau sudah ada
tanda bahwa jampimu telah bekerja, aku akan memberimu instruksi lisan
Naropa, yang membawa ke kebuddhaan dalam satu tubuh dan
kehidupan.”
Ketika tanda dari jampi yang jahat muncul, Mila meminta Dharma.
"Hah?! Barangkali buat membayar penghormatan atas perbuatan jahat
yang kamu tumpuk, sehingga kamu menuntut menginginkan instruksi
lisan yang saya dapatkan dengan tanpa mempertimbangkan resiko jiwa
dan badanku sendiri – instruksi yang masih hangat dengan nafas
dakini? 136 Saya pikir kamu mesti bercanda! Namun saya pikir hal ini
keterlaluan. Selain saya, semua orang ingin membunuhmu! Sekarang,
hidupkan kembali orang-orang yang tinggal di punggung bukit itu dan
kembalikan kepada orang-orang Yamdrok panen mereka. Kamu akan
mendapatkan ajaran jika kamu lakukan begitu – atau sebaliknya jangan
ganggu saya lagi!"
Mila sepenuhnya dihancurkan oleh cercaan tersebut. Ia hanya dapat
duduk dan menangis dengan bercucuran air mata. Pagi berikutnya,
Marpa datang untuk melihatnya.
"Saya sedikit kasar denganmu semalam," ia berkata. "Janganlah
bersedih. Saya akan memberimu instruksi sedikit demi sedikit. Bersa-
barlah. Karena kamu adalah seorang pekerja yang baik, saya ingin kamu
membangun satu rumah untuk diberikan kepada Tarma Dodé. Ketika
kamu telah menyelesaikannya, saya akan memberimu instruksi, juga
pakaian dan makanan."
"Tetapi bagaimana kalau saya meninggal tanpa mendapatkan
Dharma?" Mila bertanya.
"Saya bertanggung jawab membuat hal tersebut pasti tidak terjadi,”
kata Marpa. "Ajaranku bukan sekedar bual kosong, dan karena kamu
sungguh-sungguh memiliki ketekunan yang luar biasa, kalau kamu
melatih instruksiku dengan tekun, mungkin kamu dapat mencapai
kebuddhaan dalam satu kehidupan saja."
Sesudah memberi dorongan dengan cara yang sama, ia menyuruh Mila
membangun tiga rumah satu demi satu berturut-turut: sebuah rumah
berbentuk lingkaran di kaki bukit sebelah timur, sebuah rumah berbentuk
setengah lingkaran di sebelah barat dan sebuah rumah berbentuk segi tiga

136
Maksudnya ajaran yang masih di bawah perlindungan dakini dan belum tercemar.
184
di sebelah utara. Tetapi setiap kali begitu rumah tersebut selesai separuh,
Marpa akan mencaci maki Mila dengan marah. Ia menyuruhnya mero-
bohkan apa pun yang telah ia bangun dan mengembalikan semua tanah
dan batu yang telah ia gunakan ke tempat di mana ia menemukannya.
Suatu luka menganga timbul pada punggung Mila, tetapi ia berpikir,
"Jika saya tunjukkan kepada Guru, ia hanya akan memarahi saya juga.
Saya bisa menunjukkannya kepada isterinya, tetapi itu hanya akan bikin
ribut saja." Maka ia hanya bisa menangis, tetapi dengan tidak menunjuk-
kan lukanya, ia memohon isteri Marpa untuk membantunya meminta
ajaran.
Isteri Marpa meminta Marpa untuk mengajar Mila, dan Marpa menja-
wab, "Siapkan makanan yang baik dan bawa dia kesini!" Marpa
memberi Mila transmisi dan janji perlindungan.
"Semua ini," ia berkata, "adalah apa yang disebut Dharrna dasar. Jika
kamu meginginkan instruksi yang luar biasa dari Mantrayana Rahasia,
hal yang harus kamu lewati adalah seperti ini..." dan ia menceriterakan
dengan ringkas cerita kehidupan dan percobaan dari Naropa. "Akan sulit
untukmu melakukan hal yang sama," ia menyimpulkan.
Mendengar kata-kata ini, Mila merasakan suatu rasa bakti yang kuat,
sehingga air matanya mengucur dengan deras. Dengan tekad yang sengit
ia berjanji untuk berbuat apa pun juga yang diperintahkan gurunya.
Beberapa hari kemudian, Marpa berjalan-jalan dan membawa Mila
dengannya sebagai pelayannya. Mereka pergi ke arah barat daya dan
sampai pada suatu cekungan. Ia berkata, "Buatkan aku suatu menara
bujur sangkar abu-abu di sini. Sembilan tingkat tingginya. Dengan pun-
cak di atasnya, sehingga semuanya menjadi sepuluh tingkat. Kamu tidak
akan disuruh merobohkan bangunan ini, dan ketika kamu telah menyele-
saikannya, saya akan memberimu instruksi. Saya juga akan memberimu
bekal ketika kamu retret berlatih."
Mila menggali dasar dan mulai membangun bangunan tersebut. Tak
lama kemudian datang tiga orang murid gurunya yang lebih senior.
Iseng-iseng, mereka menggulingkan satu batu yang sangat besar
untuknya. Mila menyatukan batu tersebut dalam fondasi bangunan.
Ketika ia telah menyelesaikan dua tingkat, Marpa datang untuk
melihatnya dan ia bertanya darimana Mila mengambil batu besar tersebut.
Mila menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi.
"Murid-muridku yang berlatih dua tahap 137 yoga tidak seharusnya
menjadi pelayanmu!" teriak Marpa. "Keluarkan batu itu dari sini dan
letakkan kembali ke tempat semula!"
Mila merobohkan seluruh menara mulai dari puncak. Ia mencabut batu
fondasi besar tersebut dan mengembalikan ke tempat semula.

137
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
185
Kemudian Marpa berkata kepadanya, "Sekarang bawa batu itu ke sini
lagi dan taruh kembali ke dalam."
Maka Mila membawanya kembali dan menaruh ke tempat yang sama
seperti sebelumnya. Ia terus membangun sampai ia telah menyelesaikan
tingkat yang ketujuh. Waktu itu muncul satu luka menganga pada
pinggulnya.
"Sekarang hentikan membangun menara," kata Marpa, "dan sebagai
gantinya buatkan saya satu kuil di bawah sana, dengan satu ruangan yang
bertiang dua belas dan satu tempat suci yang terangkat."
Maka Mila membangun kuil tersebut, dan pada saat ia hampir
menyelesaikannya, tiba-tiba timbul luka pada bagian bawah pung-
gungnya.
Pada waktu itu, Metön Tsönpo dari Tsangrong meminta inisiasi
Cakrasamvara, dan Tsurtön Wangé dari Döl meminta inisiasi
Guhyasamaja. Atas kedua kesempatan tersebut, Mila berharap bahwa
pekerjaan bangunannya yang hampir rampung sudah memberinya hak
untuk mendapatkan inisiasi. Ia ikut duduk dalam upacara. Tetapi yang ia
dapatkan dari Marpa adalah pukulan dan teguran. Ia diusir keluar pada
dua upacara tersebut. Luka di punggungnya kini menjadi sangat besar
dengan darah dan nanah mengalir dari tiga tempat. Meskipun demikian,
ia melanjutkan pekerjaannya. Sebagai gantinya, ia sekarang membawa
keranjang berisi tanah di depan.
Ketika Ngoktön Chödor dari Shung datang untuk meminta inisiasi
Hevajra, isteri Marpa memberi Mila satu pirus besar yang berasal dari
warisan milik pribadinya. Dengan menggunakannya sebagai persem-
bahan untuk inisiasi, Mila ikut duduk dalam barisan calon inisiasi. Tetapi
sama seperti sebelumnya, guru memarahinya dan menderanya. Ia tidak
menerima ajaran sama sekali.
Kali ini Mila merasa tidak ragu lagi: ia tidak pernah akan menerima
ajaran. Ia pergi mengembara dengan arah tidak menentu. Suatu keluarga
di Lhodrak Khok menyewakannya untuk membaca Kebijaksanaan
Transenden Dalam Delapan Ribu Ayat. Ia sampai kepada cerita tentang
Sadaprarudita, dan hal itu membuatnya berpikir. Ia menyadari bahwa
demi Dharma ia harus menerima semua kesukaran dan menyenangkan
gurunya dengan melakukan apa pun juga yang diperintahkan.
Maka ia kembali. Tetapi lagi-lagi Marpa menyambutnya dengan
omelan dan pukulan. Mila menjadi sangat putus asa. Isteri Marpa me-
ngirimnya ke Lama Ngokpa, yang memberinya beberapa instruksi.
Tetapi ketika ia bermeditasi, tidak ada apa pun yang terjadi, karena ia
tidak mendapat persetujuan gurunya. Kemudian sesuai dengan pesan
Marpa, maka ia kembali bersama Lama Ngokpa ke tempat Marpa.
Suatu hari, dalam suatu puja persembahan, Marpa menegur Mila,
Lama Ngokpa dan isteri Marpa dengan keras. Kemudian ia memukul
186
mereka dan mengusir mereka keluar dari acara tersebut. Mila berpikir
kepada dirinya, "Karena karma kejahatanku, tidak hanya diriku menderita
oleh karena kesalahan dan kegelapanku yang berat, tetapi sekarang saya
juga membawa berbagai kesulitan pada Lama Ngokpa dan pasangan
guruku. Karena aku hanya menimbun semakin banyak perbuatan buruk
tanpa menerima ajaran sedikit pun, lebih baik aku habisi diriku saja."
Ia bersiap-siap bunuh diri. Lama Ngokpa sedang berusaha untuk
menghentikannya ketika Marpa menjadi tenang dan memanggil mereka
berdua. Ia menerima Mila sebagai murid, memberinya banyak nasihat
yang baik dan memberi nama Mila Dorje Gyaltsen, "Mila Panji Vajra".
Ketika Marpa memberinya inisiasi Cakrasamvara, ia membuat mandala
enam puluh dua deity tampak dengan jelas. Mila kemudian menerima
nama rahasia Shepa Dorje, "Vajra Tertawa," dan Marpa memberikan
semua inisiasi dan instruksi kepadanya seperti halnya isi satu pot
dituangkan ke dalam pot yang lain. Setelah itu, Mila berlatih dengan
sangat keras dalam segala macam keadaan, dan memperoleh semua
pencapaian biasa dan tertinggi.

Hal itu sama seperti semua pandita, siddha dan vidyadhara waktu dulu
di India maupun di Tibet yang mengikuti seorang teman spiritual yang
merupakan seorang guru yang sejati. Dengan melakukan apa pun yang
diperintahkan, mereka mencapai realisasi yang tidak dapat dipisahkan
dari yang dimiliki gurunya.
Pada sisi lain, adalah suatu kesalahan yang sangat serius tidak
mengikuti guru dengan pikiran yang tulus dan bebas dari segala penipuan.
Janganlah pernah memandang perbuatannya secara negatif. Jangan
pernah berdusta kepadanya.
Sekali peristiwa murid dari seorang siddha yang agung tengah
mengajar Dharma kepada kerumunan murid-muridnya. Gurunya tiba
dengan berpakaian sebagai pengemis. Murid tersebut merasa malu untuk
bersujud kepadanya di depan umum, maka ia pura-pura tidak melihat
gurunya. Malam itu, ketika acara sudah selesai dan kerumunan orang
telah bubar, ia pergi melihat gurunya dan bersujud kepadanya.
"Kenapa tidak sebelumnya?" tanya gurunya.
"Saya tidak melihat anda," ia berbohong.
Dengan seketika kedua bola matanya jatuh ke tanah. Ia memohon
ampun dan menceritakan hal yang sebenarnya. Dengan memberikan
berkah, guru tersebut memulihkan penglihatannya.
Ada suatu cerita yang serupa tentang mahasiddha India, Krsnacarya.
Suatu hari, ia sedang berlayar dengan ditemani oleh banyak murid-
muridnya. Tiba-tiba muncul pikiran dalam hatinya, "Meski Guru saya
adalah seorang siddha, tetapi dalam hal keduniawian, saya lebih baik
dibanding dia, sebab saya lebih kaya dan memiliki lebih banyak murid."
187
Dengan segera kapalnya karam ke dalam samudra. Menggelepar de-
ngan putus asa di dalam air, ia berdoa kepada gurunya, yang menam-
pakkan diri dan menyelamatkannya dari ketenggelaman.
"Itulah balasan atas keangkuhanmu," kata gurunya. "Kalau saja saya
mencoba untuk mengumpulkan kekayaan dan murid, saya pasti telah
memilikinya juga. Tetapi saya memilih untuk tidak berbuat demikian."

Banyak sekali Buddha telah datang, tetapi belas kasih mereka belum
cukup untuk menyelamatkan kita. Kita masih saja di lautan penderitaan
samsara. Tak terhitung banyaknya guru besar muncul sejak zaman
lampau, tetapi kita tidak mempunyai nasib baik untuk menikmati
kepedulian belas kasih mereka, atau bahkan untuk bertemu dengan
mereka. Sekarang ini, ajaran Buddha akan berakhir. Kelima kemero-
sotan semakin nyata, dan walaupun kita sudah memperoleh kehidupan
manusia, secara keseluruhan kita terperangkap dalam perbuatan negatif
kita dan bingung akan apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Ketika kita mengembara seperti seorang buta sendirian di
dataran luas, para teman spiritual kita, para guru yang tertinggi, memikiri
kita dengan rasa belas kasih yang tidak terhingga, dan sesuai dengan
keperluan kita masing-masing, mereka muncul dalam bentuk manusia.
Walaupun dalam realisasinya mereka adalah Buddha, tetapi dalam
perbuatan, mereka sesuaikan dengan keadaan kita. Dengan cara yang
mahir mereka menerima kita sebagai muridnya, memperkenalkan kita
kepada Dharma yang asli dan tertinggi, menyadarkan kita akan hal yang
perlu kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita perbuat, dan dengan
tepat menunjukkan jalur yang terbaik ke pembebasan dan kemahatahuan.
Kenyataannya, mereka tidak berbeda dengan Buddha sendiri; namun
dibandingkan dengan Buddha, kebaikan mereka dalam memperhatikan
kita malah lebih besar. Oleh karena itu, selalulah mencoba mengikuti
guru anda dengan cara yang benar dengan ketiga macam keyakinan. 138

Saya sudah berjumpa dengan seorang guru yang mulia, tetapi


telah dikelabuhi oleh perilakunya yang rendah hati;
Saya sudah menemukan jalan yang terbaik, namun mengembara
dalam jalan simpang yang terjal;
Berkatilah saya dan semua mereka yang mempuyai sifat yang
tidak baik seperti saya,
Sehingga pikiran kami dapat dijinakkan oleh Dharma.

138
Tga jenis keyakinan: Keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan
dan keyakinan yang dalam.
188
BAGIAN KEDUA

PENDAHULUAN KHUSUS
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM

Bab 1 Mengambil Perlindungan

BAB 2 Membangkitkan bodhicitta

Bab 3 Meditasi dan melafal pada guru sebagai Vajrasattva

Bab 4 Mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan

Bab 5 Guru Yoga

189
190
BAB 1

MENGAMBIL PERLINDUNGAN

Dengan tempat berlindung bagian luar, Anda menjunjung Tri


Ratna;
Dengan tempat berlindung bagian dalam, Anda sudah
sepenuhnya menyadari Tiga Akar;
Dengan tempat berlindung Mantrayana, Anda telah membuktikan
ketiga kaya;
Guru yang tiada bandingan, pada kakimu saya bersujud.

Berlindung, batu fondasi bagi semua jalur, diterangkan dalam tiga


topik: jalan masuk mengambil perlindungan, bagaimana cara berlindung,
serta aturan dan manfaat berlindung.

I. JALAN MASUK MENGAMBIL PERLINDUNGAN

1. Keyakinan

Sama halnya kalau berlindung merupakan pintu gerbang bagi semua


ajaran dan latihan, maka keyakinan merupakan pintu gerbang berlindung.
Sebagai langkah pertama dalam berlindung, adalah penting untuk me-
ngembangkan suatu keyakinan yang mantap dan berkelanjutan. Keyakin-
an sendiri terdiri dari tiga jenis: keyakinan yang spontan, keyakinan yang
penuh pengharapan dan keyakinan yang dalam.

1.1 Keyakinan yang spontan

191
Keyakinan yang spontan adalah keyakinan yang diilhami oleh pikiran
tentang belas kasih yang tak terhingga dari Buddha dan para guru yang
besar. Kita mungkin mengalami keyakinan semacam ini pada waktu
mengunjungi suatu vihara yang berisi banyak lambang tubuh, ucapan dan
pikiran Buddha, atau setelah suatu pertemuan dengan seorang guru
spiritual agung atau sahabat rohani yang baru saja kita jumpai secara
pribadi, atau yang kualitas atau cerita tentang kehidupannya yang pernah
kita dengar itu diuraikan.

1.2 Keyakinan yang penuh pengharapan

Keyakinan yang penuh pengharapan adalah hasrat kita untuk bebas


dari penderitaan alam rendah ketika kita mendengar hal tersebut
diuraikan; hasrat kita untuk menikmati kebahagiaan di alam yang lebih
tinggi, dan tentang pembebasan ketika kita mendengar seperti apa hal
tersebut adanya; hasrat kita untuk terlibat dalam perbuatan positif ketika
kita mendengar manfaat yang mereka bawa; dan hasrat kita untuk meng-
hindari perbuatan negatif ketika kita memahami kerugian yang
disebabkan oleh mereka.

1.3 Keyakinan yang dalam

Keyakinan yang dalam adalah keyakinan pada Tri Ratna yang timbul
dari dalam lubuk hati kita begitu kita memahami kualitas luar biasa dan
kekuatan berkah mereka. Ini merupakan kepercayaan penuh hanya
terhadap Tri Ratna, yang berasal dari pengetahuan bahwa mereka adalah
satu-satunya perlindungan yang dapat dipercaya, yang selamanya dan
dalam segala keadaan, apakah kita bahagia, sedih, kesakitan, menderita
penyakit, hidup ataupun mati. Yang Dipertuan Yang Mulia dari
Uddiyana berkata:

Keyakinan dari kepercayaan yang dalam memungkinkan berkah


dapat masuk ke dalam diri anda;
Ketika pikiran anda bebas dari keraguan, apa pun juga yang anda
harapan dapat tercapai.

Oleh sebab itu, keyakinan adalah ibarat benih di mana segala hal
positif dapat tumbuh. Tanpa keyakinan, benih tersebut seolah-olah telah
hangus. Sutra mengatakan:

Pada mereka yang kurang percaya,


Tidak ada hal positif yang akan tumbuh;
Sama halnya dengan benih yang hangus,
192
Tunas hijau tak akan pernah muncul.

Dari ketujuh jenis harta mulia, 139 keyakinan adalah yang paling utama.
Dikatakan bahwa:

Roda keyakinan yang mulia


Menggelinding siang malam sepanjang jalan kebajikan.

Keyakinan adalah kekayaan kita yang paling berharga. Ia seperti


harta karun yang membawa bekal kebajikan yang tak kunjung habis. Ia
seperti sepasang kaki yang menuntun kita di sepanjang jalur pembebasan,
dan seperti sepasang lengan yang mengumpulkan segala hal positif untuk
kita.

Keyakinan adalah kekayaan dan harta karun yang terbesar, kaki


yang paling baik;
Bagaikan lengan, ia adalah dasar untuk mengumpulkan semua
kebajikan.

Besarnya belas kasih dan berkah dari Sang Tri Ratna tidak dapat
dibayangkan, namun kemampuan mereka untuk menjangkau kita
sepenuhnya tergantung pada keyakinan dan rasa bakti kita. Jika anda
memiliki keyakinan dan rasa bakti yang besar, maka belas kasih dan
berkah yang anda terima dari guru anda dan Sang Tri Ratna akan besar
juga. Jika keyakinan dan rasa bakti anda setengah-setengah, belas kasih
dan berkah yang menjangkau anda juga hanya setengah-setengah, dan
jika anda hanya mempunyai keyakinan dan rasa bakti yang kecil, hanya
berkah dan belas kasih yang sedikit akan menjangkau anda. Jika anda
tidak punya keyakinan dan rasa bakti sama sekali, sungguh tidak ada apa
pun yang akan anda peroleh. Tanpa keyakinan, bahkan bertemu dengan
Buddha sendiri dan diterima sebagai muridnya pun akan sia-sia, sama
halnya dengan bhiksu Sunaksatra, yang ceritanya telah diuraikan dalam
bab sebelumnya, dan kemenakan Buddha, Devadatta.
Bahkan di masa kini, kapan saja Buddha diundang dengan keyakinan
dan rasa hormat yang tulus, ia akan hadir dan menganugerahkan berkah.
Belas kasih Buddha tidak mengenal dekat atau jauh.

Siapa saja yang bedoa kepadanya dengan keyakinan,


Buddha hadir di depan mereka,
Dan akan memberi penguatan dan berkah.

139
Lihat catatan kaki No. 75.
193
Dan Guru Agung dari Uddiyana berkata;

Untuk semua laki-laki dan perempuan yang berkeyakinan terha-


dap saya,
Saya, Padmasambhava, tidak akan meninggalkannya – Saya akan
tidur di samping pintu mereka.
Karena bagiku tidak ada hal yang disebut kematian;
Di depan setiap orang yang berkeyakinan, akan ada satu
Padmasambhava.

Ketika seseorang memiliki keyakinan yang dalam, belas kasih dan


berkah Buddha dapat hadir dalam bentuk apa pun. Ini dijelaskan dalam
cerita perempuan tua beriman yang dituntun ke arah kebuddhaan oleh
sepotong gigi anjing.

Sekali peristiwa ada seorang perempuan tua yang anak tunggalnya


adalah pedagang. Anaknya sering pergi ke India untuk melakukan
perdagangan. Pada suatu hari perempuan tua itu berkata kepada anaknya:
"Bodh Gaya ada di India, dan adalah tempat di mana Sang Buddha
mencapai pencerahan. Bawakan saya relik khusus dari sana, supaya saya
dapat melakukan sujud kepadanya." Dia mengulangi permintaannya
berulang kali, tetapi putranya tetap lupa dan tidak pernah membawa
barang yang ia minta.
Suatu hari, ketika sang anak sedang bersiap-siap untuk pergi lagi ke
India, ibunya berkata kepadanya, "Kali ini, jika kamu tidak membawa-
kan saya sesuatu untuk sujud saya, saya akan bunuh diri di depan kamu!"
Putranya bepergian ke India, menyelesaikan bisnis yang
direncanakan, lalu berangkat pulang, sekali lagi melupakan permintaan
ibunya. Pas ketika ia hampir sampai ke rumahnya, ia teringat kata-kata
ibunya. "Sekarang apa yang harus saya lakukan?" ia berpikir kepada
dirinya. "Saya belum membawa apa pun untuk ibuku yang tua untuk
sembah sujudnya. Jika saya tiba di rumah dengan tangan kosong, ia akan
bunuh diri!"
Melihat ke sekeliling, ia mendapatkan satu tengkorak anjing tergele-
tak di dekat tempat itu. Ia mencabut salah satu gigi anjing tersebut dan
membungkusnya dengan kain sutera. Setiba rumah, ia memberikannya
kepada ibunya, sambil berkata, "Ini adalah salah satu gigi Buddha. Kamu
dapat menggunakannya sebagai dukungan untuk doamu."
Perempuan tua itu percaya padanya. Dia memiliki keyakinan yang
dalam terhadap gigi tersebut, menganggapnya benar-benar berasal dari
Buddha. Dia melakukan sembah sujud dan memberikan persembahan

194
setiap hari, dan dari gigi anjing tersebut timbul banyak sarira. 140 Ketika
perempuan tua itu meninggal, muncul bubungan cahaya pelangi di
sekitarnya dan tanda pencapaian lainnya.
Sebenarnya gigi anjing tidak mengandung berkah apa pun. Tetapi
keyakinan perempuan tua itu begitu kuat, sehingga ia yakin bahwa benda
tersebut benar-benar adalah gigi Buddha. Melalui keyakinannya, gigi
tersebut dikaruniai dengan berkah Buddha, sampai akhirnya gigi anjing
tersebut sama sekali tidak berbeda dengan gigi Buddha.

Sekali peristiwa, di provinsi Kongpo hidup seorang dungu yang


kemudian dikenal sebagai Jowo Ben. Ia membuat perjalanan ke Tibet
Tengah untuk mengunjungi Jowo Rinpoche. 141 Ketika ia tiba di depan
rupang tersebut, tidak ada petugas atau orang di sekitarnya. Melihat
makanan persembahan dan lampu mentega di depan rupang tersebut, ia
membayangkan bahwa Jowo Rinpoche mesti mencelupkan potongan kue
persembahan tersebut ke dalam mentega yang dilelehkan oleh lampu dan
memakannya. Sumbu yang sedang menyala di lampu tersebut, pada
pikirannya pasti untuk menjaga agar mentega tetap mencair.
"Saya pikir saya lebih baik makan sedikit, seperti yang dilakukan
Jowo Rinpoche," ia berpikir kepada dirinya, lalu mencelupkan suatu
potongan dari adonan torma persembahan ke dalam mentega dan
memakannya. Ia melihat ke arah wajah yang tersenyum dari Jowo.
"Sungguh anda adalah seorang Lama yang baik," ia berkata. "Bahkan
ketika anjing datang dan mencuri makanan persembahanmu, anda tetap
tersenyum; ketika angin membuat lampumu memercik, kamu masih tetap
tersenyum. Nih, saya akan tinggalkan sepatu botku disini. Tolong jaga
sebentar sementara saya berjalan mengelilingimu."
Ia mencopot sepatu botnya dan menaruhnya di depan rupang. Selagi
ia berjalan mengelilingi jalan kecil yang melingkari kuil, petugas melihat
sepatu bot tersebut. Hampir saja ia membuangnya ketika tiba-tiba rupang
tersebut berkata: "Jangan membuang sepatu bot itu. Kongpo Ben telah
mempercayakannya kepada saya!"
Ben akhirnya kembali dan mengambil sepatu botnya.
"Kamu benar-benar apa yang mereka sebut seorang Lama yang baik"
ia berkata kepada rupang itu. "Tahun depan, datang dan kunjungi kami.
Aku akan menyembelih seekor babi tua dan memasaknya untukmu, juga
membuatkan bir enak dari jelai yang tua"
"Aku akan datang," kata Jowo.

140
Sarira: Benda bulat seperti mutiara kecil yang muncul dari sari praktisi yang
tercerahkan.
141
Rupang Buddha Sakyamuni yang tekenal di Vihara Jokhang, Lhasa.
195
Ben pulang ke rumah dan menceritakan kepada isterinya, "Aku telah
mengundang Jowo Rinpoche. Aku tidak yakin kapan persisnya ia datang,
namun – jangan lupa mengawasi kalau-kalau ia sudah tiba."
Satu tahun sudah lewat. Suatu hari, ketika isteri Ben sedang meng-
ambil air di sungai, dengan jelas ia melihat pantulan Jowo Rinpoche di
dalam air.
Dengan segera dia berlari ke rumah dan memberitahu suaminya:
"Ada sesuatu yang jatuh di sana, di dalam sungai.... Saya pikir mungkin
itu adalah orang yang kamu undang."
Ben segera ke sungai dan melihat bayangan Jowo Rinpoche bersinar
di dalam air. Sambil berpikir bahwa ia pasti telah terjatuh ke dalam
sungai itu, Ben menyelaminya. Ketika ia memegang bayangan tersebut,
ia merasa bahwa ia benar-benar dapat memegangnya dan membawa
bersamanya.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan ke arah rumah Ben, mereka
tiba di depan suatu batu karang besar yang terletak di sisi jalan. Jowo
tidak ingin pergi lebih jauh.
"Aku tidak masuk ke rumah orang awam," ia berkata, lalu
menghilang ke dalam batu karang tersebut.
Tempat ini, di mana Jowo sendiri telah terlihat datang, disebut Jowo
Dole, dan sungai di mana bayangan muncul bernama Sungai Jowo.
Konon, bahkan sekarang ini tempat tersebut menganugerahkan berkah
yang sama seperti Jowo di Lhasa, dan semua orang bersujud dan
memberi persembahan di sana.
Adalah kekuatan dari keyakinannya yang teguh sehingga Ben
mengalami belas kasih Buddha tersebut. Walaupun ia makan mentega
dari lampu dan makanan persembahan, dan meletakkan sepatu botnya di
depan Jowo – suatu perbuatan yang tidak saja salah – kekuatan dari
keyakinannya membuat semuanya menjadi positif.

Terlebih lagi, realisasi nyata dari kebenaran absolut, atau keadaan


hakiki batin hanyalah tergantung pada keyakinan. Sebagaimana dikata-
kan dalam sutra:

O Sariputra,
kebenaran yang absolut hanya direalisasi melalui keyakinan.

Ketika anda membangkitkan keyakinan yang luar biasa, dengan


kekuatannya, berkah guru dan Sang Tri Ratna akan masuk ke dalam diri
anda. Kemudian realisasi yang benar akan timbul dan anda akan melihat
sifat dasar batin yang sesungguhnya. Ketika hal tersebut terjadi, anda
akan merasakan kepercayaan dan keyakinan yang luar biasa dan tak
tergoyahkan terhadap guru anda dan Sang Tri Ratna. Dengan cara
196
demikian, keyakinan dan realisasi sifat alami batin saling mendukung
satu sama lain.

Sebelum meninggalkan Jetsun Mila, Dagpo Rinpoche bertanya kapan


dia harus mulai mengajar.
"Suatu hari," jawab Jetsun, "Kamu akan memiliki suatu realisasi yang
membawa kamu ke suatu pandangan yang luar biasa jelas dan berbeda
dari sifat pikiran yang kamu miliki sekarang. Pada waktu itu, keyakinan
yang kokoh akan timbul dalam dirimu, dan kamu akan memandang saya,
bapakmu yang tua ini, sebagai Buddha yang sesungguhnya. Itulah saat
kamu mulai mengajar."
Oleh karena itu, kemampuan kita untuk menerima belas kasih dan
berkah dari guru dan Tri Ratna, tergantung seluruhnya pada devosi dan
keyakinan.
Suatu ketika, seorang murid memohon kepada guru Jowo Atisa,
"Jowo, beri aku berkahmu!"
"Murid yang lengah," jawab Atisa, "beri aku devosimu...."
Oleh sebab itu, kepercayaan mutlak yang teguh, yang timbul dari
devosi dan keyakinan yang luar biasa, adalah sangat dibutuhkan. Dan
hanya dengan demikian dapat membuka pintu berlindung.

2. Motivasi

Ada tiga tingkat yang berbeda dari motivasi dalam berlindung pada
jenis-jenis keyakinan tersebut di atas.

2.1 Motivasi berlindung orang-orang yang berpandangan sederhana

Berlindung karena takut akan penderitaan pada tiga alam rendah –


alam neraka, alam preta dan alam binatang – dan hanya dengan tujuan
untuk memperoleh kebahagiaan para dewa dan manusia adalah motivasi
berlindung orang-orang yang berpandangan sederhana.

2.2 Motivasi berlindung orang-orang menengah

Mengetahui bahwa di alam samsara mana pun kita dilahirkan


kembali, baik alam yang lebih rendah atau yang lebih tinggi, tidak ada
kebebasan dari penderitaan di sana, kemudian berlindung kepada Tri
Ratna, dengan tujuan hanya untuk mencapai tingkat nirvana untuk diri
kita, yang tenang dan bebas dari semua penderitaan samsara adalah
motivasi berlindung orang-orang menengah.

2.3 Motivasi berlindung makhluk agung


197
Berlindung atas dasar penglihatan akan semua makhluk yang
terbenam dalam lautan penderitaan tanpa batas di alam samsara dan
mengalami berbagai macam siksaan yang tak terbayangkan, dengan
tujuan untuk menempatkan mereka semua pada keadaan tertinggi dan
kemahatahuan alam kebuddhaan yang lengkap dan sempurna adalah
motivasi berlindung makhluk agung.

Dari ketiga tingkat motivasi ini, kita perlu memilih cara orang-orang
mulia, berlindung dengan niat untuk menempatkan setiap makhluk dari
seluruh makhluk yang tak terbatas ke dalam keadaan kebuddhaan yang
sempurna.
Sekilas tampaknya kebahagiaan para dewa dan manusia adalah keba-
hagiaan yang sejati. Namun, sesungguhnya ia tidak bebas dari penderi-
taan. Begitu akibat perbuatan baik yang membawa mereka ke dalam
keadaan kebahagiaan tersebut terpakai habis, mereka akan jatuh ke alam
yang lebih rendah. Mengapa kita berusaha keras untuk mencapai
kebahagiaan alam yang lebih tinggi, jika hanya untuk sebentar saja?
Nirvana Sravaka dan Pratyekabuddha membawa damai dan kebahagiaan,
tetapi hanya untuk diri kita sendiri. Apakah baik jika ketika semua
makhluk – para ibu dan ayah kita sejak waktu yang tak berawal – sedang
tenggelam dalam samudra samsara dengan penderitaan yang tak berakhir,
kita tidak mencoba menolong mereka? Berlindung kepada Tri Ratna
dengan harapan agar semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan adalah
cara makhluk agung dan pintu gerbang ke pahala tanpa batas. Itulah cara
yang seharusnya kita pakai. Sebagaimana dikatakan dalam Rangkaian
Permata: 142

Karena jenis makhluk tak terbatas,


Harapan untuk membantu mereka tak terbatas juga.

II. BAGAIMANA CARA MENGAMBIL PERLINDUNGAN

Menurut Kendaraan Dasar, seseorang berlindung kepada Buddha


sebagai guru, kepada Dharma sebagai jalan, dan kepada Sangha sebagai
teman sepanjang jalan tersebut.
Metoda yang umum dari Kendaraan Mantra Rahasia yang luar biasa
adalah berlindung dengan mempersembahkan tubuh, ucapan dan pikiran
kepada guru, dengan memohon yidam sebagai pendukung, dan dakini
sebagai teman.

142
Skt. Ratnāvalī, sastra karangan Nagarjuna.
198
Metoda yang khusus dan tinggi dari Vajrayana adalah berlindung
pada jalur yang cepat, dengan mana seseorang menggunakan saluran nadi
sebagai nirmanakaya, mengendalikan energi sebagai sambhogakaya dan
memurnikan sari sebagai dharmakaya.
Metoda berlindung yang sempurna dan tertinggi dalam sifat batin
yang tak dapat dimusnahkan – misalnya dalam tingkat Kesempurnaan
Agung – adalah didasarkan pada kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan
dengan tempat berlindung tersebut. Sifat dasar kebijaksanaan tersebut
adalah kekosongan; ungkapan alaminya adalah kejernihan; dan belas
kasihnya adalah menembus segala. Berlindung di sini berarti
mewujudkan di dalam aliran pikiran diri sendiri ketiga aspek agung
kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan tersebut, dan memiliki
kepercayaan penuh atas pengalaman tersebut.

Setelah memperoleh pemahaman yang jelas tentang semua cara


bagaimana perlindungan harus didapatkan, kita sekarang beranjak ke
praktek nyata dari berlindung. Pertama-tama, bayangkan lapangan
pahala di hadapan anda di mana anda akan berlindung.
Bayangkan bahwa tempat di mana anda berada adalah sepenuhnya
suatu Alam Suci Buddha yang indah dan menyenangkan, terbuat dari
segala jenis barang-barang yang berharga. Alam tersebut datar seperti
permukaan cermin, tanpa bukit, lembah atau sesuatu yang tak beraturan.
Di tengah-tengah, di depan anda, tumbuh sebatang pohon pengabul
harapan dengan lima cabang besar yang menyebar dari batangnya. Daun-
daun, bunga dan buahnya yang sempurna meregang jauh ke timur, selatan,
barat dan utara, sehingga mereka mengisi seluruh angkasa, dan pada tiap-
tiap cabang dan ranting tergantung genta dan permata yang beraneka
ragam dan mempesona.
Pada cabang tengah terdapat suatu singasana yang terbuat dari
permata yang ditopang oleh delapan ekor singa besar. Di atas singasana
tersebut, pada alas tempat duduk yang terdiri dari bunga teratai beraneka
warna, di atas piringan matahari dan bulan, duduklah guru utama anda
yang agung, sumber belas kasih yang tiada bandingannya, perwujudan
dari semua Buddha masa lampau, masa kini dan masa depan, muncul
dalam wujud Vajradhara dari Uddiyana yang agung. Tubuhnya berwarna
putih terang dengan sinar merah mawar. Ia berwajah satu, dua lengan
dan dua kaki, dan duduk dalam postur seorang raja. 143 Tangan kanannya
memegang vajra bercabang lima berwarna keemasan dengan sikap
mengancam. Dalam tangan kirinya, yang terletak dalam sikap istirahat
meditasi, ia memegang sebuah mangkok tengkorak yang berisi suatu

143
Sikap duduk raja yang santai, dengan kaki kanan separuh dijulurkan dan kaki kiri
ditekuk.
199
jambangan yang terisi dengan nektar kebijaksanaan yang abadi. Mulut
jambangan tertutup dengan sebatang pohon pengabul harapan. Ia
memakai jubah kain brokat, jubah biarawan dan jubah biru berlengan,
dan di atas kepalanya terdapat topi bunga teratai. Ia duduk dalam
senggama suci dengan pasangannya, dakini putih Yeshe Tshogyal, yang
memegang pisau berkait dan mangkok tengkorak.
Bayangkan dia seperti tersebut di atas angkasa di depan anda,
menghadap ke arah anda. Di atas kepalanya duduk semua guru dari garis
silsilah, yang duduk satu di atas yang lain, masing-masing tidak
menyentuh yang di bawahnya. Guru-guru tantra transmisi umum tidak
terhitung banyaknya, tetapi di sini kita hanya membayangkan figur utama
dari Silsilah Maha Ati Longchen Nyingtik: Samantabhadra yang
mewakili dharmakaya; Vajrasattva yang mewakili sambhogakaya; dan
Garab Dorje yang mewakili nirmanakaya; Guru Manjusrimitra, Guru Sri
Simha; Jñanasutra yang terpelajar; pandita agung Vimalamitra;
Padmasambhava dari Uddiyana dan tiga muridnya yang terdekat, yaitu
Raja, Menteri dan Pasangan: Raja Dharma Trisong Detsen, penterjemah
agung Vairotsana dan dakini Yeshe Tshogyal; Longchen Rabjampa yang
mahatahu dan Rigdzin Jigme Lingpa. Masing-masing mereka harus
dibayangkan dengan perhiasan dan atribut mereka sendiri. Mereka
semuanya dikelilingi oleh yidam empat kelas tantra yang tak terhitung
banyaknya, dan oleh daka dan dakini.
Pada cabang depan terdapat Sang Penakluk, Buddha Sakyamuni,
yang dikelilingi oleh seribu dua Buddha sempurna dari Kalpa Bhadra ini,
juga oleh semua Buddha lain dari sepuluh penjuru masa lampau, masa
kini dan masa depan. Mereka semuanya berada dalam wujud nirmanakya
yang paling mulia, berpakaian jubah biarawan, memiliki semua tiga
puluh dua ciri utama kebuddhaan – tonjolan di puncak kepala, tanda roda
di telapak kaki dan lain sebagainya – dan delapanpuluh ciri tambahan
lainnya. Mereka duduk dalam postur vajra. Ada yang berwarna putih,
ada yang kuning, ada yang merah, hijau dan biru. Berkas cahaya yang
menakjubkan terpancar dari badan mereka.
Pada cabang sebelah kanan bayangkan duduk delapan Anak Dekat
yang agung, 144 dipimpin oleh Bodhisattva Pelindung Tiga Keluarga –
Manjusri, Vajrapani dan Avalokitesvara – dan dikelilingi oleh seluruh
sangha mulia Bodhisattva. Di antara mereka ada yang berwarna putih,
kuning, merah, biru dan hijau. Kesemuanya memakai tigabelas perhiasan
sambhogakaya, dan berdiri dengan kedua kakinya.

144
Delapan Bodhisattva pengiring Buddha Sakyamuni: Manjusri, Avalokitesvara
Vajrapani, Maitreya, Akasagarbha, Ksitigarbha, Sarvanivaranaviskambhin dan
Samantabhadra.
200
Pada cabang sebelah kiri, bayangkan kedua Sravaka utama, Sariputra
dan Maudgalyayana, yang dikelilingi oleh Sangha yang mulia dari
Sravaka dan Pratyekabuddha. Mereka semua berwarna putih, berpakaian
tiga jubah biarawan. Mereka juga berdiri, sambil memegang tongkat dan
mangkok pindapatta mereka.
Pada cabang di belakang, bayangkan Permata Dharma dalam wujud
tumpukan buku. Paling atas dari mereka, yang terbungkus oleh terali
cahaya, adalah enam juta empat ratus ribu tantra Maha Ati. Label dari
tiap volumenya menghadap ke arah anda. Semua buku ini tampak
dengan jelas dan nyata, dan bergema dengan nyanyian spontan A-li-ka-
li. 145
Di antara cabang-cabang tersebut, terdapat semua Pelindung Dharma
yang jaya, baik pelindung bijaksana maupun pelindung yang dikuasai
oleh ikatan karma mereka di masa lampau. Muka semua pelindung pria
menghadap keluar; aktivitas mereka adalah untuk mencegah rintangan
luar masuk ke dalam, melindungi kita dari rintangan dan kondisi-kondisi
yang tidak sesuai untuk berlatih Dharma dan mencapai pencerahan.
Semua pelindung wanita mukanya menghadap ke arah dalam; aktivitas
mereka adalah untuk memelihara pencapaian bagian dalam supaya tidak
mengalir keluar.
Bayangkan semua figur tempat berlindung ini, dengan kualitas
pengetahuan, cinta kasih dan kekuatan mereka yang tak terhingga,
sebagai satu-satunya pemandu yang menuntun anda.
Kemudian bayangkan ayah pada kehidupan ini ada bersama di
sebelah kanan anda dan ibu anda pada sisi kiri anda. Di depan anda,
berkumpul bersama-sama dalam kerumunan yang tak terhingga
banyaknya dan menutupi permukaan bumi, adalah semua makhluk dari
tiga dunia dan enam alam. Baris yang pertama terdiri dari semua musuh
yang membenci anda dan semua pembuat rintangan yang merugikan anda.
Semua makhluk ini berdiri bersama anda dengan telapak tangan
dirangkapkan. Sambil menyatakan rasa hormat dengan badan anda,
lakukan sembah sujud. Untuk menyatakan rasa hormat dengan suara
anda, lafalkan doa perlindungan, dan untuk menyatakan rasa hormat
dengan pikiran anda, bangkitkan pikiran berikut:
"O Guru dan Tri Ratna, apa pun juga yang terjadi atas diri saya, hal
yang mendukung ataupun yang merintangi, menyenangkan ataupun
menyakitkan, yang baik ataupun yang buruk, apa pun juga penyakit dan
penderitaan yang menimpa saya, saya tidak punya pembela maupun
tempat berlindung selain anda. Anda adalah satu-satunya pelindungku,
satu-satunya pemanduku, satu-satunya tempat berteduh dan satu-satunya
harapanku. Mulai sekarang sampai saya mencapai inti pencerahan, saya

145
Huruf-huruf mati dan huruf-huruf hidup bahasa Tibet.
201
menempatkan semua kepercayaan dan keyakinan kepada Anda. Saya
tidak akan meminta pendapat dari ayahku, maupun meminta nasihat
ibuku, ataupun memutuskan sendiri. Adalah Anda, guruku dan Tri Ratna,
yang saya mohon sebagai pendukungku. Adalah kepada Anda saya
membuat persembahan. Saya mempercayakan diriku kepadamu saja.
Saya tidak punya tempat berlindung yang lain, tidak ada harapan lain
selain Anda!"

Dengan keyakinan yang membara seperti ini, ucapkan teks berikut:

དཀོན་མཆོག་ག�མ་དངོས་བདེ་གཤེགས་�་བ་ག�མཿ
KON CHOG SUM NGÖ DE SHEG TSA WA SUM Pada para Sugata dari Tiga Akar,
Sang Tri Ratna sejati,
�་�ང་ཐིག་ལེའ་ི རང་བཞིན་�ང་�བ་སེམསཿ
TSA LUNG THIG LEI RANG ZHIN JANG CHUB SEM Pada bodhicitta, sifat alami dari
saluran nadi, energi dan sari,
ངོ་བོ་རང་བཞིན་�གས་�ེའི་ད�ིལ་འཁོར་ལཿ
NGO WO RANG ZHIN THUG JEI KYIL KHOR LA Dan pada mandala dari hakikat awal,
lambang alam dan belas kasih,
�ང་�བ་�ིང་པོའ་ི བར་�་�བས་�་མཆིཿ
JANG CHUB NYING PÖ BAR DU KYAB SU CHI Saya berlindung sampai saya
mencapai inti pencerahan

Ucapkan sebanyak mungkin dalam setiap sesi, sampai anda sudah


mengulangnya sebanyak seratus ribu kali. Sebelum mencapai seratus
ribu kali, berlatihlah dengan teratur dan jadikan kegiatan tersebut latihan
anda yang rutin dan yang paling penting.
Anda mungkin ingin tahu mengapa musuh dan pembuat rintangan
didahulukan dari pada orang tua anda dalam latihan berlindung. Mereka
dibayangkan di depan kerumunan, sedangkan ibu dan ayah anda berada
di samping anda di baris belakang. Alasannya adalah karena kita yang
mempraktekkan Kendaraan Besar, harus memiliki rasa sayang dan belas
kasih bodhicitta yang sama untuk seluruh makhluk yang tak terbatas.
Lebih-lebih lagi, satu-satunya cara menghimpun pahala besar dan tidak
memboroskan semua yang kita kumpulkan adalah menjadikan kesabaran
sebagai latihan utama kita. Sebagaimana dikatakan:

Bagaimana kita bisa melatih kesabaran


jika ada tak seorang pun yang membuat kita marah?

202
Adalah kejahatan yang disebabkan oleh musuh dan pembuat
rintangan yang memberi anda kesempatan untuk mengembangkan
kesabaran. Pengamatan yang saksama akan menunjukkan bahwa dari
sudut pandang Dharma, musuh dan pembuat rintangan adalah lebih
berbaik hati terhadap anda dibanding orang tua anda. Orang tua anda,
dengan mengajar anda semua tipu daya yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan di dunia ini, dapat mencegah anda terbebas dari kedalaman
alam rendah pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu,
kebaikan mereka bukanlah sebesar seperti yang tampak oleh kita. Pada
sisi lain, musuh dan pembuat rintangan sangat baik terhadap anda. Justru
karena kemalangan yang disebabkan oleh musuh kitalah yang membuat
kita memiliki alasan untuk melatih kesabaran. Suka atau tidak suka,
mereka memisahkan anda dengan harta dan kekayaan anda – suatu ikatan
yang mencegah anda bebas dari alam samsara, yang merupakan satu-
satunya sumber dari segala penderitaan. Melalui penyakit dan
penderitaan yang mereka timbulkan, banyak kesalahan yang lampau
dibersihkan. Lebih-lebih lagi, musuh dan rintangan membawa anda
kepada Dharma, sebagaimana terjadi pada Jetsun Mila, yang pamannya,
dengan dibantu oleh bibinya, merampas semua kekayaannya. Juga pada
bhiksuni Palmo, yang karena menderita penyakit kusta yang disebabkan
oleh naga jahat, membuatnya untuk membaktikan dirinya pada latihan
Avalokitesvara, yang sesudah itu mencapai pencapaian yang tertinggi.
Raja Dharma Longchenpa yang mahatahu berkata:

Terserang oleh penderitaan, kita berpaling kepada Dharma;


Dan menemukan jalan ke pembebasan. Terima kasih, tenaga-
tenaga jahat!
Ketika duka cita menyerbu pikiran kita, kita berpaling kepada
Dharma
Dan menemukan kebahagiaan yang kekal. Terima kasih, duka
cita!
Karena kejahatan yang disebabkan oleh roh jahat, kita berpaling
kepada Dharma
Dan menemukan keberanian. Terimakasih, hantu dan setan!
Lewat kebencian orang lain, kita berpaling kepada Dharma
Dan memperoleh berkah dan kebahagiaan. Terima kasih, mereka
yang membenci kita!
Oleh kemalangan yang kejam, kita berpaling kepada Dharma
Dan menemukan jalan ke pembebasan. Terima kasih, kema-
langan!
Terdesak oleh orang lain, kita berpaling kepada Dharma
Dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Terima kasih,
semua orang yang mendesak kita.
203
Kami melimpahkan pahala kami kepada anda semua, demi mem-
balas kebaikan anda.
Oleh karena itu, bukan saja musuh anda telah sangat berbaik hati
kepada anda dalam kehidupan ini, mereka juga adalah orang tua anda
dalam kehidupan yang lampau. Inilah alasannya kenapa anda perlu
memberi tempat yang penting seperti itu dalam latihan ini.
Pada akhir sesi latihan, bayangkan karena rasa bakti dan kerinduan
anda, berkas cahaya yang tak terhingga banyaknya memancar dari semua
deity perlindungan. Cahaya tersebut menyentuh anda dan semua
makhluk, dan seperti sekelompok burung yang terserak oleh lemparan
batu, anda semua terbang ke atas dengan suara yang menderu dan
melebur ke dalam persamuan deity-deity tempat berlindung.
Kemudian deity-deity yang ada di bagian luar melebur dalam cahaya,
mulai dari bagian luar ke bagian dalam, dan melebur ke dalam guru yang
berada di tengah, yang merupakan perwujudan dari ketiga tempat
berlindung. Semua deity yang berada di atas kepala guru juga melebur ke
dalam dirinya. Kemudian guru melebur dan lenyap dalam berkas cahaya.
Berdiamlah selama mungkin dalam keadaan awal yang bebas dari segala
macam elaborasi, yaitu dharmakaya, tanpa bergeraknya pikiran sedikit
pun.
Sesudah anda bangun dari meditasi ini, salurkan jasa kebajikan
tersebut kepada semua makhluk yang tidak terbatas dengan kata-kata
berikut:

དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཀོན་མཆོག་ག�མ་པོ་འ�བ་�ར་ནས། །
KON CHOG SUM PO DRUB GYUR NË Semoga saya dengan cepat mencapai tingkat
Sang Tri Ratna,
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

Ingatlah deity-deity tempat berlindung sepanjang waktu dalam setiap


keadaan. Ketika anda berjalan, bayangkan mereka berada di angkasa
sebelah kanan di atas bahu anda, dan bayangkan anda sedang berjalan
mengitari mereka. Ketika anda duduk, bayangkan mereka di atas kepala
anda sebagai pendukung atas doa anda. Ketika anda makan, bayangkan
204
mereka berada di dalam kerongkongan anda dan persembahkan bagian
dari makanan atau minuman yang pertama kepada mereka. Ketika anda
tidur, bayangkan mereka berada di tengah-tengah hati anda. Latihan ini
penting untuk melebur khayalan menjadi cahaya jernih.
Apa pun juga yang anda lakukan, janganlah pernah terpisah dari
gambaran mental yang jelas dari deity-deity tempat berlindung. Percaya-
kan diri anda dengan keyakinan sepenuhnya kepada Tri Ratna, dan
persembahkan diri anda seluruhnya untuk berlindung.

III. ATURAN DAN MANFAAT DARI BERLINDUNG

1. Aturan berlindung

Aturan berlindung terdiri dari tiga hal yang harus dihindari, tiga hal
yang harus dilaksanakan, dan tiga sikap tambahan yang harus dicermati.

1.1 Tiga hal yang harus dihindari

Setelah anda berlindung pada Buddha, janganlah memberi hormat


kepada dewa-dewa alam samsara. Dengan kata lain, karena para dewa
tirthika, seperti Isvara atau Visnu, mereka sendiri belum terbebas dari
penderitaan samsara. Tidak boleh juga anda memberi hormat pada dewa-
dewa setempat, dewa penunggu tanah, atau roh dan dewa duniawi yang
kuat lainnya. Anda tidak boleh menjadikan mereka sebagai tempat
berlindung anda untuk kehidupan masa depan anda, memberi persem-
bahan kepada mereka, atau bersujud kepada mereka.
Setelah berlindung pada Dharma, janganlah merugikan orang yang
lain, meski dalam mimpi anda. Berusahalah sekuat tenaga untuk melin-
dungi mereka.
Setelah berlindung pada Sangha, janganlah bergaul dengan tirthika
dan orang-orang yang tidak percaya akan ajaran Sang Penakluk atau pada
Buddha yang sempurna yang memberi ajaran tersebut. Walaupun tidak
ada tirthika yang sesungguhnya di Tibet, anda perlu juga menghindari
bergaul dengan orang yang berperilaku seperti tirthika – misalnya dengan
orang yang menghina dan mengkritik guru anda dan Dharma, atau yang
mencemarkan nama baik ajaran yang dalam dari Mantrayana Rahasia.

1.2 Tiga hal untuk dilaksanakan

Setelah berlindung pada Buddha, hargai dan hormatilah bahkan suatu


potongan yang kecil dari rupang yang patah yang mewakilinya. Naikkan
ke atas kepala anda dan taruhlah di tempat yang bersih. Miliki keyakinan
205
dan lihatlah barang tersebut dengan pandangan yang murni, dengan
menganggapnya sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya.
Sesudah berlindung pada Dharma, hormati bahkan suatu sobekan dari
kertas yang bertuliskan satu suku kata dari kitab suci. Naikkan ia ke atas
kepala anda dan anggaplah ia sebagai Permata Dharma yang sesungguh-
nya.
Setelah berlindung pada Sangha, anggaplah semua barang yang
menandakan hal tersebut, apakah itu tidak lebih dari pada suatu tambalan
kain merah atau kain kuning, sebagai Permata Sangha yang sesungguh-
nya. Hargai dan hormati ia, naikkan ke atas kepala anda, taruhlah di
tempat yang bersih dan hormati ia dengan keyakinan dan pandangan yang
murni.

1.3 Tiga aturan tambahan

Anggaplah guru anda, teman spiritual yang mengajar anda saat ini
tentang apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan
sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya. Jangan berjalan pada
bayang-bayangnya, dan usahakan untuk melayani dan menghormatinya.
Anggaplah setiap kata dari guru mulia anda sebagai Permata Dharma.
Terimalah segala yang dikatakannya dengan tanpa menentangnya sedikit
pun.
Anggaplah rombongan pengiringnya, murid-muridnya dan teman-
teman sedharma yang memililki perilaku yang murni sebagai Permata
Sangha. Hormati mereka dengan tubuh, ucapan dan pikiran anda dan
tidak pernah membuat mereka kesal, biarpun untuk sesaat saja.

Terutama sekali dalam Kendaraan Mantra Rahasia, guru adalah


perlindungan yang utama: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah
Dharma dan pikirannya adalah Buddha. Oleh karena itu, kenalilah dia
sebagai intisari gabungan dari Tri Ratna dan pandanglah semua
perbuatannya adalah sempurna. Ikuti dia dengan kepercayaan mutlak dan
cobalah berdoa kepadanya setiap waktu. Ingatlah bahwa membuatnya
jengkel dengan apa pun yang anda lakukan, ucapkan atau pikirkan berarti
meninggalkan perlindungan seluruhnya. Oleh sebab itu, letakkanlah
semua usaha dan tekad anda dalam usaha untuk menyenangkannya setiap
waktu.
Apa pun juga yang terjadi pada anda, apakah itu menyenangkan atau
tidak enak, baik atau buruk, penyakit atau penderitaan, percayakan diri
anda seluruhnya pada Permata Guru. Kenalilah bahwa semua kesejah-
teraan muncul dari belas kasih Tri Ratna. Konon, segala yang menye-
nangkan dan baik di dunia ini – bahkan angin sepoi-sepoi pada hari yang
panas – berasal dari belas kasih dan berkah Sang Buddha. Dengan cara
206
yang sama, hal positif yang paling kecil yang terpikir dan timbul dalam
pikiran anda, adalah diakibatkan oleh kekuatan berkahnya yang tak
terbayangkan. Dalam Jalan Bodhisattva, Santideva berkata:

Seperti ketika kilat petir memecah malam,


Dengan cahayanya yang menyilaukan menampakkan tempat
sembunyi semua awan gelap,
Demikian juga, adalah karena kekuatan Buddha,
Pikiran yang luhur terlintas pada makhluk di dunia.

Jadi, kenalilah belas kasih Buddha dalam semua hal yang membantu
dan membuat anda bahagia.
Kapan saja anda menghadapi penyakit atau penderitaan, ketika setan
dan musuh menciptakan rintangan, atau hal-hal lain yang mungkin
menimpa diri anda, hanyalah berdoa kepada Tri Ratna dan jangan
bersandar pada metoda lain untuk berurusan dengan masalah seperti itu.
Jika anda harus menjalani perawatan medis atau menggunakan suatu
upacara penyembuhan ritual, lakukan dengan pengenalan bahwa semua
hal yang demikian adalah aktivitas dari Tri Ratna.
Belajarlah untuk memiliki keyakinan dan persepsi murni, dengan
mengenali bahwa semua yang tampak sebagai hal yang dimanifestasi
oleh Tri Ratna. Ketika anda berangkat untuk pergi ke suatu tempat,
apakah itu untuk bekerja atau untuk tujuan lain, nyatakan hormat kepada
Buddha, Dharma dan Sangha di tempat tersebut sebelum anda berangkat
ke sana. Jadikan doa perlindungan latihan rutin anda sehari-hari, dengan
mengunakan teks dari Longchen Nyingtik seperti yang dikutip di atas,
atau doa di bawah ini yang dikenal sebagai perlindungan rangkap empat,
yang mana adalah umum bagi semua yana:

Saya berlindung pada Guru.


Saya berlindung pada Buddha.
Saya berlindung pada Dharma,
Saya berlindung pada Sangha.

Rekomendasikan kepada orang lain supaya mereka berlindung dan


berilah semangat kepada mereka dalam latihan berlindung. Percayakan
diri anda dan orang lain kepada Tri Ratna untuk kehidupan ini dan
kehidupan yang akan datang, dan berlatihlah berlindung dengan rajin.
Ketika anda hendak tidur, bayangkan deity-deity ladang pahala
seperti yang diuraikan diatas, tetapi pada hati anda. Tidurlah dengan
pikiran terpusat pada mereka. Jika anda tidak dapat melakukan demikian,
berpikirlah bahwa guru anda dan Tri Ratna benar-benar ada di samping
bantal anda, penuh dengan rasa sayang dan belas kasih terhadap anda.
207
Kemudian tidurlah dengan keyakinan dan persepsi yang murni, tanpa
kehilangan pemikiran akan Tri Ratna.
Ketika anda makan atau minum, bayangkan Sang Tri Ratna di dalam
kerongkongan anda dan persembahkan kepada mereka rasa dari segala
yang ada makan atau minum. Jika anda tidak dapat melakukannya,
persembahkan kepada mereka suapan atau isapan yang pertama, sambil
berpikir, "Saya mempersembahkan ini kepada Sang Tri Ratna."
Ketika anda punya pakaian baru untuk dipakai, sebelum memakainya
untuk pertama kalinya, angkatlah mereka ke atas dan persembahkan
mereka secara mental kepada Sang Tri Ratna. Kemudian kenakanlah
dengan pikiran bahwa Sang Tri Ratna telah memberinya kepada anda.
Kapan saja anda melihat semua hal yang memberi anda kegembiraan
atau hal yang anda inginkan, persembahkanlah secara mental kepada Tri
Ratna yang mulia: taman indah yang penuh dengan bunga, sungai dengan
air yang jernih, rumah yang indah, hutan kecil yang menyenangkan, harta
kekayaan, laki-laki dan perempuan yang cantik dalam pakaian yang indah
dan sebagainya.
Ketika anda mengambil air, jentikkan tiga kali beberapa tetes ke
udara dan berkata "Saya mempersembahkan air ini kepada Sang Tri
Ratna," sebelum menuangnya ke dalam ember anda.
Semua keadaan baik dan yang anda dapatkan dalam hidup ini –
kenyamanan, kebahagiaan, ketenaran, keuntungan atau apa pun – muncul
dari belas kasih Sang Tri Ratna. Dengan devosi dan persepsi yang murni,
pikirkan demikian, "Saya mempersembahkan semua ini kepada mereka."
Persembahkanlah kepada mereka sumber pahala apa pun juga yang anda
ciptakan – sembah sujud, persembahan, meditasi pada deity, lafalan
mantra dan sebagainya – dan salurkan mereka demi kebaikan semua
makhluk. Buatlah persembahan kepada Sang Tri Ratna sesering mungkin,
pada hari bulan penuh dan bulan baru, dan pada enam waktu dalam sehari.
Cermati selalu hari-hari yang merupakan hari suci Sang Tri Ratna.
Apa pun yang terjadi, yang baik atau buruk, janganlah lupa untuk
berlindung kepada Sang Tri Ratna. Latihlah diri anda sampai anda
mencapai suatu tingkat di mana walaupun merasa ketakutan dalam mimpi
buruk, anda akan ingat untuk berlindung, sebab hal ini berarti bahwa anda
juga akan ingat untuk berbuat demikian dalam masa bardo. Singkatnya,
tempatkan kepercayaan seluruhnya kepada Sang Tri Ratna, dan jangan
pernah menyerah pada keadaan, meski dengan mengorbankan hidup anda.

Sekali peristiwa di India, seorang praktisi awam agama Buddha


ditangkap oleh beberapa tirthika yang mengatakan kepadanya: "Jika
kamu meninggalkan berlindung kepada Tri Ratna, kami tidak akan
membunuhmu. Kalau tidak, maka kami akan membunuhmu”

208
Ia menjawab, "Saya hanya dapat menyangkal berlindung dengan
mulut saya. Saya tidak pernah dapat melakukannya dengan hati saya."
Lalu mereka membunuhnya.
Kita perlu benar-benar seperti orang awam tersebut. Sekali kita
berhenti berlindung pada Sang Tri Ratna, maka tidak peduli bagaimana
dalamnya latihan yang kita jalankan, mungkin sekali kita tidak lagi
merupakan bagian dari umat Buddha. Seperti dikatakan Y.M. Atisha:

Adalah berlindung yang membedakan seseorang Buddhis atau


bukan.

Ada banyak tirthika yang menghindari perbuatan buruk, bermeditasi


pada deity, melatih saluran nadi dan energi, dan memiliki pencapaian
yang umum. Tetapi karena mereka tidak tahu berlindung pada Tri Ratna,
maka mereka tidak berada dalam jalur pembebasan dan tidak akan bebas
dari samsara.
Tidak ada satu pun dari semua kumpulan ajaran satra dan tantra yang
tidak diketahui atau tidak pernah dibaca Jowo Atisa. Namun, dari semua
itu, ia berpendapat bahwa berlindung adalah hal yang utama, sehingga hal
itulah yang sering ia ajarkan waktu pembabaran Dharma – sampai-sampai
orang-orang memberinya julukan "Pandita Perlindungan."
Oleh sebab itu, mulai saat anda memasuki jalan pembebasan dan
menjadi seorang Buddhis, latihlah berlindung bersama dengan aturan-
aturannya, dan tidak pernah berhenti sekalipun hidup anda menjadi
taruhannya. Sebagaimana sutra berkata:

Mereka yang berlindung pada Buddha,


Adalah pengikut awam yang sejati;
Mereka tidak lagi mencari perlindungan pada dewa lain.
Mereka yang berlindung pada Dharma yang suci,
Seharusnya tidak memiliki pikiran yang buruk;
Mereka yang berlindung pada Sangha yang mulia,
Seharusnya tidak lagi berhubungan dengan tirthika.

Masa kini, sebagian orang mengaku pengikut Tri Ratna, tetapi tidak
mempunyai rasa hormat sedikit pun terhadap barang-barang yang
mewakilinya. Mereka menganggap lukisan dan rupang yang melam-
bangkan Buddha atau buku-buku yang berisi kata-katanya sebagai
barang-barang biasa yang dapat dijual atau digadaikan. Ini disebut
"hidup dari menikmati kekayaan tubuh Tri Ratna" dan adalah merupakan
suatu kesalahan yang berat. Menunjuk kekurangan suatu gambar atau
rupang Buddha atau mengkritiknya, kecuali jika anda sedang
mengevaluasi proporsinya dalam rangka memperbaikinya, adalah juga
209
merupakan suatu kesalahan yang besar dan harus dihindari.
Menempatkan kitab suci langsung di lantai, melangkahinya, membasahi
jari anda dengan air liur untuk membalikkan halamannya dan perilaku
tidak hormat yang serupa lainnya, adalah merupakan kesalahan yang
serius juga. Buddha sendiri berkata:

Lima ratus tahun mendatang,


Kehadiranku akan dalam wujud kitab suci;
Anggaplah mereka sama dengan saya,
Dan tunjukkan hormatmu pada mereka.

Adalah suatu peraturan sehari-hari bahwa seseorang tidak boleh


menaruh rupang di atas kitab suci. Karena selain tubuh atau pikiran,
benda tersebut adalah merupakan ucapan Buddha yang mengajar kita apa
yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan, yang juga
memastikan kesinambungan doktrinnya. Oleh sebab itu, kitab suci tidak
ada bedanya dengan Buddha sendiri, dan adalah sangat suci.
Lagipula, kebanyakan orang tidak berpikir bahwa vajra dan genta
adalah benda yang khusus, namun menganggapnya sebagai benda biasa
saja. Mereka tidak menghargai bahwa benda tersebut adalah merupakan
lambang Tri Ratna. Vajra menandakan pikiran Buddha, yaitu lima kebi-
jaksanaan. Genta berbentuk seperti wajah, yang menurut tantra luar
adalah sebagai Vairocana. Dari sudut pandang tantra yang lebih tinggi, ia
adalah Vajradhatvisvari. Dengan kata lain, ia mengandung lambang
tubuh Buddha. Huruf-huruf yang terukir di atasnya adalah delapan bija
kata dari delapan pasangan Buddha, dan suara genta sendiri
melambangkan ucapan Buddha, suara Dharma. Dengan demikian, secara
bersama-sama vajra dan genta memenuhi semua kriteria yang
melambangkan tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Lebih-lebih lagi,
kedua benda ini mengandung semua mandala Mantra Rahasia Vajrayana,
dan dengan demikian dianggap sebagai benda samaya yang luar biasa.
Memperlakukan mereka dengan kurang hormat akan merupakan suatu
kesalahan yang besar. Selalulah bersikap hormat terhadap mereka.

2. Manfaat berlindung

Berlindung adalah dasar semua latihan. Dengan hanya berlindung


saja, anda menanam benih pembebasan di dalam diri anda sendiri. Anda
membuat jarak untuk anda sendiri terhadap semua perbuatan negatif yang
telah anda kumpulkan, dan mengembangkan semakin banyak perbuatan
yang positif. Berlindung adalah dukungan untuk semua sumpah, sumber
dari semua kualitas baik. Pada akhirnya, ia akan menuntun anda kepada
tingkat kebuddhaan. Dan di samping itu, ia akan menjamin anda mem-
210
peroleh perlindungan dari para dewa yang baik dan perwujudan dari
semua harapan yang anda inginkan. Anda tidak pernah akan berpisah
dari pemikiran tentang Tri Ratna. Anda akan ingat kepada mereka dari
kehidupan yang satu ke kehidupan berikutnya, dan menemukan kebaha-
giaan dan kesejahteraan dalam kehidupan sekarang ini dan pada kelahiran
yang akan datang. Dikatakan bahwa manfaatnya adalah tak terhingga.

Dalam Tujuhpuluh Stanza tentang Perlindungan 146 , dikatakan


sebagai berikut:

Tentu saja, siapa pun dapat mengambil sumpah,


Kecuali mereka yang belum berlindung.

Berlindung adalah dasar yang diharuskan untuk semua sumpah


Pratimoksa, sumpah untuk praktisi awam, sumpah calon biarawan dan
lain sebagainya. Sebelum membangkitkan bodhicitta, menerima inisiasi
dari Mantra Rahasia Vajrayana dan semua praktek lainnya, adalah
penting untuk mengambil sumpah berlindung yang asli dan lengkap.
Seseorang tidak bisa memulai suatu latihan, bahkan untuk latihan satu
hari Arthasila sekalipun tanpa berlindung terlebih dulu. Berlindung
adalah pendukung untuk semua sumpah dan semua kualitas baik.
Berlindung dengan keyakinan penuh akan kualitas dari Tri Ratna sudah
tak pelak lagi akan membawa manfaat. Bahkan hanya dengan mendengar
kata "Buddha," saja, atau menciptakan mata rantai yang mungkin sangat
lemah sekalipun terhadap lambang tubuh, ucapan dan pikiran Sang
Buddha, dapat menanam benih pembebasan, dan pada akhirnya akan
membawa ke arah keadaan di luar penderitaan. Dalam Vinaya, ada cerita
tentang seekor anjing yang mengejar seekor babi yang berlari
mengelilingi stupa. Lewat "pengitaran" ini, benih pencerahan telah
tertanam dalam mereka berdua.
Menurut cerita yang lain, tiga orang mencapai kebuddhaan karena
sepotong tsa-tsa tanah liat. Sekali peristiwa ada seseorang yang melihat
suatu rupang tsa-tsa tanah liat yang tergeletak di pinggir jalan.
"Jika ia tergeletak disana," pikirnya, "hujan akan segera merusaknya;
lebih baik saya melakukan sesuatu untuk itu" Maka ia menutupinya
dengan sol sepatu kulit rongsokan yang ditinggalkan orang di dekat sana.
Seorang lain yang sedang lewat di tempat yang sama berpikir kepada
dirinya, "Tidak baik kiranya menutupi tsa-tsa dengan sol sepatu rong-
sokan" dan ia pun membuang sol sepatu tersebut.

146
Skt. Trisarana-gamana-saptati.
211
Sebagai buah dari niat baik mereka, orang yang menutupi tsa-tsa dan
orang yang membuang tutupnya, keduanya menerima warisan kerajaan
pada kehidupan mereka berikutnya

Dengan niat yang murni, ia yang menutup


Kepala Buddha dengan sol sepatu
Dan ia yang kemudian membuang tutup tersebut,
Keduanya menerima warisan kerajaan.

Tiga orang – pertama-tama orang yang telah mencetak tsa-tsa,


kemudian orang yang menutupinya dengan sol sepatu, dan orang yang
akhirnya membuang tutup tersebut – semua memperoleh kebahagiaan
alam yang lebih tinggi, menerima warisan kerajaan dan sebagainya
sebagai manfaat sementara, dan pada waktu yang sama maju ke arah
kebuddhaan dengan menanam benih pembebasan dalam diri mereka.
Dengan berlindung, anda membuat jarak diri anda terhadap semua
perbuatan negatif. Berlindung pada Tri Ratna dengan tulus dan
keyakinan yang kokoh mengurangi dan bahkan menghabiskan perbuatan
buruk yang anda kumpulkan di masa lalu. Dan mulai saat itu, berkah
belas kasih dari Sang Tri Ratna membuat semua pemikiran anda menjadi
positif, sedemikian sehingga anda tidak lagi melakukan apa pun yang
merugikan.
Contohnya, Raja Ajatasatru yang membunuh ayahnya, tetapi
kemudian berlindung pada Sang Tri Ratna. Ia hanya mengalami
penderitaan neraka selama satu minggu dan kemudian terbebaskan.
Dan Devadatta, yang telah melakukan tiga kejahatan yang membawa
balasan langsung, bahkan mengalami api neraka selagi ia masih hidup.
Tetapi pada saat itu ia memiliki keyakinan pada ajaran Buddha dan
berseru, "Saya bertekad dengan segenap hati berlindung kepada Buddha!"
Buddha menerangkan bahwa oleh karena kata-kata tersebut, Devadatta
akan menjadi seorang pratyekabuddha yang bernama Bertekad Penuh.

Kini, karena kebaikan dari seorang guru atau teman spriritual, anda
menerima Dharma yang sejati dan sudah menimbulkan sedikit niat untuk
berbuat baik dan berhenti berbuat jahat. Jika anda berusaha untuk
berlatih berlindung pada Tri Ratna, pikiran anda akan diberkati, dan anda
akan terus meningkatkan dan mengembangkan semua kualitas baik dari
Jalan, seperti keyakinan, kemurnian persepsi, kekecewaan terhadap
samsara dan tekad untuk membebaskan diri, keyakinan akan akibat
perbuatan dan sebagainya.
Pada sisi lain, biar bagaimana dalamnya rasa muak anda terhadap
samsara atau tekad anda untuk mencapai pembebasan, jika anda tidak
mau repot-repot berlindung pada guru dan Sang Tri Ratna atau berdoa
212
kepada mereka, ketahuilah bahwa hal-hal yang tampak sangatlah
menawan, perasaan kita sangat mudah dibohongi dan pikiran kita sangat
cepat terkecoh, sehingga meski anda sedang melakukan perbuatan yang
baik, namun hal tersebut dengan mudah berubah menjadi sesuatu yang
negatif. Oleh karena itu adalah penting untuk mengetahui bahwa tidak
ada apa pun yang lebih baik dari pada berlindung guna memotong arus
perbuatan negatif masa depan.

Suatu hal penting lainnya, dikatakan bahwa :

Mara terutama sekali benci


Pada mereka yang bertekun dalam latihan.

Juga:

Semakin giat latihan seseorang,


Semakin kuat jua rintangan dari si Mara.

Kita berada dalam zaman kemerosotan. Orang-orang yang


bermeditasi pada pengertian yang dalam dengan perbuatan baiknya yang
besar, dengan mudah dapat tertipu oleh godaan hidup keseharian.
Mereka tertahan oleh keluarga dan teman. Mereka menderita keadaan
yang kurang menguntungkan, seperti penyakit dan gangguan tenaga
negatif. Batin mereka diserbu oleh pikiran-pikiran dan keraguan. Dalam
orang-orang seperti itu, rintangan latihan Dharma muncul dan
menghancurkan semua pahala kebajikan mereka. Tetapi, sebagai pe-
nawar racun untuk bahaya ini, jika anda membuat suatu usaha yang nyata
untuk berlindung dengan sungguh-sungguh pada Sang Tri Ratna, maka
semua hal yang menghalangi latihan anda akan diubah menjadi keadaan
yang baik, dan pahala anda akan tumbuh secara terus menerus.

Sekarang ini, guna melindungi diri dan ternak mereka terhadap


penyakit selama setahun penuh, para perumah-tangga memanggil
beberapa Lama dan para murid mereka – tak seorang pun yang sudah
menerima inisiasi atau transmisi lisan yang diperlukan, maupun yang
sudah melatih pembacaan – untuk membuka mandala deity yang
berwajah murka. Tanpa melewati tahap pengadaan dan tahap
kesempurnaan, mereka membelalakkan mata sebesar cawan, dan dengan
seketika masuk ke dalam kemarahan hebat yang ditujukan kepada rupang
yang terbuat dari adonan. Mereka selalu melakukan "persembahan
merah" dari darah dan daging, dan teriakan mereka "Bawa mereka!
Bunuh mereka! Tunggu kamu. . . . Pukul mereka!" membangkitkan rasa
permusuhan yang hebat pada semua orang yang mendengarnya. Tinjauan
213
yang lebih dalam pada upacara seperti itu menunjukkan bahwa mereka
adalah sebagaimana yang dikatakan Jetsun Mila:

Mengundang deity kebijaksanaan untuk melindungi kepentingan


yang bersifat duniawi adalah seperti menyeret seorang raja turun
dari singasananya dan menyuruhnya menyapu lantai.

Padampa Sangye berkata:

Mereka membangun mandala Mantra Rahasia di kandang


kambing, dan mengaku bahwa itu adalah suatu penawar racun!

Praktek sejenis ini meracuni Mantrayana Rahasia dan mengubahnya


menjadi praktek Bönpo. Mereka yang melaksanakan praktek "pembe-
basan" haruslah jauh dari semua hal mementingkan diri sendiri. Hanyalah
orang-orang yang bertindak dalam suatu skala yang luas demi kepen-
tingan makhluk dan ajaran, boleh dengan sah membebaskan musuh dan
pembuat rintangan yang melakukan sepuluh perbuatan jahat. 147 Tetapi
jika hal seperti itu dilakukan dengan kemarahan yang biasa dan dengan
memihak, tidak saja hal itu tidak memiliki kekuatan untuk membebaskan
makhluk yang diarahkan, ia juga akan menyebabkan kelahiran di alam
neraka bagi orang yang melaksanakannya.
Bagi orang yang tidak memiliki pencapaian dalam tahap pengadaan
dan tahap kesempurnaan dan yang tidak menjaga samaya, pelaksanaan
upacara "persembahan merah" dengan daging dan darah bukan saja tidak
dapat mengundang deity kebijaksanaan maupun pelindung Dharma,
namun sebaliknya, bermacam-macam setan dan para dewa yang berhati
dengki berkumpul untuk ikut serta dalam persembahan dan torma
tersebut. Mungkin kelihatannya hal tersebut segera membawa manfaat,
tetapi hasil akhirnya akan merupakan banyak konsekwensi yang tidak
diinginkan.
Perlindungan yang jauh lebih baik dibanding semuanya adalah
menempatkan kepercayaan anda pada Sang Tri Ratna. Mintalah kepada
para guru dan biarawan yang telah menenangkan dan mengawasi pikiran
mereka sendiri untuk mebaca doa perlindungan seratus ribu kali. Anda
akan dibawa ke dalam perlindungan Sang Tri Ratna; tidak ada hal apa
pun yang tidak diinginkan akan terjadi pada anda dalam hidup ini, dan
semua harapan anda akan terwujud secara spontan. Para dewa yang baik

147
Yaitu: Membunuh mereka yang: memusnahkan agama Buddha, menghancurkan Tri
Ratna, merampok harta milik Sangha, mencaci maki Mahayana, mencelakakan guru,
memecah belah persaudaraan Vajra, merintangi orang berlatih dan tanpa belas kasih
sedikitpun, menghianati samaya, dan memutarbalikkan prinsip hukum karma.
214
akan melindungi anda, dan semua mereka yang merugikan – setan dan
pembuat rintangan – bahkan tidak akan mampu mendekat.
Sekali peristiwa ada seseorang menangkap seorang pencuri dan
memukulinya. Diiringi setiap pukulan yang keras dengan kayu, orang
tersebut membacakan satu baris dari doa perlindungan: "Aku berlindung
kepada Buddha," buk! "Aku berlindung kepada Dharma," buk! dan
seterusnya. Setelah selesai melafalkan doa dengan diiringi pukulan
tersebut, ia membiarkannya pergi. Pencuri tersebut berpikir: “Buddha
Sakyamuni sungguh baik. Untung doa perlindungan hanya terdiri dari
empat baris. Kalau saja lima baris, mungkin saya sudah mati terpukul.
Malam itu, ia bermalam di bawah sebuah jembatan. Pikirannya terisi
dengan kata-kata dari doa perlindungan bersama dengan ingatan akan
pukulan menyakitkan yang ia terima. Selagi ia berbaring, suatu pasukan
besar setan mendekati jembatan tersebut. Akan tetapi mereka berteriak,
"Ada seseorang di sini yang berlindung kepada Sang Tri Ratna!" dan
mereka semuanya melarikan diri sambil menjerit-jerit.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengusir hal-hal yang buruk
dari hidup ini dibanding dengan berlindung dari dasar hati anda pada
Sang Tri Ratna. Pada kehidupan yang akan datang, ia akan membawakan
anda pembebasan dan kemahatahuan. Sangatlah sulit membayangkan
semua manfaat dari berlindung. Sutra Tanpa Noda 148 mengatakan:

Jika semua pahala dari berlindung


Mengambil bentuk,
Seluruhan ruang angkasa akan terisi,
Dan tidak akan cukup untuk menampungnya.

Dan dalam Sari Kebijaksanaan Transenden 149:

Jika pahala dari berlindung mengambil bentuk,


Ketiga dunia tidak akan dapat menampungnya.
Dapatkah air yang begitu banyak di semua samudra,
Diukur dengan sekop kecil?

Terlebih lagi, Sutra SariMatahari 150 mengatakan:

Ia yang telah menjadikan Buddha tempat berlindungnya,

148
Nama asli Vimalakīrti-Nirdeśa-Sūtra, dalam bahasa Tibet sutra tersebut dikenal
dengan nama �ི་མ་མེད་པ (dri ma med pa), Sutra Tanpa Noda.
149
Skt. Arya prajna-paramita carya gatha.
150
Skt. Sūrya-garbha-sutra.
215
Tidak dapat dibunuh oleh sepuluh juta setan;
Meskipun ia melanggar sumpah atau pikirannya tersiksa,
Adalah pasti bahwa ia akan melampaui kelahiran kembali.

Oleh sebab itu, baktikan diri anda dengan sungguh-sungguh pada


berlindung, dasar dari semua latihan Dharma, karena manfaatnya
adalah tak terkira.

Saya sudah berlindung, tetapi hanya mempunyai sedikit


keyakinan;
Saya mengikuti latihan tiga tahap 151 , tetapi membiarkan
komitmenku tergelincir;
Berkati saya dan semua mereka yang penakut seperti saya,
Agar keyakinan kami teguh dan tidak berubah.

151
Sila, samadhi, prajna.
216
BAB 2

MEMBANGKITKAN BODHICITTA

Dengan kebijaksanaanmu yang tinggi, anda sudah merealisasi


nirvana;
Karena belas kasihmu yang besar, anda dengan sepenuh hati
tetap berdiam di samsara;
Dengan ketrampilanmu dalam metoda, anda sudah menyadari
bahwa mereka tidak berbeda;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

Bab ini terdiri dari tiga bagian:


- pelatihan pikiran pada empat kualitas yang tidak terhingga;
- membangkitkan bodhicitta, pikiran yang terarah ke pence-
rahan tertinggi;
- pelatihan aturan bodhicitta aspirasi dan bodhicitta aplikasi.

I. PELATIHAN PIKIRAN PADA EMPAT KUALITAS YANG TIDAK


TERHINGGA

Empat kualitas yang tidak terhingga adalah rasa sayang, belas kasih,
kegembiraan simpatik dan kenetralan. Rasa sayang biasanya ditangani
terlebih dulu. Tetapi jika kita berlatih keempatnya satu per satu secara
berturut-turut sebagai suatu pelatihan pikiran, maka kita perlu mulai
dengan mengembangkan kenetralan. Karena jika tidak demikian, maka
rasa sayang, belas kasih dan kegembiraan simpatik apa pun yang kita
bangkitkan akan cenderung bersifat berat sebelah dan tidak sepenuhnya
murni. Oleh karena itu, dalam hal ini kita mulai dengan renungan pada
kenetralan.
217
1. Renungan pada kenetralan

Kenetralan (dalam bahasa Tibet: tang nyom) berarti menghentikan


(tang) kebencian kita terhadap musuh dan kesukaan pada teman-teman,
dan memiliki sikap yang tak berpihak (nyom) terhadap semua makhluk,
bebas dari kemelekatan kepada mereka yang dekat, dan kebencian kepada
mereka yang jauh dengan kita.
Sebagaimana hal-hal itu tersebut terjadi sekarang, kita sangat melekat
pada mereka yang pada pikiran kita merupakan bagian dari kelompok
kita sendiri – ayah dan ibu, sanak saudara dan seterusnya – sedangkan
kita merasakan kebencian yang tak tertahankan terhadap musuh kita dan
mereka yang berhubungan dengannya. Ini adalah suatu kekeliruan yang
disebabkan karena kurangnya pemahaman.
Dalam kehidupan-kehidupan yang lampau, mereka yang sekarang
kita anggap musuh kita, pasti sudah pernah dekat dengan kita, dan selalu
dengan penuh cinta kasih pada sisi kita, memelihara kita dengan kehen-
dak baik dan memberi kita bantuan dan dukungan yang tak terbayangkan.
Sebaliknya, banyak dari mereka yang kita sekarang sebut teman-teman,
secara pasti telah merupakan lawan kita dan melakukan kejahatan
terhadap kita. Ketika kita membaca bab tentang ketidak-kekalan, hal ini
digambarkan oleh kata-kata dari Katyayana yang mulia:

Ia memakan daging ayahnya, dan menyepak pergi ibunya;


Ia menimang-nimang musuh dipangkuannya sendiri;
Istrinya sedang menggerogoti tulang suaminya;
Aku tertawa melihat apa yang terjadi di dalam pertunjukan
samsara!

Contoh lain adalah kisah tentang Putri Pema Sel, putri Raja Dharma
Trisong Detsen. Ketika ia meninggal pada umur tujuh belas tahun,
ayahnya pergi bertanya kepada Guru Rinpoche 152 bagaimana hal seperti
itu bisa terjadi.
"Pada pikiran saya, putriku itu seharusnya adalah seseorang yang
memiliki karma lampau yang murni," kata raja. "Ia dilahirkan sebagai
putri Raja Trisong Detsen. Ia berjumpa dengan penterjemah dan pandita
kalian berdua, yang seperti Buddha yang nyata. Mana mungkin hidupnya
demikian pendek?"
"Sama sekali bukan karena perbuatan-perbuatan lampau yang murni
mana pun yang menyebabkan tuan putri dilahirkan sebagai putri anda,"
jawab Guru. "Suatu ketika, saya, Padma, anda, Raja Dharma yang agung,
dan Bodhisattva Abbot yang agung terlahir sebagai tiga anak lelaki kasta

152
Sebutan kehormatan lain untuk Guru Padmasambhava.
218
rendah. Kita sedang membangun Stupa Besar Jarung Khashor. Pada
waktu itu, tuan putri terlahir sebagai seekor lebah yang menyengat anda
di leher anda. Karena sikatan tangan anda, dengan tanpa sengaja anda
telah membunuhnya. Oleh karena hutang karma yang terjadi dalam
kehidupan itu, lebah itu dilahirkan kembali sebagai anakmu.”
Jika bahkan Raja Dharma Trisong Detsen, yang merupakan Manjusri
sendiri, bisa memiliki anak yang dilahirkan padanya dengan cara seperti
itu sebagai akibat perbuatan masa lampaunya, apa yang bisa kita katakan
untuk makhluk yang lain?
Sekarang ini, kita terhubung erat dengan orang tua kita. Mereka
memberikan kasih sayang yang besar kepada kita. Ketika kita menderita,
atau apa pun yang tidak diinginkan terjadi pada kita, mereka lebih sedih
dibandingkan jika hal seperti itu terjadi pada diri mereka sendiri. Semua
ini hanyalah pembayaran kembali hutang karma yang sudah mereka
lakukan satu sama lain dalam hidup yang lampau.
Dari semua orang yang kini menjadi musuh kita, tidak ada satu pun
yang bukan ayah atau ibu kita selama semua kehidupan kita sebelumnya.
Sekarang pun, kenyataan bahwa kita menganggap mereka melawan kita,
tidaklah perlu berarti bahwa mereka benar-benar melakukan kejahatan
apa pun terhadap kita. Ada beberapa orang yang kita anggap sebagai
lawan, namun dari sisi mereka, mereka sama sekali tidak memandang
kita seperti itu. Ada orang yang mungkin merasa bahwa mereka adalah
musuh kita, tetapi sesungguhnya tidak mampu melakukan kejahatan yang
nyata kepada kita sama sekali. Ada juga orang yang pada saat ini
sepertinya merugikan kita, tetapi untuk jangka panjang, apa yang mereka
lakukan terhadap kita mungkin membawa sesuatu yang berharga dalam
hidup ini, atau membuat kita berpaling ke Dharma, dan dengan demikian
membawakan kita banyak manfaat dan kebahagiaan. Di samping itu, jika
kita dapat dengan trampil menyesuaikan diri pada karakter mereka dan
merebut hati mereka dengan kata-kata yang lembut, dengan mudah
mereka dapat berubah menjadi teman kita.
Pada sisi lain, ada orang-orang yang secara normal kita anggap ter-
dekat dengan kita – contohnya, anak-anak kita. Tetapi ada juga anak
laki-laki dan anak perempuan yang menipu atau tega membunuh orang
tua mereka. Kadang-kadang si anak berpihak pada orang yang berselisih
dengan orang tua mereka, dan menggabungkan diri dengan mereka untuk
bertengkar dengan keluarga mereka sendiri dan merampas kekayaan
mereka. Bahkan ketika kita berbaikan dengan mereka yang kita sayangi,
permasalahan dan duka cita mereka lebih mempengaruhi kita dibanding
berbagai kesulitan kita sendiri. Dalam rangka membantu teman-teman,
anak-anak dan sanak keluarga lainnya, kita menimbun gelombang
perbuatan negatif yang besar yang akan menyapu kita ke dalam neraka
dalam kehidupan berikutnya. Ketika kita benar-benar ingin berlatih
219
Dharma dengan baik, mereka menghalangi kita. Karena tidak mampu
mengalahkan obsesi kita terhadap orang tua, anak-anak dan keluarga, kita
menunda melatih Dharma, dan dengan demikian tidak pernah
menemukan waktu untuk itu. Singkatnya, orang-orang seperti itu dapat
lebih merugikan kita dibanding musuh kita.
Lebih-lebih lagi, tidak ada jaminan bahwa mereka yang sekarang kita
anggap sebagai musuh kita, tidak akan terlahir sebagai anak-anak kita
pada kehidupan yang akan datang, atau bahwa para teman kita sekarang
tidak akan terlahir kembali sebagai musuh kita, dan seterusnya. Hal ini
hanyalah sebab kita mengambil persepsi yang timbul dan berkelibatan
tentang “teman” dan “musuh” ini sebagai sesuatu yang sesungguhnya,
sehingga kita menghimpun perbuatan negatif lewat kemelekatan dan
kebencian. Kenapa kita berpegang pada beban demikian yang akan
menyeret kita ke dalam alam rendah?
Oleh karena itu, buatlah keputusan yang teguh, pandanglah semua
makhluk yang tanpa batas sebagai orang tua dan anak-anak anda.
Kemudian, seperti makhluk agung jaman dulu yang riwayat hidupnya
dapat kita baca, anggaplah sama akan semua teman dan musuh anda.
Pertama-tama, terhadap orang-orang yang anda tidak suka sama
sekali – mereka yang menimbulkan kemarahan dan kebencian anda –
latihlah pikiran anda dengan berbagai cara sedemikian rupa, sehingga
kemarahan dan kebencian yang anda rasakan terhadap mereka tidak lagi
muncul. Pikirkan mereka sebagai seseorang yang netral, yang tidak
melakukan kebaikan ataupun kejahatan terhadap anda. Kemudian
pikirkan bahwa makhluk yang tidak terhitung banyaknya, yang anda
rasakan netral tersebut, telah pernah menjadi ayah atau ibu anda sekali
waktu dalam kehidupan yang lampau sepanjang seluruh waktu tanpa awal.
Renungkanlah secara demikian, latihlah diri anda sampai anda merasakan
kasih sayang yang sama kepada mereka seperti yang anda lakukan
terhadap orang tua anda. Akhirnya, renungkanlah sampai anda
merasakan belas kasih yang sama terhadap semua makhluk – apakah
anda memandang mereka sebagai teman, musuh atau di antaranya –
seperti anda lakukan terhadap orang tua anda.
Jika anda tidak dapat memunculkan perasaan demikian, tetapi hanya
berpikir tentang semua orang, teman dan musuh, sebagai orang-orang
yang sama, tanpa perasaan tertentu akan belas kasih, kebencian atau apa
pun juga, itu hanyalah kenetralan tanpa perhatian yang tidak
menghasilkan kejahatan maupun kebaikan. Kenetralan seperti ini
bukanlah kenetralan tanpa batas. Gambaran yang diberikan untuk
kenetralan yang tak terbatas yang sesungguhnya adalah ibaratnya suatu
perjamuan yang diberikan oleh seorang rsi agung. Ketika para rsi agung
jaman dulu mengadakan perjamuan, mereka akan mengundang semua
orang, yang berkedudukan tinggi dan yang rendah, yang berkuasa dan
220
rakyat jelata, yang baik ataupun yang jahat, orang biasa atau orang yang
sangat khusus, tanpa membuat pembedaan apa pun juga. Demikian juga,
sikap kita terhadap semua makhluk seluruh jagat raya haruslah suatu
perasaan belas kasih yang maha luas, yang mencakup mereka semua
dengan sama. Latihlah pikiran anda sampai anda mencapai tingkat
kenetralan tanpa batas seperti itu.

2. Renungan pada kasih sayang

Melalui renungan kenetralan tanpa batas seperti yang diuraikan di


atas, anda sampai pada memandang semua makhluk dalam ketiga alam
dengan kasih sayang yang sama. Kasih sayang yang anda rasakan
terhadap mereka seharusnya seperti orang tua yang menjaga anak-anak
kecil mereka. Mereka tidak peduli akan rasa tidak berterima dari anak-
anak dan semua kesulitan yang terjadi, namun memberikan seluruh
pikiran, perkataan dan perbuatan untuk membuat si kecil bahagia, senang
dan nyaman. Demikian juga, dalam kehidupan ini dan semua kehidupan
yang akan datang, persembahkanlah segala yang anda lakukan, ucapkan
atau pikirkan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan semua makhluk.
Semua makhluk mengejar kebahagiaan dan kenyamanan. Mereka
semua ingin nyaman dan bahagia; tiada satu pun dari mereka ingin
merasa tidak bahagia atau menderita. Namun mereka tidak tahu bahwa
penyebab kebahagiaan adalah perbuatan yang positif, dan sebagai
gantinya malah melibatkan diri mereka pada sepuluh perbuatan negatif.
Dengan demikian, keinginan mereka yang paling dalam bertolak
belakang dengan perbuatan mereka: dalam usaha mereka untuk
menemukan kebahagiaan, mereka hanya membawakan penderitaan
kepada mereka sendiri
Ulang dan ulangi lagi merenungkan dengan berpikir betapa baiknya
jika setiap makhluk dapat memperoleh semua kebahagiaan dan keinginan
mereka. Renungkan hal tersebut sampai anda menginginkan orang lain
berbahagia sama seperti anda ingin berbahagia sendiri.
Sutra-sutra berbicara tentang "perbuatan yang penuh kasih sayang
dari tubuh, perbuatan yang penuh kasih sayang dari ucapan dan perbuatan
yang penuh kasih sayang dari pikiran.” Maknanya adalah bahwa segala
yang anda katakan dengan mulut anda atau lakukan dengan tangan anda,
sebagai gantinya merugikan orang lain, seharusnya memberi manfaat dan
kasih sayang. Seperti yang dikatakan dalam Jalan Boddhisattva:

Kapan saja melihat orang lain,


Lihatlah mereka dengan hati yang terbuka dan penuh kasih.

Bahkan ketika anda memperhatikan orang lain, usahakan pandangan


221
tersebut adalah senyuman dan menyenangkan, bukannya sorotan mata
yang agresif atau ungkapan kemarahan. Ada cerita tentang ini. Suatu
cerita tentang seorang penjabat pemerintah yang mendelik semua orang
dengan wajah yang sangat gusar. Konon, ia terlahir kembali sebagai
preta yang tinggal pada sisa-sisa makanan di bawah tungku rumah. Sutra
mengatakan: “Mendelik orang suci, akan terlahir di neraka.”
Perbuatan apa pun yang anda lakukan dengan badan anda, cobalah
lakukan dengan lemah-lembut dan menyenangkan, cobalah tidak meru-
gikan orang lain tetapi membantu mereka. Ucapan anda mestinya tidak
menyatakan sikap seperti penghinaan, kritik atau kecemburuan. Buatlah
tiap-tiap kata yang anda ucapkan menyenangkan dan benar. Perihal sikap
mental anda, ketika anda membantu orang lain, janganlah menginginkan
apa pun yang baik sebagai balasannya. Jangan menjadi orang munafik
dan mencoba untuk membuat orang lain memandang anda sebagai
Bodhisattva oleh karena tindakan dan kata-kata anda. Inginkan saja
kebahagiaan orang lain dari lubuk hati anda dan pikirkan apa saja yang
paling menguntungkan buat mereka. Berdoalah berulang-ulang dengan
kata-kata berikut: “Sepanjang kehidupan saya, semoga saya tidak pernah
melukai satu helai rambut pun milik makhluk lain, dan semoga saya
selalu menolong mereka.”
Sangatlah penting untuk menghindari agar orang-orang di bawah ke-
kuasaan anda tidak menderita dengan memukul mereka, memaksa
mereka bekerja terlalu keras dan lain sebagainya. Hal ini berlaku pada
pelayan dan hewan peliharaan anda, sampai pada anjing penjaga rumah.
Selalulah ramah kepada mereka dalam segala keadaan, dalam pikiran,
ucapan dan perbuatan anda. Sebetulnya, terlahir sebagai seorang pelayan
atau sebagai anjing penjaga rumah, sehingga diremehkan dan diawasi
oleh semua orang, adalah matangnya akibat perbuatan masa lampau. Hal
itu adalah akibat timbal balik dari meremehkan orang lain ketika sedang
berkuasa dalam kehidupan lampau. Jika anda sekarang memandang
rendah orang lain karena kekuasaan dan kekayaan anda, anda akan
membayar kembali utang tersebut pada kehidupan yang akan datang
dengan terlahir sebagai pelayan mereka. Oleh sebab itu, hendaknya anda
terutama ramah pada mereka yang posisinya di bawah anda.
Hal apa pun yang anda lakukan secara fisik, ucapan ataupun mental
untuk membantu orang tua anda sendiri, terutama mereka yang menderita
penyakit kronis, akan membawa manfaat yang yang tidak terbayangkan.
Jowo Atisa berkata:

Bersikap ramah terhadap mereka yang datang dari jauh,


Kepada mereka yang telah sakit untuk jangka waktu panjang,
Atau kepada orang tua kita waktu usia tua mereka,
Adalah setara dengan meditasi pada kekosongan,
222
Di mana belas kasih adalah seluruh inti sarinya.

Orang tua kita sudah menunjukkan kasih sayang yang tak terukur,
sehingga membuat mereka marah pada usia tua mereka akan merupakan
perbuatan yang sangat negatif. Buddha sendiri membayar kembali
kebaikan ibunya. Beliau pergi ke Surga Tiga Puluh Tiga untuk memba-
barkan Dharma kepadanya. Konon, sekalipun kita melayani orang tua
kita dengan membawa mereka mengelilingi seluruh dunia di atas pundak
kita, hal itu masih tidak dapat membayar kembali kebaikan mereka.
Namun kita dapat membayar kembali kebaikan itu dengan memperkenal-
kan mereka pada ajaran Buddha. Jadi, senantiasalah melayani orangtua
anda dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, dan cobalah temukan cara
untuk membawa mereka ke Dharma.

Guru Agung dari Uddiyana berkata:

Janganlah membuat orang yang berumur susah;


Peliharalah mereka dengan penuh perhatian dan rasa hormat.
Dalam hal apa pun yang anda ucapkan dan lakukan, bersikaplah
ramah pada semua mereka yang lebih tua dari anda. Rawatlah mereka
dan lakukan apa pun juga yang dapat menyenangkan mereka.
Sekarang ini kebanyakan orang mengatakan bahwa tidak ada jalan
untuk bertahan di dunia samsara dengan tanpa merugikan orang lain.
Namun ini tidak benar.
Dahulu kala, di Khotan, dua orang calon biarawan sedang
bermeditasi pada Manjusri yang mulia. Pada suatu hari, beliau menam-
pakkan diri kepada mereka dan berkata, "Tidak ada hubungan karma
antara kalian dan saya. Deity dengan siapa kalian mempunyai hubungan
dalam kehidupan yang lampau adalah Avalokitesvara yang agung. Ia
sekarang dapat anda temukan di Tibet, di mana ia memerintah sebagai
raja. 153 Kallian perlu pergi ke sana untuk melihatnya".
Ketika kedua calon biarawan tersebut tiba di Tibet. Di belakang
Gunung Chagpori, 154 mereka melihat bahwa sejumlah besar orang-orang
telah dieksekusi atau dipenjara. Mereka bertanya apa yang terjadi.
"Ini adalah hukuman yang diperintahkan oleh raja", jawab mereka.
"Raja ini pasti bukan Avalokitesvara,” kata mereka kepada diri
mereka, dan karena takut bahwa mereka mungkin dihukum juga, mereka
memutuskan untuk melarikan diri.
Raja tahu bahwa mereka sedang melarikan diri, lalu mengirim
153
Raja yang dimaksud adalah Songtsen Gampo, raja Buddhis yang pertama di Tibet yang
dianggap sebagai titisan dari Avalokitesvara.
154
Gunung Chagpori, salah satu dari empat gunung yang terkenal di Tibet, terletak di
sebelah barat daya Istana Potala, Lhasa.
223
seorang pesuruh untuk memanggil mereka.
"Jangan takut”, ia berkata kepada mereka. "Tibet adalah daerah yang
liar, susah untuk ditaklukkan. Karena alasan itulah saya harus mencip-
takan ilusi tentang narapidana yang dieksekusi, dipotong-potong dan
seterusnya. Tetapi pada kenyataannya, saya tidak melukai mereka sehelai
rambut pun.”
Raja itu adalah penguasa semua wiayah Tibet, Tanah Salju, dan yang
menaklukkan semua raja pada empat penjuru mata angin di bawah
kekuasaannya. Ia mengalahkan angkatan perang yang menyerbu ke
dalam negeri dan menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan. Walau-
pun ia berkewajiban menaklukkan musuh dan mempertahankan rakyat-
nya dalam skala yang luas seperti itu, ia berusaha melakukannya tanpa
merugikan sehelai rambut pun dari orang-orang tersebut. Oleh karena itu,
apakah tidak mungkin kita hindari untuk merugikan orang lain ketika kita
memelihara keluarga kita sendiri yang kecil, yang jika dibandingkan
tidak lebih besar dari sarang serangga?
Merugikan orang lain membawa ketidak-baikan sebagai balasannya.
Ia hanya akan membawa penderitaan yang tidak ada akhirnya pada
kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Tidak ada hal baik
yang akan dihasilkannya, bahkan dalam kehidupan sekarang ini sekalipun.
Tak seorang pun pernah menjadi kaya dengan membunuh, mencuri, atau
hal yang serupa. Mereka hanya berakhir dengan melunasi hukuman dan
kehilangan semua uang dan harta benda mereka dalam proses tersebut.
Gambaran yang diberikan untuk kasih sayang yang tidak terhingga
adalah seperti seekor burung betina yang menjaga anaknya. Ia mulai
dengan membuat sarang yang nyaman dan lembut. Ia melindungi mereka
dengan sayapnya, menjaganya supaya tetap hangat. Ia selalu ramah dan
melindungi mereka sampai mereka dapat terbang. Sebagaimana burung
betina, belajarlah untuk berbaik hati dalam pikiran, ucapan dan perbuatan
kepada semua makhluk di tiga alam.

3. Renungan pada belas kasih

Renungan pada belas kasih adalah membayangkan makhluk-makhluk


tersiksa oleh penderitaan yang kejam, dan ingin membebaskan mereka
darinya. Seperti yang dikatakan:

Pikirkanlah bagaimana seseorang yang berada dalam siksaan


berat – seseorang yang dilemparkan ke dalam sel bawah tanah
yang paling dalam, yang sedang menunggu untuk dieksekusi,
atau seekor binatang yang berdiri di depan penjagal yang segera
akan membunuhnya. Rasakan kasih sayang pada makhluk
tersebut seolah-olah ia adalah anak atau ibu anda sendiri.
224
Bayangkan seorang narapidana yang dijatuhi hukuman mati oleh
seorang penguasa dan sedang dibawa ke tempat eksekusi, atau seekor
domba yang ditangkap dan diikat oleh penjagal.
Ketika anda berpikir tentang narapidana tersebut, sebagai ganti
berpikir tentang orang yang sedang menderita itu sebagai seseorang yang
lain, bayangkan bahwa ia adalah anda sendiri. Tanyakan diri anda apa
yang akan anda lakukan dalam keadaan seperti itu. Bagaimana sekarang?
Tidak ada tempat untuk melarikan diri. Tidak ada tempat untuk
bersembunyi. Tidak ada tempat berlindung dan tak seorang pun akan
melindungi anda. Anda tidak punya cara untuk melepaskan diri. Anda
tidak bisa terbang. Anda tidak punya kekuatan, tidak ada angkatan
perang yang melindungi anda. Sekarang, pada saat ini, semua persepsi
kehidupan ini akan segera berakhir. Anda malah harus meninggalkan
tubuh milik anda yang anda sayangi dengan banyak kepedulian, dan
berangkat menuju kehidupan berikutnya. Begitu menyedihkan! Latihlah
pikiran anda dengan mengambil penderitaan narapidana atas diri anda
sendiri
Dan ketika anda berpikir tentang domba yang dibawa ke penjagalan,
jangan sekedar berpikir tentangnya sebagai domba saja. Sebagai
gantinya, rasakan dengan sungguh-sungguh bahwa itu adalah orangtua
anda yang akan mereka bunuh. Tanyakan diri anda apa yang dapat anda
lakukan dalam keadaan yang demikian. Apa yang akan anda lakukan
sekarang kalau mereka akan membunuh ibu anda yang tua itu, meskipun
ia tidak melakukan kejahatan apa pun? Bayangkan dalam hati sanubari
anda penderitaan yang harus dialami oleh ibu anda. Ketika hati anda
meledak dengan keinginan yang mendesak untuk berbuat sesuatu guna
mencegah ibu anda yang tua tersebut dijagal dengan segera, hal ini
mencerminkan bahwa walaupun makhluk yang menderita tersebut bukan
benar-benar ayah atau ibu anda dalam kehidupan ini, namun adalah pasti
mereka itu telah menjadi orangtua anda pada kehidupan yang lampau,
yang telah membesarkan anda dengan kasih sayang yang besar dengan
cara yang sama. Jadi, tidak ada perbedaan yang nyata. Kasihan orang
tua malang yang sangat menderita! Seandainya mereka segera bisa bebas
dari kesusahan mereka saat ini juga! Dengan berpikir demikian dalam
hati anda, renungkanlah dengan rasa kasihan yang tak tertahankan
sehingga anda berlinang air mata.
Ketika rasa kasihan anda timbul, pikirkanlah bahwa semua
penderitaan ini adalah akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan di
masa lalu. Semua makhluk malang sekarang, yang dengan sesukanya
melakukan perbuatan jahat pasti harus menderita juga. Dengan
pemikiran demikian, renungkanlah dengan rasa kasihan pada semua
makhluk yang sedang menciptakan penyebab penderitaan untuk diri
mereka dengan membunuh dan melakukan perbuatan jahat lainnya.
225
Kemudian pikirkan penderitaan semua makhluk yang terlahir di
neraka, di alam preta dan alam siksaan lainnya. Anggaplah seolah-olah
mereka adalah orang tua anda, atau diri anda sendiri, dan merenunglah
pada rasa belas kasihan dengan sekuat tenaga.
Akhirnya, bayangkan secara mendalam pada semua makhluk di
ketiga alam. Di mana ada ruang, di situ ada makhluk. Di mana saja ada
makhluk, di sana ada perbuatan negatif dan penderitaan yang dihasilkan.
Kasihan, makhluk yang malang, hanya terlibat dalam semua perbuatan
negatif dan menderita! Betapa baiknya jika masing-masing individu
dalam enam alam bisa bebas dari semua keadaan yang diakibatkan oleh
perbuatan yang lampau, bebas dari semua penderitaan tersebut dan
kecenderungan negatif, dan mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang
kekal yang sempurna.
Ketika anda mulai bermeditasi pada rasa belas kasih, adalah penting
untuk pertama-tama memusatkannya pada penderitaan makhluk secara
perorangan, satu demi satu, dan baru setelah itu melatih diri anda secara
bertahap, sampai anda dapat merenungkan semua makhluk secara
keseluruhan. Jika tidak demikian, maka rasa belas kasih anda akan
bersifat intelektual dan samar-samar, bukanlah hal yang nyata.
Bayangkan khususnya penderitaan dan kesusahan dari lembu, domba,
kuda beban dan binatang jinak lain di sekitar rumah anda. Si pemilik
mengenakan segala macam kebiadaban pada makhluk seperti itu, yang
dapat disamakan dengan siksaan neraka. Mereka mencocok hidung
mereka, menyembelih mereka, mencabut bulu mereka dan mengeluarkan
darah mereka hidup-hidup. Sedikitpun tidak mempertimbangkan bahwa
binatang ini mungkin menderita. Jika kita memikirkan hal tersebut
dengan saksama, masalahnya adalah mereka belum menumbuhkan rasa
belas kasih. Pikirkan dengan saksama: sekarang ada seseorang mencabut
sehelai rambut anda, pastilah anda akan menjerit kesakitan – anda tidak
akan menerima begitu saja. Namun, dengan kayu pemilin, si pemilik
membelit ke luar semua bulu di perut yak, meninggalkan bekas merah
dari daging yang gundul. Darah mulai mengalir dari masing-masing
lubang bulu tersebut. Walaupun binatang tersebut mengeram kesakitan,
tidak pernah terlintas dalam benak si pemilik bahwa ia sedang menderita.
Yang ia perhatikan hanyalah rasa sakit yang tak tertahankan pada lepuhan
tangannya sendiri karena pekerjaan tersebut.
Kadang-kadang, pada waktu berpergian dengan mengendarai kuda,
ketika bokong si pengendara merasa tidak nyaman karena duduk terlalu
lama di punggung binatang tersebut, ia tidak bisa lagi duduk di pelana
dan harus mengendarai pelana samping sebagai gantinya. Tetapi tidak
pernah terpikir olehnya bahwa mungkin kuda tersebut menjadi menderita
atau lelah. Ketika kuda tersebut tidak bisa lagi meneruskan perjalanan-
nya dan tersandung, kehabisan nafas, ia masih berpikir bahwa kudanya
226
menjadi keras kepala. Ia menjadi marah dan memukulnya berulang-
ulang tanpa rasa belas kasih sedikit pun.
Pikirkan seekor binatang secara tersendiri – seekor domba, misalnya
– yang segera akan disembelih. Pertama-tama, ketika ia diseret dari
kawanannya, ia diserang oleh ketakutan yang nyaris membuatnya lumpuh.
Suatu lepuhan berdarah timbul di tempat ia dijambret. Kemudian
tubuhnya dibalik dan ditekan ke tanah; kakinya diikat bersama-sama
dengan tali kulit dan moncongnya diikat sampai ia mati lemas. Jika
dalam keadaan sekarat, binatang tersebut kelihatan agak lambat matinya,
maka penjagal, orang yang melakukan perbuatan jahat tersebut, merasa
terganggu. "Ada yang tidak ingin mati!" katanya menggerutu, lalu me-
mukulinya.
Begitu domba tersebut mati, ia langsung dikuliti dan dipotong-potong.
Pada waktu yang sama hewan lain ditetes darahnya sehingga ia tidak bisa
berjalan tegak. Darah hewan yang mati dicampurkan dengan darah
hewan yang hidup. Campuran tersebut dimasak menjadi sosis bersama-
sama dengan isi perut yang dikeluarkan dari binatang yang telah
disembelih tadi. Setiap orang yang memakan makanan seperti itu benar-
benar adalah raksasa pemakan daging.
Pikirkan dengan saksama tentang penderitaan binatang-binatang ini.
Bayangkan anda sendiri sedang mengalami penderitaan demikian dan
lihatlah apa yang terjadi. Tutuplah mulut anda dengan tangan dan
berhenti bernafas. Berdiamlah dalam keadaan seperti itu sebentar. Alami
kesakitan dan rasa panik. Ketika anda telah sungguh-sungguh melihat
apa yang terjadi, pikirkan berulang-ulang betapa sedihnya semua
makhluk terganggu oleh penderitaan yang mengerikan seperti itu dengan
tiada istirahat sesaat pun. Betapa baiknya andaikata anda memiliki
kekuasaan untuk memberi mereka tempat berlindung dari semua penderi-
taan ini!
Lama dan biarawan adalah orang yang diharapkan memiliki belas
kasih yang besar. Tetapi mereka tidak memilikinya sedikit pun. Mereka
lebih buruk dibanding para perumah tangga dalam hal membuat
makhluk-makhluk menderita. Ini adalah tanda bahwa jaman ajaran
Buddha sungguh mendekati akhirnya. Kita sudah sampai pada waktu di
mana raksasa dan iblis pemakan daging diberi semua kehormatan.
Di masa lalu, Guru kita, Buddha Sakyamuni, menolak memerintah
suatu kerajaan universal seperti membuang air ludah. Beliau menjadi
seorang pertapa. Dengan Arhat-arhat para pengikutnya, ia pergi berjalan
kaki, meminta sedekah dengan mangkuk dan tongkat di tangannya.
Tidak saja mereka lakukan dengan tanpa kuda beban dan keledai, bahkan
Buddha sendiri pun tidak memiliki kendaraan. Hal itu disebabkan karena
beliau merasa bahwa membuat makhluk lain menderita bukanlah cara dan
ajaran Buddhis. Apakah Buddha benar-benar tidak cukup akal untuk
227
menemukan seekor kuda tua untuk dinaiki?
Namun, ketika para Lama, orang-orang yang kita muliakan tersebut
pergi mengadakan upacara di kampung, mereka mencocokkan seutas tali
yang kasar melalui lubang cincin moncong yak mereka. Begitu mereka
naik ke atas pelana, mereka menarik sekuat tenaga dengan kedua tangan
mereka pada tali tersebut yang menusuk lubang hidung hewan tersebut
dan mengakibatkan sakit yang tak tertahankan, sehingga membuat
binatang tersebut membalikkan diri ke belakang. Kemudian, dengan
cambuknya, si pengendara memukul pantat binatang tersebut dengan
sekuat tenaga. Karena yak tersebut tidak sanggup menahan rasa sakit
yang baru ini pada panggulnya, ia mulai berlari – tetapi ditarik-tarik terus
pada hidungnya. Sakit dalam lubang hidungnya kini sangat tak
tertahankan, sehingga ia berhenti sejenak, namun ia harus menerima
cambukan lagi. Sentakan di depan dan pukulan keras di belakang,
membuat binatang tersebut sangat kesakitan dan lelah. Keringat menetes
dari tiap helai bulunya, lidahnya terjulur dan nafasnya memburu. Ia
sudah tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya.
"Ada apa dengannya? Ia masih tidak berjalan dengan baik," pikir si
pengendara. Dengan marah ia menusuk-nusuk binatang itu pada panggul
dengan pegangan cambuknya. Dalam amukannya ia memukul begitu
keras sehingga tangkai cambuk pecah menjadi dua. Ia memasukkan
potongan tersebut ke dalam sabuknya, lalu mengambil sebuah batu yang
tajam. Sambil berputar ke belakang dari atas pelana, ia membanting batu
itu dengan keras pada pantat yak tua tersebut ... semua ini disebabkan
karena ia sama sekali tidak merasa kasihan sedikit pun kepada binatang
itu.
Bayangkan diri anda sendiri adalah yak tua tersebut. Punggung anda
tertekan dengan beban yang sangat berat. Tali menarik pada lubang
hidung anda, panggul anda dicambuk, tulang rusuk anda dibuat memar
oleh pijakan kaki. Di depan, di belakang, dan pada kedua sisi anda, yang
terasa hanyalah rasa sakit yang membakar. Dengan tak berhenti untuk
beristirahat sedetik pun, anda menaiki tanjakan, menuruni jalan yang
curam, anda menyeberang sungai yang lebar dan dataran yang luas.
Dengan tidak ada kesempatan untuk menelan bahkan sesuap makanan,
anda dipaksa melawan kehendak anda dari dinihari sampai larut malam,
ketika cahaya redup dari matahari yang terbenam sudah menghilang.
Bayangkan betapa sulit dan melelahkan. Kalau saja penderitaan akan
rasa sakit, lapar dan dahaga tersebut dialami diri anda sendiri, anda tidak
bisa tidak merasakan rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan.
Umumnya, mereka yang kita panggil Lama dan biarawan mestinya
menjadi tempat perlindungan dan bantuan – pemandu dan pelindung yang
tidak memihak bagi semua makhluk. Tetapi sesungguhnya, mereka
mendukung donatur yang memberi makanan, minuman dan persembahan
228
kepada mereka. Mereka memohon agar individu yang tertentu tersebut
dinaungi dan dilindungi. Mereka memberi mereka penguatan dan berkah.
Dan dengan terus-menerus mereka bersatu mengusir semua preta dan
makhluk halus jahat yang terlahir akibat karma sial mereka. Lama yang
melakukan upacara seperti itu membangkitkan kemarahan mereka sendiri
ke dalam kegeraman dan membuat gerak isyarat memukul, sambil
berseru, "Bunuh, bunuh! Pukul, pukul!"
Sungguh, jika seseorang menganggap roh jahat sebagai sesuatu yang
harus dibunuh atau dipukul, hal itu disebabkan karena pikirannya ada di
bawah pengaruh kemelekatan dan kebencian. Ia belum pernah menum-
buhkan rasa kasihan yang luas dan tidak memihak. Ketika anda memi-
kirkannya dengan saksama, makhluk yang membahayakan ini adalah jauh
lebih memerlukan belas kasih dibanding donatur mana pun. Mereka
sudah menjadi roh jahat karena karma buruk mereka. Mereka terlahir
sebagai preta dengan bentuk tubuh yang mengerikan. Rasa sakit dan
ketakutan mereka tidak terbayangkan. Tidak ada yang mereka alami
selain rasa lapar, dahaga dan kelelahan yang tiada akhirnya. Mereka
merasa segalanya mengancam mereka. Karena pikiran mereka penuh
dengan kebencian dan agresi, kebanyakan dari mereka terlahir di neraka
begitu mereka mati. Siapakah yang mestinya lebih dikasihani? Sang
donatur mungkin sedang menderita dan sakit, tetapi hal itu akan
membantu mereka untuk menghilangkan karma buruk mereka, dan tidak
menciptakannya lagi. Pada sisi lain, roh-roh jahat itu sedang merugikan
orang lain dengan niat jahat mereka, dan akan terlempar oleh perbuatan
jahat mereka ke kedalaman alam rendah.
Jika Sang Penakluk, yang trampil dalam cara dan penuh rasa belas
kasih, mengajarkan seni mengusir setan atau menakut-nakuti mereka
dengan cara yang kejam, hal itu pastilah keluar dari rasa belas kasih
terhadap mereka, seperti seorang ibu yang memukul pantat anaknya yang
tidak mendengarkannya. Ia juga mengijinkan upacara agama untuk
pembebasan dipraktekkan oleh mereka yang memiliki kekuatan untuk
menghentikan alir perbuatan jahat dari makhluk yang hanya merugikan,
dan memindahkan kesadaran mereka ke alam Buddha. Tetapi perihal
menjadi kaki tangan seorang donatur, biarawan dan orang lain yang kita
anggap pada pihak kita sendiri, dan menolak setan dan pengacau sebagai
musuh yang dibenci – melindungi yang satu dan menyerang yang lain
yang bersumber pada kemelekatan dan kebencian – mana mungkin sikap
seperti itu yang diajarkan oleh Sang Penakluk?

Sepanjang kita dikemudikan oleh perasaan kemelekatan dan


kebencian seperti itu, akan sia-sia untuk mencoba mengusir roh jahat.
Tubuh mereka hanyalah mental, dan mereka tidak akan mendengarkan
perintah kita. Mereka hanya akan melakukan hal-hal yang merugikan
229
kita sebagai balasannya. Sungguh, tidak perlu jauh-jauh berbicara
tentang nafsu dan kebencian – sepanjang kita percaya bahwa para setan
dan roh-roh seperti itu benar-benar ada dan menginginkan mereka pergi,
kita tidak pernah akan menundukkan mereka.

Suatu ketika Jetsun Mila sedang tinggal di Gua Benteng Garuda di


lembah Chong. Ia keluar mengumpulkan kayu bakar. Waktu ia kembali
ke gua, raja pembuat halangan Vinayaka membuat ilusi gaib. Di dalam
guanya, Jetsun Mila menemukan lima atsara 155 dengan mata sebesar
mangkok. Ia berdoa kepada gurunya dan kepada yidamnya, tetapi setan-
setan itu tidak mau pergi. Ia bermeditasi dengan memvisualisasi deitynya
dan mengucapkan mantra murka, tetapi tetap saja mereka tidak mau pergi.
Akhirnya, ia berpikir, "Marpa dari Lhodrak menunjukkan bahwa
segala penampilan yang ada di alam semesta adalah pikiran, dan sifat
alami pikiran adalah bersinar dan hampa. Percaya bahwa setan-setan dan
pembuat rintangan ini adalah sesuatu yang ada di luar tubuh, dan
menginginkan mereka pergi adalah tidak ada artinya."
Dengan keyakinan yang kuat dan dengan pandangan yang
mengetahui bahwa roh-roh dan setan-setan hanyalah persepsi diri sendiri,
ia melangkah masuk ke dalam guanya. Atsara-atsara itu menghilang
dengan ketakutan sambil menggulung-gulung mata mereka.
Ini adalah juga yang dimaksud oleh Raksasi Batu Karang ketika ia
bernyanyi kepadanya:

Setan kecenderunganmu ini timbul dari pikiranmu;


Jika kamu tidak mengenali sifat alami pikiranmu,
Aku tidak akan meninggalkan tempat ini hanya karena kamu
menyuruhku pergi;
Jika kamu tidak menyadari bahwa pikiranmu adalah kosong,
Masih banyak lagi setan lain selain diriku!
Tetapi jika kamu mengenali sifat alami pikiranmu sendiri,
Keadaan yang kurang baik malah akan mendukungmu;
Bahkan aku, Raksasi Batu Karang, akan menuruti perintahmu.

Lalu, kalau kita tidak merasa dan mengenali bahwa semua roh dan
setan adalah pikiran kita sendiri, bisakah kita menaklukkan mereka
dengan cara marah?
Ketika biarawan mengunjungi donatur mereka, dengan gembira
mereka makan semua domba-domba yang telah disembelih dan
disuguhkan kepada mereka tanpa keraguan sedikit pun. Ketika mereka

155
Atsara adalah perubahan bahasa dari Bahasa Sansekerta acarya, dan di sini berarti
kemunculan yang tiba-tiba yang mengambil bentuk pertapa orang India.
230
melaksanakan upacara agama khusus untuk membuat persembahan
kepada pelindung, mereka menuntut daging yang bersih untuk dipakai
sebagai ramuan. Bagi mereka, hal ini berarti daging yang masih berdarah
dan gajih dari binatang yang baru saja dibunuh, dengan mana mereka
menghias semua torma dan persembahan lain. Cara intimidasi yang
menakutkan seperti itu hanya ada dalam upacara Bonpo atau tirthika –
cara-cara demikian pasti bukan cara Buddhis. Di dalam Buddhis, sekali
kita berlindung pada Sang Tri Ratna, kita harus mengakhiri perbuatan
yang merugikan orang lain. Mana mungkin membunuh binatang ke mana
kita pergi dan menikmati darah dan dagingnya bukan merupakan suatu
pelanggaran dari ajaran berlindung? Terutama sekali, dalam tradisi
Bodhisattva dari Mahayana, kita diharapkan menjadi tempat berlindung
dan pelindung dari semua makhluk yang tanpa batas. Namun bagi semua
makhluk yang memiliki karma yang tidak beruntung ini, di mana kita
diharapkan untuk melindungi mereka, kita tidak merasakan belas kasih
sedikit pun. Malah, makhluk yang di bawah perlindungan kita dibunuh,
daging mereka dimasak dan darah mereka disajikan ke hadapan kita,
pelindung mereka. Kemudian dengan sangat gembira kita melahapnya
semua sambil mengules-ules bibir kita. Masih adakah hal lain yang lebih
kejam dan jahat dari pada ini?

Teks dari Mantra Vajrayana yang rahasia mengatakan:

Apa pun juga yang kita lakukan yang menyinggung perasaan


simha dan tramen, 156
Dengan tidak mengumpulkan persembahan dari daging dan darah
menurut teks,
Kita mohon dakini tempat suci untuk memaafkan kita.

Disini, "mengumpulkan persembahan dari daging dan darah menurut


teks" berarti mengumpulkan mereka seperti yang diterangkan di teks
tantra Mantrayana Rahasia. Apakah yang dimaksud dengan teks tersebut?

Lima jenis daging dan lima ambrosia,


Adalah makanan dan minuman di luar pesta.

Mempersembahkan pesta dari daging dan darah menurut teks, oleh


karena itu, berarti mempersembahkan lima macam daging yang dianggap
sebagai benda yang sesuai dengan samaya Mantrayana Rahasia – yakni
daging manusia, kuda, anjing, gajah dan burung merak. Kelima macam
daging ini tidak tercemar oleh tindakan yang merugikan makhluk lain,

156
Simha: delapan dakini. Tramen: nama umum untuk dakini.
231
sebab mereka semua adalah makhluk yang tidak dibunuh untuk
digunakan sebagai makanan. Ini sangat berlawanan dengan melekat pada
pengertian kotor dan bersih, di mana daging manusia, daging anjing dan
semacamnya dipandang lebih rendah dan kotor, dan daging gemuk lezat
dari binatang yang disembelih untuk makanan dianggap bersih. Sikap
seperti itu dikenal sebagai:

Menganggap kelima macam benda nikmat samaya sebagai murni


dan tidak murni,
Atau mengkonsumsinya secara ceroboh.

Dengan kata lain, memiliki gagasan tentang murni dan tidak murni
yang berlawanan dengan samaya menikmati makanan. Bahkan kelima
macam daging yang diperbolehkan hanya boleh digunakan jika anda
mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuk makanan yang anda makan
menjadi nektar dan jika anda sedang dalam proses berlatih untuk
mencapai pencapaian tertentu di tempat yang sunyi. Memakan mereka
seperti biasa di desa, hanya karena anda suka akan rasanya, adalah apa
yang dimaksud dengan "konsumsi yang ceroboh yang bertentangan
dengan samaya menikmati makanan," dan adalah juga suatu pelanggaran.
Oleh karena itu, "daging yang murni," tidak berarti daging dari
binatang yang disembelih untuk makanan, tetapi "daging dari binatang
yang meninggal oleh karena perbuatan masa lampau mereka sendiri,"
maksudnya daging binatang yang mati karena umur tua, penyakit, atau
sebab alami lainnya, yang diakibatkan karena perbuatan mereka sendiri di
masa lampau.
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya mengatakan, bahwa
mengambil daging dan darah yang masih hangat dari binatang yang baru
saja disembelih dan menempatkannya di mandala akan membuat semua
deity kebijaksanaan menjadi pingsan. Dikatakan juga bahwa memper-
sembahkan darah dan daging binatang yang disembelih kepada deity
kebijaksanaan adalah seperti membunuh seorang anak di depan ibunya.
Jika anda mengundang seorang ibu ke perjamuan dan kemudian
menyajikan daging anaknya sendiri, apa ia akan suka? Adalah dengan
rasa sayang yang sama sebagai seorang ibu mengasihi anak tunggalnya
Buddha dan Bodhisattva melihat semua makhluk di tiga alam.
Pembunuhan binatang yang tidak bersalah yang telah menjadi korban
perbuatan buruk dan mempersembahkan darah dan dagingnya kepada
mereka tentu sama sekali tidak menyenangkan mereka. Sebagaimana
kata Bodhisattva Santideva:

Sama halnya tidak ada kesenangan yang dapat membawa kegem-


biraan
232
Kepada seseorang yang badannya sedang terbakar,
Begitu juga, tidak ada Buddha yang dibuat senang,
Ketika kejahatan dilakukan terhadap makhluk hidup.

Jika anda melakukan upacara agama, misalnya mempersembahkan


doa kepada pelindung dengan menggunakan darah dan daging dari
binatang yang disembelih sambil menikmatinya sendiri juga, sudah
barang tentu para deity kebijaksanaan dan pelindung dari ajaran Buddha,
yang semuanya adalah Bodhisattva yang murni, tidak pernah akan
menerima persembahan binatang sembelihan seperti daging yang
tergeletak di kios penjagal. Mereka tidak akan pernah mendekat.
Sebagai gantinya, roh-roh jahat yang memiliki kekuatan, yang suka darah
dan daging mentah, dan yang ingin berbuat kejahatan akan berkumpul
dan berpesta dengan persembahan tersebut. Mereka akan mengikuti
orang-orang yang melafalkan doa.
Untuk saat yang singkat sesudah praktisi selesai melakukan "sesaji
merah" nya, orang-orang akan merasakan adanya manfaat yang kecil.
Tetapi karena roh-roh yang terlibat secara terus menerus merugikan orang
lain, besar kemungkinan mereka akan menyebabkan penyakit dan
permasalahan yang mendadak. Lagi-lagi praktisi upacara "merah" akan
menampakkan dirinya dan mempersembahkan daging dan darah, dan
sekali lagi hal itu akan membantu untuk waktu yang tidak lama. Inilah
cara roh-roh jahat dan praktisi upacara merah menjadi tidak dapat
dipisahkan, dan selalu saling mendukung satu sama lain. Seperti hewan
pemakan bangkai mencari mangsa, mereka menjelajahi tempat di seke-
liling mereka, semata-mata terobsesi oleh hasrat mereka untuk meng-
konsumsi daging, menggerogoti tulang, dan mencari lebih banyak korban.
Dikuasai oleh roh jahat, praktisi upacara agama seperti itu kehilangan
semua kekecewaan terhadap alam samsara dan hasrat akan pembebasan
yang mungkin mereka miliki sebelumnya. Apa pun juga keyakinan,
kemurnian persepsi dan minat akan Dharma yang pernah mereka miliki,
kualitas ini semua mengabur, bahkan sampai ketika Buddha sendiri
terbang di angkasa di depan mereka pun tidak akan membangkitkan
keyakinan apa pun pada mereka, dan bahkan penglihatan akan binatang
dengan semua isi perut terpampang keluar pun tidak membangkitkan rasa
kasihan apa pun. Mereka selalu mencari mangsa, seperti raksasa
pembunuh berbaris ke medan perang, wajah mereka beringas, menggetar
dengan amarah dan meremang penuh agresi. Mereka membanggakan diri
mereka atas kekuatan dan berkah ucapan mereka yang datang dari
keakraban mereka dengan roh-roh jahat. Begitu mereka meninggal,
mereka langsung terlontar ke dalam neraka atau terlahir kembali dalam
rombongan pengiring roh jahat yang memangsa tenaga hidup makhluk
lain, atau sebagai elang, serigala dan pemangsa lainnya.
233
Dalam waktu pemerintahan Raja Dharma Trisong Detsen, orang-
orang Bönpo membuat persembahan dari darah dan daging untuk
memohon berkah buat raja. Buddha yang kedua dari Uddiyana, pandita
Vimalamitra yang agung, Bodhisattva Kepala Vihara yang mulia, serta
penterjemah dan pandita lainnya semuanya merasa sedih memandang
sesaji Bönpo tersebut. Mereka berkata:

Ajaran yang tunggal tidak bisa mempunyai dua guru;


Agama yang tunggal tidak bisa mempunyai dua metoda praktek.
Tradisi Bön bertentangan dengan hukum Dharma;
Kejahatannya bahkan lebih buruk dibanding pelanggaran yang
biasa.
Jika anda mengijinkan praktek seperti itu, kami akan pulang saja.

Semua pandita berpendapat sama tanpa perlu mendiskusikan hal ter-


sebut. Ketika raja meminta mereka untuk membabarkan Dharma, tak
satu pun dari mereka tampil ke depan. Bahkan ketika mereka disuguhkan
makanan, mereka menolak untuk makan.
Jika kita, yang mengaku mencontoh pandita, siddha dan Bodhisattva
masa lalu, sekarang melaksanakan ritual Mantrayana Rahasia dengan cara
Bönpo dan menyebabkan penderitaan makhluk lain, hal itu akan
menghancurkan keagungan doktrin dan memalukan Sang Tri Ratna, dan
akan melempar diri kita dan makhluk lain ke dalam neraka.

Selalulah mengambil tempat yang paling rendah. Pakailah pakaian


yang sederhana. Bantulah semua makhluk sebanyak yang anda sanggup.
Dalam segala hal yang anda lakukan, kerjakanlah hanya untuk mengem-
bangkan belas kasih, sampai mereka sudah menjadi suatu bagian yang
penting dari anda. Sekalipun jika anda tidak melakukan aktivitas bentuk
luar dan yang lebih menyolok dari Dharma seperti pelafalan doa, beramal
dan pekerjaan yang mementingkan orang lain, hal itu sudah cukup bagi
anda. Sutra yang dengan Sempurna Meringkas Dharma 157 mengatakan:

Biarlah mereka yang menginginkan kebuddhaan tidak melatih


banyak Dharma, tetapi hanya satu saja.
Yang manakah itu? Belas kasih yang besar.
Mereka yang mempunyai belas kasih yang besar menguasai
semua ajaran Buddha seolah-olah ada di telapak tangan
mereka.

Suatu ketika Geshe Tonpa dikunjungi oleh seorang biarawan yang

157
Skt. Dharmasaṃgraha.
234
dulunya adalah murid dari Tiga Bersaudara158 dan Khampa Lungpa.
"Apa yang dilakukan Potowa sekarang?" Tonpa bertanya kepada
biarawan tersebut.
"Ia sedang mengajar Dharma kepada ratusan anggota Sangha."
"Sangat bagus! Dan bagaimana dengan Geshe Puchungwa?"
"Ia menghabiskan semua waktunya untuk membuat lambang badan,
ucapan dan pikiran Buddha 159 dari bahan-bahan yang
dipersembahkan orang lain."
“Sangat bagus!" ulang Geshe Tonpa.
"Bagaimana dengan Gonpawa?" " Ia tidak melakukan apa-apa, tetapi
hanya bermeditasi saja."
"Sangat bagus! Ceritakan tentang Khampa Lhungpa."
"Ia tinggal dalam tempat yang sunyi, terus menerus menangis sambil
menyembunyikan wajahnya."
Mendengar itu, Tonpa melepaskan topinya, merangkapkan kedua
tangannya di depan dada, meneteskan banyak air mata, dan berseru, "Oh,
sungguh mengagumkan! Ini sungguh berlatih Dharma. Saya dapat
menceritakan kepada anda banyak tentang kebaikannya, tetapi saya tahu
ia tidak suka akan hal itu."
Alasan mengapa Khampa Lhungpa menyembunyikan wajahnya dan
terus menangis adalah karena ia terus menerus berpikir tentang makhluk
yang tersiksa oleh penderitaan di alam samsara, dan bermeditasi pada
rasa belas kasih untuk mereka.
Suatu hari Chengawa sedang menjelaskan banyak alasan mengapa
belas kasih adalah begitu penting. Langri Thangpa bersujud di hadap-
annya dan berkata, bahwa mulai saat itu ia tidak akan bermeditasi pada
hal lain kecuali pada kedua hal tersebut. Chengawa mengangkat topinya
dan berkata tiga kali, "Berita yang hebat!"

Tidak ada hal lain yang bisa lebih efektif untuk membersihkan perbu-
atan negatif dan kegelapan batin kita selain belas kasih. Suatu ketika di
waktu dulu di India, ajaran Abhidharma mendapat kecaman dari para
tirthika pada tiga waktu yang terpisah dan mulai lenyap. Tetapi seorang
brahmana wanita yang bernama Prakasasila mempunyai pikiran demikian:
"Saya telah dilahirkan sebagai seorang perempuan. Oleh karena status
saya yang rendah, saya tidak bisa membuat doktrin Buddha berkembang.
Maka saya akan bergabung dengan lelaki dan mempunyai anak laki-laki
yang dapat menyebarkan ajaran Abhidharma."
Dengan seorang ksatriya sebagai ayah anaknya, dia melahirkan

158
Tiga Bersaudara: Potowa, Puchungwa dan Gonpawa.
159
Lambang dari badan Buddha merujuk pada rupang dan lukisan, ucapannya adalah
naskah-naskah suci dan tulisan lainnya, dan pikirannya adalah stupa.
235
Asanga yang mulia, dan dengan seorang brahmana ia melahirkan
Vasubandhu. Ketika kedua putranya menjadi dewasa, mereka
menanyakan apakah pekerjaan ayah mereka.
Ibunya memberitahu mereka berdua: "Saya tidak melahirkan kamu
untuk mengikuti langkah ayahmu. Kamu sudah ditakdirkan menyebarkan
ajaran Buddha. Kamu harus belajar Dharma, dan menjadi guru
Abhidharma."
Vasubandhu berangkat ke Kashmir untuk belajar Abhidharma dari
Sanghabhadra. Asanga pergi ke Gunung Kukkutapada, di mana ia
memulai latihan Buddha Maitreya, dengan harapan mendapat penam-
pakan dari Buddha tersebut dan memohon instruksinya. Enam tahun
sudah berlalu. Walaupun ia bermeditasi dengan giat, ia tidak pernah
bermimpi tentang hal yang memberi pertanda baik.
"Kelihatannya saya tidak pernah akan berhasil," pikirnya, dan ia pun
meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan kecil hati. Di tengah
jalan, ia kebetulan berjumpa dengan seorang lelaki yang sedang
mengasah sebatang besi yang besar dengan kain kapas yang lembut.
"Apa maksud anda berbuat demikian, mengasah seperti itu?" ia ber-
tanya kepada orang tersebut.
Orang itu menjawab, "Saya memerlukan sebatang jarum, maka saya
mencoba membuatnya dengan mengasah batang besi ini."
Asanga berpikir, "Ia tidak akan pernah berhasil membuat sebatang
jarum dengan mengasah batang besi yang sangat besar itu dengan
sepotong kain kapas yang lembut. Sekalipun hal itu bisa terjadi dalam
seratus tahun, akankah ia hidup selama itu? Jika orang awam dapat
membuat usaha seperti itu untuk alasan yang sepele, saya pikir bahwa
saya belum pernah benar-benar berlatih Dharma dengan ketekunan apa
pun."
Maka ia kembali kepada latihannya. Ia berlatih tiga tahun lagi,
namun tetap saja tidak ada tanda apa pun.
"Kali ini saya cukup yakin bahwa saya tidak pernah akan berhasil," ia
berkata, dan ia pun pergi lagi. Ia berjumpa dengan sebuah batu karang
yang sangat tinggi, kelihatanya seolah-olah menyentuh langit. Pada ka-
kinya, seorang lelaki sedang memukul-mukulnya dengan bulu burung
yang dicelupkan ke dalam air.
"Apa yang sedang anda lakukan?" Asanga bertanya kepadanya. .
"Batu karang ini terlalu tinggi," jawab orang itu. "Saya tidak men-
dapat cahaya matahari sedikit pun pada rumahku yang terletak di sebelah
baratnya. Maka saya akan mengikisnya sampai ia hilang."
Asanga, dengan pikiran yang sama seperti tiga tahun sebelumnya,
kembali dan berlatih untuk tiga tahun berikutnya, namun tetap saja tanpa
pernah bermimpi tentang tanda-tanda yang baik.
Dengan sangat berkecil hati, ia berkata "Apa pun juga yang saya
236
lakukan, saya tidak pernah akan berhasil!" dan ia pun berangkat me-
ninggalkan tempat tersebut sekali lagi.
Di tengah jalan, ia kebetulan melihat seekor anjing betina yang pin-
cang kedua kaki belakangnya dan seluruh seperempat bagian tubuh
belakangnya dipenuhi dengan belatung. Meskipun demikian, dia masih
penuh dengan sifat agresi dan mencoba menggigitnya. Sewaktu ia
menyeret tubuhnya dengan kaki depannya, bagian belakang badannya
mengikutinya di tanah sepanjang tempat di belakangnya. Asanga
terbawa oleh rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan. Dengan
memotong sepotong dagingnya, ia memberikannya kepada anjing betina
untuk dimakan. Kemudian ia memutuskan untuk lebih dulu membersih-
kannya dari ulat-ulat pada perempat tubuh bagian belakangnya. Kuatir
bahwa ia mungkin membunuh mereka jika ia memindahkannya dengan
jarinya, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya
adalah dengan lidahnya. Tetapi ketika ia melihat ke seluruh badan
binatang tersebut yang sangat busuk dan penuh dengan nanah, ia tidak
bisa melakukannya. Maka ia memejamkan matanya dan menjulurkan
lidahnya . . . .
Sebagai ganti menyentuh badan anjing betina, lidahnya malah
menyentuh tanah.
Ia membuka matanya dan mendapatkan bahwa anjing betina tadi
telah tiada. Pada tempat tersebut berdiri Maitreya yang dikeliling oleh
lingkaran cahaya.
"Belas kasihmu sungguh kecil," seru Asanga, "sampai-sampai tidak
mengunjukkan wajahmu selama ini."
"Bukannya saya tidak mengunjukkan diriku. Kamu dan aku belum
pernah berpisah. Tetapi perbuatan negatif dan kegelapan batinmu begitu
dalam sehingga kamu tidak dapat melihat saya. Karena latihanmu selama
dua belas tahun telah menguranginya sedikit, kamu bisa melihat anjing
betina itu. Baru saja tadi, oleh karena rasa belas kasihmu yang besar,
kegelapan batinmu telah termurnikan dengan sepenuhnya, sehingga kamu
dapat melihat aku dengan mata kepalamu sendiri. Jika kamu tidak
percaya akan kata-kataku, bawalah aku di atas pundakmu dan tunjukkan
aku kepada semua orang di sekeliling sini"
Maka Asanga membawa Maitreya di atas bahu kanannya dan pergi
ke pasar, di mana ia menanyai semua orang, "Apa yang kamu lihat di atas
pundakku?" Setiap orang menjawab tidak ada apa pun di atas pundaknya
– semua orang, kecuali seorang perempuan tua yang kegelapan batinnya
tidak begitu tebal. Ia berkata, "Anda sedang membawa mayat busuk
seekor anjing."
Hyang Maitreya kemudian membawa Asanga ke Surga Tusita, di

237
mana ia memberinya Lima Ajaran Maitreya 160 dan instruksi lainnya.
Ketika Asanga kembali ke dunia, ia menyebarkan doktrin Mahayana
secara luas.
Karena tidak ada latihan lain yang lebih efektif dibanding rasa belas
kasih untuk memurnikan kita dari semua perbuatan masa lampau yang
merugikan kita, dan karena adalah rasa belas kasih yang tidak pernah
gagal untuk membuat kita dapat mengembangkan bodhicitta yang luar
biasa, kita perlu mempertahankannya dengan bermeditasi mengenai hal
tersebut.
Gambaran yang diberikan untuk berenung atas rasa belas kasih
adalah seperti seorang ibu tidak berlengan yang anaknya dihanyutkan
oleh sungai. Betapa tak tertahankan kesedihan yang mendalam dari sang
ibu seperti itu. Kasih sayang kepada anaknya begitu dalam, tetapi karena
ia tidak bisa menggunakan lengannya, ia tidak bisa memegangnya.
"Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Apa yang bisa saya
lakukan?" ia bertanya kepada dirinya. Satu-satunya pikirannya adalah
untuk menemukan cara untuk menyelamatkan anaknya. Hatinya hancur,
sambil menangis ia berlari mengikutinya.
Persis seperti itu, semua makhluk di tiga alam terhanyut oleh sungai
penderitaan sampai tenggelam di samudra samsara. Betapa tak terta-
hankan rasa belas kasih yang kita rasakan, kita tidak punya alat untuk
menyelamatkan mereka dari penderitaan mereka. Latihlah belas kasih
sambil memikirkan: "Apa yang bisa saya lakukan sekarang?" Mintalah
pertolongan pada guru anda dan Sang Tri Ratna dari seluruh kedalaman
hati anda.

4. Renungan pada kegembiraan simpatik

Bayangkan seseorang yang terlahir mulia, berwibawa, makmur dan


berkuasa, seseorang yang hidup di dunia atau di alam yang lebih tinggi
yang mengalami kenyamanan, kebahagiaan dan umur panjang, dikelilingi
oleh banyak pelayan dan dalam kekayaan yang besar. Tanpa merasa
cemburu atau bersaing, buatlah pengharapan agar mereka menjadi lebih
mulia, menikmati lebih banyak lagi kemakmuran di alam yang lebih
tinggi, bebas dari semua bahaya dan mengembangkan kecerdasan dan
bakat sempurna lainnya. Kemudian katakan kepada diri anda berulang-
ulang, betapa gembiranya saya jika semua makhluk yang lain bisa
memiliki keadaan seperti itu.
Mulailah latihan kegembiraan simpatik anda dengan berpikir tentang
160
Yaitu 1. Ornamen Realisasi yang Jelas (Abhisamayālaṃkāra); 2. Ornamen Sutra
Mahayana (Māhayānasūtrālaṃkāra); 3. Membedakan Pandangan Tengah dan
Pandangan Ekstrim (Madhyāntavibhāga); 4. Membedakan Dharma dan Dharmata
(Dharma-dharmatā-vibhāga);dan 5. Sastra Tantra Tertinggi (Uttaratantra Śāstra).
238
seseorang yang dengan mudah membangkitkan perasaan positif – seperti
sanak keluarga, sahabat karib atau seseorang yang anda cintai – yang
sukses, puas dan dalam kedamaian, dan merasa bahagia bahwa
keadaannya begitu. Ketika anda sudah memantapkan perasaan bahagia
yang demikian, cobalah untuk menumbuhkan perasaan yang sama
terhadap mereka yang anda tidak peduli. Kemudian pusatkan pada semua
musuh yang sudah merugikan anda, terutama terhadap seseorang yang
anda merasa cemburu. Tumbangkan mentalitas jahat serta rasa kecembu-
ruan yang tak tertahankan ketika melihat orang dalam keadaan makmur
dan berlimpah, dan tumbuhkan rasa senang untuk setiap macam
kebahagiaan yang mereka nikmati. Akhiri dengan beristirahat dalam
keadaan tanpa membuatnya menjadi gagasan.
Arti dari kegembiraan simpatik adalah untuk memiliki pikiran yang
bebas dari kecemburuan. Oleh karena itu anda perlu mencoba untuk
melatih pikiran anda dengan segala macam metoda untuk mencegah
pikiran cemburu yang berbahaya itu timbul. Khususnya, seorang
Bodhisattva yang telah membangkitkan bodhicitta demi kepentingan
semua makhluk, harus berusaha untuk menempatkan semua makhluk
dalam kebahagiaan kebuddhaan yang kekal, dan untuk sementara dalam
kebahagiaan alam dewa dan manusia. Oleh sebab itu, mana mungkin
seorang Bodhisattva seperti itu akan merasa tidak senang ketika ada
makhluk, yang melalui kekuatan dari perbuatan masa lampau mereka
sendiri, memiliki kehormatan atau kekayaan?
Sekali orang dirusak oleh kecemburuan, mereka tidak lagi dapat
melihat sisi yang baik dari orang lain, dan perbuatan negatif mereka
sendiri akan meningkat secara mengkhawatirkan.
Ketika kemuliaan dan aktivitas Jetsun Milarepa tersebar, seorang ahli
ilmu logika yang bernama Tarlo menjadi cemburu dan mulai menye-
rangnya. Kendati Jetsun sudah menunjukkan kepadanya berbagai contoh
kewaskitaan dan tenaga gaib, Tarlo sama sekali tidak mempunyai
keyakinan kepadanya, dan hanya bereaksi dengan pandangan salah dan
kritik. Kemudian ia terlahir kembali sebagai setan yang besar.
Ada banyak contoh lain tentang apa yang dapat terjadi di bawah
kuasa kecemburuan, seperti bagaimana ahli logika Geshe Tsakpuwa,
yang mencoba meracuni Jetsun Mila.
Sekalipun Buddha hadir sendiri, tidak ada apa pun yang dapat ia
lakukan untuk memandu seseorang yang cemburu. Pikiran yang dicemari
oleh kecemburuan tidak bisa melihat sisi yang baik apa pun dari pihak
lain. Karena tidak mampu melihat apa pun yang baik pada mereka, hal
itu tidak dapat mengakibatkan timbulnya seberkas cahaya keyakinan.
Tanpa keyakinan, seseorang tidak dapat menerima belas kasih maupun
berkah. Devadatta dan Sunaksatra adalah para kemenakan Buddha.
Kedua-duanya telah tersiksa oleh kecemburuan dan menolak untuk
239
memiliki keyakinan yang paling tipis terhadapnya. Walaupun mereka
menghabiskan seluruh hidup mereka di dalam rombongannya, beliau
sama sekali tidak bisa mengubah pikiran mereka.
Lebih dari itu, bahkan meski pikiran-pikiran yang jahat tentang orang
lain tidak diwujudkan dalam kejahatan fisik yang nyata, mereka masih
dapat menciptakan akibat negatif yang sangat banyak terhadap orang
yang memilliki pikiran tersebut. Sekali peristiwa ada dua geshe terkenal
yang saling bersaing. Suatu hari, salah satu dari mereka mengetahui
bahwa geshe yang lain telah memiliki seorang wanita.
Kata geshe tersebut kepada pelayannya, "Buatkan teh yang enak,
sebab aku punya berita yang menarik."
Pelayan membuatkan teh, dan ketika ia menyuguhkannya, ia bertanya,
"Apakah beritanya?"
"Kata mereka," jawab geshe, "bahwa saingan kita mempunyai
seorang wanita!"
Ketika Kunpang Trakgyal mendengar cerita ini, konon wajahnya
meredup dan ia bertanya, "Yang mana dari dua geshe tersebut yang
melakukan perbuatan yang lebih buruk?"
Secara terus menerus berdiam dalam perasaan cemburu dan
persaingan seperti itu tidak akan membuat seorang lebih maju ataupun
merugikan saingannya. Hal tersebut hanya akan membawa ke arah suatu
akumulasi karma negatif. Hilangkan sikap jelek seperti ini. Selalulah
dengan sungguh-sungguh merasa gembira atas prestasi dan keadaan yang
baik dari orang lain, apakah itu adalah posisi sosial mereka, bentuk badan,
kekayaan, pengetahuan atau hal-hal lainnya. Pikirkan berulang-ulang,
betapa sungguh-sungguh gembiranya anda bahwa mereka begitu hebat,
begitu sukses dan beruntung. Pikirkan betapa baiknya jika mereka
menjadi lebih baik dari keadaan sekarang, dan memperoleh semua
kekuatan, kekayaan, pengetahuan dan kualitas baik seperti itu yang
pernah mereka dapatkan. Renungkan hal tersebut dari kedalaman lubuk
hati anda.
Gambaran kegembiraan simpatik yang tak terhingga adalah
bagaimana seekor ibu unta menemukan anaknya yang hilang. Dari
semua makhluk hidup, unta dianggap sebagai ibu yang paling penyayang.
Jika seekor ibu unta kehilangan anaknya, duka citanya sangatlah dalam.
Tetapi ketika dia menemukannya kembali, kegembiraannya tidak terbatas.
Seperti inilah kegembiraan simpatik yang perlu anda kembangkan.

Empat kualitas yang tidak terhingga tidak akan membuat kita gagal
dalam menumbuhkan bodhicitta kita yang sejati. Oleh sebab itu adalah
penting untuk mengembangkan mereka sampai mereka sudah sungguh-
sungguh berakar dalam diri kita.
Supaya mudah dimengerti, kita dapat meringkas empat kualitas yang
240
tak terhingga dalam satu kalimat: baik hati. Latih saja diri anda untuk
memiliki hati yang baik dalam semua situasi.
Suatu hari, lengan Yang Mulia Atisa terluka. Ia meletakkannya ke
pangkuan Drom Tonpa dan berkata, "Anda yang baik hati, berkatilah
tangan saya! 161
Atisa selalu menempatkan suatu penekanan yang unik pada
pentingnya hati yang baik. Dari pada bertanya kepada seseorang: " Apa
kabar?,” maka ia akan berkata: "Adakah anda berbaik hati?”
Kapan saja ia mengajar ia akan menambahkan, "Berbaik hatilah"
Adalah tenaga dari niat yang baik dan yang jahat yang membuat
suatu perbuatan menjadi positif atau negatif, lemah atau kuat. Manakala
niat di belakang perbuatan adalah baik, semua perbuatan fisik atau
ucapan adalah positif, sebagaimana telah diceritakan tentang orang yang
menaruh sol sepatu di atas tsa-tsa. Manakala niat di belakang suatu
perbuatan tidak baik, perbuatan apa pun, meski kelihatan positif, akan
sesungguhnya menjadi hal negatif. Oleh karena itu, belajarlah untuk
mempunyai niat baik sejak awal, dalam situasi apa pun juga.
Kata Guru Besar Je Tsongkapa:

Jika niat adalah baik, tingkat dan alur adalah baik;


Jika niat adalah tidak baik, maka tingkat dan alur adalah tidak
baik juga;
Karena segalanya tergantung pada niat,
Pastikan selalu mereka adalah positif.

Bagaimana bisa kalau alur dan tingkat adalah baik jika niat adalah
baik?
Suatu ketika seorang wanita tua sedang menyeberangi sungai yang
lebar bersama putrinya sambil berpegangan satu sama lain. Namun
keduanya dihanyutkan oleh arus sungai.
Sang ibu berpikir: "Tidaklah penting jika aku hanyut, asalkan putriku
terselamatkan!"
Pada waktu yang sama, anak perempuan berpikir, "Tidak jadi soal
kalau saya terhanyut, selama ibu saya tidak tenggelam!"
Mereka kedua-duanya binasa dalam air, dan sebagai hasil pemikiran
hal positif untuk satu sama lainnya, mereka terlahir di alam surga Brahma.
Di lain kesempatan, ada enam biarawan dan seorang pesuruh
menyewa perahu untuk menyeberangi sungai Jasako. Perahu pun
bertolak meninggalkan tepi sungai.
161
Sebenarnya tidaklah mungkin guru meminta berkah dari muridnya. Namun kalau
murid tersebut berhati baik, maka ia pun dapat memberi berkah kepada guru. Adalah
suatu kebiasaan untuk meminta Lama yang telah cerah meniup pada luka untuk
menyembuhkannya.
241
Sekitar seperempat jalan ke seberang, tukang perahu berkata, "Kita
terlalu berat. Jika ada siapa saja yang bisa berenang, tolong lompat ke
dalam air. Jika tidak, saya akan melompat sendiri dan salah satu di antara
anda dapat menggantikan saya mendayung."
Tak satu pun di antara mereka yang bisa berenang; juga tak ada yang
tahu bagaimana cara mengayuh.
Lalu pesuruf tersebut melompat dari perahu, sambil berseru, "Lebih
baik saya sendiri mati dari pada semua orang mati!”
Dengan seketika timbul pelangi dan turun hujan bunga. Meski
pesuruh tersebut tidak bisa berenang, ia terbawa dengan aman ke pantai.
Ia belum pernah berlatih Dharma. Ini adalah manfaat langsung yang
berasal dari suatu pikiran yang baik.
Bagaimana bisa bahwa alur dan tingkat menjadi tidak baik jika
pikiran tidak baik?
Sekali peristiwa ada seorang pengemis yang berbaring di pintu
gerbang kota sambil berpikir, "Aku ingin kepala raja terpenggal, sehingga
aku bisa mengambil tempatnya!”
Pikiran tersebut timbul padanya terus menerus semalam suntuk.
Menjelang pagi, ia tertidur. Selagi ia tertidur, sang raja keluar dengan
mengendarai keretanya. Salah satu roda keretanya menggilas leher
pengemis tersebut dan memotong kepalanya.
Kecuali jika anda ingat tujuan anda akan pencarian Dharma dengan
sadar dan waspada, dan memperhatikan pikiran anda setiap saat, perasaan
yang hebat akan kemelekatan dan kebencian dengan mudah dapat
membawa anda pada akumulasi karma negatif yang parah. Walaupun
harapan si pengemis tua tidak pernah akan sampai sungguh-sungguh
terjadi, hasil dari pemikirannya akan segera menjadi bentuk nyata. Mana
mungkin raja yang tertidur dengan nyaman di atas tempat tidur yang
bertahtakan permata di dalam istana akan kehilangan kepalanya?
Sekalipun ia dipancung, tidakkah lebih masuk akal kiranya pangeran
mahkotalah yang akan mengambil alih kerajaan? Kalaupun tidak,
tidakkah ada lebih banyak kesempatan bagi para menteri, yang sifatnya
seperti harimau, macan tutul dan beruang, dibanding dengan seorang
pengemis tua tunawisma dan miskin yang akan mengambil alih tahta
tersebut? Kecuali jika anda memeriksa diri anda dengan hati-hati,
bagaimanapun, bahkan pikiran negatif yang lucu dan menggelikan seperti
itu dapat timbul. Maka, sebagaimana yang dikatakan oleh Geshe
Shawopa :

242
Jaga dan lindungi negara 162 anda dengan hati-hati,
Kalau tidak, maka ia akan meningkatkan penderitaan samsara.

Suatu hari Buddha dan para bhiksu-Nya diundang untuk menerima


sedekah di rumah seorang penderma. Ada juga dua pengemis di sana,
yang satu ksatria muda dan yang lain seorang brahmana muda.
Brahmana itu masuk ke dalam lebih dulu sebelum Buddha dan para
bhiksu dilayani, dan ia tidak menerima apa pun. Ksatria itu menunggu
sampai semua orang selesai dilayani, dan ia menerima banyak makanan
sisa yang baik dalam mangkok pindapattanya. Sore itu, keduanya
menceritakan pikiran mereka satu sama lain.
"Jika aku kaya,” kata ksatria muda tersebut, "Aku akan mempersem-
bahkan pakaian dan sedekah kepada Buddha dan bhiksu-bhiksunya
seumur hidupku. Aku akan menghormati mereka dengan mempersem-
bahkan segala yang aku miliki.”
"Jika aku adalah seorang raja yang besar,” kata brahmana muda,
"Aku akan memenggal kepala Sramana gundul tersebut dan
mengeksekusi seluruh rombongannya bersama-sama!”
Ksatria pergi ke negeri lain dan beristirahat di bawah bayang-bayang
sebatang pohon yang besar. Ketika bayang-bayang pohon lain berpindah,
bayang-bayang dari pohon tersebut tetap saja di sana. Kebetulan pada
waktu itu raja di negeri tersebut baru saja mangkat, dan karena ia tidak
punya ahli waris, maka penduduk negeri tersebut memutuskan bahwa
orang paling berprestasi dan memiliki banyak berkah akan diangkat
sebagai raja mereka. Ketika mereka mencari ke sana ke mari untuk
menemukan pengganti yang baru, mereka menemukan ksatria muda
tertidur di bawah pohon yang tetap saja diteduhi oleh bayang-bayang
pohon tersebut, walaupun tengah hari telah lama lewat. Mereka
membangunkannya dan mengangkatnya menjadi raja. Sesudah itu, ia
memberikan penghormatan kepada Buddha dan para muridnya sebagai-
mana yang telah diinginkannya.
Akan hal brahmana muda tersebut, konon kabarnya bahwa ia mere-
bahkan diri pada suatu persimpangan jalan untuk beristirahat dan
kepalanya telah terpenggal oleh roda kereta yang sedang melintas di sana.
Jika anda belajar untuk hanya selalu memiliki hati yang baik, semua
harapan anda dalam hidup ini akan terpenuhi. Para dewa yang baik hati
akan melindungi anda dan anda akan menerima berkah dari semua
Buddha dan Bodhisattva. Segala yang ada lakukan akan menjadi hal
positif, dan pada saat kematian, anda tidak akan menderita. Pada

162
Pikiran di sini diibaratkan sebagai negara seseorang, yang kalau tidak dijaga dengan
baik, maka klesa-klesa akan bermunculan dan membawa penderitaan yang tidak ada
akhirnya.
243
kelahiran yang akan datang, anda akan selalu terlahir di alam surga atau
alam manusia, sampai akhirnya anda mencapai tingkat kebuddhaan yang
sempurna.
Jangan buru-buru dengan tanpa menguji perasaan dan pikiran, anda
melaksanakan suatu pertunjukan besar dari aktivitas yang berbudi luhur –
sembah sujud, mengitari obyek suci, berdoa, menjapa mantra dan lainnya.
Sebagai gantinya, adalah penting untuk memeriksa sikap anda dan me-
numbuhkan kebaikan hati sejak awal.

II. MEMBANGKITKAN BODHICITTA

1. Penggelompokan berdasarkan tiga tingkat keberanian

1.1 Keberanian seorang raja

Prioritas seorang raja adalah untuk menaklukkan semua musuhnya,


mempromosikan mereka yang telah mendukungnya, dan memprokla-
mirkan kedaulatan dirinya. Hanya setelah hal itu dikerjakan, harapannya
untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dapat berjalan. Dengan
cara yang sama, dengan harapan untuk mencapai kebuddhaan terlebih
dulu untuk dirinya, dan kemudian membawa orang lain ke kebuddhaan,
disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang raja.

1.2 Keberanian seorang tukang perahu

Seorang tukang perahu bertujuan untuk mencapai pantai seberang


bersama-sama dengan semua penumpangnya. Demikian juga, harapan
untuk mencapai kebuddhaan untuk dirinya dan semua makhluk pada
waktu yang sama disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang tukang
perahu.

1.3 Keberanian seorang gembala

Gembala mengarahkan domba-domba mereka di depan mereka,


meyakinkan bahwa mereka menemukan rumput dan air dan tidak
diserang oleh serigala, jakal atau binatang buas lainnya. Mereka sendiri
mengikuti dari belakang. Dengan cara yang sama, sikap dari mereka
yang ingin menempatkan semua makhluk tiga alam dalam kesempurnaan
kebuddhaan sebelum mencapai keberhasilan tersebut untuk diri mereka
sendiri, disebut cara membangkitkan bodhicitta seorang gembala.

Cara seorang raja disebut "membangkitkan bodhicitta dengan


244
harapan besar," adalah keberanian yang paling kecil dari ketiga cara
tersebut. Cara tukang perahu disebut "membangkitkan bodhicitta dengan
kebijaksanaan yang suci," adalah lebih berani. Konon, Yang Mulia
Maitreya membangkitkan bodhicitta dengan cara demikian. Cara seorang
gembala disebut "membangkitkan bodhicitta dengan tidak ada taranya,”
adalah yang paling berani dari semuanya. Konon, ini adalah cara
Manjusri membangkitkan bodhicitta.

2. Pengelompokan berdasarkan Tingkat Bodhisattva

Pada tingkat pengumpulan dan tingkat penerapan latihan, membang-


kitkan bodhicitta disebut "membangkitkan bodhicitta melalui berlatih
dengan aspirasi." Dari tingkat pertama sampai tingkat Bodhisattva yang
ketujuh, disebut "membangkitkan bodhicitta melalui niat yang sempurna
dan murni." Pada ketiga tingkat Boddhisattva yang murni, yaitu dari
tingkat kedelapan sampai tingkat kesepuluh, disebut "membangkitkan
bodhicitta yang matang,” dan pada tingkat kebuddhaan, disebut
"membangkitkan bodhicitta dengan bebas dari semua kegelapan.”

3. Pengelompokkan berdasarkan sifat alami bodhicitta

Ada dua jenis bodhicitta: relatif dan absolut.

3.1 Bodhicitta relatif

Bodhicitta relatif memiliki dua aspek: niat dan aplikasi.

Niat

Di dalam Jalan Boddhisattva, Santideva mengatakan kedua aspek


bodhicitta ini demikian:

Mengharapkan untuk berangkat atau benar-benar melaksana-


kannya,
Inilah makna dari perbedaan tersebut;
Kaum bijaksana dan terpelajar – dengan demikian memahami
Perbedaan ini, yang mana adalah berurutan dan progresif.

Ambillah contoh anda ingin pergi ke Lhasa. Maka mula-mula anda


akan berpikir, "Saya akan pergi ke Lhasa." Begitu pula, memiliki pikiran
"Saya akan lakukan apa pun juga yang akan memastikan bahwa semua
makhluk mencapai keadaan kebuddhaan yang sempurna,” adalah aspek
niat dari membangkitkan bodhicitta.
245
Aplikasi

Kemudian anda siapkan kuda dan persediaan yang perlu, berangkat


dan benar-benar pergi ke Lhasa. Dengan cara yang sama, anda
memutuskan untuk berlatih kedermawanan, memelihara disiplin,
membangkitkan rasa toleransi, rajin, tinggal di dalam keheningan
pencerapan meditasi, dan melatih pikiran anda dalam kebijaksanaan
membedakan dalam rangka menempatkan semua makhluk pada tingkat
kebuddhaan yang sempurna, dan anda benar-benar mempraktekkan
keenam paramita tersebut. Hal ini sesuai dengan perjalanan yang nyata,
dan adalah aspek aplikasi dari bodhicitta.

3.2 Bodhicitta absolut

Baik bodhicitta aspek niat maupun aspek aplikasi keduanya adalah


bodhicitta relatif. Melalui latihan jangka panjang dalam bodhicitta relatif
dalam alur pengumpulan dan penerapan latihan, akhirnya anda sampai
pada tingkat penglihatan, di mana anda memiliki pengalaman yang nyata
mengenai keadaan kedemikianan, yaitu keadaan yang alami dari semua
benda. Ini adalah kebijaksanaan di luar semua pengembangan, kebenaran
dari kekosongan. Pada waktu itu, anda membangkitkan bodhicitta
absolut.

4. Mengambil sumpah bodhicitta

Bodhicitta absolut yang sejati dicapai dengan kekuatan meditasi dan


tidak tergantung pada upacara agama. Untuk membangkitkan bodhicitta
relatif, bagaimanapun, sebagai pemula, kita memerlukan prosedur untuk
diikuti, suatu upacara agama di mana kita dapat mengambil sumpah di
hadapan seorang guru spiritual atau mengambilnya sendiri di hadapan
tempat perlindungan. Kemudian kita harus secara terus menerus
memperbaharui ikrar tersebut dengan cara yang sama dan berulang kali,
sedemikian sehingga bodhicitta yang sudah kita bangkitkan tidak merosot
tetapi menjadi semakin kuat.
Bayangkan semua Buddha, Bodhisattva dan deity lainnya di angkasa
di depan anda, sebagaimana dalam latihan berlindung. Ambillah mereka
sebagai saksi anda dalam membangkitkan bodhicitta dan berpikirlah
seperti ini:
"Dari semua makhluk hidup yang tak terbilang di seluruh alam
semesta, tidak ada yang belum pernah menjadi orangtuaku selama
rangkaian hidupku sejak waktu tak berawal. Saya sangat yakin, sebagai
orangtua saya, mereka semua telah memelihara saya dengan semua
kelembutan yang mungkin, memberikan sandang pangan yang terbaik
246
dari mereka sendiri, dan membesarkan saya dengan kasih sayang mereka,
sama halnya yang dilakukan orangtuaku yang sekarang. Kini, semua
orangtua yang baik hati ini sedang tenggelam dalam gelombang samudra
penderitaan samsara. Mereka telah terjerumus ke dalam kegelapan
kebingungan yang paling dalam. Mereka tak mengerti jalan latihan yang
benar maupun menghindari alur yang palsu. Mereka tidak punya teman
rohani sejati untuk memandu mereka. Mereka tidak punya tempat berlin-
dung atau perlindungan, tidak ada pemimpin atau rekan, tidak ada
harapan dan tidak ada orang untuk diandalkan, persis seperti orang buta
yang mengembara tak berteman di tengah dataran luas. Para ibuku yang
tua, bagaimana saya akan pernah membebaskan diriku sendiri dan
meninggalkan kamu semua di belakang sini di dalam samsara? Demi
semua makhluk, saya akan membangkitkan bodhicitta yang mahamulia.
Sambil belajar meneladani perbuatan yang hebat Bodhisattva masa
lampau, saya akan melakukan usaha apa pun yang diperlukan, sampai
tidak ada satu pun makhluk yang tertinggal dalam samsara!”

Dengan sikap demikian, lafalkan ayat berikut sebanyak mungkin:

ཧོཿ �་ཚ�གས་�ང་བ་�་�འི་�ན་རིས་�ིསཿ
HO NA TSHOG NANG WA CHU DHEI DZUN RÏ GYÏ Ho! Disesatkan oleh aneka ragam
tampilan khayal seperti bayangan
rembulan di dalam air,
འཁོར་བ་�་ �་�ད་�་འ�མས་པའི་འ�ོཿ
KHOR WA LU GU GYUD DU KHAM PË DRO Makhluk hidup mengembara di
rantai tak berujung alam samsara;
རང་རིག་འོད་གསལ་ད�ིངས་�་ངལ་གསོ་�ིརཿ
Untuk membawa mereka
RANG RIG Ö SAL JING SU NGAL SO CHIR beristirahat di ruang kesadaran
nan kemilau,
ཚད་མེད་བཞི་ཡི་ངང་ནས་སེམས་བ�ེད་དོཿ Saya membangkitkan bodhicitta
TSHAD MED ZHI YI NGANG NË SEM KYED DO dengan empat kualitas yang tak
terhingga.

Pada akhir sesi ini, bayangkan bahwa dengan kerinduan devosi anda
terhadap deity-deity di ladang berkah, seluruh persamuhan melebur
dalam cahaya, mulai dari yang luar, dan akhirnya melebur ke dalam Guru
yang ada di tengah, persatuan dari semua ketiga tempat berlindung.
Kemudian Guru melebur ke dalam cahaya, lalu melebur ke dalam diri
anda, menyebabkan bodhicitta absolut yang ada dalam pikiran deity
perlindungan muncul dengan jelas dalam pikiran anda. Lafalkan doa
pengharapan berikut:
247
Semoga bodhicitta yang mulia dan berharga,
Timbul pada yang belum memilikinya;
Dan sesudah timbul tidak pernah berkurang,
Tetapi semakin tumbuh dan berkembang hendaknya.

Kemudian limpahkan jasa dengan baris berikut:

Dengan mengikuti teladan sang pahlawan Manjusri,


Samantabhadra dan semua mereka yang memiliki pengetahuan,
Saya juga membuat suatu dedikasi yang sempurna
Dari semua perbuatan yang bersifat positif.

Membangkitkan bodhicitta adalah inti dari delapan puluh empat ribu


metoda yang diajar oleh Sang Penakluk. Adalah instruksi yang cukup
dengan sendirinya, namun kalau tidak ada, maka akan mengakibatkan
ajaran lainnya menjadi sia-sia. Ia adalah obat serba guna, mengobati
seratus macam penyakit. Semua jalan Dharma lainnya, seperti dua
akumulasi, purifikasi kekotoran batin, meditasi pada deity dan lafalan
mantra, hanyalah metoda-metoda untuk membuat permata pengabulan
harapan ini, bodhicitta, muncul dalam pikiran. Tanpa bodhicitta, tak satu
pun dari mereka yang cukup dengan mereka sendiri saja dapat menuntun
anda kepada tingkat kebuddhaan sempurna. Tetapi ketika bodhicitta
telah dibangkitkan pada anda, Dharma apa pun yang anda latih akan
membawa anda pada pencapaian kebuddhaan sempurna. Pelajari selalu
dengan menggunakan alat apa pun juga yang dapat membuat bahkan
percikan yang paling kecil dari bodhicitta muncul pada anda.
Guru yang memberi anda sari instruksi dalam membangkitkan
bodhicitta adalah yang membuat anda mulai menapaki jalur Mahayana.
Oleh sebab itu, kebaikannya adalah lebih besar dibanding guru yang
memberi anda instruksi lain mana pun. Ketika Atisa menyebut nama-
nama gurunya, ia biasanya merangkapkan kedua tangannya di depan dada.
Tetapi jika ia berbicara tentang Guru Suvarnadvipa 163 , ia akan
merangkapkan tangannya di atas kepalanya dan matanya akan berlinang
air mata. Para muridnya bertanya mengapa ia membuat perbedaan seperti
itu.
"Apakah ada suatu perbedaan di dalam kualitas spiritual para guru
ataukah ada perbedaan kebaikan para guru tersebut terhadap anda?"
mereka bertanya.
"Semua guruku benar-benar makhluk yang sudah cerah," jawab Atisa,
"dan dalam hal itu ini kualitas mereka serupa. Tetapi ada beberapa

163
Guru Suvarnadvipa: (Tib. Serlingpa) Dharmakirti, guru besar agama Buddha yang
tinggal di Sumatera pada abad 10.
248
perbedaan di dalam kebaikan mereka. Sedikit bodhicitta yang saya miliki,
berasal dari kebaikan Guru Suvarnadvipa. Itulah sebabnya saya memiliki
perasaan berhutang budi yang paling besar terhadapnya.”
Konon, hal yang paling penting mengenai bodhicitta bukanlah
membangkitkannya, tetapi bahwa ia sungguh telah muncul. Belas kasih
bodhicitta harus benar-benar hidup dalam diri kita. Oleh karena itu,
mengucapkan rumusan tersebut beratus ribu kali dengan tidak mema-
sukkan artinya ke dalam hati, sama sekali tidak ada gunanya. Mengambil
sumpah bodhicitta di hadapan Buddha dan Bodhisattva, lalu bukan untuk
menjalankannya, sama saja dengan menipu mereka. Tidak ada kesalahan
yang lebih buruk dari pada ini. Jadi jangan menipu makhluk lain juga –
tetapi usahakan untuk mengembangkan bodhicitta sepanjang waktu.

III. LATIHAN DI DALAM ATURAN BODHICITTA

Latihan untuk bodhicitta aspirasi terdiri dari tiga langkah:


menganggap makhluk lain sama dengan diri kita; menukar posisi diri
dengan makhluk lain; dan lebih mementingkan makhluk lain dari pada
diri sendiri. Untuk bodhicitta aplikasi, latihannya terdiri dari berlatih
enam paramita.

1. Latihan dalam disiplin bodhicitta aspirasi

1.1 Menganggap makhluk lain sama dengan diri kita

Alasan kenapa kita mengembara dalam samudra samsara sejak waktu


tanpa awal, adalah karena kita percaya akan adanya suatu "aku" , yang
sesungguhnya tidak ada “aku”. Percaya akan adanya "diri sendiri¨ di
mana sesungguhnya tidak ada “diri sendiri”, dan bahwa kita membuat diri
sendiri itu menjadi objek kasih sayang kita. Sebagai gantinya, renungkan
sebagai berikut.
Kita ingin berbahagia terus menerus dan tidak pernah mau
mengalami penderitaan dalam bentuk apa pun. Pada saat sesuatu yang
tidak enak terjadi pada kita, maka kita merasa hal itu tak tertahankan.
Bahkan suatu cocokan peniti atau luka bakar akibat percikan api yang
kecil membuat kita menjerit kesakitan – kita tidak bisa menahannya. Jika
seekor kutu kecil menggigit punggung kita, kita segera naik darah. Kita
menangkap kutu itu, meletakkannya di salah satu kuku jari kita, dan
dengan keras menghancurkannya dengan kuku jari lainnya, dan lama
setelah kita telah membunuhnya, kita masih terus menggilas-gilaskan
kuku-kuku kita dengan marah. Kebanyakan orang sekarang ini tidak
menganggap membunuh seekor kutu sebagai suatu kejahatan. Tetapi
249
karena hal tersebut tetap saja dilakukannya dengan kemarahan, ini
merupakan suatu sebab yang pasti untuk terlahir di Neraka Peremukan.
Kita seharusnya merasa malu mengalami ketidak-enakan kecil seperti itu
sulit untuk ditahan, dan bereaksi dengan cara yang menyebabkan
kesakitan yang luar biasa pada makhluk lain.
Seperti halnya kita, semua makhluk di tiga alam juga ingin
berbahagia dan melepaskan diri dari segala macam penderitaan. Tetapi
meski mereka ingin menjadi bahagia, mereka tidak mengetahui bahwa
kebahagiaan datang hanya dari berlatih sepuluh perbuatan positif. Meski
mereka tidak ingin menderita, mereka mencurahkan semua usaha mereka
pada sepuluh perbuatan buruk yang menghasilkan penderitaan. Apa yang
mereka inginkan dan usaha-usaha mereka untuk mencapainya adalah
sepenuhnya bertolak belakang, sehingga mereka menderita sepanjang
waktu. Dari semua makhluk hidup, tidak satu pun pada suatu saat sejak
waktu yang tak berawal yang tidak pernah menjadi orangtua kita. Karena
kita telah diterima sebagai murid oleh guru spiritual yang sejati, dan
karena kita sudah mengambil Dharma yang benar dan dapat membedakan
apa yang menguntungkan dan apa yang merugikan, kita seharusnya
peduli dengan penuh kasih sayang kepada semua ibu tua kita yang begitu
diperbudak oleh kebingungan mereka sendiri, dan perlu berhenti
membeda-bedakan mereka dan diri kita sendiri. Dengan menahan rasa
tidak berterima kasih dan prasangka, kita perlu merenung dengan tidak
membedakan antara teman dan musuh. Sambil megingat semua ini di
dalam pikiran, renungkanlah hal tersebut berulang-ulang.
Barang apa pun juga yang baik atau yang berguna yang anda
butuhkan untuk diri ada, makhluk lain menghendaki mereka sebanyak itu
juga. Maka ketika anda bekerja keras menyempurnakan kebahagiaan dan
kenyamanan anda sendiri, selalu juga bekerja keras untuk mewujudkan
kebahagiaan dan kenyamanan orang lain. Ketika anda mencoba untuk
menghindari bahkan penderitaan yang paling kecil untuk diri anda sendiri,
bekerja keras juga untuk mencegah makhluk lain menderita sedikit pun
juga. Ketika anda merasakan kesenangan kesejahteraan dan kemakmuran
anda sendiri, bergembiralah dari hati anda ketika orang lain juga baik dan
makmur. Singkatnya, janganlah membedakan diri sendiri dan semua
makhluk hidup di tiga alam, jadikan hal itu misi anda untuk menemukan
cara bagaimana membuat masing-masing dari mereka berbahagia,
sekarang dan selamanya.
Ketika Trungpa Sinachen memintanya untuk memberikan instruksi
yang lengkap dalam satu kalimat, Padampa Sangye menjawab, "Apa pun
juga yang anda inginkan, makhluk lain menginginkan yang sama juga;
maka berbuatlah demikian!"
Hilangkanlah semua sikap salah yang berdasar pada kemelekatan dan
kebencian, yang membuat anda menolak orang lain dan hanya peduli
250
pada diri anda sendiri, dan anggaplah diri anda dan orang lain sama
sekali sama.

1.2 Menukar posisi diri sendiri dengan orang lain

Perhatikanlah seseorang yang sedang menderita sakit, lapar, dahaga


atau penderitaan lainnya. Atau, jika itu tidak mungkin, bayangkan orang
seperti itu di depan anda. Ketika anda bernafas ke luar, bayangkan anda
memberi orang tersebut semua kebahagiaan anda dan barang terbaik yang
anda miliki, tubuh anda, kekayaan anda dan sumber pahala anda, persis
seperti anda menanggalkan pakaian anda sendiri dan mengenakannya
pada orang lain. Lalu, ketika anda menghirup nafas, bayangkan anda
membawa ke dalam diri anda semua penderitaan orang lain, sehingga
sebagai hasilnya, mereka menjadi berbahagia dan bebas dari semua
penderitaan. Mulailah meditasi memberi kebahagiaan dan mengambil
penderitaan dengan seseorang, lalu secara berangsur-angsur mengem-
bangkannya pada semua makhluk hidup.
Kapan pun sesuatu yang menyakitkan atau yang tidak diinginkan
terjadi pada anda, bangkitkan rasa kasihan yang dalam dengan sepenuh
hati untuk semua makhluk dalam ketiga alam samsara yang kini
mengalami rasa sakit seperti anda. Buatlah pengharapan yang kuat
bahwa semua penderitaan mereka menjadi matang pada anda sebagai
gantinya, dan bahwa mereka semua dibebaskan dari penderitaan dan
menjadi bahagia. Kapan pun anda bahagia atau merasakan enak, bangkit-
kan harapan bahwa kebahagiaan anda akan meluas dan membawa
kebahagiaan kepada semua makhluk.
Praktek bodhicitta di mana seseorang menggantikan dirinya dengan
orang lain adalah inti meditasi tertinggi dan yang tak pernah gagal bagi
semua orang yang mengambil alur ajaran Mahayana. Jika anda benar-
benar memunculkan bodhicitta ini bahkan hanya satu kali saja, hal itu
akan memurnikan perbuatan negatif dan kegelapan batin berkalpa-kalpa,
dan menciptakan suatu akumulasi yang tak terhingga atas pahala dan
kebijaksanaan. Ia akan menyelamatkan anda dari alam rendah dan setiap
kelahiran kembali yang menjurus kepada alam rendah tersebut.
Pada suatu kehidupan sebelumnya, Buddha terlahir di suatu neraka di
mana penghuninya dipaksa menarik gerbong. Ia dipekerjakan pada suatu
gerbong dengan orang lain yang bernama Kamarupa, tetapi keduanya
terlalu lemah untuk dapat menggerakkan kendaraan tersebut. Pengawal-
pengawal mendorong mereka dan memukul mereka dengan senjata-
senjata yang berpijar merah, menyebabkan penderitaan yang luar biasa.
Calon Buddha berpikir, "Bahkan kita berdua bersama-sama tidak bisa
menggerakkan gerbong itu, namun kita masing-masing menderita se-

251
banyak seperti yang lain. Saya akan menariknya dan menderita sendiri
saja, sehingga Kamarupa dapat dibebaskan.”
Ia berkata kepada pengawal, "Tempatkan peralatannya di atas pundak
saya, saya akan menarik gerbong itu sendiri.”
Tetapi pengawal-pengawal menjadi marah. "Siapakah yang dapat
melakukan sesuatu untuk mencegah orang lain mengalami akibat per-
buatannya sendiri?” kata mereka, dan memukul kepalanya dengan
pentungan mereka.
Namun, oleh karena pemikiran baik ini, Buddha dengan segera me-
ninggalkan kehidupan di dalam neraka tersebut dan terlahir di alam surga.
Konon, bahwa inilah bagaimana ia pertama kali mulai berbuat baik
kepada yang lain.
Kisah lain menceritakan bagaimana Sang Buddha, di suatu kelahiran
yang sebelumnya sebagai "putri” dari nakhoda Vallabha, sekali lagi
dibebaskan dari alam rendah begitu ia benar-benar mengalami hal
menukarkan dirinya dengan orang lain. Sekali peristiwa, ada seorang
perumah tangga yang bernama Vallabha, di mana semua putranya
meninggal. Maka, ketika putranya yang lain dilahirkan, ia memutuskan
untuk menamainya Putri, dengan berharap ini akan membuatnya hidup.
Vallabha lalu pergi ke laut mencari batu permata yang berharga, tetapi
kapalnya tenggelam dan ia binasa.
Ketika putranya menjadi dewasa, ia bertanya kepada ibunya apakah
pekerjaan dan kasta ayahnya dulu. Ibunya, karena kuatir jika ia menga-
takan kepadanya yang sebenarnya, maka ia juga akan menjadi pelaut, lalu
mengatakan kepadanya bahwa ayahnya adalah pedagang gandum. Maka
Putri menjadi seorang pedagang gandum dan memelihara ibunya dengan
empat koin karsa yang ia peroleh setiap hari.
Tetapi dengan segera para pedagang gandum lainnya mengatakan
kepadanya bahwa ia bukan anggota kasta mereka, dan konsekwensinya,
tidaklah wajar baginya untuk melakukan perdagangan yang mereka
lakukan. Ia dipaksa berhenti.
Ia kembali ke ibunya dan menanyanya lagi. Kali ini, ibunya
mengatakan kepadanya bahwa ayahnya dulu pedagang dupa. Ia memulai
menjual dupa, dan dengan delapan karsa yang ia peroleh setiap hari, ia
menjaga ibunya.
Tetapi Putri dihentikan lagi. Ibunya sekarang mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya menjual pakaian. Ia menjadi pedagang pakaian, dan
segera mampu memberi ibunya enam belas karsa satu hari. Namun
kembali ia dipaksa melepaskan bisnis tersebut oleh para pedagang
pakaian yang lain.
Ketika ia diberitahu bahwa ia berasal dari kasta permata, ia mulai
menjual permata-permata dan membawa pulang tiga puluh dua karsa satu
hari untuk diberikan kepada ibunya. Kemudian pedagang permata yang
252
lain mengatakan kepadanya bahwa ia adalah kasta yang membawa
permata dari pelayaran samudra dan bahwa ini adalah pekerjaan di mana
ia dilahirkan untuk melakukannya.
Ketika ia tiba dirumah hari itu, ia berkata kepada ibunya, "Saya
berasal dari kasta yang mencari permata. Saya akan berlayar
menyeberangi samudra yang besar untuk melanjutkan perdaganganku
sendiri!"
"Adalah benar bahwa kamu berasal dari kasta yang mencari
permata," kata ibunya, "tetapi ayahmu dan semua nenek moyangmu
sudah mati di laut waktu mereka mencari permata. Jika kamu pergi,
kamu akan mati juga. Janganlah pergi! Tinggallah di rumah dan
berdagang di sini."
Tetapi Putri tidak mendengarkannya. Ia mempersiapkan segala yang
ia perlukan untuk perjalanannya. Ketika ia mau berangkat, ibunya tidak
membiarkannya pergi, ia memegang sisi pakaian Putri dan menangis.
Putri sangat marah.
Ia berseru, "Air matamu akan membawa nasib malang untuk
perjalanan ke seberang samudra!" ia menendang ibunya di kepalanya,
lalu meninggalkannya.
Dalam perjalanan, kapalnya kandas dan hampir seluruh anak
kapalnya tenggelam, tetapi Putri berpegang pada sepotong papan dan
terdampar ke daratan suatu pulau. Ia sampai ke suatu kota yang bernama
Sukacita. Di suatu rumah yang indah yang terbuat dari logam mulia dan
permata-permata, empat dewi cantik mempersilakannya duduk di tempat
duduk beralaskan bantal kain sutera dan mempersembahkan kepadanya
tiga makanan putih dan tiga makanan manis.
Ketika ia bersiap-siap berangkat, mereka memperingatkannya:
"Jangan pergi ke arah selatan. Kemalangan besar akan menimpa anda
jika anda melakukannya!" Tetapi Putri tidak mendengarkannya dan tetap
menuju ke sana.
Ia sampai ke suatu kota yang bernama Riang Gembira yang lebih
indah dibanding kota yang sebelumnya. Di sini delapan wanita cantik
melayaninya. Sama seperti sebelumnya, mereka memperingatkannya
akan ancaman kemalangan yang besar jika ia pergi ke arah selatan, tetapi
ia tidak mempedulikannya dan berangkat lagi.
Di suatu kota yang bernama Kota Mabuk yang lebih bagus lagi
dibanding yang lainnya, ia disambut oleh enam belas dewi elok yang juga
melayaninya dan memperingatkannya sama seperti yang sebelumnya,
tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.
Ia melanjutkan perjalanannya dan tiba pada suatu benteng putih yang
puncaknya hampir menjamah langit. Benteng itu disebut Benteng Guru
Brahma, dan di sini tiga puluh dua dewi cantik yang menggiurkan
mengundangnya ke dalam. Mereka mempersiapkan dipan dari bantal-
253
bantal yang terbuat dari sutera, melayaninya dengan tiga makanan putih
dan tiga makanan manis, dan memohonnya untuk tinggal. Tetapi ia ingin
pergi.
Ketika ia bersiap-siap berangkat lagi, mereka berkata kepadanya, "Ke
mana pun anda akan pergi, hindarilah arah selatan! Kemalangan akan
menimpamu!" Tetapi ia merasakan adanya suatu dorongan untuk pergi ke
selatan, dan ia pun menuju ke selatan.
Tak lama kemudian, suatu benteng besi dengan menara-menaranya
yang menjulang ke langit muncul di hadapannya. Di gerbang, ia melihat
sesosok manusia hitam yang mengerikan, dengan mata merah dan
menggenggam besi panjang di tangannya. Putri bertanya ada apa di
dalam bangunan tersebut, tetapi orang itu tinggal diam saja. Ketika ia
semakin mendekat, Putri melihat ke dalam dan melihat banyak orang lain
seperti orang di depan. Suatu perasaan ngeri mencekam segenap
tubuhnya, membuat bulu romanya berdiri.
Ia berkata kepada dirinya, "Bahaya! Inilah bahaya yang mereka
peringatkan."
Ia masuk ke dalam. Di sana ia melihat seorang manusia yang otak-
nya sedang dilumatkan oleh roda baja yang berputar di kepalanya.
"Apa yang telah anda perbuat sehingga mendapat balasan demikian?"
tanya Putri.
"Saya menendang ibuku pada kepalanya dan ini adalah akibatnya
yang matang. Tetapi bagaimana dengan anda? Kenapa anda tidak
mengambil keuntungan dari kebahagiaan yang mereka tawarkan kepada
anda di Benteng Guru Brahma? Mengapa anda datang mencari
penderitaan di sini?"
"Saya pikir saya didorong ke sini oleh karma saya juga," kata Putri.
Pada saat itu, suara dari langit berkata: "Biarkan mereka yang terikat
dibebaskan, dan mereka yang bebas terikat!"
Tiba-tiba saja roda baja berputar di kepala Putri. Seperti orang lain,
otaknya remuk menjadi bubur, dan ia mengalami rasa nyeri dan pende-
ritaan yang tak tertahankan. Rasa sakit tersebut menimbulkan suatu
perasaan belas kasih yang kuat terhadap semua mereka yang sama
seperti dirinya.
Ia berpikir, "Di dalam alam samsara, ada makhluk lain sedang
menderita seperti saya karena menendang kepala ibu mereka. Semoga
semua penderitaan mereka menjadi matang pada saya dan semoga saya
saja yang menderitanya untuk mereka semua. Semoga tidak satu pun
orang lain pernah mengalami penderitaan seperti ini dalam setiap
kelahiran mereka berikutnya."
Dengan segera roda tersebut terbang ke udara. Kesakitannya berhenti
dan ia membumbung tinggi sampai ke ketinggian tujuh pohon palem
dalam keadaan bahagia.
254
Latihan bodhicitta yang menukarkan diri dengan orang lain adalah
metoda tertinggi yang sangat diperlukan untuk mencapai pencerahan.
Oleh karena itu ahli-ahli Kadampa masa lampau sering menggunakannya
sebagai latihan utama mereka. Sekali peristiwa, Geshe Chekawa, yang
mengetahui banyak ajaran tentang Tradisi Baru dan Lama, dan yang
mengetahui banyak teks logika di luar kepala, pergi melihat Geshe
Chakshingwa. Di bantalnya, ia melihat suatu teks yang kecil, dan ketika
ia membukanya, ia menemukan kalimat berikut:

Berikan keuntungan dan kemenangan kepada orang lain;


Ambillah kerugian dan kekalahan untuk diri anda.

"Ajaran yang indah!" pikir Chekawa, dan ia bertanya kepada


Chakshingwa apakah nama ajaran tersebut.
"Itu adalah Delapan Ayat dari Langri Thangpa, 164 " kata
Chakshingwa.
“Siapa pemegang instruksi ini?"
"Geshe Langri Thangpa sendiri.¨
Chekawa memutuskan untuk menerima ajaran tersebut. Pertama-
tama ia pergi ke Lhasa dan menghabiskan beberapa hari mengelilingi
tempat-tempat suci sambil mencari informasi. Satu sore, seorang pen-
derita kusta dari Langthang mengatakan kepadanya bahwa Langri
Thangpa telah meninggal. Chekawa bertanya siapa pengganti pemegang
silsilah, dan diberitahu bahwa ada dua pengganti yang potensial,
Shangshungpa dan Dodepa, tetapi bahwa mereka tidak sepakat satu sama
lainnya. Namun, mereka bukan berbantahan karena bersaing.
Shangshungpa mengatakan kepada Dodepa, "Anda lebih tua; andalah
penerusnya. Saya akan melayani anda seolah-olah anda adalah Langri
Thangpa.¨
Tetapi Dodepa akan menjawab, "Anda lebih terpelajar. Andalah
penggantinya!¨
Kendati mereka memiliki persepsi yang murni satu sama lain,
Chekawa menafsirkan kegagalan mereka untuk bersepakat mengenai
penerus merupakan suatu kekurangan, dan menganggap bahwa mereka
bukanlah sebagai pemegang ajaran Langri Thangpa. Ia mencoba untuk
menemukan siapakah pemegang silsilah yang terbaik, dan ada seseorang
mengatakan kepadanya bahwa itu adalah Sharawa.
Sharawa sedang memberi ajaran dari banyak jilid sutra kepada ribuan
anggota Sangha. Chekawa mendengarkannya beberapa hari, tetapi tidak
mendengar dia mengatakan suatu kata tentang ajaran yang ia cari.

164
Langri Thangpa (1054-1123), seorang Geshe tradisi Kadampa, murid Geshe Potowa,
pengarang Delapan Ayat Pelatihan Pikiran, pendiri Vihara Langthang.
255
"Kelihatannya ia tidak memilikinya juga,¨ pikirnya, "tetapi saya akan
menanyainya. Jika ia mempunyai ajaran itu, saya akan tinggal. Jika
tidak, lebih baik saya melanjutkan perjalanan saya.¨
Maka Chekawa pergi ke melihat Sharawa yang sedang mengitari
stupa. Ia membentangkan kain di tempat itu dan mempersilakan Sharawa
duduk sambil berkata, "Saya ingin bertanya tentang sesuatu kepada
anda.¨
"Bhiksu yang mulia,¨ kata Sharawa, "apa masalahmu? Secara pribadi,
saya selalu menemukan semua jawabanku di bantal meditasiku.¨
"Saya membaca kata-kata ini di suatu teks: "Berikan keuntungan dan
kemenangan ke yang lain. Ambillah kerugian dan kekalahan untuk diri
sendiri" Saya sangat menyukainya. Apakah ini ajaran yang dalam atau
tidak?¨
"Bhiksu yang mulia,¨ Sharawa menjawab, "apakah anda suka akan
ajaran seperti ini atau tidak, itu adalah sesuatu yang tidak anda perlukan
jika anda tidak ingin mencapai kebuddhaan.¨
"Apakah anda memegang ajaran ini?¨
"Ya. Ia adalah latihan utama saya,¨ jawab Sharawa.
"Kalau begitu, saya minta agar anda mengajarkannya kepada saya,¨
kata Chekawa.
"Dapatkah anda tinggal denganku dalam jangka waktu lama?¨
Sharawa bertanya. "Jika anda dapat, aku akan mengajarkannya kepada
anda.¨
Dari dia, Chekawa menerima bimbingan sesuai pengalamannya
dalam suatu pelatihan pikiran yang berkesinambungan dan berlangsung
selama enam tahun. Dengan melatihnya, ia mampu membersihkan
dirinya sepenuhnya dari rasa egois.

Tidak ada instruksi yang lebih baik untuk mengusir penyakit dan
penderitaan dari hidup ini, dan untuk menaklukkan roh-roh, pembuat-
rintangan dan kekuatan negatif dibanding meditasi bodhicitta menukar
diri dengan orang lain. Renungkanlah dengan tekun, dan seperti menolak
racun, tolaklah selalu mentalitas negatif mementingkan diri sendiri.

1.3 Mempertimbangkan orang lain lebih penting dibanding diri


sendiri

"Mungkin saya di alam samsara, mungkin saya akan terlahir di


neraka, mungkin saya bisa sakit, demam, atau menderita kemalangan apa
pun juga, tetapi saya akan menahannya. Semoga penderitaan orang lain
menjadi matang pada diri saya! Semoga mahkluk lain memiliki semua
kebahagiaan saya dan semua akibat dari perbuatan baik saya!¨
256
Bangkitkan pikiran ini di dalam sanubari anda dan jalankan dalam
latihan, dengan mengikuti contoh Maitriyogi, guru Atisa; Dharmaraksita;
dan Guru kita Sakyamuni dalam kelahiran kembalinya sebagai Raja
Padma, sebagai seekor kura-kura dan sebagai Raja Manicuda.
Sekali peristiwa, Maitriyogi, guru Atisa, sedang membabarkan
Dharma, ketika seorang di dekat sana melemparkan batu pada seekor
anjing. Guru menjerit kesakitan dan jatuh dari tempat duduknya. Orang-
orang lain yang hadir melihat tidak ada apa-apa yang terjadi pada anjing
tersebut, berpikir bahwa Maitrryogi mesti berpura-pura. Tetapi
Maitriyogi mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan. Lalu ia
menunjukkan kepada mereka punggungnya di mana jelas kelihatan bilur
dari batu yang telah dilemparkan ke anjing. Setiap orang yang ada di
sana merasa yakin akan bukti tersebut, bahwa ia telah secara fisik
mengambil alih rasa sakit yang disebabkan oleh lemparan batu kepada
anjing tersebut.
Guru Dharmaraksita awalnya adalah seorang pandita Sravaka dari
aliran Vaibhasika. Meski di dalam separuh bagian hidup sebelumnya ia
belum pernah mendengar ajaran Mahayana, secara alami ia tertarik
kepada tradisi Mahayana, dan tanpa usaha yang disengaja, ia dipenuhi
dengan belas kasih yang besar.
Sekali peristiwa, seseorang di daerah di mana ia tinggal terserang
suatu penyakit yang ganas. Dokter menyatakan bahwa ia hanya bisa
disembuhkan dengan suatu obat – daging manusia yang masih hidup.
Jika itu tidak bisa ditemukan, maka tidak ada harapan lagi.
"Jika hal itu membantu, saya akan memberikan dagingku," kata
Dharmaraksita. Ia memotong sebagian daging dari pahanya sendiri, dan
memberinya kepada orang sakit tersebut, yang memakannya dan menjadi
sembuh.
Dharmaraksita yang belum merealisasi kesunyataan merasakan
kesakitan yang amat besar akibat apa yang ia lakukan, tetapi rasa
kasihannya yang besar mencegahnya menjadi menyesal.
"Anda merasa lebih baik?" ia bertanya kepada orang sakit tersebut.
"Ya, saya merasa lebih baik, tetapi lihatlah kesulitan yang telah saya
timbulkan pada anda!"
"Aku malah rela mati jika hal itu bisa membawa kebahagiaan buat
anda," kata Dharmaraksita.
Ia merasa nyeri yang amat hebat, sehingga ia tidak bisa tidur sama
sekali. Akhirnya, menjelang fajar ia tertidur dan bermimpi. Seorang
manusia yang berpakaian serba putih, muncul kepadanya dan berkata,
"Siapa pun yang ingin mencapai pencerahan, harus melewati percobaan
seperti yang dialami dirimu. Baik sekali!”
Orang itu meludah ke lukanya dan menggosoknya dengan tangannya.
Lukanya menghilang dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali.
257
Ketika Dharmaraksita bangun dari mimpinya, ia melihat bahwa
lukanya benar-benar telah disembuhkan. Orang yang berpakaian putih
tadi adalah Maha Belas Kasih Avalokitesvara sendiri. Realisasi yang
sejati akan keadaan alami muncul dalam pikirannya, dan ia dapat
menghafal dengan lancar semua kata-kata dari Lima Risalah Jalan
Tengah 165 karangan Nagarjuna.

Pada zaman lampau, ketika Buddha Sakyamuni hidup sebagai


seorang raja yang bernama Padma, suatu wabah yang serius tiba-tiba
terjadi di antara rakyatnya, dan banyak dari mereka yang meninggal. Raja
memanggil para dokter dan bertanya bagaimana mengatasi penyakit
tersebut.
"Penyakit ini dapat diobati dengan daging ikan rohita," kata mereka.
"Tetapi penyakit tersebut sangat mengacaukan pikiran kami, sehingga
kami tidak dapat memikirkan cara penyembuhan lainnya."
Di pagi hari dari suatu hari yang baik, raja mandi, mengenakan
pakaian baru dan menjalankan upacara pengakuan dan purifikasi
arthasila. Ia membuat persembahan besar kepada Sang Tri Ratna dan
berdoa dengan penuh khidmat, sambil berkata,
"Begitu saya meninggal, semoga saya segera terlahir sebagai seekor
ikan rohita di sungai Nivritta!" Lalu ia terjun dari puncak istananya –
seribu hasta tingginya – dan dengan segera dilahirkan kembali sebagai
seekor ikan, yang berseru dalam bahasa manusia, "Aku ikan rohita, ambil
dagingku dan makanlah!"
Semua orang datang memakannya. Begitu satu sisi selesai dimakan,
ikan itu lalu membalikkan badannya dan mempersembahkan kepada
mereka sisi yang lain. Ketika mereka sedang memotong dagingnya, sisi
yang pertama menjadi utuh kembali. Dengan cara memakan masing-
masing sisi secara berurutan, semua orang sakit bisa terobati. Lalu ikan
itu berbicara kepada mereka semua: "Saya adalah Padma, raja anda.
Saya menyerahkan hidup saya dan mengambil kelahiran sebagai seekor
ikan rohita untuk menyelamatkan anda dari wabah. Sebagai ungkapan
rasa syukur anda, berhentilah melakukan kejahatan dan berbuatlah
kebaikan selamanya." Mereka semua mematuhi dan sejak itu mereka
tidak pernah lagi terjatuh dalam kelahiran yang tidak baik.

Pada suatu waktu yang lain, Buddha Sakyamuni terlahir sebagai


seekor kura-kura raksasa, ketika suatu perahu yang sedang mengangkut
lima ratus pedagang kandas di laut.
165
1. Ayat Dasar tentang Jalan Tengah (Mūla-madhyamaka-kārikā); 2. Penolakan
Keberatan (Vigraha-vyāvartanī); 3. Enam Puluh Ayat Menurut Alasan (Yuktiṣaṣtikā-
kārikā); 4. Kelanjutan Keberadaan (Bhāvasaṃkranti Śāstra); 5. Tujuh Puluh Ayat
tentang Kekosongan (Sapta-śūnyatā Śāstra).
258
Mereka semua mulai tenggelam, tetapi kura-kura tersebut berkata
kepada mereka dengan suara manusia: "Naiklah ke punggungku! Aku
akan membawa anda semua ke pantai!"
Kura-kura membawa semua pedagang ke tanah kering. Ia roboh
kelelahan di tepi air dan tertidur. Tetapi ketika sedang tertidur,
sekumpulan delapan puluh ribu lalat ketaka mulai menghisap darahnya.
Bangun dari tidurnya, ia melihat seberapa banyak mereka. Menyadari
bahwa kembali ke air atau mengguling-gulingkan diri di tanah akan
membunuh semua serangga tersebut, ia hanya berbaring di tempat itu dan
mengorbankan hidupnya. Kemudian, ketika kura-kura menjadi Buddha,
lalat-lalat itu adalah delapan puluh ribu dewa yang mendengarkan
ajarannya dan menyadari kebenaran.

Pada kesempatan lain, Buddha terlahir di negeri Saketa sebagai putra


dari raja Usnisa Emas dan ratu Indah Ceria. Di atas kepalanya tumbuh
suatu tonjolan yang terbuat dari permata yang berharga, yang
daripadanya mengalir nektar yang memiliki kekuatan untuk mengubah
besi menjadi emas. Oleh karena itulah maka ia disebut Manicuda. Pada
saat kelahirannya, di sana terjadi hujan barang-barang berharga. Raja
Manicuda memiliki dalam kumpulan harta bendanya seekor gajah yang
bagus sekali yang bernama Gunung Unggul. Sebagai seorang raja, ia
menyelenggarakan urusan keduniawiannya sesuai Dharma. Ia selalu
membagi-bagikan hadiah dan sumbangan kepada orang miskin untuk
mengakhiri kemiskinan dan meminta-minta.
Seorang rsi yang bernama Brighu memberikan putrinya untuk
dinikahkan dengan Manicuda. Putri tersebut terlahir dari bunga teratai
dan memiliki semua tanda keberuntungan. Dari persatuan mereka,
lahirlah seorang putra seperti ayahnya, dan mereka memanggilnya
Padmacuda.
Pada suatu hari, raja membuat suatu perjamuan yang sangat besar dan
mengundang banyak tamu, di antaranya Rsi Brighu dan seorang raja yang
bernama Dusyanta, Sulit Ditahan. Pada waktu itu, Indra berkeinginan
menguji tekad raja, dan mengubah dirinya menjadi seorang raksasa. Ia
keluar dari api homa 166 dan berjalan ke arah raja sambil menginginkan
makanan dan minuman. Raja mempersembahkan segala rupa makanan
dan minuman, tetapi ia menolak semuanya.
"Yang saya perlukan," katanya dengan tanpa senyum sedikit pun,
“adalah daging dan darah yang hangat dari makhluk yang baru saja
dibunuh!"
Raja rada terkejut. "Saya tidak bisa memperoleh barang seperti itu
tanpa merugikan makhluk lain," pikirnya. "Meskipun jika ia membunuh

166
Persembahan yang dibuat dengan membakar ranting-ranting kayu bergetah.
259
saya, saya tidak akan pernah menyakiti makhluk lain. Namun, kecuali
jika saya memberikan apa yang ia perlukan, semua harapannya akan sirna.
Apa yang harus saya lakukan?
Ia memutuskan bahwa sudah tiba saatnya untuk mempersembahkan
darah dan dagingnya sendiri. Lalu ia berkata: "Saya akan memberi anda
badan saya sendiri!"
Rasa panik mencekam segenap sidang perjamuan. Semua orang
mencoba memintanya untuk tidak berbuat demikian, tetapi tetap saja
gagal. Raja menusuk pembuluh darah lehernya dan mempersembahkan
darahnya untuk diminum. Raksasa meminum dengan nikmatnya. Lalu
raja mengerat bagian-bagian dagingnya. Raksasa tersebut memakannya
sampai ke tulangnya. Rombongan tamu semuanya sangat bersedih hati.
Ratu jatuh tak sadarkan diri ke lantai. Ketika sang raja sudah hampir
tidak dapat lagi mengendalikan kemampuan inderanya, dengan gembira
Indra berkata: "Saya Indra, saya tidak perlu darah dan daging, jadi anda
dapat menghentikan tindakan kedermawanan anda." Ia mengoleskan
nektar surgawi pada luka-luka di tubuh raja, yang menjadi kembali pada
keadaan semula.
Kemudian raja menghadiahkan gajah Gunung Unggul kepada
menterinya, Kereta Perang Brahma. Pada waktu itu tibalah salah satu
murid Rsi Marici yang telah memperoleh pencapaian dalam meditasi.
Raja menerimanya dengan segala penghormatan dan bertanya apa yang ia
inginkan.
"Dalam ungkapan syukur kepada guru yang mengajar saya Veda 167,
saya berniat untuk menawarkan kepadanya seorang pelayan, karena kini
ia sudah tua dan tidak memilikinya. Saya datang untuk meminta anda
memberikan istri dan putra anda."
Raja mengizinkan. Murid tersebut pergi dengan membawa ratu dan
putranya dan mempersembahkan mereka kepada gurunya.
Sementara itu, Raja Sulit Ditahan merasa iri dan mendambakan gajah
yang dihadiahkan. Setiba kembali di kerajaannya sendiri, ia mengirim
pesan menuntut bahwa gajah tersebut harus diberikan kepadanya. Ia
telah diberitahu bahwa gajah tersebut telah dihadiahkan kepada seorang
brahmana. Tetapi ia menolak untuk mendengarkan dan mengancam akan
mengadakan perang jika gajah tersebut tidak diserahkan. Selagi pasukan
musuh maju, Raja Manicuda merasakan kesedihan yang dalam dalam
dirinya.
“Betapa sedihnya kalau ketamakan dapat membuat sahabat yang ter-
dekat menjadi musuh yang getir dalam sekejab saja!" pikirnya. "Jika
saya mempersiapkan perang, dengan mudah saya dapat mengalahkannya.
Tetapi banyak makhluk akan menderita, maka saya harus melarikan diri.”

167
Veda: Salah satu kitab suci agama Hindu.
260
Empat pratyekabuddha menampakkan diri dan berkata, "Baginda,
sudah waktunya Baginda masuk ke dalam hutan."
Maka ia menuju Hutan Pelbagai Pesona, sementara itu menteri-
menterinya pergi kepada Marici dan meminta pangeran muda yang telah
diberikan kepadanya. Marici mengembalikan pangeran, dan pangeran
lalu memimpin pasukan dan melakukan pertempuran. Sulit Ditahan
kalah dan terpaksa kembali ke negerinya. Pikiran dan aktivitas jahatnya
membawa penyakit dan kelaparan pada kerajaannya sendiri.
Ketika Sulit Ditahan bertanya kepada brahmana-brahmananya bagai-
mana caranya agar semua penderitaan itu berakhir, mereka berkata, "Obat
penawarnya adalah permata di usnisa Raja Manicuda. Anda perlu
memintanya."
"Tetapi mungkin ia akan menolak," kata Raja Sulit Ditahan.
Para brahmana mendesak, lagipula, Manicuda akan memberinya –
bukankah ia terkenal karena tidak pernah menolak permintaan apa pun?
Seorang brahmana diutus untuk memintanya.
Raja Manicuda sedang berjalan melewati hutan sambil melihat-lihat
dan tanpa disadari ia tiba di dekat pertapaan Marici. Pada saat yang sama,
Sang Ratu, istrinya, yang sedang mencari akar dan dedaunan di dalam
hutan tidak jauh dari sana, diserang oleh seorang pemburu.
"Raja Manicuda, tolonglah saya!" ia berteriak.
Ratapan yang datang dari jauh sampai ke telinga Manicuda yang
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia pergi menyelidiki. Pemburu
itu melihat dia mendekat, berpikir bahwa dia adalah rsi. Karena takut
akan kutukan, maka ia melarikan diri. Sang Ratu yang sebelumnya telah
menikmati kenyamanan yang tak terukur di lingkungan kerajaan, kini
berada dalam kesusahan seperti itu ketika Manicuda melihatnya. Sang
Raja sangatlah bingung.
"Betapa sedihnya!" pikirnya. "Semua benda tergabung tak dapat di-
percaya."
Saat itu, brahmana yang diutus oleh Sulit Ditahan tiba. Ia mencerita-
kan hal ihkwalnya dan meminta usnisa kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata raja.
Brahmana tersebut mengikuti kata raja dan sesudah itu meninggal-
kannya. Dalam kerajaan Sulit Ditahan, semua penyakit dan kelaparan
berakhir.
Ketika raja mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh lukanya, hal
itu membangkitkan rasa kasihan yang besar terhadap semua mahkluk
yang hidup dalam Neraka Panas. Lalu ia jatuh tak sadarkan diri.
Sementara itu, didorong oleh pertanda-pertanda baik dan diikuti para
dewa, banyak para anggota istana tiba.
"O Raja," kata mereka, "apa yang telah terjadi?"
Raja duduk sambil menghapus tetesan darah di wajahnya.
261
"Sulit Ditahan mengutus seseorang untuk meminta bonggol di
kepalaku, maka saya memberinya," jawabnya.
"Mengapa anda berbuat begitu?" tanya mereka.
"Aku tidak berusaha untuk mendapatkan apa pun untuk diriku.
Harapanku satu-satunya adalah semoga kerajaan Sulit Ditahan bebas dari
penyakit dan kelaparan. Tetapi ada masih satu hal, saya ingin..."
"Apakah itu?" mereka bertanya
"Agar mampu melindungi semua makhluk," jawab raja.
"Tetapi tidakkah anda merasa menyesal?" mereka bertanya.
"Tidak. Sama sekali tidak," kata raja.
"Melihat rasa sakit di wajah anda, sulit untuk percaya apa yang anda
katakan "
"Baiklah," kata raja, "jika saya benar-benar tidak memiliki penye-
salan setelah memberikan bonggol kepalaku kepada Sulit Ditahan dan
para pengikutnya, semoga tubuhku menjadi utuh seperti semula!"
Dan hal itulah yang terjadi. Para pengikutnya lalu memohonnya
untuk kembali ke istana, tetapi ia menolak. Pada waktu itu, empat
pratyekabuddha muncul kembali.
"Anda telah banyak membantu musuh anda, mengapa tidak
membantu sahabat anda juga?" kata mereka. "Sekarang anda perlu
kembali ke istana anda."
Ia kembali ke istana, dan membawa manfaat dan kebahagiaan kepada
rakyatnya.

2. Latihan dalam aturan bodhicitta aplikasi - enam paramita

Lima paramita pertama dari enam paramita – dana, sila, kesabaran,


ketekunan dan konsentrasi semuanya adalah aspek dari praktek
ketrampilan. Paramita keenam, kebijaksanaan, adalah merupakan
akumulasi dari kebijaksanaan awal.

2.1 Dana paramita

Dana atau kemurahan hati dapat terdiri dari tiga wujud: memberi
benda materi, memberi Dharma, dan memberi perlindungan dari keta-
kutan.
Memberi benda materi

Memberi benda materi terdiri dari tiga macam: pemberian biasa,


pemberian besar, dan pemberian luar biasa.

Pemberian Biasa. Hal ini mengacu pada memberi materi apa pun,
sekalipun tidak lebih dari sekedar satu jumput daun teh atau satu
262
mangkuk jelai. Jika diberikan dengan niat yang murni, soal jumlah
bukanlah hal yang penting. Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh Lima
Buddha 168 berbicara tentang "pengaruh positif terhadap masa depan dari
memberikan sesuap makanan saja kepada makhluk yang terlahir di alam
binatang." Sang Penakluk adalah sosok yang memiliki ketrampilan
metoda dan belas kasih yang besar. Jika kita menggunakan kekuatan
dharani 169 , mantra dan cara-cara lainnya, dikatakan kita mampu
menolong preta sebanyak pasir di Sungai Gangga hanya dengan setetes
air atau sebutir jelai saja.
Persembahan asap dan puja api membawa manfaat besar pada preta
yang bergerak melalui ruang angkasa. Roh-roh yang tidak bisa hidup
tanpa mengambil kehidupan makhluk lain sementara terpuaskan oleh bau
makanan persembahan yang dibakar, dan pikiran mereka dibebaskan oleh
karunia Dharma dari ritual dari suatu puja api. 170 Sebagai hasilnya,
mereka tidak lagi merugikan makhluk lain, sehingga banyak makhluk
menjadi terlindung dari bahaya kematian. Hal ini termasuk memberi
perlindungan terhadap ketakutan. Jadi, praktek puja api termasuk ketiga
macam kemurahan hati tersebut.
Karena torma air dan puja api mudah untuk dilaksanakan dan sangat
efektif, cobalah berlatih mempraktekkannya secara teratur. Adalah baik
untuk mempersembahkan seratus ribu torma air setiap tahun.
Ketika orang-orang telah mendapatkan sejumlah harta, mereka
memegangnya atau menjaganya dengan ketat seperti orang yang sekarat,
dan tidak menggunakan untuk kehidupan ini ataupun untuk manfaat
kehidupan yang akan datang. Tak peduli berapa banyak yang mereka
miliki, mereka tetap berpikir bahwa mereka tidak memiliki apa pun.
Mereka merintih seolah-olah mereka sedang kelaparan. Dapat dikatakan
bahwa orang-orang dengan perilaku seperti ini sekarang ini mengalami
akibat yang serupa dengan penyebabnya seperti yang terjadi di alam preta.
Hindarilah sikap-sikap seperti itu dan cobalah untuk bermurah hati
melalui aktivitas seperti membuat persembahan kepada Sang Tri Ratna
dan memberi sedekah kepada pengemis. Seperti yang dikatakan Jetsun
Mila:

Keluarkan makanan dari mulut anda dan berikanlah sebagai


sedekah.

168
Skt. Triskhandhadharmasutra (Sutra Tiga Tumpukan) atau disebut juga Pengakuan
Kemerosotan.
169
Dharani: Pengendalian menyeluruh atas tubuh, ucapan dan pikiran serta aktivitas
keenam indera, biasanya berupa mantra panjang.
170
Puja api: Persembahan berupa asap dari makanan yang dibakar kepada roh-roh halus
dan makhluk-makhluk di alam bardo.
263
Sebaliknya, jika anda membiarkan diri anda menjadi budak kemele-
katan egois anda, akan tiba saatnya di mana sekalipun anda memiliki
semua kekayaan di dunia, namun anda tetap merasa tidak cukup. Dan
ketika ada kesempatan untuk memberi persembahan kepada Sang Tri
Ratna atau pengemis, anda akan berpikir bahwa anda akan melakukannya
di lain kesempatan saja waktu sudah memperoleh lebih banyak kekayaan
lagi di kemudian hari atau di tempat lain.
Secara umum, Buddha mengajar pemberian materi dan praktek-
praktek lain yang disertai harta benda terutama untuk Bodhisattva awam.
Jika anda adalah seorang biarawan atau biarawati, hal yang penting
hanyalah untuk mengurangi keinginan-keinginan anda, dan belajar untuk
menjadi puas dengan apa pun juga yang anda miliki, dan untuk berlatih
pelatihan rangkap tiga yang lebih tinggi dengan ketetapan hati di tempat
pertapaan di gunung atau tempat yang sunyi, dan dengan senang hati
menerima semua kesukaran.
Ada praktisi-praktisi yang meninggalkan latihan spiritual mereka dan
melibatkan diri mereka dalam perdagangan, pertanian atau mata penca-
harian lainnya. Mereka menimbun kekayaan melalui tipu daya yang
cerdik. Mereka bersikukuh mengatakan bahwa mereka sedang berlatih
Dharma melalui persembahan dan amal yang mereka buat dengan apa
yang mereka peroleh. Tetapi adalah untuk orang-orang seperti itu kata-
kata berikut:

Jika Dharma tidak dilatih sesuai dengan Dharma,


Dharma sendiri dapat menyebabkan kelahiran kembali yang
buruk.

Cara beramal mereka seperti ini secara mutlak tidak ada artinya. Jadi,
yang paling penting dan oleh karena itu, selalulah merasa puas dengan
apa yang anda miliki.

Pemberian Besar. Ini berarti memberi kepada orang lain sesuatu


yang langka atau sangat berharga bagi anda secara pribadi, seperti kuda
atau gajah anda sendiri, atau bahkan putra atau putri anda sendiri.

Pemberian Luar Biasa. Hal ini mengacu pada membuat persem-


bahan dengan anggota tubuh, tubuh ataupun hidup anda. Contohnya
adalah Pangeran Keberanian Besar yang memberikan tubuhnya kepada
harimau betina yang kelaparan, Nagarjuna yang memberi kepalanya
kepada putra Raja Surabhibhadra, dan Putri Raja Mandabhadri memberi
makan kepada harimau betina dengan tubuhnya sendiri. Namun
kemurahan hati semacam ini hanya bisa dipraktekkan oleh makhluk yang
telah mencapai salah satu tingkat Bodhisattva. Makhluk biasa tidak
264
mampu untuk itu. Untuk sementara, anda dapat secara mental mendedi-
kasi tubuh, hidup dan kekayaan anda demi manfaat orang lain tanpa
kemelekatan, dan berdoa agar pada suatu hari anda akan benar-benar
mampu memberikannya.

Memberi Dharma

Ini berarti memimpin orang lain kepada praktek rohani dengan


memberi abhiseka, membabarkan Dharma, mentransmisi teks-teks dan
sebagainya. Namun, bekerja demi kebaikan orang lain ketika keinginan
untuk mementingkan diri sendiri belum dihilangkan hanya akan menjadi
suatu pertunjukan belaka.
Para murid Atisa bertanya kapankah mereka boleh mengajar, bekerja
untuk manfaat orang lain atau melaksanakan pemindahan kesadaran bagi
mereka yang baru saja meninggal. Jawaban Atisa adalah:

Anda boleh memandu orang lain jika anda sudah merealisasi


kekosongan dan mengembangkan kewaskitaan;
Anda boleh bekerja untuk manfaat mereka jika kepentingan anda
sendiri sudah tiada yang perlu dilakukan;
Anda boleh melaksanakan pemindahan kesadaran untuk orang
yang meninggal jika anda sudah masuk ke alur penglihatan.

Ia juga berkata:

Pada zaman kemerosotan ini, bukanlah waktu untuk membual,


Sekarang ini adalah waktu untuk membangkitkan tekad;
Bukan waktunya untuk memegang posisi tinggi,
Namun adalah waktu untuk tetap pada posisi rendah;
Sekarang bukan waktunya untuk memiliki pelayan dan murid-
murid,
Tetapi adalah waktu untuk hidup dalam kesunyian;
Bukan waktunya untuk menjaga para murid,
Tetapi merupakan waktu untuk menjaga diri anda sendiri;
Bukan waktunya untuk meneliti kata-kata,
Tetapi adalah waktu untuk merenungkan artinya;
Sekarang bukanlah waktu untuk kesana kemari,
Tetapi adalah waktu untuk tinggal di satu tempat.

Tiga Bersaudara bertanya kepada Geshe Tonpa, apakah lebih penting


berlatih di dalam kesunyian atau membantu orang lain dengan Dharma.
Geshe Tonpa menjawab:

265
Adalah sia-sia untuk seorang pemula yang tidak memiliki
pengalaman maupun realisasi untuk mencoba membantu orang
lain dengan Dharma. Tidak ada berkah yang dapat diperoleh
darinya, sama halnya tidak ada apa pun yang dapat dituangkan
dari suatu bejana yang kosong. Instruksinya hambar dan tanpa
unsur pokok, seperti bir yang diragi dengan tanpa menekan butir-
butir gandum.
Seseorang yang berada di tahap aspirasi, yang mempunyai
kehangatan 171 latihan, tetapi belum memiliki kemantapan di
dalamnya, tidak bisa bekerja demi kepentingan makhluk lain.
Berkahnya seperti sesuatu yang dituangkan dari bejana yang satu
ke dalam yang lain: ia hanya dapat mengisi yang lain dengan
pengosongan dirinya. Instruksinya seperti lampu dipindahkan
dari tangan seseorang ke tangan orang lain: jika ia memberi
cahaya kepada yang lain, maka ia berada dalam kegelapan.
Tetapi seseorang yang telah mencapai salah satu tingkat
Bodhisattva, siap untuk bekerja demi manfaat makhluk lain.
Berkahnya seperti kekuatan dari bejana pengabulan harapan: ia
dapat membawa semua makhluk ke tahap kematangan tanpa
pernah menjadi kering. Instruksinya seperti suatu lampu yang di
tengah, di mana orang lain dapat mengambil cahaya dengan
tanpa membuatnya menjadi kecil.
Oleh karena itu, pada zaman kemerosotan ini bukanlah waktunya
untuk seseorang yang biasa untuk membantu makhluk lain secara
eksternal, tetapi lebih merupakan waktu untuk hidup menyendiri
dan melatih pikiran mereka sendiri dalam belas kasih bodhicitta.
Sekarang ini saatnya untuk menyingkir dari emosi negatif.
Ketika suatu tumbuhan obat yang berharga masih berupa tunas
saja, ia belum waktunya untuk dipetik, tetapi adalah saat untuk
melindunginya.

Karena alasan-alasan inilah, adalah cukup sulit untuk benar-benar


berdana Dharma kepada orang lain. Membabarkan dengan rinci suatu
ajaran kepada orang lain tanpa memiliki pengalaman sendiri dalam hal
tersebut tidak akan menolong mereka sama sekali. Perihal memperoleh
persembahan dan kekayaan dengan mengajar Dharma, itulah yang
Padampa Sangye katakan sebagai "menggunakan Dharma sebagai barang
dagangan untuk menjadi kaya."
Sebelum anda mengatasi keinginan memiliki sesuatu untuk diri anda,
adalah lebih baik tidak buru-buru menjalankan aktivitas altruis. Sebagai
gantinya, berdoalah agar pikiran roh-roh yang memiliki kecenderungan

171
Kehangatan: Suatu tanda di mana latihan sedang mulai bekerja.
266
positif bisa dibebaskan ketika mereka mendengar anda berdoa, menjapa
mantra atau membaca kitab suci. Anggaplah cukup untuk melafal doa
untuk berdana Dharma yang ada pada akhir ritual teks-teks torma air atau
persembahan tubuh, seperti:

Tinggalkan perbuatan jahat.


Berbuatlah kebaikan.
Kendalikan pikiran anda sendiri.
Inilah ajaran Buddha.

Ketika keinginan-keinginan mementingkan diri anda sendiri sudah


tidak ada, maka sudah tiba saatnya untuk mempersembahkan diri anda
seluruhnya kepada orang lain, tanpa menaruh perhatian akan kedamaian
dan kebahagiaan anda, dan tanpa mengurangi usaha-usaha anda sesaat
pun.

Memberi perlindungan terhadap ketakutan

Ini berarti benar-benar melakukan apa pun juga yang dapat anda
lakukan untuk membantu orang lain yang berada dalam kesukaran. Hal
ini termasuk, misalnya menyediakan tempat perlindungan bagi mereka
yang tidak memiliki tempat yang aman, memberi perlindungan kepada
mereka yang tidak memiliki pelindung, dan menjadi teman dengan
mereka yang tidak memiliki teman. Hal ini merujuk terutama sekali
kepada perbuatan seperti melarang berburu dan mencari ikan di mana
saja anda mempunyai kekuasaan untuk melakukannya, membeli domba-
domba yang sedang dibawa ke tempat pejagalan, dan menyelamatkan
ikan, cacing, lalat dan makhluk-makhluk lain yang sedang sekarat.
Buddha mengajarkan, dari semua perbuatan yang baik, menyelamatkan
hidup makhluk hidup adalah paling menguntungkan.

Secara keseluruhan, berbagai macam kemurahan hati merupakan


topik yang paling penting dari samaya Tantra. Dalam Ikrar Lima
Keluarga 172 dikatakan:

Seperti samaya dari Keluarga Permata,


Selalulah berlatih empat macam kemurahan hati.

2.2 Sila paramita

172
Tib. rigs lnga’i sdom pa, suatu tantra.
267
Sila paramita terdiri dari menghindari perbuatan-perbuatan negatif,
melakukan perbuatan-perbuatan positif, dan memberi manfaat kepada
orang lain.

Menghindari perbuatan negatif

Ini berarti menolak semua sepuluh perbuatan negatif tubuh, ucapan


dan pikiran yang tidak diarahkan untuk manfaat makhluk lain seperti
anda menolak racun.

Melakukan perbuatan positif

Ini berarti selalu menciptakan sebanyak mungkin sumber yang baik


untuk masa depan dengan selalu melakukan perbuatan-perbuatan positif
yang dapat anda lakukan, meski kelihatannya tidak begitu penting.
Seperti peribahasa umum berkata: "Kapan saja selagi mulut atau
tangan kita bebas, kita dapat melakukan perbuatan positif; dan kapan
saja selagi kita ke sana ke mari atau selagi duduk, kita dapat melakukan
perbuatan negatif." Hanya dengan selalu meneliti dengan hati-hati,
dengan kewaspadaan dan kepedulian, dan berusaha keras untuk berbuat
baik dan menahan diri terhadap perbuatan jahat, barulah anda dapat
menghindari melakukan banyak perbuatan negatif yang serius – bahkan
selagi anda hanya mengikuti permainan.

Jangan menganggap remeh kesalahan kecil,


Menganggap mereka tidak merugikan:
Bahkan suatu percikan api yang kecil
Dapat menghanguskan gunung.

Laksanakan selalu nasihat ini dalam praktek dengan menerapkan


kesadaran dan kewaspadaan yang tetap. Pada akhirnya anda akan
memperoleh cadangan perbuatan positif sejalan dengan aktivitas anda
sehari-hari. Hanya dengan menunjukkan hormat anda ketika anda
bertemu dengan gundukan batu mani 173 dengan melepaskan topi anda dan
berjalan mengelilinginya, dengan menerapkan ketiga metoda tertinggi,
dapat secara tepat menuntun anda ke pencerahan sempurna. Seperti
dikatakan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh:

Jangan mengabaikan kebajikan kecil,


Dan menganggap mereka tidak ada gunanya;
Karena tetesan air yang terus menerus,

173
Tumpukan batu sebagai persembahan.
268
Pada waktunya dapat memenuhi pot raksasa.

Ada kisah tentang seekor babi yang dikejar mengelilingi stupa oleh
seekor anjing, dan cerita lain mengenai tujuh ulat bulu yang jatuh dari
daun ke dalam arus air dan dibawa mengelilingi stupa oleh arus tersebut.
Kejadian-kejadian seperti itu cukup untuk membawa makhluk-makhluk
tersebut akhirnya kepada pembebasan.
Oleh karena itu, usahakan selalu menolak perbuatan buruk sekecil
apa pun, dan lakukanlah perbuatan baik apa pun yang dapat anda lakukan,
dan limpahkan jasa tersebut untuk manfaat makhluk hidup. Hal ini
mencakup semua ajaran dari ikrar Bodhisattva.

Memberi manfaat kepada makhluk lain

Seperti yang telah kita lihat, ketika anda secara total bebas dari meng-
inginkan sesuatu untuk diri anda, berarti sudah tiba waktunya bagi anda
untuk bekerja secara langsung demi manfaat makhluk lain dengan
menggunakan empat cara menarik makhluk. Tetapi sebagai seorang
pemula, cara untuk memberi manfaat kepada makhluk lain adalah
melimpahkan jasa kebajikan kepada semua makhluk dari semua latihan
yang anda jalankan, sambil melatih diri melakukan perbuatan baik dan
menghindari perbuatan buruk. Semua ini dilakukan dengan menerapkan
tiga metoda yang tertinggi.

2.3 Ksanti paramita

Kesabaran mencakup tiga aspek: kesabaran ketika disalahkan secara


keliru, kesabaran untuk bertahan dalam kesukaran demi Dharma, dan
kesabaran untuk menghadapi kebenaran yang dalam tanpa disertai rasa
takut.

Kesabaran ketika disalahkan secara keliru

Kesabaran jenis ini perlu diterapkan kapan pun saat anda dipukul,
dihina di depan umum, dimarahi dengan kata-kata kasar atau difitnah
secara sembunyi-sembunyi. Sebagai ganti merasa terganggu dan bereaksi
dengan marah, anda perlu menanggapinya secara positif dengan belas
kasih. Jika anda kehilangan kesabaran dan menyerah pada kemarahan,
suatu amukan kemarahan dapat menghancurkan pahala kebajikan yang
anda kumpulkan lebih dari seribu kalpa, sebagaimana disebutkan dalam
Jalan Bodhisattva:

269
Pekerjaan-pekerjaan baik yang dikumpulkan dalam seribu tahun,
Seperti perbuatan kemurahan hati,
Atau persembahan kepada mereka yang membawa kebahagiaan,
Suatu kilas kemarahan akan menghancurkannya.

Dan lagi:

Tiada kejahatan menyamai kebencian,


Tiada latihan sulit yang menandingi kesabaran;
Oleh karena itu, benamkan diri anda dalam kesabaran
Dengan semua cara dan semangat.

Ingatlah kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kemarahan,


berusahalah untuk mengembangkan kesabaran di dalam semua keadaan.
Padampa Sangye berkata:

Membenci musuh adalah suatu delusi yang disebabkan oleh


karma;
Ubahlah pikiran jahat anda akan kebencian, hai orang-orang
Tingri!

Dan Atisa berkata:

Jangan marah dengan mereka yang merugikan anda.


Jika anda marah dengan mereka yang merugikan anda,
Kapankah anda akan mengembangkan kesabaran?

Kapan saja seseorang menyakiti anda, mencerca anda atau menuduh


anda dengan tidak adil, selama anda tidak menjadi marah atau menden-
dam orang tersebut, hal itu akan menghilangkan banyak perbuatan negatif
masa lampau dan kegelapan batin anda. Dengan mengembangkan
kesabaran dalam situasi-situasi yang demikian, anda dapat menghimpun
jasa kebajikan yang berlimpah. Oleh sebab itu, anggaplah semua orang
yang menyalahi anda sebagai guru-guru anda. Sebagaimana dikatakan:

Jika tiada seorang pun yang membuat anda marah,


maka dengan siapa anda bisa mengembangkan kesabaran?

Kita sering mendengar bahwa ada seorang Lama atau biarawan yang
sungguh baik, hanya saja ia memiliki perangai yang mengerikan. Tetapi,
tidak ada kesalahan yang lebih buruk di dunia ini dibanding dengan
kemarahan, maka mana bisa seseorang yang sangat baik pada waktu yang
sama mempunyai perangai yang mengerikan? Padampa Sangye berkata:
270
Anda tidak memahami bahwa perbuatan sesaat yang timbul dari
kemarahan adalah lebih buruk dibanding seratus perbuatan yang
timbul dari hawa nafsu.

Jika anda sudah benar-benar berasimilasi dengan ajaran dengan baik,


semua yang anda lakukan, ucapkan dan pikirkan harus sama lembutnya
seperti menginjak kapas, dan sama halusnya seperti sup tsampa yang
dicampur dengan mentega. Tetapi mungkin juga justru kebalikannya
yang terjadi. Latihan berbudi luhur kecil yang anda lakukan, atau ikrar
suci yang anda pegang, membuat anda merasa terbuai oleh kebanggaan.
Atau setiap kali seseorang mengatakan suatu, anda menjadi sangat
sensitif terhadap cara mereka berbicara, dan anda mendidih dengan
kemarahan ketika anda berpikir bahwa anda sedang dihina atau dikritik.
Kepekaan seperti itu adalah suatu tanda bahwa pikiran anda dan Dharma
telah berpisah arah, dan bahwa Dharma tidak mengubah pikiran anda
sedikit pun. Geshe Chengawa berkata:

Jika ketika kita belajar, berpikir dan merenung, ego kita tumbuh
menjadi lebih besar, kesabaran kita menjadi lebih rapuh
dibanding dengan kulit baru, 174 dan kita merasa lebih lekas marah
dibanding dengan si setan Tsang Tsen, 175 ini pasti adalah tanda-
tanda bahwa studi, meditasi dan pemikiran kita sudah berada di
arah yang salah.

Usahakan selalu merendahkan diri, berpakaian sederhana, dan


perlakukan setiap orang, apakah yang baik, biasa ataupun yang tidak baik,
dengan rasa hormat. Jinakkan pikiran anda dengan Dharma, dengan
mengambil belas kasih bodhicitta sebagai dasar anda. Tak diragukan
lagi, ini adalah poin yang paling penting dari semua latihan. Ia lebih baik
dibanding dengan seribu “pandangan yang paling mulia" atau "meditasi
yang paling dalam" yang tidak membawa kebaikan pada pikiran.

Kesabaran untuk menahan penderitaan demi Dharma

Demi berlatih Dharma, anda perlu mengabaikan panas, dingin dan


berbagai kesulitan lainnya. Tantra berkata:

174
Kulit baru: Kulit yang tumbuh pada luka yang baru sembuh.
175
Sosok setan daerah Tibet yang pendendam dan pencemburu, yang menciptakan
rintangan begitu terusik sedikit saja.
271
Bahkan dengan melalui nyala api neraka atau lautan mata pisau
cukur yang tajam,
Carilah Dharma sampai anda mati.

Orang-orang Kadampa dahulu kala memiliki empat sasaran seperti


berikut:

Dasarkan pikiran anda pada Dharma,


Dasarkan Dharma anda pada hidup yang sederhana,
Dasarkan hidup anda yang sederhana pada pemikiran akan
kematian,
Dasarkan kematian anda pada lembah yang sunyi dan tandus.

Sekarang ini kita berpikir bahwa kita dapat berlatih Dharma


bersamaan dengan aktivitas duniawi kita, dengan tanpa perlu tekad
sedikit pun atau untuk menderita kesukaran, dengan sambil terus-menerus
menikmati kenyamanan, kesejahteraan dan ketenaran. Kita beranggapan
orang lain juga dapat melakukannya, dan kita berkata dengan kagum, "Itu
ada Lama yang baik. Ia tahu bagaimana caranya memadukan Dharma
dengan kehidupan duniawi."
Tetapi mana mungkin mengawinkan Dharma dengan kehidupan
duniawi? Mereka yang menyatakan dirinya melakukan hal yang
demikian, kelihatannya sedang menjalani suatu kehidupan duniawi yang
baik, tetapi bisa anda pastikan bahwa mereka tidak berlatih Dharma yang
murni. Menyatakan bahwa anda dapat berlatih Dharma dan menjalani
kehidupan duniawi pada waktu yang sama adalah sama seperti mengata-
kan bahwa anda dapat menjahit dengan jarum yang runcing di kedua
ujungnya, atau menaruh api dan air dalam satu bejana, atau mengendarai
dua kuda yang berlawanan arah. Semua hal yang demikian hanyalah
mustahil.
Bisakah seseorang yang biasa melebihi Buddha Sakyamuni? Bahkan
beliau menemukan bahwa sama sekali tidak mungkin berlatih Dharma
dan menjalani kehidupan duniawi secara berdampingan. Sebagai
gantinya, ia meninggalkan kerajaannya seperti membuang air ludah, dan
pergi tinggal di tepi Sungai Nairanjana, di mana ia mempraktekkan
tapabrata selama enam tahun dengan hanya memberi makan kepada
dirinya setetes air dan sebutir jelai setiap tahun.
Dan bagaimana dengan Jetsun Milarepa? Ketika ia sedang berlatih,
ia tidak memiliki makanan maupun pakaian. Makanannya hanyalah
rumput jelatang, sehingga seluruh tubuhnya hanya tinggal tulang rangka
yang diselimuti dengan bulu berwarna kehijau-hijauan. Mereka yang
melihatnya tidak tahu apakah ia seorang manusia atau setan. Faktanya, ia
berlatih Dharma sampai pada suatu keadaan dengan ketahanan yang
272
sangat kuat dan menerima kesukaran dengan sepenuh hati, membuktikan
dengan pasti bahwa adalah mustahil untuk melatih Dharma dan menjalan-
kan kehidupan duniawi pada waktu yang sama. Apakah Milarepa benar-
benar telah putus asa tidak mengetahui bagaimana caranya mengkombi-
nasikan keduanya?
Siddha agung Melong Dorje memperoleh pencapaian setelah berlatih
selama sembilan tahun dengan hanya memakan kulit pohon lakhe sebagai
makanannya. Longchen Rabjam, Penguasa Dharma yang Mahatahu,
hanya hidup dari dua puluh satu pil air raksa selama berbulan-bulan.
Ketika salju turun, ia biasa masuk ke dalam kantong kasar yang dipakai
sebagai tempat tidur dan juga sebagai alas tempat duduknya.
Semua siddha dari masa lampau memperoleh pencapaian hanya
karena berlatih dengan tekad yang kuat, dengan sepenuh hati menerima
semua kesukaran setelah menyisihkan semua aktivitas duniawi. Tidak
ada seorang pun di antara mereka yang mencapai realisasi dengan
berlatih di samping melakukan aktivitas sehari-hari, menikmati kese-
nangan, kesejahteraan dan ketenaran. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Pada saat anda menata diri anda pada tempat yang nyaman untuk
tinggal, dengan banyak makanan, pakaian yang hangat dan
donatur yang murah hati, anda bahkan telah sepenuhnya
mengundang setan sebelum mulai berlatih mengembangkan
Dharma.

Geshe Shawopa berkata:

Untuk berlatih Dharma dengan tulus, ambisi hidup anda


seharusnya adalah kemiskinan. Pada akhir suatu kehidupan yang
miskin, anda akan bisa menghadapi kematian anda. Jika anda
mempunyai sikap yang demikian, dapat anda pastikan bahwa
tidak ada dewa, setan atau manusia yang akan pernah mampu
membuat berbagai kesulitan kepada anda.

Jetsun Mila bernyanyi:

Tak seorang pun menjenguk saya ketika saya sakit,


Tak seorang pun menangis ketika saya meninggal;
Mati seorang diri di tempat pertapaan ini,
Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Tidak ada jejak kaki di luar pintu saya,

273
Tidak ada juga jejak darah di dalam; 176
Mati seorang diri di tempat pertapaan ini,
Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Tak seorang pun ingin tahu ke mana aku pergi,


Tidak ada tempat pergi yang tertentu;
Mati seorang diri di tempat pertapaan ini,
Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Mayatku akan membusuk dan dimakan ulat,


Tulang-tulangku dihisap kering oleh lalat;
Mati seorang diri di tempat pertapaan ini,
Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.

Oleh sebab itu, adalah sangat penting untuk tidak mengindahkan lagi
segala kerinduan kehidupan sehari-hari, dan berlatih tanpa memperhati-
kan panas, dingin atau berbagai kesulitan lain apa pun.

Kesabaran untuk menghadapi kebenaran yang dalam tanpa rasa takut

Kalau kebetulan anda menerima ajaran tentang keadaan alami keko-


songan yang mendalam, atau terutama sekali, di poin penting dari
Atiyoga yang melampaui semua aktivitas dan usaha, atau Dua Belas
Ketawa Vajra yang melampaui akibat perbuatan yang baik dan jahat, atau
Delapan Syair yang Mengagumkan, cobalah untuk memahami arti
mereka yang benar tanpa menimbulkan pandangan-pandangan negatif.
Memiliki pandangan yang salah akan ajaran-ajaran ini atau
mengkritik mereka adalah apa yang disebut “perbuatan yang salah atas
penolakan Dharma." Ia dapat melempar seseorang ke dalam neraka
untuk kalpa yang tidak terhitung lamanya. Seperti dikatakan Karma
Chakme Rinpoche:

Aku mengaku sepanjang waktu sudah melakukan suatu perbuatan


yang lebih jahat
Dibanding lima perbuatan yang membawa akibat langsung: yaitu
penolakan terhadap Dharma.

Pada suatu hari dua biarawan India yang telah memiliki dua belas
kualitas dari latihan praktek dhuta 177 datang menghadap Atisa. Ketika
176
Berarti tidak ada daging dalam makanan sederhana Milarepa.
177
12 praktek dhuta: 1. Mengenakan jubah yang terbuat dari kain robekan/usang; 2.
Hanya memiliki tiga jubah; 3. Makan dari hasil pindapatta, tidak memasak sendiri; 4.
Berpindapatta secara berurutan; 5. Hanya makan sekali dalam sehari; 6. Makan
274
Atisa menjelaskan kepada mereka bahwa ego tidak memiliki keberadaan
yang hakiki, mereka senang.
Tetapi ketika ia menjelaskan bahwa fenomena juga tidak memiliki
keberadaan yang hakiki, mereka berteriak: "Wah, sangat mengerikan!
Jangan katakan hal-hal seperti itu!" dan ketika ia membaca Sutra Hati,
mereka menutup telinga mereka dan pergi dari sana.
Atisa merasa amat sedih. Ia berkata: "Kecuali jika seseorang melatih
diri di dalam belas kasih bodhicitta, lalu mengembangkan keyakinan pada
ajaran-ajaran yang mendalam, hanya dengan memegang sila yang murni
saja tidak akan membawa keberhasilan apa pun kepada anda."
Disebutkan bahwa banyak biarawan yang angkuh sekali pada waktu
Buddha. Ketika mereka mendengar beliau mengajar tentang kekosongan
yang mendalam, mereka muntah darah dan mati, dan terlahir di dalam
neraka. Sejumlah cerita lain mengisahkan kejadian-kejadian yang hampir
sama.
Adalah penting untuk memiliki rasa hormat dan ketertarikan akan
ajaran yang mendalam dan pada mereka yang mengajarkannya. Setidak-
nya, sekalipun keterbatasan pikiran anda membuat anda tidak mengerti
akan hal tesebut, janganlah pernah mengeritik mereka.

2.4 Virya paramita

Ada tiga macam ketekunan: ketekunan seperti baju baja, ketekunan di


dalam perbuatan, dan ketekunan yang tidak bisa dihentikan.

Ketekunan seperti baju baja

Ketika anda mendengar kisah kehidupan para guru besar, Buddha dan
Bodhisattva, tentang perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan dan
pencobaan-pencobaan yang mereka lewati demi Dharma, jangan pernah
berpikir bahwa hanya mereka saja yang mampu meraih semua yang
mereka lakukan karena mereka adalah Buddha dan Bodhisattva, dan
bahwa anda tidak pernah dapat melakukan hal yang sama, sehingga anda
berkecil hati dan malas. Sebagai gantinya, ingatlah bahwa hanya dengan
bertindak dengan cara demikian, mereka semua menjadi sangat sempurna.
Sebagai murid mereka, meskipun anda mungkin tidak dapat melaku-
kannya secara lebih baik dari mereka, namun anda pasti dapat meraih
tingkat seperti mereka juga.

secukupnya saja, tidak sampai terlalu kenyang; 7. Tidak makan selewat tengah hari ; 8.
Tinggal di tempat yang sepi, jauh dari keramaian; 9. Berlatih di bawah pohon; 10.
Bermeditasi di tempat yang terbuka; 11. Tinggal di tempat perkuburan; 12. Tidak
berbaring.
275
Jika demikian banyak ketekunan dan kesukaran adalah penting buat
mereka, bagaimana bisa hal-hal yang demikian tidak diharuskan pada kita
yang memiliki begitu banyak karma buruk karena perbuatan-perbuatan
negatif kita yang lampau dan sejak waktu tak berawal belum pernah
melakukan latihan berkesinambungan akan Dharma?
Kita sudah memiliki kebebasan dan keberuntungan akan tubuh
manusia. Kita sudah berjumpa dengan seorang guru spiritual yang sejati,
dan sedang menerima instruksi yang mendalam. Karena kita mempunyai
peluang untuk berlatih Dharma yang benar dengan baik, kita perlu
berjanji dari dasar hati kita untuk melakukannya dan siap untuk
menerima kesukaran, menerima beban berat, dan mempertaruhkan hidup
dan badan kita tanpa mempedulikan daging dan darah kita. Itulah yang
dimaksud dengan ketekunan seperti baju baja.

Ketekunan dalam perbuatan

Sekalipun anda memiliki keinginan untuk mempelajari dan berlatih


Dharma, anda mungkin saja menundanya sampai besok atau hari berikut,
dari hari ke hari pada semua hidup anda. Anda harus menghindari
pemborosan seluruh umur hidup manusia dan hanya selamanya merenca-
nakan saja untuk berlatih. Druk Pema Karpo berkata:

Hidup manusia seperti sedang berada di kandang penjagal:


Kematian semakin mendekat setiap detik.
Jika anda tidak buru-buru, dan menangguhkan hari ini sampai
besok,
Waspadalah akan air mata dan penyesalan waktu anda di atas
ranjang mati anda!

Jangan menunggu detik lain untuk berlatih. Lakukan sesuatu tentang


hal tersebut dengan segera, seperti seorang pengecut yang menemukan
seekor ular di dalam pangkuannya, atau seorang perempuan penari yang
rambutnya baru saja terbakar. Secara total tinggalkan aktivitas duniawi
dan persembahkan diri anda pada latihan Dharma mulai sekarang.
Kalau tidak demikian, maka anda tidak akan pernah menemukan
waktunya – satu aktivitas duniawi akan diikuti yang lain, terus menerus
seperti riak air. Mereka hanya akan berhenti ketika anda memutuskan
untuk terakhir kali mengakhirinya. Seperti Longchenpa yang Mahatahu
berkata:

Keasyikan-keasyikan duniawi tidak pernah berakhir sampai pada


saat kita meninggal.

276
Tetapi mereka berakhir ketika kita meninggalkan mereka.
Begitulah sifat mereka.

dan:

Aktivitas kita sama seperti permainan anak-anak:


Mereka akan berlanjut sepanjang kita meneruskannya, dan segera
berhenti begitu kita berhenti.

Begitu anda merasa ingin berlatih Dharma, janganlah mempersilakan


kemalasan atau penundaan mengambil alih, bahkan hanya untuk sebentar
saja. Tetapkan untuk bekerja dengan segera, didorong oleh pemikiran
akan ketidak-kekekalan. Itulah yang disebut ketekunan dalam bertindak.

Ketekunan yang tidak bisa dihentikan

Jangan merasa puas hanya karena telah memperoleh sedikit


pencapaian sesudah melakukan suatu retret kecil atau meditasi pada
yidam, melafal sutra atau mantra, satu atau dua pekerjaan yang baik.
Berjanjilah untuk berlatih sepanjang hidup anda, dan pastikan untuk
memelihara usaha-usaha anda tetap berlanjut dengan semua kekuatan
yang terus berlanjut seperti aliran sebuah sungai besar sampai anda
mencapai kebuddhaan yang sempurna.
Orang-orang hebat masa lampau berkata bahwa kita perlu berlatih
seperti seekor yak lapar. Ketika seekor yak mencabik suatu rumpun
rumput, matanya telah mengincar rumpun berikutnya. Dengan cara yang
sama, sebelum anda menyelesaikan satu latihan Dharma, katakan kepada
diri anda bahwa secepat sesudah anda menyelesaikan latihan yang
sekarang, anda akan mulai latihan baru yang ini atau yang itu.
Cobalah untuk membuat usaha yang lebih besar setiap hari,
sepanjang waktu, tanpa pernah membiarkan tubuh, ucapan atau pikiran
menyelinap ke dalam kemalasan atau terpisah dari Dharma sesaat pun.
Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Berlatih dengan ketahanan yang lebih besar semakin seseorang


dekat pada kematiannya, adalah tanda dari seorang praktisi
Dharma yang tidak terhalang oleh rintangan.

Sekarang ini, mereka yang dimuliakan sebagai pemeditasi yang hebat


atau Lama yang baik, sering disanjung orang: "Sekarang anda tidak perlu
lagi melakukan sembah sujud, melafal doa, menghimpun jasa kebajikan
dan kebijaksanaan, memurnikan kegelapan batin dan semuanya."

277
Mereka segera percaya, dan berpikir bahwa diri mereka sangat
penting dan tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Tetapi, sebagaimana
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya berkata,

Berpikir bahwa seseorang tidak memerlukan hal-hal seperti itu


membuktikan bahwa ia lebih memerlukannya.

Guru besar India, Atisa Dipamkara pernah setiap hari bekerja


membuat tsa-tsa. Kedua tangannya berlumuran dengan tanah liat.
Para pengikutnya berkata, "Orang-orang sedang membicarakan
seorang guru besar seperti anda menangani lumpur. Lebih-lebih lagi,
anda melelahkan diri anda. Mengapa tidak menyuruh kami melaku-
kannya untuk anda?"
"Apa yang anda katakan?" kata Atisa. "Apakah anda juga akan
makan makananku untukku?"
Sampai anda mencapai kebuddhaan sempurna, anda akan masih
memiliki perbuatan lampau dan kecenderungan-kecenderungan yang
perlu dihilangkan, dan masih akan perlu mencapai semakin banyak
kualitas spritual. Jadi jangan jatuh ke dalam latihan sporadis dan
kemalasan. Berlatihlah Dharma dengan ketekunan dari kedalaman hati
anda, tanpa pernah merasa bahwa anda sudah cukup melakukannya.
Secara umum, apakah anda mencapai kebuddhaan atau tidak, semata-
mata tergantung pada ketekunan anda. Oleh sebab itu berusahalah
dengan keras untuk berlatih ketiga macam ketekunan. Seseorang dengan
kecerdasan yang tinggi tetapi hanya sedikit ketekunan hanya akan
menjadi seorang praktisi yang rendah. Tetapi seseorang dengan sedikit
kecerdasan dan dengan ketekunan yang luar biasa akan menjadi seorang
praktisi yang hebat. Tanpa adanya ketekunan apa pun juga, semua
kualitas baik lainnya akan menjadi sia-sia. Jigme Lingpa Yang Mahatahu
berkata:

Tidak ada kecerdasan, tidak ada kekuasaan,


Tidak ada kekayaan atau kekuatan dapat membantu
Seseorang yang tidak memiliki ketekunan.
Ia seperti seorang tukang perahu yang memiliki perahu yang
lengkap namun tidak ada dayungnya.

Selalulah bersikap sederhana dalam makanan anda. Buatlah sampai


mendapatkan jumlah tidur yang seimbang. Buatlah usaha anda tetap dan
berkelanjutan. Buatlah pikiran anda seperti suatu senar yang baik, tidak
terlalu kendor, namun tidak terlalu kencang. Berlatih secara sporadis
atau hanya berlatih ketika anda mempunyai waktu tidak akan mendapat-
kan pencapaian apa pun.
278
2.5 Dhyana paramita

Adalah mustahil untuk mengembangkan konsentrasi tanpa lebih dulu


menyangkal keasyikan-keasyikan yang menggembirakan dan mengacau-
kan, dan tinggal di suatu tempat yang sunyi.
Oleh sebab itu, sebagai permulaan, adalah penting untuk mening-
galkan gangguan.

Meninggalkan gangguan

Apa pun juga yang tergabung akan berpisah juga. Orang tua, saudara,
pasangan, para sahabat dan sanak saudara, bahkan daging dan tulang-
tulang tubuh yang kita terima pada saat kelahiran – semuanya ditakdirkan
untuk berpisah. Pahamilah kesia-siaan keterikatan akan orang-orang
yang dikasihi dan para sahabat yang hanya berlangsung sebentar, dan
selalulah tinggal dan berlatih sendiri di tempat yang sepi. Repa Shiwa
Ö 178 berkata:

Kebuddhaan ada di dalam diri kita sendiri.


Meski rekan spiritual mendukung latihan kita,
Memiliki lebih dari tiga atau empat orang bersama-sama akan
membawa kebencian dan kemelekatan.
Maka saya akan tinggal sendiri saja.

Keserakahan adalah hal yang menyebabkan semua masalah kita.


Kita tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki, dan
semakin kaya, ketamakan kita semakin bertambah. Kata peribahasa:
"Siapa yang menjadi kaya pasti menjadi pelit." Atau lagi; "Seperti orang
kaya, semakin banyak yang didapat, semakin banyak jua yang
diperlukan," dan, "Tanpa kekayaan, anda jauh dari musuh anda."
Semakin banyak sumber daya, uang dan harta yang anda miliki, semakin
banyak bahaya yang bakal anda hadapi dari musuh, perampok dan
seterusnya. Oleh karena itu, menghabiskan seluruh hidup untuk
memperoleh, melindungi dan meningkatkan kekayaan hanya akan
menjurus kepada penderitaan dan perbuatan-perbuatan negatif.
Nagarjuna yang mulia berkata:

Menimbun kekayaan, menjaganya dan membuatnya tumbuh akan


melelahkan anda;
Ketahuilah bahwa kekayaan adalah sumber segala perbuatan
negatif.

178
Salah seorang murid utama Milarepa.
279
Meskipun jika seseorang memiliki semua kekayaan dan harta di
seluruh dunia, tetap saja tidak akan mengubah fakta bahwa ia hanya
memerlukan sandang pangan yang cukup buat seorang saja. Tetapi ada
orang yang meskipun kaya raya, namun tidak mau membelanjakan
uangnya untuk membeli makanan dan pakaian. Dengan tidak
mengindahkan pelanggaran atau penderitaan dan mengabaikan semua
caci maki orang lain, mereka mengabaikan masa depan mereka. Demi
harta benda yang paling tak berarti, mereka mempertaruhkan kehidupan
masa kini mereka. Dengan tidak mengindahkan kesadaran akan rasa
malu dan kejujuran, martabat diri dan persahabatan yang telah berlang-
sung lama, Dharma atau samaya, mereka menghabiskan semua waktu
mereka untuk mengejar makanan, keuntungan dan status sosial. Seperti
roh-roh penjelajah memburu torma, mereka menyia-nyiakan seluruh
hidup mereka bahkan dengan tanpa pernah menikmati kebebasan,
kesejahteraan atau kebahagiaan sehari pun. Akhirnya, semua kekayaan
yang mereka kumpulkan justru menjadi sebab mereka terbunuh. Lalu
segala yang sudah mereka kumpulkan seumur hidup akan dihabiskan oleh
musuh dan orang lain. Semua ini adalah pemborosan. Tetapi tumpukan
perbuatan-perbuatan jahat setinggi Maha Meru yang dibangun mereka
untuk menjadi kaya tetap menjadi milik pribadi mereka dan akan
menyebabkan mereka mengembara di kedalaman yang tak tertahankan di
alam rendah dan tak pernah bebas darinya. Maka selagi anda masih
memiliki kesempatan, dengan merasa puas dengan jumlah makanan yang
sedikit dan pakaian secukupnya untuk menghindari kedinginan, gunakan
harta sekecil apa pun yang mungkin anda miliki di dalam hidup ini
sebagai bekal untuk menghidupi kehidupan masa depan.
Mereka yang ambisinya terbatas pada kehidupan masa kini ini
dikenal di dalam teks sebagai "para sahabat yang kekanak-kanakan."
Mereka tidak berterima kasih sedikit pun atas setiap bantuan anda, dan
sebagai imbalannya mungkin saja berbuat sesuatu yang merugikan anda.
Apa pun yang anda lakukan, bagi mereka tidak pernah benar. Mereka
sangat susah dibuat senang. Jika anda memiliki lebih banyak dari yang
dimiliki mereka, mereka akan cemburu. Jika anda memiliki lebih sedikit,
mereka memandang rendah anda. Semakin banyak waktu yang anda
habiskan dengan mereka, semakin cepat perbuatan negatif anda melipat
ganda, dan perbuatan positif anda berkurang. Tolaklah teman-teman
seperti ini dan jauhi mereka.
Mata pencaharian, misalnya perdagangan, pertanian, industri dan
akademis melibatkan anda ke dalam banyak aktivitas yang menyediakan
sumber gangguan yang tiada akhirnya. Pencarian akan hal yang sepele
ini terus menerus membuat anda sibuk untuk tujuan yang tidak penting.
Seberapa pun usaha yang anda lakukan, tidak satu pun darinya

280
mempunyai arti. Tidak ada akhir dari proses mengalahkan saingan-
saingan dan mendukung sahabat.
Tinggalkan semua aktivitas dan gangguan-gangguan yang tiada
akhirnya ini, seperti membuang air ludah. Tinggalkan kampung halaman
anda dan pergilah ke negeri yang tak dikenal. Tinggallah di kaki bukit
karang dengan hanya berteman dengan binatang buas. Istirahatkan tubuh
dan pikiran anda. Berhentilah merisaukan makanan, pakaian atau apa
saja yang disebut-sebut orang. Hiduplah di tempat-tempat sepi di mana
tidak ada orang lain. Jetsun Milarepa berkata:

Dalam gua batu di tempat yang sepi,


Niatku akan penolakan keduniawian tetap terjaga;
Terhadap Guruku, Buddha dari tiga waktu,
Keyakinanku begitu kuat dan tidak ingin berpisah darinya.

Jika anda melakukan seperti yang ia lakukan, anda akan menemukan,


seperti kata peribahasa, "pada tempatnya di mana anda merasakan sedih,
konsentrasi muncul." Di sana, semua kualitas yang baik dari Jalan, –
kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk membebaskan dirinya darinya,
keyakinan, kemurnian persepsi, konsentrasi dan samadhi muncul secara
alami. Lakukan apa pun juga yang dapat anda lakukan untuk hidup
seperti itu.
Di dalam hutan-hutan yang ditinggalkan orang, adalah tempat di
mana Buddha dan Bodhisattva masa lampau menemukan ketenangan.
Tidak ada apa pun yang membuat anda sibuk, tidak ada gangguan, tidak
ada perdagangan, tidak ada ladang-ladang yang perlu dikerjakan, tidak
ada sahabat-sahabat yang kekanak-kanakan. Burung-burung dan rusa liar
adalah teman-teman yang baik; air sumur dan dedaunan menyediakan
makanan dan minuman untuk pertapaan. Kesadaran menjadi jelas secara
alami dan konsentrasi berkembang dengan sendirinya. Tanpa musuh,
tanpa para sahabat, anda dapat membebaskan diri dari rantai kemelekatan
dan kebencian. Tempat-tempat seperti itu memiliki segala macam
keuntungan. Di dalam Sutra Lampu Bulan 179 dan sutra lain, Hyang
Buddha mengatakan, mempunyai keinginan untuk pergi ke tempat-
tempat yang terpencil dan berjalan tujuh langkah ke arah tersebut adalah
lebih berharga dari memberi persembahan kepada semua Buddha di
sepuluh penjuru selama berkalpa-kalpa sebanyak butir-butir pasir di
sungai Gangga, terlebih lagi, andaikata anda benar-benar pergi hidup di
tempat seperti itu. Juga dikatakan:

179
Skt. Candrapradīpa.
281
Di tempat yang sangat terpencil, di dalam kedalaman
pegunungan,
Segala apa yang dikerjakan oleh seseorang adalah baik adanya.

Bahkan tanpa anda membuat usaha latihan yang rajin, dalam tempat-
tempat yang demikian, kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk
membebaskan diri, kasih sayang dan belas kasih dan semua kualitas Jalan
yang sempurna lainnya akan muncul secara spontan. Sebagai hasilnya,
jalan hidup anda seluruhnya akan menjadi baik. Kemelekatan, kebencian
dan semua emosi negatif yang telah anda coba kendalikan dengan sia-sia
pada tempat yang sibuk dengan aktivitas, akan berkurang dengan
sendirinya, hanya karena anda kini berada dalam kesunyian. Akan jadi
mudah untuk mengembangkan semua kualitas dari Jalan.
Poin-poin ini adalah pendahuluan untuk konsentrasi, dan adalah hal
yang sangat penting dan tidak bisa tidak diperlukan.

Konsentrasi yang sesungguhnya

Konsentrasi ada tiga macam: konsentrasi yang dilatih oleh makhluk


biasa, konsentrasi yang membedakan dengan jelas, dan konsentrasi
Tathagata yang sempurna.

Konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa. Ketika anda tertarik


pada pengalaman-pengalaman berkah, kejernihan dan ketidakhadiran
pikiran di dalam meditasi dan dengan sengaja mencari mereka, atau
latihan anda diwarnai oleh daya tarik karena pengalaman-pengalaman,
hal tersebut disebut konsentrasi yang dilatih oleh makhluk biasa.
Konsentrasi yang jelas membedakan. Ketika anda bebas dari semua
kemelekatan pada pengalaman-pengalaman meditasi dan sudah tidak lagi
terpesona oleh konsentrasi, tetapi tetap bertaut pada keheningan
kekosongan sebagai suatu penanggulangan, hal tersebut disebut konsen-
trasi yang dengan jelas membedakan.
Konsentrasi Tathagata yang sempurna. Ketika anda tidak lagi
memiliki konsep kekosongan sebagai satu penanggulangan, tetapi tinggal
di dalam konsentrasi yang bebas dari konsep dalam sifat alami kenyataan,
hal tersebut disebut konsentrasi Tathagata yang sempurna.

Kapan pun anda berlatih konsentrasi, adalah penting untuk duduk


dengan "tujuh postur Vairocana" 180 dengan menjaga tatapan mata anda
yang sesuai. Konon:

180
Tujuh poin postur Vairocana: Tujuh poin postur meditasi yang ideal: kaki bersila
dalam postur vajra, punggung lurus, tangan dalam sikap meditasi, mata menatap ujung
282
Ketika tubuh lurus, saluran energi lurus;
Ketika saluran energi lurus, energi-energi itu lurus;
Ketika energi-energi itu lurus, pikiran lurus.

Jangan berbaring atau bersandar pada apa pun, tetapi duduk tegak
lurus, bebaskan pikiran anda dari pikiran apa pun, dan beristirahat di
dalam ketenangan hati, di dalam suatu keadaan di mana tidak ada
pencerapan pada apa pun. Ini adalah inti dari dhyana paramita.

2.4 Prajna paramita

Paramita Kebijaksanaan mencakup tiga aspek: kebijaksanaan yang


timbul dari mendengarkan, kebijaksanaan yang timbul dari perenungan
dan kebijaksanaan yang timbul dari meditasi.

Kebijaksanaan yang timbul dari mendengarkan

Ini berarti mendengarkan semua kata-kata dan arti Dharma yang diu-
capkan oleh seorang guru spritual, dan mengerti arti kata-kata yang
diucapkan tersebut.

Kebijaksanaan yang timbul dari perenungan

Ini berarti tidak hanya mendengarkan apa yang telah diajarkan guru
dan mengerti artinya, tetapi sesudah itu meninjau ulang hal tesebut dalam
pikiran anda, dan dengan jelas mengerti artinya melalui perenungan,
pengujian dan analisa, dan menanyakan pertanyaan tentang apa yang
tidak anda pahami. Hal ini tidak cukup hanya beranggapan bahwa anda
mengenal atau memahami beberapa hal yang tertentu. Anda perlu
memastikan, bahwa ketika waktu datang untuk berlatih di dalam
kesunyian, anda akan mampu mengaturnya sendiri, tanpa perlu bertanya
kepada siapa pun untuk memperjelas poin tertentu.

Kebijaksanaan melalui meditasi

Melalui meditasi, ketika anda mendapatkan pengalaman praktis dari


apa yang anda pahami secara intelektual, realisasi sesungguhnya dari
hakikat alami berkembang dalam diri anda tanpa kekeliruan. Kepastian

hidung, dagu sedikit ditekuk ke dalam, bahu terbuka lebar, dan puncak lidah yang
menyentuh langit-langit mulut.
283
dilahirkan dari dalam diri anda. Dibebaskan dari keragu-raguan yang
membatasi, anda melihat dengan jelas hakikat kekosongan.
Setelah terlebih dulu menghapus semua keraguan anda melalui
mendengarkan dan perenungan, anda sampai pada pengalaman meditasi
yang praktis, dan melihat segalanya seperti wujud-wujud kosong tanpa
inti, seperti dalam delapan kiasan ilusi:

Seperti dalam mimpi, semua object eksternal yang dicerap dengan


panca indera adalah tidak ada, namun tetap kelihatan ada karena
delusi.
Seperti pada pertunjukan sihir, sesuatu hal timbul karena hubungan
sementara dari akibat, lingkungan dan saling keterkaitan.
Seperti suatu penglihatan yang tidak benar dan menyimpang, barang-
barang kelihatan ada, namun sesungguhnya tidak ada apa pun.
Seperti fatamorgana, benda-benda kelihatan ada, tetapi tidak riil.
Seperti gema, sesuatu hanya dapat dirasa, tetapi tidak ada apa pun di
sana, di luar atau di dalam.
Seperti kota gandharva, tidak ada hunian maupun orang yang tinggal
di sana.
Seperti bayangan cermin, benda-benda kelihatan ada, tetapi tidak
memiliki kenyataan hakiki mereka sendiri.
Seperti kota yang diciptakan oleh kekuatan ilmu sihir, segala rupa
penampilan ada di sana, tetapi sesungguhnya mereka tidak benar-
benar ada.

Melihat semua object persepsi anda dengan cara ini, anda sampai
pada pemahaman bahwa semua penampilan ini bersifat palsu karena sifat
mereka yang memang demikian. Ketika anda melihat ke dalam sifat
alami sang pelaku yang mencerap mereka – pikiran – obyek-obyek yang
timbul padanya tidak pernah berhenti, hanyalah konsep-konsep yang
membuat mereka seolah-olah memiliki keberadaan yang nyata menjadi
surut. Membiarkan pikiran dalam realisasi hakikat kenyataan, kosong
namun bersih seperti langit, adalah paramita kebijaksanaan.

Untuk menjelaskan keenam paramita secara rinci, masing-masing


mereka dibagi menjadi tiga, membuat jumlah keseluruhannya menjadi
delapan belas bagian. Kategori dari bahan kemurahan hati sendiri
mempunyai tiga bagian, sehingga semuanya adalah dua puluh bagian.
Jika kita menambahkan kesempurnaan metoda, maka menjadi dua puluh
satu. Kalau ditambah kesempurnaan kekuatan, menjadi dua puluh dua;
kesempurnaan aspirasi transeden, dua puluh tiga dan kesempurnaan
kebijaksanaan awal, menjadi dua puluh empat.

284
Untuk lebih detil lagi, masing-masing dari enam paramita dapat
dibagi menjadi enam, membuatnya menjadi tiga puluh enam bagian. Kita
dapat melihat bagaimana hal ini bekerja dengan meneliti bagian memberi
Dharma dalam dana paramita.
Ketika guru yang mengajar, Dharma yang diajarkan dan murid yang
menerima ajaran datang berkumpul. Tiga hal ini melengkapi adanya
paramita dana. Guru tidak mengerjakan pengajaran Dharma demi
mencari keuntungan atau penghormatan, dan bahwa ia tidak mencemari
apa yang sedang ia lakukan dengan menaikkan harga diri, kebencian akan
posisi orang lain, atau emosi negatif lain mana pun adalah paramita sila.
Bahwa ia mengulangi arti dari suatu ungkapan berulang kali dengan
mengabaikan semua kesukaran dan kelelahan adalah paramita kesabaran.
Bahwa ia mengajar pada waktu yang ditetapkan tanpa rasa malas dan
penundaan adalah paramita ketekunan. Bahwa ia menjelaskan materi
ajaran tanpa membiarkan pikiran menjadi bingung tentang kata-kata dan
arti mereka, tanpa membuat kesalahan dan tanpa menambahkan atau
menghilangkan apa pun adalah paramita konsentrasi. Bahwa ketika
mengajar, ia diilhami oleh kebijaksanaan yang bebas dari semua konsep
dari hal, obyek dan tindakan adalah paramita kebijaksanaan. Oleh sebab
itu, semua paramita tercakup di dalamnya.
Sekarang sebagai contoh, marilah kita memperhatikan pemberian
materi – memberi makanan atau minuman kepada seorang pengemis.
Ketika barang pemberian, pemberi dan penerima semuanya ada dan
perbuatan tersebut benar-benar tercapai, adalah paramita dana. Memberi
apa yang anda makan atau minum sendiri, ketimbang memberi yang tidak
baik atau makanan yang basi, adalah paramita sila. Tidak menjadi
terganggu, bahkan ketika diminta lagi untuk memberi sedekah, adalah
paramita kesabaran. Memberi dengan serta merta, tanpa pernah berpikir
bahwa hal itu melelahkan atau sulit adalah paramita ketekunan. Tidak
membiarkan diri anda dikacaukan oleh pikiran yang lain adalah paramita
konsentrasi. Mengetahui bahwa ketiga unsur dari materi, obyek dan
perbuatan tidak memiliki kenyataan yang hakiki adalah paramita
kebijaksanaan. Lagi-lagi di sini, semua enam paramita tercakup didalam-
nya. Bagian-bagian yang sama dapat diuraikan untuk disiplin, kesabaran,
dan seterusnya.
Merangkum hakikat kesepuluh kesempurnaan atau paramita tersebut,
Jetsun Mila berkata:

Dengan sempurna menghilangkan kemelekatan,


Tiada kemurahan hati yang lain dibanding ini;
Dengan sempurna membuang akal bulus dan penipuan,
Tiada disiplin yang lain;

285
Dengan sempurna mengatasi semua rasa takut tentang arti yang
benar,
Tiada kesabaran yang lain;
Dengan sempurna tetap tidak berpisah dari latihan,
Tiada ketekunan yang lain;
Dengan sempurna tinggal di dalam arus kesadaran alami,
Tiada konsentrasi yang lain;
Dengan sempurna merealiasi hakikat kekosongan,
Tiada kebijaksanaan yang lain;
Mempraktekkan Dharma dengan sempurna pada semua hal yang
anda lakukan,
Tiada metoda yang lain;
Dengan sempurna menaklukkan empat setan jahat,
Tiada kekuatan yang lain;
Dengan sempurna mencapai tujuan rangkap dua,
Tiada cita-cita lebih lanjut;
Kenalilah sumber emosi negatif,
Tiada kebijaksanaan awal lainnya.

Ketika Khu, Ngok dan Drom 181 bertanya apakah unsur-unsur yang
paling baik dari Jalan, Atisa menjawab:

Orang terpelajar terbaik adalah orang yang telah merealisasi arti


dari ketidak-hadiran segala keberadaan;
Biarawan terbaik adalah orang yang telah menjinakkan
pikirannya sendiri;
Kualitas terbaik adalah suatu keinginan yang besar untuk
memberi keuntungan kepada orang lain;
Instruksi terbaik adalah selalu mengamati pikiran;
Obat yang terbaik adalah mengetahui bahwa tidak ada hal yang
mempunyai kenyataan hakiki;
Cara hidup terbaik adalah yang tidak cocok dengan cara duniawi;
Pencapaian terbaik adalah suatu pengurangan emosi yang mantap
dan berkelanjutan;
Tanda terbaik dari latihan adalah pengurangan yang mantap dari
keinginan-keinginan;
Kemurahan hati terbaik adalah ketidak-melekatan;
Disiplin terbaik adalah menenangkan pikiran;
Kesabaran terbaik adalah tetap pada posisi yang sederhana;
Ketekunan terbaik adalah berhenti melakukan aktivitas yang
tidak bermakna;

181
Tiga murid utama Atisa.
286
Konsentrasi terbaik adalah tidak mengubah pikiran;
Kebijaksanaan terbaik adalah tidak menganggap apa pun sama
sekali seperti benar-benar ada.

Dan Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Paramita dana ditemukan di dalam kepuasan;


Intinya hanyalah melepaskannya saja.
Tidak ada kesalahan yang perlu diakui di depan Tri Ratna adalah
memegang sila.
Kesabaran terbaik adalah kesadaran dan kewaspadaan yang
berkelanjutan.
Ketekunan adalah usaha yang diperlukan untuk mendukung
semua paramita yang lain.
Menganggap segala penampilan yang timbul sebagai manifestasi
deity adalah konsentrasi.
Kebijaksanaan adalah pembebasan diri sendiri dari ketamakan
dan kemelekatan;
Di dalamnya ada tidak ada objek pemikiran maupun orang yang
berpikir.
Ia bukanlah hal yang biasa. Ia bebas dari pandangan ekstrim.
Ia tak terjangkau oleh penderitaan. Ia adalah kedamaian yang
tertinggi.
Jangan katakan ini kepada siapa pun —
Rahasiakan di dalam pikiranmu sendiri.

Keseluruhan jalan yang sangat luas dari ajaran Bodhisattva, termasuk


keenam paramita, dapat diringkas seluruhnya dalam "kekosongan di
mana belas kasih adalah hakikatnya." Saraha berkata di dalam dohä182-
nya:

Tanpa rasa belas kasih, pandangan kekosongan tidak akan pernah


membawa anda pada jalan yang mulia.
Namun meditasi semata-mata pada belas kasih, membuat anda
tinggal di alam samsara; maka bagaimana anda bisa bebas?
Tetapi bagi siapa yang memiliki kedua-duanya
Tidak akan tinggal di samsara maupun di nirwana.

Tidak tinggal dalam samsara maupun nirwana adalah "nirwana tanpa


sisa" dari tingkat kebuddhaan sempurna. Seperti kata Nagarjuna:

182
Dohä: Lagu ataupun syair yang mengungkapkan pencapaian seseorang.
287
Kekosongan di mana belas kasih adalah hakikatnya,
Hanyalah bagi mereka yang menginginkan pencerahan.

Ketika Drom Tonpa bertanya kepada Atisa apa yang merupakan


ajaran yang tertinggi.
"Dari semua ajaran, yang tertinggi adalah kekosongan di mana belas
kasih sebagai hakikatnya," jawab Guru tersebut. "Ia seperti obat yang
sangat manjur, obat mujarab yang dapat menyembuhkan setiap penyakit
di dunia. Dan seperti halnya obat yang manjur, realisasi atas kebenaran
kekosongan, sifat hakiki kenyataan, adalah obat untuk segala macam
emosi negatif."
"Mengapa begitu banyak orang yang mengaku telah merealisasi
kekosongan tidak berkurang dalam hal kemelekatan dan kebencian?"
Drom Tonpa meneruskan pertanyaannya.
"Karena realisasi mereka hanyalah kata-kata," jawab Atisa. "Kalau
saja mereka benar-benar memahami arti sebenarnya dari kekosongan,
maka pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka akan sama
lembutnya seperti menginjak kapas atau seperti sup tsampa yang
dicampur mentega. Guru Aryadeva berkata bahwa bahkan meragukan
apakah semua fenomena kosong secara alami atau tidak, akan
menghancurkan akar samsara. Oleh sebab itu, realisasi kekosongan yang
sejati adalah obat mujarab yang tertinggi yang mencakup semua unsur
Jalan."
"Mengapa setiap unsur Jalan dikatakan tercakup dalam realisasi
kekosongan?" tanya Drom Tonpa.
"Semua unsur Jalan terdapat dalam enam paramita. Sekarang, jika
anda benar-benar merealisasi kekosongan, anda menjadi bebas dari
kemelekatan. Ketika anda merasa tidak ada kerinduan, ketamakan atau
keinginan untuk apa pun di dalam atau di luar, anda selalu mempunyai
paramita kemurahan hati. Dengan membebaskan diri dari ketamakan dan
kemelekatan, anda tidak pernah dikotori oleh perbuatan-perbuatan negatif,
maka anda selalu memililki paramita sila. Tanpa konsep 'aku' dan
“milikku”, anda tidak memiliki kemarahan, dengan demikian anda selalu
memiliki paramita kesabaran. Pikiran anda benar-benar penuh dengan
kegembiraan oleh karena realisasi kekosongan, anda selalu memiliki
paramita ketekunan. Dengan membebaskan diri dari gangguan yang
disebabkan oleh ketamakan terhadap benda-benda sebagai sesuatu yang
nyata, anda selalu memiliki paramita konsentrasi. Ketika anda tidak
membangkitkan konsep apa pun juga dalam kaitan dengan subyek, obyek
dan perbuatan, anda selalu memiliki paramita kebijaksanaan."
"Jadi, apakah mereka yang sudah merealisasi kebenaran tersebut
menjadi Buddha hanya melalui pandangan kekosongan dan meditasi?"
tanya Drom Tonpa.
288
"Semua hal yang kita cerap sebagai wujud dan bunyi, tidak ada yang
tidak timbul dari pikiran. Menyadari bahwa pikiran itu adalah kesadaran
yang tak terpisahkan dari kekosongan adalah pandangan. Memelihara
perwujudan ini di dalam pikiran terus menerus dan tidak pernah menjadi
kacau karenanya, adalah meditasi. Melatih kedua akumulasi tersebut
sebagai suatu ilusi gaib dari dalam keadaan tersebut adalah latihan. Jika
anda menjadikan latihan ini menjadi pengalaman hidup anda, hal itu akan
berlanjut di dalam mimpi anda. Jika hal itu terjadi dalam mimpi, maka ia
akan timbul pada saat kematian. Dan jika ia muncul pada waktu kema-
tian, maka ia akan muncul dalam bardo. Jika ia hadir di dalam bardo,
anda akan yakin bahwa anda dapat mencapai pencapaian tertinggi."
Kedelapan puluh empat ribu pintu masuk ke Dharma yang diajarkan
Sang Penakluk semuanya adalah metoda yang handal untuk menye-
babkan bodhicitta – kekosongan di mana hakikatnya adalah belas kasih –
muncul dalam diri kita.
Tanpa bodhicitta, pandangan dan meditasi yang kelihatannya sedalam
apa pun, tidak akan ada gunanya sama sekali untuk mencapai kebuddhaan
sempurna. Latihan-latihan Tantra seperti tahap pengadaan, tahap
kesempurnaan dan seterusnya, jika dilatih dalam konteks bodhicitta, akan
menjurus kepada kebuddhaan yang lengkap dalam satu kehidupan. Tetapi
tanpa bodhicitta, mereka tidak ada bedanya dengan metoda-metoda para
tirthika. Para tirthika juga mempunyai banyak praktek yang meliputi
meditasi deity, menjapa mantra dan bekerja dengan saluran energi.
Mereka juga berperilaku sesuai dengan prinsip sebab dan akibat. Tetapi
semata-mata karena mereka tidak berlindung dan membangkitkan
bodhicitta, maka mereka tidak mampu mencapai pembebasan dari alam
samsara. Inilah alasan kenapa Geshe Kharak Gomchung berkata:

Tidak ada gunanya mengambil semua janji, dari berlindung ke


samaya tantra, kecuali jika anda mengalihkan pikiran anda
dari hal-hal duniawi;
Tidak ada gunanya terus menerus membabarkan Dharma kepada
yang lain, kecuali jika anda dapat menghilangkan kebanggaan
atas harga diri anda sendiri;
Tidak ada gunanya bertekun dan mendapat kemajuan, jika anda
pada akhirnya meremehkan sila-sila berlindung;
Tidak ada gunanya berlatih siang malam, kecuali jika anda meng-
kombinasikan hal itu dengan bodhicitta.

Kecuali jika anda terlebih dulu menciptakan fondasi yang sempurna


dengan berlindung dan bodhicitta, meski seberapa intensif anda berusaha
untuk belajar, merenung dan bermeditasi, itu semuanya tidak lebih
berguna dari pada membangun sebuah gedung bertingkat sembilan di
289
suatu danau yang beku pada waktu musim dingin, kemudian membuat
lukisan di dindingnya. Pada akhirnya hal itu tidak ada artinya sama
sekali.
Janganlah pernah meremehkan latihan berlindung dan membang-
kitkan bodhicitta, mengira bahwa mereka bermutu rendah atau hanya
untuk pemula. Ketahuilah bahwa latihan pendahuluan, latihan inti dan
kesimpulan dari setiap Jalan adalah tercakup dalam berlindung dan
membangkitkan bodhicitta. Adalah sesuatu yang paling penting untuk
setiap orang, baik yang pintar ataupun bodoh, berkapasitas rendah
ataupun tinggi, untuk mengkonsentrasikan usaha mereka yang tulus pada
latihan-latihan tersebut.
Dalam kasus tertentu, di mana Lama-lama dan para biarawan
menerima donasi dari umat, atau yang menerima dana atas nama orang
mati dalam upacara-upacara untuk memandu orang mati, adalah mutlak
dibutuhkan bahwa mereka memiliki ketulusan bodhicitta. Tanpa hal
tersebut, tidak satu pun dari ritual dan purifikasi mereka akan membawa
manfaat kepada orang yang hidup atau orang mati. Bagi orang lain,
kelihatannya mereka membantu, tetapi sesungguhnya bantuan tersebut
selalu berbaur dengan motivasi-motivasi mementingkan diri sendiri.
Untuk diri mereka, mereka akan dikotori dengan menerima persembahan,
dan akan melahirkan kesalahan-kesalahan yang tiada akhirnya, yang
hanya akan membawa mereka untuk terlahir di alam yang lebih rendah
pada kehidupan mereka selanjutnya.
Bahkan seseorang yang dapat terbang seperti seekor burung, berjalan
di bawah bumi seperti tikus, menerobos batu karang tanpa rintangan,
meninggalkan bekas tangan dan kaki di batu karang, seseorang yang
memiliki kewaskitaan yang tak terbatas dan dapat melaksanakan
bermacam-macam kekuatan gaib – jika orang seperti itu tidak memiliki
bodhicitta, ia hanyalah seorang tirthika atau orang yang dikuasai iblis
yang berkekuatan besar. Mungkin saja pada mulanya ia menarik
beberapa orang yang tidak berdosa dan naïf, yang akan terkesan dan
membawakan persembahan. Tetapi dalam jangka panjang, ia hanya akan
membawa kehancuran atas dirinya dan orang lain. Di sisi lain, seseorang
yang memiliki bodhicitta sejati, bahkan tanpa memiliki kualitas lain apa
pun, akan memberi manfaat terhadap siapa pun yang berhubungan
dengannya.
Anda tidak akan tahu Bodhisattva ada di mana. Konon, banyak
Bodhisattva, dengan menggunakan metoda-metoda mereka yang handal,
malah ditemukan di antara tukang jagal dan pelacur. Adalah sulit untuk
mengatakan apakah seseorang memiliki bodhicitta atau tidak. Buddha
berkata:

Selain diriku dan mereka yang seperti saya,


290
Tidak seorang pun dapat menilai orang lain.

Oleh sebab itu, anggaplah siapa pun yang membangkitkan bodhicitta


pada anda sebagai seorang Buddha yang nyata, apakah ia seorang deity,
guru, teman spiritual atau siapa pun.
Ketika anda merasa bahwa anda sudah memperoleh kualitas tertentu
sebagai tanda-tanda dari kemajuan di Jalan, apa pun saja sifatnya – reali-
sasi sifat hakiki, kewaskitaan, konsentrasi, penglihatan atas yidam dan
lain sebagainya – dengan demikian anda akan yakin bahwa hal itu benar-
benar bersifat kualitas yang benar jika hal itu muncul sebagai hasil belas
kasih bodhicitta yang meningkat dengan mantap dan berkelanjutan.
Namun, jika pengaruh pengalaman-pengalaman seperti itu hanyalah
membuat kasih sayang dan belas kasih bodhicitta berkurang, dapat anda
pastikan bahwa apa yang kelihatan seperti suatu tanda dari keberhasilan
di Jalan, kenyataannya adalah halangan roh jahat, atau satu indikasi
bahwa anda sedang mengikuti jalan yang salah.
Secara khusus, perwujudan sejati dari keadaan hakiki tidak bisa tidak
disertai oleh keyakinan yang luar biasa dan persepsi murni terhadap
mereka yang secara spiritual lebih dewasa dari pada anda sendiri, serta
belas kasih luar biasa terhadap mereka yang lebih rendah.
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya, ketika bertanya kepada
Jetsun Mila, "Kapankah saya akan siap untuk memandu orang lain?"
"Suatu hari," jawab Jetsun, "anda akan memiliki penglihatan yang
luar biasa jelas terhadap sifat alami pikiran anda, yang sangat berbeda
dari yang anda miliki sekarang dan yang membebaskan diri dari segala
keraguan. Pada waktu itu, dengan cara yang sama sekali tidak biasa,
anda akan merasa, bahwa saya, ayahmu yang tua, adalah seorang Buddha
sesungguhnya, dan serta merta anda akan merasakan belas kasih yang
alami untuk semua makhluk. Itulah waktu anda perlu mulai mengajar."
Oleh karena itu, pelajari, pikirkan dan renungkan Dharma dengan
tanpa memisah-misahkan satu dari yang lain dengan dasar kasih sayang
dan belas kasih yang kokoh dari bodhicitta. Tanpa menghilangkan lebih
dulu keragu-raguan melalui studi, anda tidak akan pernah mampu
melatihnya. Konon:

Melatih ajaran tanpa terlebih dulu mendengarkannya,


Adalah seperti memanjat bukit karang dengan tangan buntung.

Menghilangkan keragu-raguan melalui studi tidaklah berarti bahwa


anda harus mengetahui semua Dharma yang tidak terhitung dan sangat
luas tersebut. Dalam era kemerosotan ini, hal tersebut tidak akan
mungkin tercapai dalam satu kehidupan yang pendek. Yang
dimaksudkan adalah bahwa ajaran apa pun yang anda latih, anda perlu
291
mengetahuinya dengan tepat bagaimana cara melakukannya dari
permulaan sampai akhir tanpa kekeliruan sedikit pun. Setiap keraguan
yang mungkin anda miliki, anda perlu menghilangkannya melalui
perenungan atas ajaran tersebut.
Ketika Atisa ada di Nyethang, Nachung Tonpa dari Shang, Kyung
Tonpa, dan Lhangtsang Tonpa memintanya untuk mengajar mereka
tentang berbagai sistem logika.
Atisa menjawab, "Nonbuddhis tirthika dan Buddhis sendiri memiliki
banyak sistem, tetapi mereka semuanya hanyalah retetan dari pemikiran
yang bersifat diskriminatif. Tidak ada perlunya untuk mengenal semua
ide-ide yang tidak terhitung banyaknya. Hidup ini terlalu pendek buat
mengetahui mereka semua. Sekarang adalah waktu itu untuk mengurangi
hal-hal yang demikian sampai pada intinya."
"Bagaimana caranya mengurangi mereka sampai pada intinya?" tanya
Nachung Tonpa dari Shang.
"Dengan latihan bodhicitta yang didasari oleh belas kasih terhadap
semua makhluk di jagat raya. Dengan membuat usaha-usaha yang penuh
pengabdian dalam kedua akumulasi demi kepentingan semua makhluk.
Dengan mempersembahkan semua sumber masa depan yang baik yang
diciptakan demi tercapainya pencerahan oleh setiap makhluk. Dan,
akhirnya, dengan mengenali bahwa semua hal ini adalah kosong secara
alami, seperti mimpi atau ilusi gaib."
Jika anda tidak mengetahui bagaimana caranya mengurangi setiap
latihan sampai pada intinya, berapa pun informasi, pengetahuan dan
pemahaman intelektual yang anda miliki tidak akan berguna bagi anda.
Ketika Atisa datang ke Tibet, penterjemah yang terkenal Rinchen
Zangpo ikut menyambutnya. Ia bertanya kepada penterjemah tersebut
ajaran apa yang diketahuinya dengan menyebutkan suatu daftar yang
panjang satu per satu. Kelihatannya tak ada yang tidak dikenal oleh
Rinchen Zangpo. Atisa merasa sangat senang.
"Bagus sekali!" katanya. "Kenyataan bahwa seseorang yang
terpelajar seperti anda telah hidup di Tibet berarti kunjungan saya adalah
sungguh berlebihan. Dan bagaimana cara anda mengkombinasikan
semua ajaran ini ketika anda duduk berlatih?"
"Saya berlatih masing-masing sebagaimana dijelaskan dalam teksnya
sendiri," kata Rinchen Zangpo.
"Anda salah," kata Atisa dengan kecewa. "Ternyata bagaimanapun
kedatangan saya ke Tibet perlu juga!"
"Tetapi apa yang sebaiknya saya lakukan sebagai gantinya?" tanya
sang penterjemah.
"Anda perlu menemukan poin penting yang umum pada semua ajaran
tersebut dan berlatih dengan cara itu," Atisa mengatakan kepadanya.

292
Adalah mutlak untuk mencari poin yang penting dari latihan yang
didasarkan pada instruksi guru. Begitu anda mengenal poin utamanya,
anda harus melakukannya dalam latihan, kalau tidak, maka akan sama
sekali sia-sia. Jetsun Mila berkata:

Orang yang lapar tidak dapat dipuaskan dengan mendengar


tentang makanan. Apa yang mereka perlukan adalah
memakannya. Demikian juga, hanya memahami Dharma adalah
sia-sia. Dharma harus dilatih.

Tujuan dari latihan adalah suatu penanggulangan terhadap emosi


negatif dan kemelekatan ego. Jetsun Mila kembali berkata:

Konon anda dapat mengatakan apakah seseorang baru saja


makan dengan melihat bagaimana merah tampang mukanya.
Dengan cara yang sama, anda dapat mengatakan apakah sese-
orang mengenal dan berlatih Dharma dengan melihat apakah hal
itu bekerja sebagai suatu perbaikan untuk emosi negatif dan
kemelekatan ego mereka.

Potowa bertanya kepada Geshe Tonpa apa yang merupakan garis


pemisah antara Dharma dan nondharma. Geshe menjawab:

Jika hal itu menetralkan emosi negatif, maka itu adalah Dharma;
jika tidak, itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu tidak cocok dengan jalan duniawi, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu sesuai, maka itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu sesuai dengan dengan kitab suci dan instruksi, maka
itu adalah Dharma; jika itu tidak cocok, itu adalah non-
Dharma.
Jika hal itu menghasilkan sesuatu yang baik, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu menghasilkan sesuatu yang tidak baik, itu
adalah non-Dharma.

Guru Chegom berkata:


Percaya akan adanya akibat perbuatan adalah pandangan yang
benar bagi orang-orang yang berkemampuan biasa. Merealisasi
semua gejala luar dan dalam sebagai gabungan dari penampilan
dan kekosongan dan dari kesadaran dan kekosongan, adalah
pandangan yang benar dari orang-orang yang berkemampuan
yang lebih tinggi. Merealisasi bahwa pandangan, subjek yang
memandang dan kebijaksanaan yang direalisasi oleh diri sendiri

293
ketiganya adalah sama dan tak terpisahkan, adalah pandangan
yang benar dari orang-orang yang berkemampuan paling tinggi.
Menjaga pikiran secara terkonsentrasi sepenuhnya pada
obyeknya adalah meditasi yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan biasa. Beristirahat dalam konsentrasi pada empat
gabungan 183 adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang
berkemampuan yang lebih tinggi. Suatu keadaan non
konseptualisasi di mana tidak ada obyek meditasi, tidak ada
meditator dan tidak ada pengalaman meditasi, adalah meditasi
yang benar dari orang-orang yang berkemampuan paling tinggi.
Waspada terhadap akibat perbuatan seperti melindungi matanya
dengan hati-hati adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan biasa. Berbuat sambil mengalami segalanya
sebagai suatu mimpi dan ilusi, adalah usaha yang benar bagi
orang-orang yang berkemampuan lebih tinggi. Sama sekali tanpa
perbuatan adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan paling tinggi.
Pengurangan yang progresif atas kemelekatan diri, emosi negatif
dan pemikiran, adalah tanda dari "kehangatan" untuk semua
praktisi, baik yang berkemampuan biasa, lebih tinggi atau yang
paling tinggi.

Kata-kata yang serupa dapat ditemukan di Jalan Tertinggi yang


Berharga 184 oleh Dagpo yang Tiada Bandingannya.
Oleh karena itu, ketika anda mempelajari Dharma, anda perlu
mengetahui bagaimana caranya mendapatkan intisarinya. Longchenpa
yang agung berkata:

Pengetahuan adalah tak terbatas seperti bintang-bintang di langit;


Tidak ada akhir dari semua hal yang dapat dipelajari seseorang;
Lebih baik memahami dengan segera intisari mereka –
Benteng yang tidak berubah dari dharmakaya.

Lalu, ketika anda merenungkan Dharma, anda perlu menghilangkan


segala keragu-raguan. Padampa Sangye berkata:

Carilah instruksi guru seperti seekor burung elang mencari


mangsanya;
Dengarkanlah ajaran seperti seekor rusa mendengarkan musik;

183
Gabungan antara penampilan dan kekosongan, kesadaran dan kekosongan,
kebahagiaan dan kekosongan, dan kejernihan dan kekosongan.
184
Tib. lam mchog rin po che, suatu karangan Gampopa.
294
Renungkan mereka seperti seorang bisu yang sedang menikmati
hidangan lezat;
Dalami arti mereka seperti pengembara daerah utara mencukur
domba-domba;
Capailah hasilnya seperti matahari yang keluar dari balik awan.

Mendengarkan Dharma, memikirkan dan merenungkannya perlu


dilakukan bersama-sama. Dagpo yang Tiada Bandingannya berkata:

Mengaduk bersama-sama studi, pemikiran dan renungan atas


Dharma adalah satu poin utama yang manjur.

Hasil dari studi, pemikiran dan renungan haruslah merupakan pening-


katan yang mantap dan nyata dalam belas kasih bodhicitta, bersama-sama
dengan suatu penurunan yang mantap dan nyata atas kemelekatan diri
dan emosi negatif.
Instruksi bagaimana cara membangkitkan bodhicitta ini adalah inti
dari semua ajaran Dharma dan unsur yang utama dari semua jalan. Ia
adalah ajaran yang harus ada. Memilikinya berarti segalanya tercukupi,
tetapi tanpa hal tersebut pasti akan membuat segalanya menjadi sia-sia.
Jangan-lah merasa puas hanya dengan mendengar dan mengerti akan hal
itu. Jadikanlah hal itu latihan dari dalam lubuk hati anda!

Saya mengaku akan membangkitkan bodhicitta, tetapi sampai


sekarang ia belum juga bangkit pada diri saya;.
Saya sudah melatih enam paramita, tetapi tetap saja
mementingkan diri sendiri;
Berkati saya dan makhluk berjiwa picik seperti saya,
Agar kami dapat melatih diri dalam bodhicitta nan mulia.

295
296
BAB 3

MEDITASI DAN MELAFAL PADA GURU


SEBAGAI VAJRASATTVA

Dengan tiada pencemaran oleh kedua macam noda batin, anda


mengatakan untuk tetap membersihkan mereka;
Setelah dengan pasti mencapai akhir jalan mulia, anda
menyatakan bahwa anda masih belajar jua;
Di luar sisi ekstrim dari samsara dan nirvana, anda tetap
memanifestasikan diri dalam samsara;
Guru yang Tiada Bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. BAGAIMANA NODA-NODA BATIN DAPAT DIBERSIHKAN


MELALUI PENGAKUAN DAN PENYESALAN

Rintangan utama yang menghalangi semua pengalaman yang luar


biasa dan realisasi Jalan Pencerahan untuk muncul adalah perbuatan-
perbuatan negatif, noda-noda batin dan pola kebiasaan. Sama pentingnya
dengan membersihkan permukaan suatu cermin jika wujud-wujud ingin
ditampilkan didalamnya, demikian juga adalah penting untuk
menghapuskan noda-noda batin kita sehingga realisasi dapat muncul
seperti pantulan di dalam cermin kesadaran alaya. 185 Sang Jina menga-
jarkan metoda-metoda purifikasi yang tak terbilang banyaknya untuk
tujuan ini, namun yang terbaik dari mereka semua adalah meditasi dan
lafalan yang berhubungan dengan guru sebagai Vajrasattva.

185
Alaya: Dasar kesadaran di mana kecenderungan-kecenderungan kebiasaan disimpan.
Ia adalah dasar untuk kesadaran lainnya.
297
Tidak ada perbuatan salah yang tidak bisa dibersihkan dengan
pengakuan dan penyesalan. Seperti para guru yang besar zaman lampau
menegaskan:
Tidak ada apa pun sisi yang baik dari perbuatan negatif –
kecuali bahwa mereka dapat dibersihkan lewat penyesalan.

Dari semua perbuatan negatif – biar mereka berupa pelanggaran-


pelanggaran eksternal atas ikrar pratimoksa, pelanggaran-pelanggaran
bagian dalam dari latihan bodhicitta, atau pelanggaran-pelanggaran
rahasia dari samaya tantra – biarpun bagaimanapun parahnya, tiada satu
pun yang tidak bisa dibersihkan dengan pengakuan dan penyesalan.
Di dalam sutra, Buddha menceritakan beberapa kisah yang meng-
gambarkan poin ini. Sebagai contoh, ada cerita tentang brahmana Atapa,
yang dulu dikenal sebagai Angulimala, "Tasbih Jemari". Angulimala
membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang, akan tetapi
kemudian membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan tersebut
melalui pengakuan dan penyesalan dan mencapai tingkat Arhat dalam
kehidupan itu juga. Ada juga kasus Raja Ajatasatru yang membunuh
ayahnya, tetapi kemudian kejahatannya diperbaikinya melalui pengakuan
dan penyesalan, dan ia mencapai pembebasan setelah mengalami
penderitaan neraka hanya untuk waktu yang diperlukan oleh sebuah bola
untuk mental sekali saja. Pelindung Nagarjuna berkata:

Seseorang yang telah bertindak dengan ceroboh,


Tetapi yang kemudian menjadi hati-hati dan penuh perhatian,
Adalah sama indahnya seperti bulan terang yang muncul dari
awan,
Seperti Nanda, Angulimala, Darsaka 186 dan Sankara.

Namun, purifikasi hanya berlangsung jika anda mengaku secara tulus


dengan cara yang benar, dengan menggunakan empat kekuatan sebagai
obat penawarnya. Proses purifikasi tidak akan pernah bekerja jika mata
dan mulut anda sibuk dengan hal lain, atau jika anda hanyalah
mengucapkan kata dengan dibuat-buat, "Saya mengaku... Saya
mengaku", sedangkan pikiran anda sibuk mengejar hal lain. Lagipula,
berpikir bahwa "Pada masa depan, sekalipun saya berbuat jahat tidak apa-
apa, karena setelah itu saya dapat mengakui kesalahan saya," akan
menghentikan purifikasi bekerja sama sekali, sekalipun anda sungguh
mengakuinya.

Jetsun Mila berkata:

186
Darsaka: Nama lain Ajatasatru.
298
Anda boleh ragu bahwa pertobatan dapat benar-benar memur-
nikan perbuatan-perbuatan negatif,
Tetapi jika pikiran anda sudah menjadi positif, anda dibersihkan.

Adalah hal dasar yang mutlak bahwa semua pengakuan dan


penyesalan perlu mencakup semua empat kekuatan sebagai obat penawar.

II. EMPAT KEKUATAN

Empat kekuatan adalah kekuatan dukungan, kekuatan menyesali telah


berbuat kesalahan, kekuatan tekad dan kekuatan tindakan sebagai suatu
penanggulangan.

1. Kekuatan dukungan

Dalam konteks ini, dukungan disediakan dengan berlindung pada


Vajrasattva dan menanamkan aspek bodhicitta niat dan bodhicitta
aplikasi. Dalam keadaan lain, dukungan dapat berupa obyek tertentu
kepada siapa anda membuat pengakuan dan penyesalan anda. Misalnya,
ketika anda melafalkan pengakuan dan penyesalan dari Sutra Tiga
Tumpukan 187 , kekuatan dukungan disediakan oleh tiga puluh lima
Buddha. Kekuatan dukungan dapat juga berupa rupang Buddha, sutra
atau stupa, berupa seorang guru, atau suatu lambang tubuh, ucapan atau
pikiran Buddha – singkatnya, siapa pun atau apa pun yang hadir waktu
pengakuan dan penyesalan anda.
Sebelum setiap pengakuan dan penyesalan, membangkitkan
bodhicitta aspirasi dan bodhicitta aplikasi adalah suatu keharusan.
Buddha mengajarkan bahwa mengakui perbuatan-perbuatan jahat dan
kejatuhan tanpa membangkitkan bodhicitta, meskipun dengan
menerapkan empat kekuatan akan mengurangi kesalahan-kesalahan,
tetapi tidak memurnikan mereka sepenuhnya. Namun, secara tulus mem-
bangkitkan bodhicitta, dengan sendirinya akan memurnikan semua
perbuatan salah masa lampau, berupa apa pun juga. Dalam Jalan
Bodhisattva, Santideva berkata tentang bodhicitta:

Seolah-olah mereka menerobos bahaya dengan dikawali seorang


pahlawan,
Bahkan mereka yang dibebani dengan kejahatan yang
menyerikan,

187
Skt. Trīskhandhadharmasūtra, atau disebut juga Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh
Lima Buddha atau Pengakuan Kemerosotan.
299
Akan bebas dengan seketika dengan memiliki bodhicitta.
Lalu, siapa yang tidak akan menempatkan kepercayaan padanya?
Bodhicitta ibaratnya api besar di akhir zaman
Dosa-dosa besar sama sekali terhapuskan olehnya.

2. Kekuatan penyesalan telah berbuat kesalahan

Kekuatan penyesalan telah berbuat kesalahan timbul dari suatu


perasaan menyesal terhadap semua perbuatan negatif yang sudah
dilakukan di masa lalu. Tidak akan ada purifikasi jika anda tidak melihat
kelakuan buruk anda sebagai suatu kesalahan dan mengakui mereka
dengan penyesalan yang dalam, dengan tanpa merahasiakan sesuatu.
Kita baca di dalam Sutra Tiga Tumpukan:

Aku mengakui mereka semua,


Tanpa menyembunyikan atau menahan apa pun.

Karma Chagme yang terpelajar dan sudah mendapat pencapaian


berkata:

Mengakui mereka tanpa penyesalan tidak bisa memurnikan


mereka,
Karena perbuatan buruk masa lampau bagaikan racun di dalam
tubuh;
Maka akuilah mereka dengan perasaan malu, penyesalan yang
dalam dan rasa takut.

3. Kekuatan tekad

Kekuatan tekad berarti mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah


anda lakukan dan memutuskan untuk tidak pernah melakukannya lagi
mulai hari ini juga, bahkan dengan mengorbankan hidup yang anda
sayangi sekalipun. Di dalam Sutra Tiga Tumpukan kita baca:

Aku berjanji untuk berhenti mulai sekarang.

Dan Doa Aspirasi Sukhavati berkata:

Tanpa suatu janji untuk masa depan mulai sekarang, tidak akan
ada purifikasi;
Oleh sebab itu saya membuat janji mulai sekarang;
Bahwa bahkan dengan mengorbankan hidup saya sekalipun;
Saya tidak akan melakukan perbuatan negatif.
300
4. Kekuatan tindakan sebagai suatu penanggulangan

Kekuatan ini meliputi memenuhi sebanyak mungkin perbuatan positif


yang dapat anda lakukan, sebagai suatu penanggulangan atas perbuatan-
perbuatan negatif anda yang lampau. Ia merujuk terutama sekali kepada
aktivitas seperti bersujud kepada Buddha dan Bodhisativa, ikut
bergembira melihat orang lain memperoleh pahala, mempersembahkan
sumber kebaikan masa depan anda untuk pencerahan, menumbuhkan
bodhicitta aspirasi dan aplikasi, dan tinggal di dalam hakikat keadaan
alami yang tak berubah.
Pada suatu hari seorang pemeditasi, murid Dagpo Rinpoche yang
Tiada Bandingannya, memberitahu gurunya bahwa ia merasa menyesal
ketika ia ingat bahwa ia telah mencari nafkah dengan menjual kitab suci.
"Cetak saja kitab suci," kata Guru kepadanya.
Maka ia mulai bekerja, tetapi ia mendapatkan bahwa pekerjaan
tersebut melibatkan banyak gangguan. Merasa kecewa, ia kembali ke
meminta nasihat gurunya.
"Mencetak teks-teks ini membawa terlalu banyak gangguan," ia
berkata. "Apakah tidak benar bahwa tiada metoda penyesalan yang lebih
dalam dibanding dengan berdiam dalam hakikat alami?"
Dagpo Rinpoche gembira dan mengatakan kepadanya bahwa ia benar
sekali. "Meskipun anda sudah melakukan perbuatan negatif sebesar
Gunung Meru," katanya, “mereka dibersihkan segera ketika melihat sifat
hakiki tersebut.”
Sungguh tidak ada cara yang lebih dalam untuk membersihkan diri
seseorang dari kesalahan yang lampau dibandingkan dengan merenung-
kan bodhicitta dan untuk memelihara arus keadaan sifat alami yang tak
berubah. Ingatlah kedua hal ini dalam pikiran ketika anda menjalankan
meditasi atas Vajrasattva secara rinci – purifikasi oleh aliran nektar,
lafalan mantra seratus suku kata, dan seterusnya.

III. MEDITASI DAN LAFALAN PADA VAJRASATTVA YANG


SEBENARNYA

Untuk berlatih meditasi dan lafalan yang sebenarnya, lakukanlah


sebagai berikut sambil mengingat sepanjang waktu maksud khusus arti
yang murni dari setiap unsur dalam konteks empat kekuatan di atas
sebagai obat penawar.
Untuk visualisasi berikut, bayangkan diri anda tetap dalam bentuk
biasa. Di angkasa, pada jarak satu anak panah di atas kepala anda,
bayangkan satu bunga teratai putih yang terbuka dengan ribuan kelopak,
301
dengan lapik bulan purnama di atasnya. Kita mengatakan "bulan
purnama" di sini bukan untuk menandakan seberapa besar seharusnya
piringan tersebut, tetapi untuk menandakan bahwa benda tersebut adalah
sepenuhnya bulat, dan kelihatan seperti bulan purnama pada tanggal lima
belas. Di atas piringan bulan ini, bayangkan suatu bija kata putih hum (�ྃ)
yang cemerlang. Dalam tradisi-tradisi yang lain, bija kata tersebut me-
mancarkan dan menyerap kembali sinar cahaya, tapi bukanlah yang kita
maksudkan disini.
Dengan seketika hum berubah menjadi guru akar anda yang agung,
dalam pikiran belas kasih yang tidak ada taranya, yang mana intinya
adalah sifat hakiki dari persatuan semua Buddha masa lampau, masa
depan dan sekarang. Ia muncul dalam wujud Buddha sambhogakaya
Vajrasattva, berwarna putih seperti salju di puncak gunung yang
disilaukan oleh cahaya ratusan ribu matahari.
Ia memiliki satu muka dan dua lengan. Dengan tangan kanannya, ia
memegang vajra kesadaran dan kekosongan bertitik lima di depan hatinya.
Tangan kirinya memegang genta penampakan dan kekosongan yang
diletakkan dengan santai di atas paha kirinya. Kedua kakinya disilang
dalam postur teratai penuh dan ia dihiasi dengan tiga belas perhiasan
samhhogakaya – lima pakaian yang terbuat dari sutera dan delapan
perhiasan.
Lima pakaian yang terbuat dari sutera adalah: satu ikat kepala, satu
pakaian bagian atas, satu selendang syal panjang, satu sabuk dan satu
pakaian bagian bawah.
Delapan perhiasan adalah: mahkota, anting-anting, kalung pendek,
gelang di masing-masing lengan, dua kalung panjang, yang satu lebih
panjang dari yang lain, gelang di masing-masing pergelangan tangan,
cincin di jari tangan, dan satu gelang kaki di masing-masing kaki. 188

Vajrasattva duduk di atas kepala anda, menghadap ke arah yang sama


dengan anda. Ia memeluk pasangannya, Vajratopa yang juga berwarna
putih, dalam persatuan yang tak terpisahkan. Tubuh mereka tampil
hampa, hadir dan tampak jelas, namun tanpa zat apa pun seperti bayangan
bulan di dalam air atau wujud yang ditampilkan dalam suatu cermin.
Visualisasi ini memberikan kekuatan dukungan. Ia bukanlah gambar
yang rata seperti tangka atau lukisan dinding. Bukan juga kaku dan tak
berjiwa seperti rupang tanah liat atau emas yang berbentuk padat dan
bermateri. Ia nyata: setiap detilnya kelihatan dengan jelas dan terang,
bahkan bola mata dan putih matanya. Walaupun demikian ia hampa tak
berisi: tanpa satu atom zat padat padanya, tanpa daging, tanpa darah,

188
Lihat gambar. Kadang-kadang kalung pendek dan kalung panjang dihitung terpisah,
dan cincin di jari tangan tidak dihitung.
302
tanpa organ tubuh. Ia seperti pelangi yang muncul di angkasa atau
jambangan kristal yang tak bernoda.

13 Atribut Sambhogakaya: 1. ikat kepala; 2. pakaian bagian


atas; 3. selendang syal panjang; 4. sabuk; 5. pakaian bagian
bawah; 6. mahkota; 7. anting-anting; 8. kalung; 9. gelang di
masing-masing lengan; 10. kalung pendek; 11. gelang di
masing-masing pergelangan tangan; 12. kalung panjang; 13.
gelang di masing-masing kaki.

Sesudah dengan jelas bervisualisasi demikian, pikirkan bahwa


Hyang Vajrasattva adalah serupa dalam sifat alami dengan guru akar
anda sendiri yang belas kasih. Pikirannya menggapai ke luar mencapai
anda dan semua makhluk dengan kasih sayang yang besar.
Sebagai kekuatan penyesalan, dalam kehadirannya, pikirkan lagi
semua perbuatan negatif yang dapat anda ingat, bahwa anda sudah
303
mengumpulkan hingga sekarang dalam satu kehidupan samsara ke
kehidupan lainnya sejak waktu yang tak berawal: sepuluh perbuatan
negatif tubuh, ucapan dan pikiran, lima kejahatan dengan pembalasan
segera, empat kesalahan yang serius, delapan perbuatan jahat, semua
pelanggaran janji-janji eksternal pratimoksa, bagian dalam aturan-aturan
Bodhisattva atau samaya rahasia tantra dari Vidyadhara, semua janji
biasa yang tidak anda tepati, semua kebohongan yang sudah anda katakan,
dan segala hal yang memalukan dan tak terpuji yang sudah anda lakukan.
Rasakan bahwa anda sedang mengakui mereka di depan Guru Vajrasattva,
tubuh anda merinding dengan rasa malu, ketakutan dan penyesalan.
Dapat anda pastikan bahwa selama semua kehidupan yang tak terhingga
kalinya dalam samsara, anda telah melakukan banyak perbuatan negatif
yang tidak dapat anda ingat, maka akuilah mereka semuanya dan
meminta pengampunan untuk dimurnikan dari semua perbuatan negatif
dan noda-noda sehingga tidak ada yang tertinggal.

Untuk kekuatan tekad, berpikirlah demikian, "Hingga sekarang saya


sudah mengumpulkan perbuatan-perbuatan negatif yang merugikan
karena ketidak-tahuan dan kebingungan saya. Namun sekarang,
beruntung karena belas kasihan guru saya yang baik hati, saya mengenal
apa yang menguntungkan dan apa yang merugikan, dan saya tidak akan
pernah melakukannya lagi, meski dengan taruhan hidup saya."
Sambil mengingat maksud yang murni dari visualisasi lafalkan teks
sadhana latihan pendahuluan Longchen Nyingtik, mulai dari:

�ྰཿ བདག་ཉིད་ཐ་མལ་�ི་བོ་�ཿ
AH DAG NYID THA MAL CHI WO RU Ah! Saya dalam wujud yang
biasa;
པད་དཀར་�་བའི་གདན་�ི་ད�སཿ
PE KAR DHA WEI DEN GYI Ü Di tengah bunga teratai putih dan
piringan bulan di atas kepala,
�ྃ་ལས་�་མ་�ོ་�ེ་སེམསཿ
HUNG LË LA MA DOR JE SEM Bija kata Hung berubah menjadi
Guru Vajrasattva,
དཀར་གསལ་ལོངས་�ོད་�ོགས་པའི་�ཿ
KAR SAL LONG CHOD JOG PË KU Dengan tubuh sambhogakaya
berwarna putih dan sempurna,
�ོ་�ེ་�ིལ་འཇིན་�ེམས་མ་འ�ིལཿ
DOR JE DRIL JIN NYEM MA TRIL Dalam senggama suci dengan
Vajratopa sambil memegang vajra
dan genta.
304
�ོད་ལ་�བས་གསོལ་�ིག་པ་�ོངཿ Pada Anda saya berlindung dan
KHYOD LA KYAB SOL DIG PA JONG memohon pemurnian;
འ�ོད་སེམས་�ག་པོས་མཐོལ་ལོ་བཤགསཿ
GYOD SEM DRAG PÖ THOL LO SHAG Dengan tekad yang kuat saya
mengakui kesalahan saya;
�ིན་ཆད་�ོག་ལ་བབ་�ང་�ོམཿ
CHIN CHED SOG LA WAB KYANG Selanjutnya saya akan menjaga
DOM samaya meski dengan
mempertaruhkan nyawa.
�ོད་�གས་�་བ་�ས་པའི་�ེངཿ
KHYOD THUG DHA WA GYA PË TENG Di atas piringan bulan pada hati
Anda,
�ྃ་ཡིག་མཐའ་མར་�གས་�ིས་བ�ོརཿ
HUNG YIG THA MAR NGAG KYÏ KOR Bija-bija kata mantra berputar
mengitari bija kata Hung;
བ�ས་པ་�གས་�ིས་�ད་བ�ལ་བསཿ
DHË PA NGAG KYÏ GYUD KUL WË Saya melafal mantra dan memohon
berkah.
ཡབ་�མ་བདེ་བར་�ོར་མཚམས་ནསཿ
YAB YUM DE WAR JOR TSHAM NË Pada titik persatuan dengan
pasangan Anda,
བ�ད་�ི་�ང་�བ་སེམས་�ི་�ིནཿ
DUD TSI JANG CHUB SEM KYI TRIN Menetes amrita bodhicitta,
ག་�ར་�ལ་�ར་འཛག་པ་ཡིསཿ
GA WUR DUL TAR DZAG PA YÏ Bagaikan tetesan air kapur, ia
mengalir turun ke bawah;
བདག་དང་ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་�ིཿ
DAG DANG KHAM SUM SEM CHEN Saya beserta semua makhluk di
GYI tiga alam samsara,
ལས་དང་ཉོན་མོངས་�ག་བ�ལ་�ཿ
LË DANG NYON MONG DUG NGAL Segala karma buruk, klesa dan
GYU sebab penderitaan,
ནད་གདོན་�ིག་�ིབ་ཉེས་�ང་�ིབཿ
NAD DON DIG DRIB NYE TUNG DRIB Serta penyakit, rintangan, tenaga
negatif dan noda-noda batin,
མ་�ས་�ས་བར་མཛད་�་གསོལཿ
MA LÜ JANG WAR DZED DU SOL Murnikanlah sampai tiada satu pun
yang tersisa!

305
Lalu, di hati Vajrasattva yang tak terpisahkan dan bersatu dengan
pasangannya, bayangkan suatu piringan bulan yang tidak lebih besar dari
biji wijen yang diratakan, dan di atasnya terdapat bija kata hum (�ྃ) yang
berwarna putih, yang sama halus seperti dilukis dengan sehelai rambut.
Lafalkan Mantra Seratus Suku Kata sekali:

OM BENDZRA SATO SAMAYA MANU PALAYA BENDZRA SATO


TENOPA TIKTRA DRIDDHO MEBHAVA SUTOKHAYO MEBHAVA
SUPO KHAYO MEBHAVA ANU RAKTO MEBHAVA SARVA
SIDDHI METRA YATSA SARWA KARMA SUTSA ME TSITTAM
SHREE YE KURU HUNG HA HA HA HA HO BHAGAVAN SARVA
TATHAGATA BENDZRA MAME MUNTSA BENDZRI BHAVA
MAHA SAMAYA SATO AH

Ketika Anda menjapa mantra tersebut, bayangkan huruf-huruf


tersebut tersusun tegak di sekitar hum dalam lingkaran. Tak satu pun dari
mereka menyentuh satu sama lainnya, seperti tanduk lembu ketika
mereka berdiri berdekatan. Lalu lafalkan mantra seratus suku kata
sebagai suatu doa, sambil membayangkan pada waktu yang sama nektar
belas kasih dan kebijaksanaan menetes jatuh dari masing-masing suku
kata, satu persatu menetes berkilauan, seperti air menetes jatuh dari es
yang meleleh karena dekat api. Nektar turun dari tubuh Vajrasattva,
306
menetes keluar dari titik persatuan deity dan pasangan, masuk melalui
puncak kepala dan mengalir ke dalam tubuh anda dan semua makhluk
hidup.
Bagaikan partikel-partikel bumi yang sedang dihanyutkan oleh suatu
arus yang kuat, segala macam penyakit fisik dibilas ke luar dalam wujud
darah dan nanah busuk; semua tenaga negatif diusir dalam wujud laba-
laba, katak, ikan, ular, berudu, kutu dan sejenisnya; dan semua perbuatan
yang merugikan dan noda-noda batin sebagai cairan hitam, debu, asap,
awan dan uap. Semua ini dibawa keluar oleh arus nektar yang tak
terbendung, dan merembes keluar dari tubuh anda seperti hujan air
berwarna hitam melalui lubang bagian bawah tubuh, telapak kaki dan
semua pori-pori kulit anda. Bumi di bawah anda terbuka dan di
dalamnya kelihatan Dewa Kematian, pengejawantahan dari perbuatan
anda yang lampau, dengan dikelilingi oleh semua makhluk lelaki dan
wanita kepada siapa anda berhutang karma dan semua mereka yang
mencari pembalasan dendam pada anda. Sambil menjapa mantra seratus
suku kata, bayangkan semua kotoran itu tercurah ke dalam mulut-mulut
mereka yang terbuka dan ke dalam tangan-tangan dan lengan-lengan
yang mereka tadahkan dengan penuh pengharapan terhadap anda.
Jika bisa, bayangkan seluruh proses tersebut secara serempak. Jika
tidak, anda dapat mengubahnya. Ketika Anda menjapa mantra, kadang-
kadang berkonsentrasi pada tubuh Vajrasattva, mukanya, tangannya dan
seterusnya; kadang-kadang pada perhiasan-perhiasan dan pakaiannya;
kadang-kadang pada aliran nektar yang membersihkan aneka macam
penyakit, kekuatan negatif, perbuatan-perbuatan jahat dan noda-noda
batin; dan kadang-kadang pada penyesalan anda atas apa yang anda
sudah lakukan, dan pada tekad anda untuk tidak pernah mengulanginya.
Akhirnya, bayangkan Dewa Kematian dan semua makhluk lain di
bawah bumi – segala jenis makhluk kepada siapa kita berhutang karma
dan semua mereka yang mencari balas dendam pada anda –dipuaskan dan
dicukupi. Perhitungan yang lampau telah diselesaikan, hutang-hutang
telah dilunasi dan balas dendam telah dipuaskan. Anda dibersihkan dari
semua perbuatan negatif dan kegelapan batin yang lampau. Dewa
Kematian dan mereka semua menutup mulut dan tangannya dan menu-
runkan lengannya. Bumi menutup kembali.
Bayangkan tubuh anda sekarang telah menjadi tembus pandang luar
dan dalam, sebuah tubuh cahaya. Menurun tegak lurus di dalamnya,
bayangkan nadi tengah, yang pada empat titik sepanjang nadi tersebut
terdapat empat cakra di mana nadi tersebut berkembang secara radial
seperti jari-jari payung. Di tempat setinggi pusar anda adalah cakra
manifestasi, dengan enam puluh empat jari-jari nadi yang menghadap ke
atas. Di tempat setinggi hati anda adalah cakra Dharma, dengan delapan
jari-jari nadi yang menghadap ke bawah. Di dalam tenggorokan anda
307
terdapat cakra kesenangan, dengan enam belas jari-jari nadi yang
menghadap ke atas. Di puncak kepala anda terdapat cakra kebahagiaan
agung, dengan tiga puluh dua jari-jari nadi yang menghadap ke bawah.
Cairan nektar mulai mengalir lagi seperti semula. Mulai dari cakra
kebahagiaan agung di puncak kepala anda, dengan sepenuhnya mengisi
nadi tengah dan masing-masing dari ke empat cakra, lalu menyebar
keluar, mengisi seluruh tubuh anda sampai pada ujung jari tangan dan jari
kaki anda. Dipenuhi dengan nektar yang berwarna putih, anda seperti
suatu jambangan kristal yang dipenuhi dengan susu.
Pikirkan bahwa anda sedang menerima empat penguatan atau inisiasi:
inisiasi jambangan, inisiasi rahasia, inisiasi kebijaksanaan dan inisiasi
kata yang berharga. Dengan demikian anda dibersihkan dari empat
macam noda batin: noda karma, noda emosi negatif, noda konsepsi dan
noda kecenderungan kebiasaan. Kebijaksanaan Empat Kegembiraan
muncul pada anda: kegembiraan, kegembiraan tertinggi, kegembiraan
luar biasa dan kegembiraan bawaan. Tingkat empat kaya terbentuk pada
anda: nirmanakaya, sambhogakaya, dharmakaya dan svabhavikaya.

Lalu lafalkan doa, dimulai dari:

མགོན་པོ་བདག་ནི་མི་ཤེས་�ོངས་པ་ཡིསཿ
GON PO DAG NI MI SHË MONG PA YÏ O Pelindung, dalam ketidak-tahuan
dan kebingungan,
དམ་ཚ�ག་ལས་ནི་འགལ་ཞིང་ཉམསཿ
DAM TSHIG LË NI GAL ZHING NYAM saya telah melanggar samaya;
�་མ་མགོན་པོས་�བས་མཛ�ད་ཅིགཿ
LA MA GON PÖ KYAB DZOD CHIG Guru pelindung, mohon tolonglah
saya.
གཙ�་བོ་�ོ་�ེ་འཛ�ན་པ་�ེཿ
TSO WO DOR JE DZIN PA TE Anda, perwujudan dariVajradhara

�གས་�ེ་ཆེན་པོའི་བདག་ཉིད་ཅནཿ
THUG JE CHEN PÖ DAG NYID CHEN Yang memiliki belas kasih besar,
འ�ོ་བའི་གཙ�་ལ་བདག་ �བས་མཆིཿ
DRO WEI TSO LA DAG KYAB CHI Saya berlindung pada Anda, pelindung
utama semua makhluk hidup.

308
བདག་དང་སེམས་ཅན་ཐམས་ཅད་�ི་�་
ག�ང་�གས་�་བ་དང་ཡན་ལག་གི་དམ་ཚ�ག་
ཉམས་པ་ཐམས་ཅད་མཐོལ་ལོ་བཤགས་སོཿ Saya dan semua makhluk hidup
DAG DANG SEM CHEN THAM CHED mengakui dan menyesali semua
KYI KU SUNG THUG TSA WA DANG kesalahan yang dilakukan dengan
YEN LAG GI DAM TSHIG NYAM PA tubuh, ucapan dan pikiran serta
THAM CHED THOL LO SHAG SO pelanggaran atas samaya akar dan
samaya cabang,
�ིག་པ་དང་�ིབ་པ་ཉེས་�ང་�ི་མའི་ཚ�གས་
ཐམས་ཅད་�ང་ཞིང་དག་པར་མཛད་�་
གསོལཿ
DIG PA DANG DRIB PA NYË TUNG DRI Mohon berkati saya agar semua
MEI TSHOG THAM CHED JANG ZHING perbuatan jahat, pelanggaran samaya
DAG PAR DZED DU SOL dan rintangan karma buruk dan
kemerosotan, noda-noda batin
dimurnikan semuanya.

Bayangkan pada saat anda selesai melafal doa tersebut, Guru


Vajrasattva merasa gembira, dan dengan tersenyum mengabulkan doa
anda dengan kata-kata berikut:

Anda yang beruntung, semua perbuatan negatif, noda-noda batin,


pelanggaran dan ingkar janji anda telah dibersihkan.

Kemudian ia melebur ke dalam cahaya, lalu terserap ke dalam diri


anda, sehingga anda sendiri kini berubah menjadi Vajrasattva, sama
persis seperti yang anda bayangkan dia sebelumnya.
Bayangkan di dalam hatinya terdapat sebuah lapik bulan seukuran
sebuah biji wijen yang diratakan. Di tengahnya terdapat huruf hum (�ྃ)
yang berwarna biru. Di depan huruf hum tersebut ada sebuah huruf om
(ཨ�) yang berwarna putih; dan di sebelah kanannya adalah kata bendzra
(བ��) berwarna kuning; di belakangnya ada huruf sa (ས) berwarna merah;
dan di sebelah kirinya ada huruf tva (�) yang berwarna hijau:
Ketika Anda melafal "Om Bendzra Satto Hung (ཨ�་བ��་ས་�་�ྃ)" bayang-
kan lima sinar dari cahaya putih, kuning, merah, hijau, dan biru
memancar dari masing-masing bija kata ke arah atas. Pada ujung dari
sinar-sinar ini terdapat Dewi Kecantikan dan dewi-dewi persembahan
lainnya. Dari tangan mereka terpancar persembahan yang tak terhitung
banyaknya, seperti delapan lambang keberuntungan dan tujuh atribut
kerajaan, payung kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas
309
berjari-jari seribu, kerang putih beralur kanan dan sebagainya.
Persembahan ini menggembirakan semua Buddha dan Bodhisattva di
dalam alam yang tak terhingga dari sepuluh penjuru, sehingga dengan
demikian melengkapi akumulasi dan memurnikan noda-noda batin anda.
Semua belas kasih dan berkah Buddha dan Bodhisattva mengalir ke arah
anda dalam wujud cahaya yang beraneka warna yang melebur ke dalam
diri anda. Bayangkan bahwa sebagai akibatnya, anda memperoleh
pencapaian umum dan tertinggi, empat tingkat vidyadhara 189 yang
berhubungan dengan Sang Jalan, dan hasil yang tertinggi – keadaan tanpa
pembelajaran. Visualisasi ini membangun hubungan dengan mana anda
akan mewujudkan Dharmakaya dan menguntungkan diri anda sendiri.
Sesudah itu, bayangkan cahaya aneka warna yang tak terhitung
banyaknya memancar turun dari lima suku kata tersebut, menyentuh
semua makhluk hidup di enam alam di ketiga dunia dan membersihkan
semua perbuatan negatif, noda batin, penderitaan dan kecenderungan
kebiasaan mereka, seperti halnya cahaya matahari yang terbit mengusir
kegelapan. Seluruh alam semesta menjadi Alam Buddha Kegembiraan
Nyata. 190 Semua makhluk di dalamnya berubah menjadi Vajrasattva
putih, kuning, merah, biru dan hijau, sambil melafalkan mantra "Om
Vajra Satva Hum" dengan bunyi dentuman yang keras. Visualisasi ini
membangun hubungan dengan mana anda akan mencapai Rupakaya dan
memberi manfaat kepada makhluk lain.

Mengenai visualisasi semacam ini, Latihan Dharma Yang Serta


Merta Membebaskan Kemelekatan Yang Merupakan Kebiasaan 191
berkata:

Memberi manfaat kepada diri sendiri dan makhluk lain dengan


memancarkan dan menyerap kembali cahaya, seseorang akan
dibersihkan dari noda batin konsepsional.

Dengan menggunakan latihan visualisasi seperti itu, sarana yang


handal dari Mantra Rahasia Vajrayana memungkinkan seseorang untuk
menghimpun pahala dan kebijaksanaan yang tak tehingga dalam sekejab,
dan pada waktu yang bersamaan menguntungkan semua makhluk hidup
di seluruh alam semesta.
Lafalkan mantra sebanyak mungkin semampu anda, dan ketika waktu
tiba untuk mengakhiri sesi tersebut, bayangkan bahwa seluruh alam

189
Empat tingkat Vidyadhara: Vidyadhara matang, Vidyadhara dengan kekuasaan atas
kehidupan, Mahamudra Vidyadhara, dan Vidyadhara yang dicapai secara spontan.
190
Skt. Abhirati, alam suci Buddha Aksobya.
191
Tib. chos spyod bag chags rang grol, suatu bagian dari zhi khro karangan Karma
Lingpa.
310
semesta, yang sedang anda lihat sebagai Alam Buddha Kegembiraan
Nyata, melebur ke dalam makhluk yang tinggal di dalamnya, Vajrasattva
dari lima keluarga. Deity-deity tersebut kemudian secara berangsur-
angsur melebur ke dalam cahaya dan terserap ke dalam diri anda. Lalu
anda sendiri melebur menjadi cahaya dari arah luar ke arah dalam, dan
cahaya tersebut terserap ke dalam Om (ཨ�) di dalam hati anda. Om (ཨ�)
melebur ke dalam bendzra (བ��), bendzra (བ��) ke dalam sa (ས), sa (ས) ke

dalam tva (�), tva ( ) ke dalam shapkyu (◌ུ ) dari hum ( �ྃ�� ), shapkyu (◌ུ)
ke dalam a kecil (འ), a kecil (འ) ke dalam tubuh ha (ཧ) , tubuh ha (ཧ)
kemudian melebur ke dalam bindu matahari dan bulan pada bagian
kepala ( ( ), yang kemudian melebur ke dalam nada ( ¿ ). 192
◌ྃ
Akhirnya, nada melenyap seperti pelangi lenyap ke dalam ruang
angkasa, melebur ke dalam kesederhanaan yang bebas dari konsepsi dan
pengembangannya yang lebih lanjut. Berdiamlah sebentar dalam kea-
daan tersebut.
Ketika pikiran mulai muncul, lihatlah seluruh alam semesta dan
makhluk hidup yang ada di sana sebagai alam Buddha Vajrasattva.
Limpahkan pahala dengan kata-kata:

དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,

�ོ་�ེ་སེམས་དཔའ་འ�བ་�ར་ནས། །
DOR JE SEM PA DRUB GYUR NË Semoga saya dengan segera mencapai
tingkat Vajrasattva;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa
kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SAL LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

dan lafalkan doa-doa aspirasi dan pelimpahan pahala lainnya.

Dalam setiap latihan meditasi dan lafalan, termasuk Vajrasattva ini,


adalah keharusan untuk tidak membiarkan pikiran anda teralihkan dari
192
Tanda yang melambangkan alam semesta.
311
konsentrasi pada latihan tersebut dan tidak menyela lafalan dengan
pembicaraan yang biasa. Konon di dalam tantra disebutkan:

Melafal tanpa konsentrasi,


Adalah seperti merendam batu karang di dalam lautan;
Bahkan selama satu kalpa penuh pun tidak akan membawa hasil.

dan juga:

Kemurnian adalah seribu kali lebih baik dari pada ketidak-


murnian,
Konsentrasi adalah seratus ribu kali lebih baik dari pada tanpa
konsentrasi.

Emas atau perak, jika mereka mengandung sejumlah kecil kuningan


atau tembaga, dianggap "bukan emas murni" atau "perak palsu."
Demikian juga, mencampurkan gosip dengan lafalan mantra membuat
mantra menjadi tidak murni. Itulah sebabnya Guru Agung dari Uddiyana
berkata:

Sebulan lafalan tanpa pembicaraan lainnya,


Adalah lebih baik dibanding satu tahun lafalan yang tercemar.

Oleh karenanya, adalah sangat penting bahwa mereka yang


melaksanakan upacara ritual menahan diri dan berhenti bercakap-cakap
di dalam persamuhan tersebut selagi mereka sedang berdoa dan membaca
mantra. Jika lafalan tersebut tercampur dengan perkataan biasa, maka
semuanya menjadi tanpa makna. Secara khusus, ketika suatu upacara
sedang dilaksanakan untuk seseorang yang meninggal, makhluk tersebut,
dalam kengerian dan penderitaan di alam bardo, akan cepat-cepat mende-
kati sponsor, para biarawan yang diundang dan pimpinan Lama, dengan
harapan akan memperoleh bantuan. Makhluk di alam bardo tahu apa
yang sedang dipikirkan oleh orang lain. Jika orang-orang yang mela-
kukan upacara tidak berkonsentrasi dengan baik, jika mereka tidak
menjaga ikrar dan samaya mereka, atau jika apa yang mereka katakan
dan pikirkan adalah timbul dari kemelekatan dan permusuhan, maka
makhluk yang sedang berada di alam bardo tersebut akan merasa benci
atau mempunyai pandangan negatif terhadap mereka, dan sebagai
hasilnya ia akan jatuh ke alam yang lebih rendah. Seseorang akan lebih
baik tanpa layanan dari Lama-lama seperti ini sama sekali.
Mengenai ritual Mantra Rahasia Vajrayana, dikatakan bahwa
“melafal teks-teks visualisasi tahap pengadaan adalah mempergunakan
kata-kata sebagai alat akses." Kata-kata dari visualisasi gunanya adalah
312
untuk mengingat rincian tahap pengadaan. Tetapi bagi orang yang me-
laksanakan upacara seperti itu, hal yang tepat dari visualisasi, yang
merupakan makna dari tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, malah
tidak terlintas dalam pikiran mereka. Mereka secara membabi buta
mengucapkan kata-kata ritual, seperti "visualisasi", "meditasi" dan
"konsentrasi", dengan menggunakan segala macam intonasi yang banyak
hiasannya, menggaungkan terompet mereka dan membunyikan gembreng
dan drum-drum mereka. Akhirnya, tibalah saat yang seharusnya merupa-
kan titik yang paling penting – pelafalan mantra – di saat mana mereka
malah merasa bebas dari tugas mereka. Mereka bahkan tidak berusaha
untuk duduk tegak. Mereka mulai merokok, sumber dari ratusan perbu-
atan salah, dan melepaskan segudang obrolan iseng, terus menerus
mendiskusikan segala kejadian lokal, dari puncak gunung sampai ke
dasar lembah, dari jalan sampai ke dataran rendah. Sementara itu mereka
menghabiskan waktu memetik mala 193 melalui jari-jari mereka dengan
kecepatan yang paling tinggi, seolah-olah mereka sedang membuat sosis.
Menjelang senja, mereka melihat ke langit dan melihat posisi matahari,
dan dengan gemerincingan yang sangat keras dari gembreng, mereka
mulai melafal, "Bendzra puspe dhupe . . . ." dan mengakhiri upacara
tersebut. Hal ini bahkan bukan saja merupakan suatu contoh yang tidak
baik dari suatu ritual yang sempurna, dan bahkan bukan juga celaan dari
suatu olok-olokan. Tidak diragukan lagi bahwa dengan hanya melafal
Pengakuan Kemerosotan 194 atau Doa Perbuatan Baik 195 satu kali dengan
motivasi sempurna dan murni, akan menjadi jauh lebih bermanfaat.

Lama-lama seperti ini, di mana lafalannya yang tidak murni dan


olok-olokan ritual mengirim orang mati ke alam rendah, juga akan
melakukan jauh lebih banyak kejahatan dibanding dengan kebaikan
dengan ritual mereka untuk orang yang hidup. Lebih dari itu,
menyalahgunakan persembahan orang dengan cara demikian adalah tepat
dengan apa yang dimaksud dengan "menelan bola-bola logam pijar."

Lama-lama dan para biarawan yang mendapat keuntungan dari


persembahan orang beriman dan harta orang mati perlu memiliki sebagai
makna dari praktek mereka sesuatu yang lebih dari sekedar evaluasi
jumlah daging, ketebalan keju, dan kualitas persembahan yang diperoleh
mereka. Apakah mereka sedang bekerja untuk mereka yang sedang sakit
atau mereka yang telah meninggal, saat tersebut adalah sangat penting
bagi makhluk-makhluk tersebut, karena yang tersebut belakangan tidak
193
Rosario atau tasbih.
194
Atau Sutra Tiga Tumpukan (Skt. Trīskhandhadharmasūtra).
195
Atau disebut juga Raja Doa Aspirasi (Skt. Ārya-Bhadracaryā-Praṇidhāna-Rāja),
sebuah doa yang diucapkan oleh Buddha dalam Avatamsaka-Sutra.
313
memiliki tempat berlindung terhadap penderitaan mereka. Mereka perlu
ditangani dan dibuat aman dengan belas kasih bodhicitta dari para Lama
dan keinginan yang tulus untuk membantu. Lama-lama itu perlu berusaha
keras untuk mempraktekkan apa pun juga yang mungkin mereka ketahui
tentang tahap-tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan secara tulus dan
penuh konsentrasi. Jika mereka tidak mengenal semua hal ini, mereka
hanya perlu mencoba untuk berpikir tentang arti kata-kata yang sedang
mereka ucapkan. Paling sedikit, mereka perlu memusatkan perhatian
pada tubuh, ucapan dan pikiran mereka pada belas kasih untuk makhluk
yang menderita, dan keyakinan yang kokoh akan kekuatan yang tak
pernah gagal dari Sang Tri Ratna. Jika mereka dapat memastikan bahwa
mereka melaksanakan ritual dengan baik dengan melafal teks-teks dan
mantra dengan benar, tidak ada keraguan bahwa melalui belas kasih
tempat perlindungan, Sang Tri Ratna, dengan kekuatan yang pasti dari
akibat perbuatan, dan melalui manfaat-manfaat yang tak terkira dari
bodhicitta, mereka dapat benar-benar membantu penderita sakit atau
orang mati. Inilah yang perlu mereka usahakan dengan keras, dan seperti
ungkapan “meleburkan noda batin sendiri di bantal milik orang lain,"
mereka akan melengkapi akumulasi ganda untuk mereka sendiri dan
untuk yang lain pada waktu yang sama. Mereka juga akan menempatkan
semua orang yang memiliki hubungan dengan mereka pada jalan menuju
pembebasan.

Dewasa ini, Lama dan para biarawan yang kita harapkan sedikit lebih
baik dari pada yang lain, dan yang memahami prinsip sebab dan akibat,
sangat takut akan pencemaran yang berkaitan dengan persembahan,
sehingga mereka bahkan menolak untuk memberkati atau mendedika-
sikan doa untuk makhluk yang sedang menderita, yang sakit atau yang
meninggal. Dengan melakukan hal yang demikian mereka memutus akar
belas kasih bodhicitta.
Ada juga biarawan-biarawan yang sangat egois. Mereka ambil bagian
dalam upacara-upacara atas permohoan para donatur mereka. Tetapi,
sebagai ganti melafalkan apa yang diperlukan oleh keluarga tersebut,
mereka menarik keluar kitab doa mereka sendiri yang sangat kotor dan
yang sudah usang karena penggunaan yang lama, dan dengan alasan
bahwa mereka tidak boleh menyela kesinambungan latihan pribadi
mereka sendiri, mereka melafal dari kitab tersebut sementara semua
orang lain membaca doa. Kapan saja mereka membaca doa yang paling
sedikit untuk kepentingan mereka sendiri, mereka semuanya sangatlah
cermat dan menyatakannya hal itu demi memurnikan noda batin mereka
sendiri atau penyalahgunaan atas barang persembahan. Tetapi mereka
memperlakukan doa-doa di dalam persamuhan besar tersebut, yang
diselenggarakan untuk kepentingan pemberi dana, sebagai suatu
314
pekerjaan sehari-hari yang membosankan. Mereka memandang ke
sekeliling sepanjang waktu, mengatakan apa pun juga yang mereka ingin,
dan bahkan tidak pernah memikirkan orang yang mati atau orang hidup
yang mestinya mereka lindungi. Hal ini memutus rasa belas kasih dari
akarnya. Di kemudian hari, kalau mereka mencoba memurnikan diri
mereka dari penyalahgunaan barang persembahan, kejahatan dan sikap
mementingkan diri sendiri mereka, hal itu akan sangat sulit dilakukan
dengan sukses.
Sebagai gantinya, peganglah belas kasih bodhicitta sebagai dasar
anda dari awal. Jangan pernah anda menyerah pada keinginan untuk
membantu orang lain. Buatlah usaha yang tulus untuk menaruh segala
hal yang anda pahami tentang tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan
sedapat mungkin dalam latihan anda. Bermeditasi tentang tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan dan melafal mantra di rumah orang
lain tidak berbeda dengan melakukannya di rumah anda sendiri. Dalam
kedua hal tersebut, kebutuhan untuk bebas dari pikiran mementingkan
diri sendiri dan peduli untuk menolong orang lain adalah sama, karena
kedua sikap ini harus ada.

PAHALA MENYESALI KESALAHAN

Jika perhatian anda tetap terpusat dan tidak mencampurkan lafalan


anda dengan kata-kata biasa, maka melafal mantra seratus suku kata
sebanyak seratus delapan kali tanpa terputus niscaya akan memurnikan
semua perbuatan buruk dan noda-noda batin, serta semua pelanggaran
atas janji-janji dan samaya anda. Seperti inilah janji Vajrasattva. Tantra
Pengakuan Tanpa Noda 196 berkata:

Mantra seratus suku kata adalah inti pikiran semua Sugata.


Ia memurnikan semua pelanggaran, semua kegelapan konsepsi.
Ia merupakan pengakuan yang tertinggi, dan melafalnya seratus
delapan kali tanpa terputus membetulkan semua pelanggaran, dan
akan menyelamatkan seseorang jatuh ke tiga alam yang lebih
rendah.
Buddha-buddha dari masa lampau, sekarang dan masa depan
akan melihat yogi yang melafalnya sebagai latihan hariannya
sebagai anak mereka yang paling sempurna, bahkan di dalam
kehidupan sekarang ini, dan akan menjaga dan melindunginya.
Pada saat kematiannya, niscaya ia akan menjadi yang terbaik dari
semua ahli waris Buddha.

196
Tib. dri med gshags pa’i rgyud.
315
Apa pun juga pelanggaran-pelanggaran dari samaya akar dan cabang
yang mungkin anda lakukan setelah masuk ke alur Kendaraan Mantra
Rahasia Vajrayana, pengulangan setiap hari atas mantra seratus suku kata
sebanyak dua puluh satu kali sambil bermeditasi pada Vajrasattva
merupakan apa yang disebut "berkah kemerosotan." Ia akan mencegah
kemerosotan berkembang atau meningkat. Seratus ribu lafalan akan
sepenuhnya memurnikan semua kejatuhan anda. Menurut Tantra
Perhiasan Utama 197:

Melafal dua puluh satu kali


Mantra seratus suku kata,
Sambil dengan jelas memvisuallisasi Vajrasattva
Yang duduk di atas bunga teratai putih dan piringan bulan,
Merupakan berkah kemerosotan
yang akan mencegahnya meningkat.
Demikianlah yang diajarkan oleh siddha-siddha yang agung.
Oleh karena itu lakukanlah latihan ini selalu.
Jika anda melafalnya seratus ribu kali,
Segala kesalahan anda akan dimurnikan.

Di Tibet sekarang ini, tidak ada seorang lama, biarawan, orang awam
lelaki atau perempuan pun yang belum pernah menerima suatu inisiasi,
dan oleh karena itu tidak ada yang tidak mengambil jalan Mantrayana
Rahasia. Namun, begitu anda memasuki Mantrayana Rahasia, jika anda
gagal menjaga samaya, maka anda akan masuk neraka, dan jika anda
menjaga mereka, maka anda akan mencapai kebuddhaan sempurna.
Tidak ada alternatif yang ketiga. Sama seperti seekor ular yang merayap
di dalam suatu potongan bambu, dikatakan hanya ada dua arah ke luar –
lurus ke atas atau lurus ke bawah. Harta Karun Pahala Kebajikan
berkata:

Sekali berada dalam Mantrayana Rahasia, anda hanya dapat pergi


ke alam rendah,
Atau mencapai kebuddhaan; tidak ada arah yang ketiga.

Samaya tantra sangat halus, banyak dan sulit untuk dijaga. Bahkan
seorang guru besar seperti Atisa berkata, setelah mengambil alur
Tantrayana, ia melakukan kesalahan demi kesalahan dengan cepat. Akan
halnya kita sekarang ini, penanggulangan yang kita miliki adalah sedikit.
Perhatian kita lemah dan kewaspadaan kita tidak ada. Kita bahkan tidak
tahu persis apa saja kemerosotan yang ada. Karena tidak diragukan

197
Tib. snying po’i rgyan.
316
bahwa kemerosotan pasti mengguyur kita sepanjang waktu seperti hujan
lebat, adalah penting sebagai penanggulanannya kita membuat meditasi
dan lafalan Vajrasattva sebagai latihan harian kita, atau sedikitnya
melafal mantra dua puluh satu kali setiap hari dengan pasti.
Bahkan bagi seorang yang ahli di semua hal penting dari tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan pun, yang melalui perhatian, kewas-
padaan dan seterusnya telah menghindari melakukan kesalahan melang-
gar samaya, masih perlu bertekun dalam pengakuan kesalahan dan
purifikasi. Karena sesungguhnya, setiap kontak melalui kata atau perbu-
atan dengan orang lain yang telah melanggar samaya akar – bahkan
hanya minum air dari lembah yang sama – cukup untuk menyebabkan
kesalahan, yang dikenal sebagai "pelanggaran melalui kontak" atau
"pelanggaran kadang kala". Tantra berkata:

Setelah berhubungan dengan pelanggar samaya atau memuaskan


keinginan mereka,
Setelah menjelaskan Dharma kepada mereka atau kepada yang
tidak layak untuk mendengarkannya,
Setelah tidak menghindari semua pelanggar samaya, kita tahu
kita telah tercemar
Oleh kotoran pelanggaran-pelanggaran tersebut,
Yang membawa kemalangan di dalam hidup ini dan noda-noda
batin pada kehidupan berikutnya.
Dengan penuh penyesalan, kita ungkap dan akui semua kesalahan
ini.

Jika hanya seorang saja dalam satu persamuhan telah melanggar


samaya, ratusan atau ribuan orang yang sudah menjaga semua komitmen
mereka sendiri akan tercemar sampai pada titik di mana mereka tidak
akan memperoleh manfaat dari latihan mereka. Ini seperti suatu tetes
susu basi membuat satu pot penuh susu segar menjadi basi, atau seekor
katak yang dipenuhi oleh luka menginfeksi semua yang lain di
sekelilingnya. Sebagaimana dikatakan:

Satu tetes susu yang basi,


Membuat semua susu menjadi basi;
Seorang yogi yang merosot akhlaknya,
Merusak semua yogi lainnya.

Terlebih lagi, tidak satu pun guru, sekalipun ia adalah seorang Lama
yang besar atau seorang siddha yang dapat lolos dari pencemaran
semacam ini oleh pelanggar-pelanggar samaya. Kisah tentang guru besar
Lingje Repa membuktikan hal ini. Ketika ia berada di tempat suci Tsari,
317
dakini Shingkyong menciptakan rintangan-rintangan dengan menutupi
matahari di tengah hari dan mendatangkan kegelapan yang sangat dalam
sehingga bintang-bintang timbul dan bersinar gemerlapan di langit.
Namun tidak ada yang bisa menghalanginya untuk mencapai tepi Danau
Darah Merah Tua, di mana ia menari mengikuti irama musik lagu vajra,
dengan meninggalkan jejak kaki di batu karang keras yang masih dapat
dilihat sampai sekarang. Meskipun begitu, kemudian dalam hidupnya ia
dikunjungi oleh seorang murid yang telah melanggar samaya – dan
bahkan guru yang ulung seperti itu masih bisa tercemar. Ia menjadi
pikun dan kehilangan kemampuan berbicara.

Demikian juga, kita menemukan di dalam lagu-lagu vajra dari Siddha


Urgyenpa:

Saya, Rinchen Pel, pengemis dari Tanah Salju,


Dikalahkan tanpa musuh lain selain oleh pencemaran pelanggar
samaya,
Dan dilindungi tanpa sahabat lain selain guruku.

Melanggar samaya Vajrayana adalah suatu kesalahan besar, tetapi


menjaganya adalah sangat sulit. Adalah kesalahan besar untuk mengira
dengan tanpa memeriksa secara hati-hati bahwa anda sedang menjaga
mereka dengan setia, dan merasa bangga tentang hal tersebut.
Tantra menjelaskan bahwa melupakan sekejab saja mengidentifikasi
tubuh, ucapan dan pikiran anda dengan ketiga mandala 198 adalah
melanggar samaya Tantra. Begitulah sulitnya menjaga mereka. Secara
rinci, dikatakan ada seratus ribu samaya – jumlah yang begitu besar.
Menurut Tantra, melanggarnya akan membawa keburukan berikut kepada
kita:

Raksasa Vajra akan meminum darah hatinya,


Hidupnya akan pendek dan sakit-sakitan, kekayaannya akan
lenyap, musuh akan menterornya;
Di dalam Neraka Avici yang sangat menakutkan,
Ia akan mengalami penderitaan yang lama dan tak tertahankan.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki semua pelanggaran anda yang
tersembunyi dan yang kelihatan serta kesalahan dan kemerosotan, laku-
kan selalu segala hal yang dapat anda lakukan untuk berlatih meditasi
pada Vajrasattva dan melafal mantra seratus suku kata. Seperti para guru
yang besar tempo dulu sering berkata:

198
Tiga mandala dari tubuh, ucapan dan pikiran guru.
318
Pada prinsipnya, cara yang terbaik adalah tidak dinodai oleh
perbuatan buruk, tetapi jika hal itu terjadi, adalah penting untuk
mengakui dan menyesalinya.

Pelanggaran-pelanggaran samaya tantra mudah untuk diperbaiki,


karena mereka dapat dibersihkan dengan pengakuan dan penyesalan. Di
dalam tradisi Sravaka dikatakan: “melakukan suatu kemerosotan lengkap
adalah seperti membanting pot tembikar: sama sekali tidak ada cara untuk
memperbaikinya.” Melanggar janji Bodhisattva kurang lebih seperti
membuat suatu perhiasan dari logam-mulia menjadi patah. Objek seperti
itu dapat diperbaiki jika dipercayakan kepada seorang tukang emas yang
ahli. Demikian juga, janji yang rusak dapat dibersihkan dengan bantuan
dari seorang sahabat rohani. Perihal janji-janji Tantra, melakukan
kemerosotan adalah seperti sedikit melekukkan sesuatu yang dibuat dari
logam mulia. Dikatakan bahwa anda dapat sepenuhnya memurnikannya
sendiri dengan hanya mengakui dan menyesalinya dengan menggunakan
dukungan dari deity, mantra dan konsentrasi. Jika kesalahan itu diakui
dengan segera, purifikasinya adalah mudah. Namun, semakin lama anda
menunggu, semakin kuat kesalahan itu tumbuh, dan pemurniannya men-
jadi semakin sulit. Jika anda menunggu lebih dari tiga tahun, keme-
rosotan tersebut dikatakan sudah di luar masa pengakuan dan penyesalan.
Meskipun jika anda mengakui dan menyesalinya, tidak ada purifikasi
yang akan terjadi.

Sebagian orang ada yang dikaruniai bakat menggunakan kekuatan


dan berkah ucapan mereka untuk bekerja demi kebaikan mereka sendiri
dan untuk orang lain dengan menyediakan perlindungan, member-
hentikan salju, mencegah hujan es, menghentikan wabah, mengobati
orang dewasa dan anak-anak yang sakit dan seterusnya. Tetapi untuk
memelihara kemampuan dan berkah tersebut bahkan orang-orang seperti
itu perlu memurnikan kekotoran ucapannya. Tidak ada alat yang lebih
baik melakukannya dibandingkan dengan melafal mantra seratus suku
kata. Adalah penting untuk melafalnya dengan jelas dan tidak melemah.
Guruku yang mulia biasa berkelakar bahwa mereka yang melindungi
yang lain dan menggunakan persembahan, paling perlu mulai memurni-
kan noda batinnya dengan menyelesaikan sepuluh juta japaan mantra
seratus suku kata. Sebenarnya, banyak dari muridnya benar-benar men-
japa sepuluh atau bahkan dua puluh juta kali, dan tidak ada satu pun di
antara mereka yang tidak menyelesaikan sedikitnya dua atau tiga ratus
ribu lafalan.
Guru Vajrasattva merupakan perwujudan ratusan deity dalam satu
wujud. Ia disebut "Vajrasattva, deity satu-satunya dengan rahasia yang
besar." Dari keseluruhan deity yidam yang damai dan murka yang tak
319
terhitung jumlahnya, tidak ada satu pun yang tidak termasuk dalam
perwujudannya. Ketika anda bermeditasi terhadapnya, anggaplah beliau
sebagai persatuan dengan guru akarmu sendiri. Ini adalah latihan Guru
Yoga dalam cara “permata yang mencakup semuanya”. Ini adalah cara
yang paling dalam. Karena, seperti yang dikatakan di atas, mantra
seratus suku kata adalah lebih handal dari pada semua mantra yang lain.
Kita harus mengetahui bahwa tidak ada latihan yang lebih dalam
dibanding ini.

Saya sudah mendengar instruksi yang menguntungkan, tetapi


membiarkan mereka seperti kata-kata saja;
Saya sudah berlatih mereka sedikit, tetapi telah dikelabuhi oleh
gangguan;
Berkati saya dan semua makhluk bingung seperti saya,
Sehingga kami dapat menarik intisari dari tahap pengadaan
dan tahap kesempurnaan.

320
BAB 4

MENGUMPULKAN PAHALA DAN KEBIJAKSANAAN

Anda tahu yang relatif adalah suatu yang palsu, namun tetap
saja anda berlatih kedua akumulasi;
Anda menyadari bahwa di dalam absolut tidak ada apa pun
untuk direnungkan, namun tetap saja anda berlatih meditasi;
Anda sebenarnya sudah memwujudkan keadaan persatuan yang
tak terpisahkan namun tetap saja anda berlatih dengan rajin;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. PERLUNYA KEDUA MACAM AKUMULASI

Adalah mustahil untuk mencapai kemurnian rangkap kebuddhaan


atau menyadari kebenaran kekosongan dengan sempurna tanpa menyele-
saikan kedua akumulasi pahala dan kebijaksanaan. Karena sebagaimana
dikatakan dalam sutra:

Sebelum seseorang menyelesaikan kedua akumulasi,


Seseorang tidak akan pernah menyadari kekosongan yang sebe-
narya.

Dan:

Kebijaksanaan absolut bawaan hanya dapat datang


Sebagai tanda telah terkumpulnya jasa dan noda-noda batin yang
sudah dibersihkan
Dan melalui berkah seorang guru yang sudah cerah.

321
Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain mana pun adalah
kebodohan.
Bahkan mereka yang sudah benar-benar merealisasi kekosongan
perlu memelihara kemajuan mereka sepanjang Jalan sampai mereka
mencapai kebuddhaan sempurna, sehingga mereka masih perlu berusaha
untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan. Raja Yogi Tilopa berkata
kepada Naropa:

Naropa, putraku, sampai anda menyadari


Bahwa semua penampilan ini yang muncul secara saling bergan-
tungan,
Yang pada kenyataannya belum pernah muncul, janganlah
pernah berpisah
Dari kedua roda kereta perang anda, kedua akumulasi.

Yogi besar Virupa berkata di dalam dohä -nya:

Mungkin anda memiliki keyakinan yang kuat untuk tidak


mengharapkan kebuddhaan relatif,199
Tetapi jangan pernah menghentikan akumulasi pahala yang
agung; cobalah usahakan sebisa anda.

Dan Dagpo Rinpoche yang Tiada Bandingannya berkata:

Bahkan ketika realisasi anda melampaui pemikiran di mana ada


sesuatu untuk dihimpun atau dimurnikan, tetaplah lanjutkan
untuk mengumpulkan bahkan pahala yang paling kecil sekalipun.

Sang Penakluk, dalam belaskasihnya yang besar dan dengan semua


ketrampilannya dalam cara, mengajarkan metoda yang tidak terhitung
banyaknya dengan mana kedua akumulasi dapat dilaksanakan. Dari
semua cara, yang paling baik adalah persembahan mandala.

Tantra berkata:

Mempersembahkan kepada Buddha semua alam Buddha


Dan seluruh alam semesta dari milyaran dunia
Yang penuh dengan segala sesuatu yang diinginkan
Akan menyempurnakan kebijaksanaan kebuddhaan.

199
Keyakinan yang tidak tergoyahkan akan sifat kebuddhaan yang telah hadir di dalam
pikirannya sendiri.
322
Di dalam tradisi ini, ketika membuat persembahan seperti itu, kita
menggunakan dua mandala yang terpisah: mandala pencapaian dan
mandala persembahan.
Bahan dari mana mandala tersebut dibuat tergantung pada kemam-
puan anda. Jenis yang terbaik adalah yang terbuat dari barang yang
berharga seperti emas dan perak. Untuk kualitas menengah bisa dibuat
dari perunggu-lonceng atau bahan halus lainnya. Paling minim, anda bisa
bahkan menggunakan lempengan batu atau papan kayu yang datar dan
halus.
Tumpukan persembahan yang ditempatkan di dasar mandala idealnya
terdiri dari batu permata seperti pirus, koral, batu nilam, mutiara dan
sejenisnya. Kualitas setingkat lebih rendah adalah dari buah-buahan obat
seperti arura dan kyurura. Kualitas yang lebih rendah lagi akan terdiri
dari butiran biji-bijian seperti barli, biji gandum, beras atau palawija,
tetapi dalam hal yang paling buruk anda dapat juga hanya menggunakan
batu karang, kerikil, pasir dan seterusnya, hanya sebagai dukungan untuk
visualisasi anda.
Apa pun juga bahan yang anda gunakan, bersihkanlah dasar mandala
dengan saksama.

II. MANDALA PENCAPAIAN

Letakkan lima tumpukan di mandala pencapaian dimulai dengan satu


tumpukan kecil di tengah-tengah untuk mewakili Buddha Vairocana yang
dikelilingi oleh deity-deity dari Keluarga Buddha. Tempatkan tumpukan
yang lain di arah timur – yaitu ke arah diri anda – untuk mewakili
Buddha Vajra Aksobhya yang dikelilingi oleh deity-deity dari Keluarga
Vajra. Lalu satu tumpukan di selatan untuk Buddha Ratnasambhava yang
dikelilingi oleh deity-deity Keluarga Permata; satu tumpukan di barat
untuk Buddha Amitabha yang dikelilingi oleh deity-deity Keluarga
Teratai, dan satu di utara untuk Buddha Amoghasiddhi yang dikelilingi
oleh deity-deity dari Keluarga Karya.
Kemungkinan lain adalah memvisualisasi ladang pahala seperti
dalam latihan berlindung. Dengan demikian tumpukan tengah akan
mewakili Guru Agung dari Uddiyana yang tidak terpisahkan dari guru
akarmu sendiri, dengan semua guru garis silsilah Kesempurnaan Agung
di atasnya yang tertata dalam urutan satu di atas yang lain. Tumpukan
depan mewakili Buddha Sakyamuni yang dikelilingi oleh seribu dua
Buddha dari Kalpa Bhadra ini. Tumpukan pada sisi kanan mewakili
Delapan Anak Dekat yang agung, yang dikelilingi oleh sangha yang
mulia dari Bodhisattva, dan tumpukan pada sisi kiri mewakili Dua

323
Sravaka Utama 200, yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari Sravaka
dan Pratyekabuddha. Tumpukan di belakang adalah Permata Dharma,
dalam wujud tumpukan buku-buku yang dibungkus dalam kisi-kisi
cahaya.
Dalam hal mana saja, letakkanlah mandala pencapaian ini pada altar
anda atau pada tempat lain yang cukup kokoh. Jika anda memiliki cukup
dana, kelilingi mandala tersebut dengan lima persembahan, 201 dan
tempatkanlah di depan lambang tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Jika
anda tidak dapat mengadakannya, boleh juga tidak memerlukan mandala
pencapaian sama sekali, dan hanya memvisualisasi ladang pahala.

III. MANDALA PERSEMBAHAN

Sambil memegang dasar mandala persembahan dengan tangan kiri


anda, sekalah perlahan-lahan dengan bagian bawah pergelangan tangan
kanan anda selagi anda melafalkan Doa Tujuh Poin Persembahan dan
doa-doa lainnya, dengan tidak mengalihkan perhatian anda dari apa yang
sedang anda visualisasikan.
Menyeka dasar bukan dimaksudkan untuk membersihkan kotoran di
dasar mandala, tetapi merupakan suatu cara untuk menggunakan usaha
yang kita lakukan untuk melepaskan diri kita sendiri dari kedua macam
noda batin yang menyelubungi hati kita. Konon, pengikut Kadampa yang
terkenal zaman dulu membersihkan mandala mereka dengan bagian
bawah pergelangan tangan mereka sampai kulit mereka terkelupas dan
terluka. Mereka masih tetap melanjutkannya dengan menggunakan tepi
dari pergelangan tangan mereka. Ketika terjadi luka di sana, maka
mereka menggunakan bagian belakang dari pergelangan tangan mereka
sebagai gantinya. Oleh karena itu, untuk meneladani pengikut Kadampa
yang agung masa lalu, ketika anda membersihkan dasar mandala,
janganlah menggunakan kain wool atau kapas tetapi hanya dengan
pergelangan tangan anda.

Ketika Anda menyusun tumpukan persembahan di dasar, ikutilah doa


yang dikenal sebagai Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala, yang disusun
oleh Chogyal Pakpa 202, Pelindung Makhluk dari sekte Sakya. Metoda ini
mudah untuk dipraktekkan, sehingga diadopsi oleh semua tradisi, baik
yang lama ataupun yang baru. Dalam tradisi kita juga terdapat persem-

200
Sariputra dan Magyalyalyana.
201
Lima persembahan adalah bunga, dupa, pelita, parfum dan makanan.
202
Chogyal Pakpa (1235-1280), Guru Silsilah kelima dari sekte Sakya.
324
bahan tiga puluh tujuh unsur mandala, sehingga kita juga harus
melakukannya.
Baik Tradisi Lama maupun Tradisi Baru memiliki beberapa cara
lainnya, sesuai dengan kebiasaan mereka sendiri. Sesungguhnya,
masing-masing harta karun spiritual tradisi Nyingma memiliki persem-
bahan mandala sendiri. Khususnya di dalam tradisi kita, ada beberapa
doa persembahan mandala yang terperinci untuk ketiga kaya yang
diajarkan oleh Longchenpa Yang Mahatahu dalam berbagai Inti Sari
Hati 203 Setiap doa ini dapat dipilih untuk itu.

1. Persembahan Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala

Untuk Persembahan Tiga Puluh Tujuh Unsur Mandala, mulailah de-


ngan membacakan mantra:

ཨ�་བ�་�་མི་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA BHUMI AH HUNG OM BENDZRA BHUMI AH HUNG
གཞི་�མ་པར་དག་པ། དབང་ཆེན་གསེར་�ི་
ས་གཞི།
ZHI NAM PAR DAG PA WANG CHEN Bumi sebagai fondasi bersubstansi
SER GYI SA ZHI emas yang murni dan sempurna.

Sambil memegang mandala di tangan kiri anda dan dengan tangan


kanan anda memercikinya dengan air yang diberi wewangian yang berisi
bajung, 204 ucapkan:

ཨ�་བ�་རེ་ཁེ་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA RE KHE AH HUNG OM BENDZRA RE KHE AH HUNG

Lalu, dengan ibu jari dan jari manis kanan anda, ambilah suatu
cubitan yang kecil dari biji-bijian. Gerakkan tangan anda melingkar
searah jarum jam pada dasar mandala, lalu tempatkan cubitan dari biji-
bijian di tengah. Jika anda memiliki "pagar gunung besi" yang sudah jadi,
sekarang adalah waktunya untuk menempatkannya di mandala.

203
Inti Sari Hati Longchen Nyingtik yang utama adalah Inti Sari Hati Dakini dan Inti Sari
Hati Vimalamitra yang diturunkan dari silsilah Longchenpa.
204
Suatu bahan ritual yang terbuat dari lima unsur pokok yang berbeda yang diambil dari
seekor sapi (tinja, urin, mentega, keju, dan susu.)
325
Kemudian, sambil melngucapkan kata-kata di bawah, tempatkan
tumpukkan persembahan sesuai tempatnya:

�ི་�གས་རི་འཁོར་�ག་གིས་བ�ོར་བའི་
CHI CHAK RI KHOR YUG GÏ KOR WEI Bagian luar dikelilingi oleh
pegunungan besi;
ད�ས་�་�ྃ་�� ལ་རི་ཡི་�ལ་པོ་རི་རབ།
Di tengah, Raja Gunung Sumeru
Ü SU HUNG LA RI YI GYAL PO RI RAB
yang mulia;
ཤར་�ས་འཕགས་པོ།
SHAR LÜ PHAG PO Sebelah timur: Purva Videha;
�ོ་འཛམ་�་�ིང།
LHO DZAM BU LING Sebelah selatan: Jambudvipa;
�བ་བ་ལང་�ོད།
NUB BA LANG CHOD Sebelah barat: Apara Godania;
�ང་�་མི་�ན།
JANG DRA MI NYEN Sebelah utara: Uttara Kuru;
�ས་དང་�ས་འཕགས།
LÜ DANG LÜ PHAG Pulau Deha dan Videha;
�་ཡབ་དང་�་ཡབ་གཞན།
Pulau Chamara dan Upa-
NGA YAB DANG NGA YAB ZHEN
chamara;
གཡོ་�ན་དང་ལམ་མཆོག་འ�ོ།
Pulau Sharta dan Uttara-
YO DËN DANG LAM CHHOG DRO
mantrina;
�་མི་�ན་དང་�་མི་�ན་�ི་�།
DRA MI NYEN DANG DRA MI NYEN GYI
Pulau Kurava dan Kaurava;
DHA
རིན་པོ་ཆེའི་རི་བོ།
RIN PO CHEI RI WO Gunung Harta;
དཔག་བསམ་�ི་ཤིང།
PAG SAM GYI SHING Pohon Pengabul Harapan;
འདོད་འཇོའི་བ།
DÖ JOI BA Sapi Pengabul Harapan;
326
མ་�ོས་པའི་ལོ་ཏོག།
MAR MÖ PË LO TOG Sawah Swadaya;
འཁོར་ལོ་རིན་པོ་ཆེ།
KHOR LO RIN PO CHE Roda Permata;
ནོར་�་རིན་པོ་ཆེ།
NOR BU RIN PO CHE Permata Berharga;
བ�ན་མོ་རིན་པོ་ཆེ།
TSUN MO RIN PO CHE Ratu Mulia;
�ོན་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LON PO RIN PO CHE Perdana Menteri Mulia;
�ང་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LANG PO RIN PO CHE Gajah Mulia;
�་མཆོག་རིན་པོ་ཆེ།
TA CHHOG RIN PO CHE Kuda Mulia;
དམག་དཔོན་རིན་པོ་ཆེ།
MAG PON RIN PO CHE Jenderal Mulia;
གཏེར་ཆེན་པོའི་�མ་པ།
TER CHEN PÖ BUM PA Jambangan Harta;
�ེག་མོ་མ།
GEG MO MA Dewi Canda;
�ེང་བ་མ།
TRENG WA MA Dewi Manik-manik;
�་མ།
LU MA Dewi Nyanyi;
གར་མ།
GAR MA Dewi Tari;
མེ་ཏོག་མ།
ME TOG MA Dewi Bunga;

327
བ�ག་�ོས་མ།
DUG PÖ MA Dewi Dupa;
�ང་གསལ་མ།
NANG SAL MA Dewi Pelita;
�ི་ཆབ་མ།
DRI CHAB MA Dewi Parfum;
ཉི་མ།
NYI MA Matahari;
�་བ།
DHA WA Bulan;
རིན་པོ་ཆེའི་ག�གས།
RIN PO CHEI DUG Payung Kerajaan;
�ོགས་ལས་�མ་པར་�ལ་བའི་�ལ་མཚན།
CHOG LË NAM PAR GYAL WEI GYAL Panji Kemenangan Sepuluh
TSHEN Penjuru;
�་དང་མིའི་དཔལ་འ�ོར་�ན་�མ་ཚ�གས་པ་
LHA DANG MIl PAL JOR PHUN SUM Semua harta para dewa surgawi
TSHOG PA dan manusia,
མ་ཚང་བ་མེད་པ་འདི་ཉིད་�ིན་ཅན་
MA TSHANG WA MED PA DI NYID DRIN Dalam jumlah banyak tanpa
CHEN kecuali,
�་བ་དང་བ�ད་པར་བཅས་པའི་དཔལ་�ན་�་མ་
དམ་པ་�མས་ལ་ད�ལ་པར་བ�ིའོ།
TSA WA DANG GYUD PAR CHË PË PAL Kupersembahkan mandala ini
DEN LA MA DAM PA NAM LA BUL PAR GYI kepada guru akar dan semua guru
WO garis silsilah yang mulia dan yang
agung dan untuk semua Buddha
dan Bodhsattva.

Pada waktu mengucapkan

Di tengah, Raja Gunung Sumeru . . . .

328
tempatkan suatu tumpukan yang lebih besar di tengah-tengah. Untuk
menempatkan keempat benua, lafalkan:

Di Timur, Purvavideha ...

dan tempatkan suatu tumpukan kecil di timur, boleh di sisi yang


mengarah ke arah anda atau di sisi sebaliknya, menghadap kepada siapa
anda sedang membuat persembahan. Lalu letakkan tiga tumpuk untuk
benua lainnya, menelusuri dari arah timur searah jarum jam.
Untuk anak benua, Deha, Videha dan seterusnya, tempatkan suatu
tumpukan sebelah menyebelah di tiap benua sesuai gilirannya.
Berikutnya, tempatkan Gunung Permata di timur, Pohon Pengabul
Harapan di selatan, Sapi Pemberkah di barat dan Sawah Swadaya di utara.
Sesudah itu giliran Tujuh Atribut Kerajaan dan Jambangan Harta
yang ditempatkan satu demi satu di empat arah utama dan empat arah
antara.
Berikutnya, tempatkan empat dewi bagian luar di setiap empat arah
utama, mulai dengan Dewi Canda; dan empat dewi bagian dalam di
empat arah antara, mulai dengan Dewi Bunga.
Tempatkan Matahari di timur dan Bulan di barat. Tempatkan Payung
Kerajaan di selatan dan Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru di utara.

Meja persembahan bertingkat tiga


329
Distribusi 37 Unsur Mandala

1. Maha Meru di tengah; 2. Purva Videha; 3. Jambudvipa; 4.


Apara Godania; 5. Uttara Kuru; 6. Pulau Deha; 7. Videha; 8. Pulau
Chamara; 9. Upa-chamara; 10. Pulau Sharta; 11. Uttara-mantrina;
12. Pulau Kurava; 13. Kaurava; 14. Gunung Harta; 15. Pohon
Pengabul Harapan; 16. Sapi Pemberkah; 17. Sawah Swadaya; 18.
Roda Berharga; 19. Permata Berharga; 20. Ratu Mulia; 21. Menteri
Mulia; 22. Gajah Mulia; 23. Kuda Mulia; 24. Jenderal Mulia; 25.
Jambangan Harta; 26. Dewi Canda; 27. Dewi Manik-manik; 28.
Dewi Nyanyi; 29. Dewi Tari; 30. Dewi Bunga; 31. Dewi Dupa; 32.
Dewi Pelita; 33. Dewi Parfum; 34. Matahari; 35. Bulan; 36. Payung
Kerajaan; 37. Panji Kemenangan Sepuluh Penjuru

Ketika Anda mengucapkan:

Semua harta para dewa surgawi dan manusia, . . . . .

330
tempatkan lebih banyak biji-bijian pada puncak tumpukan lainnya
sehingga tidak ada ruang yang tak terisi. Jika anda memiliki perhiasan
untuk puncak tersebut, tempatkanlah di puncak sekarang. Lafalkan:

Kupersembahkan mandala ini kepada guru akar dan semua guru


garis silsilah yang mulia dan yang agung dan untuk semua
Buddha dan Bodhsattva.

Pada saat ini sebagian orang menambahkan kata-kata, "...lengkap dan


menyenangkan di dalam semua bagian, tak kurang sesuatu pun," tetapi
menurut guruku, tambahan tersebut tidak ada di dalam teks asli.
Mengenai apa yang sebaiknya divisualisaikan pada masing-masing
poin ini, guruku tidak mengatakan lebih lanjut ketika ia memberi ajaran,
maka saya tidak akan menulis lebih jauh sendiri di sini. Namun, bagi
mereka yang ingin mengetahui perinciannya, dapat membaca Rincian
Komentar Rangkuman Arti 205 , seperti yang disebutkan di dalam teks
penjelasan latihan pendahuluan ini.

2. Persembahan mandala ketiga kaya menurut teks ini

Mandala Mandala Mandala


Nirmanakaya Sambhoyakaya Dharmakaya

2.1 Mandala nirmanakaya biasa

Pada waktu melakukan persembahan mandala menurut sadhana tradisi


kita, 206 maka yang pertama adalah persembahan mandala nirmanakaya
biasa. Empat benua tersebut di atas, di dalam urutan tumpukan bahan
persembahan, dengan Maha Meru di tengah-tengah dan alam Surga

205
Tib. dgongs ‘dus rnam bshad, komentar yang ditulis oleh Jigme Lingpa.
206
Longchen Nyingtik.
331
Brahma di atasnya, merupakan satu dunia. Seribu buah dunia
membentuk apa yang disebut "satu alam semesta tingkat pertama dari
seribu dunia”. Dengan mengalikan seribu kali alam semesta yang terdiri
dari seribu dunia seperti itu, yang masing-masing dengan empat
benuanya, kita mendapatkan apa yang disebut "suatu alam semesta
pertengahan tingkat dua dari seribu kali seribu dunia," atau suatu alam
semesta dari sejuta dunia. Dengan mengalikannya lagi seribu kali alam
semesta yang sejuta kali lipat seperti itu, kita mendapat "suatu sistim
dunia besar tingkat tiga dari seribu juta dunia,207" atau suatu alam semesta
dari satu miliar dunia. Satu alam semesta dari tingkat ini, yang terdiri
dari satu miliar dunia dengan masing-masing empat benuanya, adalah
merupakan kawasan seorang Buddha – sebagai contohnya alam
Sakyamuni Buddha, yang alam Buddhanya disebut Dunia Saha.
Bayangkan semua dunia yang tidak terhitung dan tak terbayangkan
ini, semua harta paling baik yang ada di alam manusia atau alam surga,
seperti tujuh atribut kerajaan dan seterusnya, apakah yang dimiliki oleh
seseorang ataupun tidak. Pada semua yang tersebut di atas, tambahkan
tubuh anda sendiri, kekayaan anda, hidup, nasib baik, kekuasaan dan
kekuatan, serta semua sumber pahala yang telah anda kumpulkan
sepanjang semua waktu dan yang akan dikumpulkan pada masa depan,
bersama-sama dengan segala sesuatu yang dapat membawa kesenangan
dan kebahagiaan. Kumpulkan segala sesuatu yang terbaik dan yang
paling diinginkan, bahkan dengan tanpa nafsu keinginan atau
kemelekatan sedikit pun, dan persembahkanlah semuanya kepada guru
anda dan deity-deity nirmanakaya, lengkap tanpa kekurangan apa pun. Ini
adalah persembahan mandala nirmanakaya biasa.

2.2 Mandala sambhogakaya luar biasa

Di atas semuanya, ciptakan dalam imajinasi anda alam surga yang


tak berbatas dan istana-istana tak terbayangkan dalam lima alam Buddha
utama. Semuanya disemarakkan oleh Dewi Kecantikan dan dewi-dewi
lainnya yang mempersembahkan kesenangan-kesenangan indera dan
dilipat-gandakan dengan tak terhingga. Persembahkanlah semua ini ke-
pada guru anda dan deity-deity sambhogakaya. Ini adalah persembahan
mandala sambhogakaya yang luar biasa.

2.3 Mandala khusus dharmakaya

207
Skt. Trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu.
332
Di atas dasar mandala yang mewakili ruang mutlak yang tak
terlahirkan, letakkan tumpukan yang melambangkan empat penglihatan 208
dan pikiran apa pun juga yang muncul. Persembahkanlah mereka kepada
guru anda dan deity-deity dharmakaya. Ini adalah persembahan mandala
khusus dharmakaya.

Untuk persembahan mandala ketiga kaya ini, ingatlah dengan jelas


semua instruksi untuk latihan ini, dan ulangi doa dengan devosi dimulai
dari:

ཨ�་�ྰཿ་�ྃ།�� �ོང་ག�མ་འཇིག་�ེན་�ེ་བ་�ག་
བ�འི་ཞིངཿ
OM AH HUNG TONG SUM JIG TEN JE Om Ah Hum. Jagat raya dari satu
WA TRAG GYEI ZHING miliar tata surya, tempat seribu juta
dunia;
རིན་ཆེན་�་བ�ན་�་མིའི་འ�ོར་བས་གཏམསཿ
RIN CHEN NA DUN LHA MÏ JOR WË TAM Penuh dengan tujuh macam harta
kerajaan manusia dan dewa;
བདག་�ས་ལོངས་�ོད་བཅས་པ་ཡོངས་འ�ལ་
�ིསཿ
DAG LÜ LONG CHOD CHË PA YONG BUL Semua kupersembahkan bersama
GYÏ tubuh dan harta benda saya;
ཆོས་�ི་འཁོར་ལོས་བ�ར་བའི་�ིད་ཐོབ་ཤོག༔
CHÖ KYI KHOR LÖ GYUR WEI SID THOB Semoga saya mencapai tingkat
SHOG Cakravatin nan kuasa.
འོག་མིན་བདེ་ཆེན་�ག་པོ་བཀོད་པའི་ཞིངཿ
OG MIN DE CHEN TUG PO KOD PË Akanistha alam kebahagiaan agung
ZHING Buddha Sambhogakaya;
ངེས་པ་�་�ན་རིགས་�འི་ཚ�མ་�་ཅནཿ
NGË PA NGA DEN RIG NGEI TSHOM BU Yang tertumpuk dengan lima
CHEN kepastian 209 dari lima keluarga
Buddha;

208
Empat penglihatan: Seseorang yang melatih Atiyoga dapat merealisasi: 1. Realisasi
langsung atas realitas itu sendiri; 2. Peningkatan pengalaman; 3. Pencapaian
pematangan penuh dari kesadaran; 4. Peleburan pengalaman ke dalam sifat realita.
209
Lima kepastian: Kepastian tempat yang terhias indah, kepastian rupa yang memiliki
tanda, kepastian ajaran yang hanya ajaran Mahayana, kepastian pengiring yang hanya
terdiri dari Bodhisattva bhumi kesepuluh dan kepastian waktu yang berlangsung selama
samsara masih ada.
333
འདོད་ཡོན་མཆོད་པའི་�ིན་�ང་བསམ་ཡས་པཿ
DOD YON CHOD PË TRIN PHUNG SAM Dengan awan persembahan
YË PA kenikmatan yang tak terhingga;
�ལ་བས་ལོངས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
Kupersembahkan agar mencapai
PHUL WË LONG KÜ ZHING LA CHOD PAR
tingkat sambhogakaya yang
SHOG
sempurna.
�ང་�ིད་�མ་དག་གཞོན་�་�མ་པའི་�ཿ
NANG SID NAM DAG ZHON NU BUM PË Kemurnian yang bermanifestasi
KU pada tubuh jambangan seorang
perjaka; 210
�གས་�ེ་མ་འགགས་ཆོས་ཉིད་རོལ་པས་བ�ནཿ
THUG JE MA GAG CHÖ NYID ROL PË Hiasan pertunjukan belas kasih
GYEN realita yang tak pernah punah;
�་དང་ཐིག་ལེའི་འཛ�ན་པ་�མ་དག་ཞིངཿ
KU DANG THIG LEI DZIN PA NAM DAG Serta alam murni tubuh dan
ZHING bindu;
�ལ་བས་ཆོས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
PHUL WE CHÖ KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai
SHOG tingkat Dharmakaya nan jaya.

Ketika anda sedang menghitung berapa kali persembahan yang


anda buat, peganglah dasar mandala dengan tangan kiri anda dengan
meninggalkan persembahan yang anda buat pertama kali di atasnya.
Untuk setiap lafalan teks, tambahkan satu tumpukan dengan tangan
kanan anda. Berlatih dengan tekun, sambil memegang dasar mandala
sampai lengan anda begitu nyeri sehingga ia tidak bisa lagi melanjut-
kannya. "Dengan berani menahan kesukaran dan bertekun demi
Dharma" lebih berarti dari sekedar menahan lapar. Ini berarti selalu
bertekad untuk menyelesaikan setiap latihan yang sulit dilakukan,
bagaimanapun juga keadaannya. Berlatihlah seperti ini, dan dalam
melakukannya, anda akan memperoleh pahala yang luar biasa melalui
kesabaran dan usaha anda.
Ketika anda benar-benar sudah tidak dapat memegang mandala lebih
lama lagi, taruhlah di atas meja di depan anda dan lanjutkan meletakkan
tumpukan persembahan dan menghitung jumlahnya. Waktu anda beristi-
rahat sejenak, katakanlah untuk minum teh, kumpulkanlah segala apa
yang telah anda persembahkan, dan ketika anda mulai lagi, mulailah

210
Tubuh jambangan seorang perjaka: istilah Dzogchen untuk sifat alami Buddha.
334
dengan tiga puluh tujuh unsur mandala sebelum melanjutkannya seperti
semula.
Pastikan untuk membuat sedikitnya seratus ribu persembahan
mandala dengan cara ini. Jika anda tidak bisa mengusahakan jumlah
tersebut dengan menggunakan mandala ketiga kaya yang rinci, boleh juga
dengan mengucapkan ayat tersebut sebagai gantinya, dimulai dengan:

ས་གཞི་�ོས་�ས་�གས་ཤིང་མེ་ཏོག་བ�མ།
SA ZHI PÖ CHU JUG SHING ME TOG TRAM Bumi dengan taburan bunga dan
diolesi dengan parfum ini,
རི་རབ་�ིང་བཞི་ཉི་�ས་བ�ན་པ་འདི།
RI RAB LING ZHI NYI DHË GYEN PA DI Yang dihiasi dengan Gunung
Meru, empat benua, matahari dan
སངས་�ས་ཞིང་�་དམིགས་ཏེ་�ལ་བ་ཡིས། bulan,
SANG GYË ZHING DU MIG TE PHUL WA YÏ Saya bayangkan sebagai alam
Buddha dan
mempersembahkannya,
འ�ོ་�ན་�མ་དག་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོག།
DRO KUN NAM DAG ZHING LA CHOD PAR Semoga semua makhluk hidup
SHOG menikmati alam suci ini.

�ཾ་�་�་ར�ྣ་མ�ྡལ་�་�� ཛ་མེ་གྷ་ས་�་�་ས་པ་ར་ཎ་ས་མ་ཡེ་�ྰཿ�ྃ།��
TRAM GU RU RATNA MANDALA PU DZA ME GHA SA MU DRA SA PA RA
NA SA MA YE AH HUNG

Distribusi 7 Tumpuk Mandala

335
Apa pun juga bentuk persembahannya, adalah penting – sebagaimana
setiap latihan yang anda lakukan – untuk menerapkan ketiga metoda yang
tertinggi. Mulailah dengan membangkitkan bodhicitta, kemudian
melakukan latihan tersebut tanpa gagasan apa-apa, dan menyegel latihan
tersebut dengan sempurna pada akhir latihan dengan pelimpahan pahala.
Jika yang anda pergunakan untuk persembahan mandala adalah barli,
biji gandum, atau biji-bijian lainnya, sepanjang anda mampu, persem-
bahkanlah biji-bijian segar, jangan pergunakan biji-bijian yang sama
untuk kedua kalinya. Apa yang telah dipersembahkan dapat anda berikan
kepada burung, tikus, membagikannya kepada orang buta, pengemis, atau
ditumpuk di depan lambang Tri Ratna. Tetapi janganlah pernah berpikir
bahwa barang tersebut milik anda atau menggunakannya untuk anda
sendiri. Seandainya anda kekurangan dana untuk memperbaharui per-
sembahan setiap kali, maka dapat diulang pemakaiannya sesuai
kemampuan anda. Jika anda sangat miskin, anda dapat menggunakan
biji-bijian yang sama berulang-ulang.
Setiap kali anda memperbaharui biji-bijian, bersihkanlah sebelum
mengadakan persembahan dengan membuang semua kotoran, debu,
sekam, jerami, rabuk burung dan sejenisnya, dan perciki dengan saffron
atau air wangi.
Meskipun ajaran mengizinkan persembahan dengan tanah dan batu,
hal ini adalah untuk memberi keleluasaan bagi mereka yang sangat
miskin, di mana mereka tidak memiliki apa-apa, atau bagi mereka yang
memiliki kapasitas yang unggul, di mana pikiran mereka dapat
menciptakan alam Buddha yang sama banyaknya dengan semua partikel
bumi di seluruh dunia pada sebutir debu. Kalau anda sebenarnya cukup
mampu, tetapi kalau tidak sanggup merelakan dan dengan murah hati
mempersembahkannya, anda boleh mengaku dengan segala macam
alasan yang dianggap sangat masuk akal – dan bahkan meyakinkan diri
anda – bahwa anda sedang membuat persembahan dengan menggunakan
mantra dan visualisasi, tetapi anda hanya akan mengelabuhi diri anda
sendiri.
Lebih dari itu, semua tantra dan intisari instruksi berbicara tentang
"persembahan bersih, yang dipersiapkan dengan bersih" atau "barang
persembahan yang dipersiapkan dengan bersih”. Mereka tidak pernah
merekomendasikan "persembahan kotor yang dipersiapkan secara kotor."
Oleh karena itu, janganlah pernah mempersembahkan makanan sisa atau
makanan yang tercemar dengan kekikiran atau kotoran. Jangan menggu-
nakan barli yang terbaiknya untuk dikonsumsi sendiri, dan memakai
sisanya untuk persembahan atau untuk membuat tsampa torma. Orang-
orang Kadampa masa lampau sering berkata:

336
Tidak boleh menyimpan barang yang terbaik untuk diri sendiri
dan mempersembahkan keju berjamur dan sayur-mayur yang
layu ke pada Sang Tri Ratna.

Jangan membuat torma atau pelita persembahan dengan bahan-bahan


yang tengik atau busuk, dan menyimpan bahan yang baik untuk diri
sendiri. Perilaku seperti itu akan menghabiskan pahala anda.
Ketika membuat shelze 211 atau torma, siapkanlah adonan dengan
kekentalan yang sama seperti yang ingin anda konsumsi sendiri. Tidak
dibenarkan untuk menambahkan terlalu banyak air ke dalam adonan
hanya untuk membuatnya lebih mudah untuk dikerjakan.
Atisa sering berkata: "Orang Tibet ini tidak akan pernah kaya,
mereka membuat adonan torma mereka terlalu encer!"
Ia juga berkata: "Di Tibet, dengan hanya mempersembahkan air saja
cukup untuk menghimpun pahala. Di India cuaca terlalu panas, dan air di
sana tidak pernah semurni seperti di Tibet sini"
Sebagai cara mengumpulkan pahala, mempersembahkan air bersih
adalah sangat efektif jika anda dapat melakukannya dengan rajin. Bersih-
kan tujuh mangkuk persembahan atau wadah lainnya dan letakkanlah
mereka berdampingan, tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh terpisah.
Mereka perlu ditaruh lurus, tak satu pun di luar garis. Air itu harus jernih
tanpa adanya butir-butiran, rambut, debu atau serangga yang mengapung
di dalamnya. Mangkuk-mangkuk tersebut harus diisi dengan penuh
perhatian, penuh tetapi tidak sampai ke pinggirnya, tanpa menumpahkan
setetes air di atas meja persembahan. Ini adalah cara itu untuk membuat
persembahan air yang indah dan menyenangkan.
Doa Perbuatan Baik berkata tentang “persembahan yang diatur
dengan sempurna." Persembahan bentuk apa pun juga yang anda buat,
jika anda membuatnya indah dan menyenangkan, bahkan dalam cara
menyajikannya, rasa hormat yang anda tunjukkan kepada para Buddha
dan Bodhisattva dengan melakukan hal yang demikian akan
mendatangkan pahala yang sangat besar. Maka berusahalah untuk
menyusun persembahan anda dengan baik.
Jika anda kekurangan sumber daya atau jika anda tidak mampu untuk
membuat persembahan, tidak ada salahnya dengan mempersembahkan
sesuatu yang kotor atau tidak enak, sepanjang niat anda adalah sama
sekali murni. Buddha dan Bodhisattva tidak memiliki gagasan tentang
bersih atau kotor. Ada contoh-contoh mengenai persembahan seperti itu
dalam cerita, salah satu misalnya tentang seorang wanita miskin yang
dikenal sebagai Pemakan Bangkai Kota, yang mempersembahkan sebuah
pelita mentega. Dan ada kisah tentang wanita penderita kusta yang

211
Sejenis makanan untuk persembahan.
337
mempersembahkan kepada Mahakasyapa satu mangkuk bubur yang
diterimanya dari meminta-minta. Ketika ia sedang mempersembahkan-
nya kepada Mahakasyapa, seekor lalat jatuh ke dalamnya. Waktu ia
mencoba mengambil lalat tersebut, jarinya tercelup juga. Mahakasyapa
meminumnya juga demi memenuhi niat baiknya, dan karena
persembahan tersebut diperuntukkan sebagai makanan untuk sepanjang
hari, wanita penderita kusta dipenuhi dengan kegembiraan. Dia terla-
hirkan di alam Surga Tiga Puluh Tiga.
Singkatnya, ketika anda mempersembahkan mandala, apa pun juga
yang anda gunakan haruslah bersih, dan harus dipersembahkan dengan
cara yang menyenangkan, dan niat anda harus sama sekali murni.
Tiada tahap dalam Jalan di mana anda perlu berhenti berusaha untuk
melaksanakan latihan-latihan untuk mengumpulkan pahala, seperti per-
sembahan mandala. Sebagaimana kata tantra:

Tanpa pahala tidak akan ada pencapaian;


Seseorang tidak bisa mendapatkan minyak dengan memeras pasir.

Mengharapkan memperoleh pencapaian dengan tanpa mengumpul-


kan pahala adalah seperti berusaha untuk mendapatkan minyak sayur
dengan memeras pasir tepi sungai. Biar seberapa banyaknya butir pasir
yang anda peras, anda tidak akan pernah mendapatkan setetes minyak
pun. Tetapi berusaha memperoleh pencapaian dengan mengumpulkan
pahala adalah seperti berusaha untuk mendapatkan minyak dengan
memeras biji-biji wijen. Semakin banyak biji yang anda peras, semakin
banyak minyak yang akan anda peroleh. Bahkan satu biji saja yang
hancur di kuku anda akan membuat seluruh kuku berminyak. Sang
Buddha pernah berkata:

Mengharapkan pencapaian dengan tanpa mengumpulkan pahala


adalah seperti berusaha membuat mentega dengan mengocok
air;
Berusaha memperoleh pencapaian dengan mengumpulkan pahala
adalah seperti membuat mentega dengan mengocok susu.

Tidak diragukan lagi bahwa untuk mencapai tujuan akhir, pencapaian


tertinggi, adalah juga hasil dari penyelesaian kedua macam akumulasi.
Kita telah membahas ketidak-mungkinan pencapaian kemurnian ganda
dari kebuddhaan tanpa menyelesaikan akumulasi pahala dan kebijaksa-
naan. Nagarjuna berkata:

Dengan perbuatan-perbuatan positif ini, semoga semua makhluk


338
Melengkapi akumulasi pahala dan kebijaksanaan,
Dan mencapai kedua kaya tertinggi
Yang berasal dari pahala dan kebijaksanaan.

Dengan menyelesaikan akumulasi pahala yang menyangkut konsep-


si, 212 anda akan mencapai rupakaya tertinggi. Dengan menyelesaikan
akumulasi kebijaksanaan di luar konsepsi, anda mencapai dharmakaya
tertinggi.
Prestasi-prestasi sementara dari kehidupan sehari-hari juga dimung-
kinkan dengan pengumpulan pahala. Tanpa pahala, betapapun besarnya
semua usaha kita akan sia-sia. Contohnya, sebagian orang tanpa
berusaha sedikit pun tidak pernah kekurangan makanan, uang atau harta
di dalam kehidupan ini oleh karena persediaan pahala yang mereka
kumpulkan di masa lalu. Sementara orang-orang lain sibuk sepanjang
hidupnya ke sana ke mari berusaha untuk menjadi kaya dengan
berdagang, bertani dan seterusnya, tetapi tidak membawakan hasil sedikit
pun, dan akhirnya meninggal karena kelaparan. Hal seperti ini dapat kita
lihat sendiri.
Hal yang sama bahkan berlaku untuk mengambil hati dewa-dewa
kekayaan, pelindung Dharma dan lain-lain dengan harapan untuk
memperoleh kemakmuran. Tidak ada yang dapat dikabulkan oleh dewa-
dewa seperti itu kecuali kalau kita dapat menggunakan sumber hasil
kemurahan hati kita sendiri di masa yang lampau.
Sekali peristiwa ada seorang pertapa yang tidak memiliki apa pun
untuk hidupnya, maka ia mulai melakukan latihan Damchen. 213 Ia
menjadi begitu ahli di dalam latihannya sehingga ia bisa berbicara dengan
pelindung tersebut seolah-olah ia berbicara dengan orang lain, namun
tetap saja ia tidak memperoleh anugerah.
Damchen berkata kepadanya: "Tidak ada secuil pun kemurahan hati
anda di masa lampau, maka saya tidak bisa memberikan anugerah apa
pun kepada anda."
Pada suatu hari sang pertapa antri bersama berapa pengemis dan
diberi satu mangkuk penuh dengan sup. Ketika ia tiba dirumah, Damchen
menampakkan diri dan berkata kepadanya: "Hari ini saya memberi anda
suatu anugerah. Apakah anda melihatnya?"
"Tetapi semua pengemis mendapat satu mangkuk sup, tidak hanya
saya," kata sang pertapa. "Saya tidak melihat adanya pemberian apa pun
dari anda."

212
Konsepsi subyek, obyek dan perbuatan.
213
Damchen Dorje Lekpa, Skt. Vajrasadhu, salah satu pelindung utama Dharma.
339
"Ketika anda mendapat sup anda," Damchen berkata, "ada satu
gumpalan besar lemak jatuh ke dalam mangkuk anda, bukan? Itulah
pemberian dari saya!"
Kemiskinan tidak bisa diatasi dengan latihan untuk memperoleh
kekayaan dan sejenisnya tanpa adanya akumulasi pahala di dalam
kehidupan yang lampau. Jika makhluk seperti para dewa kekayaaan
duniawi sungguh mampu menganugerahkan pencapaian supernatural atas
kekayaan, maka Buddha dan Bodhisattva, yang kekuatan dan
kemampuan untuk melaksanakan mukjizat-mukjizat ratusan ribu kali
lebih besar, dan yang mempersembahkan diri mereka sama sekali untuk
membantu makhluk dengan tanpa diminta, akan pasti menurunkan hujan
kekayaan ke dunia ini, sehingga semua kemiskinan akan terhapuskan
dengan seketika. Tetapi hal ini tidak terjadi.
Apa pun juga yang kita miliki hanyalah hasil dari pahala yang sudah
kita kumpulkan di masa lalu. Oleh karena itu, sebagaimana kata guru-
guru besar masa dulu : “Satu percikan dari pahala adalah lebih berharga
dari usaha sebesar gunung.”
Dewasa ini, ketika orang-orang melihat adanya sedikit kekayaan atau
kekuasaan di negeri barbar, mereka semua merasa kagum dan berseru,
"Wah, wah! Mana mungkin?" Sebenarnya hal seperti ini sama sekali
tidak memerlukan banyak pahala yang dikumpulkan. Hasil dari membuat
suatu persembahan, ketika niat orang yang membuat persembahan dan
obyek kepada siapa persembahan tersebut diadakan keduanya adalah
murni, dapat dilihat dari contoh yang diberikan dalam cerita
Mandhatri. 214 Dengan mempersembahkan tujuh biji kacang, ia
memperoleh kedaulatan atas segalanya sampai ke Surga Tiga Puluh Tiga.
Selain itu ada kasus tentang Raja Prasenajit, yang kekuasaannya adalah
hasil dari persembahan satu piring makanan yang hangat tanpa garam.
Ketika Atisa datang ke Tibet, negeri itu lebih besar dan kaya
dibanding hari ini. Namun tetap juga ia berkata, "Tibet sungguh suatu
kerajaan preta. Di sini saya melihat tak seorang pun memperoleh hasil
yang memuaskan setelah mempersembahkan bahkan suatu takaran jelai
kepada suatu obyek suci!"
Jika orang-orang benar-benar menganggap harta sehari-hari atau
kekuasaan yang sangat kecil tersebut mengagumkan dan menakjubkan,
hal ini merupakan suatu tanda, pertama-tama, betapa piciknya pikiran
mereka; kedua, betapa melekatnya mereka pada penampilan sehari-hari,
dan yang ketiga, kegagalan mereka untuk memahami dengan baik
pelipatgandaan karma, seperti yang diceritakan sebelumnya dengan benih

214
Salah satu Cakravatin, sebagaimana diceritakan dalam buku-buku Buddhis. Lihat
halam-an sebelumnya.
340
pohon asota – atau atas kenyataan bahwa mereka tidak percaya akan hal
tersebut, meski kalaupun mereka memahaminya.
Tetapi siapa pun dengan penolakan keduniawian sepenuh hati dan
tulus, akan mengetahui bahwa semua kesempurnaan yang tampak yang
ditemukan di dunia ini – bahkan menjadi kaya seperti seekor naga,
memiliki jabatan setinggi langit, menjadi penuh kekuatan seperti
halilintar atau secantik pelangi – tidak satu pun dari hal-hal ini memiliki
sepercik kemantapan yang permanen atau inti. Hal-hal seperti itu hanya
akan menimbulkan kemuakan, seperti sepiring makanan berminyak yang
disuguhkan kepada orang yang menderita sakit kuning.
Mengumpulkan pahala dengan harapan untuk menjadi kaya dalam
hidup ini adalah cukup baik untuk orang-orang duniawi. Namun hal ini
adalah sesuatu yang sangat jauh dari Dharma yang sejati, yang berdasar
pada tekad untuk membebaskan diri dari samsara. Seperti yang telah
saya katakan berulang kali, jika anda mencari Dharma sejati yang
menuntun anda kearah pembebasan, anda harus meninggalkan semua
kemelekatan pada kehidupan duniawi seperti membuang ludah. Anda
harus meninggalkan kampung halaman anda dan menuju ke negeri yang
tak dikenal, tinggal selalu di dalam tempat-tempat yang sepi. Anda harus
berlatih dengan gembira dalam hal diserang penyakit, dan dengan
gembira dalam menghadapi kematian.
Seorang murid bertanya kepada Dagpo Rinpoche yang Tiada
Bandingannya: "Dalam masa kemerosotan, adalah sulit untuk mendapat-
kan makanan, pakaian dan keperluan-keperluan lain untuk berlatih
Dharma yang benar. Lalu apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya
mencoba sedikit merayu dewa-dewa kekayaan, atau mempelajari suatu
metoda yang baik untuk menyadap sari, 215 atau memasrahkan diri saya
pada kematian yang pasti?"
Sang Guru menjawab: "Seberapa pun kerasnya anda mencoba, tanpa
hasil dari kemurahan hati masa lampau, merayu dewa-dewa kekayaan
akan sulit. Lebih dari itu, mencari kekayaan dengan cara begini untuk
kehidupan ini bertolak belakang dengan praktek Dharma yang tulus.
Pada masa dulu, ketika sari dari tanah, batu-batuan, air, tumbuh-
tumbuhan dan lain-lainnya masih penuh, berlatih menyadap sari mudah
dilakukan. Tetapi pada masa sekarang, sari-sari tersebut sudah habis.
Sekarang hal itu tidak akan pernah berhasil. Memasrahkan diri anda
kepada kematian yang pasti tidak ada gunanya juga. Di kemudian hari
akan terbukti sulit untuk memperoleh badan manusia dengan semua
kebebasan dan keberuntungan sebagaimana yang anda miliki sekarang.

215
Mengekstraksi sari: suatu metoda yang memungkinkan seseorang untuk
mengkonsumsi zat dan elemen tertentu dalam jumlah sedikit, tanpa keharusan untuk
menggunakan makanan biasa.
341
Namun, jika anda merasa yakin dari lubuk hati anda bahwa anda dapat
melatih tanpa peduli apakah anda mati atau tidak, anda tidak akan pernah
kekurangan sandang pangan. Tidak ada kejadian bahwa seorang praktisi
pernah mati kelaparan.”
Buddha menyatakan bahwa bahkan selama suatu bencana kelaparan
yang sangat hebat di mana membeli satu takaran216 tepung gandum lebih
mahal dari satu takaran mutiara, para murid Buddha tidak akan pernah
tanpa sandang pangan.
Semua latihan yang dilakukan para Bodhisattva untuk menghimpun
pahala dan kebijaksanaan atau untuk menghilangkan kekotoran batin,
hanya mempunyai satu tujuan: kesejahteraan semua makhluk hidup di
alam semesta. Setiap orang yang ingin mencapai kebuddhaan sempurna
hanya untuk kepentingannya sendiri, apalagi latihan yang mengarah pada
pemenuhan sasaran dari hidup ini, sama sekali tidak ada hubungannya
dengan Mahayana. Latihan apa pun yang anda jalankan, apakah itu
merupakan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan atau membersihkan
noda-noda batin, lakukanlah demi kepentingan semua makhluk yang
tidak terbatas, dan jangan mencampurkannya dengan keinginan
mementingkan diri apa pun. Dengan cara itu, sebagai hasil tambahan,
bahkan dengan tanpa mengharapkannya, berbagai kepentingan anda
sendiri, kenyamanan dan kebahagiaan di dalam hidup ini akan secara
otomatis dipenuhi, seperti halnya membumbungnya asap dengan
sendirinya ketika anda meniup perapian, atau jelai yang bertunas sebagai
hal yang wajar ketika anda menabur benih. Tetapi hindarilah
sebagaimana menghindari racun atas setiap dorongan untuk membaktikan
diri anda demi hal-hal duniawi.

216
‘Takaran’ yang dimaksud adalah takaran Tibet, yaitu satuan volume yang kira-kira
setara dengan volume 700 gram barli.
342
AKUMULASI KUSALI

Sekarang sampailah kita pada suatu persembahan singkat dengan


tubuh milik kita sendiri yang disebut akumulasi kusali. Karena latihan ini
ada hubungannya dengan Guru Yoga dalam Menemukan Peristirahatan
Dalam Hakikat Pikiran, maka diizinkan untuk digabungkan dengan Guru
Yoga. Sebagai alternatif dan tanpa pertentangan, latihan itu dapat juga
dilatih sebagai bagian dari akumulasi pahala bersama-sama dengan
persembahan mandala.
Sesuai dengan tradisi Guru saya yang mengajarkan cara tersebut,
maka latihan ini ditambahkan setelah persembahan mandala.

I. TUBUH SEBAGAI SUATU PERSEMBAHAN

Kata "kusali" 217 berarti pengemis. Untuk menghimpun pahala dan


kebijaksanaan, yogi-yogi yang sudah meninggalkan kehidupan biasa,
misalnya pertapa-pertapa yang hidup di pegunungan, mempergunakan
visualisasi untuk mempersembahkan tubuh mereka sendiri, karena
mereka tidak punya harta lain untuk dipersembahkan.
Semua benda lain yang kita kumpulkan di sekeliling kita dengan
begitu banyak usaha dan perhatian adalah untuk pemeliharaan tubuh kita,
dan dibandingkan dengan harta benda lain mana pun, tak ayal lagi, tubuh
kitalah yang paling kita sayangi. Memangkas kemelekatan kita terhadap
tubuh kita sendiri dan mempergunakannya sebagai suatu persembahan
adalah jauh lebih menguntungkan dibanding persembahan harta benda
lain mana pun. Konon:

Mempersembahkan kuda atau gajah anda adalah ratusan kali


lebih berharga dari pada persembahan yang lain;
Mempersembahkan anak atau pasangan anda adalah ribuan kali
lebih berharga;
Mempersembahkan tubuh anda sendiri adalah ratusan ribu kali
lebih berharga.

217
Dalam “Dharma Gunung” karangan Chakme Rinpoche, diterangkan bahwa yang
disebut ‘kusali’, selain makan, tidur, dan buang air, tidak memiliki kegiatan duniawi
lainnya, hanya bertekun dalam samadhi saja.
343
Machik Labdron berkata:

Dengan tidak mengetahui bahwa memberikan tubuhku tanpa


kemelekatan
Adalah untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan,
Saya sudah melekat pada tubuh skandha yang saya sayangi ini.
Kini kuakui di depan Bunda. 218

II. LATIHAN PERSEMBAHAN TUBUH

Pertama-tama, jika anda biasa bervisualisasi, anda dapat memilih


untuk melambungkan kesadaran secara langsung ke angkasa dan memba-
yangkannya segera sebagai Bunda Murka. 219 Jika tidak, bayangkan di
dalam hati anda hakikat dari kesadaran mental anda dalam wujud Bunda
Hitam yang Seram. Ia menari dan melenggang, sambil mengacungkan
sebilah pisau sabit tinggi-tinggi di angkasa dengan tangan kanannya, dan
dengan tangan kirinya ia memegang satu cangkir tengkorak yang penuh
dengan darah di depan hatinya. Kepala babi berwarna hitam menonjol
dari balik kuping kanannya dengan mengeluarkan suara menguik. Dia
mengenakan pakaian dan atribut dewi yang seram.
Ketika anda mengucapkan suku kata "Phet! (ཕཊཿ)", kesadaran anda
terbang ke atas melalui saluran nadi tengah anda. Pada saat ia
membumbung keluar dari lubang Brahma di atas kepala anda, tubuh anda
menjadi sesosok mayat dan rebah menjadi suatu gundukan. Di sini,
janganlah berpikir tubuh anda berbentuk seperti penampilannya yang
biasa. Sebagai gantinya, bayangkanlah ia gemuk, sangat besar dan
berlemak, sebesar seluruh alam semesta dari miliaran dunia.
Kemudian bayangkan lagi kesadaran anda sebagai Bunda Hitam yang
Seram. Dengan satu ayunan, ia memotong puncak kepala tubuh yang
mati tersebut pada batas satu jari di atas alis mata dengan pisau sabit yang
ada di tangan kanannya. Alhasil, puncak kepala segera terpisah dan
menjadi suatu cangkir tengkorak. Begitu pula, bayangkan cangkir
tengkorak tersebut bukanlah sebesar ukurannya yang biasa, tetapi sebesar
seluruh alam semesta dari miliaran dunia. Dengan tangan kirinya, Bunda
Hitam yang Seram mengambil cangkir tengkorak dan dengan kening
menghadap ke dirinya, ia menempatkannya ke dalam suatu wajan
berkaki tiga yang terbuat dari tiga tengkorak manusia, masing-masing
sebesar Maha Meru. Lalu dengan pisau sabit tersebut di tangan kanannya,

218
Maksudnya: Pasangan Buddha.
219
Skt. Krodhakali.
344
dia mengangkat seluruh mayat dan meletakkannya ke dalam cangkir
tengkorak tersebut.
Sekarang bayangkan terdapat suku kata hang (ཧཾ) putih di atas
tengkorak yang hakikatnya adalah nektar, dan di bawah tengkorak
terdapat garis bija kata a kecil (འ) berwarna merah, dengan sifat alami api.
Ketika anda mengucapkan "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�ྃ)�� ," api membakar
dari bija kata a kecil tersebut dan memanaskan cangkir tengkorak sampai
mayat mendesis dan meleleh menjadi nektar yang mendidih dan mengisi
seluruh tengkorak. Segala kesalahan dan noda batin mengalir keluar
dalam bentuk buih yang kotor. Uap air naik dari nektar dan menyentuh
huruf hang dan memanaskannya karena sentuhan tersebut. Bija kata
hang tersebut meneteskan cucuran nektar merah dan putih, yang jatuh
dan bercampur bersama-sama dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan di dalam tengkorak. Akhirnya bija kata hang sendiri menjadi
cahaya dan juga melebur ke dalam nektar. Visualisasikanlah semua ini,
lafalkan:

ཕཊཿ �ས་གཅེས་འཛ�ན་བོར་བས་�་བ�ད་
བཅོམཿ
PHET LÜ CHE DZIN WOR WË LHA DUD Phet! Dengan membuang
CHOM kemelekatan diri, aku
menghancurkan Mara;
སེམས་ཚངས་པའི་�ོ་ནས་ད�ིངས་ལ་ཐོནཿ
SEM TSHANG PË GO NË JING LA THUN Kesadaranku keluar melalui
gerbang Brahma ke alam Dharma;
འཆི་བདག་གི་བ�ད་བཅོམ་�ོས་མར་�རཿ
CHI DAG GI DUD CHOM TRO MAR GYUR Menjadi deity seram yang membuat
Dewa Kematian binasa;
གཡས་ཉོན་མོངས་བ�ད་བཅོམ་�ི་�ག་གིསཿ
YË NYON MONG DUD CHOM DRI GUG GÏ Menghancurkan mara klesa
dengan pisau sabit di tangan
kanannya;
ག�གས་�ང་པོའི་བ�ད་བཅོམ་ཐོད་པ་�ེགཿ
ZUG PHUNG PÖ DUD CHOM THOD PA Memotong kapala ‘tuk
DREG menghancurkan skandha rupa;
གཡོན་ལས་�ེད་�ལ་�ིས་བྷ�་ཐོགསཿ
YON LË JED TSHUL GYÏ BHANDHA THUG Tangan kirinya memegang kapala
dalam postur karmamudra;

345
�་ག�མ་�ི་མི་མགོའི་�ེད་�ར་བཞགཿ
KU SUM GYI MI GÖ GYED PUR ZHAG Dan menaruhnya dalam wajan
berkaki tiga yang terbuat dari tiga
tengkorak manusia;

ནང་�ོང་ག�མ་གང་བའི་བམ་རོ་དེཿ
NANG TONG SUM GANG WEI BAM RO Sehingga mayat di dalamnya
DE memenuhi alam miliaran dunia;
ཨ་�ང་དང་ཧཾ་ཡིག་གིས་བ�ད་�ིར་བ�ཿ
A THUNG DANG HANG YIG GÏ DUD TSIR Dan dilebur menjadi nektar oleh
ZHU bija kata hang dan a;
འ�་ག�མ་�ི་�ས་པས་�ངས་�ེལ་བ�རཿ
TRU SUM GYI NÜ PË JANG PEL GYUR Serta dimurnikan, digandakan dan
ditransformasi oleh kekuatan
mantra tiga bija kata. 220

Lalu, ucapkan lagi "Om Ah Hum," bayangkan huruf Om


memurnikan nektar dari semua ketidak-sempurnaan warna, bau, rasa dan
seterusnya; Ah membuatnya berlipat ganda, dan Hum mengubahnya
menjadi segala sesuatu yang diinginkan. Ia menjadi nektar suci dari
kebijaksanaan awal, yang menjelma berupa awan yang menggelembung
ke luar dan memuaskan semua keinginan.
Bayangkan di angkasa di depan anda suatu tahta dengan tumpukan
bantal-bantal sutera, di mana duduk guru akar anda yang pengasih. Di
atasnya terdapat para guru garis silsilah, di sekelilingnya ada semua
yidam. Di angkasa di arah yang berhadapan dengan wadah tengkorak
terdapat Tujuh Puluh Lima Pelindung Nan Jaya 221 dan kumpulan semua
pelindung Dharma lainnya, baik pelindung yang sudah cerah ataupun
pelindung yang terikat karma lampau mereka, beserta dewa-dewa
setempat dan dewa-dewa pemilik tanah.
Bayangkan pada bumi di bawah wadah tengkorak tersebut terdapat
semua makhluk enam alam kehidupan dan ketiga dunia, di antaranya
adalah tamu utama anda, yaitu delapan puluh ribu jenis pembuat
rintangan, lima belas roh jahat besar yang memangsa anak-anak, singkat-
nya, semua mereka yang menciptakan rintangan-rintangan dan kepada
siapa anda berhutang karma, penuh sesak seperti kelilip debu yang tak
terbilang banyaknya dalam seberkas sinar matahari.

220
Om Ah Hung
221
Pelindung Dharma yang paling terkenal di Tibet. Mereka dianggap sebagai emanasi
Mahakala.
346
1. Pesta putih untuk para tamu di atas

Sekarang bayangkan bahwa guru akar anda, para guru garis silsilah
dan persamuhan semua Buddha dan Bodhisattva di atasnya. Semuanya
meminum nektar melalui lidah mereka yang berwujud seperti tabung
vajra berongga. Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi, anda
terbebas dari noda batin anda, kesalahan dan pelanggaran samaya anda
dimurnikan, dan anda memperoleh pencapaian umum dan pencapaian
tertinggi.
Bayangkan yidam dan dewa-dewa dari empat dan enam kelas tantra
di sekeliling guru juga mengkonsumsi nektar tersebut dengan
menghisapnya melalui lidah berongga yang bentuknya sesuai dengan
lambang dari masing-masing dewa: roda vajra, permata, bunga teratai,
atau vajra silang. 222 Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi-
akumulasi, menghilangkan noda batin anda, memurnikan semua
kesalahan dan pelanggaran samaya, serta mendapat pencapaian umum
dan tertinggi.
Kemudian bayangkan daka, dakini, Tujuh Puluh Lima Pelindung
Dharma Nan Jaya dan semua pelindung Dharma lainnya juga mengambil
bagian mereka pada nektar melalui lidah mereka yang berbentuk seperti
sinar matahari berongga. Anda melengkapi akumulasi dan dibebaskan
dari semua noda batin; semua rintangan dan keadaan kurang baik
terhadap Dharma dan pencapaian pencerahan dihilangkan. Semua
keadaan baik yang mendukung dan hal-hal baik yang anda cari dilipat-
gandakan.

2. Pesta putih untuk para tamu di bawah

Berikutnya, jika anda berpengalaman dalam bervisualisasi, lanjutkan


visualisasi anda pada diri sendiri sebagai Bunda Murka. Dari hatinya,
anda mengirim ke luar kumpulan dakini pelaksana aktivitas berwarna
putih, kuning, merah, hijau dan biru, dalam jumlah yang banyak sekali
seperti kelilip debu yang bergoyangan di dalam berkas sinar matahari.
Bayangkan mereka menentramkan dan memuaskan semua makhluk di
seluruh enam alam dan ketiga dunia ketika mereka mempersembahkan
nektar kebijaksanaan yang tak bernoda dalam wadah tengkorak tersebut
kepada masing-masing makhluk hidup.
Jika anda tidak begitu berpengalaman dalam visualisasi, bayangkan
anda sendiri – Bunda Hitam yang Seram – mempergunakan cangkir
tengkorak di tangan kiri anda untuk menyendok nektar dari wadah
tengkorak yang besar dan menghamburkannya, sehingga nektar tersebut

222
Berbentuk seperti dua vajra yang disilang.
347
turun seperti hujan di mana-mana di enam alam dan ketiga dunia
kehidupan. Semua makhluk meminumnya dan sama sekali terpuaskan.

3. Pesta yang beraneka ragam untuk para tamu di atas

Uap air kembali naik dari nektar yang mendidih, memunculkan awan
persembahan yang tak terbayangkan kepada para tamu di atas: air untuk
membasuh kaki, bunga, dupa, pelita, wewangian, makanan dan musik,
delapan lambang keberuntungan 223 dan tujuh atribut kerajaan, payung
kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas berjari-jari seribu,
kerang-kerangan putih yang beralur kanan, dan lainnya. Sebagai hasilnya,
anda dan semua makhluk dipenuhi dengan akumulasi dan dibersihkan
dari semua noda batin.

4. Pesta yang beraneka ragam untuk para makhluk alam rendah

Sekarang datang para tamu di bawah, yakni semua makhluk di enam


alam kehidupan. Apa pun juga yang mereka masing-masing inginkan
tertuang jatuh pada mereka seperti air hujan, memuaskan mereka dan
mengisi mereka dengan kegembiraan.
Khususnya pikirkan makhluk kepada siapa anda telah berhutang di
dalam semua kehidupan anda hingga sekarang dalam samsara sejak
waktu tak berawal. Kita semua memiliki segala macam hutang karena
perbuatan kita yang lampau: hutang yang membuat hidup kita pendek
karena kita membunuh; hutang yang membuat kita miskin karena kita
merampok; hutang yang membuat kita terserang penyakit karena kita
menyerang dan memukul makhluk lain; hutang karena perlindungan yang
diberi oleh atasan kita, karena layanan yang diberikan oleh bawahan kita,
karena persahabatan dari teman-teman, hutang kepada tuan tanah dan
petani, kepada orang yang kita sayangi, teman dan tetangga, anak-cucu
dan ternak, hutang untuk makanan yang kita makan dan pakaian yang
kita pakai, pada uang yang kita pinjam, susu yang kita perah, pada beban
yang kita limpahkan pada makhluk lain, dan pada sawah yang kita bajak,
dan pada apa saja yang telah kita pakai.
Semua penagih hutang karma tersebut, baik laki-laki ataupun
perempuan, ingin membalas dendam dengan memakan daging dan tulang
anda, memperpendek umur anda dan merengut tenaga hidup anda.
Mereka berkumpul di sekeliling dengan membawa tong, berlari-lari
mengejar anda dan menuntut pembayaran kembali. Persembahan ter-

223
Delapan lambang keberuntungan: 1. Simpul keberuntungan; 2. Bunga teratai; 3.
Payung mustika; 4. Kerang beralur kanan; 5. Roda emas; 6. Panji Kemengangan; 7.
Jambangan Berharga; dan 8. Ikan emas.
348
sebut diubah menjadi suatu harta benda yang tak kunjung habis akan
segala yang diinginkan, yang jatuh pada mereka seperti air hujan,
membawakan kepada mereka masing-masing apa pun juga yang paling
mereka dambakan. Ia membawa makanan untuk mereka yang
menghendaki makanan, pakaian bagi mereka yang menghendaki pakaian,
kekayaan untuk mereka yang menghendaki kekayaan, kebun bagi mereka
yang menghendaki kebun, kuda untuk mereka yang menghendaki kuda,
rumah untuk tempat tinggal bagi mereka yang menghendaki rumah, dan
para sahabat dan orang-orang yang dikasihi bagi mereka yang
menghendaki para sahabat dan orang-orang yang dikasihi.
Ketika masing-masing mereka telah menikmati barang-barang
tersebut, maka anda terbebaskan dari hutang karma anda. Hutang-hutang
anda sudah lunas. Anda dibebaskan dari pembalasan dendam yang
mematikan, dan dibersihkan dari semua perbuatan dan noda batin anda
yang merugikan. Setiap orang merasa damai dan terpuaskan.
Lalu bayangkan semua mereka yang mungkin telah tertinggalkan –
orang-orang rendahan, yang lemah, yang pincang, yang buta, yang tuli,
yang bisu dan semua makhluk di dalam enam alam yang tersiksa dan
yang dilelahkan dengan penderitaan – persembahan tersebut menjadi apa
pun juga yang mungkin mereka perlukan. Ia menjadi tempat berlindung
bagi mereka yang tidak memiliki tempat berlindung, pelindung bagi
mereka yang tidak memiliki pelindung, bantuan bagi mereka yang tidak
memiliki dukungan, orang-orang yang dikasihi dan para sahabat untuk
yang kesepian, tempat di dalam masyarakat untuk mereka yang miskin,
obat-obatan untuk menyembuhkan penderita sakit, cairan pemulih hidup
bagi mereka yang sekarat, kaki ajaib untuk mereka yang pincang, mata
kebijaksanaan untuk yang buta, telinga sempurna untuk yang tuli, lidah
kebijaksanaan untuk yang bisu dan sebagainya. Makhluk-makhluk ini
semua merasa senang akan pemberian tersebut dan terpuaskan, lepas dari
semua akibat perbuatan, penderitaan dan kecenderungan-kecenderungan
kebiasaan dari masing-masing keenam alam. Semua makhluk pria
mencapai tingkat Avalokitesvara yang maha mulia, semua wanita
mencapai tingkat Tara yang agung, dan ketiga dunia samsara terbebaskan
sama sekali.

Lanjutkan mengulang "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�ྃ)�� " sampai anda menye-


lesaikan keseluruhan visualisasi tersebut.

Lalu ucapkan bagian teks:

349
ཕཊཿ ཡར་མཆོད་�ལ་མ�ོན་�ི་�གས་དམ་
བ�ངཿ
PHET YAR CHOD YUL DRON GYI THUG Phet! Semoga persembahan ke atas
DAM KANG memenuhi keinginan tamu di sana;
ཚ�གས་�ོགས་ནས་མཆོག་�ན་དངོས་�བ་ཐོབཿ
TSHOG DZOG NË CHOG THUN NGÖ Menyempurnakan akumulasi pahala
DRUB THOB serta memperoleh siddhi biasa dan
tertinggi;
མར་འཁོར་བའི་མ�ོན་མཉེས་ལན་ཆགས་�ངཿ
MAR KHOR WEI DRON NYË LEN CHAG Persembahan ke bawah memuaskan
JANG tamu alam rendah dan memurnikan
hutang karma;
�ད་པར་�་གནོད་�ེད་བགེགས་རིགས་ཚ�མཿ
KHYAD WAR DU NOD JED GEG RIG Khususnya memuaskan roh-roh
TSHIM halus pembuat rintangan;
ནད་གདོན་དང་བར་ཆད་ད�ིངས་�་ཞིཿ
NAD DON DANG WAR CHED JING SU Menenteramkan roh-roh penyakit
ZHI dan rintangan ke ruang angkasa;
�ེན་ངན་དང་བདག་འཛ�ན་�ལ་�་བ�གཿ
KYEN NGEN DANG DAG DZIN DUL DU Dan menghancurkan semua kondisi
LAG buruk dan kemelekatan diri;
མཐར་མཆོད་�་དང་མཆོད་�ལ་མ་�ས་�ནཿ
THAR CHOD JA DANG CHOD YUL MA Semua tamu, persembahan dan
LÜ KUN pemberi persembahan tanpa kecuali;
གཤིས་�ོགས་པ་ཆེན་པོར་མ་བཅོས་�ྰཿ
SHI DZOG PA CHEN POR MA CHÖ AH Berdiam dalam sifat alami tanpa-
upaya Kesempurnaan Agung. Ah!

Lalu beristirahatlah di dalam keadaan tanpa konsepsi tentang persem-


bahan, pemberi persembahan atau penerima persembahan.
Di dalam teks-teks Cho, biasanya terdapat empat pesta besar: putih,
merah, hitam dan beragam. Dalam teks ini hanya ada yang putih dan
yang beragam, tidak ada pesta merah dan hitam.

Cho yang diartikan oleh praktisi Cho masa kini adalah suatu proses
penghancuran roh-roh jahat yang mengerikan dengan membunuh,
membacok, memotong, memukul atau mengusir mereka. Gagasan

350
mereka tentang Cho menyangkut kemarahan yang berkelanjutan.
Gertakan mereka tak lain hanyalah kebencian dan kesombongan. Mereka
membayangkan bahwa mereka harus berperilaku seperti penjagal Dewa
Kematian. Sebagai contoh, ketika mereka mempraktekkan Cho untuk
orang sakit, mereka membuat diri mereka dalam suatu penampilan
dengan amukan penuh kemarahan dan tatapan penuh kebencian dengan
mata sebesar mangkok, mengepalkan tinju mereka, menggigit bibir
bawah mereka, melemparkan pukulan dan merengut orang sakit dengan
keras sehingga mereka mencabik pakaian dari punggungnya. Mereka
menyebut hal ini sebagai penundukan roh, tetapi mempraktekkan Dharma
seperti itu adalah sama sekali salah. Machik Labdron berkata:

Sejak waktu tanpa awal, roh-roh yang berbahaya sudah terus


menerus hidup dalam kebingungan halusinasi dan penderitaan
yang disebabkan oleh kejahatan mereka sendiri dan oleh kondisi
yang tidak baik yang memandu mereka seperti angin. Ketika
mereka meninggal, tidak terelakkan lagi, mereka akan terlempar
ke alam rendah. Dengan kait belas kasih aku mengundang roh-
roh jahat tersebut, mempersembahkan kepada mereka darah dan
dagingku yang segar hangat sebagai makanan. Lewat kebaikan
dan belas kasih bodhicitta, saya mengubah cara mereka melihat
segalanya dan menjadikan mereka murid-muridku. Namun ahli-
ahli Cho masa depan akan membanggakan diri dengan
membunuh, mengusir dan memukul roh-roh jahat yang saya
undang dengan kait belas kasih. Hal itu merupakan tanda, bahwa
ajaran sesat, doktrin Cho palsu, akan menyebar.

Dan beliau melanjutkan: “Selain itu, akan ada praktek Cho palsu,
seperti Sembilan Tingkat Cho Hitam, yang hanya merupakan hasil
pemikiran bahwa seseorang dapat menaklukkan roh-roh melalui
kekerasan, tanpa rasa sayang dan belas kasih bodhicitta.
Seseorang yang menggunakan praktek tersebut mungkin mampu
mengalahkan satu atau dua roh yang kecil dan lemah, tetapi jika ia ber-
hadapan dengan roh yang benar-benar ganas, maka mereka akan me-
nyerang hidupnya sebagai pembalasan dendam, sebagaimana telah terjadi
pada banyak peristiwa.
Adalah sulit sekali bagi praktisi untuk mengatakan apakah tanda-
tanda dari keberhasilan yang terjadi di Jalan, yaitu penaklukan setan atau
sejenis pengalaman berkah, adalah tanda yang benar dari kemajuan, atau
apakah hal tersebut sesungguhnya adalah rintangan yang diciptakan oleh
roh jahat. Orang-orang yang dikuasai oleh roh jahat biasanya kelihat-
annya memiliki kewaskitaan dan kemampuan gaib. Tetapi ketika waktu
berlalu, mereka semakin jauh dari Dharma yang sejati, sampai tidak ada
351
sedikit pun kebaikan yang tersisa. Tumpukan persembahan setinggi
gunung bisa saja menjadi hutang karma masa depan, dan bahkan di dalam
hidup ini menghasilkan sesuatu yang tidak baik pada mereka. Pada
akhirnya, mereka mendapatkan bahwa sangatlah sulit untuk
mengumpulkan makanan dan pakaian. Dan apa yang mereka miliki,
mereka tak dapat menahan untuk menghabiskannya. Ketika mereka mati,
sudah pasti mereka terlahir di neraka tersendiri atau alam sejenis itu,
seperti yang telah kita sebutkan.

III. ARTI DARI CHO

Roh-roh yang ditundukkan yang disebut dalam praktek Cho tidaklah


berada di luar mana pun. Mereka ada di dalam diri kita sendiri. Semua
halusinasi di mana kita rasakan sebagai wujud roh di luar diri kita sendiri
muncul karena kita tidak menghilangkan konsepsi akan "aku" dan kesom-
bongan. Sebagaimana kata Machik:

Setan yang nyata 224, setan yang tak nyata 225,


Setan kegembiraan226 dan setan yang sombong 227 –
semuanya berasal dari kesombongan.

Yang kita sebut roh, kenyataannya adalah setan kesombongan,


kepercayaan akan adanya diri. Machik juga berkata:

"Adanya banyak roh" berarti konsepsi-konsepsi;


"Roh jahat dan ganas" berarti kepercayaan akan adanya diri;
"Roh-roh liar" berarti pikiran diskriminasi.
Menghancurkan roh-roh ini adalah keahlian dari Cho.

Percakapan Jetsun Mila dengan Raksasi Batu Karang mencakup


semua kata-kata ini:

Setan yang lebih berkuasa dari kamu adalah kemelekatan pada


diri;
Setan yang lebih banyak dari kamu adalah pikiran;
Setan yang lebih liar dari kamu adalah pembedaan.

224
Yaitu roh atau setan kondisi luar, seperti Dewa Bumi, Bumi, hantu, tanah, air, api ,
angin, penyakit, bencana alam dan sebagainya.
225
Yaitu keserakahan, dengki, ketidaktahuan dan 84000 klesa lainnya.
226
Yaitu merasa gembira atas pencapaian diri sendiri.
227
Yaitu kemelekatan atas adanya diri sendiri, di mana sesungguhnya kelima skandha
sebenarnya tidak berinti.
352
Cho dapat digolongkan dalam tiga jenis. Machik Labdron berkata:

Cho Luar untuk mengembara di tempat-tempat dan gunung yang


sunyi;
Cho Dalam untuk membuang tubuh seseorang sebagai makanan;
Cho Absolut untuk memotong akar untuk kali ini dan yang
terakhir kalinya.
Aku adalah yogi yang memiliki ketiga macam Cho ini.

Semua praktek Cho adalah untuk memangkas kepercayaan adanya


diri, yang merupakan akar dari semua ketidak-tahuan dan persepsi-
persepsi memperdaya. Inilah yang dimaksud dengan kalimat "Cho
absolut adalah untuk memotong akar untuk kali ini dan yang terakhir
kalinya." Setan luar hanyalah persepsi-persepsi yang menipu. Selama
anda tidak menghancurkan kepercayaan anda akan adanya diri, maka
berusaha untuk membunuh mereka tidak akan membuat mereka mati.
Memukul mereka tidak akan berakibat apa pun terhadap mereka.
Menginjak-injak tidak akan meremukkan mereka. Mengusir mereka
tidak akan membuat mereka menjauh. Kecuali jika anda memotong akar,
yang merupakan kesombongan di dalam diri anda, anda tidak akan
mampu membasmi setan-setan khayalan yang merupakan manifestasi
luar, sama halnya anda tidak bisa luput dari asap tanpa mematikan apinya.
Raksasi Batu Karang berkata kepada Jetsun Mila:

Jika anda tidak mengetahui bahwa setan-setan jahat berasal dari


pikiranmu sendiri,
Ada tak terhitung jumlah setan seperti diriku!
Aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena anda menyuruhku
pergi.

dan Jetsun Mila juga berkata:

Menganggap setan sebagai setan yang benar akan merugikan;


Mengenali bahwa setan adalah pikiran membawa pembebasan;
Menyadari setan bersifat kosong adalah Cho;
Anda yang muncul sebagai roh-roh berbahaya dan raksasa laki-
laki ataupun perempuan;
Ketika seseorang tidak memahamimu, menganggapmu sebagai
setan
Yang membawakan semua kekacauan dan rintangan;
Tetapi ketika seseorang memahami bahwa setan adalah juga
dewa,
Anda menjadi sumber dari semua pencapaian.
353
Apa yang disebut Cho adalah untuk menghilangkan setiap keperca-
yaan akan adanya setan dari dalam pikiran sendiri, bukan untuk
membunuh mereka, mengusir mereka, meremukkan dan menghancurkan
mereka. Harus kita pahami bahwa benda untuk dihancurkan tersebut
bukanlah berada di luar; ia ada di dalam diri kita.
Secara umum, hampir semua tradisi agama mengajarkan suatu pende-
katan yang agresif terhadap musuh luar dan pencipta rintangan, dengan
menggunakan cara yang tajam, kejam dan keras, dengan ujung panah dan
tombak, yang semuanya mengarah keluar. Tetapi tradisi kita, seperti kata
Jetsun Mila:

Sistimku memberantas kepercayaan akan adanya diri, membuang


kedelapan dharma duniawi, dan membuat setan roh-roh jahat
merasa malu.

Arahkan semua latihan anda ke arah dalam dan kerahkan segenap


kekuatan, ketrampilan dan kemampuanmu melawan kepercayaan akan
adanya diri yang bersemayam dalam diri anda. Mengatakan "Makanlah
saya!", Ambillah saya!" sekali adalah seratus kali lebih baik dibanding
meratap "Lindungi saya!, Selamatkanlah saya!" Mempersembahkan diri
anda sendiri sebagai makanan kepada seratus setan adalah lebih baik
dibanding memohon pertolongan kepada seratus yidam.

Kita mempercayakan penderita sakit kepada roh jahat;


Kita bersandar pada musuh kita untuk memandu kita;
Mengatakan sekali “Bunuhlah saya!, Telanlah saya! "
Adalah lebih baik dibandingkan dengan ratusan kali "Lindungi
saya! Selamatkanlah saya!"
Ini adalah tradisi Bunda yang mulia. 228

Jika anda memangkas kepercayaan anda terhadap roh-roh jahat pada


akarnya dari dalam, anda akan melihat segala sesuatu adalah murni, seba-
gaimana kata pepatah:

Roh-roh jahat menjadi pelindung-pelindung Dharma,


Dan wajah pelindung menjadi wajah nirmanakaya.

Orang-orang sekarang yang mengaku praktisi Cho tidak mengerti hal


ini sama sekali, dan tetap berpikir bahwa roh-roh tersebut adalah sesuatu
di luar mereka. Mereka percaya akan setan dan terus menganggapnya
begitu sepanjang waktu. Dalam setiap kejadian, mereka melihat adanya

228
Mengacu pada Machik Labdron.
354
hantu atau siluman. Mereka tidak memiliki ketenangan pikiran mereka
sendiri, dan selalu membingungkan orang lain dengan kebohongan
mereka yang disampaikan dengan gertakan tegas: "Ada hantu di atas
sana! Dan di bawah sana juga! Ada hantu! Tuh, ada setan, ada iblis!
Saya dapat melihatnya... Ha! – Ini sudah kutangkap, sudah saya bunuh!
Hati-hati, ada satu yang sedang berbaring di dalam menantikan anda!
Saya sudah mengusirnya! Tuh di sana, ia menoleh ke belakang!"

Roh-roh dan preta mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang


seperti itu dan mengikuti mereka ke mana saja mereka pergi. Contohnya,
mereka akan mengambil harta benda wanita-wanita yang berpikiran picik
dan mudah dikendalikan, serta membuat segala macam rupa pernyataan
yang berulang-ulang dan tidak masuk akal: "Saya seorang dewa", "Saya
hantu", "Saya adalah orang yang meninggal", "Saya adalah ayah anda
yang tua", "Saya adalah ibu anda yang tua” dan seterusnya. Kadang-
kadang mereka berkata, "Saya adalah dewata, saya adalah Pelindung
Dharma. Saya Damchen," dan berbicara tentang penglihatan gaib dan
ramalan palsu.
Setan-setan tersebut mengelabui Lama-lama, dan Lama-lama menge-
labui donatur-donatur mereka, atau, seperti kata pepatah, "Putra
mengelabui ayahnya sedangkan musuh mengelabui sang putra.” Ini
semua adalah tanda-tanda dari masa kemerosotan, dan menunjukkan
bahwa setan-setanlah yang sedang mengambil alih kekuasaan. Seperti
ramalan Sang Guru dari Uddiyana:

Dalam masa kemerosotan, setan-setan lelaki akan masuk ke


dalam hati pria;
Setan-setan perempuan akan masuk ke dalam hati wanita;
Hantu-hantu akan masuk ke dalam hati anak-anak;
Perusak samaya akan masuk ke dalam hati biarawan;
Akan ada setan dalam setiap hati orang Tibet.

Dan:

Ketika setan dikira dewa,


Waktu penderitaan akan datang di Tibet.

Ramalan-ramalan ini sudah terjadi. Janganlah ditipu oleh persepsi


palsu tersebut, menganggap setan-setan dan pembuat rintangan benar-
benar ada dan muncul di luar anda. Namun, latihlah diri anda sendiri
untuk melihat segalanya sebagai pajangan mimpi atau ilusi. Gejala-
gejala setan di satu pihak dan orang sakit di lain pihak, muncul sementara
seperti penyerang dan korban, kedua-duanya muncul dari perbuatan-
355
perbuatan negatif dan persepsi-persepsi yang menyimpang yang
menghubungkan mereka bersama-sama dengan cara seperti itu.
Janganlah memihak, jangan menyayangi yang satu dan membenci yang
lainnya. Tumbuhkan rasa sayang dan belas kasih bodhicitta kepada
kedua-duanya. Potonglah dari akarnya semua perhatian dan kepercayaan
anda akan adanya “aku”, dan berikan tubuh dan hidup anda tanpa rasa
pelit kepada roh-roh sebagai makanan. Berdoa dari lubuk hati anda agar
makhluk-makhluk ini menjadi tertarik pada Dharma yang benar.
Tenangkan kebencian dan rasa dengki mereka. Lalu jelaskanlah ajaran
kepada mereka.
Ketika anda akhirnya memangkas akar semua kepercayaan dalam
dualitas akan adanya penyerang dan korban, melihatnya sebagai dewa
dan setan, diri sendiri dan orang lain – dan semua hasil konsepsi dualistis
dari harapan dan ketakutan, kemelekatan dan kebencian, baik dan jahat,
kesenangan dan sakit – anda akan menemukan, sebagaimana dikatakan:

Tiada dewata maupun setan adalah poin penting keyakinan dari


pandangan;
Tiada gangguan maupun kemelekatan adalah poin yang penting
dari meditasi;
Tiada penerimaan ataupun penolakan adalah poin yang penting
dari perbuatan;
Tiada harapan ataupun ketakutan adalah poin yang penting dari
hasil.

Ketika semua konsepsi dari segala yang perlu dipangkas dan siapa
yang melakukan pemangkasan melebur dalam realita mutlak yang maha
luas di mana segala sesuatu sama, maka roh kesombongan yang
berbahaya bagian dalam dipangkas dari akarnya.
Ini adalah tanda bahwa anda sudah merealisi Cho yang mutlak dan
tertinggi.

Saya memahami ketiadaan diri, tetapi masih memiliki


konsepsi-konsepsi yang kasar tentang "aku";
Saya sudah memutuskan untuk menolak dualitas, tetapi masih
ditimpa oleh harapan dan ketakutan;
Berkatilah saya dan semua mereka yang seperti saya yang
percaya akan adanya diri,
Sehingga kami dapat menyadari keadaan alami, ketiadaan diri.

356
BAB 5

GURU YOGA

Pertama-tama anda mengikuti seorang Guru yang tertinggi dan


mematuhinya;
Lalu anda berlatih, menjalankan kesukaran dan penderitaan
berat;
Akhirnya, pikiran anda dan guru anda menjadi satu, dan anda
menerima warisan garis silsilah;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.

I. ALASAN UNTUK BERLATIH GURU YOGA

Untuk berlatih Dharma yang benar, pertama-tama adalah sangat


penting untuk mencari seorang sahabat spiritual yang sejati, seorang guru
yang memiliki semua kualifikasi yang perlu. Lalu anda perlu mematuhi
setiap instruksinya, berdoa kepadanya dengan sepenuh hati dan mengang-
gapnya sebagai seorang Buddha yang nyata. Seperti salah satu sutra
berkata:

Adalah dengan melalui keyakinan


maka kebenaran yang absolut dapat direalisasi.

Demikian juga, Atisa berkata:

Sobat, sampai anda mencapai pencerahan, anda memerlukan


seorang guru, maka ikutilah seorang sahabat spiritual yang
tertinggi;

357
Sampai anda menyadari keadaan alami, anda perlu belajar, oleh
sebab itu dengarkanlah instruksinya;
Semua kebahagiaan adalah berkah guru itu, maka ingatlah selalu
akan kebaikannya.

Dan Geshe Kharak Gomchung berkata:

Guru harus dikenali sebagai sumber dari semua pencapaian yang


bersifat duniawi ataupun yang di luar duniawi.
Anda mungkin tahu seluruh Tripitaka, tetapi tanpa pengabdian
kepada guru, hal itu tidak ada gunanya.

Terutama sekali di semua jalan Mantra Rahasia Vajrayana, guru


merupakan sesuatu yang unik dan sangat penting. Karena alasan inilah,
semua tantra mengajarkan latihan Guru Yoga, dan dikatakan bahwa
latihan tersebut lebih tinggi dari pada semua latihan tahap pengadaan dan
tahap kesempurnaan. Dalam suatu tantra dikatakan:

Dari pada bermeditasi pada seratus ribu deity


Selama sepuluh juta kalpa,
Lebih baik berpikir sejenak pada guru.

Hal ini adalah terutama benar di dalam aliran yang khusus ini, Maha
Ati Longchen Nyingtik, inti ajaran vajra. Di sini tidak diajarkan bahwa
kebenaran yang dalam harus didasarkan atas dasar analisa dan logika,
seperti praktek di dalam kendaraan yang lebih rendah. Juga tidak dikata-
kan bahwa pencapaian yang umum harus digunakan untuk akhirnya
memperoleh pencapaian tertinggi, seperti halnya di tantra-tantra yang
lebih rendah. Pula, penggunaan kebijakan awal ilustratif dari ketiga
inisiasi untuk memperkenalkan kebijakan awal yang sejati tidak
ditekankan, sebagaimana di dalam tantra lain yang lebih tinggi. Apa
yang diajarkan di dalam tradisi ini adalah berdoa dengan pengabdian
yang bersemangat dan keyakinan penuh kepada guru yang sudah
mencapai pencerahan, yang silsilahnya bagaikan rantai emas yang tak
ternoda oleh pelanggaran samaya, bersandar padanya saja dan
menganggapnya sebagai Buddha yang nyata. Dengan cara demikian, hati
anda akan bergabung sepenuhnya dengan hatinya. Dengan kekuatan
berkah yang dilimpahkan kepada anda, realisasi akan terlaksana.
Sebagaimana yang telah kita kutip sebelumnya:

Kebijaksanaan absolut bawaan hanya dapat datang


Ketika sudah terkumpul pahala dan pemurnian noda-noda batin,
Dan melalui berkah seorang guru yang sudah cerah.
358
Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain manapun adalah suatu
kebodohan.
Dan Saraha berkata:

Ketika kata-kata guru masuk ke dalam hati anda,


Hal itu seperti melihat bahwa anda memiliki suatu harta di dalam
telapak tangan anda.

Longchenpa, Raja Dharma yang maha tahu, di dalam Menemukan


Peristirahatan dalam Ilusi, 229 menulis;

Dalam praktek seperti tahap-tahap pengadaan dan tahap


kesempurnaan, bukanlah sifat jalan itu sendiri yang membawa
pembebasan, karena hal tersebut tergantung pada faktor lain,
seperti bagaimana seseorang membuatnya menjadi pengalaman
yang hidup dan memperdalam latihannya. Guru Yoga, sang
jalan – sebagaimana sifat dasarnya – membangkitkan
perwujudan keadaan asal dalam diri seseorang dan membawa
pembebasan. Karena alasan inilah, Guru Yoga adalah jalan
yang paling dalam dari semua jalan.

Tantra Rangkaian Samaya 230 mengatakan:

Dari pada bermeditasi selama seratus ribu kalpa


Pada seorang deity dengan semua tanda tambahan dan tanda
utama,
Lebih baik berpikir tentang gurunya untuk sesaat saja;
Dari pada sejuta lafalan mantra dan latihan pencapaian,
Lebih baik satu doa yang ditujukan kepada guru.

Dan Rangkaian Ati 231 :

Siapa pun yang merenungkan gurunya yang baik hati


Di atas puncak kepalanya,
Di tengah-tengah hatinya,
Atau di telapak tangannya,
Akan memiliki pencapaian seribu Buddha.

229
Tib. sgyu ma ngal gso, karangan yang ketiga dalam Trilogi Peristirahatan, ngal gso
skor gsum dari Longchenpa.
230
Skt. Samaya-vyuha, tantra yang umum untuk Mahayoga dan Anuyoga.
231
Tib. a ti bkod pa, suatu tantra.
359
Gotsangpa 232 yang mulia berkata:

Berlatih Guru Yoga,


Membuang semua cacat dan menyempurnakan semua pencapaian.

dan juga;

Ada banyak latihan tahap pengadaan,


Tetapi tiada satu pun yang melebihi meditasi pada guru;
Ada banyak latihan tahap kesempurnaan,
Tetapi tiada satu pun yang melebihi kepercayaan dan pemasrahan
pada guru.

Drikung Kyobpa Rinpoche 233 berkata:

Kecuali jika matahari pengabdian bersinar


Di puncak salju empat kaya sang guru,
Arus berkahnya tidak akan pernah mengalir.
Maka bangkitkanlah pengabdian dengan sungguh-sungguh dalam
pikiran anda!

Dan Jetsun Rangrik Repa berkata:

Mengharapkan kebijaksanaan awal menyingsing di luar kepin-


taran akal
Tanpa kepercayaan teguh pada guru,
Adalah seperti menantikan sinar matahari di gua yang meng-
hadap ke utara;
Dengan cara begitu, penampilan dan pikiran tidak akan pernah
tergabung.

Latihan rasa bakti dari Guru Yoga adalah satu-satunya cara untuk
membangkitkan realisasi sifat alami tanpa usaha dalam diri anda. Tiada
metoda lain yang dapat membawa realisasi seperti itu.
Naropa adalah seorang pandita yang sangat terpelajar dalam ketiga
kendaraan, dan setelah menaklukkan semua tantangan tirthika, ia diberi
posisi pandita pelindung gerbang utara Vikramasila.

232
Gotsangpa (1189-1258), hidup bertapa di Pegunungan Himalaya dan Tsari, penyebar
ajaran Drugpa Kagyu.
233
Drikung Kyobpa Rinpoche (1143-1217), pendiri Drikung Kagyu.
360
Tetapi suatu hari seorang dakini kebijaksanaan mengatakan kepa-
danya, "Anda terpelajar di dalam kata-kata, tetapi bukan di dalam arti
mereka. Anda masih perlu mengikuti seorang guru."
Menaati perintah dakini tersebut, ia mengikuti Tilopa dan memikul
banyak pencobaan, sampai suatu hari, Tilopa berkata kepadanya:
"Kendati segala hal yang sudah kuajarkan kepada anda, anda masih
belum pernah paham!" Lalu ia memukul dahinya dengan sandalnya.
Pada saat itulah, Naropa menyadari sifat alami, dan kebijaksanaannya
menjadi sama dengan kebijaksanaan gurunya.
Juga dikatakan bahwa Nagabodhi mencapai pencapaian tertinggi
dengan merengut dan memakan setetes ingus yang dijatuhkan guru yang
mulia Nagarjuna. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:

Ketika aku melihat tulisan Buddha kedua Longchenpa, tiba-tiba


muncul dalam benak saya bahwa ia adalah seorang Buddha yang
sebenarnya, dan saya berdoa kepadanya dengan kegairahan yang
besar. Ia menampakkan dirinya kepada saya dalam mimpi dan
menerima saya. Realisasi spontan timbul dalam diriku, dan
mulai hari itu, saya mampu memandu lebih dari seratus orang
murid. Di antara mereka, murid-murid yang rajin memiliki
kemajuan pada konsentrasi di luar keduniawian; mereka yang
cerdas sudah pasti tidak menyimpang ke dalam intelektualisasi;
dan mereka benar-benar yakin bahwa mereka hanya akan dapat
merealisasi kebenaran absolut jika mereka digerakkan oleh
kekuatan penyimbang pengabdian mereka.

Selama periode pengasingannya di Gyalmo Tsawarong, penterjemah


agung Vairotsana 234 mengajar Pang Mipham Gonpo yang sudah tua
bagaimana caranya mengambil berkah guru sebagai jalan latihan.
Mipham Gonpo sudah berumur delapan puluh dan kaku karena umur
tinggi, maka Vairotsana mengikat tubuhnya tegak lurus dengan pita
meditasi dan membuatnya mengistirahatkan kepalanya pada suatu
sandaran meditasi. Mipham Gonpo mengalami realisai trekcho. 235
Tubuhnya menjadi tubuh pelangi yang melebur dalam partikel-partikel
yang kecil sekali dan ia mencapai kebuddhaan.

Anda dapat membandingkan ajaran ini dengan semua ajaran lain dari
kesembilan kendaraan, namun anda tidak akan pernah menemukan suatu
jalan lebih baik atau lebih dalam dibanding ini. Meskipun latihan ini
234
Salah seorang dari tujuh bhiksu pertama Tibet, yang juga merupakan salah satu dari
tiga penterjemah terkenal Tibet.
235
Trekchö berarti pemotongan atau penghancuran delusi dengan serta merta, sehingga
kemurnian primordial dan kesederhanaan alami dari sifat pikiran terbentang.
361
disebut sebagai sebagai latihan pendahuluan, tetapi sesungguhnya ini
adalah kunci yang paling tinggi dari semua latihan utama. Untuk ini saja,
jika anda selalu dan di dalam setiap keadaan menjadikannya latihan inti
anda, itu sudah cukup – sekalipun anda tidak berlatih yang lainnya. Oleh
karena itu, adalah teramat penting untuk membaktikan diri anda pada
latihan tersebut dari dalam lubuk hati anda.

II. BAGAIMANA MELATIH GURU YOGA

Latihan sebenarnya dari jalan Guru Yoga yang dalam ini terdiri dari
tiga tahap: memvisualisasi ladang pahala, mengucapkan doa tujuh poin
persembahan, dan berdoa dengan keyakinan yang pasti.

1. Memvisualisasi ladang pahala

Untuk mengubah persepsi anda tentang dunia, diperlukan suatu


pikiran yang terbuka dan kuat, maka mulailah dengan memvisualisasi
segalanya, sejauh yang dapat anda lihat, seperti Istana Teratai Cahaya,
lengkap dengan semua karakteristiknya.
Bayangkan diri anda berada di pusat istana, dan berpikir bahwa diri
anda memiliki sifat alami dakini Yeshe Tshogyal. Ini akan memastikan
bahwa anda adalah suatu wadah yang tepat untuk inisiasi, memba-
ngunkan kebijaksanaan awal kebahagiaan dan kekosongan, dan
menciptakan suatu hubungan dengan bimbingan yang dimilikinya dari
gurunya. Sebagai bentuk luar, bayangkan diri anda sebagai Vajrayogini.
Beliau berwarna merah, dengan satu wajah, dua lengan dan tiga mata. Ia
sedang menatap dengan penuh kerinduan pada sang guru – “penuh
kerinduan" di sini menyatakan suatu kesadaran dari ketidaksabaran untuk
bersama guru, yang mana merupakan satu-satunya sumber kegembiraan.
Dengan tangan kanannya, dia sedang memainkan sebuah drum tengkorak
yang kecil teracung ke udara, membangunkan makhluk dari tidur ketidak-
tahuan dan kebingungan. Tangan kirinya sedang beristirahat di
pinggulnya, memegang pisau lengkung yang memotong akar ketiga racun.
Beliau tak berbusana, hanya dihiasi dengan perhiasan tulang dan
karangan bunga. Beliau tampak, tapi tidak bersubstansi, seperti kilauan
pelangi di langit.
Tergantung di angkasa pada jarak satu anak panah di atas kepalanya,
ada satu bunga teratai dengan ribuan kelopak bunga dari beraneka
permata yang sedang mekar penuh. Di atasnya terdapat satu piringan
matahari, yang mana di atasnya lagi terdapat piringan bulan. Di tahta ini,
duduklah guru akar anda yang agung, harta welas kasih yang tidak ada
taranya, perwujudan dari Buddha dari masa lampau, masa depan dan
362
sekarang, dalam wujud Guru Agung dari Uddiyana. Kulitnya putih
kemerah-merahan. Ia memiliki satu muka, dua lengan dan dua kaki. Ia
duduk dalam sikap seorang raja dan mengenakan mantel kain brokat, satu
jubah biarawan, satu gaun panjang biru berlengan dan sebuah topi bunga
teratai.
Ada tiga topi yang berbeda yang berhubungan dengan Guru
Rinpoche, yang juga disebut Buddha yang kedua dari Uddiyana. Yang
pertama adalah yang dipersembahkan kepadanya oleh dakini pada waktu
lahirnya. Ia tidak dikandung oleh seorang ayah atau lahir dari seorang
ibu, tetapi dilahirkan di barat-daya Danau Susu, di tengah sekuntum
bunga teratai, kelahiran spontan kesadaran, realisasi segala sesuatu yang
timbul dan ada dari dasar awal. Topi yang dipersembahkan dakini pada
waktu itu, untuk memahkotainya seperti raja dari keluarga mereka,
disebut Topi Kuncup Teratai.
Kemudian, ketika ia berlatih aktivitas luar biasa di Delapan
Perkuburan dan melampaui semua perbuatan, baik atau buruk, dakini-
dakini memberikannya sebagai lambang kebesaran, topi tersebut diberi
nama Topi Telinga Rusa. 236
Topi yang ketiga dipersembahkan kepadanya oleh Arsadhara, Raja
Zahor 237. Raja telah mencoba membakar Guru hidup-hidup, tetapi mene-
mukan bahwa tubuh vajranya tidak terluka oleh api. Sambil duduk
telanjang, beliau sama sekali sejuk dan segar di tengah-tengah suatu
bunga teratai yang ajaib. Ia terpaku karena keajaiban tersebut dan
keyakinan tumbuh dalam dirinya.
"Buka gudang baru pakaian sutera saya," perintahnya, "dan bawakan
semua topi dan pakaian kepada saya."
Topi yang ia persembahkan pada waktu itu, tidak hanya beserta
semua harta yang lainnya, tetapi juga dengan rombongannya, kerajaan
dan rakyatnya, disebut Topi Teratai yang Membebaskan dengan Sekali
Melihat Saja, juga yang dikenal sebagai Topi Daun Bunga Lima
Keluarga. Ini adalah topi yang kita bicarakan di sini. Ia terdiri dari dua
lapis, luar dan dalam, menandakan kesatuan yang umum dan tahap-tahap
kesempurnaan. Ia memiliki tiga titik, melambangkan ketiga kaya.
Kelima warnanya melambangkan lima kaya, bekerja untuk manfaat
semua makhluk. Ia dihiasi dengan matahari dan bulan, melambangkan
ketrampilan dan kebijaksanaan. Ia memiliki satu garis biru di pinggirnya
yang menandakan samaya yang tak terbatas. Di atas sekali terdapat satu
vajra, sebagai lambang konsentrasi yang tidak tergoyahkan, dan satu bulu

236
Disebut demikian karena berbentuk menyerupai telinga rusa.
237
Menurut catatan sejarah, Zahor adalah sebuah negara di sebelah timur India, kini di
daerah Benggala.
363
burung manyar, yang menandakan realisasi pandangan yang paling tinggi
dan puncak latihan.
Dengan tangan kanan pada hatinya, ia memperlihatkan mudra an-
caman dan memegang sebuah vajra emas. Dalam tangan kirinya yang
beristirahat dalam pangkuannya dalam sikap meditasi, ia memegang
jambangan yang terisi penuh dengan nektar kebijaksanaan dan panjang
umur yang ditutup dengan tangkai pohon pengabul harapan. Di dalam
lipatan lengan tangan kirinya, ia memegang Mandarava, ratu Dakini, di
dalam wujud yang tersembunyi sebagai khatvanga-nya. 238 Ketiga gigi
garpu khatvanga itu menandakan substansi dasar, sifat alami dan belas
kasih, dan di bawah mereka adalah tiga kepala yang terpotong: yang
sudah kering melambangkan dharmakaya, yang sudah busuk melam-
bangkan sambhogakaya, dan yang baru, melambangkan nirmanakaya.
Sembilan cincin logam yang melingkar pada gigi garpu besarnya
melambangkan sembilan kendaraan; panji sutera lima warna
melambangkan lima kebijaksanaan. Khatvanga tersebut juga dihiasi
dengan seikat rambut dari mamo 239 yang masih hidup dan yang sudah
mati, sebagai suatu tanda bahwa Guru menaklukkan mereka selama
latihan aktivitas luar biasa di delapan pekuburan.
Di sekitarnya, di dalam lapisan pelangi berkilauan yang dilingkari
oleh kisi-kisi jutaan cahaya lima warna, bayangkan Delapan Vidyadhara
dari India, Dua puluh lima Murid dari Tibet dan seterusnya, juga deity-
deity dari Tiga Akar dan pelindung-pelindung setia. Mereka semuanya
perlu memiliki penampilan seperti demikian sehingga pikiran anda
berhenti secara otomatis.

Secara umum bisa dikatakan, ada tiga cara yang berbeda untuk
memvisualisasi garis silsilah. Dalam latihan tempat perlindungan, kita
membayangkan guru-guru satu di atas yang lain. Semua guru dari garis
silsilah Kesempurnaan Agung tampak satu di atas yang lain di atas kepala
Guru Agung dari Uddiyana. Cara kita membayangkan untuk meditasi
dan lafalan pada Vajrasattva dikenal sebagai permata yang mencakup
segalanya. Semua guru akar dan guru silsilah terwujud dalam
Vajrasattva saja. Namun sekarang, ketika kita bermeditasi pada Guru
Yoga, kita membayangkan guru-guru sebagai suatu kelompok. Semua
guru dari garis silsilah Kesempurnaan Agung, lautan Tiga Akar dan
pelindung yang setia berkumpul dalam satu kumpulan di sekeliling Guru
Agung dari Uddiyana.

238
Sejenis trisula.
239
Skt. matrika, suatu jenis dari dakini dalam wujud menyeramkan.
364
1. Mantel; 2. Jubah Dharma; 3. Jubah mantra; 4. Jubah dalam; 5.
Topi Kuncup Teratai; 6. Topi Telinga Rusa; 7. Topi Teratai yang
Membebaskan dengan Sekali Melihat Saja; 8. Khatvanga: 8-1.Trisula;
8-2. Sembilan cincin; 8-3, -4, -5. Tiga tengkorak berturut-turut: yang
sudah kering, yang sudah busuk dan yang masih baru; 8-6. Panji
sutera lima warna; 8-7. rambut dari mamo yang masih hidup dan
yang sudah mati.

Lafalkan teks visualisasi, sambil memperhatikan arti kata-kata


berikut:

365
རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་འ�མས་ཞིངཿ
RANG NANG LHUN DRUB DAG PA RAB Dengan serta merta saya
JAM ZHING memanifestasikan alam Buddha
murni dan tanpa batas;
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་ཟངས་མདོག་དཔལ་རིའི་
ད�སཿ
KOD PA RAB DZOG ZANG DOG PAL RÏ U Di tengah Gunung Warna
Tembaga yang indah dan bertuah,
རང་ཉིད་�ེ་བ�ན་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID JETSUN DORJE NAL JOR MA Tubuh saya berubah menjadi
Vajrayogini nan jaya;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI Berwarna merah menyala,
THOD DZIN dengan satu wajah, dua lengan
memegang pisau dan kapala; 240
ཞབས་གཉིས་དོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་མཁར་
གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB CHEN SUM NAM Dengan gaya menari pada kedua
KHAR ZIG kakinya, ketiga matanya menatap
angkasa;
�ི་བོར་པ�ྨ་འ�མ་བ�ལ་ཉི་�འི་�ེངཿ
CHI WOR PE MA BUM DAL NYI DHEI Pada teratai dengan ribuan daun
TENG bunga dan pringan bulan dan
matahari di atas kepala;
�བས་གནས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་དངཿ
Tempat perlindungan dengan
KYAB NË KUN DÜ TSA WEI LA MA DANG para guru silsilah, duduklah Guru
Akar yang mulia;
ད�ེར་མེད་མཚ�་�ེས་�ོ་�ེ་�ལ་པའི་�ཿ
JER MED TSHO KYË DOR JE TRUL PË KU Yang tak terpisahkan dari Vajra
Terlahir dari Danau 241 dalam
tubuh nirmanakaya;
དཀར་དམར་མདངས་�ན་གཞོན་�འི་ཤ་�གས་
ཅནཿ
KAR MAR DANG DEN ZHON NÜ SHA Tubuhnya seperti anak muda
TSHUG CHEN dengan kulit berwarna putih
kemerah-merahan;

240
Mangkok tengkorak.
241
Nama lain Guru Padmasambhava.
366
ཕོད་ཁ་ཆོས་གོས་ཟ་བེར་འ�ངས་མ་གསོལཿ
PHOD KHA CHÖ GÖ ZA WER DUNG MA Beliau mengenakan jubah dalam
SOL dan jubah mantra;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་�ལ་པོ་རོལ་པའི་�བསཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI GYAL PO ROL PË Ia memiliki satu wajah dan dua
TAB lengan, dan duduk dalam postur
raja;
�ག་གཡས་�ོ་�ེ་གཡོན་པས་ཐོད་�མ་བ�མསཿ
CHAG YË DOR JE YON PË THOD BUM Lengan kanannya memegang
NAM vajra, dan lengan kiri memegang
pot yang terbuat dari kapala;
ད�་ལ་འདབ་�ན་པ�ྨའི་མཉེན་�་གསོལཿ
BU LA DAB DEN PEMË NYEN ZHU SOL Kepalanya mengenakan topi
teratai Telinga Rusa;
མཆན་�ང་གཡོན་ན་བདེ་�ོང་�མ་མཆོག་མཿ
CHEN KHUNG YON NA DE TONG YUM Pada ketiak kiri terdapat dakini
CHOG MA pasangannya;
�ས་པའི་��ལ་�ིས་ཁ་ཊཾ་�ེ་ག�མ་བ�མསཿ
WE PË TSHOL GYÏ KHA THA TSE SUM Dalam bentuk tersembunyi dalam
NAM khatvanga;
འཇའ་ཟེར་ཐིག་ལེའི་འོད་�ར་�ོང་ན་བ�གསཿ
JA ZER THIG LEI Ö PHUR LONG NA ZHUG Beliau berdiam dalam pelangi
sinar bindu;
�ི་འཁོར་འོད་�་�་བས་མཛ�ས་པའི་�ོངཿ
CHI KHOR Ö NGA DRA WË DZË PË LONG Dikelilingi oleh alam indah
rangkaian lima warna;
�ལ་པའི་�ེ་འབངས་ཉི་�་�་�་དངཿ
TRUL PË JE WANG NYI SHU TSA NGA Dua puluh lima murid utama,
DANG raja dan menteri bermanifestasi;
�་བོད་པཎ་�བ་རིག་འཛ�ན་ཡི་དམ་�ཿ
GYA BOD PAN DRUB RIG DZIN YI DAM Para siddhi agung Tibet dan
LHA India, yidam dan vidyadhara;
མཁའ་འ�ོ་ཆོས་�ོང་དམ་ཅན་�ིན་�ར་གཏིབསཿ
KHA DRO CHÖ KYONG DAM CHEN TRIN Serta para dakini dan
TAR TIB dharmapala mengelilingi bak
awan di sekitarnya;

367
གསལ་�ོང་མཉམ་གནས་ཆེན་པོའི་ངང་�་གསལཿ
SAL TONG NYAM NË CHEN PÖ NGANG Beliau berdiam dalam
DU SAL kekosongan kesetaraan nan jernih
dan bercahaya.

Lalu dengan rasa bakti yang kuat lafalkan baris doa berikut:

�ྃ ཨོ་�ན་�ལ་�ི་�བ་�ང་མཚམསཿ
HUNG ORGYEN YUL GYI NUB JANG Hung, di sebelah Barat Daya
TSHAM negeri Uddiyana;
པད་མ་གེ་སར་�ོང་པོ་ལཿ
PE MA GE SAR DONG PO LA Secara gaib menjelma pada putik
teratai;
ཡ་མཚན་མཆོག་གི་དངོས་�བ་བ�ེསཿ
YA TSHEN CHOG GI NGÖ DRUB NYË Ia yang memiliki pencapaian
tertinggi;
པ�ྨ་ �ང�� ་གནས་ཞེས་�་�གསཿ
PEMA JUNG NE ZHËSU DRAG Yang terkenal dengan nama
“Terlahir dari teratai”;
འཁོར་�་མཁའ་འ�ོ་མང་པོས་བ�ོརཿ
KHOR DU KHA DRO MANG PÖ KOR Dan dikelilingi oleh kumpulan
para dakini;
�ེད་�ི་�ེས་�་བདག་བ�བ་�ིསཿ
KHED KYI JË SU DAG DRUB KYÏ Saya mengikuti teladan anda
melatih diri;
�ིན་�ིས་ བ�བ་�ིར་གཤེག་�་ གསོལཿ
JING GYÏ RAB CHIR SHEG SU SOL Saya mohon, datanglah dan
anugerahkanlah berkahmu.
�་�་པ�ྨ་སི�ི་�� �ྃཿ��
GURU PEMA SIDDHI HUNG Guru Pema Siddhi Hung

Selesai membaca kalimat-kalimat tersebut, bayangkan semua deity


dan Istana Cahaya Teratai dari Gunung Warna Tembaga menjadi nyata
dan melebur dalam deity-deity samaya dan istana yang sudah anda

368
bayangkan, lalu melebur ke dalam diri sendiri seperti air yang dituangkan
ke dalam air.

2. Mengucapkan doa tujuh poin persembahan

Jalan Vajrayana memiliki banyak metoda dan adalah tanpa kesukaran


besar. Ia dimaksudkan untuk mereka yang mempunyai kemampuan
tinggi. Jika kita terus menerus melatih diri kita sendiri untuk
menghimpun pahala dan kebijaksanaan dengan pikiran yang kuat, segala
hal yang mestinya memerlukan seluruh kalpa besar untuk
pengumpulannya melalui enam paramita Sutrayana dapat tercapai dalam
sesaat saja, sehingga pembebasan dapat dicapai dalam satu kehidupan
saja.
Tidak diragukan lagi bahwa rahasia yang paling tinggi satu-satunya
dan ladang pahala yang tak tertanding adalah guru vajra. Itulah sebabnya
mengapa latihan pengumpulan pahala digabungkan dengan Guru Yoga.
Tujuh bagian dari Doa Tujuh Poin Persembahan mencakup semua cara
yang tak terkira untuk mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan.

2.1 Sembah sujud, obat penawar kesombongan

Untuk latihan ini, bayangkan bahwa anda sedang memancarkan


ratusan ribu tubuh yang tidak terhitung banyaknya seperti tubuh milik
anda, sama banyaknya seperti partikel-partikel debu di alam semesta.
Pada waktu yang sama, bayangkan bahwa semua makhluk yang
banyaknya seperti ruang yang tak terbatas tersebut bersembah sujud
bersama anda. Lafalan untuk bagian ini adalah:

�ིཿ� བདག་�ས་ཞིང་གི་་�ལ་�ེད་�ཿ
Hrih! Saya bersembah sujud,
HRIH DAG LÜ ZHING GI DUL NYED DU
dengan pancaran tubuh
�མ་པར་�ལ་བས་�ག་འཚལ་ལོཿ
Sebanyak partikel debu seluruh
NAM PAR TRUL WË CHAG TSHAL LO
alam semesta.

Umumnya, ketika anda belum menyelesaikan latihan Ngondro, -


"lima ratus ribu pendahuluan” - adalah dibenarkan untuk menggabungkan
sembah sujud dengan berlindung, dan bahwa tradisi tersebut sering
diikuti. Tetapi dalam ajaran ini, penjelasan sembah sujud yang sesung-

369
guhnya diberikan di sini, yaitu menggabungkan sembah sujud dengan
Guru Yoga adalah suatu cara yang sempurna untuk melatih mereka.
Satu hal yang penting ketika melakukan sembah sujud adalah meng-
hubungkan tubuh, ucapan dan pikiran. Ketika anda melakukan sembah
sujud secara fisik dengan tubuh anda, lafalkan teks doa untuk sembah
sujud dengan ucapan anda. Dengan pikiran anda, bayangkan bahwa anda
sedang melakukan sembah sujud bersama-sama semua makhluk dan
berlatihlah dengan rasa hormat dan pengabdian, dengan kepercayaan
penuh kepada guru, dan dengan penuh kepercayaan menyerahkan diri
kepadanya. Jika tidak demikian, maka anda hanya akan mengatakan apa
juga yang anda suka dan melihat kesana kemari, sedangkan pikiran anda
mengejar segala rupa kejadian eksternal. Ketika ada orang lewat atau
seseorang yang berbicara di sebelah kanan, anda akan mengarahkan
perhatian anda ke arah tersebut, dan anda akan menemukan tangan anda
yang terangkap menekan pipi kiri anda. Ketika seseorang muncul di
sebelah kiri anda, anda akan melihat-lihat dan mendengarkan pada sisi
tersebut, dan sebagai gantinya tangan anda yang terangkap akan
menyentuh pipi kanan anda. Anda harus tahu bahwa membuat pertunjuk-
an sembah sujud seperti itu, sambil membiarkan pikiran anda diambil alih
oleh gangguan-gangguan selagi tubuh anda naik turun dengan sendirinya,
hanyalah suatu siksaan fisik yang tidak ada artinya.

Ketika anda bersembah sujud, rangkapkan tangan anda dalam bentuk


kuncup bunga teratai yang mulai mekar, dengan meninggalkan ruang di
tengah telapak tangan. Adalah tidak benar untuk menekan telapak tangan
anda dengan ketat sehingga tidak ada ruang di antara mereka, ataupun
hanya menyentuh puncak jari-jari anda saja. Sutra Pembebasan Agung 242
berkata:

Saya merangkapkan tangan di atas kepala saya


Seperti kuncup bunga teratai,
Dan dengan tubuh-tubuh yang tak terbilang banyaknya seperti
tumpukan awan
Saya bersembah sujud kepada Buddha di sepuluh penjuru.

Dan Harta Karun Pahala Kebajikan berkata:

Buatlah tanda penghormatan pada hati anda,


Bungkukkan tubuh anda dengan rendah dengan tanpa gangguan
pikiran;
Tangan anda seolah-olah menangkup kuncup bunga teratai,

242
Tib. thar pa chen po’i mdo.
370
Atau tergabung seperti sebuah kotak relik.

Sikap kuncup teratai Sikap kotak relik

Rangkapkan tangan anda dan tempatkan mereka di puncak kepala


anda, lalu pada tenggorokan anda, dan lalu pada hati anda, untuk
berturut-turut memurnikan noda tubuh, ucapan dan pikiran. Lalu
sentuhlah lantai dengan kelima titik tubuh anda: dahi, telapak tangan dan
kedua lutut untuk memurnikan noda lima racun dan memperoleh berkah
untuk tubuh, ucapan, pikiran, kualitas dan aktivitas. Lalu berdiri lurus,
rangkapkan tangan anda kembali dan lanjutkan sembah sujud dengan cara
yang sama.
Adalah tidak benar membiarkan lengan lepas tanpa merangkapkan
kedua telapak tangan dan menempatkannya di tiga tempat tersebut,
ataupun hanya membungkuk ke depan tanpa menyentuhkan lutut dan
dahi anda ke lantai. Juga tidak benar tetap membungkuk ke depan ketika
anda berdiri, tanpa berdiri lurus kembali. Bersembah sujud seperti itu
adalah tidak hormat. Dikatakan bahwa akibat yang matang untuk
melakukan sembah sujud tanpa berdiri lurus akan terlahir kembali
sebagai orang kerdil yang bungkuk dengan tumor besar di punggungnya.
Kita melakukan sembah sujud dengan harapan akan memperoleh
kebaikan dari mereka, maka tak ada gunanya melakukannya dengan cara
yang hanya akan mengakibatkan tubuh yang cacad.
Meski jika anda tidak bisa melakukan banyak sembah sujud,
usahakan untuk memastikan bahwa seberapa banyak yang dapat anda
lakukan, semuanya dilaksanakan dengan sempurna. Tiada artinya untuk
mencoba untuk membuat sembah sujud menjadi lebih mudah dengan
melakukannya di sisi miring, misalnya di sisi bukit, atau dengan cara lain
seperti itu.
Terlebih lagi, sekarang ini ketika orang-orang memberi hormat
kepada Lama, misalnya pada waktu berkunjung, mereka melakukan satu
sembah sujud yang hampir benar, lalu diikuti dengan dua lagi yang mana
371
mereka hanya membungkuk ke depan. Menurut dugaan, itulah yang
dilakukan terhadap orang-orang penting, dan adalah paling bodoh orang-
orang yang mengikuti contoh mereka. Namun, itu adalah satu cara
melakukan sembah sujud yang sangat tidak sopan. Bagi seseorang yang
tujuannya meminta ajaran, tetapi bahkan dalam hal sederhana seperti
bagaimana caranya melakukan sembah sujud pun tidak tahu, mestinya ia
memohon guru menjelaskannya, lalu mempraktekkan dalam latihannya
sepanjang waktu tanpa melupakan setiap detilnya. Jika seseorang bahkan
tidak bisa mempraktekkan sesuatu yang sangat sederhana untuk dipelajari
dan demikian sederhana untuk dilakukan, maka mempelajari Dharma
menjadi sepenuhnya tanpa hasil dan tidak ada artinya. Mereka yang
sudah belajar Dharma itu seharusnya lebih pandai dibanding mereka yang
belum mempelajarinya, lebih-lebih di dalam cara mereka melakukan
sembah sujud sederhana.
Ketika Jetsun Mila pergi meminta ajaran kepada Lama Ngokpa, ia
tiba selagi Lama Ngokpa sedang mengajar Tantra Hevajra 243 kepada
suatu pertemuan besar para biarawan. Mila melakukan sembah sujud dari
kejauhan. Lama gembira. Dengan membuka hiasan kepalanya, ia
bersembah sujud kepada Mila sebagai balasan, sambil berkata, "Sungguh
sesuatu interupsi yang baik! Orang tersebut yang melakukan sembah
sujud di sana melakukannya dengan gaya para murid Marpa dari Lhodrak.
Tanyakan padanya siapa dia."
Siapa pun yang mengikuti seorang guru dan menerima ajaran-
ajarannya, seharusnya seperti sepotong kain yang sedang menyerap
celupan. Ketika ia belajar untuk mencontoh perbuatan gurunya yang ia
hormati, pastilah ada perubahan yang nyata dibandingkan bagaimana ia
sebelumnya. Ketika sepotong kain dicelup, mungkin ia akan menyerap
warna yang baru sedikit kurang, tetapi mana mungkin ia gagal menyerap
warna sama sekali? Sekarang ini, ada orang-orang yang sudah menerima
Dharma ratusan kali tetapi masih saja gagal untuk memperbaiki diri
mereka sedikit pun dan berperilaku tepat seperti orang-orang biasa dalam
semua hal. Orang-orang seperti ini pasti akan menjadi praktisi-praktisi
yang bebal dan pelanggar-pelanggar samaya. Dikatakan:

Dharma dapat mengilhami penjahat-penjahat untuk berubah,


tetapi itu tidak bisa mengilhami praktisi-praktisi yang sudah
bebal terhadap Dharma – sama seperti lemak dapat membuat
kulit yang kaku menjadi lembek, tetapi tidak bisa melemaskan
kulit karung lemak.

243
Skt. Hevajra-tantra-raja, Tib. rgyud brtsgs gnyis.

372
Orang-orang seperti ini, meskipun telah mempelajari manfaat
perbuatan positif, berbahayanya perbuatan negatif dan kualitas para
Buddha, namun mereka anggap hal itu hanya sekedar ajaran. Sama sekali
tidak ada sedikit pun kepastian dan keyakinan dalam benak mereka. Oleh
karena itu dikatakan bahwa bahkan Buddha yang sudah cerah dengan
sempurna pun tidak bisa membantu mereka. Guru Agung dari Uddiyana
memberi peringatan sebagai berikut:

Janganlah anda menerima orang yang bebal terhadap Dharma


sebagai murid;
Jangan bergaul dengan teman yang telah merusak samaya mereka.

Meskipun jika anda hanya memahami satu kata dari ajaran, anda
perlu tahu bagaimana cara menggabungkannya dengan pikiran anda dan
mempraktekkannya. Tujuan mengikuti seorang guru adalah untuk
mematuhi pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatannya, dan belajar untuk
melakukan seperti yang ia kerjakan. Seperti kata pepatah:

Semua perbuatan hanyalah tiruan:


Mereka yang meniru dengan sebaik-baiknya adalah yang
melakukan yang terbaik.

Dengan cara ini, anda perlu membuat bagian luar, bagian dalam dan
bagian rahasia kualitas guru membekas ke dalam diri anda, seperti tsa-tsa
yang keluar dari cetakannya.
"Sembah sujud" adalah istilah umum untuk suatu sikap
penghormatan. Ada beraneka cara untuk melakukan sembah sujud, dan
kebiasaan berbeda dari tempat yang berlainan. Namun, dalam hal ini
guru anda telah mengajar anda bagaimana caranya melakukannya
menurut kata-kata dari Sang Penakluk. Maka dengan sadar bersembah
sujud dengan cara yang salah, apakah karena kesombongan atau untuk
membuatnya lebih mudah, adalah suatu tindakan kurang hormat dan
demonstrasi penghinaan. Perlu juga dipahami bahwa melakukan sembah
sujud seolah-olah membayar pajak tidak ada artinya, dan hanya akan
membawa akibat yang buruk.
Sembah sujud yang benar, sebaliknya akan membawa manfaat-
manfaat yang tak terkira. Suatu ketika, ketika seorang biarawan sedang
melakukan sembah sujud kepada suatu stupa yang berisikan rambut dan
potongan kuku Buddha, Ananda bertanya kepada Buddha apakah manfaat
dari perbuatan seperti itu. Buddha menjawab:

Suatu sembah sujud adalah begitu besar kekuatannya sehingga


seseorang bisa menjadi raja universal sebanyak kalinya seperti
373
banyaknya butir-butir debu di bawah tubuhnya hingga ke
kedalaman yang paling rendah dari bumi. Keuntungan dari
perbuatan tersebut masih tetap tak terhabiskan.

Dan di dalam sutra dikatakan:

Usnisa 244 di kepala Buddha itu timbul karena sudah bersembah


sujud dengan hormat di depan para gurunya.

Sembah sujud akhirnya juga akan membuat kita memperoleh usnisa


yang tak terbayangkan yang memahkotai kepala Buddha yang sempurna.

2.2 Memberikan persembahan

Buatlah sebanyak mungkin persembahan yang anda sanggup, seperti


yang dijelaskan di dalam pasal persembahan mandala dengan mengguna-
kan persembahan yang murni tanpa tercemar dengan rasa pelit,
kemunafikan atau lagak lagu memperagakan. Persembahan ini hanyalah
dukungan untuk konsentrasi anda.
Lalu buatlah suatu persembahan mental dengan cara Bodhisattva
Samantabhadra dengan mengisi seluruh dunia dan seluruh ruang angkasa
dengan semua persembahan manusia dan surgawi: bunga, dupa, pelita, air
wangi, makanan, istana, pemandangan, rumah, taman hiburan, tujuh
atribut kerajaan dan delapan lambang yang menguntungkan dengan enam
belas dewi vajra yang sedang bernyanyi dan menari, yang masing-masing
memainkan alat musiknya yang tertentu.
Dengan kekuatan meditasi Bodhisattva Samantabhadra, pancarkan
ratusan juta sinar cahaya yang beraneka warna dari hati anda seperti
banyaknya partikel-partikel debu di alam Buddha yang tidak terhitung.
Pada akhir dari masing-masing sinar cahaya, proyeksikan suatu wujud
Bodhisattva Samantabhadra, yang juga memancarkan sinar cahaya serupa
dari hati. Pada akhir masing-masing sinar, pada gilirannya muncul lebih
banyak Bodhisattva Samantabhadra, yang dilanjutkan dengan demikian
dalam satu deretan yang tanpa batas, sampai banyaknya wujud yang
ditimbulkan sama sekali tidak dapat dibayangkan. Masing-masing
darinya mempersembahkan kepada Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh
penjuru persembahan yang tak terhitung dengan variasi tanpa batas. Ini
adalah apa yang disebut "awan persembahan mulia Samantabhadra".
Buatlah persembahan yang diciptakan secara mental dengan pancaran
seperti demikian sebanyak mungkin sebisa anda, sambil mengucapkan
kata-kata berikut:

244
Usnisa: Tonjolan di kepala, salah satu dari 32 tanda utama seorang Buddha.
374
དངོས་བཤམས་ཡིད་�ལ་ཏིང་འཛ�ན་�ིསཿ
NGÖ SHAM YID TRUL TING DZIN GYÏ Dengan persembahan yang
disusun secara fisik dan yang
diciptakan secara mental;
�ང་�ིད་མཆོད་པའི་�ག་�ར་འ�ལཿ
NANG SID CHOD PË CHAG GYAR BUL Dengan mudra persembahan,
saya mempersembahkan segala
sesuatu dalam alam semesta.

Seberapa pun kemampuan yang kita miliki untuk mempersembahkan,


Buddha dan Bodhisattva memiliki kekuatan untuk menerimanya. Maka
ambillah secara mental semua kekayaan yang ada dan yang tidak ada
pemiliknya, semua harta benda manusia dan alam surga dalam alam
semesta dan buatlah persembahan dengannya. Lalu jelmakan sebanyak
mungkin kekayaan sebisa anda dengan sukacita dan persembahkan juga.
Dari sudut pandang pengumpulan pahala, persembahan secara mental
tidak ada bedanya dengan persembahan yang nyata. Oleh sebab itu anda
tidak perlu berpikir bahwa anda tidak memiliki apa pun untuk dipersem-
bahkan. Apa pun juga yang anda atau orang lain miliki, dan apa pun
yang anda lihat, pertama-tama pikirkanlah untuk mempersembahkannya
kepada Sang Tri Ratna dan guru-guru silsilah. Secara mental ambillah
apa pun juga yang indah yang anda temukan ketika sedang berjalan,
bahkan sungai kecil atau taman bunga, dan persembahkanlah semuanya
kepada Sang Tri Ratna, dengan demikian menyempurnakan pengumpulan
pahala dan kebijaksanaan anda di tengah-tengah aktivitas anda.

2.3 Pengakuan dan penyesalan atas perbuatan buruk

Akuilah dengan berpikir pertama-tama "Dengan perasaan malu dan


penyesalan yang dalam, saya mengakui semua kemerosotan dan
perbuatan buruk saya yang dapat saya ingat dan yang sudah tidak teringat,
semua perbuatan negatif yang telah saya lakukan di alam samsara sejak
waktu tak berawal: kesepuluh perbuatan buruk dari tubuh, ucapan dan
pikiran; lima perbuatan dengan akibat langsung; lima perbuatan parah; 245
empat kesalahan serius; 246 delapan kejahatan besar; 247 penyalahgunaan

245
Lima perbuatan parah atau lima perbuatan yang menyerupai lima dosa yang tak dapat
diampuni: 1. Menodai bhiksuni; 2. Membunuh Bodhisattva; 3. Membunuh anggota
Sangha yang memiliki pencapaian; 4. Merampas barang milik Sangha; 5. Merusak atau
menghancurkan stupa.
246
Empat kesalahan serius: 1. Menempati tempat duduk peringkat yang lebih tinggi dari
yang dimiliki; 2. Mengambil kekayaan tantrika; 3. Menerima penghormatan dari
375
dana yang didermakan kepada Sang Tri Ratna dan sebagainya. Mulai
sekarang, saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan tersebut."

Dengan pikiran seperti ini, akuilah seperti yang dijelaskan di dalam


pasal Vajrasattva, sambil mengingat penanggulangan dengan empat
kekuatan. Lalu bayangkan semua perbuatan buruk dan rintangan anda
berkumpul bersama-sama dalam wujud tumpukan hitam di lidah anda.
Bayangkan berkas cahaya menurun dari tubuh, ucapan dan pikiran deity
dari ladang pahala, menyentuh tumpukan tersebut dan memurnikan anda
dari noda-noda anda ketika kotoran tersebut dibersihkan. Lafalkan kata-
kata berikut:

�ོ་ག�མ་མི་དགེའི་ལས་�མས་�ནཿ Saya menyesali semua pikiran,


GO SUM MI GÏ LË NAM KUN ucapan dan perbuatan yang salah
འོད་གསལ་ཆོས་�འི་ངང་�་བཤགསཿ
Ö SAL CHOM KÜ NGANG DU SHAG Dalam kilauan cahaya
dharmakaya.

2.4 Ikut bergembira, obat penawar iri hati

Bergembiralah dengan tulus atas pemutaran Roda Dharma demi


kepentingan semua makhluk oleh Sang Penakluk. Bergembiralah atas
aktivitas yang sangat luas, penuh kuasa dari Bodhisattva dan perbuatan
positif makhluk-makhluk yang memberi pahala dan menjurus kepada
pembebasan. Bergembiralah atas perbuatan baik apa pun yang sudah
anda sendiri lakukan di masa lalu, yang sedang anda lakukan sekarang
dan yang pasti anda lakukan masa depan, dengan berkata:

བདེན་པ་གཉིས་�ིས་བ�ས་པ་ཡིཿ
DEN PA NYI KYÏ DÜ PA YI Saya ikut bergembira

seorang bhiksu yang ditahbiskan sepenuhnya; 4. Memakan makanan praktisi yang


kekurangan makanan.
247
Delapan kejahatan besar: 1. Mencela kebaikan; 2. Memuji kejahatan; 3. Menyela atau
mengganggu pengumpulan pahala orang lain; 4. Mengacaukan pikiran orang yang
memiliki keyakinan; 5. Memutuskan hubungan dengan guru spiritual sendiri; 6.
Memutuskan hubungan dengan deity sendiri; 7. Memutuskan hubungan dengan
saudara-saudara vajra; 8. Menodai atau memperlakukan mandala dengan sangat tidak
hormat.
376
དགེ་ཚ�གས་�ན་ལ་�ེས་ཡི་རངསཿ
GE TSHOG KUN LA JE YI RANG Atas semua pahala kebajikan yang
tercakup dalam kedua kebenaran.

Karena tidak ada satu pun ajaran di semua sembilan kendaraan yang
tidak tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, oleh
karena itu kita semestinya bergembira atas semua perbuatan positif yang
tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, termasuk yang
dilakukan oleh diri kita sendiri atau oleh orang lain, yang dicemari oleh
emosi atau yang murni dan sempurna. Manfaat dari bergembira dengan
cara demikian adalah tak terbatas.

Suatu ketika Raja Prasenajit mengundang Buddha dan para pengi-


kutnya untuk mengambil makanan mereka sehari-hari di istananya
selama masa empat bulan, yang selama waktu tersebut ia juga memper-
sembahkan semua keperluan hidup kepada mereka. Seorang wanita
pengemis tua yang kebetulan lewat dipenuhi dengan kegembiraan atas
perbuatan tersebut.
"Raja Prasenajit telah memperoleh semua kekayaan ini karena pahala
yang ia kumpulkan di masa lalu," pikirnya, "dan kini ia berjumpa dengan
Buddha, yang merupakan puncak dari perbuatan baiknya, pengumpulan
pahala kebajikannya benar-benar tak terukur. Betapa menakjubkan!"
Atas kegembiraannya yang tulus dan sempurna, ia menciptakan
pahala yang tak terhingga. Sang Buddha menyadari ini.
Menjelang senja, ketika tiba saat pelimpahan pahala kebajikan, beliau
berkata kepada raja: “Apakah anda senang saya melimpahkan sumber
pahala yang sudah anda miliki untuk anda, atau haruskah saya limpahkan
kepada seseorang yang lebih layak dibanding anda?"
Jawab raja, "Dedikasikanlah kepada siapa yang memiliki sumber
pahala yang terbesar.”
Dengan demikian Buddha terlebih dulu melimpahkan pahala tersebut
kepada wanita tua pengemis tersebut. Hal ini terjadi selama tiga hari
berturut-turut. Merasa sakit hati, sang raja berkonsultasi dengan menteri-
menterinya untuk mengakhiri keadaan demikian.
Mereka berkata: "Besok, ketika kita mengundang Yang Mulia dan
para pengikutnya untuk persembahan sedekah, kita akan menumpahkan
banyak makanan dan minuman di sekitar pot-pot. Ketika pengemis-
pengemis datang, kita akan memukul mereka untuk menghentikan
mereka mengambilnya. Mungkin dengan cara demikian akan berhasil."
Keesokan harinya, ketika wanita pengemis yang telah bergembira itu
datang mengumpulkan makanan yang ditumpahkan, mereka member-
hentikannya dan memukulnya. Dia menjadi marah, sehingga
377
menghancurkan sumber pahala. Untuk hari itu, pahala dipersembahkan
atas nama raja.
Seperti yang sudah diulangi di sini beberapa kali, adalah tujuan dari
pelaku saja yang menentukan apakah suatu perbuatan bersifat positif atau
negatif, bukan pelaksanaannya secara lisan atau secara fisik akan niat
tersebut. Karena alasan ini, dalam Sutra Instruksi kepada Raja, 248
Buddha menjelaskan secara detil bahwa hanya dengan mengamati
perbuatan baik yang dilakukan orang lain dengan pikiran yang murni, dan
secara tulus bergembira di dalamnya dan mempersembahkan kekuat-
annya untuk pencerahan sempurna semua makhluk, akan membawa lebih
banyak pahala dibanding kebajikan yang dicemari dengan delapan
perhatian duniawi biasa, oleh ambisi hidup ini, dan oleh kesombongan
untuk bersaing dengan kebaikan orang lain. Chagme Rinpoche berkata:

Ketika kita mendengar hal baik yang dilakukan orang lain,


Jika kita membuang semua pikiran negatif kecemburuan,
Dan benar-benar bergembira dari dalam kedalaman hati kita,
Buddha mengatakan bahwa pahala yang kita peroleh akan sama
dengan yang dimiliki mereka.

Rangkuman Kebijaksanaan Transenden 249 mengatakan:

Bobot semua Gunung Meru di milyaran dunia bisa dihitung,


Tetapi pahala ikut bergembira tak terkirakan.

Oleh karena itu, selalu bergembiralah atas kebaikan yang dilaksana-


kan oleh orang lain, karena hal itu mudah dilakukan dan begitu mengun-
tungkan.

2.5 Mendesak Buddha memutar roda dharma

Bayangkan anda di hadapan Buddha dan Bodhisattva, para guru dan


semua mereka yang mampu menanggung beban berat bekerja demi
kepentingan makhluk lain. Pikirkan bahwa mereka sudah menjadi lelah
oleh sikap tak berterimakasih dan mengecilkan hati dari makhluk-
makhluk tersebut, dan berniat untuk tinggal di dalam keadaan damai
tanpa memberi ajaran. Pancarkan ratusan dan ribuan juta tubuh,
persembahkan roda Dharma, permata-permata dan benda berharga

248
Skt. Rajavavadaka-sutra, Tib. rgyal po la gdams pa.
249
Skt. Prajnaparamita-samcayagatha, Tib. phar phyin bsdus pa, sastra yang ditulis oleh
Aryasura.
378
lainnya kepada mereka semua, dan mendesak mereka untuk memutar
roda Dharma dengan kata-kata:

ཐེག་ག�མ་ཆོས་འཁོར་བ�ོར་བར་བ�ལཿ
THEG SUM CHÖ KHOR KOR WAR KUL Aku memohon Anda untuk
memutar Roda Dharma ketiga
kendaraan.

Dharma secara umum dibagi menjadi tiga kendaraan: kendaraan


Sravaka, kendaraan Pratyekabuddha, dan kendaraan Bodhisattva. Kese-
muanya termasuk dalam seluruh ajaran Buddha. Tetapi mungkin juga
dibagi menjadi sembilan: tiga kendaraan luar, yaitu Sravaka,
Pratyekabuddha dan Bodhisattva, yang membebaskan asal-muasal
penderitaan; tiga kendaraan bagian dalam: Kriyayoga, Upayoga dan Yoga,
yang dihubungkan dengan latihan pertapaan dalam cara tradisi Veda; dan
tiga kendaraan rahasia: Mahayoga, Anuyoga dan Atiyoga, yang
mengajarkan metoda-metoda transmutasi yang canggih. Ketika kita
meminta memutar roda Dharma, apa yang kita minta adalah Dharma dari
tiga kendaran yang lebih lanjut dibagi menjadi sembilan, yang dapat
menyediakan ajaran yang cocok untuk setiap jenis pengikut.

2.6 Meminta Buddha tidak masuk nirvana

Arahkan permintaan anda kepada para guru, Buddha dan Bodhisattva


yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka bekerja untuk kebaikan
orang lain, di dalam alam Buddha ini dan yang lain, yang sekarang ingin
masuk Nirvana. Mohonlah dengan sangat kepada mereka, seperti yang
dilakukan Upasaka Cunda masa lampau, dengan secara mental membuat
banyak emanasi diri sendiri, sambil berkata:

ཇི་�ིད་འཁོར་བ་མ་�ོངས་བརཿ
JI SID KHOR WA MA TONG BAR Sebelum samsara terkosongkan

�་ངན་མི་འདའ་བ�གས་གསོལ་འདེབསཿ
NYA NGEN MI DA ZHUG SOL DEB Tinggallah di dunia dan tidak masuk
ke dalam nirvana.

Lalu berpikirlah karena doa anda semua Buddha tetap bekerja untuk
kebaikan makhluk hidup sampai samsara dikosongkan.
379
2.7 Pelimpahan pahala kebajikan

Ikuti contoh Manjusri dengan melimpahkan pahala kepada semua


makhluk, pahala apa pun yang telah, sedang dan yang akan diperoleh
oleh anda sendiri dan orang lain, mulai dengan perbuatan yang sedang
anda lakukan sekarang. Segellah dedikasi tersebut dengan kebijaksanaan
non-konsepsi, sambil berkata:

�ས་ག�མ་བསགས་པའི་དགེ་�་�ནཿ
DÜ SUM SAG PË GE TSA KUN Semua akar kebajikan yang terkumpul
sepanjang tiga masa,
�ང་�བ་ཆེན་པོའི་�་�་བཇོཿ
JANG CHUB CHEN PÖ GYU RU JO Saya limpahkan sebagai penyebab pen-
cerahan agung.

Janganlah pernah lupa untuk melakukan pelimpahan jasa pada akhir


setiap perbuatan baik, besar ataupun kecil. Setiap sumber pahala yang
tidak dipersembahkan dengan cara ini hanya akan berbuah sekali saja dan
habis terpakai. Tetapi apa pun juga yang dilimpahkan untuk pencerahan
sempurna tidak akan pernah habis terpakai, bahkan setelah berbuah
seratus kali pun. Sebagai gantinya, ia akan meningkat dan tumbuh
sampai kebuddhaan sempurna tercapai. Di dalam Sutra yang Diminta
oleh Sagaramati 250 dikatakan:

Seperti setetes air yang jatuh ke samudra,


Tidak akan pernah hilang sampai samudra menjadi kering;
Pahala yang secara keseluruhan dilimpahkan untuk pencerahan,
Tidak akan pernah lenyap sampai pencerahan tercapai.

Anda boleh saja ingin mencapai tingkat Sravaka atau Pratyekabuddha,


atau mencapai pencerahan sempurna. Anda boleh saja hanya ingin
dilahirkan di alam yang lebih tinggi, sebagai dewa atau manusia. Atau
anda hanya menginginkan hasil sementara seperti umur panjang atau
kesehatan yang baik. Tetapi apa pun juga tujuan anda, ketika anda mela-
kukan sesuatu yang berjasa, adalah penting untuk mendedikasikannya
pada akhir perbuatan tersebut. Drikung Kyobpa Rinpoche berkata:
Kecuali dengan membuat doa-doa pengharapan,
Anda menggosok permata pengabul harapan dari kedua
akumulasi,

250
Skt. Sagaramatiparipriccha-sutra, Tib. blo gros rgya mtshos zhus pa'i mdo.
380
Hasil yang anda inginkan tidak akan pernah kelihatan.
Oleh karena itu akhirilah sepenuh hati dengan dedikasi.

Adalah kekuatan pelimpahan pahala yang menentukan apakah


perbuatan positif menjurus pada pencerahan sempurna atau tidak.
Seberapapun besarnya perbuatan positif terkondisi yang anda himpun
tidak akan menjurus kepada pembebasan kecuali jika anda memberi
mereka suatu arah dengan mempersembahkan mereka. Geshe Khampa
Lungpa berkata:

Tidak ada perbuatan baik yang terkondisi mempunyai suatu arah


dengan sendirinya,
Maka buatlah doa-doa dengan pengharapan yang besar demi
kepentingan makhluk hidup.

Hal yang sama berlaku untuk aktivitas positif yang akan anda
lakukan demi ayah anda, ibu anda atau orang yang anda kasihi, atau
untuk orang yang sudah meninggal. Tanpa dedikasi, hal itu tidak akan
bekerja. Tetapi jika anda mendedikasi aktivitas tersebut, orang-orang
yang anda ingat di dalam pikiran anda akan memperoleh manfaat yang
sesuai.
Pada suatu ketika, orang-orang Vaisali datang mengundang Buddha
untuk perjamuan pada hari berikutnya.
Setelah mereka pergi, lima ratus preta tiba dan meminta kepada
beliau, "Tolong dedikasi kepada kami jasa kebajikan dari sedekah orang-
orang Vaisali yang akan dipersembahkan kepada anda dan para pengikut
anda besok."
"Siapakah kamu?" Buddha bertanya, meski ia telah mengetahui
jawaban. "Mengapa jasa kebajikan orang-orang Vaisali harus dilim-
pahkan kepada anda?"
"Kami adalah orang tua mereka," jawab preta-preta itu. "Kami
dilahirkan sebagai preta akibat perilaku kami yang pelit."
"Baiklah, kata Buddha, "ikutlah pada waktu pelimpahan jasa dan
akan kulakukan seperti permintaan anda."
"Itu tidak mungkin," mereka berkata. "Kami sangat malu dengan
tubuh kami yang buruk ini."
"Anda seharusnya merasa malu ketika anda melakukan semua
perbuatan yang salah," jawab Sang Buddha. "Apa artinya tidak merasa
malu pada saat tersebut, namun merasa malu sekarang, saat anda telah
terlahir dalam wujud yang menyedihkan ini? Jika anda tidak datang aku
tidak akan mampu mendedikasikan jasa kebajikan kepada anda."
"Baiklah, kami akan datang," kata mereka, lalu mereka pergi.

381
Hari berikutnya, ketika saatnya tiba, preta-preta datang menerima
dedikasi. Orang-orang Vaisali sangat terkejut dan mulai melarikan diri.
"Janganlah takut," Buddha menenteramkan hati mereka. "Mereka
semua adalah orang tua anda yang telah dilahirkan kembali sebagai preta.
Mereka mengatakan kepadaku sendiri. Perlukah saya melimpahkan
sumber pahala anda kepada mereka atau tidak?"
"Anda pasti perlu!" mereka menangis.
Buddha berkata:

Semoga semua jasa dari persembahan ini


Dilimpahkan kepada ke preta-preta ini;
Semoga mereka terbebaskan dari tubuh mereka yang buruk,
Dan memperoleh kebahagiaan dalam alam yang lebih tinggi!

Tak lama setelah beliau berkata, semua preta meninggal. Buddha


menjelaskan bahwa mereka telah dilahirkan kembali di alam Surga Tiga
Puluh Tiga.

Jetsun Mila berkata:

Antara pertapa yang bermeditasi di dalam pegunungan,


Dengan penderma yang menyediakan makanan atau minuman
untuknya,
Ada suatu mata rantai yang akan membawa mereka kepada
pencerahan bersama;
Pelimpahan jasa kebajikanlah yang merupakan mata rantai
tersebut.

Setiap pelimpahan jasa kebajikan yang menjurus ke pencerahan


sempurna harus disertai oleh kebijaksanaan, bebas dari tiga konsepsi.
Dedikasi yang dicemari oleh konsepsi-konsepsi sebagai sesuatu yang
nyata, dikenal sebagai pelimpahan jasa kebajikan yang tercemar.
Rangkuman Kebijaksanaan Transenden mengatakan:

Sang Penakluk mengatakan, bahwa berbuat baik dengan


konsepsi-konsepsi,
Sama seperti makan makanan sehat bercampur racun.

Ketiga konsepsi yang dimaksud disini adalah konsepsi bahwa ada


sumber pahala untuk didedikasikan, seseorang yang membuat pelim-
pahan jasa kebajikan, dan untuk apa dedikasi tersebut diarahkan. Jika
seseorang bisa melakukan pelimpahan jasa kebajikan dalam keadaan
kebijaksanaan, menyadari secara penuh bagaimana ketiga hal tersebut
382
adalah tanpa keberadaan yang sesungguhnya, maka pelimpahan pahala
tersebut akan benar-benar tak tercemar. Hal itu bukanlah dalam
jangkauan orang-orang biasa pada tingkat seperti kita. Meskipun
demikian, hanya dengan berpikir bahwa seseorang sedang melimpahkan
pahala kebajikan dengan cara yang persis sama seperti Buddha dan
Bodhisattva masa lampau, akan membuat pelimpahan pahala yang sama
sekali bebas dari ketiga konsepsi. Sutra Pengakuan Kemerosotan 251
berkata:

Sama seperti semua Bhagavan Buddha dari masa lampau dengan


sempurna melimpahkan jasa kebajikan; sama seperti semua
Bhagavan Buddha yang akan datang dengan sempurna
melimpahkan jasa kebajikan; dan sama seperti semua Bhagavan
Buddha sekarang melimpahkan jasa kebajikan; maka demikian
juga saya melimpahkan jasa kebajikan dengan sempurna.

dan Doa Perbuatan Baik berkata:

Mencontoh pahlawan Manjusri,


Samantabhadra dan semua mereka yang mempunyai pengetahuan,
Saya juga membuat dedikasi yang sempurna
Dari semua perbuatan yang bersifat positif.

Pastikan selalu menyegel perbuatan positif anda dengan pelimpahan


jasa yang sempurna, karena ini adalah satu-satunya metoda manjur yang
memastikan bahwa jasa kebajikan akan menjurus kepada pencerahan
sempurna.

3. Berdoa dengan keyakinan yang pasti

Berdoa kepada guru dengan keyakinan yang pasti adalah untuk


membawa pikiran seseorang untuk mencapai sifat alami empat vajra.252
Bayangkan bahwa guru anda yang mulia, pelindung anda yang agung,
mempunyai kewenangan sempurna, memiliki sifat alami Heruka di dalam
setiap mandala deity. Hanya melihat, mendengar, menyentuh atau
berpikir tentangnya akan menanam benih pembebasan. Karena aktivitas
yang dilakukannya adalah sama seperti semua Buddha, ia adalah Permata
yang Keempat. Bagi anda, kebaikannya adalah benar-benar lebih besar

251
Tib. ltung gshags
252
Tingkat empat vajra: Pemurnian saluran nadi sebagai tubuh vajra, atau nirmanakaya;
pemurnian energi sebagai vajra ucapan atau sambhoga-kaya; pemurnian pikiran sebagai
vajra pikiran atau dharmakaya; sifat yang dimurnikan dari ketiga ini adalah vajra
ketidakterpisahan atau svabhavikakaya.
383
dibandingkan dengan semua Buddha, karena dengan belas kasihnya, ia
dengan cepat membangun tingkat Vajradhara dalam diri anda dalam satu
kehidupan ini dengan jalan mendalam yang menjadi matang dan
membebaskan. Perihal kualitasnya, pencapaiannya adalah seluas angkasa;
pengetahuan dan cinta kasihnya adalah tiada batasnya seperti samudra;
belas kasihnya sama kuatnya seperti sebuah sungai yang besar; dan
sifatnya tabah seperti Maha Meru. Ia seperti ayah atau ibu semua
makhluk, karena hatinya sama untuk semua makhluk. Setiap aspek
kualitasnya adalah tak terkira. Ia seperti suatu permata pengabul harapan.
Anda hanya perlu mempercayainya dan berdoa kepadanya, dan apa pun
juga pencapaian yang anda cari akan bangkit tanpa usaha.
Dengan berlinang air mata pengabdian, pikirkan, "Saya percayakan
sepenuhnya kepada anda, saya menempatkan semua harapan saya pada
anda, saya pasrahkan diriku kepada anda saja!" lafalkan baris doa untuk
latihan penerimaan pencapaian, mulai dari:

�ེ་བ�ན་�་�་རིན་པོ་ཆེཿ
JETSUN GU RU RIN PO CHE Guru Rinpoche yang mulia,
�ེད་ནི་སངས་�ས་ཐམས་ཅད་�ིཿ
KHYED NI SANG GYË THAM CHED KYI Anda adalah perwujudan semua Buddha.
�གས་�ེའི་�ིན་�བས་འ�ས་པའི་དཔལཿ
THUG JEI JIN LAB DÜ PË PAL Anugerahkanlah berkah belas kasihmu.
སེམས་ཅན་ཡོངས་�ི་མགོན་གཅིག་�ཿ
Anda adalah satu-satunya
SEM CHEN YONG KYI GON CHIG PU
pelindung semua makhluk hidup.
�ས་དང་ལོངས་�ོད་�ོ་�ིང་�ངཿ
LÜ DANG LONG CHOD LO NYING DRANG Tubuh dan segala harta milikku,
�ོས་པ་མེད་པར་�ེད་ལ་འ�ལཿ
TO PA MED PAR KHYED LA BUL Dengan tanpa keraguan
kupersembahkan kepadamu.
འདི་ནས་�ང་�བ་མ་ཐོབ་བརཿ
DI NAM JANG CHUB MA THOB BAR Mulai sekarang sampai saya
mencapai pencerahan,
�ིད་�ག་ལེགས་ཉེས་མཐོ་དམན་�ནཿ
KYID DUG LEG NYE THO MAN KUN Segala kebajikan, kejahatan,
penderitaan, kebahagian,
kemuliaan dan martabat
rendahku,

384
�ེ་བ�ན་ཆེན་པོ་པད་འ�ང་མ�ེནཿ
JETSUN CHEN PO PE JUNG KHYEN Diperhatikan oleh Guru terlahir
dari Teratai yang mulia.

Berikutnya, konsentrasilah pada lafalan mantra Guru Vajra, sebagai


satu doa:

ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung

Setelah setiap seratus pengulangan, ulangi doa "Guru Agung yang


mulia..." sekali lagi. Di tengah-tengah waktu yang anda sisihkan untuk
lafalan seratus ribu kali mantra Guru Padmasambhava, yaitu setelah lima
puluh ribu kali, maka setelah setiap lafalan satu mala lanjutkan pada doa
pencapaian dengan mengucapkan doa yang dimulai dengan:

བདག་ལ་རེ་ས་གཞན་ན་མེདཿ
DAG LA RE SA ZHEN NA MED Saya tidak memiliki tempat
memohon lainnya.
ད་�་�ས་ངན་�ིགས་མའི་འ�ོཿ
DA TA DÜ NGEN NYIG MEI DRO Makhluk hidup dalam masa
kemerosotan sekarang
མི་བཟོད་�ག་བ�ལ་འདམ་�་�ིངསཿ
MI ZOD DUG NGAL DAM DU JING Tenggelam dalam rawa
penderitaan,
འདི་ལས་�ོབས་ཤིག་མ་�་�་�ཿ
DI LË KYOB SHIG MA HA GU RU Tolong selamatkan mereka,
Mahaguru.
དབང་བཞི་�ར་ཅིག་�ིན་�བས་ཅནཿ
WANG ZHI KUR CHIG JIN LAB CHEN Anda yang memberi berkah,
anugerahkanlah keempat inisiasi
kepada mereka;
�ོགས་པ་�ོར་ཅིག་�གས་�ེ་ཅནཿ
TOG PA POR CHIG THUG JE CHEN Anda yang penuh belas kasih,
tingkatkanlah realisasi mereka;

�ིབ་གཉིས་�ོངས་ཤིག་�ས་མ�་ཅནཿ Anda yang memiliki kekuatan,


murnikanlah kedua rintangan
DRIB NYI JONG SHIG NÜ THU CHEN
mereka.
385
4. Mengambil empat inisiasi

Ketika waktunya tiba untuk meminta pencapaian, terimalah empat


inisiasi dengan membayangkan bija kata Om (ཨ�) antara alis mata Guru
bersinar seperti kristal bulan, memancarkan berkas cahaya yang
menembus puncak kepala anda dan memurnikan anda dari ketiga
perbuatan buruk yang dilakukan dengan tubuh – membunuh, mengambil
apa yang tidak diberi, perbuatan asusila – dan memurnikan semua noda
batin saluran nadi yang dikembangkan tubuh anda. Berkah tubuh vajra
Guru masuk ke tubuh anda dan berpikirlah bahwa potensi untuk
mencapai tingkat nirmanakaya telah tertanam dalam diri anda.
Lalu bija kata Ah (�ཱ) , menyala seperti batu permata mirah di
dalam tenggorokan Guru, memancarkan berkas cahaya yang masuk
tenggorokan anda, membersihkan anda dari empat perbuatan buruk yang
dilakukan dengan ucapan – berbohong, menabur perselisihan, berkata
kasar dan mengatakan kata-kata yang tidak berharga – dan membersihkan
semua noda energi anda yang ditimbulkan oleh ucapan dan memurnikan
semua noda batin saluran energi anda. Anda menerima berkah ucapan
vajra Guru dan berpikirlah bahwa potensi untuk mencapai tingkat
sambhogakaya telah tertanam dalam tubuh anda.
Kemudian bija kata Hum (�ྃ) berwarna biru langit memancarkan
berkas sinar yang menembus hati anda, membersihkan anda dari ketiga
perbuatan buruk yang dilakukan oleh pikiran – iri hati, mengharapkan
orang lain celaka dan padangan salah – dan membersihkan semua noda
dasar anda yang ditimbulkan oleh pikiran dan memurnikan semua noda
batin bindu anda. Anda menerima berkah pikiran vajra Guru dan
berpikirlah bahwa potensi untuk mencapai tingkat dharmakaya telah
tertanam dalam diri anda.
Lalu dari Hum dalam hati guru, sebuah bija kata Hum yang kedua,
seperti suatu tembakan bintang, jatuh dan bercampur sepenuhnya dengan
pikiran anda, membersihkan semua noda konsepsi dan noda karma dari
kesadaran alaya, yang merupakan sesuatu yang mendasari tubuh, ucapan
dan pikiran. Anda menerima berkah kebijaksanaan vajra Guru dan
berpikirlah bahwa mulai dari saat itu, potensi untuk mencapai hasil akhir,
tingkat svabhavikakaya, telah tertanam dalam diri anda.

Akhirnya, gabungkan pikiranmu sendiri sepenuhnya dengan pikiran


guru, dan tinggallah dalam keadaan tersebut. Pada akhir sesi, lafalkan
dengan pengabdian dan keinginan yang bersemangat doa yang dimulai
dari:

386
ནམ་ཞིག་ཚ�་ཡི་�ས་�ས་ཚ�ཿ
NAM ZHIG TSHE YI DÜ JË TSHE Ketika hidupku berakhir,
རང་�ང་�་ཡབ་དཔལ་རིའི་ཞིངཿ
RANG NANG NGA YAB PAL RÏ ZHING Aku memanifestasikan alam Gunung
Warna Tembaga;
�ང་འ�ག་�ལ་པའི་ཞིང་ཁམས་�ཿ
ZUNG JUG TRUL PË ZHING KHAM SU Berdiam dalam ke-takterpisah-an
alam tersebut,
གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuhku berubah menjadi
Vajrayogini;
གསལ་འཚ�ར་འོད་�ི་གོང་�་�ཿ
SAL TSHER Ö KYI GONG WU RU Dalam gumpalan cahaya terang
tubuhku,
�ར་ནས་�ེ་བ�ན་པད་འ�ང་དངཿ
GYUR NË JETSUN PE JUNG DANG Aku menatap Padmasambhava yang
mulia,
ད�ེར་མེད་ཆེན་པོར་སངས་�ས་ཏེཿ
JENG MED CHEN POR SANG GYË TE Yang tak berbeda dengan para
Buddha;
བདེ་དང་�ོང་པའི་ཆོ་འ�ལ་�ིཿ
DE DANG TONG PË CHO TRUL GYI Aku mengalami kebahagiaan
kekosongan gaib,
ཡེ་ཤེས་ཆེན་པོའི་རོལ་པ་ལསཿ
YE SHE CHEN PÖ ROL PA LË Dan menikmati aktivitas
kebijaksanaan agung;
ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་མ་�ས་པཿ
KHAM SUM SEM CHEN MA LÜ PA Andalah pemandu yang tertinggi;
འ�ེན་པའི་དེད་དཔོན་དམ་པ་�ཿ
Makhluk hidup di tiga alam tanpa
DREN PË DED PON DAM PA RU
kecuali
�ེ་བ�ན་པ�ྨ་ད�གས་ད�ང་གསོལཿ
Memohon penghiburan Sang Teratai
JETSUN PE MA BUG JUNG SOL
Suci;
གསོལ་བ་�ིང་གི་ད�ིལ་ནས་འདེབསཿ
SOL WA NYING GI KYIL NË DEB Bukan sekedar ucapan mulut,
ཁ་ཙམ་ཚ�ག་ཙམ་མ་ཡིན་ནོཿ
KHA TSAM TSHIG TSAM MA YIN NO Namun memohon dari lubuk hati;
�ིན་�བས་�གས་�ི་�ོང་ནས་�ོལཿ
387
JIN LAB THUG KYI LONG NË TSOL Mohon anugerahkan berkah
pencerahanmu,
བསམ་དོན་འ�བ་པར་མཛད་�་གསོལཿ
SAM DON DRUB PAR DZED DU SOL Agar terkabul semua harapan kami.

Dengan penuh keyakinan dan devosi, bayangkan Guru Rinpoche


tersenyum, matanya terpenuhi dengan belas kasih. Dari hatinya,
terpancar berkas cahaya merah menyala. Saat cahaya tersebut menyentuh
anda – yang mana hingga sekarang anda masih memvisualisasikan diri
anda sebagai Vajrayogini – anda diubah menjadi sebuah bola bercahaya
merah seukuran kacang polong, yang meloncat ke arah Guru Rinpoche
seperti suatu pecahan percikan api dengan mengeluarkan suara “ta”, dan
melebur ke dalam hatinya. Beristirahatlah dalam keadaan demikian.

Lalu, sambil melihat segala sesuatu yang ada sebagai manifestasi


Guru, akhiri dengan pelafalan ayat dedikasi:

དགེ་བ་འདི་ཡི་�ར་�་བདག །
GE WA DI YI NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཔལ་མགོན་�་མ་འ�བ་�ར་ནས། །
PAL GON LA MA DRUB GYUR NË Semoga saya segera mencapai
tingkat Guru Pelindung;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk
tanpa kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.

atau mengucapkan Doa Gunung Warna Tembaga. 253


Kapan pun ketika anda sedang berjalan-jalan, anda dapat juga
berlatih Guru Yoga dengan memvisualisasikan guru anda di angkasa di
atas bahu kanan anda dan membayangkan bahwa anda sedang
mengitarinya. Kapan pun ketika anda sedang duduk, bayangkan dia di
atas kepala anda sebagai fokus untuk doa-doa anda. Waktu makan dan
minum, bayangkan dia di dalam kerongkongan dan persembahkan bagian

253
Tib. zangs bdog dpal ri’i smon lam, doa untuk terlahirkan di alam suci
Padmasambhava.
388
pertama dari makanan atau minuman anda. Ketika anda pergi tidur,
bayangkan dia di pusat hati anda: ini adalah intisari tehnik yoga tidur:
"meletakkan segala sesuatu yang dapat dikenal ke dalam pot." 254
Singkatnya, bangkitkan rasa pengabdian anda sepanjang waktu,
dalam setiap situasi. Peliharalah pikiran bahwa di mana saja anda berada
adalah sebenarnya Gunung Warna Tembaga nan Jaya, dan murnikan
segala hal yang anda rasakan dengan memandangnya sebagai wujud
Sang Guru.

Kapan pun penyakit, rintangan-rintangan dari kekuatan negatif atau


keadaan yang tak dikehendaki muncul, jangan hanya mencoba untuk
menghindari mereka. Bergembiralah dengan berpikir bahwa mereka
telah diberikan oleh guru anda dalam rasa kasihannya sebagai suatu cara
untuk menghilangkan karma negatif anda yang lampau. Kapan pun
kebahagiaan, kenyamanan dan praktek berbudi luhur mendominasi,
kenali hal tersebut sebagai belas kasih guru anda, dan jangan terlalu
gembira atau menjadi sombong. Waktu sedang bermeditasi, kapan pun
keadaan pikiran seperti kehilangan semangat, kelesuan, kelambanan dan
gelojak mental muncul, gabungkan kesadaran anda secara tak terpisahkan
dengan pikiran guru. Beristirahat dalam pandangan sifat alami sambil
mempertahankan kecemerlangan awal. Pada waktu yang sama, lafalkan
mantra Vajra Guru sebagai suatu doa dan lafalan:

ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung

Dengan cara ini, semua penampilan akan muncul sebagai guru dan
deity. Semua yang anda lakukan akan menjadi hal yang positif. Seperti
kata Jetsun Mila:

Ketika saya berjalan, saya mengambil semua persepsi sebagai


jalan;
Itulah cara untuk berjalan, membiarkan keenam kesadaran
membebaskan mereka sendiri.
Ketika saya duduk, saya duduk dalam sifat alami yang tak
berubah;
Itu adalah cara yang penting dan mutlak untuk beristirahat.

254
Salah satu instruksi dalam yoga tidur yang ditemukan di dalam ajaran Kesempurnaan
Agung.
389
Ketika saya makan, saya makan makanan dari kekosongan;
Itulah cara makan tanpa pikiran yang dualistik.
Ketika saya minum, saya minum air dari kesadaran dan kewaspa-
daan;
Itulah cara minum yang terus menerus.

Lagipula, begitu anda masuk Mantra Rahasia Vajrayana, adalah


penting untuk menerima inisiasi yang matang dan membebaskan.
Mereka memperbaiki pelanggaran dan samaya yang rusak, dan
memungkinkan anda untuk merenungkan semua jalan dari tahap
pengadaan, tahap kesempurnaan dan Kesempurnaan Agung. Mereka
mencegah rintangan-rintangan dan kesalahan untuk timbul, dan membuat
semua pencapaian anda berkembang semakin dalam. Dikatakan bahwa:

Di dalam Kendaraan Mantra Rahasia, tiada pencapaian tanpa


inisiasi;
Sama seperti tukang perahu tanpa dayung.

dan juga:

Tanpa inisiasi tidak ada pencapaian;


Anda tidak bisa mendapat minyak dengan memeras pasir.

Inisiasi yang kita terima ketika kita pertama kali diperkenalkan pada
mandala oleh Guru Vajra yang sejati adalah inisiasi dasar. Inisiasi
rangkap empat yang kita ambil sendiri ketika kita berlatih Guru Yoga,
tanpa tergantung pada siapa pun atau yang lainnya, adalah inisiasi jalan.
Dua jenis inisiasi batin yang kita peroleh pada saat memperoleh hasil
tertinggi, yang disebut "inisiasi berkas cahaya besar" dan "inisiasi
kedalaman dan cahaya yang tak terpisahkan" di mana kebuddhaan yang
sempurna dan menyeluruh bermanifestasi adalah inisiasi hasil.
Inisiasi-inisiasi ini memiliki tiga sifat mendalam yang tak terbayang-
kan: mereka memurnikan, menyempurnakan dan mematangkan. Ketika
anda sedang melakukan latihan utama, adalah merupakan suatu
kekeliruan kalau tidak disertai pendahuluan yang mana pun, dan ketika
anda sedang bermeditasi pada latihan seperti tahap pengadaan atau tahap
kesempurnaan, adalah sangat penting selalu mulai tiap sesi dengan
mengambil inisiasi jalan dengan cara Guru Yoga.
Siapa pun yang pengabdian dan samayanya murni sepenuhnya dan
yang menyelesaikan Guru Yoga, bahkan tanpa melakukan latihan utama,
akan terlahir di Gunung Agung Benua Barat Daya. 255 Di alam Buddha

255
Nama lain Gunung Warna Tembaga, alam suci Guru Padmasambhava.
390
yang murni tersebut, mereka akan menjalani jalan dari empat tingkat
Vidyadhara dan mencapai tingkat Samantabhadra bahkan dengan lebih
cepat dibanding gerakan matahari dan bulan.

III. SEJARAH DATANGNYA DOKTRIN TERJEMAHAN LAMA

Pada kesempatan ini, untuk kesenangan pendengar dan karena


pertimbangan lain, dengan tidak terlalu singkat maupun terlalu rinci,
secara tradisional biasanya guru akan menerangkan sejarah ajaran secara
umum, terutama tentang munculnya tiga yoga bagian dalam. Maka
sekarang akan diuraikan dengan singkat bagaimana ketiga yoga bagian
dalam dari Terjemahan Lama Nyingmapa turun hingga ke kita hingga
hari ini, yaitu tahap pengadaan Mahayoga, tahap kesempurnaan Anuyoga
dan tahap Kesempurnaan Agung Atiyoga, di mana terdapat tiga silsilah
transmisi: silsilah batin dari Sang Penakluk, silsilah lambang dari
Vidyadhara dan silsilah pendengaran dari pudgala.

1. Silsilah batin Sang Penakluk

Buddha Samantabhadra tercerahkan mula-mula sekali. Sebagai


manifestasi gaib yang tak terbatas dari belas kasihnya, muncul alam
murni semua Buddha, semua tempat di mana ajaran diberikan dan para
guru dari empat kaya. Murid-muridnya terdiri dari Vidyadhara lima
kaya 256 yang mencapai pencapaian secara spontan dan rombongan
Penakluk yang tidak dapat dibayangkan dan tanpa batas. Tidak ada
perbedaan antara mereka dan dirinya. Ia mengajar tanpa ajaran,
mentransmisikan semua doktrin tanpa kata-kata atau lambang melalui
kejernihan alami tanpa usaha dari belas kasih yang besar yang terpancar
secara spontan dari kesadaran awal. Para muridnya mewujudkan pada
diri mereka arti dari ajaran mutlak ini tanpa kekeliruan, dan kualitas
kebebasan dan realisasi mereka menjadi serupa dengan miliknya.
Bagi mereka yang tidak mempunyai nasib baik untuk memahami
transmisi pertama ini, ada kendaraan lain yang menyangkut jalan yang
progresif. Samantabhadra mengajarnya dengan memanifestasi wujud-
wujud yang tak terhitung di dalam alam semesta yang tak terhingga untuk
memberi manfaat kepada makhluk hidup, memandu masing-masing
mereka dengan cara yang paling sesuai. Wujud-wujud yang spesifik di
mana ia melatih enam kelas makhluk adalah Enam Muni. Di dalam dunia
Jambudvipa ini, Buddha Sakyamuni memutar roda Dharma pada tiga

256
Lima kaya: 1. Nirmanakaya; 2. Sambhogakaya; 3. Dharmakaya; 4. Vajrakaya (tubuh
vajra permanen); dan 5. Abhisambodhikaya (tubuh pencerahan sempurna).
391
tingkat yang berbeda untuk para dewa dan manusia. Ia mengajarkan
kendaraan karakteristik sebab, yang terdiri dari Vinaya, Sutra dan
Abhidharma, dan bagian luar Mantrayana - Kriya Tantra, Upayoga
Tantra, Yoga Tantra, dan seterusnya.

Sebagai penanggulangan terhadap emosi kemelekatan,


Buddha mengajar dua puluh satu ribu bagian Vinaya Pitaka;
Sebagai penanggulangan terhadap emosi kebencian,
Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Sutra Pitaka;
Sebagai penanggulangan terhadap emosi kebingungan,
Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Abhidharma Pitaka;
Sebagai penanggulangan yang menundukkan ketiga racun
tersebut bersama-sama,
Ia mengajar dua puluh satu ribu bagian Tantra Pitaka.

2. Silsilah lambang dari Vidyadhara

Menjelang parinirvana, Buddha Sakyamuni sendiri memprediksi


datangnya Doktrin Mantra Rahasia yang tak tertanding. Seperti yang
termuat dalam bagian akhir Tantra Hevajra:

Dua puluh delapan tahun


Setelah saya berhenti menampakkan diri di dunia ini,
Hakikat yang mahamulia dari ajaran,
Yang dipuji ketiga alam surgawi,
Akan diajarkan di bagian timur Jambudvipa
Kepada seseorang yang bernama Raja Ja,
Seorang manusia beruntung dan mulia,
Yang didahului oleh pertanda-pertanda baik.
Dan di puncak Gunung Malaya, 257
Vajrapani akan mengajarnya
Kepada Lima yang Mulia 258
Dan kepada Penguasa Tanah Raksasa. 259
Setelah membuat ramalan ini, Buddha mempertunjukkan kepergian-
nya ke nirvana. Ketiga yoga dari doktrin bagian dalam yang tak
tertanding: tahap pengadaan, tahap kesempurnaan dan Kesempurnaan
Agung satu persatu dimunculkan sebagaimana yang telah diramalkan
oleh-Nya.

257
Gunung Malaya berada di Srilangka, tempat Sang Buddha membabarkan Sutra
Lankavatara.
258
Lima yang Mulia: 1. Dewa Yasasvi Varapala; 2. Naga Taksala; 3. Yaksa Ulkamukha;
4. Raksasa Matyaupayika; dan 5. Vimalakirti.
259
Padmasambhava.
392
2.1 Mahayoga Tantra

Dua puluh delapan tahun setelah meninggalnya Sang Buddha, Raja Ja


mendapat tujuh pertanda dalam mimpinya. Lalu, di atap istananya, ia
menemukan sejumlah besar jilid emas yang berharga dari tantra
Mantrayana Rahasia yang tertulis dengan bubuk batu lazuardi di
lembaran-lembaran emas dan satu rupang Vajrapani satu hasta tingginya.
Ia berdoa, dan setelah itu mampu memahami pasal yang dikenal sebagai
Penampakan Vajrasattva. Sesudah itu ia berlatih selama enam bulan
dengan menggunakan bab dan rupang Vajrapani tersebut sebagai
dukungan untuk meditasinya. Ia melihat penampakan Vajrasattva yang
memberkatinya, sehingga ia memahami dengan sempurna arti dari jilid-
jilid tersebut. Mulai waktu itu, ajaran secara berangsur-angsur tersebar.

2.2 Transmisi Anuyoga

Dalam periode yang sama, di puncak Gunung Malaya, Lima Yang


Mulia memusatkan pikiran mereka pada semua Buddha dari sepuluh
penjuru dan mengucapkan Dua puluh tiga Ayat Ratapan, 260 dimulai dari:

Aduh! Aduh! Aduh!


Kini matahari Buddha telah lenyap,
Siapa yang akan mengusir kegelapan dunia?

Kemudian semua Tathagata bersama-sama memanjatkan doa kepada


Penguasa Rahasia, Vajrapani:

Dengarkanlah doa kami, Penguasa Rahasia!


Apakah anda sudah melepaskan baju besi tekad anda yang
lampau?
Apakah Anda tidak melihat penderitaan dunia?
Kasihanilah dan turunlah ke bumi,
Usirlah siksaan-siksaan dunia!

Penguasa Rahasia setuju:

Tanpa permulaan dan tanpa akhir,


Aku tidak pernah mengingkari ikrarku;
Kini karena permintaan Tathagata,
Aku akan membentang pajangan gaibku.

260
Terdapat penjelasan rinci dalam Tantra Rangkuman Arti.
393
Segera sesudah berkata demikian, ia langsung turun ke puncak
Gunung Malaya dan mengajar Tantra Rangkuman Arti 261 dan ajaran lain
kepada Lima Yang Mulia. Selain itu, di Dhanakosa di bagian barat
negeri Uddiyana, Vajrapani mengajar Tantra Sari Rahasia 262 beserta sari
instruksinya dan Tantra Kila, Tantra Mamo dan lainnya kepada
nirmanakaya Garab Dorje. Semua transmisi ini kemudian diterima oleh
Padmasambhava dari Uddiyana dan lalu secara berangsur-angsur tersebar.

2.3 Sari instruksi Atiyoga

Atiyoga pertama-tama diajarkan di antara para dewa. Di dalam


Surga Tiga Puluh Tiga, ada seorang dewa bernama Devabhadrapala yang
mempunyai sekitar lima ratus putra yang semuanya dilahirkan dari
pikirannya. Anak sulung yang bernama Anandagarbha, lebih cerdas dan
secara fisik terkarunia dibanding saudara-saudaranya. Ia suka
bermeditasi, membaca sutra dan menjapa mantra sendirian di dalam
gubuk meditasi. Ia dikenal sebagai Devaputra Adhicitta, "putra dewa
dengan pikiran yang unggul."
Pada tahun lembu air betina, ia bermimpi empat mimpi simbolis.
Dalam mimpi yang pertama, semua Buddha memancarkan cahaya ke
sepuluh arah, dan wujud-wujud dari Enam Muni yang terbuat dari berkas
cahaya mengitari makhluk-makhluk suci sebelum melebur ke dalam
dirinya melalui puncak kepalanya. Dalam mimpi yang kedua, ia menelan
Brahma, Visnu dan Pasupati. 263 Dalam mimpi yang ketiga, matahari dan
bulan di langit tampak di dalam tangannya dan memenuhi seluruh alam
semesta dengan cahaya. Dalam mimpi yang keempat, hujan nektar jatuh
dari awan berwarna permata. Di tempat nektar tercurah, rumput-rumput
bertunas, tumbuh menjadi hutan lebat dengan pohon-pohon, bunga, buah-
buahan berharga.
Keesokan harinya ia pergi menceritakan mimpi-mimpinya kepada
Kausika, raja para dewa, yang mengucapkan pujian ini:
Emaho!
Sekarang adalah waktu munculnya doktrin hati tanpa usaha!
Emanasi Buddha, Bodhisattva dari masa lampau, sekarang dan
masa depan,
Raja dari tingkat yang kesepuluh – anda akan menerangi seluruh
dunia.
Betapa suatu perhiasan yang menakjubkan bagi alam surga!
261
Tib. mdo dgongs ‘dus, salah satu tantra Anuyoga yang ditulis oleh Matyaupayika.
262
Skt. Guhyagarbha; Tib. rgyud gsang ba’i snying po, merupakan tantra dasar
Mahayoga.
263
Ketiga dewa Hindu yang utama. Pasupati adalah nama lain untuk Siva.

394
Mimpi yang pertama adalah suatu tanda bahwa ia akan mengasi-
milasi pikiran kebijaksanaan semua Buddha dan menjadi wakil mereka.
Mimpi yang kedua menandakan bahwa ia akan menaklukkan semua roh-
roh jahat dan membasmi ketiga racun. Yang ketiga berarti ia akan
menghalau kegelapan di dalam pikiran makhluk hidup dan mene-rangi
mereka dengan ajaran. Mimpi yang keempat menandakan pemadaman
siksaan demam emosi negatif oleh nektar yang timbul secara alami dari
ajaran Atiyoga, dan menyebar-luaskan kendaraan hasil tanpa upaya
Atiyoga secara spontan.
Sekali lagi, semua pesamuhan Buddha masa lampau, masa depan
dan sekarang berkata:

Kami memohon Vajrasattva agung:


Anda yang memiliki permata ajaib,
Bukalah gerbang itu kepada semua makhluk yang
menginginkannya,
Anugerahkan kepada mereka permata tanpa upaya.

Dari hati Vajrasattva nampak suatu roda permata bercahaya yang


dipersembahkan kepada Vajrapani, sambil berkata:

Kebijaksanaan di luar dualitas, kenyataan yang tersembunyi,


Buddha sejak awal, tanpa upaya dan perbuatan;
Jalan ini dikenal sebagai Jalan Tengah yang Agung,
Ungkapkanlah kepada kumpulan para murid.

Vajrapani berjanji untuk mengajar:

Vajrasattva, seluas angkasa,


Di luar lingkup kata-kata,
Adalah sangat sulit bagi saya untuk menyatakannya.
Tetapi bagi mereka yang tidak menyadarinya, saya akan
menggunakan kata-kata
Untuk menunjuk artinya. Sehingga mereka dapat menyadarinya,
Saya akan menggunakan apa pun juga alat yang diperlukan untuk
membebaskan praktisi-praktisi.

Segera sesudah memberi persetujuannya, Vajrapani mengunjungi


Vajraloka, alam Buddha sebelah timur. Di sana ia menerima ajaran dari
Buddha Vajraguhya dan Tathagata-Tathagata dari Keluarga Vajra. Di
Ratnaloka, alam Buddha sebelah selatan, ia menerima ajaran dari
Tathagata Ratnapada dan Tathagata-Tathagata dari Keluarga Permata. Di
Padmakuta, alam Buddha sebelah barat, ia menerima ajaran dari
395
Bhagavan Padmaprabha dan semua Tathagata yang tidak terhitung ba-
nyaknya dari Keluarga Teratai. Di Visuddhasiddha, alam Buddha
sebelah utara, ia menerima ajaran dari Tathagata Siddhyaloka dan
Tathagata yang tak terbilang banyaknya dari Keluarga Karya. Di
Viyoganta, alam Buddha tengah, ia menerima ajaran dari Tathagata Sri
Vairocana dan banyak Penakluk lainnya dari Keluarga Tathagata.
Vajrapani merangkum sari kebijaksanaan dari semua Penakluk
seperti itu dan menyingkirkan semua kesalahpahaman tentang setiap
aspek dari Atiyoga, sari ajaran yang mengagumkan, realisasi spontan
tanpa upaya, di luar sebab dan akibat. Ia mengetahui bahwa Adhicitta,
putra dewa tersebut memiliki karma yang benar dan keberuntungan, dan
bahwa ia dapat ditemukan di Surga Tiga Puluh Tiga, di ruang tengah
Istana Segala Kemenangan 264 , di mana terdapat sebatang pohon
kehidupan yang dihiasi dengan vajra bertitik sembilan di puncaknya.
Vajrapani pergi ke sana untuk menemuinya dan duduk di atas singasana
yang bertahtakan permata yang berkilauan persis di puncak vajra tersebut.
Adhicitta membentangkan kanopi yang terbuat dari berbagai permata
dan membuat persembahan dengan banyak benda surgawi. Lalu
Vajrapani memberi seluruh inisiasi kepadanya dengan perantaraan
lambang-lambang melalui cara "penuangan Sang Penakluk." 265 Ia juga
menganugerahkan kepadanya sepuluh transmisi dari intisari instruksi
yang ajaib, tujuh inisiasi, lima intisari instruksi dan sejumlah besar
intisari instruksi tantra dan intisari yang lain secara keseluruhan pada saat
yang bersamaan. Vajrapani menguasakannya sebagai wakil Buddha yang
paling utama dan mengucapkan kata-kata berikut:

Semoga intisari yang ajaib dari ajaran ini,


Sesudah tersebar di Surga Tiga Puluh Tiga,
Anda beremanasi menjadi Hevajra,
Dan menyebarkannya di tengah Jambudvipa.

Dengan demikian doktrin tersebut tersebar di tiga alam surga.

2.4 Datangnya atiyoga ke dunia manusia

Di sebelah barat India terletak Uddiyana, negeri dakini. Di sana, di


daerah Dhanakosa, terdapat sebuah danau yang disebut Kutra. Di tepi
danau tersebut, dalam hutan kecil yang menyenangkan dan penuh dengan

264
Istana Dewa Indra.
265
Inisiasi tanpa ritual atau proses yang kelihatan, hanya perpindahan yang lengkap dan
spontan dari realisasi pencerahan dari pikiran ke pikiran.
396
bunga-bunga indah, terdapat suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di
sana tinggallah seorang anak perempuan muda bernama Bunga Terang,
putri Raja Uparaja dan Ratu Alokabhasvati. Ia memiliki semua tanda
kesempurnaan, berbudi luhur dan memiliki bodhicitta yang tak terukur.
Dengan meninggalkan kemunafikan dan kealpaan, ia telah ditahbiskan
sebagai bhiksuni dan menjaga semua sila dengan sempurna tanpa
kesalahan. Ia memiliki pengikut lima ratus bhiksuni lainnya yang tinggal
bersamanya.
Dalam tahun lembu kayu betina, dinihari hari yang kedelapan dari
bulan keempat, ia bermimpi di mana ia melihat semua Tathagata mengi-
rimkan cahaya yang diubah menjadi matahari dan bulan. Matahari
melebur ke dalam dirinya melalui puncak kepalanya, dan bergerak turun.
Sedangkan bulan melebur ke dalam dirinya melalui telapak kakinya, dan
bergerak ke atas. Pada pagi itu, realisasinya meningkat, dan ia pergi
mandi di tepi danau Kutra. Sementara itu, Vajrapani berubah wujud
menjadi seekor angsa swan. Ia melebur Adhicitta ke dalam bija kata hum,
dan kemudian menjelma menjadi empat ekor angsa swan.
Keempat angsa tersebut turun dari langit untuk mandi di danau. Tiga
ekor dari mereka kembali ke angkasa tetapi satu dari jelmaan Penguasa
Rahasia ini menyentuh puteri tiga kali di hatinya dengan paruhnya, dan
suatu kilauan hum melebur ke dalam hatinya. Lalu ia terbang pergi.
Puteri yang merasa heran akan hal itu menceritakan kepada ayah dan
para pengikutnya apa yang telah terjadi. Dipenuhi dengan keheranan,
ayahnya, sang raja, merasa gembira.
"Apakah hal ini menandakan datangnya seorang emanasi Buddha?"
ia bertanya.
Raja membuat banyak pesta dan upacara. Selama sembilan bulan,
meski puteri tidak memiliki tanda-tanda mengandung, namun ketika tiba
saat melahirkan, sebuah vajra bersudut sembilan meloncat keluar dari
hatinya, lalu lenyap dengan meninggalkan pada tempat tersebut seorang
anak yang bertandakan ciri-ciri utama dan ciri-ciri tambahan kebuddhaan,
sambil memegang sebuah vajra di dalam tangan kanannya dan satu
tongkat dari bahan yang berharga di tangan kirinya. Ia sedang membaca-
kan baris doa, mulai dari "Vajrasattva, seluas angkasa..." Setiap orang
gembira. Mereka membawanya kepada seorang brahmana yang benar-
benar mengenal cara membaca tanda-tanda. Dengan sangat heran dan
kagum, sang brahmana menyatakan bahwa anak tersebut adalah
manifestasi nirmanakaya yang akan memegang ajaran kendaraan tertinggi.
Karena semua orang sangat bahagia dan ia memegang sebuah vajra,
mereka memanggilnya Garab Dorje, yang berarti Vajra Kebahagiaan
Tertinggi. Karena semua orang sangat gembira, mereka juga memanggil-
nya Vajra Sukacita. Dan karena mereka dipenuhi dengan ketawa, mereka
juga menyebutnya Vajra Tertawa.
397
Ketika Garab Dorje naik takhta, Vajrapani datang sendiri dan mem-
berinya inisiasi langsung secara lengkap dengan cara penuangan Sang
Penakluk dan inisiasi lainnya. Dalam sesaat, ia mentransmisikan
kepadanya juga semua tantra dan sari instruksi, seperti dua puluh ribu
jilid dari Sembilan Permukaan nan Luas 266 dan sebagainya, dan
mengukuhnya sebagai pemegang ajaran. Ia menunjuk pelindung-
pelindung yang setia sebagai rekan-rekannya untuk melindungi doktrin.
Dengan berdasarkan doktrin tanpa upaya Atiyoga, dalam seketika Garab
Dorje mencapai kebuddhaan.
Pada waktu itu, di negeri suci India, brahmana Sukhapala dan istrinya
Kuhana melahirkan seorang putra, seorang emanasi Manjusri yang mulia.
Anak brahmana tersebut bernama Sarasiddhi, yang juga dikenal sebagai
Samvarasara. Kemudian ia menjadi seorang bhiksu dan pemimpin dari
lima ratus pandita dan menerima nama Guru Manjusrimitra.
Dalam suatu penampakan, Manjusri yang mulia mengatakan kepada-
nya, "Pergilah ke sebelah barat ke negeri Uddiyana. Di tepi Danau Kutra,
ada suatu tanah yang sangat luas yang disebut Tempat Emas Mahahe. Di
tengahnya ada suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di sana tinggallah
manifestasi nirmanakaya yang bernama Garab Dorje. Ia adalah emanasi
Vajrasattva. Ia memegang doktrin tanpa upaya dari semua Buddha, dan
semua Buddha sudah memberi inisiasi kepadanya. Pergilah kepadanya
dan mintalah hakikat ajaran yang mengagumkan, Dharma yang dikenal
sebagai Atiyoga yang ia pegang, dan dengan mana kebuddhaan dapat
dicapai tanpa upaya. Anda harus menjadi penyusun ajarannya."
Manjusrimitra berkata kepada rekan-rekan panditanya, "Di sebelah
barat, di negeri Uddiyana, ada seorang guru yang mengajarkan suatu
doktrin di luar prinsip sebab dan akibat. Kita seharusnya pergi dan
mengalahkannya dengan logika."
Mereka membahas hal tersebut dan sebanyak tujuh orang dari mereka,
termasuk yang lebih tua Rajahasti, berpergian melalui jalan yang sulit
untuk mencapai Uddiyana. Tetapi tak peduli bagaimana sulitnya mereka
berdebat dengan Garab Dorje, apakah dalam ajaran yang berdasar pada
sebab ataupun yang berdasar pada akibat, ajaran Mantrayana Rahasia
bagian luar atau dalam, mereka tidak bisa mengalahkannya.
Manjusrimitra lalu bertanya kepada pandita-pandita lainnya, "Harus-
kah kita minta ajaran di luar prinsip sebab dan akibat milik manifestasi
nirmanakaya ini?"
Rajahasti yang lebih tua ingin meminta ajaran tetapi menyatakan:
"Saya tidak berani, oleh karena kita sudah menunjukkan kurang hormat
kita kepadanya."

266
Tib. klong dgu, Sembilan sub divisi dari Bagian Hamparan Luas (klong sde) dalam
ajaran Dzogchen.
398
Sebagian dari yang lainnya merasa bahwa mereka bisa meminta
ajaran karena mereka sekarang merasa yakin. Bersama-sama mereka
memutuskan untuk mengaku kepada guru. Beberapa di antara mereka
mulai bernamaskara dan mengitarinya. Yang lain mulai menangis.
Manjusrimitra bersembah sujud di hadapannya, sambil berpikir:
"Dengan ucapan-ucapan polemik yang tak terkendali, saya sudah
memperlakukan manifestasi nirmanakaya dengan kurang hormat. Saya
mestinya memotong lidah saya untuk menyatakan penyesalan saya.”
Setelah berpikir demikian ia mulai mencari pisau cukur. Tetapi Garab
Dorje mengetahui pikirannya.
"Anda tidak akan pernah memurnikan perbuatan anda yang jahat
dengan memotong lidah anda” ia berkata, "Susunlah suatu ajaran yang
jauh melampaui ketergantungan pada prinsip sebab dan akibat. Itu akan
memurnikan anda."
Semua pandita yang kurang akan karma yang perlu dan nasib baik
memohon diri. Tetapi Manjusrimitra menerima seluruh Dharma, mem-
peroleh realisasi spontan hanya dengan melihat isyarat dari guru. Untuk
membuat ajaran sempurna dan lengkap, Garab Dorje memberinya inisiasi
yang lebih lanjut dengan cara penuangan Sang Penakluk keseluruhan sari
instruksi, termasuk dua puluh ribu jilid dari Sembilan Permukaan nan
Luas. Adalah saat itu ia memberi nama Manjusrimitra kepadanya.
Manifestasi nirmanakaya Garab Dorje menuliskan arti dari perintah ini
secara tertulis, dan memberi Manjusrimitra ajaran berikut:

Sifat pikiran adalah Buddha sejak awal;


Ia tidak memiliki pemunculan maupun pelenyapan, seperti ruang
angkasa;
Ketika anda menyadari arti yang sesungguhnya dari sifat yang
sama dari semua benda;
Berdiam dalam keadaan tanpa pencarian adalah meditasi.

Manjusrimitra memahami dengan sempurna apa yang dimaksud dan


menyatakan realisasinya sebagai berikut:

Saya adalah Manjusrimitra,


Saya sudah meraih pencapaian Yamantaka;
Saya sudah menyadari persamaan yang besar samsara dan
nirvana,
Kebijaksanaan awal yang mahatahu telah muncul.

399
Ia menulis Instruksi Bodhicitta Tertulis dengan Emas pada Batu 267
sebagai pengakuan, dan menyusun ajaran Garab Dorje.

Ajaran-ajaran ini kemudian diteruskan kepada Sri Simha yang lahir


di Tiongkok di suatu tempat bernama Shosha dari seorang ayah bernama
Kebajikan dan seorang ibu yang bernama Persepsi Terang. Ia menjadi
terpelajar dalam lima ilmu, dalam bahasa, logika, astrologi dan sete-
rusnya, yang ia belajar dengan guru Hastibhala. Pada umur dua puluh
lima ia berjumpa dengan Acarya Manjusrimitra, darimana ia menerima
keseluruhan ajaran Atiyoga yang dalam bersama dengan tantra, transmisi-
transmisi dan sari instruksinya, dan ia memperoleh realisasi yang paling
tinggi bebas dari semua pemalsuan mental.
Dari Sri Simha, ajaran diturunkan kepada Buddha yang kedua dari
Uddiyana dan lalu kepada sarjana Jnanasutra, pandita besar Vimalamitra
dan penterjemah agung Vairotsana. Silsilah ini sampai pada titik ini
adalah silsilah lambang dari Vidyadhara.

IV. PERKEMBANGAN SARI AJARAN DI TIBET, NEGERI SALJU

3. Silsilah pendengaran dari pudgala

Bagaimana perkembangan sari ajaran di Negeri Salju Tibet? Waktu


Buddha masih hidup, di Tibet tidak ada penduduk. Kemudian, ia didiami
oleh suatu suku manusia keturunan kera tak berekor, emanasi dari
Avalokitesvara – dan seorang iblis wanita, emanasi Tara yang tinggal di
lereng terjal. Periode awal Tibet berada dalam kekacauan tanpa adanya
agama, tanpa hukum, dan tidak ada raja.
Sementara itu, di India, seorang putra dilahirkan dari raja Satanika.
Anak itu memiliki selaput renang pada tangan dan kakinya seperti pada
seekor angsa swan, dan kelopak matanya menutup ke atas, seperti pada
burung. Ayahnya berpikir bahwa anak tersebut pasti bukan keturunan
manusia, dan menyatakan bahwa ia harus dibuang. Begitu ia tumbuh
agak besar, anak laki-laki itu diusir. Dipandu oleh karmanya, ia berjalan
kaki dan tersesat, dan akhirnya tiba di Tibet. Di sana ia kebetulan
bertemu dengan beberapa penggembala. Ketika mereka bertanya dari
mana ia datang dan siapa dia, dia menunjuk ke langit. Para gembala
mengira bahwa ia mestinya seorang dewa dari langit, dan mereka
menjadikannya pemimpin mereka. Mereka membangun tahta dengan
tanah dan batu-batu yang dibawa dengan bahu mereka, sehingga ia
dikenal sebagai Nyatri Tsenpo Purbakala – Nyatri Tsenpo artinya "Raja

267
Tib. byang sems rdo la gser zhun.
400
Singasana Bahu". Ia adalah raja yang pertama, dan adalah manifestasi
Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin.
Beberapa generasi kemudian, selama pemerintahan dari Lha-
Thothori Nyentsen, yang merupakan emanasi Bodhisattva Samantabhadra,
muncul di atas atap Istana Yungbulakang 268 sejumlah benda suci: rupang
Avalokitesvara berwajah sebelas yang disebut Cintamani, 269 yang
melambangkan tubuh Buddha; Sutra yang Disusun seperti Peti
Permata 270 dan Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud 271 yang
melambangkan ucapan, dan suatu kristal stupa setinggi satu hasta,
melambangkan pikiran Buddha. Inilah permulaan Dharma di Tibet.
Lima generasi kemudian, tibalah masa pemerintahan Raja Songtsen
Gampo, emanasi dari Avalokitesvara. Ia mendirikan kuil Thadul dan
Yangdul serta kuil Jokhang di tengah kota Lhasa, dan menikahi putri
Kongjo 272 , putri raja Tiongkok, seorang manifestasi Tara – dan puteri
Tritsun 273, putri raja Nepal – manifestasi Dewi Bhrikuti. Masing-masing
putri tersebut membawa satu rupang Buddha sebagai sebagian dari mas
kawin mereka. Kedua rupang ini sekarang dikenal sebagai Jowo.

Untuk pertama kalinya abjad Tibet diperkenalkan oleh Thonmi


Sambhota yang belajar bahasa di bawah bimbingan pandita India Devavit
Simha, dan sesudah itu ia mulai menterjemahkan Awan Permata 274 dan
sutra lainnya. Raja memanifestasikan seorang Bhiksu bernama Akarmati
dari antara alis matanya, yang pergi mengubah para raja nonbuddhis di
India dan menemukan lima rupang Avalokitesvara yang timbul tiba-tiba
dan disebut Lima Saudara Mulia 275 di dalam batang sejenis pohon

268
Istana Yungbulakang: Istana pertama di Tibet, terletak di Kecamatan Shannan
Kabupaten Nêdong, adalah tempat tinggal Nyatri Tsenpo kira-kira seratus tahun
sebelum Masehi.
269
Cintamani: Permata pengabul harapan.
270
Skt. Aryakarandavyuha sutra.
271
Skt. Saksipuranasudrakanama sutra.
272
Nama asli Wen-Cheng Kung-chu, putri kaisar T’ai-chung dinasti Tang. Dijemput ke
Tibet tahun 641.
273
Putri raja Nepal Amsuvarman, menikah dengan raja Tibet Songtsen Gampo pada tahun
623.
274
Skt. Ratnamegha-sutra, Tib. mdo sde dkon mchog sprin.
275
Kini dua dari rupang tersebut ada di Tibet, dua darinya ada di Nepal dan satu lagi ada
di India.
401
1. Dharmakaya Samantabhadra 2. Sambhogakaya Vajrasattva

3. Nirmanakaya Garab Dorje 4. Manjusrimitra

5. Sri Singha 6. Jnanasutra

402
7. Vimalamitra 8. Guru Padmasambhava

9. Trisong Detsen 10. Vairotsana

11. Yeshe Tshogyal 12. Longchen Rabjam (Longchenpa)

403
13. Rigdzin Jigme Lingpa 14. Jigme Gyalwai Nyugu

15. Patrul Rinpoche 16. Jamjang Khyentse Wangpo

17. Mipham Rinpoche 18. Raja Dharma Jigme Phuntshok

404
cendana yang disebut “sari ular” di Tempat Pasir antara India dan
Tamradvipa. Adalah ia juga yang membuat rupang suci Avalokitesvara
berwajah sebelas yang ada di Lhasa. Dalam masa pemerintahan ini,
Dharma benar-benar berakar di Tibet.
Lima genenerasi kemudian, Raja Trisong Detsen, emanasi Manjusri
yang mulia, dilahirkan. Ketika ia berumur tiga belas tahun, ayahnya
meninggal. Dari waktu tersebut sampai ia berumur tujuh belas tahun,
atas nasihat menteri-menterinya seperti Ngam Tara Lugong dan Lhazang
Lupel, ia menaklukkan sejumlah besar negara-negara dengan angkatan
bersenjata.
Kemudian, dengan meneliti arsip sejarah nenek moyangnya, ia
menyadari bahwa Dharma telah datang ke Tibet sejak pemerintahan Lha-
Thothori Nyentsen dan telah dimantapkan oleh Songtsen Gampo.
Dengan mengetahui bagaimana nenek moyang telah bekerja sepenuh hati
demi Dharma. ia merasa bahwa ia juga perlu mengabdikan dirinya untuk
menyebarkan doktrin tersebut. Setelah berkonsultasi dengan menteri
bidang agama, Go Pema Gungtsen, dengan trampil ia meminta pendapat
menteri-menteri lain, di mana mereka semua setuju untuk membangun
sebuah kuil. Waktu mencari seorang pandita untuk menyucikan tanah,
mereka bertanya kepada Nyang Tingdzin Zangpo yang tinggal di Samye
Chimpu, seorang guru yang paling dihormati raja.
Dengan penglihatan yang diperoleh dalam meditasi, Tingdzin Zangpo
mengetahui bahwa di Zahor, di timur India, hidup seorang khenpo 276
yang bernama Santaraksita 277, anak dari raja Gomadeviya yang saleh. Ia
menyampaikan informasi itu kepada raja, dan khenpo tersebut diundang
ke Tibet untuk menyucikan lokasi kuil.
Dalam pembangunan kuil, perlu membuang semak belukar di tempat
yang bernama Aryapalo. Tetapi seekor naga jahat yang tinggal di tempat
tersebut mengetahui bahwa semak belukar tempat ia tinggal akan dibuang,
maka ia memanggil semua roh halus untuk membantunya. Dua-puluh-
satu genyen disertai oleh manusia dan bukan manusia berkumpul
bersama-sama dalam satu pasukan. Pada waktu malam hari iblis-iblis
tersebut merobohkan apa pun juga yang dibangun orang pada siang hari.
Mereka meletakkan semua tanah dan batu-batu kembali di mana mereka
diambil.
Raja pergi ke khenpo tersebut dan meminta penjelasan. "Apakah
karena noda batin saya terlalu tebal, atau anda tidak memberkati lokasi
tersebut? Haruskah rencanaku tinggal tak terlaksana?"

276
Khenpo: Kepala vihara.
277
Juga disebut sebagai Khenpo Bodhisattva, adalah seorang kepala Universitas Nalanda,
India, pengarang dari Ornament Jalan Tengah (Skt. Madhyamakalmkara-karika).
Beliau mentabishkan tujuh penguji menjadi bhiksu dan mendirikan Sangha di Tibet.
405
"Meskipun saya sudah menguasai bodhicitta," jawab khenpo, "tetapi
para dewa dan iblis-iblis jahat tidak bisa ditundukkan dengan cara lunak
seperti ini. Hanya dengan cara-cara yang murka akan berhasil. Pada saat
ini di Bodh Gaya, India, ada seorang guru yang dikenal sebagai Terlahir
dari Teratai Uddiyana. Ia lahir secara gaib. Ia telah menguasai lima ilmu
pengetahuan dan menjinakkan kuasa jahat. Ia telah memiliki pencapaian
yang tertinggi dan yang umum. Ia menghancurkan roh-roh jahat, dan
dapat memerintah delapan jenis makhluk pelindung Dharma. Ia menak-
lukkan iblis-iblis dan membuat semua dewa dan roh jahat gemetar. Jika
anda mengundangnya ke sini, tidak ada iblis akan mampu menahannya,
dan semua keinginan anda akan terkabul."
"Tidakkah mustahil mengundang seseorang seperti itu?" tanya raja.
"Tidak," jawab khenpo, "Akan menjadi mungkin karena doa-doa
yang dibuat masa lampau. Dahulu kala di negeri Nepal, seorang wanita
bernama Samvari, putri peternak ayam, Sale, mempunyai empat putra 278
dari masing-masing perkawinannya dengan seorang peternak kuda,
seorang peternak babi, seorang peternak unggas dan seorang peternak
anjing. Waktu mereka membangun stupa Jarung Khashor, 279 mereka
telah berjanji untuk menyebarkan Dharma ke Tibet ..." Dan ia
mengatakan kepadanya kisah tentang bagaimana stupa Jarung Khashor
telah dibangun dan doa-doa yang dibuat waktu itu.
Raja mengutus Ba Trisher, Dorje Dudjom, Chim Sakyaprabha dan
Shubu Palgyi Senge ke India. Masing-masing mereka membawa satu
takaran bubuk emas dan satu bakul perhiasan emas. Mereka menjelaskan
kepada Guru bahwa ia diperlukan di Tibet untuk memberkati lokasi kuil.
Setelah memberi persetujuannya, Guru segera berangkat. Ia berhenti
di sepanjang jalan untuk mengikat kedua belas tenma, dua belas
pelindung perempuan, dua-puluh-satu genyen dan semua dewa dan iblis-
iblis Tibet pada sumpah-sumpah yang pasti.
Akhirnya ia tiba di Trakmar untuk menenangkan lokasi, dan di-
bangunlah Kuil Samye. Kuil tersebut mempunyai bangunan tengah
berlantai tiga yang dikelilingi dengan bangunan yang melambangkan
empat benua dan delapan sub-benua, matahari, bulan dan Pegunungan
Besi yang mengelilinginya. Khenpo Santaraksita, Acarya Padma dan
Vimalamitra melemparkan bunga-bunga tiga kali untuk penyucian dan
terlihat banyak tanda dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.

Sesudah itu, Khenpo Santaraksita mengajar tradisi-tradisi Vinaya dan


Sutra, sementara itu Guru Padma dan Vimalamitra mendirikan ajaran

278
Yaitu Guru Padmasambhava, Ba Trisher, Raja dan Khenpo (kepala vihara)
Santaraksita.
279
Stupa di Bodhnath, kini di kota Katmandu, Nepal.
406
Mantra. Pada waktu itulah Buddha Kedua dari Uddiyana dan pandita
agung Vimalamitra mengajar ketiga orang murid inti – Raja, Rakyat dan
Teman 280 – juga Nyangwen Tingdzin Zangpo dan para murid yang
beruntung lainnya yang merupakan wadah yang cocok untuk ajaran
tersebut. Untuk mereka, mereka memutar Roda Dharma dari ketiga yoga
bagian dalam, termasuk Atiyoga dari Kesempurnaan Agung, dan dengan
jelas menunjukkan tiga titik kunci: pembedaan, keputusan yang jelas dan
pembebasan diri. Silsilah transmisi dari titik ini disebut "Silsilah
Pendengaran dari pudgala."
Selain itu, Buddha kedua dari Uddiyana juga menganugerahkan
kepada raja dan para muridnya yang semuanya memiliki keberuntungan
ajaran-ajaran yang luar biasa dari Buddha sesuai kapasitas mereka. Teks-
teks Tantra kemudian ditulis ke dalam lembaran emas dan disembunyikan
sebagai harta karun spiritual. Sang Guru membuat doa-doa, menyerah-
kannya pada perlindungan para Dharmapala dan menyembunyikan
mereka sebagai suatu warisan demi kepentingan para murid masa depan.
Di kemudian hari pada waktu yang diramalkan, emanasi-emanasi praktisi
yang memiliki pencapaian, buat siapa doa-doa tersebut telah dibuat, akan
mengambil kelahiran yang beruntung dan mengungkapkan harta-harta
yang mendalam ini. Murid yang banyak tersebut dengan karma sesuai
yang mengikuti mereka dan bekerja untuk manfaat makhluk hidup,
membentuk silsilah yang dikenal dengan enam atau sembilan silsilah.281
Dari tulku-tulku dan penemu harta spiritual yang tak terbilang, salah
satu yang berhubungan dengan kita di sini adalah Rigdzin Jigme Lingpa.
Ia sendiri adalah benar-benar Avalokitesvara yang Berdiam Dalam Sifat
Alami Pikiran, 282 dan mengambil wujud seorang sahabat spiritual. Ia
menerima transmisi yang lengkap ketiga silsilah tersebut bersama-sama –
Silsilah Batin, Silsilah Lambang dan Silsilah Pendengaran dari pudgala
dari Buddha Kedua dari Uddiyana, sarjana agung Vimalamitra dan
Longchen Rabjampa yang mahatahu. Ia benar-benar Buddha yang
sempurna. Ia memutar Roda Doktrin yang lengkap untuk makhluk yang
beruntung dan memiliki karma baik. Sebagaimana kata peribahasa:

Tubuhnya adalah sebagai seorang dewa atau manusia yang biasa,


Namun pikirannya yang sempurna adalah Buddha yang sejati.

280
Trisong Detsen, Yeshe Tshogyal dan Vairotsana.
281
Keenam silsilah atau transmisi adalah Silsilah batin dari Sang Penakluk, Silsilah
lambang dari Vidyadhara, Silsilah pendengaran dari pudgala, Silsilah tertulis di
perkamen kuning, Silsilah menyegel dan mempercayakan kepada dakini dan Silsilah
yang dikuatkan dengan doa-doa. Sembilan silsilah adalah keenam silsilah di atas
ditambah Silsilah aspirasi yang diberdayakan, Silsilah suksesi resmi berdasarkan
ramalan dan Silsilah berkah belas kasih.
282
Suatu wujud dari Avalokitesvara, kemungkinan mengacu pada Buddha Vajra.
407
Karena alasan ini, guru saya yang mulia 283 sering berkata: "Bagi
mereka yang dapat berlatih dan berdoa, guruku, Vajradhara, 284 raja dan
pelindung makhluk sebenarnya seorang Buddha yang sempurna. Saya
tidak mengatakan demikian hanya karena saya ingin memuji atau
menghormatinya. Ia benar-benar adalah Vajradhara Sempurna yang
Agung, yang datang untuk memberi kebaikan kepada makhluk hidup
dalam wujud manusia biasa. Antara dia dan kalian di dalam silsilah ini,
tak ada seorang pun kecuali saya. Dan perihal saya, sejak saya pertama
kali berjumpa, saya sudah melakukan segala hal yang ia katakan kepada
saya. Saya sudah melayaninya dalam ketiga cara 285 dan belum pernah
melakukan apa pun yang menjengkelkannya, atau bahkan membuatnya
mengerutkan dahi. Dengan demikian anda dapat memastikan bahwa
sama sekali tidak ada degradasi samaya yang memudarkan rantai emas
silsilah ini. Arus berkahnya berbeda dari yang lain."

Demikianlah riwayat singkat dari Guru Silsilah. Tantra Persatuan


Matahari dan Bulan 286 berkata:

Jika anda tidak menjelaskan sejarah tentang asal-muasalnya,


Orang-orang akan melakukan kesalahan dengan tidak percaya
Terhadap ajaran mendalam yang sangat rahasia.

Karena keperluan ini, untuk mengilhami keyakinan para murid,


dengan menjelaskan kepada mereka bagaimana silsilah mereka dapat
ditelusur balik ke sumber yang benar dan menceriterakan sejarahnya,
maka saya lakukan di sini dalam kaitan dengan Guru Yoga.

Adalah sangat penting dalam Guru Yoga bahwa mantra Guru


Padmasambhava harus dilafal sepuluh juta kali. Sebagian orang gagal
mengulang sebanyak itu, dan berpikir bahwa latihan pendahuluan ini
tidak begitu penting. Atau barangkali mereka dipenuhi dengan harapan
yang tinggi setelah mendengar betapa dalamnya ajaran latihan utama.
Tetapi untuk membayangkan bahwa mereka dapat melakukan tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan tanpa berlatih pendahuluan dengan
baik adalah seperti pepatah :

Mencicipi lidah sapi sebelum kepala sapi selesai dimasak,


Menjulurkan kaki sebelum tempat tidur menjadi hangat.

283
Jigme Gyalwai Nyugu, guru Patrul Rinpoche, adalah salah satu murid utama Rigdzin
Jigme Lingpa.
284
Vajradhara (rdo rje 'chang) berarti "Pemilik vajra."
285
Lihat halaman 174.
286
Tib. nyi zla kha sbyor.
408
Mengabaikan latihan pendahuluan tidak ada artinya sama sekali.
Meskipun jika muncul tanda-tanda sesaat dan kecil dari "kehangatan”,
mereka bersifat tidak stabil, seperti suatu bangunan tanpa fondasi.

Sebagian dari kesalahpahaman yang sama adalah meninggalkan


latihan pendahuluan begitu anda memulai latihan utama, dengan berpikir
bahwa anda sudah berlatih mereka dengan baik – dengan gagasan bahwa
pendahuluan bersifat pendahuluan, dan oleh karena itu tidak lagi perlu.
Jika anda berhenti melatih latihan pendahuluan, dasar dari jalan, anda
memotong akar Dharma. Hal itu seperti berusaha membuat lukisan
dinding dengan cat di mana tidak ada dinding sama sekali. Selalulah
berusaha sampai anda membangkitkan keyakinan sejati di dalam latihan-
latihan pendahuluan. Konsentrasilah terutama sekali pada Guru Yoga,
jalan masuk berkah, dan jadikanlah fondasi latihan anda. Ini adalah poin
yang penting.

Saya melihat guruku yang baik hati sebagai seorang Buddha


yang sesungguhnya,
Tetapi karena sifat keras kepala saya, saya mengabaikan
perintahnya;
Saya mengetahui bahwa semua makhluk ketiga alam adalah
orang tua saya,
Tetapi dengan perangai buruk, saya masih melecehkan teman
Dharma saya;
Berkati saya dan mereka yang memiliki karma buruk seperti saya,
Supaya dalam hidup ini dan semua kehidupan lainnya, kami
dapat
Dengan rendah hati, disiplin yang tabah, pikiran dan perbuatan
yang luwes,
Mengikuti guru spiritual kami.

409
410
BAGIAN KETIGA

PHOWA

411
412
PHOWA287, INSTRUKSI UNTUK
ORANG YANG SEDANG DALAM PROSES KEMATIAN:
KEBUDDHAAN TANPA MEDITASI

Tertinggi perbuatan belas kasih anda untuk makhluk yang


bingung;
Tertinggi cara anda merangkul pendosa untuk menjadi murid-
murid anda;
Tertinggi metoda-metoda anda yang handal untuk orang yang
sulit dijinakkan;
Guru yang tiada bandingannya, pada kaki anda saya bersujud.

I. LIMA JENIS PHOWA

Ada lima jenis Phowa:

- Phowa tingkat tinggi pada dharmakaya melalui tanda pandangan;


- Phowa menengah pada sambhogakaya melalui gabungan tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan;
- Phowa tingkat yang lebih rendah pada nirmanakaya melalui belas
kasih yang tak terbatas;
- Phowa biasa dengan menggunakan tiga pengandaian;
- Phowa yang dilakukan pada orang yang meninggal dengan kait
belas kasih.

1. Phowa tingkat tinggi pada dharmakaya melalui tanda pandangan

Orang-orang yang sudah mengembangkan dan membangun


keakraban dengan pandangan yang tanpa salah dari keadaan alami selama
hidup mereka, pada saat kematian dapat menerapkan poin penting dan
perhatian penuh pada jalan rahasia dari kemurnian awal trekcho, dan
memindahkan kesadaran mereka ke dalam bentangan yang luas dari
dharmakaya.

287
Phowa: Pemindahan kesadaran.
413
2. Phowa menengah pada sambhogakaya melalui gabungan tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan

Orang-orang yang sudah terbiasa berlatih tahap pengadaan dan tahap


kesempurnaan bersama-sama sebagai yoga yang tak terpisahkan, dan
secara penuh terlatih dalam melihat wujud deity sebagai halnya suatu
pajangan gaib, ketika halusinasi alam bardo muncul pada waktu kematian,
dapat memindahkan kesadaran mereka ke dalam tubuh kebijaksanaan
gabungan.

3. Phowa yang lebih rendah pada nirmanakaya melalui belas kasih


yang tak terbatas

Orang-orang yang sudah menerima pematangan inisiasi Kendaraan


Mantra Rahasia, yang memiliki samaya sempurna, yang mempunyai
pemahaman pada tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan, dan yang
telah menerima instruksi tentang alam bardo, sebagaimana dikatakan,
dapat :

Menghentikan pemasukan dalam kandungan dan ingat untuk


berbalik;
Ini adalah saat yang menuntut penentuan dan kemurnian
pandangan.

Mereka yang melatih phowa ini harus menghalangi setiap pemasukan


yang tidak diinginkan ke dalam suatu kandungan yang tidak murni.
Dengan didorong oleh belas kasih yang besar dan menerapkan latihan
mengumpamakan kelahiran kembali sebagai suatu emanasi nirmanakaya,
mereka lalu memindahkan kesadaran mereka pada salah suatu alam
Buddha.

4. Phowa biasa dengan menggunakan tiga pengandaian.

Orang yang melatih cara phowa ini membayangkan saluran nadi


tengah sebagai suatu jalan, bindu dari kesadaran pikiran sebagai orang
yang berpergian, dan suatu alam Buddha yang penuh kebahagiaan
sebagai tujuan.

5. Phowa yang dilakukan untuk orang yang meninggal dengan kait


belas kasih

Phowa jenis ini dilaksanakan baik bagi makhluk di ambang kematian


ataupun yang sudah berada di alam bardo. Hal ini dapat dilaksanakan
414
oleh seorang yogi yang sudah sangat maju dalam realisasi, yang
menguasai pikiran dan persepsi-persepsi dengan kemampuan untuk
mengenali kesadaran suatu makhluk di alam bardo. Secara umum, untuk
melaksanakan phowa untuk orang yang meninggal, seseorang sudah pasti
harus mencapai Alur Penglihatan. Sebagaimana kata Jetsun Mila:

Sebelum anda dapat merasakan kebenaran Alur Penglihatan,


Janganlah mempraktekkan phowa untuk orang mati.

Meskipun begitu, siapa pun yang benar-benar mengenal saat yang


tepat untuk melaksanakannya, yaitu ketika nafas luar telah berhenti tetapi
nafas bagian dalam masih berlanjut, dapat melaksanakannya pada saat itu
juga jika mereka memiliki sedikit pengalaman tentang instruksi phowa.
Hal tersebut sangatlah bermanfaat untuk orang yang meninggal. Seperti
seorang pelancong yang ditempatkan di jalan yang benar oleh seorang
sahabat, hal tersebut mempunyai kekuatan untuk mencegah kelahiran
kembali di alam yang lebih rendah.
Phowa menjadi lebih sulit dilakukan ketika pikiran dan tubuh sudah
berpisah sepenuhnya. Dalam hal ini perlu seorang yogi yang dapat
menguasai pikiran sendiri dan dapat menemukan orang mati di alam
bardo. Adalah mudah untuk mempengaruhi seseorang yang tidak lagi
memiliki tubuh fisik, dan dengan dilaksanakan oleh yogi seperti itu,
pemindahan dari alam bardo itu sendiri memiliki kekuatan untuk
mengirim kesadaran makhluk tersebut ke alam suci. Namun sungguh
tidak ada artinya untuk mengatakan bahwa pemindahan dapat
dilaksanakan dengan memanggil kesadaran kembali ke tubuh setelah
meninggal.
Banyak orang sekarang ini, adalah Lama-lama atau tulku 288 yang
hanya memiliki nama besar yang melakukan praktek phowa. Jika mereka
melaksanakannya dengan belas kasih dan sama sekali tanpa mementing-
kan diri sendiri, ada kemungkinan mereka benar-benar dapat membantu
orang-orang yang sudah meninggal dengan tidak menimbulkan rintangan
dalam latihan selanjutnya bagi mereka sendiri. Ini hanya dimungkinkan
dengan motivasi bodhicitta. Tetapi siapa pun yang hanya memprak-
tekkan hal tersebut demi keuntungan pribadi, yang hanya mengetahui
bagaimana mengucapkan kata-kata, lalu mengambil seekor kuda atau
barang-barang berharga sebagai pembayaran, adalah sungguh tercela.

Sebagai pemandu dan guru orang lain,


Yang dirinya belum mencapai pantai pembebasan,

288
Seseorang Lama yang terlahir kembali. Lama-lama seperti itu biasanya dianggap
sebagai manifestasi Bodhisattva yang agung.
415
Adalah sama seperti menolong orang yang sedang tenggelam,
Sedangkan diri sendiri sedang terhanyut banjir.

Pada suatu ketika, sewaktu Guru Tendzin Chopel berada di Tsari, ia


mendapat suatu penampakan dari seseorang yang pernah ia lakukan
phowa dengan menerima seekor kuda sebagai bayaran. Apa yang terlihat
olehnya hanyalah kepala orang tersebut yang menonjol dari suatu danau
darah yang berwarna merah padam. Orang yang muncul tiba-tiba itu
memanggil nama Tendzin Chopel dan menanyakan apa yang harus ia
lakukan.
Tendzin Chopel merasa takut. Ia menjawab, "Aku mempersembah-
kan pahala ziarahku ke Tsari kepada anda." dan penampakan tersebut
menghilang.
Bahkan untuk seorang guru besar dengan pencapaian yang tinggi,
menerima persembahan yang dibuat atas nama seseorang yang mati tanpa
melakukan suatu ritual atau yang sejenis untuk manfaatnya, akan
menyebabkan halangan-halangan di Jalan.
Ketika inkarnasi kepala vihara Dzogchen, Gyurme Thekchok
Tendzin meninggal, Trime Shingkyong Gonpo diundang untuk upacara
pemakaman. Namun, sepanjang hari ia hanya melakukan ritual-ritual
purifikasi dan membawa kembali kesadaran, mengulangi phowa
berulang-ulang, sama seperti yang ia lakukan pada kematian seseorang
yang biasa. Para biarawan bertanya kepadanya alasannya.
"Pada waktu dulu," ia menjelaskan, "Dzogchen Rinpoche
menghilangkan pelaksanaan ritual dan doa-doa pelimpahan jasa untuk
seseorang yang atas namanya mempersembahkan kepadanya seekor kuda
hitam. Orang tersebut tadinya adalah seorang pelaku kejahatan besar,
sehingga pencapaian Rinpoche pada tingkat jalan mengalami sedikit
halangan. Sekarang beliau dan saya sudah menggabungkan kekuatan dan
sudah menyelesaikan pemindahan kesadaran orang tersebut." Konon
pelaku kejahatan di dalam kisah itu adalah Golok Tendzin.
Adalah sungguh suatu kesalahan bagi mereka di dalam posisi Lama-
lama yang besar atau tulku untuk menerima persembahan atas nama
orang yang telah meninggal dengan hanya berpikir "Aku adalah orang
yang besar dan sebagainya," dan tidak menerapkan bodhicitta atau
melakukan doa-doa, ritual dan dedikasi dengan baik dan efektif.
Meskipun seseorang dikenali sebagai tulku penting sebagai reinkarnasi
asli para guru besar masa lampau, ia masih harus mempelajari bagaimana
membaca lagi mulai dari a b c seperti halnya orang-orang biasa. Tidaklah
mungkin kiranya mereka yang sudah melupakan seni membaca dari
kehidupan mereka yang sebelumnya namun masih ingat segala hal yang
pernah mereka ketahui tentang yoga-yoga dari tahap-tahap pengadaan
dan tahap kesempurnaan. Saya heran mengapa mereka tidak berbuat
416
yang lebih baik dengan menghabiskan sedikit waktu pelatihan di dalam
bodhicitta dan belajar tentang praktek dan retreat, ketimbang berjalan
kesana kemari mencari persembahan begitu mereka dapat mengendarai
kuda.

II. PHOWA BIASA YANG MENGGUNAKAN TIGA PENG-


ANDAIAN

Sekarang akan diuraikan jenis phowa yang disebut "phowa biasa


yang menggunakan tiga pengandaian" atau "pemindahan kesadaran ke
dalam guru." Hal ini juga berhubungan dengan apa yang Tantra
Pengakuan Tanpa Noda 289 sebut sebagai "phowa dengan mengandalkan
bunyi lingkaran cahaya pada saat kematian." Praktek phowa semacam ini
adalah tidak perlu bagi mereka yang telah memiliki tingkat pencapaian
yang tinggi. Bagi mereka, seperti kata tantra:

Apa yang disebut "kematian" hanyalah suatu konsep,


Sesuatu yang mengarah ke tanah surga.

Dan lagi

Kematian, atau apa yang kita kenal sebagai kematian,


Adalah suatu pencerahan kecil untuk seorang yogi.

Mereka yang sudah mencapai penguasaan atas kelahiran dan


kematian masih kelihatan bisa meninggal. Tetapi bagi mereka, kematian
tidak berbeda dari pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Mereka
yang mempunyai pengalaman di dalam latihan penting dari tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan, sebagaimana yang kita sebut
sebelumnya, dapat menggunakan salah satu dari tiga latihan untuk
kematian, alam bardo atau kelahiran kembali untuk memindahkan
kesadaran mereka ke dalam salah satu dari tiga kaya.
Sebaliknya, dikatakan bahwa:

Mereka yang tanpa latihan yang cukup dapat diterima melalui


phowa.

Teknik ini penting bagi praktisi-praktisi yang tidak mencapai keman-


tapan di Jalan, atau yang sudah melakukan banyak perbuatan buruk. Bagi
siapa saja yang memiliki instruksi-instruksi khusus ini, betapapun parah-

289
Tib. dri med gshags pa’i rgyud.
417
nya perbuatan salah mereka, gerbang-gerbang alam rendah sudah tertutup.
Bahkan mereka yang sudah melakukan kejahatan dengan pembalasan
langsung, yang seharusnya sudah akan langsung jatuh ke alam rendah,
sudah pasti tidak akan terlahir di alam rendah jika mereka menggunakan
ajaran ini. Tantra berkata:

Anda mungkin telah membunuh seorang brahmana setiap hari,


Atau melakukan lima perbuatan dengan pembalasan langsung;
Tetapi anda akan tetap dibebaskan oleh jalan ini,
Tidak satu pun dari kejahatan tersebut akan menodai anda.

Dan:

Siapa pun yang berlatih phowa,


Berkonsentrasi pada gerbang di atas yang sembilan lainnya, 290
Tidak akan ternoda oleh perbuatan negatifnya,
Dan akan terlahir di alam Buddha yang murni.

Juga:

Ikutilah alur sutera putih nadi tengah anda,


Ke kaki guru anda yang berkualitas,
Yang duduk di singasana matahari dan bulan di puncak kepala
anda,
Dan anda akan dibebaskan, sekalipun anda sudah melakukan
lima perbuatan dengan pembalasan langsung.

Oleh karena itu, instruksi mengenai jalan yang mendalam dari phowa
ini adalah jalan ke kebuddhaan tanpa meditasi, suatu jalan rahasia yang
bahkan dengan segera membebaskan seorang pendosa besar. Buddha
Vajradhara berkata:

Anda mungkin telah membunuh seorang brahmana setiap hari,


Atau melakukan lima perbuatan dengan pembalasan langsung;
Tetapi ketika anda mendapatkan instruksi ini,
Tak ayal lagi, anda akan dibebaskan.

Dan Guru Agung dari Uddiyana sendiri berkata:

290
Gerbang Brahma, terletak pada puncak kepala, di atas sembilan gerbang lain (dua
lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, dan masing-masing satu lubang
untuk mulut, dubur dan air seni).
418
Setiap orang mengetahui pencapaian kebuddhaan melalui
meditasi,
Tetapi saya mengenal jalan tanpa meditasi.

Pandita besar Naropa berkata:

Kesembilan gerbang terbuka ke alam samsara,


Tetapi satu gerbang membuka ke Mahamudra;
Tutuplah yang sembilan dan buka yang satu itu,
Janganlah ragu bahwa ia akan membawa ke arah pembebasan.

Dan Marpa, penterjemah dari Lhodrak berkata:

Hingga kini aku sudah berlatih phowa,


Berlatih, berlatih, dan terus berlatih.
Aku akan mati dengan kematian yang biasa, tetapi aku tidak
perlu cemas;
Penguasaan latihan tersebut telah memberiku keyakinan
sempurna.

Jetsun Shepa Dorje berkata:

Instruksi-instruksi meleburkan 291 ini,


Adalah pemandu yang penting untuk mengatasi masa bardo.
Ada siapakah yang memiliki jalan seperti itu?
Betapa berbahagia orang yang energi hidupnya masuk ke nadi
tengah.
Betapa menakjubkan! Ia tiba di dalam ruang absolut!

Instruksi ini dibagi dalam dua bagian: yang pertama adalah latihan,
dan lalu praktek sesungguhnya.

1. Latihan untuk phowa

Dengan menggunakan penjelasan-penjelasan tentang phowa yang


telah anda terima, latihlah diri anda berulang-ulang dengan rajin sampai
tanda-tanda keberhasilan kelihatan.
Saat selagi semua saluran nadi, energi-energi dan sari bersifat utuh
dan bertenaga, anda akan menemukan bahwa sebenarnya untuk melak-
sanakan phowa adalah sedikit sulit. Tetapi ketika anda sampai pada saat
akhir anda, atau dalam umur yang sangat tinggi, hal itu menjadi jauh

291
Meleburkan kesadaran ke dalam kebijaksanaan Buddha Amitabha.
419
lebih mudah. Ia seperti buah di pohon yang susah dipetik pada musim
panas ketika ia masih terus tumbuh, tetapi ketika ia masak di musim
gugur, ia akan jatuh hanya dengan kibasan sisi pakaian anda.

2. Praktek phowa yang sesungguhnya

Saat melakukan phowa dalam praktek sesungguhnya, adalah ketika


tanda-tanda mendekati kematian telah tampak, ketika anda yakin tidak
akan membaik dan bahwa proses peleburan telah mulai. Janganlah mela-
kukan hal ini pada waktu lain mana pun. Karena dalam tantra dikatakan:

Lakukan phowa ketika waktu yang tepat tiba.


Jika tidak, anda akan membunuh deity-deity. 292

Ada banyak tahap dalam proses peleburan, tetapi untuk membuatnya


mudah dipahami, hal tersebut dapat dibagi menjadi peleburan lima
kesadaran pancaindera, peleburan empat unsur, dan tiga tahap dari
kejernihan, peningkatan dan pencapaian.

Peleburan kelima kesadaran indera telah dimulai, contohnya, ketika


lafalan para biarawan yang berkumpul di tempat meninggal anda hanya
berbunyi seperti bisikan yang kacau. Anda tidak bisa lagi membedakan
suku kata. Atau ketika anda mendengar suara orang berbicara seolah-
olah berasal dari tempat yang sangat jauh, dan tidak bisa lagi memahami
kata-kata yang diucapkan. Ini berarti kesadaran indera pendengaran anda
sudah berakhir. Kesadaran penglihatan anda berakhir ketika sebagai
gantinya melihat bentuk sebagaimana adanya, anda hanya dapat melihat
suatu bayangan yang kabur. Ketika pengalaman dari bau, rasa, dan
sentuhan yang demikian juga berakhir dan mencapai peleburan akhir
mereka, inilah saat di mana pengenalan instruksi harus diberikan. Saat
ini guru hendaknya menunjukkan sifat hakiki batin kepadanya. Jika ada
seseorang yang hadir yang dapat melafal sadhana phowa, ini adalah saat
yang tepat untuk melakukannya.
Lalu, ketika daging bagian dalam melebur ke dalam elemen tanah
bagian luar, anda mengalami suatu perasaan seperti jatuh ke dalam
lubang atau anda merasa berat, seolah-olah diremuk di bawah sebuah
gunung. Pada saat ini, kadang-kadang orang yang sekarat minta
ditinggikan atau bantalnya minta diangkat. Ketika darah melebur ke
dalam elemen air di luar, anda mengeluarkan air liur atau hidung anda
mengalirkan ingus. Ketika panas tubuh melebur ke dalam elemen api

292
Menurut Vajrayana, tubuh dianggap suatu mandala suci deity-deity, dengan melakukan
phowa sebelum waktunya akan menghancurkan mandala tersebut.
420
luar, mulut dan lubang hidung anda terasa kering. Waktu sampai pada
puncaknya, tubuh anda mulai kehilangan panasnya. Kadangkala pada
tahap ini uap muncul dari atas kepala. Ketika nafas bagian dalam atau
energi melebur ke dalam elemen angin luar, berbagai energi anda, seperti
energi naik, energi diskresi, energi pemanas dan energi yang meresap
seluruh tubuh, semuanya melebur ke dalam energi pendukung kehidupan.
Menghirup menjadi sulit. Bernafas ke luar menjadi terengah-engah,
udara di paru-paru menjadi kosong melalui tenggorokan. Kemudian
semua darah di dalam tubuh anda berkumpul bersama-sama di dalam
saluran nadi kehidupan, dan tiga tetesan darah menetes ke dalam pusat
hati anda, berturut-turut satu demi satu. Dengan tiga keluhan panjang,
nafas luar anda tiba-tiba berhenti.
Pada saat itu elemen putih atau "sperma" yang anda terima dari ayah
anda bergerak dengan cepat ke bawah dari kepala anda. Sebagai tampak
luar keadaan ini, anda merasa sesuatu yang kira-kira bersifat putih,
seperti langit jernih yang diterangi oleh sinar bulan. Sebagai tanda
bagian dalam, anda mengalami kejernihan di dalam batin anda, dan tiga
puluh tiga macam pemikiran yang tidak baik berhenti. Keadaan ini
disebut "kejernihan."
Elemen merah atau "darah" yang anda terima dari ibu anda bergerak
dengan cepat ke atas dari daerah pusar anda. Sebagai tanda luar, anda
merasa melihat warna merah seperti langit bersih yang diterangi cahaya
matahari. Sebagai tanda dalam batin, anda mengalami kebahagiaan besar
di dalam kesadaran anda, dan empat puluh macam pemikiran nafsu
keinginan berhenti. Keadaan ini disebut "peningkatan."
Ketika elemen putih dan merah bertemu di dalam hati anda,
kesadaran anda masuk di antara mereka. Tanda luarnya adalah suatu
persepsi kegelapan seperti langit yang gelap gulita. Sebagai tanda bagian
dalam batin, kesadaran anda mengalami suatu keadaan tanpa pemikiran,
dan anda menjadi pingsan dalam kegelapan total ini. Ini disebut
"pencapaian."
Kemudian kesadaran anda muncul untuk suatu saat yang singkat dari
keadaan lunglai tersebut ke dalam suatu pengalaman seperti langit yang
tidak dipengaruhi oleh ketiga kondisi-kondisi yang sebelumnya. 293 Ini
adalah munculnya "cahaya terang alaya." Jika anda dapat mengenali hal
tersebut sebagai sifat alami dan beristirahat di dalamnya, maka hal ini
disebut "phowa tingkat tinggi ke dharmakaya." Ini adalah kebuddhaan
tanpa melalui bardo apa pun.
Setelah titik tersebut, bardo dharmata dan bardo kelahiran kembali
menjadi semakin membentang, tetapi tahap-tahap tersebut tidak akan

293
Tiga kondisi: awan, kabut dan debu.
421
diuraikan di sini karena mereka berhubungan dengan instruksi di latihan
utama.

Bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman yang memadai dalam


latihan Dharma, saat terbaik untuk menerapkan phowa adalah di
permulaan proses peleburan. Pada waktu itu, dengan sepenuhnya
memutuskan semua kemelekatan pada hidup ini dan memberi keberanian
kepada diri sendiri dengan berpikir, "Sekarang saya sedang sekarat, saya
akan bersandar pada instruksi guru dan terbang ke alam suci seperti anak
panah yang ditembakkan oleh seorang ksatria. Betapa menyenangkan!"
Jika anda merasa sulit untuk mengingat dengan jelas semua
visualisasi dan poin-poin penting lain dari phowa, dan jika anda
mempunyai seorang teman yang mampu mengingatkan anda, mintalah
dia untuk melakukannya. Tetapi setidaknya, pada saat itu gunakan
latihan anda yang sebelumnya, dan terapkan instruksi dari Jalan yang
mendalam. Sudah pada waktunya anda benar-benar harus membuat
phowa bekerja.
Berikut ini adalah langkah-langkah dari latihan utama phowa, yang
adalah sama apakah anda melatihnya ataupun menggunakannya di saat
kematian yang sesungguhnya.

3. Langkah-langkah meditasi phowa

Duduklah dengan nyaman di suatu bantal, dengan kaki anda bersila


dalam postur vajra, sambil menjaga punggung anda lurus sepenuhnya.

3.1 Pendahuluan

Pertama-tama, lakukan sepenuhnya semua pendahuluan, dengan jelas


dan secara detil, mulai dengan Memanggil Guru Dari Jauh 294 dan
lanjutkan sampai saat peleburan di Guru Yoga.

3.2 Visualisasi utama

Kemudian, bayangkan dalam sekejab tubuh biasa anda berubah


menjadi Vajrayogini. Ia berwarna merah, dengan satu muka dan dua
lengan, berdiri dengan dua kaki bersama-sama, kaki kanannya terangkat
dalam “postur menari”. Ketiga matanya menatap ke langit. Berbeda
dengan latihan Guru Yoga, untuk tujuan phowa ini, bayangkan beliau
dalam penampilan yang menarik, dalam wujud damai dan sedikit murka.
Dengan tangan kanannya yang terangkat tinggi di udara, ia membunyikan

294
Doa permohonan, pujian dan memanggil untuk memohon berkah guru.
422
drum tengkorak kecil yang membangkitkan makhluk dari tidur ketidak-
tahuan dan kebingungan. Dengan tangan kirinya, ia memegang sebuah
pisau lengkung pada pinggulnya untuk memotong ketiga racun pada
akarnya. Ia tampil tanpa busana, kecuali seuntai karangan bunga dan
perhiasan-perhiasan dari tulang. Seperti suatu tenda sutera merah, ia
kelihatan, tetapi tanpa isi. Semua ini adalah bentuk luar tubuhnya yang
hampa.
Sepanjang tubuh anda yang lurus, bayangkan di tengahnya terdapat
nadi tengah, seperti suatu tiang dalam rumah yang kosong. Ia disebut
nadi "tengah" karena ia berada tepat di poros tengah tubuh, tanpa
bersandar ke kiri atau ke kanan. Nadi tersebut memiliki empat
karakteristik. Ia berwarna biru seperti suatu lapisan indigo, melambang-
kan dharmakaya yang tidak berubah. Serat-seratnya halus bak daun
mahkota bunga teratai, melambangkan kegelapan terselubung yang
timbul dari kecenderungan-kecenderungan kebiasaan. Nadi tersebut
terang seperti nyala api lampu minyak wijen, melambangkan pengusiran
kegelapan ketidak-tahuan. Dan ia lurus seperti potongan batang pohon
palem, menunjukkan bahwa ia tidak pernah membawa ke jalan bawah
atau jalan yang salah. Ujung bagian atas membuka tepat pada gerbang
Brahma di atas kepala seperti angkasa yang terbuka, melambangkan ia
adalah jalan menuju pembebasan dan kelahiran kembali yang lebih tinggi.
Ujung bawahnya tertutup pada jarak empat jari di bawah pusar tanpa
pembukaan, menandakan semua akses ke dunia samsara dan kelahiran ke
alam rendah sudah terkunci. Semua ini adalah bagian dalam dari wujud
kosong dari nadi tengah tersebut.
Sekarang bayangkan suatu bagian di dalam nadi tengah di daerah hati,
terdapat suatu sekat seperti buku ruas bambu. Di atas buku ini,
bayangkan bindu dari energi, yang berwarna hijau muda, lincah dan
bergetar. Sedikit di atasnya terdapat inti hakikat kesadaran anda, bija
kata hrih (�ིཿ� ) yang berwarna merah, dengan tanda huruf hidup a pendek
(འ) dan dua titik visarga ( ), berkibar dan bergetar seperti bendera di
dalam angin. Ini mewakili pikiran kesadaran anda.
Kemudian, bayangkan di angkasa pada jarak satu hasta di atas kepala
anda, terdapat singasana permata yang didukung oleh delapan burung
merak besar. Di atasnya terdapat bunga teratai yang beraneka warna dan
piringan matahari dan bulan, satu di atas yang lain, membentuk bantal
berlapis tiga. Duduk di bantal itu adalah guru akar anda yang agung,
harta belas kasih yang tidak ada taranya, yang hakikatnya adalah semua
Buddha masa lampau, sekarang dan masa depan dalam wujud Bhagavan
Buddha dan Pelindung, Amitabha. Beliau berwarna merah seperti
gunung permata mirah yang disinari oleh seribu matahari. Beliau
memiliki satu muka dan dua tangan, yang beristirahat di dalam postur
meditasi sambil memegang sebuah mangkuk pindapatta yang berisi
423
penuh dengan nektar kebijaksanaan kekekalan. Beliau mengenakan tiga
jubah biarawan, pakaian murni penampilan nirmanakaya yang tertinggi
yang menjaga peri laku suci. Tubuhnya memiliki tiga puluh dua ciri
utama dan delapan puluh ciri tambahan, seperti usnisa di puncak kepala
dan roda yang menandai telapak kakinya. Dari tubuhnya terpancar
cahaya cemerlang yang tak terhitung banyaknya.
Di sebelah kanan Amitabha terdapat Avalokitesvara yang mulia,
yang merupakan perwujudan dari belas kasih semua Buddha. Beliau
berwarna putih, dengan satu muka dan empat lengan. Dua lengan bagian
atas merangkap di depan dada. Tangan kanan yang lebih rendah
memegang manik-manik tasbih kristal putih dan tangan kiri yang lebih
rendahnya memegang satu tangkai bunga teratai putih yang semua daun
bunganya sedang mekar di dekat telinganya.
Di sebelah kiri Amitabha adalah Vajrapani, Raja Mantra Rahasia,
perwujudan dari semua kuasa dan kekuatan Buddha. Beliau berwarna
biru dengan kedua tangan bersilang di hati sambil memegang vajra dan
genta.
Kedua deity ini mengenakan tiga belas perhiasan sambhogakaya.
Amitabha berada dalam posisi duduk, kakinya bersilang dalam postur
vajra. Hal ini menandakan bahwa ia tidak tinggal di dalam samsara
maupun nirvana. Kedua Bodhisattva dalam posisi berdiri, yang me-
nandakan bahwa mereka tidak pernah merasa letih bekerja untuk manfaat
makhluk hidup.
Di sekeliling tiga deity utama ini terdapat semua guru garis silsilah
jalan Phowa yang mendalam, berkumpul bagaikan sekelompok awan di
langit jernih. Dengan tersenyum, mereka memandang dengan rasa belas
kasih ke arah anda dan semua makhluk lain. Berpikirlah bahwa mereka
adalah pemandu-pemandu agung yang membebaskan anda dan semua
makhluk lain dari penderitaan samsara dan alam rendah, yang menuntun
anda ke alam suci kebahagiaan besar.

Sadhana Phowa

Sambil melakukan visualisasi demikian, lafalkan:

ཨེ་མ་ཧོཿ རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་
འ�མས་ཞིངཿ
EMAHO RANG NANG LHUN DRUP EMAHO! Aku memanifestasi alam
kemurnian tak terbatas:
424
DAG PA RAB JAM ZHING
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་བདེ་བ་ཅན་�ི་ཞིངཿ
KOD PA RAB DZOG DE WA CHEN GYI Alam Sukhavati yang indah dan
ZHING sempurna;
རང་ཉིད་གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID ZHI LÜ DOR JE NAL JOR Tubuh biasa saya menjadi Vajrayogini,
MA
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI Berwarna merah menyala, dengan satu
THOD DZIN muka dan dua lengan yang memegang
pisau dan kapala,
ཞབས་གཉིས་འདོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་
མཁར་གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB JEN SUM NË Kedua kaki dalam gaya menari, ketiga
KHAR ZIG matanya menatap angkasa;
དེ་ཡི་ཁོང་ད�ས་�་ད�་མཿ
DE YI KHONG Ü TSA U MA Nadi tengah di tengah tubuh,
�ོམ་�་མདའ་�ག་ཙམ་པ་ལཿ
WOM TRA DA NYUG TSAM PA LA Kira-kira seukuran bambu anak panah,
�ོང་སངས་འོད་�ི་�་�་ཅནཿ
TONG SANG Ö KYI BU GU CHEN Kosong dan tembus pandang seperti
tabung cahaya,
ཡར་�ེ་ཚངས་�ག་གནས་�་ཧརཿ
YAR NE TSHANG WUG NË SU HAR Dengan ujung atas terbuka pada
Gerbang Brahma,
མར་�ེ་�ེ་འོག་�ག་པ་ཡིཿ
MAR NE TE OG ZUG PA YI Dan ujung bawah tertutup pada
anusnya;
�ིང་ཀར་ཚ�གས་�ིས་བཅད་པའི་�ེངཿ
NYNG KAR TSHIG KYÏ CHED PË TENG Di atas sekat pada posisi hati,
�ང་གི་ཐིག་ལེ་�ང་�འི་ད�སཿ
LUNG GI THIG LE JANG KYÏ Ü Di tengah bindu berwarna hijau muda,
རིག་པ་�ིཿ� ཡིག་དམར་པོར་གསལཿ
RIG PA HRIH YIG MAR POR SAL Terdapat kesadaran berupa huruf Hrih
merah menyala;
�ི་བོར་�་གང་ཙམ་�ི་�ེངཿ
JI WOR TRU GANG TSAM GYI TENG Kira-kira satu hasta di atas kepala,

425
སངས་�ས་�ང་བ་མཐའ་ཡས་ནིཿ
SANG GYË NANG WA THA YË NI Duduklah Buddha Amitabha,
མཚན་དཔེ་�ོགས་པའི་�ང་པོར་གསལཿ
TSHEN PE DZOG PË PHUNG POR SAL Bercahaya dalam tanda utama dan
tanda tambahan yang sempurna.

Lalu, dengan penuh rasa bakti dan kepercayaan, seluruh tubuh anda
merinding dan air mata mengalir dari mata anda, ulangi sebanyak
mungkin doa:

བཅོམ་�ན་འདས་དེ་བཞིན་གཤེགས་པ་ད�་བཅོམ་པ
CHOM DEN DË DE ZHIN SHEG PA DRA CHOM PA
ཡང་དག་པར་�ོགས་པའི་སངས་�ས་མགོན་པོ་འོད་དཔག་�
YANG DAG PAR DZOG PË SANG GYË GON PO Ö PAG TU
མེད་པ་ལ་�ག་འཚལ་ལོ། མཆོད་དོ་�བས་�་མཆིའོ།
MED PA LA CHAG TSHAL LO CHOD DO KYAB SU CHÏ

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon


perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan
sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Lalu lafalkan doa yang berikut tiga kali secara penuh, mulai dari:

ཨེ་མ་ཧོ། གནས་རང་�ང་དོན་�ི་འོག་མིན་ན།།
EMAHO NË RANG NANG DON GYI OG Emaho! Di alam Akanistha absolut
MIN NA yang muncul dengan serta merta,

ཡིད་དད་བ�འི་འཇའ་�ར་འ�ིགས་པའི་�ོང།།
YID DED GYEI JA GUR TRIG PË LONG Dalam rangkulan pelangi keyakinan
sempurna,
�བས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་ནི།།
KYAB KUN DÜ TSA WEI LA MA NI Terdapat tempat perlindungan
dengan guru akar yang dikelilingi
para guru silsilah,

426
�་ཐ་མལ་མ་ཡིན་�ངས་མའི་�ས།།
KU THA MAL MA YIN DANG MEI LÜ Dalam penampilan tubuh jernih
bercahaya yang bukan tubuh biasa,
དཔལ་སངས་�ས་�ང་མཐའི་ངོ་བོར་བ�གས།།
PAL SANG GYË NANG THEI NGO WOR Beliau merupakan esensi Buddha
ZHUG Cahaya Tanpa Batas nan jaya.
ཡིད་མོས་�ས་ག�ང་བས་གསོལ་བ་འདེབས།།
YID MÖ GÜ DUNG WE SOL WA DEB Aku memohon dengan penuh hormat
dan keyakinan:
ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku
berhasil melakukan Phowa;
གནས་འོག་མིན་བ�ོད་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NE OG MIN DROD PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku
aku mencapai alam Akaniṣṭha;
ད�ིངས་ཆོས་�འི་�ལ་ས་ཟིན་པར་ཤོག།
Agar aku meraih kebuddhaan alam
JING CHÖ KÜ GYAL SA ZIN PAR SHOG
luas tubuh Dharmakaya.

Berikutnya, lafalkan tiga kali bagian yang terakhir, mulai dari:

Aku memohon dengan penuh hormat dan keyakinan ...

Akhirnya, lafalkan tiga kali baris terakhir saja:

Agar aku meraih kebuddhaan alam luas tubuh Dharmakaya.

Ketika anda berdoa, konsentrasilah semata-mata atas bija kata Hrih,


lambang kesadaran pikiran anda, dengan pengabdian yang dalam pada
guru anda dan pelindung, Amitabha, sehingga mata anda berlinang air
mata.
Sekarang tiba saatnya untuk mengeluarkan kesadaran. Ketika Anda
melafal "Hrih, Hrih," lima kali dari belakang langit-langit mulut anda,
suku kata merah Hrih yang melambangkan kesadaran anda, terangkat
naik oleh energy bindu hijau muda bergetar yang naik semakin tinggi,
sambil terus bergetar. Ketika ia keluar dari gerbang Brahma di puncak
kepala anda, ucapkan "Hik!" dan bayangkan bindu meloncat keluar,
seperti anak panah yang dilepas oleh seorang ksatria, dan melebur ke
dalam hati Buddha Amitabha.

427
Lakukan proses tersebut tujuh kali, dua puluh satu kali atau lebih,
sambil membayangkan Hrih (�ིཿ� ) di dalam hati anda dan mengulangi
"Hik!" seperti sebelumnya. Dalam tradisi-tradisi yang lain diucapkan
"Hik!" ketika kesadaran meloncat ke atas dan "Ka" ketika kembali turun
ke bawah, tetapi dalam tradisi ini, kita tidak membayangkan kesadaran
turun ke bawah.

Lalu ulangi lafalan seperti di atas mulai dari:

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon


perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan
sempurna Sang Pelindung Amitabha.

dan berlatih teknik pelafalan Hrih dan pengeluaran sebanyak mungkin.


Sesudah itu, lafalkan tiga atau tujuh kali :

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon


perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan
sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Kemudian lanjutkan doa ini dengan melafalkan doa ringkas phowa


yang disebut Cara Pemindahan dengan Penyisipan Batang Rumput yang
ditulis oleh penemu harta spiritual Nyi Da Sangye 295dan ditransmisikan
melalui silsilah Vihara Dzogchen:

སངས་�ས་འོད་དཔག་མེད་ལ་�ག་འཚལ་ལོ།།
SANG GYË Ö PAG MED CHAG TSHAL LO Buddha Amitabha, saya bersembah
sujud di depan Anda;
ཨོ་�ན་པ�ྨ་འ�ང་གནས་ལ་གསོལ་བ་
འདེབས།།
ORGYEN PEMA JUNG NË LA SOL WA Padmasambhava dari Uddiyana,
DEB saya berdoa kepada Anda;
�ིན་ཆེན་�་བའི་�་མས་�གས་�ེས་�ང།།
DRIN CHEN TSA WEI LA MË THUG JË Guru akar yang ramah, peganglah
ZUNG aku dengan rasa kasihan Anda;

295
Penemu harta spiritual (terma) pada abad keempat belas.

428
�་བ་བ�ད་པའི་�་མས་ལམ་�་�ོངས།།
TSA WA GYUD PË LA MË LAM NA Para guru akar garis silsilah,
DRONG bimbinglah saya di jalan;
ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།། Berkati saya agar saya dapat
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI menguasai jalan Phowa yang
LOB mendalam;
�ར་ལམ་འཕོ་བས་མཁའ་�ོད་བ�ོད་པར་�ིན་
�ིས་�ོབས།།
NYUR LAM PHO WË KHA JOD DROD Berkati saya agar jalan pintas
PAR JIN GYI LOB Phowa ini membawa saya ke alam
dakini;
བདག་སོགས་འདི་ནས་ཚ�་འཕོས་�ར་མ་ཐག།།
DAG SOG DI NË TSHE PHÖ GYUR MA Berkati saya dan yang lain, saat
THAG hidup ini berakhir
བདེ་བ་ཅན་�་�ེ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས༔
DE WA CHEN DU KYE WAR JING GYÏ Agar kami bisa terlahir di alam
LOB Sukhavati!

Lafalkan baris terakhir “Agar kami bisa terlahir di alam Sukhavati!”


tiga kali. Lanjutkan berlatih teknik pelafalan Hrih dan pengeluaran
seperti di atas, yaitu mulai dari mengucapkan lima kali Hrih sampai Hik
sebisa anda. Lalu mulai lagi dari:

Aku bersembah sujud, membuat persembahan dan memohon


perlindungan kepada Bhagavan, Tathagata, Arhat, Buddha nan
sempurna Sang Pelindung Amitabha.

Kemudian lafalkan Doa Phowa Namcho 296, yang ditransmisi melalui


garis silsilah Vihara Palyul:

ཨེ་མ་ཧོ། ཤིན་�་ངོ་མཚར་འོད་དཔག་མེད་
མགོན་དང།།
EMAHO SHIN TU NGO TSHAR Ö PAG Emaho! Sungguh mengagumkan,
MED GON DANG Pelindung Amitabha,
�གས་�ེ་ཆེན་པོ་�ག་�ོར་མ�་ཆེན་ཐོབ།།
THUG JE CHEN PO CHAG DOR THU Avalokitesvara dan Vajrapani yang
CHEN THOB penuh kuasa,

296
Namcho :Kata Tibet yang berarti Dharma Angkasa.
429
བདག་གིས་�་གཅིག་ཡིད་�ིས་གསོལ་བ་
འདེབས།།
DAG GÏ TSA CHIG YID KYÏ SOL WA DEB Dengan pikiran terpusat saya
memohon,

ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI Berkatilah saya agar saya dapat
LOB menguasai jalan Phowa yang
mendalam;
བདག་སོགས་ནམ་ཞིག་འཆི་བའི་�ས་�ང་ཚ�།།
DAG SOG NAM ZHIG CHI WEI DÜ JUNG Ketika kehidupan saya dan yang
TSHE lainnya berakhir,
�མ་ཤེས་བདེ་ཆེན་འཕོ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NAM SHE DE CHEN PHO WAR JIN GYÏ Agar kesadaran kami dapat pindah
LOB ke alam Sukhavati!

Lafalkan dua baris terakhir “Agar kesadaran kami dapat pindah ke


alam Sukhavati! tiga kali. Lalu berlatih teknik pelafalan Hrih dan
gerakan naiknya seperti di atas.

Dua doa terakhir ini bukanlah bagian dari teks instruksi pada
Hakikat Hati yang Maha Luas 297 dan tidak ditransmisi oleh Rigdzin
Jigme Lingpa, tetapi diturunkan melalui Dzogchen Rinpoche dan Gochen
Rinpoche kepada Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Beliau memiliki
semua silsilah tersebut. Guruku yang mulia juga pernah menurunkannya.
Dodrup Chen Rinpoche sebelumnya juga menerima warisan garis silsilah
Kagyu untuk instruksi phowa yang dapat ditelusuri sampai Gampopa.
Oleh karena itu, dalam kitab doa phowa yang disusun olehnya, ditemukan
beberapa doa yang disusun oleh Gampopa, meski doa-doa tertentu ini
bukanlah termasuk lafalan kebiasaan guruku sendiri. Setidaknya proses
visualisasi dalam tradisi-tradisi yang berbeda ini adalah tepat sama, maka
tidak perlu diragukan arus-arus instruksi tersebut dipersatukan untuk
menjadi satu sungai yang besar. Guruku yang mulia menerima beberapa
kali dari Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Dengan demikian, semua orang
yang menerimanya dari guruku dapat dikatakan juga sudah menerima
instruksi phowa tradisi Kagyu pada waktu yang sama, dan oleh karena itu
diizinkan untuk melafal doa-doa dari silsilah tersebut. Kedua doa ringkas
tersebut di atas kemungkinan adalah disusun oleh Dodrup Chen Ripoche,

297
Kadang disingkat dengan kata Hakikat Hati. Tib. Longchen Nyingtik.
430
mereka hanya berbeda sangat sedikit dari versi-versi lainnya, dan oleh
karena itu saya sudah menyalinnya ketika guruku yang mulia
mengajarkannya.
Pada suatu ketika guruku sedang memberi transmisi tradisi phowa
Namcho dari Palyul. Ketika ia sedang melakukan phowa untuk suatu
kelompok orang, pada pengubahan lafalan “ketika waktu kematian kami
tiba" menjadi “ketika waktu kematian mereka semua ini tiba", sebagian
orang tidak menangkap kata yang diubah , “ ... mereka semua ini (di
nam)”, sehingga sekarang sebagian orang berkata “…. persepsi
kehidupan ini (dir nang) …,“ dan yang lain berkata “.... oleh karena itu
(di ne) ...., yang mana menurut saya keduanya adalah kurang benar.

Ketika anda sudah melatih latihan tersebut berulang kali dan tiba
waktunya untuk mengakhiri sesi anda, segellah ke dalam lima kaya yang
maha luas dengan mengucapkan “Phet!" (ཕཌཿ) 5 kali. Lalu beristirahat di
dalam sifat alami ketenangan hati dengan tidak membuat gagasan apa
pun.
Sesudah itu bayangkan semua guru silsilah di atas kepala anda
melebur ke dalam tiga figur utama; lalu kedua Bodhisattva melebur ke
dalam Amitabha; Amitabha melebur ke dalam cahaya dan lalu melebur
ke dalam diri anda. Dengan segera anda membayangkan diri anda
berubah menjadi Buddha Pelindung Amitayus berwarna merah dengan
satu muka dan dua lengan. Kedua kakinya bersilang dalam postur vajra.
Tangannya beristirahat di dalam postur meditasi sambil memegang vas
yang dipenuhi dengan nektar kebijaksanaan dan kekekalan, dengan pohon
pengabul harapan sebagai tutupnya. Beliau mengenakan tiga belas
macam perhiasan sambhogakaya.

Sambil membayangkan demikian, lafalkan:

ཨ�་ཨ་མ་ར་ཎི་ཛ�་ཝ�ྟ་ཡེ་�་� �ྰ།།
Om Amarani Jivantiye Svaha

seratus kali atau dharani panjang umur dan mantra lainnya. Hal ini untuk
mencegah jangka waktu hidup anda dipengaruhi oleh latihan dan 
melalui kebenaran yang saling bergantungan  menghilangkan semua
rintangan yang mengancam. Doa panjang umur di bagian ini tidak
diperlukan jika anda melakukan phowa untuk seseorang yang sedang
sekarat atau orang yang telah mati, ataupun ketika anda melakukannya
pada saat kematian anda sendiri.
431
Tanda-tanda keberhasilan latihan ini diuraikan di dalam teks akar:

Kepala merasa nyeri; muncul suatu tetesan atau serum seperti


embun berwarna kuning;
Sepotong tangkai rumput dengan perlahan-lahan dapat disisipkan
ke dalamnya.

Berlatih secara tekun sampai tanda-tanda ini muncul.

Sebagai pengakhiran sesi, berbagilah jasa dan lafalkan Doa untuk


Terlahir di Alam Sukhavati dan doa lainnya.

Tidak seperti latihan lain dari tahap-tahap pengadaan dan tahap


kesempurnaan, instruksi di Jalan yang mendalam dari phowa ini tidak
memerlukan latihan yang lama. Tanda-tanda keberhasilan akan datang
dengan pasti sesudah satu minggu. Itulah sebabnya metoda itu disebut
"ajaran yang membawa kebuddhaan tanpa meditasi," dan itulah sebabnya
setiap orang seharusnya melakukan jalan-pintas yang tak tertanding ini
sebagai latihan utamanya.

Tidak mampu untuk menjaga diriku, saya berkomat-kamit tak


keruan guna orang mati;
Tanpa berlatih, aku membentang jerubung ajaranku yang tak
berkesudahan;
Berkati saya dan penipu-penipu lain seperti saya,
Sehingga kami dapat berlatih dengan tekun.

432
KESIMPULAN

Instruksi ini berisi dua belas poin utama, di mana enam yang pertama
berhubungan dengan pendahuluan umum atau pendahuluan bagian luar:

1. Dengan memikirkan betapa sulitnya untuk memperoleh


kebebasan dan karunia akan mendorong kita memanfaatkan
hidup manusia ini untuk keperluan yang benar-benar penting.
2. Dengan merenungkan sifat ketidak-kekalan dari kehidupan akan
mendorong diri sendiri berlatih dengan rajin.
3. Dengan mengenali bahwa sifat keseluruhan samsara adalah pen-
deritaan, kita akan mengembangkan tekad pembebasan dan sikap
rasa belas kasih.
4. Melalui pemahaman tentang akibat perbuatan, kita menolak
kejahatan dan melakukan kebaikan dalam hal apa pun dalam
perbuatan kita.
5. Dengan mengingat manfaat pembebasan, kita menjadi semakin
mendambakan hasil kebuddhaan.
6. Dengan mengikuti seorang sahabat spiritual yang sejati, kita
melatih diri untuk meneladani realisasi dan perbuatan-
perbuatannya.

Lima yang berikutnya adalah mengenai pendahuluan khusus atau


pendahuluan bagian dalam:

1. Meletakkan dasar pembebasan dengan berlindung kepada Sang


Tri Ratna.
2. Membangun suatu kerangka aktivitas Boddhisattva yang tidak
terbatas dengan membangkitkan bodhicitta yang mahamulia.
3. Menyesali perbuatan jahat dan kemerosotan, akar dari semua
kejahatan melalui empat kekuatan, dengan menggunakan
meditasi dan lafalan pada Vajrasattva.
4. Menghimpunkan pahala dan kebijaksanaan, sumber semua
kemajuan spiritual dengan mempersembahkan alam suci tiga
kaya dalam wujud mandala.
5. Membangunkan dalam diri sendiri kebijaksanaan realisasi yang
tertinggi dengan berdoa kepada guru, sumber semua berkah.
Sebagai poin terakhir, jika kematian datang dengan tiba-tiba sebelum
jalan terselesaikan, suatu mata rantai dengan alam Buddha diciptakan
melalui pemindahan kesadaran, mencapai kebuddhaan tanpa meditasi.
433
Latihan-latihan pendahuluan ini boleh juga diperkenalkan sebagai
berikut. Melalui empat perenungan yang membawa pikiran ingin keluar
dari samsara, dan sampai ke suatu pemahaman manfaat pembebasan,
anda membangkitkan tekad yang tulus untuk mencapai pembebasan yang
membuka akses seluruh Jalan. Dengan mengikuti seorang sahabat
spiritual, sumber dari semua kualitas yang baik, anda menciptakan
kondisi-kondisi mendukung pada Jalan. Melalui berlindung sebagai
dasar, membangkitkan bodhicitta dan pelatihan dalam latihan enam
paramita, anda dituntun di sepanjang Jalan kebuddhaan sempurna dan
mahatahu yang sejati.
Ada instruksi lain yang dikenal dengan tiga macam persepsi, 298 tiga
tingkat kemampuan makhluk, dan Mahamudra menurut tradisi sutra dan
sebagainya, tetapi semua poin jalan penting yang ditemukan di dalamnya
sudah digabung di dalam kitab ini.
Purifikasi dan akumulasi yang menggunakan kedua metoda tertinggi,
yakni latihan Vajrasattva dan persembahan mandala; Guru Yoga, jalan
rahasia dari berkah yang mendalam; dan instruksi pada pemindahan yang
menuju kebuddhaan tanpa meditasi, semua ini adalah pendahuluan ajaran
tradisi kita yang tiada bandingannya.

Setelah latihan-latihan ini, seseorang masuk ke jalan khusus ajaran


inti vajra dari Hakikat Hati, 299 di mana di sana ada latihan pendahuluan
khusus yang membimbing ketiga kaya, ke pada kesadaran dan perhatian.
Lalu, ketika seseorang telah menerima inisiasi penunjukkan langsung
akan kreativitas realita kesadaran, 300 terhadap realita diperkenalkan
dengan kemutlakan melalui inisiasi terhadap kreativitas kesadaran,
barulah ia akan diberi instruksi latihan inti berdasarkan perkembangan
pengalaman seseorang.

Dalam menulis instruksi-instruksi ini, dari semula saya tidak begitu


mempedulikan pertimbangan segi aesthetik dan kesusasteraan. Tujuan
utama saya hanyalah mencatat dengan jujur instruksi lisan guruku yang
mulia dengan cara yang mudah dipahami dan bermanfaat untuk batin.
Saya lakukan yang terbaik untuk tidak merusaknya dengan mencampur-
kan kata-kata atau ide-ide saya.
Pada peristiwa yang terpisah, guruku juga memberi banyak instruksi
khusus untuk menyingkap kesalahan-kesalahan yang tersembunyi, dan
saya sudah menambahkan apa pun juga yang dapat saya ingat di tempat-

298
Pendahuluan untuk "Jalan dan Hasil" latihan tradisi Sakya didasarkan pada ketiga
macam persepsi: persepsi tidak murni, persepsi campuran yang dialami oleh yogi-yogi
melalui latihan, dan persepsi murni.
299
Disingkat dari Hakekat Hati yang Maha Luas, Tib. Longchen Nyingtik.
300
Tib. ngo sprod; Ing. pointing out.
434
tempat yang paling sesuai. Janganlah pergunakan mereka sebagai jendela
untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi pakailah
sebagai cermin untuk memeriksa kesalahan sendiri. Perhatikan dengan
saksama diri anda, apakah anda menemukan kesalahan-kesalahan yang
tersembunyi ini. Jika anda menemukannya, kenali dan buanglah mereka.
Koreksi pikiran anda dan mantapkan pada jalan yang benar. Seperti kata
Atisa:

Guru yang terbaik adalah orang yang mengecam kesalahan-


kesalahan anda yang tersembunyi;
Instruksi terbaik adalah yang mengenai kesalahan-kesalahan
tersebut;
Sahabat yang terbaik adalah perhatian penuh dan kewaspadaan;
Perangsang yang terbaik adalah musuh, rintangan-rintangan dan
penderitaan penyakit;
Metoda terbaik adalah tidak memalsukan apa pun.

Penderitaan ataupun kesusahan apa pun yang terjadi, hendaknya anda


menyalahkan diri sendiri, sebagaimana dikatakan Atisa di atas. Adalah
sangat penting untuk menggunakan instruksi-instruksi untuk menyingkap
kesalahan-kesalahan tersembunyi anda, menggunakan Dharma untuk
mengkoreksi pikiran anda, untuk memelihara perhatian dan kewaspadaan
sepanjang waktu, bertanggung jawab penuh atas diri sendiri terhadap apa
pun juga yang terjadi, jangan pernah membiarkan pikiran negatif menjadi
liar, dan pergunakanlah ajaran untuk menjinakkan pikiran anda. Jika
anda dapat melakukan semuanya, anda melakukan kebaikan untuk diri
anda sendiri. Dharma akan menjadi bermanfaat buat hati anda, dan
mengikuti seorang guru akan mulai memiliki arti yang nyata. Atisa juga
berkata:

Cara terbaik membantu orang lain adalah menuntun mereka


belajar Dharma;
Cara terbaik memperoleh manfaat untuk diri sendiri adalah
memalingkan pikiran pada Dharma.

Singkatnya, anda sekarang memiliki kebebasan-kebebasan dan


berkah-berkah dari keberadaan manusia. Anda sudah berjumpa dengan
seorang guru yang sejati dan menerima instruksi yang mendalam.
Kesempatan untuk mencapai kebuddhaan dengan melatih sembilan
kendaraan ke dalam praktek kini adalah milik anda. Saatnya sekarang
anda dapat menetapkan suatu strategi untuk semua kehidupan anda yang
akan datang, anda dapat meninggalkan kebiasaan anda sendiri untuk
berspekulasi. Sekarang anda dapat memusatkan pikiran pada hal-hal
435
yang baik dan sekarang anda dapat meninggalkan kejahatan. Saat ini
adalah batas antara arah yang benar dan tidak benar dari seluruh
keberadaan anda. Kesempatan ini adalah seperti menemukan sesuatu
yang dapat dimakan ketika anda hanya mendapat makanan sekali saja
dalam seratus kali kehidupan anda. Maka gunakan Dharma untuk
membebaskan diri anda selagi anda masih bisa, dengan mengambil
kematian sebagai pemacu anda terus menerus. Buanglah niat anda untuk
mencari kesenangan kehidupan duniawi ini, dan dengan rajin mencoba
untuk melatih kebaikan dan menghentikan kejahatan, bahkan atas taruhan
hidup anda. Ikuti seorang guru yang sejati dan terimalah apa pun juga
yang dikatakannya kepada anda tanpa keraguan. Berlindunglah kepada
Sang Tri Ratna dengan sepenuh hati. Ketika kebahagiaan datang,
kenalilah sebagai belas kasih mereka. Ketika penderitaan datang,
kenalilah sebagai akibat karma anda masa lampau. Bertekunlah pada
latihan-latihan akumulasi dan purifikasi dengan motivasi bodhicitta yang
murni dan sempurna. Pada akhirnya, melalui pengabdian dan keyakinan
serta samaya yang murni, persatukan pikiran anda dengan kebijaksanaan
guru silsilah. Raihlah pencapaian dalam kehidupan ini juga, dan dengan
berani menerima tanggung jawab untuk membebaskan semua makhluk,
para ibu kita yang tua dari penjara samsara. Hal-hal yang tersebut di atas
mencakup semua instruksi yang paling penting.

Inti instruksi dari garis silsilah rangkap tiga di sungai nektar,


Ambrosia manis dari bibir seorang guru tradisi yang benar ini,
Poin penting dari latihan sembilan kendaraan,
Semuanya dikumpulkan di sini, tanpa kesalahan atau pemalsuan.

Kata-kata yang baik ini seperti makanan yang dimasak dengan


baik,
Dengan semua sekam khayalan ditampi pisah,
Mengandung poin-poin penting yang lezat dari latihan yang ter-
dalam,
Di dalam sari masakan instruksi berdasarkan pengalaman.

Kata-kata yang baik ini seperti seorang petani yang cakap,


Yang mengolah tanah yang dibusuki tiga racun,
Menarik mata bajak tegas dari ajaran, menggali semua
kesalahan yang tersembunyi,
Dan dengan trampil mengairinya dengan air Dharma yang asli.

436
Kata-kata yang baik ini seperti panen yang berlimpah,
Di dalam tanah subur penentuan untuk menjadi bebas dari
samsara,
Benih bodhicitta ditabur dengan saksama,
Dan dipupuk dengan pahala dan purifikasi, untuk menghasilkan
buah pencapaian rohani.

Kata-kata yang baik ini seperti seorang pengasuh anak yang


ramah,
Bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang tersembunyi
dan mencabut mereka,
Dengan trampil menasihati mereka berkali-kali,
Hanya untuk menolong mereka memperbaikinya.

Mereka bukan hanya kata-kata; mereka memiliki arti yang


sangat dalam;
Mereka masih hangat dengan nafas guru saya yang tiada
bandingannya.
Mereka yang mengambilnya sebagai permata hati,
Sudah pasti mengambil jalan yang benar dan murni.

Ajaran-ajaran yang baik ini adalah ketrampilan khusus


Bodhisattva,
Suatu teks suci yang tertulis tanpa keindahan atau puisi,
Tetapi menggunakan bahasa sehari-hari untuk mengajar jalan
yang sejati,
Sehingga manfaat dan latihannya bisa diperhatikan dengan baik.

Teks-teks yang bersifat menjelaskan penuh dengan detil yang


berlimpah,
Tidak mudah cocok di dalam ruang pikiran yang terbatas;
Pandangan-pandangan filosofis yang tinggi dan doktrin-doktrin
yang dalam,
Sulit untuk dipraktekkan bagi intelek lemah di abad kemerosotan
kita.

Inilah alasan kenapa teks ini, yang dipadatkan dan mudah


dipahami,
Suatu eliksir emas untuk diresapkan ke dalam lubang pikiran
yang sempit,
Sebuah lampu untuk menerangi kemuraman kecerdasan yang
lemah,

437
Seperti seorang instruktur yang tenang, mengatakan arti yang
benar dengan jelas dengan caranya.

Untuk sarjana yang suka akan ceramah yang berkepanjangan,


Bagi guru besar yang tidak melihat apa yang ada di dalam teks
dan tradisi lisan,
Sesudah meminum nektar instruksi intisari yang sempurna ini,
Tak ragu lagi akan menghidupkan kembali inti latihan mereka.

Bagi pertapa yang bermeditasi tanpa bimbingan seperti


melempar batu di dalam kegelapan,
Bagi seorang ahli yang sombong akan semua latihan yang sudah
ia lakukan,
Bagi siddha lancung yang belum pernah menghadapi keterbatas-
annya,
Jalan ini akan menyembuhkan penyakit dalam hati mereka.

Teks ini bukanlah manisan frasa-frasa yang diciptakan,


Suatu pelangi yang digambar dengan kata-kata fantastis,
Oleh seseorang terpelajar ahli yang digubah secara dangkal,
Yang tidak ada hubungannya dengan kata-kata guruku yang baik.

Mengenai hal ini saudara-saudara vajra masih dapat memberi


kesaksian,
Untuk waktu yang tidak begitu jauh pada masa yang baik ini,
Suatu waktu yang diberkati untuk Tibet dan untuk seluruh dunia

Buddha masa kini yang sesungguhnya, guru saya yang tiada
bandingannya.

Adalah aktivitas makhluk mulia tersebut yang mengilhami saya


Untuk menyusun suatu koleksi kata-kata aslinya;
Cetakan dari pengabdian dan niat baikku ini,
Akan pantas menerima kegembiraan besar oleh saudara-saudara
saya, bahkan oleh para dewa.

Makhluk beruntung yang hidup di masa depan,


Tolong rasakan pengabdian yang sama ketika anda membaca
teks ini,
Sebagaimana halnya anda bertemu sendiri dengan guru saya
yang sudah cerah,
Karena saya percaya buku ini dengan setia menyampaikan
hakikat perkataannya.
438
Pahala apa pun yang akan timbul dari pekerjaan ini,
Saya dedikasi kepada semua makhluk, para ibuku masa lampau,
Agar mereka bisa didukung oleh seorang sahabat spiritual sem-
purna,
Melaksanakan kata-kata sempurnanya dalam latihan dan meraih
kebuddhaan.

Terutama, semoga semua mereka yang diberi makan dengan


nektar ini,
Dari bibir guruku yang tiada bandingannya, Buddha yang
sempurna,
Bersama-sama mencapai kebuddhaan sempurna;
Semoga saya melihatnya memandu makhluk-makhluk.

Semoga wali-wali tertinggi guruku yang paling baik hati,


Mereka yang sudah minum nektar dari kata-katanya yang
sempurna,
Dan memikat orang-orang yang beruntung dengan instruksi
lagunya yang memabukkan,
Panjang umur dan sehat selamanya.

Untuk selanjutnya, semoga dalam semua hidup saya di masa


mendatang,
Menjadi pelayan guru saya yang sempurna dan semua yang
mengikutinya;
Menyenangkannya dengan melaksanakan apa pun juga yang ia
minta;
Semoga aku dipandu sebagai muridnya.

Sampai semua makhluk lenyap dari alam samsara,


Semoga saya memberikan tubuh-tubuhku, barang kepunyaanku
dan jasaku;
Semoga saya melayani para ibu tuaku yang terendam dalam
penderitaan,
Dan semoga mereka semua juga memungut Dharma Buddha
yang sempurna.

Sementara itu semoga berkah garis silsilah yang berharga ini,


Menyingsing di dalam hati mereka seperti matahari terbit yang
sempurna.
Sesudah mendedikasikan hidup mereka untuk latihan di tempat
sepi,
Semoga mereka meraih tingkat guruku yang tiada bandingannya.
439
Panduan umum bagian luar dan bagian dalam pada Hakikat Hati
yang Maha Luas ini ditulis sebagaimana adanya sesuai kata-kata dari
guru saya yang tiada bandingannya. Ia muncul dari permintaan-
permintaan yang terus menerus dari Dronma Tsering, seorang murid yang
rajin dan sangat tertib, yang menyumbang ke dalam catatan saya
beberapa catatan yang ia miliki. Ia menulis segala hal yang bisa ia ingat,
dan mendesak supaya saya menulis suatu teks yang bersifat menjelaskan
atas dasar catatan-catatan tersebut yang telah direkamnya dengan setia
dari ajaran-ajaran guru kami. Lebih dari itu, Kunzang Thekchok Dorje,
seorang tulku yang mulia dan pewaris silsilah guruku yang mulia
mengulangi permintaan yang sama dua atau tiga kali bahkan
menyediakan lembaran kertas untuk saya.
Kemudian Kushab Rinpoche Shenpen Thaye Ozer 301 - Penguasa
Dharma dari semua doktrin, yang terkemuka antara semua anak spiritual
yang memegang garis silsilah tradisi lisan guru yang mulia, pada
gilirannya mendorong saya dengan berkata bahwa saya harus mencatat
kata-kata guru kami dalam gaya di mana ia mengajar mereka, yang
dengan demikian akan menolong kami semua untuk mengingatnya dan
menghidupkan kembali pengabdian kami. Saya juga didorong dan
diilhami oleh sejumlah saudara-saudara vajra yang terkasih, yang sangat
baik kepada saya seperti mata saya sendiri, dan yang pasti akan tinggal
bersama dengan saya seperti sumbu dan nyala api, sampai kami semua
mencapai pencerahan sempurna.

Ini semua adalah asal-muasal dari pekerjaan ini, yang ditulis oleh
seseorang yang diberi nama Orgyen Jigme Chokyi Wangpo 302 oleh
Rigdzin Changchub Dorje, 303 perhiasan mahkota dari ratusan siddha yang
tidak ada taranya. Namun, di balik tambahan dari nama seperti itu,
sebenarnya ia hanyalah Si Abu yang Compang Camping, 304 orang kasar
dengan lima racun yang membara.
Teks ini diselesaikan di tempat retreat Rudam Orgyen Samten
Choling 305 dan lingkungan yang termasuk di dalamnya, di tempat yang
dikenal sebagai Istana Yamantaka yang megah – suatu tempat yang
terhias dengan baik sekali dengan semua kualitas kesunyian, di mana
pohon-pohon merendamkan daun-daun mereka dalam kehangatan alami
sinar matahari, selagi akar mereka meminum tetesan dingin nektar; di
mana semak belukar, cabang dan daun-daun, segala macam bunga dan

301
Salah satu pemegang silsilah utama Longchen Nyingtik.
302
Orgyen Jigme Chokyi Wangpo adalah nama pribadi Patrul Rinpoche.
303
Changchub Dorje (1745-1821), juga dikenal sebagai Jigme Trinle Ozer, adalah Dodrup
Chen Rinpoche yang pertama, salah satu murid utama Jigme Lingpa.
304
Kata-kata untuk merendahkan diri.
305
Vihara Dzogchen.
440
buah-buahan bertebaran dalam hiasan benang emas dan karangan bunga,
menyaring ambroisia dari senyum berseri dari Sang Mentari yang tampak
dari celah di antaranya ketika ia mengalir turun memuaskan hati mereka.

Dengan pahala kebajikan dari penyelesaian yang baik dan membawa


berkah dari pekerjaan ini, semoga semua makhluk mengikuti jalan
yang tertinggi ini, dan terbebas ke alam yang maha luas dari Buddha
asal mula!

441
DAFTAR PUSTAKA

1. 《索達吉堪布仁波切: 大圓滿前行引導文 – 普賢上師言教》


(Wejangan Guruku : Pendahuluan Dzogchen
Oleh : Khenpo Sodargye Rinpoche )
larong-chuling.org/upload_images/PDF/06.pdf

2. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05
Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf

442

Anda mungkin juga menyukai