ii
Buddha Sakyamuni
iii
iv
Guru Padmasambhava
v
WEJANGAN GURUKU –
Pendahuluan Maha Ati
Terjemahan Karma Samten
448lm; 15 x 23 cm
ISBN: 978-602-491-084-6
*
Judul terjemahan Bahasa Inggeris: THE WORDS OF MY PERFECT TEACHER
Oleh: Padmakara Translation Group. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05 Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf.
vi
Kata Pengantar
Secara umum dapat dikatakan, dalam menulis buku ini, penulis dengan penuh
belas kasih dan dengan wanti-wanti berpesan kepada pembaca agar, ketimbang
sibuk dengan aktivitas duniawi yang tidak bermakna, lebih baik melatih Dharma,
satu-satunya hal yang dapat membantu kita untuk memperoleh kebahagiaan dalam
kehidupan ini dan selanjutnya. Kita akan terharu akan kata-katanya yang begitu
menyentuh, yang diucapkan ibarat seorang ibu yang hanya menginginkan
kebahagiaan dan keselamatan bagi anak tunggalnya.
Buku ini diterjemahkan dari teks Bahasa Mandarin hasil terjemahan dari
naskah asli Bahasa Tibet oleh Khenpo Sodargye Rinpoche, seorang murid utama
Y.M. Jigme Phuntshok yang merupakan salah seorang guru pemegang silsilah
Dzogchen Longchen Nyingtik. Kendati terjemahan ke dalam Bahasa Mandarin dari
teks Bahasa Inggeris “The Words of My Perfect Teacher” sudah beredar dan sangat
populer, mungkin karena alasan tertentu Rinpoche merasa perlu menterjemahkan
ulang dari naskah asli Bahasa Tibet-nya. Semoga bermanfaat.
Karma Samten
vii
DAFTAR I S I
Kata Pengantar
3
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN
INSTRUKSI SPIRITUAL
BAGIAN PERTAMA 19
PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR
PENDAHULUAN KHUSUS
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM
PHOWA 433
KESIMPULAN 442
DAFTAR PUSTAKA 472
viii
Hormat kepada semua Tiga Akar 1!
Hormat kepada semua Guru mulia pemilik welas asih universal!
Catatan yang setia tentang instruksi guru saya yang tiada bandingannya
tentang pendahuluan umum luar dan dalam untuk Hamparan Luas Esensi Hati 5
dari Kesempurnaan Agung 6 dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan luar yang
bersifat umum; pendahuluan dalam yang bersifat khusus; dan jalan cepat
pemindahan sebagai bagian dari latihan utama.
5
Tib. Longchen Nyingtik.
6
Tib. Dzogchen, Skt. Mahasandhi / Maha Ati.
2
CARA YANG BENAR UNTUK MENDENGARKAN
INSTRUKSI SPIRITUAL
1. Niat
Niat yang benar mencakup sikap bodhicitta, pikiran pencerahan yang
luas, dan ketrampilan yang luas dalam cara-cara Mantrayana Rahasia. 7
7
Skt. Tantrayana.
3
Bilamana anda melakukan suatu hal yang positif, yang penting
ataupun yang tidak penting, adalah sangat perlu untuk meningkatkan
perbuatan tersebut dengan tiga metoda yang agung: Sebelum mulai
melakukannya, bangkitkan bodhichitta sebagai alat yang canggih untuk
meyakinkan perbuatan itu menjadi suatu sumber yang baik untuk masa
depan; pada waktu melakukan perbuatan tersebut, hindarkan terlibat
dalam pemunculan gagasan, sehingga pahala perbuatan itu tidak akan
dapat dilenyapkan oleh kondisi tertentu; selesai melakukan perbuatan
tersebut, kuncilah perbuatan tersebut dengan sempurna dengan
mendedikasikan pahala kebajikan, yang akan meyakinkan bahwa ia akan
terus berkembang.
Begitu pula tentang hal mendengarkan Dharma. Cara anda mende-
ngarkan Dharma adalah sangat penting. Namun lebih penting lagi adalah
niat sewaktu anda mendengarkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Harta
Karun Pahala Kebajikan 8:
Berapa pun banyaknya ajaran yang telah anda dengar, kalau itu
dimotivasi dengan hal-hal duniawi, seperti keinginan untuk menjadi
mulia, menjadi termasyhur atau lainnya, – adalah bukan jalan Dharma
yang benar. Oleh sebab itu, pertama-tama adalah sangat penting untuk
melihat ke dalam diri sendiri dan mengubah niat anda. Jika anda dapat
membetulkan niat anda, maka sarana yang trampil akan menembus ke
dalam perbuatan positif anda, dan anda akan menjalani jalan seorang
makhluk yang besar. Jika anda tidak dapat berbuat demikian, maka
mungkin anda akan berpikir anda mempelajari dan berlatih Dharma,
namun itu tidak lebih dari sesuatu yang mirip dengan hal yang
sebenarnya. Oleh karena itu, waktu anda mendengarkan ajaran dan
waktu anda melatihnya, misalnya saja meditasi terhadap deity,
melakukan namaskara, berjalan mengitari objek suci atau membaca
mantra, – meskipun hanya sepatah mantra inti Avalokitesvara, adalah
sangat penting untuk melakukannya dengan bodhicitta.
8
Tib. Yönten Dzö.་
9
Skt. Nayatraya-pradipa, suatu sastra yang dikarang oleh Tripitakamala.
4
Memiliki tujuan yang sama namun bebas dari semua kebingung-
an,
Kaya akan metoda dan tanpa kesulitan,
Diperuntukkan bagi mereka yang berkemampuan tinggi,
Kendaraan Mantra itu agung.
10
Alam suci Guru Padmasambhava.
11
8 Vidyadhara: Manjusrimitra, Nagarjuna, Hungkara, Vimalamitra, Prabhahasti, Dhana
Sanskrita, Shantim Garbha, dan Guhyachandra.
12
Padmasambhava menyebarkan ajaran Vajrayana ke Tibet atas undangan raja Trisong
Detsen. 25 murid yang meraih pencapaian adalah: 1. Namkhé Nyingpo, 2. Nupchen
Sangyé Yeshé, 3. Gyalwa Chokyang, 4. Khandro Yeshé Tshogyal, 5. Palgyi Yeshé, 6.
Langchen Palgyi Sengé, 7. Vairotsana, 8. Nyak Jñanakumara, 9. Gyalmo Yudra
Nyingpo, 10. Nanam Dorje Dudjom, 11. Yeshé Yang, 12. Sokpo Lhapal, 13. Nanam
Shyang Yeshé Dé, 14. Kharchen Palgyi Wangchuk, 15. Denma Tsémang, 16. Kawa
Paltsek, 17. Shüpu Palgyi Sengé, 18. Dré Gyalwé Lodrö, 19. Drokben Khye'u Chung
Lotsawa, 20. Otren Palgyi Wangchuk, 21. Ma Rinchen Chok, 22. Lhalung Palgyi Dorje,
23. Langdro Könchok Jungné, 24. Lasum Gyalwa Changchup, dan 25. Drenpa Namkha.
5
Atau bayangkan bahwa tempat yang sempurna itu adalah Alam
Buddha Timur, Kegembiraan yang Jelas, di mana guru yang sempurna
Vajrasattva dalam bentuk sambhogakaya, sedang memberikan ajaran
kepada persamuhan agung deity-deity Keluarga Vajra dan sifat hakiki
batin para daka dan dakini.
Bisa juga kita bayangkan tempat yang sempurna di mana Dharma
diajarkan itu adalah Alam Buddha Barat, Sukhavati; guru yang sempurna
adalah Amitabha, dan pendengarnya adalah sifat hakiki batin daka dan
dakini, dan deity-deity dari Keluarga Teratai.
Apa pun halnya, ajarannya adalah ajaran Mahayana dan waktunya
adalah roda keabadian yang selalu berputar.13
Visualisasi ini membantu kita untuk mengerti bagaimana barang-
barang dalam keadaan murni, bukannya kita menciptakan sesuatu untuk
sementara yang tidak sungguh-sungguh murni.
Mengapa hal-hal tersebut di atas disebut murni? Alasannya: Guru
merupakan esensi Buddha yang mencakup tiga masa. Beliau adalah
gabungan dari Tri Ratna: badannya adalah Sangha, ucapannya adalah
Dharma, dan pikirannya adalah Buddha. Beliau merupakan gabungan
dari tiga akar: badannya adalah guru, ucapannya adalah yidam,
sedangkan pikirannya adalah dakini. Ia merupakan gabungan dari tiga
tubuh: badannya adalah nirmanakaya, ucapannya adalah sambhogakaya,
dan pikirannya adalah dharmakaya. Ia adalah penjelmaan dari semua
Buddha dari masa lampau, sumber Buddha masa yang akan datang, dan
wakil untuk Buddha masa kini. Karena ia menerima murid yang hidup
pada masa kemerosotan seperti kita, yang mana tidak satu pun dari seribu
Buddha pada Kalpa Bhadra 14 bisa membantu kita, belas kasih dan
berkahnya melebihi belas kasih dan berkah semua Buddha.
13
Istilah khusus Tantra yang berarti permanen dan tidak berubah.
14
Kalpa Baik atau Kalpa Keberuntungan.
6
Semua makhluk hidup adalah Buddha,
Hanya saja tertutup oleh kekotoran batin,
Ketika noda mereka dimurnikan, maka sifat Buddha akan muncul.
2. PERILAKU
Perilaku yang harus dihindari meliputi tiga jenis cacat pada sebuah
pot, enam noda dan lima cara mengingat yang salah.
15
Padampa Sangye: Lahir di India Selatan, pernah berguru kepada Padmasambhava dan
Nagarjuna dan mencapai kedua macam siddhi. Hidup selama 571 tahun, pada masa
akhir hidupnya ia menyebarkan Dharma ke Tibet.
7
Dengarkan ajaran seperti seekor rusa mendengarkan musik;
Pikirkan mereka seperti seorang suku pengembara utara yang
mencukur bulu dombanya;
Renungkan mereka seperti orang bisu yang sedang menikmati
makanan;
Dan berlatihlah seperti seekor yak lapar yang sedang makan
rumput;
Capailah hasilnya seperti matahari yang muncul dari balik awan.
16
Sejenis alat musik bersenar tujuh.
17
Muni: Orang suci, pertapa. Di sini merujuk pada Buddha Sakyamuni.
8
dan makna dari ajaran. Jadi sama saja dengan tidak pernah mendengar
sama sekali.
Jika anda dapat mengingat ajaran, namun mencampurkannya dengan
emosi negatif anda, maka ajaran tersebut tidak pernah akan menjadi
Dharma yang murni. Sebagaimana Dagpo Rinpoche 18 yang tiada ban-
dingannya berkata:
Hindarkan diri anda dari pikiran salah apa saja tentang sang guru dan
Dharma. Janganlah mengeritik atau membanggakan diri di antara teman-
teman sedharma atau teman lainnya, bebaskan diri anda dari
kesombongan dan pandangan meremehkan, tinggalkan semua pikiran
buruk, karena hal-hal ini semua akan menyebabkan kelahiran di alam
rendah.
Enam Noda
Dalam Nalar yang Dijelaskan Dengan Baik 19, ada kata-kata demikian:
18
Dakpo Lhaje - Sonam Rinchen (1079-1153), lebih dikenal dengan nama Gampopa,
murid dan penerus Milarepa. Pengarang “Rangkaian Permata Jalan Pembebasan”.
19
Vyakhya-yukti, nama sastra karangan Vasubandhu.
9
Jika anda tidak mempunyai keyakinan, maka jalan masuk ke Dharma
akan tertutup. Dari keempat jenis keyakinan, 20 arahkan ke keyakinan
yang tak dapat diubah.
Minat anda terhadap Dharma adalah dasar dari apa yang akan anda
capai. Oleh karena itu, tergantung apakah tingkat minat anda itu sangat
dalam, sedang ataupun kurang, anda akan menjadi praktisi yang unggul,
sedang atau yang rendah. Dan jika anda sama sekali tidak tertarik akan
Dharma, tidak akan ada hasil sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan
peribahasa:
Rencana dan proyek hari depan anda adalah seperti jala yang
dilemparkan ke palung sungai yang kering:
Mereka tidak akan pernah membawa apa pun seperti yang anda
inginkan. Batasilah keinginan dan cita-cita anda!
Namun, andai hal itu terlintas dalam pikiran anda, pikirkanlah
bagaimana hal itu sangatlah tidak menentu ketika anda
meninggal;
Apakah anda mempunyai waktu untuk sesuatu selain Dharma,
hai pelafal mantra mani?
22
Merujuk pada orang-orang Tibet biasa, yang sifat khasnya memiliki keyakinan pada
Dharma dan melafal mantra yang terkenal Om mani peme hung.
11
yang besar, mengikatnya pada balok penyangga atap rumah, kemudian
berba-ring di bawahnya dan mulai melamun.
"Barli ini akan membuat saya menjadi sangat kaya", pikirnya.
"Begitu saya menjadi kaya, saya akan menikah.... dan ia pasti akan
melahirkan seorang anak laki-laki…. Apakah nama yang akan saya
berikan padanya?"
Tepat pada waktu itu, rembulan muncul dan ia memutuskan untuk
menamai anaknya Bulan Terkenal. Namun pada waktu yang bersamaan,
seekor tikus mengigit tali tempat karung tersebut digantung. Tali itu tiba-
tiba putus, karung barli tersebut jatuh dan ia mati terbunuh.
Mengangan-angan hal-hal di masa lampau atau masa yang akan
datang seperti ini tidak akan membawa hasil dan hanya membawa
keresahan. Hentikanlah sama sekali. Bersikap waspada dan dengarkan
dengan cermat dan penuh perhatian.
Janganlah terlalu memusatkan perhatian anda dengan memperhatikan
setiap perkataan dan poin, seperti beruang dremo yang menggali marmot
– setiap kali anda menangkap satu poin, anda lupa akan poin sebelumnya,
dan tidak mengerti keseluruhan. Konsentrasi yang terlalu penuh juga
akan membuat anda mengantuk. Jadi, jagalah keseimbangan antara
tegang dan santai.
Suatu waktu di masa lalu, Ananda mengajar Srona bermeditasi. Srona
sangat kesulitan untuk bermeditasi dengan benar. Kadang ia terlalu
tegang, kadang terlalu santai. Srona minta petunjuk pada Buddha, dan
Buddha bertanya: "Ketika anda belum menjadi bhiksu, anda adalah
pemain vina yang baik, bukan? "
" Ya, saya dapat memainkannya dengan baik sekali”
"Apakah vina akan mengeluarkan suara yang merdu ketika senarnya
terlalu kendor atau terlalu kencang?”
"Suaranya paling bagus ketika senar tidak terlalu kencang atau tidak
terlalu kendor”
"Sama halnya dengan pikiran anda,” kata Buddha; dan dengan ber-
meditasi sesuai dengan nasihat tersebut, Srona mencapai tujuannya.
23
Sejenis gandum untuk membuat bir.
24
Machik Labdron (1031-1129), seorang yogini Tibet yang terkenal. Sesudah mencapai
realisasi dengan kitab-kitab prajna, kemudian berguru kepada Padampa Sangye dan
mendirikan sekte Cho (Lihat halaman 368).
12
Janganlah biarkan pikiran anda terlalu tegang atau terlalu terpusat ke
dalam. Demikian juga, jangan biarkan pikiran mengelana dengan tak
terkendali. Biarkan indera anda santai secara alami, seimbang antara
tegang dan rileks.
Janganlah merasa jemu mendengarkan ajaran. Jangan pula merasa
tidak betah karena lapar atau haus ketika mendengarkan ajaran yang
panjang, atau ketika anda harus menahan ketidak-nyamanan yang
disebabkan angin, sinar matahari, hujan dan sebagainya. Bergembiralah
karena anda sekarang memiliki kebebasan dan berkah kehidupan manusia,
dan bertemu dengan guru yang sejati, sehingga anda dapat mendengarkan
instruksinya yang dalam.
Kenyataan bahwa anda pada saat ini mendengarkan ajaran Dharma
yang dalam adalah buah dari pahala yang anda kumpulkan selama kalpa
yang tak terhitung banyaknya, seperti sedang bersantap pada waktu anda
hanya berkesempatan makan sekali sesudah beratus-ratus kali waktu
makan dalam hidup anda. Oleh karena itu, pastikan anda mendengarkan
dengan gembira, berjanji untuk menahan panas, dingin dan cobaan lain
dan kesulitan yang mungkin timbul untuk mendapatkan ajaran tersebut.
13
Mengingat dengan tidak sesuai urutan: Jika anda mengingatnya
dengan tidak sesuai urutannya, anda akan mencampur aduk susunan yang
sempurna dari ajaran tersebut, sehingga setiap kali anda mendengarkan-
nya, menerangkannya, atau bermeditasi tentang hal tersebut, maka
kebingungan akan meningkat berlipat ganda.
Mengingat secara salah: Jika anda mengingat secara salah apa yang
dikatakan, maka ide-ide yang keliru akan bertambah dengan cepat. Ini
akan merusak batin anda dan merendahkan Dharma.
Hindarilah semua kesalahan ini dan ingatlah semuanya – kata-kata,
arti dan urutan ajaran – dengan tiada kesalahan. Berapa pun panjang dan
sulitnya ajaran tersebut, janganlah patah semangat dan beranggapan
bahwa pembabaran tersebut tidak pernah akan selesai. Bertekunlah.
Begitu juga, berapa pun singkat dan sederhana, janganlah meremehkan-
nya hanya karena hal itu merupakan hal yang dasar saja.
Empat Kiasan
Âvataṃsaka-sūtra mengatakan:
Anda yang mulia, anda harus berpikir bahwa anda sendiri adalah
seseorang yang sedang sakit,
Dan Dharma adalah obatnya,
Teman spiritual sebagai dokter yang ahli,
Dan latihan yang rajin adalah jalan untuk kesembuhan.
Kita sakit. Sejak waktu yang tidak berawal, dalam lautan penderitaan
samsara yang maha luas ini, kita telah disiksa dengan berbagai penyakit
yang timbul dari ketiga racun dan buahnya, ketiga macam penderitaan.
Ketika orang sakit parah, mereka pergi ke dokter. Mereka mengikuti
anjuran dokter dan minum obat yang diberikan, serta melakukan apa pun
supaya mereka sembuh. Dengan cara yang sama, anda harus menyem-
buhkan anda sendiri dari penyakit karma, emosi negatif dan penderitaan,
dengan mengikuti resep yang diberikan oleh dokter yang berpengalaman
tersebut, guru yang otentik, dan dengan meminum obat Dharma.
Sebaliknya, mengikuti guru namun tidak berbuat sesuai dengan apa
yang dikatakannya, maka guru tidak dapat memberi manfaat apa-apa
kepada muridnya. Ini adalah sama dengan tidak mengikuti nasihat dokter,
14
sehingga ia tidak berkesempatan untuk menyembuhkan sakit anda. Tidak
minum obat Dharma – maksudnya, tidak melatihnya – sama saja dengan
memiliki begitu banyak obat dan resep di samping tempat tidur anda,
namun anda sama sekali tidak menyentuhnya. Cara yang demikian tidak
akan pernah menyembuhkan penyakit anda.
Sekarang ini orang-orang sangat optimis. “Lama, lihatlah saya dengan
belas kasih!’ sambil berpikir meski mereka sudah berbuat hal-hal yang
sangat buruk, mereka tidak akan pernah memikul akibatnya. Mereka
menganggap bahwa guru, dengan belas kasihnya, akan melambungkan
mereka ke surga seperti halnya melemparkan sebuah batu kerikil. Tetapi,
ketika kita berbicara tentang guru yang berbelas kasih kepada kita, apa
yang dimaksud sesungguhnya adalah bahwa ia menerima kita sebagai
muridnya dengan penuh kasih sayang, dan memberikan kepada kita
instruksi yang dalam, membuka mata kita terhadap apa yang harus kita
perbuat dan apa yang tidak boleh kita lakukan, serta menunjukkan kepada
kita jalan pembebasan yang diajarkan oleh Sang Penakluk. Apa ada belas
kasih lain sebesar belas kasih demikian? Adalah tergantung kepada kita
apakah kita akan memanfaatkan belas kasih ini dan secara nyata
menekuni jalan pembebasan.
Sekarang, kita memiliki kelahiran sebagai manusia bebas dan ter-
karunia. Sekarang kita tahu apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan,
keputusan kita pada saat ini, ketika kita memiliki kebebasan untuk
memilih, akan menjadi saat yang menentukan nasib kita, untuk menjadi
lebih baik atau lebih buruk, jauh ke masa depan. Adalah teramat penting
kita memilih antara samsara dan nirvana untuk terakhir kalinya dan
melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru kita.
Orang-orang yang melakukan upacara pemakaman mengatakan
kepada anda bahwa anda masih memiliki kesempatan untuk ke atas atau
ke bawah ketika anda sudah mati tergeletak di ranjang mati anda, sama
sepertinya anda sedang mengemudikan seekor kuda dengan kendalinya.
Namun, pada saat itu, kecuali kalau anda telah menguasai jalan menuju
pembebasan, angin dahsyat dari perbuatan anda di masa lampau akan
mengejar anda, sedangkan di depan anda, kegelapan yang mengerikan
menyerbu anda ketika anda dengan tak berdaya dibawa ke dalam alam
bardo yang panjang dan berbahaya. Tidak terhitung banyaknya algojo-
algojo Raja Yama mengejar anda sambil berteriak-teriak: “Bunuh! Bunuh!
Pukul! Pukul!” Mana mungkin pada saat itu – ketika tidak ada tempat
untuk berlari dan bersembunyi, tidak ada perlindungan dan tidak ada
harapan, ketika anda putus asa dan tidak tahu apa yang dapat anda
lakukan – mana mungkin saat itu adalah saat yang dapat anda kendalikan
untuk naik atau turun? Seperti yang dikatakan oleh Dari Uddiyana Yang
Agung:
15
Ketika penguatan diberikan kepada kartu yang bertuliskan nama
anda, terlambat sudah! Kesadaran anda, yang sudah mengelana
dalam alam bardo seperti seekor anjing gila, akan sangat sulit
untuk memikirkan alam yang lebih tinggi.
25
Maksudnya menyingkirkan badan seseorang, dengan pengertian membebaskan dirinya
sendiri dari kelahiran yang akan datang.
26
Kesempurnaan transenden: Skt. Paramita
16
Dalam Tantra Pemahaman Menyeluruh dari Instruksi Latihan Semua
Dharma 27, disebutkan demikian:
27
Tib. chos spyod thams cad kyi man ngag mngon par rtogs pa’i rgyud.
17
Dan Jataka mengatakan:
18
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN UMUM
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN LUAR
19
20
BAB 1
21
Dewa yang berumur panjang tidak mempunyai kesempatan untuk
berlatih Dharma, karena mereka menghabiskan waktu mereka dalam
keadaan mental yang kosong.
Orang-orang yang terlahir di daerah luar tidak mempunyai kesem-
patan untuk berlatih Dharma, karena doktrin Buddha tidak dikenal di
tempat demikian.
Mereka yang terlahir sebagai tirthika28 atau yang mengikuti pandang-
an salah tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih Dharma, karena
pikiran mereka terlalu dipengaruhi oleh kepercayaan yang keliru.
Mereka yang terlahir dalam kalpa gelap tidak memiliki kesempatan
untuk berlatih Dharma, karena mereka tidak pernah mendengar tentang
Tri Ratna dan tidak dapat membedakan baik dan buruk.
Mereka yang bisu, atau yang cacat mental tidak berkesempatan ber-
latih Dharma, karena sarana mereka tidak lengkap.
28
Tirthika: Bukan penganut agama Buddha, termasuk mereka yang berpandangan salah.
29
Merujuk pada daerah luas yang didiami oleh orang-orang biadab yang terletak di
sebelah selatan dari Tibet tengah dan timur. Tempat ini mencakup Arunachal Pradesh,
Nagaland dan sebagian daerah Assam di bagian India utara-timur sekarang ini, juga
bagian utara-barat Burma.
22
demikian. Mereka tinggal dalam keadaan konsentrasi demikian terus
menerus selama beberapa kalpa besar. Namun, begitu hasil perbuatan
lampau yang menyebabkan keadaan demikian berakhir, mereka akan
terlahir ke alam yang lebih rendah karena pandangan salah mereka.
Mereka juga tidak berkesempatan berlatih Dharma.
Terlahir di kalpa yang gelap berarti terlahir pada masa di mana tidak
ada Buddha. Dalam dunia di mana tidak muncul seorang Buddha, tidak
ada orang yang pernah mendengar tentang Tri Ratna. Karena tidak ada
Dharma, maka tidak ada kesempatan untuk melatihnya.
Pikiran orang yang terlahir bisu dan tuli tidak dapat berfungsi dengan
sempurna, sehingga proses mendengarkan ajaran, menjelaskan dan
merenungkan serta melaksanakan ajaran tersebut menjadi terhalang.
Gambaran terhadap “bisu tuli” biasanya merujuk pada gangguan fungsi
bicara. Hal itu menjadi suatu kondisi di mana tidak ada kesempatan bagi
Dharma, jika kemampuan manusia yang biasa untuk mempergunakan dan
mengerti bahasa tidak ada. Kategori ini tentunya mencakup mereka yang
cacat mental, yang membuat mereka tidak bisa memahami ajaran,
sehingga menghalangi mereka untuk melatihnya.
30
12 deity pelindung yang diikat di bawah sumpah oleh Padmasambhava, terdiri dari : 4
mara perempuan: Dorje Kundrakma, Dorje Yama Kyong, Dorje Kuntu Zang, Dorje
Gek kyi Tso; 4 yaksa perempuan: Dorje Yudrönma, Dorje Palgyi Yum, Dorje Lumo,
Dorje Drakmo Gyal; dan 4 deity pengobatan: Dorje Bö Kham Kyong, Dorje
Menchikma, Dorje Zulema, Dorje Yarmo Sil dengan ratusan ribu pengiring mereka.
23
2. Merenungkan berkah khusus yang berhubungan dengan Dharma
Topik ini mencakup lima berkah perorangan dan lima berkah yang
tidak langsung.
Berkah tempat: Dalam hal apa yang disebut “daerah pusat”, seseorang
perlu membedakan antara daerah pusat dalam arti geografis dan tempat
pusat dalam arti Dharma.
Secara geografis, yang disebut daerah pusat biasanya adalah Tempat
Kedudukan Vajra di Bodh Gaya di India, pada pusat Jambudvipa, Benua
Selatan. Seribu Buddha dalam Kalpa Bhadra semuanya mencapai
pencerahan di sana. Meski pada waktu penghancuran jagat raya di akhir
kalpa, keempat elemen tidak dapat melukainya, ia akan tetap tinggal dan
mengambang di angkasa. Di tengahnya tumbuh Pohon Bodhi. Tempat
ini, dengan semua kota di India di sekelilingnya, dianggap sebagai pusat
dalam arti geografis.
Dalam pengertian Dharma, daerah pusat adalah daerah di mana
Dharma, – ajaran dari Buddha, ada. Semua tempat lainnya di mana tidak
ada Buddhadharma disebut daerah pinggir.
Pada zaman dahulu kala, mulai waktu Buddha datang ke dunia dan
sepanjang doktrinnya tetap ada di India, daerah itu dianggap sebagai
daerah pusat dalam pengertian geografis dan juga dalam pengertian
Dharma. Namun sekarang ia sudah jatuh ke tangan non-Buddhis dan
doktrin Sang Penakluk sudah lenyap dari daerah tersebut, sehingga dalam
pengertian Dharma, bahkan Bodh Gaya pun, adalah daerah pinggir. 32
Pada zaman Buddha, Tibet, Tanah Salju, disebut “daerah pinggir
Tibet”, karena ia merupakan daerah yang sedikit penduduknya dan
doktrin Buddha belum tersebar ke sana. Kemudian, jumlah penduduk
31
Orang Tibet melafalnya sebagai ‘Om mani peme hung’.
32
Pada waktu Penulis masih hidup, daerah tersebut sempat jatuh ke tangan orang Islam,
namun sekarang sudah kembali menjadi menjadi daerah pusat Dharma.
25
meningkat sedikit demi sedikit dan muncul beberapa raja yang
memerintah di sana yang merupakan emanasi makhluk suci. Dharma
pertama kali muncul di Tibet waktu pemerintahan Lha-Thothori
Nyentsen, ketika Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud 33 dan cetakan tsa-
tsa 34 jatuh ke atap istana.
Sesuai dengan ramalan bahwa ada seseorang akan mengerti arti sutra
pada lima generasi kemudian, muncul Raja Dharma Songtsen Gampo,
emanasi dari Yang Maha Welas Asih. 35 Dalam masa pemerintahan
Songtsen Gampo, penterjemah Thönmi Sambhota 36 dikirim ke India
untuk mempelajari bahasa dan naskah-naskah. Kembali dari sana, ia
memperkenalkan huruf kepada Tibet untuk pertama kalinya. Ia menterje-
mahkan dua puluh satu sutra dan tantra Avalokitesvara, Benda Suci
Misterius 37 dan beragam sutra lainnya ke dalam bahasa Tibet. Raja
sendiri memainkan banyak peranan, bersama-sama Perdana Menterinya
Gartongtsen, ia mempergunakan sarana yang ajaib untuk mempertahan-
kan negeri tersebut. Ia menikahi dua orang permasuri, satu orang
Tiongkok dan satu lagi dari Nepal, yang membawa serta dengan mereka
banyak barang yang mewakili tubuh, ucapan dan pikiran Buddha,
termasuk rupang Jowo Mikyö Dorje dan Jowo Sakyamuni, yang
merupakan perwakilan yang sebenarnya dari Buddha. Raja tersebut
membangun dua kelompok vihara yang dikenal dengan Thadul 38 dan
Yangdul. 39 Dengan cara demikian ia membangun Buddhisme di Tibet.
Penerusnya yang kelima, Raja Trisong Detsen, mengundang seratus
delapan pendeta ke Tibet, termasuk Padmasambhava, Guru dari
Uddiyana, pemegang mantra paling agung dan tiada bandingnya di tiga
alam. Untuk melambangkan tubuh Buddha, Trisong Detsen membangun
vihara, termasuk Samye “yang tak berubah dan muncul secara spontan”.
Untuk melambangkan ucapan Buddha, Dharma yang sejati, ada seratus
delapan penterjemah, termasuk Vairotsana yang agung, yang mempelajari
33
Skt. Saksi-purana-sudraka-nama-sutra.
34
Rupang Buddha berukuran kecil atau model cetakan tempat rupang tersebut dicetak.
35
Avalokitesvara, Bodhisattva Welas Asih (Kwan Im).
36
Emanasi.Bodhisattva Manjusri, diutus ke India untuk mempelajari Bahasa Sansakerta.
37
Pada generasi kedua puluh tujuh, masa pemerintahan Raja Lha-Thothori Nyentsen, ada
benda jatuh dari langit. Di dalamnya terdapat Karandavyuha-sutra, Mantra
Avalokitesvara, Sutra Nama-nama Buddha dan sebuah rupang emas. Waktu itu tak
seorang pun mengerti maknanya, sehingga disebut Benda Suci Misterius. Hal ini
dianggap sebagai permulaan adanya Buddhadharma di Tibet.
38
Thadul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita yang
terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Thadul untuk menekan
pengaruh negatif tersebut pada bagian bahu dan pinggul setan perempuan tersebut.
39
Yangdul: Ahli hongsui Tibet kuno mengatakan medan Tibet seperti raksasa wanita
yang terlentang. Pada waktu itu, dibangun empat kelompok kuil Yangdul untuk
menekan pengaruh negatif tersebut pada bagian siku dan lutut setan perempuan
tersebut.
26
seni terjemahan dan menterjemahkan semua sutra, tantra dan sastra yang
penting yang waktu itu beredar di tanah suci India. "Tujuh Orang
Penguji” 40dan yang lainnya diangkat sebagai bhiksu, membentuk Sangha,
untuk melambangkan pikiran Buddha.
Mulai waktu itu dan seterusnya hingga hari ini, ajaran Buddha
bersinar seperti mentari di Tibet, dan meski terjadi pasang surut, doktrin
dari Sang Penakluk tidak pernah hilang dalam hal aspek, transmisi atau
realisasi. Oleh sebab itu, Tibet, dalam pengertian Dharma adalah negeri
pusat.
40
Tujuh Orang Penguji bertugas untuk menentukan apakah seorang Tibet dapat mematuhi
sila sebagaimana yang ditentukan dalam Sarvāstivāda. Nama-nama ketujuh penguji
sangat beragam dalam naskah sejarah Tibet.
27
Seorang Buddha sudah muncul dan sudah membabarkan Dharma,
Ajarannya masih ada dan dilatih,
Ada orang-orang yang menaruh belas kasih terhadap sesama.
28
Sebelum kalpa kita timbul, jagat raya ini yang terdiri dari biliunan
dunia adalah lautan yang sangat luas di mana pada permukaannya timbul
ribuan teratai dengan ribuan kelopak bunga. Dewa-dewa di Surga
Brahma heran kenapa terjadi begitu. Melalui waskita, mereka mengeta-
hui bahwa hal itu pertanda bahwa dalam kalpa ini akan muncul seribu
Buddha. "Ini akan menjadi kalpa yang baik", kata mereka, dan "Baik"
menjadi nama kalpa tersebut.
Mulai dari waktu di mana rentang umur makhluk hidup delapan
puluh ribu tahun dan Buddha Penghancur Samsara muncul, sampai waktu
ketika rentang umur makhluk hidup menjadi tak terhitung lamanya dan
Buddha Aspirasi Tak Terbatas muncul, seribu Buddha akan muncul di
dunia ini pada Kedudukan Vajra di India, di tengah Benua Jambudvipa.
Setiap dari mereka akan mencapai kebuddhaan yang sempurna di sana
dan memutar Roda Dharma. Oleh sebab itu kalpa kita adalah kalpa
terang.
Kalpa ini akan diikuti dengan enam puluh kalpa gelap, yang sesudah
itu, dalam Kalpa Jumlah Besar, sepuluh ribu Buddha akan muncul.
Kemudian akan diikuti dengan sepuluh ribu kalpa gelap. Dalam
penggantian kalpa terang ke kalpa gelap, kalau saja kita terlahir dalam
kalpa gelap, kita tidak akan mendengar apa yang disebut Tri Ratna.
Lebih-lebih lagi, sebagaimana yang diutarakan oleh Yang Agung dari
Uddiyana, khususnya Mantra Rahasia Vajrayana tidaklah sering
diajarkan:
Dalam Kalpa Bhadra ini, pada masa sekarang di mana rentang umur
manusia sekitar seratus tahun, Buddha Sakyamuni yang sempurna sudah
datang ke dunia, dan ini adalah kalpa terang.
29
Buddha sudah membabarkan Dharma: Andaikata Buddha sudah
datang, namun ia tetap bermeditasi dan belum mengajarkan Dharma,
sepanjang sinar Dharma belum muncul, maka kedatangannya ke dunia
tidak ada pengaruh apa-apa terhadap kita. Sama saja dengan ia sama
sekali tidak pernah datang.
Pada waktu mencapai Kebuddhaan yang menyeluruh dan sempurna di
Kedudukan Vajra, Guru kita berseru:
41
Skt. pratyeka-naraka, neraka terisolasi khusus untuk makhluk secara individu.
30
Akan halnya ajaran Buddha Sakyamuni, masa buah atau hasil
"ajaran inti Samantabhadra” berlangsung selama seribu lima ratus tahun.
Lalu diikuti dengan seribu lima ratus tahun masa pencapaian. Ini akan
diikuti dengan periode seribu lima ratus tahun masa transmisi. Akhirnya,
satu periode lima ratus tahun yang hanya timbul ketika symbol masih
terpelihara, sehingga jumlah keseluruhannya lima ribu tahun. Sekarang
ini, kita sudah mencapai periode sekitar tiga ribu lima ratus sampai empat
ribu tahun. Kita hidup dalam masa peningkatan dari lima macam
kemerosotan – yaitu kemerosotan rentang umur, kepercayaan, emosi,
waktu dan makhluk hidup. Meskipun demikian, doktrin transmisi dan
realisasi masih ada. Karena belum musnah, kita masih tetap memiliki
berkah Dharma seutuhnya.
Berkah nasib baik kita sendiri: Doktrin memang masih ada, namun
anda tidak dapat memperoleh ajaran dan realisasinya jika anda tidak
mengikutinya. Sama seperti matahari yang terbit, meski ia menyinari
seluruh dunia, tetapi tidak ada bedanya sedikitpun bagi orang buta; atau
sama halnya air dari danau yang besar tidak dapat menghilangkan haus
pelancong yang tiba di tepinya, kecuali ia meminumnya. Transmisi dan
realisasi Dharma tidak dengan sendirinya dapat menyusup ke dalam batin
anda.
Memasuki Dharma hanya untuk melindungi diri anda dari penyakit
dan pengaruh negatif dalam kehidupan ini atau karena anda takut akan
penderitaan di alam rendah pada kehidupan yang akan datang, disebut
“memasuki Dharma untuk melindungi terhadap ketakutan,” dan ini
bukanlah cara yang tepat untuk memasuki sang Jalan.
Memasuki Dharma hanya untuk mendapatkan makanan, pakaian dan
lainnya dalam kehidupan ini atau untuk memperoleh imbalan kesenangan
kelahiran di surga atau manusia pada kehidupan berikutnya, disebut
“memasuki Dharma untuk memperoleh sesuatu yang baik” adalah juga
bukan merupakan cara yang tepat.
Memasuki Dharma dengan pengertian bahwa seluruh alam samsara ini
tidak berarti, berusaha untuk mendapatkan jalan untuk bebas darinya,
disebut “memulai ajaran dengan tiba pada titik permulaan sang Jalan.”
Inilah cara memasuki ajaran yang tepat.
Berkah belas kasih luar biasa: Meski anda mulai berlatih Dharma,
itupun tidak ada gunanya kecuali anda sudah diterima oleh seorang teman
spiritual. Ringkasan Kebijaksanaan Transeden 42 menyebutkan:
42
Skt. Prajnaparamita-samcayagatha.
31
Begitulah kata Sang Penakluk, perwujudan tertinggi dari semua
kualitas.
43
Tiga murid utama Atisa.
32
Raja Dharma Longchenpa yang Mahatahu 44 , dalam Harta Karun
Pengabul Harapan 45 -nya menyebutkan tambahan enam belas kondisi
yang menghalangi kesempatan untuk berlatih Dharma – delapan keadaan
yang mengganggu dan delapan kecendrungan yang tidak cocok. Adalah
penting untuk tidak jatuh ke dalam pengaruhnya. Dalam kata-katanya:
46
Skt. Mahayana.
37
mungkin kura-kura tersebut dapat menyelipkan kepalanya kedalam
lubang kuk bajak tersebut. Namun, seperti yang dikatakan sutra, adalah
lebih sulit dari itu untuk mendapatkan kelahiran sebagai manusia yang
dilengkapi dengan kebebasan dan berkah. Nagarjuna menyatakan dalam
nasihat kepada Raja Surabhibadra:
Tidak ada kekuatan yang lebih besar yang membawa anda ke alam
rendah dari pada kehidupan manusia. Apa yang anda lakukan dengannya,
adalah tergantung pada anda sendiri sekarang:
47
Trakpa Gyaltsen (1147-1216), putra ketiga dari Sachen Kunga Nyingpo, mewarisi tahta
Silsilah Sakya pada umur 26, adalah guru silsilah ketiga Sakyapa.
40
Adalah melalui kekuatan pahala yang anda kumpulkan di waktu
lampau sehingga anda memperoleh kehidupan manusia lengkap dengan
kedelapan belas kebebasan dan berkah. Mengabaikan suatu hal yang
penting – Dharma yang tertinggi – dan sebagai gantinya menghabiskan
hidup hanya untuk mendapatkan makanan dan pakaian, dan memuaskan
diri dengan delapan hal duniawi merupakan penyia-nyian kebebasan dan
berkah tersebut. Betapa tidak bergunanya menunggu sampai menjelang
kematian dan memukul-mukul dada dengan penyesalan yang dalam.
Oleh sebab itu, kehidupan sekarang ini adalah saat yang menentukan
yang dapat anda pilih antara kebaikan dan keburukan jangka panjang.
Jika anda tidak mempergunakan mereka dengan baik sekarang untuk
meraih benteng sifat alami yang mutlak 48 dalam kehidupan ini, maka
anda telah membuat pilihan yang salah. Seperti yang dikatakan dalam
Jalan Bodhisattva: 49
48
Tingkat kebuddhaan.
49
Skt. Bodhicaryavatara, uraian tentang jalan Bodhisattva yang terkenal dari Santideva.
50
Geshe Chengawa Tsultrim Bar, (1033–1103), salah satu dari tiga murid utama Drom
Tönpa, Guru Kadampa yang memulai silsilah transmisi instruksi lisan Kadampa. Dua
murid lainnya adalah Geshe Potowa and Phuchungwa Shönu Gyaltsen (1031–1106).
41
menjapa sembilan juta kali mantra Miyowa 51 dan tidak pernah tidur
selama hidupnya. Kita seharusnya merenung sampai keyakinan semacam
itu timbul dalam pikiran kita.
51
Skt. Acala.
42
BAB 2
KETIDAK-KEKALAN KEHIDUPAN
Dunia kita, lingkungan luar yang tercipta oleh karma kolektif yang
baik dari makhluk hidup, dengan strukturnya yang kokoh dan padat,
meliputi empat benua, Maha Meru dan alam-alam surga, bertahan
sepanjang kalpa. Tetapi meskipun demikian, ia tidak kekal dan tidak
terhindar dari penghancuran akhir oleh tujuh tahap api dan satu tahap air.
Karena kalpa besar sekarang ini bergerak mendekati waktu penghan-
curan, makhluk-makhluk yang hidup di tiap alam di bawah alam dewa
dhyana tingkat pertama akan hilang secara bertahap sampai tidak ada satu
pun makhluk yang tertinggal.
43
Kemudian tujuh matahari akan timbul di angkasa satu per satu. Ma-
tahari yang pertama akan menghanguskan hutan dan semua pohon.
Matahari yang kedua akan menguapkan semua anak sungai dan kolam;
matahari yang ketiga akan mengeringkan semua sungai; yang keempat
akan mengeringkan semua danau besar, bahkan Manasarovar 52 juga.
Ketika matahari yang kelima muncul, lautan yang luas juga akan
menguap secara bertahap, mula-mula sampai kedalaman seratus yojana, 53
kemudian sampai dua ratus yojana, tujuh ratus yojana, seribu yojana,
sepuluh ribu yojana dan akhirnya delapan puluh ribu yojana. Air laut
yang tertinggal akan menyusut dari satu yojana sampai pada satu jarak
pendengaran 54 , bahkan sampai tidak cukup untuk mengisi jejak kaki.
Pada waktu enam matahari bersinar bersamaan, seluruh dunia dan
gunung-gunung yang diselimuti salju akan terbakar. Dan ketika matahari
yang ketujuh muncul, Maha Meru sendiri akan terbakar bersama-sama
dengan keempat benua, kedelapan sub benua, ketujuh pegunungan emas 55
dan barisan gunung besi yang mengelilinginya. Segala sesuatu akan
melebur menjadi gumpalan api yang besar. Waktu gumpalan api tersebut
berkobar ke bawah, ia akan membinasakan semua alam neraka. Ketika ia
berkobar ke atas, ia akan menelan istana-istana Surga Brahma yang sudah
lama ditinggalkan. Di atasnya, dewa-dewa muda di alam Surga
Parīttābha 56 berteriak ketakutan: “Alangkah hebatnya kebakaran ini”.
Tetapi dewa-dewa yang tua akan menenteramkan hati mereka dan berkata:
“Jangan takut! Begitu api tersebut mencapai Surga Brahma, maka ia
akan mereda. Ini sudah terjadi sebelumnya.”
Sebagai akibat dari kehancuran yang ditimbulkan oleh api, akan
terbentuk awan hujan di alam surga dhyana tingkat kedua. Akan turun
hujan lebat sampai kedalaman kuk bajak, diikuti dengan hujan lebat
sampai kedalaman bajak. Sama seperti garam larut ke dalam air, segala
sesuatu di bawah ke alam Surga Parīttābha akan hancur. Penghancuran
yang diakibatkan oleh air ini terjadi dalam tujuh tahap. Dan begitu proses
52
Danau Manasarovar juga disebut Mapam Yumtso, adalah salah satu dari empat danau
yang terkenal di Tibet, merupakan danau air tawar dataran tinggi yang disuplai oleh
gletser Kailash dekat Gunung Kailash. Danau ini dihormati sebagai tempat suci.
53
Satuan panjang India zaman dulu. Satu yojana adalah jarak yang ditempuh oleh seekor
lembu selama sehari, kira-kira sama dengan 7 mil atau 11.2 km.
54
Satuan panjang India zaman dulu. Satu jarak pendengaran adalah lima ratus kali
panjang busur, kira-kira sama dengan 1/8 yojana atau 1.4 km.
55
Tujuh Jajaran Pegunungan Emas: Menurut Abhidharmakośa, terdapat tujuh jajaran
pegunungan emas yang mengelilingi Maha Meru. Dari yang paling dekat ke yang
paling jauh berturut-turut adalah: Yugandhara, Īṣādhara, Khadiraka, Sudarśana,
Aśvakarṇa, Vinataka dan Nimindhara. Tinggi masing-masing pegunungan adalah
separuh dari tinggi pegunungan di depannya.
56
Surga Cahaya Kecil, suatu surga dhyana tingkat pertama di alam bentuk (rūpadhātu) .
44
itu selesai, angin vajra silang di dasar dunia akan naik. Segala sesuatu di
bawah alam surga dhyana tingkat ketiga akan lenyap diterbangkannya.
Renungkanlah dalam-dalam dan sungguh-sungguh. Jika setiap dunia
dari ribuan juta dunia yang membetuk jagat raya, dengan Maha Meru,
empat benua dan surganya sendiri di setiap dunia tersebut akan serentak
hancur seperti ini dengan hanya ruang yang tertinggal, mana mungkin
tubuh manusia kita yang seperti serangga di akhir musim akan kekal atau
stabil?
Dari puncak surga yang paling tinggi sampai neraka yang paling
dalam, tidak ada satu makhluk pun yang dapat terhindar dari kematian.
Seperti dikatakan oleh Surat Penghiburan57:
Segala yang terlahir harus mati. Tidak seorang pun yang pernah
melihat seseorang atau mendengar seseorang di alam mana pun – bahkan
di alam dewa – yang dilahirkan namun tidak akan meninggal.
Kenyataannya, meski tidak terpikir oleh kita apakah seseorang akan
meninggal atau tidak, hal itu adalah suatu kepastian. Khususnya kita
yang terlahir di akhir suatu masa dalam Jambudvipa, di mana rentang
hidup tidak bisa diperkirakan, kematian akan datang dengan cepat. Dari
hari ke hari ia semakin dekat semenjak kelahiran kita. Hidup hanya akan
menjadi lebih pendek, tidak pernah menjadi lebih panjang. Tidak dapat
ditawar-tawar. Kematian semakin mendekat. Sama seperti bayangan
gunung saat matahari terbenam, ia tidak pernah berhenti sekejab pun.
Tahukah anda dengan pasti kapan atau di mana anda akan meninggal?
Mungkin besok, atau malam ini? Apakah anda yakin anda tidak me-
ninggal sekarang, di antara tarikan nafas sekarang dan berikutnya?
Seperti dikatakan dalam Nidāna-vagga 58:
57
Skt. Sokavinodana, sastra karangan Asvaghosa.
58
Sutra tentang asal mula, merupakan bagian dari Samyutta Nikaya.
45
Karena pasukan Dewa Kematian
Bukan saudara kita sendiri.
46
pilan ataupun kemurahan hati. Begitu hidup kita berakhir, meski Buddha
Pengobatan tampil sendiri pun tidak akan menunda kematian kita.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, janganlah menyelinap ke dalam kema-
lasan dan penundaan. Renungkanlah dengan kesungguhan hati akan
ketidak-kekalan dan pentingnya melatih Dharma, satu-satunya hal yang
sungguh-sungguh bisa menolong kita pada saat kematian.
Dalam Kalpa Bhadra ini, Buddha Vipasyin, Buddha Sikhin dan lima
Buddha lainnya 59 sudah muncul. Setiap dari mereka muncul dengan
kelompok Sravaka dan Arhatnya dalam jumlah yang tak terbayangkan.
Setiap dari mereka bekerja untuk membawa kebaikan kepada makhluk
yang tak terhitung banyaknya melalui ajaran Tiga Kendaraan. Namun,
sekarang ini yang tertinggal bagi kita hanyalah ajaran Buddha Sakyamuni.
Selain itu, semua Buddha lainnya sudah parinirwana, dan ajaran murni
yang mereka berikan sudah hilang secara perlahan-lahan.
Satu per satu, banyak Sravaka terkenal yang ditakdirkan hidup di
masa ini, berikut rombongan pengiringnya yang terdiri dari lima ratus
Arhat, sudah melampaui penderitaan dan memasuki nirvana tanpa sisa,
tiada suatu pun yang tertinggal.
Di India, pernah hidup lima ratus Arhat yang menghimpun kata-kata
Buddha. Ada Enam Perhiasan dan Dua Yang Tertinggi, 60 Delapan Puluh
Siddha, dan banyak lagi lainnya yang menguasai semua hal yang
berhubungan dengan Jalan dan tingkatannya, serta memiliki kewaskitaan
dan kekuatan gaib yang menakjubkan dan tak terbatas. Tetapi yang
tinggal dari mereka sekarang hanyalah cerita tentang bagaimana mereka
hidup.
59
Kelima Buddha lainnya adalah: Buddha Vessabhū, Buddha Kakusandha, Buddha
Koṇāgamana, Buddha Kassapa dan Buddha Gautama.
60
Enam Perhiasan: Ahli dalam Madhyamakā: Nāgārjuna dan Āryadeva; ahli
Yogācāra/Vijñānavāda: Asanga dan Vasubandhu; ahli Hetuvidyā: Dignāga dan
Dharmakīrti; Dua Yang Tertinggi: Ahli dalam ajaran dasar agama Buddha dan Vinaya:
Gunaprabha dan Sakyaprabha.
61
Padmasambhava sering disebut sebagai Buddha kedua era kita, yang memperluas
pekerjaan Buddha Sakyamuni.
47
Lama: So, Zur dan Nup 62; Marpa, Milarepa dan Dagpo dari Tradisi Baru,
dan tak terhitung banyaknya orang yang terpelajar dan ulung.
Kebanyakan dari mereka mencapai pencapaian yang tinggi dan
menguasai keempat elemen. Mereka dapat membuat beraneka macam
perubahan yang ajaib. Mereka dapat membuat barang nyata timbul entah
dari mana dan hilang entah ke mana. Mereka tidak dapat dibakar dengan
api, ditenggelamkan ke dalam air, diremukkan dengan tanah atau dijatuh-
kan ke dalam jurang – singkatnya, mereka bebas dari segala kerusakan
yang disebabkan oleh keempat elemen.
Sebagai contoh, sekali peristiwa Jetsun Milarepa sedang bermeditasi
dalam keheningan di gua Nyesangkatya di Nepal ketika segerombolan
pemburu melewatinya. Melihat ia duduk di sana, mereka bertanya
apakah ia seorang manusia atau hantu. Milarepa tetap tidak bergerak.
Tatapannya tetap ke depan dan tidak menjawab. Pemburu-pemburu ter-
sebut memanahkan berondongan anak panah beracun kepadanya, namun
tidak ada satu pun anak panah itu yang dapat menembus kulitnya.
Mereka melemparnya ke dalam air, kemudian dari atas jurang yang terjal,
tetapi setiap kali ia kelihatan ada di sana lagi, duduk seperti semula.
Akhirnya mereka menumpuk kayu bakar di sekelilingnya dan menyala-
kannya. Tetapi api tersebut tidak dapat membakarnya. Ada banyak
orang yang mencapai kekuatan seperti itu. Tapi akhirnya, semuanya juga
tidak kekal, dan sekarang, yang tinggal hanyalah cerita tentang mereka.
Sedangkan kita, perbuatan negatif kita ditarik oleh angin kondisi
negatif ke arah kecenderungan negatif kita yang kuat, mengiring kita ke
sini, ke dalam mesin kotor yang dibuat dari keempat elemen tersebut, ke
tempat di mana kita terjebak dan pada mana keberadaan kita yang
berperasaan tergantung. – orang-orangan tubuh bayangan, yang dapat
hancur kapan saja.
Oleh sebab itu, renungkanlah betapa pentingnya mulai sekarang
untuk memberi dorongan kepada anda sendiri ke arah pikiran, ucapan dan
perbuatan yang selalu bersifat positif.
Ada dewa dan rsi hebat dan termasyhur yang bisa hidup selama
beberapa kalpa. Namun tetap saja mereka tidak terhindar dari kematian.
Makhluk-makhluk yang memegang pemerintahan, seperti Brahma, Indra,
Visnu, Isvara dan dewa-dewa besar lainnya dapat hidup selama beberapa
kalpa, dengan tinggi badan yang diukur dengan yojana atau jarak
62
Tiga Guru Tantrayana Tradisi Lama yang paling awal, So Yeshe Wangchuk, Zur
Shakya Jungne, dan Nup Chen Sangye Yeshe.
48
pendengaran, dan dengan kekuasaan dan kecemerlangan yang melebihi
matahari dan bulan, meskipun demikian, mereka tidak terlepas dari
kematian. Sebagaimana Harta Karun Pahala Kebajikan menyebutkan:
Selain itu, bahkan tidak ada makhluk surgawi atau rsi manusia
dengan lima jenis kewaskitaan dan kekuatan untuk terbang di angkasa
dapat menghindari kematian. Surat Penghiburan berkata:
63
Lima kekuatan gaib (Abhijñā) : Mata dewa, telinga dewa, membaca pikiran orang,
meng-ingat kehidupan lampau, dan kekuatan batin fisik.
64
Lihat halaman 428.
49
pada masa lalu. Namun ia tidak bertahan, dan sekarang, selain catatan
sejarah, tiada apa pun yang tersisa.
Renungkan kehebatan masa lalu tersebut. Bandingkan mereka
dengan keluarga kita, harta benda kita, pembantu, status dan apa pun
yang kita hargai, secara keseluruhan kelihatannya tidak lebih berarti
dibandingkan dengan sebuah sarang lebah. Renungkanlah dalam-dalam.
Dan tanyakan kepada diri anda sendiri, mana mungkin anda punya
pemikiran bahwa barang-barang tersebut akan bertahan selamanya dan
tidak pernah berubah.
65
Buddha terakhir dalam Kalpa Bhadra.
50
dalam skala yang begitu besar seperti ini pun tidak ada yang luput dari
ketidak-kekalan.
Memperhatikan perubahan yang terjadi dalam empat musim, anda
juga dapat melihat bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal. Pada musim
panas, padang rumput berwarna hijau dan tumbuh lebat karena siraman
nektar hujan. Semua makhluk berjemur dalam keberadaan yang baik dan
bahagia. Bunga-bunga muncul dalam jenis yang tak terhitung jumlahnya
dan seluruh pemandangan menjadi taman Firdaus yang sangat indah,
dengan bunga-bunga warna putih, keemasan, merah tua dan biru.
Kemudian, ketika angin musim rontok mulai menjadi lebih dingin,
padang rumpat yang semula hijau menjadi berwarna kuning. Buah-
buahan dan bunga-bunga, satu persatu mengering dan layu. Musim
dingin mulai datang dan seluruh dunia menjadi keras dan rapuh seperti
batu karang. Kolam dan sungai membeku dan angin yang dingin
merambah pemandangan alam. Meskipun anda sudah menempuh
beberapa ‘jarak kuda’ 66 mencari bunga-bunga musim panas, namun tidak
akan menemukan sekuntum pun. Dan begitulah musim terus bertukar,
habis musim panas datang musim rontok, musim rontok ke musim dingin
dan musim dingin ke musim semi, satu berbeda dengan yang sebelumnya.
Dan setiap darinya hanya berlangsung sebentar saja. Lihatlah betapa
cepatnya kemarin dan hari ini, pagi ini dan malam ini, tahun ini dan tahun
depan, semua lewat satu demi satu. Tiada satu pun yang bertahan, tiada
yang dapat diandalkan.
Pikirkan perubahan yang terjadi pada kota, kampung dan vihara atau
tempat di mana saja anda pernah tinggal. Orang-orang yang tadinya kaya
dan aman tiba-tiba mendapatkan mereka sedang menuju kehancuran.
Sementara yang lainnya, dulunya miskin dan tak berdaya, sekarang
berbicara dengan kewenangan, berkuasa dan kaya. Tiada hal yang sama
seperti dulu untuk selamanya. Dalam keluarga anda sendiri, orang tua,
kakek dan kakek buyut generasi sebelumnya sudah meninggal satu per
satu. Hanya tinggal nama mereka saja buat anda. Dan ketika waktu tiba,
kakak, adik dan sanak saudara lainnya akan meninggal pula. Tiada
seorang pun yang tahu ke mana mereka pergi. Orang-orang berkuasa dan
kaya yang tahun lalu terkemuka dalam negara, banyak di antara mereka
pada tahun ini hanya tinggal nama saja. Siapa tahu apakah orang-orang
yang kekayaan dan kewenangannya membuat masyarakat iri hati, akan
tetap pada posisinya pada tahun depan – atau malah bulan depan? Dari
ternak anda – domba, kambing, anjing – berapa yang sudah mati pada
waktu dulu dan berapa yang masih hidup? Ketika anda memikirkan apa
yang terjadi pada semua kasus ini, anda dapat melihat bahwa tiada satu
pun yang tetap sama selamanya. Orang-orang yang hidup pada seratus
66
Jarak yang ditempuh oleh seekor kuda dalam sehari.
51
tahun lebih yang lalu, tiada satu pun yang lolos dari kematian. Dan
seratus tahun kemudian, setiap orang yang hidup di dunia ini akan
meninggal. Tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.
Oleh sebab itu tiada barang apa pun di dunia ini, yang berjiwa
maupun yang tidak berjiwa, yang memiliki kestabilan atau kekekalan.
Badan anda akan diikat erat dengan tali dan ditutup dengan kain,
ditopang dengan tanah dan batu. Mangkuk anda ditaruh terbalik pada
bantal anda. 67 Tidak peduli seberapa berharga dan disayangi, sekarang
anda menimbulkan rasa muak dan ngeri. Ketika makhluk hidup
berbaring untuk tidur, meski di atas tumpukan permadani bulu binatang
dan kulit domba yang lembut, mereka mulai merasa tidak enak sesudah
berbaring beberapa lama dan sering membalik-balikkan badannya.
Namun, begitu anda meninggal, anda hanya bisa berbaring di atas batu
atau tumpukan rumput, dengan rambut anda terpercik tanah.
Sebagian dari anda yang mengepalai keluarga atau menjadi kepala
suku, mungkin akan kuatir tentang orang-orang di bawah perlindungan
anda. Karena semua kekayaan, kesenangan hidup dan kebahagiaan
tergantung dari anda, begitu anda tidak ada lagi di sana untuk menjaga
mereka, apakah mereka tidak mudah mati kelaparan atau kedinginan,
dibunuh oleh musuh atau ditenggelamkan ke dalam sungai?
Kenyataannya, bagaimanapun juga, sesudah kematian anda, mereka tidak
merasa lain kecuali menjadi lega karena sudah berusaha menyingkirkan
jenazah anda dengan mengkremasinya, membuangnya ke dalam sungai,
atau menguburnya ke perkuburan.
Ketika anda meninggal, anda tidak punya pilihan selain mengembara
sendirian dalam alam kesementaraan dengan tidak berteman. Pada waktu
itu, satu-satunya perlindungan anda adalah Dharma. Oleh karena itu
katakan kepada anda berulang-ulang bahwa mulai sekarang anda harus
berusaha mencapai sedikitnya satu latihan dari Dharma yang sejati.
Apa pun yang terkumpul akan habis terpakai. Seorang raja yang
memerintah seluruh dunia bisa saja berakhir sebagai gelandangan.
Banyak orang memulai kehidupan mereka dengan dikelilingi kekayaan,
dan berakhir dengan mati kelaparan karena kehilangan semuanya.
Orang-orang yang memiliki ratusan kawanan ternak bisa saja menjadi
pengemis pada tahun berikutnya karena wabah penyakit atau badai salju.
Dan seseorang yang mulanya kaya dan berkuasa sehari sebelumnya bisa
saja tiba-tiba mendapatkan dia minta sedekah, karena musuhnya telah
memusnahkan semua barang yang dia miliki. Lihatlah sendiri bagaimana
hal-hal ini terjadi. Tidak mungkin mempertahankan kekayaan dan milik
anda selamanya. Janganlah lupa bahwa kemurahan hati adalah modal
yang penting yang harus dibangun.
Tidak ada kebersamaan yang dapat berlangsung selamanya. Hal itu
selalu berakhir dengan perpisahan. Kita ibaratnya penduduk yang ber-
67
Adat kebiasaan bangsa Tibet, meletakkan mangkok yang dipakai orang yang meninggal
semasa hidupnya di samping bantalnya.
53
kumpul dari tempat yang berbeda dalam jumlah ribuan, malah puluh
ribuan pada sebuah pasar atau suatu festival keagamaan yang penting,
dan akan berpisah lagi kalau masing-masing pulang ke rumah. Betapa
pun kasih sayangnya hubungan yang kita nikmati sekarang – guru dan
murid, majikan dan pembantu, pelindung dan orang yang dilindungi,
teman spiritual, kakak dan adik, suami dan isteri – tidak ada cara yang
dapat menghindari perpisahan pada akhirnya. Kita tidak bisa
memperkirakan kapan kematian atau suatu kejadian yang mengerikan
tidak akan terjadi dan memisahkan kita sekarang. Oleh karena teman
spiritual, pasangan dan lain sebagainya bisa saja berpisah setiap waktu
dengan tidak terduga, maka lebih baik kiranya kita menghindari
kemarahan, perselisihan, kata-kata kasar dan perkelahian. Kita tidak
pernah akan tahu berapa lama kita bisa bersama, oleh sebab itu kita harus
memutuskan untuk menaruh perhatian dan menyayangi selama waktu
masih ada. Sebagaimana dikatakan oleh Padampa Sangye:
Apa pun yang dibangun akan runtuh juga. Perkampungan dan biara
yang pada suatu waktu sukses dan makmur, sekarang tergeletak kosong
dan ditinggalkan, dan rumah yang pada suatu waktu menjadi tempat
tinggal pemiliknya yang rajin, sekarang tinggal burung-burung yang
membuat sarang mereka di sana. Bahkan biara pusat tingkat tiga
Samye 68 , yang dibangun secara gaib 69 dalam masa pemerintahan Raja
Trisong Detsen, dan yang disucikan oleh Buddha Kedua dari Uddiyana,
dihancurkan oleh api hanya dalam satu hari saja. Istana Gunung Merah 70
yang ada pada waktu Raja Songtsen Gampo, yang menyaingi istana Indra
sendiri, bahkan sekarang sampai batu-batu fondasi pun tiada yang tersisa.
Oleh sebab itu, untuk apa kita memberikan begitu banyak perhatian
kepada kota di mana kita tinggal sekarang, rumah dan biara yang hanya
seperti sarang-sarang dari banyak serangga? Adalah lebih baik
menyiapkan hati kita mengikuti contoh dari orang-orang Kagyupa dahulu
sampai akhir hidup kita, yang meninggalkan negeri mereka dan tinggal di
tempat yang jauh. Mereka tinggal di jurang bebatuan yang terjal, hanya
berteman dengan binatang, dan tidak begitu memperhatikan makanan,
pakaian atau kemasyhuran, sambil memegang teguh empat tujuan dasar
Kadampa:
68
Vihara kuno terkenal yang terletak di Dranang, Lhoka (Shannan), Tibet.
69
Dibangun Raja Trisong Detsen dengan tenaga kerja yang diundang dari India.
70
Gunung Merah: Gunung di mana Istana Potala berada.
54
Sandarkan hati anda pada Dharma,
Sandarkan Dharma anda pada kehidupan yang sederhana,
Sandarkan kehidupan sederhana anda pada pikiran tentang
kematian,
Sandarkan kematian anda pada gua yang sunyi.
Tanah dan bala tentara yang hebat tidak pernah bertahan lama. Raja
jagat raya Mandhatri adalah Cakravartin roda emas 71 yang memiliki
kekuasaan atas empat benua. Ia memerintah Surga Tiga Puluh Tiga, 72
dan bahkan memakai singasana bersama Dewa Indra, raja para dewa. Ia
dapat mengalahkan Asura dalam peperangan. Namun akhirnya ia jatuh
ke bumi dan meninggal dengan hasrat dan cita-citanya yang tetap tak
terpenuhi. Anda dapat melihat sendiri semua orang yang memegang
kekuasaan dan kewenangan – raja, Lama, tuan tanah atau pejabat peme-
rintah – tidak satu pun yang dapat mempertahankan status mereka
selamanya. Banyak orang berkuasa, yang mengetuk palu dan
menjatuhkan hukuman pada tahun yang lalu, mendapatkan mereka
tinggal merana dalam penjara pada tahun berikutnya. Apa gunanya
kekuasaan yang tidak kekal seperti itu buat anda? Pada sisi lain, keadaan
kebuddhaan yang sempurna tidak pernah akan berkurang dan rusak, dan
yang patut mendapatkan persembahan dari manusia dan dewa. Itulah
yang seharusnya anda tekuni untuk dicapai.
Persahabatan dan permusuhan juga jauh dari kekal. Pada suatu hari
ketika Arhat Katyayana sedang berpindapatta, ia bertemu dengan seseo-
rang yang sedang memangku anaknya. Orang itu sedang memakan se-
ekor ikan dengan nikmatnya, dan melemparkan batu pada seekor anjing
betina yang mencoba mendekati tulang ikan. Apa yang dilihat oleh guru
tersebut lewat kewaskitaannya adalah demikian: Ikan tersebut adalah
ayah orang tersebut pada kelahiran itu juga, dan anjing betina itu adalah
ibunya. Seorang musuh yang dibunuhnya pada kehidupan yang lampau
telah terlahir sebagai anaknya, sebagaimana balasan karma yang harus
diterima oleh orang tersebut. Katyayana berseru:
71
Terdapat empat tingkat Cakravartin: Cakravartin roda emas menguasai empat benua,
Cakravartin roda perak menguasai tiga benua, Cakravartin roda tembaga menguasai dua
benua, dan Cakravartin roda besi menguasai satu benua.
72
Skt. Trāyastriṃśa; surga alam kamadhatu (alam nafsu keinginan) yang terletak di
puncak Maha Meru, di atas Surga Caturmaharajakajika. Rajanya adalah Dewa Indra.
55
Bahkan dalam satu kehidupan, sering terjadi bahwa musuh bebuyutan
kemudian berdamai dan menjadi teman. Mereka malah mungkin menjadi
bagian dari keluarga satu sama lainnya, dan akhirnya lebih dekat dari
pada siapa pun. Di sisi lain, orang-orang yang terikat erat dalam
hubungan darah atau perkawinan sering bertengkar dan membuat
kesusahan sebanyak mungkin kepada pihak lainnya demi benda yang
sepele atau warisan yang tak berharga. Pasangan atau teman yang
disayangi dapat berpisah karena alasan yang remeh, yang malah bisa
berakhir dengan pembunuhan. Dengan melihat bahwa semua
persahabatan dan permusuhan hanya berlangsung sebentar saja, ingatkan
diri anda berulang-ulang untuk memperlakukan setiap orang dengan
kasih sayang dan belas kasih.
Nasib baik dan kesusahan tidak pernah berlangsung selamanya. Ba-
nyak orang yang memulai hidupnya dalam kesenangan dan kecukupan,
tetapi berakhir dengan kemiskinan dan penderitaan. Yang lainnya mulai
dengan kesengsaraan yang amat dalam, namun kemudian bahagia dan
kaya. Malah pernah ada orang yang mulanya adalah pengemis akhirnya
menjadi raja. Tak terhitung banyaknya contoh pembalikan nasib seperti
demikian. Sebagai contoh, paman Milarepa, misalnya. Ia memberikan
sebuah pesta yang meriah untuk menantu perempuannya. Namun
menjelang senja, rumahnya roboh dan ia menangis dalam kesedihan.
Ketika Dharma membawa kesulitan kepada anda, berapa pun banyaknya
penderitaan yang harus anda jalani, seperti Jetsun Milarepa dan Sang
Penakluk zaman dulu, akhirnya kebahagiaan anda tidak bisa
tertandingkan. Namun, jika perbuatan salah yang menyebabkan anda
menjadi kaya, maka apa pun kesenangan yang mungkin sementara anda
dapatkan, akhirnya penderitaan anda akan tidak terhingga.
Nasib baik dan kesedihan tidak dapat diperkirakan. Pada waktu dulu,
di kerajaan Aparantaka, jatuh hujan makanan yang berlangsung selama
tujuh hari. Kemudian disusul dengan hujan pakaian selama tujuh hari
berikutnya. Lalu jatuh hujan permata berharga selama tujuh hari lagi –
dan akhirnya jatuhlah hujan tanah yang mengubur semua penduduk.
Semua orang meninggal dan terlahir di alam rendah. Tidak ada gunanya
mencoba dengan penuh pengharapan atau dengan ketakutan untuk
mengendalikan kebahagian dan penderitaan yang selalu berubah ini.
Sebaliknya, tinggalkanlah semua kesenangan hidup, kekayaan dan ke-
nikmatan dunia seperti anda membuang ludah. Bertekadlah untuk mengi-
kuti langkah Sang Penakluk waktu dulu, menerima dengan tabah semua
kesulitan yang harus anda dapatkan demi Dharma.
Keunggulan dan status rendah juga tidak kekal. Dalam kehidupan
duniawi, berapa pun berwenang dan fasih bicaranya seseorang, berapa
pun berbakat dan trampilnya, akan tiba waktunya semua kualitas ini
merosot. Begitu pahala yang dikumpulkan waktu lampau sudah habis
56
terpakai, tiada rencana yang akan terlaksana, dan tidak ada apa pun yang
dilakukan akan berhasil. Ia akan dikritik dari berbagai arah. Ia akan
menjadi sedih dan semua orang memandang rendah terhadapnya.
Sebagian orang kehilangan keuntungan kecil yang pernah mereka dapat,
dan berakhir dengan tidak memiliki apa pun. Sementara yang lainnya,
yang pada awalnya adalah penipu dan pembohong tanpa ketrampilan dan
akal sehat sedikit pun, akhirnya menjadi kaya dan senang, dipercaya oleh
setiap orang dan dihargai sebagai orang yang baik dan dapat dipercaya.
Sebagaimana kata peribahasa: “Penipu ulung jugalah yang memperoleh
tempat yang terpenting”
Dalam kehidupan keagamaan, peribahasa itu pun berlaku juga.
“Pada waktu tua, orang yang sudah memiliki pencapaian malah mencari
pengetahuan, orang yang meninggalkan kehidupan keduniawian malah
mengumpulkan harta, dan biarawan malah menjadi kepala keluarga.”
Orang-orang yang mulanya meninggalkan semua kegiatan keduniawian
bisa saja mendapatkan bahwa akhirnya ia sibuk mengumpulkan kekayaan
dan makanan. Sedang yang lain lagi, yang mulai dengan mengajar
Dharma, akhirnya menjadi pemburu, pencuri atau perampok. Biarawan
yang waktu mudanya menjaga semua kaul Vinaya, mungkin juga menjadi
ayah dari banyak anak-anak. Di lain pihak, banyak orang yang mulanya
berbuat jahat, namun akhirnya bertekun melatih Dharma yang suci dan
mencapai pencapaian, atau kalau tidak demikian, sedikitnya ia
menemukan cara menuju kelahiran yang semakin tinggi pada waktu
kematian.
Oleh karena itu, seseorang yang kelihatan jahat atau baik sekarang ini,
hanyalah kesan sementara yang sama sekali tidak memiliki sifat yang
abadi atau tetap. Anda mungkin kadang-kadang merasa sedikit kecewa
dengan keadaan samsara, dan membangun kebulatan tekad yang samar-
samar untuk bebas darinya. Dan kelihatannya, anda seperti seorang
murid Dharma yang sungguh-sungguh dan sangat berkesan pada pikiran
orang banyak, sehingga mereka ingin menjadi donatur atau murid anda.
Namun, pada saat itu, kecuali anda memeriksa diri anda dengan teliti,
anda bisa dengan mudah mulai berpikir bahwa anda sungguh-sungguh
seperti yang dilihat oleh orang banyak atas diri anda. Terbuai oleh
kebanggaan, anda sepenuhnya terbawa oleh penampilan dan mulai
berpikir anda dapat melakukan segala yang anda inginkan. Anda sama
sekali sudah tertipu oleh kekuatan negatif. Oleh sebab itu, buanglah
kepercayaan akan keakuan dan tumbuhkan kebijaksanaan ketiada-diri. 73
Sebelum anda mencapai tingkat Bodhisattva yang maha luhur, tidak ada
penampilan yang baik ataupun buruk yang dapat bertahan. Renungkan-
lah terus menerus akan kematian dan ketidak-kekalan. Analisa kesalahan
73
Kebijaksanaan yang melihat kekosongan diri dan fenomena.
57
anda sendiri dan selalulah mengambil posisi yang rendah. Tumbuhkan
ketidakpuasan terhadap samsara dan hasrat untuk mencapai kebebasan.
Latihlah supaya anda menjadi tenang, berdisiplin dan berhati-hati.
Kembanglah terus menerus suatu perasaan perih dan kesedihan yang
dalam pada pemikiran akan benda-benda gabungan yang fana dan
penderitaan samsara. Seperti kata Jetsun Milarepa:
Sekali dilahirkan, setiap manusia di dunia ini pasti akan mati. Tetapi
kapan, bagaimana, apa yang menyebabkan dan di mana kita akan
meninggal tidak bisa diperkirakan. Tidak ada orang di antara kita yang
yakin bahwa kematian kita akan datang pada saat atau tempat tertentu,
dengan cara tertentu atau akibat dari sebab tertentu.
58
Hanya sedikit hal di dunia ini yang mendukung kehidupan, sedang-
kan banyak hal yang mengancam hidup. Sebagaimana diutarakan oleh
Guru Aryadeva:
74
Kebiasaan orang Tibet adalah menutup bara api untuk memudahkan menyalakannya
pada keesokan harinya. Bagi praktisi yang selalu merenungkan kematian, dengan
berpikir bahwa mereka mungkin akan meninggal pada malam tersebut, maka mereka
tidak perlu menyiapkan hal tersebut, sehingga mereka tidak menutup bara api mereka.
60
Semua jalan dan jalur adalah tidak kekal. Jadi, ke mana saja anda
melangkah, tujukan langkah anda pada Dharma. Seperti yang dikatakan
dalam Rangkuman Kebijakasanaan Transenden:
75
Tujuh harta mulia: 1. Saddhā (Keyakinan), 2. Sīla (Perilaku moral), 3. Hiri (Malu
berbuat jahat), 4. Ottappa (Takut akan akibat perbuatan jahat), 5. Bāhusacca (Banyak
pengetahuan Dharma), 6. Cāga (Kemurahan hati), 7. Paññā (Kebijaksanaan).
61
Takut akan kematian, saya pergi ke gunung.
Berulang-ulang saya merenungkan kedatangan kematian yang
tidak dapat diperkirakan,
Dan berpegang pada benteng sifat dasar ketidak-matian yang
tidak berubah.
Sekarang saya sama sekali diluar jangkauan ketakutan akan
kematian!
Pada awalnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada waktu untuk
diboroskan, seperti seseorang yang sudah kena panah beracun.
Pada pertengahan, anda mestinya merenungkan kematian tanpa
memikirkan hal lainnya, seperti seorang ibu yang kematian anak
tunggalnya. Akhirnya, anda mestinya tahu bahwa tidak ada hal
yang harus dikerjakan lagi, seperti seorang penggembala yang
kawanan ternaknya sudah diusir oleh musuhnya. 76
76
Menjadi bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan sesudah ternaknya diusir semua.
62
Sama halnya, dari semua topik renungan untuk pengikut Buddha,
pikiran tentang ketidak-kekalan adalah yang paling unggul.
Jika anda ingin memakai satu Dharma saja untuk berlatih, berme-
ditasi akan ketidak-kekalan adalah yang paling penting.
77
Yaitu orang yang dengan sempurna dapat menerima ajaran dengan benar dan
memanfaat-kannya.
63
Pada awalnya, renungan akan ketidak-kekalan, sampai anda
yakin sepenuhnya, akan menuntun anda sampai pada sifat rajin
yang melindungi anda seperti baju besi. Pada pertengahan, ia
akan memberi dorongan kepada anda untuk melatih dengan giat.
Pada tahap akhir, ia akan membantu anda mencapai sifat rajin
yang tak dapat dihentikan.
Saya tidak pernah melihat orang Tibet seorang pun yang berpikir
tentang kematian;
Saya juga tidak melihat seseorang dari mereka bisa hidup
selamanya!
Menilai dari kenikmatan mereka menghimpun kekayaan begitu
mereka mengenakan jubah kuning, saya heran –
Apakah mereka bermaksud mengganti kematian dengan
melunasinya dengan makanan dan uang?
Melihat cara mereka mengumpulkan barang-barang berharga,
saya heran –
Apakah mereka bermaksud membagikan uang suap di neraka?
Ha-ha! Praktisi–praktisi Tibet ini membuat saya tertawa melihat-
nya!
Yang paling berpengetahuan adalah yang paling sombong;
Pelatih meditasi yang paling baik menumpuk bekal dan kekayaan;
Pertapa yang menyendiri sibuk sepanjang waktu;
Yang meninggalkan keluarga dan negara tidak punya rasa malu.
Orang-orang ini kebal terhadap Dharma!
Mereka gemar berbuat perbuatan yang tidak baik.
Mereka dapat melihat orang lain meninggal,
78
Orang yang mendekati Dharma dengan sikap yang salah. Ia akan memperoleh rasa
percaya diri yang tidak benar, yang membuatnya tidak sudi menerima guru dan
ajaran.
64
Namun mereka tidak mengerti bahwa mereka sendiri juga akan
mati.
Ini adalah kesalahan mereka yang patut dicela.
Oleh sebab itu, seberapa dalam anda diresapi dengan pikiran akan
ketidak-kekalan ini? Anda semestinya seperti Geshe Kharak Gomchung
yang pergi bermeditasi di gunung yang sepi Jomo Kharak di provinsi
Tsang. Di depan guanya ada semak berduri yang sering mengait
pakaiannya.
Mulanya ia berpikir, “Lebih baik saya potong saja”, tetapi kemudian
ia berkata kepada dirinya sendiri, “Namun, mungkin saya akan mati
dalam gua ini. Saya sungguh tidak dapat mengatakan apa saya akan
keluar dari sini hidup-hidup. Jelas lebih penting bagi saya untuk
meneruskan latihan saya.”
65
Ketika ia keluar lagi, ia punya masalah yang sama dengan semak duri
tersebut. Kali ini ia berpikir, “Saya tidak yakin saya dapat kembali ke
dalam, ” dan ini berlanjut sampai beberapa tahun, sampai ia menjadi
seorang guru yang mendapat pencapaian. Ketika ia meninggalkan tempat
tersebut, semak berduri tersebut masih belum terpotong.
Rigdzin Jigme Lingpa memiliki mata air panas untuk mandi di
musim rontok. Tepi kolam tersebut tidak bertangga, sehingga membuat-
nya kesulitan untuk turun ke bawah ke dalam air. Pengikutnya
menyarankan memotong tanah untuk membuat tangga, tetapi ia berkata:
“Untuk apa susah-susah jika kita tidak tahu apakah kita akan ke sini
tahun depan?” Ia selalu berkata mengenai ketidak-kekalan seperti itu,
begitulah kata Guru saya kepadaku.
Kita juga mestinya begitu. Selama kita belum memiliki sikap yang
demikian, kita semestinya merenungkan hal tersebut. Mulailah dengan
membangkitkan bodhicitta, dan sebagai latihan utama latihlah pikiran
anda dengan semua sarana ini sampai ketidak-kekalan sungguh-sungguh
meresap dalam setiap pikiran anda. Akhirnya, tutuplah dengan menyegel
latihan tersebut dengan pelimpahan jasa. Dengan berlatih demikian,
berjuanglah dengan sekuat tenaga untuk mencontoh orang-orang terkenal
di masa lampau.
66
BAB 3
Seperti yang telah saya terangkan, kita mungkin memiliki hidup yang
dianugerahi dengan kebebasan dan berkah yang sangat sulit untuk
diperoleh, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kita segera akan jatuh
ke dalam kekuasaan ketidak-kekalan dan kematian. Kalau saja sesudah
itu kita lenyap seperti api yang padam atau air yang menguap, segalanya
akan berakhir. Tetapi sesudah meninggal, kita tidak menghilang begitu
saja. Kita dipaksa untuk lahir kembali – yang berarti kita tetap di alam
samsara, tidak di tempat lain.
Istilah samsara, roda atau lingkaran kehidupan, dipergunakan disini
untuk menunjukkan arti pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya terus
menerus seperti sebuah lingkaran, seperti roda pembuat barang-barang
tembikar atau jentera air. Ketika seekor lalat terperangkap dalam kendi
yang tertutup, ke mana pun ia terbang, ia tidak dapat keluar dari kendi
67
tersebut. Begitu juga, apakah kita terlahir dalam alam yang tinggi atau
yang rendah, kita tidak pernah keluar dari alam samsara.
Bagian atas dari kendi adalah seperti alam dewa atau manusia,
sedangkan bagian bawah ibaratnya ketiga alam yang tak beruntung.
Dikatakan bahwa alam samsara adalah suatu lingkaran, karena kita
berputar-putar, terlahir berulang-ulang dalam keenam alam sebagai akibat
dari perbuatan kita, yang positif ataupun yang negatif, yang dinodai
dengan kemelekatan.
Kita sudah berkelana sejak waktu yang tak berawal dalam alam
samsara ini, di mana setiap makhluk tanpa kecuali telah memiliki
hubungan kasih sayang, permusuhan dan ketidakpedulian satu sama
lainnya. Setiap orang pernah menjadi ayah atau ibu dari orang lain.
Dalam sutra dikatakan, jika anda mempergunakan tanah di seluruh bumi
ini untuk membuat butiran tanah dengan ukuran sekecil jintan, jumlahnya
dapat dihitung. Tetapi jika anda ingin menghitung berapa kali setiap
makhluk hidup saling bergantian menjadi ibu, maka jumlahnya tidak
terhitung. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yang Dipertuan Nagarjuna:
Tiada bentuk kehidupan yang tak pernah kita alami sejak waktu tak
berawal sampai sekarang. Keinginan dan nafsu kita telah menyebabkan
tak terhitung kalinya kepala kita dipenggal dan anggota badan dipotong.
Kalau kita mencoba menumpuk semua anggota tubuh waktu kita menjadi
semut dan serangga kecil lainnya, tumpukan itu akan lebih tinggi dari
Gunung Meru. Air mata yang telah kita cucurkan karena kedinginan,
kelaparan dan rasa haus ketika kita tidak mendapat makanan dan pakaian,
seandainya tidak menjadi kering, akan menjadi lautan yang lebih besar
dari semua samudera yang mengelilingi dunia ini. Bahkan jumlah
tembaga lebur yang telah kita telan di neraka lebih banyak dari air
keempat samudera. Sekalipun begitu, semua makhluk hidup yang tidak
memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari alam samsara, yang malah
terikat oleh nafsu dan kemelekatan mereka, akan harus mengalami lebih
banyak lagi penderitaan dalam lingkaran yang tak berakhir ini.
Meski karena sebab keberuntungan dari perbuatan baik kita, kita
mendapatkan umur panjang, tubuh yang sempurna, kekayaan dan ke-
masyhuran setara Indra atau Brahma, pada akhirnya tetap saja kita tidak
dapat menyingkirkan kematian, dan sesudah kematian kita mungkin akan
mengalami penderitaan di alam rendah. Dalam kehidupan ini, begitu tak
berartinya manfaat dari kekuasaan, kekayaan, kesehatan dan barang lain
yang kita nikmati, yang mungkin mengelabui kita untuk berapa tahun,
68
beberapa bulan atau beberapa hari. Tetapi begitu pengaruh perbuatan baik
yang menyebabkan kesenangan ini terpakai habis, mau tak mau kita akan
mengalami kemiskinan dan kesusahan, atau penderitaan yang tak
tertahankan di alam rendah.
Jadi, apa artinya kebahagiaan sementara seperi demikian? Ia sama
seperti mimpi indah yang berhenti begitu anda terbangun. Mereka yang
karena perbuatan baik yang sedikit, yang sepertinya bahagia dan senang
sekarang ini, tidak akan dapat mempertahankan keadaan tersebut sedikit
lebih lama begitu pengaruh perbuatan tersebut berakhir. Raja Dewa yang
duduk tinggi di singasana bertahtakan batu permata dan dilapisi sutera
surgawi menikmati semua kesenangan kelima indera. Namun, begitu
umur mereka berakhir, dalam sekejab mereka akan terjatuh ke dalam
penderitaan dengan kepala tertunduk menahan segala penderitaan di atas
lantai yang terbuat dari logam membara di neraka. Meski mereka adalah
matahari dan bulan 79 yang menerangi keempat benua, mereka bisa
berakhir dengan terlahir di dalam kegelapan yang begitu mencekam,
sampai-sampai mereka tidak dapat melihat apakah anggota badan mereka
terjulur atau tertekuk.
Oleh sebab itu, janganlah letakkan keyakinan anda pada kesenangan
palsu di alam samsara. Tetapkan hati anda, bahwa dalam kehidupan ini
juga anda akan membebaskan anda sendiri dari lautan penderitaan ini dan
mencapai kebahagiaan kebuddhaan yang sejati dan sempurna. Jadikan
pikiran ini latihan anda, dengan mempergunakan cara yang benar pada
permulaan, bagian utama dan kesimpulannya.
Kedelapan neraka ini terletak di atas satu sama lain seperti bangunan
bertingkat. Mulai dari Neraka Hidup Berulang di puncaknya, sampai
pada Neraka Tanpa Jeda di dasarnya. Di tiap neraka ini, lantai dan batas
pinggirnya adalah besi membara yang putih memijar – tidak ada tempat
sama sekali di mana anda dapat menginjakkan kaki dengan aman.
Semuanya merupakan nyala api yang berkobar-kobar, menghanguskan
dan sangat luas.
79
Matahari dan bulan adalah juga dewa-dewa, jadi mereka bisa saja jatuh ke alam yang
lebih rendah sesudah kehidupan mereka berakhir.
69
Neraka Hidup Berulang 80
Disini, ditengah-tengah bara api yang menutupi lantai logam yang
berpijar, makhluk sebanyak kepingan badai salju yang tak terhitung
jumlahnya berkumpul bersama akibat karma mereka. Karena perbuatan
yang membawa mereka ke sana dimotivasi oleh kebencian, hasil serupa
dengan penyebabnya menyebabkan mereka melihat orang lain seperti
musuh mereka, sehingga mereka berkelahi dengan sengitnya. Sambil
mengacungkan senjata khayal yang timbul dari karma, mereka saling
menyerang sampai semuanya terbunuh. Pada saat itu, suara dari angkasa
berkata: “Hidup lagi!” Dengan segera mereka hidup lagi dan mulai
berkelahi satu sama lainnya. Begitulah mereka menderita, terus menerus
mati dan hidup lagi.
Berapa lamakah mereka hidup di sana? Lima puluh tahun di alam
manusia adalah setara dengan satu hari di alam Surga Empat Maharaja. 81
Satu tahun yang demikian terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan
terdiri dari tiga puluh hari. Lima ratus tahun yang demikian adalah sama
dengan satu hari di Neraka Hidup Berulang, yang mana, satu tahunnya
juga terdiri dari dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari.
Mereka menderita disana selama lima ratus tahun yang demikian lamanya.
Neraka Peremukan 83
80
Skt. Sañjīva.
81
Skt. Caturmahārājakāyika; surga alam kamadhatu yang paling dekat dengan dunia.
Empat Maha Raja beserta pengiringnya tinggal di teras keempat Maha Meru. Puncak-
puncak dari Tujuh Jajaran Pegunungan Emas, matahari, bulan, dan semua bintang
adalah termasuk kawasan kediaman Empat Maha Raja.
82
Skt. Kālasūtra.
83
Skt. Saṃghāta.
70
Dalam neraka ini, makhluk-makhluk dalam jumlah jutaan terkurung
dalam lumpang besi seukuran sebuah lembah. Kaki-tangan Dewa
Kematian Yama mengacungkan palu logam merah menyala sebesar
Maha Meru ke atas kepala mereka dan menumbuk mereka dengan alat
tersebut. Makhluk-makhluk tersebut ditumbuk sampai mati sambil
menjerit-jerit dan menangis dalam kesakitan dan kengerian. Ketika palu
itu diangkat, mereka hidup lagi, dan hanya untuk mengalami siksaan
tersebut berulang-ulang.
Kadang-kadang gunung-gunung di kedua belah lembah berubah
menjadi kepala rusa, kijang, kambing, biri-biri dan binatang lainnya yang
dibunuh makhluk-makhluk neraka tersebut pada kehidupan mereka yang
lalu. Binatang-binatang tersebut menanduk satu sama lain dengan tanduk
mereka yang memuntahkan api, dan tak terhitung banyaknya makhluk-
makhluk neraka yang terdorong oleh kekuatan perbuatan mereka,
semuanya mati terhimpit. Kemudian, ketika gunung-gunung tersebut
berpisah, mereka akan hidup lagi, hanya untuk digencet berulang kali.
Dua ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di Surga
Bebas Perang, 84 dan dua ribu tahun di alam tersebut sama dengan satu
hari di Neraka Peremukan. Makhluk-makhluk di neraka tersebut hidup
selama dua ribu tahun lamanya.
Neraka Lolongan 85
Kaki tangan Yama dalam jumlah yang sangat banyak, dengan meme-
gang senjata dan dalam bentuk yang mengerikan, mendorong jutaan
84
Skt. Suyāma, surga alam kamadhatu yang terletak di ruang di atas Maha Meru, di atas
Surga Tiga Puluh Tiga, yang dengan demikian tidak lagi terpengaruh oleh serangan
Asura.
85
Skt. Raurava.
86
Skt. Tuṣita, salah satu surga di alam kamadhatu, tempat tinggal calon Buddha yang
akan terlahir di dunia.
87
Skt. Mahāraurava.
71
korban ke dalam dinding rangkap yang membara, dan memukul mereka
dengan palu dan senjata lainnya. Pintu dalam dan luar keduanya disegel
dengan logam lebur. Makhluk neraka di sana melolong dalam kesakitan
yang amat berat, sambil berpikir sekalipun mereka berhasil melewati
pintu yang pertama, mereka tidak pernah akan dapat mencapai pintu yang
kedua.
Delapan ratus tahun di dunia manusia setara dengan satu hari di
Surga Penikmatan Ciptaan, 88 dan delapan ribu tahun di alam tersebut
sama dengan satu hari di Neraka Lolongan Besar. Makhluk-makhluk
neraka ini hidup selama delapan ribu tahun lamanya.
Neraka Godok 89
Neraka Panggang 91
88
Skt. Nirmāṇarati, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa di alam ini menciptakan
dan menikmati objek kesenangan mereka sendiri.
89
Skt. Tapana.
90
Skt. Paranirmitavaśavartin, salah satu surga di alam kamadhatu. Dewa-dewa di surga
ini menikmati kesenangan yang diciptakan secara ajaib oleh dewa-dewa alam lain.
91
Skt. Pratāpana.
72
Neraka Tanpa Jeda 92
92
Skt. Avīci, juga disebut Neraka. Siksaan Terberat.
73
dalam sebuah lubang dengan bara api yang membakar daging dan tulang
mereka.
Ketika mereka lepas dari rawa tersebut, hati mereka tertawan oleh
dataran hijau yang menyenangkan. Namun, ketika mereka sampai ke
sana, mereka mendapatkan senjata-senjata yang tajam mengkilap.
Seluruh tanah terlapis dengan mata pisau tipis dari logam panas membara
yang tumbuh seperti rumput, yang memotong dan menembus kaki kanan
dan kaki kiri mereka begitu mereka melangkah. Luka mereka sembuh
begitu kaki mereka diangkat.
Hutan pedang
Sekali lagi mereka bebas. Mereka gembira melihat hutan yang indah
dan berlarian ke sana. Tetapi ketika mereka sampai ke sana, hutan yang
indah itu ternyata adalah semak belukar dengan pedang, bukannya daun-
daun, yang tumbuh di cabang-cabang pohon logam. Karena mereka
diaduk oleh putaran angin, pedang-pedang tersebut memotong badan
makhluk-makhluk ini menjadi berkeping-keping. Badan mereka bersatu
kembali dan dibelah dengan demikian secara berulang-ulang.
75
ajaran itu sebagai latihan, lengkap dengan cara di bagian pendahuluan,
bagian utama dan kesimpulannya.
95
Skt. Pratyeka-naraka, lihat Catatan kaki No. 41.
96
Lingje Repa (1128 – 1188), merealisasi aspek kebenaran realita sesudah berlatih tujuh
tahun tujuh bulan dan tujuh hari. Pendiri Vihara Labuleng (Tibet).
97
Tangtong Gyalpo, salah satu Guru Silsilah Kagyupa.
98
Danau Yamdrok, salah satu dari empat danau yang terkenal di Tibet. Tiga danau
lainnya adalah: Danau Manasarovar (Mapam Yumtso), Namtso, dan Danau Qinghai
(Koko Nor atau Tso Ngonpo).
99
Persembahan dari donatur, termasuk persembahan untuk membantu orang yang
meninggal dunia.
77
telah terlahir di Neraka Tersendiri dalam danau ini, dan ia sangat
menderita”
Mereka ingin melihatnya. Siddha itu mengeringkan danau tersebut
secara gaib dengan seketika. Tampak seekor ikan yang begitu besar
sehingga badannya menjangkau seluruh panjang dan lebar danau tersebut.
Ikan itu menggeliat dalam kesakitan yang amat hebat, karena badannya
penuh dengan makhluk-makhluk kecil yang memakannya hidup-hidup.
Orang-orang yang menyertai Lingje Repa bertanya kepadanya siapakah
sebenarnya orang yang memiliki karma buruk tersebut, dan ia menjawab:
“Itu adalah Tsangla Tanakchen, Lama Kuda Hitam dari Tsang. Ia adalah
seorang Lama yang ucapannya memiliki kekuatan dan berkah yang
tinggi. Hanya sekilas pandangannya saja cukup untuk menyembuhkan
orang yang kerasukan makhluk halus. Oleh karena hal inilah, ia sangat
dimuliakan di empat propinsi U dan Tsang. Tetapi ketika ia melakukan
pemindahan kesadaran pada upacara pemakaman, untuk tiap kata
“Phet!” 100 yang diucapkannya ia meminta bayaran yang banyak dari kuda
dan ternak milik orang yang meninggal tersebut. Sesudah ia meninggal,
ia terlahir sebagai ikan ini.”
100
Salah satu penggunaan dari suku kata Phet adalah untuk memproyeksikan kesadaran
dalam praktek pemindahan kesadaran (Phowa). Lihat Bagian Ketiga.
78
kehidupan yang akan datang di Neraka Tersendiri, di mana mereka harus
membayar kembali dengan badan mereka sendiri.
2. Preta
Ada dua jenis preta, yaitu preta yang tinggal secara kolektif dan yang
bergerak dalam ruang angkasa.
Preta-preta ini terdiri dari preta yang menderita kegelapan batin luar,
preta yang menderita kegelapan batin dalam dan preta yang
menderita kegelapan batin tertentu.
Preta yang menderita kegelapan batin luar
Preta-preta ini disiksa oleh rasa lapar dan haus yang amat hebat. Ber-
abad-abad mereka lewati dengan tanpa mendengar apa pun tentang air.
Terobsesi secara terus menerus akan makanan dan minuman, mereka
mencarinya dengan tak henti-hentinya, namun tidak mendapatkannya
sedikit pun.
80
Kadang-kadang dari kejauhan mereka melihat ada anak sungai yang
berair bersih dan jernih. Dengan tulang-tulang sendi mereka yang begitu
rapuh untuk menanggung berat perut mereka yang besar, mereka sampai
dengan susah payah dan sama sekali kehabisan tenaga waktu tiba disana
– hanya untuk lebih menderita lagi ketika mereka mendapatkan bahwa air
di sana sudah kering sama sekali. Yang tinggal hanya kerikil saja.
Kadang-kadang mereka melihat kebun buah-buahan di suatu tempat
yang jauh. Seperti semula, mereka mendekat. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan pohon-pohon besar di sana sudah
kering dan layu. Kadang-kadang mereka melihat banyak sekali makanan,
minuman dan barang-barang yang menyenangkan. Tetapi ketika mereka
sampai di sana, mereka mendapatkan bahwa barang-barang tersebut
dikawal oleh sekumpulan orang bersenjata. Pengawal-pengawal
mengusir dan memukul mereka dengan senjata tersebut, sehingga
menyebabkan kesakitan luar biasa.
Pada musim panas, sinar bulan terasa panas dan membakar;
sedangkan pada musim dingin, bahkan sinar matahari terasa dingin luar
biasa. Perasaan yang demikian sangat menyiksa mereka.
Suatu ketika, Srona berada di alam preta. Ia menjadi terpengaruh
oleh racun keserakahan mereka yang begitu kuat, sehingga ia merasa
haus. Mulutnya menjadi kering. Ia bertemu dengan sebuah benteng besi
di mana pada pintunya berdiri sesosok tubuh yang murung dan mengeri-
kan dengan mata merah.
“Ada air?” tanya Srona.
Mendengar kata itu, kumpulan preta yang semuanya kelihatan
bagaikan kayu yang hangus datang mengerumuninya dan meminta,
“Makhluk yang agung, berikan kami air!”
“Saya sendiri tidak mendapatkannya,” jawab Srona. “Mestinya kamu
yang kasih saya”
“Apa maksudmu?” jawab mereka. “Kami telah tinggal di tempat ini
dua belas tahun lamanya dan sampai sekarang bahkan kami belum pernah
mendengar ada yang menyebut air.”
Preta yang menderita kegelapan batin dalam
Preta-preta ini mempunyai mulut yang tidak lebih besar dari lubang
jarum. Sekalipun jika mereka bisa minum semua air di samudera, namun
ketika air melewati tenggorokan mereka yang sempit bagaikan bulu ekor
kuda, racun mulut mereka telah menguapkan air tersebut. Bahkan
kalaupun mereka dapat menelan sedikit makanan, perut mereka yang
besarnya seperti seluruh negeri tidak pernah akan penuh. Akhirnya,
walaupun jika pernah ada makanan yang masuk ke dalam perut mereka
dan cukup untuk memuaskan mereka, makanan tersebut akan meledak
menjadi api pada malam hari dan membakar paru-paru, hati, dan seluruh
81
jeroan mereka. Ketika mereka ingin bergerak, dengan susah payah
mereka mengangkat perut mereka yang besar dengan anggota tubuh
mereka yang sehalus rumput. Hal ini menyebabkan penderitaan yang
sangat besar bagi mereka.
Mereka ini adalah tsen, gyalpo, shindre, jungpo, mamo, theurang 101
dan lain sebagainya, yang semuanya hidup dalam kengerian dan khayalan
yang berkelanjutan. Dengan hanya berniat jahat, mereka selalu berbuat
apa pun yang dapat mendatangkan kesusahan pada orang lain. Bahkan
banyak di antara mereka jatuh ke alam yang lebih rendah lagi atau ke
neraka segera sesudah mereka mati. Khususnya, setiap minggu mereka
mengalami lagi semua kesakitan dari penyebab kematian mereka
101
Kelompok setan menurut kepercayaan orang Tibet.
84
sebelumnya, apakah itu adalah mati karena penyakit, karena terbunuh
senjata, gantung diri dan lainnya. Apa yang mereka inginkan hanyalah
memindahkan kesakitan mereka pada makhluk lain, sehingga ke mana
pun mereka pergi, mereka tidak berbuat lain kecuali membuat kesusahan.
Namun walaupun demikian, mereka tetap saja gagal berbuat sesuatu yang
menguntungkan mereka. Meski dengan gembira mereka mengunjungi
teman atau kekasih mereka yang dulu, mereka hanya membawakan
mereka penyakit, sakit jiwa dan penderitaan lain yang tidak disukai.
Preta-preta ini mengalami siksaan terus menerus. Tukang sihir yang
memiliki kekuatan mengubur mereka, membakar mereka dan melakukan
upacara keagamaan di mana mereka memasukkan berbagai senjata
bayangan ke dalam tubuh mereka. Mereka menguncinya ke dalam bumi
dalam kegelapan selama berkalpa-kalpa, membakar mereka dalam api
persembahan, menumbuk mereka bersama dengan biji wijen, bubuk batu
dan sejenisnya untuk upacara pengusiran malapetaka dan makhluk halus.
Mereka memecah kepalanya dalam ratusan pecahan, dan tubuh mereka
dalam ribuan keping.
Seperti semua preta, preta-preta ini pun memiliki persepsi yang me-
nyimpang. Di musim dingin, matahari terasa dingin buat mereka, sedang
dalam musim panas, bulan terasa membakar. Ada preta yang mengambil
bentuk burung, anjing atau binatang lainnya yang menyeramkan.
Singkatnya, penderitaan yang dialami preta tak dapat dibayangkan.
Berlatihlah seperti semula. Renungkan dengan metoda tersebut pada
latihan pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan, secara mental merasa
bertanggung jawab atas penderitaan makhluk-makhluk ini dan
tumbuhkan kasih sayang dan belas kasih terhadap mereka.
3. Binatang
Samudera yang luas disesaki oleh ikan, ikan paus, kura-kura, kerang-
kerangan, udang dan makhluk lainnya sebanyak butir kecambah gandum
dalam dasar tong untuk meragi bir. Ada ular naga dan binatang raksasa
yang sangat besar, sehingga tubuhnya dapat melingkari Maha Meru
beberapa kali, sedangkan makhluk lain ada yang kecilnya seperti butir
debu atau ujung jarum.
Mereka mengalami penderitaan yang berat. Makhluk yang besar
menelan yang kecil, sedangkan yang kecil menggali liang dalam tubuh
binatang yang besar dan memakannya hidup-hidup. Semua binatang
85
besar mempunyai binatang kecil yang hidup dalam tubuhnya, yang
menjadikan daging mereka sebagai makanan. Ada juga binatang yang
terlahir di antara pulau-pulau di mana tidak dapat dicapai oleh sinar
matahari, sehingga mereka tidak dapat melihat apakah anggota tubuh
mereka tertekuk atau terjulur. Binatang-binatang bodoh dan bebal,
mereka tidak mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dibuat dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka terlahir di alam yang penderita-
annya tak terbatas.
4. Alam manusia
104
Tiga macam makanan putih: susu, keju dan mentega; tiga macam makanan manis: gula
batu, molase dan madu.
90
Semua faktor yang kita lihat yang seolah-olah merupakan
kebahagiaan, makanan untuk dimakan, pakaian untuk dipakai, dan apa
pun barang yang dapat kita pikirkan, – juga dihasilkan melalui perbuatan
negatif semata. Hasil akhir dari barang-barang ini hanyalah siksaan yang
tak terhingga di alam rendah. Oleh sebab itu, semua barang yang
kelihatannya mewakili kebahagiaan sekarang ini, kenyataannya adalah
penderitaan segala sesuatu yang tergabung.
Penderitaan kelahiran
105
Di Tibet, mentega digosokkan ke ubun-ubun kepala bayi yang baru lahir sebagai
upacara untuk keselamatan dan keberuntungan.
92
saluran nadi dan tenaga kita menurun, kita menjadi lekas marah dan tidak
sabar. Karena dicemooh semua orang, kita menjadi muram dan sedih.
Unsur-unsur tubuh menjadi tidak seimbang dan menyebabkan berbagai
penyakit dan masalah. Kita harus bersusah payah untuk bergerak.
Berjalan dan duduk menjadi tugas yang hampir tidak mungkin dilakukan.
Jetsun Milarepa bernyanyi:
Pada usia tua, ketika kita ingin berdiri, kita tidak dapat melakukannya
seperti biasa dengan gerakan sekali jadi. Kita harus meletakkan kedua
lengan kita di lantai, seperti kita berusaha menarik sebuah pasak dari
dalam tanah keras. Ketika kita berjalan, kita membungkukkan pinggang
dan tidak dapat menegakkan kepala kita. Dan karena tidak dapat
mengangkat kaki dan melangkah dengan cepat, kita bergerak dengan
pelan dan hati-hati seperti seorang anak kecil yang sedang mengintai
burung. Semua persendian kaki dan tangan kita begitu sakit seperti kena
encok, sehingga kita tidak dapat duduk dengan perlahan. Sebagai
gantinya, kita membiarkan seluruh berat badan kita jatuh serta merta,
seperti karung goni yang tali pengikatnya putus.
Ketika daging kita menyusut, kulit kita menjadi kendor. Badan dan
muka kita penuh dengan keriput. Karena kurang daging dan darah di
antaranya, persendian menjadi lebih menonjol. Tulang pipi kita dan
semua tonjolan tulang mencolok dari kulit. Ingatan kita menurun, dan
93
kita menjadi bodoh, tuli dan pikun. Kita tidak dapat berpikir dengan
jernih dan kita merasa pusing. Dengan menurunnya kekuatan tubuh,
tiada alasan bagi kita untuk membuat penampilan kita lebih baik,
sehingga pakaian yang kita kenakan selalu terasa berat dan buruk. Kita
makan makanan sisa dan tidak punya selera. Semua makanan yang kita
makan menjadi hambar dan dingin. Kita merasa sangat berat, sehingga
susah untuk melakukan sesuatu. Meski ada tiang penyangga pada
keempat sisi, namun kita tetap merasa sulit untuk bangun dari tempat
tidur dan tidak dapat berdiri. Pada saat itu, kemerosotan fisik kita telah
membawa kita pada depresi dan penderitaan mental yang hebat. Semua
pesona kecantikan dan cahaya muka kita sudah pudar, kulit kita penuh
dengan keriput, dan dahi kita tergores dengan kerutan jelek akibat hal-hal
yang tidak menyenangkan, sehingga wajah kita seperti orang yang sedang
marah. Semua orang mencemooh kita. Sekalipun orang-orang mengin-
jakkan kaki mereka ke kepala kita, kita tidak dapat berdiri. Kita sudah
tidak dapat bereaksi. Kita seperti seorang yogi yang telah mencapai
pencerahan di mana bersih dan kotor sudah tidak ada bedanya. Kita ingin
mati saja karena tidak sanggup menahan penderitaan hari tua, namun
semakin kita dekat pada kematian, semakin kita merasa ngeri.
Semua ini membuat penderitaan yang harus kita alami di waktu tua
tidak banyak berbeda dengan siksaan makhluk di alam rendah.
95
Lihatlah bagaimana orang jahat meninggal;
Ia adalah contoh yang menunjukkan kepada kita hasil dari
perbuatan.
Saat anda dalam kandungan ibu anda, alihkan pikiran anda pada
Dharma;
Segera sesudah anda lahir, ingatlah Dharma tentang kematian.
98
diberikan secangkir teh. Pada pikiran anak-anak, apa yang dimiliki
orangtua mereka, otomatis adalah milik mereka.
Dan ia melanjutkan:
99
Pada mulanya seorang anak perempuan adalah dewi yang
tersenyum manis,
Angkuh dan memonopoli semua milik anda;
Pada pertengahan, ia minta haknya dengan tiada henti-hentinya,
Dan dengan diam-diam mencurinya dari ibunya;
Ia tidak pernah puas dengan apa yang sudah diberikan;
Ia adalah sumber keputus-asaan untuk orang tuanya yang baik
hati.
Pada akhirnya, ia adalah raksasa jahat berwajah merah yang
menakutkan;
Paling-paling ia adalah milik orang lain;
Celakanya, ia membawa aib untuk anda;.
Betapa mengecewakan monster yang membawa kesusahan ini!
Saya telah melepaskan kesedihan yang tak terobati;
Saya tidak menginginkan anak perempuan yang membawa saya
ke kehancuran.
Akhirnya:
Tiada satu pun di antara kita di dunia ini yang tidak menginginkan
kebahagiaan dan merasa enak, namun sekalipun begitu, tidak ada satu
pun di antara kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Contohnya, suatu
keluarga mencoba membuat mereka merasa nyaman dengan membangun
sebuah rumah, namun rumah itu roboh dan mereka terbunuh. Seseorang
makan untuk menghilangkan rasa laparnya, namun makanan itu
membuatnya sakit dan membahayakan jiwanya. Tentara pergi ke medan
perang dengan berharap untuk mendapatkan kemenangan, namun mereka
segera terbunuh. Suatu kelompok pedagang pergi pada ekspedisi
100
perdagangan dengan harapan besar untuk memperoleh keuntungan,
namun mereka diserang dan akhirnya menjadi pengemis. Berapa pun
banyaknya usaha dan tenaga yang kita curahkan dengan harapan menjadi
bahagia dan kaya di dalam hidup ini, kecuali perbuatan kita di masa lalu
telah menciptakan potensi untuk itu, kita bahkan tidak akan dapat
memuaskan lapar yang kita rasakan sekarang ini. Segala yang kita
kerjakan adalah membuat kesusahan pada kita sendiri dan orang lain.
Satu-satunya hasil yang pasti kita dapatkan adalah tidak terlepasnya dari
kedalaman alam rendah. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan:
“Pahala sekecil percikan bunga api lebih berharga dari pada usaha
sebesar gunung.”
Apa gunanya kegiatan samsara yang tidak pernah berkesudahan?
Semua usaha yang kita lakukan sejak waktu yang tak berawal dalam alam
samsara untuk memdapatkan apa yang kita inginkan tidak membawa
sesuatu pun kepada kita kecuali penderitaan. Pada waktu lampau, kalau
saja kita menggunakan usaha yang kita curahkan pada tujuan duniawi
dalam satu kehidupan saja dan sebagai gantinya kita curahkan untuk
Dharma, kita sekarang sudah menjadi Buddha. Kalaupun tidak demikian,
sedikitnya kita pasti tidak akan menjadi sasaran penderitaan di alam
rendah.
Kita semestinya merenung demikian: karena kita sekarang telah
mengetahui perbedaan antara apa yang harus kita perbuat dan yang tidak
boleh kita lakukan, marilah kita berhenti meletakkan harapan besar dalam
kegiatan samsara yang tidak pernah akan berhasil – dan sebagai gantinya
melatih Dharma yang benar, di mana pencapaiannya merupakan kepas-
tian.
102
Sang Penakluk mengajarkan sila untuk diikuti,
Sehingga seseorang dapat meninggalkan tugas-tugas duniawi;
Namun biarawan-biarawan sekarang yang mengikuti peraturan
ini,
Tidakkah tugas keduniawian mereka lebih banyak dari sebe-
lumnya?
Manusia yang hidup dalam masa kemerosotan 106 di empat benua ini,
terutama di Jambudvipa, bahkan kesempatan terkecil untuk mendapatkan
kebahagiaannya sudah tidak ada. Hidup mereka penuh dengan penderita-
an. Sekarang ini kemerosotan berjalan lebih cepat setiap tahun, setiap
bulan dan setiap hari, setiap waktu makan, setiap pagi dan setiap malam.
Kalpa ini berjalan dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Ajaran Buddha
dan kebahagiaan makhluk hidup semakin menghilang. Pikirkanlah
semua hal ini dan kembangkanlah rasa kekecewaan.
106
Masa di penghujung kalpa di mana keadaan menjadi buruk.
103
Membedakan yang baik dan yang buruk akan mendorong anda
untuk berlatih;
Kadang-kadang amatilah tayangan ajaib dari keempat elemen di
angkasa,
Anda akan melihat bagaimana usaha menjadi reda dalam hakikat
pikiran yang sejati;
Kadang-kadang amatilah tanah tempat lahir, rumah dan milik
anda,
Mengetahui bahwa mereka hanyalah khayalan, anda tidak akan
lagi ditipu oleh persepsi anda;
Kadang-kadang amatilah kekayaan dan milik orang lain,
Melihat betapa kasihannya mereka, anda akan membuang ambisi
samsara;
Singkatnya, periksalah sifat dasar dari penampilan segala hal dan
keaneka-ragamannya,
Anda akan menghancurkan khayalan untuk berpegang pada apa
pun seolah-olah hal itu nyata.
5. Asura
107
Di sebelah selatan istana tempat tinggal Dewa Indra terdapat suatu taman yang terhias
dengan pepohonan dan kolam. Dewa-dewa yang memasukinya akan menjadi agresif.
104
mereka, Indra, duduk di kepala tengah, dengan semua menteri di
sekelilingnya pada ketiga puluh dua kepala lainnya. Pasukan surgawi
yang tak terbayangkan dengan kemegahan yang sangat menarik
mengelilingi mereka, sambil meneriakkan pekik perang yang memekak-
kan telinga. Begitu perang dimulai, mereka melepaskan hujan senjata –
vajra, cakra, tombak, panah raksasa dan sebagainya. Tenaga gaib mereka
memberi mereka kekuatan untuk menyeret gunung ke dalam pangkuan
mereka lalu melemparkannya sebagai peluru. Karena perbuatan mereka
yang lampau, dewa tujuh kali lebih tinggi dari manusia. Tetapi makhluk
setengah dewa jauh lebih rendah dari dewa. Dewa hanya bisa terbunuh
kalau kepalanya terpenggal, sedangkan luka mana saja yang mereka kena
segera tersembuhkan oleh nektar surgawi mereka. Tetapi asura mati
seperti manusia, yaitu kalau bagian penting dari tubuh mereka terluka.
Tentu saja mereka ditakdirkan kalah dalam banyak peperangan yang
terjadi. Sebagaimana dari banyak strategi mereka, dewa-dewa mengirim
gajah yang bernama Pelindung Segala yang dimabukkan dengan
minuman keras, dengan sebuah roda pedang terikat pada belalainya.
Akibatnya asura yang mati sampai ratusan ribu jumlahnya. Mayat-mayat
mereka jatuh bergelimpangan ke lereng Gunung Meru dan jatuh ke dalam
Danau Kegembiraan Agung 108 di bawahnya, sehingga air danau itu
tertutupi dengan warna merah darah.
Dalam alam asura, karena perkelahian dan pertengkaran yang terus
menerus, mereka tidak bebas dari penderitaan. Renungkanlah nasib
mereka dari dalam lubuk hati anda.
6. Dewa
108
Danau-danau di antara Tujuh Jajaran Pengunungan Emas yang mengelilingi Maha
Meru tempat raja-raja naga bercengkerama.
105
dapat terlihat sejauh satu yojana atau satu jarak pendengaran, mulai
menjadi suram. Singgasananya, yang mulanya ia tak pernah merasa
jemu duduk di atasnya, kini sudah tidak menyenangkan hatinya. Ia
merasa sangat tidak nyaman dan tidak tenang. Kalung bunganya, yang
dulunya tidak pernah layu biar berapa pun waktu berlalu, kini menjadi
layu. Pakaiannya yang selalu bersih dan segar selama apa pun ia
memakainya, kini kusam, dekil dan mulai berbau. Badannya yang tak
pernah berkeringat, kini mulai berkeringat. Ketika kelima tanda
mendekati kematian ini muncul, dewa tersebut tersiksa oleh pengetahuan
bahwa ia akan segera meninggal. Teman-teman surgawi dan kekasihnya
juga mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Mereka tidak
menghampirinya lagi, tetapi melemparkan bunga dari kejauhan dan
memberikan ucapan mereka sambil berkata “Kalau anda meninggal dan
berlalu dari sini, semoga anda terlahirkan di alam manusia. Semoga anda
melakukan perbuatan baik dan sesudah itu terlahir lagi di alam dewa.”
Dengan begitu mereka meninggalkannya. Sunyi sepi sendiri, dewa yang
akan meninggal itu dilanda kesedihan. Dengan mata surgawinya ia
melihat di mana ia akan terlahirkan. Jika itu adalah alam penderitaan,
siksaan kejatuhan merundungnya bahkan sebelum siksaan kematiannya
berakhir. Penderitaan yang dalam ini menjadi dua tiga kali lipat, ia putus
asa dan ia dipaksa melewati tujuh hari alam dewa dengan meratap.
Tujuh hari di alam dewa Surga Tiga Puluh Tiga sama dengan tujuh ratus
tahun di alam manusia. Selama waktu itu, ia mengingat semua kese-
nangan dan kebahagiaan yang telah ia nikmati dan sadar bahwa ia tidak
kuasa lagi untuk bertahan di sana. Ia juga mengalami penderitaan
kejatuhannya yang sesungguhnya sesudah tersiksa oleh penglihatan akan
tempat kelahirannya yang akan datang. Penderitaan batin dari penderi-
taan ganda ini lebih buruk dari penderitaan di alam neraka.
Di dua alam surga di atasnya, 109 tidak ada penderitaan kematian dan
kelahiran kembali. Tetapi, ketika akibat perbuatan yang membawa
mereka ke sana sudah habis terpakai, dewa-dewa di sana jatuh ke alam
rendah seolah-olah mereka terbangun dari tidurnya. Seperti inilah
penderitaan mereka. Sebagaimana yang dikatakan Nagarjuna:
109
Surga-surga di alam rupadhatu dan alam arupadhatu.
106
Oleh sebab itu, di mana pun kita terlahir di enam alam ini, semua hal
memiliki sifat penderitaan. Segala sesuatu melipat-gandakan penderita-
an. Segala sesuatu merupakan mesin penderitaan – tidak ada hal lain
selain penderitaan. Hal itu sama seperti lubang api, pulau raksasa
pemakan manusia, ombak samudera, ujung pisau atau pelimbahan.
Tiada sedetik pun dapat ditemukan kedamaian. Menurut Sutra Dharma
Agung dari Ingatan yang Jelas: 110
Semakin anda merenung pada uraian bagian ini dan bagian lain yang
serupa, semakin anda sadar bahwa di alam mana pun anda terlahir, mulai
dari makhluk yang tertinggi di Surga Naiva-saṃjñin-nāsaṃjñin 111 sampai
yang paling rendah di alam neraka, bahkan tiada sedikit pun selingan
kenyamanan atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Sungguh sedikit pun
tidak ada artinya. Pikirkanlah tentang samsara dan penderitaan sampai
anda sama sekali tidak punya keinginan padanya, seperti seseorang yang
menderita gangguan liver disuguhi makanan yang berlemak.
110
Skt. Saddharmasmṛty-upasthāna sutra.
111
Surga Dewa Tanpa Pikiran dan Tidak Sepenuhnya Tanpa Pikiran di alam arupadhatu
(alam tanpa bentuk).
107
dan alami penderitaan tersebut dengan imaginasi anda sampai anda
benar-benar yakin akan hal tersebut. Dengan dipersenjatai dengan
tingkat keyakinan yang demikian, menghindari perbuatan buruk dan
merasa senang akan perbuatan baik akan datang secara alami kepada
anda tanpa anda memaksanya.
112
Diagram ini biasanya dapat dilihat pada pintu masuk vihara.
109
Ketika Atisa hampir meninggal dunia, seorang yogi datang
kepadanya dengan sebuah pertanyaan. “Sesudah anda tiada, apakah
sebaiknya saya bermeditasi?”
“Meski anda lakukan hal itu, apakah itu sungguh merupakan
Dharma?” tanya Atisa kepadanya.
“Kalau begitu, apa lebih baik saya mengajar saja?”
Guru itu menjawab dengan pertanyaan yang sama.
“Lalu, apa yang seharusnya saya kerjakan?” tanya yogi itu.
“Kamu semua harus mengikuti Geshe Tönpa dan dengan
bersungguh-sungguh meninggalkan kehidupan duniawi 113”, jawab Atisa.
Kisah lain menceritakan seorang biarawan yang berjalan mengelilingi
Vihara Radreng 114 ketika ia bertemu dengan Geshe Tönpa. 115 Geshe itu
berkata, “Bhiksu yang terhormat, berpradaksina adalah sesuatu yang baik,
namun apakah tidak lebih baik melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu berpikir, “Mungkin lebih banyak pahala membaca sutra
Mahayana dari pada berpradaksina.” Lalu ia mengambil sutra dan
membaca di balkon perpustakaan vihara.
Tidak lama kemudian, Geshe Tönpa berkata kepadanya, “Membaca
ajaran memang suatu perbuatan yang baik, tetapi bukankah lebih baik
melatih Dharma yang sesungguhnya?”
Bhiksu itu berpikir lagi. “Ini mesti berarti lebih baik bermeditasi dari
pada membaca sutra”. Lalu ia menunda bacaannya dan mulai mengha-
biskan waktunya pada ranjangnya, duduk dengan mata setengah tertutup.
Sekali lagi Tönpa berkata kepadanya, “Sangatlah baik juga
bermeditasi, tetapi apakah tidak lebih baik kalau melatih Dharma yang
sesungguhnya?”
Bhiksu itu sangat kebingungan dan putus asa, ia berteriak, “Geshe
yang terhormat, jadi apa yang harus saya lakukan untuk berlatih
Dharma?”
“Bhiksu yang terhormat,” jawab Geshe, “tinggalkan kehidupan
duniawi! Tinggalkan kehidupan duniawi!”
Semua tanggung jawab keseharian kita mencegah kita sekarang dan
pada masa depan untuk membebaskan diri dari penderitaan samsara.
Hanyalah seorang guru yang sejati yang dapat memberi kita nasihat yang
benar, yang memungkinkan kita untuk memutuskan ikatan dalam
kehidupan ini dan mencapai pencerahan pada kehidupan selanjutnya.
Tinggalkanlah semua keasyikan hidup ini – orangtua, sanak saudara dan
teman, rekan dan kekasih, makanan, kekayaan dan harta benda.
Tinggalkan ambisi duniawi anda seperti anda membuang ludah, dan
113
Mengacu pada penolakan delapan dharma duniawi dan hanya mencari pembebasan.
114
Vihara Radreng, vihara pertama Kadampa, didirikan oleh Geshe Tönpa .
115
Geshe Tönpa, salah seorang murid utama Atisa.
110
merasa puas dengan makanan dan pakaian seadanya. Baktikan diri anda
seluruhnya pada Dharma. Padampa Sangye berkata:
116
Langri Thangpa (1054-1123), salah satu di antara enam murid utama Atisa, juga
adalah satu dari dua murid utama Geshe Potowa.
112
Saya melihat alam samsara adalah penderitaan, namun tetap
mendambakannya;
Saya takut jurang ngarai alam rendah, tetapi terus saja membuat
kesalahan;
Berkatilah saya dan orang-orang yang tersesat seperti saya,
Sehingga kami dapat sungguh-sungguh meninggalkan hal-hal
duniawi dalam hidup ini.
113
114
BAB 4
Materi ini dijelaskan dalam tiga topik: perbuatan negatif yang harus
dihindari; perbuatan positif yang harus dijalankan, dan penentu semua
kualitas perbuatan.
117
Sembilan Kendaraan: Dalam tradisi Nyingma, seluruh spektrum jalur spiritual dibagi
menjadi sembilan yana (kendaraan), sebuah sistem latihan yang menyatukan semua
pendekatan ajaran Buddha ke dalam satu jalan komprehensif menuju pencerahan.
Kesembilan yana tersebut adalah: Yana Sravaka, Pratyekabuddha, Bodhisattva, Kriya
Tantra, Charya Tantra, Yoga Tantra, Mahayoga, Anuyoga, dan Atiyoga.
115
perbuatan positif dan negatif, mencoba untuk menghindari perbuatan
yang salah dan menjalankan perbuatan yang baik.
1.1 Membunuh
118
Sikap di mana kaki yang satu diletakkan di atas kaki lainnya.
117
Juga anak-anak menyebabkan kematian binatang yang tak terhitung
jumlahnya ketika mereka bermain tanpa mereka sadar akan hal itu.
Contohnya, pada musim panas mereka membunuh banyak serangga
hanya dengan memukul-mukul tanah dengan tongkat sihir atau cambuk
kulit ketika mereka berjalan-jalan.
Oleh sebab itu, kita semua manusia, kenyataannya menghabiskan
seluruh waktu kita untuk membunuh, seperti raksasa pemakan manusia.
Sungguh, kalau kita pikir bagaimana kita menyembelih ternak kita untuk
menikmati daging dan darahnya, saat mereka telah mengorbankan
seluruh hidupnya melayani kita dengan memberi makan kepada kita
dengan susunya, seolah-olah mereka seperti ibu kita, maka kita lebih
jahat dibanding raksasa pemakan manusia.
1.4 Berdusta
Berdusta ada tiga macam: dusta yang biasa, dusta utama dan dusta
tentang kekuatan ilahi.
Dusta biasa. Ini adalah segala macam pernyataan yang tidak benar,
yang dibuat dengan tujuan untuk menipu orang lain.
Dusta utama. Contohnya, pernyataan bahwa tidak ada manfaat
dalam perbuatan positif, dan tidak ada kesalahan dalam berbuat perbuatan
negatif. Tidak ada kebahagiaan di alam Buddha dan tidak ada
penderitaan di alam rendah, atau Buddha tidak memiliki kualitas yang
baik. Dusta-dusta ini disebut dusta utama karena dapat membawa akibat
menyesatkan yang sangat merusak.
122
Dusta tentang kekuatan ilahi. Ini adalah pernyataan yang tidak benar
tentang memiliki kualitas atau kemampuan. Contohnya: telah mencapai
tingkat Boddhisattva, memiliki kewaskitaan dan sebagainya. Sekarang
ini, dibandingkan dengan guru-guru yang sejati, penipu-penipu adalah
lebih sukses. Mereka lebih dihormati orang. Pikiran dan perbuatan
seseorang sangatlah mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu ada orang-orang
yang menyatakan bahwa ia adalah guru atau siddha dengan tujuan untuk
menipu orang lain. Mereka berkata telah melihat deity tertentu dan
membuat persembahan kepadanya, atau mereka telah melhat sesosok
setan dan menghukumnya. Umumnya mereka berbohong tentang
kekuatan di atas kemampuan manusia. Oleh karena itu berhati-hatilah
untuk tidak mempercayai penipu dan dukun secara membabi buta.
Karena hal itu mempengaruhi kehidupan sekarang dan kehidupan
berikutnya. Letakkanlah kepercayaan anda pada praktisi Dharma yang
anda kenal dengan baik, yang rendah hati, yang sifat dasarnya dan
perbuatannya seragam.
Pada umumnya, ada orang-orang biasa yang memiliki sedikit banyak
kewaskitaan yang bersifat duniawi, namun hanya sebentar-sebentar saja,
dan hanya benar pada suatu saat. Kewaskitaan yang murni timbul pada
orang yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu, dan oleh karena itu
sangat sulit untuk didapatkan.
123
keretakan antara seorang guru Mantra Rahasia dengan anak muridnya,
atau di antara teman-teman sedharma.
1.8 Ketamakan
119
Dalam Tantrayana, berlatih trikaya yidam merupakan tahap pengadaan, berlatih nadi
dan aliran energi merupakan tahap kesempurnaan.
120
Agama primitif orang Tibet, dengan kegiatan utama memohon berkah dewa,
menyembuh-kan orang sakit dengan mengusir makhluk jahat, dan melakukan ritual buat
orang yang meninggal.
121
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
125
1.9 Mengharapkan kejadian yang merugikan pada orang lain
Hal ini mengacu pada semua pemikiran dengki yang mungkin kita
miliki terhadap orang lain. Contohnya, berpikir dengan kebencian atau
kemarahan tentang bagaimana kita dapat mencelakai mereka, merasa
kecewa ketika mereka menjadi makmur atau berhasil; mengharapkan
mereka agar lebih tidak nyaman, lebih tidak bahagia atau tidak berbakat,
atau merasa gembira ketika hal-hal yang tak baik terjadi pada mereka.
126
Menganggap bahwa teks dari doktrin seperti itu adalah benar dan
mengikutinya, atau walaupun tidak melakukan demikian, namun berpikir
bahwa kata-kata Buddha, perintah guru anda atau teks dari komentator
yang terpelajar adalah salah, meragukan dan mengkritik mereka, adalah
semua tercakup dalam apa yang dimaksud dengan pandangan salah.
Kecuali mereka yang hidup di neraka, tidak ada yang tidak takut akan
kematian atau tidak menghargai hidupnya di atas segalanya. Oleh sebab
itu, menghancurkan suatu kehidupan adalah suatu perbuatan yang sangat
bersifat negatif. Seseorang akan membayar kembali makhluk hidup apa
pun yang dibunuhnya dengan lima ratus kehidupannya. Dalam Sutra
Dharma Agung dari Ingatan yang Jelas, dikatakan bahwa pembunuhan
atas seorang saja akan menyebabkan pelakunya tinggal selama satu kalpa
menengah di neraka.
Bahkan lebih buruk lagi adalah dengan alasan melakukan pekerjaan
yang mendatangkan pahala, misalnya membangun suatu lambang Tri
Ratna, untuk melakukan perbuatan yang merugikan, seperti misalnya
pembunuhan. Padampa Sangye berkata:
Bahkan ketika kita akhirnya lepas dari alam rendah, di mana akibat
menjadi matang secara penuh yang telah menyebabkan kita terlahir di
sana, dan kini memperoleh tubuh manusia, kita akan terus mengalami
akibat yang serupa dengan penyebab. Sesungguhnya, di alam rendah pun
ada banyak macam penderitaan berbeda yang serupa dengan penyebab
128
tertentu. Akibat yang serupa dengan penyebab ada dua macam:
perbuatan yang serupa dengan penyebab, dan pengalaman yang serupa
dengan penyebab.
Hal yang sama berlaku juga untuk binatang. Naluri hewan untuk
membunuh seperti pada burung elang dan serigala, atau untuk mencuri
seperti pada tikus, dalam setiap hal tersebut di atas adalah suatu akibat
yang serupa dengan dan disebabkan oleh perbuatan mereka yang
terdahulu.
122
Skt. Karmaśataka Sutra.
136
hanya membawa perbuatan positif dan perbuatan negatif yang kita
kumpulkan selama hidup kita, yang kemudian menggerakkan kita maju
ke depan ke tempat yang lebih tinggi atau ke alam samsara yang lebih
rendah. Dalam Sutra Instruksi kepada Raja, 123 kita membaca:
123
Skt. Rājādeśa Sutra.
137
diri mereka dari semua karma dan kegelapan batin pun masih harus
menerima akibat perbuatan mereka yang lampau?
Suatu hari angkatan perang Virudhaka, raja dari Sravasti, menyerang
kota orang Sakya dan membantai delapan puluh ribu penduduknya. Pada
saat itu, Buddha sendiri menderita sakit kepala. Ketika para muridnya
bertanya mengapa, beliau menjawab:
"Di kehidupan yang sudah lama berlalu, orang-orang Sakya ini
adalah nelayan yang hidup dari membunuh dan makan banyak ikan.
Suatu hari mereka menangkap dua ekor ikan besar, namun mereka tidak
membunuhnya seketika. Mereka mengikatnya di galah. Ketika kedua
ikan itu kekeringan dan menggeliat dalam kenyerian yang amat sangat,
mereka berpikir: "Orang-orang ini sedang membunuh kita walaupun kita
tidak melakukan kejahatan apa pun terhadap mereka. Moga-moga pada
suatu hari kita dapat membunuh mereka tanpa mereka membuat
kejahatan apa pun terhadap kita!" Akibat dari pikiran dua ikan besar
tersebut adalah, mereka terlahirkan kembali sebagai raja Virudhaka dan
menterinya Matropakara, sedangkan semua ikan lain yang terbunuh oleh
nelayan menjadi pasukan mereka. Hari ini mereka membantai orang-
orang Sakya.”
"Pada waktu itu, saya sendiri adalah anak dari salah seorang nelayan.
Menyaksikan kedua ikan tersebut terikat dan menggeliat dalam kesakitan
yang tak tertahankan selagi mereka kekeringan, saya tertawa. Akibat dari
perbuatan tersebut adalah, hari ini saya menderita sakit kepala. Kalau
saja saya tidak mencapai kualitas sebagaimana yang saya miliki sekarang,
saya mungkin juga sudah terbunuh oleh pasukan Virudhaka."
Pada kesempatan lain, kaki Buddha terluka oleh duri akasia –akibat
dari membunuh Si Hitam Tombak pada salah satu kehidupan sebagai
Bodhisattva sebelumnya.
Di antara semua murid Sravaka Sang Buddha, Maudgalyayana-lah
yang menguasai kekuatan gaib yang paling tinggi. Meskipun begitu, ia
dibunuh oleh orang-orang Parivrajika karena perbuatannya di masa
lampau. Hal tersebut terjadi sebagai berikut.
Sariputra yang mulia dan Maudgalyayana yang agung sering
berpergian ke dunia lain, seperti ke alam nereka atau alam preta. Mereka
bekerja demi kepentingan makhluk di alam tersebut. Suatu hari, selagi
mereka di neraka, mereka kebetulan bertemu dengan seorang guru
tirthika yang bernama Puranakasyapa, yang telah terlahir di sana dan
sedang mengalami banyak dan bermacam-macam siksaan.
Ia berkata kepada mereka, "Orang-orang yang mulia, waktu anda
kembali ke alam manusia, tolong beritahu kepada murid-murid saya,
bahwa guru mereka, Puranakasyapa, telah terlahir di dalam neraka.
138
Beritahu mereka bahwa jalan orang-orang Parivrajika 124 bukanlah jalan
kebajikan. Jalan kebajikan ada di doktrin Buddha Sakya. Jalan kita salah.
Mereka perlu meninggalkannya dan belajar mengikuti Sakyamuni. Dan
beritahu kepada mereka, yang terpenting di atas segalanya, bahwa setiap
kali mereka memberi persembahan kepada tempat suci yang mereka
bangun untuk tulang-tulang saya, cairan logam pijar menyiramiku. Saya
mohon, beritahu mereka jangan membuat persembahan seperti itu lagi."
Kedua rekan yang mulia tersebut kembali ke dunia manusia.
Sariputra tiba lebih dulu dan pergi memberitahu para tirthika tentang
pesan guru mereka. Tetapi, karena kondisi-kondisi karma yang perlu
belum ada, mereka tidak mendengarkannya. Ketika Maudgalyayana tiba,
ia bertanya kepada Sariputra apakah ia telah memberitahu para tirthika
pesan Puranakasyapa.
"Ya," jawab Sariputra, "tetapi mereka tak berkata satu kata pun."
Maudgalyayana berkata, "Karena mereka tidak bisa menerima apa yang
kamu katakan, saya sendiri akan berkata kepada mereka." Dan ia pergi
untuk menceritakan kepada mereka apa yang dikatakan oleh Purana-
kasyapa.
Tetapi setelah mendengar kata-kata Maudgalyayana, para tirthika
sangat marah. "Bukan saja ia menghina kita, ia bahkan mengkritik Guru
kita!" kata mereka. "Pukul dia!" Mereka memukulnya sampai lemas
seperti rumput gelagah dan membiarkannya terbaring di sana.
Jangankan pukulan dari para Parivrajika, sampai saat itu tidak ada
suatu serangan terencana dari makhluk ketiga alam bersama-sama yang
bisa melukai seutas rambut kepala Maudgalyayana. Tetapi pada saat itu,
karena dihancurkan oleh matangnya akibat perbuatan masa lampaunya, ia
kalah seperti orang biasa.
“Aku bahkan tidak bisa berpikir bagaimana cara menggunakan
tenaga gaib, jangankan melakukannya," katanya. Sariputra membung-
kusnya dengan jubahnya dan membawanya pergi. Ketika mereka sampai
ke Taman Jeta, Sariputra berseru, "Bahkan mendengar uraian tentang
kematian temanku saja saya tak tahan! Mana mungkin saya melihat hal
ini terjadi?" Ia meninggal dan masuk ke dalam nirvana bersama dengan
banyak Arhat lain tidak lama setelah itu. Maudgalyayana juga meninggal
dan terlepas dari penderitaan.
124
Salah satu dari enam aliran non-Buddism utama di India jaman dulu, di mana mereka
menganggap bahwa kebahagiaan ataupun penderitaan makhluk hidup bukan disebabkan
oleh perbuatan, namun ada secara alami.
139
jubah bhiksu-nya dengan semacam kunyit di tempat terbuka di hutan.
Pada waktu yang sama, seorang awam yang tinggal di dekat sana sedang
mencari anak sapinya yang hilang. Ia melihat asap timbul di tempat
terbuka di hutan, dan pergi ke sana untuk melihat apa yang terjadi.
Menemukan bhiksu yang sedang menyalakan api, ia bertanya: "Apa
yang kamu lakukan?"
"Saya sedang mencelup jubahku," jawab bhiksu tersebut.
Orang awam tersebut mengangkat penutup kuali dan melihat ke
dalam. "Ini kan daging!" serunya, dan sungguh, ketika bhiksu tersebut
melihat ke dalam kuali, ia juga melihat daging di dalamnya.
Orang awam tersebut membawa bhiksu ke tempat raja dan berkata,
"Tuanku, bhiksu ini mencuri anak sapi saya. Tolong hukum dia." Raja
memerintahkan menempatkan Ravati ke dalam penjara.
Namun, beberapa hari kemudiannya, induk sapi orang awam tersebut
menemukan anak sapinya yang hilang. Orang awam tersebut kembali ke
tempat raja dan berkata, "Tuanku, bhiksu tersebut sama sekali tidak
mencuri anak sapi saya; tolong lepaskan dia."
Tetapi waktu itu raja sedang sibuk dan pikirannya agak kacau, dan ia
lupa memerintahkan melepas Ravati. Ia tidak melakukan apa pun menge-
nai hal itu selama enam bulan lamanya.
Kemudian pada suatu hari, sekelompok murid bhiksu tersebut yang
telah memiliki tenaga gaib, datang dengan berterbangan melalui angkasa
dan mendarat di depan raja.
"Ravati adalah seorang biarawan yang tidak bersalah dan murni,"
mereka berkata kepada raja. "Tolong bebaskan dia."
Raja sendiri pergi melepas bhiksu itu, dan ketika ia melihat kondisi
Ravati yang lemah, ia diliputi oleh penyesalan yang dalam.
"Aku bermaksud datang lebih cepat, tetapi aku meninggalkannya
begitu lama," ia berseru. "Aku sudah melakukan dosa yang mengerikan!"
"Tidak ada kejahatan yang telah dilakukan," kata bhiksu tersebut.
"Itu semuanya adalah akibat perbuatanku sendiri."
"Perbuatan apa?" tanya raja.
"Selama suatu kehidupan di masa lampau, saya adalah seorang
pencuri, dan sekali waktu saya mencuri seekor anak sapi. Ketika pemi-
liknya mengikutiku, aku melarikan diri dan meninggalkan binatang
tersebut pada seorang pratyekabuddha yang kebetulan bermeditasi di
tempat terbuka di hutan. Pemilik sapi tersebut menangkap
pratyekabuddha tersebut dan akibatnya pratyekabuddha tersebut dipenja-
ra selama enam hari. Sebagai akibat yang matang secara penuh dari
perbuatanku, aku telah melewati banyak kehidupan penderitaan di alam
rendah. Penderitaan yang kualami dalam kehidupan sekarang adalah
yang terakhir kalinya."
140
Contoh yang lain adalah cerita putra Surabhibhadra, seorang raja
India. Pada suatu hari, ibu pangeran tersebut memberinya jubah sutera
yang tidak berkelim. Ia tidak ingin memakainya dengan seketika, dan
berkata. "Saya akan memakainya pada hari saya menerima warisan
kerajaan."
"Kamu tidak pernah akan mewarisi kerajaan," kata ibunya. "Itu
hanya bisa terjadi jika ayahmu, raja itu, meninggal. Tetapi kekuatan
hidup ayahmu telah menyatu dengan Guru Nagarjuna, sehingga tidak
mungkin ia akan mati selama Nagarjuna masih hidup. Dan karena
Nagarjuna memiliki kekuasaan atas rentang waktu hidupnya, ayahmu
tidak pernah akan mati. Itulah sebabnya mengapa banyak dari kakak
laki-lakimu meninggal tanpa mewarisi kerajaan."
"Lalu apa yang dapat saya lakukan?" tanya putranya.
"Pergilah ke Guru Nagarjuna dan minta beliau memberimu kepalanya.
Ia akan setuju, sebab ia adalah seorang Bodhisattva. Saya tidak melihat
ada solusi yang lain."
Anak laki-laki tersebut pergi ke Nagarjuna dan meminta kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata Guru. Anak tersebut mengambil pedang dan
membacok leher Nagarjuna. Tetapi tidak ada apa pun yang terjadi.
Seolah-olah mata pisaunya itu telah memotong udara.
“Senjata tidak bisa melukai saya," kata Guru, "sebab selama lima
ratus kehidupan yang lalu, saya telah membersihkan diriku dari semua
akibat menggunakan senjata. Namun, saya telah membunuh seekor
serangga pada suatu hari ketika memotong rumput kusa. Akibat yang
matang secara penuh dari perbuatan tersebut belum muncul. Oleh sebab
itu, jika kamu menggunakan mata pisau dari rumput kusa, maka kamu
akan mampu memotong kepala saya." Maka anak tersebut mencabut
rumput kusa, menggunakanya sebagai mata pisau dan memotong kepala
Nagarjuna. Kepala Nagarjuna jatuh ke tanah. Nagarjuna memasuki
nirvana sambil berkata:
125
Menurut catatan sejarah Budhism India, sesudah Nagarjuna meninggal, badan dan
kepalanya menjadi dua gunung yang terpisah (di Nagarjunakonda, India Selatan).
Kelak Nagarjuna akan kembali ke badannya dan hidup lagi.
141
mengumpulkannya? Bahkan untuk lepas dari alam rendah saja akan sulit.
Oleh karena itu, marilah kita dengan cara bagaimanapun menghindari
perbuatan salah apa saja, apakah besar atau kecil, dan menggunakan diri
kita untuk melakukan perbuatan baik apa pun yang dapat kita lakukan,
biarpun kelihatannya tidak penting. Sepanjang kita tidak membuat usaha
yang demikian, setiap kali perbuatan negatif akan menuntun kita hidup di
alam rendah selama banyak kalpa. Janganlah pernah meremehkan
perbuatan buruk yang kecil dengan beranggapan bahwa hal itu tidak bisa
menyebabkan kerugian yang besar. Sebagaimana kata Bodhisattva
Santideva:
Dan dalam Sutra Orang Bijak dan Orang Bodoh 126 kita temukan:
126
Skt. Damamūka-nidāna-sūtra.
142
melemparkan bunga ke angkasa akan mengakibatkan anda berbagi
pemerintahan dengan Indra dan Chakravartin selama suatu rentang waktu
yang sukar dibayangkan. Inilah alasan kenapa Sutra Orang Bijak dan
Orang Bodoh berkata:
Benih pohon asota tidak lebih besar dari biji wijen, tetapi pohonnya
berkembang dengan begitu cepat sehingga cabangnya mencapai satu
yojana dalam satu tahun. Namun bahkan gambaran ini tidaklah cukup
untuk menguraikan pertumbuhan yang sedalam-dalamnya dari hasil
perbuatan positif dan perbuatan negatif.
143
marah dan melanggar silanya dengan memotong pohon tersebut. Apa
yang kamu lihat hari ini adalah hasil perbuatan itu."
Baik atau buruk suatu perbuatan, niat adalah faktor utama yang
menentukan apakah mereka adalah positif atau negatif, berat atau ringan.
Hal itu seperti sebatang pohon: jika akarnya berkhasiat obat, batang dan
daun-daunnya juga akan berkhasiat obat. Jika akarnya beracun, batang
dan daun-daun akan beracun juga. Daun-daun yang berkhasiat obat tidak
bisa tumbuh dari akar yang beracun. Dengan cara yang sama, jika suatu
niat timbul dari agresi atau kemelekatan, sehingga dengan demikian tidak
seluruhnya murni, maka perbuatan yang mengikutinya cenderung negatif,
sekalipun kelihatan positif. Pada sisi lain, jika dilandasi niat murni,
sekalipun hal itu kelihatan negatif, namun sesungguhnya positif. Dalam
Harta Karun Pahala Kebajikan dikatakan demikian:
Seorang Bodhisattva dengan pikiran yang luas dan tidak ada sedikit
pun keinginan pribadi, boleh juga mencuri dari orang pelit dan kaya, dan
atas nama mereka mempersembahkan barang-barang tersebut kepada Tri
Ratna atau memberikannya kepada kaum miskin.
Kata-kata kasar bisa digunakan, misalnya sebagai alat yang lebih kuat
untuk membawakan Dharma kepada seseorang, di mana pendekatan yang
lebih lembut tidak membuat kesan apa pun – atau dalam nasihat yang
diberikan kepada seorang murid dalam rangka menunjukkan kesalahan
yang tersembunyi. Sebagaimana kata Atisa:
145
Guru yang paling baik adalah orang yang menunjukkan kesa-
lahan yang tersembunyi;
Instruksi yang paling baik adalah yang mengarahkan secara jujur
pada kesalahan yang tersembunyi.
Obrolan iseng boleh digunakan sebagai sebagai suatu alat yang mahir
untuk memperkenalkan Dharma kepada orang-orang yang suka bicara,
dan yang tanpa dengan cara demikian tidak bisa dibawa ke Dharma.
Tetapi hal itu tidak pernah dibenarkan untuk menciptakan gangguan
untuk diri sendiri dan orang lain.
Pikiran adalah penggerak tunggal akan hal yang baik dan jahat.
Sekalipun mereka tidak diucapkan atau tidak dilakukan, mereka
mempunyai akibat positif atau negatif yang sangat kuat. Oleh karena itu
selalulah meneliti pikiran anda. Jika pikiran anda adalah hal-hal yang
positif, bergembiralah dan lakukan lebih banyak kebajikan. Jika mereka
adalah negatif, sesalilah dengan seketika, merasa kurang enak dan malu
karena anda masih menyukai hal-hal seperti itu, kendati anda sudah
banyak menerima ajaran. Katakan kepada diri anda bahwa mulai
sekarang anda harus berusaha sungguh-sungguh untuk tidak membiarkan
pikiran seperti itu muncul dalam benak anda. Bahkan ketika anda mela-
kukan sesuatu yang positif, periksalah motivasi anda dengan hati-hati.
Jika niat anda adalah baik, lakukan. Jika motivasi anda adalah untuk
mengesankan orang, atau didasarkan pada persaingan atau suatu
keinginan yang kuat akan ketenaran, yakinkan anda untuk mengubahnya,
dan tuangkan ke dalamnya dengan bodhichitta. Jika anda sungguh tidak
mampu mengubah motivasi anda, akan lebih baik untuk menunda
perbuatan baik tersebut sampai kemudian hari.
127
Skt. Vajracchedika-sutra.
148
Dan sebaliknya, ada orang yang hanya berbuat jahat, tetapi
mengalami buah dari perbuatan positif yang kecil dengan segera, suatu
perbuatan yang mestinya menjadi matang di kemudian hari. Ini terjadi di
tanah Aparantaka. Selama tujuh hari ada hujan batu permata, kemudian
disusul dengan tujuh hari hujan pakaian, dan disusul lagi dengan tujuh
hari hujan butir makanan. Pada akhirnya turun hujan tanah. Semua
orang mati tertimbun dan terlahir di alam neraka.
Situasi seperti ini, di mana mereka yang berbuat baik menderita dan
mereka yang berbuat jahat bernasib baik, selalu terjadi sebagai akibat dari
perbuatan yang dilakukan di masa lalu. Perbuatan anda sekarang ini, baik
yang baik ataupun yang buruk, akan mempunyai akibatnya di kehidupan
berikutnya atau kehidupan sesudahnya. Karena alasan ini, adalah penting
untuk mengembangkan suatu keyakinan yang kokoh akan akibat yang tak
bisa dielakkan dari perbuatan anda, dan selalu berbuat baik.
Jangan menggunakan bahasa Dharma dari pandangan yang tinggi
untuk meremehkan prinsip sebab dan akibat. Guru Uddiyana yang
Agung berkata:
Oleh karena itu, seberapa pun jauhya hakikat realita yang sudah anda
capai, anda tetap harus menaruh perhatian sepenuhnya pada perbuatan
anda dan akibat perbuatan tersebut.
Sekali peristiwa seseorang bertanya kepada Padampa Sangye,
“Sesudah kita menyadari kekosongan, apakah itu masih merugikan kita
kalau kita melakukan perbuatan negatif?"
"Sesudah anda menyadari kekosongan," jawab Padampa Sangye,
"adalah mustahil berbuat sesuatu yang negatif. Ketika anda sudah me-
nyadari kekosongan, rasa belas kasih akan muncul dengan serta merta.”
Jika anda memiliki sikap pandang yang benar dalam diri anda sendiri,
anda akan mampu mengubah pikiran semua mereka yang berhubungan
dengan anda ke arah Dharma yang sejati. Pahala yang besar untuk diri
anda dan orang lain akan meningkat tanpa batas. Anda tidak pernah lagi
akan terlahir di alam rendah, di mana masa depan anda menjadi buruk
128
Sulitnya memperoleh kebebasan dan berkah, Ketidak-kekalan kehidupan, Ketidak-
sempurnaan dunia samsara, Perbuatan: prinsip sebab dan akibat.
151
dan lebih buruk, tetapi akan selalu mempunyai kondisi-kondisi yang unik
dari kehidupan dewa atau manusia. Bahkan orang-orang di daerah di
mana anda tinggal akan selalu melakukan kebajikan, mempunyai pahala
dan nasib baik, dan akan selalu dilindungi oleh para dewa.
152
BAB 5
MANFAAT PEMBEBASAN
153
Apakah pencapaian anda adalah Sravaka, Pratyekabuddha atau ke-
buddhaan yang sempurna, hasilnya adalah kedamaian dan ketenangan,
bebas dari jalan berbahaya dari penderitaan samsara. Betapa menggem-
birakan!
Karena dari berbagai jalur, adalah Mahayana yang anda pilih, semua
latihan – sepuluh perbuatan positif, empat kualitas tak terhingga, enam
kesempurnaan transeden, empat konsentrasi, empat keadaan tanpa bentuk,
dua macam meditasi 129 – harus dilakukan dengan kebuddhaan yang
sempurna sebagai tujuan anda satu-satunya, dan dengan ketiga metoda
yang tertinggi: membangkitkan bodhichitra sebagai persiapan, tetap
bebas dari gagasan-gagasan selama meditasi yang dilakukan, dan ditutup
dengan doa pelimpahan jasa.
129
Yaitu Samatha dan Vipassanā. Samatha adalah praktek Buddhis (bhavana) untuk
menenangkan pikiran (citta) yang dilakukan dengan berlatih meditasi pemusatan pikiran,
yang pada umumnya melalui kesadaran pada pernapasan. Vipassanā (Skt. vipaśyanā)
adalah kebijaksanaan pengamatan yang mendalam atas sifat dasar yang sebenarnya dari
realita.
154
BAB 6
Tidak ada sutra, tantra atau sastra yang mengatakan bahwa seseorang
pernah mencapai kebuddhaan yang sempurna tanpa berguru kepada
seorang guru spiritual. Kita dapat melihat sendiri, bahwa tidak ada orang
yang pernah mengembangkan semua pemenuhan tahapan dan jalan hanya
dengan bersandar pada kemampuan dan usaha mereka sendiri. Semua
makhluk, termasuk diri kita, adalah sangat pintar dalam mencari arah
yang salah. Tetapi saat mengikuti jalan pembebasan dan kemahatahuan,
kita begitu bingung bagaikan orang buta yang mengembara sendirian di
tengah dataran yang sepi. Tak seorang pun dapat membawa pulang
permata-permata dari pulau harta karun tanpa bersandar pada seorang
nakhoda yang berpengalaman. Demikian juga, seorang teman spiritual
adalah pemandu yang benar ke pembebasan dan kemahatahuan. Kita
harus mengikutinya dengan rasa hormat. Hal ini dapat terpenuhi dalam
tiga tahap: Pertama-tama dengan meneliti guru tersebut, kemudian meng-
ikutinya, dan akhirnya dengan meneladani realisasi dan perbuatannya.
I. MENELITI GURU
Pada sisi lain, ada jenis guru tertentu yang perlu kita hindari. Karak-
teristik mereka adalah sebagai berikut:
Guru yang seperti batu gerinda yang dibuat dari kayu. Guru-guru ini
tidak memiliki sedikit pun kualitas yang timbul dari studi, perenungan
dan meditasi. Dengan berpikir bahwa ia adalah putra atau kemenakan
yang mulia dari seorang Lama, maka keturunan mereka mestinya
157
seseorang yang lebih pandai dari pada siapa pun. Mereka memperta-
hankan kasta mereka seperti para Brahmana. Sekalipun mereka sudah
belajar, merenung dan bermeditasi sedikit, mereka tidak melakukannya
dengan niat yang murni demi kehidupan yang akan datang, tetapi untuk
pertimbangan yang lebih bersifat keduniawian – seperti mempertahankan
kedudukan mereka sebagai guru. Perihal pelatihan murid-murid, mereka
juga akan cocok untuk memenuhi fungsi yang tepat mereka sebagai batu
gerinda yang dibuat dari kayu.
Guru seperti katak dalam tempurung. Guru jenis ini kekurangan
kualitas khusus yang membedakan mereka dari orang biasa. Tetapi orang
lain memujanya berdasarkan keyakinan yang buta, dengan tanpa meneliti
mereka sama sekali. Terbuai oleh kebanggaan akan keuntungan dan
kehormatan yang mereka terima, mereka dengan sendirinya sangat tidak
peduli pada kualitas yang benar para guru yang besar. Mereka seperti
katak dalam tempurung.
Konon, suatu hari seekor katak tua yang selalu tinggal di kolam
dikunjungi oleh katak lain yang tinggal di pantai samudra.
"Darimana anda?" tanya katak yang tinggal di kolam.
"Aku datang dari samudra," jawab pengunjung tersebut.
"Seberapa besar samudra anda?" tanya katak kolam.
"Wah, sangat besar," jawab katak tersebut.
"Sekitar seperempat ukuran dari kolam saya?" tanyanya.
"O, lebih besar dari itu!" seru katak dari samudra.
"Kalau begitu, separuh ukurannya?"
"Bukan, lebih besar lagi!"
"Jadi, – sama ukuran dengan kolam?"
"Tidak, tidak! Jauh lebih besar lagi!"
"Itu mustahil!" kata katak yang tinggal di kolam. "Aku harus lihat
sendiri"
Kedua katak berangkat bersama-sama, dan konon ketika katak yang
tinggal di kolam melihat samudra, ia menjadi pingsan, kepala pecah, dan
ia meninggal.
Pemandu gila. Ini adalah guru yang memiliki sedikit pengetahuan,
tidak pernah berusaha untuk mengikuti guru terpelajar dan berlatih sutra
dan tantra. Emosi negatifnya yang kuat dengan kewaspadaan dan
kesadaran yang lemah membuat mereka lalai dalam kaul dan samaya.
Meski lebih rendah dari makhluk yang biasa, mereka meniru siddha dan
bertingkah laku seolah-olah perbuatan mereka lebih tinggi dari pada
langit. Dengan luapan kemarahan dan kecemburuan, mereka
memutuskan tali pertolongan rasa sayang dan belas kasih. Teman
spiritual seperti itu disebut pemandu gila, dan menuntun orang-orang
yang mengikutinya ke jalan yang salah.
158
Pemandu buta. Khususnya, seorang guru yang kualitasnya sama sekali
tidak melebihi diri anda dan yang kurang rasa sayang dan belas kasih
bodhichitta, tidak pernah akan bisa menyadarkan anda akan apa yang
sebaiknya dan yang tidak boleh anda lakukan. Guru seperti ini disebut
pemandu yang buta.
Guru yang benar seperti itu dapat dengan mahir menuntun orang-
orang biasa yang memerlukan bantuannya. Perbuatan sehari-harinya
sesuai dengan orang-orang biasa. Tetapi pada kenyataannya, pikiran
kebijaksanaannya adalah pikiran seorang Buddha, sehingga ia sepenuh-
nya berbeda dari semua orang. Setiap perbuatannya hanyalah aktivitas
seorang yang sudah tercerahkan yang disesuaikan dengan sifat pikiran
160
orang yang dibantunya. Dengan demikian ia unik dan mulia. Trampil
dalam menghilangkan keraguan, ia dengan sabar memikul semua rasa
tidak berterima kasih dan rasa kecil hati yang ditimbulkan oleh murid-
muridnya, seperti seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Dikatakan
dalam Harta Karun Pahala Kebajikan:
Seorang guru dengan semua kualitas seperti ini adalah bagaikan suatu
kapal dengan mana kita menyeberangi samudra samsara yang maha luas.
Bagaikan seorang nakhoda, ia dengan tak kunjung habisnya memetakan
rute ke pembebasan dan kemahatahuan kepada kita. Bagaikan cucuran
nektar, ia memadamkan kobaran api perbuatan dan emosi negatif. Ba-
gaikan matahari dan bulan, ia menyebar terang Dharma dan membubar-
kan kegelapan pekat ketidak-tahuan. Bagaikan bumi, ia dengan sabar
menanggung semua rasa tidak berterima kasih dan berkecil hati, dan yang
mencakup dalam pikirannya yang luas akan pandangan dan perbuatannya.
Bagaikan pohon pengabul harapan, ia adalah sumber pertolongan dalam
kehidupan ini dan semua kebahagiaan kehidupan berikutnya. Bagaikan
jambangan yang sempurna, ia adalah harta karun dari semua variasi yang
tak terbayangkan dari kendaraan-kendaraan dan doktrin yang diperlukan
seseorang. Bagaikan permata pengabul harapan, ia membentang aspek
yang tak terbatas dari empat aktivitas 130 sesuai dengan kebutuhan
makhluk hidup. Bagaikan seorang ibu atau ayah, ia mencintai setiap
makhluk hidup yang tak terhitung banyaknya dengan cinta kasih yang
sama, tanpa kemelekatan pada orang yang dekat dengannya dan
kebencian pada yang lain. Bagaikan sungai yang besar, rasa belas
kasihnya sangat luas sehingga meliputi semua makhluk tanpa batas
seperti ruang angkasa dan begitu cepat, sehingga ia dapat membantu
siapa saja yang sedang menderita dan tanpa pelindung. Bagaikan raja
gunung, kegembiraannya pada kebahagiaan orang lain begitu kokoh
130
Empat aktivitas: 1. Penghentian: Menghilangkan penyakit sendiri atau orang lain, setan,
kejahatan dan pelanggaran lainnya; 2. Peningkatan: Meningkatkan reputasi, kekayaan,
status, kebijaksanaan, dll.; 3. Pengayoman: Mendapatkan kepercayaan diri, lalu
mengayomi semua orang dan bukan manusia; 4. Penghancuran: dengan kekuatan
belaskasih tanpa keegoisan, lewat yidam berwujud murka mengusir makhluk jahat atau
memindahkannya ke alam suci.
161
sehingga tidak bisa digeser oleh kecemburuan, atau diguncang oleh tidak
mantapnya kepercayaan terhadap realitas dari hal-hal yang tampak.
Seperti hujan yang turun dari awan, kenetralannya tidak pernah
dipengaruhi oleh kemelekatan atau kebencian. Harta Karun Pahala
Kebajikan mengatakan:
Ia adalah seorang ayah dan ibu, dengan kasih sayang yang sama;
Belas kasihnya luas dan cepat bagaikan sungai yang besar;
Kegembiraannya tak berubah seperti raja pegunungan;
Kenetralannya tidak bisa dipengaruhi, seperti hujan dari awan.
Guru seperti itu setara dengan semua Buddha dalam belas kasih dan
berkahnya. Mereka yang membuat suatu hubungan yang positif de-
ngannya akan mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan. Bahkan
mereka yang membuat hubungan yang negatif dengannya pun akhirnya
akan dituntun keluar dari samsara.
162
Demikianlah permulaan dari rangkaian kiasan dalam Avatamsaka
Sutra. Orang-orang yang sakit menempatkan diri mereka di bawah
perawatan seorang dokter yang trampil. Wisatawan pada jalan yang
berbahaya mempercayakan diri mereka pada pengawal yang berani.
Orang-orang yang takut akan musuh, perampok atau binatang buas
mengandalkan teman untuk perlindungan. Pedagang-pedagang yang
menuju ke negeri seberang samudra mempercayakan diri mereka kepada
seorang nakhoda. Pelancong yang menggunakan perahu untuk
menyeberang sungai mempercayakan diri mereka kepada tukang dayung.
Dengan cara yang sama, untuk melindungi diri kita dari kematian,
kelahiran kembali dan emosi negatif, kita harus mengikuti seorang guru,
seorang teman spiritual. Harta Karun Pahala Kebajikan mengatakan:
Betapapun tidak dapat anda pahami cara guru anda bertindak, selalu-
lah memelihara persepsi yang murni, dan mengenali cara melakukan
berbagai hal sebagai metoda yang trampil.
Pandita Naropa yang agung sudah sangat terpelajar dan memiliki
pencapaian yang tinggi. Tetapi yidamnya memberitahu kepadanya
bahwa guru dari kehidupan sebelumnya adalah Tilopa yang agung, dan
untuk menemukannya, ia perlu pergi ke India Timur. Naropa berangkat
dengan seketika, tetapi ketika tiba di timur, ia tidak tahu ke mana untuk
menemukan Tilopa. Ia bertanya kepada penduduk setempat, tetapi
mereka tidak mengenal siapa Tilopa.
"Apakah tidak ada orang di daerah ini yang bernama Tilopa?" ia ber-
tanya dengan tegas.
"Ada seseorang yang dipanggil Tilopa orang kasta buangan, atau
Tilopa si Pengemis." Naropa berpikir, "Perbuatan siddha adalah tidak
mudah dimengerti. Boleh jadi itu adalah dia." Ia bertanya di mana
Tilopa si Pengemis tinggal.
"Di dinding yang rusak itu di sana, di mana asap sedang mengepul
itu," jawab mereka.
Ketika ia sampai ke tempat yang ditunjuk, ia menemukan Tilopa
duduk di depan suatu keranjang ikan. Ada beberapa ekor yang masih
hidup dan ada yang sudah mati. Tilopa mengambil seekor ikan. Lalu
dipanggangnya di atas api dan menaruhnya ke dalam mulutnya, dan
menjentikkan jarinya. Naropa bersujud di depannya dan memohon Tilopa
untuk menerimanya sebagai murid.
"Kamu lagi bilang apa?" Tilopa berkata. "Aku hanyalah pengemis"
Tetapi Naropa memohon dengan sangat, maka Tilopa menerima dia.
165
Tilopa bukan membunuh ikan itu hanya karena ia lapar dan tidak bisa
menemukan sesuatu untuk dimakan. Ikan adalah makhluk yang sama
sekali tidak memiliki pengetahuan harus berbuat apa dan tidak berbuat
apa dengan banyak perbuatan yang negatif. Tilopa memiliki kekuatan
untuk membebaskan mereka. Dengan memakan daging mereka, ia
membuat suatu hubungan dengan kesadaran mereka, yang kemudian
dipindahkan ke alam Buddha yang murni.
Demikian juga, Saraha hidup sebagai tukang panah, Savaripa sebagai
pemburu, dan kebanyakan siddha India yang hebat lainnya juga
menjalani cara hidup yang sangat rendah, bahkan sering sebagai orang
kasta buangan. Oleh sebab itu adalah penting tidak menafsir perbuatan
apa pun dari guru anda secara salah. Latihlah agar anda selalu memiliki
persepsi yang murni.
166
Ananda pergi mengunjungi Sunaksatra dan menceritakan kepadanya
apa yang Buddha katakan. Sunaksatra berpikir. "Kadang-kadang, kebo-
hongan-Nya bisa sungguh-sungguh terjadi. Maka selama tujuh hari saya
sebaiknya sangat berhati-hati. Pada akhir minggu, saya akan membuat
dia menarik kembali ucapannya."
Ia melewati minggu itu dengan berpuasa. Namun, pada pagi hari yang
ketujuh, kerongkongannya terasa sangat kering, maka ia minum sedikit
air. Tetapi ia tidak bisa mencerna air tersebut dengan baik, dan ia
meninggal. Ia terlahir kembali di taman bunga sebagai preta dengan
sembilan macam penampilan buruk.
Kapan saja anda melihat kesalahan apa pun dari guru yang mulia,
kamu seharusnya merasa sangat malu. Hal itu mencerminkan pandangan
mental anda yang tidak murni. Semua perbuatannya adalah selalu tepat
dan sempurna. Perkuat persepsi murni anda terhadapnya dan tingkatkan
keyakinan anda.
Jika ada orang yang mengkritik atau membenci guru anda, jangan
perlakukan mereka sebagai teman anda. Jika anda sanggup mengubah
sikap siapa saja yang tidak memiliki keyakinan terhadapnya atau yang
meremehkannya, anda perlu melakukannya. Tetapi jika hal itu tidak
mungkin, hindarilah terlalu terbuka dan membuat percakapan yang akrab
dengan orang-orang seperti itu.
168
Jika anda berbicara secara terbuka dengan mereka, pengaruh
yang kuat
Dari tindakan mereka yang salah akan merusak samaya anda.
Berapa pun banyaknya waktu yang harus anda habiskan dengan rom-
bongan pengiring guru anda atau dengan saudara-saudara vajra anda,
janganlah merasa lelah atau terganggu oleh mereka, tetaplah ramah
seperti sabuk yang nyaman. Korbankan kepentingan sendiri dan
bergabunglah dalam pekerjaan apa pun, bercampur dengan mudah
bagaikan garam dalam makanan. Ketika orang-orang berbicara dengan
kasar kepada anda atau mau bertengkar dengan anda, atau ketika
tanggung-jawab yang harus anda pikul terlalu besar, bersiaplah untuk
menahan apa pun, seperti tiang penyangga.
171
Tanpa rasa bakti, adalah sulit untuk bertemu dengan guru di alam
bardo!
172
namanya saja – dapat mengubah segalanya dengan segera dan
menggerakkan keyakinan kita sehingga bulu kuduk kita berdiri.
Pada tahap akhir, meneladani perbuatan dan realisasi guru, yang terdiri
dari secara hati-hati meneliti cara ia bertindak dan melakukannya persis
seperti yang ia lakukan. Sebagaimana kata peribahasa, "Setiap perbuatan
adalah suatu tiruan; ia yang meniru terbaik, akan melakukannya terbaik."
Bisa dikatakan bahwa praktek Dharma adalah meniru Buddha dan
Bodhisattva masa lampau. Sebagai seorang murid yang belajar meniru
gurunya, ia harus menyesuaikan diri dengan sungguh-sungguh cara
173
bertindak dan realisasi guru. Murid harus seperti tsa-tsa cetakan dari
guru tersebut. Sebagaimana halnya tsa-tsa adalah reproduksi semua pola
yang terukir pada cetakan, dengan cara yang sama, murid perlu
meyakinkan dirinya bahwa ia memperoleh kualitas serupa dengan, atau
sedikitnya sangat dekat dengan yang dimiliki gurunya.
Seseorang yang awalnya meneliti gurunya, kemudian mengikutinya
dengan trampil, dan akhirnya meneladani perbuatan dan realisasinya
dengan trampil, akan selalu dalam alur yang otentik.
131
Nama Sadaprarudita artinya "Yang Selalu Menangis." Dharmodgata berarti " Dharma
yang Mulia."
174
bagaimana cara menemukan guru Prajnaparamita-nya. Sambil menangis
dan meratap, ia berjanji untuk mengabaikan kelelahan, rasa lapar, dahaga
dan tidur, siang atau malam sampai ia telah menerima ajaran tersebut. Ia
sangat menderita, seperti seorang ibu yang telah kehilangan anak tunggal-
nya. Pikirannya terpukau dengan hanya satu pertanyaan: Kapankah ia
akan mendengar Prajnaparamita?
Pada saat itu, muncul seorang Tathagata di depannya dan memujinya
mencari Dharma. "Lima ratus yojana dari sini," Tathagata tersebut
menambahkan: "Ada satu kota yang disebut Kota Dupa. Kota tersebut
dikelilingi oleh lima ratus taman yang terbuat dari tujuh barang berharga
dan memiliki semua kualitas yang sempurna. Di tengah-tengah kota itu,
pada persimpangan empat jalan yang lebar, terdapat istana tempat
kediaman Bodhisattva Dharmodgata. Istana tersebut juga terbuat dari
tujuh benda berharga, dan kelilingnya mencapai satu yojana. Disana, di
dalam taman dan tempat yang menyenangkan lainnya, tinggallah sang
Bodhisattva Dharmodgata yang agung beserta rombongan pengiringnya.
Ditemani oleh enam puluh delapan ribu wanita, ia menikmati kesenangan
lima indera, di mana ia telah menguasai sepenuhnya dan dengan penuh
kegembiraan melakukan apa pun juga yang ia inginkan. Sepanjang
seluruh masa lampau, masa kini dan masa depan, ia mengajar
Prajnaparamita kepada mereka yang tinggal di sana. Pergilah kepadanya,
dan kamu akan dapat mendengar ajaran Prajnaparamita darinya!"
Sadaprarudita tidak bisa berpikir tentang hal lain kecuali apa yang
telah didengarnya. Dari tempat di mana ia sedang berdiri, ia bisa
mendengar suara Bodhisattva Dharmodgata sedang mengajar
Prajnaparamita. Ia mengalami banyak macam konsentrasi mental. Ia
dapat melihat berbagai dunia di sepuluh penjuru alam semesta, dan
melihat Buddha yang tak terhitung banyaknya mengajar Prajnaparamita.
Mereka menyanyikan pujian kepada Dharmodgata sebelum menghilang.
Dengan penuh kegembiraan, keyakinan dan rasa bakti kepada
Bodhisattva Dharmodgata, Sadaprarudita bimbang bagaimana ia mungkin
hadir di sana.
"Saya orang miskin," pikirnya. "Saya tidak punya apa pun untuk
menghormatinya, tidak ada pakaian atau permata, tidak ada parfum atau
karangan bunga, maupun benda apa pun untuk memberi penghormatan
kepada seorang teman spiritual. Maka saya akan menjual daging badan
saya sendiri, dan dengan benda-benda yang saya terima, saya akan
menghormati Bodhisattva Dharmodgata. Sepanjang waktu yang tak
berawal dalam samsara, saya sudah menjual daging saya tidak terhitung
kalinya. Dan sudah tak terhitung kalinya juga saya telah dipotong-potong
dan dibunuh di neraka di mana keinginanku sendiri yang telah menyeret
saya ke sana – tetapi tidak pernah menerima suatu ajaran seperti ini atau
untuk menghormati guru yang mulia seperti itu!"
175
Ia pergi ke tengah pasar dan mulai berseru "Ada yang ingin seorang
laki-laki? Ada yang ingin membeli seorang laki-laki?"
Tetapi Mara cemburu bahwa Sadaprarudita sedang mengalami
percobaan seperti itu demi Dharma. Ia membuat semua orang tidak bisa
mendengar kata-katanya. Mengetahui tak seorang pun ingin membelinya,
Sadaprarudita pergi ke sudut pasar dan duduk menangis, air mata
mengucur dari matanya.
Indra, raja para dewa, memutuskan untuk menguji tekadnya. Ia
menyamar sebagai seorang brahmana muda, menampakkan diri di depan
Sadaprarudita dan berkata, “Saya tidak memerlukan seseorang yang utuh.
Saya hanya memerlukan beberapa potong daging manusia, beberapa
potong lemak dan beberapa sumsum tulang manusia untuk membuat
suatu persembahan. Jika kamu dapat menjualnya kepadaku, aku akan
membayarnya."
Dengan sangat gembira, Sadaprarudita mengambil pisau tajam dan
memotong lengan kanan sehingga darah menyembur ke luar. Kemudian
ia mengerat semua daging kaki kanannya. Ketika ia sedang bersiap-siap
untuk menghempaskan tulangnya ke dinding, putri seorang saudagar kaya
melihatnya dari lantai atas rumahnya dan bergegas menuju tempatnya.
"Orang yang mulia, mengapa anda menyakiti diri anda seperti itu?" ia
bertanya.
Ia menerangkan bahwa ia ingin menjual dagingnya sedemikian se-
hingga ia dapat memberi persembahan kepada Bodhisatva Dharmodgata.
Ketika anak perempuan muda bertanya manfaat apa yang akan ia
peroleh dari penghormatan seperti itu, Sadaprarudita menjawab, "Ia akan
mengajar saya metoda yang handal dari Bodhisattva dan Prajnaparamita.
Jika saya kemudian melatih diri dengan ajaran tersebut, saya akan
mencapai kemahatahuan, memiliki banyak kualitas seorang Buddha dan
bisa berbagi Dharma yang mulia dengan semua makhluk."
"Ini pasti benar," kata anak perempuan itu, "memang masing-masing
kualitas itu semua memerlukan persembahan badan sebanyak butir pasir
di sungai Gangga. Tetapi janganlah menyakiti diri anda! Saya akan
memberimu apa pun yang kamu perlukan untuk menghormati
Bodhisattva Dharmodgata, dan saya sendiri akan pergi bersamamu untuk
melihatnya. Dengan melakukan demikian, saya akan menciptakan akar
pahala yang memungkinkan saya mencapai kualitas yang sama."
Ketika ia selesai berbicara, Indra menjelma kembali ke dalam
bentuknya sendiri dan berkata kepada Sadaprarudita; "Saya Indra, Raja
para dewa. Saya datang untuk menguji tekad anda. Saya akan memberi-
mu apa pun juga yang kamu inginkan. Anda tinggal minta."
"Berikan saya kualitas yang tak tertandingi dari para Buddha!" jawab
Sadaprarudita.
176
"Saya tidak dapat mengabulkan permintaanmu" kata Indra. "Hal
seperti itu di luar kuasa saya."
"Kalau begitu, anda tidak perlu repot-repot membuat badan saya utuh
lagi," kata Sadaprarudita. "Saya akan memohon berkah dari kebenaran.
Dengan berkah ramalan para Buddha bahwa saya tidak pernah akan
kembali ke alam samsara, dengan kebenaran dari tekad saya yang teguh
dan tertinggi, dan oleh kebenaran dari kata-kataku, jadilah badan saya
seperti dahulu!"
Oleh kata-kata ini, badannya menjadi persis sebagaimana sebelumnya.
Dan Indra pun menghilang.
Sadaprarudita pergi dengan putri saudagar ke rumah orangtuanya, dan
menceritakan kepada mereka ceritanya. Mereka memberinya berbagai
barang yang bakal ia perlukan untuk persembahan. Kemudian bersama-
sama dengan putri saudagar dan orang tuanya, dengan ditemani oleh
lima ratus pelayan wanita dan rombongannya, mereka berangkat dengan
kereta ke arah timur, dan tiba di Kota Dupa. Di sana ia melihat
Bodhisattva Dharmodgata sedang membabarkan Prajnaparamita kepada
beribu-ribu orang. Penglihatan tersebut memberinya kebahagiaan yang
dialami seorang biarawan ketika terserap dalam keheningan meditasi.
Seluruh rombongan turun dari kereta mereka dan pergi menemui
Dharmodgata.
Pada waktu itu, Dharmodgata telah membangun suatu kuil untuk
Prajnaparamita. Kuil tersebut terbuat dari tujuh macam benda yang
berharga, dihiasi dengan kayu cendana merah dan dilapisi dengan hiasan
dari mutiara dan permata. Pada setiap dari empat penjuru mata angin ada
suatu pelita permata pengabul harapan dan suatu tempat pembakaran
dupa dari perak, yang mana daripadanya tersebar semerbak wangi dupa
cendana. Di pusat kuil ada empat peti yang dihiasi dengan permata
berharga berisi kitab-kitab Prajnaparamita yang terbuat dari emas, tertulis
dengan tinta batu lazuardi. Melihat para dewa dan orang-orang
memberikan persembahan, Sadaprarudita memohon penerangan. Dan
kemudian, dengan ditemani oleh putri, saudagar dan lima ratus pelayan,
mereka juga memberikan persembahan yang baik sekali.
Kemudian mereka mendekat ke Dharmodgata yang sedang memberi
ajaran kepada para muridnya dan menghormatinya dengan semua
persembahan mereka. Putri saudagar dan pelayan-pelayannya
mengambil janji bodhichitta yang mulia. Sadaprarudita bertanya
kepadanya dari mana Buddha yang telah dilihat sebelumnya dan ke mana
mereka telah pergi. Dharmodgata menjawab dengan bab yang menjelas-
kan bahwa Buddha tidak datang maupun pergi. Ia kemudian meninggal-
kan tempat duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya, di mana ia tinggal
dalam keadaan konsentrasi yang terus menerus selama tujuh tahun.
177
Sepanjang seluruh masa tersebut, Sadaprarudita, putri saudagar dan
lima ratus pelayan tidak duduk ataupun berbaring, tetapi tetap berdiri
dengan kaki mereka. Ketika mereka diam tidak bergerak atau berjalan
berkeliling, pikiran mereka hanya bertumpu pada waktu di mana
Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan mengajar Dharma
sekali lagi. Ketika waktu tujuh tahun hampir berakhir, Sadaprarudita
mendengar para dewa mengumumkan bahwa dalam tujuh hari
Bodhisattva Dharmodgata akan bangun dari konsentrasinya dan akan
mulai mengajar lagi. Dengan lima ratus gadis pelayan, ia menyapu
sepanjang satu yojana ke setiap arah di mana Dharmodgata akan
mengajar. Ketika ia mulai memercikan air di tempat itu untuk
mengendapkan debu, Mara membuat semua air hilang lenyap. Maka
Sadaprarudita memotong pembuluh darahnya dan meneteskan darahnya
sendiri di tempat itu. Putri saudagar dan kelima ratus pelayannya
melakukan hal yang sama. Indra, raja para dewa, memberkati darah
mereka dengan kayu cendana merah surgawi, sehingga tempat tersebut
berwarna merah. 132 Akhirnya, Bodhisattva Dharmodgata tiba dan duduk
di atas singasana yang disediakan dengan sempurna oleh Sadaprarudita
dan yang lainnya. Dengan rinci ia menguraikan Prajnaparamita.
Sadaprarudita mengalami enam juta keadaan konsentrasi yang berbeda
dan melihat penampakan para Buddha dalam jumlah yang tak terhitung
banyaknya – suatu penampakan yang tidak pernah lagi meninggalkannya
sekalipun dalam mimpinya. Dikatakan bahwa ia sekarang tinggal dan
melatih diri di bawah Buddha Suara Tak Terbatas.
132
Konon, tempat tersebut berada di kota Chengdu, China sekarang ini.
178
sesosok mayat ... ” Tilopa memberkatinya, dan badannya sembuh
sepenuhnya. Tilopa membawa Naropa melanjutkan perjalanan mereka.
"Naropa, nyalakan api!" perintah Tilopa pada suatu hari.
Ketika api sedang menyala, Tilopa menyiapkan banyak serpihan
bambu runcing, meminyaki mereka dan meletakkannya di atas api untuk
mengeraskannya
"Jika kamu mematuhi perintah gurumu, kamu juga harus mengalami
percobaan seperti ini," sambil berkata demikian, ia mendorong serpihan
tersebut ke dalam kuku jari tangan dan jari kaki muridnya.
Tulang sendi Naropa semua menjadi kaku. Ia mengalami sakit yang
tak tertahankan dan sangat menderita. Guru kemudian meninggalkannya.
Ketika ia kembali beberapa hari kemudian, ia mencabut serpihan-
serpihan tersebut. Darah dan nanah mengucur dalam jumlah yang sangat
besar dari luka Naropa. Sekali lagi Tilopa memberkatinya dan
melanjutkan perjalanan lagi bersamanya.
"Naropa," ia berkata pada hari berikut, "Saya lapar. Pergi dan minta
makanan untukku!" Naropa pergi ke suatu tempat di mana kerumunan
besar pekerja kebun sedang sibuk makan. Dari mereka ia memohon satu
mangkok tengkorak 133 penuh dengan sup, lalu dibawa kepada gurunya.
Tilopa makan dengan lahapnya dan tampaknya sangat gembira.
Naropa berpikir, "Dalam semua waktu yang lama saya melayaninya,
saya belum pernah melihat guruku begitu bahagia. Barangkali jika aku
minta lagi, aku dapat mendapatkan tambahan lagi."
Ia berangkat untuk meminta lagi dengan mangkok tengkorak di
tangannya. Namun saat itu para pekerja telah kembali ke kebun mereka,
dengan menyisakan sup di tempat semula.
"Satu-satunya jalan hanya dengan mencuri," pikir Naropa. Lalu ia
mengambil sup dan lari dengan sup tersebut.
Tetapi pekerja-pekerja melihatnya. Mereka menangkapnya dan me-
mukulnya sampai hampir mati. Ia begitu sakit sehingga tidak bisa bangun
selama beberapa hari. Lagi-lagi gurunya tiba, memberkatinya dan
membawanya berkelana dengannya seperti dulu.
"Naropa," ia berkata pada suatu hari, "Aku butuh banyak uang. Pergi
dan curi beberapa."
Maka Naropa pergi mencuri uang dari seorang orang kaya, tetapi ia
tertangkap dalam aksinya. Ia dipegang, dipukul, dan ditinggal dalam
keadaan sekarat. Beberapa hari kemudian Tilopa tiba dan bertanya,
"Apakah kamu merasa sakit?" Mendapat jawaban yang sama dengan dulu,
ia memberkati Naropa, dan mereka pergi lagi.
133
Skt. kapala. Mangkok dari tengkorak: Puncak tengkorak digunakan oleh yogi sebagai
mangkok.
179
Naropa mengalami dua belas penderitaan utama dan dua belas
penderitaan kecil lainnya seperti ini – duapuluh empat penderitaan yang
harus ia alami lebih dulu dalam satu kehidupan. Dan kini mereka berakhir.
Suatu hari Tilopa berkata, "Naropa, pergi dan ambilkan air. Aku akan
tinggal di sini dan membuat api."
Ketika Naropa kembali membawa air, Tilopa beranjak dari samping
perapian dan memegang kepala Naropa dengan tangan kirinya.
"Tunjukkan aku dahimu," perintahnya.
Dengan tangan kanannya ia mencopot sandalnya dan memukul
muridnya dengan sandal tersebut. Naropa kehilangan kesadaran. Ketika
ia sadar, semua kualitas pikiran kebijaksanaan gurunya telah muncul
dalam dirinya. Guru dan murid telah menjadi satu dalam realisasi.
Pandita Naropa mengalami duapuluh empat percobaan. Namun,
kenyataannya, karena hal itu adalah instruksi gurunya, maka percobaan
tersebut menjadi cara yang handal untuk menghapuskan kegelapan
batinnya. Sekilas hal itu tampaknya seperti penderitaan tanpa makna, dan
tidak ada seorang pun akan berpikir hal itu adalah Dharma.
Sesungguhnya, sang guru tidak pernah mengucapkan ajaran sedikit pun
dan sang murid tidak pernah melakukan latihan, dan malah tidak pernah
bernamaskara sekali pun. Bagaimanapun, sekali Naropa berjumpa
dengan seorang siddha yang sudah cerah, ia mematuhi semua perintah
dengan mengabaikan semua kesulitan. Dengan melakukan demikian, ia
mencapai pemurnian dari kegelapan batinnya, sehingga realisasi timbul
dalam dirinya.
Tidak ada latihan Dharma yang lebih besar dari pada mematuhi
seorang guru. Manfaatnya tak terukur, sebagamana yang dapat kita lihat
di sini. Pada sisi lain, mengabaikan perintah atau menentang guru, meski
dalam hal yang kecil, adalah kesalahan besar.
Suatu ketika, Tilopa melarang Naropa menerima posisi pandita
pengawal gerbang pada Vikramasila. 134 . Tetapi ketika Naropa tiba di
Magadha beberapa waktu kemudian, pandita yang memegang posisi itu
telah meninggal. Karena tidak ada satu orang pun selain ia yang mampu
berdebat dengan para tirthika, mereka semua memohon Naropa untuk
memegang posisi pelindung gerbang utara. Mereka menekannya dengan
bersikeras sampai ia terpaksa menerima. Tetapi ketika seorang tirthika
datang berdebat, Naropa beragumentasi dengannya sampai beberapa hari
tanpa mampu mengalahkannya. Ia berdoa kepada gurunya sampai akhir-
nya pada suatu hari Tilopa menampakkan diri kepadanya, memperhati-
kannya dengan tatapan yang tajam.
134
Salah satu dari ketiga universitas keviharaan yang besar Buddhis India. Yang lainnya
adalah Nalanda dan Odantapuri.
180
"Kamu tidak memiliki banyak belas kasih jika harus begitu lama baru
datang," komplain Naropa.
"Bukankah saya telah melarang kamu untuk mengambil posisi pelin-
dung gerbang?" Tilopa menjawab dengan ketus. "Sudahlah. Selagi kamu
berdebat dengan tirthika tersebut, bayangkan aku di atas kepalamu dan
buat isyarat mengancam padanya!"
Naropa melakukan seperti yang Tilopa katakan kepadanya, meme-
nangkan debatnya dan mengakhiri semua argumentasi dengan tirthika
tersebut.
135
Kira-kira setebal satu meter.
181
Setelah menerima inisiasi dan instruksi, Mila berpikir pada dirinya,
"Hanya perlu dua minggu buat saya untuk memperoleh tanda-tanda
utama keberhasilan membaca jampi, dan cukup tujuh hari buat saya untuk
membuat hujan badai. Sedangkan ini malah adalah suatu ajaran yang
lebih mudah dari pada menyantet dan mendatangkan badai – jika kamu
bermeditasi di siang hari, kamu akan menjadi Buddha pada hari itu juga,
jika kamu bermeditasi di waktu malam hari, kamu akan menjadi Buddha
malam itu juga – dan jika perbuatan masa lampaumu sudah menciptakan
kondisi-kondisi yang sesuai, kamu tidak perlu bermeditasi sama sekali!
Melihat bagaimana aku berjumpa dengan ajaran ini, aku mestinya
seseorang yang memiliki perbuatan baik di masa lampau."
Maka ia tinggal di tempat tidur tanpa bermeditasi. Dengan begitu
praktisi dan ajaran menjadi berpisah.
"Adalah benar apa yang kamu ceritakan kepadaku," Lama berkata
kepadanya beberapa hari sesudahnya. "Kamu benar-benar seorang
pendosa, dan aku sudah memuji ajaranku sedikit terlalu tinggi. Maka
sekarang aku tidak akan membimbing kamu lagi. Kamu perlu pergi ke
Vihara Trowolung di Lhodrak, di mana ada seorang murid langsung dari
siddha India Naropa sendiri. Ia adalah guru yang paling sempurna, raja
penterjemah Marpa. Ia adalah siddha dari Tradisi Mantra Baru dan tidak
ada bandingannya dalam seluruh tiga alam. Karena kamu dan dia
memiliki mata rantai yang membentang dari perbuatan dalam kehidupan
yang terdahulu, pergi dan jumpai dia!"
Nama dari Marpa penterjemah sendiri saja cukup membuat pikiran
Mila diliputi dengan kegembiraan yang tak dapat dilukiskan. Ia telah
dipenuhi kebahagiaan di mana tiap pori-pori badannya merinding, dan
devosi yang tak terhingga meliputinya, sehingga ia berlinang air mata. Ia
berangkat, sambil merasa ragu apakah ia akan bertemu dengan gurunya
secara langsung.
Sementara itu, Marpa dan isterinya kedua-duanya mempunyai mimpi
yang luar biasa. Marpa tahu bahwa Jetsun Mila sudah dalam perjalan-
annya. Ia turun ke lembah untuk menunggu kedatangannya dengan
berpura-pura membajak sebidang tanah. Mila mula-mula berjumpa de-
ngan putra Marpa, Tarma Dodé, yang sedang mengembala ternak.
Berjalan sedikit maju ke depan, ia melihat Marpa yang sedang membajak.
Pada waktu penglihatan Mila tertuju kepadanya, untuk sekejap ia
mengalami kebahagiaan dan kegembiraan luar biasa yang tak dapat
dilukiskan. Semua pikirannya yang biasa menjadi berhenti. Meskipun
begitu, ia tidak menyadari bahwa itu adalah Lama sendiri, dan ia
menerangkan kepadanya bahwa ia datang untuk bertemu dengan Marpa.
"Saya sendiri akan memperkenalkan kamu kepadanya," jawab Marpa.
"Tolong bajak tanah ini" Sambil meninggalkan kepadanya satu kendi bir,
ia pun pergi dari sana. Mila meneguk isi kendi itu sampai tetes terakhir,
182
lalu mulai bekerja. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, putra
Lama datang, dan mereka pergi bersama-sama.
Ketika Mila dibawa ke tempat Lama, ia mengangkat tapak kaki Marpa
ke atas puncak kepalanya dan berseru, "O, Guru! Saya adalah seorang
pendosa berat dari daerah barat! Saya mempersembahkan tubuh, ucapan
dan pikiran saya. Tolong beri makan dan pakaian dan mengajar Dharma
kepada saya. Berikanlah saya cara untuk menjadi Buddha dalam
kehidupan ini!"
"Bukan salah saya kalau kamu bilang kamu adalah orang jahat seperti
itu," jawab Marpa. "Saya tidak meminta kamu untuk menimbun per-
buatan jahat tersebut atas tanggung jawab saya! Apa gerangan kesalahan
yang sudah kamu lakukan?"
Mila menceritakan seluruh ceritanya perbuatan jahatnya secara rinci.
"Baik sekali," Marpa mengiakan, "bagaimanapun, mempersembahkan
tubuh, ucapan dan pikiran adalah suatu hal yang baik. Soal makanan,
pakaian dan Dharma, kamu tidak bisa mendapatkan ketiga-tiganya. Saya
akan memberimu makanan dan pakaian, dan kamu cari Dharma di tempat
lain, atau kamu mendapatkan Dharma-mu dariku dan mencari yang
lainnya ke tempat lain. Tetapkan niatmu. Dan jika Dharma yang kamu
pilih, bisa atau tidaknya kamu mencapai kebuddhaan dalam kehidupan ini
tergantung pada ketekunanmu sendiri."
"Kalau begitu," Mila berkata, "karena saya datang untuk Dharma, saya
akan mencari bekal dan pakaian di tempat lain."
Sesudah tinggal beberapa hari di tempat guru, ia pergi ke luar untuk
meminta-minta ke bagian atas dan bawah desa Lhodrak, sehingga
mendapatkan dua puluh satu takaran gandum. Ia menggunakan empat
belas takaran gandum tersebut untuk membeli satu pot tembaga berkaki
empat. Dengan menempatkan sisa tujuh takaran gandum dalam sebuah
karung, ia kembali untuk mempersembahkan barang dan pot itu kepada
Marpa.
Ketika ia meletakkan karung gandum tersebut, ruangan menjadi ber-
guncang. Marpa bangun dari tempat duduknya.
"Ternyata kamu seorang biarawan kecil yang kuat!" ia berkata.
"Apakah kamu berusaha membunuh kami semua dengan membuat rumah
ini roboh dengan tangan kosong? Bawa karung gandum itu keluar dari
sini!" Ia menendang karung tersebut, dan Mila harus membawanya
keluar. Kemudian ia memberi Marpa pot kosong tersebut.
Suatu hari Marpa berkata kepadanya: "Orang-orang dari Yamdrok,
Taklung dan Lingpa sering menyerang murid-murid setia saya yang
datang mengunjungiku dari U dan Tsang, dan mencuri bekal dan
persembahan mereka. Timpakan hujan es dan angin badai pada mereka!
Karena hal ini adalah juga semacam Dharma, aku akan memberikan
instruksi kepadamu setelah itu."
183
Mila mendatangkan hujan es dengan angin badai yang meluluh-
lantakkan kedua daerah itu dan kemudian pergi meminta ajaran.
"Kamu pikir aku akan memberimu ajaran yang saya bawa dari India
dengan susah payah sebagai pengganti tiga atau empat hujan es batu? Jika
kamu benar-benar menginginkan Dharma, lontarkan jampi pada
penduduk di bukit Lhodrak. Mereka menyerang murid-muridku dari
Nyaloro dan tidak menunjukkan rasa hormat kepadaku. Kalau sudah ada
tanda bahwa jampimu telah bekerja, aku akan memberimu instruksi lisan
Naropa, yang membawa ke kebuddhaan dalam satu tubuh dan
kehidupan.”
Ketika tanda dari jampi yang jahat muncul, Mila meminta Dharma.
"Hah?! Barangkali buat membayar penghormatan atas perbuatan jahat
yang kamu tumpuk, sehingga kamu menuntut menginginkan instruksi
lisan yang saya dapatkan dengan tanpa mempertimbangkan resiko jiwa
dan badanku sendiri – instruksi yang masih hangat dengan nafas
dakini? 136 Saya pikir kamu mesti bercanda! Namun saya pikir hal ini
keterlaluan. Selain saya, semua orang ingin membunuhmu! Sekarang,
hidupkan kembali orang-orang yang tinggal di punggung bukit itu dan
kembalikan kepada orang-orang Yamdrok panen mereka. Kamu akan
mendapatkan ajaran jika kamu lakukan begitu – atau sebaliknya jangan
ganggu saya lagi!"
Mila sepenuhnya dihancurkan oleh cercaan tersebut. Ia hanya dapat
duduk dan menangis dengan bercucuran air mata. Pagi berikutnya,
Marpa datang untuk melihatnya.
"Saya sedikit kasar denganmu semalam," ia berkata. "Janganlah
bersedih. Saya akan memberimu instruksi sedikit demi sedikit. Bersa-
barlah. Karena kamu adalah seorang pekerja yang baik, saya ingin kamu
membangun satu rumah untuk diberikan kepada Tarma Dodé. Ketika
kamu telah menyelesaikannya, saya akan memberimu instruksi, juga
pakaian dan makanan."
"Tetapi bagaimana kalau saya meninggal tanpa mendapatkan
Dharma?" Mila bertanya.
"Saya bertanggung jawab membuat hal tersebut pasti tidak terjadi,”
kata Marpa. "Ajaranku bukan sekedar bual kosong, dan karena kamu
sungguh-sungguh memiliki ketekunan yang luar biasa, kalau kamu
melatih instruksiku dengan tekun, mungkin kamu dapat mencapai
kebuddhaan dalam satu kehidupan saja."
Sesudah memberi dorongan dengan cara yang sama, ia menyuruh Mila
membangun tiga rumah satu demi satu berturut-turut: sebuah rumah
berbentuk lingkaran di kaki bukit sebelah timur, sebuah rumah berbentuk
setengah lingkaran di sebelah barat dan sebuah rumah berbentuk segi tiga
136
Maksudnya ajaran yang masih di bawah perlindungan dakini dan belum tercemar.
184
di sebelah utara. Tetapi setiap kali begitu rumah tersebut selesai separuh,
Marpa akan mencaci maki Mila dengan marah. Ia menyuruhnya mero-
bohkan apa pun yang telah ia bangun dan mengembalikan semua tanah
dan batu yang telah ia gunakan ke tempat di mana ia menemukannya.
Suatu luka menganga timbul pada punggung Mila, tetapi ia berpikir,
"Jika saya tunjukkan kepada Guru, ia hanya akan memarahi saya juga.
Saya bisa menunjukkannya kepada isterinya, tetapi itu hanya akan bikin
ribut saja." Maka ia hanya bisa menangis, tetapi dengan tidak menunjuk-
kan lukanya, ia memohon isteri Marpa untuk membantunya meminta
ajaran.
Isteri Marpa meminta Marpa untuk mengajar Mila, dan Marpa menja-
wab, "Siapkan makanan yang baik dan bawa dia kesini!" Marpa
memberi Mila transmisi dan janji perlindungan.
"Semua ini," ia berkata, "adalah apa yang disebut Dharrna dasar. Jika
kamu meginginkan instruksi yang luar biasa dari Mantrayana Rahasia,
hal yang harus kamu lewati adalah seperti ini..." dan ia menceriterakan
dengan ringkas cerita kehidupan dan percobaan dari Naropa. "Akan sulit
untukmu melakukan hal yang sama," ia menyimpulkan.
Mendengar kata-kata ini, Mila merasakan suatu rasa bakti yang kuat,
sehingga air matanya mengucur dengan deras. Dengan tekad yang sengit
ia berjanji untuk berbuat apa pun juga yang diperintahkan gurunya.
Beberapa hari kemudian, Marpa berjalan-jalan dan membawa Mila
dengannya sebagai pelayannya. Mereka pergi ke arah barat daya dan
sampai pada suatu cekungan. Ia berkata, "Buatkan aku suatu menara
bujur sangkar abu-abu di sini. Sembilan tingkat tingginya. Dengan pun-
cak di atasnya, sehingga semuanya menjadi sepuluh tingkat. Kamu tidak
akan disuruh merobohkan bangunan ini, dan ketika kamu telah menyele-
saikannya, saya akan memberimu instruksi. Saya juga akan memberimu
bekal ketika kamu retret berlatih."
Mila menggali dasar dan mulai membangun bangunan tersebut. Tak
lama kemudian datang tiga orang murid gurunya yang lebih senior.
Iseng-iseng, mereka menggulingkan satu batu yang sangat besar
untuknya. Mila menyatukan batu tersebut dalam fondasi bangunan.
Ketika ia telah menyelesaikan dua tingkat, Marpa datang untuk
melihatnya dan ia bertanya darimana Mila mengambil batu besar tersebut.
Mila menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi.
"Murid-muridku yang berlatih dua tahap 137 yoga tidak seharusnya
menjadi pelayanmu!" teriak Marpa. "Keluarkan batu itu dari sini dan
letakkan kembali ke tempat semula!"
Mila merobohkan seluruh menara mulai dari puncak. Ia mencabut batu
fondasi besar tersebut dan mengembalikan ke tempat semula.
137
Tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan.
185
Kemudian Marpa berkata kepadanya, "Sekarang bawa batu itu ke sini
lagi dan taruh kembali ke dalam."
Maka Mila membawanya kembali dan menaruh ke tempat yang sama
seperti sebelumnya. Ia terus membangun sampai ia telah menyelesaikan
tingkat yang ketujuh. Waktu itu muncul satu luka menganga pada
pinggulnya.
"Sekarang hentikan membangun menara," kata Marpa, "dan sebagai
gantinya buatkan saya satu kuil di bawah sana, dengan satu ruangan yang
bertiang dua belas dan satu tempat suci yang terangkat."
Maka Mila membangun kuil tersebut, dan pada saat ia hampir
menyelesaikannya, tiba-tiba timbul luka pada bagian bawah pung-
gungnya.
Pada waktu itu, Metön Tsönpo dari Tsangrong meminta inisiasi
Cakrasamvara, dan Tsurtön Wangé dari Döl meminta inisiasi
Guhyasamaja. Atas kedua kesempatan tersebut, Mila berharap bahwa
pekerjaan bangunannya yang hampir rampung sudah memberinya hak
untuk mendapatkan inisiasi. Ia ikut duduk dalam upacara. Tetapi yang ia
dapatkan dari Marpa adalah pukulan dan teguran. Ia diusir keluar pada
dua upacara tersebut. Luka di punggungnya kini menjadi sangat besar
dengan darah dan nanah mengalir dari tiga tempat. Meskipun demikian,
ia melanjutkan pekerjaannya. Sebagai gantinya, ia sekarang membawa
keranjang berisi tanah di depan.
Ketika Ngoktön Chödor dari Shung datang untuk meminta inisiasi
Hevajra, isteri Marpa memberi Mila satu pirus besar yang berasal dari
warisan milik pribadinya. Dengan menggunakannya sebagai persem-
bahan untuk inisiasi, Mila ikut duduk dalam barisan calon inisiasi. Tetapi
sama seperti sebelumnya, guru memarahinya dan menderanya. Ia tidak
menerima ajaran sama sekali.
Kali ini Mila merasa tidak ragu lagi: ia tidak pernah akan menerima
ajaran. Ia pergi mengembara dengan arah tidak menentu. Suatu keluarga
di Lhodrak Khok menyewakannya untuk membaca Kebijaksanaan
Transenden Dalam Delapan Ribu Ayat. Ia sampai kepada cerita tentang
Sadaprarudita, dan hal itu membuatnya berpikir. Ia menyadari bahwa
demi Dharma ia harus menerima semua kesukaran dan menyenangkan
gurunya dengan melakukan apa pun juga yang diperintahkan.
Maka ia kembali. Tetapi lagi-lagi Marpa menyambutnya dengan
omelan dan pukulan. Mila menjadi sangat putus asa. Isteri Marpa me-
ngirimnya ke Lama Ngokpa, yang memberinya beberapa instruksi.
Tetapi ketika ia bermeditasi, tidak ada apa pun yang terjadi, karena ia
tidak mendapat persetujuan gurunya. Kemudian sesuai dengan pesan
Marpa, maka ia kembali bersama Lama Ngokpa ke tempat Marpa.
Suatu hari, dalam suatu puja persembahan, Marpa menegur Mila,
Lama Ngokpa dan isteri Marpa dengan keras. Kemudian ia memukul
186
mereka dan mengusir mereka keluar dari acara tersebut. Mila berpikir
kepada dirinya, "Karena karma kejahatanku, tidak hanya diriku menderita
oleh karena kesalahan dan kegelapanku yang berat, tetapi sekarang saya
juga membawa berbagai kesulitan pada Lama Ngokpa dan pasangan
guruku. Karena aku hanya menimbun semakin banyak perbuatan buruk
tanpa menerima ajaran sedikit pun, lebih baik aku habisi diriku saja."
Ia bersiap-siap bunuh diri. Lama Ngokpa sedang berusaha untuk
menghentikannya ketika Marpa menjadi tenang dan memanggil mereka
berdua. Ia menerima Mila sebagai murid, memberinya banyak nasihat
yang baik dan memberi nama Mila Dorje Gyaltsen, "Mila Panji Vajra".
Ketika Marpa memberinya inisiasi Cakrasamvara, ia membuat mandala
enam puluh dua deity tampak dengan jelas. Mila kemudian menerima
nama rahasia Shepa Dorje, "Vajra Tertawa," dan Marpa memberikan
semua inisiasi dan instruksi kepadanya seperti halnya isi satu pot
dituangkan ke dalam pot yang lain. Setelah itu, Mila berlatih dengan
sangat keras dalam segala macam keadaan, dan memperoleh semua
pencapaian biasa dan tertinggi.
Hal itu sama seperti semua pandita, siddha dan vidyadhara waktu dulu
di India maupun di Tibet yang mengikuti seorang teman spiritual yang
merupakan seorang guru yang sejati. Dengan melakukan apa pun yang
diperintahkan, mereka mencapai realisasi yang tidak dapat dipisahkan
dari yang dimiliki gurunya.
Pada sisi lain, adalah suatu kesalahan yang sangat serius tidak
mengikuti guru dengan pikiran yang tulus dan bebas dari segala penipuan.
Janganlah pernah memandang perbuatannya secara negatif. Jangan
pernah berdusta kepadanya.
Sekali peristiwa murid dari seorang siddha yang agung tengah
mengajar Dharma kepada kerumunan murid-muridnya. Gurunya tiba
dengan berpakaian sebagai pengemis. Murid tersebut merasa malu untuk
bersujud kepadanya di depan umum, maka ia pura-pura tidak melihat
gurunya. Malam itu, ketika acara sudah selesai dan kerumunan orang
telah bubar, ia pergi melihat gurunya dan bersujud kepadanya.
"Kenapa tidak sebelumnya?" tanya gurunya.
"Saya tidak melihat anda," ia berbohong.
Dengan seketika kedua bola matanya jatuh ke tanah. Ia memohon
ampun dan menceritakan hal yang sebenarnya. Dengan memberikan
berkah, guru tersebut memulihkan penglihatannya.
Ada suatu cerita yang serupa tentang mahasiddha India, Krsnacarya.
Suatu hari, ia sedang berlayar dengan ditemani oleh banyak murid-
muridnya. Tiba-tiba muncul pikiran dalam hatinya, "Meski Guru saya
adalah seorang siddha, tetapi dalam hal keduniawian, saya lebih baik
dibanding dia, sebab saya lebih kaya dan memiliki lebih banyak murid."
187
Dengan segera kapalnya karam ke dalam samudra. Menggelepar de-
ngan putus asa di dalam air, ia berdoa kepada gurunya, yang menam-
pakkan diri dan menyelamatkannya dari ketenggelaman.
"Itulah balasan atas keangkuhanmu," kata gurunya. "Kalau saja saya
mencoba untuk mengumpulkan kekayaan dan murid, saya pasti telah
memilikinya juga. Tetapi saya memilih untuk tidak berbuat demikian."
Banyak sekali Buddha telah datang, tetapi belas kasih mereka belum
cukup untuk menyelamatkan kita. Kita masih saja di lautan penderitaan
samsara. Tak terhitung banyaknya guru besar muncul sejak zaman
lampau, tetapi kita tidak mempunyai nasib baik untuk menikmati
kepedulian belas kasih mereka, atau bahkan untuk bertemu dengan
mereka. Sekarang ini, ajaran Buddha akan berakhir. Kelima kemero-
sotan semakin nyata, dan walaupun kita sudah memperoleh kehidupan
manusia, secara keseluruhan kita terperangkap dalam perbuatan negatif
kita dan bingung akan apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Ketika kita mengembara seperti seorang buta sendirian di
dataran luas, para teman spiritual kita, para guru yang tertinggi, memikiri
kita dengan rasa belas kasih yang tidak terhingga, dan sesuai dengan
keperluan kita masing-masing, mereka muncul dalam bentuk manusia.
Walaupun dalam realisasinya mereka adalah Buddha, tetapi dalam
perbuatan, mereka sesuaikan dengan keadaan kita. Dengan cara yang
mahir mereka menerima kita sebagai muridnya, memperkenalkan kita
kepada Dharma yang asli dan tertinggi, menyadarkan kita akan hal yang
perlu kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita perbuat, dan dengan
tepat menunjukkan jalur yang terbaik ke pembebasan dan kemahatahuan.
Kenyataannya, mereka tidak berbeda dengan Buddha sendiri; namun
dibandingkan dengan Buddha, kebaikan mereka dalam memperhatikan
kita malah lebih besar. Oleh karena itu, selalulah mencoba mengikuti
guru anda dengan cara yang benar dengan ketiga macam keyakinan. 138
138
Tga jenis keyakinan: Keyakinan yang spontan, keyakinan yang penuh pengharapan
dan keyakinan yang dalam.
188
BAGIAN KEDUA
PENDAHULUAN KHUSUS
ATAU PENDAHULUAN BAGIAN DALAM
189
190
BAB 1
MENGAMBIL PERLINDUNGAN
1. Keyakinan
191
Keyakinan yang spontan adalah keyakinan yang diilhami oleh pikiran
tentang belas kasih yang tak terhingga dari Buddha dan para guru yang
besar. Kita mungkin mengalami keyakinan semacam ini pada waktu
mengunjungi suatu vihara yang berisi banyak lambang tubuh, ucapan dan
pikiran Buddha, atau setelah suatu pertemuan dengan seorang guru
spiritual agung atau sahabat rohani yang baru saja kita jumpai secara
pribadi, atau yang kualitas atau cerita tentang kehidupannya yang pernah
kita dengar itu diuraikan.
Keyakinan yang dalam adalah keyakinan pada Tri Ratna yang timbul
dari dalam lubuk hati kita begitu kita memahami kualitas luar biasa dan
kekuatan berkah mereka. Ini merupakan kepercayaan penuh hanya
terhadap Tri Ratna, yang berasal dari pengetahuan bahwa mereka adalah
satu-satunya perlindungan yang dapat dipercaya, yang selamanya dan
dalam segala keadaan, apakah kita bahagia, sedih, kesakitan, menderita
penyakit, hidup ataupun mati. Yang Dipertuan Yang Mulia dari
Uddiyana berkata:
Oleh sebab itu, keyakinan adalah ibarat benih di mana segala hal
positif dapat tumbuh. Tanpa keyakinan, benih tersebut seolah-olah telah
hangus. Sutra mengatakan:
Dari ketujuh jenis harta mulia, 139 keyakinan adalah yang paling utama.
Dikatakan bahwa:
Besarnya belas kasih dan berkah dari Sang Tri Ratna tidak dapat
dibayangkan, namun kemampuan mereka untuk menjangkau kita
sepenuhnya tergantung pada keyakinan dan rasa bakti kita. Jika anda
memiliki keyakinan dan rasa bakti yang besar, maka belas kasih dan
berkah yang anda terima dari guru anda dan Sang Tri Ratna akan besar
juga. Jika keyakinan dan rasa bakti anda setengah-setengah, belas kasih
dan berkah yang menjangkau anda juga hanya setengah-setengah, dan
jika anda hanya mempunyai keyakinan dan rasa bakti yang kecil, hanya
berkah dan belas kasih yang sedikit akan menjangkau anda. Jika anda
tidak punya keyakinan dan rasa bakti sama sekali, sungguh tidak ada apa
pun yang akan anda peroleh. Tanpa keyakinan, bahkan bertemu dengan
Buddha sendiri dan diterima sebagai muridnya pun akan sia-sia, sama
halnya dengan bhiksu Sunaksatra, yang ceritanya telah diuraikan dalam
bab sebelumnya, dan kemenakan Buddha, Devadatta.
Bahkan di masa kini, kapan saja Buddha diundang dengan keyakinan
dan rasa hormat yang tulus, ia akan hadir dan menganugerahkan berkah.
Belas kasih Buddha tidak mengenal dekat atau jauh.
139
Lihat catatan kaki No. 75.
193
Dan Guru Agung dari Uddiyana berkata;
194
setiap hari, dan dari gigi anjing tersebut timbul banyak sarira. 140 Ketika
perempuan tua itu meninggal, muncul bubungan cahaya pelangi di
sekitarnya dan tanda pencapaian lainnya.
Sebenarnya gigi anjing tidak mengandung berkah apa pun. Tetapi
keyakinan perempuan tua itu begitu kuat, sehingga ia yakin bahwa benda
tersebut benar-benar adalah gigi Buddha. Melalui keyakinannya, gigi
tersebut dikaruniai dengan berkah Buddha, sampai akhirnya gigi anjing
tersebut sama sekali tidak berbeda dengan gigi Buddha.
140
Sarira: Benda bulat seperti mutiara kecil yang muncul dari sari praktisi yang
tercerahkan.
141
Rupang Buddha Sakyamuni yang tekenal di Vihara Jokhang, Lhasa.
195
Ben pulang ke rumah dan menceritakan kepada isterinya, "Aku telah
mengundang Jowo Rinpoche. Aku tidak yakin kapan persisnya ia datang,
namun – jangan lupa mengawasi kalau-kalau ia sudah tiba."
Satu tahun sudah lewat. Suatu hari, ketika isteri Ben sedang meng-
ambil air di sungai, dengan jelas ia melihat pantulan Jowo Rinpoche di
dalam air.
Dengan segera dia berlari ke rumah dan memberitahu suaminya:
"Ada sesuatu yang jatuh di sana, di dalam sungai.... Saya pikir mungkin
itu adalah orang yang kamu undang."
Ben segera ke sungai dan melihat bayangan Jowo Rinpoche bersinar
di dalam air. Sambil berpikir bahwa ia pasti telah terjatuh ke dalam
sungai itu, Ben menyelaminya. Ketika ia memegang bayangan tersebut,
ia merasa bahwa ia benar-benar dapat memegangnya dan membawa
bersamanya.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan ke arah rumah Ben, mereka
tiba di depan suatu batu karang besar yang terletak di sisi jalan. Jowo
tidak ingin pergi lebih jauh.
"Aku tidak masuk ke rumah orang awam," ia berkata, lalu
menghilang ke dalam batu karang tersebut.
Tempat ini, di mana Jowo sendiri telah terlihat datang, disebut Jowo
Dole, dan sungai di mana bayangan muncul bernama Sungai Jowo.
Konon, bahkan sekarang ini tempat tersebut menganugerahkan berkah
yang sama seperti Jowo di Lhasa, dan semua orang bersujud dan
memberi persembahan di sana.
Adalah kekuatan dari keyakinannya yang teguh sehingga Ben
mengalami belas kasih Buddha tersebut. Walaupun ia makan mentega
dari lampu dan makanan persembahan, dan meletakkan sepatu botnya di
depan Jowo – suatu perbuatan yang tidak saja salah – kekuatan dari
keyakinannya membuat semuanya menjadi positif.
O Sariputra,
kebenaran yang absolut hanya direalisasi melalui keyakinan.
2. Motivasi
Ada tiga tingkat yang berbeda dari motivasi dalam berlindung pada
jenis-jenis keyakinan tersebut di atas.
Dari ketiga tingkat motivasi ini, kita perlu memilih cara orang-orang
mulia, berlindung dengan niat untuk menempatkan setiap makhluk dari
seluruh makhluk yang tak terbatas ke dalam keadaan kebuddhaan yang
sempurna.
Sekilas tampaknya kebahagiaan para dewa dan manusia adalah keba-
hagiaan yang sejati. Namun, sesungguhnya ia tidak bebas dari penderi-
taan. Begitu akibat perbuatan baik yang membawa mereka ke dalam
keadaan kebahagiaan tersebut terpakai habis, mereka akan jatuh ke alam
yang lebih rendah. Mengapa kita berusaha keras untuk mencapai
kebahagiaan alam yang lebih tinggi, jika hanya untuk sebentar saja?
Nirvana Sravaka dan Pratyekabuddha membawa damai dan kebahagiaan,
tetapi hanya untuk diri kita sendiri. Apakah baik jika ketika semua
makhluk – para ibu dan ayah kita sejak waktu yang tak berawal – sedang
tenggelam dalam samudra samsara dengan penderitaan yang tak berakhir,
kita tidak mencoba menolong mereka? Berlindung kepada Tri Ratna
dengan harapan agar semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan adalah
cara makhluk agung dan pintu gerbang ke pahala tanpa batas. Itulah cara
yang seharusnya kita pakai. Sebagaimana dikatakan dalam Rangkaian
Permata: 142
142
Skt. Ratnāvalī, sastra karangan Nagarjuna.
198
Metoda yang khusus dan tinggi dari Vajrayana adalah berlindung
pada jalur yang cepat, dengan mana seseorang menggunakan saluran nadi
sebagai nirmanakaya, mengendalikan energi sebagai sambhogakaya dan
memurnikan sari sebagai dharmakaya.
Metoda berlindung yang sempurna dan tertinggi dalam sifat batin
yang tak dapat dimusnahkan – misalnya dalam tingkat Kesempurnaan
Agung – adalah didasarkan pada kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan
dengan tempat berlindung tersebut. Sifat dasar kebijaksanaan tersebut
adalah kekosongan; ungkapan alaminya adalah kejernihan; dan belas
kasihnya adalah menembus segala. Berlindung di sini berarti
mewujudkan di dalam aliran pikiran diri sendiri ketiga aspek agung
kebijaksanaan awal yang tak terpisahkan tersebut, dan memiliki
kepercayaan penuh atas pengalaman tersebut.
143
Sikap duduk raja yang santai, dengan kaki kanan separuh dijulurkan dan kaki kiri
ditekuk.
199
jambangan yang terisi dengan nektar kebijaksanaan yang abadi. Mulut
jambangan tertutup dengan sebatang pohon pengabul harapan. Ia
memakai jubah kain brokat, jubah biarawan dan jubah biru berlengan,
dan di atas kepalanya terdapat topi bunga teratai. Ia duduk dalam
senggama suci dengan pasangannya, dakini putih Yeshe Tshogyal, yang
memegang pisau berkait dan mangkok tengkorak.
Bayangkan dia seperti tersebut di atas angkasa di depan anda,
menghadap ke arah anda. Di atas kepalanya duduk semua guru dari garis
silsilah, yang duduk satu di atas yang lain, masing-masing tidak
menyentuh yang di bawahnya. Guru-guru tantra transmisi umum tidak
terhitung banyaknya, tetapi di sini kita hanya membayangkan figur utama
dari Silsilah Maha Ati Longchen Nyingtik: Samantabhadra yang
mewakili dharmakaya; Vajrasattva yang mewakili sambhogakaya; dan
Garab Dorje yang mewakili nirmanakaya; Guru Manjusrimitra, Guru Sri
Simha; Jñanasutra yang terpelajar; pandita agung Vimalamitra;
Padmasambhava dari Uddiyana dan tiga muridnya yang terdekat, yaitu
Raja, Menteri dan Pasangan: Raja Dharma Trisong Detsen, penterjemah
agung Vairotsana dan dakini Yeshe Tshogyal; Longchen Rabjampa yang
mahatahu dan Rigdzin Jigme Lingpa. Masing-masing mereka harus
dibayangkan dengan perhiasan dan atribut mereka sendiri. Mereka
semuanya dikelilingi oleh yidam empat kelas tantra yang tak terhitung
banyaknya, dan oleh daka dan dakini.
Pada cabang depan terdapat Sang Penakluk, Buddha Sakyamuni,
yang dikelilingi oleh seribu dua Buddha sempurna dari Kalpa Bhadra ini,
juga oleh semua Buddha lain dari sepuluh penjuru masa lampau, masa
kini dan masa depan. Mereka semuanya berada dalam wujud nirmanakya
yang paling mulia, berpakaian jubah biarawan, memiliki semua tiga
puluh dua ciri utama kebuddhaan – tonjolan di puncak kepala, tanda roda
di telapak kaki dan lain sebagainya – dan delapanpuluh ciri tambahan
lainnya. Mereka duduk dalam postur vajra. Ada yang berwarna putih,
ada yang kuning, ada yang merah, hijau dan biru. Berkas cahaya yang
menakjubkan terpancar dari badan mereka.
Pada cabang sebelah kanan bayangkan duduk delapan Anak Dekat
yang agung, 144 dipimpin oleh Bodhisattva Pelindung Tiga Keluarga –
Manjusri, Vajrapani dan Avalokitesvara – dan dikelilingi oleh seluruh
sangha mulia Bodhisattva. Di antara mereka ada yang berwarna putih,
kuning, merah, biru dan hijau. Kesemuanya memakai tigabelas perhiasan
sambhogakaya, dan berdiri dengan kedua kakinya.
144
Delapan Bodhisattva pengiring Buddha Sakyamuni: Manjusri, Avalokitesvara
Vajrapani, Maitreya, Akasagarbha, Ksitigarbha, Sarvanivaranaviskambhin dan
Samantabhadra.
200
Pada cabang sebelah kiri, bayangkan kedua Sravaka utama, Sariputra
dan Maudgalyayana, yang dikelilingi oleh Sangha yang mulia dari
Sravaka dan Pratyekabuddha. Mereka semua berwarna putih, berpakaian
tiga jubah biarawan. Mereka juga berdiri, sambil memegang tongkat dan
mangkok pindapatta mereka.
Pada cabang di belakang, bayangkan Permata Dharma dalam wujud
tumpukan buku. Paling atas dari mereka, yang terbungkus oleh terali
cahaya, adalah enam juta empat ratus ribu tantra Maha Ati. Label dari
tiap volumenya menghadap ke arah anda. Semua buku ini tampak
dengan jelas dan nyata, dan bergema dengan nyanyian spontan A-li-ka-
li. 145
Di antara cabang-cabang tersebut, terdapat semua Pelindung Dharma
yang jaya, baik pelindung bijaksana maupun pelindung yang dikuasai
oleh ikatan karma mereka di masa lampau. Muka semua pelindung pria
menghadap keluar; aktivitas mereka adalah untuk mencegah rintangan
luar masuk ke dalam, melindungi kita dari rintangan dan kondisi-kondisi
yang tidak sesuai untuk berlatih Dharma dan mencapai pencerahan.
Semua pelindung wanita mukanya menghadap ke arah dalam; aktivitas
mereka adalah untuk memelihara pencapaian bagian dalam supaya tidak
mengalir keluar.
Bayangkan semua figur tempat berlindung ini, dengan kualitas
pengetahuan, cinta kasih dan kekuatan mereka yang tak terhingga,
sebagai satu-satunya pemandu yang menuntun anda.
Kemudian bayangkan ayah pada kehidupan ini ada bersama di
sebelah kanan anda dan ibu anda pada sisi kiri anda. Di depan anda,
berkumpul bersama-sama dalam kerumunan yang tak terhingga
banyaknya dan menutupi permukaan bumi, adalah semua makhluk dari
tiga dunia dan enam alam. Baris yang pertama terdiri dari semua musuh
yang membenci anda dan semua pembuat rintangan yang merugikan anda.
Semua makhluk ini berdiri bersama anda dengan telapak tangan
dirangkapkan. Sambil menyatakan rasa hormat dengan badan anda,
lakukan sembah sujud. Untuk menyatakan rasa hormat dengan suara
anda, lafalkan doa perlindungan, dan untuk menyatakan rasa hormat
dengan pikiran anda, bangkitkan pikiran berikut:
"O Guru dan Tri Ratna, apa pun juga yang terjadi atas diri saya, hal
yang mendukung ataupun yang merintangi, menyenangkan ataupun
menyakitkan, yang baik ataupun yang buruk, apa pun juga penyakit dan
penderitaan yang menimpa saya, saya tidak punya pembela maupun
tempat berlindung selain anda. Anda adalah satu-satunya pelindungku,
satu-satunya pemanduku, satu-satunya tempat berteduh dan satu-satunya
harapanku. Mulai sekarang sampai saya mencapai inti pencerahan, saya
145
Huruf-huruf mati dan huruf-huruf hidup bahasa Tibet.
201
menempatkan semua kepercayaan dan keyakinan kepada Anda. Saya
tidak akan meminta pendapat dari ayahku, maupun meminta nasihat
ibuku, ataupun memutuskan sendiri. Adalah Anda, guruku dan Tri Ratna,
yang saya mohon sebagai pendukungku. Adalah kepada Anda saya
membuat persembahan. Saya mempercayakan diriku kepadamu saja.
Saya tidak punya tempat berlindung yang lain, tidak ada harapan lain
selain Anda!"
དཀོན་མཆོག་ག�མ་དངོས་བདེ་གཤེགས་�་བ་ག�མཿ
KON CHOG SUM NGÖ DE SHEG TSA WA SUM Pada para Sugata dari Tiga Akar,
Sang Tri Ratna sejati,
�་�ང་ཐིག་ལེའ་ི རང་བཞིན་�ང་�བ་སེམསཿ
TSA LUNG THIG LEI RANG ZHIN JANG CHUB SEM Pada bodhicitta, sifat alami dari
saluran nadi, energi dan sari,
ངོ་བོ་རང་བཞིན་�གས་�ེའི་ད�ིལ་འཁོར་ལཿ
NGO WO RANG ZHIN THUG JEI KYIL KHOR LA Dan pada mandala dari hakikat awal,
lambang alam dan belas kasih,
�ང་�བ་�ིང་པོའ་ི བར་�་�བས་�་མཆིཿ
JANG CHUB NYING PÖ BAR DU KYAB SU CHI Saya berlindung sampai saya
mencapai inti pencerahan
202
Adalah kejahatan yang disebabkan oleh musuh dan pembuat
rintangan yang memberi anda kesempatan untuk mengembangkan
kesabaran. Pengamatan yang saksama akan menunjukkan bahwa dari
sudut pandang Dharma, musuh dan pembuat rintangan adalah lebih
berbaik hati terhadap anda dibanding orang tua anda. Orang tua anda,
dengan mengajar anda semua tipu daya yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan di dunia ini, dapat mencegah anda terbebas dari kedalaman
alam rendah pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu,
kebaikan mereka bukanlah sebesar seperti yang tampak oleh kita. Pada
sisi lain, musuh dan pembuat rintangan sangat baik terhadap anda. Justru
karena kemalangan yang disebabkan oleh musuh kitalah yang membuat
kita memiliki alasan untuk melatih kesabaran. Suka atau tidak suka,
mereka memisahkan anda dengan harta dan kekayaan anda – suatu ikatan
yang mencegah anda bebas dari alam samsara, yang merupakan satu-
satunya sumber dari segala penderitaan. Melalui penyakit dan
penderitaan yang mereka timbulkan, banyak kesalahan yang lampau
dibersihkan. Lebih-lebih lagi, musuh dan rintangan membawa anda
kepada Dharma, sebagaimana terjadi pada Jetsun Mila, yang pamannya,
dengan dibantu oleh bibinya, merampas semua kekayaannya. Juga pada
bhiksuni Palmo, yang karena menderita penyakit kusta yang disebabkan
oleh naga jahat, membuatnya untuk membaktikan dirinya pada latihan
Avalokitesvara, yang sesudah itu mencapai pencapaian yang tertinggi.
Raja Dharma Longchenpa yang mahatahu berkata:
དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཀོན་མཆོག་ག�མ་པོ་འ�བ་�ར་ནས། །
KON CHOG SUM PO DRUB GYUR NË Semoga saya dengan cepat mencapai tingkat
Sang Tri Ratna,
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
1. Aturan berlindung
Aturan berlindung terdiri dari tiga hal yang harus dihindari, tiga hal
yang harus dilaksanakan, dan tiga sikap tambahan yang harus dicermati.
Anggaplah guru anda, teman spiritual yang mengajar anda saat ini
tentang apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan
sebagai Permata Buddha yang sesungguhnya. Jangan berjalan pada
bayang-bayangnya, dan usahakan untuk melayani dan menghormatinya.
Anggaplah setiap kata dari guru mulia anda sebagai Permata Dharma.
Terimalah segala yang dikatakannya dengan tanpa menentangnya sedikit
pun.
Anggaplah rombongan pengiringnya, murid-muridnya dan teman-
teman sedharma yang memililki perilaku yang murni sebagai Permata
Sangha. Hormati mereka dengan tubuh, ucapan dan pikiran anda dan
tidak pernah membuat mereka kesal, biarpun untuk sesaat saja.
Jadi, kenalilah belas kasih Buddha dalam semua hal yang membantu
dan membuat anda bahagia.
Kapan saja anda menghadapi penyakit atau penderitaan, ketika setan
dan musuh menciptakan rintangan, atau hal-hal lain yang mungkin
menimpa diri anda, hanyalah berdoa kepada Tri Ratna dan jangan
bersandar pada metoda lain untuk berurusan dengan masalah seperti itu.
Jika anda harus menjalani perawatan medis atau menggunakan suatu
upacara penyembuhan ritual, lakukan dengan pengenalan bahwa semua
hal yang demikian adalah aktivitas dari Tri Ratna.
Belajarlah untuk memiliki keyakinan dan persepsi murni, dengan
mengenali bahwa semua yang tampak sebagai hal yang dimanifestasi
oleh Tri Ratna. Ketika anda berangkat untuk pergi ke suatu tempat,
apakah itu untuk bekerja atau untuk tujuan lain, nyatakan hormat kepada
Buddha, Dharma dan Sangha di tempat tersebut sebelum anda berangkat
ke sana. Jadikan doa perlindungan latihan rutin anda sehari-hari, dengan
mengunakan teks dari Longchen Nyingtik seperti yang dikutip di atas,
atau doa di bawah ini yang dikenal sebagai perlindungan rangkap empat,
yang mana adalah umum bagi semua yana:
208
Ia menjawab, "Saya hanya dapat menyangkal berlindung dengan
mulut saya. Saya tidak pernah dapat melakukannya dengan hati saya."
Lalu mereka membunuhnya.
Kita perlu benar-benar seperti orang awam tersebut. Sekali kita
berhenti berlindung pada Sang Tri Ratna, maka tidak peduli bagaimana
dalamnya latihan yang kita jalankan, mungkin sekali kita tidak lagi
merupakan bagian dari umat Buddha. Seperti dikatakan Y.M. Atisha:
Masa kini, sebagian orang mengaku pengikut Tri Ratna, tetapi tidak
mempunyai rasa hormat sedikit pun terhadap barang-barang yang
mewakilinya. Mereka menganggap lukisan dan rupang yang melam-
bangkan Buddha atau buku-buku yang berisi kata-katanya sebagai
barang-barang biasa yang dapat dijual atau digadaikan. Ini disebut
"hidup dari menikmati kekayaan tubuh Tri Ratna" dan adalah merupakan
suatu kesalahan yang berat. Menunjuk kekurangan suatu gambar atau
rupang Buddha atau mengkritiknya, kecuali jika anda sedang
mengevaluasi proporsinya dalam rangka memperbaikinya, adalah juga
209
merupakan suatu kesalahan yang besar dan harus dihindari.
Menempatkan kitab suci langsung di lantai, melangkahinya, membasahi
jari anda dengan air liur untuk membalikkan halamannya dan perilaku
tidak hormat yang serupa lainnya, adalah merupakan kesalahan yang
serius juga. Buddha sendiri berkata:
2. Manfaat berlindung
146
Skt. Trisarana-gamana-saptati.
211
Sebagai buah dari niat baik mereka, orang yang menutupi tsa-tsa dan
orang yang membuang tutupnya, keduanya menerima warisan kerajaan
pada kehidupan mereka berikutnya
Kini, karena kebaikan dari seorang guru atau teman spriritual, anda
menerima Dharma yang sejati dan sudah menimbulkan sedikit niat untuk
berbuat baik dan berhenti berbuat jahat. Jika anda berusaha untuk
berlatih berlindung pada Tri Ratna, pikiran anda akan diberkati, dan anda
akan terus meningkatkan dan mengembangkan semua kualitas baik dari
Jalan, seperti keyakinan, kemurnian persepsi, kekecewaan terhadap
samsara dan tekad untuk membebaskan diri, keyakinan akan akibat
perbuatan dan sebagainya.
Pada sisi lain, biar bagaimana dalamnya rasa muak anda terhadap
samsara atau tekad anda untuk mencapai pembebasan, jika anda tidak
mau repot-repot berlindung pada guru dan Sang Tri Ratna atau berdoa
212
kepada mereka, ketahuilah bahwa hal-hal yang tampak sangatlah
menawan, perasaan kita sangat mudah dibohongi dan pikiran kita sangat
cepat terkecoh, sehingga meski anda sedang melakukan perbuatan yang
baik, namun hal tersebut dengan mudah berubah menjadi sesuatu yang
negatif. Oleh karena itu adalah penting untuk mengetahui bahwa tidak
ada apa pun yang lebih baik dari pada berlindung guna memotong arus
perbuatan negatif masa depan.
Juga:
147
Yaitu: Membunuh mereka yang: memusnahkan agama Buddha, menghancurkan Tri
Ratna, merampok harta milik Sangha, mencaci maki Mahayana, mencelakakan guru,
memecah belah persaudaraan Vajra, merintangi orang berlatih dan tanpa belas kasih
sedikitpun, menghianati samaya, dan memutarbalikkan prinsip hukum karma.
214
akan melindungi anda, dan semua mereka yang merugikan – setan dan
pembuat rintangan – bahkan tidak akan mampu mendekat.
Sekali peristiwa ada seseorang menangkap seorang pencuri dan
memukulinya. Diiringi setiap pukulan yang keras dengan kayu, orang
tersebut membacakan satu baris dari doa perlindungan: "Aku berlindung
kepada Buddha," buk! "Aku berlindung kepada Dharma," buk! dan
seterusnya. Setelah selesai melafalkan doa dengan diiringi pukulan
tersebut, ia membiarkannya pergi. Pencuri tersebut berpikir: “Buddha
Sakyamuni sungguh baik. Untung doa perlindungan hanya terdiri dari
empat baris. Kalau saja lima baris, mungkin saya sudah mati terpukul.
Malam itu, ia bermalam di bawah sebuah jembatan. Pikirannya terisi
dengan kata-kata dari doa perlindungan bersama dengan ingatan akan
pukulan menyakitkan yang ia terima. Selagi ia berbaring, suatu pasukan
besar setan mendekati jembatan tersebut. Akan tetapi mereka berteriak,
"Ada seseorang di sini yang berlindung kepada Sang Tri Ratna!" dan
mereka semuanya melarikan diri sambil menjerit-jerit.
Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengusir hal-hal yang buruk
dari hidup ini dibanding dengan berlindung dari dasar hati anda pada
Sang Tri Ratna. Pada kehidupan yang akan datang, ia akan membawakan
anda pembebasan dan kemahatahuan. Sangatlah sulit membayangkan
semua manfaat dari berlindung. Sutra Tanpa Noda 148 mengatakan:
148
Nama asli Vimalakīrti-Nirdeśa-Sūtra, dalam bahasa Tibet sutra tersebut dikenal
dengan nama �ི་མ་མེད་པ (dri ma med pa), Sutra Tanpa Noda.
149
Skt. Arya prajna-paramita carya gatha.
150
Skt. Sūrya-garbha-sutra.
215
Tidak dapat dibunuh oleh sepuluh juta setan;
Meskipun ia melanggar sumpah atau pikirannya tersiksa,
Adalah pasti bahwa ia akan melampaui kelahiran kembali.
151
Sila, samadhi, prajna.
216
BAB 2
MEMBANGKITKAN BODHICITTA
Empat kualitas yang tidak terhingga adalah rasa sayang, belas kasih,
kegembiraan simpatik dan kenetralan. Rasa sayang biasanya ditangani
terlebih dulu. Tetapi jika kita berlatih keempatnya satu per satu secara
berturut-turut sebagai suatu pelatihan pikiran, maka kita perlu mulai
dengan mengembangkan kenetralan. Karena jika tidak demikian, maka
rasa sayang, belas kasih dan kegembiraan simpatik apa pun yang kita
bangkitkan akan cenderung bersifat berat sebelah dan tidak sepenuhnya
murni. Oleh karena itu, dalam hal ini kita mulai dengan renungan pada
kenetralan.
217
1. Renungan pada kenetralan
Contoh lain adalah kisah tentang Putri Pema Sel, putri Raja Dharma
Trisong Detsen. Ketika ia meninggal pada umur tujuh belas tahun,
ayahnya pergi bertanya kepada Guru Rinpoche 152 bagaimana hal seperti
itu bisa terjadi.
"Pada pikiran saya, putriku itu seharusnya adalah seseorang yang
memiliki karma lampau yang murni," kata raja. "Ia dilahirkan sebagai
putri Raja Trisong Detsen. Ia berjumpa dengan penterjemah dan pandita
kalian berdua, yang seperti Buddha yang nyata. Mana mungkin hidupnya
demikian pendek?"
"Sama sekali bukan karena perbuatan-perbuatan lampau yang murni
mana pun yang menyebabkan tuan putri dilahirkan sebagai putri anda,"
jawab Guru. "Suatu ketika, saya, Padma, anda, Raja Dharma yang agung,
dan Bodhisattva Abbot yang agung terlahir sebagai tiga anak lelaki kasta
152
Sebutan kehormatan lain untuk Guru Padmasambhava.
218
rendah. Kita sedang membangun Stupa Besar Jarung Khashor. Pada
waktu itu, tuan putri terlahir sebagai seekor lebah yang menyengat anda
di leher anda. Karena sikatan tangan anda, dengan tanpa sengaja anda
telah membunuhnya. Oleh karena hutang karma yang terjadi dalam
kehidupan itu, lebah itu dilahirkan kembali sebagai anakmu.”
Jika bahkan Raja Dharma Trisong Detsen, yang merupakan Manjusri
sendiri, bisa memiliki anak yang dilahirkan padanya dengan cara seperti
itu sebagai akibat perbuatan masa lampaunya, apa yang bisa kita katakan
untuk makhluk yang lain?
Sekarang ini, kita terhubung erat dengan orang tua kita. Mereka
memberikan kasih sayang yang besar kepada kita. Ketika kita menderita,
atau apa pun yang tidak diinginkan terjadi pada kita, mereka lebih sedih
dibandingkan jika hal seperti itu terjadi pada diri mereka sendiri. Semua
ini hanyalah pembayaran kembali hutang karma yang sudah mereka
lakukan satu sama lain dalam hidup yang lampau.
Dari semua orang yang kini menjadi musuh kita, tidak ada satu pun
yang bukan ayah atau ibu kita selama semua kehidupan kita sebelumnya.
Sekarang pun, kenyataan bahwa kita menganggap mereka melawan kita,
tidaklah perlu berarti bahwa mereka benar-benar melakukan kejahatan
apa pun terhadap kita. Ada beberapa orang yang kita anggap sebagai
lawan, namun dari sisi mereka, mereka sama sekali tidak memandang
kita seperti itu. Ada orang yang mungkin merasa bahwa mereka adalah
musuh kita, tetapi sesungguhnya tidak mampu melakukan kejahatan yang
nyata kepada kita sama sekali. Ada juga orang yang pada saat ini
sepertinya merugikan kita, tetapi untuk jangka panjang, apa yang mereka
lakukan terhadap kita mungkin membawa sesuatu yang berharga dalam
hidup ini, atau membuat kita berpaling ke Dharma, dan dengan demikian
membawakan kita banyak manfaat dan kebahagiaan. Di samping itu, jika
kita dapat dengan trampil menyesuaikan diri pada karakter mereka dan
merebut hati mereka dengan kata-kata yang lembut, dengan mudah
mereka dapat berubah menjadi teman kita.
Pada sisi lain, ada orang-orang yang secara normal kita anggap ter-
dekat dengan kita – contohnya, anak-anak kita. Tetapi ada juga anak
laki-laki dan anak perempuan yang menipu atau tega membunuh orang
tua mereka. Kadang-kadang si anak berpihak pada orang yang berselisih
dengan orang tua mereka, dan menggabungkan diri dengan mereka untuk
bertengkar dengan keluarga mereka sendiri dan merampas kekayaan
mereka. Bahkan ketika kita berbaikan dengan mereka yang kita sayangi,
permasalahan dan duka cita mereka lebih mempengaruhi kita dibanding
berbagai kesulitan kita sendiri. Dalam rangka membantu teman-teman,
anak-anak dan sanak keluarga lainnya, kita menimbun gelombang
perbuatan negatif yang besar yang akan menyapu kita ke dalam neraka
dalam kehidupan berikutnya. Ketika kita benar-benar ingin berlatih
219
Dharma dengan baik, mereka menghalangi kita. Karena tidak mampu
mengalahkan obsesi kita terhadap orang tua, anak-anak dan keluarga, kita
menunda melatih Dharma, dan dengan demikian tidak pernah
menemukan waktu untuk itu. Singkatnya, orang-orang seperti itu dapat
lebih merugikan kita dibanding musuh kita.
Lebih-lebih lagi, tidak ada jaminan bahwa mereka yang sekarang kita
anggap sebagai musuh kita, tidak akan terlahir sebagai anak-anak kita
pada kehidupan yang akan datang, atau bahwa para teman kita sekarang
tidak akan terlahir kembali sebagai musuh kita, dan seterusnya. Hal ini
hanyalah sebab kita mengambil persepsi yang timbul dan berkelibatan
tentang “teman” dan “musuh” ini sebagai sesuatu yang sesungguhnya,
sehingga kita menghimpun perbuatan negatif lewat kemelekatan dan
kebencian. Kenapa kita berpegang pada beban demikian yang akan
menyeret kita ke dalam alam rendah?
Oleh karena itu, buatlah keputusan yang teguh, pandanglah semua
makhluk yang tanpa batas sebagai orang tua dan anak-anak anda.
Kemudian, seperti makhluk agung jaman dulu yang riwayat hidupnya
dapat kita baca, anggaplah sama akan semua teman dan musuh anda.
Pertama-tama, terhadap orang-orang yang anda tidak suka sama
sekali – mereka yang menimbulkan kemarahan dan kebencian anda –
latihlah pikiran anda dengan berbagai cara sedemikian rupa, sehingga
kemarahan dan kebencian yang anda rasakan terhadap mereka tidak lagi
muncul. Pikirkan mereka sebagai seseorang yang netral, yang tidak
melakukan kebaikan ataupun kejahatan terhadap anda. Kemudian
pikirkan bahwa makhluk yang tidak terhitung banyaknya, yang anda
rasakan netral tersebut, telah pernah menjadi ayah atau ibu anda sekali
waktu dalam kehidupan yang lampau sepanjang seluruh waktu tanpa awal.
Renungkanlah secara demikian, latihlah diri anda sampai anda merasakan
kasih sayang yang sama kepada mereka seperti yang anda lakukan
terhadap orang tua anda. Akhirnya, renungkanlah sampai anda
merasakan belas kasih yang sama terhadap semua makhluk – apakah
anda memandang mereka sebagai teman, musuh atau di antaranya –
seperti anda lakukan terhadap orang tua anda.
Jika anda tidak dapat memunculkan perasaan demikian, tetapi hanya
berpikir tentang semua orang, teman dan musuh, sebagai orang-orang
yang sama, tanpa perasaan tertentu akan belas kasih, kebencian atau apa
pun juga, itu hanyalah kenetralan tanpa perhatian yang tidak
menghasilkan kejahatan maupun kebaikan. Kenetralan seperti ini
bukanlah kenetralan tanpa batas. Gambaran yang diberikan untuk
kenetralan yang tak terbatas yang sesungguhnya adalah ibaratnya suatu
perjamuan yang diberikan oleh seorang rsi agung. Ketika para rsi agung
jaman dulu mengadakan perjamuan, mereka akan mengundang semua
orang, yang berkedudukan tinggi dan yang rendah, yang berkuasa dan
220
rakyat jelata, yang baik ataupun yang jahat, orang biasa atau orang yang
sangat khusus, tanpa membuat pembedaan apa pun juga. Demikian juga,
sikap kita terhadap semua makhluk seluruh jagat raya haruslah suatu
perasaan belas kasih yang maha luas, yang mencakup mereka semua
dengan sama. Latihlah pikiran anda sampai anda mencapai tingkat
kenetralan tanpa batas seperti itu.
Orang tua kita sudah menunjukkan kasih sayang yang tak terukur,
sehingga membuat mereka marah pada usia tua mereka akan merupakan
perbuatan yang sangat negatif. Buddha sendiri membayar kembali
kebaikan ibunya. Beliau pergi ke Surga Tiga Puluh Tiga untuk memba-
barkan Dharma kepadanya. Konon, sekalipun kita melayani orang tua
kita dengan membawa mereka mengelilingi seluruh dunia di atas pundak
kita, hal itu masih tidak dapat membayar kembali kebaikan mereka.
Namun kita dapat membayar kembali kebaikan itu dengan memperkenal-
kan mereka pada ajaran Buddha. Jadi, senantiasalah melayani orangtua
anda dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, dan cobalah temukan cara
untuk membawa mereka ke Dharma.
Lalu, kalau kita tidak merasa dan mengenali bahwa semua roh dan
setan adalah pikiran kita sendiri, bisakah kita menaklukkan mereka
dengan cara marah?
Ketika biarawan mengunjungi donatur mereka, dengan gembira
mereka makan semua domba-domba yang telah disembelih dan
disuguhkan kepada mereka tanpa keraguan sedikit pun. Ketika mereka
155
Atsara adalah perubahan bahasa dari Bahasa Sansekerta acarya, dan di sini berarti
kemunculan yang tiba-tiba yang mengambil bentuk pertapa orang India.
230
melaksanakan upacara agama khusus untuk membuat persembahan
kepada pelindung, mereka menuntut daging yang bersih untuk dipakai
sebagai ramuan. Bagi mereka, hal ini berarti daging yang masih berdarah
dan gajih dari binatang yang baru saja dibunuh, dengan mana mereka
menghias semua torma dan persembahan lain. Cara intimidasi yang
menakutkan seperti itu hanya ada dalam upacara Bonpo atau tirthika –
cara-cara demikian pasti bukan cara Buddhis. Di dalam Buddhis, sekali
kita berlindung pada Sang Tri Ratna, kita harus mengakhiri perbuatan
yang merugikan orang lain. Mana mungkin membunuh binatang ke mana
kita pergi dan menikmati darah dan dagingnya bukan merupakan suatu
pelanggaran dari ajaran berlindung? Terutama sekali, dalam tradisi
Bodhisattva dari Mahayana, kita diharapkan menjadi tempat berlindung
dan pelindung dari semua makhluk yang tanpa batas. Namun bagi semua
makhluk yang memiliki karma yang tidak beruntung ini, di mana kita
diharapkan untuk melindungi mereka, kita tidak merasakan belas kasih
sedikit pun. Malah, makhluk yang di bawah perlindungan kita dibunuh,
daging mereka dimasak dan darah mereka disajikan ke hadapan kita,
pelindung mereka. Kemudian dengan sangat gembira kita melahapnya
semua sambil mengules-ules bibir kita. Masih adakah hal lain yang lebih
kejam dan jahat dari pada ini?
156
Simha: delapan dakini. Tramen: nama umum untuk dakini.
231
sebab mereka semua adalah makhluk yang tidak dibunuh untuk
digunakan sebagai makanan. Ini sangat berlawanan dengan melekat pada
pengertian kotor dan bersih, di mana daging manusia, daging anjing dan
semacamnya dipandang lebih rendah dan kotor, dan daging gemuk lezat
dari binatang yang disembelih untuk makanan dianggap bersih. Sikap
seperti itu dikenal sebagai:
Dengan kata lain, memiliki gagasan tentang murni dan tidak murni
yang berlawanan dengan samaya menikmati makanan. Bahkan kelima
macam daging yang diperbolehkan hanya boleh digunakan jika anda
mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuk makanan yang anda makan
menjadi nektar dan jika anda sedang dalam proses berlatih untuk
mencapai pencapaian tertentu di tempat yang sunyi. Memakan mereka
seperti biasa di desa, hanya karena anda suka akan rasanya, adalah apa
yang dimaksud dengan "konsumsi yang ceroboh yang bertentangan
dengan samaya menikmati makanan," dan adalah juga suatu pelanggaran.
Oleh karena itu, "daging yang murni," tidak berarti daging dari
binatang yang disembelih untuk makanan, tetapi "daging dari binatang
yang meninggal oleh karena perbuatan masa lampau mereka sendiri,"
maksudnya daging binatang yang mati karena umur tua, penyakit, atau
sebab alami lainnya, yang diakibatkan karena perbuatan mereka sendiri di
masa lampau.
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya mengatakan, bahwa
mengambil daging dan darah yang masih hangat dari binatang yang baru
saja disembelih dan menempatkannya di mandala akan membuat semua
deity kebijaksanaan menjadi pingsan. Dikatakan juga bahwa memper-
sembahkan darah dan daging binatang yang disembelih kepada deity
kebijaksanaan adalah seperti membunuh seorang anak di depan ibunya.
Jika anda mengundang seorang ibu ke perjamuan dan kemudian
menyajikan daging anaknya sendiri, apa ia akan suka? Adalah dengan
rasa sayang yang sama sebagai seorang ibu mengasihi anak tunggalnya
Buddha dan Bodhisattva melihat semua makhluk di tiga alam.
Pembunuhan binatang yang tidak bersalah yang telah menjadi korban
perbuatan buruk dan mempersembahkan darah dan dagingnya kepada
mereka tentu sama sekali tidak menyenangkan mereka. Sebagaimana
kata Bodhisattva Santideva:
157
Skt. Dharmasaṃgraha.
234
dulunya adalah murid dari Tiga Bersaudara158 dan Khampa Lungpa.
"Apa yang dilakukan Potowa sekarang?" Tonpa bertanya kepada
biarawan tersebut.
"Ia sedang mengajar Dharma kepada ratusan anggota Sangha."
"Sangat bagus! Dan bagaimana dengan Geshe Puchungwa?"
"Ia menghabiskan semua waktunya untuk membuat lambang badan,
ucapan dan pikiran Buddha 159 dari bahan-bahan yang
dipersembahkan orang lain."
“Sangat bagus!" ulang Geshe Tonpa.
"Bagaimana dengan Gonpawa?" " Ia tidak melakukan apa-apa, tetapi
hanya bermeditasi saja."
"Sangat bagus! Ceritakan tentang Khampa Lhungpa."
"Ia tinggal dalam tempat yang sunyi, terus menerus menangis sambil
menyembunyikan wajahnya."
Mendengar itu, Tonpa melepaskan topinya, merangkapkan kedua
tangannya di depan dada, meneteskan banyak air mata, dan berseru, "Oh,
sungguh mengagumkan! Ini sungguh berlatih Dharma. Saya dapat
menceritakan kepada anda banyak tentang kebaikannya, tetapi saya tahu
ia tidak suka akan hal itu."
Alasan mengapa Khampa Lhungpa menyembunyikan wajahnya dan
terus menangis adalah karena ia terus menerus berpikir tentang makhluk
yang tersiksa oleh penderitaan di alam samsara, dan bermeditasi pada
rasa belas kasih untuk mereka.
Suatu hari Chengawa sedang menjelaskan banyak alasan mengapa
belas kasih adalah begitu penting. Langri Thangpa bersujud di hadap-
annya dan berkata, bahwa mulai saat itu ia tidak akan bermeditasi pada
hal lain kecuali pada kedua hal tersebut. Chengawa mengangkat topinya
dan berkata tiga kali, "Berita yang hebat!"
Tidak ada hal lain yang bisa lebih efektif untuk membersihkan perbu-
atan negatif dan kegelapan batin kita selain belas kasih. Suatu ketika di
waktu dulu di India, ajaran Abhidharma mendapat kecaman dari para
tirthika pada tiga waktu yang terpisah dan mulai lenyap. Tetapi seorang
brahmana wanita yang bernama Prakasasila mempunyai pikiran demikian:
"Saya telah dilahirkan sebagai seorang perempuan. Oleh karena status
saya yang rendah, saya tidak bisa membuat doktrin Buddha berkembang.
Maka saya akan bergabung dengan lelaki dan mempunyai anak laki-laki
yang dapat menyebarkan ajaran Abhidharma."
Dengan seorang ksatriya sebagai ayah anaknya, dia melahirkan
158
Tiga Bersaudara: Potowa, Puchungwa dan Gonpawa.
159
Lambang dari badan Buddha merujuk pada rupang dan lukisan, ucapannya adalah
naskah-naskah suci dan tulisan lainnya, dan pikirannya adalah stupa.
235
Asanga yang mulia, dan dengan seorang brahmana ia melahirkan
Vasubandhu. Ketika kedua putranya menjadi dewasa, mereka
menanyakan apakah pekerjaan ayah mereka.
Ibunya memberitahu mereka berdua: "Saya tidak melahirkan kamu
untuk mengikuti langkah ayahmu. Kamu sudah ditakdirkan menyebarkan
ajaran Buddha. Kamu harus belajar Dharma, dan menjadi guru
Abhidharma."
Vasubandhu berangkat ke Kashmir untuk belajar Abhidharma dari
Sanghabhadra. Asanga pergi ke Gunung Kukkutapada, di mana ia
memulai latihan Buddha Maitreya, dengan harapan mendapat penam-
pakan dari Buddha tersebut dan memohon instruksinya. Enam tahun
sudah berlalu. Walaupun ia bermeditasi dengan giat, ia tidak pernah
bermimpi tentang hal yang memberi pertanda baik.
"Kelihatannya saya tidak pernah akan berhasil," pikirnya, dan ia pun
meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan kecil hati. Di tengah
jalan, ia kebetulan berjumpa dengan seorang lelaki yang sedang
mengasah sebatang besi yang besar dengan kain kapas yang lembut.
"Apa maksud anda berbuat demikian, mengasah seperti itu?" ia ber-
tanya kepada orang tersebut.
Orang itu menjawab, "Saya memerlukan sebatang jarum, maka saya
mencoba membuatnya dengan mengasah batang besi ini."
Asanga berpikir, "Ia tidak akan pernah berhasil membuat sebatang
jarum dengan mengasah batang besi yang sangat besar itu dengan
sepotong kain kapas yang lembut. Sekalipun hal itu bisa terjadi dalam
seratus tahun, akankah ia hidup selama itu? Jika orang awam dapat
membuat usaha seperti itu untuk alasan yang sepele, saya pikir bahwa
saya belum pernah benar-benar berlatih Dharma dengan ketekunan apa
pun."
Maka ia kembali kepada latihannya. Ia berlatih tiga tahun lagi,
namun tetap saja tidak ada tanda apa pun.
"Kali ini saya cukup yakin bahwa saya tidak pernah akan berhasil," ia
berkata, dan ia pun pergi lagi. Ia berjumpa dengan sebuah batu karang
yang sangat tinggi, kelihatanya seolah-olah menyentuh langit. Pada ka-
kinya, seorang lelaki sedang memukul-mukulnya dengan bulu burung
yang dicelupkan ke dalam air.
"Apa yang sedang anda lakukan?" Asanga bertanya kepadanya. .
"Batu karang ini terlalu tinggi," jawab orang itu. "Saya tidak men-
dapat cahaya matahari sedikit pun pada rumahku yang terletak di sebelah
baratnya. Maka saya akan mengikisnya sampai ia hilang."
Asanga, dengan pikiran yang sama seperti tiga tahun sebelumnya,
kembali dan berlatih untuk tiga tahun berikutnya, namun tetap saja tanpa
pernah bermimpi tentang tanda-tanda yang baik.
Dengan sangat berkecil hati, ia berkata "Apa pun juga yang saya
236
lakukan, saya tidak pernah akan berhasil!" dan ia pun berangkat me-
ninggalkan tempat tersebut sekali lagi.
Di tengah jalan, ia kebetulan melihat seekor anjing betina yang pin-
cang kedua kaki belakangnya dan seluruh seperempat bagian tubuh
belakangnya dipenuhi dengan belatung. Meskipun demikian, dia masih
penuh dengan sifat agresi dan mencoba menggigitnya. Sewaktu ia
menyeret tubuhnya dengan kaki depannya, bagian belakang badannya
mengikutinya di tanah sepanjang tempat di belakangnya. Asanga
terbawa oleh rasa kasihan yang dalam dan tak tertahankan. Dengan
memotong sepotong dagingnya, ia memberikannya kepada anjing betina
untuk dimakan. Kemudian ia memutuskan untuk lebih dulu membersih-
kannya dari ulat-ulat pada perempat tubuh bagian belakangnya. Kuatir
bahwa ia mungkin membunuh mereka jika ia memindahkannya dengan
jarinya, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya
adalah dengan lidahnya. Tetapi ketika ia melihat ke seluruh badan
binatang tersebut yang sangat busuk dan penuh dengan nanah, ia tidak
bisa melakukannya. Maka ia memejamkan matanya dan menjulurkan
lidahnya . . . .
Sebagai ganti menyentuh badan anjing betina, lidahnya malah
menyentuh tanah.
Ia membuka matanya dan mendapatkan bahwa anjing betina tadi
telah tiada. Pada tempat tersebut berdiri Maitreya yang dikeliling oleh
lingkaran cahaya.
"Belas kasihmu sungguh kecil," seru Asanga, "sampai-sampai tidak
mengunjukkan wajahmu selama ini."
"Bukannya saya tidak mengunjukkan diriku. Kamu dan aku belum
pernah berpisah. Tetapi perbuatan negatif dan kegelapan batinmu begitu
dalam sehingga kamu tidak dapat melihat saya. Karena latihanmu selama
dua belas tahun telah menguranginya sedikit, kamu bisa melihat anjing
betina itu. Baru saja tadi, oleh karena rasa belas kasihmu yang besar,
kegelapan batinmu telah termurnikan dengan sepenuhnya, sehingga kamu
dapat melihat aku dengan mata kepalamu sendiri. Jika kamu tidak
percaya akan kata-kataku, bawalah aku di atas pundakmu dan tunjukkan
aku kepada semua orang di sekeliling sini"
Maka Asanga membawa Maitreya di atas bahu kanannya dan pergi
ke pasar, di mana ia menanyai semua orang, "Apa yang kamu lihat di atas
pundakku?" Setiap orang menjawab tidak ada apa pun di atas pundaknya
– semua orang, kecuali seorang perempuan tua yang kegelapan batinnya
tidak begitu tebal. Ia berkata, "Anda sedang membawa mayat busuk
seekor anjing."
Hyang Maitreya kemudian membawa Asanga ke Surga Tusita, di
237
mana ia memberinya Lima Ajaran Maitreya 160 dan instruksi lainnya.
Ketika Asanga kembali ke dunia, ia menyebarkan doktrin Mahayana
secara luas.
Karena tidak ada latihan lain yang lebih efektif dibanding rasa belas
kasih untuk memurnikan kita dari semua perbuatan masa lampau yang
merugikan kita, dan karena adalah rasa belas kasih yang tidak pernah
gagal untuk membuat kita dapat mengembangkan bodhicitta yang luar
biasa, kita perlu mempertahankannya dengan bermeditasi mengenai hal
tersebut.
Gambaran yang diberikan untuk berenung atas rasa belas kasih
adalah seperti seorang ibu tidak berlengan yang anaknya dihanyutkan
oleh sungai. Betapa tak tertahankan kesedihan yang mendalam dari sang
ibu seperti itu. Kasih sayang kepada anaknya begitu dalam, tetapi karena
ia tidak bisa menggunakan lengannya, ia tidak bisa memegangnya.
"Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Apa yang bisa saya
lakukan?" ia bertanya kepada dirinya. Satu-satunya pikirannya adalah
untuk menemukan cara untuk menyelamatkan anaknya. Hatinya hancur,
sambil menangis ia berlari mengikutinya.
Persis seperti itu, semua makhluk di tiga alam terhanyut oleh sungai
penderitaan sampai tenggelam di samudra samsara. Betapa tak terta-
hankan rasa belas kasih yang kita rasakan, kita tidak punya alat untuk
menyelamatkan mereka dari penderitaan mereka. Latihlah belas kasih
sambil memikirkan: "Apa yang bisa saya lakukan sekarang?" Mintalah
pertolongan pada guru anda dan Sang Tri Ratna dari seluruh kedalaman
hati anda.
Empat kualitas yang tidak terhingga tidak akan membuat kita gagal
dalam menumbuhkan bodhicitta kita yang sejati. Oleh sebab itu adalah
penting untuk mengembangkan mereka sampai mereka sudah sungguh-
sungguh berakar dalam diri kita.
Supaya mudah dimengerti, kita dapat meringkas empat kualitas yang
240
tak terhingga dalam satu kalimat: baik hati. Latih saja diri anda untuk
memiliki hati yang baik dalam semua situasi.
Suatu hari, lengan Yang Mulia Atisa terluka. Ia meletakkannya ke
pangkuan Drom Tonpa dan berkata, "Anda yang baik hati, berkatilah
tangan saya! 161
Atisa selalu menempatkan suatu penekanan yang unik pada
pentingnya hati yang baik. Dari pada bertanya kepada seseorang: " Apa
kabar?,” maka ia akan berkata: "Adakah anda berbaik hati?”
Kapan saja ia mengajar ia akan menambahkan, "Berbaik hatilah"
Adalah tenaga dari niat yang baik dan yang jahat yang membuat
suatu perbuatan menjadi positif atau negatif, lemah atau kuat. Manakala
niat di belakang perbuatan adalah baik, semua perbuatan fisik atau
ucapan adalah positif, sebagaimana telah diceritakan tentang orang yang
menaruh sol sepatu di atas tsa-tsa. Manakala niat di belakang suatu
perbuatan tidak baik, perbuatan apa pun, meski kelihatan positif, akan
sesungguhnya menjadi hal negatif. Oleh karena itu, belajarlah untuk
mempunyai niat baik sejak awal, dalam situasi apa pun juga.
Kata Guru Besar Je Tsongkapa:
Bagaimana bisa kalau alur dan tingkat adalah baik jika niat adalah
baik?
Suatu ketika seorang wanita tua sedang menyeberangi sungai yang
lebar bersama putrinya sambil berpegangan satu sama lain. Namun
keduanya dihanyutkan oleh arus sungai.
Sang ibu berpikir: "Tidaklah penting jika aku hanyut, asalkan putriku
terselamatkan!"
Pada waktu yang sama, anak perempuan berpikir, "Tidak jadi soal
kalau saya terhanyut, selama ibu saya tidak tenggelam!"
Mereka kedua-duanya binasa dalam air, dan sebagai hasil pemikiran
hal positif untuk satu sama lainnya, mereka terlahir di alam surga Brahma.
Di lain kesempatan, ada enam biarawan dan seorang pesuruh
menyewa perahu untuk menyeberangi sungai Jasako. Perahu pun
bertolak meninggalkan tepi sungai.
161
Sebenarnya tidaklah mungkin guru meminta berkah dari muridnya. Namun kalau
murid tersebut berhati baik, maka ia pun dapat memberi berkah kepada guru. Adalah
suatu kebiasaan untuk meminta Lama yang telah cerah meniup pada luka untuk
menyembuhkannya.
241
Sekitar seperempat jalan ke seberang, tukang perahu berkata, "Kita
terlalu berat. Jika ada siapa saja yang bisa berenang, tolong lompat ke
dalam air. Jika tidak, saya akan melompat sendiri dan salah satu di antara
anda dapat menggantikan saya mendayung."
Tak satu pun di antara mereka yang bisa berenang; juga tak ada yang
tahu bagaimana cara mengayuh.
Lalu pesuruf tersebut melompat dari perahu, sambil berseru, "Lebih
baik saya sendiri mati dari pada semua orang mati!”
Dengan seketika timbul pelangi dan turun hujan bunga. Meski
pesuruh tersebut tidak bisa berenang, ia terbawa dengan aman ke pantai.
Ia belum pernah berlatih Dharma. Ini adalah manfaat langsung yang
berasal dari suatu pikiran yang baik.
Bagaimana bisa bahwa alur dan tingkat menjadi tidak baik jika
pikiran tidak baik?
Sekali peristiwa ada seorang pengemis yang berbaring di pintu
gerbang kota sambil berpikir, "Aku ingin kepala raja terpenggal, sehingga
aku bisa mengambil tempatnya!”
Pikiran tersebut timbul padanya terus menerus semalam suntuk.
Menjelang pagi, ia tertidur. Selagi ia tertidur, sang raja keluar dengan
mengendarai keretanya. Salah satu roda keretanya menggilas leher
pengemis tersebut dan memotong kepalanya.
Kecuali jika anda ingat tujuan anda akan pencarian Dharma dengan
sadar dan waspada, dan memperhatikan pikiran anda setiap saat, perasaan
yang hebat akan kemelekatan dan kebencian dengan mudah dapat
membawa anda pada akumulasi karma negatif yang parah. Walaupun
harapan si pengemis tua tidak pernah akan sampai sungguh-sungguh
terjadi, hasil dari pemikirannya akan segera menjadi bentuk nyata. Mana
mungkin raja yang tertidur dengan nyaman di atas tempat tidur yang
bertahtakan permata di dalam istana akan kehilangan kepalanya?
Sekalipun ia dipancung, tidakkah lebih masuk akal kiranya pangeran
mahkotalah yang akan mengambil alih kerajaan? Kalaupun tidak,
tidakkah ada lebih banyak kesempatan bagi para menteri, yang sifatnya
seperti harimau, macan tutul dan beruang, dibanding dengan seorang
pengemis tua tunawisma dan miskin yang akan mengambil alih tahta
tersebut? Kecuali jika anda memeriksa diri anda dengan hati-hati,
bagaimanapun, bahkan pikiran negatif yang lucu dan menggelikan seperti
itu dapat timbul. Maka, sebagaimana yang dikatakan oleh Geshe
Shawopa :
242
Jaga dan lindungi negara 162 anda dengan hati-hati,
Kalau tidak, maka ia akan meningkatkan penderitaan samsara.
162
Pikiran di sini diibaratkan sebagai negara seseorang, yang kalau tidak dijaga dengan
baik, maka klesa-klesa akan bermunculan dan membawa penderitaan yang tidak ada
akhirnya.
243
kelahiran yang akan datang, anda akan selalu terlahir di alam surga atau
alam manusia, sampai akhirnya anda mencapai tingkat kebuddhaan yang
sempurna.
Jangan buru-buru dengan tanpa menguji perasaan dan pikiran, anda
melaksanakan suatu pertunjukan besar dari aktivitas yang berbudi luhur –
sembah sujud, mengitari obyek suci, berdoa, menjapa mantra dan lainnya.
Sebagai gantinya, adalah penting untuk memeriksa sikap anda dan me-
numbuhkan kebaikan hati sejak awal.
Niat
ཧོཿ �་ཚ�གས་�ང་བ་�་�འི་�ན་རིས་�ིསཿ
HO NA TSHOG NANG WA CHU DHEI DZUN RÏ GYÏ Ho! Disesatkan oleh aneka ragam
tampilan khayal seperti bayangan
rembulan di dalam air,
འཁོར་བ་�་ �་�ད་�་འ�མས་པའི་འ�ོཿ
KHOR WA LU GU GYUD DU KHAM PË DRO Makhluk hidup mengembara di
rantai tak berujung alam samsara;
རང་རིག་འོད་གསལ་ད�ིངས་�་ངལ་གསོ་�ིརཿ
Untuk membawa mereka
RANG RIG Ö SAL JING SU NGAL SO CHIR beristirahat di ruang kesadaran
nan kemilau,
ཚད་མེད་བཞི་ཡི་ངང་ནས་སེམས་བ�ེད་དོཿ Saya membangkitkan bodhicitta
TSHAD MED ZHI YI NGANG NË SEM KYED DO dengan empat kualitas yang tak
terhingga.
Pada akhir sesi ini, bayangkan bahwa dengan kerinduan devosi anda
terhadap deity-deity di ladang berkah, seluruh persamuhan melebur
dalam cahaya, mulai dari yang luar, dan akhirnya melebur ke dalam Guru
yang ada di tengah, persatuan dari semua ketiga tempat berlindung.
Kemudian Guru melebur ke dalam cahaya, lalu melebur ke dalam diri
anda, menyebabkan bodhicitta absolut yang ada dalam pikiran deity
perlindungan muncul dengan jelas dalam pikiran anda. Lafalkan doa
pengharapan berikut:
247
Semoga bodhicitta yang mulia dan berharga,
Timbul pada yang belum memilikinya;
Dan sesudah timbul tidak pernah berkurang,
Tetapi semakin tumbuh dan berkembang hendaknya.
163
Guru Suvarnadvipa: (Tib. Serlingpa) Dharmakirti, guru besar agama Buddha yang
tinggal di Sumatera pada abad 10.
248
perbedaan di dalam kebaikan mereka. Sedikit bodhicitta yang saya miliki,
berasal dari kebaikan Guru Suvarnadvipa. Itulah sebabnya saya memiliki
perasaan berhutang budi yang paling besar terhadapnya.”
Konon, hal yang paling penting mengenai bodhicitta bukanlah
membangkitkannya, tetapi bahwa ia sungguh telah muncul. Belas kasih
bodhicitta harus benar-benar hidup dalam diri kita. Oleh karena itu,
mengucapkan rumusan tersebut beratus ribu kali dengan tidak mema-
sukkan artinya ke dalam hati, sama sekali tidak ada gunanya. Mengambil
sumpah bodhicitta di hadapan Buddha dan Bodhisattva, lalu bukan untuk
menjalankannya, sama saja dengan menipu mereka. Tidak ada kesalahan
yang lebih buruk dari pada ini. Jadi jangan menipu makhluk lain juga –
tetapi usahakan untuk mengembangkan bodhicitta sepanjang waktu.
251
banyak seperti yang lain. Saya akan menariknya dan menderita sendiri
saja, sehingga Kamarupa dapat dibebaskan.”
Ia berkata kepada pengawal, "Tempatkan peralatannya di atas pundak
saya, saya akan menarik gerbong itu sendiri.”
Tetapi pengawal-pengawal menjadi marah. "Siapakah yang dapat
melakukan sesuatu untuk mencegah orang lain mengalami akibat per-
buatannya sendiri?” kata mereka, dan memukul kepalanya dengan
pentungan mereka.
Namun, oleh karena pemikiran baik ini, Buddha dengan segera me-
ninggalkan kehidupan di dalam neraka tersebut dan terlahir di alam surga.
Konon, bahwa inilah bagaimana ia pertama kali mulai berbuat baik
kepada yang lain.
Kisah lain menceritakan bagaimana Sang Buddha, di suatu kelahiran
yang sebelumnya sebagai "putri” dari nakhoda Vallabha, sekali lagi
dibebaskan dari alam rendah begitu ia benar-benar mengalami hal
menukarkan dirinya dengan orang lain. Sekali peristiwa, ada seorang
perumah tangga yang bernama Vallabha, di mana semua putranya
meninggal. Maka, ketika putranya yang lain dilahirkan, ia memutuskan
untuk menamainya Putri, dengan berharap ini akan membuatnya hidup.
Vallabha lalu pergi ke laut mencari batu permata yang berharga, tetapi
kapalnya tenggelam dan ia binasa.
Ketika putranya menjadi dewasa, ia bertanya kepada ibunya apakah
pekerjaan dan kasta ayahnya dulu. Ibunya, karena kuatir jika ia menga-
takan kepadanya yang sebenarnya, maka ia juga akan menjadi pelaut, lalu
mengatakan kepadanya bahwa ayahnya adalah pedagang gandum. Maka
Putri menjadi seorang pedagang gandum dan memelihara ibunya dengan
empat koin karsa yang ia peroleh setiap hari.
Tetapi dengan segera para pedagang gandum lainnya mengatakan
kepadanya bahwa ia bukan anggota kasta mereka, dan konsekwensinya,
tidaklah wajar baginya untuk melakukan perdagangan yang mereka
lakukan. Ia dipaksa berhenti.
Ia kembali ke ibunya dan menanyanya lagi. Kali ini, ibunya
mengatakan kepadanya bahwa ayahnya dulu pedagang dupa. Ia memulai
menjual dupa, dan dengan delapan karsa yang ia peroleh setiap hari, ia
menjaga ibunya.
Tetapi Putri dihentikan lagi. Ibunya sekarang mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya menjual pakaian. Ia menjadi pedagang pakaian, dan
segera mampu memberi ibunya enam belas karsa satu hari. Namun
kembali ia dipaksa melepaskan bisnis tersebut oleh para pedagang
pakaian yang lain.
Ketika ia diberitahu bahwa ia berasal dari kasta permata, ia mulai
menjual permata-permata dan membawa pulang tiga puluh dua karsa satu
hari untuk diberikan kepada ibunya. Kemudian pedagang permata yang
252
lain mengatakan kepadanya bahwa ia adalah kasta yang membawa
permata dari pelayaran samudra dan bahwa ini adalah pekerjaan di mana
ia dilahirkan untuk melakukannya.
Ketika ia tiba dirumah hari itu, ia berkata kepada ibunya, "Saya
berasal dari kasta yang mencari permata. Saya akan berlayar
menyeberangi samudra yang besar untuk melanjutkan perdaganganku
sendiri!"
"Adalah benar bahwa kamu berasal dari kasta yang mencari
permata," kata ibunya, "tetapi ayahmu dan semua nenek moyangmu
sudah mati di laut waktu mereka mencari permata. Jika kamu pergi,
kamu akan mati juga. Janganlah pergi! Tinggallah di rumah dan
berdagang di sini."
Tetapi Putri tidak mendengarkannya. Ia mempersiapkan segala yang
ia perlukan untuk perjalanannya. Ketika ia mau berangkat, ibunya tidak
membiarkannya pergi, ia memegang sisi pakaian Putri dan menangis.
Putri sangat marah.
Ia berseru, "Air matamu akan membawa nasib malang untuk
perjalanan ke seberang samudra!" ia menendang ibunya di kepalanya,
lalu meninggalkannya.
Dalam perjalanan, kapalnya kandas dan hampir seluruh anak
kapalnya tenggelam, tetapi Putri berpegang pada sepotong papan dan
terdampar ke daratan suatu pulau. Ia sampai ke suatu kota yang bernama
Sukacita. Di suatu rumah yang indah yang terbuat dari logam mulia dan
permata-permata, empat dewi cantik mempersilakannya duduk di tempat
duduk beralaskan bantal kain sutera dan mempersembahkan kepadanya
tiga makanan putih dan tiga makanan manis.
Ketika ia bersiap-siap berangkat, mereka memperingatkannya:
"Jangan pergi ke arah selatan. Kemalangan besar akan menimpa anda
jika anda melakukannya!" Tetapi Putri tidak mendengarkannya dan tetap
menuju ke sana.
Ia sampai ke suatu kota yang bernama Riang Gembira yang lebih
indah dibanding kota yang sebelumnya. Di sini delapan wanita cantik
melayaninya. Sama seperti sebelumnya, mereka memperingatkannya
akan ancaman kemalangan yang besar jika ia pergi ke arah selatan, tetapi
ia tidak mempedulikannya dan berangkat lagi.
Di suatu kota yang bernama Kota Mabuk yang lebih bagus lagi
dibanding yang lainnya, ia disambut oleh enam belas dewi elok yang juga
melayaninya dan memperingatkannya sama seperti yang sebelumnya,
tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.
Ia melanjutkan perjalanannya dan tiba pada suatu benteng putih yang
puncaknya hampir menjamah langit. Benteng itu disebut Benteng Guru
Brahma, dan di sini tiga puluh dua dewi cantik yang menggiurkan
mengundangnya ke dalam. Mereka mempersiapkan dipan dari bantal-
253
bantal yang terbuat dari sutera, melayaninya dengan tiga makanan putih
dan tiga makanan manis, dan memohonnya untuk tinggal. Tetapi ia ingin
pergi.
Ketika ia bersiap-siap berangkat lagi, mereka berkata kepadanya, "Ke
mana pun anda akan pergi, hindarilah arah selatan! Kemalangan akan
menimpamu!" Tetapi ia merasakan adanya suatu dorongan untuk pergi ke
selatan, dan ia pun menuju ke selatan.
Tak lama kemudian, suatu benteng besi dengan menara-menaranya
yang menjulang ke langit muncul di hadapannya. Di gerbang, ia melihat
sesosok manusia hitam yang mengerikan, dengan mata merah dan
menggenggam besi panjang di tangannya. Putri bertanya ada apa di
dalam bangunan tersebut, tetapi orang itu tinggal diam saja. Ketika ia
semakin mendekat, Putri melihat ke dalam dan melihat banyak orang lain
seperti orang di depan. Suatu perasaan ngeri mencekam segenap
tubuhnya, membuat bulu romanya berdiri.
Ia berkata kepada dirinya, "Bahaya! Inilah bahaya yang mereka
peringatkan."
Ia masuk ke dalam. Di sana ia melihat seorang manusia yang otak-
nya sedang dilumatkan oleh roda baja yang berputar di kepalanya.
"Apa yang telah anda perbuat sehingga mendapat balasan demikian?"
tanya Putri.
"Saya menendang ibuku pada kepalanya dan ini adalah akibatnya
yang matang. Tetapi bagaimana dengan anda? Kenapa anda tidak
mengambil keuntungan dari kebahagiaan yang mereka tawarkan kepada
anda di Benteng Guru Brahma? Mengapa anda datang mencari
penderitaan di sini?"
"Saya pikir saya didorong ke sini oleh karma saya juga," kata Putri.
Pada saat itu, suara dari langit berkata: "Biarkan mereka yang terikat
dibebaskan, dan mereka yang bebas terikat!"
Tiba-tiba saja roda baja berputar di kepala Putri. Seperti orang lain,
otaknya remuk menjadi bubur, dan ia mengalami rasa nyeri dan pende-
ritaan yang tak tertahankan. Rasa sakit tersebut menimbulkan suatu
perasaan belas kasih yang kuat terhadap semua mereka yang sama
seperti dirinya.
Ia berpikir, "Di dalam alam samsara, ada makhluk lain sedang
menderita seperti saya karena menendang kepala ibu mereka. Semoga
semua penderitaan mereka menjadi matang pada saya dan semoga saya
saja yang menderitanya untuk mereka semua. Semoga tidak satu pun
orang lain pernah mengalami penderitaan seperti ini dalam setiap
kelahiran mereka berikutnya."
Dengan segera roda tersebut terbang ke udara. Kesakitannya berhenti
dan ia membumbung tinggi sampai ke ketinggian tujuh pohon palem
dalam keadaan bahagia.
254
Latihan bodhicitta yang menukarkan diri dengan orang lain adalah
metoda tertinggi yang sangat diperlukan untuk mencapai pencerahan.
Oleh karena itu ahli-ahli Kadampa masa lampau sering menggunakannya
sebagai latihan utama mereka. Sekali peristiwa, Geshe Chekawa, yang
mengetahui banyak ajaran tentang Tradisi Baru dan Lama, dan yang
mengetahui banyak teks logika di luar kepala, pergi melihat Geshe
Chakshingwa. Di bantalnya, ia melihat suatu teks yang kecil, dan ketika
ia membukanya, ia menemukan kalimat berikut:
164
Langri Thangpa (1054-1123), seorang Geshe tradisi Kadampa, murid Geshe Potowa,
pengarang Delapan Ayat Pelatihan Pikiran, pendiri Vihara Langthang.
255
"Kelihatannya ia tidak memilikinya juga,¨ pikirnya, "tetapi saya akan
menanyainya. Jika ia mempunyai ajaran itu, saya akan tinggal. Jika
tidak, lebih baik saya melanjutkan perjalanan saya.¨
Maka Chekawa pergi ke melihat Sharawa yang sedang mengitari
stupa. Ia membentangkan kain di tempat itu dan mempersilakan Sharawa
duduk sambil berkata, "Saya ingin bertanya tentang sesuatu kepada
anda.¨
"Bhiksu yang mulia,¨ kata Sharawa, "apa masalahmu? Secara pribadi,
saya selalu menemukan semua jawabanku di bantal meditasiku.¨
"Saya membaca kata-kata ini di suatu teks: "Berikan keuntungan dan
kemenangan ke yang lain. Ambillah kerugian dan kekalahan untuk diri
sendiri" Saya sangat menyukainya. Apakah ini ajaran yang dalam atau
tidak?¨
"Bhiksu yang mulia,¨ Sharawa menjawab, "apakah anda suka akan
ajaran seperti ini atau tidak, itu adalah sesuatu yang tidak anda perlukan
jika anda tidak ingin mencapai kebuddhaan.¨
"Apakah anda memegang ajaran ini?¨
"Ya. Ia adalah latihan utama saya,¨ jawab Sharawa.
"Kalau begitu, saya minta agar anda mengajarkannya kepada saya,¨
kata Chekawa.
"Dapatkah anda tinggal denganku dalam jangka waktu lama?¨
Sharawa bertanya. "Jika anda dapat, aku akan mengajarkannya kepada
anda.¨
Dari dia, Chekawa menerima bimbingan sesuai pengalamannya
dalam suatu pelatihan pikiran yang berkesinambungan dan berlangsung
selama enam tahun. Dengan melatihnya, ia mampu membersihkan
dirinya sepenuhnya dari rasa egois.
Tidak ada instruksi yang lebih baik untuk mengusir penyakit dan
penderitaan dari hidup ini, dan untuk menaklukkan roh-roh, pembuat-
rintangan dan kekuatan negatif dibanding meditasi bodhicitta menukar
diri dengan orang lain. Renungkanlah dengan tekun, dan seperti menolak
racun, tolaklah selalu mentalitas negatif mementingkan diri sendiri.
166
Persembahan yang dibuat dengan membakar ranting-ranting kayu bergetah.
259
saya, saya tidak akan pernah menyakiti makhluk lain. Namun, kecuali
jika saya memberikan apa yang ia perlukan, semua harapannya akan sirna.
Apa yang harus saya lakukan?
Ia memutuskan bahwa sudah tiba saatnya untuk mempersembahkan
darah dan dagingnya sendiri. Lalu ia berkata: "Saya akan memberi anda
badan saya sendiri!"
Rasa panik mencekam segenap sidang perjamuan. Semua orang
mencoba memintanya untuk tidak berbuat demikian, tetapi tetap saja
gagal. Raja menusuk pembuluh darah lehernya dan mempersembahkan
darahnya untuk diminum. Raksasa meminum dengan nikmatnya. Lalu
raja mengerat bagian-bagian dagingnya. Raksasa tersebut memakannya
sampai ke tulangnya. Rombongan tamu semuanya sangat bersedih hati.
Ratu jatuh tak sadarkan diri ke lantai. Ketika sang raja sudah hampir
tidak dapat lagi mengendalikan kemampuan inderanya, dengan gembira
Indra berkata: "Saya Indra, saya tidak perlu darah dan daging, jadi anda
dapat menghentikan tindakan kedermawanan anda." Ia mengoleskan
nektar surgawi pada luka-luka di tubuh raja, yang menjadi kembali pada
keadaan semula.
Kemudian raja menghadiahkan gajah Gunung Unggul kepada
menterinya, Kereta Perang Brahma. Pada waktu itu tibalah salah satu
murid Rsi Marici yang telah memperoleh pencapaian dalam meditasi.
Raja menerimanya dengan segala penghormatan dan bertanya apa yang ia
inginkan.
"Dalam ungkapan syukur kepada guru yang mengajar saya Veda 167,
saya berniat untuk menawarkan kepadanya seorang pelayan, karena kini
ia sudah tua dan tidak memilikinya. Saya datang untuk meminta anda
memberikan istri dan putra anda."
Raja mengizinkan. Murid tersebut pergi dengan membawa ratu dan
putranya dan mempersembahkan mereka kepada gurunya.
Sementara itu, Raja Sulit Ditahan merasa iri dan mendambakan gajah
yang dihadiahkan. Setiba kembali di kerajaannya sendiri, ia mengirim
pesan menuntut bahwa gajah tersebut harus diberikan kepadanya. Ia
telah diberitahu bahwa gajah tersebut telah dihadiahkan kepada seorang
brahmana. Tetapi ia menolak untuk mendengarkan dan mengancam akan
mengadakan perang jika gajah tersebut tidak diserahkan. Selagi pasukan
musuh maju, Raja Manicuda merasakan kesedihan yang dalam dalam
dirinya.
“Betapa sedihnya kalau ketamakan dapat membuat sahabat yang ter-
dekat menjadi musuh yang getir dalam sekejab saja!" pikirnya. "Jika
saya mempersiapkan perang, dengan mudah saya dapat mengalahkannya.
Tetapi banyak makhluk akan menderita, maka saya harus melarikan diri.”
167
Veda: Salah satu kitab suci agama Hindu.
260
Empat pratyekabuddha menampakkan diri dan berkata, "Baginda,
sudah waktunya Baginda masuk ke dalam hutan."
Maka ia menuju Hutan Pelbagai Pesona, sementara itu menteri-
menterinya pergi kepada Marici dan meminta pangeran muda yang telah
diberikan kepadanya. Marici mengembalikan pangeran, dan pangeran
lalu memimpin pasukan dan melakukan pertempuran. Sulit Ditahan
kalah dan terpaksa kembali ke negerinya. Pikiran dan aktivitas jahatnya
membawa penyakit dan kelaparan pada kerajaannya sendiri.
Ketika Sulit Ditahan bertanya kepada brahmana-brahmananya bagai-
mana caranya agar semua penderitaan itu berakhir, mereka berkata, "Obat
penawarnya adalah permata di usnisa Raja Manicuda. Anda perlu
memintanya."
"Tetapi mungkin ia akan menolak," kata Raja Sulit Ditahan.
Para brahmana mendesak, lagipula, Manicuda akan memberinya –
bukankah ia terkenal karena tidak pernah menolak permintaan apa pun?
Seorang brahmana diutus untuk memintanya.
Raja Manicuda sedang berjalan melewati hutan sambil melihat-lihat
dan tanpa disadari ia tiba di dekat pertapaan Marici. Pada saat yang sama,
Sang Ratu, istrinya, yang sedang mencari akar dan dedaunan di dalam
hutan tidak jauh dari sana, diserang oleh seorang pemburu.
"Raja Manicuda, tolonglah saya!" ia berteriak.
Ratapan yang datang dari jauh sampai ke telinga Manicuda yang
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia pergi menyelidiki. Pemburu
itu melihat dia mendekat, berpikir bahwa dia adalah rsi. Karena takut
akan kutukan, maka ia melarikan diri. Sang Ratu yang sebelumnya telah
menikmati kenyamanan yang tak terukur di lingkungan kerajaan, kini
berada dalam kesusahan seperti itu ketika Manicuda melihatnya. Sang
Raja sangatlah bingung.
"Betapa sedihnya!" pikirnya. "Semua benda tergabung tak dapat di-
percaya."
Saat itu, brahmana yang diutus oleh Sulit Ditahan tiba. Ia mencerita-
kan hal ihkwalnya dan meminta usnisa kepalanya.
"Potong dan ambillah," kata raja.
Brahmana tersebut mengikuti kata raja dan sesudah itu meninggal-
kannya. Dalam kerajaan Sulit Ditahan, semua penyakit dan kelaparan
berakhir.
Ketika raja mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh lukanya, hal
itu membangkitkan rasa kasihan yang besar terhadap semua mahkluk
yang hidup dalam Neraka Panas. Lalu ia jatuh tak sadarkan diri.
Sementara itu, didorong oleh pertanda-pertanda baik dan diikuti para
dewa, banyak para anggota istana tiba.
"O Raja," kata mereka, "apa yang telah terjadi?"
Raja duduk sambil menghapus tetesan darah di wajahnya.
261
"Sulit Ditahan mengutus seseorang untuk meminta bonggol di
kepalaku, maka saya memberinya," jawabnya.
"Mengapa anda berbuat begitu?" tanya mereka.
"Aku tidak berusaha untuk mendapatkan apa pun untuk diriku.
Harapanku satu-satunya adalah semoga kerajaan Sulit Ditahan bebas dari
penyakit dan kelaparan. Tetapi ada masih satu hal, saya ingin..."
"Apakah itu?" mereka bertanya
"Agar mampu melindungi semua makhluk," jawab raja.
"Tetapi tidakkah anda merasa menyesal?" mereka bertanya.
"Tidak. Sama sekali tidak," kata raja.
"Melihat rasa sakit di wajah anda, sulit untuk percaya apa yang anda
katakan "
"Baiklah," kata raja, "jika saya benar-benar tidak memiliki penye-
salan setelah memberikan bonggol kepalaku kepada Sulit Ditahan dan
para pengikutnya, semoga tubuhku menjadi utuh seperti semula!"
Dan hal itulah yang terjadi. Para pengikutnya lalu memohonnya
untuk kembali ke istana, tetapi ia menolak. Pada waktu itu, empat
pratyekabuddha muncul kembali.
"Anda telah banyak membantu musuh anda, mengapa tidak
membantu sahabat anda juga?" kata mereka. "Sekarang anda perlu
kembali ke istana anda."
Ia kembali ke istana, dan membawa manfaat dan kebahagiaan kepada
rakyatnya.
Dana atau kemurahan hati dapat terdiri dari tiga wujud: memberi
benda materi, memberi Dharma, dan memberi perlindungan dari keta-
kutan.
Memberi benda materi
Pemberian Biasa. Hal ini mengacu pada memberi materi apa pun,
sekalipun tidak lebih dari sekedar satu jumput daun teh atau satu
262
mangkuk jelai. Jika diberikan dengan niat yang murni, soal jumlah
bukanlah hal yang penting. Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh Lima
Buddha 168 berbicara tentang "pengaruh positif terhadap masa depan dari
memberikan sesuap makanan saja kepada makhluk yang terlahir di alam
binatang." Sang Penakluk adalah sosok yang memiliki ketrampilan
metoda dan belas kasih yang besar. Jika kita menggunakan kekuatan
dharani 169 , mantra dan cara-cara lainnya, dikatakan kita mampu
menolong preta sebanyak pasir di Sungai Gangga hanya dengan setetes
air atau sebutir jelai saja.
Persembahan asap dan puja api membawa manfaat besar pada preta
yang bergerak melalui ruang angkasa. Roh-roh yang tidak bisa hidup
tanpa mengambil kehidupan makhluk lain sementara terpuaskan oleh bau
makanan persembahan yang dibakar, dan pikiran mereka dibebaskan oleh
karunia Dharma dari ritual dari suatu puja api. 170 Sebagai hasilnya,
mereka tidak lagi merugikan makhluk lain, sehingga banyak makhluk
menjadi terlindung dari bahaya kematian. Hal ini termasuk memberi
perlindungan terhadap ketakutan. Jadi, praktek puja api termasuk ketiga
macam kemurahan hati tersebut.
Karena torma air dan puja api mudah untuk dilaksanakan dan sangat
efektif, cobalah berlatih mempraktekkannya secara teratur. Adalah baik
untuk mempersembahkan seratus ribu torma air setiap tahun.
Ketika orang-orang telah mendapatkan sejumlah harta, mereka
memegangnya atau menjaganya dengan ketat seperti orang yang sekarat,
dan tidak menggunakan untuk kehidupan ini ataupun untuk manfaat
kehidupan yang akan datang. Tak peduli berapa banyak yang mereka
miliki, mereka tetap berpikir bahwa mereka tidak memiliki apa pun.
Mereka merintih seolah-olah mereka sedang kelaparan. Dapat dikatakan
bahwa orang-orang dengan perilaku seperti ini sekarang ini mengalami
akibat yang serupa dengan penyebabnya seperti yang terjadi di alam preta.
Hindarilah sikap-sikap seperti itu dan cobalah untuk bermurah hati
melalui aktivitas seperti membuat persembahan kepada Sang Tri Ratna
dan memberi sedekah kepada pengemis. Seperti yang dikatakan Jetsun
Mila:
168
Skt. Triskhandhadharmasutra (Sutra Tiga Tumpukan) atau disebut juga Pengakuan
Kemerosotan.
169
Dharani: Pengendalian menyeluruh atas tubuh, ucapan dan pikiran serta aktivitas
keenam indera, biasanya berupa mantra panjang.
170
Puja api: Persembahan berupa asap dari makanan yang dibakar kepada roh-roh halus
dan makhluk-makhluk di alam bardo.
263
Sebaliknya, jika anda membiarkan diri anda menjadi budak kemele-
katan egois anda, akan tiba saatnya di mana sekalipun anda memiliki
semua kekayaan di dunia, namun anda tetap merasa tidak cukup. Dan
ketika ada kesempatan untuk memberi persembahan kepada Sang Tri
Ratna atau pengemis, anda akan berpikir bahwa anda akan melakukannya
di lain kesempatan saja waktu sudah memperoleh lebih banyak kekayaan
lagi di kemudian hari atau di tempat lain.
Secara umum, Buddha mengajar pemberian materi dan praktek-
praktek lain yang disertai harta benda terutama untuk Bodhisattva awam.
Jika anda adalah seorang biarawan atau biarawati, hal yang penting
hanyalah untuk mengurangi keinginan-keinginan anda, dan belajar untuk
menjadi puas dengan apa pun juga yang anda miliki, dan untuk berlatih
pelatihan rangkap tiga yang lebih tinggi dengan ketetapan hati di tempat
pertapaan di gunung atau tempat yang sunyi, dan dengan senang hati
menerima semua kesukaran.
Ada praktisi-praktisi yang meninggalkan latihan spiritual mereka dan
melibatkan diri mereka dalam perdagangan, pertanian atau mata penca-
harian lainnya. Mereka menimbun kekayaan melalui tipu daya yang
cerdik. Mereka bersikukuh mengatakan bahwa mereka sedang berlatih
Dharma melalui persembahan dan amal yang mereka buat dengan apa
yang mereka peroleh. Tetapi adalah untuk orang-orang seperti itu kata-
kata berikut:
Cara beramal mereka seperti ini secara mutlak tidak ada artinya. Jadi,
yang paling penting dan oleh karena itu, selalulah merasa puas dengan
apa yang anda miliki.
Memberi Dharma
Ia juga berkata:
265
Adalah sia-sia untuk seorang pemula yang tidak memiliki
pengalaman maupun realisasi untuk mencoba membantu orang
lain dengan Dharma. Tidak ada berkah yang dapat diperoleh
darinya, sama halnya tidak ada apa pun yang dapat dituangkan
dari suatu bejana yang kosong. Instruksinya hambar dan tanpa
unsur pokok, seperti bir yang diragi dengan tanpa menekan butir-
butir gandum.
Seseorang yang berada di tahap aspirasi, yang mempunyai
kehangatan 171 latihan, tetapi belum memiliki kemantapan di
dalamnya, tidak bisa bekerja demi kepentingan makhluk lain.
Berkahnya seperti sesuatu yang dituangkan dari bejana yang satu
ke dalam yang lain: ia hanya dapat mengisi yang lain dengan
pengosongan dirinya. Instruksinya seperti lampu dipindahkan
dari tangan seseorang ke tangan orang lain: jika ia memberi
cahaya kepada yang lain, maka ia berada dalam kegelapan.
Tetapi seseorang yang telah mencapai salah satu tingkat
Bodhisattva, siap untuk bekerja demi manfaat makhluk lain.
Berkahnya seperti kekuatan dari bejana pengabulan harapan: ia
dapat membawa semua makhluk ke tahap kematangan tanpa
pernah menjadi kering. Instruksinya seperti suatu lampu yang di
tengah, di mana orang lain dapat mengambil cahaya dengan
tanpa membuatnya menjadi kecil.
Oleh karena itu, pada zaman kemerosotan ini bukanlah waktunya
untuk seseorang yang biasa untuk membantu makhluk lain secara
eksternal, tetapi lebih merupakan waktu untuk hidup menyendiri
dan melatih pikiran mereka sendiri dalam belas kasih bodhicitta.
Sekarang ini saatnya untuk menyingkir dari emosi negatif.
Ketika suatu tumbuhan obat yang berharga masih berupa tunas
saja, ia belum waktunya untuk dipetik, tetapi adalah saat untuk
melindunginya.
171
Kehangatan: Suatu tanda di mana latihan sedang mulai bekerja.
266
positif bisa dibebaskan ketika mereka mendengar anda berdoa, menjapa
mantra atau membaca kitab suci. Anggaplah cukup untuk melafal doa
untuk berdana Dharma yang ada pada akhir ritual teks-teks torma air atau
persembahan tubuh, seperti:
Ini berarti benar-benar melakukan apa pun juga yang dapat anda
lakukan untuk membantu orang lain yang berada dalam kesukaran. Hal
ini termasuk, misalnya menyediakan tempat perlindungan bagi mereka
yang tidak memiliki tempat yang aman, memberi perlindungan kepada
mereka yang tidak memiliki pelindung, dan menjadi teman dengan
mereka yang tidak memiliki teman. Hal ini merujuk terutama sekali
kepada perbuatan seperti melarang berburu dan mencari ikan di mana
saja anda mempunyai kekuasaan untuk melakukannya, membeli domba-
domba yang sedang dibawa ke tempat pejagalan, dan menyelamatkan
ikan, cacing, lalat dan makhluk-makhluk lain yang sedang sekarat.
Buddha mengajarkan, dari semua perbuatan yang baik, menyelamatkan
hidup makhluk hidup adalah paling menguntungkan.
172
Tib. rigs lnga’i sdom pa, suatu tantra.
267
Sila paramita terdiri dari menghindari perbuatan-perbuatan negatif,
melakukan perbuatan-perbuatan positif, dan memberi manfaat kepada
orang lain.
173
Tumpukan batu sebagai persembahan.
268
Pada waktunya dapat memenuhi pot raksasa.
Ada kisah tentang seekor babi yang dikejar mengelilingi stupa oleh
seekor anjing, dan cerita lain mengenai tujuh ulat bulu yang jatuh dari
daun ke dalam arus air dan dibawa mengelilingi stupa oleh arus tersebut.
Kejadian-kejadian seperti itu cukup untuk membawa makhluk-makhluk
tersebut akhirnya kepada pembebasan.
Oleh karena itu, usahakan selalu menolak perbuatan buruk sekecil
apa pun, dan lakukanlah perbuatan baik apa pun yang dapat anda lakukan,
dan limpahkan jasa tersebut untuk manfaat makhluk hidup. Hal ini
mencakup semua ajaran dari ikrar Bodhisattva.
Seperti yang telah kita lihat, ketika anda secara total bebas dari meng-
inginkan sesuatu untuk diri anda, berarti sudah tiba waktunya bagi anda
untuk bekerja secara langsung demi manfaat makhluk lain dengan
menggunakan empat cara menarik makhluk. Tetapi sebagai seorang
pemula, cara untuk memberi manfaat kepada makhluk lain adalah
melimpahkan jasa kebajikan kepada semua makhluk dari semua latihan
yang anda jalankan, sambil melatih diri melakukan perbuatan baik dan
menghindari perbuatan buruk. Semua ini dilakukan dengan menerapkan
tiga metoda yang tertinggi.
Kesabaran jenis ini perlu diterapkan kapan pun saat anda dipukul,
dihina di depan umum, dimarahi dengan kata-kata kasar atau difitnah
secara sembunyi-sembunyi. Sebagai ganti merasa terganggu dan bereaksi
dengan marah, anda perlu menanggapinya secara positif dengan belas
kasih. Jika anda kehilangan kesabaran dan menyerah pada kemarahan,
suatu amukan kemarahan dapat menghancurkan pahala kebajikan yang
anda kumpulkan lebih dari seribu kalpa, sebagaimana disebutkan dalam
Jalan Bodhisattva:
269
Pekerjaan-pekerjaan baik yang dikumpulkan dalam seribu tahun,
Seperti perbuatan kemurahan hati,
Atau persembahan kepada mereka yang membawa kebahagiaan,
Suatu kilas kemarahan akan menghancurkannya.
Dan lagi:
Kita sering mendengar bahwa ada seorang Lama atau biarawan yang
sungguh baik, hanya saja ia memiliki perangai yang mengerikan. Tetapi,
tidak ada kesalahan yang lebih buruk di dunia ini dibanding dengan
kemarahan, maka mana bisa seseorang yang sangat baik pada waktu yang
sama mempunyai perangai yang mengerikan? Padampa Sangye berkata:
270
Anda tidak memahami bahwa perbuatan sesaat yang timbul dari
kemarahan adalah lebih buruk dibanding seratus perbuatan yang
timbul dari hawa nafsu.
Jika ketika kita belajar, berpikir dan merenung, ego kita tumbuh
menjadi lebih besar, kesabaran kita menjadi lebih rapuh
dibanding dengan kulit baru, 174 dan kita merasa lebih lekas marah
dibanding dengan si setan Tsang Tsen, 175 ini pasti adalah tanda-
tanda bahwa studi, meditasi dan pemikiran kita sudah berada di
arah yang salah.
174
Kulit baru: Kulit yang tumbuh pada luka yang baru sembuh.
175
Sosok setan daerah Tibet yang pendendam dan pencemburu, yang menciptakan
rintangan begitu terusik sedikit saja.
271
Bahkan dengan melalui nyala api neraka atau lautan mata pisau
cukur yang tajam,
Carilah Dharma sampai anda mati.
Pada saat anda menata diri anda pada tempat yang nyaman untuk
tinggal, dengan banyak makanan, pakaian yang hangat dan
donatur yang murah hati, anda bahkan telah sepenuhnya
mengundang setan sebelum mulai berlatih mengembangkan
Dharma.
273
Tidak ada juga jejak darah di dalam; 176
Mati seorang diri di tempat pertapaan ini,
Adalah segala hal yang didambakan seorang yogi.
Oleh sebab itu, adalah sangat penting untuk tidak mengindahkan lagi
segala kerinduan kehidupan sehari-hari, dan berlatih tanpa memperhati-
kan panas, dingin atau berbagai kesulitan lain apa pun.
Pada suatu hari dua biarawan India yang telah memiliki dua belas
kualitas dari latihan praktek dhuta 177 datang menghadap Atisa. Ketika
176
Berarti tidak ada daging dalam makanan sederhana Milarepa.
177
12 praktek dhuta: 1. Mengenakan jubah yang terbuat dari kain robekan/usang; 2.
Hanya memiliki tiga jubah; 3. Makan dari hasil pindapatta, tidak memasak sendiri; 4.
Berpindapatta secara berurutan; 5. Hanya makan sekali dalam sehari; 6. Makan
274
Atisa menjelaskan kepada mereka bahwa ego tidak memiliki keberadaan
yang hakiki, mereka senang.
Tetapi ketika ia menjelaskan bahwa fenomena juga tidak memiliki
keberadaan yang hakiki, mereka berteriak: "Wah, sangat mengerikan!
Jangan katakan hal-hal seperti itu!" dan ketika ia membaca Sutra Hati,
mereka menutup telinga mereka dan pergi dari sana.
Atisa merasa amat sedih. Ia berkata: "Kecuali jika seseorang melatih
diri di dalam belas kasih bodhicitta, lalu mengembangkan keyakinan pada
ajaran-ajaran yang mendalam, hanya dengan memegang sila yang murni
saja tidak akan membawa keberhasilan apa pun kepada anda."
Disebutkan bahwa banyak biarawan yang angkuh sekali pada waktu
Buddha. Ketika mereka mendengar beliau mengajar tentang kekosongan
yang mendalam, mereka muntah darah dan mati, dan terlahir di dalam
neraka. Sejumlah cerita lain mengisahkan kejadian-kejadian yang hampir
sama.
Adalah penting untuk memiliki rasa hormat dan ketertarikan akan
ajaran yang mendalam dan pada mereka yang mengajarkannya. Setidak-
nya, sekalipun keterbatasan pikiran anda membuat anda tidak mengerti
akan hal tesebut, janganlah pernah mengeritik mereka.
Ketika anda mendengar kisah kehidupan para guru besar, Buddha dan
Bodhisattva, tentang perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan dan
pencobaan-pencobaan yang mereka lewati demi Dharma, jangan pernah
berpikir bahwa hanya mereka saja yang mampu meraih semua yang
mereka lakukan karena mereka adalah Buddha dan Bodhisattva, dan
bahwa anda tidak pernah dapat melakukan hal yang sama, sehingga anda
berkecil hati dan malas. Sebagai gantinya, ingatlah bahwa hanya dengan
bertindak dengan cara demikian, mereka semua menjadi sangat sempurna.
Sebagai murid mereka, meskipun anda mungkin tidak dapat melaku-
kannya secara lebih baik dari mereka, namun anda pasti dapat meraih
tingkat seperti mereka juga.
secukupnya saja, tidak sampai terlalu kenyang; 7. Tidak makan selewat tengah hari ; 8.
Tinggal di tempat yang sepi, jauh dari keramaian; 9. Berlatih di bawah pohon; 10.
Bermeditasi di tempat yang terbuka; 11. Tinggal di tempat perkuburan; 12. Tidak
berbaring.
275
Jika demikian banyak ketekunan dan kesukaran adalah penting buat
mereka, bagaimana bisa hal-hal yang demikian tidak diharuskan pada kita
yang memiliki begitu banyak karma buruk karena perbuatan-perbuatan
negatif kita yang lampau dan sejak waktu tak berawal belum pernah
melakukan latihan berkesinambungan akan Dharma?
Kita sudah memiliki kebebasan dan keberuntungan akan tubuh
manusia. Kita sudah berjumpa dengan seorang guru spiritual yang sejati,
dan sedang menerima instruksi yang mendalam. Karena kita mempunyai
peluang untuk berlatih Dharma yang benar dengan baik, kita perlu
berjanji dari dasar hati kita untuk melakukannya dan siap untuk
menerima kesukaran, menerima beban berat, dan mempertaruhkan hidup
dan badan kita tanpa mempedulikan daging dan darah kita. Itulah yang
dimaksud dengan ketekunan seperti baju baja.
276
Tetapi mereka berakhir ketika kita meninggalkan mereka.
Begitulah sifat mereka.
dan:
277
Mereka segera percaya, dan berpikir bahwa diri mereka sangat
penting dan tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Tetapi, sebagaimana
Dagpo Rinpoche yang tiada bandingannya berkata,
Meninggalkan gangguan
Apa pun juga yang tergabung akan berpisah juga. Orang tua, saudara,
pasangan, para sahabat dan sanak saudara, bahkan daging dan tulang-
tulang tubuh yang kita terima pada saat kelahiran – semuanya ditakdirkan
untuk berpisah. Pahamilah kesia-siaan keterikatan akan orang-orang
yang dikasihi dan para sahabat yang hanya berlangsung sebentar, dan
selalulah tinggal dan berlatih sendiri di tempat yang sepi. Repa Shiwa
Ö 178 berkata:
178
Salah seorang murid utama Milarepa.
279
Meskipun jika seseorang memiliki semua kekayaan dan harta di
seluruh dunia, tetap saja tidak akan mengubah fakta bahwa ia hanya
memerlukan sandang pangan yang cukup buat seorang saja. Tetapi ada
orang yang meskipun kaya raya, namun tidak mau membelanjakan
uangnya untuk membeli makanan dan pakaian. Dengan tidak
mengindahkan pelanggaran atau penderitaan dan mengabaikan semua
caci maki orang lain, mereka mengabaikan masa depan mereka. Demi
harta benda yang paling tak berarti, mereka mempertaruhkan kehidupan
masa kini mereka. Dengan tidak mengindahkan kesadaran akan rasa
malu dan kejujuran, martabat diri dan persahabatan yang telah berlang-
sung lama, Dharma atau samaya, mereka menghabiskan semua waktu
mereka untuk mengejar makanan, keuntungan dan status sosial. Seperti
roh-roh penjelajah memburu torma, mereka menyia-nyiakan seluruh
hidup mereka bahkan dengan tanpa pernah menikmati kebebasan,
kesejahteraan atau kebahagiaan sehari pun. Akhirnya, semua kekayaan
yang mereka kumpulkan justru menjadi sebab mereka terbunuh. Lalu
segala yang sudah mereka kumpulkan seumur hidup akan dihabiskan oleh
musuh dan orang lain. Semua ini adalah pemborosan. Tetapi tumpukan
perbuatan-perbuatan jahat setinggi Maha Meru yang dibangun mereka
untuk menjadi kaya tetap menjadi milik pribadi mereka dan akan
menyebabkan mereka mengembara di kedalaman yang tak tertahankan di
alam rendah dan tak pernah bebas darinya. Maka selagi anda masih
memiliki kesempatan, dengan merasa puas dengan jumlah makanan yang
sedikit dan pakaian secukupnya untuk menghindari kedinginan, gunakan
harta sekecil apa pun yang mungkin anda miliki di dalam hidup ini
sebagai bekal untuk menghidupi kehidupan masa depan.
Mereka yang ambisinya terbatas pada kehidupan masa kini ini
dikenal di dalam teks sebagai "para sahabat yang kekanak-kanakan."
Mereka tidak berterima kasih sedikit pun atas setiap bantuan anda, dan
sebagai imbalannya mungkin saja berbuat sesuatu yang merugikan anda.
Apa pun yang anda lakukan, bagi mereka tidak pernah benar. Mereka
sangat susah dibuat senang. Jika anda memiliki lebih banyak dari yang
dimiliki mereka, mereka akan cemburu. Jika anda memiliki lebih sedikit,
mereka memandang rendah anda. Semakin banyak waktu yang anda
habiskan dengan mereka, semakin cepat perbuatan negatif anda melipat
ganda, dan perbuatan positif anda berkurang. Tolaklah teman-teman
seperti ini dan jauhi mereka.
Mata pencaharian, misalnya perdagangan, pertanian, industri dan
akademis melibatkan anda ke dalam banyak aktivitas yang menyediakan
sumber gangguan yang tiada akhirnya. Pencarian akan hal yang sepele
ini terus menerus membuat anda sibuk untuk tujuan yang tidak penting.
Seberapa pun usaha yang anda lakukan, tidak satu pun darinya
280
mempunyai arti. Tidak ada akhir dari proses mengalahkan saingan-
saingan dan mendukung sahabat.
Tinggalkan semua aktivitas dan gangguan-gangguan yang tiada
akhirnya ini, seperti membuang air ludah. Tinggalkan kampung halaman
anda dan pergilah ke negeri yang tak dikenal. Tinggallah di kaki bukit
karang dengan hanya berteman dengan binatang buas. Istirahatkan tubuh
dan pikiran anda. Berhentilah merisaukan makanan, pakaian atau apa
saja yang disebut-sebut orang. Hiduplah di tempat-tempat sepi di mana
tidak ada orang lain. Jetsun Milarepa berkata:
179
Skt. Candrapradīpa.
281
Di tempat yang sangat terpencil, di dalam kedalaman
pegunungan,
Segala apa yang dikerjakan oleh seseorang adalah baik adanya.
Bahkan tanpa anda membuat usaha latihan yang rajin, dalam tempat-
tempat yang demikian, kekecewaan terhadap samsara, tekad untuk
membebaskan diri, kasih sayang dan belas kasih dan semua kualitas Jalan
yang sempurna lainnya akan muncul secara spontan. Sebagai hasilnya,
jalan hidup anda seluruhnya akan menjadi baik. Kemelekatan, kebencian
dan semua emosi negatif yang telah anda coba kendalikan dengan sia-sia
pada tempat yang sibuk dengan aktivitas, akan berkurang dengan
sendirinya, hanya karena anda kini berada dalam kesunyian. Akan jadi
mudah untuk mengembangkan semua kualitas dari Jalan.
Poin-poin ini adalah pendahuluan untuk konsentrasi, dan adalah hal
yang sangat penting dan tidak bisa tidak diperlukan.
180
Tujuh poin postur Vairocana: Tujuh poin postur meditasi yang ideal: kaki bersila
dalam postur vajra, punggung lurus, tangan dalam sikap meditasi, mata menatap ujung
282
Ketika tubuh lurus, saluran energi lurus;
Ketika saluran energi lurus, energi-energi itu lurus;
Ketika energi-energi itu lurus, pikiran lurus.
Jangan berbaring atau bersandar pada apa pun, tetapi duduk tegak
lurus, bebaskan pikiran anda dari pikiran apa pun, dan beristirahat di
dalam ketenangan hati, di dalam suatu keadaan di mana tidak ada
pencerapan pada apa pun. Ini adalah inti dari dhyana paramita.
Ini berarti mendengarkan semua kata-kata dan arti Dharma yang diu-
capkan oleh seorang guru spritual, dan mengerti arti kata-kata yang
diucapkan tersebut.
Ini berarti tidak hanya mendengarkan apa yang telah diajarkan guru
dan mengerti artinya, tetapi sesudah itu meninjau ulang hal tesebut dalam
pikiran anda, dan dengan jelas mengerti artinya melalui perenungan,
pengujian dan analisa, dan menanyakan pertanyaan tentang apa yang
tidak anda pahami. Hal ini tidak cukup hanya beranggapan bahwa anda
mengenal atau memahami beberapa hal yang tertentu. Anda perlu
memastikan, bahwa ketika waktu datang untuk berlatih di dalam
kesunyian, anda akan mampu mengaturnya sendiri, tanpa perlu bertanya
kepada siapa pun untuk memperjelas poin tertentu.
hidung, dagu sedikit ditekuk ke dalam, bahu terbuka lebar, dan puncak lidah yang
menyentuh langit-langit mulut.
283
dilahirkan dari dalam diri anda. Dibebaskan dari keragu-raguan yang
membatasi, anda melihat dengan jelas hakikat kekosongan.
Setelah terlebih dulu menghapus semua keraguan anda melalui
mendengarkan dan perenungan, anda sampai pada pengalaman meditasi
yang praktis, dan melihat segalanya seperti wujud-wujud kosong tanpa
inti, seperti dalam delapan kiasan ilusi:
Melihat semua object persepsi anda dengan cara ini, anda sampai
pada pemahaman bahwa semua penampilan ini bersifat palsu karena sifat
mereka yang memang demikian. Ketika anda melihat ke dalam sifat
alami sang pelaku yang mencerap mereka – pikiran – obyek-obyek yang
timbul padanya tidak pernah berhenti, hanyalah konsep-konsep yang
membuat mereka seolah-olah memiliki keberadaan yang nyata menjadi
surut. Membiarkan pikiran dalam realisasi hakikat kenyataan, kosong
namun bersih seperti langit, adalah paramita kebijaksanaan.
284
Untuk lebih detil lagi, masing-masing dari enam paramita dapat
dibagi menjadi enam, membuatnya menjadi tiga puluh enam bagian. Kita
dapat melihat bagaimana hal ini bekerja dengan meneliti bagian memberi
Dharma dalam dana paramita.
Ketika guru yang mengajar, Dharma yang diajarkan dan murid yang
menerima ajaran datang berkumpul. Tiga hal ini melengkapi adanya
paramita dana. Guru tidak mengerjakan pengajaran Dharma demi
mencari keuntungan atau penghormatan, dan bahwa ia tidak mencemari
apa yang sedang ia lakukan dengan menaikkan harga diri, kebencian akan
posisi orang lain, atau emosi negatif lain mana pun adalah paramita sila.
Bahwa ia mengulangi arti dari suatu ungkapan berulang kali dengan
mengabaikan semua kesukaran dan kelelahan adalah paramita kesabaran.
Bahwa ia mengajar pada waktu yang ditetapkan tanpa rasa malas dan
penundaan adalah paramita ketekunan. Bahwa ia menjelaskan materi
ajaran tanpa membiarkan pikiran menjadi bingung tentang kata-kata dan
arti mereka, tanpa membuat kesalahan dan tanpa menambahkan atau
menghilangkan apa pun adalah paramita konsentrasi. Bahwa ketika
mengajar, ia diilhami oleh kebijaksanaan yang bebas dari semua konsep
dari hal, obyek dan tindakan adalah paramita kebijaksanaan. Oleh sebab
itu, semua paramita tercakup di dalamnya.
Sekarang sebagai contoh, marilah kita memperhatikan pemberian
materi – memberi makanan atau minuman kepada seorang pengemis.
Ketika barang pemberian, pemberi dan penerima semuanya ada dan
perbuatan tersebut benar-benar tercapai, adalah paramita dana. Memberi
apa yang anda makan atau minum sendiri, ketimbang memberi yang tidak
baik atau makanan yang basi, adalah paramita sila. Tidak menjadi
terganggu, bahkan ketika diminta lagi untuk memberi sedekah, adalah
paramita kesabaran. Memberi dengan serta merta, tanpa pernah berpikir
bahwa hal itu melelahkan atau sulit adalah paramita ketekunan. Tidak
membiarkan diri anda dikacaukan oleh pikiran yang lain adalah paramita
konsentrasi. Mengetahui bahwa ketiga unsur dari materi, obyek dan
perbuatan tidak memiliki kenyataan yang hakiki adalah paramita
kebijaksanaan. Lagi-lagi di sini, semua enam paramita tercakup didalam-
nya. Bagian-bagian yang sama dapat diuraikan untuk disiplin, kesabaran,
dan seterusnya.
Merangkum hakikat kesepuluh kesempurnaan atau paramita tersebut,
Jetsun Mila berkata:
285
Dengan sempurna mengatasi semua rasa takut tentang arti yang
benar,
Tiada kesabaran yang lain;
Dengan sempurna tetap tidak berpisah dari latihan,
Tiada ketekunan yang lain;
Dengan sempurna tinggal di dalam arus kesadaran alami,
Tiada konsentrasi yang lain;
Dengan sempurna merealiasi hakikat kekosongan,
Tiada kebijaksanaan yang lain;
Mempraktekkan Dharma dengan sempurna pada semua hal yang
anda lakukan,
Tiada metoda yang lain;
Dengan sempurna menaklukkan empat setan jahat,
Tiada kekuatan yang lain;
Dengan sempurna mencapai tujuan rangkap dua,
Tiada cita-cita lebih lanjut;
Kenalilah sumber emosi negatif,
Tiada kebijaksanaan awal lainnya.
Ketika Khu, Ngok dan Drom 181 bertanya apakah unsur-unsur yang
paling baik dari Jalan, Atisa menjawab:
181
Tiga murid utama Atisa.
286
Konsentrasi terbaik adalah tidak mengubah pikiran;
Kebijaksanaan terbaik adalah tidak menganggap apa pun sama
sekali seperti benar-benar ada.
182
Dohä: Lagu ataupun syair yang mengungkapkan pencapaian seseorang.
287
Kekosongan di mana belas kasih adalah hakikatnya,
Hanyalah bagi mereka yang menginginkan pencerahan.
292
Adalah mutlak untuk mencari poin yang penting dari latihan yang
didasarkan pada instruksi guru. Begitu anda mengenal poin utamanya,
anda harus melakukannya dalam latihan, kalau tidak, maka akan sama
sekali sia-sia. Jetsun Mila berkata:
Jika hal itu menetralkan emosi negatif, maka itu adalah Dharma;
jika tidak, itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu tidak cocok dengan jalan duniawi, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu sesuai, maka itu adalah non-Dharma.
Jika hal itu sesuai dengan dengan kitab suci dan instruksi, maka
itu adalah Dharma; jika itu tidak cocok, itu adalah non-
Dharma.
Jika hal itu menghasilkan sesuatu yang baik, maka itu adalah
Dharma; jika hal itu menghasilkan sesuatu yang tidak baik, itu
adalah non-Dharma.
293
ketiganya adalah sama dan tak terpisahkan, adalah pandangan
yang benar dari orang-orang yang berkemampuan paling tinggi.
Menjaga pikiran secara terkonsentrasi sepenuhnya pada
obyeknya adalah meditasi yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan biasa. Beristirahat dalam konsentrasi pada empat
gabungan 183 adalah meditasi yang benar dari orang-orang yang
berkemampuan yang lebih tinggi. Suatu keadaan non
konseptualisasi di mana tidak ada obyek meditasi, tidak ada
meditator dan tidak ada pengalaman meditasi, adalah meditasi
yang benar dari orang-orang yang berkemampuan paling tinggi.
Waspada terhadap akibat perbuatan seperti melindungi matanya
dengan hati-hati adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan biasa. Berbuat sambil mengalami segalanya
sebagai suatu mimpi dan ilusi, adalah usaha yang benar bagi
orang-orang yang berkemampuan lebih tinggi. Sama sekali tanpa
perbuatan adalah usaha yang benar bagi orang-orang yang
berkemampuan paling tinggi.
Pengurangan yang progresif atas kemelekatan diri, emosi negatif
dan pemikiran, adalah tanda dari "kehangatan" untuk semua
praktisi, baik yang berkemampuan biasa, lebih tinggi atau yang
paling tinggi.
183
Gabungan antara penampilan dan kekosongan, kesadaran dan kekosongan,
kebahagiaan dan kekosongan, dan kejernihan dan kekosongan.
184
Tib. lam mchog rin po che, suatu karangan Gampopa.
294
Renungkan mereka seperti seorang bisu yang sedang menikmati
hidangan lezat;
Dalami arti mereka seperti pengembara daerah utara mencukur
domba-domba;
Capailah hasilnya seperti matahari yang keluar dari balik awan.
295
296
BAB 3
185
Alaya: Dasar kesadaran di mana kecenderungan-kecenderungan kebiasaan disimpan.
Ia adalah dasar untuk kesadaran lainnya.
297
Tidak ada perbuatan salah yang tidak bisa dibersihkan dengan
pengakuan dan penyesalan. Seperti para guru yang besar zaman lampau
menegaskan:
Tidak ada apa pun sisi yang baik dari perbuatan negatif –
kecuali bahwa mereka dapat dibersihkan lewat penyesalan.
186
Darsaka: Nama lain Ajatasatru.
298
Anda boleh ragu bahwa pertobatan dapat benar-benar memur-
nikan perbuatan-perbuatan negatif,
Tetapi jika pikiran anda sudah menjadi positif, anda dibersihkan.
1. Kekuatan dukungan
187
Skt. Trīskhandhadharmasūtra, atau disebut juga Sutra Pertobatan kepada Tiga Puluh
Lima Buddha atau Pengakuan Kemerosotan.
299
Akan bebas dengan seketika dengan memiliki bodhicitta.
Lalu, siapa yang tidak akan menempatkan kepercayaan padanya?
Bodhicitta ibaratnya api besar di akhir zaman
Dosa-dosa besar sama sekali terhapuskan olehnya.
3. Kekuatan tekad
Tanpa suatu janji untuk masa depan mulai sekarang, tidak akan
ada purifikasi;
Oleh sebab itu saya membuat janji mulai sekarang;
Bahwa bahkan dengan mengorbankan hidup saya sekalipun;
Saya tidak akan melakukan perbuatan negatif.
300
4. Kekuatan tindakan sebagai suatu penanggulangan
188
Lihat gambar. Kadang-kadang kalung pendek dan kalung panjang dihitung terpisah,
dan cincin di jari tangan tidak dihitung.
302
tanpa organ tubuh. Ia seperti pelangi yang muncul di angkasa atau
jambangan kristal yang tak bernoda.
�ྰཿ བདག་ཉིད་ཐ་མལ་�ི་བོ་�ཿ
AH DAG NYID THA MAL CHI WO RU Ah! Saya dalam wujud yang
biasa;
པད་དཀར་�་བའི་གདན་�ི་ད�སཿ
PE KAR DHA WEI DEN GYI Ü Di tengah bunga teratai putih dan
piringan bulan di atas kepala,
�ྃ་ལས་�་མ་�ོ་�ེ་སེམསཿ
HUNG LË LA MA DOR JE SEM Bija kata Hung berubah menjadi
Guru Vajrasattva,
དཀར་གསལ་ལོངས་�ོད་�ོགས་པའི་�ཿ
KAR SAL LONG CHOD JOG PË KU Dengan tubuh sambhogakaya
berwarna putih dan sempurna,
�ོ་�ེ་�ིལ་འཇིན་�ེམས་མ་འ�ིལཿ
DOR JE DRIL JIN NYEM MA TRIL Dalam senggama suci dengan
Vajratopa sambil memegang vajra
dan genta.
304
�ོད་ལ་�བས་གསོལ་�ིག་པ་�ོངཿ Pada Anda saya berlindung dan
KHYOD LA KYAB SOL DIG PA JONG memohon pemurnian;
འ�ོད་སེམས་�ག་པོས་མཐོལ་ལོ་བཤགསཿ
GYOD SEM DRAG PÖ THOL LO SHAG Dengan tekad yang kuat saya
mengakui kesalahan saya;
�ིན་ཆད་�ོག་ལ་བབ་�ང་�ོམཿ
CHIN CHED SOG LA WAB KYANG Selanjutnya saya akan menjaga
DOM samaya meski dengan
mempertaruhkan nyawa.
�ོད་�གས་�་བ་�ས་པའི་�ེངཿ
KHYOD THUG DHA WA GYA PË TENG Di atas piringan bulan pada hati
Anda,
�ྃ་ཡིག་མཐའ་མར་�གས་�ིས་བ�ོརཿ
HUNG YIG THA MAR NGAG KYÏ KOR Bija-bija kata mantra berputar
mengitari bija kata Hung;
བ�ས་པ་�གས་�ིས་�ད་བ�ལ་བསཿ
DHË PA NGAG KYÏ GYUD KUL WË Saya melafal mantra dan memohon
berkah.
ཡབ་�མ་བདེ་བར་�ོར་མཚམས་ནསཿ
YAB YUM DE WAR JOR TSHAM NË Pada titik persatuan dengan
pasangan Anda,
བ�ད་�ི་�ང་�བ་སེམས་�ི་�ིནཿ
DUD TSI JANG CHUB SEM KYI TRIN Menetes amrita bodhicitta,
ག་�ར་�ལ་�ར་འཛག་པ་ཡིསཿ
GA WUR DUL TAR DZAG PA YÏ Bagaikan tetesan air kapur, ia
mengalir turun ke bawah;
བདག་དང་ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་�ིཿ
DAG DANG KHAM SUM SEM CHEN Saya beserta semua makhluk di
GYI tiga alam samsara,
ལས་དང་ཉོན་མོངས་�ག་བ�ལ་�ཿ
LË DANG NYON MONG DUG NGAL Segala karma buruk, klesa dan
GYU sebab penderitaan,
ནད་གདོན་�ིག་�ིབ་ཉེས་�ང་�ིབཿ
NAD DON DIG DRIB NYE TUNG DRIB Serta penyakit, rintangan, tenaga
negatif dan noda-noda batin,
མ་�ས་�ས་བར་མཛད་�་གསོལཿ
MA LÜ JANG WAR DZED DU SOL Murnikanlah sampai tiada satu pun
yang tersisa!
305
Lalu, di hati Vajrasattva yang tak terpisahkan dan bersatu dengan
pasangannya, bayangkan suatu piringan bulan yang tidak lebih besar dari
biji wijen yang diratakan, dan di atasnya terdapat bija kata hum (�ྃ) yang
berwarna putih, yang sama halus seperti dilukis dengan sehelai rambut.
Lafalkan Mantra Seratus Suku Kata sekali:
མགོན་པོ་བདག་ནི་མི་ཤེས་�ོངས་པ་ཡིསཿ
GON PO DAG NI MI SHË MONG PA YÏ O Pelindung, dalam ketidak-tahuan
dan kebingungan,
དམ་ཚ�ག་ལས་ནི་འགལ་ཞིང་ཉམསཿ
DAM TSHIG LË NI GAL ZHING NYAM saya telah melanggar samaya;
�་མ་མགོན་པོས་�བས་མཛ�ད་ཅིགཿ
LA MA GON PÖ KYAB DZOD CHIG Guru pelindung, mohon tolonglah
saya.
གཙ�་བོ་�ོ་�ེ་འཛ�ན་པ་�ེཿ
TSO WO DOR JE DZIN PA TE Anda, perwujudan dariVajradhara
�གས་�ེ་ཆེན་པོའི་བདག་ཉིད་ཅནཿ
THUG JE CHEN PÖ DAG NYID CHEN Yang memiliki belas kasih besar,
འ�ོ་བའི་གཙ�་ལ་བདག་ �བས་མཆིཿ
DRO WEI TSO LA DAG KYAB CHI Saya berlindung pada Anda, pelindung
utama semua makhluk hidup.
308
བདག་དང་སེམས་ཅན་ཐམས་ཅད་�ི་�་
ག�ང་�གས་�་བ་དང་ཡན་ལག་གི་དམ་ཚ�ག་
ཉམས་པ་ཐམས་ཅད་མཐོལ་ལོ་བཤགས་སོཿ Saya dan semua makhluk hidup
DAG DANG SEM CHEN THAM CHED mengakui dan menyesali semua
KYI KU SUNG THUG TSA WA DANG kesalahan yang dilakukan dengan
YEN LAG GI DAM TSHIG NYAM PA tubuh, ucapan dan pikiran serta
THAM CHED THOL LO SHAG SO pelanggaran atas samaya akar dan
samaya cabang,
�ིག་པ་དང་�ིབ་པ་ཉེས་�ང་�ི་མའི་ཚ�གས་
ཐམས་ཅད་�ང་ཞིང་དག་པར་མཛད་�་
གསོལཿ
DIG PA DANG DRIB PA NYË TUNG DRI Mohon berkati saya agar semua
MEI TSHOG THAM CHED JANG ZHING perbuatan jahat, pelanggaran samaya
DAG PAR DZED DU SOL dan rintangan karma buruk dan
kemerosotan, noda-noda batin
dimurnikan semuanya.
189
Empat tingkat Vidyadhara: Vidyadhara matang, Vidyadhara dengan kekuasaan atas
kehidupan, Mahamudra Vidyadhara, dan Vidyadhara yang dicapai secara spontan.
190
Skt. Abhirati, alam suci Buddha Aksobya.
191
Tib. chos spyod bag chags rang grol, suatu bagian dari zhi khro karangan Karma
Lingpa.
310
semesta, yang sedang anda lihat sebagai Alam Buddha Kegembiraan
Nyata, melebur ke dalam makhluk yang tinggal di dalamnya, Vajrasattva
dari lima keluarga. Deity-deity tersebut kemudian secara berangsur-
angsur melebur ke dalam cahaya dan terserap ke dalam diri anda. Lalu
anda sendiri melebur menjadi cahaya dari arah luar ke arah dalam, dan
cahaya tersebut terserap ke dalam Om (ཨ�) di dalam hati anda. Om (ཨ�)
melebur ke dalam bendzra (བ��), bendzra (བ��) ke dalam sa (ས), sa (ས) ke
�
dalam tva (�), tva ( ) ke dalam shapkyu (◌ུ ) dari hum ( �ྃ�� ), shapkyu (◌ུ)
ke dalam a kecil (འ), a kecil (འ) ke dalam tubuh ha (ཧ) , tubuh ha (ཧ)
kemudian melebur ke dalam bindu matahari dan bulan pada bagian
kepala ( ( ), yang kemudian melebur ke dalam nada ( ¿ ). 192
◌ྃ
Akhirnya, nada melenyap seperti pelangi lenyap ke dalam ruang
angkasa, melebur ke dalam kesederhanaan yang bebas dari konsepsi dan
pengembangannya yang lebih lanjut. Berdiamlah sebentar dalam kea-
daan tersebut.
Ketika pikiran mulai muncul, lihatlah seluruh alam semesta dan
makhluk hidup yang ada di sana sebagai alam Buddha Vajrasattva.
Limpahkan pahala dengan kata-kata:
དགེ་བ་འདི་ཡིས་�ར་�་བདག །
GE WA DI YÏ NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
�ོ་�ེ་སེམས་དཔའ་འ�བ་�ར་ནས། །
DOR JE SEM PA DRUB GYUR NË Semoga saya dengan segera mencapai
tingkat Vajrasattva;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk tanpa
kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SAL LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
dan juga:
Dewasa ini, Lama dan para biarawan yang kita harapkan sedikit lebih
baik dari pada yang lain, dan yang memahami prinsip sebab dan akibat,
sangat takut akan pencemaran yang berkaitan dengan persembahan,
sehingga mereka bahkan menolak untuk memberkati atau mendedika-
sikan doa untuk makhluk yang sedang menderita, yang sakit atau yang
meninggal. Dengan melakukan hal yang demikian mereka memutus akar
belas kasih bodhicitta.
Ada juga biarawan-biarawan yang sangat egois. Mereka ambil bagian
dalam upacara-upacara atas permohoan para donatur mereka. Tetapi,
sebagai ganti melafalkan apa yang diperlukan oleh keluarga tersebut,
mereka menarik keluar kitab doa mereka sendiri yang sangat kotor dan
yang sudah usang karena penggunaan yang lama, dan dengan alasan
bahwa mereka tidak boleh menyela kesinambungan latihan pribadi
mereka sendiri, mereka melafal dari kitab tersebut sementara semua
orang lain membaca doa. Kapan saja mereka membaca doa yang paling
sedikit untuk kepentingan mereka sendiri, mereka semuanya sangatlah
cermat dan menyatakannya hal itu demi memurnikan noda batin mereka
sendiri atau penyalahgunaan atas barang persembahan. Tetapi mereka
memperlakukan doa-doa di dalam persamuhan besar tersebut, yang
diselenggarakan untuk kepentingan pemberi dana, sebagai suatu
314
pekerjaan sehari-hari yang membosankan. Mereka memandang ke
sekeliling sepanjang waktu, mengatakan apa pun juga yang mereka ingin,
dan bahkan tidak pernah memikirkan orang yang mati atau orang hidup
yang mestinya mereka lindungi. Hal ini memutus rasa belas kasih dari
akarnya. Di kemudian hari, kalau mereka mencoba memurnikan diri
mereka dari penyalahgunaan barang persembahan, kejahatan dan sikap
mementingkan diri sendiri mereka, hal itu akan sangat sulit dilakukan
dengan sukses.
Sebagai gantinya, peganglah belas kasih bodhicitta sebagai dasar
anda dari awal. Jangan pernah anda menyerah pada keinginan untuk
membantu orang lain. Buatlah usaha yang tulus untuk menaruh segala
hal yang anda pahami tentang tahap pengadaan dan tahap kesempurnaan
sedapat mungkin dalam latihan anda. Bermeditasi tentang tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan dan melafal mantra di rumah orang
lain tidak berbeda dengan melakukannya di rumah anda sendiri. Dalam
kedua hal tersebut, kebutuhan untuk bebas dari pikiran mementingkan
diri sendiri dan peduli untuk menolong orang lain adalah sama, karena
kedua sikap ini harus ada.
196
Tib. dri med gshags pa’i rgyud.
315
Apa pun juga pelanggaran-pelanggaran dari samaya akar dan cabang
yang mungkin anda lakukan setelah masuk ke alur Kendaraan Mantra
Rahasia Vajrayana, pengulangan setiap hari atas mantra seratus suku kata
sebanyak dua puluh satu kali sambil bermeditasi pada Vajrasattva
merupakan apa yang disebut "berkah kemerosotan." Ia akan mencegah
kemerosotan berkembang atau meningkat. Seratus ribu lafalan akan
sepenuhnya memurnikan semua kejatuhan anda. Menurut Tantra
Perhiasan Utama 197:
Di Tibet sekarang ini, tidak ada seorang lama, biarawan, orang awam
lelaki atau perempuan pun yang belum pernah menerima suatu inisiasi,
dan oleh karena itu tidak ada yang tidak mengambil jalan Mantrayana
Rahasia. Namun, begitu anda memasuki Mantrayana Rahasia, jika anda
gagal menjaga samaya, maka anda akan masuk neraka, dan jika anda
menjaga mereka, maka anda akan mencapai kebuddhaan sempurna.
Tidak ada alternatif yang ketiga. Sama seperti seekor ular yang merayap
di dalam suatu potongan bambu, dikatakan hanya ada dua arah ke luar –
lurus ke atas atau lurus ke bawah. Harta Karun Pahala Kebajikan
berkata:
Samaya tantra sangat halus, banyak dan sulit untuk dijaga. Bahkan
seorang guru besar seperti Atisa berkata, setelah mengambil alur
Tantrayana, ia melakukan kesalahan demi kesalahan dengan cepat. Akan
halnya kita sekarang ini, penanggulangan yang kita miliki adalah sedikit.
Perhatian kita lemah dan kewaspadaan kita tidak ada. Kita bahkan tidak
tahu persis apa saja kemerosotan yang ada. Karena tidak diragukan
197
Tib. snying po’i rgyan.
316
bahwa kemerosotan pasti mengguyur kita sepanjang waktu seperti hujan
lebat, adalah penting sebagai penanggulanannya kita membuat meditasi
dan lafalan Vajrasattva sebagai latihan harian kita, atau sedikitnya
melafal mantra dua puluh satu kali setiap hari dengan pasti.
Bahkan bagi seorang yang ahli di semua hal penting dari tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan pun, yang melalui perhatian, kewas-
padaan dan seterusnya telah menghindari melakukan kesalahan melang-
gar samaya, masih perlu bertekun dalam pengakuan kesalahan dan
purifikasi. Karena sesungguhnya, setiap kontak melalui kata atau perbu-
atan dengan orang lain yang telah melanggar samaya akar – bahkan
hanya minum air dari lembah yang sama – cukup untuk menyebabkan
kesalahan, yang dikenal sebagai "pelanggaran melalui kontak" atau
"pelanggaran kadang kala". Tantra berkata:
Terlebih lagi, tidak satu pun guru, sekalipun ia adalah seorang Lama
yang besar atau seorang siddha yang dapat lolos dari pencemaran
semacam ini oleh pelanggar-pelanggar samaya. Kisah tentang guru besar
Lingje Repa membuktikan hal ini. Ketika ia berada di tempat suci Tsari,
317
dakini Shingkyong menciptakan rintangan-rintangan dengan menutupi
matahari di tengah hari dan mendatangkan kegelapan yang sangat dalam
sehingga bintang-bintang timbul dan bersinar gemerlapan di langit.
Namun tidak ada yang bisa menghalanginya untuk mencapai tepi Danau
Darah Merah Tua, di mana ia menari mengikuti irama musik lagu vajra,
dengan meninggalkan jejak kaki di batu karang keras yang masih dapat
dilihat sampai sekarang. Meskipun begitu, kemudian dalam hidupnya ia
dikunjungi oleh seorang murid yang telah melanggar samaya – dan
bahkan guru yang ulung seperti itu masih bisa tercemar. Ia menjadi
pikun dan kehilangan kemampuan berbicara.
198
Tiga mandala dari tubuh, ucapan dan pikiran guru.
318
Pada prinsipnya, cara yang terbaik adalah tidak dinodai oleh
perbuatan buruk, tetapi jika hal itu terjadi, adalah penting untuk
mengakui dan menyesalinya.
320
BAB 4
Anda tahu yang relatif adalah suatu yang palsu, namun tetap
saja anda berlatih kedua akumulasi;
Anda menyadari bahwa di dalam absolut tidak ada apa pun
untuk direnungkan, namun tetap saja anda berlatih meditasi;
Anda sebenarnya sudah memwujudkan keadaan persatuan yang
tak terpisahkan namun tetap saja anda berlatih dengan rajin;
Guru yang tiada bandingannya, pada kakimu saya bersujud.
Dan:
321
Ketahuilah bahwa bersandar pada cara lain mana pun adalah
kebodohan.
Bahkan mereka yang sudah benar-benar merealisasi kekosongan
perlu memelihara kemajuan mereka sepanjang Jalan sampai mereka
mencapai kebuddhaan sempurna, sehingga mereka masih perlu berusaha
untuk menghimpun pahala dan kebijaksanaan. Raja Yogi Tilopa berkata
kepada Naropa:
Tantra berkata:
199
Keyakinan yang tidak tergoyahkan akan sifat kebuddhaan yang telah hadir di dalam
pikirannya sendiri.
322
Di dalam tradisi ini, ketika membuat persembahan seperti itu, kita
menggunakan dua mandala yang terpisah: mandala pencapaian dan
mandala persembahan.
Bahan dari mana mandala tersebut dibuat tergantung pada kemam-
puan anda. Jenis yang terbaik adalah yang terbuat dari barang yang
berharga seperti emas dan perak. Untuk kualitas menengah bisa dibuat
dari perunggu-lonceng atau bahan halus lainnya. Paling minim, anda bisa
bahkan menggunakan lempengan batu atau papan kayu yang datar dan
halus.
Tumpukan persembahan yang ditempatkan di dasar mandala idealnya
terdiri dari batu permata seperti pirus, koral, batu nilam, mutiara dan
sejenisnya. Kualitas setingkat lebih rendah adalah dari buah-buahan obat
seperti arura dan kyurura. Kualitas yang lebih rendah lagi akan terdiri
dari butiran biji-bijian seperti barli, biji gandum, beras atau palawija,
tetapi dalam hal yang paling buruk anda dapat juga hanya menggunakan
batu karang, kerikil, pasir dan seterusnya, hanya sebagai dukungan untuk
visualisasi anda.
Apa pun juga bahan yang anda gunakan, bersihkanlah dasar mandala
dengan saksama.
323
Sravaka Utama 200, yang dikelilingi oleh sangha yang mulia dari Sravaka
dan Pratyekabuddha. Tumpukan di belakang adalah Permata Dharma,
dalam wujud tumpukan buku-buku yang dibungkus dalam kisi-kisi
cahaya.
Dalam hal mana saja, letakkanlah mandala pencapaian ini pada altar
anda atau pada tempat lain yang cukup kokoh. Jika anda memiliki cukup
dana, kelilingi mandala tersebut dengan lima persembahan, 201 dan
tempatkanlah di depan lambang tubuh, ucapan dan pikiran Buddha. Jika
anda tidak dapat mengadakannya, boleh juga tidak memerlukan mandala
pencapaian sama sekali, dan hanya memvisualisasi ladang pahala.
200
Sariputra dan Magyalyalyana.
201
Lima persembahan adalah bunga, dupa, pelita, parfum dan makanan.
202
Chogyal Pakpa (1235-1280), Guru Silsilah kelima dari sekte Sakya.
324
bahan tiga puluh tujuh unsur mandala, sehingga kita juga harus
melakukannya.
Baik Tradisi Lama maupun Tradisi Baru memiliki beberapa cara
lainnya, sesuai dengan kebiasaan mereka sendiri. Sesungguhnya,
masing-masing harta karun spiritual tradisi Nyingma memiliki persem-
bahan mandala sendiri. Khususnya di dalam tradisi kita, ada beberapa
doa persembahan mandala yang terperinci untuk ketiga kaya yang
diajarkan oleh Longchenpa Yang Mahatahu dalam berbagai Inti Sari
Hati 203 Setiap doa ini dapat dipilih untuk itu.
ཨ�་བ�་�་མི་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA BHUMI AH HUNG OM BENDZRA BHUMI AH HUNG
གཞི་�མ་པར་དག་པ། དབང་ཆེན་གསེར་�ི་
ས་གཞི།
ZHI NAM PAR DAG PA WANG CHEN Bumi sebagai fondasi bersubstansi
SER GYI SA ZHI emas yang murni dan sempurna.
ཨ�་བ�་རེ་ཁེ་�ཱཿ�ྃྃ།
OM BENDZRA RE KHE AH HUNG OM BENDZRA RE KHE AH HUNG
Lalu, dengan ibu jari dan jari manis kanan anda, ambilah suatu
cubitan yang kecil dari biji-bijian. Gerakkan tangan anda melingkar
searah jarum jam pada dasar mandala, lalu tempatkan cubitan dari biji-
bijian di tengah. Jika anda memiliki "pagar gunung besi" yang sudah jadi,
sekarang adalah waktunya untuk menempatkannya di mandala.
203
Inti Sari Hati Longchen Nyingtik yang utama adalah Inti Sari Hati Dakini dan Inti Sari
Hati Vimalamitra yang diturunkan dari silsilah Longchenpa.
204
Suatu bahan ritual yang terbuat dari lima unsur pokok yang berbeda yang diambil dari
seekor sapi (tinja, urin, mentega, keju, dan susu.)
325
Kemudian, sambil melngucapkan kata-kata di bawah, tempatkan
tumpukkan persembahan sesuai tempatnya:
�ི་�གས་རི་འཁོར་�ག་གིས་བ�ོར་བའི་
CHI CHAK RI KHOR YUG GÏ KOR WEI Bagian luar dikelilingi oleh
pegunungan besi;
ད�ས་�་�ྃ་�� ལ་རི་ཡི་�ལ་པོ་རི་རབ།
Di tengah, Raja Gunung Sumeru
Ü SU HUNG LA RI YI GYAL PO RI RAB
yang mulia;
ཤར་�ས་འཕགས་པོ།
SHAR LÜ PHAG PO Sebelah timur: Purva Videha;
�ོ་འཛམ་�་�ིང།
LHO DZAM BU LING Sebelah selatan: Jambudvipa;
�བ་བ་ལང་�ོད།
NUB BA LANG CHOD Sebelah barat: Apara Godania;
�ང་�་མི་�ན།
JANG DRA MI NYEN Sebelah utara: Uttara Kuru;
�ས་དང་�ས་འཕགས།
LÜ DANG LÜ PHAG Pulau Deha dan Videha;
�་ཡབ་དང་�་ཡབ་གཞན།
Pulau Chamara dan Upa-
NGA YAB DANG NGA YAB ZHEN
chamara;
གཡོ་�ན་དང་ལམ་མཆོག་འ�ོ།
Pulau Sharta dan Uttara-
YO DËN DANG LAM CHHOG DRO
mantrina;
�་མི་�ན་དང་�་མི་�ན་�ི་�།
DRA MI NYEN DANG DRA MI NYEN GYI
Pulau Kurava dan Kaurava;
DHA
རིན་པོ་ཆེའི་རི་བོ།
RIN PO CHEI RI WO Gunung Harta;
དཔག་བསམ་�ི་ཤིང།
PAG SAM GYI SHING Pohon Pengabul Harapan;
འདོད་འཇོའི་བ།
DÖ JOI BA Sapi Pengabul Harapan;
326
མ་�ོས་པའི་ལོ་ཏོག།
MAR MÖ PË LO TOG Sawah Swadaya;
འཁོར་ལོ་རིན་པོ་ཆེ།
KHOR LO RIN PO CHE Roda Permata;
ནོར་�་རིན་པོ་ཆེ།
NOR BU RIN PO CHE Permata Berharga;
བ�ན་མོ་རིན་པོ་ཆེ།
TSUN MO RIN PO CHE Ratu Mulia;
�ོན་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LON PO RIN PO CHE Perdana Menteri Mulia;
�ང་པོ་རིན་པོ་ཆེ།
LANG PO RIN PO CHE Gajah Mulia;
�་མཆོག་རིན་པོ་ཆེ།
TA CHHOG RIN PO CHE Kuda Mulia;
དམག་དཔོན་རིན་པོ་ཆེ།
MAG PON RIN PO CHE Jenderal Mulia;
གཏེར་ཆེན་པོའི་�མ་པ།
TER CHEN PÖ BUM PA Jambangan Harta;
�ེག་མོ་མ།
GEG MO MA Dewi Canda;
�ེང་བ་མ།
TRENG WA MA Dewi Manik-manik;
�་མ།
LU MA Dewi Nyanyi;
གར་མ།
GAR MA Dewi Tari;
མེ་ཏོག་མ།
ME TOG MA Dewi Bunga;
327
བ�ག་�ོས་མ།
DUG PÖ MA Dewi Dupa;
�ང་གསལ་མ།
NANG SAL MA Dewi Pelita;
�ི་ཆབ་མ།
DRI CHAB MA Dewi Parfum;
ཉི་མ།
NYI MA Matahari;
�་བ།
DHA WA Bulan;
རིན་པོ་ཆེའི་ག�གས།
RIN PO CHEI DUG Payung Kerajaan;
�ོགས་ལས་�མ་པར་�ལ་བའི་�ལ་མཚན།
CHOG LË NAM PAR GYAL WEI GYAL Panji Kemenangan Sepuluh
TSHEN Penjuru;
�་དང་མིའི་དཔལ་འ�ོར་�ན་�མ་ཚ�གས་པ་
LHA DANG MIl PAL JOR PHUN SUM Semua harta para dewa surgawi
TSHOG PA dan manusia,
མ་ཚང་བ་མེད་པ་འདི་ཉིད་�ིན་ཅན་
MA TSHANG WA MED PA DI NYID DRIN Dalam jumlah banyak tanpa
CHEN kecuali,
�་བ་དང་བ�ད་པར་བཅས་པའི་དཔལ་�ན་�་མ་
དམ་པ་�མས་ལ་ད�ལ་པར་བ�ིའོ།
TSA WA DANG GYUD PAR CHË PË PAL Kupersembahkan mandala ini
DEN LA MA DAM PA NAM LA BUL PAR GYI kepada guru akar dan semua guru
WO garis silsilah yang mulia dan yang
agung dan untuk semua Buddha
dan Bodhsattva.
328
tempatkan suatu tumpukan yang lebih besar di tengah-tengah. Untuk
menempatkan keempat benua, lafalkan:
330
tempatkan lebih banyak biji-bijian pada puncak tumpukan lainnya
sehingga tidak ada ruang yang tak terisi. Jika anda memiliki perhiasan
untuk puncak tersebut, tempatkanlah di puncak sekarang. Lafalkan:
205
Tib. dgongs ‘dus rnam bshad, komentar yang ditulis oleh Jigme Lingpa.
206
Longchen Nyingtik.
331
Brahma di atasnya, merupakan satu dunia. Seribu buah dunia
membentuk apa yang disebut "satu alam semesta tingkat pertama dari
seribu dunia”. Dengan mengalikan seribu kali alam semesta yang terdiri
dari seribu dunia seperti itu, yang masing-masing dengan empat
benuanya, kita mendapatkan apa yang disebut "suatu alam semesta
pertengahan tingkat dua dari seribu kali seribu dunia," atau suatu alam
semesta dari sejuta dunia. Dengan mengalikannya lagi seribu kali alam
semesta yang sejuta kali lipat seperti itu, kita mendapat "suatu sistim
dunia besar tingkat tiga dari seribu juta dunia,207" atau suatu alam semesta
dari satu miliar dunia. Satu alam semesta dari tingkat ini, yang terdiri
dari satu miliar dunia dengan masing-masing empat benuanya, adalah
merupakan kawasan seorang Buddha – sebagai contohnya alam
Sakyamuni Buddha, yang alam Buddhanya disebut Dunia Saha.
Bayangkan semua dunia yang tidak terhitung dan tak terbayangkan
ini, semua harta paling baik yang ada di alam manusia atau alam surga,
seperti tujuh atribut kerajaan dan seterusnya, apakah yang dimiliki oleh
seseorang ataupun tidak. Pada semua yang tersebut di atas, tambahkan
tubuh anda sendiri, kekayaan anda, hidup, nasib baik, kekuasaan dan
kekuatan, serta semua sumber pahala yang telah anda kumpulkan
sepanjang semua waktu dan yang akan dikumpulkan pada masa depan,
bersama-sama dengan segala sesuatu yang dapat membawa kesenangan
dan kebahagiaan. Kumpulkan segala sesuatu yang terbaik dan yang
paling diinginkan, bahkan dengan tanpa nafsu keinginan atau
kemelekatan sedikit pun, dan persembahkanlah semuanya kepada guru
anda dan deity-deity nirmanakaya, lengkap tanpa kekurangan apa pun. Ini
adalah persembahan mandala nirmanakaya biasa.
207
Skt. Trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu.
332
Di atas dasar mandala yang mewakili ruang mutlak yang tak
terlahirkan, letakkan tumpukan yang melambangkan empat penglihatan 208
dan pikiran apa pun juga yang muncul. Persembahkanlah mereka kepada
guru anda dan deity-deity dharmakaya. Ini adalah persembahan mandala
khusus dharmakaya.
ཨ�་�ྰཿ་�ྃ།�� �ོང་ག�མ་འཇིག་�ེན་�ེ་བ་�ག་
བ�འི་ཞིངཿ
OM AH HUNG TONG SUM JIG TEN JE Om Ah Hum. Jagat raya dari satu
WA TRAG GYEI ZHING miliar tata surya, tempat seribu juta
dunia;
རིན་ཆེན་�་བ�ན་�་མིའི་འ�ོར་བས་གཏམསཿ
RIN CHEN NA DUN LHA MÏ JOR WË TAM Penuh dengan tujuh macam harta
kerajaan manusia dan dewa;
བདག་�ས་ལོངས་�ོད་བཅས་པ་ཡོངས་འ�ལ་
�ིསཿ
DAG LÜ LONG CHOD CHË PA YONG BUL Semua kupersembahkan bersama
GYÏ tubuh dan harta benda saya;
ཆོས་�ི་འཁོར་ལོས་བ�ར་བའི་�ིད་ཐོབ་ཤོག༔
CHÖ KYI KHOR LÖ GYUR WEI SID THOB Semoga saya mencapai tingkat
SHOG Cakravatin nan kuasa.
འོག་མིན་བདེ་ཆེན་�ག་པོ་བཀོད་པའི་ཞིངཿ
OG MIN DE CHEN TUG PO KOD PË Akanistha alam kebahagiaan agung
ZHING Buddha Sambhogakaya;
ངེས་པ་�་�ན་རིགས་�འི་ཚ�མ་�་ཅནཿ
NGË PA NGA DEN RIG NGEI TSHOM BU Yang tertumpuk dengan lima
CHEN kepastian 209 dari lima keluarga
Buddha;
208
Empat penglihatan: Seseorang yang melatih Atiyoga dapat merealisasi: 1. Realisasi
langsung atas realitas itu sendiri; 2. Peningkatan pengalaman; 3. Pencapaian
pematangan penuh dari kesadaran; 4. Peleburan pengalaman ke dalam sifat realita.
209
Lima kepastian: Kepastian tempat yang terhias indah, kepastian rupa yang memiliki
tanda, kepastian ajaran yang hanya ajaran Mahayana, kepastian pengiring yang hanya
terdiri dari Bodhisattva bhumi kesepuluh dan kepastian waktu yang berlangsung selama
samsara masih ada.
333
འདོད་ཡོན་མཆོད་པའི་�ིན་�ང་བསམ་ཡས་པཿ
DOD YON CHOD PË TRIN PHUNG SAM Dengan awan persembahan
YË PA kenikmatan yang tak terhingga;
�ལ་བས་ལོངས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
Kupersembahkan agar mencapai
PHUL WË LONG KÜ ZHING LA CHOD PAR
tingkat sambhogakaya yang
SHOG
sempurna.
�ང་�ིད་�མ་དག་གཞོན་�་�མ་པའི་�ཿ
NANG SID NAM DAG ZHON NU BUM PË Kemurnian yang bermanifestasi
KU pada tubuh jambangan seorang
perjaka; 210
�གས་�ེ་མ་འགགས་ཆོས་ཉིད་རོལ་པས་བ�ནཿ
THUG JE MA GAG CHÖ NYID ROL PË Hiasan pertunjukan belas kasih
GYEN realita yang tak pernah punah;
�་དང་ཐིག་ལེའི་འཛ�ན་པ་�མ་དག་ཞིངཿ
KU DANG THIG LEI DZIN PA NAM DAG Serta alam murni tubuh dan
ZHING bindu;
�ལ་བས་ཆོས་�འི་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོགཿ
PHUL WE CHÖ KÜ ZHING LA CHOD PAR Kupersembahkan agar mencapai
SHOG tingkat Dharmakaya nan jaya.
210
Tubuh jambangan seorang perjaka: istilah Dzogchen untuk sifat alami Buddha.
334
dengan tiga puluh tujuh unsur mandala sebelum melanjutkannya seperti
semula.
Pastikan untuk membuat sedikitnya seratus ribu persembahan
mandala dengan cara ini. Jika anda tidak bisa mengusahakan jumlah
tersebut dengan menggunakan mandala ketiga kaya yang rinci, boleh juga
dengan mengucapkan ayat tersebut sebagai gantinya, dimulai dengan:
ས་གཞི་�ོས་�ས་�གས་ཤིང་མེ་ཏོག་བ�མ།
SA ZHI PÖ CHU JUG SHING ME TOG TRAM Bumi dengan taburan bunga dan
diolesi dengan parfum ini,
རི་རབ་�ིང་བཞི་ཉི་�ས་བ�ན་པ་འདི།
RI RAB LING ZHI NYI DHË GYEN PA DI Yang dihiasi dengan Gunung
Meru, empat benua, matahari dan
སངས་�ས་ཞིང་�་དམིགས་ཏེ་�ལ་བ་ཡིས། bulan,
SANG GYË ZHING DU MIG TE PHUL WA YÏ Saya bayangkan sebagai alam
Buddha dan
mempersembahkannya,
འ�ོ་�ན་�མ་དག་ཞིང་ལ་�ོད་པར་ཤོག།
DRO KUN NAM DAG ZHING LA CHOD PAR Semoga semua makhluk hidup
SHOG menikmati alam suci ini.
�ཾ་�་�་ར�ྣ་མ�ྡལ་�་�� ཛ་མེ་གྷ་ས་�་�་ས་པ་ར་ཎ་ས་མ་ཡེ་�ྰཿ�ྃ།��
TRAM GU RU RATNA MANDALA PU DZA ME GHA SA MU DRA SA PA RA
NA SA MA YE AH HUNG
335
Apa pun juga bentuk persembahannya, adalah penting – sebagaimana
setiap latihan yang anda lakukan – untuk menerapkan ketiga metoda yang
tertinggi. Mulailah dengan membangkitkan bodhicitta, kemudian
melakukan latihan tersebut tanpa gagasan apa-apa, dan menyegel latihan
tersebut dengan sempurna pada akhir latihan dengan pelimpahan pahala.
Jika yang anda pergunakan untuk persembahan mandala adalah barli,
biji gandum, atau biji-bijian lainnya, sepanjang anda mampu, persem-
bahkanlah biji-bijian segar, jangan pergunakan biji-bijian yang sama
untuk kedua kalinya. Apa yang telah dipersembahkan dapat anda berikan
kepada burung, tikus, membagikannya kepada orang buta, pengemis, atau
ditumpuk di depan lambang Tri Ratna. Tetapi janganlah pernah berpikir
bahwa barang tersebut milik anda atau menggunakannya untuk anda
sendiri. Seandainya anda kekurangan dana untuk memperbaharui per-
sembahan setiap kali, maka dapat diulang pemakaiannya sesuai
kemampuan anda. Jika anda sangat miskin, anda dapat menggunakan
biji-bijian yang sama berulang-ulang.
Setiap kali anda memperbaharui biji-bijian, bersihkanlah sebelum
mengadakan persembahan dengan membuang semua kotoran, debu,
sekam, jerami, rabuk burung dan sejenisnya, dan perciki dengan saffron
atau air wangi.
Meskipun ajaran mengizinkan persembahan dengan tanah dan batu,
hal ini adalah untuk memberi keleluasaan bagi mereka yang sangat
miskin, di mana mereka tidak memiliki apa-apa, atau bagi mereka yang
memiliki kapasitas yang unggul, di mana pikiran mereka dapat
menciptakan alam Buddha yang sama banyaknya dengan semua partikel
bumi di seluruh dunia pada sebutir debu. Kalau anda sebenarnya cukup
mampu, tetapi kalau tidak sanggup merelakan dan dengan murah hati
mempersembahkannya, anda boleh mengaku dengan segala macam
alasan yang dianggap sangat masuk akal – dan bahkan meyakinkan diri
anda – bahwa anda sedang membuat persembahan dengan menggunakan
mantra dan visualisasi, tetapi anda hanya akan mengelabuhi diri anda
sendiri.
Lebih dari itu, semua tantra dan intisari instruksi berbicara tentang
"persembahan bersih, yang dipersiapkan dengan bersih" atau "barang
persembahan yang dipersiapkan dengan bersih”. Mereka tidak pernah
merekomendasikan "persembahan kotor yang dipersiapkan secara kotor."
Oleh karena itu, janganlah pernah mempersembahkan makanan sisa atau
makanan yang tercemar dengan kekikiran atau kotoran. Jangan menggu-
nakan barli yang terbaiknya untuk dikonsumsi sendiri, dan memakai
sisanya untuk persembahan atau untuk membuat tsampa torma. Orang-
orang Kadampa masa lampau sering berkata:
336
Tidak boleh menyimpan barang yang terbaik untuk diri sendiri
dan mempersembahkan keju berjamur dan sayur-mayur yang
layu ke pada Sang Tri Ratna.
211
Sejenis makanan untuk persembahan.
337
mempersembahkan kepada Mahakasyapa satu mangkuk bubur yang
diterimanya dari meminta-minta. Ketika ia sedang mempersembahkan-
nya kepada Mahakasyapa, seekor lalat jatuh ke dalamnya. Waktu ia
mencoba mengambil lalat tersebut, jarinya tercelup juga. Mahakasyapa
meminumnya juga demi memenuhi niat baiknya, dan karena
persembahan tersebut diperuntukkan sebagai makanan untuk sepanjang
hari, wanita penderita kusta dipenuhi dengan kegembiraan. Dia terla-
hirkan di alam Surga Tiga Puluh Tiga.
Singkatnya, ketika anda mempersembahkan mandala, apa pun juga
yang anda gunakan haruslah bersih, dan harus dipersembahkan dengan
cara yang menyenangkan, dan niat anda harus sama sekali murni.
Tiada tahap dalam Jalan di mana anda perlu berhenti berusaha untuk
melaksanakan latihan-latihan untuk mengumpulkan pahala, seperti per-
sembahan mandala. Sebagaimana kata tantra:
212
Konsepsi subyek, obyek dan perbuatan.
213
Damchen Dorje Lekpa, Skt. Vajrasadhu, salah satu pelindung utama Dharma.
339
"Ketika anda mendapat sup anda," Damchen berkata, "ada satu
gumpalan besar lemak jatuh ke dalam mangkuk anda, bukan? Itulah
pemberian dari saya!"
Kemiskinan tidak bisa diatasi dengan latihan untuk memperoleh
kekayaan dan sejenisnya tanpa adanya akumulasi pahala di dalam
kehidupan yang lampau. Jika makhluk seperti para dewa kekayaaan
duniawi sungguh mampu menganugerahkan pencapaian supernatural atas
kekayaan, maka Buddha dan Bodhisattva, yang kekuatan dan
kemampuan untuk melaksanakan mukjizat-mukjizat ratusan ribu kali
lebih besar, dan yang mempersembahkan diri mereka sama sekali untuk
membantu makhluk dengan tanpa diminta, akan pasti menurunkan hujan
kekayaan ke dunia ini, sehingga semua kemiskinan akan terhapuskan
dengan seketika. Tetapi hal ini tidak terjadi.
Apa pun juga yang kita miliki hanyalah hasil dari pahala yang sudah
kita kumpulkan di masa lalu. Oleh karena itu, sebagaimana kata guru-
guru besar masa dulu : “Satu percikan dari pahala adalah lebih berharga
dari usaha sebesar gunung.”
Dewasa ini, ketika orang-orang melihat adanya sedikit kekayaan atau
kekuasaan di negeri barbar, mereka semua merasa kagum dan berseru,
"Wah, wah! Mana mungkin?" Sebenarnya hal seperti ini sama sekali
tidak memerlukan banyak pahala yang dikumpulkan. Hasil dari membuat
suatu persembahan, ketika niat orang yang membuat persembahan dan
obyek kepada siapa persembahan tersebut diadakan keduanya adalah
murni, dapat dilihat dari contoh yang diberikan dalam cerita
Mandhatri. 214 Dengan mempersembahkan tujuh biji kacang, ia
memperoleh kedaulatan atas segalanya sampai ke Surga Tiga Puluh Tiga.
Selain itu ada kasus tentang Raja Prasenajit, yang kekuasaannya adalah
hasil dari persembahan satu piring makanan yang hangat tanpa garam.
Ketika Atisa datang ke Tibet, negeri itu lebih besar dan kaya
dibanding hari ini. Namun tetap juga ia berkata, "Tibet sungguh suatu
kerajaan preta. Di sini saya melihat tak seorang pun memperoleh hasil
yang memuaskan setelah mempersembahkan bahkan suatu takaran jelai
kepada suatu obyek suci!"
Jika orang-orang benar-benar menganggap harta sehari-hari atau
kekuasaan yang sangat kecil tersebut mengagumkan dan menakjubkan,
hal ini merupakan suatu tanda, pertama-tama, betapa piciknya pikiran
mereka; kedua, betapa melekatnya mereka pada penampilan sehari-hari,
dan yang ketiga, kegagalan mereka untuk memahami dengan baik
pelipatgandaan karma, seperti yang diceritakan sebelumnya dengan benih
214
Salah satu Cakravatin, sebagaimana diceritakan dalam buku-buku Buddhis. Lihat
halam-an sebelumnya.
340
pohon asota – atau atas kenyataan bahwa mereka tidak percaya akan hal
tersebut, meski kalaupun mereka memahaminya.
Tetapi siapa pun dengan penolakan keduniawian sepenuh hati dan
tulus, akan mengetahui bahwa semua kesempurnaan yang tampak yang
ditemukan di dunia ini – bahkan menjadi kaya seperti seekor naga,
memiliki jabatan setinggi langit, menjadi penuh kekuatan seperti
halilintar atau secantik pelangi – tidak satu pun dari hal-hal ini memiliki
sepercik kemantapan yang permanen atau inti. Hal-hal seperti itu hanya
akan menimbulkan kemuakan, seperti sepiring makanan berminyak yang
disuguhkan kepada orang yang menderita sakit kuning.
Mengumpulkan pahala dengan harapan untuk menjadi kaya dalam
hidup ini adalah cukup baik untuk orang-orang duniawi. Namun hal ini
adalah sesuatu yang sangat jauh dari Dharma yang sejati, yang berdasar
pada tekad untuk membebaskan diri dari samsara. Seperti yang telah
saya katakan berulang kali, jika anda mencari Dharma sejati yang
menuntun anda kearah pembebasan, anda harus meninggalkan semua
kemelekatan pada kehidupan duniawi seperti membuang ludah. Anda
harus meninggalkan kampung halaman anda dan menuju ke negeri yang
tak dikenal, tinggal selalu di dalam tempat-tempat yang sepi. Anda harus
berlatih dengan gembira dalam hal diserang penyakit, dan dengan
gembira dalam menghadapi kematian.
Seorang murid bertanya kepada Dagpo Rinpoche yang Tiada
Bandingannya: "Dalam masa kemerosotan, adalah sulit untuk mendapat-
kan makanan, pakaian dan keperluan-keperluan lain untuk berlatih
Dharma yang benar. Lalu apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya
mencoba sedikit merayu dewa-dewa kekayaan, atau mempelajari suatu
metoda yang baik untuk menyadap sari, 215 atau memasrahkan diri saya
pada kematian yang pasti?"
Sang Guru menjawab: "Seberapa pun kerasnya anda mencoba, tanpa
hasil dari kemurahan hati masa lampau, merayu dewa-dewa kekayaan
akan sulit. Lebih dari itu, mencari kekayaan dengan cara begini untuk
kehidupan ini bertolak belakang dengan praktek Dharma yang tulus.
Pada masa dulu, ketika sari dari tanah, batu-batuan, air, tumbuh-
tumbuhan dan lain-lainnya masih penuh, berlatih menyadap sari mudah
dilakukan. Tetapi pada masa sekarang, sari-sari tersebut sudah habis.
Sekarang hal itu tidak akan pernah berhasil. Memasrahkan diri anda
kepada kematian yang pasti tidak ada gunanya juga. Di kemudian hari
akan terbukti sulit untuk memperoleh badan manusia dengan semua
kebebasan dan keberuntungan sebagaimana yang anda miliki sekarang.
215
Mengekstraksi sari: suatu metoda yang memungkinkan seseorang untuk
mengkonsumsi zat dan elemen tertentu dalam jumlah sedikit, tanpa keharusan untuk
menggunakan makanan biasa.
341
Namun, jika anda merasa yakin dari lubuk hati anda bahwa anda dapat
melatih tanpa peduli apakah anda mati atau tidak, anda tidak akan pernah
kekurangan sandang pangan. Tidak ada kejadian bahwa seorang praktisi
pernah mati kelaparan.”
Buddha menyatakan bahwa bahkan selama suatu bencana kelaparan
yang sangat hebat di mana membeli satu takaran216 tepung gandum lebih
mahal dari satu takaran mutiara, para murid Buddha tidak akan pernah
tanpa sandang pangan.
Semua latihan yang dilakukan para Bodhisattva untuk menghimpun
pahala dan kebijaksanaan atau untuk menghilangkan kekotoran batin,
hanya mempunyai satu tujuan: kesejahteraan semua makhluk hidup di
alam semesta. Setiap orang yang ingin mencapai kebuddhaan sempurna
hanya untuk kepentingannya sendiri, apalagi latihan yang mengarah pada
pemenuhan sasaran dari hidup ini, sama sekali tidak ada hubungannya
dengan Mahayana. Latihan apa pun yang anda jalankan, apakah itu
merupakan mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan atau membersihkan
noda-noda batin, lakukanlah demi kepentingan semua makhluk yang
tidak terbatas, dan jangan mencampurkannya dengan keinginan
mementingkan diri apa pun. Dengan cara itu, sebagai hasil tambahan,
bahkan dengan tanpa mengharapkannya, berbagai kepentingan anda
sendiri, kenyamanan dan kebahagiaan di dalam hidup ini akan secara
otomatis dipenuhi, seperti halnya membumbungnya asap dengan
sendirinya ketika anda meniup perapian, atau jelai yang bertunas sebagai
hal yang wajar ketika anda menabur benih. Tetapi hindarilah
sebagaimana menghindari racun atas setiap dorongan untuk membaktikan
diri anda demi hal-hal duniawi.
216
‘Takaran’ yang dimaksud adalah takaran Tibet, yaitu satuan volume yang kira-kira
setara dengan volume 700 gram barli.
342
AKUMULASI KUSALI
217
Dalam “Dharma Gunung” karangan Chakme Rinpoche, diterangkan bahwa yang
disebut ‘kusali’, selain makan, tidur, dan buang air, tidak memiliki kegiatan duniawi
lainnya, hanya bertekun dalam samadhi saja.
343
Machik Labdron berkata:
218
Maksudnya: Pasangan Buddha.
219
Skt. Krodhakali.
344
dia mengangkat seluruh mayat dan meletakkannya ke dalam cangkir
tengkorak tersebut.
Sekarang bayangkan terdapat suku kata hang (ཧཾ) putih di atas
tengkorak yang hakikatnya adalah nektar, dan di bawah tengkorak
terdapat garis bija kata a kecil (འ) berwarna merah, dengan sifat alami api.
Ketika anda mengucapkan "Om Ah Hum (ཨ�་�ྰཿ་�ྃ)�� ," api membakar
dari bija kata a kecil tersebut dan memanaskan cangkir tengkorak sampai
mayat mendesis dan meleleh menjadi nektar yang mendidih dan mengisi
seluruh tengkorak. Segala kesalahan dan noda batin mengalir keluar
dalam bentuk buih yang kotor. Uap air naik dari nektar dan menyentuh
huruf hang dan memanaskannya karena sentuhan tersebut. Bija kata
hang tersebut meneteskan cucuran nektar merah dan putih, yang jatuh
dan bercampur bersama-sama dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan di dalam tengkorak. Akhirnya bija kata hang sendiri menjadi
cahaya dan juga melebur ke dalam nektar. Visualisasikanlah semua ini,
lafalkan:
ཕཊཿ �ས་གཅེས་འཛ�ན་བོར་བས་�་བ�ད་
བཅོམཿ
PHET LÜ CHE DZIN WOR WË LHA DUD Phet! Dengan membuang
CHOM kemelekatan diri, aku
menghancurkan Mara;
སེམས་ཚངས་པའི་�ོ་ནས་ད�ིངས་ལ་ཐོནཿ
SEM TSHANG PË GO NË JING LA THUN Kesadaranku keluar melalui
gerbang Brahma ke alam Dharma;
འཆི་བདག་གི་བ�ད་བཅོམ་�ོས་མར་�རཿ
CHI DAG GI DUD CHOM TRO MAR GYUR Menjadi deity seram yang membuat
Dewa Kematian binasa;
གཡས་ཉོན་མོངས་བ�ད་བཅོམ་�ི་�ག་གིསཿ
YË NYON MONG DUD CHOM DRI GUG GÏ Menghancurkan mara klesa
dengan pisau sabit di tangan
kanannya;
ག�གས་�ང་པོའི་བ�ད་བཅོམ་ཐོད་པ་�ེགཿ
ZUG PHUNG PÖ DUD CHOM THOD PA Memotong kapala ‘tuk
DREG menghancurkan skandha rupa;
གཡོན་ལས་�ེད་�ལ་�ིས་བྷ�་ཐོགསཿ
YON LË JED TSHUL GYÏ BHANDHA THUG Tangan kirinya memegang kapala
dalam postur karmamudra;
345
�་ག�མ་�ི་མི་མགོའི་�ེད་�ར་བཞགཿ
KU SUM GYI MI GÖ GYED PUR ZHAG Dan menaruhnya dalam wajan
berkaki tiga yang terbuat dari tiga
tengkorak manusia;
ནང་�ོང་ག�མ་གང་བའི་བམ་རོ་དེཿ
NANG TONG SUM GANG WEI BAM RO Sehingga mayat di dalamnya
DE memenuhi alam miliaran dunia;
ཨ་�ང་དང་ཧཾ་ཡིག་གིས་བ�ད་�ིར་བ�ཿ
A THUNG DANG HANG YIG GÏ DUD TSIR Dan dilebur menjadi nektar oleh
ZHU bija kata hang dan a;
འ�་ག�མ་�ི་�ས་པས་�ངས་�ེལ་བ�རཿ
TRU SUM GYI NÜ PË JANG PEL GYUR Serta dimurnikan, digandakan dan
ditransformasi oleh kekuatan
mantra tiga bija kata. 220
220
Om Ah Hung
221
Pelindung Dharma yang paling terkenal di Tibet. Mereka dianggap sebagai emanasi
Mahakala.
346
1. Pesta putih untuk para tamu di atas
Sekarang bayangkan bahwa guru akar anda, para guru garis silsilah
dan persamuhan semua Buddha dan Bodhisattva di atasnya. Semuanya
meminum nektar melalui lidah mereka yang berwujud seperti tabung
vajra berongga. Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi, anda
terbebas dari noda batin anda, kesalahan dan pelanggaran samaya anda
dimurnikan, dan anda memperoleh pencapaian umum dan pencapaian
tertinggi.
Bayangkan yidam dan dewa-dewa dari empat dan enam kelas tantra
di sekeliling guru juga mengkonsumsi nektar tersebut dengan
menghisapnya melalui lidah berongga yang bentuknya sesuai dengan
lambang dari masing-masing dewa: roda vajra, permata, bunga teratai,
atau vajra silang. 222 Sebagai hasilnya, anda melengkapi akumulasi-
akumulasi, menghilangkan noda batin anda, memurnikan semua
kesalahan dan pelanggaran samaya, serta mendapat pencapaian umum
dan tertinggi.
Kemudian bayangkan daka, dakini, Tujuh Puluh Lima Pelindung
Dharma Nan Jaya dan semua pelindung Dharma lainnya juga mengambil
bagian mereka pada nektar melalui lidah mereka yang berbentuk seperti
sinar matahari berongga. Anda melengkapi akumulasi dan dibebaskan
dari semua noda batin; semua rintangan dan keadaan kurang baik
terhadap Dharma dan pencapaian pencerahan dihilangkan. Semua
keadaan baik yang mendukung dan hal-hal baik yang anda cari dilipat-
gandakan.
222
Berbentuk seperti dua vajra yang disilang.
347
turun seperti hujan di mana-mana di enam alam dan ketiga dunia
kehidupan. Semua makhluk meminumnya dan sama sekali terpuaskan.
Uap air kembali naik dari nektar yang mendidih, memunculkan awan
persembahan yang tak terbayangkan kepada para tamu di atas: air untuk
membasuh kaki, bunga, dupa, pelita, wewangian, makanan dan musik,
delapan lambang keberuntungan 223 dan tujuh atribut kerajaan, payung
kebesaran, panji kemenangan, kanopi, roda emas berjari-jari seribu,
kerang-kerangan putih yang beralur kanan, dan lainnya. Sebagai hasilnya,
anda dan semua makhluk dipenuhi dengan akumulasi dan dibersihkan
dari semua noda batin.
223
Delapan lambang keberuntungan: 1. Simpul keberuntungan; 2. Bunga teratai; 3.
Payung mustika; 4. Kerang beralur kanan; 5. Roda emas; 6. Panji Kemengangan; 7.
Jambangan Berharga; dan 8. Ikan emas.
348
sebut diubah menjadi suatu harta benda yang tak kunjung habis akan
segala yang diinginkan, yang jatuh pada mereka seperti air hujan,
membawakan kepada mereka masing-masing apa pun juga yang paling
mereka dambakan. Ia membawa makanan untuk mereka yang
menghendaki makanan, pakaian bagi mereka yang menghendaki pakaian,
kekayaan untuk mereka yang menghendaki kekayaan, kebun bagi mereka
yang menghendaki kebun, kuda untuk mereka yang menghendaki kuda,
rumah untuk tempat tinggal bagi mereka yang menghendaki rumah, dan
para sahabat dan orang-orang yang dikasihi bagi mereka yang
menghendaki para sahabat dan orang-orang yang dikasihi.
Ketika masing-masing mereka telah menikmati barang-barang
tersebut, maka anda terbebaskan dari hutang karma anda. Hutang-hutang
anda sudah lunas. Anda dibebaskan dari pembalasan dendam yang
mematikan, dan dibersihkan dari semua perbuatan dan noda batin anda
yang merugikan. Setiap orang merasa damai dan terpuaskan.
Lalu bayangkan semua mereka yang mungkin telah tertinggalkan –
orang-orang rendahan, yang lemah, yang pincang, yang buta, yang tuli,
yang bisu dan semua makhluk di dalam enam alam yang tersiksa dan
yang dilelahkan dengan penderitaan – persembahan tersebut menjadi apa
pun juga yang mungkin mereka perlukan. Ia menjadi tempat berlindung
bagi mereka yang tidak memiliki tempat berlindung, pelindung bagi
mereka yang tidak memiliki pelindung, bantuan bagi mereka yang tidak
memiliki dukungan, orang-orang yang dikasihi dan para sahabat untuk
yang kesepian, tempat di dalam masyarakat untuk mereka yang miskin,
obat-obatan untuk menyembuhkan penderita sakit, cairan pemulih hidup
bagi mereka yang sekarat, kaki ajaib untuk mereka yang pincang, mata
kebijaksanaan untuk yang buta, telinga sempurna untuk yang tuli, lidah
kebijaksanaan untuk yang bisu dan sebagainya. Makhluk-makhluk ini
semua merasa senang akan pemberian tersebut dan terpuaskan, lepas dari
semua akibat perbuatan, penderitaan dan kecenderungan-kecenderungan
kebiasaan dari masing-masing keenam alam. Semua makhluk pria
mencapai tingkat Avalokitesvara yang maha mulia, semua wanita
mencapai tingkat Tara yang agung, dan ketiga dunia samsara terbebaskan
sama sekali.
349
ཕཊཿ ཡར་མཆོད་�ལ་མ�ོན་�ི་�གས་དམ་
བ�ངཿ
PHET YAR CHOD YUL DRON GYI THUG Phet! Semoga persembahan ke atas
DAM KANG memenuhi keinginan tamu di sana;
ཚ�གས་�ོགས་ནས་མཆོག་�ན་དངོས་�བ་ཐོབཿ
TSHOG DZOG NË CHOG THUN NGÖ Menyempurnakan akumulasi pahala
DRUB THOB serta memperoleh siddhi biasa dan
tertinggi;
མར་འཁོར་བའི་མ�ོན་མཉེས་ལན་ཆགས་�ངཿ
MAR KHOR WEI DRON NYË LEN CHAG Persembahan ke bawah memuaskan
JANG tamu alam rendah dan memurnikan
hutang karma;
�ད་པར་�་གནོད་�ེད་བགེགས་རིགས་ཚ�མཿ
KHYAD WAR DU NOD JED GEG RIG Khususnya memuaskan roh-roh
TSHIM halus pembuat rintangan;
ནད་གདོན་དང་བར་ཆད་ད�ིངས་�་ཞིཿ
NAD DON DANG WAR CHED JING SU Menenteramkan roh-roh penyakit
ZHI dan rintangan ke ruang angkasa;
�ེན་ངན་དང་བདག་འཛ�ན་�ལ་�་བ�གཿ
KYEN NGEN DANG DAG DZIN DUL DU Dan menghancurkan semua kondisi
LAG buruk dan kemelekatan diri;
མཐར་མཆོད་�་དང་མཆོད་�ལ་མ་�ས་�ནཿ
THAR CHOD JA DANG CHOD YUL MA Semua tamu, persembahan dan
LÜ KUN pemberi persembahan tanpa kecuali;
གཤིས་�ོགས་པ་ཆེན་པོར་མ་བཅོས་�ྰཿ
SHI DZOG PA CHEN POR MA CHÖ AH Berdiam dalam sifat alami tanpa-
upaya Kesempurnaan Agung. Ah!
Cho yang diartikan oleh praktisi Cho masa kini adalah suatu proses
penghancuran roh-roh jahat yang mengerikan dengan membunuh,
membacok, memotong, memukul atau mengusir mereka. Gagasan
350
mereka tentang Cho menyangkut kemarahan yang berkelanjutan.
Gertakan mereka tak lain hanyalah kebencian dan kesombongan. Mereka
membayangkan bahwa mereka harus berperilaku seperti penjagal Dewa
Kematian. Sebagai contoh, ketika mereka mempraktekkan Cho untuk
orang sakit, mereka membuat diri mereka dalam suatu penampilan
dengan amukan penuh kemarahan dan tatapan penuh kebencian dengan
mata sebesar mangkok, mengepalkan tinju mereka, menggigit bibir
bawah mereka, melemparkan pukulan dan merengut orang sakit dengan
keras sehingga mereka mencabik pakaian dari punggungnya. Mereka
menyebut hal ini sebagai penundukan roh, tetapi mempraktekkan Dharma
seperti itu adalah sama sekali salah. Machik Labdron berkata:
Dan beliau melanjutkan: “Selain itu, akan ada praktek Cho palsu,
seperti Sembilan Tingkat Cho Hitam, yang hanya merupakan hasil
pemikiran bahwa seseorang dapat menaklukkan roh-roh melalui
kekerasan, tanpa rasa sayang dan belas kasih bodhicitta.
Seseorang yang menggunakan praktek tersebut mungkin mampu
mengalahkan satu atau dua roh yang kecil dan lemah, tetapi jika ia ber-
hadapan dengan roh yang benar-benar ganas, maka mereka akan me-
nyerang hidupnya sebagai pembalasan dendam, sebagaimana telah terjadi
pada banyak peristiwa.
Adalah sulit sekali bagi praktisi untuk mengatakan apakah tanda-
tanda dari keberhasilan yang terjadi di Jalan, yaitu penaklukan setan atau
sejenis pengalaman berkah, adalah tanda yang benar dari kemajuan, atau
apakah hal tersebut sesungguhnya adalah rintangan yang diciptakan oleh
roh jahat. Orang-orang yang dikuasai oleh roh jahat biasanya kelihat-
annya memiliki kewaskitaan dan kemampuan gaib. Tetapi ketika waktu
berlalu, mereka semakin jauh dari Dharma yang sejati, sampai tidak ada
351
sedikit pun kebaikan yang tersisa. Tumpukan persembahan setinggi
gunung bisa saja menjadi hutang karma masa depan, dan bahkan di dalam
hidup ini menghasilkan sesuatu yang tidak baik pada mereka. Pada
akhirnya, mereka mendapatkan bahwa sangatlah sulit untuk
mengumpulkan makanan dan pakaian. Dan apa yang mereka miliki,
mereka tak dapat menahan untuk menghabiskannya. Ketika mereka mati,
sudah pasti mereka terlahir di neraka tersendiri atau alam sejenis itu,
seperti yang telah kita sebutkan.
224
Yaitu roh atau setan kondisi luar, seperti Dewa Bumi, Bumi, hantu, tanah, air, api ,
angin, penyakit, bencana alam dan sebagainya.
225
Yaitu keserakahan, dengki, ketidaktahuan dan 84000 klesa lainnya.
226
Yaitu merasa gembira atas pencapaian diri sendiri.
227
Yaitu kemelekatan atas adanya diri sendiri, di mana sesungguhnya kelima skandha
sebenarnya tidak berinti.
352
Cho dapat digolongkan dalam tiga jenis. Machik Labdron berkata:
228
Mengacu pada Machik Labdron.
354
hantu atau siluman. Mereka tidak memiliki ketenangan pikiran mereka
sendiri, dan selalu membingungkan orang lain dengan kebohongan
mereka yang disampaikan dengan gertakan tegas: "Ada hantu di atas
sana! Dan di bawah sana juga! Ada hantu! Tuh, ada setan, ada iblis!
Saya dapat melihatnya... Ha! – Ini sudah kutangkap, sudah saya bunuh!
Hati-hati, ada satu yang sedang berbaring di dalam menantikan anda!
Saya sudah mengusirnya! Tuh di sana, ia menoleh ke belakang!"
Dan:
Ketika semua konsepsi dari segala yang perlu dipangkas dan siapa
yang melakukan pemangkasan melebur dalam realita mutlak yang maha
luas di mana segala sesuatu sama, maka roh kesombongan yang
berbahaya bagian dalam dipangkas dari akarnya.
Ini adalah tanda bahwa anda sudah merealisi Cho yang mutlak dan
tertinggi.
356
BAB 5
GURU YOGA
357
Sampai anda menyadari keadaan alami, anda perlu belajar, oleh
sebab itu dengarkanlah instruksinya;
Semua kebahagiaan adalah berkah guru itu, maka ingatlah selalu
akan kebaikannya.
Hal ini adalah terutama benar di dalam aliran yang khusus ini, Maha
Ati Longchen Nyingtik, inti ajaran vajra. Di sini tidak diajarkan bahwa
kebenaran yang dalam harus didasarkan atas dasar analisa dan logika,
seperti praktek di dalam kendaraan yang lebih rendah. Juga tidak dikata-
kan bahwa pencapaian yang umum harus digunakan untuk akhirnya
memperoleh pencapaian tertinggi, seperti halnya di tantra-tantra yang
lebih rendah. Pula, penggunaan kebijakan awal ilustratif dari ketiga
inisiasi untuk memperkenalkan kebijakan awal yang sejati tidak
ditekankan, sebagaimana di dalam tantra lain yang lebih tinggi. Apa
yang diajarkan di dalam tradisi ini adalah berdoa dengan pengabdian
yang bersemangat dan keyakinan penuh kepada guru yang sudah
mencapai pencerahan, yang silsilahnya bagaikan rantai emas yang tak
ternoda oleh pelanggaran samaya, bersandar padanya saja dan
menganggapnya sebagai Buddha yang nyata. Dengan cara demikian, hati
anda akan bergabung sepenuhnya dengan hatinya. Dengan kekuatan
berkah yang dilimpahkan kepada anda, realisasi akan terlaksana.
Sebagaimana yang telah kita kutip sebelumnya:
229
Tib. sgyu ma ngal gso, karangan yang ketiga dalam Trilogi Peristirahatan, ngal gso
skor gsum dari Longchenpa.
230
Skt. Samaya-vyuha, tantra yang umum untuk Mahayoga dan Anuyoga.
231
Tib. a ti bkod pa, suatu tantra.
359
Gotsangpa 232 yang mulia berkata:
dan juga;
Latihan rasa bakti dari Guru Yoga adalah satu-satunya cara untuk
membangkitkan realisasi sifat alami tanpa usaha dalam diri anda. Tiada
metoda lain yang dapat membawa realisasi seperti itu.
Naropa adalah seorang pandita yang sangat terpelajar dalam ketiga
kendaraan, dan setelah menaklukkan semua tantangan tirthika, ia diberi
posisi pandita pelindung gerbang utara Vikramasila.
232
Gotsangpa (1189-1258), hidup bertapa di Pegunungan Himalaya dan Tsari, penyebar
ajaran Drugpa Kagyu.
233
Drikung Kyobpa Rinpoche (1143-1217), pendiri Drikung Kagyu.
360
Tetapi suatu hari seorang dakini kebijaksanaan mengatakan kepa-
danya, "Anda terpelajar di dalam kata-kata, tetapi bukan di dalam arti
mereka. Anda masih perlu mengikuti seorang guru."
Menaati perintah dakini tersebut, ia mengikuti Tilopa dan memikul
banyak pencobaan, sampai suatu hari, Tilopa berkata kepadanya:
"Kendati segala hal yang sudah kuajarkan kepada anda, anda masih
belum pernah paham!" Lalu ia memukul dahinya dengan sandalnya.
Pada saat itulah, Naropa menyadari sifat alami, dan kebijaksanaannya
menjadi sama dengan kebijaksanaan gurunya.
Juga dikatakan bahwa Nagabodhi mencapai pencapaian tertinggi
dengan merengut dan memakan setetes ingus yang dijatuhkan guru yang
mulia Nagarjuna. Rigdzin Jigme Lingpa berkata:
Anda dapat membandingkan ajaran ini dengan semua ajaran lain dari
kesembilan kendaraan, namun anda tidak akan pernah menemukan suatu
jalan lebih baik atau lebih dalam dibanding ini. Meskipun latihan ini
234
Salah seorang dari tujuh bhiksu pertama Tibet, yang juga merupakan salah satu dari
tiga penterjemah terkenal Tibet.
235
Trekchö berarti pemotongan atau penghancuran delusi dengan serta merta, sehingga
kemurnian primordial dan kesederhanaan alami dari sifat pikiran terbentang.
361
disebut sebagai sebagai latihan pendahuluan, tetapi sesungguhnya ini
adalah kunci yang paling tinggi dari semua latihan utama. Untuk ini saja,
jika anda selalu dan di dalam setiap keadaan menjadikannya latihan inti
anda, itu sudah cukup – sekalipun anda tidak berlatih yang lainnya. Oleh
karena itu, adalah teramat penting untuk membaktikan diri anda pada
latihan tersebut dari dalam lubuk hati anda.
Latihan sebenarnya dari jalan Guru Yoga yang dalam ini terdiri dari
tiga tahap: memvisualisasi ladang pahala, mengucapkan doa tujuh poin
persembahan, dan berdoa dengan keyakinan yang pasti.
236
Disebut demikian karena berbentuk menyerupai telinga rusa.
237
Menurut catatan sejarah, Zahor adalah sebuah negara di sebelah timur India, kini di
daerah Benggala.
363
burung manyar, yang menandakan realisasi pandangan yang paling tinggi
dan puncak latihan.
Dengan tangan kanan pada hatinya, ia memperlihatkan mudra an-
caman dan memegang sebuah vajra emas. Dalam tangan kirinya yang
beristirahat dalam pangkuannya dalam sikap meditasi, ia memegang
jambangan yang terisi penuh dengan nektar kebijaksanaan dan panjang
umur yang ditutup dengan tangkai pohon pengabul harapan. Di dalam
lipatan lengan tangan kirinya, ia memegang Mandarava, ratu Dakini, di
dalam wujud yang tersembunyi sebagai khatvanga-nya. 238 Ketiga gigi
garpu khatvanga itu menandakan substansi dasar, sifat alami dan belas
kasih, dan di bawah mereka adalah tiga kepala yang terpotong: yang
sudah kering melambangkan dharmakaya, yang sudah busuk melam-
bangkan sambhogakaya, dan yang baru, melambangkan nirmanakaya.
Sembilan cincin logam yang melingkar pada gigi garpu besarnya
melambangkan sembilan kendaraan; panji sutera lima warna
melambangkan lima kebijaksanaan. Khatvanga tersebut juga dihiasi
dengan seikat rambut dari mamo 239 yang masih hidup dan yang sudah
mati, sebagai suatu tanda bahwa Guru menaklukkan mereka selama
latihan aktivitas luar biasa di delapan pekuburan.
Di sekitarnya, di dalam lapisan pelangi berkilauan yang dilingkari
oleh kisi-kisi jutaan cahaya lima warna, bayangkan Delapan Vidyadhara
dari India, Dua puluh lima Murid dari Tibet dan seterusnya, juga deity-
deity dari Tiga Akar dan pelindung-pelindung setia. Mereka semuanya
perlu memiliki penampilan seperti demikian sehingga pikiran anda
berhenti secara otomatis.
Secara umum bisa dikatakan, ada tiga cara yang berbeda untuk
memvisualisasi garis silsilah. Dalam latihan tempat perlindungan, kita
membayangkan guru-guru satu di atas yang lain. Semua guru dari garis
silsilah Kesempurnaan Agung tampak satu di atas yang lain di atas kepala
Guru Agung dari Uddiyana. Cara kita membayangkan untuk meditasi
dan lafalan pada Vajrasattva dikenal sebagai permata yang mencakup
segalanya. Semua guru akar dan guru silsilah terwujud dalam
Vajrasattva saja. Namun sekarang, ketika kita bermeditasi pada Guru
Yoga, kita membayangkan guru-guru sebagai suatu kelompok. Semua
guru dari garis silsilah Kesempurnaan Agung, lautan Tiga Akar dan
pelindung yang setia berkumpul dalam satu kumpulan di sekeliling Guru
Agung dari Uddiyana.
238
Sejenis trisula.
239
Skt. matrika, suatu jenis dari dakini dalam wujud menyeramkan.
364
1. Mantel; 2. Jubah Dharma; 3. Jubah mantra; 4. Jubah dalam; 5.
Topi Kuncup Teratai; 6. Topi Telinga Rusa; 7. Topi Teratai yang
Membebaskan dengan Sekali Melihat Saja; 8. Khatvanga: 8-1.Trisula;
8-2. Sembilan cincin; 8-3, -4, -5. Tiga tengkorak berturut-turut: yang
sudah kering, yang sudah busuk dan yang masih baru; 8-6. Panji
sutera lima warna; 8-7. rambut dari mamo yang masih hidup dan
yang sudah mati.
365
རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་འ�མས་ཞིངཿ
RANG NANG LHUN DRUB DAG PA RAB Dengan serta merta saya
JAM ZHING memanifestasikan alam Buddha
murni dan tanpa batas;
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་ཟངས་མདོག་དཔལ་རིའི་
ད�སཿ
KOD PA RAB DZOG ZANG DOG PAL RÏ U Di tengah Gunung Warna
Tembaga yang indah dan bertuah,
རང་ཉིད་�ེ་བ�ན་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID JETSUN DORJE NAL JOR MA Tubuh saya berubah menjadi
Vajrayogini nan jaya;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI Berwarna merah menyala,
THOD DZIN dengan satu wajah, dua lengan
memegang pisau dan kapala; 240
ཞབས་གཉིས་དོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་མཁར་
གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB CHEN SUM NAM Dengan gaya menari pada kedua
KHAR ZIG kakinya, ketiga matanya menatap
angkasa;
�ི་བོར་པ�ྨ་འ�མ་བ�ལ་ཉི་�འི་�ེངཿ
CHI WOR PE MA BUM DAL NYI DHEI Pada teratai dengan ribuan daun
TENG bunga dan pringan bulan dan
matahari di atas kepala;
�བས་གནས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་དངཿ
Tempat perlindungan dengan
KYAB NË KUN DÜ TSA WEI LA MA DANG para guru silsilah, duduklah Guru
Akar yang mulia;
ད�ེར་མེད་མཚ�་�ེས་�ོ་�ེ་�ལ་པའི་�ཿ
JER MED TSHO KYË DOR JE TRUL PË KU Yang tak terpisahkan dari Vajra
Terlahir dari Danau 241 dalam
tubuh nirmanakaya;
དཀར་དམར་མདངས་�ན་གཞོན་�འི་ཤ་�གས་
ཅནཿ
KAR MAR DANG DEN ZHON NÜ SHA Tubuhnya seperti anak muda
TSHUG CHEN dengan kulit berwarna putih
kemerah-merahan;
240
Mangkok tengkorak.
241
Nama lain Guru Padmasambhava.
366
ཕོད་ཁ་ཆོས་གོས་ཟ་བེར་འ�ངས་མ་གསོལཿ
PHOD KHA CHÖ GÖ ZA WER DUNG MA Beliau mengenakan jubah dalam
SOL dan jubah mantra;
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་�ལ་པོ་རོལ་པའི་�བསཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI GYAL PO ROL PË Ia memiliki satu wajah dan dua
TAB lengan, dan duduk dalam postur
raja;
�ག་གཡས་�ོ་�ེ་གཡོན་པས་ཐོད་�མ་བ�མསཿ
CHAG YË DOR JE YON PË THOD BUM Lengan kanannya memegang
NAM vajra, dan lengan kiri memegang
pot yang terbuat dari kapala;
ད�་ལ་འདབ་�ན་པ�ྨའི་མཉེན་�་གསོལཿ
BU LA DAB DEN PEMË NYEN ZHU SOL Kepalanya mengenakan topi
teratai Telinga Rusa;
མཆན་�ང་གཡོན་ན་བདེ་�ོང་�མ་མཆོག་མཿ
CHEN KHUNG YON NA DE TONG YUM Pada ketiak kiri terdapat dakini
CHOG MA pasangannya;
�ས་པའི་��ལ་�ིས་ཁ་ཊཾ་�ེ་ག�མ་བ�མསཿ
WE PË TSHOL GYÏ KHA THA TSE SUM Dalam bentuk tersembunyi dalam
NAM khatvanga;
འཇའ་ཟེར་ཐིག་ལེའི་འོད་�ར་�ོང་ན་བ�གསཿ
JA ZER THIG LEI Ö PHUR LONG NA ZHUG Beliau berdiam dalam pelangi
sinar bindu;
�ི་འཁོར་འོད་�་�་བས་མཛ�ས་པའི་�ོངཿ
CHI KHOR Ö NGA DRA WË DZË PË LONG Dikelilingi oleh alam indah
rangkaian lima warna;
�ལ་པའི་�ེ་འབངས་ཉི་�་�་�་དངཿ
TRUL PË JE WANG NYI SHU TSA NGA Dua puluh lima murid utama,
DANG raja dan menteri bermanifestasi;
�་བོད་པཎ་�བ་རིག་འཛ�ན་ཡི་དམ་�ཿ
GYA BOD PAN DRUB RIG DZIN YI DAM Para siddhi agung Tibet dan
LHA India, yidam dan vidyadhara;
མཁའ་འ�ོ་ཆོས་�ོང་དམ་ཅན་�ིན་�ར་གཏིབསཿ
KHA DRO CHÖ KYONG DAM CHEN TRIN Serta para dakini dan
TAR TIB dharmapala mengelilingi bak
awan di sekitarnya;
367
གསལ་�ོང་མཉམ་གནས་ཆེན་པོའི་ངང་�་གསལཿ
SAL TONG NYAM NË CHEN PÖ NGANG Beliau berdiam dalam
DU SAL kekosongan kesetaraan nan jernih
dan bercahaya.
Lalu dengan rasa bakti yang kuat lafalkan baris doa berikut:
�ྃ ཨོ་�ན་�ལ་�ི་�བ་�ང་མཚམསཿ
HUNG ORGYEN YUL GYI NUB JANG Hung, di sebelah Barat Daya
TSHAM negeri Uddiyana;
པད་མ་གེ་སར་�ོང་པོ་ལཿ
PE MA GE SAR DONG PO LA Secara gaib menjelma pada putik
teratai;
ཡ་མཚན་མཆོག་གི་དངོས་�བ་བ�ེསཿ
YA TSHEN CHOG GI NGÖ DRUB NYË Ia yang memiliki pencapaian
tertinggi;
པ�ྨ་ �ང�� ་གནས་ཞེས་�་�གསཿ
PEMA JUNG NE ZHËSU DRAG Yang terkenal dengan nama
“Terlahir dari teratai”;
འཁོར་�་མཁའ་འ�ོ་མང་པོས་བ�ོརཿ
KHOR DU KHA DRO MANG PÖ KOR Dan dikelilingi oleh kumpulan
para dakini;
�ེད་�ི་�ེས་�་བདག་བ�བ་�ིསཿ
KHED KYI JË SU DAG DRUB KYÏ Saya mengikuti teladan anda
melatih diri;
�ིན་�ིས་ བ�བ་�ིར་གཤེག་�་ གསོལཿ
JING GYÏ RAB CHIR SHEG SU SOL Saya mohon, datanglah dan
anugerahkanlah berkahmu.
�་�་པ�ྨ་སི�ི་�� �ྃཿ��
GURU PEMA SIDDHI HUNG Guru Pema Siddhi Hung
368
bayangkan, lalu melebur ke dalam diri sendiri seperti air yang dituangkan
ke dalam air.
�ིཿ� བདག་�ས་ཞིང་གི་་�ལ་�ེད་�ཿ
Hrih! Saya bersembah sujud,
HRIH DAG LÜ ZHING GI DUL NYED DU
dengan pancaran tubuh
�མ་པར་�ལ་བས་�ག་འཚལ་ལོཿ
Sebanyak partikel debu seluruh
NAM PAR TRUL WË CHAG TSHAL LO
alam semesta.
369
guhnya diberikan di sini, yaitu menggabungkan sembah sujud dengan
Guru Yoga adalah suatu cara yang sempurna untuk melatih mereka.
Satu hal yang penting ketika melakukan sembah sujud adalah meng-
hubungkan tubuh, ucapan dan pikiran. Ketika anda melakukan sembah
sujud secara fisik dengan tubuh anda, lafalkan teks doa untuk sembah
sujud dengan ucapan anda. Dengan pikiran anda, bayangkan bahwa anda
sedang melakukan sembah sujud bersama-sama semua makhluk dan
berlatihlah dengan rasa hormat dan pengabdian, dengan kepercayaan
penuh kepada guru, dan dengan penuh kepercayaan menyerahkan diri
kepadanya. Jika tidak demikian, maka anda hanya akan mengatakan apa
juga yang anda suka dan melihat kesana kemari, sedangkan pikiran anda
mengejar segala rupa kejadian eksternal. Ketika ada orang lewat atau
seseorang yang berbicara di sebelah kanan, anda akan mengarahkan
perhatian anda ke arah tersebut, dan anda akan menemukan tangan anda
yang terangkap menekan pipi kiri anda. Ketika seseorang muncul di
sebelah kiri anda, anda akan melihat-lihat dan mendengarkan pada sisi
tersebut, dan sebagai gantinya tangan anda yang terangkap akan
menyentuh pipi kanan anda. Anda harus tahu bahwa membuat pertunjuk-
an sembah sujud seperti itu, sambil membiarkan pikiran anda diambil alih
oleh gangguan-gangguan selagi tubuh anda naik turun dengan sendirinya,
hanyalah suatu siksaan fisik yang tidak ada artinya.
242
Tib. thar pa chen po’i mdo.
370
Atau tergabung seperti sebuah kotak relik.
243
Skt. Hevajra-tantra-raja, Tib. rgyud brtsgs gnyis.
372
Orang-orang seperti ini, meskipun telah mempelajari manfaat
perbuatan positif, berbahayanya perbuatan negatif dan kualitas para
Buddha, namun mereka anggap hal itu hanya sekedar ajaran. Sama sekali
tidak ada sedikit pun kepastian dan keyakinan dalam benak mereka. Oleh
karena itu dikatakan bahwa bahkan Buddha yang sudah cerah dengan
sempurna pun tidak bisa membantu mereka. Guru Agung dari Uddiyana
memberi peringatan sebagai berikut:
Meskipun jika anda hanya memahami satu kata dari ajaran, anda
perlu tahu bagaimana cara menggabungkannya dengan pikiran anda dan
mempraktekkannya. Tujuan mengikuti seorang guru adalah untuk
mematuhi pikiran, ucapan dan perbuatan-perbuatannya, dan belajar untuk
melakukan seperti yang ia kerjakan. Seperti kata pepatah:
Dengan cara ini, anda perlu membuat bagian luar, bagian dalam dan
bagian rahasia kualitas guru membekas ke dalam diri anda, seperti tsa-tsa
yang keluar dari cetakannya.
"Sembah sujud" adalah istilah umum untuk suatu sikap
penghormatan. Ada beraneka cara untuk melakukan sembah sujud, dan
kebiasaan berbeda dari tempat yang berlainan. Namun, dalam hal ini
guru anda telah mengajar anda bagaimana caranya melakukannya
menurut kata-kata dari Sang Penakluk. Maka dengan sadar bersembah
sujud dengan cara yang salah, apakah karena kesombongan atau untuk
membuatnya lebih mudah, adalah suatu tindakan kurang hormat dan
demonstrasi penghinaan. Perlu juga dipahami bahwa melakukan sembah
sujud seolah-olah membayar pajak tidak ada artinya, dan hanya akan
membawa akibat yang buruk.
Sembah sujud yang benar, sebaliknya akan membawa manfaat-
manfaat yang tak terkira. Suatu ketika, ketika seorang biarawan sedang
melakukan sembah sujud kepada suatu stupa yang berisikan rambut dan
potongan kuku Buddha, Ananda bertanya kepada Buddha apakah manfaat
dari perbuatan seperti itu. Buddha menjawab:
244
Usnisa: Tonjolan di kepala, salah satu dari 32 tanda utama seorang Buddha.
374
དངོས་བཤམས་ཡིད་�ལ་ཏིང་འཛ�ན་�ིསཿ
NGÖ SHAM YID TRUL TING DZIN GYÏ Dengan persembahan yang
disusun secara fisik dan yang
diciptakan secara mental;
�ང་�ིད་མཆོད་པའི་�ག་�ར་འ�ལཿ
NANG SID CHOD PË CHAG GYAR BUL Dengan mudra persembahan,
saya mempersembahkan segala
sesuatu dalam alam semesta.
245
Lima perbuatan parah atau lima perbuatan yang menyerupai lima dosa yang tak dapat
diampuni: 1. Menodai bhiksuni; 2. Membunuh Bodhisattva; 3. Membunuh anggota
Sangha yang memiliki pencapaian; 4. Merampas barang milik Sangha; 5. Merusak atau
menghancurkan stupa.
246
Empat kesalahan serius: 1. Menempati tempat duduk peringkat yang lebih tinggi dari
yang dimiliki; 2. Mengambil kekayaan tantrika; 3. Menerima penghormatan dari
375
dana yang didermakan kepada Sang Tri Ratna dan sebagainya. Mulai
sekarang, saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan tersebut."
བདེན་པ་གཉིས་�ིས་བ�ས་པ་ཡིཿ
DEN PA NYI KYÏ DÜ PA YI Saya ikut bergembira
Karena tidak ada satu pun ajaran di semua sembilan kendaraan yang
tidak tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, oleh
karena itu kita semestinya bergembira atas semua perbuatan positif yang
tercakup dalam kebenaran relatif dan kebenaran absolut, termasuk yang
dilakukan oleh diri kita sendiri atau oleh orang lain, yang dicemari oleh
emosi atau yang murni dan sempurna. Manfaat dari bergembira dengan
cara demikian adalah tak terbatas.
248
Skt. Rajavavadaka-sutra, Tib. rgyal po la gdams pa.
249
Skt. Prajnaparamita-samcayagatha, Tib. phar phyin bsdus pa, sastra yang ditulis oleh
Aryasura.
378
lainnya kepada mereka semua, dan mendesak mereka untuk memutar
roda Dharma dengan kata-kata:
ཐེག་ག�མ་ཆོས་འཁོར་བ�ོར་བར་བ�ལཿ
THEG SUM CHÖ KHOR KOR WAR KUL Aku memohon Anda untuk
memutar Roda Dharma ketiga
kendaraan.
ཇི་�ིད་འཁོར་བ་མ་�ོངས་བརཿ
JI SID KHOR WA MA TONG BAR Sebelum samsara terkosongkan
�་ངན་མི་འདའ་བ�གས་གསོལ་འདེབསཿ
NYA NGEN MI DA ZHUG SOL DEB Tinggallah di dunia dan tidak masuk
ke dalam nirvana.
Lalu berpikirlah karena doa anda semua Buddha tetap bekerja untuk
kebaikan makhluk hidup sampai samsara dikosongkan.
379
2.7 Pelimpahan pahala kebajikan
�ས་ག�མ་བསགས་པའི་དགེ་�་�ནཿ
DÜ SUM SAG PË GE TSA KUN Semua akar kebajikan yang terkumpul
sepanjang tiga masa,
�ང་�བ་ཆེན་པོའི་�་�་བཇོཿ
JANG CHUB CHEN PÖ GYU RU JO Saya limpahkan sebagai penyebab pen-
cerahan agung.
250
Skt. Sagaramatiparipriccha-sutra, Tib. blo gros rgya mtshos zhus pa'i mdo.
380
Hasil yang anda inginkan tidak akan pernah kelihatan.
Oleh karena itu akhirilah sepenuh hati dengan dedikasi.
Hal yang sama berlaku untuk aktivitas positif yang akan anda
lakukan demi ayah anda, ibu anda atau orang yang anda kasihi, atau
untuk orang yang sudah meninggal. Tanpa dedikasi, hal itu tidak akan
bekerja. Tetapi jika anda mendedikasi aktivitas tersebut, orang-orang
yang anda ingat di dalam pikiran anda akan memperoleh manfaat yang
sesuai.
Pada suatu ketika, orang-orang Vaisali datang mengundang Buddha
untuk perjamuan pada hari berikutnya.
Setelah mereka pergi, lima ratus preta tiba dan meminta kepada
beliau, "Tolong dedikasi kepada kami jasa kebajikan dari sedekah orang-
orang Vaisali yang akan dipersembahkan kepada anda dan para pengikut
anda besok."
"Siapakah kamu?" Buddha bertanya, meski ia telah mengetahui
jawaban. "Mengapa jasa kebajikan orang-orang Vaisali harus dilim-
pahkan kepada anda?"
"Kami adalah orang tua mereka," jawab preta-preta itu. "Kami
dilahirkan sebagai preta akibat perilaku kami yang pelit."
"Baiklah, kata Buddha, "ikutlah pada waktu pelimpahan jasa dan
akan kulakukan seperti permintaan anda."
"Itu tidak mungkin," mereka berkata. "Kami sangat malu dengan
tubuh kami yang buruk ini."
"Anda seharusnya merasa malu ketika anda melakukan semua
perbuatan yang salah," jawab Sang Buddha. "Apa artinya tidak merasa
malu pada saat tersebut, namun merasa malu sekarang, saat anda telah
terlahir dalam wujud yang menyedihkan ini? Jika anda tidak datang aku
tidak akan mampu mendedikasikan jasa kebajikan kepada anda."
"Baiklah, kami akan datang," kata mereka, lalu mereka pergi.
381
Hari berikutnya, ketika saatnya tiba, preta-preta datang menerima
dedikasi. Orang-orang Vaisali sangat terkejut dan mulai melarikan diri.
"Janganlah takut," Buddha menenteramkan hati mereka. "Mereka
semua adalah orang tua anda yang telah dilahirkan kembali sebagai preta.
Mereka mengatakan kepadaku sendiri. Perlukah saya melimpahkan
sumber pahala anda kepada mereka atau tidak?"
"Anda pasti perlu!" mereka menangis.
Buddha berkata:
251
Tib. ltung gshags
252
Tingkat empat vajra: Pemurnian saluran nadi sebagai tubuh vajra, atau nirmanakaya;
pemurnian energi sebagai vajra ucapan atau sambhoga-kaya; pemurnian pikiran sebagai
vajra pikiran atau dharmakaya; sifat yang dimurnikan dari ketiga ini adalah vajra
ketidakterpisahan atau svabhavikakaya.
383
dibandingkan dengan semua Buddha, karena dengan belas kasihnya, ia
dengan cepat membangun tingkat Vajradhara dalam diri anda dalam satu
kehidupan ini dengan jalan mendalam yang menjadi matang dan
membebaskan. Perihal kualitasnya, pencapaiannya adalah seluas angkasa;
pengetahuan dan cinta kasihnya adalah tiada batasnya seperti samudra;
belas kasihnya sama kuatnya seperti sebuah sungai yang besar; dan
sifatnya tabah seperti Maha Meru. Ia seperti ayah atau ibu semua
makhluk, karena hatinya sama untuk semua makhluk. Setiap aspek
kualitasnya adalah tak terkira. Ia seperti suatu permata pengabul harapan.
Anda hanya perlu mempercayainya dan berdoa kepadanya, dan apa pun
juga pencapaian yang anda cari akan bangkit tanpa usaha.
Dengan berlinang air mata pengabdian, pikirkan, "Saya percayakan
sepenuhnya kepada anda, saya menempatkan semua harapan saya pada
anda, saya pasrahkan diriku kepada anda saja!" lafalkan baris doa untuk
latihan penerimaan pencapaian, mulai dari:
�ེ་བ�ན་�་�་རིན་པོ་ཆེཿ
JETSUN GU RU RIN PO CHE Guru Rinpoche yang mulia,
�ེད་ནི་སངས་�ས་ཐམས་ཅད་�ིཿ
KHYED NI SANG GYË THAM CHED KYI Anda adalah perwujudan semua Buddha.
�གས་�ེའི་�ིན་�བས་འ�ས་པའི་དཔལཿ
THUG JEI JIN LAB DÜ PË PAL Anugerahkanlah berkah belas kasihmu.
སེམས་ཅན་ཡོངས་�ི་མགོན་གཅིག་�ཿ
Anda adalah satu-satunya
SEM CHEN YONG KYI GON CHIG PU
pelindung semua makhluk hidup.
�ས་དང་ལོངས་�ོད་�ོ་�ིང་�ངཿ
LÜ DANG LONG CHOD LO NYING DRANG Tubuh dan segala harta milikku,
�ོས་པ་མེད་པར་�ེད་ལ་འ�ལཿ
TO PA MED PAR KHYED LA BUL Dengan tanpa keraguan
kupersembahkan kepadamu.
འདི་ནས་�ང་�བ་མ་ཐོབ་བརཿ
DI NAM JANG CHUB MA THOB BAR Mulai sekarang sampai saya
mencapai pencerahan,
�ིད་�ག་ལེགས་ཉེས་མཐོ་དམན་�ནཿ
KYID DUG LEG NYE THO MAN KUN Segala kebajikan, kejahatan,
penderitaan, kebahagian,
kemuliaan dan martabat
rendahku,
384
�ེ་བ�ན་ཆེན་པོ་པད་འ�ང་མ�ེནཿ
JETSUN CHEN PO PE JUNG KHYEN Diperhatikan oleh Guru terlahir
dari Teratai yang mulia.
ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung
བདག་ལ་རེ་ས་གཞན་ན་མེདཿ
DAG LA RE SA ZHEN NA MED Saya tidak memiliki tempat
memohon lainnya.
ད་�་�ས་ངན་�ིགས་མའི་འ�ོཿ
DA TA DÜ NGEN NYIG MEI DRO Makhluk hidup dalam masa
kemerosotan sekarang
མི་བཟོད་�ག་བ�ལ་འདམ་�་�ིངསཿ
MI ZOD DUG NGAL DAM DU JING Tenggelam dalam rawa
penderitaan,
འདི་ལས་�ོབས་ཤིག་མ་�་�་�ཿ
DI LË KYOB SHIG MA HA GU RU Tolong selamatkan mereka,
Mahaguru.
དབང་བཞི་�ར་ཅིག་�ིན་�བས་ཅནཿ
WANG ZHI KUR CHIG JIN LAB CHEN Anda yang memberi berkah,
anugerahkanlah keempat inisiasi
kepada mereka;
�ོགས་པ་�ོར་ཅིག་�གས་�ེ་ཅནཿ
TOG PA POR CHIG THUG JE CHEN Anda yang penuh belas kasih,
tingkatkanlah realisasi mereka;
386
ནམ་ཞིག་ཚ�་ཡི་�ས་�ས་ཚ�ཿ
NAM ZHIG TSHE YI DÜ JË TSHE Ketika hidupku berakhir,
རང་�ང་�་ཡབ་དཔལ་རིའི་ཞིངཿ
RANG NANG NGA YAB PAL RÏ ZHING Aku memanifestasikan alam Gunung
Warna Tembaga;
�ང་འ�ག་�ལ་པའི་ཞིང་ཁམས་�ཿ
ZUNG JUG TRUL PË ZHING KHAM SU Berdiam dalam ke-takterpisah-an
alam tersebut,
གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
ZHI LÜ DOR JE NAL JOR MA Tubuhku berubah menjadi
Vajrayogini;
གསལ་འཚ�ར་འོད་�ི་གོང་�་�ཿ
SAL TSHER Ö KYI GONG WU RU Dalam gumpalan cahaya terang
tubuhku,
�ར་ནས་�ེ་བ�ན་པད་འ�ང་དངཿ
GYUR NË JETSUN PE JUNG DANG Aku menatap Padmasambhava yang
mulia,
ད�ེར་མེད་ཆེན་པོར་སངས་�ས་ཏེཿ
JENG MED CHEN POR SANG GYË TE Yang tak berbeda dengan para
Buddha;
བདེ་དང་�ོང་པའི་ཆོ་འ�ལ་�ིཿ
DE DANG TONG PË CHO TRUL GYI Aku mengalami kebahagiaan
kekosongan gaib,
ཡེ་ཤེས་ཆེན་པོའི་རོལ་པ་ལསཿ
YE SHE CHEN PÖ ROL PA LË Dan menikmati aktivitas
kebijaksanaan agung;
ཁམས་ག�མ་སེམས་ཅན་མ་�ས་པཿ
KHAM SUM SEM CHEN MA LÜ PA Andalah pemandu yang tertinggi;
འ�ེན་པའི་དེད་དཔོན་དམ་པ་�ཿ
Makhluk hidup di tiga alam tanpa
DREN PË DED PON DAM PA RU
kecuali
�ེ་བ�ན་པ�ྨ་ད�གས་ད�ང་གསོལཿ
Memohon penghiburan Sang Teratai
JETSUN PE MA BUG JUNG SOL
Suci;
གསོལ་བ་�ིང་གི་ད�ིལ་ནས་འདེབསཿ
SOL WA NYING GI KYIL NË DEB Bukan sekedar ucapan mulut,
ཁ་ཙམ་ཚ�ག་ཙམ་མ་ཡིན་ནོཿ
KHA TSAM TSHIG TSAM MA YIN NO Namun memohon dari lubuk hati;
�ིན་�བས་�གས་�ི་�ོང་ནས་�ོལཿ
387
JIN LAB THUG KYI LONG NË TSOL Mohon anugerahkan berkah
pencerahanmu,
བསམ་དོན་འ�བ་པར་མཛད་�་གསོལཿ
SAM DON DRUB PAR DZED DU SOL Agar terkabul semua harapan kami.
དགེ་བ་འདི་ཡི་�ར་�་བདག །
GE WA DI YI NYUR DU DAG Melalui pahala kebajikan ini,
དཔལ་མགོན་�་མ་འ�བ་�ར་ནས། །
PAL GON LA MA DRUB GYUR NË Semoga saya segera mencapai
tingkat Guru Pelindung;
འ�ོ་བ་གཅིག་�ང་མ་�ས་པ། །
DRO WA CHIG KYANG MA LÜ PA Dan membawa setiap makhluk
tanpa kecuali
དེ་ཡི་ས་ལ་འགོད་པར་ཤོག །
DE YI SA LA GOD PAR SHOG Pada alam kebuddhaan.
253
Tib. zangs bdog dpal ri’i smon lam, doa untuk terlahirkan di alam suci
Padmasambhava.
388
pertama dari makanan atau minuman anda. Ketika anda pergi tidur,
bayangkan dia di pusat hati anda: ini adalah intisari tehnik yoga tidur:
"meletakkan segala sesuatu yang dapat dikenal ke dalam pot." 254
Singkatnya, bangkitkan rasa pengabdian anda sepanjang waktu,
dalam setiap situasi. Peliharalah pikiran bahwa di mana saja anda berada
adalah sebenarnya Gunung Warna Tembaga nan Jaya, dan murnikan
segala hal yang anda rasakan dengan memandangnya sebagai wujud
Sang Guru.
ཨ��ཱཿ�ྃཿ བ�་�་�་པ�ྨ་སི�ི་�ྃཿ
Om Ah Hung Bendzra Guru Pema Siddhi Hung
Dengan cara ini, semua penampilan akan muncul sebagai guru dan
deity. Semua yang anda lakukan akan menjadi hal yang positif. Seperti
kata Jetsun Mila:
254
Salah satu instruksi dalam yoga tidur yang ditemukan di dalam ajaran Kesempurnaan
Agung.
389
Ketika saya makan, saya makan makanan dari kekosongan;
Itulah cara makan tanpa pikiran yang dualistik.
Ketika saya minum, saya minum air dari kesadaran dan kewaspa-
daan;
Itulah cara minum yang terus menerus.
dan juga:
Inisiasi yang kita terima ketika kita pertama kali diperkenalkan pada
mandala oleh Guru Vajra yang sejati adalah inisiasi dasar. Inisiasi
rangkap empat yang kita ambil sendiri ketika kita berlatih Guru Yoga,
tanpa tergantung pada siapa pun atau yang lainnya, adalah inisiasi jalan.
Dua jenis inisiasi batin yang kita peroleh pada saat memperoleh hasil
tertinggi, yang disebut "inisiasi berkas cahaya besar" dan "inisiasi
kedalaman dan cahaya yang tak terpisahkan" di mana kebuddhaan yang
sempurna dan menyeluruh bermanifestasi adalah inisiasi hasil.
Inisiasi-inisiasi ini memiliki tiga sifat mendalam yang tak terbayang-
kan: mereka memurnikan, menyempurnakan dan mematangkan. Ketika
anda sedang melakukan latihan utama, adalah merupakan suatu
kekeliruan kalau tidak disertai pendahuluan yang mana pun, dan ketika
anda sedang bermeditasi pada latihan seperti tahap pengadaan atau tahap
kesempurnaan, adalah sangat penting selalu mulai tiap sesi dengan
mengambil inisiasi jalan dengan cara Guru Yoga.
Siapa pun yang pengabdian dan samayanya murni sepenuhnya dan
yang menyelesaikan Guru Yoga, bahkan tanpa melakukan latihan utama,
akan terlahir di Gunung Agung Benua Barat Daya. 255 Di alam Buddha
255
Nama lain Gunung Warna Tembaga, alam suci Guru Padmasambhava.
390
yang murni tersebut, mereka akan menjalani jalan dari empat tingkat
Vidyadhara dan mencapai tingkat Samantabhadra bahkan dengan lebih
cepat dibanding gerakan matahari dan bulan.
256
Lima kaya: 1. Nirmanakaya; 2. Sambhogakaya; 3. Dharmakaya; 4. Vajrakaya (tubuh
vajra permanen); dan 5. Abhisambodhikaya (tubuh pencerahan sempurna).
391
tingkat yang berbeda untuk para dewa dan manusia. Ia mengajarkan
kendaraan karakteristik sebab, yang terdiri dari Vinaya, Sutra dan
Abhidharma, dan bagian luar Mantrayana - Kriya Tantra, Upayoga
Tantra, Yoga Tantra, dan seterusnya.
257
Gunung Malaya berada di Srilangka, tempat Sang Buddha membabarkan Sutra
Lankavatara.
258
Lima yang Mulia: 1. Dewa Yasasvi Varapala; 2. Naga Taksala; 3. Yaksa Ulkamukha;
4. Raksasa Matyaupayika; dan 5. Vimalakirti.
259
Padmasambhava.
392
2.1 Mahayoga Tantra
260
Terdapat penjelasan rinci dalam Tantra Rangkuman Arti.
393
Segera sesudah berkata demikian, ia langsung turun ke puncak
Gunung Malaya dan mengajar Tantra Rangkuman Arti 261 dan ajaran lain
kepada Lima Yang Mulia. Selain itu, di Dhanakosa di bagian barat
negeri Uddiyana, Vajrapani mengajar Tantra Sari Rahasia 262 beserta sari
instruksinya dan Tantra Kila, Tantra Mamo dan lainnya kepada
nirmanakaya Garab Dorje. Semua transmisi ini kemudian diterima oleh
Padmasambhava dari Uddiyana dan lalu secara berangsur-angsur tersebar.
394
Mimpi yang pertama adalah suatu tanda bahwa ia akan mengasi-
milasi pikiran kebijaksanaan semua Buddha dan menjadi wakil mereka.
Mimpi yang kedua menandakan bahwa ia akan menaklukkan semua roh-
roh jahat dan membasmi ketiga racun. Yang ketiga berarti ia akan
menghalau kegelapan di dalam pikiran makhluk hidup dan mene-rangi
mereka dengan ajaran. Mimpi yang keempat menandakan pemadaman
siksaan demam emosi negatif oleh nektar yang timbul secara alami dari
ajaran Atiyoga, dan menyebar-luaskan kendaraan hasil tanpa upaya
Atiyoga secara spontan.
Sekali lagi, semua pesamuhan Buddha masa lampau, masa depan
dan sekarang berkata:
264
Istana Dewa Indra.
265
Inisiasi tanpa ritual atau proses yang kelihatan, hanya perpindahan yang lengkap dan
spontan dari realisasi pencerahan dari pikiran ke pikiran.
396
bunga-bunga indah, terdapat suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di
sana tinggallah seorang anak perempuan muda bernama Bunga Terang,
putri Raja Uparaja dan Ratu Alokabhasvati. Ia memiliki semua tanda
kesempurnaan, berbudi luhur dan memiliki bodhicitta yang tak terukur.
Dengan meninggalkan kemunafikan dan kealpaan, ia telah ditahbiskan
sebagai bhiksuni dan menjaga semua sila dengan sempurna tanpa
kesalahan. Ia memiliki pengikut lima ratus bhiksuni lainnya yang tinggal
bersamanya.
Dalam tahun lembu kayu betina, dinihari hari yang kedelapan dari
bulan keempat, ia bermimpi di mana ia melihat semua Tathagata mengi-
rimkan cahaya yang diubah menjadi matahari dan bulan. Matahari
melebur ke dalam dirinya melalui puncak kepalanya, dan bergerak turun.
Sedangkan bulan melebur ke dalam dirinya melalui telapak kakinya, dan
bergerak ke atas. Pada pagi itu, realisasinya meningkat, dan ia pergi
mandi di tepi danau Kutra. Sementara itu, Vajrapani berubah wujud
menjadi seekor angsa swan. Ia melebur Adhicitta ke dalam bija kata hum,
dan kemudian menjelma menjadi empat ekor angsa swan.
Keempat angsa tersebut turun dari langit untuk mandi di danau. Tiga
ekor dari mereka kembali ke angkasa tetapi satu dari jelmaan Penguasa
Rahasia ini menyentuh puteri tiga kali di hatinya dengan paruhnya, dan
suatu kilauan hum melebur ke dalam hatinya. Lalu ia terbang pergi.
Puteri yang merasa heran akan hal itu menceritakan kepada ayah dan
para pengikutnya apa yang telah terjadi. Dipenuhi dengan keheranan,
ayahnya, sang raja, merasa gembira.
"Apakah hal ini menandakan datangnya seorang emanasi Buddha?"
ia bertanya.
Raja membuat banyak pesta dan upacara. Selama sembilan bulan,
meski puteri tidak memiliki tanda-tanda mengandung, namun ketika tiba
saat melahirkan, sebuah vajra bersudut sembilan meloncat keluar dari
hatinya, lalu lenyap dengan meninggalkan pada tempat tersebut seorang
anak yang bertandakan ciri-ciri utama dan ciri-ciri tambahan kebuddhaan,
sambil memegang sebuah vajra di dalam tangan kanannya dan satu
tongkat dari bahan yang berharga di tangan kirinya. Ia sedang membaca-
kan baris doa, mulai dari "Vajrasattva, seluas angkasa..." Setiap orang
gembira. Mereka membawanya kepada seorang brahmana yang benar-
benar mengenal cara membaca tanda-tanda. Dengan sangat heran dan
kagum, sang brahmana menyatakan bahwa anak tersebut adalah
manifestasi nirmanakaya yang akan memegang ajaran kendaraan tertinggi.
Karena semua orang sangat bahagia dan ia memegang sebuah vajra,
mereka memanggilnya Garab Dorje, yang berarti Vajra Kebahagiaan
Tertinggi. Karena semua orang sangat gembira, mereka juga memanggil-
nya Vajra Sukacita. Dan karena mereka dipenuhi dengan ketawa, mereka
juga menyebutnya Vajra Tertawa.
397
Ketika Garab Dorje naik takhta, Vajrapani datang sendiri dan mem-
berinya inisiasi langsung secara lengkap dengan cara penuangan Sang
Penakluk dan inisiasi lainnya. Dalam sesaat, ia mentransmisikan
kepadanya juga semua tantra dan sari instruksi, seperti dua puluh ribu
jilid dari Sembilan Permukaan nan Luas 266 dan sebagainya, dan
mengukuhnya sebagai pemegang ajaran. Ia menunjuk pelindung-
pelindung yang setia sebagai rekan-rekannya untuk melindungi doktrin.
Dengan berdasarkan doktrin tanpa upaya Atiyoga, dalam seketika Garab
Dorje mencapai kebuddhaan.
Pada waktu itu, di negeri suci India, brahmana Sukhapala dan istrinya
Kuhana melahirkan seorang putra, seorang emanasi Manjusri yang mulia.
Anak brahmana tersebut bernama Sarasiddhi, yang juga dikenal sebagai
Samvarasara. Kemudian ia menjadi seorang bhiksu dan pemimpin dari
lima ratus pandita dan menerima nama Guru Manjusrimitra.
Dalam suatu penampakan, Manjusri yang mulia mengatakan kepada-
nya, "Pergilah ke sebelah barat ke negeri Uddiyana. Di tepi Danau Kutra,
ada suatu tanah yang sangat luas yang disebut Tempat Emas Mahahe. Di
tengahnya ada suatu gua yang disebut Gua Vajra, dan di sana tinggallah
manifestasi nirmanakaya yang bernama Garab Dorje. Ia adalah emanasi
Vajrasattva. Ia memegang doktrin tanpa upaya dari semua Buddha, dan
semua Buddha sudah memberi inisiasi kepadanya. Pergilah kepadanya
dan mintalah hakikat ajaran yang mengagumkan, Dharma yang dikenal
sebagai Atiyoga yang ia pegang, dan dengan mana kebuddhaan dapat
dicapai tanpa upaya. Anda harus menjadi penyusun ajarannya."
Manjusrimitra berkata kepada rekan-rekan panditanya, "Di sebelah
barat, di negeri Uddiyana, ada seorang guru yang mengajarkan suatu
doktrin di luar prinsip sebab dan akibat. Kita seharusnya pergi dan
mengalahkannya dengan logika."
Mereka membahas hal tersebut dan sebanyak tujuh orang dari mereka,
termasuk yang lebih tua Rajahasti, berpergian melalui jalan yang sulit
untuk mencapai Uddiyana. Tetapi tak peduli bagaimana sulitnya mereka
berdebat dengan Garab Dorje, apakah dalam ajaran yang berdasar pada
sebab ataupun yang berdasar pada akibat, ajaran Mantrayana Rahasia
bagian luar atau dalam, mereka tidak bisa mengalahkannya.
Manjusrimitra lalu bertanya kepada pandita-pandita lainnya, "Harus-
kah kita minta ajaran di luar prinsip sebab dan akibat milik manifestasi
nirmanakaya ini?"
Rajahasti yang lebih tua ingin meminta ajaran tetapi menyatakan:
"Saya tidak berani, oleh karena kita sudah menunjukkan kurang hormat
kita kepadanya."
266
Tib. klong dgu, Sembilan sub divisi dari Bagian Hamparan Luas (klong sde) dalam
ajaran Dzogchen.
398
Sebagian dari yang lainnya merasa bahwa mereka bisa meminta
ajaran karena mereka sekarang merasa yakin. Bersama-sama mereka
memutuskan untuk mengaku kepada guru. Beberapa di antara mereka
mulai bernamaskara dan mengitarinya. Yang lain mulai menangis.
Manjusrimitra bersembah sujud di hadapannya, sambil berpikir:
"Dengan ucapan-ucapan polemik yang tak terkendali, saya sudah
memperlakukan manifestasi nirmanakaya dengan kurang hormat. Saya
mestinya memotong lidah saya untuk menyatakan penyesalan saya.”
Setelah berpikir demikian ia mulai mencari pisau cukur. Tetapi Garab
Dorje mengetahui pikirannya.
"Anda tidak akan pernah memurnikan perbuatan anda yang jahat
dengan memotong lidah anda” ia berkata, "Susunlah suatu ajaran yang
jauh melampaui ketergantungan pada prinsip sebab dan akibat. Itu akan
memurnikan anda."
Semua pandita yang kurang akan karma yang perlu dan nasib baik
memohon diri. Tetapi Manjusrimitra menerima seluruh Dharma, mem-
peroleh realisasi spontan hanya dengan melihat isyarat dari guru. Untuk
membuat ajaran sempurna dan lengkap, Garab Dorje memberinya inisiasi
yang lebih lanjut dengan cara penuangan Sang Penakluk keseluruhan sari
instruksi, termasuk dua puluh ribu jilid dari Sembilan Permukaan nan
Luas. Adalah saat itu ia memberi nama Manjusrimitra kepadanya.
Manifestasi nirmanakaya Garab Dorje menuliskan arti dari perintah ini
secara tertulis, dan memberi Manjusrimitra ajaran berikut:
399
Ia menulis Instruksi Bodhicitta Tertulis dengan Emas pada Batu 267
sebagai pengakuan, dan menyusun ajaran Garab Dorje.
267
Tib. byang sems rdo la gser zhun.
400
Singasana Bahu". Ia adalah raja yang pertama, dan adalah manifestasi
Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin.
Beberapa generasi kemudian, selama pemerintahan dari Lha-
Thothori Nyentsen, yang merupakan emanasi Bodhisattva Samantabhadra,
muncul di atas atap Istana Yungbulakang 268 sejumlah benda suci: rupang
Avalokitesvara berwajah sebelas yang disebut Cintamani, 269 yang
melambangkan tubuh Buddha; Sutra yang Disusun seperti Peti
Permata 270 dan Sutra Seratus Doa dan Sembah Sujud 271 yang
melambangkan ucapan, dan suatu kristal stupa setinggi satu hasta,
melambangkan pikiran Buddha. Inilah permulaan Dharma di Tibet.
Lima generasi kemudian, tibalah masa pemerintahan Raja Songtsen
Gampo, emanasi dari Avalokitesvara. Ia mendirikan kuil Thadul dan
Yangdul serta kuil Jokhang di tengah kota Lhasa, dan menikahi putri
Kongjo 272 , putri raja Tiongkok, seorang manifestasi Tara – dan puteri
Tritsun 273, putri raja Nepal – manifestasi Dewi Bhrikuti. Masing-masing
putri tersebut membawa satu rupang Buddha sebagai sebagian dari mas
kawin mereka. Kedua rupang ini sekarang dikenal sebagai Jowo.
268
Istana Yungbulakang: Istana pertama di Tibet, terletak di Kecamatan Shannan
Kabupaten Nêdong, adalah tempat tinggal Nyatri Tsenpo kira-kira seratus tahun
sebelum Masehi.
269
Cintamani: Permata pengabul harapan.
270
Skt. Aryakarandavyuha sutra.
271
Skt. Saksipuranasudrakanama sutra.
272
Nama asli Wen-Cheng Kung-chu, putri kaisar T’ai-chung dinasti Tang. Dijemput ke
Tibet tahun 641.
273
Putri raja Nepal Amsuvarman, menikah dengan raja Tibet Songtsen Gampo pada tahun
623.
274
Skt. Ratnamegha-sutra, Tib. mdo sde dkon mchog sprin.
275
Kini dua dari rupang tersebut ada di Tibet, dua darinya ada di Nepal dan satu lagi ada
di India.
401
1. Dharmakaya Samantabhadra 2. Sambhogakaya Vajrasattva
402
7. Vimalamitra 8. Guru Padmasambhava
403
13. Rigdzin Jigme Lingpa 14. Jigme Gyalwai Nyugu
404
cendana yang disebut “sari ular” di Tempat Pasir antara India dan
Tamradvipa. Adalah ia juga yang membuat rupang suci Avalokitesvara
berwajah sebelas yang ada di Lhasa. Dalam masa pemerintahan ini,
Dharma benar-benar berakar di Tibet.
Lima genenerasi kemudian, Raja Trisong Detsen, emanasi Manjusri
yang mulia, dilahirkan. Ketika ia berumur tiga belas tahun, ayahnya
meninggal. Dari waktu tersebut sampai ia berumur tujuh belas tahun,
atas nasihat menteri-menterinya seperti Ngam Tara Lugong dan Lhazang
Lupel, ia menaklukkan sejumlah besar negara-negara dengan angkatan
bersenjata.
Kemudian, dengan meneliti arsip sejarah nenek moyangnya, ia
menyadari bahwa Dharma telah datang ke Tibet sejak pemerintahan Lha-
Thothori Nyentsen dan telah dimantapkan oleh Songtsen Gampo.
Dengan mengetahui bagaimana nenek moyang telah bekerja sepenuh hati
demi Dharma. ia merasa bahwa ia juga perlu mengabdikan dirinya untuk
menyebarkan doktrin tersebut. Setelah berkonsultasi dengan menteri
bidang agama, Go Pema Gungtsen, dengan trampil ia meminta pendapat
menteri-menteri lain, di mana mereka semua setuju untuk membangun
sebuah kuil. Waktu mencari seorang pandita untuk menyucikan tanah,
mereka bertanya kepada Nyang Tingdzin Zangpo yang tinggal di Samye
Chimpu, seorang guru yang paling dihormati raja.
Dengan penglihatan yang diperoleh dalam meditasi, Tingdzin Zangpo
mengetahui bahwa di Zahor, di timur India, hidup seorang khenpo 276
yang bernama Santaraksita 277, anak dari raja Gomadeviya yang saleh. Ia
menyampaikan informasi itu kepada raja, dan khenpo tersebut diundang
ke Tibet untuk menyucikan lokasi kuil.
Dalam pembangunan kuil, perlu membuang semak belukar di tempat
yang bernama Aryapalo. Tetapi seekor naga jahat yang tinggal di tempat
tersebut mengetahui bahwa semak belukar tempat ia tinggal akan dibuang,
maka ia memanggil semua roh halus untuk membantunya. Dua-puluh-
satu genyen disertai oleh manusia dan bukan manusia berkumpul
bersama-sama dalam satu pasukan. Pada waktu malam hari iblis-iblis
tersebut merobohkan apa pun juga yang dibangun orang pada siang hari.
Mereka meletakkan semua tanah dan batu-batu kembali di mana mereka
diambil.
Raja pergi ke khenpo tersebut dan meminta penjelasan. "Apakah
karena noda batin saya terlalu tebal, atau anda tidak memberkati lokasi
tersebut? Haruskah rencanaku tinggal tak terlaksana?"
276
Khenpo: Kepala vihara.
277
Juga disebut sebagai Khenpo Bodhisattva, adalah seorang kepala Universitas Nalanda,
India, pengarang dari Ornament Jalan Tengah (Skt. Madhyamakalmkara-karika).
Beliau mentabishkan tujuh penguji menjadi bhiksu dan mendirikan Sangha di Tibet.
405
"Meskipun saya sudah menguasai bodhicitta," jawab khenpo, "tetapi
para dewa dan iblis-iblis jahat tidak bisa ditundukkan dengan cara lunak
seperti ini. Hanya dengan cara-cara yang murka akan berhasil. Pada saat
ini di Bodh Gaya, India, ada seorang guru yang dikenal sebagai Terlahir
dari Teratai Uddiyana. Ia lahir secara gaib. Ia telah menguasai lima ilmu
pengetahuan dan menjinakkan kuasa jahat. Ia telah memiliki pencapaian
yang tertinggi dan yang umum. Ia menghancurkan roh-roh jahat, dan
dapat memerintah delapan jenis makhluk pelindung Dharma. Ia menak-
lukkan iblis-iblis dan membuat semua dewa dan roh jahat gemetar. Jika
anda mengundangnya ke sini, tidak ada iblis akan mampu menahannya,
dan semua keinginan anda akan terkabul."
"Tidakkah mustahil mengundang seseorang seperti itu?" tanya raja.
"Tidak," jawab khenpo, "Akan menjadi mungkin karena doa-doa
yang dibuat masa lampau. Dahulu kala di negeri Nepal, seorang wanita
bernama Samvari, putri peternak ayam, Sale, mempunyai empat putra 278
dari masing-masing perkawinannya dengan seorang peternak kuda,
seorang peternak babi, seorang peternak unggas dan seorang peternak
anjing. Waktu mereka membangun stupa Jarung Khashor, 279 mereka
telah berjanji untuk menyebarkan Dharma ke Tibet ..." Dan ia
mengatakan kepadanya kisah tentang bagaimana stupa Jarung Khashor
telah dibangun dan doa-doa yang dibuat waktu itu.
Raja mengutus Ba Trisher, Dorje Dudjom, Chim Sakyaprabha dan
Shubu Palgyi Senge ke India. Masing-masing mereka membawa satu
takaran bubuk emas dan satu bakul perhiasan emas. Mereka menjelaskan
kepada Guru bahwa ia diperlukan di Tibet untuk memberkati lokasi kuil.
Setelah memberi persetujuannya, Guru segera berangkat. Ia berhenti
di sepanjang jalan untuk mengikat kedua belas tenma, dua belas
pelindung perempuan, dua-puluh-satu genyen dan semua dewa dan iblis-
iblis Tibet pada sumpah-sumpah yang pasti.
Akhirnya ia tiba di Trakmar untuk menenangkan lokasi, dan di-
bangunlah Kuil Samye. Kuil tersebut mempunyai bangunan tengah
berlantai tiga yang dikelilingi dengan bangunan yang melambangkan
empat benua dan delapan sub-benua, matahari, bulan dan Pegunungan
Besi yang mengelilinginya. Khenpo Santaraksita, Acarya Padma dan
Vimalamitra melemparkan bunga-bunga tiga kali untuk penyucian dan
terlihat banyak tanda dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.
278
Yaitu Guru Padmasambhava, Ba Trisher, Raja dan Khenpo (kepala vihara)
Santaraksita.
279
Stupa di Bodhnath, kini di kota Katmandu, Nepal.
406
Mantra. Pada waktu itulah Buddha Kedua dari Uddiyana dan pandita
agung Vimalamitra mengajar ketiga orang murid inti – Raja, Rakyat dan
Teman 280 – juga Nyangwen Tingdzin Zangpo dan para murid yang
beruntung lainnya yang merupakan wadah yang cocok untuk ajaran
tersebut. Untuk mereka, mereka memutar Roda Dharma dari ketiga yoga
bagian dalam, termasuk Atiyoga dari Kesempurnaan Agung, dan dengan
jelas menunjukkan tiga titik kunci: pembedaan, keputusan yang jelas dan
pembebasan diri. Silsilah transmisi dari titik ini disebut "Silsilah
Pendengaran dari pudgala."
Selain itu, Buddha kedua dari Uddiyana juga menganugerahkan
kepada raja dan para muridnya yang semuanya memiliki keberuntungan
ajaran-ajaran yang luar biasa dari Buddha sesuai kapasitas mereka. Teks-
teks Tantra kemudian ditulis ke dalam lembaran emas dan disembunyikan
sebagai harta karun spiritual. Sang Guru membuat doa-doa, menyerah-
kannya pada perlindungan para Dharmapala dan menyembunyikan
mereka sebagai suatu warisan demi kepentingan para murid masa depan.
Di kemudian hari pada waktu yang diramalkan, emanasi-emanasi praktisi
yang memiliki pencapaian, buat siapa doa-doa tersebut telah dibuat, akan
mengambil kelahiran yang beruntung dan mengungkapkan harta-harta
yang mendalam ini. Murid yang banyak tersebut dengan karma sesuai
yang mengikuti mereka dan bekerja untuk manfaat makhluk hidup,
membentuk silsilah yang dikenal dengan enam atau sembilan silsilah.281
Dari tulku-tulku dan penemu harta spiritual yang tak terbilang, salah
satu yang berhubungan dengan kita di sini adalah Rigdzin Jigme Lingpa.
Ia sendiri adalah benar-benar Avalokitesvara yang Berdiam Dalam Sifat
Alami Pikiran, 282 dan mengambil wujud seorang sahabat spiritual. Ia
menerima transmisi yang lengkap ketiga silsilah tersebut bersama-sama –
Silsilah Batin, Silsilah Lambang dan Silsilah Pendengaran dari pudgala
dari Buddha Kedua dari Uddiyana, sarjana agung Vimalamitra dan
Longchen Rabjampa yang mahatahu. Ia benar-benar Buddha yang
sempurna. Ia memutar Roda Doktrin yang lengkap untuk makhluk yang
beruntung dan memiliki karma baik. Sebagaimana kata peribahasa:
280
Trisong Detsen, Yeshe Tshogyal dan Vairotsana.
281
Keenam silsilah atau transmisi adalah Silsilah batin dari Sang Penakluk, Silsilah
lambang dari Vidyadhara, Silsilah pendengaran dari pudgala, Silsilah tertulis di
perkamen kuning, Silsilah menyegel dan mempercayakan kepada dakini dan Silsilah
yang dikuatkan dengan doa-doa. Sembilan silsilah adalah keenam silsilah di atas
ditambah Silsilah aspirasi yang diberdayakan, Silsilah suksesi resmi berdasarkan
ramalan dan Silsilah berkah belas kasih.
282
Suatu wujud dari Avalokitesvara, kemungkinan mengacu pada Buddha Vajra.
407
Karena alasan ini, guru saya yang mulia 283 sering berkata: "Bagi
mereka yang dapat berlatih dan berdoa, guruku, Vajradhara, 284 raja dan
pelindung makhluk sebenarnya seorang Buddha yang sempurna. Saya
tidak mengatakan demikian hanya karena saya ingin memuji atau
menghormatinya. Ia benar-benar adalah Vajradhara Sempurna yang
Agung, yang datang untuk memberi kebaikan kepada makhluk hidup
dalam wujud manusia biasa. Antara dia dan kalian di dalam silsilah ini,
tak ada seorang pun kecuali saya. Dan perihal saya, sejak saya pertama
kali berjumpa, saya sudah melakukan segala hal yang ia katakan kepada
saya. Saya sudah melayaninya dalam ketiga cara 285 dan belum pernah
melakukan apa pun yang menjengkelkannya, atau bahkan membuatnya
mengerutkan dahi. Dengan demikian anda dapat memastikan bahwa
sama sekali tidak ada degradasi samaya yang memudarkan rantai emas
silsilah ini. Arus berkahnya berbeda dari yang lain."
283
Jigme Gyalwai Nyugu, guru Patrul Rinpoche, adalah salah satu murid utama Rigdzin
Jigme Lingpa.
284
Vajradhara (rdo rje 'chang) berarti "Pemilik vajra."
285
Lihat halaman 174.
286
Tib. nyi zla kha sbyor.
408
Mengabaikan latihan pendahuluan tidak ada artinya sama sekali.
Meskipun jika muncul tanda-tanda sesaat dan kecil dari "kehangatan”,
mereka bersifat tidak stabil, seperti suatu bangunan tanpa fondasi.
409
410
BAGIAN KETIGA
PHOWA
411
412
PHOWA287, INSTRUKSI UNTUK
ORANG YANG SEDANG DALAM PROSES KEMATIAN:
KEBUDDHAAN TANPA MEDITASI
287
Phowa: Pemindahan kesadaran.
413
2. Phowa menengah pada sambhogakaya melalui gabungan tahap
pengadaan dan tahap kesempurnaan
288
Seseorang Lama yang terlahir kembali. Lama-lama seperti itu biasanya dianggap
sebagai manifestasi Bodhisattva yang agung.
415
Adalah sama seperti menolong orang yang sedang tenggelam,
Sedangkan diri sendiri sedang terhanyut banjir.
Dan lagi
289
Tib. dri med gshags pa’i rgyud.
417
nya perbuatan salah mereka, gerbang-gerbang alam rendah sudah tertutup.
Bahkan mereka yang sudah melakukan kejahatan dengan pembalasan
langsung, yang seharusnya sudah akan langsung jatuh ke alam rendah,
sudah pasti tidak akan terlahir di alam rendah jika mereka menggunakan
ajaran ini. Tantra berkata:
Dan:
Juga:
Oleh karena itu, instruksi mengenai jalan yang mendalam dari phowa
ini adalah jalan ke kebuddhaan tanpa meditasi, suatu jalan rahasia yang
bahkan dengan segera membebaskan seorang pendosa besar. Buddha
Vajradhara berkata:
290
Gerbang Brahma, terletak pada puncak kepala, di atas sembilan gerbang lain (dua
lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, dan masing-masing satu lubang
untuk mulut, dubur dan air seni).
418
Setiap orang mengetahui pencapaian kebuddhaan melalui
meditasi,
Tetapi saya mengenal jalan tanpa meditasi.
Instruksi ini dibagi dalam dua bagian: yang pertama adalah latihan,
dan lalu praktek sesungguhnya.
291
Meleburkan kesadaran ke dalam kebijaksanaan Buddha Amitabha.
419
lebih mudah. Ia seperti buah di pohon yang susah dipetik pada musim
panas ketika ia masih terus tumbuh, tetapi ketika ia masak di musim
gugur, ia akan jatuh hanya dengan kibasan sisi pakaian anda.
292
Menurut Vajrayana, tubuh dianggap suatu mandala suci deity-deity, dengan melakukan
phowa sebelum waktunya akan menghancurkan mandala tersebut.
420
luar, mulut dan lubang hidung anda terasa kering. Waktu sampai pada
puncaknya, tubuh anda mulai kehilangan panasnya. Kadangkala pada
tahap ini uap muncul dari atas kepala. Ketika nafas bagian dalam atau
energi melebur ke dalam elemen angin luar, berbagai energi anda, seperti
energi naik, energi diskresi, energi pemanas dan energi yang meresap
seluruh tubuh, semuanya melebur ke dalam energi pendukung kehidupan.
Menghirup menjadi sulit. Bernafas ke luar menjadi terengah-engah,
udara di paru-paru menjadi kosong melalui tenggorokan. Kemudian
semua darah di dalam tubuh anda berkumpul bersama-sama di dalam
saluran nadi kehidupan, dan tiga tetesan darah menetes ke dalam pusat
hati anda, berturut-turut satu demi satu. Dengan tiga keluhan panjang,
nafas luar anda tiba-tiba berhenti.
Pada saat itu elemen putih atau "sperma" yang anda terima dari ayah
anda bergerak dengan cepat ke bawah dari kepala anda. Sebagai tampak
luar keadaan ini, anda merasa sesuatu yang kira-kira bersifat putih,
seperti langit jernih yang diterangi oleh sinar bulan. Sebagai tanda
bagian dalam, anda mengalami kejernihan di dalam batin anda, dan tiga
puluh tiga macam pemikiran yang tidak baik berhenti. Keadaan ini
disebut "kejernihan."
Elemen merah atau "darah" yang anda terima dari ibu anda bergerak
dengan cepat ke atas dari daerah pusar anda. Sebagai tanda luar, anda
merasa melihat warna merah seperti langit bersih yang diterangi cahaya
matahari. Sebagai tanda dalam batin, anda mengalami kebahagiaan besar
di dalam kesadaran anda, dan empat puluh macam pemikiran nafsu
keinginan berhenti. Keadaan ini disebut "peningkatan."
Ketika elemen putih dan merah bertemu di dalam hati anda,
kesadaran anda masuk di antara mereka. Tanda luarnya adalah suatu
persepsi kegelapan seperti langit yang gelap gulita. Sebagai tanda bagian
dalam batin, kesadaran anda mengalami suatu keadaan tanpa pemikiran,
dan anda menjadi pingsan dalam kegelapan total ini. Ini disebut
"pencapaian."
Kemudian kesadaran anda muncul untuk suatu saat yang singkat dari
keadaan lunglai tersebut ke dalam suatu pengalaman seperti langit yang
tidak dipengaruhi oleh ketiga kondisi-kondisi yang sebelumnya. 293 Ini
adalah munculnya "cahaya terang alaya." Jika anda dapat mengenali hal
tersebut sebagai sifat alami dan beristirahat di dalamnya, maka hal ini
disebut "phowa tingkat tinggi ke dharmakaya." Ini adalah kebuddhaan
tanpa melalui bardo apa pun.
Setelah titik tersebut, bardo dharmata dan bardo kelahiran kembali
menjadi semakin membentang, tetapi tahap-tahap tersebut tidak akan
293
Tiga kondisi: awan, kabut dan debu.
421
diuraikan di sini karena mereka berhubungan dengan instruksi di latihan
utama.
3.1 Pendahuluan
294
Doa permohonan, pujian dan memanggil untuk memohon berkah guru.
422
drum tengkorak kecil yang membangkitkan makhluk dari tidur ketidak-
tahuan dan kebingungan. Dengan tangan kirinya, ia memegang sebuah
pisau lengkung pada pinggulnya untuk memotong ketiga racun pada
akarnya. Ia tampil tanpa busana, kecuali seuntai karangan bunga dan
perhiasan-perhiasan dari tulang. Seperti suatu tenda sutera merah, ia
kelihatan, tetapi tanpa isi. Semua ini adalah bentuk luar tubuhnya yang
hampa.
Sepanjang tubuh anda yang lurus, bayangkan di tengahnya terdapat
nadi tengah, seperti suatu tiang dalam rumah yang kosong. Ia disebut
nadi "tengah" karena ia berada tepat di poros tengah tubuh, tanpa
bersandar ke kiri atau ke kanan. Nadi tersebut memiliki empat
karakteristik. Ia berwarna biru seperti suatu lapisan indigo, melambang-
kan dharmakaya yang tidak berubah. Serat-seratnya halus bak daun
mahkota bunga teratai, melambangkan kegelapan terselubung yang
timbul dari kecenderungan-kecenderungan kebiasaan. Nadi tersebut
terang seperti nyala api lampu minyak wijen, melambangkan pengusiran
kegelapan ketidak-tahuan. Dan ia lurus seperti potongan batang pohon
palem, menunjukkan bahwa ia tidak pernah membawa ke jalan bawah
atau jalan yang salah. Ujung bagian atas membuka tepat pada gerbang
Brahma di atas kepala seperti angkasa yang terbuka, melambangkan ia
adalah jalan menuju pembebasan dan kelahiran kembali yang lebih tinggi.
Ujung bawahnya tertutup pada jarak empat jari di bawah pusar tanpa
pembukaan, menandakan semua akses ke dunia samsara dan kelahiran ke
alam rendah sudah terkunci. Semua ini adalah bagian dalam dari wujud
kosong dari nadi tengah tersebut.
Sekarang bayangkan suatu bagian di dalam nadi tengah di daerah hati,
terdapat suatu sekat seperti buku ruas bambu. Di atas buku ini,
bayangkan bindu dari energi, yang berwarna hijau muda, lincah dan
bergetar. Sedikit di atasnya terdapat inti hakikat kesadaran anda, bija
kata hrih (�ིཿ� ) yang berwarna merah, dengan tanda huruf hidup a pendek
(འ) dan dua titik visarga ( ), berkibar dan bergetar seperti bendera di
dalam angin. Ini mewakili pikiran kesadaran anda.
Kemudian, bayangkan di angkasa pada jarak satu hasta di atas kepala
anda, terdapat singasana permata yang didukung oleh delapan burung
merak besar. Di atasnya terdapat bunga teratai yang beraneka warna dan
piringan matahari dan bulan, satu di atas yang lain, membentuk bantal
berlapis tiga. Duduk di bantal itu adalah guru akar anda yang agung,
harta belas kasih yang tidak ada taranya, yang hakikatnya adalah semua
Buddha masa lampau, sekarang dan masa depan dalam wujud Bhagavan
Buddha dan Pelindung, Amitabha. Beliau berwarna merah seperti
gunung permata mirah yang disinari oleh seribu matahari. Beliau
memiliki satu muka dan dua tangan, yang beristirahat di dalam postur
meditasi sambil memegang sebuah mangkuk pindapatta yang berisi
423
penuh dengan nektar kebijaksanaan kekekalan. Beliau mengenakan tiga
jubah biarawan, pakaian murni penampilan nirmanakaya yang tertinggi
yang menjaga peri laku suci. Tubuhnya memiliki tiga puluh dua ciri
utama dan delapan puluh ciri tambahan, seperti usnisa di puncak kepala
dan roda yang menandai telapak kakinya. Dari tubuhnya terpancar
cahaya cemerlang yang tak terhitung banyaknya.
Di sebelah kanan Amitabha terdapat Avalokitesvara yang mulia,
yang merupakan perwujudan dari belas kasih semua Buddha. Beliau
berwarna putih, dengan satu muka dan empat lengan. Dua lengan bagian
atas merangkap di depan dada. Tangan kanan yang lebih rendah
memegang manik-manik tasbih kristal putih dan tangan kiri yang lebih
rendahnya memegang satu tangkai bunga teratai putih yang semua daun
bunganya sedang mekar di dekat telinganya.
Di sebelah kiri Amitabha adalah Vajrapani, Raja Mantra Rahasia,
perwujudan dari semua kuasa dan kekuatan Buddha. Beliau berwarna
biru dengan kedua tangan bersilang di hati sambil memegang vajra dan
genta.
Kedua deity ini mengenakan tiga belas perhiasan sambhogakaya.
Amitabha berada dalam posisi duduk, kakinya bersilang dalam postur
vajra. Hal ini menandakan bahwa ia tidak tinggal di dalam samsara
maupun nirvana. Kedua Bodhisattva dalam posisi berdiri, yang me-
nandakan bahwa mereka tidak pernah merasa letih bekerja untuk manfaat
makhluk hidup.
Di sekeliling tiga deity utama ini terdapat semua guru garis silsilah
jalan Phowa yang mendalam, berkumpul bagaikan sekelompok awan di
langit jernih. Dengan tersenyum, mereka memandang dengan rasa belas
kasih ke arah anda dan semua makhluk lain. Berpikirlah bahwa mereka
adalah pemandu-pemandu agung yang membebaskan anda dan semua
makhluk lain dari penderitaan samsara dan alam rendah, yang menuntun
anda ke alam suci kebahagiaan besar.
Sadhana Phowa
ཨེ་མ་ཧོཿ རང་�ང་�ན་�བ་དག་པ་རབ་
འ�མས་ཞིངཿ
EMAHO RANG NANG LHUN DRUP EMAHO! Aku memanifestasi alam
kemurnian tak terbatas:
424
DAG PA RAB JAM ZHING
བཀོད་པ་རབ་�ོགས་བདེ་བ་ཅན་�ི་ཞིངཿ
KOD PA RAB DZOG DE WA CHEN GYI Alam Sukhavati yang indah dan
ZHING sempurna;
རང་ཉིད་གཞི་�ས་�ོ་�ེ་�ལ་འ�ོར་མཿ
RANG NYID ZHI LÜ DOR JE NAL JOR Tubuh biasa saya menjadi Vajrayogini,
MA
ཞལ་གཅིག་�ག་གཉིས་དམར་གསལ་�ི་ཐོད་
འཛ�ནཿ
ZHAL CHIG CHAG NYI MAR SAL DRI Berwarna merah menyala, dengan satu
THOD DZIN muka dan dua lengan yang memegang
pisau dan kapala,
ཞབས་གཉིས་འདོར་�བས་�ན་ག�མ་ནམ་
མཁར་གཟིགསཿ
ZHAB NYI DOR TAB JEN SUM NË Kedua kaki dalam gaya menari, ketiga
KHAR ZIG matanya menatap angkasa;
དེ་ཡི་ཁོང་ད�ས་�་ད�་མཿ
DE YI KHONG Ü TSA U MA Nadi tengah di tengah tubuh,
�ོམ་�་མདའ་�ག་ཙམ་པ་ལཿ
WOM TRA DA NYUG TSAM PA LA Kira-kira seukuran bambu anak panah,
�ོང་སངས་འོད་�ི་�་�་ཅནཿ
TONG SANG Ö KYI BU GU CHEN Kosong dan tembus pandang seperti
tabung cahaya,
ཡར་�ེ་ཚངས་�ག་གནས་�་ཧརཿ
YAR NE TSHANG WUG NË SU HAR Dengan ujung atas terbuka pada
Gerbang Brahma,
མར་�ེ་�ེ་འོག་�ག་པ་ཡིཿ
MAR NE TE OG ZUG PA YI Dan ujung bawah tertutup pada
anusnya;
�ིང་ཀར་ཚ�གས་�ིས་བཅད་པའི་�ེངཿ
NYNG KAR TSHIG KYÏ CHED PË TENG Di atas sekat pada posisi hati,
�ང་གི་ཐིག་ལེ་�ང་�འི་ད�སཿ
LUNG GI THIG LE JANG KYÏ Ü Di tengah bindu berwarna hijau muda,
རིག་པ་�ིཿ� ཡིག་དམར་པོར་གསལཿ
RIG PA HRIH YIG MAR POR SAL Terdapat kesadaran berupa huruf Hrih
merah menyala;
�ི་བོར་�་གང་ཙམ་�ི་�ེངཿ
JI WOR TRU GANG TSAM GYI TENG Kira-kira satu hasta di atas kepala,
425
སངས་�ས་�ང་བ་མཐའ་ཡས་ནིཿ
SANG GYË NANG WA THA YË NI Duduklah Buddha Amitabha,
མཚན་དཔེ་�ོགས་པའི་�ང་པོར་གསལཿ
TSHEN PE DZOG PË PHUNG POR SAL Bercahaya dalam tanda utama dan
tanda tambahan yang sempurna.
Lalu, dengan penuh rasa bakti dan kepercayaan, seluruh tubuh anda
merinding dan air mata mengalir dari mata anda, ulangi sebanyak
mungkin doa:
བཅོམ་�ན་འདས་དེ་བཞིན་གཤེགས་པ་ད�་བཅོམ་པ
CHOM DEN DË DE ZHIN SHEG PA DRA CHOM PA
ཡང་དག་པར་�ོགས་པའི་སངས་�ས་མགོན་པོ་འོད་དཔག་�
YANG DAG PAR DZOG PË SANG GYË GON PO Ö PAG TU
མེད་པ་ལ་�ག་འཚལ་ལོ། མཆོད་དོ་�བས་�་མཆིའོ།
MED PA LA CHAG TSHAL LO CHOD DO KYAB SU CHÏ
Lalu lafalkan doa yang berikut tiga kali secara penuh, mulai dari:
ཨེ་མ་ཧོ། གནས་རང་�ང་དོན་�ི་འོག་མིན་ན།།
EMAHO NË RANG NANG DON GYI OG Emaho! Di alam Akanistha absolut
MIN NA yang muncul dengan serta merta,
ཡིད་དད་བ�འི་འཇའ་�ར་འ�ིགས་པའི་�ོང།།
YID DED GYEI JA GUR TRIG PË LONG Dalam rangkulan pelangi keyakinan
sempurna,
�བས་�ན་འ�ས་�་བའི་�་མ་ནི།།
KYAB KUN DÜ TSA WEI LA MA NI Terdapat tempat perlindungan
dengan guru akar yang dikelilingi
para guru silsilah,
426
�་ཐ་མལ་མ་ཡིན་�ངས་མའི་�ས།།
KU THA MAL MA YIN DANG MEI LÜ Dalam penampilan tubuh jernih
bercahaya yang bukan tubuh biasa,
དཔལ་སངས་�ས་�ང་མཐའི་ངོ་བོར་བ�གས།།
PAL SANG GYË NANG THEI NGO WOR Beliau merupakan esensi Buddha
ZHUG Cahaya Tanpa Batas nan jaya.
ཡིད་མོས་�ས་ག�ང་བས་གསོལ་བ་འདེབས།།
YID MÖ GÜ DUNG WE SOL WA DEB Aku memohon dengan penuh hormat
dan keyakinan:
ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku
berhasil melakukan Phowa;
གནས་འོག་མིན་བ�ོད་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NE OG MIN DROD PAR JIN GYI LOB Anugerahkanlah berkahmu agar aku
aku mencapai alam Akaniṣṭha;
ད�ིངས་ཆོས་�འི་�ལ་ས་ཟིན་པར་ཤོག།
Agar aku meraih kebuddhaan alam
JING CHÖ KÜ GYAL SA ZIN PAR SHOG
luas tubuh Dharmakaya.
427
Lakukan proses tersebut tujuh kali, dua puluh satu kali atau lebih,
sambil membayangkan Hrih (�ིཿ� ) di dalam hati anda dan mengulangi
"Hik!" seperti sebelumnya. Dalam tradisi-tradisi yang lain diucapkan
"Hik!" ketika kesadaran meloncat ke atas dan "Ka" ketika kembali turun
ke bawah, tetapi dalam tradisi ini, kita tidak membayangkan kesadaran
turun ke bawah.
སངས་�ས་འོད་དཔག་མེད་ལ་�ག་འཚལ་ལོ།།
SANG GYË Ö PAG MED CHAG TSHAL LO Buddha Amitabha, saya bersembah
sujud di depan Anda;
ཨོ་�ན་པ�ྨ་འ�ང་གནས་ལ་གསོལ་བ་
འདེབས།།
ORGYEN PEMA JUNG NË LA SOL WA Padmasambhava dari Uddiyana,
DEB saya berdoa kepada Anda;
�ིན་ཆེན་�་བའི་�་མས་�གས་�ེས་�ང།།
DRIN CHEN TSA WEI LA MË THUG JË Guru akar yang ramah, peganglah
ZUNG aku dengan rasa kasihan Anda;
295
Penemu harta spiritual (terma) pada abad keempat belas.
428
�་བ་བ�ད་པའི་�་མས་ལམ་�་�ོངས།།
TSA WA GYUD PË LA MË LAM NA Para guru akar garis silsilah,
DRONG bimbinglah saya di jalan;
ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།། Berkati saya agar saya dapat
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI menguasai jalan Phowa yang
LOB mendalam;
�ར་ལམ་འཕོ་བས་མཁའ་�ོད་བ�ོད་པར་�ིན་
�ིས་�ོབས།།
NYUR LAM PHO WË KHA JOD DROD Berkati saya agar jalan pintas
PAR JIN GYI LOB Phowa ini membawa saya ke alam
dakini;
བདག་སོགས་འདི་ནས་ཚ�་འཕོས་�ར་མ་ཐག།།
DAG SOG DI NË TSHE PHÖ GYUR MA Berkati saya dan yang lain, saat
THAG hidup ini berakhir
བདེ་བ་ཅན་�་�ེ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས༔
DE WA CHEN DU KYE WAR JING GYÏ Agar kami bisa terlahir di alam
LOB Sukhavati!
ཨེ་མ་ཧོ། ཤིན་�་ངོ་མཚར་འོད་དཔག་མེད་
མགོན་དང།།
EMAHO SHIN TU NGO TSHAR Ö PAG Emaho! Sungguh mengagumkan,
MED GON DANG Pelindung Amitabha,
�གས་�ེ་ཆེན་པོ་�ག་�ོར་མ�་ཆེན་ཐོབ།།
THUG JE CHEN PO CHAG DOR THU Avalokitesvara dan Vajrapani yang
CHEN THOB penuh kuasa,
296
Namcho :Kata Tibet yang berarti Dharma Angkasa.
429
བདག་གིས་�་གཅིག་ཡིད་�ིས་གསོལ་བ་
འདེབས།།
DAG GÏ TSA CHIG YID KYÏ SOL WA DEB Dengan pikiran terpusat saya
memohon,
ཟབ་ལམ་འཕོ་བ་འ�ོངས་པར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
ZAB LAM PHO WA JONG PAR JIN GYI Berkatilah saya agar saya dapat
LOB menguasai jalan Phowa yang
mendalam;
བདག་སོགས་ནམ་ཞིག་འཆི་བའི་�ས་�ང་ཚ�།།
DAG SOG NAM ZHIG CHI WEI DÜ JUNG Ketika kehidupan saya dan yang
TSHE lainnya berakhir,
�མ་ཤེས་བདེ་ཆེན་འཕོ་བར་�ིན་�ིས་�ོབས།།
NAM SHE DE CHEN PHO WAR JIN GYÏ Agar kesadaran kami dapat pindah
LOB ke alam Sukhavati!
Dua doa terakhir ini bukanlah bagian dari teks instruksi pada
Hakikat Hati yang Maha Luas 297 dan tidak ditransmisi oleh Rigdzin
Jigme Lingpa, tetapi diturunkan melalui Dzogchen Rinpoche dan Gochen
Rinpoche kepada Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Beliau memiliki
semua silsilah tersebut. Guruku yang mulia juga pernah menurunkannya.
Dodrup Chen Rinpoche sebelumnya juga menerima warisan garis silsilah
Kagyu untuk instruksi phowa yang dapat ditelusuri sampai Gampopa.
Oleh karena itu, dalam kitab doa phowa yang disusun olehnya, ditemukan
beberapa doa yang disusun oleh Gampopa, meski doa-doa tertentu ini
bukanlah termasuk lafalan kebiasaan guruku sendiri. Setidaknya proses
visualisasi dalam tradisi-tradisi yang berbeda ini adalah tepat sama, maka
tidak perlu diragukan arus-arus instruksi tersebut dipersatukan untuk
menjadi satu sungai yang besar. Guruku yang mulia menerima beberapa
kali dari Kyabje Dodrup Chen Rinpoche. Dengan demikian, semua orang
yang menerimanya dari guruku dapat dikatakan juga sudah menerima
instruksi phowa tradisi Kagyu pada waktu yang sama, dan oleh karena itu
diizinkan untuk melafal doa-doa dari silsilah tersebut. Kedua doa ringkas
tersebut di atas kemungkinan adalah disusun oleh Dodrup Chen Ripoche,
297
Kadang disingkat dengan kata Hakikat Hati. Tib. Longchen Nyingtik.
430
mereka hanya berbeda sangat sedikit dari versi-versi lainnya, dan oleh
karena itu saya sudah menyalinnya ketika guruku yang mulia
mengajarkannya.
Pada suatu ketika guruku sedang memberi transmisi tradisi phowa
Namcho dari Palyul. Ketika ia sedang melakukan phowa untuk suatu
kelompok orang, pada pengubahan lafalan “ketika waktu kematian kami
tiba" menjadi “ketika waktu kematian mereka semua ini tiba", sebagian
orang tidak menangkap kata yang diubah , “ ... mereka semua ini (di
nam)”, sehingga sekarang sebagian orang berkata “…. persepsi
kehidupan ini (dir nang) …,“ dan yang lain berkata “.... oleh karena itu
(di ne) ...., yang mana menurut saya keduanya adalah kurang benar.
Ketika anda sudah melatih latihan tersebut berulang kali dan tiba
waktunya untuk mengakhiri sesi anda, segellah ke dalam lima kaya yang
maha luas dengan mengucapkan “Phet!" (ཕཌཿ) 5 kali. Lalu beristirahat di
dalam sifat alami ketenangan hati dengan tidak membuat gagasan apa
pun.
Sesudah itu bayangkan semua guru silsilah di atas kepala anda
melebur ke dalam tiga figur utama; lalu kedua Bodhisattva melebur ke
dalam Amitabha; Amitabha melebur ke dalam cahaya dan lalu melebur
ke dalam diri anda. Dengan segera anda membayangkan diri anda
berubah menjadi Buddha Pelindung Amitayus berwarna merah dengan
satu muka dan dua lengan. Kedua kakinya bersilang dalam postur vajra.
Tangannya beristirahat di dalam postur meditasi sambil memegang vas
yang dipenuhi dengan nektar kebijaksanaan dan kekekalan, dengan pohon
pengabul harapan sebagai tutupnya. Beliau mengenakan tiga belas
macam perhiasan sambhogakaya.
ཨ�་ཨ་མ་ར་ཎི་ཛ�་ཝ�ྟ་ཡེ་�་� �ྰ།།
Om Amarani Jivantiye Svaha
seratus kali atau dharani panjang umur dan mantra lainnya. Hal ini untuk
mencegah jangka waktu hidup anda dipengaruhi oleh latihan dan
melalui kebenaran yang saling bergantungan menghilangkan semua
rintangan yang mengancam. Doa panjang umur di bagian ini tidak
diperlukan jika anda melakukan phowa untuk seseorang yang sedang
sekarat atau orang yang telah mati, ataupun ketika anda melakukannya
pada saat kematian anda sendiri.
431
Tanda-tanda keberhasilan latihan ini diuraikan di dalam teks akar:
432
KESIMPULAN
Instruksi ini berisi dua belas poin utama, di mana enam yang pertama
berhubungan dengan pendahuluan umum atau pendahuluan bagian luar:
298
Pendahuluan untuk "Jalan dan Hasil" latihan tradisi Sakya didasarkan pada ketiga
macam persepsi: persepsi tidak murni, persepsi campuran yang dialami oleh yogi-yogi
melalui latihan, dan persepsi murni.
299
Disingkat dari Hakekat Hati yang Maha Luas, Tib. Longchen Nyingtik.
300
Tib. ngo sprod; Ing. pointing out.
434
tempat yang paling sesuai. Janganlah pergunakan mereka sebagai jendela
untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi pakailah
sebagai cermin untuk memeriksa kesalahan sendiri. Perhatikan dengan
saksama diri anda, apakah anda menemukan kesalahan-kesalahan yang
tersembunyi ini. Jika anda menemukannya, kenali dan buanglah mereka.
Koreksi pikiran anda dan mantapkan pada jalan yang benar. Seperti kata
Atisa:
436
Kata-kata yang baik ini seperti panen yang berlimpah,
Di dalam tanah subur penentuan untuk menjadi bebas dari
samsara,
Benih bodhicitta ditabur dengan saksama,
Dan dipupuk dengan pahala dan purifikasi, untuk menghasilkan
buah pencapaian rohani.
437
Seperti seorang instruktur yang tenang, mengatakan arti yang
benar dengan jelas dengan caranya.
Ini semua adalah asal-muasal dari pekerjaan ini, yang ditulis oleh
seseorang yang diberi nama Orgyen Jigme Chokyi Wangpo 302 oleh
Rigdzin Changchub Dorje, 303 perhiasan mahkota dari ratusan siddha yang
tidak ada taranya. Namun, di balik tambahan dari nama seperti itu,
sebenarnya ia hanyalah Si Abu yang Compang Camping, 304 orang kasar
dengan lima racun yang membara.
Teks ini diselesaikan di tempat retreat Rudam Orgyen Samten
Choling 305 dan lingkungan yang termasuk di dalamnya, di tempat yang
dikenal sebagai Istana Yamantaka yang megah – suatu tempat yang
terhias dengan baik sekali dengan semua kualitas kesunyian, di mana
pohon-pohon merendamkan daun-daun mereka dalam kehangatan alami
sinar matahari, selagi akar mereka meminum tetesan dingin nektar; di
mana semak belukar, cabang dan daun-daun, segala macam bunga dan
301
Salah satu pemegang silsilah utama Longchen Nyingtik.
302
Orgyen Jigme Chokyi Wangpo adalah nama pribadi Patrul Rinpoche.
303
Changchub Dorje (1745-1821), juga dikenal sebagai Jigme Trinle Ozer, adalah Dodrup
Chen Rinpoche yang pertama, salah satu murid utama Jigme Lingpa.
304
Kata-kata untuk merendahkan diri.
305
Vihara Dzogchen.
440
buah-buahan bertebaran dalam hiasan benang emas dan karangan bunga,
menyaring ambroisia dari senyum berseri dari Sang Mentari yang tampak
dari celah di antaranya ketika ia mengalir turun memuaskan hati mereka.
441
DAFTAR PUSTAKA
2. http://padmasambhavagururinpoche.com/wp-
content/uploads/2016/05
Patrul-Rinpoche-Words-Of-My-Perfect-Teacher.pdf
442