Anda di halaman 1dari 16

Sutra 8 Kesadaran Agung

(Ba Da ren Jue Jing)

Oleh
Budiman Rakasidih Soetanto
20.111.001
SUTRA 8 KESADARAN AGUNG
ADALAH SALAH SATU SUTRA YANG TERDAPAT DI DALAM TRIPITAKA SANSEKERTA
YANG SUDAH DITERJEMAHKAN DI INDONESIA.

• Dalam bahasa Mandarin disebut juga Ba Da ren Jue Jing


• Sutra of the Bodhisattva’s eight realizations 
SUTRA 8 KESADARAN AGUNG
 SUTRA ATAU KITAB SUCI INI DIAJARKAN OLEH GURU KITA SAKYAMUNI BUDDHA
KEPADA UMAT AWAM SEBELUM BELIAU MENCAPAI NIRVANA.
 MAKA SUTRA INI DAPAT DIANGGAP SEBAGAI WARISAN BELIAU YANG TERAKHIR. SUTRA
INI MEMILIKI CIRI YANG SAMA DENGAN SUTRA EMPAT PULUH DUA BAGIAN DAN MAHA
PARINIRVANA SUTRA, YANG DIAJARKAN OLEH SANG BUDDHA KHUSUSNYA BAGI PARA
BHIKKHU.
 BENTUK TULISAN SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG INI AGAK BERBEDA DARI SUTRA-
SUTRA LAINNYA. DALAM SUTRA-SUTRA LAIN, BIASANYA KITA DAPATI KATA-KATA:
“DEMIKIANLAH YANG TELAH KUDENGAR” PADA PEMBUKAAN, DAN “SEMUANYA UMAT
BERBAHAGIA DAN PULANG DENGAN HATI GEMBIRA” PADA PENUTUP. TETAPI, SEMUA
UNGKAPAN INI TIDAK DIDAPATI DALAM SUTRA INI.
SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG

•Para siswa Sang Buddha, seharusnya membaca delapan ajaran di bawah ini
siang dan malam dengan tekun dan kesungguhan hati, yang akan membawa
para penganut agama Buddha Mahayana mencapai tingkat Penerangan (bodhi):
• Di Tiongkok, semua kitab suci agama Buddha dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu “Maha” dan “Hina”.
• Sutra Delapan Kesadaran Agung ini milik agama Buddha mazhab Mahayana,
yang artinya sistem besar atau Aliran Utara, yang dianut oleh Tiongkok, Bhutan,
Siklim, Nepal, Mongolia, Jepang, Korea sedangkan agama Buddha selatan ialah
Hinayana, yang artinya Sistem kecil atau Aliran Selatan, dianut oleh Sri Lanka,
Birma, Thailand dan Kampuchea.

• Catatan-catatan sejarah dua orang bhiksu Tiongkok yang terkenal (Fa Hsien
dan Hsuan Chuang) yang dituliskan dalam buku perjalanan mereka ke India,
masing-masing dari tahun 926-645 sesudah masehi, tertulis bahwa disana
terdapat dua macam ajaran yang disebut Mahayana dan Hinayana, dan disana
terdapat vihara-vihara dimana para bhiksu mempelajari salah satu ajaran
tersebut ataupun kedua-duanya.
• Meskipun bermacam-macam mazhab itu berbeda rumusan-rumusan
ajarannya, namun kita dapat dengan mudah menemukan keyakinan-
keyakinan yang sama diantara kesemuanya apabila kita benar-benar sebagai
penganut agama Buddha.
• Keyakinan-keyakinan itu adalah
• Badan jasmani kotor dan menjijikkan
• Sensasi dan perasaan menyakitkan
• Pikiran tidak kekal
• Segala sesuatu saling bergantungan dan tidak memiliki hakekatnya sendiri
• Siklus lahir dan mati tidak pernah berhenti
• Hukum sebab akibat
• Nirvana, kebahagiaan mutlak
SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG
• Diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dari bahasa Sansekerta, oleh
Bhiksu Lokottama (Ancing), seorang Pangeran Persia, pada awal abad
Masehi. Kemudian diberi komentar oleh Bhiksu Pau Ching pada tahun
1932. Terjemahan bahasa Indonesia dibuat oleh Bhiksu Dutavira tahun 1980
di Bogor, disempurnakan kembali pada tahun 1981, dan terakhir tahun 1992
di Jakarta.
• Para siswa Hyang Buddha, seharusnya membaca dan merenungkan
delapan ajaran di bawah ini siang dan malam dengan tekun dan
kesungguhan hati, ajaran tentang delapan cara untuk menjadi
manusia agung, yang akan membawa para penganut agama Buddha
Mahayana mencapai tingkat Pencerahan (bodhi):
DELAPAN KESADARAN AGUNG

Aku yang akan mengikuti Ajaran Buddha


Harus berkonsentrasi dengan sungguh-sungguh pagi dan malam
Dengan tekad dalam hatiku, pada Ajaran Buddha ini
Yang telah diberikan untuk membebaskan kita dari genggaman penderitaan.
 

Inilah hal pertama yang harus diingat:


Di seluruh dunia tidak ada yang abadi. Bahkan bumi bersifat sementara. Tubuh ini adalah
pusat penderitaan dan kekosongan. Semua bagian tubuhku adalah tanpa aku, Bergantung
pada sebab dan oleh karena itu tidak kekal, Selalu berubah, melapuk, dan tidak terkendali.
Harapan akan kekekalan menyebabkan kekecewaan, Menimbulkan kemelekatan yang
membawa pada perbuatan salah. Dengan mengamati dunia dengan pengertian ini,
Inilah hal kedua yang harus kuingat:
Nafsu yang berlebihan hanya menyebabkan aku menderita.
Kelahiran dan kematian, penderitaan dan keletihan semuanya berasal dari
Kemelekatan yang berlebihan pada benda-benda dunia ini.
Namun mengendalikan nafsu dapat memotong akar ketidakbahagiaan,
Membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang.
Inilah hal ketiga yang harus diingat:

Keinginan yang tidak pernah puas terhadap benda-benda dunia ini


Hanya menyebabkan aku menumpuk lebih banyak kepemilikan yang tidak
berguna, Menambah doronganku untuk melakukan kesalahan.
Seorang pencari kebebasan seharusnya melepaskan keinginan
Dan, dengan melihat kesia-siaannya, tumbuh dalam kepuasan.
Dengan menolak perhiasan kecil kehidupan dan mencari Sang Jalan
Aku
 
akan memperhatikan diriku sendiri hanya dengan memperoleh pelepasan.
Inilah hal keempat yang harus diingat:
Kemalasanku membawa pada kehancuranku sendiri.
Aku harus selalu bekerja sekeras yang aku bisa
Karena hanya dengan ini aku dapat menyelesaikan semua masalahku
Dan dengan demikian terbebaskan dari hal-hal yang menggodaku,
Akhirnya lepas menuju Cahaya Tak Terbatas.

Inilah hal kelima yang harus diingat:


Akar-akar ketidakbahagiaan muncul dari ketidaktahuanku.
Aku yang mengikuti Sang Buddha, selalu ingat untuk
Mendengarkan dan membaca untuk mengembangkan pengetahuanku,
Demikian juga untuk menolong orang lain yang menderita, dengan harapan untuk
Membawa semua makhluk menuju pembebasan Nirvana
Dan menyadarkan mereka semua menuju kebahagiaan Pencerahan (Bodhi).
 
Inilah hal keenam yang harus diingat:
Kebencian seringkali disebabkan oleh kemiskinan
Yang membawa pada perselisihan dan lebih jauh lagi
ketidakbahagiaan. Mengikuti teladan Sang Buddha, aku akan
selalu Memperlakukan semua makhluk dengan cinta kasih dan
penghormatan.
Tidak membenci siapa pun, aku akan berdiam dalam
kebahagiaan Serta menolong dan mendorong semua makhluk
menuju
 
Kedamaian .
Inilah hal ketujuh yang harus kuingat:

Nafsu keinginan akan membawa aku pada kesalahan dan penderitaan,


Namun siswa Dharma tidak akan menyeret dirinya sendiri
Dengan bergantung pada kesenangan untuk memberikan dirinya sendiri kebahagiaan
Lebih baik berpikir tentang para bhikshu dengan jubah mereka,
Yang bahagia dan bebas dari sebab penderitaan.
Dengan melihat manfaat yang dibawa oleh Ajaran,
Aku dengan teguh bertekad mencapai Pencerahan,
Menjadi contoh yang lebih baik untuk orang lain,
Dengan harapan agar mereka juga akan memperoleh pembebasan ini.
 
Inilah hal kedelapan yang harus diingat:

Nyala api kehidupan sulit untuk dilepaskan.


Mereka membawa kita pada kesakitan dan menderita tak terbatas.
Demikianlah aku bertekad untuk bangun dari tidurku
Dan, dengan merasakan keprihatinan untuk semua makhluk,
Membangun dalam diriku pengabdian yang kuat
Yang membuat diriku dapat menahan semua kesakitan dengan kesabaran,
Dengan menghindari hal tersebut terjadi pada tetanggaku
Tetapi juga menolong mereka untuk mencapai Kedamaian Sempurna
 
Ini adalah ajaran dasar yang membawa pada pencerahan,
Inilah jalan yang ditempuh oleh para Buddha,
Para Bodhisattva agung dan para siswa Sang Buddha.
Kebenaran yang mereka ingat yang membawa mereka pada pembebasan.
Aku akan mengikuti jalan ini dengan hati-hati, terus-menerus berusaha untuk
Mengembangkan belas kasih dan kebijaksanaan bersama-sama
Untuk membantu aku melepaskan diri menuju pantai seberang
Kemudian, bebas dari penderitaan, aku dapat kembali
Ke alam samsara dengan senang dan gembira,
Membawa kebebasan dan kedamaian kepada semua makhluk.
Pernyataan ini merupakan alat yang akan membantuku untuk tetap ingat.
Untuk mengikuti Ajaran, aku akan selalu
Mengingat kedelapan jalan memandang kehidupan ini,
Memperoleh kebijaksanaan dan kedamaian Nirvana
Karena hanya dengan ini aku akan selalu bebas
Dari lingkaran kelahiran kembali dengan penderitaan dan kesedihannya,
Pada akhirnya dan selamanya menemukan ketenangan.
 DAFTAR PUSTAKA

https://seberkassinardharma.blogspot.com/2012/05/sutra-delapan-
kesadaran-agung.html diakses tanggal 20 September2022 pukul 12.28

Delapan Kesadaran Agung | MAHAYANA DHARMA SCHOOL (mahayana-


dharma-school.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai