Anda di halaman 1dari 3

“Asalha Puja”

  Rabu, 05 Agt 2015 22:15 WIB


 

  6,982x

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Hari Suci Asalha Puja (Pali)/Asadha (Sansekerta), diperingati 2  bulan setelah Hari Raya
Waisak, guna memperingati 3 peristiwa penting :

1. Buddha membabarkan Dhamma pertama kalinya kepada 5 pertapa (Pancavagiya) di Taman


Rusa Isipatana, Sarnath dekat Benares pada tahun 588 S.M.

2.  Buddha bersama Pancavagiya membentuk Ariya Sangha untuk pertama kalinya.

3.  Melengkapi  Tiratana/Triratna dengan terbentuknya Sangha (Buddha, Dhamma, dan


Sangha ).

Hari Suci Asalha Puja tahun 2015 ini jatuh pada tanggal 30 Juli, dan kemudian diikuti sehari
setelahnya, yaitu 31 Juli, merupakan awal masa Vassa bagi para bhikkhu (masa para bhikkhu
melakukan retreat untuk melatih dan membina dirinya selama tiga bulan).

Peristiwa suci Asalha merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat penting, bahkan
mempunyai nilai keramat bagi kemanusiaan. Sebab, dengan terjadinya peristiwa Asalha itulah,
maka sampai saat ini umat Buddha masih dapat mengenal Buddha Dhamma yang merupakan
rahasia hidup & kehidupan ini; Buddha Dhamma yang indah pada awalnya, indah
pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya.

Hari suci Asadha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu :

- Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana.

- Terbentuknya sangha Bhikkhu yang pertama.

- Lengkapnya Tiratana/Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha).

Bagaimana Peristiwa Hari Suci Asalha Puja terjadi?

Buddha menimbang, manusia sangat senang kenikmatan dan menjauhi kesengsaraan, tentu
sulit memahami dhamma yang telah diperoleh-Nya. Brahma Sahampati, penguasa dunia muncul
sambil merangkap kedua tangannya memohon Buddha agar mengajarkan dhamma dan berkata
“Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debut pada matanya yang akan tertolong dengan
mempelajari dhamma, menyadarkan mereka yang selama ini menganut ajaran keliru.”

Terdorong oleh kasih sayang, Buddha mengamati dunia melihat pelbagai tingkatan pembawaan
dan kemampuan para makhluk, lalu berkata “Terbukalah pintu menuju kekekalan, hendaknya
mereka yang dapat mendengar, menjawabnya dengan keyakinan” (Vin.I, 4-7).

Buddha merencanakan mengajar dan mempertimbangkan prioritas agar orang yang


dibimbingNya berhasil mencapai kesempurnaan dalam waktu singkat. Calon yang cocok adalah
Alara Kalama dan Uddaka (mantan guru Buddha), namun mereka telah meninggal.  Kemudian
Buddha memilih kelima pertapa teman-Nya dulu di Taman Rusa Isipatana.

Kelima teman seperjuangan petapa pada mulanya tidak percaya kalau Siddhatta telah mencapai
penerangan sempurna. Setelah mendengar hal-hal baru yang tidak pernah mereka ketahui
sebelumnya, mereka mau menerima petunjuk dari Buddha.  Khotbah yang pertama inilah
dinamakan Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana-sutta).

Buddha memberikan wejangan dengan:

1. Memberi petunjuk agar menghindari hal yang ekstrem seperti memanjakan diri, mengumbar
nafsu dan menyiksa diri.

2. Menggunakan jalan tengah (Majjhima-patipada) yakni memperhatikan keseimbangan yang


memberi ketenteraman dan menghasilkan pandangan terang.

3. Memahami Empat Kebenaran Mulia : memahami duka, asal mula duka, lenyapnya duka dan
jalan melenyapkan duka.

4. Memahami prinsip jalan tengah yang disebut juga Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Terbentuknya Sangha pertama kalinya di dalam Agama Buddha

Kondanna yang pertama kali berhasil menjadi Sotapanna, mendapat julukan Annata-Kondanna,
yang artinya telah mengerti dhamma, kemudian memohon kepada Buddha untuk ditahbiskan
menjadi bhikkhu. Berturut-turut, Vappa dan Bhaddiya menyusul Mahanama dan Assaji  setelah
mempelajari khotbah dhamma berikutnya, mereka berhasil mencapai Arahat.

Selanjutnya, bersama dengan Pancavagiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Sangha


Monastik atau Ariya Sangha Bhikkhu (Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama tahun
588 Sebelum Masehi .
Manfaat Hari Suci AsalhaPuja bagi Semua makhluk

Bagi seorang dhammaduta, perlu memiliki semangat misioner sebagaimana Buddha katakan
kepada 60 siswa yang berhasil menjadi Arahat untuk membabarkan dhamma. “Pergilah
mengembara demi kebaikan orang banyak,  membawa kebahagiaan bagi orang banyak atas
dasar kasih sayang terhadap dunia, untuk kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan para
dewa dan manusia.”

Selain itu seorang dhammaduta dapat membabarkan dhamma dan mengajak umat untuk
menguji dhamma sendiri sejalan dengan tradisi atau latar belakang seseorang terhadap ilmu
pengetahuan modern tanpa keinginan mendapat pengikut atau mengubah keyakinan yang
sudah dianut seseorang, berbagi pengalaman cara  mengatasi penderitaan hidup, meluruskan
pandangan yang salah, membersihkan noda pikiran/batin,  meninggalkan hal-hal yang buruk
atau menyedihkan, berusaha untuk bangkit serta bersemangat hingga mencapai sukses
kembali, mencapai pencerahan dan kebahagiaan.

Bagi seorang perumah tangga atau awam  dapat belajar dhamma, mempraktikkan dhamma
(ehipassiko) dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari agar menjadi  umat Buddha yang cer-
das,  sejahtera,  bijaksana, bahagia dan memberikan manfaat kepada orang lain.

Belajar ajaran Buddha memiliki beberapa aspek yaitu: Mengetahui atau mengingat (pariyatti), 
melaksanakan (paripatti) dan mencapai  penembusan (pativedha).

Ibarat seorang penderita sakit, yang tidak bisa sembuh apabila hanya mengetahui, mengingat
dan mengucapkan resep-resepnya tanpa membeli obat dan meminumnya. Demikian halnya
dengan belajar Buddha dhamma, kita perlu menguji kebenaran dhamma dari  Empat Jalan Mulia
dan Jalan Tengah Beruas Delapan ke dalam problem kehidupan kita sehari-hari.

Proses dan pengalaman mempraktikkan dhamma serta memperoleh hasilnya  itulah yang 
nantinya yang akan menguji dan menambah keyakinan kita terhadap Buddha dhamma serta
memberikan kebijaksanaan kepada kita untuk menjadi orang yang lebih tabah, lebih baik, lebih
simpati, lebih welas asih, lebih sadar, lebih cerdas, lebih sejahtera dan lebih berbahagia.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga semua makhluk turut berbahagia

Anda mungkin juga menyukai