Anda di halaman 1dari 4

CATTARI ARIYA SACCA

Cattari ariya saccani merupakan kotbah (sutta) yang pertama kali yang termuat dalam
kelompok besar ajaran tentang pemutaran roda dhama (dhammacakkha pavatana sutta).
kotbah ini dibabarkan kepada 5 siswa pertama Buddha. Setelah kotbah tersebut dibabarkan
disebarluaskan oleh Buddha sendiri dan lima siswanya, dari 6 orang suci berkembang
menjadi 60 dhamma duta hinga sekarang kita masih mengenal ajaran tersebut . Kalimat
Cattari Ariya saccani berasal dari Vohāra Pāli bhasam yang diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia. Kata “cattari “ berarti catur artinya 4, Ariya berarti tinggi,mulia dan sacca
kebenaran. Maka jika kata tersebut digabungkan akan memiliki makna 4 kebenaran mulia,
kebenaran tinggi dan bersifat hakiki. Apakah kebenaran mulia itu dan mengapa disebut
kebenaran mulia, dan apakah keempat kebenaran tersebut?.

Kebenaran mulia adalah kebenaran yang absolute, sangat nyata , halus dan dalam,
tidak terbantahkan lagi dengan konsep apaun di dunia ini . jika seseorang berusaha
memungkirinya ataupun mengakuinya dengan sudut pandang yang mereka miliki , kebenaran
tersebut tetap ada karena kebenaran tersebut merupakan kebenaran sejati absolute truth.
Dia dikatakan kebenaran mulia karena merupakan sifat sejati dari kehidupan di dunia ini,
banyak orang berpandangan hakikat kebenaran hidup di dunia ini dengan konsep masing-
masing namun dalam hal kebenaran ajaran Buddha lah yang mampu menembus kebenaran
sejati tersebut karena ajaran Buddha mengarahkan semua mahluk untuk memandang segala
sesuatu dengan apa adanya dan bersifat realistis , bukan dengan konsep pikiran awam yang
menggunakan logika kasar tanpa penyelidikan mendalam.keempat kebenaran tersebut adalah

1.Dukkha Sacca (Penderitaan)

2.Dukkha Samudaya Sacca (Penyebab penderitaan)

3.Dukkha nirodha Sacca (Lenyapnya akarpenderitaan)

4.Dukkha niroda magga sacca (Cara atau jalan untuk melenyapkan penderitaan)

Uraian Sutta yang terdapat dalam scripture tipitaka pali tersebut dapat diartikan,
digubah dalam berbagai bahasa dan sesuai pengetahuan, pemahaman dan perenungan
masing-masing penganut ajaran Buddha. Para penganut ajaran Buddha berusaha memahami
dengan sudut pandang sendiri-sendiri sesuai pemahaman atau komentar yang mereka miliki
bahkan satu orang dengan yang lain memiliki perbedaan yang relatif. Kendati demikian

1
sumber tetap merujuk pada tipitaka pali itu sendiri. Dalam hal ini Kami memiliki
kesepahaman dengan Venerable Luang Phor Cah, Seorang bhikkhu terpelajar berkebangsaan
Thailand yang sangat akrab dipanggil Ajahn Cah. Luang phor cah merupakan bhikkhu yang
sangat terkenal dan dihormati oleh kalangan umat Buddha. Beliau selain belajar dari teks
tipitaka pali beliau juga mempraktekan langsung instruksi-instruksi dalam sutta-sutta
Buddha , selain itu beliau merupakan seorang tokoh praktisi meditasi yang sangat
dikenal.Karya-karya beliau pun dapat diterima dan memiliki bobot nilai edukatif yang bisa
diterima oleh semua kalangan, baik kalangan kaum akademik maupun kalangan biasa. Maka
tidak dapat diragukan lagi bahwa karya-karya beliau dapat dijadikan sebagai acuan dalam
mempelajari sutta-sutta Buddha sebagai bentuk aplikasi praktek dhamma dalam kehidupan
sehari-hari.

Berikut ini komentar Luang Phor Cah berkenaan dengan Cattari ariya saccani yang
termuat dalm buku yang berjudul ”Hidup Sesuai Dhamma”.

a)Dukkha sacca

Dukkha dapat diartikan sebagai penderitaan, dan kata sacca diartikan sebagai
kebenaran dalam hal ini sebagai konteks pembahasan adalah kebenaaran hidup ini adalah
penderitaan. Apa penderitaan itu bagaimana bentuk penderitaan itu,dan siapa yang
mengalami penderitaan, dan mengapa menderita?.Penderitaan sangat luas jika dikaji secara
luas namun secara harfiah penderitaan dapat disebut sebagai sesuatu yang yang tidak
menyenangkan,tidak memuaskan,tiada kebahagiaan.Tentu mahluk yang belum mencapai
kesucian tidak akan bebas dari penderitaan. Hal-hal tersebut sangat terlihat jelas ketika kita
mengalami sendiri dalam bentuk sedih,tangis,gelisah,rasa tidak puas nyaman dan segala
sesuatu yang tidak menyenangkan hati,bahkan apa yang dikatakan kesenangan dan
kebahagiaan duniawi merupakan bentuk lain dari pada penderitaan itu sendiri namun bersifat
halus sehingga banyak orang keliru memandang dengan sudut pandang
individualismenya.Dari bentuk-bentuk penderitaan tersebut dapat diperinci menjadi dua
kategori yaitu penderitaan biasa dan penderitaan tidak biasa. Penderitaan biasa adalah
penderitaan yang memang bersifat umum yaitu segala sesuatu yang berkondisi seperti yang
saya katakana di atas seperti rasa, sakit, pikiran tidak nyaman,marah dan tidak puas terkondisi
oleh apa? tentu terkondis oleh tiga karakteristik umum yaitu anicca, dukkha, dan
anatta .Namun kendati demikian banyak mahluk yang menolak kenyataan tersebut maka

2
timbulah penderitaan yang selalu menyertai kehidupannya.Penderitaan ini merupakan
penderitaan alamiah yang berasal dari dalam atau batiniah.

Penderitaan yang ke dua adalah penderitaan yang masuk dari luar diri seseorang atau
tidak biasa .Dia dikatakan sebagai penderitaan tidak biasa Karen tidak hanya sekedar dari
rasa sakit, namunsebuah rangkaian proses panjang dari segala bentuk perubahan misalkan
lahir sebagai mahluk menderita, mengalami usia tua, pelapukan dan berakhir dengan
kematian. Sangat sulit sekali untuk dapat menembus pemahaman terhadap hal-hal tersebut,
maka banyak mahluk yang mau menerima kenyataan dari hakikat hidup. Sebagai contoh jika
kita sakit pasti merasa tidak nyaman dan ingin segera sembuh dari rasa sakit, selain itu timbul
pikiran negative seperti ketakutan kecemasan jika rasa sakit tersebut membawa pada
kematian akhirnya dari keinginan tersebut muncul penolakan yang menimbulkan penderitaan
baru. Namun jika kita mau berpikir realistis sesuai ajaran Buddha maka kitra harus berpikr
bahwa sakit adalah suatu kewajaran.bentuk kewajaran itu adalah bahwa sakit jika memang
harus sembuh akan sembuh, namun jika harus mati maka akan mati.Dengan memandang
segala sesuatu dengan realitas sejati itulah maka seseorang menjadi dewasa.

b) Dukkha Samudaya Sacca (Penyebab penderitaan)

Penyebab dari penderitaan sesungguhnya adalah kekotoran batin kita sendiri, yang
menganggap segala kesenangan adalah kekal,melekat pada hal-hal yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan,kita merasa memiliki segala sesuatu yang ada didepan mata kita sebagai
ini miliku, ini punyaku serta aku, aku dan aku yang lainnya. Namun seiring dengan
perubahan waktu yang terjadi segala sesuatu tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan .Contohnya kita ingin senang dan bahagia namun kenyataannya selalu penderitaan
yang menang,kita inginselalu hidup tentram namun terusik oleh hal-hal diluar diri kita, kita
tidak ingin mati, dan masih banyak keinginan-keinginan dalam pikiran yang ingin
dikabulkan.Tapi kenyataannya hal itu tak selalu terwujud penderitaanlah yang selalu menang
dan mengambil alih segala bentuk-bentuk keinginan. Dikatakan dealam suatu sutta bahwa
manusia mati dan lahir kembali terus menerus membawa keinginan di pikirannya dalam
proses daur ulang kehidupan.Maka hal itulah yang menyebabkan penderitaan tidak pernah
berakhir.

c)Dukkha nirodha Sacca (Lenyapnya akar penderitaan)

3
Untuk melenyapkan akar dari penderitaan itu sendiri kita terlebih dahulu harus
mengerti,memahami dan mengetahi dari hakikat penderitaan itu sendiri. Bagaimana cara
memahaminya ? satu-satunya cara adalah dengan mengetahui dan mempraktekan dhamma
atau ajaran kebenaran yang mutlak. Kita dapat mempraktikan dhamma dengan cara
memahami segaala fenomena yang ada dari waktu ke waktu. Sebagai contohnya kita
berusaha memahami bagaimana proses kerja hukum alam, bagaimana pola pikir yang benar
dalam menilai segala sesuatu di dunia ini.Tentu hal ini tidak dapat dilakukan dengan logika
pemikiran biasa namun dengan perenungan yang mendalam,dan melihat dengan cara
pandangan terang langsung keakar dari segala sesuatu yang berlangsung saat itu juga. Atau
dapat kita katakana sebagai sammadhi Vipassana bhavana.Pandangan terang sangatlah
penting karena dengan pandangan terang sifat sejati dari segala bentuk kondisi yang
berlangsung dapat dimengerti oleh batin. Maka dengan melihat kenyataan sebagai apa adanya
dapat memberikan pengertian benar yang dapat melenyapkan segala akar dari
penderitaan,sebagai akibatnya sang pengelihat tersebut batinnya menjadi dewasa
berkembang dan bisa menerima kenyataan. Dia mulai melepaskan cengkraman yang ada
dalam pikirannya, penderitaan pun tidak bisa menembus batinya lagi. Demikianlah yang
disebut penembusan oleh pandangan terang yang membawa mahluk dalam pembebasan dari
penderitaan.

4.Dukkha niroda magga sacca (Cara atau jalan untuk melenyapkan penderitaan)

Bagian yang terakhir adalah jalan untuk melenyapkan penderitaan.Mengapa jalan atau
cara ini berada di paling akhir bukankah jika kita ingin menuju suatu tempat kita harus
mengetahui jalan dulu. Dalam bukunya, Luang phor cah memberikan perumpamaan jika ada
buah cobalah yang katanya enak manis cicipilah buah itu ketahuilah buah itu dan ingat
sampai anda dirumah jangan hanya memikirkan pendapat orang bahwa buah tersebut manis
namun kita tak mau mencoba karena dengan mencoba kita tau sifat,dan rasa buah itu
sesungguhnya. Begitu pula dengan Dhamma jika kita hanya terpaku pada pendapat bhikkhu
itu,bhikkhu anu,orang anu kita tidak tahu apa yang sebenarnya . Namun jika kita
membuktikan sendiri maka kita merasakan apa yangt terjadi di situ dan kita tau bagaimana
mencapai hal-hal tersebut yaitu pengetahuan jalan pembebasan.

Anda mungkin juga menyukai