Bhikkhu Senior
Catatan
Kita sebenarnya
tidak ada diri.
Kita hanyalah
fenomena alam
1
Thai; tua-roo dalam konteks ini adalah (1) hukum alam yang
menunjukkan kondisi untuk mengenali/mengetahui, tidak
terdapat badan, tidak berbentuk, tidak ada figur, demikianlah
itu. (2) elemen kesadaran atau pikiran kesadaran (Viňňāṇa-dhātu)
Pikiran kesadaran menunjukkan fungsi dari investigasi (santīraṇa)
menentukan (votthapana) dan mendaftar (tadārammaṇa)
2
Thai;pu-roo dalam konteks ini pikiran yang terdiri dari perhatian
(sati) dan kejernihan kesadaran (sampajaňňa) dan ketika itu
dipisahkan dari semua objek merasakan (Ārammaṇa) dan
tidak dicampur menjadi homogeny dengan badan itu akan
mengalami tingkat menjadi netral. Dengan alam, fungsinya
tidak untuk berpikir tetapi untuk merasakan objek demikian
adanya. Contoh ketika badan bergerak, terdapat pikiran atau
pu-roo yang melihat pergerakan jadi yang berarti pergerakan
menjadi satu bagian dan pu-roo menjadi bagian lainnya.
Kita berasal
dari kekosongan
tetapi kita
mengandalkan benda
yang eksis sementara.
3
Kebenaran Konvensional (Sammuti-sacca) disebut juga
kebenaran yang biasa diterima secara umum.
4
Vatta : lingkaran ekistensi siklus kelahiran kembali
5
Rūpa : zat, bentuk, tubuh
6
Nāma: pikiran & kekuatan mental
7
Dikondisikan melewati mata, objek yang terlihat, cahaya &
yang menjadi pusat, kesadaran mata muncul.
8
Dikondisikan melewati telinga, objek yang terdengar, bagian
telinga & yang menjadi pusat, kesadaran telinga muncul.
Ketidaktahuan (Avijjā)
dari pikiran sama dengan
bayangan dari pikiran dan
bayangan dari pikiran
adalah 5 kelompok
pembentuk kehidupan.
9
Dua aspek Nibbāna adalah: (1) Kehilangan kekotoran penuh
(kilesa-parinibbāna), juga disebut sa-upādisesa-nibbāna.
Nibbāna dengan kelompok-kelompok eksistensi yang masih
tersisa. Ini terjadi pada pencapaian arahat, atau kesucian
sempurna. (2) Kepunahan sepenuhnya dari eksistensi (khandha-
parinibbāna), juga disebut an-upādi-sesa- parinibbāna.Nibbāna
tanpa kelompok-kelompok yang tersisa, dengan kata lain, datang
untuk beristirahat, atau lebih tepatnya ‘tidak-lagi-berlanjut’
dari proses eksistensi fisik-mental. Ini terjadi pada saat kematian
para arahat.
10
Keinginan untuk terus terlahir menjadi (Bhava-taṇhā)
11
Keinginan untuk pemusnahan diri (Vibhava-taṇhā)
13
Ada dua dhamma, hal-hal, status; Fenomena - (1) Lokiya-
dhamma: keadaan duniawi adalah semua kondisi kesadaran
dan faktor-faktor mental yang muncul di duniawi, juga di
dalam Yang Mulia - yang tidak terkait dengan keadaan sejati
dan hasil sotāpatti, dll. (2) Lokuttara-dhamma: keadaan sejati
adalah kebenaran yang berada di atas empat jalan kebenaran
(magga), empat buah kebenaran (phala) dan kondisi terbebas
(Nibbāna).
14
Tathatā: (1) keserupaan, menunjuk pada sifat tetap yang
kokoh (bhāva) dari segala sesuatu. (2) Ketika dunia dipandang
sebagai śūnya, kosong, ia digenggam dalam sifatnya. (3) Dalam
hal yang sangat awal, hal itu sendiri memiliki sifat-sifat yang
luhur. Ini mewujudkan kebijaksanaan tertinggi yang bersinar
di seluruh dunia, ia memiliki pengetahuan sejati dan pikiran
yang beristirahat hanya dalam dirinya sendiri. Ini adalah
abadi, bahagia, diri sendiri dan kesederhanaan paling murni;
itu menyegarkan, tak berubah, terbebas ...
16
(1) kemampuan atau intuisi untuk memiliki wawasan
oleh kekuatan yang merupakan hasil dari meditasi dan
pengembangan wawasan. (2)sinonim dari Pāňňā tetapi
digunakan dalam arti tertentu, yaitu kebijaksanaan yang
menuntun untuk melihat hal-hal atau setiap materi sebagai
benar-benar menjadi bagian dari mereka.
17
Tindakan mengetahui, melihat, mendengar, dan mengingat
adalah karya Saňňā-khanda.
PhraAjahnChanonChayanantho