Anda di halaman 1dari 4

YOGA DARSANA

KAIWALYA: terbebasnya purusa dari penderitaan


Yoga Darsana termasuk salah satu dari sad Darsana yang mengakui
otoritas Weda sebagai sumber dari segala sumber. Sejak dulu, yoga sudah
dikenal sebagai metode yang ampuh untuk menyelaraskan kembqali tubuh,
pikiran dan jiwa manusia. Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan
penyatuan roh pribadi (atma) dengan roh tertinggi (paramatman), serta melalui
diskriminasi yang benar antara purusa dan prakrti. Yoga sebagai suatu cara
untuk mengontrol pikiran, agar kesadaran yang biasa berubah menjadi
kesadaran luar biasa, sebagai bukti bahwa orang telah mendapatkan
pengamatan mistis. Yoga telah dikenal sebelum datangnya bangsa Arya yang
membawa pustaka Reg Weda ke Tanah India (Hindustan).
Kemudian, Maharsi Pantanjali yang hidup pada abd ke-5M,
nengumpulkan dan mensistematisasikan ajaran-ajaran yoga. Melalui praktek
yogana, yang mencapai taraf tinggi, beliau menulis kitab yang dikenal dengan
nama Patanjali Yoga Sutra. Maharsui Patanjali dipandang sebagai tokoh yang
memberi dasar filsafat pada filsafat yoga (Yoga Darsana). Yoga Sutra sebagai
hasil karya Maharsi Patanjali mengajarkan bagaimana mengembangkan
kesadaran individu menuju kesadaran universal.
Inti Ajaran Yoga Darsana
Secara metafisika Yoga Darsana sangat dekat dengan Samkhya Darsana.
Ini dikarenakan, Yoga Darsana menerima 25 prinsip (tattwa) yang diajarkan
dalam Samkhya. Ke-25 prinsip itu adalah: purusa, prakrti, mahat/buddhi,
ahamkara, manas, 5 jnanendriya, 5 karmendriya, 5 tanmatra, dan 5 mahabutha.
Hanya saja mahat/buddhi, ahamkara dan manas dalam yoga digabung diganti
dengan istilah citta.
Citta yang terdiri dari mahat/buddhi, ahamkara dan manas disebut
sebagai antahkarana (alat batin). Yoga Darsana lebih praktis daripada sistem
filsafat Samkhya. Yoga dipandang sebagai penerapan atau praktek dari filsafat
Samkhya. Berbeda dengan Samknya yang lebih banyak berteori, Yoga lebih
mengedepankan praktek-praktek melalui Astangga Yoga. Astangga Yoga terdiri
dari 8 (delapan) bagian, yaitu: (1) yama (pantangan); (2) niyama (ketaatan); (3)
asana (sikap badan); (4) pranayama (pernafasan); (5) pratyahara (pengendalian
indriya); (6) dharana (konsentrasi); (7) dhyana (meditasi); dan (8) samadhi
(transenden).

Lebih lanjut Maharsi Patanjali menjelaskan yama dan niyama adalah


landasan etis dan moral bagi penekun yoga. Yama berarti menghindari
kekerasan (ahimsa), mantap dalam kejujuran dan kebenaran (satya), tidak
menginginkan milik orang lain (asteya), hidup dalam kesucian (brahmacarya),
dan tidak tamak (aparigraha).
Sedangkan niyama berarti menjaga kebersihan dan kesucian (sauca),
merasa puas dengan apa adanya (santosa), hidup sederhana (tapa), belajar ilmu
pengetahuan suci (swadhyaya), dan menyerahkan segalanya pada Tuhan (Iswra
Pranidhana). Asana berarti sikap yang nyaman dalam postur yoga bertujuan
untuk menjaga pikiran agar tidak terganggu. Setiap postur dalam yoga memberi
3 (tiga) efek sekaligus, yaitu terhadap fisiki, mental dan prana. Pranayaman,
menyadari proses pernafasan, merasakan keluar masuknya nafas, bertujun
untuk mengontrol pikiran.
Pratyahara, penarikan indera dari objek-objek luar, bertujuan untuk
memusatkan pikiran. Dhyana, meditasi memusatkan pikiran dan
dipertahankan agar tidak beralih kemana-mana. Samadhi, kondisi puncak dari
proses pemusatan pokiran. Suatu keadaan ekstase dimana segala hubungan
dengan dunia luar diputuskan. Dharana, Dhyana, dan Samadhi, ketiganya
inilah yang disebut Samyana bagian yoga yang tertinggi.
Konsepsi Citta
Konsepsi yang paling penting dalam sistem yoga adalah citta. Seperti
dijelaskan di atas, citta adalah gabungan dari manas/buddhi, ahamkara, dan
manas. Menurut sistem ini, yoga berfungsi untuk mencapai cittawrttinirodha
(mengistirahatkan pikiran dari proses kerjanya, yaitu berpikir. Tujuan dari
sistem yoga ini aalah mengembalikan citta dalam keadaannya semula, yang
murni tanpa perubahan, sehingga dengan demikian purusa dibebaskan dari
penderitaan.
Dalam sistem ini dijelaskan 5 (lima) keadaan pikiran yang dipengaruhi
oleh intensitas triguna (sattwam, rajas, tamas), yaitu: (1) ksipta, pikiran
didominasi oleh rajas, mengembara, berkeliaran diantara objek-objek duniawi;
(2) Mudha, pikiran didominasi oleh tamas, lamban, malas, tertidur, dan tidak
berdaya; (3) Wiksipta, pikiran dipengaruhi oleh sattwam dan rajas, masih dalam
keadaan goyang antara meditasi dan obyektivitas; (4) Ekagra, pikiran
didominasi oleh sattwam dalam keadaan meditasi (terpusat); dan (5) Niruddha,
pikiran terhenti, berhenti dari kerjanya berpikir.
Menurut Maharsi Patanjali, orang yang tidak memiliki pengetahuan
yang benar, pikirannya akan diserang oleh 5 (lima) sumber penderitaan (klesa),
yaitu: awidya (kegelapan), asmita (keakuan), raga (keinginan), dwesa

(kebencian), dan abhiniwesa (keduniawian). Walaupun klesa ini tidak dapat


dilenyapkan, tetapi dengan melaksanakan disiplin yoga intensitas klesa ini
dapat dikurangi seminimal mungkin.
Sistem filsafat yoga benar-benar praktis, langsung membahas hakikat
pikiran, modifikasi-modifikasinya, pertumbuhan, gangguan-gangguan dan
metode untuk mencapai tujuan hidup tertinggi, yaitu pembebasan (kaiwalya).
Orang yang terbiasa mengendalikan pikiran adalah orang yang paling
berbahagia hidup di dunia ini.
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Pikiran selalu bersifat
dualistik yang pada dasarnya merupakan sumber dari segala konflik yang
terjadi dalam diri setiap manusia. Dualitas yang paling mendasar adalah
dualitas antara aku dan bukan aku (subjek dan objek).
Bila seseorang mengulangi sebuah pikiran, ia akan dengan mudah
mengulangi getaran pikiran yang serupa. Makin sering seseorang mengulangulangi sebuah pikiran, semakin kuat pula kemungkinannya untuk bergetar
kembali. Sesudah banyak mengulangi, maka akan timbul kecenderungan dan
zat badan mental yang dengan otomatis mengulangi getarannya sendiri. Jadi
dengan pikiran, dapat dibentuk kebiasaan apa saja yang dipilih. Tak ada
kebajikan yang tidak dapat diciptakan dengan pikiran. Daya-daya alam bekerja
bersama manusia, apabila manusia memahami bagaimana menggunakannya
dan daya-daya tersebut akan menjadi pelayannya.
Pikiran bisa dikatakan tanpa substansi hanya dalam konteks jika
pikiran tidak memiliki karakteristik atau hal yang dipikirkan. Akan tetapi,
pikiran tidak bisa dikatakan sebaga yang tanpa materi dalam konteksnya
sebagai Brahman yang merupakan roh murni. Pikiran jug adalah material, zat
yang halus.
Dalam bahasa Indonesia pkiran dipakai untuk menerjemahkan 2 (dua)
kata Inggris, yaitu mind dan thoughts. Ibarat sungai, mind adalah aliran air dan
thoughts airnya. Aliran air menciptakan sungai, begitu pula thoughts
sebagaimana sungai, bukan sekedar air. Seperti apa adanya thoughts begitu
pula adanya mind, dan seperti apa adanya mind seperti itulah adanya manusia.
Jadi manusia tidak dapat tirubah tanpa merubah mind-nya dan mind tidak
dapat dirubah apabila thoughts tidak berubah. Thoughts inilah yang dapat
dirbah emnjadi jernih, murni dengan disiplin yoga.
Manfaat Praktek Yoga
Sekarang banyak bermunculan kelompok atau perguruan yoga. Ini
menandakan yoga semakin diminati dan dirasa sudah menjadi kebutuhan
hidup. Namun, yang paling dibutuhkan orang adalah praktek yoga untuk terapi,

untuk menyamankan fisik, mental-emosional, untk kesehatan secara umum.


Maka, yang lebih berperan adalah tahapan aana (postur yoga), dan pranayama
(pernafasan). Jadi bukan yoga seutunya yang terdiri dari 8 (delapan) bagian.
Inilah yang kemudian disebut sebagai yoga. Praktek yoga sering
disamakan dengan senam. Memang anggapan ini tidak sepenuhnya salah,
karena yiga adalah induk atau sumber dari senam, beladiri, tari-tarian, musik,
nyanyian bahkan seni bercita dan penyembuhan.
Maharsi Patanjali dalam bukunya Yoga Sutra, mengatakan bagaikan
bayangan bulan dalam air yang tenang, demikianlah Tuhan akan
menampakkan diriNya bagi praktisi yoga. Yang sebaiknya dilakukan setiap
waktu adalah membuat permukaan air supaya tenang dengan melaksanakan
disiplin yoga.
Yoga adalah keterampilan spiritual, karena yang diberdayakan bukan
hanya fisik saja, tetapi juga jiwa. Secara horizontal, yoga menyatukan tubuh,
pikiran, dan jiwa (sthula sarira, lingga sarira, dan jiwatman) dalam keselaran
alami. Secara vertikal menyatukan kesadaran diri dengan kesadaran kosmis
(atman dengan paramatman).
Yoga mengajarkan 2 (dua) disiplin praktek, yaitu disiplin gerak dan
disiplin diam. Disiplin gerak (asana) bermanfaat menguatkan fisik,
menghilangkan kekakuan sendi otot, serta mengontrol kesehatan saraf dan
kelenjar tubuh. Disiplin gerak ini apabila dilakukan secara benar dan teratur di
bawah bimbingan guru, dapat membantu keseimbangan energi, kebugaran
tubuh, penting untuk peremajaan sel-sel tubuh yang membuat para praktisi
yoga tampil ceria, tanpa beban, dan lebih muda dari usianya.
Dalam disiplin diam, yoga memberikan manfaat relaksasi, ketenangan,
kemurnian pikiran, rasa percaya diri dan berkembangnya intuisi. Semuanya
dapat diraih melalui keyakinan dan ketekunan melaksanakan praktek yoga.
Manfaat praktek yang paling diharapkan oleh praktisi pemula adalah tubuh
sehat, padahal tujuan yoga pada awalnya adalah terbebasnya jiwa (purusa) dari
penderitaan (kaiwalya).

Anda mungkin juga menyukai