Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok 9

Nama Kelompok :

- Sanny Kharisma
- M Habib Habyallah A H
- Reynaldi
- Qarim

A. Mistisisme Agama Hindu

Mistisisme berhubungan dengan agama Hindu misalnya saja pada salah satu kitab agama hindu
yaitu kitab-kitab Brahmana. Dalam periode di kitab ini, orang mengundurkan diri ke dalam rimbah
otmatis ada kitab-kitabnya yang tersendiri. Kitab-kitab Brahmana yang tersendiri itu di sebut kitab-
kitab rimba yaitu aranyaka (hutan rimba). Isi kitab-kitab rimba itu ialah ajaran rahasia yang bersifat
mistik dan magic yang di anggap begitu berbahaya sehingga orang tidak boleh membacanya di tempat-
tempat yang didiami orang., melainkan hanya dalam kesunyian rimba. Selain itu berbicara tentang
mistisisme hindu, tentu saja pertama-tama kita berhadapan dengan pengalaman Yoga. Pengalaman
Yoga bukan saja merupakan bagian dari agama hindu klasik, tetapi juga periode modern dan masa kini.
Yoga bukan hanya menjadi bagian dari salah satu aliran kerohanian India, melainkan dari seluruh
pengalaman hindu dalam bentuknya yang beragam.pengalaman Yoga yang khas, yang di bedakan dari
jenis-jenisnya yang tampak dalam mistisisme hindu. Puncak dari semua meditasi dan disiplin Yoga
adalah apa yang di sebut sebagai Samadhi, yang berarti kosentrasi penuh dari budi, suatu penyerapan
total. Tujuan akhir Yoga adalah memisahkan roh dari materi dan hal ini merupakan kebahagian terakhir.
Keselamatan berarti lepasnya jiwa secara definitif dari materi dan kembali ke keadaan kebebasan,
imortalitas, kedamaian, yang merupakan kebahagian sempurna sendiri.

Jenis mistisisme hindu yang kedua, yang cukup tersebar luas didalam maupun diluar India,
adalah mistisisme nondualis. Jenis ini sudah menemukan jenisnya di dalam kitab-kitab upanishad.
Pengalaman ini bukanlah kesadaran kosmis, tetapi justru kebalikan darinya. Pengalaman ini akan
kesatuan yang mutlak mengecualikan adanya pluralitas, ketegaran roh untuk tidak sama sekali
berurusan dengan materi, dalam hal waktu sejak kekal, dalam hal ruang tak ada tempat, . makna sentral
dari mistisisme nondualis ialah apabila orang mencapai taraf itu, Ia akan menyadari bahwa
sesungguhnya ia sendiri adalah yang mutlak. Kenyataan adalah satu secara mutlak, maka apapun yang
tampaknya lain daripada yang tunggal sesungguhnya tidak nyata.

Jenis mistisisme hindu yang ketiga bersifat teistis. Pengalaman dari jenis ini tersusun atas dasar
cinta dari persatuan dengan Tuhan. Jiwa yang sudah di bebaskan dari hal-hal yang bersifat material,
mental dan afektif, akan di persatukan dengan Tuhan dalam cinta.
A. Mistisime Budhisme

Ajaran agama Budha yang paling pokok terdapat dalam Triratna yang bermakna tiga permata
adalah tiga buah pengakuan dari setiap penganut agama Buddha, seperti halnya dengan credo di dalam
agama Kristen atau syahadat di dalam agama Islam.

Tiga Pengakuan (Triratna) di dalam agama Buddha itu berbunyi:

(1). Buddham saranam gacchami (Saya berlindung di dalam Buddha)

(2). Dhamman saranam gacchami (Saya berlindung di dalam Dhamma)

(3). Sangham saranam dacchami (Saya berlindung di dalam Sangha)

Secara garis besar ajaran agama Buddha dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok,
yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Ajaran tentang Buddha menekankan pada bagaimana umat
Buddha memandang sang Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha dan asas rohani yang dapat
dicapai oleh setiap makhluk hidup. Pada perkembangan selanjutnya ajaran tentang Buddha ini berkaitan
dengan masalah ketuhanan yang menjadi salah satu ciri ajaran semua agama.

Ajaran tentang dharma banyak membicarakan tentang masalah-masalah yang dihadapi


manusia dalam hidupnya, baik yang berkaitan dengan ciri manusia sendiri maupun hubungannya
dengan apa yang disebut Tuhan dan alam semesta dengan segala isinya. Ajaran tentang Sangha selain
mengajarkan bagaimana umat Buddha memandang sanghasebagai pasamuan para bhikkhu, juga
berkaitan dengan umat Buddha yang menjadi tempat para Bhikkhu menjalankan dharmanya, juga
dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Buddha, baik di tempat kelahirannya di India maupun
di tempat-tempat agama tersebut berkembang.

Buddha di dalam triratna itu dimaksudkan: Buddha Gautama, Dhamma disitu dimaksudkan:
pokok-pokok ajaran. Sangha disitu dimaksudkan: biara. Ketiga-tiganya itu dinyatakan azas
perlindungan bagi setiap penganut agama Buddha, yakni azas keyakinan yang dianut mazhab
Theravada maupun mazhab Mahayana.

Isi dalam Dharma Budha ialah doktrin atau pokok ajaran, inti ajaran agama Buddha dirumuskan
dalam empat kebenaran yang mulia atau empat aryasatyani yang terdiri dari empat kata yaitu: Dukha,
Samudaya, nirodha dan Marga.
Empat Kebenaran Utama (Catur Arya Satyani) :

1. Ada itu suatu derita (Dukkha)

2. Derita itu disebabkan Hasrat (Samudaya)

3. Hasrat itu mestilah ditiadakan (nirodha)

4. Peniadaan itu dengan delapan jalan (Marga)

Dukha ialah penderitaan. Hidup adalah menderita. Kelahiran adalah penderitaan, umur tua
adalah penderitaan, sakit adalah penderitan, mati adalah penderitaa, disatukan dengan yang tidak
dikasihi adalah penderitaan, tidak tercapai apa yang diinginkan adalah penderitaan. Singkatnya kelima
pelekatan kepada dunia ini adalah penderitaan.

Samudaya adalah sebab. Penderitaan ada sebabnya. Yang menyebabkan orang dilahirka
kembali adalah keinginan kepada hidup, dengan disetai nafsu yang mencari kepuasan di sana-sini, yaitu
kehausan pada kesenangan, kehausan kepada yang ada, kehausan pada kekuasaan.

Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan terjadi dengan penghapusan keinginan


secara sempurna, dengan pembuangan keinginan itu, dengan penyangkalan terhadapnya, dengan
pemisahannyadari dirinya dan dengan tidak memberi tempat kepadanya.

Marga ialah jalan kelepasan, jalan yang menuju kepada pemadaman penderitaan ada delapan,
yaitu delapan jalan kebajikan:

1. Pengetian yang benar (samma-ditthi)

2. Berpikir yang benar (samma-sankappa)

3. Bicara yang benar (samma-vacca)

4. Berbuat yang benar (samma-kammarta)

5. Kerja yang benar (samma- ajiva)

6. Usaha yang benar (samma- vayama)

7. Perhatian yang benar (samma-sati)

8. Samadhi atau Konsentrasi yang benar ( samma-samadhi)

Pokok ajaran Buddha Gautama yang utama ialah, bahwa hidup adalah menderita. Seandainya
di dalam dunia tidak ada penderitaan, Buddha tidak akan menjelma di dunia. Orang dilahirkan menjadi
tua dan mati, tiada hidup yang tetap. Sedang manusia hidup ia menderita sakit, dan semua itu adalah
penderitaan. Untuk menerangkan hal ini diajarkanPratitya Samutpada, artinya pokok permulaan yang
bergantungan. Seluruhnya diajarkan adanya 12 pokok permulaan, yang jelas kehausan atau keinginan
yang menyebabkan adanya penderitaan pada hakikatnya disebabkan oleh ketidaktahuan atau awidya.

Pengikut agama Budha dibagi menjadi dua bagian, yaitu para Bhiksu atau para rahib dan para
kaum awam. Kelompok pertama terdiri dari Bikkhu, Bikkhuni, Samanera, dan Samaneri. Kelompok
masyarakat awam terdiri dari upasaka dan upasaki yang telah menyatakan diri berlindung kepada
Buddha, Dharma, dan Sangha serta melaksanakan prinsip-prinsip moral bagi umat awam dan hdup
berumah tangga.

Sangha adalah persamuan dari makhluk-makhluk suci yang disebut ‘Arya Punggala’ yaitu
mereka yang sudah mencapai buah kehidupan beragama yang ditandai dengan kesatuan pandangan
yang bersih dengan sila yang sempurna atau kita kenal dengan mistik atau spiritual dalam agama Budha.
Tingkat kesucian yang mereka capai itu mulai dari tingkat ‘sotapatti’, ‘sakadagami’, ‘anagami’, sampai
tingkat ‘arahat’. Tetapi setelah agama Buddha Mahayana berkembang maka barang siapa bertujuan
untuk memperoleh kedudukan Bodhisatva, tak perduli apa ia orang awam, atau alim ulama, semua
bergabung bersama-sama dalam suatu persaudaraan.

Tingkat Sotapati adalah tingkat kesucian pertama, dimana mereka masih menjelma tujuh kali
lagi sebelum mencapai nirvana. Pada tingakatan ini seorang Satopati masih harus mematahkan
belenggu kemayaan aku, keragu-raguan, ketakhayulan sebelum dapat meningkat ke Sakadagemi. Pada
tingkat Sakadagemi ia harus menjelma sekali lagi sebelum mencapai nirvana. Ia harus dapat
membangkitkan kundalini sebelum naik ke tingkat anagami. Setelah mencapai tingkat anagami, ia tidak
perlu menjelma lagi untuk mencapai nirvana namun harus mematahkan beberapa belenggu sebelum
mencapai tingkat terakhir, yaitu arahat. Belenggu tersebut adalah kecintaan yang indrawi dan
kemarahan atau kebencian. Setelah berhasil mematahkan belenggu tersebut ia kemudian naik ke tingkat
arahat dan dapat langsung mencapai nirvana di dunia maupun sesudah meninggalnya. Pada tingkatan
ini ia harus mematahkan belenggu keinginan untuk hidup dalam bentuk (ruparaga), keinginan untuk
hidup tanpa bentuk (arupara), kecongkakan (mano), kegoncangan batin (udacca) dan kekurangan
kebijaksanaan.

Pengikut Buddha yang kedua adalah kaum awam, ialah yang mengakui Buddha sebagai
pemimpin keagamaannya dan tetap hidup di dalam masyarakat dengan berkeluarga. Pada hakekatnya
para kaum awam tidak dapat mencapai nirwana. Sekalipun demikian kedudukan mereka adalah sangat
penting, mereka sudah bverada pada awal jalan yang menuju kepada kelepasan.

Mistisisme Buddha juga memiliki tujuan, yakni cita-cita tertinggi bagi Mahayana untuk
mencapai Nibbana ialah menjalani peranan Boddhisatva. Sedangkan pada cita-cita bagi Hinayana yaitu
bagaimana setiap orang menjadi Arahat. Kalau seorang Arahat hanya memikirkan kelepasan dirinya
sendiri, maka Boddhisatva memikirkan kelepasan orang lain yakni bersama-sama orang banyak
mencapai Nibbana yang sempurna. Dalam Buddha terikat dengan hukum Kamma bagaimana seseorang
tersebut terlepas sepenuhnya dari hukum Kamma, karena Kamma adalah salah satu penghalang bagi
ummat Buddha untuk mencapai Nibbana. Sedangkan dalam Islam tidak mengenal yang namanya
hukum kamma sehingga tidak perlu mati hidup lagi-mati hidup lagi untuk dapat bisa bertemu atau
menyatu dengan Tuhan. Kesadaran diri akan peran dan fungsi manusia di muka bumi ini diiringi dengan
kesucian hati itu sudah cukup karena kesucian hati akan menyebabkan terbukanya tabir penghalang
antaran diri seseorang dengan Tuhan.

Ketika berbicara tentang mistisisme dalam Budha, justru yang lebih banyak aspek mistiknya
adalah Vajrayana yang dikenal luas oleh dunia Barat sebagi aliran esoterik (ajaran rahasia, tersembunyi,
mistik). Sedangkan mazhab-mazhab lainnya dalam agama Buddha disebut eksoterik (sesuatu yang
kelihatan). Menurut umat Buddha mazhab Vajrayana ini, sesungguhnya Sang Hyang Buddha
membabarkan Dharma selama-lamanya. Akan tetapi bagi umat awan tidak dapat mendengar dan
mengerti dengan baik. Sehingga tanpa Adhisthana (perantara dan bimbingan), sukarlah bagi umat awan
untuk mengerti badan, perkataan dan pikiran Hyang/Sang Buddha. Perantara tersebut bukanlah berasal
dari sipelaku itu sendiri, akan tetapi berasal dari bimbingan dan Kekuatan Buddha.

Vajrayana atau Tantra juga dikenal sebagai aliran mistis. Kemistisannya itu nampak dalam
praktek meditasi Tantra dalam empat hal yang tidak dapat ditinggalkan yaitu; mudra, dharani, mantra,
dan mandala. Mantra merupakan kalimat pendek yang merupakan ringkasan dari dharani. Mantra juga
merupakan sumber kekuatan-kekuatan itu sendiri yang mempengaruhi manusia dan alam dengan kuat.
Mantra itu bukan magi tetapi suatu pembudayaan diri, pengembangan mental (bhavana), tranformasi
kesadaran, membantu manusia bebas dari keduaniawian dan bersatu dengan objek pemujaan.
Sedangkan, sebuah lingkaran seperti diagram psikosmos yang didalamnya intisari kitab tantra
digambarkan dengan aksara-aksara atau simbol-simbol visual. Dengan demikian, bahwa mistisisme
dalam Budha pada dasarnya terletak pada bahwa hidup adalah penderitaan, maka dengannya
penederitaan itu harus dipadamkan dan dilenyapkan agar mencapai
puncakArahat atau Bodhisattva hingga mencapai kepada Nirvana.

B. Mistisisme Kristen

adalah istilah yang sulit diartikan. Istilah ini seringkali dianggap sebagai praktek mengalami
Allah. Istilah ini juga dapat dikenakan bagi misteri Ekaristi dalam agama Katolik Roma dan juga makna
Alkitab yang terselubung, sebagaimana ditemui dalam Gnostikisme. Alkita tidak mengandung makna
terselubung, dan bagian perjamuan kudus juga tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus secara
harafiah. Meskipun umat Kristen mengalami Allah, mistisisme Kristen pada umumnya menekankan
pengetahuan Allah yang dialami dan berfokus pada hal-hal mistis bagi pertumbuhan rohaninya. Agama
Kristen yang alkitabiah berfokus pada pengetahuan akan Allah melalui Firman-Nya (Alkitab) dan
bersekutu dengan Roh Kudus melalui doa. Mistisisme lebih bersifat individu dan subyektif; sedangkan,
keKristenan yang alkitabiah merupakan hubungan pribadi dengan Allah dan iman yang dihidupi di
tengah masyarakat. Tidak ada kehidupan Kristen yang dilakukan secara menyendiri. Tidak semua hal
yang jatuh ke dalam kategori “mistisisme Kristen” salah, namun tidak sedikit yang salah, dan fokus
pada ilmu kebatinan Kristen dapat berujung pada pengertian yang keliru.

Mistisisme dapat ditemukan dalam berbagai agama. Seringkali hal ini melibatkan pertapaan
dalam upaya menyatukan diri dengan Allah. Meskipun tidak ada salahnya jika orang ingin mendekatkan
diri kepada Allah, namun kesatuan mistis dengan Allah berbeda dengan keintiman bersama Allah yang
dimaksudkan bagi umat Kristen. Mistisisme seringkali menekankan pengalaman dan sering dianggap
sebagai rahasia atau pemeluknya dianggap sebagai kalangan elit. Umat Kristen menyadari dan terlibat
dalam realita rohani (Efesus 1:3; 6:10-19) dan keKristenan alkitabiah juga melibatkan pengalaman
rohani, namun keintiman dengan Allah dimaksudkan bagi semua orang Kristen, dan tidak diselimuti
oleh praktek yang misterius. Mendekat pada Allah tidak misterius dan melibatkan hal-hal seperti doa
yang teratur, mempelajari Firman Allah, menyembah Allah, dan bersekutu dengan orang percaya
lainnya. Upaya kita tidak ada apa-apanya dibanding yang Allah karyakan di dalam diri kita. Upaya kita
sebetulnya hanya berupa respon terhadap karya-Nya, bukan sesuatu yang bersumber dari dalam diri
kita.

Umat Kristen memang benar mengalami apa yang kita anggap sebagai pengalaman mistis.
Ketika kita menerima Yesus sebagai Juruselamat, kita didiami oleh Roh Kudus. Roh Kudus merubah
kita dan memampukan kita untuk menghidupi tujuan Allah bagi kita. Seringkali, setelah dipenuhi oleh
Roh Kudus, seorang Kristen menunjukkan hikmat, iman, atau ketajaman rohani yang tidak dimiliki
sebelumnya. Seorang Kristen yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menunjukkan kasih, damai, sukacita,
kesabaran, kebaikan, kelemah-lembutan, kesetiaan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Roh Kudus
membantu umat percaya memahami kebenaran dan menghidupinya (1 Korintus 2:13-16). Ini bukan
hasil praktek mistis, melainkan bukti pendiaman Roh Kudus di dalam diri mereka. Dua Korintus 3:18
membahas karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita: “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan
Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar.”

C. Mistis Dalam Agama Islam

Mistisisme dalam islam diberi nama Tasawwuf dan oleh kaum orientalis barat disebut sufisme.
Kata fufisme dalam istilah orientalis barat dipakai untuk mistisisme islam Sufisme tidak dipakai untuk
mistisisme yang terdapat diagama-agama lain. Tujuan dari tasawuf itu sendiri ialah untuk memperoleh
hubungan langsung dengan tuhan, menyatu dengan tuhan dan seseorang itu menyadaria akan kehadirat
tuhan. Dan intisarinya ialah menyadari akan adanya tuhan dapat berkomunikasi dan berdialog antara
roh manusia dan tuhan dan biasanya dilakukan dengan kontemplasi atau mengasingkan diri. Dan dalam
islam kesadaran dengan tuhan itu dapat juga dinamakan dengan ittihad yaitu bersatu dengan Tuhan.
Sedangkan Tasawuf adalah suatu ilmu penegtahuan yang mempelajari bagaimana cara dan jalan
seorang manusia supaya dapat lebih memdekatkan diri dengan Tuhan yaitu Alloh Swt . Mistisisme ini
muncul sebagai pemberontakan jiwa, dalam diri orang-orang yang benar-benar berpikiran ruhaniah,
yang menentang formalitas agama dan juga kejumudan agama, yang selanjutnya terpengaruh oleh
perasaan bahwa manusia bisa menjalin sebuah hubungan langsung dengan Tuhan, yang tidak boleh
dianggap sebagai Dzat Penguasa Penuh Kuasa yang berjarak atas takdir-takdir manusia, tetapi sebagai
Sahabat dan Kekasih Jiwa. Kaum mistikus memiliki hasrat mengenal Tuhan, sehingga mereka bisa
mencintai-Nya, dan telah percaya bahwa jiwa dapat menerima: wahyu Tuhan, melalui sebuah
pengalaman religius langsung – bukan melalui indera-indera atau kecerdasan – dan, dengan cara ini,
memasuki keintiman dengan-Nya. Mereka percaya bahwa manusia dapat memiliki pengalaman ini,
pastilah ada dalam dirinya satu bagian dari Sifat Ilahiah, bahwa jiwa diciptakan untuk mencerminkan
Kemegahan Tuhan, dan segala sesuatu ambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Tetapi kaum mistikus
mengajarkan bahwa tak satu jiwa pun memiliki pengalaman langsung dengan Tuhan, kecuali dengan
penjernihan dari dalam diri; pembersihan jiwa dari kecintaan pada diri sendiri dan dari hawa nafsu
adalah bagian mendasar bagi mereka yang hendak mencapai Kebajikan dan Penglihatan Tuhan, demi
kesempurnaan Kehidupan Abadi, yang mereka percaya dapat dicapai sekarang, adalah untuk melihat
Tuhan dalam Dzat-Nya. Keakuan dapat ditaklukkan dengan dukungan sebuah cinta yang lebih besar
daripada kecintaan-diri, dan karenanya kaum mistikus telah menjadi kekasih-kekasih Tuhan, yang
mencari penyempurnaan cinta mereka dalam penyatuan dengan Sang Kekasih .

Anda mungkin juga menyukai