Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Agama Adalah adalah sistem yang mengatur tata keimanan


(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.1[1]
Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap kali digunakan untuk
menunjukkan satu wilayah. Sebenarnya, anatara keduanya tedapat sedikit
perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami
wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa Arya yang lainnya, yaitu
bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut.baik bangsa Media
maupun Persia, keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Arya Assyria. Namun,
sejak tahun 1000 SM, bangsa Persia berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan
menaklukkan Imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah Iran di kenal dengan
nama Persia.2[2]

1[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)


2[2] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal.
46
A. Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster

Agama Zoroaster, di kenal di dunia Barat dengan nama Zoroastrianism


karena nabinya dari agama ini adalah Zarathutra. Zarathustra lahir di Sebelah
Utara tanah Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Tinggal seorang lelaki bernama
Porushop Spitama, dari suku spitama, bersama istrinya Dughdova yang cantik
jelita yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Isterinya yang belum dijamah
suaminya itu melahirkan seorang putera yang diberi nama Zarathustra. Pada saat
kelahiran bayi itu kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak
gemetar ketakutan amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah
lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama majusi beserta pemujaaan
berhala dan akan memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi.3[3]
Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang tahun-tahun
kehidupannya, diantaranya kemungkinan ia hidup pada tahun 660-583 SM4[4],
tetapi tidak ada yg menjamin bahwa kisaran tahun ini adalah tahun yang tepat. Di
lihat dari perkiraan tahun tersebut, tampaknya Agama Zoroaster merupakan salah
satu agama wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini
pernah menjadi agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan
berkembang hampir berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M,
serta banyak menguasai daerah Timur Dekat dan Tengah.5[5]
Di wilayah Indo-Iran, anak yang berumur sekitar tujuh tahun sudah mulai
memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena belum ada
pengetahuan menulis. Tentunya pelajaran tersebut menyangkut tentang cara
beribadah, ajaran-ajaran pokok agama, hapalan-hapalan doa dan pujian pujian
kepada Tuhan. Sewaktu masih kecil diceritakan, ia sangat cerdas dan tangkas

3[3] http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11 Mar.


13
4[4] Ibid
5[5] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1988), hal. 269
bicara sehingga teman-temannya sangat segan kepadanya. Orang Iran berpendapat
bahwa kematangan atau kedewasaan seseorang itu tercapai pada usia 15 tahun,
dan pada sekitar usia itu pula lah Zarathustra mulai menjadi pendeta. Menjelang
umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan
kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun
dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang peratama.
Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan untuk
merayakan musim semi. Ia pergi saat fajar ke sungai utnuk mengambil air bagi
keperluan upacara haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air
dari aliran yang ada di tengah.ketika hendak kembali ke pinggir, dia menemukan
dirinya dalam keadaan kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air,
dalam kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai
dia melihat suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah
(itikad baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta
lima bentuk badan yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat
bayangannnya karena mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan
saat itulah ia menerima wahyu.6[6] Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah
dikenal sebagai agama Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya
sendiri adalah agama Mazdayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha
Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui.7[7] Setelah ia menerima wahyu
pertamanya,10 tahun pertama ia melakukan penyebaran agamanya itu di kota
kelahirannya yaitu Iran Utara, Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja
yang beriman di kota kelahirannya tersebut, orang itu tidak lain adalah saudara
sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Ia mengajarkan tentang kodrat Maha
Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal
tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia banyak bersabar dan terus
memprcayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia memanjatkan

6[6] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,


1988), hal. 270
7[7] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 77
permohonan dan kemudian keluar perintah agar ia hijrah dari sana, Akhirnya pada
tahun keduabelas kenabiannya, beliau meninggalkan tanah kelahirnya dan
mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Bactria yang
diperintah oleh seorang raja bijaksana, Vishtaspa. Zarathushtra senantiasa
menginginkan untuk memperoleh pengikut yang bijak dan berkuasa untuk
menunjang missinya.
Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings
Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham. Seorang cucunya yaitu Cyrus the
Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh
wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dengan dinasti
Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti
Achaemenids. Ibukotanya yang semula terletak di kota Balkh di pindahkan ke
kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).8[8]
Raja Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan
menunjukkan bahwa dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan pada
berdasarkan filsafat Zoroaster dengan pemikirannya tentang Tuhan bahwa inti dari
gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan
bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam.
Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan. Diriwayatkan bahwa
Zarathushtra telah melakukan beberapa mukjizat di hadapan Sang Raja dan para
Menterinya, serta melakukan diskusi yang lama dengan para cendekiawan di sana.
Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia mampu membuat sebuah
lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal menurut ahli ilmu ukur hali itu tidak
mungkin bisa dilakukan. Kemudian, mukjizatlainnya, ia pernah bertemu seorang
buta, kemudian dia meminta jenis rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata
si buta, dan si buta itu pun bisa melihat.9[9] Perlahan tetapi pasti, kebenaran yang
dinyatakannya telah mendapat pijakan yang kuat di kalangan raja dan para
bangsawannya. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para pemimpinnya, dan

8[8] http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11 Mar.


13
9[9] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal.
47
agama Zoroaster segera tegak sebagai agama Iran. Sukses yang mendadak dari
agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara Iran dan Turan.
Zarathushtra tidak percaya dengan penggunaan senjata dalam menarik pengikut
kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela diri guna
menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain.10[10]
Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Nabi
Besar Iran ini wafat dalam usia 77 tahun . Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak
terbagi dan kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar. Beliau adalah
seorang yang penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain kecuali kasih
kepada yang menderita dan cinta kepada kebenaran. Dan konon pada saat
serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar Turania. Zarathustra
sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra. Keyakinan tentang
Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (credo=Syahadat) yang harus diucapakan
setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling
pokok dalam agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda, terhadap kodrat
yang maha tunggal dan maha bijaksana. Menurut Zarathustra alam semesta ini
dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) yang Maha bijaksana
senantiasa berhadapan dengan kodrat angkara murka (angro mainyu). Agar
manusia memproleh keselamatan haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada
Ahura Mazda.11[11]
Raja-raja dari dinasti Achaemenids adalah penganut agama Zarathustra
sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium parsi itu
ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu
berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran. Setelah raja-raja
Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya
terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1. Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam mansa 150 tahun merupakan masa
pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.

10[10] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 76
11[11] http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11
Mar. 13
2. Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa
perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
3. Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa
sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik.

Di Persia, selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual


lain, seperti Maniisme12[12], penyembah api, dan Madzhab Mazdak. Madzhab
Mazdak ini yang menggugurkan hak kepemilikan individu. Penganutnya
meyakini kepemilikan bersama, termasuk perempuan dan harta serat menghapus
tradisi pernikahan.Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang Raja
Dinasti Sasanid. Baik Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan Persia
yang lainnya, ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi agama
Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat dan adanya Messiah. Dikatakan,
Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte Yahudi, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran
Zoroaster, terutama dalam konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara
kebaikan dan kejahatan. Namun demikian, diantara kelompok-kelompok agama
tersebut kelompok yang paling penting di dunia adalah agama Zoroaster atau
Parsi India. Kelompok ini sering dibandingkan dengan kelompok Yahudi.13[13]
Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan koshru Yesdegird III
(634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan
Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M).
Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya
semenjak 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah
Iran.
Sesudah ditaklukkan Arab di sekitar abad ke-7 M, sebagian besar
penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan
kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap toleran kepada

12[12] Maniisme atau Manikheisme adalah sebuah aliran kepercayaandualistik yang


didasarkan pada ajaran-ajaran Mani. Tokoh utama aliran ini adalah Manichaeus.

13[13] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010),


hal. 471
agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama Zoroaster lari dari
Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau turunannya
pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu
menyebut mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000
lebih kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat
mereka membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur.
Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000
penganut masih ada di negeri itu.14[14].

B. Ajaran-Ajaran Agama Zoroaster


15[15]Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend
Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni:
1. Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan
tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2. Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
3. Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang
terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang
diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang
kehidupan praktis.
Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh
Zoroaster. Sayangnya bantuan ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam
menangkap makna teks-teks yang kabur ini. Isi bagian kitab ini bertentangan
dengan Yashts, yang merupaka langkah mundur pada paganisme. Dalam Yashts
ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat
dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda. Konsep Politeisme inilah yang di
tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts mauoun dalam Rig-Veda dijumpai
sejumlah besar dewa dan setengah dewa.

14[14] http://media.isnet.org/iptek/100/Zoroaster.html, 13 Apr. 13


15[15] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1988), hal. 270
16[16]Ajaran-Ajaran pokok dalam agama Zoroaster ini yang
terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
a. Manusia
Dalam teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman
Dulu”atau dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep
tentang manusia. Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam
bentuk Fravashi atau Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun
rohnya adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi.
Manusia adalah milik Tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali.
Syetan atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah
roh gaib murni; dia dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat
pertarungan anatar keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk
bagi-Nya merupakan suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan
manusia berada di garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di
paksa Tuhan tetapi karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika
ditawarkan kepadanya. Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika
dia memilih kejelekan berarti dia bertindak tidak alami karena “ayah”nya adalah
Ohrmadz.
Hal diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan,
“Manusia bertugas untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah
pergulatan Ahura Mazda dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman). Hal ini
dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan kebaikan, berkahlak mulia,serta
menerapkan hukum dan undang-undang dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih
kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnyadi kehidupan dan akhirat
yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan, dia pun
akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
Bagi agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan
alam serta menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan
perbuatan yang baik. Di dunia, manusia mempunyai kewajiban untuk hidup

16[16] Ibid, hal. 271-291


berumahtangga dengan mempuyai istri dan mempunyai anak. Semakin banyak
manusia adalah semakin baik karena akan semakin mudah untuk mengalahkan
Ahriman.
b. Tuhan dan Penciptaan
Keyakinan agama Zoroaster meliputi aspek monoteisme dan paganisme
sekaligus. Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja.
Namun, seiring berkembangnya, keyakinan agama ini juga meliputi paganisme.
Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer,
mengatakan bahwa zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah
Tuhan yang tunggal , pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa
esensi (ruh) maupun materi (maddah).
Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang
suci dari segala bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan
tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Oleh karena itu
Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura
Mazda dengan dua rumus penting.
Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan
matahari, dan rumus yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan
dengan api. Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi
semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala
bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat
inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat
pencipta.
Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang
pada akhirnya menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke
paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama panteisme (hulul) dan
paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat menjadi Sang
Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep
dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang
senantiasa berlawanan atau berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan
kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain
terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu,
tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan.
Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka
meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan
abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa
Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang
pasti dan tak terbantahkan.”17[17]
c. Etika
Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika.
Dasar pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang
kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah
kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip dan
kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan atau menghubungkan
kejelekan pada Tuhan. Ini tidak mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster,
diungkapkan dalam tiga kata,yaitu humat, huklit, dan huvarsht, yang artinya
pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari ketiga hal itu
adalah perbuatan baik.
Inti dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik
dan menjadi orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan
kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah, hidup lah berkeluarga dan didiklah
anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adlaah
sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang yang
meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan
yang dikerjakannya di dunia.”
d. Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh

17[17] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010),


hal.470
orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan
api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di
atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat
pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-
anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai
berikut:
1. Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum
dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu,
mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
2. Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan
dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
3. Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur
e. Pengadilan saat Kematian
Ajaran agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat
jelas. Konsep kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin
dengan sedikit bervariasi dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah
kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang
sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas
“Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak
sebagai hakim yang secara sangat adil menimbang perbuatan baik dan buruk
manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan langsung
menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut di tarik dan
dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka
roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernama Hamestagan atau tempat
campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat, tetapi sering
disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami perbaikan
dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
Neraka dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan
abadi. Neraka hanya bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari
noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir
pada akhir zaman. Disini jelas tergambar bahwa roh harus menghadapi dua kali
pengadilan, pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari
kiamat ketika jasad manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan
rohnya. Di dalam agama Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan
penyucian,akhir dari noda-noda dosa sehingga semua menjadi suci tanpa dosa.
Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga.
f. Hari Kebangkitan
Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya,
pengadilan roh pada saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi
pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan terakhir, menurut agama Zoroaster,
juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam logam yang meleleh dan setelah
itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia tanpa kecuali
berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya.
Tuhan mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya
bagaimanapun besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal didalam
neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan
Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia tidak
memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar sederhana. Surga adalah suatu
keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman dengan gila
menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat reuni keluarga yang sangat besar
yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal dipulihkan, suatu kehidupan yang
berpusat di sekitar keluarga manusia di mana suami sekali lagi bisa menikmati
keintiman istrinya yang sah dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya.
Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia
dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki nafsu makan dan merupakanm
tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand dengan keras. Di sana
seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan abadi dan
kenikmatan yang abadi pula.

C. Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster


Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di
tungku-tungku api yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu
menyala dan memancarkan cahaya. Tungku apai itu di urus dan di jaga oleh para
pemimpin agama (magi), rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap
hari mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima
kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan
serbuk serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa
segar dan harum semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan
ritual keagamaan disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan
mendirikan sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih
dahulu pada sembilan buah lilin atau obor. Nyala api di obor pertama kemudian
disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor
kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terkahir
itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu
mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru tersebut.18[18]
Dalam satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”,
ayat 72,di sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.”
Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil
api dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan
kesucian.
Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and
Practice menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika
matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam.waktu yang
tersebut terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal
dunia. Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia
mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan
pertama adalah waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama
Islam, yaitu tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi
agama Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari

18[18] Ibid, hal. 496


berfungsi membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta
tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama
musim dingin adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan
kejahatan yang mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang
waktunya sampai saat matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha,
Tuhannya doa. Selama waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak
yang paling kuat dan mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus bangun,
mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan
dengan doa-doa mereka.
Bentuk dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah
sebagai berikut:
1. Orang yang hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan
mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian
mukanya.
2. Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali di pegang dengan kedua
tangan dimukanya, tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya menatap simbol
kebajikan, yakni api
3. Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil
memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi
sambil masih berdoa.
Disamping perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster
masih mempunyai kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan
hari besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang pertengahan musim
semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang pertengahan musim
dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama (sembahyang) di
pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan dengan pesta
makan bersama. Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di dalam
upacara agama yang dilaksanakan pada pagi hari tersebut. Orang-orang kaya
saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu iktikad baik
umum, perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat.
Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan
kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.19[19]
Upacara penandaan atau Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran
Baru) adalah perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi,
selanjutnya dia diberikan simbolisasi keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti).
Upacara ini berlangsung pada saat usia tujuh dan empatbelas tahun. Setelah
pemberian ini setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita, memakainya
siang dan malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
Upacara kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang
mengikat pengikut Majusi untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting
dari upacara perkawinan tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh
pendeta resmi, diikuti pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada
pasangan baru.
Perbedaan yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini
berkenaan dengan kematian. Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan
jasmaninya dianggap tidak suci. Ia harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak
boleh disentuh elemen suci-api, bumi, dan air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau
tidak juga dihanyutkan kedalam air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai.
Mayatnya diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang
menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan
burung-burung memakannya. Kejadian ini cepat berlangsung sekitar setengah
jam, dan kerangka mayat memutih dibawah sinar matahari dan udara dalam waktu
beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan dan disimpan dalam terowongan di
pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi debu. Kebiasaan menghancurkan
mayat ini tidak pernah terjadi pada saat Zarathushtra atau pun pada awal masa
Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan penguburan diantara bangsa Persia,
dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang. Menara Kesunyian (Dokhmas)

19[19] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,


1988), hal. 287
datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta dari Medes. Hal dipertahankan oleh
pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.20[20]

D. Aliran Agama Zoroaster

Aliran Agama Agama Zoroaster diantaranya:


A. Aliran Manu
Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a. Tentang baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan,
karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya
manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan
segala kebaikan.
b. Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan
akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu
menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka
manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak
menikah agar tidak memiliki keturunan.
c. Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia.
Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
d. ‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum
sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap
matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud;
pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
B. Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini

20[20] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 91
adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang
paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang
menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara
social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan
adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat
kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk
menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan
atau peperangan.
a. Tsanwiyah
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan
untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
b. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan
oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang
wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan
dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut
mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk
manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda
dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat.
Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
C. Zindiq
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang
lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya
Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak
akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus
berputar tiada akan berakhir.
DAFTAR PUSTAKA

 Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010


 Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988
 Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama Besar Dunia, Peshawar:1975
 http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11
Mar. 13
http://zulfanafdhilla.blogspot.com/2012/12/agama-zoroastrianism-
mazdayasna.html#ixzz2OUkpPrCa
 http://media.isnet.org/iptek/100/Zoroaster.html, 13 Apr. 13
http://kursusislam.wordpress.com/2011/07/08/hubungan-zoroastrianisme-terhadap-
agama-abrahamik/, 13 Apr. 13

Anda mungkin juga menyukai