BuddhaBuddha
1.
Pendahuluan
yang
sering
keliru
digolongkan
sebagai
Hnayna.
mungkin
pembaca
berminat
untuk
mempelajari
dan
2.
Buddhisme
Buddhisme didirikan oleh Siddhartha Gautama / Siddhattha Gotama (563483 SM) atau yang lebih dikenal sebagai Buddha, yang berarti: yang
tersadarkan. Siddhartha sebelumnya adalah seorang pangeran dari
kerajaan Kapilavastu, di India Utara yang berbatasan dengan Nepal.
Setelah melihat dan merealisasikan adanya fakta tentang penderitaan
(dukkha), pada usia 29 tahun, Siddhartha memilih menjadi seorang
pertapa meninggalkan sanak keluarga dan kerajaannya untuk mencari
resep obat penderitaan. Siddhartha berkelana dan belajar dari guru-guru
menyiksa
diri
dan
tidak
mendapatkan
hasil.
Akhirnya
paham
materialis
menganjurkan
pengejaran
kesenangan
ekstrim
bertapa
menyiksa
diri.
Melalui
jalan
tengah,
(dukkha
samudaya
ariya
sacca).
Yang
ketiga
adalah
pertanyaan
penderitaan.
Sebab
apa
(what).
penderitaan
Permasalahan
adalah
nafsu
manusia
keinginan
adalah
(tanh).
Dan
jalan
menuju
lenyapnya
penderitaan
adalah
dengan
Kebenaran
ini
menjawab
pertanyaan
bagaimana
(how).
penderitaan
(dukkha
nirodha)
menggarisbawahi
bahwa
yang
tertutupi
oleh
lumpur.
Ketika
yang
menutupinya
itu
Ciri umum Buddhisme yang lain adalah menolak ritualitas yang dipercayai
membawa pada pembebasan. Pada sekitar 500 SM, banyak Brahmana
sebagai
perilaku
yang
tidak
akan
menumbuhkan
/avidy).
Penderitaan
adalah
ulah
diri
sendiri.
Karena
itu
kebahagiaan juga tergantung pada diri sendiri. Seorang guru, dalam hal
ini termasuk Buddha sendiri, hanya seorang penunjuk jalan. Sikap bhakti
terhadap Buddha bukan menghilangkan partisipasi diri untuk berusaha
mengatasi penderitaan. Ada kemiripan dengan sistem filsafat yoga yang
menempatkan pemujaan Brahma hanya sebagai alat bantu memperoleh
tahapan ketenangan tertentu, bukan untuk menghilangkan upaya diri.
yang
paling
benar.
Buddha
justru
memaklumi
bahwa
(avidy),
untuk
itu
butuh
pemahaman
(vidy)
dan
kebijaksanaan (paa).
nibbna
tidak
berkondisi
(asakhata).
Ajaran
ini
nantinya
Buddhisme
membatasi
bahwa
hanya
niat
(cetan)
yang
bagian
dari
pemahaman
akan
corak
kehidupan,
yaitu:
Buddhisme,
atman
adalah
belenggu
dan
penghalang
bagi
3.
Konsili Buddhis
para
bhikkhu
bhiksu
(sangha)
dan
beberapa
akar
Tiga bulan setelah Buddha wafat (sekitar 483 SM), diadakan konsili
pertama untuk menghimpun ajaran Buddha. Konsili pertama di adakan di
Rajagaha, dipimpin oleh Maha Kassapa, salah seorang murid senior
Buddha. Pada konsili ini doktrin ajaran (dharma) di kompilasi oleh Ananda,
dan Kode peraturan (vinaya) oleh Upali. Pada waktu itu ada kontroversi
tentang Vinaya. Dikisahkan beberapa peraturan minor diperbolehkan
diganti namun Ananda sebagai murid terdekat Buddha tidak tahu bagian
manakah yang dimaksudkan Buddha agar diperbolehkan diubah. Dalam
konsili
tidak
disinggung
tentang
Abhidhamma,
dan
diakhir
konsili
disepakati bahwa vinaya tidak akan diubah mengingat Buddha baru saja
mangkat, maka perubahan vinaya dianggap terlalu terburu-buru.
kurang
tepat
jika
Mahsagika
identik
dengan
Mahyna.
Baru
awal,
sehingga
seringkali
istilah
Hnayna
merupakan
sehingga
Mahavihara
bisa
bertahan
dan
berpengaruh
di
ini.
Ajaran
Mahyna
awal
turut
mempengaruhi
oleh
Bhadantacariya
Buddhaghosa.
Buddhagosa
datang
ke
Srilangka dari India pada zaman raja Upatisa (370-412 M). Karyanya lebih
bisa diterima di Srilangka daripada di India sendiri. Studi Pli di India
sangatlah sedikit, perkembangan filsafat Buddhis India lebih banyak
menggunakan sansekerta. Teks lainnya yang sering dihubungkan dengan
Abhayagiri adalah Vimuttimagga, karya Upatissa (bukan Arahat Upatissa
abad ke-3 SM). Teks Vimuttimagga sekarang hanya dijumpai dalam versi
terjemahan
bahasa
Visuddhimagga
Cina.
ditemukan
Pemikiran-pemikiran
dalam
Vimuttimagga.
yang
Akan
ditolak
tetapi
Vimuttimagga itu sendiri tidak memuat doktrin Mahyna. Namun dari sisi
bentuk, Visuddhimagga lebih bersifat buku referensi/pedoman, sedangkan
Vimuttimagga yang lebih sedikit, lebih merupakan buku yang praktis.
yang
berkembang
membuat
Theravda
menyebar
ke
Myanmar,
versi
Theravda
dan
abhidharma
versi
Sarvstivda
Lokuttaravada,
Bahustrutiya,
Nityavada,
Caityaka,
4.
diri
sendiri
dari
penderitaan.
Sementara
Mahyna
Aspirasi bodhisattva juga ada dalam kanon Pli yang menjadi acuan
Theravda. Bukan hanya itu, pembelaan Arahat dianggap egois juga
kurang tepat. Karena untuk membebaskan diri dari penderitaan justru
dengan mengurangi sifat egois ini. Cita-cita menjadi Arahat atau
Bodhisattva tergantung pada tekad masing-masing orang. Pengertian
bodhisattva dalam Theravda berbeda dengan Mahyna. Bodhisattva
dalam kanon Pli mengacu pada aspirasi menjadi sammsambuddh
(pendiri
ajaran
Buddha).
Theravda
menyakini
bahwa
bodhisattva
i.
Seorang arahat mungkin bisa tergoda secara tidak sadar. Hal ini
ii.
iii.
iv.
v.
penuh
kontroversi.
Semua
pecahan
Mahsagika,
seperti:
justru
menunjukkan
kesamaan
realisasi
dengan
cara
Theravda
dan
Mahyna
memiliki
perbedaan
cara
sama.
Demikian juga Jalan Utama beruas Delapan (Ariya atthangika magga
dunia.
Menerima anicca, dukkha, anatt dan sila, samdhi, paa tanpa
perbedaaan.
5.
periode kedua saja, karena sesuai dengan tema utama dalam tulisan ini.
terjadi perbedaan doktrin ajaran, tapi pada vinaya saja. Diantara konsili
kedua hingga ketiga, sudah mulai ada perkembangan doktrin. Itu yang
membuat Mogaliputta Tissa menulis Katthavatu untuk menunjukkan
doktrin mana yang dianggap salah dan mana yang benar. Sebagai
tambahannya,
ditetapkan
abhidhamma
sebagai
salah
satu
pitaka.
dan
Amoghavajra
tiba
di
Cina
tahun
718
yang
menerjemahkan kitab Tantra dalam Bahasa Cina. Pada abad ke-7 bentuk
Buddhisme yang sedang berkembang adalah Buddhisme Chan (Zen) dan
mencapai puncaknya pada Dinasti Tang dan Song. Pada abad ke-8 di Tibet
pernah terjadi debat di Samye antara Buddhisme Tantra dengan
Buddhisme Chan. Beberapa teknik meditasi Chan juga mempengaruhi
Buddhisme Tibet. Pada periode ini, filsafat Vedanta juga berkembang
seperti yang disistematisasi oleh Sankhara (788 M-820 / 850 M),
Ramanuja (1175 M 1250 M) dan Madhva (1238-1278 M). Pada abad ke11,
Buddhisme
perlahan
lenyap
di
India
namun
telah
menyebar
6.
memiliki sistem
Pandangan
yang
lebih
utuh
adalah
melihat
proses
Pada periode Sekolah ini muncul banyak sistem filsafat. Ada empat sistem
filsafat
yang
(Vaibhsika),
berpengaruh
Sautrntika,
pada
zaman
Madhymaka,
itu,
dan
yaitu:
Yogchra.
Sarvstivda
Dua
yang
Sarvstivda
berasal
dari
kata
sarvam
asti,
yang
berarti:
ada
(cause
of
knowledge)
dan
Mahvibhsa
(great
(exposition)
karya
Sthavira
Vasumitra,
dan
[7]
Arya Katyaniputra.
Ada ulasan tambahan dari prof. Anukul Chandra Benerjee dalam The
Vaibhasika School of Buddhist Tought. Disebutkan Vaibhsika cenderung
lebih mengakui Abhidharma terutama Jnanaprasthana daripada Sutra.
Bagian-bagian
lain
hanya
dianggap
pelengkap
Jnanaprasthana.
puluh tiga bagian (vagga) yang dikompilasi oleh lima ratus arahat (orang
yang telah mencapai tingkat kesucian tertinggi / telah mencapai nirvana),
empat ratus tahun setelah wafatnya (parinirvana) Buddha, yang dimulai
dari Vasumitra.
itu
Vaibhsika
menyebutkan
ajaran
ortodoksnya
sebagai
menjadi Arahat.
6.2. Sautrntika
kesimpulan
saja,
karena
itu
juga
disebut
sebagai
representationalist.
Sautrntika,
dunia
ini
adalah
mental
hologram
raksasa.
Jika Vaibhsika menyebutkan bahwa hanya masa sekarang dan yang tak
terkondisi (asamskrta) adalah eksis, maka Sauntrantika memahami
asamskrta tidak nyata dan terpisah atau berbeda dengan dharma lain
seperti rpa, vedan, dan lain-lain. Yang tidak terkondisi adalah yang
tanpa sebab. Sauntrantika kembali pada konsep nibbna sebagai dasar
6.3. Madhymaka
Yang
menjadi
Yogchra.
fondasi
Namun
filsafat
bentuk
Mahyna
definitif
adalah
Mahyna
Madhymaka
muncul
dan
setelah
itu.
sebagai
sistematisasi
oleh
titik
tolak
Ngrjuna
pembahasan.
(200
M)
Madhymaka
ini
yang
mengelaborasi
di
ajaran
Prajnaparamita.
berhubungan
dengan
mata
rantai
yang
lain.
Inilah
yang
fenomena
adalah
kosong
(sunya)
dari
substansi/ezensi
Pengertian sunyata yang lain adalah nirvna / nibbna itu sendiri. Menurut
W.S. Karunaratne, sunyata yang dihubungkan dengan patica samupda
Saya
terutama
6.4.Yogchra
menemukan
bahwa
Abhidharmakosa
juga
menempatkan
Dengan sangat sistematis, Yogchra mengenali hal ini dalam tiga sifat
alami, yaitu: sifat imajinatif (parikalpita), sifat tergantung (paratantra),
dan sifat sempurna yang sudah ada (parinishpanna). Yang termasuk
realitas imajinatif adalah obyek ekternal dan diri sendiri. Segala hal yang
imajinatif selalu tergantung.
penyangga
(laya
vijna),
yang
tidak
lain
adalah
yang
perlu
ditambahkan,
pada
hakikatnya
sudah
murni,
(laya
vijna).
Pada
awalnya
Asanga
menulis
samdhi,
maka
Samdhinirmocana
lebih
menolaknya.
Sekolah
eksistensi
diam
Yogchra
eksternal
tentang
sudah
obyek
belakangan
tidak
eksternal,
terutama
dikenal.
bukan
setelah
independen
bukanlah
obyek
eksternal.
Jadi
tidak
bisa
cerah.
Pandangan
cerah
Yogchra
melengkapi
sudut
pandang
yang
dikembangkan
oleh
Bhvaviveka
(6
M).
Kedua
Berikut ini saya akan jelaskan perbedaan Svtantrika dan Prsagika lebih
mendalam.
Mdhyamaka Svtantrika:
Mdhyamaka Prsagika:
yang
tidak
menegaskan
bahwa
semua
fenomena
eksis
dengan
Madhymaka
Prsagika
lebih
menekankan
bahwa
eksistensi
itu
ditentukan oleh penamaan metal saja. Tidak ada basis validitas bahwa
sesuatu itu harus bernama tertentu. Kata kucing, anjing, itu hanya
nama. Realitas intrinsik tidak ada karena yang disebut ada itu tergantung
dengan keberadaan yang lain. Lodro Gyatso, Guru Tibet dari Amdo,
menegaskan posisi Prsagika, dengan menyebutkan bahwa sunyata
bukan absen fungsionalitas. Patica samupda bukan tentang identitas
intrinsik tapi tentang ilusi. Fungsi penamaan itu memang ada, hanya saja
itu hanya penamaan tanpa dasar validitas.
Aliran Gelukpa sebagaimana yang dipahami H.H. Dalai Lama XIV adalah
penerus Yogchra Madhymaka Prsagika. Mengacu pada Madhymaka
sebagai jalan tengah. Tapi bukan jalan tengah sebagai majjima patipada
yang merupakan sikap terhadap Carvaka dan Jainisme. Jalan tengah
Madhymaka adalah menolak ekstrim eksis (eternalis) dan ekstrim tidak
eksis (nihilis). Dalai Lama memberi sebuah analogi untuk menjelaskan
pandangan Prsagika. Jari tengah itu ada. Namun jika sebuah tangan
memiliki empat jari, lalu mana jari tengahnya? Dalam konteks lima jari,
jari tengah eksis. Tapi dalam konteks empat jari, jari tengah tidak ada.
Madhymaka Prsagika memahami gagasan tentang jari tengah tidak
bisa eksis tanpa adanya gagasan lainnya. Jadi ada selalu melibatkan
ada yang lain. Inilah realitas konvensional. Disebut konvensional, karena
kebenarannya bersifat relatif.
Vaibhsika,
Sautrntika,
Madhymaka,
Yogacara,
lalu
Madhymaka
Bhvaviveka
memahami
ketika
persepsi
muncul,
maka
muncul
disebut
sebagai
penalaran
cara
konsekuentialis
pada
nihilisme.
Karena
itu
Svtantrika
menggunakan
Madhymakalamkara
karya
Shantarakshita,
yang
dikenal
7.
pemikiran
Buddhis.
Berikut
beberapa
penjelasan
singkat
Ditulisan
berikutnya
saya
akan
membahas
tentang
adalah ada dan tanpa kesadaran. Samkhya dan Yoga, hakikat diri adalah
ada dan kesadaran. Pada Vedanta, hakikat diri adalah ada, kesadaran dan
bahagia (sat, cit, ananda). Penekanan pada bahagia mirip dengan
Ungkapan Vedanta tat tvam asi (dia adalah dirimu), mirip dengan
pandangan Yogchra yang memahami bahwa semua obyek ekternal,
tidak lain, adalah pikiran. Vedanta versi Sankhara menyatakan diri
sebagai non dualisme (advaita), maksudnya tidak ada perbedaan antara
Tuhan (Brahman) dan Diri (Atman). Tuhan adalah dasar dari seluruh
pengalaman. Tuhan tidak sama dengan dunia, juga tidak berbeda, dan
ada. Diri individual adalah sama dengan Atman yang dibatasi. Moksa atau
realisasi diri bisa dicapai dengan praktik devosi dan latihan
dan bisa
8. Penutup