Anda di halaman 1dari 2

Filsafat Buddha di China

Shania Angelina
18/423484/EK/21808
AGAMA BUDDHA 2
Meskipun Buddhisme bukan merupakan agama yang asli berasal dari Cina, namun ajaran
Buddha mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam pemikiran dan kehisupan orang Cina
(Hariyono, 1994: 20). Ajaran Buddha masuk ke Cina pada masa pemerintahan Kaisar Ming Ti
yang mana awalnya Sang Kaisar mengundang dua orang pendeta Buddha ke Cina dan sejak
itulah ajaran Buddha mulai mempengaruhi masyarakat Cina.

Filsafat Buddha yang membawa ajaran bagaimana manusia dapat menghindari penderitaan
(samsara) dimana: kejahatan adalah pangkal penderitaan, manusia yang lemah dan tidak
berpengetahuan Buddhis akan sangat mudah terkena kejahatan dan sulit membebaskan diri dari
penderitaan (Hariyono, 1994:20).

Ajaran Buddhis yang paling menonjol pengaruhnya adalah kepercayaan hidup setelah mati dan
reinkarnasi. Buddhisme membawa orang-orang Cina memuja patung Sang Buddha, sehingga
banyak orang yang membuat arca Buddha untuk disembah dan ditempatkan di tempat ibadah.

Dalam kehidupan orang-orang Cina, filsafat Buddhisme telah memasuki kebudayaan mereka
dan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ajaran Buddhis di Cina mendapat pengaruh
dari kepercayaan tradisional orang Cina seperti Konfusius dan Taoisme . Pengaruh tersebut
melahirkan sekte Shan, yang merupakan Buddhisme India yang bercorak Taoisme Cina. Hasil
percampuran ini memunculkan signifikansi dari dewa-dewa Buddha, seperti Avalokitesvara
berubah menjadi Kwan Im.

Filsafat Buddha di Tibet merupakan perkembangan lebih lanjut dari ajaran Mahayana; aliran
Madhamaka dan Yogacara uga dalam perkembangannya terdapat pengaruh dari kepercayaan
local. Ajaran Buddha mulai berpengaruh di Tibet pada masa pemerintahan Raja Songtsän
Gampo sekitar tahun 641 M. Lebih lanjut, ajaran Buddha di Tibet berkembang menjadi empat
aliran yang dikenal secara umum:

1. Nyingma: Nyingma merupakakan aliran Buddha tertua di Tibet. Menurut ajaran


Nyingma inti atau esensi dari setiap makhluk adalah kesadaran.
2. Sakya: Sakya memiliki bahasan yang erat kaitannya dengan literatur-literatur Tantra.
Sakya menekankan anti-realisme dalam pembahasan fenomena-objek di dunia.
3. Kagyu: Kagyu memiliki doktrin utama yang dinamakan Mahamudra. Mahamudra
merupakan gabungan teknik meditasi dan Yoga yang dipercaya dapat memberikan kita
persepektif terhadap kehampaan (sunyata).
4. Gelug: Gelug merupakan aliran yang erat kaitannya dengan Dalai lama. Di antara aliran
lainnya, Gelug merupakan aliran yang paling menekankan pembelajaran filsafat.
Bahasan filsafat yang ditekankan terkait ajaran Buddha di antaranya: Prajnaparamita,
Madhyamaka, Pramana, Abhidharma dan Vinapa.

Sehingga, dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bahasan filsafat, ajaran Buddha
di Tibet menggunakan persepektif yang serupa dengan aliran Mahayana; Menekankan aspek
kesadaran individu dalam setiap pembahasan fenomena-objek yang terjadi di dunia. Selain itu
Vajrayana yang merupakan aliran Buddha yang erat kaitannya dengan literatur Tantra, juga
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ajaran Buddha di Tibet, baik dari
bahasan filsafat maupun praktik seperti yoga dan meditasi.

Menurut saya, dasar pemikiran Buddha merupakan pemikiran yang kuat karena mampu
mempengaruhi negara – negara yang telah memiliki kepercayaan. Filsafat agama Buddha
dianggap benar dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Cina dan meningkatkan
kebudayaan dalam kehidupannya.

Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Buddha#Perkembangan_mazhab_Buddha_dalam_kajia
n_filsafat

http://www.yogilin.net/gurulin/elist/glin_e.html
https://berita.bhagavant.com/2010/12/07/buddhisme-dan-kebangkitannya-di-china.html

Anda mungkin juga menyukai