Anda di halaman 1dari 110

Pendapat hilangnya agama Buddha dinegeri asalNya

Ada pendapat yang mengatakan hilangnya agama Buddha dari


negeri asalNya India karena suatu karma buruk yang berbuah
gara-gara Agama Buddha mendiskriminasi Sangha Biksuni.

Jika agama Buddha lenyap di India karena karma buruk akibat


mendiskriminasi Sangha Bhikkhuni, kenapa agama Buddha di
Srilangka, Thailand, Myanmar yang tidak memiliki Sangha
Bhikkhuni lagi dan tidak mengizinkan para wanita untuk
ditahbiskan sebagai bhikkhuni (karena penahbisan bhikkhuni
menurut Vinaya harus dilakukan oleh Sangha Bhikkhu dan Sangha
Bhikkhuni) tidak lenyap, malahan masih bertahan sampai
sekarang?

Menurut saya, lenyapnya agama Buddha di India sesudah masa


Raja Asoka dikarenakan adanya desakan dari agama Hindu yang
kembali mendapatkan dukungan dari raja-raja yang berkuasa
kemudian (seperti raja-raja dari Dinasti Gupta setelah jatuhnya
Dinasti Maurya). Faktor lainnya, adanya serangan dari bangsa
barbar (kalau tidak salah bangsa Huns) yang menghancurkan
seluruh hasil kebudayaan India, termasuk membumi-hanguskan
perguruan tinggi agama Buddha Nalanda dan membakar berbagai
kitab suci dan literatur Buddhis yang ada di dalamnya. Setelah
berbagai kejadian politis ini, agama Buddha yang sudah semakin
lemah posisinya di India akhirnya lenyap sama sekali karena
masuknya pengaruh agama Islam ke India pada abad ke-7 M.

Ini pendapat pribadi saya tentang sebab lenyapnya agama Buddha


di India ditinjau dari sisi historis. Untuk pertanyaan apakah faktor
1
kamma juga berpengaruh, sangat sulit untuk dijawab karena
sebagai umat awam, kita tidak mengetahui jalannya hukum karma
itu. Tetapi satu hal yang pasti bahwa hukum ketidakkekalan
berlaku bagi segala fenomena di dunia ini (sabbe sankhara
anicca), demikian juga ajaran Sang Buddha cepat atau lambat
pasti akan lenyap entah disebabkan oleh faktor luar (dari luar
agama buddha itu sendiri) atau faktor dalam (dari dalam agama
buddha itu sendiri, yaitu dari para penganutnya).

Untuk faktor luar (seperti pengaruh agama lain/faktor politis)


mungkin kita tidak bisa menghindarinya, namun kita bisa
mencegah kehancuran agama Buddha karena faktor dalam, yaitu
dengan tetap menghayati ajaran Sang Buddha yang benar dan
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Buddha pernah kata bahawa pencerahan buddhadharma akan


tamat 1500 tahun selepas beliau para-nirvana tetapi oleh kerana
bhikkhuni diterima kedalam sangha pencerahan buddhadharma
akan tamat 500 tahun lebih awal.

Mengapa Buddha kata begitu kita tak tahu. Kita tak boleh kata
bahawa agama Buddha lenyap di India oleh kerana karma buruk
mendiskriminasi sangha bhikkhuni.

Ada banyak faktor yang menyebabkan agama Buddha tidak dapat


diterima oleh orang ramai. Dua faktor yang boleh kita dapati dalam
sutra. Satunya adalah bahawa Buddha sendiri tidak mahu
mempopularkan agama buddha. Itulah sebabnya beliau ada satu
larangan kepada sami iaitu mereka tak boleh ajar tanpa di minta.
2
Mereka mesti ditanya soalan sebelum mereka boleh jawab dan
ajar. Faktor yang keduanya adalah larangan membunuh dan oleh
demikian bila barbar menyerang india penganut Buddha tidak
campur tangan dan biar mereka masuk sahaja. Itu membuat ramai
orang india marah dan benci kepada penganut Buddha.
Diskriminasi dan penindasan hindu keatas penganut Buddha pada
satu ketika adalah sangat teruk.

Tetapi pada hari ini Buddha diterima sebagai reinkarnasi khrisna


dan diberi kehormatan yang tinggi di india. Pada hari ini buddhism
mula diterima terutama sekalinya daripada gulungan
"untouchables". Pada tahun 2005 india ada 7,000,000 penganut
Buddha - jauh lebih daripada banyak negara2 lain.

Salah satu penyebab utama lenyapnya Dharma di India adalah


perpecahan aliran. Dahulu study filosofis Dharma berkembang
pesat, sehingga muncul banyak aliran filosafat. Antar aliran terjadi
perdebatan hebat. Efeknya, study filosofis ditekankan dengan
tujuan menang perdebatan, entah antar aliran ataupun dengan
agama lain; lalu segi praktek dan realisasi langsung pelan-pelan
mengalami kemunduran. Para guru besar yang memiliki
pencapaian tinggi mulai berkurang atau pergi mengajar ke negara-
negara lain sperti tibet, china, dll.
Filsafat Buddhis yang demikian dalam hanya dapat dipahami oleh
para cendikiawan, tidak oleh rakyat biasa. Study Dharma hanya
berkembang di lingkungan vihara dan universitas saja, sedangkan
di masyarakat luas malah mengalami kemunduran. Hal ini
menyebabkan umat awam mudah terpengaruh dan pindah agama.
Tanpa sokongan masyarakat, bagaimana Sangha yang tidak
3
bekerja bisa bertahan? Apalagi terjadi gempuran musuh yang
memang mengincar vihara dan sangha.

Ibarat pohon berbuah dan matang, dibiarkan terlalu lama maka


buah yang terlalu matang pelan-pelan menjadi busuk. Karena lupa
menanam benih-benih baru (regenerasi), bahkan saling sibuk
berdebat antar aliran, maka musnahlah pohon yang anggun itu.

Buddha pernah berkata bahwa tidak ada satu mahkluk pun yang
sanggup menghancurkan Sasana kecuali siswa-Nya sendiri yang
menghancurkan diri sndiri dari dalam.

Hal ini juga sedikit banyak terpengaruh oleh karma kolektif orang
India saat itu. Tidak bisa kita menyalahkan sangha bhikkhuni.
Setelah Konsili Pertama, pengulangan sutra vinaya dilakukan,
dikatakan bahwa usia Sasana berkembang menjadi 5000 tahun,
bahkan ada versi Mahayana yang menyebutkan 10,000 tahun.
Selama kita melestarikan Dharma ini, maka sasana tidak akan
musnah. Ingat Kalama sutta, jgnlah kita termakan bahkan ramalan
Buddha sndiri. Bahkan kita sebenarnya tidak tahu apakah ramalan
itu benar-benar telah diucapkan oleh Buddha sendiri atau sekedar
salah dengar; atau lebih parah lagi, apakah dahulu isu itu
disebarkan oleh Mara?

Toh, akhirnya sekarang Sasana kembali berkembang di India, di


Indonesia,

4
Setelah berakhirnya masa kaum Kushan, agama Buddha
berkemabng di India selama dinasti Gupta (abad ke-4 sampai ke-
6). Pusat-pusat studi Mahayana didirikan, terutama di Nalanda
bagian timur laut India, yang akan menjadi 'universitas' Buddha
yang paling besar dan paling berpengaruh untuk abad-abad yang
akan datang. Beberapa pengajarnya yang terkenal adalah
Nagarjuna. Gaya seni Buddha ala Gupta menjadi sangat
berpengaruh di Asia Tenggara sampai Tiongkok Kuna sementara
agama ini menyebar ke sana.

Buddha dan Bodhisattwa, abad ke-11, Kekaisaran Pala.

Agama Buddha India menjadi lemah pada abad ke-7 mengikuti


invasi Hun Putih dan Islam. Namun, di bawah Kekaisaran Pala,
mazhab Mahayana berkembang kembali antara abad ke-8 dan ke-
12. Kaum Pala banyak mendirikan kuil-kuil dan sebuah aliran seni
Buddha yang khas.

Sebuah tonggak bersejarah penting dalam runtuhnya agama


Buddha di India terjadi pada tahun 1193 ketika para penakluk
Islam Turki di bawah Muhammad Khilji menghancurkan Nalanda.
Pada akhir abad ke-12, setelah penaklukan oleh kaum Islam atas
benteng-benteng Buddha di Bihar, keberadaan kaum Buddha di
India menjadi langka. Selain itu pengaruh agama Buddha juga
pudar akibat gerakan renaisans Hindu seperti Advaita dan
munculnya gerakan bhakti.

Meskipun lahir di India, pada awal abad ke-20, agama Buddha


hanya dipeluk oleh beberapa orang di daerah-daerah terpencil di
India.

5
Dalam diskusi “Dimana Letaknya Nibana” saya telah menyitir
perumpamaan seorang penceramah yang menggambarkan
perginya api lilin yang padam. Sebetulnya perumpamaan ini
mempunyai arti yang lain. Kita tahu lilin itu padam kalau sudah
habis lilinnya, dengan kata lain kalau sudah habis bahan bakarnya,
keberadaan bahan bakar ini yang menyebabkan lilin tetap menyala
!!. Hal ini dapat diperumpamakan seperti kehidupan
manusia/mahluk. Kalau bahan bakar untuk hidup itu masih ada
maka kahidupan itu akan berlangsung. Apa bahan bakar untuk
berlangsungnya kehidupan itu?, tak lain adalah kekotoran batin
kita, tanha kita, kebodohan kita dan lain-lain. Bahan bakar inilah
yang menyebabkan kita bertumimbal lahir terus menerus tak henti-
hentinya. Selama masih ada bahan bakar maka kita akan tetap
“menyala” di alam ini. Jadi supaya tidak “menyala” kita harus
menghilangkan “bahan bakar” ini. Dengan demikian nibana itu ada
kaitannya dengan kekotoran batin berkaitan dengan kesucian
batin, bukan “barang” yang terpisah. Jadi kalau kita mengatakan
tujuan kita adalah mencapai nibana berarti tujuan kita adalah
mengurangi kejahatan, memupuk kebaikan dan mensucikan
pikiran. Sekarang masalahnya apakah kita akan asyik mengurus
diri sedangkan disekeliling kita terjadi banyak ketimpangan?.
Disinlah letak sikap yang akan menentukan arah yang akan dituju.
Saya cuplikan cerita mula-mula SEB: Para biksu dan biksuni
selama Perang Vietnam, dipaksa untuk milih:Tetap meditasi
sementara desa di luar wihara dibombardir atau nolong rakyat
yang sedang menjerit-jerit kesakitan. Mereka pilih keduanya:Tetap
meditasi sambil nolong orang.Bhante Thich Nhat Hanh
mempelopori pilihan ini dan mengembangkannya. Untuk orang
Teravada tradisional (saya memakai istilah tradisiobnal untuk
membedakan dengan mereka yang kurang peduli pada
6
lingkungan) mereka lebih menekankan pada mengurus diri sendiri.
Barang kali ada rekan yang masih ingat di millist ini ada cerita
tentang adanya seorang ayah yang anaknya pindah agama dan
dia menjawab saya tidak peduli, pikirnya anata yang sempurna
adalah kalau sudah tidak mempedulikan apa-apa. Saya pernah
membaca suatu buku tentang runtuhnya agama Budha di India
Utara (salah satunya di Afganistan sekarang), katanya para
bikhunya diam saja pada waktu diserbu oleh pengikut aliran lain
dari Barat. Kita juga mengetahui bahwa agama Budha yang
dikembangkan oleh Samasambudha di India runtuh setelah sekitar
1500 tahun sedangkan agama yang dikembangkan oleh bukan
Samasambudha bisa bertahan lebih dari 1500 tahun di tempat
asalnya. Sedangkan kita, umat awam yang tidak tahu kebenaran
transcendental ini, mendapat “fakta” ( mungkin samar) bahwa
pengaruh seseorang, aura seseorang memancar dari diri orang
tersebut. Semangkin suci seseorang pengaruh auranya
semangkin jauh dihitung dari dirinya, bukannya meloncat loncat,
jadi seharusnya sekeliling orang tersebut terdapat kondisi yang
baik, prilaku tentunya bisa diharapkan lebih prima. Kedua fakta
tersebut (jeleknya kondisi di Afganistan dan hilangnya agama
Budha di India yang lebih cepat) bagi umat awam yang gak tahu
kebenaran transcendental ini hanya bisa ditafsirkan sebagai
terjadinya penafsiran yang salah dalam memahami agama Budha.
Dalam penafsirannya terdapat idea yang meruntuhkan dirinya,
hanya dengan penafsiran ini bisa dipahami agama yang Agung ini
bisa runtuh (runtuh karena sebab dari dalam). Akan tetapi apa
landasan mempedulikan sekeliling kita ?. Disinilah muncul teori
tentang kesatuan antara diriku dengan alam sekelilingnya dan
kebalikannya antara alam sekeliling dengan diriku atau kalau boleh
menyitir salah satu rekan di millist ini: persatuan antara
7
mikrokosmis dengan makrokosmos . Adanya persatuan ini maka
kita tidak bisa tidak harus peduli dengan sekeliling kita. Untuk
mengetahui hubungan ini kita melatih kesadaran terus menerus,
jangan hanya ditujukan pada diri sendiri saja melainkan juga
kesekeliling kita.

8
APAKAH HINDU SAMA DENGAN BUDHA?

Menanggapi judul thread diatas, jawabannya tidak sama. Agama


Hindu berbeda dengan Agama Buddha, meski tempat kelahiran
kedua agama ini sama, yakni India. Meskipun Pangeran Siddharta
terlahir dengan label Hindu, tetapi beliau justru mengajak orang-
orang untuk meninggalkan Weda pada saat itu. Alasannya, Weda
pada masa itu sudah jauh diselewengkan bahkan oleh kalangan
kaum Brahmin. Korban hewan dilakukan secara besar-besaran
atas nama Weda. Inilah yang tidak bisa diterima oleh Siddharta,
sehingga beliau mengajak umat manusia untuk meninggalkan
Weda yang berarti juga meninggalkan agama Hindu.

Dari sejarah diatas, sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa


Siddharta sendiri tidak mengajak orang-orang Hindu pada saat itu
untuk kembali ke jalan Weda yang benar, tetapi melepas ajaran
Weda dan kehinduan masyarakat di Inida sana. Lantas ajaran baru
beliau yang didasari atas welas asih kemudian berkembang
menjadi agama Buddha. Artinya Buddha menjadi agama tersendiri
diluar konteks Weda dan Hindu.

Mengani Pangeran Siddharta telah diramalkan kehadirannya


dalam kitab-kitab Weda, memang diramalkan sebagai orang yang
akan membawa ajaran baru, bukan sebagai orang yang akan
meluruskan ajaran Weda. Orang Hindu mempercayai beliau
sebagai Awatara, karena memang kehadiran beliau adalah untuk
menyelamatkan umat manusia dari penyimpangan-penyimpangan
agama dalam hal ini Hindu.

Awatara tidak selalu hadir untuk menegakkan Weda. Itu sebabnya


kemudian kalangan Hindu tidak pernah menyembah Siddharta,
1
seperti menyembah awatara Krishna, Rama dan lain-lainnya.
Meski demikian, orang-orang Hindu meyakini Siddharta adalah
awatara yang bertugas untuk memalingkan keyakinan umat Hindu
yang saat itu telah menyelewengkan ajaran-ajaran Weda.

Jika kehadiran Awatara Siddharta untuk mengajak orang-orang


meninggalkan Weda, berarti Hindu pernah ditinggalkan pengikut-
pengikutnya ? Pertanyaan ini mungkin muncul setelah mengetahui
apa misi Pangeran Siddharta tadi. Jawabannya ya. Hindu pernah
kehilangan sebagian besar pengikutnya di daratan India sana.
Lebih-lebih setelah Maharaja Ashoka mulai menegakkan ajaran
Agama Buddha di India. Untuk mengembalikan orang-orang agar
kembali meyakini ajaran Weda maka Brahman mengutus lagi
awatara yang lain yakni Shri Adi Shankaracarya yang hidup di
masa modern yakni tahun 788 - 820 Masehi. Shri Adi
Shankaracarya diyakini merupakan Awatara Siwa, sementara
awatara yang banyak dikenal orang-orang Hindu adalah Awatara
Wishnu, sehingga Shri Adi Shankaracarya tidak termasuk kedalam
Dasa Awatara (10 awatara) yang diberitakan dalam kitab-kitab suci
Hindu.

Misi untuk mengembalikan ajaran-ajaran Weda pun berhasil


dilakukan hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun. Mustahil jika
orang biasa mampu merubah keyakinan jutaan orang hanya dalam
waktu sesingkat itu. Sebagian besar masyakarat Inida yang
sempat menjadi penganut ajaran Buddha kini kembali menjadi
penganut ajaran Weda, sampai saat ini.

2
Sankara Acharya, Sang Awatara Dewa Siwa

Sankara Acharya adalah Penjelmaan Dewa Siwa, Penerus Misi


Buddha Gautama

Umat Hindu umumnya telah akrab dengan konsep penyatuan


Atman dengan Brahman (Moksa). Juga terhadap konsep ―Tat
Tvam Asi‖ Namun, tidak banyak yang tahu bahwa konsep itu
diajarkan oleh Adi Sankara Acharya, yang diyakini sebagai

3
penjelmaan Dewa Siwa. Sankara, begitu beliau lebih dikenal
secara luas, mengemban misi besar untuk mengembalikan ajaran
Weda yang seolah tenggelam karena berkembangnya agama
Buddha yang diajarkan oleh Buddha Gautama. Benarkah Atman
dapat menyatu dan lenyap ke dalam Brahman?

Apa artinya ―moksa‖? Kalau pertanyaan itu, diajukan pada orang


Hindu, sebagian pasti akan menjawab : ―Moksa adalah bersatunya
Atman dengan Brahman. Moksa adalah keadaan di mana diri kita
kembali bersatu dengan Tuhan― Bersatu dengan Tuhan? Apanya
yang bersatu, diri kita? Artinya, suatu saat ―diri‖ kita akan lenyap
dan ―merger‖ dengan Tuhan? Jadi, roh akan berhenti mengalami
punarbhawa (reinkarnasi) setelah ia ―menjadi‖ Tuhan?
Sepertinya, tidak banyak di antara kita yang pernah
mempertanyakan lagi kebenaran konsep moksa yang satu ini. Kita
seolah sudah merasa nyaman dan pede memberikan jawaban
yang telah baku dan memang populer itu. Apalagi, logika
pemahaman moksa dalam artian penyatuan antara atman dan
Brahman itu didukung oleh contoh-contoh rasional yang konkret.
Atman diibaratkan sebagai air sungai yang mengalir ke laut,
sedangkan Brahman diumpamakan sebagai lautan. Ketika air
sungai telah berhasil mencapai lautan, maka terjadilah penyatuan
keduanya.

Kita tidak akan bisa lagi membedakan, mana yang air sungai dan
mana yang air laut. Begitulah, saat mencapai moksa, sang atman
tidak akan dapat dibedakan lagi dengan brahman, …..seperti
halnya air sungai yang ―merger‖ dengan air laut itu. Roh akan
―lenyap‖ dan ―menyatu‖ dengan Tuhan.

Sekilas, perumpaan air sungai dan air laut itu memang memadai
untuk menggambarkan apa yang dialami oleh roh setelah ia
moksa. Tetapi, contoh itu hanya tepat bagi seorang awam, yang
tidak memahami seluk beluk atom, molekul dan persenyawaan
kimia!
4
Memang benar, secara kasat mata, air sungai dan air laut itu
―kehilangan identitasnya‖ masing-masing setelah mereka bersatu.
Namun, orang yang memahami konsep persenyawaan antara
berbagai molekul zat akan melihat kenyataan lain. Ia akan tahu,
bahwa molekul air sungai terdiri dari atom-atom Hidrogen dan
atom-atom Oksigen. Rumus molekul air adalah H2O. Artinya, satu
atom oksigen mengikat dua atom hidrogen untuk membentuk satu
molekul air. Begitupun air laut memiliki unsur-unsur penyusun yang
sama.

Ketika air sungai bertemu air laut, terjadilah reaksi antara atom-
atom hidrogen dan oksigen air sungai, dengan atom-atom
hidrogen dan oksigen air laut. Mungkin dua atom hidrogen air
sungai akan berikatan dengan satu atom oksigen air laut dan
membentuk molekul baru. Bisa pula, satu atom oksigen air sungai
mengikat dua atom hidrogen air laut. Dan seterusnya, dan
seterusnya. Tetapi, jangan lupa bahwa masing-masing atom itu
tidak pernah kehilangan ―identitasnya‖. Kalau kita tandai masing-
masing atom itu, akan tampak atom hidrogen air sungai tidak
berubah menjadi atom hidrogen air laut. Begitupun sebaliknya.
Mereka hanya berikatan satu sama lain, tapi tidak ada pihak yang
kehilangan ―jati dirinya.‖ Artinya, jati diri atom-atom air sungai tetap
ada, tidak lenyap, meskipun ia ―menyatu‖ dengan atom-atom air
laut.

Begitu pula dengan Atman dan Brahman. Kalau memang benar


bahwa Atman dapat ―menyatu dan lenyap‖ ke dalam Brahman, hal
itu akan bertentangan dengan sifat-sifat sang roh (atman) yang
diuraikan dalam kitab-kitab Weda.
Weda menjelaskan bahwa sang roh adalah energi atau daya hidup
yang kekal. Penjelasan seperti itu sangat sesuai dengan Hukum
Kekekalan Energi dalam ilmu fisika. Bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dengan demikian,
roh tidak bisa musnah, tidak bisa lenyap atau kehilangan sifat
5
individualitasnya. Ia hanya berpindah dari satu badan jasmani ke
badan jasmani lainnya, sesuai dengan karmanya.

Dalam Kitab Bhagavad-gita 2.23 dan 2.24 Sri Krishna memperkuat


penjelasan di atas, dengan menyatakan sebagai berikut:

nainaà chindanti çasträëi


nainaà dahati pävakaù
na cainaà kledayanty äpo
na çoñayati märutaù

acchedyo ‘yam adähyo ‘yam


akledyo ‘çoñya eva ca
nityaù sarva-gataù sthäëur
acalo ‘yaà sanätanaù

―Sang roh/jiwa tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian


oleh senjata manapun, terbakar oleh api, dibasahi oleh air, atau
dikeringkan oleh angin. Roh yang individual ini tidak dapat
dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, dibakar ataupun
dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada di mana-mana,
tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap ada untuk
selamanya.‖

Jadi, jelaslah bahwa konsep Atman dapat menyatu dengan


Brahman, lalu lenyap seperti yang sering dijelaskan itu sebenarnya
kurang tepat. Contoh berikut mungkin akan lebih memperjelas
kekeliruan konsep kita tentang moksa. Ada seekor burung yang
bulu-bulunya berwarna hijau, lalu hinggap pada sebatang pohon
yang daunnya rindang berwarna hijau pula. Sudah tentu, burung
itu akan seolah-olah lenyap dan tampak ―menyatu‖ dengan pohon
itu. Orang yang kurang cerdas akan mengatakan bahwa burung itu
telah mencapai ―penyatuan‖ dan kehilangan jati dirinya. Padahal,
bagaimana faktanya? Ya, jelas sekali. Burung berbulu hijau itu
tidak pernah berubah menjadi pohon, ia tetap ada di ranting pohon
6
itu, tidak kehilangan individualitasnya. Demikian halnya sang
pohon. Keduanya tampak seolah-olah menyatu, hanya karena
persamaan sifat, bukan karena yang satu menjadi yang lain.

Begitupula dengan sang roh (Atman), ia akan tetap menjadi


percikan-percikan Tuhan yang bersifat kekal, dan tidak akan
pernah dapat berubah menjadi Tuhan (Brahman).

Sebagaimana dinyatakan oleh Sri Krishna :‖ mamaivamso jiva-loke


jiva-bhutah sanatanah‖ Para makhluk hidup di dunia yang terikat
ini adalah bagian-bagian percikan yang kekal dari Diriku
(Bhagavad-gita 15.7).
Lagi pula, air sungai masih akan ada kemungkinan untuk
mengalami penguapan. Cahaya matahari akan membuat air laut
menguap menjadi awan, lalu akan jatuh lagi ke daratan. Jadi,
menyatunya Atman dengan Brahman, kalau memang hal itu
terjadi, tidak akan bersifat kekal. Bukankah kita sendiri mengalami
bahwa sifat roh adalah selalu giat? Bagaimana mungkin roh yang
bersifat aktif dapat tinggal diam dalam kekosongan tanpa ada
kegiatan? Dengan sifat aktif seperti itu, suatu saat roh akan jatuh
lagi ke dalam lingkaran kelahiran dan kematian.

Bila kita lacak kembali asal usul ajaran penyatuan Atman dengan
Brahman, kita akan temukan nama Adi Sankara Acharya, salah
seorang guru besar dan filosof yang sangat termasyur di India,
dikenal sebagai pencipta filsafat Mayawada itu.

Lalu, mengapa Sankara Acharya berbuat demikian? Mengapa


beliau mengajarkan konsep yang berbeda dengan ajaran Weda
yang sesungguhnya? Jawabannya, Sankara Acharya memang
mengemban tugas melanjutkan misi yang telah dirintis oleh
Buddha Gautama.

Menurut Satsvarupa das Gosvami (1996) dalam Padma Purana


terdapat uraian mengenai identitas Sankaracarya yang
7
sebenarnya. Dia adalah penjelmaan Dewa Siwa yang mengemban
misi khusus :

―Istriku Parvati, dengarlah penjelasan bagaimana aku


menyebarkan kebodohan melalui filsafat Mayavada. Hanya
dengan mendengarnya saja, bahkan seorang yang sangat maju
sekalipun akan jatuh. Dalam filsafat ini, yang sebenarnya sangat
menyesatkan bagi orang awam, Aku akan menafsirkan secara
keliru makna sejati ajaran-ajaran Weda, dan menganjurkan
seseorang untuk meninggalkan segala jenis kegiatan untuk
mencapai pembebasan dari karma. Dalam filsafat Mayawada itu,
Aku menyatakan bahwa jiwatma (sang roh) dan Paramatma
(Tuhan) adalah tunggal dan memiliki sifat-sifat yang sama.

Istriku, pada jaman Kaliyuga nanti Aku akan menjelma sebagai


seorang brahmana dan mengajarkan filsafat Mayawada itu. Untuk
menipu para ateis (orang yang tidak percaya kepada Tuhan), aku
menguraikan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai tidak
berwujud dan tidak memiliki sifat. Begitu pula, dalam menafsirkan
Vedanta, Aku menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud, dan
tidak berbentuk.‖

Sewajarnya, orang lantas bertanya, mengapa Dewa Siwa berbuat


demikian? Dalam Siva Purana, dijelaskan bahwa Dewa Siwa
hanya menjalankan perintah. Sebagaimana kita ketahui, Buddha
Gautama adalah penjelmaan Sri Wishnu yang telah mengajarkan
agama Buddha dan menolak kebenaran kitab-kitab Weda. Para
brahmana pada masa itu mengatasnamakan Weda untuk
melakukan korban binatang atau mendirikan rumah potong hewan.
Mereka juga mulai menyimpangkan ajaran Weda dengan
memperkenalkan sistem kasta, yang menganggap bahwa hanya
para brahmana yang boleh dan mampu mendekatkan diri kepada
Tuhan. Karena itulah, tidak ada pilihan lain bagi Buddha Gautama,
untuk menyelamatkan Weda, untuk sementara beliau menolak

8
kebenaran Weda. Buddha Gautama mengajarkan ahimsa dan
menghapuskan sistem kasta.

Buddha Gautama juga mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini


adalah penderitaan, bahwa penyebab penderitaan itu adalah
keinginan-keinginan duniawi kita, dan dengan menghapuskan
seluruh keinginan, kita akan dapat mencapai nirwana, yaitu
pembebasan dari kelahiran ke dunia ini. Buddha Gautama
menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan keberadaan Tuhan, tentang atman (roh),
kehidupan setelah pembebasan, dan sebagainya. Ketika ditanya
mengenai hal-hal seperti itu, Buddha Gautama akan menjawab
―Tathagata (Buddha) bebas dari segala teori.‖ (Ravindrasvarupa,
1991).

Para pengikut Buddha selanjutnya menyebarkan doktrin sunya


atau anätma, yang berarti ―roh itu tidak ada‖, namun semua itu
adalah penafsiran yang bersifat duniawi dari ―kebisuan‖ Buddha
Gautama terhadap topik-topik spiritual. Fakta sederhananya
adalah bahwa Buddha Gautama menolak kebenaran Weda,
namun Beliau tetap setia pada ajaran Weda dengan cara menolak
menciptakan ―teori-teori‖ sendiri tentang Tuhan, tentang roh, dan
sebagainya yang berbeda dari konsep-konsep Weda. Karena
itulah Buddha Gautama ―diam seribu bahasa‖ mengenai hal-hal itu.

Kesadaran masyarakat pada masa itu tercemari akibat makan


daging, orang telah menjadi ateis. Namun Sang Buddha yang tidak
pernah berbicara sepatah katapun mengenai Tuhan, berhasil
memenangkan sikap patuh dan tunduk orang-orang itu kepada
Beliau. Demikianlah, Sri Wishnu telah mensiasati dan menipu
orang-orang yang ateis pada masa itu untuk memuja Tuhan dalam
penjelmaannya sebagai Sang Buddha. Misi Buddha Gautama
sukses, sebagian besar masyarakat India mengikuti ajaran Beliau
dan memeluk agama Buddha.

9
Namun keberhasilan itu membawa bahaya tersendiri, yaitu
hilangnya rasa hormat terhadap Weda, dan berkembangnya
filsafat yang menolak keberadaan Tuhan dan keberadaan roh.

Kemunculan Buddha Gautama merupakan langkah awal untuk


proses pelurusan kembali ajaran-ajaran Weda yang telah
disimpangkan. Langkah berikutnya adalah dengan mengutus
awatara Dewa Siwa untuk melakukan pelurusan lebih lanjut.
Awatara itu tidak lain adalah Sripada Sankarã Achãrya, yang lahir
pada tahun 788 Masehi di wilayah bernama Kaladi, di Propinsi
Kerala, India Selatan. Sankara, demikian nama pemberian dari
kedua orang tuanya, lahir dari pasangan brahmana bernama
Sivaguru dan Aryamba.

Pasangan ini telah lama menikah, namun tidak dikaruniai anak.


Lalu mereka mengadakan pemujaan kepada Tuhan agar dikaruniai
anak. Dikisahkan bahwa Dewa Siwa muncul dalam mimpi mereka.
Dewa Siwa memberikan pilihan, apakah mereka ingin memiliki
satu anak laki-laki yang berusia pendek namun akan menjadi ahli
filsafat yang sangat termashyur di dunia, ataukah memilih
dikaruniai banyak anak, namun mereka akan memiliki kemampuan
biasa-biasa saja. Tentu pilihan pertama menjadi lebih menarik bagi
pasangan brahmana itu. Nama yang diberikan oleh kedua orang
tuanya adalah Sankara. Adi Sankara Acharya, demikian beliau
kemudian dikenal secara luas, adalah nama yang diberikan
sebagai tanda kehormatan.

Kata ―Adi‖ di depan nama Sankara dalam bahasa Sanskerta


adalah sebuah gelar kehormatan yang berarti ―yang mulia‖.
Sedangkan kata ―acharya‖ adalah sebutan untuk seorang guru
kerohanian yang sudah insaf akan dirinya. Telah menjadi sebuah
tradisi Hindu bahwa kata gelar yang berada di belakang nama
seseorang yang dihormati, biasanya akan ditulis menyatu dengan
nama belakang itu. Demikianlah, Sankara mendapat gelar
―acharya‖, sehingga namanya menjadi ―Adi Sankara Acharya‖
10
Ayahnya telah meninggal dunia ketika Sankara baru berusia 3
tahun, sehingga ibunya menyelenggarakan upacara upanayana
(upacara yang menandai seorang anak mulai belajar Weda)
baginya dengan bantuan saudara-saudaranya. Sankara mampu
menguasai segala jenis cabang pengetahuan Weda dalam waktu
singkat.

Banyak peristiwa atau kejadian ajaib yang dikisahkan sehubungan


dengan masa muda Sankara. Sebagai seorang Brahmana muda,
suatu hari ia pernah pergi meminta sedekah makanan dari rumah-
rumah keluarga-keluarga yang ada di desanya. Seorang wanita
yang sangat miskin, namun tidak ingin membiarkan Sankara pergi
dari hadapannya dengan tangan hampa, akhirnya memberikan
buah amla yang hampir membusuk, satu-satunya benda yang
tersisa di rumahnya. Tersentuh oleh sifat kedermawanan dan
melihat kemiskinan dari wanita itu, Sankara menyusun doa pujian
kepada Dewi Laksmi, dewi kekayaan di depan pintu rumah wanita
itu. Sebagai hasil dari doa tersebut, rumah wanita itu dipenuhi
dengan emas.

Sejak masa mudanya Sankara telah memiliki keinginan yang kuat


untuk memasuki tahap hidup sannyasa (tahap hidup pelepasan
ikatan terhadap hal-hal duniawi). Dalam hidupnya Sankara tidak
pernah mencita-citakan untuk menikah dan menjalani kehidupan
berumah tangga, meskipun ibunya sangat mendambakan hal itu.
Suatu hari, ketika sedang mandi di sebuah sungai, seekor buaya
menggigit kakinya. Sankara merasa bahwa ia memang telah
ditakdirkan untuk meninggal dunia pada saat itu juga, dan
kemudian segera memutuskan untuk memasuki tahap hidup
sebagai seorang sannyasa. Ibunya menyaksikan peristiwa itu.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Sankara guna memperoleh ijin
dari ibunya untuk menjadi seorang sannyasa. Kalau tidak, maka ia
akan mati ditelan buaya itu. Akhirnya dengan terpaksa ibunya
memberikan restu, dan melupakan keinginannya agar Sankara
menikah. Sankara berjanji kepada ibunya, bahwa walaupun ia
11
seorang sannyas, kelak bila ibunya meninggal dunia, dia sendiri
yang akan datang memakamkan jenasahnya.

Setelah dalam pikirannya Sankara memutuskan untuk memasuki


tahap kehidupan pelepasan terhadap ikatan duniawi (sannyasa),
tiba-tiba buaya tersebut melepaskan gigitan kakinya. Sejak saat
itulah, secara tidak resmi Sankara memasuki tahap hidup sebagai
sannyasa, dan memutuskan untuk mencari seorang guru yang
akan mampu membimbing dan mengarahkannya.
Dalam pengembaraannya mencari seorang guru, Sankara tiba di
tepi Sungai Narmada di India Tengah. Di sana, ia tiba disebuah
ashram yang dipimpin oleh Govinda Bhagavatpada, murid dari
Gaudapada yang termashyur dengan kitab karangannya,
Mandukya Karikas. Kitab Mandukya Karikas dianggap sebagai
kitab yang mulai memperkenalkan filsafat Advaita Vedanta.
Sankara diterima sebagai murid secara rohani oleh Govinda
Bhagavadpada, yang menganugerahinya dengan diksa sebagai
sebagai sannyasa dalam tingkatan tertinggi, yaitu tahap
paramahamsa.

Menyadari kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh muridnya,


Govinda memerintahkan Sankara untuk menguraikan secara
terperinci filsafat Vedanta dengan menyusun ulasan atau tafsiran
terhadap Upanisad-upanisad terpenting, Brahma Sutra, dan
Bhagavad-gita. Sankara memohon ijin gurunya untuk pergi
melakukan perziarahan ke berbagai tempat suci di India, sambil
menyusun ulasan-ulasannya terhadap kitab-kitab Upanisad.

Sangatlah besar sumbangan pemikiran Sankaracharya terhadap


filsafat Vedanta dan kebangkitan kembali budaya India secara
keseluruhan.

Secara garis besar, karya-karya Sankaracharya dapat


dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu (1) Bhasya (ulasan
terhadap prasthana trayi). Sankaracharya menulis ulasan terhadap
12
10 Upanisad, Brahma Sutra, dan Bhagavad-gita. Ketiga jenis kitab
ini disebut sebagai tiga karya terpenting dalam filsafat Vedanta
(prasthana trayi). Dewasa ini orang yang mempelajari Upanisad
dan Brahma Sutra dianggap belum lengkap pengetahuannya,
kalau belum membaca ulasan Sankaracharya. Gaya bahasa yang
digunakannya juga begitu mudah dipahami, namun memiliki
makna yang teramat luas serta mendalam; (2) Prakarana Grantha
(ayat-ayat yang berisi uraian pendahuluan dalam mempelajari
sebuah kitab); dan (3) Stotra (kumpulan mantra sebagai doa-doa
pujian).

Selama 32 tahun usia hidupnya, Sankara Acharya mengabdikan


seluruh hidupnya untuk merestorasi dan meluruskan kembali
ajaran-ajaran Weda. Sumbangan terbesar Sankara Acharya
adalah keberhasilannya mengalahkan filsafat agama Buddha yang
telah membuat agama Hindu tenggelam pada masa itu. Sankara
Acharya melakukan debat-debat terbuka dengan para pendeta
Buddha , dan berhasil membuktikan kebenaran ajaran Weda.
Sankara Acharya melakukan perjalanan ke seluruh wilayah India,
dan mendirikan ashram-ashram besar di empat penjuru India, yaitu
di utara di Badrinath, di selatan di Sringeri, di Barat di Dwaraka,
dan di timur di Puri.

Sesuai dengan uraian tujuan Dewa Siwa menjelma sebagai


Sankaracarya dalam Padma Purana dan Siwa Purana seperti yang
dipaparkan di atas, maka dalam melakukan misinya Sankaracarya
membuat berbagai penyesuaian.
Misalnya, untuk mengajak kembali para penganut Buddha agar
menerima ajaran Weda, Sankaracarya melakukan kompromi
dengan menciptakan penafsiran yang berlawanan dengan makna
sesungguhnya ayat-ayat Weda. Buddha mengajarkan bahwa tidak
ada Tuhan dan tidak ada atman, sedangkan
Weda jelas-jelas mengajarkan bahwa Tuhan itu ada, memiliki sifat
personal. Sama halnya kalau kita ingin bertemu dengan presiden
Amerika Serikat, mau tidak mau kita harus bertemu dengan
13
“personal” atau “individu” yang menjabat sebagai presiden saat ini,
yaitu George W. Bush. Kitab-kitab Purana dan Upanisad
menyatakan bahwa Tuhan memiliki aspek personal dan aspek
impersonal. Aspek personal Tuhan berarti bahwa Tuhan memiliki
“wujud” atau “bentuk” rohani, yang berada diluar jangakuan nalar
dan imajinasi manusia.

Bahkan dalam kitab Injil, Al-Quran, dan Taurat, terdapat ayat-ayat


yang membuktikan bahwa Tuhan memang memiliki wujud atau
bentuk rohani, meskipun ayat-ayat itu sering hanya memberikan
keterangan yang samar-samar. Sebaliknya, dalam kitab-kitab
Purana dan Upanisad, jelas-jelas disebutkan bahwa aspek
tertinggi Tuhan adalah aspek bhagavan (Tuhan yang bersifat
personal). Karena Buddha Gautama mengajarkan bahwa Tuhan
itu tidak ada, maka Sankaracarya menegaskan bahwa Tuhan itu
ada, namun tidak bersifat personal, Tuhan tidak memiliki bentuk
atau wujud rohani. Konsep Tuhan yang tidak berwujud inilah yang
lebih dikenal sebagai Brahman. Jadi Sankaracarya mengambil
jalan tengah atau kompromi antara ajaran Buddha dan ajaran
ketuhanan Weda, yaitu Tuhan ada, namun tidak berwujud!
Sankaracarya juga menegaskan bahwa atman itu ada, bahwa diri
manusia sesungguhnya adalah “daya hidup” yang berada di dalam
badan, yang dalam bahasa sehari-hari kita kenal sebagai roh.

Hal ini berlawanan dengan pandangan Buddha yang menyatakan


roh itu tidak ada atau anatma. Untuk memperkuat konsep adanya
roh itu, Sankaracarya memperkenalkan ajaran ―TAT TVAM ASI‖
yang sering diartikan dengan ―Aku adalah Kamu, Kamu adalah
Aku‖. Lalu konsep itu dikaitkan dengan salah satu ajaran dasar
Weda lainnya yang menyatakan ―AHAM BRAHMASMI‖ yang
berarti ―AKU ADALAH BRAHMAN‖. Nah, penggabungan kedua
ajaran ini menghasilkan pemahaman bahwa diri manusia
sesungguhnya adalah Brahman, karena Sankaracarya menyebut
Tuhan juga dengan kata ―Brahman‖.

14
Jadilah berkembang filsafat yang menganggap bahwa
sesungguhnya manusia ini adalah Tuhan-Tuhan yang sedang
tercemari kesadarannya, hingga jatuh ke dalam kehidupan
material ini. Penyebab jatuh itu adalah ilusi atau maya. Jadi filsafat
itu menyatakan bahwa manusia sesungguhnya adalah Brahman-
Brahman yang sedang tertutupi oleh maya. Bila kita berhasil
mencapai pembebasan, kita akan kembali menjadi Brahman, atau
menyatu dengan Brahman. Itulah konsep moksa yang sering kita
pahami. Karena itulah filsafat ini sering disebut filsafat Mayavada
atau filsafat Mayavadi. Para pengikut filsafat ini menganggap
semua manusia adalah sama, Tat Tvam Asi. Celakanya, mereka
menganggap persamaan itu dalam bentuk ―Aham Brahmasmi‖
sehingga mereka sering menyebut satu sama lain dengan sebutan
―daridra narayana‖. Narayana adalah nama lain dari Krishna atau
Wishnu, Tuhan sesungguhnya. Sedangkan ―daridra‖ artinya ―kecil‖
atau ―miskin‖. Jadi ―daridra narayana‖ artinya ―narayana kecil‖ atau
Tuhan yang sedang hilaf, kesadarannya tertutupi oleh maya,
sehingga jatuh ke dunia ini. Nanti kalau sudah mencapai moksa,
gelar ―daridra‖ itu akan hilang, hingga tinggal gelar Narayana.

Tentu saja, filsafat itu patut dikritisi, karena menggelikan dan berisi
unsur penghinaan. Mengapa? Menggelikan, karena menurut
mereka Tuhan bisa lupa, tertutupi kesadarannya oleh maya
(tenaga yang menghayalkan) sehingga jatuh ke dunia ini. Padahal
maya adalah ciptaan Tuhan sendiri. Jadi, Tuhan macam apa yang
bisa terjebak oleh tenaga ciptaan-Nya sendiri?? Lucu bukan?
Masak Tuhan bisa kalah oleh maya.

Penghinaan pula, karena menganggap Tuhan sejajar dengan


atman. Weda jelas-jelas menyebutkan bahwa atman tidak pernah
menjadi Brahman. Jadi, perlu kita kaji ulang pengertian moksa
sebagai ―penyatuan Atman dengan Brahman.‖

Semua itu adalah filsafat yang diajarkan oleh Adi Sankaracarya,


dengan mengingat bahwa latar belakang masyarakat yang harus
15
diajarinya adalah orang-orang Buddha yang memang tidak
mengenal Tuhan. Sankaracarya mengemban misi tahap kedua
untuk meluruskan ajaran Weda yang disimpangkan. Tahap
berikutnya, menjelmalah Ramanujacarya, Madhvacarya, dan
Caitanya Mahaprabhu yang akan kami bahas pada newsleter ini
edisi mendatang.

Namun Sankaracarya sendiri adalah pemuja Narayana atau


Krishna, yang terbukti dalam syairnya yang sangat terkenal
berjudul Bhaja Govindam yang ditujukan untuk para pengikutnya
sendiri.

bhaja govindam bhaja govindam


govindam bhaja mudha mate
sampraapte sannihite kaale
na hi na hi rakshati dukrinya-karane

―Nyanyikanlah nama Govinda (Krishna), sebut nama Govinda,


bodoh! Pengetahuan lain yang kau kejar tak akan membantumu
saat ajalmu tiba.‖

SANKARA DIGVIJAYA ~ Kegemilangan Filsafat Advaita.

Filsafat Sankara menguasai alam pikir para vedantin paska beliau


dengan diawali cara-cara yang unik. Beliau mengadakan sebuah
perjalanan suci yang gilang-gemilang ke seluruh pelosok India.
Beliau bertemu dengan para pemimpin, ketua dari berbagai
perguruan kefilsafatan. Beliau meyakinkan mereka melalui
berbagai argumentasinya, dan memantapkan kembali supremasi
serta nilai-nilai luhur kebenaran sejati yang terkandung dalam
ajaran-ajaran agama yang beliau komentari serta kembangkan.

16
Beliau mengunjungi semua kediaman dari ilmu-ilmu pengetahuan
suci yang telah dikembangkan. Beliau menantang para cerdik-
pandai untuk berdiskusi, beradu argumentasi dengannya, dan
berhasil mengkonversikan mereka pada pandangan-pandangan
dan opini-opini kefilsafatan beliau.

Beliau menundukkan Bhatta Bhaskara dan menggugurkan


Bhashya (komentar atau ulasannya)-nya terhadap Sutra-sutra
Vedanta. Kemudian beliau menemui Dandi dan Mayura dan
mengajarkan kepada mereka tentang falsafah yang beliau anut.
Dalam suatu argumentasi, beliaupun menundukkan Harsha,
penggubah Khandana Khanda Kadya, dan juga Abhinavagupta,
Murari Misra, Udayanacharya, Dharmagupta, Kumarila dan
Prabhakara.

Runtuhnya Mimamsa, akar dari Vedanta Ortodoks.

Sankara lalu melanjutkan perjalanan beliau menuju Mahishmati.


Mandana Misra adalah pimpinan Pendeta (Pundit) di Mahishmati.
Mandana tertarik pada dan menganut Karma Mimamsa (ajaran
Veda yang sangat mengutamakan upacara-upacara — pen.), ia
berjuang keras dan mengadakan perlawanan kuat, karena amat
membenci kehidupan sebagai seorang Sannyasin. Ia sedang
melaksanakan sebuah upacara Sraaddha, tatkala Sankara secara
kebetulan tiba disana. Serta-merta Mandana Misra menjadi amat
geram. Mandana Misra melontarkan kata-kata yang tidak
menyenangkan kepada para Brahmin – rombongan Sankara, yang
datang kesana untuk makan malam, secara langsung bertemu dan
bertatap muka.

Sankara lalu menantangnya untuk mengadakan perdebatan


religius. Mandana menyetujuinya. Bharati, istri dari Mandana Misra
yang cantik dan berpendidikan tinggi, disetujui oleh kedua-belah
pihak sebagai juri dalam perdebatan tersebut. Telah disepakati
17
sebelumnya, bila Sankara kalah, beliau bersedia menikah dan
hidup berumah-tangga sebagai Grehastin; sebaliknya bila
Mandana yang kalah, ia harus bersedia menjadi seorang
Sannyasin dan menerima jubah ke-sannyasin-annya langsung dari
tangan istrinya yang jelita dan cerdas itu.

Perdebatan tingkat tinggi pun berlangsung dengan sengit, dengan


teratur baik selama berhari-hari, terus-menerus tanpa interupsi.
Bharati tidak duduk dan mendengarkan perdebatan, seperti pada
umumnya seorang juri. Ia hanya meletakkan dua butir biji jagung di
bahu masing-masing pedebat itu, seraya mengatakan:

―Ia yang bijinya jatuh duluan, dianggap kalah‖. Setelah itu, iapun
meninggalkan tempat perdebatan dan melanjutkan tugas-tugas
kerumah-tanggaannya betapa mestinya. Pertarungan berlangsung
selama tujubelas hari-tujubelas malam. Dan….biji-biji jagungnya
Mandana Misra-lah yang duluan jatuh. Mandana Misra menerima
kekalahannya dan memasrahkan dirinya untuk menjadi seorang
Sannyasin pengikut Jagatguru Sankara.

Bharati adalah (dipercaya sebagai) seorang Avatara Sarasvati,


inkarnasi dari Devi Ilmu Pengetahuan Suci. Kisahnya begini. Pada
suatu ketika, seorang orang suci Bhagavan Durvasa menguncar
Veda-Veda kehadapan Brahma beserta Shakti-nya, dalam suatu
upacara besar. Rupanya Durvasa melakukan kekeliruan kecil
ketika itu; dan Devi Sarasvati mentertawakannya. Durvasa merasa
sangat dipermalukan dan mengutuk Sang Devi agar terlahir ke
dunia. Demikianlah, Sarasvati pun harus terlahir ke dunia sebagai
Bharati.

Setelah kekalahan suaminya, kini Bharati yang menghadapi dan


menantang Sankara; ujarnya: ―Aku adalah paruh lainnya dari
Mandana. Anda baru mengalahkan separuh dari Mandana. Mari
kini kita berdebat‖. Tentu saja Sankara menolak untuk berdebat
dengan seorang wanita. Untuk meyakinkan Sankara, Bharati
18
mengemukakan beberapa contoh, bahwasanya pernah terjadi
perdebatan-perdebatan spiritual-religius dengan wanita. Sankara
akhirnya menyetujui, perdebatan inipun berlangsung selama
tujubelas hari tanpa terinterupsi. Bharati secara silih-berganti
mengajukan berbagai ajaran yang tercantum di dalam Shastra
dalam perdebatan. Pada akhirnya, ia tak berhasil juga
menundukkan Sankara. Iapun lalu berniat mengalahkan Sankara
dengan pengetahuan lain, yakni Kama Shastra.

Tentu saja Sankara gelagapan; beliau meminta waktu pada


Bharati selama satu bulan untuk mempersiapkan diri dalam Kama
Shastra, yang tak pernah dipahaminya dengan baik selaku
seorang Sannyasin. Bharati menyetujuinya.

Nah….setelah itulah Sankara menuju Kashi. Disana beliau


memisahkan tubuh-astral (suksma sarira)-nya dari jasad-kasar
(sthula sarira)-nya dengan kekuatan Yoga-nya dan meninggalkan
jasadnya di dalam lubang sebuah pohon besar, setelah meminta
para siswanya untuk menjaganya. Setelah menemukan wadah
yang sesuai, beliau memasuki jasad Raja Amaruka, yang baru
saja wafat dan akan dikremasi. Oleh karenanyalah jasad Raja itu
bangkit, sekan-akan hidup lagi, yang membuat semua rakyatnya
bersuka-cita atas kejadian yang menakjubkan ini.

Tidak lama berselang, para Menteri kerajaan dan para permaisuri


Raja mulai mengetahui bahwasanya Raja-nya kini adalah orang
yang berbeda, baik dalam kwalitas gairah maupun dalam
pemikirannya. Mereka menyadari bahwasanya seorang Mahatma
Agung telah memasuki jasad Raja mereka. Oleh karena itulah,
berita segera disebar-luaskan untuk mencari jasad manusia yang
disembunyikan di suatu tempat tertentu, di hutan-hutan sunyi atau
di dalam goa-goa, untuk dibakar bila ditemukan. Menurut
pemikiran mereka, dengan membakar jasad itu, Raja ‗baru‘ ini
akan tetap tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama.

19
Nah….disinilah Sankara memperoleh pengalaman atau
pengetahuan empiris dalam bercinta dengan para ratu-ratu
jelitanya itu. Maya memang ternyata sedemikian kuatnya. Di
tengah-tengah para ratu-ratu tersebut, suksma sarira dari Sankara
lupa samasekali pada janjinya untuk kembali kepada para
siswanya yang setia menjaga jasad-kasarnya. Karena cukup lama,
para siswanyapun mulai mencari-cari Sang Guru. Dalam pencarian
mereka, mereka mendengar tentang kebangkitan yang
menakjubkan dari seorang Raja yang bernama Amaruka. Mereka
segera menuju ibu kota kerajaan untuk mengadakan intervew
dengan Sang Raja. Mereka melantunkan beberapa Gita filosofis
ajaran Sankara sendiri, yang seketika itu juga memulihkan
kesadaran Sankara kembali.

Mengetahui bahwa para Mentri kerajaan dan para ratu itu telah
memerintahkan untuk mencari, menemukan dan membakar jasad
Sankara, para siswa beliau segera bergegas kembali ke tempat
dimana jasad beliau disembunyikan. Sebelum para siswa beliau
tiba, para utusan dari ratu-ratu itupun telah menemukan jasad itu
juga, bahkan telah mulai bersiap-siap untuk membakarnya. Ketika
itulah jiwa Sankara memasuki tubuhnya kembali. Sankara memuja
Hari atas pertolongan-Nya. Ketika anugerah-Nya diturunkan, hujan
segera turun dan mematikan api yang sedianya untuk membakar
hangus jasadnya itu.

Berbekal pengetahuan empirisnya itu, Sri Sankaracarya kemudian


kembali ke kediaman Mandana Misra. Beliau melanjutkan
perdebatan yang tertunda dulu, menyimpulkannya dan menjawab
semua pertanyaan-pertanyaan praktis empiris yang diajukan oleh
Bharati dengan amat gamblang dan memuaskan.

Mandana Misra menghaturkan seluruh hartanya kepada Sri


Sankara dan siswa-siswa beliau, dimana Mandana dianjurkan
untuk membagi-bagikan dan mendana-puniakannya bagi mereka
yang kelaparan serta sangat membutuhkan. Ia kemudian
20
sepenuhnya menjadi pengikut Sankara. Sankara menginisiasinya
dalam suatu tata upacara suci Sannyasa dan menganugerahkan
diksha-nama Sureswara Acharya. Sureswara Acharya-lah
Sannyasin pertama yang bertugas di Sringeri Mutt. Bharati juga
mengikuti Sankara ke Sringeri, dan disanalah beliau dipuja-puji
(dan dibuatkan arca Sraaddha) yang masih bisa kita saksikan
disana hingga kini.

Sankara mengangkat kembali pamor dari ajaran suci ini, setelah


mengundang kaum sekuler Veda dari berbagai pelosok India, dan
menjawab semua pertanyaan-pertanyaan mereka. Sankara,
dengan menundukkan semua oponen religius pada masanya —
yang berjumlah tak kurang dari 72 perguruan yang berbeda-beda
— dan mencapai superioritas dalam Vedik Dharma, dinobatkan
sebagai Jagadguru dari semuanya.

Kesuksesan Sankara melebihi kesuksesan sekte-sekte Hindu yang


pernah ada manapun, sedemikian lengkapnya, dimana sejak saat
itu tak satupun dari mereka mampu muncul dan mendominasi lagi
di Jambudwipa. Mereka semua bersatu di bawah panji Advaita-nya
Sankara. Sebahagian dari mereka malah punah dan melebur
dengan sendirinya. Berabad-abad sesudah masa Sankara,
walaupun muncul beberapa orang Acharya, tak satupun dari
mereka dapat menundukkan perbedaan dan mempersatukan
mereka, seperti yang pernah dilakukan oleh Sankara dengan
mantap, dalam supremasi gilang-gemilang yang tak perlu
dipertanyakan lagi.

21
Jihad dan Penyerangan terhadap Umat Buddhis

Terdapat lagu rakyat Turki yang menceritakan tentang


penyerangan Karakhanid terhadap kerajaan Buddhis Uyghur di
Turfan. Lagu rakyat tersebut dicatat dalam kamus yang ditulis oleh
Al-Kashagri pada abad ke-12 M:

Kami datang kepada mereka layaknya air bah


Kami pergi ke kota-kota mereka
Kami merobohkan vihara-vihara Buddha
Kami mengumpat di kepala Buddha!

Para penjajah Arab menyebut penganut agama-agama India


sebagai But-parast dan para penghancur patung sebagai ―but-
shikan‖ Kata-kata ―But‖ berasal dari kata ―Buddha‖, namun bangsa
Arab menggunakannya untuk mendeskripsikan umat-umat agama
India. Ketika bangsa Arab datang ke Sind, cuma ada sedikit
pengaruh agama Buddha di sana dan tidak ada pemerintahan
Buddhis. Dari abad ke-7 sampai 13 M, Islam menggantikan agama
Buddha sebagai agama perdagangan di banyak tempat, bersama
dengan konsolidasi agama-agama para petani yaitu Hindu.

1. Periode Umayyad (661-750 M)

Pada tahun 711 M, Dinasti Umayyad, Muhammad bin Qasim


menaklukkan Sind dan membawa penduduk India untuk bertemu
dengan ajaran Islam. Pada saat itu umat Buddhis yang hidup di
Sindh sangat banyak dan biasnaya berada dalam golongan
pedagang. Para pasukan Hindu melawan serangan pasukan
Umayyad. Para Buddhis yang tidak mempunyai kemampuan
22
perang menyerah dengan damai. Pasukan Muhammad bin Qasim
akhirnya berhasil mengalahkan Raja Dahir, raja Hindu di Sindh
dengan bantuan aliansi Jat. Peperangannya sukses berkat
dukungan kasta rendah seperti Jats, Meds dan Bhutto. Pasukan
Umayyad menghancurkan kuil-kuil Hindu dan menggantinya
dengan masjid. Gubernur kota yang Buddhis juga mengajukan
perdamaian dengan pasukan Umayyad. Masjid juga dibangun di
daerah vihara utama. Mereka yang berganti keyakinan menjadi
Islam terutama dari umat Buddhis yang dari kalangan pedagang,
karena mereka melihat banyak sekali keuntungan ekonomi dan
politik apabila mereka menjadi Muslim. Mereka juga membayar
pajak yang rendah apabila mereka berganti keyakinan menjadi
Muslim.

Namun pasukan Umayyad ini cukup toleran dengan agama


Buddha, mereka tidak menyerang Dudda Vihara yang berada di
Valabhi (di bawah pemerintahan Rastrakuta), mereka malah
mengadakan hubungan damai dengan Rastrakuta. Penghancuran
vihara Buddhis oleh pasukan Umayyad bisa dibialng jarang.
Pada tahun 715 M, Gubernur Hajjaj mengrim Jenderal Qutaiba
untuk mengambil kembali Bactria dengan menyerangnya dari timur
laut Iran. Jenderal tersebut kemudian merusak Nava Vihara.
Banyak Bhiksu melarikan diri ke Kashmir dan Khotan. Raja
Karkota, Lalitaditya (701-1738) membangun banyak vihara baru
untuk menampung para pengungsi Buddhis, atas anjuran menteri
Bactria yang Buddhis. Lebih lanjut lagi dari Khotan, sebagain
pengungi pergi ke Tibet. Ratu Jincheng pada tahun 725 M di Tibet
menerima para Bhiksu pengungsi dan membangun tujuh vihara
untuk mereka. Ketika pada tahun 739 M Ratu Jincheng meninggal,
para Bhiksu pengungsi dipindahkan lagi ke Gandhara dan akhirnya
23
mereka menetap di Baltistan di uata Oddiyana. Waktu terus
berjalan dan Nava Vihara kemudian kembali berfungsi seperti
sedia kala. Umat Muslim dan umat Buddhis hidup berdampingan
dengan damai di Sindh.

2. Periode Abbasid (750-840 M)

Pada tahun 780 M, para penguasa Abbasid di Sindh menyerang


Surashtra dan menghancurkan vihara-vihara Buddhis di Valabhi.
Setelah kejatuhan Dinasti Rashtrakuta, vihara ini menjadi tanpa
perlindungan. Valabhi tidak hanya merupakan pusat pengajaran
Buddhis, namun juga Jain sekte Shvetambara yang memakai
jubah putih.

Pasukan Abbasid salah mengira kalau mereka (Jain) adalah


pengikut Manichaean dan Musalemmiya yang keberdaaannya
dianggap mengancam. Ketika berada di Valabhi, mereka tidak
dapat membedakan mana yang vihara Buddhis mana yang kuil
Jain. Mereka menghancurkan semuanya.

Dinasti Abbasid tetap terus melanjutkan sistem status dhimmi


seperti pada dinasti sebelumnya, Umayyad. Mereka tetap
memberikan status dhimmi bagi para Buddhis. Satu-satunya
agama non-Muslim yang disiksa oleh pengikut Abbasid adalah
umat agama Manichaean.

Kitab Al-Budd, Kita Bilawhar wa Budhasaf dan kitab al-Fihrist yang


berkisah tentang Sang Buddha dan Bodhisattva semuanya muncul
pada masa ini, menunjukkan bahwa para pemerintah Abbasid
sangat toleran terhadap agama Buddha.
24
Pada tahun 815 M, pasukan Abbasid memenangkagn
pertempuran melawan penguasa Turki Shahi, yaitu Kabul Shah.
Kabul Shah dipaksa untuk masuk Islam. Sebagai tanda
penyerahan dirinya, Kabul Shah mengirim sebuah rupang Buddha
dari emas ke tanah Mekah dan disimpan selama 2 tahun sebagai
harta di Kabah. Rupang Buddha tersebut dipertontonkan untuk
menunjukkan bahwa Allah memimpin Raja Tibet ke dalam agama
Islam. Bangsa Arab salah mengira Kabul Shah sebagai Raja Tibet.
Pada tahun 817 M, bangsa Arab meleburkan rupang Buddha
tersebut di Kabah untuk menghasilkan koin-koin emas.

3. Periode Bangsa Turki (840-1206 M)

Agama Buddha berkembang di Kerajaan Saffarid. Asadi Tusi,


dalam karyanya Garshap Name yang ditulis tahun 1048,
menjelaskan tentang vihara Subahar yang ditemukan oleh
Ghaznavid ketika mereka menduduki Kabul. Sedangkan raja
kerajaan Samanid yang beragama Sunni Islam, yaitu Nasr II juga
sangat toleran dengan agama Buddha, dengan fakta bahwa
pratima Buddha masih dibuat dan dijual di istana Samanid,
Bukhara.

Khotan menjadi salah satu pusat perkembangan agama Buddha.


Para penduduk Buddhis Kashgar, yang menolak untuk berganti
keyakinan di tangan Qarakhanid karena mereka bukan orang
Turki, didukung oleh umat Buddhis di Khotan. Umat Buddhis
Khotan membantu penduduk kashgar untuk menjatuhkan
kekuasaan Muslim Turki pada tahun 971 M. Namun 4 imam
mengirim Yususf Qadr Khan, saudara Qarakhanid Oaghan untuk
25
mengadakan jihad melawan pasukan Khotan dan Kashgar.
Akhirnya pasukan Yusuf berhasil memberantas mereka dan
Khotan menjadi salahstau daerah kekuasaan Qarakhanid.
Penduduk Khotan kemudian beralih keyakinan dari Buddhis ke
Islam. Raja Yeshey-wo dari Ngari yang Buddhis juga pernah
ditangkap oleh para pasukan Qarakhanid ketika ia mengunjungi
Khotan. Selama pendudukan Khotan oleh Qarakhanid, bahas Turki
menggantikan bahasa Khotan dan seluruh kota menjadi Islam.
Agama Buddha sepenuhnya lenyap di kota tersebut. Setelah
keruntuhan Qarakhanid pada 1137 M, para penguasa Kashgar
mendukung agama Buddha dan juga terdapat para pejabat
Buddhis di Kashgar.

Pada abad ke-10 M, Mahmud dari Ghazni yang seorang Muslim


Sunni berhasil mengalahkan Hindu Shahi dan mengakhir
pemerintahan Buddhis di Asia Tengah dan Punjab. Mahmud
menghancurkan stupa-stupa dan vihara-vihara selama
peperangannya melalui India Utara, namun meninggalkan vihara-
vihara yang berada dalam daerah kekuasaannya, Sogdia, Bactria,
Kabul, dan Afghanistan. Ia menghancurkan vihara-vihara Buddhis
di Nagarkot dan Mathura. Mahmud dari Ghazni adalah penentang
pemujaan berhala. Rupang-rupang Hindu dan Buddhis semaunya
dihancurkan dan banyak Buddhis yang pergi berlindung ke Tibet.
Pada masa ini, Al-Biruni mencatat Sang Buddha sebagai Nabi
Burxan.

Namun Mahmud tidak dapat menyerang dan menginvasi Kashmir.


Berdasarkan catatan Buddhis, penguasa Ghazanavid tersebut
dihentikan oleh mantra Buddhis yang dilafalkan oleh
Prajnaraks**ta, murid dari Mahasiddha Naropa.
26
Seperti Samanid, Ghaznavid juga mempopulerkan kebudayaan
Persia. Puisi-puisi Persia sering menggunakan perumpamaan
istana-istana itu seindah ―Nawbahar‖ (Nava Vihara).

Dihancurkannya banyak vihara adalah salah satu penyebab utama


mundurnya agama Buddha di India, karena vihara adalah tempat
berkumpulnya banyak umat Buddhis. Pasukan-pasukan Muslim
Ghurid juga menghancurkan dan meluluhlantakkan Vihara
Odantapuri dan Vikramashila.

Muhammad dari Ghur menyerang India utara banyak kali. Gujarat


jatuh ke tangan pasukan Muhammad dari Ghur pada tahun 1197
M. Pasukan Muhammad dari Ghur menghancurkan banyak
bangunan Buddhis.

Vihara-vihara Odantapuri dan Nalanda dihancurkan oleh


Muhammad-bin-Bakhtiyar pada tahun 1197 M dan kota tersebut
dinamakan kembali. Para bhiksu dibunuh dalam penyerangan itu.
Taranatha dalam Sejarah India-nya (dpal dus kyi 'khor lo'i chos
bskor gyi byung khungs nyer mkho) memberikan detail catatan
sejarah mengenai abad-abad terakhir agama Buddha di India,
terutama India Timur. Catatannya menunjukkan kemunduran
agama Buddha yang luar biasa, namun bukan kepunahan agama
Buddha.

Pada tahun 1200 M, Muhammad Khilji, salah satu jenderal Qutb-


ud-Din, menghancurkan vihara-vihara yang ditempati oleh pasukan
Sena, seperti di Vikramashila. Banyak monumen dan banunan di
India yang dihancurkan oleh para penjajah Muslim, termasuk
27
vihara-vihara Buddhis di Benares (Varanasi). Para bhiksu yang
berhasil lolos dari pembantaian pergi ke Nepal, Tibet dan India
Selatan.

Sejarawan Tibet pada abad 17 M menulis bahwa pada waktu


pemerintahan Raja Sena, orang Tayi (Turki) telah muncul dengan
pasukan berkudanya dan vihara-vihara kemudian diduduki dan
diserbu oleh pasukan Tayi, para bhiksu di Uddandapura
(Odantapuri) dibunuh, vihara diruntuhkan dan diganti oleh benteng
baru dan Vikramashila yang ada di sebelah timur laut juga
dihancurkan.

Catatan sejarah Muslim dan satu saksi mata Chag Lotsawa


Dharmasvamin sekitar tahun 1235 M pergi ke India Utara dan
bercerita tentang vihara-vihara yang ditinggalkan dan digunakan
sebagai kamp oleh para Turukshah. Dharmasvamin juga
menemukan bahwa Universitas Nalanda telah rusak dan
ditinggalkan, namun masih berdiri dan berfungsi dengan hanya 70
murid. Di dekat Nalanda tepatnya di Vajrasana, Bodhgaya juga
masih berdiri Vihara Srilanka Mahabodhi dengan 300 bhikshu
Srilanka. Vihara Jagaddala di barat laut Bengal masih berkembang
dan penuh dengan bhiksu. Somapura, vihara universitas terbesar
di bengal, tampaknya ditinggalkan pada masa ini.

Akhirnya Jagaddala dan Somapura dihancurkan juga oleh pasukan


Muslim.

Taranatha juga menyebutkan: ―para Turukshah menaklukkan


seluruh Magadha dan menghancurkan banyak vihara dan memberi
banyak kerusakan pada Nalanda, dan banyak bhiksu melarikan
28
diri.‖

4. Periode-periode Selanjutnya

Raja Timur (abad ke-14 M) yang seorang Muslim dan pendiri


Kerajaan Timurid banyak menghancurkan bangunan Buddhis dan
menduduki daerah-daerah di mana agama Buddha berkembang.
Pemerintahan Dinasti Mughal juga memberikan dampak bagi
kemunduran agama Buddha. Para penguasa Mughal seperti
Aurangzeb menghancurkan kuil-kuil Hindu dan vihara-vihara
Buddhis, kemudian menggantinya dengan masjid-masjid.

Banyak vihara-vihara Buddhis yang dihancurkan selama


penjajahan di tanah India, pertama dilakukan oleh pasukan
Umayyad pada abad ke-8 M dan kemudian oleh pasukan Islam
Turki (pemerintahan Abbasid) mulai dari abad 11 – 13 M.

KRONOLOGI SEJARAH BUDHA


Bodhisatta atau calon Buddha, lahir di Lumbini (Nepal saat ini)
sebagai Siddhattha Gotama, pangeran dari suku Sakya, pada
bulan Vesak. Berdasarkan penanggalan tradisional pada tahun
623 B.C.E (Sebelum Masehi). Dan berdasarkan pada penanggalan
"sejarah" pada tahun 563.

534 B.C.E

Pangeran Siddhattha meningggalkan istana dan kehidupan


sebagai perumahtangga untuk menjadi seorang petapa.

528 B.C.E

29
Petapa Gotama mencapai Pencerahan Sempurna di bawah pohon
Bodhi (Ficus religiosa) di hutan Gaya (Sekarang Bodhgaya, India)
tepat saat bulan purnama Siddhi di Bulan Vesak (Mei) selama
bermeditasi di bawah pohon Boddhi. Selama bulan purnama di
bulan Juli, Sang Buddha membabarkan ajarannya yang pertama di
daerah dekat Varanasi, menunjukkan kepada dunia Empat
Kasunyataan Mulia dan memulai pembabaran Dhamma dan
Vinaya selama 45 tahun.

483 B.C.E
Buddha Gotama Parinibbana (kemangkatan mutlak) di Kusinara
(Sekarang Kushinagar, India) pada usia 80 tahun. Selama masa
musim hujan, setelah Sang Buddha parinibbana, diadakan
Persamuhan Agung pertama di dekat Rajagaha, India, di Gua
Sattapanni yang dihadiri oleh 500 orang bhikkhu yang telah
mencapai tingkat kesucian Arahat, yang dipimpin oleh Y.A.
Mahakassapa Thera. Pada Persamuhan Agung ini, diulang
kembali peraturan Vinaya oleh Y.A. Upali Thera yang kemudian
diterima sebagai Vinaya Pitaka, dan pengulangan Dhamma oleh
Y.A. Ananda Thera yang kemudian menjadi Sutta Pitaka.
Persamuhan ini di bawah naungan Raja Ajatasattu.

384 B.C.E

Persamuhan Agung Kedua di Vesali, 100 tahun setelah Sang


Buddha Parinibbana. Persamuhan Agung ini diselenggarakan
karena para bhikkhu Vajji dari Vesali telah melangggar pacittiya.
Persamuhan ini di bawah naungan Raja Kalasoka dan dipimpin
oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700
bhikkhu. Keretakan sangha yang pertama timbul antara aliran
Mahasanghika dan Sthaviravada yang tradisional.
Permasalahannya adalah Mahasanghika tidak mau menerima
30
sutta dan vinaya sebagai sumber terakhir dari ajaran sang Buddha.
Mahasanghika kemudian berkembang menjadi Mahayana yang
mendominasi Agama Buddha di utara Asia (China, Tibet, Jepang
dan Korea).

365 B.C.E
Persamuhan Buddhis di Pataliputta (tidak membahas mengenai
kitab suci).

253 B.C.E

Persamuhan Agung Ketiga diselenggarakan di Pataliputta (India),


dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta. Abhidhamma Pitaka diulang
kembali pada persamuan ini, sehingga lengkaplah pengertian
Tipitaka (Vinaya,Sutta, dan Abhidhamma). Y.A. Tissa Moggaliputta
menyelesaikan kitab Kathavatthu. Kitab suci Tipitaka Pali telah
lengkap secara keseluruhan. Dalam Pesamuhan Agung Ketiga ini
100 orang Arahat mengulang kembali pembacaan Kitab Suci
Tipitaka (Pali) selama sembilan bulan. Persamuhan ini di bawah
naungan Kaisar Asoka. Perselisihan perbedaan doktrin yang
kemudian menimbulkan keretakan, melahirkan aliran Sarvastivada
dan Vibhajjavada.

250 B.C.E
Kaisar Asoka mengeluarkan beberapa ragam dekrit (edict)
mengenai kerajaannya yang mendukung Agama Buddha. Kaisar
Asoka mengirim putranya, Y.M. Mahinda Thera ke Sri Lanka
dengan misi menyebarkan Buddha Dhamma di Sri Lanka, Kanara,
Karnataka, Kashmir, wilayah Himalaya, Myanmar, Afghanistan dan
bahkan Mesir, Macedonia dan Cyrene. Kemudian Raja Sri Lanka
Devanampiya Tissa memeluk Agama Buddha.

31
243 B.C.E
Y.M. Mahinda Thera mendirikan Mahavihara di Anuradhapura, Sri
Lanka. Komunitas aliran Vibhajjavadin yang berdiam di Sri Lanka
kemudian berkembang menjadi Theravada . Kemudian saudara
perempuan Y.M. Mahinda Thera, Bhikkhuni Sanghamitta, tiba di
Sri Lanka dengan membawa potongan pohon Bodhi dan
mendirikan Sangha Bhikkhuni di Sri Lanka.

200 B.C.E
Kemunculan benih awal aliran Mahayana.
Penyusunan literatur Prajnaparamita.
Pembangunan Stupa Sanchi di Amaravati, Bodh Gaya, India.

185 B.C.E
Runtuhnya dinasti Maurya dan digantikan oleh dinasti Sunga.
Pada masa ini Agama Buddha mengalami tekanan oleh
pemerintahan Pusyamitra Sunga.

180 B.C.E
Demetrius, raja Greco-Bactrian, menginvasi India sampai ke
Pataliputta dan mendirikan kerajaan Indo-Greek/India-Yunani (180-
10 B.C.E), dimana di bawah kerajaan tersebut Agama Buddha
kembali berkembang.

150 B.C.E
Menander I (Milinda), raja Indo-Greek/India-Yunani memeluk
Agama Buddha setelah berdiskusi dengan Y.A. Nagasena.
Kumpulan diskusi yang berisikan mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh Raja Menander I (Milinda) kepada
Y.A. Nagasena, mengenai Buddha Dhamma ini, kemudian dikenal
dengan sebutan Milinda Panha atau Pertanyaan Milinda.

75 B.C.E
32
Theodorus, gubernur Indo-Greek/India-Yunani, menyimpan relik
Sang Buddha, mendedikasikannya untuk menghormati "Yang
Termulia Shakyamuni".

34 B.C.E
Peristiwa kelaparan dan perang yang terjadi di Sri Lanka
menimbulkan kekhawatiran akan kemerosotan moral yang
mengancam kelestarian Buddha Dhamma. Dengan alasan ini
Persamuhan Agung Keempat diselenggarakan dan kitab suci
Tipitaka ditulis untuk pertama kalinya pada daun lontar/palem.
Persamuhan ini di bawah naungan Raja Vattagamani Abhaya dari
Sri Lanka, diselenggarakan di Vihara Aloka, Desa Matale atau
Malaya, Sri Lanka, dan dihadiri oleh 500 bhikkhu dan ahli tulis dari
Mahavihara.

2 B.C.E
Catatan Sejarah Dinasti Han Timur (Hou Hanshu), mencatat
kunjungan utusan Yuezhi ke ibu kota China, dan memberikan
pengajaran Sutra Buddhis secara oral (diucapkan).

1 C.E
Dimulainya tahun umum (C.E) atau disebut dengan tahun Masehi

65 C.E
Pendanaan Agama Buddha oleh Liu Ying, putra Kiasar Guangwu
dari dinasti Han, yang merupakan dokumentasi pertama atas
praktik Agama Buddha dalam suatu komunitas.

67 C.E
Agama Buddha tiba di China dari India bersama dengan dua orang
bhikshu dari India yaitu Kasyapa-Matanga dan Dharmaraksha.
Mereka menerjemahkan berbagai teks Buddhis diantaranya yaitu
Sutra 42 Bab.

68 C.E
33
Agama Buddha secara resmi bediri di China dengan didirikannya
Kuil Kuda Putih (Baima), pada kekuasaan Kekaisaran Ming dari
Dinasti Han Timur.

78 C.E
Jenderal China, Ban Chao, menduduki kerajaan Buddhis, Khotan
(sekarang Hotan / Hetian).

89 C.E
Menurut aliran Mahayana, Raja Kaniska (78-101), mengadakan
Persamuhan Agung Keempat di Jalandhar, India. (Persamuhan ini
tidak diakui oleh aliran Theravada).

100 C.E
Para bhikkhu dari Sri Lanka menyebarkan Agama Buddha aliran
Theravada di Kamboja dan Thailand Tengah untuk pertama
kalinya.

148 C.E
An Shih-Kao seorang pangeran dari Parthian (Ashkanian) dan
para bhikkhu dari India tiba di China dan untuk pertama kalinya
menerjemahkan teks Buddhis India ke dalam bahasa China
dengan menggunakan terminologi Taoisme sehingga beberapa
masyarakat China menganggap Agama Buddha sebagai bentuk
lain dari Taoisme.

150 C.E
- Penyusunan Saddharma Pundarika Sutra (Sutra Teratai) dan
teks-teks Mahayana lainnya.
- Kemunculan Mahayana sebagai aliran yang terpisah.
- Kedatangan Agama Buddha untuk pertama kalinya ke Vietnam
dari Asia Tengah dan India.

168 C.E

34
Seorang bhikshu bernama Lokaksema dari Kushan, berkunjung ke
ibu kota China, Loyang, untuk menerjemahkan teks-teks
Mahayana untuk pertama kalinya ke dalam bahasa China.

200 C.E

- Jaman Filsuf Buddhis India.


- Nagarjuna, penemu aliran Madhyamika (Jalan Tengah) yang
menekankan pada ajaran sunyata (kekosongan).
- Biara pertama di China didirikan.
- Dhamaraksa menerjemahkan banyak sutra ke dalam bahasa
China diantaranya Sutra Teratai.
- Agama Buddha mulai masuk ke Tibet dan mempengaruhi
kepercayaan setempat (Bon) di kerajaan Shang-Shung (Tibet
Selatan).
- Pengaruh Buddhis di Persia menyebar melalui perdagangan.

296 C.E
- Penyusunan Zhu Fo Yao Ji Jing (kitab Buddhis China tertua yang
baru ditemukan pada tahun 2005 C.E), telah rampung pada masa
Dinasti Jin Barat (265-317).
- Aliran Yogacara (meditasi) ditemukan oleh Maitreyanatha.
- Kitab-kitab Buddhis mulai tiba di kerajaan-kerajaan Tibet (Tibet
Utara) semasa pemerintahan Raja Lhatotori Nyentsen.

317 C.E
Fo-T'u-Teng mendirikan sangha bhikshuni di China.

320 C.E
- Universitas Buddhis Nalanda berkembang di India, merupakan
pusat pelajaran Agama Buddha kurang lebih selama 1000 tahun
dan memiliki 2 ribu orang guru dan 10 ribu siswa di dalamnya.
- Penyebaran Agama Buddha ke Myanmar dan Laos.

35
330 C.E
- Kehidupan Asanga dan Vasubhandu. Bersama dengan
Maitreyanatha mereka sebagai penemu dan Guru Besar dari aliran
Yogacara. Mereka terkenal akan ajarannya mengenai Cittamatrin
(Pikiran Semata).
- Pemikiran akan penghormatan terhadap Amitabha dan kelahiran
di tanah suci, mulai muncul dan merupakan cikal bakal
perkembangan aliran Tanah Suci.
- Perkembangan aliran Vajrayana.

372 C.E
Agama Buddha masuk ke Korea dari China. Dua bhikshu dari
China membawa beberapa kitab ke kerajaan Goguryeo di Korea
dan mendirikan pembuatan kertas di Korea.

378 C.E
Penerjemahan teks-teks Buddhis ke dalam bahasa China oleh
Kumarajiva (344-413) dan Hui-yüan (334-416).
Agama Buddha memasuki Korea.

399 C.E
Fa-hsien (Fa Xian), seorang bhikshu dari China mengunjungi India
(399-414) dan kembali dengan membawa teks-teks Buddhis dan
kemudian diterjemahkan dalam bahasa China.

402 C.E
Aliran Amitabha Tanah Suci (Ching t'u) mulai muncul di China.
T'an-Luan (476-542) sebagai sesepuh pertama.

425 C.E

- Y.M. Bhikkhu Buddhaghosa Thera dari Sri Lanka membuat


komentar terhadap kitab Tipitaka Pali yang kemudian disebut
sebagai Maha Atthakatha. Beliau juga menyusun Visuddhimagga
(Jalan Kemurnian) yang menjadi buku teks klasik ajaran Sang
36
Buddha di Sri Lanka.
- Agama Buddha aliran Mahayana sampai di Myanmar, Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan diperkenalkan oleh imigran asal India.

433 C.E
- Para Bhikkhuni Theravada dari Sri Lanka memperkenalkan garis
silsilah penahbisan penuh ke China.
- Agama Buddha mengalami penyiksaan dan kekerasan oleh
pemerintahan Kaisar Wu (Shih-tusu) di China (424-451).

454 C.E
- Dhammapala dari Sri Lanka, menyusun komentar terhadap kitab
Tipitaka Pali yang terlewatkan oleh Buddhaghosa (seperti kitab
Udana, Itivuttaka, Theragatha, dan Therigatha), bersama dengan
sub-komentar yang luas pada karya Buddhaghosa.
- Pemulihan Agama Buddha di China pada masa kaisar yang baru,
Wen-ch'eng-ti.

464 C.E
Buddhabhadra seorang Guru Dhyana (meditasi) India sampai di
China untuk mengajarkan Agama Buddha. Beliau menjadi ketua
dan Sesepuh Pertama Vihara Shaolin.

470 C.E
Aliran T'ien Tai ditemukan oleh Hui-Wen di China Selatan.

495 C.E
Vihara Shaolin didirikan di China atas nama Buddhabhadra atas
dekrit Kaisar Wei Xiao Wen.

520 C.E
- Bodhidharma tiba di China dari India dan menetap di Vihara
Shaolin di provinsi Henan, China. Beliau menjadi Sesepuh
Pertama dari aliran Ch'an (Zen).
- Berdirinya aliran Ch'an (Zen).
37
552 C.E
- Agama Buddha diperkenalkan di Jepang melalui Korea (mungkin
juga melalui China) dan menjadi agama negara (594).
- Berdirinya aliran T'ien-tai oleh Chih-i (538-597) di China, dikenal
juga dengan nama Fa-hua atau aliran Teratai; merupakan bentuk
sinkretisme (perpaduan) dari semua aliran Mahayana.

577 C.E
- Berdirinya aliran Hua-yen oleh Fa Shun (557-640) di China.
- Kisah Jataka diterjemahkan ke dalam bahasa Persia oleh Raja
Khosrau I (531-579).
- Pengikut aliran Zen masuk ke Vietnam dari China.
- Pangeran Shotoku mendanai Agama Buddha di Jepang.

589 C.E
- Penulisan teks-teks komentar Buddhis China.
- Agama Buddha berkembang di Indonesia.
- Percampuran antara agama Hindu Shivaism dan Mahayana di
Kamboja, berlangsung sampai abad ke-11. Aliran non-Mahayana
juga ada namun tidak menonjol.
- Berdirinya Dinasti Sui di China, awal dari jaman keemasan
Agama Buddha di China.

607 C.E
- Utusan kerajaan Jepang diutus ke kerajaan Sui di China untuk
mendapatkan salinan sutra-sutra.
- Agama Buddha mulai menyebar di Tibet.
- Pembangunan kuil Horyu-ji dan selesai pada tahun 615 C.E.

618 C.E
- Berdirinya Dinasti Tang di China (618-907) dan merupakan
jaman keemasan bagi Agama Buddha di China.
- Harsa-vardhana memimpin kerajaan besar di India Utara. Ia
adalah salah satu raja Buddhist teladan yang mendirikan institusi-
institusi untuk para peziarah, orang miskin, dan orang sakit.
38
641 C.E
- Raja Songtsen Gampo mempersatukan Tibet dan menikahi putri
dari China, Wen Cheng dan putri dari Nepal Bhrkuti yang
membawa rupang Buddha.
- Pembangunan Istana Potala, Jokang dan vihara Ramoche di
Tibet untuk menaruh rupang Buddha (641-650).

E 643 C.E
Hsuan Tsang (602-664) mengunjungi India dan setelah pulang
menerjemahkan berbagai kitab Buddhis.

658 C.E
- Aliran Ch'an Selatan atau Ch'an baru, mulai meluas dengan Hui-
neng (638-713) sebagai Sesepuh Ke-6.
- Pengembangan aliran Hua-yen oleh Fa-tsang (643-712)

671 C.E
- Bhiksu Peziarah dari China pada Dinasti Tang, Yi Jing (I-Tsing),
mengunjungi Palembang, ibu kota dari kerajaan Srivijaya di pulau
Sumatera, Indonesia, dan melaporkan terdapat lebih dari 1000
orang bhikkhu di sana. Dan pada masa itu, mayoritas Agama
Buddha tradisi Theravada telah berkembang pesat di seluruh
Nusantara, kecuali di daerah Melayu yang sedikit mengadopsi
tradisi Mahayana.
- Seorang bhikshu sarjana asal Korea, Uisang (625 - 702), kembali
ke Korea setelah mempelajari aliran Hua-yen dan mendirikan
aliran Hwaom (Hua-yen dalam bahasa Korea).

713 C.E
Aliran esotorik dari Dinasti Tang diperkenalkan di China oleh
Subhakarasimha, Vajrabodhi and Amoghavajra.

719 C.E
Agama Buddha berkembang di Thailand.

39
730 C.E
Diperkenalkannya aliran Hua-yen dari China ke Jepang, yang
dikenal dalam bahasa Jepang sebagai Kegon.

752 C.E
Patung besar Buddha Vairocana di kuil Todai-ji di Nara (Jepang),
selesai dibangun.

760 C.E
- Candi Borobudur didirikan pada masa Dinasti Sailendra di Jawa
Tengah.
- Aliran akademis (Jöjitsu, Kusha, Sanron, Hossö, Ritsu, and
Kegon) tumbuh di Jepang.
- Aliran Ch'an sampai ke Tibet.

773 C.E
Raja Trisong Detsen mengundang Shantarakshita ke Tibet.

774 C.E
- Raja Trisong Detsen mengundang Padmasambhava untuk
mendirikan Agama Buddha aliran Tantra di Tibet.
-Agama Buddha menyebar cepat ke Sikkim dan Bhutan.
- Kisah Jataka diterjemahkan ke dalam bahasa Syriac dan Arab
seperti Karataka and Damanaka. Kisah mengenai kehidupan Sang
Buddha di terjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh John dari
Damascus.

787 C.E
Pembangunan Samye, vihara pertama di Tibet, oleh Trisong
Detsen dan Padmasambhava. Kemunculan aliran Nyingma
cabang dari Agama Buddha Tibet.

792 C.E

40
Perdebatan besar antara aliran Tibet dengan aliran Mahayana di
vihara Samye, dan memutuskan bahwa aliran Tibet sebagai
bentuk dari aliran Mahayana.

794 C.E
Satu juta miniatur stupa (pagoda) dibangun di Jepang. Ibu kota
Jepang dipindahkan dari Nara ke Kyoto.

804 C.E
Di bawah pemerintahan Kaisar Kammu dari Jepang, Bhikshu
Kukai (774-835) berkunjung ke daratan China. Ia menyerap ajaran
dari aliran Vajrayana di Chang'an dan kembali ke Jepang untuk
mendirikan aliran Shingon (806). Berada dalam rombongan yang
sama, Bhikshu Saicho (767-822) menyerap ajaran dari aliran T'ien-
tai dan kembali ke Jepang untuk mendirikan aliran Tendai (805).

810 C.E
Raja Devapala dari India menyumbang "pemasukan dari 5 desa"
untuk pendanaan dan pemeliharaan perpustakaan Buddhis dan
fasilitas penyalinan Sutra di Universitas Nalanda.

822 C.E
Penegakkan Peraturan (vinaya) Mahayana di Jepang.

836 C.E
- Raja Lang Dharma menganiaya Buddhis Tibet. Periode konflik
dan perang sipil di Tibet dimulai.
- Seorang pendeta aliran Tendai dari Jepang bernama Ennin
melakukan perjalanan ke China (838-847) dan mencatat
penekanan terhadap Agama Buddha di China

845 C.E
- Penekanan dan penganiayaan terhadap Buddhis di China oleh
Kaisar Wu-tsung (841-7) seorang Taois, yang juga memerintahkan
untuk memusnahkan seluruh komponen yang berunsur Buddhis,
41
menandakan kemunduran Agama Buddha di China.
- Penemuan alat pencetak oleh Buddhis di China. Buku tertua
yang dicetak dan masih ada adalah buku Tun-hung pada tahun
868, yang berisi kutipan dari Sutra Intan.

877 C.E
Kehancuran dinasti Tibet. Agama Buddha hampir lenyap
seluruhnya dari Tibet.

900 C.E

- Pembangunan Kuil Buddhis di Bagan, Myanmar, dimulai


- Agama Islam menggantikan Agama Buddha di Asia Tengah.

972 C.E
Kaisar Pertama dari Dinasti Sung memerintahkan untuk
menyelesaikan mencetak Tripitaka. Selesai pada tahun 983,
dikenal dengan nama Shu-pen (Edisi Szechuan).

978 C.E
Awal dari periode kedua Buddhis di Tibet.

1009 C.E
Dinasti Ly di Vietnam. Para Raja Ly melindungi Agama Buddha
Mahayana.

1025 C.E
Kerajaan Buddhis, Srivijaya, di Sumatera, diserang oleh Kerajaan
Chola dari India Selatan. Srivijaya masih bisa bertahan tetapi
mengalami kemunduran. Pusat pemerintahan dipindahkan dari
Palembang ke Jambi.

1038 C.E
Atisha (982-1054), datang ke Tibet dan mendirikan aliran
Kadampa (yang kemudian menjadi aliran Gelugpa).
42
1039 C.E
Marpa (1012-1097) seorang penerjemah, mulai mendirikan aliran
Kargyu bagian dari Agama Buddha di Tibet, melakukan perjalanan
ke India, dan belajar di bawah bimbingan Naropa.

1044 C.E
Di Myanmar, raja Pagan pertama, Raja Anoratha mulai
memerintah. Ia mengalihyakinkan negaranya menjadi Agama
Buddha Theravada dengan bantuan para bhikkhu dan buku-buku
dari Sri Lanka.

1050 C.E
Komunitas Bhikkhu dan Bhikkhuni di Anuradhapura, Sri Lanka,
hancur karena invasi dari India bagian selatan.

1060 C.E
- Penemuan silsilah aliran Sakya oleh Brogmi (992-1072).
- Gonchok Guelpo (1034-1102) mendirikan biara pertama bagi
sangha aliran Sakya.
- Berkembangnya Theravada di Pagan, Burma (Myanmar).

070 C.E
Para Bhikkhu dari Pagan (Myanmar) tiba di Polonnaruwa, Sri
Lanka untuk mengembalikan kembali garis penahbisan bhikkhu
aliran Theravada di Sri Lanka.

1084 C.E
Di Myanmar, pada pemerintahan Raja Pagan ke-2, Kyanzittha
(putra dari Anawrahta) menyelesaikan Stupa Shwezigon, tempat
untuk menyimpan relik Sang Buddha, termasuk relik gigi Sang
Buddha yang dibawa dari Sri Lanka.

1100 C.E
Pemerintahan Huizong pada masa Dinasti Song di China melarang
Agama Buddha dan mempromosikan Taoisme.
43
1124 C.E
Di Jepang, Ryonin (1072-1132) menemukan aliran Yuzu-gatari
atau aliran Nembutsu (Nianfo) yang memfokuskan pada ritual
pengulangan nama Buddha Amitabha.

1164 C.E
Polonnaruwa, di Sri Lanka Utara dihancurkan oleh penyerangan
bangsa asing. Dengan bimbingan dua bhikkhu dari cabang tradisi
Mahavihara yaitu tradisi Y.A. Mahakassapa dan Y.A. Sariputta,
Raja Parakramabahu menyatukan kembali seluruh bhikkhu di Sri
Lanka dalam tradisi Mahavihara.

1175 C.E
Honen Shonin (1133-1212) mendirikan aliran Jodo atau "Tanah
Suci" (Pure Land) di Jepang.

1181 C.E
Raja Jayavarman VII dari Kamboja yang merupakan penganut
Mahayana mendirikan kuil Bayon salah satu bagian akhir dari
pembangunan Angkor Wat yang dimulai pada pemerintahan Raja
Suryavarman II. Kemudian hari situs ini menjadi salah satu tempat
bagi penganut Theravada.

1190 C.E
Di Myanmar, garis keturunan Raja Anawrahta mengendalikan
pemerintahan dengan bantuan dari Sri Lanka. Pemerintah baru
memperbaharui Buddhisme Myanmar mengacu pada model di Sri
Lanka.

1191 C.E
- Eisai (1141-1215) mendirikan aliran Rinzai dari Zen Buddhisme di
Jepang.
- Agama Buddha berkembang di Korea di bawah dinasti Koryo.

44
1193 C.E
Kaum Muslim menyerang India dan menaklukkan negara
Magadha, pusat Agama Buddha. Mereka menghancurkan vihara-
vihara dan universitas Buddhis seperti Nalanda dan Valabhi. Pusat
Pendidikan Buddhis Terbesar di Nalanda dimana berbagai hal
diajarkan seperti Buddhisme, Logika, Filsafat, Hukum,
Pengobatan, Tata Bahasa, Matematika, Kimia, dan Astrologi,
mengalami kemunduran dan pembubaran akibat penyerangan
Muslim Turki. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi
kemunduran Agama Buddha di India.

1200 C.E
- Di Kamboja, Agama Buddha Theravada menggantikan
Mahayana yang sebelumnya dianut secara berdampingan dengan
agama Hindu oleh masyarakat Kamboja. Perubahan ini mendapat
pengaruh dari Sri Lanka dan Thailand.

1224 C.E
Shinran (1173-1262) mendirikan aliran Jodo-Shin di Jepang. Ia
membawa doktrin keselamatan dengan hanya kepercayaan
kepada Buddha Amitabha dan dengan hanya penguncaran secara
ekstrem nama Buddha Amitabha. Ia mendukung pernikahan para
biarawan dan ia sendiri menikah. Populasi penganut aliran ini
hanya ada di Jepang dan beberapa Korea. "Pembaharuan"
Shinran (penyelamatan dengan kepercayaan semata, pernikahan
para biarawan, makan daging, dan sebagainya) tidak dapat
diterima oleh tradisi-tradisi Buddhis di Asia Timur.

1227 C.E
Dogen Zenji (1200-1253) membawa tradisi Zen Caodong dari
China ke Jepang dan mendirikan aliran Soto Zen.

1236 C.E

45
Para Bhikkhu dari Kañcipuram, India, tiba di Sri Lanka untuk
menghidupkan kembali garis upasampada (penahbisan)
Theravada.

1238 C.E
Kerajaan Thailand dari Sukhothai berdiri, dengan Agama Buddha
Theravada sebagai agama negara.

1247 C.E
Di Tibet, Pandita Sakya mengakui Godan Khan; merupakan awal
dari hubungan antara Lama Tibet dengan Khan (Penguasa) dari
Mongol.

1252 C.E
Rupang (patung) raksasa Buddha Amitabha dibangun di
Kamakura, Jepang.

1253 C.E
Nichiren Daishonin (1222-1282) mendirikan aliran Nichiren di
Jepang yang sampai sekarang beberapa cabang dari aliran ini
seperti Nichiren Shoshu masih merupakan aliran yang kontroversi
dimana menganggap Nichiren sebagai Buddha yang asli dan
sesungguhnya.

1255 C.E
Dinasti Yuan di China dalam kekuasaan Mongol dan pengaruh
Lamaisme dari Tibet. Pada masa ini terjadi kontroversi antara
Buddhis dan Taois sebelum pemerintahan Magun Khan tahun
1255. Perdebatan sengit yang telah berlangsung selama 1000
tahun, diselesaikan karena keinginan Buddhis dengan dekrit Kublai
Khan pada tahun

1261 C.E

46
- Tibet dipersatukan kembali oleh para Pandita Sakya, dan
menjadikan Lama Agung Sakya menjadi raja.
- Rashid al-Din seorang sejarahwan asal Persia, mencatat ada
sebelas literatur Buddhis yang diterjemahkan dalam bahasa Arab
seperti Sukhavati-vyuha Sutra dan Karanda-vyuha Sutra, serta
beberapa bagian dari Samyutta Nikaya dan Anguttara Nikaya, dan
bersama dengan Maitreya-vyakarana.

1275 C.E
Ippen (1239-1289) menemukan aliran Ji di Jepang.

1279 C.E
Bukti tertulis terakhir mengenai vihara bhikkhuni Theravada di
Myanmar.

1287 C.E
Kerajaan Buddhis Theravada di Pagan, Myanmar, jatuh oleh
Mongol, dan mulai mengalami masa kemunduran.

1295 C.E
Pemimpin Mongol, Ghazan Khan memeluk agama Islam, dan
merupakan akhir dari garis pemimpin penganut Buddhis Tantra.

1321 C.E
- Buddhis di Persia berusaha mengalihyakinkan Uldjaitu Khan.
- Kuil Zen Sojiji Soto dan biara didirikan oleh Keizan Zenji.

1350 C.E
Di Tibet, Raja Changchub Gyaltsen menaklukkan Sakya dan
mendirikan dinasti sekular.

1351 C.E

47
- Garis penahbisan Buddhisme tradisi Hutan dari Sri Lanka tiba di
Myanmar dan Thailand.
- Theravada menyebar ke Laos.
- Biara Theravada Thailand pertama berdiri di Kamboja tidak lama
setelah rakyat Thailand memenangkan kemerdekaannya dari
Khmer.

1360 C.E
Para penguasa dari Utara (Chieng-mai) dan Timur Laut
(Sukhothai) Thailand mengadopsi Agama Buddha Theravada dan
menjadikannya agama negara.

1365 C.E
Di Indonesia, Kerajaan Srivijaya ditaklukkan oleh Kerajaan
Majapahit. Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan di
bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.
Dan pada masa ini pula Agama Buddha mengalami masa
keemasan yang kedua setelah masa Kerajaan Srivijaya.

1391 C.E
Lahirnya Gyalwa Gendun Drubpa, Dalai Lama Pertama. Awal dari
garis silsilah Dalai Lama dalam Buddhisme Tibet.

1397 C.E
Kuil Kinkaku-ji atau Paviliun Emas dibangun di Kyoto, Jepang.

1409 C.E
Ganden, Biara aliran Tibet tradisi Gelug ("Topi Kuning") pertama
dibangun oleh reformer kebiaraan, Tsong-khapa (1357-1419) yang
sekaligus menandakan berdirinya aliran Gelug oleh Tsong-khapa.

1478 C.E
Di Indonesia, Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit wafat,
dimulailah masa keruntuhan Kerajaan Majapahit dengan adanya
serangan dari Kerajaan Kediri. Dengan dimulainya keruntuhan
48
Kerajaan Majapahit maka dimulai pula masa kemunduran Agama
Buddha di Nusantara.

1499 C.E
- Taman Batu di Kuil Ryoan-Ji di Tokyo dibangun.
- Meninggalnya Rennyo (1415-1499), seorang pembaharu aliran
Jodo-Shin.

1527 C.E
Di Indonesia, Kerajaan Kediri yang merupakan sisa-sisa Kerajan
Majapahit, ditaklukkan oleh Kerajaan Demak Muslim. Riwayat
Kerajaan Majapahit benar-benar tamat.

1578 C.E
- Salah satu penguasan Mongol, Altan Khan, memberikan titel
Dalai ("Lautan") kepada pemimpin aliran Tibet tradisi Gelug yaitu
Sonam Gyatso yang kemudian dikenal sebagai Dalai Lama Ketiga.
- Pergerakan pengharmonian antar aliran Agama Buddha
(khususnya aliran Cha'n dan Tanah Suci) di China pada masa
Dinasti Ming. Master Chu-hung, (lahir 1535) meresmikan
pergerakan umat Buddha di China.

1602 C.E
Aliran Jodo-Shin di Jepang terbagi menjadi dua, yaitu tradisi
Higashi (Timur) dan tradisi Nishi (Barat) Hongan-ji.

1613 C.E
Sistem Danka atau Sistem Kuil Keluarga diterapkan di Jepang.

1614 C.E
Toyotomi Hideyoshi dari Jepang membangun rupang (patung)
Buddha besar di Kuil Hokoji di Kyoto.

1615 C.E
49
Suku Oirat dari Mongol memeluk Agama Buddha Tibet aliran
Gelug.

1642 C.E
Gushri Khan menobatkan Dalai Lama Kelima, Ngawang Lobsang
Gyatso sebagai penguasa sementara di Tibet.

1653 C.E
Dalai Lama Kelima bertemu dengan Kaisar Qing, Shunzhi, dari
China di dekat Beijing.

1654 C.E
Ingen atau Yin-yuan (1592-1673) memperkenalkan aliran Obaku
dari Zen Buddhisme di Jepang.

1681 C.E
- Literatur-literatur Buddhis versi China diterbitkan oleh Tetsugen.
- Agama Buddha di Jepang dalam pengawasan Tokugawa
Shögunate (penguasa pemerintah feudal).

1682 C.E
Dalai Lama Kelima wafat; wali pemerintahan menyembunyikan
kewafatannya selama 14 tahun.

1697 C.E
Penobatan Dalai Lama Keenam, Tsangyang Gyatso (1683-1706)
pada usianya yang ke-14 tahun.

1700 C.E
Hakuin (1686-1769) seorang bhiksu, penulis, dan seniman
membantu menghidupkan kembali aliran Zen Rinzai dalam Agama
Buddha di Jepang.

1717 C.E
50
Suku Dzungar dari Mongol menyerang Tibet dan merampok
Lhasa. Kuburan Dalai Lama Kelima dijarah.

1720 C.E
Suku Dzungar berhasil dipukul mundur, Pasukan Pemerintah Qing
(China) mengangkat Kelsang Gyatso sebagai Dalai Lama Ketujuh.

1721 C.E
Kedudukan Amban (Perwakilan Pemerintah China) dibuat oleh 13
pokok ketetapan Pemerintah Qing (China). 29 pokok ketetapan
Pemerintah Qing menentukan penggunaan undian "jambangan
emas" ("golden urn") untuk memilih Dalai Lama dan Panchen
Lama.

1755 C.E
- Raja Kirti Sri Rajasinghe menerima para bhikkhu dari Kerajaan
Thailand untuk mengembalikan lagi garis penahbisan bhikkhu
yang lenyap di Sri Lanka. Berdirinya tradisi Siam Nikaya di Kandy,
Sri Lanka, oleh Bhikkhu Upali dari Thailand yang berusaha
membenahi Sangha di Kandy.
- Tentara kolonial menduduki Sri Lanka, Myanmar, Laos, Kamboja,
dan Vietnam.

1766 C.E
Di Thailand, banyak literatur Buddhis hancur ketika Myanmar
menyerang Ayutthaya.

1777 C.E
Raja Rama, pendiri dinasti yang ada sekarang di Thailand,
memperoleh salinan Tipitaka dari Sri Lanka dan menyokong suatu
Dewan untuk menstandardisasi Tipitaka versi bahasa Thailand,
dan salinannya kemudian disumbangkan ke vihara-vihara di
seluruh negeri.

1802 C.E
51
Nguyen Anh memerintah setelah Vietnam bersatu. Setelah
berkuasa ia membuat pemerintahan Confucianis ortodoks dan
membatasi penyebaran Agama Buddha. Ia melarang pria dewasa
untuk menghadiri perayaan Buddhis.

1803 C.E
Umat Sri Lanka yang ditahbiskan oleh para bhikkhu dari kota
Amarapura, Myanmar, mendirikan tradisi Amarapura Nikaya untuk
memperbaiki tradisi Siam Nikaya yang terakhir mengalami
penyimpangan.

1814 C.E
Di Jawa Tengah, Indonesia, setelah lama tertimbun, Candi
Borobudur diketemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford
Raffles.

1820 C.E
Rezim Minh Mang di Vietnam membatasi Agama Buddha lebih
lanjut. Ia bersikeras bahwa semua bhikkhu harus tinggal di biara
dan memiliki dokumen identitas.

1828 C.E
Pangeran Thailand, Mongkut (yang kemudian menjadi Raja Rama
IV) yang sebelumnya pernah menjadi bhikkhu, mendirikan tradisi
Dhammayut yang berarti Sesuai Dhamma. Mongkut yang melihat
ketidaksesuaian antara praktik yang diterapkan oleh para bhikkhu
Thai dengan apa yang ada dalam Tipitaka Pali. Ia berusaha
mereformasi dengan meniadakan segala hal yang bukan Buddhis,
dongeng kepercayaan rakyat, dan takhayul.

1840 C.E
Lahirnya Master Hsu Yun (1840-1959), Guru Besar Ch'an di China
di era modern.

52
1852 C.E
- Terjemahan Sutra Teratai dalam bahasa Jerman.
- Perintis Sarjana Buddhis Neumann dan Odlenburg.
- Bhikkhu Jerman pertama, Nyanatiloka Mahathera.

1853 C.E
Kuil China pertama di Amerika Serikat (San Francisco)

1862 C.E
- Para bhikkhu dari tradisi Hutan, dipimpin oleh Y.M. Paññananda
mengunjungi Myanmar untuk penahbisan ulang, dan sekembalinya
ke Sri Lanka kemudian mendirikan tradisi Ramañña Nikaya.
- Terjemahan pertama Dhammapada ke dalam bahasa barat
(Jerman).

1868 C.E
Di Jepang, Agama Buddha ditekan oleh kaum Shinto pada masa
Restorasi Meiji.

1871 C.E
Persamuhan Agung Kelima diselenggarakan di Myanmar, di
bawah perlindungan Raja Mindon Min. Kitab Tipitaka Pali ditulis
pada 729 batu marmer. Masing-masing batu marmer memiliki
ukuran panjang 5,5 kaki ( +/-165 cm), lebar 3,5 kaki (+/- 105 cm),
dan ketebalan 5 inchi (+/- 10 cm).

1872 C.E
Di Jepang, perselibatan dan vegetarianisme diperbolehkan dengan
ijin pemerintah, dan kaum wanita diperbolehkan kembali memasuki
vihara.

1873 C.E
- Kebangkitan Agama Buddha terjadi di Sri Lanka ketika Y.M. Sri
Sumangala dan Y.M. Dharmanada mendirikan dua perguruan
tinggi kebiaraan yaitu Vidyodaya dan Vidyolanka Pirivenas
53
(perguruan tinggi kebiaraan) secara berturut-turut pada tahun 1873
dan 1875.
- Seorang bhikkhu muda, Y.M. Mohottivatte Gunananda
mengalahkan misionaris Kristen dalam debat publik, sehingga
menyalakan secara luas kebanggaan nasional masyarakat Sri
Lanka terhadap tradisi Buddhis.
- Di Jepang, semua agama berada dalam kendali pemerintah.

1879 C.E
Sir Edwin Arnold dari Inggris mempublikasikan syair "Light of
Asia", yang kemudian menjadi buku yang paling laris terjual di
Inggris dan Amerika, menyebabkan tertariknya orang-orang barat
akan Agama Buddha.

1880 C.E
Helena Blavatsky dan Henry Steel Olcott, pendiri dari
Theosophical Society, tiba di Sri Lanka dari Amerika Serikat,
kemudian memeluk Agama Buddha dan memulai kampanye
pengembangan Agama Buddha dengan mendorong pertumbuhan
dan perkembangan sekolah-sekolah Buddhist di Sri Lanka.

1881 C.E
Pali Text Society didirikan di Inggris oleh T.W.Rhys Davids.
Selama lebih dari 100 tahun , banyak bagian dari Tipitaka
dipublikasikan dalam tulisan romawi dengan terjemahan ke bahasa
Inggris.

1882 C.E
Vihara Buddha Giok (Jade Buddha Temple) di dirikan di Shanghai,
China, dimana terdapat dua buah rupang (patung) Buddha dari
batu giok (jade) yang didatangkan dari Myanmar (Burma).

1891 C.E

54
Maha Bodhi Society didirikan di India oleh umat dari Sri Lanka
pengikut Anagarika Dharmapala, dalam rangka memperkenalkan
kembali Agama Buddha di India.

1892 C.E
Vihara Theravada pertama didirikan di Australia oleh para pekerja
mutiara di pulau Thursday yang berasal dari Sri Lanka.

1896 C.E
Menggunakan catatan yang ditulis oleh Fa-hsien (Fa Xian), para
arkeolog Nepal menemukan pilar batu besar Asoka di Lumbini.

1898 C.E
Lahirnya Upasaka Lu K'uan Yu (Charles Luk), penerjemah dan
penulis Ch'an di Canton, China.

1899 C.E
Bikkhu Theravada barat pertama (Gordon Douglas) ditahbiskan di
Myanmar (Burma).

1900 C.E
Y.M. Ajahn Mun dan Y.M. Ajahn Sao menghidupkan kembali
tradisi meditasi Hutan di Thailand.

1902 C.E
Raja Rama V dari Thailand mendirikan Sangha Act (Perundangan
Sangha) yang secara formal menandakan permulaan dari tradisi
Mahanikaya dan Dhammayut. Kepengurusan Sangha yang pada
waktu itu berada di tangan pejabat awam yang ditunjuk oleh raja,
sekarang diserahkan kepada para bhikkhu itu sendiri.

1903 C.E
Buddhist Mission Society di Jerman, didirikan.

1904 C.E
55
Pasukan Inggris di bawah Kolonel Younghusband memasuki Tibet
dan menduduku Lhasa.

1907 C.E
- Buddhist Society of Great Britain, didirikan di Inggris.
- Lahirnya Y.M. Rahula Walpola, bhikkhu sarjana asal Sri Lanka.

1910 C.E
Pasukan China menduduki Tibet, menembaki massa tak
bersenjata yang hendak memasuki Lhasa.

1913 C.E
Dalai Lama Ke-13 menyatakan Tibet sebagai negara religius dan
merdeka.

1922 C.E
- Zenshuji Soto Mission didirikan di Little Tokyo di Los Angeles,
California dan berdirinya kuil pertama dari aliran Soto Zen di
Amerika Utara.
- Majalah Buddhis pertama di Indonesia dengan nama Moestika
Dharma, di bawah pimpinan Kwee Tek Hoay.

1930 C.E
- Soka Gakkai didirikan di Jepang. Organisasi ini berasaskan pada
aliran Nichiren yang kontroversi dimana umatnya memposisikan
Nichiren sebagai seorang Buddha yang sesungguhnya.
Penguncaran kalimat "Nam-Myōhō-Renge-Kyō" (Terpujilah
Saddharmapudarika Sutra) mencadi hal yang mendasar dalam
praktik kesehariannya.
- Di China, Wong Mou-Lam menerjemahkan The Platform Sutra
(Sutra Hui Neng) ke dalam bahasa Inggris dan menemukan jurnal
Chinese Buddhisme.
- Organisasi Java Buddhists Association yang merupakan bagian
dari The International Buddhists Missionary ( Berpusat di Thaton,
56
Myanmar ), berdiri di Indonesia, diketuai oleh Ernest Erle Power.

1932 C.E
- Suan Mokkhabalarama (Hutan Kekuatan dari Pembebasan)
didirikan oleh Bhikkhu Buddhadasa.
- International Buddhist Mission Java Section berdiri di Batavia
(Jakarta) tahun 1932 dengan Deputy Director General-nya adalah
Josias van Dienst.

1933 C.E
Dalai Lama Ke-13 meninggal dunia. Gencatan senjata berakhir,
China dan Tibet berperang.

1934 C.E
- Buddhis Literatur versi China edisi Taishö Shinshü Daizokyö
selesai dicetak di Tokyo, jepang, dalam 100 jilid.
- Kedatangan Y.M. Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka ke
Indonesia pada tanggal 4 Maret 1934. Beliau menanamkan
kembali benih-benih Buddha Dhamma yang telah menghilang di
Indonesia sejak kemunduran kerajaan Majapahit.
- Pada tanggal 10 Maret 1934, Y.M. Bhikkhu Narada Thera
melakukan penanaman pohon Bodhi di pelataran Candi
Borobudur, yang merupakan pohon keturunan langsung dari
pohon Bodhi induk di Bodg Gaya, dimana Petapa Gotama
mencapai Pencerahan.

1940 C.E
Tenzin Gyatso yang berusia lima tahun, dinobatkan sebagai Dalai
Lama Ke-14.

1945 C.E
Sekolah Inggris yang baru dibuka ditutup setelah diprotes oleh
para bhiksu.

1949 C.E
57
- Vihara Mahabodhi di Bodh Gaya, India, kembali di bawah kendali
Buddhis.
- Mahasi Sayadaw (U Sobhana Mahathera) yang menghidupkan
kembali meditasi Vipassana, menjadi guru kepala di pusat meditasi
Vipassana di Rangoon, Myanmar.

1950 C.E
- Konferensi Buddhis Sedunia Pertama, di Colombo, Sri Lanka,
yang akhirnya mendirikan World Fellowship of Buddhists atau
Persahabatan Buddhis Sedunia (WBF) didirikan di Colombo, Sri
Lanka. Bendera Buddhis Internasional diresmikan. Dan
Menetapkan hari Vesak (Waisak) sebagai hari libur umum untuk
menghormati Buddha.

1952 C.E
Konferensi Buddhis Sedunia Kedua diadakan di Tokyo, Jepang.

1953 C.E
- Chinese Buddhist Association dibentuk oleh pemerintah Republik
Rakyat China.
- Pada tanggal 22 Mei 1953, untuk pertama kalinya pada masa
kemerdekaan Indonesia, perayaan Waisak diadakan di Candi
Bodobudur, Magelang, Jawa Tengah.

1954 C.E
- Persamuhan Agung Keenam diadakan di Gua Mahapasana,
Kaba-Aye, Yangon, Myanmar. Persamuhan ini berakhir pada
tahun 1956 tepat pada peringatan Buddha Jayanti.
- Pada tanggal 23 Januari 1954, Boan An atau Samanera Ti Chen
di tahbiskan menjadi bhikkhu yang selanjutnya dikenal dengan
Y.M. Ashin Jinarakhita Mahathera. Beliau adalah putera Indonesia
pertama yang menjadi seorang bhikkhu di Indonesia.
- Y.M. Mingun Sayadaw U Vicittasarabhivamsa, berhasil
mengingat seluruh isi kitab Tipitaka Pali yang berjumlah 16.000
halaman. Beliau mendapatkan gelar ―Tipitakadhara‖ (Pembawa
58
Tipitaka) dan juga mendapat gelar ―Dhammabhandagarika‖
(Penjaga Dhamma). Beliau juga sebagai Pemecah Rekor "Ingatan
Terkuat" yang masuk dalam The Guinness Book of Records (Buku
Rekor Dunia) edisi tahun 1985.

1956 C.E
- Tahun Buddha Jayanti, memperingati 2500 tahun Agama
Buddha.
- Dalai Lama Ke-14 mengunjungi India untuk memperingati
Buddha Jayanti.
- Di India pemimpin kaum Dalit (kaum diluar kasta), Dr. Bhimrao
Ramji Ambedkar bersama dengan lebih dari 350 ribu pengikut,
memeluk Agama Buddha.
- Zen Studies Society didirikan di New York, Amerika Serikat,
untuk mendukung D.T. Suzuki.

1957 C.E
- Gua-gua dekat puncak gunung Pai-tai di distrik Fangshan, 75
kilometer barat-daya Beijing kembali dibuka dan mengungkapkan
ribuan sutra Buddhis yang dipahat pada batu sejak abad ke-7.
Tujuh buah duplikat telah dibuat dan batu-batu tersebut diberi
nomor serta pengerjaannya dilakukan sampai tahun 1959.
- Misi pertama Buddhis Sri Lanka ke Jerman, dilakukan oleh Y.M
Soma Thera, Y.M. Kheminda dan Y.M Vinitha.

1958 C.E
Y.M. Nyanaponika Thera mendirikan Buddhist Publication Society
di Sri Lanka untuk menerbitkan buku-buku Buddhisme Theravada
dalam bahasa Inggris.

1959 C.E
Bersama dengan 100 ribu rakyat Tibet, Dalai Lama Ke-14
meninggalkan Tibet yang telah diduduki oleh pemerintah Cina
menuju ke India. Di pengasingannya di India Dalai Lama Ke-14
mendirikan komunitas Tibet.
59
1962 C.E
San Francisco Zen Center, didirikan oleh Shunryu Suzuki. Awal
penyebaran Agama Buddha di dunia Barat pada masa modern.

963 C.E
Dalai Lama Ke-14 menyetujui pembentukan konstitusi demokrat
bagi komunitas pengasingan masyarakat Tibet.

1965 C.E
- Pemerintah Myanmar menangkap lebih dari 700 bhikkhu di
Hmawbi, dekat Rangoon, karena mereka menolak menerima
peraturan pemerintah.
- Revolusi Kebudayaan di China (1965-1975). Kuil-kuil dan vihara-
vihara Buddhis ditutup dan semakin terpuruknya Sangha yang
telah memiliki kondisi yang lemah.
- Teks-teks Tibet dikumpulkan, diterjemahkan dan disebarkan oleh
penerbit Buddhis.

1966 C.E
- Dewan Sangha Buddhis Sedunia atau World Buddhist Sangha
Council (WBSC) terbentuk di Colombo, Sri Lanka pada bulan Mei.
Diprakarsai oleh umat Theravada Sri Lanka yang berharap dapat
menjembatani perbedaan yang ada dan bekerja sama antar tradisi
Agama Buddha. Konvensi WBSC yang pertama ini dihadiri oleh
para bhikkhu pemimpin dari berbagai negara dan tradisi baik dari
Mahayana maupun Theravada. Dalam Konvensi ini juga di
rumuskan pokok-pokok dasar pemersatu antara tradisi Theravada
dan Mahayana.
- Vihara Theravada pertama berdiri di Amerika Serikat.
- Y.M. Cheng Yen mendirikan Tzu Chi Compassion Relief
Association dan Tzu Chi Compassion Foundation (1980).

1968 C.E

60
- Terbentuknya International Buddhist Exchange Centre (Pusat
Pertukaran Pelajar Buddhis Internasional) di Jepang.
- Pada konferensi ke-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk
memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.

1969 C.E
Berbagai organisasi Buddhis bermunculan di Indonesia,
menunjukkan geliat kebangkitan agama Buddha di Indonesia.

1971 C.E
- Pusat Tibetan (Sakya) pertama didirikan di Amerika Serikat.
- Pengungsi dari perang Vietnam, Kamboja, dan Laos, menempati
Amerika Utara, Australia, dan Eropa, mendirikan banyak
komunitas Buddhis di Barat.

1973 C.E
Penduduk Sri Lanka di Australia, mendirikan vihara Theravada
pertama di New South Wales.

1974 C.E
- Naropa Institute, sekarang bernama Naropa University, didirikan
di Boulder, Colorado di Amerika Serikat.
- Di Myanmar, ketika demonstrasi saat pemakaman U Thant
(Sekretaris Jenderal PBB yang ke-3), 600 bhikkhu ditangkap dan
beberapa ditembak oleh pasukan pemerintah.
- Pada tanggal 14 Januari 1974 Sangha Agung Indonesia
terbentuk.
1975 C.E
- Y.M. Ajahn Chah, mendirikan vihara (Wat) Pah Nanachat,
sebuah vihara hutan di Thailand untuk melatih bhikkhu-bhikkhu
Barat, dan Y.M. Sumedho menjadi kepala vihara yang pertama
yang dijalankan oleh dan untuk para bhikkhu berbahasa Inggris.
- Wat Buddharangsee didirikan di Sydney, Australia oleh Y.M.
Bhikkhu Khantipalo dari Inggris dan 3 orang bhikkhu dari Thailand.
- Di Laos, para pemimpin Komunis Lao berusaha untuk mengubah
61
prilaku dalam keagamaan, di antaranya adalah para bhikkhu harus
bekerja, bukan menerima derma. Hal ini menyebabkan banyak
bhikkhu yang kembali ke kehidupan umat awam, tetapi Agama
Buddha tetap populer.
- Insight Meditation Society didirikan di Barre, Massachusetts di
Amerika Serikat.
- Kaum Komunis Kamboja di bawah pemerintahan Pol Pot
mencoba untuk menghancurkan Agama Buddha secara
menyeluruh, dan hampir berhasil.

1976 C.E
- Setelah berlangsungnya demonstrasi, pemerintah junta militer
Myanmar mendiskreditkan Bhikkhu La Ba dengan mengatakan
bahwa ia adalah seorang kanibal dan pembunuh.
- Sangha Theravada Indonesia berdiri pada tanggal 23 Oktober
1976, di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah
Putih), Semarang, Indonesia.

1977 C.E
Y.M. Ajahn Chah, diundang ke Inggris oleh English Sangha Trust.

1978 C.E
- Di Myanmar (Burma), lebih banyak lagi bhikkhu dan umat yang
ditangkap, dipaksa melepaskan jubah, dan dipenjarakan oleh
pemerintah junta militer. Banyak vihara yang ditutup dan
propertinya disita. Bhikkhu U Nayaka yang bersikap kritis
ditangkap dan meninggal, pemerintah mengklaim bahwa ia
melakukan bunuh diri.
- Sangha Mayahana Indonesia berdiri pada tanggal 10 September
1978 di Vihara Buddha Murni, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

1979 C.E
- Y.M. Ajahn Chah kembali ke Inggris dan mendirikan komunitas
keci para bhikkhu di vihara Hamsptead yang kemudian pindah ke
Sussex, Inggris, dan sekarang dikenal sebagai Chithurst Forest
62
Monastery.
- Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) didirikan. Nama
WALUBI diberikan oleh Menteri Agama pada waktu itu yaitu
Alamsyah Ratu Perwiranegara.

1980 C.E
Pemerintah junta militer Myanmar menyatakan otoritasnya atas
sangha, kekerasan terhadap para bhikkhu terus berlanjut.

1981 C.E
- Vihara Taungpulu Kaba Aye didirikan oleh Y.M. Taungpulu
Sayadaw dan Dr. Rina Sircar dari Myanmar, di California Utara,
Amerika serikat.

1983 C.E
- Shanghai Institute of Buddhism didirikan di Vihara Buddha Giok
(Jade Buddha Temple), Sanghai, China, di bawah naungan
Shanghai Buddhist Association.
- Di Indonesia, melalui Keputusan Presiden No. 03/1983 tertanggal
19 Januari 1983, ditetapkan bahwa hari Waisak (Vesak)
merupakan hari libur nasional.

1984 C.E
Vihara Amaravati didirikan di Hemel Hempstead, Hertfordshire,
Inggris oleh siswa-siswa dari Y.M. Ajahn Chah. Vihara ini
merupakan vihara dari tradisi Hutan dari Theravada.

1987 C.E
Nichiren Shoshu Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan WALUBI
karena perbedaan ajaran dan ketidaksesuaian dengan Buddha
Dhamma.

1988 C.E
- Bhavana Society, vihara Theravada tradisi Hutan yang pertama
di Amerika Serikat, didirikan di Virginia Barat.
63
- Di Myanmar, semasa pemberontakan State Peace and
Development Council (rezim militer Myanmar), pasukan militer
menembaki para bhikkhu. Setelah pemberontakan, seorang
bhikkhu senior bernama U Nyanissara, merekam pembicaraan
mengenai diskusi demokrasi dalam ajaran Buddhisme.

1989 C.E
Dalai Lama Ke-14 menerima Penghargaan Nobel Perdamaian.

1990 C.E
- Lebih dari 7000 bhikku berkumpul di Mandalay di Birma
(Myanmar) untuk menyerukan boikot terhadap pemerintah militer
yang otoriter. Mereka menolak menerima derma dari keluarga
militer. Pemerintah militer menyita vihara dan menangkap
beberapa bhikku termasuk bhikkhu senior U Sumangala dan U
Yewata. Para bhikkhu menerima hukuman penjara yang panjang,
dan semua bhikkhu yang memboikot dipaksa melepas jubah.
Beberapa bhikkhu disiksa ketika dalam masa interogasi.
- Perkembangan Sangha Theravada di Barat. Metta Forest
Monastery, didirikan di California, Amerika Serikat oleh Y.M. Ajaan
Suwat. Kedua vihara ini merupakan vihara tradisi Hutan.
Abhayagiri Monastery didirikan oleh Y.M. Ajahn Amaro dan Y.M.
Ajahn Pasanno di California, Amerika Serikat.

1992 C.E
- Patung Buddha di Hyderabad, India , didirikan atas prakarsa
kepala pemerintah Andhra Pradesh, Sri N. T. Rama Rao. Patung
ini memiliki tinggi 16 meter dan terbuat dari batu granit putih.
- Buddhisme memasuki era Cyberspace (dunia maya). Beberapa
edisi dari Tipitaka Pali dapat diakses secara online melalui internet.

1996 C.E
Garis sangha bhikkhuni muncul kembali di Sarnath, India oleh
upaya dari Sakyadhita, sebuah asosiasi wanita Buddhist
Internasional. Kemunculan sangha bhikkhuni ini menjadi
64
kontroversi sendiri sampai sekarang.

1998 C.E
- 25 Januari 1998, Tentara Teroris Pembebasan Macan Tamil atau
Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE), melakukan aksi bunuh
diri dengan bom dan menyerang tempat Buddhis paling suci dan
pusat warisan Dunia UNESCO di kota Kandy, Sri Lanka yaitu Sri
Dalada Maligawa atau Vihara Relik Gigi yang merupakan tempat
menyimpan relik gigi Sang Buddha.
- Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) membubarkan diri
karena konflik yang terjadi di dalam tubuh organisasi umat Buddha
Indonesia tersebut.
- Setelah WALUBI membubarkan diri, Sangha Agung Indonesia
bersama-sama dengan Sangha Theravada Indonesia dan Sangha
Mahayana Indonesia, membentuk Konferensi Agung Sangha
Indonesia (KASI) yang bertugas untuk mengambil keputusan yang
berpedoman pada Dhamma (Dhammaniyoga).

1999 C.E
The Chant of Metta, sebuah musik gubahan Imee Ooi, diproduksi
oleh I.M.M. MUSICWORKS, di Malaysia. Musik dengan syair
mengenai kasih sayang universal (metta) dan berbahasa Pali ini,
menjadi musik yang banyak dinikmati oleh kalangan Buddhis di
seluruh dunia di awal abad ke-21.

2000 C.E
Sasanarakkha Buddhist Sanctuary, sebuah vihara di Taiping,
Malaysia didirikan oleh Y.M. Aggacitta. Vihara ini digunakan
sebagai pusat melatih para bhikkhu Theravada di Malaysia.
Misinya adalah melatih bhikkhu-bhikkhu baru.

2001 C.E
Pada bulan Maret, dua Patung Buddha tertinggi di dunia, "Buddha
dari Bamyan", dihancurkan oleh kelompok Muslim militan Taliban,

65
di Bamyan, Afghanistan.

2005 C.E
- Para ilmuwan berhasil menyelamatkan pohon Bodhi di Bodh
Gaya, India. Pohon yang merupakan generasi keenam dari pohon
Bodhi dimana tempat Petapa Gotama mencapai Pencerahan ini,
selama tiga tahun sebelumnya dihinggapi suatu penyakit yang
aneh.

2006 C.E
- Perayaan Waisak Nasional pertama di Candi Borobudur yang
diadakan oleh Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI).
- Pertama kali dalam sejarah Amerika Serikat, dua orang Buddhist
yaitu Mazie Hirono dan Hank Johnson, terpilih untuk menjadi
anggota Kongres Amerika Serikat.

2007 C.E

- Ribuan kaum Dalit (kaum di luar kasta) di India, meninggalkan


agama Hindu dan memeluk agama Buddha sebagai bentuk protes
atas sikap diskriminasi yang dilakukan oleh kaum berkasta tinggi.
- Bulan September, ribuan bhikkhu Birma (Myanmar) melakukan
aksi damai dalam rangka menyuarakan penderitaan rakyat.
Pemerintah junta militer Myanmar menggunakan kekerasan untuk
membubarkan aksi damai tesebut. Aksi brutal pemerintah
Myanmar yang menelan korban ini dikecam oleh masyarakat
dunia. Peristiwa ini dikenal dengan "Revolusi Safran".

66
“WHITE HOLE – BLACK HOLE” TEORI PENCIPTAAN
DALAM WEDA?

Ada berbagai versi mengenai teori penciptaan alam semesta yang


telah diajarkan sampai saat ini. Mulai dari teori dentuman besar
(Big bang), Matahari ganda dan lain sebagainya baik yang
memang murni berdasarkan analisa ilmu pengetahuan ataupun
untuk kepentingan pembenaran kitab suci tertentu. Menurut
penulis yang memiliki nama besar dari kalangan Muslim, dengan
nama samarannya Harun Yahya. Teori penciptaan menurut Al-
Qur‘an sangat sesuai dengan teori penciptaan dentuman besar
(big bang). Menurut beliau Alam semesta dimulai dari satu titik
energi-materi yang akhirnya pecah dan terbentuk berbagai
susunan planet dengan tatasuryanya. Al-Qur‘an dan Injil
menyebutkan bahwasanya alam semesta beserta isinya ini
diciptakan oleh Allah hanya dalam waktu 1 minggu (7 Hari). Teori
ini juga menjelaskan kenapa alam semesta ini mengembang dan
jarak antara tata surya semakin menjauh. Beberapa tafsir Al-
Quar‘an dan Harun Yahya sendiri, menyatakan bahwa di seluruh
alam semesta ini, hanya bumilah yang memiliki kehidupan.

Bagaimana menurut Hindu? Apakah sama dengan teori-teori


agama Abrahamik? Dan dapatkah dijelaskan secara ilmiah?
Secara global menurut Weda, alam semesta terdiri dari dua bagian
utama, yaitu 2/3 alam rohani dan 1/3-nya alam material. Alam
rohani sering disebut dengan istilah alam Moksa dimana
kondisinya adalah sat cit ananda (kekal, penuh dengan ilmu
pengetahuan dan penuh dengan kebahagiaan). Di alam moksa
terdapat jutaan planet yang ditempati oleh roh-roh yang telah
mencapai pembebasan dan sesuai dengan rasa yang dimiliki oleh
roh bersangkutan. Sebagai contohnya, seorang pemuja Krishna
akan mencapai planet Vaikunta, Pemuja Narasimha akan hidup
bersama Narasimha, pemuja Narayana akan hidup bersama
Narayana di planet rohani yang masing-masing terpisah.
Sedangkan di alam material tersusun atas jutaan alam semesta.
67
Dimana dalam satu alam semesta terdiri dari jutaan galaksi. Kita
sendiri menempati salah satu alam semesta dalam galaksi
Bimasakti. Dalam sebuah galaksi terdiri milyaran tatasurya yang
berpusat pada 1 bintang, dan dalam satu tatasurya terdiri dari
beberapa planet. Seperti pada tempat kita tinggal di planet bumi
yang terletak pada tata surya dengan pusat bintang matahari.

Penciptaan alam semesta diawali dari Tuhan sendiri yang


berbaring di lautan penyebab yang mungkin bisa dikiaskan
sebagai pondasi seluruh alam semesta sebagai Karanodakasayi
Visnu yang maha besar. Dari setiap pori-pori Karanodakasayi
Visnu muncullah Garbhodakasayi Visnu yang memunculkan
sebuah alam semesta. Dari sini bisakah kita membayangkan
betapa besarnya Tuhan? Yang hanya dari 1 pori-porinya
memunculkan 1 alam semesta yang terdiri dari jutaan galaksi.

Secara Ilmiah munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam


wujud Karanodakasayi Visnu ini diistilahkan dengan White Hole
(Lubang Putih). Fenomena White hole sempat diamati oleh
beberapa ilmuan yang merupakan area tempat terjadinya
perubahan dari Energi menjadi Materi. Kenyataan ini dibenarkan
dalam sloka Rgveda bab II.72.4 disebutkan ―Aditer dakso ajayata,
daksad uaditih pari‖ artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa
(energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi). Perubahan
dari energi menjadi materi diistilahkan dengan White Hole,
bagaimana dengan perubahan dari materi menjadi energi? Dalam
konsep penciptaan Veda, perubahan ini dapat diistilahkan dengan
Black Hole yang juga sangat sesuai dengan penemuan para
ilmuan saat ini. Jadi Veda memberikan jawaban atas pertanyaan
bagaimana alam semesta diciptakan bukan dengan konsep big
bang seperti yang diakui oleh Al-Qur‘an, melainkan dengan teori
yang baru mulai dilirik oleh para ilmuawan setelah ditemukannya
fenomena Black Hole, yaitu teori Black Hole – White Hole.

68
Lebih lanjut Veda menjelaskan bahwa setelah munculnya
Garbhodakasayi Visnu dari pusar beliau muncul bentuk yang
menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan
menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma.
Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan
susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang
dikuasainya. Kanapa penulis menjelaskan Dewa Brahma menjadi
arsitek dalam alam semesta yang dikuasainya? Hal ini karena
Menurut Veda alam semesta ada jutaan dan tidak terhitung
banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan
setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda.
Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan
menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga
Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8,
16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa
Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam
semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak
dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma yang telah biasa
dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan
Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan
sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang
paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan
menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap
atom dan partikel terkecil sekalipun. Inilah kemahahebatan Tuhan
sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya.
Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan
mulai dari para dewa, alien, mahluk halus, binatang, tumbuhan
sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Weda juga memberikan penjelasan siapa manusia pertama. Tidak
seperti halnya kitab suci Abrahamik yang menyebutkan hanya ada
1 manusia pertama yaitu Adam, Tapi Weda menjelaskan ada 14
manusia pertama yang muncul dalam jaman yang berbeda dalam
1 siklus penciptaan. Manusia pertama dalam Weda diciptakan oleh
dewa Brahma dan disebut dengan Manu dan sampai saat ini
sudah mencapai generasi manu ke-7.
69
Jika anda mengaku sebagai manusia tetapi menolak otoritas Manu
sebagai manusia pertama, maka anda adalah orang bodoh.
Manusia berasal dari bahasa sansekerta, dari urat kata manu dan
sia, sia diartikan sebagai keturunan. Karena itu seluruh keturunan
Manu disebut sebagai manusia. Jadi anda salah besar jika
memanggil diri anda sebagai manusia tetapi mengakui Adam
sebagai leluhur pertama anda. Weda menolak akan adanya teori
Evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin, Tetapi Weda
mengemukakan akan adanya Devolusi, atau terjadinya degradasi
atau penurunan kualitas kehidupan, mulai dari semakin kacaunya
susunan tata surya, kepunahan mahluk hidup, penurunan kualitas
kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu. Terus
bagaimana Weda dapat menjelaskan tentang terjadinya berbagai
ras manusia? Dalam kitab suci agama Abrahamik yang dengan
tegas mengakui hanya Adam adalah manusia pertama dan
berusaha menjelaskan bahwa mutasi dan evolusi genetislah yang
menghasilkan ras berbeda. Hawa sebagai pasangan adam tercipta
dari tulang rusuk Adam. Dengan demikian secara ilmiah, gen yang
dimiliki Adam seharusnya sama dengan gen yang dimiliki hawa.
Jika kedua pasangan ini kawin dan menghasilkan keturunan, maka
sudah barang tentu keturunan yang dihasilkannya seharusnya
memiliki gen yang sama. Hanya saja kenapa saat ini ada banyak
ras dengan genetik yang sangat jauh berbeda? Agamawan dari
kalangan Abrahamik menjelaskan bahwa perubahan itu akibat
adanya evolusi karena mutasi. Hanya saja Ilmu pengetahuan
modern saat ini menjelaskan bahwasanya mutasi tidak akan
pernah menghasilkan keturunan yang bersifat menguntungkan
bagi mahluk hidup bersangkutan. Sebagai contoh semangka yang
dimutasi dapat menghasilkan semangka tanpa biji dimana
selanjutnya semangka bersangkutan tidak akan mampu
berkembang biak secara normal. Demikian juga dengan sapi yang
diradiasi untuk menghasilkan sapi yang memiliki ukuran besar juga
tidak sanggup bertahan hidup dan berkembang biak secara
normal. Bukti lain yang membantah pernyataan agamawan
Abrahamik yaitu jika orang Asia hidup di tengah-tengah orang bule
70
di Eropa dalam waktu yang sangat lama dengan kebudayaan
Eropa tetapi mereka tidak pernah melakukan perkawinan silang
dengan orang bule, apakah postur tubuh mereka berubah menjadi
orang bule atau campurannya? Tentu tidak bukan. orang dengan
ras asia tetap sama dimanapun mereka berada.

Nah, jika teori Adam-Hawa ini salah, bagaimana otoritas Weda


menjelaskannya? Menurut Weda yang menjelaskan bahwa sampai
saat ini di bumi ini telah muncul 7 Manu. Dan dengan gampang
menyatakan bahwa ras-ras yang berbeda yang ada saat ini
berasal dari ke-7 manu yang memiliki genetik yang berbeda dan
perkawinan silang di antara mereka. Jadi keturunan dari Manu
saat ini adalah kombinasi dari 7 dan dapat merupakan kombinasi
dari keturunanya lagi. Tentunya secara Ilmiah teori ini dapat
diterima dengan baik dan jauh lebih masuk akal dibandingkan
dengan konsep Adam-Hawa. Jadi yakinkah bahwa leluhur anda
adalah Adam dan Hawa?

Seringkali pula kita mendengar bahwa kiamat sudah dekat.


Benarkah kiamat sudah dekat? Weda menjelaskan bahwa kiamat
akan terjadi pada saat Brahma yang merupakan arsitek alam
semesta meninggal dunia pada usia beliau yang ke-100 tahun
dalam satuan waktu alam Jana Loka. Sebelum ke penjelasan
selanjutnya, sebaiknya harus dimengerti terlebih dahulu bahwa
waktu di bumi, berbeda dengan waktu di planet lain ataupun di
dimensi lain sesuai dengan hukum relativitas ruang dan waktu.
Jika kita dapat mengerti bahwa 1 hari di sorga akan sama dengan
6 bulan di bumi, 1 hari di dimensi alam jin akan sama dengan 3
hari di dimensi kita di bumi. Demikian juga dengan alam / dimesi
ruang yang lainnya. 100 tahun dewa Brahma jika dikonversikan
dalam satuan waktu kita akan sama dengan 311,04 triliun tahun
manusia. Umur alam semesta yang sepanjang ini dapat dibagi-
bagi lagi seperti dalam gambar di samping.

71
72
SEJARAH AGAMA BUDHA

Buddha Gautama menerima dan melanjutkan ajaran agama


Brahma/Hindu tentang Karma, yakni hukum sebab-akibat dari
tindak-laku di dalam kehidupan, dan ajaran tentang Samsara,
yakni lahir berulangkali ke dunia sebagai lanjutan Karma; dan
ajaran tentang Moksha, yakni pemurnian hidup itu guna terbebas
dari Karma dan Samsara.
Sekalipun Buddha Gautama menerima ajaran tentang Karma dan
Samsara itu akan tetapi dia menyelidiki dan meneliti pangkal
sebab dari keseluruhannya itu, dan merumuskannya di dalam
Empat Kebenaran Utama.
Sekalipun Buddha Gautama menerima ajaran tentang Moksha itu,
akan tetapi dia tidak dapat menerima dan membenarkan upacara-
upacara kebaktian penuh korban bagi mencapai Moksha itu; dan
lalu menunjukkan jalan yang hakiki bagi mencapai Moksha yang
dirumuskannya dengan Delapan jalan Kebaktian.
Kotbah Pertama dari Buddha Gautama di Isipathana, dalam
Taman Menjangan, dekat Benares, berisikan uraian panjang lebar
mengenai Empat Kebenaran Utama dan Delapan Jalan Kebaktian
itu, yang keseluruhan uraian itu disimpulkan sebagai berikut:

Empat Kebenaran Utama :


Ada itu suatu Derita (Dukkha).
Derita itu disebabkan Hasrat (Tanha).
Hasrat itu mestilah Ditiadakan.
Peniadaan itu dengan Delapan Jalan.
Delapan Jalan Kebajikan :
Pengertian yang Benar (Samma-ditthi).
Maksud yang Benar (Samma--sankappa).
Bicara yang Benar (Samma-vaca).
73
Laku yang Benar (Samma-kammarta).
Kerja yang Benar (Samma-ajiva).
Ikhtiar yang Benar (Samma-vayama).
Ingatan yang Benar (SaJnma-sati).
Renungan yang Benar (Samma-samadhi)

Di dalam Sutta-pitaka, pada bagian Dhammapada, dikisahkan


bahwa sewaktu roda Doktrin itu mulai digerakkan oleh sang
Buddha Gautama maka para dewa di Bumi dan di langit hiruk-
pikuk, sampai pun kepada Brahma sendiri, karena doktrin itu
"suatu roda yang belum pemah digerakkan selama ini oleh
seorang pertapa, brahmin, dewa, mara, brahma, atau oleh siapa
pun di dunia."
Demikian Dhummpada, di dalam Sutta-Pitaka, mengagungkan
doktrin yang paling sentral di dalam al!ama Buddha itu.

Triratna
Triratha itu bermakna : Tiga Permata. Dimaksudkan tiga buah
Pengakuan dari setiap penganut agama Buddha, seperti hal- nya
dengan Credo di dalam agama Kristen ataupun Syahadat di dalam
agama Islam. Tiga Pengakuan di dalam agama Buddha itu
berbunyi :
Buddham saranam gacchami.
Dhammam saranam gacchami.
Sangham saranam gacrhami
Bemakna
Saya berlindung di dalam Buddha.
Saya berlindung di dalam Dhamma.
Saya berlindung di dalam Sangha.
Triratna itu harus diucapkan tiga kali. Pada kali yang kedua diawali
74
dengan Dutiyam, yang bermakna : buat keduakalinya. Pada kali
yang ketiga diawali dengan Tatiyam, yang bermakna: buat ketiga
kalinya.
Buddha di dalam Triratna itu dimaksudkan : Buddha Gautama.
Dhamma disitu dimaksudkan : pokok-pokok ajaran. Sangha disitu
dimaksudkan : biara. Ketiga-tiganya itu dinyatakan azas
perlindungan bagi setiap penganut agama Buddha, yakni azas
keyakinan yang dianut mazhab Theravada maupun mazhab
Mahayana.
Alam semesta dan alam gaib.
Siddharta Gautama tidak menolak dan tidak pula memper-
kembang ajaran tentang alam semesta dan alam gaib, dengan arti,
tidak hendak berbicara tentang itu. Di dalam Sutta-Pitaka, pada
bagian Majjhima-Nikaya dalam Sutta 63, diceritakan bahwa
seorang murid bernama Malunkyiaputera bertanyakan hal itu dan
Buddha Gautama memberikan jawabannya, katanya :
"Kehidupan beragama itu, Malunkyiaputera, tidak tergantung pada
ajaran bahwa alam itu abadi; sebaliknya kehidupan beragama itu,
hai Malunkyiaputera, tidak tergantung pada ajaran bahwa alam itu
tidak abadi. Sekalipun ajaran serupa itu ada, Malunkyiaputera,
bahwa alam itu abadi atau alam itu tidak abadi, tetapi disitu tetap
ada kelahiran, usia tua, maut, duka, ratapan, derita, kemalangan,
dan kekecewaan, yang peniadaan seluruhnya di dalam kehidupan,
sengaja saya uraikan.
Karena itu hai Malunkyiaputera, tanamkan dalam ingatan akan apa
yang tidak saya jelaskan, dan akan apa yang saya jelaskan. Dan
apakah, hai Malunkyiaputera, yang tidak saya jelaskan ?
Saya tidak menjelaskan, hai Malunkyiaputera, bahwa alam itu
kekal; saya tidak menjelaskan bahwa alam itu tidak kekal saya
tidak menjelaskan bahwa alam itu terbatas; saya tidak
75
menjelaskan bahwa alam itu tidak terbatas; saya tidak menjelaska
bahwa jiwa dan tubuh itu bersamaan; saya tidak menjelaska
bahwa jiwa itu lain dan tubuh itu lain; saya tidak menjelaska bahwa
orang-suci itu tidak hidup kembali sesudah mati; saya tidak
menjelaskan bahwa orang-suci itu bukan hidup dan bukan tidak-
hidup kembali sesudah mati.
Dan kenapa, hai Malunkyiaputera, saya tidak hendak
menjelaskannya ? Sebabnya. Malunkyiaputera, hal itu tidak
menguntungkan, bahkan tidak ada sangkut-pautnya dengan hal-
hal yang paling azasi dalam agama, malah tidak mengarah kepada
pencegahan dan peniadaan nafsu, perhentian, ketenangan,
pembebasan, hikmat tinggi, dan Nirwana. Justru karena itu saya
tidak hendak menjelaskannya……."
Demikian Sakyamunj mengemukakan pendiriannya mengenai
masalah-masalah yang bersipat filsatat, baikpun mengenai alam
semesta maupun alam gaib. Tidak hendak berbicara tentang asal-
usul alam semesta dan bagaimana timbulnya dan siapa
penciptanya, la lebih menitik-beratkan ajarannya pada bimbingan
yang praktis bagi perbaikan hidup manusia. Justru karena itu biara
dan tempat-tempat kebaktian pada masa hidupnya tidak
berhiaskan apapun. Segala-galanya dalam bentuk sederhana
dengan tujuan hidup suci, yakni moksha.
Terhadap pendirian Sakyamunj itu ada pihak yang menapsirkan,
yakni dalam kalangan sarjana-sarjana agama perbandingan,
bahwa agama Buddha itu pada hakikatnya Atheistis, yakni tidak
mempercayai kodrat gaib apapun juga. Akan tetapi penapsiran
serupa itu tidak tepat. Tidak hendak memcarakannya bukan
bermakna tidak mempercayainya.
Di dalam agama apapun juga, termasuk agama Yahudi dan
Kristen dan Islam, ada aliran yang berpendirian bahwa dalam
76
masalah-masalah metafisika itu Akal akan tidak mampu mencapai
hakikat dan kebenaran secara pasti. Justru di dalam hal itu Akal
mestilah menundukkan diri kepada Wahyu. Di dalam agama Islam,
pendirian serupa itu dianut oleh aliran Salaf.
Immanuel Kant (1724-1804), ahlipikir Jerman terbesar menjelang
pengujung abad ke-17 masehi, telah membuktikan ketidak-
mampuan Akal bagi mencapai kepastian dalam masalah- masalah
metafisika itu dengan mengemukakan Empat Antinomi di dalam
karyanya Critique Of Pure Reason.
Atas dasar itulah harus dipahamkan dan ditapsirkan apa yang
dinyatakan oleh Siddharta Gautama itu, seperti termuat di dalam
Sutta-Pitaka pada bagian Majjhima-Nikaya itu.
Penghapusan kasta masyarakat.
Kasta Brahmin di dalam agama Brahma/Hindu merupakan kasta
paling mulia dan kasta Sudra merupakan kasta paling hina.
Buddha Gautama menolak pembagian lapisan di dalam
masyarakat.
Di dalam Sutta-Pitaka pada bagian Dhammapada, yakni dalam
Sutta 26 :3, Buddha Gautama berkata : "Saya tidak menyebut
seseorang itu Brahmin, karena turunannya ataupun karena ibunya.
Orang serupa itu congkak dan kaya. Tetapi orang melarat yang
terbebas dari segala godaan shahwati, dia itulah yang saya
panggilkan Brahmin."
Ajaran itu amat "revolusioner" buat masanya itu. Dan, karena itulah
agama Buddha itu cepat meluas dan berkembang pada
anakbenua India dan sebaliknya agama Hindu makin ter- desak
dan tersudut.

Konsili Pertama
Taklama sesudah Buddha Gautama meninggal pada tahun 483
77
sebelum Masehi maka sejumlah 900 orang Murid Terutama
berkumpul di Rajagriha. Disitu dibicarakan dan dirumuskan sari
ajaran Sakyamuni tentang pokok-pokok ajaran (Dharnma) dan
tentang peraturan beserta tata tertib (Vinaya) yang harus ditaati
setiap bikkhu dan bikkhuni dalam masyarakat biara (Sangha).
Musyawarah besar di Rajagriha itu, pada perempat terakhir dari
abad ke-5 sebelum Masehi, terpandang Konsili Pertama dalam
sejarah agama Buddha. Perumusan sari-sari ajaran Sakyamuni itu
diwariskan turun temurun secara lisan seperti kebiasaan yang
berlaku pada masa itu, belum sipat tertulis. Perikeadaan itu serupa
dengan hirnpunan Al-Hadits di dalam sejarah agama Islam, yang
pada abad ke-2 dan abad ke-3 sepeninggal Nabi Muhammad,
barulah dikumpulkan secara tertulis.

Konsili Kedua
Satu abad kemualan, yakni pada pertengahan abad ke-4 sebelum
Masehi, berlangsung musyawarah lagi di Vaisali mengenai
peraturan beserta tata tertib (Vinaya) yang harus ditaati setiap
rahib dalam masyarakat biara (Sangha). Musyawarah di Vaisali itu
merupakan Konsili Kedua dalam sejarah agama Buddha.
Di situ bermula perpisahan dua aliran:
Golongan Konservatif yang menyebut dirinya Sthaviravadins, yang
pada masa belakangan lebih dikenal dengan aliran Theravada,
bersikap mempertahankan kesederhanaan ajaran Sakyamuni.
Golongan Liberal yang memberikan penapsiran-penapsiran lebih
bebas atas ajaran Sakyamuni dan menyebutkan dirinya
Mahasanghikas, yang pada masa belakangan lebih dikenal
dengan aliran Mahayana
Kira-kira pada masa inilah disusun Empat Himpunan Baru di dalam
Sutta-Pitaka, yang satu persatu himpunan itu dipang- gilkan
78
Nikaya. Tahadinya Sutta-Pitaka itu cuma terdiri atas Digha Nikaya,
terdiri atas 34 sutta. Sebagiannya amat terkenal dan sebagiannya
lagi sedikit saja dipergunakan pada umumnya.
Paling terkenal di antara 34 sutta itu ialah Maha-parinib- bhana-
sutta (Book.of Great Decease, Sutta tentang Kemangkatan
Terbesar), berisikan berbagai pembahasan pada masa tiga bulan
terakhir dari kehidupan Buddha Gautama beserta ucapan-
ucapannya yang hampir-hampir dapat dipastikan otentiknya

Empat Himpunan Baru itu ialah :


Majjhima Nikaya, atau sutta yang sedang saja panjangnya, terdiri
atas 152 sutta yang sipat isinya pendek-pendek, terbagi ke dalam
15 buah vaggha, yaitu kelompok masalah.
Samyutta Nikaya, berisikan 56 buah kelompok-Sutta (samyutta)
berkenaan dengan pokok-pokok soal ataupun berkenaan dengan
tokoh-tokoh utama. Diantara isinya sebuah versi tentang Khotbah
Pertama di Benares, dikenal dengan Kotbah Penggerak Roda
(Wheel-turning-Sermon}, sesudah Siddharta Gautama beroleh
pencerahan di bawah pohon-Hikmat.
Anguttara Nikaya, berisikan 2.308 sutta, tersusun dalam 11 buah
Nipata, yaitu kelompok, masalah. Masalah pertama berbicara
tentang Buddha. Kelompok kedua berbicara tentang dua macam
Buddha, dua macam tata laku dalam rimba-hidup. Kelompok
ketiga berbicara tentang tiga macam rahib. Kelompok keempat
berbicara tentang empat macam jalan menuju Nirwana. Begitu
seterusnya sampai kelompok kesebelas yang berbicara tentang
sebelas macam kebajikan dan sebelas macam kemunkaran.
Kuddhaka Nikaya, kumpulan berbagai sutta, berisikan
pembahasan tentang hal-hal yang tidak termasuk dalam kelompok
Nikaya lainnya. Di dalam himpunan ini diantara lain dijumpai
79
Kuddhaka--patha, tentang pokok-pokok azasi dari kehidupan
Buddha; dan Metta sutta tentang pengertian dan kegunaan
cintakasih bagi tata-hidup manusia; dan Mahamangala-sutta
tentang berbagai kerahiman yang dipandang paling terbesar; dan
Dhammapada berisikan 423 bait sajak terbagi atas 26 vaggha
(bab) membicarakan tentang nilai-nilai (ethika) yang merupakan
pegangan hidup dan merupakan sutta paling terkenal dari seluruh
kitab suci agama Buddha. Di antara lainnya dijumpai pula
Theragatha dan Therigatha. yaitu nyanyian keagamaan untuk
rahib lelaki dan nyanyian keagamaan untuk rahib wanita, yang
kedudukannya mirip dengan Kitab Mazmur di dalam agama
Yahudi dan agama Kristen. Juga di dalam himpunan Kuddhaka
Nikaya itu terdapat kumpulan kisah-kisah Jataka (Dzanecka)
tentang berbagai kehidupan yang lebih duluan dari Buddha pada
berbagai penjelmaannya.
Itulah empat himpunan baru yang berupa tambahan terhadap
Sutta'--Pitaka dan disusun sehabis Konsili Kedua. Terlebih khusus
merupakan pegangan bagi mazhab Mahasanghikas (Maha- yana).

Konsili Ketiga.
Pada tahun 327 sebelum Masehi terjadi penyerbuan Iskandar
Makedoni (356-323 SM) dari Asia Tengah melalui Khyber Pass ke
dalam anak benua India, menempatkan seorang panglimanya
menjabat gubernur India berkedudukan di kota Taksila, yang
dewasa ini terletak dekat Pashawar. Pengaruh kekuasaan Grik
pada anakbenua India itu tampak pada senipahat dan seni
bangunan beserta pengaruh mithologi Grik itu tampak pada
perkembangan keyakinan keagamaan di dalam agama
Brahma/Hindu di India, yakni muncul keyakinan Trimurti dan
Trishakti beserta pemujaan dewa-dewa lainnya.
80
Kekuasaan Grik itu sempat berkuasa seperempat abad lamanya
dan pada akhimya ditumbangkan oleh dinasti Maurya. (321-184
SM), yang dibangun oleh Chandragupta berkedudukan di
Pataliputra (Patna), la berhasil merebut ibukota Taksila itu dari
tangan Selaucus Nicator pada tahun 305 sebelum Masehi.
Pada tahun 274 sM cucunya Kaisar Asoka (274 -236 sM) naik
berkuasa, dan ditangan cucunya itu, dinasti tersebut merupakan
imperium besar tiada taranya pada.anakbenua India. Kaisar Asoka
itu pada akhirnya melepaskan agama Hindu dan memeluk agama
Buddha dan mengumumkannya Agama-Resmi dalam imperium
India. Agama itu mencapai puncak kemegahannya tiga abad
sesudah Buddha Gautama meninggal dunia.
Pada tahun 244 sebelum Masehi berlangsung Konsili Ketiga di
Pataliputera (Patna), ibukota imperium, atas anjuran Kaisar Asoka.
Pada masa itulah pokok-pokok ajaran Budha Gautama itu mulai
disusun secara tertulis di dalam bahasa Pali, terdiri atas tiga
himpunan, dan tiga himpunan itulah yang disebut Tripitaka.
Jarak masa antara Sakyamuni dengan penyusunan himpunan
tertulis itu telah berlalu tiga abad lamanya. Dalam masa yang
panjang itu telah berlaku penapsiran-penapsiran lebih bebas dari
oihak Mahasanghikas. Dengan begitu telah sulit membedakan
manakah yang betul-betul ucapan Buddha Gautama, karena
semuanya disandarkan pada sabda Buddha Gautama.
Dalam pada itu Kaisar Asoka, demikian William L. Langer di dalam
Encyclopedia of World History edisi 1956 halaman 42,
mengirimkan missi-missi Buddha ke berbagai
penguasa di luar anakbenua India, diantaranya ialah : Syria,
Egypte, Cyrene (Lybia), Makedonia, dan Epirus (Grik). Tetapi
cuma memperlihatkan hasil gemilang di Sailan dan di Birma.
Sekalipun pada tempat-tempat lainnya itu agama Buddha tidak
81
berkembang seperti di Sailan dan di Birma itu akan tetapi
pengaruh ajarannya cukup kuat mempesonakan kalangan
terpelajar disitu hingga meresapi berbagai aliran filsafat,
umpamanya Stoicism dan Neoplatonism. Sedangkan aliran
Neoplatonism itu, yang sejak abad ke-3 masehi meresapi agama
Kristen melalui St. Augustinus (354 -430 M), melahirkan sistem
rahib dan biara dalam dunia Kristen.

Kemunduran agama Buddha di India.


Dinasti Maurya (321-184 sM) itu pada akhirnya ditumbangkan oleh
dinasti Sungga (184 sM-78 M) pada tahun 184 sebelum Masehi.
Dinasti baru itu mengambil kaum Brahmin menjadi penasihat-
penasihat kerajaan (Kanvas). Mereka itu melakukan tekanan keras
terhadap pengikut agama Buddha hingga akhirnya pengaruh
agama Buddha, itu berangsur-angsur susut pada anak benua
India.
Tetapi sejak tahun 78 sebelum Masehi terjadi pemberontakan di
sana-sini, yang berkelanjutan dekat satu abad lamanya, dan
terbentuk kembali penguasa-penguasa setempat yang
menyatakan dirinya bebas dan berdaulat. Sekalipun begitu, satu
persatunya tetap mempertahankan agama Hindu dan melakukan
tekanan terus-menerus terhadap agama Buddha.

Konsili Keempat.
Pada masa itulah berlangsung Konsili Keempat di kota Jalandra
dalam wilayah Punjab (Pertemuan Lima Sungai) dibawah prakarsa
sekta Sarvastivada, yaitu pecahan mazhab Theravada. Tripitaka
disalin ke dalam bahasa Sanskrit. Dibalik itu disusun bungarampai
dalam bahasa. Sanskrit, bernama Agamas, bersamaan isinya
dengan Nikaya.
82
Di sekitar masa itulah agama Buddha terpecah kedalam dua
mazhab besar, berdasarkan bibit-bibit yang telah tumbuh
sebelumnya, yang pokok keyakinan maupun pokok ajaran sudah
sangat berbedaan, yaitu .
Hinayana. (Kereta Kecil), yang ingin mempertahankan
kesederhanaan ajaran Sakyamuni. Nama itu diberikan oleh
lawannya. Sedangkan para pengikut mazhab itu tetap
mempertahankan namanya yang asli, yaitu Theravada, yakni aliran
Tokoh-Tokoh Tertua (the Elders).
Mahayana, (Kereta-Besar), yang bersikap mempertahankan
penapsiran atas setiap ajaran Sakyamuni, sebagai lanjutan dari
sekta Mahasanghika; memusatkan pemujaannya pada pribadi
Buddha, dan memperkembang ajaran tentang kodrat-kodrat gaib
yang dipanggilkan dengan Bodhisatvas.
Di sekitar masa itulah disusun tujuh buku Abhidhamma dalam
bahasa Sanskrit berisikan pembahasan-pembahasan yang filosofis
atas setiap ajaran dan keyakinan keagamaan. Tujuh buku
Abhidhamma itulah, beserta Mahayana-Sutras lainnya yang
disusun pada masa belakangan, dipanggilkan dengan himpunan
tennuda.
Sepeninggal dinasti Kushana (78-178 M) itu, yakni semenjak abad
ketiga masehi, pengaruh agama Buddha pada anakbenua India
makin mundur. Menjelang pertengahan abad ke-5 masehi lantas
pengaruhnya itu lenyap dari bumi India, kecuali kelompok-
kelompok kecil pada pusatnya masing-masing, dan sebaliknya
berkembang dengan luas di Sailan, Birma, Muang- thai, Kamboja,
Laos, Annam, dan terlebih-lebih di Tiongkok dan Korea dan
Jepang.

83
TRI DHARMA

Saya merupakan umat buddha aliran tri dharma..


tetapi saya sendiri kurang paham dengan perbedaan Khong hu cu,
Budha, dan Tao

Agama Tridharma adalah sebuah kesalah-kaprahan bagi


masyarakat Tionghoa.
Tridharma = 1 tempat ibadah dipake bareng2 3 agama.
Tetapi tidak ada agama Tridharma.
Sayangnya pemegang status quo tetap ingin salah kaprah terjadi,
karena bisa mengambil keuntungan darinya, misalnya jumlah
umat, jumlah donasi, dsb.

Gautama Buddha nama aslinya pangeran Siddhartha pendiri


Agama Buddha, salah satu dari agama terbesar di dunia. Putra
raja Kapilavastu, timur laut India. berbatasan dengan Nepal.
Siddhartha sendiri (marga Gautama dari suku Sakya) konon lahir
di Lumbini yang kini termasuk wilayah negara Nepal. Kawin pada
umur enam belas tahun dengan sepupunya yang sebaya.
Dibesarkan di dalam istana mewah, pangeran Siddhartha tak
betah dengan hidup enak berleha-leha, dan dirundung rasa tidak
puas yang amat. Dari jendela istana yang gemerlapan dia
menjenguk ke luar dan tampak olehnya orang-orang miskin
terkapar di jalan-jalan, makan pagi sore tidak, atau tidak mampu
makan sama sekali. Hari demi hari mengejar kebutuhan hidup
yang tak kunjung terjangkau bagai seikat gandum di gantung di
moncong keledai. Tarolah itu yang gembel. Sedangkan yang
berpunya pun sering kehinggapan rasa tak puas, waswas gelisah,
kecewa dan murung karena dihantui serba penyakit yang setiap
waktu menyeretnya ke liang lahat. Siddhartha berpikir, keadaan ini

84
mesti dirobah. Mesti terwujud makna hidup dalam arti kata yang
sesungguhnya, dan bukan sekedar kesenangan yang bersifat
sementara yang senantiasa dibayangi dengan penderitaan dan
kematian.

Tatkala berumur dua puluh sembilan tahun, tak lama sesudah


putra pertamanya lahir, Gautama mengambil keputusan dia mesti
meninggalkan kehidupan istananya dan mengharnbakan diri
kepada upaya mencari kebenaran sejati yang bukan sepuhan.
Berpikir bukan sekedar berpikir, melainkan bertindak. Dengan
lenggang kangkung dia tinggalkan istana, tanpa membawa serta
anak-bini, tanpa membawa barang dan harta apa pun, dan
menjadi gelandangan dengan tidak sepeser pun di kantong.
Langkah pertama, untuk sementara waktu, dia menuntut ilmu dari
orang-orang bijak yang ada saat itu dan sesudah merasa cukup
mengantongi ilmu pengetahuan, dia sampai pada tingkat
kesimpulan pemecahan masalah ketidakpuasan manusia.

Umum beranggapan, bertapa itu jalan menuju kearifan sejati. Atas


dasar anggapan itu Gautama mencoba menjadi seorang pertapa,
bertahun-tahun puasa serta menahan nafsu sehebat-hebatnya.
Akhirnya dia sadar laku menyiksa diri ujung-ujungnya cuma
mengaburkan pikiran, dan bukannya malah menuntun lebih dekat
kepada kebenaran sejati. Pikir punya pikir, dia putuskan
mendingan makan saja seperti layaknya manusia normal dan stop
bertapa segala macam karena perbuatan itu bukan saja tidak ada
gunanya melainkan bisa bikin badan kerempeng, loyo, mata
kunang-kunang, ngantuk, linu, bahkan juga mendekati bego.

Dalam kesendirian yang tenang tenteram dia bergumul dengan


85
perikehidupan problem manusiawi. Akhirnya pada suatu malam,
ketika dia sedang duduk di bawah sebuah pohon berdaun lebar
dan berbuahkan semacarn bentuk buah pir yang sarat biji segala
macam, maka berdatanganlah teka-teki masalah hidup seakan
berjatuhan menimpanya. Semalam suntuk Siddhartha merenung
dalam-dalam dan ketika mentari merekah di ufuk timur dia
tersentak dan berbarengan yakin bahwa terpecahkan sudah
persoalan yang rumit dan dia pun mulai saat itu menyebut dirinya
Buddha "orang yang diberi penerangan."

Pada saat itu umurnya menginjak tiga puluh lima tahun. Sisa
umurnya yang empat puluh lima tahun dipergunakannya berkelana
sepanjang India bagian utara, menyebarkan filosofi barunya di
depan khalayak siapa saja yang sudi mendengarkan. Saat dia
wafat, tahun 483 sebelum Masehi, sudah ratusan ribu pemeluk
ajarannya. Meskipun ucapan-ucapannya masih belum ditulis orang
tapi petuah-petuahnya dihafal oleh banyak pengikutnya di luar
kepala, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya lewat
mulut semata.

Pokok ajaran Buddha dapat diringkas di dalam apa yang menurut


istilah penganutnya "Empat kebajikan kebenaran:" pertama,
kehidupan manusia itu pada dasarnya tidak bahagia; kedua,
sebab-musabab ketidakbahagiaan ini adalah memikirkan
kepentingan diri sendiri serta terbelenggu oleh nafsu; ketiga,
pemikiran kepentingan diri sendiri dan nafsu dapat ditekan habis
bilamana segala nafsu dan hasrat dapat ditiadakan, dalam ajaran
Buddha disebut nirvana; keempat, menimbang benar, berpikir
benar, berbicara benar, berbuat benar, cari nafkah benar,
berusaha benar, mengingat benar, meditasi benar. Dapat
86
ditarnbahkan Agama Buddha itu terbuka buat siapa saja, tak peduli
dari ras apa pun dia, (ini yang membedakannya dengan Agama
Hindu).

Beberapa saat sesudah Gautama wafat agama baru ini merambat


pelan. Pada abad ke-3 sebelum Masehi, seorang kaisar India yang
besar kuasa bernama Asoka menjadi pemeluk Agama Buddha.
Berkat dukungannya, penyebaran Agama Buddha melesat deras,
bukan saja di India tapi juga di Birma. Dari sini agarna itu menjalar
ke seluruh Asia Tenggara, ke Malaysia dan Indonesia.

Angin penyebaran pengaruh itu bukan cuma bertiup ke selatan


melainkan juga ke utara, menerobos masuk Tibet, ke Afghanistan
dan Asia Tengah. Tidak sampai situ. Dia mengambah Cina dan
merenggut pengaruh yang bukan buatan besarnya dan dari sana
menyeberang ke Jepang dan Korea.

Sedangkan di India sendiri agama baru itu mulai menurun


pengaruhnya sesudah sekitar tahun 500 Masehi malahan nyaris
punah di tahun 1200. Sebaliknya di Cina dan di Jepang, Agama
Buddha tetap bertahan sebagai agama pokok. Begitu pula di Tibet
dan Asia Tenggara agama itu mengalami masa jayanya berabad-
abad.

Ajaran-ajaran Buddha tidak tertulis hingga berabad-abad sesudah


wafatnya Gautama. Karena itu mudahlah dimaklumi mengapa
Agama itu terpecah-pecah ke dalam pelbagai sekte. Dua cabang
besar Agama Buddha adalah cabang Theravada-pengaruhnya
terutama di Asia Tenggara dan menurut anggapan sebagian besar
sarjana-sarjana Barat cabang inilah yang paling mendekati ajaran-
87
ajaran Buddha yang asli-. Cabang lainnya adalah Mahayana,
bobot pengaruhnya terletak di Tibet, Cina dan juga di Asia
Tenggara secara umum.

Buddha, selaku pendiri salah satu agama terbesar di dunia, jelas


layak menduduki urutan tingkat hampir teratas dalam daftar buku
ini. Karena jumlah pemeluk Agama Buddha tinggal 200 juta
dibanding dengan pemeluk Agama Islam yang 500 juta banyaknya
dan satu milyar pemeluk Agama Nasrani, dengan sendirinya
pengaruh Buddha lebih kecil ketimbang Muhammad atau Isa. Akan
tetapi, beda jumlah penganut -jika dijadikan ukuran yang keliwat
ketat- bisa juga menyesatkan. Misalnya, matinya atau merosotnya
Agama Buddha di India bukan merosot sembarang merosot
melainkan karena Agama Hindu sudah menyerap banyak ajaran
dan prinsip-prinsip Buddha ke dalam tubuhnya. Di Cina pun,
sejumlah besar penduduk yang tidak lagi terang-terangan
menyebut dirinya penganut Buddha dalam praktek kehidupan
sehari-hari sebenarnya amat di pengaruhi oleh filosofi agama.

Agama Buddha, jauh mengungguli baik Islam maupun Nasrani,


punya anasir pacifis yang amat menonjol. Pandangan yang
berpangkal pada tanpa kekerasan ini memainkan peranan penting
dalam sejarah politik negara-negara berpenganut Buddha.

Banyak orang bilang bila suatu saat kelak Isa turun kembali ke
bumi dia akan melongo kaget melihat segala apa yang dilakukan
orang atas namanya, dan akan cemas atas pertumpahan darah
yang terjadi dalam pertentangan antar sekte yang saling berbeda
pendapat yang sama-sama mengaku jadi pengikutnya. Begitu juga
akan terjadi pada diri Buddha. Dia tak bisa tidak akan ternganga-
88
nganga menyaksikan begitu banyaknya sekte-sekte Agama
Buddha yang bertumbuhan di mana-mana, saling berbeda satu
sama lain walau semuanya mengaku pemeluk Buddha. Narnun,
bagaimanapun semrawutnya sekte-sekte yang saling berbeda itu
tidaklah sarnpai menimbulkan perang agama berdarah seperti
terjadi di dunia Kristen Eropa. Dalam hubungan ini, paling sedikit
berarti ajaran Buddha tampak jauh mendalam dihayati oleh
pemeluknya ketimbang ajaran-ajaran Isa dalarn kaitan yang sama.

Buddha dan Kong Hu-Cu kira-kira punya pengaruh setaraf


terhadap dunia. Keduanya hidup di kurun waktu yang hampir
bersamaan, dan jumlah pengikutnya pun tak jauh beda. Pilihan
saya menempatkan nama Buddha lebih dulu daripada Kong Hu-Cu
dalam urutan disandarkan atas dua pertimbangan: pertama,
perkembangan Komunisme di Cina nyaris menyapu habis
pengaruh Kong Hu -Cu, sedangkan tampaknya masa depan
Buddha masih lebih banyak celah dan pengaruh ketimbang dalam
Kong Hu-Cu; kedua, kegagalan ajaran Kong Hu-Cu menyebar luas
ke luar batas Cina menunjukkan betapa erat taut bertautnya ajaran
Kong Hu-Cu dengan sikap dan tata cara jaman Cina lama.
Sebaliknya, ajaran Buddha tak ada mengandung pernyataan
ulangan atau mengunyah-ngunyah filosofi India terdahulu, dan
Agama Buddha menyebar melangkah batas pekarangan negerinya
-India- bersandarkan gagasan tulen Gautama serta jangkauan luas
filosofinya.

Tak salah lagi, Kong Hu-Cu seorang filosof besar Cina. Dan tak
salah lagi, dialah orang pertama pengembang sistem memadukan
alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang paling mendasar.
Filosofinya menyangkut moralitas orang perorang dan konsepsi
suatu pemerintahan tentang cara-cara melayani rakyat dan
89
memerintahnya liwat tingkah laku teladan- telah menyerap jadi
darah daging kehidupan dan kebudayaan orang Cina selama lebih
dari dua ribu tahun. Lebih dari itu, juga berpengaruh terhadap
sebahagian penduduk dunia lain.

Lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah
propinsi Shantung di timur laut daratan Cina. Dalam usia muda
ditinggal mati ayah, membuatnya hidup sengsara di samping
ibunya. Waktu berangkat dewasa dia jadi pegawai negeri kelas teri
tapi sesudah selang beberapa tahun dia memutuskan mendingan
copot diri saja. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-
Cu jadi guru, sedikit demi sedikit mencari pengaruh dan pengikut
anutan filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya
mulai bersinar karena dia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan
kota Lu.

Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah karena orang-


orang yang dengki dengan ulah ini dan ulah itu menyeretnya ke
pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya dari kursi
jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari
tiga belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kaki
melangkah, jadi guru keliling, baru pulang kerumah asal lima tahun
sebelum wafatnya tahun 479 SM.

Kong Hu-Cu kerap dianggap selaku pendiri sebuah agama;


anggapan ini tentu saja meleset. Dia jarang sekali mengkaitkan
ajarannya dengan keTuhanan, menolak perbincangan alam
akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan yang berhubungan
dengan soal-soal metaflsika. Dia -tak lebih dan tak kurang-
seorang filosof sekuler, cuma berurusan dengan masalah-masalah
90
moral politik dan pribadi serta tingkah laku akhlak.

Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu "Yen"
dan "Li:" "Yen" sering diterjemahkan dengan kata "Cinta," tapi
sebetulnya lebih kena diartikan "Keramah-tamahan dalam
hubungan dengan seseorang." "Li" dilukiskan sebagai gabungan
antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan
santun.

Pemujaan terhadap leluhur, dasar bin dasarnya kepercayaan


orang Cina bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih
diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada sanak
keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-
Cu juga menggaris bawahi arti penting kemestian seorang istri
menaruh hormat dan taat kepada suami serta kemestian serupa
dari seorang warga kepada pemerintahannya. Ini agak berbeda
dengan cerita-cerita rakyat Cina yang senantiasa menentang tiap
bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk
melayani kepentingan rakyat, bukan terputar balik. Tak jemu-
jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti
memerintah pertama-tama berlandaskan beri contoh teladan yang
moralis dan bukannya lewat main keras dan kemplang. Dan salah
satu hukum ajarannya sedikit mirip dengan "Golden Rule" nya
Nasrani yang berbunyi "Apa yang kamu tidak suka orang lain
berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan."

Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat


konservatif. Menurut hematnya, jaman keemasan sudah lampau,
dan dia menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya
kembali asal, berpegang pada ukuran moral yang genah, tidak
91
ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah
dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan
main bentak, melainkan lewat tunjukkan suri teladan yang baik
tidak begitu lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong
Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator
ketimbang apa yang sesungguhnya jadi idamannya.

Kong Hu-Cu hidup di jaman dinasti Chou, masa menyuburnya


kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak
menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia
wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh pojok Cina.

Berbetulan dengan munculnya dinasti Ch'in tahun 221 SM,


mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar
pertama dinasti Ch'ing bertekat bulat membabat habis penganut
Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa
lampau. Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat ajaran-
ajaran Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang
pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan
besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong
Hu-Cu dan dicemplungkan ke dalam api unggun sampai hancur
jadi abu. Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan.
Tatkala dinasti Ch'ing mendekati saat ambruknya, penganut-
penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali bara semangatnya dan
mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa dinasti berikutnya
(dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi
filsafat resmi negara Cina.

Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi


setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin
92
jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi
pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya
standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama
seleksi makin terarah dan berbobot: mencantumkan mata ujian
filosofi dasar Kong Hu-Cu. Berhubung jadi pegawal negeri itu
merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan
keterangkatan status sosial, harap dimaklumi apabila di antara
para peminat terjadi pertarungan sengit berebut tempat. Akibat
berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual
Cina dalam jumlah besar-besaran menekuni sampai mata
berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu.
Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri
dari orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu.
Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berlangsung hampir
selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M.

Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan


Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang
Cina, berpengaruh sampai ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi
pandu arah berfikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun.

Ada beberapa sebab mengapa Confucianisme punya pengaruh


yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan
kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia
seorang yang moderat dan praktis serta tak minta keliwat banyak
hal-hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong
Hu-Cu kepingin seseorang jadi terhormat, orang itu tidak usah
bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini,
seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan
dan sekaligus menterjemahkan watak praktis orang Cina. Segi
93
inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan
ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta keliwat
banyak. Misalnya dia tidak minta orang Cina menukar dasar-dasar
kepercayaan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut
menunjang dengan bahasa yang jelas bersih agar mereka tidak
perlu beringsut. Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di
dunia yang begitu dekat bersentuhan dalam hal pandangan-
pandangan yang mendasar dengan penduduk seperti halnya Kong
Hu-Cu.

Confucianisme yang menekankan rangkaian kewajiban-kewajiban


yang ditujukan kepada pribadi-pribadi ketimbang menonjolkan hak-
haknya -rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran
dunia Barat. Sebagai filosofi kenegaraan tampak luar biasa efektif.
Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan
kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang
dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-
bentuk pemerintahan terbaik di dunia.

Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina,


tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea
dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan
kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina.

Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan guram di Cina.


Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar
kaitan alam pikiran penduduk dengan masa lampau terputus
samasekali. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur
habis sehingga besar kemungkinan suatu saat yang tidak begitu
jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina. Tapi karena di masa
94
lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam
di bumi Cina, bukan mustahil -entah seratus atau seratus lima
puluh lahun yang akan datang - beberapa filosof Cina sanggup
mengawinkan dua gagasan besar: Confucianisme dan ajaran
ajaran Mao Tse-Tung.

Dari beribu-ribu judul buku yang pernah ditulis di Cina, mungkin


yang paling banyak diterjemahkan dan dibaca di luar negeri itu
adalah sebuah buku ditulis lebih dari 2000 tahun yang lalu,
terkenal dengan nama Lao Tse atau Tao Te Ching. Buku Tao Te
Ching ini atau "Cara lama dan Kekuatannya" adalah naskah utama
di mana filosofi Taoisme diperinci.

Buku ini buku ruwet, ditulis dalam gaya khas yang luar biasa dan
mampu menyuguhkan pelbagai rupa penafsiran. Ide sentralnya
berkaitan dengan masalah Tao yang lazim diterjemahkan dengan
"Jalan" atau "Jalur." Tetapi, konsepnya agak kabur, karena buku
Tao Te Ching sendiri dimulai dengan kalimat: "Tao yang akan
dijelaskan bukanlah Tao yang abadi; nama yang disebut di sini
bukanlah nama yang abadi." Tetapi, dapatlah kita katakan bahwa
Tao berarti secara kasarnya "Alam" atau "Hukum Alam."

Taoisme beranggapan bahwa individu jangan bergulat melawan


Tao melainkan harus tunduk menghambakan diri dan bekerja
bersamanya. (Seorang Taoist dapat menunjuk contoh air yang
lembutnya tak terbatas, yang mengalir tanpa protes menuju
daratan rendah dan yang tak melawan kekuatan selemah apa pun,
tak terhancurkan, tetapi karang yang sekokoh apa pun bisa luluh
pada akhirnya).

Untuk seorang pribadi manusia, kesederhanaan dan kewajaran


95
merupakan hal jadi anjuran. Kekerasan harus dijauhi, seperti juga
halnya bergulat untuk uang dan prestise. Orang tidak boleh
bernafsu mengubah, dunia, melainkan harus menghormatinya.
Bagi pemerintahan, langkah yang dianggap bijak adalah berbuat
tidak begitu aktif, banyak mengatur ini melarang itu. Apalagi,
aturan dan batasan sudah kelewat banyak. Karena itu menambah
lagi undang-undang, atau memperkeras ketentuan-ketentuan lama
yang sudah ada, hanya mengakibatkan keadaan tambah buruk.
Pajak yang tinggi, rencana-rencana pemerintah yang terlalu
ambisius, menggalakkan perang, kesemuanya ini berlawanan
dengan filosofi Taoisme.

Menurut tradisi Cina, penulis Tao Te Ching adalah seorang


bernama Lao Tse yang katanya sejaman tetapi lebih tua dari Kong
Hu-Cu. Tetapi, Kong Hu-Cu hidup di abad ke-6 SM. Dan keduanya
--baik dari sudut gaya maupun isi tulisan-- hanya sedikit ilmuwan
masa kini percaya bahwa Tao Te Ching ditulis pada masa begitu
dini. Ada beda pendapat tentang waktu yang sesungguhnya
penyusunan buku itu. (Tao Te Ching sendiri tak pernah menyebut
nama orang tertentu, tidak juga tempat, tanggal, atau kejadian-
kejadian historis). Tetapi, tahun 320 SM merupakan perkiraan
yang pantas-sebetulnya dalam waktu delapan puluh tahun dari
waktu yang sesungguhnya, dan mungkin lebih dekat lagi.

Keluarga penganut faham Taoisme memberi persembahan kepada


bulan purnama menjelang musim gugur.

Masalah ini membuat suatu sengketa pendapat tajam mengenai


waktu bahkan menyangkut adanya Lao Tse sendiri. Sementara
pihak yang berwenang percaya tradisi bahwa Lao Tse hidup di
96
abad ke-6 SM, karenanya berkesimpulan dia tidaklah menulis Tao
Te Ching. Sarjana-sarjana lain menganggap orang itu tak lebih dari
tokoh dongeng belaka. Pendapat saya sendiri, yang hanya
disepakati oleh sebagian kecil sarjana, adalah sebagai berikut: (1)
Lao Tse itu memang betul-betul ada orangnya dan memang
penulis Tao Te Ching; (2) dia hidup di abad ke-4 SM ; (3) Cerita
bahwa Lao Tse sejaman tetapi lebih tua dari Kong Hu-Cu adalah
keterangan yang dibikin-bikin, yang fiktif dan dikarang oleh filosof
Taoist yang datang belakangan sekedar untuk tujuan menambah
prestise terhadap orangnya dan bukunya.

Baik dicatat, dari para penulis-penulis Cina terdahulu baik Kong


Hu-Cu (551-479 SM), atau Mo Ti (abad 5 SM), atau Meng-tse
(371-289 SM) tak satu pun menyebut baik Lao Tse maupun Tao
Te Ching. Tetapi, Chuang Tse, seorang filosof Taoist kenamaan --
yang muncul sekitar tahun 300 SM menyebut nama Lao Tse
berulang kali.

Karena soal ada atau tidaknya di dunia ini manusia yang namanya
Lao Tse itu masih jadi pertanyaan, selayaknya kita pun meragukan
detail-detail biografinya. Tetapi, ada sumber yang patut dihargai
dalam bentuk pernyataan sebagai berikut: Lao Tse dilahirkan dan
hidup di Cina bagian utara. Sebagian dari masa hidupnya dia
menjadi ahli sejarah atau seorang pembimbing bagian arsip
pemerintahan, besar kemungkinan di kota Loyang, ibukota
kerajaan dinasti Chou. Lao Tse bukanlah namanya yang
sesungguhnya, melainkan sekedar panggilan kehormatan yang
secara kasarnya berarti "sesepuh." Dia beristri dan punya putera
bernama Tsung. Si Tsung ini kemudian jadi jendral di negeri Wei.

97
Meskipun Taoisme bermula dari falsafah sekuler, tetapi semacam
gerakan keagamaan berkembang dari sana. Tetapi, karena
Taoisme sebagai sebuah filosofi melanjut atas dasar khususnya
gagasan yang tertuang dalam buku Tao Te Ching, "Agama Taoist"
ini segera diliputi dengan kepercayaan dan cara ibadah yang
penuh takhyul yang sedikit sekali kaitannya dengan ajaran
Taoisme.

Berpegang pada dugaan bahwa Lao Tse adalah penulis


sesungguhnya buku Tao Te Ching, pengaruhnya betul-betul luas.
Buku itu amat ringkas (isinya kurang dari 6000 huruf Cina, karena
itu masih kurang banyak untuk dimuat dalam selembar koran!),
tetapi dia berisi banyak buah pikiran yang mendalam. Seluruh
barisan filosof Taoisme berpegang pada buku ini selaku pangkal
tolak dari ide-idenya sendiri.

Di Barat, Tao Te Ching jauh lebih populer ketimbang tulisan-tulisan


Kong Hu-Cu atau filosof Kong Hu-Cu yang mana pun. Nyatanya,
sedikitnya ada empat puluh macam terjemahan bahasa Inggris
diterbitkan dari buku itu, lebih banyak dari terjemahan buku apa
pun, kecuali Injil.

Sedangkan di Cina, faham Kong Hu-Cu umumnya merupakan


falsafah anutan yang dominan, dan jelas ada pertentangan antara
buah pikiran Lao Tse dengan Kong Hu-Cu. Kebanyakan orang
Cina menganut faham yang disebut belakangan itu. Tetapi Lao
Tse secara pukul rata dihargai tinggi oleh para penganut Kong Hu-
Cu. Dan lebih dari itu, dalam banyak hal, ide-ide Taoisme dibaur
begitu saja dengan ide-ide Kong Hu-Cu, karena itu berpengaruh
terhadap berjuta-juta orang walau tidak menamakan dirinya Taoist.
98
Begitu pula, Taoisme punya pengaruh yang jelas terhadap
perkembangan filosofi Buddha di Cina, khususnya terhadap
Buddha Zen. Kendati sedikit orang sekarang menyebut dirinya
Taoist, tak ada seorang filosof Cina kecuali Kong Hu-Cu yang
punya pengaruh begitu luas dan begitu mantap jalan pikiran
manusia seperti halnya Lao Tse.

Perbedaannya:
Kitab Sucinya:
Buddha: TRIPITAKA
Dao: Dao De Jing
Khonghucu: Si Shu Wu Jing dan Xiao Jing

Tempat diturunkannya:
Buddha di India
Dao dan Khonghucu: Di Tiongkok

Nabinya:
Buddha: Siddharta Gautama dan beberapa aliran lain Buddha-
Budha lainnya
Daoisme: Lao Zi dan Zhang Dao Ling
Khonghucu ada 30 Nabi dan Tokoh Suci: Diantaranya Fu Xi, Nu
wa, Shen Nung, Raja Wen, Raja Wu, Zhou Gong Dan, Nabi
Kongzi dll.

Tempat ibadahnya:
Buddha: Vihara:
Dao: (merunut kepada Dao De Jing dengan prinsip Wu Wei tidak
dikenal tempat ibadah, barulah setelah Zhang Dao Ling (abad ke 1
M) tempat ibadahnya Kiong)
Khonghucu: Miao (kelenteng), Kong Miao dan Kong Miao Litang
99
Dengan ciri khasnya masing-masing.

Prinsip Ketuhanan ketiga agama ini jelas berbeda..

Dalam hakekat persembahyangannya juga berbeda..


Serta beberapa hal lagi:
1. Dalam prinsip kehidupan: Buddha memandang hidup adalah
penderitaan, Khonghucu memandang hidup adalah anugerah
TIAN. Maka bagi penganut Buddhisme hidup adalah bagaimana
keluar dari lingkaran penderitaan atau samsara. Bagi penganut
agama Khonghucu hidup adalah bagaimana memaksimalkan
anugerah yang telah difirmankan kepada manusia agar akhirnya
menjadi manusia Junzi.
2. Dalam Buddhisme dikenal reinkarnasi dari manusia menjadi
manusia atau menjadi binatang, dalam agama Khonghucu Shen
manusia bersifat abadi.
3. Dalam Buddhisme dianjurkan menghilangkan nafsu yang
membawa penderitaan, dalam Khonghucu nafsu dikendalikan
hingga berada dalam Tengah Harmonis karena nafsu itu tetap
penting bagi keberadaan manusia.
4. Dalam beberapa aliran Buddhisme orang menyempurnakan diri
dengan hidup mengasingkan diri/bertapa, dalam agama
Khonghucu manusia menyempurnakan dirinya dengan hidup
bermasyarakat karena Jalan Suci itu tidak jauh dari manusia, yang
menjauhi manusia bukan Jalan Suci.
5. Dalam beberapa aliran Buddhisme dianjurkan ber vegetarian
dan tidak diperkenankan membunuh binatang. dalam agama
Khonghucu 'vegetarian' dilakukan pada saat tertentu saja dan
membunuh binatang tidak masalah asal tepat waktunya dan
dengan cara serta alasan yang benar.
100
6. Dalam Daoisme terkenal falsafah Wu Wei (tidak melakukan apa-
apa) karena sesuatu akan berubah dengan sendirinya, dalam
agama Khonghucu seseorang harus melakukan sesuatu agar
sesuatu berubah.
7. Dalam Daoisme seorang perlu mengasingkan diri atau bertapa
untuk menyempurnakan diri, dalam agama Khonghucu orang perlu
menjalankan Lima Hubungan Kemasyarakatan dengan landasan
Bijaksana, Cinta Kasih dan Berani.
8. Dalam perlengkapan sembahyang, dalam Buddhisme tidak
disajikan binatang, dalam agama Khonghucu sesuai kitab Catatan
Kesusilaan (Li Ji) sesajian biasa juga menyajikan Sam Seng.

Demikian sedikit penjelasan mengenai perbedaannya yang


menyebabkan ketiga ajaran ini bila dipelajari dengan seksama
sangat sulit untuk dicampur adukkan.

perbedaannya; jika seorang Budha ingin bertanya dg kitab Yaking,


ia pergi ke orang yg ahlinya. Seorang Tao akan melakukan sendiri
(karena ia ahlinya); Seorang RU mencari seorang Guru (Xs Usman
Arief) dan ia akan keheranan melihat betapa ajaibnya kitab itu.
(dan dapat membantu seorang RU menjadi "RU")

Ya, memang kalau dilihat dari sudut pandang agama masing-


masing pasti kita akan menemukan perbedaan..

Tridharma itu sendiri sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu
dan sinkretisme itu juga sudah terjadi beribu-ribu tahun yang lalu...

Lalu seorang tokoh Tridharma yg bernama Kwee Tek Hoay lah


yang membawa Tridharma ke Indonesia. Sehingga secara
organisasi Tridharma hanya ada di Indonesia..

101
Dan untuk salah/tidak nya ya biarkanlah kepada mereka sendiri
yang memeluk ajaran itu..

"Jikalau berbeda jalan suci jangan berdebat"

Karena tiap orang memiliki sudut pandang yg berbeda, jadi marilah


menghargainya.

Akhir kata saya mengutip perkataan Nabi Kong Zi "Jika belum bisa
meluruskan diri sendiri, bagaimana bisa meluruskan orang lain?"

Nabi Kong Zi dan Nabi Lao Zi jelas bukan agama Buddha..

Tridharma berada dibawah naungan Departemen Agama sejak


Republik ini berdiri tahun 1945, dibawah direktorat Jendral Hindu
dan Buddha, sekarang direktorat jendral Buddha. Hal ini
dikarenakan memang kondisi sejarah perkembangan yang pada
saat itu tidak memungkinkan untuk berdiri sendiri.

Pergerakan Tridharma diawali oleh Kwee Tek Hoay tahun 1920.

Ajaran Tridharma masing2 berdiri sendiri dan tidak dicampur


adukkan.

Pada saat rezim soeharto adanya tekanan untuk merubah unsur-


unsur Tionghoa, jadi deh nama kelenteng/bio diubah menjadi
Wihara.. Jadi Bio/kelenteng yang isinya Buddha, Kong Zi dan Lao
Tzi namanya ada yang berubah menjadi wihara.. Tetapi ada juga
yang telah merubahnya kembali menjadi bio/kelenteng..

102

Anda mungkin juga menyukai