Agama Buddha muncul sebagai bentuk kritisi dari Sidharta Gautama terhadap
agama Hindu yang terdapat system kasta. Gautama menjadi seorang pangeran
Kapilawastu yang sangat taat dalam tradisi Hindu. Hidup selalu bergelimang harta
dan berkecukupan, tidak adahal- hal yang membuat beliau sedih dan merasa kurang
nyaman di Istana. Hal ini tidak lantas membuatnya menjadi sosok pemuda yang malas
dan enggan berfikir.
Ketika Gautama pergi keluar istana, ia sanga terkejut karena kehidupan diluar
istana sangatlah berkebalikan dengan keadaan istana, dalam kesempatan ini ia
memperoleh pengalaman pertam atentang kematian, penderitaan manusia yang tua.
Hal ini membuat Sidharta mengalami perubahan pandangan hidup. Sidharta
memutuskan untuk meninggalkan semua kenikmatan yang ada di istana. Ia ingin
mencari kebenaran yang hakiki, dengan jalan bertapa dan hidup dalam kesederhanaan.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah lahirnya Agama Budddha
2. Bagaimana esensi serta nilai yang terkandung di dalam ajaran-ajaran Agama
Budha
3. Bagaimana sejarah eksistensi Agama Buddha
A. SEJARAH LAHIRNYA AGAMA BUDHA
Budha adalah satu di antara sekian agama di dunia yang ada dan masih eksis
keberadaannya hingga kini. Budha lahir dan tumbuh di India, kurang lebih dalam kisaran
masa antara tahun 500 SM. sampai dengan tahun 300 M. Secara historis, eksistensinya
dapat kita lihat, memiliki keterkaitan dengan agama-agama yang sudah dulu ada
sebelumnya, dan juga yang baru lahir sesudahnya, termasuk di antaranya dengan Agama
Hindu. Oleh sebab itu tidak heran apabila kemudian masyarakat di masa mendatang
seringkali menyejajarkan, paling tidak dalam setiap penyebutannya, agama Budha dan
Hindu. Bahwa ternyata kebiasaan tersebut pada gilirannya akan menuai pembenaran
tatkala mereka mendapati kesimpulan jika ternyata antara kedua agama tersebut memang
saling menjalin keterkaitan dan hubungan satu sama lain.
Ajaran agama Budha bukanlah ajaran yang bertitik-tolak dari Tuhan serta
hubungannya dengan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia, akan tetapi di
dalamnya lebih ditekankan kepada hal-hal, dimensi, dan aspek-aspek yang lebih realistis.
Ajaran-ajaran yang ada di dalam agama Budha lebih menekankan kepada perihal
bagaimana kemudian solusi, kunci, serta jalan keluar yang harus diambil oleh manusia
ketika menghadapi masalah-masalahnya, khususnya tentang tata susila yang harus
senantiasa dipegang agar manusia bisa terbebas dari dukkha yang mengiringi hidupnya.
Sepanjang perjalanannya, nilai-nilainya masih selalu terfokuskan kepada aspek itu. Oleh
karenanya, aspek ketuhanan masih kurang memperoleh bagiannya.
Titik inilah yang kemudian memicu perdebatan di kalangan para ilmuwan agama,
untuk menyoal perihal kevaliditasan agama Budha sebagai agama. Dengan fakta wajah
ajaran seperti itu, banyak pakar mengomentari jika Budha hanya akan lebih relevan jika
disebut sebagai suatu aliran ajaran filsafat, bukan sebagai agama.
Namun di kalangan para pemeluknya, ajaran yang disampaikan oleh Budha
Gautama tidak harus dipahami, diinterpretasikan sebagai ajaran agama atau filsafat saja.
Karena segala bentuk pengertian yang merujuk pada arti agama atau filsafat dan semua
fenomena yang terdapat di alam ini telah tercakup dalam istilah dharma (Sansekerta)
atau dhamma (Pali) yang menjadi inti dari seluruh ajaran Budha Gautama. Dengan
demikian, pemakaian istilah Budha dharma atau Budha damma lebih sering
dipergunakan oleh para pemeluk agama Budha daripada istilah agama.
Secara garis besar, ajaran agama Budha dapat dirangkum dalam dalam tiga ajaran
pokok, yaitu Budha, dharma, dan sangha. Ajaran tentang sangha, selain mengajarkan
para umat Budha untuk memandang sangha sebagai pasamuan para bhikkhu, juga
berkaitan dengan umat Budha yang menjadi tempat para bhikkhu menjalankan
dharmanya, juga dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Budha, baik di tempat
kelahirannya (India), atau di tempat-tempat di mana agama tersebut berkembang.
a. Terminologi Buddha
Secara etimologi, Budha berasal dari “buddh”, yang berarti bangun atau bangkit,
dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah atau awam. Kata kerjanya “bujjhati”,
antara lain berarti bangun, mendapatkan pencerahan, memperoleh, mengetahui,
mengenal atau mengerti. Dari arti-arti epistemologis tersebut, perkataan Budha
mengandung beberapa pengertian seperti: orang yang telah memperoleh kebijaksanaan
sempurna; orang yang sadar secara spiritual; orang yang siap sedia menyadarkan orang
lain secara spiritual; orang yang bersih dari kotoran batin yang berupa dosa (kebencian),
lobha (serakah), dan moha (kegelapan).
Berdasarkan pengertian di atas, tampaklah bahwa Budha bukanlah nama seorang diri,
melainkan suatu gelar kehormatan bagi orang yang telah mencapai tingkatan spiritual
tertentu. Berbeda dengan gelar Kritus yang hanya dimiliki oleh Yesus dari Nazaret.
Dalam kepercayaan para pemeluk agama Budha, ada beribu-ribu orang yang telah
mencapai dan mendapatkan gelar kehormatan tersebut dalam sejarahnya. Adapun masa
sekarang ini, orang yang telah mencapai pencerahan dan gelar tersebut adalah Sidharta
Gautama, Budha yang ke-28 dan yang mendirikan agama Budha sebagaimana dikenal
sekarang ini.
Selain mendapatkan gelar Budha, Sidharta juga telah mendapatkan gelar Baghava
(orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang mengajar sebelumnya), Sakya-mimi
(pertapa dari suku Sakya); Sakya-sumha (singa dari suku Sakya); Sugita (orang yang
datang dengan selamat); Svarta-siddha (orang yang terkabul semua permintaannya) dan
Tathagata (orang yang baru datang).
Kitab sutra vibanga berisi peeaturan yang memuat delapan jenis pelanggaran.
Khandaka memuat peratiran dan uraian tentang upacara penahbisan bhikkhu .
Kitab parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan vinaya dalam
pengajaran dan ujian.
2) Suttra Pitaka
Kitab ini memeuat keterangan tentang cara hidup yang berguna bagi para bhikkhu
dan pengikut lain. Kitab ini terdiri dari lima buku yaitu dighanikaya,
majjhimanikaya, angutaranikaya, syamsyulanikaya dan khuddaniaya.
Dighanikaya terdiri dari 34 sutra yang berisi 62 pandangan salah yang harus
dihindari dari kehidupan petapa dan menjadi patokan. Majjhimanikaya berisi
khotbah-khotbah Budha yang terdiri dari 152 sutra. Angutaranikaya terdiri dari
9.557 sutra. Syamsyulanikaya terdiri dari 7.762 sutra. Khuddanikaya terdiri dari 15
kitab. Khuddhanikaya juga memuat ucapan thera dan riwayat hidup para bhikkhu
dan bhikkhuni.
3) Abhidharma pitaka
Kitab ini berisi uraian fisafat Budha yang disusun secara analisis dan mencakup
berbagai bidang seperti ilmu jiwa, logika, etika dan metafsika. Selain kitab
tersebut kitab agama budha juga dapat dielompokkan menjadi kitab sutra dan
kitab sastra. Kitab sutra adalah kitab yang dipandang sebagai ucapan budha sendiri
meskipun ditulis jauh setelah ia meninggal dunia. Kitab sastra adalah kitab yang
berisi uraian yang ditulis oleh tokoh ternama yang disusun secara sisitematis.
Ada dua golongan yang berbeda pandangan masalah ini. Yaitu golongan
theravada dan mahayana. Golonan theravada hanga mengakui kitab tripitaka
sebagai sumber ajarannya, sedangkan golongan mahayana mengakui kitab tripitaka
dan juga kitab sastra dan sutra. Contoh kitabnya antara lain karandavyriha,
sukvatiyuha, lalaivavistara, mahayananacradhourpada, sudharma pundarika,
madyamika sutra, yogacara bhumi sastra, an di Indonesia kitab sang hyang
kamahayanikan juga dianggab sebagai kitab suci.
2. Beberapa Pokok Ajaran Budha
Agama budha memiliki tiga kerangka dasar yaitu filsafat, moral dan upacara
keagamaan. Ketiga landasan tersebut berlandaskan paa lima ajaran pokok yaitu
triratna yang terdiri ari Budha, dharma dan sangha; catur arya tatyani dan hasta
arya marga ; hukum karma dan tumhihal lahir ; tilakhana atau tida cabang umum
yang terdiri ati anitya anatman dan dukha ; dan hikum pratityasamppada atau huku
sebab akibat yang saling bergantungan.
a. Ajaran Tentang Tuhan
Ajaran budha tidak bertitik pada kenyataan yang dialami manusia dalam
hidupnya. Ajrannya tidak mempersoalkan tentang tuhan dan hubungan dengan
alam semesta dan isinya. Dalam naskah pali maupun sansekerta dijelaskan
bahwa Sang Budha selalu diam jika ditanya pegikutnya tentang tuhan. Ia
menolak dan tidak mempersoalkan tuhan, melainkan menekankan kepada
pengikutnya agar mempraktekan sila ketuhanan. Ajaran Budha dimuai dengan
menjelaskan tentang dukha yang selalu menyertai kehidupan manusia dan cara
membebaskan diri dari dukha tersebut.
Sepeninggal Budha, persoalan mengenai tuhan juga tidak dianggap sebagai
suatu persoalan yang penting. Masalah yang dianggap penting adalah mengenai
dharma dan vinaya. Kedua masalah inilah yang menimbulkan munculnya
beberapa mazhab besar dikalangan umat Budha. Sekalipun demikian, benih-
benih ajaran tentang tuhan dalam agama budha dapat ditelusuri dari adanya
perbedaan pemahaman tentang tingkat kebudhaan yang mulai muncul pada
pasamuan agung kedua di Vesali.
Aliran staviravada yang ortodoks menekankan bahwa tingkat kebudhaan
adalah bukti dari usaha yang tekun dalam mejalankan ajaran sang budha.
Sedangkan ajaran mahasanghika menekankan bahwa benih-benih kebudhaan
telah ada pada setiap makhluk dan hanya menunggu mewujudkan dan
dikembangkan. Masalah terbebut berkembang menjadi persoalan bagaimana
umat budha memandang Sang Buddha Gautama. Semula ia hanya dipandang
sebagai manhsia yang telah mencapai kebudhaan, kemudian berkembang
menjadi prinsip universal yang mewujudkan diri berupa makhuk-makhluk
luhur yang menempati alam surga. Makhluk luhur yang disebut Dhyani
Budha ini dikeilingi oleh budhisatva yang tidak tethitung jumlahnya dan mirip
dengan alam dewa daam ajaran hindu. Ada dua pemahaman tentang apa yang
disebut tuhan dalam agama Budha yaitu Theravada dan Mahayana. Theravada
bermuara pada pemikiran staviravada dan mahayana bermuara pada
mahasanghika.
Theravada dijalankan di Srilangka / Burma , Thailand dan ditempat lain
diasia tenggara. Theravada berarti jalan bagi kaum tua-tua. Ajaranya
didasarkan pada kitab suci yang disebub Pali Cannon yang dipercaya oleh
umat Budha Theravada sebagai catatan yang paling akurat tentang apa yang
dilakukan dan dikatakan Budha. Yang utama adalah Pali Cannon menekankan
bahwa Budha hanyalah seorang manusia, seorang yang telah mencapai
pencerahan, dan pencerahan didapat dengan mengikuti teladan dan pengajaran
Budha.
Selain Theravada, ada pemahaman Mahayana yang berarti "kendaran orang
besar". Orang-orang Budha Mahayana memandang Sidharta Gautama sebagai
manusia yang memiliki kelebihan. Mereka percaya bahwa pernah ada Budha,
ada Budha dan ada Budha lainnya. Orang-orang Budha Mahayana menyatakan
bahwa Budhiesme Mahayana memberikan lebih banyak kesempatan untuk
mendapatkan pencerahan dibanding ajaran Trevada. Kebanyakan Budha
Mahayana dijumpai Cina, Jepang, Tibet, Mongolia dan , Nepal.
Menurut mazhab theravada, apa yang disebut tuhan tidak harus dipandang
sebagai suatu pribadi yang kepadanya umat Budha memanjatkan puja dan
menggatungkan hidup mereka. Menurut theravada suatu pribadi adalah
terbatas dan akan selalu menjadi karena itu tidak mungkin ada wujud yang
berpribadi yang kekal. Namun tuhan yang tidak dipandang sebagai "bukan
pribadi" karena tuhan mengatasi hubungan relatif antara ada dan tiada, antara
being dan non being, antara pribadi dan bukan pribadi. Penggambaran tuhan
menurut ukuran dan perasaan manusia selalu dihindari karena dianggap sangat
menurunkan dan membatasi kedudukan tuhan. Oleh karena itu tuhan selalu
diungkapkan dalam aspek aspek nafu seperti tidak dilahirkan, tidak menderita,
tidak menjelma, tidak tercipta dan lainnya.
Aliran theravada juga berpendapat bahwa tuhan tidak mempunyai hubungan
sebab akibat dengan ala semesta ini. Karena hubungan yang demikian itu akan
membuatnya bersikap relatif. Dalam hal ini tidak ada hubungan dalam bentuk
apapun yang dapat difikirkan, baik dengan kehidupan sekarang ini, kehidupan
yang akan datang, kebaikan dan keburukan maupun dengan materi atau bukan
materi. Namun dalam kehidupan keagamaan tuhan yang diungkapkan dalam
aspek nafi' dinamakan Nibbana, karena tujuan itu tercapai dengan lenyapnya
hawanafsu , kebencian dan kegelapan bathin (lobdha, dosa dan moha ).
Rodhakrishnan memberikan pengertian Nibbana sebagai bebas dari kelahiran
kembali, berakhirnya rantai kehidupan, peniadaaan keinginan, dendam dan
kebodohan atau suatu keadaan yang tidak bersyarat. Ketika kebodohan teratasi,
maka tercapailah nirbana yang mutlak. Nibbana mengatasi hubungan yang
relatif antara ada dan tiada, antara being dan non being. Di dalam sutra-sutra,
nibbana dipahami sebagai yang mutlak. Didalam agama Budha mahayana,
yang mutlak adalah sunyatta. Namun semua aliran agama budha memandang
yang mutlak adalah tujuan terakhir yaitu nibbana.
Dari paparan diatas tampak konsepsi ketuhanan dalam alairan theravada
termasuk konsep yang non-teis dan mengakui adanya tuhan, namun tuhan tidak
harus dipandang sebagai suatu pribadi yabg selalu berhubungan dengan alam
semesta dan alam lainnya beserta isinya.
Ajaran trikaya pertama kali dikemukakan oleh Asvagosha pada awal abad
pertama masehi untuk menerangkan hirerarki para Budha dan Bhoddisatva.
Aliran staviravada mengganggap Budha adalah manusia yang telah mencapai
pencerahan.
Nirmanakaya adalah badan yang dipakai budha untuk menyatakan diri di dunia
ini atau tubuh jasmani manusia yang dipakai seorang budha untuk mengajarkan
dharma kebenaran yang telah diformulasikan di dunia kepada manusia.
Nirmanakaya/budha zaman sekarang adalah shiddarta gautama sementara
untuk zaman yang akan datang adalah maitreya.
Adibudha atau parama adi budha adalah budha pertamakali yang ada tanpa
sebab dan merupakan pengejawantahan (perwujudan) dari dirinya sendiri,
disebut juga swayanbu lokananta pelindung dunia. Ia tinggal di nirwana dan
anistha buwana yaitu alam diatas segala alam. Melalui daya cipta dan
tafakkurnya adibudha melahirkan 5 dhani budha yaitu vairocana, akshobaya,
ratna sambhara, amitaba dan amagasidha. Mereka ada disurga dan berfungsi
mengatur dan membimbing dunia devaca. Dari kelima phyanibudha lahir pula
bodhisatva yang dikatakan sebagai pencipta yang sebenarnya dari alam fisik.
Kelima bodhisatva tersebut adalah samantabadra, vajrapani, ratnapani,
avolokatisvara dan vispavani.
Bodhisatva berarti orang yang akan menjadi budha. Kelima bodhisatva
tersebut berada dalam surga dan menciptakan anak rohani yang memancarkan
sinarnya ke bumi berupa lima orang budha dunia yaitu konagamana,
kakusandha, kassapa, gautama dan maitreya. Empat dari mereka sudah hidup
dalam sejarah dunia, sedangkan maitreya akan datang sesudah gautama.
Dalam kepercayaan mahayana , jumlah dhyanibidha bodhisatva dan manusia
budha ada lima, masing-masing kelompok bertempat tinggal di salah satu
penjuru dunia dengan arah mata angin dalah satu budha berada ditengah
sebagai titik pusatnya.
Dari pengertian diatas bahwa doktrin adibudha dalam aliran mahayana
merupakan doktrin yang berusaha mempersonifikasikan konsep kebudhaan
sebagai tuhan atau persembahan tertinggi. Diktrin ini sangat berbeda dengan
ko sep ketuhanan dalam agama budha yang mula-mula seperti yang
dipertuhankan oleh aliran trevada.
b. Kosmologi Buddha
Dalam bahasa pali alam semesta disebut loka. Loka berasal dari kata " lok
"yang berarti melihat. Secara umum menunjuk pada sesuatu yang dapat
ditanggapi panca indra atau oleh perasaab dan pikiran manusia. Sekalipun
masih dalam keadaan samar. Mukai dari atom yang kecil sampai besar, organik
dan anorganik, dan dari sederhana susunannya seperti tumbuhan,
hewan ,manusia , dan brahmana oleh segala kecendrungan perbuatan dan
kehendak mereka.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari
sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut
sankhata dharma yang berarti ada yang tidak mutlak san mempunyai corak
timbul, lenyap dan berubah. Dalam visudha maga 2204, Loka digolongkan
menjadi shankharaloka, sattaloka, dan okasaloka:
1) Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak memiliki kehendak
hseperto benda mati, batu, logam, emas dan lain lain termasuk dalam hal ini
adalah alam hayat yang tidak memiliki kehendak dan ciptaan pikiran seperti
ide, opini, peradaban, kebudayaan dst.
2) Sattaloka adalah alam makhluk yang mempunyai kehendak. Dalam
sattaloka aa 31 alam kehidupan uang dikelompokkan menjadi kamaloka,
rupaloka, dan arupaloka
a. Kamaloka 11 alam
(1). Alam para dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain (2). Alam para
dewata yang menikmati ciptaannya sendiri. (3). Alam dewata yang menikmati
kesenangan (4). Alam dewata Yama (5). Alam 33 dewata (6). Alam tempat
maharaja (7). Jagat manusia (8). Dunia hewan (9). Dunia makhuk yang tidak
bahagia (10). Dunia syetan (11). Alam neraka.
alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur tanah, air, udara, api dan
dialami oleh makhluk - makhluk yang berbadan kasar atau jasmani. Dibawah
sekali dati alam ini terletak neraka yang dingin dan panas. Diatasnya terletak
bidang keping bumi dengan daratan fanautan yang terkumpul disekeliling
gunung maru. Disini hidup manusia, binatang, hantu dan badan-badan halus
yang jahat. Disekitar maru beredarlah matahari, bulan dan bintang-bintang .
Diatas meru tinggal golongan dewa. Dewa lainnya berada fialam yang tinggi
didalam istana-istana yang melayang-layang. Namun makhluk ini tetap berada
di lingkjngan kamma.
b. Rupaloka
Rupaloka adalah alam bentuk. Terdiri dari 16 alam brahma yang bisa ditapaki
dengan mengheningkan cipta alam semedi. Para bhikku yang sedang
bersemedi dapat berhubungan dengan makhluk yang berada di alam ini sebab
para dewa yang tinggal didalamnya masih mempunyai badan yang lebih halus
tetapi berada dialam nafsu.
c. Arupaloka
Arupaloka adalah alam tanpa bentuk yaitu alam dewa yang tidak berbaan,
yang hidup setelah mencapai tingkatan keempat dalam semedi. Alam ini
terdiri dari :
1. Alam bukan persepsi dan alam bukan non persepsi
2. Alam pengetahuan kekosongan
3. Alam kesadaran yang tidak terhingga
4. Alam ketidak terhinggaan ruang
3) Osakaloka
Osakaloka adalah alam tempat, disini terdapat dan hidup makhluk-makhluk
diatas. Seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat benda
mati seperti besi, emas ,batu dan sebagainya. Alam dewa adalah osakaloka
tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah osakaloka tempat makhluk-
makhluk rendah hidup.
Menurut kepercayaan agama budha alam tersebut diatas bukan diciptakan
tuhan dan tuhan tidak mengaturnya. Agama budha selalu menghindari
membicarakan persoalan hubungan tuhan atau hang mutlak dengan alam yang
tidak mutlak. Karena dapat menimbulkan problem metafisika yamg tiada habis-
habisnya.
Dharma adalah hukum atau aturan yang berlaku yang mengatur tata tertib alam
semesta , tidak tercipta, kekal dan immament. Dharma yang mengatur alam
semesta disebut dharmaniyama, dapat digolongkan menjadi lima, yaitu :
1.Utuniyama yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energi sepwryi
timbunya angin, hujan dan lain-lain.
2. Bijuniyama yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa biologis
kelahiran bayi dan sebagainya.
3. Kaimaniyama yaitu hukum yang mengatur bidang moral yang bertumpu
pada hukum sebab akibat.
4. Cittaniyama yaitu hukum yang menguasai peristiwa batiniah seperti
kesadaran, kemampuan mengingat, membaca pikiran dll.
5. Dharmaniyama yaitu hukum yang mengatur hal-hal yang tidak mencakup
kedalam empat hal diatas. Seperti keajaiban alam, kelahiran budha dll.
Dharma tersebut menimbulkan harmoni antara peristiwa-peristiwa alamiyah
dan tuntutan moral.
c. Ajaran tentang Manusia
Dalam ajaran agama Budha, masalah manusia dibicarakan (terutama) dalam
Trilakhana ( tiga corak umum agama budha), Catur Arya Satyani (empat
kasunyataan mulia), hokum karma atau hokum perbuatan, dan Tumimbal lahir
(kelahiran kembali).
Manusia menurut ajaran Budha adalah kumpulan dari kelompok energi fisik
dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhandha
atau lima kelompok kegemaran, yaitu:
1. Rupakhandha : kegemaran akan wujud atau bentuk
2. Vedhanakhandha: kegemaran akan perasaan
3. Sannakhandha: kegemaran akan perasaan yang meliputi
4. Shankharakhandha: kegemaran akan bentuk-bentuk pikian
5. Vinnanakhandha: kegemaran akan kesadaran
Kelima kelompok kegemaran tersebut saling berkaitan dan bergantung
satu sama lain dalam proses berangkai : kesadaran ada karena adanya pikiran,
pikiran timbul sebab adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya
perasaan, dan perasaan timbul karena adanya rupa.
Pemikiran tentang manusia dalam ajaran Budha itu unik, yaitu
mereka menyangkal aka adanya roh atau atma yang kekal abadi dalam diri
manusia,melainkan menganggap manusia sebagai kumpulan dari lima khandha
tanpa adanya roh ataupun atma didalamya.
Menurut ajaran Budha manusia selalu berada dalam keadaan dukkha
karena menurut ajaran Budha hidup selalu dalam keadaan dukkha , sebagaimana
diajarkan oleh Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Menurut ajaran
ini dukkha dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha) yaitu segala macam
derita yang dialami dalam hidup, seperti dilahirkan, usia tua, dan berpisah dari
orang-oran yang dikasihi dan sebagainya.
2.Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan
(viparinamadukkha), yaitu dukkha yang terjadi akibat adanya perubahan, baik
yang berupa fisik atau mental.
3.Dukkha sebagai keadaan saling bergantung (shankaradukkha),
yaitu dukkha yang terjadi karena hal-hal yang saling bergantungan.
Untuk menghilangkan dukkha manusia harus mengetahui dan
memahami sumber dukkha yang disebut dukkhasamudaya, yang ada dalam diri
manusia itu sendiri, yaitu berupa tanha (kehausan) yang mengakibatkan
kelangsungan dan kelahiran kembali serta ketertarikan pada hawa nafsu. Tetapi
tanha bukan merupakan satu-satunya sumber dari dukkha, melainkan tanha
merupakan sumber terdekat atau terpenting dari dukkha, yang berakar pada
lobha (ketamakan), moha (kegelapan), dan dosa (kebencian). Tiga yang tersebut
terakhir dikenal dengan akusala, tiga akar kejahatan.
d. Ajaran tentang Etika
Dalam sistem agama Buddha, Hasta Arya Marga, yang membicarakan
masalah perbuatan baik dan buruk, benar dan salah,menempati kedudukan yang
sangat penting karena merupakan inti dari seluruh ajaran agama Buddha untuk
membebaskan manusia dari dukkha dan mencapai nirwana. Ajaran agama
Buddha mengenal istilah Delapan Jalan Mulia. Kedelapan jalan tersebut secara
garis besar dibagi menjadi sila, samadhi, dan panna.
Sila adalah ajaran kesusilaan yang didasarkan atas konsepsi cinta kasih dan
belas kasih kepada semua makhluk. Termasuk dalam kelompok ini adalah
pembicaraan yang benar (sammavaca), perbuatan yang benar (sammakamanta),
dan pencaharian yang benar (sammajiva). Samadi adalah ajaran disiplin mental
yang terdiri dari daya upaya yang benar (sammavayama), perhatian yang benar
(sammasati) dan konsentrasi yamg benar (sammasamadhi). Panna atau
kebijaksanaa luhur dalam Hasta Arya Marga, terdiri dari pengertian yang benar
(sammadithi) dan pikiran yang benar (sammasankappa).
Kedelapan jalan utama di atas meskipun terdiri dari delapan unsur, namun
keseluruhan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan harus
dikembangkan bersama-sama secara harmonis. Sila adalah landasan bagi
semadhi; semadhi adalah landasan bagi panna. Dalam kehidupan sehari-hari
umat Buddha, kedelapan jalan tersebut menjadi dasar dan pedoman hidup umat
Buddha yang dijabarkan dalam konsep Panca Sila, Hasta Sila, Majjhima Sila
dan Patimokha Sila.
KESIMPULAN
Agama budha merupakan salah satu agama yang muncul dan berkembang pesat
di daratan india. Agama ini mulai muncul pada abad ke 6 SM. Pedoman dan hukum-
hukum yang diajarakan oleh sidharta mempunyai tujuan akhir untuk melepaskan
nafsu dan penderitaan dalam hidup manusia sehingga dapat mencapai nirwana.
Agama budha didirikan oleh seorang pangeran yang bernama Sidharta, putra raja
Sudhodana Gautama dari kerajaan kecil kapilawastu yang memerintah suku Sakya di
india utara yang berbatasan dengan Nepal. Ia dilahirkan pada tahun 563 SM. Ajaran
agama budha ada 3 yaitu Catur Arya Satyani, Nirwana, dan Arahat. Ada dua aliran
didalam agama budha, yaitu Hinayana dan Mahayana.