Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 53

Analisis Diskriptif Perkembangan Agama Buddha Majelis Buddhayana di Desa Giling


Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati

Prihadi Dwi Hatmono


hatmonoprihadi@gmaiil.com
STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI JAWA TENGAH

ABSTRAK

Hasil penelitian ini adalah (1) Masuknya agama Buddha majelis Buddhayana di
Kecamatan Gunungwungkal diawali dengan gerakan baru, tepatnya di Dusun Glagah Desa
Giling, umat yang beragama Buddha 90% atau 70 kepala keluarga. Agama Buddha telah berjaya
di Dusun Glagah sejak tahun 1960-an. Pada tahun 1999 vihara Buddhaya pertama kali
dibangaun. Agama Buddha Majelis Buddhayana identik dengan Ekayana, terminologi teknis
yang dipakai untuk merujuk dan merangkum pandanagan, aliran ajaran, atau pun pengertian
agama Buddha secara keseluruhan, yang menegaskan bahwa dharma atau kebenaran itu hanya
satu. Tiga pandangan itu adalah Theravada, Mahayana, dan Tantrayana/Vajrayan. Semua yana
(sekte, aliran) berada dalam satu Jalan Buddha, sehingga tiap yana sama membimbing seseorang
menuju Kebuddhaan, (2) Perkembangan umat Buddha majelis Buddhayana tidak terlepas dari
tokoh Bhikkhu Asin Jinarakitha. Tokoh pencetus majelis Buddhayana di Indonesia adalah Y.A.
Bhikkhu Ashin Jinarakhita dan sekaligus sebagai salah satu pelopor kebangkitan kembali agama
Buddha di Indonesia. Setelah muculnya majelis Buddhayana yang mencetuskan konsep
ketuhanan yang disebut dengan Sang Hyang Adi Buddha. Agama Buddha majelis Buddhayana
di Desa Giling Kabupaten Cluwak sangat begus Perkembangannya. Terdapat kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu: Puja Bhakti, Dhammadesa, Meditasi,
Pathidana, Anjangsana, Sekber PMVBI, WBI.

Kata kunci: Perkembangan dan Majelis Buddhayana

ABSTRACT

The results of this study are (1) The entry of Buddhayana Majlis Buddhism in
Gunungwungkal District begins with a new movement, precisely in Glagah Hamlet, Giling
Village, 90% Buddhists or 70 families. Buddhism has prevailed in Glagah Hamlet since the
1960s. In 1999 Buddhaya monastery was first built. The Buddhahana Buddhism is identical
to Ekayana, the technical terminology used to refer to and summarize pandanagan, the
school of teachings, or even the understanding of Buddhism as a whole, which confirms that
dharma or truth is only one. The three views are Theravada, Mahayana, and Tantrayana /
Vajrayan. All yana (sects, schools) are in one Buddhist Way, so that each yana is the same
guiding one towards Buddhahood, (2) The development of Buddhayana Buddhist assemblies
is inseparable from Jinarakitha ‘s character Bhikkhu Asin. The leader of the Buddhayana
assembly in Indonesia is Y.A. Bhikkhu Ashin Jinarakhita and at the same time as one of the
pioneers of the revival of Buddhism in Indonesia. After the appearance of the Buddhayana
assembly which sparked the concept of divinity called Sang Hyang Adi Buddha. Buddhahana
Buddhism in the Giling Village of Cluwak Regency is very dull. There are religious activities
carried out by the community, namely: Puja Bhakti, Dhammadesa , Meditation, Pathidana,
Anjangsana, PMVBI Secretary, WBI.

Keywords: Development and Buddhayana Assembly

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


54 Volume VI No. 1 September 2019

Pendahuluan hak bagi setiap individu, sebagaimana


Masyarakat Indonesia dikenal dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 29
kemajemukannya,baikdarisisietnismaupun ayat (2) berbunyi “Negara menjamin
budaya serta agama dan kepercayaannya. kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
Kemajemukan juga menjangkau pada memeluk agamanya masing-masing dan
tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan untuk beribadat menurut agama dan
politik serta kewilayahan, yang semua itu kepercayaannya itu”
Agama atau kepercayaan yang
sesungguhnya memiliki arti dan peran
dianut oleh setiap warga negara Indonesia,
strategis bagi masyarakat Indonesia.
secara natural membawa ajaran tentang apa
Meski demikian, secara bersamaan
dan bagaimana seharusnya seorang pemeluk
kemajemukan masyarakat harus disikapi
agama atau kepercayaan itu berpikir dan
dengan baik. Karena dapat membawa
berperilaku dalam kehidupannya di dunia.
dalam rangka penggalian, pengelolan,
Agama atau kepercayaan juga berisi ajaran
serta pengembangan potensi bagi bangsa
tentang kehidupan setelah kematian yang
Indonesia untuk menapaki jenjang masa
sangat ditentukan oleh ketaatannya kepada
depannya.
Kemajemukan masyarakat Indonesia ajaran agamanya di dunia. Setiap agama
mengalami perkembangannya masing-
dapat berpotensi membantu bangsa
Indonesia untuk maju dan berkembang masing.
bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan Dalam masyarakat yang beragam
masyarakat tersebut tidak dikelola dengan budaya, suku dan agama keharusan
baik, maka akan menyuburkan berbagai mengedepankan kesamaan adalah sebuah
prasangka negatif antar individu dan keniscayaan dari pada selalu mencari
kelompok masyarakat yang akhirnya dapat perbedaan. Modal ini cukup efektif sehingga
merenggangkan ikatan solidaritas sosial. nilai-nilai budaya dan agama ditempatkan
Kemajemukan yang berada di Indonesia dalam posisinya sebagai motivasi bagi
salah satunya agama. upaya membangun sebuah pluralitas dan
multikultural yang merupakan aset bangsa
Setiap etnik, agama dan suku
(Wasid, Gus Dur 2010: 116).
bangsa meyakini bahwa nilai-nilai budaya
yang lahir, tumbuh dan dikembangkan Bentuk keberagamaan dalam
oleh etnik tersebut adalah yang paling agama Buddha terdapat beberapa mazab
baik. Anggapan bahwa setiap kebudayaan agama Buddha yang ada di Indonesia.
atau segala sesuatu yang lahir dari masing- Akan tetapi dengan adanya berbagai
masing suku, bangsa atau etnik adalah mazab bukan menjadi suatu penghalang
yang terbaik maka lahirlah stereotipe, bagi perkembangan agama Buddha.
yaitu pandangan negatip terhadap budaya Mazab-mazab ini dijadikan sebagai wadah
lain. Begitu juga dengan agama, bahwa menambah keyakinan bagi umat Buddha
agama yang dianut oleh individu diberbagai daerah. Agama buddha muncul
merupakan agama yang terbaik baginya pertama kali di India yang mana pada
(Basuki, 2008: 1). masa Buddha Gotama itu sendiri. Setelah
Agama merupakan sistem itu agama Buddha bangkit kembali ketika
kepercayaan kepada Yang Mutlak dimana pada masanya Asoka. Pada masa ini
memiliki pengaruh terhadap pemikiran dan berpengaruh pesat terhadap perkembangan
agama Buddha baik di dunia maupun di
perilaku penganutnya. Perbedaan konsep
Indonesia. Agama Buddha mula tersebar
mengenai Yang Mutlak menimbulkan
dan dikenal oleh masyarakat secara luas.
beraneka ragam agama dan kepercayaan. Di
Pada akhirnya agama Buddha
Indonesia pada saat ini ada enam agama
masuk di Indonesia pada zaman kerjaan
yang diakui oleh Negara yaitu: Islam,
Hindu-Buddha. Dipelopori oleh kaum
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghucu. Memeluk suatu agama adalah Teosofi agama Buddha mulai dikenal oleh
masyarakat. Agama Buddha akhirnya

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 55

tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan Dalam kehidupan bermasyarakat,


masuk di wilayah jawa. Masyarakat pada manusia sebagai mahkluk sosial berperan
saat itu menerima kedatangan agama sebagai anggota masyarakat dan
Busddha dan orang-orang memeluk agama mengedepankan kepentingan umum
Buddha. Akan tetapi perkembangan agama daripada kepentingan pribadi. Adapun ego
Buddha mengalami pasang surut. atau “keakuan” sering muncul ketika
Agama Buddha Pada akhirnya juga berhadapan dengan banyak orang. Terdapat
masuk diwilayah Pati khususnya di Desa dua cara menurut ajaran Buddha dalam
Giling kecamatan Gunungwungkal. mengatasi keegoan diri. Pertama, dengan
Masyarakat menerima kedatangana agama cara introspeksi ke dalam diri sendiri,
Buddha dengan baik. Terdapat beberapa dengan belajar bagaimana menenangkan
mazab-mazab agama Buddha di wilayah pikiran, dengan cara mengarahkannya ke
Pati. Berdasarkan latar belakang maka satu titik. Kemudian melihat ke dalam
peneliti tertarik untuk melakukan hakikat pikiran itu sendiri sehingga dapat
penelitian terkait kedatangan dan membedakan antara yang benar dan salah.
Perkembangan agama Buddha Majelis Pada saat yang sama, dapat mulai membuka
Buddhayana di Desa Giling Kecamatan diri bagi orang lain melalui kedermawanan.
Gungungwungkal Kabupaten Pati. Kedermawanan bukan hanya dalam hal
materi tetapi juga dengan memberikan
waktu, memberikan pemahaman,
Landasan Teori memberikan tempat kepada orang lain, siap
membantu orang lain. Dalai Lama
A. Agama Buddha
mengatakan bahwa hendaknya manusia
Agama Buddha berasal dari negara selalu mengembangkan kebaikan. Hati yang
India. Pendiri agama Buddha adalah baik adalah hati yang perduli kepada orang
Pangeran Siddharta Gautama, anak dari Raja lain, bukan saja kepada diri kita sendiri
Suddhodana dan Ibu Dewi Mahamaya dari (Singh, 2007: 3).
kerajaan Kapilavastu. Setelah menikah Dalai lama XIV merupakan salah
dengan Yasodhara dan mempunyai anak satu dari lima tokoh dunia yang berpengaruh
bernama Rahula, Beliau menyadari bahwa dan mempunyai sifat kepemimpinan yang
hidup adalah penderitaan. Selanjutnya tinggi. Dalai lama XIV merupakan
Pangeran Siddharta Gautama meninggalkan pemimpin spiritual tertinggi Tibet dan tokoh
kehidupan rumah tangga menjadi petapa perdamaian dunia. Beliau lahir pada tahun
yang akhirnya mendapatkan penerangan 1934 di Desa Takster, Tibet. Dalai Lama
sempurna dan menjadi Buddha (Yang XIV menyerukan perdamaian dunia yang
Tercerahkan) (Samad, 1990: 35-37). terus menerus, dan memperjuangkan
Secara umum, ajaran Beliau kebebasan hidup dan beragama, khususnya
dirumuskan dalam Empat Kebenaran untuuk masyarakat Tibet dari penjajah
Mulia, yang mengatakan bahwa hakikat China. Nilai-nilai yang dikembangkan
hidup ini memang Dukkha,yang secara adalah pesan universal tentang kebebasan,
hafiah diterjemahkan sebagai penderitaan. cinta kasih dan kebaikan hati dimanapun
Akar dari dukkha adalah tanha atau napsu manusia berada. Dunia ini kecil, sehingga
keinginan rendah. Tanha sebagai manusia harus belajaar hidup harmonis dan
penyebab kelahiran berulang-ulang yang damai, baik dengan sesama atau dengan
di dalamnya terjadi usia tua, sakit, dan alam. Implikasi terhadap tingkah laku
kematian. Buddha kemudian memberikan pengikutnya antara lain ajarannya tidak
resep menghilangkan tanha secara hanya penganut agama Buddha, tetapi
bertahap, yakni berupa suatuu jalan masyarakat dunia terinspirasi oleh Dalai
spiritual yang disebut dengan Jalan Mulia Lama XIV untuk menyerukan perdamaian
Beruas Delapan (Taniputera, 2005: 28). dunia tanpa henti dan turut merasakan
penderitaan orang lain

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


56 Volume VI No. 1 September 2019

seperti penderitaan sendiri (Nairatmya). kepada perssatuan kembali dari berbagai


Dalam bidang pendidikan, pendidikan sekte. (Tim Penyusun, 2003: 46).
utama dikembangkan adalah pendidikan Buddhayana sebagai pola pikir yang
penghayatan dan olah batin. Doktrin insklusif di tengah-tengah agama Buddha
ajarannya adalah “setiap makhluk di dunia yang terdiri dari banyak sekte diantaranya
ini adalah percikan dari sinar Tuhan, Hinayana, Mahayana dan Tantrayana.
sehingga setiap manusia harus menyayangi Ketiganya berpegang pada Dhamma ajaran
setiap makhluk seperti menyayangi diri Sang Buddha dan membawa umat Buddha
sendiri” (Zazuli, 2009: 115). pada Nirvana. Ketiga Yana tersebut oleh
Hyang Buddha Bersabda “mereka beliau disebut dengan Buddhayana karena
yang tidak menyadari karena pertikaian bersumber dari Buddha dan sama-sama
mereka akan musnah. Mereka yang membawa umat Buddha ke Nibbana
menyadari hal ini akan segera berdamai (Nirvana). Beliau telah menyediakan tempat
dan tenang kembali”. Menyadari hakekat bagi ketiga mazhab tersebut untuk
sabda Hyang Buddha ini serta menyadari berkembang kembali di Indoesia. Dan
pula pentingnya arti kerukunan hidup gagasan Buddhayana terse but di dukung
umat beragama. Setelah adanya kongres dan di ikuti dengan setulus hati oleh ajaran
munculnya Kriteria Agama Buddha yaitu Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan
sebagai berikut (Oka, 2006: 74) : Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) (Tim
1. Adanya Tuhan Yang Maha Esa Penyusun, 2008: 19).
2. Adanya Tri Ratna/Ti Ratana Majelis Buddhayana Indonesia
3. Adanya Hukum Kesunyataan, Catur merupakan perkumpulan agama yang
Arya Satyani/Cattari Ariya Saccani menghimpun umat Buddha di Indonesia,
4. Adanya Hukum Kesunyataan : Pratitya yang mengayomi, membimbing, melayani
Samutpada/Paticca Samuppada kebutuhan umat Buddha dalam mendukung
5. Adanya Hukum Kesunyataan : Hukum perkembangan agama Buddha tanpa
Karma/Kamma membeda-bedakan latar belakan aliran, suku
6. Adanya Hukum Punarbhava/ bangsa, kebudayaan berdasarkan kitap suci
Punnabhava Tripitaka dan keyakinan umat Buddha
7. Adanya Hukum Kesunyataan : terhadap Dharmakaya (Adi Buddha) dengan
mengembangkan wawasan inter sekte dan
Trilaksana/Tilakhana.
kerukunan yang harmonis dalam agama
B. Majelis Buddhayana Buddha. Buddhayana menolak sikap
sektarian, yang tidak memiliki toleransi
Seiring perkembangan agama terhadap ajaran dan praktik dari berbagai
Buddha di Indonesia dan mulai banyak aliran di dalam agama Buddha selain dari
muncul sekte-sekte dalam agama Buddha. aliran sendiri. Kelemahan sektarian jelas,
Setelah kongres umat Buddha Indonesia membatasi wawasan, mempertebal egoisme,
pada tahun 1979 di Yogyakarta menimbulkan kebencian, yang tentu saja
menghasilkan sebuah wadah Perwalian akan merintangi kemajuan spiritual (Mukti,
Umat Buddha Indonesia (WALUBI), 2001 : 3-12).
MUABI diubah namanya menjadi Majelis Majelis Buddhayana memiliki Visi
Buddhayana Indonesia (MBI). Perubahan dan Misi. Adapun visi menjadi organisasi
ini telah menimbutkan pergolakan dalam keagamaan yang dikelola dengan baik dalam
tubuh MBI. Karena ada yang menyatakan hal sistem manajemen yang handal dan
sebagai sebuah sekte. Melalui kongres V sumber daya manusia yang kompeten serta
MBI tanggal 7-9 Juni 1987 di Pacet, memiliki Bodhicitta yang berkembang.
kekeliruan ini diperbaiki dan akhirnya MBI Sedang Misi mengamalkan dan berbagi
menjadi pembantu Sangha Agung tentang esensi Ajaran Buddha secara
Indonesia. Buddhayana dinyatakan sebagai kontekstual melalui transformasi sosial
perkembangan agama Buddha yang menuju dengan berpegang teguh pada nilai-nilai

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 57

non sektarian, inklusivisme, pluaralisme, pada tahun 671 M dan pada tahun 688-695
dan Universalisme serta berkeyakinan M mulai tersingkap keadaan ajaran Buddha
kepada Dharmakaya (Sanghyang Adi di Sumatera. Beliau datang ke Sribhoja,
Buddha/Tuhan Yang Maha Esa). ibukota kerajaan Bhoja dekat Palembang.
Beliau mengatakan bahwa “Raja dari
C. Masuknya Agama Buddha di Kerajaan Bhoja dan penguasa-penguasa di
Indonesia kepulauan lain adalah penganut ajaran
Buddha. Sribhoja merupakan pusat
terpenting di mana Dhamma dipelajari. Di
Belum diketahui secara pasti kapan
kota itu terdapat 1000 bhikkhu yang
pertama kali Ajaran Buddha masuk ke
mempelajari dan menelaah Dhamma, sama
Indonesia, walaupun nama Pulau Jawa
seperti yang diajarkan di India. Di kerajaan
sebagai “Labadiu” telah dikenal oleh
Bhoja dan di kepulauan sekitarnya, sebagian
Ptolemi, seorang ahli ilmu bumi di
besar adalah penganut aliran
Iskandariah pada tahun 130 M. Demikian
Mūlasarvāstivāda, sebagian kecil adalah
juga di dalam kitab Ramayana yang
penganut aliran Sammitiya dan dua aliran
mengatakan bahwa Hanoman datang ke
lain yang baru berkembang, sedangkan di
Javadwipa mencari Dewi Sinta, dikatakan
Melayu terdapat sedikit penganut
terdapat tujuh kerajaan, pulau emas dan
Mahāyāna. Semua aliran-aliran di atas
perak, kaya dengan tambang-tambang
tergolong aliran Hīnayāna (Tim Penyusun,
emas, tetapi tidak menyebut agama yang
2003: 261-262).
terdapat di sana. Pada abad pertama
masehi sudah dikenal “Javadwipa”yang Kedatangan para dhammadūta ke
meliputi Jawa dan Sumatera sekarang. Indonesia mendorong banyak orang pergi
“Suvarnadwipa” adalah nama untuk Pulau ke India, mengunjungi tempat-tempat suci
Sumatera. Dapat disimpulkan bahwa dan pusat-pusat ajaran Buddha seperti
sebelum abad kedua masehi, sudah Universitas Nalanda di Bihar yang
terdapat hubungan antara India dengan didirikan oleh dinasti Gupta (320-606).
kepulauan Nusantara (Tim Penyusun, Peziarah yang datang dari Sriwijaya
2003: 261). tinggal dan menetap di sana demikian
Kedatangan Fa-Hien pada tahun banyaknya, sehingga dibuatkan Vihāra
414 M ke Pulau Jawa dalam perjalanan khusus dekat Nalanda dan Nagapattanam
kembali ke China melalui laut (berangkat untuk mereka dan raja setempat (Raja Pala
melalui jalan darat) setelah mengunjungi dan Cola) memerintahkan rakyatnya untuk
India selama enam tahun, telah membuka memberi bantuan. Setelah kembali ke
sedikit tabir kegelapan mengenai Indonesia, mereka mendirikan candi-candi
kehidupan agama di Pulau Jawa. Beliau dengan bentuk dan ukiran yang bercorak
tinggal 5 bulan di Pulau Jawa dan dalam Indonesia (Tim Penyusun, 2003: 262-263).
catatannya mengatakan bahwa banyak
Candi-candi dan ukiran yang ada di
terdapat penganut agama Brāhmaṇa, yang
Indonesia membuktikan bahwa
jauh berbeda (dari yang di India), tetapi
pembuatnya bukanlah orang asing yang
sedikit penganut ajaran Buddha dan tidak
berkebudayaan asing, melainkan orang
menarik untuk dicatat. Atas usaha Bhikku
Indonesia asli dengan mempergunakan
Gunawarman pada tahun 423 M, ajaran
latar belakang kehidupan masyarakat dan
Buddha berkembang di Jawa.
kebudavaan asli. Diantaranya terdapat
Gunawarman adalah putera Raja Kashmir
candi Pawon, candi Kalasan, candi Sari,
yang melepaskan tahta untuk menjadi
bhikkhu . Awalnya beliau pergi ke Sri candi Sewu, candi Plaosan, candi Mendut,
Langka dan kemudian ke She-Po (Jawa) candi Borobudur, candi Pogo, candi
dan berhasil mengembangkan ajaran Singosari, dan lain-lain serta beberapa
Buddha di sana. Sementara itu keadaan candi Hindu (Siwa, Brahmana, dan Wisnu)
ajaran Buddha di Sumatera masih belum (Tim Penyusun, 2003: 263).
diketahui. Setelah kedatangan I-Tsing

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


58 Volume VI No. 1 September 2019

Menurut pendapatnya, sangat E. Pengertian Ritual


sedikit kelompok arca dimanapun dari Secaraleksikal,ritualadalah“bentuk
negara buddhis yang dapat atau metode tertentu dalam melakukan
menandinginya. Bentuk ajaran Buddha upacara keagamaan atau upacara penting
semula di pulau Jawa adalah Hīnayāna, atau tatacara dalam bentuk upacara”. Makna
yang dikembangkan oleh Bhikkhu dasar ini menyiratkan bahwa, disatu sisi
Gunawarman, namun ajaran tersebut lama aktivitas ritual berbeda dari aktifitas biasa,
kelamaan terdesak oleh aliran-aliran lain terlepas dari ada tidaknya nuansa
yang terus menerus masuk setelah mereka keagamaan atau kekhidmatan. Sementara
mempunyai kedudukan yang kuat di India. ritual menurut Gluckman adalah kategori
Hal ini terlihat dengan didirikannya candi upacara yang lebih terbatas, tetapi secara
Kalasan yang dipersembahkan untuk Dewi simbolis lebih kompleks, karena ritual
Tara (personifikasi dari Prajṅāpāramitā menyangkal urusan sosial dan psikologis
menurut aliran Tantra), yang tercatat pada yang lebih dalam (Tsuwaibah, 2011: 44).
tahun 778 M (Tim Penyusun, 2003: 263- Susanne Langer menyatakan bahwa
264). ritual memperlihatkan tatanan atas simbol-
simbol yang diobjekkan. Simbol tersebut
D. Perkembangan Agama Buddha mengungkapkan perilaku dan perasaan serta
Agama Buddha dinusantara tidak membentuk disposisi pribadi dari para
terlepas pada masa kerajaan. Pada Masa pemuja mengikuti modelnya masing-
kerajaan Sriwijaya agama Buddha menjadi masing. Penggunaan simbolis yang sama
pandangan hidup nusantara. Kerajaan secara terus menerus menghasilkan suatu
Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha dampak yang membuat simbol-simbol
yang terkenal di Asia pada masa itu. Pada tersebut menjadi biasa sebagaimana
masa itu merupakan pusat perkembangan diharapkan (Dhavamony, 1995: 174).
agama Buddha, terdapat ribuan Vihara dan Leach menyatakan ritual adalah
Bhiksu. Perguruan tinggi agama Buddha setiap perilaku untuk mengungkapkan
di Sriwijaya merupakan pusat pendidikan status pelakunya sebagai mahluk sosial
agama Buddha (Oka Diputra, 2006 :1-4). dalam sistem struktural dimana ia berada
Selain itu juga terdapat masa pada saat itu. Hal senada dikemukakan
kerajaan Mataram Kuno, pada masa ini oleh Lessa dan Vogt, yang berpendapat
agama Buddha menjadi pandangan hidup bahwa ritual mencakup semua tindakan
pada masa itu. Terbukti dengan adanya simbolik, baik yang bersifat duniawi atau
banyak peninggalan bersejarah. sakral, teknik atau estetik, sederhana atau
Peninggalan bersejarah pada wangsa rumit (Tsuwaibah, 2011: 44-47).
Syailendra diantaranya pendirian Candi Van Gennep menjelaskan bahwa
Agung Borobudur yang merupakan salah semua kebudayaan memiliki suatu
satu tujuh keajaiban dunia, candi mendut, kelompok ritual yang memperingati masa
candi pawon, candi kalasan, candi sari, peralihan individu dari suatu status sosial
candi sewu (Oka Diputra, 2006 :9). ke status sosial yang lain. Dalam setiapp
Perkembangan agama Buddha juga ritual penerimaan terdapat tiga tahap yaitu
terdapat pada masa kerjaan majapahit. Pada perpisahan, peralihan, dan penggabungan.
masa ini kerukunan intern umat Buddha dan Pada tahap perpisahan, individu
kerukunan intern umat Hindu Siwa pada dipisahkan dari suatu tempat atau
masa itu. Pada masa ini agama Buddha juga kelompok atau status; dalam tahap
berkemabang dengan baik. Perkembangan peralihan, individu disujikan dan menjadi
agama Buddha ini dibuktikan dengan subjek bagi prosedur-prosedur perubahan;
adanya peninggalan kitab-kitab agama sedangkan pada masa penggabungan
Buddha diantaranya kitab Sutasoma, kitab individu secara resmi ditempatkan pada
Sanghyang Kamahayanikan, kitab suatu tempat atau kelompok atau status
Koentjarakarna (Oka Diputra, 2006 : 19). yang baru (Dhavamony, 1995: 179).

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 59

Ritual dapat dibedakan menjadi a) Kebebasan beragama : perbedaan dan


empat macam yaitu tindakan magi, tindakan keragaman agama-agama yang hidup
religius, ritual konstitutif, dan ritual faktitif. bersama dan berdampingan tercakup
Tindakan magi dikaitkan dengan dalam definisi kebebasan beragama.
penggunaan bahan-bahan yang bekerja Agama-agama tersebut diperkenankan
karena daya-daya mistis; tindakan religius, untuk dipeluk dan diyakini secara
kultus para leluhur juga bekerja dengan cara bebas oleh setiap individu yang
tersebut; ritual konstitutif yang memilihnya menjadi pegangan hidup.
mengungkapkan atau mengubah hubungan b) Kebebasan berkepercayaan : merupakan
sosial dengan merujuk pada pengertiian- istilah yang merujuk kepada pandangan
pengertian mistis, sehingga upacara-upacara hidup-pandangan hidup atau posisi non
kehidupan menjadi khas; ritual faktitif yang keagamaan atau sekuler yang tercakup
meningkatkan produktivitas atau kekuatan, dalam kebebasan berkepercayaan
atau pemurnian dan perlindunga , atau (Zakiyudin, 2006: 3).
dengan cara lain meningkatkan seseorang tidak cukup hanya
kesejahteraan materi suatu kelompok melihat segala persoalan kehidupan dari
(Dhavamony, 1995: 175) perspektif individu dan teologis.
Kehidupan masyarakat yang beragam
F. Pengertian Pluralisme suku, agama maupun etnis akan
Pluralisme berasal dari kara plural mengalami keharmonisan dan damai jika
dan isme, plural berarti banyak (jamak), setiap individu menghargai entitas apapun
sedangkan isme berarti paham. Jadi yang dimiliki orang lain. Proses
pluralisme aadalah suatu paham atau teori penghargaan ini akan nyata tidak lain agar
yang menganggap bahwa realitas itu keberagamaan yang diyakini tidak sampai
terdiri dari banyak substansi (Pius A. P. pada terjadinya titik klimak klaim
M. Dahlam, 1994, Cet. Ke-1, H. 604). kebenaran dari orang lain dan selanjutnya
Dalam perspektif ilmu sosial, berujung pada usahanya sesalu menang
pluralism yang meniscayakan adanya sendiri (Wasid, Gus Dur 2010: 116).
diversitas dalam masyarakat memiliki dua Selanjutnya menurut Moh. Shofan
‚wajah‛, konsesus dan konflik. Consensus mengungkapkan bahwa pluralisme adalah
mengandaikan bahwa masyarakat yang upaya untuk membangun tidak saja
memiliki latar belakang yang berbeda-beda kesadaran normatif teologis tetapi juga
itu akan survive (bertahan hidup) karena kesadaran sosial, dimana kita hidup
para anggotanya menyepakati hal-hal ditengah masyarakat yang plural dari
tertentu sebagai aturan bersama yang harus agama, budaya, etnis, dan berbagai
ditaati, sedangkan teori konflik justru keberagaman sosial (Moh. Shofan, 2008:
memandang sebaliknya bahwa masyarakat 87). Sementara itu Syamsul Ma’arif
yang berbeda-beda itu akan bertahan hidup mendefinisikan pluralisme adalah suatu
karena adanya konflik. Teori ini tidak sikap saling mengerti, memahami, dan
menafikkan adanya keharmonisan dalam menghormati adanya perbedaan-perbedaan
masyarakat. Keharmonisan terjadi bukan demi tercapainya kerukunan antar umat
karena adanya kesepakatan bersama, tetapi beragama (Syamsul Ma’arif, 2005: 17).
karena adanya pemaksaan kelompok kuat Setiap manusia memiliki sifat yang
terhadap yang lemah (Umi Sumbulah, unik. Sekalipun banyak persamaan antar
2010), manusia yang satu dengan yang lainnya,
Masyarakat plural yag ditengarai adanya perbedaan dalam hal-hal tertentu
dengan kehadiran bersama perbedaan dan merupakan dalam pembawaan, watak,
keragaman, kebebasan beragama atau kemampuan, minat, pendapat, dan
berkepercayaan dapat didefinisikan sebagainya. Manusia hidup bersama dalam
perbedaan, dan perbedaan itu sudah
meliputi dua kategori sebagai berikut:
menjadi kebutuhan. Perbedaaan dalam

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


60 Volume VI No. 1 September 2019

hal-hal tertentu tidak menghilangkan dengan tujuan penelitian. Untuk itu harus
kenyataan adanya persamaan kepentingan, ditentukan subjek penelitian dipilih secara
sehingga sebenarnyabisa merupakan suatu purpossive berkaitan dengan tujuan tertentu.
yang saling melengkapi. Ketika Berdasarkan hal tersebut maka dalam
mempertimbangkan kebhinnekaan, Buddha penelitian ini tidak ada sampel acak tetapi
mengajarkan dengan bermacam-macam sampel bertujuan (purposive sample).
metode (saddharmapundarika suta v). Cara Seperti yang dikemukakan oleh Nasution
Buddha menuntun Culapanthaka yang tak (2003: 32) bahwa: Penelitian kualitatif yang
pandai menghafal berbeda dengan dijadikan sampel hanyalah sumber yang
membimbing Ananda yang intelektual dapat memberikan informasi, sampel yang
(Wijaya, Mukti, 2006 : 141-142). berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang
diobservasi. Sering sampel yang dipilih
Jenis Penelitian secara purposive berkaitan dengan tujuan
Sugiyono (2010: 3) mengemukakan tertentu, sering juga responden diminta
bawa “metode penelitian diartikan sebagai untuk menunjuk orang lain yang dapat
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan memberikan informasi dan kemudian
tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode responden ini diminta pula untuk menunjuk
penelitian merupakan cara yang digunakan orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim
untuk mendapatkan data sesuai dengan disebut “Snawball Sampling” yang
kebutuhan. dilakukan secara berurutan.
Penelitian ini menggunakan
Proses Pengumpulan Data
pendekatan studi kualitatif. Disebut
kualitatif karena sifat data yang Pada tahap proses pengumpulan
dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan data di lapangan, tahapan yang dilakukan
kuantitatif, karena tidak mengunakan alat- dalam proses pengumpulan data tersebut
alat pengukur,Penelitian kualitatif ini adalah, pemilihan orang (tokoh kunci)
berupaya mengungkapkan permasalahan- yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber
permasalahan yang dibawa ke dalam data dengan wawancara dengan sumber
bentuk penyelesaiannya. Peneliti berusaha tersebut dengan cara merekam suaranya,
memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan memberikan pertanyaan yang
terhadap sumber penelitian. sudah di susun penulis sehingga lebih
efektif dan studi dokumentasi. Hasil dari
Tempat dan Waktu Penelitian wawancara ditulis dan dianalisa, dan tokoh
Penelitian ini dilaksanakan di Desa kunci tersebut di minta untuk
Giling Kecamatan Gunungwungkal menunjukkan tokoh yang lain sebagai
Kabupaten Pati. Alasan pemilihan tempat sumber selanjutnya hinga terpenuhi data
penelitian karena di wilayah tersebut yang diinginkan (Nasution 1996:1).
merupakan awal mula muculnya agama
Buddha Buddhayana dan didirikan vihara Teknik Pengumpulan Data
Buddhayana pertama kali di daerah tersebut. Teknik pengumpulan data adalah
Selain itu untuk mengetahui perkembangan suatu cara yang digunakan untuk
agama Buddha Buddhayana yang ada di mengumpulkan data-data, keterangan-
wilayah tersebut sampai saat ini. Penelitian keterangan dalam suatu penelitian.
dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan Penelitian ini menggunakan teknik atau
Februari sampai dengan Juni. metode pengumpulan data dengan
Teknik Pengambilan Sampel beberapa teknik sebagai berikut:
Penelitian kualitatif, informasi atau
1. Metode Interview
data diperoleh dari sumber yang dapat
2. Observasi (Pengamatan)
memberikan informasi yang sesuai
3. Dokumentasi

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 61

Teknik Analisis lahan sawah dan 91.036 ha lahan bukan


Analisis data dalam penelitian sawah. Adapun batas-batas wilayah
kualitatif dilakukan sejak sebelum adaministratif Kabupaten Pati sebagai
memasuki lapangan, dan setelah selesai di berikut:
lapangan. Dalam hal ini Nasution • Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten
(Sugiyono. 2009: 89) menyatakan “Analisis Jepara
telah mulai sejak merumuskan dan • Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke Kudus
lapangan, dan berlangsung terus sampai • Sebelah selatan : Wilayah Kabupaten
penulisan hasil penelitian. Teknik analisis Grobogan
data yang dilakukan dengan menggunakan • Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten
teknik analisis data yang dikemukakan oleh Rembang
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: Kecamatan Gunungwungkal adalah
sebuah Kecamatan yang berada di
91) yang mencakup reduksi data (data
Kabupaten Pati, berjarak 51 km dari pusat
reduction), penyajian data (data display),
Kota Pati ke arah utara, disebelah
dan kesimpulan atau verifikasi (conclusion
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan
drawing). Kabupaten Kudus tepatnya di kaki Gunung
Muria, sedangkan di sebelah timur
Teknik Pengambilan Kesimpulan
Kecamatan ini berdampingan dengan
Pengambilan kesimpulan pada Kecamatan Tayu dan Kecamatan
penelitian menggunakan Triangulasi yaitu Margoyoso. Sementara di bagian utara
dengan menggunakan teknik mengumpulkan bersinggungan dengan Kecamatan Cluwak,
tokoh masyarakat yang berada di tempat sedangkan bagian selatan Kecamatan ini
penelitian kemudian peneliti itu sendiri dan bertemu dengan Kecamatan Tlogowungu.
oleh penguji sehingga ini disebut triangulasi Mata pencaharian masyarakat
karena kesimpulan yang di ambil bukan Kecamatan Gunungwungkal adalah petani,
kesimpulan sepihak melainkan kesimpulan karena berada di daerah antara persawahan
dari beberapa pihak. dan perbukitan. Hasil bumi berupa
palawija, pohon ubi, padi dan buah-
buahan. Selain itu juga ada peternakan
PEMBAHASAN untuk menunjang perekonomian.
1. Sejarah masuknya agama Buddha
A. Deskripsi Lokasi Penelitian di Desa Giling Kecamatan
Gunungwungkal
Secara geografis kabupaten pati
terletak di wilayah Pantura (pantai utara) Agama Buddha mulai terlihat
Pulau Jawa. Pati bagian utara merupakan sejak tahun 1960’an. Agama Buddha
daerah dengan banyak di dominasi dengan mulai menjadi agama resmi di Indonesia
kantur perbukitan dan berbatasan langsung pada tahun 1967. Pada waktu itu
dengan laut Jawa dan Kabupaten Jepara. perkembangan agama Buddha sangat
Kabupaten Pati merupakan satu dari 35 pesat hingga masuk ke daerah-daerah
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah salah satunya di wilayah Pati.
yang mempunyai letak cukup strategis Berdasarkan hasil wawancara
karena dilewati oleh jalan nasional yang dengan beberapa responden, dapat
menghubungkan kota-kota besar di pantai dideskripsikan bahwa, pada sekitar
utara Pulau Jawa seperti Surabaya, tahun 1999, agama Buddah majelis
Semarang dan Jakarta. Kabupaten Pati Buddhayana masuk Kecamatan
terletak di posisin111˚,02’06,96’BT dan Gunungwungkal Kabupaten Pati
6˚,44’-56˚,80 LS, dengan luas wilayah “Pertama dipun bangun tahun
sebesar 150.368 ha, terdiri dari 59.332 ha 1999 awal utawa pertengahan, wonten

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


62 Volume VI No. 1 September 2019

ing Dusun Glagah, Desa Giling”. majelis Buddhayana di Kecamatan


(wawancara dengan Bapak Wardo, 13 Cluwak. Di Kecamatan Cluwak umat
April 2019). Buddha majelis Buddhayana aktif
Hal ini juga dibenarkan oleh untuk melakukan kegiatan, setiap satu
Bapak Nawi, bahwa pada sekitar tahun bulan sekali diadakan perkumpulan
1999 agama Buddha Buddhayana Pemuda-Pemudi, Bapak Toro
mulai berkembang di Desa Giling: menyarankan kepada sekelompok umat
“Perkembangan Agami Buddha Buddha tersebut untuk mengikuti
Buddhayana wonten ing Dusun Glagah, perkumpulan Pemuda-Pemudi.
Desa Giling cepet, amargi para pemuda Sekelompok umat Buddha
gadahi peran dateng penyebaran ajaran tersebut dengan senang hati untuk
Buddha Buddhayana, malah sak menika selalu rutin mengikuti kegiatan
sampun wonten cetya Gili Loka Pala, Pemuda-Pemudi dengan semangat
wonten ing dusun Gili Paing desa yang membara. Setelah sekelompok
Giling.” (wawancara dengan Bapak umat Buddha tersebut sering mengikuti
nawi, tanggal 19 April 2019). kegiatan Pemuda-Pemudi, sekelompok
Agama Buddha majelis umat Buddha tersebut mendapatkan
Buddhayana di Kecamatan perilakuan yang kurang baik, yaitu
Gunungwungkal diawali dengan dengan nyinyiran atau sindiran dari
gerakan baru, tepatnya di Dusun berbagai umat yang tidak sejalan
Glagah Desa Giling, umat yang dengan pikiran sekelompok umat
beragama Buddha 90% atau 70 kepala Buddha tersebut, sekelompok umat
keluarga. Agama Buddha telah berjaya Buddha tersebut memiliki rasa tidak
di Dusun Glagah sejak tahun 1960-an, nyaman ketika kebhaktian divihara
tetapi kurang adanya pembinaan dari karena selalu mendapat nyinyiran atau
pusat atau dari luar daerah, karena sindiran.
alasan keadaan geografis yang berada Seiring berjalnnya waktu pada
dipelosok. Sekelompok umat Buddha tahun 1999 awal tepatnya bulan
haus akan pembinaan, suasana selalu Februari dan Maret, sekelompok umat
monoton, ketika pergi kevihara hanya Buddha tersebut merencankan untuk
kebhantian, menyanyikan kidung- membangun Vihara kecil-kecilan.
kidung Buddhis, dan Dhammadesana Bulan juli 1999 mereka memulai
yang dilakukan oleh sesepuh desa itu membangun Vihara, sekitar tiga
sendiri. Kegiatan tersebut terus sampai empat bulan Vihara sudah jadi
berjalan tanpa adanya perubahan, dari dan di beri nama Vihara Glagah
hari kehari sama seperti itu. Wangi. Setelah Vihara Glagah Wangi
Sekelompok umat Buddha yang jadi, mereka aktif untuk melakuka
mayoritas pemuda, yaitu Bapak Sadikin, pembinaan, sehingga 70% atau 35
Bapak Nawi, Romo Marjan, Mas Ngano kepala keluarga umat Buddha di Dusun
(Bhante Badrasena), berkumpul untuk Glagah mengikuti jejak sekelompok
berembuk mencari solusi bagaimana umat Buddha tersebut, sejak itulah
caranya umat Buddha di Dusun Glagah agama Buddha majelis Buddhayana
bisa mendapatkan pembinaan. berada di Kecamatan Gunungwungkal.
Sekelompok umat Buddha tersebut Agama Buddha Majelis
mencoba untuk mencari seorang Buddhayana identik dengan Ekayana,
pembina dari luar, pada tahun 1997 terminologi teknis yang dipakai untuk
mereka berkunjung kerumah almarhum merujuk dan merangkum pandanagan,
Bapak Toro yang berada di Desa Payak aliran ajaran, atau pun pengertian
Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. agama Buddha secara keseluruhan,
Bapak Toro adalah salah satu pembina yang menegaskan bahwa dharma atau
agama Buddha kebenaran itu hanya satu. Ajaran dalam

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 63

Buddhayana, keanekaragaman dan kekeliruan ini diperbaiki dan akhirnya


adaptasi bukan perbedaan atau pemecah MBI menjadi pembantu Sangha Agung
belahan, melainkan pada hakikatnya Indonesia. Buddhayana dinyatakan
bagian integeral dari Ekayana. sebagai perkembangan agama Buddha
Buddhayana bukanlah sebuah sekte, yang menuju kepada perssatuan
melainkan agama Buddha itu sendiri. kembali dari berbagai sekte. (Tim
Istilah Buddhayana itu sendiri Penyusun, 2003: 46).
terdairi dari perpaduan Therawada dan Majelis Buddhayana
Mahayana diperkenalkan delegasi merupakan perkumpulan dari beberapa
Indonesia dalam laporan pada kongres sekte yaitu Tantrayana, Mahayana dan
WFB (World Followships Of Buddhis) Theravada yang melebur jadi satu.
di Penng, Malasya 1996. Thai Majelis Buddhayana ini dapat disebut
Dharmaduta (1968) diundang mengajar non sekterian, yang mana merupakan
Theravada bagi para Bhikkhu dan perkumpulan agama yang
Samanera. Pada tahun 1970-an sejumlah menghimpun umat Buddha di
samanera di kirim belajar Mahayana ke Indonesia, yang mengayomi,
keluar negeri dan menjadi Bhikkhu membimbing, melayani kebutuhan
disana. Setelah munculnya Sangha umat Buddha dalam mendukung
Tantrayana pada 1982, maka muncul perkembangan agama Buddha tanpa
pengenalan tiga macam kebaktiann membeda bedakan latar belakang
dalam Sagin (MBI) mulai dikenal ada aliran, suku bangsa, kebudayaan
tiga mazab atau aliran, dengan kata lain melaikan berdasarkan kitab suc
Buddhayana yang tidak mengatas Tripitaka dan keyakinan umat Buddha.
namakan aliran dari masing-masing atau Menurut Bhikkhu Dharma-
bukan merupakan suatu aliran ataupun wiranata, Buddhayana bertujuan
sekte yang berdiri sendiri. Buddhayana mencapau suatu perpaduan antara
adalah pandangan dengan semangat intisari ajaran dengan pola hidup dan
Non-Sectarian sebagai wahana kebudayaan seseorang. Sumbangan
mempersatukan semua tradisi, sekte yang dapat diberikan agama Buddha
dalam Agama Buddha. kepada kebudayaan bangsa adalah
Kebangkitan agama Buddha di suatu pendirian non-sekterian, sikap
Indonesia salah satunya dipelopori oleh yang mencari harmoni dan kerukunan.
Y.A Bhikkhu Ashin Jinarakkhita setelah Buddhayana tidak bermaksud agar
keruntuhannya yang menenggelamkan sekte-sekte yang berbeda itu harus
agama Buddha di Indinesia yang dahulu lenyap atau melepaskan identitas
pernah berkembang pesat pada jaman mereka yang berlainan.
kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Buddhayana menolak sikap
Seiring perkembangannya agama sektarian, yang tidak memiliki
Buddha di Indonesia berkembang dan toleransi terhadap ajaran dan praktik
mulai banyak muncul sekte-sekte dalam dari berbagai aliran di dalam agama
agama Buddha. Setelah kongres umat Buddha selain dari aliran sendiri.
Buddha Indonesia pada tahun 1979 di Kelemahan sektarian jelas, membatasi
Yogyakarta menghasilkan sebuah wadah wawasan, mempertebal egoisme,
Perwalian Umat Buddha Indonesia menimbulkan kebencian, yang tentu
(WALUBI), MUABI diubah namanya saja akan merintangi kemajuan
menjadi Majelis Buddhayana Indonesia spiritual (Mukti. 2001, 3-12).
(MBI). Perubahan ini telah Dalam pengertian Buddhayana,
menimbutkan pergolakan dalam tubuh yang juga disebut Ekayana, tiap cara
MBI. Karena ada yang menyatakan diakui kegunaan dan keampuhannya.
sebagai sebuah sekte. Melalui kongres V Dan itu terlihat dalam berbagai buku
MBI tanggal 7-9 Juni 1987 di Pacet, yang mencoba mengungkapkan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


64 Volume VI No. 1 September 2019

tiga pandangan satu-per-satu, dan merintis untuk membangun Cetya


membandingkannya satu sama lain. dengan usahnya sendiri. Ketika timbul
Tiga pandangan itu adalah Theravada, niat yang baik, banyak bantuan-bantuan
Mahayana, dan Tantrayana/Vajrayan. dari luar, donatur-donatur yang terus
Semua yana (sekte, aliran) berada berdatangan, sehingga pada tahun 2018
dalam satu Jalan Buddha, sehingga Cetya tersebut bisa terbangun dengan
tiap yana sama membimbing seseorang megah, bahkan melebihi dari bangunan
menuju Kebuddhaan. Itulah prinsip Vihara Glagah Wangi. Cetya tersebut
dasar Buddhayana. diberi nama Cetya Gili Loka Pala, yang
berada di Dusun Gilipaing Desa Giling
B. Perkembangan Agama Buddha Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten
Majelis Buddhayana Pati. Umat Buddha di Cetya Gili Loka
Pala lebih aktif dibandingkan dengan
Perkembangan umat Buddha
umat-umat Buddha lainya, pasalnya
majelis Buddhayana tidak terlepas dari
umat Buddha di Cetya Gili Loka Pala,
tokoh Bhikkhu Asin Jinarakitha.
setiap malam mereka bersemangat untuk
Tokoh pencetus majelis Buddhayana
melakuka Puja Bhakti.
di Indonesia adalah Y.A. Bhikkhu
Ashin Jinarakhita dan sekaligus Akan tetapi lambat laun agama
sebagai salah satu pelopor kebangkitan Buddha di wilayah tersebut mengalami
kembali agama Buddha di Indonesia. penurunan yang diakibatkan tidak
Setelah muculnya majelis Buddhayana adanya pembinaan dari Bhikkhu dan
yang mencetuskan konsep ketuhanan para penyuluh agama Buddha. Pada
yang disebut dengan Sang Hyang Adi saat ini masyarakat sangat
Buddha, dari situ agama Buddha mulai membutuhkan pembinaan dari tokoh
diakaui secara resmi di Indonesia. agama Buddha. Pembinaan dari
Bhikkhu Asin Jinarakhita membawa Bhikkhu sangat membawa peranan
membawa pengaruh besar pada zaman terhadap perkembangan agama Buddha
setelah kemerdekaan. di wilayah tersebut.
Agama Buddha di Dusun Ritual Masyarakat Buddhis di
Glagah begitu baik, pembinaan dari luar Desa Giling
sudah silih ganti berdatangan, umat Umat Buddha di Vihara Glagah
Buddha sudah tidak jenuh karena sudah Wangi dan di Cetya Gili Loka Pala
mulai adanya kegiatan-kegiatan. Setelah rutin melakukan kegiatan-kegiatan
pemuda tersebut beranjak dewasa dan keagamaa. Setiap hari Senin malam
menikah, ada yang menjadi Bhante yaitu Selasa, mereka melaksanakan kegiatan
mas Ngano yang sekarang menjadi Anjangsana keliling rumah-rumah
Bhante Badrasena, ada yang menikah umat. Dalam Anjangsana tersebut
dengan gadis diluar Dusun yaitu Bapak biasanya umat melakukan Puja Bhakti,
Sadikin. Bapak Sadikin menetap di ada Dhammadesana, dan ada menyayi
Dusun Gilipaing Desa Giling, yaitu lagu-lagu Buddhis baik yang berbahasa
Dusun yang berdekatan dengan Dusun Indonesia, maupun yang berbahasa
Glagah. Di Dusun Gilipaing bapak Jawa.
sadikin aktif melakukan pembinaan, Selain Anjangsana, masih ada
hasilnya sebagian masyarakat memilih banyak kegitan yag dilakukan umat
untuk memeluk agama Buddha. Buddha majelis Buddhayana di
Kegiatan keagaman terus Kecamatan Gunungwungkal. Setiap
berjalan, di Dusun Gilipahing sudah ada hari Rabu siang, ibu-ibu dari Vihara
9 kepala keluarga yang memeluk agama Glagah Wangi dan Cetya Gili Loka
Buddha. Pada tahun 2017 Bapak Sadikin Pala berkumpul untuk Puja Bhakti di
kembali berjuang, beliau Vihara, setelah Puja Bhakti mereka
mengadakan arisan dalam bentuk

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 65

Beras dan dalam bentuk Uang. Selain a. Puja bhakti


itu, ibu-ibu atau WBI (Wanita Buddhis Puja bhakti yang dilakukan
Indonesia) di Vihara Glagah Wangi umat di Cetya Glagah Wangi dan
dan Cetya Gili Loka Pala, aktif Cetya Gili Loka Pala dilakukan secara
mengikuti kegiatan rutin yang rutin oleh umat Buddha. Puja bhakti di
dilakukan WBI Kabupaten Pati, yaitu Cetya Glagah Wangi dan Cetya Gili
setiap satu bulan sekali diadakan Loka Pala dijadwalkan setiap hari dan
pertemuan, tepatnya Minggu Kliwon. setiap malam sabtu terdapat kebaktian
Tidak hanya WBI yang aktif, umum dan Cetya Gili Loka Pala
tetapi Pemuda-Pemudi umat Buddha dilakukan puja bakti setiap hari.
majelis Buddhayana di Kecamatan “Cetya Glagah Wangi, lan cetya Gili
Gunungwungkal aktif untuk mengikuti Loka Pala puja bakti dikasanakaken
kegiatan-kegiatan muda-mudi di saben dinten. Sak liyane niku wonten
Kabupaten Pati. Di Kabupaten Pati puja baktu umun ingkan
muda-mudi melaksankan persemuan dilaksanakaken wonten Cetya gili
rutin dalam satu bulan sekali, yaitu Loka Pala saben dinten malam
Minggu Pertama. Muda-mudi di sabtu.” (wawancara dengan bapak
Vihara Glagah Wangi dan Cetya Gili sadikin, tanggal 12 April 2019)
Loka Pala aktif menjadi pengurus Puja bhakti yang dilakukan
muda-mudi di Kabupaten Pati. oleh Umat Buddha di Desa Giling
Setiap hari Kamis malam Jumat adalah rangkaian pembacaan Parita,
Kliwon ada suatu kegiatan bapak-bapak Puja bhakti dipimpin oleh Pandita
dari tiga Vihara yaitu Vihara Glagah Buddha, dan jika Pandita berhalangan
Wangi, Vihara Eka Dhamma Loka, dan untuk datang, Puja bhakti dipimpin
Cetya Gili Loka Pala. Bapak-bapak dari oleh salah satu umat.
tiga Vihara tersebut melakukan Umat Buddha di Desa Giling
pertemuan, untuk menjalin persaudaraan pada dasarnya sangat bersemangat
yang erat, dan membahas tentang untuk mengikuti acara keagamaan.
keberlangsungan agama Buddha di Perkembangan agama Buddha sangat
wilayah tersebut, selain untuk menjalin pesat didaerah tersebut. Terbukti telah
persaudaraan, adalah untuk membahas dididrikan dua cetya di Desa Giling.
baimana caranya agama Buddha Puja bhakti yang dilakukan di di
diwilayah tersebut tidak monoton dan Cetya Glagah Wangi dan Cetya Gili
harus diadakan kegiatan-kegiatan yang Loka Pala dilakukan dengan rangkaian
bisa membuat umat menjadi semangat. kegiatan, seperti: menyalakan Lilin dan
Kegiatan tersebut dilaksankan secara Dupa yang dilanjutkan dengan
bergantian, misalnya bulan ini berada di pemimpin Puja bhakti mengajak seluruh
Vihara Eka Dhamma Loka, maka bulan umat untuk memulai Puja bhakti.
depan di adakan di Cetya Gili Loka Pala, Selain Puja bhakti yang
atau di Vihara Glagah Wangi. merupakan rangkaian pembacaan
Perkembangan agama Buddha parita ataupun mantra, kegiatan Ritual
di Desa Gilig tidak terlepas dari ritual lain yang dilakukan oleh masyarakat
yang dilakukan oleh umat. Seperti Buddhis di lingkungan di Cetya
umat Buddha pada umumnya, Glagah Wangi dan Cetya Gili Loka
masyarakat Buddhis di Desa Giling Pala adalah Dhammadesana.
melakukan berbagai kegiatan ritual
keagamaan ataupun kegiatan sosial
yang lain, seperti:

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


66 Volume VI No. 1 September 2019

b. Dhammadesana Cetya Glagah Wangi dan Cetya Gili


Dhammadesana merupakan Loka Pala yaitu Patidhana. Kegiatan
bagian dari rangkaian acara dari Puja ini bertujuan untuk mengirimkan doa
bhakti. Dhammadesana ataupun kepada leluhur yang sudah meninggal
pembabaran ajaran Buddha yang dunia, atau yang disebut juga dengan
biasanya dilakukan oleh Pandita pelimpahan jasa. Patidhana ini dapat
ataupun Dharmaduta. Pelaksanaan dilakukan dari rumah kerumah salah
Dhammadesana di Cetya Glagah satu umat yang menginginkan untuk
Wangi dan Cetya Gili Loka Pala, melakukan pelimpahan jasa kepada
dilakukan oleh Pandita ataupun leluhur.
Dharmaduta, jika tidak ada pandita Bentuk pelimpahan jasa
maupun Dharmaduta Dhammadesana biasanya adalah memberikan
diberikan oleh sesepuh agama Buddha. persembahan kepada anggota Sangha,
Pemberian Dhammadesana membacakan Parita, serta memberikan
ataupun pembabaran Dharma oleh para dana (biasanya makanan) kepada
sesepuh merupakan bagian untuk seluruh masyarakat. Banyak manfaat
memotivasi umat ataupun orang yang yang di dapatkan dengan pelaksanaan
hadir di Vihara untuk selalu pelimpahan jasa ini. Pelimpahan jasa
melakukan perbuatan yang baik. ini dapat membantu makhluk lain.
Karena pada dasarnya inti ajaran
e. Anjangsana
Buddha adalah mengajarkan kebaikan.
Tujuan diberikan Dhammadesan ini Anjangsana merupakan
untuk menjaga kelestarian Dhamma kegiatan kunjungan dari rumah ke
Sang Buddha. rumah yang bertujuan untuk
mempererat persaudaraan. Kegiatan
c. Meditasi anjangsana yang di lakukaan oleh
Meditasi juga merupakan salah masyarakat agama Buddha Desa
satu dari rangkaian kegiatan Puja Giling. Sehingga kegiatan anjangsana
bhakti yang dilakukan oleh masyarakat yang dilakukan oleh umat Buddha di
Buddha di wilayah Cetya Glagah Desa Giling ini dapat mempererat
Wangi dan Cetya Gili Loka Pala, hubungan interpersonal antar umat
kegiatan yang berupa latihan yang satu dengan yang lainnya,
pemusatan pikiran ini dilakukan setiap sehingga muncul rasa saling memiliki
kali puja bhakti. Meditasi ini secara dan merasa senasib sepenanggungan.
umum untuk mengembangkan cinta Anjangsana ini juga dapat memperkuat
kasih kepada semua makhluk. hubungan persaudaraan antar umat dan
Pelaksanaan meditasi ini sangat menciptakan toleransi beragama.
bermanfaat bagi setiap orang. Dengan
f. Sekber PMVBI
pelaksanaan meditadi ini dapat melatih
konsentrasi pikiran dan akan menjadi Sekretariat bersama persauda-
lebih tenang dan damai. Dalam agama raan Muda-Mudi Cetya Buddhayana
Buddha meditasi terdapat beberapa atau disingkat Sekber PMVBI, yang
macamnya. Meditasi ini dapat dikenal dengan pemuda Buddhayana
dilakukan tidaknya di vihara saja, akan merupakan konfederasi dari muda-mudi
tetapi dapat dilaksankan dirumah. cetya yang berada dibawah pimpinan
Majelis Buddhayana Indonesia.
d. Patidhana Buddhayana secara teknis yang dipakai
Kegiatan yang dilakukan umat merujuk dan merangkum pandangan,
Buddha di desa Giling khususnya di aliran ajaran, ataupun pengertian agama

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 67

Buddha secara keutuhan. Buddhayana di Kecamatan Gunung-


wungkal diawali dengan gerakan baru,
g. WBI tepatnya di Dusun Glagah Desa Giling,
WBI (Wanita Buddhis umat yang beragama Buddha 90% atau
Indonesia) yang bertujuan untuk 70 kepala keluarga. Agama Buddha
menjaga keharmonisan kehidupan telah berjaya di Dusun Glagah sejak
beragama, berbangsa dab bernegara tahun 1960-an. Pada tahun 1999 vihara
menjunjung tinggi keharmonisan intern Buddhaya pertama kali dibangaun.
Agama Buddha Majelis Buddhayana
dan eksteren umat beragama. Para
wanita baik yang berada di desa maupun identik dengan Ekayana, terminologi
kota dari berbagai cetya memiliki peran teknis yang dipakai untuk merujuk dan
merangkum pandanagan, aliran ajaran,
aktif sebagai salah satu pilar utama yang
menunjang kelangsunganhidup cetya. atau pun pengertian agama Buddha
Tidak sedikit kaum wanita yang secara keseluruhan, yang menegaskan
menjankan fungsi dharmaduta dan karya bahwa dharma atau kebenaran itu hanya
pelayanaan umat lainnya. WBI juga aktif satu. Tiga pandangan itu adalah
menjalin hubungan dan kerjasama Theravada, Mahayana, dan Tantrayana/
Vajrayan. Semua yana (sekte, aliran)
dengan berbagai organisasi kewantiaan
dan lintas agama di Indonesia, di forum berada dalam satu Jalan Buddha,
sehingga tiap yana sama membimbing
International yakni Sakyaditha
seseorang menuju Kebuddhaan.
(International Conference on Buddhist
Women). Adapun visi dan misi WBI 2. Perkembangan umat Buddha majelis
sebagai berikut: Buddhayana tidak terlepas dari tokoh
Bhikkhu Asin Jinarakitha. Tokoh
Visi : Menjadi Organisasi
pencetus majelis Buddhayana di
Wanita Buddhis yang besar dan aktif
Indonesia adalah Y.A. Bhikkhu Ashin
dalam hal sistem manajemen, cakupan
wilayah, jumlah anggota dan cakupan Jinarakhita dan sekaligus sebagai salah
aktivitas melalui aktivitas yang satu pelopor kebangkitan kembali agama
berdedikasi dan tulus serta menjaga Buddha di Indonesia. Setelah muculnya
harkat dan martabat wanita. majelis Buddhayana yang mencetuskan
Misi : Menghimpun dan mem- konsep ketuhanan yang disebut dengan
bina potensi wanita Buddhis yang Sang Hyang Adi Buddha. Agama
berwawasa dan bertindak sesuai Buddha majelis Buddhayana di Desa
Buddha Dharma melelaui transformasi Giling Kabupaten Cluwak sangat begus
diri dan transformasi sosial dengan Perkembangannya. Terdapat kegiatan-
berpegang teguh pada nilai-nilai kegiatan keagamaan yang dilakukan
inklusive, pluralisme, universalisme oleh masyarakat yaitu: Puja Bhakti,
dan non sekretariatan serta Dhammadesa, Meditasi, Pathidana,
berkeyakinan kepada Dharmakaya Anjangsana, Sekber PMVBI, WBI.
(Sanghyang Adi Buddha/ Tuhan).
DAFTAR PUSTAKA
BAB V Dhavamony, Mariasusai. 1995.
Fenomenologi Agama. Yogyakarta:
PENUTUP Kanisius
Moleong, 2010. Metode Penelitian
A. Simpulan
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan: Muhamad Rifai Subhi, 2015. Penelitian
1. Masuknya agama Buddha majelis Agama Menurut H.A. Mukti Ali dan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


68 Volume VI No. 1 September 2019

Kontribusinya Terhadap Pendidikan Sugiyono, 2010. Metode Penelitian


Islam. Jurnal Madaniyah Edisi VIII Pendidikan Pendekatan
Januari, ISSN 2086-3462. Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Mukti. 2001. Buddhayana. Jakarta Barat:
Yayasan Dian Dharma. Suharsini, Arikunto. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Nasution, 2003. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung: BumiAksara.
Transito. Taniputera, Ivan. 2005. Psikologi
Oka Diputhera, 2006, Otobiografi Oka Kepribadian: Psikologi Barat
Versus Buddhisme. Yogyakarta:
Diputhera, Agama Buddha Bangkit.
Ar-Ruzz.
Jakarta : Arya Suryacandra Berseri.
Pius A.P. M. Dahlam. 1994. Cetakan Ke-1
Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama
H. 604. Surabaya: Araloka.
Buddha. Jakarta: CV. Kayana Abadi
Prihadi Dwi H, 2016. Ritual Oesiki dan
Tim Penyusun. 2008. Musyawarah
Perkembangan Agama Buddha Nasional. Jakarta: Majelis
Niciren Syosyu di Kecamatan
Buddhayana Indonesia.
Girimarto Kabupaten Wonogiri.
Penelitian. Tim Sutasuma. 2009. Kakawin Sutasoma
Mpu Tantular. Jakarta: Komunitas
Saftani Ridwan, 2017. Konversi Agama
Bambu.
dan Faktor Ketertarikan Terhadap
Islam (Studi Kasus Muallaf Yang Tsuwaibah, et.al. 2011. Kearifan Lokal
Memeluk Islam dalam Acara Dalam Penaggulangan Bencana,
Dakwah Dr. Zakir Naik di Semarang: Pusat Penelitian IAIN
Makasar). Jurnal Sulesana Volume Walisongo.
11 Nomor 1.
Wasid, Gus Dur. 2010. Sang Guru Bangsa,
Samad,Ulfat Aziz-Us. 1990. Agama- Pergolakan Islam, Kemanusiaan
Agama Besar Dunia. Jakarta: dan Kebangsaan. Yogyakarta:
Darul Kutubil Islamiah interpena.
Samsul, Ma’rif. 2005. Pendidikan Wijaya Mukti, Krisnanda. 2006.Wacana
Pluralisme di Indonesia. Buddha Dhamma. Jakarta: Yayasan
Jogjakarta: Logun Pustaka. Dharma Pembangunan.
Singh Karan, Kumar Modi Bhupendra. Zakiyudin, Baidhawi. 2006. Kredo
2007. Ajaran-Ajaran Gatsal: Kebebasan Beragama. Jakarta:
Mengatasi Prasangka dan Selalu PSAP.
Memikirkan Diri Sendiri (http://
Zazuli, Muhammad. 2009. 60 Tokoh Dunia
tenzinpalmo.com/gatsal/Issue20_
Teaching_Indonesian.pdf). Sepanjang Massa. Yogyakarta:
Narasi.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Anda mungkin juga menyukai