Buddha
Setelah kemerdekaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kebangkitan agama Buddha yaitu :
1.adanya gerakan Theosofi.
Gerakan Theosofi yang muncul dan berkembang di Indonesia mula-mula tumbuh di kalangan orang-orang
Eropa khususnya orang-orang Belanda dengan misinya menyebarkan agama Buddha. Namun kemudian
organisasi ini pun tidak hanya menampung orang-orang Belanda tetapi juga warga keturunan Tionghoa dan
pribumi sekaligus. Selain itu, sekalipun gerakan Theosofi punya misi menyebarkan agama Buddha tetapi
karena prinsip esensial gerakan Theosofi adalah pencarian nilai-nilai spiritual maka organisasi ini pun
hanya menjadi saluran dalam proses kebangkitan agama Buddha di Indonesia
Kebangkitan yang sesungguhnya itu sendiri terjadi pada saat terjadinya peristiwa upacara
Waisak di candi Borobudur tahun 1953, ditahbiskannya seorang putra Indonesia menjadi
bhikkhu dan didirikannya organisasi missi agama Buddha tahun 1954, sehingga dapat dikatakan
bahwa gerakan perkembangan agama Buddha secara berorganisasi baru dimulai tahun 1954
dengan lahirnya PUUI. ( persatuan upasaka-upasika Indonesia )
Tahun 1959, kepada pertama kali sejak beresnya era Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit,
diadakan cara penahbisan Bhikkhu di Indonesia, sejumlah 13 orang Bhikkhu senior dari
berbagai negara datang ke Indonesia kepada menyaksikan penahbisan dua Bhikkhu yang
bernama Bhikkhu Jinaputta dan Bhikkhu Jinapiya.
Tahun 1965 setelah tejadinya Gerakan 30September / G30SPKI, Bhiikhu Ashin jinarakkhita
mengusulkan keadaan penyesuaian dalam dogma buddhisme agar ajaran yang diajarkan
tidak menyimpang dari monoteistik Pancasila, sehingga semua warga negara Indonesia
mendaftarkan diri untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya sesuai dengan
uud 1945.
Hasil pertemuan tersebut melahirkan Sangha Agung Indonesia ( Gabungan dari maha
sangha Indonesia dan sangha Indonesia ) ,sebagai maha nayaka sangha agung Indonesia
terpilihlah sthavira ashin jinarakkhita.
Pada tanggal 23 Oktober 1976 Vihara Maha dharmaloka( yang sekarang disebut vihara tanah
putih)
Menjadi tempat yang digunakan oleh beberapa bhikkhu dan para tokoh agama seperti
Para Bhikku yaitu
- Bhikkhu Aggabalo
- Bhikkhu khemasarano
- Bhikkhu suddhamo
- Bhikkhu khemiyo
- Bhikkhu nyanavuttho
Para tokoh =
- Bapak Drs. Suriyaputta K. S. Suratin
- Bapak Drs. S. Mohtar Rashid
- Ibu R.S. Prawirokoesoemo
Terbentuklah Sangha yang dinamakan Sangha Theravada Indonesia (STI)
pada tanggal 12 Agustus 1978 di Vihara Buddha Murni, Medan, Sumatra Utara
Sańgha Mahayana Indonesia (SMI) didirikan oleh 12 orang bhiksu dan bhiksuni. Latar belakang pendirian
SMI adalah untuk menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan, serta
melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara. Perjalanan dan perkembangan agama
Buddha saat ini begitu maju, termasuk organisasi-organisasi majelis dan Sańgha yang ada. Hal ini
mengisyaratkan bahwa ajaran agama Buddha mampu diterima oleh umat Buddha Indonesia dari latar
belakang berbagai tradisi dan kearifan yang ada.