Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Agama

Buddha
Setelah kemerdekaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kebangkitan agama Buddha yaitu :
1.adanya gerakan Theosofi.
Gerakan Theosofi yang muncul dan berkembang di Indonesia mula-mula tumbuh di kalangan orang-orang
Eropa khususnya orang-orang Belanda dengan misinya menyebarkan agama Buddha. Namun kemudian
organisasi ini pun tidak hanya menampung orang-orang Belanda tetapi juga warga keturunan Tionghoa dan
pribumi sekaligus. Selain itu, sekalipun gerakan Theosofi punya misi menyebarkan agama Buddha tetapi
karena prinsip esensial gerakan Theosofi adalah pencarian nilai-nilai spiritual maka organisasi ini pun
hanya menjadi saluran dalam proses kebangkitan agama Buddha di Indonesia

2. adanya gerakan Sam Kauw Hwe.


Telah tumbuh organisasi/ perkumpulan dikalangan masyarakat Tionghoa Indonesia. Organisasi yang mula-
mula Tiong Hoa Hwe Koan- melestarikan tradisi dan budaya Cina dengan orientasi ajaran Konfusianisme.
Namun organisasi-organisasi lainnya yang tumbuh kemudian berubah dari organisasi pendahuluannya dan
mulai terbuka terhadap gagasan-gagasan yang lain adalah Sam Kauw Hwe( yang sekarang dikenal sebagai
pendiri dari ajaran tridarma) dengan Kwe Tek Hoay sebagai figur utamanya yang telah berhasil merumuskan
tentang kepercayaan orang Cina sebagai gabungan dari Konfusianisme, Taosisme, dan Budhisme
3.adalah faktor missionari agama Buddha.
Adanya kunjungan missionaris agama Buddha ke Indonesia seorang missionaris agama Buddha dari Srilangka.
Kunjungannya yang pertama pada bulan Maret 1934 turut memberikan kontribusi terhadap era kebangkitan agama
Buddha di Indonesia Bagaimanapun tujuan utama missionari agama Buddha adalah penyebaran
agama Buddha, dan dalam hal ini umat Buddha Indonesia dapat mengambil pelajaran, informasi
dan pengetahuan tentang agama Buddha dari seorang missionaris. Akan tetapi, karena missionaris tersebut –
Narada Thera dari Srilangka bersifat sementara sehingga aktivitasnya pun hanya memberikan efek bagi kebangkitan
agama Buddha tersebut.

Menurut Brow kebangkitan agama Buddha di Indonesia dapat diklasifikasikan kepada


dua periode, yaitu pada masa pra-kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, dimana pada masa
sebelum kemerdekaan gerakan kebangkitan tersebut bercorak dan cenderung kepada aliran
Theravada, sedangkan kebangkitan pada masa setelah kemerdekaan orientasi gerakan tersebut
telah berpindah kepada Buddhayana di bawah pimpinan Bikkhu Ashin Jinarakkhita yang dalam upayanya dia
menyesuaikan agama buddha dengan kultur dan tradisi bangsa Indonesia dalam wadah buddhayana
Oka Diputhera mengatakan bahwa awal kebangkitan agama Buddha di
Indonesia adalah tahun 1954 ketika organisasi Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI)
sebagai organisasi dalam agama Buddha pertama kali didirikan oleh Bhiku Ashin Jinarakkhita
bersama dengan Sariputra Sadono, Ananda Suyono, dan lain-lain

Kebangkitan yang sesungguhnya itu sendiri terjadi pada saat terjadinya peristiwa upacara
Waisak di candi Borobudur tahun 1953, ditahbiskannya seorang putra Indonesia menjadi
bhikkhu dan didirikannya organisasi missi agama Buddha tahun 1954, sehingga dapat dikatakan
bahwa gerakan perkembangan agama Buddha secara berorganisasi baru dimulai tahun 1954
dengan lahirnya PUUI. ( persatuan upasaka-upasika Indonesia )

Adanya Sam Kauw Hwe dan Perhimpunan Theosofi Indonesia


sejak sebelum Indonesia merdeka, kedua lembaga itu belum mengemban mission yang berusaha
untuk mengembangkan agama Buddha di indonesia, tetapi baru tahap mempelajari agama
Buddha.
Nama-nama tokoh yang ikut yang mendampingi Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dalam memelopori kebangkitan kembali agama Buddha sejak tahun 1956 antara
lain
- M.S. Mangunkawatja
- Sariputra Sadono
- Sasanasobhana
- Sosro Utomo
- I Ketut Tangkas
- Ananda Suyono
- R.A. Parwati
- SatyaDharma
- lbu Jayadevi Djamhir
- Pannasiri Go Eng Djan
- Ida Bagus Giri
- Drs. Khoe Soe Khiam
- Ny. Tjoa Hin Hoey
- Harsa Swabodhi
- Krishnaputra
- Oka Diputhera, dan sebagainya.
Organisasi Buddhis yang mempersiapkan kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia adalah International Buddhis Mission Bagian Jawa di bawah
pimpinan Yosias Van Dienst, yang banyak mendapat bantuan dari perhimpunan teosofi dan gabungan Sam Kauw. Organisasi Buddhis yang memelopori
kebangkitan dan perkembangan agama Buddha di Indonesia
History
Tahun 1954 Bhante Ashin Jinarakkhita membantu perkembangan agama Buddha secara
nasional, maka didirikanlah Persaudaraan Upasaka Upasika Indonesia (PUUI)

Tahun 1956 dirayakannya hari suci Waisak di Candi Borobudur , lalu pembentukan Perbuddhi


(Perhimpunan Buddhis Indonesia) pada tahun 1958.

Tahun 1959, kepada pertama kali sejak beresnya era Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit,
diadakan cara penahbisan Bhikkhu di Indonesia, sejumlah 13 orang Bhikkhu senior dari
berbagai negara datang ke Indonesia kepada menyaksikan penahbisan dua Bhikkhu yang
bernama Bhikkhu Jinaputta dan Bhikkhu Jinapiya.
Tahun 1965 setelah tejadinya Gerakan 30September / G30SPKI, Bhiikhu Ashin jinarakkhita
mengusulkan keadaan penyesuaian dalam dogma buddhisme agar ajaran yang diajarkan
tidak menyimpang dari monoteistik Pancasila, sehingga semua warga negara Indonesia
mendaftarkan diri untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya sesuai dengan
uud 1945.

Tahun 1974, Bhikkhu Ashin Jinarakkhita memimpin Sangha Luhur Indonesia yang bermula


dari Maha Sangha Indonesia dan Sangha Indonesia yang digabungkan. GUBSI (Gabungan
Umat Buddha Semua Indonesia) terbentuk pada tahun 1976 sebagai organisasi tunggal umat
Buddha Indonesia yang bermula dari Perbuddhi, Buddha Dharma Indonesia, dan lain-lain.

Hasil pertemuan tersebut melahirkan Sangha Agung Indonesia ( Gabungan dari maha
sangha Indonesia dan sangha Indonesia ) ,sebagai maha nayaka sangha agung Indonesia
terpilihlah sthavira ashin jinarakkhita.
Pada tanggal 23 Oktober 1976 Vihara Maha dharmaloka( yang sekarang disebut vihara tanah
putih)
Menjadi tempat yang digunakan oleh beberapa bhikkhu dan para tokoh agama seperti
Para Bhikku yaitu
- Bhikkhu Aggabalo
- Bhikkhu khemasarano
- Bhikkhu suddhamo
- Bhikkhu khemiyo
- Bhikkhu nyanavuttho

Para tokoh =
- Bapak Drs. Suriyaputta K. S. Suratin
- Bapak Drs. S. Mohtar Rashid
- Ibu R.S. Prawirokoesoemo
Terbentuklah Sangha yang dinamakan Sangha Theravada Indonesia (STI)
 
pada tanggal 12 Agustus 1978 di Vihara Buddha Murni, Medan, Sumatra Utara
Sańgha Mahayana Indonesia (SMI) didirikan oleh 12 orang bhiksu dan bhiksuni. Latar belakang pendirian
SMI adalah untuk menyatukan para bhiksu dan bhiksuni Mahayana dalam satu wadah kesatuan, serta
melestarikan dan menyebarkan Buddha Dharma di Nusantara. Perjalanan dan perkembangan agama
Buddha saat ini begitu maju, termasuk organisasi-organisasi majelis dan Sańgha yang ada. Hal ini
mengisyaratkan bahwa ajaran agama Buddha mampu diterima oleh umat Buddha Indonesia dari latar
belakang berbagai tradisi dan kearifan yang ada.

Pada tahun 1987


ada tujuh arus agama Buddha yang berafiliasi dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), yaitu: 
Theravada, Buddhayana, Mahayana, Tridharma, Kasogatan, Maitreya, dan Nichiren.
Buddhisme saat itu mendapatkan banyak tersebut karena status yang tidak pasti dari agama Konfusianisme
 atau Konghucu. Konfusianisme resmi ditoleransi oleh pemerintah sejak jatuhnya administrasi Orde Baru,
namun karena agama Konghucu dianggap hanya sebagai sebuah sistem hubungan etika, bukan agama,
agama ini tidak diwakili dalam Departemen Agama
Di awal 1990-an merupakan produk labil dari pengakomodasian yang
kompleks selang ideologi-ideologi agama Timur, muslihat budi hukum
budaya etnis Tionghoa, dan kebijakan politik. Secara tradisional, Taoisme
 Cina, Konfusianisme / lebih dikenal dengan istilah Konghucu dan Buddhisme,
serta agama Buddha yang semakin kepribumian Perbuddhi, semua memiliki
pengikut di komunitas etnis Tionghoa.

Agama Buddha di Indonesia paling banyak dianut oleh masyarakat Tionghoa


 dan sebagian kumpulan asli Indonesia, dengan persentase banyak 1%
(Buddhisme saja) hingga 2,3% (termasuk Taoisme dan Konfusianisme)
masyarakat Indonesia yang termasuk umat Buddha

Tahun 2020 sampai saat ini


terdapat banyak organisasi yang menaungi umat Buddha dari berbagai aliran
atau sekte dan majelis

Anda mungkin juga menyukai