Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH AJARAN AGAMA HINDU BUDHA DALAM

PENGEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA


Di susun untuk memenuhi tugas METODELOGI STUDY ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Marsudi Fitro Wibowo. M.Ag.

Di susun oleh :

NAMA : Agnal Ulumi M

NIM : 023.011.0031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

STAI SILIWANGI BANDUNG


PENGARUH AJARAN AGAMA HINDU BUDHA DALAM PENGEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Waktu masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia secara pasti memang belum diketahui.
Akan tetapi, ada sumber yang menyatakan bahwa diperkirakan ajaran Hindu-Buddha mulai
berkembang di Indonesia pada 400 M. Hal ini dapat dibuktikan dengan penemuan Prasasti
Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti Yupa menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan
bercorak Hindu, yaitu Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.

Berkembangnya ajaran Hindu-Buddha di Indonesia sendiri telah membawa perubahan baru


dalam berbagai bidang, termasuk bidang pengembangan agama atau pengembangan studi
keislaman itu sendiri.

Namun, bagaimana proses masuk dan penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia? Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Dan apa saja dampaknya bagi perkembangan
sejarah, kebudayaan Indonesia, dan pengembangan studi Islam? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita simak pembahasan berikut ini.

B. PEMBAHASAN

1. Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

Para ahli sejarah memiliki perbedaan pendapat mengenai proses masuknya agama Hindu-
Buddha ke Indonesia. Perbedaan tersebut kemudian memunculkan beberapa teori yang
berusaha menjelaskan cara masuk dan proses penyebaran agama tersebut di Nusantara.
Secara umum, teori-teori tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori yang
menempatkan masyarakat Nusantara sebagai pihak yang berperan pasif dan teori yang
menempatkan masyarakat Nusantara sebagai pihak yang berperan aktif.

1) Teori Masyarakat Nusantara Berperan Pasif


Teori ini berasumsi bahwa masyarakat Nusantara tidak memiliki inisiatif untuk
mempelajari atau menyebarkan agama Hindu-Buddha, melainkan hanya menerima
pengaruh dari pihak luar yang datang ke Nusantara. Pihak luar tersebut dapat
berupa pedagang, kesatria, atau brahmana dari India atau Tiongkok. Berikut adalah
beberapa teori yang termasuk dalam kelompok ini.
a. Teori Waisya.
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori ini menyatakan bahwa agama
Hindu-Buddha dibawa oleh para pedagang (waisya) dari India atau Tiongkok
yang datang ke Nusantara untuk berdagang. Karena perdagangan pada
zaman dahulu menggunakan jalur laut dan bergantung pada angin, para
pedagang ini sering menetap di pelabuhan-pelabuhan Nusantara untuk
menunggu angin berubah arah. Selama menetap, mereka berinteraksi
dengan masyarakat lokal dan memperkenalkan agama dan kebudayaan
mereka.

b. Teori Kesatria.

Teori ini dikemukakan oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.C. Moens. Teori ini menyatakan bahwa
agama Hindu-Buddha dibawa oleh para kesatria (ksatria) dari India atau Tiongkok yang
melarikan diri dari perang saudara di negara asal mereka. Para kesatria ini kemudian
mencari perlindungan di Nusantara dan mendirikan kerajaan-kerajaan baru dengan
mengadopsi sistem pemerintahan dan agama dari India atau Tiongkok2.

c. Teori Brahmana.

Teori ini dikemukakan oleh J.C. van Leur. Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu-Buddha
dibawa oleh para brahmana (pendeta) dari India atau Tiongkok yang diundang oleh para
raja di Nusantara untuk memberikan bimbingan rohani dan pengetahuan tentang agama
dan kebudayaan mereka.

2. Teori Masyarakat Nusantara Berperan Aktif

Teori ini berasumsi bahwa masyarakat Nusantara memiliki inisiatif untuk mempelajari atau
menyebarkan agama Hindu-Buddha, melalui jalur pendidikan atau misi keagamaan.
Masyarakat Nusantara tidak hanya menerima pengaruh dari pihak luar, tetapi juga berperan
aktif dalam mengembangkan dan mengadaptasi agama dan kebudayaan tersebut sesuai
dengan kondisi lokal. Berikut adalah teori yang termasuk dalam kelompok ini.

• Teori Arus Balik.

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu-Buddha
dibawa oleh para intelektual atau kaum terpelajar dari Nusantara yang pergi ke India atau
Tiongkok untuk berguru dan mempelajari agama dan kebudayaan tersebut secara
mendalam. Setelah mereka kembali ke Nusantara, mereka menjadi pemuka agama atau
pendeta yang menyebarkan ajaran Hindu-Buddha di Nusantara.

B. Faktor-faktor Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

Dari berbagai teori yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, yaitu:

1. Faktor geografis.

Indonesia memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional, terutama
antara India dan Tiongkok. Indonesia juga memiliki banyak pulau dan pelabuhan yang
menjadi tempat singgah para pedagang, pelaut, atau pengelana dari berbagai negara. Hal ini
memudahkan terjadinya kontak dan interaksi antara masyarakat Nusantara dengan
masyarakat India atau Tiongkok yang membawa agama dan kebudayaan mereka.

2. Faktor sosial-budaya.

Indonesia memiliki masyarakat yang terbuka dan toleran terhadap pengaruh budaya asing.
Masyarakat Nusantara juga memiliki kemiripan budaya dengan masyarakat India atau
Tiongkok, seperti sistem kekerabatan, adat istiadat, dan kepercayaan animisme-dinamisme.
Hal ini memudahkan terjadinya akulturasi atau penyesuaian budaya antara masyarakat
Nusantara dengan masyarakat India atau Tiongkok yang membawa agama Hindu-Buddha.

3. Faktor politik.

Indonesia memiliki kerajaan-kerajaan yang berkuasa di wilayah Nusantara, seperti Sriwijaya,


Mataram Kuno, Majapahit, dan lain-lain. Kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan
diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di India atau Tiongkok yang beragama Hindu-Buddha.
Kerajaan-kerajaan di Nusantara juga mengadopsi sistem pemerintahan, hukum, dan tata
cara upacara dari kerajaan-kerajaan di India atau Tiongkok sebagai bentuk pengakuan atau
penghormatan terhadap mereka.

Dampak Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia membawa dampak yang signifikan bagi


perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia, baik dalam aspek positif maupun negatif.
Berikut adalah beberapa dampak yang dapat diidentifikasi.

a. Dampak Positif

Mengakhiri zaman prasejarah. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia menandai


berakhirnya zaman prasejarah dan masuknya zaman sejarah di Indonesia. Hal ini karena
masyarakat Nusantara mulai mengenal tulisan sebagai alat komunikasi dan pencatatan
sejarah. Tulisan yang digunakan adalah aksara Pallawa dari India yang kemudian
berkembang menjadi aksara Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, dan lain-lain.

Menciptakan karya-karya budaya. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia mendorong


masyarakat Nusantara untuk menciptakan karya-karya budaya yang bernilai tinggi, seperti
candi, arca, relief, prasasti, kitab suci, sastra, seni rupa, seni musik, seni tari, dan lain-lain.
Karya-karya budaya ini merupakan perwujudan dari akulturasi antara budaya lokal dengan
budaya India atau Tiongkok.

Meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia


membuka wawasan masyarakat Nusantara tentang ilmu pengetahuan yang berkembang di
India atau Tiongkok, seperti matematika, astronomi, astrologi, kedokteran, filsafat, dan lain-
lain. Masyarakat Nusantara juga mengembangkan ilmu pengetahuan mereka sendiri, seperti
pelayaran, pertanian, pertambangan, dan lain-lain.
Menguatkan persatuan dan kesatuan. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia
menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan besar yang menguasai wilayah Nusantara,
seperti Sriwijaya, Mataram Kuno, Majapahit, dan lain-lain. Kerajaan-kerajaan ini mampu
menyatukan berbagai suku dan daerah yang berbeda-beda di bawah satu pemerintahan dan
agama. Kerajaan-kerajaan ini juga mampu menjalin hubungan baik dengan negara-negara
tetangga dan menjaga kedaulatan dan kesejahteraan rakyatnya.

b. Dampak Negatif

Menimbulkan konflik dan perpecahan. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia juga


menimbulkan konflik dan perpecahan di antara masyarakat Nusantara. Hal ini karena
adanya perbedaan keyakinan dan paham antara pengikut agama Hindu-Buddha dengan
pengikut agama lokal atau agama lain. Konflik dan perpecahan ini juga terjadi di antara
kerajaan-kerajaan yang beragama Hindu-Buddha, seperti antara Sriwijaya dengan Mataram
Kuno atau antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda.

Menyebabkan kemunduran budaya lokal. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia juga


menyebabkan kemunduran budaya lokal yang telah ada sebelumnya. Hal ini karena
masyarakat Nusantara cenderung mengikuti budaya India atau Tiongkok yang dianggap
lebih maju dan lebih tinggi daripada budaya lokal mereka. Budaya lokal yang mengalami
kemunduran antara lain adalah bahasa, aksara, seni, adat istiadat, dan kepercayaan asli
masyarakat Nusantara.

C. Sistem kepercayaan Pengaruh Hindu-Buddha untuk pengembangan Studi Agama

Dalam bidang agama adalah mengubah sistem kepercayaan masyarakat. Sebelum ajaran
Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indonesia lebih dulu meyakini pemujaan terhadap roh
nenek moyang. Pemujaan roh nenek moyang terbagi ke dalam dua jenis kepercayaan, yaitu
animisme dan dinamisme.

Animisme adalah kepercayaan terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa,
sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa ada benda-benda bertuah yang
menyimpan kekuatan tertentu. Masyarakat Indonesia, khususnya pada masa prasejarah
menganut dua sistem kepercayaan ini dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum
akhirnya ajaran Hindu-Buddha masuk ke Nusantara. Kendati demikian, masyarakat yang
sudah menganut agama Hindu atau Buddha tetap tidak meninggalkan kepercayaan mereka
terhadap roh nenek moyang, karena menurut mereka melakukan pemujaan merupakan
suatu hal yang sakral.

Bedanya, masyarakat yang sudah menganut agama Hindu akan memuja dewa-dewa, seperti
Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma. Sementara untuk yang menganut ajaran
Buddha akan melakukan upacara pemujaan atau penyembahan terhadap Sang Buddha.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia kepercayaan asli masyarakat tidak dihilangkan. Hal ini juga dapat dilihat dari cara
masyarakat Indonesia menggunakan candi. Bagi masyarakat India yang lebih dulu menganut
ajaran Hindu-Buddha memfungsikan candi sebagai tempat pemujaan. Sementara itu, orang
Indonesia menggunakan candi sebagai makam raja atau tempat menyimpan abu jenazah. Di
tempat penyimpanan abu tersebut kemudian didirikan sebuah patung raja yang mirip
seperti dewa yang mereka puja.

D. Akulturasi Budaya Hindu Buddha untuk Studi Agama Islam

Sejumlah contoh akulturasi budaya masyarakat nusantara dengan ajaran Islam yang kini
masih lestari adalah arsitektur bangunan Masjid Agung di Demak, seni ukir kayu kaligrafi,
pagelaran wayang kulit, tradisi ritual bulan suro, penamaan bulan di dalam kalender Jawa,
dan masih banyak lagi lainnya. Salah satunya wujud akulturasi kebudayaan Hindu-Budha
dan Islam di nusantara ini terlihat dalam budaya seni sastra. Seni sastra yang berkembang
pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu-Budha dan sastra Islam.

Referensi:

• Isnaini, Danik. (2019). Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Singkawang: Maraga Borneo


Tarigas.

• Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara – Kompas.com.


https://www.kompas.com/pedia/read/2021/04/15/172416179/masuknya-hindu-buddha-
ke-nusantara.

• Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia – Ruangguru.


https://www.ruangguru.com/blog/proses-masuknya-agama-hindu-buddha-ke-nusantara.

• Teori Waisya, Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia Lewat Perdagangan.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/28/140000069/teori-waisya-masuknya-
hindu-buddha-ke-indonesia-lewat-perdagangan.

• Ini Teori Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia.


https://mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-hindu-dan-
budha-ke-indonesia.

• 4 Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara: Brahmana sampai … – detikcom.


https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5856368/4-teori-masuknya-hindu-buddha-ke-
nusantara-brahmana-sampai-waisya.

Anda mungkin juga menyukai