kerajaan Kutai ?
Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu-Buddha tertua di Indonesia yang terletak di tepi sungai
Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam digunakan oleh kerajaan Kutai sebagai
jalur perdagangan yang menguntungkan dan hal ini meningkatkan perekonomian masyarakat
Kutai pada masa itu.
Melalui sumber sejarah, kerajaan Kutai merupakan perwujudan dari pengaruh agama Hindu di
Indonesia, tercatat dalam prasasti Yupa yang ditulis pada masa pemerintahan raja
Mulawarman. Berikut ini akan dijabarkan bagaimana sejarah masuknya agama Hindu ke
Kerajaan Kutai.
Awalnya kerajaan Kutai dibangun oleh seorang raja pribumi bernama Kudungga.
Sementara nama anaknya, Asmawarman dan cucunya, Mulawarman adalah keturunan
campuran dari India.
Saat itu ada Brahmana yang ingin menyebarkan agama Hindu di Indonesia, meskipun
hanya dapat dipelajari kalangan atas saja.
Brahmana yang menyebarkan agama Hindu ini diangkat sebagai penasehat raja oleh
Kudungga karena dipercaya memiliki kesaktian.
Kemudian agama Hindu terus diturunkan hingga cucunya yang bernama Mulawarman
ini. Mulawarman adalah seorang penganut Hindu-Syiwa yang setia dan taat, dia
membangun tempat suci bernama Waprakeswara. Untuk memperingati acara inilah
maka para brahmana bersama membangun sebuah yupa (tugu peringatan).
Selama masa pemerintahan Mulawarman, kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya
dan banyak pedagang yang berdatangan untuk berbisnis. Para ahli juga percaya banyak
pedagang dari India yang ikut campur dalam penyebaran agama Hindu di kerajaan
Kutai.
kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak
Dengan adanya penjelasan tentang pengertian akulturasi, apakah Anda sekarang sudah memahami
istilah akulturasi? Jika Anda sudah paham, silakan Anda simak uraian materinya.
Seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa dengan adanya kontak dagang antara
Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang
sendiri.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia,
sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India
untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik.
Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya
pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai
berikut.
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri
kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma,
Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur
Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini
menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir
aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan
unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam
bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha
Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan
AKULTURASI
Di bawah ini beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses Akulturasi.
Diantaranya:
4. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
6. Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru
didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli
4. Perubahan alam
5. Peperangan
menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan
dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui
proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang
dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Setelah
pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala
suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.Pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara
turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan
dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun
4. Bidang Pendidikan
pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan
masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah
mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus
untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan
dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran
agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling
menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat
ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai
agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para
pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di
tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh
masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang
lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama
khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
5. Religi/Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya
walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan
dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang
merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara
kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000
hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi
disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya
jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa.
Seni Rupa
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula
relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta
suasana alam Indonesia.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli
berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta
banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa
melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan
selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara
Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf
Nagari.
Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama ditempat
ibadah
Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan untuk melukiskan
makhluk hidup
7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki
budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin
mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha
pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat
membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada
pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai
budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar
yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan
perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai
diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
• Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai
tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan
jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem
Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada
354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan
ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
• Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/
kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila
Sirna = 0 Kertaning = 4
Ilang = 0 Bumi = 1
Çurti = 4
Indria = 5
Rasa = 6
9. Filsafat
Lahir Astrologi yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi.
Contoh : orang memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya.
Adanya buku primbon sebagai pedoman hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya merupakan
catatan turun temurun. Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah agama
tersebut mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu ajaran yang menuju pada kehidupan
damai, menerima apa yang menjadi takdir karena semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa