Anda di halaman 1dari 11

Budaya Indonesia hasil Akulturasi Budaya Hindu-Budhadan Islam

08/03/2011 by pardedejabijabi

in Uncategorized

Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar atau mengetahui pengertian Akulturasi?


Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut
pendapat Harsoyo. Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika
kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau kedua-duanya
(Harsoyo).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak
budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu
menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat
kebudayaan aslinya.
Dengan adanya penjelasan tentang pengertian akulturasi, apakah Anda sekarang sudah
memahami istilah akulturasi? Jika Anda sudah paham, silakan Anda simak uraian
materinya.
Seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa dengan adanya kontak
dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya
atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima
seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki

penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli


Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu Budha.
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya
berikut ini:
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para
pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna
menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama HinduBudha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang
unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya
patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti
Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut
disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali
menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan
dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur
seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu
suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan
hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di
India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk
memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam
agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai
objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.

AKULTURASI

Akulturasi Hindu Islam jawa dalam bentuk Kaligrafi

Di bawah ini beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses


Akulturasi. Diantaranya:
Faktor Intern (dalam), antara lain:
Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Adanya Penemuan Baru:
4. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
5. Invention : penyempurnaan penemuan baru
6. Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah
ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure
dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat
Konflik yang terjadii dalam masyarakat
Pemberontakan atau revolusi
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
4. Perubahan alam
5. Peperangan
6. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi
( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi
(pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas
budaya lama tidak tampak lagi)
Beberapa faktor pendorong perubahan sosial:
10. Sikap menghargai hasil karya orang lain
11. Keinginan untuk maju
12. System pendidikan yang maju

13. Toleransi terhadap perubahan


14. System pelapisan yang terbuka
15. Penduduk yang heterogen
16. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
17. Orientasi ke masa depan
18. Sikap mudah menerima hal baru.

Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.


Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu
dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur
asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di
Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan
penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi
sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih
terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses
pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi
tersebut tampak pada.

1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi

Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh
kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota
kelompok lainnya. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan
disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang
memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun.Pengaruh Hindu-Budha masuk
maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turuntemurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan,
dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah
wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan
kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam
bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan.
Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai
mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan
pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa
Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolahsekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut
kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak
diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang
merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana

Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama


Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih
sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan
diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena
berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempattempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat
pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu
yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan
pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut.
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana
mereka menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha,
seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra
dewa mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut
ilmu di Benggala (India)
5. Religi/Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan
memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan
dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai
menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti
pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam
sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme,
totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.

Contoh :

Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih
terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari,
100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan
oleh masyarakat Jawa.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut
tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

7. Seni dan Budaya

Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang
dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni
asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan
akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan
zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh
Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam
benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi
sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha,

hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun
Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan).
Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi
Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.

Seni Sastra dan Aksara

Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.

Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan
Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan
Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan
dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa
Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami
akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa
yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara
Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta
aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.

Seni aksara hasil akulturasi dengan Islam:


Digunakan tulisan huruf Arab Melayu atau Arab Gundul
Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama
ditempat ibadah
Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan
untuk melukiskan makhluk hidup

7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah
memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha
di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia
sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat
Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan,
ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang
awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat
membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula
pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun
Budha.

Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang
memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasastiprasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik
penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik
mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di
Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada
zaman Majapahit.
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka
yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja
Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun
Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana
(tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada
hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus.
Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa
dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan
kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
Contoh:
Sirna Ilang Kertaning Bumi = 1400 S = 1478 M
Sirna = 0 Kertaning = 4
Ilang = 0 Bumi = 1
urti Indria Rasa = 654 S = 732 M
urti = 4
Indria = 5
Rasa = 6
Hayama Vayu Rasa = 682 S
9. Filsafat

Lahir Astrologi yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi.
Contoh : orang memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya.
Adanya buku primbon sebagai pedoman hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya
merupakan catatan turun temurun. Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara
keagamaan. Falsafah agama tersebut mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu
ajaran yang menuju pada kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir karena
semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai