Pengertian Tata Krama terdiri dari 2 kata, yaitu : Tata berarti adat, aturan,
norma, peraturan dan Krama berarti Sopan santun, tindakan, kelakuan,
perbuatan. Jadi, Tata krama adalah Kebiasaan adat sopan santun yang
disepakati dalam:
lingkungan pergaulan antara anggota masyarakat disekitar tempat.
Kebisaan sopan santun yang disepakati dilingkungan rumah / keluarga,
sekolah, hubungan masyarakat ditempat siswa berada.
Tata krama ada disetiap kelompok masyarakat dimana dan kapan saja, bila
kita berkomunikasi seperti pekerti berbicara, bertatap muka, atau
pembicaraan melalui sarana komunikasi lainnya seperti telepon dan surat kita
harus mengerti tata kramanya.
Sopan santun adalah Sikap perilaku seseorang yang merupakan kebiasaan
yang disepakati dan diterima dalam lingkungan pergaulan.
Bagi siswa sopan santun merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam
kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru, para pemuka
agama dan masyarakat umum dan tulisan-tulisan dan hasil karya para bijak.
Dari pendidikan dan latihan tersebut, diharapkan siswa mewujudkannya
dalam bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodrat, tempat
waktu dan lingkungan dimana siswa berada sehari-hari.
Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi dan situasi secara
pribadi ( individu ) maupun secara kelompok.
A. TATA KRAMA DAN SOPAN SANTUN KELUARGA
Merosotnya budaya sopan santun siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor
tersebut dari siswa, dari guru yang merupakan faktor internal ada juga faktor
dari eksternal. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang
lebih akrab kita sebut TIK atau ICT, Kadang menjadi kambing hitam dalam
masalah ini. Tetapi bukan hanya TIK atau ICT yang menjadi faktor eksternal,
pengaruh moderenisasi kultur, pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat obat
terlarang juga mengambil peranan dalam proses hilangnya sopan santun siswa
terhadap guru. Dan faktor faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu :
Selain kelima faktor eksternal diatas, masih ada satu faktor lagi yang tidak bisa
kita abaikan sebagai penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa yaitu faktor
dari guru. Berikut ulasan faktor eksternal ditinjau dari guru :
1. Penampilan guru, ini sangat penting karena siswa akan menilai rapi atau
kucel cara berpakaian guru, harum atau bau aroma tubuh guru tersebut,
panjang atau pendek rambut guru (khusus guru laki laki).
2. Telat atau jarang masuk, dengan beban 24 jam pelajaran dan banyaknya
adminitrasi yang harus dibuat oleh seorang guru ditambah lagi ada side
job untuk menambah penghasilan. Akan berdampak pada performa guru
tersebut sehingga sering telat dan tidak masuk.
3. Pilih kasih, sifat ini yang sering tidak disadari oleh guru dan sering
membanding bandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain.
4. PR dan tugas sering tidak dikoreksi, dengan mengoreksi dan memberikan
nilai merupakan reward bagi siswa dimana guru telah menghargai hasil
kerja keras siswa tersebut.
5. Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif
siswa terhadap guru.
6. Suka perintah, suka memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak
sepantasnya.
7. Menghukum semena-mena, guru hanyalah manusia biasa dimana ada
masalah diluar sekolah yang sering terbawa disekolah. Perlunya sikap
profesional guru untuk membedakan masalah sekolah dengan masalah
luar sekolah. Sehingga siswa tidak menjadi pelampiasan untuk masalah
masalah guru tersebut.
Selain faktor eksternal, ada faktor internal yang menyebabkan hilangnya sopan
santun siswa terhadap guru. Berikut adalah faktor internal penyebab lunturnya
budaya sopan santun siswa :
1. Posisi sosial lebih tinggi dari guru, hal ini sering terjadi bila mana sang
siswa berasal dari keluarga yang terpandang atau orang tuanya
merupakan pejabat. Jadi dengan posisi orang tuanya tersebut siswa seakan
tidak takut pada apapun termasuk pada guru karena orangtunya pasti
akan mendukung anaknya.
2. Posisi ekonomi lebih baik dari guru, hal ini banyak terjadi disekolah favorit
dan internasional. Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya,
karena posisi ekonominya lebih baik dari gurunya. Dimana siswa
kesekolah dengan kendaraan mobil, sedangkan sang guru hanya naik
sepeda motor.
3. Siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, pada masa sekarang
pendalaman materi bukan hanya didapat dari sekolah. Bagi siswa yang
serius belajar, mereka akan mencari cara untuk menperdalam materi
dengan cara kursus baik melalui lembaga atau privat. Hal ini
memungkinkan siswa bisa saja lebih paham dari siswa lainya. Apa lagi bila
siswa itu lebih paham dari gurunya maka akan memberikan pandangan
rendah terhadap guru tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lunturnya budaya sopan santun siswa terhadap guru merupakan masalah umum
yang tengah dihadapi oleh dunia pendidikan masa sekarang. Terdapat banyak
faktor mempengaruhi terjadinya masalah ini baik internal maupun eksternal.
Untuk internal faktor tersebut berasal dari diri siswa sendiri sedangkan faktor
eksternal yaitu perkembangan ICT, moderenisasi kultur, pergaulan bebas dan
penyalahgunaan obat obat terlarang serta faktor dari guru sebagai tenaga
pendidik.
Dari faktor eksternal diatas, perlunya kesadaran dan filterisasi siswa untuk
memanfaatkan ICT dan menyerap budaya asing serta dengan kesadaran dapat
membudayakan sopan santun baik dilingkungan rumah maupun sekolah. Dari
sisi guru dan orang tua perlunya strategi atau cara untuk mengembalikan budaya
sopan santun siswa. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan
orang tua agar budaya sopan santun siswa dapat terjaga dengan baik. Semuanya
merupakan suatu ikatan yang utuh, dan apabila terputus maka akan
menimbulkan masalah besar.
B. Saran
Demi lestarinya budaya sopan santun siswa yang merupakan budaya warisan
leluhur, hal yang perlu dilakukan selaku siswa, guru dan orang tua adalah :
Antique, Indrani Putri. 2012. Guru Australia: Saya Kaget Murid Cium
Tangan. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/281864-indonesia-di-mata-
pengajar-australia . Diakses tanggal 8 Desember 2013.
Sunaryo, Arie. 2013. Kesal Disuruh Sabar, Murid Tantang dan Aniaya Guru
dengan Pisau Cutter. http://www.merdeka.com/peristiwa/kesal-disuruh-
sabar-murid-tantang-aniaya-guru-dengan-cutter.html . Diakses tanggal 9
Desember 2013.