Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:

Mistisisme Nusantara

Eksistensi Aliran Kepercayaan Nusantara


di Era Postmodern
I Made Adi Surya Pradnya
UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

31
Eksistensi Aliran Kepercayaan Nusantara di Era Postmodern
I Made Adi Surya Pradnya

ABSTRAK disebut gaib, mistis, roh, semesta dan keyakin-


Aliran kepercayaan nusantara telah ada an pada leluhur yang kemudian menjadi bagian
sebelum kemerdekaan Indonesia, yang telah dari kebudayaan masyarakat. Menurut Selo
diwariskan secara turun temurun pada suku- Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (dalam
suku yang tergabung di Negara Kesatuan Re- Bungin, 2017: 52) salah satu terwujudnya se-
publik Indonesia. Pasca kemerdekaan, Presiden buah kebudayaan adalah adanya rasa, yaitu
Ir. Soekarno menerbitkan Penetapan Presiden spiritual culture, meliputi unsur mental dan
No.1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan kaidah-
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, kaidah, nilai-nilai sosial, hukum dan norma so-
dalam penjelasanya hanya mengakui 6 agama, sial, atau disebut pranata sosial, yang mengatur
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan masalah-masalah kemasyarakatan, misalnya
Khong Cu (Confusius), sehingga masyarakat agama, ideologi, kebatinan dan kesenian.
mulai terkelompok memilih salah satu agama Keyakinan dan kepercayaan di masa lam-
resmi yang diakui negara, meskipun aliran ke- pau oleh antropologi menganggap kebudayaan
percayaan maupun kebatinan diakui dan diatur dan masyarakat suku-suku bangsa yang di-
dalam UUD 1945. Pada tahun 2016 Mahkamah deskripsikan dalam etnografi adalah kebudaya-
Konstitusi RI mengabulkan permohonan untuk an masyarakat sederhana dan primitive, serta
memasukan aliran kepercayaan pada kolom KK bersifat kuno atau merupakan sisa-sisa kebu-
dan KTP-el. Karya tulis ini membahas eksis- dayaan kuno. Dengan demikian, dapat diana-
tensi aliran kepercayaan nusantara di era post- lisis sebagai cara untuk menemukan azas religi
modern. kuno dan asal mula religi (Koentjaraningrat,
Metode penulisan prosiding ini adalah ha- 1999: 57). Di Nusantara, sebelum datanganya
sil pemikiran menggunakan metode pengum- agama resmi yang diakui pemerintah, telah me-
pulan data berupa studi kepustakaan dengan miliki aliran kepercayaan yang bertumbuh dan
mengumpulkan jurnal, buku dan artikel-artikel menyebar pada suku-suku di Indonesia.
ilmiah yang sesuai dengan pembahasan. Pende- Kehidupan masyarakat nusantara memi-
katan sosiologi agama dengan teori eksis- liki banyak kerarifan lokal dari suku-suku, adat
tensialisme Sartre. Adapun pembahasanya, ek- dan tradisi yang adi luhung, sebelum datang-
sistensi aliran kepercayaan nusantara sampai nya kebudayaan dan agama dari luar, sehingga
saat ini tetap eksis, sesuai pemikiran Sartre terjadi akulturasi, sinkritisme, maupun di-
bahwa manusia akan membentuk esensinya, alektik yang berlahan-lahan eksistensi aliran
setelah melakukan eksistensi. Eksistensi yang kepercayaan nusantara mulai diatur oleh pe-
dilakukan aliran kepercayaan nusantara tetap merintah. Pada masa setelah kemerdekaan da-
melaksanakan laku, tradisi, adat, budaya, ke- lam upaya menjaga stabilitas nasional, Presiden
senian, religiustas, meskipun agama resmi telah RI, Ir. Soekarno menerbitkan Penetapan Presi-
diakui. Eksistensi inilah melahirkan esensi bah- den No.1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegah-
wa aliran kepercayaan nusantara sebagai jalan an Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Aga-
spiritual memahami Tuhan, dekat dengan alam ma, dalam penjelasanya hanya mengakui 6
serta harmonis pada manusia, sehingga per- agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Bu-
mohonan kolom KK dan KTP-el dikabulkan dha dan khong Cu (Confusius), sehingga ma-
oleh MK pada Tahun 2016. Aliran kepercayaan syarakat mulai terkelompok memilih salah satu
nusantara sebaiknya dimaknai sebagai kekaya- agama resmi yang diakui negara, selain itu aga-
an spiritual yang dimiliki oleh Bangsa Indo- ma menjadi tanggung jawab pemerintah yang
nesia. berada dalam Kementerian Agama RI, meski-
pun aliran kepercayaan maupun kebatinan
Kata Kunci: Eksistensi, Aliran diakui dan diatur dalam UUD 1945.
Kepercayaan Nusantara, Korban dari UU No.1/PNPS/1965 serta di-
Postmodern dirikannya lembaga-lembaga agama resmi ada-
lah penganut agama atau keyakinan di luar
A. PENDAHULUAN enam agama tersebut. Belum lagi orang yang
Sebelum adanya agama, masyarakat nu- tidak beragama. Diawal Orde Baru orang di-
santara telah memiliki keyakinan dan keper- wajibkan beragama dan kalau tidak, maka
cayaan terhadap kekuatan diluar dirinya, yang orang akan dengan mudah dituduh PKI (Partai
Komunis Indonesia), maka segera setelah 1965,
32
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

banyak sekali orang yang “masuk agama res- Marx yang terkenal pada abad 19 yaitu agama
mi”. Bahkan aliran agama kepercayaan dipan- sebagai candu masyarakat. Menurut Hara-
dang sebagai budaya, bukan agama. Komunitas lambos dan Holborn (dalam Maulidia, 2019)
masyarakat adat adalah sekelompok masyara- mengatakan pertama, agama menjanjikan ke-
kat yang hidup berdasarkan asal usul leluhur bahagiaan abadi setelah kematian, kedua, aga-
dalam suatu wilayah geografis tertentu, me- ma membuat istilah kebaikan dari suatu pen-
miliki sistem nilai dan sosial budaya yang khas, deritaan yang disebabkan tekanan kaum kapi-
berdaulat atas tanah dan kekayaan alamnya talis kepada buruh, ketiga, agama menawarkan
serta mengatur dan mengurus keberlanjutan hal gaib untuk menyelesaikan masalah di muka
kehidupannya dengan hukum dan kelembaga- bumi, keempat, agama selalu membenarkan
an adat (Pransefi, 2021: 29). peraturan sosial dan posisi seseorang di dalam-
Pada tahun 2016 Mahkamah Konstitusi nya.
pada Salinan Putusan No. 97/PUU-XIV/2016 Begitu juga Niezsche mengatakan Tuhan
memutuskan bahwa agar tujuan untuk mewu- sudah mati. Menurut Niezsche, manusia harus
judkan tertib administrasi kependudukan dapat eksis menjadi dirinya sendiri, mempunyai ke-
terwujud serta mengingat jumlah penghayat mampuan mandiri tidak bergantung dengan
kepercayaan dalam masyarakat Indonesia sa- hal lain, termasuk “tuhan-tuhan” yang ada. De-
ngat banyak dan beragam, maka pencantuman ngan adanya “tuhan-tuhan” yang sengaja di-
elemen data kependudukan tentang agama bagi buat oleh manusia, maka manusia menjadi
penghayat kepercayaan hanya dengan men- tidak independen, tetapi tergantung dan ber-
catatkan yang bersangkutan sebagai “peng- sandar pada “tuhan-tuhan” tersebut. Maka me-
hayat kepercayaan” tanpa merinci kepercayaan nurut Niezsche, “tuhan-tuhan” ini harus di-
yang dianut di dalam KK maupun KTP-el, be- bunuh dan dilenyapkan agar manusia eksis
gitu juga dengan penganut agama lain. menjadi dirinya sendiri yang super tidak ter-
Dibukanya peluang pada penghayat alir- gantung pada sesuatu (Purwanto, 2005: 300).
an kepercayaan nusantara oleh negara pada Pada era abad-20 memunculkan pemikir-
tahun 2016 di kolom KK maupun KTP-el, telah an baru terutama tentang spiritualitas ataupun
memberikan pilihan yang tepat sebagai negara agama. Bila para pelopor modernitas meng-
penganut demokrasi pancasila dan ini adalah anggap agama sebagai candu atau ilusi yang
ciri dari pemikiran demokratis dalam era post- berpengaruh menghambat kemajuan, tampak-
modern. Berdasarkan hal tersebut, karya tulis nya sekarang muncul suatu kesadaran post-
ini membahas bagaimana eksistensi aliran ke- modern yang berpendirian bahwa spiritualitas
percayaan nusantara di era postmodern. religius merupakan satu-satunya harapan baik
demi perubahan sosial yang positif maupun
B. METODE PENULISAN demi melestarikan nilai yang benar-benar pen-
Penulisan prosiding ini adalah hasil pe- ting (Griffin, 2005: 8). Salah satu tokoh post-
mikiran yang menggunakan metode pengum- modern adalah Sartre yang berpandangan ten-
pulan data berupa studi kepustakaan (library tang eksistensialisme yang mengkritik pan-
research) dengan mengumpulkan jurnal, buku dangan Marxis yang selalu menekankan peran
dan artikel-artikel ilmiah yang sesuai dengan dan kekuasaan struktur sosial. Sarte adalah
pembahasan tentang eksistensi aliran keperca- seorang eksistensialis yang mengingatkan hu-
yaan nusantara di era postmodern. Selain itu, manisme yang dia rasa sudah hilang dari pan-
metode pengumpulan data yang digunakan dangan Marxis (Ritzer, 2006: 50).
adalah dokumen berupa salinan keputusan. Pengaruh kritik agama yang disampaikan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan Marx dan Niezsche, tentu sangat logis jika ter-
ini adalah sosiologi agama, serta teori yang di- jadi pada era abad 19, sehingga pemikiran ter-
gunakan antara lain teori eksistensi Sarte. sebut memicu masyarakat untuk berani meng-
hadapi segala bentuk diskriminasi, sehingga
C. PEMBAHASAN tidak menjadi candu yang meninabobokan ma-
1. Eksistensi Aliran Kepercayaan Nusan- syarakat untuk bergerak menjadi lebih baik
tara di Era Postmodern lagi. Berbeda dengan pemikiran Sarte yang
Era postmodern merupakan bentuk per- humanis pada hakikatnya mengajak manusia
ubahan sosial dari pemikiran modern yang ber- untuk menjadi bebas dan menikmati kebebasan
seberangan dengan pemikiran Marx. Pemikiran sebagai seorang manusia. Bebas dari rasa takut,
33
Eksistensi Aliran Kepercayaan Nusantara di Era Postmodern
I Made Adi Surya Pradnya

cemas, khawatir yang disebabkan karena ke-


tidaksadaran. Oleh karena itulah, Sarte meng- Eksistensi Esensi:
ajak setiap individu untuk melakukan eksis- Aliran adat budaya jalan
Kepercayaan Spiritual
tensi diri dengan cara selalu dalam kesadaran.
Ketika manusia berada dalam kesadaran, maka
manusia bertanggungjawab akan dirinya se- laku tradisi kesenian religiusitas
bagai individu, kemudian dari eksistensi inilah
kemudian melahirkan esensi.
Kelompok eksistensialis telah membeda- Gambar 6. 1 Eksistensi dan Esensi Aliran Kepercayaan
kan antara eksistensi dan esensi, Eksistensi Nusantara di Era Postmodern
berarti keadaan yang aktual, yang terjadi dalam
ruang dan waktu; dan bereksistensi yaitu men- Filsafat yang dibangun oleh Sartre adalah
ciptakan dirinya secara aktif, berbuat menjadi minat yang begitu besar terhadap “manusia”
dan merencanakan. Sedangkan esensi merupa- yakni bagaimana “cara ber-ada-nya” manusia.
kan sesuatu yang membedakan antara suatu Dengan kata lain eksistensi adalah adanya ke-
benda dan corak-corak benda lainnya. Esensi terbukaan, eksistensi mendahului esensi (exist-
adalah yang menjadikan benda itu seperti apa ence precedes essence). Berbeda dengan benda-
adanya, atau suatu yang dimiliki secara umum benda lainnya yaitu “ada” nya adalah sekaligus
oleh bermacam-macam benda. Yang pertama sebagai esensinya (Ekawati, 2015: 145). Pe-
adalah esensi dulu baru kemudian muncul mikiran Sartre, sesuai Gambar I, di atas menun-
eksistensi. Asumsi ini ditolak oleh kaum eksis- jukan eksistensi aliran kepercayaan di nusan-
tensialis, utamanya Sartre yang justru me- tara sebagai jalan spiritual untuk menemukan
ngatakan bahwa ‘eksistensi sebelum esensi’ kedamaian, ketentraman, kenyamanan, kehar-
atau eksistensi mendahului esensi (Yunus, 201: monisan batin yang terus dilaksanakan sampai
270). kapanpun. Terlebih lagi Mahkamah Konstitusi
Hal inilah yang dirasakan oleh masyakat pada tahun 2016 telah mengabulkan keinginan
nusantara yang telah diwariskan oleh leluhur pemohon dari aliran kepercayaan, agar dapat
yang mungkin sebagian pemikiran menyebut- dicantumkan pada kolom KK dan KTP-el, mes-
nya primitif, dengan sistem kepercayaan dan kipun MK tidak mencantumkan nama aliran
keyakinan animisme dan dinamisme misalnya, kepercayaan pada kolom KK dan KTP-el, tapi
tapi bagi pewaris tradisi kepercayaan tersebut hanya dicantumkan “Penghayat Kepercayaan”,
menjadikanya sebagai ajaran yang adi luhung, dengan alasan jumlah aliran kepercayaan di
maka eksistensi aliran kepercayaan di nusan- nusantara sangat banyak. Alasan ini, tentu
tara, sesuai dengan Gambar I., seperti pemikir- menjadi kekuatan tersendiri bagi aliran ke-
an Sartre di atas dan kamus filsafat tentang percayaan di Nusantara, untuk dapat bereksis-
eksistensi (Bagus, 1996: 187), yang tetap aktif, tensi di tanah kelahiranya sendiri. Eksistensi
berbuat, dan merencanakan kegiatan religius- Aliran kepercayaan nusantara di Indonesia ini,
nya sesuai ajaran dan kepercayaan yang dianut, perlu dimaknai sebagai kekayaan religi dan
meskipun masyarakat Indonesia telah memiliki spiritual yang dimiliki Bangsa Indonesia, serta
agama resmi. Kebiasaan, tradisi, adat, budaya, perlu diberikan apresiasi sebagai penjaga wa-
kesenian, religiusitas, laku, kewajiban, tetap risan budaya Bangsa Indonesia yang berdasar
bereksistensi, sehingga aliran kepercayaan di Pancasila.
nusantara secara esensi sebagai jalan spiritual- Dalam Spiritualitas postmodern ada satu
itas. Sesuai dengan pemikiran Sartre, esensi landasan lagi demi minat akan masa depan, ya-
adalah benda seperti itu apa adanya, setelah itu bahwa secara internal kita terbentuk oleh
terlebih dahulu bereksistensi. Tiadanya eksis- hubungan kita dengan keilahian. Kita peduli
tensi aliran nusantara di Indonesia, secara oto- terhadap masa depan dunia karena kita peduli
matis tiada ber-esensi. terhadap realitas ilahi yang ada selamanya. To-
pik hubungan manusia dengan keilahian mem-
bawa kita ke jantung spiritual postmodern, se-
perti penolakan dualisme dan materialisme,
spiritualitas postmodern juga menolak baik
supernaturalisme maupun atheisme (Griffin,

34
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

2005: 35-36). Hal tersebut berarti aliran keper- Pransefi, M. D. (2021). Aliran Kepercayaan
cayaan nusantara yang secara esensi sebagai Dalam Administrasi Kependudukan.
jalan spiritual yang terhubungan dengan ke- Media Iuris Vol. 4 No. 1, Februari 2021 ,
ilahian adalah jalan untuk menunjukan jati diri 29.
untuk mengenal sang diri yang berada di dalam Purwanto, M. R. (2005). Filsafat Eksistensial
(enlightment). Pencapaian keilahian secara in- Nietzsche Dan Wacana Agama: Studi
ternal membawa kebahagiaan secara pribadi Filsafat Nietzsche Dan Kontribusinya
sebagai manusia dan kebijaksanaan sebagai Dalam Dekonstruksi Wacana Agama. An-
produk yang bisa dikembangkan, agar aliran Nur: Jurnal Studi Islam , 293-319.
kepercayaan nusantara tetap eksis, serta men- Ritzer, G. (2006). Teori Sosial Postmodern.
jadi wadah alternatif, bagi pencarian jati diri Yogyakarta: Kreasi Wacana.
seseorang untuk mendalami aliran-aliran ke- Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
percayaan nusantara. 97/PUU-XIV/2016.
Yunus, F. M. (2011). Kebebasan Dalam Filsafat
D. PENUTUP Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Jurnal
Aliran kepercayaan nusantara adalah ke- Al- Ulum , Hal. 267-282.
kayaan Indonesia yang telah diwariskan sejak
dulu dan masih bereksistensi sampai saat ini.
Peran pemerintah untuk menjaga nilai, norma
serta spirit dari ajaran-ajaran luhur ini sangat-
lah penting, mengingat ada khasanah bersifat
dasar yaitu ideologi masyarakat pada keyakin-
an dan kepercayaan terhadap yang ilahi. Seper-
ti pemikiran Sartre bahwa bentuk-bentuk
eksistensi dalam hal ini adalah laku, kebiasaan,
kewajiban, religiusitas, adat, tradisi, budaya,
kesenian yang dijalankan secara humanis ada-
lah bentuk ekspresi kebebasan manusia untuk
mengenali dirinya pada keilahian, Tuhan, se-
mesta ataupun sebutan lainya. Ini sebaiknya
dimaknai sebagai kekayaan spiritual yang di-
miliki oleh Bangsa Indonesia. Semoga kedepan-
ya, aliran kepercayaan nusantara, bisa diper-
hatikan, sesusai amanat UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta:
Gramedia.
Bungin, B. (2017). Sosiologi Komunikasi (Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat). Jakarta:
Kencana.
Ekawati, D. (2015). Eksistensialisme.
Tarbawiyah , 137-153.
Griffin, D. R. (2005). Visi-Visi Postmodern
(Spiritualistas dan Masyarakat).
Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. (1999). Sejarah Teori
Antropologi. Jakarta: UIP.
Maulidia, H. (2019). Relasi Agama dan
Masyarakat Dalam Perspektif Emile
Durkheim dan Karl Marx. Jurnal Sosiologi
USK , 183-200.
35
Eksistensi Aliran Kepercayaan Nusantara di Era Postmodern
I Made Adi Surya Pradnya

36

Anda mungkin juga menyukai