Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi jambi dalam wawasan sejarah Nasional dahulu merupakan dearah


pusat Kerajaan Melayu, sayangnya struktur pemerintahan dan
kemasyarakatannya belum diketahui dengan jelas.Struktur pemerintahan
masyarakat Adat Jambi baru dapat diketahui dengan jelas masa pemerintahan
Kesultanan Jambi pada abad ke 15 dan 16.
Adat Jambi perlu sekali pendokumentansi, penulisan tentang sejarah dan
latar belakangnya, sebab kalau tidak dikhawatirkan akan kabur dari mana asal
Adat Jambi ini. Jadi seharusnya kita mengangkat harkat dan menghargai betapa
para pendahulu kita telah berbuat banyak keagungan dearah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Adat Jambi Sebelum Agama Islam
 Pada Masa Animisme dan Dinamisme
 Pada Masa Agama Hindu
 Pada Masa Agama Budha
2. Bagaimana Adat dan Hukum Adat Jambi Sejak Masuknya Agama Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adat Jambi Sebelum Agama Islam
1.  Pada Masa Animisme dan Dinasmisme
Christofer Dowson mengatakan dalam kuliahnya Geffordnya pada tahun
1947 mengatakan sebagai berikut : agama adalah kunci sejarah,kita dapat
memahami bentuk dalam diri suatu masyarakat, jika kita tidak memahami
bentuk  hasil kebudayaan jika kita dapat memahami kepercayaan agama yang
ada disikitar kita. Dalam semua zaman hasil karya kreatif bersama dan suatu
kebudayaan muncul dari inspirasi agama dan di abadikan pada tujuan
keagamaan.
Kita telah mengetahui bahwa kerajaan Melayu berdiri pada abad IV
masehi. Berkas berkas kebudayaan mereka itu juga disebut kebudayaan
purbakala terlihat pada kampak kampak batu. Agama yang dianut oleh nenek
moyang kita dikala itu yaitu menyembah roh roh orang yang meninggal. Selain
dari penyembahan terhadap roh roh itu ada lagi yang disebut kepercayaan
kepada kekuatan kekuatan gaib, dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kedua kepercayaan ini, yang pertama kita disebut animisme dan yang kedua
kita sebut dinasmisme.
Menurut kepercayaan animisme roh roh nenek moyang itu dapat dipanggil
dengan perantaran seoarng ahli atau dukun. Dalam gerak kehidupan atau apa
apa yang akan mereka lakukan biasnya menurut adat mereka memanggil dan
memuja nenek moyang, agar dapat berkah dan keselamatan seperti hendak
mendirikan rumah, menuai padi akan belayar dan lain lain. Dalam masyarakat
yang sedang berkembang seperti suku bangsa melayu, ciri-ciri animisme masih
ada, terutama pada masyarakat pedalaman, walau sudah ada gerakan
modernisme dalam islam yang memerangi kepercayaan lama ini yang dianggap
sebagai khurapat dan tahyul.
Dalam kepercayaan dinamisme segala yang terdapat dalam alam ini adalah
mempunyai semangat atau kekuatan yang menjelma dalam sekalian makhluk
seperti pohon pohon raksasa, gunung, batu batu besar dan lain lain, sehingga

2
Orang yang kurang semangat atau kekuatanya menjadi sakit misalnya, maka
mereka akan mohon dapat ditambah semangatnyadengan cara seperti memakai
berbagai azimat dan lain lain.
2.   Pada Masa Agama Hindu
Sebelum agama Hindu berkembang di alam melayu, orang melayu di
pengaruhi oleh paham animisme dan dinamisme, paham ini berbentuk
kepercayaan kepada semangat, pemujaan roh nenek moyang dan mahluk alam
gaib. Kepercayaan ini mengatur tingkah laku manusia terhadap alam sekeliling,
karena mereka percaya bahwa setiap fenomena alam mengandung kekuatan
gaib atau penunggu. Pengaruh pemikiran hindu ini terdapat dalam warisan
seperti jampi-jampi dan mantera. Pemikiran hindu yang diwarisi dalam sastra
melayu banyak membicarakan alam khayalan yang didiami oleh dewa-dewa
yang diketuai oleh Batara Guru, seperti Hikayat Seri Rama yang menceritakan
watak tokoh Seri Rama sebagai jelmaan dewa pemelihara.
3.  Pada Masa Agama Budha
Perkembangan agama budha di kerajaan Melayu Jambi berjalan dengan
sangat pesat. Agama Budha ini masuk jauh kepedalaman Dearah jambi dan
tesebar secara luas dan banyak sekali meninggalkan bekas bekasnya berupa
acra dan bangunan candi candi seperti candi tinggi,candi astono dan lain lain
sebagian terdapat di kompleks percandian Muaro jambi.
Agama Budha ini menjadi filasafat hidup dan pedoman tingkah laku
manusia (masyarakat) dan juga kitab kitab agama budha dipelajari sumber
hukum dan tingkah laku dalam pergaulan sehari hari.
Pada masa Agama Budha ini mereka telah pandai menulis dan dikenal
dengan huruf pallawa. Bukti hal ini dapat kita lihat pada batu bertulis di
Karang Birahi Kabupaten Merangin.
Pada waktu itu ditanah Melayu Jambi berdiri suatu Perguruan Tinggi yang
mengajarkan agama budha, salah seorang gurunya bernama dhai Mapala.
Bahwa masyarakat Jambi itu adalah msyarakat yang agamais dan
mempunyai norma kehidupan dalam masyarakat yang selalu ingin damai dan
tenang yang dicerminkan dari adat istiadat mereka seperti pepatah mengatakan:

3
-            Yang kurik ialah kundi
-            Yang merah ialah sago
-            Yang baik ialah budi

B. Adat dan Hukum Adat Jambi Sejak Masuk Agama Islam

Dalan Ensiklopedia Indonesia jilid III, adat diartikan sebagai “wujud


gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum dan
aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem”.
Sedang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya diartikan antara lain
dengan “adat kebiasaan”. Lebih jauh Dr Alfian mengartikannya sebagai “salah
satu sumber utama dari sistem nilai atau tata nilai yag dihayati atau dianut
seseorang atau masyarakat yang selanjutnya membentuk sikap mental atau pola
berpikirnya yang mempengaruhi dan membentuk pola tingkah lakunya dalam
berbagai aspek kehidupannya yang pada gilirannya melahirkan berbagai sistem
: politik, ekonomi, sosial dan budaya”. Pola tingkah laku yang melahirkan
sistem itulah yang melukiskan corak dan mencerminkan kualitas kebudayaan.

Ketika Islam memasuki daerah Jambi, ia pun menemui bahwa masyarakat


Jambi telah memiliki adat yang mapan, yang menjadi warisan budaya mereka
dari nenek moyangnya secara turun temurun. Kedatangan agama Islam sangat
menyentuh jiwa masyarakat (volkgeist), MESKIPUN telah dikemukakan
bahwa masyarakat adat Jambi sulit untuk meninggalkan adatnya dan sukar
untuk tidak menerima agama Islam; keduanya sama diperlukan dalam pri
kehidupan mereka, Sehingga agama Islam diterima secara berangsur angsur
oleh masyarakat. Sejalan dengan penerimaan meraka terhadap agama Islam,
tidaklah serta merta mereka meninggalkan adat mereka sama sekali, apalagi
tidak semua nilai-nilai adat itu bertentangan dengan agama. Meraka
mengadakan koreksi ketat untuk memisahkan mana nilai adat yang dapat
diakui oleh agama (mu’tabar) dan mana yang tidak sesuai sehingga tidak
diakuinya (mulghah), sehingga adat Jambi menjadi “adat yang bersendi syara’
dan syara’ bersendi Kitabullah”.

4
Syarat adat yang diakui syara’ itu adalah :

 Muttarid (dilakukan berulang-ulang, terus menerus sama terhadap


perbuatan yang sama).
 Mun’akis (dilakukan orang banyak, masyarakat, bukan orang seorang).
 Tahqiq (kemaslahatannya bersifat pasti, bukan hayalan).
 Muwafiq lisysyra’i (sesuatu dan tidak bertentangan dengan kaisah agama,
lebih-lebih dengan yang jelas-jelas disebutkan dalam Qur’an dan Hadis).

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut kepercayaan anisme roh roh nenek moyang itu dapat dipanggil
dengan perantaran seoarng ahli atau dukun. Dalam gerak kehidupan atau apa
apa yang akan mereka lakukan biasnya menurut adat mereka memanggil dan
memuja nenek moyang, agar dapat berkah dan keselamatan seperti hendak
mendirikan rumah, menuai padi akan belayar dan lain lain.
Sebelum datang agama hindu masyarakat atau penduduk jambi telah
menganut kepercayaan yang kita sebut anismisme dan dinamisme. Dengan
kedaatangan agama hindu tentulah terjadi asimilasi dan akulkuturasi diantara
kedua kepercayaan itu merobah sistem dan tingkah laku masyarakat serta
kepercayaan, filasafat hidup dan cita cita serta lain lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

https://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/adat-budaya-jambi.html

https://whdt.wordpress.com/2011/01/29/agama-dan-adat-masyarakat-jambi/

6
https://alpokata.blogspot.com/2016/11/makalah-perkembangan-melayu-
dijambi.html

Anda mungkin juga menyukai