Anda di halaman 1dari 4

Nama : Geovany Brandon Lumbantoruan

NIM : B1012181024

Jurusan/Kelas : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (A SORE)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

I. Sejarah Masuknya Agama Kristen di Indonesia

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja
Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah
dari Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari Tapanuli Tengah) di Sumatra (645
M).

Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam
bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min
Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di
provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari
naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-
gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina,
Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India. Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia
masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah).

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang menurut penelitian


dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, pertama hadir dan datang ke Indoneia yang
ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak
gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatra Utara. Namun
menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara
pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus.
Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab
dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).

Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas,
sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Pada 1960-an akibat anti-
Komunis dan anti-Konfusianisme banyak pengikut Komunis dan orang Tionghoa
mengklaim diri sebagai orang Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa yang
akhirnya menerima agama Kristen dan sekarang mayoritas kalangan muda bangsa
Tionghoa adalah umat Kristen. Kristen di Indonesia lebih bebas untuk menjalankan
agama mereka dibandingkan dengan beberapa negara seperti Malaysia, dan
beberapa negara Arab. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan
agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar Danau Toba
di Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah
di provinsi Maluku. Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris
tetap bebas untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah
Kristen yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri dari berbagai
denominasi, yaitu Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pantekosta di
Indonesia, Gereja Tiberias Indonesia/Gereja Bether Indonesia, Gereja Masehi Advent
Hari Ketujuh, Gereja Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja
Kristen Protestan Simalungun, dan denominasi lainnya.

II. Fungsi dan Peran Agama

Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena
adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama
menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan
sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :

a. Fungsi edukatif

Agama memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara petugas-


petugasnya (fungsionaris) seperti syaman, nabi, kiai, pendeta, guru agam dan
lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan
pendalaman rohani, dsb.

b. Fungsi penyelamatan

Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup


sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka
temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu
“yang sakral” dan “makhluk tertinggi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-
Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh
apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang
salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.

c. Fungsi pengawasan sosial (social control)

Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :

 Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik


bagi kehidupan moral warga masyarakat.

 Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang


dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system
hukum Negara modern.

d. Fungsi memupuk persaudaraan

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-


manusia yang didirikan atau unsur kesamaan.

 Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti


liberalism, komisme, dan sosialisme.

 Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-


bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO,
ASEAN dll.

 Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi


karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian
dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam sutu
intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai
bersama.

e. Fungsi transformatif

Fungsi transformatif disinin diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan


baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang
lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama dan
masyarakat yaitu :

a) Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi


b) Sarana hubungan trasendental melalui pemujaan dan upacara Ibadat
c) Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
d) Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
e) Pemberi identitas diri
f) Pendawasaan agama.

Sedangkan menurut Hendropuspito lebih ringkas lagi, akan tetapi intinya hamir
sama. Menurutnya fungsi agama dan masyarakat itu adalah edukatif, penyelamat,
pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, karena agama memberikan sebuah system nilai yang memiliki derivasi
pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam
mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat. Agama menjadi
sebuah pedoman hidup singkatnya. Dalam memandang nilai, dapat kita lihat dari dua
sudut pandang. Pertama, nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan
nilai agama sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang
emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut
mistisme.

Anda mungkin juga menyukai