Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, namun demikian manusia


hanya memiliki kemampuan yang terbatas. Kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada
Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu : menerima segala kepastian yang
menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan menaati segenap
ketetapan, aturan, hukum dan lain-lain yang diyakini berasal dari Tuhan Dengan
demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu merupakan
penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, kata agama diartikan
sebagai “kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dan sebagainya) dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu
Manusia dan Agama merupakan masalah yang sangat penting, karena
mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang
tetap beriman kepada Tuhan dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang
sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang dari langit atau agama
wahyu).
Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu
dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara
manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku

1
yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan
suci. Di samping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi
muda dalam menghadapi berbagai aliran-aliran sesat.
Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan sikap,
tingkahlaku dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat
yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong
menolong.
Penganut agama juga dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi
orang yang melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi,
apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang taat, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan
hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Beragama adalah suatu bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal
yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara
bulat terhadap  pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu
tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang
ditetapkan oleh agama tersebut. 
Dalam agama islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan
rukun iman, terdiri dari enam pilar, keenam pilar tersebut adalah keyakinan islam
terhadap hal-hal ghaib yang hanya dapat diyakini secara trasendental, sebuah
kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun iman (pilar
keyakinan) ini terdiri dari : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman
kepada kitab, Iman kepada rasul, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qada dan
Qadar.
Enam pilar keimanan umat islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib
dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah
keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu
kewajiban yang tidak dapat ditawa-tawar lagi.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian agama menurut para-para ahli?


2. Jelaskan agama-agama yang ada di Indonesia?
3. Jelaskan tentang Rukun Iman?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskrisipkan pengertian agama menurut para-para ahli.
2. Mendeskripsikan agama-agama yang ada di Indonesia.
3. Mendeskripsikan lebih rinci tentang Rukun Iman.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada


pembaca tentang Manusia dan Agama. Semoga kita dapat meningkatkan keimanan
dan ketaatan kepada sang pencipta. Adapun manfaat dari penyusuna makalah ini
yaitu :

1. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah


pengetahuan dan wawasan ( aspek teoritis ).

2. Sebagai sumber informasi yang sangat penting untuk dapat diaplikasikan


dalam kehidupan sehari-hari (aspek praktis).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. AGAMA
1.1 Pengertian Agama

Agama menurut bahasa Sansekerta berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain


untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang


terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang


mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "Agama" berasal dari bahasa Sanskerta,
āgama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.

Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang
dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut
akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi,
kesalehan" (kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti "
ketekunan ). Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk
Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang

4
sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini, mereka
akan hanya disebut sebagai "hukum".

1.2 Agama-Agama yang di Indonesia


a. Islam

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia


dengan 87,18% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas
muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia (seperti di Jawa dan Sumatra)
hingga wilayah pesisir Pulau Kalimantan. Sedangkan di wilayah timur Indonesia,
persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat.

Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan


keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Pada abad ke-13,
sebagian besar pedagang orang Islam dari Gujarat, India tiba di pulau Sumatra,
Jawa dan Kalimantan (misalnya, sekitar tahun 1297 telah ada jemaah di
Peureulak, Aceh Timur). Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti
Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya
berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut
Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatra. Dalam beberapa
kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda jika
dibandingkan dengan Islam daerah Timur Tengah.

b. Kekristenan

Kekristenan, yakni Gereja Asiria Timur beraliran Nestorianisme telah


hadir di Nusantara di Sumatra Utara pada abad ke-7. Fakta ini ditegaskan kembali
oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Fakta ini dapat dimengerti dengan
penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan
tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan
seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku "Daftar
berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-
tanah di luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan

5
Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia,
India dan Indonesia. Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih
al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut
Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatra Utara adalah
tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri
sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik
di Indonesia, seri 1, diterbitkan oleh KWI).

- Kristen Protestan

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda


(VOC) pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik
dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di
Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20 yang
ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di
Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama
dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak
mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya,
gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota.

Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa


wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan,
terutama di Tana Toraja dan Sulawesi Utara. Sekitar 80% penduduk di Tana
Toraja adalah Protestan. Di beberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung
memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada
keberhasilan aktivitas para misionaris.

Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya adalah


Protestan, yaitu Papua, Sulawesi Utara, dan Papua Barat, dengan persentase
berurutan 65,48%, 63,60%, dan 53,77% dari jumlah penduduk.[1] Di Papua, ajaran
Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. Di Ambon, ajaran

6
Protestan mengalami perkembangan yang sangat besar beriringan dengan agama
Islam. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa, berpindah agama ke Protestan pada
sekitar abad ke-18. Saat ini, kebanyakan dari penduduk Suku Batak di Sumatra
Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari
pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Saat ini,
6,69% dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Protestan.

- Kristen Katolik

Pada abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau
bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Kristen
Katolik Roma di Sumatra Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat
kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang
berdagang rempah-rempah.

Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama


Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534.
Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius,
mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.

Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di


Manado dan kawasan Minahasa, serta mencapai Flores dan Timor. Portugis dan
Spanyol berperan menyebarkan agama Kristen Katolik, namun hal tersebut tidak
bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol dan Portugis dari Sulawesi
Utara dan Maluku. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi
kedudukannya di Maluku. Selama masa VOC, banyak penyebar dan penganut
agama Katolik Roma yang ditangkap. Belanda adalah negara basis Protestan, dan
penganut Katolik dianggap sebagai kaki-tangan Spanyol dan Portugis, musuh
politik dan ekonomi VOC. Karena alasan itulah VOC mulai menerapkan
kebijakan yang membatasi dan melarang penyebaran agama Katolik. Yang paling
terdampak adalah umat Katolik di Sulawesi Utara, Flores dan Timor. Di Sulawesi
Utara kini mayoritas adalah penganut Protestan. Meskipun demikian umat Katolik
masih bertahan menjadi mayoritas di Flores, hingga kini Katolik adalah agama

7
mayoritas di Nusa Tenggara Timur. Diskriminasi terhadap umat Katolik berakhir
ketika Belanda dikalahkan oleh Prancis dalam era perang Napoleon. Pada tahun
1806, Louis Bonaparte, adik Napoleon I yang penganut Katolik diangkat menjadi
Raja Belanda, atas perintahnya agama Katolik bebas berkembang di Hindia
Belanda.

Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith
menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman Katolik kepada rakyat
setempat. Mulanya usahanya tidak membawa hasil yang memuaskan, hingga
tahun 1904 ketika empat kepala desa dari daerah Kalibawang memintanya
menjelaskan mengenai Katolik. Pada 15 Desember 1904, sebanyak 178 orang
Jawa dibaptis di Semagung, Muntilan, Magelang.[46]

Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil
dibandingkan para penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan
Flores. Selain di Flores, kantung Katolik yang cukup signifikan adalah di Jawa
Tengah, yakni kawasan sekitar Muntilan, Magelang, Klaten, serta Yogyakarta.
Selain masyarakat Jawa, iman Katolik juga menyebar di kalangan warga
Tionghoa-Indonesia.

Di Indonesia, terdapat satu provinsi yang mayoritas penduduknya adalah


penganut Katolik, yaitu Nusa Tenggara Timur dengan persentase 54,14% dari
populasi penduduk provinsi tersebut.

c. Hindu

Agama Hindu di Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya di dunia.


Sebagai contoh, Hindu di Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu
Dharma, tidak pernah menerapkan sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa epos
keagamaan Hindu Mahabharata (Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan
Ramayana (Perjalanan Rama), menjadi tradisi penting para pengikut Hindu di
Indonesia, yang dinyatakan dalam bentuk wayang dan pertunjukan tari. Semua
praktisi agama Hindu Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang umum,

8
kebanyakan adalah Lima Keyakinan Panca Srada. Ini meliputi kepercayaan satu
Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan di dalam jiwa dan semangat, serta karma
atau kepercayaan akan hukuman tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan
atas siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait
dengan banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan,
agama Hindu di sini lebih memusatkan pada seni dan upacara agama dibanding
kitab, hukum dan kepercayaan.

Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2010


adalah 4 juta orang, 1,7% dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor
empat terbesar. Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu
Indonesia yang memberi suatu perkiraan bahwa ada 10 juta orang Hindu.
Kebanyakan mutlak penganut Hindu berada di Bali dan bersatu dalam Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Selain Bali juga terdapat di Sumatra, Jawa
(teristimewa kawasan Jabodetabek), Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi. yang
juga memiliki populasi pendatang suku Bali cukup besar. Orang Hindu Tamil dari
suku India-Indonesia di Medan mewakili konsentrasi Hindu penting lain.

Di Kalimantan Tengah berada umat Hindu Kaharingan, agama asli suku


Dayak yang digabungkan ke dalam agama Hindu (tidak semua penganutnya
setuju), pula ada Agama Hindu Jawa suku Tengger, Hindu Tolotang suku Bugis,
dan Aluk Todolo suku Toraja.

Agama Hindu Jawa telah terbentuk dengan cara yang berbeda sehingga
lebih dipengaruhi oleh versi Islam mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam
Abangan atau Islam Kejawen. Telah pula disajikan beberapa gerakan Neo-
Vedanta/Neohindu antarabangsa, seperti misalnya, Masyarakat Internasional
Kesadaran Kresna dan organisasi dari Sathya Sai Baba, Chinmaya Mission,
Brahma Kumaris, Ananda Marga, Sahaja Yoga, dan Haidakhandi Samaj.

9
d. Buddha

Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba telah pada


sekitar abad ke-5 masehi atau sebelumnya dengan aktivitas perdagangan yang
mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Nusantara.
Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah
kerajaan Buddha telah dibangun sekitar periode yang sama: kerajaan Sailendra,
Sriwijaya dan Mataram. Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia,
mencakup candi Borobudur dan patung atau prasasti dari sejarah Kerajaan
Buddha yang lebih awal.

Pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi


pengakuan akan satu Tuhan (monoteisme). Sebagai hasilnya, pendiri Perbuddhi
(Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku Ashin Jinarakkhita, mengusulkan bahwa
ada satu dewata tertinggi, Sanghyang Adi Buddha dan satu aliran bersatu
Buddhayana. Hal ini didukung dengan sejarah di belakang versi Buddha
Indonesia pada masa lampau menurut naskah Jawa kuno dan bentuk candi
Borobudur.

Di antara umat Buddhis Indonesia berada semua aliran Buddha utama:


Mahayana, Wajrayana, dan Therawada. Kebanyakan orang Tionghoa-Indonesia
mengikuti aliran yang sinkretis dengan kepercayaan Tiongkok, yaini Tridharma
dan juga Ikuanisme (Maytreya).

Menurut sensus nasional tahun 2000, kurang lebih dari 2% dari total
penduduk Indonesia beragama Buddha, sekitar 4 juta orang. Kebanyakan
penganut agama Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi
seperti Riau, Sumatra Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini mungkin
terlalu tinggi, mengingat agama Konghucu (hingga tahun 1998) dan Taoisme
tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga dalam sensus diri
mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.

10
4. Konghucu

Agama Konghucu berasal dari Tiongkok daratan dan yang dibawa oleh
para pedagang Tionghoa dan imigran, diperkirakan sedari abad ke-3 Masehi.
Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada
kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya,
bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup
atau pergerakan sosial.[64] Pada tahun 1883 di Surabaya didirikan tempat ibadah
Khonghucu — Boen Tjhiang Soe, dan kemudian menjadi Boen Bio (Wen Miao).
Di tahun 1900 pemeluk Konghucu membentuk lembaga Konghucu Khong Kauw
Hwee. Dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) menjadi
pada tahun 1955 di Surakarta

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, umat Konghucu di


Indonesia terikut oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan untuk
beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan sebuah
keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di
Indonesia menjadi enam, termasuklah Konghucu. Pada awal tahun 1961, Asosiasi
Khung Chiao Hui Indonesia (PKTHI), suatu organisasi Konghucu,
mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan suatu agama dan Confucius
adalah nabi mereka.

Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru.
Di bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah
diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama
setelah kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok. Soeharto
mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa,
peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk
mengubah nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana
cara mengendalikan Tionghoa-Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari
populasi penduduk Indonesia, tetapi memiliki pengaruh dominan di sektor
perekonomian Indonesia. Pada tahun yang sama, Soeharto menyatakan bahwa

11
“Konghucu berhak mendapatkan suatu tempat pantas di dalam negeri” di depan
konferensi PKTHI.

Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan—menggantikan keputusan


presiden tahun 1967—mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda
dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan
bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu.[66][65] Pada tanggal
27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa
Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah
dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama
resmi di Indonesia.

Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah
jelas. De jure, berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi
mengizinkan Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De
facto, Konghucu tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi
agama lain (biasanya Kristen atau Buddha) untuk menjaga kewarganegaraan
mereka. Praktik ini telah diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda
penduduk, pendaftaran perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga
negaraan di Indonesia yang hanya mengenalkan lima agama resmi.

Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,


Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut
instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur
Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk
dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan
untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia
yang secara resmi diakui oleh negara, maka Tahun Baru Imlek telah menjadi hari
libur keagamaan resmi.

12
B. RUKUN IMAN

Rukun Iman (bahasa Arab: ‫أركان اإليمان‬, translit. arkān al-īmān) yaitu pilar-
pilar keimanan dalam Islam yang harus dimiliki seorang muslim. Jumlahnya ada
enam. Enam rukun iman ini didasarkan dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits yang
terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang diriwayatkan dari
Umar bin Khattab.

Mengenai rukun iman ini berikut dalil-dalilnya:

”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian,

akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari

kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)

Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam hadits Jibril: ”Iman

ituadalah hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-

kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir

Allah, yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim)

Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar

keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau

rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:

1. Iman kepada Allah SWT

Kita mengimani Rububiyah Allah SWT, artinya bahwa Allah adalah Rabb:
Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga
harus mengimani uluhiyah Allah SWT artinya Allah adalah Ilaah (sembahan)
Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil. Keimanan kita
kepada Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya,
artinya bahwa Allah memiliki Nama-nama yang maha Indah serta sifat-sifat yang
maha sempurna dan maha luhur.

13
Dan kita mengimani keesaan Allah SWTdalam hal itu semua, artinya bahwa Allah
SWT tiada sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah,
maupun dalam Asma’ dan sifat-Nya.
Firman Allah SWT, yang artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi
serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beridat kepada-Nya. Adakah kamu
mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS.
Maryam: 65)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.
Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
2. Iman Kepada Malaikat

Bagaimana kita mengimani para malaikat ? mengimani para malaikat Allah yakni
dengan meyakini kebenaran adanya para malaikat Allah SWT. Dan para malaikat
itu, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu)
adalah hamba-hamba yang dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya
dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-
anbiya: 26-27)
Mereka diciptakan Allah SWT, maka mereka beribadah kepada-Nya dan
mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ”
…Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh untuk
beribadah kepada-Nyadan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya: 19-20).
3. Iman Kepada Kitab Allah

Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya


kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi
orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul
mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari
kemuysrikan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ”Sungguh, kami
telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan

14
telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia melaksanakan keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25)
Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah :

 Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam,


sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah: 44.
 Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah SWT  kepada Daud alaihi sallam.
 Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap
Taurat. Firman Allah : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa)
injil yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang
sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
 Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan
Musa, ‘Alaihimas-shalatu Wassalam.
 Al-Quran, kitab yang Allah SWT  turunkan kepada Nabi Muhammad
shalallohu ‘alahi wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah SWT, yang
artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-
Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil…”
(QS. Al Baqarah: 185).

4. Iman Kepada Rasul-Rasul

Kita mengimani bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat
manusia, Firman Allah SWT, yang artinya: ” (Kami telah mengutus mereka)
sebagai rasul-rasul pembawa berita genbira dan pemberi peringatan, supaya
tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa: 165).
Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah nabi Nuh dan rasul terakhir adalah
Nabi Muhammad  shalallohu ‘alahi wa sallam, semoga shalawat dan salam
sejahtera untuk mereka semua. Firman Allah SWT, yang artinya: ”Sesungguhnya

15
Kami telahmewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada
Nuh dan nabi-nabi yang (datang) sesudahnya…” (QS. An-Nisa: 163).
5. Iman Kepada Hari Kiamat

Kita mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan
lain sesudah hari tersebut.
Untuk itu kita mengimani kebangkitan, yaitu dihidupannya semua mahkluk yang
sesudah mati oleh Allah SWT. Firman Allah SWT, yang artinya:”Dan ditiuuplah
sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada di bumi
kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka
tiba-tiba mereka bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-
Zumar: 68)
Kita mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap
manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada yang
mengambilnya dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah
SWT, yang artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan
kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia
akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia
akan berteriak celakalah aku dan dia akan masuk neraka yang menyala.” (QS.
Al-Insyiqaq: 13-14).

6. Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk

Kita juga mengimani qadar (takdir) , yang baik dan yang buruk; yaitu ketentuan
yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya
dan menurut hikmah kebijakan-Nya.
Iman kepada qadar ada empat tingkatan:

1. ‘Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui
apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama

16
sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama
sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
2. Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang
terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah SWT, yang artinya: ”Apakah
kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit
dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi
Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
3. Masyi’ah
ialah mengimani bawa Allah SWT. telah menghendaki segala apa yang ada
di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan
kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa
yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
4. Khal
Ialah mengimani Allah SWT. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah
SWT, yang artinya:  ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci
(perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi 


upaya tersebut dilakukan dengan berbagai yang ditujukan kepada Ilahi. Di
Indonesia ada 5 Agama yang diakui yaitu : Islam, Kristen, Hindu, Budha,
Konghucu.

Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan


diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Rukun Iman adalah Pilar-pilar agama
yang merujuk pada keimanan dalam Islam yang harus dimiliki seorang muslim.
Jumlahnya ada enam.
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada para rasul Allah
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk

B. Analisis

Menurut saya agama merupakan suatu kepercayaan seseorang terhadap


Tuhan, dimana seseorang yang mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-
Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena seseorang tersebut mempercayainya.

Agama sangat penting dalam kehidupan kita di dunia, karena di dalam


agama terdapat ajaran-ajaran yang mengajarkan kebaikan dan mengatur kita
dalam kehidupan sehingga menjadi lebih baik lagi. Baik atau tidaknya tindakan
seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan
terhadap agama yang diyakini.

18
Iman adalah salah satu pilar-pilar agama yang perlu kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Agar kita sebagai umat manusia tidak terjerumus kepada
kemaksiatan, perbuatan buruk maka iman akan mengontrol kehidupan manusia.
Iman itu adalah cahaya yang menerangi hati, jiwa dan jantung manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. (2019, 15 Desember). Agama. Diakses pada 31 Desember 2019 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Wikipedia. (2019, 15 Desember). Agama. Diakses pada 31 Desember 2019 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

GuruPendidikan.com. (2019, 10 November). Agama Di Indonesia Yang Diakui


Oleh Pemerintah Dan Hubungannya. Diakses pada 31 Desember 2019 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/agama-indonesia/

Wikipedia. (2019, 10 Desember). Rukun Iman, Diakses pada tanggal 31


Desember 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman

20

Anda mungkin juga menyukai