SOSIOLOGI AGAMA
TENTANG PELEMBAGAAN AGAMA
DI SUSUN
OLEH:
NAMA: WAHIDIN
NIM: 1963040011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengerian Lembaga Agama
B. Unsur-unsur Lembaga Agama
C. Fungsi-fungsi Lembaga Agama
D. Macam dan Contoh Lembaga Agama
E. Pemujaan
F. Tampilnya Pola-pola Kepercayaan
G. Rasionalisasi Pola-pola Keagamaan
H. Tampilnya Organisasi Keagamaan
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bahkan jumlah
umat Islam Indonesia merupakan yang terbanyak diantara negara–negara didunia sekarang ini. Secara
umum masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama dan mempercayai adanya Tuhan.
Dalam prakteknya sekarang ini tidak mencerminkan masyarakat yang beragama. Kehidupan
keberagamaan masyarakat Indonesia yang agamis, tidak tercermin dalam kehidupan
sosialnya.Kehidupan masyarakat yang modern sekarang ini, ditandai dengan ketersediaan berbagai
fasilitas hidup yang memungkinkan manusia memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi, untuk
mencapai kebutuhan utamanya dengan mudah, peran agama tetap diperlukan.Pengabaian terhadap
tuntunan agama dalam kehidupan modernakan berakibat munculnya malapetaka bagi umat manusia
secara meluas sebab manusia modern tanpa bimbingan agama akan bebas mengikuti kecenderungan
nafsu serta keinginan mereka, sekalipun harus mengorbankan hak dan kepentingan pihak lain.
Masyarakat perkotaan yang modern cenderung mengabaikan arti pentingnya agama dalam mengisi
sendi-sendi kehidupannya. Lembaga-lembaga agama kurang memberikan kontribusi secara langsung
kepada masyarakat terutama terhadap kesalehan sosialnya. Perspektif sosiologis, memandang agama
sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku tertentu. Berkaitan dengan pengalaman
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Setiap perilaku yang diperankannya akan terkait
dengan sistem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Perilaku individu dan sosial digerakkan
oleh kekuatandari dalam yang didasarkan pada nilai–nilai ajaran agama yang menginternalisasi
sebelumnya. Wach lebih jauh beranggapan bahwa keagamaan yang bersifat subjektif, dapat di
objektifkan dalam berbagai macamungkapan.
Di kehidupan bermasyarakat, lembaga agama tentu memiliki peran yang sangat penting. Ironisnya,
peran lembaga agama tersebut sering tidak kita sadari. Untuk itu penting bagi kita mempelajari
sedikit banyak mengenai lembaga agama di Indonesia ini. Lembaga keagamaan adalah organisasi
yang dibentuk oleh umat beragama denganmaksud untuk memajukan kepentingan keagamaan umat
yang bersangkutan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan masing-masing umat beragama tepatnya iyalah
lembaga keagamaan di Indonesiaa.
Lembaga-lembaga keagamaan perlu diupayakan untuk membina rasa pemeluknyadalam rangka
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Umat yang taqwaakan melahirkan manusia-
manusia yang baik dan beriman sehingga tercipta warga negarayang tahu hak dan kewajibannya baik
sebagai makhluk individu mapun makhluk sosial. Keberadaan lembaga-lembaga keagamaan
memberikan rasa aman bagi setiap warga negaradan umat beragama agar dapat beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa diliputi rasaketakutan kepada pihak lain. Setiap umat beragama dapat
selalu meningkatkan danmengembangkana diri dalam mempelajari dan memahami serta
melaksanakan agama yangdianutnya dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Apabila ketentraman menjalankan ibadah sudah baik, dengan sendirinya
kepentinganumum akan tercipta, tidak akan terjadi kegaduhan, keributan, dan saling menyalahkan.
Selanjutnya keamanan, kedamaian dan ketenangan dalam masyarakat akan terbina dengan baik.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan fungsi-fungsi pelembagaan agama
2. Menjelaskan macam-macam pelembagaan agama
3. Menjelaskan apa saja bentuk pemujaan dalam agama
4. Menjelaskan pola-pola keagamaan serta kepercayaan
TUJUAN PEMBAHASAN
Agar si pembaca dapat memahami mengenai tentang pelembagaan agama, serta mengetahui apa-
apa saja macam-macam pelembagaan agama yang ada di pelembagaan agama yang ada di
indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Agama
Lembaga agama adalah lembaga yang mengatur kehidupan atau tingkah laku manusia yang
berkaitan dalam hidup beragama. Selain itu lembaga agama adalah suatu organisasi yang
dibentuk oleh umat beragama dengan maksud memajukan kepentingan hidup beragama yang
ada didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun pengertian lain dari
lembaga agama adalah praktek keagamaan dan sistem keyakinan dalam masyarakat yang telah
dibakukan dan dirumuskan.
Menurut Emile Durkheim lembaga agama adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
praktek yang berhubungan dengan agama, kepercayaan dan hal-hal suci yang berguna untuk
mempersatukan umat.
Sedangkan menurut Bruce J lembaga agama adalah lembaga yang bertujuan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam beragama. Fungsinya untuk pencarian identitas moral, memberikan
tafsiran dan penjelasan serta meningkatkan solidaritas kelompok.
Secara umum, lembaga agama adalah organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan
maksud untuk memajukan suatu kepentingan hidup beragama yang ada didalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
E. Pemujaan
Secara sosiologis sesungguhnya kebanyakan dari gerakan-gerakan keagamaan baru–termasuk
agama-agama yang kini menjadi mainstream-pada awalnya merupakan kelompok kecil yang
memberontak terhadap tatanan keagamaan dan politik yang telah mapan. Gerakan keagamaan
baru biasanya bertendensi untuk menunjukkan diri mereka secara atraktif terhadap masyarakat
yang menganggap mereka marginal ataupun melakukan perlawanan terhadap masyarakat
yang dominan beserta sistem nilainya.
Sebagai konsekuensi kemudian ketegangan (tension) antara gerakan keagamaan baru itu
dengan masyarakat luas menjadi hal yang biasa dan tidak bisa dihindari.Secara teologis dan
ritual, belakangan maraknya gerakan keagamaan baru disinyalir justru menjauhkan dari
substansi ajaran dan praktek agama secara autentik. Dalam kontek ini, justru bermunculannya
gerakan-gerakan keagamaan baru tersebut malah semakin berkembang ajaran dan praktek-
praktek keagamaan yang bersifat heresy (bid‘ah dan sempalan) secara masif dan ekstrem.
Secara empiris, kemunculan gerakan-gerakan keagamaan baru saat ini telah menarik beberapa
gerakan organisasi Islam yang sudah mapan, baik yang bersifat tradisionalis maupun
modernis-reformis dalam menyikapi dan bahkan mengantisipasinya. Untuk konteks Indonesia
misalnya penyikapan dari organisasi Islam yang mewakili gerakan tradisonalis, yang biasanya
disematkan kepada organisasi keagamaan Nahdathul Ulama dan yang mewakili modernis-
reformis biasanya disematkan kepada organisasi keagamaan Muhammdiyah. Pemetaan aliran
gerakan yang disematkan kepada Nahdathul Ulama dan Muhammadiyah tersebut sebenarnya
sudah banyak yang mempertanyakannya tetapi tetap saja beberapa cendikiawan masih
mempertahankannya hanya untuk kepentingan membedakannya secara distingtif.
Pemujaan dimulai sejak manusia dilahirkan dengan akal yang dimilikinya. Manusia telah
berfikir kritis tentang alam dan kejadiannya. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengagumi
dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Dalam mencari bentuk-bentuk pemujaan dapat berupa
ibadah sebagai media komunikasi antara manusia dengan Tuhan, membangun tempat ibadah
yang sebaik-baiknya, mencipta lagu, puisi, novel, film, dan sebagainya yang bertema
mencintai Sang Pencipta.
Pemujaan adalah salah satu menefestasi cinta manusia kepada tuhannya yang diwujudka
dalam bentuk komunikasi ritual. Pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna
kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi adalah karena tuhan menciptakan alam
semesta. Seperti dalamsurat Al-Furqon ayat 59 yang menyatakan,” Yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia barsemayam
di atas araysy,(Dia-lah) yang maha pengasih, maka tanyakanlah(tentang allah) kepada orang
yang lebih mengetahui (muhammad)”. Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara
pemujaan sesuai dengan agama,kepercayaan, kondisi dan situasi .
Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan tuhannya.
Hal ini manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan
kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala kekurangan
yang ada padanya, dan lain-lain.
Bila setiap hari sekian kali manusia memuja kebesaran dan selalu mohon apa yang kita
inginkan. Dan tuhan selalu mengabulkan permintaan umatnya sesuai kebutuhannya, maka
wajarlah cinta manusia kepada tuhan adalah cinta mutlak ( cinta hakiki). Cinta yang tak dapat
ditawar-tawar lagi , alangkah besar dosa kita , apabila kita tidak mencintainya meskipun
hanya sekejap.
Adapun beberapa contoh pemujaan sebagai berikut:
· Puja memuja sesama antar manusia
Dalam hal kaitan ini yang dimaksud puja memuja sesama antar manusia adalah pada hal layak
umumnya mungkin saja pemujaan dalam hal mengagumi disertai dengan rasa jatuh cinta yang
menyebabkan perubahan sikap, perilaku, atau tutur kata layaknya seperti orang yang sedang
jatuh cinta terhadap seseorang yang dia puja. Atau bisa saja seseorang yang biasa saja memuja
seorang figur idola yang sangat mengesankan baginya.
· Puja seorang manusia terhadap alam
Manusia memuja alam mungkin maksudnya agar alam lebih beriskap ramah dan bersahabat
dengan manusia. Agar alam dapat bersahabat, maka diperlakukan pemujaan oleh manusia
melalui perbuatan ritual. Kadar ritualnya senantiasa di tentukan oleh kesempurnaan dalam
satu cara pemujaan, lengkap dengan peralatan yang berfungsi sebagai simbol. Setiap simbol
selalu mewakili berbagai aspek dari aktifitas tingkah laku manusia. Walaupun demikian alam
tak pernah mengingkari janji setelah ditaklukkan, dikurasi, dikuasai, digarap habis-habisan.
Alam beraksi menjatuhkan sanksi atau sebuah teguran dengan berbagai bentuk (banjir,
gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi) dan setelah itu manusia sendirilah yang meratapi
nasibnya.
· Puja manusia terhadap benda
Pada hakekatnya benda (materi) sangat di butuhkan dalam kehidupan manusia, sepanjang
benda itu mungkin saja bukan merupakan tujuan akhir. Pemujaan manusia terhadap benda
secara berlebihan pasti akan mengundang kejanggalan. Karena bisa saja benda beralih fungsi
yang tadinya peranannya sebagai alat perpaduan hidup berubah menjadi sesuatu yang dipuja,
dipertuhan, atau disembah - sembah. untuk contoh adalah ada saja dari dulu hingga kini yang
masih memuja atau menyembah patung atau berhala atau apapun benda yang dianggap
manusia itu sebagai pujaannya atau bisa saja mungkin sebagai Tuhannya.
· Puja manusia terhadap dewa
Hal ini kaitannya termasuk dalam lingkup keyakinan berkepercayaan (agama). Namun
demikian keyakinan berkepercayaan seperti itu tak perlu diganggu gugat, bahkan sebaliknya
harus di hargai karena keyakinan berkepercayaan sebagaimana di maksud adalah milik orang
lain dan merupakan hak mereka untuk memiliki atau memeluk suatu kepercayaan.
· Puja manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa pelaksanaannya berbeda-beda sesuai
dengan agama yang diyakini oleh setiap kelompok masyarakat. Contohnya dikalangan
masyarakat yang beragama islam khususnya, pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
diatur berdasarkan dengan syariat yang bersumber dari Al-Qur’an dan diperjelas teknis serta
cara pelaksanaannya melalui hadits Rasulullah. Bahkan dengan kekhususan pemujaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dan semata-mata untuk dipuji hanya Allah.
. Pemujaan terhadap leluhur
Pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang timbul karena adanya kedudukan tokoh yang
menonjol dan menimbulkan penghormatan kepada tokoh setelah ia meninggal. Gejala sosial
yang menonjol setelah tokoh meninggal dunia dimulai dari prosesi penguburan, pembuatan
bangunan symbol berupa bermacam-macam bangunan megalitik.
Salah satu contohnya yaitu pada penduduk Tionghoa yang masih menjalankan budaya dan
tradisi pemujaan leluhur hingga saat ini. Pemujaan terhadap leluhur dijalankan untuk
menolong seseorang mengingat kembali asal-usulnya, dan dipandang sebagai perwujudan dari
bakti anak terhadap orang tua atau leluhurnya. Contoh lain yaitu dalam pelaksanaan upacara
pemakaman di Toraja yaitu Rambu Solo’, upacara ini merupakan bentuk pemujaan terhadap
arwah nenek moyang dan para leluhur mereka.
. Pemujaan terhadap materi
Pemujaan terhadap materi termasuk dalam kepercayaan dinamisme, dimana kepercayaan ini
percaya bahwa segala sesuatu mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Kekuatan gaib yang dipercaya
itu berasal dari benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, danlain-lain.
. Pemujaan terhadap hewan yang dianggap suci
Pemujaan terhadap hewan yang dianggap suci ini termasuk dalam kepercayaan toteisme yang
percaya bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan
supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau. Seperti halnya
pada penganit agama hindu yang melakukan pemujaan terhadap lembu yang dianggap sacral
bagi umat hindu dan keharusan untuk tidak memakan dagingnya adalah nilai-nilai moral yang
bersumber pada fakta tersebut.
1. Animisme
Animisme artinya kepercayaan bahwa manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memiliki
jiwa atau roh tertentu. Kepercayaan animisme memuja roh, termasuk roh orang yang sudah
meninggal, ada juga yang menyembah pohon atau binatang yang sebenarnya bukan benda
atau materinya, melainkan jiwa atau roh yang ada dalam pohon atau binatang tersebut.
2. Dinamisme
Kepercayaan dinamisme menganggap bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib.
Dalam antropologi, kekuatan gaib yang diyakini penganut dinamisme itu istilahnya adalah
mana. Karena itulah, kepercayaan dinamisme juga dikenal sebagai manaisme. Kekuatan gaib
nan sakti itu, dalam pandangan dinamisme, berpengaruh pada hidup manusia. Pengaruhnya
dapat berdampak buruk atau bermanfaat pada kehidupan sehari-hari. Sebagai misal, aliran
dinamisme meyakini bahwa batu akik, keris, kain tertentu memiliki kekuatan sakti yang
ampuh untuk digunakan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Baca juga: Arti Kearifan
Lokal di Indonesia: Nilai, Dimensi, Contoh, & Fungsi Bentuk Perubahan Sosial Masyarakat:
Revolusi, Evolusi, Kebudayaan Mengenal Apa Itu Budaya, Adat dan Kelompok Etnis.
3. Totemisme
Totemisme berasal dari kata Ojibwa dari Suku Algonkin, Amerika Utara. Arti totem dapat
berupa burung, ikan, binatang, atau tumbuhan tertentu. Totemisme meyakini bahwa ada daya
atau sifat keilahian pada benda-benda tertentu, selain manusia. Kepercayaan ini menganggap
bahwa hewan atau tumbuhan tertentu dapat memberi pengaruh, baik itu pengaruh baik atau
dampak buruk bagi penganutnya. Lazimnya, penganut totemisme menganggap keramat hewan
atau tumbuhan yang dipercaya sebagai totem, serta dilarang membunuh atau memakan hewan
atau tumbuhan tersebut.
5. Panteisme
Aliran panteisme meyakini bahwa alam semesta adalah Tuhan. Kepercayaan ini menafikan
keyakinan bahwa Tuhan menciptakan alam atau kehadirannya di luar alam. Penganut
panteisme berpendapat bahwa Tuhan itu melingkupi segalanya melalui alam semesta ini.
6. Monoteisme
Berkebalikan dengan politeisme yang meyakini banyak Tuhan, kepercayaan monoteisme
berpendapat bahwa hanya ada satu Tuhan, yang esa, atau tunggal. Agama Islam, Yahudi, dan
Kristen tergolong agama monoteis.
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga agama merupakan suatu lembaga yang mengatur kehidupan manusia. Hal ini juga
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli, salah satunya yakni Emile Durkheim
beliau menyatakan bahwa agama ialah suatu sistem kepercayaan dan perilaku yang
berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral dan dilarang. Selain itu, lembaga agama ini
juga dapat mempersatukan seluruh penganutnya menjadi satu komunitas moral yang
berdasarkan nilai-nilai bersama. Adapun agama sebagai suatu kepercayaan yang didalamnya
memuat ajaran dan petunjuk agar penganutnya selamat didunia dan pada kehidupa
selanjutnya.
Ciri_Ciri lembaga agama yakni sebagai berikut:
1.Sebagai pendorong, penggerak, dan pengendali tingahlaku
2.Adalah sistem keyakinan
3.Adalah perwujudan sesuatu yang diyakini sebagai hal gaib
4.Menyatukan umat
5.Memiliki tujuan memuliakan umatnya.
DAFTAR PUSTAKA