Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA DAN AGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Alfi Nikmah, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Ahmad Musa (2130110123)


2. Nurul Izza Amalia (2130110127)

Kelas D
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi pedoman
hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupakan satuan dari beberapa
bagian, yang mana bagian-bagian tersebut saling berkaitan, saling
melengkapi dan saling berhubungan satu sama lain.
Pada sebuah kehidupan, tuhan dianggap sebagai pemimpin yang
berkuasa atas apa yang diciptakannya dan bebas berbuat apa sesuai yang
dikehendakiNya. Sehingga, ketuhanan ditempatkan pada sila pertama
dalam pacasila dan menduduki posisi tertinggi dari kelima sila tersebut.
Oleh karena itu, agama berperan penting dalan kehidupan
bermasyarakat karena didalamnya terdapat aspirasi-aspirasi manusia yang
paling dalam dan agama juga sebagai sumber dari semua budaya. Maka,
disini kami akan Menyusun makalah mengenai Pancasila dan agama,
selain untuk memenuhi tugas makalah, juga untuk menambah wawasan
tentang Pancasila dan agama.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Pancasila ?
b. Apa Pengertian Agama ?
c. Bagaimana Hubungan Pancasila dan Agama ?
d. Bagaimana Problematika dan Solusi dalam Pancasila dan Agama ?

X
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah Ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Pancasila ini terdiri dari dua kata sanskerta. Panca berarti Lima dan
Sila berarti Prinsip atau Asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Menurut Notonegoro Pancasila adalah dasar Falsafah negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila
merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan
negara Indonesia.
Menurut Ir. Soekarno Pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia yang turun menurun yang sekian abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja
falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Lima sendi utama utama penyusun Pancasila merupakan
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.1
Sebagai awal, Pancasila merupakan basis struktur bangsa
Indonesia, karena ia menjadi pandangan hidup kultural dari
masyarakat. Pandangan hidup ini menurut Soekarno merupakan
1
Irwan Gesmi dan Yun Hendri, Pendidikan Pancasila, (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2018), hal. 1-2

X
hogere optrekking (pengangkatan lebih tinggi) dari filsafat nusantara.
Artinya, sebelum Pancasila dan Indonesia lahir, nilai-nilai Pancasila
telah hidup dan mengendap di dalam khasanah kebudayaan nusantara.
Penggaliannya dalam bentuk Pancasila, merupakan pengangkatan
lebih tinggi agar selaras dengan visi kehidupan bangsa modern yang
berakar kuat dari bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kultural ini yang
kemudian dilembagakan dalam struktur sosial-politik bangsa, yakni
negara, melalui penempatannya menjadi dasar negara. Pendasaran
Pancasila pada ranah kultur dan struktur inilah yang membuatnya
menjadi “langit – langit” ideologi bangsa, sehingga segenap pemikiran
dan praktik kebangsaan harus berwawasan Pancasila.2

B. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (Kepercayaan) dan Peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama
dapat dianggap sebagai seperangkat aturan atau peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya hubungan
dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan sesama
manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan
lingkungannya.3
Secara Terminologis, Harun Nasution memberikan definisi-
definisi tentang agama sebagai berikut:
1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi.

2
Slamet sutrisno, Filsafat dan ideologi Pancasila, (Yogyakarta: ANDI, 2016), hal.131
3
Sukarman Purba dkk, Landasan Pedagogik: Teori dan Kajian, (Yayasan kita
menulis, 2021), hal. 77

X
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri
manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal
dari kekuatan gaib.
5. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang
menimbulkan cara hidup tertentu.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari
perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan
misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang rasul.4

Persepsi tentang agama mengalami perubahan seiring dengan


terjadinya perkembangan masyarakat. Adanya perkembangan itu
membawa pengaruh kepada perubahan sifat agama. Pertama,
tahapan primitive, yaitu kehidupan beragama diwarnai dengan
kepercayaan pada berbagai mitos serta keberadaan Makhluk
spiritual. Kedua, agama purbakala yang ditandai dengan munculnya
kepercayaan terhadap dewa, padri, ibadat, kurban yang seringkali
dijumpai konsep tentang kerajaan tuhan sebagai penggambaran ke-
Maha Kuasaan Tuhan. Ketiga, Agama historis yaitu lahirnya
agama-agama besar didunia yang intinya adalah penolakan terhadap

4
R. Abuy Sodikin, Konsep Agama dan Islam, Jurnal Al Qalam, Vol.20 No.97, (April-
Juni, 2003), hal. 2-3

X
dunia sekuler dan penetapan suatu dunia eksistensi yang lain yang
bertujuan untuk memperoleh keselamatan. Keempat, Agama
Modern Awal, yaitu Agama yang beriringan dengan munculnya
Reformasi dikalangan penganut Kristen. Kelima, Agama Modern
yang dikonsepsikan dengan bentuk kehidupan beragama yang
konsep dan ritual agama telah digantikan etika Humanistik dan
berbagai hal sekuler.5

Islam hadir pada agama Historis yang memperkenalkan ajaran


baru tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap
realitas adanya potensi kebebasan berkehendak serta adanya potensi
kemampuan untuk mewujudkan kehendak itu. Demikianlah, islam
sebagai agama modern lain yang menyeimbangkan antara
rasionalitas dan keimanan sebagai dua hal yang saling
memperkuat.6

C. Hubungan Pancasila dan Agama


Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki posisi penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, negara yang merupakan
institusi utama pengaturan masyarakat, tidak hanya mengatur aspek
material tetapi juga mental. Dengan mendasari negara sebagai nilai-
nilai normative, Pancasila juga semestinya menjadi pola dasar dari
cara berpikir dan bertindak dari masyarakat.7

5
Ridwan Lubis, Agama dan perdamaian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2017), hal. 6-7
6
Ridwan Lubis, Agama dan perdamaian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2017), hal. 7
7
Syaiful Arif, Islam, Pancasila dan Deradikalisasi – meneguhkan Nilai
Keindonesiaan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2018), hal. 10

X
Pendiri negara Indonesia nampaknya menentukan pilihan yang
khas dan inovatif tentang bentuk negara dalam hubungannya dengan
agama. Dengan melalui pembahasan yang sangat serius disertai
dengan komitmen moral yang sangat tinggi sampailah pada suatu
pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
‘ketuhanan Yang Maha Esa’. Mengingat kekhasan unsur-unsur rakyat
dan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku,
ras, agama dan budaya nampaknya Founding Fathers kita sulit untuk
menentukan begitu saja bentuk negara sebagaimana yang ada di dunia.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Ir. Soekarno 1
Juni 1945, Ketika Berbicara mengenai dasar negara (philosophische
grondslag) menyatakan, “prinsip ketuhanan! Bukan saja bangsa
Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen bertuhan
menurut Isa Al-Masih, Yang Islam menurut petunjuk nabi Muhammad
SAW, orang budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang
ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya
negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-
Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan
hendaknya Negara Indonesia satu negara yang ber-Tuhan”.8
Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa berpangkal pada
satu keyakinan bahwa alam semesta beserta isinya sebagai suatu
keseluruhan yang terjalin secara harmonis adalah hasil ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan
dan akan Kembali kepadaNya. Karena itu bertakwa dan mengabdi

8
Sri Sedar Marhaeni, Hubungan Pancasila dan agama islam dalam negara kesatuan
republik Indonesia, jurnal Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Vol.2 No.2,
(Desember, 2017), hal. 113

X
kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu kewajiban manusia
sebagai makhluk ciptaanNya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
adalah Makhluk yang bermasyarakat artinya manusia memerlukan
manusia lainnya untuk hidup Bersama dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam kebersamaan itu, manusia dikodratkan memiliki
kepribadian yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Keseluruhan kepribadian yang berbeda-beda itu mewujudkan satu
kesatuan dalam perbedaan lambang Negara republik Indonesia, kodrat
itu dirumuskan dalam semboyan : “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan
tersebut memberikan pedoman bagi manusia dalam bermasyarakat
untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai masyarakat maka
manusia harus mengakui dan menghormati perbedaan yang ada di
masyarakat.9
Pancasila Juga sebagai paradigma pembangunan di bidang
agama. Pembangunan di bidang agama harus didasarkan pada nilai-
nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan di bidang agama adalah:
a. pengembangan kehidupan beragama adalah demi
terciptanya kehidupan sosial yang saling menghargai dan
menghormati.
b. Memberikan kebebasan dalam rangka memeluk dan
mengamalkan ajaran agama.10

Tentang hubungan Pancasila dan agama ini, KH. Achmad


Shiddiq mengatakan, “Dalam Hubungan antara agama dan Pancasila,

9
Sri Sedar Marhaeni, Hubungan Pancasila dan agama islam dalam negara kesatuan
republik Indonesia, jurnal Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Vol.2 No.2,
(Desember, 2017), hal. 113-114
10
Muhammad fathurrohman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
(Yogyakarta: KALIMEDIA, 2018), hal. 76

X
Keduanya dapat sejalan, saling menunjang dan saling mengokohkan.
Keduanya Bersama-sama dilaksanakan dan diamalkan, tidak harus
dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan meninggalkan yang
lain. Karenanya sungguh tepat apa yang sudah ditegaskan oleh
pemerintah bahwa Pancasila tidak akan diagamakan dan agama tidak
akan dipancasilakan. Dengan demikian, maka benar-benar terbukti
bahwa di dalam negara dan masyarakat yang berpancasila ini, agama
dapat diamalkan dengan lebih baik, dan sebaliknya, umat beragama di
negara ini merupakan ideologi nasional Pancasila.11

Dengan adanya dasar Ketuhanan maka Indonesia mengakui


dan percaya pada adanya Tuhan Yang Maha Esa, Yang Menjadi Sebab
adanya manusia dan alam semesta serta segala hidup dan kehidupan di
dalamnya.

Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia


untuk memeluk agamanya/kepercayaannya, sebagaimana tercantum
dalam pasal 29 UUD 1945. Hal ini berarti bahwa, Negara Indonesia
yang terdiri atas beribu-ribu pulau dengan lebih kurang 250 ribu juta
lebih penduduk yang menganut beberapa agama, menghendaki semua
itu hidup tenteram, rukun dan saling menghormati. Demikian semua
agama diakui di Negara Republik Indonesia, dapat bergerak dan
berkembang secara Leluasa.12

D. Problematika dan Solusi dalam Pancasila dan Agama


Di Indonesia, demokrasi memberikan ruang yang seluas-
luasnya, dimana warga negara dapat dengan bebas mengartikulasikan

11
Edi Rohani, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, (Wonosobo: Gema
Media, 2019), hal. 106-107
12
Muhammad fathurrohman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
(Yogyakarta: KALIMEDIA, 2018), hal. 168

X
kepentingan atau keyakinan. Sering kali demokrasi ditafsirkan dengan
sangat bebas bahkan cenderung liar. Salah satunya adalah kebebasan
dalam beragama.
Sekalipun Kebebasan beragama telah mendapatkan
perlindungan dari berbagai konvensi global dan berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, nyatanya dalam
Implementasinya (Setidaknya di Indonesia) masih banyak menyisakan
persoalan. Tidak hanya pada perkara menculnya berbagai kelompok
radikal, tetapi juga persoalan pada kebebasan beragama itu sendiri. Hal
ini membuat kehidupan beragama di Indonesia terdapat paradoks
tersendiri. Ada berbagai hal yang problematik yang muncul ketika
kebebasan negara itu coba dimanifestasikan dalam hidup bernegara.
Persoalan yang paling urgen adalah kesalahan konsepsi
kebebasan beragama yang memunculkan gerakan radikalisme agama.
Hal ini ditandai dengan isu-isu agama yang dipertentangkan dengan
pancasila yang masih terus terjadi. Agama dan Pancasila seakan terus
menjadi friksi yang tak dapat berhenti. Di dunia dakwah, paham-
paham keagamaan masih disampaikan oleh sebagian kalangan dengan
menempatkan Pancasila sebagai seteru. Praktik demikian pada
akhirnya semakin menyuburkan bibit-bibit radikalisme yang dapat
mengancam bangsa dan negara.
Padahal, Historisitas Pancasila tersendiri menunjukkan agama
merupakan penyokong terbentuknya Pancasila. Tidak hanya dari
kalangan Islam, golongan agama lain juga turut menyokong
terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan
kesepakatanbersama. Maka dari itu, ajaran-ajaran agama yang bersifat
universal hidup dan menjiwai Pancasila. Pada dasarnya, Pancasila
sebagai dasar negara hendak membentuk masyarakat Indonesia
menjadi massyarakat yang hidup dengan nilai-nilai agama. Tentu

X
dengan semangat kemanusiaan dan saling menghormati karena
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, ada
banyak agama yang hidup di Indonesia.13
Setiap Warga Negara wajib memegang prinsip-prinsip dasar
dalam berbangsa dan bernegara. Beberapa prinsip dasar yang wajib
dipegang teguh dan diaplikasikan adalah kewargaan multikultural dan
partisipatif, yang artinya mampu berempati, bertoleransi, bekerjasama
dalam sebuah negaara yang multikultural. Lalu, inklusivitas yang
bermakna mengaanggap orang lain, meskipun berbeda suku, bangsa,
ras dan agama tetap sama tanpa mengkotak-kotakkannya. Hal tersebut
akan mengantarkan masyarakat pada pola pikir yang mampu
menerima perbedaan secara universal dan mampu hidup dalam nuansa
perbedaan. Kemuadian, pengalaman langsung yang berarti mampu
berpartisipasi dalam perbedaan melaalui tindakan. Tujuannya adalah
membentuk ekosistem saling memahami karena dalam pengaalaman
langsung terdapat interaksi antar lapisan masyarakat tanpa terkecuali.14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pancasila adalah Ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila ini terdiri
dari dua kata sanskerta. Panca berarti Lima dan Sila berarti Prinsip atau
Asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

13
Anggit Rizkianto, Relasi agama dan Pancasila, (Pustaka Aksara, 2021), hal. 11
14
Yukaristia, LITERASI: Solusi terbaik untuk mengatasi problematika sosial di
Indonesia, (Sukabumi: CV Jejak, 2019), hal.83

X
2. Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (Kepercayaan)
dan Peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
3. Pancasila dan agama memiliki hubungan yang saling berkaitan
diantaranya, Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa yang berpangkal
pada agama, Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan di Bidang
Agama, Pancasila dan agama saling membutuhkan dimana agama
membutuhkan negara yang berdasarkan Pancasila untuk
perkembangannya begitu juga negara Pancasila membutuhkan agama
untuk meningkatkan moral bangsanya. Dalam Hubungan antara agama
dan Pancasila, Keduanya dapat sejalan, saling menunjang dan saling
mengokohkan. Keduanya Bersama-sama dilaksanakan dan diamalkan,
tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan
meninggalkan yang lain.
4. Masyarakat Indonesia sebagai pemeluk agama yang berbeda-beda tetap
perlu menyadari perannya sebagai warga negara. Warga negara yang baik
mempresentasikan pemahaman yang komplit bahwa negara Indonesia
merupakan negara yang berdiri dengan dasar Pancasila Bhineka Tunggal
Ika. Artinya bahwa negara ini mutlak menjunjung tinggi persatuan dalam
keberagaman.Persoalan yang paling urgen adalah kesalahan konsepsi
kebebasan beragama yang memunculkan gerakan radikalisme agama. Hal
ini ditandai dengan isu-isu agama yang dipertentangkan dengan pancasila
yang masih terus terjadi. Setiap Warga Negara wajib memegang prinsip-
prinsip dasar dalam berbangsa dan bernegara. Beberapa prinsip dasar yang
wajib dipegang teguh dan diaplikasikan adalah kewargaan multikultural
dan partisipatif, yang artinya mampu berempati, bertoleransi, bekerjasama
dalam sebuah negaara yang multikultural.

X
DAFTAR PUSTAKA

Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. (2018). Pendidikan Pancasila. Ponorogo:


Uwais Inspirasi Indonesia.
Sutrisno, Slamet. (2016). Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: ANDI.
Purba, Sukarman dkk. (2021). Landasan Pedagogik: Teori dan Kajian.
Yayasan Kita Menulis.
Sodikin, R. Abuy. (2003). Konsep Agama dan Islam. Jurnal Al-Qalam, Vol. 20
No.97, 2-3
Lubis, Ridwan. (2017). Agama dan Perdamaian. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Arif, Syaiful. (2018). Islam, Pancasila Dan Deradikalisasi – meneguhkan
Nilai Keindonesiaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Marhaeni, Sri Sedar. (2017). Hubungan Pancasila dan agama islam dalam
negara kesatuan republic Indonesia. Jurnal Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan Republik Indonesia, Vol.2 No.2, 113-114.
Fathurrohman, Muhammad. (2018). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: KALIMEDIA.
Rohani, Edi. (2019). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Wonosobo: Gema Media.
Rizkianto, Anggit. (2021). Relasi Agama dan Pancasila. Pustaka Aksara.
Yukaristia. (2019). LITERASI: Solusi terbaik untuk mengatasi problematika
sosial di Indonesia. Sukabumi: CV Jejak.

Anda mungkin juga menyukai