Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN
1. Sejarah dan pengertian buddhisme menurut psikologi timur teori kepribadian
1.1 Sejarah dan pengertian buddhisme menurut psikologi timur
Sejarah Buddhisme menurut psikologi timur teori kepribadian dapat
diterangkan melalui berbagai sumber yang mencakup Abhidhamma, psikologi
timur, dan buddhisme klasik. Abhidhamma adalah teori kepribadian yang
berkembang di India pada adad ke-15, yang sampai kini para penganut Buddhis
masih menerapkannya dalam berbagai bentuk sebagai penuntun olah pikir. Teori
psikologi ini diturunkan langsung dari wawasan Buddha Gautama dalam abad V
Robert Ornstein Abhidhamma sebelum Masehi. Ajaran-ajaran Buddha telah
dipoles dan berkembang berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, melalui
suatu proses perkembangan yang sama seperti pemikiran Freud berkembang ke
dalam aliran-aliran psikoanalisis yang berbeda-beda. Buddhisme juga
berkembang menjadi beberapa aliran, seperti Mahayana dan Hinayana. Mahayana
merupakan aliran buddhisme yang menilai bodhisattva sebagai pribadi yang
dapat teraktualisasi penuh, sementara Hinayana merupakan aliran buddhisme
yang menilai arhat sebagai pribadi yang telah mencapai keberkahan, tetapi tidak
melanjutkan hidupnya di dunia.
Dalam buddhisme, psikologi juga digunakan dalam meditasi, yang
merupakan teknik utama untuk mengubah diri dan mencapai kepribadian
sempurna. Metode dasar yang digunakan untuk meneliti perubahan yang sangat
banyak adalah disiplin dan control diri, yang nantinya dapat memberikan kepada
orang yang mengupayakannya suatu perasaan ekstase tak terbatas yang hanya
dapat diperoleh melalui meditasi. Sama seperti psikologi Timur lainnya,
Abhidhamma mengajarkan tipe ideal kepribadian sempurna yang dijadikan kiblat
analisisnya tentang olah pikir. Apa yang kita maksudkan dengan kata
"kepribadian" sangat serupa dengan konsep atta, atau diri (self) dalam
Abhidhamma. Perbedaannya adalah menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak
ada diri yang benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses
impersonal yang timbul dan menghilang. Sebagian kepribadian terbentuk dari
perpaduan antara proses-proses impersonal ini. Apa yang terlihat sebagai "diri"
adalah jumlah keseluruhan darı bagian-bagian tubuh, yaitu pikiran, pengindraan,
hawa nafsu, ingatan, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang
berkesinambungan dalam jiwa adalah bhave, yaitu kesinambungan kesadaran dari
waktu ke waktu.
Menurut Abhidhamma, kepribadian manusia sama seperti sungai yang
memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak setetes air
pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Dalam pandangan ini "tidak
ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati terlepas dari
persepsi, tidak ada subjek sadar di balik kesadaran". Keadaan jiwa seseorang
selalu berubah dari momen ke momen. Perubahan itu terjadi sangat cepat. Metode
dasar yang dipakai Abhidhamma untuk meneliti perubahan sangat banyak dalam
jiwa adalah instropeksi, yaitu suatu observasi teliti sistematis yang dilakukan
seseorang terhadap pengalamannya sendiri.

Dalam Abhidhamma, selain objek-objek pancaindra, terdapat juga pikiran-


pikiran. Maksudnya, sang jiwa yang berpikir itu dianggap sebagai indra keenam.
Sistem Abhidhamma menemukan 53 kategori kejiwaan yang dimaksud. Dalam
cabang-cabang Budhisme lainnya, kategori tersebut bisa mencapai 175 buah.
Dalam setiap keadaaan jiwa, hanya sebagian kecil dari kumpulan faktor tersebut
hadir. Keadaan-keadaan jiwa muncul dan hilang secara teratur dan mengikuti
hukum tertentu. Seperti dalam psikologi Barat, teoretikus Abhidhamma yakin
bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis dan pengaruh situasi, di
samping pemindahan pengaruh dari peristiwa psikologis sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai