Anda di halaman 1dari 6

12

PENGANTAR Salah satu sumber yang sangat kaya dari psikologi yang
dirumuskan dengan baik adalah agama-agama Timur. Agak
berbeda dengan ide-ide yang aneh dalam kosmologi dan dogma
kepercayaan-kepercayaan, kebanyakan agama besar di Asis
berintikan psikologi yang kurang diketahui oleh massa penganut
kepercayaan tersebut tetapi sangat dikenal oleh para “profesional”
masing-masing, entah para yogi, rahib, atau pendeta. Inilah
psikologi praktis yang dipraktekan oleh para praktisi yang paling
setia untuk melatih budi dan hati mereka.

PENDEKATAN Pendekatan psikologi-psikologi Asia didasarkan pada introspeksi


PSIKOLOGI dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi,
berbeda dengan psikologi-psikologi Barat yang lebih bersandar
TIMUR pada observasi tingkah laku. Setiap kutipan oleh Gardner dan
Louis Murphy (1968) dari kitab-kitab suci Asia, memberikan
semacam wawasan psikologis, baik suatu pandangan tentang
bagaimana jiwa bekerja, suatu teori kepribadian, ataupun suatu
model motivasi. Kendati mengakui adanya perbedaan-perbedaan
diantara psikologi-psikologi Asia tersebut, namun Gardner dan
Louis Murphy (1968) menyimpulkan bahwa psikologi-psikologi itu
pada hakikatnya merupakan suatu reaksi terhadap kehidupan yang
dilihat sebagai penuh dengan penderitaan dan kekecewaan. Cara
umum untuk mengatasi penderitaan yang dianjurkan oleh
psikologi-psikologi ini adalah disiplin dan kontrol diri, yang dapat
memberikan kepada orang yang mengupayakannya “suatu
perasaan ekstase yang tak terbatas dan hanya dapat ditemukan
dalam diri yang bebas dari pamrih-pamrih pribadi”. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa, minat psikologis di Timur dan Barat
“berpadu dengan sangat cepat”

Sebagaimana terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan


peradaban Barat, begitu pula terdapat banyak psikologi Timur.
Kendati terdapat perbedaan besat dalam hal kepercayaan dan
pandangan tentang dunia di antara agama-agama yang

Psikologi Timur Halaman 1


 
mengandung psikologi Timur, namun psikologi itu sendiri tidak
terlalu berbeda. Salah satu persamaannya adalah dalam hal
penggunaan metode fenomenologis : semuanya berusaha
menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi.
Beberapa di antara sistem-sistem ini berkisar pada teknik-teknik
meditasi yang memungkinkan orang semata-mata meneliti arus
kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis jendela yang
netral atas aliran pengalamannya. Selanjutnya, semua psikologi ini
mengeluhkan tentang manusia sebagaimana adanya, dan
mempostulasikan suatu cara berada ideal yang dapat dicapai oleh
orang yang tekun mencarinya. Jalan untuk transformasi ini selalu
melalui suatu perubahan yang menyeluruh dalam kepribadian
seseorang, sehingga kualitas-kualitas ideal ini dapat menjadi sifat-
sifat yang tepat. Akhirnya, semua psikologi Timur mengakui bahwa
jalan utama ke arah transformasi diri ini adalah meditasi.

Di antara para teoritikus kepribadian moden, C.G. Jung ialah salah


satu orang yang paling tahu mengenai psikologi timur. Jung
mengemukakan hal yang bagi ilmu pengetahuan positivistis lewat
analisisnya yang ekstensif mengenai agama-agama timur. Selain
lewat Jung psikologi-psikologi Timur telah menyerbu dunia Barat
melalui pengaruh mereka pada teoritikus seperti Angyal dan
Maslow yang berpandangan holistik, tokoh-tokoh humanis Buber
dan Fromm, tokoh eksistensialis Bass, dan gelombang baru “para
psikolog transpersonal” .

Alan Watts Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961)
mengakui bahwa apa yang disebutnya “cara-cara pembebasan
Timur” adalah mirip dengan psikoterapi Barat, yakni bahwa
keduanya bertujuan mengubah perasaan-perasaan orang terhadap
dirinya sendiri serta hubungannya dengan orang-orang lain dan
dunia alam. Sebagian besar terpai-terapi Barat menangani orang-
orang yang mengalami gangguan; sedangkan disiplin-disiplin
Timur menangani orang-orang yang normal dan memilih
penyesuaian sosial yang baik. Meskipun demikian, Watts melihat
bahwa tujuan dari cara-cara pembebasan itu cocok dengan tujuan
terapeutik sejumlah teoritikus, khususnya individuasi dari Jung,
aktualisasi diri dari Maslow, otonomi fungsional dari Allport, dan diri
yang kreatif dari Adler. Ornstein menjelaskan bahwa psikologi
Barat, tidak memberi apresiasi pada Zen Budhaisme, Yoga,
Kristiani, dan Sufisme. Bahkan mengabaikan dan menganggapnya
patologis.

Pernyataan Sutich (1969) :

psikologi Transpersonal adalah nama yang diberikan untuk suatu


Mahzab yang tengah bangkit dalam bidang psikologi oleh suatu
kelompok… yang tertarik pada kapasitas-kapasitas dan potensi-
potensi dasar pada manusia yang tidak mendapatkan tempat
sistematik dalam… teori behavioristik (“mahzab pertama”), teori

Psikologi Timur Halaman 2


 
psikoanalistik klasik (“mahzab kedua”), atau psikologi humanistik
(“mahzab ketiga”). Kemudian Psikologi Transpersonal yang tengah
timbul ini (“mahzab keempat”) secara khusus berbicara
mengenai… nilai-nilai dasar, kesadaran yang mempersatukan,
pengalaman-pengalaman puncak, ekstase, pengalaman mistik,
perasaan terpersona, ada, aktualisasi diri, hakikat, kebahagiaan,
keajaiban, arti dasar, transpendensi diri, roh, ketunggalan,
kesadaran kosmik… dan konsep-konsep, pengalaman-
pengalaman, serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan.

Karena para psikolog yang berorientasi transpersonal ini


mengurusi gejala-gejala semacam perasaan “terpersona” dan
“kesadaran yang mempersatukan”, maka mereka seringkali
meminta bimbingan psikologi Timur, seperti yang dilakukan R.M
Bucke seabad lalu. Salah satu hal yang oleh sejumlah orang dilihat
sebagai kekurangan psikologi Barat dibandingkan dengan psikologi
Timur adalah bahwa mereka kurang menyinggung soal aspiriasi-
aspirasi rohani atau kehidupan religius pada manusia. Charles
Tart, seorang peneliti penting tentang keadaan-keadaan di luar
kesadaran, menyunting suatu kumpulan rintisan teori-teori Timur ini
dalam Transpersonal psychologies. Tart mengamati bahwa
psikologi-psikologi Timur tidak memakai asumsi-asumsi yang
digunakan oleh teori-teori Barat, dan karenanya tidak terbentur
pada keterbatasan yang sama :

Psikologi Barat ortodoks telah memperlakukan secara buruk segi


kodrat manusia, memilih mengabaikan eksistensinya atau
memberinya label patologis. Padahal banyak penderitaan di zaman
kita ini timbul dari kekosongan rohani. Kebudayaan kita, psikologi
kita, telah mengesampingkan kodrat rohani manusia, tetapi
kerugian dan penindasan yang dilakukan ini adalah sedemikian
besar. Apabila kita ingin menemukan diri kita, sisi rohani kita, maka
mutlak kita harus berpaling pada psikolog-psikolog yang telah
menggarapnya.

Robert Ornstein Robert Ornstein, mempunyai minat terhadap psikologi timur


merupakan hasil perkembangan dari penelitiannya tentang fungsi –
fungsi berbeda dari masing-masing belahan otak. Ia juga mencata
bahwa kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Barat lebih menyukai
cara pengetahuan belahan kiri dengan akibat merugikan
perkembangan belahan kanan. Seseorang yang dapat
memanfaatkan kedua cara tersebut akan sanggup berfungsi
secara lengkap.

Abhidhamma Abhidhamma : Teori Kepribadian Timur

Berkembang di India, 15 Abad yang lalu atau lebih, tetapi sampai


kini para penganut Buddhis masih menerapkannya dalam berbagai
bentuk sebagai suatu penuntun olah pikir. Teori psikologi ini
diturunkan langsung dari wawasan Budha Gautama dalam abad V

Psikologi Timur Halaman 3


 
sebelum Masehi. Ajaran-ajaran Buddha sendiri telah dipoles dan
berkembang berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, lewat
suatu proses perkembanan yang sama seperti, misalnya,
pemikiran Freud berkembang ke dalam aliran-aliran psikoanalisis
yang berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur lainnya,
Abhidhamma mengajarkan suatu tipe ideal kepribadian sempurna
yang dijadikan kiblat analisisnya tentang oleh pikir.

Apa yang kita maksudkan dengan kata “kepribadian” sangat


serupa dengan konsep atta, atau diri (self) dalam Abhidhamma.
Bedanya, menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang
benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses
impersonal yang timbul dan menghilang. Yang tampak sebagian
kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses-proses
impersonal ini. Apa yang kelihatan sebagai “diri” tidak lain adalah
jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran,
pengindraan, hawa nafsu, ingatan, dan sebagainya. Satu-satunya
benang yang berkesinambungan dalam jiwa adalah bhava, yakni
kesinambungan kesadaran dari waktu ke waktu. Menurut
Abhidamma, kepribadian manusia sama seperti sungai yang
memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun
tidak setetes air pun tidak berubah seperti pada momen
sebelumnya. Dalam pandangan ini “tidak ada aktor terlepas dari
aksi, tidak ada orang yang mengamati terlepas dari persepsi, tidak
ada subjek sadar dibalik kesadaran” (Van Agung, 1972). Keadaan-
keadaan jiwa seseorang selalu berubah dari momen ke momen;
perubahan itu terjadi sangat cepat. Metode dasar yang dipakai
Abhidhamma untuk meneliti perubahan sangat banyak dalam jiwa
adalah instropeksi, yakni suatu observasi teliti sistematis yang
dilakukan seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Dalam
Abhidhamma, selain objek-objek pancaindera, terdapat juga
pikiran-pikiran; maksudnya, sang jiwa yang berpikir itu sendiri
dianggap sebagai indera ke enam.

Sistem Abhidhamma menemukan 53 kategori kejiwaan yang


dimaksud; dalam cabang-cabang Budhisme lainnya kategori
tersebut bisa mencapai 175 buah. Dalam setiap keadaaan jiwa
hanya sebagian kecil dari kumpulan faktor tersebut hadir.
Keadaan-keadaan jiwa muncul dan hilang secara teratur dan
mengikuti hukum tertentu. Seperti dalam psikologi Barat, teoritikus
Abhidhamma yakin bahwa setiap keadaan jiwa sebagian berasal
dari pengaruh biologis dan pengaruh situasi, disamping
pemindahan pengaruh dari peristiwa psikologis sebelumnya.

Tabel 1 : Faktor-faktor Jiwa yang tidak sehat dan yang sehat

Faktor-faktor yang tidak Faktor-faktor yang sehat


sehat
Perseptual /kognitif :
Delusi Pemahaman (Insight)

Psikologi Timur Halaman 4


 
Pandangan yang salah Sikap penuh perhatian
Sikap tak tahu malu Sikap rendah hati
Kecerobohan Sikap penuh hati-hati
Egoisme Kepercayaan
Afektif :
Keresahan Ketenangan
Ketamakan Ketidakteraturan
Kemuakan Ketidak-muakan
Iri hati Kenetralan
Kekikiran Kegembiraan
Kekhawatiran Fleksibilitas
Pengerutan / konstraksi Kesanggupan menyesuaikan diri
Kebekuan Kecakapan
Kebingungan Kejujuran

Psikologi Psikologi Transpersonal


Transpersonal
Secara harafiah kata transpersonal berasal dari kata trans yang
artinya melewati, dan kata personal yang artinya pribadi.
Transpersonal dalam banyak literatur berarti melewati atau melalui
“topeng”, dengan kata lain melewati tingkat personal.

Psikologi transpersonal berdiri pada pertemuan antara psikologi


modern dengan spiritualisme. Selain itu psikologi transpersonal
dianggap sebagai kekuatan keempat setelah psikoanalisa,
Behaviorisme, dan Humanistik. Sementara dengan makin
berkembangnya psikologi transpersonal, spiritualisme baik dari
filsafat timur maupun dari agama-agama monoteisme mulai
menarik untuk dikaji. Sedangkan menurut Friedman & Pappas
(2006) berpendapat bahwa psikologi transpesonal dibangun dari
perspektif psikologis yang berbeda, yang pada umumnya
memandang psikologi sebagai suatu yang berguna namun tidak
lengkap dan terbatas. Bahkan termasuk pulan pendekatan
psikologi yang lain, seperti kearifan beragam budaya berkaitan
dengan psikopatologi dan kesehatan mental, serta beragam
keadaan kesadaran (state of consciousness). Psikologi
traspersonal bukanlah seperangkat kepercayaan, dogma atau
agama, namun merupakan suatu upaya untuk membawa tingkatan
pengalaman manusia sepenuhnya menuju wacana dalam
psikologi.

Dalam psikologi transpersonal, sebagaimana pendekatan


psikologis lainnya, pemisahan terhadap self dipandang sebagai
suatu hasil dari sejarah pribadi dan dicirikan oleh suatu
kemandirian dan pemisahan dari hal-hal yang mengelilinginya.
Pendekatan transpersonal berbeda dengan pendekatan-
pendekatan yang lain, yang pada umumnya hanya menjelaskan
keadaan-keadaan transedensi diri yang sempit. Transedensi diri
(self transedence) dalam psikologi transpersonal mengacu pada
keadaan kesadaran (states of consciousness) dimana self

Psikologi Timur Halaman 5


 
berkembang melewati batas-batas wajar, identifikasi-identifikasi,
dan citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu
koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain
dan dunia (Walsh dan Vaughan, 1993 dalam Prabowo, 2007).

Dalam perkembangannya, psikologi trans-personal telah banyak


mempengaruhi psikologi pada umumnya. Jika pada era 1990an,
psikologi didominasi oleh definisi sebagai “ilmu tentang perilaku
manusia”, maka pada era 2000an telah berkembang menjadi “ilmu
tentang pikiran dan perilaku manusia”. Gerakan baru dalam
psikologi yang dikenal dengan “psikologi positif” diduga juga
dipengaruhi oleh psikologi traspersonal. Konsep flow yang
dikembangkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi merupakan fenomena
meditasi yang menjadi salah satu topik yang paling populer dalam
psikologi transpersonal.

Psikologi transpersonal menguji beberapa konsep, yang beberapa


di antaranya adalah (Walsh&Vaughan, 1993 dalam Prabowo,
2007). Pengalaman puncak, self-transcendence, optimal mental
health, spiritual emergence, developmental spectrum, dan
meditasi. Sementara menurut Daniels (dalam Prabowo, 2007) di
antara topik-topik yang pada saat ini menjadi eksplorasi dari para
psikolog transpersonal terdapat paling tidak 27 hal seperti tabel 2.

Tabel 2 : Topik-topik transpersonal

Pengalaman Cinta Pengalaman Mistis The Higher Self

Pengalaman
Empati Kesadaran Ekologis
psychedelic
Kreativitas dan The Dark Night of the
Transedensi Diri
inspirasi Soul
Perpektif pria dan
Pengalaman
Channeling wanita dalam
Archetypal
transpersonal
Pengalaman
Seni Transpersonal Psikologi Meditasi
Paranormal
Near-death
Altered states of Metode penelitian
experiences, death
consciousness transpersonal
and dying
Hubungan antara Praktek dan Pendekatan
pikiran dengan tubuh pengalaman agama transpersonal dalam
(mind –body Timur dan Barat serta psikoterapi / konseling
relationship) tradisi esoterik dalam pendidikan
Kesadaran mimpi Psikologi Budhis Evolusi kesadaran
Pendekatan integral
Psikologi self dan Spiritual emergencies
terhadap
self-realization and Crises
pengetahuan

Psikologi Timur Halaman 6


 

Anda mungkin juga menyukai