Seorang pria (Sam Dawson) dengan keterbelakangan mental harus membesarkan anak
seorang diri karena istrinya pergi meninggalkannya sesaat setelah melahirkan. Sampai
saat anaknya (Lucy) berumur tujuh tahun, lembaga sosial pengawas anak
mengambilnya dari Sam karena sebagai orang tua yang memiliki keterbelakangan
mental Sam dianggap tidak mampu membesarkan anaknya.
Namun Sam tidak tinggal diam, segala daya dan upaya dilakukan untuk merebut
anaknya. Sam harus bertarung di pengadilan untuk mendapatkan hak asuh anaknya
kembali.
Yang menarik ternyata Rita, pengacara profesional sebaliknya sekalipun normal dan
memiliki segalanya tapi tidak memiliki hati yang bisa mengasihi anaknya.
Dalam film ini ditampilkan secara gamblang, bahwa bagi seorang anak waktu dan kasih
dari orang tua lebih daripada segalanya yang bisa diberikan oleh orang tuanya
sekalipun orang tuanya cacat mental seperti Sam.
--Film ini berkisah tentang bagaimana sulitnya menjadi seorang ayah (Sam)yang
sempurna di mata orang lain, yaitu putrinya sendiri (Sam), teman-temannya dan
yang utama adalah di mata petugas sosial negara tersebut (Los Angeles). Cukup
sulit bagi Sam untuk meyakinkan petugas sosial bahwa ia ayah yang mampu
mendidik dan membesarkan putrinya seperti anak lainnya. Hal ini dikarenakan
Sam memiliki mental retardation (MR), sehingga mereka menganggap Sam tidak
mampu mengasuh dan memberikan pendidikan yang layak kepada Lucy dengan
intelejensi Sam yang hanya setara dengan anak usia tujuh tahun . Jika dilihat dari
karakteristik yang dimiliki Sam, kemungkinan Sam berada dalam kategori cacat
mental mild. Sebab dia sendiri sudah mampu merawat diri sendiri, sudah dapat
dididik, secara fisik tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan orang
normal, hanya saja dia memiliki kekurangan dalam koordinasi, kekuatan dan cara
berbicara lambat dan kurang jelas.
Selain itu, para petugas sosial juga menganggap bahwa Sam hanya mampu
mempelajari hal tertentu saja. Hal ini terlihat pada saat di pengadilan, pihak
petugas sosial mengatakan bahwa Sam tidak akan mengerti kebutuhan Lucy saat
remaja nanti. Padahal, faktanya belajar dan berkembang dapat terjadi seumur hidup
bagi semua orang. Maka, siapapun dapat mempelajari sesuatu, hanya saja bagi
Sam proses pembelajaran tersebut jauh lebih lama dibanding orang normal. Dalam
kasus ini, motivasi cukup berperan penting dalam setiap usaha belajar yang
dilakukan oleh Sam. Dia tidak mudah learned helpless dalam menghadapi masalah
yang dihadapinya, meskipun dia pernah mengalami putus asa tapi dia masih dapat
bangkit kembali.
Dilihat dari segi sosialisasi, Sam cukup dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.
Komponen penyesuaian sosial mencakup penyesuaian dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, penyesuaian di dalam keluarga, penyesuaian di dalam pekerjaan, dan
penyesuaian dalam kehidupan senggang dan kehidupan sosial yaitu aktivitas
kelompok dan teman (Simangunsong, 2009). Jika dilihat dari aktivitas sehari-hari,
ketermpilan Sam dalam merawat diri seperti makan, mandi, berpakaian telah dapat
dilakukan dengan baik. Hanya saja dalam film tersebut, juga ditunjukkan suatu
peristiwa saat Sam tidak mampu memakai dasi. Hal ini dikarenakan Sam tidak
pernah memakai dasi sebelumnya sehingga dia belum memiliki pengalaman sama
sekali dalam pemakaian dasi.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa retardasi yang diderita oleh Sam
masih dapat dikategorikan dalam kelompok mild. Hal ini dapat kita lihat dari
batasan kemampuan yang dimiliki Sam. Dia sudah mampu merawat diri sendiri
dan juga tidak begitu bergantung pada orang lain. Selain itu, yang paling menonjol
adalah kemampuan interaksi sosial Sam tidak begitu buruk. Dia memiliki
hubungan yang baik dengan rekan kerja, putrinya, teman wanita dan juga memiliki
aktivitas kelompok (peer).
--Awal cerita, saya langsung sadar bahwa tokoh utama film ini terbelakang.
Sam, memiliki inteligensi seperti anak usia 7 tahun. Yah, bisa dibilang kayak
orang cacat mental. Entah mengapa waktu liat kondisinya seperti itu, lalu sadar
judul film ini adalah "I AM SAM" dan di tokoh utama selalu bilang "my name is
Sam." Saya jadi teringat film My Name Is Khan. Kedua film ini tokoh utamanya
sama-sama cacat mental istilah gampangnya. Saya pun mulai berpikir, "Ah,
jangan bilang My name is khan tu salah satu karya plagiarisme dari film ini"
It is not a plagiarism! It's just my feeling and my worries. Mungkin ini dampak
karena terlalu banyak melihat karya plagiat. Okay, saya ga akan berputar-putar
lagi. Don't leave this page. I have to tell you the touching story ever, about a
father's love. Tentang cinta yang tulus, unconditional love of a retarded father.
Sam, adalah seorang pria yang memiliki keterbelakangan mental. Entah
bagaimana ia menghamili seorang wanita dan akhirnya memiliki seorang bayi
cantik bernama Lucy. Lucy Diamon Dawson, nama ini diambil dari lirik The
Beettles, "Lucy in the sky with diamonds."
Walaupun kedengaran kayak Lucifer in the sky with demon, tapi anak ini sangat
cantik dan tumbuh sebagai anak yang baik hati seperti malaikat.
Poor Lucy, her mother left her and her father right just after the birth. Not
because her mother died, she said to Sam, "This is not my life and I don’t want
to have baby with you" What a rude and unresponsible mom!
Lucy diasuh oleh orang tua asuh dan Sam memutuskan pindah ke apartemen
yang dekat dengan rumah mereka. Setiap malam, Lucy keluar dari jendela
kamarnya di lantai dua dan berjalan dengan baju tidur tipis menuju apartemen
ayahnya. Setiap malam pula ayahnya harus mengantarnya kembali ke rumah
orang tua asuhnya.
Sampai pada akhirnya jendela Lucy dipasangi terali dan dia ga bisa menyelinap
di malam hari lagi untuk menemui ayahnya.
Kalian pikir dia menyerah? Jangan harap!
Ia turun dan mencoba membuka kunci pintu depan. Sayangnya, anak kecil ini
belum terlalu tinggi untuk membuka gerendel yang paling atas. Dan ternyata,
ibu asuhnya udah nunggu di meja makan dengan cemilan untuknya. She just
take it and said thank you, then she gone upstairs. Anak ini bener-bener
menolak untuk dijauhkan dari ayahnya. Baginya, ayahnya adalah yang terbaik.
Dia ga peduli ayahnya terbelakang.
Suatu malam, gadis cilik ini datang ke apartemen ayahnya, tapi diantar sama
ibu asuhnya. Sang ibu menyadari bahwa sebesar apa pun cintanya buat gadis
ini, ga bisa ngalahin cinta Sam.
I think Lucy is the luckiest girl. She have a father who loves her so much, 4
uncle that love her and her daddy, mom and daddy, and Rita her father lawyer
who loves her and her daddy, and Willy who is Rita son.
Guys, I give all thumbs up and all the stars that I can give to this movie to
suggest you to watch it. If you are not crying when you see this movie, let me
know. Masih dari film drama, kali ini saya akan membahas tentang sebuah film yang
menurut saya sangat menyentuh..berjudul I am Sam. Film ini adalah sebuah film
keluarga yang disutradarai oleh Jessie Nelson, dan dirilis pada tahun 2001. Diperankan
dengan apik oleh Sean Penn dan Dakota Fanning, tidak heran film ini mendapat
nominasi Oscar pada tahun itu.
Sam Dawson (Sean Penn) adalah seorang retard. Dia mengalami keterbelakangan
mental dan hanya memiliki tingkat intelejensi tidak lebih dari anak 7 tahun. Hal tersebut
memang tidak mengubah dedikasinya sebagai seorang ayah terhadap Lucy (Dakota
Fanning), anak gadisnya. (Hm, Lucy bukanlah anak kandung Sam, melainkan anak dari
teman Sam yang begitu saja meninggalkan Lucy setelah melahirkan). Kendati demikian,
ketika Lucy beranjak pada usia 7 tahun, badan pemerintahan anak-anak mulai
menyadari bahwa Sam dianggap tidak mampu mengurus anaknya lebih lanjut daripada
umur tersebut, apalagi karena Sam hanyalah seorang pegawai Starbucks. Karena itu,
Lucy diambil oleh pemerintah untuk diinapkan sementara di tempat tinggal orang tua
asuh sementara kasus mengenai hak kepengurusan dilanjutkan dalam persidangan.
Sebagai sebuah film drama, menurut saya film ini memiliki segalanya untuk membuat kita
terharu (ga pake nangis bombay ya,wkwk). Pertama, film ini punya cerita ikatan cinta kuat
antara seorang anak dan ayahnya yang terpaksa dipisahkan. Kedua, film ini punya seorang
tokoh utama yang terbelakang namun penuh cinta, tidak cerdas tapi mampu mencintai dengan
tulus.
Dan, yang tak boleh dilupakan…I am Sam juga dipenuhi dengan soundtrack-soundtrack yang
mengiringi tiap adegannya dengan pas. Baik dalam lagu maupun dalam iringan instrumental
film yang mampu menggiring mood penonton. Hey, yang sudah menonton pasti tahu kan
lagu siapa yang ada difilm ini??Yes,Beatles!!!So, berbahagialah wahai Beatlemania:). Di
bawah ini adalah beberapa track listnya di film I am Sam ;
sinopsis :
Seorang pria (Sam Dawson) dengan keterbelakangan mental harus membesarkan
anak seorang diri karena istrinya pergi meninggalkannya sesaat setelah
melahirkan. Sampai saat anaknya (Lucy) berumur tujuh tahun, lembaga sosial
pengawas anak mengambilnya dari Sam karena sebagai orang tua yang memiliki
keterbelakangan mental Sam dianggap tidak mampu membesarkan anaknya.
Namun Sam tidak tinggal diam, segala daya dan upaya dilakukan untuk merebut
anaknya. Sam harus bertarung di pengadilan untuk mendapatkan hak asuh
anaknya kembali.
Yang menarik ternyata Rita, pengacara profesional sebaliknya sekalipun normal dan
memiliki segalanya tapi tidak memiliki hati yang bisa mengasihi anaknya.
Dalam film ini ditampilkan secara gamblang, bahwa bagi seorang anak waktu dan kasih
dari orang tua lebih daripada segalanya yang bisa diberikan oleh orang tuanya
sekalipun orang tuanya cacat mental seperti Sam.
memsinopsis :
Seorang pria (Sam Dawson) dengan keterbelakangan mental harus membesarkan anak
seorang diri karena istrinya pergi meninggalkannya sesaat setelah melahirkan. Sampai
saat anaknya (Lucy) berumur tujuh tahun, lembaga sosial pengawas anak
mengambilnya dari Sam karena sebagai orang tua yang memiliki keterbelakangan
mental Sam dianggap tidak mampu membesarkan anaknya.
Namun Sam tidak tinggal diam, segala daya dan upaya dilakukan untuk merebut
anaknya. Sam harus bertarung di pengadilan untuk mendapatkan hak asuh anaknya
kembali.
Yang menarik ternyata Rita, pengacara profesional sebaliknya sekalipun normal dan
memiliki segalanya tapi tidak memiliki hati yang bisa mengasihi anaknya.
Dalam film ini ditampilkan secara gamblang, bahwa bagi seorang anak waktu dan kasih
dari orang tua lebih daripada segalanya yang bisa diberikan oleh orang tuanya
sekalipun orang tuanya cacat mental seperti Sam.iliki segalanya tapi tidak memiliki hati
yang bisa mengasihi anaknya.
Dalamsinopsis :
Seorang pria (Sam Dawson) dengan keterbelakangan mental harus membesarkan anak
seorang diri karena istrinya pergi meninggalkannya sesaat setelah melahirkan. Sampai
saat anaknya (Lucy) berumur tujuh tahun, lembaga sosial pengawas anak
mengambilnya dari Sam karena sebagai orang tua yang memiliki keterbelakangan
mental Sam dianggap tidak mampu membesarkan anaknya.
Namun Sam tidak tinggal diam, segala daya dan upaya dilakukan untuk merebut
anaknya. Sam harus bertarung di pengadilan untuk mendapatkan hak asuh anaknya
kembali.
Sinopsis : Sam adalah seorang pria idiot yang menjadi ayah. Masalah datang saat negara
ingin mengambil anaknya karena menganggap sam tidak mampu menjaga anaknya tersebut
akibat keidiotannya-ini film lama
Resensi :LUAR BIASA! I am Sam termasuk salah satu diantara sedikitnya film penuh empati
yang baik yang pernah dibuat. Akting Sean Penn yang nyaris membuat kita percaya dengan
keidiotannya, dakota fanning yang luar biasa cerdas dan memikat akan membawa kita ke
suasana cinta sejati yang mengharukan hingga ke akhir film. Bersiap-siaplah menangis
menyaksikan Sam yang membawa kue,terjatuh dan tetap bahagia menemui Lucy walaupun
wktu kunjungan yang hanya bersisa lima menit lagi itu. Atau saat Lucy (fanning) berulang
kali minta ayahnya membacakan buku yang sama, karena samsecara daya intelektual tidak
bisa membaca buku yang lebih berat dari itu.
Namun yang membuat film ini teramat sangat istimewa adalah penggunaan "seputar the
beatles" sebagai pengantar dialog. Entah itu sebagai perumpamaan sebagai media
komunikasi Sam, lagu-lagu yang digunakan, hingga nama tokoh-tokoh yang semuanya
diadaptasi dari lagu-lagu The fab four. Secara cerdik dan tersirat, sang sutradara dan
penulis naskah, Kristine Johnson dan jessie nelson menceramahi penonton dengan filosofi
the beatles. Bahkan non penggemar Beatles pun akan tertarik dan penasaran mendalami
lagu-lagu yang terpampang secara harfiah atau terucap dari mulut karakter tokohnya.
Selain itu, tehnik pengambilan gambarnya yang dinamis dan hand held,Plus penggunaan
tehnik zoom in zoom out secara nyaris bersamaan tersebut memberi efek psikologis bagi
penonton untuk memahami perasaan Sam saat itu. Favorit saya ada di 20 menit pertama,
saat Sam ditinggalkan dengan bayi mungil di tangannya. Kebingungan di tengah kota
besar.Diiringi lagu "Lucy in the sky with Diamond". Sebuah pelajaran penting: lagu yang
tepat plus angle gambar yang tepat sama dengan adegan emosional yang takkan
terlupakan.
Yang menarik ternyata Rita, pengacara profesional sebaliknya sekalipun normal dan
memiliki segalanya tapi tidak memiliki hati yang bisa mengasihi anaknya.
Dalam film ini ditampilkan secara gamblang, bahwa bagi seorang anak waktu dan kasih
dari orang tua lebih daripada segalanya yang bisa diberikan oleh orang tuanya
sekalipun orang tuanya cacat mental seperti Sam. film ini ditampilkan secara gamblang,
bahwa bagi seorang anak waktu dan kasih dari orang tua lebih daripada segalanya yang
bisa diberikan oleh orang tuanya sekalipun orang tuanya cacat mental seperti Sam.
Satu Minggu sore yang adem sebenarnya sangat cocok untuk ngeberesin taman
kecil di depan rumah. Tapi saya udah keburu ambil remote tipi, sekedar ngecheck
ada acara bagus nggak sih sore2 gini. Koran lokal entah kenapa nggak ada
fungsinya buat orang2 kayak saya yang nggak pernah apal acara tipi, ditambah
udah jarang banget kebagian kompas minggu, huh. Stop di HBO, eeh ada Sean
Penn. Film apaan nih. Look familiar tapi lupa apa judulnya. Saya ikutin dan ikutin
sampe tau2 terisak2 sendiri. Sialan, ini film sedih banget sih *saya gitu loh, jarang
bisa mewek :))* Hehehe yang pasti ini bukan romance yah, ih jijay banget dah kalo
nangis cuman gara2 itu hahahaha, yang pasti ini film bagus, titik, dan worth it
banget buat dibikin resensinya.
Film ini ternyata judulnya I am Sam. Itu juga saya taunya pas ending. Banyak
faktor yang bikin film ini menarik. Dakota Fanning yang imut dan lucu juga pinter.
Sean Penn yang aktingnya gilak top abis. Terus tau2 pas di top konflik, muncul
soundtrack yang dinyanyiin sama Eddie Vedder *yup, meski jauh di mata, saya
nggak akan pernah lupa sama bisikannya, suaranya huwahahahaha*. Sebenernya itu
lagunya Beatles *semua soundtrack emang aslinya all Beatles tapi dinyanyiin
various artist* judulnya Hide Your Love Away.
Tapi the main factor kenapa film ini bagus tentu saja adalah jalan ceritanya. Ia
berkisah tentang perjuangan seorang Ayah (Sean Penn) yang punya kecerdasan di
bawah rata2, hanya 75, merebut kembali putri kecilnya (Dakota Fanning) yang
diambil oleh negara, karena mereka menganggap si Ayah dengan kecerdasan di
bawah anak usia 7 tahun tidak memiliki kemampuan untuk mengasuh anak. Begitu
sombongnya ya Amerika. Sampe ke warga negaranya aja nggak ada komprominya
sama sekali. Itulah negara hukum, benci banget sebenernya sama istilah itu.
Hukum mestinya terasa adil, membuat nyaman rakyat yang ada di dalamnya,
bukannya terasa mengancam dan menyakitkan.
Anyway, meski sempat mengalami kemenangan2 kecil pada saat mengajukan saksi
dan sebagainya, pada saat penentuan, si jaksa dengan licik mempertanyakan
“Menurut anda, dari lubuk hati yang terdalam, apakah yang terbaik bagi Sam?
Orangtua yang lebih baik diukur dari kemampuan mental maupun uang ataukah
anda yang bahkan tidak bisa membantunya PR Matematika dan membelikannya
meja belajar?” Tentu saja si Ayah meski dengan keterbatasannya masih bisa
mengerti mana yang lebih baik jika diukur hanya dari hal-hal seperti itu. Ia pun
menyerah.
Adegan perpisahannya itulah yang ngebuat mata tau2 berkaca2. Sialan hehehe.
Soundtracknya cuman akustik gitu. Terus besoknya pas Ayahnya pengen jenguk,
eeh ngeliat dari jauh kalo keliatannya si anak bahagia2 aja sama orangtua
angkatnya, dia jadi berkecil hati dan pulang. Soundtrack di adegan ini ya Hide Your
Love Away-nya Eddie Vedder lah. Suaranya pas banget dah menggambarkan
suasana hati si Ayah, kedengaran murung, sedih, dan penuh tekad untuk
menyembunyikan cintanya yang besar demi kebaikan anaknya, meski perasaan
tekad itu akhirnya membunuhnya pelan-pelan, ia depresi berat. Ia berhenti dari
pekerjaannya di Starbuck Coffee *tugasnya hanya membersihkan meja* dan
memutuskan bersembunyi di kamarnya berhari-hari, merangkai sebanyak mungkin
bintang2 dari kertas perak, berusaha sejauh mungkin dari realita.
Tapi jangan sedih dulu, ini film happy ending kok. Cinta akhirnya memang selalu
menang. Sang Ayah bisa bangkit kembali berjuang merebut anaknya dengan cara
yang tidak terduga siapapun yang punya kecerdasan di atas rata2. Ia hanya punya
keinginan sederhana. Ia hanya ingin melihat Sam setiap hari. Ia berhasil
memperoleh pekerjaan di Pizza Hut sebagai penyusun bumbu2, dan punya job
sampingan sebagai pengasuh anjing2. Penghasilannya jadi lumayan besar dan
berhasil membeli apartemen mungil di dekat rumah orangtua angkat Sam. Alhasil
setiap malam Sam selalu pindah ingin tidur dekat dengan Ayahnya. Si Ayah selalu
mengembalikan Sam setelah ia berhasil tidur. Setiap malam selalu begitu, hingga si
ibu angkat menyerah. Ia tak akan pernah bisa mengalahkan pengaruh Ayah Sam
dari Sam, apalagi itu ayah kandungnya sendiri. Ujung2nya sangat manis. Si ibu
angkat tetaplah ibu angkat. Karena Ayah Sam memang pada kenyataannya sangat
membutuhkan peran seorang ibu untuk pertumbuhan Sam. Dan Sam tetap tinggal
bersama Ayahnya. So sweeeet.
Satu hal lain yang tak kalah penting dari film ini adalah satu2nya alasan saya
membuat notes ini. Hehehe. Ribet yak. Ada satu saat di pengadilan, si Ayah
ditanya jaksa, menurutnya apa yang terbaik yang dibutuhkan orangtua untuk
mengasuh anaknya? Si Ayah berusaha mengingat2 dengan segala keterbatasan IQ-
nya dan pandangan matanya yang tak bisa fokus *sangat mengharukan sebenarnya*
dan secara amazing ia berkata :
“Eeeee…… actually I have plenty of time to think about it, and the answers that
only cross in my mind are ….eeeee……. consistency, eeeee……… patient, eee….
listening them, and one more, eeeeee….. have an ability to pretend listening
them. That is what should be done by all parents for their children ……”
Oya kemaren ada artikel di koran lokal. Tentang orangtua seperti apakah anda?
Pertama, tipe orangtua hard bargainer. Persis saya, tapi nggak boleh ada
teriak2nya, meski gitu efeknya anak tetap terkekang, segalanya diatur, kesian
bener yak :(, abis kadang kemauan anak itu aneh2 dan susah direalisasikan
kayaknya, masak Ozza pengen tiap Minggu datengin tuh kuda di kebun binatang
Samarinda, hanya untuk ngasih dia makan, coz dia liat tuh kuda kurus banget
kayak nggak dikasih makan hahaha, itu baru satu, masih banyak lageeee, capeeee
deeeh!
Kedua, tipe conflict avoider. Ortu gak pernah marahin anak, ga pernah ada
disiplin, semua terserah anak, efeknya jadi anak liar. Hmm… not good.
Hmmmffft! Nggak ada yang bagus sih tipenya, hahaha, mungkin kombinasi dari
semua tipe itulah yang terbaik. Tapi saya paling setuju sama kombinasi hard
bargainer-collaborator. Mestinya saya sekali2 belajar jadi Collaborator, yak, meski
belum bisa sepenuhnya ninggalin kebiasaan sebagai Hard Bargainer
*mikir gaya patung thinker* :p
I Am Sam
Orang-orang dengan keterbelakangan mental yang kita kenal biasanya tidak memiliki harapan hidup
yang berarti dalam kehidupan mereka, namun Sean Penn mampu menghapus imaji keliru itu.
Berperan sebagai Sam Dawson, orang yang memiliki keterbelakangan mental (dissability disorder)
ternyata mampu membesarkan seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi gadis cerdas dan berbakat
di sekolah. Sam Dawson juga mampu memiliki penghasilan dengan bekerja di coffeshop Starbucks
sebagai pramusaji.
Kehidupan Sam dan anak kecilnya yang bernama Lucy (diperankan oleh Dakota Fanning) terganggu
tatkala hakim setempat menyatakan Sam tidak akan mampu mengasuh Lucy karena
keterbelakangannya.
Pengadilan setempat memutuskan jikalau Lucy harus tinggal di Foster Care untuk diadopsi oleh
orang lain.
Seketika itu juga Sam Dawson harus bekerja keras meyakinkan orang-orang yang tidak mengerti
dirinya, bahwa dirinya mencintai Lucy, dan mampu membesarkannya secara normal. Dalam
perjalanannya memperjuangkan hak asuh lucy, Sam bertemu dengan pengacara terkenal yang tidak
pernah kalah Rita Williams yang diperankan oleh Michelle Pfifer.
Dalam perjuangan memenangkan kasus ini, Rita yang menjadi pengacara top ternyata menyadari
bahwa kesempurnaan karirnya ternyata tidak berbanding lurus dengan kehidupan pribadi, suaminya
selingkuh dan anak nya tidak pernah mau mendengarkan omongannya. Yang saya suka dari film ini
adalah kegigihan Sam Dawson, bahwa walaupun ia memiliki keterbelakangan mental dia bisa
berusaha keras membesarkan putri semata wayangnya, Lucy.
Sinopsis:
Seorang pria cacat mental Sam Dawson (Sean Penn) merawat seorang anak perempuan Lucy (Dakota
Fanning) sendirian setelah ibunya meninggalkannya. Karena keterbelakangan mentalnya, hak asuh
Sam hendak dicabut. Sam kemudian berusaha kembali merebut hak asuh tersebut dengan
menghubungi seorang pengacara kesepian dan workaholic Rita Harrison (Michelle Pfeiffer) untuk
memenangkan kasusnya di pengadilan, dan menunjukkan lebih penting cinta kasih daripada
kecerdasan otak untuk merawat seorang anak.
Review:
Sebagai sebuah film drama, maka film ini memiliki segalanya untuk menguras air mata kita.
Pertama, film ini punya cerita ikatan cinta kuat antara seorang anak dan ayahnya yang terpaksa
dipisahkan. Kedua, film ini punya seorang tokoh utama yang terbelakang namun loveable, tidak
cerdas tapi mampu mencintai dengan tulus. Jelas aja, simpati dari penonton akan selalu terseret
dalam setiap adegan ceritanya. Saya? Tentu saja saya yang sensitif ini dibikin beberapa kali (nyaris)
meneteskan air mata...
Akan tetapi, nampaknya cerita I Am Sam memang diperuntukkan untuk sekedar mengundang
simpati penonton aja, tanpa penggarapan yang cukup cerdas. Kisah ini memang tidak masuk akal,
dan jauhhhh lebih tidak masuk akal ketika pengacara jahat Rita tiba-tiba (hampir) menemukan
perasaan tidak logis saat melihat Sam yang biasanya pake baju berantakan kemudian memakai jas
rapi. Saya rasa, itu adalah kesalahan fatal yang nyaris merusak film. Ditambah lagi, teman-teman
Sam yang sama-sama memiliki cacat mental seperti menjadi sebuah cerita tambahan yang
memperburuk keadaan. Dan ya, I Am Sam memang cukup mampu ditebak dan terasa hambar.
Tapi apakah bagi saya kesalahan-kesalahan itu membuat film ini jadi film yang buruk? Hmmm...
Sama sekali tidak!! Saya rasa film ini masih sangat indah dan menawan. Jadi, alangkah kagetnya
saya ketika mengetahui bahwa sebagian besar kritikus film tidak terlalu menyukai film ini. Bahkan,
Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai 34%. Sebuah nilai yang cukup buruk bagi saya karena
sebenarnya film ini bagi saya tidak seburuk itu...
Dan ayolaaahhh.. akting Penn di sini kan cukup hebat? (hingga membuatnya dinominasikan aktor
terbaik pada piala Oscar) And Fanning? Astaga, dia adalah keajaiban Hollywood! Apakah kedua artis
itu tidak banyak membantuuuuu???? Dan lagu-lagu Beatles???? T_T