Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTROPOLOGI DALAM KAJIAN PSIKOLOGI


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
ANTROPOLOGI

DOSEN PENGAMPU
Rely Fitriani M. Hum

DISUSUN OLEH KELOMPOK XI


1. Moh Kurniawan (220601176)
2. Satiarmitha
3. Haikal Sarbini

KELAS II E
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah SWT, yang dimana
dengan rahmat-NYA kami bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kita haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang melimpah akan ilmu pengetahuan
seperti saat ini, semoga kita senantiasa bershalawat kepadanya sehingga kita semua mendapatkan
syafaat beliau diakhirat kelak.
Dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang juga ikut serta dan
berkonstribusi dalam pembuatan mala;ah ini. Yang tentunya masih banyak sekali kekurangan
didalamnya sehingga kami perlu kritik dan saran untuk menyempurnakan lagi makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Rely Fitriani M. Hum selaku dosen
pengampu pada mata kuliah ANTROPOLOGI yang telah memberikan kami kesempatan untuk
bisa belajar dan berbagi ilmu dengan makalah ini.
Sekian Dan Terima Kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Antropologi Psikologi (Phychological Antropology) adalah bagian dari ilmu Antropologi
yang berkembang pesat, sehingga sudah menjadi suatu bidang ilmu tersendiri. Nama
Antropologi Psikologi ini dianjurkan oleh seorang antropolog Amerika Serikat yaitu Francis
L.K. Hsu, sebelumnya biasa dikenal dengan nama Kebudayaan dan Kepribadian (Culture and
Personality) atau disebut juga Psikologi Suku Bangsa (Ethno Psychology).
Ember dan Ember (1985 ; 388) Antropologi Psikologi adalah studi yang dilakukan oleh para ahli
Antropologi yang tertarik pada perbedaan psikologis di antara dan di dalam suatu masyarakat
dan persamaan psikologis pada rentang yang luas pada masyarakat manusia. Sementara itu kita
juga mengenal istilah Psikologi Lintas Budaya (Cross-Cultural Psychology) yaitu studi yang
dilakukan para ahli psikologi terhadap dua atau lebih masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (1990 ; 45-46) ilmu antropologi psikologi muncul karena ada
beberapa sarjana antropologi yang selama penelitiannya di lapangan menemukan bahwa
beberapa manusia dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan non-Eropa-Amerika yang
mereka amati ternyata bertentangan dengan apa yang pernah mereka pelajari dari ilmu
psiokologi. Psikologi memang berkembang berdasarkan kehidupan masyarakat dan kebudayaan
Eropa Barat dan Amerika, sehingga terkadang terdapat konsep-konsep dan atau teori-teori
psikologi yang tidak dapat diterapkan secara universal di luar masyarakat Eropa Barat dan
Amerika. Seperti pada masyarakat dan kebudayaan di Asia, Afrika dan kawasan Pasifik.

 Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud dengan Antropologi Psikologi
2. Apa Yang Dimaksud dengan Aliran Psikonalis
3. Apa Yang Dimaksud dengan Behaviorisme
4. Apa Yang Dimaksud dengan Humanistik
BAB II
PEMBAHASAN
 Antropologi Psikologi
Antropologi Psikologi (Psychological Anthropology) merupakan subdisiplin dalam
Antropologi, pada awalnya dikenal dengan nama Culture and Personality atau kerap disebut juga
dengan Ethnopsychology. Robert A. Le Vine menyatakan bahwa Culture and Personality adalah
ilmu induk dari Antropologi Psikologi (Psychological Anthropology), Psikologi Suku-Bangsa
(Ethnopsychology), dan Psikiatri Lintas Budaya (Transcultural Psychiatry). Penggunaan nama
Culture and Personality dianggap kurang tepat karena seakan-akan kebudayaan dan kepribadian
sebagai dua konsep yang berbeda (Hsu, 1961:6), pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Ruth
Benedict (1932:24) menyatakan bahwa “kebudayaan adalah psikologi individu yang disorot-
besarkan ke layar, sehingga memberikannya berukuran raksasa serta berjangka waktu yang
lama”. Subdisiplin bersifat interdisiplin karena teori, konsep, dan metode penelitiannya dipinjam
dari berbagai disiplin ilmu seperti Antropologi, Psikologi, Psikiatri, dan Psikoanalisa.
Subdisiplin ini juga dibangun oleh ahli dari berbagai ilmu tersebut, misalnya Ralp Linton
dan Margaret Mead (Antropologi), Abram Kardiner (ahli Psikiatri), W.H.R River (ahli
Psikologi), Erik H. Erikson (ahli Psikonalisa Neo Freudian), Geza Roheim (ahli Psikoanalisa
Freudian ortodoks). Sehingga terjadi pertemuan antara Antropologi budaya dan social bertemu
dan berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu psikiatri,
dan psikoanalisa. Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada cara hidup berbeda yang
dikembangkan masyarakat diberbagai tempat berbeda di dunia. Sedangkan psikologi
kepribadian, perkembangan, dan psikiatri adalah ilmu yang meneliti kepribadian manusia,
menyangkut usaha untuk mengerti mengapa dan bagaimana pribadi berbeda satu sama lain.
Sehingga antropologi psikologi adalah ilmu yang menjembatani kebudayaan dan kepribadian,
yang merupakan fokus dari dua ilmu yang berbeda tersebut (Barnouw, 1963:3).
Penelitian yang disebut karya antropologi psikologi apabila mempermasalahkan individu
sebagai tempat atau wadah kebudayaan dan karya tersebut menempatkan kebudayaan sebagai
variabel bebas (independent variabel) maupun variabel terikat (dependent variabel), yang mana
berhubungan dengan masalah kepribadian. Ruang lingkup antropologi psikologi, bersifat studi
lintas budaya (cross culture studies) mengenai kepribadian dan system social budaya. Kajian ini
meliputi (1) hubungan social dan nilai-nilai budaya dengan pola rata-rata (modal pattern)
pengasuhan anak; (2) hubungan antara pola rata-rata pengasuhan anak dengan struktur
kepribadian rata-rata (modal personality), seperti yang diungkapkan dalam perilaku; (3)
hubungan antara struktur kepribadian rata-rata dengan system peran (role system) dan aspek
proyeksi dari kebudayaan lain; dan (4) hubungan semua variabel di atas dengan perilaku
menyimpang (deviant behavior pattern) yang berbeda satu kolektif dengan kolektif lainnya.
Ciri khas penelitian antropologi psikologi adalah menekankan perhatiannya pada
perbedaan pada kelompok-kelompok alami (natural groups), perbedaan individu dan perbedaan
kolektif yang sengaja dibentuk untuk kepentingan penelitian (experimentally produced group)
bukan kajian antropologi psikologi. Perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat menjadi kajian
antropologi psikologi, seperti pada penelitian Marvin K. Opler mengenai tipe-tipe penyakit jiwa
skisofrenia pada dua suku bangsa di Amerika.
Dalam mengkaji konsep kepribadian-kebudayaan (personality culture) yang timbul sebagai
akibat dari interaksi dari ilmu psikologi dan antropologi menyebabkan kajian mengenai perilaku,
antropologi psikologi akan selalu memperhatikan faktor-faktor penyebab pendahuluannya
(antecedents), dan tidak akan puas hanya pada pelukisan mengenai sifat-sifat khas saja, seperti
yang umumnya dilakukan oleh ahli psikologi sosial (Hsu, 1961:2). Singer (1961:15) membagi
dua kelompok besar permasalahan penelitian dalam antropologi psikologi, yaitu (1) hubungan
antara perubahan kebudayaan dengan perubahan kepribadian; dan (2) hubungan kebudayaan
dengan kepribadian abnormal.

A. Aliran Psikonalis
Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi. Aliran psikoanalisis
adalah aliran psikologi yang menemukan analisis struktur kejiwaan manusia yang relatif stabil
dan mantap. Aliran psikoanalisis ini di pelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang
kemudian disempurnakan oleh putra mahkotanya “Carl Gustav Jung dan H. Ericson, yang
berusaha memahami kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran
guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalisis berkeyakinan bahwa
perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan yang sadar dari dalam diri. 1
Psikoanalisis menganggap bahwa nilai-nilai tinggi dalam kehidupan hanyalah topeng untuk
menutupi kebutuhan naluriah yang rendah, ia menjadi sangat nihilistik .2
1
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 64.
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004, h. 120.
Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis adalah:
1. Menemukan aktivitas manusia berdasarkan struktur jiwa yang terdiri atas id, ego dan super
ego.
2. Penggerak utama struktur manusia adalah libido, dengan libido yang terkuat adalah libido
seksual, karena itu hampir seluruh tingkah laku manusia teraktual disebabkan oleh motivasi
libido seksual.
3. Tingkat kesadaran manusia terbagi atas tiga alam yaitu:
a. Alam Pra Sadar (The Pricon Cious)
b. Alam Tak Sadar (The On Conscious)
c. Alam Sadar (The Conscious)

Freud adalah seorang penganut faham Darwin tentang teori evolusi dan pada dasarnya
tujuan dari evolusi menurut Darwin adalah untuk bertahan hidup dengan cara adaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Freud membagi struktur kepribadian manusia ke dalam
tiga kategori yaitu:

1. Aspek Biologis (struktur Id)


Id berisikan hal-hal yang murni dibawa sejak lahir, termasuk instin-instink. Instink ini
merupakan dorongan dalam diri atau oleh Freud disebut energi psikis, yang merupakan
penggerak atau pemicu Ego dan Super Ego itu tumbuh. Instink dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Eros
Eros merupakan dorongan yang bertujuan untuk mempertahankan hidup. Contohnya: Makan,
berhubungan baik dengan orang lain dan lain-lain.
b. Tanatos
Tanatos merupakan dorongan untuk merusak hidup (mati). Contohnya: Merokok,
menggunakan Narkoba dan lain-lain.

Menurut Freud instink yang paling utama adalah Libido (dorongan seks). Tujuan Libido ini
adalah untuk pelestarian spesies atau mempertahankan keturunan. Jika seseorang ingin
mempertahankan keturunan berarti dia di dorong oleh instink eros dan sebaliknya jika jika
seseorang tidak ingin mempertahankan keturunan berarti dia dipengaruhi oleh instink tanatos dan
biasanya tanatos ditandai dengan sikap agresif.
2. Aspek Psikologis (struktur Ego)
Di dalam berfungsinya Ego berfungsi untuk memutuskan sesuatu hal dan berpegang pada
prinsip kenyataan atau prinsip legalitas dan ereaksi dengan proses sekunder. Tujuan prinsip
kenyataan itu adalah mencari obyek yang tepat (esrasi) untuk memenuhi dorongan dari dalam
diri (Id). Proses sekunder itu adalah proses berpikir realitis, dengan mempergunakan proses
sekunder Ego merumuskan suatu rencana untuk kepuasan kebutuhan dan menguji atau
mentesnya (biasanya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau
tidak. Misalnya : orang lapar, merencanakan dimana dia dapat makan , lalu pergi ke tempat
tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realitas) atau tidak.
Perbuatan ini secara teknis disebut reality testing. Jadi peran utama Ego adalah menjadi perantara
antara kebutuhan insinttinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan instink (Id).
3. Aspek Sosiologis (struktur Super Ego).
Super ego merupakan aspek sosiologi kepribadian yang merupakan norma sosial atau nilai
tradisional serta cita-cita masyarakat, sebagaimana diajarkan orang tua pada anak-anaknya,
dengan berbagai perintah atau larangan. Fungsi pokok Super Ego adalah menentukan apakah
sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat
bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Jadi Super Ego itu cenderung menentang baik Ego
maupun Id dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Tetapi semuanya tergantung Ego
yang memutuskan mau melanggar atau tidak. Tidak serta merta Super Ego harus di penuhi,
dituruti atau dijalankan. Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, terdiri atas tiga aspek
yang dimana saya pahami, bahwa aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses
psikologis yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan
biasa ketiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh Ego, kepribadian berfungsi sebagai
kesatuan.
Dengan pembagian tiga aspek ini maka tingkatan tertinggi kepribadian manusia dalam
moralitas dan sosialitas serta tidak menyentuh pada aspek keagamaan, lebih lanjut Freud
mengatakan bahwa tingkatan moralitas digambarkan sebagaimana tingkah laku yang irasional,
sebab tingkah laku ini hanya mengutamakan nilai-nilai luas bukan nilai-nilai yang berada dalam
kesadaran manusia itu sendiri.
B. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner yang kuat dan berpengaruh, serta memiliki
akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan psikoanalisis (yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa hanya perilaku yang tampak yang dapat diukur,
dilukiskan dan diramalkan. Pada dasarnya ketika manusia dilahirkan, manusia tidak membawa
bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang
baik, lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Kaum behavioris
memusatkan pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Mereka mencoret dari
kamus ilmiahnya, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat,
tujuan, termasuk berpikir dan emosi, selama kedua pengertian tersebut dirumuskan secara
subjektif.
Konsep Manusia Menurut Behaviorisme adalah:
1. Self Awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk mengambil jarak terhadap diri
sendiri dan menelaah pemikiran, motof, sejarah, naskah hidup, tindakan, kebiasaan dan
kecenderungan. Hal ini memungkinkan manusia untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran
diri memungkinkan untuk melihat kacamata itu ataupun melihat melaluinya. Ini
memungkinkan manusia untuk menjadi sadar terhadap sejarah sosial dan psikis dari
program-program yang ada dalam diri dan memperluas celah antara rangsangan dan
tanggapan.
2. Conscience (hati nurani), yang menghubungkan manusia dengan kebijaksanaan zaman dan
kebijaksanaan hati. Ini merupakan sistem pengarahan yang ada dalam jiwa manusia, yang
memungkinkan manusia untuk memahami ketika manusia bertindak atau bahkan
merenungkan sesuatu yang sejalan dengan prinsip. Ini juga memberi manusia pemahaman
terhadap bakat-bakat khas dan misi manusia.
3. Independent Will (kehendak bebas), yaitu kemampuan manusia untuk bertindak. Ini memberi
manusia kekuatan untuk mengatasi paradigma diri, untuk berenang melawan arus, menulis
kembali naskah hidupnya, bertindak atas dasar prinsip dan bukan bereaksi atas dasar emosi
dan lingkungan sekitar. Pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan boleh jadi amat kuat.
Pengaruh-pengaruh itu tidak dapat mengendalikan. Dengan demikian, manusia tidak menjadi
korban, manusia bukan merupakan produk dari pilihannya. Manusia dapat memberi
tanggapan, mampu memilih di seberang suasana hati dan kecondongannya. Manusia
memiliki kekuatan kehendak untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri, hati nurani dan
visi.
4. Creative Imagination (imajinasi kreatif), yaitu kemampuan untuk meneropong keadaan masa
datang, untuk menciptakan sesuatu di benak manusia dan memecahkan soal secara sinergis.
Ini adalah anugerah kemampuan yang memungkinkan manusia melihat dari diri sendiri dan
orang lain secara berbeda dan lebih baik daripada saat ini. Ini memungkinkan seseorang
untuk menulis pernyataan misi pribadi, menetapkan tujuan atau merencanakan pertemuan. Ini
juga membuat seseorang semakin mampu memvisualisasikan diri yang sedang menghayati
pernyataan misi pribadi, bahkan dalam lingkungan yang paling menantang dan menerapkan
prinsip-prinsip dalam berbagai situasi baru secara efektif.
5. Dengan mengembangkan dan menggunakan empat anugerah tersebut, manusia akan
terbedayakan dan memiliki konsep diri yang kuat, sehingga mampu membuat pilihan sikap
dan tindakan yang bijaksana atas situasi atau stimulus yang ia terima. Sebaliknya, orang yang
mengabaikan dan membiarkan empat anugerah yang ia miliki tidak berkembang, sehingga
perilaku dan pilihan sikapnya tidak efektif, ia akan mudah dikendalikan oleh lingkungan,
tekanan sosial atau suasanan hatinya.

 Aliran Humanisme
Psikologi humanisme muncul pada 1960-an sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi. Aliran
psikologi humanisme sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia itu baik dan
menjadi dasar keyakinan serta menghormati sisi kemanusiaan. Psikologi humanisme adalah
perspektif psikologi yang menekankan studi seseorang secara utuh.
Pokok persoalan dari psikologi humanisme adalah pengalaman subjektif manusia,
keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian
yang utama dari psikologi humanisme adalah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi,
kreativitas, kemungkinan-kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa
mencapainya, serta nilai-nilai manusia Metode-metode studinya, psikologi humanisme
menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk
kreatif lainnya.
Jadi, psikologi humanisme atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah
suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi
humanisme ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanisme yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Keyakinan ini
membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi
fisik, mental, jiwa dan keperluan untuk menjadi lebih bebas.
Konsep Manusia Menurut Humanisme adalah:
a. Teori Humanisme Menurut Carl Rogers
Carl Rogers berpendapat bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk
mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Manusia itu rasional, oleh karena itu dalam hal
ini dapat menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan
untuk mengarahkan, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan kesempatan
untuk berkembang. Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process of becoming), dan
ini berjalan terus menerus tidak pernah selesai. Jadi, manusia itu sendirilah menggerakkan
dirinya kearah mana yang diinginkan.
b. Teori Logoterapi Viktor Frankl
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga, jiwa
dan ruhani yang tidak terpisahkan. Selain itu Logoterapi menganggap hasrat untuk hidup
bermakna adalah motivasi utama manusia. Bila seseorang berhasil memenuhinya, maka akan
menjadikan hidupnya bermakna dan bahagia. Begitupun sebaliknya, bila ia tidak berhasil
memenuhi arti hidupnya, maka akan menyebabkan hidupnya hampa (tidak bermakna).
c. Teori Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai hari ini adalah teori tentang
Hierarchy of Needs (Hierarki Kebutuhan). Menurut Maslow manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai
yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut menurut Maslow sebagai berikut:
 Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan bilogis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air,
suhu tubuh relatif yang konstan, seks dan tempat tinggal.
 Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis terpenuhi dan terpuaskan, serta tidak lagi menjadi
pusat pemikiran dan perilaku, maka kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif.
Kebutuhan rasa aman mencakup kebutuhan terhadap keadaan yang umumnya bisa
diprediksi, yang membuat dunia menjadi masuk akal.
 Kebutuhan Cinta, Sayang dan Kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis terpuaskan, kelas
berikutnya kebutuhan akan cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul dengan
sendirinya, mencakup hubungan psikologis yang mendalam dengan orang lain. Maslow
menyatakan bahwa orang secara naluriah akan mencari cara untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan.
 Kebutuhan Esteem
Ketika tingkat kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, kebutuhan akan pengakuan
terhadap harga diri bisa menjadi dominan. Ia melihatkan baik harga diri, maupun untuk
menapat penghargaan diri dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk bersikap
tegas berdasarkan tingginya tingkat kestabilitasan diri dan haus akan rasa hormat dari
orang lain.3
 Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abraham Maslow adalah
kebutuhan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk
mendapatkan aktualisasi diri mereka atau realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika
mereka telah meraih kepuasaan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. 4 Orang yang telah
mencapai aktualisasi diri cenderung bersikap mandiri, menolak tekanan sosial, mencintai

3
Juwita Yulainto, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”, Universitas Buddhi Dharma, di
posting di SlideShare pada tanggal 7 Februari 2018, h. 21-23.
4
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 69.
kebebasan dan memiliki kebutuhan privasi yang tinggi. Kepribadian mereka rumit. Oleh karena
itu, mereka sulit ditemukan, dinilai, dan dievaluasi.5
Psikologi humanisme berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi
yang baik, minimal lebih banyak baiknya daripada buruknya. Psikologi humanisme memusatkan
perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus
manusia yang terpatri pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan
sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggungjawab, aktualisasi diri, makna
hidup, pengembangan pribadi, humor, sikap etis dan rasa estetika. Selain itu psikologi
humanisme memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya
sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku
aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Ia adalah makhluk dengan julukan the self
determining being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling
diinginkannya dan cara-cara mancapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat.6

5
Ibid, h. 69-70.
6
Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira Putri, Rahajeng Vika Hapsari,
“Pandangan Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik, Sosial-Kgnitif dan
Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental, Kelas 5/B, Jurusan Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti
Kolopaking, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.th, h. 12.
KESIMPULAN

Konsep manusia menurut psikoanalisis bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur
oleh kekuatan yang sadar dari dalam diri. Menemukan aktivitas manusia berdasarkan struktur
jiwa yang terdiri atas id, ego dan super ego. Penggerak utama struktur manusia adalah libido,
dengan libido yang terkuat adalah libido seksual, karena itu hampir seluruh tingkah laku
manusia teraktual disebabkan oleh motivasi libido seksual. Tingkat kesadaran manusia terbagi
atas tiga alam yaitu: (1) Alam Pra Sadar (2) Alam Tak Sadar dan (3) Alam Sadar.
Konsep manusia menurut behaviorisme, pada dasarnya ketika manusia dilahirkan,
manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus
yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan
menghasilkan manusia yang baik, lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang
buruk. Hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan, meyakini bahwa semua
perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan. Menurut Behaviorisme
manusia mempunyai kesadaran diri, hati nurani, kehendak bebas dan imajinasi kreatif.
Konsep manusia menurut humanisme pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi
yang baik, minimal lebih banyak baiknya daripada buruknya. Memandang manusia sebagai
makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan
(hampir) segalanya. Ia adalah makhluk dengan julukan the self determining being yang
mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara
mancapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat.
Konsep manusia menurut Al-Qur’an antara lain meliputi aspek jasmaniah, psikologik dan
rohaniah. Segi jasmaniah manusia digambarkan pada penciptaan-Nya yang berasal dari turab,
tanah, lumpur hitam yang diberi bentuk dan akhirnya menjadi tanah kering seperti tembikar.
Segi psikologik manusia diuraikan dengan adanya af'idah dan nafs, sedangkan segi rohaniah
digambarkan dengan peniupan ruh-Ilahi kepadanya. Segi jasmaniah dan prosesnya, manusia
serupa dengan binatang, yakni memiliki ciri-ciri bilologik, fisiologik, refleksologik dan
beberapa ciri psikologik yang bersifat instinktif-mekanistis seperti naluri mempertahankan
hidup, mempertahankan diri, mengembangkan jenisnya, kemampuan belajar melalui
kebiasaan, pengalaman, latihan, kondisioning dan semacamnya. Segi rohaniah, manusia
serupa dengan malaikat yang berusaha mensucikan dirinya, rindu akan keutamaan, kemuliaan,
nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, pemberian makna hidup, mencari dan mendekatkan diri
kepada Penciptanya, rindu menyembah, mengagungkan dan mengabdi kepada Tuhan serta
berusaha untuk mencapai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung: 2001.

Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira Putri, Rahajeng
Vika Hapsari, “Pandangan Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis, Behavioristik,
Humanistik, Sosial-Kgnitif dan Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental,
Kelas 5/B, Jurusan Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti Kolopaking, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, t.th.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan Mutu


Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, Yogyakarta: Teras, 2012.

Jaenudin, Ujam, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Malik, Imam, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011.

Prawira, Purwa Atmaja, Psikologi Umum: Dengan Perspektif Baru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004.
Yulainto, Juwita, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”, Universitas
Buddhi Dharma, di posting di SlideShare pada tanggal 7 Februari 2018.

Internet:
Keistimewaan Manusia dalam Al-Qur’an, Rabu 17 April 2019,
https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm. Diakses pada hari
senin, tanggal 23-12-2019, pukul 14:16 WIB.Struktur Kepribadian, 17 Juni 2015.
https://www.kompasiana.com/komentar/sahruramadhan/5529a136f17e61dd10d623da/struktur-
kepribadian. Diakses pada hari senin, tanggal 23-12-2019, pukul 14:33 WIB.

Anda mungkin juga menyukai